Upload
ngothu
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS IKLAN TELEVISI
AXIS "PENJUAL GORENGAN"
Oleh:
Nugroho Ardhi Setiawan I Made Bayu Dirgantara
ABSTRACT Intence competion in telecommunications market makes mobile operator
companies develop strategies so that their products can be accepted on the market. The mobile operators, including AXIS conduct a vigorous campaign, one of them through the medium of television advertising that is considered would be able to reach a broad market segment, although it takes a very expensive cost. AXIS has not been able to make the ads to compete with other mobile operators. AXIS remained below as one mobile operator who had spent fewer ads. One of the problems are ads that aired unusual, creative and catching audience attention so that advertising can be effective. This research will analyze the influence of the message quality, advertisement creativity, endorser and broadcasting frequency of the effectiveness of television.
This research, use multiple linear regression method with SPSS version 16.0 for windows software. The population used was . This research using accidental sampling method directed to 100 respondents as this research sample is audience of the ads of AXIS which lived in Semarang.
The research found that the regression equation is Y = 0,209 X1 + 0,181 X2 + 0,190 X3 + 0,345 X4 where advertisement effetiveness (Y), message quality (X1), cretivity (X2), endorser (X3) and broadcasting frequency (X4). Because the value of all coefficients are positive, this means that the three variables have consistent positive relationship with the dependent variable. By then, we can conclude that AXIS should pay attention at those four variables to generate effective ads so the great cost of the ads will make proper result. Keywords : message quality, creativity, endorser, broadcasting frequency and
advertisement effectiveness
2
I. PENDAHULUAN
Perkembangan perekonomian di era globalisasi seperti sekarang ini
memaksa suatu perusahaan menghadapi kompetisi bisnis yang sangat ketat dan
dinamis. Hal ini memicu munculnya berbagai macam produk dan layanan jasa
yang beredar. Menurut Levitt (dalam Kotler, 2008), persaingan baru bukanlah
antara apa yang diproduksi berbagai perusahaan dalam suatu pabrik, tetapi antara
apa yang ditambahkan pada hasil pabrik tersebut dalam bentuk pengemasan,
pelayanan, iklan, konsultasi bagi pelanggan, pendanaan, pengaturan pengiriman,
pergudangan, dan hal lain yang orang anggap bernilai. Persaingan antar produk di
pasaran mendorong produsen gencar berpromosi untuk menarik perhatian
konsumen.
. Oleh karena itu, perusahaan tidak hanya melakukan pengembangan
strategi bauran pemasaran, melainkan juga pengembangan suatu program
komunikasi yang efektif dengan para pelanggan atau yang disebut dengan bauran
promosi. Namun, diantara alat promosi-promosi tersebut periklanan lah yang
dipercaya sebagai pilihan yang tepat untuk menghasilkan consumer goods dengan
frekuensi penggunaan tinggi. Dewasa ini, banyaknya iklan yang muncul dengan
tujuan merebut perhatian konsumen membuatnya menjadi salah satu bagian
kehidupan manusia..
Dalam beberapa tahun terakhir, belanja iklan terus mengalami peningkatan
yang signifikan. Berikut data belanja iklan di Indosia:
Tabel 1.1
Belanja Iklan di Indonesia
No Media Belanja Iklan (rupiah)
2008 2009 Sm I 2010 1 Televisi 26,2 triliun 29 triliun 17,7 triliun
2 Surat Kabar 13,8 triliun 16 triliun 9,98 triliun
3 Majalah 1,7 triliun 1,7 triliun 855 miliar
Sumber: id.nielsen.com, 2010 akses 20 Juni 2011
3
Peningkatkan belanja iklan di Indonesia dari tahun ke tahun merupakan
bukti bahwa iklan dinilai sebagai salah satu startegi promosi paling efektif untuk
menjangkau konsumen. Dari data di atas, belanja iklan pada media televisi
memiliki presentase terbesar dibanding media lainnya. Hal ini membuktikan bahwa
sebagian perusahaan, iklan media elektronik (televisi) dinilai sebagai alternatif
pilihan media periklanan paling menarik dan efektif karena secara geografis, iklan
televisi memiliki jangkauan yang lebih luas dan dapat meraih konsumen dalam
jumlah besar. Unsur hiburan yang terkandung dalam iklan televisi akan
menciptakan persepsi tersendiri bagi konsumen.
Industri telekomunikasi mendominasi belanja iklan di semua media
dengan nilai 5,5 triliun. Tingginya belanja iklan menandakan bahwa adanya
persaingan ketat dalam dunia telekomunikasi. Munculnya beberapa operator baru
kian menuntut perusahaan semakin jeli dalam menarik konsumen supaya tertarik
untuk menggunakan produknya. Salah satu yaitu dengan melakukan kegiatan
periklanan secara besar-besaran.
PT. Natrindo merupakan perusahan operator seluler yang berdiri pada
tahun 2000 ini memiliki produk kartu GSM yang diberinama AXIS yang mana
memiliki biaya belanja iklan cukup tinggi. Tabel berikut menunjukkan banyaknya
belanja iklan yang dilakukan perusahaan telekomunikasi seluler pada tahun 2010.
Tabel 1.2
Belanja Iklan Operator Seluler di Indonesia
tahun 2010
No. Nama Perusahaan Jumlah (rupiah)
1 Telkomsel 1,4 triliun
2 Indosat 639 miliar
3 XL Axiata 631 miliar
4 Natrindo Telepon Seluler 396 miliar
5 Bakrie Telecom 296 miliar
6 Telkom Indonesia 295 miliar
7 Hutchinson 278 miliar
Sumber: id.nielsen.com, 2010. akses 20 Juni 2011
4
PT. Natrindo melakukan belanja iklan sebesar 396 miliar hanya untuk satu
produk. Ironisnya jumlah pelanggan AXIS masih jauh di bawah provider-
provider pemimpin pasar. Pelanggan AXIS pun masih di bawah produk dari PT.
Hutchinson yaitu "3". PT. Hutchinson sendiri hanya mengeluarkan 278 miliar
untuk belanja iklannya. Berikut daftar peringkat operator seluler berdasarkan
jumlah pelanggan dari tahun 2007 - 2009:
Tabel 1.3
Jumlah Pelanggan Operator Seluler di Indonesia
No. Operator 2007 2008 2009
1 Telkomsel 47.597.000 65.299.991 81.643.432
2 Indosat 24.545.422 36.510.246 28.707.198
3 XL Axiata 15.469.000 26.015.517 31.348.377
4 Mobile 8 3.012.801 2.701.914 2.805.842
5 STI 310.464 784.129 636.566
6 Natrindo 4.788 3.234.800 4.105.156
7 Hutchinson 2.039.406 4.500.609 7.311.000
8 Smart Telecom 115.000 1.530.823 2.599.665
Jumlah 93.386.881 140.578.243 159.247.638
Sumber: Dirjen Postel 2009
Dari data di atas pada tahun 2009 AXIS mengalami peningkatan jumlah
pelanggan sebanyak 871 ribu pelanggan. Peningkatan yang cukup baik untuk
sebuah produk baru. Namun hal itu hanya memposisikan AXIS diperingkat lima
dibawah Three "3". Besarnya belanja iklan yang dilakukan AXISmasih belum
sebanding dengan pencapaian market share mereka. AXIS masih ada di bawah
Three yang belanja iklan lebih sedikit dan masih jauh dari provider-provider besar
lainnya
Di mata masyarakat iklan televisi provider seluler AXIS terbilang fresh
dan kreatif. Hampir semua iklan televisi provider seluler ini dibumbui oleh unsur
humor yang sangat menarik dalam penyampaian pesannya. Laskey et al (dalam
Indiarto, 2006) menyatakan bahwa efektivitas iklan dipengaruhi oleh message
5
strategy dan seberapa baik message tersebut disampaikan atau eksekusi pesan
iklan. Proses periklanan akan berjalan dengan baik apabila pesan dalam iklan
dapat tersampaikan ke audiens. AXIS pun tak lupa untuk menggunakan endorser
sebagai daya tarik iklan. Frekuensi iklan yang tinggi dengan penayangan pada
waktu yang tepat akan lebih efektif menjangkau sasaran dari produk yang
diiklankan. Dengan kompetisi provider seluler yang tinggi maka frekuensi efektif
bisa mencapai 5 hingga 10 kali dalam sehari.
Keefektifan iklan yang dilakukan AXIS perlu dipertanyakan, apa yang
ingin disampaikan melaui iklan tersebut bisa diterima konsumen ataupun tidak.
Iklan yang dianggap efektif untuk meningkatkan penjualanpun beralih fungsi
menjadi beban bagi perusahaan jika hasil yang dicapai tidak sesuai yang
diharapkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Promosi
Istilah promosi banyak diartikan sebagai upaya membujuk orang untuk
menerima produk, konsep, dan gagasan. Menurut Tjiptono (2006) promosi sendiri
merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Pada
hakikatnya promosi adalah suatu bentuk dari komunikasi pemasaran, yaitu
aktivitas pemasaran yang berusah menyebarkan informasi, mempengaruhi/
membujuk, dan mengingatkn pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar
bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan
yang bersangkutan. Komunikasi pemasaran mengacu pada promosi, dapat
digunakan untuk mendapatkan keunggulan daya saing (Boyd, 2000).
Pengembangan strategi promosi yang efektif sangat bergantung pada
seberapa baik perusahaan melakukan tahap- tahap awal dalam proses manajemen
pemasaran khususnya yang berhubungan dengan pemahaman perilaku pembeli,
segmentasi pasar, analisa persaingan, penetapan pasar sasaran, dan penentuan
posisi produk (Boyd, 2000). Perusahaan harus semakin memperhatikan
keterpaduan kombinasi alat- alat promosi yang disebut bauran promosi. Keempat
bauran promosi menurut Kotler dan Amstrong (2008) adalah:
6
1. Iklan (advertising), segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk
melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentuk gagasan,
barang, atau jasa.
2. Penjualan perorangan (personal selling), presentasi pribadi oleh para
wiraniaga perusahaan dalam rangka mensukseskan penjualan dan
membangun hubungan dengan pelanggan.
3. Promosi pejualan (sales promotion), insentif jangka pendek untuk
mendorong pembelian atau penjualan suatu produk dan jasa.
4. Hubungan masyarakat (public relation), Membangun hubungan baik
dengan publik terkait untuk memperoleh dukungan, membangun "citra
perusahaan' yang baik, dan menangani atau menyingkirkan gosip, cerita,
dan peristiwa yang dapat merugikan.
5. Pemasaran langsung (direct marketing), Komunikasi langsung dengan
sejumlah konsumen sasaran untuk memperoleh tanggapan langsung
melalui penggunaan surat, telepon, faks, e-mail, dan lain-lain untuk
berkomunikasi langsung dengan konsumen tertentu atau usaha untuk
mendapat tanggapan langsung.
Iklan
Iklan merupakan salah satu alat yang paling umum dilakukan perusahaan
untuk mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan masyarakat
luas (suspect). Iklan merupakan cara yang berbiaya efektif dalam menyampaikan
pesan, untuk membangun persepsi merek atau untuk mendidik orang (Kotler dan
Keller, 2008).
Periklanan merupakan suatu cara yang relatif mahal untuk Oleh karena
itu banyak perusahaan menyediakan biaya iklan yang besar untuk memperkuat
citra merek dan kesadaran merek pada benak konsumen dengan tujuan iklan dapat
membantu perusahaan dalam meraih konsumen baru dan meningkatkan kualitas
merek. Secara umum, periklanan sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi
yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi. Menurut Shimp (2003) fungsi
periklanan itu diantaranya adalah:
7
1. Memberi informasi (informing)
2. Membujuk (persuading)
3. Mengingatkan (reminding)
4. Memberi nilai tambah (adding value)
5. Mendampingi upaya- upaya lain perusahaan (assisting)
.Para pengiklan berupaya memilih media dan sarana yang karakteristiknya
paling sesuai dengan merek yang diiklankan dalam menjangkau khalayak sasaran
dan menyampaikan pesan yang dimaksud (Lee & Johson, 2004). Maka dari itu
dalam usaha memenuhi tujuan periklanan, perusahaan haruslah tepat dalam
memilih media iklan seperti medi cetak, elektronik. luar ruang, dan lini bawah.
Iklan Televisi AXIS "Penjual Gorengan"
AXIS merupakan salah satu operator seluler yang sebagian besar iklan
yang ditayangkan di televisi mengandung humor. Pada awal tahun 2011 AXIS
kembali mengeluarkan iklan televisi terbaru dengan judul "Penjual Gorengan".
<aksud dari iklan AXIS tersebut adalah ingin menyampaikan penawaran terbaru
bahwa tarif telepon AXIS ke operator lain merupakan yang paling hemat
dibanding kompetitornya dengan menggunakan Maya Wulan (Pemeran Kanjeng
Mami dalam sinetron komedi "Awas Ada Sule") sebagai endorser.
Efektivitas iklan
Suatu periklanan harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana
serta mudah untuk dipahami. Iklan yang efektif adalah iklan mengkomunikasikan
keuntungan-keuntungan yang spesifik, iklan yang menekankan pada tindakan
spesifik yang harus diambil oleh konsumen. Iklan juga disebut efektif bila ia dapat
mencapai tujuan- tujuan yang ingin dicapai oleh pengiklan. Menurut Shimp
(2003) iklan yang baik atau efektif mencakup beberapa pertimbangan berikut ini:
1. Iklan harus memperpanjang suara strategi pemasaran.
2. Periklanan yang efektif harus menyertakan sudut pandang konsumen.
3. Periklanan yang efektif harus persuasif.
4. Iklan harus menemukan cara yang unik untuk menerobos kerumunan
iklan.
8
5. Iklan yang baik tidak pernah menjanjikan lebih dari apa yang bisa
diberikan.
6. Iklan yang baik mencegah ide kreatif dari strategi yang berlebihan.
Menurut (Sutherland, 2007) Efektivitas tayangan iklan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
1. Eksekusi.
2. Biaya iklan
3. Jangkauan tayangan
4. Penayangan
5. Pesan iklan
6. Tujuan iklan
Menurut Kotler dalam Durianto dan Liana (2004) efektivitas iklan dapat
dilihat dari dua sudut pandang hasil/ dampak yaitu : Dampak komunikasi dari
suatu iklan dan yang kedua adalah dampak terhadap penjualan dimana dampak ini
lebih sulit untuk diukur karena penjualan dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak
hanya oleh periklanan. Jadi dalam mengukur efektivitas suatu iklan dapat melalui
beberapa indikator yang terkandung iklan tersebut seperti pesan iklan, kreativitas
iklan, dampak iklan kepada konsumen dan lain sebagainya.
Kualitas Pesan Iklan
Pmerupakan seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi (Mulyana, 2000). Dan menurut
Boyd (2000) Pesan adalah penjumlahan dari tanda atau sinyal yang berusaha
mengungkapkan satu atau lebih gagasan. Kotler (2005) berpendapat bahwa
efektivitas iklan bergantung pada struktur dan isi pesan. Dalam pembuatan iklan,
pesan merupakan salah satu unsur iklan yang tidak boleh dilupakan.
Dalam memformulasikan pesan iklan harus memperhatikan apa yang akan
dikatakan (isi pesan), bagaimana mengatakannya (struktur pesan), bagaimana
mengatakan secara simbolis (format pesan), dan siapa yang harus mengatakan
(sumber pesan) (Durianto& Liana, 2004).
9
Pesan yang ideal menurut Kotler (2008) adalah pesan yang dapat menarik
perhatian (attention), mempertahankan ketertarikan (interest), membangkitkan
keinginan (desire) dan menggerakan tindakan (action). Keempat hal tersebut
merupakan dampak dari adanya pesan iklan yang berkualitas.
Dalam merencanakan pesan yang baik, kata- kata iklan yang tepat akan
membantu sebuah iklan untuk berkomunikasi secara jelas kepada target pasar.
Terdapat beberapa komponen kreatif iklan yang salah satunya adalah bahasa iklan
(Sihombing, 2010). Bahasa iklan merupakan suatu pesan- pesan yang
disampaikan secara verbal. Naskah iklan merupakan tempat untuk merangkai
bahasa - bahasa iklan menjadi suatu naskah yang memuat informasi yang akan
disampaikan. Dalam suatu pesan iklan dibutuhkan slogan yang berperan sebagai
kunci yang membuka dan menutup daya ingat orang terhadap suatu merek. Slogan
adalah sebuah kata, frase atau kalimat yang berfungsi sebagai konstan
(Sutherland, 2007).
Pesan iklan yang mampu memuat informasi tentang kualitas, manfaat,
harga, ciri- ciri merek dan disajikan dengan menarik akan membuat konsumen
akan lebih mengenal merek tersebut dan akan menimbulkan minat konsumen
(Albari, 2007). Keberhasilan suatu iklan didapat bukan hanya semata- mata
karena frekuensi beriklan melainkan karena kata- kata yang digunakan untuk
merangkai pesan yang baik maka diharapkan akan dapat meningkatkan efektivitas
iklan produk.
H1 : Semakin baik kualitas pesan iklan, maka semakin tinggi efektivitas iklan
Kreativitas Iklan
Sebuah kampanye periklanan menjadi efektif harus mengandung gagasan
besar yang menarik perhatian konsumen, mendapatkan reaksi, serta memisahkan
produk dan jasa yang diiklankan dari produk lain persaingan (Lee & Johson,
2004). Konsep kreatif biasanya bertumpu atau berkaitan dengan keistimewaan
atau keunikan yang terdapat dalam suatu iklan (Madjadikara, 2004). Iklan yang
kreatif adalah iklan yang dianggap original, asli, tidak meniru iklan yang
mencengangkan, tidak terduga, tidak disangka sangka, penuh arti dan
10
mempengaruhi emosi. Iklan yang sama dengan sebagian besar iklan lainnya tidak
akan mampu menerobos kerumunan iklan kompetitif dan iklan yang kreatif yakni
iklan yang berbeda diantara sebagian besar iklan (Shimp,2003).
Untuk menciptakan iklan- iklan kreatif, para kreator iklan harus akrab
dengan minat- minat budaya khalayak targetnya (Lee& Johson, 2004). Iklan yang
kreatif memberi kesan yang akan selalu tertanam dalam ingatan konsumen tentang
produk yang diiklankan. Rasa penasaran dan keingintahuan timbul ketika
seseorang menyaksikan suatu iklan yang berbeda dengan iklan yang biasa- biasa
saja.
H2 : Semakin tinggi kreativitas iklan maka semakin tinggi efektivitas iklan
Endorser
Produk- produk yang akan dipasarkan banyak yang mendapat dukungan
eksplisit dari berbgai tokoh umum yang populer (Shimp,2003). Penggunaan
selebritis sebagai bintang iklan sudah tidak asing dalam dunia periklanan.
Selebritis dinilai memiliki daya tarik lebih untuk menarik perhatian konsumen.
Seorang public figure tentunya sudah tidak asing lagi dimata audience dan
memudahkannya untuk mengingat iklan tersebut.
Penggunaan selebriti sebagai pendukung periklanan akan sangat efektif
bila motivasi konsumen untuk memproses argumen relatif rendah dan mampu
mempengaruhi sikap konsumen (Shimp, 2003). Kaum selebriti yang disukai dan
dihormati oleh khalayak yang menjadi sasaran dan yang diharapkan akan
mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yang baik terhadap produk yang
didukung.
Kredibilitas endorser berpengaruh terhadap proses decoding pesan.
Apabila endorser dapat dipercaya oleh audiens maka pesan sangat mungkin
dipercaya. Seorang selebriti dapat juga menjadi pendukung yang efektif apabila
ada hubungan yang berarti atau kecocokan antara selebriti, khalayak, dan produk.
Kesesuaian karakter endorser dengan iklan dan produk yang dipasarkan akan
membuat iklan lebih menarik.
11
Di dalam memilih selebriti sebagai endorser, pengiklan selalu
mempertimbangkan dengan apa yang disebut daya tarik dari selebriti tersebut.
Menurut Shimp (2003), daya tarik tersebut meliputi keramahan, menyenangkan,
fisik, dan pekerjaan sebagai beberapa dari dimensi penting dari konsep daya tarik.
Meskipun tidak sepenting kredibilitas dan kecocokan endorser, daya tarik
endorser tetaplah menjadi salah satu penarik perhatian konsumen di dalam iklan.
H3: Semakin tinggi kualitas endorser, maka semakin tinggi efektivitas iklan
Frekuensi Penayangan Iklan
Pemasangan iklan melalui media televisi secara geografis memiliki
jangkauan yang sangat luas. Iklan televisi memilik efek pengulangan positif
dimana pengulangan suatu pesan iklan menjadi strategi untuk mendekati khalayak
sasaran. Semakin tinggi frekuensi tayang memungkinakan penonton semakin
sering menerima informasi dari iklan tersebut.
Frekuensi yang tinggi jika tidak didukung dengan waktu penayangan yang
tepat akan terasa sia-sia karena iklan tidak akan menjangkau segmen pasar yang
tepat. Seperti pada radio, waktu- waktu dalam sehari ini disebut sebagai bagian
hari (day part). Dalam Shimp (2003) Ketiga day part utama adalah :
1. Waktu utama (prime time), periode waktu antara pukul 20:00 dan 23:00
atau antara pukul 19:00 dan 22:00.
2. Siang hari (day time), periode yang dimulai dengan tayangan berita di pagi
hari (subuh) berlangsung sampai pukul 16:30.
3. Waktu tambahan (fringe time), masa sebelum dan sesudah waktu utama
(prime time).
Suatu iklan baru akan efektif jika dilihat rata- rata tiga kali. Jika hanya satu
atau dua kali dianggap belum memberikan dampak yang signifikan (Sihombing,
2010). Namun penayangan iklan yang berlebihan juga dapat menimbulkan efek
yang merugikan yaitu sesudah jumlah tertentu pengulangan maka pengulangan
tambahan mungkin mengurangi kefektifan iklan (Indriyanti Ilhalauw, 2002). Hal
itu dapat diatasi dengan cara pemakaian konsep iklan yang berbeda dengan
maksud dan pesan yang sama.
12
Menurut Indriyanti dan Ilhalauw (2002) menyatakan pengulangan pesan
iklan cukup berpengaruh dalam menarik perhatian, menimbulkan rasa tertarik,
keinginan dan mendorong konsumen untuk melakukan tindakan pembelian.
H4 : Semakin tinggi frekuensi penanyangan iklan, maka semakin tinggi efektivitas
iklan
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Pengaruh Pesan Iklan, Kreativitas Iklan, Endorser, dan Frekuensi
Penayangan Iklan terhadap Efektivitas Iklan Media televisi
Kualitas Pesan (X1)
Kreativitas Iklan (X2)
Endorser (X3)
Frekuensi Penanyangan
(X4)
Efektivitas Iklan (Y)
H1 H2
H3
H4
13
III. METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat / nilai dari orang objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel terikat dan variabel bebas
skripsi, nuansa sebuah masalah tercermin dalam variabel dependen. Sedangkan
variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik
yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif. Dalam analisis
skripsi, akan terlihat bahwa variabel yang menjelaskan mengenai jalan atau cara
sebuah masalah dipecahkan adalah variabel-variabel independen (Ferdinand,
2006).
Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah efektivitas
iklan sebagai varibel dependen (Y) sedangkan untuk variabel independennya
adalah kualitas pesan iklan (X! ), kreativitas iklan (X!) , endorser(X!) , dan
frekuensi penayangan iklan (X!).
Populasi dan Sampel
Jumlah sampel yang diteliti sebesar 100 responden. Metode pengambilan
sampelnya dengan menggunakan teknik accidental sampling yakni subyek sampel
yang diambil secara kebetulan dan sampel dalam penelitian ini adalah merupakan
pelanggan jasa operator seluler di Semarang yang sudah pernah melihat iklan
televisi AXIS "Penjual Gorengan".
Metode Analisis Data
Uji Validitas
Valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak
diukur (Ferdinand, 2006). Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2006). Uji validitas dilakukan dengan
membandingkan niai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)= n-k,
14
dengan alpha 0,05 dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah item
Sebuah kuesioner dikatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2006).
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yaitu alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
pada kuisioner stabil dari waktu ke waktu maka kuesioner tersebut dapat
dikatakan reliabel. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai koefisien
Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2006).
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variable pengganggu atau residual memliki distribusi normal. Model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi data normal ataupenyebaran data statistik pada
sumbu diagonal dari grafik distribusi normal (Ghozali, 2005).
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel-variabel bebas (Ghozali, 2006).
Multikolonieritas dideteksi dengan menggunakan nilai tolerance dan Variance
Infation Factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10
atau sama dengan nilai VIF dibawah 10 (Ghozai, 2006).
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Deteksi adanya heterokedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara
SRESID dan ZPRED. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar
diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
15
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisa regresi berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh kualitas pesan (X!), kreativitas (X! ), endorser (X! ) dan frekuensi
penayangan iklan (X!) terhadap efektivitas iklan (Y) . Berikut model analisis
regresi linier berganda:
Y = α +β!X! + β!X! + β!X! + β!X!
Uji t (partial)
Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel
independen (kualitas pesan, kreativitas, endorser, dan frekuensi penayangan)
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (efektivitas
iklan).
Uji F
Uji F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independenyang dimasukkan ke dalam model secara simultan atau bersama-
samamempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).
Koefisien Determinasi (!!)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R! yang
kecil dapat diartikan bahwa kemampuan menjelaskan variabel-variabel bebas
dalam menjelaskan variabel terikat sangat terbatas. Sedangkan nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat.
IV HASIL DAN ANALISIS
Uji Validitas
Tabel 4.1
Hasil Pengujian Validitas
No Variabel / Indikator Korelasi r tabel Keterangan 1 Kualitas Pesan Iklan Indikator 1 0,728 0,1663 Valid
16
Indikator 2 0,838 0,1663 Valid Indikator 3 0,630 0,1663 Valid Indikator 4 0,675 0,1663 Valid 2 Kreatifitas Iklan Indikator 1 0,846 0,1663 Valid Indikator 2 0,840 0,1663 Valid Indikator 3 0,639 0,1663 Valid 3 Endorser Indikator 1 0,744 0,1663 Valid Indikator 2 0,887 0,1663 Valid Indikator 3 0,842 0,1663 Valid 4 Frekuensi Penayangan Iklan Indikator 1 0,822 0,1663 Valid Indikator 2 0,838 0,1663 Valid Indikator 3 0,843 0,1663 Valid 5 Efektifitas Iklan Indikator 1 0,716 0,1663 Valid Indikator 2 0,797 0,1663 Valid Indikator 3 0,745 0,1663 Valid Indikator 4 0,822 0,1663 Valid Indikator 5 0,821 0,1663 Valid
Sumber : Data primer yang diolah 2011
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan
dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar daripada r tabel yaitu lebih besar
dari 0,1663.
Uji Reliabilitas
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Alpha Keterangan Kualitas Pesan Iklan 0,690 Reliabel Kreativitas Iklan 0,674 Reliabel Endorser 0,766 Reliabel Frekuensi Penayangan Iklan 0,781 Reliabel Efektivitas Iklan 0,837 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel
mempunyai koefisien Alpha yang cukup besar yaitu diatas 0,60 sehingga dapat
dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah
reliabel.
17
Uji Normalitas
Gambar 4.1
Uji normalitas data
Gambar tersebut menunjukkan bahwa titik-titik dari nilai residual dari
model regresi sudah berdistribusi normal karena titik-titik tersebut yang menyebar
di sekitar garis diagonal.
Uji Multikolinieritas
Tabel 4.3
Pengujian Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Kualitas Pesan Iklan 0.595 1.681 Kreativitas Iklan 0.638 1.567 Endorser 0.628 1.591 Frekuensi Penayangan Iklan 0.508 1.967
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan
sebagai prediktor model regresi menunjukkan nilai VIF berada di bawah angka
10 yang berarti bahwa variabel bebas yang digunakan tidak menunjukkan adanya
gejala multikolinieritas.
18
Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan pola scatter plot yang
menyebar. Hal ini berarti bahwa model regresi tidak memiliki gejala adanya
heteroskedastisitas yang berarti bahwa gangguan (error) dari penelitian ini
memiliki varian atau variasi yang homogen untuk setiap sampel.
Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 4.4
Hasil analisis regresi linier berganda
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.839 1.546 1.836 .069
Kualitas Pesan Iklan .248 .105 .209 2.351 .021
Kreativitas Iklan .306 .145 .181 2.107 .038
Endorser .281 .128 .190 2.195 .031
Frekuensi Penayangan Iklan .457 .128 .345 3.584 .001 a. Dependent Variable: Efektivitas Iklan
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
19
Persamaan regresi yang dapat dituliskan dari hasil tersebut dalam bentuk
persamaan regresi bentuk standard adalah sebagai berikut :
Y = 0,209 X1 + 0,181 X2 + 0,190 X3 + 0,345 X4
Uji t
Tabel
Hasil Uji t
Variabel Independen t hitung signifikansi Kualitas Pesan (X1) 2,351 0,021
Kreativitas (X2) 2,071 0,038 Endorser (X3) 2,195 0,031
Frekuensi Penayangan (X4) 3,584 0,001 Sumber: data primer yang diolah, 2011
Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut:
1. Nilai t hitung variabel kualitas pesan iklan adalah sebesar 2,351 dengan
signifikansi dengan taraf 0,021. Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05
dan t hitung lebih besar >dari t tabel sebesar 1,660 , maka Ho ditolak dan
H1 diterima.
2. Nilai t hitung variabel kreativitas iklan adalah sebesar 2,071 dengan
signifikansi dengan taraf 0,038. Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05
dan t hitung lebih besar >dari t tabel sebesar 1,660 , maka Ho ditolak dan
H2 diterima
3. Nilai t hitung variabel endorser adalah sebesar 2,195 dengan signifikansi
dengan taraf 0,031. Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan t hitung
lebih besar >dari t tabel sebesar 1,660 , maka Ho ditolak dan H3 diterima
4. Nilai t hitung variabel frekuensi penayangan iklan adalah sebesar 3,584
dengan signifikansi dengan taraf 0,001. Karena signifikansi lebih kecil
dari 0,05 dan t hitung lebih besar >dari t tabel sebesar 1,660 , maka Ho
ditolak dan H4 diterima
20
Uji F
Tabel 4.18
Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 270.776 4 67.694 29.267 .000a
Residual 219.734 95 2.313 Total 490.510 99
a. Predictors: (Constant), Frekuensi Penayangan Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Kreativitas Iklan, Endorser
b. Dependent Variable: Efektivitas Iklan
Sumber : data primer yang diolah, 2011
Dari hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS diperoleh
nilai F hitung= 29,267> F tabel = 2,70 dengan tingkat signifikansi 0,000< 0,05.
Jika dilihat dari nilai signifikansi F tersebut diperoleh bahwa nilai sig F lebih kecil
dari 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa variabel
kualitas pesan iklan, kreativitas iklan, endorser, dan frekuensi penayangan iklan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas iklan.
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.19
Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .743a .552 .533 1.52085 a. Predictors: (Constant), Frekuensi Penayangan Iklan, Kualitas Pesan Iklan,
Kreativitas Iklan, Endorser
b. Dependent Variable: Efektivitas Iklan
Sumber : data primer yang diolah, 2011
Hasil perhitungan regresi dapat diketahui bahwa koefisien determinasi
(adjusted R2) yang diperoleh sebesar 0,533. Hal ini berarti 53,3% efektivitas iklan
dapat dijelaskan oleh variabel kualitas pesan iklan, kreatifitas iklan, endorser, dan
frekuensi penayangan iklan. Sedangkan sisanya 46,7% variabel efektivitas iklan
dapat dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
21
Pembahasan
Berdasarkan hasil análisis menunjukkan bahwa variabel kualitas pesan
mempunyai pengaruh terhadap efektivitas iklan. Berdasarkan hasil análisis regresi
dan uji t dapat diketahui bahwa kualitas pesan iklan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap efektivitas iklan. Hal ini berarti kualitas pesan iklan yang baik
akan meningkatkan efektivitas suatu iklan, sehingga hipótesis pertama
mendukung penelitian Arifin (2005) dan Nurrohman (2009) yang menyatakan
bahwa pesan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan. Pesan Iklan
yang disampaikan dengan baik, jelas serta memberikan informasi secara tepat
akan dapat mempengaruhi mindset pemirsanya.
Hipotesis kedua dari penelitian ini menyatakan bahwa semakin tinggi
kreativitas iklan, maka semakin tinggi efektivitas iklannya. Dari hasil análisis
menunjukkan bahwa variabel kreativitas iklan mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap efektivitas iklan. Dalam penelitian Puspitasari (2009),
kreativitas iklan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas iklan
melalui media televisi. Keunikan yang dimiliki suatu iklan membuat khalayak
terkesan dan selalu memperhatikannya, sehingga tujuan iklan tersebut dapat
tersampaikan. Hal ini dapat menjelaskan bahwa iklan yang ditampilkan efektif.
Hasil analisis berikutnya menyatakan bahwa endorser memiliki pengaruh
terhadap efektivitas iklan. Dan berdasarkan hasil análisis regresi dan uji t dapat
diketahui bahwa endorser berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas
iklan dan mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan Puspitasari (2009).
Hal ini berarti endorser yang baik akan meningkatkan efektivitas suatu iklan,
sehingga hipótesis ketiga diterima. Endorser dengan kredibilitas yang baik dan
menarik akan membuat khalayak akan mempermudah penyampaian pesan ke
pemirsa.
Frekuensi penayangan iklan merupakan variabel yang mempunyai
pengaruh terbesar terhadap efektivitas iklan. Berdasarkan hasil análisis regresi dan
uji t variabel frekuensi penayangan iklan memiliki koefisien regresi terbesar dan
memiliki pengaruh positif terhadap efektivitas iklan. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan Firdausi (2002) juga menunjukkan hasil serupa dimana intensitas
22
penayangan yang tinggi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
efektivitas iklan. Dengan terpaan iklan yang berkali- kali pemirsa akan lebih
mudah mengingat iklan produknya di televisi agar merek AXIS selalu ada di
benak pemirsa.
V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Dari hasil analisis regresi berganda, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari ketiga variabel, variabel frekuensi penayangan iklan X4 memiliki
pengaruh paling besar terhadap efektivitas iklan engan koefisien sebesar
0,345.
2. Kualitas pesan iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
efektivitas iklan dengan koefisien variabel sebesar 0,209 dan signifikansi
0,021
3. Kretifitas iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas
iklan dengan koefisien variabel sebesar 0,181 dan signifikansi 0,038.
4. Endorserberpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas iklan
dengan koefisien variabel sebesar 0,190 dan signifikansi 0,031.
5. Frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
efektivitas iklan dengan koefisien variabel sebesar 0,345 dan signifikansi
0,001.
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa efektivitas iklan dipengaruhi oleh
keempat variabel dependen sebesar 53,3% dan sisanya 46,7% dipengaruhi oleh
faktor- faktor lainnya dan masih perlu dilakukan penelitian lebih dengan
penambahan variabel baru atau indikator yang lain dalam penelitian yang akan
datang.
Saran
1. Perlunya peningkatan kualitas pesan yang dapat membujuk pemirsa untuk
lebih memilih AXIS dibandingkan merek lain yang beredar. Membuat pesan
yang mudah melekat di hati para pemirsa merupakan salah satu kuncinya.
23
Dengan menampilkan keunggulan produk yang dimiliki seperti lebih hemat
,sinyal yang kuat serta keunggulan lain maka akan memungkinkan menarik
minat. Struktur pesan dan naskah yang unik dan menarik serta alur cerita dan
tokoh utama yang mana berperan dalam penyampaian pesan akan membuat
iklan AXIS semakin menarik bagi pemirsa.
2. Melalui tokoh utama dan alur cerita iklan AXIS mencoba menarik perhatian
pemirsa. Alur cerita membawa pemirsa untuk memahami makna iklan secara
perlahan. Daya tarik iklan juga dapat ditingkatkan melalui pemilihan genre
yang lebih mudah diterima pemirsa seperti komedi. Kreativitas dalam beriklan
tidak hanya terbatas pada keunikan suatu tampilan iklan melainkan juga
bagaimana cara iklan menunjukkan informasi- informasi tentang produk
sesuai dengan spesifikasi yang dimiliki.
3. AXIS perlu menggunakan bintang iklan yang lebih baik dan sudah popular
untuk menambah daya tarik iklan. Dengan menggunakan endorser dari
kalangan selebriti yang sudah dikenal oleh masyarkat akan lebih baik
dampaknya terhadap keefektifan iklan.
4. Frekuensi penayangan iklan sebanyak 5-10 per hari dalam berbagai stasiun
televisi yang berbeda merupakan pengulangan yang efektif agar pesan iklan
dapat tersampaikan dengan baik. Iklan dapat dibuat dalam beberapa versi
sehingga ketika dalam satu hari intensitas penayangannya tinggi tidak terjadi
kejenuhan. Waktu prime time merupakan waktu yang paling banyak
menyedot pemirsa, jadi AXIS harus lebih intensif melakukan penayangan
pada waktu tersebut.
5. Dalam mempromosikan produknya, AXIS tidak hanya terpaku pada media
televisi saja. Beriklan melalui media cetak, radio ataupun menjadi sponsor
dalam suatu acara seperti konser,atau seminar juga dapat menjadi alternatif
lain.
24
DAFTAR PUSTAKA
Albari. 2007. Efektivitas Iklan Televisi Sabun Pembersih Muka di Kota Yogyakarta (Pendekatan Consumer Decision Model). Sinergi, Vol. 9, No.1, pp 1-21.
Boyd, Harper W, Orville C Walker and Jean Claud L. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Durianto, D. dan C. Liana (2004), “Analisis Efektivitas Iklan Televisi Softener Soft & Fresh di Jakarta dan Sekitarnya dengan Menggunakan Consumen Decision Model.” Jurnal Ekonomi Perusahaan, 11 (1): 35-55.
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk Penilisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali,Imam 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Indiarto, Fidelis. 2006. "Studi Mengenai Faktor Kekhawatiran dalam Proses Penyampaian Pesan Iklan." Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. 5, No. 3, pp. 243-268.
Indriyanti,I. Satya dan J. J. O. I, Ilhalauw. 2002. Pengulangan Pesan Suatu Iklan dalam Proses Pembelajaran Konsumen: Studi Terhadap Iklan Pasta Gigi Pepsodent. Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol.8, No. 1, pp.36-52.
Jefkins, Frank. 1997.Periklanan. Edisi Ketiga.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kasali, Rhenald. 2007. Manajemen Periklanan : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.Cetakan Kelima. JakartaPustaka Utama Grafiti.
Kotler, Philip and Lee, Nancy. 2005. Corporate Social Responsibility : Doing the Most Good for Your Company and Your Cause , New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Kotler, P and Amstrong. 2008. Prinsip- Prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip. dan Kevin Lane Keller 2008. Manajemen Pemasaran, Ed.13.Jakarta: Indeks.
Kover, Arthur J, Stephen M Goldberg, William L James. 1995. Creativity vs Effectiveness ? An Integrating Classification for Advertising. Journal of Marketing Research. November- December.
Krista, Lenita Tobing, & Maya Novita (1997). Analisis Biro Periklanan Indonesia. Mini Economica, Vol 27, p. 46-59.
Lee, Monledan Carla Johnson. 2004.Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
25
Madjadikara, Agus S. 2004. Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1998. Metode Penelitian Survey. EdisiRevisi. Jakarta:Penerbit LP3ES.
Mulyana, Deddy. 2000.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Nurrohman, Arief Budi. 2009. “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Iklan Baliho pada Kawasan Simpang Lima Semarang.” Skripsi Tidak Dipublikasikan, Manajemen Pemasaran. Universitas Diponegoro Semarang
Puspitasari, Intan. 2009. " Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Iklan dalam Menumbuhkan Brand Awareness Studi pada Program Periklanan Produk Telkom Flexi." Tesis. Universitas Diponegoro.
Rangkuti, Freddy. 2009. Straegi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communicaion.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Rangkuti, Fredy. 1997. Riset Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia
Shapiro, Stewart Hand Shanker Krishnan. 2001. Memory Based Measures for Assessing Advertising Effect: A Comparison of Explicit and Implicit Memory Effect. Journal od Advertising Vol XXX No. 3.
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sihombing, Indra Jaya. 2010. Frekuensi, Jumlah Audiens, dan Masa Beriklan. Suara Merdeka, 8 Mei 2010, h.1
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sumarwan, Ujang.2003. Perilaku Konsumen. Jakarta:Ghalia Indonesia.
Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Cetakan Pertama.Yogyakarta:UII Press.
Sutherland, Max and Alice K. Sylvester. 2007. Advertising and The Mind of The Consumer. Jakarta: PPM
Till, D Brian and Daniel. W. Baack. 2005. Recall and Persuasion, Does Creative Advertising Matter?. Journal of Advertising, Vol 34 No.3.
Tjiptono, Fandy. 2006. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.
Trisnanto, Adhy. 2007. Cerdas Beriklan. Cetakan Pertama. Yoigyakarta: Galangpress.