Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Center for IndonesiaTaxation Analysis
1
“MENIMBANG KEBIJAKAN PPN
BERKEADILAN”Yustinus Prastowo
Executive Director, Center for Indonesia Taxation Analysis Jakarta, 30 Januari 2019
WAPU PPN>> BUMN>> RS PEMERINTAH>> dll
Center for IndonesiaTaxation Analysis
Tax Policy
(Clarity and Fairness)
Taxpayers Tax
Authority
Tax
Intermediaries
Tax Revenue
Trust
Tax Law
(Certainty and
Consistency)
Tax
Administration
(Simplicity and
Transparency)
TAX ECOSYSTEM
Center for IndonesiaTaxation Analysis
Kondisi Ekonomi Makro dan Penerimaan Perpajakan
Quo Vadis Pajak Pertambahan Nilai
Penerapan Kebijakan Wajib Pungut (WAPU) Pajak Pertambahan Nilai(PPN)
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sebagai Wajib Pungut PPN
• Dampak WAPU PPN atas Intercompany Transaction
Simpulan & Rekomendasi
3
Pokok Bahasan
Center for IndonesiaTaxation Analysis
4
Kondisi Penerimaan Perpajakan
Center for IndonesiaTaxation Analysis Sumber: Kemenkeu
Pajak Kita Menolong Sesama….Menopang anggaran kesehatan,
terutama BPJS Kesehatan….
Center for IndonesiaTaxation Analysis
Kinerja Perpajakan Indonesia: tumbuh namun melandai….
Namun, Coverage Ratio Masih Rendah
534,529577,385
661
763
885
995,2
1072,4
1294,21355
1283,6
1424
1577,5
571 545628
743836
921985
1060 1105,81 1151,1
1315,9
106,82%
94,39% 95,01%97,38%
94,46%92,54% 91,85%
81,90% 81,60%
89,68%92,41%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
120,00%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 APBN 2019
Target Realisasi % capaian
Penerimaan Pajak s.d. akhir 2018 mencapai
Rp1315,9 T atau 92,4% dariTarget…
Kontribusi perpajakan terus meningkat menjadi 83,1% di 2019 (2014: 73,97%)
Triliun rupiah
1521,4
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 APBN
2019
Penerimaan Perpajakan PNBP Hibah
PPh non migas;
686,8
PPh migas; 64,7
PPN dan PPnBM;
538,2
PBB; 19,4
Pajak Lainnya; 6,8Rincian penerimaan pajak 2018 (Rp Triliun)
Center for IndonesiaTaxation Analysis
7
Quo Vadis Pajak Pertambahan Nilai
Center for IndonesiaTaxation Analysis
Kontribusi PPN terhadap penerimaan pajak selama 10 tahun terakhirberkisar antara 39%-40%...
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
120,00%
20082009
20102011
20122013
20142015
20162017
2018APBN
2019
36,6% 35,4%36,7% 37,3%
40,3% 41,7% 41,5% 39,9% 37,2%41,7% 40,9% 41,5%
PPh non migas PPh migas PPN dan PPnBM PBB Pajak Lainnya
PPh non
migas; 686,8
PPh migas;
64,7
PPN dan
PPnBM;
538,2
PBB; 19,4Pajak Lainnya;
6,8
Rincian realisasi penerimaan pajak
2018 (Rp triliun)
Sumber: DJP
Center for IndonesiaTaxation Analysis
9
Pertumbuhan Penerimaan PPN Secara Global
24
9
26
20
12
0
5
10
15
20
25
30
35
1965 1975 1985 1995 2005 2010 2014 2015Personal income tax Corporate income tax
Social security contributions VAT
Taxes on specific goods and services
Grafik: Struktur Penerimaan Pajak di Negara OECD (Persen)
Trend dunia menunjukkan
bahwa PPN (VAT/GST)
memegang peranan besar
sebagai penunjang
penerimaan.
Terjadi pergeseran
(shifting) titik berat
sumber penerimaan
negara, dari PPh ke PPN di
berbagai negara.
Banyak ekonom
menyarankan pajak atas
konsumsi sebagai solusi
mendasar untuk masalah
terkait dengan PPh.
Sumber: Kawakami, Naotaka. 2002. on Japanese Economy and Business Columbia Business School.
Center for IndonesiaTaxation Analysis
10
Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
• Objek pengenaan adalah konsumsi didalam daerah pabean.
Dikenakan Atas Konsumsi
• Melekat kepada objek yang dikenai pajak.
Objektif
• Secara riil dapat dialihkan, sehinggaterdapat pihak penanggung jawab pajak, penanggung pajak, dan pemikul bebanpajak.
Tidak Langsung
• Dikenakan di setiap rantai produksi.
Multistage
• Dikenal adanya PPN Keluaran dan PPN Masukan yang didukung faktur pajak.
Metode Kredit
• Tidak mempengaruhi pola konsumsi wajibpajak.
Netral
• Pajak atas konsumsi tidak akandikenakan dua kali.
Menghindari Pajak Berganda
Center for IndonesiaTaxation Analysis
11
Threshold danTarif PPN di Berbagai NegaraNegara Nama Pajak Tahun Adopsi Rate Threshold
Argentina VAT 21, 10.5, 27 perusahaan --> mulai aktivitas, individu --> barang
300,000Ars, jasa 200,000Ars
Australia GST 2000 10% A$75,000 (A$150,000 untuk badan nirlaba)
Kanada GST 1997 5% C$30,000
China VAT 1994 17% 93%/4%/6%/13%) barang --> RMB 2,000 ke 5,000, jasa --> 1500 ke
3000, lebih ke local tax offices.
Perancis VAT 1954 19,6% (2.1%/5.5%) registration --> n/a, distance selling 100,000 Euro,
intra-community acquisitions 10,000 Euro (dengan
aturan khusus)
India VAT 2005 12,5 (others) 500,000 INR
Jepang Consumption Tax 1989 5% 10 Juta Yen dari transaksi kena pajak
Korea Selatan VAT 1977 10% n/a (kecuali untuk pemajakan yang
disederhanakan/simplified)
Singapura GST 1994 7% registration --> S$1juta
Thailand VAT 1992 10% penghasilan tahunan of THB 1,800,000
United
Kingdom
VAT 1973 20% (sekarang 17,5%,
reduced rate 5%)
registration £70,000 (efektif sejak 1 April 2010),
deregistration £68,000 (efektif sejak 1 April 2010),
distanceselling £70,000, intra-community £70,000
(efektif sejak 1 April 2010)
Vietnam VAT 1999 10% (5%) n/a
Salah satu desain terpentingdalam merancang PPN adalah
penentuan level/batasan threshold
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Menentukan besaran threshold
tidaklah mudah.
Setiap negara memiliki karakteristik
dan permasalahannya yang berbeda-
beda, sehingga tidak ada aturan ”one-
size-fit-all”.
Center for IndonesiaTaxation Analysis
12
Insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Tax Incentives–Vito Tanzi
DeductionsExemptions
Rate Relief
Tax Deferrals
Tax Credits
Fasilitas / Insentif PPN
Pengecualian PPN
(Pasal (4A)
Zero Rated (0%) –
(pasal 7 ayat 2)
Pengurangan Tarif (Pasal 7 ayat 3)
PPN Tidak Dipungut (Pasal
16B ayat 2)
PPN Dibebaskan (Pasal 16B ayat 3)
Fasilitas PPN(sesuai dengan Ketentuan UU
No. 8 / 1983 sttd UU No.
42/2009)
Center for IndonesiaTaxation Analysis
13
FASILITAS PPNPs. 16B ayat (1)
PAJAK TERUTANG
TDK DIPUNGUTDIBEBASKAN DARI
PENGENAAN PAJAK
1. Kegiatan di kawasan/tempat tertentu di
dlm daerah Pabean
2. Penyer. BKP Berwujud /JKP tertentu
3. Impor BKP tertentu
4. Pemanfaatan BKP tdk berwujud atau JKP
tertentu dari luar, di dlm Daerah Pabean
Barang Tidak Dikenai PPNPasal 4A Ayat (2) UU PPN
• Minyak, gas, batubara, panas bumi, bijih logam danmineral batuan.
Hasil pertambangan dan pengeboranyang diambil langsung dari sumbernya.
• Beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam, daging, telur, susu, buah – buahan, dan sayur – sayuran.
Barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan masayarakat banyak.
Hidangan yang disajikan di hotel danrestoran atau oleh katering.
Uang, emas batangan, dan suratberharga.
Insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Center for IndonesiaTaxation Analysis
14
Insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Jasa Tidak Dikenai PPN (Pasal 4A Ayat (3) UU PPN)
Jasa MedikJasa
PelayananSosial
JasaKeagamaan
JasaPendidikan
Jasa Kesenian
JasaPenyiaranNon Iklan
Jasa AngkutanUmum
JasaPerhotelan
Jasa KateringJasa
Keuangan
Jasa AsuransiJasa LayananPemerintah
Jasa WeselJasa Surat
BerperangkoJasa TeleponUmum Koin
Jasa TempatParkir
Jasa TenagaKerja
Center for IndonesiaTaxation Analysis
15
Perbandingan Insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Berbagai Negara
No Negara Deskripsi Barang Kebutuhan Pokok Fasilitas PPN
1 ThailandPenjualan dan impor produk pertanian yang belum diproses dan barang-barang terkait seperti pupuk ,
pakan ternak , pestisida , dllPembebasan
2 Malaysia Buah – buahan dan sayuran dan berbagai jenis kacang – kacangan Pembebasan
3 VietnamProduk budidaya , peternakan dan perikanan atau nelayan yang belum diolah menjadi produk lain atau
yang hanya telah semi- diproses oleh bisnisPembebasan
4 India Barang kebutuhan pangan (Basic Food) Pembebasan
5 MorokoSemua bahan pangan dasar seperti Sereals, roti, susu , ikan, daging, buah - buahan dan sayur - sayuran
dan Barang hasil pertanianPembebasan
6 Ghana Barang kebutuhan pangan (Basic Food) yang diimpor Pembebasan
7United
KingdomBarang Kebutuhan Pokok yaitu Pangan (Basic Food), selain gula dan makanan berpemanis lainnya Zero Rating
8 Uganda Barang kebutuhan pangan (Basic Food), biji-bijian, pupuk. Zero Rating
9 MeksikoBarang kebutuhan pangan (Basic Food) selain yogurt dan jus buah, air minum, bahan pangan yang belum
diolah.Zero Rating
10 Afrika Selatan
Barang kebutuhan pangan (Basic Food), dibatasi sebanyak 19 barang, yakni : brown bread/ roti tepung
berserat tinggi, jangung kering, tepung jagung, beras jagung, tepung gandum, telur, buah, sayur-sayuran,
kacang/biji-bijian kering, kacang lentil, jagung, beras, sarden kaleng, minyak sayur/minyak goreng, susu,
cultured milk, susu bubuk dan susu bubuk campuran, kacang-kacangan dan tanaman kacang, yaitu,
kacang polong, kacang-kacangan dan kacang tanah.
Zero Rating
Center for IndonesiaTaxation Analysis
16
VAT Fraud - Jenis Kecurangan dalam PPN
Under-reported sales, Pedagang yang hanya melaporkan sebagian dari penjualannya, ataumemalsukan catatan dan akun agar dapat sesuai
Misclassification of commodities, Ketika pedagang melakukan penjualan dikenakan pajak(PPN) yang memiliki tarif berbeda, atau dikecualikan dari pajak, mereka mengurangi liabilitas mereka dengan membesar-besarkan proporsi penjualan pada kategori pajak yang lebih rendah.
Omission of self-deliveries, Barang atau jasa yang diproduksi oleh entitas bisnis dan dikonsumsi oleh pemilik atau karyawan, pada prinsipnya kena pajak, tetapi tidak dilaporkan.
Sumber: IMF Working Paper: VAT Fraud and Evasion (Michael Keen and Stephen Smith, 2007)
Center for IndonesiaTaxation Analysis
17
VAT Fraud - Jenis Kecurangan dalam PPN
Tax collected but not remitted, Hal ini dapat dimungkinkan baik melalui laporan keuanganpalsu, melalui rekayasa kerugian/kebangkrutan sebelum pajak dibayarkan, atau dengan cara lain.
Imported goods not brought into tax, Jika pajak tidak dikenakan di perbatasan (border), maka ada potensi keuntungan dari pembelian barang-barang impor tanpa pajak dan kemudian dijual kembali di pasar dalam negeri.
Credit claimed for VAT on purchases that are not creditable, Kredit pajak yang diklaimuntuk PPN atas pembelian yang tidak dapat dikreditkan
Sumber: IMF Working Paper: VAT Fraud and Evasion (Michael Keen and Stephen Smith, 2007)
Center for IndonesiaTaxation Analysis
18
Permasalahan Penerapan PPN di Indonesia
Aplikasi e-Faktur yang Masih Rumit
PenerapanDestination Principle pada Ekspor JKP
Faktur Pajak Fiktif
Percepatan Restitusi
Terdapat beberapa barangdan/atau jasa yang dikenai PPN
namun juga dikenai Pajak Daerah, sehingga butuh kepastian objek
pajak pusat dan daerah.
Lembaga keuangan dan bank jugamemberikan jasa lainnya untukmendukung dan memperlancar
kegiatan utamanya denganimbalan berupa pendapatan
nonbunga (fee based income).
Center for IndonesiaTaxation Analysis
19
Faktur Pajak Fiktif Masih Marak
Penerapan faktur pajak elektronik
(e-faktur) masih memiliki
kelemahan.
Tahun 2016-2017, jumlah kasus faktur
pajak fiktif mencapai 525 kasus dengan
potensi kerugian negara mencapai Rp
1,01 triliun.
• Masih maraknya kasus faktur pajak fiktif karena pengawasan yang lemah.
• Sistem pada e-faktur harus disempurnakan dengan sistem yang lebih komprehensif.
• Ditjen Pajak juga harus memperkuat kontrol saat registrasi.
• Perlu dilakukan pemeriksaan di lapangan secara periodik untuk memastikan kebenaran data di e-faktur
dengan kondisi riil yang terjadi di tempat pengusaha.
Telah ditemukan Sertifikat Elektronik
dari 1.049 Wajib Pajak (WP) yang
terindikasi sbg penerbit faktur pajak
tidak sah atau fiktif.
MENGAPA DEMIKIAN?
Center for IndonesiaTaxation Analysis
20
Perluasan Jenis Ekspor JKP yang
Mendapat FasilitasTarif PPN 0%
Berdasarkan PMK 70/2010 jo. PMK
30/2011, hanya terdapat tiga jenis JKP
yang atas ekspornya dikenakan PPN
dengan tarif 0%, yaitu: (i) jasa maklon;
(ii) jasa perbaikan dan perawatan
barang bergerak; serta (iii) jasa
konstruksi. Sementara itu, ekspor JKP
selain ketiga jenis jasa tersebut tetap
dikenakan PPN dengan tarif normal.
Indonesia menerapkan
Destination Principle
Pasal 7 ayat (2), Penjelasan
Umum, dan Penjelasan
Pasal 7 ayat (2) UU PPNImpor BKP dan JKP Ekspor BKP
Ekspor JKP
Terbatas pada 3
jenis ekspor JKP
Rencananya akan
diperluas
Center for IndonesiaTaxation Analysis
21
Putusan Mahkamah Konstitusi Memperluas Limitasi
Penjelasan Pasal 4A ayat (2) huruf b UU PPN
Jenis barang yang tidak dikenai PPN –barang tertentu dalam kelompok barangkebutuhan pokok yang sangat dibutuhkanoleh rakyat banyak.
Penjelasan Pasal 4A ayat (2) huruf b –membatasi bahwa barang kebutuhan pokokyang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyakterdiri atas 11 jenis barang.
Kegagalan memahami jenis kebutuhanpokok yang dibutuhkan rakyat banyak dankegagalan menuangkannya dalam UU PPNdapat mengakibatkan kegagalan Pemerintahmewujudkan kesejahteraan rakyat, justrukarena rakyat dibebani pajak yang tidaksemestinya.
MK mengeluarkan Putusan No.39/PUU-XIV/2016
menyatakan penjelasan Pasal 4A ayat (2) huruf b
UU PPN bertentangan dengan UUD 1945
SEBELUM
Penjelasan Pasal 4A ayat (2) huruf b UUPPN berpotensi menimbulkanketidakpastian hukum
Persoalan konstitusionalnya :
Penjelasan itu menyatakan bahwa kebutuhanbahan pangan pokok yang dibutuhkan rakyatbanyak HANYA meliputi sebelas item saja
Dianggap bertentangan dengan UUD 1945 karena,makanan seperti ikan atau kacang-kacangan tidakmasuk ke dalam kategori makanan pokok, sehinggaikan dan kacang-kacangan dikenakan PPN, sedang disaat bersamaan dua makanan tersebut tergolongmakanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia.
Center for IndonesiaTaxation Analysis
22
Percepatan Restitusi = Pelayanan Prima kepada WP
Praktiknya, proses pengembalian
kelebihan pembayaran pajak tidak
secepat yang diamanatkan UU KUP,
menyita waktu, pikiran, atau bahkan
biaya.
• Keadilan kebijakan ini masih dipertanyakan.
• Sebab, keistimewaan ini terkesan hanya diperuntukan
bagi WP pilihan atau GoldenTaxpayers.
• Secara Hak, percepatan restitusi seharusnya berlaku
sama secara sistem, tanpa melihat status dan rekam
jejak WP.
(PMK) No.
39/PMK.03/2018
tentang Tata Cara
Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan
Pembayaran Pajak
PMK ini menjamin bahwa proses restitusi pendahuluan sesuai
dengan amanat UU KUP, yakni paling lama 15 hari dan paling
lama 3 (tiga) bulan-tergantung jenis pajak dan kriteria Wajib
pajak.
Restitusi merupakan hak dasar
Wajib Pajak, yang menjadi
kewajiban bagi otoritas pajak.
Center for IndonesiaTaxation Analysis 23
(Ada penambahan nilai tambah namun tidak ter-cover oleh mekanisme PPN Normal karena rantainya non-PKP)
(Konsumen akhir)
PM
PK
PM
PK
(Pabrikan) (Pedagangbesar)
(Agen) (Pengecer)
(PKP) (PKP) (PKP dan Non - PKP) (Non - PKP)
(Konsumen akhir)(Pabrikan) (Pedagangbesar)
(Agen) (Pengecer)
(PKP)
PPN dikenakanatas HJE (HargaJual Eceran) di tingkat pabrikan
Dikenakan di tingkat pabrikan saja, namundapat mencakup seluruh rantai distribusi
Ditentukanmelalui PMK
Mempermudah dan mengurangi biaya administrasi karenajumlah perusahaan FMCG relatif tidak banyak
Metode PPN Final
Metode PPN Normal
Metode PPN Final untuk Sektor Fast Moving Consumer Goods (FMCG)
Center for IndonesiaTaxation Analysis
24
Penerapan Kebijakan Wajib Pungut
(WAPU) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Center for IndonesiaTaxation Analysis
25
Alasan Penerapan Kebijakan Wajib Pungut PPN
Kebijakan WAPU sering dikaitkan dengan tujuanoptimalisasi penerimaan karena dianggap mampumenjamin penerimaan dalam waktu singkat danmencegah terjadinya kebocoran.
Asumsi bahwa perusahaan rekanan pemerintahbelum mampu melakukan perhitungan, pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN dan/atau PPnBMsendiri.
Mekanisme WAPU dianggap dapat menciptakanefisiensi biaya administrasi, karena pungutannyadiserahkan ke pihak ketiga.
Sejak awal, mekanisme WAPU diandalkan dalampemungutan PPN karena lemahnya administrasiperpajakan dan tingkat ketidakpatuhan yang relatif tinggi.
Bagi Pemerintah, Urgensi BUMN
sebagaiWAPU didorong untuk
optimalisasi penerimaan pajak yang
diduga tidak riil time (karena harus
menunggu penyetoran PPN oleh
rekanan)
Siapa saja-kahWAPU?
1. Bendaharawan Pemerintah dan
Kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara (KPKN).
2. Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
3. Badan Usaha Milik Negara
(BUMN).
4. Badan Usaha Tertentu
Mekanisme WAPU PPN diandalkan u/ optimalisasipenerimaan di tengah lemahnya administrasi
perpajakan dan kondisi ketidakpatuhan.
Namun demikian, regulasi perlu beradaptasi, menyesuaikan kondisi dan merespon dampak yang
terjadi di lapangan.
Permasalahan apa yang sedang terjadidi lapangan? Dan bagaimana
dampaknya?
Center for IndonesiaTaxation Analysis
27
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Sebagai Wajib Pungut Pajak
Center for IndonesiaTaxation Analysis
28
PERTIMBANGAN KEBIJAKAN Salah satu poin Nawacita dan RPJMN 2014 – 2019: “Kemandirian dalam Bidang
Ekonomi”
Tujuan utama investasi BUMN dalam Nota Keuangan 2016 adalah Pemerintah
sedang mengoptimalkan peran BUMN menjadi agen pembangunan (agent of
development) yang dapat mendukung Nawacita
Peran BUMN sebagai agen
pembangunan merupakan peran
historis yang menjadi bagian dari
grand design konstruksi perekonomian
nasional.
Kehadiran BUMN sebagai wujud
kemandirian ekonomi bangsa harus
didukung melalui kebijakan dan
insentif yang memudahkan
pengembangan bisnisnya.
Pengecualian WAPU BUMN atas
transaksi intercompany diharapkan
berdampak positif pada performa
BUMN dalam keikutsertaannya
membangun ekonomi nasional.
Serta bersinergi bersama Grup usaha
BUMN sehingga mampu bersaing di
level internasional.
Center for IndonesiaTaxation Analysis
712866
1127986
1131
13781571
1890 1932
17021802
2116
638708
982
849
995
1211
13381439
15501505
1734 1750
0
500
1000
1500
2000
2500
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Kontribusi Revenue BUMN terhadap Pembangunan Ekonomi (Rp Triliun)
Revenue BUMN Pendapatan Negara APBN (penerimaan dalam negeri + Hibah)
sumber: Kompilasi Data 2006-2017, Data Internal Kementerian BUMN dan Kemenkeu (Rp triliun)
Kontribusi Revenue BUMN terhadap Pembangunan Ekonomi
Center for IndonesiaTaxation Analysis
30
Berisi tentang kewajiban seluruh BUMN
menjadi WAPU, menyetorkan dan
melaporkan transaksi yg berhubungan
dengan PPN dan PPnBM
Sejak 1 Januari 2004 setelah berlakunya peraturan ini.
Kewajiban BUMN menjadi WAPU dicabut
Posisi WAPU BUMN semakin kokoh dengan terbitnya
peraturan ini
Peraturan pertama yang berisi tentang kewajiban bagi KPN
dan Badan-Badan tertentu untuk menjadi Wajib Pungut
(WAPU), menyetorkan dan melaporkan PPN dan PPnBM
HISTOGRAFI REZIM BUMN SEBAGAI WAJIB PUNGUT PPN
Center for IndonesiaTaxation Analysis
31
Dampak WAPU PPN
atas Intercompany Transaction(Antar-BUMN atau antara induk dengan Entitas Anak)
Center for IndonesiaTaxation Analysis
32
Struktur BUMN dan Intercompany Transaction
Kebanyakan BUMN merupakan induk dari beberapa anak perusahaan.
Anak perusahaan menyediakan barang dan/atau jasa kena pajak untukmen-support produk atau layanan BUMN tersebut.
Entitas anak BUMN baik langsung maupun tidak langsung memperolehpendapatan dominan berasal dari penjualan ke BUMN Induknya
sebagai wujud Sinergi Internal Group (selanjutnya disebut intercompany transaction);
Hal ini karena Entitas Anak memang didirikan dalam rangka mendukungproduk-produk/layanan BUMN Induknya;
SubsidiaryDirect
Subsidiries
SubsidiaryIndirect Subsidiary
ENTITAS ANAK
CUSTOMERS
BUMN
Center for IndonesiaTaxation Analysis
33
Mekanisme Pemungutan PPN Normal
Normalnya, PPN dibebankan ke konsumen akhir dan
dipungut oleh penjual (sebagai PPN Keluaran/PK). PK
yang telah dipungut oleh Penjual dapat dikreditkan
dengan PPN Masukan/PM. PM adalah PPN yang
dibayarkan saat penjual tsb membeli bahan baku dari
pemasok/ pabrikan.
Vendor 1
(Perusahaan Rekanan)Vendor 2
Principal / Other
Sub Cont Company
PPN Masukan (PM)
Dibayarkan ke vendor
2 u/ disetorkan ke kas
Negara
Badan
Bukan Pemungut PPN
(Non WAPU)
Taxable
Goods & Services
Vendor 1 menerima
PPN Keluaran (PK) &
mengkreditkannya dgn PPN Masukan
(PM) yang sudah dibayar pada Vendor 2
Taxable
Goods & Services
(Raw Material)
PK - PM
Dipungut PPN oleh
Vendor 1 (PPN
Masukan/PM).
Selanjutnya Badan
tsb dapat
mengkreditkannya
dengan PPN
Keluaran atas
penjualannya.
Center for IndonesiaTaxation Analysis
Mekanisme Pemungutan PPN oleh WAPU
Vendor 1(Including Subsidiaries to SOE)
Vendor 2Principal / Other
Sub Cont Company
PPN Masukan (PM)Dibayarkan ke vendor 2
BUMN & Badan usaha tertentuanak perusahaan BUMN
Taxable Goods & Services
Vendor 1 Tidak menerimaPPN Keluaran (PK), sementara
Vendor 1 membayar PPN pada Vendor 2(Vendor 1 Losses)
Pungut setor lapor PPN atas perolehan BKP/JKP
1. PMK-85/PMK.03/2012 jo PMK-136/PMK.03/2012
2. PMK-37/PMK.03/2015
Pada mekanisme WAPU, pemungutan PPN dilakukanoleh pembeli (bukan penjual) yang ditunjuk sebagaipemungut PPN. Akibatnya, perusahaan rekanan tidakdapat mengkreditkan PPN Keluaran (nol), karena sudahdipungut & disetor terlebih dahulu.
Taxable Goods & Services
(Raw Material)
PK - PM
PK = 0, Akumulasi PM mengakibatkan LB PPN yang
besarLB diajukan pengembalian/
Restitusi
Center for IndonesiaTaxation Analysis
35
Normalnya, PPN dikenakan
secara bertingkat pada setiap
jalur produksi dan distribusi
atau yang dikenal dengan
Multi-Stage Tax, serta
menganut konsep
perhitungan Non Cumulative
Cascade System.
Sayangnya, mekanisme PPN normal tidak
terjadi di lingkungan Grup BUMN, karena
PPN harus dipungut melalui mekanisme PPN
WAPU
Bahkan, terhadap transaksi intercompany di
lingkungan BUMN (antar-BUMN atau antara
induk dan entitas anak), mekanisme PPN
WAPU juga diterapkan
Sebab, aturan pelaksana tidak mengatur
batasan definisi ‘siapa rekanan
bertransaksi’ yang PPN-nya wajib
dipungut oleh BUMN dan yang tidak
perlu dipungut (skema normal) Penunjukan BUMN sebagai pemungut PPN sesuai dengan pasal 1 angka 27
dan Pasal 16 A ayat (2) UU PPN sudah tepat.
Namun perlu penyempurnaan pada aturan pelaksananya, termasuk
membedakan rekanan bertransaksi yang wajib dipungut PPN dan tidak
dipungut (skema normal).
PERMASALAHAN
PMK 85/PMK.03/2012 stdd
PMK 37/PMK.03/2015
Center for IndonesiaTaxation Analysis
36
Kebijakan WAPU PPN dan Perdebatannya
Perdebatan dan Permasalahan di lapangan
Seiring berjalannya waktu, sudah tercipta
kepatuhan pajak dengan sistem
administrasi yang lebih baik.
Kesadaran untuk melaporkan pajaknya dan
pembukuan yang lebih baik telah dilakukan
oleh sebagian besar perusahaan rekanan.
Didukung sistem administrasi PPN berbasis
teknologi yang real time dan ter-otomatisasi
dengan baik sehingga meminimalisir risiko
kebocoran PPN (e-faktur).
Di sisi lain, perusahaan rekanan harusmenanggung administration cost untukmenghadapi rumitnya proses restitusi, danjuga mempersiapkan compliance cost (time,money & psychological cost) untukpemeriksaan pajak atas pengajuan restitusitsb.
Mekanisme WAPU mengakibatkan tertahannya
arus kas perusahaan rekanan yang bertransaksi
dengan pemungut PPN hingga menyebabkan
kesulitan cashflow.
Cashflow yang terganggu akan mengurangi
modal untuk pembiayaan operasional
perusahaan.
Center for IndonesiaTaxation Analysis
37
Mekanisme WAPU PPN yang semuladiharapkan dapat memudahkan & meringankanbeban administrasi perusahaan rekanan justrumenjadi
tidak efektif dan kontraproduktif.
Kebijakan WAPU PPN dan Perdebatannya (2)
Implikasi Penerapan KebijakanWAPU Kerugian pada cashflow perusahaan rekanan berimplikasi
terhadap performa, kapasitas produksi, hingga perusahaan
rekanan menjadi tidak kompetitif lagi.
Besarnya pengembalian restitusi yang sulit dan
cenderung memerlukan waktu lama terkadang
mengakibatkan perusahaan rekanan melakukan
pinjaman yang berimplikasi pada beban bunga
tambahan.
Administrasi PPN akan sulit jika dilakukan oleh
pemasok yang notabene-nya adalah non-resident.
Maka, pembeli diharapkan melakukan pemungutan
PPN (telah diterapkan juga di Indonesia berdasarkan
Pasal 11 - UU PPN)
Kas yang tertahan menjadi opportunity cost bagi perusahaan
rekanan dan Negara
*Jikalau saja kas yang tertahan dapat diinvestasikan, sebenarnya
akan menghasilkan imbal hasil investasi yang menambah
penghasilan perusahaan rekanan dan juga sebaliknya
menambah penerimaan pajak (imbal hasil investasi akan
dipajaki dengan tarif final/non final bergantung pada sifat
penghasilan (pasif/aktif).
Di Negara lain, mekanisme
WAPU PPN lebih banyak
hanya diaplikasikan pada
cross-border transaction.
Center for IndonesiaTaxation Analysis
38
Beban danHambatan bagi
Entitas Anak
BebanCashflow
Tidak sejalandengan tujuan
pendirianentitas anak
BUMN
BebanAdministrasi
LB PPN mengendap di Kas Negara menyulitkan cashflow
untuk membiayai operasional perusahaan.
Seringkali, ditambal dengan pendanaan eksternal yang
menimbulkan tambahan cost of fund (beban bunga
pinjaman).
Multiplier effect:
Produktivitas dan Kapasitas berkurang
Performa & Daya Saing Turun
Kehilangan business opportunity
Beban
Administrasi u/
pengajuan proses
restitusi LB PPN.
Cost of
compliance atas
pemeriksaan
restitusi LB PPN.
Tidak sejalan dengan tujuan
pendirian entitas anak BUMN
untuk mendukung aktivitas bisnis
BUMN dan upaya men-sinergikan
BUMN, serta mengembangkan
usaha BUMN.
Dampak &
Konsekuensinya
Dampak WAPU PPN atas Intercompany Transaction (2)
Padahal, secara prinsip Cnossen (1987) menyampaikan bahwa:“untuk dapat bersifat netral terhadap keputusanbisnis, PPN tidak boleh menjadi biaya dalam proses produksi.” Dan netralitas PPN sebenarnya telah tercipta
melalui sistem pengkreditan PPN masukan terhadap PPN keluaran (Skema Normal).
Center for IndonesiaTaxation Analysis
39
Perlu tindakan cepat, serta solusi yang jelas dan
berkepastian hukum (clearer and certain solution)
atas persoalan PPN di lapangan…
Center for IndonesiaTaxation Analysis
40
USULAN PERBAIKAN
Entitas Anak BUMN BUMN
Transaksi
Intercompany
BUMN
dibebaskan
dari WAPU
PPN
Mengecualikan transaksi pembayaran atas perolehan BKP dan/atau JKP
antar BUMN dan entitas anak dari
kebijakanWAPU PPN.
Usulan ini perlu dipertimbangkan agar kebijakan yang lebih adil dan berimbang dapat tercipta;
Mengingat, risiko terjadinya penyelewengan setoran pajak oleh BUMN hampir tidak ada dan fungsi
kontrol pemerintah yang sangat besar terhadap BUMN.
Center for IndonesiaTaxation Analysis
41
Multiplier Effect & Potential Income atas
pengecualian WAPU PPN pada transaksi
intercompany BUMN
Dengan berlakunya
pengecualian tersebut,
terdapat ruang cashflow
yang lebih luas u/
mendukung produktivitas
entitas anak.
Produktivitas yang lebih
tinggi tentu akan
berdampak pada laba
perusahaan yang meningkat,
dan pada gilirannya mampu
memberikan tambahan
kontribusi setoran PPh
Badan.
Turn over bisnis entitas anak
berjalan lebih cepat seiring
dengan tidak adanya kas yang
tertahan (LB PPN), dan
percepatan ini akan
meningkatkan volume bisnis
pada masing-masing sektor
industri BUMN.
Di samping itu, lancarnya arus
kas dan minimnya beban
kepatuhan dapat menurunkan
potensi cost of fund yang dialami
oleh entitas anak, mendukung
sinergitas BUMN dan
percepatan serta perbaikan
siklus bisnis entitas anak BUMN.
Bagi penerimaan negaraBagi BUMN Group
Potensi Kenaikan PPh Badan
(Corporate Income Tax)
Center for IndonesiaTaxation Analysis
42
Simpulan & Saran
Center for IndonesiaTaxation Analysis
43
SIMPULAN DAN SARAN
Permasalahan penerapan PPN terakit dengan peraturan dan administrasi harus segeradiselesaikan dengan tetap memperhatiakan aspek keadilan bagi otoritas pajak maupunWP.
Penyelenggaraan kebijakan WAPU PPN diharapkan dapat mempertimbangkandinamika perkembangan bisnis dan responsif terhadap permasalahan/ dampakkebijakan yang merugikan di lapangan (disinsentif).
Kebijakan WAPU PPN perlu ditinjau kembali dan disempurnakan aturan pelaksananya.Pengecualian WAPU PPN terhadap transaksi intercompany BUMN perlu disegerakandemi efektifitas dan efisiensi di lingkungan grup BUMN.
Meski mekanisme WAPU PPN telah lama dilakukan (Keppres 9/1986). Kini regulasi ituperlu dinamis mengikuti perkembangan, menyesuaikan dengan kondisi dan merespondampak yang terjadi di lapangan agar tercipta kebijakan yang adil dan berimbang
Center for IndonesiaTaxation Analysis
44
T E R I M A K A S I HCenter for IndonesiaTaxation Analysis
Wisma Korindo 5th FloorJalan MT. Haryono Kav. 62, Pancoran, Jakarta Selatan