6
 Astrositoma : insidens dan pengobatannya Iskandar Japardi  Bagian Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas S umatra Utara /  Kepala UPF Bedah Saraf Rumah Sakit dr. Pirngadi, Medan  ABSTRACT  Astrocytoma is the most common brain tumor , accounting for more than half of all primary central nervous system (CNS) malignancies. Most astrocytoma are indolent low-grade (ie, WHO grade I-II) tumo rs predominantly arise in midline locations, such as the cerebellum and diencephalic region. Diffuse astrocytomas (ie, WHO grade II) may arise in any area of the CNS but most commonly develop in the cerebrum. And the malignant high- grade (ie, WHO grade III-IV) tumors are generally found in the cerebral hemispheres. Most cases occur in the  first decade of life with peak age at 5-9 years. Surgical resection alone is sufficient to c ure the mayority of lo w- grade astrocytomas; however the prognosis remains poor for high-grade astrocytomas inspite of the additon of radiotherapy and chemotherapy. Keywords: Astrocytoma, incidence, surgical, radiotherapy, chemotherapy ABSTRAK Astrositoma merupakan tumor otak yang paling banyak dijumpai, dan mencakup lebih dari setengah tumor ganas di susunan saraf pusat (SSP). Sebagian besar astrositoma merupakan tumor dengan derajat yang rendah (WHO grade I-II) dan terjadi di daerah pertengahan otak, seperti daerah serebelum dan diensefalik. Astrositoma difus (WHO grade II) dapat terjadi di mana saja di SSP tetapi umumnya terjadi di serebrum. Astrositoma yang derajat tinggi (WHO grade III-IV) umumnya dijumpai di daerah hemisfer serebrum. Sebagian besar kasus terjadi pada dekade pertama kehidupan dengan puncaknya pada usia antara 5-9 tahun. Tindakan pembedahan mampu mengatasi astrositoma derajat rendah, namun pada astrositoma derajat tinggi tindakan pembedahan harus ditambahkan dengan radioterapi dan kemoterapi. Kata kunci : Astrositoma, insidens, pembedahan, radioterapi, kemoterapi PENDAHULUAN Peranan sentral dari otak dan kelainan fungsional yang terjadi mencerminkan beratnya akibat yang ditimbulkan oleh tumor otak. Kematian akibat tumor otak besarnya 2% dari seluruh kematian akibat tumor. Dan insidens tumor otak besarnya 7 per 100.000 penduduk per tahun. (1) Jenis tumor otak ini sangat beraneka ragam dari yang  ji na k sa mp ai ga na s. Sa la h sa tu tu mo r ya ng merupakan frekuensi terbesar dari semua jenis tumor di otak adalah glioma. Insidens dari glioma besarnya 5 per 100.000 penduduk. (2) Menurut Badan Kesehatan Sedunia (World Health Organization  / WHO) terdapat tiga jenis glioma yang dapat dibedakan dari pemeriksaan histopatologis yaitu astrocytoma, oligendroglioma dan mixed  oligoastrocytoma . Dari ketiga jenis glioma ini, astrositoma merupakan tumor yang paling sering dan mencakup lebih dari 50% tumor ganas primer di otak  (3) Istilah astrositoma pertama kali diperkenalkan pada abad ke 19 oleh Virchow, (4)  d an gambaran histopatologi tumor ini diperkenalkan oleh Bailey dan Cushing pada tahun 1926. (5)  Tumor ini memiliki beberapa karakteristik antara lain : i) dapat timbul pada berbagai lokasi di susunan saraf pusat (SSP), tetapi lebih sering ditemukan pada hemisfer serebral, ii) biasanya menimbulkan  J Kedokter T risakti September -Desember 20 03, V ol.22 No.3 110

astrositoma

Embed Size (px)

Citation preview

5/16/2018 astrositoma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/astrositoma-55ab543ddcb90 1/6

 

Astrositoma : insidens dan pengobatannya

Iskandar Japardi Bagian Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara / 

 Kepala UPF Bedah Saraf Rumah Sakit dr. Pirngadi, Medan

 ABSTRACT 

 Astrocytoma is the most common brain tumor, accounting for more than half of all primary central nervous

system (CNS) malignancies. Most astrocytoma are indolent low-grade (ie, WHO grade I-II) tumors predominantly

arise in midline locations, such as the cerebellum and diencephalic region. Diffuse astrocytomas (ie, WHO

grade II) may arise in any area of the CNS but most commonly develop in the cerebrum. And the malignant high-

grade (ie, WHO grade III-IV) tumors are generally found in the cerebral hemispheres. Most cases occur in the

 first decade of life with peak age at 5-9 years. Surgical resection alone is sufficient to cure the mayority of low-

grade astrocytomas; however the prognosis remains poor for high-grade astrocytomas inspite of the additon of 

radiotherapy and chemotherapy.

Keywords: Astrocytoma, incidence, surgical, radiotherapy, chemotherapy

ABSTRAK

Astrositoma merupakan tumor otak yang paling banyak dijumpai, dan mencakup lebih dari setengah tumor

ganas di susunan saraf pusat (SSP). Sebagian besar astrositoma merupakan tumor dengan derajat yang rendah

(WHO grade I-II) dan terjadi di daerah pertengahan otak, seperti daerah serebelum dan diensefalik. Astrositoma

difus (WHO grade II) dapat terjadi di mana saja di SSP tetapi umumnya terjadi di serebrum. Astrositoma yang

derajat tinggi (WHO grade III-IV) umumnya dijumpai di daerah hemisfer serebrum. Sebagian besar kasus

terjadi pada dekade pertama kehidupan dengan puncaknya pada usia antara 5-9 tahun. Tindakan pembedahanmampu mengatasi astrositoma derajat rendah, namun pada astrositoma derajat tinggi tindakan pembedahan

harus ditambahkan dengan radioterapi dan kemoterapi.

Kata kunci : Astrositoma, insidens, pembedahan, radioterapi, kemoterapi

PENDAHULUAN

Peranan sentral dari otak dan kelainan

fungsional yang terjadi mencerminkan beratnya

akibat yang ditimbulkan oleh tumor otak. Kematian

akibat tumor otak besarnya 2% dari seluruh

kematian akibat tumor. Dan insidens tumor otak besarnya 7 per 100.000 penduduk per tahun.(1) Jenis

tumor otak ini sangat beraneka ragam dari yang

 jinak sampai ganas. Sa lah satu tumor yang

merupakan frekuensi terbesar dari semua jenis

tumor di otak adalah glioma. Insidens dari glioma

besarnya 5 per 100.000 penduduk.(2)Menurut Badan

Kesehatan Sedunia (World Health Organization / 

WHO) terdapat tiga jenis glioma yang dapat

dibedakan dari pemeriksaan histopatologis yaitu

astrocytoma, oligendroglioma dan mixed 

oligoastrocytoma. Dari ketiga jenis glioma ini,

astrositoma merupakan tumor yang paling sering

dan mencakup lebih dari 50% tumor ganas primerdi otak (3) Istilah astrositoma pertama kali

diperkenalkan pada abad ke 19 oleh Virchow,(4) dan

gambaran histopatologi tumor ini diperkenalkan

oleh Bailey dan Cushing pada tahun 1926.(5) Tumor

ini memiliki beberapa karakteristik antara lain : i)

dapat timbul pada berbagai lokasi di susunan saraf 

pusat (SSP), tetapi lebih sering ditemukan pada

hemisfer serebral, ii) biasanya menimbulkan

 J Kedokter Trisakti September-Desember 2003, Vol.22 No.3

110

5/16/2018 astrositoma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/astrositoma-55ab543ddcb90 2/6

 

manifestasi pada usia dewasa, iii) memberikan

gambaran histopatologi dan perilaku biologi yang

berbeda-beda, iv) dapat mengadakan infiltrasi ke

sekitarnya maupun ke tempat-tempat yang jauh

tanpa dipengaruhi oleh gambaran histopatologi, v)

memiliki kecenderungan untuk progresif menjadi

fenotip yang lebih ganas seperti anaplastic

astrocytoma dan glioblastoma.

Astrositoma mencakup tumor yang sangat

bervariasi tergantung lokasinya di SSP, berpotensi

untuk tumbuh menjadi invasif, progresif dan

menyebabkan timbulnya berbagai gejala klinik.

Untuk itu perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut

agar dapat dilakukan deteksi secara dini dan

memberikan pengobatan yang tepat.

Epidemiologi dan klasifikasi

Astrositoma merupakan tumor yang banyak 

terjadi pada dekade pertama kehidupan dengan

puncaknya antara usia 5-9 tahun. Insidens

astrositoma difus terbanyak dijumpai pada usia

dewasa muda (30- 40 tahun) sebanyak 25% dari

seluruh kasus. Sekitar 10 % terjadi pada usia kurang

dari 20 tahun, 60% pada usia 20-45 tahun dan 30%

di atas 45 tahun.(2) Kasus pada laki-laki didapatkan

lebih banyak dari wanita dengan rasio sebesar

1,18 : 1.

Berdasarkan kecenderungannya untuk menjadi

anaplasia, WHO mengklasifikasi astrositoma

menjadi  pilocytic astrocytoma (grade I), diffuse

astrocytoma (grade II), anaplastic astrocytoma

(grade III) dan glioblastoma multiforme (grade

IV).(6) WHO telah melakukan banyak perubahan

klasifikasi sejak pertama kali dipublikasikan pada

tahun 1979. Edisi kedua dipublikasi pada tahun

1993 dan telah mengalami banyak kemajuan

dengan diperkenalkannya pemeriksaan

immunohistochemistry. Klasifikasi yang terakhir

dipublikasi pada tahun 2000 yang disusunberdasarkan konsensus yang direkomendasikan oleh

 International WHO Working Group of experts di

 Lyon . (7 )  Grade I merupakan tumor yang

memberikan gambaran histologis yang stabil, yang

dikenal sebagai tumor jinak. Tanda-tanda bahwa

tumor tersebut atipik adalah gambaran inti sel yang

atipik seperti kromatin inti yang kasar, bentuk inti

yang bermacam-macam, jumlah inti lebih dari satu

pada satu sel, dan terdapat pseudoinklusi. Selain

itu aktivitas mitosis, bentuk sel, proliferasi vaskuler

dan nekrosis juga memberikan informasi mengenai

perilaku biologi tumor. (4 ) Kriteria disebut

glioblastoma multiforme antara lain, hiperselluler,

bentuk sel dan inti sel bermacam-macam, proliferasi

endotel, gambaran mitosis dan sering disertai

dengan nekrosis. Kriteria astrocytoma anaplastic

antara lain, jumlah sel lebih sedikit dibandingkan

dengan glioblastoma multiforme, demikian juga

dengan gambaran sel dan inti sel serta mitosis yang

lebih sedikit, umumnya tidak disertai dengan

nekrosis.

Patofisiologi

Tumor ini akan menyebabkan penekanan ke jaringan otak sekitarnya, invasi dan destruksi

terhadap parenkim otak. Fungsi parenkim akan

terganggu karena hipoksia arterial maupun vena,

terjadi kompetisi pengambilan nutrisi, pelepasan

produk metabolisme, serta adanya pengaruh

pelepasan mediator radang sebagai akibat lanjut dari

hal tersebut diatas. Efek massa yang ditimbulkan

dapat menyebabkan gejala defisit neurologis fokal

berupa kelemahan suatu sisi tubuh, gangguan

sensorik, parese nervus kranialis atau bahkan

kejang.

 Astrocytoma low grade yang merupakan grade

II klasifikasi WHO akan tumbuh lebih lambat

dibandingkan dengan bentuk yang maligna. Tumor 

doubling time untuk astrocytoma low grade kira-

kira 4 kali lebih lambat dibandingkan dengan

astrocytoma anaplastic (grade III astrocytoma).

Sering diperlukan waktu beberapa tahun antara

gejala awal hingga diagnosa low grade astrocytoma

ditegakkan, interval ini kira-kira 3,5 tahun.

 Astrocytoma low grade ini seringkali disebut diffuse

astrocytoma WHO grade II.

Gejala-gejala klinik

Kejang-kejang umum merupakan manifestasi

utama yang seringkali dijumpai, walaupun secara

retrospektif dapat djumpai gangguan-gangguan lain

terlebih dahulu seperti kesulitan berbicara,

perubahan sensibilitas, gangguan penglihatan atau

motorik Pada tumor low grade astrositoma kejang-

kejang dijumpai pada 80% kasus dibandingkan high

 J Kedokter Trisakti Vol.22 No.3

111

5/16/2018 astrositoma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/astrositoma-55ab543ddcb90 3/6

 

grade sebesar 30%.(8) Jika dibandingkan dengan

astrocytoma anaplastic, gejala awal berupa kejang

lebih jarang dijumpai. Gejala lainnya adalah

meningginya tekanan intrakranial sebagai akibat

pertumbuhan tumor yang dapat menyebabkan

edema vasogenik. Penderita mengalami keluhan-

keluhan sakit kepala yang progresif, nausea,

muntah-muntah, mengantuk, dan gangguan

penglihatan (edema papil pada pemeriksaan

funduskopi, atau diplopia akibat kelumpuhan nervus

abdusens). Gejala meningginya tekanan intrakranial

lainnya adalah terjadinya hidrosefalus. Semakin

bertumbuhnya tumor gejala-gejala yang ditemukan

sangat tergantung dari lokasi tumor tersebut. Tumor

supratentorial dapat menyebabkan gangguan

motorik atau sensitifitas, hemianopsia, afasia ataukombinasi gejala-gejala. Sedangkan tumor di fosa

posterior dapat menimbulkan kombinasi dari gejala-

gejala kelumpuhan saraf kranial, disfungsi serebeler

dan gangguan kognitif.

Etiologi

Sejumlah penelitian  epidemiologi belum

berhasil menentukan faktor penyebab terjadinya

tumor otak, terkecuali pemaparan terhadap sinar-

X.(9) Anak-anak dengan leukemia limfositik akut

yang menerima radioterapi profilaksis pada susunan

saraf pusat akan meningkatkan risiko untuk 

menderita astrositoma, bahkan glioblastoma.(10)

Tumor ini juga dihubungkan dengan makanan yang

banyak mengandung senyawa nitroso (seperti

nitosurea, nitrosamine, dan lain-lain).

Saat ini penelitian yang menghubungkan tumor

 jenis ini dengan kerentanan genetik tertentu terus

dikembangkan. Tumor ini sering dihubungkan

dengan berbagai sindroma seperti Li-Fraumeni

Syndrome, mutasi Germline p53, Turcot Syndrome,

dan neurofibromatosis tipe 1 (NF-1).(4)

Gambaran radiologis

Pemeriksaan computed tomography imaging

(CT scan) dan magnetic resonance imaging (MRI)

di daerah kepala dengan dan tanpa kontras, sangat

membantu dalam diagnosa, penentuan grading, dan

evaluasi patofisiologi tumor ini. MRI dapat

memberikan gambaran yang lebih baik dari pada

CT scan. Pada pemeriksaan CT scan, gambaran

low grade astrocytoma akan terlihat sebagai lesi

dengan batas tidak jelas, homogen, hipodens tanpa

penyangatan kontras (Lihat Gambar 1). Kadang-

kadang dapat ditemukan kalsifikasi, perubahan

kistik dan sedikit penyangatan kontras.

Gambar 1. CT scan low grade astrocytoma, kiritanpa kontras, kanan dengan kontras, tidak 

tampak penyangatan.

Pada astrocytoma anaplastic akan terlihat

massa yang tidak homogen, sebagian dengan

gambaran lesi hipodens dan sebagian lagi hiperdens.

Umumnya disertai dengan penyangatan contrast .(11)

Pada glioblastoma multiforme akan tampak 

gambaran yang tidak homogen, sebagian massa

hipodens, sebagian hiperdens dan terdapat

gambaran nekrosis sentral.(12) Tampak penyangatan

pada tepi lesi sehingga memberikan gambaranseperti cincin dengan dinding yang tidak teratur.

Secara umum, astrositoma akan memberikan

gambaran isointens pada T1 dan hiperintens pada

T2. (Lihat Gambar 2).(12)

Gambar 2. MRI, (a) potongan coronal T-1

tampak massa hipointens, (b) potongan axial T-2

tampak massa hiperintens

a b

112

 Japardi Astrositoma

5/16/2018 astrositoma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/astrositoma-55ab543ddcb90 4/6

 

Gambaran histopatologi

Terdapat empat variasi gambaran

histopatologi low grade astrocytoma antara lain(13)

(Gambar 3) : (i) astrocytoma protoplasmic,

umumnya terdapat pada bagian korteks dengan sel-

sel yang banyak mengandung sitoplasma. Bentuk 

ini mencakup 28% dari jenis astrositoma yang

menginfiltrasi ke parenkim sekitarnya, (ii)

astrocytoma gemistocytic, sering ditemukan pada

hemisfer serebral orang dewasa terdiri dari sel

bundar yang besar dengan sitoplasma eosinofilik 

dan eksentrik. Bentuk ini mencakup 5-10% dari

glioma hemisfer, (iii) astrocytoma fibrillary,

merupakan bentuk yang paling sering ditemukan

dan berasal dari massa putih serebral dengan sel

yang berdiferensiasi baik berbentuk oval dan kecil.Tumor ini ditandai dengan jumlah sel yang

meningkat dengan gambaran latar belakang yang

fibriler. Untuk melihat gambaran fibriller ini dapat

digunakan glial fibrillary acidic protein (GFAP)

dan (iv) campuran.

a

b

cGambar 3. Gambaran histopatologi (a)

astrocytoma fibrillary, (b) astrocytoma

gemistocytic, (c) astrocytoma anaplastic

PENGOBATAN

Pada saat menentukan jenis pengobatan bagi

penderita astrositoma, perlu dinilai manfaat yang

akan diperolehnya. Manfaat tersebut diukur

berdasarkan lamanya kelangsungan hidup penderita

dibandingkan lamanya pemberian pengobatan. Dan

yang paling penting adalah kualitas hidup penderita

setelah pengobatan. Pengobatan utama yang

dilakukan saat in mencakup : a) pembedahan, b)

radioterapi, dan c) kemoterapi.

Pembedahan dilakukan berdasarkan besarnya

tumor di dalam otak dan status fungsional penderita.

Penderita yang mengalami tumor yang berlokasi di

pusat vital dengan hemiparesis, disfasia/afasia,

penderita usia lanjut bukan merupakan indikasiuntuk operasi. Diagnostik dikonfirmasi melalui

biopsi dan dilanjutkan dengan pemberian

radioterapi. Penderita lainnya dapat dilakukan

pembedahan, seperti open craniotomy dan

stereotactic biopsy. Biopsi secara stereotaktik 

merupakan tindakan minimal invasive terutama

terhadap tumor yang letaknya dalam dan di tempat

yang sulit dicapai. Jika disertai dengan hidrosefalus,

dapat dilakukan VP Shunt atau External Ventricular 

 Drainage (EVD). Peranan pembedahan bagi

penderita antara lain untuk: (i) melakukan

dekompresi terhadap massa tumor, (ii) mengambil

 jaringan untuk pemeriksaan histopatologi, sehingga

dapat direncanakan pengobatan adjuvans dan

memperkirakan prognosis.

Radioterapi sudah berhasil memperpanjang

kelangsungan hidup penderita terutama dengan

grade tumor yang tinggi. Pemberian radioterapi

pada penderita astrositoma mampu memperkecil

massa tumor dan memperbaiki gejala-gejala

neurologis sebesar 50 - 75% kasus.(14)

Pada saat ini, kemoterapi bukanlah pilihan

utama untuk pengobatan astrositoma. Bila tumormenjadi ganas, pembedahan, radioterapi dan

pemberian kemoterapi dapat dilakukan. Astrositoma

yang ganas bersifat incurable, dan tujuan utama

pengobatan adalah untuk memperbaiki gangguan

neurologis (seperti fungsi kognitif) dan

memperpanjang kelangsungan hidup penderita.

Pengobatan simtomatis, rehabilitasi dan dukungan

psikologis sangat penting. Pemberian steroid

 J Kedokter Trisakti Vol.22 No.3

113

5/16/2018 astrositoma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/astrositoma-55ab543ddcb90 5/6

 

umunya akan memberikan hasil yang membaik 

karena pengurangan efek massa tumor yang disertai

edema sekitar tumor. Pemberian steroid harus segera

dihentikan setelah dilakukan tindakan pembedahan.

Antikonvulsan tidak diberikan secara sistematik dan

hanya diberikan pada penderita yang mengalami

kejang. Obat ini dapat menimbulkan efek samping

dan mengganggu pemberian kemoterapi. Median

dari kelangsungan hidup penderita astrositoma

adalah 5-8 tahun.

Prognosis

Prognosis penderita astrositoma tergantung

dari tiga faktor : i) usia, ii)status fungsional, dan

iii) grade histologis. Penderita usia ≤45 tahun

mempunyai kelangsungan hidup empat kali lebihbesar dibandingkan penderita berusia ≥65 tahun.

Pada low grade astrocytoma, prognosis akan lebih

buruk jika disertai dengan peningkatan tekanan

intrakranial, gangguan kesadaran, perubahan

perilaku, defisit nerologis yang bermakna, dan

adanya penyangatan kontras pada pemeriksaan

radiologi.

KESIMPULAN

Sebagian besar tumor astrositoma merupakan

tipe low-grade, dan banyak kasus timbul pada

dekade pertama kehidupan dengan rentang usia 5-

9 tahun. Astrositoma difus dapat terjadi di mana

saja pada susunan saraf pusat, tetapi sebagian besar

terjadi di serebrum, khususnya daerah lobus

frontalis dan temporalis. Sedangkan di daerah

serebelum jarang ditemukan. Astrositoma

anaplastik timbul di daerah yang tidak berbeda

dengan astrositoma difus dengan kebanyakan di

hemisfer serebral.

Tindakan pembedahan mampu mengatasi

astrositoma tipe low-grade. Sedangkan astrositomatipe high-grade di samping pembedahan perlu

ditambahkan tindakan radioterapi dan kemoterapi.

Daftar Pustaka

1. Brain tumors. Available from URL: http://  

www.medweb.bham.ac .uk/neurosugery /  

brain.tumor.doc. Accessed Mei 24, 2003.

2. Behin A, Hoang-Xuan K, Carpentier AF, Delattre

J. Primary brain tumors in adults. The Lancet

2003; 361: 323-31.

3. Mac Donald T. Excerpt from astrocytoma.

Available from URL: http://www.emedicine.com/ 

ped/byname/astrpcytoma.htm. Accessed June 21,

2003.

4. Cavenee WK, Bigner DD, Newcomb EW, Paulus

W, Kleinhues P. Diffuse astrocytomas. In:

Kleinhues P, Cavenee WK, editors. Pathology &

genetics tumors of the nervous system. Lyon,

France: International Agency for Cancer

Research; 1997. p. 2-9.

5. Bailey P, Cushing H. A classification of tumors

of the glioma group on a histogenetic basis with

a correlation study of prognosis. Philladelphia:

Lippincott, 1926.6. Smirniotopoulos JG. The WHO classification of 

CNS tumors. Available from URL: http:// 

rad.usuhs/mil/rad/who-image.1html. Accessed

June 19, 2003.

7. Kleihuis P, Louis DN, Scheithauer BW, Rorke LB,

Reifenberger G, Burger PC et al. The WHO

classification of tumors of the nervous system/ 

Commentaries. J Neuropathol Exp Neurol 2002;

61: 215-5.

8. Kleihuis P, Davis RL, Ohgaki H, Burger PC,

Westphal MM, Cavenee WK. Diffuse

astrocytoma. Available from URL: http:// www.icrc.f r /who-b;uebooks/Bbwebsi te/  

samplepages.b1/page1-5.pdf. Accessed June 26,

2003.

9. Lantos PL, VandenBerg SR, Kleihues P. Tumor

of the nervous system. In: Graham DI, Lantos

PL, editors. Greenfields’s neuropathology.

London: Arnold; 1996. p. 583-97.

10. Brustle O, Ohgaki H, Schmitt HP, Walter GF,

Ostertag H, Kleihues P. Primitive

neuroectodermal tumors after prophylactic central

nervous system irradiation in children.

Association with an activated K-ras Gene. Cancer

1992; 69: 2385-92.

11. Davis RL, Kleihues P, Burger PC. Anaplastic

astrocytoma. In: Kleihues P, Cavenee WK,

editors. Pathology and genetics: tumours of the

nervous system. Lyon, France: International

Agency for Cancer Research; 1997. p. 14-5.

12. Greene GM, Hitchon PW, Schelper RL.

Diagnostic yield in CT-guided stereotactic biopsy

of gliomas. J Neurosurg 1989; 71: 494-8.

114

 Japardi Astrositoma

5/16/2018 astrositoma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/astrositoma-55ab543ddcb90 6/6

 

13. Kleihues P, Davis RL, Ohgaki H. Low-grade

diffuse astrocytoma. In: Kleihues P, Cavenee WK,

editors. Pathology and genetics: tumours of the

nervous system. Lyon, France: International

Agency for Cancer Research; 1997. p. 10-4.

 Japardi Astrositoma

115

14. Bauman G, Pahapill P, Macdonald D, Fisher B,

Leighton C, Cairncross JG. Low grade

glioma: a measuring radiographic response

to radiotherapy. Can J Neurol Sci 1999; 26: 18-

22.