Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa
Bittner menyebutkan definisi sederhana komunikasi massa bahwa: “Mass
communication is messages communicated through a mass medium to a large
number of people” Riswandi (2009:103) ; Romli (2016:1) ; Vera (2016:4). Jika
diterjemahkan secara bebas maka komunikasi massa adalah pesan-pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa kepada sejumlah orang yang banyak dan
luas. Tidak berbeda jauh dengan pendapat yang dikemukakan oleh Defleur dan
Dennis McQuail dalam Riswandi (2009:103) yang menambahkan tujuan dari
komunikasi massa yaitu proses penyebaran pesan melalui media dengan tujuan
menciptakan makna yang dapat mempengaruhi khalayak yang banyak, berbeda-
beda disertai berbagai cara.
Sejalan dengan beberapa pendapat diatas, Jalaluddin dalam Soyomukti
(2012:192) dan Mulyana (2007:83) mendefinisikan komunikasi massa lebih
terperinci dengan memberikan penjelasan mengenai komunikan dan waktu
penyampaian pesan yaitu komunikasi yang diarahkan kepada masyarakat yang
terbagi-bagi, berbeda-beda, dan tidak teridentitaskan melalui media massa
sehingga pesan dapat diterima secara bersamaan serta dengan jangka waktu yang
singkat.
Namun sedikit berbeda dengan pendapat Mulyana (2007:83) yang
menjelaskan gambaran komunikasi massa dengan lebih kompleks dan lebih rinci
yaitu komunikasi massa merupakan komunikasi dengan menggunakan media
7
massa seperti cetak maupun elektronik, biaya relatif mahal, dikelola oleh suatu
lembaga.
Dari beberapa pendapat diatas terdapat perbedaan dari setiap ahli yang
menjelaskan detail dari setiap elemen komunikasi massa seperti bentuk media,
komunikan, serta tujuannya. Sedangkan kesamaan antar definisi dengan lainnya
yaitu pesan disampaikan melalui media massa serta disebarkan secara luas, maka
dapat ditarik benang merah bahwa komunikasi massa adalah proses penyampaian
pesan secara luas dari komunikator melalui media massa baik cetak maupun
elektronik kepada khalayak dalam jumlah yang besar, tidak teridentitaskan dan
berbeda-beda secara bersamaan dan pada saat yang sama.
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa
Nurudin (2011:64-65) mengutip beberapa fungsi komunikasi massa yang
memiliki kesamaan dari pendapat beberapa para ahli, diantaranya menurut Jay
Black dan Frederick C. Whitney, John Vivian, Charles Robert Wright, dan Alexis
S.Tan bahwa fungsi komunikasi massa : (1) memberi informasi, (2) mendidik, (3)
persuasi atau meyakinkan dan (4) menghibur.
Tidak berbeda jauh dengan Vera (2016:17-20) yang merangkum beberapa
fungsi komunikasi massa dari berbagai pendapat para ahli sekaligus, diantaranya:
Dennis McQuail, Harold D.Lasswell, Charles Robert Wright, Jay Black dan
Frederick C.Whitney, Onong Uchjana, Effendy, John Vivian, Joseph R. Dominick
menyebutkan fungsi komunikasi massa diantaranya: (1) informasi, (2) pendidikan,
(3) hiburan, (4) fungsi meyakinkan. Empat fungsi komunikasi massa diatas dapat
dijabarkan sebagai berikut, yaitu :
a. Informasi
8
Menurut Nurudin (2011:66) fungsi informasi berupa gagasan, berita maupun
peristiwa yang berdasarkan fakta, aktual, bermakna, dan berbobot mengandung
unsur 5W + 1H (What, Where, Who, When, Why + How) atau Apa, Di mana,
Siapa, Kapan, Mengapa dan Bagaimana. (Vera, 2016: 18) menambahkan sumber
informasi dapat berupa buku yang berisi fakta serta informasi yang berisi data
penunjang dari seorang ahli yang dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.
b. Pendidikan
Menurut Nurudin (2011:74-75) warisan seperti seni, ilmu pengetahuan serta
kebudayaan dalam masyarakat merupakan bentuk akumulasi budaya yang
ditransmisikan sebagai proses pendidikan sebagai pengalaman baru bagi generasi
selanjutnya. Vera (2016:18-19) menambahkan karena pada dasarnya fungsi
pendidikan berupaya dalam memberikan edukasi kepada masyarakat agar berpikir
kritis dan mendapat pengetahuan yang luas dalam bidang ekonomi, politik,
hukum, sosial budaya, pendidikan moral dan budi pekerti.
c. Hiburan
Nurudin (2011:69-71) menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia menjadikan
televisi sebagai media eletronik yang menyajikan hiburan serta sarana untuk
berkumpul bersama keluarga. Vera (2016:19) menambahkan tujuannya untuk
relaksasi, menyenangkan, memuaskan, mengalihkan perhatian dari masalah yang
dihadapi, melepas stress maupun kelelahan yang dihadapi.
d. Persuasi
Menurut Nurudin (2011:72-74) fungsi persuasi bertujuan untuk mempengaruhi
dan meyakinkan. Apa yang dilihat, didengar, dibaca oleh khalayak melalui media
dibuat untuk mempengaruhi. Ratusan film dibuat setiap tahun berhubungan
9
dengan informasi dan khususnya persuasif. Vera (2016:19) menamabahkan
tujuannya untuk menggerakan seseorang atau individu untuk melakukan sesuatu,
mengadopsi nilai, tingkah laku, budaya, kepercayaan serta etika.
2.1.3 Bentuk-Bentuk Komunikasi Massa
Nurudin (2011:5) menyebutkan bentuk dari komunikasi massa antara lain
media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid),
buku dan film. Sama halnya dengan pendapat Nurudin, Soyomukti (2012:200-
201) menyebutkan bentuk komunikasi massa terbagi menjadi tiga, yaitu: media
cetak (surat kabar), media audio (radio), dan media audio visual (TV). Berbeda
dengan dua pendapat sebelumnya, Romli (2016:74-101) menyebutkan terdapat
bentuk komunikasi massa, diantaranya: surat kabar, radio, televisi dan film.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diamati bahwa setiap ahli menyatakan
pendapatnya berdasarkan pandangan masing-masing, namun pendapat-pendapat
diatas memiliki persamaan dan secara sederhana bentuk komunikasi massa diatas
terdapat empat, diantaranya:
a. Surat Kabar
Gunadi dalam Romli (2016:74) menyebutkan definisi surat kabar adalah media
komunikasi massa yang memuat serba serbi pemberitaan, meliputi bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan. Soyomukti
(2012:200) menambahkan bahwa pesan yang disampaikan berupa simbol verbal,
gambar dan warna. Surat kabar berfungsi sebagai ruang publik bagi masyarakat
untuk menyampaikan opini dan gagasan serta perdebatan maupun isu-isu yang
beredar di masyarakat.
b. Radio
10
Romli (2016:76-77) menjelaskan radio sebagai salah satu bentuk media massa
yang mengedepankan sisi musikalitas serta informasi yang lebih luas untuk
khalayak pada umumnya. Pesan yang disampaikan melalui radio siaran dilakukan
menggunakan bahasa lisan. Soyomukti (2012:201) menambahkan unsur produksi
utamanya adalah suara (audio), pesan yang disampaikan tidak dapat dinikmati
berulang-ulang hanya sekali dengar dan sifatnya serempak atau laporan langsung.
c. Televisi
Romli (2016:87-90) menjelaskan televisi sebagai media informasi untuk
menyampaikan pesan dengan jangkauan yang luas serta dengan waktu bersamaan.
Pesan yang disampaikan seolah-olah berlangsung (live) antara komunikator
dengan komunikan. Soyomukti (2012:201) menambahkan pesan disampaikan
dengan simbol produksi verbal, gambar, warna, suara dan gerakan. Bersifat
serempak dan umpan balik verbal dan nonverbal. Pesan yang disajikan tidak
hanya informatif namun juga berisi hiburan, pendidikan dan persuasi.
d. Film
Romli (2016:97-101) menjelaskan film adalah gambar hidup, hasil seonggok
seluloid yang diputar dengan mempergunakan proyektor dan ditembakkan ke
layar dan dipertunjukkan digedung bioskop. Film berfungsi sebagai media yang
memiliki kapasitas membuat pesan yang sama secara serempak dan mempunyai
sasaran yang beragam dari agama,etnis, status, agama dan tempat tinggal.
2.2 Teori Media
2.2.1 Latar Belakang Teori Media
Littlejohn (2011:403) menyebutkan bahwa konsep dasar teori ini pertama
kali dikemukakan oleh Marshall McLuhan dan Harold Innis 1964. McLuhan
11
menyatakan bahwa medium is the message atau media adalah pesan. Pernyataan
ini menekankan bagaimana media komunikasi berbeda alam terminologi isi tetapi
juga pada bagaimana mereka dibangun dan disalurkan melalui pikiran dan rasa.
Littlejohn (2018:403) menyebutkan bahwa teori media menitik beratkan
pada karakteristik media itu sendiri lebih dari sekedar apa yang dikirimkan atau
bagaimana suatu informasi diterima. Dalam teori media sebuah media tidaklah
sesederhana hanya seperti surat kabar, internet, kamera digital dan sebagainya
tetapi di sisi lain, media sebagai bagian dari pesan apapun yang dikirimkan,
memiliki dampak bagi setiap individu dan masyarakat.
2.2.2 Asumsi Teori Media
Littlejohn (2018:404) menyebutkan tiga asumsi utama teori media,
diantaranya:
1) Dalam perspektif Mc Luhan media tidak dilihat dalam konsep yang sempit
seperti surat kabar/majalah, radio, televisi, film atau internet namun dalam
konsep yang luas yaitu melihat media sebagai apa saja yang digunakan oleh
manusia. Jadi mungkin saja manusia tidak hanya berkomunikasi dengan media
massa akan tetapi dapat menghidarkan diri dari komunikasi dengan
menggunakan pesan non verbal yang dapat memediasi mereka dalam
menyampaikan pesan. Maknanya media melingkupi setiap tindakan didalam
masyarakat.
2) Media sebagai sesuatu yang langsung mempengaruhi manusia artinya memberi
penilaian, merasa dan bereaksi cenderung dipengaruhi oleh media. Menurut
Mc Luhan media cukup kuat dalam membentuk pandangan manusia atas dunia.
12
Media akan terus berubah seiring dengan pertumbuhan dan dinamisme
masyarakat, kebutuhan masyarakat dan mengikuti perubahan media.
3) Media mempermudah dalam memberikan informasi dari berbagai belahan
bumi. Media seolah-olah mengikat dunia menjadi sebuah kesatuan sistem
politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dengan adanya media, manusia
dipermudah dalam segala hal serta memudahkan dalam berinteraksi dengan
siapapun dan dimanapun menggunakan media sosial.
2.2.3 Aplikasi Teori Media
Littlejohn (2018:405) menyebutkan bahwa teori media lebih banyak
digunakan dalam komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan proses media
menciptakan dan menyebarkan pesan-pesan pada masyarakat luas dan proses
pesan dicari, digunakan, dipahami dan dipengaruhi oleh audien. Dalam
menggambarkan model komunikasi massa salah satunya adalah model awal yang
digambarkan Harold Lasswell dengan model komunikasi sederhana yaitu siapa,
mengatakan apa, disaluran mana, untuk siapa dan dengan pengaruh apa. Model ini
mampu mengidentifikasi fungsi-fungsi utama media komunikasi termasuk
pengamatan, memberikan informasi, sosialisasi. Hal penting dalam komunikasi
massa adalah media itu sendiri. Media menyebarkan pesan kemudian
mempengaruhi dan menggambarkan budaya masyarakat, serta media memberikan
informasi kepada audiens yang heterogen menjadikan media sebagai bagian dari
kekuatan institusi masyarakat.
13
2.3 Film
2.3.1 Pengertian Film
Javandalasta (2011:1) menyebutkan definisi film secara sederhana adalah
rangkaian gambar bergerak membentuk suatu cerita. Sejalan dengan pendapat
Javandalasta, definisi yang dikemukakan oleh Edwin S.Porter seorang juru
kamera Edison Company dalam Baran (2012:215) menyebutkan film adalah alat
penyampai cerita yang lebih baik disertai penggunaan kamera serta penyuntingan
yang artistik. Tidak berbeda jauh dengan pendapat Javandalasta dan Porter,
definisi yang dikemukakan menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009
tentang Perfilman pada Bab 1 Pasal 1 dalam Vera (2014:91) menyebutkan bahwa
film merupakan bentuk karya seni budaya yang berperan sebagai pranata sosial
juga media komunikasi massa, dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan
atau tanpa suara serta dapat dipertunjukkan.
Berbeda dengan pendapat ketiga ahli diatas, definisi film yang dikemukakan
oleh Mc Quail dalam Oktavianus (2015:3) lebih menekankan pada tujuan
dibuatnya sebuah film yaitu untuk menyebarkan hiburan, serta menyajikan cerita,
peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat
umum.
Beberapa pandangan definisi film diatas jelas berbeda-beda. Namun setiap
definisi juga memiliki kesamaan antar satu dengan yang lainnya, maka dapat
ditarik benang merah bahwa film adalah media komunikasi massa berbentuk
karya seni terdiri dari rangkaian gambar bergerak dengan atau tanpa suara yang
menyampaikan sebuah cerita atau peristiwa disertai penyuntingan yang artistik,
dan bertujuan untuk menyebarkan hiburan juga untuk dipertunjukkan.
14
2.3.2 Fungsi Film
Imron (2013:3) menyebutkan fungsi film sama dengan fungsi komunikasi
massa, maka utamanya fungsi film ada tiga yaitu memberi informasi, mendidik
dan menghibur. Fungsi film yang disebutkan Imron, merupakan secara
sederhananya namun tidak menjelaskan pengertian dari setiap fungsi. Berbeda
halnya dengan pendapat Vera (2016:87) yang menyebutkan fungsi film bagi
khalayak utamanya adalah untuk hiburan, namun Vera juga menambakan fungsi
informatif, edukatif, dan persuasif. Sejalan dengan pendapat Imron dan Vera
diatas, fungsi film lebih diperjelas oleh Marselli dalam Mudjiono (2011:136-137)
yaitu:
1) Film berfungsi membantu menjaga keterikatan terhadap tanah kelahiran dan
kebudayaannya.
2) Film berfungsi sebagai media hiburan untuk memenuhi kepuasan batin,
meluangkan waktu, mendapatkan nilai-nilai baru dengan melihat hal yang
terjadi di dunia, pelepas ketegangan dari realita nyata serta tempat pelarian dari
beban sehari-hari.
3) Film berfungsi sebagai media pendidikan yang memiliki pesan-pesan moral
yang baik, serta mengajari, memberi tahu dan belajar tentang sesuatu yang baru
seperti bergaul dengan orang lain, bertingkah laku, berpenampilan dan lain
sebagainya.
4) Film berfungsi sebagai media persuasi, dimana terlihat kandungan pesan yang
berusaha untuk mengedalikan sikap atau perilaku penontonnya.
Jika ditinjau ulang dari fungsi-fungsi diatas maka fungsi film sama halnya dengan
fungsi komunikasi massa, yaitu memberi informasi, mendidik dan menghibur.
15
Namun yang perlu dipahami bahwa film menjadi referensi dalam melihat realitas
di masa lalu, masa sekarang bahkan masa mendatang. Tak hanya itu, film
merupakan sebuah karya seni yang dapat ditransmisikan dalam melestarikan
budaya, dan menjaganya agar tetap melekat dalam tanah kelahiran dan menjadi
warisan bagi generasi selanjutnya.
2.3.3 Jenis-Jenis Film
Vera (2014:95) menyebutkan jenis-jenis film ada dua yaitu: film fiksi dan
film nonfiksi. Sejalan dengan pendapat Vera, Javandalasta (2011:2-3)
menyebutkan jenis-jenis film ada tiga, yaitu: film dokumenter, film cerita pendek
dan film cerita panjang. Sejalan dengan dua pendapat diatas, namun yang
dikemukakan oleh Romli (2016:99) lebih menspesifikan pada jenisnya,
diantaranya: film cerita, film berita, film dokumenter, dan film kartun.
Penjabaran dari para ahli diatas merupakan berdasarkan pandangan serta
referensi yang berbeda-beda namun pada intinya seiring perkembangan zaman
semuanya pun ikut berubah, jenis-jenis film yang berawal hanya 2 jenis saja
menjadi berubah karena mengikuti arus perkembangan media. Berdasarkan yang
disebutkan diatas terdapat empat jenis film, diantaranya:
1) Film cerita
Menurut Romli (2016:99) film cerita terbagi menjadi dua berdasarkan
durasinya, yaitu cerita pendek dan cerita panjang. Cerita pendek berdurasi kurang
dari 60 menit sedangkan cerita panjang berdurasi 90-100 menit. Vera (2014:95)
menambahkan film cerita merupakan hasil realita ataupun imajinasi yang sangat
membantu publik untuk melihat peristiwa yang terjadi dimasa lalu atau cerita
rakyat.
16
2) Film berita
Menurut Romli (2016:99) film berita merupakan film mengenai fakta atau
peristiwa yang benar-benar terjadi. Film berita sangat membantu publik untuk
melihat peristiwa yang sedang terjadi.
3) Film dokumenter
Menurut Gatot Prakoso dalam Romli (2016:99) film dokumenter adalah sebuah
film yang menggambarkan kejadian nyata, kehidupan dari seseorang, suatu
periode dalam kurun sejarah, atau mungkin sebuah rekaman dari suatu cara hidup
makhluk, dokumenter rangkuman perekaman fotografi berdasarkan kejadian nyata
dan akurat. Javandalasta (2011:2) menambahkan bahwa film dokumenter
merupakan cara terbaik dalam merepresentasikan realitas dengan berbagai cara
dan dibuat dengan berbagai tujuan yaitu menyebarkan informasi, pendidikan
maupun propaganda.
4) Film kartun
Menurut Romli (2016:99) film kartun adalah film yang menghidupkan gambar-
gambar yang telah dilukis. Terdapat tokoh dalam film kartun. Dalam pembuatan
film kartun yang terpenting adalah seni lukis.
2.3.4 Film Sebagai Penyampai Pesan
Sobur (2013:127) menjelaskan film merupakan salah satu bentuk media
komunikasi massa yang pesannya dapat dikonsumsi oleh masyarakat dalam
jumlah banyak. Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak
segmen sosial berpotensi untuk memuaskan dan mempengaruhi khalayak. Pesan
yang disampaikan dalam film dapat berupa informatif, menghibur, mendidik,
17
maupun meyakinkan. Pendapat yang diutarakan Sobur lebih berfokus pada fungsi
film secara umum.
Berbeda halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh McQuail dalam
Oktavianus (2015:6) menyebutkan bahwa pesan yang terkandung dalam film
muncul berdasarkan keinginan untuk merepresentasikan kondisi masyarakat, dari
situlah kebanyakan film mengangkat sebuah tema atau fenomena yang sedang
terjadi ditengah-tengah masyarakat. Film juga digunakan sebagai media
pendidikan sebab film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian serta
mengantar pesan secara unik kepada masyarakat. Pendapat ini lebih menekankan
pada dasarnya film tidak dibuat hanya untuk menghibur namun juga memberikan
edukasi dan pengetahuan akan budaya serta membangkitkan imajinasi-imajinasi
yang tidak dapat terbayangkan oleh akal manusia melalui penyuntingan dan
special effect yang diberikan dalam film yang dibuat.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa film sebagai penyampai
pesan merupakan media yang tepat bagi khalayak dalam menyajikan pesan-pesan
yang menarik bagi audience-nya. Pesan yang disampaikan juga tidak hanya
informatif namun juga terdapat pesan pendidikan dalam memberikan gambaran
norma-norma, etika dan budaya yang baik dalam bermasyarakat.
2.4 Pesan
2.4.1 Pengertian Pesan
Effendy (1992:6) mendefinisikan pesan adalah pernyataan sebagai panduan
pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan,
anjuran, dan sebagainya. Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Orbe dan Bruess dalam Liliweri (2011:40) pesan adalah gagasan, perasaan, atau
18
pemikiran yang telah diproses oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.
Sejalan dengan pendapat diatas menurut Lasswell dalam Riswandi (2009:3) pesan
adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan
merupakan seperangkat simbol verbal dan atau non-verbal yang mewakili
perasaan, nilai atau gagasan. Ketiga pendapat diatas mendefinisikan pesan secara
sederhananya.
Memperkuat pendapat Effendy, Orbe dan Bruess, dan Lasswell pendapat ini
disertai dengan memberikan tujuan dalam defiisinya, dikemukakan oleh
Soyomukti (2012:61-62) dalam mendefinisikan pesan sebagai segala sesuatu yang
disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif
komunikasinya. Pesan bersifat abstrak namun ketika disampaikan menjadi
konkret karena pesan disampaikan dalam bentuk bahasa, suara, gambar, mimik,
gerak-gerik dan lainnya.
Melihat berbagai macam pendapat para ahli tentang definisi pesan diatas,
maka dapat ditarik benang merah bahwa pesan merupakan segala sesuatu yang
disampaikan komunikator kepada komunikan berupa pernyataan, gagasan,
informasi, pemikiran dan disampaikan dengan simbol verbal maupun non verbal
yang berupa bahasa, suara, gambar maupun mimik atau gerak-gerik lainnya
dengan tujuan mewujudkan motif komunikasinya.
2.4.2 Jenis-Jenis Pesan
Mulyana (2007:260) dan Tubbs & Moss (2012: 8-9) senada dalam
menyebutkan bahwa jenis-jenis pesan ada dua, diantaranya:
1) Pesan verbal
19
Menurut Mulyana (2007:260) pesan verbal adalah jenis komunikasi yang
menggunakan satu kata atau lebih. Kategori pesan verbal adalah usaha-usaha yang
dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan.
Riswandi (2009:61) menambahkan bahwa aspek yang digunakan adalah
pengunaan lambang verbal. Lambang verbal disebut bahasa sebagai sarana utama
dalam merepresentasikan pesan baik memberi informasi serta berinteraksi.
2) Pesan non verbal
Menurut Riswandi (2009:69) pesan non verbal adalah jenis komunikasi yang
menggunakan isyarat bukan kata-kata. Tubbs & Moss (2012:9) menambahkan
pesan ini meliputi seluruh aspek nonverbal dalam perilaku seperti: ekspresi wajah,
sikap tubuh, nada suara, gerakan tangan, cara berpakaian dan lainnya.
2.4.3 Fungsi Pesan
Berdasarkan penjelasan jenis pesan sebelumnya, maka fungsi pesan juga
dua, yaitu:
1) Fungsi Pesan Verbal
Menurut Larry L. Barker dalam Riswandi (2009:60) fungsi pesan verbal
terdapat tiga, yaitu:
a. Fungsi penamaan merupakan usaha untuk meneliti objek, tindakan, ataupun
orang dengan menyebut nama sehingga dapat menjadi acuan dalam
komunikasi.
b. Fungsi interaksi lebih menekankan pada berbagai gagasan dan emosi yang
dapat berhubungan antara orang dengan orang lainnya, atau antara kelompok
dengan kelompok lainnya.
20
c. Fungsi transmisi informasi merupakan penyampaian informasi melalui bahasa
kepada orang lain. Penerimaan informasi yang dilakukan setiap hari contoh
melalui media massa.
2) Fungsi Pesan Non-Verbal
Menurut Mark L. Knapp dalam Rakhmat (2004:287) terdapat lima fungsi
pesan nonverbal, yaitu:
a. Repetisi yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.
b. Substitusi yaitu menggantikan lambang-lambang verbal.
c. Kontradiksi yaitu menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain
terhadap pesan verbal.
d. Komplemen yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
e. Aksentuasi yaitu menegaskan pesan verbal.
2.5 Persahabatan
2.5.1 Pengertian Persahabatan
Menurut Davis dalam Fauziah (2014:84) mendefinisikan persahabatan
adalah suatu bentuk hubungan dekat yang melibatkan kenikmatan, penerimaan,
kepercayaan, hormat, saling menolong, menceritakan rahasia, mengerti, dan
spontanitas. Pendapat senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh De Vito
dalam Fauziah (2014:84) yang memaknai persahabatan sebagai hubungan
interpersonal diantara dua orang yang saling menghasilkan dan memiliki
karakteristik positif yang saling mneghormati. Sejalan dengan pendapat diatas
menurut De Vries dalam Fauziah (2014:84) bahwa persahabatan adalah kesetiaan,
kepercayaan, dan mempunyai kesenangan yang sama.
21
Memperkuat pendapat Davis, De vito dan De Vries, pendapat ini
dikemukakan oleh Shaffer (2005:164) mengemukakan bahwa persahabatan
diartikan sebagai hubungan yang kuat dan bertahan lama antara dua indvidu yang
dikarakteristikan dengan kesetiaan, kekariban, serta saling menyayangi. Dari
beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persahabatan
merupakan suatu bentuk hubungan dekat yang akan melibatkan kedekatan,
perasaan, kepercayaan dan kesetiaan yang kuat dan bertahan lama.
2.5.2 Fungsi Persahabatan
Menurut Gottman dan Parker dalam Dariyo (2004:130-131) dan Davis dalam
Fauziah (2014:85) menyatakan bahwa ada enam fungsi fungsi persahabatan yaitu
sebagai berikut :
a. Companionship : persahabatan akan memberikan kesempatan kepada
seseorang untuk menjalankan fungsi sebagai teman bagi individu lain ketika
melakukan aktivitas bersama-sama. Sebagai sahabat, berarti seseorang harus
bersedia mengorbankan diri dari segi waktu, tenaga, dan memungkinkan biaya
secara sukarela demi kebaikan bersama.
b. Stimulation : persahabatan akan memberikan rangsangan seseorang untuk
mengembangkan potensi dirinya karena memperoleh kesempatan dalam situasi
sosial. Artinya, melalui persahabatan seseorang memperoleh informasi yang
menarik, penting dan memacu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang
dengan baik.
c. Physical Support : kehadiran fisik seseorang dapat menumbuhkan perasaan
yang berharga bagi seseorang yang sedan menghadapi suatu masalah.
22
Kehadiran secara fisik dapat menunjukkan kerelaan akan menyediakan waktu,
tenaga ataupun pertolongan yang dapat membangkitkan semangat hidup.
d. Ego Support : dukungan antara individu yang menjalin hubungan persahabatan
untuk saling menyatu menjadi satu. Dengan dukungan dan perhatian maka
sahabat dapat memiliki kekuatan moral, motivasi dan semangat hidup untuk
segera mengatasi masalah yang sedang dihadapinya
e. Sosial Comparison : persahabatan menyediakan kesempatan secara terbuka
untuk mengungkapkan ekpresi kapasitas, kompetensi, minat, bakat dan
keahlian seseorang. Ketika sahabat membandingkan diri dengan kekurangan
orang lain maka persahabatan dapat memberi stimulasi yang positif bagi
sahabat agar lebih berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
f. Intimacy/ affection : tanda persahabatan sejati adalah adanya ketulusan,
kehangatan dan keakraban antara satu dan yang lain. walaupun ada perbedaan
pemikiran, sikap ataupun perilaku. Perbedaan itulah yang menjadi dasar untuk
merasa saling membutuhkan dukungan emosional dan dukungan sosial supaya
tetap terjalin keakraban, kehangatan, dan keintiman.
2.5.3 Jenis-Jenis Persahabatan
Aristoteles (2016:143-144) dan De Vito (2013:258) senada dalam menyebutkan
jenis persahabatan, diantaranya :
1) Persahabatan sejati
Aristoteles (2016:144) persahabatan sejati adalah persahabatan yang hanya bisa
terjadi diantara dua orang yang memiliki kebaikan. Kebaikan yang dimaksud
adalah keinginan atau harapan akan hal-hal yang baik untuk sahabatnya.
23
De Vito (2013:258) menambahkan persahabatan ini merupakan tipe ideal yang
ditandai dengan kesetiaan, pengorbanan diri, kasih sayang dan kemurahan hati.
2) Persahabatan berdasarkan kesenangan
Aristoteles (2016:143) persahabatan berdasarkan kesenangan adalah ketika dua
orang memiliki kepentingan bersama dalam suatu kegiatan yang dapat mereka
raih bersama-sama. Hubungan timbal balik mereka menghasilkan kesenangan
yang lebih besar daripada melakukannya sendirian. Hubungan persahabatan ini
dapat bertahan selama kesenangan berlangsung terus. De Vito (2013:258)
menambahkan bahwa hubungan jenis ini tidak ada loyalitas yang besar,
kepercayaan yang besar, pemberian yang besar atau penerimaan yang besar.
Persahabatan jenis ini ramah namun tidak intens.
3) Persahabatan berdasarkan manfaat
Aristoteles (2016:143) persahabatan berdasarkan utilitas adalah ketika dua
orang menjalin persahabatan demi manfaat yang bisa diberikan padanya.
Persahabatan jenis ini menawarkan keramahan namun juga sekaligus tuntutan.
Persahabatan seperti ini dapat berakhir dengan cepat jika keperluannya sudah
didapat dan akan menghilang. De Vito (2013:258) menambahkan bahwa tipe
persahabatan ini tidak memiliki keseimbangan dalam memberi dan menerima.
2.6 Toxic Friendship
2.6.1 Pengertian Toxic Friendship
Suzzane seorang konselor psikologi dan penulis buku Toxic Friendship:
Knowing the Rules and Dealing with the Friends Who Breaks Them, menuliskan
dalam Psychologytoday.com bahwa seorang teman yang beracun sering kali
mendatangi seseorang bila sedang membutuhkan sesuatu saja, juga berusaha
24
mengisolasi sesesorang dari kawan-kawannya yang lain, selalu merasa iri,
memfitnah orang lain demi menjaga eksklusivitas pertemanan, dan hobby
berkompetisi.
Sejalan dengan pendapat Suzzane, (Gilliard, 2016:2) lebih fokus
mendefinisikan toxic friend pada dampak yang diberikan yaitu “If
anything that is done to you by your friend causes stress, hair loss,
weight loss, weight gain, anxiety, depression, anger and other health
issues, it is toxic. If your friend makes you feel like hurting somebody,
then you are in a toxic relationship”
Jika diterjemahkan secara bebas maka toxic friends adalah sesuatu yang
dilakukan oleh teman anda dan menyebabkan anda stress, rambut rontok, berat
badan berkurang, berat badan bertambah, kecemasan yang berlebihan, depresi,
kemarahan dan masalah kesehatan lainnya maka itu disebut beracun. Jika teman
anda membuat anda harus merasa menyakiti orang lain maka anda terjebak dalam
hubungan yang beracun.
Tidak berbeda jauh dengan pendapat Suzzane dan Gilliard, Yager (2006:29-
31) menyebutkan bahwa toxic friendship disebut juga persahabatan semu. Toxic
friendship adalah jenis persahabatan yang merusak dan berbahaya, serta bersifat
satu arah. Persahabatan semu tidak ada saling berbagi, tidak ada kebersamaan,
tidak ada kasih sayang hanya memikirkan diri sendiri, menguntungkan satu pihak
dan selalu berusaha membuat segala hal berakhir dengan buruk.
Beberapa definisi diatas terlihat bahwa terdapat kesamaan dalam setiap
definisi maka, toxic friendship adalah hubungan persahabatan yang beracun dan
tidak sehat serta hanya menguntungkan disatu sisi dan merugikan disatu sisi
lainnya. Tak hanya itu, persahabatan beracun hanya datang ketika membutuhkan
saja dan berusaha mengisolasi dari hubungan sosial lainnya. Persahabatan beracun
25
dapat menyebabkan trauma, stress, kecemasan yang berlebihan, depresi,
kemarahan, rasa tidak aman dan gangguan kesehatan lainnya.
2.6.2 Ciri-Ciri Toxic Friendship
Yager (2006:88-89) menyebutkan terdapat beberapa ciri-ciri toxic
friendship, diantaranya:
a) Pengkritik, tidak dapat menghargai hasil karya atau prestasi yang dicapai oleh
orang lain, merasa cemburu karena orang lain lebih sukses dan lebih baik
dibandingkan dirinya, serta mencoba merendahkan dengan mengatakan hal
yang buruk tentang kesuksesan yang dicapai orang lain.
b) Tidak Ada Empati, Artinya dalam hubungan tidak adanya sifat memahami dari
sudut pandang seseorang untuk merasakan, menyayangi dan menunjukkan
simpati kepada orang lain.
c) Keras Kepala, Artinya tidak mau mendengar kata orang lain, menganggap
pendiriannya selalu benar, tidak mau mengakui bahwa dirinya salah, tidak mau
mengalah, enggan untuk meminta bantuan orang lain.
d) Selalu Bergantung, Artinya tidak dapat hidup tanpa orang lain, tidak bisa hidup
mandiri, selalu membutuhkan kehadiran orang lain, selalu membutuhkan
bantuan dari orang lain, serta takut akan kehilangan orang lain.
Memperkuat pendapat Yager, White (2015) yang dilansir Psychologytoday.com
menambahkan beberapa ciri-ciri toxic friendship, diantaranya:
a) “Your friend only seems to “like you” or want to spend time with you when
he or she needs something from you” jika diterjemahkan secara bebas artinya
26
teman anda terlihat menyukai anda atau ingin menghabiskan waktu bersama
anda ketika teman anda membutuhkan sesuatu dari anda.
b) “Your friend tries to isolate you from other relationships in you life, perhaps
by badmouthing romantic partners or other friends” jika diterjemahkan
secara bebas artinya teman anda berusaha untuk memisahkan anda dari
hubungan sosial dalam hidup anda, mungkin mengatakan hal buruk tentang
pasangan atau teman yang lainnya.
c) “You find yourself trying to make excuses for your friend’s behavior or to
defend him or her from other friends who more clearly see their
shortcomings or poor treatment of you” jika diterjemahkan secara bebas
artinya anda sadar mencoba membuat alasan atas perilaku teman anda atau
membela teman anda dari teman-teman lain yang lebih jelas melihat
kekurangan atau perlakuan yang buruk dari teman anda.
d) “Friends who monopolize conversations or only want to discuss their own
lives and experiences, without giving you time to share your perspectives or
feeling” jika diterjemahkan secara bebas artinya teman yang memonopoli
pembicaraan atau hanya ingin membicarakan kehidupan dan pengalaman
mereka, tanpa memberi anda waktu untuk berbagi pemikiran ataupun
perasaan anda.
e) “Friends who view you as “competition” in any activity may be future toxic
friends, depending on how far they push their competitive spirit” jika
diterjemahkan secara bebas artinya teman yang memandang anda sebagai
“saingan” dalam segala aktivitas, tergantung dimasa mendatang seberapa jauh
teman bercun akan mendorong semangat kompetitif mereka.
27
f) “Friends who are not shy about asking to borow money but are slow to return
it should be reminded that friendship and banking are two separate
functions” jika diterjemahkan secara bebas artinya teman yang tidak malu
untuk meminjam uang tetapi terlambat dalam mengembalikannya, ingat
persahabatan dan perbankan adalah dua fungsi yang terpisah.
Berdasarkan ciri-ciri diatas dapat dipahami bahwa terdapat seeorang yang
mengambil keuntungan mengatasnamakan persahabatan bagi dirinya sendiri
namun merugikan bagi orang lain. Pasalnya persahabatan yang dilakukan sudah
dari awal tidak didasari dengan niat yang baik maka akibatnya pun buruk. Hanya
menguntungkan disatu pihak dan merugikan disatu pihak serta dapat
menyebabkan gangguan kesehatan yang serius.
2.6.3 Jenis-Jenis Toxic Friendship
Menurut Barash (2009:72-136) menyebutkan terdapat beberapa jenis toxic
friendship, diantara:
a. Clingy (Bergantung)
Menurut Barash (2009:114) clingy merupakan seseorang yang sangat terobsesi
dengan orang lain. Seorang clingy akan berusaha agar orang terdekatnya tidak
akan pergi dari sisi mereka, serta yang diinginkan hanyalah selalu bersama setiap
kali bertemu dan selalu ingin menghabiskan waktu bersama.
b. Egotistical (Egois)
Menurut Barash (2009:186) egotistical merupakan seseorang yang melakukan
sesuatu dengan cara yang tidak sesuai agar tercapai apa yang diharapkan.
egotistical lebih memprioritaskan kebahagiaan diri mereka sendiri dibanding
temannya, sebab itulah ketika ada yang tidak sesuai dengan kehendaknya maka
28
mereka akan melakukan apapun agar harapannya tercapai dan tidak kehilangan
kebahagiaannya.
c. Needy (Manja)
Menurut Barash (2009:136) needy merupakan seseorang teman yang sangat
membutuhkan perhatian. Mereka selalu menunjukkan perhatian dan kasih sayang
pada orang terdekatnya sepanjang waktu. Seorang needy mudah bergantung
karena menganggap orang terdekatnya menjadi satu-satunya teman yang dimiliki.
Senada dengan pendapat Barash, Yager (2006:54-75) menyebutkan jenis toxic
friendship, yaitu :
a. The Self-Absorbed (Si-Egois)
Menurut Yager (2006:54) si egois merupakan seseorang yang tidak peduli dan
tidak ingin mendengarkan orang lain namun ingin dirinya selalu didengar. Hal ini
muncul karena ingin menutupi ketidakmampuannya dalam menghadapi sebuah
masalah.
b. The Cheat (Si Curang-Berbohong)
Menurut Yager (2006:55) si curang merupakan seseorang yang gemar
berbohong dan memungkinkan memiliki pola dalam berbohong. Berbohong
merupakan sikap yang membahayakan secara tidak langsung dan harus ditangani
dengan serius.
c. The Blood-Sucker (Si Bergantung)
Menurut Yager (2006:72) si bergantung merupakan seseorang yang sangat
bergantung kepada temannya, dan berharap temannya selalu ada untuknya setiap
waktu. Si penghisap darah memiliki kebutuhan berlebih untuk selalu ditolong dan
dikasihani sampai pada tahap yang menggangu kehidupan pribadi temannya.
29
d. The Interloper (Si Tukang Ikut Campur)
Menurut Yager (2006:75) si tukang ikut campur merupakan seseorang yang
tertarik dengan kehidupan, ide-ide serta karir temannya. Ketika temannya dalam
masalah maka si tukang ikut campur merasa harus membantu agar masalahnya
dapat terselesaikan dengan cepat. Namun cara membantunya ini terlalu berlebihan
dan bertindak di luar batas.
Senada dengan Barash dan Yager, Gilliard (2016:15-28) menyebutkan jenis-jenis
toxic friendship, yaitu:
a. Friends who are never there for you
Menurut Gilliard (2016:15-16) teman jenis ini merupakan seseorang yang
hanya memikirkan tentang dirinya sendiri, selalu unggul dalam percakapan antar
temannya, hanya dia yang selalu bicara dan tidak ingin mendengarkan temannya
serta meminta agar selalu diperhatikan. Ia juga akan menghindar ketika temannya
meminta bantuan.
b. Friends who always want what you have
Menurut Gilliard (2016:21) teman jenis ini merupakan seseorang yang tidak
suka melihat temannya memiliki kehidupan yang baik, keluarga yang bahagia dan
karir yang bagus dibanding dirinya. Ia akan berusaha merebut kehidupan
temannya sampai habis dan memprovokasi agar kehidupannya hancur.
c. Friends who are jealous and envious of you
Menurut Gilliard (2016:22) Teman jenis ini merupakan seseorang yang iri dan
dengki melihat kesuksesan yang didapat oleh temannya. Seseorang yang iri tidak
akan pernah bahagia ketika melihat temannya dapat meraih apa yang dicapainya
30
dalam hidupnya. Juga sama dengan seseorang yang dengki, perbedaannya ia tidak
ingin temannya memiliki apa yang ia miliki atau ia capai dalam hidupnya.
d. Friends who are pathologic liars
Menurut Gilliard (2016:25-26) teman jenis ini merupakan seorang penipu.
Teman jenis ini hanya berusaha membuat temannya terkesan, dia akan berbohong
dari awal tentang kehidupannya, pekerjaannya dan segalanya tentang dirinya. Hal
tersebut dilakukan semata-mata untuk membuat ia terlihat baik di mata temannya.
e. Friends who hurt you physically or emotionally
Menurut Gilliard (2016:27-28) teman jenis ini merupakan seseorang yang
secara tidak langsung akan menyakiti perasaan temannya. Ia akan mengajak pada
hal-hal yang buruk, dan memaksa teman untuk melakukannya. Jika tidak menuruti
ajakannya maka ia bisa saja melakukan hal-hal yang mungkin berbahaya seperti
memukul, mencaci maki atau perlakuan buruk lainnya.
Setelah melihat beberapa penjabaran yang dijelaskan, terlihat bahwa terdapat
kesamaan dari para ahli dalam menyebutkan jenis toxic friendship tersebut. Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa jenis toxic friendship diantaranya iri (jealous),
egois (the self-absorbed), bergantung (clingy), ikut campur (the interloper), licik
(tricky) dan berbohong (liar). Selain itu dari penjabaran tentang jenis toxic
friendship diatas, terlihat dapat membahayakan orang lain dan hanya
mementingkan diri sendiri. Serta dapat memberikan dampak dan efek yang tidak
baik khususnya masalah kesehatan. Ada baiknya untuk membentengi diri dalam
mengenal orang dengan lebih baik, memahami sifat dan tujuannya untuk datang
kedalam kehidupan sosial.
2.6.4 Penyebab Toxic Friendship
31
Yager (2006:137-144) menyebutkan ada beberapa penyebab terjadinya toxic
friendship, diantaranya:
a. Rasa Percaya Diri Rendah
Menurut Yager (2006:137) rasa percaya diri rendah adalah sebuah masalah
dimana dirinya merasa tidak pantas menjadi sahabat untuk orang lain, dirinya
merasa sadar diri akan kekurangannya yang terlalu berlebih dan membuat
sahabatnya mendorong untuk menjauhkan diri darinya. Seseorang dengan rasa
percaya diri rendah akan berusaha merendahkan dirinya sendiri, juga akan
merendahkan orang lain yang menjadi sahabatnya. Rasa percaya diri rendah dapat
mengakibatkan seseorang mensabotase persahabatannya maupun menghindari
persahabatan sama sekali.
b. Tantangan Keakraban
Menurut Yager (2006:138) keakraban merupakan memperat suatu hubungan
yang berawal dari kenalan menjadi biasa menjadi dekat hingga menjadi sahabat.
Dalam hubungan terdapat tantangan keakraban dimana seseorang ingin
menghasilkan sebuah persahabatan dari sebuah ikatan. Berbagi perasaan, bertukar
ide maupun pikiran satu sama lain, namun disatu sisi keakraban membuka potensi
timbulnya rasa kehilangan, kecewa dan sakit, sehingga pada akhirnya terasa berat
untuk mengakhiri sebuah persahabatan tersebut.
c. Memahami Isyarat
Menurut Yager (2006:140) dalam komunikasi terdapat pesan nonverbal yaitu
semua isyarat yang bukan kata-kata. Dalam konteks ini hubungan persahabatan
dalam masa-masa harus diakhiri. Maka perlunya memahami sebuah isyarat agar
mulai memudarkan rasa persahabatan sebelum berakhir pada pengkhianatan.
32
d. Depresi
Menurut Yager (2006:141-142) depresi merupakan kondisi medis yang berupa
suasana hati yang buruk secara berkepanjangan, kehilangan minat terhadap segala
hal dan merasa kekurangan energi. Seseorang yang mengalami depresi dapat
memberikan pengaruh buruk bagi lingkungan sekitar, tidak terkecuali pada
hubungan persahabatan. Penderita depresi dapat bertingkah laku yang berbahaya
meski pada sahabatnya sendiri, contohnya berkhianat, tidak dapat berkata jujur,
pemarah dan lain sebagainya.
e. Kepribadian
Menurut Yager (2006:143-144) kepribadian atau tempramen dapat
menyebabkan seseorang dengan mudah berkhianat atau dikhianati. Penyebabnya
bisa dalam diri sendiri maupun orang lain, bagaimana dia bersikap seolah semua
baik-baik saja, dan beranggapan bahwa tidak selamanya sahabat harus
menghabiskan waktu bersama-sama, perlunya waktu untuk pribadi masing-
masing.
2.6.5 Dampak Toxic Friendship
Barash (2009:12-14) menyebutkan dampak dari toxic friendship,
diantaranya: (1) kompetisi, (2) perbedaan pencapaian, (3) pengkhianatan dan 4)
kekecewaan. Tidak berbeda jauh dengan pendapat Barash, Yager (2006:93-116)
menyebutkan dampak dari toxic friendship, diantaranya: (1) kompetisi berlebih,
(2) kecemburuan, (3) balas dendam, (4) kemarahan, (5) pengkhianatan, (6) depresi
dan (7) insecure (rasa tidak aman). Senada dengan pendapat Yager, Gilliard
(2016:2) menyebutkan dampak dari toxic friendship, yaitu : (1) Anxiety Disorder
(Gangguan Kecemasan), (2) insecurity (rasa tidak aman) dan (3) Stress. Terlihat
33
bahwa tiga pendapat diatas memiliki kesamaan dalam menyebutkan dampak dari
toxic friendship, maka secara sederhana dampak toxic friendship terdapat delapan,
diantaranya:
a. Kompetisi berlebih
Yager (2006:111-112) menyebutkan bahwa dalam setiap hubungan sedikit sifat
kompetitif merupakan hal normal, selagi tidak meremehkan prestasi dari masing-
masing maka tidak akan berbahaya. Namun berbeda halnya ketika kompetisi
menjadi diluar kendali maka membuka jalan untuk saling menjatuhkan satu sama
lain, tidak menghargai, tidak peduli, bersikap acuh serta mengecilkan arti
kesuksesan sahabat merupakan bentuk dari bertindak buruk.
b. Kecemburuan
Yager (2006:103-107) menyebutkan bahwa kecemburuan adalah faktor utama
di belakang persahabatan yang dilihat sebagai hal negatif. Cemburu adalah
mengenai kesuksesan atau contoh yang diberikan untuk mengusik hati seseorang
yang memunculkan kebutuhan untuk membuat orang lain merasa buruk.
Kecemburuan dapat menyebabkan konfrotasi dan menginspirasi untuk balas
dendam.
c. Balas Dendam
Yager (2006:95-97) menyebutkan bahwa balas dendam merupakan tindakan
terakhir yang disebabkan oleh kompetisi berlebih, kecemburuan, iri maupun
kemarahan yang sudah melewati batas. Balas dendam merupakan reaksi dari
perasaan yang tidak berdaya untuk mempengaruhi orang lain supaya menyukai,
menginginkan, menghargai maupun mengakui diri kita.
d. Kemarahan
34
Yager (2006:95-97) menyebutkan bahwa balas dendam merupakan tindakan
terakhir yang disebabkan oleh kompetisi berlebih, kecemburuan, iri maupun
kemarahan yang sudah melewati batas. Balas dendam merupakan reaksi dari
perasaan yang tidak berdaya untuk mempengaruhi orang lain supaya menyukai,
menginginkan, menghargai maupun mengakui diri kita.
e. Pengkhianatan
Yager (2006:93-94) menyebutkan bahwa pengkhianatan merupakan tindakan
paling akhir dari balas dendam, dalam konteks ini kecemburuan, kompetisi
berlebihan, serta kemarahan sudah terlalu meluap dan mengakibatkan perasaan
kecewa pada teman sendiri dan menganggap semua ini karena kesalahan teman.
Pengkhianatan terjadi karena ada rasa ketidakmampuan dalam diri untuk
mengakui prestasi teman sendiri serta perasaan kecewa karena prestasi yang
dimiliki tidak sebanding dengan teman sendiri.
f. Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)
Cavanaugh & Blanchard-Fields (2006:145) mendenifisikan anxiety disorder
adalah “a group of conditions that are based on fear or uneasiness. anxiety
disorder include anxiety states, in which feelings of severe anxiety occur with
no spesific trigger; phobia disorders, characterized by irrational fears of
objects or circumstances” jika diterjemahkan secara bebas anxiety disorder
(gangguan kecemasan) adalah sebuah kondisi yang didasarkan pada ketakutan
atau kegelisahan. Gangguan kecemasan termasuk keadaan dimana kecemasan
yang berlebih terjadi tanpa pemicu yang spesifik; gangguan fobia; ditandai
ketakutan yang tidak rasional terhadap benda atau keadaan.
Tidak berbeda jauh dengan pendapat Cavanaugh & Blanchard-Fields,
Dayakisni dan Hudaniah (2012:125) mendefinisikan anxiety disorder (gangguan
kecemasan) adalah perasaan yang terjadi akibat ketakutan, kegugupan, maupun
ketegangan berlebihan dalam situasi yang mengancam. Gangguan kecemasan
dapat di akibatkan dari depresi, atau lingkungan yang tidak sehat.
35
Dari dua pendapat diatas, terdapat kesamaan dalam definisi konsep tentang
anxiety disorder (gangguan kecemasan) yaitu gangguan kecemasan yang
disebabkan oleh ketakutan serta kegelisahan yang berlebih akan situasi atau
keadaan yang mengancam.
g. Insecurity (Rasa Tidak Aman)
Menurut Weber & Petriglieri (2018) dalam hbr.org, mendefinisikan insecurity
sebagai perasaan gelisah, takut yang berlebihan. Insecurity disebabkan karena
ambisi untuk tetap dalam zona nyaman, ketidakmampuan untuk jujur pada diri
sendiri, tidak siap untuk kehilangan, serta tidak siap dalam mengatasi
kekecewaan. Pendapat Weber & Petriglieri lebih menekankan pada penyebab dari
insecurity itu sendiri berbeda halnya dengan pendapat yang dikemukakan menurut
Greenberg (2015) dalam Psychologytoday.com mendefinisikan insecurity :
“The kind of childhood you had, past traumas, recent experiences of
failure or rejection, loneliness, social anxiety, negative beliefs about
yourself, perfectionism, or having a critical parent or partner can all
contribute to insecurity” jika diterjemahkan secara bebas maka
insecurity merupakan perasaan dimana dipengaruhi oleh masa kecil
yang dimiliki, trauma masa lalu, pengalaman akan kegagalan dan
penolakan, kesendirian, kecemasan sosial, pandangan negatif akan diri
sendiri, perfeksionis, atau mempunyai orang tua atau pasangan yang
pengkritik.
Terlihat dari pendapat Greenberg bahwa definisi yang dijelaskan
mengambarkan peranan masa lalu juga berpengaruh timbulnya rasa tidak aman
dalam hubungan sosial, yang menyebabkan seseorang untuk berhati-hati dalam
menjalin persahabatan maupun hubungan sosial lainnya agar kejadian saat masa
lalu tidak terulang kembali.
Berdasar pendapat diatas, dapat dilihat bahwa definisi yang diberikan para ahli
merupakan berdasarkan pandangan masing-masing pengalaman maupun referensi
36
yang didapat oleh para ahli. Jika ditarik benang merah dari kedua pendapat ahli
diatas, maka insecurity adalah perasaan tidak aman dalam diri seseorang dalam
menghadapi situasi yang mengancam serta pengaruh masa lalu yang
menyebabkan akan rasa takut untuk kehilangan apa yang diinginkan.
h. Stress
Lucas & Wilson (1989:8) mendefinisikan stress adalah sesuatu yang membuat
seseorang menderita secara fisik dan kejiwaan. Senada dengan pendapat Lucas &
Wilson, Anoraga (2009:108) mendefinisikan stress sebagai suatu bentuk
tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan
di lingkungannya yang dirasakan menggangu dan mengakibatkan dirinya
terancam.
Memperkuat pendapat Anoraga, Lucas & Wilson diatas, National Safety
Council (1999:2) juga mendefinisikan stress yaitu ketidakmampuan dalam
mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual
manusia yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia.
Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik benang merah bahwa stress adalah
sebuah tekanan psikologis dan fisik yang bereaksi secara alami ketika menghadapi
situasi yang merasa terancam, menghadapi tekanan dan tuntutan. Stress dapat
disebabkan oleh frustasi, rasa isi, bimbang, rasa cemas yang berlebihan,
kewalahan dalam menghadapi situasi, merasa tidak rendah diri, tidak berharga
serta depresi.