24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Ryff (dalam Lianawati, 2008) membangun model Kesejahteraan Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur kesehatan mental. Secara lebih khusus, teori perkembangan yang digunakan adalah teori psikososial dari Erikson, teori perkembangan menurut Buhler, dan teori Neugarten mengenai perkembangan kepribadian. Teori-teori klinis yang turut dijadikan dasar adalah teori Maslow mengenai aktualisasi diri, teori Rogers mengenai individu yang berfungsi sepenuhnya, teori kematangan dari Allport, dan teori Jung mengenai proses individuasi. Literatur kesehatan mental yang digunakan adalah konsep Jahoda mengenai kesehatan mental dan keberfungsian positif dari Birren dan Renner (Lianawati, 2008). Campbell (dalam Rini 2008) mendefinisikan kesejahteraan psikologis sebagai hasil dari evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap hidupnya baik evaluasi secara kognitif maupun evaluasi secara emosi. Evaluasi secara koginitif, kesejahteraan adalah sebuah bentuk kepuasan dalam hidup, sementara sebagai hasil dari evaluasi emosi yaitu berupa affect atau perasaan senang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

  • Upload
    hanhu

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being)

1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being)

Ryff (dalam Lianawati, 2008) membangun model Kesejahteraan

Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis

mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur kesehatan mental. Secara

lebih khusus, teori perkembangan yang digunakan adalah teori psikososial dari

Erikson, teori perkembangan menurut Buhler, dan teori Neugarten mengenai

perkembangan kepribadian. Teori-teori klinis yang turut dijadikan dasar

adalah teori Maslow mengenai aktualisasi diri, teori Rogers mengenai individu

yang berfungsi sepenuhnya, teori kematangan dari Allport, dan teori Jung

mengenai proses individuasi. Literatur kesehatan mental yang digunakan

adalah konsep Jahoda mengenai kesehatan mental dan keberfungsian positif

dari Birren dan Renner (Lianawati, 2008).

Campbell (dalam Rini 2008) mendefinisikan kesejahteraan psikologis

sebagai hasil dari evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap hidupnya baik

evaluasi secara kognitif maupun evaluasi secara emosi. Evaluasi secara

koginitif, kesejahteraan adalah sebuah bentuk kepuasan dalam hidup,

sementara sebagai hasil dari evaluasi emosi yaitu berupa affect atau perasaan

senang.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

2

Lawton (dalam Rini, 2008) menjabarkan kesejahteraan psikologis

sebagai suatu skema yang terbentuk mengenai hidup yang berkualitas sebagai

hasil dari evaluasi terhadap aspek – aspek yang ada pada hidupnya yang

dianggap baik atau memuaskan, sementara itu Okun dan Stock (dalam Rini,

2008) juga memperkaya pengertian kesejahteraan psikologis sebagai perasaan

bahagia dan kepuasan yang secara subjektif dialami atau dirasakan oleh

seseorang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan

psikologis secara umum dapat diartikan sebagai suatu bentuk kepuasan

terhadap aspek-aspek hidup sehingga mendatangkan atau menimbulkan

perasaan bahagia dan perasaan damai pada hidup seseorang, namun standar

kepuasan pada setiap orang berbeda sehingga hal ini bersifat subjektif.

2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being)

Ryff (1989) mendefinisikan konsep kesejahteraan psikologis dalam

enam dimensi, yakni dimensi penerimaan diri, hubungan yang positif

dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan

pertumbuhan pribadi.

a. Penerimaan diri (self-acceptance)

Dimensi ini merupakan suatu bagian yang sentral dari kesehatan

mental. Ryff menyimpulkan bahwa penerimaan diri mengandung arti

sebagai sikap yang positif terhadap diri sendiri. Sikap positif ini adalah

mengenali dan menerima berbagai aspek dalam dirinya, baik yang positif

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

3

maupun negatif, serta memiliki perasaan positif terhadap kehidupan masa

lalunya.

b. Hubungan yang positif dengan orang lain (positive

relationship with others)

Didasarkan pada berbagai teori, Ryff mendefinisikan dimensi

hubungan yang positif dengan orang lain sebagai dimensi yang

mencerminkan kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan yang

hangat, saling mempercayai, dan saling mempedulikan kebutuhan serta

kesejahteraan pihak lain. Menurut Ryff, kemampuan seseorang untuk

menjalin hubungan yang positif ini juga dicirikan oleh adanya empati,

afeksi, dan keakraban, serta adanya pemahaman untuk saling memberi dan

menerima.

c. Otonomi (Autonomy)

Ryff menyimpulkan pribadi yang otonom adalah pribadi yang

mandiri, yang dapat menentukan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Individu ini memiliki internal locus of evaluation, yakni tidak mencari

persetujuan orang lain melainkan mengevaluasi dirinya dengan standar

personal. Oleh karena itu, ia tidak memikirkan harapan-harapan dan

penilaian orang lain terhadap dirinya. Individu yang otonom juga tidak

menggantungkan diri pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan

penting. Individu ini tidak menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial

untuk berpikir dan bertindak dalam bentuk tertentu.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

4

d. Penguasaan lingkungan (environmental mastery)

Dimensi ini menggambarkan adanya suatu perasaan kompeten dan

penguasaan dalam mengatur lingkungan, memiliki minat yang kuat

terhadap hal-hal di luar diri, dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas

serta mampu mengendalikannya. Menurut Ryff, orang yang memiliki

penguasaan lingkungan adalah orang yang memiliki kemampuan dan

kompetensi untuk mengatur lingkungannya. Individu seperti ini mampu

mengendalikan kegiatan-kegiatannya yang kompleks sekalipun. Ia juga

dapat menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada secara efektif, dan

mampu memilih, atau bahkan menciptakan lingkungan yang selaras

dengan kondisi jiwanya.

e. Tujuan hidup (purpose in life)

Ryff menyimpulkan orang yang memiliki tujuan hidup adalah

orang yang memiliki keterarahan dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai

dalam hidupnya. Ia memiliki keyakinan dan pandangan tertentu yang

dapat memberikan arah dalam hidupnya. Selain itu, individu ini juga

menganggap bahwa hidupnya itu bermakna dan berarti, baik di masa lalu,

kini, maupun yang akan datang. Individu ini memiliki perasaan menyatu,

seimbang, dan terintegrasinya bagian-bagian diri.

f. Pertumbuhan pribadi (personal growth)

Suatu pertumbuhan yang optimal tidak hanya berarti bahwa

seseorang dapat mencapai kualitas-kualitas yang telah disebutkan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

5

sebelumnya, tetapi juga membutuhkan suatu perkembangan dari potensi-

potensi seseorang secara berkesinambungan. Kemampuan untuk

beradaptasi terhadap perubahan-perubahan dalam hidup membutuhkan

adanya perubahan yang terus berlangsung dalam diri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan

psikologis dapat digambarkan dari suatu sikap yang mampu mengenali

dan menerima berbagai aspek dalam dirinya baik yang positif ataupun

negatif, mampu menjalin hubungan yang hangat, saling mempercayai, dan

saling mempedulikan kebutuhan serta kesejahteraan pihak lain, tidak

menggantungkan diri pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan

penting serta mampu mandiri dan dapat menentukan yang terbaik untuk

dirinya sendiri, memiliki minat yang kuat terhadap hal-hal diluar diri dan

mampu berpartisipasi dalam berbagai aktivitas serta mampu

mengendalikannya, memiliki keterarahan dan tujuan-tujuan yang hendak

dicapai dalam hidupnya, serta menganggap bahwa hidupnya bermakna dan

berarti, baik di masa lalu, kini, maupun yang akan datang.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis

(Psychological Well Being)

Mirowsky & Ross (dalam Ryan & Deci 2001) menjelaskan kondisi

yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis (Psychological Well

Being) seseorang adalah : kemampuan ekonomi, pekerjaan, pendidikan, anak,

kehidupan masa kecil seseorang, serta kesehatan fisik. Sementara itu Schmutte

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

6

& Ryff (dalam Ryan & Deci 2001) mempeajari hubungan antara factor

kepribadian dengan kesejahteraan psikologis, hasil penelitian mereka

menunjukan bahwa extroversion, consceintiousness dan low neuroticism

memiliki hubungan dengan kesejahteaan psikologis, terutama penerimaan diri,

penguasaan lingkungan, serta tujuan hidup, keterbukaan terhadap pengalaman

berhubungan dengan pertumbuhan pribadi. Agreeableness dan extraversions

berkaitan dengan hubungan positif dengan orang lain dan low neuroticism

berkaitan dengan kemandirian.

Dijelaskan pula oleh Bhogel & Prakash (dalam wahyuni 2001) yang

menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan

psikologis yaitu :

1. Personal control, yaitu kemampuan seseorang dalam mengontrol

segala emosi dan dorongan yang muncul dati dalam diri.

2. Self Esteem atau harga diri, yaitu memiliki harga diri yang seimbang.

3. Positive Affect, perasaan atau emosi yang positif (kesenangan atau

kegembiraan).

4. Manage Tension, yaitu kemampuan untuk mengatur ketegangan yang

keluar dari dalam diri, misalnya kemarahan atau kebahagiaan,

sehingga tidak muncul secara berlebihan.

5. Positive thinking, yaitu berfikir positif dalam menghadapi peristiwa,

suasana, atau individu baru.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

7

6. Ide & Feeling yang efisien, yaitu mengeluarkan ide dan perasaan yang

tepat dan sesuai dengan konteks serta tidak berlebihan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor internal

yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis adalah : kepribadian, kehidupan

masa kecil seseorang dan factor-faktor external meliputi kemampuan

ekonomi, pekerjaan, pendidikan, anak, kesehatan fisik serta lingkungan social.

Sedangkan pendapat lain menjelaskan ada enam faktor penting yang

mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada seseorang, yaitu Personal

control, Self Esteem atau harga diri, Positive Affect, Manage Tension, Positive

thinking, dan Ide & Feeling yang efisien. namun karena kesejahteraan

psikologis ini sifatnya subjektif, maka pencapaian kesejahteraan psikologis

antara individu satu dengan yang lainnya berbeda dan beragam.

4. Kriteria Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being)

Meninjau kembali teori klasik tentang kesehatan mental dan

menambahkan penelitian dari perkembangan, klinis dan psikologi kepribadian

Ryff (1989) menjelaskan ada enam kriteria Well Being yang dinamakan

Psychological Well Being :

1. Penerimaan diri

a. evaluasi diri yang positif,

b. kemampuan menghargai diri sendiri, dan

c. kemampuan menerima aspek positif maupun negatif diri

sendiri.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

8

2. Hubungan yang positif dengan orang lain

a. hubungan yang dekat, hangat dengan orang lain,

b. memperhatikan kesejahteraan orang lain,

c. berempati dan mengasihi orang lain.

3. Kemandirian

a. kebebasan menentukan pilihan,

b. kemampuan bertahan terhadap tekanan sosial,

c. kemampuan mengendalikan diri.

4. Penguasaan lingkungan

a. kemampuan menguasai dan berkompetisi di lingkungan,

b. kemampuan memilih hal-hal yang baik untuk mencapai tujuan.

5. Tujuan hidup

a. memiliki tujuan dan makna hidup,

b. memiliki arah dan tujuan dalam hidup.

6. Perkembangan kepribadian

a. kemampuan membangun dan mengembangkan potensi diri,

b. perubahan yang terjadi sebagai bukti pengembangan diri, dan

c. keterbukaan pada hal baru.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kriteria Kesejahteraan

Psikologis (Psychological Well Being) diantaranya adalah Penerimaan diri

yaitu individu harus mampu menerima dirinya apa adanya, hubungan yang

positif dengan orang lain ialah mampu berhubungan baik dengan lingkungan

keluarga ataupun lingkungan social serta mampu berempati, kebebasan yaitu

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

9

mempunyai kemandirian untuk membuat keputusan, penguasaan lingkungan

yaitu mampu berkompetisi dengan lingkungan, tujuan hidup yaitu memiliki

tujuan dan makna hidup serta memiliki tujuan dalam hidup dan perkembangan

kepribadian yaitu kemampuan seseorang dalam mengembangkan potensi diri

dan terbuka dengan hal baru.

B. Wanita yang Berperan Sebagai Orang Tua Tunggal (Single Parent)

karena perceraian.

1. Pengertian wanita

Wanita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wanita yang hidup

pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut seorang ahli psikologi

perkembangan, Santrock (1999) dewasa awal termasuk masa transisi, baik

transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive

trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition), mereka yang

tergolong dewasa awal ialah mereka yang berusia 20-40 tahun.

Levinson (dalam santrock 1999) membedakan masa dewasa awal yang

terbagi dalam tiga periode yaitu Periode pertama : pengenalan dengan dunia

orang dewasa, berusaha membentuk struktur kehidupan (22 – 28 tahun).

Periode kedua : pilihan struktur kehidupan lebih tetap dan stabil (28 – 32

tahun). Periode ketiga : fase kemantapan, menemukan tempatnya di

masyarakat (32 – 40 tahun) dan dalam penelitian ini informan berusia 32-38

tahun yang artinya bahwa informan masuk dalam masa dewasa awal periode

ke tiga yaitu fase kemantapan, menemukan tempatnya di masyarakat.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

10

2. Orang Tua Tunggal (Single Parent )

Menurut Suryasoemirat (2007) orang tua tunggal atau single parent

adalah keluarga yang hanya dengan satu atau sendirian orang tua (ayah saja

atau ibu saja) dan memiliki anak yang harus diasuh. Kondisi tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa hal yaitu : perceraian, kematian pasangan, hamil di

luar nikah, atau karena pasangan yang sedang bepergian jauh dalam jangka

waktu yang lama.

Pengasuhan oleh orang tua tunggal atau sering disebut single parent

merupakan salah satu fenomena yang banyak dijumpai dalam masyarakat

pada zaman sekarang ini. Fenomena ini tercatat telah meningkat dari 13 % di

tahun 1970 menjadi 26 % di tahun 1984. menurut data tersebut, diperkirakan 1

dari 5 anak di Amerika mengalami sebagian masa kanak-kanaknya dalam

keluarga dengan orang tua tunggal Anonim (dalam Zein 2008).

Rahmi (dalam suryasoemirat 2007) menyatakan bahwa perempuan

sanggup untuk tidak menikah lagi seraya mendidik anaknya sampai berhasil.

Tetapi dalam kehidupan perempuan itu sendiri mengalami banyak

permasalahan yang dipendam. Rahmi juga mengatakan bahwa secara biologis

perempuan juga dapat bertahan, karena mempunyai banyak aktivitas sehingga

energinya terkuras. Sementara laki-laki jika telah terpaku masalah seks

cenderung tidak dapat memikirkan hal lain. Oleh karena itu jarang laki-laki

yang mampu bertahan menjadi orang tua tunggal. Ditambah lagi dengan

budaya yang cenderung lebih mendidik anak laki-laki menjadikan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

11

kebutuhannya selalu dipenuhi dan tidak mandiri, sehingga jika tidak ada

perempuan maka laki-laki akan kebingungan.

Jarangnya laki-laki mampu menjadi orang tua tunggal disebabkan oleh

kurangnya rasa tanggung jawab. Merasa tidak peduli dengan permasalahan

yang terjadi di sekitarnya, sehingga laki-laki tidak mampu menanggung

permasalah itu sendiri. Berbeda jika laki-laki yang sudah terbiasa dididik

untuk melakukan pekerjaan rumah dan mandiri, maka laki-laki tersebut

cenderung lebih memiliki empati, dan ketika tidak ada pasangan maka masih

dapat mengatasi masalah (Khairina, 2007).

Menurut Murdiana (dalam Suryasoemirat, 2007) sesempurna apapun

seorang perempuan atau laki-laki, dia tidak akan bisa tampil dalam dua

karakter di hadapan anaknya. Ibu memerankan sosok ayah, atau sebaliknya

ayah memerankan sosok ibu, demi memberi kepuasan batin pada anak.

Parmata (2006) menyatakan bahwa berperan sebagai orang tua tunggal

sangat berat. Ketika suami pergi, bercerai atau meninggal, semua beban secara

tiba-tiba terkumpul di pundak perempuan. Tanggung jawab materi, tugas

mendidik anak, dan beban dari lingkungan yang memberikan stigma negatif

seorang janda, terutama janda muda yang punya daya tarik.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perempuan yang

berperan sebagai orang tua tunggal (Single Parent) sangat berat, karena

disamping harus bertanggung jawab secara materil, juga harus bertanggung

jawab secara psikoligis memikirkan pendidikan, pengasuhan dan masa depan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

12

anak, juga harus memikirkan kehidupan dan masa depan pribadi dirinya

sendiri, untuk itu perlu manajemen keluarga yang tepat untuk dapat mencapai

kesjahteraan psikologis.

C. Perceraian

a. Pengertian Perceraian

Dalam kehidupan berumah tangga ada kalanya terjadi masalah yang

tidak dapat diatasi dan kemudian menyebabkan terjadinya perceraian. Kata

cerai sendiri dalam istilah umum menurut Kamus Besar bahasa Indonesia

(1991) adalah berpisahnya suami dan istri sehingga tidak kembali utuh dalam

satu ikatan perkawinan.

Krantzer (dalam Endah, 2005) menjelaskan bahwa perceraian

merupakan berakhirnya hubungan antara dua orang yang pernah hidup

bersama sebagai suami istri. Sedangkan menurut Scanzoni (dalam Endah,

2005) perceraian adalah akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan, dimana

pasangan suami istri kemudian berpisah dan secara resmi diakui oleh hukum

yang berlaku.

Dalam pasal 38 UU no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan diterangkan

bahwa perkawinan dapat putus karena 3 hal, yakni : kematian, perceraian dan

putusan Pengadilan Agama.

b. Sebab-Sebab Perceraian

Menurut Hurlock (1999) ada berbagai kondisi yang mempengaruhi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

13

stabilitas perkawinan yang dapat dan sering menjadi sebab terjadinya

perceraian. Sebab-sebab tersebut yaitu :

1. Jumlah Anak

Lebih banyak perceraian terjadi karena pasangan tidakn memiliki anak

atau hanya mempunyai beberapa anak.

2. Kelas Sosial

Kasus meninggalkan keluarga lebih banyak terjadi pada kelompok

masyarakat kelas rendah, sedang perceraian banyak terjadi pada kelompok

sosial menengah ke atas dan kelompok atas.

3. Kemiripan Latar Belakang

Perceraian lebih banyak terjadi antara pasangan yang mempunyai latar

belakang kebudayaan, suku, bangsa, agama dan sosial ekonomi yang berbeda.

Diantara sekian penyebab, perbedaan agama merupakan penyebab utama

perceraian.

4. Saat Menikah

Tingkat perceraian yang sangat tinggi khususnya terjadi pada orang

yang menikah terlalu dini atau sebelum mempunyai pekerjaan yang mantap

dan ekonominya belum kuat. Ada tiga alasan yang mendukung alasan

tersebut. Pertama, orang muda tahu bahwa ia masih bisa kawin lagi; kedua ,

orang yang buru-buru menikah nampaknya akan menghadapi masalah

keuangan sehingga proses penyesuaian perkawinan menjadi sulit; ketga, orang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

14

muda sering memiliki konsep perkawinan yang romantis tetapi ruwet sehingga

menimbulkan kekecewaan yang tidak dapat dihindarkan.

5. Alasan Untuk Menikah

Orang yang terpaksa menikah karena pasagan wanitanya telah

mengandung kemungkinan untuk bercerai jauh lebih besar daripada

pernikahan biasa.

6. Saat Pasangan Menjadi Orang Tua

Makin pendek jarak interval antara saat menikah dan lahirnya seorang

anak pertama makin tinggi tingkat perceraian. Pasangan yang terlalu cepat

menjadi orang tua tidak mempunyai cukup waktu untuk menyesuaikan diri

dengan situasi berkeluarga, sehingga menyebabkan penyesuaiannya terhadap

kedudukan mereka sebagai orangtua sulit.

7. Status Ekonomi

Makin rendah status ekonomi keluarga makin besar kemungkinan

terjadinya perceraian atau salah satunya meninggalkan keluarga. Pendapat ini

berlaku untuk pasangan dalam segala usia.

8. Model Pasangan sebagai Orang Tua

Keberhasilan dan kegagalan perkawinan selalu ada dalam keluarga.

Anak-anak dari keluarga bahagia, kecil kemungkinannya untuk ditinggal cerai

daripada keluarga yang tidak bahagia.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

15

9. Posisi Umum Masa Kecil Keluarga

Satu-satunya pria dalam keluarga mempunya kemungkinan bercerai

sangat besar, sedang satu-satunya wanita dalam keluarga mempunyai

kemungkinan bercerai kecil. Hal inidapat mendukung fakta bahwa laki-laki

tipe tersebut cenderung merusak, sedang wanita tipe tersebut belajar untuk

memahami tanggung jawab. Anak pertama lai-laki juga mau memahami

tanggung jawab ketika dia masih muda dan kecil kemungkinannya untuk

bercerai. Anak pertama wanita yang biasanya dengan keras ingin

menaklukkan adik-adiknya mempunyai tingkat kemungkinan perceraian yang

lebih tinggi.

10. Mempertahankan Identitas

Orang dewasa yang dapat merawat identitasnya setelah menikah dan

yang mempunyai kesempatan untuk memperbaharui diri, lebih kecil

kemungkinannya untuk bercerai daripada mereka yang kehidupan dirinya

sangat dipengaruhi oleh keluarga.

Berbagai kondisi tersebut menyebabkan buruknya penyesuaian

perkawinan, tetapi kondisi tersebut bukan penyebab yang sesungguhnya dari

perceraian. Bagi orang-orang tertentu yang tidak pandai dalam menyesuaikan

diri akan lebih mudah terjadi perceraian.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

16

c. Masalah Umum yang dihadapi Wanita yang Bercerai

Hurlock (1999) menjelaskan banyak permasalahan yang terjadi sebagai

dampak yang harus dihadapi oleh wanita karena perceraian. Diantaranya

adalah :

1. Masalah ekonomi

Beberapa janda mempunyai situasi keuangan yang lebih baik daripada

waktu mereka masih hidup berkeluarga, teteapi mereka ini merupakan

perkecualian, karena diluar kenyataan umum. Janda menemukan dirinya

dalam lingkungan ekonomi yang jauh berkurang pada waktu pendapatan

suaminya karena suatu sebab terhenti. Karena inflasi yang terus meningkat,

apa yang diterima janda secara turun-menurun jauh kurang memadai untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Walaupun seorang janda memulai untuk

bekerja diusia dewasa tengah, biasanya dia tidak dapat memperoleh

pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang biasa

dilakukan.

2. Masalah sosial

Karena kehidupan sosial diantara orang yang berusia dewasa tengah

adalah sama dengan kehidupan orang dewasa muda, yaitu berorientasi pada

pasangan. Seorang janda akan menemukan dirinya bahwa tidak ada tempat

untuk menikah, kecuali hal itu terjadi karena ada undangan dari para janda

untuk bergabung dalam kegiatan social dan untuk berpasangan dengan

mereka. Kegiatan seorang janda pada umumnya adalah berkisar di antara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

17

kegiatan yang berhubungan dengan wanita-wanita lain. Apabila kemampuan

ekonominya rendah, seorang janda tidak dapat berpertisipasi dalam berbagai

kegiatan social yang ada dalam masyarakat. Contohnya, perkumpulan-

perkumpulan sosial.

3. Masalah keluarga

Apabila masih mempunyai anak yang tinggal serumah, maka seorang

janda harus memerankan peran ganda yaitu berperan sebagai ayah dan ibu dan

harus menghadapi berbagai masalah yang timbul dalam keluarga tanpa

pasangan. Masalah ini telah dijelaskan dalam uraian terdahulu. Disamping itu

janda juga sering menghadapi masalah yang berhubungan dengan anggota

keluarga dari pihak suami, khususnya anggota yang tidak menyenanginya

menjadi istri dari suaminya.

4. Masalah psikologis

Baik pria maupun wanita cenderung merasa tidak menentu dan

identitasnya kabur setelah terjadi perceraian. Khusus untuk masalah identitas,

wanita biasanya lebih parah kondisinya karena biasanya sebelum cerai

identitasnya sangat tergantung pada suaminya.

5. Masalah emosional

Hanya beberapa saja pria dan wanita yang merasa bebas dan tidak

memikirkan masalah apapun setelah mereka cerai, banyak juga yang merasa

terbebas dari ketegangan mental dan ketidakmenentuan perasaan yang

disebabkan oleh pernikahan yang tidak bahagia. Setelah perceraian banyak

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

18

wanita yang perasaannya dipenuhi oleh rasa bersalah, marah-marah, benci,

dendam dan cemas tentang hari depannya, sehingga mengakibatkan perubahan

kepribadian.

6. Masalah praktis

Mencoba untuk menjalankan hidup rumah tangga sendirian, setelah

terbiasa dibantu oleh suami dalam hal membetulkan peralatan rumah tangga

yang rusak, memangkas rumput dihalaman, membersihkan salju dan

sebagainya menjadikan banyak masalah rumah tangga yang harus dihadapi

oleh seorang janda, terkecuali dia mempunyai anak yang dapat mengatasi

berbagai masalah tersebut atau memang dia mempunyai kemampuan untuk

mengatasinya. Karena itu mau tidak mau dia harus mengupah orang luar, yang

dengan demikian berarti menambah ketegangan terhadap ketegangan yang

sudah ada yang disebabkan oleh pendapatan yang terbatas.

7. Masalah seksual

Karena keinginan seksual tidak terpenuhi selama usia dewasa tengah,

janda yang terbiasa menikmati kenikmatan seksual selama hidup dalam tahun-

tahun perkawinannya, sekarang dia merasa frustasi dan tidak terpakai.

Beberapa janda mencoba mengatasi kebutuhan seksual ini dengan melakukan

hubungan gelap dengan pria bujangan atau pria yang sudah menikah, hidup

bersama tanpa nikah atau dengan menikah lagi. Sedang sebagian lagi tetap

tenggelam dalam perasaan frustasi, atau melakukan masturbasi.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

19

8. Masalah tempat tinggal

Dimana seorang janda akan tinggal, biasanya bergantung pada dua

kondisi. Pertama, ststus ekonominya, dan kedua apakah dia mempunyai

seseorang yang bisa diajak tinggal bersama. Kebanyakan janda terpaksa harus

merelakan rumahnya karena kondisi ekonominya tidak memungkinkan untuk

merawatnya. Dalam kasus seperti ini mereka harus pindah kebagian rumah

yang lebih kecil.

Dari beberapa permasalahan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

setelah bercerai, perempuan mengalami beberapa kesulitan dalam menjalani

kehidupannya. Antara lain Masalah social, Masalah ekonomi, Masalah

keluarga, Masalah psikologis, Masalah emosional, Masalah praktis, Masalah

seksual, Masalah tempat tinggal untuk itu menarik untuk dikaji lebih lanjut

tentang Kesehajteraan Psikologis (Psychological Well Being) pada wanita

yang berperan sebagai orangtua tunggal (single parent) karena perceraian.

D. Kesejahteraan Psikologis pada wanita yang berperan sebagai orangtua

tunggal (single parent) karena perceraian.

Freud (dalam Lianawati, 2008) pelopor Psikoanalisa yang teorinya

dijadikan pijakan dalam psikologi sering melabel perempuan sebagai pribadi

yang sakit dan sulit disembuhkan dengan terapi sekalipun. Sekian lama dunia

psikologi menerima pandangan Freud, bahkan pengikutnya Helene Deutsch

(dalam Lianawati, 2008) menambahkan, perempuan adalah pribadi masokis

yang senang dengan penderitaan dan bahkan berusaha mencari penderitaan,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

20

dengan pandangan seperti ini, upaya untuk membuat kehidupan perempuan

menjadi lebih baik secara psikologis pun tidak pernah terpikirkan. Namun

Ryff tidak melihat perempuan sebagai pribadi masokis seperti yang dikatakan

Deutsch, perempuan dalam pandangan Ryff tidak mencari penderitaan dan

selanjutnya pasif menikmati penderitaan itu. Dengan konsepnya mengenai

reinterpretasi, Ryff justru melihat perempuan sebagai pribadi sejahtera yang

mampu mengendalikan lingkungannya dan mampu melakukan sesuatu yang

bermakna dalam tekanan sekalipun (Lianawati, 2008).

Kesejahteraan menurut Ryff bukan ditentukan oleh seberapa

menyenangkan peristiwa-peristiwa yang dialami seseorang. Peristiwa negatif

yang dialami seseorang tidak serta merta membuatnya tidak sejahtera. Ryff

memberikan istilah re-interpretasi, yaitu bahwa manusia dapat melakukan

interpretasi ulang (re-interpretasi) terhadap kondisi dan pengalaman

hidupnya. Jadi dalam tekanan budaya yang melingkupi hidup perempuan saat

ini, tetap terbuka peluang bagi perempuan untuk menjadi sejahtera. Beauvoir

meyakini perempuan dapat dan bahkan perlu menunjukkan eksistensinya

meskipun dalam budaya yang menekan. Untuk dapat melakukannya,

perempuan dapat menentukan caranya masing-masing. Beauvoir (dalam

Lianawati, 2008) menyatakan bahwa perempuan selalu dalam proses menjadi.

Dalam proses ini pengalaman perempuan akan sangat subjektif karena

melibatkan pilihan-pilihan personal.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

21

Perempuan berhak memutuskan cara terbaik untuk dapat menjadi

sejahtera tanpa mengikatkan diri pada tuntutan masyarakat. Dalam kondisi

perempuan tidak dapat memilih sekalipun, konsep kesejahteraan Ryff tetap

membuka peluang bagi perempuan untuk dapat menjadi sejahtera (Lianawati,

2008).

Hurlock (1999) menjelaskan masalah yang dihadapi oleh wanita saat

menjalankan peran sebagai orang tua tunggal karena perceraian antara lain

yaitu masalah sosial dan ekonomi. Masalah sosial yang dihadapi wanita saat

berperan sebagai orang tua tunggal lebih sulit diatasi dari pada laki-laki karena

wanita yang diceraikan bukan hanya dikucilkan dari kegiatan sosial tetapi

lebih buruk lagi, wanita tersebut sering kali kehilangan teman lamanya, karena

teman-temannya yang mengucilkannya dan memboikotnya atau mendukung

bekas suaminya, dan masalah lain yang timbul saat berperan sebagai orang tua

tunggal karena perceraian adalah masalah ekonomi, dimana apabila seorang

wanita single parent tidak mempunyai keterampilan yang banyak diperlukan

perusahaan mereka akan sulit mendapatkan pekerjaan untuk menghidupi diri

dan anak-anaknya, hal tersebut dapat dan biasanya mempunyai efek yang

merusak bagi wanita.

Secara psikis perempuan lebih sensitif daripada laki-laki. Di sisi yang

lain dialah satu-satunya sosok yang dapat membantu laki-laki karena

kemampuannya dalam memenuhi segala keinginan laki-laki, sekalipun

terkadang harus menanggung derita. Perempuan secara fitrah adalah obyek

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

22

yang dicari, bukan subyek pencari. Bagaikan tanaman, perasaan perempuan

akan cepat layu meskipun hanya terkena sentuhan. Apabila datang pengganti

yang lebih muda dan lebih terhormat serta dapat menjadikannya tersanjung

pun belum tentu dapat mendorongnya untuk mau menempuh hidup berumah

tangga lagi Makki (dalam Zein, 2008).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa banyak anggapan

mengenai perempuan adalah individu yang kurang mampu untuk mencapai

kesejahteraan psikologis, namun dengan konsep mengenai kesejahteraan

psikologis yang dibangun Ryff, perempuan mampu menjadi sejahtera secara

psikologis dengan menerima diri, mengembangkan relasi yang positif dengan

orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, memiliki tujuan hidup, mampu

mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal. Selain itu

juga dengan konsepnya mengenai re-interpretasi terhadap kondisi dan

pengalaman hidupnya, perempuan sebagai pribadi sejahtera yang mampu

mengendalikan lingkungannya dan mampu melakukan sesuatu yang bermakna

dalam tekanan sekalipun, untuk dapat melakukannya perempuan dapat

menentukan caranya masing-masing. Bagi seorang perempuan perubahan

status dari seorang istri menjadi seorang janda khususnya karena perceraian,

tidaklah mudah sehingga saat berperan menjadi orang tua tunggal perempuan

mengalami kesulitan dalam melakukan berbagai aktivitasnya. Namun dalam

kondisi perempuan tidak dapat memilih sekalipun, konsep kesejahteraan Ryff

tetap membuka peluang bagi perempuan untuk dapat menjadi sejahtera

dengan mengenali dan menonjolkan kelebihan-kelebihannya.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

23

E. Proses Pencapaian Kesejahteraan Psikologis

1. Keadaan dimana individu mampu menerima dirinya apa adanya

2. Mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain

3. Memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial

4. Mampu mengontrol lingkungan eksternal

5. Memiliki arti dalam hidup, dan 6. Mampu merealisasikan potensi

dirinya secara kontinyu. 1. Anxiety atau kecemasan 2. Disabilities atau perasaan tidak

mampu 3. Depresi 4. Self esteem yang rendah 5. Menyendiri 6. Ketidakpuasan terhadap keluarga,

dan 7. Kekhawatiran yang besar

terhadap hubungan sosial.

PERAN WANITA SEBAGAI ORANGTUA TUNGGAL

MASALAH YANG MUNCUL SETELAH MENJADI ORANG TUA TUNGGAL

GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GAMBARAN KETIDAKSEJAHTERAAN PSIKOLOGIS

PERCERAIAN

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... · Psikologis dengan memadukan teori perkembangan manusia, teori-teori klinis mengenai pertumbuhan diri dan literatur-literatur

24