Upload
dinhmien
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EDISI April 2016 VOLUME 8 No.1 Hal: 871 - 946
Sistem Dashboard Untuk Persiapan Akreditasi Program Studi Sarjana Berdasarkan
Standar BAN-PT Aufa Akmal Raditya, Kartono, Indra Kharisma Raharjana
Perancangan Sistem Informasi Kredit Mikro Mahasiswa Berbasis Web Lasminiasih, Sandhi P, Ali Akbar,Miftah Andriansyah, Rooswhan B. Utomo
Rancang Bangun Sistem Informasi Asuhan Keperawatan Bagi Penderita Pneumonia Hamzah
Analisis Kerentanan dan Kehandalan Layanan Jaringan Cloud Berbasis Platform
Eucalyptus Yudhi Kusnanto
Pemilihan Paket Internet Android Pada Operator Telepon GSM Menggunakan Metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) Fitriyani, Ellya Helmud
Pendefinisian Kebutuhan Fungsional Sistem Untuk Rancang Bangun Knowledge
Management System PT. Telkomsel Regional Sumbagsel
Hairun Nissa, Muhammad Ihsan Jambak
Sistem Dashboard Untuk Persiapan Akreditasi Program Studi Sarjana Berdasarkan
Standar BAN-PT
Aufa Akmal Raditya, Kartono, Indra Kharisma Raharjana
Perancangan Sistem Informasi Kredit Mikro Mahasiswa Berbasis Web
Lasminiasih, Sandhi P, Ali Akbar,Miftah Andriansyah, Rooswhan B. Utomo
Rancang Bangun Sistem Informasi Asuhan Keperawatan Bagi Penderita Pneumonia
Hamzah
Analisis Kerentanan dan Kehandalan Layanan Jaringan Cloud Berbasis Platform
Eucalyptus
Yudhi Kusnanto
Pemilihan Paket Internet Android Pada Operator Telepon GSM Menggunakan Metode
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Fitriyani, Ellya Helmud
Pendefinisian Kebutuhan Fungsional Sistem Untuk Rancang Bangun Knowledge
Management System PT. Telkomsel Regional Sumbagsel
Hairun Nissa, Muhammad Ihsan Jambak
JSI Volume 8 Nomor 1 Halaman 871-946 Indralaya,
April 2016
ISSN Print:
2085-1588 /
ISSN Online:
2355-4614
JURNAL SISTEM INFORMASI
JURNAL SISTEM INFORMASI
Jurnal Sistem Informasi atau disingkat dengan JSI merupakan Jurnal yang diterbitkan oleh
Jurusan Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya. JSI mulai
menerbitkan Jurnal pada bulan April 2009 yaitu VOL 1 NO 1 2009. JSI Menerbitkan Jurnal 2
kali setahun yaitu bulan April dan Oktober. Misi dari JSI adalah untuk menyebarluaskan,
mengembangkan dan menfasilitasi hasil penelitian mengenai Ilmu Sistem Informasi. JSI juga
dapat menjadi wadah bagi para dosen, guru, peneliti dan para praktisi dalam bidang teknologi
informasi dari seluruh Indonesia, dalam melakukan pertukaran informasi tentang hasil-hasil
penelitian terbaru yang telah dilakukan. Adapun ruang lingkup jurnal JSI adalah:
1. Rekayasa perangkat lunak (Software Engineering)
2. Pembelajaran berbasis komputer (computer based learning)
3. jaringan komputer dan komunikasi data (computer networks and data cummunication)
4. Multimedia
5. Mobile Computing
6. data mining dan data warehouse
7. e-goverment
8. IT Governance
9. IT Management
10. E-Business dan E-Commerce
11. Enterprise resource plannin (ERP)
12. Supplier Chain Management (SCM)
13. Customer relationship management (CRM)
14. Customer Knowledge Management (CKM)
15. Enterprise application integration (EAI)
16. Sistem Pendukung Keputusan (SPK/DSS)
17. Sistem Informasi Geografis (GIS/SIG)
18. Sistem Informasi Rumah Sakit,
19. Sistem Informasi Perbankan,
20. Sistem Informasi Industri,
21. Temu Kembali Informasi,
22. Keamanan Sistem Informasi,
23. Sistem Berbasis Pengetahuan
PENGELOLA JURNAL SISTEM INFORMASI (JSI)
JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Editor in chief
Ali Ibrahim, M.T.
Deputy Editor in chief
Endang Lestari Ruskan, M.T.
Language Editors Ari Wedhasmara, M.IT
Rahmat Izwan Heroza, MT
Ken Ditha Tania, M.Kom
Layout Editor Pacu Putra Suarli. M.Cs
Web Production and Technical Editors Hardini Novianti, MT
Administration: Sari Nuzulastri, S.Kom.
Rifka Nurhandini, S.E.
SEKRETARIAT
Sekretariat 1: Jurusan Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas
Sriwijaya Jalan Palembang-Prabumulih KM. 32 Kabupaten Ogan Ilir, Sumatra Selatan, Kode
Pos 30662 Telepon (0711) 7072729, 581700. Fax. (0711)581710.email:
Sekretariat 2: Program Diploma Komputer Kampus Unsri Bukit Besar Jurusan Sistem
Informasi Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Sriwijaya: Jl. Srijaya Negara Bukit
Besar Palembang 30139 Telp. (0711) 379249 Fax. (0711) 379248. email: email:
REVIEWER
1. Prof. Dr. Ir. Siti Nurmaini, M.T (Universitas Sriwijaya)
2. Prof. Ir. Zainal A. Hasibuan, MLS., Ph.D (Universitas Indonesia)
3. Prof. Ir. Suyoto, M.Sc., Ph.D (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
4. Ir. Paulus Insap Santoso, M.Sc., Ph.D (Universitas Gadjah Mada)
5. Dr. Edy Winarno, S.T., M.Eng (Universitas Stikubank)
6. Ir. Kridanto Surendro, M.Sc., Ph.D (Institut Teknologi Bandung)
7. Dr. Djunaidi, M.T (Universitas Negeri Semarang)
8. Tony D Susanto, S.T., M.T., Ph.D., ITIL (Institut Teknologi Surabaya)
9. Drs. Saparudin, M.T., Ph.D (Universitas Sriwijaya)
10. Samsuryadi, S.Si., M.Kom., Ph.D (Universitas Sriwijaya)
11. Deris Stiawan, S.Kom., M.T., Ph.D (Universitas Sriwijaya)
12. Dr. Reza Firsandaya Malik, S.T., M.T (Universitas Sriwijaya)
13. Dr. Ermatita, M.Kom (Universitas Sriwijaya)
14. Jaidan Jauhari, M.T (Universitas Sriwijaya)
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal sistem informasi atau disingkat dengan JSI merupakan Jurnal yang diterbitkan
olehJurusan Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya. JSI mulai
menerbitkanJurnal pada bulan April 2009 yaitu VOL 1 NO 1 2009. JSI Menerbitkan Jurnal
dua kali setahun yaitu bulan April dan Oktober. Misi dari JSI adalah untuk menyebarluaskan,
mengembangkan dan menfasilitasi hasil penelitian mengenai Ilmu Sistem Informasi. JSI juga
dapat menjadi wadah bagi para dosen, guru, peneliti dan para praktisi dalam bidang teknologi
informasi dari seluruh Indonesia, dalam melakukan pertukaran informasi tentang hasil-hasil
penelitian terbaru yang telah dilakukan.Adapun ruang lingkup jurnal JSIadalah:Sistem
Pendukung Keputusan, Sistem Informasi Geografis, Sistem Informasi Skala Enterprise (ERP,
EAI, CRM, SCM), E-Commerce, E-Government, Sistem Informasi Rumah Sakit, Sistem
Informasi Berbasis Web, Sistem Informasi Perbankan, Sistem Informasi Industri, Temu
Kembali Informasi, Keamanan Sistem Informasi, Sistem Berbasis Pengetahuan, Mobile
Computing, Data mining, Data Warehouse.
Pada edisi kedelapan nomor 1 ini, JSI menyajikan enam naskah dalam dalam bidang
sistem informasi. Redaksi mengucapkan terima kasih dan selamat kepada penulis makalah
yang makalahnya diterima dan diterbitkan dalam edisi ini. Makalah tersebut telah
memberikan kontribusi penting pada pengembangan ilmu dan teknologi. Selain itu, sejumlah
pakar dari dalam maupun luar lingkungan Universitas Sriwijaya telah memberikan kontribusi
yang sangat berharga dalam menilai makalah yang dimuat, oleh sebah itu redaksi
menyampaikan banyak terima kasih kepada para pakar tersebut.Pada kesempatan ini, redaksi
kembali mengundang dan memberi kesempatan kepada para peneliti, guru dan praktisi untuk
mempublikasikan hasil-hasli penelitian melalui jurnal ini.
Akhirnya, redaksi berharap semoga makalah-makalah dalam jurnal ini bermanfaat
bagi para pembaca khususnya dan bagi perkembangan ilmu dan teknologi dibidang sistem
informasi pada umumnya.
Editor in chief
Ali Ibrahim, MT
DAFTAR ISI
JSI Volume 8 Nomor 1 Halaman 871-946 Indralaya,
April 2016
ISSN Print :
2085-1588/
ISSN Online
: 2355-4614
Sistem Dashboard Untuk Persiapan Akreditasi Program Studi Sarjana
Berdasarkan Standar BAN-PT
Aufa Akmal Raditya, Kartono, Indra Kharisma Raharjana
Perancangan Sistem Informasi Kredit Mikro Mahasiswa Berbasis Web
Lasminiasih, Sandhi P, Ali Akbar,Miftah Andriansyah, Rooswhan B.
Utomo
Rancang Bangun Sistem Informasi Asuhan Keperawatan Bagi Penderita
Pneumonia
Hamzah
Analisis Kerentanan dan Kehandalan Layanan Jaringan Cloud Berbasis
Platform Eucalyptus
Yudhi Kusnanto
Pemilihan Paket Internet Android Pada Operator Telepon GSM
Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Fitriyani, Ellya Helmud
Pendefinisian Kebutuhan Fungsional Sistem Untuk Rancang Bangun
Knowledge Management System PT. Telkomsel Regional Sumbagsel
Hairun Nissa, Muhammad Ihsan Jambak
871-882
883-893
894-904
905-917
918-927
928-946
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
871
SISTEM DASHBOARD UNTUK PERSIAPAN AKREDITASI PROGRAM STUDI
SARJANA BERDASARKAN STANDAR BAN-PT
Aufa Akmal Raditya1, Kartono2, Indra Kharisma Raharjana3
1,2,3 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
Kampus C UNAIR,
e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstract
Accreditation is a form of quality and feasibility assessment (evaluation) of higher education institutions or
programs of studies conducted by independent organizations or institution outside the college. To achieve the
desired value of universities accreditation and study programs have to adjust their internal conditions in
accordance with the standards provided by the National Accreditation Board of Higher Education (BAN-PT). As
a consideration to achieve the standards set by BAN-PT, accreditation preparation is necessary to determine
whether the course or college meets the standards set by BAN-PT. Accreditation preparation system needs to be
built using a dashboard system that can integrate the entire contents of the supporting datato acquire
information about parts that are below the standards and that are already meet the standards in the evlauation
process. This study aimed to examine whether the preparation of the accreditation system by using a dashboard
system better than the preparation of accreditation system which has been done before. There are several stages
in this study, namely the identification of needs, system design, system development, system testing, and system
evaluation. The resultindicated that the intenal party of the study program could determine their assessment
position within a certain period with ease through the dashboard system of accreditation preperation.
Keywords: Accreditation, Dashboard, BAN-PT Standards
Abstrak
Akreditasi merupakan salah satu bentuk penilaian (evaluasi) mutu dan kelayakan institusi perguruan tinggi atau
program studi yang dilakukan oleh organisasi atau badan mandiri di luar perguruan tinggi. Untuk mencapai
nilai akreditasi yangdiinginkan maka perguruan tinggi serta program studiharus menyesuaikan kondisi internal
mereka sesuai denganstandar yang telah diberikan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-
PT). Sebagaipertimbangan untuk mencapai standar yang ditentukan olehBAN-PT, maka diperlukan persiapan
akreditasi untuk mengetahui apakahprogram studi atau perguruan tinggi tersebut sudah memenuhistandar yang
ditetapkan oleh BAN-PT.Perlu dibangun sistem persiapan akreditasi dengan menggunakan sistem dashboard
yang dapat mengintegrasikan keseluruhan isi data pendukung sehingga saat proses evaluasi didapatkan
informasi mengenai bagian-bagian apa saja yang kurang maupun yang sudah memenuhi standar. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji apakah sistem persiapan akreditasi dengan menggunakan sistem dashboard lebih baik
dibandingkan dengan sistem persiapan akreditasi yang selama ini dilakukan. Terdapat beberapa tahapan dalam
penelitian ini, yaitu melakukan identifikasi kebutuhan, perancangan sistem, pembangunan sistem, pengujian
sistem, dan evaluasi sistem. Hasil dari evaluasi sistem menunjukkan bahwa melalui sistem dashboard untuk
persiapan akreditasi pihak internal program studi dapat mengetahui posisi penilaian mereka pada periode
tertentu dengan mudah.
Kata kunci : Akreditasi, Dashboard, Standar BAN-PT.
1. Pendahuluan
Akreditasi merupakan salah satu bentuk penilaian (evaluasi) mutu dan kelayakan
institusi perguruan tinggi atau program studi yang dilakukan oleh organisasi atau badan
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 7, NO. 2, Oktober 2015,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
872
mandiri di luar perguruan tinggi [1]. Penilaian tersebut digunakan sebagai tolak ukur mutu
bagi semua program studi dan intitusi pendidikan tinggi mulai dari perguruan tinggi negeri
dan swasta yang menyelenggarakan program professional maupun akademik. Semakin baik
nilai akreditasi akan berdampak pada pandangan pihak luar mengenai kualitas program studi
dan institusi pendidikan tinggi tersebut.
Tujuan dan manfaat akreditasi institusi perguruan tinggi sendiri adalah memberikan
jaminan bahwa institusi perguruan tinggi yang terakreditasi telah memenuhi standar mutu
yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), sehingga
mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat dari penyelenggaraan perguruan tinggi
yang tidak memenuhi standar. Kemudian mendorong perguruan tinggi untuk terus menerus
melakukan perbaikan dan mempertahankan mutu yang tinggi. Dan hasil akreditasi dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam transfer kredit, usulan bantuan dan alokasi
dana, serta mendapat pengakuan dari badan atau instansi yang berkepentingan. Proses
akreditasi dilakukan dalam periode tertentu dan perlu diperbarui paling lambat 6 bulan
sebelum masa akreditasi berakhir.
Instrumen akreditasi program studi terdiri atas: (1) Borang Program Studi atau Borang
IIIA, (2) Evaluasi Diri Program Studi, dan (3) Borang yang diisi oleh Fakultas/Sekolah
Tinggi. Borang program studi memiliki hasil penilaian 75% dari skor akhir, sedangkan
evaluasi diri program studi memiliki hasil penilaian 10% dan borang fakultas memiliki 15%
dari skor akhir [1-2].
Elemen-elemen pendukung dalam program studi atau institusi, terutama ketua prodi,
dosen, serta tim akreditasi internal perlu melakukan tahap persiapan akreditasi sebelum
menggunakan borang yang kemudian dijadikan sebagai dasar dalam penilaian oleh tim BAN-
PT. Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana mengorganisasikan keseluruhan data
program studi yang tersebar dan tidak teratur dengan baik agar lebih mudah dilakukan
persiapan sebelum periode penilaian oleh lembaga akreditasi nasional atau BAN-PT. Saat ini
beberapa aplikasi yang memanfaatkan teknologi informasi telah dibuat seperti [3-5]. Namun
aplikasi-aplikasi tersebut hanya berdiri sendiri dan perlu dirangkum sehingga bisa menjadi
dasar dalam mengumpulkan data untuk kebutuhan akreditasi.
Berdasarkan masalah tersebut maka diperlukan aplikasi manajemen yang mampu
mengintegrasikan keseluruhan isi data pendukung sehingga saat proses evaluasi didapatkan
informasi mengenai bagian-bagian apa saja yang kurang dan sudah memenuhi standar. Salah
satu bentuk aplikasi yang dapat membantu proses persiapan akreditasi adalah dashboard.
Dashboard merupakan sebuah alat yang memberikan tampilan antarmuka dalam
berbagai bentuk, seperti diagram, laporan, indikator visual, mekanisme alert, yang dipadukan
dengan informasi yang dinamis dan relevan [6]. Mekanisme dashboard merupakan salah satu
teknik untuk memberikan informasi–informasi yang penting dalam suatu institusi [7].
Penerapan dashboard pada kalangan institusi akademik dapat memberikan dua manfaat. Yang
pertama adalah memberikan bukti empiris dalam mendukung pengambilan keputusan yang
dibentuk berdasarkan data program studi. Kemudian yang kedua adalah alat ini dapat
menggambarkan komitmen institusi dalam memberikan pengukuran performa institusional
secara multidimensional kepada stakeholder yang membutuhkannya [8].
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 7, NO. 2, Oktober 2015,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
873
Visualisasi dashboard diperlukan untuk memperhitungkan posisi performa program
studi dengan kondisi lebih mudah diukur, dihitung dan diawasi sehingga pihak intern dapat
mengetahui posisi penilaian mereka pada periode tertentu dan mampu memperbaikinya jika
kurang dari target yang ditetapkan oleh standar [9].
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik membangun sistem dashboard
untuk mempermudah proses persiapan akreditasi yang disesuaikan dengan Borang IIIA.
Borang IIIA memiliki peran terbesar dalam proses akreditasi karena memiliki hasil penilaian
terbesar dibandingkan dengan instrumen akreditasi program studi yang lain. Sistem dashboard
diharapkan mampu menjadi alat bantu yang dapat mengkonversi data pendukungpada borang
program studi menjadi sebuah rancangan visualisasi. Hasil rancangan visualisasi dapat
dijadikan dasar dalam evaluasi kinerja institusi secara efektif.
Untuk membangun sistem dashboard diperlukan beberapa tahapan, dimulai dari
tahapan awal yaitu identifikasi kebutuhan kemudian tahap perancangan dan pembuatan
database. Selanjutnya dilakukan tahap pembangunan sistem dashboard dengan menggunakan
bahasa pemrograman Hypertext Preprocessor (PHP). Hingga tahap terakhir yaitu, pengujian
dan evaluasi sistem.
2. Metode Penelitian
a. Penentuan Key Performance Indicator
Pada dasarnya Key Performance Indicator diidentifikasi, dikembangkan, dan
dilaksanakan secara internal dalam organisasi [10]. Key Performance Indicator diambil
dari masing-masing indikator penilaian yang terdapat dalam matriks penilaian akreditasi
BAN-PT. Key Performance Indicator yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar
dalam pembangunan sistem.
b. Perancangan Database
Pada tahapan perancangan database, Entity Relationship Diagram dirancang untuk
mengakomodir seluruh kebutuhan yang diperlukan berdasarkan tabel-tabel pada Borang
IIIA. Diagram-diagram tersebut digunakan acuan dalam pembangunan sistem.
c. Perancangan Desain dan Layout
Tahap ini dilakukan setelah semua KPI telah ditentukan dan desain database telah
dirancang. Dan dilakukan dengan dua tahap yaitu pemilihan presentation model untuk
tiap KPI dan perancangan layout dashboard.
Pada tahap pemilihan presentation model dilakukan pemilihan komponen dashboard
yang sesuai dengan informasi yang ingin ditampilkan untuk tiap KPI. Pemilihan
didasarkan pada [11]. Sedangkan untuk perancangan layout dashboard, dilakukan
setelah menentukan komponen yang sesuai. ditentukan letak komponen-komponen
tersebut pada layar tampilan dashboard.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 7, NO. 2, Oktober 2015,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
874
Tabel 1. KPI Standar 3 – Mahasiswa dan Lulusan
d. Pembangunan Sistem
Sistem dashboard dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan
tambahan plugin untuk menampilkan komponen dashboard yang berupa grafik,
diagram, dan lainnya. Sedangkan untuk database akan menggunakan MySQL.
KPI PENGHITUNGAN
Rasio calon mahasiswa yang ikut seleksi
dibanding daya tampung
Jumlah calon mahasiswa reguler selama 5 tahun akademik terakhir dibagi dengan
jumlah daya tampung 5 tahun akademik terakhir
Rasio mahasiswa baru reguler yang melakukan registrasi : calon mahasiswa
baru reguler yang lulus seleksi
Jumlah mahasiswa baru reguler bukan transfer selama 5 tahun akademik terakhir dibagi dengan jumlah calon mahasiswa reguler lulus seleksi selama 5 tahun akademik terakhir
Rasio mahasiswa baru transfer TMBT terhadap mahasiswa baru bukan transfer
TMB.
Total mahasiswa baru transfer untuk program reguler dan non-reguler dibagi dengan total mahasiswa baru bukan transfer untuk program reguler dan non-reguler selama 5
tahun akademik terakhir
Rata-rata Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) selama lima tahun terakhir.
Rata-rata IPK lulusan reguler selama 5 tahun akademik terakhir
Penerimaan mahasiswa non-reguler
selayaknya tidak membuat beban dosen
sangat berat, jauh melebihi beban ideal (sekitar 12 sks).
Mengonversi data kualitatif menjadi data kuantitatif menggunakan skala interval dengan
nilai 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), 1 (kurang), dan 0 (sangat kurang)
Penghargaan atas prestasi mahasiswa di
bidang nalar, bakat dan minat
Mengonversi data kualitatif menjadi data kuantitatif menggunakan skala interval dengan
nilai 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), 1 (kurang), dan 0 (sangat kurang)
Persentase kelulusan tepat waktu (KTW)
Jumlah lulusan dari mahasiswa reguler yang tahun masuknya dikurangi 3 tahun dari sekarang, kemudian dibagi dengan jumlah mahasiswa reguler yang tahun masuk dan
tahun angkatannya dikurangi 3 tahun dari sekarang, dan hasilnya dikalikan 100%
Persentase mahasiswa yang DO atau mengundurkan diri (MDO).
Jumlah mahasiswa reguler yang tahun masuk dan tahun angkatannya dikurangi 6 tahun dari sekarang, kemudian jumlah mahasiswa tadi dikurangi jumlah mahasiswa reguler
yang tahun masuknya dikurangi 6 tahun dari sekarang dan tahun angkatannya sekarang,
kemudian dikurangi lagi dengan jumlah lulusan mahasiswa reguler yang tahun masuknya dikurangi dari sekarang, kemudian hasil pengurangan tadi dibagi dengan
jumlah mahasiswa reguler yang tahun masuk dan tahun angkatannya dikurangi 6 tahun
dari sekarang, dan hasilnya dikalikan 100%
Mahasiswa memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan mahasiswa
yang dapat dimanfaatkan untuk
membina dan mengembangkan penalaran, minat, bakat, seni, dan
kesejahteraan.
Mengonversi data kualitatif menjadi data kuantitatif menggunakan skala interval dengan nilai 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), 1 (kurang), dan 0 (sangat kurang)
Kualitas layanan kepada mahasiswa Untuk setiap jenis pelayanan, pemberian
skor sebagai berikut:
4 : sangat baik 3 : baik
2: cukup
1: kurang 0: sangat kurang
Mengonversi data kualitatif menjadi data kuantitatif menggunakan skala interval dengan nilai 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), 1 (kurang), dan 0 (sangat kurang)
Upaya pelacakan dan perekaman data
lulusan
Mengonversi data kualitatif menjadi data kuantitatif menggunakan skala interval dengan
nilai 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), 1 (kurang), dan 0 (sangat kurang)
Penggunaan hasil pelacakan untuk perbaikan:
(1) proses pembelajaran,
(2) penggalangan dana, (3) informasi pekerjaan,
(4) membangun jejaring.
Mengonversi data kualitatif menjadi data kuantitatif menggunakan skala interval dengan nilai 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), 1 (kurang), dan 0 (sangat kurang)
Pendapat pengguna (employer) lulusan terhadap kualitas alumni.
Menghitung persentase tanggapan pihak pengguna dengan cara, jumlah tanggapan pada peringkat dibagi dengan jumlah tanggapan yang ada.
Kemudian skor akhir dihitung dengan cara (4* (persentase tanggapan sangat baik) +
3*(persentase tanggapan baik) + 2*(persentase tanggapan cukup) + (persentase tanggapan kurang) kemudian dibagi 7
Profil masa tunggu kerja pertama Rata-rata waktu tunggu lulusan untuk memperoleh pekerjaan yang pertama
Profil kesesuaian bidang kerja dengan
bidang studi
Menghitung persentase lulusan yang bekerja pada bidang yang sesuai dengan
keahliannya
Partisipasi alumni dalam mendukung pengembangan akademik program studi
Mengonversi data kualitatif menjadi data kuantitatif menggunakan skala interval dengan nilai 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), 1 (kurang), dan 0 (sangat kurang)
Partisipasi lulusan dan alumni dalam
mendukung pengembangan non-akademik program studi
Mengonversi data kualitatif menjadi data kuantitatif menggunakan skala interval dengan
nilai 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), 1 (kurang), dan 0 (sangat kurang)
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 7, NO. 2, Oktober 2015,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
875
e. Pengujian dan Evaluasi Sistem Sistem
Pada tahapan pengujian sistem, pengujian dilakukan dengan functional testing untuk
menguji fungsionalitas dan acceptance testing untuk menguji kelayakan dari sistem.
Pada functional testing , berbagai macam kombinasi inputan akan diuji apakah hasil
yang didapat sesuai dengan output yang diharapkan. selanjutnya akan dilakukan
pengujian dengan menggunakan metode User Acceptance Testing (UAT). Tujuan dari
UAT adalah untuk mengetahui apakah sistem sudah layak untuk dipakai atau belum.
Tahapan terakhir dalam penelitian ini adalah evaluasi sistem dashboard akreditasi yang
sudah dibangun. Evaluasi sistem akan dilakukan dengan membandingkan antara
persiapan akreditasi yang menggunakan sistem dashboard dan persiapan akreditasi yang
dilakukan selama ini. Perbandingan didapatkan dari timbal balik/feedback hasil simulasi
oleh stakeholder program studi. Kuisioner digunakan untuk mengetahui bagaimana
respon pengguna setelah melakukan simulasi. Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah
sistem dashboard akreditasi dapat menyelesaikan permasalahan yang muncul pada
persiapan akreditasi yang selama ini dilakukan.
3. Hasil Dan Pembahasan
3.1. Hasil Penentuan Key Performance Indicator
Untuk dapat mengevaluasi proses akreditasi Borang IIIA, diperlukan ukuran-ukuran
penting (Key Performance Indicator ) yang dapat mewakili jalannya sistem dashboard
akreditasi. Ukuran-ukuran tersebut adalah sebagai berikut:
A) Hasil Penilaian Borang IIIA
Jumlah penilaian dari Borang IIIA merupakan sesuatu yang sangat penting bagi proses
akreditasi. Karena hasil akhir dari proses akreditasi 75% didapat dari hasil penilaian
Borang IIIA. KPI ini bertujuan untuk membantu pengguna dalam mengevaluasi
pencapaian target akreditasi per tahunnya. KPI ditampilkan dalam bentuk prosentase,
karena jumlah total target nilai akreditasi dari Borang IIIA sudah ditentukan dari BAN-
PT. Prosentase yang ditampilkan mencakup keseluruhan pencapaian yang dikumpulkan
dari nilai semua standar.
B) Nilai Capaian Tiap Standar
Pencapaian total tiap standar sangat mempengaruhi pencapaian total Borang IIIA. Maka
dari itu, hal ini harus dianalisa untuk menemukan ketidaktercapaian target tiap
standarnya. Ukuran ini adalah bentuk detail dari KPI Hasil Penilaian Borang IIIA. KPI ini
juga merupakan indikator untuk mengukur nilai pencapaian tiap standar dalam
mengevaluasi total pencapaian target tiap standar per tahunnya.
C) Nilai Tiap Deskripsi Elemen Penilaian Tiap Standar
Indikator ini merupakan detail dari KPI Nilai Capaian Tiap Standar. Ujung tombak dari
proses akreditasi Borang IIIA berada pada nilai tiap deskripsi elemen penilaian. Semakin
baik nilai yang dihasilkan berbanding lurus pada prestasi program studi. Semua nilai tiap
deskripsi diperoleh dari penghitungan berdasarkan Buku VI – Matriks Penilaian
Instrumen Akreditasi Program Studi Sarjana[12]. Selanjutnya nilai dikalikan dengan
bobot berdasarkan yang ada pada Buku V – Pedoman Penilaian Instrumen Akreditasi
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 7, NO. 2, Oktober 2015,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
876
Program Studi Sarjana. Contoh penjelasan detail KPI dari Standar 3 bisa dilihat pada
tabel 1.
3.2. Hasil Perancangan Database
Desain database sistem dashboard akreditasi digambarkan dalam bentuk logical model
dengan menggunakan Conceptual Data Model (CDM). Berdasarkan kebutuhan pada sistem
dashboard maka tabel-tabel pada desain CDM dibagi menjadi 2 skema berdasarkan fungsinya,
yaitu:
1) Skema Key Performance Indicator : Skema pertama berfungsi untuk memuat tabel-tabel
yang digunakan untuk mengakomodir seluruh kebutuhan data yang digunakan untuk
membangun KPI yang sudah ditentukan sebelumnya dapat dilihat pada gambar 1.
Terdapat tabel deskripsi, standar, tahun, nilai_capai, dan nilai_capaian.
2) Skema Borang IIIA : Skema kedua berfungsi untuk memuat tabel-tabel yang
mengakomodir kebutuhan data pada Borang IIIA. Sebagai contoh desain CDM yang
memuat tabel-tabel dari borang IIIA dapat dilihat pada gambar 2. Tabel-tabel pada
gambar 2 dirancang berdasarkan kebutuhan dari Standar 3 (Mahasiswa dan Lulusan).
Tahapan selanjutnya adalah merubah dari Conceptual Data Model ke Physical Data
Model (PDM). Dari rancangan Physical Data Model dapat digenerate lebih lanjut
menjadi SQL query yang digunakan dalam sistem ini. Setelah memiliki SQL query,
langkah selanjutnya adalah menerapkan query tersebut ke database, dengan cara import
ke database.
Gambar 2. Skema database untuk Key Performance Indicator
Gambar 2. Skema database untuk Borang IIIA
Relationship_1
Relationship_3
Relationship_4
Relationship_6
Relationship_7
deskripsi
ID_DESKRIPSI
DESKRIPSI
BOBOT
STATUS
<pi> Variable characters (10)
Text
Decimal (5)
Integer
<M>
<M>
Key_1 <pi>
standar
ID_STANDAR
NAMA_STANDAR
<pi> Integer
Variable characters (10)
<M>
Key_1 <pi>
tahun
ID_TAHUN
TAHUN_AKREDITASI
<pi> Integer
Variable characters (4)
<M>
Identifier_1 <pi>
nilai_capai
NILAI_CAPAIAN
NILAI_CAPAIAN_MAX
NILAI_CAPAI
NILAI_CAPAI_MAX
Decimal (5)
Decimal (5)
Decimal (5)
Decimal (5)
nilai_capaian
NILAI
ALASAN
NILAI_AKHIR
Decimal (5)
Text
Decimal (5)
layanan kepada mahasiswa
id_layanan
nama_layanan
bentuk_kegiatan
pelaksanaan
hasil
<pi> Integer
Variable characters (100)
Variable characters (50)
Variable characters (50)
Variable characters (50)
<M>
Identifier_1 <pi>
tanggapan pengguna
id_tanggapan
jenis_kemampuan
<pi> Integer
Variable characters (50)
<M>
Identifier_1 <pi>
lulusan
nim_lulusan
nama_lulusan
tahun_lulus
lama_penyelesaian_ta
rata_tunggu_pekerjaan
kesesuaian_bidang_kerja
<pi> Variable characters (10)
Variable characters (20)
Variable characters (4)
Variable characters (2)
Decimal (5)
Decimal (5)
<M>
Identifier_1 <pi>
profil_mahasiswa
status_reguler
tahun_akademik
daya_tampung
jumlah_calon_mahasiswa_ikut_seleksi
jumlah_calon_mahasiswa_lulus_seleksi
jumlah_mahasiswa_baru_bukan_transfer
jumlah_mahasiswa_baru_transfer
jumlah_mahasiswa_total_mahasiswa_bukan_
transfer
jumlah_mahasiswa_total_transfer
jumlah_lulusan_bukan_transfer
jumlah_lulusan_transfer
ipk_lulusan_min
ipk_lulusan_rat
ipk_lulusan_mak
persentase_ipk<2.75
persentase_ipk2.75-3.50
persentase_ipk>3.50
<pi>
<pi>
Variable characters (10)
Variable characters (4)
Variable characters (4)
Variable characters (4)
Variable characters (4)
Variable characters (4)
Variable characters (4)
Variable characters (4)
Variable characters (4)
Variable characters (4)
Variable characters (4)
Decimal (3)
Decimal (3)
Decimal (3)
Number
Number
Number
<M>
<M>
Identifier_1 <pi>
Relationship_18
Relationship_19
jumlah mahasiswa reguler
tahun_masuk
tahun_angkatan
jumlah_mahasiswa
<pi>
<pi>
Variable characters (4)
Variable characters (4)
Variable characters (4)
<M>
<M>
Identifier_1 <pi>
Relationship_17
tanggapan Variable characters (10)
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 7, NO. 2, Oktober 2015,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
877
3.3. Hasil Perancangan Desain dan Layout
Pengaturan menu dashboard untuk desain dashboard akan ditampilkan dalam 2
halaman utama berdasarkan kategori analisis yang akan dilakukan. Halaman pertama berisi
evaluasi hasil penilaian dari Borang IIIA (gambar 3a) dan evaluasi nilai capaian dari tiap
standar (Gambar 3b). Pada ini terdapat beberapa komponen yang dibangun berdasarkan KPI
yang telah ditentukan sebelumnya. Komponen gauge ini berfungsi untuk memberikan
informasi mengenai hasil penilaian Borang IIIA yang diperoleh dibandingkan dengan hasil
penilaian maksimum yang dapat diperoleh dari Borang IIIA.
Untuk membangun komponen gauge hasil penilaian Borang IIIA tahapan yang
dilakukan adalah menghitung jumlah nilai capaian dari 7 standar dibagi dengan jumlah
maksimal nilai yang bisa dicapai dari 7 standar yang ada dan hasilnya dikalikan 100%.
Sedangkan komponen Gauge Nilai Capaian Tiap Standar berfungsi untuk memberikan
informasi mengenai hasil penilaian dari Standar 1 sampai dengan Standar 7 gdibandingkan
dengan nilai maksimum yang dapat diperoleh dari tiap standar tersebut. Contoh dari gauge
chart nilai capaian dari standar 3 dapat dilihat pada gambar 3b.
Halaman kedua berisi evaluasi nilai tiap deskripsi elemen penilaian. Pada halaman
Standar 3 terdapat beberapa komponen. Komponen Tabel Nilai Tiap Deskripsi Elemen
Penilaian yang berisi Deskripsi Elemen Penilaian, Nilai yang dicapai, Bobot penilaian, Alasan
kenapa diperoleh nilai yang dicapai, Nilai akhir yang diperoleh dari Nilai yang dicapai dikali
dengan Bobot penilaian, dan Harkat dan Peringkat. Untuk membangun komponen tabel “Nilai
Tiap Deskripsi Elemen Penilaian Tiap Standar” khususnya standar 3 tahapan yang dilakukan
adalah penghitungan data-data yang diinputkan pada tabel profil_mahasiswa,
jumlah_mahasiswa_reguler, lulusan, dan tanggapan_pengguna. Penghitungan tersebut
berdasar pada Buku IIIA – Borang Program Studi dan Buku VI – Matriks Penilaian
Instrumen Akreditasi Program Studi Sarjana. Setelah itu nilai yang dihasilkan dari
penghitungan tadi diupdate pada atribut nilai yang terdapat pada tabel nilai_capaian. Untuk
KPI yang bersifat kualitatif, nilai dapat diinputkan secara manual pada fitur penginputan skor
yang ada pada sistem nantinya. Dan nilai tersebut diupdate secara otomatis pada atribut nilai
yang terdapat pada tabel nilai_capaian.
Komponen Donut Chart Persentase Harkat dan Peringkat Nilai Deskripsi Elemen
Penilaian bertujuan untuk menghitung persentase dan jumlah deskripsi elemen penilaian yang
memiliki nilai sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Pengkatagerioan ini
berdarkan harkat peringkat yang ada pada matriks penilaian BAN-PT. Komponen donut chart
dapat dilihat pada gambar 3c.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 7, NO. 2, Oktober 2015,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
878
Gambar 3. Desain layout Dashboard. (a) Gauge Hasil Penilaian Borang IIIA. (b) Gauge Nilai
Capaian untuk tiap standar. (c) Donut Chart Harkat dan Peringkat Deskripsi
Elemen Penilaian pada salah satu Standar
3.4. Hasil Pembangunan Sistem
Pada tahap pembangunan sistem, hasil dari perancangan database, hasil penentuan
presentation model diimplementasikan dalam bentuk source code program. Hasil dari tahap
pembangunan sistem berupa program dapat dijalankan. Sistem dashboard akreditasi disajikan
dalam bentuk web based dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP. Kerangka aplikasi
dibuat berdasarkan presentation model tiap KPI dan pengaturan menu dan desain layout yang
sudah didefinisikan sebelumnya. Screenshoot dari sistem yang dibangun bisa dilihat pada
gambar 4.
3.5. Hasil Pengujian dan Evaluasi Sistem
Pengujian sistem menggunakan functional testing dilakukan dengan membandingkan
antara nilai yang dihitung secara manual dan nilai yang dihasilkan dari sistem. Contoh
pengujian sistem dapat dilihat pada tabel 2. Pengujian dilakukan dengan memberi input data
dummy pada database sehingga data hasil yang diharapkan bisa ditentukan, data hasil yang
diharapkan tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil yang dihasilkan oleh sistem.
Dipastikan bahwa semua fungsi dari sistem telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan functional testing dapat disimpulkan bahwa
seluruh fitur pada sistem dashboard akreditasi telah berjalan dengan baik dan benar. Hal ini
dibuktikan dari hasil yang ditampilkan pada sistem dashboard sudah sesuai dengan hasil yang
diharapkan dari penghitungan secara manual oleh peneliti.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 7, NO. 2, Oktober 2015,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
879
Pengujian sistem selajutnya adalah User Acceptance Testing (UAT). Kriteria penerimaan
program ditentukan terlebih dahulu, dalam penelitian ini kriteria yang diujikan adalah
functional correctness and completeness serta usability. Simulasi dilakukan secara langsung
kepada yang nantinya akan menggunakan program. Hasil dari UAT berupa rekapitulasi hasil
pengisian kuisioner dapat dilihat pada gambar 5. Menurut hasil pengujian menggunakan user
acceptance testing kedua responden menyatakan bahwa fitur yang ada dalam sistem
dashboard berjalan dengan baik dan sudah lengkap. Hal ini dapat dibuktikan dari persentase
jumlah jawaban sangat setuju pada hasil rekapitulasi kuesioner bagian 1 (functional
corectness and completeness) sebesar 87.5%. Sedangkan hasil rekapitulasi kuesioner bagian 2
(usability) kedua responden menyatakan bahwa informasi yang ada pada sistem dashboard
mudah untuk dimengerti.
Tabel 2. Uji Coba Fungsional Sistem Uji Coba Penghitungan Hasil yang diharapkan Hasil yang ditampilkan
Deskripsi Elemen
Penilaian pada Standar 3
“Rasio calon mahasiswa
yang ikut seleksi : daya
tampung”
Jumlah calon mahasiswa
reguler selama 5 tahun
akademik terakhir dibagi
dengan jumlah daya
tampung 5 tahun akademik
terakhir
Rasio : 6
Nilai : 4.00
Nilai akhir : 7.80
Alasan : Rasio calon
mahasiswa yang ikut seleksi :
daya tampung = "rasio >= 5
Harkat dan Peringkat : Sangat
Baik
Rasio : 6
Nilai : 4.00
Nilai akhir : 7.80
Alasan : Rasio calon mahasiswa
yang ikut seleksi : daya tampung =
"rasio >= 5
Harkat dan Peringkat : Sangat
Baik
Gambar 4. Tampilan sistem dashboard
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 7, NO. 2, Oktober 2015,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
880
Tabel 3. Hasil pengujian Functional Correctness and Completeness No Daftar Pertanyaan Jumlah Jawaban
STS TS S SS
1. Apakah menu dropdown untuk memilih tahun akreditasi yang ada pada
halaman utama Sistem Dashboard Akreditasi berjalan dengan baik dan sudah
lengkap?
0 0 1 1
2. Apakah visualisasi grafis yang menampilkan hasil penilaian borang IIIA pada
halaman utama Sistem Dashboard Akreditasi berjalan dengan baik dan sudah
lengkap?
0 0 0 2
3. Apakah visualisasi grafis yang menampilkan hasil penilaian tiap standar pada
halaman utama sistem dashboard berjalan dengan baik dan sudah lengkap? 0 0 0 2
4. Apakah tombol “detail” untuk melihat halaman sistem dashboard per standar
berjalan dengan baik dan sudah lengkap? 0 0 0 2
5. Apakah menu drilldown untuk melihat halaman sistem dashboard tiap standar
berjalan dengan baik dan sudah lengkap? 0 0 0 2
6. Apakah menu drilldown untuk menginputkan nilai dan alasan tiap standar
berjalan dengan baik dan sudah lengkap? 0 0 0 2
7. Apakah menu dropdown untuk memilih tahun akreditasi pada halaman sistem
dashboard tiap standar berjalan dengan baik dan sudah lengkap? 0 0 2 0
8. Apakah visualisasi grafis yang menampilkan persentase jumlah kategori
elemen pada halaman sistem dashboard tiap standar berjalan dengan baik dan
sudah lengkap? 0 0 0 2
9. Apakah tombol detail kategori elemen dan tombol detail semua nilai pada
halaman sistem dashboard tiap standar berjalan dengan baik dan sudah
lengkap? 0 0 0 2
10. Apakah visualisasi tabel yang menampilkan deskripsi elemen penilaian, nilai,
bobot, alasan, dan nilai akhir pada halaman sistem dashboard tiap standar berjalan dengan baik dan sudah lengkap?
0 0 0 2
11. Apakah tombol “detail tabel” untuk melihat visualisasi tabel-tabel pada borang Standar 3 sampai dengan Standar 7 berjalan dengan baik dan sudah
lengkap?
0 0 0 2
12. Apakah fitur untuk menginputkan nilai dan alasan tiap standar berjalan
dengan baik dan sudah lengkap? 0 0 0 2
Total Jawaban 0 0 3 21
Total Pertanyaan 24
Persentase 0% 0% 12.5% 87.5%
Gambar 5. Hasil pengujian usability
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 7, NO. 2, Oktober 2015,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
881
4. Kesimpulan
Penelitian ini memiliki hipotesis bahwa sistem dashboard dapat memberikan
gambaran tentang posisi nilai akreditasi program studi, sehingga pihak managemen program
studi dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan dan memperbaiki kondisi progam
studi sehinga bisa mendapat nilai yang maksimal. Sistem dashboard dibuat berdasarkan
panduan penilaian yang dikeluarkan oleh BAN-PT, kebutuhan data perlu dicatat dalam sistem
sehingga bisa menghasilkan sistem yang merepresentasikan hasil yang sebenarnya. Model
presentasi dan layout juga dirancang sehingga penguna mudah memahami informasi secara
cepat. Sistem diuji fungsionalitasnya untuk memastikan perhitungan dalam sistem telah benar.
Selain itu dilakukan simulasi pengunaan sistem ini kepada stakeholder program studi untuk
melihat apakah sistem ini telah memenuhi kaidah Functional Correctness and Completeness
serta aspek usability. Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan bahwa sistem dashboard berjalan
dengan baik dan sudah lengkap, serta perpotensi untuk meningkatkan monitoring kinerja
dalam program studi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] BAN-PT. Buku V Pedoman Penilaian Instrumen Akreditasi Program Studi Sarjana.
Jakarta: BAN-PT. 2008.
[2] BAN-PT. Buku II Standar dan Prosedur Akreditasi Institusi Perguruan. Jakarta: BAN-PT.
2008.
[3] Surendro K. Pemanfaatan Enterprise Architecture Planning untuk Perencanaan Strategis
Sistem Informasi. Jurnal Informatika. 2007 Jul 4;8(1):pp-1.
[4] Fakih A, Raharjana IK, Zaman B. Pemanfaatan Teknologi Fingerprint Authentication
untuk Otomatisasi Presensi Perkuliahan. Journal of Information Systems Engineering and
Business Intelligence. 2015 Nov 5;1(2):41-8.
[5] Susila CB, Triyono RA. Sistem Informasi Nilai Mahasiswa Berbasis Sms Gateway Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah Pacitan. Speed-Sentra Penelitian
Engineering dan Edukasi. 2013 Dec 6;7(3).
[6] Hariyanti E. Pengembangan metodologi pembangunan information dashboard untuk
monitoring kinerja organisasi. e-Indonesia Initiative. Bandung. 2008.
[7] Lienita, I. M.. Desain dan Analisis Prototype Dashboard Institusi Berdasarkan BAN-PT
(Studi Kasus: INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM). Telkom University:Skripsi. 2013
[8] Bedi SS, Dayton TW, Stephen B. Using a Dashboard Report Card to Monitor and Report
Institutional Performance. Finding Common Ground: Quality Assurance, Quality
Improvement. 2008;4.
[9] Saputro FC, Anggraeni W, Mukhlason A. Pembuatan Dashboard Berbasis Web Sebagai
Sarana Evaluasi Diri Berkala untuk Persiapan Penilaian Akreditasi Berdasarkan Standar
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Jurnal Teknik ITS. 2012 Sep 11;1(1):A397-
402.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 7, NO. 2, Oktober 2015,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
882
[10] Bambang H, Arie AS. The Development Methodology Of Operational Dashboard As A
Tool For Organizational Performance Monitoring (A Case Study: Telkom Polytechnic).
Inproceedings intl conf information system business competitiveness 2012 Sep 18.
[11] Eckerson, W. W. Performance dashboards: measuring, monitoring, and managing your
business. New Jersey: John Wiley & Sons: Inc. 2010
[12] BAN-PT. Buku VI Standar dan Prosedur Akreditasi Institusi Perguruan. Jakarta: BAN-
PT. 2008.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
883
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI KREDIT MIKRO MAHASISWA
BERBASIS WEB
Lasminiasih1, Sandhi P2, Ali Akbar3,Miftah Andriansyah4, Rooswhan B. Utomo5
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Fakultas Sistem Informasi Universitas Gunadarma
Email: [email protected]
Abstract
Micro-credit is one of the students to development and increase the entrepreneurship spirit. In order to increase
the entrepreneurship spirit of students in need a system that is very adequate in increasing the number of
entrepreneurs. Information systems are important and should be owned by every organization. The purpose of
microcredit student information system is designed to make it easy for management and users in the course of
microcredit entrepreneur. The method used in this research is descriptive method by observation and interviews.
The tool used is a flowchart and DFD. Results from this study is the use of micro-credit information systems can
provide solutions speed, precision and accuracy in performing data processing micro-credit students in order to
get optimal results.
Keywords: Information system, Mickro credit, Students
Abstrak
Kredit mikro mahasiswa merupakan salah satu tempat untuk mengembangan dan meningkatkan jiwa
kewirausahaan. Untuk dapat meningkatkan jiwa kewirausahaan mahasiswa di butuhkan sistem yang sangat
memadai dalam meningkatkan jumlah wirausaha. Sistem Informasi merupakan hal yang penting dan harus di
miliki oleh setiap organisasi. Tujuan sistem informasi kredit mikro mahasiswa ini dirancang adalah untuk
memudahkan bagi pengelolaan dan pengguna dalam menjalankan kegiatan kredit mikro wirausaha. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif dengan melakukan observasi dan
wawancara. Alat yang digunakan adalah flowchart dan DFD. Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan
sistem informasi kredit mikro dapat memberikan solusi kecepatan, ketepatan dan keakuratan dalam
melaksanakan pengolahan data kredit mikro mahasiswa agar mendapat hasil yang optimal.
Kata Kunci : Sistem Informasi, Micro Kredit, Mahasiswa.
1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi di era modern saat ini mengalami kemajuan yang sangat
pesat, dimana setiap orang dapat menemui berbagi teknologi di berbagai bidang di sekitar
kehidupan manusia yaitu salah satunya adalah dengan adanya teknologi informasi. Teknologi
informasi merupakan suatu alat yang dapat memberikan suatu informasi kepada penggunanya
untuk memperoleh data atau informasi yang dapat mendukung ketepatan dalam mengambil
keputusan dengan menggunakan teknologi yang tepat guna. Teknologi informasi saat ini
memiliki pengaruh yang sangat luar biasa bagi semua bidang seperti di bidang usaha, dan
selama ini yang sering kita jumpai adalah sistem kredit mikro dalam perbankan yang telah
menyalurkan dananya untuk usaha kecil menengah (UKM). Tantangan bagi dunia usaha,
terutama pengembangan UKM, mencakup aspek yang luas, antara lain: 1) Peningkatan
kualitas SDM dalam hal kemampuan manajemen, organisasi dan teknologi. 2) Kompetensi
Kewirausahaan. 3) Akses yang lebih luas terhadap permodalan. 4) Informasi pasar yang
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
884
transparan. 5) Faktor input produksi lainnya. 6) Iklim usaha yang sehat yang mendukung
inovasi, kewirausahaan dan praktek bisnis serta persaingan yang sehat [2]. Dalam dunia usaha
khususnya pada usaha kecil menengah (UKM) tidak dapat terlepas dari perbankan dan kredit
mikro. Kredit mikro merupakan sistem pembiayaan yang dilakukan oleh usaha kesil
menengah (UKM) dengan mengunakan jasa lalu lintas perbankan yang digunakan untuk
pembiayaan unit usaha. Untuk mengetahui kinerja pembayaran cicilan kredit, baik yang
dilakukan perorangan maupun kelompok maka perbankan harus memiliki sistem informasi
yang dapat mempermudah dalam mengakses proses pembiayaan. Sistem kredit mikro tidak
hanya di gunakan dalam lalu lintas perbankan melainkan juga dapat dilakukan dalam sistem
pembiayaan wirausaha mahasiswa terutama di perguruan tinggi.
Untuk mendapatkan produk kredit mikro ini maka mahasiswa harus mengetahui
informasi tentang produk kredit mikro serta persyaratan yang harus di penuhi oleh seorang
nasabah yaitu mahasiswa. Hal ini dapat memicu tentang adanya tuntutan terhadap tersedianya
kemudahan-kemudahan informasi dan transaksi dalam perbankan yang memuat semuanya
serba instan. Konsep dalam perancangan sistem kredit dalam perbankan tersebuat akan di
aplikasikan ke dalam kredit mikro (dana bergulir) bagi mahasiswa hampir sama dengan
sistem kredit yang telah dilakukan oleh lembaga perbankan yaitu dengan melakukan transaksi
dengan menggunakan jaringan internet dengan menggunakan komputer yang berbasis web
sehingga dapat memudahkan nasabah yaitu mahasiswa untuk mengakses informasi dimana
saja dan kapan saja saat nasabah menginginkannya.
Selain itu dengan adanya teknologi ini dapat digunakan untuk memberikan informasi
kegiatan kredit yang dapat membantu mahasiswa dalam menyediakan informasi berdasarkan
kebutuhan kredit, persyaratan pendaftaran secara online tanpa harus dengan susah payah dan
membuang waktunya untuk datang ke lembaga yang memberikan layanan kredit tersebut di
perguruan tinggi. Disamping itu juga teknologi ini dapat digunakan untuk sebagai sarana dan
prasarana tempat menyimpan data atau mengarsipkan dan informasi dari kegiatan dari tahun-
ke tahun. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem kredit
mikro (dana bergulir) yang sudah berjalan dan merancang sistem informasi kredit mikro (dana
bergulir) pada mahasiswa Diploma Tiga Bisnis dan Kewirausahaan Universitas Gunadarma.
Perancangan adalah desain yang menentukan bagaimana suatu sistem akan
menyelesaikan apa yang mesti diselesaikan, dalam tahap ini menyangkut mengkonfigurasi
dari komponen perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu sistem sehingga setelah
instalasi dari sistem akan benar-benar memuaskan rancang bangun yang telah di tetapkan
pada akhir analisis sistem [3]. Sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu
dengan yang lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu [6].
Informasi yaitu data yang telah diorganisasi dan telah memiliki kegunaan dan manfaat [5].
Sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur normal dimana data dikumpulkan,
diproses menjadi informasi dan didistribusikan kepada para pengguna [1]. Perencanaan sistem
informasi merupakan bagian penting dalam suatu organisasi untuk menentukan kebutuhan
sistem informasi dalam kurun 3 hingga 5 tahun mendatang dan menuangkan ke dalam
rencana pengembangan sistem informasi [4]. Proses ini memperhatikan misi, sasaran, dan
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
885
strategi proses bisnis dan informasi yang dibutuhkan di organisasi dan kemudian dipakai
untuk mengidentifikasi dan memilih sistem informasi dan teknologi informasi yang perlu di
bangun dan disediakan beserta penjadwalan dan kebijakan-kebijakan yang diperlukan.
Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk memudahkan pengelola dan pengguna
dalam menjalankan kegiatan kredit mikro bagi mahasiswa di perguruan tinggi.
2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode deskriptif yaitu dengan
mengumpulkan data dan informasi di Pusat Bisnis dan Kewirausahaan Universitas
Gunadarma. Dalam pengambilan data peneliti melakukan dengan cara observasi secara
langsung terhadap bagian administrasi dan keuangan dan dilakukan dengan cara wawancara
secara langsung dengan bagian keuangan dan administrasi Pusat Bisnis dan Kewirausahaan
Universitas Gunadarma. Alat analisis yang digunakan adalah Flowchart (bagan alir)
merupakan representasi secara grafik dari satu algoritma atau prosedur untuk menyelesaikan
suatu masalah. DFD (Data Flow Diagram) adalah suatu diagram yang menggunakan notasi
untuk menggambarkan arus data sistem, yang penggunanya sangat membantu untuk
memahami secara logika, terstruktur dan jelas. Implementasi program menggunakan bahasa
PHP (hypertext preprocessor) yang merupakan program yang dikembangkan secara bersama
oleh para programmer. PHP dikembangkan khususnya untuk mengakses dan memanipulasi
data yang ada di database server opensource seperti MySQL [7].
3. Hasil dan Pembahasan
A. Sistem Kredit Mikro (Dana Bergulir) Mahasiswa
Analisis sistem adalah mengidentifikasi sistem yang sudah ada apakah terdapat
masalah yang telah terjadi pada sistem yang lama. Masalah dapat didefinisikan sebagai suatu
pertanyaan yang diinginkan untuk dipecahkan atau diselesaikan. Masalah yang terjadi pada
kegiatan kredit mikro (dana bergulir) di Pusat Bisnis dan Kewirausahaan Universitas
Gunadarma yaitu kegiatan tersebut masih menggunakan sistem secara offline untuk
menjalankan kegiatan kredit mikro dengan memasukkan dan mencatat data berupa laporan
keuangan dan keanggotaannya. Sistem adalah sekelompok yang unsur yang erat berhubungan
satu dengan yang lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu [6].
Dimana mahasiswa yang mengikuti kegiatan kredit mikro (dana bergulir) harus datang
langsung ke instansi dalam membayar dan mengumpulkan laporan keuangan, sehingga tidak
ada penyimpanan data yang efisien jika sewaktu-waktu berkas tersebut dibutuhkan. Untuk itu
dengan dirancangnya sistem informasi berbasis website diharapkan mahasiswa dan
administrasi yaitu pelaksana dapat mengakses secara langsung dan cepat melalui jaringan
internet kapanpun dan dimanapun berada tanpa harus datang langsung ke instansi yang
terkait.
Berikut ini adalah sistem informasi kredit mikro (dana bergulir) Diploma Tiga Bisnis
Kewirausahan Universitas Gunadarma secara online.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
886
Gambar 1. Flowchart Sistem Informasi Micro Kredit
Dari gambar diatas menunjukkan alur kegiatan kredit mikro mahasiswa Diploma Tiga
Bisnis dan Kewirausahaan secara online dimana kegiatan ini dimulai dari mahasiswa
mengajukan kredit, pembuatan proposal, mengajukan proposal, menjalankan usaha kredit
mikro, melakukan bimbingan usaha dan melaporkan laporan keuangan dengan menggunakan
media website.
B. Perancangan Sistem Informasi Wirausaha Mahasiswa
Setelah melakukan analisis system yang akan di buat peneliti kemudian melakukan
tahap selanjutnya yaitu dengan mendesain sistem yang menggambarkan bagaimana suatu
sistem di bentuk dengan menggambarkan, perencanakan dan pembuatan sketsa yang
mengatur elemen yang terpisah menjadi satu kesatuan yang berfungsi secara utuh dalam hal
ini menyangkut komponen perangkat lunak dan perangkat keras yang bekerja dalam sistem.
Untuk merancang sebuah system informasi maka memerlukan beberapa tahapan
perancangan sistem yaitu; perencanaan sistem, analisis sistem, perancangan sistem,
perancangan sistem secara terinci dan implementasi sistem. Dalam hal ini sistem dirancang
dengan menilai kebutuhan akan data yang perlu di simpan oleh sistem untuk itu digunakan
diagram DFD untuk mengambarkan kebutuhan akan data dan alur aliran data dalam sistem
informasi wirausaha mahasiswa.
Untuk dapat memlakukan pemodelan data pertama kali peneliti harus mengetahui
kebutuhan data dari sistem yang akan di bangun dengan cara menganalisis data dari dokumen
yang telah ada sebelumnya. Berikut ini adalah data yang di perlukan di dalam sistem setelah
dilakukan proses analisis dokumen yang ada Sistem informasi kewirausahaan mahasiswa di
dalamnya terdapat data sebagai berikut
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
887
Tabel 1. Informasi Sistem Kredit Mikro Mahasiswa
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa gambaran umum informasi yang terdapat
dalam sistem kewirausahaan mahasiswa yang ada setelah itu rancangan sistem yang ingin di
buat dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Sistem mampu menampilkan profile dari tiap-tiap mahasiswa yang terdaftar dalam
kewirausahaan mahasiswa termasuk didalamnya adalah alamat dan no telepon rumah
mahasiswa yang bersangkutan. Sehingga memudahkan komunikasi antara Pusat
Bisnis dan Kewirausahaan Universitas Gunadarma dengan mahasiswa yang terlibat
dalam pengajuan proposal usaha.
2. System mampu menampilkan proposal yang di ajukan oleh mahasiswa dan di
dalamnya juga termasuk siapa saja anggota dari proposal termasuk anggaran yang di
ajukan serta pihak yang terlibat dalam proposal termasuk didalamnya terdapat tanda
tangan dari kepala prodi dan dekan fakultas yang berwenang.
3. System dapat menampilkan laporan keuangan dan proposal yang telah di setujui
dalam hal ini juga system dapat menghitung secara otomatis berapa keuntungan atau
kerugian yang di derita dalam menjalankan kegiatan usaha kredit mikro
kewirausahaan setiap bulannya sesuai dengan lama pinjaman yang telah disepakai,
termasuk berapa besar dana yang telah di keluarkan dan dipergunakan untuk
pendanaan wirausaha.
Berikut ini adalah Data Flow Diagram (DFD) adalah sebagai alat pembuatan model yang
memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan
proses fungsional yang dihubungkan antara satu dengan yang lain berupa alur data, baik
secara manual maupun komputerisasi. Dalam hal ini sesuai dengan kebutuhan akan sistem
yang di inginkan oleh penguna, maka di buatlah gambaran sistem informasi kewirausahaan
mahasiswa yang mengambarkan aliran data yang terjadi dalam sistem. Berikut ini adalah
gambaran dari diagram konteks kredit mikro sebagai berikut.
Mahasiswa Proposal
1 Nama Mahasiswa 1 Judul Proposal
2 Npm Mahasiswa 2 Biaya Proposal
3 Kelas 3 Laporan Proposal
4 Alamat Mahasiswa 4 Anggota Proposal
5 Telepon Mahasiswa 5 Dosen Pendamping
6 Persetujuan Pimpinan Prodi
7 Persetujuan Pimpinan Fakultas
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
888
Gambar 2. Diagram Konteks
Diagram konteks hanya mengambarkan system dengan atribut yang terlibat dengan
sistem secara umum. Gambar diagram konteks juga memngambarkan siapa saja yang terlibat
dalam sistem informasi dalam hal ini penguna dari sistem informasi kewirausahaan
mahasiswa. Dengan adanya diagram konteks ini akan memudahkan kita dalam menganalisis
informasi apa saja yang harus di simpan dalam database dan untuk mengambarkan sistem
informasi wirausaha mahasiswa lebih dalam lagi maka di gunakan diagram level 0. Diagram
level 0 merupakan pemecahan dari diagram Konteks di dalam diagram ini memuat
penyimpanan data dan interaksi serta aluran informasi apa saja yang ada dalam sistem yang
nantinya digunakan untuk merancang baik itu basis data dan tampilan sistem secara
keseluruhan gambar 3 adalah gambar diagram level 0. Dari gambar diagram level 0 ini
peneliti dapat mengetahui tabel apa saja yang di butuhkan untuk membuat sistem informasi
kewirausahaan mahasiswa sehingga peneliti dapat merancang model database yang akan di
buat berdasarkan diagram level 0. Berikut adalah bentuk desain gambar diagram level 0
sistem informasi kewirausahaan mahasiswa.
Gambar 3. Diagram level 0 Sistem Informasi Wirausaha Mahasiswa
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
889
Gambar 4. Tabel dan Relasi Table Kredit Mikro
Pada desain model baik pada DFD dapat di ketahui bahwa terdapat 4 tabel database
yang di butuhkan yaitu : tabel mahasiswa, tabel proposal, tabel penawaran dan tabel laporan
keuangan. Pada sistem ini keseluruhan tabel tersebut terintegrasi ke dalam satu file database.
Untuk diskripsi tabel secara jelas akan di jelaskan sebagai berikut:
1. Tabel mahasiswa
Tabel ini berisikan informasi mengenai mahasiswa , yang berisikan profil mahasiswa
yang bersangkutan, selain itu dalam tabel mahasiswa ini juga terdapat keterangan
tentang proposal yang di ikuti yang bersangkutan dan jabatan mahasiswa di dalam
proposal yang bersangkutan
2. Tabel Penawaran
Tabel penawaran ini berisi informasi tentang proposal yang sedang di dalam proses
pengajuan di dalam proposal ini juga di tawarkan kepada anggota proposal. Disini
setiap user akan mendapatkan pemberitahuan jika ada proposal yang juga melibatkan
user yang bersangkutan. Dimana user juga harus menentukan apakah dia akan ikut
serta dengan proposal atau tidak.
3. Tabel Proposal
Tabel ini berisikan tentang pengajuan proposal usaha yang akan di ajukan kepada
admin dan dimana di dalamnya terdapat persyaratan secara rincian dan lengkap
tentang proposal usaha yang akan dijalankan.
4. Tabel Keuangan
Tabel ini berisikan tentang laporan keuangan yang berhubungan dengan kegiatan
kredit mikro wirausaha yaitu dengan mengajukan proposal usaha secara online.
Dengan adanya laporan keuangan mahasiswa melakukan pertanggungjawaban dalam
pengembalian dana.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
890
C. Tampilan Website Kredit Mikro Mahasiswa
Setelah dibuat program penelitian ini menghasilkan sebuah website dengan tampilan
sebagai berikut:
a. Tampilan Halaman Login
Halaman ini adalah halaman yang akan tampil saat pertama kali sistem di jalankan.
Halaman ini di buat untuk membatasi hak akses terhadap penguna sistem dengan
tujuan untuk keamanan sehingga tidak semua orang dapat mengakses sistem dan
hanya user yang terdaftar saja yang dapat mengakses sistem. Berikut ini adalah
tampilan halaman login sebagai berikut:
Gambar 5. Tampilan Halaman Login Kredit Mikro
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa halaman ini digunakan untuk user
mendaftarkan diri menjadi anggota kegiatan wirausaha kredit mikro sehingga tidak
semua orang dapat mengakses ke dalam sistem sebelum melakukan pendaftaran dan
mendapatkan ijin dari admin. Setelah mendapat persetujuan dari admin pengguna
atau user dapat mengakses sistem.
b. Tampilan Halaman Profil
Halaman ini adalah halaman yang menampilkan profil anggota mahasiswa kredit
mikro wirausaha. Berikut adalah tampilan halaman profil mahasiswa kredit mikro
sebagai berikut:
Gambar 6. Tampilan Halaman Profil Anggota Kredit Mikro Wirausaha
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
891
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa setelah user atau pengguna tendaftar di
sistem maka data angota tersebut akan tersimpan dan dapat dilihat oleh admin
sewaktu-waktu dibutuhkan. Selain itu dengan adanya profil maka dapat diketahu
siapa saja yang menjadi anggata kegiatan kredit mikro.
c. Tampilan Halaman Anggota
Dalam tampilan halaman anggota merupakan menampilkan data user atau pemakai
khususnya yang telah mendaftar sebagai anggota kegiatan kredit mikro wirausaha.
Karena kegiatan kredit mikro ini dilkukan dengan kelompok maka setiap pengajuan
proposal usaha bisa terdiri dari satu atau lebih anggotanya. Berikut ini adalah
tampilan halaman anggota wirausaha kredit mikro sebagai berikut:
Gambar 7. Tampilan Halaman Anggota Kredit Mikro Wirausaha
Dari gambar diatas adalah tampilan data anggota kredit mikro wirausaha harus
mengisi data diri dari masing-masing anggota yang akan menjalankan kegiatan kredit
mikro. Mulai dari nama, NPM, kelas dan status.
d. Tampilan Halaman Keluaran
Halaman keluaran merupakan menu dimana dalam kegiatan kredit mikro wirausaha
mahasiswa harus mengupload output dalam menjalankan kegiatan wirausaha dengan
sistem kredit mikro dengan menampilkan produk yang di jual dan kegiatan yang
lainnya. Berikut ini adalah tampilan halaman keluaran sebagai berikut:
Gambar 8. Tampilan Halaman Keluaran Kredit Mikro Wirausaha
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
892
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa halaman ini menampilkan hasil kegiatan
kredit mikro wirausaha mahasiswa dengan menampilkan produk usahanya. Dimana
dalam menu keluaran tersebut terdapat tempat mengupload foto suatu produk dengan
dibatasi ukuran maksimal file yang akan di upload.
e. Tampilan Halaman Laporan
Halaman laporan merupakan menu dimana mahasiswa yang menjalankan kredit
mikro wirausaha harus melaporkan laporan keuangan usaha setiap bulannya sebagai
bentuk pertanggungjawaban dalam pengembalian dana yang telah diberikan. Dan di
menu laporan keuangan ini admin dapat melihat kinerja suatu usaha mahasiswa yang
telah dijalankan. Berikut ini adalah tampilan menu laporan keuangan kredit mikro
sebagai berikut:
Gambar 9. Tampilan Halaman Laporan Keuangan Kredit Mikro Wirausaha
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa dalam laporan keuangan mahasiswa harus
mengisi laporan keuangan mulai dari laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
893
laporan arus kas. Dengan demikian admin akan mengetahui berapa jumlah
keuntungan atau kerugian yang dialami oleh mahasiswa kredit mikro.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat mengambil kesimpulan tentang sistem
informasi kredit mikro mahasiswa sebagai berikut:
1. Dengan adanya perancangan sistem informasi kredit mikro ini diharapkan dapat
dikembangkan menjadi suatu program untuk mengelola data mahasiswa yang
menjalankan kegiatan wirausaha kredit mikro dengan akurat, cepat dan efisien.
2. Dengan desin yang dihasilkan dapat diadopsi ke sejumlah sistem kredit mikro
mahasiswa di perguruan tinggi yang lain dengan tujuan untuk meningkatkan
jumlah wirausaha muda.
3. Dengan adanya sistem informasi kredit mikro berbasis web dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan dan mempermudah mahasiswa dalam mengakses
kegiatan kredit mikro mahasiswa.
Daftar Pustaka
[1] A Hall James. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. 2007.
[2] Haeruman, H. Peningkatan Daya Saing UKM untuk mendukung Program PEL. Makalah
seminar Peningkatan Daya Saing, Graha Sucofinfo Jakarta
[3] Jogiyanto Hartono. Analisis dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori
dan Praktik Aplikasi Bisnis. Edisi Ke Dua Yogyakarta: Andi Offset. 2005.
[4] Kadir, Abdul. Pengenalan Sistem Informasi.Yogyakarta: Andi Offset. 2014.
[5] Krismiaji. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi 2. Yogyakarta: STIE YKPN. 2005.
[6] Mulyadi. Sistem Akuntansi. Universitas Gajah Mada. Yogjakarta: Salemba Empat. 2001.
[7] Wahyono, Teguh. 36 Jam Belajar Komputer Pemrograman Web Dinamis dengan PHPS.
Elex Media. Komutindo. Jakarta. 2005.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
894
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI ASUHAN KEPERAWATAN BAGI
PENDERITA PNEUMONIA
Hamzah
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Respati Yogyakarta
Email: [email protected]
Abstract
Airway disease causes mortality and high disability worldwide. Pneumonia is a form of acute lower respiratory
tract infections are a serious lung diparenkim. Pneumonia patient handling of the role of care providers in
diagnosing and action. In addition to the services to the patients, nurses are required to document nursing
diagnoses by noting the diagnosis in writing but the majority of nurses working time is spent just to make a
written documentation of nursing diagnoses. Another factor is the quality of service is the skill of nurses in the
analysis of a study of the patient's problems also affect the management of patients at risk for fatal. The research
aims to design information systems wake of nursing care for patients with pneumonia that can assist nurses in
the analysis and study of patients according to the method of PES (problem etiology, sysmtom) and NANDA
nursing care standards. Development of Web-based applications with the capabilities of web responsive and
accessible to nurses with mobile devices at the time of assessment of patients in the field. The results are
expected to facilitate nurses in diagnosing patients and learning materials for prospective nurses as basic
competence in service to the community.
Keywords: Pneumonia, Nurses Care, Nursing, Patient, Responsive Web
Abstrak
Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi diseluruh dunia.
Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut diparenkim paru yang serius. Penanganan
penderita Pneumonia tidak terlepas dari peran petugas perawat dalam melakukan diagnosa dan tindakan.
Selain melakukan layanan kepada pasien, tenaga perawat wajib melakukan dokumentasi diagnosa keperawatan
dengan mencatat hasil diagnosa secara tertulis namun sebagian waktu kerja tenaga perawat dihabiskan hanya
untuk melakukan dokumentasi diagnosa keperawatan secara tertulis. Faktor lain kualitas layanan adalah
keterampilan tenaga perawat dalam melakukan analisa dari kajian masalah pasien juga berdampak pada
penanganan pasien yang beresiko fatal. Penelitian bertujuan merancang bangun sistem informasi asuhan
keperawatan bagi penderita pneumonia yang dapat membantu tenaga perawat dalam melakukan analisa dan
kajian pasien berdasarkan dengan metoda PES (problem etiologi, Sysmtom) dan standar asuhan keperawatan
NANDA. Pengembangan aplikasi berbasis Web dengan kemampuan responsive web dan diakses oleh tenaga
perawat dengan perangkat mobile pada saat pengkajian pasien dilapangan. Hasil penelitian diharapkan dapat
mempermudah tenaga perawat dalam melakukan diagnosa kepada pasien dan bahan pembelajaran bagi calon
tenaga perawat sebagai kompetensi dasar dalam pelayanan pada masyarakat.
Kata kunci : Pneumonia, Tenaga Perawat, Asuhan Keperawatan, pasien, responsive web
1. Pendahuluan
Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi
diseluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan
infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau didalam rumah sakit/pusat perawatan.
Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut diparenkim paru yang
serius dijumpai sekitar 15%-20%. Allanseto[1]. Di Indonesia, pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial
ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
895
napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran
hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian. Saat ini banyak sekali penyakit yang
baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh
virus, bakteri, dan lain sebagainya. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah
pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia
(lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan
tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat.
Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan
kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua
setiap tahun. Jeremy[2].
Kesehatan pada masyarakat tidak terlepas dari peran petugas dalam hal ini tenaga
perawat untuk memberikan layanan secara optimal pada rumah sakit atau puskesmas.Menurut
UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, mendefinisikan Perawat adalah mereka yang
memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu
yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Tugas perawat bukan
hanya semata-mata pada proses layanan kepada masyarakat namun juga berkewajiban
melakukan proses asuhan keperawatan dengan standar NANDA, bukan hanya pada kegiatan
layanan tetapi juga dokumentasi ketika memberikan penanganan pasien di Puskesmas ataupun
Rumah Sakit. Tingginya layanan kepada pasien berdampak tidak sepenuhnya dokumentasi
dapat dilakukan oleh petugas perawat secara maksimal apalagi dokumentasi/pencatatan
tersebut dilakukan secara manual atau tulis tangan. Kurangnya penguasaan standar NANDA
oleh petugas perawat juga berdampak pada tidak tepatnya dalam melakukan analisa hasil
pengkajian pasien berdampak pada kesalahan dalam melakukan rencana tindakan.
Perkembangan teknologi informasi khususnya perangkat lunak saat ini sudah banyak
dikembangkan untuk menunjang kegiatan/kerja di belbagai bidang dalam hal ini sistem
informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan adalah gabungan perangkat dan prosedur
yang digunakan untuk mengelola siklus informasi(mulai dari pengumpulan data sampai
pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan.Salah satu
pengembangkan sistem informasi kesehatan adalah sistem manajamen keperawatan. Sistem
Pakar merupakan salah satu bidang ilmu Kecerdasan Buatan.Sistem Pakar merupakan salah
satu dalam pengembangan sistem informasi yang berfungsi untuk menggantikan basis
pengetahuan seorang pakar/ahli untuk dapat memberikan solusi atas fakta-fakta yang
ada.Aplikasi sistem pakar saat ini sudah banyak dikembangkan dan diteliti khususnya dalam
diagnosa penyakit yang didasarkan pada diagnosa medis dalam hal ini diagnosa dokter seperti
dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan.
Agustina [3] dalam penelitiannya mengembangkan sistem pakar untuk mendiagnosa
penyakit Kista Ovarium dengan menggunakan metode Bayes pendekatan secara statistik
untuk menghitung trade off diantara keputusan yang berbeda-beda, dengan menggunakan
probabilitas dan biaya yang menyertai suatu pengambilan keputusan.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
896
Reisa [4] dalam penelitiannya mengembangkan sistem pakar untuk diagnosis penyakit
mata berdasarkan gejala-gejala penyakit dan menghasilkan solusi sesuai dengan hasil
diagnosis penyakitnya. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan sebanyak tujuh kali oleh
4 pengguna umum dengan masing-masing orang melakukan satu kali uji coba dan 1 pakar
dengan tiga kali uji coba didapatkan bahwa sistem pakar dapat mendeteksi semua jenis
penyakit yang telah didefenisikan. Wuryandari [5] dalam penelitiannya megembangkan
aplikasi sistem pakar untuk diagnose penyakit Diabetes Melitus menggunakan metode
Dhemster Shaper berdasarkan fungsi kepercayaan danpenalaran yang masuk akal yang
digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah (bukti) untuk
mengkalkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa.
Pengkajian hasil-hasil penelitian terkait pemanfaatan teknologi dalam diagnosa
penyakit yang sudah dilakukan lebih pada membahas pada metode-metode pelacakan untuk
dapat mendiagnosa secara tepat tetapi belum membahas tentang standar diagnosa yang
dilakukan. Sedangkan setiap petugas perawat dalam mendiagnosa pasien diharuskan mengacu
pada bahasa diagnosa dengan metode PES (Problem, Etiologi, Symtom) dan standar
NANDA. Dari uraian latar belakang permasalahan dalam diagnosa keperawatan dan dari
beberapa hasil penelitian , maka perlu adanya pengembangan perangkat lunak diagnosa
keperawatan dengan objek penelitian pada kasus penyakit Pneumonia. Tujuan penelitian
adalah merancang Rancang Bangun Sistem Informasi Asuhan Keperawatan untuk penderita
Pneumonia. Pengembangan perangkat lunak nantinya diharapkan hasil penelitian dapat
mempermudah bagi petugas perawat untuk mendiagnosa dan melakukan tindakan yang benar
pada saat memberikan layanan kepada masyarakat di Rumah Sakit dan Puskesmas. Hasil
akhir penelitian berupa karya ilmiah yang dipublikasikan untuk dapat dikembangkan dan
menjadi referensi pada penelitian lanjutan.
2. Metodelogi Penelitian
a. Desain Penelitian
Desain penelitian yaitu tahapan yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian untuk
mempermudah dalam melakukan penelitian. Desain Penelitian digambarkan seperti
gambar 1 :
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
897
b. Metode Pengumpulan Data
1. Studi Pustaka
Tahap ini merupakan tahapan pengompulan pengetahuan dari sumber buku, hasil
penelitian yang mendukung penelitian
2. Observasi
Melakukan pengamatan langsung dari proses asuhan keperawatan yang sedang
berjalan untuk dapat dilakukan kajian dalam pengembangan sistem
3. Wawancara
Melakukan wawancara langsung kepada orang-orang yang terlibat langsung
dalam proses asuhan keperawatan dan beberapa kasus yang ditangani
c. Metode Pengembangan Perangkat Lunak
Metode Pengembangan perangkat lunak ini nantinya menggunakan metode
pengembangan perangkat lunak dengan beberapa tahapan. Seperti pada gambar 2 :
Gambar 2. Metode Pengembangan Perangkat Lunak
d. Alat Penelitian
1. Hardware yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. PC
b. Printer
c. Koneksi Internet
2. Software yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Webserver : XAMPP
b. Browser
c. PHP Programming
d. PHP Designer
e. Bahan Penelitian
Bahan penelitian dalam objek penelitian ini adalah berbagai entitas menyangkut proses
asuhan keperawatan pada pneumonia yang meliputi :
1. Pedoman MTBS
2. Aturan-aturan terkait asuhan keperawatan
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
898
3. Dokumen diagnosa keperawatan
3. Hasil dan Pembahasan
A. Analisa Sistem
Kesehatan pada masyarakat tidak terlepas dari peran petugas dalam hal ini tenaga
perawat untuk memberikan layanan secara optimal pada rumah sakit atau
puskesmas.Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, mendefinisikan
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan. Tugas perawat bukan hanya semata-mata pada proses layanan
kepada masyarakat namun juga berkewajiban melakukan proses asuhan keperawatan
dengan standarNANDA, bukan hanya pada kegiatan layanan tetapi juga dokumentasi
ketika memberikan penanganan pasien di Puskesmas ataupun Rumah Sakit. Tingginya
layanan kepada pasien berdampak tidak sepenuhnya dokumentasi dapat dilakukan oleh
petugas perawat secara maksimal apalagi dokumentasi/pencatatan tersebut dilakukan
secara manual atau tulis tangan. Kurangnya penguasaan standar NANDA oleh petugas
perawat juga berdampak pada tidak tepatnya dalam melakukan analisa hasil pengkajian
pasien berdampak pada kesalahan dalam melakukan rencana tindakan.
B. Basis Pengetahuan
1. Rule
a. Hubungan Domain,class, diagnosis dan batasan karakteristik. Adapun hubungan
seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Hubungan Domain,class, diagnosis dan batasan karakteristik
b. Hubungan Tipe Class dan Class. Adapun hubungan seperti pada gambar 4.
Gambar 4. Hubungan Tipe Class dan Class
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
899
c. Hubungan Diagnosis dan Batasan Karakteristik. Adapun hubungan seperti pada
gambar 5.
Gambar 5. Hubungan Diagnosis dan Batasan Karakteristik
d. Hubungan Diagnosis dan klasifikasi Penyakit. Adapun hubungan seperti pada
gambar 6.
Gambar 6. Hubungan Diagnosis dan klasifikasi Penyakit
e. Hubungan Diagnosis dan Faktor Berhubungan. Adapun hubungan seperti pada
gambar 7.
Gambar 7. Hubungan Diagnosis dan Faktor Berhubungan
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
900
C. Perancangan Sistem
1. Model Proses
Gambar 8. Konteks Diagram
2. Model Data
Gambar 9. Relasi Tabel
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
901
D. Implementasi
Implementasi merupakan tahapan dari pengembangan sistem setelah dilakukan tahapan
rancangan dan coding sebelum dilakukan pengujian sistem. Adapun lingkup implementasi
aplikasi adalah sebagai berikut:
1. Spesifikasi Perangkat Lunak
Adapun spesifikasi perangkat lunak yang dibutuhkan dalam implementasi sistem adalah:
a. Web server (server)
b. DBMS MySQL (server)
c. Browser (client/host)
d. Smartphone dengan akses internet (client)
2. Spesifikasi Perangkat keras
Adapun spesifikasi perangkat keras yang dibutuhkan dalam implementasi sistem adalah:
a. PC Server
b. PC Client
c. Smartphone
E. Antarmuka Aplikasi
Aplikasi merupakan aplikasi berbasis web dan untuk dapat mengakses aplikasi
dibutuhkan browser (Mozilla firefox atau Google Chrome). Dalam uji coba aplikasi ini
aplikasi pada webserver dengan mengetikkan pada browser :
http://localhost/askeppneumonia. Pada halaman browser akan muncul seperti pada gambar
10.
Gambar 10. Halaman utama
1. Pengelolaan Basis Pengetahuan
Langkah awal dalam pengelolaan data basis pengetahuan (Domain, Class, Tipe Class,
Diagnosis, Batasan Karakteristik dan Faktor Berhubungan). Dalam proses pengelolaan
data basis pengetahuan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengolahan Data Domain, merupakan tahapan pendefenisian Domain yang terdapat
pada NANDA. Seperti pada gambar 11.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
902
Gambar 11. Pendefenisian Domain
b. Pengkajian Pasien, merupakan pencatatan batasan karakteristik dari pasien ketika
perawat melakukan suatu interview. Seperti pada gambar 12.
Gambar 12. Pencatatan batasan karakteristik dari pasien
c. Menampilkan hasil Diagnosis, merupakan langkah seorang perawat untuk menampilkan
hasil diagnosa . Seperti pada gambar 13.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
903
Gambar 13. Langkah seorang perawat untuk menampilkan hasil diagnosa
d. Menampilkan Rencana Tindakan, merupakan langkah seorang perawat untuk
menampilkan rencana tindakan. Seperti pada gambar 14.
Gambar 14. Langkah seorang perawat untuk menampilkan rencana tindakan
e. Menampilkan Tujuan Tindakan, merupakan langkah seorang perawat untuk
menampilkan rencana tindakan. Seperti pada gambar 15.
Gambar 15. Langkah seorang perawat untuk menampilkan tujuan tindakan
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
904
4. Kesimpulan
Setelah melalui tahapan perancangan, pembuatan dan implementasi dari hasil penelitian
yang sudah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari Hasil Pengembangan Aplikasi bahwa aplikasi dapat diakses melalui PC. Selain
dapat diakses melalui PC aplikasi juga dapat diakses melalui /Smartphone
2. Aplikasi dapat menampilkan hasil diagnosa dan tindakan berdasarkan PES.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Allansetto. 2013. Asuhan Keperawatan Pneumonia Pada Anak,
https://allanseto.wordpress.com/2013/04/13/asuhan-keperawatan-pneumonia-pada-anak/
akses 2 Januari 2015
[2] Jeremy P. 2007. At Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical
Series. Hal. 76-78
[3] Agustina, 2014, Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Kista Ovarium dengan
Menggunakan Metode Bayes, Jurnal Ilmiah Pelita Informatika Budi Darma, Vol VII No.
2 Agustus 2014, ISSN 2301-9425
[4] Reisa, R., 2013, Sistem Pakar Untuk Diagnosis Penyakit Mata, JSIKA, Vol II No. 2 2013,
ISSN 2338-137X
[5] Wuryandari. A, Trisnawati D, Aplikasi Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Diabetes
Melitus Menggunakan Metode Dhemster Shafer, Magistra No VIII Th XXV September
2013, ISSN 0215-9511
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
905
ANALISIS KERENTANAN DAN KEHANDALAN LAYANAN
JARINGAN CLOUD BERBASIS PLATFORM EUCALYPTUS
Yudhi Kusnanto
Teknik Komputer, STMIK Akakom Yogyakarta
Email: [email protected]
Abstract
Cloud computing is a computing paradigm that evolves from existing technology, such as grid computing,
virtualization and the Internet. Cloud computing provides an illusion of unlimited computing resources, which
can be accessed from anywhere, anytime. Despite the potential gains achieved from the cloud computing, the
model security is still questionable which hindered adoption. The security problem becomes more complicated
under the cloud model as new dimensions have entered into the problem scope related to the model architecture,
multi-tenancy, elasticity, and layers dependency stack. Eucalyptus-based cloud network services widely deployed
as private cloud infrastructure. Experiment on this paper focused on finding potential denial-of-service (DOS)
and the impact on ability to provide services during attack. We observe an increase on response time up to
2863.22% during attack to the web-based management service. Reducing average system load to an acceptable
level, help prevents disruption of the service, by implementing rate control and rate limit on cloud controller.
Keywords: cloud computing, network security, operating system, Eucalyptus
Abstrak
Cloud computing adalah sebuah teknologi yang mampu memberi ilusi sumber daya komputasi yang tak
terhingga, yang dapat diakses dari mana saja, kapan saja. Meskipun cloud computing berpotensi memberikan
manfaat yang besar, namun masalah keamanannya masih menjadi pertanyaan, yang mana menghambat adopsi-
nya. Persoalan keamanan pada cloud computing menjadi semakin rumit karena karakteristik cloud computing
yang khas seperti kelenturan alokasi sumber daya, dan pengguna yang jamak. Jaringan cloud berbasis platform
Eucalyptus banyak diterapkan pada fasilitas cloud privat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi
hambatan atas pelayanan jaringan cloud akibat serangan yang terarah (targeted attack), pada sistem jaringan
cloud berbasis platform Eucalyptus. Pengujian menunjukkan adanya peningkatan waktu respons hingga
2863,22% akibat serangan terarah terhadap layanan web administrasi. Penerapan pembatasan dan kendali laju
data (rate control, rate limit) pada penelitian ini merupakan solusi untuk mengurangi dampak serangan terarah.
Dengan langkah mitigasi ini peningkatan beban dapat dikendalikan sehingga tidak memengaruhi pelayanan.
Pengujian kerentanan menunjukkan layanan jaringan cloud berbasis platform Eucalyptus tidak memiliki
ancaman kerentanan yang berpotensi menjadi serangan keamanan.
Kata kunci: cloud computing; keamanan jaringan, sistem operasi, Eucalyptus
1. Pendahuluan
Teknologi Cloud Computing adalah suatu paradigma dalam teknologi komputasi yang
merupakan konvergensi dari teknologi komputasi tersebar (distributed computing), grid
computing, virtualisasi, Internet dan teknologi Web 2.0 yang semakin berkembang beberapa
tahun ini [1]. Teknologi ini menawarkan beragam manfaat, misalnya sumber daya komputasi
yang dapat dimanfaatkan sesuai permintaan (on-demand). Data-data yang tersimpan pada
sistem cloud dapat diakses dari manapun, kapanpun dan dari perangkat apapun sepanjang
terdapat sambungan dengan Internet.
Namun demikian persoalan keamanan dan privasi pada cloud computing masih menjadi
pertanyaan yang perlu dijawab dengan memuaskan karena akan mempengaruhi penerimaan
masyarakat. Persoalan menjadi semakin rumit karena arsitektur cloud computing
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
906
memungkinkan banyak penghuni (multi-tenancy), kelenturan alokasi sumber daya (elasticity)
dan susunan layanan yang bertingkat (inter-service dependency stack) [2]. Penelitian ini
dilakukan untuk mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan dengan keamanan layanan
jaringan pada sistem cloud: a) Mengidentifikasi ancaman keamanan dalam sistem cloud
computing yang berbasis platform EUCALYPTUS; b) Menetapkan prosedur mitigasi untuk
mengurangi kerugian saat mengalami serangan.
2. Infrastruktur Jaringan Cloud Berbasis Platform Eucalyptus
A. Penelitian Sebelumnya
Kajian oleh Jadeja & Modi [3] memberikan gambaran mengenai teknologi cloud
computing serta tantangan yang dihadapi. Penelitian yang dilakukan oleh Popović &
Hocenski [4], Morsy, Grundy & Müller [2], Wang [5] menunjukkan aspek-aspek keamanan
dan privasi yang perlu diperhatikan dalam layanan cloud computing. Pembahasan ditinjau dari
sudut pandang kepentingan pengguna dan penyedia jasa. Tanimoto dkk [6] membahas
keamanan jaringan cloud dalam rangka manajemen risiko. Szefer, Jamkhedkar, Chen & Lee
[7] menawarkan model perlindungan fasilitas pusat data (data center) secara fisik dan virtual
berdasarkan sensor fisik dan sensor cyber.
B. Arsitektur Keamanan Jaringan
International Telecommunication Union (ITU) Telecommunication Standardization
Sector (ITU-T) dalam rekomendasi ITU-T X.800 [8] memberikan batasan istilah “keamanan”
dalam arti mengurangi kerentanan dari suatu aset dan sumber daya. Aset adalah segala
sesuatu yang memiliki nilai (value). Kerentanan adalah setiap kelemahan yang dapat di-
eksploitasi sehingga mengganggu sistem atau informasi yang terdapat di dalam sistem.
Ancaman diartikan sebagai suatu potensi yang dapat mengganggu keamanan.
Secara umum, hal-hal berikut memerlukan perlindungan:
Informasi dan data (termasuk perangkat lunak dan password);
Layanan komunikasi dan pengolahan data; dan
Peralatan dan fasilitas.
Rekomendasi ITU-T X.805 [9] membahas tentang arsitektur keamanan jaringan untuk
urusan manajemen, pengendalian dan pemanfaatan atas infrastruktur, layanan dan aplikasi
jaringan. Arsitektur keamanan membagi secara logis fitur-fitur keamanan jaringan yang
kompleks menjadi komponen terpisah, yaitu: Dimensi keamanan (security dimensions); Lapis
keamanan (security layers); dan Bidang keamanan (security planes).
1. Dimensi keamanan
Dimensi keamanan adalah sejumlah langkah-langkah pengamanan yang dirancang
untuk mengatasi aspek tertentu dalam masalah keamanan jaringan. Terdapat delapan
dimensi keamanan menurut ITU-T X.805, yaitu: Access control; Authentication; Non-
repudiation; Data confidentiality; Communication security; Data integrity;
Availability; dan Privacy.
2. Lapis keamanan
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
907
Dimensi keamanan perlu diterapkan ke dalam suatu hierarki peralatan jaringan yang
disebut lapis keamanan. Lapis keamanan didefinisikan menjadi tiga macam, yaitu:
Lapisan Infrastruktur (Infrastructure Layer); Lapisan Layanan (Services Layer), dan
Lapisan Aplikasi (Application Layer). Lapis keamanan merupakan serangkaian solusi
yang memungkinkan jaringan yang aman, sedemikian rupa sehingga lapisan
infrastruktur memungkinkan lapisan layanan, dan lapisan layanan memungkinkan
lapisan aplikasi. Hal ini karena setiap lapis keamanan memiliki kerentanan keamanan
yang berbeda.
3. Bidang keamanan
Bidang keamanan adalah jenis aktivitas tertentu dalam jaringan yang dilindungi oleh
dimensi keamanan. Ada tiga bidang yang dilindungi, yaitu: Bidang Manajemen
(Management Plane), Bidang Kendali (Control Plane), dan Bidang Pengguna (End-
user Plane).
C. Ancaman Keamanan
Aspek keamanan akan meningkatkan biaya dan menambah kerumitan dalam
pemanfaatannya. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi atas setiap ancaman agar
diketahui jenis perlindungan yang diperlukan dan memberikan keseimbangan dengan
kemudahan penggunaannya. Suatu sistem memiliki kerentanan dalam berbagai bentuk namun
tidak semuanya dapat di-eksploitasi menjadi serangan. Hal ini karena si penyerang tidak
memiliki kesempatan atau hasil yang diperoleh tidak sebanding dan risiko terdeteksi [8].
Ancaman pada sistem komunikasi data (termasuk jaringan komputer) adalah:
Penghancuran informasi atau sumber daya lainnya;
Perusakan atau pengubahan/modifikasi informasi;
Pencurian, penghilangan informasi dan/atau sumber daya lainnya;
Pengungkapan informasi; dan
Penghentian layanan.
Ancaman dapat terjadi karena kesengajaan (intentional) misal, mencari kelemahan
kemudian mengeksploitasi-nya; atau kecelakaan (accidental) misal, software bugs dan
hardware failure; dan dapat dilakukan secara aktif (mengubah, mengganti, merusak
informasi) atau pasif (menyadap, surveillance, analisis trafik).
D. Strategi Pertahanan
Tindakan pengamanan memerlukan biaya dan berakibat berkurangnya kemudahan
pemanfaatan sistem. Semakin tinggi tingkat keamanan yang diterapkan, semakin sulit
pemanfaatannya. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian untuk menyeimbangkan antara
tingkat keamanan dan tingkat kemudahan atas suatu aset sesuai dengan nilai kepentingan aset
tersebut dan biaya yang ada. Upaya non-teknis seperti perlindungan asuransi, kadang kala
merupakan alternatif yang lebih murah dibanding pengamanan teknis semata.
E. Mitigasi
Persoalan keamanan jaringan tidak saja mempertimbangkan pencegahan dan pertahanan,
melainkan juga perlu mempersiapkan langkah-langkah mitigasi. Mitigasi diartikan sebagai
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
908
tindakan untuk mengurangi kerugian. Hal ini dengan kesadaran bahwa setiap gangguan selalu
berakibat kerugian baik dalam bentuk material/finansial maupun bentuk yang lain. Langkah
mitigasi diambil sesuai dengan jenis ancaman yang terjadi sebagaimana disajikan dalam
Tabel 1:
Tabel 1: Strategi mitigasi terhadap ancaman
Ancaman Mitigasi
Penghancuran informasi atau sumber daya lainnya cadangan alternatif, baik untuk
informasi maupun sumber daya lain Perusakan atau pengubahan (modifikasi) informasi
Pencurian, penghilangan informasi dan/atau sumber daya
lainnya
enkripsi, asuransi, asset tracking
Pengungkapan informasi logging, kendali akses
Penghentian layanan (denial-of-service, DoS) re-route, alternatif saluran
F. Cloud Computing
The National Institute of Standards and Technology (NIST), suatu badan pemerintah
Amerika Serikat, memberikan definisi cloud computing yang diuraikan ke dalam lima
karakteristik esensial, tiga model layanan dan empat model penerapan [10], yaitu:
1. Karakteristik esensial
a. On-demand self-service.
b. Broad network access
c. Resource pooling.
d. Rapid elasticity.
e. Measured service.
2. Model layanan
a. Software-as-a-Service (SaaS).
b. Platform-as-a-Service (PaaS).
c. Infrastructure-as-a-Service (IaaS).
3. Model penerapan
a. Public Cloud.
b. Private Cloud.
c. Community Cloud.
d. Hybrid Cloud.
Cloud Security Alliance (CSA) menambahkan sebuah karakteristik yang dianggap
esensial dalam sistem cloud [11], yaitu: Multi-Tenancy. Layanan cloud memungkinkan
banyak konsumen yang berbeda memanfaatkan infrastruktur yang sama.
Gambar 1 menampilkan visualisasi definisi cloud computing. Berdasarkan definisi
tersebut, pengertian cloud computing dapat disimpulkan sebagai suatu model layanan yang
memungkinkan akses ke suatu sumber daya komputasi sesuai keperluan, mudah digunakan,
yang dengan cepat dapat difungsikan atau dihentikan, tanpa perlu berinteraksi dengan
penyedia layanan.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
909
Gambar 1: Visualisasi definisi cloud computing
G. Platform Eucalyptus
Eucalyptus [12] merupakan suatu perangkat lunak berbasis Linux yang
mengimplementasikan private dan hybrid cloud ke dalam infrastruktur teknologi informasi
yang ada. Eucalyptus memungkinkan penyiapan semua sumber daya yang dimiliki
(hardware, storage dan network) secara swalayan sesuai keperluan. Eucalyptus dapat
diterapkan pada jaringan pusat data di lingkungan sendiri (on-premise data center), dimana
pengguna mengakses layanan melalui jaringan intranet.
1. Komponen
Platform Eucalyptus tersusun atas enam komponen. Hal ini dirancang agar penerapan
sistem Eucalyptus menjadi lebih fleksibel mengikuti berbagai konfigurasi pusat data
yang ada. Ke-enam komponen tersebut adalah: Cloud Controller (CLC), Walrus,
Cluster Controller (CC), Storage Controller (SC), Node Controller (NC) dan
sebagai pilihan, VMware Broker (Broker atau VB). Selain VMware Broker, setiap
komponen merupakan layanan web (web service) yang mandiri. Ilustrasi susunan
komponen Eucalyptus seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2: Komponen Eucalyptus [13]
2. Mode operasi
Managed Mode. Eucalyptus mengelola jaringan lokal dari semua VM instances
dan menyediakan semua fitur yang ada, yaitu VM network isolation, security
groups, elastic IP, dan layanan metadata.
Managed (No VLAN) Mode. Eucalyptus mengelola jaringan lokal dari semua VM
instances dan menyediakan semua fitur security groups, elastic IP dan layanan
metadata, kecuali VM network isolation. Hal ini memungkinkan root user dari satu
VM instance mengganggu trafik ethernet VM lain yang terhubung dengan switch
yang sama.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
910
System Mode. Eucalyptus hanya memberi alamat MAC untuk VM instance tanpa
alamat IP. Alamat IP untuk VM instance diperoleh dari server DHCP yang ada di
dalam jaringan. Kekurangannya adalah tiadanya fitur VM network isolation,
security groups dan elastic IP.
Static Mode. Sejenis dengan mode System namun alamat IP untuk VM instance
ditetapkan secara statis pada server DHCP yang dikelola Eucalyptus.
3. Fitur berjaringan
Eucalyptus dapat dibangun di atas instalasi jaringan komputer yang telah ada atau
berdiri sendiri. Pertimbangan pemilihan mode operasi didasarkan pada fitur-fitur yang
diinginkan. Tabel 2 menunjukkan fitur-fitur yang disediakan oleh Eucalyptus.
Tabel 2: Fitur berjaringan Eucalyptus
Fitur Uraian Mode
Elastic IP Sekumpulan alamat IP yang ditetapkan dapat diberikan pada
setiap VM instance secara dinamis. Dengan demikian
pengguna dapat menjalankan layanan dalam sistem cloud.
Managed
Managed (No
VLAN)
Security-groups Sekumpulan tata-aturan yang mengatur akses ke setiap VM
instances yang tergabung dalam satu kelompok. Dalam
keadaan default, akses ke VM instance dari jaringan adalah
ditolak.
Untuk membuka akses jaringan, digunakan perintah euca-
authorize.
Managed
Managed (No
VLAN)
VM isolation Trafik jaringan antar VM instances dalam satu kelompok
keamanan (security group) yang sama selalu terbuka.
Eucalyptus dapat memisahkan trafik jaringan dari kelompok
keamanan yang berbeda, dengan memberikan tag VLAN yang
berbeda. Dengan fitur ini, dapat dicegah adanya penyadapan
oleh pihak lain meskipun masih dalam hypervisor yang sama.
Managed
DHCP server Pemberian alamat IP pada mode System, dilakukan oleh
DHCP server yang ada di jaringan.
Static
Managed
Managed (No
VLAN)
4. Antarmuka manajemen
Pengelolaan platform cloud merupakan kegiatan yang penting agar diperoleh kinerja
yang optimal. Semua layanan pengelolaan disediakan oleh CLC yang tidak saja
menyajikan informasi mengenai sistem cloud namun juga memberikan layanan untuk
mengelola semua sumber daya cloud (server, storage dan network).
Web-based Management Console (WBMC). Dengan layanan berbasis web,
pengguna cukup menjalankan aplikasi penjelajah web (web browser) untuk
melakukan pengelolaan cloud.
Command-line Interface (CLI). Eucalyptus juga menyediakan layanan yang dapat
diakses secara programatik. Layanan CLI diakses menggunakan program aplikasi
khusus yang telah disediakan.
H. Sistem Operasi KALI Linux
Untuk melakukan pengujian keamanan sistem secara sistematis dan otomatis, telah
tersedia distribusi Linux yang khusus dibangun untuk keperluan itu. Distribusi tersebut adalah
Kali Linux yang dikembangkan oleh komunitas penggiat masalah keamanan dan tersedia
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
911
bebas di Internet. Kali Linux mengandung aplikasi-aplikasi yang bermanfaat untuk berbagai
keperluan pengujian sistem, antara lain adalah aplikasi wireshark, OpenVAS dan zenmap.
Aplikasi lainnya dikelompokkan ke dalam beberapa kategori/menu yaitu Information
Gathering; Vulnerability Analysis; Web Applications; Password Attacks; Wireless Attacks;
Exploitation Tools; Sniffing/Spoofing; Maintaining Access; Reverse Engineering; Stress
Testing; Hardware Hacking; Forensic Tools; dan Reporting Tools.
Dalam suatu sistem operasi terdapat aplikasi untuk keperluan administrasi dan
pengelolaan sistem. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan sebagai alat yang efektif untuk tugas
pengujian sistem. Salah satu aplikasi untuk pemeliharaan sistem operasi adalah sar. sar
merupakan suatu program bantu untuk mengumpulkan dan merekam data-data unjuk-kerja
yang dihasilkan oleh kernel sistem operasi. Data tersebut dapat disajikan langsung di layar
monitor atau disimpan ke dalam suatu berkas untuk analisis lebih lanjut. Aplikasi lainnya
adalah wget yaitu program untuk mengunduh data (objek) dari Internet dan menyimpannya
langsung ke komputer menggunakan protokol HTTP.
3. Perancangan Dan Implementasi Test-bed
A. Rancangan Arsitektur Jaringan
Secara ideal rancangan arsitektur jaringan cloud dalam penelitian ini seperti ditunjukkan
pada Gambar 3.
Gambar 3: Diagram umum jaringan test-bed
Sistem Eucalyptus disusun dalam konfigurasi menggunakan dua unit server, satu unit
sebagai Cloud Controller (CLC) sedangkan lainnya sebagai Node Controller (NC). CLC
merupakan “beranda” dari sistem cloud dan wajib memiliki sambungan dengan Internet
sementara NC cukup memiliki sambungan dengan CLC (CC) melalui jaringan privat.
B. Skenario Pengujian
Dalam penelitian ini, pengujian diterapkan pada lapis infrastruktur jaringan cloud yang
berbasis Eucalyptus. Dengan demikian model-model ancaman yang tidak relevan terhadap
operasional sistem cloud sengaja ditinggalkan. Secara default, sistem Eucalyptus telah
memiliki fitur pertahanan yang dapat mencegah beberapa jenis ancaman seperti penerapan
enkripsi pada layanan manajemen, penghalangan/penyaringan (blocking/filtering) paket data
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
912
yang menuju ke VM instances dan pemisahan jaringan secara virtual untuk setiap kelompok
VM dengan menerapkan VLAN tagging (dalam mode MANAGED).
Realisasi infrastruktur test-bed diwujudkan dalam kombinasi peralatan fisik dan
pemanfaatan teknologi virtualisasi. Hal ini merupakan siasat (workaround) untuk mengatasi
kekurangan peralatan yang diperlukan dalam pengujian. Bagian yang diwujudkan secara fisik
adalah NC dan sambungannya ke CLC (jaringan privat), sedangkan konstelasi jaringan publik
(CLC, router, penguji, LAN) diwujudkan dengan memanfaatkan teknologi virtualisasi pada
sebuah komputer, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4: Realisasi jaringan publik dalam test-bed
1. Uji kerentanan
Pengujian untuk mengidentifikasi celah-celah keamanan sistem cloud dari luar
fasilitas. Percobaan ini didasarkan pada riwayat yang tercatat pada basis-data
kerentanan (vulnerability database). Sasarannya adalah lapisan infrastruktur
(infrastructure layer), lapisan layanan (services layer) dan lapisan aplikasi
(applications layer) dalam sistem cloud..
2. Uji kehandalan layanan web administrasi
Ancaman terhadap sistem cloud tidak saja yang berdampak pada kerusakan atau
kebocoran informasi namun juga terhentinya layanan akibat serangan. Hal ini
merupakan salah satu indikator kualitas layanan yang disediakan, yaitu jaminan
ketersediaan layanan. Pengujian kehandalan ditujukan untuk mengetahui potensi
denial-of-services (DoS) atas layanan yang disediakan yaitu layanan web, port
8443/HTTPS. Pemasangan layanan HTTPS memanfaatkan teknik SSL sehingga setiap
komunikasi dengan pengguna/klien akan meningkatkan beban server. Untuk
pengujian ini, jaringan cloud tidak diwujudkan dalam model virtualisasi, namun dalam
konfigurasi fisik seluruhnya. Diagram jaringan untuk pengujian ini ditunjukkan pada
Gambar 5.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
913
Gambar 5: Diagram untuk pengujian kehandalan
Pengujian dilakukan dengan menggunakan perangkat thc-ssl-dos [14] yang telah
dimodifikasi untuk keperluan pengujian pada penelitian ini. Modifikasi dilakukan untuk
memberi pilihan lama pengujian (dalam detik), dan dapat menampilkan tanda-waktu (time-
stamp) untuk kemudahan analisis. Variasi serangan dilakukan dengan mengubah waktu/lama
serangan dan jumlah penyerang. Pengukuran waktu respons layanan dilakukan di NC yaitu
dengan mencatat total waktu yang diperlukan untuk mengambil semua objek pada halaman
awal (login page) termasuk gambar-gambar dan skrip web (Javascript dan CSS). Perangkat
untuk pengamatan menggunakan program wget sedangkan pengukur waktunya
memanfaatkan fasilitas yang tersedia dalam shell Bash. Skrip pengujian menggunakan bahasa
pemrograman shell Bash, baik untuk pengendalian, penyerangan maupun pengamatan.
Sinkronisasi isyarat dilakukan dengan semafor dengan acuan waktu yang diberikan oleh
penyerang.
4. Hasil Pengujian Dan Analisis
A. Pengujian Operasional
1. Koneksi jaringan
Pengujian koneksi dilakukan dengan menjalankan program ping dan traceroute dari
CLC dan Penguji ke NC serta sebaliknya. Status keluaran masing-masing program
menandakan adanya koneksi dan kesiapan infrastruktur jaringan.
2. Pengujian sistem Eucalyptus
Sistem cloud Eucalyptus mendefinisikan pelanggannya sebagai “Account” dan di
dalamnya terdapat beberapa “User”. Secara default, instalasi Eucalyptus akan
membuat account eucalyptus dan user admin. Akun ini merupakan akun untuk
keperluan administrasi sistem cloud secara keseluruhan. Untuk keperluan non-
administratif (penggunaan layanan), perlu dibuat akun lainnya. User admin secara
otomatis dibuat setiap kali sebuah akun diaktifkan. User admin inilah yang digunakan
ketika masuk ke dalam sistem cloud. Password yang diisi-kan pada saat pendaftaran,
melekat pada user admin.
Layanan web administrasi digunakan untuk mengetahui dan mengelola akun. Selain itu,
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
914
juga digunakan untuk membuat kunci akses ke dalam sistem cloud secara programatik. Kunci
berupa sertifikat ini, akan digunakan untuk menyandikan saluran komunikasi dengan server
dan otorisasi akses.
B. Pengujian Kerentanan
1. Pengumpulan informasi
Layanan yang tersedia pada CLC relatif sedikit dan sebagian besar diatur hanya melayani
internal cloud. Hanya layanan SSH (remote access) dan web pada port TCP/8443/HTTPS
yang aktif untuk publik (layanan HTTP pada port TCP/8080 akan mengalihkan permintaan
ke layanan TCP/8443/HTTPS). Tabel 3 menunjukkan layanan-layanan yang terdeteksi
pada CLC.
2. Potensi kerentanan
Layanan web pada port 8443/HTTPS dibangun memanfaatkan program yang telah tersedia
dalam bahasa Java, yaitu Mortbay Jetty versi 6.1.x. Dalam catatan kerentanan pada
perangkat OpenVAS Vulnerability Scanner ini, produk Mortbay Jetty versi 6.1.x memiliki
kekeliruan pada instalasi default-nya yaitu ikut memasang kode demonstrasi sehingga
dapat diakses oleh publik.
Instalasi program Mortbay Jetty versi 6.1.x yang dilakukan oleh Eucalyptus tidak
memasang kode yang bermasalah tersebut. Dengan demikian peringatan yang disampaikan
oleh OpenVAS tidak relevan untuk sistem Eucalyptus (false-negative).
Tabel 3: Hasil identifikasi layanan di CLC
host port protokol layanan informasi
203.0.113.2 22 tcp ssh SSH-2.0-OpenSSH_5.3
203.0.113.2 8080 tcp http Jetty 6.1.x
203.0.113.2 53 tcp domain -tak-dikenal-
203.0.113.2 3260 tcp tcpwrapped -tak-dikenal-
203.0.113.2 5000 tcp vtun Vtun Virtual Tunnel 3.X
07/08/2010
203.0.113.2 8443 tcp http Jetty 6.1.x
203.0.113.2 8888 tcp hadoop-
tasktracker
Apache Hadoop 2.2.1
203.0.113.2 53 udp domain -tak-dikenal-
203.0.113.2 8773 tcp http -tak-dikenal-
203.0.113.2 8774 tcp -tak-dikenal-
C. Pengujian Kehandalan Layanan Web
Kehandalan sistem cloud secara langsung ditentukan oleh ketersediaan layanan web
administrasi dan manajemen. Dalam hal ini, serangan apapun yang dapat menyibukkan server
dan menghabiskan sumber daya akan berpotensi meniadakan pelayanan. Pengujian
kehandalan layanan web dilakukan dengan mengeksploitasi koneksi HTTPS pada port
8443/TCP. Eksploitasi tersebut melakukan koneksi terus-menerus, sebanyak-banyaknya,
sehingga sistem cloud akan kehabisan sumber daya. Pada akhirnya tidak dapat memberi
pelayanan kepada pengguna. Grafik pada Gambar 6 memperlihatkan kecenderungan
peningkatan beban kerja seiring meningkatnya jumlah koneksi (penyerang).
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
915
Gambar 6: Rerata beban di CLC
Semakin banyak koneksi, semakin meningkat rerata beban. Namun demikian, tidak
terlihat perbedaan yang signifikan akibat perbedaan waktu serangan. Waktu respons yang
dialami oleh pengguna, ikut mengalami peningkatan seiring meningkatnya jumlah koneksi,
seperti ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7: Rerata waktu respon layanan
Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan waktu respons dipengaruhi juga oleh
banyaknya koneksi. Utilisasi CPU merupakan indikator kesibukan sistem untuk mengerjakan
tugas-tugas komputasi numeris. Dalam hal ini diperlukan untuk mengolah algoritma enkripsi.
Grafik pada Gambar 8 menunjukkan adanya peningkatan utilisasi seiring meningkatnya
jumlah koneksi.
Gambar 8: Rerata utilisasi CPU pada CLC
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
916
Mitigasi dengan menerapkan mekanisme pembatasan dan pengaturan laju data (rate
control, rate limiter) pada port TCP/8443/HTTPS [15], dapat mengurangi pengaruh serangan,
yaitu penurunan nilai rerata beban. Visualisasi rerata beban dalam penerapan mitigasi
ditunjukkan pada Gambar 9. Hasil pengujian pada Tabel 4 menunjukkan bahwa lama
serangan tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan waktu respons namun sebaliknya
justru dipengaruhi oleh jumlah koneksi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai simpangan baku dari
ketiga jenis serangan yang relatif kecil [16]. Sementara itu, tampak pula peningkatan waktu
respons yang mencapai hingga 2863,22% dari baseline seiring bertambahnya jumlah koneksi.
Akibatnya kenyamanan pengguna terganggu saat menggunakan layanan cloud.
5. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan beberapa kesimpulan sehubungan dengan pemasangan dan
instalasi sistem cloud berbasis platform Eucalyptus, yaitu:
1. Sistem Eucalyptus memberikan perlindungan keamanan untuk penerapan sistem cloud
dalam lingkungan privat, yaitu: (a) adanya enkripsi untuk setiap komunikasi; (b) adanya
penyaringan untuk setiap lalu-lintas data (packet filtering) ke jaringan VM; dan (c)
memisahkan jaringan lokal untuk cluster dan node-controller dari jaringan publik.
2. Faktor yang memengaruhi peningkatan rerata waktu respons ditentukan oleh banyaknya
koneksi secara bersamaan dibanding lamanya serangan. Hal ini karena simpangan baku
atas perbedaan lamanya serangan relatif kecil yaitu antara 0,0019 detik dan 0,1712 detik.
Tabel 4: Rerata waktu respons layanan web
Gambar 9: Rerata beban dalam penerapan rate control
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
917
DAFTAR PUSTAKA
[1] Menascé D. & Ngo P., Understanding cloud computing: experimentation and capacity
planning. In Proc. 2009 Computer Measurement Group’s Intl. Conf.. 2009.
[2] Morsy MA., Grundy J. & Müller I., An analysis of the cloud computing security problem.
In Proc. of APSEC 2010 Cloud Workshop, Sydney, Australia. 2010.
[3] Jadeja Y. & Modi K., Cloud computing - concepts, architecture and challenges. In
Computing, Electronics and Electrical Technologies (ICCEET), 2012 International
Conference on. 2012.
[4] Popović K. & Hocenski Ž., Cloud computing security issues and challenges. In MIPRO,
2010 Proceedings of the 33rd International Convention, Opatija, Croatia. 2010.
[5] Wang Z., Security and privacy issues within the cloud computing. In Computational and
Information Sciences (ICCIS), 2011 International Conference on. 2011.
[6] Tanimoto S., Hiramoto M., Iwashita M., Sato H., et al., Risk management on the security
problem in cloud computing. In Computers, Networks, Systems and Industrial
Engineering (CNSI), 2011 First ACIS/JNU International Conference on. 2011.
[7] Szefer J., Jamkhedkar P., Chen Y. & Lee R., Physical attack protection with human-
secure virtualization in data centers. In Dependable Systems and Networks Workshops
(DSN-W), 2012 IEEE/IFIP 42nd International Conference on. 2012.
[8] ITU-T Study Group VII, ITU-T Rec. X.800 (03/91) Security architecture for Open
Systems Interconnection for CCITT applications, International Telecommunication
Union, 1991. http://www.itu.int/rec/T-REC-X.800-199103-I/en
[9] ITU-T Study Group 17, ITU-T Rec. X.805 (10/2003) Security architecture for systems
providing end-to-end communications, International Telecommunication Union, 2003.
http://www.itu.int/rec/T-REC-X.805-200310-I/en
[10] Mell P. & Grance T., The NIST Definition of Cloud Computing, National Institute of
Standards and Technology, 2011. http://csrc.nist.gov/publications/nistpubs/800-
145/SP800-145.pdf
[11] Cloud Security Alliance, Security Guidance for Critical Areas of Focus in Cloud
Computing Version 2.1, (2009, Desember).
http://www.cloudsecurityalliance.org/guidance/csaguide.v2.1.pdf
[12] Nurmi D., Wolski R., Grzegorczyk C., Obertelli G., et al., The eucalyptus open-source
cloud-computing system. In Cluster Computing and the Grid (CCGRID). 9th IEEE/ACM
International Symposium on. 2009.
[13] Eucalyptus Systems Inc., Eucalyptus Installation Guide, (2013, Maret).
http://www.eucalyptus.com/docs/3.2/ig/
[14] The Hacker's Choice, THC-SSL-DOS: a tool to verify the performance of SSL, (2011,
Oktober). http://www.thc.org/thc-ssl-dos
[15] Bernat, Vincent, SSL computational DoS mitigation, (2011, Nopember).
http://vincent.bernat.im/en/blog/2011-ssl-dos-mitigation.html
[16] Lyman Ott R. & Longnecker M., An introduction to statistical methods and data
analysis, sixth edition. Brooks/Cole, Cengage Learning, 2010.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
918
PEMILIHAN PAKET INTERNET ANDROID PADA OPERATOR TELEPON GSM
MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Fitriyani1, Ellya Helmud2 1,2Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang
e-mail: [email protected], [email protected]
Abstract
Analytical Hierarchy Process (AHP) method is used to help people to make choice android internet package.
Data analysis method used AHP method is the approach used is based on the analysis of policies that aim to get
the right and optimal decisions for people. Decision Support System designed to support all stages of decision
making form identifying the problem, select relevan data and determine the approach used in decision making
process, evaluate the selection of alternatives is supported by software Expert Choice 2000. Attributes of criteria
among the other requirements, price and signals. Sample taken three(3) poeple and then fill out the
questionnaire and the processed data into the software Expert Choice 2000. The result of data processing using
software Expert Choice 2000 that the first rank is Telkomsel 23,9 %, second rank is XL 23,7%, third rank is
Indosat 20,6%, fourth rank is Axis 16,2% and last rank is Three 15,7%..
Keywords: Analytical Hierarchy Process, Decision Support System, selection android internet package,
Expert Choice 2000.
Abstrak
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk membantu masyarakat untuk menentukan pilihan
paket internet android. Metode analisis data yang digunakan adalah AHP (Analytical Hierarchy Process) yaitu
pendekatan yang digunakan berdasarkan analisis kebijakan yang bertujuan untuk mendapatkan keputusan yang
tepat dan optimal bagi masyarakat. Sistem pendukung keputusan dirancang untuk mendukung seluruh tahap
pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasikan masalah, memilih data yang relevan, dan menentukan
pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan alternatif-
alternatif yang ada didukung oleh software Expert Choice 2000. Atribut-atribut kriteria yang didapat antara
lain kebutuhan, tarif dan sinyal. Sampel yang diambil sebanyak 3 orang, lalu mengisi kuesioner, dan di olah
datanya dengan ke dalam software Expert Choice 2000. Dari hasil pengolahan data menggunakan software
Expert Choice 2000 diperoleh kesimpulan bahwa peringkat pertama yaitu telkomsel dengan bobot 23,9%,
peringkat kedua yaitu XL dengan bobot 23,7%, peringkat ketiga yaitu Indosat dengan bobot 20,6%, peringkat
keempat yaitu Axis dengan bobot 16,2% dan peringkat terakhir yaitu Three dengan bobot 15,7%.
Kata kunci : Analytical Hierarchy Process, sistem pendukung keputusan, pemilihan paket internet
android, Expert Choice 2000.
1. Pendahuluan
Pada era globalisasi informasi sekarang, internet sangat diperlukan untuk semua
kalangan. Bagi pengguna Andorid pastinya tidak akan sempurna tanpa registrasi ke paket
internet untuk keperluan sosial media, chatting, browsing, streaming dan download, karena
selain hemat dari segi keuangan bila dibandingkan dengan menggunakan pulsa reguler
biasanya beberapa provider kartu lokal sering memberikan bonus paket kuota pemakaian.
Berbagai operator pun menawarkan paket internet android dengan berbagai jenis yang
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
919
berbeda dari segi kuota maupun lama pemakaian. Dan beberapa provider kartu lokal
kebanyakan menawarkan kuota dengan paket yang disesuaikan dengan durasi pemakaian
sebulan dengan selisih harga yang juga lumayan jauh.
Masyarakat bingung untuk memilih paket internet android yang tepat dikarenakan
belum ada metode yang objektif untuk memutuskan dengan cepat, berdasarkan data yang
diperoleh. Untuk itu maka penelitian ini mencoba menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP). Analytical Hierarchy Process adalah salah satu metode yang digunakan untuk
penyelesaian sistem penunjang keputusan. Ada 2 mekanisme yang digunakan dalam
penghitungan AHP diantaranya menggunakan metode konvensional (manual), baik itu
menggunakan normalisasi ataupun tidak, dan menggunakan perangkat lunak, seperti expert
choice. Penelitian ini akan membahas perhitungan AHP expert choice, untuk mendapatkan
hasil keputusan yang konsisten (inconsistency = 0,01).
Dalam pemilihan paket internet android terdapat beberapa kriteria dan alternatif yang
disediakan. Salah satu metode sistem pendukung keputusan adalah Analytical Hierarchy
Process (AHP). AHP ini cukup efektif dalam menyederhanakan dan mempercepat proses
pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut ke dalam bagian-bagiannya.
Dalam metode AHP ini diharapkan dapat membantu para pengambil keputusan yang dalam
hal ini masyarakat dalam menentukan alternatif-alternatif mana yang akan dipilih sebagai satu
keputusan terakhir dalam pemilihan paket internet android.
2. Tinjauan Pustaka
A. Konsep dasar Sistem Penunjang Keputusan
Definisi sistem adalah sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau subsistem yang
saling bekerja sama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk
satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan. Secara umum,
sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang interaktif, yang
membantu pengambil keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang tak terstruktur dan semi terstruktur[3].
B. Analytical Hierarchy Process
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan awal tahun 1970-an oleh
Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas Pittsburg. Analisis ini ditujukan
untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur, biasanya
ditetapkan untuk masalah yang terukur (kuantitatif), masalah yang memerlukan pendapat
(judgement) maupun pada situasi yang kompleks atau tidak terkerangka, pada situasi dimana
data statistic sangat minim atau tidak ada sama sekali dan hanya bersifat kualitatif yang
didasari oleh persepsi, pengalaman atau intuisi[4].
Model AHP memakai persepsi manusia yang dianggap “expert” sebagai input utamanya.
Kriteria “expert” disini bukan berarti bahwa orang tersebut haruslah jenius, pintar, bergelar
doktor dan sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan
yang dilakukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah
tersebut.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
920
C. Karakteristik SPK
1. Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk membantu pengambil keputusan
dalam memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur ataupun tidak terstruktur
dengan menambahkan kebijaksanaan manusia dan informasi komputerisasi.
2. Dalam proses pengolahannya, sistem pendukung keputusan mengkombinasikan
penggunaan model-model analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta
fungsi-fungsi pencari interogasi informasi.
3. Sistem Pendukung Keputusan, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
digunakan/dioperasikan dengan mudah.
4. Sistem Pendukung Keputusan dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas
serta kemampuan adaptasi yang tinggi.
D. Penyelesaian AHP dengan software Expert Choice 2000
Expert Choice 2000 merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
perhitungan pemecahan persoalan dengan AHP sebagai expert choice. Pada penelitian ini,
digunakan analisis dengan perhitungan aplikasi Expert Choice 2000. Tujuan dilakukan
analisis ini adalah untuk membuktikan aplikasi Expert choice yang sudah teruji
kehandalannya.expert choice 2000 menyediakan struktur untuk seluruh proses pengambilan
keputusan, yaitu :[1]
a. Sebuah tool yang memfasilitasi kerjasama antara beberapa pihak yang
berkepentingan
b. Analisis pengambilan keputusan
c. Meningkatkan komunikasi
d. Memberi keputusan yang lebih tepat
e. Dokumentasi proses pengambilan keputusan
f. Sebuah konsensus keputusan
g. Keputusan akhir yang lebih baik dan dapat dibenarkan
E. Komponen SPK
a. Data Management. Termasuk database, yang mengandung data yang relevan untuk
berbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management
Systems (DBMS)
b. Model Management. Melibatkan model finansial, statistikal, management science,
atau berbagai model kuantitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu
kemampuan analitis, dan manajemen software yang diperlukan.
c. Commication (dialog subsystem). User dapat berkomunikasi dan memberikan
perintah pada DSS melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka.
d. Knowledge Management. Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain
atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
921
Gambar 1. Hubungan antara ketiga komponen SPK
F. Tujuan SPK
1. Memberikan dukungan untuk pembuatan keputusan pada masalah yang semi/tidak
terstruktur.
2. Memberikan dukungan pembuatan keputusan kepada manajer pada semua tingkat
dengan membantu integrasi antar tingkat.
3. Meningkatkan efektifitas manajer dalam pembuatan keputusan dan bukan peningkatan
efisiennya.
G. Definisi Paket Internet
Paket internet adalah sebuah layanan yang disediakan oleh operator telekomunikasi atau
data dimana konsumen diharuskan untuk membayar sejumlah nominal rupiah sebagai biaya
pemakaian internet (data). Bagi pengguna telepon seluler, bila tidak menggunakan paket
internet, maka setiap kali melakukan koneksi data (internet), biayanya diambil dari pulsa
telepon [5]
H. Tahapan SPK
Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara
jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi
yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah
lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap
berikutnya.
b. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang
berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau
menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria
mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria
(jika mungkin diperlukan).
c. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif
atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya.
Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
922
kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan
semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas
secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks
mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi.
Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan
menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk
memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling
atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang
akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
d. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah
penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya
elemen yang dibandingkan.
Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9
yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu
elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan
diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas
antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan
elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan
maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah.
Intensitas Kepentingan
1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang
sama besar
3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya,
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan
elemen yang lainnya
5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan
penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang
lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya,
Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.
9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung
elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi
yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan,
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan =
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j ,
maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i.
e. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.
Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
f. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan
yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada
tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
923
menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom
dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan
menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen
untuk mendapatkan rata-rata.
h. Memeriksa konsistensi hirarki.
Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi.
Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan
keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna,
rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.
3. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Berdasarkan jenis informasi yang dikelola, jenis penelitian ini adalah Penelitian
Kuantitatif, karena menggunakan pengukuran data dan statistik objektif melalui
perhitungan ilmiah berasal dari sampel masyarakat dengan memberikan jawaban atas
sejumlah pertanyaan yang dituangkan ke dalam kuesioner menggunakan metode
pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan kemudian diuji menggunakan
software Expert Choice 2000.
b. Pemilihan Sampel
Dalam memilih sampel, penulis mengambil data dari populasi yang terbatas dengan
menggunakan purposes sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan atas dasar
pertimbangan tertentu [Jogiyanto 2008]. Responden yang diambil dalam pemilihan
sampel ini adalah responden ahli yang berasal dari masyarakat khususnya yang akan
membeli dan sudah mempunyai paket internet android. Disini penulis mengambil sampel
sebanyak 3(tiga) orang dari total populasi.
c. Pengumpulan data
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara pengisian kuisioner untuk
memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian. Kuesioner dibagikan kepada
masyarakat yang baru akan membeli paket internet android dan yang sudah membeli
paket internet android untuk membandingkan beberapa paket internet android yang
ditawarkan. Responden yang dipilih sebanyak 3 orang, setelah responden mengisi
kuesioner, data tersebut dimasukkan ke software Expert Choice 2000 dan data tersebut di
combine lalu didapatkan hasil atau kesimpulan.
d. Instrumentasi
Instrumen yang digunakan dalam penelitian in adalah kuesioner. Kuesioner disusun
dalam bentuk pertanyaan dengan mengacu kepada hierarki yang telah dibuat dari kriteria-
kriteria dan subkriteria-subkriteria berdasarkan skala Saaty 1-9 dengan metode pairwise
comparison. Rincian kriteria dalam SPK untuk menentukan paket internet android,
sebagai berikut :
a. Kebutuhan
b. Tarif
c. Sinyal
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
924
e. Solusi Dengan Expert Choice 2000
Penelitian ini dirancang dan dikembangkan dengan metode deskriptif analitik dengan
menyajikan rangkuman hasil survey dan wawancara yang berupa kuesioner. Selanjutnya
dilakukan pencarian data sekunder yang ada di lapangan melalui berbagai media, seperti
internet, buku literatur, jurnal, dan artikel sehingga didapatkan informasi yang akurat
mengenai kondisi masyarakat mengenai paket internet. Kemudian hasil wawancara
dengan pakar dijadikan untuk mendapatkan hasil berupa langkah-langkah strategis yang
harus dilakukan pada penerapan pemilihan paket internet android. Keputusan yang
diperoleh segera ditindaklanjuti berupa tindakan atau dapat pula dikaji ulang bila ternyata
diperoleh informasi baru yang mempengaruhi hasil untuk mengurangi ketidakpastian,
sehingga akan diperoleh keputusan yang baru.
4. Pengujian dan pembahasan
Metode pemilihan sampel dalam peneilitan ini adalah teknik purpose sampling. Sampel
diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Data diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa data tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.
Jumlah sampel yang terpilih ada 3 orang yaitu masyarakat yang sudah mempunyai atau
baru akan membeli paket internet android untuk telepon GSM.
Pemilihan Paket Internet Android Pada Operator
Telepon GSM
Kebutuhan Tarif Sinyal
Axis Three Indosat Telkomsel XL
Goal
Kriteria
Alternatif
Gambar 2.Struktur Hierarki AHP Pemilihan Paket Internet Android
Pemilihan Paket Internet Android Pada Operator
Telepon GSM
Kebutuhan
0,270
Tarif
0,345
Sinyal
0,385
Axis
0,161
Three
0,157
Indosat
0,206
Telkomsel
0,239
XL
0,237
Goal
Kriteria
Alternatif
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
925
Gambar 3 Struktur Hierarki AHP Pemilihan Paket Internet Android beserta Nilai Bobot
Berikut bobot masing-masing kriteria dan alternatif pemilihan paket internet android pada
operator telepon GSM.
Gambar 4. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan paket android beserta
nilai bobotnya
Berdasarkan hasil pengolahan data responden ahli diperoleh bahwa prioritas utama
atau tertinggi yaitu kriteria sinyal dengan nilai bobot 0,385 atau sebanding dengan 38,5% dari
total kriteria. Peringkat prioritas kriteria berikutnya adalah tarif dengan nilai bobot 0,345 atau
sebnading dengan 34,5% dari total kriteria. Peringkat prioritas kriteria berikutnya adalah
kebutuhan dengan nilai bobot 0,270 atau sebanding dengan 27,0% dari total kriteria.
Gambar 5. Alternatif yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan paket android beserta nilai
bobotnya berdasarkan kriteria kebutuhan
Berdasarkan hasil pengolahan data responden ahli diperoleh bahwa prioritas utama
atau tertinggi yaitu alternatif telkomsel dengan nilai bobot 0,279 atau sebanding dengan
27,9% dari total alternatif. Peringkat prioritas kriteria berikutnya adalah indosat dengan nilai
bobot 0,206 atau sebnading dengan 20,6% dari total alternatif. Peringkat prioritas kriteria
berikutnya adalah xl dengan nilai bobot 0,188 atau sebanding dengan 18,8% dari total
alternatif. Peringkat prioritas kriteria berikutnya adalah three dengan nilai bobot 0,182 atau
sebanding dengan 18,2% dari total alternatif. Peringkat prioritas kriteria berikutnya adalah
axis dengan nilai bobot 0,146 atau sebanding dengan 14,6% dari total alternatif.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
926
Gambar 6. Alternatif yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan paket android beserta
nilai bobotnya berdasarkan kriteria tarif
Berdasarkan hasil pengolahan data responden ahli diperoleh bahwa prioritas utama
atau tertinggi yaitu alternatif telkomsel dengan nilai bobot 0,234 atau sebanding dengan
23,4% dari total alternatif. Peringkat prioritas kriteria berikutnya adalah xl dengan nilai bobot
0,216 atau sebnading dengan 21,6% dari total alternatif. Peringkat prioritas kriteria berikutnya
adalah indosat dengan nilai bobot 0,209 atau sebanding dengan 20,9% dari total alternatif.
Peringkat prioritas kriteria berikutnya adalah axis dengan nilai bobot 0,182 atau sebanding
dengan 18,2% dari total alternatif. Peringkat prioritas kriteria berikutnya adalah three dengan
nilai bobot 0,159 atau sebanding dengan 15,9% dari total alternatif.
Gambar 7. Alternatif yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan paket android beserta
nilai bobotnya berdasarkan kriteria sinyal
Berdasarkan hasil pengolahan data responden ahli diperoleh bahwa prioritas utama
atau tertinggi yaitu alternatif xl dengan nilai bobot 0,297 atau sebanding dengan 29,7% dari
total alternatif. Peringkat prioritas kriteria berikutnya adalah telkomsel dengan nilai bobot
0,215 atau sebnading dengan 21,5% dari total alternatif. Peringkat prioritas kriteria berikutnya
adalah indosat dengan nilai bobot 0,203 atau sebanding dengan 20,3% dari total alternatif.
Peringkat prioritas kriteria berikutnya adalah axis dengan nilai bobot 0,147 atau sebanding
dengan 14,7% dari total alternatif. Peringkat prioritas kriteria berikutnya adalah three dengan
nilai bobot 0,138 atau sebanding dengan 13,8% dari total alternatif.
Gambar 8 Nilai Bobot Global Prioritas Alternatif Berdasarkan Pemilihan Paket Android Pada
Operator Telepon GSM
Berdasarkan hasil pengolahan data responden ahli diperoleh bahwa prioritas utama
atau tertinggi alternative strategis adalah “Telkomsel” dengan nilai bobot 0,239 atau
sebanding dengan 23,9% dari total alternative yang ditetapkan. Peringkat prioritas alternative
berikutnya adalah “XL” dengan nilai bobot 0,237 atau sebanding dengan 23,7% dari total
alternative yang ditetapkan. Peringkat prioritas alternative manfaat berikutnya adalah
“Indosat” dengan nilai bobot 0,206 atau sebanding dengan 20,6% dari total alternative yang
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1, April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
927
ditetapkan. Peringkat prioritas alternative manfaat yang terkahir adalah “Axis” dengan nilai
bobot 0,161 atau sebanding dengan 16,1% dari total alternative yang ditetapkan. Peringkat
prioritas alternative manfaat yang terkahir adalah “Three” dengan nilai bobot 0,157 atau
sebanding dengan 15,7% dari total alternative yang ditetapkan.
5. Kesimpulan
Paket android sangat dibutuhkan masyarakat di era globalisasi informasi saat ini.
Internet digunakan masyarakat baik dari kalangan muda sampai tua hingga anak kecil pun
sudah menggunakan kecanggihan internet. Dari kelima paket internet android yaitu Axis,
Three, Indosat, Telkomsel dan XL dapat disimpulkan bahwa Telkomsel menjadi prioritas
masyarakat khususnya pengguna android baik dalam menyelesaikan tugas sehari-hari maupun
hanya untuk membuka sosial media. AHP mampu memberikan solusi yang tepat bagi
pengambil keputusan dan dapat dipertanggungjawabkan dengan dukungan dari pengolahan
data menggunakan Expert Choice 2000.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Expert Choice inc Pennsyil Vania, 1992, Version 8.0 User Manual.
[2] Bourgeois, R. 2005. Analytical Hierarchy Process: an Overview UNCA PSA –
UNESCAP. Bogor
[3] Efrain, Turban. 2005. Decision Support Systems and Intelligent System. New Jersey:
Prentice Hall Inc.
[4] Gadoga.com diakses 12 Maret 2015
[5] Kosasi, Sandy.2002. Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System). Pontianak
[6] Alonso, J. A., dan Lamata, M. T., 2006, Concistency In The Analytical Hierarchy Process:
A New Approach, International Journal of Uncertainty, no 4, volume 14, hal.445-459
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
928
PENDEFINISIAN KEBUTUHAN FUNGSIONAL SISTEM UNTUK RANCANG
BANGUN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PT. TELKOMSEL REGIONAL
SUMBAGSEL
Hairun Nissa1, Muhammad Ihsan Jambak2 1,2Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya
e-mail: [email protected], [email protected]
Abstract Cellular Telecommunications Operator companies are now increasingly compete in creating new innovations
for improving competitive advantage. Competition is changing the paradigm of the resource base of
competitiveness into a knowledge base of competitiveness. Companies are increasingly aware of the importance
of knowledge as a means to win the competition. The organizational knowledge comes from the knowledge
possessed by the employees, therefore the company needs to foster a culture of knowledge sharing. This situation
has created the need for PT. Telkomsel Regional Sumbagsel to manage its knowledge assets. This effort can be
achieved using Knowledge Management strategy. This study aims to find the features needed to build Knowledge
Management Systems in order to foster a culture of knowledge sharing in the company. Researchers test the
features required to grow the user behavior of knowledge sharing based on the Theory of Planned Behavior. It is
predicted with high accuracy of attitude toward knowledge sharing behavior, subjective norms, and behavior
control. Development of this system using the Framework for the Application of Systems Thinking (FAST). This
system is tested and able to facilitate knowledge sharing among employees in order to improve learning skills
and learning capability.
Keywords: Knowledge Management , Knowledge Management System, Knowledge Sharing, Theory of
Planned Behavior
Abstrak Perusahaan Operator Telekomunikasi Seluler sekarang ini semakin bersaing dalam menciptakan inovasi baru
demi meningkatkan keunggulan kompetitif. Persaingan ini mengubah paradigma dari resource base
competitiveness menjadi knowledge base competitiveness. Perusahaan semakin menyadari pentingnya
pengetahuan sebagai sarana untuk memenangkan persaingan. Pengetahuan organisasi berasal dari
pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan untuk itu perusahaan perlu menumbuhkan budaya knowledge sharing.
Kondisi ini telah menciptakan kebutuhan bagi PT. Telkomsel Regional Sumbagsel untuk mengelola aset
pengetahuan yang dimilikinya. Upaya ini dapat dicapai dengan menggunakan strategi Knowledge Management.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan fitur-fitur yang diperlukan dalam membangun Knowledge
Management Systems sehingga dapat menumbuhkan budaya knowledge sharing pada perusahaan. Peneliti
menguji fitur-fitur yang diperlukan user untuk menumbuhkan perilaku knowledge sharing berdasarkan Theory
of Planned Behavior. Hal ini diprediksi dengan akurasi yang tinggi dari sikap terhadap perilaku knowledge
sharing, norma subyektif, dan kontrol perilaku. Pembangunan sistem ini menggunakan metode Framework for
the Application of System Thinking (FAST). Sistem ini telah diujikan dan mampu memfasilitasi kegiatan
knowledge sharing antar pegawai sehingga dapat meningkatkan learning skill dan learning capability.
Kata kunci: Knowledge Management , Knowledge Management System, Knowledge Sharing, Theory
of Planned Behavior
1. Pendahuluan
Pengetahuan merupakan aset intelektual dari suatu organisasi. Bagi perusahaan suatu
proses belajar, kreativitas dan inovasi merupakan ide dasar dari suatu organisasi atau
perusahaan. Oleh karena itu, kemampuan suatu perusahaan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu faktor daya saing yang sangat penting. Saat
sebuah perusahaan mencoba berkembang untuk menjadi lebih baik, dibutuhkan tingkat
pengetahuan yang sangat luas bagi setiap pegawai yang ada untuk dapat berkompetisi dan
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
929
bertahan. Kondisi kompetisi yang semakin ketat menyebabkan perlunya perubahan paradigma
dari resource base competitiveness menjadi mengandalkan knowledge base competitiveness.
Kedua konsep ini sangat bertolak belakang, konsep pertama bertumpu pada keunggulan
sumber daya alam dan lokasi geografis. Konsep kedua berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pengembangan sumber daya manusia perusahaan, bahwa pengetahuan menjadi
faktor kompetisi yang penting dalam memenangkan persaingan [1].
Kondisi sebagimana diuraikan diatas dihadapi oleh PT. Telkomsel yang merupakan
operator telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia. Dengan infrastruktur telekomunikasi
yang tersebar di seluruh nusantara, PT. Telkomsel memberikan pelayanan komunikasi dengan
menawarkan berbagai produk berbasis suara, teks, dan data. Demi memenuhi tuntutan
pelanggan yang semakin tinggi, dan demi menjaga daya saing perusahaan, PT. Telkomsel
telah membangun bentuk organisasi yang kokoh, solid, dan dinamis. Dalam menjalankan
proses bisnisnya, PT. Telkomsel tidak pernah lepas dari peran teknologi dan manusia sebagai
pendukung kegiatannya. Dalam kinerja operasional sehari-hari, PT. Telkomsel menggunakan
aplikasi internal yang dikembangkan sendiri untuk kegiatan operasional sehari-hari. PT.
Telkomsel selalu memberikan training kepada setiap pegawainya. Training yang diberikan
berupa training untuk pengoperasian maupun training untuk pengembangan diri dalam
mendukung kegiatan operasional tersebut. Saat ini, training tersebut hanya bermanfaat bagi
pegawai yang mendapatkan training saja. Proses ini berlangsung setiap kali ada pegawai baru
yang masuk dan seandainya jika ada pegawai yang berkompeten di bidangnya keluar, maka
pengetahuannya tidak dimiliki oleh orang lain. Hal ini terjadi karena knowledge pada PT.
Telkomsel tidak didokumentasikan sehingga pemanfaatan kembali knowledge seseorang
tidak bisa diterapkan pada individu yang lain.
Pengetahuan yang dimiliki suatu organisasi harus dikelola untuk menjadi strategi
organisasi dan perusahaan. Suatu organisasi dan perusahaan haruslah mengembangkan tujuan
strateginya dan mengidentifikasikan setiap kebutuhan pengetahuannya untuk dapat
mengimplementasikan dalam strategi yang dipilihnya. Strategi yang dipilih perusahaan dapat
dibandingkan dengan aset knowledge yang ada dalam perusahaan. Pemilihan strategi
berdasarkan elemen-elemen yang mempengaruhi langsung pada pengetahuan itu sendiri.
Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang dengan pesat. Hal ini menyebabkan setiap
individu dituntut untuk mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Begitu juga dengan
suatu organisasi atau perusahaan yang membutuhkan pengetahuan untuk meningkatkan daya
saing kompetitifnya dalam menghadapi persaingan bisnis. Pengetahuan yang dimiliki suatu
perusahaan bergantung penuh pada sumber daya manusia yang ada pada perusahaan tersebut.
Lalu bagaimana cara menyimpan dan memanfaatkan knowledge yang ada pada SDM suatu
perusahaan? Perkembangan teknologi saat ini sangat memungkinkan untuk organisasi dan
perusahaan untuk menerapkan teknologi berbasis web untuk mengelola pengetahuan.
Knowledge dalam perusahaan perlu dikelola dan didokumentasikan sehingga dapat
menjadi referensi bagi individu-individu yang lain untuk mendapatkan knowledge tanpa harus
bergantung dengan individu yang lain. Dengan didokumentasikannya suatu knowledge maka
penelusuran maupun untuk mendapatkan kembali knowledge itu akan lebih mudah meskipun
individu itu sendiri sudah tidak bekerja lagi di perusahaan. Knowledge Management (KM)
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
930
atau Mengelola Pengetahuan adalah pengelolaan pengetahuan yang ada pada organisasi
sehingga pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan nilai bisnis dan daya
kompetitif perusahaan [2]. KM mampu untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan
mengaplikasikan knowledge sebagai kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan
peningkatan nilai dari inti kompetensi bisnis perusahaan. Untuk itu diperlukan suatu
Knowledge Management System (KMS), yaitu sistem yang diciptakan untuk memfasilitasi
penangkapan, penyimpanan, pencarian, transfer dan penggunaan kembali pengetahuan.
Keberadaan teknologi informasi ini menjadi enabler implementasi KM.
Dengan adanya pendekatan KMS maka sistem tersebut dapat digunakan untuk
menyimpan pengetahuan serta pengalaman staf yang nantinya pengetahuan tersebut dapat
disimpan untuk kepentingan perusahaan dan disebarkan pada pegawai lain supaya
pengetahuan setiap pegawai merata. Selain itu PT. Telkomsel terdiri dari berbagai divisi yang
saling berkaitan yang tentu saja membutuhkan adanya suatu KMS yang berfungsi untuk
mendukung dalam proses sharing knowledge agar perusahaan dapat mengelola aset
pengetahuan demi meningkatkan daya saing perusahaan, mengoptimalisasi proses bisnis, dan
mencegah terjadinya brain drain atau hilangnya ilmu pengetahuan yang ada pada perusahaan.
Jelas bahwa tools yang digunakan dalam mengelola pengetahuan yang ada pada suatu
organisasi adalah KMS. Namun, setiap perusahaan memiliki struktur organisasi dan proses
bisnis yang berbeda-beda. Jadi, tipe KM seperti apakah yang sesuai dengan struktur
organisasi dan proses bisnis perusahaan? Setelah diketahui penerapan KM yang sesuai pada
suatu organisasi maka hal terpenting dalam suatu pengelolaan pengetahuan adalah
menumbuhkan budaya untuk membagi pengetahuan yang dimiliki antar individu sehingga
terjadi sirkulasi pengetahuan yang merata. Dalam esensi suatu KMS, penulis merumuskan
masalah yaitu bagaimana untuk mengetahui kebutuhan pengguna (user requirements) dan
kebutuhan sistem (system requirements) agar sistem ini dapat memfasilitasi knowledge
sharing sehingga membuat pegawai baru mampu belajar lebih cepat dari para ahli senior
sebelumnya? Sehingga fungsi dari KMS ini dapat menjadi alat bantu dalam transfer
pengetahuan antar individu. Dengan adanya proses ini maka dapat mencegah hilangnya
pengetahuan pada suatu organisasi.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis membagi penelitian ini menjadi
beberapa research questions, yaitu sebagai berikut: (1) Bagaimana membangun KMS yang
sesuai dengan proses bisnis perusahaan? (2) Apa fitur-fitur KMS yang dapat mendukung
penerapan knowledge sharing perusahaan? (3) Apakah KMS merupakan solusi untuk
membangun budaya knowledge sharing antar pegawai guna efektivitas dan produktivitas
menuju keunggulan yang kompetitif?
2. Metodologi Penelitian
A. Data dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh melalui informasi yang
berasal dari bagian Information Technology PT. Telkomsel Regional Sumbagsel berupa data
primer dan data sekunder. Untuk mendapatkan data primer, peneliti mengumpulkannya
secara langsung dan teknik yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif dan metode
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
931
kuantitatif. Metode kualitatif dengan melakukan observasi dan wawancara, dimana
wawancara dilakukan langsung dengan beberapa pegawai yang berhubungan dengan
mengelola pengetahuan PT. Telkomsel Regional Sumbagsel serta observasi dengan cara
terjun langsung dalam objek pengamatan PT. Telkomsel Regional Sumbagsel. Sementara
untuk metode kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Dalam penelitian ini,
responden adalah pegawai PT. Telkomsel Regional Sumbagsel. Metode angket dilakukan
untuk mengetahui secara pasti mengenai niat pegawai untuk melakukan Knowledge Sharing,
fasilitas yang diperlukan pegawai untuk menunjang kegiatan Knowledge Sharing, serta faktor
pendukung berupa reward yang membuat seseorang lebih termotivasi melakukan Knowledge
Sharing.
Selanjutnya, untuk teknik sampling respondennya, penulis menggunakan teknik
Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu [3]. Responden merupakan pegawai PT. Telkomsel Regional
Sumbagsel yang dipilih secara acak dengan pertimbangan tertentu berjumlah 30 orang.
Sedangkan untuk metode uji validitas survey menggunakan metode Bivariate Pearson.
Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor
total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan
taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: (1) Jika r hitung ≥ r tabel
(uji 2 sisi dengan sig.0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan valid); (2) Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig.0,05)
maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan tidak valid).
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai
sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Pengumpulan data dilakukan dengan
mempelajari masalah yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Data sekunder dapat
diperoleh dari berbagai sumber laporan dan dokumen-dokumen yang tersedia di PT.
Telkomsel Regional Sumbagsel. Seluruh data sekunder diperoleh dari arsip PT. Telkomsel
Regional Sumbagsel.
B. Model dan Arsitektur Knowledge Management
Knowledge diartikan sebagai informasi yang dilengkapi dengan pemahaman pola
hubungan dari informasi disertai pengalaman, baik individu maupun kelompok dalam
perusahaan. Knowledge merupakan penerapan informasi yang diyakini dapat langsung
digunakan untuk mengambil keputusan dalam bertindak [4]. Di dalam organisasi, bentuk
knowledge tidak hanya data-data yang tersimpan di dalam komputer, tetapi juga berupa di
dalam proses, rutinitas kerja, selain knowledge dan informasi serta pengalaman yang
tersimpan dalam kepala manusia. Definisi lain mengenai knowledge adalah pengetahuan
yang terdapat dalam pikiran tiap manusia secara personal [5]. Dari teori diatas dapat
disimpulkan bahwa, knowledge merupakan kumpulan informasi yang dimiliki oleh individu
dan dijadikan sebagai keahlian mereka serta digunakan untuk menyelesaikan masalah atau
mengambil tindakan yang lebih efektif.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
932
Knowledge Management (KM) adalah suatu proses merangkul pengetahuan sebagai
aset strategis agar dapat terus menerus memacu keuntungan bisnis dan mempertimbangkan
pendekatan bisnis dari sebuah organisasi untuk mengidentifikasi, menangkap,
mengevaluasi, meningkatkan dan membagi modal intelektual organisasi. KM adalah
penggabungan yang terselaras untuk menciptakan, menangkap, mengorganisasikan,
mengakses, dan menunggunakan aset intelektual dari perusahaan [6]. KM berfungsi untuk
menjaga dan menumbuhkan pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu, yang mampu
dipindahkan ke bentuk yang bisa diproses atau diakses oleh banyak pegawai lain dalam
perusahaan [6]. KM adalah sebuah konsep yang merubah informasi menjadi pengetahuan
yang bisa ditindak lanjuti dan tersedia dengan sarana yang mudah sehingga orang-orang bisa
mengaksesnya [6].
Knowledge dibagi menjadi dua jenis yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge.
Pada dasarnya tacit knowledge bersifat personal, dikembangkan melalui pengalaman yang
sulit untuk diformulasikan dan dikomunikasikan [7]. Berdasarkan pengertiannya, maka tacit
knowledge dikategorikan sebagai personal knowledge atau dengan kata lain pengetahuan
yang diperoleh dari individu (perorangan). Pengalaman yang diperoleh tiap pegawai tentunya
berbeda-beda berdasarkan situasi dan kondisi yang tidak dapat diprediksi. Definisi experience
yang diambil dari kamus bahasa Inggris adalah the process of gaining knowledge or skill over
a period of time through seeing and doing things rather than through studying. Yang artinya
proses memperoleh pengetahuan atau kemampuan selama periode tertentu dengan melihat
dan melakukan hal-hal daripada dengan belajar. Explicit knowledge bersifat formal dan
sistematis yang mudah untuk dikomunikasikan dan dibagi [7].
Penerapan explicit knowledge ini lebih mudah karena pengetahuan yang diperoleh
dalam bentuk tulisan atau pernyataan yang didokumentasikan, sehingga setiap pegawai dapat
mempelajarinya secara independent. Explicit knowledge dalam penelitian ini adalah job
procedure dan technology. Job procedure adalah tanggung jawab atau tugas yang bersifat
formal atau perintah resmi atau cara melakukan hal-hal. Berdasarkan pernyataan Anshori
selaku pihak yang mencetuskan KM, salah satu bentuk konkret dari explicit knowledge adalah
Standard Operation Procedure. Standard Operation Procedure atau prosedur pelaksanaan
dasar dibuat untuk mempertahankan kualitas dan hasil kerja, dimana tugas-tugas akan
semakin mudah dikerjakan dan tamu akan terbiasa dengan sistem pelayanan yang ada.
Teknologi merupakan salah satu elemen pokok yang terdapat pada KM, dikenal
sebagai media yang mempermudah penyebaran explicit knowledge. Salah satu teknologi
paling mutakhir yang saat ini digunakan oleh banyak perusahaan untuk proses penyebaran
knowledge adalah intranet, dimana hal ini didasarkan pada kebutuhan untuk mengakses
knowledge dan melakukan kolaborasi, komunikasi serta sharing knowledge secara ”on line”.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
933
SocializationTacit è Tacit
· Face to face communication
· Collaboration features· Training/ diklat
ExternalizationTacit è Eksplicit· Dokumen pertemuan· Dokumen experts· Reflective peer to
peer network· Intranet· Discussion Platforms· MS Office· Scanner
CombinationEksplicit è Eksplicit
· Intranet (Forum diskusi)
· Aplikasi database· Internet· Enterprise portal
feature· Business intelligent
InternalizationEksplicit è Tacit
· Intranet· Internet/ media masa· Content management· Learning feature· Surat edaran/SK· Papan pengumuman· Pelatihan
S E
I C
Gambar 1 - Proses Penciptaan Pengetahuan [8]
Nonaka dan Takeuchi [8] menyatakan bahwa proses penciptaan knowledge organisasi
terjadi karena adanya interaksi (konversi) antara tacit knowledge dan explicit knowledge,
melalui proses sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi seperti terlihat pada
gambar 1 proses penciptaan pengetahuan. Proses sosialisasi antar-SDM di organisasi salah
satunya dilakukan melalui pertemuan tatap muka (rapat, diskusi dan pertemuan bulanan).
Melalui pertemuan tatap muka ini SDM dapat saling berbagi knowledge dan pengalaman
yang dimilikinya sehingga tercipta knowledge baru bagi mereka. Rapat dan diskusi yang
dilakukan secara berkala harus memiliki notulen rapat. Notulen rapat ini kemudian menjadi
bentuk explicit (dokumentasi) dari knowledge. Sistem knowledge management akan sangat
membantu proses eksternalisasi ini, yaitu proses mengartikulasi tacit knowledge menjadi
suatu konsep yang jelas. Dukungan terhadap proses eksternalisasi ini, dapat diberikan dengan
mendokumentasikan notulen rapat (bentuk explicit dari knowledge yang tercipta saat
diadakannya pertemuan) ke dalam bentuk elektronik untuk kemudian dapat dipublikasikan
kepada mereka yang berkepentingan.
Proses konversi knowledge melalui kombinasi adalah mengkombinasikan berbagai
explicit knowledge yang berbeda untuk disusun ke dalam sistem knowledge management.
Media untuk proses ini dapat melalui intranet (forum diskusi), database organisasi dan
internet untuk memperoleh sumber eksternal. Semua dokumen data, informasi dan
knowledge yang sudah didokumentasikan dapat dibaca oleh orang lain. Pada proses ini terjadi
peningkatan knowledge sumber daya manusia. Sumber-sumber explicit knowledge dapat
diperoleh melalui media intranet (database organisasi), surat edaran/surat keputusan, papan
pengumuman dan internet serta media massa sebagai sumber eksternal. Untuk dapat
mendukung proses ini, sistem perlu memiliki alat bantu pencarian dan pengambilan dokumen.
Sementara itu, Technology dan Culture merupakan elemen struktural penting yang
membantu menjaga integritas dari model Knowledge Management Inukshuk. Measurement
dan leadership ditempatkan di bagian paling atas untuk mewakili pentingnya fungsi
menyeluruh dalam mengukur dampak dari KM dan memberikan dukungan leadership untuk
pelaksanaannya [6].
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
934
Gambar 2 - Inukshuk KM Model[6]
Inukshuk yang digambarkan pada Gambar 2 adalah contoh model sempurna dari
struktur knowledge yang mampu diadaptasikan keberbagai macam tujuan. Pertama, Inukshuk
sangat terkenal dengan simbol-simbol di Kanada dan memerankan peran yang penting dalam
sejarah dan tradisi. Kedua, Inukhsuk menyerupai manusia, sekaligus mengingatkan bahwa
manusia memilki peranan penting dalam KM. Tidak seperti sepupu jauhnya information
management, KM sangatlah mustahil terbentuk tanpa adanya manusia. Terakhir, meskipun
bentuk Inukshuk mirip, namun mereka tidak mungkin sama satu dan lainnya, sebagaimana
pengimplementasian KM akan berbeda-beda.
Inukshuk dibuat berdasarkan pondasi teknologi, kepemimpinan, dan budaya. Seperti
Inukshuk yang sebenarnya, model ini membutuhkan keseimbangan yang layak agar struktur
bisa berdiri. Jika ada aspek dari KM yang berat sebelah seperti misalnya kemimpinan yang
solid dan teknologi yang canggih namun budaya penerapannya gagal, maka dipastikan
struktur ini akan hancur. Teknologi adalah pemacu dari KM. Dari sudut pandang struktur
Inukshuk, teknologi adalah pedang bermata dua dan harus dipastikan jika teknologi itu
merupakan pemacu KM bukan sebagai halangan. Sekarang ini di beberapa tempat banyak
yang berpendapat bahwa teknologi menimbulkan masalah daripada menyelesaikan masalah.
Namun banyak juga yang berpedapat bahwa video confrence, streaming, dan instant
messaging mempermudah kehidupan.
Kepemimpinan ditempatkan dibagian paling atas untuk memperlihatkan pentingnya
fungsi menyeluruh dari pengukuran dampak KM dan menyediakan kepemimpinan serta untuk
mendukung pelaksanaannya. Beberapa pengetahuan biasanya tumbuh dari dasar, dan butuh
waktu untuk menjadi pengetahuan yang berkualitas dan bisa dimanfaatkan, hal ini tidak akan
banyak memakan biaya jika pertumbuhannya bisa dipimpin oleh sosok kepemimpinan yang
solid.
Budaya dalam struktur organisasi dalam sebuah perusahaan, perubahan budaya
merupakan strategi yang terletak pada corporate level strategy dan business level strategy.
Dalam perspektif KM, budaya bersumber pada tacit knowledge/culture (pengetahuan/budaya
individu) dan explicit knowledge/culture (pengetahuan/ budaya yang dimiliki oleh
organisasi).
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
935
C. Knowledge Management Organizational Architecture
Sistem yang mendukung KM menyediakan fungsi spesifik yang berhubungan dengan
komunikasi (e-mail dan forum diskusi); kordinasi (kalender bersama dan daftar tugas);
kolaborasi(workspace bersama); dan kontrol (jalur audit internal dan kontrol versi otomatis).
Sebuah KMS yang berfokus pada pengguna memberi kontribusi pada budaya berbagi dalam
organisasi dengan memberikan rasa kepemilikan sebuah komunitas pengguna yang saling
mendukung [6].
KMS memperjelas prespektif dari para pekerja sebagai pekerja pengetahuan dengan
menyediakan mereka cara untuk membuat pengetahuan dan secara aktif ikut berkontribusi
untuk membagi pengetahuan yang ada. Sebuah KMS memberikan dukungan untuk banyak
fungsi informasi [6], termasuk: (1) Menerima dan menyusun, menangkap dan menyimpan; (2)
Mencari dan mengakses; (3) Menyiptakan dan menyempurnakan; (4) Menggabung,
menyusun, dan mengubah; (5) Melacak. Fungsi-fungsi KMS ini memungkinkan lebih dari
satu individu untuk menyusun aktifitas penting guna membagi dan menggunakan ulang suatu
artifak untuk mencapai suatu tujuan. Singkatnya KMS membantu menyampaikan sifat dasar
dari pekerjaan ataupun keahlian [6]. Sebagai tanggapan dari tingginya permintaan ekonomi
global yang kompetitif, teknologi KMS telah bergabung dengan generasi baru mengelola
informasi. Dari bisnis dan industri, teknologi KM digunakan untuk mendukung pembelajaran
organisasi [6].
Gambar 3 - KM Organizational Architecture [6]
Organisasi arsitektur KM dibagi menjadi 3 tingkatan [6]: (1) Data layer, menyatukan
berbagai jenis data, serta bagaimana penyimpanan yang berbeda-beda (misalnya, database,
dokumen teks, video, dan audio); (2) Process layer, menjelaskan logika yang menggabungkan
dengan kegunaan dan user (orang lain dan sistem lain yang menggunakan data); dan (3) User
interface, menyediakan akses untuk informasi yang dibutuhkan degan tampilan yang
memudahkan pengguna sistem.
D. Knowledge Sharing Model
Knowledge sharing adalah pertukaran pengalaman, peristiwa, pikiran atau pemahaman
tentang suatu pengetahuan sehingga seseorang dapat memperoleh peningkatan wawasan dan
pemahaman serta meningkatkan keahlian [9]. Sedangkan knowledge sharing dalam suatu
organisasi adalah suatu proses menangkap, mengorganisasikan, dan mentransfer pengetahuan
yang bersumber dari pengalaman seseorang dan membuat pengetahuan tersedia untuk orang
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
936
lain dalam organisasi. Knowledge sharing merupakan kegiatan utama dari KM. Knowledge
sharing juga dapat dilihat sebagai budaya interaksi sosial yang mencakup pertukaran
seperangkat pemahaman bersama sehingga dapat memberikan pegawai suatu akses informasi
mengenai bidang yang relevan dan menggunakan jaringan pengetahuan dalam organisasi [9].
Knowledge sharing tidak hanya sekedar memberikan sesuatu kepada orang lain atau
mendapatkan sesuatu dari mereka sebagai hasil timbal balik. Namun knowledge sharing
terjadi ketika orang-orang secara alami tertarik untuk membantu satu sama lain untuk
membangun kompetensi dan kapasitas yang baru untuk bertindak. Jadi knowledge sharing
bukan sesuatu yang dipaksakan atau di siapkan secara formal, namun mengalir secara alamiah
dan ada unsur kerelaan untuk membantu orang lain demi kemajuan atau mencapai tujuan
tertentu.
Knowledge sharing juga disebutkan merupakan proses penciptaan pembelajaran. Hal
tersebut dimaksudkan bahwa melalui kegiatan knowledge sharing, maka seseorang akan
mendapatkan pemahaman, wawasan baru terhadap suatu hal, dan peningkatan tersebut
merupakan salah satu bentuk dari adanya pembelajaran. Fokus utama dari knowledge sharing
adalah kemampuan seseorang untuk mengeksplisitkan dan mengkomunikasikan pengetahuan
kepada individu, grup, dan organisasi. Selanjutnya dalam KMS, seorang individu diharapkan
mampu mengkontribusikan pengetahuan mereka melalui sistem yang telah disediakan oleh
organisasi daripada dibagikan secara personal atau kelompok tertentu saja. KMS merupakan
kunci utama keberhasilan kegiatan knowledge sharing di organisasi.
Isu utama dalam KMS adalah harus bisa menunjukkan bahwa knowledge merupakan
sebuah ‘benda publik’ atau public good. Artinya adalah bahwa knowledge atau pengetahuan
tersebut harus tersedia untuk seluruh anggota organisasi tanpa melihat apakah mereka semua
turut berkontribusi apa tidak. Sebuah aplikasi KMS memiliki peran yang penting dalam
mendorong knowledge sharing pada perusahaan [10]. KMS dapat digunakan untuk
memfasilitasi, menghasilkan, mempertahankan, dan berbagi pengetahuan pada organisasi.
Untuk menguji peranan teknologi informasi dalm hal ini, yaitu KMS sebagai tools untuk
melakukan knowledge sharing, maka perlu menekankan bagaimana pengaruh KMS sebagai
faktor utama dan lingkungan organisasi sebagai faktor pendukung yang mampu mendorong
sikap individu untuk melakukan knowledge sharing.
Bahwa berbagi pengetahuan (knowledge sharing) adalah suatu bentuk perilaku
(behavior) Konstruk yang digunakan dalam pengumpulan data primer menggunakan Theory
of Planned Behavior [11-13] yang merupakan pengembangan dari Theory of Reason Action
[14]. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara
yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, seseorang
dapat melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tergantung dari niat yang dimiliki oleh
orang tersebut, bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi
oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior)
dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms)
[14]. Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk
dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, TRA ini dilengkapi dengan keyakinan (beliefs).
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
937
Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs),
sedangkan norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs).
.
Gambar 4 - Theory Reasoned Action [14]
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut dari TRA,
dengan ditanambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA, yaitu kontrol perilaku yang
dipersepsi (perceived behavioral control)[11]. Konstruk ini ditambahkan dalam upaya
memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu.
Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku tidak hanya ditentukan
oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang
dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control
beliefs). Secara lebih lengkap Ajzen [12] menambahkan faktor latar belakang individu ke
dalam perceived behavioral control, sehingga secara skematik perceived behavioral control
dilukiskan sebagaimana pada gambar 5.
Gambar 5 - Theory of Planned Behavior [11]
E. Metode Pengembangan Knowledge Management
Referensi metode penelitian yang digunakan adalah metodologi KM Amrit Tiwana
[15] yang dijalaskan pada gambar 3. Metode ini digunakan penulis sebagai rujukan dari
metode penelitian yang digunakan namun metode dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
sistem dan dilakukan beberapa penyesuaian untuk diterapkan pada penelitian yang akan
dilaksanakan di lingkungan Telkomsel sehingga metode disusun sebagai berikut. Pada
metode ini terdapat 4 Fase utama, yaitu: Inisialisasi, Analisis dan Desain KM, Develop KM
dan Evaluasi KM. Dengan metode ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas masalah,
yaitu sebuah rancangan desain aplikasi KMS untuk Telkomsel.
Inisialisasi, tahap ini merupakan fase awal dalam penelitian, pada tahap inisialisasi
terdapat langkah awal yang dilakukan saat menginisialisasi suatu penelitian yaitu studi
literatur yang berkaitan dengan knowledge sharing. Yang menjadi input dari tahap ini yaitu
beberapa jurnal dan buku yang berisi teori, penelitian, dan model dari KM. Kemudian
outputnya yaitu rangkuman suatu studi literatur terkait penelitian yang akan dibahas dan
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
938
dibandingkan sehingga didapat teori, metode, dan model penelitian yang sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
Fase Kedua, Analisis dan Desain Knowledge Sharing Menggunakan Metode FAST.
Pada tahap kedua ini, penelitian dimulai dari analisis infrastruktur yang tersedia untuk
menunjang Knowledge Sharing, kemudian dilanjutkan dengan menyelaraskan strategi
Knowledge Sharing dengan strategi bisnis Telkomsel sehingga dapat dilakukan langkah
selanjutnya yaitu dilakukan analisis kebutuhan Knowledge Sharing sehingga dapat dilakukan
perancangan dari KMS yang akan dibangun. Input dari langkah ini yaitu berupa form
wawancara yang telah dilakukan kepada user terkait dengan KMS sedangkan outputnya yaitu
berupa hasil dari perancangan Knowledge Sharing secara keseluruhan.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing kegiatan dalam fase kedua ini, yaitu:
(1) Pada langkah ini yang menjadi input adalah form wawancara yang berisi tentang
infrastruktur yang ada di PT. Telkomsel Regional Sumbagsel; (2) Form wawancara tersebut
disusun/didapat dari sumber-sumber antara lain: buku dan journal yang pernah membahas
tentang knowledge management dalam organisasi; (3) Proses pada langkah ini, yaitu
melakukan wawancara/interview dengan pihak Telkomsel antara lain: bagian Information
Technology di Telkomsel; (4) Sedangkan untuk output yang didapat adalah peta infrastruktur
saat ini dan peta infrastruktur teknologi yang harus ditambahkan untuk mendukung KMS
dapat berjalan dengan lancar.
Selanjutnya masih merupakan lanjutan dari fase kedua, dilakukan Langkah
Menyelaraskan Strategi Knowledge Sharing dengan Strategi Bisnis Telkomsel. Tahap
analisis infrastruktur yang ada ini merupakan kegiatan untuk menggali pemahaman mengenai
komponen yang membangun strategi dan kerangka teknologi informasi yang akan digunakan
dalam KM. Dengan menganalisa dan menghitung apa yang sudah tersedia di perusahaan,
maka kita bisa mengidentifikasi kesenjangan dari infrastruktur tersebut. Dari hasil analisa
tersebut, kita mampu membangun KM dengan sumber daya yang sudah ada. Dokumen
strategi bisnis Telkomsel dan dokumen strategi knowledge management sebagai input dalam
langkah ini. Dan proses yang dilakukan berupa wawancara/interview dan mengumpulkan
dokumen dari kepala Bagian Information Technology PT. Telkomsel Regional Sumbagsel.
Output yang dihasilkan pada langkah ini, yaitu berupa analisis kelayakan dengan fokus utama
untuk mencapai keselarasan antara KMS yang akan didesain dengan strategi bisnis yang
dimiliki oleh Telkomsel. Kegiatan menyelaraskan Knowledge Sharing dan strategi bisnis
dilakukan untuk menghasilkan KMS yang sesuai dengan tujuan organisasi. Kunci dari
kegiatan ini adalah mengidentifikasi apa yang bisa digunakan dan tidak bisa digunakan dalam
KMS.
Langkah berikutnnya dari fase kedua adalah melakukan Analisis Knowledge
Management. Dari data infrastruktur yang didapat dan daftar aset pengetahuan serta sistem
yang dimiliki Telkomsel, maka bisa dilanjutnya untuk proses menerjemahkan kebutuhan
pengguna. Tahap analisis ini menggunakan metode FAST. Analisis KM dilakukan untuk
menentukan kebutuhan pengguna dan kebutuhan sistem yang akan dibuat, aktivitas yang
dilakukan adalah: (1) Menganalisis hasil audit sistem yang dilakukan pada langkah
sebelumnya yaitu kebutuhan perusahaan akan KM; (2) Menganalisis kebutuhan umum sistem;
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
939
(3) Menentukan spesifikasi kebutuhan fungsional dan kebutuhan nonfungsional; (4)
Menentukan prioritas kebutuhan sistem; dan (5) Mendokumentasikan kebutuhan sistem.
Analisis Infrastruktur yang ada
Menyelaraskan KM dengan strategi bisnis
Desain infrastruktur KM
Audit terhadap aset pengetahuan dan sistem yang ada
Desain Tim Knowledge Management
Membuat Blueprint Knowledge Management
Mengembangkan SistemKnowledge Management
Penyebaran, menggunakan metodologi Result-driven Incremental
Mengelola perubahan, budaya dan struktur reward
Melakukan Evaluasi kinerja, mengukur ROI dan menyempurkan knowledge management secara periodik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tahap I :Evaluasi
Infrastruktur
Tahap II :Analisis, Desain
dan Pengembangan
Sistem KM
Tahap III :Sistem
Penyebaran/ Deployment
Tahap IV :Evaluasi
Gambar 6 - Ten Step KM Roadmap [15]
Selanjutnya dilakukan langkah Desain Knowledge Management, dimana langkah ini
mempunyai input berupa daftar kebutuhan sistem, lengkap dengan desain infrastruktur, dan
daftar aset serta sistem yang selanjutnya akan diproses untuk mendesain KMS. Dikarenakan
pada tahap ini menggunakan pendekatan FAST maka output yang dihasilkan berupa gambar
alur proses dalam bentuk DFD dan relasi data dalam bentuk ERD. Pada langkah ini bertujuan
untuk membuat gambaran proses-proses yang terjadi pada sistem yang akan dikembangkan
dan hubungan antar data. Aktivitas yang dilakukan adalah: (1) Menentukan input, proses, dan
output yang akan diterapkan pada perangkat lunak sesuai dengan konteks penelitian; (2)
Membuat gambaran atau rancangan alur proses-proses yang akan diterapkan pada perangkat
lunak dalam bentuk gambar atau diagram; (3) Membuat hubungan atau relasi data dalam
bisnis data; dan terakhir (4) Mendokumentasikan gambar alur proses dalam bentuk DFD dan
relasi data dalam bentuk ERD.
Pada Fase Ketiga yaitu Develop Knowledege Management. Pengembangan KM
merupakan tahap lanjutan dari hasil-hasil tahap analisa dan desain KM. Input dari tahap ini
yaitu perancangan KM yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya sedangkan outputnya
yaitu aplikasi KMS yang telah dibangun sesuai dengan perancangan. Pada tahap ini akan
dilakukan dua langkah, yaitu membuat interface KM beserta implementasi dan pengujian dari
KM yang telah dibuat.
Dalam membuat Interface Knowledge Management, peneliti mengguna literatur dari
buku dan internet sebagai input dalam membuat interface KMS. Dari sumber-sumber itu,
selanjutnya adalah proses pembuatan interface KMS. Dan output dari langkah ini yaitu berupa
interface KMS. Langkah ini kebutuhan-kebutuhan yang telah didefinisikan dan di gambarkan
pada langkah sebelumnya direpresentasikan ke dalam bentuk blueprint perangkat lunak
sebelum proses coding dimulai., aktivitas yang dilakukan pada langkah ini adalah: (1)
Membuat rancangan alur sistem untuk setiap proses secara detail dalam dokumen bentuk
gambar agar mudah dipahami pada saat proses coding dalam bentuk Physical Data Flow
Diagram; (2) Membuat rancangan database serta alur data pada setiap tabel database secara
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
940
rinci dalam bentuk gambar perancangan logic skema database; (3) Membuat rancangan input,
proses, output yang akan dihasilkan dari perangkat lunak; (4) Membuat rancangan user
interface untuk setiap menu atau fitur-fitur yang akan digunakan pada perangkat lunak; dan
(5) Mendokumentasikan desain perangkat lunak KM.
Langkah berikutnya dari fase ketiga ini adalah Implementasi dan Pengujian
Knowledge Management. Langkah ini bertujuan untuk menerjemahkan desain yang telah
dibuat ke dalam kode-kode dengan menggunakan bahasa pemrograman yang telah ditentukan
oleh programmer dan melakukan penyatuan unit program kemudian diuji secara keseluruhan,
aktivitas yang dilakukan adalah: (1) Membuat user interface atau tampilan halaman perangkat
lunak dalam bahasa pemrograman HTML dan CSS sesuai dengan rancangan interface yang
telah ditetapkan; (2) Membuat database sistem sesuai dengan data dan rancangan database
yang telah dibuat pada tahap sebelumnya dalam bahasa pemrograman MySql; (3) Membuat
coding untuk seluruh proses-proses system mulai dari input, proses, dan output sesuai dengan
rancangan sebelumnya dengan bahasa pemrograman PHP; (4) Melakukan uji coba terhadap
perangkat lunak secara rinci mulai dari user interface program, input setiap menu, fungsi-
fungsi pada setiap proses dan bentuk output yang dihasilkan oleh perangkat lunak tersebut;
(5) Membuat dokumentasi instalasi dan konfigurasi perangkat lunak; dan terakhir (6)
Membuat dokementasi hasil uji coba perangkat lunak yang berguna untuk programmer
dalam memperbaiki kesalahan dan kekurangan perangkat lunak.
4. Hasil dan Pembahasan
Merujuk kembali pada rumusan masalah dan tujuan penelitian, bahwa penelitian ini
bermaksud untuk mengembangkan sistem berbasis komputer agar dapat menjadi sarana dan
fasilitator dalam melakukan kegiatan knowledge sharing. Berdasarkan hasil analisis kuesioner
dan pendefinisian kebutuhan fungsional sistem, maka berikut ini merupakan user requirement
yang diyakini oleh user dapat memfasilitasi knowledge sharing jika tersedia fitur-fitur
sebagaimana tercantum pada tabel 2. Pemetaan fitur tersebut diperoleh dari user requirement
yang didapat melalui teknik kuantitatif dengan melakukan sampling kuesioner pada pegawai
dengan teknik Bivariate Correlation Pearson. Sebagai pembanding dari user requirement
tersebut, juga dilakukan teknik kuantitatif berupa wawancara dan observasi di mana
ditemukan kesesuaian antara hasil analisis teknik kualitatif dan teknik kuantitatif.
Pembangunan KMS ini dikembangkan berdasarkan user requirement yang
pengimplementasiannya disesuaikan dengan SECI Model dalam proses knowledge transfer
dan The Inukhsuk Knowledge Management Model dalam penerapannya di lingkungan
perusahaan. Untuk itu berikut ini adalah tabel penjelasan antara penerapan The Inukhsuk
Knowledge Management Model yang di dalamnya terdapat proses SECI Model dan
dituangkan ke dalam penerapan fitur-fitur yang terdapat dalam KMS PT. Telkomsel Regional
Sumbagsel. Fitur-fitur ini dipilih berdasarkan analisis hasil kuesioner sebelumnya dan dinilai
layak untuk mendukung penerapan knowledge sharing perusahaan. Dalam penerjemahan
kebutuhan user ini, user meyakini bahwa perilaku knowledge sharing dapat dibentuk jika
disediakan fitur-fitur tertentu. Berikut ini akan dijelaskan hubungan antara pemetaan fitur dan
pengimplementasiannya pada SECI Model dan The Inukhsuk Knowledge Managemnt Model.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
941
Dengan demikian diketahui bahwa fitur-fitur yang dirancang berdasarkan hasil
kuesioner serta model dari knowledge management dinilai layak dan sesuai untuk diterapkan
pada PT. Telkomsel Regional Sumbagsel karena dapat memenuhi kebutuhan user dan sesuai
dengan struktur dan lingkungan yang ada pada perusahaan. Dengan dibangunnya KMS yang
mengacu pada SECI Model dan The Inukshuk Knowledge Management Model KMS
merupakan solusi untuk membangun budaya knowledge sharing antar pegawai PT. Telkomsel
Regional Sumbagsel guna efektivitas dan produktivitas menuju keunggulan yang kompetitif.
Tabel 1 - Pemetaan Fitur KMS Berdasarkan User Requirement
KNOWLEDGE GOAL
MENU-MENU YANG
MENDUKUNG
KNOWLEDGE GOAL
Normative
1. Menciptakan budaya
pembelajaran.
2. Menciptakan komunikasi yang
kuat dengan budaya sharing
knowledge.
3. Membuat wadah aspirasi dan
inspirasi.
1. Profil KMS
2. Knowledge Portal
3. Forum Diskusi
4. Materi Training
5. Notulen Rapat
6. Reward
Strategic
1. Menyebarkan informasi dan
knowledge
2. Meningkatkan pengetahuan
dalam mencapai visi dan misi
perusahaan
3. Membuat sistem
pendokumentasian pengetahuan
1. Profil KMS
2. Knowledge Portal
3. Forum Diskusi
4. Materi Training
5. Notulen Rapat
6. Reward
Operational
1. Meminimalisasi adanya
redudansi kerja
2. Memfasilitasi knowledge sharing
antar pegawai
3. Mengurangi pengulangan
kesalahan
1. Profil KMS
1. 2. Forum diskusi
2. 3. Knowledge searching
Tabel 2 - Penerapan Sistem dalam The Inukshuk Knowledge Management Model
NO BENTUK
PENERAPAN
PROSES MODEL THE INUKSHUK KNOWLEDGE
MANAGEMENT MODEL
FOUNDATION
1. Technology 1. Tersedianya perangkat keras (hardware) pendukung
yang dapat digunakan untuk menerapkan sistem yang
akan dikembangkan. Adapun spesifikasi teknologi yang
tersedia yaitu:
Processor
Memory
Harddisk
: Intel(R) Core(TM)2 Duo CPU
E6750 @ 2.66Ghz 2.67 GHz
2005 MB DDRAM
240 GB 3.5“
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
942
Floppy Disk
Optical Drive
Keyboard
Mouse
CPU
Monitor
Lan Card
1.44 MB 3.5”
DVD ROOM
PS/2
PS/2
Lenovo
17“ LCD
Unit @Gigabit Ethernet
2. Data akan disimpan di dalam basis data MySQL yang
berjalan pada Microsoft Windows 7.
3. Teknologi adalah media penyebaran informasi melalui
sarana internet yang digunakan untuk mendukung tiap
kegiatan kerja di dalam perusahaan. Indikator yang dapat
diamati adalah:
· Pemahaman tentang internet sudah baik.
· Frekuensi menggunakan fasilitas internet selama jam
kerja yang cukup baik.
· Fasilitas internet yang ada sangat membantu proses kerja karyawan.
· Fasilitas internet meningkatkan efisiensi kerja dari segi waktu dan biaya.
· Frekuensi penggunaan internet untuk mencari
informasi dan menambah pengetahuan yang cukup
tinggi.
· Pemanfaatan teknologi di departemen sudah benar-benar efektif.
· Fasilitas internet sangat membantu di dalam menyimpan dan mengirim data.
2. Leadership Peran Manajer HRD dalam memantau dan memonitoring
proses dan alur knowledge yang ada dalam sistem. Dalam
hal ini Manajer HRD memiliki wewenang khusus dimana
fungsi kepemimpinan disini digunakan untuk tolak ukur
dalam peningkatan kinerja pegawai. Dalam sistem ini
terdapat fitur reward yang memungkinkan Manajer HRD
untuk melakukan pemantauan alur knowledge yang ada
dalam KMS serta memberikan reward bagi pegawai yang
dinilai layak dan aktif dalam melakukan kegiatan knowledge
sharing.
3. Culture Supaya fitur yang telah dikembangkan pada knowledge
management system dapat berhasil dilaksanakan maka
pegawai diwajibkan untuk melakukan login pada KMS ini,
kemudian hal-hal berikut ini harus dibudayakan pada
anggotanya, baik secara individu maupun insitusi:
1. Menciptakan Knowledge: knowledge diciptakan begitu
seseorang menentukan cara baru untuk melakukan
sesuatu atau menciptakan know-how.
2. Menangkap Knowledge: knowledge baru
diidentifikasikan sebagai bernilai dan direpresentasikan
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
943
dalam suatu cara yang masuk akal.
3. Menjaring Knowledge: knowledge baru harus
ditempatkan dalam konteks agar dapat ditindaklanjuti.
Hal ini menunjukkan kedalaman manusia (kualitas tacit)
yang harus ditangkap bersamaan dengan fakta explicit.
4. Menyimpan Knowledge: knowledge yang bermanfaat
harus disimpan dalam format yang baik dalam
penyimpanan knowledge, sehingga semua anggota dalam
organisasi dapat mengaksesnya.
5. Mengolah Knowledge: seperti
perpustakaan, knowledge harus dibuat up-to-date. Hal
tersebut harus di-review untuk menjelaskan apakah
relevan atau akurat.
6. Menyebarluaskan Knowledge: knowledge harus tersedia
dalam format yang bermanfaat untuk semua orang dalam
organisasi yang memerlukan, dimanapun dan tersedia
setiap saat.
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan pegawai pada KMS,
maka terdapat reward yang berupa poin yang secara
otomatis terakumulasi dan dimonitoring oleh Manager HRD.
Selanjutnya hasil dari reward ini digunakan dalam
penentuan peningkatan kinerja pegawai.
PROCESS (SECI MODEL)
NO BENTUK
PENERAPAN KETERANGAN
PROSES
SECI
MODEL
1. Interaksi antar
pegawai dalam
bentuk:
- Fitur Chatting
Aplikasi yang memfasilitasi
sharing (penyebar luasan),
pemindahan, dan penciptaan
pengetahuan tacit dari pegawai ke
pengetahuan tacit oleh pegawai
lainnya melalui interaksi dan
pengalaman langsung. Pada saat
pegawai membuka fitur chatting
yang memungkinkan pegawai
bersosialisasi mentransferkan
pengetahuan tacit ke tacit.
Sehingga terdapat transfer
knowledge antar pegawai yang
berbentuk tacit dan sistem ini
digunakan sebagai media untuk
transfer pengetahuan tersebut.
Socialization
2. Fitur pembuatan
dokumen dari hasil:
- Forum Knowledge
- Forum Diskusi
Aplikasi yang dapat memfasilitasi
penciptaan ataupun pengkonversian
pengetahuan tacit pegawai menjadi
sesuatu yang bisa diakses oleh
Externalization
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
944
- Forum Training
- Forum Notulen
rapat
melalui dialog dan
refleksi.
pegawai dalam bentuk explicit.
Pada proses ini, kumpulan
knowledge yang awalnya berbentuk
tacit dan merupakan aset pribadi
masing-masing individu, disimpan
ke dalam database yang berbentuk
explicit dan bisa diakses oleh
banyak pegawai. Saat pegawai
menginputkan dokumen knowledge
dan notulen rapat, maka secara
langsung pengetahuan yang
awalnya berbentuk tacit berubah
menjadi explicit. Saat pengetahuan
sudah tertuang dalam database
maka pegawai dapat mengaksesnya
dan memudahkan proses knowledge
sharing.
3. 1. Fitur melihat
dokumen
pengetahuan, fitur
melihat berita
knowledge
terbaru, diskusi
terbaru, training
terbaru, notulen
rapat terbaru dan
melihat reward
pengguna.
2. Fitur pencarian.
Aplikasi yang memfasilitasi
pemanfaatan pengetahuan explicit
yang ada dalam organisasi menjadi
suatu pembelajaran dan akuisisi
knowledge yang disebarkan
langsung kepada organisasi
sehingga dapat diserap pegawai ke
dalam bentuk tacit. Saat seorang
pegawai telah menginputkan
knowledge sehingga berbentuk
explicit. Maka saat pegawai lainnya
mengakses knowledge tersebut dan
mempelajarinya, maka knowledge
tersebut menjadi knowledge tacit
bagi pegawai yang telah
mengaksesnya.
Internalization
MEASUREMENT
1.
Measurement
Dalam hal ini dilakukan pengukuran dari implementasi KMS
yang berupa wawancara kepada Manajer IT untuk mengukur
apakah KMS yang dikembangkan bisa memenuhi user
requirement untuk melakukan knowledge sharing.
Berdasarkan wawancara sebelumnya maka disusun kembali
pertanyaan untuk mengukur apakah KMS dapat
memfasilitasi knowledge sharing. Data terlampir yang
hasilnya yaitu KMS dinilai layak untuk menjadi fasilitator
dalam melakukan knowledge sharing. Fitur –fitur yang
dikembangkan memenuhi kebutuhan user dan dianggap
mampu mendukung proses knowledge sharing dalam PT.
Telkomsel Regional Sumbagsel.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
945
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan hasil pembahasan yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya, ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembangunan Knowledge Management System (KMS) pada PT. Telkomsel Regional
Sumbagsel dikembangkan dengan fitur-fitur yang mampu mendukung kegiatan
Knowledge Sharing. Dalam hal ini KMS berfungsi sebagai fasilitator bagi perusahaan
untuk menumbuhkan budaya Knowledge Sharing demi mendukung akselerasi dari
learning skill dan learning capability pegawai. KMS juga berperan dalam membantu
perusahaan dalam menyediakan media untuk menyimpan dan memanfaatkan
knowledge yang ada pada SDM perusahaan. Dengan terdokumentasikannya
knowledge yang ada pada perusahaan juga mencegah terjadinya brain drain (hilangnya
pengetahuan) serta terwujudnya pemerataan knowledge demi pengembangan SDM
dan perusahaan.
2. Fitur-fitur KMS yang dibangun pada perusahaan harus sesuai dengan proses bisnis
perusahaan sehingga penerapan KMS dapat mendukung kegiatan knowledge sharing.
KMS ini dapat memudahkan pegawai dalam berbagi knowledge yang awalnya
berbentuk tacit menjadi knowledge yang berbentuk explicit. Pembangunan fitur-fitur
yang ada pada KMS ini mengacu pada SECI model dan The Inukhsuk Knowledge
Management Model yang membantu pegawai untuk mendokumentasikan berbagai
knowledge, baik berupa knowledge base atau best practice, serta mengorganisasikan
data diskusi, training, dan notulen rapat. KMS ini juga dilengkapi fitur reward yang
dirancang untuk memacu pegawai agar dapat berpartisipasi dalam kegiatan knowledge
sharing sehingga budaya sharing tersebut dapat tercipta pada perusahaan.
3. Dalam penelitian ini, penulis telah berhasil menggunakan teknik kuantitatif yang
diaplikasikan untuk pengembangan perangkat lunak yang bersifat sampling
menyeluruh dan sebagai tools dalam fase pendefinisian user requirements. Dalam
teknik kualitatif ini penulis menyebarkan kuesioner kepada pegawai PT. Telkomsel
Regional Sumbagsel sehingga didapat fitur-fitur KMS yang sesuai dengan kebutuhan
user. Dengan adanya kuesioner ini maka hasil pendefinisian kebutuhan didapatkan
kesesuaian antara hasil teknik kualitatif dan teknik kuantitatif sehingga hasil
pendefinisian kebutuhan yang didapatkan bersifat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] G. P. Romhardt, Managing Knowledge: Building Blocks for Success. New York: John
Wiley & Sons Ltd., 2003.
[2] A. Tiwana, The Essensial Guide To Knowledge Management. New Jersey: Prentice Hall
PTR, 2001.
[3] Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013.
[4] L. Widayana, KM : Meningkatkan Daya Saing Bisnis. Malang: Bayumedia Publishing,
2009.
[5] T. Kristanti and N. Pamela, "Penerapan KM System Berbasis Website CMS pada Divisi
Produksi CV. Indotai Pratama Jaya," Jurnal Sistem Informasi, vol. 6, pp. 89-99, 2011.
Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1,April 2016,
ISSN Print : 2085-1588
ISSN Online : 2355-4614
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
email: [email protected]
CCS, Vol.x, Julyxxxx, pp. 1~
946
[6] K. Dalkir, Knowledge management in theory and practice. Cambridge, Massachusset:
MIT Press, 2011.
[7] P. M. Carrillo, et al., "Knowledge management in UK construction: strategies, resources
and barriers," 2004.
[8] I. Nonaka and H. Takeuchi, The Knowledge-Creating Company: How Japanese
Companies Creating the Dynamics of Innovation. New York: Oxford University Press,
1995.
[9] M. A. Balubaid, "Using Web 2.0 Technology to Enhance Knowledge Sharing in an
Academic Department," Procedia - Social and Behavioral Sciences, vol. 102, pp. 406-
420, 2013.
[10] S. S. Chen, et al., "Behavioral intention formation in knowledge sharing: Examining the
roles of KMS quality, KMS self-efficacy, and organizational climate," Knowledge-
Based Systems, vol. 31, pp. 106-118, Jul 2012.
[11] I. Ajzen, "From intentions to actions: A theory of planned behavior. ," in Action control
from cognition to behavior, J. Khul and J. Beckmann, Eds., ed Berlin: Verlag, 1985, pp.
10-39.
[12] I. Ajzen, Attitudes, personality and behaviour. Berkshire, England, UK.: Open
University Press, McGraw-Hill International, 2005.
[13] I. Ajzen, "Theory of planned behavior," in Handbook of Theories of Social Psychology.
vol. 1, P. A. M. V. Lange, et al., Eds., ed: SAGE, 2011, p. 438.
[14] I. Ajzen and M. Fishbein, "Understanding attitudes and predicting social behaviour,"
1980.
[15] A. Tiwana, The Knowledge Management Toolkit: Prentice Hall, 2000.
COPYRIGHT FORM
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Email :
Penulis paper dengan judul :
Dengan ini menyetujui bahwa:
1. Penulis paper menjamin bahwa paper di atas adalah asli (original), tidak pernah
dipublikasikan ke tempat lain, atau tidak sedang dalam proses publikasi di tempat lain.
2. Dengan diterimanya paper di atas untuk publikasi di JSI, maka JSI memiliki hak cipta atas
paper tersebut. Kepemilikan hak cipta meliputi hak untuk memperbanyak dan
mendistribusikan, termasuk mencetak ulang, menerjemahkan, dan/atau membuat
reproduksi paper dalam bentuk lain, baik secara offline maupun online.
3. Penulis paper mempunyai hak untuk mempublikasikan paper di atas secara online di
alamat website pribadi/institusinya dengan mencantumkan link alamat online Jurnal
Sistem Informasi (JSI) untuk paper yang sama.
4. Penulis paper menjamin bahwa paper di atas adalah asli (original), kecuali untuk kutipan
dari karya cipta orang lain, dengan disertai izin dari pemegang hak cipta.
5. Penulis menjamin bahwa paper di atas tidak mengandung pernyataan memfitnah dan tidak
melanggar hak cipta, merek dagang, paten, hak hukum atau kepatutan hak orang lain.
6. Penulis pertama bersedia mengambil tanggung jawab terhadap isi paper, atas nama
penulis, penulis kedua, ketiga dan seterusnya.
………., ……………………
Tanda Tangan:
Nama:
Tanggungjawab Editor
1. Editor JSI bertanggungjawab dalam memutuskan artikel yang layak dipublikasikan melalui rapat dewan redaksi Setelah mendapat rekomendasi dari hasil penilaian reviewer.
2. Dalam proses penerimaan artikel, tim editor berasaskan pada asas kesamaan perlakuan. 3. Dalam proses review jurnal dan pengambilan keputusan publikasi (artikel), tim editor tidak
membedakan ras, jenis kelamin, agama, etnis, kewarganegaraan, atau ideologi politik penulis. 4. Editor dan tim editorial tidak akan mengungkapkan setiap informasi tentang naskah atau artikel
yang masuk kecuali atas izin penulisnya. 5. Naskah (artikel) yang tidak diterbitkan setelah diajukan tidak akan digunakan oleh penelitian
editor sendiri dan akan dikembalikan langsung kepada penulisnya.
Tanggungjawab Reviewer
Reviewer membantu editor dalam membuat keputusan editorial terhadap naskah/artikel yang masuk
1. Reviewer bertanggungjawab terhadap rekomendasi arikel yang direview 2. Reviewer naskah dilakukan secara obyektif, dan didukung oleh argumentasi yang jelas. 3. Reviewer bertanggungjawab terhadap kutipan, referensi, dan plagiarisme atas artikel yang
direview. 4. Reviewer menjaga kerahasiaan informasi untuk keuntungan pribadi.
Tanggungjawab Penulis
1. Penulis harus menyajikan artikel hasil pemikiran atau penelitiannya secara jelas, jujur, dan tanpa plagiasi, dan manipulasi data.
2. Penulis bertanggungjawab atas konfirmasi yang diajukan atas artikel yang telah ditulis. 3. Penulis harus mematuhi persyaratan publikasi berupa orisinalitas karya, tidak plagiat, dan
belum pernah diterbitkan di jurnal atau publikasi lain. 4. Penulis harus menunjukkan rujukan dari pendapat dan karya orang lain yang dikutip 5. Penulis harus menulis naskah atau artikel secara etis, jujur dan bertanggung jawab, sesuai
dengan peraturan kepenulisan ilmiah yang berlaku. 6. Penulis dilarang mengirimkan/menerbitkan artikel yang sama ke lebih dari satu jurnal atau
publikasi. 7. Penulis tidak berkeberatan jika naksah mengalami penyuntingan tanpa mengubah subtansi atau
ide pokok tulisan. 8. Penulis harus mengisi copyright form yang sudah disediakan oleh JSI dan dapat didonwload.
Tanggungjawab Penerbit (Publisher)
1. Fakultas Ilmu Komputer, UNSRI sebagai penerbit jurnal ilmiah JSI bertanggungjawab menerbitkan artikel yang setelah melalui proses editing, peer review, layout sesuai dengan aturan penerbitan Jurnal Ilmiah.
2. Fakultas Ilmu Komputer, UNSRI bertanggungjawab menjamin kebebasan akademik bagi para editor dan reviewer dalam menjalankan tugasnya maisng-masing.
3. Fakultas Ilmu Komputer, UNSRI bertanggungjawab menjaga privasi dan melindungi kekayaan intelektual dan hak cipta, dan kebebasan editorial
TATA CARA PENULISAN NASKAH JSI
JUDUL DITULIS DENGAN FONT TIMES NEW ROMAN 12 BOLD
(Max 15 kata: Bahasa Indonesia dan Max 12 kata: Bahasa Inggris) (Center, Bold, Times New Roman 12, max 15 words)
Penulis1, Penulis2, Penulis3 [time new roman 11 bold] 1,2,3 departemen, fakultas, institusi [time new roman 11]
Alamat kota, kode pos [time new roman 11]
Telp: (kode kota) nomor telepon, Fax: (kode kota) Nomor Fax [time new roman 11]
e-mail: [email protected]
Abstrak Abstrak yang dipersiapkan dengan baik, memungkinkan pembaca untuk mengidentifikasi konten
dasar dari dokumen dengan cepat dan akurat, untuk menentukan relevansinya dengan kepentingan
mereka, dan dengan demikian mereka dapat memutuskan apakah akan membaca dokumen secara
keseluruhan atau tidak. Abstrak harus informatif dan benar-benar jelas, memberikan pernyataan yang
jelas apa permasalahan yang ada, pendekatan atau solusi yang diusulkan, dan menunjukkan temuan
utama dan simpulan. Panjang abstrak harus dalam 100 sampai 150 kata. Abstrak harus ditulis dalam
bentuk lampau. Standar nomenklatur harus digunakan dan singkatan harus dihindari. Tak ada
pengutipan dalam abstrak. Daftar kata kunci memberikan kesempatan untuk menambahkan kata kunci,
yang digunakan untuk layaan peng-indeks-kan dan pengabstrakan, di samping yang sudah ada dalam
judul. Sangat bijaksana menggunakan kata kunci yang dapat meningkatkan kemudahan dari pihak yang
berkepentingan untuk dapat menemukan artikel kita.
Kata kunci: maksimal 5 kata terpenting dalam makalah
Abstract A well-prepared abstract enables the reader to identify the basic content of a document quickly
and accurately, to determine its relevance to their interests, and thus to decide whether to read the
document in its entirety. The Abstract should be informative and completely self-explanatory, provide a
clear statement of the problem, the proposed approach or solution, and point out major findings and
conclusions. The Abstract should be 100 to 150 words in length. The abstract should be written in the
past tense. Standard nomenclature should be used and abbreviations should be avoided. No literature
should be cited. The keyword list provides the opportunity to add keywords, used by the indexing and
abstracting services, in addition to those already present in the title. Judicious use of keywords may
increase the ease with which interested parties can locate our article.
Keywords: maximum 5 keywords from paper
1. INTRODUCTION
The main text format consists of a flat left-right columns on A4 paper. The margin text from the
left, right, top, and bottom 3 cm. The manuscript is written in Microsoft Word, single space, Arial 12pt
and maximum 15 pages, which can be downloaded at the website:
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/login?source=%2Findex.php%2Fjsi%2Fuser
A title of article should be the fewest possible words that accurately describe the content of the
paper. Omit all waste words such as "A study of ...", "Investigations of ...", "Implementation of ...”,
"Observations on ...", "Effect of.....", “Analysis of …”, “Design of…” etc. Indexing and abstracting
services depend on the accuracy of the title, extracting from it keywords useful in cross-referencing and
computer searching. An improperly titled paper may never reach the audience for which it was intended,
so be specific.
The Introduction should provide a clear background, a clear statement of the problem, the
relevant literature on the subject, the proposed approach or solution, and the new value of research which
it is innovation. It should be understandable to colleagues from a broad range of scientific disciplines.
Organization and citation of the bibliography are made in Vancouver style in sign [1], [2] and so
on. The terms in foreign languages are written italic (italic). Authors are suggested to present their articles
in the section structure: Introduction - The Proposed Method/Algorithm (optional) - Research
Method - Results and Discussion – Conclusion [3].
Literature review that has been done author used in the chapter "Introduction" to explain the
difference of the manuscript with other papers, that it is innovative, it are used in the chapter "Research
Method" to describe the step of research and used in the chapter "Results and Discussion" to support the
analysis of the results [2]. If the manuscript was written really have high originality, which proposed a
new method or algorithm, the additional chapter after the "Introduction" chapter and before the "Research
Method" chapter can be added to explain briefly the proposed method or algorithm [4].
2. RESEARCH METHOD
Explaining research chronological, including research design, research procedure (in the form of
algorithms, Pseudocode or other), how to test and data acquisition [1], [3]. The description of the course
of research should be supported references, so the explanation can be accepted scientifically [2], [4].
Tables and Figures are presented center, as shown below and cited in the manuscript.
Figure 1. Class Diagram for Caching Simulator using FIFO, LRU and LRU with related content
Table 1. Project selection matrix rules
if Project strength is And Project attractiveness is Then the project rank is Low
Low
Low
Medium Medium
Medium
High
High High
Low
Medium
High
Low Medium
High
Low
Medium High
Low
Low
Medium
Low Medium
High
Medium
High High
Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
4. RESULTS AND ANALYSIS
In this section, it is explained the results of research and at the same time is given the
comprehensive discussion. Results can be presented in figures, graphs, tables and others that make the
reader understand easily [2], [5]. The discussion can be made in several sub-chapters.
3.1. Sub Bab 1
xx
3.2. Sub Bab 2
yy
5. CONCLUSION
Provide a statement that what is expected, as stated in the "Introduction" chapter can ultimately
result in "Results and Discussion" chapter, so there is compatibility. Moreover, it can also be added the
prospect of the development of research results and application prospects of further studies into the next
(based on result and discussion).
REFERENCES The main references are international journals and proceeding. All references should be to the most
pertinent and up-to-date sources. References are written in Vancouver style. Please use a consistent
format for references – see examples below:
JOURNAL:
[1] Author1 A, Author2 B. Title of Manuscript. Name of Journal or its Abbreviation. year; Vol.(Issue):
pages.
[2] Casadei D, Serra G, Tani K. Implementation of a Direct Control Algorithm for Induction Motors
Based on Discrete Space Vector Modulation. IEEE Transactions on Power Electronics. 2007; 15(4):
769-777. (in this case Vol.15, Issues 4, and page 769-777)
PROCEEDING:
If the proceedings consists of several volumes
[1] Author1 A, Author2 B. Title of Manuscript. Name of Conference of Seminar. City. Year; volume:
pages.
[2] Calero C, Piatiini M, Pascual C, Serrano MA. Towards Data Warehouse Quality Metrics.
Proceedings of the 3rd Intl. Workshop on Design and Management of Data Warehouses (DMDW).
Interlaken. 2009; 39: 2-11. (in this case, city: Interlaken, year: 2009, Vol.39, page: 2-11)
If the proceedings in single volume
[3] Author1 A, Author2 B. Title of Manuscript. Name of Conference or Seminar. City. year: pages.
[4] Yamin L, Wanming C. Implementation of Single Precision Floating Point Square Root on FPGAs.
IEEE Symposium on FPGA for Custom Computing Machines. Napa. 2008: 226-232.
TEXBOOKS:
If the references are refer to specific page range in a book
[1] Author1 A, Author2 B. The Title of the Book. Edition. City: Publishert. year: pages.
[2] Mohan N, Undeland TM, Robbins WP. Power Electronics. New York: John Wiley & Sons. 2005: 11-
13.
[3] Ward J, Peppard J. Strategic planning for Information Systems. Fourth Edition. West Susse: John
Willey & Sons Ltd. 2007: 102-104.
If the references are refer to some separate pages in a book.
[1] Author1 A, Author2 B. Judul Buku. City: Publisher. Year.
[2] Mohan N, Undeland TM, Robbins WP. Power Electronics. New York: John Wiley & Sons. 2005.
[3] Ward J, Peppard J. Strategic planning for Information Systems. Fourth Edition. West Susse: John
Willey & Sons Ltd. 2007.
Edited book:
[1] Author1 A, Author2 B. Editors. Title of the Book. City: Publisher. Year.
[2] Zade F, Talenta A. Editors. Advanced Fuzzy Control System. Yogyakarta: UAD Press. 2010.
Chapter in a book:
[1] Author1 A, Author2 B. Title of the Book. In: Editor1 A, Editor2, B. Title of the Book. Edition. City:
Publisher. Year: pages.
[2] Arkanuddin M, Fadlil A, Sutikno T. A Neuro-Fuzzy Control for Robotic Application Based on
Microcontroller. In: Krishnan R, Blaabjerg F. Editors. Advanced Control for Industrial Application.
2nd ed. London: Academic Press; 2006: 165-178.
Translated Books.
[1] Originil Author. Year. Title of the Translated Book. Translater. City: Publisher of the translated
book. Year of the translated book.
[2] Pabla. 2004. Sistem Distribusi Tenaga Listik. Abdul Hadi. Jakarta: Erlangga. 2007.
THESIS/DISERTATION:
[1] Author. Title of Thesis/Disertation. Thesis/Disertation. City & Name of University/Institute/College;
Year.
[2] Rusdi M. A Novel Fuzzy ARMA Model for Rain Prediction in Surabaya. PhD Thesis. Surabaya:
Postgraduate ITS; 2009.
PATEN:
[1] Author1 A, Author2 B.. Title (this should be in italics). Patent number (Patent). Year of publication.
[2] Ahmad LP, Hooper A. The Lower Switching Losses Method of Space Vector Modulation.
CN103045489 (Patent). 2007.
Standards:
[1] Name of Standard Body/Institution. Standard number. Title (this should be in italics). Place of
publication. Publisher. Year of publication.
[2] IEEE Standards Association. 1076.3-2009. IEEE Standard VHDL Synthesis Packages. New York:
IEEE Press; 2009.
REPORTS
[1] Author/Editor (if it is an editor/editors always put (ed./eds.) after the name). Title (this should be in
italics). Organisation. Report number: (this should be followed by the actual number in figures). Year
of publication.
[2] James S, Whales D. The Framework of Electronic Goverment. U.S. Dept. of Information
Technology. Report number: 63. 2005.
PETUNJUK BAGI CALON PENULIS JURNAL SISTEM INFORMASI (JSI)
1. Artikel ditulis dalam format naskah yang berjudul TATA CARA PENULISAN
NASKAH JSI;
2. Artikel dapat ditulis dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan atau Bahasa
Inggris;
3. Artikel yang ditulis dapat langsung di upload pada web
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/user setelah melakukan pendaftaran. Atau
dapat dikirm via email: [email protected];
4. Segala sesuatu yang menyangkut perizinan pengutipan sebagian naskah atau
penggunaan perangkat lunak sebagai pendukung penulisan naskah menjadi tanggung
jawab penulis;
5. Penulis yang naskah dimuat tidak dikenakan biaya percetakan dan berhak
mendapatkan 1 eksemplar sebagai nomor bukti pemuatan dan cetak lepas sebanyak
lima eksemplar. Artikel yang telah tidak akan dikembalikan, kecuali atas permintaan
penulis;
6. Penulis hanya dikenakan biaya kirim. Biaya kirim berdasarkan daerah dan dapat
dilihat pada JNE, POS Indonesia;
7. Setiap naskah yang dimuat dan diterbitkan dalam jurnal sistem informasi (jsi) akan
dipublikasikan secara elektronik pada tautan
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/issue/archive;
FORMULIR PEMBELIAN JURNAL SISTEM INFORMASI (JSI) PER NOMOR
Mohon dicatat sebagai pembeli Jurnal Sistem Informasi (JSI)
Nama : ………………………………………………………………………………………….
Alamat :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………(Kode Pos…………………..)
………………, ………………………………..
(………………………………………………..)
Mulai tanggal 1 Januari 2014, bagi selain penulis Jurnal Sistem Informasi (JSI) yang ingin
membeli Junal per-nomor, dikenakan biaya sebagai berikut:
a. Rp. 200.000,00 untuk daerah Sumatra
b. Rp. 250.000,00 untuk daerah Jawa+Bali
Harga diatas sudah termasuk harga cetak 2 eksemplar dan biaya kirim.
Fomulir diatas dapat digandakan dengan mesin fotokopi, setelah diisi dan dapat dikirm ke
alamat sekretariatan Jurusan Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya
melalui e-mail: [email protected]
FORMULIR BERLANGGANAN JURNAL SISTEM INFORMASI (JSI) PER
VOLUME
Mohon dicatat sebagai pembeli Jurnal Sistem Informasi (JSI)
Nama : ………………………………………………………………………………………….
Alamat :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………(Kode Pos…………………..)
………………, ………………………………..
(………………………………………………..)
Silahkan berikan tanda centang Edisi yang ingin dilanggan:
Volume 8 Nomor 2 Oktober 2016 Volume 6 Nomor 1Apil 2014
Volume 8 Nomor 1 April 2016 Volume 5 Nomor 2 Oktober 2013
Volume 7 Nomor 2 Oktober 2015 Volume 5 Nomor 1 April 2013
Volume 7 Nomor 1 April 2015 Volume 4 Nomor 2Oktober 2012
Volume 6 Nomor 2 Oktober 2014 Volume 4 Nomor 1 April 2012
Fomulir diatas dapat digandakan dengan mesin fotokopi, setelah diisi dan dapat dikirm ke
alamat sekretariatan Jurusan Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya
atau secara Fax ke nomor (0711) 379248, 581710 dan dapat pula melalui
Email: [email protected]