13

Analisis Efisiensi Teknis Dan Skala Ekonomi Industri -Efisiensi Bs Fluktuatif

  • Upload
    jundi

  • View
    80

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal tentang efisiensi dengan teknik dea

Citation preview

  • ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN SKALA EKONOMI INDUSTRIPERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

    Fitriningsih AmaloUniversitas Muhammadiyah Kupang

    E-mail: [email protected]

    ABSTRACTThis study aimed to measure the extent of technical efficiency of Islamic banking industry, analyzingpotential improvements composition of input and output, determine the source of technical efficiency,and to know the position of economies of scale. The analysis technique used Data EnvelopmentAnalysis (DEA). The determination of input and output used the intermediation approach. The vari -ables inputs are namely deposits, fixed assets, labour costs, and outputs (financing). Samplin g tech-nique is purposive samplin g. Sample size are 18 banks the period 2007-2010. The results showedthat the technical efficiency of Islamic banking industry experienced volatile growth, the averagetechnical was not efficient (inefficiency). The efficient scored are namely DKI Bank (2007), Bank ofEast Java (2007), Bank of West Kalimantan (2007), Permata Bank (2008-2009), and Bank of westJava (2010). The sources of technical inefficiency in the Indonesian Islamic banking industry wasfrom the input and output varia bles. The potential improvements should be done by the bank tooptimi ze the use of inefficient input for maximizing output. Technical efficiency value was dominatedby pure technical efficiency while low scale efficiency and economies of scale position of Islamicbanking industry in Indonesia. Durin g the period of observation shows the constant Condition Re-turn to Scale (CRS) four banks, Decreasing Return to Scale (DRS).The condition of the banks In-creasing Return to Scale (IRS) were 13 banks. This condition means that the increase in output will befollo wed by lower costs. Keywords: Technical Efficiency, Economies of Scale, Islamic Banking Industry, Data Envelopment

    Analysis.

    PENDAHULUANPerbankan syariah secara kuantitas dan ke-

    giatan mengalami peningkatan, dalam kondisi ter-sebut maka tantangan perbankan syariah saat men-jalankan aktivitasnya juga semakin besar. Per-bankan syariah sebagai bagian dari struktur per-bankan di Indonesia, memiliki peran yang samadengan perbankan konvensional dalam memenuhikebutuhan masyarakat. Apalagi paska dikeluarkanderegulasi sektor perbankan undang-undang/ UUNo. 10 tahun 1998 yang mengarahkan pada bankkonvesional untuk membuka unit-unit syariah.Maka sangat dibutuhkan kinerja yang lebih baik

    lagi dari perbankan syariah untuk tetap bertahandalam persaingan industri perbankan di Indonesia.

    Aset perbankan syariah dari tahun ketahunmengalami pertumbuhan yang baik, akan tetapi ke-naikan asset tersebut tidak seimbang denganpangsa pasar yang diperoleh industri perbankansyariah di Indonesia yaitu 3,20% dibanding denganTimur Tengah sekitar 20% dan Malaysia sekitar10%. Kondisi tersebut dapat menunjukkan bahwaBank Syariah belum efisien, seperti yang disam-paikan oleh Suseno (2008), efisiensi merupakanakar permasalahan kesehatan dan sumber pertum-buhan perbankan. Mendorong pengembangankuantitas dan kegiatan usaha maka harus mem-

  • !"#$%# "#%

    perbaiki nilai efisiensi dari bank tersebut. Hal inidilengkapi oleh pendapat Ascarya dkk (2008)menyebutkan bahwa untuk meningkatkan pangsapasar perbankan syariah diperlukan adanya peng-ukuran kinerja di antaranya melalui ukuran efisiensi,sehingga pada akhirnya tujuan perbankan syariahdapat tercapai. Farrel (1957) Membagi efisiensisuatu perusahaan menjadi dua komponen yakni efi-siensi alokatif dan efisisensi teknis. Efisiensi alokatifadalah kemampuan perusahaan dalam mengopti-malkan penggunaan input yang tersedia sedangkanefisiensi teknis mencerminkan kemampuan per-usahaan dalam memaksimumkan output yang di-hasilkan dengan sejumlah input yang tersedia.

    Kalirajan dan Shand (1999) menyatakanThe concept of technical efficiency is centralto measuring the firm performance yang ber-arti konsep efisiensi teknis adalah pusat mengukurkinerja perusahaan. Kumbhaker dan Lovell (2000)dalam Endri (2008) yang menyatakan bahwaefisiensi teknis merupakan salah satu dari kom-ponen efisiensi ekonomi secara keseluruhan, tetapidalam rangka mencapai efisiensi ekonomisnyasuatu perusahaan harus efisien secara teknis, olehkarena itu fokus pembahasana pada penelitian iniadalah efisiensi teknis.

    Efisiensi dan skala ekonomi adalah ukuranmenilai kinerja suatu perusahaan. Kusuma (2005)memaparkan bahwa skala ekonomi menunjukanhubungan antara output dengan biaya sebagaiakibat adanya proses produksi. Perusahaan men-dapatkan skala ekonomi bila peningkatan biayaoperasi dengan tingkat yang lebih rendah dari out-putnya, sehingga bila dikaitkan dengan efisien, salahsatu faktor yang menyebabkan inefisiensi adalahtidak terdapatnya economies of scale.

    Penelitian di Indonesia yang mengaitkan antaraefisiensi dan skala ekonomi, salah satunyadilakukan oleh Suseno (2008), yang menganalisisefisiensi dan skala ekonomi pada industri per-bankan syariah di Indonesia, namun setelah ditelaahlebih dalam bahwasannya skala ekonomi yang di-maksud oleh Suseno adalah skala usaha, sehinggajudul dengan pembahasan tidak relevan. Skala usa-ha berbeda dengan skala ekonomi, skala usahayang dimaksud oleh Suseno (2008) pada peneli-

    tiannya adalah yang diukur dari tingginya asset, se-dangkan skala ekonomi menurut Kusuma (2005)merupakan hubungan antara output dengan biayasebagai akibat adanya proses produksi. IndikatorPerusahaan mendapatkan skala ekonomi bilapeningkatan biaya operasi dengan tingkat yanglebih rendah dari outputnya. Berdasarkan gambar-an di atas peneliti tertarik untuk melakukan peneli-tian dengan judul Efisiensi Teknis dan Skala Eko-nomi Industri Perbankan Syariah di Indonesia.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Karim (2006) mengartikan efisiensi adalahmelakukan segala hal dengan cara yang tepat untukmendapatkan hasil yang optimal. Efisiensi dikenalsebagai salah satu kombinasi untuk menghasilkankinerja dan pada umumnya efisiensi merujuk padapenggunaan minimum sejumlah input tertentu gunamenghasilkan sejumlah output tertentu. Secara se-derhana, menurut Nopirin (1997) efisiensi dapatberarti tidak adanya pemborosan.

    Kost dan Rosenwig (1979) dalam Lestari(2003), ada tiga faktor yang mempengaruhi, yaitu:(a) efisiensi Input yang sama menghasilkan ouputyang lebih besar; (b) Input yang lebih kecilmenghasilkan output yang sama; (c) Input yangbesar menghasilkan output yang lebih besar.

    Farrel (1957) Membagi efisiensi suatu perusa-haan menjadi dua komponen yaitu; (a) Efisiensi alo-katif adalah kemampuan perusahaan dalam meng-optimalkan penggunaan input yang tersedia; (b)Efisiensi teknis mencerminkan kemampuan per-usahaan dalam memaksimumkan output yang di-hasilkan dengan sejumlah input yang tersedia. Budi(2010) Efisiensi teknis merupakan proses peng-ubahan input menjadi output. Konsep ini hanyaberlaku pada hubungan internal yang bersifat teknisantara input dengan output. Kombinasi dari keduaukuran ini dapat digunakan untuk mengukurefisiensi ekonomi.

    Tobin dalam Atmawardhana (2006) menye-butkan ada empat faktor yang menyebabkan efi-siensi dalam lembaga keuangan yakni: (a) Faktorutama adalah efisiensi karena arbitrase informasi;(b) Efisiensi karena ketepatan penilaian asset-

  • asetnya; (c) Efisiensi karena lembaga keuanganbank mampu mengantisipasi resiko yang muncul;(d) Efisiensi fungsional, yaitu berkaitan denganadministrasi dan mekanisme pembayaran yangdilakukan oleh sebuah lembaga keuangan. Ter-masuk didalam efisiensi fungsional ini adalah riskpooling, general insurance, administrasi, danmobilisasi dana masyarakat.

    Efisiensi adalah bukan hal yang baru didalamdunia penelitian, beberapa pendekatan telahdikembangkan dan diaplikasikan untuk mengukurdan menghitungnya. Metode pengukuran efisiensiperbankan yakni: 1) TraditionalApproach yaitumenggunakan Index Number atau Rasio, sepertiROI, Return On Asset (ROA), Capital AdequacyRatio(CAR), Profitability Ratio Net, Return onEquity (ROE) Kelemahan analisis rasio terlihatpada kondisi di mana terdapat banyak input danbanyak output yang akan diperhitungkan, 2) Re-gressionApproach yaitu pendekatan yang meng-gunakan sebuah model dari tingkat output tertentusebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu.Pusvitasari (2007) dalam Maflachatun (2010)Kelemahan pendekatan regresi yakni tidak dapatmengatasi kondisi banyak output, karena hanyasatu indikator output yang dapat ditampung dalamsebuah persamaan regresi. Apabila dilakukan peng-gabungan banyak output dalam satu indikator, infor-masi yang dihasilkan menjadi tidak rinci lagi, 3)Frontier Approach mempunyai dua jenis yakni:parametrik dan non-parametrik. Pendekatan para-metrik terdiri dari Stochastic FrontierApprouch(SFA),Distribution Free Approach (DFA) danThick FrontierApprouch (TFA), sedangkan pen-dekatan non-parametrik adalah Data Envelop-ment Analysis (DEA).

    Penelitian ini menggunakan analisis nonparametrik yakni DEA. Alasan alat analisis DEAdipakai untuk mengukur efisiensi yakni; 1) Efisiensiyang diukur adalah bersifat teknis, disebabkn DEAhanya memperhitungkan nilai absolut dari suatuvariabel; 2) Nilai efisiensi yang dihasilkan bersifatrelatif atau hanya berlaku dalam sekumpulan UnitKegiatan Ekonomi (UKE) yang dibandingkan(Nugroho,1995).

    Kelebihan DEA menurut Purwantoro (2003)dalam Huri dan Susilowati (2004) yakni: (a) Dapatmenangani banyak input dan output; (b) Tidak perluasumsi hubungan fungsional antara variabel inputdan output: (c) UKE dibandingkan secara langsungdengan sesamanya; (d) Input dan output dapat me-miliki satuan pengukuran yang berbeda.

    Input dan output adalah dua elemen yangharus tersedia untuk mengukur efisiensi. MenurutHadad dkk (2003), untuk lembaga keuangan adatiga pendekatan yang dapat digunakan untuk men-jelaskan hubungan input dan output, yakni: (a) Pen-dekatan Produksi (ProductionApproach); Insti-tusi sebagai produser dari rekening tabungan dankredit pinjaman, (b) Pendekatan Intermediasi (In-termediation Approach); Mengubah dan Men-trasfer asset-aset keuangan dari unit- unit yang kele-bihan dana ke unit- unit yang kekurangan dana,(c) Pendekatan aset (Aset Approach); Mengukurkemampuan perbankan dalam menanamkan danadalam bentuk kredit, surat berharga, dan alterna-tive asset lainnya.

    Berbeda dengan Astiyah dan Husman (2006)pendekatan dalam penentuan variabel input danoutput dari bank yakni: (a) Intermediasy Ap-proach, adalah penentuan variabel input danvariabel output dengan memperhatikan fungsi banksebagai lembaga intermediasi, (b) User-Cost Ap-proach adalah penentuan variabel input danvariabel output bank berdasarkan fungsi banksebagai penentu harga dipasar perbankan, (c)ValueAddedApproachadalah penentuan variabelinput dan output bank berdasarkan tujuan bankuntuk menghasilkan nilai tambah (keuntungan) yangmaksimal.

    Ascarya dan Yumanita (2006) menyampaikandalam hasil penelitiannya bahwa definisi mengenaiinput dan output untuk masing- masing pendekatanmasih subject to discuss untuk memperoleh hasilyang benar- benar mencerminkan karakteristikBank Syariah. Pendekatan intermediasi ditetapkandalam penelitian ini karena mencerminkan karak-teristik Bank Syariah yang menghimpun dana darimasyarakat dan menyalurkannya.

    Sufian (2007) meneliti efisien perbankansyariah di Malaysia tahun 2001-2005 dengan

  • !"#$%# "#%

    metode DEA. Hasil penelitian menunjukkan bahwaselama periode penelitian, inefisiensi skala men-dominasi inefisiensi teknis murni di sektor per-bankan Malaysia dan peneliti menemukan bahwabank asing menunjukkan efisiensi teknis yang lebihtinggi dibandingkan dengan bank dalam negeri biladikaitkan dengan efisiensi skala. Kekurangan pene-litian ini tidak menjabarkan sumber- sumber inefi-siensi, potensi perbaikan kombinasi input outputdan rujukan pratek terbaik bagi bank yang inefisien.

    Endri (2008) melakukan penelitian terkait efi-siensi teknis perbankan syariah di Indonesia, tahun2005-2007 dengan mengambil 15 sampel BankSyariah. menggunakan metode SFA. Hasil pene-litiannya adalah tingkat efisiensi yang paling tinggiyakni tahun 2007, dan yang paling rendah tahun2006. Variabel yang tidak berpengaruh adalahaktiva tetap dan biaya tenaga kerja (2006), se-dangkan variabel yang berpengaruh adalah DPKdan biaya tenaga kerja (2005 dan 2007) Keter-batasan dari penelitian ini adalah tidak menyajikanpotensi perbaikan kombinasi input output, rujukanpraktek terbaik bagi bank yang inefisien, dan posisiskala ekonomi pada objek penelitian.

    Sutawijaya dan Lestari (2009) menelitiefisiensi tehnik perbankan indonesia pasca krisisekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwaperhitungan DEA untuk efisiensi teknis denganasumsi teknologi VRS dan CRS pada umumnyamengalami penurunan. Kecenderungannya saatkrisis bank mengadakan efisiensi, agar biaya yangdikeluaran menurun. Hal ini disebabkan fungsi fi-nancial intermediary tidak berjalan normal, aki-batnya pendapatan bank menurun. Sumberinefisiensi terbesar terletak pada tenaga kerja.Keterbatasan penelitian tidak terperinci menja-barkan sumber inefisiensi teknis, tidak menyajikanpotensi perbaikan input output, dan rujukan pratekterbaik bagi bank yang inefisien.

    Onour dan Abdalla (2010), meneliti tentangskala dan efisiensi teknis di perbankan Sudan.Penelitian ini menghasilkan bank yang berukuranbesar dan menengah mencapai efisien teknis murnidan efisiensi skala sedangkan bank yang berukurankecil hanya mencapai efisiensi skala. Hal inidisebabkan ukuran bank, ukuran deposito dan

    pembiayaan menjadi penentu Bank Syariah men-capai efisiensi teknis murni. Keterbatasan penelitianini tidak menyajikan potensi perbaikan input out-put, rujukan pratek terbaik bagi bank yang ine-fisien. Penelitian ini ingin menyempurnakan ke-kurangan penelitian terdahulu, dengan mengkajisumber efisiensi teknis, potensi perbaikan inputoutput, rujukan praktek terbaik bagi bank yanginefisien, dan posisi skala ekonomi.

    METODE PENELITIAN

    Populasi dalam penelitian adalah industri per-bankan syariah di Indonesia. Pada tahun penelitianbank umum syariah (BUS) berjumlah 23, unit usahasyariah (UUS) berjumlah 23. Teknik pengambilansampel dilakukan dengan cara pemilihan samplebertujuan (Purposive Sampling), maka didasar-kan pada penilaian terhadap beberapa karakteristikanggota sampel yang disesuaikan dengan maksudpenelitian terpilih 18 sampel Bank Syariah. Adapunvariabel- variabel operasional terangkum dalamtabel 1.

    Teknik analisis yang digunakan dalam pene-litian ini adalah analisis data kuantitatif, denganmenggunakan Pendekatan Non- Parametrik yakniData Envelopment Analysis (DEA), yang basis pro-gramasi linier secara teknis perhitungan dibantudengan paket-paket software efisiensi DEA berupaBanxcia Frontier Analyst (BFA) 3.

    Teknik analisis data adalah sebagai berikut:a) Data yang telah dikumpulkan dipilah menjadivariabel input dan output selanjutnya diolah denganmenggunakan DEA(Banxia FrontierAnalysis 3),dengan orientasi model memaksimalkan output danhubungan antara input dengan output yangdipergunakan adalah bersifat constant return toscale (CRS) Bank sebagai UKE, dikatakan efi-siensi secara relatif apabila nilai dualnya sama de-ngan satu (nilai efisiensi = 100 persen) Sebaliknya,nilai dualnya yang kurang dari satu maka UKE ber-sangkutan dianggap tidak efisien (inefisien) secararelative. b) Rumusan masalah kedua adalah mem-perbaiki input dan output pada Bank Syariah yangbelum efisien dengan cara melihat angka aktual,target, dan potensi perbaikan. DEA juga dapat

  • No Variabel Symbol Sumber Formula

    1 Efisiensi Teknis TE TE = PTE X SE DEA CRS

    2 Efisiensi Teknis Murni PTE DEA VRS

    3 Efisiesi Skala SE TECRS

    TEVRS

    4 Komponen Input

    DPK X1

    Dana Simpanan Wadiah

    Investasi tidak terikat

    Neraca

    Neraca

    Aktiva Tetap X2 Neraca

    Tenaga Kerja X3 Lap. Laba/Rugi

    5 Komponen Output

    Pembiayaan Y1 Neraca

    6 Pada DEA Skala Ekonomi dapat

    dilihat dari nilai Return to Scale

    DEA, Software BFA

    3

    Skala tetap CRS Jika U* = 0

    Skala meningkat IRS Jika U* > 0

    Skala menurun DRS Jika U* < 0

    Tabel 1. Variabel Input dan Output

    Sumber: Data yang diolah.Keterangan: * CRS; Proporsi kenaikan output sama dengan input. IRS; Proporsi kenaikan output lebih besar dari

    kenaikan input. DRS; proporsi kenaikan input lebih besar dari kenaikan output.

    menyajikan data daftar nama bank yang bisadijadikan referensi agar nilai efisiensi bank menjadisempurna 100%. c) Rumusan masalah yang ketigadengan cara: (1) Mencari efisiensi teknis; Hasilolahan data CRS/CCR, (2) Mencari Pure Techni-cal Efficiency; Hasil olahan data VRS/BCC. (3)Mencari Scale Efficiency; efisiensi Skala meru-pakan pembagian dari nilai efisiensi teknis CRS

    terhadap efisiensi teknisVRS, d) Pemecahan ru-musan masalah keempat dengan cara: (1) Melihatposisi skala ekonomi (IRS, CRS, dan DRS) setiapBank Syariah pada tahun penelitian (2) Dibuatgrafik perkembangan. NIlai IRS, CRS, dan DRSyang diperoleh dari hasil olahan DEA dengan pen-dekatan VRS, yakni nilai Return to Scale.

    HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

    Perkembangan Efisiensi Teknis IndustriPerbankan Syariah di Indonesia.

    Perhitungan efisiensi menggunakan asumsiConstant Return To Scale (CRS) menghasilkanbeberapa bank yang memperoleh nilai efisien 100%.Tahun 2007 bank yang efisien yakni PT. Bank DKI,PT Bank Jatim dan PT Bank Kalbar, ketiga bank

    tersebut tergolong UUS. Pada tahun 2007 semuaBUS memperoleh nilai efisien dibawah 100%, ada-pun nilai yang diperoleh yakni Bank Syariah Mandirimemperoleh nilai 42,94%, Bank Muamalat Indo-nesia 47,51%, dan Bank Syariah Mega Indonesia53,13%, (*BRI syariah dan Bukopin Syariah tahun2007 masih tergolong UUS, pada tahun 2008 barumenjadi BUS, BNI Syariah dan Bank Jabarmenjadi BUS pada tahun 2010).

  • !"#$%# "#%

    Tahun berikutnya 2008-2010 terjadi penu-runan yakni dari tiga bank yang memperoleh nilaiefisien 100% menjadi satu bank yang memperolehnilai efisien. Tahun 2008, satu-satunya bank yangmemperoleh nilai efisien adalah Bank Permata,tahun berikutnya mempertahankan kedudukannyauntuk memperoleh nilai efisien.Tahun 2010 BankJabar yang baru berubah operasional dari UUSmenjadi BUS memperoleh nilai 100% atau dika-takan efisien. Efisiensi teknis industri perbankansyariah Indonesia mengalami perkembangan flu-ktuatif, tahun 2007 sebesar 55,03% naik menjadi55,55% pada tahun 2008, tahun berikutnya turun4,9% menjadi 50,65%. Tahun 2010 nilai efisiensiteknis sebesar 51,07%.

    Potensi Perbaikan Komposisi InputOutput Untuk Peningkatan EfisiensiMenunjukkan Praktek Terbaik BankSyariahYang Efisien

    Penyebab ketidakefisienan Bank Aceh berasaldari variabel output pembiayaan yang mana nilaiaktual sekarang adalah 86 milyar rupiah, bila BankAceh ingin mencapai nilai efisien harus memenuhitarget yakni 614 milyar rupiah atau meningkatkanpembiayaannya sekarang sebesar 612,21%.Peningkatan efisiensi harus dilakukan pula olehbank Riau, penyebab ketidak efisienan bank Riauadalah belum tercapainya target pembiayaan, olehsebab itu bila ingin mencapai target bank Riau harusmeningkatkan pembiayaan yang sekarang senilai49 milyar rupiah menjadi 304 milyar rupiah atau511,28 % dari nilai aktual saat ini.

    Penyebab ketidakefisienan Bank Sumut ada-lah kelebihan input dan output yang belum meme-nuhi target. Menangani berlebihan input yang di-gunakan maka harus mengurangi, sebagaimanayang disampaikan oleh Yasar (2008) dalamWulansari (2010) bahwa cara untuk meningkatkanefisiensi salah satunya yakni mengurangi input. Ada-pun besarnya input yang harus dikurangi adalahvariabel input biaya tenaga kerja sebesar 68,48%dari nilai sekarang yakni 8,3 milyar atau targetpengurangan sebesar 2,6 milyar, input berikutnyayang harus dikurangi adalah aktiva tetap sebesar

    76,68% dari nilai aktual saat ini 8,6 Milyar rupiahmenjadi 2 milyar rupiah. Pada Sisi output BankSumut belum memenuhi target.Yasar (2008) dalamWulansari (2010) menyampaikan bahwa carauntuk meningkatkan efisiensi selain mengurangi in-put yakni meningkatkan output. Oleh sebab itu un-tuk memperbaiki nilai efisien Bank Sumut, harusmeningkatan output. Besarnya output yang diting-katkan yakni 221,16% dari nilai yang diperolehsekarang 105 milyar rupiah menjadi 339 milyarrupiah.

    Kasus inefisien pada Bank Jabar serupa de-ngan Bank Sumut yakni kelebihan input dan out-put yang belum memenuhi target. Input yang harusdikurangi antara lain biaya tenaga kerja sebesar12 milyar rupiah menjadi 6,1 milyar rupiah atausebesar 50,36% dari nilai aktual saat ini. Pre-sentase pengurangan aktiva tetap sebesar 49,06%dari nilai aktual sekarang 9,2 milyar menjadi 4,7milyar rupiah. Agar mencapai efisien tidak hanyadilakukan pengurangan pemakaian input akan te-tapi Bank Jabar harus melakukan peningkatan padaoutput pembiayaan sebesar 154% dari nilai aktualsekarang yakni 314 milyar rupiah menjadi 798milyar rupiah.

    Perubahan kondisi inefisien menjadi efisienbisa dilakukan oleh BNIS dengan cara meningkat-kan pembiayaan yang diberikan kepda masyarakat.Adapun target yang harus dicapai adalah sebesar4 triliun rupiah, dengan kata lain BNIS harus ber-usaha meningkatkan pembiayaan sebesar148,33% dari nilai aktual yang diperoleh sekarangsebesar 1,7 Triliun rupiah.

    Bank Sumbar harus melakukan penguranganinput dan peningkatan output agar mencapai posisiefisien. Input yang harus dikurangi adalah biaya te-naga kerja sebesar 90,4% dari nilai aktual sekarangyakni 1,2 milyar rupiah menjadi 118,57 juta ru-piah dan variabel input yang lainnya adalah Aktivatetap dengan persentase pengurangan sebesar79,89% dari nilai aktual 450 juta ruipah menjadi90,51 juta rupiah (nilai target yang harus dicapai).

    Kelebihan satu variabel input dan output yangbelum memenuhi target, menjadi penghalang BRISmencapai nilai efisiensi. Maka Input yang berlebihyakni biaya tenaga kerja harus dikurangi menjadi27 milyar rupiah dari 47 milyar rupiah atau 42%

  • dari nilai aktual sekarang, sedangkan variabel out-put yang harus ditingkatkan yakni pembiayaan de-ngan target sebesar 2,4 Triliun rupiah dari 1 triliunrupiah atau naik sebesar 125,8%.

    Mencapai kondisi efisien sangat diharapkanoleh setiap bank. Bank Kaltim bila ingin mencapaikondisi tersebut harus melakukan perubahan da-lam pengelolaan input dan output. Perubahan terjadidengan melakukan pengurangan input yang tersediayakni pada variabel DPK, target yang harus dicapaiadalah sebesar 57 milyar rupiah namun BankKaltim telah mencapai angka 70 Milyar sehinggaharus dikurangi sebesar 18,13%. Berbeda denganvariabel output yang belum memenuhi target yangharus dicapai sebesar 173 milyar rupiah namun nilaiaktual sekarang 83 milyar rupiah maka harusditingkatkan nilai outputnya sebesar 107,08% darinilai aktual saat ini.

    Tiga bank yakni BSB, BTNS, dan BPS untukmeningkatkan nilai efisien harus melakukan pe-nambahan pada output pembiayaan. Dimana BSBtarget yang harus dicapai sebesar 925 milyar ru-piah dengan kondisi nilai aktual saat ini sebesar 453milyar maka harus ditingkatkan sebesar 103,94%.Peningkatan efisiensi untuk BTNS yaitu denganmeningkatkan pembiayaan sebesar 74,31%, de-ngan target pembiayaan sebesar 942 milyar rupiahyang saat ini nilai aktual sebesar 540 milyar rupiah,sedangkan BPS untuk mencapai nilai efisien harusmencapai target yakni 508 milyar rupiah dari hasilsekarang sebesar 487 milyar rupiah atau harusmeningkatkan sebesar 4,26%.

    Unit usaha syariah yang belum mencapaitingkat efisien selanjutnya adalah CIMBS, untukmerubahnya menjadi bank memiliki nilai efisien sem-purna 100% maka harus dilakukan penguranganinput DPK sebesar 2,44% dari nilai aktual sekarangsebesar 596 Milyar rupiah menjadi 582 Milyarrupiah dan meningkatkan output Pembiayaan se-besar 47,25% dari nilai aktual sekarang sebesar754 Milyar rupiah menjadi 1,1 Triliun rupiah.

    Ketidakefisienan terjadi pula pada BankSyariah pada tahun berikutnya yakni 2008-2010.Perbaikan dilakukan kepada bank-bank syariahyang belum mencapai angka efisien. Ketidakefi-sienan industri perbankan syariah tahun 2007-2008

    bersumber dari variabel input dan output. Tahun2007 Bank yang inefisien harus memperbaiki nilaiinput dengan mengurangi angka aktualnya agarsama dengan target yang diharapkan. Input DPKsebanyak tiga bank yani BMS,CIMBS dan BankKaltim. Input Aktiva tetap sebanyak tiga bankyakni Bank Jabar, Bank Sumbar dan Bank Sumut.Input Biaya tenaga kerja sebanyak empat bankyakni BRIS, Bank Jabar, Bank Sumbar dan BankSumut. sedangkan perbaikan atas output pem-biayaan harus dilakukan oleh semua bank yanginefisien, dengan meningkatkan angka aktual yangdiperoleh sekarang sesuai dengan target berlakuuntuk masa periode penelitian (2007-2010).

    Pada tahun 2008 Bank yang inefisien harusmemperbaiki nilai input dengan mengurangi angkaaktualnya agar sama dengan target yang diharap-kan. Input DPK sebanyak tiga bank yani BMI,BSM dan BSB. Input Aktiva tetap sebanyakempat bank yakni BRI, Bank Jabar, Bank Sumbardan Bank Sumut. Input Biaya tenaga kerja se-banyak enam bank yakni Bank Aceh, BRIS, BankDKI, Bank Jabar, Bank Sumbar dan Bank Sumut.Tahun 2009 Bank yang inefisien harus memperbaikinilai input dengan mengurangi angka aktualnya agarsama dengan target yang diharapkan. Input DPKmenurun menjadi dua bank dari tahun sebelumnyayakni CIMBS dan BSB. Input Aktiva tetap se-banyak tiga bank yakni BRI, Bank Jabar, danBank Sumut. Input Biaya tenaga kerja sebanyaklima bank yakni BMS, BRIS, Bank Jabar, BankSumbar dan Bank Sumut. Sedangkan untuk tahun2010 hanya dua input yang harus diperbaiki yakniinput DPK sebanyak tujuh bank yakni BMI, BPS,BSB, BTNS, Bank Kalbar, Bank Riau dan BankSumut. Perbaikan pada input Biaya tenaga kerjaharus dilakukan oleh tiga bank yakni BMS, BankDKI, dan bank Sumbar.

    Metode Data Envelopment Analysis(DEA) memiliki salah satu kelebihan yaitu dapatmenunjukkan referensi Bank Syariah yang efisienuntuk Bank Syariah yang inefisien agar dapat me-ningkatkan tingkat efisiensinya. Metode DEA jugamemberikan bobot yang memaksimumkan nilai efi-siensinya. Pada penelitian ini menghasilkan bankyang efisien dan menjadi refernsi yakni enam bank

  • !"#$%# "#%

    terdiri dar Bank DKI (2007), Bank Jatim (2007),Bank Kalbar (2007), Bank Permata Syariah(2008), Bank Permata Syariah (2009), dan BankJabar (2010).

    Efisiensi Teknis Murni dan EfisienSkala Industri Perbankan Syariah.

    Efisien teknis hasil perkalian efisiensi teknismurni dan efisien skala,berhubung pengolahan datamenggunakan DEA sehingga sesuai dengan teoriyang ada maka nilai efisiensi teknis murni diperolehdari metode DEA dengan asumsi VRS, skala efi-sien diperoleh dari hasil pembagian (TECRS: TEVRS).

    Perkembangan nilai efisiensi teknis padaindustri perbankan syariah didominasi oleh efisiensi

    teknis murni, hal tersebut menunjukkan bahwa ke-mampuan managerial bank telah maksimal meng-gunakan input yang ada untuk menghasilkan out-put yang maksimal. Puncak angka tertinggi padatahun 2009 sebanyak 11 bank, dan tahun terakhirpenelitian yakni 2010 turun menjadi 8 bank, dannilai efisiensi teknis yang didominasi oleh EfisiesiSkala, sangat fluktuatif 2007 (8 Bank), 2008 (7Bank), 2009 turun menjadi (6 Bank), dan padatahun 2010 kembali mengulang sejarah 2007bahkan lebih dari satu bank menjadi 9 bank,sedangkan nilai efisiensi teknis didominasi olehkedua variabel efisiensi teknis murni dan efisienskala adalah paska (2007) nilai PTE=SE stagnanyakni satu bank. Lebih rinci terpapar pada gambar1 dibawah ini:

    Sumber: Pengolahan DEA, data diolah.

    Penelitian ini menghasilkan sumber efisiensiteknis berasal dari dari efisiensi teknis murni. Seusaidengan penelitian Fukuyana (1996), menganalisisefisiensi bank di Jepang, bahwa faktor utama yangberkontribusi terhadap keseluruhan efisiensi teknisadalah efisiensi teknis murni bukan efisiensi skala.Hal ini menunjukkan bahwa, ukuran bank bukanmerupakan faktor penting bagi bank-bank Jepanguntuk melakukan efisien.

    Posisi Skala ekonomi IndustriPerbankan Syariah

    Kusuma (2005) memamparkan bahwa skalaekonomi menunjukan hubungan antara output de-ngan biaya sebagai akibat adanya proses produksi.Perusahaan mendapatkan skala ekonomi bila pe-ningkatan biaya operasi dengan tingkat yang lebihrendah dari outputnya. Untuk mengetahui posisi

  • skala ekonomi yang terjadi pada industri perbankansyariah maka menggunakan perhitungan metodeDEA yang berasumsikan Variable Return To Scale(VRS), dalam hal hubungan antara input denganoutput berasumsi constant return to scale (CRS)efisiensi teknis yang hendak dicapai tidak men-cerminkan skala ekonomi yang efisien. Sedangkandalam hubungan input dan output yang variablereturn to scale (VRS)menganggap efisiensi yangdicapai juga menggambarkan efisiensi dalam skalaekonomi.Artinya bank yang tidak efisien dalam

    teknis juga tidak efisien dalam skala ekonomi, bankyang efisien dalam teknis juga efisien dalam skalaekonomi. (Kurnia, 2004).

    Hasil olahan data metode DEA yang ber-asumsikanVariable Return To Scale (VRS) untukmemperoleh data skala ekonomi dengan softwareDEA Banxia Frontier Analyst 3. Bila dikerucutkanmaka data tabel 3 menghasilkan data posisi skalaekonomi (CRS, DRS, dan IRS) industri perbankansyariah periode 2007- 2010, disajikan dibawah ini:

    Skala Ekonomi 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

    CRS 5 5 3 4 4,25

    DRS 0 1 1 1 0,75

    IRS 13 12 14 13 13,25

    Jumlah 18 18 18 18 18

    Tabel 2. Posisi Skala Ekonomi (CRS, DRS, dan IRS) Industri Perbankan Syariah Periode 2007- 2010

    Sumber: Pengolahan DEA, data diolah.

    Tabel 2 menunjukkan posisi skala ekonomi(CRS, DRS, dan IRS) industri perbankan syariahperiode 2007-2010 adalah pada tahun 2007, BankSyariah yang memperoleh nilai satu (IncreasingReturn To Scale) sebanyak 13 Bank, dalam kon-disiConstan Return To Scale (CRS) atau mem-peroleh nilai nol yakni lima bank dan dalam kondisimemperoleh nilai min satu (-1) atau dalam kondisiDecreasing Return To Scale (DRS) hanya terjadipada tahun 2008-2010.

    Pada tahun 2008 kondisi Constan ReturnTo Scale (CRS) atau memperoleh nilai nol yakni

    lima bank, dan Bank Syariah yang memperolehnilai satu (Increasing Return To Scale) sebanyak12 Bank, tahun 2009 kondisi Constan Return ToScale (CRS) sebanyak tiga bank tahun 2010 empatbank sedangkan Bank Syariah yang memperolehnilai satu (increasing return to scale) sebanyak14 bank pada tahun 2009 dan 13 bank pada tahun2010. Bila dipresentasekan posisi skala ekonomi(CRS, DRS, dan IRS) industri perbankan syariah2007-2010 akan tampak pada gambar 2 dibawahini:

    Gambar 2 Presentase Posisi Skala EkonomiSumber: Pengolahan Data DEA

  • !"#$%# "#%

    Posisi skala ekonomi pada industri perbankansyariah di Indonesia didominasi oleh IncreasingReturn To Scale yaitu skala yang semakin mening-kat ditunjukan oleh laju pertambahan produksi lebihbesar daripada laju pertambahan biaya rata-rata.Increasing Return To Scale atau biasa disebutkondisi Economies of Scale.

    Penelitian ini menghasilkan temuan bahwameski nilai efisiensi dari Bank Syariah yang ter-golong BUS maupun UUS belum mencapai angkaefisien sempurna 100%, namun secara umum pre-sentase posisi skala ekonomi BUS dan UUS dalamkondisi Increasing Return To Scale (IRS)Kondisiyang terjadi pada industri perbankan syariah padapenelitian ini serupa dengan penelitian Rezvaniandan Mehdian (2002) yang meneliti skala ekonomiperbankan komersial di Singapura menunjukkanbahwa ukuran kecil dan menengah komersial bankSingapura memiliki skala ekonomi. Walaupun per-usahaan dapat mendapatkan keuntungan econo-mies of scale apabila meningkatkan skala akti-vitasnya, kondisi diseconomies of scale dimanaaverage total cost per unit dalam periode tertentusemakin meningkat bila jumlah hasil produksi terusditingkatkan. Sumber dari timbulnya diseconomiesof scale berasal dari birokrasi, upah buruh yangtinggi, dan operasi yang tidak efisien. Carpenterdan Sanders (2007) dalam Gozali (2009)

    SIMPULAN

    Perkembangan efisiensi teknis Industriperbankan syariah di Indonesia periode 2007-2010 mengalami fluktuatif. Rata- rata nilai efisiensiyang diperoleh adalah 50% (inefisien) Bank yangmemperoleh nilai efisiensi adalah Bank DKI(2007), Bank Jatim (2007), Bank Kalbar (2007),Bank Permata (2008), Bank Permata (2009), danBank Jabar (2010).

    Penyebab inefisiensi teknis industri perbankansyariah di Indonesia periode 2007-2010 berasaldari seluruh variabel input dan output. Potensi per-baikan yang harus dilakukan oleh bank yang inef-sien pada periode penelitian yakni menurunkan in-put DPK, menurunkan input aktiva tetap, menu-runkan input biaya tenaga kerja dan menaikkan

    output pembiayaan. Bila data yang diolah diambildari rata-rata input output 18 sampel penelitianmaka diperoleh data industri perbankan syariah diIndonesia tahun 2007 dan 2008 mengalami efisiensedangkan tahun 2009 dan 2010 mengalami ine-fisien, serta potensi perbaikan serupa dengan diatas.

    Sumber utama dari efisiensi teknis berasaldari efisiensi teknis murni sedangkan efisiensi skalalebih rendah. Posisi skala ekonomi pada industriperbankan syariah di Indonesia rata-rata selamaperiode pengamatan menunjukkan kondisi Cons-tan Return to Scale (CRS) empat bank, kondisiDecreasing Return to Scale (DRS) satu bank dankondisi Increasing Return to Scale (IRS) 13 bank.Kondisi ini mengartikan bahwa seamakin mening-katnya output akan diikuti penurunan biaya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ascarya dan Yumanita. (2006) Analisis EfisiensiPerbankan Syariah di IndonesiadenganData Envelopment Analysis. TAZKIA Is-lamic Finance and Business Review, Vol.1, No. 2.

    Ascarya, Yumanita, Guruh. (2008) AnalisisEfisiensi Perbankan Konvensional danPerbankan Syariah di Indonesia denganData Envelopment Analysis (DEA) Pa-per dalam Buku Current Issues LembagaKeuangan Syariah Tahun 2009, TIM IAEI,Jakarta: Kencana Prenada Media Group

    Astiyah dan Husman (2006) Fungsi Intermediasidalam Efisiensi Perbankan di Indonesia:Derivasi Fungsi Profit. Paper dalam BuletinEkonomi Moneter dan Perbankan pada bulanMaret, Jakarta: Bank Indonesia.

    Atmawardhana. (2006) Analisis Efisiensi BankUmum Syariah dan Bank Konvensionalyang Memiliki Unit Usaha Syariah di In-donesia, setelah pemberlakuan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentangPerbankan (Pendekatan Data Envelop-ment Analysis) Fakultas Ekonomi, Univer-sitas Islam Indonesia, Yogyakarta

    Bank Indonesia (2011) Laporan KeuanganPublikasi Bank Umum Syariah

  • diakseshttp://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Keuangan+Publikasi+Bank/Bank/Bank+Umum+Syariah/

    ___(2011), Laporan Keuangan Publikasi Bankumum konvesional- unit-unit syariah.Diakses pada 15 Februari 2012. http://www .b i .go . id /w eb / id /Pub l i k a s i /Laporan+Keuangan+Publikasi+Bank/Bank/Unit+Usaha+Syariah/

    Budi, (2010) Efisiensi Relatif TinjauanLiteratur. (dipublikasikan) FakultasEkonomi, Universitas Indonesia. Diaksespada 10 juni 2012. http://lontar.ui.ac.id/f i le?f i le=digital /131493-T-27468-Efeisiensi%20relatif-Tinjauan%20literatur.pdf

    Cooper, Seiford, Tone, (2006) Introduction toData Envelopment Analysis and its uses.Springer. USA

    Endri (2008) Efisiensi Teknis PerbankanSyariah di Indonesia. Finance and Bank-ing Journal, Vol 10 No.2, 136-137.

    Farell MJ. (1957) The Measurement Of Produc-tive Efficiency. Journal Of the Royal Statis-tical Society 120 (Series A)

    Fukuyama (1996), Returns to Scale and Effi-ciency of Credit Associations in

    Japan: A Nonparametric Frontier Approach ,Japan and the World Economy, 8, 25977.

    Kalirajan dan Shand. (1999) Frontier Produc-tion Functions and Technical EfficiencyMeasures. Journal of Economic Surveys,13: 149172 diakses 4 juli 2012 dari http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1467-6419.00080/abstract

    Kurnia (2004) Mengukur Efisiensi IntermediasiSebelas Bank Terbesar Indonesia DenganPendekatan Data Envelopment Analysi(DEA) Jurnal Bisnis Strategi. Vol.13. Hal.126-139, Semarang.

    Kusuma (2005) Size Perusahaan danProfitibilitas: Kajian Empiris TerhadapPerusahaan Manufaktur Yang Terdaftar DiBursa Efek Jakarta. Jurnal EkonomiPembangunan.Volume X No. 1. Jakarta.

    Hadad MD, Santoso W, Mardanugraha, Ilyas D,Mardanugraha E.(2003) Analisis Efisiensi

    Industri Perbankan Indonesia:Penggunaan Metode Nonparametrik DataEnvelopment Analysis (DEA) diakses 3Januari 2012 dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/E5610BE0-6CC1-4161-AFE9-F8116800B44B /7829 /Penggme todeparametrik DEA.pdf

    Huri, Susilowati. (2004) Pengukuran EfisiensiRelatif Emiten Perbankan Dengan MetodeData Envelopment Analysis (DEA): (StudiKasus: Bank-Bank yang Terdaftar di BursaEfek Jakarta Tahun 2002) DinamikaPembangunan.Vol. 1 No.2 Desember, hal.95-110.

    Karim (2006) Bank Islam: analisis Fiqh danKeuangan. Jakarta. PT Raja Grafindo

    Lestari (2003) Efisiensi Teknik Perbankan Indo-nesia. Jurnal Empirika. Vol. 16. No. 2.

    Maflachatun (2010) Analisis Efisiensi TeknikPerbankan Syariah Di Indonesia DenganMetode Data Envelopment Analysis (Dea)(Studi Pada 11 Bank Syariah Tahun 2005-2008) (dipublikasikan) Fakultas Ekonomi.Semarang: Universistas Diponegoro.

    Nopirin (1997) Pengantar Ilmu Ekonomi Makrodan Mikro.Yogyakarta: BPFE.

    Nugroho (2004) Efektifitas Kinerja Pelabuhandengan Data Envelopment Analysis. JurnalUsahawanNo 05 Th.XXXIII. Mei 2004.

    Onour,Abdalla. (2010) Scale and Technical Ef-ficiency of Islamic Banks in Sudan. diakses3 April 2012 dari http://mpra.ub.uni-m u e n c h e n . d e / 2 9 8 8 5 / 1 /islamic_banks_in_Sudan.pdf\

    Rezvanian, Mehdian. (2002) An Examinationof Cost Structure and Production Perfor-mance of Commercial Banks in Singapore,Journal of Banking and Finance, 26, 7898.

    Sufian (2007) The efficiency of islamic bankingindustry: a non-parametri analysis withnon-discretionary input variable. IslamicEconomic Studies Vol. 14, No. 1 & 2

    Suseno (2008) Analisis Efisiensi dan SkalaEkonomi Pada Industri PerbankanSyariah di Indonesia. Journal Of Islamic andEconomics,Vol 2 No.1 Juni. 34-35.

  • !"#$%# "#%

    Sutawijaya, Lestari. (2009) Efisiensi TeknikPerbankan Indonesia Pasca Krisis Ekonomi:Sebuah Studi Empiris Penerapan ModelDEA. Jurnal

    Soekartawi (1990) Teori Ekonomi Produksidengan Pokok Bahasan Analisis FungsiCobb-Douglas.Rajawali Press, Jakarta.

    Wulansari (2009) Efisiensi Relatif OperasionalPuskesmas- puskesmas di Kota SemarangTahun 2009. Fakultas Ekonomi, UniversitasIndonesia. Diakses 10 juni 2012 dariwww.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/131372...Efisiensi%20relatif-HA.pdf