Upload
hiraagustini
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
1/22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangEpidemi HIV secara global memasuki kondisi kritis. Di dunia, setiap tahunnya
terdapat lebih dari 20 juta kasus kematian dengan 40 juta orang terineksi akibat
epidemi HIV tersebut. !ara pakar epidemiologi di Indonesia memperkirakan jumlah
kasus "ID# pada tahun 20$% akan mencapai $ juta orang dengan &%0.000 kasus
kematian. 'idak hanya itu, pada tahun tersebut akan terjadi sebanyak &(.%00 anak
dengan HIV positi sebagai akibat transmisi dari ibu ke anak. )umlah kumulati HIV
dan "ID# di Indonesiam tertinggi adalah di D*I )akarta +20.$2 HIV %.$$( "ID#- dan
terendah di !roinsi #ula/esi arat +2( HIV dan 0 "ID#-. Di !apua, prealensi
HIV1"ID# $ pada populasi umum yang berarti bah/a situasi masuk dalam kategori
epidemi umum. #edangkan !roinsi )a/a arat, menempati urutan ke empat dengan
jumlah penderita HIV3"ID# terbanyak.
paya pencegahan dan terapi merupakan upaya yang berkesinambungan.
#emula upaya pencegahan merupakan kegiatan utama dalam penanggulangan
HIV1"ID# di Indonesia karena jumlah anggota masyarakat yang terineksi HIV1"ID#
masih sedikit sehingga terbuka kesempatan luas untuk mencegah penularan di
masyarakat. 5amun dengan semakin banyaknya orang yang terineksi HIV di Indonesia
maka dibutuhkan upaya terapi dan dukungan. !eningkatan jumlah kasus HIV1"ID# di
Indonesia berdampak pada kebutuhan layanan !era/atan, Dukungan dan !engobatan
+!D!-. 6enurut data dari !usat *omunikasi !ublik +!uskom !ublik- *ementerian
*esehatan 7I, sampai dengan #eptember 20$2, sudah tersedia &22 layanan !era/atan,
Dukungan dan !engobatan +!D!- yang akti melakukan pengobatan "7V, terdiri dari
2&( 7# 7ujukan !D! +induk- dan (% satelit.6eski jumlah layanan dan cakupan !D! meningkat tajam namun secara umum
layanan !D! masih menghadapi berbagai masalah, diantaranya yaitu8 biaya untuk
diagnosis dan terapi ineksi oportunistik mahal dan sebagian besar biaya ini masih
ditanggung oleh 9rang Dengan HIV1"ID# +9DH"- dan keluarga: kemampuan layanan
masih beragam: masih diperlukan #D6 yang berpengalaman: dukungan pengadaan
asilitas dan peralatan
medik untuk menerapkan ke/aspadaan uniersal masih minim: kurangnya komunikasi
antara pembuat kebijakan dengan pelaksana di lapangan: dan manajemen logistik +perencanaan, pengadaan obat "7V, pendistribusian, dan pemantauan- belum tertata
1
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
2/22
dengan baik sehingga masih dialami adanya kekurangan obat, kelebihan obat, atau
terlambatnya distribusi. Dari permasalahan secara umum tersebut, penulis bermaksud
melakukan ealuasi terhadap pelaksanaan layanan !D! di !roinsi !apua yang di/akili
oleh 7# Dok II !apua dan 7umah #akit Dian Harapan, serta di !roinsi )a/a arat
yang di/akili oleh 7# Hasan #adikin dan 7# Immanuel. *omponen ealuasi meliputi
tentang kedudukan layanan !D!, pelatihan petugas, ketersediaan buku pedoman,
mekanisme layanan !D!, manajemen logistik "7V, serta dukungan psikososial.
Ealuasi ini penting dilakukan, karena dari kegiatan tersebut dapat diketahui hambatan
atau kendala di setiap komponen layanan !D! untuk peningkatan layanan !D! di )a/a
arat dan !apua.
'ulisan ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul !eningkatan
*ualitas 6anajemen ;ogistik dan !erbaikan *epatuhan 6inum 9bat pada 9DH" di
!roinsi )a/a arat dan !apua 'ahun 20$$320$2, yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup 9DH" dengan perbaikan akses dan perilaku berobat.
1.2.Tujuan
$.2.$ ntuk 6engetahui !engertian "7V
$.2.2 ntuk mengetahui tujuan "7V
$.2.& ntuk mengetahui manaat "7V
$.2.4 ntuk 6engetahui jenis3jenis obat "7V
$.2.% ntuk mengetahui eek samping obat
$.2. ntuk mengetahui cara pemberian obat "7V$.2.< ntuk mengetahui resistensi "7V
$.2.( ntuk mengetahui keberhasilan terapi "7V
$.2.= ntuk mengetahui peran pera/at dalam pemberian "7V
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi AR
"7V merupakan obat yg digunakan pasien dengan tes HIV positi. 'erapi
antiretroiral berarti mengobati ineksi HIV dengan obat3obatan. 9bat tersebut +yang
disebut "7V- tidak membunuh irus itu, namun dapat memperlambat pertumbuhan
2
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
3/22
irus, /aktu pertumbuhan irus diperlambat, begitu juga penyakit HIV. *arena HIV
adalah retroirus, obat3obat ini biasa disebut sebagai terapi antiretroiral +"7V-.
+#piritia, 200 8 4$4-
2.2. Tujuan Peng!"atan AR'ujuan utama terapi antiretroirus adalah penekanan secara maksimum dan
berkelanjutan terhadap jumlah irus, pemulihan atau pemeliharaan ungsi imunologik,
perbaikan kualitas hidup, dan pengurangan morbiditas dan mortalitas HIV. +#ilia
"nderson, 200 8 240-.
!emberian "7V telah menyebabkan kondisi kesehatan 9DH" menjadi jauh
lebih baik. Ineksi kriptosporidiasis yang sebelumnya sukar diobati, menjadi jauh lebih
mudah ditangani. Ineksi penyakit oppurtunistik lainnya yang berat, seperti ineksi
irus sitomegalo dan ineksi mikobakterium aptikal, dapat disembuhkan. !neumonia
!neumocystis carinii pada 9DH" yang hilang timbul, biasanya mengharuskan 9DH"
minum obat ineksi agar tidak kambuh. 5amun sekarang dengan minum "7V teratur,
banyak 9DH" yang tidak memerlukan minum obat proilaksis terhadap pneumonia.
+>ubari Djoerban, 200 8 $(0%-
2.#. $anfaat AR
$. 6enekan replikasi irus sedini mungkin dalam /aktu lama.
2. !erbaikan ungsi immun.
&. Hidup bebas dari penyakit untuk /aktu lama.
4. 7esiko resistensi obat rendah dgn penekan irus sempurna.%. 6enurunnya kemungkinan resiko transmisi irus.
2.%. &enis ' jenis O"at ( !"atan AR
9bat "7V terdiri dari golongan seperti nucleoside reverse transcriptase
inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleoside reverse
transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease. 'idak semua "7V yang ada telah
tersedia di Indonesia. +>ubari Djoerban 200 8 $(0-
Di "merika #erikat +200$-, # Food and Drug Administration +?D"- telah menyetujui
tiga golongan obat untuk ineksi HIV 8
a nucleoside reverse transcriptase inhibitor +57'I-
b non nucleoside reverse transcriptase inhibitor +557'I-
c inhibitor protease +!I-
5ucleoside atau nucleotide reerse transcriptase inhibitor +57'I- 9bat ini
dikenal sebagai analog nukleosida yang menghambat proses perubahan 75" irusmenjadi D5" + proses ini dilakukan oleh irus HIV agar bisa bereplikasi-. @ontoh dari
3
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
4/22
obat "7V yang termasuk dalam golongan ini85ama Aenerik 8 >idoudine5ama
Dagang 8 7etroir5ama lain8 ">' ,>@V. 5ucleoside reerse transcriptase inhibitor
+5t7'I-. Bang termasuk golongan iniadalah 'enooir +'D?- 5onnucleoside reerse
transcriptase inhibitor +557'I- .Aolongan ini juga berkejadengan menghambat proses
perubahan 75" menjadi D5" dengan cara mengikatreerse transcriptase sehingga
tidak berungsi. Bang termasuk golongan 557' I adalah 8 5ama generik 8 neirapin
5ama dagang 8 iramune 5ama lain 8 5V! I37A3%(
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
5/22
*onsultasikan hal ini pada dokter untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan
karena anemia dapat diobati, tapi tidak boleh dianggap enteng.
c. Aangguan !encernaan
eberapa obat "7V dapat mengakibatkan perut terasa nyeri, mual, kembung, bahkan
bisa berakibat muntah dan diare. !engobatan yang laCim dipakai dirumah termasuk 8
makan sedikit tapi sering, makan sup dan makanan yang lunak, minuman jahe dan
sering berolahraga. )ika mengalami diare, harus banyak minum untuk menghindari
dehidrasi.
d. Aangguan !ada *ulit
eberapa obat menyebabkan benjolan +ruam- yang terasa gatal. *ulit biasanya akan
menjadi kering, maka sebaiknya gunakan pelembab. )ika ruam yang timbul sangat
banyak di sekujur tubuh, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
e. Aangguan #ara *ecil#ering kesemutan pada telapak kaki atau tangan bisa diindikasikan sebagai gejala
gangguan sara kecil. 6engkonsumsi itamin dapat mengurangi rasa kesemutan
tersebut, tapi tidak ada salahnya untuk memeriksakan diri ke ahli sara karena jika
dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan kerusakan sara yang lebih parah.
. 6asalah 'ulang
aru diketahui pada orang HIV. 6ineral tulang dapat hilang dan tulang menjadi
rapuh. *ehilangan aliran darah dapat menyebabkan masalah pinggul. !astikan
konsumsi cukup Cat kalsium dalam makanan dan suplemen.
g. ;ipodistroi
anyak 9DH" yang kehilangan lemak pada bagian lengan, kaki, terutama pada
/ajah +pipi terlihat cekung-. 'entunya jika ada penumpukan lemak, maka ada
peningkatan kadar gula dan kolesterol dalam darah yang dapat mengakibatkan stroke
maupun serangan jantung.
Ta"el 2.# Efek Sa*+ing "er,asarkan &enis O"at AR
Na*a -enerik Na*a Dagang Efek Sa*+ing
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor(NRTI)
;amiudin +&'@- U*u* 8 mual1diare: sakit kepala:
neutropenia: kelelahan: ruam:
sakit perut
Para 8 pancreatitis +jarang-
>idoudin +>DV, 7etroir U*u* 8 mual1muntah: sakit
5
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
6/22
">'-
"doi
"irCid
kepala: neutropenia: kelelahan:
anoreksia: #A!'1#A9' tinggi:
miopati dan miotosis +jarang-
Para 8 "nemia
#taudin +d4'- #tair
>erit
U*u* 8 mual1muntah1diare:
sakit kepala: kelelahan: ruam:
#A!'1#A9' tinggi
Para 8 neuropati perier:
pancreatitis: amilase tinggi
Didanosin +ddl- Vide U*u* 8 mual1muntah1diare, sakit
kepala, ruam: halusinasi
Para 8 pankreatitis: neuropati
perier, amylase tinggi
5on 5ucleoside 7eerse 'ranscriptase Inhibitor +557'I-
EairenC +E?V,
E?>-
#tocrin U*u* 8 mual1diare: sakit kepala:
ruam: #A!'1#A9' tinggi
Para 8 gejala system sara pusat:
sindrom #teens3)ohnson +jarang-
5eirapine +5V!- Viramune
5eiral
U*u* 8 mual1diare: sakit kepala:
kelelahan: ruam
Para 8 ruam parah1sindrom
#teens3)ohnsons: #A!'1#A9'
tinggi: hepatitis
Inhibitor Protease +!I-
5elinair +5V? 5ele
Viracept
mum 8 mual1diare: sakit perut:
ruam:gas
+sumber 8 #piritia, 200-
2./. 0ara Pe*"erian Antiretr!iral AR3
6
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
7/22
Faktu memulai "7V harus dipertimbangkan dengan seksama karena obat
"7V akan diberikan dalam jangka panjang. 9bat "7V direkomendasikan pada semua
pasien yang telah menunjukkan gejala yang termasuk dalam kriteria diagnosis "ID#
atau menunjukkan gejala yang termasuk dalam kriteria diagnosis "ID# atau
menunjukkan gejala yang sangat berat, tanpa melihat jumlah @D4G. 9bat ini juga
direkomendasikan pada pasien asimptomatik dengan jumlah lomosit @D4G kurang
dari 200 sel1mm& . !asien dengan jumlah limosit @D4G 2003&%0 sel1mm& dapat
dita/arkan untuk memulai terapi. !ada pasien asimptomatik dengan jumlah lomosit
@D4G lebih dari &%0 sel1mm&dan iral load lebih dari $00.000 kopi1ml terapi "7V
dapat dimulai, namun dapat pula ditunda. 'erapi "7V tidak dianjurkan dimulai pada
pasien dengan jumlah lomosit @D4G lebih dari &%0 sel1mm& dan iral load kurang dari
$00.000 kopi1ml. +>ubari Djoerban, 2008$(0-.
!enggunaan "7V juga ra/an resistensi. ila hal itu terjadi, obat "7V tidak
akan lagi berpengaruh pada tubuh 9DH" bersangkutan. 7esiko resisten tidak hanya
bisa terjadi pada proses penghentian obat, tetapi juga pada kesalahan pemakaian.
*arenanya, Departemen *esehatan mengharuskan pemakaian minimal & kombinasi
obat. *ombinasi yang digunakan juga berbeda3beda untuk setiap 9DH", tergantung
pada kondisi tubuhnya. +#piritia, 200'-
7etroir
"doir
"irCid
$ pil &00mg
21hari
2 33
7
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
8/22
#taudin
+d4'-
#tair
>erit
erat badan 0
kg 8 $ pil 40 mg,
21hari
erat badan 0
kg 8 $ pil &0 mg,
21hari
2 33
Didanosin
+ddl-
Vide erat badan 0
kg 8 2 tablet 200
mg, $1hari
erat badan 0
kg 8 2 tablet $2%
mg, $1hari
2 !akai 2 jam sebelum
atau $ jam sesudah
makan
Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor +557'I-
EairenC
+E?V, E?>-
#tocrin $ kapsul 00 mg,
$1hari
$ 6alam hari, hindari
makanan yang
berlemak
5eirapine
+5V!-
Viramune
5eiral
$ tablet 200 mg,
21hari
2 33
Inhibitor Protease (PI)
5elinair
+5?V-
5ele
Viracept
% tablet 2%0
mg, 21hari
$0 !akai dengan makan
+#umber 8 >ubari Djoerban, 200-
9bat "7V juga diberikan pada beberapa kondisi khusus seperti pengobatan
proilaksis pada orang yang terpapar cairan tubuh yang mengandung irus HIV (post-
esposure prophla!is) dan pencegahan penularan dari ibu ke bayi. !rogram pencegahan
dari ibu ke anak dengan pemberian obat "7V penting untuk mendapat perhatian lebih
besar mengingat sudah ada beberapa bayi di Indonesia yang tertular HIV dari ibunya.
Eektiitas penularan HIV dari ibu ke anak adalah sebesar $03&0 . "rtinya dari $00
ibu hamil yang terineksi HIV, ada $0 sampai &0 bayi yang akan tertular. #ebagian
besar penularan terjadi pada /aktu proses persalinan dan sebagian kecil melalui
8
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
9/22
plasenta selama kehamilan dan sebagian lagi melalui air susu ibu. +>ubari Djoerban,
2008 $(0-.
2.5. Resistensi Antiretr!iral AR3
9bat "7V perlu diminum sesuai petunjuk dokter baik dosis maupun/aktunya. 6engingat bah/a HIV adalah irus yang selalu bermutasi, maka jika kita
tidak mematuhi aturan pemakaian obat "7V, HIV yang berada di dalam tubuh kita bisa
menjadi resisten terhadap obat itu. Dengan kata lain, obat yang kita konsumsi tidak bisa
lagi memperlambat laju penyakit HIV menuju ke tahap "ID#, sehingga perlu diganti
dengan obat lain yang mungkin lebih mahal atau lebih sulit diperoleh.
HIV juga dapat menjadi resisten terhadap sejenis obat bila tingkat darah obat
tersebut terlalu rendah untuk menghentikan reproduksi irus. #elagi HIV terus
bereproduksi, jenis3jenis irus yang mampu reproduksi tanpa terpengaruh obat +jenis
yang resisten terhadap obat- menjadi lebih unggul dari pada jenis yang sensitie
terhadap obat dan akan menjadi dasar bagi populasi HIV yang baru di dalam tubuh.
+#piritia, 200 84$4-.
7esistensi HIV terjadi apabila terjadi mutasi atau perubahan pada struktur
genetic HIV, sehingga HIV menjadi kuat mela/an obat antiretroiral +"7V- tertentu.
Dengan kata lain, terjadinya perubahan genetic yang memungkinkan HIV terus
melakukan replikasi /alaupun pasien menjalani terapi antiretroiral. Idealnya, setiapsel baru hasil proses replikasi yang terjadi didalam tubuh sama persis seperti sel a/al
yang direplikasi. 'api kadang3kadang terjadi kesalahan kecil di dalam sebuah sel yang
kemudian terba/a pada sel baru. #ampai pada suatu saat, sel3sel yang mengandung
kesalahan3kesalahan kecil ini menjadi banyak. !erubahan kecil di dalam komposisi
genetic sel disebut JmutasiK. 6utasi sering terjadi pada HIV karena cepatnya proses
replikasi sel berlangsung dan ketidak hadirannya mekanisme untuk memperbaiki
kesalahan3kesalahan ini. +#piritia. 200< 8 4$4-.
6utasi menyebabkan HIV menjadi mampu mela/an obat "7V. Dengan kata
lain, telah terjadi resistensi HIV. iasanya, mutasi terjadi di dalam sel apabila terjadi
kondisi tertentu atau disebabkan oleh aktor tertentu. 6isalnya stress akibat lingkungan,
paparan terhadap toksin +racun di dalam tubuh-, paparan terhadap berbagai obat secara
berulang3ulang. 'api seringkali, resistensi timbul akibat ketidak patuhan terhadap "7V
atau terputusnya terapi "7V. 'erputusnya terapi ini bisa disebabkan karena pasien
merasa lebih it sehingga beranggapan tidak perlu meneruskan terapinya, atau bisa juga
karena penyediaan obat terhenti. Falaupun kebanyakan replikasi HIV dapat dicegah
9
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
10/22
oleh obat "7V, beberapa irus tetap mengalami mutasi sehingga mengakibatkan
berlipat gandanya salah satu lini +strain- yang resisten ini, maka obat "7V menjadi
berkurang eektiitasnya. +#piritia, 200< 8 4$4-.
Di 5egara3negara maju, di mana banyak pilihan obat "7V, hal ini bisa
mengakibatkan sulitnya mencari kombinasi obat "7V yang tepat. erkat tersedianya
obat "7V, banyak orang yang terkena HIV bisa hidup lebih lama. 'api dengan mereka
hidup lebih lama dengan HIV. *emungkinan untuk irus bermutasi atau menjadi kuat
mela/an obat "7V juga menjadi lebih besar. 7esistensi HIV merupakan masalah yang
sering terjadi, yang banyak berpengaruh pada pasiennya yang menjalani terapi
antiretroiral.
Di Indonesia, sesuai pendekatan *esehatan 6asyarakat yang dianjurkannya
oleh FH9 dalam hal pemakaian obat "7V di negara berkembang jika terapi lini pertama dirasakan mulai JgagalK+bukan disebabkan oleh ketidak patuhan terhadap
terapi antiretroiral-, maka rejimen pengobatan akan dialihkan ke lini32, dengan
mengganti semua obat yang dipakai untuk mengobati HIV lini3$. Di negara3negara
maju, jika telah terjadi resistensi HIV, dokter biasanya melakukan tes resistensi HIV
+berupa tes darah- untuk mengetahui obat "7V yang mana kiranya yang paling eisien
untuk mela/an irus yang telah bermutasi dan yang mana perlu dihindari. "da dua
macam tes resistensi yang tersedia, yaitu +#piritia, 200< 8 4$4- 8
a. Genotypic Testing
'es ini meneliti HIV yang ada di dalam darah pasien dan memeriksa apakah telah
terjadi mutasi. )ika dokter mengetahui bah/a mutasi genetik tertentu telah terjadi,
maka ia bisa mengetahui irus telah menjadi resisten terhadap obat "7V yang mana
atau jenis obat "7V yang mana secara spesiik. )enis tes ini cepat hasilnya dan
terjangkau harganya +di negara maju-.
b. Pheonotypic Testing
'es ini berbeda dengan Aenotypic 'esting karena tes ini mengambil irus dan
memaparkannya terhadap obat "7V dengan konsentrasi yang berbeda3beda untuk
memastikan obat "7V yang mana yang eekti. 6etode ini dipakai pada tahap dini
pengembangan sebuah obat itu dibolehkan dikonsumsi oleh manusia. 'es ini lambat
prosesnya dan mahal harganya sehingga hanya sedikit orang yang bisa
memanaatkannya.
#eperti disebut di atas, tes resistensi HIV bisa membantu dokter merancang
jenis terapi yang cocok untuk pasien yang terpapar pada berbagai macam kombinasi
obat "7V. 5amun de/asa ini banyak terjadi kasus dimana orang yang baru saja
didiagnosa mengidap HIV ternyata sudah terineksi oleh irus yang resisten. Dengan
10
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
11/22
kata lain, pasien tertular oleh irus yang sudah dalam keadaan resisten terhadap obat
"7V tertentu. 'entu saja hal ini merupakan masalah, baik di negara3negara berkembang
di mana pilihan obat "7V tidak banyak maupun di negara3negara maju karena
membuat sulit memilih terapi mana yang paling baik, mengingat bah/a kombinasi obat
"7V tertentu yang biasanya diberikan kepada orang yang baru saja terineksi HIV
menjadi tidak bisa diberikan kepada orang yang irusnya sudah resisten terhadap obat
"7V tertentu ini. !adahal. #eperti kita ketahui, bagaimana seorang pasien mendapatkan
pengobatan pada tahap a/al ineksi sangat mempengaruhi jalan penyakitnya atau
prognosisnya. +#piritia, 200< 8 4$4-.
2.6. 7e"erasilan Tera+i Antiretr!iral AR3
*eberhasilan terapi dapat dilihat dari tanda3tanda klinis pasien yang membaik
setelah terapi, salah satunya ineksi oppurtunistik tidak terjadi. kuran jumlah sel
@D4G menjadi predictor terkuat terjadinya komplikasi HIV. )umlah @D4G yang
menurun diasosiasikan sebagai perbaikan yang lambat dalam terapi, meski pada
kenyataannya pasien yang memulai terapi pada saat @D4G rendah, akan menunjukkan
perbaikan yang lambat. 5amun jumlah @D4G di ba/ah $00 sel1mm& menunjukkan
resiko yang signiikan untuk terjadinya penyakit HIV yang progresi. 6aka, kegagalan
imunologik dikatakan terjadi jika jumlah @D4G kurang dari angka tersebut.
#elain itu, uji iral load merupakan cara yang inormati dan sensitie untuk mengidentiikasikan kegagalan terapi. !engobatan dikatakan sukses secara irulogik
jika tingkat 75" plasma HIV3$ berada di ba/ah 400 kopi1ml atau %0 kopi1ml setelah
bulan terapi. )ika gagal, maka dapat dipertimbangkan untuk mengganti regimen atau
masuk ke terapi lini kedua.+>ubari Djoerban, 200 8$(0-.
2.8. Peran Pera9at ,ala* Pe*"erian AR
!enggunaan obat "7V *ombinasi
$. 6anaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi adalah8
a. 6emperoleh khasiat yang lebih lama untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
resistensi
b. 6eningkatkan eektiitas dan lebih menekan aktiitas irus. ila timbul
eek samping, bisa diganti obat lainnya dan bila irus mulai resisten terhadap obat
yangsedang digunakan, bisa memakai kombinasi lain.
2. Eektiitas obat "7V kombinasi8
a. "7V kombinasi lebih eekti karena mempunyai khasiat "7V yang lebih
tinggidan menurunkan iral load lebih tinggi dibanding penggunaan satu jenis
obat saja.
11
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
12/22
b. *emungkinan terjadinya resistensi irus kecil, akan tetapi bila pasien lupa minum
obat dapat menimbulkan terjadinya resistensi.
c. *ombinasi menyebabkan dosis masing3masing obat lebih kecil, sehingga
kemungkinan eek samping lebih kecil.
BAB III
PE$BAHASAN
12
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
13/22
#.1. Ealuasi Pelaksanaan La4anan Pera9atan: Dukungan ,an Peng!"atan PDP3
HI(AIDS
Hingga saat ini HIV masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat utama di Indonesia. #ejak pertama kali ditemukan +$=(
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
14/22
4. !edoman nasional tatalaksana HIV dan terapi "7V yang terbaru perlu segera
diterapkan.
Direkomendasikan pula untuk mengadaptasi sistem penyelenggaraan salah
satu pilar dari prakarsa 'reatment 2.0 yang merupakan suatu prakarsa baru dari FH9
dan 5"ID# dalam pengendalian HIV. 'reatment 2.0 menekankan penyederhanaan
pemberian terapi "7V, penggunaan teknik diagnosis dan pemantauan sederhana di
tempat, mengurangi biaya, mengadaptasi sistem layanan sesuai kondisi setempat dan
melibatkan masyarakat. Dengan demikian, upaya pencegahan dapat dipercepat
peningkatannya. Hal tersebut hanya akan ter/ujud dengan mempromosikan
desentralisasi layanan pengobatan dengan pendekatan pendelegasian tugas +tas+ shi'ting
approach-.
!ermasalahan medis yang dihadapi 9DH" dapat berupa ineksi oportunistik,
gejala simtomatik yang berhubungan dengan "ID#, ko3ineksi, sindrom pemulihan
kekebalan tubuh serta eek samping dan interaksi obat "7V. #edangkan masalah
psikologis yang mungkin timbul yang berkaitan dengan ineksi HIV1"ID# adalah
depresi, ansietas, gangguan kogniti serta gangguan kepribadian sampai psikosis.
6asalah sosial yang dapat timbul pada HIV1"ID# adalah diskriminasi,
pengucilan1stigmatisasi, pemberhentian dari pekerjaan, perceraian, serta beban inansialyang harus ditanggung 9DH". 6asalah psikososial dan sosioekonomi tersebut sering
kali tidak saja dihadapi oleh 9DH", namun juga oleh keluarga dan kerabat dekatnya.
!D! merupakan singkatan dari pera/atan, dukungan dan pengobatan +are,
upport and Treatment -, adalah suatu layanan terpadu dan berkesinambungan untuk
memeberikan dukungan baik aspek manajerial, medis, psikologis maupun sosial untuk
mengurangi atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi 9DH" selama pera/atan
dan pengobatan. ;ayanan !D! baru berkembang di Indonesia sejak program b .
diluncurkan FH9 pada tahun 2004. 6eskipun layanan !D! dengan skala kecil telah
berjalan di kota besar sejak munculnya kasus HIV1"ID#, pemerataan layanan !D! ke
masyarakat berjalan secara bertahap. !ada tahun 2004, pemerintah juga telah
menetapkan 2% rumah sakit sebagai pelaksana layanan !D!. !ada tahun yang sama
pemerintah telah menyediakan obat "7V generik dan diberikan secara gratis, terutama
kepada 9DH" yang miskin. ntuk meningkatkan kompetensi 7# tersebut, pemerintah
telah melakukan pelatihan nasional baik untuk dokter, pera/at, konselor, serta tenaga
kesehatan lain. Dengan semakin meningkatnya kasus 9DH" dan meningkatnya jumlah
14
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
15/22
7# dan proinsi yang melaporkan adanya kasus 9DH" serta kebutuhan untuk
meningkatkan akses dan mutu layanan, pengembangan 7# layanan !D! semakin
mendesak. ;ayanan !D! juga merupakan salah satu bentuk dari layanan komprehensi
HIV dan I6# berkesinambungan. !elaksanaaan !D! di *ota andung dapat dikatakan
sudah baik dari segi struktur organisasi maupun pembagian tugas dan ke/ajiban yang
harus dijalankan. Dengan keberadaan #urat *eputusan dan keberadaan klinik di ba/ah
Direktur 6edik dan *epera/atan mencerminkan kepedulian manajemen terhadap
keberadaan dan pentingnya *linik 'eratai. !enetapan lokasi layanan dan penunjukan tim
yang bertugas, menunjukan keseriusan manajemen dalam memberikan layanan terhadap
pasien 9DH" yang berobat ke rumah sakit. Hal ini perlu dicontoh oleh rumah sakit atau
penyedia layanan lainnya dalam melayani pasien 9DH". aiknya layanan akan
menyebabkan pasien meningkat, hal ini juga dirasakan oleh 7#H#, dimana
meningkatnya jumlah pasien tidak disertai dengan meningkatnya petugas kesehatan yang
bekerja. *erja keras dan terus menerus akan meningkatkan beban kerja dan dapat
mengurangi kualitas layanan yang diberikan. Hal ini perlu mandapat perhatian dari
manajemen dan pengelola klinik.
Di !apua, layanan klinik di 7# belum memiliki #urat *eputusan dan struktur
organisasi yang jelas. Demikian halnya dengan pembagian tugas dan /e/enang dalam
menangani pasien, maka tak heran apabila ada pasien baru mereka memberikan layanan
secara bersamaan. 5amun demikian, klinik memiliki konselor yang bagus sehingga
mereka dapat menjalankan layanan terapi dengan baik tanpa kendala yang berarti. Hal
positi yang bisa diperoleh dari 7# di !apua adalah mereka menekankan akan kepatuhan
pasien untuk minum "7V. #ebelum pasien memulai terapi "7V, pasien harus menjalani
beberapa konseling yang baik, termasuk di dalamnya bagaimana mereka bersikap apabila
mengalami eek samping karena obat "7V. *onseling yang baik pada akhirnya akan
menyebabkan mereka patuh dan mau minum obat dengan teratur. *ebijakan ini perlu
ditiru di tempat lain mengingat eek samping obat "7V akan timbul $23$ minggu
pertama ketika mulai minum obat "7V.
Di *ota andung, meningkatnya jumlah pasien tidak disertai dengan
meningkatnya jumlah petugas kesehatan yang melayani. Hasil penelitian di "rika
#elatan, menunjukkan bah/a salah satu aktor yang mempengaruhi pemanaatan
pelayanan kesehatan adalah masalah logistik, yang antara lain meliputi kurangnya tenaga
konselor, lamanya pelayanan serta minimnya dukungan tindak lanjut pasca testing.
5amun di *ota andung, pada saat penelitian dilakukan, dampak tersebut sepertinya
15
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
16/22
belum berlaku, karena meskipun jumlah tenaga kesehatan belum bertambah, tapi jumlah
pasien yang datang untuk memperoleh layanan terus meningkat. *ondisi serupa pernah
terjadi di ;esotho, dimana dengan sumberdaya manusia yang terbatas, namun tetap
mampu meningkatkan jumlah 9DH" yang melakukan pera/atan dan pengobatan ke
pelayanan kesehatan primer. !rogram di ;esotho tersebut menyoroti bagaimana
meningkatkan pera/atan HIV dengan cara memperkuat sistem pera/atan kesehatan
primer dan memalidasi beberapa daerah penting untuk pengalihan tugas, termasuk di
dalamnya adalah nurse-driven Antiretroviral Therap untuk orang de/asa dan anak3
anak, dan pengujian konselor a/am dalam melakukan konseling dan manajemen kasus.
!engalihan tugas atau tas+ shi'ting ini menjadi salah satu hal yang penting yang dapat
menjadi pilihan dalam menyikapi kondisi terbatasnya jumlah sumber daya manusia
kesehatan.
Hasil sstematic revie# yang dilakukan oleh 6ike @allaghan dan ka/an3
ka/an +20$0- tentang pengalihan tugas dalam pengobatan dan pera/atan HIV di "rika
menyimpulkan bah/a pengalihan tugas merupakan strategi yang eekti untuk mengatasi
kekurangan tenaga kesehatan dalam pengobatan dan pera/atan HIV. 'ugas pergeseran
ini mena/arkan kualitas yang tinggi, dapat menghemat biaya pera/atan pasien
dibandingkan dengan model phsician-centered . 'antangan utama implementasi ini yaitu
antara lain pentingnya pelatihan yang memadai dan berkelanjutan, dukungan dana untuk
membayar sta dalam peran baru tersebut, dan integrasi anggota baru ke dalam tim
kesehatan.
'erkait dengan pelatihan, seluruh inorman di 4 7# menyatakan pernah
mengikuti atau mendapat pelatihan. !elatihan ini penting dalam rangka meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan kinerja petugas kesehatan terkait dengan tugas pokok dan
ungsinya dalam memberikan pelayanan. ?asilitas pelayanan kesehatan dapat berungsi
dengan baik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, apabila
didukung dengan sarana dan prasarana, tenaga kesehatan, serta pembiayaan yang
memadai. 'enaga kesehatan harus tersedia dan terdistribusi secara merata dalam jumlah
dan jenis, serta berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan Visi !engembangan 'enaga *esehatan di
Indonesia yaitu J#eluruh !enduduk 6emperoleh "kses terhadap 'enaga *esehatan yang
erkualitasK. uku pedoman tentang layanan !D! juga merupakan salah satu input
penting sebagai acuan dalam melakukan tata laksana layanan berkaitan dengan
pera/atan, dukungan dan pengobatan 9DH". uku pedoman tersebut seharusnya ada
16
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
17/22
dan digunakan dalam sarana kesehatan yang memberikan layanan !D!D. 5amun dari
hasil /a/ancara mendalam di 4 7#, hanya 2 7# yang memiliki buku pedoman layanan
!D!.
6anajemen logistik "7V di )a/a arat menggunakan sistem sentralisasi,
sedangkan system desentralisasi baru dimulai tahun 20$$ dan dilakukan oleh Dinas
*esehatan !roinsi. Hingga saat penelitian dilakukan sudah melayani 20 7#. 6eskipun
sudah menerapkan sistem desentralisasi tetapi gudang "7V masih berlokasi di gudang
*imia ?arma !ulo Aadung, )akarta. Dinkes *ota andung tidak terlibat secara langsung
dalam hal logistik "7V hanya ada tembusan laporan dari 7# atau laporan dari
!uskesmas ke !emegang !rogram HIV3"ID#, termasuk tentang penggunaan "7V. Di
gudang Dinas *esehatan *ota hanya tersedia obat ineksi oportunistik yang dapat
digunakan oleh 7#, !uskesmas atau klinik ;#6 HIV3"ID# yang ditunjuk. erbeda
dengan manajemen logistik di )a/a arat, pemerintah !roinsi !apua melalui gudang
armasi proinsi melakukan koordinasi dengan pihak !usat +#ubdit "ID# !2!;- untuk
melakukan proses perencanaan dan pemesanan obat "7V. 7umah #akit atau !uskesmas
yang sudah melayani obat "7V berhubungan langsung dengan gudang armasi untuk
proses perencanaan dan pemesanan obat "7V.
#istem desentralisasi memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan
dengan sistem sentralisasi. !ada sistem desentralisasi daerah mengetahui kebutuhan obat
dengan pasti baik jenis maupun jumlah yang diperlukan, sedangkan sistem sentralisasi
!usat kurang tahu pasti kebutuhan obat di daerah. "kibatnya keperluan obat didaerah
baik jenis maupun sarana dan prasarana, tenaga kesehatan, serta pembiayaan yang
memadai. 'enaga kesehatan harus tersedia dan terdistribusi secara merata dalam jumlah
dan jenis, serta berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan Visi !engembangan 'enaga *esehatan di
Indonesia yaitu J#eluruh !enduduk 6emperoleh "kses terhadap 'enaga *esehatan yang
erkualitasK. uku pedoman tentang layanan !D! juga merupakan salah satu input
penting sebagai acuan dalam melakukan tata laksana layanan berkaitan dengan
pera/atan, dukungan dan pengobatan 9DH". uku pedoman tersebut seharusnya ada
dan digunakan dalam sarana kesehatan yang memberikan layanan !D!D. 5amun dari
hasil /a/ancara mendalam di 4 7#, hanya 2 7# yang memiliki buku pedoman layanan
!D!.
6anajemen logistik "7V di )a/a arat menggunakan sistem sentralisasi,
sedangkan system desentralisasi baru dimulai tahun 20$$ dan dilakukan oleh Dinas
17
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
18/22
*esehatan !roinsi. Hingga saat penelitian dilakukan sudah melayani 20 7#. 6eskipun
sudah menerapkan sistem desentralisasi tetapi gudang "7V masih berlokasi di gudang
*imia ?arma !ulo Aadung, )akarta. Dinkes *ota andung tidak terlibat secara langsung
dalam hal logistik "7V hanya ada tembusan laporan dari 7# atau laporan dari
!uskesmas ke !emegang !rogram HIV3"ID#, termasuk tentang penggunaan "7V. Di
gudang Dinas *esehatan *ota hanya tersedia obat ineksi oportunistik yang dapat
digunakan oleh 7#, !uskesmas atau klinik ;#6 HIV3"ID# yang ditunjuk. erbeda
dengan manajemen logistik di )a/a arat, pemerintah !roinsi !apua melalui gudang
armasi proinsi melakukan koordinasi dengan pihak !usat +#ubdit "ID# !2!;- untuk
melakukan proses perencanaan dan pemesanan obat "7V. 7umah #akit atau !uskesmas
yang sudah melayani obat "7V berhubungan langsung dengan gudang armasi untuk
proses perencanaan dan pemesanan obat "7V.
#istem desentralisasi memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan
dengan sistem sentralisasi. !ada sistem desentralisasi daerah mengetahui kebutuhan obat
dengan pasti baik jenis maupun jumlah yang diperlukan, sedangkan sistem sentralisasi
!usat kurang tahu pasti kebutuhan obat di daerah. "kibatnya keperluan obat didaerah
baik jenis maupun jumlahnya lebih banyak dari gudang armasi proinsi. 5amun sistem
desentralisasi juga memiliki kelemahan dibandingkan sistem sentralisasi. #alah satu
kelemahan tersebut adalah kemampuan sumber daya manusia. #umber daya manusia di
tiap proinsi tidak sama satu sama lain, akibatnya proinsi yang memiliki sumber daya
manusia yag baik akan lebih mudah menyelenggarakan sistem desentralisasi
dibandingkan dengan proinsi dengan sumber daya manusia yang terbatas. #elain itu
sistem desentralisasi memerlukan komitmen yang menyeluruh dari tiap unit layanan
dibandingkan sistem sentralisasi. *omitmen ini penting dilakukan untuk menjamin
kesinambungan sistem dan ketersedian obat secara kontinyu di proinsi.
6engenai dukungan psikososial terhadap 9DH", !roinsi )a/a arat dan
!apua telah memberikan dukungan psikososial dengan cukup baik. adanya dukungan
psikososial sangat penting dalam mendukung perilaku positi dari pasien. #ejumlah
penelitian telah mencoba menghubungkan dukungan sosial dengan kepatuhan berobat.
'ernyata, dukungan social berhubungan dengan kepatuhan pengobatan yang lebih baik
pada pasien. Hasil penelitian yang dilakukan oleh AonCaleC, )erey # dan ka/an3ka/an
pada pasangan homoseksual menunjukkan bah/a dukungan sosial dan keadaan pikiran
yang positi meningkatkan kepatuhan pengobatan. Hasil yang sama juga ditunjukkan
oleh penelitian pada 9DH" "merika dan !uerto 7ico, yaitu dukungan sosial
18
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
19/22
memperkecil pengaruh negati, memperbesar tingkat spiritualitas 9DH", dan
meningkatkan sel'-e''icac 9DH" dalam kepatuhan pengobatan.
#.2. 7ele"ian ,an kekurangan
7ele"ian ;
Setela ka*i *e*"a
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
20/22
!elaksanaan layanan !D! di )a/a arat sudah cukup baik, yaitu sudah masuk ke dalam
struktur organisasi, sudah ada pembagian tugas dan /e/enang, petugas mendapatkan
pelatihan sesuai dengan tugas pokok dan ungsinya. Hal yang masih menjadi kendala
yaitu buku pedoman sebagai acuan dalam pelaksanaan layanan !D! belum tersedia
secara keseluruhan di pelayanan kesehatan dengan layanan !D!, manajemen logistik
"7V menganut system desentralisasi namun gudang armasi masih berada di )akarta,
dan hanya sebagian layanan !D! yang memberikan dukungan psikososial kepada
9DH". ;ayanan !D! di !apua secara teknis sudah berjalan baik, yaitu adanya konselor
yang bagus sehingga layanan berjalan lancar tanpa kendala berarti, petugas sudah
mendapatkan pelatihan sesuai dengan tugas pokok dan ungsinya, perencanaan dan
pengelolaan "7V menganut system desentraliasi, serta dukungan psikososial untuk
pasien 9DH" sudah berjalan dengan baik. Dari sisi manajemen, hal yang masih menjadi
kendala yaitu belum adanya #urat *eputusan tentang layanan !D! atau belum masuknya
layanan !D! ke dalam struktur organisasi 7#, belum jelasnya pembagian tugas dan
/e/enang, serta belum tersedianya buku pedoman layanan !D! di seluruh 7# di !apua.
%.2 Saran
!erlu kejelasan kedudukan layanan !D! dalam struktur organisasi 7# serta kejelasan
pembagian tugas dan /e/enang dalam layanan !D!. 7# dengan layanan !D!
seharusnya memiliki buku pedoman sebagai acuan dalam melaksanakan layanan !D!.
!erlunya memberikan dukungan psikososial kepada pasien 9DH", selain sebagai
layanan /ajib dan komprehensi, dukungan psikososial juga terbukti mampu
meningkatkan motiasi dan sel3eicacy 9DH" dalam upaya pengobatan.
DA=TAR PUSTA7A
Departemen *esehatan 7I. !edoman !engembangan jejaring ;ayanan Dukungan,
!era/atan dan !engobatan HIVL"ID#. )akarta, 200
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
21/22
*ementerian *esehatan 7I. !edoman !enerapan ;ayanan *omprehensi HIV3I6#
erkesinambungan. )akarta, 20$2.
Van Dyk "@, Van Dyk !). M'o kno/ or not to kno/M8 serice3related barriers to oluntary
HIV counseling and testing +V@'- in #outh "rica. !ub6ed 2 +$-8 43$0, 6ei 200&.
7achel @ohen, #haronann ;ynch, Helen ygrae, et al. "ntiretroiral treatment outcomes
rom a nurse3drien, community3supported HIV1"ID# treatment programme in rural
;esotho8 obserational cohort assessment at t/o years, /ournal o' the International AID
ociet 200=.
@allaghan et al, " systematic reie/ o task3shiting or HIV treatment and care in "rica,
Human 7esources or Health , 20$0.
*ementerian *esehatan 7I, Alobal Health Forkorce "lliance, AI>, 7encana
!engembangan 'enaga *esehatan 'ahun 20$$3202%, )akarta, 20$$.
7iitta3;iisa *olehmainen3"itken. DecentraliCationNs impact on the health /orkorce8
!erspecties o managers, /orkers and national leaders. Human 7esources or Health,
2004, 28%
6urray ailey. 'echnical "ssistance +'"- or #trengthening o HIV1"ID# related logistic
management in Indonesia. Indonesia, December 200
8/17/2019 Analisis Jurnal Hiv Passss
22/22
#imoni, )ane 6.: ?rick, !amela ".: Huang, u. " longitudinal ealuation o a social
support model o medication adherence among HIV3positie men and /omen on
antiretroiral therapy. Health !sychology, Vol 2%+$-, )an 200,