19
IMPLEMENTASI PELAYANAN KOLABORATIF DI FKTP Case Study: Management of Asthma Patient for Participants of BPJS Health in Primary Care (Pilot Project-Prolanis Asthma) Syarhan

IMPLEMENTASI PELAYANAN KOLABORATIF DI FKTP · IMPLEMENTASI PELAYANAN KOLABORATIF DI FKTP ... TUJUAN 3. LOKASI 4. KLIEN PROGRAM 5. ... Puskesmas, 10 Klinik Pratama) dan 2

Embed Size (px)

Citation preview

IMPLEMENTASI PELAYANAN KOLABORATIF DI FKTP

Case Study: Management of Asthma Patient for Participants of BPJS Health

in Primary Care (Pilot Project-Prolanis Asthma)

Syarhan

The Power of PowerPoint | thepopp.com 2

The world is experiencing rapid economic, environmental, technological, and demographic changes, all of which affect health and well-being

.

Each element play more or less significant roles in different areas and situations

PHC

SHC

THC

Semua keluhan & GolonganHolistik - Komprehensii

Spesialis

Subspesialis

Referensi: Starfield B, 1999

KERANGKA OPERASIONAL

1. STUDI KASUS 2. TUJUAN3. LOKASI4. KLIEN PROGRAM5. STRUKTUR PROGRAM6. ANGGOTA TIM7. PEMBIAYAAN8. KEBERHASILAN/PRATEK TERBAIK9. EVALUASI: TANTANGAN 10. PENERAPAN PADA KASUS/PROGRAM LAIN

EIPC, 2015. CanadaModification to local contex

1. STUDI KASUSIPC PHC Team on Pilot Project-Prolanis Asthma:Implementation of Prolanis as an excellent program inthe management of Asthma for participants of BPJSHealth in Primary Care

2. TUJUAN

Filosofi-Spirit-Strategi:

Prolanis asma diadakan untuk meningkatkan perhatian,

dan manajemen asma dalam sistem perawatan

kesehatan, memiliki 4 prinsip dasar , yaitu: pendekatan

proaktif, Patient-centered Care, layanan terintegrasi,

kolaborasi antar-professional, diimplementasikan dengan

harmoni yang melibatkan semua stakeholder dalam

konteks pelayanan kesehatan bagi peserta BPJSK yang

menderita asma untuk mencapai kualitas hidup optimal

dengan biaya yang efisien dan efektif.

Penguatan FKTP sebagai Gate Keeper dan Care

Coordinator melalui program pengelolaan penyakit

kronis.

Tujuan Khusus:1. Inovasi melalui desain ulang program, dengan konsep baru yang berfokuspasien, bekerja lebih dekat dan produktif melalui kolaborasi antar profesidan level dengan pasien, keluarga pasien, fasilitas kesehatan tingkat pertama(FKTP), perawatan lanjutan (Rumah Sakit), organisasi profesi, masyarakat,dan BPJS Kesehatan, sehingga pengelolaan asma menjadi lebih efektif danefisien.2. Meningkatkan kinerja dan kemandirian FKTP dengan membangunkompetensi, keterampilan berkomunikasi yang efisien dan efektif, danmanajemen Prolanis Asma.

3. Membangun komitmen baru untuk mendukung Prolanis pada setiaptingkatan penyedia layanan kesehatan dan dari pengambil keputusan,memberikan pendekatan yang komprehensif dan fleksibel dalam pengaturansumber daya yang terbatas, khususnya di Indonesia dan menjadi komitmenuntuk mendukung Indonesia mencapai cakupan kesehatan universal.

◼KABUPTEN TASIKMALAYA

◼KOTA TASIKMALAYA

◼KABUPATEN GARUT

◼14 FKTP BPJS Kesehatan (4

Puskesmas, 10 Klinik Pratama) dan 2

Rumah Sakit yang bekerja sama

dengan BPJSK

◼Pusk. Karangnunggal (Pusat Kegiatan)

◼pasien asma yang berusia 13 tahun

atau lebih, bersedia mengikuti semua

kegiatan Pilot Project Prolanis Asma

dengan menanda tangani Surat

Kesediaan menjadi peserta PPPA

Jenis Nakes Jumlah

DLP 1

Dokter Umum 3

Dr Gigi 1

Perawat 44

Perawat Gigi 4

Bidan 33

Apoteker

Asisten Apt

Kesmas

Petugas Gizi

1

2

2

1

Luas Wilayah Kerja :136,33 km2

Jumlah Penduduk : 84.446 jiwa

Jumlah desa : 14

Jumlah Pustu : 8

Status BLUD/ Akreditasi Madya

Jenis Nakes

PROFIL PUSKESMAS

KARANGNUNGGAL

Jejaring/ Jaringan Jumlah

Pustu 8

Klinik 3

Apotek 4

Praktik Mandiri Dokter 2

9

5. STRUKTUR PROGRAM

❖ Koordinator: DLP-LED PRACTICES❖ Model: IPC PHC Team dan PHC Network❖ Intervensi: Penerapan layanan kolaboratif di 14 PHC melalui:1. Vortex of Prolanis2. The strategy for succesfull implementation in Primary care3. The strategy for succesfull implementation in Primary care

4. The 9 pillars of prolanis asthma

❖ 14 IPC- PHC Team FKTP tersebar di 3 Kab/Kotadan 1 Integrated-Health Care Team. Menerimapelatihan, menjalankan program, danpertemuan monev mingguan di FKTP sertabulanan di BPJSK.

❖ Tim difasilitasi oleh Puskesmas, Dinkes, danBPJSK.

❖ Results of the 9 pillars of Prolanis asthma carried

out in PP-PA. Assessment of the condition of

patients in general, gender, patient’s job, risk

factors, comorbidities, number of Patients

requiring emergency department visits and

hospitalized.

❖ Assess the Level of Asthma Symptom Control

(LASC) and the degree of obstruction by FEV1

(as a percentage of predicted).

1. Spesialis DLP

2. Dokter Umum

3. Pasien & Keluarga

4. Spesialis Paru

5. Spesialis Penyakit Dalam

6. Kadinkes dan Staf Kabupaten/Kota

7. Pimpinan dan Staf RS

8. Pimpinan dan Staf BPJSK

9. Kepala Puskesmas

10.Apoteker/Apotik Kimia Farma

11.Perawat

12.Admin

13.Instruktur Senam

14. Kader

◼Semua biaya pelaksanaan bersuber dari dana

JKN

• Demographic and baseline charasteristic: A total of 418 patients were

involved in the project. The disposition is mentioned in the patient

demographics and baseline characteristic.

• Based on data from 14 Primary care have obtained that only 1 patient

(0.2%) experienced exacerbations and has handled in well in

Puskesmas Cisurupan, Garut. No patients had referred to the hospital

caused by exacerbation or worsening of their asthma conditions.

• Patient’s Lasc was improved from baseline. The proportion of

patients achieving asthma control.

• Results of the development FEV1 ( as a percentage of predicted)

participants before and after the implementation of PP-PA can be

explained that the results obtained in the improvement of the

average degree of obstruction with FEV1 examination I with FEV1 II,

as much as 17%, with details as follows

The Progress of Participant's LASC

(Gina, revised 2017)

8. KEBERHASILAN PROGRAM/

BEST PRACTICES

✓ Pelaksanaan Layanan Kolaboratif melalui Tim IPC

antar FKTP, pasien & keluarga, layanan sekunder,

Dinkes, dan BPJSK dengan bekerja – dinamis,

interaktif, jujur, respek, komunikasi efektif, saling

ketergantungan dan menguatkan – menguatkan

FKTP dan meningkatkan hasil kesehatan.

✓ Pembiayaan JKN dan Fasilitasi Dinkes & Puskesmas

meningkatkan kolaborasi interdisipliner di FKTP.

✓ Penyediaan layanan di bawah satu atap, termasuk

layanan lintas sektor, meningkatkan akses dan

potensi fleksibilitas, inovasi, dan daya tanggap

terhadap kebutuhan masyarakat.

✓ Faktor-faktor kunci dalam keberhasilan kegiatan

adalah: proses tim, termasuk pertemuan tim formal,

serta interaksi informal, yang memainkan peran

penting dalam meningkatkan kolaborasi, karena

peluang untuk kolaborasi informal; dan anggota tim

yang diperluas

9. EVALUASI/TANTANGAN

Tercukupinya pembiayaan program terbukti signifikanmeningkatkan kualitas pelayanan dan hasil untukpenyakit kronis; intervensi holistik-komprehensifberdasarkan pendekatan inovatif berbasis IPC dannegara sangat penting untuk menjaminkeberlangsungan program ini.

Keberhasilan pelaksanaan program yangberkelanjutan membutuhkan kolaborasi antar disiplinilmu, tidak hanya di tingkat layanan dan tingkatsistem, tetapi juga dibutuhkan reformasi FKTP melaluiInstitusi Pendidikan dan Kementerian Kesehatan.

PENERAPAN PADA KASUS/PROGRAM LAIN

Model IPC PHC Team memiliki penerapan yang bagusuntuk sektor lain dengan banyak penyedia layanandalam berbagai pengaturan untuk individu danpopulasi.

Model layanan IPC bisa direplikasi untuk pengeloaankasus atau program lainnya.

KESIMPULAN

❑ Penerapan layanan Kolaboratif terbukti efisien danefektif dalam meningkatkan hasil kesehatan bagipasien dan stakeholder.

❑ IPC PHC Team merupakan manifestasi dan aktifitaskonkrit pelaksanaan fungsi FKTP sebagai gate keeperdan Coordinated Care.

❑ Kolaborasi adalah strategi kunci meningkatkanperforma FKTP.

Syarhan

Chair – The Indonesian Rural and Remote Doctors Association (IRRDA)

Rural Wonca Council

www.irrda.org@Syarhan2017Syarhan

[email protected] 0821 1883 0002 (WA only)