8
November 2020|Volume 1 |Nomor 1 1 Fanik: Jurnal Faperta Uniki (Journal of Agricultural and Tropical Animals Sciences) Vol. 1 No. 1 ú November 2020 E-ISSN 2477-5665 Beranda Jurnal: http://jurnal.uniki.ac.id/index.php/fanik Pengaruh limbah cair kelapa sawit terhadap embriogenesis dan daya tetas telur ikan nila, Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758) [Effects of palm oil mill effluent on embryogenesis and hatching rate of tilapia, Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758)] Eva Mauliza 1* 1 Mahasiswa Program Studi Akuakultur. Fakultas Pertanian, Universitas Almuslim, Jalan Almuslim, Matang Glumpang Dua, Peusangan, Kabupaten Bireuen, Aceh, Indonesia 24261 ARTICLE INFO ABSTRACT Received: 29 September 2020 Accepted: 15 Oktober 2020 Published: 6 November 2020 *Corresponding author [email protected] Key words Tilapia Oreochromis niloticus Embryogenesis Hatchability Fish eggs The potential for palm oil mill effluent to pollution of the aquatic environment provides a reason for how far this palm oil mill can be dangerous, especially the development of tilapia larvae (Oreochromis niloticus). This study aims to examine the effect of oil palm liquid waste on embryogenesis and the hatchability of tilapia fish. This research was carried out. This research was conducted from July to September 2019. This research included preparation of containers, hatching methods, and observations of egg hatchability which were carried out at the Aquaculture Laboratory of the Faculty of Agriculture and the Mathematics and Natural Sciences Laboratory, Almuslim University. The study was conducted based on a completely randomized design (CRD) consisting of four treatments with five replications for each treatment. The treatment of palm oil mill effluent exposure consisted of A (0%), B (10%), C (15%) and D (20%). The results showed that tilapia embryos in treatment B and C had hatched eggs while treatments A and D had not hatched. The highest percentage of tilapia egg hatchability was found in treatment A 0% palm oil mill effluent, while the lowest was in treatment D 20% palm oil mill effluent. Tilapia eggs that are directly contaminated with palm oil mill effluent can cause a delay in embryo development, while the average hatchability of tilapia fish eggs decreases in hatchability as the concentration of palm oil mill effluent increases. Kata kunci Ikan nila Oreochromis niloticus Embriogenesis Daya tetas Telur ikan ABSTRAK Potensi pencemaran limbah cair kelapa sawit terhadap pencemaran lingkungan perairan memberikan suatu alasan seberapa jauh limbah kelapa sawit ini bisa membahayakan khususnya perkembangan larva ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh limbah cair kelapa sawit terhadap embriogenesis dan daya tetas telur ikan nila. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan September tahun 2019. Penelitian ini meliputi persiapan wadah, metode penetasan dan pengamatan daya tetas telur yang dilaksanakan di Laboratorium Basah Akuakultur Fakultas Pertanian dan Laboratorium MIPA, Universitas Almuslim. Penelitian dilakukan berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari empat perlakuan dengan lima ulangan untuk masing-masing perlakuan. Perlakuan papara limbah cair kelapa sawit terdiri dari A (0%), B (10%), C (15%) dan D (20%). Hasil penelitian menujukkan bahwa embrio ikan nila pada perlakuan B dan C telah mengalami penetasan telur sedangkan pada perlakuan A dan D belum mengalami penetasan. Presentase rata-rata daya tetas telur ikan nila tertinggi terdapat pada perlakuan A 0% limbah cair kelapa sawit sedangkan yang terendah yaitu pada perlakuan D 20% limbah cair kelapa sawit. Telur ikan nila yang terkontaminasi langsung dengan limbah cair kelapa sawit dapat menyebabkan terlambatnya perkembangan embrio, sedangkan rata-rata daya tetas telur ikan nila mengalami penurunan daya tetas telur seiring meningkatnya konsentrasi limbah cair kelapa sawit yang diberikan. Kutipanú Mauliza, E. (2020). Pengaruh limbah cair kelapa sawit terhadap embriogenesis dan daya tetas telur ikan nila, Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758). Fanik: Jurnal Faperta Uniki, 1(1), 1-8 e-ISSN (Online)ú 0000-0000

Fanik: Jurnal Faperta Uniki

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fanik: Jurnal Faperta Uniki

November 2020|Volume 1 |Nomor 1 1

Fanik: Jurnal Faperta Uniki (Journal of Agricultural and Tropical Animals Sciences)

Vol. 1 No. 1 ú November 2020

E-ISSN 2477-5665

Beranda Jurnal: http://jurnal.uniki.ac.id/index.php/fanik

Pengaruh limbah cair kelapa sawit terhadap embriogenesis dan daya tetas telur ikan nila, Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758) [Effects of palm oil mill effluent on embryogenesis and hatching rate of tilapia, Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758)] Eva Mauliza1*

1Mahasiswa Program Studi Akuakultur. Fakultas Pertanian, Universitas Almuslim, Jalan Almuslim, Matang Glumpang Dua, Peusangan, Kabupaten Bireuen, Aceh, Indonesia 24261

ARTICLE INFO ABSTRACT

Received: 29 September 2020 Accepted: 15 Oktober 2020 Published: 6 November 2020 *Corresponding author [email protected] Key words Tilapia Oreochromis niloticus Embryogenesis Hatchability Fish eggs

The potential for palm oil mill effluent to pollution of the aquatic environment provides a reason for how far this palm oil mill can be dangerous, especially the development of tilapia larvae (Oreochromis niloticus). This study aims to examine the effect of oil palm liquid waste on embryogenesis and the hatchability of tilapia fish. This research was carried out. This research was conducted from July to September 2019. This research included preparation of containers, hatching methods, and observations of egg hatchability which were carried out at the Aquaculture Laboratory of the Faculty of Agriculture and the Mathematics and Natural Sciences Laboratory, Almuslim University. The study was conducted based on a completely randomized design (CRD) consisting of four treatments with five replications for each treatment. The treatment of palm oil mill effluent exposure consisted of A (0%), B (10%), C (15%) and D (20%). The results showed that tilapia embryos in treatment B and C had hatched eggs while treatments A and D had not hatched. The highest percentage of tilapia egg hatchability was found in treatment A 0% palm oil mill effluent, while the lowest was in treatment D 20% palm oil mill effluent. Tilapia eggs that are directly contaminated with palm oil mill effluent can cause a delay in embryo development, while the average hatchability of tilapia fish eggs decreases in hatchability as the concentration of palm oil mill effluent increases.

Kata kunci Ikan nila Oreochromis niloticus Embriogenesis Daya tetas Telur ikan

ABSTRAK

Potensi pencemaran limbah cair kelapa sawit terhadap pencemaran lingkungan perairan memberikan suatu alasan seberapa jauh limbah kelapa sawit ini bisa membahayakan khususnya perkembangan larva ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh limbah cair kelapa sawit terhadap embriogenesis dan daya tetas telur ikan nila. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan September tahun 2019. Penelitian ini meliputi persiapan wadah, metode penetasan dan pengamatan daya tetas telur yang dilaksanakan di Laboratorium Basah Akuakultur Fakultas Pertanian dan Laboratorium MIPA, Universitas Almuslim. Penelitian dilakukan berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari empat perlakuan dengan lima ulangan untuk masing-masing perlakuan. Perlakuan papara limbah cair kelapa sawit terdiri dari A (0%), B (10%), C (15%) dan D (20%). Hasil penelitian menujukkan bahwa embrio ikan nila pada perlakuan B dan C telah mengalami penetasan telur sedangkan pada perlakuan A dan D belum mengalami penetasan. Presentase rata-rata daya tetas telur ikan nila tertinggi terdapat pada perlakuan A 0% limbah cair kelapa sawit sedangkan yang terendah yaitu pada perlakuan D 20% limbah cair kelapa sawit. Telur ikan nila yang terkontaminasi langsung dengan limbah cair kelapa sawit dapat menyebabkan terlambatnya perkembangan embrio, sedangkan rata-rata daya tetas telur ikan nila mengalami penurunan daya tetas telur seiring meningkatnya konsentrasi limbah cair kelapa sawit yang diberikan.

Kutipanú Mauliza, E. (2020). Pengaruh limbah cair kelapa sawit terhadap embriogenesis dan daya tetas telur ikan nila, Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758). Fanik: Jurnal Faperta Uniki, 1(1), 1-8 e-ISSN (Online)ú 0000-0000

Page 2: Fanik: Jurnal Faperta Uniki

Mauliza (2020)|Fanik: Jurnal Faperta Unikiú 1(1), 1-8

November 2020|Volume 1|Nomor 1 2

PENDAHULUAN

Limbah yang dihasilkan dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berupa limbah padat, gas, maupun limbah cair menimbulkan dampak negatif berupa masalah penurunan kualitas air dan penurunan kualitas udara serta pencemaran. Selain itu sering terjadinya konflik antara pihak perusahaan dengan masyarakat yang ada di sekitar kawasan PKS tersebut. Tingginya kadar BOD (biological oxygen demand) dan COD (chemical oxygen demend) di perairan bisa menyebabkan kadar oksigen terlarut menjadi berkurang, sedangkan tingginya kadar minyak dan lemak serta TSS ( total suspended solit) dapat menghambat masuknya sinar matahari ke dalam perairan (Wong et al., 2009). Jika hal tersebut terjadi, proses fotosintesis akan terhambat, sehingga mengurangi oksigen terlarut yang dilepas oleh tanaman air dan fitoplankton ke perairan. Selain itu TSS juga bisa menyebabkan gangguan pada insang ikan karena partikel-partikel yang menempel pada insang (Zulfahmi et al., 2014). Parameter kimia lain yang disebabkan oleh limbah adalah amonia yang bersifat toksik terhadap organisme budidaya karena mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah. Menurut Syafriadiman (2016), bahwa nilai batas aman biologi (Biological Safety Level) limbah cair industri kelapa sawit untuk benih ikan nila merah yang didapati selama penelitian adalah 1,26 ml/L. Nilai batas aman penelitian ini ±3 kali lebih besar dengan hasil penelitian Romi (2003) untuk toksikan yang sama dengan organisme uji yang berbeda, yaitu larva ikan gabus (0,40ml/L).

Beberapa penelitian terkait limbah cair sebagai bahan pencemar terhadap ikan telah banyak dilaporkan sebelumnya. Menurut Effendi (2003) polutan toksik dapat mengakibatkan kematian maupun gangguan terhadap pertumbuhan, tingkah laku dan karakteristik morfologi berbagai organisme akuatik. Paparan merkuri telah menyebabkan terjadinya gangguan terhadap histology insang, hati dan ginjal ikan Nila (Zulfahmi et al., 2014). Penelitian tentang limbah cair kelapa sawit menyebabkan penurunan keanekaragaman plankton (Muliari dan Zulfahmi 2016). Menurut Zulfahmi et al. (2017) bahwa paparan limbah cair kelapa sawit menyebabkan terjadinya hemoragi, kongesti,

infitrasi sel radang, degenerasi hidrofilik, dan nekrosis pada jaringan hati ikan Nila. Paparan limbah cair kelapa sawit berdampak negatif terhadap histopatologi insang ikan nila seperti infiltrasi eritrosit, hiperplasia, pengangkatan epitel dan fusi lamelar (Muliari et al., 2018). Limbah cair kelapa sawit memicu penurunan indeks gonadosomatik dan mengecilkan diameter oosit ikan nila Nila betina serta terjadi penurunan hormon estradiol dan testosteron (Zulfahmi et al., 2018; Muliari et al., 2019), sedangkan pada ikan nila jantan paparan limbah cair kelapa sawit menyebabkan kerusakan reproduksi pada ikan nila jantan seperti penurunan hormonal mengakibatkan penurunan indeks gonadosomatik dan spermatokrit (Muliari et al., 2020). Histologi sistem pencernaan pada pekembangan larva Pangasius hypophthalmus (As et al., 2020). Limbah cair kelapa sawit meningkatkan laju malformasi dan detak jantung larva ikan nila (Muliari et al., 2020). Hal senada juga diungkapkan oleh Amalia dan Ferdinant (2013) yang menyatakan bahwa limbah cair kelapa sawit menghambat laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Patin.

Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi (Alberts et al., 2002), sedangkan Herjayanto et al. (2017) menyatakan, embriogenesis adalah proses pembentukan zigot menjadi embrio dan mencakup semua proses perkembangan mulai dari setelah fertilisasi sampai dengan organogenesis sebelum menetas. Proses perkembangan embrio ada empat fase, antara lain: fase pembelahan, fase blastula (blastulasi), fase gastrula (gastrulasi) dan fase neurula (neurulasi), sedangkan Diana (2011) menyatakan, perkembangan embrio ikan nila setelah fertilisasi terdiri dari, pembelahan sel, morula, blastula, gastrula, segmentasi, pharyngula dan penetasan.

Potensi pencemaran limbah cair kelapa sawit terhadap pencemaran lingkungan perairan memberikan suatu alasan seberapa jauh limbah kelapa sawit ini bisa membahayakan khususnya kehidupan ikan nila (Oreochromis niloticus). Ikan nila merupakan ikan konsumsi bagi sebagian besar masyarakat. Informasi yang sangat penting bagi budidaya ikan nila

Page 3: Fanik: Jurnal Faperta Uniki

Mauliza (2020)|Fanik: Jurnal Faperta Unikiú 1(1), 1-8

November 2020|Volume 1|Nomor 1 3

adalah dengan mengetahui batas aman pencemaran limbah cair kelapa sawit. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh limbah cair kelapa sawit terhadap embriogenesis dan daya tetas telur ikan nila.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan September tahun 2019. Penelitian ini meliputi persiapan wadah, metode penetasan dan pengamatan daya tetas telur yang dilaksanakan di Laboratorium Basah Akuakultur Fakultas Pertanian dan Laboratorium MIPA Universitas Almuslim.

Metode penetasan telur yang digunakan yaitu dengan sistem resirkulasi. Wadah penetasan yang dugunakan yaitu akuarium berukuran 30 x 20 x 35 dengan volume air 15 liter. Air yang digunakan berasal dari sumur bor dan dilengkapi dengan aerasi, kemudian diberikan limbah cair kelapa sawit dengan konsentrasi yang berbeda, untuk setiap perlakuan dilakukan 5 kali ulangan, kemudian telur yang sudah terbuahi diperoleh dari kolam budidaya ikan nila di desa Lipah Rayeu dari pemijahan alami. Selajutnya dimasukkan kedalam akuarium dengan jumlah telur sebanyak 80 butir/ wadah. Kegagalan menetas atau matinya embrio ikan nila ditandai dengan perubahan warna yaitu dari warna kuning bersih menjadi warna putih keruh.

Perlakuan penelitian

Penelitian dilakukan berdasarkan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan dengan Konsentrasi limbah cair kelapa sawit, untuk tiap perlakuan didasari kepada nilai LC50-96 jam limbah cair kelapa sawit terhadap ikan Nila yang telah diperoleh pada penelitian sebelumnya yaitu sebesar 15,65 mg.L-1 (Zulfahmi et al., 2017). Konsentrasi perlakuan yang digunakan adalah Perlakuan A (0% Limbah Cair Kelapa Sawit), Perlakuan B (10% dari nilai LC50-96 jam: 1,565 mg.L-1), perlakuan C (15% dari nilai LC50-96 jam: 2,347 mg.L-1) dan Perlakuan D (20% dari nilai LC50-96 jam: 3,130 mg.L-1).

Parameter penelitian

Pengamatan embriogenesis ikan nila dengan pemaparan limbah cair kelapa sawit dengan

konsentrasi yang berbeda dilakukan selama 96 jam setelah fertilisasi. Perkembangan embrio yang diamati, antara lain: pembelahan sel, morula, blastula, gastrula, segmentasi dan pharingula. Waktu pengamatan ini dilakukan berdasarkan periode-periode perkembangan embrio yang disusun oleh Diana (2011). Waktu pengamatan 2, 22, 24, 72, 96 jam setelah fertilisasi. Pengamatan daya tetas telur dilakukan 24 jam setelah telur dimasukkan kedalam wadah penetasan, daya tetas telur dapat dihitung dengan menggunakan rumus Suin (2002) sebagai berikut daya tetas (%)=[{jumlah telur yang menetas/jumlah telur seluruhnya}x100].

Analisis data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analisis of Varians), jika terdapat beda nyata akan dilanjutkan dengan uji DNMRT (Duncan New Multiple Range Test).

HASIL

Pengamatan Embriogenesis Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

Pengamatan embrio setelah fertilisasi, pada perlakuan A terlihat berada pada akhir periode pembelahan, sedangkan perlakuan B, C dan D embrio telah memasuki awal periode blastula. Embriogenesis telur ikan nila pada 2 jam setelah fertilisasi tersebut (Gambar 1). Pada 22 jam setelah fertilisasi embrio ikan nila pada perlakuan A dan B mengalami perkembangan pada bagian anterior, yaitu terdapat bentukan seperti kepala yang masih samar dan terdapat sedikit bercak melanofor pada permukaan telur, sedangkan perlakuan C dan D memperlihatkan mata yang telah tampak tetapi belum berpigmen dan terdapat bercak melanofor pada permukaan telur. Embriogenesis telur ikan nila pada 22 jam setelah fertilisasi tersebut (Gambar 1).

Embrio ikan nila pada 24 jam setelah fertilisasi memperlihatkan pada perlakuan A dan D embrio ikan nila dengan perkembangan mata yang mulai berpigmen, otak mulai membesar, jantung telah tampak berdenyut, ekor terlihat memanjang secara ventral pada cincin germinal dan pada sisi ventral dekat kuning telur terdapat melanofor. Perlakuan B dan C

Page 4: Fanik: Jurnal Faperta Uniki

Mauliza (2020)|Fanik: Jurnal Faperta Unikiú 1(1), 1-8

November 2020|Volume 1|Nomor 1 4

terdapat larva yang telah menetas. Embriogenesis telur ikan nila pada 24 jam setelah fertilisasi (Gambar 1).

Pada 72 jam setelah fertilisasi embrio pada perlakuan A dan B memperlihatkan larva ikan nila yang telah menetas dan masih memiliki kantung kuning telur. Pada perlakuan C dan D memperlihatkan embrio ikan nila dengan perkembangan mata yang pigmennya semakin jelas, otak semakin membesar, jantung semakin tampak berdenyut, ekor terlihat semakin jelas memanjang secara ventral pada cincin

germinal, pada sisi ventral dekat kuning telur terdapat banyak melanofor dan terbentuk faring. Embriogenesis telur ikan nila pada 72 jam setelah fertilisasi (Gambar 1).

Pada 79 jam setelah fertilisasi perlakuan A, B dan D memperlihatkan semua kuning telurnya sudah habis, sedangkan perlakuan C adanya larva ikan nila yang telah menetas dan masih memiliki sedikit kuning telur. Embriogenesis telur ikan nila pada 79 jam setelah fertilisasi (Gambar 1).

Waktu (jam setelah fertilisasi)

Perlakuan A 0%

Perlakuan B 10%

Perlakuan C 15%

Perlakuan D 20%

2

1

2

2

2

22

4

4

3

3

24

5

6

6

5

72

8

8

7

7

96

10

10

9

10

Gambar 1. Embriogenesis telur ikan nila (Oreochromis Niloticus) dengan konsentrasi limbah cair kelapa sawit yang berbeda selama 96 jam. Keterangan: akhir periode pembelahan (1); awal periode blastula (2); bagian anterior terdapat bentuk kepala yang masih samar dan terdapat bercak melanofor pada permukaan telur (3); mata telah tampak tapi belum berpigmen dan terdapat bercak melanofor pada permukaan telur (4); mata mulai berpigmen, otak mulai membesar, jantung tampak berdenyut, ekor terlihat memanjang secara ventral pada cincin germinal, pada sisi ventral dekat kuning telur terdapat melanofor (5); larva yang baru menetas (6); mata berpigmen, otak membesar, jantung berdenyut, ekor memanjang secara ventral pada cincin germinal, pada sisi ventral dekat kuning telur terdapat melanofor, terbentuk faring (7); larva yang telah menetas dan masih memiliki kuning telur (8); masih memiliki sedikit kuning telur (9) dan semua kuning telurnya sudah habis (10).

Page 5: Fanik: Jurnal Faperta Uniki

Mauliza (2020)|Fanik: Jurnal Faperta Unikiú 1(1), 1-8

November 2020|Volume 1|Nomor 1 5

Tabel 1. Tingkat daya tetas telur ikan nila selama 96 jam

Perlakuan Jumlah telur/wadah Daya tetas telur jam ke % 24 48 72 96

A1 80 0 3 95 0 A2 80 0 4 92 0 A3 80 0 1 96 0 A4 80 0 3 95 0 A5 80 0 4 95 0 B1 80 0 5 91 0 B2 80 1 18 75 0 B3 80 1 10 85 0 B4 80 0 3 90 0 B5 80 1 0 94 0 C1 80 0 5 88 0 C2 80 1 3 90 0 C3 80 1 3 89 0 C4 80 0 0 92 0 C5 80 0 1 94 0 D1 80 0 6 38 0 D2 80 0 10 32 0 D3 80 0 13 81 0 D4 80 0 6 75 0 D5 80 0 9 78 0

Keterangan: Perlakuan A (0% Limbah Cair Kelapa Sawit), Perlakuan B (10% Limbah Cair Kelapa Sawit), perlakuan C (15% Limbah Cair Kelapa Sawit 1) dan Perlakuan D (20% Limbah Cair Kelapa Sawit).

Daya Tetas Telur Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

Pengamatan daya tetas telur ikan nila dengan konsensentrasi limbah cair kelapa sawit yang berbeda yaitu ( 0%, 10%, 15%, 20%). Pengamatan daya tetas telur ikan nila dilakukan selama 96 jam. Berdasarkan hasil pengamatan daya tetas telur ikan nilapada jam ke 24 terdapat daya tetas telur ikan nila 1%, pada perlakuan B dan C sedangkan pada jam ke 48 daya tetas meningkat pada perlakuan B yaitu 18% dan 75% pada jam ke 72. Daya tetas tertinggi Pada jam ke 72 yaitu 96% pada perlakuan kontrol atau tidak dipapar limbah cair kela sawit, sedangkan yang terendah terdapat Pada perlakuan D yaitu 32%. Sedangkan pada jam ke 96 tidak terjadi penetasan sampai akhir masa pengamatan (Tabel 1).

Pembahasan mengungkap alasan didapatkannya hasil dan arti atau makna dari hasil yang didapat tersebut. Bila memungkinkan, hasil penelitian ini dapat dibandingkan dengan studi terdahulu. Diskusi harus konsisten dan harus menginterpretasikan hasil dengan jelas dan ringkas, membahas mekanisme biologis dan

signifikansi mereka, didukung dengan literatur yang sesuai. Diskusi harus menunjukkan relevansi antara hasil dan bidang investigasi.

Gambar 2. Rata-rata daya tetas telur ikan nila yang dipapar limbah cair kelapa sawit dengan kosentrasi berbeda

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 4 perlakuan konsentrasi limbah cair kelapa sawit yaitu perlakuan A, B, C dan D diperoleh penurunan daya tetas telur ikan nila. Pada perlakuan A yang tidak diberi perlakuan atau kontrol diperoleh rata-rata daya tetas telur ikan nila tertinggi yaitu sebesar 97,5%. Selanjutnya diikuti oleh perlakuan B, C dan D yang masing-masing diberi perlakuan dengan limbah cair kelapa sawit 23.475 ml/L, 35,205 ml/L dan 46,95 ml/L. Rata-rata daya tetas dari ketiga perlakuan tersebut adalah 95%, 93,25% dan 69,25% (Gambar 2). Rata-rata daya tetas telur

Page 6: Fanik: Jurnal Faperta Uniki

Mauliza (2020)|Fanik: Jurnal Faperta Unikiú 1(1), 1-8

November 2020|Volume 1|Nomor 1 6

ikan nila mengalami penurunan daya tetas telur seiring dengan bertambahnya konsentrasi limbah cair kelapa sawit yang di berikan. Dari gambar diatas bisa dilihat presentase rata-rata daya tetas telur ikan nila tertinggi terdapat pada perlakuan A 0% limbah cair kelapa sawit sedangkan yang terendah yaitu pada perlakuan D 20% limbah cair kelapa sawit. Hasil uji ANOVA nilai rata-rata daya tetas telur ikan nila dengan konsentrasi limbah cair kelapa sawit menunjukkan hasil tidak berbeda nyata.

PEMBAHASAN

Hasil pengamatan mikroskopis embriogenesis telur ikan nila (Oreochromis Niloticus) dengan dosis limbah cair kelapa sawit 0%, 10%, 15%, dan 20%. Pada 24 jam setelah fertilisasi, embrio ikan nila (Oreochromis Niloticus) pada perlakuan B dan C telah mengalami penetasan telur sedangkan pada perlakuan A dan D belum mengalami penetasan, telur ikan nila yang terkontaminasi langsung dengan limbah cair kelapa sawit dapat menyebabkan perkembangan embrionya melambat. Hal ini disebabkan limbah cair kelapa sawit dapat mengubah genetik embrio yang tercemar. Perkembangan embrio yang terlambat diakibatkan kerja enzim dan zat kimia lainnya yang diproduksi oleh kelenjar endodermal di daerah pharink embrio. Enzim ini desebut chorionase yang kerjanya bersifat mereduksi chorion yang menyebabkan membran chorion menjadi lunak, sehingga bagian cangkang yang terkena chorionase akan pecah dan embrio keluar dari cangkang (Gusrina, 2008). Pada permukaan membran sel terdapat protein dan mukopolisakarida yang membuat membran sel tersebut bersifat hidrofilik. Adanya lapisan mukopolisakarida menyebabkan tegangan permukaan luar berbeda dengan permukaan dalam, sehingga reaktivitas kimia permukaan dalam sel berbeda dengan permukaan luarnya (Sumarmin dan Radi, 2016). Sedangkan lipid yang terletak ditengah membran menyebabkan membran tidak dapat ditembus oleh zat-zat yang tidak larut dalam lipid (Fujaya; 2008). Selain itu kerentanan dan perbedaan konsentrasi cairan di dalam dengan di luar telur akan mengakibatkan kematian pada embrio ikan (Sumarmin dan Radi, 2016).

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah

dilakukan dapat dilihat bahwa rata-rata daya tetas telur ikan nila (Oreochromis Niloticus) mengalami penurunan daya tetas telur seiring meningkatnya konsentrasi limbah cair kelapa sawit yang diberikan. Konsentrasi limbah yang berbeda memberikan bentuk respon yang berbeda pada setiap individu ikan (Syafriadiman, 2000). Limbah cair kelapa sawit memiliki nilai COD, BOD, padatan tersuspensi dan emulsi lemak yang tinggi (Said, 1996). Daya tetas telur selain dipengaruhi oleh faktor dalam seperti hormon dan volume kuning telur juga dipengaruhi oleh faktor luar seperti salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut dan intensitas cahaya (Gusrina, 2008). Pengendapan bahan organik dan penguraian secara perlahan yang dapat menyebabkan penurunan dan peningkatan pH sehingga terjadi penurunan kualitas air penyebab terjadinya kematian organisme uji. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan rata-rata daya tetas telur tertinggi yaitu pada perlakuan A (0%) limbah cair kelapa sawit atau kontrol sedangkan yang terrendah yaitu pada perlakuan D (20%) limbah cair kelapa sawit. Selanjutnya dikemukakan Ayer et al. (2019), bahwa, faktor internal yang akan mempengaruhi tingkat penetasan telur adalah perkembangan embrio yang terlambat akibat sperma yang kurang motil. Penurunan daya tetas telur ikan nila yang terpapar insektisida organoklorin endosulfan yaitu sifat kerentanan telur ikan terhadap toksik dan perbedaan konsentrasi cairan yang berada di dalam telur ikan dengan konsentrasi cairan pada media pemeliharaan (Sumarmin dan Radi, 2016).

KESIMPULAN

Limbah cair kelapa sawit membahayakan perkembangan larva ikan nila. Embrio ikan nila pada perlakuan B dan C telah mengalami penetasan telur sedangkan pada perlakuan A dan D belum mengalami penetasan. Presentase rata-rata daya tetas telur ikan nila tertinggi terdapat pada perlakuan A 0% limbah cair kelapa sawit sedangkan yang terendah yaitu pada perlakuan D 20% limbah cair kelapa sawit. Telur ikan nila yang terkontaminasi langsung dengan limbah cair kelapa sawit dapat menyebabkan terlambatnya perkembangan embrio, sedangkan rata-rata daya tetas telur ikan nila mengalami

Page 7: Fanik: Jurnal Faperta Uniki

Mauliza (2020)|Fanik: Jurnal Faperta Unikiú 1(1), 1-8

November 2020|Volume 1|Nomor 1 7

penurunan daya tetas telur seiring meningkatnya konsentrasi limbah cair kelapa sawit yang diberikan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Laboratorium Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Almuslim serta kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat dan pemikiran dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B., Johnson, A., & Lewis, J. (2002). Molecular Biology Of The Cell 4th Ed. New York: Garland Science. Garland Science, New York.

Amalia, R., Marsi, M., & Taqwa, F. H. (2013). Kelangsungan hidup, pertumbuhan dan tingkat konsumsi oksigen ikan patin (Pangasius sp.) yang terpapar limbah cair pabrik kelapa sawit. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2), 203-215.

AS, A. P., Isma, M. F., Humairani, R., & Akmal, Y. (2020). Histological Studies on Digestive System Development and Early Feeding Activity of Pangasius Hybrid Larvae. Journal of Aquaculture and Fish Health, 9(2), 86-94.

Ayer, Y., Mudeng, J., & Sinjal, H. (2019). Daya Tetas Telur dan Sintasan Larva dari Hasil Penambahan Madu pada Bahan Pengencer Sperma Ikan Nila (Oreochromis niloticus). e-Journal Budidaya Perairan, 3(1).

Diana, A. N. (2011). Embriogenesis Dan DayaTetas Telur Ikan Nila (Oreochromfs Nfloticus) Pada Salinitas Berbeda (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air, bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.

Funjaya, Y. (2008). Fisiologi Ikan. Jakarta, Rineka Cipta.

Gusrina. (2008). Budidaya Ikan Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajememen Pendidikan Dasar dan

Menengah, Dapartemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Herjayanto, M., Carman, O., & Soelistyowati, D. T. (2017). Embriogenesis, perkembangan larva dan viabilitas reproduksi ikan pelangi Iriatherina werneri Meinken, 1974 pada kondisi laboratorium. Akuatika Indonesia, 2(1), 1-10.

Muliari, M., Akmal, Y., Zulfahmi, I., Karja, N. W., Nisa, C., Mahyana, M., & Humairani, R. (2020). Effect of exposure to palm oil mill effluent on reproductive impairment of male Nile Tilapia (Oreochromis niloticus, Linnaeus 1758). In E3S Web of Conferences (Vol. 151, p. 01022). EDP Sciences.

Muliari, M., Zulfahmi, I., Akmal, Y., Karja, N. W. K., Nisa, C., & Sumon, K. A. (2019). Effects of palm oil mill effluent on reproductive hormone of female nile tilapia, oreochromis niloticus (linnaeus 1758). Adv. Anim. Vet. Sci, 7(11), 1035-1041.

Muliari, M., Zulfahmi, I., Akmal, Y., Karja, N. W. K., Nisa, C., Sumon, K. A., & Rahman, M. M. (2020). Toxicity of palm oil mill effluent on the early life stages of Nile tilapia (Oreochromis niloticus, Linnaeus 1758). Environmental Science and Pollution Research, 1-8.

Muliari, Y., Zulfahmi, I., Juanda, R., Karja, N. W. K., & Nisa, C. (2018). Histopathological changes in gill of Nile tilapia (Oreochromis niloticus) after palm oil mill effluent exposure. In IOP Conference Series: Earth Environ Sci (Vol. 216, pp. 1-5).

Said, E. G. (1996). Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Penerbit Trubus Agriwidya untuk Dana Mitra Lingkungan. Jakarta. 106 hal.

Suin, N. M. 2002. Metode Ekologi. Padang: Universitas Andalas.

Sumarmin, R., & Radi, R. (2016). Uji Embriotoksik Endosulfan Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Eksakta, 1, 67-74.

Syafriadiman, S. (2016). Toksisitas Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit Terhadap Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 21(1), 25-32.

Page 8: Fanik: Jurnal Faperta Uniki

Mauliza (2020)|Fanik: Jurnal Faperta Unikiú 1(1), 1-8

November 2020|Volume 1|Nomor 1 8

Syafriadiman. 2000. Penentuan Bio-Indikator Pencemaran. Toksisitas Limbah Industri Terhadap Organisme Macrobenthos dari Perairan Sungai Siak. Pekanbaru.

Wong, F. P., Nandong, J., & Samyudia, Y. (2009). Optimised treatment of palm oil mill effluent. International Journal of Environment and Waste Management, 3(3-4), 265-27

Zulfahmi, I., Affandi, R., & Batu, D. T. L. (2017). Kondisi biometrik ikan nila, Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758) yang terpapar merkuri [Biometric condition of nile Tilapia, Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758) after mercury exposure]. Jurnal Iktiologi Indonesia, 14(1), 37-48.

Zulfahmi, I., Muliari, M., & Akmal, Y. (2017). Indeks Hepatosomatik Dan Histopatologi Hati Ikan Nila (Oreochromis Niloticus Linnaeus 1758) Yang Dipapar Limbah Cair Kelapa Sawit. In Prosiding Semdi-Unaya (Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu Unaya) (Vol. 1, No. 1, pp. 301-314).

Zulfahmi, I., Muliari, M., Akmal, Y., & Batubara, A. S. (2018). Reproductive performance and gonad histopathology of female Nile tilapia (Oreochromis niloticus Linnaeus 1758) exposed to palm oil mill effluent. The Egyptian Journal of Aquatic Research, 44(4), 327-332