16
Vol. 1, No. 2, Juli 2013 | 167 TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM Ahmad Arisatul Cholik * Pondok Pesantren Al-Iman Putri Ponorogo Email: [email protected] Abstract Lately, there are some economists who criticize the theory of efficiency. They argue that the current efficiency has deviated from first khittah and only beneficial for some people and hurt others. They just thinking of their welfare themselves without thinking about where the boundaries should be considered. They are influenced by western worldview that tends materialistic. This study aims to explore theory in Islamic Economics efficiency, so it can be reapplied in life in today’s modern era. In this study, researchers found that in Islam, efficiency theory has been applied since the time of Prophet Muhammad. Islam fully supports the efficiency in work, but all of it must remain in the corridor of Islamic law from the Qur’an and Sunah. Belakangan ini, ada beberapa ekonom yang mengkritik teori efi- siensi. Mereka berpendapat bahwa efisiensi yang ada sekarang telah melenceng dari khittah awalnya dan hanya menguntungkan bagi sebagian pihak dan merugikan yang lainnya. Para pelaku ekonomi hanya memikir- kan kesejahteraan dirinya sendiri saja tanpa memikirkan batasan-batasan mana yang harus diperhatikan. Mereka terpengaruh dengan worldview Barat yang cenderung materialistis. Penelitian ini bertujuan untuk menggali kembali teori efisiensi dalam Ekonomi Islam, sehingga dapat diterapkan kembali dalam kehidupan di era modern saat ini. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa dalam Islam pun teori efisiensi sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah SAW. Islam mendukung penuh efisiensi kerja, namun semua itu harus tetap dalam koridor syariat Islam dari Alquran dan Sunah. Kata Kunci: Efisiensi, Ekonomi Islam * Jl. Perniagaan No.15, Babadan Ponorogo, Telp. 0352 462765

TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Vol. 1, No. 2, Juli 2013 | 167

TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Ahmad Arisatul Cholik*

Pondok Pesantren Al-Iman Putri PonorogoEmail: [email protected]

Abstract

Lately, there are some economists who criticize the theory ofefficiency. They argue that the current efficiency has deviated from firstkhittah and only beneficial for some people and hurt others. They justthinking of their welfare themselves without thinking about where theboundaries should be considered. They are influenced by westernworldview that tends materialistic. This study aims to explore theory inIslamic Economics efficiency, so it can be reapplied in life in today’s modernera. In this study, researchers found that in Islam, efficiency theory hasbeen applied since the time of Prophet Muhammad. Islam fully supportsthe efficiency in work, but all of it must remain in the corridor of Islamiclaw from the Qur’an and Sunah.

Belakangan ini, ada beberapa ekonom yang mengkritik teori efi-siensi. Mereka berpendapat bahwa efisiensi yang ada sekarang telahmelenceng dari khittah awalnya dan hanya menguntungkan bagi sebagianpihak dan merugikan yang lainnya. Para pelaku ekonomi hanya memikir-kan kesejahteraan dirinya sendiri saja tanpa memikirkan batasan-batasanmana yang harus diperhatikan. Mereka terpengaruh dengan worldview Baratyang cenderung materialistis. Penelitian ini bertujuan untuk menggalikembali teori efisiensi dalam Ekonomi Islam, sehingga dapat diterapkankembali dalam kehidupan di era modern saat ini. Dalam penelitian ini,peneliti menemukan bahwa dalam Islam pun teori efisiensi sudahditerapkan sejak zaman Rasulullah SAW. Islam mendukung penuh efisiensikerja, namun semua itu harus tetap dalam koridor syariat Islam dariAlquran dan Sunah.

Kata Kunci: Efisiensi, Ekonomi Islam

* Jl. Perniagaan No.15, Babadan Ponorogo, Telp. 0352 462765

Page 2: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Jurnal EKONOMI ISLAM168 |

Teori Efisiensi dalam Ekonomi Islam

Pendahuluan

Sebuah kajian sederhana tapi cukup menggelitik nurani1

pernah ditulis oleh Fuad Mas’ud2 yang ketika itumembahas tentang arti efisien. Kata efisiensi sangat sering

digunakan dalam urusan bisnis dan organisasi. Secara simpel,istilah efisiensi bisa diartikan dengan “menggunakan sumberdaya (manusia, uang, waktu, alam) seminimal mungkin untukmemperoleh hasil sebesar-besarnya”. Pengertian ini bukanlahtanpa konsekuensi, melainkan dalam kasus di atas menjadi se-buah makna abu-abu alias kabur dan bisa-bisa berubah-ubahtanpa ada patokan, tergantung kacamata apa yang digunakan.

Dalam kajian ekonomi, istilah efisiensi memegang pe-ranan yang sangat penting. Bisa dikatakan, efisiensi adalahhakikat ekonomi itu sendiri, sebagaimana menurut Samuelsondan Nordhaus, dua pakar ekonomi Amerika ini mendefinisikanekonomi sebagai berikut:

“Economy is producting efficiently when it cannot make anyoneeconomically better or without making someone else worse off “.3

Tak bisa dipungkiri, dalam berbagai praktek ekonomi,alasan efisiensi telah menjadi prinsip pokok.4 Namun tidak ja-rang pula, karena alasan inilah kadang menjadi faktor terjadi-nya tindak kecurangan pelaku ekonomi (penjual) yang justruberakibat pada kerugian masyarakat atau pembeli, sehinggaefisiensi yang semula sebagai prinsip, secara prakteknya punberubah hukumnya dari yang semula dianjurkan menjadi di-

1 Mengutip Fu’ad Mas’ud bahwa karena alasan efisiensi inilah banyakterjadi praktek kecurangan, sebagai contoh adanya pedagang nasi goreng yanglebih suka menggunakan ayam tiren yang jauh lebih murah demi kepentinganmeningkatkan keuntungan, contoh lain seorang pedagang mie ayam yang terungkapmenggunakan formalin dengan alasan efisiensi juga.

2 Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Salahsatu makalahnya yang dia tulis dan menjadi perhatian utama dalam makalah iniadalah yang berjudul Efficiency Reconsidered (Efisiensi Ditinjau Kembali).

3 Samuelson, et.al, Economic, (New York: McGraw-Hill, 2001), p. 44 “Efficiensy denotes the most effective use of a society’s resources in

satisfying peoples wants and needs” (Samuelson, et al, Ibid.)

Page 3: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Vol. 1, No. 2, Juli 2013 | 169

Ahmad Arisatul Cholik

larang, ini baru menurut hukum manusia apalagi hukum aga-ma (fiqh) yaitu terjadi transformasi hukum, dari mubah menjadiharam dengan alasan madharat.

Sebagaimana laporan investigasi dari Fuad Mas’ud, demialasan efisiensi seorang penjual nasi goreng rela membeli ayamtiren untuk meningkatkan keuntungan, dan juga seorang pen-jual mie ayam berani menggunakan formalin untuk mening-katkan ketahanan mie ayam. Dalam kasus di atas, jelaslah bah-wa para pelaku meletakkan prinsip efisiensi sebagai sesuatuyang bebas nilai, entah si pelaku memang tidak tahu akan dam-pak perbuatannya itu, atau memang disengaja demi memen-tingkan hawa nafsunya untuk mencari keuntungan sendiri danmelawan nuraninya. Padahal sebagai sebuah prinsip, efisiensimengandung sebuah konsep dan konsep ini akan dipengaruhioleh nilai dan ideologi yang memandangnya. Cara pandanginilah yang disebut worldview.5 Maka tidaklah mengherankan,ketika Islam memandang istilah efisiensi dengan worldview-nya(Islamic Worldview) akan menghasilkan pemahaman yang jauhberbeda dengan makna efisiensi menurut worldview Barat(Western Worldview) sekalipun berangkat dari kata yang sama.Hal ini juga berlaku bagi seluruh konsep di dalam kehidupanini. Hal ini disebabkan karena nilai-nilai di dalam Islam tidaklahsama dengan yang ada di Barat.

Berangkat dari masalah ini, makalah ini berupaya untukmerespon permasalahan di atas, yaitu mengungkap makna efi-siensi dalam pandangan Islam. Lebih dari itu, akhirnya penulisjuga tertarik untuk mencari titik temu hubungan antara aqidahdan ekonomi sebagai sains sosial dan pengaruhnya satu samalain antara keduanya, dengan maksud untuk menjelaskan danmerumuskan makna efisien menurut kacamata Islam.

5 Worldview bisa diartikan sebagai cara pandang dan sikap manusia yangbersangkutan terhadap realitas (lihat Hamid Fahmy Zarkasyi, Pandangan HidupSebagai Asas Epistemologi Islam, dalam buku Kumpulan Materi Kuliah WorldView Islam, hal. 2

Page 4: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Jurnal EKONOMI ISLAM170 |

Teori Efisiensi dalam Ekonomi Islam

Pengertian EfisiensiEfisien menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti

tepat atau sesuai untuk mengerjakan atau (menghasilkan)sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya),mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdayaguna, dan bertepat guna. Secara definisi, efisiensi adalah peng-gunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasilyang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuanyang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.6Untuk itulah, dalam bahasa kita ada istilah efisiensi tenaga,efisiensi waktu, bahkan efisiensi pikiran.

Dalam kehidupan sehari-hari, dalam melakukan segalasesuatu seseorang selalu berusaha untuk se-efisien mungkinmenurut perspektifnya masing-masing. Memang diakui de-ngan efisiensi tidak saja meringankan pekerjaan, namun jugaakan melipatkan keuntungan dalam berbisnis. Dalam hal ini,istilah efisien sangat dekat pengetiannya dengan hemat yangberarti cermat dan tidak boros.7 Maka sebenarnya prinsip efi-siensi dilaksanakan supaya hemat. Selanjutnya apabila kitamencari istilah hemat dalam kamus bahasa Inggris, akan kitadapatkan sinonim-nya yaitu thrifty or economical. Ini artinyaantara efisien, hemat dan ekonomi sangat terkait berkelindan.

Ekonomi sendiri secara etimologi berasal dari istilahYunani yaituοἰκονομία (oikonomia, “management of a household,administration”) dari οἶκος (oikos, “house”) +νόμος (nomos,“custom” atau “law”), yang berarti rules of the household atauhukum/aturan rumah tangga. Dalam pandangan Barat, istilahekonomi tak lepas dari dan untuk kepentingan materi un sich,di mana wacana yang berlaku dalam bidang ini berkutat padakata produksi, distribusi, konsumsi, kekayaan dan lain sebagai-nya. Hal ini sebagaimana mereka mendefinisikan ekonomi

6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal. 92

7 Ibid, hal. 142

Page 5: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Vol. 1, No. 2, Juli 2013 | 171

Ahmad Arisatul Cholik

sebagai ilmu sains sosial yang menganalisa produksi, distribusi,konsumsi barang dan pelayanan.8 Kajian ekonomi juga mem-fokuskan dirinya untuk bagaimana bisa menggunakan sumberdaya yang langka sehingga bisa memproduksi komoditas yangberharga dan mendistribusikannya kepada orang yang ber-beda. 9 Maka sebenarnya berawal dari pandangan semacaminilah yang membentuk konsep ekonomi dunia barat saat inisekuler dan kapitalis, selain dipengaruhi oleh filsafat merekatentang dunia, fisik dan metafisik. Bahkan kita sendiri yangmuslim akan mudah terjebak sebagaimana cara pandang barattetkala tidak mengetahui bagaimana Islam memandang sebuahrealitas melalui konsep-konsepnya.

Efisiensi Menurut Ilmu Ekonomi KonvensionalIstilah efisiensi dalam dunia ekonomi sudah bukan ba-

rang baru lagi. Dalam setiap perilaku ekonomi, efisiensi sudahmenjadi prinsip. Para ekonom pun juga telah meletakkan prin-sip efisiensi sebagai salah satu yang terpenting, karena secararasional bisa dibuktikan bahwa suatu pekerjaan semakin tinggitingkat efisiensinya maka bisa dipastikan semakin tinggi pulakeuntungannya.

Istilah efisiensi menurut ilmu ekonomi konvensional bisadifahami melalui pemahaman tentang hakikat manusia ataufilsafat manusia ala Barat, yang mana manusia adalah subyekterpenting dalam kegiatan ekonomi. Para ekonom dan filosofmodern yang merumuskan ekonomi konvensional itu mem-posisikan manusia seolah-olah semua pikiran dan tingkah laku-nya digerakkan secara dominan oleh logika ekonomi.10

Kesimpulan ini disetujui baik oleh kapitalisme dan komunisme

8 The New International Webster’s Comprehensive Dictionary Of The Eng-lish Language, (Florida: Triden Press International, 1996), hal. 57

9 Aslinya: the study of how societies use scarce resources to producevaluable commodities and distribute them among different people. (Samuelson, etal, Economics, p. 4)

10 Arif Hoetoro, Ekonomi Islam Pengantar Analisis Kesejarahan danMetodologi, (Malang: Bayu Media Publishing, 2007), hal. 224

Page 6: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Jurnal EKONOMI ISLAM172 |

Teori Efisiensi dalam Ekonomi Islam

yang ajarannya banyak terilhami dari The Wealth of Nations-nyaAdam Smith ataupun Das Kapital-nya Karl Marx. Meskipunkesimpulan ini merupakan reduksi besar-besaran terhadap jatidiri manusia, namun tetap saja mereka mendudukkan manusiahanya sebatas manusia ekonomi atau homo economicus.

Dalam konsep Homo Economicus, manusia bergerak me-nurut rasionalnya dan selalu mengarah pada pemuasan has-rat diriatau dalam istilah Adam Smith self interest.11 Sebenarnya,self interest di sini merupakan naluri dan sifat bawaan sejak lahirdimana tiap manusia selalu senang untuk memenuhi kebutu-hannya baik secara materialis maupun biologis. Dalam panda-ngan Barat, manusia bisa bergerak bebas tanpa ada aturan-aturan norma atau agama yang mengikat dalam upaya meme-nuhi dan mencapai kebutuhan sebisa mungkin.

Adanya self Interest ini mendorong untuk meraih tujuan-tujuan ekonomi, di antaranya meningkatkan keuntungan untukmenumpuk kekayaan, sedangkan efisiensi dipandang sebagaibagian dari cara rasional manusia untuk meningkatkan keuntu-ngan. Bagi mereka, peningkatan keuntungan adalah satu-satunya tanggung jawab sosial, sehingga ekonomi konvensionalsangat memperhatikan tingkah laku manusia yang rasionalyang termotivasi untuk memenuhi kebutuhan diri pribadidengan cara memaksimalkan kekayaan pribadi dan konsumsidengan cara apapun.12

Implikasinya, jika pada zaman dahulu bangsa Eropamenggunakan tenaga budak yang didatangkan dari Asia danAfrika dengan dalih penghematan tenaga dan pemaksimalankeuntungan, pada zaman modern saat ini, konsep efisiensiekonomi konvensional membolehkan penghancuran kelebihanoutput, apabila hal ini memberikan kemampuan bagi pebisnisdalam mencegah penurunan keuntungan tanpa mengakibatkan

11 Ibid, hal. 22712 Umer Chapra, The Future of Economics : An Islamic Perspektive,

(Jakarta, Shari’ah Economics and Banking Institute, 2001), hal. 25

Page 7: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Vol. 1, No. 2, Juli 2013 | 173

Ahmad Arisatul Cholik

kerugian di pihak konsumen akibat kenaikan harga.13 Contohyang kedua ini memang seakan-akan tidak merugikan kon-sumen, namun sejatinya juga mengakibatkan kerugian dankerusakan pada sumber daya alam yang dipakai.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah yang men-jadi batasan dan legalitas pelaksanaan prinsip efisiensi kon-vensional tersebut? Apakah tiap tindakan individu dibolehkanasalkan efisien? Pelaksanaan efisiensi terkait erat denganpelaksanaan prinsip ekonomi itu sendiri. Saat ini sebagaimanadiakui oleh kebanyakan ekonom, yang menjadi dasar bagi sis-tem pemikiran ekonomi konvensional adalah konsep ekonomikapitalis, maka untuk menjawab pertanyaan di atas adalahdengan merujuk pada konsep ekonomi kapitalis.14

Menurut konsep ekonomi kapitalis, bahwa si pelakuekonomi bebas untuk mengusahakan keberhasilan ekonomidengan cara apa saja yang dipilihnya, asalkan tidak melanggarhukum pidana.15 Jadi yang menjadi batasan dan legalitas sebuahtindakan ekonomi konvensional adalah aturan hukum pidanayang berlaku, maka asalkan tidak melanggar hukum pidanabisa dipastikan tindakan itu dibolehkan.

Efisiensi Dalam Pandangan IslamKata efisiensi dalam pengertian ekonomi konvensional

ternyata tidak termasuk di dalam literatur Islam. Dalam lite-ratur Islam, hal ini sudah dikenal melalui beberapa pemahamansalah satunya dalam pemahaman untuk berusaha meraih hasilyang terbaik.

Sejatinya semenjak awal perkembangan Islam, NabiSAW selalu mengajarkan kepada para sahabat untuk selalumengerjakan segala pekerjaan (amal) seefektif dan seefisienmungkin. Dengan pelbagai pemahaman dari beliau sendiri

13 Ibid, hal. 7314 Lihat Muhammad Abdul Mannan, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam,

hal. 311, lihat juga Arif Hoetoro, Ekonomi Islam, hal. 22715 Muhammad Abdul Mannan, ibid.

Page 8: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Jurnal EKONOMI ISLAM174 |

Teori Efisiensi dalam Ekonomi Islam

hingga para sahabat mengerti bagaimana meletakkan kata (efi-sien) ini pada tempatnya. Sebagai contoh, nabi Muhammadtelah memperlihatkan kewibawaanya yang tinggi denganmenekankan pada ihsan (kemurahan hati) dan itqan (kesempur-naan). Beliau bersabda bahwa “Allah SWT telah mewajibkanihsan atas segala sesuatu”, dan bahwa “Allah SWT mencintai se-seorang apabila ia mengerjakan sesuatu, ia melakukannya de-ngan sempurna (itqan).”16 Bahkan Nabi SAW meletakan nilai ke-islaman seseorang tatkala seorang muslim mampu mengopti-malkan pribadinya se-efisien mungkin, arti efisien dalam kon-teks ini pastinya adalah mengerjakan segala pekerjaan yang ber-manfaat dan meninggalkan pekerjaan yang membuang-buangwaktu dan tidak bermanfaat. Sebagaimana sabda beliau SAW :

17 هنِيعا لَا يم كُهرءِ تلَامِ المَرنِ إسسح نم

Dari hadis di atas, nampak bahwa yang menentukan kua-litas keislaman seorang adalah kemampuannya untuk me-milah-milah pekerjaan, mana yang perlu dikerjakan dan manayang tidak dengan seefesien mungkin. Namun arti efisien disini tetaplah dalam koridor syari’at yang ada dan sebagaimanaunsur yang membangun efisiesi yang islami sebagaimana di-jelaskan di atas, yaitu unsur kebaikan (ihsan) dan kesempurnaan(itqan).

Maka sedikitnya bisa ditarik kesimpulan, bahwa pe-ngertian efisiensi menurut Islam tidaklah sama menurut teori

16 Hadits pertama dari Syaddad ibnu Aws dalam sahih Muslim, bab al-Amr bi ihsan fi ad-dhabh wa al-qatl, vol. 3 No. 37, hal. 1548; sedangkan haditskedua dari sayyidah Aisyah di dalam syu’ab al-iman dari al-baihaqi, 1990, vol. 4,no. 5312 hal. 334. Ihsan membutuhkan lebih banyak dari apa yang dibutuhkanuntuk ‘adl atau keadilan. Contoh, penjual harus memberikan berat timbangan yangtelah disepakati kepada pembeli dengan cara jujur, atau menimbang sesuai denganharga yang telah dibayar, tapi jika ia memberikan sesuatu yang lebih, maka ia telahberbuat sesuatu yang disebut ihsan. (sebagaimana dikutip Chapra, The Future ofEconomics, hal. 72-73)

17 HR. Ahmad, Abu ya’la dan Tirmidzi (dikutip dari kitab Al-Maqa >s }id Al-Hasanah karangan As-Sakhowi, Juz I, hal. 227) al-Maktabah Syameelah

Page 9: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Vol. 1, No. 2, Juli 2013 | 175

Ahmad Arisatul Cholik

ekonomi konvensional. Hal ini karena orientasi kehidupanseorang manusia muslim tidaklah terbatas hanya pada dunia-nya saja, tetapi adanya integrasi kehidupan dunia dan akhirat,di mana dunia hanyalah ladang bagi kehidupan di akhirat.Akhirnya, sangat mungkin terjadi dalam pelaksanaan efisiensisecara Islam tidak sesuai dengan efisiensi secara konvensionalataupun sebaliknya. Kalau yang menjadi batasan ekonomikonvensional adalah legalitas dan aturan hukum pidana asal-kan hukum yang berlaku itu sesuai dengan syariat, maka sesuaipula dengan pandangan Islam.

Hubungan Efisien dan al-Iqtisa>dDalam perkataan Arab, istilah ekonomi dikenal dengan

kata Iqtisa >d (اقتصاد) bentuk masdar dari kata kerja dari iqtas }ada-yaqtas }idu. Kadang istilah ini juga disebut dengan Iqtisa >diyahdari bentuk masdar s (اقتصادية) }ina>’i yang menunjukkan sebuahperilaku aktif atau sebuah paham (isme). Dalam hal ini, kataIqtis}a >diyah menunjukkan perilaku Iqtis}a >d dan segala yang men-cakup ruang lingkupnya.

Kata Iqtis }a >d secara morfology berasal dari akar kataqas}duقصد yang berarti al-i’tida>l wat tawasut} atau seimbang dalamberinfak (mengeluarkan harta) dan yang lainnya.18 Kata qas }dusendiri menurut Ibnu Mandzur mempunyai lima padanan kata,antara lain: istiqomah (istiqa >mah), adil (al-‘adl), seimbang (al-wast }), tujuan (tij }a >h), dan tidak terlalu boros dan tidak terlaluirit (ma> baina al-isra>f wa at-taqt}i>r).19 Artinya bahwa konsep Iqtis}a>dsetidaknya mempunyai lima prinsip utama yaitu: istiqomah,adil, seimbang, bervisi, tidak boros dan juga tidak terlalu irit.Ketika hadis Nabi mengatakan:

ما عال مقتصد و لا يعيل

18 Muhammad Imaroh, Qa >mu >s Mus }t }alah }a >t Iqtis }a >diyyah fil Hada >rah al-Isla >miyyah, (Beirut: Dar es-Shuruq, 1993), hal. 458

19 Muhammad bin Mukarrom bin Mandzur al-Afrikiy al-Mishriy, Lisa >nul‘Arab, (Beirut: Dar Sodir), al-Maktabah Syameela

Page 10: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Jurnal EKONOMI ISLAM176 |

Teori Efisiensi dalam Ekonomi Islam

yang dimaksud dari perkataan hadis di atas ialah tidak akanmiskin orang yang tidak terlalu boros dalam mengeluarkanharta dan tidak terlalu pelit.20

Menurut pendapat ulama bahasa yang mengedepankankonsepsi kata kerja bahasa Arab semua kategori kata dalambahasa Arab, akan didapatkankan bentuk perluasan maknadengan beberapa penambahan huruf. Perluasan makna iniadalah bentuk-bentuk nilai sosial yang pada hakekatnya meru-pakan cerminan dari nilai-nilai individual yang ada dalammakna kata dasar bahasa Arab. Kaedah ini sering terjadi dalamtelaah tatabahasa Arab untuk menemukan makna yangkomprehensif dalam sebuah kata.

Begitu pula yang terjadi pada kata Iqtis }a >d, dengan ada-nya tambahan huruf alif dan ta’ pada akar katanya memberi-kan perluasan makna dengan tidak terlepas dari makna akarkata aslinya. Sejauh ini kata iqtas }ada mempunyai dua arti uta-ma, pertama istaqa>ma (yang lurus/istiqomah) dan kedua: berartimencari jalan tengah dengan tidak berlebih-lebihan atau terlaluirit.21 Dalam arti yang kedua inilah yang menunjukkan bahwaIqtis }a >d bisa berarti hemat atau bertindak efisien, sedangkanorang yang hemat disebut muqtas}id. Sebagaimana sabda Nabi:

22دصاقْت نالَ ما عم“Tidak akan kekurangan barang siapa yang berhemat “

Kata muqtas}id telah dimuat dalam Alquran sebanyak duakali, pertama dalam surat al-Fathir ayat 32 :

مهنمو فْسِهنل مظَال مهنا فَمنادبع نا منطَفَياص ينالَّذ ابتا الْكثْنرأَو ثُم دصقْتم لُ الْكَبِيرالْفَض وه كذَل اللَّه بِإِذْن اتريبِالْخ ابِقس مهنمو .

20 Ibid.21 Aslinya “at-tawassut } baina al-ifrat >} wa at-taqt }i >r” (Abu Lewis, Al-Munjid

Fil Lughoh wal A’lâm, (Beirut: Darul Masyreq, 2003), hal .632)22 Hadis riwayat Abdullah Bin Mas’ud RA, dengan sanad Dho’if

Page 11: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Vol. 1, No. 2, Juli 2013 | 177

Ahmad Arisatul Cholik

Dan dalam surat Luqman ayat 32 :

وإِذَا غَشيهم موج كَالظُّلَلِ دعوا اللَّه مخلصين لَه الدين فَلَما نجاهم إِلَى مهنفَم رالْب دصقْتارٍ كَفُورٍ متا إِلَّا كُلُّ خناتبِآي دحجا يمو .

Kata muqtasid dalam ayat pertama, menurut Ibnu Kasirberarti golongan pertengahan.23 Sedangkan pada ayat keduaberarti istaqa >mah atau yang lurus.24 Dari pengertian di atas,seseorang juga dinamakan muqtasid apabila ia bersifat moderat,tidak terlalu kanan atau ke-kiri-an, tidak terlalu tekstual atau-pun liberal. Inilah cara berislam yang benar sesuai aqidah ahlusSunah wal jama’ah. Sebagaimana Al-Ghozali yang memberijudul bukunya “al-Iqtisa>d fil I’tiqa>d” pastinya makna Iqtisa>d disinibukanlah ekonomi dalam beraqidah, melainkan at-tawassut } filI’tiqa >d atau moderat/seimbang dalam beraqidah sesuai manhajahlu sunnah wal jama’ah, hal ini sebagaimana dijelaskan olehbeliau “Golongan ahlus sunnah wal jama’ah adalah yang tawas}ut }(moderat) diantara mereka (dalam konteks ini) tidak qadariyahmaupun mu’tazilah”.25

Selanjutnya dari makna akar kata inilah, para ulama me-rumuskan definisi al-Iqtisa>d sebagai ilmu tentang tata cara me-ngurus segala simpanan dan harta baik secara individu mau-pun sosial, baik yang disimpan, yang dikembangkan ataupundidistribusikan dengan dasar nilai keadilan dan seimbang, tidakberlebihan maupun kekurangan, tidak boros maupun kikir.26

Sekedar perbandingan, lain halnya dengan pandangan Barattentang Ekonomi, sebagaimana Alfred Marshal dalam bukunyaPrinciples of Economic yang mengatakan bahwa ekonomi adalahilmu yang yang mempelajari perilaku manusia dalam urusan

23 Abu al-Fidak Ismail bin Katsir, Tafsir al-Quran al-Adziem, (DarToyyibah, 1999), Maktabah Syameela

24 Ibid.25 Abu Hamid bin Ahmad bin Al-Ghozali, Kitab Al-Arba’i >n Fi > Us }ulu >ddin,

(Beirut: Darul Qolam, 2003), hal. 526 Muhammad Imaroh, op.cit., hal. 41

Page 12: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Jurnal EKONOMI ISLAM178 |

Teori Efisiensi dalam Ekonomi Islam

hidup sehari-hari.27 Dari pengertian Marshal, terlihat bahwaekonomi tak ubahnya seperti psikologi di mana hasil penelitian-nya murni dari hasil pengamatan terhadap manusia. Padahal,manusia dalam meraih kesejahteraan hidupnya cenderung me-ngedepankan hawa nafsu sehingga cenderung berbuat salah.Beda halnya dengan isti lah Iqtisa>d yang konsepsinya juga sudahmengandung aturan-aturan baik secara etika maupun estetikayan semua itu tercakup dalam syari’at.

Mengenai sebab diambilnya istilah ini sebagai padanankata ekonomi, karena ekonomi sebagai ilmu sains sosial selaluterjadi interaksi antar individu dan golongan. Diantara mu’a-malah dan kesibukan antara manusia itu tidak selalu kebenarandan keadilan yang terjadi, kadangkala sering terjadi tindak ke-curangan sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya itu,manusia selalu terombang ambing antara keadaan baik danburuk, terpuji dan tercela sebagaimana yang terjadi dalam ma-syarakat antara kecurangan dan keadilan.28 Maka konsekuensidari kata Iqtisa >d ini selalu menuju kepada adanya nilai keseim-bangan dan keadilan dan sesuai dengan syariat dalam setiappraktek yang sedang berlangsung.

Dalam framework Islam, al-Iqtisa >d menjadi sebuah ma-dzhab dan manhaj yang bersumber dari nilai-nilai Islamsehingga melahirkan istilah baru yaitu al- Iqtisa>d al-Isla >miy ataual- Iqtisa >diyah al-Isla >miyyah.29 Dalam hal ini, istilah al- Iqtisa >d al-Isla >miy menurut Muhammad Imaroh menerangkan bahwa iaadalah madzhab atau peraturan yang mencakup keseluruhanpokok-pokok dan prinsip-prinsip kaidah ekonomi secaraumum yang berasal dari Alquran dan Hadis, di mana bangun-an ekonomi Islam berdiri di atas pokok dan prinsip serta kaidahtersebut dengan selalu menjunjung maslahat umat sesuai de-ngan perubahan ruang dan waktu.30 Lain halnya menurut

27 Arif Hoetoro, op.cit, hal. 23328 Ibid29 Ibid30 Ibid

Page 13: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Vol. 1, No. 2, Juli 2013 | 179

Ahmad Arisatul Cholik

Muhammad Ayyub yang memandang ekonomi Islam sebagaisuatu bagian dari pandangan hidup seorang muslim terhadapperilaku ekonomi yang lazim dimilki setiap manusia. Dalamhal ini ia mengatakan:

“Iqtisa >d dalam pandangan Islam baik pengembangan ekonomi,maupun pengadaan dan peningkatan kesejahteraan yang melimpah,keduanya merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan manusiadan sebagai pondasi masyarakat, terutama kaitannya antara duniadan alam akherat, dengan kata lain untuk kepentingan akheratjuga”.31

Menilik pendapat Ayyub di atas, memang benar sekali.Di antara sikap seorang muslim yang benar terhadap urusandunia adalah tidak meninggalkannya tapi juga tidak me-masukkannya dalam hati. Seorang muslim tidaklah semata-mata mengejar dunia namun hanya menjadikannya sebagai sa-rana untuk hidup, begitu pula tidak dibenarkan meninggal-kan dunia sama sekali jalaran hanya mementingkan ibadahsemata dan melupakan kebutuhan dirinya dan keluarganya.Namun disisi lain, juga terdapat konsepsi keadilan dan ke-seimbangan dalam sikapnya khususnya dalam memandangharta yaitu bahwa dunia hanyalah ladang akherat, seperti peri-laku sahabat dulu yang mana mereka bekerja di siang hari danibadah di malam hari. Adanya sikap seorang muslim yangdemikian sebenarnya sudah sesuai sebagaimana Islam telahmemerintahkan setiap muslim untuk berperilaku demikian,yaitu mengejar kehidupan akherat tanpa melupakan kehi-dupannya di dunia, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

وابتغِ فيما آتاك اللَّه الدار الْآخرةَ ولَا تنس نصيبك من الدنيا 33

31 Muhammad Ayyub, An-Niza >m Al-Ma >liy fi al-Isla >m, (Beirut: AcademiaInternational, 2009), hal. 40. Diterjemahkan oleh Umar Sa’id Al-ayyubi dari judulaslinya Understanding Islamic Finance.

32 QS. Al-Qas }as : 7733 Muhammad Abdul Mannan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, hal. 312

Page 14: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Jurnal EKONOMI ISLAM180 |

Teori Efisiensi dalam Ekonomi Islam

Dari penjelasan di atas, akhirnya terlihat jelas bahwasebenarnya istilah Iqtisa >diyyah tidaklah patut disandingkandengan istilah ekonomi dengan pengertian saat ini. Apalagiistilah ekonomi yang dipahami menurut akar katanya yaitumanajemen rumah tangga atau yang dipahami orang-orangsaat ini yang hanya berkecimpung membahas urusan finansialsemata. Iqtisa>diyah juga bukanlah konsep ekonomi sebagaimanamenurut paham kapitalis di mana sistem perolehan uang men-jadi ciri yang utama sehingga tiap orang bebas memperbanyakuang sebanyak-banyaknya asal tidak melanggar hukumpidana33 bahkan menurut faham sosialis dan komunis sekali-pun yang telah menjadikan materi menggantikan kedudukanTuhan.34 Namun Iqtisa >diyah mempunyai pengertian yang jauhlebih luas dan fleksibel serta seimbang antara kepentingan indi-vidu dan kesadaran spiritual sebagai hamba Tuhan. Makatidaklah salah ketika Ismail Raji Al-Faruqi mengatakan bahwaal-Iqtisa>d Isla>miy adalah gabungan esensial antara yang materialdan yang spiritual.

Keadilan Dalam Unsur EfisiensiDalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia ber-

buat adil. Dalam Islam, adil didefinisikan sebagai tidak men-dzalimi dan tidak didzalimi.35 Implikasi ekonomi dari nilai iniadalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk menge-jar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain ataumerusak alam, seperti halnya yang terjadi pada masa koloniali-sasi dan imperialisme, di mana bangsa Barat mengeksploitasialam Asia dan Afrika besar-besaran diiringi praktek perbuda-kan yang merugikan manusia. Hal semacam ini merupakanperampasan hak baik kepada manusia maupun alam dan suatuperbuatan yang dibenci Tuhan, suatu ketidakadilan yang harusditaubati pelakunya dan wajib membayar ganti rugi kepada

34 Al-Faruqi, Tauhi >d, (Bandung: Balai Pustaka, 1998) hal. 16235 Rasulullah bersabda “Inna Lakum ru’u >sa amwa >likum la > taz }limu >na wa

la > tuz }lamu >n” (HR. Ahmad)

Page 15: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Vol. 1, No. 2, Juli 2013 | 181

Ahmad Arisatul Cholik

korban.36 Tanpa keadilan, manusia akan terkelompok dalamberbagai golongan. Golongan yang satu akan menzalimi golo-ngan yang lain, sehingga terjadi eksploitasi manusia atas ma-nusia. Masing-masing berusaha mendapatkan hasil yang lebihbesar dari usaha yang dikeluarkannya demi kerakusannya.37

Dalam Islam, keadilan diartikan dengan suka sama suka (antara>din minkum) dan satu pihak tidak menzalimi pihak lain (la >taz }limu>na wa la> tuzlamu>na).

KesimpulanDari hubungan makna antara Iqtisa >diyyah, dan Iqtisa >d

yang berasal dari akar kata qas }du menunjukkan bahwa istilahdalam bahasa Arab banyak yang bersifat musytarak dimanamakna kata antara satu sama lain saling berkaitan. Melaluimakna-makna dalam asal kata Iqtisa >d inilah yang selanjutnyamenjadi pondasi konsep ekonomi dalam Islam.

Kata efisiensi sebagai prinsip ekonomi memang menjaditolak ukur dalam setiap tindakan ekonomi seseorang, namuntanpa ada batasan yang jelas sangat memungkinkan prinsipini disalahgunakan dan menjadi celah terjadinya tindak kecu-rangan para pelaku pasar selama ini. Karena itu, baik istilahefisiensi maupun ekonomi dalam kacamata Islam tidaklah be-bas nilai. Dalam pandangan Islam, digunakan istilah Iqtisa >dkarena sesuai dengan nafas dan syari’at Islam dimana kata inijauh lebih luas maknanya dari kata ekonomi itu sendiri. Bahkansebagaimana penjelasan sebelumnya, sekali lagi penulismenegaskan bahwa istilah ekonomi tidaklah sama dan tidakbisa diterjemahkan dengan kata Iqtisa >d. Wallahu a’lam.

36 Al-Faruqi, Tauhid, hal. 17737 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2007), hal. 35

Page 16: TEORI EFISIENSI DALAM EKONOMI ISLAM

Jurnal EKONOMI ISLAM182 |

Teori Efisiensi dalam Ekonomi Islam

ReferensiAl-Qur’an Al-KarimAl-Faruqi, Ismail Raji, Tauhid, Bandung: Penerbit Pustaka, 1988.Al-Ghozali, Abu Hamid Bin Muhammad, Al-Arba’in Fi >

Usu>luddin, Damaskus: Darul Qolam, TT.Ayyub, Muhammad, An-Nizam Al-Maliy fi al-Islam, Beirut:

Academia International, 2009.Chapra, Muhammad Umer, The Future of Economics; An Islamic

Perspective, Jakarta: Shari’ah Economic And BankingInstitute, 2001.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Hoetoro, Arif, Ekonomi Islam; Pengantar Analisis Kesejarahan danMetodologi, Malang: Bayumedia Publishing, 2007.

Imaroh, Muhammad, Qa>mu>s Mustalaha>t Iqtisa>diyyah fil Hada>rahal-Isla >miyyah, Beirut: Dar es-Shuruq, 1993.

Karim, Adimarwan A, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: Raja Gra-findo Persada, 2007.

Katsir, Abu al-Fidak Ismail bin, Tafsir al-Quran al-Adziem, DarToyyibah, 1999.

Lewis, Abu, Al-Munjid Fi >l Lughoh wal A’la >m, Beirut: DarulMasyreq, 2003.

Mandzur, Ibnu, Lisanul Arab, Beirut: Dar Shodir, MaktabahSyameela.

Mannan, Muhammad Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Islam,Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1997.

Samuelson, Et, Al, Economics, New York: McGraw-Hill, 2001.The New International Webster’s Comprehensive Dictionary Of The

English Language, Florida: Triden Press International,1996.

Zarkasyi, Hamid Fahmy,”Pandangan Hidup Sebagai Asas Epis-temologi Islam”, dalam buku Kumpulan Materi KuliahWorld View Islam, ISID.