171
FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi Deskriptif Tentang Alienasi Pada Kalangan Mahasiswa Di Universitas Sumatera Utara) SKRIPSI Disusun Oleh: RELICA YOLANDA NIM: 150901080 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE

(Studi Deskriptif Tentang Alienasi Pada Kalangan Mahasiswa Di Universitas

Sumatera Utara)

SKRIPSI

Disusun Oleh:

RELICA YOLANDA

NIM: 150901080

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

i

ABSTRAK

Penelitian ini mengangkat judul Fenomena Relasi Sosial di Era Digital

Native (Studi Deskriptif Alienasi pada Kalangan Mahasiswa di Universitas

Sumatera Utara). Dalam penelitian ini, penulis ingin melihat bagaimana fenomena

relasi sosial di era digital native yang lingkup kehidupannya mulai bersentuhan

dengan hadirnya teknologi. Relasi sosial merupakan bagian dari kebutuhan

manusia yang berasal dari proses interaksi yang dilakukan. Seiring

berkembangnya teknologi menciptakan Digital native yang notabane merupakan

mahasiswa dewasa ini mulai mengeksklusifkan diri mereka dengan ruang artifisial

atau maya. Pada kegiatan maya tersebut memiliki dampak yang secara tidak sadar

mahasiswa mengalami alienasi. Alienasi menjadi sindrom yang menggejala pada

masyarakat modern yang semakin lama kehilangan rasa kepemilikan atas dirimya

sendiri.

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui

seberapa jauh mediasi yang di lakukan oleh internet di dalam relasi sosial

mahasiswa di Medan dan juga melihat bentuk-bentuk alienasi apa saja yang

terjadi dengan adanya internet di dalam masyarakat dan mahasiswa. Dalam

melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan

metode fenomenologi. Metode ini peneliti nantinya akan mendeskripsikan alienasi

dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup mereka terkait

dengan adanya fenomena relasi sosial yang terjadi dari keberadaan internet.

Deskripsi ini berisi dari hal apa yang mereka alami dan bagaimana mereka

mengalaminya. Alienasi yang terjadi dari keberadaan internet ini telah

memunculkan beberapa bentuk dari kehidupan berinternet mahasiswa itu sendiri.

Walaupun mereka sudah teralienasi dari masyarakat oleh hadirnya internet

tersebut namun hal ini belum separah dengan fenomena hikikomori di Jepang

yang benar-benar mengekslusif dirinya dari kehidupan bermasyarakat.

Keyword : Alienasi, Digital Natives, Relasi Sosial, Internet, Dunia Maya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

ii

ABSTRAK

This research raises the title of the Phenomenon of Social Relations in the Native

Digital Era (Descriptive Study of Alienation among Students at the University of

North Sumatra). In this study, the author wants to see how the phenomena of

social relations in the digital digital era whose scope of life began to come into

contact with the presence of technology. Social relations are part of human needs

that originate from the interaction process carried out. Along with the

development of technology created Digital native which is actually a student

today starting to exclude themselves with artificial or virtual space. The virtual

activity has an impact that students unconsciously experience alienation.

Alienation is a symptomatic syndrome in modern society which is increasingly

losing its sense of ownership in itself.

The purpose of this research was to see and find out how far the mediation was

done by the internet in student social relations in Medan and also to see what

forms of alienation occurred with the internet in the community and students. In

conducting this research, researchers used a qualitative approach with

phenomenology methods. This method researchers will describe the alienation of

a number of individuals to their various life experiences related to the

phenomenon of social relations that occur from the existence of the internet. This

description contains what they experience and how they experience it. The

alienation that occurs from the existence of the internet has led to several forms of

student internet life itself. Even though they have been alienated from the

community by the presence of the internet, this has not been as severe as the

hikikomori phenomenon in Japan which truly excludes itself from social life.

Keywords: Alienation, Digital Natives, Social Relations, Internet, Cyberspace

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan bimbinganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Fenomena Relasi Sosial di Era Digital Native (Studi Deskriptif tentang Alienasi

pada Kalangan Mahasiswa di Universitas Sumatera Utara)”. Skripsi ini diajukan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial (S. Sos) pada

Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas

Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan banyak pihak skripsi

ini tidak akan selesai. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik

berupa ide, semangat, doa,bantuan moril sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih

banyak untuk kesempatan, waktu dan pikiran yang diluangkan oleh pihak-pihak

yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku rektor Universitas Sumatera

Utara

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S. Sos, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara atas segala fasilitas dan

dukungan yang diberikan selama penulis mengenyam pendidikan di FISIP

USU.

3. Ibu Dr. Harmona Daulay, S.Sos, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi

FISIP USU sekaligus Dosen Anggota Penguji yang telah banyak memberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

iv

arahan kepada penulis untuk menganalisis permasalahan penelitian secara

sosiologis. Serta ucapan terima kasih atas dukungan, motivasi dan fasilitas

yang diberikan selama penulis mengenyam pendidikan di Departemen

Sosiologi.

4. Bapak Drs. T. Ilham Saladin, M.Si selaku sekretaris Departemen Sosiologi

FISIP USU sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi atas segala motivasi,

dukungan, kritik dan saran yang diberikan dalam penulisan skripsi.

5. Dra. Linda Elida, M.Si, selaku dosen Ketua penguji atas segala masukan dan

ilmu yang diberikan pada saat Ujian meja hijau maupun di luar kelas.

6. Profesor Rizabuana, Phd selaku dosen penasehat akademik atas segala

motivasi, dukungan dan perhatian yang diberikan selama penulis mengenyam

pendidikan.

7. Seluruh dosen yang tidak dapat disebutkan satu per satu dan staf pegawai

(Kak Ernita dan Bang Abel).

8. Kepada kedua kekasih hati yakni orang tua penulis Bapak Nasib Napitupulu

dan Ibu Lambok Panjaitan atas segala jerih payah, dukungan doa dan materi

yang tiada hentinya sejak penulis lahir hingga saat ini. Semoga doa dan

dukungan kalian dapat menghantarkan anakmu untuk mencapai harapan dan

cita-cita di kemudian hari.

9. Kepada ke 4 saudara penulis, yaitu kak Rina Julyanti, abang Sait Armando

Maradona, kak Indah Nathalia Pertiwi, dan Adik Fransisca Aurellia yang

selalu mendukung dari jauh, memberikan doa, semangat dan dukungan materi

yang dicukupkan untuk penulis disela-sela perkuliahan selama ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

v

10. Mas Rizal Sagala, Elfira dan Yuyun Hartati Purba atas dukungan, kerjasama

dan pengalaman yang pernah dilalui bersama terutama dalam mengikuti

proses perkuliahan melaksanakan kegiatan kemahasiswaan. Pengalaman

bersama kalian telah menempah penulis menjadi seseorang yang gigih dalam

berjuang

11. Terimakasih untuk teman seperjuangan terkasih, teman-teman hebat yang

selalu ada disamping penulis dalam keadaan apapun, Diana Sidabutar, Melda

Lubis, Ema Tantira, dan lainnya yang tidak dapat penulis tuliskan satu

persatu.

12. Ira Maya Sofa, teman berjuang dalam pengerjaan skrispsi yang dimulai dari

mengajukan judul bersama, acc judul bersama dan proses pengerjaan

proposal bersama yang tidak pernah menyerah dan memiliki semangat yang

baik.

13. Terimakasih untuk teman-teman kost yang sama-sama berjuang jauh dari

keluarga dan menikmati hari-hari bersama sebagai anak kost, Ruth Larosa,

Sefryenni, Nining Yumaitelia, Agatha, Elisabet, dan yang lainnya

14. Teman-teman seperjuangan “Sosiologi 2015” secara keseluruhan, penulis

mengucapkan terimakasih banyak untuk waktu-waktu yang kita lewati

bersama, menjalani sedikit banyak proses dalam perkuliahan, semoga

kesuksesan mengikuti kita dan tetaplah menjadi saudara bagi penulis.

15. Adik-adik junior stambuk 2016, 2017, dan 2018, Cesia, Yohana Sinaga,

Valerin, Jefri, Manuella,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

vi

16. Pihak-pihak yang telah memberikan doa dan semangat, yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih yang paling

dalam kepada kalian, semoga kebaikan kalian akan dibalas oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan baik dari

aspek metode, analisis, sistematika penyusunan dan penggunaan bahasa. Oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan apresiasi dari para pembaca berupa saran

dan kritik untuk pembelajaran. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi orang yang

membacanya. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi

dan melimpahkan berkatNya kepada kita semua.

Medan, Juni 2019

Penulis

Relica Yolanda

NIM:150901080

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

vii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii

BAB I ................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 13

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................. 13

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................ 14

1.5 Definisi Konsep ................................................................................................ 14

BAB II ............................................................................................................................. 18

KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................ 18

2.1 Pengertian Alienasi .......................................................................................... 18

2.2 Alienasi Pada Masyarakat Kapitalis Lama ....................................................... 20

2.3 Mahasiswa ........................................................................................................ 25

2.4 Internet adalah perluasan alat komunikasi ........................................................ 27

2.5 Ekstasi Internet Pada Digital natives ................................................................ 31

2.6 Relasi Sosial ..................................................................................................... 36

2.6.1 Pengertian Relasi Sosial ........................................................................... 36

2.6.2 Relasi Sosial di Era Cyberspace ............................................................... 38

2.7 Penelitian terdahulu .......................................................................................... 42

BAB III ............................................................................................................................ 45

METODE PENELITIAN ................................................................................................. 45

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................. 45

3.2 Lokasi penelitian .............................................................................................. 46

3.3 Unit Analisis dan Informan .............................................................................. 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 47

3.5 Interpretasi Data ............................................................................................... 49

BAB IV ............................................................................................................................ 52

PEMBAHASAN .............................................................................................................. 52

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ............................................................................. 52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

viii

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan ................................................................. 52

4.1.2 Sejarah Universitas Sumatera Utara ......................................................... 56

4.1.3 Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara ...................................... 59

4.1.4 Visi, Misi dan Tujuan Universitas Sumatera Utara ................................... 60

4.1.5 Kondisi Demografis Universitas Sumatera Utara ..................................... 62

4.2. Profil Informan ................................................................................................. 62

4.3. Perkembangan Internet Di Medan .................................................................... 87

4.3.1. Warung Internet Sebagai Gerbang Dunia Virtual Mahasiswa Di Medan.. 87

4.3.2. Smartphone Sebagai Alat Terbaru Dalam Membangun Relasi Sosial ...... 91

4.3.3. Awal Mahasiswa Membangun Relasi Sosial di Internet ........................... 95

4.4. Kehidupan berinternet mahasiswa sebagai digital natives ................................ 99

4.4.1. Deskripsi Kuantitas Penggunaan Internet Pada Digital natives .............. 104

4.4.2. Kegiatan dan Kegunaan Internet Pada Digital natives ............................ 107

4.5. Internet menciptakan realitas maya dalam relasi sosial .................................. 114

4.5.1. Media Sosial Membangun Realitas Maya Dalam Relasi Sosial.............. 116

4.5.2. Daya Tarik Membangun Relasi Sosial Secara Maya .............................. 119

4.5.3. Komunitas Maya Dikalangan Mahasiswa............................................... 122

4.6. Internet dan Alienasi ...................................................................................... 126

4.6.1. Alienasi dari Eksistensinya ..................................................................... 128

4.6.2. Alienasi dalam Interaksi Sosial .............................................................. 138

4.6.3. Alienasi dari kebutuhannya .................................................................... 141

4.6.4. Alienasi Aktivitas Produktif Digital Natives di Luar Realitas Maya ...... 144

4.7 Analisis Fenomena Relasi Sosial di Era Digital Native dalam Alienasi ......... 146

BAB V ........................................................................................................................... 152

PENUTUP ..................................................................................................................... 152

5.1. Kesimpulan .................................................................................................... 152

5.2. Saran .............................................................................................................. 155

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 158

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan globalisasi telah membawa berbagai kemajuan

dalam kehidupan masyarakat, salah satunya adalah kemajuan teknologi. Sejak

kemunculannya, teknologi mengambil bagian penting dalam perubahan struktur

masyarakat. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan. Setiap inovasi

diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia.

Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan

aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati

banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam

dekade terakhir ini.

Bagian daripada hasil teknologi tersebut adalah internet. Internet saat ini

telah dapat menyediakan hampir segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh manusia.

Hal tersebut membuat manusia seperti tidak lagi hidup di ranah yang riil, tetapi

pindah ke dalam sebuah mediasi yang maya. Beragam kegiatan sosial yang

sejatinya berada di dalam ranah rill, mulai dapat ditemukan di media maya sejak

internet mulai masuk mengisi kehidupan sosial manusia. Hal ini menyebabkan

berbagai cara hidup dan bentuk kehidupan yang sebelumnya dilakukan

berdasarkan relasi-relasi alamiah (natural), kini dilakukan dengan cara baru

menggunakan media bersifat artifisial dan maya yaitu cyberspcace

(Amir,2012:144).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

2

Keberadaan internet yang dikatakan sebagai Computer Mediated

Communication oleh David Holmes (2005) telah membuat interaksi masyarakat

ke dalam dunia maya. Saat ini mereka tidak perlu lagi bertatap muka untuk saling

bercengkerama. Mereka hanya perlu koneksi internet untuk saling terhubung

dalam dunia sosial yang baru. Internet yang tergolong dalam bentuk media baru

menurut Jan van Dijk dalam bukunya yang berjudul The Network Society,

menyebabkan timbulnya timeless dan placeless dalam komunikasi di dalam

masyarakat (2006:5). Masyarakat dapat berkomunikasi di manapun dan kapanpun

mereka mau. Bermodalkan akses internet mereka dapat menjangkau belahan

dunia manapun. Seolah mereka tak perlu keluar untuk melihat luasnya dunia. Hal

ini pun berkaitan dengan istilah yang dicetuskan oleh Mc Luhan tentang Global

Village. Pandangan McLuhan (1994:93) menjelaskan bahwa hadirnya Internet

mengakibatkan kehidupan sosial mulai menyempit. Batas ruang dan waktu dibuat

tidak lagi jelas oleh adanya internet dan teknologi lain di sekitar masyarakat. Ia

menyebut masyarakat saat ini telah hidup dalam sebuah “Global Village”.

Konsep Global Village ini merujuk kepada keadaan masyarakat yang lebih

terintegrasi dengan adanya persebaran informasi yang lebih cepat dan masif.

Berdasarkan data yang ada menjelaskan perkembangan internet di

Indonesia memiliki penetrasi yang tiap tahun meningkat dengan pesat. Hal ini

ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang menggunakan

layanan internet. Hasil survei We Are Social, sebuah agensi marketing sosial,

mengeluarkan sebuah laporan tahunan mengenai data jumlah pengguna website,

mobile, dan media sosial dari seluruh dunia. Menunjukkan bahwa penduduk

Indonesia sebagai pengguna internet mencapai 132,7 juta dan penggunakan media

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

3

sosial mencapai 130 juta dari total populasi 265 juta. Aktivitas tertinggi pengguna

media sosial di Indonesia dengan persentase 62% menggunakan smartphone, 16%

menggunakan Laptop, dan 6% menggunakan tab. Indonesia dalam hal waktu

penggunaan internet menempati peringkat keempat dunia dengan durasi rata-rata

menggunakan internet selama 8 jam 51 menit setiap harinya. (Kemp.Simon,2018,

Http://digitalreport.wearesocial.com diakses 10 September 2018). Indonesia

berada pada peringkat ke-6 terbesar di antara sekitar 3,6 miliar jumlah pengakses

internet dunia (Hidayat, 2018).

Pada sebagian masyarakat saat ini telah menjadikan internet sebagai

kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan. Seperti penelitian yang pernah dilakukan

oleh lembaga survei Zogby Internatinational di Amerika Serikat menyebutkan,

24% dari 1950 responden yang telah berusia dewasa merasa diberikan dampak

yang signifikan oleh adanya internet dalam kehidupan mereka. Mereka juga

mengatakan tidak bisa hidup tanpa kehadiran internet dan membutuhkan koneksi

yang lebih cepat untuk menopang kebutuhannya (Ngafifi, 2014:35). Menurut

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet indonesia (APJII), pengguna internet di

Sumatera pada tahun 2017 sekitar 47,20% dari seluruh penduduk di Sumatera.

Penggunaan layanan Internet yang paling umum ditemui adalah jejaring sosial

atau media sosial. Banyak masyarakat yang sudah menggunakan media sosial,

seperti Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp, Line, Gmail, Yahoo, dan

sebagainya. Survei yang dilakukan oleh APJII, media sosial yang paling sering

dikunjungi oleh masyarakat indonesia adalah Facebook, Instagram, dan Youtube.

(APJII, 2018, http://APJII.or.id diakses 15 september 2018).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

4

Penetrasi internet di Indonesia juga disebabkan oleh hadirnya

smartphone. Smartphone dan internet menjadi kemungkinan katalisator dalam

proses peralihan relasi sosial. Peranan keduanya sungguh besar dalam mengubah

perangai, kebiasaan dan nilai kebudayaan manusia. Secara umum, masyarakat

informasi menemukan kemudahan berlimpah sejak memasuki era internet.

Masyarakat pun semakin mudah terhubung untuk saling berinteraksi. Mereka

berkomunikasi, berperilaku, bekerja, dan berpikir sebagai masyarakat digital

(digital natives) (Hanson, 2007:4)

Pada perkembangan penetrasi internet menunjukkan bahwa internet telah

menjadi kebutuhan bagi banyak orang dari segala lapisan usia. Menurut hasil

survei yang dikemukakan oleh (Detikinet, 2018), diketahui bahwa pengguna

internet di Indonesia didominasi oleh pengguna yang berusia 19-34 tahun sebesar

49,52% dengan kelompok pengguna berusia 20-24 tahun mencapai 15,1% dari

total pengguna. Hal yang hampir serupa juga ditemukan berdasarkan survei yang

dilakukan oleh (Marketeers, 2013) bahwa hampir separuh dari netizen di

Indonesia merupakan pengguna internet muda berusia di bawah 30 tahun,

sedangkan 16% adalah para netizen berusia di atas 45 tahun.

Salah satu pengguna internet yang termasuk dalam kalangan remaja dan

dewasa awal adalah mahasiswa. Mahasiswa adalah siswa yang belajar di akademi

atau perguruan tinggi. Rentang usia mahasiswa masuk ke dalam rentang usia yang

paling banyak mengakses internet yaitu sebanyak 64,4% pada rentang usia 12-34

tahun. Kebutuhan akan informasi dan hiburan yang tinggi disertai kemudahan

untuk mengakses internet kemungkinan menjadikan mahasiswa memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

5

kecenderungan akan kebutuhan internet yang tinggi. Kurangnya pemahaman dan

pengetahuan mahasiswa akan termediasinya relasi sosial serta dampak negatif

yang ditimbulkan akan menyebabkan terganggunya berbagai aspek kehidupan,

baik sosial, individu maupun akademik.

Penggunaan internet pada mahasiswa tidak dapat dihindari dikarenakan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut untuk terus

mengikuti perkembangannya agar kita tidak tertinggal dengan pesatnya kemajuan

teknologi yang saat ini berkembang di dunia. Di era globalisasi ini, setiap

masyarakat harus mampu menggunakan teknologi agar mampu bersaing dan

bertahan hidup, mulai dari anak kecil, remaja, dan dewasa sudah menggunakan

teknologi yang bersifat online, termasuk juga para mahasiswa. (Ngafifi, 2014)

Helsper & Enyon (2009:1) mengatakan bahwa Digital natives adalah

generasi muda yang lahir saat internet telah menjadi bagian hidup mereka.

Kehidupan mereka telah dikelilingi oleh internet sejak masih dalam kandungan

hingga awal kelahiran mereka. Kemudian, tampilan foto bayi yang baru lahir

tersebut sudah menjadi penduduk dunia maya. Foto bayi tersebut mulai tersebar di

media sosial, seperti Facebook, Whatsapp group, Line, atau Instagram.

Keikutsertan mereka dinisbatkan di dunia maya sebagaiDigital natives. Generasi

ini pun beranjak besar dan memasuki masa balita. Mereka mahir menggunakan

gawai smartphone untuk bermain game online, menonton Youtube, dan

melakukan selfie. Seiring perkembangan usia mereka, kemampuan mereka

menggunakan smartphone semakin meningkat di masa kanak-kanak dan remaja.

Data terbaru dari Google consumer behaviour yang dituliskan Kemp (2018:1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

6

menyatakan bahwa Indonesia yang total populasinya 265,4 juta memiliki 50%

pengguna internet, setengah jumlah pengguna internet tersebut adalah para Digital

natives.

Tapscott (2009:11-16) menguraikan tentang generasi internet di Amerika

yang terbagi ke dalam empat kelompok generasi. Pertama, generasi baby boom

(Januari 1946-Desember 1964) yang berlangsung selama 19 tahun dan

menghasilkan 77,2 juta anak atau 23% jumlah penduduk. Kedua, generasi X

(Januari 1965-Desember 1976) yang berlangsung selama 12 tahun dan

menghasilkan 44,9 juta anak atau 15% jumlah penduduk. Kelompok ini juga

disebut baby bust. Ketiga, generasi internet (Januari 1977-Desember 1996) yang

berlangsung selama 21 tahun dan menghasilkan sekitar 81.1 juta anak atau 27%

jumlah penduduk. Kelompok ini juga disebut generasi milenial atau generasi Y,

dan Keempat adalah generasi Z yang lahir mulai (Januari 1997-sekarang).

Generasi milenial dan generasi Z masuk dalam kaum digital natives yang

menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk berinteraksi melalui media sosial.

Lucy supratman (2018:49) mengatakan bahwa masyarakat Digital

natives menghasbiskan 79% waktunya untuk mengakses internet. Data tersebut

sebenarnya telah menjadi pemandangan umum disekeliling masyarakat dalam

menyaksikan kegiatan Digital natives yang senang berlama-lama menggunakan

media sosial. Pada 225 informan terpilih, dilihat bahwa generasi yang diasuh

dalam lingkungan budaya baru media digital lebih interaktif, berwatak

menyendiri, berkomunikasi secara personal, dan melek komputer. Lahirnya

internet menjadikan manusia yang seharusnya memiliki hasrat alamiah untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

7

hidup bermasyarakat justru memilih untuk hidup menyendiri. Memenuhi

kebutuhan hidup mereka yang bisa dibilang tanpa perlu bantuan manusia lainnya.

Hadirnya teknologi (re: smartphone dan internet) justru bisa saja menjadi jurang

pemisah antara individu dan masyarakat, bukan meningkatkan integrasi antar

masyarakat secara luas. Kehidupan manusia seperti dimonopoli oleh kedigdayaan

teknologi yang kemudian bisa saja membuat relasi antar masyarakat berubah

menjadi relasi kebendaan (Morgan, 2014:379-380).

Berubahnya relasi antar masyarakat menjadi relasi antar benda

merupakan produk dari sebuah struktur komoditas dalam masyarakat kapitalis.

Hal inilah yang disebut Lukacs sebagai “reifikasi” (Lukacs dalam Morgan,

2014:379). Reifikasi dapat dipandang dari dua sisi. Relasi antar masyarakat dapat

dipandang sebagai objek maupun subjek. Saat dipandang sebagai objek, relasi

tersebut berhadapan dengan manusia sebagai kekuatan yang tak terlihat yang

menghasilkan kekuatannya sendiri. Sedangkan saat dipandang secara subjektif,

relasi tersebut mengalami proses pengasingan di mana manusia menjadi

teralienasi.

Alienasi merupakan keterasingan atau terisolasi, dan penarikan diri atau

pengasingan diri dari kelompok atau masyarakat. Kemudian Alienasi merupakan

konsep yang diperkenalkan oleh Sosiolog kenamaan asal Jerman, Karl Marx.

Dalam kajiannya tentang bidang kerja, Marx membagi alienasi dalam empat

bentuk yakni manusia diasingkan dari produk hasil pekerjaannya, terasing dari

kegiatan produksi, terasing dari sifat sosialnya sendiri, dan terasing dari rekan-

rekannya atau masyarakatnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

8

Saat ini seiring berkembangnya teknologi, munculnya Alienasi atau

keterasingan pada diri manusia tersebut bisa saja terjadi karena adanya “zat”

adiktif dari internet itu sendiri. Beragam kemudahan yang diberikan oleh

internetlah yang mungkin menjadikan manusia seolah tertarik masuk dalam dunia

maya. Sehingga tercipta keterasingan dalam interaksi sosial. Pada hakekatnya

manusia lebih suka berkomunikasi dengan orang yang ada didekatnya. Namun

akibat kehadiran internet kondisi tersebut berubah.Gadget yang tersambung

dengan internet membuat penggunanya lebih suka berkomunikasi dengan orang-

orang yang jauh, bahkan orang yang dikenalnya lewat media sosial. Sementara

orang yang ada di sekitarnya sering diabaikan. (Situmeang, 2016)

Alienasi yang disebabkan oleh hadirnya internet pernah dikatakan oleh

Sherry Turkle pada pidatonya tahun 2012 yang berjudul Connected but Alone

(Ted.com, 2012). Ia menjelaskan bahwa manusia pada saat ini memang saling

terhubung dalam dunia maya. Tetapi sejatinya, mereka hidup sendiri. Sendiri

dalam arti tidak berhubungan langsung dengan masyarakat. Menjadikan dunia

maya sebagai dunianya yang baru dan melupakan kehidupan sosial yang nyata.

Mereka merasa tidak perlu lagi untuk bersentuhan langsung dengan masyarakat

luas. Mereka menarik diri dari dunia sosial nyatanya dan terlekat di dalam dunia

sosial yang maya tersebut.

Fenomena menarik diri atau Social Withdrawal yang merupakan salah

satu proses dari alienasi dan telah terjadi sejak lama di Jepang. Fenomena tersebut

biasa dipanggil dengan sebutan Hikikomori. Hikikomori merupakan fenomena di

mana individu menarik dirinya dari lingkungan sosial selama berbulan-bulan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

9

Kebanyakan dari mereka merupakan anak-anak muda yang masih dalam usia

produktif (Tamaki & Angles, 2013: 24-25). Pada awalnya fenomena ini

berkembang karena individu tersebut tidak dapat memenuhi tuntutan lingkungan

sekitar kemudian mereka berhenti dari kegiatan sekolahnya atau pekerjaannya dan

hanya ingin menyendiri di rumah bahkan hanya di dalam kamarnya. Seiring

berkembang teknologi yang diciptakan oleh Jepang, Hikikomori mulai

berkembang pada generasi muda di Jepang oleh karena teknologi itu sendiri.

Generasi muda di Jepang tanpa disadari mulai menikmati dan melupakan

lingkungan sosialnya yang tidak mampu menerima dirinya dan mencari solusi

oleh adanya perkembangan internet.

Pertumbuhan internet dan penggunaan Smartphone yang masif juga

berdampak pada generasi muda di Indonesia. Komunikasi yang tak lagi

mengharuskan mereka untuk bertatap muka secara langsung menjadi alasan yang

cukup kuat keberadaan hikikomori dapat terjadi di Indonesia. (Suwa dan Suzuki,

2013:197). Hal ini disebabkan oleh kemampuan internet yang mengubah cara

manusia berkomunikasi. Internet mampu menjadi faktor baru yang

melanggengkan kemungkinan terjadinya fenomena anti sosial di Indonesia.

Masyarakat indonesia memiliki kemungkinan untuk sampai kepada perilaku

hikikomori di Jepang yang melibatkan internet sebagai salah satu penyebabnya.

Pada generasi muda Indonesia internet saat ini digandrungi sehingga

memudahkan mereka untuk mengenal dunia digital di luar realitas sehari-hari

yang biasanya ditemui, batas antara ruang dan waktu dapat diatasi dengan adanya

internet. Perkembangan internet di Indonesia dapat membawa mahasiswa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

10

Indonesia pada bentuk pelarian diri atau dunia baru di mana mereka dapat

membentuk identitas baru yang berbeda dengan kehidupan sehari-harinya. Hal ini

memperlihatkan bahwa internet menawarkan ruang pelarian bagi seseorang yang

manarik diri dari sosialnya.

Fenomena penarikan diri yang tanpa sadar menjadikan seseorang

teralienasi dapat terjadi oleh mahasiswa yang memiliki intensitas menggunakan

internet yang tidak dapat di kontrol sehingga menjadi adiktif atau kecanduan

terhadap internet. Tingkatan keadiktifan seseorang terhadap internet juga telah

diungkapkan oleh Young (1998) seperti Mild, Moderate dan Severe. Mild sendiri

tingkat kecanduan internet yang paling rendah, di mana seorang individu

menggunakan internet dalam jangka waktu yang lama, tetapi masih memiliki

kontrol dalam penggunaannya. Dalam tingkatan Moderate atau menengah,

individu tersebut mulai sering mengalami permasalahan dari penggunaan internet,

internet menjadi sesuatu hal yang penting bagi kehidupan mereka tetapi tidak

menjadi yang utama. Tingkatan yang paling tinggi adalah Severe, di mana

individu mengalami permasalahan dari internet yang cukup signifikan sehingga ia

seakan tidak bisa hidup tanpa ada internet dan ia mulai mengabaikan kepentingan-

kepentingan lainnya.

Kebutuhan mahasiswa terhadap informasi dan hiburan disertai dengan

mudahnya mengakses internet menyebabkan intensitas menggunakan internet

menjadi lebih lama dari yang seharusnya dibutuhkan. Menurut Young (2011),

kecanduan merupakan dorongan kebiasaan untuk terlibat dalam aktivitas tertentu

atau menggunakan zat, yang berakibat buruk pada kesejahteraan fisik, sosial,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

11

spiritual, mental, dan keuangan individu. Penggunaan internet yang berlebihan

dapat menjadi patologis hingga adiktif dan disebut dengan kecanduan internet

(Griffiths, 1996, 1998). Kecanduan internet secara operasional didefinisikan

sebagai kecanduan non-chemical yang melibatkan interaksi manusia-mesin, baik

pasif maupun aktif, yang dapat mendorong dan memperkuat fitur yang dapat

berkontribusi untuk peningkatan kecenderungan kecanduan (Griffiths, 1995).

Kecanduan internet dapat dilihat sebagai bagian dari kecanduan perilaku (Marks,

1990). Kecanduan internet didefinisikan Young (1996) sebagai suatu gangguan

pengendalian impuls yang tidak melibatkan zat alkohol atau substansi tertentu.

Manusia yang seharusnya memiliki hasrat alamiah untuk hidup

bermasyarakat justru memilih untuk hidup menyendiri. Memenuhi kebutuhan

hidup mereka yang bisa dibilang tanpa perlu bantuan manusia lainnya. Teknologi

justru menjadi jurang pemisah antara individu dan masyarakat, bukan

meningkatkan integrasi antar masyarakat secara luas. Kehidupan manusia seperti

dimonopoli oleh kedigdayaan teknologi (Postman, 1993). Hal ini tentu banyak

dilihat oleh peneliti pada kehidupan di kalangan mahasiswa USU yang berada

disekitaran USU yang memiliki kecenderungan menggunakan internet walaupun

sedang berkumpul dengan teman-teman mereka, yang harusnya menggunakan

waktu kumpul mereka untuk melakukan interaksi tetapi kebanyakan dari mereka

justru terlihat lebih tertarik dengan kegiatan yang ada di smartphone yang tentu

menggunakan jasa internet itu sendiri. Kegiatan tersebut dapat dilihat di sekitaran

koridor fisip USU, Kantin sekitaran USU, dan tempat lainnya yang berada di

sekitaran USU. Kemudian peneliti juga melihat disekitaran tempat tinggal peneliti

di Medan yang merupakan kost-an disekitaran USU bahwasannya banyak anak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

12

USU yang lebih banyak melakukan kegiatan di dalam kamar dengan melakukan

kegiatannya di Internet dan dapat bertahan lama tanpa harus keluar kamar ataupun

melakukan interaksi dengan anak kost lainnya. Tentu hal ini dapat dilihat bahwa

alienasi dapat saja terjadi oleh mahasiswa USU yang menggunakan mediasi dari

internet itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang diatas, segala hal yang berada di dalam lingkup

masyarakat saat ini telah bersinggungan langsung dengan kehadiran internet yang

mempermudah setiap sisi kehidupan. Hampir setiap dari individu yang berada di

dalam masyarakat saat ini selalu terkoneksi dengan internet dan mulai hidup di

dalam sebuah dunia digital. Hal ini kemudian membuat mereka seperti telah

memindahkan segala tindakan sosial ke dalam sebuah ranah yang maya dan

membuat mereka seakan melupakan dunianya yang nyata. Mahasiswa yang

seharusnya memiliki kepekaan sosial yang lebih tinggi dan aktif dalam

lingkungan masyarakat justru cenderung lebih aktif di dalam ruang sosial yang

maya. Penelitian ini akan menitikberatkan kepada kehidupan Digital natives dan

menilik fenomena relasi sosial di Universitas Sumatera Utara. Digital natives

sendiri merupakan generasi muda yang terlahir di masa teknologi sedang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

13

berkembang. Mereka diasumsikan lihai dan sangat paham dalam menguasai

teknologi tersebut (Prentsky, 2001; Tapscott, 1998; Wang Q et. al,

2013).Mahasiswa yang menjadi bagian dari rumpun Digital natives, merupakan

objek peneliti karena mereka seharusnya memiliki kepekaan sosial yang lebih

tinggi dan aktif dalam lingkungan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah pertanyaan yang berkaitan dengan topik atau

judul penelitian. Berdasarkan latar belakang maka dalam penelitian ini yang

menjadi rumusan masalah adalah:

1. Bagaimana gambaran dan kondisi relasi sosial mahasiswa di Universitas

Sumatera Utara yang tergolong dalam digital natives?

2. Sebagai Digital natives, relasi sosial apa saja yang mereka mau terlibat

dalam suatu kegiatan di Internet?

3. Bagaimana bentuk alienasi yang terjadi di era digital natives?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk

pertama, menilik fenomena relasi sosial di era informatika dikalangan mahasiswa

dan juga melihat realitas maya yang terjadi dari adanya mediasi dari keberadaan

internet di dalam masyarakat dan mahasiswa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

14

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmiah

bagi mahasiswa ilmu sosial khususnya mahasiswa jurusan Sosiologi. Serta

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah bahan referensi

dalam wawasan kajian di bidang Sosiologi Digital.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun yang menjadi manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagi

berikut:

1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi peneliti berikutnya

yang ingin mengkaji lebih dalam tentang fenomena Relasi sosial di tengah

masyarakat digital terkhusus bagi mahasiswa.

2) Hasil ini juga diharapkan dapat bermanfaat kepada masyarakat dampak lain

dari penggunaan internet yang memang tidak dapat kita reduksi. Penelitian ini

diharapkan mampu menggambarkan dan memahami relasi sosial dalam

masyarakat saat ini di Medan.

1.5 Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukanuntuk

mempermudah dan memfokuskan penelitoan. Konsep adalah definisi abstrak

mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan

memjelaskan suatu gejala (Suyanto & Sutinah, 2005: 49). Selain itu, konsep juga

berfungsi sebagai panduan bagi peneliti untuk menindaklanjuti penelitian tersebut

serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan tafsir dalam penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

15

Adapun konsep yang diggunakan sesuai dengan konteks penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Relasi Sosial

Pengertian Relasi Sosial atau Hubungan antar sesama dalam

istilah sosiologi disebut relasi atau relation. Menurut Michener &

Delamater (dalam Hidayati, 2014:22), menyatakan bahwa Relasi sosial

juga disebut hubungan sosial yang merupakan hasil dari interaksi

(rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih.

Hubungan dalam relasi sosial merupakan hubungan yang sifatnya timbal

balik antar individu yang satu dengan individu yang lain dan saling

mempengaruhi. Dalam konteks penelitian ini, relasi sosial yang

digunakan adalah relasi sosial yang dibangun secara virtual atau di

mediasi oleh adanya internet. Relasi sosial pada umunya diketahui

dengan bertatap muka secara langsung. Perkembangan teknologi

mengubah relasi sosial yang awalnya secara rill menjadi maya.

2. Internet

Internet (Interconnection network atau internet) adalah sistem

global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung satu dengan

lainnya. Internet merupakan jaringan yang terdiri dari milyaran komputer

yang ada di seluruh dunia. Internet menyediakan sebuah dunia dimana

tempat kita hidup secara maya (virtual digital). Di dunia ini kita dapat

melakukan kegiatan yang mirip dengan dunia nyata (real space), kita

dapat melakukan perniagaan atau sekedar untuk sosialisasi. Dunia maya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

16

layaknya dunia nyata, segala aktivitas bisa dilakukan di dalamnya dan

memiliki aturan-aturan layaknya dunia nyata. Pada konteks penelitian ini

yang menjadi fokus adalah kegiatan berinternet yang menjadi candu,

seperti: Games online dan media sosial. Peneliti ingin mengetahui

kegiatan dan kuantitas penggunaan internet di kehidupan digital natives

saat ini. Internet merupakan salah satu bagian dari perkembangan

teknologi dan informatika yang saat ini sudah dapat digunakan secara

bebas, kapanpun dan dimanapun dengan hanya membayar tanggungan

paket internet dan akses jaringan internet lainnya.

3. Masyarakat digital (Digital natives)

Sebuah kehidupan masyarakat yang segala aktivitasnya seperti

layaknya masyarakat nyata yaitu mempunyai aturan-aturan, adanya

komunikasi, adanya kejahatan, membangun relasi dan melakukan segala

hal dengan menggunakan media internet sebagai perantaranya. Dalam

penelitian ini penulis berfokus pada masyarakat digital yang

menggunakan media sosial untuk melakukan relasi sosial.

4. Alienasi

Menurut Karl Marx, alienasi berarti suatu keadaan manusia yang

dikuasai oleh kekuatan yang diciptakan oleh dirinya sendiri. Akibatnya,

individu itu terhalangi untuk menjadi manusia seutuhnya. Alienasi,

demikian Marx, merupakan keburukan masyarakat kapitalis. Segala

institusi dalam masyarakat kapitalis seperti institusi agama, ekonomi dan

pemerintahan dicirikan oleh suatu keadaan alienasi. Menurut Marx,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

17

agama diciptakan oleh manusia dan selanjutnya ia menjadi suatu

kekuatan luar yang menguasai manusia atau penganutnya. Keadaan

serupa terjadi dalam bidang ekonomi. Manusia menciptakan sistem mata

uang dan uang menjadi kekuatan luar yang menguasai manusia dan

manusia “memuja”nya. Jadi keadaan alienasi terjadi dalam segala

institusi tempat manusia bergerak. Alienasi dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan sebagai keterasingan. Pada konteks penelitian ini, penulis

berfokus pada alienasi di kalangan mahasiswa. Dimana pada kalangan

mahasiswa yang sering melakukan kegiatan berinternet, menjadikan

intenet sebagai kebutuhan yang utama, tidak dapat melakukan kontol dan

meninggalkan lingkungan realitasnya. Seharusnya mahasiswa yang

memiliki peran sebagai sosial kontrol selain pintar di bidang akademisi

harus mampu untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungannya tetapi

dialihkan dengan kegiatan berinternet yang berlebihan sampai pada

ketidakpekaan terhadap lingkungannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Alienasi

Alienasi atau keterasingan pada dasarnya merujuk pada suatu kondisi ketika

manusia dijauhkan atau menjauhkan diri dari sesuatu, sesama manusia, alam,

budaya, tuhan, atau bahkan dirinya sendiri. Istilah ini berasal dari kata Latin

alienatio yang diderivasi dari kata kerja alienare yang berarti menjadikan sesuatu

milik orang lain (Schacht, 2005).

Alienasi sebagai konsep proses sosial biasanya dilekatkan pada aktivitas-

aktivitas negatif seperti kejahatan, alkoholisme, prasangka sosial, keresahan,

kenakalan remaja, penyakit jiwa, dan lain sebaginya (Paramitta, dkk, 2012).

Namun masalahnya adalah ternyata berbagai aktivitas yang dianggap menggangu

tersebut pada dasar nya merupakan sekedar respon terhadap suatu kondisi tertentu.

Didalam individu yang teralienasi terjadi penghayatan atas diri sendiri dan

orang lain sebagiamana penghayatan atas benda-benda. Fromm (dalam Paramitta

dkk, 2012) merumuskan alienasi sebagai suatu cara berada (modus kehidupan)

pada manusia dalam menghayati dirinya, sebagai sesuatu yang asing. Manusia

telah berpisah dari dirinya sendiri, sehingga tidak lagi menghayati dirinya sendiri

sebagai pusat dunianya, pencipta tindakanya sendiri, sebaliknya tindakan atau

akibat dari hal tersebut telah berbalik menjadi sesuatu yang dipatuhinya. (dalam

Paramita, dkk, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

19

Keterasingan/Alienasi yaitu suatu perasaan tidak menjadi bagian dari

apapun dan suatu perasaan bahwa tidak satu orang pun yang peduli dengan

apapun yang terjadi dengan diri kita (dalam Henslin, 2007). Mann mendefinisikan

keterasingan sebagai negara atau pengalaman terisolasi dari kelompok atau

kegiatan dimana seseorang harus memiliki atau di mana seseorang harus terlibat

(Dalam Johnson, 2011). Keterasingan/ Alienasi berarti kehilangan dorongan

dorongan hati untuk bergaul, kehilangan kreatifitas, kehilangan kontrol terhadap

tindakan kehilangan otonomi, dan singkatnnya menghancurkan potensi individu

itu sendiri (dalam Setiadi, 2010).

Didalam kamus psikologi sendiri dijelaskan bahwa alienasi ada beberapa

pengertian yaitu perasaan keterasingan, rasa terlepas dan terpisah. ketiadaan rasa

hangat atau relasi persahabatan dengan orang lain. Dan juga merupakan

keterpisahan seseorang dari aku sebenarnya, disebabkan oleh keasyikannya

terhadap abstraksi-abstraksi dan kebutuhan untuk konformnitas terhadap kemauan

dan harapan orang lain serta ketentuan-ketentuan dari lembaga sosial (Chaplin,

2008).

Dari beberapa pengertian alienasi jadi dapat disimpulkan bahwa alienasi

yaitu suatu kondisi ketika seseorang dijauhkan atau menjauhkan diri dari sesuatu

karna kehilangan dorong-dorong hati untuk bergaul, ketiadaan rasa hangat atau

relasi persahabatan dengan orang lain, kehilangan kreatifitas, kehilangan kontrol

terhadap tindakan dan juga perasaan terpisah dari kelompok, lingkungan dan

dirinya sendiri karna disebabkan oleh tuntutan dan harapan orang lain serta

ketentuan- kententuan dari lembaga sosial bukan dari dirinya sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

20

2.2 Alienasi Pada Masyarakat Kapitalis Lama

Marx melihat antara individu dengan pekerjaannya berada di bawah

kapitalisme. Hal ini menyebabkan manusia tidak lagi melihat kerja sebagai sebuah

ekspresi dari tujuan. Tidak ada objektivasi. Malah manusia bekerja berdasarkan

tujuan kapitalis yang menggaji dan mengupahnya. Di dalam kapitalisme, kerja

tidak lagi menjadi tujuan pada dirinya sendiri atau sebagai ungkapan dari

kemampuan dan potensi-potensi kemanusiaan melainkan teredukasi menjadi

sarana untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh uang. Dengan demikian, kerja

bukan lagi milik pribadi sehingga manusia tidak bisa mentransformasikan dirinya

sendiri. Dengan kata lain, manusia dialienasi (diasingkan) dari kerjanya sendiri

dan oleh karena itu, dialienasi dari sifat dasar sebagai manusia.

Walaupun individulah yang mengalami alienasi dalam masyarakat

kapitalis, fokus analitis dasar Marx adalah struktur kapitalisme yang jadi biang

alienasi ini. Marx menggunakan konsep alienasi untuk menyatakan pengaruh

produksi kapitalis terhadap manusia dan terhadap masyarakat. Hal terpenting yang

patut dicatat adalah sistem dua kelas di mana kapitalis menggunakan dan

memperlakukan para pekerja (berdasarkan pekerjaannya dan lama waktu bekerja)

dan alat-alat produksi mereka (alat-alat dan bahan-bahan mentah) sebagaimana

produk-produk akhir dan para pekerja dipaksa menjual waktu kerja mereka

kepada kapitalis agar mereka bisa bertahan. Inilah basis sosiologis dari fenomena

alienasi.

Hasilnya, manusia hanya merasa aktif di dalam fungsi-fungsi

hewaniahnya makan, minum, punya keturunan sementara di dalam proses

kerjanya, mereka tidak lagi merasa diri mereka menjadi apa-apa selain menjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

21

manusia, dan betapa manusia telah menjadi binatang. Tentu saja makan, minum,

punya keturunan, dan sebagainya juga merupakan fungsi-fungsi dasar yang

manusiawi, akan tetapi terpisah dari jangkauan seluruh aktivitas kemanusiaan

yang lain dan beralih kepada tujuan yang tunggal dan mendasar yang merupakan

fungsi-fungsi kebinatangan.

Alienasi terdiri dari empat unsur dasar. Pertama, para pekerja di dalam

masyarakat kapitalis teralienasi dari aktivitas produktif mereka. Kaum pekerja

tidak memproduksi objek-objek berdasarkan ide-ide mereka sendiri atau untuk

secara langsung memenuhi kebutuhankebutuhan mereka sendiri. Malah, mereka

bekerja untuk kapitalis, yang memberi upah untuk penyambung hidup dengan

imbalan bahwa mereka menggunakan para pekerja menurut cara-cara yang

mereka inginkan. Karena aktivitas produktif menjadi milik kapitalis, dan

merekalah yang memutuskan apa yang harus dikerjakan, maka manusia bisa

melihat bagaimana pekerja teralienasi dar aktivitas tersebut. Kemudian daripada

itu, sebagian pekerja melakukan tugas-tugas khusus dan, sebagai hasilnya, kerja

mereka kurang begitu berarti bagi keseluruhan proses produksi. Misalnya, dalam

jalur perakitan mobil, dan para pekerja yang merekatkan baut-baut ke mesin,

mungkin tidak terlalu sadar apa peran dan sumbanganmereka dalam produksi

keseluruhan mobil. Mereka tidak mengobjektivasi ide-ide mereka, dan mereka

tidak ditransformasikan oleh kerja di dalam setiap cara yang penuh arti. Alih-alih

menjadi suatu proses yang memenuhi di dalam dirinya sendiri dan terhadap

dirinya, aktivitas produktif di dalam kapitalisme malah direduksi, menurut Marx,

menjadi sarana-sarana yang membosankan dan mematahkan semangat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

22

demisekedar memenuhi tujuan paling utama dalam kapitalisme-memperoleh uang

untuk bertahan hidup.

Kedua, pekerja tidak hanya teralienasi dari aktivitas-aktivitas produktif,

akan tetapi juga dari tujuan aktivitas-aktivitas produk. Produk kerja mereka tidak

menjadi milik mereka, melainkan menjadi milik para kapitalis yang mungkin saja

menggunakan cara-cara yang mereka inginkan, karena produk merupakan hak

milik pribadi para kapitalis. Marx menyatakan : “Hak milik pribadi merupakan

produk, hasil, dan dampak-dampak yang punya nilai dan harga yang dihasilkan

dari kerja yang teralienasi.” Kapitalis akan menggunakan hak miliknya untuk

menjual produk demi mendapatkan keuntungan. Jika para pekerja menginginkan

produknya dari kerja mereka sendiri, mereka harus membelinya semua seperti

orang lain. Bagaimanapun juga, kebutuhan para pekerja terpisah, mereka tidak

bisa menggunakan produk-produk dari kerja mereka sendiri untuk memenuhi

kebutuhan mereka. Bahkan para pekerja di suatu pabrik roti bisa mati kelaparan

jika mereka tidak memiliki uang untuk membeli roti yang ironisnya mereka buat

sendiri. Karena hubungan yang aneh ini, barang-barang yang manusia beli yang

dibuat oleh orang lain lebih terlihat sebagai ekspresi diri ketimbang segala sesuatu

yang hasilkan lewat kerja-kerja sendiri. Kepribadian manusia lebih diukur dengan

mobil-mobil yang mereka kendarai, pakaian-pakaian yang mereka pakai, perkakas

yang mereka gunakan tidak ada satupun dari hal tersebut yang mereka buat sendiri

dengan apa yang sebenernya mereka produksi sendiri di dalam kerja sehari-hari

mereka, yang terlihat menjadi suatu sarana-sarana yang arbitrer dan kebetulan

untuk membuat uang untuk membeli barang-barang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

23

Ketiga, para pekerja di dalam kapitalisme teralienasi dari sesama

pekerja. Asumsi Marx adalah bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan dan

menginginkan bekerja secara kooperatif untuk mengambil apa yang mereka

butuhkan dari alam untuk terus bertahan. Namun, di dalam kapitalisme kooperasi

ini dikacaukan, dan manusia dipaksa untuk bekerja untuk kapitalis dan tidak

saling kenal meskipun mereka bekerja berdampingan.

Terakhir, dan yang paling umum, para pekerja dalam masyarakat

kapitalis, teralienasi dari potensi kemanusiaan mereka sendiri. Kerja tidak lagi

menjadi transformasi dan pemenuhan sifat dasar manusia, akan tetapi membuat

buruh merasa kurang menjadi manusia dan kurang menjadi dirinya sendiri.

Individu-individu menampakkan diri semakin kurang seperti manusia karena di

dalam kerja, mereka tereduksi menjadi mesin-mesin. Bahkan senyum dan

penghormatan diprogram dan dibuat naskahnya. Kesadaran mati rasa dan,

akhirnya musnah seiring dengan semakin terkontrolnya hubungan-hubungan

dengan manusia-manusia lain dan dengan alam. Hasilnya adalah banyak orang

yang tidak mampu mengekspresikan kualitas-kualitas kemanusiaan mereka yang

terdalam dan makin banyak pekerja yang teralienasi

Marx melihat sumber problem ini pada proses reifikasi dalam

komodifikasi benda-benda produksi. Reifikasi menggambarkan relasi sosial kaum

buruh dalam kapitalisme yang tumbuh di luar kontrol dan muncul sebagai sesuatu

yang digerakkan oleh hukum “natural” sehingga kaum buruh seakan dikendalikan

oleh logika dari luar diri mereka (Lee, 2006). Hukum “natural” ini tak lain adalah

sistem kapitalisme. Bagi kaum buruh, tak ada jalan lain selain menyesuaikan diri

dengan sistem kapitalisme, meskipun ini merepresi dan mendistorsi kualitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

24

esensial mereka sebagai manusia. Di lain pihak, bekerja atau menjadi buruh

sesungguhnya merupakan realisasi potensi mereka sebagai mahluk yang bebas

dan sadar. Barang yang mereka produksi tak lain adalah bentuk objektivikasi

kualitas esensial manusiawi mereka. Maka, reifikasi tak lain adalah alienasi.

Gartman mengklaim reifikasi sebagai proses alienasi dalam bentuk penghilangan

kesadaran atau pembiusan terhadap nalar kritis manusia yang bertujuan untuk

pelupaan asal usul mode produksi yang memiliki sifat represif dan dehumanistis.

Kaum buruh dipaksa menerima kondisi mereka sebagai pekerja-pekerja yang

bergantung kepada kapitalisme untuk menjamin mereka mendapat penghasilan

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kaum buruh mau tidak mau harus

menerima represi tersebut sebagai suatu keadaan tak terelakkan yang tetap harus

berlangsung untuk menjamin tersedianya penghasilan. Karena itulah sistem

kapitalisme justru harus terus berjalan dan dilanggengkan (Gartman, 1986).

Menurut Marx, reifikasi sebagai alienasi ini terjadi dalam dua aspek

yang dihidupi kaum buruh yaitu dalam pasar dan dalam tempat kerja. Reifikasi

dalam pasar erat kaitannya dengan fetisisme komoditi atau pengistimewaan nilai-

tukar atas nilai-guna. Dalam pasar, komoditi dipertemukan dan dipertukarkan

berdasarkan kekuatan bawah sadar yang mengatasi kontrol manusia atas pasar.

Kekuatan ini merupakan kekuatan yang berada di balik relasi benda-benda

sebagai hasil pengaburan (obscurity) nilai-guna; produsen memproduksi barang

yang telah diabstraksi nilai-gunanya sehingga menjadi komoditi yang bernilai-

tukar murni secara melimpah dan dengan itu menciptakan berbagai macam

kebutuhan palsu untuk dikonsumsi sebagai barang-barang konsumsi par

excellence. Dalam komoditi, nilai-nilai, termasuk di dalamnya tenaga buruh,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

25

dipertukarkan dan diabstraksi sehingga bernilai sama dengan nilai tukar yang

menentukan harga komoditi.

Sedangkan reifikasi dalam tempat kerja yang mengalienasi kaum buruh

terjadi manakala mereka kehilangan kontrol atas diri mereka karena telah

“menyerahkan hak” sebagai manusia yang bebas dan mampu merealisasikan natur

esensialnya di bawah kontrol kapitalisme. Potensi kaum buruh diabstraksi tak

lebih dari sekedar nilai-lebih (surplus value), direduksi sampai taraf abstrak dan

sederhana sebagai biaya energi (expenditure of energy) yang dapat dihitung dan

dimanipulasi secara kuantitatif oleh modal. Relasi antar manusia tampak bukan

sebagai sebuah alam komunal, melainkan relasi abstrak antara benda-benda yang

diatur oleh hukum kuantitatif yang oleh kapitalisme berhasil ditransendensikan

sebagai hukum alam (Gartman, 1986).

2.3 Mahasiswa

2.3.1 Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa ialah seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang

terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik,

politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Nurnaini, 2014).

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di

universitas, institut atau akademi, mereka yang terdaftar sebagai murid di

perguruan tinggi (Widyastuti, 2012). Mahasiswa adalah seseorang yang sedang

dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani

pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi, yang terdiri dari akademik,

politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

26

Pengertian mahasiswa secara umum merupakan seseorang yang belajar

di bangku perkuliahan dengan mengambil jurusan yang disenangi sekaligus

jurusan yang di dalamnya ada kemungkinan besar untuk mengembangkan

bakatnya. Tentu saja semakin tinggi mahasiswa dalam menuntut ilmu di

perguruan tinggi akan semakin linier dan spesifik terhadap ilmu pengetahuan yang

digelutinya (Zamhari, 2016).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa

adalah seorang peserta didik yang belajar di bangku perkuliahan dengan

mengambil jurusan yang disenangi sekaligus jurusan yang di dalamnya ada

kemungkinan besar untuk mengembangkan bakatnya yang berusia 18 sampai 25

tahun yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari

akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas

2.3.2 Peranan dan Fungsi Mahasiswa

Peran dan fungsi mahasiswa adalah sebagai berikut:

a. Sebagai Iron Stock

Mahasiswa itu harus bisa menjadi pengganti orang-orang yang

memimpin di pemerintahan nantinya, yang berarti mahasiswa akan menjadi

generasi penerus untuk memimpin bangsa ini nantinya.mahasiswa dituntut untuk

bersifat kritis dan diperlukan implementasi yang nyata. Mahasiswa adalah garda

terdepandalammemperjuangkanhak-hakrakyat, mengembalikannilai-nilai

kebenaran yang dilakukan oleh kelompok-kelompok elit yang hanya

memetingkan dirinya dan nasib kelompoknya.Jangan sampai garda terdepan ini

terikat oleh politik dan kepentingan kelompok, dan melupakan peranannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

27

sebagai agen of changes. Harapan bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi

generasi penerus yang memiliki loyalitas tinggi terhadap kemajuan bangsa.

b. Agent Of Change

Mahasiswa dituntut untuk menjadi agen perubahan. Disini maksudnya,

jika ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu ternyata salah,

mahasiswa dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan yang

sesungguhnya.

c. Social Control

Mahasiswa harus mampu mengontrol sosial yang ada di lingkungan

sekitar (lingkungan masyarakat). Jadi selain pintar di bidang akademis, mahasiswa

harus pintar juga dalam bersosialisasi dengan lingkungan

2.4 Internet adalah perluasan alat komunikasi

Komunikasi adalah suatu hal yang penting bagi kelangsunagn hidup

suatu masyarakat. Hal ini tentu menimbulkan bahwa setiap masyarakat memiliki

media. Media dapat dikatakan sebagai kebudayaan tidak terlepas dari perubahan.

Manusia memiliki pancaindra. Kondisi ini mengakibatkan manusia mengamati

objek yang ada di luar dirinya. Walaupun demikian, alat indra manusia memiliki

keterbatasan untuk menghayati suatu objek. Untuk mengatasi keterbatasan inilah

maka manusia menciptakan media. Pendapat ini sejalan dengan pendapat

McLuhan (dalam arifin, 2011: 158) yang menyatakan bahwa media adalah

perluasan alat indra manusia. Misalnya, kehadiran telepon adalah alat

perpanjangan telinga dan kemunculan televisi adalah alat kepanjangan mata.

Gagasan ini dikenal dengan sebutan teori perpanjangan alat indra.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

28

Media pada dasarnya adalah segala sesuatu yang merupakan saluran

dalam menyampaikan gagasan, isi jiwa atau kesadaran manusia. Dengan kata lain,

media adalah alat untuk mewujudkan gagasan manusia untuk disampaikan kepada

orang lain. Bertolak dari gagasan bahwa adalah alat kepanjangan indra maka

menurut Arifin (2011: 58) media dapat dibagi tiga yakni sebagai berikut: Pertama,

media yang menyalurkan ucapan (The spoken words), termasuk bunyi. Kedua,

media menyalurkan tulisan (The printed writing) dan hanya bisa ditangkap

menggunakan alat indra mata. Ketiga, media yang menyalurkan gambar hidup,

dan dapat ditangkap oleh mata dan telinga atau disebut pula the audio visual

media (media dengar pandang).

Pencapaian kondisi masyarakat seperti sekarang ini, yakni ditandai oleh

kemajuan teknologi komunikasi yang luar biasa sehingga melahirkan masyarakat

informasi tidak secara seketika, melainkan melalui suatu proses yang panjang.

Proses ini diawali dengan masyarakat pertanian, terus berubah menjadi

masyarakat industri dan akhirnya menjadi masyarakat informasi. Setiap

masyarakat memiliki ciri-ciri yang berbeda seperti terlihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1. Ciri-ciri dari tiga tahap masyarakat

NO KATEGORI

PERUBAHAN

MASYARAKAT

PERTANIAN

MASYARAKAT

INDUSTRI

MASYARAKAT

INFORMASI

1. Produk Makanan Barang Informasi

2. Faktor Produksi Tanah Modal Keahlian

3. Tempat Produksi Rumah Pabrik Utilitas

Informasi

4. Aktor Petani/Artis Pekerja Pabrik Teknisi

5. Sifat Teknologi Berorientasi Pada

Perkakas

Teknologi

Tenaga

Teknologi

Informasi

6. Metodologi Trial And Error Eksperimen Teori

Abstrak/Simulasi

7. Faktor Petunjuk Tradisi Pertumbuhan Kodifikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

29

Ekonomi Pengetahuan

8. Syarat

Keberhasilan

Bicara Melek Baca Dan

Tulis

Melek Visual/

Aural/Komputer

9. Aturan Hierarkis/Otoriter Demokrasi

Representasi

Demokrasi

Partisipatif

10. Prinsio Kesatuan Regionalisme Nasionalisme Globalisme

Sumber: Dissanayake (dalam Nasution, 1989:91)

Pada perkembangan diatas tentu media yang diciptakan beragam. Fikse

(2012) memilahkan media menjadi tiga, yakni: Pertama, presentasi media

berbentuk suara, wajah, tubuh. Hal ini memakai bahasa alami, yakni kata-kata,

ekspresi, bahasa tubuh, dan lain-lain. Presentasi media membutuhkan kehadiran

komunikator yang menjadi medium secara meruang dan mewaktu disertai dengan

memproduksi tindakan komunikasi. Kedua, media representasi misalnya buku,

lukisan, foto, tulisan, arsitektur, dekorasi, interior, kebun dan lain-lain. Media ini

bersifat representasi representasi dan kreatif yang ditujukan terhadap presentasi

media, seperti lukisan atau foto wajah, tubuh, atau ujaran yang dibukukan

sehingga menghasilkan buku. Ketiga, media mekanis, seperti telepon,

radio,televisi, teleks, dan sejenisnya. Media ini mmerupakan transmiter dan

presentasi media dan media representasi.

Holmes (2012) menunjukan bahwa pertemuan internet pada tahun 1990-

an merupakan titik awal dari adanya era baru dalam melakukan relasi sosial antar

manusia. Dengan adanya kenyataan ini tidak mengherankan jika kemunculan

internet dusebut dengan Revolusi internet. Revolusi internet memunculkan istilah

era media pertama (First Media Age). Berkenan dengan itu timbul istilah media

lama atau media pertama dan median baru atau media kedua. Ada berbagai istilah

untuk menyebut media baru, misalnya media online, digital media, media virtual,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

30

e-media, network media, media cyber (cyber media) dan media web.

Perbandingan antara media pertama dan media kedua dapat di lihat pada tabel 4.2.

Tabel 2.2. Perbedaan Antara Media Lama dan Media Baru

ERA MEDIA PERTAMA

(BROADCAST)

ERA MEDIA KEDUA

(INTERAKTIVITY)

Tersentral (dari satu sumber ke banyak

khalayak).

Tersebar (dari banyak sumber ke

banyak khalayak).

Komunikasi terjadi satu arah. Komunikasi terjadi timbal balik atau

dua arah.

Terbuka peluang sumber atau media

untuk dikuasai atau dikontrol oleh

negara.

Tertutupnya penguasaan media dan

bebasnya kontrol terhadap media.

Bahkan ada kecenderungan

menghindari kontrol negara.

Media merupakan instrumen yang

melanggengkan strata dan

ketidaksetaraan kelas sosial. Dengan

kata lain, bisa pula dikatakan bahwa

media adalah instrumen bagi rezim

stratifikasi dan ketidaksetaraan.

Media memfasilitasi khalayak (warga

negara). Dengan kata lain, bisa pula

dikemukakan bahwa media adalah

instrumen demokratisasi dan

kewarganegaraan yang universal.

Terfragmentasinya khalayak dan

dianggap sebagai massa.

Khalayak bisa terlibat sesuai dengan

karakter dan tanpa meninggalkan

keragaman identitasnya masing-masing.

Peserta tetap bisa mempertahankan

individualitas mereka.

Media dianggap dapat atau sebagai alat

memengaruhi kesadaran.

Media melibatkan pengalaman

khalayak baik secara ruang maupun

waktu.

Sumber: Nasrullah (2014: 14) dan Holmes (2012:21).

Namun pembagian seperti tidak berarti media kedua secara total

menggantikan media pertama, melainkan dalam kenyataan yang satu melengkapi

yang lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa media kedua memiliki keleluasaan

bagi konsumen untuk mengakses informasi jika dibandingkan dengan media

pertama, misalnya radio, surat kabar dan televisi. Internet yang merupakan era

media kedua bisa diakses ooleh siapapuntanpa batas secara kewaktuan dan

keruangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

31

Kemajuan teknologi informasi tidak saja melahirkan masyarakat

informasi, tetapi melahirka juga pula masyarakat jaringan. Masyarakat jaringan

adalah masyarakat maya di mana orang terlibat di dalamnya berkedudukan

sebagai produsen atau pun konsumen informasi lalu mempertukarkannya lewat

media berbasis komputer, misalnya smartphone dan internet.

Dengan demikian internet memiliki kedudukan sebagai media sosial

yang memberikan peluang bagi manusia membentuk suatu jaringan dalam konteks

mempertukarkan media informasi. Kondisi ini menimbulkan ikatan sosial virtual.

Ikatan sosial ini tidak mengenal kehadiran insani secara fisikal. Begitu pula tidak

mengenal pembatasan secara mewaktu dan meruang sehingga kapan pun dan di

manapun mereka dapat bertukar informasi. Walaupun demikian, ikatan sosial

virtual tidak bisa dilepaskan dari hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Sebab,

media sosial memberikan kemudahan secara kebermaknaan bagi manusia

menyalurkan hakikat dirinya sebagai makhluk sosial.

2.5 Ekstasi Internet Pada Digital natives

Internet (Inter-Network) adalah sebutan untuk sekumpulan jaringan

komputer yang menghubungkan situs akademik, pemerintahan, komersial,

organisasi, maupun perorangan (Ramadhani, 2003). Ada beberapa aktivitas yang

dapat dilakukan melalui internet, seperti surfing, emailing, downloading, social

networking, blogging, navigating in virtual worlds, gaming, chatting, dan lain-lain

(Correa et al., 2010). Internet dapat diakses melalui komputer, laptop, telepon

seluler, ataupun tablet (Mascheron & Ólafsson, 2013). Dengan semakin

mudahnya pengaksesan internet, pengaksesan internet juga semakin meningkat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

32

Dengan kehadiran media baru yang salah satunya kita kenal dengan

istilah media online, informasi yang mereka dapatkan di sana akan mengalir

dengan begitu cepat. Tidak mengherankan kemudian masyarakat saat ini juga

dikenal dengan sebutan masyarakat informasi. Masyarakat informasi menurut

Castell (2010) dicirikan dengan berkembangnya budaya virtual riil. Budaya

virtual riil ini merupakan sebuah sistem di mana realitas di dalam kehidupan

masyarakat yang sepenuhnya masuk, diproduksi dan dibentuk sebagai fantasi

yang hadir dalam dunia maya.

Jagad maya (cyberspace) menjadi ruang baru bagi suatu identitas diri

masyarakat di era digital. Relasi sosial manusia di dalam ranah ini telah meng-

hasilkan budaya baru yang disebut budaya siber (cyberculture). Budaya internet,

budaya online, budaya siber, dan budaya maya adalah deskripsi diri yang kini

melekat dalam arena pergaulan sosial manusia modern. Fenomena teknologi

disebutnya selalu mepunyai dua sisi mata uang, setakjuban terhadap kemudahan

yang dimilikinya selalu pararel dengan berbagai kegelisahan yang menyertainya.

Ketika masyarakat menganggap cyber adalah keniscayaan dan kemudian menjadi

perilaku everyday lifes, sesungguhnya banyak kegelisahan dimunculkan, yang

paling aktual adalah matinya kehidupan sosial secara ril. Gaya hidup yang di

mediasi cyber memang tengah menjadi trend dalam semua kehidupan masyarakat.

Hal ini tentu menyebabkan seolah tidak ada satu pun perilaku kehidupan

masyarakat yang tidak menggunakan jasa digital. Berbagai produk digital seperti

twitter, path, WA dan lain sebagainya menjadikan masyarakat berada dalam ruang

interkoneksi tanpa batas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

33

Kenyataan membuktikan bahwa kehidupan modern yang ditandai dengan

kemajuan teknologi telah banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

Manusia semakin lama semakin terikat dengan teknologi. Teknologi tidak lagi

berhadapan dengan manusia tetapi sudah terintegrasi dengan manusia. Dalam

kondisi demikian itulah manusia akan menjadi terkukung oleh kemajuan itu

sendiri.

Kemajuan teknologi pada awalnya membuat efisiensi dalam kehidupan

manusia. Perkembangan selanjutnya teknologi justru menenggelamkan manusia

dalam suatu rutinitas dan otomatisasi kerja yang diciptakan. Keadaan itulah yang

menjadi salah satu penyebab manusia terpisah dari sesama atau dunia luar dan

akhirnya mengalami keterasingan (alienasi). Manusia tidak lagi hidup secara

bebas dengan lingkungannya tetapi secara berangsur-angsur telah dikelilingi oleh

teknik, organisasi, dan sistem yang diciptakan sendiri. Manusia mulai terkuasai

oleh kekuatan-kekuatan tersebut sehingga menjadi tergantung dan lemah. Dalam

keadaan ini manusia tidak lagi menjadi subjek yang mandiri tetapi telah

mengalami detotalisasi dan dehumanisasi (Erich Form, via Poespowardojo,

1988:83).

Selama beberapa tahun terakhir, telah terjadi pertumbuhan media sosial

yang berkembang dengan pesat. Media telah memiliki banyak bentuk baru, yang

paling menonjol adalah kemampuan untuk berinterkasi dan berelasi dengan orang

lain dimana dan kapanpun dengan waktu nyata. Pada beberapa tahun terakhir,

penggunaan media sosial telah sangat meningkat. Internet menjadi mudah diakses

oleh publik hampir 30 tahun yang lalu, dan media sosial khususnya diperkenalkan

sekitar 20 tahun yang lalu. Namun, penggunaan reguler situs jejaring sosial telah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

34

melihat lonjakan tajam selama dekade terakhir dan tampaknya menuju ke

ataslintasan. Data Pengguna Internet dari APJII (2018) di Indonesia berdasarkan

usia yaitu, 13-18 tahun diangka 16,68%, usia 19-34 tahun 49,52%, usia 35-54

tahun 29,55%, usia diatas 54 tahun 4,24%, artinya pengguna internet didominasi

oleh para Digital natives.

Tapscott (2009:11-16) menguraikan tentang generasi internet di Amerika

yang terbagi ke dalam empat kelompok generasi. Pertama, generasi baby boom

(Januari 1946-Desember 1964) yang berlangsung selama 19 tahun dan

menghasilkan 77,2 juta anak atau 23% jumlah penduduk. Kedua, generasi X

(Januari 1965-Desember 1976) yang berlangsung selama 12 tahun dan

menghasilkan 44,9 juta anak atau 15% jumlah penduduk. Kelompok ini juga

disebut baby bust. Ketiga, generasi internet (Januari 1977-Desember 1997) yang

berlangsung selama 21 tahun dan menghasilkan sekitar 81.1 juta anak atau 27%

jumlah penduduk. Kelompok ini juga disebut generasi milenial atau generasi Y.

Keempat, generasi Z yang (Januari 1998-sekarang).Generasi milenial dan generasi

Z masuk dalam kaum Digital natives yang menghabiskan hampir seluruh

waktunya untuk berinteraksi melalui media sosial.

Digital natives merupakan bagian dari mahasiwa saat ini. Mahasiswa

sebagai Digital natives menggunakan media sosial, sebagai berikut:informasi,

berkomunikasi secara virtual, mengeksplorasi hobi, memperoleh hiburan,

menunjang tugas perkuliahan, melakukan pembelanjaan daring, dan serta

pengadopsian gaya busana dan gaya hidup.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

35

Supratman (2018) menjelaskan bahwa Digital natives menghabiskan

79% waktunya untuk mengakses internet setiap hari. Digital natives dalam

berkomunikasi, berperilaku, bekerja dan berpikir mulai dipengaruhi oleh media

sosial yang digunakannya. Di dunia maya, semua tugas dapat dilakukan dengan

praktis dan seketika. Digital natives menggunakan media sosial untuk beragam

tujuan dalam keseharian mereka. Penggunaan tersebut dimulai dari kebutuhan

sandang, pangan, dan papan yang dibantu oleh kemudahan fasilitas media sosial.

Digital natives dapat dengan mudah mendapatkan informasi seputar makanan,

lokasi untuk bersantai, mencari teman lama, atau memperoleh pengetahuan

tentang suatu berita melalui banyak aplikasi yang disediakan di fitur internet. Tak

sulit bagi Digital natives untuk mendapatkan segala informasi karena kemudahan

akses internet yang telah masuk di segala sendi kehidupan. Bahkan untuk

melakukan pembelanjaan kebutuhan tersier, seperti sepatu, baju, dan make-up,

mereka tinggal membeli melalui sistem pembelanjaan dari jaringan.

Dengan kehadiran media baru yang salah satunya kita kenal dengan

istilah media online, informasi yang mereka dapatkan di sana akan mengalir

dengan begitu cepat. Tidak mengherankan kemudian masyarakat saat ini juga

dikenal dengan sebutan masyarakat informasi. Masyarakat informasi menurut

Castell (2010) dicirikan dengan berkembangnya budaya virtual riil. Budaya

virtual rill ini merupakan sebuah sistem di mana realitas di dalam kehidupan

masyarakat yang sepenuhnya masuk, diproduksi dan dibentuk sebagai fantasi

yang hadir dalam dunia maya.

Sarah Jensen (2018) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa dampak

dari penggunan sosial media adalah kesepian dan depresi yang dialami oleh lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

36

51% masyarakat pengguna media sosial di Amerika. Kesepian ini tidak

dipengaruhi oleh tingginya pendapatan seseorang atau kualitas kehidupannya.

Pada pengguna sosial media berusia muda, kesepian cenderung disebabkan oleh

keinginan untuk tampil terbaik, cantik dan selalu terlihat hidup dengan kehidupan

yang sempurna. Hal ini menyebabkan Konsep "FOMO" bermain dalam konteks

ini. "FOMO (Fear Of Mising Out)" adalah frasa yang digunakan dalam budaya

pop yang berarti "takut kehilangan". Ini adalah istilah baru yang berbicara tentang

masuknya media sosial. Sekarang itu orang dapat melihat apa yang dilakukan

teman mereka secara jelas, ada potensi yang lebih besar dalam hal dikecualikan

atau berpikir bahwa hidup seseorang tidak sesuai dengan kegembiraan rekan

mereka di media sosial. Seseorang dapat mewujudkan rumahnya yang nyaman,

melakukan interaksi clubing dengan temannya, membagi berbagai foto-foto

perjalanannya, kehidupan sehari-harinya dan penggunaan waktu bersama teman-

temannya melalui sosial media.

2.6 Relasi Sosial

2.6.1 Pengertian Relasi Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dengan suatu proses

yang dinamakan interaksi sosial. Sebagai makhluk sosial manusia juga akan

cenderung membentuk kelompok-kelompok tertentu demi mencapai tujuan yang

diinginkan. Interaksi tidak hanya terjadi antara individu yang satu dengan individu

yang lain, tetapi juga bisa terjadi antara satu individu dengan kelompok individu,

atau antara kelompok individu dengan kelompok individu lain. Sejak manusia

lahir dan dibesarkan, ia sudah merupakan bagian dari kelompok sosial yaitu

keluarga. Disamping menjadi anggota keluarga, sebagai seorang bayi yang lahir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

37

disuatu desa atau kota, ia akan menjadi warga salah satu umat agama; warga suatu

suku bangsa atau kelompok etnik dan lain sebagainya.

Pengertian Relasi Sosial atau Hubungan antar sesama dalam istilah

sosiologi disebut relasi atau relation. Menurut Michener & Delamater (dalam

Hidayati, 2014:22), menyatakan bahwa:“Relasi sosial juga disebut hubungan

sosial yang merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang

sistematik antara dua orang atau lebih. Hubungan dalam relasi sosial merupakan

hubungan yang sifatnya timbal balik antar individu yang satu dengan individu

yang lain dan saling mempengaruhi.

Beberapa tahapan terjadinya relasi sosial yaitu:

a) Zero contact yaitu kondisi dimana tidak terjadi hubungan antara dua orang;

b) awarness yaitu seseorang sudah mulai menyadari kehadiran orang lain;

c) surface contact yaitu orang pertama menyadari adanya aktivitas yang sama

oleh seseorang di sekitarnya; dan

d) mutuality yaitu sudah mulai terjalin relasi sosial antara 2 orang yang tadinya

saling asing.

Menurut Spradley dan McCurdy (dalam Astuti, 2012:1), menyatakan

bahwa relasi sosial atau hubungan sosial yang terjalin antara individu yang

berlangsung dalam waktu yang relative lama akan membentuk suatu pola, pola

hubungan ini disebut sebagai pola relasi sosial yang terdiri dari dua macam yaitu:

a. relasi sosial assosiatif yaitu proses yang terbentuk kerja sama, akomodasi,

asimilasi dan akulturasi yang terjalin cendrung menyatu;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

38

b. relasi sosial dissosiatif yaitu proses yang terbentuk oposisi misalnya

persaingan.Menurut Astuti (2012:1), relasi sosial juga disebut hubungan

sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang

sistematik antara dua orang atau lebih. Dengan demikian, penulis

menyimpulkan bahwa relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antar

organisasi dengan individu yang lain atau masyarakat dan saling

mempengaruhi.

2.6.2 Relasi Sosial di Era Cyberspace

Membangun relasi sosial merupakan bagian yang terpenting dan vital

dalam kehidupan manusia.Tanpa relasi sosial maka manusia dapat dikatakan

“tersesat” dalam menjalani kehidupan. Manusia berelasi untuk membagi

pengetahuan dan pengalaman, baik secara lisan, tulisan, gambar, langsung

maupun tidak langsung (Rulli, 2012:1). Ruang lingkup komunikasi menyangkut

persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan substansi interaksi sosial orang-

orang dalam masyarakat; termasuk konten interaksi (relasi sosial) yang dilakukan

secara langsung maupun dengan menggunakan mediasi baik cetak, elektronik

maupun digital yang terhubung dengan internet. Internet mampu mengatasi

hambatan jarak, waktu dan ruang.Internet memiliki karakteristik interactivity.

Dalam dimensi interaktivitas ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh

teknologi informasi ini, antara lain: bidirectionaiity, quick response, bandwidth,

user control, amount of user activity, ratio of user to medium activity, feedback

transparency social presence, dan artificial intelligence. (Jaffe, 1995:3).

Dunia maya adalah sebuah kata Bahasa Indonesia yang dalam bahasa

Inggrisnya disebut cyberspace. Menurut Nasrullah (2012:20) jauh sebelum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

39

teknologi internet berkembang, kata “cyberspace” pertama kali diperkenalkan

oleh Vernor seorang novelis dalam sebuah novel pada tahun 1981. Kemudian kata

cyberspace tersebut di adaptasi oleh Gibson (1984) dalam novelnya

Neuromancer. Pengertian cyberspace menurut Gibson adalah sekumpulan data,

representasi grafik demi grafik dan hanya bisa diakses melalui komputer.Ide

Gibson dalam penggunaan kata cyberspace ini setelah melihat anak-anak bermain

video games. Anak-anak tersebut kemudian meyakini permainan video game yang

mereka mainkan adalah nyata dan semua bangunan, interaksi, maupun benda-

benda yang ada dalam permainan itu adalah sebuah kenyataan atau eksis, meski

kenyataannya itu tidak bisa di jangkau oleh mereka. Dari pengertian yang

dikemukakan oleh Gibson kata cyberspace merujuk dan lebih dekat dengan

penggambaran “Halusinasi Konsensual”. Sementara pengertian berbeda

diutarakan oleh Barlow yang menyatakan bahwa cyberspace merupakan istilah

yang di gunakan untuk jaringan komputer.

Selanjutnya Wilbur (1997) melihat bahwa melalui fasilitas web dalam

jaringan komputer seseorang akan menemukan efek dalam kehidupan mereka

ketika berhubungan dengan cyberspace. Sebab, karakteristik dunia virtual bisa

menghasilkan efek dan disisi lain ia juga menjadikan dirinya sebagai sebuah efek.

Hubungan antar individu di dunia virtual bukanlah sekedar hubungan yang di

katakan sebagai “substansi halusinasi” semata. Pada dasarnya hubungan tersebut

terjadi secara nyata, memiliki arti, dan juga bisa berdampak pada kehidupan

sesungguhnya. Hal ini kemudian di tegaskan oleh Rheingold dalam Nasrullah

(2012:21) yang mengatakan bahwa cyberspace merupakan ruang konseptual

dimana semua kata, hubungan manusia, data, kesejahteraan, dan juga kekuatan di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

40

manifestasikan oleh setiap orang melalui teknologi CMC atau Computer Mediated

Communication.

Bungin (2006:159) mengatakan bahwa Penemuan dan perkembangan

teknologi Informasi dalam skala massal, telah mengubah bentuk masyarakat

manusia dari masyarakat dunia lokal menjadi masyarakat dunia global, sebuah

dunia yang sangat transparan terhadap perkembangan informasi, transportasi,

serta teknologi yang begitu cepat dan begitu besar mempengaruhi peradaban umat

manusia. Masyarakat global itu juga merupakan suatu kehidupan yang

memungkinkan komunitas manusia menghasilkan budaya-budaya bersama,

menghasilkan produk-produk industri bersama, menciptakan pasar bersama, mata

uang bersama bahkan menciptakan perang dalam skala global disemua lini. Pada

semua hal tersebut mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi

masyarakat, sehingga tanpa disadari, komunitas manusia telah hidup dalam dua

dunia kehidupan masyarakat, yaitu masyarakat nyata dan masyarakat maya.

Adapun yang menjadi perbedaan antara masyarakat dunia nyata dengan

masyarakat dunia maya seperti yang juga di kutip dari Bungin (2006:160).

Masyarakat nyata adalah kehidupan masyarakat yang secara indrawi dapat

dirasakan sebagai sebuah kehidupan nyata, dimana sebuah kehidupan nyata

dimana hubungan-hubungan sosial sesama anggota masyarakat dimana hubungan-

hubungan sosial sesama anggota masyarakat di bangun melalui penginderaan

(dapat diraba, dilihat, dicium, didengar dan dirasakan, oleh panca indera)

sedangkan masyarakat maya, adalah sebuah kehidupan masyarakat manusia yang

tidak dapat secara langsung di indera melalui penginderaan manusia, namun dapat

dirasakan dan disaksikan sebagai sebuah realitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

41

Peningkatan penggunaan internet dalam melakukan hubungan sosial atau

relasi sosial dikarenakan oleh biaya dan manfaat. Internet saat ini dapat diakses

dengan menggunakan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan ketika harus

bertemu langsung; dan manfaat dari internet adalah dengan mempermudah setiap

individu yang menggunakannya. Franzen (2000: 427)berpendapat bahwa “internet

adalah alat komunikasi yang sangat berguna. Hal ini dijelaskan dengan kegunaan

untuk pertukaran informasi, produk, dan layanan di seluruh dunia”. Meskipun

Internet telah membuka peluang untuk komunikasi yang sebelumnya tidak ada,

namun juga memliki dampak bagi individu untuk menghindari interaksi tatap

muka, dan hanya mengandalkansitus media sosial sebagai bentuk interaksi.

Interaksi ini lah yang akan menjadikan suatu relasi sosial. Franzen juga

memperhatikanpentingnya kehidupan nyata dalam membangun relasi sosial.

Relasi sosial di kehidupan nyatamemberikan manfaat bagiindividu dalam hal

kesehatan mental, peluang karir, dukungan sosial, dan keterlibatan

masyarakat.Franzen melihat bahwa interaksi dunia nyata lebih banyak manfaat

dibandingkan interaksi dunia maya.

Chan mendukung argumen ini dengan mengklaim dampak negatif

daripenggunaan ponsel sebagai akibat dari kemampuan untuk mengakses Internet

di mana saja dan kapan saja. Chan menjelaskan bahwa "internet sangat berguna

untuk mempertahankan hubungan yang lemah karena mereka membantu

mengurangi waktu dan biaya moneter untuk mempertahankan hubungan dengan

sejumlah kenalan yang relatif besar" (Chan 2015: 100).

Media sosial tidak mempengaruhi mempertahankan hubungan yang kuat

di antara individu. Situs media sosial memungkinkan kemampuan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

42

terhubung dengan berbagai macam orang, tetapi hubungan ini sebagian besar tetap

pada tingkat permukaan. Parigi dan Henson menyoroti istilah "sendirian bersama"

untuk menunjukkan bahwa teknologi menghalangi kedalaman hubungan sebagai

imbalan untuk peningkatan konektivitas. Penelitian lebih lanjut menjelaskan

bahwa orang "mudah menemukan perusahaan tetapi kelelahan oleh tekanan

kinerja" (Parigi dan Hensen 2014: 161). Di dunia yang harus menghargai kualitas

daripada kuantitas, situs media sosial mempengaruhi dan mengabadikan pola pikir

kuantitas atas kualitas.

2.7 Penelitian terdahulu

Untuk memperkaya gagasan dan memperkuat argumen, peneliti mencoba

menelaah studi yang telah dilakukan lebih dulu tentang penelitian yang akan

dilakukan. Penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dipilih untuk

mempermudah jalannya penelitian ke depan.

1. Studi tentang paradoks internet dilakukan oleh Pratiwi, Andayani, &

Nugraha (2012). Pada penelitian ini mereka menggunakan metode

kuantitatif untuk menguji asumsi mereka tentang efikasi diri akademik dan

keterampilan sosial yang berkorelasi dengan kecenderungan terhadap game

online. Efikasi diri merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan diri

individu mengenai kemampuannya untuk mengorganisasi, melakukan suatu

tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi

tindakan untuk mencapai kecakapan tertentu. Keterampilan sosial adalah

kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dengan cara-cara tertentu,

yang dapat diterima atau dihargai secara sosial dan memberikan manfaat

bagi diri sendiri dan orang lain. Dalam hal ini yang mereka kaji adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

43

Game Online. Hasil yang mereka dapatkan dari studi yang dilakukan pada

remaja di Surakarta tersebut menyebutkan bahwa efikasi diri akademik dan

keterampilan sosial yang rendah memicu keadiktifan remaja terhadap

internet. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan kawan-kawan

merupakan sebuah studi paradoks internet yang dilihat dari psikologis

subjek.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Suparno, Sosiowan, & Tripambudi (2012).

Hasil dari penelitian yang telah mereka temukan dengan metode kualitatif

interpretatif adalah penggunaan situs jejaring sosial yang disebut sebagai

Computer Mediated Communication, belum bisa menggantikan sepenuhnya

posisi komunikasi interpersonal di dalam kehidupan remaja SMU di Catur

tunggal. Peran Komunikasi interpersonal masih sangat kuat dalam

membentuk identitas diri remaja. Situs jejaring sosial yang digunakan oleh

remaja hanya untuk kepentingan eksistensi dan ekspresi diri semata. Pada

penelitian dilihat dari perspektif komunikasi.

3. Penelitian tentang Kemajuan Teknologi Dan Pola Hidup Manusia Dalam

Perspektif Sosial Budaya. Secara sosiologis, teknologi merupakan salah satu

aspek yang turut mempengaruhi setiap aktivitas, tindakan, serta perilaku

manusia. Berdasarkan penelitian menjelaskan bahwa dampak negatif dari

teknologi adalah pertama, kemerosotan moral di kalangan warga

masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar. Kemajuan

kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan

berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat

menjadi kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani. Kedua, Kenakalan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

44

dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin

lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong

royong dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan kekuatan

sentripetal yang berperan pen-ting dalam menciptakan kesatuan sosial.

Akibat lanjut bisa dilihat bersama, kenakalan dan tindak menyimpang di

kalangan remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya,

seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak

kejahatan. Ketiga, Pola interaksi antarmanusia yang berubah. Kehadiran

komputer pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah

merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan dengan

telepon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan

dunia luar. Program Internet Relay Chatting (IRC), internet, dan email telah

membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya

berbagai warung internet (warnet) telah memberi peluang kepada banyak

orang yang tidak memiliki komputer dan saluran internet sendiri untuk

berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak

orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Pada

penelitian ini dipandang pada perspektif sosiologis mengenai perubahan

sosial budaya pada remaja saat ini yang menggunakan internet dalam

kegiatan sehari-harinya. Internet sendiri memiliki dampak positif dan

negatif yang diterima remaja saat ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

45

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

fenomenologi dalam menggambarkan fenomena mediasi internet di kalangan

mahasiswa. Dengan menggunakan metode tersebut peneliti juga berharap dapat

menggambarkan kondisi relasi sosial mahasiswa di era informatika dan peranan

internet membentuk ekslusifitas diri. Pendekatan kualitatif merupakan sebuah

pendekatan penelitian yang dilakukan melalui proses investigatif (Miles dan

Huberman dalam Creswell, 2016:275). Peneliti akan memasuki dunia informan

melalui interaksi berkelanjutan, mencari makna dan perspektif informan (Marshall

dan Rossman dalam Creswell, 2016:275). Sedangkan, fenomenologi sendiri

merupakan sebuah metode penelitian kualitatif yang mendeskripsikan pengalaman

manusia dari sebuah fenomena sosial tertentu, dalam hal ini tentu saja bagaimana

ia menuturkan beragam pengalaman yang dirasakan selama terkoneksi dengan

internet (Giorgi dalam Creswell, 2016:19).

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti nantinya akan mendeskripsikan

pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup

mereka terkait dengan fenomena penarikan diri atau Internet Ecstasy (Creswell,

2015: 105). Deskripsi ini berisi dari hal apa yang mereka alami dan bagaimana

mereka mengalaminya (Moustakas dalam Creswell, 2015:105). Peneliti akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

46

mengumpulkan data dari individu yang telah mengalami fenomena tersebut

kemudian akan mengembangkannya ke dalam sebuah analisa deskriptif yang

sebelumnya telah direduksi terlebih dahulu. Dengan menggunakan metode

fenomenologi diharapkan penelitian ini nantinya cukup jelas dalam

menggambarkan realitas yang berkembang dalam masyarakat saat ini.

3.2 Lokasi penelitian

Peneliti ini dilakukan di Universitas Sumatera Utara sebagai lokasi

penelitian dengan pertimbangan mahasiswa USU dianggap sebagai Digital

natives. Berdasarkan dari observasi awal yang sudah dilakukan, mahasiswa di

Universitas Sumatera Utara hampir seluruhnya pengguna internet yang aktif dan

memiliki kemungkinan besar untuk memiliki kecenderungan adiktif terhadap

internet sehingga memiliki kemungkinan terciptanya eksklusifitas diri yang

menyebabkan alienasi.

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek

penelitian keseluruhan unsur yang menajdi fokus penelitian (Bungin,2007).

Adapun yang terkait dengan hal ini yang menajdi subyek penelitian adalah

mahasiswa/i di Medan. Peneliti akan memilih informan yang memiliki kebiasaan

dalam kegiatan berinternet. Terutama pada subjek mahasiswa yang notabene

merupakan rumpun dari Digital natives.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

47

3.3.2. Informan

Informan penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan

bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat

diperoleh. Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan penelitian

sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami permasalahan penelitian

(Bungin, 2014:78). Dalam penelitian ini terdapat dua jenis informan yakni

informan kunci dan informan tambahan. Penentuan informan didasarkan pada

kriteria sebagai berikut ini:

1. Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang termaksud digital natives.

2. Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang menggunakan media sosial.

3. Mahasiswa pengguna internet yang terindikasi adiktif pada internet.

Pemilihan informan ini juga dibantu oleh beberapa kriteria tentang adiksi

internet yang telah diungkapkan oleh Ghriffits dan Young. Beberapa

kriteria seseorang yang adiktif dengan internet menurut Ghriffits (dalam

Nurfadillah, 2015:48) adalah Salience, mood modification, tolerance,

withdrawal symptoms, conflict dan relapse. Peneliti juga menggunakan

tingkatan adiksi internet yang diungkapkan oleh Young (1998) seperti

Mild, Moderate dan Severe.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

informasi yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan-permasalahan

yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

48

digunakan adalah data primer dan data sekunder, yang dapat digolongkan sebagai

berikut:

3.4.1 Data Primer

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan

panca indera mata sebagai alat bantu utama selain panca indera lainnya seperti

telinga, penciuman, mulut dan kulit. Oleh karena itu, obeservasi adalah

kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja panca

indera serta dibantu dengan panca indera lainnya (Bungin, 2007).

b. Wawancara

Wawancara dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mendapatkan informasi (data) dari para informan dengan cara bertanya langusng

secara tatap muka. Namun demikian wawancara ini dalam perkembangannya

tidak harus dilakukan secara berhadapan langsung, melainkan dapat saja dengan

cara memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon dan internet. Tetapi

untuk medapatkan hasil yang efektif dan bagus, wawancara langsung

akanmemperlihatkan ekspresi informan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang diberikan di dalam penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar, maupun

elektronik, metode dokumentasi digunakan untuk mendukung metode lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

49

d. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data kedua setelah data primer dengan kata

lain data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian. Data sekunder dapat diperoleh dari sumber yang berada di luar

lapangan seperti buku-buku, tulisan ilmiah, laporan penelitian yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti. Selain bahan bacaan cetak, media elektronik

dan sumber online juga membantu dalam penelitian ini untuk menemukan teori

dan penunjang terkait dengan masalah yang dikaji.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan proses menyusun agar data dapat ditafsirkan

(Nasution, 1996:126). Menyusundata berarti menggolongkannya dalam pola,

tema, atau kategori. Interpretasi bukan hanya dilakukan pada tahapan akhir,

melainkan dilakukan sepanjang proses penelitian. Untuk menginterpretasikan data

dalam penelitian ini akan digunakan model interaktif yang dikemukakan oleh

Miles dan Huberman (dalam Usman dan Purnomo, 2009:88).

Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan

menggunakan beberapa komponen analisis, yaitu:

a. Pengumpulan Data

Data-data yang diperoleh di lapangan dicatat dan direkam dalam bentuk

naratif dan foto, yaitu uraian data yang diperoleh dari lapangan apa adanya tanpa

adanya komentar peneliti yang berbentuk catatan kecil. Dari catatan deskriptif ini,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

50

kemudian dibuat catatan refleksi yaitu catatan yang berisi komentar, pendapat atau

penafsiran peneliti atas fenomena yang ditemui di lapangan.

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada

penyederhanaan, pengabstrakan dantransformasi data kasar yang muncul dari

catatan lapangan. Reduksi data dilakukan terus menerus selama penelitian

dilaksanakan. Reduksi data merupakan wujud analisis yang menajamkan,

mengklarifikasikan, mengarahkan, membuang data yang tidak berkaitan dengan

pokok persoalan. Selanjutnya dibuat ringkasan, pengkodean, penelusuran tema-

tema, membuat catatan kecil yang dirasakan penting pada kejadian seketika yang

dipandang penting berkaitan dengan pokok persoalan. (Nasution 1996:129)

mengatakan data yang direduksi akan memberikan gambaranyang lebih tajam

tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali

data bila diperlukan.

c. Penyajian Data

Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan danpengambilan

tindakan (Nasurion, 1996: 129). Pada tahapan ini data hasil temuan di lapangan

disajikan dalam bentuk teks deskriptif naratif, table, grafik, skema, gambar, dan

lain-lain. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun

dalam bentuk padu dan mudah dipahami. Pada tahapan ini, peneliti mulai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

51

mengkomparasikan teori yang digunakan untuk menganalisis data dengan fakta

yang ditemukan di lapangan.

d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya memaknai data

yang disajikan dengan mencermati pola-pola keteraturan, penjelasan, konfigurasi,

danhubungan sebab akibat. Dalam melakukan penarikan kesimpulan dan

verifikasi selalu dilakukan peninjauan terhadap penyajian data dan catatan di

lapangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

52

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan termasuk salah satu Kota Metropolitan yang ada di

Indonesia. Kota Metropolitan dapat didefinisikan sebagai suatu kawasan yang

merupakan aglomerasi dari beberapa kota yang berdekatan dan terkait dalam satu

sistem kegiatan sosial ekonomi, termasuk prasarana dan sarana penunjangnya,

dengan satu kota utama berperan sebagai inti dan kota-kota lainnya sebagai satelit.

Secara demografis kota metropolitan berpenduduk besar (untuk Indonesia diambil

ukuran lebih besar dari 1 juta jiwa) dan mempunyai kepadatan tinggi.

Pada umumnya, kota metropolitan juga menjadi pusat kegiatan ekonomi

seperti industri, jasa, dan finansial dan terkait dengan sekitarnya. Keterkaitannya

tercermin dari sistem jaringan infrastruktur dan hubungan sosial ekonomi. Dengan

demikian penataan yang perlu dilakukan secara fungsional dan tidak dibatasi oleh

batas administrasi pemerintahan.

Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Lokasi_Sumatera_Utara_Kota_Medan.svg

Gambar 4.1. Lokasi Kota Medan di Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

53

Kota Medan merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara. Kota yang

dinamis ini adalah kota terbesar di Sumatera dan ketiga terbesar di Indonesia,

setelah Jakarta dan Surabaya. Medan adalah pintu gerbang bagi Sumatera Utara

menuju kota wisata Berastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek wisata

Orangutan di Langkat, serta Danau Toba yang terkenal sebagai tempat wisata.

Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Barat, Timur, dan

Selatan dan dengan Selat Malaka di sebelah Utara. Penduduk asli kota ini adalah

orang Karo dan Melayu, tetapi saat ini kota ini merupakan kota multi etnis yang

menarik. Mayoritas penduduk kota Medan sekarang adalah suku Jawa dan Batak,

tetapi di kota ini banyak tinggal pula orang keturunan India dan Tionghoa.

Komunitas Tionghoa di Medan cukup besar, sekitar 25% dari jumlah keseluruhan

penduduk kota. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid,

gereja dan vihara yang banyak tersebar di seluruh kota. Medan mempunyai

pelabuhan besar di Belawan dan sebuah bandara internasional, Kuala Namu.

Saat ini kota Medan terdiri atas 21 kecamatan dan 151 kelurahan.

Koordinat geografis kota Medan adalah 3º 30' - 3º 43' LU dan 98º 35' - 98º 44' BT.

Permukaan tanahnya cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 -

37,5 m di atas permukaan laut. Kota Medan sendiri menjadi kota induk dari

beberapa kota satelit di sekitarnya seperti Kota Binjai, Lubuk Pakam, Deli Tua

dan Tebing Tinggi. Luas Kota Medan saat ini adalah 265,10 km². Sebelumnya

hingga tahun 1972 Medan hanya mempunyai luas sebesar 51,32 km², namun

kemudian diedarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1973 yang memperluas

wilayah Kota Medan dengan mengintegrasikan sebagian wilayah Kabupaten Deli

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

54

Serdang. Kecamatan terdiri dari: Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan

Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan

Polonia, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan

Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung,

Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan.

Populasi Medan didominasi beberapa suku: Melayu, Jawa, Batak, dan

Tionghoa. Pada tahun 2005, penduduknya berjumlah 2.036.018 jiwa. Pada siang

hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya

jumlah penglaju (komuter). Sebagian besar penduduk Medan berasal dari

kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total

penduduk). Kecamatan Medan Deli mempunyai penduduk terbanyak, disusul

kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung.Jumlah penduduk yang paling

sedikit terdapat di kecamatan Medan Baru, Medan Maimun dan Medan Polonia.

Tingkat kepadatan penduduk tertinggi diperoleh di kecamatan Medan Perjuangan,

Medan Area dan Medan Timur. Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-

laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun. Secara historis, pada

tahun 1918 tercatat Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang

berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan

Tionghoa dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.

Ada banyak bangunan-bangunan tua di Medan yang masih menyisakan

arsitektur khas Belanda. Contohnya: Gedung Balai Kota lama, Kantor Pos Medan,

Menara Air (yang merupakan ikon kota Medan) dan Titi Gantung sebuah

jembatan di atas rel kereta api. Selain itu, masih ada beberapa bangunan

bersejarah, antara lain Istana Maimun, Mesjid Raya Medan dan juga rumah Tjong

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

55

A Fie di kawasan Jl. Jend. Ahmad Yani (Kesawan). Daerah Kesawan yang

menyisakan bangunan-bangunan tua (misalnya bangunan PT. London Sumatra)

dan ruko-ruko tua seperti yang bisa ditemukan di Penang, Malaysia dan Singapura

kini telah disulap menjadi sebuah pusat jajanan makanan yang ramai pada malam

harinya.

Kereta api menghubungkan Medan dengan Tanjungpura di sebelah barat

laut, Belawan di sebelah utara dan Binjai - Tebing Tinggi - Pematang Siantar dan

Tebing Tinggi – Kisaran - Rantau Prapat di Tenggara. Pelabuhan Belawan terletak

sekitar 20 km di utara kota. Bandara Internasional Polonia yang terletak tepat di

jantung kota, menghubungkan Medan dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia

serta Kuala Lumpur, Penang, Ipoh di Malaysia, Singapura. Sebuah bandara

internasional baru di Kuala Namu di kabupaten Deli Serdang sedang dalam

perencanaan.Jalan tol Belmera menghubungkan Medan dengan Belawan dan

Tanjung Morawa. Jalan tol Medan - Lubuk Pakam dan Medan - Binjai juga

sedang direncanakan pembangunannya.

Beberapa kota di Asia telah mendorong pembentukan Persatuan Kota

Kembar, antara Kota Medan dengan: Penang, Malaysia (1984), Ichikawa, Jepang

(1989), Kwangju, Korea Selatan (1997), dan Chengdu, Republik Rakyat

Tiongkok. Forum ini telah menjadi ajang saling tukar-menukar maklumat dan

perundingan untuk membincangkan berbagai masalah ekonomi dan perkotaan.

Berbagai kerangka kerjasama antara kota bersaudara, kenyataannya terus

berkembang dalam bidang-bidang yang semakin luas, baik sosial maupun

pendidikan. Di bidang sosial, misalnya Ichikawa memanfaatkan forum ini untuk

membantu pengadaan alat bantu pendengaran untuk melengkapi kemudahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

56

kesehatan Kota Medan. Di bidang pengembangan sumber daya manusia, Ichikawa

juga memberikan bantuan latihan bagi Pemerintah Kota Medan dalam bentuk

magang, termasuk mengadakan program pertukaran pelajar diantara kedua kota.

Hal yang sama juga berlangsung antara Kota Medan dengan kota kembar

lainnya, baik Kwangju maupun Pulau Pinang. Di bidang perdagangan, forum ini

telah menguruskan Pameran Perdagangan Kota Kembar "Sister City Trade Fair"

yang bertaraf antarbangsa, sehingga mampu mendorong pertemuan pengusaha-

pengusaha kota masing-masing. Dengan nyata, hal ini mampu mendorong

peningkatan perdagangan dan pelabuhan di kota masing-masing di samping

memberikan kepastian dan perluasan pasaran produk yang dihasilkan.

Keberkesanan forum ini juga telah memunculkan minat kota-kota lainnya di Asia

seperti Chennai, India untuk memasuki persatuan ini.

4.1.2 Sejarah Universitas Sumatera Utara

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya

Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan

ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan

masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan

termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi

Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr.

Mohd.Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan

akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

57

menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang

untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian

perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari

Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Sebagai

hasil kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera

Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20

Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengan dua

puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita.

Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan

Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956), dan Fakultas

Pertanian (1956). Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh

Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang

ketujuh di Indonesia. Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan

Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh

Presiden R.I. kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan

Peternakan (1960) di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima

fakultas di Medan dan dua fakultas di Banda Aceh.

Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi (1961),

Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (1965),

Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982), Sekolah Pascasarjana (1992),

Fakultas Kesehatan Masyarakat (1993), Fakultas Farmasi (2006), dan Fakultas

Psikologi (2007), serta Fakultas Keperawatan (2009). Pada tahun 2003, USU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

58

berubah status dari suatu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi suatu

perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).Perubahan status USU

dari PTN menjadi BHMN merupakan yang kelima di Indonesia.Sebelumnya telah

berubah status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun 2000. Setelah USU disusul

perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006).

Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah

menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas

Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan

Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian

disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan

(1964), yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED)

yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU. Setelah itu,

berdiri Politeknik Negeri Medan (1999) yang semula adalah Politeknik USU.

Kampus USU berlokasi di Padang Bulan, sebuah area yang hijau dan

rindang seluas 120 ha yang terletak di tengah Kota Medan.Zona akademik seluas

90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan praktikum

mahasiswa.Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan dan lebih

dari 200 laboratorium.Perpustakaan menyediakan berbagai jenis sumber belajar

baik dalam bentuk cetak maupun elektronik.Perpustakaan USU merupakan salah

satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus USU Padang Bulan juga didukung

oleh infrastruktur teknologi informasi untuk memfasilitasi akses terhadap berbagai

sumber daya informasi dan pengetahuan untuk mendukung proses pembelajaran

dan penelitian mahasiswa dan tenaga pendidik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

59

4.1.3 Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1.

Bagan Struktur Organisasi USU

Sumber: Data sekunder dari www.usu.ac.id

MAJELIS WALI

AMANAT

KOMITE AUDIT

BADAN

USAHA

SENAT AKADEMIK

DEWAN GURU BESAR

SEKRETARIS

UNIVERSITAS

REKTOR ATAU WAKIL

REKTOR

UNIT AUDIT

INTERNAL

UNIT LAYANAN

PENGADAAN

SISTEM JAMINAN

MUTU INTERNAL

FA

KU

LT

AS

SE

KO

LA

H

PA

SC

AS

AR

JAN

A

LE

MB

AG

A

PE

NE

LIT

IAN

LE

MB

AG

A P

KM

UN

IT P

EL

AK

SA

NA

KE

GIA

TA

N L

AIN

B I

R O

UN

IT P

EL

AK

SA

NA

AD

MIN

IST

RA

SI

LA

IN

PE

RP

US

TA

KA

AN

PU

SA

T S

IST

IM

INF

OR

MA

SI

LA

BO

RA

TO

RIU

M

ILM

U D

AS

AR

US

AH

A P

EN

UN

JAN

G

UN

IT P

EN

UN

JAN

G

LA

IN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

60

4.1.4 Visi, Misi dan Tujuan Universitas Sumatera Utara

Visi:

Menjadi perguruan tinggi yang memiliki keunggulan akademik sebagai

barometer kemajuan ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dalam tataran dunia

global

Misi:

1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis otonomi yang menjadi

wadah bagi pengembangan karakter dan profesionalisme sumber daya

manusia yang didasarkan pada pemberdayaan yang mengandung semangat

demokratisasi pendidikan yang mengakui kemajemukan dengan orientasi

pendidikan yang menekankan pada aspek pencarian alternatif penyelesaian

masalah aktual berlandaskan kajian ilmiah, moral, dan hati nurani;

2. Menghasilkan lulusan yang menjadi pelaku perubahan sebagai kekuatan

modernisasi dalam kehidupan masyarakat luas, yang memiliki kompetensi

keilmuan, relevansi dan daya saing yang kuat, serta berperilaku

kecendikiawanan yang beretika; dan

3. Melaksanakan, mengembangkan, dan meningkatkan pendidikan, budaya

penelitian dan program pengabdian masyarakat dalam rangka peningkatan

kualitas akademik dengan mengembangkan ilmu yang unggul, yang

bermanfaat bagi perubahan kehidupan masyarakat luas yang lebih baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

61

Tujuan:

1. Menghasilkan lulusan yang berkualitas yang mampu mengembangkan

ilmu pengetahuan, teknologi, humaniora, dan seni, berdasarkan moral

agama, serta mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional;

2. Menghasilkan penelitian inovatif yang mendorong pengembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, humaniora, dan seni dalam lingkup nasional dan

internasional;

3. Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan

karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum

dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan pemberdayaan masyarakat

secara inovatif agar masyarakat mampu menyelesaikan masalah secara

mandiri dan berkelanjutan;

4. Mewujudkan kemandirian yang adaptif, kreatif, dan proaktif terhadap

tuntutan masyarakat dan tantangan pembangunan, baik secara nasional dan

internasional;

5. Meningkatkan kualitas manajemen pembelajaran secara

berkesinambungan untuk mencapai keunggulan dalam persaingan dan

kerja sama nasional dan internasional;

6. Menjadi kekuaan moral dan intelektual dalam membangun masyarakat

madani Indonesia; dan

7. Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, sehat,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

62

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk

kepentingan bangsa.

4.1.5 Kondisi Demografis Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara (USU) terletak di Kecamatan Medan Baru,

Kelurahan Padang Bulan, dengan luas 122 Ha. Dari total luas tersebut, 100 Ha

merupakan kompleks utama dari universitas, dan sisanya adalah lahan hijau

dengan batas-batas wilayah USU, sebagai berikut:

Sebelah utara : Medan Baru, Jl. Sei Padang

Sebelah selatan : Jl. Berdikari, Kelurahan Padang Bulan

Sebelah Timur : Jl. Jamin Ginting

4.2. Profil Informan

4.2.1. Informan I

Nama :DR

Alamat :Jalan Pinang I, Medan Johor

Usia :21 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-Laki

Status :Mahasiswa

Fakultas :MIPA

Program Studi :Teknik Informatika

Pekerjaan Orang Tua :Wiraswasta

DR merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang saat ini

duduk di semester 4 (empat). DR dalam kesehariannya selalu bersentuhan dengan

Teknologi terutama dalam membuat suatu program. Hal tersebut terjadi karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

63

bagian dari hobi yang menjadi tuntutan karena berkuliah dibidangnya. DR

menjelaskan bahwa sejak kecil ia memiliki ketertarikan di bidang internet. sejak

SD, DR sudah mulai bersentuhan dengan game online. DR memiliki tingkat

keingintahuan yang tinggi ketika bermain game online. Selain keingintahuan

tentang memenangkan game tersebut, ia ingin mencari tahu bagaimana game

online bisa dibuat.

Karena kurangnya fasilitas sekolah tentang internet, DR tidak bisa

mencari tahu lebih lanjut. Sejak SD, DR mulai bermain game online di warnet

dekat rumahnya. Ketika itu warnet hanya ada satu disekitar rumahnya. DR

seringkali pergi ke warnet hanya untuk bermain game online. Kegiatan tersebut

selalu terjadi setiap pulang sekolah.

DR menjelaskan bahwa sekarang setelah dia berkuliah di Medan,

kegiatan berinternetnya semakin mudah dan lancar. Hal ini disebabkan sudah

memiliki laptop dan smartphone pribadi, selain itu jaringan di Medan pun

terbilang mudah dan tidak memerlukan paket internet yang mahal. DR

mengatakan bahwa semakin lama mengalami kesulitan untuk mengatur kegiatan

berinternetnya terutama di tahun pertama dia berkuliah. Sampai saat ini DR bisa

melakukan kegiatan berinternet sampai 10 jam. Kegiatan yang paling sering ia

lakukan di internet adalah dengan melakukan aktivitas game online. Selain game

online juga ia menggunakan instagram, ia menggunakan instagram hanya untuk

membagikan kegiatan bermain game online. Selain itu, informan menjelaskan

bahwa dalam kesehariannya akan lebih banyak digunakan oleh mereka untuk

berhubungan sosial di Internet. Membangun relasi sosial di Internet informan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

64

menjelaskan bahwa menggunakan media sosial yang ada, seperti Facebook,

Instagram dan Twitter.

Selain itu DR menjelaskan bahwa internet menurutnya sudah menjadi

salah satu yang utama dalam kesahariannya. Hal itu dijelaskan oleh DR apabila

mengalami kesulitan dalam mengakses internet, ia merasa seperti tidak hidup.

Akan sulit untuk melakukan kegiatan kesehariannya tanpa menggunakan internet.

menurutnya kegiatan internet itu sudah dapat melengkapi kebutuhan hidup

manusia. Dalam mengerjakan tugas, sebagai mahasiswa DR merasa terbantu

dengan adanya internet. DR menjelaskan bahwa sekalinya dia tidak aktif di

internet sehari, seperti ketinggalan informasi berhari-hari. Namun yang menjadi

unik bahwa DR sekalipun tergolong adiktif, DR dalam pendidikan tidak pernah

merasa ketinggalan dari teman-temanya. Hal itu dibuktikan dengan sejak SD-

SMA selalu mendapatkan sepuluh besar dikelasnya dan semasa kuliah pun DR

tidak pernah mendapatkan IP yang rendah. Namun DR menyadari bahwa

disekelilingnya bahwa teman-temannya yang sering bermain game online tidak

ada yang seperti dia. Peneliti menyadari bahwa sekalipun DR bermain game

online DR merupakan salah satu siswa yang memiliki daya tangkap yang cepat

dalam mempelajari sesuatu hal. DR menjelaskan bahwa menurutnya keuntungan

dalam bermain game online adalah seseorang dituntut untuk menyusun strategi

dengan tidak melakukan kesalahan yang sama, sehingga dengan begitu pengguna

dituntut untuk kreatif dan cepat.

Berdasarkan pada cara pandang DR, peneliti melihat bahwa mahasiswa

tersebut terindikasi ke dalam adiktif pada level severe. Hal itu peneliti lihat

berdasarkan lama waktu yang digunakan dalam mengakses internet dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

65

menjadikan internet sebagai suatu hal yang penting dalam kehidupannya dan

bahkan sampai pada melupakan kegiatan lainnya. Sehinnga menjadikan internet

sebagai suatu hal yang utama.

4.2.2. Informan II

Nama :PF

Alamat :Jalan Rampai Raya Simalingkar B

Usia :19 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-Laki

Status :Mahasiswa

Fakultas :MIPA

Program Studi :Teknik Informatika

Pekerjaan Orang Tua :Pendeta

PF merupakan mahasiswa Universitas Sumatera yang saat ini berada pada

semester 4 (empat). PF dalam kesehariannya selalu bersentuhan dengan Teknologi

terutama dalam membuat suatu program. Hal itu disebabkan karena PF saat ini

berkuliah dibidang yang menuntut untuk memahami tentang teknik informatika.

PF menjelaskan bahwa menurutnya teknologi saat ini bagian yang penting untuk

mahasiswa dapat menguasainya. PF menjelaskan bahwa generasi muda saat ini

tidak akan mampu untuk lepas dari kegiatan berinternet.

PF merupakan mahasiswa yang setiap harinya menggunakan internet

hampir 24 jam apabila sedang memiliki waktu luang seperti liburan semester,

weekend atau hari-hari libur lainnya. Namun secara normal, biasanya ia akan

menggunakan internet 6-8 jam. Kegiatan berinternet yang dilakukannya beragam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

66

Mulai dari bermain game online, menonton youtube atau melakukan relasi sosial

secara virtual dengan menggunakan media sosial yang ada.

PF juga merasa bahwa ia terkadang merasa “autis” apabila sudah

menggunakan internet terutama saat libur. Autis yang dimaksud bahwa ia seperti

memiliki dunia sendiri tanpa harus berinteraksi dengan orang lain. PF juga sering

mendapat teguran dari orang tua nya karena terlalu sering menggunakan internet.

PF juga menjelaskan bahwa kegiatan berinternetnya merupakan suatu hal yang

bisa dikatakan sebagai yang utama. PF juga menjelaskan bahwa ia sering

melupakan kegiatan lainnya hanya untuk bermain internet. Kegiatan yang sering

dia lupakan adalah ketika ia harus menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas kampus

dan tidak jarang sampai bolos kuliah hanya untuk bermain internet. Selain itu,

informan menjelaskan bahwa dalam kesehariannya lebih banyak digunakan untuk

berhubungan sosial di Internet. Membangun relasi sosial di Internet informan

menjelaskan bahwa menggunakan media sosial yang digunakannya, seperti

Facebook, Instagram dan Twitter.

PF menyadari bahwa sesungguhnya kegiatan berinternetnya sudah

mengarah pada kondisi yang negatif. PF tidak dapat mengendalikan kuantitas

penggunaan internet. Namun menurutnya internet sudah menjadi candu untuknya.

Oleh karena itu peneliti melihat bahwa PF sudah mengalami kecanduan pada

tahap severe. Pada level ini informan juga menjelaskan bahwa internet sebagai

suatu hal yang utama. Informan menjelaskan kesulitan apabila harus jauh dengan

internet. Informan juga melupakan kegiatan di realitas nyata dan lebih banyak

menggunakan waktunya untuk kegiatan di realitas maya. Informan juga tanpa

menyadari memiliki kuanlitas yang rendah dalam berelasi sosial di dunia nyata.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

67

4.2.3. Informan III

Nama :AS

Alamat :Berdikari

Usia :20 Taahun

Jenis Kelamin :Laki-Laki

Status :Mahasiswa

Fakultas :MIPA

Program Studi :Teknik Sipil

Pekerjaan Orang Tua :Wiraswasta

AS merupakan mahasiswa Teknik Sipil yang saat ini berada pada

semester 6 (Enam). AS dalam kesehariannya menjelaskan bahwa dirinya adalah

orang yang menyukai kegiatan games online dengan baik. Banyak kegiatan games

online yang tidak hanya sekedar menghabiskan waktu untuk bermain tetapi

menghasilkan uang. AS menjelaskan bahwa kegiatan games online cukup

menghasilkan apabila di tekuni dengan serius.

Perlombaan yang dilakukan oleh AS mungkin belom pada skala nasional

seperti yang saat ini mulai berkembang di Jawa dengan sebutan Esports. AS

menjelaskan bahwa ia berlomba dalam bermain games masih pada taraf

lingkungan pertemanan sekitaran USU. Namun tidak dipungkiri apabila ia dapat

mengembangkan teknik bermainnya, ia ingin bisa melakukan perlombaan dalam

skala nasional games online.

AS menjelaskan bahwa dalam bermain games online diperlukan

ketangkasan dalam menyusun strategi. Oleh karena itu AS seringkali melatih

teknik bermain dengan mengikuti beragam komunitas online atau menonton

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

68

youtube tentang tutorial bermain suatu games online. Pada kegiatan tersebut AS

akan menghabiskan waktu dengan bermain internet hampir 24 jam. Ia

menjelaskan bahwa internet membuat ia lupa akan sekitarnya dan menjadi fokus

dengan komunitas onlinenya dan kegiatan bermain games online. Untuk

melakukan relasi sosial yang dilakukannya lebih sering dengan komunitasnya

melalui jaringan internet. Namun sekalipun dia keluar untuk berjumpa dengan

teman komunitasnya, mereka hanya akan jumpa di warung makan dan bermain

games sebagai kelompok bermain. Selain itu, informan menjelaskan bahwa dalam

kesehariannya akan lebih banyak digunakan oleh mereka untuk berhubungan

sosial di Internet. Membangun relasi sosial di Internet informan menjelaskan

bahwa menggunakan media sosial yang ada, seperti Facebook, Instagram dan

Twitter.

AS merupakan salah satu informan yang tergolong adiktif terhadap

internet di tahap severe. Pada tahap ini peneliti melihat berdasarkan lama waktu

yang digunakan AS dalam bermain games. Selain itu, AS menjadikan internet

salah satu yang utama dalam kehidupannya. Dalam kesehariannya AS memiliki

kesulitan dan mengontrol kegiatan berinternetnya. AS akan merasa bosan apabila

tidak dapat menggunakan internet dengan waktu yang lebih dari empat jam. AS

akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas kuliah apabila tidak

menggunakan internet.

4.2.4. Informan IV

Nama :G

Alamat :Susuk 2

Usia :20 Tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

69

Jenis Kelamin :Laki-Laki

Status :Mahasiswa

Fakultas :Teknik

Program Studi :Teknik Sipil

Pekerjaan Orang Tua :Wirausaha

G Merupakan salah satu mahasiswa Teknik Sipil yang menjelaskan

bahwa internet merupkan bagian penting dalam kehidupannya saat ini. G

menjelaskan ketertarikannya dengan internet bukan hanya sebatas untuk hiburan.

G menggunakan internet untuk mendapatkan uang tambahan melalui internet.

Salah satunya ia sedang mencoba dengan membuka akun youtube, online shope,

online tranportasi dan mengikuti beragam perlombaan games dengan teman-

temannya.

G salah satu mahasiswa yang menyukai kegiatan games online dengan

sangat baik. Banyak games online yang telah ia coba sehingga membuatnya jadi

lebih terlatih dalam membuat strategi apabila bermain games. Lama waktu yang

digunakan oleh G dalam menggunakan internet bisa sampai 8-10 jam setiap

harinya.

G menjelaskan apabila tidak menggunakan internet dalam sehari saja

akan merasa kesulitan, kehilangan dan kemiskinan. Menurutnya internet itu

bagaikan sumber rejeki dan hiburan yang biasa ia gunakan. Apabila internet tidak

digunakan akan sulit untuknya bukan hanya dalam segi materi menurutnya

internet merupakan sumber informasi buat saya yang tidak memiliki televisi.

G melihat bahwa kegiatan berinternet saat ini apabila dimanfaatkan

dengan baik akan menguntungkan penggunanya. G tidak memungkiri bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

70

internet banyak menghasilkan efek negatif terutama bagi kalangan pelajar.

Menurutnya generasi muda saat ini jadi tidak dapat mengontrol pekerjaan mana

yang harus lebih dulu dilakukan daripada bermain internet. G tidak mengelak

bahwa peran dia sebagai mahasiswa sering terbengkalai karena menggunakan

internet. G juga merasa bahwa dengan adanya internet akan merasa kesulitan

untuk berinteraksi dengan orang di sekitarnya. G melihat sekalipun ia berkumpul

dengan teman kampus nya, mereka akan menggunakan games online untuk

mengisi kegiatan bersama mereka. Sehingga untuk sekedar berkomunikasi, G

merasa bahwa saat ini akan sulit melihat generasi saat berkumpul bersama tidak

menggunakan internet. G menjelaskan bahwa intenet bisa dibilang mendekatkan

yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Selain itu, informan menjelaskan bahwa

dalam kesehariannya akan lebih banyak digunakan oleh mereka untuk

berhubungan sosial di Internet. Membangun relasi sosial di Internet informan

menjelaskan bahwa menggunakan media sosial yang ada, seperti Facebook,

Instagram dan Twitter.

Peneliti melihat bahwa dalam kuantitas penggunaan internet G termaksud

ke dalam mahasiswa yang tergolong adiktif. G sendiri termaksud ke dalam

seorang yang adiktif pada tahap severe. Pada tahap ini peneliti melihat pada

kuantitas penggunaan internet yang melebihi enam jam. Selain itu, G merasa

kesulitan apabila tidak menggunakan internet menjelaskan bahwa internet sudah

menjadi bagian yang penting dan G juga mengabaikan perannya sebagai

mahasiswa. G menjadikan internet sebagai suatu hal yang utama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

71

4.2.5. Informan V

Nama :R

Alamat :Jalan Rampai Raya Simalingkar B

Usia :20 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-Laki

Status :Mahasiswa

Fakultas :Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi

Informan

Program Studi :Ilmu Komputer

Pekerjaan Orang Tua :Pensiunan

R merupakan salah satu mahasiswa ilmu komputer yang menjelaskan

bahwa internet merupkan bagian penting dalam kehidupannya saat ini. R melihat

bahwa dengan internet banyak kegiatan yang bisa dilakukan di dalamnya. Latar

belakang R yang selalu berhubungan pada teknologi beserta perangkat-

perangkatnya, mengharuskannya untuk selalu update pada perkembangan didalam

teknologi terkmaksud pada internet.

Selain menggunakan internet sebagai bagian dari pelajaran dari kampus,

R merupakan salah satu mahasiswa yang menyukai kegiatan games online dengan

sangat baik. Banyak games online yang saat ini dia mainkan mulai dari DOTA,

Mobile Legend, dan PUBG. R menjelaskan dalam kesehariannya dia selalu

bermain games online. Roni menggunakan waktu bermain games online biasanya

6 Jam perhari hanya untuk bermaian games. Apabila hari libur, Roni bermain

games bisa sampai 10 jam bahkan lebih.

Kegiatan berinternet yang dilakukan R selain games online adalah media

sosial. R merupakan salah satu informan yang cukup aktif menggunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

72

Facebook dan Instagram. Pada media sosial yang digunaannya, biasanya

digunakan untuk mengikuti komunitas games online nya. Selain itu untuk berbagi

kegiatan main games online apabila sudah pada level yang orang lain sulit capai

sebagai bentuk kebanggaannya atau nilai diri dalam mencapai level tersebut.

R menjelaskan bahwa apabila tidak menggunakan internet dalam sehari

saja, ia menjelaskan akan sangat sulit. Terlebih menurutnya, bahwa ia sudah

cukup sulit untuk jauh dari kegiatan berinternet terlebih untuk kepentingan

pendidikannya juga. Tapi R menjelaskan juga bahwa ia juga merasa dengan

aktifitasnya yang sekarang justru lebih banyak menggunakan internet hanya untuk

hiburannya saja. Sehingga terkadang ia juga sering bolos kuliah, titip absen dan

terakhir nilai semesternya akan rendah sehingga membuat dia harus mengulang

kembali di semester selanjutnya

Peneliti melihat bahwa dalam kuantitas penggunaan internet R termaksud

ke dalam mahasiswa yang tergolong adiktif. R sendiri termaksud ke dalam

seorang yang adiktif pada tahap severe. Pada tahap ini peneliti melihat pada

kuantitas penggunaan internet yang melebihi enam jam. Selain itu, R merasa

kesulitan apabila tidak menggunakan internet dan menjadikan interrnet sebagai

sesuatu hal yang utama. R juga mengabaikan perannya sebagai mahasiswa.

4.2.6. Informan VI

Nama :AG

Alamat :jalan terompet

Usia :20 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-Laki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

73

Status :Mahasiswa

Fakultas :Teknik

Program Studi :Teknik Elektro

Pekerjaan Orang Tua :Petani

AG merupakan salah satu mahasiswa mahasiswa Teknik Elektro di

Universitas Sumatera Utara. AG saat ini berada pada semester 8. AG salah satu

informan yang setiap harinya menggunakan internet. AG menjelaskan bahwa

internet saat ini sudah menjadi bagian penting dalam kegiatan sehari-harinya.

Informan menjelaskan bahwa tiada tanpa menggunakan teknologi tersebut.

AG menggunakan internet dengan beragam kepentingan. Salah satu

kegiatan berinternet yang paling sering digunakan oleh AG adalah bermain

games. Informan dalam kesehariannya dapat bermain games online setiap harinya

6 jam sehari. Hal itu belum diperkirakan bermain internet dengan media sosial

atau hal lainnya yang meggunakan jaringan internet. Informan menjelaskan bahwa

secara keseluruhan dapat mneggunakan internet 8-10 jam sehari.

Kegiatan berinternet yang dilakukannya adalah dengan bermain games

online yang saat ini dia mainkan, yatu: PUBG. Informan menjelaskan selain

bermain games online Agus juga menggunakan media sosial lainnya, seperti :

Youtube, Instagram, dan Facebook. Untuk Instagram dan Facebook, informan

menggunakannya untuk dapat berhubungan dengan komunitas gamers. Pada

Youtube biasanya ia gunakan untuk menonton kegiatan bermain games online

yang di videokan oleh pemain yang berasal dari komunitas-komunitasnya juga.

Selain itu Youtube digunakan untuk menunjang pendidikannya dengan mencari

tutorial yang berhubungan Teknik Elektro.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

74

AG dalam kesehariannya menggunakan internet merasa sangat kesulitan

apabila tidak menggunakan internet dalam satu hari . Hal ini disebabkan karena

saat ini segalanya sudah berhubungan dengan internet. Informan menjelaskan

bahwa Internet menunjang pendidikannya serta mempermudah informan dalam

kesehariannya. Apabila harus dibayangkan sehari tanpa internet informan

menjawab tidur adalah pilihan terbaik untuk menghabiskan waktu.

AG menyadari keuntungan internet untuk mempermudah kehidupannya.

Dibalik itu, ia juga merasakan kerugian internet yaitu kegiatan belajarnya serta

waktu produktif yang seharusnya dapat digunakan untuk berorganisasi atau

melakukan hal lainnya jadi terbengkalai. Pada akhirnya, Informan merasakan

dampak negatif dari internet tersebut memperngaruhi nilai kuliahnya. AG juga

berpikir bahwa internet sebetulnya menjauhkannya dari teman, keluarga dan

lingkungan sekitar. Sekalipun informan sering keluar untuk makan bersama

teman, ia dan teman-temannya minim interaksi dan cenderung fokus pada gadget

nya masing-masing.

AG berpikir bahwa kegiatan berinternet yang berkembang saat ini

penggunanya harus mampu mengontrol lama waktu penggunaan internetnya.

Apabila penggunanya tidak mampu menggunakan dengan baik tentu akan

berpengaruh dalam aspek kehidupannya. AG menjelaskan bahwa generasi saat ini

dalam setiap perilakunya akan di pengaruhi oleh kebradaan internet. oleh karena

itu, ada baiknya pengguna menggunakannya untuk menambah kreatifitas dan

inovasi sehingga generasi indonesia tidak hanya sebagai pengguna tetapi dapat

membuat sesuatu yang dapat digunakan oleh negara lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

75

Peneliti melihat bahwa dalam kuantitas penggunaan internet Agus

termaksud ke dalam mahasiswa yang tergolong adiktif. AG sendiri termaksud ke

dalam seorang yang adiktif pada tahap severe. Pada tahap ini peneliti melihat pada

kuantitas penggunaan internet yang melebihi enam jam. Selain itu, AG merasa

kesulitan apabila tidak menggunakan internet sehingga menjelaskan internet

sudah menjadi bagian yang utama dan AG juga mengabaikan kegiatan lainnya.

4.2.7. Informan VII

Nama :AV

Alamat :Jalan berdikari

Usia :21 Tahun

Jenis Kelamin :Perempuan

Status :Mahasiswa

Fakultas :Fakultas Teknik

Program Studi :Teknik Elektro

Pekerjaan Orang Tua :Wirausaha

AV merupakan salah satu mahasiswa mahasiswa Teknik Elektro di

Universitas Sumatera Utara. Agus saat ini berada pada semester 8. AV salah satu

informan yang setiap harinya menggunakan internet. AV menjelaskan bahwa

internet saat ini sudah menjadi bagian penting dalam kegiatan sehari-harinya.

Informan menjelaskan sangat sulit saat ini untuk sehari saja tidak menggunakan

internet.

AV menggunakan internet dengan beragam kepentingan. Salah satu

kegiatan berinternet yang paling sering digunakan oleh AV adalah bermain

games. Informan dalam kesehariannya dapat bermain games online setiap harinya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

76

6 jam sehari. Hal itu belum diperkirakan bermain internet dengan media sosial

atau hal lainnya yang meggunakan jaringan internet. Informan menjelaskan bahwa

secara keseluruhan dapat mneggunakan internet 8-10 jam sehari. Informan

menjelaskan bahwa ketika ia sudah bermain dengan menggunakan jaringan

internet dia bisa lupa waktu untuk makan, minum, ke kampus, mengerjakan tugas,

kegiatan agama, dan lingkungan sekitar.

Kegiatan berinternet yang dilakukannya adalah dengan bermain games

online yang saat ini dia mainkan, yatu: PUBG. Informan menjelaskan selain

bermain games online AV juga menggunakan media sosial lainnya, seperti :

Youtube, Instagram, dan Facebook. Untuk Instagram dan Facebook, informan

menggunakannya untuk dapat berhubungan dengan komunitas gamers. Pada

Youtube biasanya ia gunakan untuk menonton kegiatan bermain games online

yang di videokan oleh pemain yang berasal dari komunitas-komunitasnya juga.

Selain itu Youtube digunakan untuk menunjang pendidikannya dengan mencari

tutorial yang berhubungan Teknik Elektro.

AV dalam kesehariannya yang menggunakan internet akan sangat merasa

kesulitan apabila sekalinya tidak menggunakan internet. Hal ini menurutnya

disebabkan karena saat ini segalanya sudah berhubungan dengan internet.

Informan menjelaskan bahwa Internet menunjang pendidikannya serta

mempermudah informan dalam kesehariannya. Apabila harus dibayangkan sehari

tanpa internet informan menjawab tidur adalah pilihan terbaik untuk

menghabiskan waktu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

77

AV menyadari bahwa selain keuntungan internet sebagai mempermudah

kehidupannya, internet mempengaruhi kegiatan belajar nya serta waktu produktif

yang seharusnya dapat digunakan untuk berorganisasi atau melakukan hal lainnya

jadi terbengkalai. Informan merasakan dampak negatif dari internet dengan

memperngaruhi nilai kuliahnya. AV juga berpikir bahwa internet sebetulnya

menjauhkannya dari teman, keluarga dan lingkungan sekitar. Sekalipun informan

sering keluar untuk makan bersama teman sesungguhnya ia dan teman-temannya

minim interkasi dengan mengobrol dan cenderung fokus pada gedget nya masing-

masing.

AV berpikir bahwa kegiatan berinternet yang berkembang saat ini

penggunanya harus mampu mengontrol lama waktu penggunaan internetnya.

Apabila penggunanya tidak mampu menggunakan dengan baik tentu akan

berpengaruh dalam aspek kehidupannya. AV menjelaskan bahwa generasi saat ini

dalam setiap perilakunya akan di pengaruhi oleh kebradaan internet. oleh karena

itu, ada baiknya pengguna menggunakannya untuk menambah kreatifitas dan

inovasi sehingga generasi indonesia tidak hanya sebagai pengguna tetapi dapat

membuat sesuatu yang dapat digunakan oleh negara lainnya.

Peneliti melihat bahwa dalam kuantitas penggunaan internet Agus

termaksud ke dalam mahasiswa yang tergolong adiktif. Agus sendiri termaksud ke

dalam seorang yang adiktif pada tahap severe. Pada tahap ini peneliti melihat pada

kuantitas penggunaan internet yang melebihi enam jam. Selain itu, Avoca merasa

kesulitan apabila tidak menggunakan internet sehingga menjelaskan internet

sudah menjadi bagian yang utama dan Avoca juga mengabaikan kegiatan lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

78

4.2.8. Informan VIII

Nama :SA

Alamat :Jalan Susuk 2

Usia :22 Tahun

Jenis Kelamin :Perempuan

Status :Mahasiswa

Fakultas :Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi :Sosiologi

Pekerjaan Orang Tua :Pensiunan PNS

SA merupakan salah satu mahasiswa Sosiologi di Universitas Sumatera

Utara. SA saat ini berada pada semester 8. SA salah satu informan yang setiap

harinya menggunakan internet. SA menjelaskan bahwa internet saat ini sudah

menjadi bagian penting dalam kegiatan sehari-harinya. Informan menjelaskan

bahwa tiada hari tanpa menggunakan teknologi tersebut.

SA menggunakan internet dengan beragam kepentingan. Salah satu

kegiatan berinternet yang paling sering digunakan oleh SA adalah bermain Media

Sosial yang tersedia di setiap gadget yang digunakannya. Selain bermain Media

sosial, informan menjelaskan bahwa menggunakan internet untuk bermain games

online yang ada di playstore yaitu: Hago dan Beat EVO YG. Informan dalam

kesehariannya dapat bermain media sosial dan bermain games setiap harinya 8-10

jam sehari.

Kegiatan berinternet yang dilakukan SA pada Media sosial beragam.

Informan menjelaskan selain bermain games online Agus juga menggunakan

media sosial lainnya, seperti : Youtube, Instagram, dan twitter. Untuk instagram

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

79

dan twitter SA menggunakan untuk mengikuti beragam kegiatan dari artis korea

yang menjadi idolan dan melakukan interaksi dengan komunita pecinta korea

lainnya. Selain itu, SA menggunakan instagram untuk belanja online diberagam

sosial media yang menyediakan kebutuhannya. SA biasa belanja online seperti:

membeli sepatu, baju, makeup atau pun skin care. Pada Youtube sendiri SA

menggunakan media sosial tersebut untuk menonton Music Video dari artis K-

POP yang disukainya.

SA dalam kesehariannya yang menggunakan internet akan sangat merasa

kesulitan apabila tidak menggunakan internet. Hal ini disebabkan karena saat ini

segala bidang kehidupan telah terhubung dengan internet. Informan menjelaskan

bahwa Internet menunjang pendidikannya serta mempermudah informan dalam

kesehariannya. Apabila harus dipikirkan sehari tanpa internet informan menjawab

akan merasa bosan. Hal tersebut karenna menurutnya, internet sudah menjadi

hiburan untuk mengisi waktu luangnya. SA mungkin akan memilih keluar dari

kost untuk mengatasi rasa jenuh akibat jauh dari internet. Melakukan kegiatan

yang menuntut interaksi langsung sehingga rasa jauh dari internet tidak akan

terasa.

SA menjelaskan bahwa kegiatan berinternet mempengaruhi kegiatan

keagamaannya. Informan jadi sering lupa waktu sehingga melewati waktu

bersembahyang. Internet juga mengganggu kegiatan belajaranya apabila

disekitarnya terdapat gedget seperti smartphone. Informan yang awalnya memiliki

niat untuk mengerjakan tugas kuliah ternyata jadi bermain internet. Hal tersebut

mengurangi waktu produktif yang seharusnya dapat digunakan untuk

menyelesaikan kegiatan lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

80

SA menjelaskan bahwa kegiatan berinternet dilingkungan sekitarnya

memperngaruhi interaksi. Hal ini informan rasakan ketika bertemu dengan teman-

teman SMA nya yang telah berkuliah di daerah yang berbeda, sekalinya

melakukan janji untuk kumpul bersama. Informan merasa sekalipun mereka

berjumpa, mereka tidak menggunakan waktu berkumpul mereka untuk bercerita

setelah melewati waktu tidak bertemu. Masing-masing dari mereka sibuk sendiri

dengan smartphonenya. Oleh karena itu informan menyadari bahwa kegiatan

berinternet saat ini terkadang membuat pengguna melupakan sekitar. Namun

selain dari negatif kegiatan berinternet informan menjelaskan bahwa internet juga

memudahkan penggunanya, terutama seperti dia yang memiliki sifat yang

introvert. Informan cenderung sulit untuk deket dengan orang terlebih dahulu,

sehingga membuatnya menggunakan internet terlebih dahulu untuk menjalin

komunikasi dengan baik. Apabila memiliki kecocokan karakter dan bertemu tatap

muka, menurutnya tidak akan ada rasa canggung.

Informan menjelaskan bahwa dirinya mengikuti komunitas online dengan

cakupan dari banyak wilayah di Indonesia. Informan memiliki komunitas maya di

salah satu media sosialnya. Pada komunitas tersebut mereka akan melangsungkan

acara sebagai penikmat K-POP Indonesia, internet mempermudah akses informan

dalam berkomunikasi tanpa harus tatap muka langsung dan anggota komunitas

tersebut dapat menuangkan idenya. Oleh karena itu, informan menjelaskan bahwa

kegiatan berinternet dapat berdampak negatif apabila penggunanya tidak dapat

mengatur waktu kegiatan berinternet dengan realitas kegiatan.

Peneliti melihat bahwa dalam kuantitas penggunaan internet SA

termaksud ke dalam mahasiswa yang tergolong adiktif. SA sendiri termaksud ke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

81

dalam seorang yang adiktif pada tahap moderate. Pada tahap ini peneliti melihat

pada kuantitas penggunaan internet yang melebihi enam jam. Selain itu, SA

menjelaskan bahwa internet merupakan suatu hal yang penting tetapi sekalipun

informan terkadang melupakan kegiatan lainnya dan tidak dapat mengatur waktu

bermain internet, informan belum sampai pada menjadikan internet sebagai suatu

hal yang utama

4.2.9. Informan IX

Nama :NY

Alamat :Jl.Berdikari

Usia :22 Tahun

Jenis Kelamin :Perempuan

Status :Mahasiswa

Fakultas :MIPA

Program Studi :Kimia

Pekerjaan Orang Tua :Wiraswasta

NY merupakan salah satu mahasiswa mahasiswa MIPA di Universitas

Sumatera Utara. NY saat ini berada pada semester 8. NY salah satu informan yang

setiap harinya menggunakan internet. NY menjelaskan bahwa internet saat ini

sudah menjadi bagian penting dalam kegiatan sehari-harinya. Informan

menjelaskan bahwa tiada hari tanpa menggunakan teknologi tersebut.

NY menggunakan internet dengan beragam kepentingan. Salah satu

kegiatan berinternet yang paling sering digunakan oleh NY adalah bermain Media

Sosial yang tersedia di setiap gedget yang digunakannya. Selain bermain Media

sosial, informan menjelaskan bahwa menggunakan internet untuk bermain games

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

82

online yang ada di playstore yaitu: Hago. Informan dalam kesehariannya dapat

bermain media sosial dan bermain games setiap harinya 6-10 jam sehari.

Menutunya tergantung pada kondisi yang ada

Kegiatan berinternet yang dilakukan oleh NY kebanyakan adalah untuk

mengisi waktu luang. Informan menjelaskan bahwa media sosial yang

digunakannya, seperti: Instagram, Facebook, Twitter, Youtube, TanTan dan

banyak lagi. Media sosial menurutnya adalah kegiatan untuk berkomunikasi,

berbagi, dan menunjukan eksistensi diri. NY menjelaskan bahwa banyak aplikasi

yang saat ini menggunakan beragam fiture seperti melakukan interaksi sambil

bermain games. Hal itu dirasakan oleh informan dengan kehadiran aplikasi Hago.

Pada aplikasi Hago yang digunakannya, ia sudah menemukan teman-teman baru

yang memiliki hobby yang sama seperti bernyanyi. Selain itu NY juga memiliki

kegemaran dalam menonton Youtube tentang beauty blogger, ketertarikan

informan di dalamnya.

Informan menjelaskan untuk kegiatan media sosial yang digunakan

seperti instagram, facebook, dan twitter menggunakannya untuk membangun

eksistensi diri agar terlihat modis sekalipun dalam balutan Hijab. Informan juga

menggunakan media sosial untuk menilai wujud eksistensi dirinya dengan jumlah

like yang di dapatkan, followers yang terus bertambah, dan komentar pujian yang

didapatkan. Selain itu informan menjelaskan bahwa ia cukup memperhatikan

penampilannya apabila foto tersebut ingin di posting. Ia menjelaskan tidak

sembarang foto yang akan dia posting di akun media sosial tersebut. Namun untuk

kesehariannya di kampus, informan bukanlah seorang yang menggunakan pakaian

modis ataupun menggunakan make up. Hal tersebut larangan bagi mahasiswi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

83

kimia untuk tidak menggunakannya karena terdapat zat kimia yang berbahaya

yang terkoneksi denagn zat kimia yang terdapat di make up sehingga dapat

menyebabkan hal-hal yang tak diinginkan.

NY dalam kesehariannya apabila tidak menggunakan internet akan

sangat merasa kesulitan. Hal ini menurutnya disebabkan karena saat ini segalanya

sudah terhubung dengan internet. Menurutnya apabila tidak ada internet hidupnya

akan membosankan. Tetapi memang internet tidak menjadi yang utama untuknya

namun menjadi pelengkap disaat males untuk keluar rumah atau kost, internet

menjadi penyelemat untuknya bermain dengan aplikasi yang terjaring dengan

internet.

NY menjelaskan bahwa kegiatan internet yang berkembang saat ini

cenderung membuat penggunanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing,

meskipun disekitarnya ada teman maupun keluarganya. NY menjelaskan bahwa

perilaku yang berkembang pada generasi muda akan dipengaruhi oleh hadirnya

internet, terlebih saat ini berkembangnya Video Blogger yang membahas tentang

daily life ataupun kegiatan sehari-hari influencer. Generasi muda yang

berkembang saat ini pastinya banyak menghabiskan waktu mereka untuk

berinternet sehingga terkadang banyak aktifitas lain yang terlupakan.

Peneliti melihat bahwa dalam kuantitas penggunaan internet NY

termaksud ke dalam mahasiswa yang tergolong adiktif. NY sendiri termaksud ke

dalam seorang yang adiktif pada tahap moderate. Pada tahap ini peneliti melihat

pada kuantitas penggunaan internet yang melebihi enam jam. Selain itu, NY

menjelaskan bahwa internet merupakan suatu hal yang penting tetapi sekalipun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

84

informan menggunakan dengan kuantitas waktu yang lama, informan tidak

menjadikan internet sebagai suatu hal yang utama dan masih memperhatikan

kepentingan-kepentingan lainnya.

4.2.10. Informan X

Nama :EWM

Tempat/Tgl.Lahir :Tobasa, 21 Februari 1998

Alamat :Jalan berdikari ujung, No.12

Usia :21 Taahun

Jenis Kelamin :Perempuan

Status :Mahasiswa

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi :Akuntansi

Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta

EWM merupakan salah satu mahasiswa Akuntasi di Universitas

Sumatera Utara 2015. Ia saat ini berada pada semester 8. EWM merupakan salah

satu informan yang setiap harinya menggunakan internet. EWM menjelaskan

bahwa internet saat ini sudah menjadi bagian penting dalam kegiatan sehari-

harinya. Informan menjelaskan bahwa tiada hari tanpa menggunakan teknologi

tersebut. EWM menjelaskan bahwa ia dapat seharian di kost tanpa berinteraksi

dengan orang lain disekitarnya hanya melakukan kegiatan berinternet.

EWM menggunakan internet dengan beragam kepentingan. Salah satu

kegiatan berinternet yang paling sering digunakan oleh EWM adalah bermain

Media Sosial yang tersedia di setiap gedget yang digunakannya. Selain bermain

Media sosial, informan menjelaskan bahwa menggunakan internet untuk bermain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

85

games online yang ada di playstore yaitu: Hago dan PUBG. Walaupun perempuan

EWM bermain games online seperti PUBG dengan lawan rata-rata adalah anak

laki-laki. Informan dalam kesehariannya dapat bermain media sosial dan bermain

games setiap harinya 8-10 jam sehari.

Kegiatan berinternet yang dilakukan EWM pada Media sosial beragam.

Informan menjelaskan selain bermain games online Agus juga menggunakan

media sosial lainnya, seperti : Youtube, Instagram, dan twitter. Untuk instagram

dan twitter EWM menggunakan untuk mengikuti beragam kegiatan dari artis yang

menjadi idolanya dan melakukan interaksi dengan komunitas-komunitas yang

menurutnya lucu dan meningkatkan kreatifitasnya dalam menggambar. Selain itu,

EWM menggunakan instagram untuk belanja online diberagam sosial media yang

menyediakan kebutuhannya. EWM biasa belanja online seperti: membeli sepatu,

baju, makeup atau pun skin care. Pada Youtube sendiri EWM menggunakan

media sosial tersebut untuk menonton Music Video artis Jepang dan Korea, Video

Blogger dari artis-artis dalam maupun luar negeri, dan banyak lagi. Kegiatan

berinternet EWM juga menggunakan Browser untuk mencari informasi dan

mendownload drama korea ataupun jepang.

EWM dalam kesehariannya yang menggunakan internet akan sangat

merasa kesulitan apabila sekalinya tidak menggunakan internet. Hal ini

menurutnya disebabkan karena saat ini segalanya sudah berhubungan dengan

internet. Informan menjelaskan bahwa Internet menunjang pendidikannya serta

mempermudah informan dalam kesehariannya. Apabila harus dipikirkan sehari

tanpa internet informan menjawab akan merasa bosan dan sendiri. Informan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

86

menjelaskan bahwa internet memiliki peran penting untuk individu yang

sepertinya, introvert dan sulit terbuka.

EWM menjelaskan bahwa kegiatan berinernet mempengaruhi kegiatan

pendidikannya. Informan jadi sering lupa waktu ketika harusnya ke kampus,

justru bermain internet dengan menonton drama korea ataupun jepang. Kegiatan

keagamaannya informan juga terbengkalai karena asik sendiri dengan dunia yang

dibuat di dalam kamarnya. EWM juga mahasiswa Bidikmisi yang saat ini sudah

sering mendapat peringatan dari fakultas karena IP semesternya tidak memenuhi

syarat rata-rata yang harus dicapai mahasiswa Bidikmisi.

Tanggapan informan terkait dengan kegiatan berinternet yang banyak

dilakukan mahasiswa merupakan suatu hal yang sah. Informan menjelaskan

bahwa saat ini merupakan tahap perkembangan teknologi yang semakin canggih.

Banyak kegiatan yang bisa dilakukan dengan jaringan internet. internet juga

memudahkan penggunanya dalam berkomunikasi. Internet memudahkannya

dalam mencari informasi. Informan menjelaskan bahwa kemudahannya semakin

terasa dengan adanya transportasi online. Aplikasi tranportasi online tidak hanya

menyediakan jasa transportasi akan tetapi menyediakan jasa beli makanan, beli

obat, antar barang, beli pulsa, bayar tagihan dan aktifitas lainnya.

Peneliti melihat bahwa dalam kuantitas penggunaan internet EWM

termaksud ke dalam mahasiswa yang tergolong adiktif. EWM sendiri termaksud

ke dalam seorang yang adiktif pada tahap moderate. Pada tahap ini peneliti

melihat pada kuantitas penggunaan internet yang melebihi enam jam. Selain itu,

EWM menjelaskan bahwa internet merupakan suatu hal yang penting tetapi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

87

sekalipun informan terkadang melupakan kegiatan keagamaan dan tidak dapat

mengatur waktu bermain internet, informan tidak menjadikan internet sebagai

suatu hal yang utama.

4.3. Perkembangan Internet Di Medan

4.3.1. Warung Internet Sebagai Gerbang Dunia Virtual Mahasiswa Di

Medan

Perkembangan internet di Indonesia sudah dimulai pada tahun 1994,

diawali dengan dibukannya ISP (Internet Service Provider) pertama di Indonesia

diawali oleh PT. Indo Internet (IndoNet) di Jakarta, sejalan dengan itu bisnis

internet mulai dikenal oleh masyarakat. Namun dalam rentang waktu sampai

tahun 2000-an sebagian besar masyarakat umum belum mendapatkan informasi

yang cukup, hanya terbatas mereka dari kalangan pebisnis dan intelektual tertentu

yang sering memanfaatkan jaringan internet. Beberapa waktu kemudian, barulah

internet memasuki dunia pendidikan di daerah perkotaan, dan diikuti institusi

pemerintahan dan masyarakat umum.

Perkembangan internet secara luas di masyarakat tidak terlepas dari

aktivitas bisnis jasa pelayanan internet yang dilakukan oleh pengusaha outlet

internet, yang sampai sekarang populer dikenal dengan warung internet. Warung

internet atau lebih dikenal dengan warnet adalah salah satu bentuk wirausaha atau

jasa usaha yang menyewakan jasa internet kepada masyarakat umum. Di

Indonesia warnet pada awalnya didirikan di Bogor oleh Michael Sunggiardi pada

1996. Awal keterlibatan Michael Sunggiardi dimulai tahun 1994, ketika fund

manager AT&T, sebuah perusahaan komputer yang berbasis di New York datang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

88

ke Indonesia untuk melihat perkembangan pemasaran produknya. Ketika itu ia

mengusulkan untuk membuka jaringan internet di Indonesia. Pada 1 Juli 1995

mulai dibuka ISP BoNet, dan pada awal 1996 dibuka “BoNet Cafe”, warnet

pertama di Bogor, sekaligus pertama di Indonesia.

Dalam perkembangannya, juga dilakukan pengenalan internet ke

masyarakat, melalui seminar dan workshop internet dari kota ke kota. Kegiatan

tersebut mulai menarik perhatian dan minat masyarakat. Tanggal 25 Mei 2000

merupakan hari bersejarah bagi penggiat warnet, karena telah lahir Asosiasi

Warnet Indonesia, yang pada awalnya bermotif kerjasama pengusaha warnet

dengan Sekolah Menengah Kejurusan. Asosiasi Warnet Indonesia kemudian

diresmikan dengan akronim AWARI. Sampai perkembangannya saat ini

pembangunan warnet masih marak dan semakin banyak tersebar di berbagai

wilayah di Indonesia, tidak terkecuali di Kota Medan.

Pada wawancara dan observasi yang dilakukan penulis melihat bahwa

sepuluh informan menjelaskan bahwa mereka mulai mengenal internet ketika saat

itu awal penggunaan internet tidak semudah saat ini. Beberapa informan

menjelaskan ketika itu mereka masih harus pergi ke warnet. Hal itu disebabkan

karena saat itu handphone ataupun laptop belum dapat terjangkau dan semurah

saat ini dalam segi harga. Sehingga warnet menjadi tujuan banyak kalangan untuk

dapat mengakses internet.

Dalam hal ini peneliti melihat bahwa gerbang dunia virtual mahasiswa di

Medan diawali oleh adanya warnet. Warnet menjadi salah satu tahapan

perkembangan internet dalam melakukan relasi sosial di dunia maya. Pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

89

kesepuluh informan peneliti, secara umum mereka mengenal internet diawali

dengan warnet yang menjadi suatu medium lama untuk mengakses internet

sebelum handphone ataupun laptop secanggih dan sepesat saat ini. Pada tahap

pembelian paket data saat ini pun terbilang murah dan dapat digunakan oleh setiap

kalangan. Hal disampaikan oleh salah satu informan saya yaitu, R (20) saat

wawancara:

“kalo awal menggunakan internet bukan langsung handphone kaya

sekarang. Dulu kan handphone belum secanggih sekarang dan semurah

sekarang juga. Laptop juga dulu kan gak semua kalangan punya kaya

sekarang. Jadi mau gak mau, untuk akses internet ya ke warnet. Warnet

juga waktu itu murah kali buat akses internet 5000 bisa 3-4 jam. Jadi

bisa feacebook-an atau main game dengan puas” (Wawancara 21

Februari 2019)

Hal serupa di sampaikan oleh AV (21) :

“waktu itu masih warnet kalo mau akses internet. Handphone yang

terkoneksi internet belum semurah skearang. Jadi dulu pulang sekolah

pasti ke warnet buat main game, ngerjain tugas, facebook-an ya ke

warnet”(Wawancara 22 Februari 2019)

Berikut adalah matriks dari jawaban informan mengenai awal penggunaan

internet:

Tabel 4.1.

Warnet (Warung Internet)

No NAMA HASIL WAWANCARA

1. DR “.. warnet yaa, soalnya dulu belum punya hp. Waktu itu

masih mahal hp terus beli paket data internet masih

harus isi pulsa. Mahal hahaha. Jadi di warnet aja ber

jam-jam cuman berapa gitu harganya lupa....”

2. PF “...awalnya ya warnet dulu sih setau aku juga. Soalnya

kan dulu masih belum semua orang bisa ngegunain

internet...”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

90

3. AS “...aduh lupa tuh kak, tapi setauku warnet sih ya..

soalnya dulu internetan gak segampang sekarang sih

yaa...”

4. G “...warnet lahh, masih ingat kali itu dulu awak awal

main internet. kenal game online dari warnet...”

5. R “...kalo awal kenal internetnya waktu itu mulai pergi ke

warnetlah, dulu kan banyak bertebaran di Medan.

Samping rumah saya kan warnet jadi dari situlah”

6. AG “kalo awal menggunakan internet bukan langsung

handphone kaya sekarang. Dulu kan handphone belum

secanggih sekarang dan semurah sekarang juga.

Laptop juga dulu kan gak semua kalangan punya kayak

sekarang. Jadi mau gak mau, untuk akses internet ya ke

warnet. Warnet juga waktu itu murah kali buat akses

internet 5000 bisa 3-4 jam. Jadi bisa feacebook-an atau

main game dengan puas”

7. AV “waktu itu masih warnet kalo mau akses internet.

Handphone yang terkoneksi internet belum semurah

skearang. Jadi dulu pulang sekolah pasti ke warnet

buat main game, ngerjain tugas, facebook-an ya ke

warnet”

8. SA “aku inget kali dulu ke warnet-warnet dulu baru pnya

laptop pake modem”

9. NY “warnet setau aku jadi salah satu pemasaran internet

dari pemerintah. Jadisemua orang bisa ngegunainnya”

10. EWM “dulu ke warnet buat ngerjain tugas sekolah, aku inget

banget. Soalnya belum punya modem apalagi WI-FI

kaya sekarang”

Sumber: Data Primer

Dalam hal ini peneliti mendapatkan fakta bahwa warnet menjadi awal

perkembangan internet di Medan. Warnet merupakan fasilitas public internet yang

memberikan jasa untuk dapat mengakses internet. Warnet juga memberi andil

pertumbuhan pengguna internet di Indonesia. Perkembangan internet tidak hanya

terjadi di kota Medan bahkan di desa-desa pun menurut informan banyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

91

bangunan yang di bangun untuk warnet. Pada pekembangannya saat ini fasilitas

public internet sudah berada di banyak tempat, seperti: Café, Campus, dan banyak

tempat umum lainnya. Fasilitas Public Internet yang dimaksud adalah WI-FI. WI-

FI menjadi daya tarik sendiri untuk penggunanya mengakses internet. WI-FI

merupakan jaringan yang tidak membutuhkan kabel dan dapat di akses pada

berbagai gadget seperti hanphone, tablet, laptop ataupun koputer.

4.3.2. Smartphone Sebagai Alat Terbaru Dalam Membangun Relasi

Sosial

Berkembangnya teknologi yang semakin canggih, pengaksesan internet

saat ini sudah mulai lebih mudah dibandingkan dengan sebelumnya dan akan terus

berkembang seiring bertumbuhnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Awal mula

pengaksesan internet hanya sebagai Fasilitas Publik Internet yang menggunakan

kabel dan tidak dapat dibawa ke berbagai tempat. Saat ini internet sudah dapat

digunakan oleh berbagai kalangan dengan tingkat kecepatan dalam akses internet

yang semakin canggih. Serta, penggunaan akses yang dapat dilakukan di berbagai

tempat bahkan di rumah sekalipun hal tersebut dinamakan dengan personal

computer. Personal computer merupakan jaringan komputer yang dapat digunakan

secara perorangan dan dapat di akses di rumah. Berkembangnya personal

computer muncullah mobile computer dimana jaringan komputer tidak lagi

menggunakan kabel dan dapat dibawa kemanapun. Berdasarkan banyaknya

mobile computer yang berkembang saat ini seperti Smartphone, Laptop, dan

Tablet yang dapat digunakan. Berdasarkan wawancara yang ada menjelaskan

bahwa informan paling sering dan paling menyukai menggunakan smartphone

dalam mengakses internet. Kegiatan berinternet yang informan seing lakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

92

adalah membangun relasi sosial dengan individu lainnya yang bahkan jauh dari

realitas keseharian mereka atau bertemu di beberapa situs internet. Hal ini

diampaikan oleh salah satu informan saya yaitu, DR (21) saat wawancara :

“aku kalo personal media sendiri paling sering pake smartphone buat

terhubung dengan orang lain. Menurut aku jauh mempermudah

segalanya yaa, sekarang kalo mau internetan gak harus pergi ke warnet

dulu. Bisa langsung pegang Hp udah bisa akses kemanapun dan

berinteraksi dengan orang yg diluar dari lingkungan kampus atauapun

rumah” (Hasil Wawancara pada tanggal 21 Februari 2019)

Berikut pendapat mahasiswa tentang personal komputer yang

digunakannya:

Hal serupa di sampaikan oleh EWM (21) :

“buat saya dengan hadirnya personal media, ya bisa digunain dimana

saja. Kayak dirumah sambil tiduran. Terus bisa dibawa kemana aja jadi

gak harus diem di warnet duduk liat computer buat akses internet aja.

Jadi memudahkan pengguna internet dalam mengakses terutama yang

kaya saya suka ke tenangan, dirumah juga bisa make internet di kamar

sendiri tanpa diganggu orang” (Hasil Wawancara pada tanggal 23

Februari 2019)

Berikut adalah matriks dari jawaban informan mengenai smartphone

dalam akses internet :

Tabel 4.2

Smartphone

No Nama Hasil Wawancara

1. DR ...aku kalo personal media sendiri paling sering

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

93

pake hp buat terhubung dengan orang lain.

Menurut aku jauh mempermudah segalanya yaa,

sekarang kalo mau internetan gak harus pergi ke

warnet dulu. Bisa langsung pegang Hp udah bisa

akses kemanapun dan berinteraksi dengan orang yg

diluar dari lingkungan kampus atauapun rumah..

2. PF .. lebih dapat menghemat waktu, gak harus pergi ke

warnet dulu. Apalagi dengan hp sekarang kita udh

bisa akses semua yang ada di warnet kaya word,

excel, ppt udah tersedia semua, internetan juga bisa

ada...

3. AS ..paling sering pake smartphone ya.. alasannya jadi

gampang semua-semuanya, malahan jauh lebih

banyak keuntungannya...

4. G ....segalanya sudah ada di smartphone, mau makan

bisa, nyari uang bisa, paket data murah...

5. R ...smartphone yang paling sering aku bawa sih,

soalnya dengan smartphone bisa dibawa kemana-

mana terus gak berat juga kan. tapi saya juga

masih sering ke warnet karena kalo main games

soalnya kalo pake hp kadang suka bikin lemot

laptop atau hp...

6. AG ...kalo yang paling sering dipake buat berhubungan

dengan orang di dunia maya ya pake smartphone.

Karena itu yang pali sering ku bawa ya. Kalo main

games lagi di warung makan ribet aja bawa laptop.

Jadi bawa yang ringan tapi berfungsih dengan

okaylah...

7. AV ...pake smartphone ya kalo berhubungan dengan

orang lain di internet. terus dengan adanya

personal media sendiri jadi bisa dibawa kemana

aja.

8. SA ...kalo yang introvert kaya saya, terus gak suka

keramaian jauh lebih memfasilitasi smartphone dan

laptop...

9. NY ...cukup membuat saya merasa eksklusif, tanpa

harus disekitar banyak orang tetapi bisa

berinteraksi dengan orang lain atau bisa main

internet apabila merasa bosan...

10. EWM ....buat saya dengan hadirnya personal media, ya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

94

bisa digunain dimana saja. Kayak dirumah sambil

tiduran. Terus bisa dibawa kemana aja jadi gak

harus diem di warnet duduk liat computer buat

akses internet aja. Jadi memudahkan pengguna

internet dalam mengakses terutama yang kaya saya

suka ke tenangan, dirumah juga bisa make internet

di kamar sendiri tanpa diganggu orang.....

Sumber: Data Primer

Dari pernyataan para informan di atas, dapat dilihat fakta bahwa tiap

informan merasakan kelebihan dari hadirnya mobile computer. Mobile computer

saat ini menjadi bagian dari bertumbuhnya internet di Indonesia dengan pesat.

Secara umum Informan menjelaskan bahwa mobile computer mempermudah

mereka untuk dapat mengakses internet. Mobile computer yang paling sering

digunakan oleh informan, mereka memilih smartphone. Smartphone sendiri

merupakan media dalam akses internet dengan ukuran yang minimalis dengan

hanya memodalkan jaringan provider dan jari telunjuk sudah dengan mudah dapat

mengakses internet.

Sehingga ketika melakukan kegiatan berinternet seperti melakukan relasi

sosial dapat dilakukan dimana saja atau di tempat pribadi seperti rumah. Hal ini

tentu dapat dikatakan bahwa internet pada medium baru didalamnya dapat

menciptakan eksklusifitas diri, dimana informan tidak perlu bertatap langsung

untuk melakukan interaksi dengan orang lain disekitarnya. Informan juga

menjelaskan bahwa dengan smartphone dapat menghemat waktu dalam

melakukan relasi sosial, karena dapat digunakan kapanpun dan dimanapun. Hal

ini tentu juga menjadikan internet, wadah bagi para informan yang introvert dan

mereka yang cenderung malas untuk melakukan tatap muka secara langsung.

Dalam wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa smartphone

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

95

menjadi salah satu mobile comuter yang paling diminati dalam melakukan relasi

sosial di dunia maya.

4.3.3. Awal Mahasiswa Membangun Relasi Sosial di Internet

Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat sehingga membuat

manusia lebih mudah, efektif dan efisien dalam melaksanakan kegiatan pada

keseharian mereka. Adapun teknologi yang memiliki perkembangan begitu pesat

saat ini yaitu adanya teknologi komunikasi dari internet. Internet berdampak

positif dan negatif terhadap kehidupan manusia. Selain itu, internet juga telah

mengubah cara hidup manusia. Mahasiswa dewasa ini merupakan mahasiswa

yang lahir di era teknologi berkembang.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti, pada umumnya

informan pertama kali mengenal dan mulai menggunakan media internet untuk

melakukan relasi sosial di dunia maya ketika mereka berada pada tingkat kelas

Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain karena mereka mendapatkan mata

pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, informan mulai tertarik dengan

internet dikarenakan lingkungannya yang mulai mengenalkan mereka beberapa

kegiatan berinternet sat itu. Hal ini diampaikan oleh salah satu informan saya

yaitu, AG (20) saat wawancara :

“Aku mulai tahu internet waktu SMP, waktu itu lagi zamannya Facebook

dan game online kak. Nama game onlinenya waktu jamannya Point

Blank (PB). Yaa aku penasaran lah yaa karena temen-temenku bilang

itu seru kali kaya perang-perangan buat adrenaline gitu supaya bisa

menang. Jadi mulai penasaranlah aku dan ternyata ketagihan kak.”

(Wawancara 19 Februari 2018)

Media internet yang pertama kali digunakan informan dalam mengenal

relasi sosial di internet beragam. Pada data yang ada, informan secara umum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

96

menjelaskan bahwa pertama kali menggunakan internet yaitu ketika mereka mulai

mengenal media sosial seperti facebook untuk melakukan komunikasi dan mulai

menggeser peran Short Message Service (SMS) yang saat itu masih berkembang.

Peneliti melihat bahwa informan mulai tertarik ketika facebook mulai berkembang

dengan fasilitas mempermudah akses pengguna untuk membuat interaksi

didalamnya. Hal ini disampaikan oleh informan saya yaitu, EWM (21) saat

wawancara :

“kalo aku mulai melakukan relasi sosial di dunia maya yaaa waktu kenal

facebook kak.. waktu itu lagi booming banget facebook kayanya semua

temen smp aku gak ada yang ngga make facebook. Terus aku mulai

daftar facebook” (Wawancara 23 Februari 2018)

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan facebook menjadi awal

banyak kalangan memiliki minat yang tinggi dalam menggunakan internet.

Peneliti melihat bahwa facebook menjadi media sosial yang banyak digunakan

sebagai perantara untuk membentuk suatu komunitas online yang digunakan

untuk melakukan relasi sosial dengan banyak orang. Meskipun facebook bukan

media sosial pertama, saat itu karena sebelumnya sudah ada e-mail, Friendster,

My Space, dll.

Pada banyak informan di wawancarai hanya dua yang sudah mengenal

internet sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Hal ini disampaikan oleh

informan saya yaitu, PF (21) saat wawancara :

“aku mulai tahu internet ketika aku jadi murid pindahan ke Jakarta

kebetulan Bapa ku seorang pendeta. Beliau saat itu ditunjuk majelis

gereja untuk melayani di Jakarta. Saat itu waktu kelas 6 SD temen-

temenku disana banyak nanya apakah aku punya facebook, tujuan

mereka maksudnya sih untuk nambah pertemanan di Facebook. Awalnya

aku malu karena, aku gatau apa itu facebook. Setelah itu aku diajarin

kawanku darisana buat bikin facebook.” (Wawancara 20 Februari 2019)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

97

Hal serupa di sampaikan oleh EWM (21) :

“aku tahu internet waktu kelas SD, jaman game online. Disitu pastinya

kita ngelakuin interaksi dengan banyak orang yang tidak kita kenal juga.

Jadi bisa dibilang awalnya aku ngelakuin relasi sosial di internet

bermula dari game online terus baru ke facebook.”(Wawancara

23Februari 2019)

Gambar 4.2 Awal kegiatan berinternet mahasiswa dalam membangun

relasi sosial secara virtual

Berdasarkan wawancara dan observasi bahwa pada perkembangan internet yang

menciptakan generasi muda tertarik menggunakan internet berawal dari

berkembangnya game online yang menarik perhatian generasi muda. Kegiatan

game online pertama yang diciptakan dapat saling terhubung dengan audio.

Sehingga antar team dalam permainan dapat menyusun strategi agar dapat

memenangkan permainan. Selain game online, Facebook menjadi daya tarik

generasi muda dengan fasilitas saling terhubung secara jaringan internet dan

membangun komunitas. Selain itu facebook menjadi daya tarik dikarenakan

informan dapat terhubung dengan artis yang mereka sukai di internet.

Berikut adalah matriks dari jawaban informan mengenai awal mula

menggunakan internet :

Tabel 4.3

GAME ONLINE

FACEBOOK

RELASI SOSIAL SECARA VIRTUAL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

98

Awal Relasi Sosial Virtual

No. Nama Hasil wawancara

1. DR ....aku tahu internet waktu kelas SD, jaman game online.

Disitu pastinya kita ngelakuin interaksi dengan banyak

orang yang tidak kita kenal juga. Jadi bisa dibilang

awalnya aku ngelakuin relasi sosial di internet bermula

dari game online terus baru ke facebook.....

2. PF .....aku mulai tahu internet ketika aku jadi murid

pindahan ke Jakarta kebetulan Bapa ku seorang pendeta.

Beliau saat itu ditunjuk majelis gereja untuk melayani di

Jakarta. Saat itu waktu kelas 6 SD temen-temenku disana

banyak nanya apakah aku punya facebook, tujuan

mereka maksudnya sih untuk nambah pertemanan di

Facebook. Awalnya aku malu karena, aku gatau apa itu

facebook. Setelah itu aku diajarin kawanku darisana buat

bikin facebook.....

3. AS ...SMP udah mulai game online sekaligus facebook,

soalnya temen-temen game ku punya komunitas di

facebook juga...

4. G ...SMP mulai dari facebook dulu, kayanya dulu semua

pada main facebook terus baru main game online...

5. R ...SMP ya dimulai dari game online baru ke facebook...

6. AG .... “Aku mulai tahu internet waktu SMP, waktu itu lagi

zamannya Facebook dan game online kak. Nama game

onlinenya waktu jamannya Point Blank (PB). Yaa aku

penasaran lah yaa karena temen-temenku bilang itu seru

kali kaya perang-perangan buat adrenaline gitu supaya

bisa menang. Jadi mulai penasaranlah aku dan ternyata

ketagihan kak.”....

7. AV ....SMP waktu jamannya udah game online, kayanya

setiap pulang sekolah ya ke warnet buat game online...

8. SA ...SMP waktu jaman facebook add an bareng temen

sekelas, liat akun artis, yaaa jaman alay lah....

9. NY ...SMP waktu kenal sama facebook jadi suka buka aja

sekedar liat siapa yang mengundang pertemanan atau

upload foto selfie...

10. EWM ... kalo aku mulai melakukan relasi sosial di dunia maya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

99

yaaa waktu kenal facebook kak.. waktu itu lagi booming

banget facebook kayanya semua temen smp aku gak ada

yang ngga make facebook. Terus aku mulai daftar

facebook...

Sumber: Data Primer

4.4. Kehidupan berinternet mahasiswa sebagai digital natives

Masyarakat informasi yang berkembang saat ini menemukan kemudahan

berlimpah sejak memasuki era internet. Pada internet semua tugas dapat dilakukan

secara praktis dan seketika. Dunia seakan-akan tidak memiliki batas ruang dan

waktu, sehingga sangat mudah dijelajahi. Siapapun dapat dengan mudah

berkenalan dan berinteraksi, bahkan menjalin hubungan yang akrab dengan

individu lainnya dari berbagai belahan benua manapun, tanpa kendala yang

berarti.

Dengan demikian, tidak mengherankan jika kemajuan teknologi

informasi tidak saja melahirkan masyarakat informasi, tetapi melahiran pula

masyarakat jaringan. Masyarakat jaringan adalah masyarakat maya/digital dimana

semua orang terlibat didalamnya berkedudukan sebagai produsen dan konsumen

informasi lalu mempertukarkannya lewat media berbasis komputer, misalnya

internet dan/atau telepon genggam.

Digital natives merupakan generasi muda yang lahir dimana teknologi

sudah berada di lingkungannya. Mahasiswa USU dewasa ini merupakan bagian

dari digital natives yang berkembang di Indonesia. Mahasiswa saat ini sudah

hampir menyeluruh menggunakan internet. Internet saat ini telah menyediakan

segala kebutuhan pada mahasiswa saat ini. Penulis melihat bahwa internet saat ini

sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari, bahkan yang berada di daerah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

100

pedesaan atau pelosokpun dapat mengakses internet, itulah bukti bahwa internet

sekarang ini telah menjadi pokok kehidupan.

Hal ini dapat kita lihat dengan perkembangan internet saat ini tidak hanya

pada ibu kota suatu provinsi saja, akan tetapi mulai menyeluruh ke daerah-daerah

terpencilnya. Tentu menjadi suatu hal yang positif, untuk mempermudah

masyarakat mendapatkan informasi secara luas. Sesungguhnya internet memiliki

dampak positif untuk perkembangan generasi muda untuk lebih meningkatkan

kretivitas dalam bentuk digital.

Pada wawancara dan observasi peneliti melihat bahwa pandangan

informan teadap keberadaan internet pada kehidupan mahasiswa, dijelaskan oleh

salah satu informan bahwa internet merupakan bagian dari perkembangan

teknologi yang tidak dapat dihindari keberadaannya oleh mahasiswa sekalipun.

Informan menjelaskan bahwa keberadaan dari internet saat ini merupakan wujud

keberhasilan manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya. Hal ini

disampaikan oleh DR (21) saat wawancara :

“Menurut saya internet merupakan bagian dari kemajuan teknologi yang

berkembang saat ini. Kemajuan teknologi itu sesuatu yang ngga akan

bisa kita hindari dalam kehidupan saat ini, karena kemajuan teknologi

akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan. Setiap

inovasi itukan diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi

kehidupan manusia itu sendiri.. Yaitu salah satunya internetkan udah

banyak ngasih kemudahan, terus sebagai cara baru juga untuk kita

ngelakuin aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat

sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang

telah dihasilkan dalam tahun terakhir ini. Ya walaupun pada awalnya

diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga juga

memungkinkan digunakan untuk hal negatif.”(Wawancara, 21 Februari

2019)

Hal serupa disampaikan oleh PF (19)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

101

“iya internet tidak dapat dihindari saat ini, semua sudah menggunakan

digital, kalo globalisasi aja terus berkembang sampai Indonesia tentu

apabila kita tidak dapat bersaing dengan hadirnya internet pasti

tertinngal. Kita sebagai mahasiswa harus memahami dengan baik

perkembangan dari internet. Selain internet juga memudahkan

mahasiswa untuk mendapatkan beragam informasi baik untuk hiburan

maupun pkebutuhan pendidikan juga.” (Wawancara, 20 Februari 2019)

Berikut adalah matriks dari jawaban informan mengenai internet:

Tabel 4.4

Internet

No. Nama Hasil wawancara

1. DR ….Menurut saya internet merupakan bagian

dari kemajuan teknologi yang berkembang saat

ini. Kemajuan teknologi itu sesuatu yang ngga

akan bisa kita hindari dalam kehidupan saat

ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan

sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan.

Setiap inovasi itukan diciptakan untuk

memberikan manfaat positif bagi kehidupan

manusia itu sendiri.. Yaitu salah satunya

internetkan udah banyak ngasih kemudahan,

terus sebagai cara baru juga untuk kita

ngelakuin aktifitas manusia. Khusus dalam

bidang teknologi masyarakat sudah menikmati

banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-

inovasi yang telah dihasilkan dalam tahun

terakhir ini. Ya walaupun pada awalnya

diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif,

di sisi lain juga juga memungkinkan digunakan

untuk hal negatif.....

2. PF ….iya internet tidak dapat dihindari saat ini,

semua sudah menggunakan digital, kalo

globalisasi aja terus berkembang sampai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

102

Indonesia tentu apabila kita tidak dapat

bersaing dengan hadirnya internet pasti

tertinngal. Kita sebagai mahasiswa harus

memahami dengan baik perkembangan dari

internet. Selain internet juga memudahkan

mahasiswa untuk mendapatkan beragam

informasi baik untuk hiburan maupun kebutuhan

pendidikan juga…..

3. AS ….internet saat ini berkembang pesat, semua

orang udah pasti menggunakan internet apalagi

anak muda. Buat saya internet itu perwujudan

dari berhasilnya manusia mengembangkan

kepintarannya sehingga tindakan yang sulit bias

sangat mudah dengan internet…..

4. G ….perkembangan internet saat ini lagi masif-

masifnya semua yang ku kenal kecuali oarnag

yang udah sangat tualah, selain itu semua udah

pake internet. Perkembangan internet juga

untukku selain memudahkan juga meningkat

perekonomian Indonesia juga. Dengan hadirnya

online shop dan aplikasi lainnya. Pengangguran

jadi berkuranglah…..

5. R …. Internet menurut ku merupakan jaringan

yang emang tujuan agar dapat mudahkan

manusia ya, sekarang keerasakan bagaimana

semua nya jadi lebih muda dengan adanya

interent. Jadi internet merupakan perwujudan

dari kemajuan teknologi yang memeiliki dampak

positif untuk penggunanya….

6. AG …internet menurutku bagian dari

perkembangan globalisasi yang sangat terasa

ya, aku bias liat semua mahasiswa pasti

menggunakan yang namanya internet di

smartphonenya bahkan aku setiap ke kampus

pasti lihat mereka menggunakannya yaa diaman

aja, bahkan pas proses belajar….

7. AV …internet ya buat aku untuk memudahkan

dalam akses media sosial dan kenal dunia luar

lebih baik. Jadi, sangat bermanfaat untuk

kehidupan aku terutama untuk hiburan….

8. SA … internet buat ku jadi penunjang untuk akses

semua lah ya dan untuk mendapatkan informasi

dari berbagai dunia. Kaya informasi lah. Dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

103

saat ini cukup baiklah internet di Indonesia gak

ketinggallan dengan yang di ibu kota. Sekarang

informasi juga jauh lebih mudah….

9. NY ….. internet saat ini memudahkan aku untuk

semua-semuanya yaa, perkembangan internet

bisa dilihat, dengan semua lingkup kehidupan

pasti butuh akses internet terus kecepatan

internet yang sudah mencapai 4G jadi lebih

baik…

10. EWM …. internet membuat lebih mudah akses segala

sesuatunya ya, yang paling sering kurasakan

bias download drama dari luar negeri, mencari

informasi, mengikuti trend yah banyak lagilah

manfaatnya…..

Berdasarkan fakta diatas dapat dijelaskan bahwa setiap informan

memandang kehidupan berinternet sebagai suatu kemudahan yang diciptakan dari

manusia untuk manusia itu sendiri. Setiap informan juga mendapatkan dampak

positif dari kemudahan yang disediakan oleh internet itu sendiri. Pada

perkembangannya, kegiatan berinternet yang dilakukan mahasiswa digunakan

untuk melakukan hiburan dan melengkapi kebutuhan hidup mereka sebagai

makhluk sosial dengan berelasi di mediasi oleh internet itu sediri. Internet menjadi

bagian yang penting untuk mahasiswa agar dapat mengakses kegiatan

berinternetnya.

Pada perkembangan internet yang semakin baik di Indonesia yang sudah

mencapai kecepatan 4G, juga menjadi penunjang kehidupan berinternet

mahasiswa menjadi lebih baik lagi. Kemudian perkembangan internet juga

dirasakan oleh informan dengan hadirnya smartphone yang dapat mengakses

internet dan digunakan hampir disetiap hari bahkan di lingkungan kampus. Oleh

karena itu, berdasarkan matrix diatas juga dapat dilihat bahwa internet dan

mahasiswa tidak dapat dipisahkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

104

4.4.1. Deskripsi Kuantitas Penggunaan Internet Pada Digital natives

Penggunaan internet pada generasi saat ini menjelaskan bahwa internet

sudah menjadi bagian yang penting kehidupan mahasiswa saat ini. Penetrasi

smartphone yang tiap tahun meningkat menunjukkan seberapa antusias

masyarakat dalam menggunakan internet didalam kehidupannya. Selain itu

lahirnya beragam media sosial yang memiliki peran untuk memudah generasi

muda saat ini menjadi daya tarik. Kemudian hal ini dilihat dari peningkatan

kecepatan akses internet di Indonesia yang sudah mencapai 4G semakin

memengaruhi aktivitas internet di Indonesia tak terkecuali Medan.

Pada perkembangan tersebut tentu menjadikan kecanduan teknologi

dalam bidang informasi dan komunikasi sangat mudah dilihat, terutama jika

kecanduan itu dialami oleh generasi yang berkembang saat ini. Kecanduan

teknologi yang dapat mengubah gaya hidup generasi muda jaman sekarang.

Internet merupakan salah satu teknologi yang banyak digunakan oleh mahasiswa

saat ini. Terlihat hasil riset, yang dirilis oleh Majalah Marketeers, yang dilakukan

oleh we are social menjelaskan angka pertumbuhan pengguna Internet di

Indonesia masih didominasi oleh anak muda dari kelompok umur 15-30 tahun.

Pada rata-rata penggunaan internet lebih dari 8 jam 51 menit setiap harinya. Hal

ini disebabkan karena fitur Internet yang mudah dijumpai di setiap alat

komunikasi seperti smartphone atau jenis gedget lainnya.

Pada wawancara dan observasi peneliti, bahwa kegiatan berinternet yang

berdasarkan riset dari Marketeers yang bekerjasama dengan we are social yang

berkaitan dengan durasi waktu dapat dilihat oleh peneliti terhadap informan. Pada

kegiatan berinternet yang dilakukan oleh informan terlihat bahwasanya mereka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

105

menggunakan internet setiap harinya lebih dari 8 jam bahkan ada informan yang

secara terang menjelaskan bahwa ia dapat bermain internet selama 24 jam sehari

tanpa tidur. Hal ini disampaikan oelh informan saya yaitu, PF (20) saat

wawancara :

“.....cukup sering main internet, tp biasanya sih 6-8 jam sehari. Kalo

libur bisa sampe 24 jam mungkin hahaha......” (Hasil Wawancara 20

Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh G (20)

“sebenernya kalo ditanya kaya gitu suka bingung secara kupikir

ngegunainnya itu gak suka dialokasikan atau ditentukan kaya harus 2

jam make internet. karena sekarang belajar juga sambil ngegunain

internet, denger lagu pake internet semua juga pake internet. maksudku

kalo sekarang make internet udah bisa multitasking. Jadi maksudnya

semua udah pake internet jadi kalo mau ditentuin bisa 8-10 jam itu main

internet”(Hasil wawancara 25 Februari 2019)

Berikut adalah matriks dari jawaban informan mengenai kuantitas

penggunaan internet.

Tabel 4.5

Kuantitas Penggunaan Internet

No Nama Hasil Wawancara

1. DR ...kalo aku make internet sangat sering, apalagi kalo

main game online bisa seharian karena naikin rangking.

Jadi bisa dibilang 10 Jam bisa buat internetan...

2. PF ....cukup sering main internet, tp biasanya sih 6-8 jam

sehari. Kalo libur bisa sampe 24 jam mungkin hahaha...

3. AS ....Kalo aku pribadi, menggunakan internet dalam

seharinya gak ke hitung hahaha karena bangun pagi

nyari hp terus sebelum tidur juga megang hp.. bisa

dibilang tiap jam itu pasti make internet. apalagi kalo

udah main game, yagitu....

4. G ...sebenernya kalo ditanya kaya gitu suka bingung secara

kupikir ngegunainnya itu gak suka dialokasikan atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

106

ditentukan kaya harus 2 jam make internet. karena

sekarang belajar juga sambil ngegunain internet, denger

lagu pake internet semua juga pake internet. maksudku

kalo sekarang make internet udah bisa multitasking. Jadi

maksudnya semua udah pake internet jadi kalo mau

ditentuin bisa 8-10 jam itu main internet..

5. R ....gak pernah ngitungin lah, tapi kalo dalam bentuk

angka bisa 6 jam sehari...

6. AV ....kalo aku juga sering make internet bisa sampe 8-10

jam sehari, Karenakan memang sekarang semua mau

ngapain aja pasti pake internetan. Tapi dalam segi game

online aku bisa 6 jam sehari.....

7. AG ....12 jam sehari kayanya, sampe lupa makan, minum,

ngampus, semuanya hahahaha....

8. SA ....kalo nyambung ke jaringan internet selalu 24 jam, tapi

kalo buat digunain bisa 8-10 jam sih yaa...

9. NY ...pastinya berjam-jam yaa soalnya mahasiswa memang

pasti banyak kebuituhannya di internet. kalo ditanya

rata-rata bisa 12 jam sehari...

10. EWM ....4-5 jam buat main game online. Kalo sisanya pasti

tetap terkoneksi internet 12 jam sehari, main media

sosial yang aku punya.

Sumber: Data Primer

Berdasarkan matrix diatas dapat dilihat bahwa internet saat ini sudah

menjadi ekstasi bagi mahasiswa. Internet seolah-olah menjadi “zat” yang menjadi

candu bagi penggunanya. Kemudian berdampak pada kehidupan mahasiswa yang

tidak terkendalai dalam menggunakan internet. berdasarkan psikologis, dapat

dikatakan bahwa informan merupakan mahasiswa yang mengalami kecanduan

internet. Hal ini sesuai dengan penjelasan secara psikologi tentang kecanduan

internet, menurut Young (2010) menyebutkan bahwa adiksi internet didefinisikan

sebagai ketidakmampuan individu untuk mengontrol penggunaan internet,

menghasilkan masalah berat dan ketidaklengkapan kerja otak atau mental

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

107

fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Kecanduan internet merupakan sebuah

sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak

dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaanya saat

online. Menurut Orzack (2004) kecanduan internet merupakan suatu kondisi

dimana individu merasa bahwa dunia maya dilayar komputernya lebih menarik

daripada kehidupan nyata sehari-hari yang dijalaninya. Oleh karena itu, dapat

dilihat bahwa keseluruhan dari informan merupakan mahasiswa yang tergolong

adiksi terhadap internet.

4.4.2. Kegiatan dan Kegunaan Internet Pada Digital natives

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan

sebanyak 143,26 juta dari total 262 juta orang Indonesia kini sudah bisa

mengakses internet. dari 143,26 juta orang pengguna internet di indonesia

tersebut, 49,52 persen diantaranya adalah digital natives. Berdasarkan usia yaitu,

13-18 tahun diangka 16,68 persen , usia 19-34 tahun 49,52 persen, usia 35-54

tahun 29,95 persen, usia diatas 54 tahun 4,24 persen. Artinya, bahwa pengguna

internet didominasi oleh digital natives.

Pada data yang disajikan oleh APJII tidaklah mengherankan, hal ini tentu

dapat dilihat oleh peneliti disetiap tempat publik di lingkungan Universitas

Sumatera Utara. Tidak menjadi hal yang sulit untuk peneliti menjumpai orang-

orang yang menggunakan gadget mereka di lingkungan kampus dan sekitarnya.

Hal tersebut dapat dijumpai sekalipun mereka sedang sendirian maupun

bercengkrama bersama orang lain. Gadget saat ini merupakan bagian dari

kehidupan digital natives yang tidak dapat dipisahkan. Hampir setiap aktivitas

digital natives dipengaruhi oleh internet. Internet sebagai jejaring sosial yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

108

merupakan sebuah perantara baru dengan berbagai macan fitur yang tersedia di

dalamnya, seolah memiliki daya pikat tersendiri bagi penggunanya.

Dari hasil wawancara dan observasi, peneliti melihat bahwa setiap

informan mampu menguasai beragam aplikasi yang tersedia di smartphone

maupun gadget lainnya. Satu perangkat dapat melakukan beragam aktivitas

daring. Pada wawancara dengan informan, seluruhnya merupakan mahasiswa

yang menggunakan internet dengan aktif atau lebih dari 6 jam setiap harinya. Pada

kegiatan berinternet digital natives, peneliti menemukan bahwa informan

menggunakan internet dalam satu waktu dengan kegiatan berinternet lainnya. Hal

ini disampaikan oleh informan saya yaitu, G (20) saat wawancara:

“kalo ku kan biasa pake internet, kalo lagi ngerjan tugas, buka laptop,

disaat itu aku pasti buka browser terus buka facebook sambil bales

chattingan terus buka youtube sambil dengerin lagu sekalian diskusi

tugas di smartphone lewat whatsapp” (Hasil Wawancara 25 Februari

2019)

Hal serupa disampaikan oleh EWM (21)

“sekarang internet bisa dipake beragam aplikasi dalam satu waktu jadi

banyak kegiatan yang bisa kita lakuin sekaligus. Kaya sekali mendayung

dua tiga pulau dilampaui hahaha” (Hasil Wawancara 23 Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh NY (21)

“aku biasa Video call bareng temen sekalian ngerjain tugas bukan hal

yang aneh karena gedget yang saya punya juga lebih dari satu.” (Hasil

Wawancara 23 Februari 2019)

Digital natives menggunakan beragam kegiatan internet tersebut untuk

beragam tujuan dalam keseharian mereka. Penggunaan tersebut dimulai dengan

kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang dibantu oleh kemudahan fasilitas

yang disediakan oleh media sosial. Berikut merupakan kegunaan Internet bagi

mahasiswa:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

109

A. Mendapatkan Informasi

Saat ini digital natives dapat dengan mudah mendapatkan informasi

tentang tempat makan, liburan, tempat ngopi, mencari teman lama, ataupun

mencari suatu berita dari banyaknya aplikasi yang disediakan oleh fitur internet.

Digital natives tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan segala informasi

karena kemudahan akses internet yang telah bekerja masuk di setiap ruang

lingkup kehidupan mereka. Bahkan untuk melakukan pembelajaan kebutuhan

tersier seperti sepatu, baju, dan make up, mereka tinggal membeli melalui sitem

pembelanjaan daring. Hal ini disampaikan oleh informan saya yaitu, PF (19) saat

wawancara :

“......aku suka pake browser biasanya itu buat cari banyak informasi di

browser kaya tempat bersantai yang gak terlalu banyak orang,

rekomendasi makanan, trik menyelesaikan game online, terus banyak

lagi yaa......”( (Hasil Wawancara 20 Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh NY (21)

“......aku biasanya make aplikasi online untuk beli barang, karena aku

biar dibilang cewe tapi sejujurnya males ditempat ke ramaian jadi paling

suka beli barang di olshop. Jadi gak usah capek-capek lagi, 2-3 hari

barang sampe......” (Hasil Wawancara 25 Februari 2019)

B. Transportasi Online

Informan menjelaskan bahwa mereka juga menggunakan internet pada

aplikasi yang saat ini sedang menjadi trend yaitu tranportasi online. Menurut

informan tranportasi online memiliki marketing yang cukup bagus dimana

menggunakan promosi dengan mengatasnamakan kemudahan dan pemotongan

harga. tranportasi daring pun bekerjasama dengan media sosial untuk dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

110

membidik pasar digital natives. Hal ini disampaikan oleh informan saya yaitu,

EWM (20) saat wawancara :

“selain itu, kegiatan berinternet yang aku lakukan juga menggunakan

aplikasi grab. Kan disitu banyak hal yang bisa dipake kaya pesan

makanan, ngirim barang, terus kalo mau kemana-mana lebih gampang

gak harus pake kendaraan pribadi. Tapi yang kadang jadi masalah tuh

sebenernya aku gak lagi pingin makan, tapi karena promo dari situ yg

harusnya gak beli jadi beli” (Hasil Wawancara 21 Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh SA (22)

“aplikasi tranportasi online juga sering aku pake untuk beli makanan,

minuman, beli obat di apotek, kayanya udah banyak fungsi aplikasi

tranportasi online tapi yang paling sering aku pakai beli makanan,

minuman sama grab send” (Hasil Wawancara 22 Februari 2019)

C. Virtual Komunikasi dan Hobby Exploring

Digital natives menggunakan internet untuk dapat mengikuti beragam

kegiatan yang menjadi hobi mereka dengan membentuk komunitas online/virtual

group. Salah satu aplikasi hiburan yang digunakan digital natives adalah Hago.

Hago merupakan salah satu aplikasi yang berawal dirancang untuk digital natives

bermain game online dengan beragam jenis dan bentuk dengan kelebihan dapat

berkomunikasi dengan lawan mainnya. Tentu hal ini merupakan fiture baru yang

disediakan, karena biasanya dalam bermain game di android hanya satu arah tanpa

harus berhubungan dengan komunikasi secara audio. Seiringnya berkembangnya

waktu, hago mulai melakukan inovasi dengan menambah fiture ruang obrolan.

Ruang obrolan tentu dimanfaatkan digital natives untuk saling tukar informasi

tentang hobi mereka. Salah satu informan menjelaskan bahwa ia menyukai cerita

seram/horror maka ia akan masuk ke ruang obrolan “Pecinta Horror” atau apabila

mereka ingin membuka ruang obrolan untuk bernyanyi, maka hago menyediakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

111

fiture seolah-olah mereka sedang karaoke. Hal ini disampaikan oleh informan

saya yaitu, EWM (20) saat wawancara :

“......aku juga gunain internet buat ngelakuin sesuatu yang ku senangi.

Aku suka nyanyi kebetulan sekarang hago lagi banyak di pake orang-

orang juga. Jadi aku ngegunain itu untuk masuk ke ruang obrolan yang

menyediakan karaoke bareng. Jadi kalo udah masuk obrolan kita cerita-

cerita lagu yang disuka, penyanyi yang disuka. Jadi setelah itu biasanya

kita diarahin buat nyanyi satu-satu. Ya kaya di karaoke aja sihh.. jadi

karaokean sekarang tinggal modal internet di rumah masing-masing

juga bisa.....” (Hasil Wawancara 25 Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh DR (21)

“.....kalo cowo biasalah yaa hobinya kalo main hago ya paling main

games sekalian kenal sama banyak orang juga. Maksudnya ya supaya

banyak kenalan juga disana.. terus dari hago juga sebenernya kita selain

main games juga bisa sharing pengalaman.....” (Hasil Wawancara 20

Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh G (20)

“aku juga main hago karena kepo, eh lama-lama ketagihan juga soalnya

kan disana banyak fiture yang bisa dipake selain kenalan sama banyak

orang ya bisa ikutan di ruang obrolan yang eksplore hobby kaya nyanyi,

main games, terus cerita tempat-tempat travelling” (Hasil Wawancara

21 Februari 2019)

D. Sebagai sarana Hiburan

Kegiatan berinternet informan untuk hiburan juga digunakan suntuk

bermain games online di android ataupun di laptop. Informan lainnya menjelaskan

bahwa mereka menyukai games online PUBG. PUBG merupakan permainan yang

banyak diminati oleh laki-laki. Informan peneliti menjelaskan bahwa mereka

bermain internet untuk bermain games online PUBG yang menurut mereka

memiliki tingkat kesulitan diatas Hago. Hal ini disampaikan oleh informan saya

yaitu, R (20) saat wawancara :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

112

“main game lah pastinya, games yang sering saya mainkan sekarang ya

PUBG yaa.. kalo udah main itu, gak bisa diganggu. Karena emang

punya tingkat keseriusan yang tinggi supaya bisa menang. “

Hal serupa disampaikan oleh AV (21)

“pastinya ngga lupa game online. Kalo games online banyak yang saya

ikutin tergantung musimnya. Kaya sebelumnya kan pernah mobile

legends, DOTA, Action MOBA dan sekarang yang banyak digunain ya

PUBG. Memang paling sering banyak menghasbiskan waktunya buat

kearah game online kalo untuk internetan. Gak ada kuota cari wifi di

warung makan deket susuk pokoknya setiap hari harus main sih”

Hal serupa disampaikan oleh AG (20)

“karena aku penyuka game online, pasti ada aja waktu buat nyempetin

main games, tapi Kadang kalo lagi bosen ya komunikasi lewat hago.

Karena hago juga lawannya biasanya tuh lawan jenis ya sekalian buat

lucu-lucuan aja lah. Lagian kalo main game online tuh gak bisa

ngomong ke siapa-siapa harus fokus kali. Jadi biasa kalo lagi mau

ngomong sama orang ya buka hago.”

E. Culture Adoption (Fashion and lifestyle)

Selain hiburan yang didapat dari penggunaan internet ini, untuk informan

perempuan mereka menjadikan kegiatan berinternet untuk melihat perkembangan

fashion dan gaya hidup. Salah satu informan dalam penelitian ini mengutarakan

kekaguman mereka pada Hallyu. Kegemaran terhadap budaya pop Korea tersebut

berimplikasi pada kecintaan ia untuk mengikuti akun Twitter, instagra., facebook,

youtube artis-artis Korea. Komunikasi di antara fandom Indonesia (pecinta

budaya Korea) di beragam media sosial nampak lewat cuitan atau komentar yang

dilayangkan fandom Indonesia pada artis-artis korea. Digital natives Indonesia

juga tak malu menggunakan foto profil ala Korea dan menggunakan inisial nama

campuran Korea di akun media sosial mereka. Hal ini disampaikan oleh informan

saya yaitu, SA (22) saat wawancara :

“saya menggunakan internet juga untuk melakukan komunikasi dengan

antar sesama penyuka korea. Kalo aku biasa ngikutin mereka di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 122: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

113

berbagai media sosial yang digunain bias aku. Jadi dari situ aku tahu

perkembangan fashion dan lifestyle orang korea kaya gimana. Jadi aku

cukup aktif di komunitas kpop, komunikasi dengan berbagai kpopers

indonesia lainnya.” (Hasil Wawancara 25 Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh NY(22)

“kadang mau sih liat kaya perkembangan fashion di instagram dari akun

model-model kelas dunia. Kaya musimnya sekarang makeup yang kaya

gimana, pakaian gimana, gitu” (Hasil Wawancara 25 Februari 2019)

F. Education, Ebook, Journal, E Learning

Selain itu kegiatan berinternet yang biasa dilakukan digital natives adalah

dengan menggunakan internet untuk kebutuhan pendidikan. Hal tersebut terjadi

karena informan sendiri merupakan mahasiswa yang memiliki tuntutan dalam

belajar. Internet menjadi suatu kebutuhan pendidikan menjadi sebuah keniscayaan

virtual yang realitasnya harus informan kuasai. Pada informan peneliti, selaku

digital natives untuk mengeksplorasi ilmu mereka biasa melalui Youtube dan

beberapa blog ilmiah untuk memahami suatu ilmu atau keterampilan. Hal ini

disampaikan oleh informan saya yaitu, AG (20) saat wawancara :

“saya pribadi kebetulan kuliah di teknik elektro, kadang pun kalo pingin

coba-coba kaya apasih komponen buat bikin motor listrik atau

gampangnya cara baca komponen elektronika ya pasti liat tutorial di

youtube” (Hasil Wawancara 23 Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh DR(20)

“youtube biasa kalo buat belajar aku buka video tentang cara nge

hacker atau cara buat aplikasi atau games pasti liat tutorial dulu sih di

youtube. “(Hasil Wawancara 21 Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh NY(22)

“kalo dosen biasanya kan nyuruh cari jurnal tentang senyawa kimia,

kalo buku di perpustakaan udah kepinjem pasti nyarinya di jurnal-jurnal

di internet atau beli buku E-Book” (Hasil Wawancara 25 Februari 2019)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 123: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

114

Pada kesimpulannya peneliti melihat bahwa kegunaan internet pada

digital natives berdasarkan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi,

berkomunikasi secara virtual, mengeksplorasi hobi, memperoleh hiburan,

menunjang tugas perkuliahan, melakukan pembelanjaan online, melihat trend

fashion yang berkembang dan gaya hidup diluar realitasnya. Serta yang

mendominasi kegiatan berinternet Digital native antara lain adalah social media,

browsing, dan games online.

Gambar 4.3 Kegiatan Internet yang Dominan pada digital natives:

4.5. Internet menciptakan realitas maya dalam relasi sosial

Perkembangan teknologi saat ini memberi harapan baru terhadap

timbulnya berbagai perubahan mendasar pada berbagai bidang kehidupan dan

relasi sosial. (Piliang, 2001: 7) Menurut Anthony Giddens hal ini bisa

dimungkinkan terjadi dikarenakan dalam masyarakat teknologi terdapat cara

penting menggabungkan produksi dan struktur produksi serta aksi dalam proses

interaksi melalui teknologi komunikasi. (Bungin, 2005: 252)

DIGITAL NATIVES

SOCIAL MEDIA

BROWSING

GAMES

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 124: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

115

Teknologi komunikasi adalah teknologi bersifat ekuivokal, karena dapat

diinterpretasikan melalui beberapa cara. Teknologi ini menggambarkan masalah-

masalah yang tidak umum karena prosesnya sulit dipahami dan sulit

diinterpretasikan kembali dalam proses implementasi dan akomodasi pada

komunikasi yang bersifat interpersonal tersebut. Perkembangan teknologi

komunikasi semakin lama semakin berevolusi melalui proses-proses dalam sistem

sosial yang juga diyakini akan mempengaruhi kehidupan relasi sosial.

Teknologi komunikasi saat ini menghubungkan kesatuan WEB dalam

proses interaksi yakni melalui internet yang merupakan penggabungan teknologi

telekomunikasi dan gedget artinya ada proses interaksi berbasis gedget yang

memiliki konsekuensi tertentu. Hal tersebut dinamakan sebagai realitas maya

dimana teknologi membuat penggunanya dapat berinteraksi dengan suatu

lingkungan yang disimulasikan oleh perkembangan gedget, suatu lingkungan

yang sebenernya merupakan tiruan.

Peneliti melihat bahwa saat ini digital natives sebagai pribadi yang

adaptif dengan teknologi dan sangat aktif dalam bermain beragam kegiatan yang

tersedia didalamnya. Kemajuan teknologi dengan kehidupan manusia seakan-akan

tidak dapat dipisahkan lagi. Kemajuan teknologi tentunya menyebabkan

perubahan yang begitu besar terhadap kehidupan umat manusia secara khusus

yang paling dirasakan adalah generasi muda yang mulai berkembang saat ini.

Pada perkembangan ini, generasi saat ini menjadikan internet sebagai diri

kedua bagi manusia. Gedget yang menunjang adanya internet memberikan

kemudahan bagi generasi muda untuk melakukan hubungan dengan siapa pun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 125: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

116

tanpa dibatasi oleh waktu dan ruang secara geografis. Begitu pula mereka yang

berkomunikasi tidak hadir secara fiskal karena adanya situs jaringan yang

terhubungan seperti media sosial. Oleh karena itu wujud dari realitas maya dalam

relasi sosial yang diciptakan oleh internet melalui Media Sosial yang banyak

digunakan masyarakat saat ini terutama generasi muda. Berdasarkan penelitian

ini, peneliti melihat bahwa tujuan kegiatan berinternet informan salah satu adalah

agar terhubungan dengan beragam individu di media sosial, misalnya Facebook,

Twitter, Blog, Youtube, Instagram dan lain-lain.

4.5.1. Media Sosial Membangun Realitas Maya Dalam Relasi Sosial

Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang membutuhkan

interaksi sosial. Masyarakat memiliki hasrat untuk menjadi bagian dari kelompok

sosial, mendengarkan cerita, membagi pengalaman, dan memberikan kontribusi

yang berharga untuk kelompok. Pada perkembangan teknologi, manusia menjadi

memiliki kemudahan untuk dapat melakukan interaksi tanpa harus dipisahkan

oleh jarak dan waktu. Oleh karena itu, perkembangan teknologi dengan

menghadirkan internet banyak diminati oleh manusia terutama di Indonesia pada

kalangan mahasiswa.

Internet merupakan modal terbentuknya media sosial. Media sosial adalah

medium yang berada di internet yang memungkinkan penggunanya

merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi,

berkomunikasi dengan pengguna lainnya, dan membentuk ikatan sosial secara

virtual atau biasa disebut dengan realitas maya dalam relasi sosial di internet.

Media sosial adalah arena bagi digital natives untuk menyalurkan hakikatnya

sebagai makhluk sosial atau homo socius.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 126: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

117

Pada perkembangannya mahasiswa saat ini lebih tertarik untuk melakukan

relasi sosial di internet dibandingkan dengan relasi sosial secara konvensional.

Mahasiswa saat ini cenderung sangat bergantung pada teknologi smartphone

untuk bersosialisasi. Ruang untuk nongkrong dan bercengkarama menjadi lebih

modern dan bergaya apabila memiliki fasilitas internet gratis atau WI-FI. Digital

natives membangun relasi sosial dengan beragam kepemtingan. Ada yang

menggunakan media sosial hanya untuk mencari teman ngobrol, teman bermain,

dan bahkan pacaran secara virtual. Hal ini disampaikan oleh informan saya yaitu,

AG (20) saat wawancara :

“selain ikut komunitas online di beberapa media sosial, saya pernah dapet

pacar virtual di aplikasi tan-tan. Itukan media sosial yang kita emang

fungsinya buat nyari teman deket. Jadi waktu itu ya namanya cowok rada

penasaran dong yang kalo ada aplikasi biar kenalan sama perempuan. Ya

jadi awalnya disitu kita dikasih banyak foto-foto perempuan dari berbagai

daerah nah kebetulan dapet yang di Bandung perempuannya ya saya klik

simbol hati dan ternyata di notifikasi selanjutnya dia ternyata juga

menyukai foto aku dong, jadi kami kaya dibilangnya pasangan serasi terus

diajak chattingan dari aplikasinya. Jadi dari situ nyambung dan sampe

sekarang jadi pacar cuman belom pernah ketemu langsung. ((Hasil

Wawancara 21 Februari 2019)”

Hal senada pernah digunakan oleh salah satu perempuan yaitu, EWM (21)

yang menggunakan media sosial untuk mencari pasangan:

“aku pernah nyoba tinder ya. Memang awal main medsos itu ya buat

nyari bule sih dan gak nyangka bisa dapet hahaha. Karena awalnya

memang iseng-iseng aja. Terus ampe sekarang masih komunikasi,

awalnya minta no wa aku, aku gak langsung kasih, aku kasih akun IG aku

aja. Terus di follow, ya aku follow balik. Makin kesini ternyata nyambung

jadi dia kasih no wa nya, ya aku kasih juga. Terakhir kita pacaran, tapi

belom pernah jumpa langsung.(Hasil Wawancara 25 Februari 2019)”

Berikut merupakan media sosial yang digunakan informan dan alasan

penggunaannya:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 127: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

118

Tabel 4.7

Alasan penggunaan media sosial di kalangan mahasiswa

No Media Sosial Nama

Informan

Alasan Penggunaan Logo Media

Sosial

1. Instagram DR “kalo make instagram ku

biasanya ya gunain untuk

berhubungan dengan kawan lain

pake share foto keseharian atau

apalah kegiatan yang kurasa

menarik. Terus semacam

kegiatan hobi lainnya.”

2 Facebook PF “aku biasa make facebook buat

menunjukkan identitas diri awak

dengan pake status-status ittulah

dan biasa kalo ikut komunitas

online supaya gak ketinggalan

obrolan dan informasi

terkaitlah. Kalo bosen juga bisa

cari teman baru di

facebooklah.”

3. Twitter AS “aku suka pake twitter karena

bisa liat trending topic terus

interaksi sama mereka yang

ngegunain hashtag yg sama.”

4. Youtube G “youtube paling seringku

gunain sekarang buat ngabisin

waktu kaya nonton film, acara

TV yang terlewat, video, dan

blog. Terus komenin content

youtube yang lagi viral. Ada pro

dan kontra jadi interaksi

disanalah yakan.”

5. TanTan dan

Tinder

AG “aku untuk nyari pacar hahaha

selain cari teman ngobrol juga.

Karena di aplikasi ini seru ya,

yg di diseain uniklah. Soalnya

kan pake kita like profil dulu,

kalo yang ku like kasih like balik

artinya jodoh. Baru bisa buat

obrolan”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 128: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

119

6. Line AV “biasa kupake untuk video call

yang memang berkawan di line.

Tentu kalo line sifatnya lebih

pribadilah ya. Kurasa kelebihan

line itu ada stikernya ajalah

makanya kupake aplikasi itu”

7. Kakaotalk SA “aku pake kakaotalk karena

menarik ya, kita bisa cari teman

yang memang dari berbagai

daerah bahkan negara. Aku

pake ini karena kebetulan suka

K-POP dan banyak komunitas

global K-POP yang join disana.

Jadi, aku bisa interaksi dan

berhubungan dengan sesama

fan K-POP.”

8. Grab dan

Gojek

R “Aku juga pake aplikasi ini

karena memudahkan aku untuk

isi pulsa tanpa harus keluar

rumah atau beli makan tanpa

harus ribet jalan.

9. Shopee,

Tokopedia,

NY “aplikasi yg kusuka karena

udah bisa beli barang tanpa

harus jalan atau interaksi

secara langsung. Pake aplikasi

ini udah bisa ngobrol sama

penjual barang jadi gal perlu

lagi beli barang harus ketemu

langsung sama penjual”

10. Whatsapp EWM “pake WA karena banyak kawan

komunitas awak dari berbagai

daerah menggunakannya. Jadi

kalo mau komunikasi jauh lebih

gampang pake WA lah, kita buat

group chattingan disana lah”

4.5.2. Daya Tarik Membangun Relasi Sosial Secara Maya

Pada digital natives internet bukan merupakan suatu hal yang baru.

Fenomena generasi menunduk yang saat ini dipengaruhi oleh internet dapat dilihat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 129: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

120

pada lingkungan kampus. Digital natives umumnya memiliki gadget seperti

smartphone dan komputer tablet seperti ios, windows, dan android. Media sosial

sendiri merupakan medium yang digunakan informan dalam membangun relasi

sosial di dunia maya. Pada media sosial banyak informan menggunakannya untuk

membangun relasi sosial yang lebih luas di luar realitas keseharian mereka.

Sehingga waktu dan tempat tidak menjadi penghalang untuk mereka saling

terhubung. Hal ini disampaikan oleh informan saya yaitu, AV (21) saat

wawancara :

“kalo membangun relasi sosial di dunia maya pastinya gunain media

sosial yang berkembang sekarang ya, dan aku sendiri gunain media

sosial untuk bisa berinteraksi dengan banyak teman-teman komunitas

yang sama hobby kaya ku di seluruh dunia bahkan. Tapi memang aku

suka pake media sosial supaya lebih terhubung dengan orang yang jauh

dariku sendiri aja”(Hasil wawamcara pada tanggal 21 Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh SA (22)

“karena aku penyuka K-Pop pastinya ikut banyak komunitas salah satu

group yang aku suka. Dengan salah satu media sosial pastinya bisa

dijadiin untuk kami lebih memiliki banyak waktu terhubung tanpa harus

jumpa secara real giitu. Jadi sekalipun kami gak ngumpul tetapi group di

salah satu media sosial kita bakal terus rame aja. Terus daya tarik make

media sosial juga sebagai pemasaran komunitas kita kalo mau ada event

jadi memudahkan kita untuk mengajak sesama pencinta K-POP untuk

hadir” (Hasil wawamcara pada tanggal 25 Februari 2019)

Pada perkembangannya gadget dikalangan digital natives tidak hanya

digunakan sebagai media komunikasi saja, gadget dikalangannya sudah mejadi

alat multi fungsi. Kamera salah satunya dapat dimanfaatkan oleh para pengguna

gadget untuk mengabadikan moment-moment pribadinya, selain itu fasilitas sosial

media juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para digital natives untuk

bersosialisasi ataupun menunjukan kreatifitas yang mereka punya secara bebas.

Hal itu karena media sosial juga menyediakan fiture untuk siapapun bisa melihat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 130: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

121

kreatifitas mereka atau momen pribadi mereka sehingga memiliki kesempatan

untuk mereka dapat dikenal oleh netizen atau masyarakat maya secara luas dan

menjadi daya tarik tersendiri untuk pengguna media sosial. Hal ini disampaikan

oleh informan saya yaitu, NY(22) saat wawancara :

“Sebenernya daya tarik media sosial sendiri buat aku tuh, bisa

mengekpresikan diri yang gak bisa kita tunjukkin langsung di kehidupan

nyata aku ya. Kaya yang aku bilang sebelumnya, kalo di kampus aku gak

mungkin make make up tapi dengan adanya media sosial saya bisa

menunjukkan diri yang berbeda buat saya dan menunjukkan kreatifitas

saya dalam fashion ataupun gaya make up”(Hasil wawancara pada

tanggal 25 November 2019)

Hampir semua digital natives terkhusus mahasiswa sudah memiliki

gadget. Digital natives yang memiliki gadget selalu membawa gadget mereka

kemanapun mereka berada. Tak jarang mereka menggunakan gadget untuk

berelasi dengan oarang lain di maya selama jam kuliah atau bahkan ketika mereka

sedang bersama dengan teman-teman mereka. Hal ini disampaikan oleh informan

saya yaitu, G (20) saat wawancara :

“kalo lagi ngantuk dengerin dosen di kampus lagi nerangin di depan

kelas ya, smartphone ku sangat berfungsilah. Jadi kalo dosen sedang

menerangkan ya aku main hp ya liat media sosial yang kupunya lah kaya

instagram liat-liat foto followers aku ataupun yang bukan followers ku

terus comment-comment foto kawan, bales-balesan komentar lah. Liat

WA atau Line, pokoknya berinteraksi dengan kawan-kawan ku di kelas

juga tanpa harus ketauan dosen hahaha jadi ya gak ngantuk lah

yaa”(Hasil wawancara pada tanggal 21 Februari 2018)

Hal serupa disampaikan oleh R (20)

“kalo lagi bosen di kelas sambil nunggu dosen atau nunggu jam kuliah

yang kosong biasanya ya main hp aja liat media sosial di hp. Terus

chattingan bareng teman-teman komunitas di WA atau Line. Ya

sekalipun lagi bareng temen kampus juga biasanya emang kaya lebih

tertarik aja buat terhubung di media sosial ya. Gak ngerti juga sih

kenapa kaya gitu hahaha. Kecuali kalo emang ada pembahasan yang

bisa diceritain.” (Hasil wawancara pada tanggal 25 Februari 2018)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 131: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

122

Media sosial juga menjadi alternatif untuk mereka yang sulit untuk

langsung pendekatan dengan orang lain. Adanya media sosial membuat

penggunannya bisa lebih dulu melakukan pendekatan dengan orang lain terlebih

dahulu melalui media sosial tanpa langsung tatap muka. Sehingga apabila

penggunanya merasa memiliki kecocokan dalam interaksi tersebut sehingga

ketika mereka bertatap muka tidak merasakan yang namanya “akward moment”

dan memiliki pembahasan karena sebelumnya telah melakukan pendekatan

melalui media sosial. Hal ini disampaikan oleh informan saya yaitu, AG (20) saat

wawancara :

“Kalo aku kan, memang lagi suka make media sosial yang nyari teman

kaya Hago, Tantan, terus tinder yang udah lama ya sebelum yang

lainnya muncul. Emang kalo disana cari temannya yang ke perempuan

sih. Nah biasanya kalo perempuan main itu kan juga emang nyari teman

juga. Jadi, aku suka make media sosial untuk berhubungan dengan

orang lain terutama cewe ya buat pendekatan dulu. Lagian aku juga

termaksud orang yang takut akward kalo langsung ngajak ketemuan.

Jadi pake aplikasi itu dulu lah buat pendekatan kalo nyambung ya ajak

ketemuan. Pas diajak ketemuan jadi gak akward.” (Hasil wawancara 21

Februari 2019)

4.5.3. Komunitas Maya Dikalangan Mahasiswa

Media sosial adalah arena bagi manusia untuk menyalurkan hakikatnya

sebagai makhluk sosial atau homo socius. Manusia sebagai makhluk sosial selalu

ingin berkomunikasi guna saling berhubungan timbal balik seperti bertukar

informasi. Dengan demikian, internet memiliki kedudukan sebagai media sosial

yang memberikan peluang bagi manusia membuat suatu jaringan dalam konteks

saling mempertukarkan informasi. Kondisi ini menimbulkan akibat lebih lanjut,

yakni digital natives membentuk ikatan sosial virtual atau dapat dikatakan relasi

sosial di dunia maya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 132: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

123

Relasi sosial virtual tidak mengenal kehadiran insani secara fiskal. Begitu

pula tidak mengenal pembatasan secara mewaktu dan meruang sehingga

kapanpun dan dimanapun mereka dapat melakaukan pertukaran informasi. Oleh

karena itu, media sosial saat ini banyak diminati oleh digital natives yang

berkembang saat ini karena menyediakan kemudahan untuk mereka melakukan

relasi sosial untuk menyalurkan hakikat dirinya sebagai makhluk sosial. Dengan

adanya relasi sosial virtual bentukan media sosial melalui adanya internet, tidak

berhenti hanya pada komunikasi antar manusia di ruang maya guna

mempertukarkan berbagai informasi, tetapi berlanjut pada terciptanya komunitas

maya.

Komunitas maya adalah kumpulan pengguna/ users yang dibentuk secara

online yang masing-masing menggunakan identitas nyata atau rekaan serta

informasi online tertentu untuk melakukan komunikasi atau interaksi secara terus

menerus melalui mediasi jaringan/internet. Hal ini disampaikan oleh informan

saya yaitu, DR (21) saat wawancara :

“ku pikir kalo komunitas maya pasti setiap mahasiswa sekarang itu

punya. Apalagi teknologi sekarang yang memang fungsinya untuk

memudahkan penggunanya untuk melakukan interaksi. Kalo komunitas

yang kuikuti pastinya yang berhubungan dengan hobby ku. Aku ikut

komunitas games online yang di dalamnya banyak-banyak generasi

muda di dalamnya yang sharing pengalaman, diskusi tentang games

online dan biasanya sharing-sharing bagaimana cara menyelesaikan

satu games gitu atau kalo mau buat event lomba gitu. Tapi untuk

identitasku sendiri, ada komunitas yang memang sharing suatu hal yang

gak bisa ku bilang disinilah ya memang pake identitas yang beda lah.

Karena bahasannya hal yang tabu hahaha” (Hasil wawancara 21

Februaru 2019)

Hal lainnya disampaikan oleh SA (22)

“aku sendiri sebetulnya termaksud orang yang susah bergaul dengan

orang gitu ya. Jadi dengan adanya komunitas maya yang aku ikutin di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 133: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

124

beragam media sosial ku jadi aku bisa ngeggunain untuk komunikasi dan

membangun relasi yang jauh lebih dekat. Aku sih ngerasa nyaman untuk

bisa membangun relasi sosial di dunia maya dan menjadi salah satu

akses untuk orang yang seperti aku (introvert) untuk mengakrabkan diri.

untuk identitas sendiri memang karena kami suka KPOP ada beberapa

yang emang pake identitas yang bukan dirinya, kaya misalnya temenku

cewe tp foto profilnya cowo dari artiss korea atau cewe tapi foto

profilnya perempuan cantik soalnya pake foto artis korea hahaha eh pas

liat aslinya ngga” (Hasil wawancara 25 Februari 2019)

Berikut adalah matriks dari jawaban informan mengenai komunitas maya.

Tabel 4.8

Komunitas Maya

No. Nama Hasil Wawancara

1. DR “....komunitas maya yang aku ikutin sih gak terlalu

banyak, paling cuman sesama penyuka games online

juga. Tapi serunya punya komunitas maya kita jadi

punya banyak kenalan juga sih. Gak harus yang sama

daerah tapi di luar itu juga ada..”

2. PF “...komunitas maya ku sih memang sama kaya teman-

teman ku yang lain ya yang punya hobby yang sama. Aku

selain suka main games aku juga suka musik, jadi aku

punya komunitas anak musik. Suka yangbuat lagu atau

remix lagu di share kasih pendapat. Menurutku kan

komunitas maya yang ku ikutin seru. Karena kita sama-

sama punya hobby yang sama. Terus dengan adanya

komunitas juga jadi lebih deket aja....”

3. AS “...komunitas maya yang aku ikutin banyak ya, sesama

pecinta game online, terus kebetulan di Hago juga kan

ada ruang obrolan, yang tadinya gak kenal jadi kenal

karena main hago jadi kita buat komunitas buat yang

cari jodoh hahaha sebenernya buat ngabisin waktu aja

sih, sambil ngobrolin yang gak penting kali...”

4. G “....komunitas maya ku sih lumayan banyak yaa.. tiap

medsos ada kali ngikutin komunitas maya. Sebenernya

itu sebagai identitas diriku juga sih, kalo aku punya

kesukaan terhadap satu hal makanya ikutan satu

komunitas maya. Dengan komunitas itu ku rasa kami

juga jadi lebih dekat satu sama lain ya, jadi kek gak

perlu orang di sekitarku, aku juga udah ngerasa bisa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 134: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

125

bersosialisasi.....”

5. R “...ku pikir kalo komunitas maya pasti setiap mahasiswa

sekarang itu punya. Apalagi teknologi sekarang yang

memang fungsinya untuk memudahkan penggunanya

untuk melakukan interaksi. Kalo komunitas yang kuikuti

pastinya yang berhubungan dengan hobby ku. Aku ikut

komunitas games online yang di dalamnya banyak-

banyak generasi muda di dalamnya yang sharing

pengalaman, diskusi tentang games online dan biasanya

sharing-sharing bagaimana cara menyelesaikan satu

games gitu atau kalo mau buat event lomba gitu. Tapi

untuk identitasku sendiri, ada komunitas yang memang

sharing suatu hal yang gak bisa ku bilang disinilah ya

memang pake identitas yang beda lah...”

6. AG “komunitas mayaku sih banyak ya, dari tema-teman yang

ku kenal secara nyata sama nggak semua ada sih.

Komunitas maya ku ada yang gak pake identitas asli juga

menurutku. Memang beberapa komunitas maya ku

pembahasannya agak lari-lari dan kami kenal biasa dari

medsos juga. Sekedar buat seneng-seneng aja sih,

ngabisin waktu kalo lagi kosong.....”

7. AV “.....komunitas maya yang ada di Hp ku banyak lah ya

hahah, buat ku komunitas yang ku ikutin cukup banyak

membantu untuk ngabisin waktu kalo lagi bosan main

games hahah......”

8. SA “...aku sendiri seebetulnya termaksud orang yang susah

bergaul dengan orang gitu ya. Jadi dengan adanya

komunitas maya yang aku ikutin di beragam media sosial

ku jadi aku bisa ngeggunain untuk komunikasi dan

membangun relasi yang jauh lebih dekat. Aku sih

ngerasa nyaman untuk bisa membangun relasi sosial di

dunia maya dan menjadi salah satu akses untuk orang

yang seperti aku (introvert) untuk mengakrabkan diri.

untuk identitas sendiri memang karena kami suka KPOP

ada beberapa yang emang pake identitas yang bukan

dirinya, kaya misalnya temenku cewe tp foto profilnya

cowo dari artiss korea atau cewe tapi foto profilnya

perempuan cantik soalnya pake foto artis korea hahaha

eh pas liat aslinya ngga....”

9. NY “....komunitas maya yang aku ikutin di whatsapp aja

banyak ya, ada sampe 10 komunitas di luar dari group

kelas ya. Kaya sebelumnya aku bilang aku tuh lagi

tertarik di bidang make up, jadi aku sempet ikutin

beberapa kegiatan tentang make up dan dapet teman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 135: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

126

baru. Kadang menurut aku temen-temen komunitas tuh

udah kaya keluarga bahkan lebih, kayanya tiap hari kita

selalu aktif buat sharing banyak hal di dalamnya, bahkan

kita kalo ada masalah suka cerita disitu tanpa ada

batasan, betul-betul udah kaya keluarga maya lah kalo di

bilang sekarang.....”

10. EWM “...komunitas maya ku tuh lumayan banyak, tiap medsos

adalah, aku termaksud anak rumahan kali ya, jadi

komunitas maya yang aku ikutin membantu banyak

dalam melakukan relasi sosial melalui media sosial. Buat

aku temen-temen komunitas yg ku ikutin memang mereka

yang ku kenal dari beberapa aplikasi juga sih kaya hago

yang punya hobi sama. Kami suka cerita banyak hal di

dalamnya. Dengan adanya komunitas maya yang aku

punya medsos ku gak pernah sepi ya, jadi gak pernah

bosan juga....”

Berdasarkan wawancara tersebut peneliti melihat bahwa pada akhirnya

kegiatan berinternet yang dilakukan setiap mahasiswa akan menciptakan suatu

komunitas maya. Komunitas maya ini menciptakan suatu hubungan tiap individu

di dalamnya menjadi lebih terikat bahkan ada yang merasa bahwa komunitas

maya yang diikuti sudah seperti keluarga untuknya. Hal ini disebabkan karena tiap

individu di dalamnya melibatkan aktivitas antara lain saling berkomentar atau

saling berbagi informasi di dunia maya. Namun secara umum, peneliti melihat

bahwa informan mengikuti komunitas maya selain untuk bertukar informasi dan

berbagi tetapi digunakan untuk menghabiskan waktu mereka agar terhindari dari

kebosanan. Kegiatan ini tentunya mengakibatkan digital natives terjebak pada

medium virtual yaitu media sosial. Peneliti melihat bahwa sekalipun digital

natives tetap terhubung, tetapi mereka mengalami kesunyian interaktif karena

tidak bisa berkomunikasi secara tatap muka.

4.6. Internet dan Alienasi

Alienasi bisa diartikan suatu cara pengalaman hidup yang mana seorang

mengalami dirinya sebagai sosok terasing. Alienasi adalah teori yang dikeluarkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 136: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

127

oleh Karl Marx tentang munculnya sebuah keadaan di mana buruh atau proletar

mendapatkan sebuah keadaan yang terasing dari kehidupanya. Ia percaya bahwa

alienasi adalah hasil dari eksploitasi kapitalis terhadap buruh dengan

mengartikannya sebagai modal. Alienasi di era digital kini berubah wajah, tapi

hakikatnya sama. Bukan lagi disebabkan kaum kapitalis tapi faktor teknologi.

Manusia modern benar-benar mengalami keterasingan diri, meskipun hidup dalam

keramaian. Penyakit manusia modern ini kini kian parah dengan hadirnya era

smartphone tak terkecuali di negeri ini. Sebenarnya cikal bakal keterasingan

sudah mulai nampak semenjak hadirnya internet (cyber world), rupanya kondisi

ini kini kian kronis setelah smartphone hadir dan berhasil mencuri perhatian setiap

digital natives terkhusus mahasiswa yang berkembang saat ini.

ALIENASI

Eksistensi

Interaksi Sosial

Kebutuhannya

Aktivitass Produktif di Lingkungan Sosialnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 137: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

128

4.6.1. Alienasi dari Eksistensinya

4.6.1.1. Alienasi Dari Eksistensinya Sebagai Manusia

Fakta menunjukkan bahwa kehidupan modern yang ditandai dengan

kemajuan teknologi telah banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

Manusia mulai semakin terikat dengan teknologi. Teknologi tidak lagi berhadapan

dengan manusia tetapi sudah terintegrasi dengan manusia. Kondisi itulah yang

kemudian menjadikan manusia mulai terkukung oleh kemajuan sendiri dan

akhirnya mengalami alienasi dalam eksistensinya sebagai manusia. Hal ini

disampaikan oleh informan saya yaitu, SA (22) saat wawancara :

“kalo ku mikirnya eksistensi ku mulai gak berat lagi ngelakuin apa pun,

karena lahirnya internet sudah cukup untuk mengatasi kebutuhanku

dengan mudah dan gak harus kerja keras lagi. Kaya dulu untuk beli

makan, ya harus jalan. Sekarang mah tinggal pesan menu dari intenet

melalui aplikasi nunggu sebentar juga sampe. Sekarang jadi maleslah

kalo harus dilakuin sendiri, mending gunain internet.”(Hasil wawancara

pada tanggal 25 Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh AS (20)

“dulu beloman ada grab terus gojek kalo ke kampus dari kost pasti

jalanlah ya. Sekarang kalo harus pergi kemana-mana kalo gak pake grab

atau gojek itu rasanya udah males aja. terus sekarang cuman modal

aplikasi hago kita udah bisa main badminton. Terus kalo ada diskusi di

komunitas juga gak harus jumpa dulu sekarang udah ada banyak media

sosial. Semua sekarang praktis gak harus kita usaha capek buat keluar

kost lah, jadi esksitensi diriku gak perlu terlalu banyak kerja keras”

(Hasil wawancara pada tanggal 25 Februari 2019)

Secara eksistensial manusia adalah individu yang identik dengan

kebebasan dalam menciptakan diri dan dunianya. Manusia merupakan inovator

dan kreator yang memiliki kemampuan untuk melakukan segala sesuatu dengan

mengandalkan potensi dan kemampuannya sendiri. Manusia juga memiliki kuasa

untuk mengendalikan segala yang diciptakannya. Kemajuan teknologi pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 138: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

129

awalnya membuat efisiensi dalam kehidupan mahasiswa di era digital natives.

Namun dalam perkembangannya kondisi ini mulai berubah. Internet membuat

manusia menjadi budak dari ciptaan manusia itu sendiri. Namun seiring

perkembangannya bahwa teknologi justru mulai menenggelamkan manusia dalam

suatu rutinitas dan otomatitasi kerja yang diciptakannya. Manusia yang memiliki

ide, pikiran dan kuasa untuk mngontrol justru di kontrol oleh teknologi itu sendiri

dan berakhir pada teralienasinya eksistensi dirinya sebagai manusia.

Pada beberapa informan peneliti lainnya, ada yang merasa bahwa

kegiatan berinternet yang dilakukannya menjadikan dirinya pasif di kegiatan

realitas nyatanya dan selalu memiliki keinginan yang serba praktis di dalamnya.

Hal ini disampaikan oleh informan saya yaitu, G (20) saat wawancara :

“kalo aku sebenernya ngerasa kali kalo internet ini betul-betul buat ku

jadi kecanduan dan akhirnya tuh jadi lebih aktif di dunia maya tapi pasif

di kehidupan nyata ku. Aku jadi males ngapa-ngapain. Aku gak bisa

ngontrol kegiatan dunia mayaku, apalagi aku anak kost jadi gak ada

pengawasan orang tua jadi lebih bebas lagi.”

Hal serupa disampaikan oleh R (20)

“aku rasa internet sekarang buat aku ngelakuin banyak hal dengan

praktis ya karena semua udah tersedia di internet, kita gak perlu terlalu

bekerja keras kali lah. Semua serba gampang. Cuman memang internet

itu buat penggunanya jadi kaya malas mikir lah terus malas capek.”

Tanpa disadari oleh informan, kegiatan berinternetpun telah membuat mereka

kehilangan hasratnya untuk melakukan sesuatu dengan kemampuannya sendiri

dan ketergantungan dengan suatu yang diciptakan oleh manusia sendiri.

Kemudian internet membuat digital natives memiliki daya juang rendah dan

malas dalam melakukan beragam kegiatan di luar realitas maya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 139: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

130

Berikut adalah matriks dari jawaban informan mengenai alienasi dari

eksistensi sebagai manusia.

No. Nama Hasil Wawancara

1. DR …aku ngerasa dengan adanya internet aku seperti

ngga bisa mengontrol diriku sendiri. Aku mulai

kecanduan dengan internet. Aku sendiri ngerasa

sekaang dengan cuman di kamar kost aja udah

cukup asal dengan internet. Sekarang internet bisa

kubilang dapat memenuhi kebutuhan keseharian

ku. Sekarang mau ngapain aja juga udah gak hars

keluar kamar. Sekarang yang namanya belanja

online. Mau makan juga gak usah ribet, udah ada

yang namanya aplikasi antar makan. Sekarang

semua menggunakan internet tanpa kusadari

ternyata aku mulai menjauh dengan lingkungan ku.

Aku jadi tidak terbiasa untuk melakukan berbagai

hal dengan kemampuan ku sendiri….

2. PF ..mulai menggunakan internet didasari dengan rasa

ingin tahu. Ternyata makin kesini memang jadi

ketagihan ya jatuhnya. Banyak hal yang sebenernya

bias kulakukan sendiri tapi internet menyediakan

beragam aplikasi yang menawarkan kemudahan

untuk setiap lingkup kehidupanku. Sekarang

3. AS ….dulu beloman ada grab terus gojek kalo ke

kampus dari kost pasti jalanlah ya. Sekarang kalo

harus pergi kemana-mana kalo gak pake grab atau

gojek itu rasanya udah males aja. terus sekarang

cuman modal aplikasi hago kita udah bisa main

badminton. Terus kalo ada diskusi di komunitas

juga gak harus jumpa dulu sekarang udah ada

banyak media sosial. Semua sekarang praktis gak

harus kita usaha capek buat keluar kost lah, jadi

esksitensi diriku gak perlu terlalu banyak kerja

keras….

4. G …..kalo aku sebenernya ngerasa kali kalo internet

ini betul-betul buat ku jadi kecanduan dan akhirnya

tuh jadi lebih aktif di dunia maya tapi pasif di

kehidupan nyata ku. Aku jadi males ngapa-

ngapain. Aku gak bisa ngontrol kegiatan dunia

mayaku, apalagi aku anak kost jadi gak ada

pengawasan orang tua jadi lebih bebas lagi…..

5. R …..aku rasa internet sekarang buat aku ngelakuin

banyak hal dengan praktis ya karena semua udah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 140: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

131

tersedia di internet, kita gak perlu terlalu bekerja

keras kali lah. Semua serba gampang. Cuman

memang internet itu buat penggunanya jadi kaya

malas mikir lah terus malas capek....

6. AG

7. AV

8. SA …..kalo ku mikirnya eksistensi ku mulai gak berat

lagi ngelakuin apa pun, karena lahirnya internet

sudah cukup untuk mengatasi kebutuhanku dengan

mudah dan gak harus kerja keras lagi. Kaya dulu

untuk beli makan, ya harus jalan. Sekarang mah

tinggal pesan menu dari intenet melalui aplikasi

nunggu sebentar juga sampe. Sekarang jadi

maleslah kalo harus dilakuin sendiri, mending

gunain internet....

9. NY

10. EWM

4.6.1.2. Alienasi Dari Eksistensinya Sebagai Umat Beragama

Secara eksistensial, informan memiliki peran sebagai umat beragama.

Pada kegiatan keagamaan tentu tiap informan memiliki kewajiban sesuai yang

dianutnya. Namun dengan adanya perkembangan internet peneliti melihat bahwa

kegiatan internet yang dilakukan oleh informan berdampak pada kegiatan

keagamaan yang dianut oleh tiap informan. Seperti yang diketahui bahwa umat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 141: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

132

beragama muslim memiliki 5 waktu beribadah dalam satu hari. Hal ini

disampaikan oleh informan saya yaitu AG (20) saat wawancara :

“memang mulai kenal yang namanya kegiatan berinternet aku pribadi

jadi lupa yang namanya sholat. Padahal islam sendiri mengajarkan

umatnya untuk sholat 5 waktu. Gimana mau sholat tidur aja jam 4 pagi

bangun siang ya, jadi semua waktu udah gak ke atur semua, karena

emang kalo udah pegang smartphone itu aku autis lupa waktu dan punya

dunia sendiri, (Hasil Wawancara 19 Februari 2018)

Informan menjelaskan kesulitan untuk membagi waktu antara bermain

internet dan melakukan kegiatan keagamaannya. Hal ini disebabkan karena

kegiatan berinternet yang mereka lakukan 6-10 jam. Untuk 6-10 jam tersebut

informan dapat hanya duduk dan memegang smartphone nya. Kemudian Ada

informan lainnya yang menjelaskan bahwa dalam satu bulan bisa dihitung berapa

kali dia melakukan kegiatan keagamaannya. Hal ini disampaikan oleh informan

saya yaitu, DR (21) saat wawancara :

“kalo aku kan bisa kehitung itu kalo sholat berapa kali dalam sebulan.

Memang sulit buatku yang sudah kecanduan internet untuk bagi waktu ke

semuanya. Karena kalo udah main internet kaya games itu gak yang 1

jam selesai kalo udah main games online apalagi PUBG atau mobile

legend taruhannya harga diri dan selesai main games itu paling cepat

sejam lah. Kalo pun itu sholat karena diingetin, kalo ngga ya udah lewat.

Terus emang kalo udah kaya chattingan sama kawan satu komunitas

juga jadi lupa waktu.”(Hasil wawancara 21 Februari 2019)

Pada pernyataan informan diatas dapat dilihat bahwa mereka terlena

kepada kedigdayaan teknologi, dimana tiap informan memiliki ketertarikan yang

tinggi untuk menggunakanyya. Mengingat konsep kapitalis yang bergerak di

bidang industri yang akan terus menerus meningkatkan nilai jual produknya.

Dibantu dengan media periklanan yang menarik perhatian pada digital natives dan

membiusnya. Dengan embel-embel sebuah gengsi dan pamor mampu merubah

digital natives menjadi hanyut dalam kebahagiaan yang semu dan berdampak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 142: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

133

pada teralienasi dari kegiatan keagamaan yang semestinya dilakukan oleh umat

beragama.

Kemudian, ada beberapa informan yang menjelaskan bahwa kegiatan

agama bisa dilakukan dengan menggunakan internet. Informan menjelaskan

bahwa dengan adanya internet beribadah jauh lebih mudah. Saat ini “kemudahan”

yang ditawarkan internet membuat ia tidak perlu lagi ke gereja untuk mendengar

khotbah. Penggunaan internet membuat informan selaku digital natives untuk

mengakses video khotbah di youtube, membaca ayat kitab suci di internet,

membaca tentang agama, mendownload dan upload teks dan dokumen tentang

agama dan informasi perihal keagamaan dapat di temukan di internet tanpa kita

harus pergi ke gereja. Hal ini disampaikan oleh informan saya yaitu AV (21) saat

wawancara :

“kalo aku kan sendiri kalo kegiatan keagamaan paling sering dilakukan

di Internet. internet bisa akses alkitab, dengerin khotbah juga ada di

youtube jadi gak harus tiap minggu ke gereja yang penting denger

khotbah sih ya, terus kalo mau baca tentang agama ya di internet udah

banyak kali informasinya, kalo mau terlihat reliji ya upload aja ayat

alkitab ke media sosial udah jelas kan bagian dari kegiatan keagamaan

ku. Jadi kalo aku sendiri sih ngerasa itu udah cukup untuk kegiatan

keagamaan dan sekarang juga ada live streaming di youtube buat ibadah

tiap minggu, jadi internet justru mempermudah kita. Udah sekitar dua

tahun aku menggunakan gereja virtual yang tiap minggu ada.” (Hasil

wawancara 20 Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh PF

“Justru menurut ku kan, kita jauh lebih mudah dengan adanya internet

saat ini. Banyak di sosial media yang men share kegiatan keagamaan.

Kaya khotbah, ayat alkitab, renungan, puji-pujian. Menurutku kita gak

perlu lagi buat ke gereja supaya bisa denger khotbah atau melakukan

puji-pujian. di kamar atau dimana aja sekarang juga bisa tinggal

sisihkan waktu aja. lebi fleksibel. Itu menurut ku kan ya.” (Hasil

wawancara 21 Februari 2019)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 143: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

134

Pada pernyataan informan menjelaskan bahwa saat ini mulai

berkembangnya kegiatan keagamaan secara virtual. Kegiatan keagamaan yang

didapat melalui internet secara online sehingga saat ini mulai berkembang istilah

Religion Online dan Online Religion. Kedua istilah tersebut memiliki pengertian

yang berbeda. Religion online menyediakan pengguna internet dengan informasi

tentang agama: doktrin, aturan masayrakat, organisasi, dan keyakinan; layanan

dan peluang untuk layanan, artikel dan buku-buku agama dan juga perlengkapan

lain yang berhubungan dengan tradisi keagamaan atau pencarian seseorang.

Sedangkan online religion mendorong para pengguna internet untuk berpartisipasi

dalam dimensi kehidupan keagamaan via web: ruang yang bertindak sebagai

sebuah agama terlembaga lengkap dengan liturgi, doa ritual, meditasi dan rumah

suci virtual. (Ibrahim dan Akhmad, 2014: 146)

Dengan demikian, dapat dikemukan bahwa religion online lebih terfokus

pada gagasan bagaimana manusia menggunakan internet untuk menambah

pengetahuan keagamaan baik lewat pengetahuan agama yang tersaji di internet

maupun lewat buku-buku atau media cetak yang terdapat di internet. Sebaliknya

online religion lebih banyak mengacu pada keterlibatan seseorang dalam kegiatan

keagamaan secara kelembagaan sebagai dianjurkan lewat informasi yang mereka

dapatkan pada internet. agama online mulai disukasi karena memberikan cara-cara

baru bagi seseorang untuk mengekspresikan dan menambah pengetahuan

agamanya secara lebih mudah, mengingat tidak terbatas ruang dan waktu.

Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang berkembang saat ini sedang

berada di zaman virtual dan serba digital. Internet saat ini menggunakan jargon

“kemudahan” dalam setiap kegiatan berinternetnya. Hal itu berdampak pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 144: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

135

pemahaman seolah-olah individu benar-benar membutuhkan internet untuk

melangsungkan kegiatan sehari-harinya. Sejatinya tiap informan tidak dapat

mengelak bahwa kegiatan internet mereka dimulai sejak bangun pagi sampai tidur

di malam hari. Oleh karena kegiatan berinternet yang dilakukan oleh informan

berpengaruh pada kegiatan keagamaan tiap informan.

Dimulai dengan kesulitan dalam membagi waktu untuk kegiatan

keagamaan sampai pada kemudahan dalam melakukan kegiatan keagamaan di

internet. Kegiatan berinternet yang ditawarkan oleh kapitalis, memberikan

pengaruh terhadap relasi sosial secara nyata. Berdasarkan hal tersebut tentu

informan pada akhirnya mengurangi suatu ruang dimana dapat berinteraksi secara

langsung dengan orang disekitar lingkungan kegiatan beragama. Kapitalis seolah-

olah mulai mensosialisasikan digital natives pada tataran virtual tanpa keharusan

interaksi secara nyata. Kemudian sejatinya justru teralienasi oleh kegiatan

keagamaan secara nyata karena kemudahan dan hiburan yang di tawarkan oleh

internet, membuat informan mengabaikan kegiatan realitas yang umum dilakukan

oleh umat beragama dengan semestinya. Keadaan itulah yang menjadi salah satu

penyebab manusia terpisah dari sesama atau dunia luar dan akhirnya mengalami

keterasingan (alienasi).

4.6.1.3. Alienasi dari Eksistensinya sebagai Mahasiswa

Saat ini internet menjadi preferensi utama dalam mendapatkan informasi

dan hiburan. Internet menyajikan informasi berita-berita terupdate hanya dengan

mengklik situs-situs berita. Selain itu, internet juga dapat memberikan informasi

yang diinginkan oleh digital natives dalam hitungan detik. Saat ini digital natives

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 145: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

136

lebih sering membawa new media dibandingan media cetak. Penetrasi media cetak

seperti surat kabar, tabloid, dan majalah semakin jauh di bawah media yang

lainnya. Hal ini juga didorong semakin beragamnya gadget yang bisa digunakan

dalam mengakses internet. Kelebihan internet juga tidak mengenal batas

geografis. Semua ini semakin memudahkan digital natives untuk mencari

informasi tanpa harus ke luar.

Namun secara eksistensial, informan memiliki peran sebagai mahasiswa.

Pada perannya sebagai mahasiswa tentu memiliki kewajiban yang harus dilakukan

individu di dunia pendidikan. Dimulai dari kehadiran untuk masuk kampus,

mengikuti kegiatan belajar dan mengajar, serta mengikuti aturan yang sudah di

tetapkan oleh kampus. Hak yang akan di dapatkan oleh mahasiswa berupa ilmu

pengetahuan, gelar, dan nilai prestasi mahasiswa.

Pada wawancara dengan informan banyak dari digital natives yang pada

akhirnya teralienasi oleh karena kemudahan yang disiapkan oleh internet. Hal itu

mempengaruhi digital natives sehingga berdampak pada kegiatan pendidikannya.

Kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh digital natives jadi diabaikan. Menurut

mereka, untuk mendapatkan ilmu pengetahuan sesuai dengan jurusannya dapat

dicari di internet. Mereka menjelaskan bahwa internet memudahkan mahasiswa

mendapatkan ilmu pengetahuan tanpa harus pergi ke kampus. Sehingga menurut

informan, bahwa mereka akan pergi ke kampus apabila sedang ujian saja. Hal ini

disampaikan oleh informan saya yaitu, DR (21) saat wawancara :

“kalo aku ya, jarang ke kampus. Menurutku kampus itu cuman sekedar

kasih teori-teori ajalah. Kalo teorinya bisa ku dapat di internet. di

internet kita klik aja satu tema mata kuliah udah dapat itu semuanya.

Justru buatku internet memudahkan kitalah untuk lebih memahami

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 146: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

137

pelajaran-pelajaran. Jadi ngapain harus ke kampus rajin-rajinnya.

Mending main games online atau main apa lah yang ada di internet

itu.”(Hasil wawancara pada tanggal 23 Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh AS (20)

“buatku kan dengan adanya internet justru memudahkan ku di dunia

pendidikan. Kalo ada tugas dari dosen ya tinggal cari di internet, terus

copy, ubah sedikit selesainya. Jadi semua lebih mudah dong dengan

adanya internet.”(Hasil wawancara pada tanggal 20 Februari 2019)

Selain itu banyak dari informan juga terlena pada kegiatan berinternet

mereka sehingga kegiatan pendidikan mereka pun terabaikan. Hal itu disebabkan

karena pengggunaan waktu yang mereka habis di internet sampai dini hari yang

kemudian jadi kendala mereka untuk bangun pagi ke kampus. Hal ini disampaikan

oleh informan saya, yaitu AV (21) saat wawancara :

“aku sendiri kalo mau jujur memang jadi jarang ke kampus karena tanpa

kusadari jadi punya dunia sendiri. terus tidur aja udah baru jam 4 kalo

ngga jam 5, ya kalo ada mata kuliah pagi pasti lewat lah. Ya paling kalo

ada tugas ya nitip kawan, itu juga copas aja. terus kalo ngga ya titip

absen.”(Hasil wawancara pada tanggal 22 Februari 2019)

Hal serupa dijelaskan disampaikan oleh EWM (21)

“bisa di bilang internet memudahkan kita juga tapi bisa jadi penghalang

kita. Awak kalo niat buat ngerjain tugas dari dosen pasti buka internet

liat jurnal sama carii banyak referensi. Cuman tantangan terbesar juga

buat awak yang awal niatnya ngerjain tugas malahan jadi buka

facebook, nonton youtube, buka-buka website, jadi kehalang juga

ngerjain tugasnya. Ujungnya gak selesai, kepepet waktu ya copas-copas

aja” (Hasil wawancara pada tanggal 22 Februari 2019)

Dapat disimpulkan bahwa unsur alienasi selanjutnya yang di alami oleh

para digital natives ini berdasarkan konsepsi Marx yaitu alienasi pengembangan

bakat/potensi mahasiswa karena kegiatan berinternet yang mereka lakukan. Para

digital natives teralienasi dari potensi kemahasiswaan mereka sebagai pelajar

sendiri. Digital natives yang memiliki peran dan tanggung jawab sebagai

mahasiswa justru hanya berfokus pada hasil yang akan di capai atau nilai. Belajar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 147: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

138

tidak lagi menjadi transformasi dan pemenuhan sifat dasar mahasiswa, akan tetapi

membuat mahasiswa yang seharusnya memiliki peran dilingkungan masyarakat

dan kampus tak bisa menjadi seperti itu. Mahasiswa sebagai pelajar tak lagi

menampakkan diri sebagai pelajar seutuhnya karena internet, sebab mereka

tereduksi menjadi konsumen dari ciptaan kapitalis yang menawarkan kehidupan

serba “mudah” dan instant. Hal tersebut tentu mengalienasi peran mahasiswa

semestinya yang diharapkan memiliki kontribusi pada lingkungan sekitarnya.

4.6.2. Alienasi dalam Interaksi Sosial

4.6.2.1. Alienasi Hubungan Digital Natives dengan Keluarga

Secara eksistensial, informan memiliki peran di lingkungan keluarga.

Pada lingkungan keluarga tentu tiap informan memiliki kewajiban dan hak sesuai

dengan perannya. Namun kehadiran internet membuat digital natives tanpa

disadari mulai mengalami yang namanya alienasi. Unsur alienasi yang paling

dirasakan dampaknya oleh para digital natives adalah alienasi/keterasingan waktu

individu dengan keluarganya. Faktornya adalah karena waktu untuk kegiatan di

dunia maya jauh lebih lama dibandingkan dengan keluarga secara nyata. Dari

banyaknya usur alienasi yang disebut oleh Marx, keterasingan waktu dengan

keluarga atau kerabat tentu adalah yang paling dapat dilihat oleh para digital

natives, terutama yang tinggal dengan orang tuanya. Berikut adalah penuturan

beberapa informan terkait pertanyaan tentang terasingnya waktu dan kedekatan

dengan keluarga akibat adanya internet. Hal ini disampaikan oleh informan saya,

yaitu AG (20) saat wawancara :

“aku kan orang medan dan tinggal bareng keluarga, emang aku sendiri

jarang banget punya kualitas yang baik dalam interaksi dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 148: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

139

keluarga. Biar dibilang lagi makan bareng kelaurga juga aku ngerasa

kalo emang smartphone punya pengaruh kepada keluargaku sendiri.

Karena yang aku liat juga kalo lagi ngumpul keluarga, pasti yang

lainnya pada sibuk sama gadget masing-masing. Itu juga kurasa bukan

cuman di keluargaku, kayanya kalo kita mau peka sama lingkungan juga

banyak yang kaya gitu.”(Hasil wawancara pada tanggal 21 Februari

2019)

Hal serupa disampaikan oleh EWM (21)

“aku karena nge kost di Medan, emang jarang buat kumpul bareng

keluarga. Tapi kalo selaginya lagi di rumah emang kaya jarang juga

buat ngumpul bareng cerita. Mungkin karena aku cowok juga yaa, jadi

kalo mau ngumpul bareng keluarga males mending di kamar main games

atau ngapain aja yang penting main internet” (Hasil wawancara pada

tanggal 22 Februari 2019)

Pada hakekatnya individu lebih suka melakukan interaksi dengan orang

terdekatnya. Namun berdasarkan dari wawancara dengan 2 informan dapat

dijelaskan bahwa koneksi internet memang betul adanya mendekatkan yang jauh.

Namun tentu mengalami dampak dengan mengabaikan orang di sekitarnya. Hal

tersebut dirasakan oleh kedua informan, bahwa dalam lingkungan keluarga

mereka pun mengalami alienasi dalam berinteraksi akibat kegiatan berinternet

yang mereka lakukan. Pada kegiatan ini kapitalis yang menyediakan media sosial

untuk mempermudah komunikasi tiap orang justru membentuk masyarakat

“generasi menunduk” yang tanpa disadari sudah lebih banyak menyita digital

natives untuk melakukan aktivitas di dunia maya.

4.6.2.2. Alienasi hubungan digital natives dengan teman dan masyarakat

Digital natives saat ini benar-benar telah terperdaya dengan adanya

smartphone dan internet yang menawarkan kemudahan. Hal ini tentu dapat dilihat

pada digital natives yang mengalami kesulitan untuk melepaskan smartphone

sejenak dari genggamannya. Akibatnya, kini digital natives sulit untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 149: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

140

mendapatkan kehangatan saat bersama, dan keakraban saat bersama. Karena tak

sedikit orang yang hadir di suatu tempat dalam pertemuan baik itu dengan

keluarga maupun teman masing-masing asyik dengan smartphonenya.

Kondisi seperti ini mudah kita temukan di sekitar kita bahkan mungkin

kita sendiri pernah mengalaminya. Memang smartphone bisa mendekatkan yang

jauh tetapi smartphone juga bisa membuat yang dekat menjadi jauh. Smartphone

benar-benar membuat manusia modern teralienasi dalam jurang keterasingan yang

dalam, hanya manusia sendiri lah yang bisa menolongnya keluar dari

keterasingan, bukan smartphone. Hal ini disampaikan oleh informan saya, yaitu

EWM (20) saat wawancara :

“internet memang buat aku jadi gak ada waktu dengan lingkungan

nyataku. Gimana ya. Awak ngerasa kalo internet udah lebih dari cukup

dan semuanya juga serba gampang. Dengan adanya internet mulai dari

makan, gaperlu lagi kewarung makan udah ada gojek sama grab. Jadi

keluar kost juga malas. Terus kalo ngumpul sama temen juga paling

ngobrol satu dua kalimat, udahlah paling kami juga sibuk sama games

kami pokoknya fokus ke smartphone masing-masing lah. Terus kalo sama

lingkungan kaya di kost yaudah sekedar kenal aja. tapi gak pernah yang

namanya berinteraksi sosial.”(Hasil wawancara pada tanggal 19

Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh R (20)

“iya memang internet memperngaruhi banget sama hubungan saya sama

temen kalo niat awalnya emang buat ngumpul. Apalagi kalo pulang

kampung kan jumpa kawan lama, niat nya ya bisa cerita pengalaman

masing-masing tapi tanpa disadari kita jumpa di cafe terus yaudah sibuk

masing-masing sama smartphonennya. Jadi kualitas hubungannya saya

ngerasa jadi kurang bagus aja. jadi kalo dibilang internet mendekatkan

yang jauh tapi menjauhkan yang deket itu emang benar. Sebenernya saya

juga tanpa sengaja ya kaya gitu juga memang.”(Hasil wawancara pada

tanggal 25 Februari 2019)

Pada pernyataan informan bahwa dapat di lihat bahwa akibat kehadiran

gadget mempengaruhi kondisi relasi sosial setiap informan. Gadget telah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 150: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

141

membuat penggunanya lebih suka berkomunikasi dengan orang-orang yang jauh,

bahkan orang yang dikenalnya lewat media sosial. Sementara orang yang ada di

sekitarnya sering diabaikan. Kondisi ini sering kita dapati pada berbagai restoran

(rumah makan) dimana sekumpulan orang yang duduk di meja yang sama sibuk

dengan gedgetnya masing-masing. Dampak yang dihasilkan bahwa digital natives

memiliki kepekaan yang rendah akan lingkungan sekitarnya. Tentu pada kegiatan

relasi sosial yang dilakukan secara nyata mengalami yang namanya alienasi. Hal

itu disebabkan karena rendahnya interaksi yang dilakukan informan dengan

lingkungannya.

4.6.3. Alienasi dari kebutuhannya

Pada perkembangan teknologi yang berkembang menjadikan digital

natives terasing dari kebutuhannya. Umumnya kebutuhan utama dari manusia

meliputi sandang, pangan dan papan. Namun di era digital ini kebutuhan ini

berlahan mengalami perubahan. Saat ini gadget yang notabene menjadi alat untuk

membantu aktivitas manusia berubah menjadi kebutuhan pokok yang sama

pentingnya dengan kebutuhan pangan, papan, maupun sandang. Bahkan akibat

dari penggunaan gadget banyak digital natives yang mulai melupakan waktu

untuk makan. Hal ini disampaikan oleh informan saya, yaitu AS (20) saat

wawancara :

“kalo dipikir-pikir memang dengan adanya gedget awak bisa yang

namanya lupa makan. Kayanya kalo udah main internet gak lapar-lapar. Buat ku

sendiri kalo gak ada gadget dan gak ada internet bukan hiduplah. Udah kaya

kesenangan sendiri buatku kan internet itu. Udah sampe kaya gapapa awak

sendiri yang penting ada gedget, gapapa gak makan yang penting ada internet,

gapapa kalo ga punya teman yang penting ada media sosial. Jadi uang jajan ku

aja yang paling kuutamakan ya uang untuk beli paket internet ku”(Hasil

wawancara pada tanggal 19 Februari 2019)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 151: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

142

Kemudian gadget saat ini seolah-olah menjadi suatu hal yang utama.

Kini dengan mudahnya dapat dilihat dilingkungan sekitar peneliti digital natives

yang sedang memiliki kesibukan dengan smartphonenya dimanapun berada, baik

di rumah, kost, kampus, kendaraan umum, dan tempat makan sekalipun. Baik di

kota maupun di desa, semua mengalami istilah kecanduan gedget/smartphone,

bahkan sebagian orang menilai smartphone lebih penting dari teman, atau pacar

sekalipun. Bagaimana tidak, smartphone selalu dibawa-bawa dimanapun berada

bahkan sebelum tidur pun tidak lepas dari kegiatan berinternet. Jika lowbat atau

mati baterai atau sebab lain dijelaskan bagaikan kehilangan kehidupan. Karena di

saat itu tak biasa melakukan kegiatan di dunia maya, tak bisa melangsungkan

hiburan yang terdapat di smartphonenya, dan tak bisa chattingan dengan

komunitas maya serta kerabat di dunia maya masing-masing. Hal ini disampaikan

oleh informan saya, yaitu PF (19) saat wawancara :

“aku menganggap bahwa intenet saat ini menjadi kebutuhan primerku,

kalo gak ada internet rasanya seperti ada yang kurang aja. apalagi aku

sendiri menyadari kalo aku suka kaya orang autis yang punya kehidupan

sendiri kalo udah megang gedget. Menurutku, gedget dan internet

memegang kehidupan kedua ku selain saat ini. Aku ngerasa lebih bebas

di Internet dan bisa mengekspresikan diriku yang sebenernya aja.

kadang juga ngerasa cepat bosan dan kesepian kalo gak ada internet

padahal di sekeliling ku ada kawan-kawanku juga. Gimana gak gitu

karena kawan-kawanku juga megang gedget mereka, jadi wajar dong

aku ngerasa seperti itu.”(Hasil wawancara pada tanggal 20 Februari

2019)

Hal serupa disampaikan oleh G (20)

“buat aku pribadi internet udah jadi candu ya. Semua kegiatan

keseharian ku gak lepas dari namanya gedget dan internet. kalo sampe

ga ada internet gak terbayangku lah gimana bosannya aku. Kalo tiba-

tiba habis paket internet atau lowbat baterai aja rasanya kesel kaya ada

yang hilang lah kurasa.”(Hasil wawancara pada tanggal 20 Februari

2018)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 152: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

143

Alienasi yang terjadi pada era digital natives terjadi karena citra/image

yang direpresentasikan oleh kapitalis mempengaruhi masyarakat sebagai suatu

kehidupan sosial. Proses ini terjadi tanpa disadari dan menjadi cerminan individu

dalam berperilaku. Akibatnya ia semakin jauh dari dirinya sendiri. Individu tidak

mampu memahami hidup dan keinginannya sendiri. Tindakan dan perilaku

(gesture) subjek tidak lagi merefleksikan dirinya sendiri, melainkan gesture orang

lain yang direpresentasikan melalui dirinya. Hal itu sebenernya sering terlihat di

iklan-iklan tv atau platform lain yang seolah-olah merepresentasikan tentang

kemudahan dengan hanya menggunakan gedget segalanya dapat terselesaikan

dengan mudah. Hal ini disampaikan oleh informan saya, yaitu AV (21) saat

wawancara :

“menurut aku sendiri kenapa aku sekarang ngerasa internet sekarang

penting untuk kehidupan aku, mungkin karena banyak dari platform yang

memberikan slogan bahwa internet merupakan dari solusi setiap

masalah kita ya. Apalagi yang paling aku sering denger kalo iklan dari

youtube itu kan, banyak yang menawarkan kemudahan ke massa dengan

produk berstandar teknologi lah ya. Kaya sekarang iklan tantan yang

menjual kemudahan dalam mencari pasangan hidup hahaha. Jadi kalo

sekarang, menurut aku internet udah jadi bagian penting untuk

kehidupan aku lah ya. Rasanya kalo ampe internet habis aja rasanya

smartphone sebagus dan semahal apapun gak punya fungsi lebih lah ya”

(Hasil wawancara pada tanggal 25 Februari 2019)

Saat ini dapat dijelaskan bahwa terjadi metaforsa peradaban manusia

memasuki fase digital natives. Bahwasanya saat ini internet sudah menjadi

kebutuhan primer digital natives. Oleh karena itu dapat disimpulakan bahwa saat

ini digital natives mengalami alienasi dari kebutuhannya dan menganggap internet

menjadi salah satu yang utama dan bukan kebutuhan pelengkap saja. Seperti yang

di jelaskan oleh informan bahwa kegiatan berinternet yang mereka lakukan sudah

menjadi bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan oleh mereka bahkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 153: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

144

mereka sampai lupa untuk makan hanya untuk mengikuti hasrat internet mereka.

Dapat dikatakan bahwa internet memiliki zat “ekstasi” yang membuat

penggunanya tidak dapat lepas dari hal tersebut.

4.6.4. Alienasi Aktivitas Produktif Digital Natives di Luar Realitas Maya

Konsepsi alienasi Marx bahwa para pekerja teralienasi dari aktivitas

produktif diluar dari pekerjaan mereka sebagai buruh di pabrik. Para pekerja

didalam masyarakat kapitalis teralienasi dari aktivitas produktif mereka

dikarenakan eksploitasi waktu kerja yang membuat buruh tak sempat lagi

melakukan aktivitas produktif diluar pekerjaan mereka sebagai buruh lantaran

waktunya tersita hanya untuk bekerja pada pengusaha atau berdasarkan konsepsi

Marx adalah pemilik alat-alat produksi alias kaum borjuis.

Sedangkan pada konsep alienasi di era digital natives yang berkembang

bahwa mahasiswa di ajak penguasa adigdaya teknologi untuk melakukan kegiatan

berinternet dengan mengatasnamakan “kemudahan”. Internet yang tidak dibatasi

oleh ruang dan waktu menjadi keunggulan untuk dapat menarik massa

menggunakannya atau menggunakan istilah download aplikasi. Tidak adanya

batasan penggunaan internetan justru menjadi jauh lebih menguntungkan

penguasa adigdaya teknologi untuk terus menghasut massa untuk tertarik

menggunakannya. Tanpa disadari mereka teralienasi dari kegiatan produktif di

luar realitas maya. Hal tersebut terjadi karena waktu yang digunakan oleh digital

natives lebih banyak dihabiskan untuk berselancar di dunia maya. Hal ini

disampaikan oleh informan saya, yaitu AG (20) saat wawancara :

“sejak mulai kenal kegiatan berinternet kurasa, kegiatan produktif ku

selain main internet udah kaya jadi terpinggir. Gimana ya, bisa dibilang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 154: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

145

kalo udah megang internet ku pasti lupa waktu sama sekitaranlah.

Jadinya waktu yang ada juga pasti habisnya buat main internet juga.

saya sebenernya ngerasa kalo internet pada akhirnya emang buat

beberapa orang terbiasa praktis dan cuman sekedar jadi pengguna kaya

aku lah ya. Ya bisa dibilang emang waktuku akhirnya cuman main

games, untuk kaya aktif di organisasi atau kegiatan diluar realitas maya

ampe sekarang belom kepikiranlah”(Hasil wawancara pada tanggal 23

Februari 2019)

Hal serupa disampaikan oleh AV (21)

“kegiatan produktif di luar realitas maya ku sekarang agak sulit

untukkulah. Karena emang sebenarnya kalo udah internetan apalagi

main games kaya lupa sekitar juga. Jadi mau ngapa-ngapain juga males.

Jadi emang kerjaan ku apalagi kalo gak ada kuliah ya internetan aja.

hahaha karena udah kaya hobby ku juga lah ya” (Hasil wawancara pada

tanggal 21 Februari 2019)

Pada alienasi yang terjadi di era digital natives, yang tidak dapat di

terelakan adalah keseringan berselancar di dunia maya yang pada akhirnya

berdampat pada terlemparnya mahasiswa dari realitas rill hidupnya. Dalam hal

tersebut bahwa teknologi menjadi jalan untuk kapitalis memanfaatkan massa agar

dapat menggunakan dengan mengatasnamakan hiburan dan kemudahan. Tanpa

disadari kegiatan berinternet membabawa digital natives untuk terus melakukan

aktivitas internet dak berakhir hanya menjadi penikmat atau pengguna

kedigdayaan teknologi. Terutama untuk informan peneliti, bahwasanya mereka

menggunakan teknologi hanya memanfaatkan nilai gunanya tanpa ada berpikir

untuk melakukan kegiatan produktif lainnya di luar realitas maya yang di

lakukannya. Informan menjelaskan bahwa internet memiliki kecanduan tersendiri

untuk penggunanya. Hal ini disampaikan oleh informan saya, yaitu PF (19) saat

wawancara :

“kalo kupikir memang aku juga ngerasa kali internet itu adan candunya

sendiri. setiap make internet kaya susahlan untuk ngelepasnya. Terakhir

ya akupun lupa untuk melakukan kegiatan produktif ku diluar realitas

maya yang kulakukan. Jangan mau ngelakuin kegiatan produktif, aku aja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 155: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

146

kalo main internet semua serba tanggung kalo mau berhenti. Kaya

dipikiran ada niat buat keluar kost atau pergi ke kampus, nah nanti di

pikiran ku nanggung kali lah kalo mau berhenti. Jadi terkahir keteruskan

sore juga jadi baru keluar kost itu pun untuk nyari wifi di warung makan,

abis makan lanjut lagi main internet. gitu teruslah mutar mutar kegiatan

ku palingan.” (Hasil wawancara pada tanggal 21 Februari 2019)

Kegiatan digital natives dalam kesehariannya tidak lepas dari kegiatan

berinternet. Hal ini yang menyebabkan teralienasinya kegiatan produktif diluar

realitas maya informan. Alienasi ini merupakan dampak dari kemudahan yang

disiapkan oleh teknologi. Teknologi mempersiapkan segala sesuatu yang

dibutuhkan oleh digital natives. Segala sesuatu menjadi mudah dengan hanya

mengandalkan internet. oleh karena itu, digital natives menjadi malas untuk

melakukan kegiatan di luar dari realitas maya karena merasa cukup dengan hanya

bermain internet.

4.7 Analisis Fenomena Relasi Sosial di Era Digital Native dalam Alienasi

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melahirkan

sebuah era yang disebut masyarakat digital (digital native). Digital native

merupakan generasi muda yang sejak kelahirannya telah terpapar gencarnya

perkembangan teknologi, seperti internet. Jaringan internet sendiri menciptakan

sebuah ruang baru bagi suatu identitas diri masyarakat digital dengan istilah

cyberspace. Cyberspace sendiri memiliki kemampuan untuk dapat saling

terhubung dalam mengeksplorasi dan membagikan berbagai aktifitas

kesehariannya tanpa harus bertatap muka langsung. Saat ini model melalukan

relasi sosial sudah dapat dilakukan secara virtual dan menjadi trend baru dalam

masyarakat seiring berkembangnya beragam situs media sosial di internet, seperti

Instagram, Facebook, Twitter, Myspace, Hago, Tinder, Youtube, Google plus dan

sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 156: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

147

Fenomena relasi sosial di era digital native tidak lagi asing dikalangan

mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang merupakan subjek dalam penelitian

ini. Bahkan menurut mereka melakukan beragam kegiatan berinternet yang salah

satunya dengan melangsungkan relasi sosial yang saat ini sedang menjadi trend

adalah suatu hal yang biasa mereka lakukan agar dapat memudahkan mereka

membangun relasi yang di luar realitas keseharian mereka. Informan sendiri

memiliki media sosial yang lebih dari satu. Relasi sosial di dalam cyberspace telah

menghasilkan budaya baru yang disebut budaya siber (budaya internet). Hal ini

disebabkan karena informan sudah memiliki deskripsi diri yang kini melekat

dalam arena pergaulan untuk melakukan relasi sosial secara virtual.

Selain melakukan relasi sosial di media sosial, informan juga

menggunakan games online untuk melangsungkannya. Pada games online saat ini

banyak digunakan mahasiswa untuk melakukan hiburan dan juga

menggunakannnya untuk dapat mengenal orang lain yang bahkan secara realitas

diri tidak pernah berjumpa sekalipun. Games online yang berkembang saat ini

sudah dapat bermain sekaligus menggunakan audio untuk berbicara dengan

lawan. Oleh karena itu, ketika mereka bermain games sekalipun mereka akan

melakukan interaksi yang kemudian menjalin hubungan sosial yang sifatnya

timbal balik antar idividu yang satu dengan idividu yang lain dan saling

mempengaruhi.

Implikasi lebih jauh kemudian, era masyarakat digital yang melanda

generasi muda dewasa ini menjadikan intensitas relasi sosial yang dilakukan di

mediasi oleh internet menjadi lebih sering dilakukan dibandingkan dengan relasi

sosial yang dilakukan secara langsung. Dari sini kemudian masyarakat yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 157: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

148

merupakan digital native, sebagian besar melanda mahasiswa menjadi lebih aktif

terhubung dengan jejaring internet sehingga secara tanpa sadar telah meleburkan

diri dalam realitas semu dunia maya. Fenomena relasi sosial ini juga membuat

mahasiswa tersebut mengalami gejala asyik dalam kesendirian tapi tidak merasa

kesepian yang dialami digital native inilah yang kemudian disebut alienasi

(keterasingan) sosial.

Dari adanya hal tersebut membuat mahasiswa tidak lagi aktif di

kehidupan nyatanya dan justru mulai mengeksklusifkan diri mereka. Banyak dari

mahasiswa yang bahkan secara terang-terangan menjelaskan bahwa mereka

sampai jarang keluar rumah atau hanya akan di kamarnnya untuk bermain internet

seharian.

Internet pada awalnya membuat kemudahan dalam kehidupan manusia.

Perkembangan selanjutnya internet justru menenggelamkan manusia dalam suatu

rutinitas dan otomatisasi kerja yang diciptakan. Keadaan itulah yang menjadi

salah satu penyebab manusia terpisah dari sesama atau dunia luar dan akhirnya

mengalami keterasingan (alienasi). Manusia tidak lagi hidup secara bebas dengan

lingkungannya tetapi secara berangsur-angsur telah dikelilingi oleh teknik,

organisasi, dan sistem yang diciptakan sendiri. Manusia mulai terkuasai oleh

kekuatan-kekuatan tersebut sehingga menjadi tergantung dan lemah. Dalam

keadaan ini manusia tidak lagi menjadi subjek yang mandiri tetapi telah

mengalami detotalisasi dan dehumanisasi yang pada akhirnya mengalami alienasi

(keterasingan) sosial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 158: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

149

Pada konsep alienasi yang dijelaskan oleh Karl marx yang menjelaskan

tentang alienasi yang berdasarkan pada perspektif Kapitalis di lingkungan pekerja

buruh pada masa itu. Dalam kajiannya tentang bidang kerja, Marx membagi

alienasi dalam empat bentuk yakni manusia diasingkan dari produk hasil

pekerjaannya, terasing dari kegiatan produksi, terasing dari sifat sosialnya sendiri,

dan terasing dari rekan-rekannya atau masyarakatnya.

Meskipun banyak yang menyatakan bahwa pemikiran Marx sudah tidak

relevan dengan era saat ini, namun penulis melihat teori Marx masih sangat

relevan dalam melihat hubungan antara manusia dan internet. Menurut penulis

internet telah menyebabkan para penggunanya mengalami keterasingan sosial

secara tidak sadar.

Keterasingan sosial yang terjadi di lingkungan mahasiswa, yang pertama

adalah teralienasi dariu eksistensi manusia itu sendiri. Karl marx menjelaskan

bahwa manusia memiliki sifat sosialnya sendiri sesuai dengan peran yang

dimilikinya. Pada penelitian ini informan memiliki peran sebagai manusia, umat

beragama dan mahasiswa. Pada peran tersebut penulis melihat bahwa setiap dari

mahasiswa yang menjadi informan mengalami alienasi dimana secara eksistensial

manusia harusnya menjadi tuan dari dari segala ciptaannya. Manusia adalah sang

inovator, dan kreator yang memiliki kemampuan untuk melakukan segala sesuatu

dengan mengandalkan potensi dan kemampuannya sendiri. Namun dalam

perkembangannya kondisi ini mulai berubah. Internetah yang membuat sifat sosial

individu seolah-olah menjadi budak dari ciptaan manusia itu sendiri. hal ini

terlihat karena ketidak mampuan individu untuk mengontrol diri dalam

penggunaannya dan menjadikan internet sebagai hal yang utama. Seolah-olah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 159: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

150

individu tidak akan dapat melakukan segala hal tanpa adanya internet. oleh karena

itu internet telah membuat manusia kehilangan hasratnya untuk melakukan

sesuatu dengan kemampuannya sendiri dan mengandalkan internet sebagai

penunjang dalam kehidupan mereka.

Alienasi kedua terlihat bahwa mahasiswa telah mengalami alienasi

interaksi sosial. Hal ini sesuai dengan alienasi yang dijelaskan oleh Karl marx

bahwa pada sistem kerja buruh mengalami keterasingan dari rekan-rekannya dan

masyarakat. Pada konsep buruh, hal itu terjadi karena pekerjaan buruh yang padat

dan tidak memiliki waktu layaknya manusia normal untuk melakukan interaksi.

Pada penelitian ini, informan melihat bahwa mahasiswa mengalami alienasi

interaksi sosial di lingkungan keluarga, kampus dan sosialnya. Hal itu disebabkan

karena penggunaan lama waktu dari internet itu sendiri sehingga untuk melakukan

interaksi secara rill terabaikan. Oleh karena itu mahasiswa tanpa sadar mulai

mengalienasi diri mereka dari lingkungan sekitarnya dengan tidak melakukan

interaksi dengan orang lain atau bahkan secara relasi sosial di dunia nyata

semakin luntur dan terabaikan.

Alienasi ketiga terlihat bahwa mahasiswa terasing dari kebutuhannya.

Seyogyanya kebutuhan utama dari manusia meliputi sandang, pangan dan papan.

Namun di era digital ini kebutuhan ini berlahan mengalami perubahan. Dewasa ini

gadget yang notabene menjadi alat untuk membantu aktivitas manusia berubah

menjadi kebutuhan pokok yang sama pentingnya dengan kebutuhan pangan,

papan, maupun sandang. Bahkan akibat menggunakan internet banyak anak muda

yang lupa untuk makan. Hal ini tentu menjadi perbedaan dari konsep alienasi yang

dijelaskan oleh Karl marx. Pada penelitian ini, konsep alienasi di era digital native

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 160: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

151

terlihat bahwa mahasiswa saat ini mengalami keterasingan dari kebutuhannya oleh

karena kegiatan berinternet.

Alienasi terakhir yang dapat dilihat bahwasanya di era teknologi saat ini

mahasiswa mengalami alienasi pada kegiatan produktif mereka. Pada kegiatan

produktif ini, mahasiswa yang memiliki peran sebagai kontrol sosial dimana

dituntut untuk tiidak hanya pintar dalam akademisi, mahasiswa juga haruus pintar

dalam bersosialisasi dengan lingkungan. Pada konsep alienasi dari karl marx yang

menjelaskan bahwa buruh mengalami alienasi pada produk hasil pekerjaannya.

Terlihat sama penelitian ini dimana kapitalis, seolah-olah menggiring mahasiswa

dengan mengatasnamakan kemudahannya namun secara tanpa sadar mahasiswa

telah mengalami alienasi dari kegiatan produktif di luar realitas maya mereka.

Kemudian penggunaan internet yang digunakan oleh informan mengalami

ketergantungan dan menguntungkan kapitalis karena telah menggunakan

produknya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 161: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

152

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pada digital

natives yang notabane sebagai mahasiswa dewasa ini yang berada di Universitas

Sumatera Utara memiliki kegiatan berinternet dengan kuantitas waktu yang lama.

Hal tersebut merujuk bahwa saat ini banyak dari mahasiswa yang berada pada

keadaan kecanduan dengan internet berdasarkan kriteria tentang adiksi internet

yang dilakukan oleh Young (1998) dengan tingkatan kecanduan internet tiap

individu. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa informan mengalami

kecanduan terhadap internet. Kecanduan ini dapat terindikasi dimana individu

mengalami permasalahan ketika tidak menggunakan internetnya. Internet menjadi

hal yang utama dan mulai mengabaikan kepentingan lainnya. Sedangkan 3 dari

informan lainnya berada pada tahap moderate di tingkat kecanduan internet. Mulai

sering mengalami permasalahan apabila tidak menggunakan internet dan

menjadikan internet hal yang penting namun bukan yang utama sampai

kepentingan lainnya semua terbengkalai.

Pada penjelasan yang telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya, pada

penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait ekstasi intenet akibat

sebuah kemudahan yang dihadirkan oleh internet terhadap kehidupan mahasiswa.

Kemudahan inilah mempengaruhi relasi sosial di era digital natives. Hal ini terkait

dengan hasil yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya yang menjelaskan

bentuk-bentuk kehidupan berinternet mahasiswa yang kemudian menyebabkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 162: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

153

mereka secara tidak sadar menghabiskan waktunya pada kehidupan maya. Secara

tidak langsung mereka juga mengekslusifkan diri di dalam dunia nyata dan

akhirnya menjadi pasif dalam relasi sosial secara nyata. Oleh karena itu

kemudahan relassi sosial di era informatika menyebabkan banyak mahasiswa

yang pada akhirnya tidak peka pada lingkungan sekitarnya karena terlalu aktif di

kehidupan maya. Itu merupakan salah dampak pertama yang terjadi di era digital

native.

Kemudahan yang ditawarkan oleh internet seolah-olah terdapat ekstasi

yang akhirnya membuat mahasisawa sangat membutuhkannya dan tidak dapat

lepas dengan internet. Hal tersebut juga dapat dilihat bahwa internet yang

dilakukan secara berlebihan membuat mahasiswa mengurangi rasa empati

mahasiswa dengan lingkungan sekitarnya. Dilihat dari perkembangan internet

yang begitu masif, mahasiswa merasa tidak perlu lagi untuk keluar dari rumahnya

demi memenuhi kebutuhan afiliasi itu sendiri. Hadirnya internet justru menjadi

pemecah hubungan yang nyata di dalam relasi yang dijalin oleh mahasiswa.

Relasi yang terjalin kini lebih berbasis ke dalam ranah yang virtual dan di mediasi

oleh internet.

Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa saat ini mahasiswa memiliki

ketertarikan yang lebih dalam membangun relasi sosial di dunia maya. Menjadi

nilai lebih bahwasannya internet tidak mengenal batasan ruang dan waktu. Ruang

dan waktu menjadi bias, tak ada batasan ruang maupun waktu yang jelas ketika

kita berada di dalam dunia maya. Karena digital natives dapat pergi ke mana pun

yang mereka mau di mana pun dan kapan pun. Digital natives menjadikan dunia

dapat dijangkau dengan hanya bermodalkan layar petak dan sentuhan jemari. Oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 163: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

154

karenanya, mahasiswa menjadi memiliki sebuah kecenderungan untuk melakukan

kegiatan berinternet secara terus menerus.

Dari kecenderungan yang terjadi pada diri mahasiswa tersebut bisa kita

lihat bagaimana telah muncul suatu sindrome yang bisa kita sebut sebagai

sindrome menunduk. Ini merupakan dampak dari kemudahan kedua yang internet

diberikan. Hal ini terjadi kepada orang-orang yang senang sekali menikmati

kegiatan berinternet dengan situasi apapun dengan menggunakan smartphone.

Entah itu melakukan kegiatan yang produktif atau pun tidak. Mahasiswa tidak

terus menerus menggunakan smartphone tetapi ia juga tidak menggunakan

smartphone hanya dengan waktu yang sebentar saja. Pada kemudahan yang

diberikan oleh internet sindrom ini justru akan semakin mudah untuk merasuki

mereka yang aktif dan hidup sangat ketergantungan dengan adanya internet.

Berdasarkan penelitian ini peneliti melihat bahwa alienasi memiliki

bentuk yang baru dan terjadi di lingkungan mahasiswa. Alienasi yang berkembang

di lingkungan mahasiswa disebabkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan

teknologi menciptakan yang namamya dunia siber atau nama lainnya disebut

dengan dunia maya. Munculnya cyberspace saat ini menjadi ruang untuk digital

native untuk mengekspresikan dirinya. Pada kesimpulan penelitian ini

bahwasannya teknologi justru menenggelamkan manusia dari kemudahan yang

ditawarkannya dan berefek pada relasi sosial dengan lingkungannya.

Disini sebenarnya manusia sedang mengalami alienasi. Digital native

bergerak jauh dari realitas rillnya dan masuk dalam realitas maya. Sama hal nya

dengan pemikiran marx, manusia merasa begitu nyaman dengan realitas maya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 164: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

155

karena di dalamnya manusia diberikan kebebasan untuk mengaktualisasikan diri.

Namun aktualisasi diri yang terlampau sering di dalam dunia maya membuat

digital native mengabaikan kepentingan-kepentingan lainnya dan mengalami

alienasi.

5.2. Saran

Digitalisasi dalam segala bidang seperti sebuah ekstasi yang tak

terdeteksi perlahan menghancurkan manusia, ia menawarkan kebebasan dan

kemudahan yang virtual (semu) tetapi dibalik itu sebenarnya manusia sedang

diatur dan dimasukkan kedalam sistem yang terstruktur. Meskipun interaksi

virtual melalui internet menjadi trend baru yang banyak memberikan kemudahan.

Namun perlu kita ingat kembali pentingnya interaksi sebagai kegiatan yang sangat

vital dalam kehidupan sosial manusia, sehingga untuk meminimalisir kesalahan

persepsi, prasangka dan salah paham sebaiknya kita menjalin hubungan

komunikasi yang seimbang antara dunia nyata dan dunia virtual. Selain itu

mengefektifkan komunikasi antara dua arah atau silaturahim secara langsung juga

dapat meminimalisir terpaan fenomena simulakra yang sarat akan hiperealitas

yang membuat kita semakin jauh dari hubungan yang nyata.

Sebaiknya intensitas penggunaan media virtual ini tidak dilakukan secara

berlebihan untuk meminimalisir efek negatif yang timbul dari penggunaan

berlebih tersebut, seperti waktu terbuang, pencitraan diri yang berlebihan, kurang

berinteraksi dengan lingkungan yang ada disekitarnya (keterasingan diri), dapat

merenggangkan relasi sosial di dunia nyata dan akan menganggu orang lain jika

hal tersebut dilakukan di tempat umum. Karena pada dasarnya posisi kita yang

nyata adalah diri kita yang berada di dunia nyata bukan diri kita yang berada di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 165: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

156

dunia virtual. Pada akhirnya, saran yang dapat peneliti berikan dalam penelitian

ini sebagai berikut:

1) Bagi Mahasiswa disarankan dalam menggunakan internet untuk dapat

mengontrol lama waktunya dan tidak mengabaikan kepentingan lainnya.

Mahasiswa juga memiliki peran untuk peka terhadap lingkungannya sehingga

untuk melihat realitas yang ada di sarankan untuk membangun relasi sosial secara

nyata. Untuk peka terhadap lingkungannya dibutuhkan suatu empati yang tinggi

dan hal tersebut tidak dapat ditemukan apabila mahasiswa memiliki waktu yang

banyak dengan bermain internet.

2) Bagi orang tua diharapkan untuk dapat memberikan suatu kualitas

interaksi yang baik di lingkungan keluarga. Sehingga pada perkembangannya ke

depan dimana teknologi semakin canggih, relasi sosial secara nyata dapat bertahan

dan tidak bergeser dikarenakan hadirnya mediasi interaksi yang baru. Kemudian

diperlukan perhatian dari keluarga kepada mahasiswa karena kemudahan dari

internet dapat menyebabkan mahasiswa menjadi apatis, introvert atau bahkan

sampai anti sosial.

4) Bagi instansi pendidikan khususnya perguruan tinggi, hasil penelitian

ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baru pada kajian sosiologi digital.

Berkembangnya teknologi dan munculnya kegiatan sosial secara artifisial atau

maya sehingga menjadi ruang untuk khususnya mahasiswa sosiologi untuk dapat

dijadikan suatu penelitian sehingga menambah wawasan ilmiah bagi mahasiswa.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah

referensi dalam wawasan kajian di bidang Sosiologi Digital.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 166: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

157

5) Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan rujukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai relasi sosial di era

Tteknologi yang berkembang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 167: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

158

DAFTAR PUSTAKA

Adiarsi, G.R., Stellarosa, Y., & Silaban, M.W. (2015).“Literasi Media Internet di

Kalangan Mahasiswa”.Jurnal Humaniora, Vol.6(4): hal. 470-487

Amir, Yasraf. (2012). “MASYARAKAT INFORMASI DAN DIGITAL:

Teknologi Informasi dan Perubahan Sosial”. Jurnal Sosioteknologi,

Vol.27(11):hal. 144-156

APJII dan Puskakom.(2018). Profil Pengguna Internet Indonesia 2017. Jakarta:

APJII

Atmadja, Nengah Bawa dan Ariyani, Luh Putu. 2018. Sosiologi Media Digital

(Perspektif teori kritis). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Ayun, Primadona Qurotta. (2015). “Fenomena Remaja Menggunakan Media

Sosial dalam Membentuk Identitas”.Portal Garuda, Vol.3(2):hal. 1-16

Bachtiar, Amsal. (2012). Filsafat ilmu edisi revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bell, David. 2001. An Introduction to Cyberculture. London: Routledge

Bungin, Burhan.2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Castells, Manuel. 2010. The Rise of Network Society: Second Edition With a New

Preface. Chichester: Wiley-Blackwell

Chan, Michael. 2015. "Mobile Phones and the Good Life: Examining the

Relationships Among Mobile use, Social Capital and Subjective Well-

Being".New Media & Society, Vol.17(1):pp. 96-113.

Creswell, John W. 2016. Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif,

Kuantitatif dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dijk, Jan van. 2006. The Network Society. London: SAGE Publication

Emma E Cook. 2016. “(Dis)Connections& Silence: Experiences of Family and

Part-time Work in Japan”. Hokkaido University, Vol.36(2):pp. 155-172

Franzen, Axel. 2000. "Does the Internet make Us Lonely?" European

Sociological Review, Vol.16(4):pp. 427-437.

Helsper, E., & Enyon, R. (2009). Digital natives: Where is the evidence?

BritishEducational Research Journal, Vol. 36 (3). pp. 503-520.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 168: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

159

Holmes, David. 2005. Communication Theory: Media, Technology, Society.

London: SAGE Publication

Haryatmoko. 2016. Membongkar Rezim Kepastian: Pemikiran Kritis Post-

Strukturalis. Yogyakarta: Kanisius

Hidayat, Wicak. 2018. Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam Dunia.

Diperoleh pada tanggal 5 september 2018, Pukul 21.30 WIB.

(https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4286/Pengguna+Internet+In

donesia+Nomor+Enam+Dunia/0/sorotan_media)

Jansen, Sarah. 2018. “Social Media Usage: The Impact on Feelings of Depression

or Loneliness”. Sociology Senior Theses: Skidmore College Creative Matter

Jati, Wasisto Raharjo. 2015. “Bonus Demografi Sebagai Mesin Pertumbuhan

Ekonomi: Jendela Peluang atau Jendela Bencana di Indonesia?”.Jurnal

UGM, Vol.23(1): hal. 1-19

Kemp, Simon. 2018. Digital In 2018: World’s Internet Users Pass The 4 Billion

Mark. We are Social. Diperoleh pada tanggal 10 Oktober 2018, Pukul 18.52

WIB, dari https://wearesocial.com/blog/2018/01/global-digital-report-2018

Kubitschko, Sebastian, and Daniel Knapp. 2012. “An Invisible Life? A Response

to Mark Deuze‟s „Media life”.Media, Culture, & Society, Vol.34(3):pp. 359-

364

Lucy, Pujasari. 2018. “Penggunaan Media Sosial oleh Digital native”.Telkom

university, Vol.15(1):hal. 47-60

Morahan, Martin, Janet. 2005. “Internet Abuse: Addiction? Disorder?Sympton?

Alternative Explanations?”.Social Science Computer Review, Vol.23(1):pp.

39-48

Ngafifi, Muhammad. 2014. “Kemajuan Teknologi Dan Pola Hidup Manusia

Dalam Perspektif Sosial Budaya”. Jurnal Pembangunan Pendidikan:

Fondasi dan Aplikasi.

Onishi, N. (2008). Thumbs race as Japans best sellers go cellular. The New York

Times.

Panji, Aditya. 2015. Gojek Setop Rekrut Pengemudi di Jakarta. Diperoleh pada

tanggal 3 Oktober 2018, Pukul 20.17

(http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20151022175901-185-

86730/gojek-setop-rekrut-pengemudi-di-jakarta/)

Parigi, Paolo and Warner Henson II. 2014. “Social Isolation in America”. Annual

Review of Sociology,Vol.40(7):pp. 153-171.

Postman, Neil. 1992. Technopoly. New York: Vintage Books

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 169: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

160

Prensky, Mark. 2001. “Digital natives, Digital Immigrants”. MCB University

Press, Vol. 9(5): pp. 1-6.

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2008.Teori Sosiologi: Dari Teori

Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern.

Yogyakarta: Kreasi Wacana

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Sari, Melati. 2015. “Mahasiswa Pengguna Media Sosial (Studi Tentang Fungsi

Media Sosial Bagi Mahasiswa Fisip Ur)”.JOM FISIP,Vol.2(2):pp. 1-19

Sherry, Turkle. 2012. Connected but alone. Diperoleh pada tanggal 3 oktober

2018, Pada Pukul 22.30

WIBhttps://www.ted.com/talks/sherry_turkle_alone_together

Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada

Suparno, Basuki Agus, Edwi Arief Sosiawan dan Sigit Triapiambudi.

2012.“Computer Mediated Communication: Situs Jejaring Sosial dan

Identitas Diri pada Remaja”. Jurnal Ilmu Komunikasi,Vol.10(1): Hal. 85-

102

Sugiyano. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Afabeta

Tamaki, Sato dan Angles Jeffrey. 2013. Hikikomori: Adolesence without End.

Minneapolis: University of Minessota Press

Tendi. 2016. “Sosiologi Digital: Suatu Paradigma Baru Dalam Kajian Ilmu

Sosial”. SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, Vol.3(2):

pp. 135-146

Triastuti, E., Prabowo, D. A. I., & Nurul, A. (2017).Kajian Dampak Penggunaan

Media SosialBagi Anak dan Remaja. Jakarta, Indonesia:Pusat Kajian

Komunikasi FISIP UniversitasIndonesia.

Turkle, Sherry. 1995. Life on the Screen: Identity in the Age of the Internet. New

York: Simon & Schuster Paperbacks

Wood, Andre F dan Smith, Mathew J. 2005.Online Communication: Linking

Technology, Identity, and Culture. London: LEA Publishers

Young, K. 1998. Caught in the Net: How to Recognize the Signs of Internet

Addiction and a Winning Strategy for Recovery.New York, NY: Wiley.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 170: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

161

LAMPIRAN

PANDUAN WAWANCARA (INTERVIEW GUIDE)

I. PROFIL INFORMAN

Nama :

Tempat/Tgl.Lahir :

Usia :

Jenis Kelamin :

Status :

Fakultas :

Program Studi :

II. PERTANYAAN ADIKTIF INTERNET :

1. Seberapa penting internet untuk kehidupan anda?

2. Berapa lama waktu untuk melakukan aktivitas di internet?

3. Apa saja kegiatan berinternet anda?

4. Bagaimana perasaan anda ketika tidak menggunakan internet?

5. Alasan dan tanggapan anda kecanduan terhadap internet?

III. PERTANYAAN RELASI SOSIAL:

1. Bentuk relasi sosial seperti apa yang pernah anda lakukan di internet?

2. Apakah anda memiliki komunitas tertentu di dunia maya?

3. Bagaimana kerjasama antarindividu dengan adanya relasi sosial di

internet?

4. Kenapa anda lebih tertarik menggunakan media internet dalam berelasi?

5. Apa jenis aplikasi yang anda gunakan dalam membangun relasi sosial?

IV. PERTANYAAN ALIENASI:

1. Bagaimana kegiatan agama anda dengan adanya internet?

2. Bagaimana kegiatan sosial dengan teman/keluarga anda dengan adanya

internet?

3. Bagaimana berinternet berpengaruh pada eksistensi realitas diri anda?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 171: FENOMENA RELASI SOSIAL DI ERA DIGITAL NATIVE (Studi

162

4. Bagaimana pendidikan anda dengan adanya internet?

5. Bagaimana kegiatan di luar lingkungan kampus dengan adanya internet?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA