34
Pengaruh Organizational Learning dan IT Capability Terhadap Financial Performance, dengan IT Capability Sebagai Variabel Antara Oleh: Sadat Amrul S. alumnus Maksi Undip Semarang, Eny Hardi alumnus Unbraw Surabaya Abstract This research test the influence organizational learning to financial performance with IT Capability as intervening variable use multiple regression analysis extended with method path anayisis. Research population is go public manufacturing business which written in Indonesian Capital Market Directory 2005. Research sample is top manager, with respon rate equal to 35,3% from pulations amount of 150. Statistic analysis result indicated that organizational learning direct influence to financial performance, that way also organizational learning have an effect on to IT Capability. Result of this research also indicate that organizational learning have an direct effect to IT Capability, and IT Capability direct influence to financial performance. Is while IT Capability don't have an effect on direct to financial performance. That way also organizational learning variable don't have an effect on to financial performance through IT Capability. Keywoods: organization learning, information technology capability, financial performance 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep organizational learning pada saat ini merupakan suatu konsep yang yang menarik perhatian baik peneliti, konsultan maupun praktisi Ada tiga alasan yang mendasari pertama, banyak perusahaan besar yang mencoba mengembangkan struktur dan sistem guna menyesuaikan pada perubahan lingkungan, kedua, perubahan lingkungan meningkatkan ketidakpastian terhadap perusahaan, dengan demikian meningkatkan kebutuhan perusahaan untuk belajar berbagai hal, ketiga, pembelajaran (learning) memiliki nilai analisis yang luas karena merupakan suatu konsep yang dinamis yang menyebabkan perusahaan mengalami perubahan secara terus menerus (Dodgson, 1993). Lebih jauh Therin (2002) juga mengemukakan bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan sumber utama untuk mencapai keunggulan bersaing.

Hubungan learning organization, IT capability dan ... persaingan yang semakin berkembang memicu bisnis untuk menambah produk dan jasa sehingga mampu mempertahankan dan meningkatkan

Embed Size (px)

Citation preview

Pengaruh Organizational Learning dan IT Capability Terhadap Financial Performance, dengan IT Capability Sebagai Variabel Antara

Oleh:Sadat Amrul S. alumnus Maksi Undip Semarang,

Eny Hardi alumnus Unbraw Surabaya

AbstractThis research test the influence organizational learning to financial

performance with IT Capability as intervening variable use multiple regression analysis extended with method path anayisis. Research population is go public manufacturing business which written in Indonesian Capital Market Directory 2005. Research sample is top manager, with respon rate equal to 35,3% from pulations amount of 150. Statistic analysis result indicated that organizational learning direct influence to financial performance, that way also organizational learning have an effect on to IT Capability. Result of this research also indicate that organizational learning have an direct effect to IT Capability, and IT Capability direct influence to financial performance. Is while IT Capability don't have an effect on direct to financial performance. That way also organizational learning variable don't have an effect on to financial performance through IT Capability.

Keywoods: organization learning, information technology capability, financial performance

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep organizational learning pada saat ini merupakan suatu konsep yang

yang menarik perhatian baik peneliti, konsultan maupun praktisi Ada tiga alasan yang

mendasari pertama, banyak perusahaan besar yang mencoba mengembangkan struktur

dan sistem guna menyesuaikan pada perubahan lingkungan, kedua, perubahan

lingkungan meningkatkan ketidakpastian terhadap perusahaan, dengan demikian

meningkatkan kebutuhan perusahaan untuk belajar berbagai hal, ketiga, pembelajaran

(learning) memiliki nilai analisis yang luas karena merupakan suatu konsep yang

dinamis yang menyebabkan perusahaan mengalami perubahan secara terus menerus

(Dodgson, 1993). Lebih jauh Therin (2002) juga mengemukakan bahwa pengetahuan

(knowledge) merupakan sumber utama untuk mencapai keunggulan bersaing.

1

Lingkungan persaingan yang semakin berkembang memicu bisnis untuk

menambah produk dan jasa sehingga mampu mempertahankan dan meningkatkan nilai

kepada pelanggan (Levitt, dalam Slater & Narver, 1995). Perusahaan harus selalu lebih

cepat belajar dari para pesaingnya. Organizational learning sangat berguna karena

mampu memfokuskan bisnis pada pemahaman dan kepuasan konsumen melalui produk,

jasa, dan cara yang baru dalam melakukan bisnis (Day, Dickson, Sinkula, dalam Slater

& Narver, 1995). Menurut Slater & Narver (1995), organizational learning merupakan

pengembangan dari pengetahuan atau wawasan baru yang mempunyai potensi untuk

mempengaruhi perilaku (Slater & Narver, 1995).

Hubungan antara organizational learning dan kinerja telah lama diteliti, dan

hingga saat ini para peneliti terus mengkaji kearah yang lebih luas dengan memasukan

berbagai faktor lain yang mempengaruhinya baik langsung maupun tidak langsung.

Penelitian akhir-akhir ini sering mengaitkan organizational learning dengan teknologi

informasi (Information Technology/IT), dengan dua pemahaman yang berbeda

mengenai peranan teknologi informasi dalam mendukung pembelajaran (learning).

Pemahaman pertama menyebutkan bahwa teknologi informasi adalah suatu yang

memampukan (enabler) organizational learning (Anand, Manz dan Glick, 1998;

Davenvort De Long dan Beers, dalam Zhang & McCullough, 2002). Zhang &

McCullough (2002) menguji desain aplikasi teknologi informasi untuk mendukung

organizational learning berpendapat bahwa teknologi informasi dapat menjadi aset

yang sangat penting di dalam desain organizational learning dengan menyediakan suatu

infrastruktur untuk menyimpan, mengakses dan meninjau ulang beberapa elemen dari

memori organisasi. Sementara pemahaman lainnya menyatakan bahwa teknologi

informasi adalah suatu yang tidak memampukan (disabler) organizational learning

karena teknologi informasi mungkin melumpuhkan organizational learning dengan

didukung sistem yang kaku dan tidak mampu menyesuaikan perubahan kondisi dari

2

pengguna (Gill, dalam Zhang & McCullough, 2002). Teknologi informasi merupakan

suatu sumber daya yang dapat dengan mudah diduplikat pesaing sehingga dibutuhkan

kemampuan yang membedakan antara perusahaan dengan pesaingnya sebagai suatu

faktor kunci sukses (Day, 1994).

Penelitian ini mencoba menjelaskan konflik dari fungsi teknologi informasi

dalam organizational learning dengan sebuah konstruk yang disebut kemampuan

teknologi informasi (IT capability), yang oleh Bharadwaj (2000) didefinisikan sebagai

kemampuan perusahaan untuk memobilisasi dan menyebarkan sumber daya

berdasarkan teknologi informasi dalam kombinasi dan penggabungan dengan sumber

daya dan kemampuan lainnya. Penelitian ini juga merupakan kelanjutan dari beberapa

penelitian yang dilakukan oleh Goh & Ryan (2002), Zhang dan McCullough (2002),

Sadat (2004). Penelitian Goh & Ryan (2002) menguji hubungan antara learning

capability dampaknya pada kinerja perusahaan, baik kinerja keuangan (financial

performance), maupun kinerja bukan keuangan (non-financial performance) berupa

kepuasan kerja (job satisfaction). Zhang & McCullough (2002), Sadat (2004) menguji

pengaruh IT capability dengan organizational learning dan kinerja bisnis (business

performance) yaitu kinerja keuangan, kinerja strategik dan kepuasan atas usaha.

Penelitian ini menguji pengaruh antara organizational learning dan kinerja

keuangan berupa Return On Assets (ROA) dengan IT capability sebagai variabel

intervening. Obyek amatan adalah perusahaan manufaktur go public pada Bursa Efek

Jakarta dalam Indonesian Capital Market Directory 2005. Penggunaan perusahaan ini,

dengan pertimbangan bahwa perusahaan telah menggunakan teknologi informasi dalam

setiap bidang fungsionalnya (McLeod & Schell, 2001; Laudon & Laudon, 2005).

1.2 Rumusan Masalah

3

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini menguji kembali organizational

learning dan kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Assets (ROA) dengan IT

capability sebagai variabel intervening yang dirumuskan kedalam pertanyaan berikut:

1. Apakah organizational learning berpengaruh langsung terhadap kinerja

keuangan?

2. Apakah organizational learning berpengaruh langsung terhadap kemampuan

teknologi informasi?

3. Apakah kemampuan teknologi informasi berpengaruh langsung terhadap

kinerja keuangan?

4. Apakah organizational learning berpengaruh tidak langsung terhadap

kinerja keuangan melalui kemampuan teknologi informasi?

2. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Organizational Learning

Organizational learning berbeda dengan learning organization. Menurut

Dodgson (1993), learning organization dapat dilihat sebagai organisasi yang

mengadopsi struktur-struktur dan strategi-strategi untuk mendorong learning. Menurut

Marquardt (2002) organizational learning didefinisikan sebagai peningkatan intelektual

dan kemampuan produktif yang diperoleh melalui komitmen dan kesempatan untuk

perbaikan berkesinambungan di organisasi. Goh dan Ryan (2002) berpendapat

organizational learning berhubungan dengan pengalaman dan tindakan dari anggota

organisasi. Selanjutnya Sinkula, Baker & Noordewier (1997) menetapkan tiga nilai

organisasi yang berkaitan dengan kecenderungan perusahaan untuk belajar yaitu

commitment to learning atau budaya pembelajaran (learning culture) (Sinkula, Baker,

Noordewier, 1997), open-mindedness suatu nilai organisasi yang menyebabkan

terjadinya usaha-usaha unlearning (Sinkula, Baker, Noordewier, 1997), dan shared

vision merupakan arah bagi individu-individu tentang komitmen dan kesesuaian dengan

4

tujuan perusahaan atau pandangan masing-masing individu yang berbeda diselaraskan

untuk mencapai interpretasi bersama (Sinkula, Baker, Noordewier, 1997).

Berdasarkan ketiga nilai organisasi tersebut, penelitian ini menggunakan nilai

organisasi pertama yaitu commitment to learning. Hal ini dikarenakan commitment to

learning memegang nilai sangat mendasar pada organizational learning (Sinkula,

Baker, Noordewier, 1997; Zhang & McCullough, 2002). Galer dan Van Der Heijden

(1992), Garrat, Tobin dalam Sinkula, Baker, Noordewier (1997). Commitment to

learning diukur menggunakan empat ukuran yaitu: 1) kemampuan untuk belajar sebagai

kunci keunggulan bersaing, 2) pembelajaran (learning) sebagai kunci untuk

berkembang, 3) pembelajaran karyawan (employee learning) merupakan investasi dan

4) pembelajaran (learning) kunci yang menjamin perusahaan untuk mampu bertahan.

2.2 Kemampuan Teknologi Informasi (IT Capability)

2.3 Bharadwaj (2000) mendefinisikan kemampuan teknologi informasi sebagai suatu

kemampuan perusahaan untuk memobilisasi dan menyebarkan sumber daya yang

berdasarkan teknologi informasi dalam kombinasi atau penggabungan dengan

sumber daya dan kemampuan-kemampuan lain. Kemampuan teknologi informasi

juga didefinisikan sebagai kemampuan atau kompetensi dari sebuah perusahaan

yang mampu menciptakan, mengatur dan menyebarkan sumber daya teknologi

informasi (Richardson, Subramani, Zmud, 2003). Kemampuan teknologi informasi

dipandang sebagai sesuatu yang melekat di dalam proses dan rutinitas organisasi

yang memungkinkan perusahaan untuk menciptakan nilai dari asetnya (Teece,

Pisano & Shuen, dalam Richardson, Subramani & Zmud, 2003). Selanjutnya

Bharadwaj (2000) memisahkan sumber daya berdasarkan teknologi informasi ke

dalam tiga kategori yaitu: 1) sumber daya berwujud (tangible resource) terdiri dari

komponen-komponen fisik infrastruktur teknologi informasi, 2) sumber daya

teknologi informasi manusia (human IT resources) terdiri dari keahlian teknik dan

5

manajerial teknologi informasi, 3) sumber daya tidak berwujud teknologi informasi

(intangible IT-enabled resources) terdiri dari aset pengetahuan, orientasi pelanggan

dan sinergi. King & Teo (1996) mengemukakan dimensi IT drivers yang dianggap

sebagai fasilitator dari penggunaan strategik teknologi informasi. Zhang &

McCullough (2002) menggunakan dimensi IT drivers sebagai ukuran untuk

kemampuan teknologi informasi.

2.3 Kinerja Keuangan

Kinerja dari suatu bisnis, dapat diukur melalui keuangan dan konsekuensi

ekonomi dari keputusan manajemen di masa lalu yang membentuk investasi, operasi,

dan pembiayaan sepanjang waktu (Helfert, 2003:107). Untuk mengukur kinerja

keuangan dan konsekuensi ekonomi tersebut diperlukan rasio-rasio dan pengukuran-

pengukuran. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini mengadopsi pengukuran kinerja

dari penelitian Goh & Ryan (2002) yang menggunakan rasio keuangan berupa Return

on Assets. Goh & Ryan (2002) menguji pengaruh antara learning capability dan faktor-

faktor organisasi (organization factors) terhadap kinerja perusahaan dengan

menggunakan dua ukuran kinerja keuangan (financial) berupa Return on Equity (ROE)

dan Return on Assets (ROA). Penggunaan Return On Assets sebagai ukuran kinerja

keuangan dalam hubungannya dengan organizational learning dan kemampuan

teknologi informasi pada penelitian ini didasarkan pertimbangan bahwa 1) Return On

Assets telah digunakan oleh peneliti-peneliti organizational learning dan kemampuan

teknologi informasi (IT capability) terkait dengan pengukuran kinerja keuangan

(Bharadwaj, 2000; Ellinger, Yang, Ellinger, 2000; Goh & Ryan, 2002; Santhanam &

Hartono, 2003; Bhatnagar, 2006), 2) Return On Assets telah luas digunakan dalam

literatur nilai bisnis teknologi informasi (IT business value) sebagai ukuran profitabilitas

perusahaan (Cron & Sobol, Hitt & Brynjolfsson, Strassman, dalam Bharadwaj, 2000;

Weill, 1992), 3) Return On Assets merupakan rasio yang mengukur kemampuan

6

perusahaan menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total aset yang dipunyai

perusahaan tersebut (Hanafi & Halim, 2005:86), 4) Return On Assets dihitung dengan

formula (Pearce & Robinson, 2000:233; Bharadwaj, 2000; Helfert, 2003:126; Fraser &

Ormiston, 2004:175) yaitu Profit after Tax dibagi Total Assets.

2.4 Organizational Learning dan Kinerja Keuangan

Slater & Narver (1995) berpendapat bahwa organizational learning secara

langsung dapat meningkatkan kesuksesan perusahaan seperti kesuksesan dalam hal

produk dan pelanggan yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan

profitabilitas. Goh & Ryan (2002) menguji hubungan antara learning capability dan

kinerja keuangan (financial performance) berupa Return On Assets (ROA) dan Return

On Equity (ROE). Goh & Ryan (2002) menemukan tidak ada hubungan antara learning

capability dan kinerja keuangan berupa Return On Assets dan Return On Equity.

Tippins dan Sohi (2003) menguji hubungan antara organizational learning dan kinerja

perusahaan berupa profit, Return On Investment (ROI), customer retention, dan sales

growth. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa ada hubungan yang positif dan

signifikan antara organizational learning dan kinerja perusahaan berupa profit, Return

On Investment (ROI), customer retention, dan sales growth.

2.5 Organizational Learning dan Kemampuan Teknologi Informasi

Organizational learning mewakili suatu tingkatan baru dari kemampuan

(capability). Lingkungan bisnis sekarang ini menyadari pentingnya teknologi informasi

sebagai kunci utama dalam keseluruhan strategi bisnis (Barnett & Raja, 2002). Lebih

jauh Zhang & McCullough (2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa

organizational learning memiliki pengaruh terhadap kemampuan teknologi informasi

(IT capability). Bharadwaj (2000) menyatakan bahwa ada tiga komponen dari

kemampuan teknologi informasi terkait dengan pembelajaran (learning). Ketiga

komponen tersebut adalah IT infrastructure, human IT resources, dan IT-enabled

7

intangibles. Komponen pertama yaitu IT infrastructure merupakan sumber-sumber dari

tercapainya competitive advantage (keunggulan bersaing). Komponen kedua yaitu

human IT resources meliputi technical IT skills dan managerial skills. Technical IT

skills meliputi programming, system analysis dan design serta kompetensi dalam

teknologi. Managerial skills meliputi kemampuan manajemen yang efektif dalam

fungsi-fungsi sistem informasi, koordinasi, interaksi dengan komunitas pemakai (user),

keahlian manajemen proyek dan kepemimpinan. Komponen ketiga adalah IT enabled

intangibles yang meliputi orientasi pada pelanggan, aset pengetahuan dan sinergi. Kunci

untuk berorientasi pada pelanggan adalah adanya kemampuan untuk menelusuri dan

memprediksi keinginan dari pelanggan yang berubah-ubah. Aset pengetahuan

diwujudkan dalam keahlian dan pengalaman dari para karyawan. Sinergi terkait dengan

saling berbagi sumber daya dan kemampuan antar divisi-divisi dalam organisasi. Untuk

membangun orientasi pada pelanggan, aset pengetahuan dan sinergi, perusahaan juga

membutuhkan waktu dan usaha untuk belajar (learn).

2.6 Kemampuan Teknologi Informasi dan Kinerja Keuangan

Bharadwaj (2000) dalam penelitiannya menemukan bahwa kemampuan

teknologi informasi mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Dengan

mengembangkan kemampuan teknologi informasi, perusahaan dapat menciptakan

keunggulan bersaing yang akan meningkatkan kinerja. Kinerja yang digunakan sebagai

dasar pengukuran oleh Bharadwaj (2000) dalam penelitiannya ini adalah rasio-rasio

keuangan yaitu Return On Assets (ROA), Return On Sales (ROS), Operating Income to

Assets Ratio (OI/A), Operating Income to Sales Ratio (OI/S), dan Operating Income to

Employees Ratio (OI/E).

Santhanam dan Hartono (2003) meneliti rata-rata profit ratio pada perusahaan

dengan kemampuan teknologi informasi yang tinggi. Profit ratio ini terdiri dari Return

On Sales (ROS), Return On Assets (ROA), Operating Income to Assets (OI/A),

8

Operating Income to Sales (OI/S), dan Operating Income to Employees (OI/E).

Santhanam dan Hartono (2003) menemukan bahwa rata-rata profit ratio pada

perusahaan dengan kemampuan teknologi informasi yang tinggi lebih baik

dibandingkan rata-rata profit ratio perusahaan lain dalam industri.

2.7 Organizational Learning, Kemampuan Teknologi Informasi, dan Kinerja

Keuangan

Slater dan Narver (1995) berpendapat bahwa organizational learning dapat

meningkatkan profitabilitas perusahaan melalui pemahaman yang baik tentang produk-

produk baru dan peningkatan pelayanan terhadap pelanggan. Slater dan Narver (1995),

Hurley dan Tomas (1998) juga mengemukakan bahwa organizational learning dapat

meningkatkan kinerja melalui beberapa mediasi penting seperti kepuasan pelanggan,

produk baru yang sukses, inovasi dan teknologi informasi. Selanjutnya Sadat (2004)

menggunakan kemampuan teknologi informasi sebagai variabel intervening untuk

menguji adanya pengaruh tidak langsung organizational learning terhadap kinerja

bisnis yang terdiri dari kinerja keuangan, kinerja strategi dan kepuasan terhadap hasil

ekspor perusahaan ekspor.

2.8 Rerangka Konseptual, Model dan Hipotesis Penelitian

2.8.1 Rerangka Konseptual Penelitian

Levitt dan March (1988), Miller (dalam Zhang dan McCullough, 2002)

menyimpulkan bahwa organizational learning tidak selalu menyebabkan peningkatan

efektifitas atau kinerja yang lebih baik bila organisasi belajar perilaku yang tidak sesuai

dari organisasi lain, yang disebut dengan competency traps. Selanjutnya Slater dan

Narver (1995) berpendapat bahwa organizational learning secara langsung dapat

meningkatkan kesuksesan perusahaan seperti kesuksesan dalam hal produk dan

pelanggan yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan profitabilitas.

Sedangkan Zhang dan McCullough (2002) dalam pengujiannya menemukan bahwa

9

organizational learning memiliki pengaruh terhadap kemampuan teknologi informasi

(IT capability). Bharadwaj (2000) dalam penelitiannya menemukan bahwa kemampuan

teknologi informasi mampu mendorong kinerja perusahaan berupa kinerja keuangan

menjadi lebih baik. Dengan mengembangkan kemampuan teknologi informasi,

perusahaan dapat menciptakan keunggulan bersaing yang akan meningkatkan kinerja.

Demikian pula Slater dan Narver (1995), Hurley dan Tomas (1998) berpendapat bahwa

organizational learning dapat meningkatkan profitabilitas melalui beberapa mediator

yang penting seperti kepuasan pelanggan, kesuksesan produk baru, inovasi dan

teknologi informasi. Berdasarkan hubungan antar variabel seperti yang telah diuraikan

maka dapat digambarkan rerangka konseptual dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Gambar 1: Kerangka Konseptual Penelitian

Keterangan:

: Variabel terukur (measures variables/observed variables).

: Pengaruh langsung

: Pengaruh tidak langsung

2.8.2 Persamaan Penelitian

Metode yang digunakan untuk analisis data adalah metode jalur (path analysis)

dengan bantuan program SPSS 11.0. Koefisien jalur dihitung dengan membuat dua

model penelitian. Model penelitian adalah persamaan regresi yang menunjukkan

hubungan dihipotesiskan (Ghozali, 2005:161). Persamaan penelitian yang digunakan

sebagai berikut:

10

H2 H3

H1

H4

ORGANIZATIONAL LEARNING

KINERJA KEUANGAN

KEMAMPUANTEKNOLOGIINFORMASIH4

KTI = β1OL + e1 ......................................................................................(persamaan 1)

H2

KK= β1OL + β2KTI + e2 .........................................................................(persamaan 2)

H1 H3

Total pengaruh OL terhadap KK sama dengan koefisien standar pengaruh langsung OL

terhadap KK ditambah koefisien standar pengaruh tidak langsung OL terhadap KK

melalui KTI. Pengaruh tidak langsung diperoleh dengan mengalikan koefisien standar

pengaruh langsung OL terhadap KTI dengan koefisien standar pengaruh langsung KTI

terhadap KK.

Keterangan:

H1 = Hipotesis 1 (pengaruh langsung OL terhadap KK pada persamaan 2)

H2 = Hipotesis 2 (pengaruh langsung OL terhadap KTI pada persamaan 1)

H3 = Hipotesis 3 (pengaruh langsung KTI terhadap KK pada persamaan 2)

H4 = Hipotesis 4 (pengaruh tidak langsung OL terhadap KK melalui KTI)

OL = Organizational Learning, KTI =Kemampuan Teknologi Informasi, KK =

Kinerja Keuangan dan β1, β2 = koefisien standar, e1, e2 = residual

2.8.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, telaah teoritis, dan rerangka konseptual hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H1: Organizational learning berpengaruh langsung terhadap kinerja keuangan

H2: Organizational learning berpengaruh langsung terhadap kemampuan teknologi

informasi

H3: Kemampuan teknologi informasi berpengaruh langsung terhadap kinerja

keuangan

H4: Organizational learning berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja keuangan

melalui kemampuan teknologi informasi

3. METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, dan Teknik Pengambilan Data

11

Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur go public terdaftar di Bursa

Efek Jakarta yang tercantum dalam Indonesian Capital Market Directory 2005

berjumlah 150 perusahaan. Sedangkan responden yang menjadi sampel adalah para

manajer puncak (top managers). Beradasarkan hasil penelitian respon rate adalah

sebesar 35,33 % atau 53 perusahaan, dengan rincian 1,9% wanita dan 98,1% pria,

umumnya responden berumur antara 47-51 tahun. Responden yang memegang jabatan

direktur perusahaan sebanyak 20,8% dan memegang jabatan wakil direktur perusahaan

79,2%. Pengukuran variabel organizational learning nilai rata-rata jawaban responden

berkisar 6, hal ini menunjukkan bahwa para manajer puncak mempersepsikan setuju

terhadap adanya komitmen pelaksanaan organizational learning di perusahaan,

demikian pula rata-rata jawaban responden variabel kemampuan teknologi informasi

mendekati skala 6 (setuju), yang menunjukkan para manajer puncak cenderung

mempersepsikan kemampuan teknologi informasi di perusahaannya baik.

3.2 Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Organizational Learning (=OL)

Variabel organizational learning diukur dengan empat butir pertanyaan diadopsi

dari penelitian Sinkula, Baker & Noordewier dalam Zhang & McCullough (2002),

dengan rentang Jawaban tujuh skala likert: jawaban 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak

setuju), 3 (agak tidak setuju), 4 (netral), 5 (agak setuju), 6 (setuju), 7 (sangat setuju).

Skala 1 berarti organizational learning rendah, skala 7 organizational learning tinggi.

3.2.2 Kemampuan Teknologi Informasi (=KTI)

Kemampuan teknologi informasi menggunakan delapan butir pertanyaan

diadopsi dari penelitian King & Teo dengan alternatif Jawaban tujuh skala likert

dengan rincian: 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (agak tidak setuju), 4 (netral),

5 (agak setuju), 6 (setuju), 7 (sangat setuju). Skala 1 berarti kemampuan teknologi

informasi rendah, skala 7 berarti kemampuan teknologi informasi tinggi.

12

3.2.3 Kinerja Keuangan (=KK)

Kinerja keuangan diukur menggunakan Return On Assets (Pearce & Robinson,

2000:233; Bharadwaj, 2000; Helfert, 2003:126; Fraser & Ormiston, 2004:175):

Profit after Tax ROA =

Total Assets

Data profit after tax dan total assets diperoleh dari laporan keuangan perusahaan

manufaktur go public dalam Indonesian Capital Market Directory 2005. Return On

Assets dirata-ratakan selama periode 3 tahun yaitu 2002, 2003, 2004 (Floyd dan

Wooldridge, 1990; Goh & Ryan, 2002; Andersen & Segars, 2001).

3.3 Uji Kualitas Data

Hasil pengujian instrumen variabel organizational learning dan kemampuan

teknologi informasi menunjukkan semua skor butir pertanyaan memiliki korelasi

dengan skor total lebih besar dari 0,3 sehingga instrumen dinyatakan valid. Pengujian

reliabilitas instrumen dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,8673 dan 0,9140 (>0,7,

Nunally 1994) dengan demikian intrumen adalah reliabel.

Pengujian data sekunder variabel kinerja keuangan dilakukan dengan uji

normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil pengujian One-

Sample Kolmogorov-Smirnov variabel kinerja keuangan dalam penelitian ini memiliki

nilai signifikansi sebesar 0,339 (Sig. p>0,05), maka disimpulkan bahwa variabel kinerja

keuangan berdistribusi normal dan dapat digunakan lebih lanjut pada penelitian ini.

3.4 Pengujian Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi yang diperluas

dengan metode analisis jalur untuk pengujian pengaruh variabel intervening. Analisis

jalur dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut:

KTI= 0,604OL + e1 .................................................................................(persamaan 1)

13

KK = -0,405OL + 0,135KTI + e2 ............................................................(persamaan 2)

Tabel 1: Uji Hipotesis pengaruh langsung dan tidak langsung

Hipotesis Koefisien Standar TNilai Sig nifikansi Keterangan

H1 OL → KK -0,405 -2,429 0,019 signifikanH2 OL → KTI 0,604 5,412 0,000 signifikanH3 KTI → KK 0,135 0,807 0,424 Tidak signifikanH4 OL → KTI → KK 0,604 × 0,135 = 0,082Total Pengaruh OL terhadap KK

-0,405 + 0,082 = -0,323

Sumber: Data olahan 2006,

3.4.1 Pengujian Hipotesis 1: Organizational Learning Berpengaruh Langsung

terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan tabel 1, nilai koefisien standar organizational learning terhadap

kinerja keuangan adalah -0,405 dan sig. pada p=0,019 (p<0,05). Koefisien regresi yang

mengukur pengaruh langsung organizational learning terhadap kinerja keuangan

negatif signifikan menunjukan organizational learning terbukti berpengaruh langsung

terhadap kinerja keuangan, dengan demikian hipotesis 1 diterima. Arah hubungan yang

negatif dan signifikan menunjukan bahwa semakin tinggi organizational learning maka

semakin turun kinerja keuangan. Hubungan negatif dan signifikan menunjukan adanya

“competency traps” pada perusahaan manufaktur go public di Indonesia. Competency

traps adalah fenomena di mana suatu perusahaan belajar (learn) dari pengalaman masa

lalu yang tidak sesuai lagi dengan permasalahan yang dihadapi di masa sekarang.

Misalnya perusahaan untuk meningkatkan customer satisfaction dengan memproduksi

produk yang beraneka ragam. Memproduksi produk yang beraneka tanpa adanya usaha

identifikasi pada keinginan pelanggan hanya akan memperbesar biaya, yang pada

akhirnya memperkecil keuntungan. Penyebab lain yang terjadi pada perusahaan

manufaktur di Indonesia adalah budaya yang tidak fleksibel (Marquardt, 2002: 95).

14

Misal adanya sikap yang tidak ingin berubah. Sikap ini dapat menjadi kendala dalam

penerapan hasil-hasil pembelajaran karena cenderung mempertahankan keadaan yang

ada. Kalau terjadi penolakan maka organizational learning tidak dapat terjadi bahkan

dapat menurunkan kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Goh & Ryan (2002) yang menyatakan bahwa learning capability memiliki

arah hubungan negatif dengan kinerja keuangan, demikian pula hasil penelitian Levitt &

March (1988) dan Miller (1993) yang menyatakan bahwa organizational learning tidak

selalu menyebabkan peningkatan efektivitas dan kinerja karena disebabkan adanya

competency traps.

3.4.2 Pengujian Hipotesis 2: Organizational Learning Berpengaruh Langsung

terhadap Kemampuan Teknologi Informasi

Nilai koefisien standar organizational learning terhadap kemampuan teknologi

informasi adalah positif signifikan pada p=0,604 (p< 0,05), berarti bahwa

organizational learning bepengaruh langsung dan searah terhadap kemampuan

teknologi informasi, dengan demikian hipotesis 2 diterima. Tanda positif dan signifikan

pada koefisien standar menunjukan bahwa semakin tinggi organizational learning,

maka semakin tinggi pula kemampuan teknologi informasi. Untuk dapat meningkatkan

kemampuan di bidang teknologi informasi diperlukan proses belajar (learn) yang

berkesinambungan. Kemampuan teknologi informasi adalah salah satu sumber daya

yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan pesaing karena kemampuan yang baik hanya

dapat diperoleh jika anggota perusahaan melakukan proses belajar yang

berkesinambungan. Hasil penelitian ini pula sejalan dengan hasil penelitian Zhang &

McCullough (2002) yang menyatakan bahwa organizational learning positif

berpengaruh terhadap kemampuan teknologi informasi. Lebih jauh Bharadwaj (2000)

menyatakan bahwa kemampuan teknologi informasi dipengaruhi oleh organizational

learning dengan tiga komponen terkait yaitu IT infrastructure, human IT resources

15

meliputi technical IT skills dan managerial skills dan IT enabled intangibles yang

meliputi orientasi pada pelanggan, aset pengetahuan dan sinergi. Untuk membangun

ketiga hal tersebut perusahaan membutuhkan waktu dan usaha untuk belajar (learn).

3.4.3 Pengujian Hipotesis 3: Kemampuan Teknologi Informasi Berpengaruh

Langsung terhadap Kinerja Keuangan

Nilai koefisien standar kemampuan teknologi informasi terhadap kinerja

keuangan adalah 0,135 tidak signifikan p=0,424 (p>0,005). Hal ini berarti kemampuan

teknologi informasi tidak terbukti berpengaruh langsung terhadap kinerja keuangan,

dengan demikian hipotesis 3 ditolak. Ketidaksignifikanan pengaruh langsung

kemampuan teknologi informasi terhadap kinerja keuangan mungkin disebabkan

perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia sumber daya manusia di bidang

teknologi informasi masih rendah dalam hal mutu. Hal ini sejalan dengan pendapat

Aryani (2006) yang menyatakan bahwa para praktisi di Indonesia kurang memiliki

keahlian yang ini sangat diperlukan seperti keahlian teknis, kemampuan mengadopsi

perkembangan teknologi, kemampuan nalar yang baik dan terlatih, serta kemampuan

melakukan kerjasama tim. Hal ini menyebabkan laju perkembangan teknologi informasi

tidak diimbangi dengan kemampuan di bidang teknologi informasi itu sendiri. Sejalan

hasil penelitian tersebut Santoso (2003) berpendapat bahwa perusahaan manufaktur go

public di Indonesia masih adanya fenomena manajer puncak yang tidak paham

teknologi informasi dan hanya bertumpu pada modal besar saja akibatnya manajer

puncak beranggapan bahwa yang bertanggung jawab dalam hal teknologi informasi

adalah bagian teknologi informasi saja sehingga komitmen dari anggota perusahaan

yang lain diabaikan. Hal ini mengakibatkan kemampuan teknologi informasi di

perusahaan itu sendiri tidak dapat berkembang secara maksimal untuk meningkatkan

kinerja keuangan perusahaan.

16

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Bharadwaj (2000) di negara

maju Amerika Serikat, yang menemukan bukti bahwa terdapat hubungan antara

kemampuan teknologi informasi dengan kinerja perusahaan yang diukur berdasarkan

rasio profitabilitas dan rasio biaya.

3.4.4 Pengujian Hipotesis 4: Organizational Learning Berpengaruh Tidak

Langsung terhadap Kinerja Keuangan melalui Kemampuan Teknologi

Informasi

Nilai koefisien standar pengaruh tidak langsung organizational learning terhadap

kinerja keuangan melalui kemampuan teknologi informasi sebagai variabel intervening

adalah sebesar 0,082. Nilai koefisien standar pengaruh langsung organizational

learning ke kinerja keuangan adalah sebesar -0,405. Nilai koefisien standar pengaruh

tidak langsung lebih kecil daripada nilai koefisien standar pengaruh langsung. Hal ini

berarti pengaruh langsung lebih baik digunakan daripada pengaruh tidak langsung

(intervening). Koefisien standar organizational learning terhadap kemampuan teknologi

informasi adalah 0,604 (signifikan) tetapi koefisien standar kemampuan teknologi

informasi terhadap kinerja keuangan adalah 0,135 (tidak signifikan). Hasil ini

menunjukkan bahwa kemampuan teknologi informasi tidak signifikan menjadi variabel

intervening. Penyebabnya adalah kemampuan teknologi informasi pada perusahaan

manufaktur go public di Indonesia tidak dapat secara signifikan meningkatkan kinerja

keuangan. Praktisi di bidang teknologi informasi memang cukup banyak akan tetapi

mutunya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya kemampuan para praktisi di

Indonesia dalam hal keahlian teknis, kemampuan mengadopsi perkembangan teknologi,

kemampuan nalar, serta kemampuan melakukan kerjasama tim (team work). Selain itu,

organizational learning dan kemampuan teknologi informasi pada perusahaan di

Indonesia rata-rata masih berada pada tahap awal dan sejajar (Sadat, 2004) sehingga

masih terus dilakukan inisiatif-inisiatif untuk meningkatkan kemampuan teknologi

informasi melalui kegiatan pembelajaran. Tingkat kemampuan penguasaan teknologi

17

industri manufaktur Indonesia juga tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Hal

tersebut dikarenakan beberapa alasan seperti kurangnya pengeluaran untuk riset

pengembangan, dan transfer teknologi dari negara-negara industri maju yang umumnya

merupakan teknologi usang yang di negara asalnya sudah tidak dipakai lagi sehingga

tidak banyak menawarkan keunggulan kompetitif jangka panjang (Samhadi, 2006).

Penyebab lain tidak signifikannya hasil penelitian kemampuan teknologi informasi

dalam meningkatkan kinerja keuangan adalah adanya fenomena bahwa manajer puncak

tidak memahami teknologi informasi dan menyerahkan tanggung jawab teknologi

informasi sepenuhnya pada bagian teknologi informasi saja (Santoso, 2003). Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Slater & Narver (1995), Hurley

& Tomas (1998) yang berpendapat bahwa organizational learning dapat meningkatkan

profitabilitas melalui beberapa mediator yang penting seperti kepuasan pelanggan,

kesuksesan produk baru, inovasi dan teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena

Slater & Narver (1995), Hurley & Tomas (1998) melakukan penelitian di Amerika dan

sudah memiliki kemampuan teknologi informasi yang tinggi.

4. SIMPULAN, KETERBATASAN dan IMPLIKASI

4.1 Simpulan

Penelitian ini menguji pengaruh langsung variabel organizational learning

terhadap kinerja keuangan dan pengaruh tidak langsung melalui kemampuan teknologi

informasi. Pengaruh langsung organizational learning terhadap kinerja keuangan

negatif dan signifikan berarti organizational learning berpengaruh langsung terhadap

kinerja keuangan. Pengaruh langsung organizational learning terhadap kemampuan

teknologi informasi positif dan signifikan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

organizational learning berpengaruh langsung terhadap kemampuan teknologi

informasi. Selanjutnya pengaruh langsung kemampuan teknologi informasi terhadap

kinerja keuangan positif dan tidak signifikan, menunjukan kemampuan teknologi

18

informasi tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja keuangan. Sedangkan variabel

organizational learning tidak berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja keuangan

melalui kemampuan teknologi informasi.

Penelitian ini hanya menggunakan rasio keuangan Return on Assets (ROA).

Diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat lebih memperluas tinjauan pengukuran

keuangan melalui sales growth, average productivity, cost reduction seperti yang

disarankan Prieto & Revilla (2006). Penelitian selanjutnya juga dapat memperluas

penilaian melalui pengukuran bukan keuangan dalam hubungannya dengan

organizational learning dan kemampuan teknologi informasi (IT capability).

Pengukuran bukan keuangan dapat dinilai melalui customer’s satisfaction, customer’s

growth, employee satisfaction, quality in products and services, organizational

reputation (Prieto & Revilla, 2006).

4.2 Keterbatasan

Penelitian ini hanya menggunakan periode waktu 3 tahun, penelitian selanjutnya

diharapkan menggunakan periode waktu pengukuran rasio keuangan lebih dari 3 tahun

periode. Periode waktu pengukuran yang lebih lama diharapkan mampu melihat

hubungan organizational learning, kemampuan teknologi informasi dan kinerja

keuangan dengan lebih akurat lagi.

4.3 Implikasi

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa Manajer puncak (top

manager) sebaiknya lebih memahami lagi konsep organizational learning sehingga

mampu menciptakan budaya pembelajaran di dalam perusahaan. Manajer puncak juga

sebaiknya memahami bahwa perusahaan tidak hanya membutuhkan investasi teknologi

informasi saja akan tetapi perusahaan perlu meningkatkan kemampuan teknologi

informasi (IT capability). Hal ini dikarenakan teknologi informasi dapat diduplikat oleh

pesaing tetapi kemampuan teknologi informasi tidak dapat diduplikat begitu saja karena

19

dibutuhkan pembelajaran untuk meningkatkannya. Diharapkan dengan pemahaman

yang baik, manajer puncak dapat mengarahkan implementasi organizational learning

dan kemampuan teknologi informasi di perusahaannya. Implementasi yang baik dari

kedua konsep tersebut dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan dan membantu

perusahaan mencapai keunggulan kompetitif dalam lingkungan persaingan global

sekarang ini.

20

DAFTAR PUSTAKA

Andersen TJ, Segars AH, 2001. The Impact of IT on Decision Structure and Firm Performance: Evidence from the Textile and Apparel Industry. Information & Management 39: 85-100.

Aryani SN, 2006. Prospek Pekerja TI di Indonesia. http://aufklarung.wordpress.com.

Barnett W, Raja MK, 2002. An Initial Study of the Learning Organization Model for Evaluating Information Technology-based Process Improvement Project Potential. IACIS: 35-41.

Bharadwaj AS, 2000. A Resource-based Perspective on Information Technology Capability and Firm Performance: An Empirical Investigation. MIS Quarterly 24 (1): 169-196.

Bhatnagar J, 2006. Measuring Organizational Learning Capability in Indian Managers and Establishing Firm Performance Linkage. The Learning Organization Vol. 13, No. 5: 416-433.

Day GS, 1994. The Capabilities of Market-Driven Organizations. Journal of Marketing 58 (October): 37-52.

Dodgson M, 1993. Organizational Learning: A Review of Some Literatures. Organization Studies 14(3): 375-394.

Ellinger AD, Yang B, Ellinger AE, 2000. Is the Learning Organization for Real? Examining the Impacts of the Dimensions of te Learning Organization on Organizational Performance. 2000 AERC Proceedings.

Floyd SW, Wooldridge B, 1990. Path Analysis of the Relationship between Competitive Strategy, Information Technology, and Financial Performance. Journal of Management Information Systems Vol. 7, No. 1: 47-64.

Fraser LM, Ormiston A, 2004. Understanding Financial Statements. 7th ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Galer G, Van Der Heijden K, 1992. The Learning Organization: How Planners Create Organizational Learning. Marketing Intelligence and Planning 10 (6): 5-12.

Ghozali I, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Goh SC, Ryan PJ, 2002. Learning Capability, Organization Factors and Firm Performance. Third European Conference on Organizational Knowledge, Learning and Capabilities, Athens, Greece, April 5-6.

Hanafi MM, Halim A, 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

21

Helfert EA, 2003. Techniques of Financial Analysis. 11th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Hurley RF, Tomas MH, 1998. Innovation, Market Orientation, and Organizational Learning: An Integration and Empirical Examination. Journal of Marketing 62 (July): 42-54.

Indonesian Capital Market Directory 2005. 16th edition. Institute for Economic and Financial Research.

King W, Teo T, 1996. Key Dimensions of Facilitors and Inhibitors for the Strategic Use of Information Technology. Journal of Management of Information Systems 12 (4):35-53.

Laudon KC, Laudon JP, 2004. Management Information Systems. Ed 8, Prentice-Hall International, Inc.

Levitt B, March JG, 1998. Organizational Learning. Annual Review of Sociology. 319-340.

Marquardt MJ, 2002. Building the Learning Organization. 2nd ed, USA: Davies-Black Publishing, Inc.

Mcleod R, Schell G, 2001. Sistem Informasi Manajemen. Ed 8, Jakarta: PT INDEKS.

Miller D, 1993. The Architecture of Simplicity. Academy of Management Review. 18 (1): 116-138.

Pearce JA, Robinson RB, 2000. Strategic Management. 7th ed, New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Prieto IM, Revilla E, 2006. Learning capability and Business Performance: A Non-Financial and Financial Assessment. The Learning Organization Vol. 13, No. 2:166-185.

Richardson VJ, Subramani M, Zmud RW, 2003. Benefiting from Information Technology Investments: the Role of IT Conversion Capability. Second Round Review at MIS Quarterly.

Sadat A, 2005. Hubungan Learning Organization dan IT Capability terhadap Kinerja Bisnis, dengan IT capability sebagai Variabel Intervening, Jurnal Manajemen Akuntansi & Sistem Informasi, MAKSI, Program Studi Magister Sains Akuntansi, Semarang.

Samhadi SH, 2006. Tudingan Pelarian Modal. http://www.google.com.

Santhanam R, Hartono E, 2003. Issues in Linking Information Technology Capability to Firm Performance. MIS Quarterly Vol. 27, No. 1:125-153.

Santoso H, 2003. Menyingkirnya CEO Gaptek. Majalah Warta Ekonomi, Januari 2003.

22

Sinkula JM, 1994. Market Information Processing and Organizational Learning. Journal of Marketing 58 (January): 35-45.

Sinkula JM, Baker WE, Noordewier T, 1997. A Framework for Market-based Organizational Learning: Linking Values, Knowledge and Behaviour. Journal of the Academy of Marketing Science: 305-318.

Slater SF, Narver JC, 1995. Market Orient and the Learning Organization. Journal of Marketing 59 (July): 63-74.

Solimun, 2002. Structural Equation Modelling Lisrel dan Amos. Cet 1, Malang: Fakultas MIPA UNIBRAW.

Therin F, 2002. Organizational Learning and Innovation in High-Tech Small Firms. Proceedings of the 36th Hawaii International Conference on System Sciences.

Tippins MJ, Sohi RS, 2003. IT Competency and Firm Performance: Is Organizational Learning A Missing Link? Strategic Management Journal 24: 745-761.

Weill P, 1992. The Relationship between Investment in Information Technology and Firm Performance: A Study of the Valve Manufacturing Sector. Information Systems Research 3: 307-333.

Zhang M, McCullough J, 2002. Effect of Learning and Information Technology Capability on Business Performance. http://blake-montclair.edu

23

Lampiran 2

Deskriptif Responden

UMUR

1 1.9 1.9 1.98 15.1 15.1 17.0

21 39.6 39.6 56.619 35.8 35.8 92.54 7.5 7.5 100.0

53 100.0 100.0

4748495051Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

JN_KLMN

52 98.1 98.1 98.11 1.9 1.9 100.0

53 100.0 100.0

LAKI-LAKIPEREMPUANTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

JABATAN

11 20.8 20.8 20.842 79.2 79.2 100.053 100.0 100.0

DirekturWakil DirekturTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

24

Lampiran 3

Deskriptif VariabelDescriptive Statistics

53 4.00 7.00 6.0566 .6910253 4.00 7.00 6.0000 .7844653 3.00 7.00 6.0189 .8658253 4.00 7.00 6.1321 .7081353 4.00 7.00 5.6415 .8342353 4.00 7.00 5.7547 .7045453 3.00 7.00 5.6038 .8844753 3.00 7.00 5.7736 .8237253 3.00 7.00 5.6604 .9794753 3.00 7.00 5.5660 .8881653 3.00 7.00 5.6604 .8758253 4.00 7.00 5.7547 .8749953 -46.89 21.72 6.1543 9.6088853 -1.57 93.80 7.8057 13.3883453 -1.49 28.55 7.5083 6.7269653

OL1OL2OL3OL4KTI1KTI2KTI3KTI4KTI5KTI6KTI7KTI8KK1KK2KK3Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

OL1

1 1.9 1.9 1.98 15.1 15.1 17.0

31 58.5 58.5 75.513 24.5 24.5 100.053 100.0 100.0

NetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

OL2

1 1.9 1.9 1.913 24.5 24.5 26.424 45.3 45.3 71.715 28.3 28.3 100.053 100.0 100.0

NetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

25

OL3

1 1.9 1.9 1.91 1.9 1.9 3.8

10 18.9 18.9 22.625 47.2 47.2 69.816 30.2 30.2 100.053 100.0 100.0

Agak Tidak SetujuNetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

OL4

1 1.9 1.9 1.97 13.2 13.2 15.1

29 54.7 54.7 69.816 30.2 30.2 100.053 100.0 100.0

NetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

KTI1

4 7.5 7.5 7.519 35.8 35.8 43.422 41.5 41.5 84.98 15.1 15.1 100.0

53 100.0 100.0

NetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

KTI2

2 3.8 3.8 3.815 28.3 28.3 32.130 56.6 56.6 88.76 11.3 11.3 100.0

53 100.0 100.0

NetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

KTI3

1 1.9 1.9 1.94 7.5 7.5 9.4

17 32.1 32.1 41.524 45.3 45.3 86.87 13.2 13.2 100.0

53 100.0 100.0

Agak Tidak SetujuNetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

26

KTI4

1 1.9 1.9 1.92 3.8 3.8 5.7

13 24.5 24.5 30.229 54.7 54.7 84.98 15.1 15.1 100.0

53 100.0 100.0

Agak Tidak SetujuNetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

KTI5

3 5.7 5.7 5.72 3.8 3.8 9.4

13 24.5 24.5 34.027 50.9 50.9 84.98 15.1 15.1 100.0

53 100.0 100.0

Agak Tidak SetujuNetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

KTI6

1 1.9 1.9 1.95 9.4 9.4 11.3

16 30.2 30.2 41.525 47.2 47.2 88.76 11.3 11.3 100.0

53 100.0 100.0

Agak Tidak SetujuNetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

KTI7

1 1.9 1.9 1.93 5.7 5.7 7.5

17 32.1 32.1 39.624 45.3 45.3 84.98 15.1 15.1 100.0

53 100.0 100.0

Agak Tidak SetujuNetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

KTI8

6 11.3 11.3 11.310 18.9 18.9 30.228 52.8 52.8 83.09 17.0 17.0 100.0

53 100.0 100.0

NetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

27

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53

roa 2002roa 2003roa 2004

Nilai Return On Assets

0

5

10

15

20

25

30

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53

Perusahaan

Nila

i

Series1

28

Lampiran 4Uji Validitas dan Reliabilitas

ReliabilityR E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

N of Cases = 53.0Item-total Statistics

Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Squared Alpha if Item if Item Total Multiple if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted

OL1 18.1509 4.1691 .7298 .5978 .8285OL2 18.2075 3.8215 .7399 .6102 .8215OL3 18.1887 3.5791 .7257 .5577 .8318OL4 18.0755 4.1865 .6964 .5212 .8398

Reliability Coefficients 4 items

Alpha = .8673 Standardized item alpha = .8702

Reliability

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

N of Cases = 53.0

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Squared Alpha if Item if Item Total Multiple if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted

KTI1 39.7736 23.2170 .7114 .5955 .9035KTI2 39.6604 24.1132 .7259 .6026 .9036KTI3 39.8113 22.6560 .7356 .6009 .9014KTI4 39.6415 23.7729 .6450 .5259 .9088KTI5 39.7547 21.6502 .7704 .6254 .8986KTI6 39.8491 22.9383 .6941 .5763 .9050KTI7 39.7547 22.4964 .7666 .6452 .8987KTI8 39.6604 22.8824 .7148 .5481 .9032

Reliability Coefficients 8 items

Alpha = .9140 Standardized item alpha = .9150

29

Lampiran 5Uji Normalitas

Test of Homogeneity of Variances

KK

.306 2 156 .737

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Tests of Normality

.129 53 .027 .903 53 .000KK_RTStatistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Lilliefors Significance Correctiona.

KK_RTNPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

537.1572

5.81165.129.123

-.129.941.339

NMeanStd. Deviation

Normal Parameters a,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

KK_RT

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

30

Lampiran 6Regresi Persamaan 1

Descriptive Statistics

5.6798 .68022 536.0519 .64740 53

KTIOL

Mean Std. Deviation N

Correlations

1.000 .604.604 1.000

. .000.000 .

53 5353 53

KTIOLKTIOLKTIOL

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

KTI OL

Variables Entered/Removedb

OLa . EnterModel1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: KTIb.

Model Summaryb

.604a .365 .352 .54743 1.825Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), OLa.

Dependent Variable: KTIb.

ANOVAb

8.777 1 8.777 29.286 .000a

15.284 51 .30024.060 52

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), OLa.

Dependent Variable: KTIb.

Coefficientsa

1.839 .714 2.578 .013.635 .117 .604 5.412 .000 1.000 1.000

(Constant)OL

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: KTIa.

31

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: KTI

Observed Cum Prob

1.00.75.50.250.00

Exp

ecte

d C

um

Pro

b

1.00

.75

.50

.25

0.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Persamaan OLterhadap KTI)

53.0000000

.54214226.092.078

-.092.671.758

NMeanStd. Deviation

Normal Parameters a,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

Dependent Variable: KTI

Regression Standardized Predicted Value

210-1-2-3-4

Reg

ress

ion

Stan

dard

ized

Res

idua

l

3

2

1

0

-1

-2

-3

32

Lampiran 7

Regresi Persamaan 2Descriptive Statistics

7.1572 5.81165 536.0519 .64740 535.6798 .68022 53

KKOLKTI

Mean Std. Deviation N

Correlations

1.000 -.324 -.110-.324 1.000 .604-.110 .604 1.000

. .009 .216.009 . .000.216 .000 .

53 53 5353 53 5353 53 53

KKOLKTIKKOLKTIKKOLKTI

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

KK OL KTI

Variables Entered/Removedb

KTI, OLa . EnterModel1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: KKb.

Model Summaryb

.341a .116 .081 5.57123 2.024Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), KTI, OLa.

Dependent Variable: KKb.

ANOVAb

204.383 2 102.192 3.292 .045a

1551.931 50 31.0391756.314 52

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KTI, OLa.

Dependent Variable: KKb.

33

Coefficientsa

22.635 7.721 2.932 .005-3.637 1.497 -.405 -2.429 .019 .635 1.5741.150 1.425 .135 .807 .424 .635 1.574

(Constant)OLKTI

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: KKa.

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: KK

Observed Cum Prob

1.00.75.50.250.00

Exp

ecte

d C

um

Pro

b

1.00

.75

.50

.25

0.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Persamaan 2 OL, KTIterhadap KK)

53.0000000

5.46304162.113.113

-.096.819.513

NMeanStd. Deviation

Normal Parameters a,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

Dependent Variable: KK

Regression Standardized Predicted Value

43210-1-2

Reg

ress

ion

Sta

ndar

dize

d R

esid

ual 4

3

2

1

0

-1

-2

34