28
ISSN : 0000 – 0000 Jurnal Ilmu Perilaku UNIMA (JIPU) Volume 1-Nomor 1 – Juni 2012 P S P

Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

ISSN : 0000 – 0000

Jurnal Ilmu Perilaku UNIMA

(JIPU)Volume 1-Nomor 1 – Juni 2012

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FIP - UNIVERSITAS NEGERI MANADO

Page 2: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

Jurnal Ilmu Perilaku UNIMA

(JIPU)Volume 1-Nomor 1 – Juni 2012

Penanggung Jawab : 1. Prof Dr E. A. Tuerah, M.Si, DEA (Rektor UNIMA)

2. Dr. Deitje A. Katuuk, M.Pd (Dekan FIP)

3. Dra. Thelma Tiwa, M.Si (Pembantu Dekan I FIP)

4. Dra. Meiske Tumbel, M.Si (Pembantu Dekan IV FIP)

Ketua Dewan Penyunting : Dr. Deetje J. Solang, M.Si

Penyunting Pelaksana : 1. Drs. Melkian Naharia, M.Pd

3. Mieke Endang Hartati, M.Hum, M.Si

4. Mieke Lovihan, M.Si

Penyunting Ahli : 1. Prof Dr. A. E. Sinolungan, SH (Psikologi Pendidikan,

UNIMA)

2. Prof. Dr. Marthen Pali, M.Psi (Psikologi UPH)

3. Prof. Dr. Seger, M.Si (Psikologi UNAIR)

4. Dr. Max G. Ruindungan, M.Pd (Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan UNIMA)

Page 3: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

5. Nihta Liando, Ph.D (Bahasa Inggris UNIMA)

Diterbitkan oleh : Prodi Psikologi FIP

Alamat Sekretariat : Kantor Lembaga Penelitian UNIMA, Kampus UNIMA

Tondano (Kode Pos 95617)

Harga Berlangganan : Rp 25.000 per tahun (termasuk ongkos kirim)

ISSN : 0000 - 0000

Page 4: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

Paradigma Studi Kreativitas, C besar atau c kecil?

Deetje J. Solang

Universitas Negeri Manado

A b s t r a k

Makalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep mengenai beragam pendekatan studi kreativitas yang telah dilakukan selama kurun waktu 60 tahun terakhir. Sejumlah ahli kreativitas telah melakukan kajian dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan studi kreativitas secara spesifik mengkaji dari paradigma pemahaman (1) mistik, (2) psikodinamika, (3) pragmatis, (4) psikometrik, (5) kognitif, dan (6) kepribadian-sosial. Hasil uraian konseptual ini menunjukkan bahwa proses-proses kognitif, afektif, maupun psikomotor saling berkontribusi dalam melahirkan gagasan dan produk kreatif dalam variabilitas kreativitas melaui ragam pendekatan paradigm pendekatan yang menunjukkan performansi kreatif C besar maupun c kecil.

Pendahuluan

Banyak kebingungan yang diperoleh ketika memulai studi kreativias sebagai suatu

variable yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia. Masyarakat

demikian akrab menyebut istilah kreativitas dan produk-produk karya yang dihasilkan

sebagai karya kreatif yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat manusia baik sebagai

gagasan berpikir atau pun produk karya dalam teknologi, sains, ekonomi, politik,

pendidikan, kesehatan, sosial, dan sebagainya. Kreativitas pada dasarnya diperlukan untuk

memecahkan masalah manusia di dunia baik masalah yang terkait dengan alam

lingkungan maupun interaksinya dengan lingkungan dalam upaya peradaban manusia.

Oleh karena itu pemahaman mengenai paradigma studi kreativitas perlu dikaji sebagai

Page 5: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

bahan konseptual dalam memahami kreativitas yang lebih mendalam di masa yang akan

datang.

Konsep-konsep Kreativitas.

Variabel kreativitas sudah sejak lama dibicarakan dan secara luas telah

dipublikasikan dalam literatur sejak 50 tahun terakhir (Lynch dan Harris, 2001;

Bruynooghe & Venken, 1992; Sternberg, 2001a; Sternberg dan Lubart, 2002), sekarang 60

tahun terakhir (sudah lebih seabad), bahkan kreativitas manusia lahir bersamaan dengan

lahirnya manusia itu sendiri (Albert dan Runco, 2002; Semiawan dkk,1999). Oleh karena

itu studi tentang kreativitas telah mengalami kemajuan pesat dengan menggunakan

beragam pendekatan teoritis (Bruynooghe & Venken, 1992; Elliot, 1999;). Beberapa

pendekatan yang telah dikembangkan antara lain: motif berprestasi, aktualisasi diri,

kecakapan, berpikir divergen, dan aktivitas bisosiatif. Mansfield & Busse (1982)

membedakan kreativitas dalam dua pendekatan: (1) pendekatan tes paper-and pencil

(sebagaimana diukur oleh tes berpikir divergen yang dikembangkan Guilford dan

Torrance) dan (2) pendekatan pengukuran performansi kreatif langsung dalam kehidupan

nyata. Menurut Lynch dan Harris (2001), sedikitnya ada tiga pendekatan teoritis terhadap

studi kreativitas yang dapat diaplikasikan kepada siswa. Jenis pendekatan yang dimaksud

adalah pendekatan: kognitif, berpikir divergen, dan aktivitas bisosiatif. MacKinnon (1975)

membaginya dalam empat pendekatan, yaitu pendekatan produk, proses, pribadi, dan

situasi sebagaimana yang dirujuk Munandar (2000; 1999).

Dilihat dari segi historis (Sternberg dan Lubart, 2002), studi tentang kreativitas

memiliki enam paradigma pemahaman: (1) mistik, (2) psikodinamika, (3) pragmatis, (4)

psikometrik, (5) kognitif, dan (6) kepribadian-sosial. Masing-masing paradigma tersebut

memaparkan karakteristik dan pendekatan yang berbeda atau hampir sama dalam

melakukan kajian konseptual maupun pembuktian empiris. Misalnya pendekatan

psikometrik (Plucker dan Renzulli, 2002), pendekatan studi eksperimental (Runco dan

Sakamoto, 2002; Stokes, 2001), pendekatan studi kasus yang melibatkan pendekatan

Page 6: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

sistem untuk memahami keunikan orang yang kreatif (Amabile, 2001; Gruber dan Wallace,

2002, 2001; Nakamura dan Csiszentmihalyi, 2001), pendekatan perspektif historiometrik

(Simonton, 2002), pendekatan yang didasarkan pada faktor biologis (Martindale, 2002;

2001), pendekatan kognisi (Ward dkk, 2002; Ward, 2001; Bink dan Marsh, 2000),

pendekatan studi lintas budaya (Lubart, 2002), dan pendekatan konfluensi (Sternberg,

2003). Sejumlah pendekatan studi kreativitas yang dikemukakan tersebut menunjukkan

bahwa kreativitas ternyata telah mendapat tempat yang signifikan dari psikologi dalam

rangka memahami dinamika dan proses munculnya kreativitas baik yang berasal dari diri

faktor internal individu maupun faktor eksternal individu.

Pada dasarnya kreativitas merupakan variabel yang sangat diperlukan dalam

segala aspek kehidupan manusia baik dalam tataran sosial maupun tataran individual.

Pada tataran sosial, kreativitas dapat menggiring temuan ilmu dalam berbagai bidang

kehidupan yang intinya menghasilkan produk baru yang bernilai guna bagi kehidupan

manusia. Pada tingkat individual, organisasi, dan masyarakat, seseorang dituntut untuk

beradaptasi dengan sumber-sumber yang tersedia agar mampu mengikuti perubahan

tugas yang makin kompetitif.

Konsep kreatif berasal dari penelitian pada open-ended problem solving seperti

berpikir divergen dan problem finding (Wakefield, 1995). Kedua kondisi tersebut

berkombinasi ketika berhadapan dengan situasi problem yang terpaksa (contraint) untuk

memperoleh solusi. Oleh karenanya kreatif dapat didefinisikan sebagai suatu respons yang

bermakna bagi satu situasi yang disebut temuan problem dan memecahkannya dengan

cara tertentu. Selama beberapa dekade, kreativitas dipandang sebagai suatu kapasitas

yang dimiliki tiap manusia untuk menggunakan pikiran dan imajinasinya dalam

mengkonstruk cara-cara melahirkan sesuatu yang baru (Feldhuzen, 2001; Wilson, 1996;

Wagner dan Sternberg, 1984). Sesuatu yang baru itu dapat berbentuk formulasi ide untuk

memperbaiki produk yang ada, memformulasi sesuatu yang unik, dan mengajukan ide

orisinal. Intinya, produk baru yang dimaksudkan bukan tindakan yang destruktif,

melainkan tindakan perbaikan untuk meningkatkan kehidupan yang universal dan serasi

Page 7: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

dengan alam atau mengubah hal-hal yang lebih baik di dalam konteks keluarga, sekolah,

tempat tinggal, atau ekosistem (Johnson, 2002) sebagaimana gambaran contoh otentik

yang dikemukakan pada bagian awal (Bab I).

Stone dan Nielsen (1982) menggambarkan kreativitas berdasarkan deskripsi Piaget

yang menghubungkan kreativitas dan pemecahan masalah menurut proses-proses kognitif

yang melibatkan asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, dan adaptasi. Dalam suatu eksperimen

dongeng kreatif berdasarkan konstruk proses kognitif Piaget pada anak usia prasekolah

(Mulyadi dkk, 1996) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan dalam proses

kognitif mulai dari keadaan seimbang (equilibrium), keadaan tak seimbang

(disequilibrium), berusaha melepaskan diri (attemped), dan kembali ke keadaan seimbang

lagi (equilibrium). Lagi pula, pemecahan masalah kreatif secara potensial terkait dengan

sejumlah pengalaman baru dalam kehidupan keseharian yang memerlukan pengambilan

keputusan (decision making).

Ward (2001) mengemukakan model geneplore yang memfokuskan berpikir kreatif

pada proses dan struktur konseptual yang menghasilkan gagasan kreatif yang berasal dari

hubungan antara proses generatif dan proses eksplorasi. Proses generatif yang

diidentifikasi mencakup pencarian berbagai tipe informasi, misalnya kategori khusus,

pengetahuan konseptual umum, gambaran, analogi sumber, dan sebagainya di samping

asosiasi dan kombinasi konsep dan gambaran. Konsep ini diasumsikan menghasilkan calon

gagasan yang disebut bentuk prainventif yang merupakan solusi kreatif yang belum

lengkap terhadap masalah yang dihadapi, namun menunjukkan titik awal yang dapat

mendukung atau menghambat hasil kreatif. Model geneplore dimaksudkan untuk

menggambarkan proses-proses kognitif yang digunakan dalam aktivitas-aktivitas domain

bebas sebagai proses memicu, menyaring, dan membangkitkan kembali representasi

mental dalam tuntutan tugas dan tujuan (Bink & Marsh, 2001). Individu yang kreatif pada

awalnya melakukan eksplorasi bagaimana melakukan sesuatu dan bagaimana

melakukannya secara berbeda atau apa yang disebut “seleksi variabilitas”. Batasan

variabilitas menentukan seberapa beda sesuatu dikerjakan dengan memberikan repetisi

Page 8: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

dalam fleksibilitas, elaborasi, orisinalitas, dan kebaruan. Batasan tugas itu menentukan

domain dengan melibatkan material dan konvensi yang terkait dengan penggunaan dan

penentuan seberapa beda sesuatu dikerjakan (Stokes, 2001).

Sebagaimana beberapa teori kreativitas yang lain, Amabile (2001; Sternberg, 2002;

2003) mengajukan model tiga komponen dasar intraindividu yang penting bagi kreativitas.

Dalam model ini kreativitas didefinisikan sebagai lahirnya gagasan atau karya yang

relevan. Tiga komponen tersebut meliputi: (1) domain-relevant skill, kompetensi dan

talenta yang diaplikasikan pada satu domain atau beberapa domain di mana individu

bekerja, (2) creativity-relevant processes, karakteristik kepribadian, gaya kognitif, dan

kebiasaan kerja yang mendukung kreativitas dalam domain mana pun, dan (3) intrinsic

task motivation, keterlibatan internal dalam tugas yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan

sosial. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas merupakan kualitas produk sebagai hasil

dari transformasi sistem kultural yang dibentuk oleh interaksi tiga sistem komponen,

yaitu: individu yang berinovasi, domain simbolis yang diserap individu, dan bidang sosial

praktisi dan “gatekeeper” yang memicu, menghambat, merespon, menilai, dan

mempertimbangkan kontribusi (Nakamura dan Csikszentmihalyi, 2001).

Uraian beberapa konsep kreativitas tersebut menunjukkan bahwa begitu banyak

susunan maupun pola yang dikembangkan untuk memahami kreativitas. Salah satu

konsep berpikir kreatif yang relatif baru dan sedang marak dikembangkan sebagai kritik

terhadap konsep-konsep kreatif 30 tahun terakhir yang umumnya menggunakan

parameter Guilford (1975) dalam mengembangkan tes berpikir divergen, misalnya Tes

Berpikir Kreatif Torrance (Torrance, 1974; 1975) adalah konsep kreativitas Sternberg

(Sternberg, 1986a; 1999a; 2001a; 2003; Sternberg dan Lubart, 1992; 1995; 2002).

Sternberg (2003) menggagas konsep kreativitas berdasarkan pendekatan psikologi kognitif

yang melibatkan proses pemerolehan informasi yang memicu kemampuan berpikir untuk

menghasilkan suatu produk berpikir. Produk yang dihasilkan memiliki kriteria kebaruan

(novelty), kelayakan/ketepatan (appropriatedness), dan kemanfaatan (utility). Sternberg

(2001b; 2003; Howard, dkk, 2001; Slavin, 1997; Hopkins, dkk, 1990) memaknai kreativitas

Page 9: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

sebagai kemampuan memproduksi karya baru (orisinal, tidak diduga atau diprediksikan),

berkualitas tinggi, dan layak (berguna, ketika menghadapi tugas yang diharuskan), dan

dalam beberapa hal berada di atas inteligensi. Produk baru yang dimaksudkan adalah

suatu penggunaan yang tidak biasa yang secara statistik berbeda dari orang lain, yang

pada tingkat tertinggi merupakan karya besar dari karya sebelumnya (Gardner, 2000).

Suatu produk memiliki beberapa fungsi, antara lain harus: tepat menjawab sejumlah

pertanyaan, berguna, ada jarak antara ketepatan dari kepuasan minimal ke problem yang

harus dicarikan solusi terbaik, dan sesuatu yang baru tidak memaksakan problem pada

aspek non kreatif yang tidak relevan (menghalalkan segala cara), berkualitas tinggi dan

menunjukkan ketrampilan teknis tingkat tinggi, dan menjadi eksekusi yang baik dalam

satu atau lebih cara.

Konsep berpikir kreatif tersebut digagas berdasarkan kerangka kerja teori investasi

(Sternberg dan Lubart, 1995; 2002; Sternberg, 1999a; 2003; Sternberg dan O’Hara, 2002)

yang kemudian disebut pula sebagai keputusan untuk menjadi kreatif (decision to be

creative) (Sternberg, 1999a; 2003). Menurut teori investasi, orang yang kreatif laksana

investor yang baik, membeli rendah ketika harga saham rendah dan menjual tinggi ketika

harga saham naik. Demikian pula dalam dunia ide terutama bagaimana ia melahirkan

gagasan yang diibaratkan sebagai stok berharga rendah, gagasan yang relatif tidak bernilai

atau tidak dihargai secara terbuka untuk memperoleh rasio pendapatan. Ia berusaha

meyakinkan orang lain mengenai nilai idenya, kemudian menjualnya dengan harga tinggi

(Sternberg, 2001b).

Untuk mewujudkan gagasan kreatif, diperlukan suatu setting lingkungan yang

dapat menstimulasinya. Salah satu setting lingkungan yang dapat menstimulasi kreativitas

adalah sekolah. Sekolah sebagai sarana pembentukan kemampuan intelektual setidaknya

memberi urunan nyata dalam mengembangkan fungsi-fungsi intelektual dalam

menggagas suatu ide orisinal, baru, dan berguna. Secara intelektual individu tidak akan

berfungsi sepenuhnya bila kemampuan yang melibatkan berpikir kreatif tidak

dikembangkan, digunakan, atau diparalelkan dengan kemampuan lainnya (Torrance,

Page 10: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

1964), sebab semua orang (dalam segala usia, kultur, dan semua bidang usaha manusia)

memiliki potensi kreatif dalam kadar yang berbeda baik dalam aktivitas maupun dalam

cara mengekspresikannya.

Untuk menghasilkan produk yang diakui oleh masyarakat memiliki nilai manfaat,

setidaknya distimulasi oleh perpaduan antara enam elemen yang berbeda tetapi saling

mendukung. Elemen-elemen tersebut terdiri atas: ketrampilan intelektual, pengetahuan,

gaya berpikir, personaliti, motivasi, dan lingkungan (Sternberg, 2003; Sternberg dan

Lubart, 1995). Elemen yang paling utama dan paling penting adalah ketrampilan

intelektual. Untuk memudahkannya, skema tentang teori investasi kreatif sebagai suatu

keputusan yang digagas Sternberg dapat diskemakan pada gambar 2.1. Kreativitas

sebagaimana yang tampak pada gambar 2.1 berada pada posisi paling utama dan di

bawahnya terdapat sejumlah elemen. Elemen yang paling penting adalah ketrampilan

intelektual. Dengan demikian, kreativitas melebihi kemampuan intelektual (Sternberg,

2001b; 2003).

Ketrampilan intelektual sebagai elemen utama dalam kreativitas merupakan sumber

proses mental manusia dalam mengolah pengetahuan, gaya berpikir, motivasi,

kepribadian, dan menyeleksi lingkungan. Elemen-elemen tersebut memicu lahirnya

produk kreatif (Sternberg, 2003; Sternberg & Lubart, 1995) dan membutuhkan minimal 10

tahun dalam menggeluti bidangnya (Gardner, 1999a), sedangkan bila hanya melihat aspek

ketrampilan intelektual secara terpisah belum merupakan seorang kreatif, melainkan

pemikir kreatif yang inteligen (Sternberg, 2003; Sternberg dan Lubart, 1995). Pemikir

kreatif yang inteligen baru memiliki potensi yang sifatnya laten bila tidak dilatih dan

dikembangkan. Berpikir kreatif dan produktivitas merupakan proses-proses kognitif dan

afektif yang beroperasi dalam kehidupan semua orang dalam tingkat dan tipe yang

bervariasi (Lync dan Harris, 2001). Walaupun terdapat kemungkinan adanya faktor

bawaan atau potensi genetik yang membuat berpikir kreatif terjadi pada sejumlah siswa

dan menunjukkan bakat kreatif pada level yang sangat tinggi, jelas bahwa bakat kreatif

dipelajari. Orang tua, sekolah, dan guru dapat membantu anak belajar pengetahuan

Page 11: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

deklaratif dan pengetahuan prosedural yang esensial bagi berpikir kreatif untuk semua

jenjang usia dan pendidikan.

Gambar 2.1

Model Konfluensi Teori Investasi Kreatif sebagai suatu KeputusanDiadaptasi dari Sternberg (2003, hal. 107-109), Wisdom, Intelligence, andCreativity Synthesized. New York: Cambridge University Press.

(Sternberg, 2003; Sternberg dan Lubart, 1995). Pemikir kreatif yang inteligen baru

memiliki potensi yang sifatnya laten bila tidak dilatih dan dikembangkan. Berpikir kreatif

dan produktivitas merupakan proses-proses kognitif dan afektif yang beroperasi dalam

kehidupan semua orang dalam tingkat dan tipe yang bervariasi (Lync dan Harris, 2001).

Walaupun terdapat kemungkinan adanya faktor bawaan atau potensi genetik yang

membuat berpikir kreatif terjadi pada sejumlah siswa dan menunjukkan bakat kreatif pada

level yang sangat tinggi, jelas bahwa bakat kreatif dipelajari. Orang tua, sekolah, dan guru

Intellectual

Skill

Thinking

Styles

Motivation

Environment

Personality

Knowledge

Kreativitas

CREATIVITY

Page 12: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

dapat membantu anak belajar pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang

esensial bagi berpikir kreatif untuk semua jenjang usia dan pendidikan.

Elemen kedua adalah pengetahuan (knowledge). Pada satu pihak, seseorang perlu

pengetahuan yang cukup mengenai suatu bidang untuk menggerakkan capaian

kemajuannya. Seseorang tidak dapat bergerak melebihi suatu bidang bila tidak

mengetahui di mana bidang itu. Jadi, seseorang perlu memutuskan untuk menggunakan

pengetahuan sebelumnya, namun juga memutuskan untuk tidak membiarkan

pengetahuan tersebut menjadi hambatan ketimbang membantu. Tiap orang memiliki

pengetahuan dasar. Bagaimana seseorang memilih menggunakan pengetahuan itu

merupakan suatu keputusan yang harus dilakukan.

Elemen ketiga, gaya berpikir (thinking styles). Gaya berpikir melebihi cara

seseorang menggunakan ketrampilan terutama memutuskan bagaimana memperluas

ketrampilan yang cocok dengannya. Gaya berpikir sebagai gaya legislatif utama bagi

kreativitas, merupakan preferensi dan keputusan berpikir dalam cara baru. Preferensi

perlu dibedakan dari kemampuan ke berpikir kreatif. Seseorang mungkin senang

memikirkan tema baru, namun bukan gaya berpikir yang baik, atau sebaliknya. Gaya

berpikir pun membantu menjadikan seorang pemikir kreatif bila ia mampu berpikir secara

global sebaik berpikir lokal, membedakan hutan dari pohon dan mengenali pertanyaan

penting dan tidak penting.

Elemen keempat, personaliti (personality). Sejumlah penjelasan penelitian telah

mendukung atribut personaliti terhadap fungsi kreatif. Atribut tersebut menyangkut

(namun tidak terbatas pada) kesediaan terhadap munculnya hambatan, resiko, toleransi

yang ambiguitas, dan self-efficacy, terutama, membeli rendah dan menjual tinggi dalam

arti menantang sekelompok orang (defyng the crowd), sehingga seseorang memiliki

kesediaan untuk memenuhi janji bila ingin berpikir dan bertindak dalam cara kreatif.

Elemen kelima, motivasi (motivation). Intrinsik merupakan aspek motivasi esensial

bagi kreativitas yang berfokuskan tugas. Penelitian Amabile dan lainnya sebagaimana

Page 13: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

dirujuk Sternberg (2003) menunjukkan pentingnya tiap motivasi untuk karya kreatif dan

menyarankan bahwa orang jarang melakukan karya kreatif yang sungguh-sungguh dalam

bidang yang kurang disenanginya. Motivasi bukan sesuatu yang inharen dalam pribadi,

suatu keputusan dimotivasi oleh sesuatu hal atau hal lainnya. Orang yang ingin berkarya

dalam bidang tertentu yang secara khusus tidak disukainya akan memutuskan bahwa

mencurahkan keinginan untuk karya dalam bidang tersebut, harus menemukan cara yang

lebih baik untuk membuatnya tertarik.

Elemen keenam, lingkungan (environment). Akhirnya, seseorang membutuhkan

suatu lingkungan yang mendukung dan memicu ide-ide kreatif. Seseorang dapat memiliki

seluruh sumber-sumber internal yang diperlukan dalam tingkat berpikir kreatif, namun

tanpa sejumlah dukungan lingkungan (seperti forum untuk memaparkan ide), kreativitas

seseorang tidak pernah nampak. Lingkungan khusus tidak sepenuhnya mendukung

kreativitas seseorang yang bernilai guna. Hambatan dalam lingkungan mungkin kecil,

seperti ketika seorang individu menerima umpan balik negatif, atau mungkin hambatan

besar, ketika kreativitas seseorang dinilai bagus atau kehidupan mantap terancam bila

seseorang berpikir dalam sikap yang menantang kaidah atau ketentuan yang berlaku

selama ini (menantang anggapan konvensional). Oleh karena itu individu harus

memutuskan bagaimana merespon kehadiran lingkungan yang menantang.

Terkait dengan perpaduan antara enam komponen: ketrampilan intelektual, gaya

berpikir, pengetahuan, motivasi, personaliti, dan lingkungan, sebagaimana diuraikan di

atas, kreativitas dihipotesiskan melibatkan lebih dari suatu penjumlahan sederhana

tentang tingkatan seseorang pada masing-masing komponen (Sternberg, 2003). Pertama,

kemungkinan awal pada sejumlah komponen (misalnya, pengetahuan) di bawah

kreativitas tidak mungkin tanpa memperhatikan tingkatan komponen lainnya. Kedua,

kompensasi parsial mungkin terjadi di mana kekuatan pada satu komponen (misalnya,

motivasi) meniadakan kelemahan pada komponen lainnya (misalnya, lingkungan). Ketiga,

interaksi mungkin terjadi antarkomponen, seperti inteligensi dan motivasi, di mana tingkat

tinggi pada kedua komponen dapat secara simultan meningkatkan kreativitas.

Page 14: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

Penutup

Para peneliti yang menggunakan pengukuran performansi kreativitas berasumsi

bahwa sangat esensial untuk menguji potensi kreatif dalam kehidupan nyata. Seseorang

dengan skor tinggi dalam pengukuran performansi kreativitas memiliki potensi tinggi

untuk mencapai keberhasilan yang kreatif. Masing-masing peneliti telah melakukan studi

pada variabel pendidikan dan situasional yang mempengaruhi skor tes kreatif termasuk

skor IQ, prestasi akademik dan non akademik, dan sifat-sifat personaliti (Crockenberg,

1972; Mansfield dkk, 1978). Bagaimanapun bila tes performansi tidak terkait erat dengan

prestasi kreatif dalam kehidupan nyata, maka tidak mudah untuk mendefinisikan

kreativitas sebagai tes performansi. Hal ini dipengaruhi oleh skor tes yang tidak bervariasi

antara satu dengan yang lain dalam capaian kreativitas serta faktor-faktor yang tidak

dilakukan dalam kehidupan nyata sebagai performansi kreatif.

Para peneliti yang menggunakan pengukuran kreativitas dalam kehidupan nyata

menyatakan bahwa kreativitas diekspresikan dalam produk, seperti: puisi, simphoni, buku,

temuan, dan teori ilmiah (Mansfield & Busse, 1982) yang memiliki empat karakteristik:

kebaruan, bernilai, transformasi, dan kondensasi (Crockenberg, 1972). Produk kreatif yang

tinggi harus bersifat baru (novelty) atau tidak biasa (unusual), namun belum cukup disebut

produk kreatif, karena produk kreatif harus memiliki nilai (value) atau kemanfaatan

(appropriateness) yang diakui oleh suatu kelompok masyarakat atau sekelompok orang

(Sternberg dan Lubart, 1995; Sternberg, 2003). Oleh karena itu, di samping baru dan

bernilai, produk kreatif harus memiliki transformasi untuk melihat sesuatu dari perspektif

baru, dan memiliki kondensasi terhadap makna (Mainsfield & Busse, 1982).

Studi kreativitas yang didasarkan pada pencapaian kreativitas dalam kehidupan

nyata terhadap para profesional di bidang ilmiah dan yang berkaitan dengan matematika

menunjukkan bahwa mereka memiliki inteligensi di atas rata-rata, melakukan latihan

ekstensif dalam suatu bidang, dan memiliki penyesuaian emosional tingkat minimal

(Mansfield & Busse, 1982). Studi Martindale (2001) menunjukkan bahwa individu genius

memiliki sejumlah sifat: berpikir analogis, kecerdasan tinggi, ulet, memiliki minat luas

Page 15: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

dalam berbagai hal, cinta terhadap hal-hal baru, dan percaya diri yang tinggi. Studi

kreativitas berdasarkan konsep geneplore Finke, menemukan bahwa proses generatif

khusus, mendorong lahirnya calon gagasan, memperhatikan proses gagasan terkait, dan

menggunakan proses eksploratori untuk merealisasikan potensi yang dimilikinya (Ward,

2001). Hal ini menunjukkan bahwa proses berpikir kreatif melibatkan proses intelektual

atau proses kognitif. Penelitian lainnya (Stokes, 2001) memberi gambaran bahwa individu

yang memiliki kreativitas tinggi melewati tiga fase: nilai, motif, dan sesuatu yang

membatasi penguasaan ketrampilan dan perhatian yang diperikan terhadap produk dan

penggunaan batasan tugas yang terus berubah, serta mempertahankan variabilitas tinggi.

Hasil-hasil studi yang dikumpulkan Costa (1991) menunjukkan bahwa seseorang

yang berperilaku inteligen memiliki sejumlah karakteristik: gigih, tidak impulsif, bersedia

mendengarkan dan berempati dengan orang lain, berpikir kooperatif, fleksibel, memiliki

kesadaran metakognisi, teliti dan cermat, humoris, suka bertanya, menggunakan

pengetahuan sebelumnya terhadap situasi baru, menerima resiko, menggunakan akal

sehat, cekatan dan kreatif (orisinalitas, insightfulness, memiliki motivasi intrinsik

ketimbang ekstrinsik, terbuka terhadap kritik), takjub, rasa ingin tahu, dan memiliki

pemecahan masalah yang manjur sebagai pemikir. Demikian pula Sternberg (2003)

mengemukakan bahwa intelektual merupakan kunci kreativitas yang terdiri atas tiga

aspek kemampuan: sintetik, analitik, dan praktikal.

Dengan demikian produk kreatif dapat lahir sebagai karya besar (C besar) yang

membutuhkan waktu kurang lebih 10 tahun, sedangkan produk kreatif dalam kehidupan

keseharian merupakan produk c kecil. Namun demikian, uraian dalam makalah ini

merupakan inspirasi bagi peminat studi kreativias dalam pengembanga research psikologi

dalam beragam tataran mikro dan makro melalui paradigm yang diminati.

Page 16: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

Referensi

Aiken, L. R.,Jr., 1973. Ability and creativity in mathematics, Review educational research, vol.43, No.4, 405-432.

Albert, R. S., dan Runco, M. A., 2002. “A history of research on creativity, dalam Sternberg (Ed), Handbook of creativity. New York: Cambridge University Press.

Amabile, T. M., 2001. Beyond talent, John Irving and the passionate craft of creativity. American psychologist, vol. 56, No. 4, 333-336.

Baer, J., 1993. Creativity and divergent thinking. A task-spesific approach. New Jersey, Lawrence Erlbaum Associatiates, Publishers.

Bink, M. L., & Marsh, R. L., 2000. Cognitive Regularities in creative activity. Review of general psychology, vol. 4, No. 1, 59-78.

Bruynooghe, R. M., dan Venken, R., 1992. “Creativity”. Dalam Shapiro, S. C., (Ed), Encyclopedia of artificial intelligence Vol. 1, Second edition. Canada: John Willey & Sons, Inc.

Costa, A. L., 1999. “Changing curriculum means changing your mind”, dalam Costa, A. L. (Ed), Teaching for intelligence. Arlington Heights, Illinois: Skylight Training and Publishing, Inc.

Costa, A. L., 1991. The school as a home for the mind. Palatine, Illinois: IRI/Skylight Training and Publishers.

Crockenberg, S. B., 1972. Creativity tests: a boon or boondoggle for education?, Review educational research, Vol.42, No.1, 27-44.

Csikszentmihalyi, M., & Nakamura, J., 2001. “Catalityc creaitivity: Tha case of Linus Pauling,”. San Francisco: American Psyckologist, 109th Annual Convention, August 24-28, 337-341.

Feldhuzen, J. F., 2001. “Multiple option as a models for teaching creativity talented child”, dalam Lynch, M.D., & Harris, C. R., (Eds), Fostering in children K-8. Boston: Allyn and Bacon.

Gardner, H., 1993. Frames of mind. The theory of multiple intelligences. New York: Basic Book, A Division of Harper Collins Publishers, Inc.

Gardner, H., 1999b. Intelligence reframed: Multiple intelligences for the 21th century. New York: Basic Books.

Gardner, H., 2000. The disciplined mind. Beyond fact and standardized tests, the K-12 education that every child diverves. New York: Penguin Books.

Greeno, J. G., dan The Middle School Matematics through Application Proyect Group, 1997. Theories and practices of thinking and learning to think. American Journal of Education 106 (November), 85-126.

Page 17: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

Grigorenco, E. L., Literacy; thinking skills and assessment. www.satndards.dfes.gov.uk/research/digests/wedjan140948552004/schoolbasedtests?version=1. Diakses tanggal 16 September 2004.

Grigorenko, E. L., Jarvin, L., dan Sternberg, R. J., 2002. Literacy, thinking and assessment. www.standard.dfes.gov.uk/research/digests

Gruber, H. W., dan Wallace, D. B., 2002. “The case study method and evolving systems approach for understanding unique creative people at work”. Dalam Sternberg (Ed), Handbook of creativity. New York: Cambridge University Press.

Gruber, H. W., dan Wallace, D. B., 2001. Creative work, the case of Charles Darwin. American Psychologist, vol. 56, No. 4, 346-349.

Guilford, J. P., 1975. “Creativity: A quarter century of progress, dalam Taylor dan Getzels (Eds), Perspective in creativity. Chicago: Aldine Publishing Company.

Howard, B. C., McGee, S., S, N., and Shic, R., 2001. The triarchic theory of intelligence and computer-based inquiry learning. Educational Technology, Research and Development, 49,

Lynch, M. D., dan Harris, C. R., 2001. Fostering creativity in children K-8. Boston: Allyn and Bacon.

MacKinnon, D. W., 1975. “IPAR’S contribution to the conceptualization and study of creativity”, dalam Taylor dan Getzels (Eds), Perspectives in creativity. Chicago: Aldine Publishing Company.

McCann, M., 2004. The creativity/ IQ interface: Old answer and some new questions. Adelaide: Faculty of Education Humanities Law & Theology, Flinders University.

Mansfield, R. S., & Busse, T. V., 1982. Creativity, dalam Mitzel, H. E., (Ed), Encyclopedia of educational research. Fifth edition. New York: The Free Press, A Division of McMillan Publishing, Co, Inc.

Mansfield, R. S., Busse, T. V., and Krepelka, E. J., 1978. “The effectiveness of creativity training”, Review of educational research, vol. 48, No. 4, 517-536.

Martindale, C., 2002. “Biological bases of creativity”. Dalam Sternberg (Ed), Handbook of creativity. New york: Cambridge University Press.

Martindale, C., 2001. Oscillations and analogies, Thomas Young, MD, FRS, genius. American psychologist, vol. 56, No. 4, 342-345.

Marzano, R. J., Brandt, R. S., Hughes, C. S., Jones, B. F., Pesseisen, B. Z., Rankin, S. C., dan Suhor, C., 1988. Dimentions of thinking: A framework for curriculum and instruction. Virginia, Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

Meyer, R. E., 1983. Thinking, problem solving, cognition. San Francisco: Freman.

Munandar, S. C. U., 2000. Kreativitas anak dan strategi pengembangannya . Anima, Indonesian psychological journal, Vol.15, No.4, 390-394.

Page 18: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

Nakamura, J., dan Csikszentmihalyi, M., 2001. Catalityc creativity. The case of Linus Pauling. American psychologist, vol. 56, No. 4, 337-341.

Plucher, J. A., dan Renzulli, J. S., 2002. “Psychometric approaches to the study of human creativity”. Dalam Sternberg (Ed), Handbook of creativity. New York: Cambridge University Press.

Reigeluth, C.M., & Moore J., 1999. “Cognitive education and the cognitive domain”, dalam Reigeluth, C. M., (Ed.), Instructional-design theories and models, volume II, a new paradigm of instructional theory. London: Lawrence Erlbaum Assiciates, Publishers.

Renzulli, J. S., 1986. The three-ring conception of giftedness: a developmental model for creative productivity, dalam Sternberg & Davidson (Eds), Conceptions of giftedness. New York: Cambridge University Press.

Runco, M. A., dan Sakamoto, S. O., 2002. “Experimental studies of creativity”. Dalam Sternberg (Ed), Handbook of creativity. New York: Cambridge University Press.

Scott, H., Leritz, L. E., and Mumford, M. D., 2004. The effectiveness of creativity training: A quantitative review. Creativity Research Journal, Vol. 16, No. 4, 361-388.

Semiawan, C., 1997. Perspektif pendidikan anak berbakat. Bandung: Rosdakarya.

Simonton, D. K., 2002. “Creativity from a historimetric perspective”. Dalam Sternberg (Ed), Handbook of creativity. New York: Cambridge University Press.

Sternberg R. J., 2004b. Sternberg’s triarchic theory of intelligence. Htpp://www.wilderdom.com/personality/L2-25sternbergTriarchicTheory.html. Last up date 24 januari 2004. Diakses tanggal 5 Februari 2007, pukul 17.13 WIB.

Sternberg, R. J., 2004c. Teaching triarchically improves school achievement. www.questia.com number 146. Diakses tanggal 05 Februari 2007 pukul 18.00 WIB.

Sternberg, R. J., 2003. Wisdom, intelligence, and creativity synthesized. New York: Cambridge University Press.

Sternberg, R. J., 2001a. Creativity for the new millenium. American Psikologist, Vol.56, No.4, 332.

Sternberg, R. J., 2001b. What is the common thread of creativity? Its dialectical relation to intelligence and wisdom. Journal of American psychologist, Vol.56, No. 4, 360-362.

Sternberg, R. J., 1999a. “Creativity is a decision” dalam Costa, A. L., (Ed), Teaching for intelligence. Arlington Heights, Illinois: Skylight Training and Publishing, Inc.

Sternberg, R. J., 1997a. “A triarchic view of giftedness: Theory and practice”. Dalam Colangelo dan Davis (Eds), Handbook of gifted education. Boston: Allyn & Bacon.

Sternberg, R. J., 1997b. Succsessful intelligence. New York: Penguin Putnam Inc.

Page 19: Web viewMakalah konseptual ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu konsep ... dan (6) kepribadian ... yang sangat melekat pada semua aspek kehidupan manusia

Sternberg, R. J., 1995. For whom the bell curve tools: A review of the bell curve. American Psychological Society, vol. 6, No. 5, September, 257-261.

Sternberg, R. J., 1986b. Intelligence, wisdom, and creativity: There is better than one. Journal of educational psychologist, 2/(3), 175-190.

Sternberg, R. J. dan O’Hara, L.A., 2002. “Creativity and intelligence”, dalam Sternberg, R. J., (Ed),

Sternberg, R. J., dan Lubart, T. L, 2002. “The concepth of creativity: Prospects and paradigms”, dalam Sternberg, R. J., (Ed), Handbook of creativity. New York: Cambridge University Press.

Sternberg, R. J., and Lubart, T. L,1995. Defying the crowd cultivating creativity in a cultural of conformity. New York: The Free Press.

Stokes, P. D., 2001. Variability, contraints, and creativity, shedding light on Claude Monet. American psychologist, Vol.56, No. 4, 350-354.

Taylor, C. W., 1964. Creativity progress and potential. New York: McGraw-Hill Book Company.

Tannenbaum, A. J., 1985. Creativity: Educational programs, dalam Husen & Postlethwaite (Eds), The International Encyclopedia of Education Vol. 2. Oxford: Pergamon Press.

Torrance, J. P., 1980. Creativity and futurisme in education: Retooling. Education, Vol. 100, No. 4, 298-311.

Torrance, E. P., 1975. “Creativity research in education: Still alive”, dalam Taylor dan Getzels (Eds), Perspctive in creativity. Chicago, Aldine Publishing Company.

Torrance, J. P., 1964. Education and creativity, dalam Taylor (Ed), Creativity, progress and potential. New York: McGwaw-Hill Book Company.

Wagner, R. K., and Sternberg, R. J., 1984. Alternative conceptions of intelligence and their implications for education. Review of educational Research, Summer, Vol. 54, No. 2, 179-223.

Wakefield, J. F., 1995. Creative thinking. Problem-solving skills and the arts orientation. New Jersey: Ablex Publishing Corporation.

Ward, T. B., Smith, S. M., dan Finke, R. A., 2002. “Creative cognition”, dalam Sternberg (Ed), Handbook of creativity. New york: Cambridge University Press.

Ward, T. B., 2001. Creative cognition, conceptual combination, and the creative writing of Stephen R. Donaldson. American psychologist, vol. 56, No. 4, 350-354.