Jurnal Indo

Embed Size (px)

Citation preview

  • Imaging Evaluation of Hemoptysis in Children

    COASS PERIODE 30 JUNI 27 JULI 2014

    Oleh:

    Dimas Satryo Bagus S 0910710057

    Erlangga Araditya S 0910710066

    Ferdian Musthafa 0910710072

    Wiwik Novitasari 105070107121002

    Denny Sutanto 105070107121005

    Supervisor: dr. Indrastuti Normahayu, Sp.Rad(K)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2014

  • Abstrak

    Hemoptisis adalah gejala yang jarang tetapi menyusahkan pada anak-anak. Ini

    menimbulkan tantangan diagnostic sebab sangat sulit untuk memperoleh riwayat

    yang jelas dan melakukan pemeriksaan fisik yang menyeluruh pada seorang anak.

    Penyebab hemoptisis pada anak dapat bervariasi sesuai dengan umur anak. Ini dapat

    berkisar dari infeksi, alergi protein susu dan penyakit jantung bawaan di awal masa

    kanak-kanak, hingga vasculitis, tumor bronkial dan bronkiektasis pada anak yang

    lebih tua. Infeksi saluran nafas bawah adalah penyebab tersering dari pediatrik

    hemoptisis. Tujuan dari imaging adalah untuk mengidentifikasi sumber perdarahan,

    penyebab utama yang mendasari hemoptisis, dan berfungsi sebagai penunjuk untuk

    prosedur invasif. Hemoptisis terutama berasal dari arteri bronkial. Modalitas imaging

    yang tersedia untuk evaluasi diagnostik dari hemoptisis meliputi chest radiography,

    multi-detector computed tomography (MDCT), magnetic resonance imaging (MRI)

    dan catheter angiography. Chest radiography merupakan alat skrining awal.

    Modalitas ini dapat membantu menunjukkan lokasi perdarahan dengan akurasi yang

    tinggi dan dapat mendeteksi beberapa abnormalitas parenkimal dan pleural. Akan

    tetapi, pada 30% kasus yang terjadi dapat diperoleh gambaran yang normal. MDCT

    merupakan modalitas imaging multiplanar yang cepat dan non invasif. Modalitas ini

    membantu dalam evaluasi hemoptisis dengan menggambarkan penyakit yang

    mendasari, menilai konsekuensi dari perdarahan dan menyediakan tampak panoramic

    dari vaskularisasi toraks. Berbagai struktur yang perlu diperiksa dengan seksama

    meliputi parenkim paru, tracheobronchial tree, arteri pulmonaris, arteri bronkial, dan

    arteri sistemik nonbronkial. Karena penggunaan MDCT menyebabkan paparan

    radiasi, protokol dosis rendah optimal harus diterapkan sehingga dapat menekan dosis

    radiasi sekecil mungkin. MRI dan catheter angiography memiliki penerapan yang

    terbatas.

    Kata kunci: Hemoptisis; Infeksi saluran nafas bawah; Bronkiektasis; Kistik fibrosis;

    Benda asing

    Intisari: Hemoptisis merupakan penyebab kekhawatiran besar pada anak, keluarga

    dan dokter spesialis anak. Penggalian riwayat dan pemeriksaan fisik secara lengkap

    yang merupakan tantangan besar dalam pemeriksaan anak sangat penting untuk

    memastikan penyakit ini. Imaging memiliki peranan penting dalam mengidentifikasi

    sumber perdarahan dan penyebab yang mendasari penyakit ini. Infeksi saluran nafas

    bawah merupakan penyebab tersering dari hemoptisis pada anak. Modalitas imaging

    meliputi chest radiography, multi-detector computed tomography (MDCT), magnetic

    resonance imaging (MRI) dan catheter angiography. MDCT merupakan modalitas

    imaging multiplanar cepat yang harus digunakan secara bijak untuk menekan dosis

    paparan radiasi seminimal mungkin. MRI dan catheter angiography memiliki

    penerapan yang terbatas.

    PENDAHULUAN

    Hemoptisis didefinisikan sebagai pengeluaran dahak darah atau sputum yang

    berwarna darah karena adanya perdarahan dari saluran pernafasan[1]

    . Hemoptisis

  • hebat didefinisikan sebagai hilangnya darah > 8mL/kg dalam 24 jam[2]

    . Elemen yang

    membahayakan nyawa pada hemoptisis hebat adalah asfiksia karena penggenangan

    darah pada jalan nafas. Oleh karena itu, perlu perhatian yang segera untuk

    pengamanan jalan nafas. Hemoptisis dengan jumlah yang lebih sedikit merupakan

    tantangan diagnostik pada pasien pediatrik karena pada awalnya dapat tetap tidak

    disadari karena anak-anak cenderung sering menelan dahak mereka dan tidak dapat

    memberikan riwayat yang jelas atau melalui pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Hal

    ini merupakan masalah yang sangat besar bagi anak, keluarga dan dokter spesialis

    anak. Setelah memastikan adanya hemoptisis, tahap selanjutnya ialah menentukan

    penyebab, sehingga regimen pengobatan yang tepat dapat diberikan. Spektrum

    penyebab hemoptisis pada anak jauh berbeda dari penyebab pada orang dewasa.

    Imaging memiliki peranan penting dalam evaluasi hemoptisis. Ada berbagai macam

    modalitas yang dapat digunakan, yakni, conventional radiography, multidetector

    computed tomography (MDCT), magnetic resonance imaging (MRI) dan pada

    beberapa kasus, catheter angiography yang dapat juga digunakan untuk tujuan

    terapeutik. Penemuan MDCT telah membuka jalan untuk visualisasi multidimensi

    yang non invasif dari vaskularisasi toraks, tracheobronchial tree dan parenkim paru.

    Modalitas ini memiliki nilai yang cukup besar sebab dapat menghindari penggunaan

    prosedur invasif bronkoskopi beserta dengan komplikasinya. Bagian berikut

    menggambarkan etiologi, pathogenesis dan peranan imaging pada hemoptisis.

    ETIOPATOGENESIS

    Ada beberapa penyebab hemoptisis pada anak-anak (Tabel 1). Penyebab

    tersering ialah infeksi saluran nafas bawah akut, bronkiektasis (dikarenakan kistik

    fibrosis, aspirasi, ciliary dyskinesia, post infeksi), penyakit jantung bawaan dan

    aspirasi benda asing. Dari penyebab tersebut, infeksi saluran nafas bawah akut

    merupakan penyebab dari 40% kasus[3]

    . Etiologi juga bervariasi seiring dengan umur

    anak. Sim et al[4]

    mengamati bahwa infeksi, Heiner syndrome (alergi protein susu)

    dan penyakit jantung bawaan merupakan penyebab terbesar pada awal masa kanak-

    kanak; sementara pada akhir masa kanak-kanak, vaskulitis, tumor bronkial dan

    bronkiektasis jauh lebih prevalen.

    Paru menerima suplai darah ganda; satu dari arteri bronkial yang tertekanan

    tinggi, yang lain berasal dari arteri pulmoner dengan tekanan yang relative lebih

    rendah. Arteri pulmoner berperan sebanyak 99% dari suplai darah arterial pada paru

    dan berperan dalam pertukaran gas sementara arteri bronkial menyediakan nutrisi

    untuk struktur pendukung dari jalan nafas dan membentuk vasa vasora dari arteri

    pulmoner. Pembuluh darah bronkial sangat dekat dengan arteri pulmoner pada

    tingkatan vasa vasorum dimana kedua sistem terhubung oleh anastomose berdinding

    tipis antara sistemik dan kapiler pulmonal[5,6]

    . Gangguan obstruksi pembuluh darah

    pulmoner (penyakit jantung bawaan, vaskulitis, embolisme) membuka anastomose

    pada daerah paru yang kekurangan aliran darah arteri pulmoner. Hal ini menyebabkan

    pembuluh-pembuluh darah yang rapuh ini mengalami peningkatan tekanan sistemik

    arterial dan menyebabkan hemoptisis dengan robekan pembuluh darah ke alveoli atau

    jalan nafas bronkial.

  • Pada kasus infeksi

    trakeobronkial, terdapat inflamasi

    jalan nafas. Sebagai hasilnya, jalan

    nafas akan menjadi terkongesti dan

    rapuh, yang meningkatkan resiko

    untuk perdarahan. Inflamasi kronis

    (seperti bronkiektasis) dapat

    mengarah pada neovaskularisasi

    dan formasi pembuluh darah yang

    rapuh yang rentan robek. Sekitar

    5% dari pasien dengan kistik

    fibrosis dapat datang dengan

    hemoptisis hebat[7]

    . Hal ini

    disebabkan oleh hipertrofi dari

    arteri bronkial bersama dengan

    adanya multipel anastomose

    bronkopulmoner. Aspirasi benda

    asing menyebabkan hemoptisis

    melalui trauma mekanik atau

    inflamasi hebat yang disebabkan

    oleh bahan organik. Hemosiderosis

    pulmoner merupakan penyebab

    yang jarang namun signifikan

    terhadap hemoptisis pada anak.

    Penyebab ini kebanyakan idiopatik;

    namun, dapat berhubungan dengan alergi terhadap susu sapi (Heiner syndrome)[8]

    .

    Meski langka pada anak, tumor endobronkial atau parenkim paru (karsinoid, bronkial

    adenoma) dapat menyebabkan perdarahan yang signifikan.

    Evaluasi imaging pada hemoptisis

    Tujuan evaluasi diagnostic awal ialah untuk mengidentifikasi penyebab segera dari

    perdarahan sekaligus untuk menentukan penyebab utama dari hemoptisis. Secara

    tradisional, algoritma diagnostic pada kasus akut telah berdasarkan pada berbagai

    kombinasi dari radiografi konvensional, chest computed tomography (CT) dan

    thoracic aortography. MDCT sekarang telah memungkinkan visualisasi anatomi

    toraks secara komprehensif. Modalitas ini memberikan gambaran beresolusi tinggi

    dari pembuluh darah toraks dan abdomen bagian atas yang membantu diagnosis dan

    juga memberikan sebuah peta sebelum dilakukan berbagai intervensi. Penemuan pada

    CT dapat mengingatkan endoskopis tentang keberadaan aneurisma peribronkial atau

    endoluminal. MRI tidak memiliki peran pada kasus akut. Namun, alat ini dapat

    berperan sebagai alat pemecah masalah pada situasi tertentu.

    Conventional radiography

    Chest radiography berfungsi sebagai modalitas skrining yang sangat berharga. Alat

    ini dapat membantu menunjukkan tempat perdarahan dengan tingkat akurasi yang

    Tabel 1. Penyebab Hemoptisis pada Anak Acute lower respiratory tract infections

    Bacterial

    Viral

    Fungal

    Parasitic

    Bronchiectasis

    Aspiration

    Cystic fibrosis

    Ciliary dyskinesia

    Post-infectious

    Congenital heart diseases

    Eisenmenger syndrome

    Aplasia/hypoplasia of pulmonary artery or veins

    Primary pulmonary hypertension

    Pulmonary artery narrowing

    Infectious

    Inflammatory

    Pulmonary thromboembolism

    Pulmonary arteriovenous malformation

    Alveolar hemorrhage syndrome

    Idiopathic

    Associated with rheumatologic disease

    Pulmonary-renal syndrome

    Neoplasms

    Bronchial carcinoid

    Bronchial adenoma

    Metastatic

    Foreign body

    Trauma

    Cryptogenic

  • tinggi dan dapat mendeteksi beberapa kelainan parenkimal dan pleural. Penampang

    yang sering digunakan meliputi frontal dan, pada beberapa kasus, lateral.

    Pemanfaatan gambaran radiografis lateral ialah pada kasus terdapatnya gambaran

    radioopak benda asing pada penampang frontal, dimana penampang lateral dapat

    menentukan apakah benda tersebut ada di trakea atau esofagus. Lynch et al[9]

    mengamati bahwa penambahan radiografis lateral pada anak dengan pneumonia tidak

    meningkatkan akurasi diagnostik. Penemuan umum meliputi gambaran infiltrate

    fokal yang menyarankan adanya infeksi. Air-trapping unilateral dengan hiperventilasi

    dapat memberikan petunjuk terhadap adanya benda asing pada trakeobronkial yang

    tidak terduga. Gambaran radioopak benda asing dapat terlihat. Penemuan tambahan

    meliputi gambaran tramtrack dari bronkiektasis; nodule pulmoner, linfadenopati, efusi pleura; kardiomegali; dan redistribusi vaskuler karena adanya obstruksi vena

    pulmonaris. Diperkirakan sekitar sepertiga gambaran radiografi toraks dapat normal

    pada anak-anak dengan hemoptisis. Sebuah perdarahan dari trakeobronkial dapat

    diidentifikasi pada separuh dari kasus ini[10]

    . Oleh karena itu, pemeriksaan tambahan

    sangat direkomendasikan pada pasien dengan hemoptisis dimana penyebab yang

    mendasari tidak dapat terdeteksi pada radiografi awal.

    MDCT

    Peran MDCT pada evaluasi hemoptisis meliputi: (1) penggambaran penyakit

    penyebab; (2) penilaian konsekuensi dari perdarahan yang mungkin merupakan

    penyebab dari masalah klinis atau menutupi kelainan yang mendasari; dan (3)

    visualisasi panoramic dari vaskularisasi toraks dengan berbagai teknik rekonstruksi.

    Teknik

    Teknik CT melibatkan pengambilan beberapa bagian dari dasar leher hingga tingkat

    arteri renalis (setinggi L2). Optimalisasi penampakan arteri sistemik dan pulmoner

    dapat diperoleh dengan pemberian 2 mL/kg berat badan dari media kontras iodin non

    ionik yang berisi 300 mg/mL pada laju 4 mL/s melalui kanul gaus lebar. Pemindaian

    harus dimulai pada tahap puncak peningkatan penampakan arteri sistemik (jarak antar

    pemindaian 18 detik atau dengan ambang batas 100 HU di aurta descenden dengan

    bolus tracking). Gambaran seharusnya dapat diperoleh dengan potongan tipis dan

    dengan tabel pergerakan yang diatur hingga memperoleh jangkauan yang luas selama

    sekali menahan nafas. Paparan radiasi merupakan masalah yang signifikan pada anak-

    anak. Oleh karena itu, parameter paparan dan kilovoltase perlu diatur sesuai dengan

    berat pasien sehingga dapat meminimalisir dosis radiasi dengan kualitas gambar yang

    optimal.

    Pemrosesan data dan interpretasi

    Karena didapatkan data berukuran besar, gambaran sebaiknya

    diinterpretasikan pada konsol pemindai atau server lain. Struktur jaringan lunak dan

    parenkima paru dapat diamati dengan jelas pada potongan aksial setebal 5mm dengan

    pengaturan jendela mediastinal dan paru, secara berurutan (Gambar 1A and B).

    Gambaran CT beresolusi tinggi memungkinkan evaluasi mendetil dari parenkima

  • pulmoner. Jalan nafas trakeobronkial dapat dievaluasi pada potongan yang lebih tipis

    dan pada gambaran yang telah diformat ulang.

    Proyeksi intensitas maksimum gambar dua dimensi (Gambar 1C) pada bidang

    koronal/oblik dan sagital dapat mendemonstrasikan alur berkelok-kelok arteri

    bronkial dari aorta torakik desenden hingga ke paru. Arteri interkostal dan arteri

    mammae interna sangat bagus digambarkan pada bidang koronal sedangkan arteri

    frenikus inferior dan cabang aksis seliaka terilustrasikan dengan baik pada aksis

    gambar. Gambaran volumetrik tiga dimensi dan permukaan berbayang tidak hanya

    menggambarkan kelainan pembuluh darah namun juga mengilustrasikan

    hubungannya dengan struktur sekitar, sehingga menyediakan gambaran dari anatomi

    internal.

    Proyeksi intensitas minimum dapat digunakan untuk menampilkan gambar

    jalan nafas sentral (Gambar 1D) dan mendemonstrasikan air-trapping di dalam paru.

    Hal ini memberikan sudut pandang yang berguna dalam mendefinisikan sebuah lesi

    sebelum dilakukan intervensi. Oleh karena itu, sejumlah gambar yang telah

    direkonstruksi perlu dianalisa secara menyeluruh untuk interpretasi CT dari

    hemoptisis.

    Gambar 1. Interpretasi gambar MDCT. Axial CT menunjukkan jendela mediastinal (A) dan jendela paru (B). Gambar proyeksi koronal intensitas maksimum (C) menunjukkan asal dan bagian

    proksimal dari arteri bronkial kanan (anak panah). Terdapat konsolidasi pada lobus inferior kiri (*).

    Gambaran proyeksi koronal intensitas minimum (D) menggambarkan jalan nafas sentral

  • LANGKAH PENILAIAN TERSTRUKTUR

    Parenkima paru

    Parenkima paru sebaiknya dievaluasi mengenai keberadaan bronkiektasis, konsolidasi

    dan ground-glass opacity. Lokasi perdarahan dapat dilokalisir dengan dasar

    keberadaan material dengan densitas cair pada segmental dan lobar bronki dan

    ground-glass opacity dengan konsolidasi seperti kabut yang menunjukkan perdarahan

    alveolar. Perdarahan akut dapat menutupi keadaan patologis yang mendasari. Bekuan

    darah juga mampu menyebabkan tanda yang lebih mengancam yaitu massa.

    Tracheobronchial tree

    Struktur ini perlu dievaluasi untuk mendeteksi adanya stenosis yang mungkin

    ditimbulkan oleh penyebab intraluminal (benda asing, neoplasma) atau ekstraluminal

    (limfadenopati, mediastinitis yang terfibrosis). Multiplanar reformatted (MPR)

    images akurat dalam mendeteksi lesi, menggambarkan tingkat penyempitan,

    gambaran distal dan kalkulasi jarak lesi dari karina pada lokasi tertentu[11]

    .

    Arteri pulmoner

    Arteri pulmoner harus dianalisa untuk mendeteksi adanya penyempitan karena

    penyebab ekstrinsik atau intrinsik. Keberadaan area subpleural yang jelas dapat

    menunjuk pada infark paru. Arteri pulmoner juga dapat menampilkan dilatasi

    (Rasmussen aneurysm) dan pulmonary arteriovenous malformations (PAVM).

    Arteri bronkial

    Hemoptisis berasal dari arteri bronkial pada 95% kasus[12]

    . Diameter sebuah arteri

    bronkial yang lebih dari 2 mm dianggap abnormal[13]

    . Pada 70% individu, arteri

    bronkial muncul dari aorta torakik desenden antara tingkat T5 dan T6. Biasanya

    terdapat satu atau dua arteri bronkial yang menyuplai masing masing paru, muncul

    secara independen atau berasal dari trunkus arteriosus. Arteri ini digambarkan sebagai

    sekelompok nodul pada mediastinum posterior tepat dibawah lengkung aorta pada

    gambaran aksial. Perdarahan aktif jarang dapat terdeteksi pada CT. Anomali arteri

    bronkial didefinisikan sebagai arteri yang berasal dari luar tingkat T5-T6. Letak asal

    paling umum dari anomaly ini adalah dari cekungan lengkung arteri[14]

    .

    Arteri sistemik non bronkial

    Arteri sistemik non bronkial dapat muncul dari cabang arteri brakiosefalik, arteri

    subklavia, aksiler, mammae interna dan cabang infradiafragmatik dari arteri frenikus

    inferior dan aksis seliaka[15,16]

    . Pada CT, hal ini tampak sebagai dilatasi arteri yang

    berkelok-kelok yang tidak paralel terhadap bronkus. Adanya penebalan pleura lebih

    dari 3mm dengan peningkatan arteri dalam lemak ekstrapleura merupakan sebuah

    tanda adanya pembuluh darah ini[17]

    .

    MRI

    MRI tidak memiliki kegunaan pada gambaran evaluasi dari hemoptisis akut. Karena

    MRI memiliki resolusi jaringan lunak yang lebih baik, alat ini sangat tepat dalam

  • mengevaluasi mediastinum dan hilus pada kasus yang tidak emergensi. Modalitas ini

    memberikan lebih sedikit informasi mengenai parenkima paru. MRI dapat digunakan

    untuk menggambarkan malformasi arteriovena dan anomali bawaan dari arteri

    pulmoner dan delineasi dari jaringan lunak mediastinal pada mediastinitis yang

    terfibrosis. Dengan dikenalnya nucleus terhiperpolarisasi seperti 3He dan 129Xe,

    pemanfaatan MRI menjadi lebih luas dari kegunaan yang terbatas dalam

    mengevaluasi parenkim paru menjadi evaluasi dari struktur paru, fungsi dan

    metabolism dengan sensitivitas tinggi[18]

    . Ventilasi dan gambaran dinamis pada

    pasien dengan asma dan kistik fibrosis menunjukkan pola regional dari obstruksi dan

    defek ventilasi pada individu ini. Pengetahuan lanjut dapat memberikan hasil yang

    baik pada diagnosis awal, monitoring progresivitas penyakit dan evaluasi respon

    pengobatan[19-21]

    .

    PENYEBAB UMUM HEMOPTISIS ANAK

    Acute lower respiratory tract infections

    Tracheobronkitis, pneumonia dan abses paru dapat menyebabkan hemoptisis. Proses

    infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, fungal atau parasitik. Meskipun

    tuberkulosis merupakan penyebab signifikan pada hemoptisis orang dewasa, sangat

    sedikit kasus yang dilaporkan pada literature pediatrik[22]

    . Kavitas pada chest

    radiograph dengan atau tanpa air-fluid level (Gambar 2A). Diperkirakan ada

    hubungan antara efusi pleura dan linfadenopati. Penemuan CT dapat dalam bentuk

    konsolidasi, ground glass opacity, penebalan intersisial, air-trapping, kavitas dengan

    dinding yang tidak rata dan air-fluid level, efusi pleura dan linfadenopati mediastinal

    atau hilar (Gambar 2B). CT juga dapat menggambarkan komplikasi seperti empiema

    (penebalan pleura viseral dan parietal, split pleura sign), fistula bronkopleural, dan lainnya.

    Kista parasitik (Echinococcus) dapat menyebabkan hemoptisis dengan

    robekan pada jalan nafas. Ini dapat terlihat sebagai lesi densitas cair dengan dinding

    halus dan fokus udara akibat komunikasi dengan bronkus yang berdekatan (Gambar

    3A). Membran yang terlepas dan anak kista dapat dilihat di dalam kista. Kista yang

    sama dapat ditemukan pada organ lain, terutama di hepar (Gambar 3B).

    Penyebab paling umum dari fungal adalah Aspergilus. Fungal ini dapat

    memiliki spectrum variasi klinis, seperti aspergilloma, allergic bronchopulmonary

    aspergillosis (ABPA), semi-invasive aspergillosis, airway or angioinvasive

    aspergillosis[23,24]. Aspergilloma adalah kolonisasi saprofitik dari kavitas yang

    sudah ada sebelumnya oleh fungus dan biasanya terlihat sebagai opasitas di dalam

    kavitas yang menghasilkan tanda air-crescent. Aspergiloma dapat digerakkan dan dapat menunjukkan perubahan postural. ABPA merupakan manifestasi dari reaksi

    hipersensitivitas tipe I dan III terhadap organisme dan terpresentasi sebagai

    bronkiektasis sentral dengan bronkus yang tersumbat lendir membentuk penampakan

    finger-in-glove dengan dominasi lobus atas pada radiografi.. Sumbatan lendir memiliki densitas tinggi pada CT (Gambar 4). Nodul sentrilobular dapat tampak

    dengan gambaran tree-in-bud. Beberapa pasien juga dapat memiliki penyakit sinonasal akibat alergi jamur. Invasive aspergillosis ditemukan pada pasien

    imunokompromais. Penyakit jalan nafas invasif tampak sebagai konsolidasi area

  • peribronkial dan percabangan multipel dari nodul sentrilobuler pada CT[25]. Nodul

    dengan dikelilingi ground-glass opacity (halo sign) atau konsolidasi pleural

    berbentuk segitiga (Gambar 5) merupakan hallmark dari angioinvasive

    aspergillosis[26]

    .

    Bronkiektasis

    Bronkiektasis dapat terjadi sekunder terhadap aspirasi, infeksi, kistik fibrosis dan

    dyskinesia silier. Pada gambaran radiografi toraks termanifestasi sebagai tram-track, garis opak yang paralel, opasitas cincin dan struktur tubular (Gambar 6A). Akan tetapi, radiografi toraks tidak sensitif untuk mendeteksi penyakit ringan hingga

    sedang. CT (Gambar 6B) memiliki sensitivitas dan pada gambaran CT, bronkiektasis

    dikarakterisasi oleh tidak adanya penyempitan bronkial yang normal, adanya bronkus

    yang visibel 1 cm di samping paru dan rasio bronkoarterial lebih dari 1 (signet ring

    Gambar 2 Radiografi Toraks (A) dan gambar aksial CT (B) menunjukkan

    konsolidasi dengan kavitas pada lobus atas kiri

    Gambar 3 Anak perempuan berusia 7 tahun dengan ruptur pulmoner kistik

    hidatid. Gambar axial CT (A) menunjukkan kista yang ruptur dengan air (*) pada lobus atas

    kanan bersama dengan gambaran konsolidasi di sekitarnya. Potongan aksial abdomen (B)

    menunjukkan kista yang tidak ruptur pada segmen VI dari hepar

  • sign). Etiologi dapat dipersempit dengan memperhatikan lokasi anatomis dan

    distribusi tanda patologis. Aspirasi cenderung melibatkan lobus inferior (kanan >

    kiri). Kistik fibrosis menunjukkan hiperinflasi paru dan infiltrat intersisial dengan

    dominasi lobus atas (Gambar 7). Bronkiektasis karena dyskinesia silier memiliki

    predisposisi lobus inferior[27]

    .

    Gambar 4 Anak perempuan berusia 12 tahun dengan allergic bronchopulmonary aspergillosis. Radiografi toraks frontal

    (A) dan gambar aksial CT (B) menunjukkan opasitas tubuler dengan konsolidasi pada paru kanan menyarankan adanya

    mukokel bersamaan dengan kistik bronkiektasis pada paru bilateral. Gambaran CT koronal (C) pada pasien menunjukkan

    bukti bilateral rinosinusitis akibat alergi fungal

    Gambar 5 Anak laki-laki berusia 17 tahun dengan akut limfositik leukemia dengan angioinvasive aspergillosis.

    Radiografi toraks frontal (A) menunjukkan nodul halus pada kedua lapang paru. Gambar CT resolusi tinggi (B) dari pasien

    tersebut menunjukkan nodul multipel dengan gambaran ground glass opacity (halo sign).

    Gambar 6 Anak laki-laki berusia 10 tahun dengan post infeksius bronkiektasis. Radiografi toraks frontal (A) menunjukkan

    multipel kistik lusen dan opasitas tubuler pada kedua paru. Gambar CT resolusi tinggi (B) dari pasien tersebut menunjukkan

    multipel area dengan kistik bronkiektasis dengan air-trapping yang berhubungan (*).

  • Penyakit jantung bawaan

    Hemoptisis dapat terjadi pada pasien dengan penyakit jantung bawaan berkaitan

    dengan arteri pulmoner atau stenosis vena atau atresia. Hal ini disebabkan oleh

    perdarahan dari arteri kolateral aorto-pulmoner yang membesar dan berkelok-kelok

    dan lesi thrombosis pada arteri pulmoner kecil[28]

    . Radiografi toraks dapat

    menunjukkan kardiomegali dengan abnormalitas pada bayangan jantung dan hilus

    yang kecil. Saluran pembuluh darah yang abnormal sejajar dengan batas jantung

    kanan (scimitar vein) dapat dilihat pada hipoplasia venolobar pulmoner[29]

    . Terdapat

    kemungkinan adanya hubungan dengan volume pulmoner yang hilang. MDCT

    merupakan modalitas pilihan untuk menggambarkan lokasi dan luas dari

    penyempitan arteri pulmoner dan delineasi dari drainase vena pulmoner yang

    menyimpang (Gambar 8). Modalitas ini dengan bagus akan menggambarkan berbagai

    kolateral aortopulmoner. Kelainan jantung yang berkaitan juga dapat dievaluasi[30]

    .

    Gambar 7 Anak laki-laki

    berusia 7 tahun dengan kistik

    fibrosis. Gambaran pemandu CT

    (A) dan gambaran aksial CT

    toraks (B) menunjukkan bilateral

    bronki-ektasis pada lobus atas

    dengan formasi bronkokel (*)

    akibat dari penyumbatan lendir

    dan sparing dari area bawah

    Gambar 8 Hipoplasia venolobar

    pulmonal. Radiografi toraks (A)

    menunjukkan hilangnya volume

    hemitoraks kanan dengan per-

    geseran mediastinal ipsilateral.

    Gambar CT dengan kontras (B-D)

    menunjukkan kelainan vena

    pulmoner kanan bawah (anak

    panah) mengarah ke inferior

    menuju inferior vena cava (*)

  • Penyempitan arteri pulmoner

    Penyempitan arteri pulmoner yang kronis dapat terjadi karena berbagai penyebab

    seperti infeksi, radang dan tromboembolisme[31]

    . Infeksi merupakan penyebab

    tersering. Penyempitan arteri pulmoner dapat terjadi pada keadaan infeksi oleh

    limfadenopati mediastinal atau fibrosis. Fibrosis dapat fokal maupun difus. Penemuan

    CT dari fibrosis fokal ialah masa jaringan lunak yang terkalsifikasi pada paratrakeal

    dan hilar. Ini dapat terjadi sekunder terhadap tuberkulosis pada negara berkembang

    dan histoplasmosis di Amerika. Bentukan difus termanifestasi sebagai infiltrat, massa

    jaringan lunak non kalsifikasi yang memanjang ke beberapa kompartmen

    mediastinum. Ini dapat berkaitan dengan kelainan autoimun, obat, atau idiopatik[32]

    .

    Penyempitan arteri pulmoner pada kasus ini mengarah pada hipoperfusi paru dan

    hipertrofi arteri bronkial sebagai konsekuensinya yang dapat menyebabkan

    hemoptisis dengan keparahan yang bervariasi. CT pulmonary angiography

    merupakan pemeriksaan pilihan pada keadaan ini sebab prosedur ini menjelaskan

    penyempitan arteri pulmoner dan hipertrofi arteri bronkial/sistemik[33]

    .

    Pulmonary arteriovenous malformations

    Pulmonary arteriovenous malformations (PAVM) merupakan hubungan langsung

    antara cabang arteri pulmoner dan vena tanpa anyaman kapiler. Terdapat hubungan

    yang kuat antara PAVM dan perdarahan herediter telangiectasia[34]

    . Radiografi paru

    merupakan alat yang sangat penting untuk mendiagnosis dan follow-up. Penemuan

    klasik PAVM adalah massa yang tampak dan berbentuk bulat atau oval, seringkali

    terlobulasi, ukuran berkisar 1-5 cm. Dua pertiga temuan ini terdapat pada lobus

    inferior. Pembuluh darah penghubung dapat terlihat menjalar dari hilum. MDCT

    dapat mengidentifikasi PAVM dan pembuluh darah penghubung lebih akurat

    (Gambar 9). PAVM memiliki aliran darah yang cepat sehingga menghasilkan sinyal

    dengan intensitas rendah pada MRI. Angiografi kateter tetap menjadi gold standard

    dalam mendiagnosis PAVM sebab alat ini mendefinisikan arsitek pembuluh darah

    yang penting sebelum embolisasi terapeutik atau reseksi pembedahan.

    Idiopathic pulmonary hemosiderosis

    Idiopathic pulmonary hemosiderosis (IPH) merupakan kelainan pulmoner yang

    jarang yang termanifestasi dengan trias hemoptisis, anemia dan infiltrat parenkim

    difus pada radiografi toraks[35]

    . Diagnosis dikonfirmasi dengan terdeteksinya

    makrofag hemosiderin-laden pada cairan broncho-alveolar lavage, sputum atau

    aspirasi gaster. Hemosiderosis sekunder dikaitkan dengan vasculitis sistemik,

    kelainan perdarahan dan penyakit jantung. Penemuan imaging tidak spesifik dan

    perlu dikorelasikan dengan data klinis dan laboratoris untuk sampai pada diagnosis

    IPH. Gambaran radiografi toraks dapat menunjukkan difus simetris atau bayangan

    patchy alveolar mengisi apeks paru, yang dapat hilang pada gambaran saat follow-up.

    CT dapat menunjukkan ground-glass opacity yang difus atau patchy (Gambar 10).

    Pada beberapa kasus dapat terjadi penebalan intersisial[36]

    .

  • Benda asing

    Aspirasi benda asing dapat menjadi penyebab hemoptisis terutama pada pasien

    dengan usia kurang dari 3 tahun. Benda asing yang teraspirasi dapat divisualisasikan

    pada radiografi jika memberikan gambaran radioopak. Penemuan radiografi terkait

    meliputi infiltrat non spesifik, atelectasis, area hiperinflasi, konsolidasi parenkim atau

    bronkiektasis (Gambar 11A). Radiografi toraks dapat normal pada 30% kasus. MPR

    dan gambaran virtual endoluminal bronkoskopi yang berasal dari MDCT dapat

    menggambarkan bentuk, lokasi dan folume benda asing. Perubahan parenkim paru

    yang berkaitan juga dapat ditampilkan (Gambar 11B dan C). Oleh karena itu, imaging

    dapat membantu dokter bedah merencanakan bronkoskopi untuk ekstraksi benda

    asing secara aman[37]

    .

    Neoplasma

    Neoplasma bronkial merupakan penyebab langka dari hemoptisis (Gambar 12).

    Tumor karsinoid bronkial merupakan neoplasma primer yang paling sering pada

    masa kanak-kanak. Lesi dapat sentral maupun perifer. Penemuan radiologis meliputi

    massa hilar atau perihilar dengan batas terlobulasi dan perubahan obstruktif yang

    terkait (atelektasis, konsolidasi, bronkokel atau hiperinflasi)[38]

    . Pada CT, karsinoid

    terlihat jelas, massa yang terletak sentral yang mempersempit atau mengubah bentuk

    jalan nafas dan berisi kalsifikasi difus atau terpungtuasi. Tampak peningkatan

    gambaran kontras yang homogen. Akan tetapi, semua karsinoid tidak menunjukkan

    Gambar 9 PAVM. Gambaran CT aksial (A) dan koronal (B) menunjukkan kelainan hubungan antara cabang arteri

    pulmoner dan vena pada lobus kanan bawah (anak panah)

    Gambar 10 Anak laki-laki berusia 15 tahun dengan idiopathic pulmonary hemosiderosis. Gambaran pemandu CT

    (A) dan gambaran aksial CT (B) menunjukkan difus ground glass opacity pada kedua paru

  • peningkatan kontras. Dapat terjadi hubungan antara perubahan obstruktif pulmoner

    dan linfadenopati mediastinal/hilar[39]

    .

    KESIMPULAN

    Hemoptisis adalah gejala yang menyusahkan bagi anak, keluarga dan dokter spesialis

    anak. Ini merupakan tantangan diagnostik. Ketika keberadaan hemoptisis telah

    dipastikan, dokter harus mengidentifikasi sumber perdarahan dan penyebab primer

    yang mendasari. Infeksi saluran nafas bawah merupakan penyebab tersering pada

    hemoptisis anak. Modalitas imaging yang t ersedia untuk pemeriksaan hemoptisis

    meliputi chest radiography, MDCT, MRI dan catheter angiography. Radiografi

    toraks dapat normal pada 30% kasus. MDCT merupakan modalitas imaging

    multiplanar yang cepat dan non invasif yang harus disesuaikan untuk menjaga dosis

    radiasi pada tingkat minimum untuk evaluasi optimal dari hemoptisis pada anak. MRI

    dan catheter angiography memiliki aplikasi terbatas. Penggunaan berbagai alat

    imaging yang tersedia ditentukan dari presentasi klinis dan etiologi yang mungkin

    (Gambar 13). Keuntungan diagnostic dan terapeutik maksimum dapat diperoleh

    dengan penggunaan modalitas imaging secara bijak pada anak yang datang dengan

    hemoptisis.

    Gambar 12 Karsinoid bronkial. Gambaran pemandu CT (A) menunjukkan non visualisasi dari main bronchus kanan

    dengan hilangnya volume dan opasifikasi dari hemitoraks kanan dengan bronkiektasis pada area bawah kanan.

    Gambaran aksial CT (B) menunjukkan massa pada paru kanan dengan infiltrat mediastinal. Gambaran proyeksi koronal

    intensitas minimum (C) menunjukkan garis besar dari proyeki massa pada main bronchus kanan bersama dengan

    bronkiektasis pada lobus kanan bawah

    Gambar 11 Aspirasi benda asing. Radiografi toraks (A) menunjukkan benda asing radio-opak pada main bronchus

    kiri (anak panah) dengan hiperinflasi paru kiri. Gambaran aksial CT (B, C) menggambarkan morfologi benda asing

    pada main bronchus kiri yang menyebabkan luminal kompromais. Terdapat asosiasi antara air-trapping di paru kiri

    dengan patchy konsolidasi pada bagian apeks lobus inferior

  • Daftar Pustaka

    1. Fraser RS, Pare P, Pare PD. Hemoptysis. In: Fraser RS, Pare P, Pare PD. Diseases of the chest. Philadelphia, Pa:

    Saunders, 1988: 394-396

    2. Knott-Craig CJ, Oostuizen JG, Rossouw G, Joubert JR, Barnard PM. Management and prognosis of massive hemoptysis. Recent experience with 120 patients. J Thorac Cardiovasc Surg 1993; 105: 394-397 [PMID: 8445918]

    3. Turcios NL, Vega M. The child with hemoptysis. Hosp Pract (Off Ed) 1987; 22: 214, 217-218 [PMID: 3116012] 4. Sim J, Kim H, Lee H, Ahn K, Lee SI. Etiology of hemoptysis in children: a single institutional series of 40 cases.

    Allergy Asthma Immunol Res 2009; 1: 41-44 [PMID: 20224669 DOI: 10.4168/aair.2009.1.1.41]

    5. Pump KK. The bronchial arteries and their anastomoses in the human lung. Dis Chest 1963; 43: 245-255 [PMID: 13972526 DOI: 10.1378/chest.43.3.245]

    6. Deffebach ME, Charan NB, Lakshminarayan S, Butler J. The bronchial circulation. Small, but a vital attribute of the lung. Am Rev Respir Dis 1987; 135: 463-481 [PMID: 3544986]

    7. Stern RC, Wood RE, Boat TF, Matthews LW, Tucker AS, Doershuk CF. Treatment and prognosis of massive hemoptysis in cystic fibrosis. Am Rev Respir Dis 1978; 117: 825-828 [PMID: 655488]

    8. Dearborn DG. Pulmonary hemorrhage in infants and children. Curr Opin Pediatr 1997; 9: 219-224 [PMID: 9229159 DOI: 10.1097/00008480-199706000-00005]

    9. Lynch T, Gouin S, Larson C, Patenaude Y. Does the lateral chest radiograph help pediatric emergency physicians diagnose pneumonia? A randomized clinical trial. Acad Emerg Med 2004; 11: 625-629 [PMID: 15175199]

    10. Stankiewicz JA, Puczynski M, Lynch JM. Embolization in the treatment of massive hemoptysis in patients with cystic fibrosis. Ear Nose Throat J 1985; 64: 180-184 [PMID: 3996265]

    11. Sundarakumar DK, Bhalla AS, Sharma R, Hari S, Guleria R, Khilnani GC. Multidetector CT evaluation of central airways stenoses: Comparison of virtual bronchoscopy, minimalintensity projection, and multiplanar reformatted

    images. Indian J Radiol Imaging 2011; 21: 191-194 [PMID: 22013293 DOI: 10.4103/0971-3026.85366]

    12. Ferebee SH, Mount FW. Chemotherapy of tuberculosis, progress and promise. Public Health Rep 1957; 72: 412-420 [PMID: 13432111 DOI: 10.1148/rg.226015180]

    13. Furuse M, Saito K, Kunieda E, Aihara T, Touei H, Ohara T, Fukushima K. Bronchial arteries: CT demonstration with arteriographic correlation. Radiology 1987; 162: 393-398 [PMID: 3797652]

    14. Cauldwell EW, Siekert RG. The bronchial arteries; an anatomic study of 150 human cadavers. Surg Gynecol Obstet 1948; 86: 395-412 [PMID: 18905113]

    15. Do KH, Goo JM, Im JG, Kim KW, Chung JW, Park JH. Systemic arterial supply to the lungs in adults: spiral CT findings. Radiographics 2001; 21: 387-402 [PMID: 11259703]

    16. Swanson KL, Johnson CM, Prakash UB, McKusick MA, Andrews JC, Stanson AW. Bronchial artery embolization : experience with 54 patients. Chest 2002; 121: 789-795 [PMID: 11888961 DOI: 10.1378/chest.121.3.789]

    17. Yoon W, Kim YH, Kim JK, Kim YC, Park JG, Kang HK. Massive hemoptysis: prediction of nonbronchial systemic arterial supply with chest CT. Radiology 2003; 227: 232-238 [PMID: 12601194 DOI: 10.1148/radiol.2271020324]

    Gambar 13 Algoritma pendekatan pada anak

    dengan hemoptisis. MR: Magnetic resonance;

    CT: Computed tomography.

  • 18. Emami K, Stephen M, Kadlecek S, Cadman RV, Ishii M, Rizi RR. Quantitative assessment of lung using hyperpolarized magnetic resonance imaging. Proc Am Thorac Soc 2009; 6: 431-438 [PMID: 19687215 DOI:

    10.1513/pats.200902-008AW]

    19. Panth S, Fain S, Holmes J, Fuller S, Korosec F, Grist T. Assessment of lung ventilation, gas trapping and pulmonary perfusion in patients with asthma during inhaled corticosteroid withdrawal. Proceedings of the 12th Annual Meeting of

    ISMRM, Kyoto, Japan, 2004 (Abstract 764)

    20. McMahon CJ, Dodd JD, Hill C, Woodhouse N, Wild JM, Fichele S, Gallagher CG, Skehan SJ, van Beek EJ, Masterson JB. Hyperpolarized 3helium magnetic resonance ventilation imaging of the lung in cystic fibrosis: comparison with high

    resolution CT and spirometry. Eur Radiol 2006; 16: 2483-2490 [PMID: 16871384 DOI: 10.1007/s00330-006-0311-5]

    21. Koumellis P, van Beek EJ, Woodhouse N, Fichele S, Swift AJ, Paley MN, Hill C, Taylor CJ, Wild JM. Quantitative analysis of regional airways obstruction using dynamic hyperpolarized 3He MRI-preliminary results in children with

    cystic fibrosis. J Magn Reson Imaging 2005; 22: 420-426 [PMID: 16104046 DOI: 10.1002/jmri.20402]

    22. Wong KS, Wang CR, Lin TY. Hemoptysis in children. Changgeng Yixue Zazhi 1998; 21: 57-62 [PMID: 9607265] 23. Aquino SL, Kee ST, Warnock ML, Gamsu G. Pulmonary aspergillosis: imaging findings with pathologic correlation.

    AJR Am J Roentgenol 1994; 163: 811-815 [PMID: 8092014]

    24. Logan PM, Mller NL. CT manifestations of pulmonary aspergillosis. Crit Rev Diagn Imaging 1996; 37: 1-37 [PMID: 8744521]

    25. Logan PM, Primack SL, Miller RR, Mller NL. Invasive aspergillosis of the airways: radiographic, CT, and pathologic findings. Radiology 1994; 193: 383-388 [PMID: 7972747]

    26. Franquet T, Mller NL, Gimnez A, Guembe P, de La Torre J, Bagu S. Spectrum of pulmonary aspergillosis: histologic, clinical, and radiologic findings. Radiographics 2001; 21: 825-837 [PMID: 11452056]

    27. Cantin L, Bankier AA, Eisenberg RL. Bronchiectasis. AJR Am J Roentgenol 2009; 193: W158-W171 [PMID: 19696251 DOI: 10.2214/AJR.09.3053]

    28. Haroutunian LM, Neill CA. Pulmonary complications of congenital heart disease: hemoptysis. Am Heart J 1972; 84: 540-559 [PMID: 4672656 DOI: 10.1016/0002-8703(72)90479-6]

    29. Ferguson EC, Krishnamurthy R, Oldham SA. Classic imaging signs of congenital cardiovascular abnormalities. Radiographics 2007; 27: 1323-1334 [PMID: 17848694 DOI: 10.1148/rg.275065148]

    30. Gilkeson RC, Ciancibello L, Zahka K. Pictorial essay. Multidetector CT evaluation of congenital heart disease in pediatric and adult patients. AJR Am J Roentgenol 2003; 180: 973-980 [PMID: 12646439 DOI:

    10.2214/ajr.180.4.1800973]

    31. Castaer E, Gallardo X, Rimola J, Pallard Y, Mata JM, Perendreu J, Martin C, Gil D. Congenital and acquired pulmonary artery anomalies in the adult: radiologic overview. Radiographics 2006; 26: 349-371 [PMID: 16549603

    DOI: 10.1148/rg.262055092]

    32. Rossi SE, McAdams HP, Rosado-de-Christenson ML, Franks TJ, Galvin JR. Fibrosing mediastinitis. Radiographics 2001; 21: 737-757 [PMID: 11353121]

    33. Bhalla AS, Gupta P, Mukund A, Kabra SK, Kumar A. Pulmonary artery narrowing: A less known cause for massive hemoptysis. Oman Med J 2013; 28: 43-46 [DOI: 10.5001/ omj.2013.43]

    34. Khurshid I, Downie GH. Pulmonary arteriovenous malformation. Postgrad Med J 2002; 78: 191-197 [PMID: 11930021 DOI: 10.1136/pmj.78.918.191]

    35. Rezkalla MA, Simmons JL. Idiopathic pulmonary hemosiderosis and alveolar hemorrhage syndrome: case report and review of the literature. S D J Med 1995; 48: 79-85 [PMID: 7740300]

    36. Kabra SK, Bhargava S, Lodha R, Satyavani A, Walia M. Idiopathic pulmonary hemosiderosis: clinical profile and follow up of 26 children. Indian Pediatr 2007; 44: 333-338 [PMID:17536132]

    37. Bai W, Zhou X, Gao X, Shao C, Califano JA, Ha PK. Value of chest CT in the diagnosis and management of tracheobronchial foreign bodies. Pediatr Int 2011; 53: 515-518 [PMID: 21129123 DOI: 10.1111/j.1442-

    200X.2010.03299.x]

    38. Nessi R, Basso Ricci P, Basso Ricci S, Bosco M, Blanc M, Uslenghi C. Bronchial carcinoid tumors: radiologic observations in 49 cases. J Thorac Imaging 1991; 6: 47-53 [PMID: 1649924]

    39. Jeung MY, Gasser B, Gangi A, Charneau D, Ducroq X, Kessler R, Quoix E, Roy C. Bronchial carcinoid tumors of the thorax: spectrum of radiologic findings. Radiographics 2002; 22: 351-365 [PMID: 11896225]