Upload
buikhanh
View
242
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
112
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Istilah model dapat diartikan sebagai suatu objek atau konsep berupa
tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta
mengandung pemikiran bersifat penjelasan berikut saran yang digunakan
untuk mempresentasikan suatu hal. Menurut Bock dalam “Getting It Right
: R&D Methods in Science and Engineering” dalam bukunya Nusa Putra
menjelaskan pengertian pengembangan: “Development is a process that
applies knowledge to create new device on effects”. Model pengembangan
merupakan dasar yang digunakan untuk pengembangan produk yang akan
dihasilkan. Model pengembangan yang efektif menuntut kesesuaian antara
pendekatan yang digunakan dengan produk yang akan dihasilkan.
Penelitian pengembangan menurut Van Den Akker (1999)
berdasarkan pada dua tujuan, yakni (1) pengembangan untuk
mendapatkan prototipe produk, (2) perumusan saran-saran metodologis
untuk pendesainan dan evaluasi prototipe tersebut. Sedangkan tujuan
dilaksanakannya penelitian ini ialah untuk mengembangkan model
pembelajaran POE2WE. Pemikiran ini mendasari pemilihan model
pengembangan yang akan memudahkan peserta didik dalam memahami
mata pelajaran Fisika Konsep Gerak Lurus sehingga dihasilkan produk
model pembelajaran berupa Prototype, LKS dan CD pembelajaran
Fisika.
113
Model pengembangan yang akan direncanakan dalam penelitian ini
mengikuti alur dari Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan
Melvyn I. Semmel (1974. ). Model pengembangan 4-D tahap utama yaitu
Define, Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasikan menjadi
model 4-P, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan
penyebaran. Penerapan langkah utama dalam penelitian tidak hanya
merunut versi asli tetapi disesuaikan dengan karakteristik subjek dan
tempat asal examinee. Di samping itu model yang akan diikuti akan
disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan di lapangan.
Gambar 16.1 Alur model pengembangan 4D Thiagarajan
Define (Pendefinisian)
Design (Perancangan)
Develop (Pengembangan)
Disseminate (Penyebaran)
114
B. Prosedur Pengembangan
1. Studi Pendahuluan
Menurut Borg dan Gall (1983) prosedur yang ditempuh dalam
pengembangan di bidang pendidikan ini memiliki dua tujuan utama, yaitu:
(1) mengembangkan produk dan (2) menguji keefektifan produk. Fungsi
pertama merupakan pengembangan sedangkan fungsi kedua merupakan
validasi. Prosedur pengembangan model Thiagarajan terdiri dari empat
tahap, yaitu tahap define (pendefinisian), tahap design (perancangan),
tahap develop (pengembangan), dan tahap disseminate (penyebaran).
Prosedur dalam penelitian ini mengadaptasi pada pengembangan
model 4-D (four D model). Penelitian pengembangan menurut Trianto
(2010:93) meliputi 4 tahap yaitu tahap pendefinisian (define), tahap
perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap
penyebaran (disseminate). Berikut penjelasan dari masing-masing tahapan:
1. Tahap pendefinisian (define)
Pendefinisian dalam hal ini diantaranya untuk menetapkan dan
mendefinisikan kebutuhan di dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini
peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan observasi
terhadap guru di SMA Kabupaten Ciamis melalui wawancara dan
penyebaran angket.
Peserta didik kelas X SMA dilibatkan sebagai informasi kunci
karena paling berkompeten mengungkap kondisi nyata dampak
115
pembelajaran Fisika. Di samping itu, mereka calon pengguna model
pembelajaran Fisika dengan model POE2WE secara langsung.
Guru Fisika di SMA dilibatkan sebagi tim partisipatif karena
menjadi calon pengguna model pembelajaran POE2WE secara langsung.
Dalam pengembangan model pembelajaran Fisika dengan model POE2WE
mereka tidak hanya sebagai informan, tetapi juga berperan sebagai
penelaah dan penilai produk. Di samping itu, guru Fisika dilibatkan
sebagai guru model yang mengimplementasikan pembelajaran Fisika
dengan model POE2WE di lelas X SMA
Ahli, dalam pengembangan produk pembelajaran Fisika, beragam
ahli dilibatkan sebagai anggota tim partisipatif. Mereka terdiri dari atas:
(1) ahli teknologi pembelajaran, (2) ahli pembelajaran Fisika, dan (3) ahli
isi bidang studi Fisika. Sesuai keahlian masing-masing, metreka bersedia
menelaah produk, lalu memberikan saran yang relevan dengan kebutuhan
pengembang. Ketika pengembang mengalami kesulitan, para ahli bersedia
memberikan layanan konsultasi. Dengan proses itu, produk terus
disempurnakan oleh pengembang hingga siap di nilai oleh para ahli,
bahkan uji coba. Dalam proses ini ahli berasal dari beragam perguruan
tinggi.
Pembimbing, sejak perencanaan hingga pelaksanaan penelitian,
pembimbing terus memantau dan memotivasi pengembang agar tetap aktif
menyelesaikan permasalahan pengembangan pembelajaran Fisika yang
tgerus bermunculan. Berkat motivasi pembimbing, pengembang terus
116
berusaha melaksanakan koordinasi, konsultasi, dan konfirmasi dengan
pembimbing Disertasi.
2. Tahap perancangan (design)
Tujuan dari tahap perancangan yaitu untuk merancang perangkat
pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan model pembelajaran
POE2WE yang dilaksanakan dalam pembelajaran. Dalam tahap ini mulai
disusun silabus, RPP, modul, LKS, dan instrumen evaluasi.
Lingkungan pengembangan di fokuskan pada aspek: mata
pelajaran yang dikembangkan, waktu yang diperlukan, sekolah yang
dipersiapkan, kelas dan guru model yang dilibatkan.
Berbekal kelengkapan alat dan kejelasan lingkungan
pengembang, perencanaan produk dilaksanakan. Ada empat tahap yang di
tempuh, yaitu: (1) perencanaan komponen produk, (2) pengorganisasian
darft dasar, (3) perumusan draft halus, dan (4) penetapan draft akhir.
Berdasarkan masukan yang beragam yang dinilai oleh ahli dan guru
Fisika, produk model pembelajaran Fisika segera dirancang kembali. Draft
dasar segera disempurnakan menjadi draft halus yang siap di sebar luaskan
(uji lapangan).
Pemilihan format dan media, produk penelitian pengembangan
berupa media cetak, produk pengembangan terdiri atas: silabus dan RPP,
bahan ajar dan modul Fisika, lembar kerja siswa dan instrumen penilaian
pada saat proses pembelajaran dan instrumen pretest dan posttest.
117
Struktur pembelajaran Fisika terdiri dari kegiatan awal,inti dan
penutup. Sehingga sintaks pembelajaran Fisika dengan model POE2WE
terdiri dari tiga tahap (kegiatan awal, inti dan penutup). (1) kegiatan awal
(pendahuluan): Prediction, (2) kegiatan inti: Observation,
Explanation,Elaboration dan (3) kegiatan penutup: Write dan evaluation.
Produk tambahan, sebagai pelengkap proses pembelajaran juga di
hasilkan tambahan berupa rubrik penilaian selama proses pembelajaran,
yaitu dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu instrumen
pretest dan posttest yang digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta
didik pada awal dan akhir pembelajaran.
Selama proses pengembangan, produk pengembangan dievaluasi
oleh ahli teknologi pembelajaran, pembelajaran Fisika, isi mata pelajaran
Fisika dan praktisi. Hasil penilaian para ahli digunakan sebagai pedoman
untuk memperbaiki produk.
3. Tahap pengembangan (develop)
Pada tahap ini produk yang sudah dirancang dikonsultasikan
kepada dosen pembimbing. Produk yang sudah dihasilkan dievaluasi,
apakah format yang dihasilkan sudah layak atau belum, dan bagaimana
kesesuaian isi materi penilaian pembelajaran. Jika produk belum layak,
maka produk direvisi kembali sehingga produk menjadi layak untuk diuji
cobakan. Sebelum uji coba, dilakukan validasi terhadap produk oleh 3 ahli
evaluasi. Dari hasil validasi tersebut produk diperbaiki sesuai dengan
masukan ahli evaluasi dan kemudian produk dinilai kualitasnya oleh ahli
118
evaluasi. Tahap penilaian kualitas produk melibatkan 3 ahli evaluasi.
Setelah produk dinilai kualitasnya oleh ahli evaluasi, kemudian produk di
uji cobakan siswa dengan uji coba terbatas. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah produk sudah layak digunakan atau belum .
4. Tahap penyebaran (disseminate)
Pada tahap ini produk diujicobakan di kelas sesungguhnya pada
skala yang lebih besar atau disebut dengan uji coba lapangan.
Uji coba produk yang sesungguhnya dilaksanakan untuk
mengetahui efektivitas model POE2WE yang dikembangkan dengan
menggunakan produk berupa perangkat pembelajaran. Bagan alur
pengembangan perangkat pembelajaran 4D. Selengkapnya diilustrasikan
di bagan1:
119
Gambar 1. Bagan alur pengembangan perangkat pembelajaran 4D
Analisis kebutuhan
Kajian pustaka Observasi
Spesifikasi tujuan pembelajaran
Penyusunan tes, pemilihan media, rancangan awal
Validasi Ahli materi Ahli pengembangan
Analisis, Evaluasi, dan Revisi I
Ahli materi
Ahli pengembangan Guru
Analisis, Evaluasi, dan Revisi II
Masalah
Uji coba I
Analisis, Evaluasi, dan Revisi III
Uji coba II
Analisis, Evaluasi, dan Revisi IV
Produk Akhir
Pendefinisian
Perencanaan
Pengembangan
Penyebaran
120
C. Uji Coba Produk
Kegiatan uji coba terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) uji ahli, (2) Uji
Kelompok, (3) Uji lapangan. Uji ahli mencakup dua pihak, yaitu: (1) ahli
teknologi pembelajaran, dan (2) ahli isi bidang studi. Ahli isi bidang studi,
diharapkan dapat memberikan masukan tentang isi, kekinian dan organisasi isi
mata pelajaran.
Tujuan uji ahli adalah untuk mendapatkan masukan sekaligus
menghilangkan kesalahan model pembelajaran yang di kembangkan. Data
yang di kumpulkan dalam tahap ini, antara lain: (1) kejelasan, apakah pesan
bahan pembelajaran jelas (2) dampak, apakah dampak bahan pembelajaran
terhadap kemajuan unjuk kerja peserta didik dan sejauh manakah tujuan
pembelajaran tercapai, dan (3) kelayaakan, seberapakah layak bahan
pembelajaran yang dikembangkan sebagai sumber belajar.
Setelah produk di revisi, dilakukan uji kelompok dengan melibatkan
subjek uji coba sebanyak 20 orang peserta didik. Tujuan kegiatan ini juga
untuk mendapatkan informasi tentang: (1) apakah isi bidang studi lebih
menarik; (2) apakah kualitas tugas mampu membangun pengetahuan secara
lebih bermakna; (3) apakah kuantitas latihan-latihan mencukupi; dan (4)
seberapa tujuan pembelajaran tercapai.
Kegiatan berikutnya mengadakan uji lapangan, tujuan uji lapangan
adalah untuk mendapatkan informasi tentang proses dan hasil belajar dengan
menggunakan model pembelajaran POE2WE. Berdasarkan hasil uji lapangan,
121
selanjutnya dilakukan kajian revisi produk serta rekomendasi pengembangan
produk model pembelajaran lebih lanjut.
1. Desain Uji coba
Uji coba produk dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: uji ahli isi,
guru, dan ahli teknologi pembelajaran, uji kelompok dan uji lapangan.
Desain uji coba untuk uji ahli, kelompok, dan uji lapangan menggunakan
desain uji coba deskriptif. Produk model yang di uji di cobakan kepada ahli
isi dan guru berupa bahan pembelajaran.
Produk model yang di ujicobakan kepada teknologi pembelajaran
terdiri dari dua komponen, yaitu: (1) silabus pembelajaran, (2) rencana
pelaksanaan pembelajaran. Produk model yang di ujicobakan kepada ahli
isi adalah (1) bahan ajar dan (2) lembar kerja siswa (LKS).
Proses uji kelompok dilakukan oleh peneliti dengan menjelaskan
kepada peserta didik untuk memberikan penilaian terhadap produk model
dengan cara: (1) mengisi angket dan memberikan komentar atau masukan
dalam rangka perbaikan bahan ajar;(2) peneliti melakukan diskusi terbuka
tentang bahan ajar berdasarkan hasil angket yang telah di isi dan
komentar/masukan yang telah diberikan.
Prosedur uji lapangan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Peneliti dan guru pengampu mata pelajaran Fisika (yang selanjutnya
disebut fasilitator) menyampaikan tentang model dan metode
pembelajaran yang akan diterapkan dalam pemebalajaran Fisika
122
b. Fasilitator melakukan negosiasi dengan peserta didik untuk membentuk
tim belajar dengan jumlah anggota tim belajar 3-5 orang
c. Fasilitator membagikan alat dan bahan, LKS kepada masing-masing
kelompok untuk melakukan kegiatan eksperimen/ percobaan sesuai
dengan materi yang di sampaikan fasilitator.
d. Fasilitator memindahkan tanggung jawab belajar kepada tim belajar
dengan melakukan belajar secara berkelompok.
e. Fasilitator melakukan penilaian selama proses pembelajaran, yaitu
penialain kognitif, afektif dan psikomotor.
f. Peserta didik secara berkelompok melakukan eksperimen.
g. Tiap kelompok secara bersama-sama menjawab LKS
h. Tiap kelompok secara bergiliran di beri kesempatan mempresentasikan
hasil eksperimen.
i. Fasilitator mengakhiri pembelajaran dengan kegiatan melakukan
posttes.
2. Subjek Uji Coba
Subjek uji coba adalah: (1) peserta didik kelas X SMA Negeri 1
Ciamis dan SMA Negeri 2 Ciamis di Kabupaten Ciamis yang diambil
secara acak (random sampling), (2) validator terdiri dari dosen, instruktur
SMA dan guru Fisika SMA di Kabupaten Ciamis. Semuanya dilibatkan
untuk menilai produk perangakat pembelajaran
123
Tabel 4 Konfigurasi validator
No Nama Kompetensi Jabatan
1 Prof. Dr. Abdul Gafur D,
M.Sc
Rancangan
Pembelajaran
Guru Besar Ahli
Teknologi
Pembelajaran UNY
2 Prof. Dr. Suherli, M.Pd Rancangan
Pembelajaran
Ahli Ilmu Pendidikan
UNIGAL Ciamis
3 Prof. Dr. Widha Sunarno,
M.Pd
Isi materi Fisika Guru Besar Ahli
Pendidikan Fisika UNS
4 Sukarmin, S.Pd,M.Si,
Ph.D
Isi materi Fisika Ahli Pendidikan Fisika
UNS
5 Dr. Toto M.Pd Rancangan
Pembelajaran, Isi
materi Fisika dan
Desain
Ahli pendidikan Fisika
dan Ahli Desain Fisika
UNIGAL
6 Dr. Syaripudin Husni,
M.Pd
Isi materi Fisika
dan Desain
Instruktur Fisika Jawa
Barat
7 Dr Asep Rahmat S Isi Sampul dan
desain
Ahli Seni Rupa UNSAP
Bandung
8 Drs Undang Komar,
M.Pd
Isi materi Fisika Guru Fisika SMAN 1
Ciamis
9 Wenny Anggraeni, M.Pd Isi materi Fisika Guru Fisika SMAN 2
Ciamis
3. Jenis data
Ada dua jenis data yang di himpun dalam penelitian
pengembangan ini, yaitu: data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
berupa keritikan dan saran para ahli (teknologi pembelajaran dan ahli isi
materi Fisika), peserta didik, dan guru yang di peroleh melalui konsultasi,
diskusi, wawancara dan penilaian uji ahli, kelompok kecil dan uji lapangan.
Data ini digunakan untuk menelaah , merevisi, menyempurnakan produk.
Data kualitatif digunakan untuk menelaah, merevisi, menyempurnakan
perangkat pembelajaran yang berupa: silabus, RPP, LKS dan bahan ajar.
124
Data kuantitatif diperoleh melalui kegiatan selama proses
pembelajaran berlangsung yang berupa: nilai kemampuan ketrampilan, dan
sikap peserta didik. Selain itu data kuantitatif diperoleh melalui tes awal
dan tes akhir pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Data tes
awal dan tes akhir digunakan untuk mengetahui keefektifan kemampuan
peserta didik yang mendapatkan perlakuan pembelajaran Fisika dengan
model POE2WE dan kelompok yang tidak mendapat model POE2WE.
4. Instrumen pengumpulan data
Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data kelayakan
dan keefektifan produk penelitian pengembangan ini berupa angket
penilaian yang di isi oleh ahli teknologi pembelajaran, ahli isi Fisika,
kelompok kecil dan instrumen berupa soal tes awal dan tes akhir untuk
mengukur tingkat keefektifan pembelajaran dengan model POE2WE.
Angket kelayakan memuat pertanyaan atau pernyataan yang mengarah
kepada kelayakan sasaran produk yaitu: ketepatan, kejelasan, kemenarikan,
dan saran dari penilai apabila ditemukan struktur produktif yang belum
mencapai tingkat kelayakan.
Adapun soal tes awal dan tes akhir dikerjakan oleh peserta didik
yang dijadikan sebagi subjek penelitian dalam kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Instrumen pengumpul data dalam penelitian
pengembangan ini meliputi:
a. Kuesener dengan metode angket tanggapan /penilaian oleh ahli
teknologi pembelajaran. Angket ini ditujukan kepada teknolog
125
pembelajaran sebagai sarana untuk mendapatkan tanggapan/penilaian
serta saran mengenai silabus dan RPP.
b. Kuesener dengan metode angket tanggapan/penilaian ahli isi. Angket
ini ti tujukan kepada ahli isi/materi pembelajaran sebagai sarana untuk
mendapatkan tanggapan/penilaian serta saran mengenai isi/materi
bahan ajar Fisika, LKS pada materi gerak lurus kelas X semester 1.
c. Kuesener dengan metode angket tanggapan/penilaian guru. Angket ini
ditujukan kepada praktisi (guru) sebagai sarana untuk mendapatkan
tanggapan /penilaian serta saran mengenai silabus, RPP, bahan ajar dan
LKS yang telah di revisi berdasarkan masukan ahli teknologi
pembelajaran dan ahli isi.
d. Kuesener dengan metode angket tanggapan/penilaian subjek uji coba
kelompok. Angket ini ditujukan kepada subjek uji coba kelompok
sebagai sarana untuk mendapatkan penilaian serta saran terhadap isi
bahan ajar yang telah di revisi berdasarkan masukan para ahli isi.
e. Instrumen pengumpulan data untuk uji lapangan. Instrumen respon
peserta didik diadaptasi dari instrumen yang dikembangkan oleh Zainal
Arifin (2011), yaitu: (1) respon peserta didik terhadap proses
pembelajaran, respon peserta didik terhadap materi pembelajaran dan
LKS, respon peserta didik terhadap guru; (2) instrumen untuk
memperoleh nilai selama berlangsungnya proses pembelajaran pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotor; (3) instrumen untuk
mendapatkan data tentang nilai kemampuan awal sebelum mempelajari
126
produk pembelajaran yang di kembangkan dan nilai kemampuan akhir
sesudah memperoleh produk pembelajaran yang di kembangkan.
5. Teknik analisis data
a. Analisis Data
Lembar uji kelayakan dan keterbacaan perangkat berupa skala likert
yakni meliputi uji kelayakan perangkat dengan rumus sebagai berikut:
%100xN
FP (Sunu Priyawan 2007:15)
Keterangan:
P = persentase penilaian
F = nilai yang diperoleh subjek penelitian
N = nilai ideal
Dengan intepretasi sebagai berikut:
0% - 20% : sangat tidak layak
21% - 40% : tidak layak
41% - 60% : cukup layak
61% - 80% : layak
81% - 100% : sangat layak
b. Analisis perangkat pembelajaran berupa tes:
1) Tingkat validitas soal
Suatu alat evaluasi yang di katakana valid jika alat tersebut
mampu mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi. Sebuah item
memiliki validitas yang tinggi apabila jangka pada skor memiliki
kesejajaran dengan skor total. Menurut Arikunto (2010:72) kesejajaran ini
127
dapat diartikan dengan korelasi product moment sebagai berikut:
.
)(...)(.
.
2222 yynxxn
yxxynrxy
Dengan :
x = butir soal
y = skor total
rxy = koefisien korelasi antar skor butir soal dan skor total
n = banyak siswa
Berdasarkan Arikunto (2010:75) interpretasi yang dimungkinkan
dari data tersebut ada pada interval di bawah ini:
0,8 – 1,0 = sangat tinggi
0,6 – 0,8 = tinggi
0,4 – 0,6 = cukup
0,2 – 0,4 = rendah
0,0 – 0,2 = sangat rnudah
Penafsiran harga koefisien korelasi ada dua cara yaitu :
a) Dengan melihat harga r dan di interpretasikan misalnya korelasi tinggi,
cukup,rendah.
b) Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik product moment sehingga
dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r lebih
kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak
signifikan.
Menurut Lia Yuliati (2005:3) validasi produk pembelajaran
adalah prosedur pengecekan produk yang mencakup pengecekan
128
ketepatan isi pesan (materi pembelajaran) oleh ahli materi, silabus dan
rancangan pembelajaran oleh ahli rancangan pembelajaran. Lia Yuliati
(2003:3) mempertegas bahwa validasi adalah proses menentukan apakah
suatu program pembelajaran dapat digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran sesuai dengan yang di rencanakan.
Pendapat lain Sunu Priyawan (2007:99), tujuan diadakan
pengujian validitas terhadap produk pengembangan adalah untuk: (1)
mengetahui kualitas produk yang dibuat; (2) mengetahui apakah produk
tersebut dapat mencapai tujuan yang diharapkan; (3) merevisi produk
sebelum dipakai untuk umum atau diproduksi; dan (4) uji coba apakah
produk tersebut benar-benar layak dan cocok sebgai sarana pembelajaran.
Sesuai dengan tujuan di atas, data hasil penilaian para ahli dan
subjek uji coba akan dianalisis dengan menggunakan analisis validitas.
Sebelum dianalisis data hasil penilaian responden dipisahkan menurut
jenis data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan
dengan mengelompokkan data sesuai dengan jenis komponen pertanyaan
dalam angket. Analisis data kuantitatif dihitung dengan menggunakan
rumus persentase sebagai berikut:
%1004
)4()3()2()1(x
Nx
nxnxnxnxP
Dimana, P = Persentase jawaban
n = jumlah pilihan
N = jumlah jawaban
1,2,3,4 = bobot yang diberikan pada pilihan jawaban
(Sunu Priyawan, 2007:99)
129
Skor penilaian produk pengembangan
Skor Keterangan
4 Sangat tepat/sangat sesuai/sangat lengkap/sangat baik
3 Tepat/sesuai/lengkap/baik
2 Kurang tepat/kurang sesuai/kurang lengkap/kurang baik
1 Tidak tepat/tidak sesuai/tidak lengkap/tidak baik
Kriteria kelayakan dan revisi produk pengembangan
No Skala Penilaian Tingkat kelayakan Revisi produk
1 80% - 100% Sangat layak Tidak perlu revisi
2 66% - 79% Layak Tidak perlu revisi
3 56% - 65% Kurang layak Perlu revisi
4 0% - 55 % Sangat tidak layak Perlu revisi
2) Reliabilitas Instrumen
Suatu tes dikatakan mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi
apabila tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Hasil pengukuran
relatif serupa jika pengukuranya dilakukan pada subyek yang sama
walaupun dilaksanakan pihak yang berbeda, waktu yang berbeda, dan
tempat yang berbeda. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:93) reliabilitas
pengujian instrumen adalah:
xy
xy
r
xrr
1
211
Penafsiran harga koefisien korelasi ada dua cara yaitu :
a) Dengan melihat harga r dan di interpretasikan misalnya korelasi
tinggi, cukup dan sebagainya.
b) Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik product moment sehingga
dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r
130
lebih kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak
signifikan. Begitu juga arti sebaliknya.
3) Analisis tingkat ketuntasan hasil belajar siswa
Teknik yang digunakan yaitu dari penilaian hasil belajar siswa.
a) Analisis ketuntasan pre tes dan posttes
Untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menjawab soal pre tes dan
pos tes digunakan rumus sebagai berikut:
%100xsoalseluruhJumlah
benaryangjawabanJumlahIndividualKetuntasan
b) Ketuntasan klasikal
Ketuntasan klasikal dihitung dengan rumus sebagai berikut:
%100xsiswaseluruhJumlah
tuntasyangsiswaJumlahKlaksikalKetuntasan
Jika ketuntasan klaksikal ≥ 70% maka secara klaksikal di anggap
tuntas.
4) Analisis efektivitas bahan ajar.
Teknik analisis statistika deskriptif juga digunakan untuk
mengolah data berupa hasil pretes dan posttes, sehingga diketahui tingkat
keefektifan produk pengembangan yang dihasilkan sebagai konsekuensi
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang materi.Analisis
satistik deskriptif adalah menggunakan uji t sebagai berikut:
(Budiyono, 2009:151)
131
Dengan keterangan:
= mean dari perbedaan pre tes dengan post tes
sd= standar deviasi
n = subjek dalam sampel.
c. Perencanaan Desain Produk
Uji coba lapangan, jumlah siswa yang menjadi sampel dalam uji
coba lapangan ini lebih besar dari jumlah yang berpartisipasi dalam
evaluasi kelompok kecil. Jumlah sekitar 15-30 orang siswa. Maksud uji
coba lapangan ini adalah untuk mengidentifikasi kekurangan produk
instruksional tersebut bila digunakan dalam kondisi pada saat produk
tersebut digunakan dalam dunia sebenarnya.Uji coba produk dilakukan
dengan desain uji coba dan dapat dilihat pada bagan berikut ini:
132
Gambar 17: Desain Uji Coba Produk Validasi Desain
Jenis data pengembangan ini berupa data kuantitaif dan kualitatif.
Data kuantitatif berupa informasi yang diperoleh dengan menggunakan
angket dan tes. Angket terdiri atas angket uji coba produk yang diisi dan
siswa dalam menilai produk pengembangan. Tes digunakan untuk mengukur
kemampuan awal siswa sebelum penerapan model POE2WE dan tes akhir
setelah menggunakannya pada uji coba kelas. Data kualitatif berupa masukan,
Langkah-langkah uji coba produk Instrumen
penelitian Subjek uji coba
Draft I
Analisis dan revisi draft I
Draft II
Analisis dan revisi draft II
Draft III
Analisis dan revisi draft III
Draft IV
Analisis dan revisi draft IV
PRODUK AKHIR
1. Angket ahli
perancang
pembelajaran
2. Angket ahli
materi bidang
studi
Angket uji coba
perorangan
5 orang
1. Ahli perancang
pembelajaran
2. Ahli materi
bidang studi
Angket uji coba
Kelompok kecil
Angket uji coba
Lapangan
30 siswa
20 siswa
Perangkat pembelajaran dan buku panduan
model POE2WE
133
tanggapan, dan saran perbaikan berdasarkan hasil penilaian diperoleh melalui
angket/konsultasi dengan ahli perancangan pembelajaran. Sedangkan data
kuantitatif berupa informasi yang diperoleh dari angket diubah dalam bentuk
prosentase dan dijelaskan secara diskriptif.