Upload
gede-giri
View
201
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Free Powerpoint TemplatesPage 1
Free Powerpoint Templates
Oleh:A.A. Made Berastia Anisafitri
I G.A.N Rai JayawigunaPembimbing:
Dr. Utoyo, Sp.S
Free Powerpoint TemplatesPage 2
DEFINISI
Bangkitan epilepsi (epileptic seizure) adalah manifestasi klinik dari bangkitan serupa (stereotipik), berlangsung secara mendadak dan sementara dengan atau tanpa perubahan kesadaran, disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak, bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (unprovoked).
epilepsi partial kompleks International Classificatioan of Epileptic Seizure revisi tahun 1981
adalah serangan partial dimana serangan bersumber dari lokal dalam area terbatas satu hemisfer serebrum disertai gangguan kesadaran. Kejang merupakan manifestasi berupa pergerakan secara mendadak dan tidak terkontrol yang disebabkan oleh kejang involunter saraf otak.
Free Powerpoint TemplatesPage 3
Epilepsi lobus temporal (ELT) International League Against Epilepsi (ILAE), 1985
sebagai suatu kondisi karakteristik dari serangan kejang ulangan yang berasal dari medial maupun lateral lobus temporal.
Free Powerpoint TemplatesPage 4
EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang penderita laki-laki umumnya sedikit lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
Insiden tertinggi terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun (262/100.000 kasus) dan uisa lanjut di atas 65 tahun (81/100.000
Free Powerpoint TemplatesPage 5
ETIOLOGI
Free Powerpoint TemplatesPage 6
KLASIFIKASIInternational League Against Epilepsy (ILAE) 1981
Free Powerpoint TemplatesPage 7
Klasifikasi Epilepsi berdasarkan Sindroma
ILAE 1989
Free Powerpoint TemplatesPage 8
Free Powerpoint TemplatesPage 9
AnatomiANATOMI DAN FISIOLOGI
Free Powerpoint TemplatesPage 10
Lobus temporalis : • anterior dipisahkan dari lobus frontalis oleh sulkus
lateralis, • posterior dipisahkan dari lobus okipital dan parietal
oleh batas tak tegas. • Di dalam sulkus lateralis yang dalam didapatkan
bangunan korteks yang disebut insula.• Bagian lateral mempunyai dua sulkus yang
membatasi tiga sulkus yaitu : sulkus superior, sulkus inferior dan girus superior, girus median, girus inferior.
Free Powerpoint TemplatesPage 11
• Permukaan atas lobus temporalis yang menghadap sulkus lateralis terdapat girus temporal transversa (Heschl) yang meluas ke medial arah lobus sentral.
• Bagian medial lobus temporalis terdapat : Girus parahipokampus, girus oksipitotemporalis lateral (girus fusiform), girus oksipitotemporalis medial dan unkus.
• Lobus temporal mendapat vaskularisasi dari dua sumber yaitu :
a. arteri serebri media, dengan cabang a. temporal posterior, a. Temporal anterior
b. arteri serebri posterior
Free Powerpoint TemplatesPage 12
Fisiologi
Free Powerpoint TemplatesPage 13
Korteks area auditorus primer
• Area Brodman 41 dan 42, terdapat dalam insula (girus Heschl).
• Korniokorteks area pendengaran ini menerima impuls pendengaran dari korpus genikulatum mediale melalui radiasio akustik yang berjalan melalui pars sublentikularis krus posterior kapsula interna.
• Pada hemisfer dominan, girus temporalis superior pars posterior (area 22) dan girus angular (area 39) penting untuk fungsi pendengaran bahasa bicara dan tulisan.
• Sedangkan hemisfer non-dominan berperan dalam pendengaran suara, irama dan musik.
Free Powerpoint TemplatesPage 14
Korteks area olfaktorik primer
• Bagian anterior uncus merupakan bagian korteks area olafktorik primer terpenting.
• Daerah yang lain meliputi kroteks prepiriformis (anterior 28) dan substansia perforata anterior.
• Rhinensefalon dalam arti lebih terbatas meliputi bagian susunan saraf yang menerima serat-serat dari bulbus olfaktorius sehingga mencakup traktus olfaktorius, striae olfaktorius bagian tertentu korpus amygdaloid, uncus, korteks prepiriformis dan substansia perforata anterior.
Free Powerpoint TemplatesPage 15
Visual pathways
• Area visual ekstratriata melintas disebelah dalam dari lobus temporalis sekitar krus posterior ventrikel lateralis.
Free Powerpoint TemplatesPage 16
Girus temporalis inferior dan medial
• Berperan dalam kegiatan belajar dan memori• Memori terbagi atas :
1. Memori jangka pendek: berfungsi untuk ”knowing that”
2. Memori jangka panjang berfungsi untuk ”knowing how” • Memori jangka panjang dibagi atas :
1. Memori deklaratif : a. ingatan / episodik b. semantik / umum
2. Memori prosedural / non deklaratif
Free Powerpoint TemplatesPage 17
• Memori deklaratif
a. Ingatan melibatkan :
1. Lobus temporalis media
2. Formasio hipokampus : - cornu ammon, girus dentata, subikulum,korteks enthorinal
3. Para hipokampus
4. Amigdala
5. Diensefalon
6. Otak depan bagian basal
b. Semantik pada :
- pengetahuan, nama, melibatkan temporalis girus inferior bagian anterior
- pengetahuan peralatan, melibatkan girus temporalis bagian tengah
• Pada memori non deklaratif, lobus temporalis (media) hanya sedikit terlibat yaitu terbatas pada dasar asosiatif dan pengulangan konsep.
Free Powerpoint TemplatesPage 18
Dasar serangan epilepsi
neuron stabil dan tidak mudah melepaskan listrik
neuron stabil dan tidak mudah melepaskan listrik
PATOFISIOLOGI
Free Powerpoint TemplatesPage 19
Free Powerpoint TemplatesPage 20
sifat khas serangan epilepsi
Free Powerpoint TemplatesPage 21
• Gejala klinik yang biasa terlihat pada serangan parsial kompleks (lobus temporalis, psikomotor) berupa:
1.Penurunan kesadaran
2.Sensasi Epigastrik
3.Halusinasi dan Ilusi
4.Gangguan Memori
5.Hipergrafia
GEJALA
Free Powerpoint TemplatesPage 22
• Penderita dapat tampak sadar, • Namun saat diperiksa lebih dekat maka penderita tidak
sadar akan lingkungannya, • Tidak dapat menjawab pertanyaan atau dapat menjawab
pertanyaan secara tidak tepat• Tidak dapat mengingat kembali tentang apa yang baru
saja dialaminya. • Sumber: umumnya melibatkan kedua belah lobus
temporalis atau frontalis dan sistem limbik.
1. Penurunan Kesadaran
Free Powerpoint TemplatesPage 23
• Halusinasi somatik • Biasanya berupa:
1. rasa tidak enak bercampur dengan perasaan takut.
2. mulut penderita berkomat-kamit
3. mengecapkan lidah dan bibir berkali-kali. (otomatisme)• Sumber:
1. fokus epilepsi di lobus temporalis bagian anterior
2. kadang-kadang melibatkan amigdala.
2. Sensasi Epigastrik
Free Powerpoint TemplatesPage 24
• Halusinasi berupa:
1. Pembauan atau penghiduan (H. Olfaktorik),
2. Pengecapan lidah (H. Gustatorik),
3. Pendengaran (H. Auditorik),
4. Penglihatan (H. Visual), dan
5. Vestibuler misal vertigo paroksismal.
6. Halusinasi kadang-kadang disertai:
1) perubahan dalam apresiasi terhadap kecepatan atau intonasi bicara serta
2) gangguan persepsi waktu• pada tipe lobus temporal mesial berupa halusinasi visual, • temporal lateral berupa ilusi seperti makropsia atau mikropsi• Menurut Acharya dkk aura olfaktori dikaitkan dengan adanya tumor lobus
temporalis.
3. Halusinasi dan Ilusi
Free Powerpoint TemplatesPage 25
• Gangguan memori • Keadaan seperti mimpi meliputi dymnesic syndrome (déjàvu,
jamais vu) dan keadaan seperti mimpi (merasa seakan-akan melayang-layang atau terapung-apung, jiwa dan raganya seolah-olah terpisah.
• Sering terdapat gangguan afektif (fenomena temporo-limbik) yang berupa:
1. takut,
2. panik,
3. cemas,
4. ekstase,
5. depresi atau
6. kombinasi.
4. Gangguan Memori
Free Powerpoint TemplatesPage 26
• Durasi serangan: 1-3 menit.
• Sesudah serangan penderita tampak bingung, mengantuk, mengalami perubahan perilaku, dan lupa akan apa yang telah terjadi.
• EEG: cetusan unilateral atau sering kali bilateral di daerah temporal atau frontotemporal.
Free Powerpoint TemplatesPage 27
• Merupakan salah satu perubahan tingkah laku yang terdapat pada epilepsi lobus temporalis. Meliputi tiga hal pokok :
1.Cara penulisan (misalnya memakai bayangan cermin, kode, warna tinta yang berbeda-beda, kaligrafi),
2.Rituailized script excessive (misalnya panjang tulisan dan atau frekuensi serta lamanya menulis), dan
3. Isi atau tema tulisan (misalnya filosofi, etika, moral). Hipergrafia.
5. Hipergrafia
Free Powerpoint TemplatesPage 28
Faktor Pencetus
Free Powerpoint TemplatesPage 29
DIAGNOSIS
Free Powerpoint TemplatesPage 30
Anamnesis 1. Pola / bentuk serangan
2. Lama serangan
3. Gejala sebelum, selama dan paska serangan
4. Frekuensi serangan
5. Faktor pencetus
6. Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
7. Usia saat serangan terjadinya pertama
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
9. Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
10.Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
Free Powerpoint TemplatesPage 31
• 80% epilepsi lobus temporalis, dijumpai AURA.
1. Aura dapat berupa:
2. gejala penciuman,
3. ilusi,
4. halusinasi penglihatan dan halusinasi pendengaran.
5. Kadang ditemukan adanya distorsi menilai ukuran benda dan jarak penderita dengan obyek.
• Pnenomena psikis yang dapat timbul adalah
1. Deja vu,
2. Depersonalisasi,
3. Derealisasi,
4. Perasaan cemas dan takut.
Free Powerpoint TemplatesPage 32
Periksaan Fisik
• Pada Epilepsi lobus temporal ditemukan:
1. Penderita menjadi diam
2. Mata melebar, pupil dilatasi
3. Otomatisasi gerak bibir, gerakan mengecap, mengunyah atau menelan berulang
4. Postur distonik unilateral tungkai
Free Powerpoint TemplatesPage 33
Pemeriksaan penunjang
1. Elektro ensefalografi (EEG)• Paling sering dilakukan untuk menegakkan
diagnosis epilepsi. • Hasil EEG dikatakan bermakna jika didukung
oleh klinis. • Adanya kelainan fokal pada EEG menunjukkan
kemungkinan adanya lesi struktural di otak, • Sedangkan adanya kelainan umum pada EEG
menunjukkan kemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik.
Free Powerpoint TemplatesPage 34
• Rekaman EEG biasanya ditemukan pada epilepsi lobus temporalis:
Gelombang paku (spike) dan gelombang tajam yang diikuti dengan gelombang lambat pada regio temporal anterior (F7/F8 dan T3,T4) atau regio temporal basal (F9/F10 dan T9/T10)
Free Powerpoint TemplatesPage 35
2. Pemeriksaan Radiologis (MRI)• Manfaat MRI:
1. membandingkan hipokampus kanan dan kiri
2. Membantu terapi pembedahan. • Hasil MRI pada epilepsi lobus temporalis: atropi
hipokampus• Adanya sklerosis menyebabkan kematian sel
daerah hipokampus pada regio CA1, CA3 dan hilus dentatus.
Free Powerpoint TemplatesPage 36
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Free Powerpoint TemplatesPage 37
TERAPI
Free Powerpoint TemplatesPage 38
• Tujuan utama : mencapai kualitas hidup yang optimal bagi pasien, sesuai dengan perjalanan penyakit epilepsi dan disabilitas fisik dan mental yang dimiliki.
• Prinsip mekanisme kerja obat anti epilepsi:
1.Meningkatkan neurotransmiter inhibisi (GABA)
2.Menurunkan eksitasi: melalui modifikasi konduksi ion: Na+, Ca2+, K+, dan Cl- atau aktivitas neurotransmiter.
1. Terapi Medikamentosa
Free Powerpoint TemplatesPage 39
Obat anti epilepsi yang bisa dipakai untuk Epilepsi psikomotor :
I . Golongan
pertama :II. Golongan kedua :
Fenitoin Felbamat Primidone Vigabatrine
Karbamazepin Gabapentire Klobazam Zonisamide
Valproadi acid Lamotrigin Topinmate Tiagabine
Phenobarbital Okskarbazepin Levetriracetam
Free Powerpoint TemplatesPage 40
Tabel dosis obat anti epilepsi untuk anak :
Free Powerpoint TemplatesPage 41
Free Powerpoint TemplatesPage 42
Free Powerpoint TemplatesPage 43
I . Golongan pertama : II. Golongan kedua :
Fenitoin Felbamat Primidone Vigabatrine
Karbamazepin Gabapentire Klobazam Zonisamide
Valproadi acid Lamotrigin Topinmate Tiagabine
Phenobarbital Okskarbazepin Levetriracetam
Free Powerpoint TemplatesPage 44
Free Powerpoint TemplatesPage 45
• Bedah epilepsi adalah tindakan untuk menghilangkan kejang dengan cara mengangkat/mengeliminasi zona epileptogenik ini dan tetap mempertahankan daerah otak yang memiliki fungsi penting (eloquent cortex).
• Eloquent cortex antara lain :
1. Pusat bicara,
2. Pusat gerak anggota badan,
3. Pusat penglihatan,
4. Pusat pendengaran, dan
5. Pusat pemahaman atau area interpretasi umum. • Tujuan : untuk mencegah kecacatan dan kematian karena
pemakaian obat antikonvulsan yang berkepanjangan merupakan hal yang sia-sia.
2. Terapi Bedah
Free Powerpoint TemplatesPage 46
• Keuntungan reseksi anterior lobus temporal untuk meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup.
• Kerugian pembedahan lobus tempoaral pada epilepsy: penurunan yang signifikan dalam memori verbal (belajar dan mengingat)
• Terbukti bahwa pembedahan jauh lebih baik (angka bebas kejang 64%) dibandingkan dengan terapi OAE secara optimal (hanya 8% bebas kejang). Jurnal kedokteran ‘’New England Journal of Medicine’’, 2001
Free Powerpoint TemplatesPage 47
• Sekitar 40-69% penderita epilepsi psikomotor akan terkontrol dengan baik
• Namun, kecenderungan mengalami kematian mendadak 50x lebih tinggi daripada populasi normal.
• Jika setelah 2 tahun tidak mengalami kejang kembali dapat dikatakan memiliki prognosis yang baik. Penderita dapat mengalami gangguan bicara dan defisit fungsi memori
PROGNOSIS
Free Powerpoint TemplatesPage 48