24
PROSES FONOLOGIS KATA SERAPAN BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA JEPANG Istiqa Sari & Sawirman 1 Universitas Andalas ABSTRACT This writing is aimed at the formation of Japanese loanwords in Asahi no Shinbun, Mainichi no Shinbun and Manga no Shinbun based on phonological process. This is due to diversity between the source form of structural segment and the form of loanwords. According to Pike (1976:60) the source form of English consist of heavy consonant cluster while Japanese consist of alternation cluster which are composed by vowel consonant vowel. Therefore, it can be said that this research is conducted to determine the form and system of sound changes that occured from English to Japanese loandwords and rule of the sound change. Generative phonological theory suggested by Schane (1992) was applied. Based on the analysis, it was found that the phonological processes that occur during the formation of the absorption in Japanese consist of deletion, substitution, insertion, addition of segments and assimilation. The following forms are the deletion segment from the source form into the loanwords, those are [v], [l], [f], [ə], [I], [ɵ], [æ], [ʊ],[ʌ] and [ɒ]. The deletion segment is substituted by interrelated segment such as[ə] [e], [ə] [i], [I] [e], [æ] [a], [ɒ] [o], [ʌ] [a], [ɑ] [a], [ʊ] [o], [l] [r], [ɵ] [t] ____[e], [ɵ] [s] ____[u], [s] [z] ___ [u], [f] [ɸ]; the deletion segment is substituted by unrelated segment [ə] [o], [ə] [a], [ə] [o], [v] [b]. Moreover, it is found that occure substitution and insertion such as [a], [i], [u], [o], [k] and [t]. Assimilation, segment [n] which is located close to the segement of the consonant [b] and [p] is always assimilated into segment [m]. Keywords: loan words, media, Asahi no Shinbun, Mainichi no Shinbun and Manga no Shinbun 1. Pendahuluan Analisis proses morfofonemik berbasis fonologi generatif di Indonesia dapat dikatakan masih relatif langka. Sekalipun demikian, beberapa ahli sudah melakukannya dalam konteks bahasa lokal sejak puluhan tahun lalu. Sawirman 1 Tulisan ini adalah pengembangan subbagian tesis pada Program Magister Linguistik Universitas Andalas berjudul Pembentukan Kata Serapan BJ dalam Media Cetak Asahi no Shinbun, Mainichi no Shinbun dan Manga no Shinbun.

Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

PROSES FONOLOGIS KATA SERAPAN BAHASA INGGRISKE DALAM BAHASA JEPANG

Istiqa Sari & Sawirman1

Universitas Andalas

ABSTRACT

This writing is aimed at the formation of Japanese loanwords in Asahi noShinbun, Mainichi no Shinbun and Manga no Shinbun based on phonologicalprocess. This is due to diversity between the source form of structural segmentand the form of loanwords. According to Pike (1976:60) the source form ofEnglish consist of heavy consonant cluster while Japanese consist of alternationcluster which are composed by vowel consonant vowel. Therefore, it can be saidthat this research is conducted to determine the form and system of soundchanges that occured from English to Japanese loandwords and rule of thesound change. Generative phonological theory suggested by Schane (1992) wasapplied.

Based on the analysis, it was found that the phonological processes thatoccur during the formation of the absorption in Japanese consist of deletion,substitution, insertion, addition of segments and assimilation. The following formsare the deletion segment from the source form into the loanwords, those are [v],[l], [f], [ə], [I], [ɵ], [æ], [ʊ],[ʌ] and [ɒ]. The deletion segment is substituted byinterrelated segment such as[ə] [e], [ə] [i], [I] [e], [æ] [a], [ɒ] [o],[ʌ] [a], [ɑ] [a], [ʊ] [o], [l] [r], [ɵ] [t] ____[e], [ɵ] [s]____[u], [s] [z] ___ [u], [f] [ɸ]; the deletion segment is substituted byunrelated segment [ə] [o], [ə] [a], [ə] [o], [v] [b]. Moreover, it isfound that occure substitution and insertion such as [a], [i], [u], [o], [k] and [t].Assimilation, segment [n] which is located close to the segement of the consonant[b] and [p] is always assimilated into segment [m].

Keywords: loan words, media, Asahi no Shinbun, Mainichi no Shinbun andManga no Shinbun

1. PendahuluanAnalisis proses morfofonemik berbasis fonologi generatif di Indonesia

dapat dikatakan masih relatif langka. Sekalipun demikian, beberapa ahli sudahmelakukannya dalam konteks bahasa lokal sejak puluhan tahun lalu. Sawirman

1 Tulisan ini adalah pengembangan subbagian tesis pada Program MagisterLinguistik Universitas Andalas berjudul Pembentukan Kata Serapan BJ dalamMedia Cetak Asahi no Shinbun, Mainichi no Shinbun dan Manga no Shinbun.

Page 2: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.07, No.03/Maret/2014

16

(1999) misalnya sudah membedah proses morfofonemik kata majemuk dalamtinjauan teori fonologi generatif. Aplikasi teori fonologi generatif juga digunakanoleh Sawirman (2005) untuk mengungkap sejumlah simbol linguistik dalam tekspolitik Tan Malaka (Sawirman, 2005). Tulisan ini mencoba membedah prosesfonologis kata serapan bahasa Jepang terutama dalam media cetak asahi noshinbun, mainichi no shinbun dan manga no shinbun.

Proses fonologis disebut juga dengan perubahan bunyi dalam linguistik.Proses ini terjadi ketika morfem-morfem bergabung untuk membentuk kata,segmen-segmen dari morfem-morfem yang berdekatan berjejeran dan kadang-kadang mengalami perubahan. Perubahan ini tidak saja terjadi pada saatpenggabungan dua morfem, tetapi pada saat penyerapan juga terjadi (Schane,1992:51). Dengan demikian, perubahan bunyi pada proses serap-menyerap punmerupakan proses morfosegmenik.

Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasadaerah. Istilah kata serapan dalam bahasa Jepang disebut dengan gairaigo.Gairaigo merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa-bahasa di Eropa,terutama dari Inggris. Gairaigo yang diserap ke dalam bahasa Jepang(seterusnya disingkat BJ) tidak seperti asalnya, tetapi disesuaikan dengan sistembunyi yang terdapat dalam BJ. BJ merupakan bahasa yang berstruktur alternateKV (konsonan vokal) (Pike, 1976:60). Oleh karena itu, ketika bahasa asal yangberstruktur rapat konsonan diserap ke dalam BJ, penambahan segmen vokalsebagai penumpu harus dilakukan. Dapat dikatakan bahwa BJ merupakanbahasa yang bersilabel terbuka dan vokalis. Dengan demikian, silabel dalam BJlebih banyak dan lebih panjang daripada bahasa yang berstruktur rapatkonsonan, seperti bahasa Inggris (seterusnya disingkat BI).

Kata serapan merupakan kajian yang sering dibicarakan dalam setiappenelitian bahasa. Setiap ada kontak bahasa lewat pemakainya bisa terjadipenyerapan kata. Dalam hal ini, gairaigo akan mengalami penyerapan dari BI kedalam BJ. Menurut Suwarto (2004:2), unit bahasa dan struktur bahasa itu adayang bersifat tertutup dan ada pula yang bersifat terbuka terhadap pengaruhbahasa lain. Tertutup berarti sulit menerima pengaruh, sedangkan terbuka berartimudah menerima pengaruh. Kata serapan termasuk ke dalam unit atau strukturbahasa yang bersifat terbuka, karena banyak ditemukan berbagai bunyi yangmelesap, hilang, dan menjadi bunyi yang lebih panjang daripada bahasasumbernya. Fenomena perubahan bunyi pada gairaigo sering terjadi, namunpenjelasan tentang perubahan bunyi dalam BJ tersebut belum banyak dikaji olehpeneliti. Dengan demikian, permasalahan ini penting dikaji agar dapatmenjelaskan fenomena perubahan bunyi dari BI ke dalam BJ.

Penelitian terhadap kata serapan bertujuan untuk menjelaskan prosesperubahan-perubahan bunyi dan menemukan kaidah perubahan tersebut.Penelitian ini dilakukan dengan mencatat seluruh kata serapan dari sumber data.Kemudian, data berupa kata serapan tersebut, ditelusuri bentuk asalnya dalamBI. dan diamati perubahan bunyi yang terjadi. Pada tabel di bawah ini dapatdilihat perubahan dari bentuk BI ke dalam BJ.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dua aspek berikut.

1) Menjelaskan bentuk dan sistem perubahan bunyi dari bahasa sumber kedalam gairaigo BJ pada media massa berbahasa Jepang.

2) Mengaidahkan sistem pembentukan gairaigo BJ pada media massaberbahasa Jepang.

Page 3: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Istiqa Sari & Sawirman

17

2. Teori Fonologi GeneratifBJ dan BI merupakan dua bahasa yang memiliki struktur bunyi yang

berbeda. Secara teoretis Pike (1976:60) mengemukakan bahwa each languagecontains its characteristic types if sequences of sounds. Some language haveheavy consonant clusters, that is, sequences of several contiguous consonant.Other language tend to have no consonant cluster but rather alternate consonantand vowel. Setiap bahasa mempunyai dua tipe struktur bunyi. Dua tipe bunyitersebut adalah bahasa yang berstruktur konsonan rapat atau disebut denganheavy consonant dan bahasa yang berstruktur berganti-gantian atau disebutdengan alternate yang strukturnya terdiri atas konsonan dan vokal.

Berdasarkan pernyataan Pike tersebut, BJ termasuk tipe bahasa yangberstruktur alternate, karena BJ strukturnya terdiri atas konsonan dan vokal. BIdan BJ merupakan dua bahasa yang berbeda struktur bunyinya. BI termasukkategori bahasa konsonan rapat dan BJ termasuk bahasa yang berstrukturalternate dan bahasa vokalis. Karena BJ menyerap kata dari bahasa yangbertipe konsonan rapat, maka terjadi penyesuaian bunyi dengan menempatkanvokal penumpu pada deret rapat konsonan tersebut. Dengan demikian, salahsatu cara yang tepat untuk menganalisis perubahan bunyi BJ setelah diserapadalah dengan fonologi generatif melalui ciri paling distingtif dari kedua strukturbahasa tersebut dengan. Berikut ini uraian mengenai fonologi generatif.

Menurut Schane (1992:1), fonologi menelaah struktur bunyi bahasa.Fonologi generatif merupakan bagian dari teori tata bahasa transformasi(transformational grammar). Teori ini lahir karena ketidakpuasan para linguis kalaitu dengan teori struktural yang ada. Teori struktural dianggap belum dapatmenyelesaikan persoalan linguistik secara komprehensif. Teori ini pertama kalidirintis oleh Chomsky dan Halle. Chomsky menyatakan bahwa caramemecahkan masalah kebahasaan dengan mengadakan klasifikasi unsurbahasa dan memberikan label baru bagi kelas itu (Ogunsijji, 2011:-159).Generatif, menurut Kridalaksana (2008:71), merupakan sejumlah kaidahsatuan-satuan terbatas yang mampu menghasilkan unsur-unsur secara tidakterbatas. Generatif bersifat eksplisit karena dirumuskan dengan kaidah-kaidah.Dengan demikian, fonologi generatif merupakan teori yang digunakan dalammemecahkan masalah bunyi-bunyi bahasa dengan memberikan label baru yangditandai dengan kebineran dan dirumuskan pengaidahannya.

Menurut Ogunsiji (2011: 157), fonologi generatif berawal daripermasalahan definisi mengenai fonem. fonem dalam pandangan strukturalmerupakan kelas dari bunyi. Kemudian, seorang ahli filologi menyanggahpengertian fonem tersebut, bagaimana menentukan bahwa bunyi itu merupakanfonem yang berbeda atau bukan. Maka, terciptalah dalam fonologi strukturalprinsip pasangan minimal dan distribusi komplementer. Prinsip ini menyatakanjika dua bunyi yang terjadi di lingkungan yang sama, ketika diganti membawaperubahan yang berarti, mereka harus dianggap sebagai dua bunyi yangberbeda. Misalnya, bunyi /p/ dan /b/ dalam kata pat dan bat, /t/ dan /d/ dalamkata mat dan mad. Lebih lanjut dinyatakan oleh ahli filologi bahwa distribusikomplementer belum tentu dapat menguji bunyi yang beralofon tersebut berasaldari fonem yang sama.

Selain hal itu, fonologi struktural juga mengenalkan konsep kesamaanfonemis, yaitu dua buah bunyi dalam distribusi komplementer dianggap sebagaianggota segmen yang sama. Akan tetapi, kesamaan fonemis itu tidak

Page 4: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.07, No.03/Maret/2014

18

sepenuhnya jelas dalam fonologi struktral. Ketidakjelasan prinsip pasanganminimal dan distribusi komplementer inilah yang menyebabkan lahirnya fonologigeneratif. Fonologi generatif tidak lagi mengamati persoalan konsep fonem sertacara menentukannya. Akan tetapi, kekhasan fonologi generatif terletak padaanalisis fiturnya. Generatif memandang segmen terdiri dari seikat fitur (Schane,1992:10). Fitur-fitur ini mampu merefleksikan segmen-segmen secarakomprehensif.

Struktural memandang segmen [k] dan [k ͪ ] yang terdapat dalam kata comedan skull merupakan segmen yang sefonemis. Akan tetapi, struktural tidak dapatmenjelaskan faktor apa yang membuat kedua segmen ini sefonemis. Generatifmampu menguraikan persoalan ini dengan seikat fitur distingtif. Analisis fiturdapat dilihat di bawah ini.

[k][-silabis][+konsonantal][-sonoran][-nasal][-anterior][-koronal][+tinggi][-rendah][+belakang][-kontinuan][-pengelepasan tertunda][-striden][-bersuara][-aspirasi][-lateral]

[k ͪ ][-silabis][+konsonantal][-sonoran][-nasal][-anterior][-koronal][+tinggi][-rendah][+belakang][-kontinuan][-pengelepasan tertunda][+striden][-bersuara][+aspirasi][-lateral]

Berdasarkan analisis fitur di atas, terlihat jelas ukuran segmen-segmenyang sefonemis. Schane (1992:29) menyatakan, bahwa jika hanya satu fiturpembeda yang dimiliki oleh dua segmen, segmen tersebut adalah segmen yangberkaitan. Namun, jika mencapai dua atau tiga fitur ciri pembeda tersebutberbeda, maka dua segmen tersebut adalah segmen yang berbeda. Dengandemikian, segmen [k] dan [k ͪ ] adalah segmen yang sefonemis. Berdasarkanteori ini peneliti mengamati proses morfofonologis pada kata serapan BJ.Sebelum lanjut kepada tahap analisis, peneliti menguraikan segmen bunyi yangada dalam BJ dan BI.

Menurut Tsujimura (1996:5), silabel BJ terdiri atas kombinasi konsonan danvokal. Sebagai contoh adalah dua buah bunyi terpisah さsa dan て te. Silaba saterdiri atas konsonan [s] dan vokal [a]; te terdiri atas konsonan [t] dan vokal [e].Dengan demikian, suku kata hiragana gagal untuk memisahkan bunyi pada BJ,sehingga tidak dapat merefleksikan khasanah fonetik dari BJ. Untuk mengatasipermasalahan ini, fonetik pada BJ menggunakan sistem romaji, bukan bertitiktolak pada hiragana sehingga dari kedua contoh sa dan te tersebut, bunyi [s]dan [t] tetap merepresentasikan bunyi konsonan.

Proses pembentukan kata melalui serapan dapat dijelaskan berdasarkanfonologi generatif. Teori ini menyatakan bahwa morfem-morfem bergabung untuk

Page 5: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Istiqa Sari & Sawirman

19

membentuk kata, segmen-segmen dari morfem yang berdekatan berjejer dankadang-kadang mengalami perubahan (Schane, 1992:15).

Berdasarkan pernyataan di atas, maka untuk membandingkan dua buahsegmen yang berbeda, yaitu segmen yang terdapat pada BJ dan segmen yangada dalam BI dan untuk melihat perbedaan bunyi paling distingtif dari keduabunyi tersebut digunakan teori fonologi generatif. Teori itu mampu menguraikanbunyi lebih rinci dibandingkan dengan fonologi struktural, sehingga terlihatperbedaan bunyi yang paling distingtif.

Adapun ciri pembeda (distinctive feature) dalam teori fonologis generatifmerupakan suatu perangkat unit yang spesifik dan yang membedakannyadengan unit-unit lain. Ciri-ciri fitur tersebut dalam penerapannya menggunakanciri biner, yaitu tanda (+) dan (-). Menurut Schane (1992:28-35), ada beberapaciri pembeda bunyi untuk konsonan dan vokal. Ciri distingtif konsonan dibagi kedalam beberapa ciri dengan berbagai fiturnya. Pertama adalah ciri pembedakelas utama. Ciri ini digunakan untuk membedakan antara konsonan, vokal dansemivokal. Ciri distingtif itu adalah konsonantal, silabis, sonorant, dan nasal.Bunyi yang berdasarkan kualitas suatu bunyi dinyatakan dengan [+sonoron] dan[-sonoran], hambatan yang menyempit dalam rongga mulut [+konsonantal] dan[-konsonantal], bunyi yang kenyaringannya menyerupai konsonan [+obstruent]dan [-obstruent]. Yang termasuk ke dalam bunyi [+sonoran] adalah bunyi nasal,likuid, lateral, dan semivokal, sedangkan bunyi [-sonoran] adalah bunyi hambat,frikatif, afrikatif, dan luncuran laringal. Bunyi [+konsonantal] adalah bunyihambat, frikatif, afkrikat, nasal, dan likuid, sedangkan bunyi [-konsonantal] adalahbunyi vokal, semivokal, dan luncuran laringal. Bunyi [+obstruent] adalah hambat,frikatif, dan afrikat.

Kedua adalah ciri pembeda berdasarkan cara artikulasi. Fitur dari cirri iniadalah [kontinuan], [pengelepasan tertunda], [striden], [nasal], dan [lateral]. Yangtermasuk bunyi [+kontinuan] adalah bunyi konsonan frikatif, sedangkan [-kontinuan] adalah bunyi hambat dan afrikat. Bunyi konsonan hambat termasuk [-pengelepasan tertunda], maksudnya adalah hambatannya sesegera mungkindilepaskan, sedangkan [+pengelepasan tertunda] adalah bunyi afrikat. Bunyi[+striden] adalah bunyi konsonan frikatif (f, s, š dan x) dan afrikat, sedangkan [-striden] adalah bunyi konsonan frikatif ɸ, ɵ, dan ç.

Ketiga adalah ciri pembeda berdasarkan daerah artikulasi. Chomsky danHalle (dalam Schane, 1992:31) menggolongkan empat daerah utama untukartikulasi konsonan, yaitu labium, dentum, palato-alveolum, dan velum.[+anterior] merupakan penyempitan yang terjadi di daerah terdepan ronggamulut, sedangkan penyempitan yang lebih ditarik kebelakang [-anterior], lainnonkoronal.

Ciri keempat adalah ciri yang berhubungan dengan batang lidah. Ciridistingtif ini biasanya digunakan untuk menentukan ciri klasifikasi vokal. Ciribatang lidah ini direpresentasikan dengan ciri [tinggi], [belakang], dan [bundar].Ciri tersebut juga biasa digunakan untuk membedakan berbagai semivokal. Ciribatang lidah ini digunakan pula untuk membedakan palatalisasi dan labialisasi.Selain itu, batang lidah merupakan artikulator untuk konsonan [-anterior] dan [-koronal]. Konsonan palatal [+tinggi] dan [-belakang], konsonan velar [+tinggi]dan [+belakang], dan konsonan uvular [-tinggi] dan [+belakang]. Selain itu, ciritambahan ditandai dengan fitur [tegang], [bersuara], [glotalisasi], dan [aspirasi].[glotalisasi] dan [aspirasi] termasuk bunyi [+obstruent]. Ciri prosodi yangdirepresantasikan oleh [tekanan] dan [panjang].

Page 6: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.07, No.03/Maret/2014

20

Selain ciri distingtif yang terdapat pada konsonan, pada vokal jugaterdapat ciri distingtif yang berhubungan dengan batang lidah. Fitur inidirepresentasikan dengan fitur [tinggi], [rendah], dan [belakang]. Menurut Yusuf(1998:84), ada beberapa ciri pembeda vokal selain fitur berdasarkan batanglidah., yaitu Cciri dengan fitur [bulat]. Fitur ini mewakili bunyi yang dihasilkandengan bentuk bibir menjadi agak melingkar. [+bulat] adalah bunyi-bunyi [u,o]dan bunyi [-bulat] adalah bunyi selain [u,o].

Kemudian, fitur berikutnya adalah fitur [tense]. Fitur ini menunjukkanbunyi yang dihasilkan dengan sedikit penekanan pada vokal sehinggamenghasilkan bunyi yang agak panjang. [+tense] adalah bunyi-bunyi [i,e,u] danbunyi [-tense] selain bunyi tersebut. Fitur reduced [red] adalah ciri yangdigunakan khusus untuk membedakan vokal schwa dari yang lainnya. [+red]adalah bunyi schwa [ǝ] dan [-red] ialah vokal lainnya. Empat tabel (tabel 1-4)berikut adalah perbedaan fitur-fitur segmen antara vokal dan konsonan dalambahasa Jepang dan bahasa Inggris.

CiriPembeda

i e a o u

[tinggi] + - - - +[rendah] - - + - -[belakang] - - + + +[bundar] - - - + +[tense] + + - - +[red] - - - - -

Tabel 1:Segmen vokal Bahasa Jepang (BJ)(Sumber: Tsujimura 1996:16)

Ciripembeda

i I ɨ ʊ̈ ʉ ɪ̈ u ʊ e ɛ ö ə ʌ ø̈ O ӕ a ɑ ɔ̈ ɒ

[tinggi] + + + + + + + + - - - - - - - - - - - -[rendah] - - - - - - - - - - - - + - - + + + + -[belakang] - - - - - - + + - - - - - + + + + + - +[bundar] - - - + + + + + - - + - - - + - - - + +[red] + + + + + - + + + + - + + - - - - - - -[tense] - - - - - - - - - - - + - - - - - - - -

Tabel 2Segmen Vokal Bahasa Inggris (BI)

(Sumber: Yusuf, 1998:85)

Page 7: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Istiqa Sari & Sawirman

21

Tabel 3:Segmen Konsonan Bahasa Jepang

(Sumber: Tsujimura, 1996:16)

Tabel 4:Segmen Konsonan Bahasa Inggris

(Sumber: Yusuf, 1998:83-84)

Page 8: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.07, No.03/Maret/2014

22

3. Proses Perubahan BunyiSchane (1992: 51) mengatakan bahwa ada empat proses perubahan

bunyi, yaitu asimilasi, struktur silabel, pelemahan, dan penguatan bunyi, sertanetralisasi. Perubahan pada struktur silabel yang dikemukakan Schane tersebutdapat berwujud, seperti, perpaduan konsonan, pelesapan vokal, penyisipankonsonan, penyisipan vokal, perubahan kelas utama, dan metatesis. Selain itu,Koizumi (1993:105-106) juga menyebutkan wujud perubahan fonologis.Perubahan tersebut adalah付加 fuka ‘penambahan bunyi’, 削除 sakujo‘penghilangan bunyi’, 置換chikan ‘pergantian bunyi’ dan ゼロ接辞zerosetsuji‘imbuhan kosong’. Suzuki (1975:80) juga mengemukakan hal yang hampir samadengan Koizumi. Suzuki membagi perubahan bunyi itu menjadi enam proses,yaitu On in datsuraku, On in shukuyaku, On in koutai, On In tenkan, On intankan, dan On in tenkan. Perubahan bunyi yang banyak terjadi pada kataserapan BJ dari ketiga pendapat ahli di atas adalah pelesapan, perpaduan,penyisipan, asimilasi, penyingkatan, dan penambahan segmen.

Serapan merupakan sebuah proses pembentukan kata. Pada saat terjadiproses pembentukan kata, ada pembentukan yang tidak menerima kata serapandengan bentuk apa adanya, tetapi disesuaikan dengan bentuk atau sistembahasa penyerap. Hal ini terjadi karena setiap bahasa memiliki struktur bunyiyang berbeda, ada bahasa yang berstruktur rapat konsonan dan ada yangberstruktur alternasi terdiri dari VKV (Pike, 1976:14). Keberbedaan sistem bunyiini menyebabkan terjadinya perubahan bunyi pada gairaigo setelah diserap daribahasa asalnya. Pada saat terjadi proses penyerapan tersebut, terjadi pulaproses perubahan bunyi.

Perubahan bunyi yang terjadi selama proses pembetukan kata sering jugadisebut sebagai proses morfofonologis. Proses ini terjadi ketika morfem-morfembergabung untuk membentuk kata, segmen-segmen dari morfem-morfem yangberdekatan dan berjejeran akan mengalami perubahan. Perubahan ini tidak sajaterjadi pada saat penggabungan dua morfem, tetapi juga terjadi pada saat prosesserapan (Schane, 1992:51). Dengan demikian, perubahan bunyi pada prosesserap-menyerap juga merupakan proses morfofonologis.

3.1 PelesapanPelesapan berasal dari kata lesap. Lesap (KBBI, 2005: 665) berarti

hilang. Dengan demikian, pelesapan merupakan sebuah proses penghilangan.Pelesapan bunyi yang dinyatakan oleh Schane (1992), Koizumi (1993), danSuzuki (1975) adalah sebuah peristiwa perubahan bunyi melalui proseshilangnya sebuah segmen pada kata. Berikut ini contoh peristiwa perubahanmelalui pelesapan bunyi BJ setelah mengalami penyerapan dari BI.

(1) Bentuk asal : team [tiːm]Bentuk serapan : chiimu [či:mu]

(ashi shinbun, 2012年4月3日23時12分)

(26) Bentuk asal : business [ˈbIznəs]Bentuk serapan : bijinesu [biǰinesu]

(ashi shinbun, 2012年4月3日23時12分)(49) Bentuk asal : radio [ˈreɪdioʊ]

Bentuk serapan : rajio [raǰio](ashi shinbun, 2012年02月18日)

Page 9: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Istiqa Sari & Sawirman

23

(63) Bentuk asal : schedule [ˈʃedjuːl]Bentuk serapan : sukejuuru [sukeǰu:ru]

(mainichi shinbun, 2012年05月02日 02時30分)

(90) Bentuk asal : studio [ˈstudiˌoʊ]Bentuk serapan : sutajio [sutajio]

(mainichi shinbun, 2012年05月03日)

(27) Bentuk asal : Mastermind [ˈmæstərmɑɪnd]Bentuk serapan : Masutaamaindo [masuta:maindo’]

(40) Bentuk asal : event [ɪˈvent]Bentuk serapan : ibento [ibento]

(mainichi shinbun, 2012年05月03日 20時44分)

(120) Bentuk asal : visa [ˈviː.zə]Bentuk serapan : biza [biza]

(mainichi shinbun, 2012年05月03日 20時44分)

Data di atas menunjukkan peristiwa perubahan bunyi yang berwujudpelesapan pada kata serapan BJ. Pelesapan merupakan peristiwa penghilangansebuah bunyi dalam satu kata. Data (1) menunjukkan hilangnya sebuah segmen[t] dalam BI. Pelesapan ini mengakibatkan terjadinya peristiwa pergantian bunyiseperti yang dikemukakan oleh Koizumi. Hal ini dapat ditunjukkan oleh ciridistingtif yang dikemukakan oleh Schane.

[tiːm] [ či:mu]-silabis -silabis+ konsonantal +konsonantal-sonoran -sonoran-nasal -nasal+anterior -anterior+koronal +koronal-tinggi -tinngi-rendah -rendah-belakang -belakang-kontinuan - kontinuan- lepas ttd + peng. Ttd-striden +striden-bersuara -bersuara-aspirasi - aspirasi-lateral - lateral

Analisis data (1) dengan ciri distingtif tersebut menunjukkan perubahan bunyiyang terjadi adalah pelesapan. Dikatakan melesap karena ada tiga ciri distingtifyang berbeda. Berdasarkan pendapat Schane (1992:29), jika kedua fitur bunyimemiliki tiga ciri distingtif yang berbeda, dapat dinyatakan kedua bunyi tersebut

Page 10: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.07, No.03/Maret/2014

24

bukan bunyi yang saling berkaitan. Bunyi [t] dan [č] berbeda dari segi caradaerah artikulasi. [t] merupakan bunyi yang dihasilkan oleh rongga mulut bagianterdepan, yaitu daerah alveolar. Hal ini disebut Schane [+anterior], yaitu adanyakeberadaan anterior. Namun, berbeda halnya dengan bunyi [č]. Selain itu, keduabunyi tersebut berbeda dari segi cara artikulasi. Bunyi [t] merupakan bunyi [-pengelepasan tertunda]. Artinya, bunyi ini hambatannya tidak dilepaskansesegera mungkin. Oleh karena itu, [t] bukan bunyi yang memiliki pengelepasantertunda. Adapun bunyi [č] merupakan bunyi konsonan afrikat. Schanemengatakan setiap bunyi afrikat tergolong ke dalam bunyi [+pengelepasantertunda]. Selain fitur pengelepasan tertunda, fitur kestridenan juga menunjukkanfitur yang berbeda dari kedua bunyi ini. Bunyi [t] adalah bukan bunyi striden,karena [t] adalah bunyi hambat. Yang termasuk bunyi striden adalah bunyiafrikat. Bunyi [č] adalah bunyi afrikat. Dengan demikian, [č] adalah bunyi striden.Bunyi [t] berubah menjadi bunyi [č] selain akibat dari ciri distingtif yangdikemukakan oleh Schane (1992:29), [t] melesap menjadi [č] juga disebabkanoleh lingkungan. BJ juga memiliki konsonan hambat alveolar, tetapi apabilabertemu dengan vokal [+tinggi] akan berganti dengan bunyi konsonan afrikat.Dengan demikian, bunyi [t] lesap ketika diserap ke dalam BJ.

(26) Bentuk asal : business [ˈbIznəs]Bentuk serapan : bijinesu [biǰinesu]

(ashi shinbun, 2012年4月3日23時12分)

Data (26) juga merepresentasikan bentuk pelesapan segmen pada kata serapanbijinesu. Kata serapan bijunesu dalam BJ berasal dari kata business. Pada saatpenyerapan, terjadi peristiwa melesapnya segmen [z] dalam BI menjadi segmen[ǰ] dalam BJ. Seperti yang telah terlihat pada beberapa data di atas, hampirsetiap pelesapan bunyi, juga terjadi pergantian. Hal ini bisa dilihat dari analisisciri distingtif yang dikemukakan oleh Schane.

[z]-silabis+konsonantal-sonoran-nasal+anterior+koronal-tinggi-rendah-belakang+kontinuan-pengelepasan ttd+striden+bersuara-aspirasi-lateral

[ ǰ]-silabis+konsonantal-sonoran-nasal-anterior+koronal-tinggi-rendah-belakang-kontinuan+pengelepasan ttd+striden+bersuara-aspirasi-lateral

Berdasarkan analisis di atas, dapat dipastikan bahwasanya peristiwa perubahanbunyi yang terjadi adalah pelesapan. Dikatakan melesap, karena analisis fitur

Page 11: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Istiqa Sari & Sawirman

25

distingtif di atas membuktikan kedua bunyi tersebut bukan bunyi yang salingberkaitan. Hal ini ditunjukkan dengan dimilikinya tiga ciri distingtif yang berbeda,yaitu fitur, kontinuan, dan pengelepasan tertunda. Schane sudah mengatakan(1992:29) bahwa jika terdapat dua atau tiga ciri distingtif yang berbeda, hal itumenunjukkan bahwa bunyi tersebut bukan bunyi yang saling berkaitan.Analisis di atas menunjukkan [z] dan [ǰ] bukan bunyi yang saling berkaitan. Hal iniditunjukkan dari segi ciri daerah artikulasi. Bunyi [z] termasuk bunyi yang memilikianterior. Artinya, bunyi yang dihasilkan dengan terjadinya penyempitan padarongga terdepan bagian mulut. Bunyi [z] merupakan konsonan afrikatif velar yangdihasilkan dengan menempelkan ujung lidah pada gusi atas sambil melepaskanudara samping lidah dengan pita suara yang bergetar, sedangkan bunyi [ǰ] bukanbunyi anterior, karena dihasilkan dengan daun lidah ditempelkan pada langit-langit keras. Artinya, tidak terjadi penyempitan pada bagian rongga mulutterdepan.Kedua bunyi tersebut selain berbeda dari ciri pembeda berdasarkan daerahartikulasi, juga berbeda dari segi ciri pembeda berdasarkan cara artikulasi. Bunyi[z] merupakan bunyi konsonan frikatif, maka [z] adalah bunyi [+kontinuan]. Hal itukarena Schane (1992) mengatakan bahwa bunyi frikatif termasuk bunyikontinuan, sedangkan [ǰ] tergolong ke dalam fitur [-kontinuan], sebab [ǰ] adalahkonsonan afrikat. Bunyi [z] tidak memiliki fitur pengelepasan tertunda, sebabhambatannya sesegeara mungkin dilepaskan. Berbeda halnya dengan [ǰ] yangdilepaskan secara perlahan-lahan.

Berdasarkan analisis ciri distingtif tersebut, dapat dikatakan bahwaselama proses penyerapan, bunyi [z] melesap dari bahasa asalnya, kemudiandigantikan dengan konsonan [ǰ] sebagai akibat diikuti oleh segmen vokal[+tinggi], yaitu [i].

(49) Bentuk asal : radio [ˈreɪdioʊ]Bentuk serapan : rajio [raǰio]

(ashi shinbun, 2012年02月18日)

(63) Bentuk asal : Schedule [ˈʃedjuːl]Bentuk serapan : Sukejuuru [sukeǰu:ru]

(mainichi shinbun, 2012年05月02日 02時30分)

(90) Bentuk asal : studio [ˈstudiˌoʊ]Bentuk serapan : sutajio [sutaǰio]

(mainichi shinbun, 2012年05月03日)

Ketiga data di atas juga menunjukkan peristiwa pelesapan bunyi dalam prosesserapan. Bunyi [d] dari bahasa asal mengalami pelesapan. Setelah diserap kedalam BJ, bunyi [d] berganti menjadi bunyi [ǰ]. Bukti perubahan ini termasuk kedalam pelesapan dapat diidentifikasi dengan analisis ciri pembeda yangdikemukakan oleh Schane (1992).

Page 12: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.07, No.03/Maret/2014

26

[d]-silabis+konsonantal-sonoran-nasal+anterior+koronal-tinggi-rendah-belakang-kontinuan-lepas tertunda-striden+bersuara-aspirasi-lateral

[ǰ]-silabis+konsonantal-sonoran-nasal-anterior+koronal-tinggi-rendah-belakang-kontinuan+lepas tertunda+striden+bersuara-aspirasi-lateral

Berdasarkan data (49), (63), dan (90) di atas, bunyi [d] yang terdapat padakata radio, schedule dan studio setelah diserap ke dalam BJ akan menjadi bunyi[ǰ]. Setelah diidentifikasi dengan ciri pembeda yang dikemukakan oleh Schane,tidak terjadi perubahan pada ciri kelas utama sehingga kedua bunyi tersebutmerupakan bunyi yang sama dari segi kesilabisan, kesonoran, dankekonsonantalan. Namun, menurut Schane, ciri perubahan kelas utama untukdata ini tidak menunjukkan bahwa bunyi ini merupakan bunyi yang sama. Hal itukarena dia mengemukakan (1992:29) bahwa jika hanya satu saja yangmempunyai ciri yang berbeda, bunyi tersebut memiliki hubungan yang erat,dibandingkan dengan dua atau tiga yang berbeda.

Dengan demikian, sesuai hasil pengamatan, data tersebut memiliki tiga ciriyang berbeda, yaitu (1) pada bunyi [d] hadirnya [+anterior], sedangkan padabunyi [ǰ] tidak hadirnya [-anterior]. Artinya, bunyi yang dihasilkan denganterjadinya penyempitan pada rongga terdepan bagian mulut. Bunyi [d]merupakan bunyi konsonan hambat alveolar, yang menunjukkan terjadinyapenyempitan pada rongga terdepan, sedangkan bunyi [ǰ] merupakan konsonanafrikat palatal yang dilafalkan dengan daun lidah ditempelkan pada langit-langitkeras. Kedua, [d] merupakan segmen bukan pengelepasan tertunda, sedangkan[j] adalah segmen pengelepasan tertunda. (3) [d] merupakan segmen bukanstriden, sedangkan [j] adalah segmen striden.

(40) Bentuk asal : event [ɪˈvent]Bentuk serapan : ibento [ibento]

(mainichi shinbun, 2012年05月03日 20時44分)

(120) Bentuk asal : visa [ˈviː.zə]Bentuk serapan : biza [biza]

(mainichi shinbun, 2012年05月03日 20時44分)

Page 13: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Istiqa Sari & Sawirman

27

(52) Bentuk asal : live [laIv]Bentuk serapan : raibu [raibu]

(mainichi shinbun, 2012年02月18日)

Data (40), (120), dan (52) di atas menunjukkan terjadinya peristiwapelesapan segmen dan pergantian segmen. Hal ini dapat diidentifikasi dengancara melihat ciri distingtif seperti yang dilakukan oleh Schane sebagai berikut.

[v][-silabis][+konsonantal][-sonoran][-nasal][+anterior][+koronal][-tinggi][-rendah][-belakang][+kontinuan[-pengelepasan tertunda][+striden][+bersuara][-aspirasi][-lateral]

[b][-silabis][+konsonantal][-sonoran][-nasal][+anterior][-koronal][-tinggi][-rendah][-belakang][-kontinuan][-pengelepasan tertunda][-striden][+bersuara][-aspirasi][-lateral]

Berdasarkan analisis di atas, mutlak bahwa peristiwa perubahan bunyiyang terjadi adalah peristiwa ellipsis atau pelesapan, seperti yang dikemukakanoleh Koizumi. Dikatakan mutlak ellipsis karena Schane sudah mengemukakan(1992:29) bahwa jika satu dari variabelfitur ciri distingtif yang berbeda dapatdikatakan bunyi tersebut saling berkaitan, tetapi jika dua atau tiga yang memilikicirri distingtif yang berbeda, dua bunyi tersebut tidak saling berkaitan. Pernyataanini menunjukkan bahwa bunyi [v] dan [b] bukan bunyi yang berkaitan. Namun,menurut pengamatan peneliti, bunyi [v] selama mengalami penyerapan akandigantikan menjadi bunyi [b]. Hal ini didukung oleh beberapa persamaan cirridistingtif dari segi cirri kelas utama, beberapa persamaan ciri cara artikulasi, danbeberapa persamaan fitur daerah artikulasi.

Setelah dilakukan identifikasi dengan analisis ciri distingtif, dapatdinyatakan bahwa kedua bunyi tersebut bukan bunyi yang saling berkaitan. Halini dapat dilihat dari segi cara artikulasi dan daerah artikulasi. Bunyi [v] dari kataasal live merupakan bunyi konsonan frikatif labiodental, setelah diserap kedalam BJ menjadi raibu. Bunyi [b] merupakan konsonan hambat bilabial. Schanesudah menyebutkan bahwa bunyi [+kontinuan] adalah konsonan frikatif,sedangkan [-kontinuan] adalah bunyi hambat dan afrikatif. Dengan demikian,dari segi cara artikulasi, bunyi [v] dan [b] adalah bunyi yang berbeda.

(40) Bentuk asal : event [ɪˈvent]Bentuk serapan : ibento[ibento]

(mainichi shinbun, 2012年05月03日 20時44分)

Page 14: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.07, No.03/Maret/2014

28

(120) Bentuk asal : visa [ˈviː.zə]Bentuk serapan : biza [biza]

(mainichi shinbun, 2012年05月03日 20時44分)

(52) Bentuk asal : live [laIv]Bentuk serapan : raibu [raibu]

(mainichi shinbun, 2012年02月18日)Data di atas juga menunjukkan pelesapan [v] menjadi [b]. Selain bukan bunyiyang saling berkaitan seperti yang telah diuji dengan ciri distingtif, ada beberapahal yang membuat bunyi [v] selalu menjadi bunyi [b] setelah diserap ke--dalamBJ. Bunyi [v] pada kata [ɪˈvent] sebelum dan sesudahnya diikuti oleh vokal [I] dan[e]. vokal [I] merupakan vokal [+tinggi] dan [e] adalah vokal [-tinggi]. Hal ini jugaterjadi pada data (52), sebelum bunyi [v] dan [b] terdapat vokal [+tinggi]. Padadata (120) setelah bunyi [v] dan [b] diikuti oleh vokal [+tinggi]. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa setiap serapan dari BI ke dalam BJ semua bunyi [v]menjadi bunyi [b] jika terdapat pada lingkungan sebelum dan sesudahnyaterdapat vokal [+tinggi].

(53) bentuk asal : singer [ˈsɪŋər]Bentuk serapan : singaa [šinga:]

(maincihi shinbun, 2012年02月8日)

(59) bentuk asal : announcer [əˈnaʊnsər]bentuk serapan : anaunsaa [anaunsa:]

(mainichi shinbun, 2012年05月03日 22時57分)

(80) bentuk asal : start [stɑrt]bentuk serapan : sutaato [suta:to]

(mainichi shinbun, 2012年05月03日)

(82) bentuk asal : pattern [ˈpæt̬ərn]bentuk serapan : pataan [pata:n]

(mainichi shinbun, 2012年05月03日)

Data (53), (59), (80) dan (82) di atas menujukkan peristiwa perubahan bunyidengan peleseapan. Namun, tidak terjadi pergantian bunyi setelah melesapnyabunyi [r]. Pada data (53) dan (59) ada dua segmen yang melesap, yaitu segmenvokal schwa dan konsonan getar alveolar [r]. Hal itu juga terjadi pada data (82).Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap bunyi [r] akan melesapapabila sebelumnya diikuti oleh segmen vokal [-tinggi, -rendah].

Vokal schwa akan melesap, dan digantikan oleh vokal yang bukan salingberkaitan dengannya. Pada data (53), (59), dan (82) segmen vokal [ǝ] menjadivokal [a:]. Kedua bunyi ini (dapat saling menggantikan) dapat dilihat dari ciridistingtif sebagai berikut.

Page 15: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Istiqa Sari & Sawirman

29

[ǝ] [a:]-tinggi -tinggi-rendah +rendah-belakang +belakang-bundar -bundar+red -red+tense -tense

Berdasarkan pengamatan dengan ciri distingtif di atas, dapat dinyatakan jugabahwa peristiwa perubahan bunyi yang terjadi adalah pelesapan dan pergantian.Bunyi schwa yang melekat pada kata , ketika diserap, akan melesap danberganti menjadi bunyi [a]. Kedua bunyi tersebut bukan bunyi saling berkaitan,karena ada dua ciri distingtif yang berbeda. Sebagaimana dikemukakan Schane(1992:29), jika terdapat dua atau tiga fitur pembeda yang berbeda, kedua bunyitersebut bukan bunyi yang berkaitan. Namun, menurut peneliti, ada beberapafitur lain yang sama dimiliki oleh kedua bunyi itu, seperti [-tinggi] dan [-bundar].Dengan demikian, kedua bunyi itu dapat saling menggantikan.

3.2 Penyisipan Konsonan dan Vokal

Penyisipan merupakan sebuah peristiwa perubahan bunyi, yang manayaitu terjadinya pembubuhan sisipan pada suatu kata. Dengan demikian,peyisipan konsonan dan vokal merupakan sebuah peristiwa perubahan bunyidengan membubuhkan sisipan pada suatu kata. Perhatikan contoh peristiwapenyisipan konsonan pada kata serapan BJ di bawah ini.

(4) bentuk asal : final [ˈfaInl]

bentuk serapan : finaare [ɸina:re]

(ashi shinbun, , 2012年4月3日23時12分)

(6) bentuk asal : skin [skIn]bentuk serapan : sukin [sukin]

(ashi shinbun, , 2012年4月3日23時12分)

(8) bentuk asal : model [ˈmɒdl]bentuk serapan : moderu [moderu]

(asahi shinbun, 2012年3月27日10時37分)

(17) bentuk asal : relax [rIˈlæks]bentuk serapan : rirakkusu [rirakkusu]

(ashi shinbun, 2012年3月27日10時37分)

(20) bentuk asal : dress [dres]bentuk serapan : doresu [doresu]

(ashi shinbun, 2012年3月27日10時37分)

(62) bentuk asal : net [net]Bentuk serapan : netto [netto]

Page 16: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.07, No.03/Maret/2014

30

Berdasarkan bentuk-bentuk serapan yang terjadi dari keenam data di atas,peristiwa perubahan bunyi yang banyak terjadi adalah penyisipan konsonan danvokal.

Data (4) menunjukkan dua peristiwa perubahan bunyi yang terjadi, yaitupenyisipan vokal dan pelesapan konsonan. Pada saat kata final diserap ke dalamBJ, ada beberapa segmen konsonan yang melesap seperti [f] dan [l]. Konsonanfrikatif [f] setelah diserap melesap dan berganti menjadi konsonan [ɸ]. Selain itu,konsonan lateral alveolar [l] jika diserap ke dalam BJ akan menjadi konsonangetar [r]. Penyebab bunyi ini dapat saling menggantikan, dapat diamati padabagian pelesapan. Kemudian, pada bentuk asal dari kata fainaare, terjadipenyisipan segmen vokal [a] di antara konsonan [n] dan [l]. Segmen vokal [a]merupakan bunyi [-tinggi, +rendah, +belakang, -bundar, -red, dan –tense].

Data (6) juga menunjukkan perubahan bunyi, tetapi hanya satu perubahanbunyi yang terjadi dari bentuk asal menuju bentuk serapan, yaitu penyisipansegmen vokal [u] di--antara konsonan frikatif [s] dan konsonan hambat [k].Perubahan bunyi yang dialami data (8) sama halnya seperti pada data (6),peristiwa perubahan bunyi yang terjadi adalah penyisipan. Pada bentuk asal kata[ˈmɒdl] ketika diserap ke dalam BJ, terdapat penyisipan segmen vokal [e].Ssegmen tersebut merupakan segmen [-tinggi, -rendah, -bundar, -belakang, +reddan –tense]. Segmen vokal [-tinggi dan –rendah] ini, disisipkan di--antarakosonan hambat [d] dan konsonan lateral [l]. Pada data (8) ini, setelah diamatiperubahan bunyi dari bentuk asal menuju bentuk serapannya, terjadi jugaperistiwa pelesapan segmen konsonan lateral [l]. Segmen yang melesap inidigantikan oleh segmen konsonan getar [r].

Setelah data (17) dipilah-pilah unsur bunyi yang membangun bentukserapan, dan dipilah juga bentuk asalnya, ditemukan peristiwa penyisipankonsonan dan vokal. Konsonan yang disisipkan setelah diserap adalah konsonanhambat velar [k] di--antara konsonan hambat [k] dan konsonan frikatif [s]. Setelahdisisipkan konsonan, kemudian disisipkan vokal [u] di--antara konsonan hambat[k] dan konsonan frikatif [s] dalam BJ. Data ini tidak terlepas dari satu peristiwaperubahan bunyi saja, tetapi juga terjadi pelesapan konsonan lateral [l] menjadikonsonan getar [r].

Pada data (20) setelah dipilah dengan teknik PUP, pada kedua bentukditemukan hanya penyisipan vokal [o] di antara konsonan hambat [d] dankonsonan getar [r]. Data (62) juga merepresentasikan peristiwa penyisipan bunyi,tetapi pada data tersebut yang disisipkan adalah konsonan [t] di--antarakonsonan hambat dental [t] dan vokal [o] dalam BJ.

Kata serapan yang terdapat pada beberapa contoh di atas, telah mewakiliperistiwa perubahan fonologis yang dikemukakan oleh Schane (1992). Diamenyebutkan ada empat peristiwa perubahan bunyi, yaitu asimilasi, struktursilabel, pelemahan dan penguatan, dan metatesis. Perubahan bunyi yangtermasuk perubahan struktur silabel adalah pelesapan vokal, penyisipankonsonan, penyisipan vokal, perpaduan konsonan, perubahan kelas utama, danmetatesis. Setelah diamati beberapa data di atas dengan menerapkan teori yangtelah dikemukakan Schane, ternyata hanya ditemukan peristiwa asimilasi danstruktur silabel. Perubahan bunyi yang menunjukkan peristiwa perubahanstruktur silabel adalah pelesapan vokal, penyisipan konsonan, dan penyisipanvokal.

Schane (1992) hanya mampu mengemukakan tiga fenomena pada datakata serapan BJ sehingga untuk menganalisis data yang belum teramati oleh

Page 17: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Istiqa Sari & Sawirman

31

pendapat Schane, peneliti menggunakan pendapat yang dikemukakan olehKoizumi (1993). Berikut ini contoh perubahan bunyi yang dikemukakan olehnya.

3.3 Penambahan BunyiPenambahan bunyi merupakan peristiwa pembubuhan sebuah bunyi pada

suatu kata sehingga kata tersebut bunyinya menjadi banyak (KBBI, 2005:1129).Penambahan bunyi sama halnya dengan peristiwa penyisipan vokal dankonsonan seperti yang dikemukakan oleh Schane. Namun menurut peneliti,penyisipan hanya bisa dilakukan dengan menambahkan bunyi di antarabeberapa bunyi, sedangkan penambahan bisa dilakukan dengan membubuhkanbunyi-bunyi tersebut di awal, di tengah, atau di akhir sebuah kata. Berikut inibeberapa contoh peristiwa penambahan bunyi.

(1) Bentuk asal : team [tiːm]Bentuk serapan : chimu [či:mu]

(asahi shinbun, 2012年4月3日23時12分)

(14) Bentuk asal : balance [ˈbæləns]Bentuk serapan : baransu [baransu]

(ashi shinbun, 2012年3月27日10時37分)

(16) Bentuk asal : gum [gʌm]Bentuk serapan : gamu [gamu]

(ashi shinbun, 2012年3月27日10時37分)

Berdasarkan pengamatan terhadap ketiga data di atas, data tersebutmenunjukkan peristiwa penambahan segmen. Segmen yang ditambahkan padabentuk serapan adalah segmen vokal [+tinggi, -rendah, +belakang, dan+bundar]. Segmen vokal tersebut ditambahkan pada akhir kata.

(3) Bentuk asal : message [mesIǰ]Bentuk serapan : meseeji [mese:ǰi]

(asahi shinbun, 2012年3月27日10時37分)

(7) Bentuk asal : theme [θiːm]Bentuk serapan : teema [te:ma]

(asahi shinbun, 2012年4月3日23時12分)

Selain penambahan bunyi dengan segmen vokal [+tinggi,-rendah] di atas, data(3) dan (7) juga merepresentasikan peristiwa penambahan segmen vokal. Padadata (3) bentuk asal dari kata Message setelah melewati proses serapan dalamBJ, terdapat penambahan segmen vokal [i]. Segmen dengan fitur [+tinggi,-rendah, -belakang dan –bundar] bertambah di akhir kata BJ setelah melewatiproses serapan. Segmen vokal [+tinggi, -rendah] ini berperan sebagai vokalpenumpu, karena dalam BJ termasuk kata yang bergugus bukan rapatkonsonan.

(21) Bentuk asal : brand [brænd]Bentuk serapan : burando [burando’]

(ashi shinbun, 2012年3月27日10時37分)

Page 18: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.07, No.03/Maret/2014

32

(11) Bentuk asal : jacket [ˈǰækIt]Bentuk serapan : jyaketto [ǰaketto]

(asahi shinbun, 2012年3月27日10時37分)

Data (21) dan (11) juga merupakan contoh peristiwa penambahan segmenyang terjadi di akhir kata. Hal ini terjadi setelah mengalami serapan dari bentukasal kata jacket. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Pike (1976:60),setiap bahasa mempunyai dua tipe struktur bunyi, yaitu heavy consonant‘konsonan rapat’ dan alternate ‘alternasi’ bahasa yang berstruktur bergantian-gantian. Berdasarkan dua struktur tersebut, BJ termasuk bahasa yangberstruktur bunyi berganti-gantian sehingga setiap konsonan ditemani vokalsebagi penumpunya. Vokal penumpu tersebut dibubuhi di--akhir kata serapan.Segmen vokal penumpu tersebut adalah vokal [-tinggi, -rendah, +belakang, dan+bundar]. Selain itu, data (11) tidak hanya menunjukkan peristiwa penambahanvokal [-tinggi dan –rendah], tetapi juga merepresentasikan peristiwa penambahankonsonan hambat [t] pada posisi penultima.

(97) Bentuk asal : olympic [əˈlɪmpɪk]Bentuk serapan : orinpikku [orimppikku]

(manga no shinbun, 2012年06月04日)

(136) bentuk asal : top [tɑp]Bentuk serapan : toppu [toppu]

(31) bentuk asal : group [gruːp]Bentuk serapan : guruupu [guruppu]

(mainichi no shinbun, 2012年05月03日20時44分)

Ketiga data di atas pada prinsipnya menunjukkan peristiwa penambahansegmen vokal dan konsonan pada setiap kata serapan BJ. Data (97)menunjukkan peristiwa penambahan segmen vokal [u] di--akhir kata.Sebagaimana diketahui, BJ menurut Pike (1976:60) merupakan bahasa yangberstruktur alternasi sehingga konsonan selalu berdampingan dengan vokalsebagai penumpunya. Dengan demikian, segmen vokal [+tinggi, -rendah,+belakang, dan +bundar] menumpu konsonan hambat [k] setelah diserap dari BI.Data ini selain menunjukkan peristiwa penambahan vokal, juga terjadi peristiwapenambahan segmen konsonan hambat [k] pada posisi penultima.

Data (136) juga mewakili peristiwa perubahan bunyi, yaitu penambahankonsonan hambat [p] dan segmen vokal [u]. Segmen hambat /p/ ini dibubuhkanpada kata serapan BJ diposisi penultima dan segmen vokal [u] di akhir kata.Segmen vokal [+tinggi, -rendah, +belakang, dan +bundar] ini berperanmenyempurnakan struktur bunyi BJ dan menumpu segmen konsonan hambat[p]. Hal yang sama juga terjadi pada data (31), yaitu penambahan konsonanhambat [p] dan konsonan vokal [u]. Namun, pada data (31) juga terdapatpenambahan segmen vokal [u] di antara konsonan [g] dan [r]. Peristiwa inidisebut juga dengan penyisipan.

Page 19: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Istiqa Sari & Sawirman

33

3.4 Penyingkatan SegmenSuzuki (1975) menyebutkan sebuah perubahan bunyi yang berbeda dari

yang telah dikemukakan oleh Schane dan Koizumi. Dia mengemukakan sebuahperistiwa perubahan bunyi yang disebut dengan on in shukuyaku. Artinya,perubahan bunyi yang dilakukan dengan cara memendekkan beberapa bunyikata (Suzuki, 1975:80). Berikut ini beberapa bentuk peristiwa penyingkatansegmen yang terdapat dalam BJ.

(12) Bentuk asal : stadium jumper [steIdiəmˈǰʌmpər]Bentuk serapan : sutajyan [sutaǰam]

(asahi shinbun, 2012年3月27日10時37分)

(29) Bentuk asal : inflation [InˈfleIʃən]Bentuk serapan : infuru [inɸuru]

(mainichi shinbun, 2012年5月 21日 19時23分)

(38) bentuk asal : professional [prəˈfeʃənl]Bentuk serapan : puro [puro’]

(mainichi shinbun, 2012年05月03日20時44分)(69) bentuk asal : aluminium [əˈlumənəm]

Bentuk serapan : arumi [arumi](mainichi shinbun, 2012年05月04日 02時22分)

Data (12), (29), (38), dan (69) setelah diidentifikasi berdasarkan teknik PUPyang dikemukakan oleh Sudaryanto menunjukkan peristiwa perubahan bunyiberupa penyingkatan segmen seperti yang disebutkan oleh Suzuki (1975).

Pada data (12) bentuk asal dari kata sutajyan adalah stadium jumper. Kataasal ini kemudian diserap ke dalam BJ. Selama proses penyerapan, terjadipenyingkatan segmen dari bentuk asal menuju bentuk serapan. Ada beberapasegmen yang hilang selama terjadi penyingkatan, seperti pada bentuk asal katastadium, segmen yang hilang adalah [d], [i], [u] dan [m]. Kemudian, bentuk asalkata jumper setelah diserap kehilangan segmen [m], [p], [e] dan [r]. Bentuk kataasal stadium jumper setelah diserap menjadi sutajyan. Secara fonologis dalambentuk serapan BJ, kata sutajyan dalam bentuk transkripsi fonologisnya jugamengalami peristiwa asimilasi.

Pada data (29), bentuk asal dari kata serapan infuru adalah inflation. Katainflation ini kemudian diserap menjadi BJ. Transkripsi dari bentuk asal ini adalah[InˈfleIʃən] dan transkripsi bentuk serapannya adalah [inɸuru]. Apabila diamatikedua bentuk transkripsinya, bentuk asal kehilangan segmen [l], [e], [I], [ʃ], [ə],dan [n] selama penyerapan. Namun, segmen [l] tidak hilang begitu saja, segmen[l] selama penyerapan berganti dengan segmen [r]. Sebelum terjadi penyerapanyang sempurna dalam BJ, bentuk asal tersebut menjadi infr. Kemudian, dalamBJ tidak ada segmen konsonan frikatif labiodental [f], segmen ini juga melesapberganti menjadi segmen frikatif [ɸ]. Hasil dari serapan ini adalah [inɸr]. Sepertidikemukakan oleh Pike (1976:60), setiap bahasa memiliki dua tipe strukturbunyi, yaitu bahasa yang berstruktur bunyi rapat konsonan dan alternasi. BJtermasuk bunyi yang berstruktur alternasi, yaitu berganti-gantian terdiri ataskonsonan dan vokal. Maka, tidak dapat konsonan berdiri berdekatan dengankonsonan, sehingga terjadi penyisipan vokal [u] di antara segmen konsonan [ɸ]

Page 20: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.07, No.03/Maret/2014

34

dan [r]. Kemudian, di--akhir kata terjadi juga penambahan segmen [u] sebagaivokal penumpu.

Data (38) juga merepresentasikan proses perubahan bunyi yangberkategori penyingkatan segmen. Apabila kedua bentuk asal dan serapannyadipilah dengan teknik PUP, akan terlihat fenomena penyingkatan bunyinya.Transkripsi bentuk asal dari kata puro adalah [prəˈfeʃənl] dan [puro’] adalahtranskripsi serapannya. Apabila diamati kedua bentuk serapan ini, bentuk asalkehilangan segmen [e], [ʃ], [ə], [n], dan [l] selama penyerapan. Maka, yangtertinggal hanya [p], [r], dan [ǝ]. Akan Ttetapi, dilihat dari transkripsi serapannya,segmen vokal schwa juga mengalami penghilangan bunyi. Dengan demikian,yang tersisa hanya segmen [p] dan [r] dari bentuk asalnya. Pike mengatakan(1976:60) BJ merupakan bahasa yang berstruktur alternasi, dengan demikianbentuk asal [p] dan [r] tersebut perlu disisipkan dan ditambahkan segmen vokal.Berdasarkan dari bentuk serapannya [puro’], kata ini telah disisipkan segmen [u]di antara konsonan [p] dan [r]. Selain itu, juga ditambahkan segmen vokal [o]diakhir kata sebagai vokal penumpu dari konsonan [r].

Berdasarkan pengamatan dari data (69), data ini juga merepresentasikanperistiwa penyingkatan segmen. Kata serapan dalam BJ arumi, berasal dari kataaluminium. Transkripsi dari bentuk asal ini adalah [əˈlumənəm] dan transkripsibentuk serapannya adalah [arumi]. Apabila dipilah bentuk asalnya, ada beberapasegmen yang hilang, yaitu [ə], [n], [ə], dan [m]. Dari segmen yang hilang tersebut,yang tersisa adalah [əˈlum]. Selain penghilangan, selama penyingkatan segmenterdapat juga peristiwa pelesepan segmen vokal [ǝ] dan segmen konsonanlateral [l]. Kedua segmen ini melesap. Segmen [ǝ] digantikan dengan segmenvokal [a] dan segmen lateral [l] digantikan dengan segmen getar [r]. Dari bentukasal ini akan terbentuk [arm]. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Pike (1976),BJ merupakan bahasa yang berstruktur alternasi. Dengan demikian, akandisisipkan vokal [u] di--antara konsonan [r] dan [m]. Kemudian, untuk menumpukonsonan [m] ditambahkan segmen vokal [i] di--akhir kata. Beberapa peristiwa inimembentuk kata serapan arumi.

3.5 Pergantian SegmenBentuk asal dari kata pergantian adalah ganti. Dalam KBBI (2005:334),

ganti memiliki arti sesuatu yang bertukar, tidak hilang, dan digantikan dengan hallain. Schane, Koizumi, dan Suzuki juga mengemukakan mengenai konseppergantian. Namun, pada penelitian ini peneliti menggunakan konsep yangdikemukakan oleh Schane karena menurutnya segmen yang salingmenggantikan itu adalah segmen yang memiliki satu ciri distingtif dari keduabunyi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini contoh peristiwa pergantian bunyi dalamkata serapan BJ.

(109) bentuk asal : tablet [ˈtæblət]Bentuk serapan : taburetto [taburetto]

(Asahi no shinbun, 2012年9月7日10時14分)

(113) bentuk asal : model [ˈmɒdəl]Bentuk serapan : moderu [moderu]

(Asahi no shinbun, 2012年9月7日10時14分)

Page 21: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Istiqa Sari & Sawirman

35

(118) bentuk asal : digital [ˈdɪdʒɪt̬l]bentuk serapan : dijitaru [diǰitaru

(Asahi no shinbun, 2012年9月7日10時14分)

(140) bentuk asal : line [laɪn]bentuk serapan : rain [rain]

(mainichi no shinbun, 2012年9月18日 11時 25分)

Berdasarkan pengamatan terhadap keempat data di atas, keempat data itumenunjukkan peristiwa pergantian bunyi. Setelah diamati dengan teknik PUP,data (109) menunjukkan pergantian bunyi konsonan lateral [l] pada bentuk asalmenjadi konsonan getar [r]. Berikut ini analisis ciri distingtif yang membuat bunyiini bisa saling menggantikan.

[l][-silabis][+konsonantal][+sonorant][-nasal][+anterior][+koronal][-tinggi][-rendah][-belakang][+kontinuan][-pengelepasan tertunda][-striden][+bersuara][-aspirasi][+lateral]

[r][-silabis][+konsonantal][+sonorant][-nasal][+anterior][+koronal][-tinggi][-rendah][-belakang][+kontinuan][-pengelepasan tertunda][-striden][+bersuara][-aspirasi][-lateral]

Analisis dengan ciri distingtif ini telah menunjukkan bahwa tidak banyakfitur-fitur yang berbeda antara konsonan [l] dan [r]. Schane (1992)mengemukakan bahwa ada beberapa ciri pembeda untuk konsonan, yaitu caradaerah artikulasi, ciri pembeda kelas utama, dan cara artikulasi. Ketiga hal inimerupakan aspek utama dalam melihat kualitas sebuah bunyi. Berdasarkankedua bunyi di atas, dari segi ciri kelas utama, seperti [konsonantal], [silabis],[sonorant], dan [nasal] tidak ada satupun fitur yang berbeda. Hal ini juga terjadidari cara daerah artikulasi, sama-sama dihasilkan pada daerah anterior, yaitudaerah bagian terdepan rongga mulut. Konsonan [r] dan [l] dihasilkan di--daerahalveolar. Kemudian, dari cara artikulasi, ada beberapa fitur yang sama-samadimiliki oleh kedua bunyi tersebut, seperti [+kontinuan], [-pengelepasan tertunda],[-striden], [+bersuara], dan [-aspirasi]. Namun, dari segi kelateralannya keduabunyi ini tidak memiliki kesamaan.

Schane (1992:29) telah mengemukakan bahwa jika dari kesemua fituryang dimiliki oleh masing-masing bunyi, apabila hanya ada satu fitur yangberbeda, kedua bunyi ini merupakan bunyi yang saling berkaitan. Dengandemikian, bunyi [l] ketika diserap kedalam BJ akan selalu digantikan oleh bunyigetar [r]. Data (109) selain merepresentasikan pergantian segmen [l] menjadi [r],juga menunjukkan peristiwa penyisipan segmen vokal, penambahan konsonan

Page 22: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.07, No.03/Maret/2014

36

dan vokal. Segmen yang disisipkan adalah segmen vokal [u] di--antara konsonanhambat [b] dan konsonan getar [r]. Penyisipan ini terjadi setelah diserap dalamBJ. Kemudian, di--akhir kata ditambahkan segmen konsonan hambat [t] dansegmen vokal [o] sehingga terbentuk kata taburetto.

Data (113) dan (118) setelah diamati terjadi juga peristiwa pergantiansegmen [l] menjadi [r]. Berdasarkan analisis ciri pembeda yang dikemukakanoleh Schane (1992) di atas, kedua bunyi itu merupakan bunyi yang salingberkaitan sehingga dapat saling menggantikan. Pada data ini bunyi [l] yang adapada bentuk asal terdapat pada akhir kata, kemudian setelah diserap menjadi [r]pada BJ juga terdapat pada akhir kata. Sebagaimana yang dikemukakan olehPike (1976) bahwa BJ merupakan bahasa yang berstruktur alternasi, sehinggaperlu vokal penumpu agar strukturnya terdiri atas konsonan dan vokal. Maka,untuk menumpu konsonan getar [r] setelah diserap dari bentuk asal modelditambahkan segmen vokal [u] di--akhir kata BJ. Hal ini juga terjadi pada katadijitaru.

Data (140) setelah diidentifikasi dengan teknik PUP, juga menunjukkanfenomena pergantian segmen konsonan [l] menjadi [r]. Namun, dari beberapadata sebelumnya hal ini terjadi di--akhir serta di--tengah kata. Pada data inipergantian bunyi [l] menjadi [r] terjadi di--awal kata.

Data (113) selain merepresentasikan fenomena pergantian konsonan [l]menjadi [r], juga menunjukkan pergantian segmen vokal. segmen [ɒ] dari bentukasal [ˈmɒdəl] akan berganti menjadi segmen vokal [o] setelah diserap dalam BJ,yaitu [moderu]. Segmen vokal [ɒ] dan [o] merupakan segmen yang salingberkaitan. Hal ini dapat dilihat dari analisis ciri pembeda yang dikemukakan olehSchane (1992).

[ɒ]-tinggi-rendah+belakang+bundar-red

[o]-tinggi-rendah+belakang+bundar-red

Fitur-fitur yang dimiliki oleh kedua bunyi tersebut tidak ada yang memilikiperbedaan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kedua bunyi tersebutmerupakan bunyi yang saling berkaitan. Maka, selama proses penyerapan,segmen [ɒ] dapat digantikan dengan segmen [o].

3.6 AsimilasiSchane (1992:51) mengemukakan bahwa asimilasi merupakan sebuah

proses yang mengakibatkan perubahan segmen-segmen menjadi semakinserupa atau sebuah segmen mendapat ciri-ciri dari segmen yang berdekatan.Perubahan seperti hal ini juga terjadi dalam proses kata serapan BJ. Berikut inibeberapa bentuk perubahan asimilasi dalam BJ.

(12) Bentuk asal : stadium jumper [steIdiəmˈǰʌmpər]Bentuk serapan : sutajyan [sutaǰam]

(asahi shinbun, 2012年3月27日10時37分)

Page 23: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Istiqa Sari & Sawirman

37

(97) bentuk asal : olympic [əˈlɪmpɪk]Bentuk serapan : orinpikku [orimpikku]

(manga no shinbun, 2012年06月04日)

Kedua data di atas merupakan bentuk peristiwa asimilasi. Data (12) setelahdiidentifikasi dengan teknik PUP, dapat ditemukan perubahan bunyi yang terjadi.Selain terjadinya penyingkatan segmen dari bentuk asal ke dalam bentukserapan, juga terjadi asimilasi. Proses asimilasi ini tidak terjadi dari bentuk asalke dalam bentuk serapan. Namun, terjadi setelah peristiwa serapan terlewati,yaitu sebuah segmen mendapat pengaruh dari segmen yang berdekatan. Bunyikonsonan [n] dan [p] memberi pengaruh sehingga munculnya segmen [m]. Hal initerjadi juga pada data (97).

4. SimpulanBeberapa proses fonologis pembentukan kata serapan bahasa Jepang

dari bentuk aslinya bahasa Inggris terutama dalam media Ashi no Shinbun,Manga no Shinbun, Mainichi no Shinbun ditinjau dari sisi pendekatan fonologigeneratif. Proses-prose fonologis tersebut adalah. adalah pergantian segmen,penyisipan segmen vokal dan konsonan, penambahan segmen vokal dankonsonan, dan asimilasi.

ReferensiBa’dulu, Abdul Muis dan Herman. 2007. Morfosintaksis. Jakarta : Rineka Cipta.Booij, Geert. 2007. The Grammar of Word an Introduction to Linguistic

Morphology. Second Edition. United State: Oxford University Press.Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.Chariri, Anis. 2009. Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif. Makalah.

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.Crowley, Terry. 1992. An Introduction to Historical Linguistic. New York-: Oxford

University Press.Daulay, Lelita Sari. 2009. Analisis On Inkutai Bahasa Jepang Ditinjau dari Segi

Morfofonemik. Skripsi. Medan: Sastra Jepang Fakultas Sastra USU.Hackim.--2009. Afiksasi pada Kosakata Asing dalam Istilah Teknologi Informasi.

(Penelitian). http/:hackim.blogsome.com. {Kapan diunduhnya?}Kay, Gillian. English Loanword in Japanese. Makalah. Departement of English.

Japan: Toyama Medical and Pharmaceutical University.Koizumi. T. 1993. Gengogaku Nyuumon. Tokyo-: Daishukan Shoten.Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama._________.2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.Mahsun.--2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.Meleong, Lexy. 1993. Metodolgi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.Moeliono, Anton, dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:

Perum Balai Pustaka.Napsin, Syahrul, dkk. 1980/1981. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Rejang.

Jakarta: Rineka Cipta.

Page 24: Istiqa Sari & Sawirman1 ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.07, No.03/Maret/2014

38

Nazarudin. 2005. Peng-Indonesiaan Istilah Otomotif di Media Cetak dan Internet.Skripsi. http/:hackim.blogsome.com (diunduh pada tanggal 15 Januari2011)

Neuman, lawrence. 1997. Social Research Methods: Qualitative and QuantitativeApproaches. University of Wiscousin at Whitewater.

Nasution, Sakholid. 2004. Perubahan Makna Kata Serapan dari Bbahasa AarabDdalam Bahasa Indonesia (Sebuah Tinjauan Semantik). Makalah.(diunduh download pada tanggal 30 Oktober 2010)

Nida, Eugene A. 1970. Morphology The Descriptive Analysis of Words. AnnArbor: The University of Michigan Press.

Nisihin, Anwar. 2007. Kata Serapan dalam Bahasa Jepang. Makalah. Padang-:Universitas Bung Hatta.

Ogunsiji, Ayo. 2011. “ Classical Versus Generative Phonology”. British Journal ofArts and Social Sciences. Nigeria : British Journal.

Pike, Kenneth L. 1976. Phonemics-: A Technique for Reducing Languages to .Ann Arbror-: The University of Michigan.

Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.Sawirman. 1999. Kata Majemuk Bahasa Minangkabau Berdasarkan Perspektif

Teori Transformasi Generatif. Tesis Magister Linguistik UniversitasUdayana Denpasar.

Sawirman. 2005. Simbol Lingual Teks Politik Tan Malaka Elaborasi, Signifikasidan Transfigurasi Interteks. Disertasi Program Doktor LinguistikUniversitas Udayana. :

Schane, Sanford A. Fonologi Generatif. San Diego: University of California.Setiana, Sony Gunawan 2003. Gairaigo. Skripsi. Bandung: Sastra Jepang

Universitas Komputer Indonesia.Strauss, Ansel. 1996. Basic of Qualitative Research. London: Sage Publication.Subroto, Edi.2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta-:

UNS Press.Sudaryanto. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik.

Yogyakarta: Duta Wacana University Press.Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.Yogyakarta:

DutaWacana Press.Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.Sunarni, Nnani dan Jonjon Johana. 2009. Morfologi Bahasa Jepang: Sebuah

Pengantar. Bandung-: Sastra Unpad Press.Suwarto.--2004. Perspektif Analogi Dan Anomali Kata Serapan Ddalam Bahasa

Indonesia. Makalah. Medan: Fakultas Sastra USU.Suzuki, Daikichi. 1975. Tanoshi Nihongo no Bunpo. Tokyo: Kabushiki Kaisha.Tsujimura, Natsuko. 1996. An Introduction to Japanese Linguistics. Hong Kong:

Blackwell.Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Tjandra, Sheddy. 2009. Fonologi Jepang. Depok: Bidang Penelitian Program

Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budayan UnivesitasIndonesia.

Verhaar, J.W.M. 2006. Asas-Asas Linguistik Umum. Gadjah Mada: Gadjah MadaUniversity Press.

Yusuf, Suhendra. 1998. Fonetik dan Fonologi. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.