Analisis Jurnal Hiv Passss

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    1/22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar BelakangEpidemi HIV secara global memasuki kondisi kritis. Di dunia, setiap tahunnya

    terdapat lebih dari 20 juta kasus kematian dengan 40 juta orang terineksi akibat

    epidemi HIV tersebut. !ara pakar epidemiologi di Indonesia memperkirakan jumlah

    kasus "ID# pada tahun 20$% akan mencapai $ juta orang dengan &%0.000 kasus

    kematian. 'idak hanya itu, pada tahun tersebut akan terjadi sebanyak &(.%00 anak 

    dengan HIV positi sebagai akibat transmisi dari ibu ke anak. )umlah kumulati HIV

    dan "ID# di Indonesiam tertinggi adalah di D*I )akarta +20.$2 HIV %.$$( "ID#- dan

    terendah di !roinsi #ula/esi arat +2( HIV dan 0 "ID#-. Di !apua, prealensi

    HIV1"ID# $ pada populasi umum yang berarti bah/a situasi masuk dalam kategori

    epidemi umum. #edangkan !roinsi )a/a arat, menempati urutan ke empat dengan

     jumlah penderita HIV3"ID# terbanyak.

    paya pencegahan dan terapi merupakan upaya yang berkesinambungan.

    #emula upaya pencegahan merupakan kegiatan utama dalam penanggulangan

    HIV1"ID# di Indonesia karena jumlah anggota masyarakat yang terineksi HIV1"ID#

    masih sedikit sehingga terbuka kesempatan luas untuk mencegah penularan di

    masyarakat. 5amun dengan semakin banyaknya orang yang terineksi HIV di Indonesia

    maka dibutuhkan upaya terapi dan dukungan. !eningkatan jumlah kasus HIV1"ID# di

    Indonesia berdampak pada kebutuhan layanan !era/atan, Dukungan dan !engobatan

    +!D!-. 6enurut data dari !usat *omunikasi !ublik +!uskom !ublik- *ementerian

    *esehatan 7I, sampai dengan #eptember 20$2, sudah tersedia &22 layanan !era/atan,

    Dukungan dan !engobatan +!D!- yang akti melakukan pengobatan "7V, terdiri dari

    2&( 7# 7ujukan !D! +induk- dan (% satelit.6eski jumlah layanan dan cakupan !D! meningkat tajam namun secara umum

    layanan !D! masih menghadapi berbagai masalah, diantaranya yaitu8 biaya untuk 

    diagnosis dan terapi ineksi oportunistik mahal dan sebagian besar biaya ini masih

    ditanggung oleh 9rang Dengan HIV1"ID# +9DH"- dan keluarga: kemampuan layanan

    masih beragam: masih diperlukan #D6 yang berpengalaman: dukungan pengadaan

    asilitas dan peralatan

    medik untuk menerapkan ke/aspadaan uniersal masih minim: kurangnya komunikasi

    antara pembuat kebijakan dengan pelaksana di lapangan: dan manajemen logistik +perencanaan, pengadaan obat "7V, pendistribusian, dan pemantauan- belum tertata

    1

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    2/22

    dengan baik sehingga masih dialami adanya kekurangan obat, kelebihan obat, atau

    terlambatnya distribusi. Dari permasalahan secara umum tersebut, penulis bermaksud

    melakukan ealuasi terhadap pelaksanaan layanan !D! di !roinsi !apua yang di/akili

    oleh 7# Dok II !apua dan 7umah #akit Dian Harapan, serta di !roinsi )a/a arat

    yang di/akili oleh 7# Hasan #adikin dan 7# Immanuel. *omponen ealuasi meliputi

    tentang kedudukan layanan !D!, pelatihan petugas, ketersediaan buku pedoman,

    mekanisme layanan !D!, manajemen logistik "7V, serta dukungan psikososial.

    Ealuasi ini penting dilakukan, karena dari kegiatan tersebut dapat diketahui hambatan

    atau kendala di setiap komponen layanan !D! untuk peningkatan layanan !D! di )a/a

    arat dan !apua.

    'ulisan ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul !eningkatan

    *ualitas 6anajemen ;ogistik dan !erbaikan *epatuhan 6inum 9bat pada 9DH" di

    !roinsi )a/a arat dan !apua 'ahun 20$$320$2, yang bertujuan untuk meningkatkan

    kualitas hidup 9DH" dengan perbaikan akses dan perilaku berobat.

    1.2.Tujuan

    $.2.$ ntuk 6engetahui !engertian "7V

    $.2.2 ntuk mengetahui tujuan "7V

    $.2.& ntuk mengetahui manaat "7V

    $.2.4 ntuk 6engetahui jenis3jenis obat "7V

    $.2.% ntuk mengetahui eek samping obat

    $.2. ntuk mengetahui cara pemberian obat "7V$.2.< ntuk mengetahui resistensi "7V

    $.2.( ntuk mengetahui keberhasilan terapi "7V

    $.2.= ntuk mengetahui peran pera/at dalam pemberian "7V

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Definisi AR

    "7V merupakan obat yg digunakan pasien dengan tes HIV positi. 'erapi

    antiretroiral berarti mengobati ineksi HIV dengan obat3obatan. 9bat tersebut +yang

    disebut "7V- tidak membunuh irus itu, namun dapat memperlambat pertumbuhan

    2

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    3/22

    irus, /aktu pertumbuhan irus diperlambat, begitu juga penyakit HIV. *arena HIV

    adalah retroirus, obat3obat ini biasa disebut sebagai terapi antiretroiral +"7V-.

    +#piritia, 200 8 4$4-

    2.2. Tujuan Peng!"atan AR'ujuan utama terapi antiretroirus adalah penekanan secara maksimum dan

     berkelanjutan terhadap jumlah irus, pemulihan atau pemeliharaan ungsi imunologik,

     perbaikan kualitas hidup, dan pengurangan morbiditas dan mortalitas HIV. +#ilia

    "nderson, 200 8 240-.

    !emberian "7V telah menyebabkan kondisi kesehatan 9DH" menjadi jauh

    lebih baik. Ineksi kriptosporidiasis yang sebelumnya sukar diobati, menjadi jauh lebih

    mudah ditangani. Ineksi penyakit oppurtunistik lainnya yang berat, seperti ineksi

    irus sitomegalo dan ineksi mikobakterium aptikal, dapat disembuhkan. !neumonia

    !neumocystis carinii pada 9DH" yang hilang timbul, biasanya mengharuskan 9DH"

    minum obat ineksi agar tidak kambuh. 5amun sekarang dengan minum "7V teratur,

     banyak 9DH" yang tidak memerlukan minum obat proilaksis terhadap pneumonia.

    +>ubari Djoerban, 200 8 $(0%-

    2.#. $anfaat AR

    $. 6enekan replikasi irus sedini mungkin dalam /aktu lama.

    2. !erbaikan ungsi immun.

    &. Hidup bebas dari penyakit untuk /aktu lama.

    4. 7esiko resistensi obat rendah dgn penekan irus sempurna.%. 6enurunnya kemungkinan resiko transmisi irus.

    2.%. &enis ' jenis O"at ( !"atan AR

    9bat "7V terdiri dari golongan seperti nucleoside reverse transcriptase

    inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleoside reverse

    transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease. 'idak semua "7V yang ada telah

    tersedia di Indonesia. +>ubari Djoerban 200 8 $(0-

    Di "merika #erikat +200$-, # Food and Drug Administration +?D"- telah menyetujui

    tiga golongan obat untuk ineksi HIV 8

    a nucleoside reverse transcriptase inhibitor  +57'I-

     b non nucleoside reverse transcriptase inhibitor  +557'I-

    c inhibitor protease +!I-

     5ucleoside atau nucleotide reerse transcriptase inhibitor +57'I- 9bat ini

    dikenal sebagai analog nukleosida yang menghambat proses perubahan 75" irusmenjadi D5" + proses ini dilakukan oleh irus HIV agar bisa bereplikasi-. @ontoh dari

    3

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    4/22

    obat "7V yang termasuk dalam golongan ini85ama Aenerik 8 >idoudine5ama

    Dagang 8 7etroir5ama lain8 ">' ,>@V. 5ucleoside reerse transcriptase inhibitor 

    +5t7'I-. Bang termasuk golongan iniadalah 'enooir +'D?- 5onnucleoside reerse

    transcriptase inhibitor +557'I- .Aolongan ini juga berkejadengan menghambat proses

     perubahan 75" menjadi D5" dengan cara mengikatreerse transcriptase sehingga

    tidak berungsi. Bang termasuk golongan 557' I adalah 8 5ama generik 8 neirapin

     5ama dagang 8 iramune 5ama lain 8 5V! I37A3%(

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    5/22

    *onsultasikan hal ini pada dokter untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan

    karena anemia dapat diobati, tapi tidak boleh dianggap enteng.

    c. Aangguan !encernaan

    eberapa obat "7V dapat mengakibatkan perut terasa nyeri, mual, kembung, bahkan

     bisa berakibat muntah dan diare. !engobatan yang laCim dipakai dirumah termasuk 8

    makan sedikit tapi sering, makan sup dan makanan yang lunak, minuman jahe dan

    sering berolahraga. )ika mengalami diare, harus banyak minum untuk menghindari

    dehidrasi.

    d. Aangguan !ada *ulit

    eberapa obat menyebabkan benjolan +ruam- yang terasa gatal. *ulit biasanya akan

    menjadi kering, maka sebaiknya gunakan pelembab. )ika ruam yang timbul sangat

     banyak di sekujur tubuh, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.

    e. Aangguan #ara *ecil#ering kesemutan pada telapak kaki atau tangan bisa diindikasikan sebagai gejala

    gangguan sara kecil. 6engkonsumsi itamin dapat mengurangi rasa kesemutan

    tersebut, tapi tidak ada salahnya untuk memeriksakan diri ke ahli sara karena jika

    dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan kerusakan sara yang lebih parah.

    . 6asalah 'ulang

    aru diketahui pada orang HIV. 6ineral tulang dapat hilang dan tulang menjadi

    rapuh. *ehilangan aliran darah dapat menyebabkan masalah pinggul. !astikan

    konsumsi cukup Cat kalsium dalam makanan dan suplemen.

    g. ;ipodistroi

    anyak 9DH" yang kehilangan lemak pada bagian lengan, kaki, terutama pada

    /ajah +pipi terlihat cekung-. 'entunya jika ada penumpukan lemak, maka ada

     peningkatan kadar gula dan kolesterol dalam darah yang dapat mengakibatkan stroke

    maupun serangan jantung.

    Ta"el 2.# Efek Sa*+ing "er,asarkan &enis O"at AR

    Na*a -enerik Na*a Dagang Efek Sa*+ing

     Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor(NRTI)

    ;amiudin +&'@- U*u* 8 mual1diare: sakit kepala:

    neutropenia: kelelahan: ruam:

    sakit perut

    Para 8 pancreatitis +jarang-

    >idoudin +>DV, 7etroir  U*u* 8 mual1muntah: sakit

    5

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    6/22

    ">'-

    "doi

    "irCid

    kepala: neutropenia: kelelahan:

    anoreksia: #A!'1#A9' tinggi:

    miopati dan miotosis +jarang-

    Para 8 "nemia

    #taudin +d4'- #tair  

    >erit

    U*u* 8 mual1muntah1diare:

    sakit kepala: kelelahan: ruam:

    #A!'1#A9' tinggi

    Para 8 neuropati perier:

     pancreatitis: amilase tinggi

    Didanosin +ddl- Vide U*u* 8 mual1muntah1diare, sakit

    kepala, ruam: halusinasi

    Para 8 pankreatitis: neuropati

     perier, amylase tinggi

     5on 5ucleoside 7eerse 'ranscriptase Inhibitor +557'I-

    EairenC +E?V,

    E?>-

    #tocrin U*u* 8 mual1diare: sakit kepala:

    ruam: #A!'1#A9' tinggi

    Para 8 gejala system sara pusat:

    sindrom #teens3)ohnson +jarang-

     5eirapine +5V!- Viramune

     5eiral

    U*u* 8 mual1diare: sakit kepala:

    kelelahan: ruam

    Para 8 ruam parah1sindrom

    #teens3)ohnsons: #A!'1#A9'

    tinggi: hepatitis

     Inhibitor Protease +!I-

     5elinair +5V? 5ele

    Viracept

    mum 8 mual1diare: sakit perut:

    ruam:gas

    +sumber 8 #piritia, 200-

    2./. 0ara Pe*"erian Antiretr!iral AR3

    6

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    7/22

    Faktu memulai "7V harus dipertimbangkan dengan seksama karena obat

    "7V akan diberikan dalam jangka panjang. 9bat "7V direkomendasikan pada semua

     pasien yang telah menunjukkan gejala yang termasuk dalam kriteria diagnosis "ID#

    atau menunjukkan gejala yang termasuk dalam kriteria diagnosis "ID# atau

    menunjukkan gejala yang sangat berat, tanpa melihat jumlah @D4G. 9bat ini juga

    direkomendasikan pada pasien asimptomatik dengan jumlah lomosit @D4G kurang

    dari 200 sel1mm& . !asien dengan jumlah limosit @D4G 2003&%0 sel1mm& dapat

    dita/arkan untuk memulai terapi. !ada pasien asimptomatik dengan jumlah lomosit

    @D4G lebih dari &%0 sel1mm&dan iral load lebih dari $00.000 kopi1ml terapi "7V

    dapat dimulai, namun dapat pula ditunda. 'erapi "7V tidak dianjurkan dimulai pada

     pasien dengan jumlah lomosit @D4G lebih dari &%0 sel1mm& dan iral load kurang dari

    $00.000 kopi1ml. +>ubari Djoerban, 2008$(0-.

    !enggunaan "7V juga ra/an resistensi. ila hal itu terjadi, obat "7V tidak 

    akan lagi berpengaruh pada tubuh 9DH" bersangkutan. 7esiko resisten tidak hanya

     bisa terjadi pada proses penghentian obat, tetapi juga pada kesalahan pemakaian.

    *arenanya, Departemen *esehatan mengharuskan pemakaian minimal & kombinasi

    obat. *ombinasi yang digunakan juga berbeda3beda untuk setiap 9DH", tergantung

     pada kondisi tubuhnya. +#piritia, 200'-

    7etroir 

    "doir 

    "irCid

    $ pil &00mg

    21hari

    2 33

    7

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    8/22

    #taudin

    +d4'-

    #tair 

    >erit

    erat badan 0

    kg 8 $ pil 40 mg,

    21hari

    erat badan 0

    kg 8 $ pil &0 mg,

    21hari

    2 33

    Didanosin

    +ddl-

    Vide erat badan 0

    kg 8 2 tablet 200

    mg, $1hari

    erat badan 0

    kg 8 2 tablet $2%

    mg, $1hari

    2 !akai 2 jam sebelum

    atau $ jam sesudah

    makan

     Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor +557'I-

    EairenC

    +E?V, E?>-

    #tocrin $ kapsul 00 mg,

    $1hari

    $ 6alam hari, hindari

    makanan yang

     berlemak 

     5eirapine

    +5V!-

    Viramune

     5eiral

    $ tablet 200 mg,

    21hari

    2 33

     Inhibitor Protease (PI)

     5elinair 

    +5?V-

     5ele

    Viracept

    % tablet 2%0

    mg, 21hari

    $0 !akai dengan makan

    +#umber 8 >ubari Djoerban, 200-

    9bat "7V juga diberikan pada beberapa kondisi khusus seperti pengobatan

     proilaksis pada orang yang terpapar cairan tubuh yang mengandung irus HIV (post-

    esposure prophla!is) dan pencegahan penularan dari ibu ke bayi. !rogram pencegahan

    dari ibu ke anak dengan pemberian obat "7V penting untuk mendapat perhatian lebih

     besar mengingat sudah ada beberapa bayi di Indonesia yang tertular HIV dari ibunya.

    Eektiitas penularan HIV dari ibu ke anak adalah sebesar $03&0 . "rtinya dari $00

    ibu hamil yang terineksi HIV, ada $0 sampai &0 bayi yang akan tertular. #ebagian

     besar penularan terjadi pada /aktu proses persalinan dan sebagian kecil melalui

    8

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    9/22

     plasenta selama kehamilan dan sebagian lagi melalui air susu ibu. +>ubari Djoerban,

    2008 $(0-.

    2.5. Resistensi Antiretr!iral AR3

    9bat "7V perlu diminum sesuai petunjuk dokter baik dosis maupun/aktunya. 6engingat bah/a HIV adalah irus yang selalu bermutasi, maka jika kita

    tidak mematuhi aturan pemakaian obat "7V, HIV yang berada di dalam tubuh kita bisa

    menjadi resisten terhadap obat itu. Dengan kata lain, obat yang kita konsumsi tidak bisa

    lagi memperlambat laju penyakit HIV menuju ke tahap "ID#, sehingga perlu diganti

    dengan obat lain yang mungkin lebih mahal atau lebih sulit diperoleh.

    HIV juga dapat menjadi resisten terhadap sejenis obat bila tingkat darah obat

    tersebut terlalu rendah untuk menghentikan reproduksi irus. #elagi HIV terus

     bereproduksi, jenis3jenis irus yang mampu reproduksi tanpa terpengaruh obat +jenis

    yang resisten terhadap obat- menjadi lebih unggul dari pada jenis yang sensitie

    terhadap obat dan akan menjadi dasar bagi populasi HIV yang baru di dalam tubuh.

    +#piritia, 200 84$4-.

    7esistensi HIV terjadi apabila terjadi mutasi atau perubahan pada struktur 

    genetic HIV, sehingga HIV menjadi kuat mela/an obat antiretroiral +"7V- tertentu.

    Dengan kata lain, terjadinya perubahan genetic yang memungkinkan HIV terus

    melakukan replikasi /alaupun pasien menjalani terapi antiretroiral. Idealnya, setiapsel baru hasil proses replikasi yang terjadi didalam tubuh sama persis seperti sel a/al

    yang direplikasi. 'api kadang3kadang terjadi kesalahan kecil di dalam sebuah sel yang

    kemudian terba/a pada sel baru. #ampai pada suatu saat, sel3sel yang mengandung

    kesalahan3kesalahan kecil ini menjadi banyak. !erubahan kecil di dalam komposisi

    genetic sel disebut JmutasiK. 6utasi sering terjadi pada HIV karena cepatnya proses

    replikasi sel berlangsung dan ketidak hadirannya mekanisme untuk memperbaiki

    kesalahan3kesalahan ini. +#piritia. 200< 8 4$4-.

    6utasi menyebabkan HIV menjadi mampu mela/an obat "7V. Dengan kata

    lain, telah terjadi resistensi HIV. iasanya, mutasi terjadi di dalam sel apabila terjadi

    kondisi tertentu atau disebabkan oleh aktor tertentu. 6isalnya stress akibat lingkungan,

     paparan terhadap toksin +racun di dalam tubuh-, paparan terhadap berbagai obat secara

     berulang3ulang. 'api seringkali, resistensi timbul akibat ketidak patuhan terhadap "7V

    atau terputusnya terapi "7V. 'erputusnya terapi ini bisa disebabkan karena pasien

    merasa lebih it sehingga beranggapan tidak perlu meneruskan terapinya, atau bisa juga

    karena penyediaan obat terhenti. Falaupun kebanyakan replikasi HIV dapat dicegah

    9

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    10/22

    oleh obat "7V, beberapa irus tetap mengalami mutasi sehingga mengakibatkan

     berlipat gandanya salah satu lini +strain- yang resisten ini, maka obat "7V menjadi

     berkurang eektiitasnya. +#piritia, 200< 8 4$4-.

    Di 5egara3negara maju, di mana banyak pilihan obat "7V, hal ini bisa

    mengakibatkan sulitnya mencari kombinasi obat "7V yang tepat. erkat tersedianya

    obat "7V, banyak orang yang terkena HIV bisa hidup lebih lama. 'api dengan mereka

    hidup lebih lama dengan HIV. *emungkinan untuk irus bermutasi atau menjadi kuat

    mela/an obat "7V juga menjadi lebih besar. 7esistensi HIV merupakan masalah yang

    sering terjadi, yang banyak berpengaruh pada pasiennya yang menjalani terapi

    antiretroiral.

    Di Indonesia, sesuai pendekatan *esehatan 6asyarakat yang dianjurkannya

    oleh FH9 dalam hal pemakaian obat "7V di negara berkembang jika terapi lini pertama dirasakan mulai JgagalK+bukan disebabkan oleh ketidak patuhan terhadap

    terapi antiretroiral-, maka rejimen pengobatan akan dialihkan ke lini32, dengan

    mengganti semua obat yang dipakai untuk mengobati HIV lini3$. Di negara3negara

    maju, jika telah terjadi resistensi HIV, dokter biasanya melakukan tes resistensi HIV

    +berupa tes darah- untuk mengetahui obat "7V yang mana kiranya yang paling eisien

    untuk mela/an irus yang telah bermutasi dan yang mana perlu dihindari. "da dua

    macam tes resistensi yang tersedia, yaitu +#piritia, 200< 8 4$4- 8

    a. Genotypic Testing 

    'es ini meneliti HIV yang ada di dalam darah pasien dan memeriksa apakah telah

    terjadi mutasi. )ika dokter mengetahui bah/a mutasi genetik tertentu telah terjadi,

    maka ia bisa mengetahui irus telah menjadi resisten terhadap obat "7V yang mana

    atau jenis obat "7V yang mana secara spesiik. )enis tes ini cepat hasilnya dan

    terjangkau harganya +di negara maju-.

    b. Pheonotypic Testing 

    'es ini berbeda dengan Aenotypic 'esting karena tes ini mengambil irus dan

    memaparkannya terhadap obat "7V dengan konsentrasi yang berbeda3beda untuk 

    memastikan obat "7V yang mana yang eekti. 6etode ini dipakai pada tahap dini

     pengembangan sebuah obat itu dibolehkan dikonsumsi oleh manusia. 'es ini lambat

     prosesnya dan mahal harganya sehingga hanya sedikit orang yang bisa

    memanaatkannya.

    #eperti disebut di atas, tes resistensi HIV bisa membantu dokter merancang

     jenis terapi yang cocok untuk pasien yang terpapar pada berbagai macam kombinasi

    obat "7V. 5amun de/asa ini banyak terjadi kasus dimana orang yang baru saja

    didiagnosa mengidap HIV ternyata sudah terineksi oleh irus yang resisten. Dengan

    10

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    11/22

    kata lain, pasien tertular oleh irus yang sudah dalam keadaan resisten terhadap obat

    "7V tertentu. 'entu saja hal ini merupakan masalah, baik di negara3negara berkembang

    di mana pilihan obat "7V tidak banyak maupun di negara3negara maju karena

    membuat sulit memilih terapi mana yang paling baik, mengingat bah/a kombinasi obat

    "7V tertentu yang biasanya diberikan kepada orang yang baru saja terineksi HIV

    menjadi tidak bisa diberikan kepada orang yang irusnya sudah resisten terhadap obat

    "7V tertentu ini. !adahal. #eperti kita ketahui, bagaimana seorang pasien mendapatkan

     pengobatan pada tahap a/al ineksi sangat mempengaruhi jalan penyakitnya atau

     prognosisnya. +#piritia, 200< 8 4$4-.

    2.6. 7e"erasilan Tera+i Antiretr!iral AR3

    *eberhasilan terapi dapat dilihat dari tanda3tanda klinis pasien yang membaik 

    setelah terapi, salah satunya ineksi oppurtunistik tidak terjadi. kuran jumlah sel

    @D4G menjadi predictor terkuat terjadinya komplikasi HIV. )umlah @D4G yang

    menurun diasosiasikan sebagai perbaikan yang lambat dalam terapi, meski pada

    kenyataannya pasien yang memulai terapi pada saat @D4G rendah, akan menunjukkan

     perbaikan yang lambat. 5amun jumlah @D4G di ba/ah $00 sel1mm& menunjukkan

    resiko yang signiikan untuk terjadinya penyakit HIV yang progresi. 6aka, kegagalan

    imunologik dikatakan terjadi jika jumlah @D4G kurang dari angka tersebut.

    #elain itu, uji iral load merupakan cara yang inormati dan sensitie untuk mengidentiikasikan kegagalan terapi. !engobatan dikatakan sukses secara irulogik 

     jika tingkat 75" plasma HIV3$ berada di ba/ah 400 kopi1ml atau %0 kopi1ml setelah

     bulan terapi. )ika gagal, maka dapat dipertimbangkan untuk mengganti regimen atau

    masuk ke terapi lini kedua.+>ubari Djoerban, 200 8$(0-.

    2.8. Peran Pera9at ,ala* Pe*"erian AR

    !enggunaan obat "7V *ombinasi

    $. 6anaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi adalah8

    a. 6emperoleh khasiat yang lebih lama untuk memperkecil kemungkinan terjadinya

    resistensi

     b. 6eningkatkan eektiitas dan lebih menekan aktiitas irus. ila timbul

    eek samping, bisa diganti obat lainnya dan bila irus mulai resisten terhadap obat

    yangsedang digunakan, bisa memakai kombinasi lain.

    2. Eektiitas obat "7V kombinasi8

    a. "7V kombinasi lebih eekti karena mempunyai khasiat "7V yang lebih

    tinggidan menurunkan iral load lebih tinggi dibanding penggunaan satu jenis

    obat saja.

    11

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    12/22

     b. *emungkinan terjadinya resistensi irus kecil, akan tetapi bila pasien lupa minum

    obat dapat menimbulkan terjadinya resistensi.

    c. *ombinasi menyebabkan dosis masing3masing obat lebih kecil, sehingga

    kemungkinan eek samping lebih kecil.

    BAB III

    PE$BAHASAN

    12

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    13/22

    #.1. Ealuasi Pelaksanaan La4anan Pera9atan: Dukungan ,an Peng!"atan PDP3

    HI(AIDS

    Hingga saat ini HIV masih merupakan salah satu masalah kesehatan

    masyarakat utama di Indonesia. #ejak pertama kali ditemukan +$=(

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    14/22

    4. !edoman nasional tatalaksana HIV dan terapi "7V yang terbaru perlu segera

    diterapkan.

    Direkomendasikan pula untuk mengadaptasi sistem penyelenggaraan salah

    satu pilar dari prakarsa 'reatment 2.0 yang merupakan suatu prakarsa baru dari FH9

    dan 5"ID# dalam pengendalian HIV. 'reatment 2.0 menekankan penyederhanaan

     pemberian terapi "7V, penggunaan teknik diagnosis dan pemantauan sederhana di

    tempat, mengurangi biaya, mengadaptasi sistem layanan sesuai kondisi setempat dan

    melibatkan masyarakat. Dengan demikian, upaya pencegahan dapat dipercepat

     peningkatannya. Hal tersebut hanya akan ter/ujud dengan mempromosikan

    desentralisasi layanan pengobatan dengan pendekatan pendelegasian tugas +tas+ shi'ting 

    approach-.

    !ermasalahan medis yang dihadapi 9DH" dapat berupa ineksi oportunistik,

    gejala simtomatik yang berhubungan dengan "ID#, ko3ineksi, sindrom pemulihan

    kekebalan tubuh serta eek samping dan interaksi obat "7V. #edangkan masalah

     psikologis yang mungkin timbul yang berkaitan dengan ineksi HIV1"ID# adalah

    depresi, ansietas, gangguan kogniti serta gangguan kepribadian sampai psikosis.

    6asalah sosial yang dapat timbul pada HIV1"ID# adalah diskriminasi,

     pengucilan1stigmatisasi, pemberhentian dari pekerjaan, perceraian, serta beban inansialyang harus ditanggung 9DH". 6asalah psikososial dan sosioekonomi tersebut sering

    kali tidak saja dihadapi oleh 9DH", namun juga oleh keluarga dan kerabat dekatnya.

    !D! merupakan singkatan dari pera/atan, dukungan dan pengobatan +are,

    upport and Treatment -, adalah suatu layanan terpadu dan berkesinambungan untuk 

    memeberikan dukungan baik aspek manajerial, medis, psikologis maupun sosial untuk 

    mengurangi atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi 9DH" selama pera/atan

    dan pengobatan. ;ayanan !D! baru berkembang di Indonesia sejak program b .

    diluncurkan FH9 pada tahun 2004. 6eskipun layanan !D! dengan skala kecil telah

     berjalan di kota besar sejak munculnya kasus HIV1"ID#, pemerataan layanan !D! ke

    masyarakat berjalan secara bertahap. !ada tahun 2004, pemerintah juga telah

    menetapkan 2% rumah sakit sebagai pelaksana layanan !D!. !ada tahun yang sama

     pemerintah telah menyediakan obat "7V generik dan diberikan secara gratis, terutama

    kepada 9DH" yang miskin. ntuk meningkatkan kompetensi 7# tersebut, pemerintah

    telah melakukan pelatihan nasional baik untuk dokter, pera/at, konselor, serta tenaga

    kesehatan lain. Dengan semakin meningkatnya kasus 9DH" dan meningkatnya jumlah

    14

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    15/22

    7# dan proinsi yang melaporkan adanya kasus 9DH" serta kebutuhan untuk 

    meningkatkan akses dan mutu layanan, pengembangan 7# layanan !D! semakin

    mendesak. ;ayanan !D! juga merupakan salah satu bentuk dari layanan komprehensi

    HIV dan I6# berkesinambungan. !elaksanaaan !D! di *ota andung dapat dikatakan

    sudah baik dari segi struktur organisasi maupun pembagian tugas dan ke/ajiban yang

    harus dijalankan. Dengan keberadaan #urat *eputusan dan keberadaan klinik di ba/ah

    Direktur 6edik dan *epera/atan mencerminkan kepedulian manajemen terhadap

    keberadaan dan pentingnya *linik 'eratai. !enetapan lokasi layanan dan penunjukan tim

    yang bertugas, menunjukan keseriusan manajemen dalam memberikan layanan terhadap

     pasien 9DH" yang berobat ke rumah sakit. Hal ini perlu dicontoh oleh rumah sakit atau

     penyedia layanan lainnya dalam melayani pasien 9DH". aiknya layanan akan

    menyebabkan pasien meningkat, hal ini juga dirasakan oleh 7#H#, dimana

    meningkatnya jumlah pasien tidak disertai dengan meningkatnya petugas kesehatan yang

     bekerja. *erja keras dan terus menerus akan meningkatkan beban kerja dan dapat

    mengurangi kualitas layanan yang diberikan. Hal ini perlu mandapat perhatian dari

    manajemen dan pengelola klinik.

    Di !apua, layanan klinik di 7# belum memiliki #urat *eputusan dan struktur 

    organisasi yang jelas. Demikian halnya dengan pembagian tugas dan /e/enang dalam

    menangani pasien, maka tak heran apabila ada pasien baru mereka memberikan layanan

    secara bersamaan. 5amun demikian, klinik memiliki konselor yang bagus sehingga

    mereka dapat menjalankan layanan terapi dengan baik tanpa kendala yang berarti. Hal

     positi yang bisa diperoleh dari 7# di !apua adalah mereka menekankan akan kepatuhan

     pasien untuk minum "7V. #ebelum pasien memulai terapi "7V, pasien harus menjalani

     beberapa konseling yang baik, termasuk di dalamnya bagaimana mereka bersikap apabila

    mengalami eek samping karena obat "7V. *onseling yang baik pada akhirnya akan

    menyebabkan mereka patuh dan mau minum obat dengan teratur. *ebijakan ini perlu

    ditiru di tempat lain mengingat eek samping obat "7V akan timbul $23$ minggu

     pertama ketika mulai minum obat "7V.

    Di *ota andung, meningkatnya jumlah pasien tidak disertai dengan

    meningkatnya jumlah petugas kesehatan yang melayani. Hasil penelitian di "rika

    #elatan, menunjukkan bah/a salah satu aktor yang mempengaruhi pemanaatan

     pelayanan kesehatan adalah masalah logistik, yang antara lain meliputi kurangnya tenaga

    konselor, lamanya pelayanan serta minimnya dukungan tindak lanjut pasca testing.

     5amun di *ota andung, pada saat penelitian dilakukan, dampak tersebut sepertinya

    15

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    16/22

     belum berlaku, karena meskipun jumlah tenaga kesehatan belum bertambah, tapi jumlah

     pasien yang datang untuk memperoleh layanan terus meningkat. *ondisi serupa pernah

    terjadi di ;esotho, dimana dengan sumberdaya manusia yang terbatas, namun tetap

    mampu meningkatkan jumlah 9DH" yang melakukan pera/atan dan pengobatan ke

     pelayanan kesehatan primer. !rogram di ;esotho tersebut menyoroti bagaimana

    meningkatkan pera/atan HIV dengan cara memperkuat sistem pera/atan kesehatan

     primer dan memalidasi beberapa daerah penting untuk pengalihan tugas, termasuk di

    dalamnya adalah nurse-driven Antiretroviral Therap untuk orang de/asa dan anak3

    anak, dan pengujian konselor a/am dalam melakukan konseling dan manajemen kasus.

    !engalihan tugas atau tas+ shi'ting ini menjadi salah satu hal yang penting yang dapat

    menjadi pilihan dalam menyikapi kondisi terbatasnya jumlah sumber daya manusia

    kesehatan.

    Hasil  sstematic revie# yang dilakukan oleh 6ike @allaghan dan ka/an3

    ka/an +20$0- tentang pengalihan tugas dalam pengobatan dan pera/atan HIV di "rika

    menyimpulkan bah/a pengalihan tugas merupakan strategi yang eekti untuk mengatasi

    kekurangan tenaga kesehatan dalam pengobatan dan pera/atan HIV. 'ugas pergeseran

    ini mena/arkan kualitas yang tinggi, dapat menghemat biaya pera/atan pasien

    dibandingkan dengan model phsician-centered . 'antangan utama implementasi ini yaitu

    antara lain pentingnya pelatihan yang memadai dan berkelanjutan, dukungan dana untuk 

    membayar sta dalam peran baru tersebut, dan integrasi anggota baru ke dalam tim

    kesehatan.

    'erkait dengan pelatihan, seluruh inorman di 4 7# menyatakan pernah

    mengikuti atau mendapat pelatihan. !elatihan ini penting dalam rangka meningkatkan

     pengetahuan, kemampuan dan kinerja petugas kesehatan terkait dengan tugas pokok dan

    ungsinya dalam memberikan pelayanan. ?asilitas pelayanan kesehatan dapat berungsi

    dengan baik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, apabila

    didukung dengan sarana dan prasarana, tenaga kesehatan, serta pembiayaan yang

    memadai. 'enaga kesehatan harus tersedia dan terdistribusi secara merata dalam jumlah

    dan jenis, serta berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan

    kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan Visi !engembangan 'enaga *esehatan di

    Indonesia yaitu J#eluruh !enduduk 6emperoleh "kses terhadap 'enaga *esehatan yang

    erkualitasK. uku pedoman tentang layanan !D! juga merupakan salah satu input

     penting sebagai acuan dalam melakukan tata laksana layanan berkaitan dengan

     pera/atan, dukungan dan pengobatan 9DH". uku pedoman tersebut seharusnya ada

    16

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    17/22

    dan digunakan dalam sarana kesehatan yang memberikan layanan !D!D. 5amun dari

    hasil /a/ancara mendalam di 4 7#, hanya 2 7# yang memiliki buku pedoman layanan

    !D!.

    6anajemen logistik "7V di )a/a arat menggunakan sistem sentralisasi,

    sedangkan system desentralisasi baru dimulai tahun 20$$ dan dilakukan oleh Dinas

    *esehatan !roinsi. Hingga saat penelitian dilakukan sudah melayani 20 7#. 6eskipun

    sudah menerapkan sistem desentralisasi tetapi gudang "7V masih berlokasi di gudang

    *imia ?arma !ulo Aadung, )akarta. Dinkes *ota andung tidak terlibat secara langsung

    dalam hal logistik "7V hanya ada tembusan laporan dari 7# atau laporan dari

    !uskesmas ke !emegang !rogram HIV3"ID#, termasuk tentang penggunaan "7V. Di

    gudang Dinas *esehatan *ota hanya tersedia obat ineksi oportunistik yang dapat

    digunakan oleh 7#, !uskesmas atau klinik ;#6 HIV3"ID# yang ditunjuk. erbeda

    dengan manajemen logistik di )a/a arat, pemerintah !roinsi !apua melalui gudang

    armasi proinsi melakukan koordinasi dengan pihak !usat +#ubdit "ID# !2!;- untuk 

    melakukan proses perencanaan dan pemesanan obat "7V. 7umah #akit atau !uskesmas

    yang sudah melayani obat "7V berhubungan langsung dengan gudang armasi untuk 

     proses perencanaan dan pemesanan obat "7V.

    #istem desentralisasi memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan

    dengan sistem sentralisasi. !ada sistem desentralisasi daerah mengetahui kebutuhan obat

    dengan pasti baik jenis maupun jumlah yang diperlukan, sedangkan sistem sentralisasi

    !usat kurang tahu pasti kebutuhan obat di daerah. "kibatnya keperluan obat didaerah

     baik jenis maupun sarana dan prasarana, tenaga kesehatan, serta pembiayaan yang

    memadai. 'enaga kesehatan harus tersedia dan terdistribusi secara merata dalam jumlah

    dan jenis, serta berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan

    kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan Visi !engembangan 'enaga *esehatan di

    Indonesia yaitu J#eluruh !enduduk 6emperoleh "kses terhadap 'enaga *esehatan yang

    erkualitasK. uku pedoman tentang layanan !D! juga merupakan salah satu input

     penting sebagai acuan dalam melakukan tata laksana layanan berkaitan dengan

     pera/atan, dukungan dan pengobatan 9DH". uku pedoman tersebut seharusnya ada

    dan digunakan dalam sarana kesehatan yang memberikan layanan !D!D. 5amun dari

    hasil /a/ancara mendalam di 4 7#, hanya 2 7# yang memiliki buku pedoman layanan

    !D!.

    6anajemen logistik "7V di )a/a arat menggunakan sistem sentralisasi,

    sedangkan system desentralisasi baru dimulai tahun 20$$ dan dilakukan oleh Dinas

    17

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    18/22

    *esehatan !roinsi. Hingga saat penelitian dilakukan sudah melayani 20 7#. 6eskipun

    sudah menerapkan sistem desentralisasi tetapi gudang "7V masih berlokasi di gudang

    *imia ?arma !ulo Aadung, )akarta. Dinkes *ota andung tidak terlibat secara langsung

    dalam hal logistik "7V hanya ada tembusan laporan dari 7# atau laporan dari

    !uskesmas ke !emegang !rogram HIV3"ID#, termasuk tentang penggunaan "7V. Di

    gudang Dinas *esehatan *ota hanya tersedia obat ineksi oportunistik yang dapat

    digunakan oleh 7#, !uskesmas atau klinik ;#6 HIV3"ID# yang ditunjuk. erbeda

    dengan manajemen logistik di )a/a arat, pemerintah !roinsi !apua melalui gudang

    armasi proinsi melakukan koordinasi dengan pihak !usat +#ubdit "ID# !2!;- untuk 

    melakukan proses perencanaan dan pemesanan obat "7V. 7umah #akit atau !uskesmas

    yang sudah melayani obat "7V berhubungan langsung dengan gudang armasi untuk 

     proses perencanaan dan pemesanan obat "7V.

    #istem desentralisasi memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan

    dengan sistem sentralisasi. !ada sistem desentralisasi daerah mengetahui kebutuhan obat

    dengan pasti baik jenis maupun jumlah yang diperlukan, sedangkan sistem sentralisasi

    !usat kurang tahu pasti kebutuhan obat di daerah. "kibatnya keperluan obat didaerah

     baik jenis maupun jumlahnya lebih banyak dari gudang armasi proinsi. 5amun sistem

    desentralisasi juga memiliki kelemahan dibandingkan sistem sentralisasi. #alah satu

    kelemahan tersebut adalah kemampuan sumber daya manusia. #umber daya manusia di

    tiap proinsi tidak sama satu sama lain, akibatnya proinsi yang memiliki sumber daya

    manusia yag baik akan lebih mudah menyelenggarakan sistem desentralisasi

    dibandingkan dengan proinsi dengan sumber daya manusia yang terbatas. #elain itu

    sistem desentralisasi memerlukan komitmen yang menyeluruh dari tiap unit layanan

    dibandingkan sistem sentralisasi. *omitmen ini penting dilakukan untuk menjamin

    kesinambungan sistem dan ketersedian obat secara kontinyu di proinsi.

    6engenai dukungan psikososial terhadap 9DH", !roinsi )a/a arat dan

    !apua telah memberikan dukungan psikososial dengan cukup baik. adanya dukungan

     psikososial sangat penting dalam mendukung perilaku positi dari pasien. #ejumlah

     penelitian telah mencoba menghubungkan dukungan sosial dengan kepatuhan berobat.

    'ernyata, dukungan social berhubungan dengan kepatuhan pengobatan yang lebih baik 

     pada pasien. Hasil penelitian yang dilakukan oleh AonCaleC, )erey # dan ka/an3ka/an

     pada pasangan homoseksual menunjukkan bah/a dukungan sosial dan keadaan pikiran

    yang positi meningkatkan kepatuhan pengobatan. Hasil yang sama juga ditunjukkan

    oleh penelitian pada 9DH" "merika dan !uerto 7ico, yaitu dukungan sosial

    18

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    19/22

    memperkecil pengaruh negati, memperbesar tingkat spiritualitas 9DH", dan

    meningkatkan sel'-e''icac 9DH" dalam kepatuhan pengobatan.

    #.2. 7ele"ian ,an kekurangan

    7ele"ian ;

    Setela ka*i *e*"a

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    20/22

    !elaksanaan layanan !D! di )a/a arat sudah cukup baik, yaitu sudah masuk ke dalam

    struktur organisasi, sudah ada pembagian tugas dan /e/enang, petugas mendapatkan

     pelatihan sesuai dengan tugas pokok dan ungsinya. Hal yang masih menjadi kendala

    yaitu buku pedoman sebagai acuan dalam pelaksanaan layanan !D! belum tersedia

    secara keseluruhan di pelayanan kesehatan dengan layanan !D!, manajemen logistik 

    "7V menganut system desentralisasi namun gudang armasi masih berada di )akarta,

    dan hanya sebagian layanan !D! yang memberikan dukungan psikososial kepada

    9DH". ;ayanan !D! di !apua secara teknis sudah berjalan baik, yaitu adanya konselor 

    yang bagus sehingga layanan berjalan lancar tanpa kendala berarti, petugas sudah

    mendapatkan pelatihan sesuai dengan tugas pokok dan ungsinya, perencanaan dan

     pengelolaan "7V menganut system desentraliasi, serta dukungan psikososial untuk 

     pasien 9DH" sudah berjalan dengan baik. Dari sisi manajemen, hal yang masih menjadi

    kendala yaitu belum adanya #urat *eputusan tentang layanan !D! atau belum masuknya

    layanan !D! ke dalam struktur organisasi 7#, belum jelasnya pembagian tugas dan

    /e/enang, serta belum tersedianya buku pedoman layanan !D! di seluruh 7# di !apua.

    %.2 Saran

    !erlu kejelasan kedudukan layanan !D! dalam struktur organisasi 7# serta kejelasan

     pembagian tugas dan /e/enang dalam layanan !D!. 7# dengan layanan !D!

    seharusnya memiliki buku pedoman sebagai acuan dalam melaksanakan layanan !D!.

    !erlunya memberikan dukungan psikososial kepada pasien 9DH", selain sebagai

    layanan /ajib dan komprehensi, dukungan psikososial juga terbukti mampu

    meningkatkan motiasi dan sel3eicacy 9DH" dalam upaya pengobatan.

    DA=TAR PUSTA7A

    Departemen *esehatan 7I. !edoman !engembangan jejaring ;ayanan Dukungan,

    !era/atan dan !engobatan HIVL"ID#. )akarta, 200

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    21/22

    *ementerian *esehatan 7I. !edoman !enerapan ;ayanan *omprehensi HIV3I6#

    erkesinambungan. )akarta, 20$2.

    Van Dyk "@, Van Dyk !). M'o kno/ or not to kno/M8 serice3related barriers to oluntary

    HIV counseling and testing +V@'- in #outh "rica. !ub6ed 2 +$-8 43$0, 6ei 200&.

    7achel @ohen, #haronann ;ynch, Helen ygrae, et al. "ntiretroiral treatment outcomes

    rom a nurse3drien, community3supported HIV1"ID# treatment programme in rural

    ;esotho8 obserational cohort assessment at t/o years, /ournal o' the International AID 

    ociet 200=.

    @allaghan et al, " systematic reie/ o task3shiting or HIV treatment and care in "rica,

    Human 7esources or Health , 20$0.

    *ementerian *esehatan 7I, Alobal Health Forkorce "lliance, AI>, 7encana

    !engembangan 'enaga *esehatan 'ahun 20$$3202%, )akarta, 20$$.

    7iitta3;iisa *olehmainen3"itken. DecentraliCationNs impact on the health /orkorce8

    !erspecties o managers, /orkers and national leaders. Human 7esources or Health,

    2004, 28%

    6urray ailey. 'echnical "ssistance +'"- or #trengthening o HIV1"ID# related logistic

    management in Indonesia. Indonesia, December 200

  • 8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss

    22/22

    #imoni, )ane 6.: ?rick, !amela ".: Huang, u. " longitudinal ealuation o a social

    support model o medication adherence among HIV3positie men and /omen on

    antiretroiral therapy. Health !sychology, Vol 2%+$-, )an 200,