Upload
others
View
8
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
TUGAS AKHIR – TE 141599
ANALISIS TEGANGAN TEMBUS MINYAK CAMPURAN SEBAGAI ISOLASI CAIR DENGAN ELEKTRODA SETENGAH BOLA
Aulia Irsyad NRP 2210100022
Dosen Pembimbing Dr. Eng. I Made Yulistya Negara ST, MSc. Dr. Dimas Anton Asfani ST, MT.
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya 2016
FINAL PROJECT – TE 141599
BREAKDOWN VOLTAGE ANALYSIS OF MIXED OIL AS LIQUID ISOLATION WITH SPHERIC ELECTRODE
Aulia Irsyad NRP 2210100022
Advisor Dr. Eng. I Made Yulistya Negara ST, MSc. Dr. Dimas Anton Asfani ST, MT.
DEPARTMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING Faculty Of Industrial Technology Sepuluh November Institute Of Technology Surabaya 2016
vii
ABSTRAK
Isolasi merupakan sifat suatu bahan yang dapat memisahkan dua
penghantar atau lebih secara elektris agar tidak terjadi lompatan listrik
dari satu penghantar ke penghantar lainnya. Suatu media bersifat isolasi
jika media tersebut dapat menahan nilai tegangan yang ada pada
penghantar. Apabila media isolasi tidak dapat menahan nilai tegangan
pada penghantar, maka akan terjadi lompatan listrik atau tembus yang
lebih dikenal dengan peristiwa breakdown. Dalam situasi ini akan terjadi
arus yang mengalir diantara penghantar, sehingga dapat dikatakan media
isolasi telah gagal melaksanakan fungsinya sebagai isolasi. Salah satu
jenis isolasi adalah isolasi cair, yakni pemisahan kedua penghantar
dengan menggunakan media zat cair. Isolasi cair banyak digunakan
sebagai media isolasi dan pendingin pada transformator daya, dengan
media zat cair berupa minyak.
Minyak yang digunakan sebagai minyak trafo secara umum adalah
minyak bumi yang diolah sedemikian rupa sehingga memiliki spesifikasi
tertentu saat digunakan sebagai media isolasi cair. Sedangkan minyak
bumi adalah bahan yang memiliki jumlah terbatas dan kurang ramah
lingkungan pada proses pembuatannya. Oleh karena itu diperlukan
alternatif pengganti minyak bumi, yakni minyak nabati sebagai media
isolasi cair pada trafo. Minyak nabati yang digunakan adalah minyak
jagung. Penggunaan minyak nabati sebagai media isolasi cair perlu
dibuktikan terlebih dahulu dengan beberapa pengujian, diantaranya
adalah pengujian tegangan tembus untuk mengetahui kelayakan dari
minyak nabati sebagai media isolasi cair.
Kata kunci : Isolasi Cair, Tegangan Tembus, Minyak Campuran
viii
Halaman ini sengaja dikosongkan
ix
ABSTRACT
Isolation is the nature of a material that can separate two or more
electrically conductive to prevent electrical jump from one conductor to
another conductor. A media called isolation media if the media can
withstand a voltage value that existed at the conductor. If the media can
not withstand insulation voltage value at the conductor, there will be a
leap of electricity or translucent better known as the breakdown events.
In this situation there will be flowing current between the conductor, so
that it can be said insulating media has failed to perform its function as
insulation. One type of insulation is liquid insulation, the separation of the
two conductors using liquid media. Liquid insulation is widely used as
insulating and cooling medium in power transformers, with oil as liquid
medium.
Oil used as transformer oil generally is oil that is processed in such
a way so as to have certain specifications when used as a liquid insulating
medium. While oil is a material that has limited quantities and less
environmentally friendly manufacturing process. Therefore we need an
alternative to oil, namely vegetable oil as the liquid insulation medium in
transformer. Used vegetable oil is corn oil. The use of vegetable oil as the
liquid insulation medium needs to be proven in advance with some
testing, such as testing the breakdown voltage to determine the feasibility
of vegetable oil as the liquid insulation medium.
Keywords : Liquid Isolation, Breakdown Voltage, Mixed oil
x
Halaman ini sengaja dikosongkan
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan
baik. Melalui kegiatan ini, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang
bersifat penelitian ilmiah selama satu semester dan menghubungkannya
dengan teori yang telah diperoleh dalam bangku perkuliahan selama
delapan semester.
Buku Tugas Akhir ini dapat terselesaikan atas bantuan banyak
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kehidupan, kesehatan baik jasmani maupun rohani, dan senantiasa
menuntun penulis menuju ke jalan yang benar.
2. Ayahku Jarwo Sanyoto, Ibuku Rini Maryantini dan saudaraku
Khairul Ikhwan dan Hanif Shidki yang telah banyak memberikan
dorongan, dalam hal spiritual maupun material dalam penyelesaian
buku Tugas Akhir ini.
3. Bapak I Made Yulistya Negara selaku dosen pembimbing pertama
serta Bapak Dimas Anton Asfani sebagai dosen pembimbing kedua
yang telah banyak memberikan masukan dan juga arahan sehingga
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak-ibu dosen pengajar Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga
atas pengajaran, bimbingan, serta perhatian yang diberikan selama
ini.
5. Teman – teman : Aldi, Wildan, Mada, Tansyah, Fiko, Pangnur,
Haris, atas waktu, ide – ide, semangat dan dukungan yang membuat
penulis selalu termotivasi dan tetap menjaga api semangat untuk
melanjutkan kuliah dan Tugas Akhir.
6. Teman – teman Marina yang senantiasa menemani : Wisnu, Oya,
Ben, Luqman, dan teman – teman dekat penulis lainnya yang terus
memotivasi dan menemani penulis sehingga terus bersemangat.
7. Seluruh rekan – rekan angkatan 2010, 2011 dan 2012 atas
kebersamaan dan kerjasamanya selama ini. Khususnya pada teman
– teman angkatan 2010. Kebersamaan kita tidak akan dilupakan.
8. Seluruh rekan – rekan asisten dan anggota Laboratoriom Teknik
Tegangan Tinggi atas kerjasama, waktu, dan kebersamaan dalam
proses pengerjaan Tugas Akhir.
xii
9. Seluruh keluarga besar Teknik Elektro ITS, para dosen, karyawan,
mahasiswa, juga rekan – rekan HIMATEKTRO atas dukungan,
masukan, dan kerjasamanya selama masa perkuliahan dan proses
pengerjaan Tugas Akhir.
10. Semua pihak yang ikut membantu penulis dalam pelaksanaan dan
penyusunan laporan Tugas Akhir yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
Besar harapan penulis bahwa buku Tugas Akhir ini dapat
memberikan informasi dan manfaat bagi mahasiswa Teknik Elektro ITS
pada khususnya dan seluruh pembaca pada umumnya. Jika ada kesalahan,
penulis mengharapkan adanya kritik, koreksi, serta saran yang
membangun dari pembaca untuk pengembangan kearah yang lebih baik.
Surabaya, 16 Desember 2015
Penulis
xiii
TABLE OF CONTENT
Originality Statement Of Final Project................................................... iii Abstrak .................................................................................................. vii Abstract .................................................................................................. ix Preface ................................................................................................... xi Table of Content .................................................................................. xiii Illustration ............................................................................................. xv Tables .................................................................................................. xvii Chapter 1 Introduction ............................................................................ 1
1. 1. Background ................................................................................. 1 1. 2. Problem ....................................................................................... 2 1. 3. Problem Boundaries .................................................................... 2 1. 4. Purposes ...................................................................................... 2 1. 5. Writing Systematics .................................................................... 3
Chapter 2 Dielectric Failure of Liquid Isolation ..................................... 5 2. 1. Ac High Voltage Generation ....................................................... 5 2. 2. Dielectric Strength ...................................................................... 5 2. 3. Flash Point ................................................................................... 6 2. 4. Pour Point .................................................................................... 7 2. 5. Liquid Isolation Failure Theories ................................................ 7 2. 6. Corn Oil....................................................................................... 8
2. 6. 1. Process of Corn Oil Making .............................................. 10 2. 6. 2. Corn................................................................................... 13
2. 7. Synthetic Oil ............................................................................. 14 2. 8. Testing Procedure ...................................................................... 16
Chapter 3 Breakdown Voltage Methodology ........................................ 19 3. 1. Study Method ............................................................................ 19 3. 2. Test Preparation ........................................................................ 20 3. 3. Testing and Observation............................................................ 23 3. 4. Result Analysis.......................................................................... 24
Chapter 4 Result and Analysis .............................................................. 27 4. 1. Test Preparation and Method .................................................... 27 4. 2. Result Analysis.......................................................................... 28
4. 2. 1. 100% Corn Oil .................................................................. 29 4. 2. 2. 70% Corn Oil and 30% Synthetic Oil ............................... 30 4. 2. 3. 50% Corn Oil and 50% Synthetic Oil .............................. 31 4. 2. 4. 30% Corn Oil and 70% Synthetic Oil ............................... 32
xiv
4. 2. 5. 100% Synthetic Oil ............................................................ 33 Chapter 5 Conclusion ............................................................................ 35
5. 1. Conclusion ................................................................................. 35 5. 2. Advices ...................................................................................... 36
Bibliography .......................................................................................... 37 Enclosure ............................................................................................... 39 Biography .............................................................................................. 41
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Minyak jagung yang digunakan pada pengujian ............ 12 Gambar 3.1. Diagram alir metodologi ................................................. 19 Gambar 3.2. Control box yang digunakan dalam pengujian ............... 21 Gambar 3.3. Kotak uji yang digunakan dalam pengujian. ................... 22 Gambar 3.4. Pengujian minyak jagung ................................................ 23 Gambar 3.5. Pengujian minyak campuran ........................................... 24 Gambar 4.1. Grafik tegangan tembus minyak campuran .................... 28 Gambar 4.2. Grafik hasil data minyak jagung 100% ........................... 30 Gambar 4.3. Grafik hasil data minyak campuran minyak jagung (70) :
minyak sintesis (30) ....................................................... 31 Gambar 4.4. Grafik hasil pengujian dengan komposisi minyak jagung
50% dan minyak sintesis 50% ....................................... 32 Gambar 4.5. Grafik hasil pengujian dengan komposisi minyak jagung
30% dan minyak sintesis 70% ....................................... 33 Gambar 4.6. Grafik hasil pengujian dengan komposisi minyak sintesis
100% .............................................................................. 34
xvi
Halaman ini sengaja dikosongkan
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data Pengujian .................................................................... 28 Tabel 4.2. Minyak Jagung 100% .......................................................... 29 Tabel 4.3. Minyak Campuran Minyak Jagung (70) : Minyak Sintesis
(30) ...................................................................................... 30 Tabel 4.4. Minyak Campuran Minyak Jagung (50) : Minyak Sintesis
(50) ....................................................................................... 31 Tabel 4.5. Minyak Campuran Minyak Jagung (30) : Minyak Sintesis
(30) ....................................................................................... 32 Tabel 4.6. Minyak Campuran Minyak Sintesis (100%) ....................... 33
xviii
Halaman ini sengaja dikosongkan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Dalam studi sistem tenaga listrik terdapat salah satu cabang ilmu
yang sangat berhubungan erat dengan penyaluran energi listrik itu sendiri,
yakni teknik tegangan tinggi. Tegangan tinggi sangat erat dengan sistem
transmisi dan distribusi tenaga listrik, karena dengan tegangan yang lebih
tinggi, maka arus yang melewati sistem menjadi lebih rendah. Ini
diakibatkan oleh perhitungan rugi – rugi daya pada jaringan sistem
transmisi adalah kuadrat arus dikalikan dengan impedansi jaringan
transmisi. Maka apabila semakin tinggi arus maka rugi – rugi juga
semakin tinggi, karena nilainya akan dikuadratkan pada perhitungan rugi
– rugi daya. Oleh karena itu salah satu solusi permasalahan jaringan
transmisi adalah dengan melewatkan jumlah daya yang sama dengan arus
yang lebih kecil, yaitu dengan menaikkan level tegangan menjadi jauh
lebih tinggi.
Komponen peralatan yang berperan besar dalam pembangkitan
tegangan tinggi adalah transformator daya. Dalam peralatan
transformator daya itu sendiri terdapat salah satu komponen yang sangat
berpengaruh terhadap isolasi antar penghantar dalam transformator, yaitu
minyak sebagai bahan dielektrik atau isolasi cair. Dalam hal ini bahan
isolasi cair berfungsi sebagai pengisolasi dan sekaligus sebagai
pendingin. Pada peralatan tegangan tinggi khususnya transformator daya,
isolasi sangat diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar
listrik yang bertegangan sehingga antara penghantar-penghantar tersebut
tidak terjadi lompatan atau percikan listrik. Apabila tegangan yang
diterapkan mencapai tingkat ketinggian tertentu maka bahan isolasi
tersebut akan mengalami pelepasan muatan yang merupakan bentuk
kegagalan listrik. Apabila dibiarkan dapat mengakibatkan terjadinya
kegagalan isolasi yang buruk bagi trafo.
Hingga saat ini, kebanyakan trafo menggunakan isolasi cair yang
bahan utamanya merupakan hasil olahan minyak bumi [11]. Isolasi cair
yang berasal dari minyak bumi kurang ramah lingkungan. Ada dua alasan
yang harus dipertimbangkan dalam rangka mencari alternatif isolasi cair
ramah lingkungan diantaranya proses degradasi biologis dan persediaan
dari minyak itu sendiri. Minyak bumi sulit terdegradasi secara biologis
dan memiliki persediaan yang terbatas pada persediaan tambang dalam
2
perut bumi. Oleh karena itu dibuatlah sebuah alternatif bahan isolasi cair
yang bahan utamanya dari minyak nabati. Dengan minyak nabati, bahan
isolasi cair akan mudah terdegradasi secara biologis, sehingga lebih
ramah lingkungan. Persediaan minyak nabati juga dapat dikatakan sangat
melimpah, karena berasal dari tumbuhan dan di sisi lain harganya juga
lebih terjangkau. Minyak nabati yang dimaksud adalah minyak jagung.
Penggunaan minyak nabati sebagai isolasi cair perlu dibuktikan
terlebih dahulu dengan cara dilakukan pengujian. Pengujian yang
dilakukan adalah pengujian tegangan tembus dengan standar yang telah
ditentukan. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan variasi
campuran minyak jagung dan minyak sintetis, minyak jagung murni dan
minyak sintetis murni. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
minyak jagung dan minyak campuran terhadap tegangan tembus dengan
sumber tegangan AC.
1. 2. Rumusan Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah :
a. Bagaimana pengaruh minyak jagung dan minyak campuran,
yaitu minyak jagung yang dicampur dengan minyak sintetis
terhadap nilai tegangan tembus.
b. Mencari nilai komposisi campuran terbaik, yaitu minyak
campuran dengan nilai tegangan tembus yang terbaik.
1. 3. Batasan Masalah
Dalam penyelesaian masalah dalam Tugas Akhir ini terdapat
beberapa batasan – batasan permasalahan, yaitu :
a. Minyak nabati yang digunakan adalah minyak jagung.
b. Minyak sintetis yang digunakan adalah minyak trafo
c. Elektroda yang digunakan adalah elektroda setengah bola
dengan jarak sela 2,5mm.
d. Pembangkitan tegangan yang dilakukan adalah pembangkitan
tegangan tinggi AC.
1. 4. Tujuan
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisa hasil pengujian tegangan tembus minyak jagung dan
campuran.
2. Mengetahui kelayakan minyak jagung dan minyak campuran
sebagai isolasi cair.
3
3. Mencari nilai komposisi terbaik minyak campuran yang memiliki
nilai tegangan tembus terbaik.
1. 5. Sistematika Penulisan
Tugas Akhir ini dibagi menjadi lima bab yang dibagi menjadi lima
bagian yaitu BAB I yang terdiri dari pendahuluan, BAB II yang berisi
landasan teori, BAB III mengenai metodologi penelitian mengenai
breakdown voltage, BAB IV berisikan hasil pengujian dan analisis, dan
terakhir BAB V sebagai penutup. Pada BAB I terdapat berbagai poin yaitu
antara lain latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. Pada BAB II
akan dibahas mengenai teori-teori penunjang yang digunakan dalam
penulisan Tugas Akhir ini. BAB III akan dijelaskan mengenai metodologi
serta alat-alat apa saja yang digunakan dalam pengujian breakdown
voltage. Pada BAB IV berisikan pembahasan mengenai data hasil
pengujian yang telah dilakukan beserta analisis terhadap besar nilai
tegangan dan arus yang dihasilkan suatu elektrode untuk mencapai
tegangan pra-peluahan serta dampak kerusakan terhadap material
elektrode akibat tegangan pra-peluahan. Untuk BAB V berisi kesimpulan
dan saran dari hasil pengujian guna keperluan penelitian mengenai
breakdown voltage selanjutnya.
.
4
Halaman ini sengaja dikosongkan
5
BAB 2
KEGAGALAN DIELEKTRIK
PADA ISOLASI CAIR
2. 1. Pembangkitan Tegangan Tinggi AC
Untuk pengujian tegangan tembus digunakan tegangan tinggi AC
untuk membangkitkan tegangan tinggi arus bolak balik. Trafo uji yang
digunakan adalah trafo satu fasa.
2. 2. Kekuatan Dielektrik
Pembawa muatan dalam gas yang terdiri dari elektron-elektron
dan ion-ion sangat berpengaruh terhadap proses kegagalan dalam bahan
isolasi gas. Karakteristik pembawa muatan pada gas dipengaruhi oleh
pergerakan molekul. Pembawa muatan ini dapat bergerak bebas karena
pengaruh dari medan listrik. Pembawa muatan pada gas dapat terbentuk
melalui proses ionisasi.Saat terjadinya proses ionisasi, suhu disekitar
elektrode akan naik secara bertahap.Kenaikan suhu ini diakibatkan oleh
pergerakan termal sebuah molekul dalam gas yang tak beraturan.
Kekuatan dielektrik ini tergantung pada sifat atom dan molekul cairan itu
sendiri. Suatu dielektrik tidak mempunyai elektron-elektron bebas.
Misalnya suatu dielektrik ditempatkan diantara duaelektroda kemudian
elektroda diberi tegangan , maka akan timbul medan listrik di dalam
dielektrik. Medan listrik ini akan memberi gaya kepada elektron-elektron
agar terlepas dari ikatannya dan menjadi elektron bebas. Maka dapat
dikatakan bahwa medan listrik merupakan suatu beban yang menekan
dielektrik agar berubah sifat menjadi konduktor. Beban yang dipikul
dielektrik disebut juga terpaan medan listrik. Setiap dielektrik mempunyai
batas kekuatan untuk memikul terpaan listrik. Jika terpaan listrik yang
dipikulnya melebihi batas tersebut dan terpaan berlangsung lama, maka
dielektrik akan menghantar arus atau gagal melaksanakan fungsinya
sebagai isolator. Dalam hal ini dielektrik mengalami tembus listrik atau
breakdown.
Kekuatan dielektrik merupakan ukuran kemampuan suatu material
untuk bisa tahan terhadap tegangan tinggi tanpa berakibat terjadinya
kegagalan. Kekuatan dielektrik ini tergantung pada sifat atom dan
molekul cairan itu sendiri. Namun demikan dalam prakteknya kekuatan
dielektrik tergantung pada material dari elektroda, suhu, jenis tegangan
yang diberikan, gas yang terdapat dalam cairan dan sebagainya yang
6
dapat mengubah sifat molekul cairan. Dalam isolasi cairan kekuatan
dielektrik setara dengan tegangan kegagalan yang terjadi.
2. 3. Flash Point [9]
Flash point adalah suhu yang paling rendah dimana minyak
pelumas harus dipanaskan sebelum terjadi penguapan, ketika dicampur
dengan udara akan menyala (terbakar) tetapi proses pembakarannya tidak
berkelanjutan.
Titik nyala (flash point) dari suatu cairan bahan bakar adalah
temperatur minimum fluida pada waktu uap yang keluar dari permukaan
fluida langsung akan terbakar dengan sendirinya oleh udara di
sekililingnya disertai kilatan cahaya. Titik nyala api (fire point) adalah
temperatur di atas permukaan fluida pada waktu uap yang keluar akan
terbakar secara kontinyu bila nyala api didekatkan padanya.
Titik nyala dapatdiukur dengan jalan melewatkan nyala api pada
pelumas yang dipanaskan secara teratur. Titik nyala merupakan sifat
pelumas yang digunakan untuk prosedur penyimpanan agar aman dari
bahaya kebakaran. Semakin tinggi titik nyala suatu pelumas
berarti semakin aman dalam penggunaan dan penyimpanan. Metode
standar untuk pengukuran titik nyala adalah ASTM D-92.
1. Bahan bakar cair yang mudah menyala (yang punya titik nyala
dibawah 37.8 derajat Celcius dan tekanan uap tidak lebih dari 2.84
kg/cm2), terbagi:
a. Kelas IA, punya titik nyala dibawah 22.8 derajat Celcius dan titik
didih dibawah 37.8 derajat Celcius
b. Kelas IB, punya titik nyala dibawah 22.8 derajat Celcius dan titik
didih sama atau diatas 37.8 derajat Celcius
c. Kelas IC,punya titik nyala sama atau diatas 22.8 derajat Celcius
dan titik didih dibawah 60 derajat Celcius
2. Bahan bakar cair mudah terbakar (yang punya titik nyala sama atau
diatas 37.8 derajat Celcius, terbagi:
a. Kelas IIA, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 derajat Celcius
dan titik didih dibawah 60 derajat Celcius
b. Kelas IIB, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 derajat Celcius
dan titik didih dibawah 93 derajat Celcius
c. Kelas IIC, punya titik nyala sama atau diatas 93 derajat
Celcius.Temperatur terendah di mana campuran senyawa dengan
udara pada tekanan normaldapat menyala setelah ada suatu inisiasi,
misalnya dengan adanya percikan api. Titik nyala dapatdiukur
7
dengan metoda wadah terbuka (Open Cup /OC) atau wadah
tertutup (Closed cup/CC). Nilai yang diukur pada wadah terbuka
biasanya lebih tinggi dari yang diukur dengan metoda wadah
tertutup
2. 4. Pour Point [10]
Pour point adalah merupakan salah satu properti yang menyatakan
suhu terendah dari bahan bakar, dimana minyak tersebut masih dapat
mengalir karena beratnya sendiri. Pour point sangat penting karena
menyangkut kemampuan dari minyak untuk dapat mengalir dalam
saluran pembakaran dan dalam hubungannya dengan waktu penyalaan
mesin pada musim dingin.
2. 5. Teori Kegagalan Isolasi Cair [3]
Karakteristik pada isolasi cair akan berubah jika terjadi
ketidakmurnian di dalamnya. Hal ini akan mempercepat terjadinya proses
kegagalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan isolasi antara
lain adanya partikel padat, uap air dan gelembung gas. Teori kegagalan
zat isolasi cair dapat dibagi menjadi empat jenis sebagai berikut:
1. Teori kegagalan Elektronik
Teori ini merupakan perluasan teori kegagalan dalam gas, artinya
proses kegagalan yang terjadi dalam zat cair dianggap serupa dengan
yang terjadi dalam gas. Oleh karena itu supaya terjadi kegagalan
diperlukan elektron awal yang dimasukkan ke dalam zat cair. Elektron
awal inilah yang akan memulai proses kegagalan. ini merupakan
perluasan dari teori kegagalan pada gas, artinya proses kegagalan yang
terjadi dalam dielektrik cair karena adanya banjiran elektron pada gas.
Pancaran medan elektron dari katoda di asumsikan bertabrakan dengan
atom dielektrik cair. Jika energi medan yang dihasilkan dari tabrakan
sudah cukup besar, sebagian elektron akan terlepas dari atom dan akan
bergerak menuju anoda bersama dengan elektron bebas. Banjiran elektron
ini serupa dengan peluahan yang terjadi pada gas dan peristiwa ini akan
mengawali proses terjadinya kegagalan.
2. Teori kegagalan karena adanya gelembung gas
Kegagalan gelembung atau kavitasi merupakan bentuk kegagalan
yang disebabkan oleh adanya gelembung-gelembung gas didalam isolasi
cair. Gelembung-gelembung udara yang ada dalam cairan tersebut akan
memanjang searah dengan medan. Hal ini disebabkan karena gelembung-
gelembung tersebut berusaha membuat energi potensialnya minimum.
8
Gelembung gelembung yang memanjang tersebut kemudian akan saling
sambung-menyambung dan membentuk jembatan yang akhirnya akan
mengawali proses kegagalan.
Ketidakmurnian misalnya gelembung udara mempunyai tegangan
gagal yang lebih rendah dari zat cair, disini adanya gelembung udara
dalam cairan merupakan awal dari pencetus kegagalan total dari pada zat
cair. Kegagalan gelembung merupakan bentuk kegagalan isolasi cair yang
disebabkan oleh gelembung gelembung gas didalamnya.
3. Teori kegagalan tak murnian padat
Kegagalan tak murnian padat adalah jenis kegagalan yang
disebabkan oleh adanya butiran zat padat (partikel) di dalam isolasi cair
yang akan memulai terjadi kegagalan. Partikel debu atau serat selulosa
yang ada disekeliling isolasi padat (kertas) seringkali ikut tercampur
dengan minyak. Selain itu partikel padat ini pun dapat terbentuk ketika
terjadi pemanasan dan tegangan lebih. Pada saat terjadi medan listrik,
partikel – partikel ini akan terpolarisasi dan membentuk jembatan. Arus
akan mengalir melalui jembatan dan menghasilkan pemanasan local serta
menyebabkan terjadinya kegagalan.
4. Teori kegagalan bola cair
Jika suatu zat isolasi mengandung sebuah bola cair dari jenis
cairan lain, maka dapat terjadi kegagalan akibat ketakstabilan bola cair
tersebut dalam medan listrik. Medan listrik akan menyebabkan tetesan
bola cair yang tertahan di dalam minyak yang memanjang searah medan
dan pada medan yang kritis tetesan ini menjadi tidak stabil. Setelah
menjadi tidak stabil bola air akan memanjang, dan bila panjangnya telah
mencapai dua pertiga celah elektroda maka saluran saluran lucutan akan
timbul sehingga kemudian kegagalan total akan terjadi. air dan uap
terdapat pada minyak, terutama pada minyak yang telah lama digunakan.
Jika terdapat medan listrik, maka molekul uap air yang terlarut memisah
dari minyak dan terpolarisasi membentuk suatu dipole. Jika jumlah
molekul molekul uap air ini banyak, maka akan tersusun semacam
jembatan yang menghubungkan kedua elektroda, sehingga terbentuk
suatu kanal peluahan. Kanal ini akan merambat dan memanjang sampai
terjadi tembus listrik.
2. 6. Minyak Jagung [8]
Minyak Biji jagung mengandung 4.5% minyak, sebagian besar
(85%) pada lembaga. Cara memperoleh minyak jagung adalah dengan
cara pengepresan mekanik dan ekstraksi dengan pelarut. Lembaga yang
9
dihasilkan dari proses penggilingan kering mengandung 25 – 30 %
minyak, sedangkan dari penggilingan basah 45 – 50 %. Minyak dari
lembaga dikeluarkan dengan proses pengepressan mekanik dan atau
ekstraksi pelarut.
Pengepressan mekanik menggunakan ekspeller ulir biasanya
memisahkan sekitar 80 % minyak. Minyak yang tertinggal pada ampas
masih dapat diambil dengan ekstraksi pelarut heksan. Minyak yang
dihasilkan dari lembaga penggilingan kering biasanya lebih baik
dibandingkan dengan dari lembaga penggilingan basah karena lebih pucat
dan lebih sedikit yang hilang selama proses pemurnian. Hasil proses
pengepressan atau ekstraksi pelarut disebut minyak kasar. Minyak kasar
merupakan campuran trigliserida, asam lemak bebas, fosfolipid, sterol,
tokoferol, lilin dan pigmen.
Sebelum digunakan, minyak kasar perlu dimurnikan untuk
memisahkan komponen yang tidak dikehendaki (asam lemak bebas,
fosfolipid, pigmen, komponen aroma dan citarasa). Tahap-tahap
pemurnian minyak kasar adalah deguming, netralisasi (penghilangan
asam lemak bebas), bleaching (pemucatan), dan deodorisasi
(penghilangan aroma). Minyak jagung banyak digunakan sebagai minyak
goreng, minyak salad dan margarin. Proses pemurnian minyak terdiri dari
degumming (memisahkan fosfatida), pencucian alkali (memisahkan asam
lemak bebas, fosfatida, warna), pemucatan (memisahkan pigmen,
fosfolipid), winterisasi (memisahkan lilin) dan deodorisasi (memisahkan
asam lemak bebas, aldehida, keton, komponen lain).
Minyak jagung merupakan sumber asam lemak tidak jenuh seperti
asam linoleat dan linolenat. Kedua asam lemak essensial ini dapat
berperan menurunkan kadar kolesterol darah dan menurunkan risiko
serangan jantung ukoroner. Minyak jagung mengandung tokoferol
(vitamin E). Asam Oleat merupakan asam lemak tak jenuh yang banyak
dikandung dalam minyak jagung. Asam ini tersusun dari 18 atom C
dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10. Selain dalam
Minyak Jagung (55-80%), asam lemak ini juga terkandung dalam miyak
jarak.
10
2. 6. 1. Cara-cara pembuatan minyak jagung
1. Degumming
Degumming dilakukan dengan cara minyak dipanaskan pada suhu
71-82o C dengan penambahan tanah diatomae, ditambah air (1-3%),
kemudian disentrifugasi dan dikeringkan dengan alat pengering vakum.
2. Pemurnian (netralisasi)
Pemurnian dilakukan dengan cara penambahan NaOH atau KOH.
Reaksi yang terjadi adalah: R-CO-OH (asam lemak bebas)+ NaOH R-
CO-O-Na (sabun) + H20 Sabun dipisahkan dengan sentrifugasi.
Efektivitas pemisahan sabun tergantung pada perbedaan densitas sabun
dan minyak, suhu (semakin tinggi suhu maka pemisahan semakin baik),
viskositas, besarnya gaya sentrifugal dan lama proses sentrifugasi. Jika
ada sabun yang tersisa, maka minyak dipanaskan sampai 82o C,
kemudian ditambah air lunak 93o C (15% dari minyak) sehingga sabun
akan larut dalam air, dan minyak kemudian dipisahkan dari air.
3. Pemucatan
Pemucatan dilakukan untuk memisahkan pigmen dan sabun yang
tersisa. Minyak ditambah bleaching clay (alumunium silikat) kemudian
dipanaskan pada suhu 105o C dalam keadaan vakum, sehingga air akan
menguap dan pigmen serta sabun akan diserap clay filtrasi dengan tanah
diatomae.
4. Pemisahan lilin (wintwerisasi)
Wintwerisasi dilakukan dengan cara minyak didinginkan pada
suhu kurang dari 4o C dan disaring dengan tanah diatomae. Jika minyak
akan dihidrogenasi, winterisasi tidak diperlukan.
5. Deodorisasi
Deodorisasi dilakukan untuk memisahkan komponen volatil
(tokoferol, viterol, asam lemak bebas, gas terlarut, dan komponen cita
rasa). Minyak dipanaskan 41 pada suhu 232 C pada keadaan vakum
kemudian uap air panas disemprotkan. Untuk mengikat logam dapat
ditambahkan dengan asam sitrat. Minyak jagung merupakan minyak yang
kaya akan asam lemak tidak jenuh, yaitu asam linoleat dan linolenat.
Kedua asam lemak tersebut dapat menurunkan kolesterol darah dan
menurunkan resiko serangan jantung koroner. Minyak jagung juga kaya
akan tokoferol (Vitamin E) yang berfungsi untuk fungsi stabilitas
terhadap ketengikan. Didalam minyak jagung terdapat vitamin-vitamin
yang terlarut yang dapat digunakan juga sebagai bahan non-pangan yaitu
obat-obatan. Minyak jagung dapat digunakan sebagai alternatif untuk
11
pencegahan penyakit jantung koroner. Tetapi pemanfaatan jagung di
Indonesia untuk di produksi menjadi minyak jagung masih rendah.
Sifat yang stabil dan mudah di padatkan yang dimiliki oleh minyak
jagung memberikan keuntungan bagi produsen untuk mendiversifikasi
atau mengembangkan minyak jagung ke dalam bentuk lain bukan hanya
dalam bentuk cair saja. Walaupun minyak jagung memiliki kestabilan
oksidasi yang lebih tinggi di bandingkan minyak kelapa sawit tetapi para
peneliti masih terus meneliti cara
meningkatkan kestabilan oksidasi dengan cara hodrogenasi
parsial, hidrogenasi parsial efektif digunakan untuk mengingkatkan
stabilitas oksidatif. Di daerah Cina
minyak jagung sudah menjadi minyak goreng yang komersial
selain minyak lobak dan minyak biji kapas. Dilihat dari komposisi yang
terdapat pada minyak jagung dapat digunakan sebagai minyak yang
mengandung asam lemak jenuh yang tinggi yang apabila di konsumsi
dengan kadar tertentu tidak interndengan tubuh. Berdasarkan kandungan
dari minyak jagung, banyak orang memilihnya karena dalam minyak
jagung tidak terdapat kandungan karbohidrat dan mengandung protein
dan vitamin, terutama vitamin E. Selain itu pada dasarnya, minyak jagung
terdiri dari asam lemak tak jenuh dan terdapat sejumlah kalori yang
berasal dari lemak tersebut, tidak seperti jenis minyak lainnya, di dalam
minyak jagung ini tidak ditemukannya kandungan mineral yang berupa
zat besi ataupun kalsium. Manfaat minyak jagung dari sisi kesehatan
yaitu, minyak jagung mengandung lemak tak
jenuh dalam jumlah yang sangat tinggi. Lemak tersebut berupa
Monounsaturated fats dan Polyunsaturated fats berguna membantu
mencegah masalah jantung, mengontrol kadar kolesterol dalam darah,
sekaligus dapat mencegah mengurangi resiko kardiovaskular, serangan
jantung dan juga stroke. Manfaat lain yaitu, minyak jagung mengandung
lemak trans dalam jumlah sedikit. Lemak trans sendiri merupakan lemak
jahat penyebab utama beragam penyakit kardiovaskular dan
meningkatkan potensi serangan jantung, selain itu juga dapat memicu
tumbuhnya sel kanker payudara. Manfaat lainnya, yaitu minyak jagung
mengandung
Vitamin E dalam jumlah yang sangat tinggi, dimana hal ini
menguntungkan bagi tubuh manusia, karena kandungan antioksidan
mampu mencegah dan memperlambat proses penuaan dini serta
menangkal radikal bebas dan kemampuannya dalam meningkatkan
kekebalan tubuh. Pemberian minyak jagung yang mengandung lebih
12
banyak asam lemak tak jenuh dapat mengurangi kenaikan kadar kolestrol,
trigliserida, LDL dan menaikkan kadar HDL. Hal ini disebabkan salah
satu faktor yang dapat menurunkan kolesterol darah adalah mengganti
asam lemak jenuh dengan asam lemak ikatan rangkap banyak. Adapun
berbagai macam
komposisi pemberian minyak jagung beserta manfaatnya yaitu
penggantian minyak kelapa 75 % (9,375 ml) dengan minyak jagung dapat
mengurangi kenaikan kadar kolesterol dan LDL darah kelinci (p<0,05).
Sedangkan komposisi yang kedua dengan penggantian minyak kelapa
100 % (12,5 ml) dengan minyak jagung dapat mengurangi kenaikan kadar
kolesterol, LDL, trigliserida dan menambah kenaikan kadar HDL darah
kelinci (p<0,05). Berdasarkan kedua macam komposisi yang ada yang
paling baik digunakan dengan penggantian 100% karena selain
menurunkan kadar kolestrol dalam darah juga menurunkan LDL dalam
tubuh.
Gambar 2.1. Minyak jagung yang digunakan pada pengujian
13
2. 6. 2. Jagung [7]
Jagung termasuk tanaman berumah satu (Monoecioes) dan
tergolongdalam famili rumput-rumputan (Gramineae). Tanaman ini
berasal dari daratan Amerika dan menyebar ke daerah sub-tropis dan
tropis termasuk Indonesia. Saat ini, negara-negara yang memiliki lading
jagung yang luas adalah Amerika Serikat, Brasil, Cina, Mexico,
Yugoslavia, Rumania, Argentina dan Afrika Selatan.
Berdasarkan bentuk biji dan kandungan endospermnya, jagung
dikelompokkan menjadi tujuh jenis. Jenis atau tipe jagung di Amerika
Serikat adalah :
(1) Jagung gigi kuda (Zea mays indentata),
(2) Jagung mutiara (Zea mays indurata),
(3) Jagung bertepung (Zea mays amylacia),
(4) jagung brondong (Zea mays everta),
(5) Jagung manis (Zea mays sachrata),
(6) Jagung berlilin (Zea mays ceratina) dan
(7) Jagung polong (Zea mays aunicula).
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang berasal dari
daratan Amerika kemudian menyebar ke daerah subtropik dan tropik
termasuk Indonesia. Jagung merupakan tanaman berumah satu
(monoecioes) dan termasuk famili rumput-rumputan (Gramineae).
Tongkol jagung merupakan gudang penyimpanan cadangan
makanan. Tongkol ini bukan hanya tempat pembentukan lembaga tetapi
juga merupakan tempat menyimpan pati, protein, minyak/lemak dan
hasil-hasil lain untuk persediaan makanan dan pertumbuhan biji. Panjang
tongkol bervariasi antara 8-42 cm dan biasanya dalam satu tongkol
mengandung sekitar 300-1000 biji jagung. Biji jagung berbentuk bulat-
bulat atau gigi kuda bergantung varietasnya. Warna biji jagung juga
bervariasi dari putih sampai dengan kuning. Jagung kuning lebih banyak
ditemukan dibandingkan dengan jagung putih. Jagung mempunyai
beberapa subspecies yaitu :
1. Soft Corn (Zea mays amylacea)
Jagung ini disebut juga jagung tepung. Jenis ini banyak ditanam di
Amerika Serikat, Kolumbia, Peru, Bolivia, dan Afrika Selatan. Biji
jagung ini hampir seluruhnya mengandung pati yang lunak.
2. Pod Corn (Zea mays tunicate)
Jagung ini mempunyai kulit yang menutupi bijinya, yang tidak
terdapat pada jagung jenis lain. Dengan demikian maka jagung ini
14
menjadi tahan lama dan daya kecambahnya tetap baik. Jagung ini tidak
ditanam di Indonesia.
3. Pop corn ( Zea mays everata)
Pop corn atau jagung berondong mempunyai biji berbentuk agak
runcing, kecil dan keras, berwarna kuning, atau putih. Kalau dibakar
bijinya meletus. Tongkol jagung ini umumnya berukuran kecil.
4. Flint corn (Zea mays indurate).
Flint corn atau jagung mutiara memiliki ukuran biji sedang.
Bagian atas biji jagung berbentuk bulat dan tidak berlekuk, serta hampir
seluruhnya mengandung lapisan tepung yang keras. Biji jagung berwarna
putih, kuning atau merah. Jagung ini agak tahan terhadap serangan hama
bubuk, sehingga lebih tahan kalau dismpan. Di Indonesia jagung ini
cukup disukai. Jagung ini banyak ditanam di Eropa, Asia, Amerika
Tengah dan Amerika Selatan.
5. Dent corn (Zea mays indentata)
Dent corn disebut juga jagung gigi kuda, karena bentuknya seperti
gigi kuda. Biji jagung jenis ini mempunyai lekukan pada bagian atas.
Lekukan ini terjadi karena pengerutan lapisan tepung yang lunak ketika
biji mengering. Jaung jenis ini umumnya kurang tahan terhadap hama
bubuk.
6. Sweet Corn (Zea mays sacharata).
Sweet corn atau jagung manis mempunyai rasa yang manis dan
bila dikeringkan bijinya menjadi keriput. Jagung jenis ini sering dipanen
waktu masih muda untuk direbus atau dibakar.
7. Waxy corn (Zea mays ceratina).
Waxy corn memiliki biji yang menyerupai lilin. Molekul pati
jagung jenis ini berbeda dari molekul pati jenis lain. Pati waxy corn mirip
glikogen dan menyerupai tepung tapioka. Jagung jenis ini tidak ditanam
di Indonesia, kebanyakan tersebar di Asia Timur antara lain Myanmar,
Filipina, Cina sebelah Timur dan Mansuria. Jenis jagung yang banyak
ditanam di Indonesia adalah jagung gigi kuda, jagung mutiara, jagung
berondong dan jagung manis. Jenis jagung yang penting sebagai makanan
pokok adalah jenis jagung gigi kuda dan jagung mutiara.
2. 7. Minyak Sintetis
Minyak sintetis terdiri dari senyawa kimia buatan. Minyak sintetis
dapat diproduksi dengan menggunakan komponen minyak bumi yang
dimodifikasi secara kimia daripada minyak mentah utuh, tetapi juga dapat
disintesis dari bahan baku lainnya. Minyak sintetis digunakan sebagai
15
pengganti pelumas dari minyak bumi ketika beroperasi di temperatur
yang ekstrem, minyak sintetis yang digunakan adalah minyak trafo.
Minyak trafo merupakan bahan isolasi cair [12], minyak ini secara luas
digunakan sebagai bahan dielektrik pada berbagai peralatan tenaga seperti
transformator, circuit breaker, switchgear, kabel daya, dan lain-lain.
Sebagai bahan dielektrik minyak trafo dapat berfungsi ganda. Fungsi
utama adalah sebagai media isolasi diantara bagian-bagian yang
rnengandung beda potensial agar tidak terjadi lompatan listrik (flash-
over), dan fungsi lainnya sebagai media pendingn pada trafo, kabel daya,
atau sebagai media pemadam busur api pada circuit breaker. Minyak trafo
mineral tersusun atas senyawa utama hidrokarbon yang terdiri atas
senyawa hidrokarbon parafanik, senyawa hidrokarbon naftenik dan
senyawa hidrokarbon aromatik. Selain ketiga senyawa itu masih
mengandung senyawa tambahan zat aditif yang kandungannya kecil yang
berguna untuk meningkatkan pengaruh oksidasi, penyerapan gas, dan
sebagainya.
Ada beberapa alasan mengapa bahan isolasi cair secara luas
digunakan pada beberapa peralatan yaitu diantaranya bahan isolasi cair
memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan bahan isolasi gas,
sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi, bahan isolasi
cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi, bahan isolasi dapat
menghilangkan panas yang timbul akibat rugi-rugi energi, dan bahan
isolasi cenderung akan memperbaiki sifatnya jika terjadi pelepasan
muatan. Bahan isolasi cair ideal adalah mepunyai nilai-nilai yang tinggi
untuk kekuatan dielektrik, volume resistivitas, panas jenis, dan
konduktivitasnya. Disamping itu bahan isolasi harus rnemiliki nilainilai
yang rendah untuk faktor kerugian, kerapatan, dan kekentalan. Bahan
isolasi cair juga harus memiliki sifat tidak menimbulkan korosi, tidak
rnudah menyala, tidak beracun, dan kestabilan kimia. Ketika bahan isolasi
(bahan dielehrik) cair tersebut digunakan pada peralatan listrik maka
bahan dielektrik tersebut akan dikenai tekanan tekanan baik berupa
tekanan elektrik maupun panas. Setiap bahan dielektrik memiliki batas
kekuatan untuk memikul tekanan elektrik. Jika tekanan elektrik yang
dipikul oleh bahan dielektrik melampaui batas kemampuannya maka
bahan dielektrik akan menghantarkan arus dan mengalami kegagalan
sebagai isolator.Kernampuan bahan dielektrik untuk memikul tekanan
elektrik tertingg tanpa menirnbulkan tembus listrik disebut kekuatan
dielektrik. Adanya bahan-bahan material lain yang terkandung dalam
bahan isolasi cair seperti oksigen, air, endapan, kotoran kotoran hasil
16
dekomposisi bahan padat, dapat menimbulkan degradasi kekuatan bahan
dielektrik cair. Penurunan kekuatan dielektrik berdampak padapenurunan
tingkat kegagalan isolasi. Pada minyak terpakai penurunan tingkat
kegagalan isolasi harus dijaga agar tidak melebihi batas yang diizinkan.
Pada transformator, minyak trafo berguna untuk menyekat diantara
bagian-baglan yang memiliki beda potensial agar tidak menimbulkan
loncatan listrik atau busur api. Disamping itu minyak trafo berguna juga
sebagai media pendingin pada inti dan kumparan trafo akibat rugi-rugi
energi, sehingga trafo dapat beroperasi secara optimal dengan efisiensi
yang tinggi. Kemurnian minyak trafo merupakan har terpenting untuk
menj aga kekuaran dielektrik minyak, namun pada prakteknya kemurnian
minyak isolasi akan terganggu oleh berbagai penyebab seperti pada
proses pernapasan trafo dimana udara lembab akan masuk kedalam
minyak trafo sehingga menimbulkan gelembung-gelembung air,
pemakaian trafo pada suhu tinggi pada waktu lama, menimbulkan penua,
berakibat warna minyak menjadi lebih gelap dikarenakan pembentukan
asam dan resin atau endapan. Sebagian besar asam dapat mengakibatkan
korosi pada buganbagian transformator seperti pada bagian isolasi padat
transformator atau bagan bagian metal transformator. Tumpukan
tumpukan endapan atau kotoran pada inti, kumparan akan menurunkan
sirkulasi minyak yang dapat menimbulkan penurunan transfer panas.
Keberadaan zat-zat kontaminan seperti gelembung air, gerembung udara,
gas terlarut, endapan-endapan atau kotoran-kotoran, debu, dan seb
againya pada minyak isolasi sudah tentu akan mengakibatkan degradasi
kekuatan bahan isolasi minyak, sehingga menimbulkan penurunan tingkat
tegangan kegagalan isolasi .
2. 8. Prosedur Pengujian
Prosedur pegujian yang harus diperhatikan sebelum melakukan
pengujian isolasi cair menurut IEC 156 adalah:
a. Persiapan Sampling
Sebelum mengisi kotak uji, minyak harus dipanaskan untuk
memastikan minyak tercampur dengan baik.
b. Pengisian Kotak Uji
Sebelum melaksanakan pengujian, bersihkan kotak uji, dinding-
dindingnya, elektroda dan komponen lainnya. Kemudian tuang minyak
kedalam kotak uji secara perlahan.
c. Pemberian Tegangan
17
Berikan tegangan pada elektroda dengan kenaikan yang seragam
dimulai dari 0 V sampai sekitar 30 kV sampai timbul tegangan tembus
d. Pencatatan data
Lakukan 5 kali percobaan tembus pada kotak uji yang sama.
e. Laporan
Data yang dimasukkan dalam laporan adalah hasil dari nilai rata-
rata dari 5 kali percobaan yang sudah dilakukan.
18
Halaman ini sengaja dikosongkan
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
MENGENAI TEGANGAN TEMBUS
3. 1. Metode Studi
Pada penulisan Tugas Akhir ini,studi terhadap tegangan tembus
akan dilaksanakan dengan metodologi seperti pada gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1. Diagram alir metodologi
Start
Studi Literatur
Pengujian dan Pengambilan Data
Analisis dan Pemrosesan Hasil
Penarikan Kesimpulan
Selesai
20
Seperti yang terlihat pada gambar 3.1, penulisan Tugas Akhir ini
akan dimulai dengan melakukan studi literatur. Studi literatur yang
dilakukan bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai pengujian tegangan tembus. Adapun proses studi literatur
diambil berdasarkan jurnal-jurnal keilmiahan internasional dan buku
mengenai breakdown voltage. Setelah melakukan studi literatur tahap
selanjutnya dari penulisan Tugas Akhir ini adalah menentukan desain
penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan perancangan percobaan
mengenai tegangan tembus sesuai dengan permasalahan yang ingin
dipecahkan.
Tujuan awal dari pemilihan judul Tugas Akhir ini adalah
mengetahui pengaruh dari minyak jagung dan minyak campuran yang
komposisinya terdiri dari minyak jagung dan minyak sintetis sebagai
isolasi cair dengan menggunakan sumber tegangan AC. Setelah tahap
menentukan desain penelitian, tahap selanjutnya dari penulisan Tugas
Akhir ini adalah melakukan pengujian tegangan tembus. Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan oleh universitas di semarang. dengan
menggunakan minyak kelapa murni nilai tegangan tembus didapatkan
29,17 kV pada jarak sela 2,5 mm. Elektrode yang digunakan pada
pengujian pada Tugas Akhir ini disesuaikan dengan standar IEC 156 [3].
Elektrode yang digunakan pada pengujian Tugas Akhir ini elektrode
setengah bola dan dengan jarak sela 2,5 mm. Setelah dilakukan pengujian,
maka tahap selanjutnya adalah analisis dari data hasil pengujian. Pada
tahap ini data-data yang didapat akan dianalisis berdasarkan dasar teori
penunjang agar didapatkan suatu kesimpulan dari penulisan Tugas Akhir
ini. Kesimpulan yang didapat diharapkan mampu memecahkan
permasalahan dan dapat digunakan sebagai referensi terhadap pengujian
tegangan tembus selanjutnya. Pembuatan laporan dilakukan setelah
semua proses analisis dan penarikan kesimpulan selesai dilakukan.
3. 2. Persiapan Pengujian
Penulisan Tugas Akhir ini menggunakan beberapa peralatan listrik
serta elektrode yang dibutuhkan untuk melakukan pengujian tegangan
tembus. Elektro yang digunakan adalah elektrode setengah bola dari
bahan jenis kuningan.Elektrode tersebut dalam pengujian nantinya akan
dimasukkan ke dalam kotak uji yang berisi minyak jagung dan campuran
Pada pengujian Tugas Akhir ini elektrode setengah bola dipasang dengan
jarak sela 2,5 mm. Pengujian yang dilakukan pada Tugas Akhir ini
menggunakan pembangkitan tegangan tinggi AC.
21
Hal yang pertama kali dilakukan dalam pengujian ini adalah
membuat rangkaian pembangkitan tegangan tinggi AC. Setelah rangkaian
pengujian telah dipasang maka tahap selanjutnya adalah memasang
elektrode yang akan diuji. Selanjutnya mulai lakukan pengujian dengan
mengatur test method dari control box pada posisi AC. Jangan lupa
tempatkan transformator pengatur tegangan pada kedudukan 0%. Pada
bagian lain tempatkan master switch di bagian belakang pada kedudukan
I. Langkah selanjutnya adalah putar saklar kunci kontak hingga tombol
cendawan terangkat sedikit dan tarik kuncinya setelah itu. Tekan tombol
warna hijau pada kiri bawah panel control box. Untuk mengatur tegangan
yang diinginkan dapat dilakukan pada kVmeter. Bila sampai terdengar
suara mendesis yang berarti telah muncul tegangan tembus. Tekan tombol
berpendar merah yang ada pada bagian bawah panel depan untuk
melakukan pemadaman instalasi.
Gambar 3.2. Control box yang digunakan dalam pengujian
Control box yang digunakan dalam pengujian ini merupakan
control box analog dengan nilai tegangan maksimal yang terukur sebesar
100 kV. Sedangkan nilai arus maksimal yang dapat dilihat pada contol
box ini adalah sebesar 40 A. Contol box ini dapat dioperasikan secara AC
maupun DC serta polaritasnya dapat diubah menjadi positif atau negatif.
Sumber referensi literatur yang digunakan oleh penulis meliputi
jurnal keilmiahan dan buku yang dirilis dalam skala nasional maupun
internasional. Diharapkan dari proses studi literatur ini akan
memunculkan gagasan dan gambaran awal mengenai breakdown voltage
yang selanjutnya dapat diaplikasikan dalam prosespengambilan data.
22
Sumber literatur yang sudah dipelajari juga dapat digunakan dalam
pengambilan kesimpulan dari data yang didapat pada proses pengujian.
Gambar 3.3. Kotak uji yang digunakan dalam pengujian.
Kotak uji yang digunakan dalam pengujian ini merupakan kotak
uji horizontal. Seperti yang sudah dijabarkan diatas bahwa pengujian
Tugas Akhir ini menggunakan elektrode setengah bola dari bahan jenis
kuningan. Pada tahap ini penulis melakukan studi dan penambahan
wawasan mengenai pengujian tegangan tembus. Studi yang dilakukan
penulis meliputi apa saja yang dapat menyebabkan pengaruh. Sumber
referensi literatur yang digunakan oleh penulis meliputi jurnal keilmiahan
dan buku yang dirilis dalam skala nasional maupun internasional.
Diharapkan dari proses studi literatur ini akan memunculkan gagasan dan
gambaran awal mengenai pengujian tegangan tembus minyak campuran
23
yang selanjutnya dapat diaplikasikan dalam proses pengambilan data.
Sumber literatur yang sudah dipelajari juga dapat digunakan dalam
pengambilan kesimpulan dari data yang didapat pada proses pengujian.
3. 3. Pengujian dan Pengambilan Data
Pada tahap pengujian dan pengambilan data, metode pengujian
yang dilakukan oleh penulis berdasarkan pada tujuan awal dari penulisan
Tugas Akhir ini. Elektrode yang digunakan pengujian ini elektroda
setengah bola. Untuk materi bahan dari elektrode yaitu kuningan.untuk
masing-masing jenis minyak dibagi 3 yaitu minyak jagung, minyak
sintetis dan minyak campuran. Untuk minyak jagung 100 % mempunyai
nilai rata-rata tegangan 11,6 kV , untuk minyak sintetis 100 % mempunyai
nilai rata-rata tegangan 15,2 kV dan minyak campuran 50:50 mempunyai
nilai rata-rata tegangan 9,2 kV. Dari studi literatur didapatkan suatu teori
yang mengatakan bahwa minyak yang layak dijadikan isolasi cair
memiliki nilai tegangan 30 kV/2,5 mm sesuai “SPLN 49-1” [1]. Dari teori
tersebutlah maka penulis melakukan pengujian dengan minyak nabati
jenis minyak jagung dan mencampurnya dengan minyak sintetis
Parameter data yang diambil pada pengujian Tugas Akhir ini adalah
berapa besar nilai tegangan pada timbulnya tegangan tembus . Untuk
besar tegangan akan muncul pada control box pada ruang operator.
Berikut dibawah ini akan ditampilkan gambar proses pengujian.
Gambar 3.4. Pengujian minyak jagung
24
Gambar diatas adalah salah satu proses pengujian dengan minyak
jagung.Kabel merah merupakan media penyalur daya sedangkan kabel
kuning merupakan grounding. Setelah saklar kunci diputar dan tombol
hijau ditekan maka tunggu proses hingga muncul suara tegangan tembus.
Gambar 3.5. Pengujian minyak campuran
Gambar diatas adalah salah satu proses pengujian dengan
menggunakan minyak campuran. Proses pengujian sama seperti pada
pengujian sebelumnya yaitu menunggu hingga timbul tegangan tembus.
Proses pengambilan data sama seperti pada pengujian sebelumnya.
Setelah tercapai tegangan tembus, maka catat nilai tegangan. Data yang
didapat pada proses pengujian yaitu besar nilai tegangan tembusnya.
Setelah semua data pengujian telah lengkap maka tahap selanjutnya
adalah menganalisa tren nilai tegangan.
3. 4. Analisis Hasil
Analisis hasil yang dilakukan antara lain meliputi pengaruh
minyak jagung,minyak sintetis dan analisa tren tegangan. Setelah melalui
tahap analisis hasil maka dapat ditarik suatu kesimpulan dari pengujian
yang telah dilakukan. Kesimpulan yang didapat berdasarkan pada hasil
data dan teori-teori penunjang. Kesimpulan yang didapat diharapkan
mampu memecahkan permasalahan dan dapat digunakan sebagai
25
referensi terhadap penelitian selanjutnya. Pembuatan laporan dilakukan
setelah semua proses analisis dan penarikan kesimpulan selesai
dilakukan.
26
Halaman ini sengaja dikosongkan
27
BAB 4
HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS
4. 1. Persiapan Pengujian dan Metode
Pada bab ini akan dibahas mengenaipersiapan, simulasi pengujian,
hasil serta analisis breakdown voltage. Analisis dilakukan dengan
pembahasan per grafik dengan melihat data yang sudah ada serta merujuk
pada teori-teori yang bersangkutan. Data tersebut didapatkan setelah
serangkaian pengujian yang sudah dilakukan.
Sebelum melakukan analisis maka akan ditampilkan terlebih
dahulu proses pengujian yang telah dilakukan. Pengujian yang dilakukan
menggunakan rangkaian AC. Pengujian yang dilakukan meliputi
pengaruh bahan jenis, bentuk, dan ukuran electrode terhadap breakdown
voltage. Jenis bahan yang digunakan dalam pengujian Tugas Akhir ini
adalah kuningan, baja, dan aluminium. Untuk bentuk elektrode yang
digunakan pada pengerjaan Tugas Akhir ini adalah setengah bola.
Sedangkan untuk jarak antar electrode 2,5 mm. pengujian untuk
mendapatkan data nilai tegangan tembusnya.
Hal yang pertama kali dilakukan dalam pengujian ini adalah
membuat rangkaian pembangkitan tegangan tinggi AC. Setelah rangkaian
pengujian telah dipasang maka tahap selanjutnya adalah memasang
elektrode setengah bola yang akan diuji dengan bahan jenis yang terbuat
dari kuningan. Selanjutnya mulai lakukan pengujian dengan mengatur test
method dari control box pada posisi AC. Jangan lupa tempatkan
transformator pengatur tegangan pada kedudukan 0%. Pada bagian lain
tempatkan master switch di bagian belakang pada kedudukan I.
Langkah selanjutnya adalah putar saklar kunci kontak hingga
tombol cendawan terangkat sedikit dan tarik kuncinya setelah itu. Tekan
tombol warna hijau pada kiri bawah panel control box. Untuk mengatur
tegangan yang diinginkan dapat dilakukan pada kV meter. Bila sampai
terdengar suara percikan yang berarti telah muncul tegangan tembus lalu
catat nilai tegangan dan diulang 5 kali . Tekan tombol berpendar merah
yang ada pada bagian bawaah panel depan untuk melakukan pemadaman
seluruh instalasi.Setelah serangkaian pengujian yang sudah dilakukan dan
data yang dibutuhkan sudah lengkap, maka tahap selanjutnya adalah
analisis hasil. Analisis hasil yang dilakukan berdasarkan teori-teori
penunjang yang ada pada literatur-literatur yang terkait.
Adapun literatur yang digunakan merupakan gabungan dari
beberapa buku dan jurnal ilmiah baik yang diterbitkan di dalam negeri
28
maupun internasional. Pada sub bab dibawah ini akan dibahas analisis
hasil dari data yang sudah didapatkan.
4. 2. Hasil Pengambilan Data
Berikut adalah tabel yang berisi data statistik hasil dari pengujian
tegangan tembus dengan beberapa variasi komposisi minyak campuran :
Tabel 4.1. Data Pengujian
No Jagung
(%)
Sintesis
(%)
Rata-rata
Hasil Uji
(kV)
1 100 0 11,6
2 70 30 5,88
3 50 50 9,2
4 30 70 12,4
5 0 100 15,2
Gambar 4.1. Grafik tegangan tembus minyak campuran
11.6
5.88
9.2
12.4
15.2
100 70 50 30 0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 30 50 70 100
Komposisi Minyak Jagung(%)
Tega
nga
n T
em
bu
s
Komposisi Minyak Sintetis(%)
Rata-rata hasil uji (kV) Rata-rata hasil uji (kV)
29
Data diatas merupakan data rata-rata hasil pengujian yang sudah
dilakukan di laboratorium tegangan tinggi. Untuk analisis yang dilakukan
adalah minyak dengan bahan jenis minyak jagung dan campuran. Dari
data yang ditampilkan, komposisi minyak jagung 100 % memiliki nilai
tegangan tembus 11,6 kV, pada saat diberi campuran minyak sintetis
dengan perbandingan minyak jagung 70 % dan minyak sintetis 30%
menjadi 5,88 kV. Hal ini disebabkan pada saat terjadi pencampuran antara
minyak sintetis 70% dan minyak jagung 30% kualitas minyak campuran
tersebut turun. Struktur ikatan kimia yang ada pada minyak tersebut tidak
koheren, sehingga stabilitas dielektrik menjadi turun. Dengan komposisi
50% minyak jagung dan 50% minyak sintetis tegangan tembusnya
bernilai 9,2 kV, lalu perbandingan minyak jagung 30% dan minyak
sintetis 70% nilai tegangan tembusnya menjadi 12,4 kV. Dan terakhir
dengan komposisi minyak sintetis 100 % meningkat menjadi 15,2 kV,
paling tinggi nilainya dibanding komposisi lainnya dan menjadi
komposisi terbaik diantara perbandingan lainnya. Hal ini karena
dielektrik minyak jagung lebih buruk dibanding minyak sintetis dan
menyebabkan kegagalan isolasi atau tegangan tembus yang rendah [11].
4. 2. 1. Komposisi Minyak Jagung 100%
Berikut dibawah ini merupakan tabel data hasil uji yang
menunjukkan hasil pengujian pada minyak jagung 100 persen.
Tabel 4.2. Minyak Jagung 100%
No Elektroda (Jarak 2,5mm) Breakdown (kV)
1 Setengah Bola 14
2 Setengah Bola 12
3 Setengah Bola 12
4 Setengah Bola 10
5 Setengah Bola 10
30
Gambar 4.2. Grafik hasil data minyak jagung 100%
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa nilai breakdown voltage
dari minyak jagung tersebut setelah melalui 5 kali percobaan mengalami
penurunan dari 14 kV menurun hingga 10 kV. Penurunan nilai breakdown
voltage diakibatkan karena kekuatan isolasi minyak jagung tersebut sudah
tidak bagus karena minyaknya mengalami penurunan kualitas akibat
breakdown voltage karena pengujian pertama.
4. 2. 2. Komposisi Minyak Jagung 70% dan Minyak Sintesis 30%
Berikut dibawah ini merupakan tabel data hasil uji yang
menunjukkan hasil pengujian pada minyak jagung 70 persen dan minyak
sintesis 30 persen.
Tabel 4.3. Minyak Campuran Minyak Jagung (70) : Minyak Sintesis (30)
No Elektroda (Jarak 2,5mm) Breakdown (kV)
1 Setengah Bola 6
2 Setengah Bola 6
3 Setengah Bola 6
4 Setengah Bola 5,7
5 Setengah Bola 5,7
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5
Tega
nga
n T
emb
us
(kV
)
Percobaan ke -
31
Gambar 4.3. Grafik hasil data minyak campuran minyak jagung (70) :
minyak sintesis (30)
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa nilai breakdown voltage
dari minyak tersebut setelah melalui 5 kali percobaan mengalami
penurunan dari 6 kV menurun hingga 5.7 kV. Penurunan nilai breakdown
voltage diakibatkan karena kekuatan isolasi minyak jagung tersebut sudah
tidak bagus karena minyaknya mengalami penurunan kualitas akibat
breakdown voltage karena pengujian pertama.
4. 2. 3. Komposisi Minyak Jagung 50% dan Minyak Sintesis 50%
Berikut dibawah ini merupakan tabel data hasil uji yang
menunjukkan hasil pengujian pada minyak jagung 50 persen dan minyak
sintesis 50 persen.
Tabel 4.4. Minyak Campuran Minyak Jagung (50) : Minyak Sintesis (50)
No Elektroda (Jarak 2,5mm) Breakdown (kV)
1 Setengah Bola 10
2 Setengah Bola 10
3 Setengah Bola 10
4 Setengah Bola 8
5 Setengah Bola 8
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
6
6.1
1 2 3 4 5
Tega
nga
n T
emb
us
(kV
)
Percobaan ke -
32
Gambar 4.4. Grafik hasil pengujian dengan komposisi minyak jagung
50% dan minyak sintesis 50%
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa nilai breakdown voltage
dari minyak jagung tersebut setelah melalui 5 kali percobaan mengalami
penurunan dari 10 kV menurun hingga 8 kV. Penurunan nilai breakdown
voltage diakibatkan karena kekuatan isolasi minyak jagung tersebut sudah
tidak bagus karena minyaknya mengalami penurunan kualitas akibat
breakdown voltage karena pengujian pertama.
4. 2. 4. Komposisi Minyak Jagung 30% dan Minyak Sintesis 70%
Berikut dibawah ini merupakan tabel data hasil uji yang
menunjukkan hasil pengujian pada minyak jagung 30 persen dan minyak
sintesis 70 persen.
Tabel 4.5. Minyak Campuran Minyak Jagung (30) : Minyak Sintesis (70)
No Elektroda (Jarak 2,5mm) Breakdown (kV)
1 Setengah Bola 14
2 Setengah Bola 14
3 Setengah Bola 12
4 Setengah Bola 12
5 Setengah Bola 10
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5
Tega
nga
n T
emb
us
(kV
)
Percobaan ke -
33
Gambar 4.5. Grafik hasil pengujian dengan komposisi minyak jagung
30% dan minyak sintesis 70%
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa nilai breakdown voltage
dari minyak jagung tersebut setelah melalui 5 kali percobaan mengalami
penurunan dari 14 kV menurun hingga 10 kV. Penurunan nilai breakdown
voltage diakibatkan karena kekuatan isolasi minyak tersebut sudah tidak
bagus karena minyaknya mengalami penurunan kualitas akibat
breakdown voltage karena pengujian pertama.
4. 2. 5. Komposisi Minyak Sintesis 100%
Berikut dibawah ini merupakan tabel data hasil uji yang
menunjukkan hasil pengujian pada minyak sintesis 100 persen.
Tabel 4.6. Minyak Sintesis (100%)
No Elektroda (Jarak 2,5mm) Breakdown (kV)
1 Setengah Bola 16
2 Setengah Bola 16
3 Setengah Bola 15
4 Setengah Bola 15
5 Setengah Bola 14
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5
Tega
nga
n T
emb
us
(kV
)
Percobaan ke -
34
Gambar 4.6. Grafik hasil pengujian dengan komposisi minyak sintesis
100%
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa nilai breakdown voltage
dari minyak tersebut setelah melalui 5 kali percobaan mengalami
penurunan dari 16 kV menurun hingga 14 kV. Penurunan nilai breakdown
voltage diakibatkan karena kekuatan isolasi minyak sintetis tersebut
sudah tidak bagus karena minyaknya mengalami penurunan kualitas
akibat breakdown voltage karena pengujian pertama.
13
13.5
14
14.5
15
15.5
16
16.5
1 2 3 4 5
Tega
nga
n T
emb
us
(kV
)
Percobaan ke -
35
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari pengujian yang
telah dilakukan mengenai breakdown voltage, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Nilai rata-rata tegangan tembus pada pengujian minyak
jagung 100 % sesuai IEC 156 sebesar 11,6 kV dengan jarak
sela 2,5 mm.
b. Nilai tegangan tembus pada pengujian minyak campuran
70:30 (minyak jagung : minyak sintetis) sesuai IEC 156
sebesar 5,88 kV dengan jarak sela 2,5 mm.
c. Nilai tegangan tembus pada pengujian minyak campuran
50:50 (minyak jagung : minyak sintetis) sesuai IEC 156
sebesar 9,2 kV dengan jarak sela 2,5 mm.
d. Nilai tegangan tembus pada pengujian minyak campuran
30:70 (minyak jagung : minyak sintetis) sesuai IEC 156
sebesar 12,4 kV dengan jarak sela 2,5 mm.
e. Nilai tegangan tembus minyak sintetis 100 % sesuai IEC 156
sebesar 15,2 kV dengan jarak sela 2,5 mm.
f. Nilai tegangan tembus minyak jagung 100% pada pengujian
menurut IEC 156 belum memenuhi persyaratan isolasi cair
g. Nilai tegangan tembus minyak campuran 70:30 (minyak
jagung : minyak sintetis) pada pengujian menurut IEC 156
belum memenuhi persyaratan isolasi cair
h. Nilai tegangan tembus minyak campuran 50:50 (minyak
jagung : minyak sintetis) pada pengujian menurut IEC 156
belum memenuhi persyaratan isolasi cair
36
i. Nilai tegangan tembus minyak campuran 30:70 (minyak
jagung : minyak sintetis) pada pengujian menurut IEC 156
belum memenuhi persyaratan isolasi cair
j. Nilai tegangan tembus minyak sintetis 100% pada pengujian
menurut IEC 156 belum memenuhi persyaratan isolasi cair
5. 2. Saran
Saran yang diberikan setelah dilakukan analisis data pengujian
mengenai breakdown voltage adalah sebagai berikut :
a. Untuk pengujian menggunakan miyak nabati bisa
menggunakan minyak lain seperti minyak zaitun.
b. Untuk pengujian lainnya bisa menggunakan tegangan searah.
37
DAFTAR PUSTAKA
[1] SPLN 49-1, Minyak Isolasi, Perusahaan Umum Listrik Negara,
1982.
[2] Wildan Rahadian Putra, Pengaruh Jenis dan Bentuk Elektrode Pada
Partial Discharge, ITS, 2014
[3] IEC-156, Insulating Liquid Determination of Breakdown Voltage at
Power Frequency Tes Method, 1995.
[4] Eko Budiyantoro, Analisis Tegangan Tembus Minyak Kelapa Murni
(Virgin Coconut Oil) Sebagai isolasi cair dengan variasi elektroda
uji, Teknik Elektro Universitas Diponegoro.
[5] Arie Shiddiq Hakim, Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Asam Olet
dari Minyak Jagung Dengan Kapasitas 4300 Ton/Tahun, Teknik
Kimia, Universitas Sumatera Utara, 2010.
[6] Moch Hafi Wardana, Penggunaan Bahan Baku Biodiesel dari Biji
Alpukat Sebagai Bahan Bakar Alternatif Diesel, Pendidikan
Geografi, Universitas Negeri Malang.
[7] Dhenny Dwiputra, Ayu Ning Jagat, Fauzia Kusuma Wulandari,
Aditya Setya Prakarsa, Diyah Ayu Puspaningrum, Fathiyatul
Islamiyah, Minyak Jagung Alternatif Pengganti Minyak yang Sehat,
Teknologi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro, 2015.
[8] Sutrisno Koswara, Teknologi Pengolahan Jagung, ebookpangan,
2009.
[9] Wahyu Purwo Raharjo, Pemanfaatan Oli Bekas dengan
Pencampuran Minyak Tanah Sebagai Atomizing Burner,Teknik
Mesin, Universitas Sebelas Maret.
[10] Jornalis Bambang Prastyanto, Bambang Sudarmanta, Pengaruh
Penambahan Biodiesel Dari Minyak Biji Nyamplung (C.
Inophyllum) Pada Bahan Bakar Solar Terhadap Hasil Uji Unjuk
Kerja Mesin Diesel Generator Set, Teknik Mesin, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
[11] Rahayu, Kholinda and Irnanda , Priyadi and Yenni , Suhartini,
Analisis Karakteristik Dielektrik Minyak Jagung Sebagai Alternatif
Bahan Isolasi Cair. Undergraduated thesis, Fakultas Teknik
Universitas Bengkulu.
[12] Dedi Nugrohoro, Kegagalan Isolasi Minyak Trafo, Media Elektrika
Vol.3 No.2, Teknik Elektro Universitas Islam Sultan Agung
Semarang, 2010.
38
Halaman ini sengaja dikosongkan
39
LAMPIRAN
40
Tabel uji pour point dan flash point
no Jagung(%) Sintetis(%) Pour Point (°C) Flash Point (°C)
1 100 0 -11 248
2 70 30 -11 178
3 50 50 -8 156
4 30 70 -9 154
5 0 100 -7 49
41
RIWAYAT PENULIS
Aulia Irsyad dilahirkan di Indragiri
hulu, 28 Januari 1991. Merupakan putra
pertama dari tiga bersaudara pasangan
Jarwo Sanyoto dan Ibu Rini Maryantini.
Penulis menempuh jenjang pendidikan dari
SDN Sukadamai 3 Bogor, dan melanjutkan
ke SMPN 5 Bogor. Kemudian penulis
melanjutkan ke SMA Lazuardi GIS Depok
hingga lulus. Penulis melanjutkan studinya
ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya Fakultas Teknologi Industri
Jurusan Teknik Elektro Pada tahun 2010.
Pada tahun 2012 penulis mengambil bidang studi Teknik Sistem Tenaga.
Penulis dapat dihubungi melalu email : [email protected]
42
Halaman ini sengaja dikosongkan