44
5 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Menurut Ward & Peppard (2002, p3), menyatakan bahwa Information System as the means by which people and organizations, utilizing technology, gather, process, store, user, and disseminate information. Sistem informasi didefinisikan sebagai cara dari orang-orang dan organisasi-organisasi memanfaatkan teknologi, mendapatkan, memproses, menyimpan, menggunakan, dan menyebar informasi. Sistem informasi merupakan bagian domain yang lebih luas dari pengembangan yang berkelanjutan dalam merespon inovasi teknologi serta interaksi yang mutual dengan kehidupan social secara keseluruhan. Menurut O‟Brein dan Marakas (2007, p4) menyatakan bahwa pengertian Sistem Informasi adalah kombinasi teratur dari manusia, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. 2.2 Teknologi Informasi Menurut Ward & Peppard (2002, p3), teknologi informasi khusus merujuk pada teknologi, misalnya : hardware, software, dan jaringan telekomunikasi. Baik yang terlihat (tangible), misalnya : server, PC, router, dan kabel jaringan maupun yang tidak terlihat (intangible), misalnya: software dan lain lain. Teknologi Informasi menyediakan sesuatu untuk melakukan pemrosesan, penyimpanan, pengiriman dan berbagi konten dijital lainnya, dengan pengertian lainnya bahwa teknologi

BAB II STUDI PUSTAKA - library.binus.ac.id · 5 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Menurut Ward & Peppard (2002, p3), menyatakan bahwa Information System as the means by which

  • Upload
    hatram

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

5

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi

Menurut Ward & Peppard (2002, p3), menyatakan bahwa

Information System as the means by which people and organizations,

utilizing technology, gather, process, store, user, and disseminate

information. Sistem informasi didefinisikan sebagai cara dari orang-orang

dan organisasi-organisasi memanfaatkan teknologi, mendapatkan,

memproses, menyimpan, menggunakan, dan menyebar informasi. Sistem

informasi merupakan bagian domain yang lebih luas dari pengembangan

yang berkelanjutan dalam merespon inovasi teknologi serta interaksi yang

mutual dengan kehidupan social secara keseluruhan.

Menurut O‟Brein dan Marakas (2007, p4) menyatakan bahwa

pengertian Sistem Informasi adalah kombinasi teratur dari manusia,

hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang

mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah

organisasi.

2.2 Teknologi Informasi

Menurut Ward & Peppard (2002, p3), teknologi informasi khusus

merujuk pada teknologi, misalnya : hardware, software, dan jaringan

telekomunikasi. Baik yang terlihat (tangible), misalnya : server, PC,

router, dan kabel jaringan maupun yang tidak terlihat (intangible),

misalnya: software dan lain lain. Teknologi Informasi menyediakan

sesuatu untuk melakukan pemrosesan, penyimpanan, pengiriman dan

berbagi konten dijital lainnya, dengan pengertian lainnya bahwa teknologi

6

merupakan alat yang mendukung aktivitas sistem informasi.

Menurut O‟Brien (2003, p9), teknologi informasi merupakan

perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, manajemen basis

data dan pemrosesan teknologi informasi lainnya yang digunakan dalam

sistem informasi berbasis komputer.

Secara umum, Teknologi Informasi adalah hasil rekayasa manusia

terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima

sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas

sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya.

2.3 Teknologi Informasi & Sistem Informasi di Perguruan

Tinggi

Dikutip dari Noor Azizi Ismail (2007), menyarankan agar setiap

universitas dan perguruan tinggi yang bercita-cita untuk menjadi lebih

kompetitif, di abad baru ini perguruan tinggi harus menjadikan

penggunaan TI sefektif-efektifnya. Oleh karena itu, TI harus menjadi salah

satu strategi yang penting dimana harus dikejar oleh universitas manapun,

khususnya di negara-negara berkembang (Titthasiri, 2000).

Menurut McRobbie and Palmer (2001), dilaporkan bahwa

Universitas Indiana dengan cekatannya menggunakan TI di empat area

utama yaitu penelitian dan akademik, proses belajar dan mengajar,

pelayanan administrasi, dan telekomunikasi sejak munculnya

Perencaanaan Strategis Sistem Informasi yang komprehensif di tahun

1998.

Menurut Barkley (2001), penerapan teknologi informasi pada

perguruan tinggi sudah merupakan hal yang umum. Penggunaan teknologi

didalam kelas seperti: software untuk presentasi, website yang berisi

materi kuliah, pemberian dan pengumpulan tugas mata kuliah secara

online dengan memanfaatkan teknologi komputer sudah banyak

7

digunakan. Kansas State University telah menggunakan software dalam

menangani pengumpulan tugas dari siswa dan ujian yang dilakukan secara

online via internet.

Menurut Sere (2007), sesuai dengan hakekat dan karakteristiknya,

paling tidak terdapat 7 (tujuh) peranan utama teknologi informasi dalam

dunia pendidikan. Ketujuh peranan strategis tersebut terkait langsung

dengan 4 (empat) pilar utama penopang arsitektur sistem institusi

pendidikan yang baik – yaitu konten dan kurikulum, proses belajar

mengajar, sumber daya manusia dan budaya, serta fasilitas dan jaringan

prasarana yang ditunjang oleh 3 (tiga) entitas pendukung operasional,

masing-masing adalah infrastruktur dan suprastruktur, kegiatan

operasional terpadu, dan sistem manajemen mutu. Berdasarkan sejumlah

aspek inilah maka diturunkan 7 (tujuh) peranan teknologi informasi yaitu:

1. Teknologi informasi merupakan sumber atau gudang ilmu

pengetahuan karena dengan memanfaatkan jaringan raksasa semacam

internet, pengajar maupun peserta didik dapat mengakses secara bebas

ribuan bahkan jutaan sumber pengetahuan di seluruh dunia disamping

memberikan kesempatan bagi para stakeholder pendidikan untuk

saling berinteraksi di dunia maya dengan menggunakan berbagai

fasilitas seperti chatting, email, mailing list, newsboard, dan discussion

forum.

2. Teknologi informasi sebagai alat bantu pengajar maupun peserta didik

dalam melakukan aktivitas pembelajaran, misalnya dengan

memanfaatkan komputer dan sejumlah aplikasinya sebagai media

simulasi, alat bantu ilustrasi, sarana interaksi, dan lain sebagainya;

3. Teknologi informasi sebagai standar kompetensi dan keahlian yang

harus dimiliki oleh pengajar, peserta didik, penyelenggara pendidikan,

dan terkait lainnya (misalnya: orang tua, pemerintah, dan masyarakat)

karena merupakan prasyarat mutlak agar pendidikan berbasis teknologi

informasi dapat dilakukan secara efektif.

8

4. Teknologi informasi sebagai peluang terjadinya sebuah transformasi

sistem pendidikan masa depan terutama dengan diperkenalkannya

sejumlah konsep semacam e-library, virtual class, digital library, dan

lain-lain yang tidak lagi bergantung pada batasan-batasan fisik dari

sumber daya;

5. Teknologi informasi sebagai alat penunjang manajemen institusi

pendidikan dalam proses pengambilan keputusan strategis maupun

operasional, terutama terkait dengan pemanfaatan dan alokasi sumber

daya serta pemantauan kinerja institusi, seperti implementasi decision

support system, executive information system, management

information system, dan lain sebagainya;

6. Teknologi informasi sebagai sarana memadukan beragam fungsi dan

proses di dalam penyelenggaraan administrasi pendidikan, terutama

yang menyangkut mengenai alokasi sumber daya pembelajaran

(pengajar, peserta didik, ruang kelas, peralatan, dan lain sebagainya)

maupun hal-hal penopang lainnya, seperti sistem informasi keuangan,

sumber daya manusia, pengadaan dan logistik, dan manajemen

dokumen dan;

7. Teknologi informasi sebagai infrastruktur dan suprastruktur institusi

pendidikan, dalam arti kata bahwa lembaga yang bersangkutan harus

memiliki akses terhadap jaringan infrastruktur yang menghubungkan

seluruh komputer yang dimilikinya dan tentu saja menyusun beragam

kebijakan dan peraturan pelaksanaan penggunaannya.

Sedangkan sistem informasi di perguruan tinggi, menurut

Transmissia, et al (1999), sitem informasi di Universitas mencakup

diantaranya sistem perpustakaan, sistem registrasi dan sistem keuangan

sampai ke sistem campus-housing dan sistem pelayanan universitas

lainnya.

9

Menurut Mutyarini dan Sembiring (2006), karakteristik Sistem

Informasi dalam Perguruan Tinggi adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pendukung lembaga pendidikan tinggi untuk mencapai

tujuannya.

2. Memiliki tujuan:

a. Memberikan layanan yang diperlukan masyarakat akademis

secara memuaskan, handal dan terjangkau.

b. Meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan misi pendidikan

tinggi.

c. Memberikan informasi yang akurat ke dalam dan ke luar

institusi.

3. Terdiri dari unit-unit sistem informasi yang berdiri sendiri namun tetap

sejalan dengan visi dan misi institusi. Tiap-tiap unit dapat mengelola

sendiri sistem informasinya sehingga standar dan aplikasi yang

digunakan antar unit berbeda-beda.

4. Diakses oleh berbagai ragam masyarakat akademisi dengan tingkat

kebutuhan, peran dan pengetahuan yang berbeda.

Dikutip dari penelitian Roni et al (2010), portfolio aplikasi yang

dikembangkan pada perguruan tinggi diantaranya :

1. Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB)

Registrasi Calon Mahasiswa

Sistem Pembayaran Pendaftaran

Sistem Pengelolaan & Jadwal USM

Sistem Ujian USM

Sistem Pemasaran & Promosi

Sistem Registrasi Mahasiswa

Sistem Pelaporan Penerimaan Mahasiswa Baru

2. Sistem Informasi Akademik

Registrasi Perubahan Rencana Studi

Penjadwalan kuliah

10

KRS

Perwalian

Administrasi Kuliah

Penjadwalan Ujian

Nilai

Manajemen Kurikulum

Penulisan Akademik

KHS

Bimbingan PA

Dan masih banyak fungsi lainnya

3. Sistem Penglepasan Akademik

Administrasi Pengunduran Diri

Administrasi Drop Out

Transkrip

Ijasah

Wisuda

Alumni

4. Sistem Manajemen Keuangan

Anggaran

Biaya Pendidikan

Akuntansi Keuangan

Honor Dosen

5. Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Personil

Laporan Waktu & Cuti

Rekruitmen

Pelatihan & Pendidikan

Administrasi Gaji & Honor

Promosi Kepangkatan

6. Sistem Manajemen Aset & Sarana Prasarana

Pengadaan

11

Pemesanan

Pengelolaan Logistik

2.4 Strategi Sistem Informasi & Strategi Teknologi

Informasi

Menurut Ward dan Peppard (2002, p44), strategi sistem informasi

adalah strategi yang mendefinisikan kebutuhan organisasi atau permintaan

perusahaan terhadap informasi dan sistem yang mendukung keseluruhan

strategi bisnis yang dimiliki organisasi tersebut.

Menurut O‟Brien (2007, p46), peranan strategi sistem informasi

mendukung penggunaan teknologi informasi untuk mengembangkan

produk, jasa, dan kapabilitas yang dapat memberikan manfaat yang lebih

bagi perusahaan dalam menghadapi kompetisi di pasar global. Strategi

sistem informasi dapat berupa berbagai macam sistem informasi (seperti

sistem informasi manajemen dan decision support system (DSS)) yang

membantu sebuah organisasi mengembangkan kompetitif mereka atau

menuju tujuan strategis organiasis.

Menurut Ward dan Peppard (2002, p44) adalah menyimpulkan

kebutuhan suatu organisasi akan informasi dan sistem yang didukung oleh

teknologi. Sehingga teknologi informasi dirancang agar teknologi tersebut

dapat diaplikasikan dalam mengirimkan informasi dan bagaimana sumber

daya teknologi diatu sehinggan sesuai dengan kebutuhan bisnis.

2.5 Perencanaan Strategis SI/TI

Perencanaan Strategis SI/TI(IS/IT Strategic Planning) pada suatu

perusahaan yang menitikberatkan kepada outline visi dari esensi

kebutuhan akan informasi dan sistem yang akan di dukung oleh teknologi

12

dalam sebuah perusahaan tersebut dengan kata lain lebih kepada “IT

Supply” (John Ward and Joe Peppard, 2002).

Dinamika perkembangan tekonologi informasi membuat

persaingan dalam dunia bisnis semakin cepat berubah. Perusahaan yang

belum memiliki strategi yang terkait dengan IT menghadapi kendala

didalam mengembangkan bisnisnya dikarenakan tidak adanya pedoman

didalam menentukan arah pengembangan sistem informasinya.

Secara umum, terdapat tiga sasaran utama dari upaya penerapan

Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI) dalam suatu organisasi yaitu

sebagai berikut :

1. Memperbaiki efisiensi kerja dengan melakukan otomatisasi berbagai

proses yang mengelola informasi.

2. Meningkatkan keefektifan manajemen dengan memuaskan kebutuhan

informasi guna pengambilan keputusan.

3. Memperbaiki daya saing atau meningkatkan keunggulan kompetitif

organisasi dengan merubah gaya dan cara berbisnis

Penerapan SI/TI tentunya akan sangat bermanfaat apabila sesuai

dengan tujuan, visi, dan misi organisasi(John Ward and Joe Peppard,

2002).

Didalam perancangan Perencanaan Strategis SI/TI dibutuhkan

suatu framework yang menjadi landasan agar nantinya hasil yang

diharapkan sesuai dengan kebutuhan dan tepat sasaran.

13

Gambar 2.1 IT Strategic Planning Framework versi Ward Peppard (2002)

Pada framework ini terdapat bagian-bagian penting dalam

penyusunan IS/IT Strategic Plan ( John Ward and Joe Peppard, 2002)

yaitu :

Inputs

1. Internal Business Environment

Strategi bisnis yang sedang berjalan, tujuan, sumber daya, proses,

budaya dan nilai bisnis.

2. External Business Environment

Kondisi ekonomi, industri, dan persaingan dimana perusahaan

beroperasi.

14

3. The Internal IS/IT Environment

Sudut pandang IS/IT terhadap bisnis, tingkat kematangan sistem,

jangkauan dan kontribusi bisnis, kemampuan, sumber daya, dan

infrastruktur teknologi, portfolio aplikasi dari sistem yang sudah ada,

aplikasi yang sedang dikembangkan maupun aplikasi yang baru

dianggarkan.

4. The External IS/IT Environment

Trend teknologi dan peluang serta manfaat IT untuk customer,

pesaing, dan pemasok.

Output

1. IS/IT Management Strategy

Elemen umum dari strategi yang diterapkan di organisasi secara

menyeluruh. Menjamin kebijakan yang konsisten saat dibutuhkan.

2. Business IS Strategies

Bagaimana setiap unit atau fungsi bisnis akan menerapkan IS/IT dalam

mencapai tujuan bisnisnya.

3. IT Strategy

Kebijakan dan strategi untuk manajemen teknologi dan tenaga ahli.

Sedangkan perencanaan strategis SI/TI menurut Tozer merupakan

pendekatan yang praktis dan formal yang berdasarkan pada konsep strategi

bisnis yang menentukan cara mengeksploitasi sumber daya SI/TI beserta

pemanfaatannya. Adapun tahapan perencanaan strategis SI/TI dapat dilihat

pada Gambar 2.2 dibawah ini :

15

Gambar 2.2 Framewok Perencanaan Strategis SI/TI versi Tozer (1996)

Penjelasan mengenai fase-fase metodologi perencanaan strategis

SI/TI versi Tozer adalah sebagai berikut (Tozer,1996 : 41) :

1. Fase 0 – Menentukan Konteks Studi dan Ruang Lingkup

1.1. Tujuan dari fase ini adalah memperoleh batasan, waktu, kontrol,

penyelarasan terminologi, komitmen manajemen, dan harapan

dari sistem. Keluaran yang dihasilkan pada fase ini berupa

analisis konteks, batasan, TOR (Term of Reference), identifikasi

pendahuluan, tim kerja, program, dan jadual wawancara

pendahuluan.

2. Fase 1 – Menentukan Informasi Mengenai Bisnis dan Kebutuhan yang

Mendukungnya.

Tujuan dari fase ini untuk mencari dasar membuat strategi, berupa

rencana ke depan dalam bentuk rencana bisnis, informasi dan

16

pendukung lainnya. Fase ini dibagi menjadi dua kegiatan dengan

penjelasan sebagai berikut:

1.2 Persiapan Pengumpulan Informasi

Tujuan kegiatan ialah mempersiapkan dasar analisis dan

wawancara dengan pimpinan. Keluaran dari tahap ini berupa:

tujuan, arah, petunjuk, lingkungan, dan rencana bisnis; aplikasi

terkini dan datanya; aset TI terkini; dan kondisi SDM.

1.3 Menentukan Informasi Bisnis dan Pendukungnya

Tujuan kegiatan ini adalah untuk membuat tujuan bisnis yang

lengkap dan jelas, beserta arahan, lingkungan, informasi, dan

pendukungnya; dan untuk memperoleh komitmen dan harapan

dari manajemen senior. Keluaran dari kegiatan ini adalah:

pernyataan informasi bisnis dan pendukungnya; detil kebutuhan

sistem dan negosiasinya; dan sponsor bisnis yang berkomitmen

pada setiap kebutuhan.

3. Fase 2 – Mengevaluasi Kesesuaian Sistem dengan Kebutuhan Bisnis

saat ini dan Mengidentifikasi Pilihan Solusi

Pada fase ini terdapat empat kegiatan dengan penjelasan sebagai

berikut:

2.1 Mengevaluasi Aplikasi dan Kondisi Teknis saat ini.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran

kemampuan aplikasi saat ini dalam mendukung bisnis, beserta

kelemahan dan kekuatannya. Keluaran dari kegiatan ini adalah:

portofolio aplikasi danaset TI; analisis kelemahan dan

kekuatannya; rencana mengatasi kelemahan; dan studi awal

tentang rapid development, jika dibutuhkan.

2.2 Membangun Arsitektur Informasi

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membuat arsitektur

informasi dengan keluaran mencakup: usulan struktur bisnis dan

industri; usulan arsitektur SI berupa aplikasi, database, dan

teknologi pendukungnya; Identifikasi gap antara kondisi saat ini

dengan usulan yang diajukan.

17

2.3 Membuat Pilihan Awal untuk Solusi Strategis

Tujuan dari kegiatan ini untuk memberikan pilihan awal

terhadap solusi aplikasi dengan keluaran berupa: identifikasi gap

yang akan diatasi dengan solusi aplikasi; visi SI yang mencakup

kebutuhan bisnis; pilihan solusi aplikasi; masukan bagi rapid

development; dan kemungkinan modifikasi arsitektur SI.

2.4 Membangun Kasus Bisnis untuk Memenuhi Kebutuhan Bisnis.

Tujuan kegiatan ini untuk mendapatkan sponsor bagi

pengembangan kasus bisnis dengan keluaran berupa: sponsor

yang berkomitmen; format pengembangan kasus bisnis yang

memenuhi semua kebutuhan; rencana aksi untuk implementasi

kasus bisnis pada solusi aplikasi.

4. Fase 3 – Menentukan Solusi Strategis

Pada fase ini terdapat empat kegiatan dengan penjelasan sebagai

berikut:

3.1 Identifikasi dan Memulai Kegiatan yang Penting

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh kebutuhan

yang jelas, tepat dan cepat dengan keluaran berupa: proposal

rapid development; pengembangan solusi; dan keluaran yang

diharapkan.

3.2 Menentukan solusi aplikasi dan database

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengkaji solusi yang telah

ditawarkan, membuat prioritas dari aplikasi dan basis data yang

paling sesuai dengan solusi, memperbaiki arsitektur informasi

secepatnya, dan membangun teknologi yang mendukung solusi.

Keluaran dari kegiatan ini adalah: pilihan dari beberapa solusi;

definisi solusi yang paling tepat denganstruktur database yang

mendukungnya; penjelasan alasan pemilihan solusi; hasil update

arsitektur informasi; spesifikasi teknologi; dan strategi migrasi.

3.3 Evaluasi kondisi TI

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh kondisi TI

terkini, mempelajari peluang yang ditawarkan industri TI dan

18

penentuan arah TI mendatang. Keluaran dari kegiatan ini adalah:

kondisi TI terkini, arahan dari industri; identifikasi pilihan dan

identifikasi awal tentang dukungan teknis.

3.4 Pengembangan Kasus Bisnis

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membantu sponsor,

memastikan agar solusi SI/TI sejalan dengan bisnis dan

manfaatnya tercermin dalam implementasinya, dan

memungkinkan manfaat alternatif. Keluaran dari kegiatan ini

adalah: sponsor yang berkomitmen; informasi dua arah; dan

kasus bisnis.

5. Fase 4 – Menyiapkan dan Melakukan Rencana Implementasi

Tujuan dari fase ini adalah untuk menyelesaikan dan melaksanakan

perencanaan strategis SI/TI, dimana terdapat beberapa kegiatan

dengan penjelasan berikut ini:

4.1 Menyiapkan Rencana Teknis Proyek Aplikasi dan Database

Kegiatan ini bertujuan untuk memilih solusi aplikasi dan

database, serta membuat rencana pengembangannya, dengan

keluaran berupa: pernyataan pilihan solusi aplikasi; rencana detil

pengembangannya yang berhubungan dengan SDM, TI, dan

kasus bisnis; dan rencana teknis proyek TI.

4.2 Mempersiapkan perencanaan teknis proyek TI

Kegiatan ini bertujuan mengkaji pilihan alternatif bagi dukungan

teknologi dan memilih solusi strategis yang diinginkan,

memsang program pengembangan dan implementasi untuk

perangkat keras komputer, perangkat lunak, komunikasi,

workstations dan pengembangan lingkungan yang mendukung

rencana pengembangan aplikasi dan database.

4.3 Mempersiapkan Rencana Pengembangan SDM dan Organisasi

Kegiatan ini bertujuan membuat rencana mengembangkan SDM

yang sesuai dengan rencana TI. Keluaran dari kegiatan ini

berupa pernyataan dan rencana detil pengembangan SDM.

19

4.4 Menyusun dan Menyeimbangkan Kasus-kasus Bisnis dengan

semua Pengembangan.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendukung pengembangan

dan penyesuaian aplikasi terhadap rencana SDM dan bisnis

dengan keluarannya berupa: pernyataan kasus bisnis yang sesuai

dengan aplikasi, TI, dan pengembangan SDM; negosiasi dengan

sponsor tentang penyelesaian dan langkah-langkah yang

diterima; dan keuangan yang mendukung solusi.

4.5 Menampilkan Rencana dan Mengatur Implementasinya.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memastikan manajemen senior

mengerti dan menerima rekomendasi solusi; mengatur

implementasi; membuat persyaratan untuk mengkaji ulang,

menyesuaikan dan memelihara rencana pada saat melanjutkan

siklus perencanaan.

2.6 Perencanaan Strategis Teknologi Informasi & Sistem Informasi di Perguruan Tinggi

Menurut Zhe Lv (2011), Perencanaan strategis sistem informasi

untuk perguruan tinggi merupakan peran utama dalam kesuksesan

implementasi sebuah campus-wide information system (Wiggins(1995),

campus-wide information system adalah sebuah sistem yang secara

bersamaan menghubungkan dokumen-dokumen online ke akses kampus

yang telah memiliki sumber daya komputer yang dikontrol dalam satu

wadah). Perencanaan TI yang komprehensif dapat memberikan prediksi

yang lebih sukses di institusi perguruan tinggi. TI dapat digunakan untuk

memfasilitasi akademik dan akitvitas administratif di institusi perguruan

tinggi.

Menurut Noor Azizi Ismail et al (2007), Pentingnya perencanaan

strategis sistem informasi tidak hanya untuk bisnis komersial, akan tetapi

dapat di implementasi pada sistem edukasi. Teknologi informasi

digunakan untuk memfasilitasi akademik dan aktifitas administratif di

20

institusi perguruan tinggi. Campus-wide Information Systems seharusnya

dapat mengintegrasikan seluruh informasi kedalam single platform agar

dapat memastikan bahwa akademik dan aktifitas administratif terkelola

dengan baik dan lancar. Dalam konteks proses belajar mengajar dan

penelitian, TI dapat memfasilitasi proses menciptakan, berbagi informasi,

dan menyebarkan informasi (Titthasiri,2000).

Menurut Frank et al (2009), institusi perguruan tinggi bekerja

dengan perencanaan untuk kebutuhan kedepan, perkembangan dan

terkadang pengurangan. Populasi mahasiswa yang semakin meluas dan

faculty member yang beradaptasi dengan teknologi baru maka sebuah

universitas harus berupaya untuk mendukung kebutuhan ini.

Menurut CIO California State University(CSU), IT Strategic Plan

dirancang untuk memastikan bahwa prioritas dan program-program

teknologi informasi kampus yang menjadi target dalam mendukung CSU.

Sejalan dengan perkembangan kedepan maka proses perencanaan yang

komprehensif dan dinamik maka CSU berfokus kepada sumber daya

manusia dan keungan dalam mencapai visi lingkungan belajar yang

berkualitas tinggi didukung dengan bisnis proses yang efektif. Prioritas

dan koordinasi dalam perencanaan teknologi dan implementasi akan

memastikan mahasiswa CSU, dosen, dan staf memiliki kombinasi dalam

skill, pengetahuan, dan teknologi untuk dapat berkembang baik dalam

teknologi kedepan.

2.7 Alat Analisis

2.7.1 Analisis SWOT

Menurut john ward dan joe peppard, SWOT adalah sebuah alat

untuk mendefinisikan Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan dan Ancaman

sebuah perusahaan. Hubungannya adalah dengan factor External dan

Internal perusahaan dimana dapat menganalisa faktor internal ( Strenght,

and Weakness) sehingga dapat di maksimalkan kekuatannya dan

21

meminimalkan kelemahannya. Dari faktor External (Opportunity dan

Threat) dimana dapat memaksimalkan peluang pasar, dan memitigasi

Ancaman-ancaman dari luar.

Gambar 2.3 Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2006, p18-19), analisis SWOT dalah ident

ifikasi bebagai faktor secara sistemat is untuk merumuskan strategi

perusahaan. Analisis ini dilakukan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan dan peluang dan ancaman. Jadi, analisis SWOT membandingkan

antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal

kekuatan dan kelemahan.

Analisis ini terbagi atas 4 komponen dasar yaitu :

1. S : Strength, merupakan kekuatan dari organisasi.

2. W : Weakness, merupakan kelemahan dari organisasi.

3. O : Opportunity, merupakan peluang dari luar organisasi dan

member ikan peluang kepada organisasi untuk berkembang

dimasa mendatang.

4. T : Threat, merupakan ancaman dar i luar bagi organisasi dan

dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa mendatang.

22

2.7.1.1 Matrik SWOT

Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis

perusahaan adalah Matrik SWOT. Mat rik ini menggambarkan bagaimana

Faktor Strategi Eksternal (EFAS) - meliputi peluang dan ancaman

eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan Faktor

Strategi Internal (IFAS) yang meliput i kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinnan alternatif

strategis Rangkuti (2006, p31).

Cara membuat matrik SWOT adalah dengan menggunakan faktor-

faktor strategis eksternal maupun internal sebagaimana telah dijelaskan

dalam tabel EFAS dan IFAS, yaitu dengan mentransfer peluang dan

ancaman dar i tabel EFAS serta mentransfer kekuatan dan kelemahan dari

tabel IFAS kedalam sel yang sesuai dalam matrik SWOT. Kemudian

dengan membandingkan faktor-faktor strategis tersebut lalu dibuatkan

empat set kemungkinan alternatif strategi (SO, ST, WO, WT) Rangkuti

(2006, p35):

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan

peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST

Ini adalah strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan

untuk mengatasi ancaman yang ada.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan

berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari

ancaman.

23

Gambar 2.4 Matrik Analisis SWOT

2.8.1.2 Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Menurut Rangkuti (2006, pp22-23), sebelum membuat matrik

faktor strategi eksternal, terlebih dahulu kita perlu mengetahui faktor

strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah car a-car a penentuan Faktor

Strategi Eksternal (EFAS):

1. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0

(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor

tersebut kemungkinan dapat member ikan dampak terhadap faktor

strategis.

3. Hitung rating (dalam kolom tiga) untuk masing-masing faktor dengan

member ikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh yang bersangkutan. Pember ian nilai rating

untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diber

i rating +4, tetapi jika peluang nya kecil, diber i rating +1). Pemberian

nilai rat ing ancaman adalah kebalikan. Misalnya, jika ni lai

ancamannya sangat besar, rating adalah 1. Sebaliknya, jika nilai

ancamannya sedikit ratingnya 4.

24

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi

mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa

faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya

dihitung.

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total

skor bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor

strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk

membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam

kelompok industri yang sama.

2.8.1.3 Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)

Menurut Rangkuti (2006, pp24-25), setelah faktor-faktor strategi

internal suatu perusahaan diidentifikasi, suatu tabel IFAS (Internal

Strategic Faktor Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-

faktor strategisi internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness

perusahaan. Tahapnya adalah:

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan

perusahaan dalam kolom 1.

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0

(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh

faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (semua

bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

member ikan skala mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan 1 (poor),

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan

yang bersangkutan. Var iabel yang bersifat positif (semua variabel

yang masuk kategor i kekuatan) diber i nilai mulai dar i +1 sampai

dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkan dengan rata-rata

25

industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat

negatif, kebalikannya. Contoh: Jika kelemahan perusahaan besar sekali

dibandinglan dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan

jika kelemahan perusahaan dibawah rata-rata industri, nilainya adalah

4.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi

mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa

faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya

dihitung.

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total

skor bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor

strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk

membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam

kelompok industri yang sama.

2.7.2 Analisa Lima Daya Porter

Menurut Ward dan Peppard (2002, p95), persaingan suatu industri

tergantung pada lima kekuatan bersaing yang telah tertuang dalam Lima

Kekuatan Bersaing Porter. Faktor-faktor ini berguna untuk

mengembangkan keunggulan atas persaingan industri untuk lebih

memahami dimana perusahaan beroperasi. Ke- 5 faktor tersebut adalah :

1. Pesaing Industri (Rivalry)

Biasanya perusahaan berusaha untuk mencapai keunggulan yang

kompetitif terhadap pesaingnya. Intensitas persaingan antar perusahaan

bervariasi di seluruh industri. Dalam mengejar keuntungan lebih dari

pada pesaing, perusahaan memiliki langkah yang kompetitif seperti :

26

- Perubahan harga, menaikkan atau menurunkan harga untuk

mendapatkan keuntungan sementara.

- Meningkatkan diferensiasi produk, meningkatkan fitur,

menerapkan inovasi pada proses produk itu sendiri.

- Memanfaatkan saluran distribusi, menggunakan saluran distribusi

baru pada industri.

- Memanfaatkan hubungan dengan pemasok.

2. Ancaman produk pengganti (Threat of subtitutes)

Pada model porter, produk pengganti mengacu pada produk di industri

yang lain. Hal ini terjadi ketika suatu produk dipengaruhi oleh

perubahan harga dari produk pengganti. Sebuah produk dipengaruhi

oleh produk pengganti sebagai produk pengganti menjadi lebih

tersedia, permintaan menjadi lebih mudah diupayakan karena

pelanggan memiliki banyak alternatif.

3. Kekuatan pembeli (Buyer power)

Kekuatan pembeli adalah dampak pelanggan terhadap industri yang

ada. ketika kekuasaan pembeli kuat, dapat digambarkan dimana

terdapat banyak pemasok namun hanya terdapat 1 pembeli, maka

pembeli dapat menetapkan harga.

4. Kekuatan pemasok (Supplier power)

Suatu industri pasti memerlukan bahan baku, tenaga kerja, dan

perlengkapan lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya hubungan

antara pembeli-pemasok antar industri. Jika jumlah pemasok sedikit,

maka semakin penting produk, dan semakin kuat posisi produk

tersebut di pangsa pasar.

5. Ancaman pendatang baru (Threat of new entrants and entry

barriers)

Hal ini dipengaruhi dari besar kecilnya hambatan yang masuk, yang

dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan dalam suatu industri.

Jika industri meningkat, maka akan banyak perusahaan yang

memasuki pasar dan mengambil keuntungan. Ketika keuntungan

menurun maka beberapa perusahaan akan keluar dari pangsa pasar

27

sehingga dapat mengembalikan keseimbangan. Solusi yang dapat

menjadi strategi untuk mencegah pendatang potensial memasukki

pasar, adalah menjaga harga tetap secara artifisial rendah.

Gambar 2.5 Five Forces Porter

2.7.3 Critical Success Factors

Rockart (Ward dan Peppard, 2002, p209) mendefinisikan CSF sebagai

area tertentu dalam perusahaan, dimana jika hasil dari area tersebut

memuaskan, maka akan menjamin keberhasilan perusahaan dalam

bersaing. Area tersebut adalah area kunci dimana „sesuatu harus berjalan

dengan baik dan benar‟, sehingga keberhasilan bisnis dapat dicapai dan

terus berkembang.

Manfaat dari analisis CSF menurut Ward dan Peppard (2002, p209) adalah

sebagai berikut :

1. Analisis CSF merupakan teknik yang paling efektif dalam

melibatkan manajemen senior dalam mengembangkan strategi sistem

informasi. Karena CSF secara keseluruhan telah berakar pada bisnis

dan memberikan komitmen bagi manajemen puncak dalam

28

menggunakan sistem informasi, yang diselaraskan dengan pencapaian

tujuan perusahaan melalui area bisnis yang kritis.

2. Analisis CSF menghubungkan proyek SI yang akan

diimplementasikan dengan tujuannya, dengan demikian sistem informasi

nantinya akan dapat direalisasikan agar sejalan dengan strategi bisnis

perusahaan.

3. Dalam wawancara dengan manajemen senior, analisis CSF dapat

menjadi perantara yang baik dalam mengetahui informasi apa yang

diperlukan oleh setiap individu.

4. Dengan menyediakan suatu hubungan antara tujuan dengan

kebutuhan informasi, analisis CSF memegang peranan penting dalam

memprioritaskan investasi modal yang potensial.

5. Analisis CSF sangat berguna dalam perencanaan sistem informasi

pada saat strategi bisnis tidak berjalan sesuai dengan tujuan

perusahaan, dengan memfokuskan pada masalah-masalah tertentu yang

paling kritis.

6. Analisis CSF sangat berguna apabila digunakan sejalan dengan

analisis value chain dalam mengidentifikasi proses yang paling kritis

serta memberikan fokus pada pancapaian tujuan melalui kegiatan-

kegiatan yang paling tepat untuk dilaksanakan.

2.7.4 Analisis Portfolio Aplikasi (McFarlan)

Menurut Ward dan Peppard (2002, p42), portfolio aplikasi

menampilkan sebuah analisis dari keseluruhan aplikasi perusahaan, baik

yang ada saat ini, potensial ataupun yang masih direncanakan. Portfolio

aplikasi adalah cara untuk membawa bersama sistem informasi yang telah

ada, yang direncanakan dan potensial kemudian menilai kontribusi

bisnisnya, umumnya berupa matrik 2x2, yang merupakan metode yang

sangat popular untuk menjelaskan dampak dari variabel yang tidak

berkaitan namun saling mempengaruhi. Dalam portfolio aplikasi, sebuah

aplikasi dapat dikategorikan sebagai strategic, high potential, key

operational,dan support tergantung dari peranannya dalam mendukung

29

strategi bisnis perusahaan, baik saat ini maupun disaat mendatang.

Kategori dalam portfolio aplikasi adalah sebagai berikut :

Strategic, adalah aplikasi yang memiliki pengaruh kritis terhadap

keberhasilan bisnis perusahaan dimasa mendatang. Aplikasi

strategis adalah aplikasi yang mendukung perusahaan dengan

memberikan keunggulan bersaing. Teknologi yang digunakan

tidak menentukan apakah suatu aplikasi strategis atau tidak,

dampaknya pada bisnis perusahaanlah yang menentukan.

Key Operational, adalah aplikasi yang menunjang kelangsungan

bisnis perusahaan. Apabila terhenti, perusahaan tidak bisa

beroperasi dengan normal dan ini akan mengakibatkan

menurunnya keunggulan perusahaan.

Support, adalah aplikasi yang mendukung perusahaan dalam

meningkatkan efisiensi bisnis dan efektivitas manajeme nnamun

tidak memberikan keunggulan bersaing.

High Potential, adalah aplikasi yang mungkin dapat menciptakan

peluang keunggulan bagi perusahaan di masamendatang, tapi

masih belum terbukti.

Gambar 2.6 Analisis Portfolio Aplikasi

30

Menurut Ward dan Peppard (2002, p306-308), para pengguna dari

suatu aplikasi yang ada, mungkin saja memiliki penilaian dan pendapat

yang berbeda tentang pengkategorian dari aplikasi tersebut. Suatu aplikasi

dapat dikatakan sebagai aplikasi strategic akan tetapi ada saatnya suati

aplikasi dikatakan sebagi sebuah aplikasi support, high potential, atau

bahkan key operational. Dengan adanya perbedaan ini, analisis akan

menjadi tidak pasti dan akan mengarah pada tidak tercapainya suatu

tujuan. Oleh karena itu untuk dapat menghasilkan peniliaian dan

pengkategorian aplikasi yang tepat dan disepakati oleh semua bagian yang

terkati, maka diperlukan suatu alat yang dapat meniliai masing-masing

dari aplikasi tersebut. Salah satunya adalah dengan menuji setiap aplikasi

yang ada dengan daftar pertanyaan berikut :

Tabel 2.1 Daftar Pertanyaan Aplikasi Portfolio

(John Ward dan Peppard, 2002, p307)

Pertanyaan Ya/Tidak

1. Menghasilkan keunggulan kompetitif yang jelas untuk bisnis?

2. Memungkinkan tercapainya sasaran bisnis yang spesifik?

3. Mengatasi kelemahan bisnis yang berhubungan dengan pesaing?

4. Menghindari resiko bisnis di masa depan agar tidak timbul dalam waktu

dekat?

5. Meningkatkan produktivitas bisnis dan mengurangi biaya?

6. Memungkinkan perusahaan memenuhi kebutuhan?

7. Menyediakan manfaat yang belum diketahui, tetapi dapat menghasilkan

poin 1 dan 2?

31

Dari tabel tersebut, setiap jawaban “Ya” akan dimasukkan ke tabel berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Aplikasi Portfolio

(John Ward dan Peppard, 2002, p307)

High Potential Strategic Key Operational Support

1. Ya(i)

2. Ya(i)

3. Ya

4. Ya

5. Ya

6. Ya(ii) Ya(ii)

7. Ya

Apabila dalam penilaian suatu aplikasi terdapat jawaban “Ya” lebih

dari 2 kolom, dimana aplikasi tersebut muncul lebih dari satu kategori,

maka aplikasi tersebut harus di uji ulang dengan memecah aplikasi

tersebut menjadi beberapa bagian dan diuji secara terpisah pada masing-

masing bagian. Berikut daftar pertanyaan tambahan yang diperoleh untuk

memperoleh kejelasan dan kepastian :

(i) Apakah manfaat bisnis dan bagaimana cara pencapaiannya telah jelas?

Apabila jawaban “Ya” maka strategic, jika “Tidak” maka high

pontential.

(ii) Apakah kegagalan dalam pemenuhan akan menimbulkan resiko bisnis

yang signifikan?

Apabila jawaban “Ya” maka key operational, jika jawaban “Tidak”

maka support.

2.7.4 Analisis Value Chain (Gabriel)

Analisis value chain menggambarkan kegiatan didalam organisasi dan

sekelilingnya dan menghubungkan kegiatan-kegiatan tersebut ke dalam

analisis kekuatan organisasi yang kompetitif. Oleh karena itu value chain

32

mengevaluasi bagian mana dari setiap aktfitas yang bisa menambah

keunggulan organisasi dalam hal produk atau jasa. Ide ini dibuat

berdasarkan pemahaman bahwa organisasi lebih dari kompilasi random

dari mesin-mesin, peralatan, orang-orang dan uang. Hanya jika beberapa

kumpulan itu disusun menjadi sistem dan aktifitas yang sistematik yang

kemungkinan akan menghasilkan sesuatu yang akan dihargai oleh

konsumen (Porter, 1985).

Gambar 2.7 Model Value Chain oleh Porter

Porter (1985) menyatakan bahwa value chain pada saat dibuat tidak

membayangkan akan digunakan pada sektor yang lebih luas, misalnya

disektor jasa atau pelayanan. Sebagai contoh sektor jasa atau pelayanan

adalah higher education, jelas bahwa ada beberapa komponen dari Porter‟s

Chain ( Inbound dan Outbound Logistic) tidak bisa diterapkan secara

langsung di industry jasa atau pelayanan. Inipun dilalui Gabriel dengan

beberapa diskusi yang dilakukan dengan Porter. Oleh karena itu

Gabriel(2005) mengembangkan value chain untuk diterapkan di higher

education(HE). Value Chain for HE inijuga memiliki 5 atribut utama dan

4 atribut pendukung sebagai berikut :

33

Atribut Utama :

1. Programmes Design

2. Regulatory Recognition

3. Moment of truth Management

4. Learning Spirit

5. Service Competition

Atribut Pendukung :

1. Professional Recruiment

2. Modern Tools and Infrastructures

3. Library with Relevant Books

4. After Sales Service

Gambar 2.8 Model Value Chain HE oleh Gabriel

Adapun penjelesan rinci dari Gambar 2.7 di atas adalah sebagai berikut :

Programmes Design

Program harus dirancang sedemikian rupa sehingga mereka memenuhi

persyaratan dari target pasar dengan standar yang diberikan. Dalam

kebanyakan kasus, service manager adalah kelompok yang bertanggung

jawab untuk menangani tugas ini

34

Regulatory Recognition

Dalam kasus apapun, sebuah institusi dengan programnya, perlu untuk

legal dan profesional diakui. Ini memiliki dampak serius terhadap ekuitas

brand dari program, dan institusi pendidikan tinggi sebagai suatu entitas.

Moment of Truth Management

Moment of Truth Management merupakan perhatian spesial. Dosen,

khususnya, berada dalam posisi untuk membuat bisnis sukses atau

kegagalan hanya dengan dampak saat kebenaran. Ini adalah saat, dimana

siswa akan ingat untuk sisa hidup mereka setelah lulus. Ini membangun

memori pengalaman pelayanan.

Learning Spirit

Belajar adalah komitmen bukan hanya sekedar proses seperti hotel

Layanan transportasi dll Partisipasi jiwa ini bisa dibilang penting. Siswa

harus menunjukkan kemampuan dan kemauan untuk belajar. Hal ini pada

gilirannya akan memotivasi dosen untuk membuat saat kebenaran lebih

efektif. Dosen mungkin bertanggung jawab untuk membangun semangat

ini atau mengaktifkannya bagi siswa untuk berpartisipasi secara mental

dan fisik dalam proses belajar. Jika siswa tidak menunjukkan tingkat

jelas 'belajar roh' proses pembelajaran tidak efektif dan kadang-kadang

tidak mungkin. Perlu diingat bahwa, partisipasi fisik siswa dalam proses

pembelajaran tidak dan tidak akan pernah cukup untuk membuat proses

belajar yang efektif. Komitmen mental adalah sangat penting. Melalui

interaksi dosen komunikasi yang dapat menentukan efektivitas proses

pembelajaran. Demikian pula dosen juga harus belajar konsep-konsep

baru berkembang.

Service Competition

Harus ada kompetisi untuk membuat semua penyedia layanan peringatan

dari fakta bahwa pelanggan memiliki pilihan yang tersedia bagi mereka.

Hal ini akan merangsang penyedia layanan untuk menjadi inovatif dan

tidak pernah puas. Hal ini akan membuat penyedia layanan sensitif

terhadap waktu maka mengelola kualitas layanan.

35

Profesional Recruitment

Dalam setiap institusi perguruan tinggi, kualitas siswa mengaku program

sangat penting. Hal ini memberikan kontribusi banyak dalam kualitas

lulusan diantisipasi. Harus ada membutuhkan ketelitian, proses yang adil

dan transparan perekrutan.

Modern tools and infrastructure

Dunia berubah begitu cepat dalam hal teknologi dan infrastruktur

lainnya. Institusi Perguruan Tinggi membutuhkan fasilitas yang baik,

yang akan menambahkan banyak untuk apa yang dibahas dalam Bab Dua

sebagai 'bukti fisik' layanan. Jika Institusi Perguruan Tinggi tertentu

menyediakan layanan internet yang baik untuk mahasiswa, Dua Puluh

Empat jam akses ke fasilitas perpustakaan dan internet, ini membuat

perbedaan besar untuk Institusi Perguruan Tinggi yang tidak

menyediakan layanan tersebut. Ruang kelas yang modern, asrama, toilet,

dll, perlu kualitas tinggi dan dihargai oleh para pelanggan.

Library with relevant books

Sebuah perpustakaan yang lengkap sangat penting untuk sistem

pelayanan Institusi Perguruan Tinggi. Hal ini tidak hanya bangunan yang

disebut perpustakaan, tetapi juga sebuah perpustakaan dilengkapi dengan

buku-buku yang relevan. Tidak akan ada gunanya menjaga banyak buku

untuk program rekayasa dalam Perpustakaan dari Institusi Perguruan

Tinggi, yang menawarkan hanya studi bisnis

After sales service

Ini adalah salah satu kegiatan pendukung yang sebagian besar Institusi

Perguruan Tinggi dan organisasi pelayanan lainnya digunakan untuk

mengabaikan. Mereka menganggap itu sebagai pemborosan sumber daya.

Setelah layanan purna jual memiliki manfaat yang luar biasa dalam

jangka panjang. Itu membuat organisasi dalam hubungan yang

berkelanjutan dengan pelanggan sebelumnya..

36

2.8 Penelitian dengan Studi Kasus

2.8.1 Pengertian Studi Kasus

Menurut Creswell (1998), studi kasus adalah sebuah eksplorasi

dari “suatu sistem yang terikat” atau suatu kasus/beragam kasus” yang dari

waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mandalam serta

melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya dalam suatu konteks.

Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat

dikaji dari suatu program, peristiwa, aktvitas atau suatu individu. Dengan

perkataan lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali

suatu fenomena tertentu(kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan(program,

even, proses, institusi atau kelompok social) serta mengumpulkan

informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai

prosedur pengumpulan data selama periode tertentu.

Menurut Robert K.Yin (2003, p13) studi kasus adalah suatu inkuiri

empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata,

bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan

jelas; dan dimana multi sumber bukti dimanfaatkan.

2.8.2 Langkah-Langkah dalam Penulisan Studi Kasus

Dalam melakukan studi kasus, ada beberapa hal penting yang perlu

diperhatikan antara lain adalah langkah-langkah dalam penulisan studi

kasus. Dimana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Bodgan &

Biklen, 2006):

a) Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara

bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih

oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program,

proses, dan masyarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek

studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan

batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia.

b) Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data,

tetapi yang lebih dipakai dalam penelitian kasus adalah observasi,

37

wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen

penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah

dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang

berbeda secara serentak.

c) Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai

mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-

unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi

hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum

data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau

dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di

lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul

atau setelah selesai dan lapangan.

d) Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam

pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau

penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah

ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk

kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data

baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.

e) Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif,

mudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial

secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh

informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke

dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.

2.8.3 Struktur penulisan laporan Studi Kasus

Adapun struktur penulisan laporan pada Studi Kasus diuraikan

sebagai berikut (Yin,2003) :

1. Struktur analisis linier, uraian sub-sub topiknya mencakup isu/

persoalan yang diteliti, temuan dikumpulkan dan dianalisa

2. Struktur komparatif, membandingkan antara 2 atau lebih kasus

dengan menggunakan standar yang sama

38

3. Struktur kronologis, menyajikan berdasarkan waktu atau

kejadian secara berurutan

4. Struktur pengembangan teori, untuk mengembangkan teori

sehingga harus mengikuti alur logika pengembangan teori.

5. Struktur ketegangan, menyajikan inti penemuan di tengah

sampai akhir laporan

6. Struktur tidak berurutan, tidak ada standar, yang dipentingkan

disini pengungkapan data secara menyeluruh.

2.8.4 Tipe-Tipe Studi Kasus

Menurut (Baxter, 2008) ada beberapa tipe dari studi kasus,

diantaranya sebagai berikut :

1. Explanatory, jenis studi kasus ini akan digunakan apabila anda

berusaha menjawab pertanyaan. Studi kasus ini berusaha untuk

menjelaskan intervensi permasalahan dikehidupan nyata yang terlalu

kompleks, hasilnya berupa evaluasi penjelasan yang akan

menghubungkan pelaksanaan penelitian dan hasil yang didapat.

Contoh kasus: Joia (2002). Analysing a web based e-commerce

learning community: A case study in Brazil.

2. Exploratory, studi kasus ini digunakan untuk melakukan penelitian

atas terjadinya situasi intervensi yang belum jelas dan akan dievaluasi

berupa satu pokok permasalahan. Contoh : Lotzkar & Bottorff (2001).

An Observational study of the development of a nurse-patient

relationship.

3. Descriptive, tipe studi kasus ini digunakan untuk menggambarkan

suatu intervensi atau fenomena yang terjadi di kehidupan nyata yang

terjadi. Contoh : Tolson, Fleming, & Schartau (2002). Coping with

menstruation: Understanding the needs of women with Parkinson’s

disease.

4. Multiple-case studies, pada multiple studi kasus, memungkinkan

peneliti untuk melakukan eksplorasi perbedaan pada dan antara kasus,

tujuannya adalah untuk mereplikasi temuan pada kasus. Karena akan

39

ditarik suatu perbandingan, peneliti harus cermat terhadap metode ini

sihingga dapat memprediksi hasil yang akurat. Contoh : Campbell &

Ahrens (1998). Innovative community services for rape victims : An

application of multiple case study methodology.

5. Intrinsic, menggunakan istilah intrinsik dan peneliti dalam melakukan

penelitian harus melakukan pendekatan agar memahami kasus dengan

baik , namun hal ini bukan yang utama dilakukan, karena kasus

tersebut merupakan kasus yang menggambarkan sifat tertentu, kasus

tersebut berupa kepentingan dan hasilnya bukan untuk membangun

teori. Contoh : Hellstorm, Nolan, & Lundh (2005). “We do things

together” A case study of “couplehood” in dementia.

6. Instrumental, digunakan untuk mencapai pemahaman pada situasi

tertentu, hal ini memberikan wawasan menjadi masalah atau

membantu dalam menyempurnakan suatu teori, kasus ini meneliti

secara mendalam dan rinci. Kasus ini tidak dapat dilihat sebagai

sesauatu yang khas. Contoh : Luck, Jackson, & Usher (2007).

STAMP: Components of observable behaviour that indicate potential

for patient violence in emergency departments.

7. Collective, merupakan deskripsi dari beberapa kasus penelitian.

Contoh : Scheib (2003). Role stress in the professional life of the

school music teacher : A collective case study.

40

2.9 Uraian Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil

1 Case study: strategic information

systems planning in Shanghai key

universities in Yangpu District

(2011)

Studi mempelajari SISP (Strategic

Information System Plan) dan

imple mentasinya di beberapa

universitas top di shanghai yang

berada di distrik Yangpu. Secara

spesifik 3 konten yang dipelajari

adalah status saat ini, keunggulan,

dan masalah.

Menggunakan data dan

material yang tersedia

didalam kombinasi

elemen pendukug

penelitian seperti

survey kuisioner dan

wawancara.

Menggunakan MAMPU

Guideline sebagai

sumber referensi didalam

kuisioner, dimana dibuat

beberapa modifikasi

penam bahan sesuai

situasi yang ada disetiap

distrik. Kuisioner dibagi

2 sesi : Sesi A untuk

menggali informasi dari

uni versitas sedangkan

sesi B dibuat untuk

menilai presepsi res

ponden terhadap

pentingnya setiap poin-

poin dari outline

MAMPU.

Semua universitas yang

diteliti adalah unive sitas

yang telah berdiri selama

lebih dari 50 tahun. Dan

sudah dipertimbangkan

kema tangannya. Dari

hasil penelitian, 3 dari 5

institusi tsb telah

menyelesaikan imple

mentasi SISP. 1 institusi

masih dalam tahap

implementasi dan yang

lainnya masih dalam

tahap perencanaan.

2 Perencanaan Strstegis Pada Institusi

Pendidikan Tinggi Studi Kasus

Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi &

Sekretaris Tarakanita.

STIKOM & Sekretaris

Tarakanita memiliki beberapa

masalah yang dihadapi seperti

optimalisasi sumber daya, kurang

koordinasi data, infrastruktur

kurang menunjang, dan lain

sebagainya. Maka dari itu

penelitian menelusuri masalah

yang dihadapi oleh STIKOM &

Sekretaris Tarakanita dan

memberi alternatif

pemecahannya.

Metodologi yang

digunakan adalah

modifikasi dari

metodologi price

waterhouse dengan

masukan dari beberapa

metodologi ward

peppard, Tozer, James

Martin, serta Titthasiri.

Dilakukan beberapa

analisa diantaranya :

1.Analisa Lingkungan

Eksternal Bisnis

Organisasi dengan tool

PEST,MP3, Five Forces

2. Analisa Lingkungan

Eksternal SI/TI dengan

mengetahui tren

teknologi saat ini.

3. Analisa Lingkungan

Internal Organisasi

Hasil yang didapatkan

adalah perumusan

strategi SI/TI dan

Pengembangan

Implementasinya.

41

No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil

dengan tool Activity

Chain dan CSF.

4. Analisa Lingkungan

Internal SI/TI dengan

menelaah sumber daya

SI dan TI dalam

organisasi

5. Identifikasi Solusi

SI/TI dari hasil analisis

lingkungan organisasi

dan lingkungan SI/TI

3 Information Technology Strategic

Planning Process for Institutiom of

Higher Education in Thailand (2001)

Penelitian ini memaparkan survey

status IT dan ITSP di perguruan

tinggi swasta maupun negeri di

Thailand. Kuisioner yang

disebarkan ke 18 institusi negeri

dan 16 institusi swasta meng

hasilkan penemuan yang

mengatakan bahwa adanya

keterkaitan IT terhadap area

akademik dan administrasi. Salah

satu masalah dalam Manajemen

IT pada institusi perguruan tinggi

di Thailand adalah kurangnya

perenca naan.

Penelitian ini

menggunakan field

survey research

methodology.

Menggunakan riset

populasi dan sample.

Melibatkan adminis

trator (CIO,vice

president) dan IT

professional di institusi

perguruan tinggi di

Thailand.

Menggunakan

instrumentation yaitu

kuisioner untuk

administrator dan

kuisioner untuk IT

professional.

Implementasi riset dan

pengumpulan data. 102

administrator dan 34

IT professional dari 34

institusi perguruan

tinggi Thailand

diminta untuk

menyelesaikan

Dari hasil penelitian, 30

% institusi perguruan

tinggi di Thailand sudah

mengembangkan ITSP.

Namun ditemukan

bahwa ITSP yang ada di

institusi memiliki

kelemahan pada

komponen dan

prosesnya. Ini terjadi

karena kurangnya

pemahaman akan proses

perencanaan strategis.

Maka dari itu

didapatkanlah susunan

dari proposal ITSP yang

dibagi dalam 4 tahap.

Tahap 1 :

Organizing a Planning

Team

Tahap 2 :

Fact-Finding and Tren

42

No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil

kuisioner.

Data yang didapat

dianalisa

menggunakan SPSS

program

Assesment

Tahap 3 :

Determination and

Dissesmination of IT

Strategies

Tahap 4 :

Implementation and

Revision

4 Strategic Information Planning and

Campus Information Systems

Development in Indonesia. (1999)

Penelitian ini memper

timbangkan apakah perencaan

strategis berpengaruh terhadap

perkembangan dan pentingnya

sistem informasi di kampus

Indonesia. Studi ini dilakukan

dengan meneliti pandangan dari

staff akademik dan dengan

analisa dokumen perencanaan.

Metodologi yang

digunakan adalah

kombinasi dari case

study dan survey

approach yaitu

mengumpulkan data

dari kusioner yang

disebarkan.

Dokumen perencanaan

strategis dianalisa untuk

melihat pengaruhnya

didalam peraturan

sebagai informasi stra

tegis dan manajemen.

Survey yang dilakukan

mengambil sampel dari

staff akademik di

perguruan tinggi sbb:

ITB

UI

UNDIP

UGM

26 responden adalah user

si pengguna sistem dan

selebih nya adalah

penyedia informasi dan

sistem administrator.

Adapun temuan yang

didapat diantaranya :

Pelayanan Sistem –

Ketersediaan

Informasi.

Dari tipe informasi

yang ada (aktifitas

penga jaran, record

alumni,dll) maka

responden paling

sering mencari infor

masi aktifitas

penelitian. Dan juga

informasi yang

disediakan tsb paling

banyak diguna kan

mahasiswa diban

dingkan alumni.

Pelayanan Sistem –

Penggunaan Teknologi

Frekuensi pencarian

informasi dari user

berbeda-beda tergan

tung dari apakah

melihatnya dengan

43

No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil

manual atau dengan

sistem. Untuk menda

patkan informasi dari

akademik lebih ke

interaksi personal.

Sedangkan untuk

memberikan informasi,

institusi paling banyak

menggunakan papan

pegumuman dan

sedikit yang

menggunakan

teknologi komunikasi

data.

System Performance

Waktu respon dalam

mendapatkan

informasi dengan

manul ataupun sistem

otomatis ke banyakan

reasonable

Organisational

Context and IS

Responden merasakan

pentingnya sistem

infor masi yang

terencana.

5 Startegic Information Systems

Planning in Malaysian Public

University (2007)

Mempelajari status terkini,

masalah, dan manfaat

implementasi SISP di Universitas

Negeri di Malaysia

Studi ini menggunakan

elemen pendukung

penelitian yaitu survey

dengan kuisioner dan

wawancara.

Menggunakan MAMPU

Guideline sebagai

sumber refe rensi

didalam kuisioner,

dimana dibuat beberapa

modifikasi penamba han

Dari penelitian

dihasilkan bahwa

Universitas Negeri di

Malaysia sadar akan

pentingnya SISP. Satu

universitas sudah

44

No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil

sesuai situasi yang ada

disetiap distrik.

Kuisioner dibagi 2 sesi :

Sesi A untuk menggali

informasi dari uni

versitas sedangkan sesi

B dibuat untuk menilai

presepsi responden

terhadap pentingnya

setiap poin-poin dari

outline MAMPU.

mengimplementasi

SISP., sedangkan 15

Universitas lain masih

dalam tahap perencenaan

dan implementasi.

6 Information Systems Strategic

Planning At the Siliwangi University

Tasikmalaya (2010)

Penelitian dilakukan untuk

menghasilkan Strategi bisnis

sistem informasi, strategi

manajemen, dan strategi IT.

Metodologi yang

digunakan adalah ITSP

yang direferensi dari

metode John Ward &

Peppard

7 Analisis untuk Perencanaan Strategi

Sistem dan Teknologi Informasi

pada PT.Ritrans Cargo (2007)

Sistem informasi yang berjalan

pada PT . Ritrans Cargo saat ini

belum menghubungkan antara

divisi yang satu dengan divisi

lainnya. Ini menyebabkan

informasi tidak terintergrasi

dengan baik dan sering terjadi

duplikasi data sehingga

menghambat keputusan para

eksekutif. Maka dari itu

diperlukan Perencanaan Strategis

Teknologi Informasi di

PT.Ritrans Cargo.

Penelitian ini

menggunakan metode

John Ward & Peppard

Mengacu kepada metode

John Ward & Peppard,

analisis yang dilakukan

sbb :

Analisa Lingkungan

Bisnis ( PEST, PLC &

BCG, Industry

Competitive, SWOT,

CSF)

Analisa IS/IT ekstern

(Value Chain, Creative

Thinking)

Analisa IS/IT intern (

Hirariki fungdi/proses,

Model organisasi)

Dari hasil analisis yang

dilakukan, didapatkanlah

usulan aplikasi sebagai

berikut :

Sistem Informasi

Eksekutif dan Sistem

Penunjang Keputusan

(DSS)

Sistem Informasi

Keuangan dan

Akuntansi yang

terintegrasi

Sistem Informasi

Operasional

terintergrasi dan

Sistem Informasi

Penelusuran Order

45

No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil

Pengiriman

Sistem Informasi

Personalia

Sistem Informasi

Pemasaran

Pengembangan

website perusahaan

dengan menambahkan

fasilitas layanan

terhadap pelanggan.

8 Perancangan Strategis Sistem

Informasi IT Telkom untuk Menuju

World Class University(2009)

Organisasi Teknologi

Informasi(TI) suatu institusi

pendidikan seperti Intitusi

Teknologi Telkom(IT Telkom)

harus memiliki kerangka

pedoman pengembangan sistem

informasi dan dokumentasi yang

memadai mengenai sistem dan

teknologi yang ada.

Penelitian ini

menggunakan

metodologi Growing

Enterprise Architecture

Framwork

Adapun pengujian yang

dibahas dalam penelitian

ini :

Arsitektur Bisnis

Melihat kondisi

eksisting dari IT

Telkom dan

menentukan target

yang dicapai serta

analisis gap antara

keduanya

Arsitektur Informasi

Digunakan

menganalisa proses

bisnis dasar dan

aplikasi IT Telkom

untuk menentukan

apakah terdapat bisnis

pross yang berbagi

data.

Arsitektur Solusi

Mengkomunikasikan

Usulan Perencanaan

Strategis SI/TI IT

Telkom 2010-2013

sesuai RENETA II IT

Telkom dijabarkan sbb :

Melanjutkan program

pengembangan

perencanaan strategis

SI/TI IT Telkom.

Pembangunan Aplikasi

Implementasi integrasi

aplikasi/ infrastruktur

Pengembangan

aplikasi(lanjutan)

Untuk rekemondasi

pengembangan aplikasi

sbb:

- KMS SMBB

- KMS Penelitian

- EIS DSS Perwalian

- SI Pengabdian

46

No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil

teknologi pendukung

dalam penerapan

sistem aplikasi melalui

pemahaman portfolio

aplikasi IT Telkom

saat ini, penerapan

teknologi bagi sistem

aplikasi baru dan

penerapan telnmlogi

masa depan.

Arsitektur Teknologi

Mendefinisikan

teknologi utama yang

dibutuhkan untuk

implementasi aplikasi

di lingkungan IT

Telkom

Masyarakat

- KMS Kemahasiswaan

- Administrator Kuliah

Non Reguler

- DRP

- Manajemen Rekruitasi

- Manajemen Kinerja

Personal

- Manajemen Aset

- Alumni Tracing Center

- Web Conferencing

9 Implementasi IT Balanced Scorecard

di Perguruan Tinggi (2007)

Perkembangan implemenstasi

Teknologi Informsai dan

Komunikasi (TIK) di perguruan

tinggi berjalan cepat dan banyak

memanfaatkan baik hardware,

software, infrastruktur jaringan,

serta pengembangan digital

content. Dan ini pun semakin

mendorong, meningkatkan

kegiatan dan biaya investasi serta

biaya operasional yang lain serta

semakin banyak TIK pada

perguruan tinggi yang harus

diimbangi dengan visi misi

perguruan tinggi tersebut.

Pada penelitian

menggunakan 4

perspektif IT Balanced

Scorecard

4 perspektif IT Balanced

Scorecard yang

dilakukan adalah :

- Corporate

Contribution.

Berisi ukuran yang

menunjukkan

bagaimana manajemen

(pimpinan) meniliai

organisasi TIK

- User Orientation

Berisi ukuran yang

menunjukkan

bagaimana user

menliai/melihat hasil

organisisasi TIK

Adapun susunan IT

Balanced Scorecard

perguruan tinggi sesuai

dengan fungsi organisasi

TIK di perguruan tinggi :

Corporate Contribution

Goal : Meningkatkan

Kontribusi TIK dalam

organisasi perguruan

tinggi

User Orientation

Goal: Menerapkan

“Service Level

Agreement,

Membangun kerjasama

industri

47

No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil

- Operational

Excellence

Berisi ukuran

efektifitas & efisiensi

proses TIK

- Future Orientation

Berisi ukuran yang

menggambarkan

bagaimana posisi TIK

dalam tantangan

kedepan.

Operational Excellence

Goal : Meningkatkan

kualitas operasional

Future Orientation

Goal : Membangun

SDM yang baik.

10 Perencanaan Strategis Sistem

Informasi Perguruan Tinggi (Studi

kasus di Universitas Diponegoro

Semarang )

Universitas Diponogoro masih

menggunakan sistem informasi

hanya sebagai alat pendukung

pengolah data dan belum

digunakan sebagai alat yang

strategis untuk mendukung

keunggulan kompetitifnya.

Permasalahan yang timbul di

Universitas Diponogoro

dipaparkan sbb :

- Ada sistem informasi yang

dimanfaatkan manajemen

namum belum terperinci dalam

perencenaan strategisnya

- Informasi untuk mahasiswa

dalam akademik dan

kemahasiswaan sering

terlambat

- Kurang cepatnya informasi

berupa laporan kerja harian,

karena masih menggunakan

cara konvensional (surat)

Memakai metodologi

yang mengacu kepada

metodologi John ward

dan Edwin E.Tozer.

Penelitian kualitatif dan

kuantitatif digunakan

dalam penelitian ini.

Menggunakan kuisioner

dengan item pertanyaan

sebagai berikut :

- Sistem Informasi

Akademik

- Sistem Informasi KP

dan Skripsi

- Website Universitas

- Koneksi Internet

- Sistem Informasi

Bursa Kerja

Setelah itu dianalisa

menggunakan SPSS tool.

Selanjutnya analisa

portfolio aplikasi dengan

analisa portfolio Mc

Farlan

Sistem Informasi

Akademik dan

Websiter Universitas

Diponogoro memiliki

nilai strategis karena

kedia sistem ini

memberikan nilai

strategis langsung

kepada Undip.

Sistem Informasi Kerja

Praktek dan Skripsi ,

Akses Internet untuk

mahasiswa dan Sistem

Informasi Bursa Kerja

serta Sistem Informasi

Kepegawaian

memberikan nilai

turnaround yang

memberikan

keunggulan kompetitif

langsung kepada

Undip.

48

No Judul Penelitian Deskripsi Metodologi Cara Pengujian Hasil

- Sarana dan prasarana belum

dimanfaatkan efektif dan efisien

krn belum ada arahan yang jelas

- Wadah untuk pihak manajemen

dalam mengembangkan

komputerasasi organisasi

namun belum efisien