11
58 Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 58-68 REAKTUALISASI TEMBANG DOLANAN JAWA DALAM RANGKA PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA (KAJIAN SEMIOTIK) Farida Nugrahani Program Pascasarjana Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Jl. S. Humardani No. 1 Jombor Sukoharjo Surakarta, Ponsel: 081226229733 E-mail: [email protected]. ABSTRACT The purpose of this study to describe (1) the meaning of song dolanan Java, (2) the values of local knowledge (local wisdom) in songs such as forming the na- tional character, and (3) the renewal of the song is in the context of the formation of the nation’s character. Data in this descriptive qualitative study, collected through a literature review, interviews, and observation, from the sources, texts, and events. Data analysis was performed by inductively interactive models. For the meaning of Java dolanan song used method of reading a model consisting of a semiotic reading of the heuristic and hermeneutic (retroactive). The results showed that: (1) Tembang dolanan Java has the meaning that is loaded with moral messages that are important to the formation of national character, (2) The value of local wisdom in dolanan songs like “Ilir-Ilir”, “Sluku-Sluku Bathok”, “Jaranan “, and others are noble universal values as in the nine pillars of character, (3) the value of local wisdom in the song is worth direaktualisasikan dolanan Java in order to character formation, which according to the nation’s cultural roots. That is an important issue, because our nation is known for friendly, tolerant, polite and religious as the prototype of the proud nation of East and West are contrasted with the selfish, individualistic, hedonistic, and secular, as if living myth. Noble culture of the na- tion is now experiencing a shift due to the rise of foreign cultures in a global era life. With the expectation that the investment value of local wisdom through song dolanan renewal to be effective, needs to be implemented through the Java lan- guage learning (local charge) at the school from elementary, middle to upper. Key words: renewal, song dolanan Java, the nation’s character education. ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) makna tembang dolanan Jawa; (2) nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) dalam tembang tersebut sebagai pembentuk karakter bangsa; dan (3) pentingnya reaktualisasi tembang tersebut dalam rangka pembentukan karakter bangsa. Data dalam penelitian kualitatif deskriptif ini, dikumpulkan melalui kajian pustaka, wawancara mendalam, dan

jurnal pediatri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal tentang anak

Citation preview

Page 1: jurnal pediatri

58

Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 58-68

REAKTUALISASI TEMBANG DOLANAN JAWADALAM RANGKA PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA

(KAJIAN SEMIOTIK)

Farida NugrahaniProgram Pascasarjana Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Jl. S. Humardani No. 1 Jombor Sukoharjo Surakarta, Ponsel: 081226229733E-mail: [email protected].

ABSTRACT

The purpose of this study to describe (1) the meaning of song dolanan Java, (2)the values of local knowledge (local wisdom) in songs such as forming the na-tional character, and (3) the renewal of the song is in the context of the formationof the nation’s character. Data in this descriptive qualitative study, collected througha literature review, interviews, and observation, from the sources, texts, and events.Data analysis was performed by inductively interactive models. For the meaningof Java dolanan song used method of reading a model consisting of a semioticreading of the heuristic and hermeneutic (retroactive). The results showed that: (1)Tembang dolanan Java has the meaning that is loaded with moral messages thatare important to the formation of national character, (2) The value of local wisdomin dolanan songs like “Ilir-Ilir”, “Sluku-Sluku Bathok”, “Jaranan “, and othersare noble universal values as in the nine pillars of character, (3) the value of localwisdom in the song is worth direaktualisasikan dolanan Java in order to characterformation, which according to the nation’s cultural roots. That is an importantissue, because our nation is known for friendly, tolerant, polite and religious as theprototype of the proud nation of East and West are contrasted with the selfish,individualistic, hedonistic, and secular, as if living myth. Noble culture of the na-tion is now experiencing a shift due to the rise of foreign cultures in a global eralife. With the expectation that the investment value of local wisdom through songdolanan renewal to be effective, needs to be implemented through the Java lan-guage learning (local charge) at the school from elementary, middle to upper.

Key words: renewal, song dolanan Java, the nation’s character education.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) makna tembang dolanan Jawa;(2) nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) dalam tembang tersebut sebagaipembentuk karakter bangsa; dan (3) pentingnya reaktualisasi tembang tersebutdalam rangka pembentukan karakter bangsa. Data dalam penelitian kualitatifdeskriptif ini, dikumpulkan melalui kajian pustaka, wawancara mendalam, dan

Page 2: jurnal pediatri

59

Reaktualisasi Tembang Dolanan Jawa ... (Farida Nugrahani)

I. PendahuluanKemajuan ipteks dewasa ini terlihat tidak

lagi berkorelasi positif bahkan berbandingterbalik dengan tingginya perilaku menyimpangyang merupakan pelanggaran etika sosialmasyarakat, dan tata karma pergaulan yangbersumber pada nila-nilai luhur budaya bangsa.Perilaku menyimpang kini banyak dijumpai ditengah-tengah masyarakat antara lainmaraknya tindakan anarkis dan main hakimsendiri, merajalelanya praktik korupsi, perilakuasusila, dan pelanggaran etika seperti yaituketidaksantunan dalam berbahasa.

Dari berbagai pelanggaran etika sosialmasyarakat tersebut, semakin mempertegasdugaan bahwa bangsa ini telah mulai kehilanganjati diri, yang ditandai dengan bergesernya nilai-nilai kemanusiaan, keagamaan serta kemampu-an masyarakat dalam pengendalian diri danmembina kebersamaan. Masyarakat mulaimengabaikan nilai-nilai kearifan lokal yang telahdiwariskan oleh nenek moyang dalam ber-interaksi dan bersosialilasi dengan lingkungan-

nya. Disinyalir hal itu merupakan dampak dariketidaksiapan masyarakat ketika harusberhadapan dengan era global denganperkembangan peradaban yang semakinkompleks (Nugrahani, 2008:16).

Spradley (2007:15) menyampaikanbahwa dalam perkembangan peradaban duniayang semakin maju, seseorang dapatmengalami peristiwa ’kebanjiran budaya’ (cul-turally overnhelmed) yaitu munculnyapengaruh dari dua budaya atau lebih sekaligus,atau bersama-sama. Dalam kasus ini, bagigenerasi muda yang belum menguasaibudayanya sendiri, sementara sudah harusberhadapan dengan pengaruh berbagai budayaasing —sebagai dampak dari canggihnyateknologi informasi—, maka mereka akanmengalami kebingungan. Dalam dirinya belumterbentuk filter yang mampu membedakanbudaya yang baik, dan cocok bagi dirinya.Akibatnya, dengan mudah seseorang (utama-nya generasi muda) akan mengalami peristiwaketercerabutan budaya sehingga menciptakan

observasi, dari narasumber, teks, dan peristiwa. Analisis data secara induktifdilakukan dengan model interaktif. Untuk pemaknaan tembang dolanan Jawadigunakan metode pembacaan model semiotik yang terdiri atas pembacaanheuristik dan hermeneutik (retroaktif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)Tembang dolanan Jawa memiliki makna yang sarat dengan pesan moral yang pentingbagi pembentukan karakter bangsa; (2) Nilai kearifan lokal dalam tembang dolananseperti “Ilir-Ilir”, “Sluku-Sluku Bathok”, “Jaranan”, dan lain-lain merupakan nilailuhur universal sebagaimana dalam sembilan pilar karakter; (3) Nilai kearifanlokal dalam tembang dolanan Jawa patut direaktualisasikan dalam rangkapembentukan karakter, yang sesuai dengan akar budaya bangsanya. Itu merupakanmasalah penting, sebab bangsa kita yang dikenal ramah, toleran, santun dan agamissebagai prototipe bangsa Timur yang dibanggakan dan dikontraskan denganbangsa Barat yang egois, individualis, hedonis, dan sekuler, seolah-olah tinggalmitos saja. Budaya bangsa yang luhur kini mengalami pergeseran akibat maraknyabudaya asing dalam kehidupan era global. Dengan harapan agar penanaman nilai-nilai kearifan lokal melalui reaktualisasi tembang dolanan berjalan efektif, perludilaksanakan melalui pembelajaran bahasa Jawa (muatan lokal) di sekolah daritingkat dasar, menengah hingga atas.

Kata Kunci: reaktualisasi, tembang dolanan Jawa, pendidikan karakter bangsa.

Page 3: jurnal pediatri

60

Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 58-68

budayanya sendiri. Hal itu terjadi karena selaintidak lagi mengenal budaya asli nenekmoyangnya, juga belum mampu ’memilih danmemilah’, mana budaya yang baik sesuaikarakter bangsanya.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwanilai-nilai moral (akhlak) yang digariskan dalamajaran agama dewasa ini mulai diabaikan atau(sengaja) dikaburkan. Nilai-nilai kesantunandan budi pekerti luhur yang diwariskan nenekmoyang juga semakin memudar, bahkanmenjadi asing di negeri sendiri. Sementara itu,para pemimpin bangsa yang seharusnyaberperan sebagai contoh ‘panutan’ juga tidaklagi mampu menempatkan dirinya denganbenar (Nugrahani, 2011:2). Bila demikiankeadaannya, kemana karakter bangsa ini akanberpijak? Bagaimana pembentukan karaktergenerasi muda dapat dilakukan? Pertanyaanbesar itulah yang perlu mendapatkanjawabannya, bila bangsa ini ingin tetap eksissebagai bangsa yang memiliki jatidiri dankarakter yang kuat dalam percaturan dunia.

Stereotipe bangsa Indonesia sebagaibangsa Timur yang ramah, santun, andhap-asor, lembah-manah, suka bergotong royong,dan religius, yang selama ini selalu dibangga-banggakan sebagai pembanding kontrasdengan ciri kepribadian bangsa Barat yangserba bebas, individualis, sekuler, materialisdan kapitalis, tampaknya tinggalah mitosbelaka.

Menurut Poernomosidi (2006:1) ke-biasaan latah masyarakat Indonesia yang sukameninggalkan budayanya sendiri dan lebihtertarik mengikuti arus budaya global secaraprimordial tidak hanya menimpa pada generasimuda saja, tetapi juga pada seluruh generasibangsa. Oleh sebab itu secara nasionalkarakter bangsa ini dalam pertaruhan yangmembawanya ke dalam kondisi kritis.

Melunturnya kebanggaan masyarakatterhadap budayanya sendiri mengakibatkanterputusnya estafet pewarisan nilai-nilaikearifan lokal kepada generasi penerusnya. Hal

ini merupakan masalah besar yang tidak bolehdibiarkan. Segala upaya dari sejak dini perludilakukan, agar generasi penerus bangsa dapattumbuh menjadi manusia yang berkarakterbaik dan terpuji. Upaya tersebut dapatdilakukan melalui berbagai cara, antara lainpembiasaan anak untuk bermain danmenyanyikan lagu-lagu (tembang) dolananJawa, yang banyak mengandung nilai-nilaididaktis yang bersumber pada filsafat budayaJawa yang adiluhung, yang mengajarkan nila-nilai kebaikan, dan akhlak/budi pekerti luhurdan mulia.

Berkaitan dengan upaya pembentukankarakter bangsa itulah, maka disampaikan hasilpenelitian ini, yang membahas tentang“Reaktualisasi Tembang Dolanan Jawa dalamRangka Pembentukan Karakter Bangsa(Kajian Semiotik).” Tujuan penelitian ini adalahuntuk mendeskripsilan (1) makna tembangdolanan Jawa; (2) nilai-nilai kearifan lokal (lo-cal wisdom) yang terdapat dalam tembangdolanan Jawa; dan (3) pentingnya reaktualisasitembang dolanan Jawa dalam pembentukankarakter bangsa. Melalui hasil penelitian yangsedehana ini diharapkan dapat ditemukanalternatif solusi dalam upaya pembentukankarakter generasi muda (Jawa) sebagaipenerus cita-cita bangsa (Indonesia),sebagaimana konsep pendidikan karakter yangsedang digalakkan oleh pemerintah dewasa ini.

2. Metode PenelitianPenelitian ini dilakukan dengan metode

deskriptif kualitatif. Alasannya, karena metodeini (1) mampu menggambarkan proses dariwaktu ke waktu dalam situasi yang alami tanparekayasa peneliti; (2) memungkinkan untukdilakukan analisis induktif, yang berorientasipada eksplorasi, penemuan dan logika induktif,sehingga teori yang dihasilkan didasarkan padapola dalam kenyataannya; dan (3) memung-kinkan pendeskripsian perilaku manusia dalamkonteks natural (Sutopo, 2003:2).

Data penelitian ini dikumpulkan melalui

Page 4: jurnal pediatri

61

Reaktualisasi Tembang Dolanan Jawa ... (Farida Nugrahani)

teknik kajian pustaka (content analysis),wawancara mendalam (in-depth interview-ing), dan observasi (observation). Kajianpustaka dilakukan dengan sumber data teks/dokumen yang berkaitan dengan tembangdolanan Jawa dan budaya Jawa padaumumnya. Wawancara mendalam dilakukandengan narasumber (informant) para pakarbudaya Jawa, sesepuh dan pinisepuh, sertagenerasi muda (etnis Jawa) dan guru bahasaJawa. Sementara itu, observasi dilakukandengan sumber data aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat (Jawa) dalam kondisi yangalami, tanpa rekayasa peneliti.

Validitas data penelitian ini diuji melaluitrianggulasi sumber dan trianggulasi metode.Trianggulasi sumber ditempuh melaluiwawancara mendalam kepada para informantdari status dan peran yang berbeda. Tri-anggulasi metode ditempuh dengan caramenggali data yang sejenis dengan metode yangberbeda (Sutopo, 2002: 80). Data yangdiperoleh melalui wawancara dibandingkandengan hasil pengamatan tentang aktivitas

subjek yang menggambarkan perilakunyamelalui observasi. Sementara itu, reliabilitasdata diwujudkan melalui pelaksanaan penelitianyang dapat diinterpretasikan dengan hasil yangsama (Yin, 2000:38). Reliabilitas datadiusahakan untuk meminimalkan kekhilafan(error) dan penyimpangan (bias) dalampenelitian.

Analisis data penelitian ini dilakukan dilapangan bersama dengan proses pengumpulandata. Pada waktu data dikumpulkan, prosesanalisis dimulai dengan penyusunan refleksipeneliti, yang merupakan kerangka berpikir,gagasan, dan kepedulian peneliti terhadap datayang ditemukan (Bodgan & Biklen, 1982:84-89). Analisisnya dilakukan secara interaktif,dalam bentuk siklus. Setiap data yangdiperoleh dikomparasikan dengan data lainsecara berkelanjutan, dengan model analisisinteraktif. Komponennya meliputi reduksi data,sajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi(Miles & Huberman, 1984:23). Ketiganyadilakukan ketika proses pengumpulan databerlangsung, seperti dalam gambar berikut.

Components of Data Analysis: Interactive Model

 

Data Data  

Data  Conclusions 

Selanjutnya untuk pemaknaan tembangdolanan Jawa digunakan metode pembacaanmodel semiotik yang terdiri atas pembacaanheuristik dan hermeneutik atau retroaktif(Riffaterre, 1978:39). Pembacaan heuristikadalah pembacaan yang cermat dalam tataransatuan linguistik pada teks tembang dolananJawa. Adapun pembacaan hermeneutik adalahpembacaan bolak-balik antara teks tembangdolanan dengan referensi di luar teks ataurealitas sosial budaya masyarakat Jawa yang

menjadi latar sosial dalam tembang dolanantersebut.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan3.1 Makna Tembang Dolanan Jawa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indone-sia (2008) tembang diartikan sebagai ragamsuara yang berirama. Irama tersebut beruparangkaian tangga nada yang tersusun secaraurut dan harmonis sehingga menghasilkanbunyi-bunyian yang mengandung unsur-unsur

Page 5: jurnal pediatri

62

Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 58-68

keindahan atau estetik. Dalam istilah bahasaJawa tembang berarti lagu. Tembang jugadisebut dengan istilah sekar, sebab tembangmemang berasal dari kata kembang yangmempunyai persamaan makna dengan katasekar, atau bunga. Tembang sebagai ekspresiestetik mengandung ciri-ciri utama seperti:bersifat kontemplatif-transedental, bersifatsimbolik, dan bermakna filosofis. Sebagaiekspresi esetik, tembang dapat menimbulkanmulti tafsir, karena merupakan bagian darikarya sastra yang bersifat multiinterpretable.Pemaknaannya bergantung pada horisonharapan pembacanya (Jauss, 1974).

Dalam masyarakat Jawa tembang sudahada sejak semula, bahkan sebagian besarwarisan budaya nenek moyang (Jawa)dikemas dalam bentuk kidung atau tembang.Salah satu warisan budaya yang dahuludigemari oleh anak-anak (Jawa) adalahtembang dolanan. Tembang dolanan inibukan hanya berfungsi sebagai lagu yangbiasanya dinyanyikan oleh anak-anak ketikabermain dan bersosialisasi dengan lingkungan-nya, atau lagu sekedar hiburan semata-mata.Lebih dari itu tembang dolanan merupakankarya seni yang sangat menarik karena didalamnya terkandung makna tang tersirat,berisi pesan-pesan moral yang penting sebagaipembentuk karakter yang baik bagi anakbangsa. Makna yang dimaksud antara lainadalah pesan moral kepada anak-anak untukmemiliki sikap dan kepribadian yang religius,mengutamakan kebersamaan dan keselarasandalam berhubungan dengan orang lain. Tidakmalas atau sombong, rukun dengan sesama,dan senang membantu orang lain.

3.2 Nilai Local Wisdom dalam TembangDolanan Jawa sebagai PembentukKarakter Bangsa

Ada sembilan pilar karakter, yangpenting untuk ditanamkan dalam pembentukankepribadian anak. Berbagai pilar karaktertersebut sejalan dengan nilai-nilai kearifan lokal

yang mengandung nilai-nilai luhur universal,meliputi: (1) cinta kepada Tuhan dan alamsemesta beserta isinya, (2) tanggung jawab,kedisiplinan, dan kemandirian, (3) kejujuran,(4) hormat dan sopan santun, (5) kasih sayang,kepedulian, dan kerja sama, (6) percaya diri,kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah,(7) keadilan dan kepemimpinan, (8) baik danrendah hati, (9) toleransi, cinta damai, danpersatuan (Megawangi dalam Indrawati-Rudy,2010:717). Nilai-nilai kearifan lokal yangterkandung dalam tembang dolanan Jawa itu,perlu dikembangkan dalam pendidikankarakter bagi generasi muda penerus bangsa.

Berikut ini disampaikan beberapa nilaikearifan local (local wisdom) yang tersirat didalam tembang dolanan Jawa.

(1) ILIR-ILIRLir ilir, lir ilir, tanduré wus sumilirTak ijo royo-royo tak sengguh temantènanyarCah angon, cah angon, pènèkna blimbingkuwiLunyu lunyu yo pènèken kanggo mbasuhdodotiroDodotiro, dodotiro, kumitir bedhah ingpinggirDondomana j’rumatana kanggo sébamengko soréMumpung padhang rembulané, mumpungjembar kalangané.Yo surako surak hiyo.

(Bangunlah, bangunlah! tanaman sudahbersemi Demikian menghijau bagaikan pengantin baruAnak gembala, anak gembala panjatlah(pohon) belimbing itu!Biar licin dan susah tetaplah kau panjat untukmembasuh pakaianmuPakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyakdibagian samping Jahitlah, benahilah! untuk menghadap nantisore

Page 6: jurnal pediatri

63

Reaktualisasi Tembang Dolanan Jawa ... (Farida Nugrahani)

Mumpung bulan bersinar terang, mumpungbanyak waktu luangBersoraklah dengan sorakan Iya!)

Syair tembang dolanan yang berjudul“Ilir-Ilir” mengandung pesan moral yang saratdengan nilai-nilai religius, tanggung jawab,kedisiplinan, kerja keras, dan pantangmenyerah. Tembang tersebut menyiratkanpesan bahwa kita sebagai umat manusiadiminta untuk mampu bangkit (bangun) dariketerpurukan, dengan mempertebal iman danberjuang demi mendapatkan kebahagiaan(sebagaimana pasangan pengantin baru). Buahbelimbing yang dipetik si anak gembala(dengan susah payah) itu merupakan ibarat dariperintah Allah untuk melaksanakan sholat limawaktu. Meskipun berat (banyak rintangan)dalam menjalankannya (diibaratkan pakaian-nya sampai terkoyak sobek), harus tetapdikerjakan. Dengan senantiasa taat menjalan-kan perintah Allah, terbuka harapan bagi umatmanusia untuk memperbaiki diri agar nanti siapketika waktunya tiba untuk menghadap,memenuhi panggilan Illahi.

(2) SLUKU-SLUKU BATOKSluku-sluku bathok, bathoke ela-eloSi Rama menyang Sala, oleh-olehe payungmothaMak jenthit lolo lobah, wong mati ora obahNek obah medeni bocah, nek urip golekadhuwit.

(Ayun-ayun kepala, kepalanya geleng gelengSi bapak pergi ke Sala, oleh-olehnya payungmuthaSecara tiba-tiba begerak, orang mati tidakbergerakKalau bergerak menakuti orang, kalau hidupcarilah uang)

Tembang “Sluku-Sluku Bathok”mengajarkan kepada kita nilai-nilai untuk cintakepada Tuhan dan memiliki rasa tanggung

jawab terhadap kehidupan yang dijalani,kedisiplinan, serta kemandirian dalam men-jalankan tugas dan tanggung jawab dalammenjalani kehidupan. Makna yang tersiratdalam tembang tersebut bahwa manusiahendaklah senantiasa membersihkan batinnyadengan berdzikir atau mengingat Asma Allahdengan menggeleng-gelengkan kapala (ela-elo) dengan mengucapkan “Laa illa haillallah” (=tidak ada Tuhan selain Allah) baikpada saat gembira maupun sedih, baik ketikamendapatkan kenikmatan maupun musibah.Semuanya dilakukan atas kesadaran bahwahidup dan mati manusia ada di tangan Allahsemata. Ketika masih berkesempatan hidup,hendaklah rajin beribadah dan mencari nafkahatas ridha Allah, karena ketika sewaktu-waktudipanggil menghadap-Nya, kita tidak lagimampu melakukan apa pun.

(3) PADHANG BULANYo prakanca dolanan ing njabaPadhang mbulan padhangé kaya rinaRembulané kang ngawé-awéNgélikaké aja turu soré-soré

(Ayo teman-teman bermain diluarCahaya bulan yang terang benderangRembulan yang seakan-akan melambaikantanganMengingatkan kepada kita untuk tidak tidursore-sore)

Tembang dolanan yang berjudul“Padang Bulan” itu mengajarkan kepadakita untuk cinta kepada Tuhan dan alamsemesta beserta isinya sebagai ciptaan-Nya.Selain itu tembang dolanan Jawa tersebutjuga mengajarkan sifat kasih sayang,kepedulian, dan kebersamaan terhadapsesama manusia. Syair dalam tembangdolanan tersebut mengandung pesan hendak-nya manusia bersyukur kepada Allah Swt.dengan menikmati keindahan alam ciptaan-Nya. Untuk menunjukkan rasa syukur itu kita

Page 7: jurnal pediatri

64

Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 58-68

diharapkan tidak hanya menghabiskan waktumalam untuk tidur (terlalu awal), namunsebaiknya memanfaatkan waktu untukbersilaturrahim, dan dan juga melaksanakanibadah (shalat malam) kepada Allah Swt.

(4) JARANANJaranan-jaranan… jarane jaran tejising numpak ndara bei, sing ngiring paramantrijeg jeg nong..jeg jeg gung, prok prok turutlurunggedebug krincing gedebug krincing, prokprok gedebug jedher

(Berkuda, berkuda, kudanya teji (tinggi besar)yang naik Tuan Bei, yang mengiring paramenteriJeg-jeg nong, jeg-jeg gung, prok prokmenyusuri jalananGedebug krincing gedebug krincing, prokprok gedebug jedher)

Tembang dolanan “Jaranan” meng-ajarkan nilai-nilai untuk hormat dan santunkepada atasan, orang yang lebih tua, atauberkedudukan lebih tinggi. Selain itu jugamengajarkan sifat kasih sayang, kepedulian,dan kerja sama dengan orang lain. Syair dalamtembang tersebut menyiratkan pesan akanpentingnya kebersamaan, karena pada dasar-nya manusia itu saling membutuhkan. Orangyang mempunyai kedudukan lebih tinggimembutuhkan orang yang lebih rendah,demikian pula sebaliknya. Bagi yang ber-kedudukan tinggi (ndara Bei) membutuhkanpengawalan bawahannya (para menteri)dalam menjalankan tugasnya. Sementara itu,bagi yang mempunyai kedudukan lebih rendahharus menghormati orang yang berkedudukanlebih tinggi. Ndara Bei merupakan perlambangorang yang berkedudukan tinggi dan/atauketurunan ningrat yang berpunya (kaya)karena tunggangan-nya (hewan sebagaikendaraan) adalah kuda yang tinggi besar

(jaran teji) sehingga berjalannya pun harusdiiringi oleh bawahannya (para menteri).

(5) MENTHOK-MENTHOKMenthok-menthok tak kandhani, mungsolahmu angisin-isiniBokya aja ndheprok, ana kandhang waeEnak-enak ngorok, ora nyambut gaweMethok-menthok, mung lakumu megal-megol gawe guyu

(Menthok-menthok aku nasehati, perilakumumemalukanJangan hanya diam dan duduk, di kandang sajaEnak-enak mendengkur, tidak bekerjaMenthok-menthok, jalanmu meggoyangkanpantat membuat orang tertawa)

Syair tembang dolanan ‘Menthok-Menthok’ mengandung makna bahwaseseorang itu perlu memiliki sikap rendah hati,dan mau instrospeksi diri. Sebagai umatmanusia kita tidak boleh sombong, dan harustetap menghargai orang lain. Sebab, semuaciptaan Allah memiliki kekurangan dankelebihannya masing-masing. Ibarat‘menthok’, binatang yang penampilannyajelek, tidak menarik, suka tidur, dan malas-malasan pun masih bermanfaat bagi orang lain,karena mampu membuat orang lain tertawaatas kelucuan tingkahnya. Karena itu,sebaiknya kita jangan segan untuk melihatkekurangan diri sendiri dan tidak mudahmerendahkan orang lain atas kekurangannya.Tembang ini juga menyampaikan pesan bahwasebaiknya kita tidak bermalas-malasan(banyak tidur), karena itu bukan sifat yangbaik.

(6) GUNDHUL PACULGundhul gundhul pacul cul, gemblèlengannyunggi nyunggi wakul kul, gemblèlenganwakul ngglimpang, segané dadi sak ratanwakul ngglimpang, segané dadi sak rattan

Page 8: jurnal pediatri

65

Reaktualisasi Tembang Dolanan Jawa ... (Farida Nugrahani)

(Kepala botak tanpa rambut ibarat cangkul,besar kepala (sombong, angkuh)membawa bakul, dengan gayanya yang besarkepala (sombong, angkuh)bakulnya jatuh, nasinya tumpah berantakan dijalan tidak bermanfaat lagi)

Syair tembang dolanan “Gundul-Gundul Pacul” menggambarkan sifatseorang anak yang berpenampilan jelek,sombong (gemblelengan), dan berperilakutidak bertanggung jawab. Dari sifat danperilakunya yang buruk itu, telah menyebabkandirinya tidak mampu bekerja dengan baik,sehingga melakukan hal yang sia-sia (tidakbermanfaat). Tembang itu mengandung pesanbahwa menjadi orang tidak boleh merasadirinya paling pintar, paling hebat, sehinggamembuatnya bersikap sombong, sertaceroboh. Sifat yang demikian itu hanya akanmenyebabkan kegagalan, dan kesia-siaan,sebab orang yang sombong, serta cerobohtidak akan mampu mengemban amanah yangmenjadi tanggung jawabnya dengan baik.

(7) DHONDHONG APA SALAKDhondhong apa salak, dhuku cilik-cilikAndhong apa mbecak, mlaku dimik-dimik

(Dhondhong apa salak, dhuku kecil-kecilNaik delman apa naik becak, jalan pelan-pelan)

Syair tembang dolanan “DhondhongApa Salak” ini mengajarkan kepada kitauntuk senantiasa berbuat baik, dan tidakmenyakiti orang lain baik secara lahir maupunbatin. Selain itu mengajarkan untuk memilikisifat kemandirian, tidak senang bergantungpada bantuan orang lain, bagaimanapunlemahnya kemampuan kita.

Dari berbagai pesan yang disampaikandalam tembang dolanan Jawa yang telahdiuraikan di atas, dapat disampaikan bahwatembang dolanan Jawa pada umumnya

memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) bahasanyasederhana, (2) mengandung nilai-nilai estetis,(3) jumlah barisnya terbatas, (4) berisi hal-halyang selaras dengan keadaan anak, (5) lirikdalam lagu dolanan menyiratkan makna religius,kebersamaan, kemandirian, tanggung jawab,rendah hati, dan nilai-nilai sosial lainnya.Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, tidakdiragukan lagi apabila tembang dolanan Jawaitu pantas untuk dikonsumsi anak-anak, karenabanyak nilai-nilai positifnya. Secara umumdapat disampaikan bahwa semua tembangdolanan tersebut mengarah pada aspekcerminan pandangan, falsafah hidup, dan nilaimoral yang dibangun dalam masyarakat Jawa,yang pantas untuk digunakan sebagai pem-bentuk karakter generasi muda (Jawa) penerusbangsa.

3.3 Reaktualisasi Tembang DolananJawa dalam Rangka PembentukanKarakter Bangsa Melalui Pem-belajaran Bahasa Jawa (MuatanLokal) di SekolahIndonesia merupakan negara besar yang

memiliki berbagai suku bangsa dengankeragaman budaya tradisinya. Berbagaimacam budaya tradisi yang dimiliki itumerupakan suatu kebanggaan dan asetkekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya.Sebagai warga bangsa yang bangga terhadapkebudayaannya, sudah selayaknya apabilaselalu berupaya untuk ikut menjaga danmempertahankan budayanya, karena kekaya-an budaya itu merupakan identitas suatubangsa, dalam mengekspresikan jati dirinya.

Dewasa ini, perubahan dan perkembang-an zaman berlangsung dengan pesat, terutamaditandai dengan semakin canggihnya teknologiinformasi berbasis komputer sehinggamemungkinkan terjadinya komunikasi daninteraksi antarmasyarakat dunia. Di satu sisiteknologi canggih itu telah memberikan manfaatdan banyak kemudahan yang luar biasa kepadasemua orang yang memanfaatkannya. Namun

Page 9: jurnal pediatri

66

Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 58-68

di sisi lain, proses interaksi antarbangsa didunia itu juga berdampak negatif utamanyabagi terkikisnya kebudayaan tradisi, sebagaiwarisan nenek moyang yang menyimpan nilai-nilai luhur budaya suatu bangsa. Kebudayaantradisi yang terancam oleh budaya global dandikhawatirkan mencapai kepunahan, antara lainadalah: bahasa daerah, adat-istiadat, danberbagai macam kesenian daerah (dalamkonteks ini, adalah tembang dolanan Jawa).

Tembang dolanan Jawa itu merupakansalah satu sarana komunikasi dan sosialisasianak-anak (Jawa) dengan lingkungannya.Melalui tembang dolanan itu, anak-anakdapat bergembira, bermain dan bersenang-senang dalam mengisi waktu luang. Tembangdolanan merupakan suatu hal yang menarikbagi anak. Meskipun sarat dengan pesan moralyang mendidik, tembang dolanan Jawadisampaikan dalam bahasa yang sederhanasehingga mudah dihafal dan dicerna sesuaidengan tingkat kematangan psikologis atauperkembangan jiwa anak yang masih sukabermain. Pesan atau ajaran-ajaran dan nilai-nilai moral budi pekerti dalam tembangdolanan tersebut, disampaikan melaluiperumpamaan-perumpamaan dan analogi,yang dikemas dalam bahasa yang sederhananamun tetap indah (estetis).

Patut disayangkan karena dewasa initembang dolanan sudah jarang didendangkanketika anak-anak (Jawa) bermain dengansebayanya. Mereka, (utamanya) yang tinggaldi perkotaan lebih cenderung untuk mengguna-kan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu ataubahasa pengantar sehari-hari. Akibatnyamereka kurang mengenal bahasa Jawa, dantentunya juga kurang akrab dengan budayaJawa, termasuk tembang dolanan Jawa yangmerupakan salah satu bagian dari seni budayatradisi warisan nenek moyangnya.

Menurut Soetomo (2000:27) sistembudaya terdiri atas empat kelompok lambang,yakni (1) konstitusi (keagamaan/kepercayaan);(2) kognisi (ilmu pengetahuan); (3) evaluasi

(etika); dan (4) ekspresi (estetika). Sistembudaya dapat diturunkan atau diwariskan darigenerasi ke generasi berikutnya, apabilaterdapat alat komunikasi antarmanusia, danantargenerasi, yakni bahasa.

Fungsi bahasa selain sebagai saranapengembangan kebudayaan juga peneruskebudayaan. Bahasa dan kebudayaanmerupakan bagian dari kehidupan manusiayang tidak terpisahkan dari eksistensinyasebagai makhluk sosial. Sebagai makhluksosial, manusia selalu terlibat dengan bahasakarena bahasa merupakan alat komunikasiutama dengan orang lain. Demikian pula halnyadengan kebudayaan, ia merupakan bagian darihidup manusia yang tak terpisahkan. Di manaada manusia di sana ada kebudayaan. Tidakada manusia yang hidup tanpa kebudayaan,sebaliknya tidak ada kebudayaan yang lahirtanpa manusia, karena kebudayaan merupa-kan pengetahuan yang diperoleh dan digunakanuntuk menginterpretasikan pengalaman danmelahirkan tingkah laku sosial bagi masyarakatpemiliknya (Spradley, 2007:5).

Dari uraian yang disampaikan, dapatdigarisbawahi bahwa pelestarian tembangdolanan Jawa sangat penting bagi generasipenerus bangsa. Namun demikian kendalautamanya adalah telah tergesernya kedudukandan fungsi bahasa daerah (Jawa) oleh bahasanasional (Indonesia). Kini generasi muda(Jawa) mayoritas tidak lagi mengenal bahasadaerah sebagai bahasa ibunya. Fungsi bahasadaerah (Jawa) telah tergantikan oleh bahasaIndonesia. Padahal menurut teori, sulit bagiseseorang untuk memahami budaya tanpamengenal bahasanya, seperti pendapat Linguisbesar Wilhelm von Humbolt (1835) danAntoine Meilet (1857), bahwa begitu dekat-nya hubungan antara budaya dan bahasa,sehingga budaya itu tidak seharusnya di-pandang sebagai sesuatu yang tidak tergantungpada masyarakat tempat bahasa itu digunakan(language est eminemment un fait social).Bahasa merupakan cermin budaya masyarakat

Page 10: jurnal pediatri

67

Reaktualisasi Tembang Dolanan Jawa ... (Farida Nugrahani)

pemakainya, oleh sebab itu penting sekaliuntuk tetap mempertahankan bahasa daerah(Jawa) sebagai bahasa Ibu, dalam rangkapelestarian budaya (termasuk tembangdolanan Jawa) sebagai aset kekayaan budayabangsa.

Melalui pembelajaran Bahasa Jawadengan materi tembang dolanan Jawadiharapkan usaha pelestarian budayatradisional Jawa dapat berlangsung denganbaik. Melalui bimbingan gurunya dalampembelajaran Bahasa Jawa anak-anak dapatmengapresiasi tembang dolanan Jawa yangsarat akan nilai-nilai luhur sebagai pembentukkarakternya. Dengan demikian, pada akhirnyadiharapkan bahwa melalui pembelajaran yangdilaksanakan anak-anak dapat tumbuhmenjadi manusia yang berbudaya, mandiri,mampu mengaktualisasikan diri denganpotensinya, mengekspresikan pikiran danperasaannya, memiliki wawasan yang luas,mampu berpikir kritis, dan berkarakter kuat,sehingga peka terhadap masalah sosial padabangsanya.

4. SimpulanBerdasarkan analisis nilai-nilai dalam

tembang dolanan Jawa di atas dapatdikemukakan simpulan sebagai berikut.

Pertama, tembang dolanan Jawabukan hanya lagu biasa yang berfungsi sebagaihiburan untuk dinyanyikan oleh anak-anakketika bermain dan bersosialisasi denganlingkungannya. Lebih dari itu tembangdolanan merupakan karya seni yang menarikkarena di dalamnya tersirat makna yang pentingbagi hidupan manusia. Tembang dolananJawa berisi pesan-pesan moral yang sesuai bagipembentukan karakter atau budi pekerti luhurbagi anak bangsa. Makna yang dimaksudantara lain adalah pesan moral kepada anak-

anak untuk memiliki sikap dan kepribadianyang religius, mengutamakan kebersamaan dankeselarasan dalam berhubungan dengan oranglain, tidak memiliki sifat sombong, mawas diri,dan dapat menghargai orang lain.

Kedua, nilai-nilai kearifan lokal yangterdapat dalam tembang dolanan Jawa padadasarnya sejalan dengan sembilan pilarkarakter yang mengandung nilai-nilai luhur uni-versal. Sembilan pilar karakter tersebut adalah(1) cinta kepada Tuhan dan alam semestabeserta isinya, (2) tanggung jawab, kedisiplin-an, dan kemandirian, (3) kejujuran, (4) hormatdan sopan santun, (5) kasih sayang, kepeduli-an, dan kerja sama, (6) percaya diri, kreatif,kerja keras, dan pantang menyerah, (7)keadilan dan kepemimpinan, (8) baik danrendah hati, (9) toleransi, cinta damai, danpersatuan. Nilai-nilai luhur universal yangterdapat dalam tembang dolanan Jawa, yangsesuai dengan sembilan pilar karakter itu perludikembangkan dalam pembentukan karaktergenerasi muda penerus bangsa.

Ketiga, mengingat tembang dolananJawa yang sarat dengan nilai-nilai kehidupandan pesan-pesan moral, maka tembangdolanan Jawa itu dipandang perlu untukdiaktualisasikan dalam kehidupan generasimuda. Terlebih jika dikaitkan denganpendidikan karakter bangsa yang saat inisedang digalakkan oleh seluruh komponenbangsa. Melalui pembelajaran Bahasa Jawadengan materi apresiasi tembang dolananJawa diharapkan anak-anak akan tumbuhmenjadi manusia yang berbudaya, mandiri,mampu mengaktualisasikan diri denganpotensinya, mengekspresikan pikiran danperasaannya, memiliki wawasan yang luas,mampu berpikir kritis, berkarakter kuat,sehingga peka terhadap masalah sosial padabangsanya.

Page 11: jurnal pediatri

68

Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 58-68

DAFTAR PUSTAKA

Bogdan, Robert C. & Sari Knopp Biklen. 1982. Qualitative Research for Education: AnIntroduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Jauss, Hans Robert. 1974. “Literary History as a Challenge to literary Theory” dalam RaplCohen (ed). New Directions in Literary. London: Routdlege & Kegankaul

Kartini, Yuyun. 2010. “Tembang Dolanan Anak-Anak Berbahasa Jawa Sumber PembentukanWatak dan Budi Pekerti”. dalam: Http://Kentruk.Com/?P=286april 22nd, 2010.(Diakses 8 Februari 2012)

Miles, M.B. & Huberman, A.M. 1984. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of NewMethods. Beverly Hills: Sage Publication.

Nugrahani, Farida. 2008. “Reaktualisai Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa dalam KonteksMultikultural” dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah dalam KerangkaBudaya. Mulyana (Ed). Yogyakarta: Tiara Wacana.

———-. 2011. “Penanaman Nilai-Nilai Kearifan Lokal Melalui Pembelajaran “Unggah-Ungguhing Basa” dalam Upaya Pembentukan Karakter Generasi Muda”. dalamProseding Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa BerbasisKearifan Lokal di Universitas Muhammadiyah Malang, 30 April 2011.

Poernomosidi, Begug. 2006. “Nilai-nilai Budaya Jawa dan Pembangunan Karakter Bangsa”.Makalah dalam Seminar Nasional Pembangunan Karakter Generasi Muda di PBSJFKIP Universitas Veteran bangun Nusantara Sukoharjo.

Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. London: Indiana of University Press.

Rudy, Rita Indrawati. 2010. Ideosinkrasi Pendidikan Karakter Melalui Bahasa dan Sastra.Jakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia FPBS Universitas NegeriJakarta dan Kepel Yogyakarta.

Soetomo, Istiati. 2000. “Ilmu-ilmu antar-Bidang untuk Sosilolinguistik Abad Mendatang” PidatoPengukuhan Guru Besar pada Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang.

Spradley, James. P. 2007. The Etnographic Interview. (Edisi terjemahan Misbah ZulfaEliza).Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Sutopo, H.B. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas MaretPress.

Yin, Robert K. 2000. Case Study Research: Design and Methods (Studi Kasus: Desain danMetode). Terjemahan M. Djauzi Mudzakir. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.