86
ISSN: 1978 - 3116 VOL. 5, NO. 3, NOVEMBER 2011 JEB JEB VOL. 5, NO. 3, NOVEMBER 2011: 191-264 VOL. 5 JEB NO. 3 Hal 191-264 NOVEMBER 2011 PENGARUH PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM Priska Ika Setiyorini STRUKTUR MODAL DAN PREDIKSI KEGAGALAN PERUSAHAAN: TEORI DAN APLIKASI Rowland Bismark Fernando Pasaribu MODEL DINAMIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA Endang Setyowati PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN SUKARELA, LEVERAGE, DAN SET KESEMPATAN INVESTASI TERHADAP MANAJEMEN LABA Henggar Watiningsih PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN DEPARTEMEN PRODUKSI PT X (PERSERO), SURABAYA Sri Langgeng Ratnasari HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN PER KAPITA DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Algifari

JEB Vol 5 No 3 November 2011

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal

Citation preview

Page 1: JEB Vol 5 No 3 November 2011

ISSN: 1978 - 3116VOL. 5, NO. 3, NOVEMBER 2011

JEBJEB

VO

L. 5

, NO

. 3, N

OV

EM

BE

R 2

01

1: 1

91

-26

4

VOL. 5JEB NO. 3 Hal 191-264 NOVEMBER 2011

PENGARUH PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM

Priska Ika Setiyorini

STRUKTUR MODAL DAN PREDIKSI KEGAGALAN PERUSAHAAN:TEORI DAN APLIKASI

Rowland Bismark Fernando Pasaribu

MODEL DINAMIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA

Endang Setyowati

PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN SUKARELA, LEVERAGE,DAN SET KESEMPATAN INVESTASI TERHADAP MANAJEMEN LABA

Henggar Watiningsih

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN DEPARTEMEN PRODUKSI PT X (PERSERO), SURABAYA

Sri Langgeng Ratnasari

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN PER KAPITA DAN INDEKSPEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Algifari

Page 2: JEB Vol 5 No 3 November 2011

Vol. 5, No. 3, November 2011

JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)EDITOR IN CHIEF

Djoko SusantoSTIE YKPN Yogyakarta

EDITORIAL BOARD MEMBERS

Baldric Siregar SoeratnoSTIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Dody Hapsoro Wisnu PrajogoSTIE YKPN Yogyakarta STIE YKPN Yogyakarta

MANAGING EDITORSSinta Sudarini

STIE YKPN Yogyakarta

EDITORIAL SECRETARYRudy Badrudin

STIE YKPN Yogyakarta

PUBLISHERPusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIE YKPN Yogyakarta

Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1406 Fax. (0274) 486155

EDITORIAL ADDRESSJalan Seturan Yogyakarta 55281

Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155http://www.stieykpn.ac.id e-mail: [email protected]

Bank Mandiri atas nama STIE YKPN Yogyakarta No. Rekening 137 – 0095042814

Jurnal Ekonomi & Bisnis (JEB) terbit sejak tahun 2007. JEB merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian danPengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN) Yogyakarta. PenerbitanJEB dimaksudkan sebagai media penuangan karya ilmiah baik berupa kajian ilmiah maupun hasil penelitian di bidang ekonomidan bisnis. Setiap naskah yang dikirimkan ke JEB akan ditelaah oleh MITRA BESTARI yang bidangnya sesuai. Daftar namaMITRA BESTARI akan dicantumkan pada nomor paling akhir dari setiap volume. Penulis akan menerima lima eksemplar cetaklepas (off print) setelah terbit.JEB diterbitkan setahun tiga kali, yaitu pada bulan Maret, Juli, dan Nopember. Harga langganan JEB Rp7.500,- ditambah biayakirim Rp12.500,- per eksemplar. Berlangganan minimal 1 tahun (volume) atau untuk 3 kali terbitan. Kami memberikan kemudahanbagi para pembaca dalam mengarsip karya ilmiah dalam bentuk electronic file artikel-artikel yang dimuat pada JEB dengancara mengakses artikel-artikel tersebut di website STIE YKPN Yogyakarta (http://www.stieykpn.ac.id).

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Page 3: JEB Vol 5 No 3 November 2011

Vol. 5, No. 3, November 2011

DAFTAR ISI

PENGARUH PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAPRETURN SAHAMPriska Ika Setiyorini

191-208

STRUKTUR MODAL DAN PREDIKSI KEGAGALAN PERUSAHAAN: TEORI DAN APLIKASIRowland Bismark Fernando Pasaribu

209-220

MODEL DINAMIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, DAN PENGANGGURAN DI INDONESIAEndang Setyowati

221-235

PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN SUKARELA, LEVERAGE, DAN SET KESEMPATANINVESTASI TERHADAP MANAJEMEN LABA

Henggar Watiningsih237-244

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN DEPARTEMEN PRODUKSIPT X (PERSERO), SURABAYA

Sri Langgeng Ratnasari245-251

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN PER KAPITA DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)Algifari

253-264

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Page 4: JEB Vol 5 No 3 November 2011

MITRA BESTARIJURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)

Editorial JEB menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada MITRA BESTARI yang telah menelaahnaskah sesuai dengan bidangnya. Berikut ini adalah nama dan asal institusi MITRA BESTARI yang telah melakukantelaah terhadap naskah yang masuk ke editorial JEB Vol. 5 tahun 2011 (Vol. 5, No. 1, Maret 2011; Vol. 5, No. 2, Juli 2011;dan Vol. 5, No. 3, Nopember 2011).

Vol. 5, No. 3, November 2011

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Agus SumanUniversitas Brawijaya

Akhmad MakhfatihUniversitas Gadjah Mada

Catur SugiyantoUniversitas Gadjah Mada

Didin FatihudinUniversitas Muhammadiyah Surabaya

Edy Suandi HamidUniversitas Islam Indonesia

FX. SugiyantoUniversitas Diponegoro

HM. WahyuddinUniversitas Muhammadiyah Surakarta

J. Sukmawati SukamuljaUniversitas Atma Jaya Yogyakarta

Lincolin ArsyadUniversitas Gadjah Mada

Ritha Fatimah DalimuntheUniversitas Sumatra Utara

R. MaryatmoUniversitas Atma Jaya Yogyakarta

WasiaturrahmaUniversitas Airlangga

Page 5: JEB Vol 5 No 3 November 2011

191

PENGARUH PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN............... (Priska Ika Setiyorini)Vol. 5, No. 3, November 2011Hal. 191-208

ABSTRACT

The measurement of company performances mostlybased on financial ratios during certain period. Finan-cial ratios based measurement depends on the methodor accounting treatment used in making financial state-ments so that company performances seem good andincrease eventhough it is not increased or decreased.Financial performance measurement using ecomomicvalue added (EVA) can be more accurate because EVAaccounts for expenses capital by calculating net in-come after tax (NOPAT) less capital expense. Economicvalue added is very relevant because it can measuremanagement performances based on value added thatis created during some period.This study aims are 1)examining the impact of economic value added, cashflow from operation, earnings per share, operating in-come, return on assets, return on equity on stock re-turn and 2) examining whether economic value addedhave the most significant impact on stock return. Thesamples of this study are manufacturing companiesthat consist of 427 companies. The result of this sudyshows that only cash flow from operations that posi-tively impact stock return whereas earnings per share,operating income (IO), return on asset (ROA), returnon equity (ROE) don’t have impact on stock return.

Keywords: economic value added, cash flow from op-erations, earnings per share, operating income, returnon assets, return on equity, stock returns

PENGARUH PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDEDDAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM

Priska Ika SetiyoriniE-mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Situasi perekonomian dan bisnis terus berkembangselama beberapa tahun terakhir ini. Manajemendihadapkan pada situasi bisnis yang semakin kompetitifdan kompleks, sehingga membutuhkan alat pengukurankinerja yang lebih handal. Kinerja perusahaan padaakhir periode harus dievaluasi untuk mengetahuiperkembangan perusahaan. Evaluasi ini merupakankegiatan yang penting karena melalui evaluasi kinerja,perusahaan dapat mengetahui sasaran ataupun targetperusahaan berhasil dicapai atau tidak. Usahamemaksimumkan keuntungan dapat diwujudkandengan memaksimalkan nilai perusahaan (Husnan danPudjiastuti, 1993; Tandelilin, 2000). Menurut Tandelilin(2000), pada perusahaan yang telah go public, nilaiperusahaan akan tercermin dari harga perusahaantersebut. Secara umum dikatakan bahwa nilaiperusahaan yang meningkat menunjukkan kinerjaperusahaan yang tinggi, sedang untuk shareholder,peningkatan nilai atau kinerja perusahaan tercermin darireturn yang dihasilkan oleh saham tersebut yangberupa deviden dan capital gain (loss) atau dapat kitasebut sebagai return saham.

Dalam suatu pengambilan keputusan investasi,investor memerlukan informasi kinerja keuangan yangdapat diandalkan. Informasi laba dan arus kas operasimerupakan informasi keuangan yang utama dalammengukur kinerja keuangan suatu perusahaan.Informasi laba merupakan indikator utama yang umumdigunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan.

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Page 6: JEB Vol 5 No 3 November 2011

192

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 191-208

Apabila informasi laba tidak cukup informatif, makainvestor akan berusaha untuk mencari informasikeuangan lain yang lebih relevan untuk mendukungproses pengambilan keputusan investasinya. Informasiarus kas operasi merupakan alternatif informasikeuangan yang dapat melengkapi kebutuhan akaninformasi kinerja keuangan perusahaan (Susanto danSiregar, 2005). Selain itu, rendahnya kepercayaan in-vestor terhadap laba akuntansi yang disebabkanadanya manipulasi laba menyebabkan investormengutamakan arus kas operasi daripada laba (Healydan Wahlen, 1999 dalam Afrinaldi, 2003)

Penelitian Bowen et al. (1996) dalam Susantodan Siregar (2005) juga membuktikan bahwa arus kasmerupakan indikator keuangan yang lebih baikdibandingkan dengan laba karena arus kas relatif lebihsulit dimanipulasi oleh manajemen dibandingkandengan laba. Karena laba ekstrim tidak informatif danarus kas operasi tersedia dalam laporan keuangan, makaarus kas operasi menjadi indikator kinerja utama.Perusahaan dapat menggunakan berbagai cara untukmengevaluasi kinerja perusahaannya yang disesuaikandengan kepentingan perusahaan tersebut, di antaranyamenggunakan rasio profitabilitas. Banyak indikator ataualat ukur (analisis fundamental) yang dapat digunakandalam penilaian seperti return on assets (ROA), returnon equity (ROE), earnings per share (EPS), residualincome (RI) (Agus dan Kusdianto, 1999). ROA danROE merupakan rasio profitabilitas dan merupakan alatukur dalam menilai kinerja perusahaan dalammenghasilkan profit. Rasio profitabilitas adalahsekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruhgabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutangterhadap hasil operasi (Jogiyanto dan Chendrawati,1999) Menurut Prober (2000) dalam Afrinaldi (2003),penilaian terhadap kinerja perusahaan yang berbasispada akuntansi tradisional banyak memunculkanrespon yang menyatakan ketidakpuasan. Masalahtersebut bermula dari adanya kelemahan penting dalamlaporan keuangan yaitu perhitungan rugi laba. Labayang dilaporkan tidak memasukkan biaya modal ekuitassehingga pengukuran kinerja yang mempergunakanlaporan rugi laba mengandung distorsi.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut munculalat penilaian kinerja alternatif yaitu economic valueadded (EVA). EVA mengukur pertambahan nilai yangdihasilkan oleh manajemen berkaitan dengan usaha

manajemen untuk meningkatkan kemakmuranpemegang sahamnya. EVA telah banyak digunakan diberbagai perusahaan besar di Amerika Serikat sepertiCoca-cola, Quaker Oats. Berbeda dengan pengukurankinerja akuntansi tradisional, EVA mencoba mengukurnilai tambah yang dihasilkan dengan cara mengurangibiaya modal yang timbul dari investasi yang dilakukanoleh perusahaan. Di Indonesia, perusahaan yang telahmenerapkan metoda EVA yaitu Unilever. Perusahaanlain seperti PT HM Sampoerna Tbk, PT TelekomunikasiIndonesia Tbk, dan PT Astra International Tbk tidaksecara khusus menerapkan metoda EVA, hanya sajastrategi pengelolaan perusahaan yang benar membuatperusahaan mampu mencapai Economic Profit – istilahlain dari EVA (Djawahir, 2006).

Penilaian kinerja keuangan dengan metoda EVAdapat lebih akurat, karena EVA memperhitungkan biayamodal dengan cara mengurangkan laba bersih operasisetelah pajak dengan biaya modal. Menurut Djawahir(2006) prinsip pendekatan ini adalah tak ada modalgratis. Semua modal yang digunakan untuk operasionalperusahaan dihitung biayanya termasuk setoran modaldari pemegang saham. Dengan menghitung semua biayamodal akan terlihat kemampuan riil perusahaan dalammenciptakan nilai tambah. Perusahaan yang lababersihnya tampak bagus, belum tentu memiliki nilaitambah dari kegiatan operasionalnya. Hal ini dapatdisebabkan adanya sebagian besar modal kerjanya yangbersumber dari pemegang saham yang dalampenghitungan kinerja keuangan konvensionaldianggap sebagai modal gratis. Sebaliknya, perusahaanyang mencatat EVA bagus, dipastikan laba bersihnyabagus pula. Dalam hal ini, EVA diakui dapat memberinilai tambah bagi para pemegang saham.

Menurut Young dan O’Byrne (2001), agarperusahaan dapat menghasilkan return, pendapatanperusahaan tersebut haruslah cukup, tidak hanya untukmenutupi semua cost operasi tetapi juga semua capi-tal cost termasuk cost of equity .Menurut Biddle et.al(1998), earnings per share dan peningkatan earningsadalah ukuran menyesatkan dari kinerja perusahaan.Apabila dibandingkan antara EVA dan rasioprofitabilitas, kedua alat ukur ini memiliki perbedaan.EVA adalah metode baru untuk mengukur kinerjaperusahaan, sementara rasio profitabilitas merupakanalat ukur konvensional. Apabila EVA merupakan metodebaru, maka seharusnya memberikan hasil yang lebih

Page 7: JEB Vol 5 No 3 November 2011

193

PENGARUH PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN............... (Priska Ika Setiyorini)

akurat dibandingkan metode yang lainnya. Hasil yangakurat akan membantu perusahaan maupun investordalam melihat posisi perusahaan dalam industrinya. Parainvestor dalam melakukan pengambilan keputusaninvestasi dapat menggunakan berbagai alat untukmembantu menilai saham-saham yang layak dapatdibeli. Pengambilan keputusan investasi tersebut dapatdilakukan dengan memperhatikan berbagai faktor diantaranya adalah analisis fundamental yangmenunjukkan kinerja internal perusahaan dan kinerjaeksternal perusahaan yang didasarkan padakarakteristik perusahaan.

Beberapa penelitian empiris mengenaipengukuran kinerja mana dalam menjelaskanhubungannya dengan return saham telah banyakdilakukan di luar negeri. Penelitian Lehn dan Makhija(1996) terhadap 241 perusahaan di Amerika Serikatselama kurun waktu 1987-1993 menghasilkankesimpulan bahwa EVA berkorelasi positif dengantingkat pengembalian investasi dalam saham (stockreturn). Hubungan EVA tersebut lebih tinggi jikadibandingkan dengan return on asset (ROA), returnon equity (ROE), dan return on sales (ROS) denganreturn saham. Hartono dan Chendrawati (1999)melakukan penelitian dengan menggunakan sampelperusahaan-perusahaan yang masuk dalam ILQ 45dengan periode penelitian 1994-1996. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pengukuran kinerja ROA lebihberkorelasi secara signifikan dengan rate of return onshares baik secara cross sectional regression maupunpooled data regression dibandingkan dengan EVA.Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa EVA secarastatistik tidak berhubungan dengan rate of return onshares sehingga hasilnya dapat dikatakan bertentangandengan hasil penelitian baik oleh Lehn dan Makhija(1996) maupun Dodd dan Chen (1996). Penelitian Biddleet.al (1998) lebih menekankan pada apakah EVAmempunyai kandungan dan peningkatan informasirelatif dibandingkan dengan residual income (RI), cashflow from operations (CFO), earnings (earnings be-fore extraordinary item). Hasil penelitian menunjukkanbahwa EVA tidak secara signifikan mendominasiterhadap earnings atas kandungan informasi relatifdalam hubungannya dengan return saham

Alat ukur yang digunakan untuk menilai kinerjaperusahaan seharusnya mempunyai hubunganlangsung dengan return yang diterima oleh para

pemegang saham. Sebagai tolok ukur kinerja yang baik,EVA juga seharusnya mempunyai hubungan yangsignifikan terhadap return yang diterima oleh pemegangsaham, sebagaimana tolok ukur kinerja yang lain. Halinilah yang membuat peneliti ingin menguji kembalipenelitian yang dilakukan oleh Lehn dan Makhija (1996);Biddle et.al (1998); Hartono dan Chendrawati (1999).Tujuan penelitian ini untuk menguji secara empirisapakah terdapat pengaruh positif antara economicvalue added, earnings, cash flow from operations,operating income, return on assets, return on equityterhadap return saham serta untuk menguji apakaheconomic value added memiliki pengaruh yang palingsignifikan terhadap return saham.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Economic Value Added (EVA) merupakan salah satualat pengukuran kinerja perusahaan yang dipopulerkanoleh G. Bennet Stewart dan Joel M. Stern. EVA mengukurnilai tambah perusahaan dengan menghitung seluruhbiaya modal baik setoran modal yang berasal daripemegang saham maupun dari pinjaman atau risikoyang dihadapi perusahaan dalam melakukan investasi.Perusahaan baru bisa dikatakan mampu memberikannilai tambah bagi pemegang saham bila keuntungan(return) yang dihasilkan lebih tinggi dari biaya modal(cost of capital) Chen dan Dodd (2001).

Berdasarkan hasil penelitian Stewart (1993)dalam Afrinaldi (2003), EVA adalah nilai tambahekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatanatau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVAmemberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilaisuatu kinerja dan prestasi keuangan manajemenperusahaan karena EVA berhubungan langsung dengannilai pasar sebuah perusahaan. Konsep utama EVAadalah pengurangan biaya modal (cost of capital) darinet operating profit after tax (NOPAT) yang dapatmendorong manajemen perusahaan untuk lebihmemperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. EVAsecara eksplisit memperhitungkan biaya modal atasekuitas dan mengakui bahwa modal atas ekuitas memilikitingkat resiko yang lebih tinggi. Anggapan inidisebabkan tidak diperhitungkannya biaya modal atasekuitas dalam laporan laba rugi sehingga seolah-olahdana ekuitas tersebut adalah gratis. Secara sederhanaEVA didefinisikan sebagai laba operasi bersih setelah

Page 8: JEB Vol 5 No 3 November 2011

194

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 191-208

pajak atau NOPAT dikurangi dengan biaya modal dariseluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkanlaba tersebut (Rousana, 1997).

Kenaikan laba operasi setelah pajak belum tentumenaikkan nilai EVA karena kenaikan laba operasidapat mengakibatkan kenaikan risiko bisnis yangdihadapi perusahaan apabila kenaikan tersebut bukanberasal dari efisiensi internal melainkan hasil investasipada bidang-bidang bisnis yang baru. Kenaikan risikoakan membawa konsekuensi pada kenaikan tingkatpengembalian yang diharapkan yang pada akhirnyaakan menaikkan biaya modal. Selain itu, EVA masihtergantung pada struktur modal yang kemudian akanmenentukan tingkat risiko keuangan dan biaya modal(Mirza, 1997)

Metode EVA yang berhasil diciptakanperusahaan adalah faktor yang paling relevan dalampembentukan nilai perusahaan yang akhirnyaberpengaruh pada harga saham. Apabila hasilpengukuran EVA positif menandakan adanyapeningkatan nilai perusahaan. Peningkatan nilai suatuperusahaan dicerminkan melalui harga saham yangditerbitkan oleh emiten dan terdaftar di bursa saham.Umumnya, fluktuasi nilai pasar saham disebabkanadanya perubahan laba perusahaan yang tercermindalam laporan kinerja perusahaan. Hal ini menyebabkannilai perusahaan menjadi ukuran yang sangat pentingbagi investor dalam mengambil keputusan pembeliansuatu saham (Dwiyanti, 2005)

Brigham dan Houston (2001), menyatakanbahwa EVA merupakan sisa laba setelah semua biayamodal yang digunakan untuk menghasilkan labatersebut dibebankan. Nilai EVA sama dengan laba bersihsetelah pajak (NOPAT), setelah dikurangkan denganbiaya-biaya modal yang ditanamkan (capital charges).Dengan demikian, unsur-unsur pembentuk EVA terdiridari laba bersih setelah pajak dan biaya modal rata-ratatertimbang (WACC). Salah satu unsur pembentuk EVAadalah laba bersih setelah pajak (NOPAT). Laba bersihsetelah pajak sering digunakan perusahaan sebagaisalah satu indikator yang menunjukkan baik buruknyakinerja suatu perusahaan. Untuk mengukur kinerjaperusahaan, laba bersih setelah pajak belum dapatdijadikan sebagai ukuran baik tidaknya kinerjaperusahaan. Hal itu terkait dengan biaya modal yangbelum dapat dipertimbangkan dalam memperoleh lababersih setelah pajak (Young dan O’Bryne, 2001).

Cost of Capital atau biaya modal mempunyaidua makna, tergantung dari sisi investor atauperusahaan. Berdasar sisi investor, Cost of capitaladalah opportunity cost dana yang ditanamkan inves-tor pada suatu perusahaan, sedang berdasar sisiperusahaan, cost of capital adalah biaya yangdikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumberdana yang dibutuhkan (Keown, 1999 dalam Iramani,2005) Menurut Meilani dan Ardhanova (2006), WACCmerupakan rata-rata tertimbang biaya hutang danmodal sendiri yang menggambarkan tingkatpengembalian investasi minimum untuk mendapatkantingkat pengembalian yang diharapkan oleh penyediadana.

Biaya hutang (Kd) adalah sebesar tingkatkeuntungan yang diminta oleh investor baru (pemilikdana) atau tingkat bunga yang harus dibayarperusahaan di dalam pasar sekarang untukmendapatkan hutang jangka panjang yang baru oleh(Hartono dan Chendrawati, 1999). Biaya hutang dapatjuga diartikan sebagai biaya yang ditanggungperusahaan akibat pemakaian dana pinjaman (Pradhonodan Christiawan, 2004). Semakin besar biaya hutang,maka biaya modal (WACC) yang ditanggungperusahaan juga semakin tinggi. Dengan biaya modal(WACC) yang tinggi, maka akan mempengaruhi EVAyang dihasilkan perusahaan yakni semakin kecil. Halitu terkait dengan penggunaan metode EVA yangmemasukkan biaya modal sebagai unsur biaya dalamperhitungan. Biaya modal saham merupakan tingkathasil pengembalian atas saham biasa yang diinginkanoleh para investor. Menurut Weston dan Copeland(1992) dalam Iramani, (2005), salah satu metode yangdapat digunakan dalam perhitungan biaya modal labaditahan, yaitu pendekatan Capital Asset Pricing Model(CAPM), dimana biaya modal laba ditahan adalahtingkat pengembalian atas modal sendiri yangdiinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bungabebas resiko dengan premi resiko pasar dikalikandengan resiko saham perusahaan. Untuk menghitungbiaya modal sendiri (Ke) digunakan pendekatan CAPM.

Para ahli ekonomi mendefinisikan laba sebagaialiran kas ditambah dengan perubahan nilai pasar as-set tersebut. Sementara itu para akuntanmendefinisikan laba sebagai kombinasi pendapatanyang diperoleh dan perubahan nilai pasar dari sebuahasset (Elton dan Gruber, 1995). Jika investor

Page 9: JEB Vol 5 No 3 November 2011

195

PENGARUH PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN............... (Priska Ika Setiyorini)

memfokuskan pada earnings per share perusahaansebagai variabel kritis dalam analisis sekuritas,sebaiknya investor memahami bagaimana fungsi EPSitu dan bagaimana EPS itu dihasilkan. Peran EPS dalamlaporan keuangan perusahaan dipandang sebagaiinformasi utama bagi investor. Selain neraca dan laporanarus kas, laporan rugi laba merupakan salah satu laporankeuangan yang sering digunakan investor tidak hanyauntuk menilai kinerja manajemen saat ini tetapi jugamenjadi pedoman bagi investor untuk melihatprofitabilitas perusahaan dimasa yang akan datang. Poskunci bagi investor dalam laporan laba rugi adalah lababersih setelah pajak (net income), yang dibagi denganjumlah saham beredar menghasilkan Earnings perShare (EPS).

Laba operasi adalah laba yang diperoleh sebagaikelebihan pendapatan atas harga pokok penjualan danbeban operasi (Chen dan Dodd, 2001). Laba usaha inijuga sering disebut earnings before interest and tax(EBIT) atau laba tingkat kedua dalam laporan laba rugiyang mengukur kinerja kegiatan perusahaan secarakeseluruhan, laba kotor dikurangi dengan beban usaha.Angka laba usaha dapat digunakan sebagai satu dasarbagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengukurkesuksesan terpisah dari kegiatan pembelanjaan dankegiatan investasi dan terpisah dari status pajak.Pendapat lain juga dikemukakan oleh Biddle et.al (1995)dalam Handayani, (2004), yang mengatakan bahwa labausaha merupakan laba yang diperoleh perusahaan dariaktivitas usaha atau operasinya (sesuai dengan maksuddidirikannya perusahaan), belum dikenai biaya ataubeban pinjaman dana dari kreditor, baik berupa bungadari obligasi atau hutang jangka panjang.

Informasi tentang arus kas suatu perusahaanberguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagaidasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalammenghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhanperusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. CFOadalah jumlah kas yang diterima dari aktivitas operasinormal perusahaan (Kieso et al, 2001). Menurut PSAK(No.2/2004), jumlah arus kas yang berasal dari aktivitasoperasi merupakan indikator yang menentukan apakahdari operasinya perusahaan dapat menghasilkan aruskas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memeliharakemampuan operasi perusahaan, membayar dividendan melakukan investasi baru tanpa mengandalkanpada sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai

unsur tertentu arus kas historis bersama denganinformasi lain, berguna dalam memprediksi arus kasoperasi masa depan.

CFO sebagai pengukur kinerja, arus kas operasitidak mengalami distorsi dibandingkan dengan angkalaba bersih. Hal ini terjadi karena sistem akrual yangmenghasilkan angka laba tergantung pada akrual,alokasi dan penilaian yang semuanya melibatkansubyektivitas yang tinggi. Sehubungan dengan itu,para analis lebih suka mengaitkan arus kas operasidengan laba bersih sebagai alat untuk memeriksaterhadap angka laba bersih tersebut (Chen dan Dodd,1997).

Return on asset merupakan salah satu rasiokeuangan yang dapat digunakan untuk mengukurkinerja keuangan suatu perusahaan. ROA merupakanalat ukur efisiensi dari suatu perusahaan dalammenciptakan laba dari total aktiva yang dimilikiperusahaan (Hartono dan Chendrawati, 1999). Samahalnya dengan metode tradisional lainnya, metode ROAcenderung hanya memperhatikan laba. MenurutPedoman Standar Akuntansi dan Keuangan (PSAK),model rasio berhenti pada laba yang diperolehperusahaan tanpa mengurangkan biaya modal yangterjadi sebagaimana yang diperhitungkan dalam metodeEVA. Dengan metode ROA, akan diketahui tingkatkemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yangdilihat dari rasio ROA yang diperoleh (Poeradisastra,2001). Semakin tinggi rasio yang diperoleh, makasemakin tinggi pula tingkat kemampuan perusahaanuntuk memperoleh laba atas aktiva yang dimilikinya,dan sebaliknya.

Return on equity merupakan salah satu rasiokeuangan yang biasa digunakan untuk mengukurkinerja keuangan perusahaan. ROE adalah rasio antaralaba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modalsendiri yang berarti juga merupakan ukuran untukmenilai seberapa besar tingkat pengembalian darisaham sendiri yang ditanamkan dalam bisnis yangbersangkutan (Widayanto, 1993 dalam Handayani,2004). Beberapa analisis menggunakan rasio ini sebagaievaluasi akhir di dalam perusahaan.

Saham suatu perusahaan bisa dinilai daripengembalian yang diterima pemegang saham dariperusahaan yang bersangkutan. Return bagi pemegangsaham dapat berupa penerimaan dividen tunai atauadanya perubahan harga saham pada suatu periode

Page 10: JEB Vol 5 No 3 November 2011

196

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 191-208

(Ross, 2002). Biddle, et al (1997) menguji pernyataanbahwa EVA mempunyai pengaruh yang lebih nyataterhadap return yang diterima oleh pemegang sahamdibandingkan dengan residual income, arus kasoperasi, serta mengevaluasi komponen unik EVA yangmana mempunyai pengaruh terhadap return. Hasilpengujian menunjukkan bahwa ternyata earningsmemiliki pengaruh yang lebih nyata dibandingkandengan EVA, residual income dan arus kas operasi.

Dasar utama orang melakukan investasi adalahmendapatkan keuntungan. Keuntungan dalaminvestasi ini disebut sebagai return. Secara lebihspesifik bila seseorang berinvestasi pada sebuahsaham perusahaan, dia akan memperoleh deviden dalamsetiap periodenya dan bila saham itu dijual maka in-vestor ini akan memperoleh keuntungan atau kerugiansebagai akibat dari selisih harga pada saat membelisaham dengan harga pada saat saham tersebut dijualcapital gains(loss) (Tandelilin, 2000). Sesuatu yangwajar apabila seseorang investor menuntut tingkatkeuntungan tertentu terhadap dana yangdiinvestasikan. Konsep dasarnya adalah semakin tinggireturn yang diharapkan investor umumnya akansemakin tinggi juga resiko yang dihadapi investor(Tandelilin, 2000). Investor akan memilih saham yangmemiliki tingkat resiko rendah dengan tingkat returnsemaksimal mungkin.

Kemampuan perusahaan satu dengan lainnyaadalah berbeda. Perbedaan ini dapat dipengaruhi olehukuran perusahaan. Informasi mengenai ukuranperusahaan dapat dijadikan pertanda bagi investoruntuk memprediksi return saham. Perusahaan besardipandang memiliki kemampuan yang lebih baik dalamoperasinya sehingga pertumbuhan perusahaan dalamjangka panjang akan stabil, sedang perusahaan kecilmemiliki dana yang sedikit untuk mendanaiinvestasinya, sehingga dianggap tidak dapatmenjanjikan keuntungan yang tinggi dalam jangkapanjang. Beberapa satuan yang dapat dijadikan proksibagi ukuran perusahaan yaitu market value, total as-sets, book value of equity, dan sales (Afrinaldi, 2003)

Penelitian yang dilakukan oleh Banz (1981) dalamPurnomo (2003) menghasilkan temuan bahwa sahamperusahaan kecil cenderung menghasilkan return yanglebih tinggi. Elton dan Gruber (1995) menghasilkankesimpulan yang berbeda, yaitu bahwa perusahaandalam ukuran besar menghasilkan return yang lebih

baik dibanding perusahaan kecil karena perusahaanbesar lebih akurat dibanding perusahaan kecil dalammemperoleh informasi. Penelitian ini menggunakan to-tal asset sebagai ukuran perusahaan. Total assetdiprediksi mempunyai hubungan yang negatif denganrisiko. Ukuran total asset dipakai sebagai pengukurbesarnya perusahaan. Perusahaan yang besardianggap mempunyai risiko yang lebih kecildibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecilkarena perusahaan besar dianggap memiliki akses kepasar modal sehingga dianggap mempunyai beta yanglebih kecil (Elton dan Gruber, 1995)

Metode pengukuran kinerja keuangan yangdigunakan selama ini adalah menggunakan rasiokeuangan. Metode rasio tersebut dapat dikatakanbelum ada yang cukup akurat dan komprehensif yangmampu memberikan penilaian kinerja secara wajar(Mirza, 1997). Hal tersebut juga didukung Harjanti (2002)yang menyatakan bahwa model yang lazim digunakanuntuk mengukur kinerja keuangan adalah dasar angkarasio. Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Purnomo(1998) menyatakan bahwa pengukuran kinerjakeuangan dengan rasio dapat menjelaskan kinerjakeuangan secara lebih fundamental baik mengenaikekuatan maupun kelemahannya. Rasio keuangan yangdibandingkan dengan rasio keuangan perusahaan padaperiode-periode sebelumnya dapat memberikaninformasi tentang arah trend (kecenderungan) dariposisi keuangan apakah tetap, meningkat atau menurun(Munawir, 2002). Penelitian Pradhono dan Christiawan(2004) menunjukkan bahwa variabel earnings dan aruskas operasi signifikan secara statistik atau berpengaruhterhadap return yang diterima oleh pemegang saham.Penelitian mengenai hubungan antara alat penilai kinerjakeuangan dengan return saham, telah dilakukan olehbeberapa penelitian terdahulu. Hasil-hasil yangdiperoleh diantara penelitian tersebut bervariasi.

Penelitian Lehn dan Makhija (1996) yangmelakukan penelitian mengenai kaitan antara berbagaipengukur kinerja seperti EVA, return on assets (ROA)dan return on equity (ROE), return on sales (ROS)terhadap tingkat pengembalian saham (stock returns),yang secara umum dianggap sebagai pengukur kinerjaterbaik dari kinerja perusahaan. Hasil penelitian merekamenyatakan bahwa variabel-variabel seperti EVA, ROA,ROE, ROS mempunyai pengaruh positif terhadap stockreturns. Akan tetapi pengaruh EVA terhadap stock re-

Page 11: JEB Vol 5 No 3 November 2011

197

PENGARUH PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN............... (Priska Ika Setiyorini)

turns lebih tinggi dibandingkan dengan variabel lainnyayaitu ROA, ROE, ROS.

Penelitian yang dilakukan oleh Biddle et.al (1998)lebih menekankan pada apakah EVA mempunyaikandungan dan peningkatan informasi relatifdibandingkan dengan residual income (RI), cash flowfrom operations (CFO), earnings (earnings beforeextraordinary item). Hasil penelitian menunjukkanbahwa EVA tidak secara signifikan mendominasiterhadap earnings atas kandungan informasi relatifdalam hubungannya dengan return saham. Hal iniditunjukkan nilai R2 EBEI sebesar 9% dibandingkandengan nilai R2 dari CFO dan RI masing-masing sebesar– 2,4% dan 6,2% untuk relative information content,dan nilai untuk incremental information contentmasing-masing adalah nilai R2 EBEI sebesar -24,66%,R2 CFO sebesar -11,55%, R2 EVA sebesar -9,81% dan R2

RI sebesar -2,31%.Peixoto (2001) melakukan penelitian mengenai

perbandingan pengaruh EVA dan tolok ukur keuanganyang lain yaitu net income dan operating profitterhadap equity market value, serta mengambil sampelperusahaan publik di Portugal. Selain itu penelitian inijuga membandingkan hubungan antara EVA dan mar-ket value added (MVA) dengan hubungan antara MVAdan net income atau operating profit. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa variabel net income adalah satu-satunya variabel yang signifikan secara statistik.

Penelitian Chen dan Dodd (2001) menunjukkanbahwa EVA tidak memiliki kandungan informasi relatifyang lebih baik atau tinggi dibandingkan dengan RIdan OI terhadap stock returns. EVA hanya mampumenjelaskan variasi return saham sebesar 0,006;sedangkan untuk residual income sebesar 0,078 danuntuk operating income sebesar 0,094. serta mengambilsampel perusahaan publik di USA. Uyemura dan Petit(1996) dalam Pradhono dan Christiawan (2004)menganalisis lima ukuran kinerja yaitu earnings pershare, net income, return on equity. Hasil yangdiperoleh menunjukkan bahwa EVA memiliki korelasipaling tinggi dengan MVA dan juga dengan hargasaham.

Penelitian Ramana (2003) menguji hubunganantara market value added (MVA) dan EVA padaperusahaan go publik di Indian. Fokus penelitian iniadalah hubungan antara MVA dan EVA dan hubunganantara MVA dan alat ukur akuntansi lain seperti net

operating profit after tax (NOPAT), profit after tax(PAT), profit before interest and tax (PBIT) dan cashflow from operations (CFO). Hasil penelitian inimenunjukkan EVA bukanlah alat ukur yang superiordibandingkan dengan alat ukur konvensional terhadapMVA serta variabel NOPAT dan PAT memiliki korelasitertinggi terhadap MVA.

Hal yang dikembangkan dalam penelitian iniadalah menguji kemampuan economic value addeddibandingkan dengan rasio profitabilitas perusahaanseperti earnings, cash flow from operations, operat-ing income. return on asset ,return on equity.Dipilihnya pengukur tersebut didasarkan padaperanannya dalam laporan keuangan yang sangatpenting dalam menentukan perolehan laba yang dapatdicapai oleh perusahaan. Dengan demikian, diharapkanbahwa pengukur-pengukur tersebut dapat memberikaninformasi yang lebih akurat dan lebih kuat dibandingkandengan EVA. Pada penelitian ini juga dikembangkankriteria-kriteria pemilihan sampel perusahaan. Hal itudimasudkan agar informasi yang diperoleh melalui hasilperhitungan dari masing-masing alat pengukurankinerja keuangan yang akan diteliti dapat lebih akurat.

Penilaian kinerja keuangan dengan metoda EVAdapat lebih akurat, karena EVA memperhitungkan biayamodal dengan cara mengurangkan laba bersih operasisetelah pajak dengan biaya modal. Semua modal yangdigunakan untuk operasional perusahaan dihitungbiayanya termasuk setoran modal dari pemegangsaham. Dengan menghitung semua biaya modal,perusahaan yang laba bersihnya tampak bagus belumtentu memiliki nilai tambah dari kegiatanoperasionalnya. Sebaliknya, perusahaan yangmencatat EVA bagus, dipastikan bahwa laba bersihnyabagus pula. Dalam hal ini, EVA diakui dapat memberinilai tambah bagi para pemegang saham, sehingga akanterlihat kemampuan riil perusahaan dalam menciptakannilai tambah. Penelitian yang dilakukan oleh Lehn danMakhija (1996) mengenai hubungan antara enampengukuran kinerja dengan stock returns menunjukkanbahwa korelasi EVA dengan Stock Returns yangtertinggi dibanding korelasi EVA dengan market valueadded. Hasil penelitian Worthington (2004)menunjukkan bahwa varian dari residual income yangjuga dikenal sebagai EVA mempunyai hubungan yanglebih tinggi terhadap stock returns dibandingkandengan pengukuran berdasarkan akuntansi.

Page 12: JEB Vol 5 No 3 November 2011

198

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 191-208

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yangdikembangkan adalah:Ha1: Economic value added berpengaruh positif

terhadap return sahamCash flow from operations menunjukkan hasil

operasi yang dananya telah diterima tunai olehperusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifattunai yang benar-benar sudah dikurangi olehperusahaan. Dalam laporan rugi laba menunjukkanangka penjualan dan laba usaha yang tinggi tetapiternyata bersifat semu karena dibebani dengan biayabersifat non tunai misalnya beban penyusutan danamortisasi (Tulasi, 2006). Manajemen maupun inves-tor menyadari bahwa arus kas operasi positif lebihmenjamin kemampuan perusahaan dalam menjalankanaktivitas usahanya di masa yang akan datang.Perusahaan yang mampu membayar dividen kepadapemegang saham adalah perusahaan yang memilikiearnings tinggi dan dana tunai yang cukup (Pradhonodan Christiawan (2004). Penelitian Pradhono danChristiawan (2004) menemukan bahwa variabel earn-ings dan arus kas operasi signifikan secara statistikatau berpengaruh terhadap return yang diterima olehpemegang saham. Berdasarkan uraian tersebut makahipotesis yang dikembangkan adalah:Ha2: Cash flow from operations mempunyai pengaruh

positif terhadap return saham.Earnings sebagai salah satu analisis intrinsik

perusahan sangat penting bagi investor, karena earn-ings dapat memberikan gambaran arus kas yangdiperlukan perusahaan untuk membayar dividen yangakan diterima investor. Earnings berdampak nyataterhadap kinerja saham. Earnings disusun berdasarkanstandar akuntansi dan nampak langsung pada laporanlaba rugi. Publikasi earnings seringkali langsungmemberikan dampak positif terhadap perkembanganharga saham, earnings positif juga memungkinkanperusahaan membagi dividen kepada pemegangsahamnya. (Pradhono dan Christiawan, 2004).Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil penelitianLiu dan Thomas (1998) yang menunjukkan bahwa ac-counting earning masih mempunyai explanatorypower yang cukup baik dalam menjelaskan returnsaham perusahaan. Penelitian Biddle et. al (1997)menunjukkan bahwa ternyata earnings memilikipengaruh yang lebih nyata dibandingkan dengan EVA,residual income dan cash flow from operations.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yangdikembangkan adalah:Ha3: Earnings per share mempunyai pengaruh positif

terhadap return saham.Operating Income atau laba operasi adalah laba

yang diperoleh sebagai kelebihan pendapatan terhadapharga pokok penjualan dan beban operasi (Chen danDodd, 2001). Laba usaha ini juga sering disebut EBITatau laba tingkat kedua dalam laporan laba rugi yangmengukur kinerja kegiatan perusahaan secarakeseluruhan, laba kotor dikurangi dengan beban usaha.Berdasarkan penelitian Chen dan Dodd (1998) dalamChen dan Dodd (2001), relevansi nilai operating profit(OP), residual income (RI), dan EVA yang didasarkanpada model Easton dan Harris (1991) menyimpulkanoperating profit lebih memiliki explanatory power dankandungan informasi tertinggi terhadap stock returnsdibandingkan dengan EVA dan RI. Berdasarkan uraiantersebut maka hipotesis yang dikembangkan adalah:Ha4: Operating income mempunyai pengaruh positif

terhadap return sahamROE adalah rasio antara laba bersih setelah

pajak terhadap penyertaan modal sendiri yang berartijuga merupakan ukuran untuk menilai seberapa besartingkat pengembalian (%) dari saham sendiri yangditanamkan dalam bisnis yang bersangkutan(Widayanto, 1993 dalam Handayani, 2006). ROAmerupakan alat ukur efisiensi dari suatu perusahaandalam menciptakan laba dari total aktiva yang dimilikiperusahaan (Hartono dan Chendrawati, 1999). Semakintinggi rasio ROA yang diperoleh, maka semakin tinggipula tingkat kemampuan perusahaan untuk memperolehlaba atas aktiva yang dimilikinya, sehingga denganadanya peningkatan laba akan berdampak padakenaikan return saham.

Lehn dan Makhija (1996) melakukan penelitianmengenai kaitan antara berbagai pengukur kinerjaseperti EVA, return on asset (ROA) dan return on eq-uity (ROE), return on sales (ROS) terhadap tingkatpengembalian saham (stock returns), yang secaraumum dianggap sebagai pengukur kinerja terbaik darikinerja perusahaan. Hasil penelitian menyatakan bahwavariabel-variabel seperti EVA, ROA, ROE, ROSmempunyai pengaruh terhadap stock returns.Penelitian yang dilakukan oleh Dodd dan Chen (1996)dalam Peixoto meneliti korelasi antara stock returnsdan EVA, residual income, ROA, ROE, dan EPS. Hasil

Page 13: JEB Vol 5 No 3 November 2011

199

PENGARUH PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN............... (Priska Ika Setiyorini)

penelitian menunjukkan ROA memiliki korelasi palingtinggi dengan stock returns dibandingkan pengukurkinerja yang lain. Berdasarkan uraian tersebut makahipotesis yang dikembangkan peneliti adalah:Ha5: Return on assets mempunyai pengaruh positif

terhadap return saham.Ha6: Return on equity mempunyai pengaruh positif

terhadap return saham.EVA merupakan nilai tambah ekonomis yang

diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginyaselama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistempengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja danprestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVAberhubungan langsung dengan nilai pasar sebuahperusahaan (Utomo, 1999). Jika perusahaan berhasilmembukukan EVA positif maka menghasilkan lababersih yang bagus, maka EVA diakui memberi nilaitambah bagi para pemegang saham (Hartoyo, 2006).Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yangdikembangkan adalah:Ha7: Economic value added paling berpengaruh

terhadap return saham.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis eco-

nomic value added, earnings, cash flow from opera-tions, operating income, return on assets, return onequity terhadap return saham pada perusahaanmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Periodepengamatan yang ditetapkan adalah selama 5 tahunyakni tahun 2001-2005. Batasan pengamatan periodetersebut didasarkan pertimbangan bahwa dalam periodetersebut keadaan tingkat inflasi di Indonesiamenunjukkan angka yang tidak terlalu berbeda dankondisi perekonomian Indonesia relatif stabil danmembaik. Dengan demikian, perusahaan-perusahaantersebut diharapkan memiliki kondisi keuangan yanglebih baik.

Populasi yang digunakan dalam penelitian iniyaitu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakartapada tahun 2001-2005. Sampel yang digunakan dalampenelitian ini adalah perusahaan manufaktur yangterdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan periodepengamatan tahun 2001–2005. Teknik pengambilansampel dilakukan dengan non probability samplingdengan metode purposive sampling dengan kriteriatertentu 1) perusahaan go public yang termasuk kedalam kategori industri manufaktur, 2) perusahaanmenerbitkan laporan keuangan setiap tahun berturut-

turut selama periode tahun 2001-2005 dengan tahunbuku yang berakhir pada 31 Desember. Hal ini untukmenghindari adanya pengaruh waktu parsial dalamperhitungan, dan 3) mencantumkan beban bunga dalamlaporan keuangan. Berdasarkan hasil prosespenyampelan dengan menggunakan metode purposivesampling diperoleh sampel sebanyak 109 perusahaansetiap tahunnya seperti terlihat pada Tabel 1 berikutini:

Tabel 1Prosedur Pemilihan Sampel

JumlahNo. Kriteria Perusahaan1 Perusahaan terdaftar di

BEJ tahun 2001-2005 3392 Perusahaan yang termasuk

kategori non manufaktur (173)3 Perusahaan yang termasuk

kategori manufaktur 1664 Perusahaan yang belum

menerbitkan laporankeuangannya sampai dengantanggal 31 Desember 2005 (57)

5 Perusahaan yang menerbitkanlaporan keuangan berturut-turut selama periode 2001-2005 109

6 Perusahaan yang terpilihsebagai sampel selama periodetahun 2001-2005 109

Jenis data yang digunakan dalam penelitian iniadalah data pooling selama tahun 2001-2005. Datatersebut berupa data sekunder yang meliputi 1) databiaya bunga, hutang, laba operasi dan laba sebelumpajak, laba setelah pajak perusahaan yang diperolehdari laporan keuangan perusahaan, 2) data tingkat sukubunga bebas resiko yang didasarkan pada tingkatbunga SBI, dan 3) data harga saham perusahaan sampelyang diperlukan untuk menentukan harga sahamperusahaan sampel. Harga saham adalah closing pricepada periode pengamatan. Sumber data sekunder yangdigunakan dalam penelitian diperoleh dari Pojok BursaEfek Jakarta, UGM, dan International Capital MarketDirectory (ICMD)

Page 14: JEB Vol 5 No 3 November 2011

200

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 191-208

Metode yang digunakan untuk mengujihipotesis dilakukan dengan menggunakan metoderegresi linier berganda. Dalam metode ini akanmenggunakan metode analisis kuantitatif yangmenggunakan uji statistik untuk membuktikan hipotesisyang ada. Dalam model ini digunakan variabel totalasset sebagai deflasi dengan tujuan agar dapatmemenuhi uji asumsi klasik .Model umum yangdigunakan dalam penelitian ini yaitu:

Keterangan:Rt : Return Saham periode ta : intersep regresib : koefisien regresi

: Economic Value Added pada periode t

EPSt : Earnings (EPS) pada periode t

: Cash Flow from Operations periode t

: Operating Income pada periode t

ROAt : Return on Asset pada periode t

ROEt : Return on Equity pada periode t

l : Error term

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh positifeconomic value added, cash flow from operation, earn-ings per share, operating income, return on asset, re-turn on equity sebagai pengukur kinerja keuanganyaitu return saham. Data yang digunakan dalampenelitian ini merupakan data sekunder dariperusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ selamatahun 2001-2005. Data awal adalah data semuaperusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Data awalyang digunakan sebanyak 109 perusahaan untukperiode pengamatan selama 5 tahun. Cara yangdigunakan untuk menganalisis data yaitu denganpooled data regression. Data bersih yang diperolehmerupakan data awal yang dikurang data yang tidaklengkap dan outliers. Outliers diperoleh setelahmelakukan uji asumsi klasik, sehingga setelahmengeluarkan outliers data sampel akhir yang dihitungadalah sebanyak 427 sampel.

Penelitian ini menggunakan model regresi linierberganda. Untuk mengetahui tepat tidaknyapenggunaan model tersebut, maka terlebih dahuludilakukan analisis terhadap variabel-variabel penelitianyakni melalui uji asumsi klasik. Dalam melakukan uji

Descriptive Statistics

427 -.042110000 .10000000000 -.00024023419 .0134138011208427 -1522.38640 5896.238891 10.4189573235 296.3697475459427 -.419354924 1.480093389 .068301992584 .1302369152377427 -277069.000 6958.000000 -382.60208220 13453.25578009427 -10.0082463 1.007340533 .039575673066 .5059883119942427 -1.26182030 9.999999846 .264662572661 .9014915841726427 -2.67836644 28.98050926 .449771237496 1.848540839342427 9.802165766 13.71235427 11.8128631952 .6688113493824427

ReturnSahamEVATACFOTAEPSOITAROAROELogTotalAssetValid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TAOIbEPSb

TACFOb

TAEVAbaR

t

tt

t

t

t

tt 4321

AssetTotalLogbROEbROAb tt 765

EVAtTAt

CFOtTAtOItTAt

Tabel 2Statistik Deskriptif

Sumber: Hasil penelitian. Data diolah.

Page 15: JEB Vol 5 No 3 November 2011

201

PENGARUH PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN............... (Priska Ika Setiyorini)

asumsi klasik, case number harus dihilangkan yaitumuncul pada tabel casewise diagnostic, kemudian satu-persatu mengubah data dengan menghilangkan casenumber yang mengandung error. Uji asumsi klasikmeliputi uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, ujimultikolinearitas, dan uji normalitas.

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengujiapakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaanvarians dari residual satu pengamatan ke pengamatanyang lain. Jika varians dari residual satu pengamatanke pengamatan lain tetap, maka disebutHomoskedastisitas dan jika berbeda disebutHeterokedastisistas (Ghozali, 2005:105). Untukmengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitasdilakukan dengan Uji White yaitu dengan meregresikanresidual kuadrat (res2) dengan variabel independen(Ghozali, 2005:109). Berdasarkan perhitungan yangdilakukan, dalam model regresi tersebut terjadikesamaan varians dari residual pengamatan yang satuke pengamatan yang lain atau terjadiheteroskedastisitas. Untuk mengatasi masalah tersebut,maka dilakukan pengobatan terhadap variabel yangnilainya lebih rendah daripada 5% (CFO/TA) denganmengeluarkan outliers sehingga tidak terjadi kesamaanvarians residual atau terbebas dari heterokedastisitas.Hal tersebut menunjukkan bahwa varians residualdalam model regresi tersebut homokedastistas setelahmengeluarkan outlier dari sampel awal 545 sampelhingga menjadi 427 sampel akhir.

Uji multikolineartitas bertujuan untuk mengujiapakah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Model regresi yang baikseharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabelindependen (Ghozali, 2005:109). Untuk mendeteksi adatidaknya multikolinearitas dalam persamaan regresiyaitu menggunakan nilai tolerance (TOL) dan Vari-ance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance<0.10,maka terdapat multikolinearitas, sedangkan jika nilaiVIF<10, maka tidak terdapat multikolinearitas (Ghozali,2005:91). Adanya multikolinearitas mengakibatkankoefisien regresinya tidak tertentu atau standard er-ror nya tidak terhingga, dan nantinya menimbulkanbias dalam spesifikasi. Berdasarkan perhitungan yangdilakukan menunjukkan tidak ada korelasi antar variabelsehingga tidak terjadi multikolinearitas pada variabelEVA/TA, CFO/TA, EPS, OI/TA, ROA, ROE, log totalasset.

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengujiapakah dalam model regresi linier ada korelasi antarakesalahan penggangu pada periodet dengan kesalahanpenggangu pada periode t-1 (periode sebelumnya).Model regresi yang baik adalah regresi yang bebasdari autokorelasi (Ghozali, 2005:95). Untuk mengetahuiada tidaknya autokorelasi yaitu melakukan uji DurbinWatson (DW). Apabila nilai DW terletak di antara dUdan (4 – dU), maka koefisien korelasi sama dengan nolyang berarti tidak ada autokorelasi. Untuk menentukannilai batas atas atau upper bound (dU )dan batas bawah(dL) diperoleh dari tabel DW berikut. Berdasarkanperhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa nilaiDW sebesar 1.971, dengan n=200 dan k=7 pada tingkatsignifikansi 5% diperoleh nilai dL=1.697; dU=1.841, 4-dU=2.159 Dengan demikian, nilai DW terletak di antaradU< d <4- dU atau 1.841< 1.971 <2.159 sehingga dapatdisimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi di dalammodel regresi.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakahdalam model regresi, variabel pengganggu atau residualmemiliki distribusi normal. Uji normalitas dilakukandengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini terdapat padanon-parametic statistic. Pada uji Kolmogorov-Smirnovjika probabilitas (asymp sig) lebih besar daripadasignifikansi 0.05 maka data residual berdistribusi nor-mal dengan demikian asumsi normalitas terpenuhi(Ghozali, 2005:112). Berdasarkan perhitunganyangdilakukan menunjukkan bahwa nilai probabilitas (asympsig) kurang dari nilai signifikansi 0.05 atau 0.000<0.05maka data residual tidak berdistribusi normal. Dengandemikian, asumsi normalitas tidak terpenuhi. Untukmengatasi masalah normalitas, maka dilakukanpengobatan dengan menghilangkan data outlier. Hasilperhitungan menunjukkan bahwa nilai probabilitas(asymp sig) kurang dari nilai signifikansi 0.05 atau 0.000< 0.05 maka data residual tidak berdistribusi normaldengan demikian asumsi normalitas tidak terpenuhi.Menurut teori Central Limit Theorem (CLT) apabiladata sampel berjumlah lebih dari 30 dan data residualtidak berdistribusi normal maka pengujian terhadapmodel regresi dapat dilakukan.

Hasil analisis regresi linier berganda ditunjukkanpada Tabel 3 berikut ini:

Page 16: JEB Vol 5 No 3 November 2011

202

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 191-208

PEMBAHASAN

Berdasarkan Tabel 3, tampak angka adjusted R2 adalah0,140, Hal ini berarti 14% variabel return saham dapatdijelaskan oleh variasi dari keenam variabel independenEVA/TA, CFO/TA, EPS, OI/TA, ROA, ROE, sedangsisanya 86% dijelaskan oleh faktor-faktor lain.Berdasarkan uji ANOVA atau F test yang dilakukandiperoleh nilai Fhitung sebesar 10.882 dengan tingkatsignifikansi 0,000. Karena probabilitas 0,000 jauh lebih

kecil daripada 0,05, maka model regresi dapat digunakandalam penelitian ini.

Berdasarkan uji signifikansi parameter indi-vidual atau t test tampak variabel independen EVA/TAmemiliki nilai signifikansi sebesar 0.946 dan nilaikoefisien korelasi -0.003. Dengan menggunakan levelalpha 5%, nilai EVA/TA lebih besar dari tingkatsignifikansinya atau 0.946 > 0.05. Untuk nilai t hitungadalah -0.068 lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 1.960pada level alpha 5%, menunjukkan bahwa economic

Tabel 3Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Model Summaryb

.392a .154 .140 .0124416016652 1.971Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error of theEstimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), LogTotalAsset, ROE, EVATA, EPS, ROA, OITA, CFOTAa.

Dependent Variable: ReturnSahamb.

ANOVAb

.012 7 .002 10.882 .000a

.065 419 .000

.077 426

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), LogTotalAsset, ROE, EVATA, EPS, ROA, OITA, CFOTAa.

Dependent Variable: ReturnSahamb.

Coefficientsa

.011 .011 1.036 .301

.000 .000 -.003 -.068 .946

.015 .006 .143 2.598 .010

.000 .000 -.090 -2.005 .046-.010 .001 -.369 -7.777 .000-.001 .001 -.059 -1.079 .281.000 .000 .050 1.095 .274

-.001 .001 -.051 -1.116 .265

(Constant)EVATACFOTAEPSOITAROAROELogTotalAsset

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: ReturnSahama.

Sumber: Hasil penelitian. Data diolah.

Page 17: JEB Vol 5 No 3 November 2011

203

PENGARUH PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN............... (Priska Ika Setiyorini)

value added tidak mempunyai pengaruh positifterhadap return saham. Dengan demikian penelitianini tidak berhasil membuktikan hipotesis alternatifpertama (Ha1) yang menyatakan bahwa economicvalue added mempunyai pengaruh positif terhadapreturn saham. Hasil ini tidak mendukung hipotesispertama. Hal ini disebabkan karena salah satu unsurpembentuk EVA yaitu laba operasi setelah pajak(NOPAT). Adanya kenaikan laba operasi setelah pajakbelum tentu menaikkan nilai EVA karena kenaikan labaoperasi dapat mengakibatkan kenaikan risiko bisnisyang dihadapi perusahaan apabila kenaikan tersebutbukan berasal dari efisiensi internal melainkan hasilinvestasi pada bidang-bidang bisnis yang baru.Kenaikan risiko akan membawa konsekuensi padakenaikan tingkat pengembalian yang diharapkan yangpada akhirnya akan menaikkan biaya modal.

Selain itu, dalam perhitungan EVA, beban bungahutang masih harus ditambah dengan beban ekuitas.Untuk menanggung beban bunga dari hutang saja,banyak perusahaan hanya mampu menghasilkanmenghasilkan laba yang minimum atau rugi,sebagaimana tampak dalam laporan laba rugi., apalagijika harus memperhitungkan beban ekuitas. Inilah yangmenyebabkan banyak perusahaan akhirnyamenghasikan nilai EVA yang negatif. Hal lain yang dapatdikaitkan yaitu kenyataan mengenai kerumitanperhitungan EVA. Angka EVA tidak langsung tersediadi laporan keuangan perusahaan, berbeda dengan aruskas operasi, laba operasi dan earnings yang bisalangsung diperoleh dari laporan laba rugi dan laporanarus kas. Sebagai akibat ini para pelaku pasar modalmenghadapi kendala waktu untuk mengambil keputusaninvestasi berdasarkan EVA.

EVA hanya menggambarkan penciptaan nilaipada satu tahun tertentu. Nilai suatu perusahaanmerupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan.Dengan demikian, dapat saja suatu perusahaanmempunyai EVA pada tahun yang berjalan positif tetapinilai perusahaan rendah karena EVA dimasa datangnyanegatif. Sebaliknya, untuk kegiatan perusahaan yangmemerlukan pengembalian yang cukup lama, EVA awaltahun operasi adalah negatif sedang EVA masa akhirproyek adaah positif. Dengan demikian, penggunaanEVA untuk menilai kinerja harus melihat EVA masa kinidan masa mendatang (Utama, 1997). Selain itu konsepini sangat tergantung pada transparansi internal dalam

perhitungan EVA secara akurat.Variabel CFO/TA memiliki nilai signifikansi

sebesar 0.010 dan nilai koefisien korelasi 0.143. Denganmenggunakan level alpha 5%, nilai CFO/TA lebih kecildari tingkat signifikansinya atau 0.010 < 0.05. Untuknilai t hitung adalah 2.598 lebih besar dari nilai t tabel sebesar1.960 pada level alpha 5%, menunjukkan bahwa cashflow of operations mempunyai pengaruh positifterhadap return saham. Dengan demikian, penelitianini berhasil membuktikan hipotesis alternatif kedua(Ha2) yang menyatakan bahwa cash flow from opera-tions mempunyai pengaruh positif terhadap returnsaham. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian kedua.Hal ini disebabkan karena cash flow from operationsmenunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterimatunai oleh perusahaan serta dibebani dengan bebanyang bersifat tunai yang benar-benar sudah dikurangioleh perusahaan. Dalam laporan rugi laba menunjukkanangka penjualan dan laba usaha yang tinggi tetapiternyata bersifat semu karena dibebani dengan biayabersifat non tunai misalnya beban penyusutan danamortisasi (Tulasi, 2006). Manajemen maupun inves-tor menyadari bahwa arus kas operasi positif lebihmenjamin kemampuan perusahaan dalam menjalankanaktivitas usahanya di masa yang akan datang.Perusahaan yang mampu membayar dividen kepadapemegang saham adalah perusahaan yang memilikiearnings tinggi dan dana tunai yang cukup.

Variabel EPS memiliki nilai probabilitassignifikansi sebesar 0.046 dan nilai koefisien korelasi -0.090. Dengan menggunakan level signifikansi alpha5%, nilai EPS lebih kecil dari tingkat signifikansinyaatau 0.046 < 0.05. Untuk nilai t hitung adalah -2.005 lebihkecil dari nilai t tabel sebesar 1.960 pada level alpha 5%,menunjukkan bahwa earnings per share mempunyaipengaruh negatif terhadap return saham. Dengandemikian, penelitian ini tidak berhasil membuktikanhipotesis alternatif ketiga (Ha3) yang menyatakanbahwa earnings per share mempunyai pengaruh positifterhadap return saham. Hasil ini tidak mendukunghipotesis penelitian ketiga. Hal ini disebabkan karenaearnings berdampak nyata terhadap kinerja saham.Earnings disusun berdasarkan standar akuntansi dannampak langsung pada laporan laba rugi. Publikasiearnings seringkali langsung memberikan dampakpositif terhadap perkembangan harga saham, earningspositif juga memungkinkan perusahaan membagi

Page 18: JEB Vol 5 No 3 November 2011

204

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 191-208

deviden kepada pemegang sahamnya. (Pradhono danChristiawan, 2004). Apabila dikaitkan dari sisi kas makadengan memiliki kas besar, perusahaan dapatmenyelesaikan hutangnya macetnya, karena kreditorakan langsung memberikan potongan tertentu (cashsettlement). Di sisi lain, banyaknya perusahaan yangmengalami kesulitan likuiditas, mengakibatkan terminpenjualan menjadi lama, padahal perusahaan harusterus-menerus memproduksi dan menjual barangnya.

Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dipahamioleh investor bahwa earnings yang tinggi belum tentumencerminkan kondisi yang menguntungkan padaperiode berikutnya. Adanya tingkat kepercayaan yangrendah dari para investor terhadap laba akuntansi yangdisebabkan adanya manipulasi laba. Hal itu disebabkankelemahan dalam laporan keuangan yaitu laba yangdilaporkan tidak memasukkan biaya modal ekuitassehingga pengukuran kinerja yang mempergunakanlaporan rugi laba mengandung distorsi.

Variabel OI/TA memiliki nilai probabilitassignifikansi sebesar 0.000 dan nilai koefisien korelasi -0.369. Dengan menggunakan level alpha 5%, nilai OI/TA lebih kecil dari tingkat signifikansinya atau 0.000 <0.05. Untuk nilai t hitung adalah -7.777 lebih kecil dari nilait tabel sebesar 1.960 pada level alpha t 5%, menunjukkanbahwa operating income mempunyai pengaruh negatifterhadap return saham. Dengan demikian, penelitianini tidak berhasil membuktikan hipotesis alternatifkeempat (Ha4) yang menyatakan bahwa operating in-come berpengaruh positif terhadap return saham. Hasilini tidak berhasil membuktikan hipotesis penelitiankeempat. Hal ini disebabkan karena operating incomeatau laba operasi adalah laba yang diperoleh sebagaikelebihan pendapatan (revenue) atas harga pokokpenjualan (cost of goods sold) dan beban operasi (op-erating expenses). Laba usaha ini merupakan laba yangdiperoleh perusahaan dari aktivitas usaha atauoperasinya belum dikenai biaya atau beban pinjamandana (cost of funding) dari kreditor, baik berupa bungadari obligasi atau hutang jangka panjang. Jadi labausaha ini belum mencerminkan kinerja perusahaan yangsesungguhnya, karena walaupun laba operasimengalami kenaikan belum tentu laba bersih akhir jugamengalami kenaikan, dan jika laba bersihnya tinggi punbelum tentu berpengaruh pada return karena jikaperusahaan memperoleh laba yang negatif makaperusahaan tidak membagi dividen maka cenderung

akan menurunkan harga saham, atau laba yangdilaporkan perusahaan kemungkinan tidak sebenarnyakarena ada indikasi manipulasi laba.

Variabel ROA memiliki nilai probabilitassignifikansi sebesar 0.281 dan nilai koefisien korelasi –0.059. Dengan menggunakan level alpha 5%, nilai ROAlebih besar dari tingkat signifikansinya atau 0.281>0.05.Untuk nilai t hitung adalah -1.079 lebih kecil dari nilai t tabelsebesar 1.960 pada level alpha t 5%, menunjukkanbahwa return on asset mempunyai pengaruh negatifterhadap return saham. Dengan demikian, penelitianini tidak berhasil membuktikan hipotesis alternatifkelima (Ha5) yang menyatakan bahwa return on assetmempunyai pengaruh positif terhadap return saham.Hasil ini berhasil membuktikan hipotesis kelima.

Variabel ROE memiliki nilai probabilitassignifikansi sebesar 0.274 dan nilai koefisien korelasi0.050 Dengan menggunakan level signifikansi alpha5%, nilai ROE lebih besar dari tingkat signifikansinyaatau 0.274 > 0.05. Untuk nilai t hitung adalah 1.095 lebihkecil dari nilai t tabel sebesar 1.960 pada level alpha 5%,menunjukkan bahwa return on equity mempunyaipengaruh positif terhadap return saham akan tetapidilihat dari nilai probabilitas tidak signifikan. Dengandemikian, penelitian ini tidak berhasil membuktikanhipotesis alternatif keenam (Ha6) yang menyatakanbahwa return on equity berpengaruh positif terhadapreturn saham. Hasil ini tidak berhasil membuktikanhipotesis keenam. Hal ini disebabkan karena metodeROA cenderung hanya memperhatikan laba. Hal inimengakibatkan tingkat laba yang diperoleh denganmenggunakan rasio ROA sering kurang akurat karenatidak memasukkan semua unsur dalam laporan laba rugidan neraca perusahaan (Poeradisastra, 2001). Jika suatuperusahaan memiliki aktiva yang besar, namun tidakdapat memanfaatkan aktiva tersebut untukmemaksimalkan laba maka perusahaan cenderung akanmemperoleh laba yang minimum.

Selain itu metode ROA tersebut tidak dapatmengukur kinerja perusahaan secara akurat. Hal inidisebabkan data yang digunakan adalah data akuntansiyang tidak terlepas dari estimasi yang dapatmengakibatkan timbulnya berbagai distorsi sehinggakinerja keuangan perusahaan tidak terukur secara tepatdan akurat. Begitu pula dengan ROE, adanya rasio yangrendah mengindikasikan bahwa kinerja manajementidak efisien atau menunjukkan berjalannya bisnis yang

Page 19: JEB Vol 5 No 3 November 2011

205

PENGARUH PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN............... (Priska Ika Setiyorini)

mengeluarkan modal sangat banyak dengan sedikitutang jangka panjang. Menurut Utama (1997),menambahkan bahwa pengukur akuntansi tradisionalseperti ROA dan ROE memiliki kelemahan sebagaipengukur penciptaan nilai karena mengabaikan adanyabiaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakahperusahaan menciptakan nilai atau tidak.

Variabel kontrol log total asset yang merupakanproksi dari size perusahaan, memiliki nilai probabilitassignifikansi sebesar 0.265 dan koefisien korelasi -0.051.Dengan menggunakan level signifikansi alpha 5%,nilai log total asset lebih besar dari tingkatsignifikansinya atau 0.265 > 0.05. Hal ini berarti sizeperusahaan yaitu log total asset tidak berpengaruhterhadap return saham. Berdasarkan hasil pengujianyang dilakukan memperlihatkan bahwa economic valueadded tidak memiliki pengaruh positif dibandingkandengan cash flow from operations, earnings per share,operating income, return on asset, return on equity.Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yangdilakukan oleh Lehn dan Makhija (1996), Biddle et.al(1998), Hartono dan Chendrawati (1999), Chen danDodd (2001), Pradhono dan Christiawan (2004) yangmenyatakan bahwa ukuran kinerja tradisional sepertiarus kas operasi, return on asset, return on equity,earnings per share dan net income lebih baik dalammenjelaskan pengaruhnya terhadap return saham.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan,yaitu 1) hasil pada pengujian hipotesis pertamamenunjukkan bahwa economic value added tidakmemiliki pengaruh positif terhadap return saham. Eco-nomic value added ternyata tidak mampu memberikanhasil yang lebih akurat dibandingkan metode yanglainnya, karena kelemahan economic value added yaituhanya menggambarkan penciptaan nilai pada satutahun tertentu dan EVA hanya mengukur hasil akhirdengan tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentuseperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen, 2) CFOmemiliki pengaruh positif terhadap return saham,karena cash flow from operations menunjukkan hasiloperasi yang dananya telah diterima tunai olehperusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat

tunai yang benar-benar sudah dikurangi olehperusahaan dan cash flow from operation tidakmengalami distorsi dibandingkan dengan angka lababersih, 3) adanya pengaruh negatif earnings per shareterhadap return saham karena investor memiliki tingkatkepercayaan yang rendah terhadap laba akuntansiyang disebabkan adanya manipulasi laba, 4) operat-ing income memiliki pengaruh negatif terhadap returnsaham karena operating income atau sering disebutlaba usaha (EBIT) merupakan laba yang diperolehperusahaan dari aktivitas usaha atau operasinya belumdikenai biaya atau beban pinjaman dana dari kreditor,baik berupa bunga dari obligasi atau hutang jangkapanjang, 5) return on asset tidak memiliki pengaruhpositif terhadap return saham karena metode ROAcenderung hanya memperhatikan laba namun tidakmemperhitungkan biaya modal yang terjadi padaperusahaan sehingga mengakibatkan tingkat laba yangdiperoleh dengan menggunakan rasio ROA seringkurang akurat karena tidak memasukkan semua unsurdalam laporan laba rugi dan neraca perusahaan, 6) ROEtidak memiliki pengaruh positif terhadap return sahamkarena ROE mempunyai hubungan langsung denganrisiko besar dan memiliki keuntungan yang besar.Modal pemegang saham dalam hal ini adalah selisihantara aktiva dan kewajiban, dan 7) size (ukuranperusahaan) menunjukkan tidak berpengaruh terhadapreturn saham.

Saran

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahanmasukan dan pertimbangan bagi manajer perusahaanagar pengukuran kinerja keuangan tidak hanya diukurdari angka-angka rasio keuangan yang belum secaraakurat dalam memberikan informasi yang relevan bagipara investor melainkan juga harus memperhitungkanbiaya modal sehingga terlihat kemampuan riil yangdimiliki perusahaan.Berdasarkan hasil penelitian yangdiperoleh, penelitian selanjutnya disarankan memilihtopik yang sama agar perusahaan-perusahaan yangsudah menerapkan EVA dalam laporan keuangannyasecara periodik serta menambahkan variabel lain di luarukuran angka akuntansi sehingga memberikan hasilyang lebih nyata. Disarankan dalam menilai kinerjakeuangan perusahaan, para pemegang saham atau in-vestor perlu mempertimbangkan untuk menerapkan

Page 20: JEB Vol 5 No 3 November 2011

206

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 191-208

EVA, mengingat bahwa EVA memiliki kandunganinformasi yang lebih dibandingkan alat pengukurkinerja keuangan yang lainnya. Sampel dalam penelitianini hanya memilih perusahaan manufaktur yangterdaftar di BEJ selama 5 tahun berturut-turut yaknitahun 2001-2005 sehingga menyebabkan hasilpenelitian kurang memberikan manfaat secara maksimal.Oleh karena itu, penelitian selanjutnya perlu menambahjumlah kategori perusahaan yang dijadikan sampelpeneltian dan juga perlu menambah periode waktu datayang digunakan sehingga memberikan manfaat bagiinvestor dan pihak-pihak yang terkait lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Afrinaldi. 2003, “Pengaruh Akuisisi Terhadap KinerjaKeuangan Perusahaan: Analisis EVA “.Thesis. Program Pasca Sarjana UGM.Yogyakarta.

Agus, S.R. dan Kusdhianto, S. 1999. “Apakah PengaruhEVA terhadap Nilai Perusahaan danKemakmuran Pemegang Saham padaPerusahaan Publik”. Jurnal Ekonomi dan BisnisIndonesia. Oktober.

Biddle, G.C. Seow, G.S. and Siegel, A.F. 1995. “RelativeVersus Incremental Information Content “, Con-temporary Accounting Research, Vol.12. No.1.

Biddle, G.C. Bowen R.M. and Wallace, J.S. 1998.”DoesEVA Beat Earnings? Evidence On AssociationsWith Stock Returns And Firm Values”. Mana-gerial Finance.

Brigham, E.F. Gapenski L.C. and Daves, P.R. 1999. In-termediate Financial Management. Sixth Edition.The Dryden Press. United States Of America.

Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston. 2001. Funda-mentals of Financial Management. HarcourtCollege Publisher. Philadelphia.

Chen, S. and Dodd J.L. 1997. “Economic Value Added(EVA): An Empirical Examination of A New Cor-

porate Performance Measure”. Journal ofManagerial Issues. Vol. 9. No. 3: 318-333

Chen, S. and Dodd, J.L. 2001. “Operating Income, Re-sidual Income And EVA: Which Metric Is MoreRelevant?” Journal Of Managerial Issues, Vol.XIII. No. 1 Spring 2001: 65-86.

Djawahir, K. 2006. “Tak Henti Memperkenalkan EVA”.SWA No. 25:29.

Dodd, J. L. and Chen, S. 1996. “EVA: A New Panacea?”Business And Economic Review. (July – Sep-tember):26 – 28.

Dwitayanti, Y. 2005. “Analisis Pengaruh EconomicValue Added (EVA) terhadap Market ValueAdded (MVA) pada Industri Manufaktur diBursa Efek Jakarta”. Jurnal Manajemen danKeuangan. Vol.3. No. 1: 59-73.

Elton, Edwin J. and Gruber, Martin J. 1995. ModernPortofolio Theory and Investment Analysis.Fifth Edition. John Wiley and Sons. Inc.

Handayani. P.E 2004. “Analisis Terhadap KandunganInformasi Relative EVA dan Superioritasnyasebagai Pengukur Kinerja Keuangan”. Thesis.Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.

Harjanti, D.S. 2002. “Analisis Manfaat EVA dalamPengukuran Nilai Perusahaan danKesejahteraan Pemegang Saham padaPerusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta”.Sinergi.Vol. 4. No.2.

Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio danAnalisis Investasi. BPFE. Yogyakarta.

Hartoyo, F.Y. 2006. “Antara EVA dan Saham”, SWA No.25: 54.

Helfert, Erich A. 2000. Techniques Of FinancialAnálisis: A Guide To Value Creation. Mc GrawHill Book Co.

Page 21: JEB Vol 5 No 3 November 2011

207

PENGARUH PERBANDINGAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN............... (Priska Ika Setiyorini)

Husnan, S. dan Enny Pudjiastuti 1993. Dasar–DasarTeori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP–AMP YKPN. Yogyakarta.

Husnan, S. 1997. Manajemen Keuangan Teori danPenerapan (Keputusan Jangka Pendek) .BPFE. Yogyakarta.

Iramani, Rr. dan E. Febrian 2005. “Financial ValueAdded: Suatu Paradigma dalam PengukuranKinerja dan Nilai Tambah Perusahaan”. JurnalAkuntansi dan Keuangan Vol. 7 No. 1:1-10.

Jogiyanto, H.M. 1999. Teori Portofolio dan AnalisisInvestasi. BPFE Yogyakarta.

Jogiyanto, H.M. dan Chendrawati. 1999. “ROA andEVA: A Comparative Empirical Study”. GadjahMada International Journal of Business. Vol.1: 45 – 54.

Jones, Charles P. 2002. Investment: Analysis and Man-agement. Eighth Edition. John Wiley and Sons.Inc.

Kieso, Donald E. Weygant Jerry J. and Warfield, TerryD. 2001. Intermediate Accounting. Tenth Edi-tion.

Lehn, K. and A.K Makhija 1996. “EVA and MVA asPerformance Measures and Signals for Strate-gic Change”. Strategy And Leadership Maga-zine. June: 34-38.

Liu, J. and J. Thomas. 1998. Stock Returns and Ac-counting Earnings, Working Paper. ColumbiaBusiness School. New York.

Lev, B. and S.r Thiagarajan. 1993. “Fundamental Infor-mation Analysis”. Journal of Accounting Re-search (Autumn):190-215.

Martidyawati, I. 2006. “Pengaruh EVA terhadap MVAdan Kandungan Informasi Relatif sertaSuperioritas EVA sebagai Pengukuran KinerjaPerusahaan”. Tesis. Program Pasca SarjanaSTIE YKPN. Yogyakarta.

Meilany & Ardhanova S. 2006. “Perhitungan SWA100”. SWA. No. 25::33.

Mirza, Teuku. 1997. “EVA sebagai Alat Penilai”.Usahawan. No.4: 68.

Munawir, S. 2002. Analisis Informasi Keuangan.Penerbit Liberty. Yogyakarta

Peixoto, S. 2001. Economic Value Added Applicationto Portuguese Public Companies.

Poeradisastra, T. 2001. “Menelanjangi KinerjaManajemen”. SWA. No.20/XVII.

Pradhono dan Christiawan, Y.J. 2004. “Pengaruh Eco-nomic Value Added, Residual Income, Earn-ings, dan Arus Kas Operasi terhadap Returnyang Diterima oleh Pemegang Saham (Studipada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftardi Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Akuntansi danKeuangan Vol.6. No. 2: 140-166.

PSAK. 2004. Cash Flow from Operating. No.2.

Purnomo, Y. 1998. “Keterkaitan Kinerja Keuangandengan Harga Saham.” Usahawan, No.12.

Purnama, D.G.I. 2006. “Analisis Pengaruh Rasio PER,Market To Book Ratio dan EVA terhadap Re-turn Saham”. Tesis. Program Pasca SarjanaUGM. Yogyakarta.

Ramana, D.V. 2003. Market Value Added and EconomicValue Added: Some Empirical Evidences.Xavier Institute of Management. Bhuabneswar.

Ross, S.A. Randolph, W.W. and Jeffrey J. 2002. Cor-porate Finance, 6th Edition. New York: McGraw-Hill

Rousana, Mike. 1997. “Manfaat EVA untuk MenilaiPerusahaan di Pasar Modal I n d o n e s i a ” .Usahawan. April.

Solihah, N.R dan Trisnawati, R. 2003. “PerbandinganEconomic Value Added dan Profitabilitas

Page 22: JEB Vol 5 No 3 November 2011

208

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 191-208

Perusahaan-Perusahaan Rokok di Bursa EfekJakarta”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.2. No. 1:1-14.

Sartono, R. Agus dan S. Kusdhianto. 1999.”AdakahPengaruh EVA terhadap NilaiPerusahaan dan Kemakmuran Pemegang Sahampada Perusahaan Publik”. Jurnal Ekonomidan Bisnis Indonesia. Vol 14. No.4.

Susanto, D. dan Baldric Siregar. 2005. “Peran SalingMelengkapi Laba dan Arus Kas Operasi dalamMenjelaskan Variasi Return Saham”. JurnalAkuntansi dan Manajemen. Vol. 16. No. 2: 93-106.

Stewart, G. Bennet. 1993. The Economic Value Added:The Quest for Value, A Guide for SeniorManager. Harper Collins.

Tandelilin, E. 2000. Teori Portofolio dan ManajemenInvestasi. BPFE Yogyakarta.

Tulasi, Daniel. 2006. “Cash Flow Ratios Analysissebagai Metode Pengukuran Kinerja KeuanganPerusahaan”. Usahawan. Vol. XXXV. No. 10.

Utama, Sidharta. 1997. “Economic Value Added:Pengukuran dan Penciptaan Nilai Perusahaan,Manajemen Perusahaan, Jurnal Akuntansi danKeuangan”. Vol. 1. No. 1: 28-41.

Utomo, L.L. 1999. “Economic Value Added sebagaiUkuran Keberhasilan Kinerja ManajemenPerusahaan”. Jurnal Akuntansi danKeuangan. Vol. 1 No.1: 28-42.

Worthington, A.C. and Tracey. W. 2004. “AustralianEvidence Concerning The Information ContentOf Economic Value Added”, Australian Jour-nal Of Management. Vol. 29. No.2: 201 – 223.

Weston J., Fred and Thomas E. Copeland. 1992. Mana-gerial Finance. Nineth Edition, USA: DrydenPress.

Young, S. David, Stephen F. O’ Byrne. 2001. EVA andValue–Based Management: A Practical GuideTo Implementation, Irwin, McGraw-Hill.

Page 23: JEB Vol 5 No 3 November 2011

209

STRUKTUR MODAL DAN PREDIKSI KEGAGALAN PERUSAHAAN:............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)Vol. 5, No. 3, November 2011Hal. 209-220

ABSTRACT

This paper addresses the theoretical foundations ofcorporate failure prediction, using the neo-classicaltheory of capital structure as a starting point. The pa-per intends to demonstrate the feasibility of such anapproach in a simple setting, i.e. by using a simpletheoretical model and a limited empirical analysis. Amodel of optimal capital structure is constructed andrewritten as a model of default probability. Its empiricalimplications are derived and tested on a sample of In-donesian data. It is concluded that this approach clearlyhas its limitations, but also that it may be a valuablecontribution compared to the multitude of theory-lessempirical studies and a useful alternative to the defaulttheory.

Keywords: default probabilities, capital structure, cor-porate failure, logistic regression

PENDAHULUAN

Kebangkrutan yang dialami oleh banyak perusahaanglobal semakin menegaskan akan pentingnya prediksigagal-bayar baik dalam konteks akademis dan aplikasiriil. Saat ini nampaknya semakin sangat penting sajaurgensi membentuk sistem peringatan dini yang dapatmembantu menghindari perusahaan dalam kondisigagal-bayar di satu sisi dan memfasilitasi pemilihan

STRUKTUR MODAL DAN PREDIKSI KEGAGALANPERUSAHAAN: TEORI DAN APLIKASI

Rowland Bismark Fernando PasaribuABFI Institute Perbanas Jakarta

E-mail: [email protected]

emiten untuk dijadikan nominator ketika akanberinvestasi terhadap perusahaan tersebut di sisi lain.

Penelitian mengenai prediksi gagal-bayar telahmengalami perjalanan yang cukup panjang sejak awaldicetuskan melalui karya Beaver (1966, 1968) danAltman (1968). Pendekatan yang ada untuk memprediksikegagalan perusahaan sebagian besar adalah aplikasiteknik klasifikasi statistik (biasanya analisisdiskriminan) terhadap sampel yang terdiri perusahaangagal dan non-gagal. Contoh penelitian tersebut telahdilakukan Deakin (1972) dan Altman et al. (1977).Setelah itu terjadi pergeseran penggunaan teknikanalisis yakni dengan analisis probit atau logit. Martin(1977) dan Ohlson (1980) adalah yang pertama dalammengaplikasikan teknik ini diikuti oleh Wiginton (1980),Zmijewski (1984), Zavgren (1985), Aziz dan Lawson(1989), Lennox (1999), serta Westgaard dan Van derWijst (2001). Teknik statistik lainnya yang juga telahdiperkenalkan adalah partisi rekursif (Frydman et.al,1985); teori katastrophi (Gregory et.al, 1991);penskalaan multidimensi (Mar Molinero dan Ezzamel,1991); neural networks (Tam dan Kiang, 1992); modelmultinominal logit (Johnsen dan Melicher, 1994);metodologi bantuan keputusan multi-kriteria(Zopounidis dan Doumpos, 1999), dan cara penetapanlangsung (Dimitras et al., 1999).

Simpulan umum dari usaha penelitian yangekstensif ini terlihat menjadikan tiap studi yangdilakukan menghasilkan diskriminasi yang beralasanantara perusahaan yang gagal dan non-gagal, tetapijuga dan mungkin lebih signifikan bahwa beragam

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Page 24: JEB Vol 5 No 3 November 2011

210

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 209-220

penelitian berusaha keras menunjukkan suatupersetujuan mengenai faktor yang penting untukprediksi kegagalan. Faktanya, dapat dikatakan bahwakurang lebih 40 tahun penelitian mengenai topik inibelum berhasil menghasilkan variabel mana danmengapa, sebagai prediktor yang baik.Ketidaksepakatan kesimpulan tersebut tentu saja,secara parsial dapat ditujukan pada fakta bahwapenelitian-penelitian tersebut mengacu pada periode,negara, dan industri yang berbeda-beda. Faktor lainnyamungkin pada praktiknya, seluruh penelitian tersebuttidak memiliki kerangka kerja teoritis untukmengarahkan usaha penelitian empiris. Dalam ketiadaanteori yang menyediakan hipotesis yang dapat diuji,maka hasil empiris harus dievaluasi kualitasnya danhanya berharap bahwa muncul suatu pola dari sejumlahbesar hasil empiris. Kondisi seperti ini menimbulkanpersepsi yang kurang elegan dalam positioning topikpenelitian prediksi kegagalan karena tidak memilikiacuan teori dasar apabila dibanding topik-topik lainnyadalam ilmu manajemen keuangan.

Penelitian ini mencoba mendirikan tiangpenyanggah teoritis pada prediksi kegagalan denganmendayagunakan teori neo-klasik struktur modalsebagai titik awal. Demikian selanjutnya teori inimengikuti pendekatan alternatif yang dibandingkanmodel Merton yang telah terkenal didasarkan teoripenetapan harga opsi dan kemudian dielaborasikan kedalam model KMV. Asal struktur modal yang mendasariteori gagal-bayar di satu sisi terdapat pada model yangmenghubungkan risiko kejatuhan kepada penilaianklaim perusahaan (Gordon, 1971; Scott, 1977; dan Vinso,1979). Elaborasi yang terakhir dapat ditemukan dalamScott (1981). Di sisi lain, teori ini juga terdapat dalammodel struktur modal optimal yang dikembangkan padakebangkitan teorema irelevansinya Modigliani-Miller(Modigliani dan Miller, 1958, 1963), Baxter (1967), Krausdan Litzenberger (1973), Scott (1976), dan Kim (1978).

Pada pelaksanaannya, seluruh model strukturmodal optimal menggunakan kondisi gagal-bayar dalamderivasi struktur modal optimal. Kondisi ini menangkapesensi keputusan gagal-bayar terjadi pada saat nilaiberagam arus kas yang tersedia untuk perusahaan tidakmemadai untuk melunasi kewajiban utangnya.Berdasarkan hal tersebut, dihasilkan teori kepemilikkanpada struktur modal optimal dalam keseimbangankomparatifnya sebagai dasar untuk analisis empiris.

Anehnya, model ini jarang, jika sekiranya ditulis ulangdan secara tegas menyatakan kemungkinan kegagalanperusahaan dan karakteristiknya, yaitu bagaimanamodel tersebut dipengaruhi oleh faktor penentustruktur modal optimal. Sejak awal delapan puluhan,garis penelitian teoritis ini nampak sepenuhnya lebihbaik dengan opsi yang didasarkan teori default.Berdasarkan uraian singkat di atas, penelitian inibertujuan untuk mengklarifikasi kapasitas dari konsepteori struktur modal sebagai prediktor probabilitaskegagalan perusahaan

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Model yang digunakan adalah model struktur modaloptimal periode tunggal. Model ini memungkinkanketidaksempurnaan pasar -pajak dan biaya kegagalan-dan memadai untuk menangkap esensi teori trade-off,di mana struktur modal optimal ditetapkan sebagaitrade-off antara keunggulan pajak dan ekspektasi biayakegagalan. Model ini diadopsi dari teorema Van derWijst (1989) yang dielaborasi. Asumsi utama modeladalah pasar modal diasumsikan tidak berbiaya dankompetitif. Pajak laba perusahaan adalah konstan danmenurut sistem pajak penghasilan yang memungkinkandeduksi seluruh pembayaran kreditur, termasukpembayaran kembali pokok utang dari pajak penghasilanperusahaan. Meski demikian, tidak terdapat itempengurangan pajak dan pajak individual. Seluruh pelakupasar diasumsikan greedy dan bertindak secara rasional.

Jumlah pendapatan yang dihasilkan perusahaandiasumsikan tetap, yakni seluruh keputusan investasitelah dibuat tetapi keputusan pendanaan belum.Perusahaan hanya menggunakan ekuitas dan utang.Utang tidak hanya merupakan subyek terhadap risikogagal bayar. Investor diasumsikan berposisi netralterhadap risiko dan memiliki kewajiban terbatas. Dalampenetapan asumsi ini, arus kas perusahaan hanyalahsumber dana yang dapat digunakan untuk memenuhikewajiban terhadap kreditur. Akibatnya, kalaukewajiban ini melebihi arus kas perusahaan, makaterjadi gagal-bayar dan perusahaan mendeklarasikankebangkrutan. Oleh karena itu, kondisi kebangkrutanb adalah:

b = ζ < R (1)

di mana ζ adalah variabel acak yang merepresentasikan

Page 25: JEB Vol 5 No 3 November 2011

211

STRUKTUR MODAL DAN PREDIKSI KEGAGALAN PERUSAHAAN:............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

arus kas perusahaan sebelum bunga dan pajak (EBIT)dan R adalah pembayaran terhadap kreditur.

Nilai ζ diasumsikan berdistribusi normal denganrata-rata μx dan standar deviasi σx. Kalau di akhirperiode, terjadi kondisi b, para pemilik saham dilindungidengan kewajiban terbatas dan tidak menerima apa-apa. Selanjutnya pemilik saham menerima arus kassetelah pajak dan bunga. Nilai pada akhir periode, Yeadalah:

Ye = 0 kalau ζ < b (2)Ye = (1-τ)(ζ-R) kalau ζ < b

di mana ô adalah tingkat pajak perusahaan. Untuk in-vestor risiko-netral keseimbangan nilai ekuitas, Veadalah nilai diskonto saat ini pada tingkat suku bungabebas risiko, pada ekspektasi Ye, yaitu:

(3)

di mana r adalah tingkat suku bunga bebas risiko.Nilai kreditur pada akhir periode, Yd diperoleh

dengan cara yang sama. Kalau terjadi kondisikebangkrutan, perusahaan dialihkan kepada kredituryang berarti kreditur menerima arus kas minus biayakegagalan. Terbatasnya nilai kewajiban menghindarkankreditur menerima arus kas negatif. Jadi nilai utang padaakhir periode adalah:

Yd = 0 kalau ζ d” 0Yd = ζ-B(ζ) kalau 0 < ζ < b (4)Yd =R kalau ζ > b (b=R)

di mana B(x) adalah jumlah biaya kegagalan sebagaifungsi pada arus kas ζ.

Nilai keseimbangan hutang adalah presentvalue dari ekspektasi Yd:

(5)

di mana F adalah probabilitas kegagalan:

Sejak didefinisikan sebagai fungsi kumulasi densitas,probabilitas kegagalan akan selalu memiliki nilai antara0 dan 1. Nilai total perusahaan diperoleh denganmenambahkan Ve dan Vd setelah menyusun ulangterminologi, yaitu:.

(6)

Struktur modal optimal dan kapasitas hutang diperolehdengan mendiferensiasikan V dan Vd dengan mengacukepada R:

= (7)

= (8)

di mana B(R) dan f(R) adalah fungsi biaya kegagalandan probabilitas kegagalan arus kas. Keduanyadievaluasi pada titik struktur modal optimal.

Dengan menetapkan persamaan 8 sama dengannol, memberikan jumlah utang maksimum kreditur yangakan dikucurkan, atau kapasitas utang perusahaan.Persamaan 7 ditetapkan sama dengan nol, memberikanjumlah hutang yang memaksimalkan nilai perusahaanyakni struktur modal optimal. Hal ini ditunjukkan bahwauntuk arus kas berdistribusi normal pada kondisi orderkedua untuk persamaan 7 dan 8 terpenuhi. Karenatingkat pajak perusahaan t, memiliki nilai antara 0 dan1, jumlah utang dalam struktur modal optimal adalahlebih kecil daripada jumlah utang yang akan dicairkankreditur. Ini berarti persamaan 8 tidak membatasi jumlahutang yang dapat diterima perusahaan yaitu strukturmodal optimal tercapai sebelum kapasitas utang.Perumusan kembali persamaan 7 memberikanpersamaan berikut:

= (9)

Persamaan sisi kiri merepresentasikan nilai saatini pada marjin penghematan pajak, sementara di sisikanan merepresentasikan nilai saat ini pada marjin biaya

)1(

)()()1(

)1()(

r

dR

rYeEVe b

)1(

)1()())((0

r

FRdBV

b

d

b

dfF .)(

)1(

)1()()( )()(0 0

r

FRdfBdfdfV b

b

MMMMMVd τ (1− F) − B (R) f (R)MMMMMR (1 + r)

MMMMMV τ (1− F) − B (R) f (R)MMMMMR (1 + r)

τ (1− F) B (R) f (R)(1 + r) (1 + r)

Page 26: JEB Vol 5 No 3 November 2011

212

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 209-220

kegagalan. Oleh karena itu, struktur modal tercapai saatmarjin keuntungan pendanaan utang sama denganbiaya marjin. Diskusi yang lebih ekstensif dan kalkulasidetail selanjutnya dapat dilihat pada Van der Wijst(1989).

Pada penjelasan ini model struktur modaldiformulasi ulang sebagai model probabilitas kegagalandan selanjutnya dianalisis. Persamaan 9merepresentaikan pilihan optimal pada struktur modalsebagai fungsi tingkat pajak, biaya kegagalan, dandistribusi kepemilikan arus kas termasuk probabilitasgagal bayar:

F = 1 − (10)

di mana seluruh variabel telah dijelaskan sebelumnya.Persamaan 10 merefleksikan konsekuensi

probabilitas gagal bayar pada keputusan untukmaksimisasi nilai perusahaan dengan menggunakanstruktur modal sebagai instrumennya. Probabilitasgagal-bayar itu sendiri bukanlah variabel tujuan (untukdiminimalisir atau dioptimalkan) atau instrumenlangsung. Probabilitas gagal-bayar tentu sajadimanipulasi secara tidak langsung dengan memilihtingkat R. Dalam persamaan 10 probabilitas gagal-bayartergantung pada tingkat pajak, biaya kegagalan, dandistribusi kepemilikan arus kas.

Untuk menganalisis model, selanjutnyadikalkulasi perbandingan statisnya. Ini menunjukkanpengaruh pada probabilitas gagal-bayar, F terhadapperubahan dalam variabel di model. Komparasi statispada model dideskripsikan berikut di mana beberapakalkulasi yang lebih detail ditambahkan, yaitu:Probabilitas gagal bayar, F, tergantung pada ukuranhutang dengan cara berikut:

(11)

Karena f(R), tingkat pajak perusahaan, biayakegagalan, varian arus kas, dan derivasi pertama padabiaya kegagalan semuanya adalah positif (persamaan11) akan negatif kalau ìx e” R. Tanda tersebuttergantung pada ukuran relatif variabel lainnya dan tidakdapat ditentukan secara definitif. Hal ini berarti

pengaruh leverage terhadap probabilitas gagal-bayartidak dapat ditentukan secara definitif dan dalamrentang yang dapat ditentukan secara definitifpengaruhnya karena keduanya bertentangan terhadapprediksi kebijaksanaan konvensional.

Perubahan pada F terkait dengan perubahandalam tingkat pajak adalah:

(12)

Kedua biaya kegagalan, yakni f(R) dan ô, tingkatpajak perusahaan adalah positif. Hal ini berarti suatukenaikan dalam tingkat pajak akan meningkatkanprobabilitas gagal-bayar. Hal tersebut membuatpendanaan utang lebih menarik marjin, akan mengarahpada semakin besarnya jumlah utang dalam strukturmodal optimal dan probabilitas gagal-bayar yangsemakin tinggi.Derivasi F terkait dengan biaya kegagalan, yaitu:

(13)

karena f(R) dan ô keduanya positif, maka persamaan 13menjadi negatif. Di mana kenaikan dalam biayakegagalan membuat pendanaan utang kurang menarikmarjin. Hal ini akan mengarah pada semakin kecilnyajumlah utang dalam struktur modal optimal sertamengurangi probabilitas gagal-bayar. Perubahan dalamstandar deviasi arus kas akan mempengaruhiprobabilitas gagal bayar sebagai berikut:

(14)

kompleks, f(R), B(R), ô dan óx, ketiganya adalah positif.Jadi persamaan dalam bagian kudrat akan menentukantanda pada persamaan 14 dan dibatasi hanya sampai:

ó²x – (R- ìx)² < 0 kalau R- ìx > óx= 0 kalau R- ìx = óx (15)> 0 kalau R- ìx < óx

Oleh karena itu, komparasi statis pada standardeviasi arus kas tergantung pada perbedaan antaraekspektasi earning dan kewajiban hutang, lebih besar

)('))(()(

2 RBRRBRfRF

x

x

0 Rkalau x

0)()(2

RfRBF

0)()(

Rf

RF

)(1)()()(

3

2

x

x

x

x

x

RRBRffRB

F

B (R) f (R)τ

Page 27: JEB Vol 5 No 3 November 2011

213

STRUKTUR MODAL DAN PREDIKSI KEGAGALAN PERUSAHAAN:............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

atau lebih kecil daripada standar deviasi earning.Perubahan pada ekspektasi arus kas mendatang, ìx,pada F adalah:

kalau ìx > R (16)

= 0 kalau ìx = R< 0 kalau ìx < R

Oleh karena f(R), biaya kegagalan B(R), tingkatpajak, dan varian arus kas semuanya positif, tandapersamaan 6 tergantung pada hubungan antaraekspektasi arus kas dan ukuran utang. Komprasi statispada model probabilitas gagal-bayar diringkas padaTabel 1 Berikut ini:

Tabel 1Pengaruh Variabel dalam Model Terhadap

Probabilitas Gagal-Bayar

Ekspektasi PenngaruhKompaasi Statis terhadap F

R, Hutang Positif atau tidak ditentukant, Tingkat Pajak Positif.B(R ), Biaya Kegagalan Negatifó, St.Dev Arus Kas Positif atau Negatifì, Ekspektasi Arus Kas Positif atau Negatif

Aspek yang sangat menarik perhatian padaTabel 1 adalah tidak hanya struktur modal atau distribusikepemilikan arus kas (ekspektasi dan varian) memilikipengaruh secara langsung terhadap probabilitas gagal-bayar. Simpulan yang dapat dikomparasi tercapai dalamanalisis statis komparatif menyangkut model strukturmodal optimal (probabilitas gagal bayar memilikipengaruh yang ambigu atas struktur modal optimal,Van der Wijst, 1989). Hal ini menantang kebijaksanaankonvensional peningkatan probabilitas gagal-bayar,ceteris paribus, dengan varian arus kas dan leveragedan penurunan dengan ekspektasi arus kas.Karenanya, tidaklah logis menyusun asumsi mengenaiR, ìx, dan óx yang membawa seluruh komparatif statis

sejalan dengan kebijakan konvensional. Jika leveragedan ekspektasi arus kas memiliki efek kebijakan-konvensional, maka harus diasumsikan bahwa ìx <R.Tetapi hal ini akan memberikan varian arus kas pengaruhyang negatif yang bertentangan dengan kebijakan-konvensional. Diperlukan penelitian lebih lanjut untukmenentukan apakah ambiguitas yang berasal dari akhirdistribusi yang ekstrim atau pusat area tersebut. Saatini, penelitian hanya dapat merumuskan hipotesis untuktarif pajak dan biaya kegagalan yang dihipotesakanmemiliki respon positif dan efek negatif atas probabilitasgagal-bayar.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia(BEI). Adapun pengambilan sampel menggunakanmetode judgment sampling, yaitu pemilihan sampelberdasarkan kriteria-kriteria tertentu, yaitu emiten darijenis industri dasar dan kimia, aneka industri, industribarang konsumsi, industri perdagangan. Perusahaanyang sahamnya selalu terdaftar dan aktifdiperdagangkan di BEI minimal sejak tahun 2002 sertaselalu menyajikan informasi keuangan selama periodepengamatan (Siagian, 2000). Jenis data yang digunakandalam penelitian ini adalah data sekunder untuk periodetahun 2002-2006, yang diperoleh dari www.jsx.co.id.

Dalam melakukan klasifikasi awal pada kategorigagal dan non-gagal, penelitian ini menggunakanasumsi yang telah banyak digunakan dalam literaturterdahulu prediksi kegagalan perusahaan. Adapunasumsi tersebut adalah variabel binari, masing-masingbernilai 1 (non-gagal) kalau persyaratan kondisiterpenuhi dan 0 (gagal) apabila sebaliknya; labasebelum hak minoritas atas laba bersih anakperusahaan, positif; arus kas operasional, positif;perubahan ROA, positif; arus kas operasional melebihilaba sebelum hak minoritas atas laba bersih anakperusahaan; perubahan leverage (utang jangkapanjang/total aktiva) negatif; perubahan likuiditas,positif; perubahan gross margin ratio (1 – COGS/penjualan) positif; perubahan dalam turnover,(penjualan/total aktiva) positif; dan perusahaan memilikiarus kas operasional dari penjualan saham positif.

Banyak variabel dalam model teoritis mengacupada nilai ekspektasi mendatang yang tidak dapatdiukur secara langsung. Oleh karena itu, digunakanvariabel proksi empiris yang diambil dari data akuntansiyang tersedia. Variabel proksi yang digunakan dalam

0)()()()(

2

RRBRf

fRBF

xx

x

x

F

Page 28: JEB Vol 5 No 3 November 2011

214

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 209-220

analisis adalah utang: DTA; pajak: TAX/EBIT;ekspektasi arus kas (ìx); CF = (net profit + deprecia-tion)/ total assets; standar deviasi arus kas (óx): danbiaya kegagalan B(x) : diaproksimasi dengan ukuranperusahaan (ln(sales).

Oleh karena variabel tersebut adalahtransformasi ini secara langsung dari angka-angkaakuntansi maka tidak memerlukan banyak diskusimengenainya. Variabel arus kas dan leveragedimasukkan dalam analisis tanpa hipotesis yang tegasatau eksplisit mengenai pengaruhnya. Tarif pajakdihipotesiskan berhubungan positif terhadapprobabilitas gagal-bayar. Biaya kegagalan biasanyadiasumsikan berhubungan terbalik terhadap ukuranperusahaan, yaitu biaya kegagalan sebagai bagian darinilai perusahaan yang mengurangi ukuran perusahaan.Di dalam model penelitian ini, biaya kegagalanberpengaruh negatif terhadap probabilitas gagal-bayar.Oleh karena itu, hal ini mengarahkan pada hipotesisbahawa ukuran perusahaan berhubungan positifterhadap probabilitas gagal-bayar.

Variabel dependen yang digunakan dalampenelitian ini adalah kondisi kegagalan perusahaansebagai variabel kategori; 0 untuk perusahaan yangmengalami kegagalan dan 1 untuk perusahaan non-gagal. Variabel independen yang digunakan dalampenelitian ini adalah rasio keuangan dari utang, pajak,ekspektasi arus kas, standar deviasi arus kas, dan biayakegagalan.

Dalam penelitian untuk melihat apakah variabelbebas X berpengaruh terhadap variabel tidak bebas Yyang berbentuk kategori, model logistik yang digunakanadalah:

atau

logit P(X) = á+ÓâiXi

dimana Y = 1 jika kejadian yang diamati sebagai variabeltidak bebas dan variabel Xi sebagai variabel bebas.

Untuk uji keberartian/kecocokan modeldigunakan uji statistik Hosmer dan Lemeshow denganhipotesis:Ho = Tidak ada perbedaan nyata antara klasifikasi

prediksi dan klasifikasi observasi.Ha = Terdapat perbedaan nyata antara klasifikasi

prediksi dan klasifikasi observasi.dengan kriteria tolak Ho untuk á yang ditetapkan jika

05.01,2. knsig

Ho = Koefisien regresi tidak signifikanHa = Koefisien regresi signifikan.dengan kriteria tolak Ho untuk á yang ditetapkan jika

HASIL PENELITIAN

)(11)(),,,1( 21 iXie

XPXXXYP k

IndustriAneka Industri Dasar Barang Industri

Sampel Keseluruhan Industri dan Kimia Kunsumsi Perdagangan

Model 1 0.000 0.005 0.638 0.337 0.000Model 2 0.363 0.274 0.708 0.745 0.856Model 3 0.866 0.978 0.582 0.496 0.634Model 4 0.296 0.118 0.038 0.201 0.142Model 5 0.500 0.021 0.083 0.885 0.240Model 6 0.283 0.554 0.703 0.726 0.170Model 7 0.347 0.154 0.550 0.389 0.414Model 8 0.197 0.291 0.217 0.261 0.650Model 9 0.558 0.389 0.466 0.089 0.286

Tabel 2Hasil Uji Signifikansi Simultan

Page 29: JEB Vol 5 No 3 November 2011

215

STRUKTUR MODAL DAN PREDIKSI KEGAGALAN PERUSAHAAN:............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

Pembahasan detail dilakukan berdasarkan hasil ujisignifikansi simultan model dalam mendikriminasisampel. Berdasarkan sampel data agregat, hanya duamodel yang terbukti signifikan perihal penggunaankonsep struktur modal terhadap prediksi kegagalanperusahaan, yaitu model 1 (sig.H&L= 0.000) dan model8 (sig.H&L= 0.044). Sementara untuk sampel aneka in-dustry, model 1 (sig.H&L= 0.005) dan model 5(sig.H&L= 0.021). Pada industri dasar dan kimia hanyamodel 4 (sig.H&L= 0.038) yang signifikan, begitu jugadengan industri perdagangan, hanya model 1(sig.H&L= 0.000) yang terbukti signifikan. Sementarauntuk industri barang konsumsi tidak satupun modelyang ada memiliki pengaruh signifikan. Hal ini berartikonsep struktur modal tidak berpengaruh signifikandalam mengidentifikasi kegagalan perusahaan.

Berdasarkan nilai koefisien Nagelkerke dapatdiketahui kemampuan konsep struktur modalmenjelaskan variasi model yang terbentuk. BerdasarkanTabel 3 dapat diketahui bahwa model 1 memiliki nilaitertinggi baik secara klasifikasi industri atau diantaramodel yang ada. Secara data agregat, rentang nilainagelkerke berkisar 1,34%-32,85%. Pada aneka industrirentang nilai ini 9,7%-66,07%. Pada industri dasar dankimia nilai koefisien berkisar antara 1,21%-73,53%. Padaindustri barang konsumsi 1,36%-41%. Pada industri

perdagangan, rentang nilai Nagelkerke berkisar antara1,59%-64,15%.

Tabel 4 berisikan data daya klasifikasi modelyang terbentuk. Daya klasifikasi ini adalah kemampuanmodel dalam mengklasifikasi secara benar sampelpenelitian yang digunakan. Dilihat baik secarapendekatan industri atau jumlah model yang ada, dapatdiketahui bahwa model 1 superior pada keduanya. Halini berarti penggunaan kriteria laba sebelum hakminoritas atas laba bersih anak perusahaan sebagaiklasifikasi awal kegagalan perusahaan dengan konsepstruktur modal memiliki reliabilitas yang cukup memadaisecara statistik. Namun apabila dilihat berdasarkanpendekatan industri, nilai maksimal daya klasifikasiseluruh model yang terbentuk terdapat pada anekaindustri (meski signifikansi simultan hanya model 1 danmodel 5).

PEMBAHASAN

Pembahasan hasil uji parsial dilakukan mengacu padamodel yang signifikan secara simultan, yaitu padakeseluruhan industri (model 1); aneka industri (model1 dan model 5); industri dasar dan kimia (model 4) dan;industri perdagangan (model 1). dan industri secarakeseluruhan.

Industri IndustriKeseluruhan Aneka Dasar Barang Industri

Sampel Industri Industri dan Kimia Kunsumsi Perdagangan

Model 1 32.85% 66.07% 73.53% 41.00% 64.15%Model 2 8.80% 27.88% 4.84% 34.48% 13.58%Model 3 1.34% 10.67% 3.07% 10.05% 1.59%Model 4 3.73% 9.70% 17.53% 1.36% 11.78%Model 5 4.91% 11.15% 10.53% 7.26% 4.50%Model 6 8.78% 21.08% 9.34% 15.85% 8.72%Model 7 4.69% 11.94% 7.44% 12.43% 3.14%Model 8 2.28% 26.23% 6.73% 7.68% 2.31%Model 9 6.59% 23.00% 1.21% 13.33% 6.38%

Tabel 3Koefisien Nagelkerke

Page 30: JEB Vol 5 No 3 November 2011

216

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 209-220

Tabel 5Uji Parsial Industri Agregat - Model 1

Variabel Independen B Sig.

DTA -2.00403 0.000TxEBIT 0.010984 0.508CF 6.309301 0.000STDEV_CF 1.6E-06 0.311Bx 0.378749 0.000Constant -3.59989 0.001Sig. Hosmer & Lemeshow Test 0.000Nagelkerke 0.328491Daya Klasifikasi ΣΣΣΣΣ Observasi %Gagal 97 54.19Non-Gagal 361 95.76Total 458 82.37

Nilai Nagelkerke model 1 ini sebesar 0,3285 yangberarti variabilitas variabel dependen yang dapatdijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar32,85%. Secara keseluruhan model ini memiliki dayaklasifikasi sebesar 82,37%. Berdasarkan nilai Nagelkarketersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan labasebelum hak minoritas atas laba bersih anak perusahaanyang digunakan belum cukup memadai dalammenjelaskan variasi kegagalan perusahaan yang akanterjadi, meski model yang terbentuk memiliki dayaklasifikasi yang tinggi bila dikaitkan dengan strukturmodal emiten. Secara parsial, kecuali penyimpangan

arus kas dan pajak variabel lainnya berpengaruhsignifikan terhadap probabilitas kegagalan perusahaan.Tetapi dalam hal ini hasil empiris menunjukkan bahwabiaya kegagalan (Bx) ternyata berpengaruh signifikanpositif terhadap probabilitas kegagalan perusahaan.Dengan kata lain, semakin tinggi prediksi biayakegagalan yang dihasilkan, ceteris paribusmengindikasikan probabilitas kegagalan yang jugatinggi. Sementara leverage berpengaruh signifikannegatif terhadap probabilitas kegagalan. Dengan katalain, semakin tinggi leverage yang dimiliki emiten,ceteris paribus justru semakin rendah probabilitaskegagalannya. Berdasarkan pendekatan laba sebelumhak minoritas atas laba bersih anak perusahaan dayaklasifikasi model yang terbentuk mengklasifikasikansecara benar emiten gagal sebesar 54,2% danperusahaan non-gagal sebesar 95,76% .

Nilai Nagelkerke untuk model 1 ini sebesar0,6606 yang berarti variabilitas variabel dependen yangdapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independensebesar 66,06%. Secara keseluruhan model ini memilikidaya klasifikasi sebesar 87,5%. Berdasarkan nilaiNagelkarke tersebut dapat dikatakan bahwapenggunaan laba sebelum hak minoritas atas laba bersihanak perusahaan yang digunakan sebagai diskriminatorawal belum cukup memadai dalam menghasilkankemampuan menjelaskan variasi kegagalan perusahaanyang akan terjadi pada emiten aneka industri, meskimodel prediksi yang terbentuk memiliki daya klasifikasiyang tinggi. Secara parsial, hanya arus kas operasional

IndustriAneka Industri Dasar Barang Industri

Sampel Keseluruhan Industri dan Kimia Kunsumsi Perdagangan

Model 1 82.37 87.50 88.13 84.82 92.22Model 2 72.12 74.04 72.50 83.93 70.56Model 3 67.81 75.96 64.38 69.64 66.67Model 4 64.75 70.19 68.13 58.93 66.67Model 5 72.30 82.69 71.25 81.25 62.22Model 6 58.09 69.23 60.63 61.61 58.89Model 7 59.71 71.15 65.00 62.50 56.11Model 8 62.59 75.96 65.63 63.39 57.78Model 9 65.29 69.23 66.88 58.93 64.44

Tabel 4Daya Klasifikasi Model (%)

Page 31: JEB Vol 5 No 3 November 2011

217

STRUKTUR MODAL DAN PREDIKSI KEGAGALAN PERUSAHAAN:............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

Model 1 Model 5Variabel Independen B Sig. Variabel Independen B Sig.

DTA -2.31 0.168 DTA -1.61 0.208TxEBIT 0.44 0.428 TxEBIT -0.45 0.044CF 32.08 0.000 CF 0.78 0.814STDEV_CF 0.00 0.115 STDEV_CF 0.00 0.476Bx 0.07 0.835 Bx -0.22 0.420Constant -1.13 0.802 Constant 5.17 0.143Sig. Hosmer & Lemeshow Test 0.005 Sig. Hosmer & Lemeshow Test 0.021Nagelkerke 0.6606 Nagelkerke 0.1115302Daya Klasifikasi Ó Observasi % Daya Klasifikasi Ó Observasi %Gagal 41 87.23 Gagal 1 5.26Non-Gagal 50 87.72 Non-Gagal 85 100.00Total 91 87.50 Total 86 82.69

Tabel 6Uji Parsial Model Aneka Industri

yang berpengaruh signifikan terhadap probabilitaskegagalan perusahaan. Berdasarkan pendekatan labasebelum hak minoritas atas laba bersih anak perusahaandaya klasifikasi model yang terbentukmengklasifikasikan secara benar emiten gagal sebesar87,23% dan perusahaan non-gagal sebesar 87,22%.

Nilai Nagelkerke untuk model 5 sebesar 0,1115yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapatdijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar11,15%. Secara keseluruhan model ini memiliki dayaklasifikasi sebesar 82,69%. Berdasarkan nilai Nagelkarketersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan labasebelum hak minoritas atas laba bersih anak perusahaanyang digunakan sebagai diskriminator awal yangdigunakan belum cukup memadai dalam menghasilkankemampuan menjelaskan variasi kegagalan perusahaanyang akan terjadi pada emiten aneka industri, meskimodel yang terbentuk memiliki daya klasifikasi yangtinggi. Secara parsial, hanya biaya kegagalan (Bx) yangberpengaruh signifikan negatif terhadap probabilitaskegagalan perusahaan. Dengan menggunakanpendekatan perubahan leverage sebagai indikasikegagalan perusahaan, semakin tinggi prediksi biayakegagalan yang dihasilkan, ceteris paribus justrumenekan probabilitas kegagalan perusahaan.Berdasarkan pendekatan perubahan leverage, dayaklasifikasi model yang terbentuk mengklasifikasikansecara benar emiten gagal sebesar 5,26% dan

perusahaan non-gagal sebesar 100% atau secaraagregat memiliki daya klasifikasi sebesar 82,69%.

Tabel 7Uji Parsial Industri Dasar dan Kimia

Model 4Variabel Independen B Sig.

DTA 0.48 0.445TxEBIT 0.02 0.863CF -6.96 0.005STDEV_CF -0.00001 0.110Bx 0.16 0.433Constant -0.98 0.712Sig. Hosmer & Lemeshow Test 0.038Nagelkerke 0.17533Daya Klasifikasi ΣΣΣΣΣ Observasi %Gagal 13 25.00Non-Gagal 96 88.89Total 109 68.13

Nilai Nagelkerke untuk model 4 sebesar 0,1753berarti variabilitas variabel dependen yang dapatdijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar17,53%. Secara keseluruhan model ini memiliki dayaklasifikasi sebesar 68,13%. Berdasarkan nilai Nagelkarketersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan komparasi

Page 32: JEB Vol 5 No 3 November 2011

218

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 209-220

arus kas operasional terhadap laba sebelum hakminoritas atas laba bersih anak perusahaan yangdigunakan belum cukup memadai dalam menghasilkankemampuan menjelaskan variasi kegagalan perusahaanyang akan terjadi pada emiten industri dasar dan kimia.Secara parsial, hanya arus kas operasional yangberpengaruh signifikan terhadap probabilitas kegagalanperusahaan. Berdasarkan pendekatan komparasi aruskas operasional terhadap laba sebelum hak minoritasatas laba bersih anak perusahaan daya klasifikasi modelyang terbentuk mengklasifikasikan secara benar emitengagal sebesar 25% dan perusahaan non-gagal sebesar88,89%.

Tabel 8Uji Parsial Industri Perdagangan

Model 1Variabel Independen B Sig.

DTA 0.27 0.745TxEBIT 0.01 0.450CF 35.07 0.000STDEV_CF 0.00 0.639Bx 0.27 0.085Constant -3.30 0.092Sig. Hosmer & Lemeshow Test 0.000Nagelkerke 0.6415Daya Klasifikasi ©©©©© Observasi %Gagal 39 76.47Non-Gagal 12 98.45Total 51 92.22

Nilai Nagelkerke untuk model 1 sebesar 0,6415berarti variabilitas variabel dependen yang dapatdijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar64,15%. Secara keseluruhan model ini memiliki dayaklasifikasi sebesar 64,15%. Berdasarkan nilai Nagelkarketersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan indikatorlaba sebelum hak minoritas atas laba bersih anakperusahaan sebagai diskriminator awal cukup memadaidalam menghasilkan kemampuan menjelaskan variasikegagalan perusahaan yang akan terjadi pada emitenindustri perdagangan, hal ini juga ditunjukkan olehtingginya daya kalsifikasi model. Secara parsial, hanyaarus kas operasional yang berpengaruh signifikan

terhadap probabilitas kegagalan perusahaan.Berdasarkan pendekatan laba sebelum hak minoritasatas laba bersih anak perusahaan daya klasifikasi modelyang terbentuk mengklasifikasikan secara benar emitengagal sebesar 76,47% dan perusahaan non-gagalsebesar 98,45%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan sembilan pendekatan yang digunakansebagai model klasifikasi awal, kriteria laba sebelumhak minoritas atas laba bersih anak perusahaan terbuktisuperior dalam mengidentifikasi probabilitas kegagalanemiten dihubungkan dengan struktur modalnya.Berdasarkan perhitungan empiris, secara parsialvariabel arus kas memang terbukti memiliki pengaruhyang fleksibel (negatif dan positif). Demikian jugahalnya dengan variabel struktur modal yang lain jugatidak memiliki pengaruh absolut tertentu terhadapprobabilitas kegagalan. Implementasi konsep terhadapdata beberapa industri bertujuan menunjukkan adanyavariasi pada struktur modal emiten yang secara tidaklangsung mencirikan karakteristik industri itu sendiri.Hal inilah yang menjadi kemungkinan timbulnya tandapositif dan negatif pada tiap koefisien variabel strukturmodal.

Saran

Walau secara empiris terkesan kontradiksi dengansemangat teori struktur modal, bukan berarti teoritersebut tidak berlaku di Indonesia karena hasilperhitungan statistik banyak menggunakan simplifikasifakta yang ada, di sisi lain konsep teoritis penelitianjuga masih belum memadai dalam penggunaan asumsi-asumsinya. Oleh karena itu, untuk penelitianselanjutnya dapat dikembangkan konsep teoritisstruktur modal perusahaan pada proksi lainnya yangrelevan sebagai prediktor kegagalan perusahaan,misalnya proksi distribusi informasi yang diasumsikanseluruh pelaku pasar sama seperti apa yang dimilikiinternal emiten, seberapa besar asimetris informasi yangterjadi, aksi korporat yang dilakukan dalammengkomunikasikan kualitas dan nilai perusahaan, danlain-lain.

Page 33: JEB Vol 5 No 3 November 2011

219

STRUKTUR MODAL DAN PREDIKSI KEGAGALAN PERUSAHAAN:............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

DAFTAR PUSTAKA

Altman, Edward I. 1968. “Financial Ratios, Discrimi-nant Analysis and the Prediction of CorporateBankruptcy.” Journal of Finance 23 (4): 589-609.

Altman, Edward I., R. Haldeman dan P. Narayaman. 1977.“ZETA analysis: A New Model to Identify Bank-ruptcy Risk of Corporations.” Journal of Bank-ing and Finance June: 29-54.

Altman, Edward I. 1984b. “The Success of BusinessFailure Prediction Models.” Journal of Bank-ing and Finance 8: 171-198.

Aziz, A, dan G.H. Lawson, 1989, Cash Flow Reportingand Financial Distress Models: Testing of Hy-potheses, Financial Management, Vol. 18. no.1, 55-63

Baxter, N. D. 1967. “Leverage, the Risk of Ruin and theCost of Capital.” Journal of Finance 22 (3): 395-403.

Beaver, W. 1966. “Financial Ratios as Predictors of Fail-ure.” Journal of Accounting Research 5: 71-111.

Beaver, W. 1968. “Market Prices, Financial Ratios andPrediction of Failure.” Journal of AccountingResearch 6 (2), 179-192

Deakin, Edward B. 1972. “A Discriminant Analysis ofPredictors of Business Failure.” Journal of Ac-counting Research 10 (1): 167-179.

Dimitras, A. I., S. H. Zanakis dan C. Zopounidis. 1996.“A Survey of business Failures with an Empha-sis on Prediction Methods and Industrial Ap-plications.” European Journal of OperationalResearch 90: 487-513.

Dimitras, A.I., Slowinski, R., Susmaga, R., Zopounidis,C., 1999. Business failure prediction usingrough sets. European Journal of OperationalResearch, 114, pp.263-280

Eisenbeis, R.A., 1977, Pitfalls in the application of dis-criminant analysis in business, finance and eco-nomics, Journal of Finance, Vol. 22 no. 3, 875-900

Frydman, Halina, Edward I. Altman and Duen-Li Kao.1985. “Introducing Recursive Partitioning forFinancial Classification: The Case of FinancialDistress.” Journal of Finance 40 (1): 269-291

Gordon, M.J., 1971, “Towards a Theory of FinancialDistress”, Journal of Finance, Vol. 26 issue2,347-356

Greene, H.W., 1993, Econometric Analysis, Prentice-Hall, Englewood Cliffs NY.

Gregory, A., B. Russell dan G.V. Henderson. 1991. “ABrief Review of Catastrophe Theory and a Testin Corporate Failure Context.” Financial Re-view 26 (2): 127-155.

Johnsen, Thomajean dan Ronald W. Melicher. 1994.“Predicting Corporate Bankruptcy and Finan-cial Distress: Information Value Added by Mul-tinomial Logit Models.” Journal of Economics& Business 46: 269-286.

Jones, Frederick L. 1987. “Current Techniques in Bank-ruptcy Prediction.” Journal of Accounting Lit-erature 6: 131-164.

Karels, G.V. dan A.J.Prakash. 1987. “Multivariate Nor-mality and Forecasting of Corporate Bank-ruptcy.” Journal of Business Finance and Ac-counting, Vol. 14 no. 4, 573-592.

Kim, E.H., 1978, A mean-variance theory of optimal capi-tal structure and corporate debt capacity, Jour-nal of Finance, Vol. 23 no. 1, 45-63

Kinnear, Paul R. and Colin D. Gray. 2001. SPSS for Win-dows made simple, release 10. Hove, East Sus-sex: Psychology Press Ltd.

Kraus, Alan danRobert H. Litzenberger. 1973. “StatePreference Model of Optimal Financial Lever-

Page 34: JEB Vol 5 No 3 November 2011

220

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 209-220

age.” Journal of Finance 28 (4): 911-922.

Lennox, C., 1999, Identifying failing companies: A re-evaluation of the logit, probit and DA ap-proaches, Journal of Economics and Business,Vol. 51 issue 4, 347 364.

Mar Molinero, M. dan M. Ezzamel. 1991. “Multidimen-sional Scaling Applied to Corporate Failure.”Omega International Journal of ManagementScience 19 (4): 259-274.

Martin, D., 1977, “Early warnings of bank failure: Alogit regression approach”, Journal of Bank-ing and Finance, 1, 249-276.

Merton, R., 1974, “On the Pricing of Corporate Debt:The Risk Structure of Interest Rates”, The Jour-nal of Finance, Vol. 29 issue 2, 449-470

Modigliani, Franco dan Merton H. Miller. 1958. “TheCost of Capital, Corporation Finance and theTheory of Investment.” The American Eco-nomic Review 48 (3): 261-297.

Modigliani, Franco dan Merton H. Miller. 1963. “Cor-porate Income Taxes and the Cost of Capital: ACorrection.” The American Economic Review53 (3): 433-443.

Ohlson, James A. 1980. “Financial ratios and Probabi-listic Prediction of Bankruptcy.” Journal of Ac-counting Research 18 (1): 109-131.

Scott, J.H., 1976. “A Theory of Optimal Capital Struc-ture” Bell Journal of Economics, Vol. 7 issue 1,33-54

Scott, James H. Jr. 1977. “Bankruptcy, Secured Debt,and Optimal Capital Structure.” Journal of Fi-nance 32 (1): 1-19.

Scott, J., 1981. “The Probability of Bankruptcy, A Com-parison of Empirical Predictions and Theoreti-cal Models.” Journal of Banking and Finance,Vol. 5, 317-344

Silberberg, E., 1981, The structure of economics: a math-ematical analysis, (McGraw-Hill, NewYork).

SPSS Inc./Marija J. Norusis. 2008. SPSS Regressionmodels 14.0. Chicago: SPSS Inc.

Tam, K.Y. and M.Y. Kiang. 1992. “Managerial Applica-tions of Neural Networks: the Case of Bank-failure Predictions.” Management Science 38(7): 926-947.

Vinso, J.D., 1979, “A Determination of the Risk of Ruin”,Journal of Financial and Quantitative Analy-sis, Vol. 14 issue 1, 77-100

Westgaard, Sjur dan Nico van der Wijst. 2001. “DefaultProbabilities in a Corporate Bank Portfolio: ALogistic Model Approach.” European Journalof Operational Research, Vol. 135 no. 2: 338-349.

Wiginton, J.C., 1980, A note on the comparison of logitand discriminant models of consumer creditbehavior, Journal of Financial and Quantita-tive Analysis, Vol. 15 no. 3, 757-770.

Wijst, D van der. 1989. Financial Structure in SmallBusiness: Theory, Tests and Applications. Ber-lin Heidelberg: Springer-Verlag.

Zavgren, Christine V. 1983. “The Prediction of Corpo-rate Failure: The State of the Art.” Journal ofAccounting Literature 2: 1-38.

Zmijewski, M. E. 1984. “Methodological Issues Relatedto the Estimation of Financial Distress Predic-tion Models.” Journal of Accounting Research20 (0): 59-82.

Zopounidis, C., Doumpos, M., 1999. A Multicriteria AidMethodology for Sorting Decision Problems:The Case of Financial Distress, ComputationalEconomics, 14, pp. 197-218.

Page 35: JEB Vol 5 No 3 November 2011

221

MODEL DINAMIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, DAN.............. (Endang Setyowati)Vol. 5, No. 3, November 2011Hal. 221-235

ABSTRACT

This research has purpose to provide empirical evi-dent about causal relationship between inflation, eco-nomic growth, and unemployment in Indonesia. Usingannual data covering the period from 1980 to 2010, vec-tor autoregressive (VAR) model, and Granger causalitytest for VAR Multivariate model, the empirical resultindicated that unemployment has impact to inflationand economic growth in Indonesia. Economic growthhas weak impact to inflation and has no impact to un-employment in Indonesia. Inflation has no impact toeconomic growth, nor unemployment in Indonesia.

Keywords: inflation, economic growth, unemployment,VAR, granger causality test

PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi bagi negara sedangberkembang ditujukan untuk mencapai kemakmuranmasyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggidan distribusi pendapatan yang merata. Beberapadasawarsa terakhir berbagai kebijakan pemerintahsecara aktif ditujukan untuk mendorong perekonomiandan lapangan kerja agar laju pertumbuhan ekonomiberada pada tingkat potensial. Kadang sutuperekonomian harus dihadapkan pada kondisi tertentuyang tidak diinginkan dari upaya pencapaian

MODEL DINAMIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI,DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA

Endang SetyowatiSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta

Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telepon +62 274 486160, 486321, Fax. +62 274 486155

E-mail: [email protected]

perekonomian yang lebih baik. Pada tahun 1958,Phillips menemukan hubungan negatif antarapengangguran dengan perubahan tingkat upah danmeyakini bahwa dalam jangka panjang terdapat tradeoff antara pengangguran dan inflasi. Artinya, dalamjangka panjang pertumbuhan ekonomi dapat dicapaidengan mengorbankan inflasi pada tingkat tertentu.

Kondisi yang berbeda dari temuan Philip adalahpengalaman dari krisis moneter yang dihadapi Indone-sia pada pertengahan tahun 1997 yang telahmengakibatkan ketidakstabilan perekonomian Indone-sia. Pertumbuhan ekonomi terhenti, bahkan mengalamipertumbuhan ekonomi yang negatif, tingkatpengangguran meningkat, dan tingkat inflasimeningkat tajam pada tahun 1998 yaitu mencapai 58%(Setyowati, 2011). Pengalamam krisis moneter tersebutmenimbulkan suatu pertanyaan sampai seberapahubungan dan pengaruh antara pertumbuhan ekonomi,tingkat inflasi, dan pengangguran. Selama ini, tolok ukuruntuk melihat keberhasilan pembangunan ekonomisering dilihat dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, dantingkat pengangguran.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perubahansecara riil produksi domestik bruto. Produksi domestikbruto menyatakan nilai pendapatan total danpengeluaran total nasional atas output barang dan jasa.Sedangkan produksi domestik bruto riil menyatakannilai pendapatan total dan pengeluaran total nasionalatas output barang dan jasa setelah disesuaikan dengantingkat inflasi. Inflasi merupakan kenaikan harga barangdan jasa yang diukur dari perubahan indeks harga

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Page 36: JEB Vol 5 No 3 November 2011

222

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 221-235

konsumen, sedang tingkat pengangguranmenunjukkan banyaknya penduduk yang termasuk kedalam angkatan kerja yang tidak bekerja (Mankew,2007).

Suatu negara yang melakukan pembangunanekonomi selalu berupaya mencapai pertumbuhanekonomi. Bahkan, pemerintah dengan berbagaikebijakan ekonomi sering mentargetkan pertumbuhanekonomi yang ingin dicapai. Suatu negara yang dapatmencapai pertumbuhan ekonomi berarti adapeningkatan kegiatan ekonomi di negara tersebut, baikkegiatan produksi maupun kegiatan konsumsi.Peningkatan kegiatan ekonomi akan meningkatkaninvestasi yang selanjutnya peningkatan investasi akanmembuka lapangan kerja atau mengurangipengangguran. Perekonomian Indonesia menunjukkanbahwa setiap satu persen terciptanya pertumbuhanekonomi akan dapat menyerap tenaga kerja barusebanyak 548.000 orang (Setyowati, 2011).

Upaya pemerintah tidak hanya pencapaipertumbuhan ekonomi dan penurunan pengangguransaja, tetapi juga berupaya perekonomian pada kondisitingkat inflasi yang rendah, karena tingkat inflasi yangrendah menunjukkan harga barang dan jasa di negaratersebut stabil. Inflasi yang tinggi berdampak negatifpada terhadap pertumbuhan ekonomi. Tingkat inflasiyang tinggi menyebabkan ketidakpastian, sehingga in-vestor cenderung melakukan investasi finansial jangkapendek yang bersifat spekulatif dari pada melakukaninvestasi proyek riil yang bersifat produktif.

Perekonomian Indonesia dalam periode 1986-1997 (sebelum krisis moneter tahun 1998) mengalamipertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun,pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 6,65%. Namunpada saat perekonomian Indonesia mengalami krisismoneter pada tahun 1998, perekonomian Indonesiamengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar -13,1% dan setelah krisis moneter tahun 1998 (tahun1999-2010) perekonomian Indonesia tumbuh rata-rataper tahun hanya sebesar 4,89%. Jika dilihat dari besaranpertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun, maka dapatdiketahui bahwa perekonomian Indonesia pada masasebelum krisis moneter tahun 1998 mengalamipertumbuhan yang lebih tinggi daripada masa sesudahkrisis moneter tahun 1998. Tingkat pertumbuhanekonomi Indonesia yang tinggi pada masa sebelumkrisis moneter tahun 1998 menempatkan Indonesia

sebagai salah satu macan Asia.Harga-harga barang dan jasa pada

perekonomian Indonesia beberapa tahun sebelum krisismoneter tahun 1998 relatif stabil. Hal ini ditunjukkanoleh laju inflasi pada masa itu relatif konstan, yaitu7,92% rata-rata per tahun selama periode tahun 1986-1997. Pada saat krisis moneter tahun 1998 laju inflasiIndonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 58%. Inflasiyang tinggi ini dipicu dari kondisi perekonomian padamasa krisis moneter nilai rupiah terhadap mata uangasing merosot tajam, dari US$ 1 sekitar Rp2.400,-menjadi sekitar Rp17.000,- Menghadapi kondisiketidakstabilan harga yang tinggi ini, Bank Indonesiamenerapkan kebijakan moneter uang ketat yangberakibat pertumbuhan uang beredar melambat dantingkat suku bunga simpanan di perbankan meningkattajam, sehingga tekanan depresiasi rupiah berangsursurut. Inflasi mulai terkendali pada tahun 1999.Memasuki tahun 2002 dan seiring dengan membaiknyakondisi sosial-politik di Indonesia, nilai tukar rupiahterhadap US$ menjadi relatif stabil dan inflasi mengalamipenurunan yang cukup tajam.

Laju inflasi di Indonesia yang terjadi dalamperiode 1999-2010 (periode setelah krisis moneter 1998)cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan dalamperiode sebelum krisis, yaitu sebesar 9,31$ rata-rataper tahun. Namun laju inflasi dalam periode tahun 1999-2010 lebih berfluktuasi dibandingkan dengan laju inflasidalam periode tahun 1986-1997. Perbedaan laju inflasiantara masa sebelum krisis moneter tahun 1998 danmasa setelah krisis moneter tahun 1998 mencerminkanbahwa harga-harga barang dan jasa dalam periodesebelum krisis moneter lebih stabil daripada harga-hargabarang dan jasa setelah krisis moneter tahun 1998.

Stabilitas harga yang terjadi pada periodesebelum krisis moneter tahun 1998 disebabkan olehbanyak faktor, di antaranya adalah keberhasilan Indo-nesia dalam melaksanakan program swasembadapangan. Pergolakan pada harga pangan yang terjadipada periode sesudah krisis moneter tahun 1998pemberi kontribusi yang signifikan dalam menciptakaninflasi pada periode tersebut. Faktor lain yangmenyebabkan harga-harga relatif stabil pada periodesetelah krisis adalah harga bahan bakar minyak (BBM)dan kurs valuta asing juga relatif stabil. Harga BBMmerupakan salah satu unsur penting pembentuk biayaproduksi. Kenaikan harga BBM direspon produsen

Page 37: JEB Vol 5 No 3 November 2011

223

MODEL DINAMIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, DAN.............. (Endang Setyowati)

dengan menaikkan harga. Stabilitas nilai tukar valutaasing memberikan kontribusi yang baik pada harga-harga barang dan jasa di Indonesia yang strukturproduksinya banyak menggunakan bahan baku danbahan penolong dari barang-barang impor. Stabilitasnilai tukar valuta asing disebabkan pada periodetersebut pemerintah menganut rezim kontrol devisayang mengambang terkendali. Kurs valuta asingditentukan dengan rentang kendali. Ketika kursmempunyai kecenderungan melampaui rentang kendaliyang telah ditetapkan oleh pemerintah, Bank Indone-sia melakukan intervensi dengan membeli atau menjualvaluta asing.

Perkembangan tingkat pengangguran di Indo-nesia dalam periode tahun 1986-2010 mengalamimeningkat dari waktu ke waktu. Namun sejak tahun2006 tingkat pengangguran di Indonesia menurunhingga tahun 2010. Penurunan tingkat pengangguranini lebih banyak disebabkan oleh perubahan padakriteria yang digunakan untuk menentukan seseorangtermasuk ke dalam kelompok bekerja, yaitu dari mini-mal 35 jam per minggu melakukan kegiatan ekonomimenjadi hanya dua hari dalam per minggu. Definisipenduduk bekerja yang digunakan saat ini adalahpenduduk usia kerja yang melakukan kegiatan ekonomidengan maksud memperoleh atau membantumemperoleh pendapatan atau keuntungan, palingsedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja yangtidak dibayar yang membantu dalam usaha ataukegiatan ekonomi. Tingkat pengangguran di Indone-sia dalam periode 1986-1997 sebesar 3,54% rata-rataper tahun. Pada saat Indonesia mengalami krisismoneter tahun 1998 tingkat pengangguran mencapai5,5%. Dalam periode tahun 1999-2010 tingkatpenganggguran di Indonesia sebesar 6,58% rata-rataper tahun.

Dalam literatur ekonomi terdapat banyak teoriyang menjelaskan hubungan antara pertumbuhanekonomi, inflasi, dan pengangguran. Bukti empirishubungan antara ketiga statistik ekonomi tersebut jugasudah banyak diperoleh dari hasil penelitian. Hasilpenelitian yang dilakukan terhadap perekonomianInggris yang dilakukan Phillips menggunakan datatahun 1865-1956 memperoleh bukti empiris adanyahubungan negatif antara tingkat pengangguran dengantingkat inflasi. Artinya, pada saat tingkat pengangguran

rendah, tingkat inflasi tinggi. Sebaliknya tingkat inflasirendah terjadi pada saat tingkat pengagguran tinggi.Hasil temuan ini menimbulkan implikasi bagi pengambilkebijakan, yaitu tujuan pengelolaan perekonomianuntuk mencapai tingkat inflasi rendah dan tingkat inflasiyang rendah menjadi sulit. Karena adanya trade-offantara tingkat inflasi dan tingkat pengagguran.

Okun menggambarkan secara grafik hubunganantara tingkat pengangguran dengan persentaseperubahan PDB riil perekonomian Amerika Serikattahun 1951-2003. Persentase perubahan PDB riil adalahtingkat pertumbuhan ekonomi. Sebaran titik-titikpersentase perubahan PDB riil dan perubahan tingkatpengangguran membentuk pola yang menurun. Polaini menggambarkan hubungan negatif antarapertumbuhan ekonomi dengan tingkat pengangguran.Hukum Okun menyatakan pada tingkat pengangguranyang tinggi akan terjadi penurunan pertumbuhanekonomi (Mankew, 2007).

Tingkat inflasi mempunyai hubungan negatifdengan pertumbuhan ekonomi. Pada masa tingkatinflasi yang tinggi, kebijakan investasi masyarakat lebihbenyak kepada investasi yang tidak produktif, sepertilogam mulia dan tanah. Rendahnya investasi yangproduktif pada masa inflasi tinggi menyebabkanproduksi nasional menurun (Setyowati, 2007).

Simaremare (2006) melakukan penelitian untukmengetahui berlakunya hukum Okun padaperekonomian Indonesia. Penelitian tersebutmenggunakan data time series tahunan 1985-2005.Dengan metode Ordinary Least Square (OLS)diperoleh simpulan bahwa hukum Okun berlaku bagiperekonomian Indonesia, yaitu pada tingkatpengangguran di Indonesia tinggi, pertumbuhanekonomi Indonesia rendah.

Amir (2008) melakukan penelitian tentangpengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadappengangguran di Indonesia. Dengan menggunakandata tahun 1980-2005 tidak memperoleh bukti adanyapengaruh tingkat inflasi terhadap pengangguran padaperekonomian Indonesia, baik secara statistik maupunsecara grafik. Namun hasil penelitian tersebutmemperoleh bukti adanya hubungan yang signifikanantara pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi.Berdasar besaran statistik yang diperoleh dapatdiketahui bahwa setiap terjadi pertumbuhan ekonomisebesar 1% akan menurunkan tingkat pengangguran

Page 38: JEB Vol 5 No 3 November 2011

224

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 221-235

sebesar 0,46%.Hubungan antara pertumbuhan ekonomi,

inflasi, dan pengangguran merupakan topik yang masihmenarik untuk diteliti hingga saat ini. Salah satualasannya adalah beberapa penelitian yang pernahdilakukan, baik di negara yang sama atau negara yangberbeda, tetapi menggunakan data dan/atau metodeanalisis yang berbeda, dapat menghasilkan simpulanyang berbeda pula. Alasan lain adalah bahwapengetahuan tentang hubungan di antara ketigavariabel ekonomi makro tersebut diperlukan oleh parapengambil keputusan agar mampu memperolehinformasi yang lebih lengkap untuk dijadikan dasardalam merancang kebijakan ekonomi.

Kebijakan ekonomi pemerintah dapatdikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kebijaanekonomi mikro dan kebijakan ekonomi makro. Kebijakanekonomi mikro bertujuan memperbaiki kinerja ekonomimelalui regulasi aktivitas ekonomi di tingkatrumahtangga dan perusahaan secara individu, sedangtujuan kebijakan ekonomi makro pemerintah untukmemperbaiki kinerja perekonomian dengan caramenciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, lajuinflasi yang rendah, dan tingkat pengangguran yangrendah. Pemerintah dapat merancang kebijakan ekonomimakro secara lebih baik perlu pengetahuan tentangbentuk hubungan antara pertumbuhan ekonomi, inflasi,dan pengangguran di Indonesia. Berdasarkan uraiantersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengujihubungan pengaruh antara pertumbuhan ekonomi,inflasi, dan pengangguran di Indonesia, kemudiandilanjutkan dengan merancang model dinamis antarapertumbuhan ekonomi, inflasi, dan penggangguranIndonesia.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Produksi domestik bruto menunjukkan nilai barang danjasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian padasatu periode tertentu. Tingkat pertumbuhan ekonomiadalah tingkat di mana produksi domestik brutomeningkat (Dornbusch et. al., 2008). Inflasi yang tinggiberdampak negatif terhadap perekonomian, yaitu 1)mendorong masyarakat untuk berinvestasi padakegiatan-kegiatan yang bersifat spekulatif, 2) tingkatbunga cenderung meningkat, 3) menimbulkanketidakpastian mengenai keadaan ekonomi di masa

yang akan datang, dan 4) menimbulkan masalah padaneraca pembayaran (Setyowati, 2007). Tingginyainvestasi masyarakat pada kegiatan-kegiatan yangbersifat spekulatif, seperti membeli emas dan tanahmenyebabkan rendahnya kegiatan investasi yangproduktif. Kenaikan tingkat bunga yang disebabkanoleh kebijakan bank sentral yang kontraktif(mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat) jugaakan mengurangi daya tarik pengusaha melakukankegiatan investasi yang bersifat produktif. Ketidak-pastian kondisi perekonomian di masa yang akandatang sebagai akibat dari tingginya laju inflasi akanmenyulitkan pengusaha untuk membuat perencanaan,sehingga dorongan para pengusaha untuk berinvestasiakan rendah. Rendahnya investasi masyarakat/pengusaha kepada kegiatan-kegiatan yang bersifatproduktif ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi akanrendah.

Hubungan positif antara pertumbuhan ekonomidengan inflasi dijelaskan dalam teori Tobin yang dikenaldengan istilah Efek Tobin. Menurut Efek Tobin, inflasimenyebabkan individu-individu mengubah kekayaandari uang menjadi kekayaan yang menghasilkan bunga,yaitu investasi. Kenaikan investasi menyebabkankegiatan produksi menjadi lebih padat modal. Kegiatanproduksi yang cenderung lebih padat modal akanmendorong meningkatnya produksi nasional dan terjadipertumbuhan ekonomi.

Pandangan ekonom klasik tentang hubunganantara pertumbuhan ekonomi dan inflasi berbedadengan pandangan Keynes dan Tobin. Ekonom klasikberpendapat tidak terdapat hubungan antarapertumbuhan ekonomi dengan inflasi. Menurutpandangan klasik, penawaran agregatif jangka panjangadalah konstan (Gartner, 2006). Kenaikan permintaanagregaif tidak dapat mengubah pendapatan nasional.Kenaikan permintaan agregatif hanya dapatmeningkatkan harga, namun tidak mengubah output(pendapatan nasional). Dengan demikian, tidakterdapat hubungan antara pertumbuhan ekonomi daninflasi. Harga umum naik, tetapi output tidak berubah.

Pandangan klasik tentang hubungan antarapertumbuhan ekonomi dan inflasi didukung oleh teorinetralitas (neutrality theory). Teori netralitasmenyatakan bahwa tidak terdapat hubunganketerkaitan antara sektor moneter dengan sektor riil.Kebijakan pengendalian laju inflasi melalui kebijakan

Page 39: JEB Vol 5 No 3 November 2011

225

MODEL DINAMIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, DAN.............. (Endang Setyowati)

moneter, baik ekspansif maupun kontraktif tidakberpengaruh terhadap siklus bisnis (pertumbuhanekonomi). Hasil pengamatan terhadap perekonomianAmerika Serikat menunjukkan bahwa penurunantingkat output dan kesempatan kerja terjadi setelahbank sentral Amerika melakukan kebijakan moneter yangekspansif (Mankew, 2007).

Hasil pengujian kausalitas satu arah daripertumbuhan ekonomi ke inflasi. Mallik dan Chowdhury(2001) meneliti hubungan antara pertumbuhan ekonomidengan inflasi di empat negara Asia Selatan, yaituBangladesh, India, Pakistan, dan Sri Langka. Periodepenelitian: Bangladesh 1974-1997; India 1961-1997;Pakistan 1957-1997; dan Sri Lanka 1966-1997. Modelyang digunakan adalah model kointegrasi dan modelkoreksi kesalahan. Hasil penelitian menunjukkanadanya hubungan positif antara pertumbuhan ekonomidengan inflasi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dalampenelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:H1: Terdapat hubungan kausal antara pertumbuhan

ekonomi dengan inflasi di IndonesiaPenyediaan lapangan pekerjaan yang tinggi

bagi masyarakat merupakan salah satu tujuan pentingdari kebijakan ekonomi oleh pemerintah, baik di negarasedang berkembang maupun di negara maju.Ketersediaan lapangan kerja merupakan syarat untukmengurangi jurang kemiskinan (Sodipe, 2011). Lapangankerja dapat ditingkatkan melalui kegiatan investasi disektor produktif oleh perusahaan. Investasiperusahaan akan terjadi pada perekonomian yangmemiliki pertumbuhan.

Pertumbuhan ekonomi dapat menciptakaninvestasi dalam perekonomian, sedangkan investasiperusahaan dapat menciptakan lapangan kerja.Kesempatan kerja yang meningkat berarti tenaga kerjayang terlibat dalam produksi nasional meningkat,sehingga barang dan jasa yang dihasilkan juga akanmeningkat. Semakin tinggi lapangan pekerjaan yangtersedia dalam suatu perekonomian, semakin rendahtingkat pengagguran dalam perekonomian tersebut.Uraian tersebut menunjukkan adanya hubungan antarapertumbuhan ekonomi dengan pengangguran.

Hubungan antara pertumbuhan ekonomidengan pengangguran dapat dijelaskan dari hasilpengamatan yang dilakukan oleh Okun terhadapperekonomian Amerika Serikat. Dengan menggunakandata pertumbuhan ekonomi dan pengangguran Amerika

Serikat tahun 1948-2003 nampak terlihat adanyahubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi danpengangguran. Tenaga kerja yang dipekerjakanbertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa,sementara tenaga kerja yang tidak bekerja tidakmenghasilkan apa-apa. Oleh karena itu, pengangguranberhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi.Hukum Okun menjelaskan tingkat pengangguran yangtinggi terjadi pada tingkat pertumbuhan ekonomi yangrendah. Lebih jauh lagi hasil temuan Okun padaperekonomian Amerika Serikat menunjukkan bahwasetiap satu persen terjadi perubahan pertumbuhanekonomi, tingkat pengangguran berubah sebesar 0,4kalinya. Misalnya terjadi penurunan produksi nasionalsebesar 5%, tingkat pengangguran naik sebesar 0,4kali 5%, yaitu 2% (Gordon, 1987).

Banyak penelitian empiris telah dilakukan dibeberapa negara untuk mengetahui hubungan antarapertumbuhan ekonomi dengan pengangguran. Hussainat. al. (2010) meneliti hubungan antara pertumbuhanekonomi dan pengangguran pada perekonomian Paki-stan. Penelitian tersebut menggunakan datapertumbuhan ekonomi dan pengangguran Pakistan dari1972 sampai dengan 2006. Analisis terhadap hubunganantara pertumbuhan ekonomi dan pengaggurandilakukan dengan menggunakan model Vector ErrorCorrection (VECM). Hasil penelitian menunjukkanadanya hubungan pengaruh antara pertumbuhanekonomi dengan pengangguran, baik dalam periodejangka pendek maupun periode jangka panjang.

Simaremare (2006) telah melakukan penelitianterhadap hubungan antara pertumbuhan ekonomi danpengangguran di Indonesia. Dengan data tahun 1985-2005 menggunakan model Ordinary Least Square(OLS) diperoleh simpulan bahwa hukum Okun berlakupada perekonomian Indonesia, di mana koefisien Okunbernilai negatif. Artinya, pada saat pertumbuhanekonomi tinggi, pengangguran cenderung rendah.Penelitian tersebut tidak dapat membuktikan adanyahubungan pengaruh antara kedua variabel tersebut.Amir (2008) melakukan penelitian tentang pengaruhpertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di In-donesia menggunakan data tahun 1980 sampai dengantahun 2005. Dengan metode OLS diperoleh simpulanbahwa ada pengaruh yang signifikan antarapertumbuhan ekonomi dan pengagguran. Modelregresi estimasi yang diperoleh menunjukkan setiap

Page 40: JEB Vol 5 No 3 November 2011

226

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 221-235

kenaikan satu persen pertumbuhan ekonomi akanmenurunkan tingkat pengganguran sekitar 0,46%.Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian inidirumuskan hipotesis sebagai berikut:H2: Terdapat hubungan kausal antara pertumbuhan

ekonomi dengan pengangguran di IndonesiaUntuk menjelaskan hubungan antara inflasi dan

pengangguran banyak di kalangan professionalekonomi menggunakan hasil pengamatan yangdilakukan Phillips pada tahun 1958 denganmenggunakan data perekonomian Inggris tahun 1861-1957 terhadap pengangguran dan perubahan tingkatupah. Phillips menemukan hubungan negatif antarapengangguran dengan perubahan tingkat upah. Padasaat tingkat pengangguran rendah, upah tenaga kerjatinggi. Sebaliknya pada tingkat pengangguran tinggi,upah tenaga kerja rendah. Sebaran titik yangmenggambarkan hubungan antara persentasepengangguran dengan persentase kenaikan upahtenaga kerja membentuk pola yang menurun. Phillipsmembuat suatu kurva yang mengikuti pola sebaran darititik-titik tersebut dan menemukan bentuk kurva yangmenurun dan disebut kurva Phillips. Kurva Phillipsadalah sebuah kurva yang menunjukkan hubunganterbalik (berlawanan arah) antara tingkat penganggurandengan kenaikan upah tenaga kerja. Tingkatpengangguran yang cenderung tinggi, laju inflasicenderung rendah (Dornbusch et. al., 2008).

Tingkat pengangguran yang naik akibatmenurunnya laju inflasi sering dianggap sebagai biayayang harus diterima dari suatu kebijakan pemerintahdalam rangka menekan laju inflasi. Biaya menekan lajuinflasi merupakan topik yang sering diperdebatkan dikalangan ahli ekonomi. Kurva Phillips merupakanpandangan standar tentang hubungan antara inflasidengan pengangguran dalam jangka pendek.Pandangan standar menyatakan bahwa menekan lajuinflasi membutuhkan periode output yang rendah(pertumbuhan ekonomi rendah) dan pengangguranyang tinggi. Biaya menekan laju inflasi diukur oleh rasiopengorbanan, yaitu persentase output nasional yangharus dikorbankan (menurunnya pertumbuhanekonomi) dan kenaikan pengangguran untuk menekanlaju inflasi sebesar satu persen (Sachs dan Larrain,1993).

Fisher (1973) melakukan pengamatan terhadaphubungan antara perubahan tingkat harga dengan

tingkat pengangguran di Amerika Serikat. Hasilpenelitian menunjukkan adanya hubungan negatifantara perubahan tingkat harga dan pengangguran. Jikaperubahan tingkat harga adalah inflasi, maka inflasimempunyai hubungan negatif dengan pengangguran.Fisher berhasil menemukan kurva Phillips padaperekonomian Amerika Serikat.

Pada saat perekonomian mengalami resesi,tingkat pengangguran sangat tinggi karenaperekonomian memiliki kelebihan tenaga kerja. Ketikaperekonomian mulai membaik, permintaan agregatifakan meningkat dan kesempatan kerja juga akanmeningkat, sehingga penduduk yang bekerja akanmeningkat. Peningkatan kesempatan kerja akan sedikitmendorong kenaikan upah tenaga kerja. Jikapeningkatan kegiatan ekonomi berlanjut dan pendudukyang bekerja semakin banyak, maka hal ini akanmendorong upah tenaga kerja meningkat. Kenaikanupah tenaga kerja akan meningkatkan biaya produksidan produsen akan cenderung menaikkan harga. Olehkarena itu, penurunan pengangguran akanmengakibatkan kenaikan inflasi, dan sebaliknya.

Pandangan lain tentang biaya yang harusditanggung dari suatu kebijakan menekan laju inflasiadalah teori histeresis yang menyatakan bahwa resesi(menurunnya kegiatan ekonomi nasional) sebagaiakibat dari kebijakan menekan laju inflasi akanmeningkatkan pengangguran alamiah. Penurunankegiatan ekonomi yang disebabkan oleh kebijakanmenekan laju inflasi tidak hanya bersifat temporer, tetapijuga mengakibatkan tingkat pengangguran yang lebihtinggi (Mankew, 2007).

Pandangan tradisional tentang hubungannegatif antara inflasi dan pengangguran seperti yangdigambarkan dengan kurva Phillips berbeda denganpandangan Friedman yang menyatakan bahwa inflasimemiliki pergerakan yang searah denganpengangguran. Ketika harga barang dan jasameningkat, pengangguran juga akan naik. Inflasi yangdisebabkan oleh kenaikan biaya produksi akanmendorong perusahaan untuk mengurangi barang danjasa yang diproduksi untuk mencapai tingkat produksiyang efisien. Pengurangan tingkat produksi inimenyebabkan penggunaan faktor produksi, termasuktenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan produksiakan berkurang. Hal ini akan meningkatkanpengangguran. Jadi kenaikan harga barang dan jasa

Page 41: JEB Vol 5 No 3 November 2011

227

MODEL DINAMIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, DAN.............. (Endang Setyowati)

akan meningkatkan pengangguran.Hubungan antara pengangguran dan inflasi

juga banyak diperoleh dari hasil penelitian empiris dibeberapa negara. Amir (2008) melakukan penelitiantentang pengaruh inflasi terhadap pengangguran diIndonesia menggunakan data tahun 1980 hingga tahun2005. Dengan metode OLS hasil penelitian tersebuttidak berhasil memperoleh bukti adanya pengaruhinflasi terhadap pengangguran. Kitov (2007) menelitihubungan antara inflasi dan pengangguran di Jepangmenggunakan data pengangguran dan indeks hargakonsumen Jepang tahun 1982-2006. Dengan modelregresi linear diperoleh koefisien regresi yang bernilainegatif sebesar -0,94 dengan konstanta 0,0041. Hasilpenelitian tersebut menunjukkan adanya hubungannegatif antara inflasi dan penganguran padaperekonomian Jepang. Berdasarkan uraian tersebut,maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagaiberikut:H3: Terdapat hubungan kausal antara inflasi dengan

pengangguran di IndonesiaPenelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan

kausal antara pertumbuhan ekonomi, inflasi, danpengangguran di Indonesia. Setelah diketahui polahubungan antara ketiga variabel tersebut kemudiandilanjutkan dengan membuat model dinamis antarapertumbuhan ekonomi, inflasi, dan pengangguran diIndonesia. Data yang digunakan dalam penelitian iniadalah pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, dan tingkatpengangguran di Indonesia tahun 1980 hingga tahun2010 yang diperoleh dari Statistik Indonesia tahun 1980-2010 dan Nota Keuangan dan RAPBN 1979/1980 hingga2010. Pertumbuhan ekonomi adalah persentaseperubahan produksi domestik bruto (PDB) atas dasarharga konstan tahun 2000. Laju inflasi diukur daripersentase perubahan indeks harga konsumen Indo-nesia (IHKI). Tingat pengangguran adalah persentasependuduk yang menganggur terhadap angkatan kerja.

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi,inflasi, dan pengangguran digambarkan ke dalam suatumodel dinamis yang disebut vector autoregressive(VAR Model) atau model vector error correction (VECModel). Jika tingkat pertumbuhan ekonomi diberisimbol PDBR, laju inflasi diberi simbol INF, dan tingkatpengangguran diberi simbol TP, maka spesifikasi modelVAR atau model VEC antara ketiga variabel tersebutadalah sebagai berikut:

k k k

PDBRt= α + βj PDBRt-j+ γj INFt-j+ δjTPt-j +μ1tj=1 j=1 j=1

k k k

INFt = α + βj PDBRt-j+ γj INFt-j+ δjTPt-j +μ1tj=1 j=1 j=1

k k k

TPt = α + βj PDBRt-j+ γj INFt-j+ δjTPt-j +μ1tj=1 j=1 j=1

Keterangan: PDBRt adalah tingkat pertumbuhanekonomi pada periode t dan PDBRt-j adalah tingkatpertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya. INFtadalah laju inflasi pada periode t dan INFt-j adalah lajuinflasi pada periode sebelumnya. TPt adalah tingkatpengangguran pada periode t dan TPt-j adalah tingkatpengangguran pada periode sebelumnya. µ merupakanstochastic error terms atau di dalam istilah model VARatau VEC disebut impuls atau inovasi, atau shok(Gujarati, 2003).

Pemilihan model VAR atau model VECtergantung dari kondisi data yang diamati. Jika datayang diamati stasioner pada level, maka model yangdigunakan adalah model VAR, sedang jika data yangdiamati tidak stasioner, namun memiliki hubungankointegrasi, maka model yang digunakan adalah modelVEC. Sebelum melakukan pencarian model VAR ataumodel VEC, data mengenai pertumbuhan ekonomi,inflasi, dan pengangguran terlebih dahulu dilakukanpengujian stasioneritas data tersebut. Suatu data timeseries dikatakan stasioner jika data tersebut memilikirata-rata dan varians yang konstan sepanjang waktudalam time series. Salah satu persyaratan yang harusdipenuhi dalam penggunaan model VAR adalah bahwadata yang diamati harus stasioner. Jika terdapat variabelyang tidak stasioner, langkah berikutnya adalahmelakukan pengujian terhadap hubungan kointegrasidi antara semua variabel yang diamati. Penggunaanmodel VEC mensyaratkan variabel yang diamati memilikihubungan kointegrasi.

Penelitian yang menggunakan data time seriesdiperlukan informasi tentang stasioneritas data.Penggunaan data yang tidak stasioner dalam modelregresi estimasi menyebabkan kesalahan standarkoefisien regresi menjadi bias. Pengujian dengan

Σ Σ Σ

Σ Σ Σ

Σ Σ Σ

Page 42: JEB Vol 5 No 3 November 2011

228

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 221-235

pengaruh menggunakan cara konvensional terhadapdata yang tidak stasioner menjadi tidak valid. Dengankata lain, model regresi yang menggunakan variabelyang memiliki unit roots (tidak stasioner) mengakibatkankoefisien regresi estimasi menjadi tidak efisien.Identifikasi terhadap stasioneritas data dilakukanmelalui statinary stochastic process. Melalui prosesini akan diketahui apakah stasioner atau tidak.

Penelitian ini menggunakan uji AugmentedDickey-Fuller (ADF Test) untuk menguji stasioneritasdata (unit root). Formulasi umum Uji ADF adalahsebagai berikut:

m

PYt = β1 + β2t + δYt-l + αi Yt-i + εti-l

Yt adalah variabel yang diamati pada periode t,Yt-1 adalah nilai variabel Y pada satu periodesebelumnya. b1 adalah konstanta, b2 adalah koefisientren, ai adalah koefisien variabel lag Y, m adalahpanjangnya lag, dan et adalah white noise error terms.Hipotesis nol menyatakan bahwa d = 0. Artinya Ytmemiliki unit roots. Jika data suatu variabel memilikiunit roots, maka dapat disimpulkan bahwa data variabeltersebut tidak stasioner.

Variabel dalam model VAR harus stasioner. Jikaterdapat variabel tidak stasioner perlu dilakukan ujihubungan kointegrasi. Kointegrasi merupakankombinasi hubungan linear dari variabel-variabel yangnonstasioner dan semua variabel tersebut harusterintegrasi pada derajat yang sama. Variabel-variabelyang terintegrasi mempunyai trend stokastik yang samadan mempunyai arah pergerakan yang sama dalamjangka panjang. Dalam penelitian ini menguji hubungankointegrasi menggunakan metode Johansen’s Multi-variate Cointegration Test.

Tujuan uji kausalitas adalah untuk mengujihubungan kausal antara dua variabel. Misalnyapengujian dilakukan untuk mengetahui apakah adahubungan kausal antara variabel Y dan variabel X.Analisis dimulai dengan membuat rumusan hipotesisnol yang menyatakan bahwa X tidak menyebabkan Y.Hubungan kausal antara dua variabel dapat berupahubungan kausal satu arah dan hubungan kausal duaarah. Jika X menyebabkan Y, tetapi Y tidak menyebabkanX, maka hubungan kausal antara X dan Y adalah satu

arah. Namun, jika X menyebabkan Y dan Ymenyebabkan X, maka hubungan kausal antara X danY adalah dua arah.

Penelitian ini menggunakan Granger Causal-ity Test untuk menguji hubungan kausalitas antaravariabel yang diamati. Bentuk umum persamaan regresiestimasi yang menunjukkan hubungan kausal antaravariabel X dan variabel Y adalah sebagai berikut:

m n

Yt = αt Yt-l + βi Xt-j + ε1ti=1 j=1

m n

Yt = γt Yt-i + δj Xt-j + ε2ti=1 j=1

Hipotesis nol pada uji kausalitas menggunakanGranger Causality Test menyatakan bahwa X tidakmenyebabkan Y atau Y tidak menyebabkan X.

HASIL PENELITIAN

Hasil pengolahan data deskriptif menunjukkan rata-ratapertumbuhan ekonomi per tahun selama periodepeneliti adalah 5,15%, laju inflasi pada tingkat yanglebih tinggi, yaitu sebesar 10,45% per tahun, danpengangguran pada tingkat 5,36%. Deskripsiperkembangan pertumbuhan ekonomi, inflasi, danpengangguran selama periode penelitian dibagi kedalam periode sebelum krisis moneter 1988, yaitu 1980-1997, pada saat krisis moneter tahun 1998, dan setelahkrisis moneter tahun 1998, yaitu 1999-2010 seperti padaTabel 1. Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwapertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun pada periodesebelum krisis moneter Indonesia lebih tinggidibandingkan dengan pada periode setelah krisismoneter. Perekonomian Indonesia mengalamipertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,31% pertahun, sedangkan pertubuhan ekonomi rata-rata padaperiode setelah krisis moneter mengalami perlambatan,yaitu sebesar 4,74% per tahun. Perekonomian Indone-sia mengalami kontraksi (pertumbuhan ekonominegatif) sebesar 13,1% pada masa krisis moneter tahun1998.

Σ

Σ Σ

Σ Σ

Page 43: JEB Vol 5 No 3 November 2011

229

MODEL DINAMIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, DAN.............. (Endang Setyowati)

Tabel 1Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi Indonesia

1980-2010 (%)

PeriodeIndikator Ekonomi 1980-1997 1998 1999-2010

Pertumbuhan Ekonomi 6,31 -13,10 4,88Laju Inflasi 8,58 58,00 9,31Tingkat Pengangguran 3,11 5,50 8,71

Laju inflasi di Indonesia cukup tinggi selamaperiode penelitian 1980-2010, yaitu sebesar 10,45% rata-rata per tahun. Laju inflasi tertinggi terjadi masa periodekrisis moneter tahun 1998, yaitu seberar 58%. Laju inflasipada periode sebelum krisis moneter tahun 1998 relatiflebih rendah dibandingkan dengan pada periode setelahkritis. Laju inflasi pada masa sebelum krisis moneterpada tingkat 8,58% rata-rata per tahun, sedang padaperiode setelah krisis sebesar 9,31% rata-rata per tahun.Pengangguran di Indonesia selama periode penelitianmengalami peningkatan sebesar 5,36% rata-rata pertahun. Tingkat pengangguran pada periode sebelumkrisis moneter (1980-1997) relatif rendah, yaitu sebesar3,11%. Namun pada periode setelah krisis moneter(1999-2010) tingkat pengangguran di Indonesia cukuptinggi, yaitu sebesar 8,71% rata-rata per tahun. Tingkatpengangguran di Indonesia pada saat mengalami krisismoneter adalah sebesar 5,5%.

Perkembangan pertumbuhan ekonomi dan lajuinflasi selama periode penelitian dapat dilihat dari grafikseperti pada Gambar 1. Nampak pada Gambar 1pertumbuhan ekonomi relatif stabil selama periodepenelitian, sedang laju inflasi sedikit berfluktuatif.Namun pada masa krisis moneter tahun 1998 pergerakanpertumbuhan ekonomi dan laju inflasi berlawanan arah.Pada masa krisis moneter tahun 1998 pertumbuhanekonomi anjlok menjadi minus 13,1%, sementara harga-harga melonjak sebesar 58% sebagai laju inflasi tertinggiselama periode penelitian.

Gambar 1Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi, 1980-2010

Perkembangan pertumbuhan ekonomi dan tingkatpengangguran selama periode penelitian dapat dilihatdari grafik seperti pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran, 1980-

2010

Grafik pada Gambar 2 menunjukkan bahwapertumbuhan ekonomi relatif stabil selama periodepenelitian dan mengalami pertumbuhan negatif padatahun 1998. Pergerakan tingkat penganggurancenderung meningkat dari tahun 1980. Namun mulaitahun 2006 hingga sekarang tingkat pengangguran

Page 44: JEB Vol 5 No 3 November 2011

230

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 221-235

mengalami perlambatan, sedangkan laju inflasi sedikitberfluktuatif.

Perkembangan pertumbuhan ekonomi dantingkat pengangguran selama periode penelitian dapatdilihat dari grafik pada Gambar 3. Nampak laju inflasicenderung mengalami menurunan, sedang tingkatpengangguran cenderung mengalami peningkatan.

Gambar 3Inflasi dan Pengangguran, 1980-2010

Untuk mengetahui ada tidaknya akar unit padadata pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi di Indone-sia dalam penelitian ini menggunakan Uji AugmentedDickey-Fuller (ADF). Angka pada Tabel 2 menunjukkanhasil perhitungan terhadap data penelitian.

Hasil perhitungan terhadap data laju inflasi In-donesia selama periode tahun 1980-2010 dengan ujiADF diperoleh nilai hitung t sebesar -4,74459 denganprobabilitas sebesar 0,0007. Nilai uji ADF untuk datapertumbuhan ekonomi pada periode penelitiandiperoleh nilai t hitung sebesar -4,153688 dengan nilai

probabilitas 0,0030. Nilai uji ADF untuk data tingkatpengagguran pada periode yang sama diperoleh nilai thitung sebesar -1,14344 dengan nilai probabilitas0,6850.

PEMBAHASAN

Uji Augmented Dickey-Fuller dilakukan untukmengetahui pola distribusi data sepanjang masa periodepenelitian. Model yang digunakan untuk mengetahuihubungan pengaruh antara pertumbuhan ekonomi daninflasi adalah model VAR. Model ini dapat digunakanuntuk data yang memiliki rata-rata dan varians yangkonstan selama periode penelitian dan disebutstasioner. Hipotesis nol pada uji ADF menyatakanbahwa data yang dianalisis memiliki akar unit. Sebuahdata yang memiliki akar unit menunjukkan bahwa datatersebut tidak stasioner. Dengan menggunakan tingkatsignifikansi 5%, nilai probabilitas untuk datapertumbuhan ekonomi dan laju inflasi lebih kecildibandingkan dengan tingkat signifikansi yangdigunakan, sedang untuk uji ADF terhadap data tingkatpengangguran memiliki probabilitas lebih besardaripada tingkat signifikansi yang digunakan.Pengujian akar unit untuk data pertumbuhan ekonomidan laju inflasi menolak hipotesis nol. Dengan demikian,dapat disimpulkan data pertumbuhan ekonomi dan lajuinflasi selama periode penelitian adalah stasioner,sedang pengujian akar unit untuk data tingkatpengangguran memutuskan menerima hipotesis nol.Dengan demikian, dapat disimpulkan data tingkatpengangguran selama periode penelitian tidakstasioner. Data pertumbuhan ekonomi dan laju inflasistasioner pada level datanya selama periode penelitian,sedangkan data tingkat pengangguran tidak stasionerpada level datanya.

Tabel 2Uji ADF Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, dan Tingkat Pengangguran

Variabel t-Statistik Prob. (MacKinnon) t-Kritis (5%)

Inflasi (INF) -4,74459 0,0007 -2,96397Pertumbuhan Ekonomi (PDBR) -4,15368 0,0030 -2,96397Pengangguran (TP) -1,14344 0,6850 -2,96397

Page 45: JEB Vol 5 No 3 November 2011

231

MODEL DINAMIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, DAN.............. (Endang Setyowati)

Data yang tidak stasioner pada level dilanjutkanpengujian untuk mengetahui apakah data tersebut padafirst difference. Uji ADF untuk data tingkatpengangguran pada first difference diperoleh hasil t-statistik 4,94342 dengan nilai probabilitas 0,0004. Jikapengujian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%,nilai kritis t adalah -2,9678. Pengujian tersebut menolakhipotesis nol yang menyatakan bahwa data tingkatpengangguran memiliki unit root. Dengan demikian,dapat disimpulkan data tingkat pengangguran stasionerpada first difference.

Hasil uji unit root diperoleh informasi bahwadata yang diamati tidak stasioner pada tingkatan yangsama. Pengujian selanjutnya dilakukan untukmengetahui apakah variabel yang diamati terkointegrasi.Dalam penelitian ini, pengujian hubungan kointegrasimenggunakan metode Johansen’s MultivariateCointegration Test. Hipotesis nol pada uji Johansenmenyatakan bahwa semua variabel yang diamati tidakberkointegrasi. Tabel 3.a dan Tabel 3.b berikut ini berisinilai statistik hasil perhitungan uji kointegrasi mutivariatJohansen.

Nilai Trace Statistic dan nilai MaximumEiginvalue Statistic uji kointegrasi multivariat

Johansen pada r = 0 seperti yang terlihat pada Tabel3.a dan Tabel 3.b lebih besar daripada nilai kritis padatingkat signifikansi 5%. Jika pengujian menggunakannilai probabilitas juga nampak nilai probabilitas r = 0adalah 0,0252 lebih kecil daripada tingkat signifikansiyang digunakan dalam pengujian ini. Hasil pengujiantersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol yangmenyatakan bahwa laju inflasi, pertumbuhan ekonomi,dan tingkat pengangguran tidak berkointegrasi ditolak.Dengan demikian, hasil pengujian kointegrasimultivariat Johansen menyimpulkan bahwa terdapatkointegrasi antara laju inflasi, pertumbuhan ekonomi,dan tingkat pengangguran di Indonesia. Dengan katalain, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan tingkatpengangguran di Indonesia memiliki pergerakan yangsama (stabil) dalam jangka panjang.

Hasil pengujian unit root menunjukkan bahwalaju inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan tingkatpengangguran di Indonesia berkointegrasi. Oleh karenaitu model estimasi dinamis yang digunakan adalahmodel VEC (Ender, 2004). Berdasarkan hasil pengujianmenggunakan model VAR menggunakan beberapatingkat kelambanan (lag) diperoleh simpulan model VECyang paling baik adalah VEC dengan tingkat

Tabel 3.aHasil Uji Kointegrasi Johansen (Trace Statistic)

Hipotesis Nol Eigenvalue Trace Statistic Nilai Kritis (5%) Prob.

r = 0 0,550743 36,71305 29,79707 0,0068r < 1 0,346248 13,50841 15,49471 0,0974r < 2 0,039960 1,182642 3,841466 0,2768

Tabel 3.bHasil Uji Kointegrasi Johansen (Maximum Eigenvalue Statistic)

Hipotesis Nol Eigenvalue Max-Eigin Statistic Nilai Kritis (5%) Prob.

r = 0 0,550743 23,20464 21,13162 0,0252r < 1 0,346248 12,32577 14,26460 0,0990r < 2 0,039960 1.,82642 3,841466 0,2768

Page 46: JEB Vol 5 No 3 November 2011

232

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 221-235

kelambanan 3. Tabel 4 berikut ini estimasi model VECdengan kelambanan 3.

Tabel 4Hasil Estimasi Model VEC

Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]Cointegrating Eq: CointEq1PDBR(-1) 1.000000INF(-1) -0.855910

(0.28522)[-3.00090]

TP(-1) 0.182563 (0.53392)[ 0.34193]

Error Correction: D(PDBR) D(INF) D(TP)CointEq1 -0.191029 0.662806 -0.045799

(0.10537) (0.21798) (0.03588)[-1.81296] [ 3.04069] [-1.27640]

D(PDBR(-1)) -0.043965 -2.292548 -0.038640 (0.42481) (0.87882) (0.14466)[-0.10349] [-2.60867] [-0.26710]

D(PDBR(-2)) -0.069924 -1.547739 -0.014333 (0.41258) (0.85350) (0.14050)[-0.16948] [-1.81339] [-0.10202]

D(PDBR(-3)) 0.076184 -0.746255 -0.059024 (0.34616) (0.71611) (0.11788)[ 0.22008] [-1.04209] [-0.50072]

D(INF(-1)) -0.098183 -0.552823 -0.050020 (0.15215) (0.31475) (0.05181)[-0.64531] [-1.75636] [-0.96541]

D(INF(-2)) -0.067555 -0.462082 -0.053990 (0.14761) (0.30536) (0.05027)[-0.45766] [-1.51321] [-1.07409]

D(INF(-3)) -0.027296 -0.128228 -0.028087 (0.12503) (0.25866) (0.04258)[-0.21831] [-0.49575] [-0.65967]

D(TP(-1)) 0.039442 1.948235 0.060166 (0.71157) (1.47205) (0.24231)[ 0.05543] [ 1.32349] [ 0.24830]

D(TP(-2)) 1.424106 -3.666643 -0.053581 (0.67711) (1.40075) (0.23058)[ 2.10322] [-2.61763]* [-0.23238]

D(TP(-3)) -2.652750 6.895736 0.090967 (0.72088) (1.49131) (0.24548)

[-3.67986]* [ 4.62395]* [ 0.37056]

Persamaan error correction pada model VAR adalahsebagai berikut:

Estimation Proc:EC(A,1) 1 3 PDBR INF TPVAR Model - Substituted Coefficients:

Persamaan 1:D(PDBR) = - 0,19103*( PDBR(-1) - 0,85591*INF(-1) +0,18256*TP(-1) ) - 0,043965*D(PDBR(-1)) -0,069924*D(PDBR(-2)) + 0,07618*D(PDBR(-3)) -0,09818*D(INF(-1)) - 0,06755*D(INF(-2)) -0,02730*D(INF(-3)) + 0,03944*D(TP(-1)) +1,42411*D(TP(-2)) - 2,65275*D(TP(-3))

Persamaan 2:D(INF) = 0,66281*( PDBR(-1) - 0,85591*INF(-1) +0,18256*TP(-1) ) - 2,29255*D(PDBR(-1)) -1,54774*D(PDBR(-2)) - 0,74625*D(PDBR(-3)) -0,55282*D(INF(-1)) - 0,462082*D(INF(-2)) -0,12823*D(INF(-3)) + 1,94823*D(TP(-1)) -3,66664*D(TP(-2)) + 6,89574*D(TP(-3))

Persamaan 3:D(TP) = - 0,04580*( PDBR(-1) - 0,85591*INF(-1) +0,18256*TP(-1) ) - 0,03864*D(PDBR(-1)) -0,014333*D(PDBR(-2)) - 0,05902*D(PDBR(-3)) -0,05002*D(INF(-1)) - 0,05399*D(INF(-2)) -0,028087*D(INF(-3)) + 0,06017*D(TP(-1)) -0,05358*D(TP(-2)) + 0,09097*D(TP(-3))

Ketiga persamaan VEC tersebut memilikivariabel independen yang sama. Hasil pengujianberdasarkan ketiga persamaan tersebut menunjukkanbahwa pertumbuhan ekonomi tidak dipengaruhi olehlaju inflasi pada semua tingkat kelambanan. Namun,tingkat pengangguran berpengaruh negatif terhadappertumbuhan ekonomi pada kelambanan 3. Artinya,penurunan tingkat pengangguran tahun ini dapatmeningkatkan pertumbuhan ekonomi 3 tahun yang akandatang. Laju inflasi tidak dipengaruhi olehpertumbuhan ekonomi, namun dipengaruhi oleh tingkatpengangguran pada tingkat kelambanan 2 dan tingkatkelambanan 3. Tingkat pengangguran saat ini akanberdampak negatif pada laju inflasi 2 tahun kemudiandan berdampak positif pada laju inflasi 3 tahunkemudian, sedang tingkat pengangguran tidakdipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan laju inflasipada semua tingkat kelambanan.

Page 47: JEB Vol 5 No 3 November 2011

233

MODEL DINAMIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, DAN.............. (Endang Setyowati)

Uji kausalitas terhadap pertumbuhan ekonomi,laju inflasi, dan tingkat pengangguran menggunakanmodel multivariat VAR. Uji pengaruh variabel yangdiamati dilakukan menggunakan persamaan regresiberganda dengan membuat tiga persamaan regresi.Setiap persamaan regresi memiliki nilai statistik c2 Walddan nilai probabilitas. Untuk mengetahui apakanvariabel independen, baik secara parsial maupun secarasimultan berpengaruh terhadap variabel dependen, nilaic2 Wald dibandingkan dengan nilai nilai c2 tabel. Jikanilai c2 Wald lebih besar daripada nilai c2 tabelmenunjukkan bahwa variabel independen tersebutberpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujiandapat pula dilakukan dengan membandingkan nilaiprobabilitas dengan tingkat signifikansi yangdigunakan dalam pengujian tersebut. Jika nilaiprobabilatas c2 Wald lebih kecil daripada tingkatsignifikansi yang digunakan dalam pengujianmenunjukkan bahwa variabel independen tersebutberpengaruh terhadap variabel dependen. Hasilpengujian kausalitas Granger terdpat pada Tabel 5berikut ini. Persamaan pertama dibuat denganpertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen,sedangkan variabel independennya adalah laju inflasidan tingkat pengangguran.

Tabel 5Hasil Pengujian Kausalitas Granger

Variabel dependen: D(PDBR)Excluded Chi-sq df Prob.

D(INF) 0.439025 3 0.9321D(TP) 16.80435 3 0.0008

All 17.70572 6 0.0070Variabel dependen: D(INF)Excluded Chi-sq df Prob.D(PDBR) 7.087241 3 0.0692

D(TP) 27.54852 3 0.0000All 44.44950 6 0.0000

Variabel dependen: D(TP)Excluded Chi-sq df Prob.D(PDBR) 0.287398 3 0.9624D(INF) 1.308265 3 0.7272

All 4.476659 6 0.6125

Nilai probabilitas c2 Wald untuk laju inflasiadalah 0,9321 dan tingkat pengangguran 0,0008.Dengan tingkat signifikansi 5% dapat disimpulkanbahwa secara parsial laju inflasi tidak berpengaruhterhadap pertumbuhan ekonomi, sedang tingkatpengangguran berpengaruh terhadap pertumbuhanekonomi. Pengujian pengaruh laju inflasi dan tingkatpengangguran secara simultan terhadap pertumbuhanekonomi diperoleh nilai probabilitas c2 Wald adalah0,007. Dengan tingkat signifikansi 5% dapatdisimpulkan bahwa laju inflasi dan tingkatpengangguran berpengaruh terhadap pertumbuhanekonomi.

Persamaan kedua merupakan persamaan regresidengan laju inflasi sebagai variabel dependen,sedangkan variabel independennya adalahpertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran. Nilaiprobabilitas c2 Wald untuk pertumbuhan ekonomiadalah 0,092 dan tingkat pengangguran adalah 0,000.Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap lajuinflasi pada tingkat signifikansi 10%. Namun jikapengujian menggunakan tingkat signifikansi 5%,pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap lajuinflasi. Tingkat pengangguran berpengaruh terhadaplaju inflasi pada tingkat signifikansi 5%. Pengujianpengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkatpengangguran secara simultan terhadap laju inflasidiperoleh nilai probabilitas c2 Wald adalah 0,000.Dengan tingkat signifikansi 5% dapat disimpulkanbahwa pertumbuhan ekonomi dan tingkatpengangguran berpengaruh terhadap laju inflasi.

Persamaan ketiga menggambarkan hubunganpengaruh antara laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, danpengangguran. Persamaan regresi pada persamaanketiga menggunakan tingkat pengangguran sebagaivariabel dependen, sedangkan variabel independennyaadalah pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi. Nilaiprobabilitas c2 Wald untuk pertumbuhan ekonomiadalah 0,9624 dan laju inflasi adalah 0,7272. Pada tingkatsignifikansi 5% pertumbuhan ekonomi dan laju inflasitidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.Pengujian pengaruh pertumbuhan ekonomi dan lajuinflasi secara simultan terhadap tingkat penganggurandiperoleh nilai probabilitas c2 Wald adalah 0,6125.Dengan tingkat signifikansi 5% dapat disimpulkanbahwa pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi tidakberpengaruh terhadap tingkat pengangguran.

Page 48: JEB Vol 5 No 3 November 2011

234

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 221-235

ekonomi, dan tingkat pengangguran, 2) hubungandinamis antarvariabel yang terintegrasi dianalisismenggunakan model vector error correction (VEC)yang menunjukkan bahwa pada kelambanan ketiga,pertumbuhan ekonomi dan inflasi dipengaruhi olehpengangguran. Inflasi tidak berpengaruh terhadappertumbuhan ekonomi maupun pengangguran.Pertumbuhan ekonomi juga tidak berpengaruh terhadapinflasi dan pengangguran, 3) hubungan antarvariabelyang digambarkan dengan model VEC kemudian diujidengan uji kausalitas Granger multivariate dengan hasilinflasi dan pengangguran secara simultan berpengaruhterhadap pertumbuhan ekonomi. Namun mengujiansecara parsial menunjukkan bahwa inflasi tidakberpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangpengangguran berpengaruh terhadap pertumbuhanekonomi. Hasil pengujian secara simultan menunjukkaninflasi dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi danpengangguran. Hasil pengujian secara parsialmenunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi memilikipengaruh yang lemah pada inflasi, sedangpengangguran berpengaruh kuat terhadap inflasi.Pengujian secara simultan maupun secara parsialmenunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan inflasitidak berpengaruh terhadap pengangguran.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dirumuskan sa-ran untuk pemerintah dan bagi penelitian berikutnyasebagai berikut 1) bagi pemerintah, hasil penelitian inidapat digunakan sebagai bahan masukan untukmerancang kebijakan ekonomi untuk memperbaikikinerja perekonomian Indonesia pada masa yang akandatang melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi, lajuinflasi yang stabil, dan penurunan tingkatpengangguran yang sebaiknya dilakukan dengan caramenciptakan lapangan kerja (menurunkan tingkatpengangguran) karena hasil penelitian ini menunjukkanbahwa pengangguran dapat mempengaruhipertumbuhan ekonomi dan laju inflasi. Pemerintahsebaiknya tidak menempuh cara melalui pertumbuhanekonomi dan laju inflasi untuk menciptakan kinerjaperekonomian Indonesia yang baik karena hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa inflasi danpertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadappengangguran, 3) bagi peneliti, penelitian berikutnya

Hasil pengujian kausalitas c2 Wald antarapertumbuhan ekonomi, inflasi, dan penganggurandapat digambarkan hubungan pengaruh antarapertumbuhan ekonomi, inflasi, dan penggangguran diIndonesia ke dalam bagan seperti pada Gambar 4 berikutini:

PertumbuhanEkonomi

Pengangguran

Inflasi

Gambar 4Bagan Hubungan Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,

Inflasi, dan Pengangguran

Tanda panah pada bagan menunjukkan arah pengaruhsuatu variabel terhadap variabel lain. Berdasarkanbagan pada Gambar 4 tersebut dapat dilihat hubunganantara pertumbuhan ekonomi, inflasi, danpengangguran di Indonesia. Pengangguranberpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daninflasi. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadapinflasi, namun tidak berpengaruh terhadappengangguran. Inflasi tidak berpengaruh terhadappertumbuhan ekonomi maupun terhadappengangguran.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dengan menggunakan model dinamis vectorautoregressive (VAR), Uji Kointegrasi Johansen, danuji kausalitas Granger untuk VAR multivariatmenghasilkan beberapa simpulan, yaitu 1) hasilpengujian kointegrasi Johansen menunjukkan bahwaterdapat kointegrasi antara laju inflasi, pertumbuhan

Page 49: JEB Vol 5 No 3 November 2011

235

MODEL DINAMIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, DAN.............. (Endang Setyowati)

dilakukan menggunakan model rergesi untukmengkonfirmasi pengaruh pengangguran terhadappertumbuhan ekonomi dan inflasi. Kemudian jugadilakukan analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi danpengangguran terhadap inflasi menggunakan modelTwo-Stage Least Square (2-SLS).

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Amri. 2008. “Pengaruh Inflasi dan PertumbuhanEkonomi Terhadap Pengangguran di Indone-sia”, download tanggal 5 Juni 2011 di http://downloads.ziddu.com/ di upload tanggal 20 Mei2009.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.2008. Analisis Hubungan Kointegrasi danKausalitas serta Hubungan Dinamis AntaraAliran Modal Asing, Perubahan Nilai Tukar,dan Pergerakan IHSG di Pasar Modal Indo-nesia. Departemen Keuangan RI.

Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia. 1970 – 2010.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. NotaKeuangan dan RAPBN. 1970 – 2010.

Dornbusch, Rudiger, et. al. 2008. Macroeconomics,Tenth Edition. Mc. Graw-Hill International Edi-tion.

Setyowati. 2011. “Analisis Empiris Netralitas Uang diIndonesia”. Jurnal Akuntasi dan Manajemen.Vol. 22. No. 2. Agustus 2011.

Fisher, Irving. 1973. “I Discovered the Phillips Curve: AStatistical Relation between Unemployment andPrice Changes”. The Journal of PoliticalEconomy. Vol. 81. No. 2. Part 1 (Mar. - Apr.,1973).

Gartner, Manfred. 2006. Macroeconomics. Second Edi-tion. Prentice Hall.

Gordon, Robert J. 1987. Macroeconomics. Fourth Edi-tion. Little Brown and Company.

Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition.Mc.Grow-Hill. New York.

Hussain, et al. 2010. “A Coherent Relationship betweenEconomic Growth and Unemployment: An Em-pirical Evidence from Pakistan”. InternationalJournal of Human and Social Sciences 5:5.

Kitov, Ivan. 2007. “Inflation and Unemployment in Ja-pan”. Working PaperSeries, Russian Academyof Sciences (RAS) - Institute for the GeospheresDynamics.

Mallik, Girijasankar dan Chowdhury, Anis. 2001.“Infaltion and Economic Growth: Evidence fromFour South Asia Countries”. Asia-Pacific De-velopment Journal Vol. 8. No. 1.

Mankiw, N, Gregory, (2007), Macroeconomics, SixthEdition, Worth Publishers, New York.

Sachs, Jeffrey D. dan Larrain Felipe B. 1993. Macro-economics In The Global Economy. HarvesterWheatsheaf.

Setyowati, Endang dkk. 2007. Ekonomi MikroPengantar, Edisi 2. BP STIE YKPN Yogyakarta.

Simaremare, R. Januar. 2006. “Analisis PengaruhPertumbuhan Ekonomi terhadap TingkatPengangguran di Indonesia: Aplikasi HukumOkun”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. TidakDipublikasikan.

Sodipe, Oluyomi Ayoyinka dan Ogunrinola, OlurantiIsaiah. 2011. “Employment and EconomicGrowth Nexus in Nigeria”. International Jour-nal of Business and Social Science. Vol. 2. No.11.

Page 50: JEB Vol 5 No 3 November 2011

237

PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN SUKARELA,............... (Henggar Watiningsih)Vol. 5, No. 3, November 2011Hal. 237-244

ABSTRACT

Management manage their earnings by increasing ordescreasing it, for certain purpose, by choosing suit-able accounting. This research explains the influenceof voluntary disclosure level, firm’s leverage and in-vestment opportunity set as independent variables onearnings management as a dependent variable, withfirm’s size as a control varible. Leverage variable isdivided into two variables, namely operating leverageand financial leverage. This study uses a sample thatconsists at 109 manufacturing companies at Indone-sian Stock Exchange, which published financial reportfrom 2002-2006. The method of analysis of this researchused multiple regression analysis. The results of thisstudy show that (1) voluntary disclosure level has asignificant negative influence on earnings management,(2) operating leverage has a significant positive influ-ence on earnings management, (3) financial leveragehas a significant positive influence on earnings man-agement, (4) investment opportunity set has a signifi-cant positive influence to earnings management.

Keywords: earnings management, voluntary disclosure,operating leverage, financial leverage, investment op-portunity set

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan sarana untukmemberikan informasi kepada pemakai laporan

PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGANSUKARELA, LEVERAGE, DAN SET KESEMPATAN INVESTASI

TERHADAP MANAJEMEN LABA

Henggar WatiningsihE-mail: [email protected]

keuangan agar dapat memahami aktivitas ekonomi darisuatu perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangandapat dijadikan sebagai alat penyedia informasi bagipara penggunanya. Pemakai laporan keuangan suatuperusahaan dapat dibedakan menjadi beberapa pihak,yaitu pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internalantara lain adalah manajemen dan karyawanperusahaan, sedang pihak eksternal antara lain adalahinvestor, kreditur, pemerintah, dan pihak-pihak lain yangmempunyai kepentingan terhadap laporan keuanganperusahaan. Laporan keuangan perlu dikomunikasikankepada pihak eksternal perusahaan untuk mendapatkanpenilaian sehingga dapat digunakan sebagai mediauntuk menyampaikan Informasi tentang kinerjamanajemen perusahaan. Manajemen sebagai pihak in-ternal berkewajiban menyusun laporan keuangankarena manajemen merupakan pengelola perusahaansecara langsung, sehingga berkewajiban memberikanlaporan yang mencerminkan kinerja keuanganperusahaan terhadap pemilik.

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebihbanyak mengetahui informasi internal dan prospekperusahaan pada masa mendatang dibandingkandengan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu,manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenaikondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yangdiberikan dapat dilakukan melalui pengungkapaninformasi akuntansi seperti laporan keuangan, tetapiinformasi yang disampaikan terkadang diterima tidaksesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisiseperti ini biasa disebut dengan asimetri informasi yangterjadi karena manajer lebih superior dalam menguasaiinformasi dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Page 51: JEB Vol 5 No 3 November 2011

238

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 237-244

saham).Jika pada suatu kondisi pihak manajemen

ternyata tidak berhasil mencapai target laba yangditentukan, maka manajemen akan memanfaatkanfleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar akuntansidalam menyusun laporan keuangan untuk memodifikasilaba yang dilaporkan. Manajemen termotivasi untukmemperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkannilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaansehingga manajemen cenderung memilih danmenerapkan metode akuntansi yang dapat memberikaninformasi laba lebih baik. Adanya asimetri informasimemungkinkan manajemen untuk melakukanmanajemen laba (Halim, Meiden dan Tobing, 2005).

Menurut Scott (2006), manajemen labamerupakan pemilihan kebijakan-kebijakan akuntansitertentu oleh manajemen perusahaan untuk mencapaitujuan-tujuan tertentu. Manajemen laba merupakansuatu intervensi manajer terhadap proses pelaporankeuangan dengan tujuan untuk mendapatkankeuntungan, baik bagi manajer maupun perusahaan.Terdapat dua cara berfikir tentang manajemen laba yaitupertama adalah perilaku opportunistic yang dilakukanoleh manajer untuk memaksimumkan utilitas manajerdalam hubungannya dengan kontrak kompensasi, debtcovenant dan political cost. Kedua adalah perilakuefisien yang dilakukan oleh manajer untuk melindungidirinya dan perusahaan dalam menghadapi situasi ataukondisi yang tidak diantisipasi sebelumnya, yangbermanfaat melindungi semua pihak yang terlibatkontrak dengan perusahaan. Manajamen laba adalahcampur tangan manajemen dalam proses pelaporankeuangan eksternal dengan tujuan untukmenguntungkan dirinya sendiri. Perusahaan yangmelakukan manajemen laba akan mengungkapkaninformasi lebih sedikit dalam laporan keuangansehingga setiap tindakannya tidak mudah terdeteksi.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antaramanajer (agen) dengan investor (prinsipal). Konflikkepentingan antara pemilik dan agen terjadi karenakemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengankepentingan prinsipal, sehingga menimbulkan biayakeagenan. Sebagai agen, manajer secara moralbertanggungjawab untuk mengoptimalkan keuntungan

para pemilik (prinsipal) dan sebagai imbalannya akanmemperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak(Jensen dan Meckling, 1976). Eisenhardt (1989)menyatakan bahwa teori keagenan menggunakan tigaasumsi sifat dasar manusia, yaitu 1) manusia padaumumnya mementingkan diri sendiri, 2) manusiamemiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masamendatang, dan 3) manusia selalu menghindari risiko.Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebutmanajer sebagai manusia akan bertindak opportunis-tic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.

Manajemen laba merupakan area yangkontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan.Menurut Healy dan Wahlen (1998), Manajemen labaterjadi ketika manajer menggunakan pertimbangandalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksiuntuk mengubah laporan keuangan, dengan tujuanmemanipulasi besaran laba kepada beberapa stake-holders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untukmempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yangtergantung pada angka-angka yang dilaporkan. Dalampositive accounting theory terdapat tiga hipotesisyang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Wattdan Zimmerman, 1986 dalam Scott, 2006), yaitu 1) TheBonus Plan Hypothesis, yaitu manajer perusahaan yangmemberikan bonus besar berdasarkan earnings lebihbanyak menggunakan metode akuntansi yangmeningkatkan laba yang dilaporkan,. 2) The Debt Cov-enant Hypothesis, yaitu semakin dekat suatuperusahaan untuk menyimpang pada perjanjian utangyang dibuat berdasarkan laba akuntansi maka semakinbesar kemungkinan manajemen perusahaan memilihprosedur akuntansi yang menggeser laba akuntansidari periode yang akan datang ke periode sekarang. Iniberlaku untuk semua perusahaan yang mempunyaiutang. Perjanjian ini untuk menjaga likuiditasperusahaan, 3) The Political Cost Hypothesis, yaitusemakin besar biaya politik yang dihadapi oleh suatuperusahaan maka semakin besar kemungkinanmanajemen untuk memilih prosedur akuntansi yangmenangguhkan laba dari periode current ke periodeyang akan datang. Pada perusahaan besar lebih memilihmetode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebutdisebabkan oleh pemerintah yang akan mengambiltindakan seperti menaikkan pajak pendapatan padaperusahaan yang mempunyai laba tinggi.

Menurut Setiawati dan Na’im (2000), teknik

Page 52: JEB Vol 5 No 3 November 2011

239

PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN SUKARELA,............... (Henggar Watiningsih)

untuk merekayasa laba dapat dikelompokkan menjaditiga kelompok, yaitu memanfaatkan peluang untukmembuat estimasi akuntansi, mengubah metodeakuntansi, dan menggeser periode biaya ataupendapatan. Terdapat empat pola manajemen laba yangdapat dilakukan, yaitu 1) Taking a Bath, pola ini dapatterjadi selama periode reorganisasi dan juga padaperiode penempatan CEO baru dengan melaporkankerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkandapat meningkatkan laba di masa datang, 2) IncomeMinimization, pola minimisasi laba dipilih untuk alasanpolitis perusahaan selama perusahaan mengalamiperiode kenaikan laba yang cukup drastis. Contoh,penghapusan lebih cepat atas aktiva tetap berwujuddan tidak berwujud, pengakuan sebagai biaya ataspengeluaran research and development dan iklan, 3)Income Maximization, hal ini biasa dilakukan manajersaat laba perusahaan di bawah bogey dengan tujuanmemperoleh bonus. Selain itu, perusahaan yang dekatdengan pelanggaran perjanjian utang mungkin jugamelakukan maksimisasi laba, 4) Income Smoothing,dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yangdilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi labayang terlalu besar karena pada umumnya investor lebihmenyukai laba yang relatif stabil (Scott, 2006).

Laporan keuangan merupakan bagian dariproses pelaporan keuangan, laporan keuangan yanglengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,laporan perubahan posisi keuangan, catatan, danlaporan lain serta materi penjelasan sebagai bagian in-tegral dari laporan keuangan. Laporan keuanganmerupakan alat untuk mengetahui posisi dan kemajuanperusahaan dipandang dari sudut keuangan. Laporankeuangan menunjukkan sampai seberapa efisienpelaksanaan kegiatan serta perkembangan perusahaanyang telah dicapai oleh manajemen perusahaan.

Perusahaan menggunakan operating dan finan-cial leverage dengan tujuan agar keuntungan yangdiperoleh lebih besar dari pada biaya aktiva dan sumberdananya. Dengan demikian, akan meningkatkankeuntungan pemegang saham. Sebaliknya, leveragejuga meningkatkan variabilitas keuntungan, karena jikaperusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yanglebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaanleverage akan menurunkan keuntungan pemegangsaham. Set kesempatan investasi (SKI) adalah proksiyang digunakan untuk melihat peluang tumbuh

perusahaan. SKI merupakan keputusan investasi dalambentuk kombinasi aktiva yang dimiliki dan growth op-tion pada masa yang akan datang (Myers, 1976). Ukuranperusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva,penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar totalaktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar, maka semakinbesar pula ukuran perusahaan tersebut. Berdasarkanpenjelasan tersebut, maka hipotesis dalam penelitianini adalah:H1 : Tingkat pengungkapan laporan keuangan

sukarela berpengaruh negatif terhadapmanajemen laba.

H2 : Leverage operasi berpengaruh positif terhadapmanajemen laba

H3 : Leverage keuangan berpengaruh negatifterhadap manajemen laba.

H4 : Set kesempatan investasi berpengaruh positifterhadap manajemen laba

Penelitian ini tergolong sebagai penelitian hy-pothesis testing. Menurut Sekaran (2006), hypoteshistesting merupakan suatu penelitian yang sudah memilikikejelasan dan gambaran. Pengujian hipotesisdimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kausalantara variabel-variabel penelitian. Jenis penelitian hy-pothesis testing juga berusaha mengidentifikasi faktaatau peristiwa sebagai variabel yang dipengaruhi(variabel dependen) dan melakukan penyelidikanterhadap variabel yang mempengaruhi (variabelindependen).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhperusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta periode2002 - 2006. Alasan digunakan perusahaan manufaktursebagai sampel penelitian karena jumlahperusahaannya paling banyak dibandingkan denganindustri lain sehingga dianggap cukup representatifdalam mewakili kondisi BEJ.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdata sekunder yang meliputi data laba bersih, arus kasoperasi, total aktiva, aktiva tetap, piutang usaha, totalmodal, laba operasi yang diperoleh dari laporankeuangan perusahaan, laba per lembar saham danindeks pengungkapan. Sumber data sekunder yangdigunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PojokBursa Efek Jakarta, UGM, dan International CapitalMarket Directory (ICMD)

Page 53: JEB Vol 5 No 3 November 2011

240

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 237-244

HASIL ANALISIS

Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruhpengungkapan sukarela laporan keuangan, leverageperusahaan yang terdiri atas leverage operasi dan le-verage keuangan, dan set kesempatan investasiterhadap manajemen laba (earnings management)dengan variabel kontrol ukuran perusahaan. Penelitianini menggunakan model regresi linier berganda. Untukmengetahui tepat tidaknya penggunaan modeltersebut, maka terlebih dahulu dilakukan analisisterhadap variabel-variabel penelitian yakni melalui ujiasumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan dengantujuan untuk mengetahui ada tidaknya pelanggaranasumsi klasik pada penelitian yang menggunakan duaatau lebih variabel independen yang akan diamati.Dengan demikian, dapat diketahui ada tidaknya nilaiprediktor yang tidak bias dari model persamaan regresilinier berganda yang digunakan.

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengujiapakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaanvarians dari residual satu pengamatan ke pengamatanyang lain. Hasil pengujian heteroskedastisitasmenunjukkan bahwa dalam model regresi yangdigunakan tidak terjadi ketidaksamaan variance dariresidual dari pengamatan yang satu denganpengamatan lainnya. Uji multikolinearitas bertujuanuntuk menguji apakah model regresi ditemukan adanyakorelasi antar variabel independen. Hasil pengujianmenunjukkan bahwa nilai tolerance variabel IP, DOL,DFL, CAPBVA dan Size adalah lebih dari 0,10 sedangkan

nilai VIF nya lebih kecl dari 10. Hal ini berarti bahwavariabel IP, DOL, DFL, CAPBVA dan Size tidak memilikikorelasi antarvariabel sehingga tidak terjadimultikolinearitas pada variabel IP, DOL, DFL, CAPBVAdan Size. Uji autokorelasi dilakukan dengan tujuanuntuk mengetahui ada tidaknya korelasi dalam suatumodel regresi antara kesalahan pengganggu padaperiode tertentu dengan kesalahan periode sebelumnya(Ghozali, 2005). Berdasarkan hasil pengujianmenunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1.972, dengann=200 dan k=7 pada tingkat signifikansi 5% diperolehnilai dL=1.697; dU=1.841, 4-dU=2.159 Dengan demikian,nilai DW terletak diantara dU< d <4- dU atau 1.841<1.972 <2.159 sehingga tidak terdapat autokorelasi didalam model regresi. Uji normalitas bertujuan untukmenguji apakah dalam model regresi, variabelpengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini terdapat pada non-parametic statistic.Pada uji Kolmogorov-Smirnov jika probabilitas (asympsig) lebih besar daripada signifikansi 0.05 maka dataresidual berdistribusi normal dengan demikian asumsinormalitas terpenuhi. Hasil uji asumsi klasik di atasmenunjukkan bahwa data yang akan diolah dalampenelitian ini bebas dari masalah multikolinearitas,autokorelasi, heteroskedastisitas, dan normalitas. Hasilpengujian menunjukkan bahwa data yang digunakansebagai variabel independen memenuhi syarat untukmemprediksi variabel dependen (manajemen laba).

Pengujian hipotesis dalam penelitian inimenggunakan analisis regresi linier berganda dengan

Tabel 1Prosedur Pemilihan Sampel

JumlahNo. Kriteria Perusahaan1 Perusahaan terdaftar di BEJ tahun 2002-2006 3392 Perusahaan yang termasuk kategori non manufaktur (173)3 Perusahaan yang termasuk kategori manufaktur 1664 Perusahaan yang belum menerbitkan laporan keuangannya

sampai dengan tanggal 31 Desember 2006 (57)5 Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan berturut-turut

selama periode 2002-2006. 1096 Perusahaan yang terpilih sebagai sampel selama periode tahun 2002-2006 109

Page 54: JEB Vol 5 No 3 November 2011

241

PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN SUKARELA,............... (Henggar Watiningsih)

taraf signifikansi (a) sebesar 5%. Berikut disajikan padaTabel 2 hasil analisis regresi linier berganda.

PEMBAHASAN

Berdasarkan Tabel 2 tampak besarnya angka adjustedR2 adalah 0,247. Hal ini berarti 24,7% variabel discre-tionary accruals (proksi manajemen laba) dapatdijelaskan oleh variasi dari keempat variabelindependen utama yaitu IP, DOL, DFL, dan CAPBVAserta variabel kontrol yaitu SIZE, sedang sisanya 75,3%dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Berdasarkan ujiANOVA atau F test yang dilakukan menghasilkan nilaiFhitung sebesar 3,752 dengan tingkat signifikansi 0,002.Oleh karena probabilitas 0,002 jauh lebih kecil dari 0,05,maka model regresi dapat digunakan dalam penelitianini. Tabel 2 juga menyajikan hasil uji signifikansi pa-rameter individual atau t test yang menunjukkan bahwavariabel idependen IP memiliki nilai probabilitassignifikansi sebesar 0,037 dan koefisien korelasi sebesar-7,566. Dengan menggunakan level alpha 5%, nilaisignifikansi variabel IP lebih kecil dari level alpha atau0,037 < 0,05, sedangkan nilai t hitung adalah -0,633 lebihkecil dari nilai t tabel sebesar 1,960 pada level alpha 5%.Hal ini menunjukkan bahwa indeks pengungkapanmempunyai pengaruh negatif terhadap discretionary

accruals. Dengan demikian, penelitian ini berhasilmembuktikan hipotesis pertama (H1) yang menyatakanbahwa pengungkapan laporan keuangan sukarelaberpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Hubungan antara indeks pengungkapandengan discretionary accruals memperlihatkankorelasi negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa padasaat perusahaan mengungkapkan laporan keuangansukarela berkurang maka manajemen laba akanmeningkat. Variabel DOL sebagai proksi leverageoperasi memiliki nilai probabilitas signifikansi sebesar0,025 dan nilai koefisien korelasi sebesar 1,173. Denganmenggunakan level alpha 5%, nilai signifikansi variabelDOL lebih kecil dari level alpha atau 0,025 < 0,05,sedang nilai t hitung adalah 2,242 lebih besar dari nilai ttabel sebesar 1,960 pada level alpha 5%. Hal inimenunjukkan bahwa DOL (degree of operating lever-age) mempunyai pengaruh positif terhadap discretion-ary accruals. Dengan demikian, penelitian ini berhasilmembuktikan hipotesis kedua (H2) yang menyatakanbahwa leverage operasi berpengaruh positif terhadapmanajemen laba.

Operating leverage menunjukkan proporsibiaya perusahaan sebagai biaya tetap. Semakin besarproporsi biaya tetap perusahaan maka akan diikuti olehpeningkatan risiko operasional perusahaan. Apabila

ANOVA b

1366204 5 273240,860 3,752 ,002a

39257111 539 72833,23140623316 544

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Size, DFL, CAPBVA, DOL, IPa.

Dependent Variable: DAbCoefficients a

939828.418 651913.835 1.442 .150-7.566 3.620 -.633 -2.090 .0371.173 .523 .223 2.242 .025

-940530.864 651914.075 -.006 -.144 .885.897 .325 .117 2.762 .006

52.108 16.663 .133 3.127 .002

(Constant)IPDOLDFLCAPBVASize

Model1

B Std. ErrorUnstandardized Coefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: DAa.

Tabel 2Hasil Uji Regresi Berganda

Page 55: JEB Vol 5 No 3 November 2011

242

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 237-244

biaya tetap perusahaan meningkat, maka laba bersihyang dihasilkan perusahaan akan menurun. VariabelDFL sebagai proksi dari leverage keuangan memilikinilai probabilitas signifikansi sebesar 0,885 dan nilaikoefisien korelasi sebesar -940530,864. Denganmenggunakan level alpha 5%, nilai signifikansi variabelDFL lebih besar dari level alpha atau 0,885 > 0,05,sedang nilai t hitung adalah -0,144 lebih kecil dari nilai ttabel sebesar 1,960 pada level alpha 5%. Berdasarkanhasil pengujian terhadap hipotesis ketiga, penelitianini gagal membuktikan adanya pengaruh financial le-verage terhadap tingkat manajemen laba perusahaan.Penggunaan financial leverage yang besar mempunyaiimplikasi yang sama dengan penggunaan operatingleverage yang besar, yaitu meningkatkan total lever-age perusahaan.

Perusahaan yang memiliki tanggungan bebanbunga yang tinggi berarti menggunakan utang yangtinggi. Secara logika konsekuensinya akan ditemukanpengaruh positif antara besarnya financial leveragedengan tingkat manajemen laba perusahaan. Penelitianini berhasil membuktikan hipotesis keempat (H4) yangmenyatakan bahwa set kesempatan investasiberpengaruh positif terhadap manajemen laba. Setkesempatan investasi adalah proksi yang digunakanuntuk melihat peluang tumbuh perusahaan. Perusahaanpada peluang tumbuh yang rendah akan mempunyaipeluang assets in place yang tinggi, sedangperusahaan dengan peluang tumbuh tinggi mempunyaiassets in place yang rendah. Dalam kaitannya denganmanajemen laba, perusahaan yang mempunyai peluangtumbuh tinggi akan cenderung melakukan manajemenlaba. Pihak manajemen cenderung memberikaninformasi seminimal mungkin kepada pihak luar ataumenggeser laba yang diperoleh tahun ini ke tahundepan agar laba tahun ini terlihat kecil sehingga parapemegang saham tidak menuntut adanya pembagiandividen. Adapun dividen yang tidak dibagikan tersebutmerupakan dana yang tersedia bagi manajemen untukmelakukan pengembangan investasi. Variabel kontrolSize sebagai log total asset perusahaan memiliki nilaiprobabilitas signifikansi sebesar 0,002 dan koefisienkorelasi 52,108. Dengan menggunakan levelsignifikansi alpha 5%, nilai Size lebih kecil dari tingkatsignifikansinya atau 0,002 < 0,05, sedang t hitung 3,127.Hal ini berarti Size perusahaan berpengaruh negatifterhadap discretionary accruals. Logika yang

mendasari hasil penelitian yaitu semakin tinggi ukuranperusahaan, semakin terdapat kecenderungan untukmenurunkan discretionary accruals.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan,yaitu berdasar hasil estimasi yang telah dilakukan atasmodel regresi yang dibentuk guna menguji Indekspengungkapan, Degree of Operating Leverage, De-gree of Financing Leverage, CAPBVA, dan ukuranperusahaan untuk mengetahui kecenderungan tindakanmanajemen laba pada perusahaan yang terdaftar diBursa Efek Jakarta selama periode 2001-2006, diketahuibahwa terdapat empat variabel yang secara signifikanberpengaruh terhadap manajemen laba, yaitu indekspengungkapan, Degree of Operating Leverage,CAPBVA, dan ukuran perusahaan. Keempat variabeltersebut dapat menjelaskan tindakan manajemen labasebesar 24,7% pada tingkat signifikansi 5% sedangkansisanya yaitu sebesar 75,3% tindakan manajemen labadijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidakdimasukkan dalam model.

Saran

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapatmengembangkan model pengukuran manajemen labayang lebih akurat, misalnya per industri. Pengembanganmodel per industri ini dapat mengidentifikasi perbedaanpola manajemen laba di setiap industri.

DAFTAR PUSTAKA

Bapepam. 1996. Himpunan Petunjuk PelaksanaanUndang-undang Pasar Modal. Jakarta. NovindoPustaka Mandiri.

Dechow, Patricia M., Sloan, Richard G., and Sweeney,Amy P. 1995. “Detecting Earning Management”.The Accounting Review. Vol.70. No.2.

Page 56: JEB Vol 5 No 3 November 2011

243

PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN SUKARELA,............... (Henggar Watiningsih)

Dewi, M. 2007. Pengaruh Leverage Perusahaan, UkuranPerusahaan, dan Corporate Governanceterhadap Manajemen Laba. Skripsi Universi-tas Brawijaya. Malang.

Eisenhardt, Kathleem M. 1989. “Agency Theory: AnAssesment and Review”. Academy of manage-ment Review. No. 4:57.

Fanani, Z. 2006. “Manajemen Laba: Bukti dari SetKesempatan Investasi, Utang, Kos Politik, danKonsentrasi Pasar pada Pasar yang sedangBerkembang”. Makalah SNA IX:1-26.

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Multivariate denganProgram SPSS. Badan Penerbit UniversitasDiponegoro, Semarang.

Goyal, Vidhan K. dan Adam Tim. 2006. “The Invest-ment Opportunity Set and its Proxy Variables:Theory and Evidence”. Working Paper.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonomi Dasar. Jakarta.Erlangga.

Gul, Ferdinand A., Sidney Leung, and Bin Srinidhi. 2003.“Informative and Opportunistic Earnings Man-agement and the Value Relevance of Earnings:Some Evidence on The Role of IOS”.WorkingPaper.

Gulo, Y., 2000. “Analisis Efek luas PengungkapanSukarela dalam Laporan Tahunan Terhadap Costof Capital Perusahaan”. Jurnal Bisnis dan danAkuntansi. Vol. 2. No.1: 45-62.

Hanafi, M. Mamduh. 2004. Manajemen Keuangan.BPFE. Yogyakarta.

Halim J., Carmel M. and Rudolf L.T. 2005. “PengaruhManajemen Laba Pada Tingkat PengungkapanLaporan Keuangan pada PerusahaanManufaktur yang Termasuk Dalam Indeks LQ-45. Makalah SNA VIII. 2005:117-135.

Healy, Paul M. and Wahlen James M. 1998.”Review ofThe Earnings Management Literature and Its

Implications for Standard Setting”.WorkingPaper.

Herawati, Nurul dan Baridwan, Zaki. 2007. “ManajemenLaba pada Perusahaan yang MelanggarPerjanjian Utang”. SNA X:1-20.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar AkuntansiKeuangan. Jakarta. Salemba Empat.

Jogiyanto, H. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis:Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman.BPFE.Yogyakarta.

Jensen, M. and W. Meckling. 1976. “The Theory ofThe Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost,and Ownership Structure”. Journal of Finan-cial Economics. Vol. 3. No. 4:305-360.

Kallapur, S. and M. Trombley. 1999. “The AssosiationBetween Investment Opportunity SetProxiesand Realized Growth”. Journal of BusinessFinance and Accounting. Vo.l. 26: 505-519.

Kusuma, Hadri. 2006. “Dampak Manajemen Labaterhadap Relevansi Informasi Akuntansi: BuktiEmpiris dari Indonesia”. Jurnal Akuntansi danKeuangan. Vol. 8. No. 1: 1-12.

Kusuma, Hadri dan Sari Wigiya A.U. 2003. “ManajemenLaba oleh Perusahaan Pengakuisisian SebelumMerger dan Akuisisi di Indonesia”. JurnalAkuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 7. No.1:21-34.

Kusumawati, A.A. dan Sasongko N. 2005. “AnalisisPerbedaan Pengaturan Laba (Earning Manage-ment) pada Kondisi Laba dan Rugi padaPerusahaan Manufaktur di Indonesia”. JurnalAkuntansi dan Keuangan. Vol 4. No.1:1-20.

Lobo G.J. and Jian Zhou. 2001 “Disclosure Quality andEarnings Management”. Social Science Re-search Network Electronic Paper Collection:h t t p : / / p a p e r s . s s r n . c o m / p a p e r .taf?abstract_id=265550.

Page 57: JEB Vol 5 No 3 November 2011

244

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 237-244

Makmun. 2006. “Efisiensi Kinerja Asuransi Pemerintah”.Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 6. No. 1:81-98.

Mardiyah, A.A. 2002. “Pengaruh Informasi Asimetri danDisclosure terhadap Cost of Capital”. JurnalRiset Akuntansi Indonesia. Vol. 5. No. 2: 229-256.

Marwata. 2000. “Hubungan antara KarakteristikPerusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukareladalam Laporan Tahunan Perusahaan di Indo-nesia. Tesis. Universitas Gajah MadaYogyakarta.

Myers, Stewart C. 1976. “Determinants of CorporateBorrowing”. Journal of Financial Economics.Vol. 5: 47-175.

Nurim, Yavida. 2005. “Deteksi Earnings Management”.Jurnal Ekonomi Janavisi. Vol. 8. No. 3: 350-362.

Rahmawati, Suparno, Yacob, dan Nurul Qomariyah.2006. “Pengaruh Asimetri Informasi TerhadapPraktik Manajemen Laba pada PerusahaanPerbankan Publik yang Terdaftar di Bursa EfekJakarta”. Makalah SNA IX: 1-28.

Scott, William R. 2006. Financial Accounting Theory.New Jersey. Prentice Hall. Inc.

Sekaran, U. 2006. Metode Penelitian untuk Bisnis. Edisi4. Penerbit Salemba Empat.

Setiawati, Lilis dan Ainun Na’im. 2000. “ManajemenLaba”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.Vol. 15. No. 4: 424-441.

Skinner, D.J. 1993. “The Investment Opportunity Setand Accounting Procedure Choice: PreliminaryEvidence”. Journal of Accounting and Econom-ics. Vol.16: 407-445.

Sudarmadji dan L. Sularto. 2007. “Pengaruh UkuranPerusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan TipeKepemilikan Perusahaan terhadap Luas Volun-

tary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”.Proceeding Pesat, Vol. 2. ISSN. 1858-2559.Agustus: A53-A61.

Sugiri, Slamet dan Syukri Abdullah. 2003. “PengaruhFree Cash Flow, Set Kesempatan Investasi, danLeverage Financial terhadap ManajemenLaba”. Kajian Bisnis. No. 28: 11-20.

Sunardi. 2005. “Set Kesempatan Investasi (IOS)”.Jurnal Ekonomi Janavisi. Vol. 8. No. 3: 355-349.

Suwito, Edi dan Arleen Herawaty. 2005. “AnalisisPengaruh Karakteristik Perusahaan terhadapTindakan Perataan Laba yang dilakukanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa EfekJakarta”. Makalah SNA VIII:136-145.

Van Horne, J.M. and J.M. Wachowich. 1995. Finan-cial Market Rates and Flows. Edisi Empat.Englewood Cliffs. NJ. Prentice Hall.

Widyaningdyah, A.U. 2001. “Analisis Faktor-faktoryang Berpengaruh terhadap Earnings Manage-ment Pada Perusahaan Go Public di Indone-sia”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 3.No. 2: 89-101.

Page 58: JEB Vol 5 No 3 November 2011

245

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI............... (Sri Langgeng Ratnasari)Vol. 5, No. 3 November 2011Hal. 245-251

ABSTRACT

This research objective is to find out the impact of jobsatisfaction to performance. Performance functions asa dependent variable on this research. Job satisfactionis variable functions as independent variable. Thesample of this research is included fifty permanentworker at Production Departement of PT. X (Persero)Surabaya, acquired by survey or sensus. Data is col-lected through questionnaire method and analyzed byStatistical Package for the Social Sciences (SPSS) tech-nique.

Keywords: Job Satisfaction and Performance

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktoryang menentukan sukses tidaknya suatu perusahaan.Oleh karena itu, perusahaan harus mengelola sumberdaya manusia yang dimilikinya dengan baik, sehinggamenjadi penopang kelangsungan hidup dan kemajuanperusahaan. Mengelola sumber daya manusia denganbaik bukanlah suatu hal yang mudah, karena masing-masing individu mempunyai kepentingan pribadi dan

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJAKARYAWAN DEPARTEMEN PRODUKSI PT X (PERSERO),

SURABAYA

Sri Langgeng RatnasariFakultas Ekonomi Universitas Batam

Jalan Abulyatama Nomor 5 Batam 29400Telepon +62 778 7485055, Fax. +62 778 7485054

E-mail: [email protected]

latar belakang yang berbeda yang bertindak danberperilaku karena dorongan serangkaian kebutuhansebagai pernyataan untuk mencapai tujuan.

Untuk mencapai tujuan bersama tanpamengorbankan kepentingan pribadi dan kepentinganperusahaan maka perlu suatu usaha khusus yangbiasanya dilakukan dengan memberikan sistem imbalanyang sesuai dengan tingkat pengorbanan karyawandan kemampuan perusahaan. Imbalan yang sesuaimerupakan salah satu faktor yang dapat menciptakankepuasan kerja dan dengan kepuasan kerja akanberpengaruh pada prestasi kerja karyawan. Kepuasankerja menurut Luthans (2006: 137) adalah keadaanemosional yang menyenangkan atau sikap positif yangberasal dari penilaian kerja seseorang dalam artipengalaman-pengalaman kerjanya. Seseorang yangmemiliki pengalaman kerja dapat menimbulkan keadaanemosional yang menyenangkan. Hal ini mengindikasi-kan adanya tingkat kepuasan kerja yang tinggi.Keadaan emosional yang menyenangkan ini dapatterjadi sebaliknya. Hal ini berarti kepuasan kerja adalahkondisi di mana terpenuhinya beberapa kebutuhansebagai kompensasi dan harapan melalui kegiatankerjanya. Kompensasi itu dapat berbentuk ekstrinsikdan intrinsik. Analog dengan hal itu, kepuasan kerjadapat berbentuk ekstrinsik dan intrinsik. Perbedaankepuasan kerja dapat disebabkan oleh perbedaan sta-

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Page 59: JEB Vol 5 No 3 November 2011

246

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 245-251

tus sosial di dalam masyarakat. Jika status sosialnyatinggi, maka kepuasan kerjanya juga tinggitingkatannya.

Prestasi kerja menurut Gomes (2000: 195) adalahungkapan seperti output, efisiensi, dan efektivitas yangsering dihubungkan dengan produktivitas. Dengandemikian, kepuasan kerja merupakan masalah yangsangat penting dalam perusahaan. Ketidakpuasan atautingkat kepuasan yang rendah pada karyawan dapatmengakibatkan ketidaklancaran perusahaan dan prosesproduksi. Hal ini disebabkan tingginya tingkatketerlambatan dan kemangkiran (kesengajaan atausakit), turnover pegawai, tindakan sabotase, dankesengajaan memperlambat kerja. Sebaliknya orangyang memperoleh kepuasan dalam bekerja akanmenimbulkan motivasi diri untuk bertindak mencapaiprestasi yang lebih besar daripada orang yang tidakterpuaskan. Banyak ilmuwan perilaku melaksanakanstudi terhadap kepuasan kerja karena kepercayaanbahwa kualitas pengalaman dalam bekerja mempunyaiimplikasi penting terhadap kesehatan mental sertapenyesuaian psikologis dan kepuasan kerja mempunyaikonsekuensi-konsekuensi langsung maupun tidaklangsung terhadap efektifitas organisasi. Dengandemikian, perusahaan harus lebih memperhatikankepuasan kerja karyawannya, karena hal ini sangatpenting bagi perusahaan itu sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian iniakan mengkaji pengaruh faktor-faktor kepuasan kerjaterhadap prestasi kerja karyawan. Persaingan di duniaindustri manufaktur yang semakin ketat denganfenomena globalisasi juga dialami oleh bidang usahaatau industri lainnya. Oleh karena itu, hasil penelitiandapat menjadi model untuk organisasi bisnis lain diluar industri manufaktur. Tujuan penelitian ini untukmenguji dan menganalisi pengaruh faktor-faktorkepuasan kerja yang terdiri dari gaji, pekerjaan itusendiri, promosi, pengawasan, kelompok kerja, dankondisi kerja terhadap prestasi kerja karyawan sertauntuk menguji dan menganalisis faktor kepuasan kerjamanakah yang mempunyai pengaruh dominan terhadapprestasi kerja karyawan.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Kepuasan kerja secara etimologis berasal dari dua katabahasa Inggris job berarti kerja dan satisfaction berarti

kepuasan, sehingga jika digabung dua kata itu berartikepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadappekerjaannya (Gibson et al. 2004). Sikap pekerja dalamsuatu organisasi merupakan persepsi para anggotaorganisasi terhadap pekerjaannya. Seseorang dapatrelatif puas dengan suatu aspek atau lebih daripekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu ataulebih aspek yang lain. Hal ini berarti kepuasanseseorang sangat tergantung sikapnya terhadap satuatau lebih aspek pekerjaan yang dihadapinya.

Menurut Davis dan Newstrom (2001:110). “Jobsatisfaction is part of life satisfaction. The nature ofone’s environment of the job influences one’s feelingson the job. Similar since a job is an important part oflife, job satisfaction influences one’s general life satis-faction”. Kepuasan kerja menjadi bagian dari kepuasanhidup. Sifat alami lingkungan seseorang bahwapekerjaan mempengaruhi perasaan seseorang untukberhati-hati, karena suatu pekerjaan adalah suatubagian penting dari hidup, kepuasan kerjamempengaruhi kepuasan hidup seseorang secaraumum. Handoko (2001:193) menjelaskan bahwakepuasan kerja adalah keadaan emosional yangmenyenangkan atau tidak menyenangkan denganmana para karyawan memandang pekerjaannya.Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorangterhadap pekerjaannya. Hal ini nampak dalam sikappositip karyawan terhadap pekerjaan dan segalasesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.Kepuasan kerja sangat penting untuk aktualisasi diridan karyawan yang tingkat kepuasannya rendah tidakpernah mencapai kematangan psikologis dalam bekerjadan pada akhirnya menjadi frustrasi.

Menurut Wexley and Yukl (2005: 127), kepuasankerja adalah cara seorang pekerja merasakanpekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan generalisasisikap-sikap terhadap pekerjaannya yang didasarkanterhadap aspek-aspek pekerjaannya bermacam-macam.Luthans (2006: 137) mengemukakan definisi kepuasankerja adalah keadaan emosional yang menyenangkanatau sikap positif yang berasal dari penilaian kerjaseseorang dalam arti pengalaman-pengalamankerjanya. Seseorang memiliki pengalaman kerja yangdapat menimbulkan keadaan emosional yangmenyenangkan yang mengindikasikan adanya tingkatkepuasan kerja yang tinggi. Keadaan emosional yangmenyenangkan ini dapat terjadi sebaliknya. Menurut

Page 60: JEB Vol 5 No 3 November 2011

247

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI............... (Sri Langgeng Ratnasari)

Robbins (2008:99), kepuasan kerja adalah perasaanpositif tentang pekerjaan seseorang sebagai hasil darisebuah evaluasi karakteristiknya. Robbins and Judge(2010:77) menjelaskan bahwa job satisfaction is a posi-tive feeling about one’s job resulting from an evalua-tion of its characteristics. Kepuasan kerja adalahperasaan positif terhadap pekerjaannya sebagai hasilevaluasi tentang karakteristiknya.

Para ahli manajemen sumber daya manusia danperilaku organisasi memberikan definisi atau konsepmengenai kepuasan kerja dengan ungkapan bahasa dantinjauan dari sudut pandang yang berbeda-beda,namun makna yang terkandung dari definisi yangmereka ungkapkan pada umumnya sama, yaitu bahwakepuasan kerja adalah sikap dan perasaan umum dariseorang pekerja terhadap pekerjaannya.

Kepuasan kerja merupakan orientasi individuyang berpengaruh terhadap peran dalam bekerja.Kepuasan kerja merupakan penilaian, perasaan atausikap seseorang atau karyawan terhadap pekerjaannyadan hubungannya dengan lingkungan kerja, jenispekerjaan, kompensasi, hubungan antarteman kerja,hubungan sosial di tempat kerja dan lain-lain.Kepuasan kerja adalah dipenuhinya beberapakeinginan dan kebutuhan melalui kegiatan kerja ataubekerja. Masing-masing karyawan akan memiliki ukurankepuasan kerja yang berbeda-beda antara karyawansatu dengan yang lainnya. Kepuasan kerja yangberbeda-beda disebabkan oleh perbedaan status sosialdi dalam masyarakat.

Manajemen perusahaan baik dalam organisasiyang berorientasi pada profit maupun non-profit harusmemperhatikan dan bertanggungjawab secara moralterhadap kepuasan kerja karyawannya karena kepuasankerja karyawan yang tinggi berdampak terhadap kinerjadan produktivitas karyawan dalam mencapai tujuanorganisasi. Kajian mengenai kepuasan kerja menjaditelaah penting mengingat adanya perubahan danperkembangan terus menerus tentang apa yangmembuat seseorang puas akan pekerjaannya, sertaketerkaitannya dengan aspek-aspek lainnya, sepertitingkat produktivitas, tingkat perputaran, kemangkiran,dan efek-efek lainnya seperti kesehatan fisik dan men-tal, dan kecelakaan kerja.

Kinerja merupakan “job perfomance atau ac-tual perfomance” yang diartikan sebagai prestasi kerjaatau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh

seseorang. Untuk itu kinerja dapat diartikan sebagaiprestasi kerja, yaitu hasil kerja secara kualitas dankuantitas yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalammelaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawabyang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, untukmenjelaskan prestasi seseorang dalam suatu organisasiatau perusahaan lazim digunakan istilah kinerjakaryawan.

Gomes (2000:195) mengemukakan definisiprestasi kerja karyawan adalah ungkapan seperti out-put, efisiensi, serta efektivitas yang sering dihubungkandengan produktivitas. Prestasi kerja dapat diartikansebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yangdicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakantugasnya sesuai tanggungjawab yang diberikankepadanya. Dengan demikian, prestasi kerja dapatdiartikan sebagai hasil yang dicapai oleh seorangpegawai menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaanyang bersangkutan dalam waktu tertentu. Daft(2006:13) mendefinisikan kinerja adalah kemampuanorganisasi untuk mempertahankan tujuannya denganmenggunakan sumber daya secara efektif dan efisien.Kemampuan ini merupakan prestasi yang telah diraiholeh para pegawai tersebut secara akumulasi menjadisuatu prestasi kerja. Kemudian prestasi kerja akanmenjadi tingkat efektivitas suatu organisasi atau kinerja.Semakin tinggi efektivitas kerjanya maka semakin tinggikinerjanya.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapatdijelaskan bahwa perusahaan perlu memandang kinerjasumber daya manusianya sebagai persoalan strategissebagai sarana membantu dalam meraih keunggulankompetitif bagi perusahaan. Penelitian ini menggunakanmetode survey yang dilakukan dengan mengambilsampel dari seluruh anggota populasi danmenggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulandata. Penelitian ini disebut explanatory researchkarena bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antaravariabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian iniberkaitan dengan perilaku manusia, dimana psikologimemandang bahwa perilaku manusia merupakan reaksiyang dapat bersifat kompleks maupun sederhana,sehingga penelitian ini merupakan penelitian penjelasandari persepsi responden.

Hipotesis penelitian ini adalah faktor-faktorkepuasan kerja yang terdiri gaji, pekerjaan itu sendiri,promosi, pengawasan, kelompok kerja, dan kondisi

Page 61: JEB Vol 5 No 3 November 2011

248

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 245-251

kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerjakaryawan, dan faktor kepuasan kerja gaji mempunyaipengaruh dominan terhadap prestasi kerja karyawan.Populasi dalam penelitian adalah karyawan Departemenproduksi PT. X (Persero) Surabaya yang berjumlah 50orang. Dalam penelitian ini, jumlah sampel adalah samadengan jumlah populasi atau menggunakan metodesensus. Variabel yang digunakan dalam penelitian initerdiri dari 2 variabel yakni kepuasan kerja (X) sebagaivariabel eksogen dan variabel endogen yakni prestasikerja karyawan (Y). Kepuasan kerja diukur dengankonsep kepuasan kerja yang dikembangkan olehLuthans (2006) terdiri dari 6 dimensi yaitu gaji (X1),pekerjaan itu sendiri (X2), promosi (X3), pengawasan(X4), kelompok kerja (X5), dan kondisi kerja (X6).Prestasi kerja diukur dengan konsep prestasi kerja yangsudah ditetapkan oleh PT. X (Persero) yang terdiri dari7 dimensi yakni kecakapan dalam bidang tugas (Y1),keterampilan melaksanakan tugas (Y2), luasnyapengalaman di bidang tugas (Y3), kesungguhanmelaksanakan tugas (Y4), ketekunan dalammelaksanakan tugas (Y5), efektivitas dalammelaksanakan tugas (Y6), dan kualitas dalammelaksanakan tugas (Y7). Data penelitian adalah dataprimer yang dikumpulkan dengan menggunakankuisioner. Analisis data dilakukan menggunakan SPSSrelease 17 (Statistical Package for the Social Sci-ences)

HASIL PENELITIAN

Responden terdiri dari 50 responden, semuanya pria.Usia rata-rata responden 34, 36 tahun, di mana usiatermuda 27 tahun dan usia tertua 54 tahun. Pendidikanresponden sebagian besar adalah SMA sebanyak 47orang sedangkan sarjana (S1) hanya 3 orang. Analisisini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenaijawaban responden, untuk menggambarkan persepsiresponden atas item-item pertanyaan yang diajukanberdasarkan perhitungan nilai indeks untuk masing-masing variabel penelitian. Variabel kepuasan kerjamemiliki indeks persepsi 77,60 sehingga dapatdisimpulkan bahwa kecenderungan kepuasan kerjadalam kategori tinggi. Variabel prestasi kerja karyawanmemiliki indeks persepsi 88,00 berarti berada dalamkategori tinggi.

Tabel 1Pengujian Hipotesis

Variabel-Variabel KoefisienKepuasan Kerja Regresi Probability r²

Gaji 0,3822 0,00001 0,3802Pekerjaan Itu Sendiri 0,2210 0,00301 0,1870Promosi 0,2306 0,00746 0,1550Pengawasan 0,3649 0,00002 0,3425Kelompok Kerja 0,1046 0,05320 0,0842Kondisi Kerja 0,1572 0,04088 0,0937Sumber: Hasil penelitian. Data diolah

Tabel 2Tingkat Signifikansi Variabel Kepuasan Kerja

Variabel-VariabelKepuasan Kerja T Hitung T Tabel Keterangan

Gaji 5,136 2,394 SignifikanPekerjaan Itu Sendiri 3,145 2,394 SignifikanPromosi 2,809 2,394 SignifikanPengawasan 4,732 2,394 SignifikanKelompok Kerja 1,988 2,394 Tidak SignifikanKondisi Kerja 2,108 2,394 Tidak Signifikan

Sumber: Hasil penelitian. Data diolah.

PEMBAHASAN

Pengujian hipotesis ini didasarkan atas pengolahandata penelitian dengan menggunakan analisis SPSS.Hipotesis pertama yakni bahwa faktor-faktor kepuasankerja berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawanditerima, berarti terbukti bahwa faktor-faktor kepuasankerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerjakaryawan. Berdasarkan hasil perhitungan diperolehnilai koefisien determinasi berganda (R squared)sebesar 0,5891 dengan probabilitas 0,000004836 artinyabahwa seluruh variabel bebas yang digunakan dalampersamaan regresi ini secara bersama mampumemberikan kontribusi terhadap prestasi kerja karyawandepartemen produksi PT. X (Persero) Surabaya sebesar58,91%. Nilai F hitung sebesar 10,651 dan F tabel untuksampel 50 responden dengan d.f 43 dan taraf nyatasebesar 5% menunjukkan hasil 2,394 sehingga nilai Fhitung lebih besar dari nilai F tabel, sedangkan keeratanhubungan antara seluruh variabel bebas (X) terhadap

Page 62: JEB Vol 5 No 3 November 2011

249

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI............... (Sri Langgeng Ratnasari)

prestasi kerja ditunjukkan dari koefisien multiple regresi(Multiple R) sebesar 0,7675. Berdasarkan hasilperhitungan pada taraf nyata 5% (pd”0,05), faktor-faktor kepuasan kerja seperti gaji, pekerjaan itu sendiri,promosi, pengawasan, kelompok kerja, dan kondisikerja mempunyai pengaruh yang signifikan ataubermakna terhadap prestasi kerja karyawan DepartemenProduksi PT. X (Persero) Surabaya. Dengan demikian,pada taraf signifikansi 5% hipotesis pertama terbukti.Hal ini mendukung hasil penelitian Johan (2002), Yamit(2005), dan Wahyuddin (2005) yang menyatakankepuasan berpengaruh terhadap prestasi kerja.

Hipotesis kedua yaitu faktor kepuasan kerjaberupa gaji merupakan faktor yang berpengaruhdominan terhadap prestasi kerja terbukti signifikan.Berdasarkan perhitungan pada Tabel 1, koefisien regresivariabel gaji adalah 0,3822 atau 38,22% terhadapkoefisien variabel kepuasan kerja lainnya denganprobabilitas 0,0001. Artinya, dalam taraf nyata 5%,variabel gaji mampu memberikan kontribusi sebesar38,22% dibandingkan variabel kepuasan kerja lainnyadalam mempengaruhi prestasi kerja karyawanDepartemen Produksi PT. X (Persero) Surabaya.Koefisien r2 partial variabel gaji sebesar 0,3802 yangartinya adalah apabila variabel kepuasan kerja yanglain konstan, peningkatan satu satuan variabel gaji akanmeningkatkan prestasi kerja sebesar 38,22 satuan dimana sumbangan dari variabel ini adalah sebesar38,02% dibandingkan variabel kepuasan kerja lainnyaterhadap prestasi kerja karyawan. Melihat hasilperhitungan, variabel gaji mempunyai peran yangcukup tinggi dibandingkan variabel kepuasan kerjalainnya. Hal ini berarti mengandung implikasi bahwaperubahan variabel gaji berdampak cukup tinggiterhadap perubahan perilaku karyawan DepartemenProduksi PT. X (Persero) Surabaya khususnya prestasikerjanya. Oleh karena itu, bentuk pemberiankompensasi yang diterapkan oleh manajemenhendaknya mengacu pada perilaku yang ditunjukkandari hasil penelitian yang melibatkan sebanyak 50responden pada Departemen Produksi, dimana perangaji merupakan faktor kepuasan kerja yang sangatpenting dalam peningkatan prestasi kerja karyawan.

Pada Tabel 2 terlihat variabel pekerjaan itu sendirimempunyai koefisien regresi berganda 0,2210 yangartinya pekerjaan itu sendiri mampu memberikankontribusi sebesar 22,10% terhadap prestasi kerja

karyawan Departemen Produksi PT. X (Persero)Surabaya dengan probabilitas 0,00301. Peningkatansatu satuan variabel pekerjaan itu sendiri, apabilavariabel kepuasan kerja lainnya konstan akanmeningkatkan prestasi kerja sebesar 22,10%.

Pada Tabel 2 terlihat koefisien regresi variabelpromosi adalah 0,2306 dengan probabilitas 0,00746yang berarti promosi karyawan memberikan kontribusisebesar 23,00% terhadap prestasi kerja karyawanDepartemen Produksi PT. X (Persero) Surabaya.Promosi mempunyai r2 partial sebesar 0,1550 yangberarti bahwa peningkatan satu satuan variabel ini akanmeningkatkan prestasi kerja sebesar 23,06 satuan, dimana sumbangan variabel promosi sebesar 15,50%apabila variabel kepuasan kerja lainnya konstan.

Variabel pengawasan, bagi karyawanpengawasan mempunyai dampak pada peningkatanprestasi kerja karyawan. Hal ini terlihat dari tanggapanresponden setelah dihitung dengan SPSS seperti yangditunjukkan pada Tabel 2 bahwa koefisien regresivariabel ini sebesar 0,3649 dengan probabilitas 0,00002.Artinya, pengawasan mampu memberikan kontribusisebesar 36,49% terhadap prestasi kerja karyawan,sedangkan r2 partial 0,3425 artinya apabila variabelpengawasan naik satu satuan dan variabel kepuasankerja lainnya konstan maka prestasi kerja akan naiksebesar 34,25% terhadap prestasi kerja karyawanDepartemen Produksi PT. X (Persero) Surabaya.

Berdasarkan Tabel 2 terlihat koefisien regresivariabel kolompok kerja sebesar 0,1046 yang berartimemberikan kontribusi pada prestasi kerja karyawansebesar 10,46% dengan probabilitas 0,05320,sedangkan koefisien r2 partial sebesar 0,0842mempunyai arti bahwa apabila variabel kelompok kerjanaik satu satuan dan variabel kepuasan kerja lainnyakonstan, maka prestasi kerja akan naik sebesar 10,46satuan, di mana kontribusi dari variabel ini adalahsebesar 8,42% terhadap prestasi kerja karyawanDepartemen Produksi PT. X (Persero) Surabaya.

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa koefisienregresi variabel kondisi kerja sebesar 0,1752 yang berartimemberikan kontribusi pada prestasi kerja karyawansebesar 15,72% dengan probabilitas 0,04088,sedangkan koefisien r2 partial sebesar 0,0937. Nilai iniartinya apabila variabel kelompok kerja naik satu satuandan variabel kepuasan kerja lainnya konstan, makaprestasi kerja akan naik sebesar 15,72 satuan di mana

Page 63: JEB Vol 5 No 3 November 2011

250

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 245-251

kontribusi dari variabel ini adalah sebesar 9,37%terhadap prestasi kerja karyawan Departemen ProduksiPT. X (Persero) Surabaya. Variabel kondisi kerjamempunyai koefisien regresi paling rendah di antaravariabel kepuasan kerja lainnya. Hal ini berarti bahwadari 6 variabel kepuasan kerja yang ada, variabel inimenjadi paling tidak penting bagi peningkatan prestasikerja karyawan Departemen Produksi PT. X (Persero)Surabaya. Berdasarkan data dan analisis terlihatvariabel gaji mempunyai pengaruh dominan terhadapprestasi kerja dengan koefisien regresi sebesar 0,3822atau 38,22% dan merupakan variabel terbesar dibandingkoefisien variabel kepuasan kerja lainnya, sedangkanprobabilitas yang dimiliki adalah sebesar 0,00001sebagai probabilitas terkecil dibanding kepuasan kerjalainnya. Di samping itu, r2 partialnya sebesar 0,3802dan merupakan terbesar di antara r2 partial variabelkepuasan kerja lainnya. Atas dasar uraian yang ada,dan didukung perhitungan SPSS, maka pada taraf nyata5% hipotesis kedua terbukti. Hal ini mendukung hasilpenelitian Johan (2002), Yamit (2005), dan Wahyuddin(2005) yang menyatakan gaji merupakan faktor yangberpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa 1)variabel kepuasan kerja yang terdiri dari gaji, pekerjaanitu sendiri, promosi, pengawasan, kelompok kerja, dankondisi kerja secara bersama-sama mempunyaipengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawanDepartemen Produksi PT. X (Persero) Surabaya, dengandemikian hipotesis 1 terbukti. Variabel gaji merupakanvariabel yang dominan dalam mempengaruhi tingkatprestasi kerja karyawan dengan koefisien regresisebesar 0,3822, r2 parsial sebesar 0,3802, dan tingkatsignifikansi 0,00001 (p<0,05). Dengan demikian,hipotesis kedua terbukti kebenarannya.

Saran

Dalam menentukan kebijakan yang berkaitan denganusaha-usaha untuk meningkatkan prestasi kerjakaryawan khususnya Departemen Produksi hendaknyamemperhatikan faktor gaji, sebagai salah satu

pertimbangan utama, karena faktor gaji mempunyaipengaruh dominan dan sensitif sekali terhadap perilakukaryawan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.Untuk itu disarankan agar manajemen dalam menyusunprogram yang berkaitan dengan pendapatan karyawanhendaknya hati-hati. Komponen yang bersifat variabeldan diberikan sebagai perangsang mempunyai peransangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaandan karyawan itu sendiri. Hal itu tercermin dari hasilperhitungan, bahwa gaji merupakan variabel dominandengan koefisiensi regresi 0,3822. Di samping itu, perludiperhatikan pula faktor pekerjaan itu sendiri, promosi,dan pengawasan.

Meskipun gaji, pekerjaan itu sendiri, promosi,dan pengawasan merupakan faktor dominan, faktor laindari kepuasan kerja juga harus diperhatikan khususnyakondisi kerja, mengingat sistem produksi yangditerapkan mempunyai tingkat risiko kecelakaan cukuptinggi. Di samping itu perlu diadakan pemberian sistemkompensasi lebih bagi karyawan yang mempunyaiprestasi bagus. Pemberian kompensasi ini dapatditerapkan tidak hanya Departemen Produksi saja akantetapi unit-unit lain bisa dilaksanakan sesuai dengankontribusi yang diberikan pada perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Daft, Richard L. 2006. Organization Theory and De-sign. Eight Edition. South Western: Thomson.

Gibson, James L., Ivancevich, John, M., dan Donnely,James H. 2004. Organizations: Behavior, Struc-ture, Processes. Richard D. Irwin A Times Mir-ror Higher Education Group Inc. Company.

Gomes, Faustino Cardoso. 2000. Manajemen SumberDaya Manusia. Terjemahan, Yogjakarta: AndiOffset.

Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia danSumber Daya Manusia. Edisi Kedua.Yogyakarta: BPFE.

Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. PenerjemahVivin Andhika Yuwono, Shekar Purwanti, Th.

Page 64: JEB Vol 5 No 3 November 2011

251

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI............... (Sri Langgeng Ratnasari)

Arie P, dan Winong Rosari, Edisi Sepuluh.Yogyakarta: Andi.

Robbins, P. Stephen, dan Judge. A. Timothy. 2008. Or-ganizational Behavior. Twelfh Edition.Pearson Education International. New Jersey.

Robbins, P. Stephen, dan Judge. A. Timothy. 2010.Perilaku Organisasi. Alih Bahasa Diana An-gelica. Edisi Keduabelas. Jilid 1 dan 2, Jakarta.Salemba Empat.

Sule, E. 2002. “Keterkaitan antara Kepuasan KerjaKaryawan dan Kepuasan Pelanggan denganKinerja Perusahaan”. Jurnal Akuntansi danManajemen. Vol. 2. No. 2.

Wahyuddin. M. dan Narimo. 2005. “Faktor-faktorPenentu Produktivitas Kerja Pegawai KantorSekretariat Daerah Kabupaten Karanganyar:Pendekatan LPM dan Multinominal LogistikModel”. Jurnal BENEFIT. Vol.9. No.1.

Wexley, Kenneth N dan Yuki, Gary A. 2005. PerilakuOrganisasi dan Psikologi Personalia. AlihBahasa Muh. Shobaruddin. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Yamit, Zulian. 2005. “Pengaruh Sistem Penggajian,Kinerja dan Senioritas terhadap Kepuasan KerjaKaryawan di Pertamina UP IV Cilacap”. JurnalSiasat Bisnis.

Page 65: JEB Vol 5 No 3 November 2011

253

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN PER KAPITA DAN............... (Algifari)Vol. 5, No. 3, November 2011Hal. 255-266

ABSTRACT

This study examines the relationship between incomeper capita and human development index (HDI). Allcountries are classified into four groups of achieve-ment in human development: very high human devel-opment (with an HDI of 0.788 or above), high humandevelopment (with an HDI of 0.677–0,784), mediumhuman development (HDI of 0.488–0.669), and lowhuman development (HDI of less than 0.488). Pearsonbivariat correlation is used to analyze relationship be-tween income per capita and HDI. The result show thatincome per capita was significantly positive correlatedwith HDI for countries with very high HDI, high HDI,and low HDI, but insignificantly positive correlated forcountry with medium HDI.

Keywords: income per capita, human development in-dex, bivariat correlation

PENDAHULUAN

Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan padaumumnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraanmasyarakatnya. Kegagalan yang dialami oleh suatupemerintahan meningkatkan kesejahteraanmasyarakatnya sering disebabkan oleh banyak faktor,seperti kesalahan mengidentifikasi penyebabrendahnya kesejahteraan masyarakat, penerapan

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN PER KAPITADAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

AlgifariSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta

Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telepon +62 274 486160, 486321, Fax. +62 274 486155

E-mail: [email protected]

kebijakan yang keliru, kesalahan dalam mendefinisikankesejahteraan masyarakat. Untuk mempermudahpencapaian usaha meningkatkan kesejahteraanmasyarakat diperlukan indikator tentang kesejahteraanmasyarakat. Banyak indikator yang dapat digunakanuntuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat,akan tetapi pertumbuhan ekonomi menjadi suatuindikator yang sering menjadi pokok sasaranpembangunan karena pertumbuhan ekonomi dapatmeningkatkan pendapatan per kapita. Kenaikanpendapatan per kapita akan meningkatkan kemampuan(daya beli) masyarakat dalam memenuhi kebutuhanhidupnya dan kesejahteraan masyarakat dapatditingkatkan (Arsyad, 2004).

Pengukuran keberhasilan pembangunan telahberkembang dari waktu ke waktu. Tahun 1990,Perserikatan Bangsa Bangsa mulai memperkenalkanukuran keberhasilan pembangungan melalui suatuindeks yang disebut Indeks Pembangunan Manusia(IPM). IPM merupakan suatu ukuran yang meliputigabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia,yaitu 1) usia panjang yang diukur dari usia harapanhidup, 2) pengetahuan yang diukur dengan rata-ratatertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapatmembaca dan rata-rata lama tahun sekolah, dan 3)penghasilan yang diukur dengan pendapatan per kapitariil yang telah disesuaikan menurut daya beli mata uangmasing-masing negara (Kuncoro, 2006).

Organisasi Kerjasama Ekonomi danPembangunan (OECD) yang didirikan tahun 1961merupakan organisasi negara maju yang selalu

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Page 66: JEB Vol 5 No 3 November 2011

254

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 253-264

menggunakan pertumbuhan ekonomi sebagai ukurankeberhasilan pembangunan ekonomi dan sosial. Akantetapi, saat ini OECD mulai memperkenalkan indekskeberhasilan pembangunan baru yang disebut YourBetter Life Index atau Indeks Kebahagiaan. Pengukuranindeks kebahagiaan ini menggunakan 11 indikator yangmencakup pendapatan, perumahan, pekerjaan,masyarakat, pendidikan, lingkungan, pemerintahan,kesehatan, kepuasan hidup, keamanan, sertakeseimbangan antara pekerjaan hidup. Berdasar indekskebahagiaan ini tidak selalu negara yangperekonomiannya maju atau pendapatan per kapitamasyarakatnya tinggi memberikan kebahagiaan bagimasyarakatnya. Hasil kajian The New Economics Foun-dation (NEF) tahun 2009 menunjukkan bahwa Indone-sia yang memiliki pendapatan per kapita berada padaurutan ke 147 dengan pendapatan per kapita US$2.580menempati urutan ke 16 pada daftar negara yangpenduduknya paling bahagia, sedang Amerika Serikatyang memiliki pendapatan per kapita pada urutan ke 18dengan pendapatan per kapita sebesar US47.140menempati urutan ke 114 pada daftar negara yangpenduduknya paling bahagia. Artinya, walaupunpenduduk Indonesia memperoleh pendapatan perkapita yang jauh lebih rendah daripada Amerika Serikat,tetapi penduduk Indonesia lebih bahagia. NEFmenempatkan Costa Rica sebagai negara yang memilikiindeks kebahagiaan tertinggi. Costa Rica yangmerupakan negara kecil di Amerika Tengah danperekonomiannya hanya mengandalkan pertaniandengan hasil utama kopi dan pariwisata memilikipendapatan per kapita sebesar US$7.701 berada padaurutan ke 67 dari 183 negara, tetapi menempati urutanpertama dari 143 negara dalam hal indeks kebahagian.Berdasar indeks kebahagian tersebut, penduduk CostaRica merupakan penduduk yang paling bahagia di bumiini.

Ukuran lain tentang keberhasilan pembangunanadalah indeks kemakmuran (Prosperity Index) yangdikeluarkan oleh Legatum Institute. Legatum Institutemelakukan perhitungan indeks kemakmuran terhadap110 negara yang meliputi 90 persen penduduk dunia.Indeks ini diukur menggunakan 89 variabel yang dibagike dalam 8 kelompok, yaitu ekonomi, kewirausahaandan peluang, pemerintahan, pendidikan, kesehatan,keamanan, kebebasan personal, dan modal sosial.Berdasar indeks ini, negara yang memiliki indeks

tertinggi pada tahun 2010 adalah Norwegia, disusulDenmark, Finlandia, Australia, dan Selandia Baru. In-donesia berada pada urutan ke 70 dan Malaysia padaurutan ke 43 dari 110 negara yang dilakukanpengukuran.

Walaupun terdapat banyak ukuran mengenaikeberhasilan pembangunan suatu negara, akan tetapibanyak negara masih menggunakan IPM, termasukIndonesia. IPM bukanlah suatu ukuran yangmenyeluruh tentang pembangunan manusia, karenaIPM hanya menggambarkan tiga dimensi kesejahteraanmanusia, yaitu pendidikan, kesehatan, dan daya belidan tidak memasukkan indikator-indikator pentingseperti misalnya ketidaksetaraan dan penghargaanterhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan politik.Namun demikian, IPM memberikan sudut pandang yanglebih luas untuk menilai kemajuan pembangunanmanusia serta dapat menghubungkan antarapendapatan masyarakat dan kesejahteraan manusia.

Ukuran keberhasilan pembangunan ekonomisampai saat ini masih menggunakan pendapatan perkapita penduduk. Kenaikan pendapatan per kapitayang dapat dicapai menunjukkan keberhasilanpembangunan di bidang ekonomi. Pendapatan perkapita mencerminkan daya beli masyarakat. Dengandemikian, jika terjadi peningkatan pada pendapatan perkapita masyarakat, maka daya beli masyarakatmeningkat. Peningkatan daya beli masyarakat berartikemampuan masyarakat memenuhi kebutuhanhidupnya, baik untuk pendidikan maupun untukkesehatan meningkat. Peningkatan yang terjadi padapemenuhan kebutuhan hidup masyarakatmenunjukkan terjadinya peningkatan kesejateraanmasyarakat tersebut. Oleh karena itu, pendapatan perkapita dapat digunakan untuk mengukur keberhasilanpembangunan manusia (Arsyad, 2004). Akan tetapipada kenyataannya kenaikkan pendapatan per kapitatidak selalu diikuti oleh kenaikan pemenuhan kebutuhanhidup yang lain, seperti kebutuhan akan pendidikandan kesehatan. Hal ini sering terjadi di negara-negarasedang berkembang yang memiliki karakteristikdistribusi pendapatan yang timpang. Oleh karena itudiperlukan ukuran keberhasilan pembangunan yang lainyang mencakup pemenuhan kebutuhan masyarakatyang lebih luas.

Berdasar laporan United Nation DevelopmentProgram tentang IPM pada tahun 2010, Norwegia

Page 67: JEB Vol 5 No 3 November 2011

255

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN PER KAPITA DAN............... (Algifari)

merupakan negara yang mempunyai IPM tertinggi dari169 negara yang diukur, disusul Australia, SelandiaBaru, Amerika Serikat, dan Irlandia. Indonesia beradapada urutan ke 108 dan Malaysia berada pada urutanke 57. Tabel 1 berikut ini menunjukkan perbandinganurutan antara IPM dan pendapatan per kapita negara-negara yang memiliki IPM pada 5 urutan tertinggi, In-donesia, dan Malaysia.

Pada Tabel 1 tampak Norwegia memiliki IPMtertinggi, akan tetapi Norwegia bukan negara yangmemiliki pendapatan per kapita tertinggi. Norwegiahanya menempati urutan ke 2 berdasarkan pendapatanper kapita setelah Luxemburg. IPM pada urutan ke duaditempati oleh Australia, akan tetapi urutan berdasarkan

pendapatan per kapita berada pada urutan ke 7. SelandiaBaru menempati urutan ke 3 negara yang memiliki IPMtertinggi, namun berdasarkan pendapatan per kapitamenempati urutan ke 24. Berdasarkan informasitersebut dapat disimpulkan bahwa negara-negara yangmemiliki IPM tertinggi tidak selalu memiliki pendapatanper kapita tertinggi pula.

Perbandingan urutan IPM dan pendapatan perkapita menggunakan Produksi Domestik Bruto Nomi-nal negara-negara yang memiliki pendapatan per kapitapada 5 urutan tertinggi, Indonesia, dan Malaysia dapatdilihat pada Tabel 2. Tabel tersebut memberikangambaran bahwa negara yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi tidak selalu memiliki IPM teringgi pula.

Negara IPM Pendapatan per Kapita (US$)

Urutan

IPM Pendapatan per Kapita (US$)

Norwegia 0,938 84.144 1 2 Australia 0,937 55.672 2 7 Selandia Baru 0,907 32.163 3 24 Amerika Serikat 0,902 46.860 4 10 Irlandia 0,895 46.298 5 12

Indonesia 0,600 2.974 108 109 Malaysia 0,744 8.373 57 68

Negara Pendapatan per Kapita IPM

Urutan Pendapatan per Kapita IPM

Luxembourg 108.952 0,852 1 24 Norwegia 84.144 0,938 2 1 Qatar 74.901 0,803 3 38 Swiss 67.779 0,874 4 13 Uni Emirat Arab 57.884 0,815 5 32

Indonesia 2.974 0,600 109 108 Malaysia 8.373 0,744 68 57

Tabel 1Perbandingan IPM dan Pendapatan per Kapita 5 Negara IPM Tertinggi

Tabel 2Perbandingan IPM dan Pendapatan per Kapita 5 Negara

Pendapatan per Kapita Tertinggi

Sumber: International Monetary Fund, 2011 (diolah).

Sumber: International Monetary Fund, 2011. Data diolah.

Page 68: JEB Vol 5 No 3 November 2011

256

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 253-264

Luxemburg memiliki perndapatan per kapita tertinggidi dunia, akan tetapi memiliki IPM berada pada urutanke 24. Qatar yang memiliki pendapatan per kapita padaurutan ke 3 tertinggi di dunia memiliki IPM pada urutanke 38. IPM dan pendapatan per kapita Indonesia tahun2010 berada pada urutan yang lebih rendahdibandingkan dengan negara tetangga Malaysia. In-donesia memiliki IPM sebesar 0,600 berada pada urutanke 108, sedangkan Malaysia memiliki IPM sebesar 0,744berada pada urutan ke 58 dari 169 negara. Pendapatanper kapita Indonesia tahun 2010 sebesar US$2.974berada pada urutan ke 109, sedangkan pendapatan perkapita Malaysia sebesar US$8.373 berada pada urutanke 68 dari 183 negara.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, IPMdiukur menggunakan 3 dimensi, yaitu pemenuhanpendidikan, kesehatan, dan daya beli. Pendapatan perkapita merupakan salah satu komponen dalammenentukan IPM yang menunjukkan daya belimasyarakat. Jika pendapatan per kapita masyarakattinggi, maka daya beli masyarakat juga tinggi. Tingginyadaya beli masyarakat apakah mampu meningkatkanpemenuhan kebutuhan masyarakat akan pendidikandan kesehatan? Beberapa penelitian empiris telahdilakukan untuk membuktikan hubungan antara IPMdengan ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat yanglain. Blanchflower dan Oswald (2005) melakukanpenelitian untuk mengetahui hubungan antara IPMdengan indeks kebahagian di beberapa negara.Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapatbeberapa negara, seperti Australia memiliki paradoks.Australia merupakan negara yang memiliki ranking IPMtinggi, tetapi Australia memiliki tingkat kebahagiaanmasyarakatnya yang rendah.

Badrudin (2011) melakukan penelitian tentangpengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap IPMmenggunakan data kabupaten dan kota di Provinsi JawaTengah. Periode penelitian dari tahun 2001 sampaidengan tahun 2005. Hasil penelitian menunjukkanbahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikandan negatif terhadap IPM di Jawa Tengah. Artinya,semakin tinggi pertumbuhan ekonomi semakin rendahtingkat kesejahteraan masyarakat.

Sidharta (2010) meneliti hubungan antara IPMdengan komponen-komponennya, indikator fiskalpemerintah dan kemiskinan. Komponen IPM meliputiindikator kesehatan, pendidikan, dan daya beli.

Indikator kesehatan menggunakan Angka HarapanHidup (AHP), indikator pendidikan menggunakanAngka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah(RLS), dan indikator daya beli menggunakanPengeluaran per Kapita Riil. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa kontribusi tertinggi dari komponenIPM terhadap IPM adalah Angka Melek Huruf denganbesarnya koefisien korelasi sebesar 0,9584, disusulkomponen Pengeluaran per Kapita Riil dengankoefisien korelasi sebesar 0,8729, dan Rata-rata LamaSekolah sebesar 0,7269, sedangkan kontribusi terendahpada IPM adalah Angka Harapan Hidup dengankoefisien korelasi sebesar 0,6599.

Ranis et al. (2006) meneliti hubungan antaraPembangunan Manusia (Human Development), IPM,dan pendapatan per kapita. Pembangunan Manusiaditentukan menggunakan 11 kategori dengan 39indikator yang mencerminkan kesejahteraanmasyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwapendapatan per kapita memiliki hubungan yang kuatdengan IPM. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisienkorelasi yang tinggi, yaitu sebesar 0,8789.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Sejak tahun 1990 United Nation Development Programsebagai salah satu badan Perserikatan Bangsa-bangsamengembangkan suatu indeks untuk mengukur tingkatkeberhasilan pembangunan, yaitu IndeksPembangunan Manusia (IPM). Indikator yangdigunakan untuk menyusun IPM adalah tingkatharapan hidup, tingkat melek huruf, dan pendapatanper kapita riil. Besarnya IPM dari 0 sampai dengan 1.Semakin tinggi IPM, semakin tinggi pula tingkatpembangunan manusianya (Arsyad, 2004).

Pendapatan per kapita adalah pendapatannasional dibagi jumlah penduduk. Pendapatan perkapita dapat mencerminkan daya beli masyarakat.Semakin tinggi pendapatan per kapita penduduk suatunegara, semakin tinggi pula daya beli penduduk negaratersebut. Daya beli masyarakat yang tinggimenunjukkan kemampuan yang tinggi dari masyarakatdalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dankesejahteraan masyarakat juga tinggi. IPM merupakanindeks yang dapat menggambarkan tingkatkesejahteraan masyarakat. Suatu negara yang memilikiIPM tinggi menunjukkan tingkat kesejahteraan

Page 69: JEB Vol 5 No 3 November 2011

257

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN PER KAPITA DAN............... (Algifari)

masyarakat tersebut tinggi. Pendapatan per kapitamerupakan salah satu komponen dari menyusun IPM,selain tingkat kesehatan dan tingkat pendidikanmasyarakat. Oleh karena itu, semakin tinggi pendapatanper kapita masyarakat suatu negara, seharusnyasemakin tinggi juga IPM negara tersebut. Namundemikian, pada kenyataannya hal ini tidak terjadi.Negara yang memiliki pendapatan per kapita padaurutan tinggi tidak selalu memiliki IPM pada urutanyang tinggi pula.

Shome dan Tondon (2010) meneliti hubunganantara pendapatan per kapita dan IPM di 5 negaraAsean menggunakan data tahun 2000 sampai dengan2007. Hubungan antara pendapatan per kapita dan IPMdianalisis dengan korelasi Pearson, baik setiap negaramaupun semua negara secara keseluruhan. Hasilpenelitian menunjukkan di Filipina terdapat hubungannegatif antara pendapatan per kapita dengan IPMdengan koefisien korelasi sebesar -0,070. Artinya, padasaat pendapatan per kapita tinggi, IPM rendah. Namundemikian, berdasar koefisien korelasi ini dapat diketahuibahwa hubungan antara pendapatan per kapita danIPM di Filipina lemah. Singapore yang termasuk kedalam kelompok negara dengan angka IPM sangattinggi mempunyai hubungan positif dan lemah antarapendapatan per kapita dan IPM dengan koefisienkoelasi sebesar 0,4710. Indonesia memiliki hubunganpositif dan lebih kuat antara pendapatan per kapita danIPM dibandingkan dengan 4 negara Asean lainnya.Koefisien korelasi antara pendapatan per kapita danIPM di Indonesia sebesar 0,706. Koefisien korelasiantara pendapatan per kapita dan IPM di Malaysia dandi Thailand menunjukkan angka yang positif, yaituberturut-turut 0,2680 dan 0,3970. Hal ini menunjukkanbahwa di kedua negara tersebut adanya kecenderunganpada pendapatan per kapita tinggi maka IPM juga tinggi.Hasil analisis korelasi terhadap ke 5 negara Aseanmenunjukkan adanya korelasi positif antara pendapatanper kapita dan IPM dengan koefisien korelasi sebesar0,4760.

Khodabakhshi (2011) melakukan penelitiantentang hubungan antara pendapatan per kapita danIPM di India menggunakan data tahun 2005 hingga2010. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubunganpositif yang lemah antara pendapatan per kapita danIPM. Rana dan Dzathor (2008) melakukan penelitianterhadap hubungan antara indikator-indikator dalam

IPM dengan pendapatan per kapita menggunakan dataAmetika Serikat, Jerman, dan Jepang tahun 1995-2004.IPM diukur menggunakan 5 indikator, yaitu kondisilingkungan, kesehatan, perubahan teknologi,kekayaan, kemiskinan. Hasil penelitian menunjukkantidak terdapat korelasi yang signifikan antara indikator-indikator IPM dengan pendapatan per kapita.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasiantara pendapatan per kapita dan IPM. Rumusanhipotesis dalam penelitian ini didasarkan pada teoriyang menyatakan bahwa pendapatn per kapitaberhubungan positif terhadap pembangunan manusia.Hal ini disebabkan pendapatan per kapita merupakansalah satu indikator dalam menentukan IPM. Hipotesisdalam penilitian ini dirumuskan sebagai berikut:H1: Pendapatan per kapita berkorelasi positif dan

signifikan dengan IPM pada kelompok negarayang memiliki IPM sangat tinggi.

H2: Pendapatan per kapita berkorelasi positif dansignifikan dengan IPM pada kelompok negarayang memiliki IPM tinggi.

H3: Pendapatan per kapita berkorelasi positif dansignifikan dengan IPM pada kelompok negarayang memiliki IPM menengah.

H4: Pendapatan per kapita berkorelasi positif dansignifikan dengan IPM pada kelompok negarayang memiliki IPM rendah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdata tentang pendapatan per kapita dan IPM beberapanegara berdasarkan pengelompokkan IPM, yaitu negarayang memiliki IPM sangat tinggi (0,788-0,983), IPM tinggi(0,677-0,784), IPM menengah (0,488-0,6690), dan IPMrendah (0,140-0,470). Banyaknya negara yangdigunakan dalam penelitian ini yang termasuk ke dalamkelompok negara yang memiliki IPM sangat tinggiadalah 39 negara, kelompok negara yang memiliki IPMtinggi adalah 40 negara, kelompok negara yang memilikiIPM menengah adalah 42 negara, dan kelompok negarayang memiliki IPM rendah adalah 37 negara. Data IPMnegara-negara yang digunakan dalam penelitian inidiperoleh dari laporan United Nation DevelopmentProgram (UNDP) tahun 2011 dan data tentangpendapatan per kapita menggunakan purchasing powerparity diperoleh dari laporan Bank Dunia tahun 2011.

Analisis terhadap data penelitian dilakukanmenggunakan dua tahap. Tahap pertama dilakukananalisis deskriptif terhadap hubungan antara

Page 70: JEB Vol 5 No 3 November 2011

258

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 253-264

pendapatan per kapita dengan IPM yang digambarkanke dalam sebuah diagram sebar (scatter plot).Berdasarkan diagram sebar tersebut dapat diketahuipola hubungan antara pendapatan per kapita dan IPM.Tahap kedua mengukur keeratan hubungan antarapendapatan per kapita dan IPM menggunakan koefisienkorelasinya. Koefisien korelasi antara pendapatan perkapita dan IPM ditunjukkan oleh koefisien korelasiPearson yang besarnya dari 0 sampai dengan 1. Semakinbesar nilai koefisien korelasi Pearson antara pendapatanper kapita dan IPM menunjukkan bahwa hubunganantara kedua variabel tersebut semakin kuat (Algifari,2001). Kemudian koefisien korelasi tersebut dilakukanpengujian untuk mengetahui apakah hubungan(korelasi) antara pendapatan per kapita dan IPM secarastatistik signifikan. Diagram sebar dan koefisienkorelasi antara pendapatan per kapita dan IPM dibuatuntuk masing-masing kelompok negara berdasarkantingkat IPM, yaitu negara dengan kelompok IPM sangattinggi, IPM tinggi, IPM menengah, dan IPM rendah.

HASIL PENELITIAN

Hubungan antara pendapatan per kapita dengan IPMdigambarkan melalui diagram scatter plot. Jikapendapatan per kapita memiliki korelasi positif yangkuat dengan IPM, maka sebaran titik-titik pada diagramsebar membentuk pola menaik dan berada di sekitar

garis diagonal. Gambar 1 menunjukkan diagram sebarantara pendapatan per kapita dengan IPM negara-negara pada kelompok negara yang memiliki IPM sangattinggi (0,788-0,983). Berdasar sebaran titik-titik padagambar tesebut nampak memiliki pola menaik mengikutigaris diagonal. Tetapi garis linear yang dihasilkan darisebaran titik-titik tersebut landai dan menunjukkanbahwa hubungan positif antara pendapatan per kapitadengan IPM tidak sempurna.

Ketidaksempurnaan hubungan positif antarapendapatan per kapita dan IPM dapat dilihat dengancara membandingkan pendapatan per kapita dan IPMdi antara dua atau lebih negara dalam kelompok IPMsangat tinggi. Brunei mempunyai pendapatan per kapitasebesar US$48.760 jauh melebihi Selandia Baru yanghanya sebesar US$28.050, tetapi Selandia Baru memilikiIPM yang jauh lebih tinggi. Brunei hanya memiliki IPMsebesar 0,805 berada pada uruan ke 37, sedangkanSelandia baru memiliki IPM sebesar 0,907 berada padaurutan ke 3 tertinggi dari 169 negara. Luxemburgmerupakan negara yang memiliki pendapatan per kapitatertinggi di dunia, yaitu sebesar US$108.952, namunnegara tersebut hanya menempati urutan ke 24 dariurutan negara berdasarkan IPM tertinggi. Luxemburgmemiliki IPM sebesar 0,852 yang jauh lebih rendahdibandingkan dengan IPM yang dimiliki Australia, yaitusebesar 0,937. Berdasar IPM yang dimiliki, Australiaberada pada urutan ke 2, sedang pendapatan per kapita

Gambar 1Pendapatan per Kapita dan IPM Sangat Tinggi

Page 71: JEB Vol 5 No 3 November 2011

259

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN PER KAPITA DAN............... (Algifari)

Australia sebesar US55.672 berada pada urutan ke 7.Gambar 2 menunjukkan diagram sebar antara

pendapatan per kapita dengan IPM negara-negara padakelompok negara yang memiliki IPM Tinggi, yaitubesarnya IPM dari 0,677 sampai dengan 0,7840. Berdasarsebaran titik-titik pada Gambar 2 tersebut terlihatmemiliki pola meningkat mengikuti garis diagonal.Namun, sama halnya dengan kelompok negara IPMsangat tinggi, garis linear yang dihasilkan dari sebarantitik-titik tersebut landai menunjukkan bahwa hubunganpositif antara pendapatan per kapita dengan IPM padakelompok negara-negara tersebut juga tidak sempurna.

Trinidad dan Tobago memiliki pendapatan perkapita sebesar US$24.000 yang jauh lebih tinggidaripada pendapatan per kapita yang dimiliki negaraChili, yaitu sebesar US$13.890. Namun dari IPM yangdimiliki, Chili jauh lebih tinggi daripada Trinidad danTobago. Chili memiliki IPM sebesar 0,783 yang beradapada urutan ke 45, sedangkan IPM Trinidad dan To-bago sebesar 0,736 yang berada pada urutan ke 59 dari169 negara. Perbandingan pendapatan per kapita danIPM Turki dan Georgia juga menunjukan bahwa negarayang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi tidakselalu memiliki IPM yang lebih tinggi juga padakelompok negara yang memiliki IPM tinggi. Turkimemiliki pendapatan per kapita sebesar US$14.580 yangjauh lebih tinggi daripada pendapatan per kapita Geor-gia, yaitu sebesar US$4.980, tetapi IPM Georgia sebesar0,698 lebih tinggi dibandingkan IPM Turki, yaitu

sebesar 0,679. Berdasarkan IPM yang dimiliki, Georgiaberada pada urutan ke 74, sedang Turki berada padaurutan ke 83 dari 169 negara.

Pada Gambar 3 terlihat sebaran titik-titik yangmenunjukkan hubungan antara pendapatan per kapitadengan IPM pada kelompok negara yang memiliki IPMmenengah, yaitu dari 0,488 sampai dengan 0,6690. Garislurus yang dihasilkan dari sebaran titik-titik tersebutlebih landai dibandingkan dengan garis lurus padakelompok negara-negara yang memiliki IPM sangattinggi dan IPM tinggi. Hal ini menunjukkan bahwahubungan (korelasi) antara pendapatan per kapita danIPM pada kelompok negara yang memiliki IPMmenengah lebih rendah daripada hubungan antarapendapatan per kapita dengan IPM pada kelompoknegara yang memiliki IPM sangat tinggi dan IPM tinggi.

Anomali hubungan antara pendapatan perkapita dan IPM juga terjadi pada kelompok negara yangmemiliki IPM Menengah. Guinea yang memilikipendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkandengan Fiji, tetapi memiliki IPM yang lebih rendah.Pendapatan per kapita Guinea sebesar US$23.810berada pada urutan ke 61, sedangkan Fiji memilikipendapatan per kapita sebesar US$4.490 berada padaurutan ke 144, namun IPM Guinea memiliki IPM sebsar0,538 yang berada pada urutan ke 117, sedangkan Fijimemiliki IPM sebesar 0,669 berada pada urutan ke 86.Afrika Selatan yang memiliki pendapatan per kapitasebesar US$10.280 berada pada urutan ke 102 memiliki

Gambar 2Pendapatan per Kapita dan IPM Kelompok IPM Tinggi

Page 72: JEB Vol 5 No 3 November 2011

260

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 253-264

IPM sebesar 0,597 dan menempati urutan ke 110.Hubungan antara pendapatan per kapita dengan

IPM untuk kelompok IPM rendah disajikan padaGambar 4. Garis lurus yang diperoleh dari sebaran titik-titik tersebut lebih landai dibandingkan dengan garislurus pada kelompok negara dengan IPM sangat tinggidan IPM tinggi, tetapi jika dibandingkan dengan garislurus yang diperoleh dari sebaran titik-titik padakelompok negara dengan IPM menengah lebih tegak.Hal ini menunjukkan hubungan pendapatan per kapitadan IPM pada kelompok negara IPM rendah lebih kuatdibadingkan dengan kelompok negara dengan IPMmenengah.

Sebaran titik-titik pada Gambar 4 nampak terlihatbeberapa negara yang memiliki pendapatan per kapitalebih tinggi dibandingkan dengan negara lain, tetapimemiliki IPM yang lebih rendah. Angola memilikipendapatan per kapita lebih tinggi daripadaMadagaskar dan Ghana. Pendapatan per kapitaAnggola sebesar US$5.430, sedang pendapatan perkapita Madagaskan dan Ghana berturut-turut US$980dan US$1600, tetapi Madagaskar dan Ghana memilikiIPM yang lebih tinggi, yaitu berturut-turut 0,435 dan 0,467, sedang IPM Angola hanya 0,403. Berdasarkan IPMyang dimiliki, Madagaskar berada pada urutan ke 135dan Ghana berada pada urutan ke 130, sedang Angola

Gambar 3Pendapatan per Kapita dan IPM Kelompok IPM Menengah

Gambar 4Pendapatan per Kapita dan IPM Kelompok IPM Rendah

Page 73: JEB Vol 5 No 3 November 2011

261

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN PER KAPITA DAN............... (Algifari)

berada pada urutan ke 146 dari 169 negara.

PEMBAHASAN

Analisis terhadap hubungan antara pendapatan perkapita dengan IPM dilakukan menggunakan analisiskorelasi bivariat Pearson. Keeratan hubungan antarapendapatan per kapita dan IPM diukur dengankoefisien korelasi Pearson. Gambar 5 menunjukkanbesarnya koefisien korelasi Pearson antara pendapatanper kapita dengan IPM berdasarkan kelompok negara.Koefisien korelasi untuk semua kelompok negarabertanda positif. Hal ini menunjukkan adanya hubunganpositif antara pendapatan per kapita dengan IPM.

Kelompok negara yang memiliki IPM tinggimempunyai koefisien korelasi yang paling besardibandingkan dengan kelompok lain. Besarnyakoefisien korelasi antara pendapatan per kapita danIPM pada kelompok negara yang memiliki IPM tinggiadalah 0,656779. Hal ini menunjukkan bahwa padakelompok negara yang memiliki IPM tinggi, hubunganantara pendapatan per kapita dan IPM paling kuatdibandingkan dengan kelompok negara lain. Besarnyakoefisien korelasi antara pendapatan per kapita danIPM pada kelompok negara yang memiliki IPMmenengah sebesar 0,285392 merupakan koefisienkorelasi terkecil dibandingkan dengan kelompok lain.Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

lemah antara pendapatan per kapita dan IPM padakelompok negara tersebut.

Pada Tabel 3 dapat dilihat besarnya koefisienkorelasi Pearson, nilai t Statistik, dan Probabilitas untukmenganalisis hubungan antara pendapatan per kapitadengan IPM berdasarkan kelompok negara. Koefisienkorelasi untuk semua kelompok negara bertanda positif.Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antarapendapatan per kapita dan IPM. Artinya, jikapendapatan per kapita suatu negara tinggi, maka IPMnegara tersebut juga tinggi.

Hipotesis pertama menyatakan bahwa terdapathubungan positif dan signifikan antara pendapatan perkapita dan IPM pada kelompok negara IPM sangattinggi. Pada Tabel 3 terlihat koefisien korelasi antarapendapatan per kapita dan IPM pada kelompok negaraIPM sangat tinggi adalah 0,477964, nilai t-Statistik3,309894, dan nilai probabilitas 0,0021. Koefisienkorelasi bernilai positif menunjukkan arah perubahanpendapatan per kapita dan IPM yang searah. Artinya,pada pendapatan per kapita tinggi, IPM juga tinggi,tetapi berdasar besarnya koefisien korelasi dapatdiketahui hubungan antara pendapatan per kapita danIPM relatif lemah. Kontribusi pendapatan per kapitaterhadap IPM yang mencerminkan tingkat kesejahteraanmasyarakat dapat menggunakan besarnya koefisiendeterminasi (r2). Besarnya koefsien determinasinyahanya (0,477964)2 = 22,48%. Namun demikian, berdasar

Gambar 5Koefisien Korelasi antara IPM dan Pendapatan per Kapita

Page 74: JEB Vol 5 No 3 November 2011

262

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 253-264

nilai t-Statistik 3,309894 dan nilai probabilitas 0,0021menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berkorelasipositif dan signifikan dengan IPM.

Hipotesis kedua menyatakan bahwa terdapathubungan positif dan signifikan antara pendapatan perkapita dengan IPM pada kelompok negara IPM tinggi.Pada Tabel 3 terlihat koefisien korelasi antarapendapatan per kapita dan IPM pada kelompok negaraIPM tinggi adalah 0,656779, nilai t-Statistik 5,368983,dan nilai probabilitas 0,0000. Besarnya koefisienkorelasi pada kelompok negara IPM tinggi lebih besardaripada koefisien korelasi pada kelompok negara IPMsangat tinggi. Kontribusi pendapatan per kapitaterhadap IPM pada kelompok ini lebih tinggidibandingkan pada kelompok IPM sangat tinggi, yaitusebesar (0,477964)2 = 43,14%. Nilai t-Statistik korelasiantara pendapatan per kapita dan IPM pada kelompokIPM tinggi adalah 5,368983 dan nilai probabilitas 0,0000menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berkorelasipositif dan cukup kuat dengan IPM.

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa terdapathubungan positif dan signifikan antara pendapatan perkapita dan IPM pada kelompok negara IPM menengah.Pada Tabel 3 terlihat koefisien korelasi antarapendapatan per kapita dan IPM pada kelompok negaraIPM menengah adalah 0,285392, nilai t-Statistik1,883300, dan nilai probabilitas 0,0669. Berdasarbesarnya koefisien korelasi dapat diketahui hubunganantara pendapatan per kapita dan IPM relatif lemah.Kontribusi pendapatan per kapita terhadap IPMmenggunakan besarnya koefisien determinasi (r2) hanya(0,285392)2 = 8,14%. Nilai t-Statistik 1,8833 dan nilaiprobabilitas 0,0669 menunjukkan adanya korelasi positifyang tidak signifikan anatara pendapatan per kapitadan IPM pada kelompok negara dengan IPMmenengah.

Hipotesis keempat menyatakan bahwa terdapathubungan positif dan signifikan antara pendapatan perkapita dengan IPM pada kelompok negara IPM rendah.Pada Tabel 1 terlihat koefisien korelasi antarapendapatan per kapita dan IPM pada kelompok negaraIPM rendah adalah 0,474144, nilai t-Statistik 3,185963,dan nilai probabilitas 0,0030. Berdasar besarnyakoefisien korelasi dapat diketahui bahwa hubunganantara pendapatan per kapita dan IPM pada kelompoknegara dengan IPM rendah adalah relatif lemah.Kontribusi pendapatan per kapita terhadap IPM yangmencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakatmenggunakan besarnya koefisien determinasi (r2) hanya(0,477964)2 = 22,48%. Namun demikian, dengan nilai t-Statistik 3,185963 dan nilai probabilitas 0,0030menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berkorelasipositif dan signifikan dengan IPM pada kelompoknegara dengan IPM rendah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan(korelasi) pendapatan per kapita dan IPM. Analisisdilakukan terhadap empat kelompok negara berdasarIPM yang dimiliki, yaitu kelompok negara dengan IPMsangat tinggi, IPM tinggi, IPM menengah, dan IPMrendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisienkorelasi antara pendapatan per kapita dan IPM tertinggiterdapat pada kepompok negara dengan IPM tinggi,yaitu sebesar 0,656779 dan terendah terdapat padakelompok negara dengan IPM menengah. Berdasarkoefisien korelasi ini dapat disimpulkan bahwapendapatan per kapita dapat mencerminkanpengembangan manusia. Artinya, kenaikan yang terjadi

Hipotesis Kelompok Negara IPM

Koefisien Korelasi t-Statistik Prob. Tingkat

Signifiansi 5% H1 Sangat Tinggi 0,477964 3,309894 0,0021 Signifikan H2 Tinggi 0,656779 5,368983 0,0000 Signifikan H3 Menengah 0,285392 1,883300 0,0669 Tidak Signifikan H4 Rendah 0,474144 3,185963 0,0030 Signifikan

Tabel 3Nilai Statistik Uji Korelasi antara IPM dengan Pendapatan per Kapita

Sumber: Hasil Penelitian. Data diolah.

Page 75: JEB Vol 5 No 3 November 2011

263

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN PER KAPITA DAN............... (Algifari)

pada pendapatan per kapita dapat dikatakan terjadipeningkatan pembangun manusia. Hal ini ditunjukkanoleh hasil pengujian hipotesis, yaitu pendapatan perkapita dan IPM memiliki hubungan positif yang kuatdan signifikan.

Koefisien korelasi terkecil antara pendapatanper kapita dan IPM terdapat pada kelompok negarayang memiliki IPM menengah, yaitu hanya sebesar0,285392. Pengujian statistik yang dilakukan terhadapkoefisien korelasi tersebut tidak berhasil menemukanbukti bahwa pendapatan per kapita dan IPM berkorelasisecara signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkanbahwa pendapatan per kapita pada kelompok negaratersebut tidak mampu mencerminkan pembangunanmanusia. Artinya, jika terjadi kenaikan pendapatan perkapita pada kelompok negara ini tidak secara otomatismeningkatkan pembangunan manusia. Hal ini bisaterjadi, karena kenaikan pendapatan per kapita tidakdisertai oleh perbaikan kesehatan dan pendidikanmasyarakat. Pendapatan nasional lebih banyakdigunakan oleh pemerintah untuk pengeluaran yangtidak berkaitan dengan peningkatan kesehatan danpendidikan masyarakat, seperti memperkuat militer,membiayai pengeluaran rutin pemerintah, dansebagainya. Hasil pengujian pada kelompok negara inimenunjukkan tidak adanya korelasi yang signifikanantara pendapatan per kapita dan IPM.

Besarnya koefisien korelasi dalam kelompoknegara yang memiliki IPM sangat tinggi dan rendahrelatif moderat, yaitu berturut-turut sebesar 0,477964dan 0,474144. Hasil pengujian korelasi antarapendapatan per kapita dan IPM pada kelompok negaraini menunjukkan adanya korelasi positif dan signifikansecara statistik. Artinya, kenaikan yang terjadi padapendapatan per kapita berarti pembangunan manusiajuga mengalami peningkatan.

Saran

IPM merupakan ukuran tingkat kesejahteraanmasyarakat. Kenaikan dalam IPM menunjukkanterjadinya peningkatan pada tingkat kesejahteraanmasyarakat. Pendapatan per kapita merupakan salahsatu indikator untuk menentukan IPM, selain tingkatkesehatan dan tingkat pendidikan. Dengan demikian,kenaikan pendapatan per kapita seharusnya juga

meningkatkan IPM. Indonesia termasuk ke dalamkeompok negara yang memiliki IPM mengengah, dimana besarnya IPM Indonesia adalah 0,600. Koefisienkorelasi antara pendapatan per kapita pada kelompoknegara dengan IPM menengah ini rendah dan hasilpengujian korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapatkorelasi yang signifikan antara pendapatan per kapitadan IPM. Artinya, kenaikan yang terjadi padapendapatan per kapita di Indonesia tidak secaraotomatis dapat meningkatkan kesejahteraanmasyarakat. Oleh karena itu, agar pendapatan per kapitayang terjadi di Indonesia dapat meningkatkankesejahteraan masyarakat, maka kenaikan penerimaanpemerintah sebagai akibat dari kenaikan pendapatannasional harus lebih banyak dialokasikan untuk pro-gram perbaikan kesehatan dan pendidikan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Algifari, 2001. Statistika Induktif. Edisi 2. UPP STIMYogyakarta.

Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi4. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Badrudin, Rudy. 2011. “Pengaruh Belanja Modal PadaAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah danPertumbuhan Ekonomi Terhadap KesejahteraanMasyarakat Kabupaten/Kota di provinsi JawaTengah”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.Vol. 22, No. 1 April 2011.

Bank Dunia. 2011. World Development Indikators da-tabase 2010. 1 Juli 2011.

Khodabakhshi, Akbar. 2011. “Relationship betweenGDP and Human Development Indices in In-dia”. International Journal of Trade, Econom-ics and Finance. Vol. 2, No. 3, June 2011.

Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomika Pembangunan:Teori, Masalah, dan Kebijakan. Edisi 4.Yogyakarta. UPP STIM YKPN.

Page 76: JEB Vol 5 No 3 November 2011

264

JEB, Vol. 5, No. 3, November 2011: 253-264

New Economics Foundation, 2010, Happy Planet In-dex 2009.

Rana, Dharam S., Dzathor, Augustine Y. 2008. Analyz-ing Relationship between Enhanced Set of Hu-man Development Indikators and Changes inGross Domestic Product: An Empirical Investi-gation. Proceeding SWDSI Meeting 2008. Hal.257-266.

Ranis, Gustav, Frances Stewart; Emma Samman. 2006.“Human Development: Beyond Human Devel-opment Index”. Journal of Human Develop-ment. Vol. 7, No. 3, November 2006.

Shome, S.; Tondon, S. 2010. “Balancing Human Devel-opment with Growth: A Study of Asean 5”.Annals of the University of Petroºani, Econom-ics. 10(1), 2010: 335-348.

Sidharta. 2010. “Hubungan Indeks PembangunanManusia (IPM) dengan Komponen-komponendan Indikator Fiskal dan Kemiskinan”. JurnalDharma Praja. Vol. 3 No. 1 2020.

United National Development Program. 2011. HumanDevelopment Index and Its Components 2010.

http://www.neweconomics.org/projects/happy-planet-index. Diakses 20 Oktober 2011].

Page 77: JEB Vol 5 No 3 November 2011

INDEKS PENULIS DAN ARTIKELJURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)

Vol. 1, No. 1, Maret 2007

Harjanti, Theresia Tri dan Eduardus Tandelilin, pp. 1-10, Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, GrowthOpportunity, Profitability, dan Business Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia:Studi Kasus di BEJ.

Dewi, Kurnia, pp. 11-22, Pengaruh Pengetahuan tentang Taktik Pemasang Iklan, Penghargaan Diri,Kerentanan Konsumen, dan Pengetahuan Produk Konsumen pada Skeptisme Remaja terhadap IklanTelevisi.

Khasanah, Mufidhatul, pp. 23-31, Analisis Nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) pada Investasidi Kabupaten Sleman, Tahun 2000-2004.

Yusuf, Muhammad, pp. 33-48, Metodologi Event Study: Telaah Metodologi di Bidang Ekonomi danKeuangan.

Kusumawati, Rini, pp. 49-58, Pengaruh Image, Kualitas yang Dipersepsikan, Harapan Nasabah padaKepuasan Nasabah dan Pengaruh Kepuasan Nasabah pada Loyalitas Nasabah dan Perilaku BeralihMerek

Norpratiwi, AM Vianey, pp. 59-65, Aspek Value Added Rumah Sakit sebagai Badan Layanan Umum.

Vol. 1, No. 2, Juli 2007

Puspitasari, Christiana Rini, pp. 67-75, Dampak Ekonomi Pembangunan Perumahan Casa Grande diKabupaten Sleman Terhadap Masyarakat di Luar Perumahan, Tahun 2000-2005 (Studi Kasus di DesaMaguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman)

Estikasari, Ni Nengah Ami Estikasari, pp. 77-86, Pengaruh Pendukung Online pada Web Site PenyediaLayanan Telekomunikasi dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan

Handayani, Asri Wening dan Rudy Badrudin, pp. 87-97, Analisis Deskriptif Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota di Propinsi D.I. Yogyakarta, Tahun 2004-2005

Vol. 5, No. 3, November 2011

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Page 78: JEB Vol 5 No 3 November 2011

Vol. 5, No. 3, November 2011

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Prajogo, Wisnu, pp. 99-103, Interpersonal Network: Keterkaitannya dengan Personality dan KinerjaBerdasarkan Sudut Pandang Social Resources Theory

Algifari, pp. 105-112, Analisis Pertumbuhan Ekspor Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi

Supriyanto, Y, pp. 113-118, Kontroversi Penggunaan Risk-Adjusted Discount Rates (RADR) untukMendiskontokan Cash Flows dalam Capital Budgeting

Vol. 1, No. 3, Nopember 2007

Anatan, Lina dan Fahmy Radhi, pp. 119-133, The Effect of Environmental Factors, Manufacturing Strat-egy and Technology on Operational Performance: Study Amongst Indonesian Manufacturers

Ciptono, Wakhid Slamet, pp. 135-146, Triple-R Strategy of Reformation—Revitalization, Reflection, andRealization: in Memory of 10 Years of Reformation and 100 Years of National Awakening [2008]

Handayani, Asri Wening dan Rudy Badrudin, pp. 147-160, Analisis Deskriptif Struktur Pendapatan AsliDaerah (PAD) Kabupaten/Kota di Propinsi D.I. Yogyakarta, Tahun 2004-2005

Astuti, Kurnia dan Budiono Sri Handoko, pp. 161-173, Analisis Pertumbuhan Ekonomi, KebutuhanInvestasi, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Sleman

Fachrunnisa, Olivia, pp. 175-186, Identifikasi Pentingnya Komunikasi Nonverbal di Organisasi

Purnamawati, Astuti, pp. 187-192, Pengukuran Tingkat Keunggulan Komparatif Barang Ekspor Indonesia

Vol. 2, No. 1, Maret 2008

Maryatmo, R., pp. 1-8, Strategi Bisnis Eceran (Studi Kasus di Yogyakarta)

Windayani, Santi, pp. 9-28, Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Penggunaan InformasiKinerja dalam Penganggaran

Prajogo, Wisnu, pp. 29-35, Pengaruh Proactive Personality pada In-Role dan Extra-Role Performance(Kasus pada Sebuah Perguruan Tinggi di Yogyakarta)

Sardjito, Bambang dan Osmad Muthaher, pp. 37-49, Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadapKinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating

Raharjo, Achmad, pp. 51-55, Prospek Pengembangan Industri Komponen dan Perakitan Otomotif diKabupaten Sleman

Page 79: JEB Vol 5 No 3 November 2011

Vol. 5, No. 3, November 2011

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Fatmawati, Sri, pp. 57-65, Pemerataan Kepemilikan Saham dan Keadilan: Kebijakan Pemecahan Saham

Vol. 2, No. 2, Juli 2008

Dominanto, Nedi Nugrah, pp. 67-75, Perbedaan Sikap Terhadap Iklan, Merek, Dan Niat Beli Konsumenpada Iklan dengan Fear Appeal Tinggi dan Rendah pada Partisipan Wanita

Suparmono, pp. 77-94, Analisis Optimasi Faktor Produksi Budidaya Udang Galah di Kecamatan Minggir,Kabupaten Sleman

Fajar, Siti Al, pp. 95-100, Model Kepemimpinan Baru dalam Mengelola Diversitas Angkatan Kerja dalamRangka Meraih Keunggulan Bersaing

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando, pp. 101-113, Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga SahamPerusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2003-2006

Fatmawati, Sri, pp. 115-126, Kerjasama Perdagangan Regional (AFTA): Kajian Ekonomi TerhadapPerdagangan Barang Indonesia

Manoppo, Yosua Pontolumiu, pp. 127-144, Pengaruh Kualitas Inti, Kualitas Hubungan, Risiko yangDipersepsikan, dan Harapan Konsumen pada Loyalitas Pelanggan dan Komplain Pelanggan pada SalonKecantikan “X” yang Ada di Yogyakarta

Vol. 2, No. 3, Nopember 2008

Anwar, Andlie Liano, pp. 145-158, Analisis Pengaruh Pendukung Online Website Layanan Operator Selulerpada Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Operator Seluler di Indonesia

Edy, pp. 159-174, Pengaruh Budaya Organisasional dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Perawat“Rumah Sakit Mata Dr. YAP” Yogyakarta dengan Motivasi dan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Pemediasi

Sukmawati, Ferina, pp. 175-194, Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik, dan Kompensasi terhadapKinerja Karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPMS III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu

Rosalina, Willy Lutfiani, pp. 195-216, Pengaruh Kecerdasan Emosional Perawat terhadap Perilaku MelayaniKonsumen dan Kinerja Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu

Rosidi, Abidarin, pp. 217-232, Iklan Industri Kecil Melalui Word Wide Web (WWW) di Daerah IstimewaYogyakarta: Masalah Efektifitas Isi dan Desain Iklan

Badrudin, Rudy, pp. 233-246, Dampak Krisis Keuangan Amerika Serikat terhadap Perdagangan InternasionalIndonesia

Page 80: JEB Vol 5 No 3 November 2011

Vol. 5, No. 3, November 2011

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Vol. 3, No. 1, Maret 2009

Sari, Dessy Puspita, pp. 1-10, Pengaruh Persepsi Kualitas Layanan dan Kepuasan Pelanggan pada NiatPembelian Ulang Konsumen

Soeroso, Amiluhur, pp. 11-19, Manfaat Ekonomi Konservasi Barang Pusaka Kebudayaan: Kasus GedungPeninggalan De Javasche Bank Yogyakarta

Wijaya, N.H. Setiadi, pp. 21-30, Sumberdaya Manusia (SDM) Pembelajar: Menggapai Kinerja dan DayaSaing Organisasi yang Lebih Tinggi

Sarwoko, pp. 31-39, Pengaruh Blok-Blok Perdagangan Bebas Regional terhadap Perdagangan BilateralIndonesia: Menggunakan Model Gravitasi, Tahun 2003-2007

Arista, Fany dan Baldric Siregar, pp. 41-60, Peran Rasio Keuangan dalam Memprediksi Laba di MasaDepan

Sayono, Jusup Agus, Ujang Sumarwan, Noer Azam Achsani, dan Hartoyo, pp. 61-80, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemilikan, Penggunaan, Pembayaran, dan Peluang terjadinya Gagal Bayardalam Bisnis Kartu Kredit

Vol. 3, No. 2, Juli 2009

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando, pp. 81-89, Koreksi Bias Koefisien Beta Di Bursa Efek Indonesia

Handayani, Asri Wening, pp. 91-105, Pola Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen dalam MembeliRumah di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008

Badrudin, Rudy, pp. 107-117, Dampak Kegiatan Investasi terhadap Pendapatan Per Kapita MasyarakatKabupaten Sleman Pasca Otonomi Daerah

Wijaya, Tony, pp. 119-131, Model Empiris Perilaku Berwirausaha Usaha Kecil Menengah di DIY dan JawaTengah

Mustholihah, Siti, pp. 133-143, Peran Dana Penguatan Modal dalam Meningkatkan Pendapatan UsahaAnggota Kelompok Pembudidaya Ikan Lele di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman

Paluruan, Astrid Rona Novianty dan Baldric Siregar, pp. 145-166, Dampak Manajemen Laba terhadapRelevansi Informasi Laporan Keuangan Dimoderasi oleh Akrual Diskresioner Jangka Pendek dJangkaPanjang

Page 81: JEB Vol 5 No 3 November 2011

Vol. 5, No. 3, November 2011

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Vol. 3, No. 3, Nopember 2009

Utama, Agung dan Fahmy Radhi, pp. 167-174, Pengaruh Penerapan Total Quality Management dan JustIn Time Terhadap Kinerja Operasional dan Keunggulan Kompetitif

Badrudin, Rudy dan Ina Hamsinah, pp. 175-185, Aspek Keseimbangan Pasar pada Fenomena KenaikanTiket Angkutan Umum Kereta Api pada Masa Lebaran Tahun 2009

Fatihudin, Didin dan Noto Adam, Misrin Hariyadi, serta Iis Holisin, pp. 187-191, Model Pengembangandan Peningkatan Pendapatan Home Industry Sepatu/Sandal Melalui Peningkatan Modal, Keterampilan,dan Perluasan Pasar di Kemasan Krian Sidoarjo

Algifari, pp. 193-201, Pengaruh Defisit Anggaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando, pp. 203-223, Kinerja Pasar dan Informasi Akuntansi sebagaiPembentuk Portofolio Saham Astutik, Lya Dwi dan Nur Fadjrih Asyik, pp. 225-237, Faktor-Faktor yangMempengaruhi Tingkat Kepuasan Nasabah dalam Penggunaan Automatic Teller Machine (ATM) Bersamapada PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Surabaya

Vol. 4, No. 1, Maret 2010

Maharani, Putri Nazma, pp. 1-20, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi -Niat Konsumen dalam PembelianProduk The Body Shop

Algifari, pp. 21-29, Model Vector Autoregressive Laju Inflasi dan Tingkat Bunga di Indonesia

Ekoningtyas, Deassy, pp. 31-42, Pengaruh Stres Kerja Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawanyang akan Menjelang Pensiun di PT. Krakatau Steel Cilegon

Paramita, Dilha Ayu, pp. 43-50, Perilaku Transformasional Dosen pada Motivasi Mahasiswa SertaDampaknya pada Pembelajaran, Pemberdayaan, dan Kepuasan Mahasiswa

Kusumawati, Heni dan M. Hadi Suparyono, pp. 51-61, Menentukan Acuan Nilai Tukar Rupiah denganKomparasi Nilai Tukar Hard Currencies

Mardatillah, pp. 63-69, Identifikasi Kebutuhan-Kebutuhan yang Mempengaruhi Motivasi BerprestasiDosen Wanita pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Di Balikpapan

Vol. 4, No. 2, Juli 2010

Oktovianus, Rustama T., pp. 71-88, Pengaruh Iklan Informatif dan Persuasif Terhadap Niat Membeli yangDimediasi oleh Persepsi Kualitas

Page 82: JEB Vol 5 No 3 November 2011

Laksmidewi, AA. Ayu TP., pp. 89-108, Pengaruh Faktor Kekompakan, Motivasi, dan Peran KepemimpinanKetua Kelompok terhadap Keberhasilan Usaha Perikanan

Wahyuni, RR. Yun, pp. 109-123, Analisis Optimalisasi Retribusi Pasar di Kabupaten Sleman

Prabu, Damar Sasongko W., pp. 125-138, Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung KeinovatifanIndividu dalam Teknologi Informasi pada Computer Self- Efficacy dengan Computer Anxiety sebagaiVariabel Pemediasi

Lim, Yohanes Tael, pp. 139-146, Pengaruh Misleading Price Advertising terhadap Kredibilitas Iklan danKesediaan Membeli pada Jasa Operator Seluler

Kusreni, Sri, pp. 147-160, Ekspor Indonesia ke Triad Market Global Pasca Krisis Keuangan AmerikaSerikat Tahun 2008-2009

Vol. 4, No. 3, Nopember 2010

Radhi, Fahmy, pp. 161-171, Analisis Kualitas Jasa dengan Servqual Model Studi Pada AngkutanPenyeberangan Antar Pulau di Kawasan Pariwisata di Indonesia

Susanti, Anggraheni Niken, Rahmawati, dan Y. Anni Aryani, pp. 173-183, Pengaruh Mekanisme Corpo-rate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening padaPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007

Dais, M. Chairul, pp. 185-199, Pengaruh Kepuasan Kompensasi pada Perilaku Melayani dan Dampaknyapada Kinerja Karyawan

Amelia, Anisah, pp. 201-220, Pengaruh Work-To-Family Conflict dan Family-To-Work Conflict terhadapKepuasan dalam Bekerja, Keinginan Pindah Tempat Kerja, dan Kinerja Karyawan

M. Vera Mini, pp. 221-238, Pengaruh Pengalaman Konsumen pada Sikap, Persepsi dan Perilaku yangDitampakkan Saat Mengalami Ketidakpuasan atau Keluhan: Studi Kasus PDAM di Kota Brebes

Frinces, Zein Heflin, pp. 239-247, Indonesia’s Economic Response To Global Economic Crises: AConceptual Approach

Vol. 5, No. 1, Maret 2011

Widodo, pp. 1-12, Model Pengembangan Evaluasi Strategi

Lubis, Dharmawan, pp. 13-27, Pengaruh Brand Characteristic terhadap Kepercayaan dan Niat Beli

Vol. 5, No. 3, November 2011

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Page 83: JEB Vol 5 No 3 November 2011

Konsumen serta Dampaknya pada Loyalitas Konsumen

Rahardja, Conny Tjandra, pp. 29-44, Pengaruh Tipe-Tipe Kepribadian Personality Plus terhadap PencapaianAkademik Mahasiswa (Kasus Pada Mahasiswa S1 Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta)

Jenny, pp. 45-59, Manajemen Laba dan Minimalisasi Pajak Penghasilan dengan Berlakunya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Tiastono, Taufan, pp. 61-73, Manajemen Laba Nyata sebagai Pemediasi Hubungan Ukuran KepemilikanInstitusional dengan Kinerja Keuangan

Azali, Liasari dan Baldric Siregar, pp. 75-86, Abnormal Return Sekitar Penutupan Bursa Efek IndonesiaTanggal 8 Oktober 2008: Studi Peristiwa Berbasis Data Intraday

Vol. 5, No. 2, Juli 2011

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando, pp. 87-115, Anomali Overreaction di Bursa Efek Indonesia:Penelitian Saham LQ-45

Khasanah, Mufidhatul dan Rudy Badrudin, pp. 117-132, Pengaruh Belanja Modal pada APBD terhadapKesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Dalam Era Otonomi Daerah

Wisudha, Pandu Fajar, pp. 133-143, Analisis Pengaruh Dividen dan Aliran Kas Bebas terhadap LeveragePerusahaan dengan Moderasi Set Kesempatan Investasi

Susanti, Serli Ike Ari, pp. 145-161, Pengaruh Kualitas Corporate Governance, Kualitas Audit, danEarnings Management terhadap Kinerja Perusahaan

Handayani, Rini dan Sutianingsih, pp. 163-172, Analisis Kualitas Informasi Keuangan terhadap Kinerjadan Kemampuan Perusahaan Mengakses Modal Eksternal

Pramushinta dan Baldric Siregar, pp. 173-189, Pengaruh Layanan Fiskus dan Pelaksanaan Sunset Policyterhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Upaya Peningkatan Pajak

Vol. 5, No. 3, November 2011

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Page 84: JEB Vol 5 No 3 November 2011

Vol. 5, No. 3, November 2011

PEDOMAN PENULISANJURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)

Ketentuan Umum1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang ditentukan.2. Penulis mengirim tiga eksemplar naskah dan satu compact disk (CD) yang berisikan naskah tersebut

kepada redaksi. Satu eksemplar dilengkapi dengan nama dan alamat sedang dua lainnya tanpa namadan alamat yang akan dikirim kepada mitra bestari. Naskah dapat dikirim juga melalui e-mail.

3. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan di media lain yang dibuktikan dengan pernyataan tertulisyang ditandatangani oleh semua penulis bahwa naskah tersebut belum pernah dipublikasikan.Pernyataan tersebut dilampirkan pada naskah.

4. Naskah dan CD dikirim kepada Editorial SecretaryJurnal Ekonomi & Bisnis (JEB)Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155e-mail: [email protected]

Standar Penulisan1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word pada ukuran kertas A4 berat 80 gram, jarak 2

spasi, jenis huruf Times New Roman berukuran 12 point, margin kiri 4 cm, serta margin atas, kanan,dan bawah masing-masing 3 cm.

2. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan. Gambar dan tabel dikelompokkan bersama padalembar terpisah di bagian akhir naskah.

3. Angka dan huruf pada gambar, tabel, atau histogram menggunakan jenis huruf Times New Romanberukuran 10 point.

4. Naskah ditulis maksimum sebanyak 15 halaman termasuk gambar dan tabel.

Urutan Penulisan Naskah1. Naskah hasil penelitian terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,

Materi dan Metode, Hasil, Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.2. Naskah kajian pustaka terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,

Masalah dan Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.3. Judul ditulis singkat, spesifik, dan informatif yang menggambarkan isi naskah maksimal 15 kata.

Untuk kajian pustaka, di belakang judul harap ditulis Suatu Kajian Pustaka. Judul ditulis dengan hurufkapital dengan jenis huruf Times New Roman berukuran 14 point, jarak satu spasi, dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.

4. Nama Penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis disertai alamat institusi penulis yang dilengkapidengan nomor kode pos, nomor telepon, fax, dan e-mail.

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Page 85: JEB Vol 5 No 3 November 2011

5. Abstrak ditulis dalam satu paragraf tidak lebih dari 200 kata menggunakan bahasa Inggris. Abstrakmengandung uraian secara singkat tentang tujuan, materi, metode, hasil utama, dan simpulan yangditulis dalam satu spasi.

6. Kata Kunci (Keywords) ditulis miring, maksimal 5 (lima) kata, satu spasi setelah abstrak.7. Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan pustaka yang mendukung. Dalam mengutip pendapat

orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Badrudin (2006); Subagyo dkk. (2004).8. Materi dan Metode ditulis lengkap.9. Hasil menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasil penelitian disajikan secara jelas.10. Pembahasan memuat diskusi hasil penelitian sendiri yang dikaitkan dengan tujuan penelitian (pengujian

hipotesis). Diskusi diakhiri dengan simpulan dan pemberian saran jika dipandang perlu.11. Pembahasan (review/kajian pustaka) memuat bahasan ringkas mencakup masalah yang dikaji.12. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu sehingga penelitian dapat

dilangsungkan, misalnya pemberi gagasan dan penyandang dana.13. Ilustrasi:

a. Judul tabel, grafik, histogram, sketsa, dan gambar (foto) diberi nomor urut. Judul singkat tetapijelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ilustrasi ditulis dengan jenis huruf Times NewRoman berukuran 10 point, masuk satu tab (5 ketukan) dari pinggir kiri, awal katamenggunakan huruf kapital, dengan jarak 1 spasi

b. Keterangan tabel ditulis di sebelah kiri bawah menggunakan huruf Times New Romanberukuran 10 point jarak satu spasi.

c. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan koma (,) danuntuk bahasa Inggris digunakan titik (.).

d. Gambar/Grafik dibuat dalam program Excel.e. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring sedang istilah asing diberi tanda petik.f. Satuan pengukuran menggunakan Sistem Internasional (SI).

14. Daftar Pustakaa. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis secara alfabetik berdasarkan huruf

awal dari nama penulis pertama. Jika dalam bentuk buku, dicantumkan nama semua penulis,tahun, judul buku, edisi, penerbit, dan tempat. Jika dalam bentuk jurnal, dicantumkan namapenulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi, dan halaman. Jika mengambilartikel dalam buku, cantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul buku, penerbit,dan tempat.

b. Diharapkan dirujuk referensi 10 tahun terakhir dengan proporsi pustaka primer (jurnal) minimal80%.

c. Hendaknya diacu cara penulisan kepustakaan seperti yang dipakai pada JAM/JEB berikut ini:

JurnalYetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig. Summer 1994. “Computer-Aided Architects: A CaseStudy of IT and Strategic Change.”Sloan Management Review: 57-67.

Vol. 5, No. 3, November 2011

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS

Page 86: JEB Vol 5 No 3 November 2011

BukuPaliwoda, Stan. 2004. The Essence of International Marketing. UK: Prentice-Hall, Ince.

ProsidingPujaningsih, R.I., Sutrisno, C.L., dan Sumarsih, S. 2006. Kajian kualitas produk kakao yang diamoniasidengan aras urea yang berbeda. Di dalam: Pengembangan Teknologi Inovatif untuk MendukungPembangunan Peternakan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka HUT ke-40 (LustrumVIII) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman; Purwokerto, 11 Pebruari 2006. FakutasPeternakan UNSOED, Purwokerto. Halaman 54-60.

Artikel dalam BukuLeitzmann, C., Ploeger, A.M., and Huth, K. 1979. The Influence of Lignin on Lipid Metabolism of The Rat. In:G.E. Inglett & S.I.Falkehag. Eds. Dietary Fibers Chemistry and Nutrition. Academic Press. INC., New York.

Skripsi/Tesis/DisertasiAssih, P. 2004. Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Hubungan antara Faktor Faktor Motivasional danTingkat Manajemen Laba. Disertasi. Sekolah Pascasarjana S-3 UGM. Yogyakarta.

InternetHargreaves, J. 2005. Manure Gases Can Be Dangerous. Department of Primary Industries and Fisheries,Queensland Govermment. http://www.dpi.gld.gov.au/pigs/ 9760.html. Diakses 15 September 2005.

Dokumen[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2006. Sleman Dalam Angka Tahun 2005.

Mekanisme Seleksi Naskah1. Naskah harus mengikuti format/gaya penulisan yang telah ditetapkan.2. Naskah yang tidak sesuai dengan format akan dikembalikan ke penulis untuk diperbaiki.3. Naskah yang sesuai dengan format diteruskan ke Editorial Board Members untuk ditelaah diterima

atau ditolak.4. Naskah yang diterima atau naskah yang formatnya sudah diperbaiki selanjutnya dicarikan penelaah

(MITRA BESTARI) tentang kelayakan terbit.5. Naskah yang sudah diperiksa (ditelaah oleh MITRA BESTARI) dikembalikan ke Editorial Board Mem-

bers dengan empat kemungkinan (dapat diterima tanpa revisi, dapat diterima dengan revisi kecil(minor revision), dapat diterima dengan revisi mayor (perlu direview lagi setelah revisi), dan tidakditerima/ditolak).

6. Apabila ditolak, Editorial Board Members membuat keputusan diterima atau tidak seandainya terjadiketidaksesuaian di antara MITRA BESTARI.

7. Keputusan penolakan Editorial Board Members dikirimkan kepada penulis.8. Naskah yang mengalami perbaikan dikirim kembali ke penulis untuk perbaikan.9. Naskah yang sudah diperbaiki oleh penulis diserahkan oleh Editorial Board Members ke Managing

Editors.10. Contoh cetak naskah sebelum terbit dikirimkan ke penulis untuk mendapatkan persetujuan.11. Naskah siap dicetak dan cetak lepas (off print) dikirim ke penulis.

Vol. 5, No. 3, November 2011

Tahun 2007

ISSN: 1978-3116

J U R N A LEKONOMI & BISNIS