Upload
ade-anlika-damayanti
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
1/16
Analisis Pengembangan e-Government Kabupaten Bantul, DIY
Oleh :Ade Anlika Damayanti 13/348168/TK/40806Amalina Kurniasari 13/348264/TK/40852
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi InformasiFakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
2016
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
2/16
Intisari
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah cara dan pola kerja pemerintahan pada umumnya. Instansi pemerintah di Indonesia telah banyak mengembangkan
sistem informasi berbasis Information Technology (IT) atau yang biasa dikenal dengan e-government. Salah satu pemerintah daerah yang telah mengembangkan e-government adalahKabupaten Bantul. Dalam membangun e- government tersebut Kabupaten bantul telah memiliki33 website yang digunakan sebagai informasi publik dan 24 sistem aplikasi yang digunakan diSKPD Kabupaten Bantul.
Salah satu masalah di dalam pembangunan e-government kabupaten bantul adalah belumada integrasi data antar tiap-tiap sistem aplikasi dan website, sehingga belum dapat terwujudnyasistem yang efisien dan konsisten.masalah ini timbul akibat setiap sistem aplikasi dan websitemasih menggunakan sistem database yang terpisah, dan setiap ada pembangunan sebuah sistem
baru selalu menggunakan database yang baru pula dan mengulang masukan data dari awalkembali. Pengembangan e-goverment di Kabupaten Bantul juga masih belum mengacu pada
pemanfaatan framework pengembangan sistem informasi.Makalah ini bertujuan untuk membantu membuat sistem e-government yang ideal diKabupaten Bantul agar dapat membantu mengolah data secara efektif dan efisien sehinggamampu membantu pemerintah dalam melayani masyarakat serta terciptanya pemerintahan yangakuntabel dan transparan.
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
3/16
BAB I. Pendahuluan
A. Kondisi nyataInformasi merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi suatu
organisasi. Ketersediaan informasi mempu mendukung operasional organisasi, dimanainformasi dimanfaatkan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan. Pada organisasi publik,
Wahyudi dan Subando (2004: 6) menyebutkan bahwa reputasi organisasi, efisiensi dan
efektivitas layanan masyarakat hanya akan dapat ditingkatkan apabila manajer mampu
mengelola organisasi tersebut secara adaptif dengan memanfaatkan segenap informasi yang
berguna bagi organisasi.
Untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas layanan masyarakat, dalam rangka
mewujudkan pemerintahan yang akuntabel dan transparan salah satu upayanya adalah
dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi yaitu e-government.
Dalam rangka mewujudkan e-government tersebut Saat ini kabupaten Bantul telah
memiliki sebuah instansi khusus yaitu Kantor Pengolahan Data Telematika ( KPDT ).
Disini peran Kantor Pengolahan Data Telematika ( KPDT ) adalah sebagai Lembaga Teknis
Daerah yang memiliki tugas untuk melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah di bidang komunikasi dan informatika.
Dari segi sistem informasi sendiri Kabupaten Bantul telah memiliki sejumlah aplikasi
sistem informasi berbasis teknologi, antara lain : www.bantulkab.go.id sebagai ruang
informasi pemerintahan, www.bantulbiz.com sebagai ruang informasi bisnis dan
perdagangan, www.bantulcraft.com sebagai ruang informasi industri dan kerajinan ,
warintek.bantulkab.go.id sebagai warung informasi berbagai teknologi,
perijinan.bantulkab.go.id sebagai ruang informasi layanan perijinan secara online,
Invesda.bantulkab.go.id sebagai ruang informasi investasi dan Pembangunan, Subdomain
bantulkab.go.id yang terdiri dari seluruh SKPD Pemerintah Kabupaten Bantul,
PUPNS.bantulkab.go.id yaitu sistem pengolahan data PNS secara online,CPNS.bantulkab.go.id yaitu fasilitas sistem layanan pendaftaran secara online,
Kewilayahan.bantulkab.go.id sebagai ruang informasi RDTRK dan layanan Perencanaan
Pembangunan (Advice Planing),SIM Monografi yaitu ruang data dan informasi monografi
kecamatan l. SIM Keuangan, SIM Barang Daerah, SIM Layanan Reklame, SIM Layanan
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
4/16
BPHTB, SIM Pengolahan data PBB,e-Health (SIM Kesehatan), SIM Layanan RSUD, SIM
Layanan KTP dan KK, SIM Penanggulangan Kemiskinan, SIM Uji kendaraan bermotor.
Sedangkan dari segi infrastuktur Kabupaten Bantul telah berhasil membangun
infrastruktur jaringan internet dan intranet antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan
seluruh kecamatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul, Penyediaan Layanan
Internet Masyarakat di Pusat Informasi, Teknologi dan Bisnis (PIBT) berlokasi di Pasar Seni
Gabusan (PSG), Penyediaan 3 buah Telecenter di Desa Pusat Industri dan Kerajinan yaitu
Desa Santan pada Kerajinan Tempurung (Cumplung Aji), Museum Budaya di Desa Kebun
Agung dan Tani serta Desa Tembi yaitu pusat Kerajinan kayu dan bambu, Pembangunan
Warehouse Data dan penyediaan Hosting sebagai layanan ruang data, akses data dan
sekaligus pusat penyimpanan data, serta Peningkatan Sarana Komputer (Hardware) dan
pendukungnya.
B. Permasalahan1. Database belum terintegrasi satu sama lain
Tiap-tiap sistem aplikasi dan website menggunakan rancangan database yang
berbeda dan dikelola secara terpisah sehingga belum terwujud sistem yang efisien dan
konsisten sehingga menyebabkan belum terwujudnya birokrasi pemerintah yang efektif ,
efisien dan transparan.
2. Kesenjangan Digital
Masyarakat Bantul memiliki situasi geografis dan populasi penduduk yang heterogen
baik dari segi sosial ekonomi, politik, budaya maupun agama, sehingga menyebabkan
terjadinya kesenjangan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah
kesenjangan digital
3. Infrastukur yang kurang memadai
Keberadaan infrastuktur jaringan informasi yang masih terbatas pada jaringan antar
SKPD dan kecamatan saja, sehingga fasilitas layanan informasi belum menjangkau
kepada seluruh lapisan masyarakat.Belum ada warehouse data yang memenuhi standar
secara teknis, yang berfungsi sebagai pusat data untuk mengintegrasikan data dan
informasi SKPD dalam rangka untuk mendukung proses pengambilan keputusan oleh
pemerintah berdasarkan data yang valid dan akurat.
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
5/16
4. SDM yang masih relatif rendah
Kurangnya sumber daya manusia yang memiliki skill yang memumpuni untuk
mengelola infrastruktur jaringan dan mengelola informasi. kebanyakan pengelolaan IT di
instansi-instansi pemerintahan di lakukan oleh pegawai instansi tersebut yang biasanya
tidak memiliki latar belakang IT sehingga pengelolaan IT tidak maksimal.
5. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan software legal.
Hal ini dipicu oleh mahalnya harga lisensi dari Software legal yang mengakibatkan
kecenderungan terjadinya penggunaan perangkat lunak (software) bajakan yang cukup
besar. Dari jumlah perangkat keras di kabupaten Bantul yaitu sejumlah 700 unit, hanya
ada 496 unit menggunakan software operating sistem legal dan hanya 5 unit komupter
memanfaatkan software office legal.
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
6/16
BAB II. Tinjauan Pustaka
Edhy Sutanta dan Khabib Mustofa (2012) pada Strategi Pengembangan Web Services
Untuk Integrasi Antar Sistem Aplikasi Dan Website Dalam E-Government Di Pemkab Bantul
Yogyakarta telah melakukan analisis terhadap e-government yang telah dikembangkan
pemerintah Kabupaten Bantul. Penelitian tersebut mengkaji permasalahan kurangnya integrasi
web yang telah tersedia. Dari kajian tersebut, penelitian tersebut memberikan hasil berupa
strategi perancangan web dan database yang digunakan untuk menghasilkan informasi yang
akurat dan konsisten.
Dari penelitian Edhy Sutanta dan Khabib Mustofa (2012) didapatkan kondisi nyata e-
government yang telah dikembangkan pada Kabupaten Bantul, yaitu:
1. Kabupaten Bantul telah memiliki website www.bantulkab.go.id dengan 33 subdomain
yang dilola oleh SKPD tingkat kabupaten (7 badan, 16 dinas, 7 kantor, 2sekertariat, 1
RSUD, 17 kecamatan dan 27 Puskesmas).
2. Fasilitas yang disediakan dalam website masih hanya sebatas menampilkan konten
informasi.
3. Berdasarkan fitur-fitur yang disediakan dalam website, sebagian besar website pemkab
bantul saat ini masih berada dalam tahap persiapan dan sebagian kecil lainnya berada
dalaam tahap pematangan sehingga masih perlu dikembangkan dan disempurnakan.4. Jenis interaksi dengan pengguna masih bersifat searah, misal download.
5. Belum adanya fitur layanan terintregasi antar sistem secara online.
6. Memiliki sistem informasi public sejumlah 15 sistem informasi.
- Sistem pengendalian Lingkungan
- Situs Pemerintahan www.bantulkab.go.id.
- Situs www.bantulbiz.com
- Situs www.bantulcraft.com
- perijinan.bantulkab.go.id
- kewilayahan.bantulkab.go.id
- potensiwisata.bantulkab.go.id
- hukum.bantulkab.go.id
- lpse.bantulkab.go.id
http://www.bantulkab.go.id/http://www.bantulkab.go.id/http://www.bantulkab.go.id/
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
7/16
- invesda.bantulkab.go.id
- CPNS.bantulkab.go.id (“ON” jika ada pendaftaran PNS)
- shbj.bantulkab.go.id (standar harga barang dan jasa)
- warintek.bantulkab.go.id (warung informasi dan teknologi)
- sistel.bantulkab.go.id (Sistem Informasi Pengendalian Menara Telekomunikasi )
7. kabupaten Bantul memiliki e-mail resmi sejumlah 184 alamat e-mail yang terdiri dari
SKPD, Kecamatan, Desa dan Puskesmas.
8. Terdapat 24 sistem aplikasi internal SKPD di lingkungan Pemkab Bantul yang dikelola
oleh masing-masing SKPD dan dioperasikan secara intranet atau dekstop.
9. Masing-masing sistem aplikasi dikelola dengan menggunakan database yang terpisah
satu sama lain.
10. Kabupaten Bantul telah memiliki jaringan Fiber Optik di komplek Parasamya.11. Sudah dibangun infrastuktur jaringan pedidikan sebagai sentral jaringan sekolah.
12. Kabupaten Bantul telah menyediakan hotspot ditempat pelayanan publik seperti kantor
bupati, perpustakan daerah, 17 kecamatan, 75 kantor pemerintah desa, rumah sakit serta
PIBT (Pusat Informasi Bisnis dan Teknologi) Gabusan.
13. Penyediaan 3 buah Telecenter di Desa Pusat Industri dan Kerajinan yaitu Desa Santan
pada Kerajinan Tempurung (Cumplung Aji), Museum Budaya di Desa Kebun Agung dan
Tani serta Desa Tembi yaitu pusat Kerajinan kayu dan bambu.
14. Pembangunan Warehouse Data dan penyediaan Hosting sebagai layanan ruang data,
akses data dan sekaligus pusat penyimpanan data.
Edhy menemukan permasalahan bahwa website yang telah dikembangkan belum
terintegrasi sehingga belum terwujud sistem yang efisien dan konsisten. Sehingga dalam
pembahasannya, Edhy memaparkan solusi yang ditawarkan untuk menangani masalah tersebut
dengan tiga strategi pengintegrasian informasi, yaitu dengan penggunaan data kependudukan
sebagai database master, strategi penembangan webservice, dan strategi pemodelan web service.
Selain megacu pada penelitian Edhy (2012) yang membahas permasalahan integrasi web
e-goverment Kabupaten Bantul, makalah ini akan membahas e-government Kabupaten Bantul
secara meluas, mulai dari perencanaan hingga evaluasi sistem.
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
8/16
BAB III. Dasar Teori
A. Enterprise Achitecture
Enterprise architecture atau lebih dikenal dengan arsitektur enterprise adalahdeskripsi dari misi stakeholder yang di dalamnya termasuk informasi,
fungsionalitas/kegunaan, lokasi organisasi dan parameter kinerja. Arsitektur enterprise
mengambarkan rencana untuk mengembangkan sebuah sistem atau sekumpulan sistem yang
terintegrasi.
Enterprise Architecture (EA) merupakan merupakan sebuah blueprint yang
menjelaskan bagaimana elemen IT dan manajemen informasi bekerja sama sebagai satu
kesatuan. Dalam pengimplementasian arsitektur enterprise, oraganisasi dapat menggunakan
framework untuk mempermudah pengembangan organisasi. Framework seperti ini akan
menggambarkan infrastruktur yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuan dan
visi dalam membentuk IT Governance secara baik. IT Governance adalah suatu sistem
untuk mengarahkan dan mengontrol organisasi untuk mencapai tujuannya dengan
menambahkan suatu IT dan proses.
B. e-GovernmentE-government adalah penyelenggaraan pemerintahan berbasis teknologi informasi
untuk meningkatkan kinerja pemerintahan dalam hubungannya dengan masyarakat,
komunitas bisnis dan kelompok terkait lainnya menuju good government (World Bank,
2001). Tujuan utamanya adalah untuk memberikan kepuasan yang terbaik kepada pengguna
jasa atau untuk memberikan kepuasan maksimal. World Bank (WB, 2000)
Strategi pengembangan E-Government disusun dengan pendekatan perencanaan
strategis yang bersifat luwes dan dinamis. Dengan pendekatan perencanaan strategis maka partisipasi stakeholders (masyarakat dunia usaha dan perguruan tinggi) diperlukan untuk
meningkatkan rencana pengembangan ini.
Menurut Seifert dan Bonham (2003) ada empat tipe penerapan E-Government:
1. Government to Citizens
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
9/16
Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi E-Government yang paling umum, yaitu di
mana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi
informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan
masyarakat (rakyat).
2. Government to Business
Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah
lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah negara dapat
berjalan sebagaimana mestinya.Tipe G-to-B ini merupakan aplikasi E-
Government untuk berinteraksi dengan pelaku bisnis di daerah tersebut.
3. Government to Government
adanya kebutuhan komunikasi internal antar instansi pemerintahan secara lebih
intens dari hari ke hari, juga mendorong pemanfaatan e-goverment di lingkungan pemerintahan itu sendiri.
4. Government to Employees
Aplikasi E-Government juga diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja dan
kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di
sejumlah institusi sebagai pelayanan masyarakat.
.
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
10/16
BAB IV. Sistem yang diusulkan
A. Sistem Ideal1. Keterpaduan/sinergi
Pengembangan e-gov harus mampu mengintegrasikan seluruh informasi yang ada di pemerintahan sehingga mampu membantu pengambilan keputusan secara efektif.
2. Keamanan
Pengembangan e-gov harus mampu menjamin keamanan dan kerahasiaan data sesuai
dengan undang-undang
3. Kehandalan
Layanan e-gov harus selalu tersedia sesuai dengan tingkat pelayanan yang dibutuhkan.
4. Fleksibilitas
Pengembangan e-gov harus dilakukan secara berkelanjutan menyesuaikan perubahan-
perubahan yang ada.
5. Kesetaraan hak akses
Layanan e-gov harus menyediakan kesetaraan hak akses terhadap informasi
kepemerintahan yang bersifat umum sehingga tidak terjadi kesenjangan hak akses pada
masyarakat tertentu.
B. Solusi yang ditawarkan1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
Dalam e-gov, teknologi informasi hanyalah sebuah alat yang membutuhkan
keahlian manusia dan budaya kerja yang memadai untuk dapat berjalan dengan
maksimal. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui
pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan yang dilakukan secara internal maupun
eksternal. Sistem e-gov harus dikenalkan kepada masyarakat agar dapat dirasakan secara
langsung kebermanfaatannya dan dilakukan evaluasi untuk pengembangan selajutnya.2. Penggunaan Framework Arsitektrur Enterprise
Untuk mencapai sistem yang terintegrasi diperlukan perencanaan yang matang.
Pengembangan e-gov yang ideal perlu menerapkan arsitektur enterprise untuk dapat
menyusun strategi dan menjalankannya secara optimal.
3. Menggunakan Database Kependudukan sebagai database induk
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
11/16
Database kepependudukan telah dikembangkan oleh Kemendagri melalui
program e-KTP. Database tersebut telah memuat data standar yang diperlukan dalam
berbagai keperluan kepemerintahan. Agar tercapai akurasi data yang sama, database
kependudukan dijadikan sebagai master database yang diacu oleh aplikasi-aplikasi dalam
e-gov. Perubahan yang terjadi pada master database akan secara otomatis terupdate pada
tiap-tiap aplikasi secara periodik sehingga konsistensi data tetap terjaga.
4. Memanfaatkan web service untuk menjamin interoperabilitas
Pengembangan aplikasi-aplikasi dalam e-gov dilakukan dengan memanfaatkan
webservice untuk dapat menyeragamkan akses dan pengelolaan database yang sama pada
setiap aplikasi. Web service pada e-gov menyediakan fungsi remote untuk mengambil
data pada satu atau sekelompok atribut. Dengan menggunakan web service, setiap
aplikasi memiliki sumberdaya informasi yang dapat diakses oleh aplikasi lain yangmembutuhkan. Untuk menjaga keamanan data dan fungsi-fungsi dari akses ilegal, proses
eksekusi dilakukan secara tidak langsung melalui parameter URI yang diterjemahkan
dahulu ke daftar nama fungsi yang bersifat internal. Pengembangan aplikasi baru dapat
dilakukan dengan lebih mudah dengan menggunakan fungsi-fungsi yang telah disediakan
web service sehingga meningkatkan fleksibilitas pengembangan e-gov.
5. Sebaiknya sistem aplikasi dikelompokkan berdasarkan orientasi fungsi layanan dan sifat
fungsi sistem aplikasi tersebut. sehingga sistem aplikasi dikelompokkan dalam 3 (tiga)
kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok sistem aplikasi yang orientasi fungsinya langsung memberikan
pelayanan kepada penggunanya (aplikasi front office).
b. Kelompok sistem aplikasi yang orientasi fungsinya lebih banyak ditujukan untuk
memberikan bantuan pekerjaan yang bersifat administrasi kepemerintahan, serta
fungsi-fungsi kedinasan dan kelembagaan (aplikasi back office).
c. Kelompok sistem aplikasi yang fungsi layanannya bersifat mendasar dan umum,
diperlukan oleh setiap pengguna, atau setiap sistem aplikasi lain yang lebih
spesifik.
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
12/16
BAB V. Pembahasan
e-goverment merupakan program yang menjadi salah satu fokus pembagunan di
Kabupaten Bantul. E-government yang telah dikembangkan Kabupaten Bantul saat ini memiliki
permasalahan dalam integrasi sistem informasinya. Kebutuhan integrasi sistem informasitersebut dapat dijawab oleh paradigma dalam merencanakan, merancang, dan mengelola sistem
informasi yang disebut dengan Arsitektur Enterprise. Arsitektur enterprise adalah sebuah
pendekatan logis, komprehensif, dan holistic untuk merancang dan mengimplementasikan sistem
dan komponen secara bersamaan.
Terdapat berbagai macam dan metode yang biasa digunakan dalam perancangan
arsitektur enterprise diantaranya adalah Zachman framework, TOGAF ADM, EAPdan lain –
lain.Dari sekian framework EA diatas, memiliki perbedaan pada konten dan target audience.
TOGAF lebih menekankan pada detail proses pembuatan EA, tetapi kurang detail pada model
aktualnya. DoDAF menekankan pada model dan metamodel, sehingga tidak ada konsensus
mengenai ketepatan konten dari masing-masing frameworks EA, sehingga perlu dilakukan
proses klasifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan pada lingkungan pengguna yang berbeda.
Zachman lebih menekankan pada klasifikasi deliveriables dari EA dan merupakan tool untuk
perencanaan.
Perbandingan yang sudah dilakukan pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa
TOGAF ADM merupakan sebuah metode yang kompleks yang bisa memenuhi seluruhkebutuhan pengembangan EA yaitu sebesar 92% (Yunis, dan Surendro, 2009). TOGAF ADM
juga komplek dan bisa digunakan berdasarkan kebutuhan organisasi. TOGAF ADM juga
merupakan metode yang umum, sehingga jika diperlukan pada prakteknya TOGAF ADM dapat
disesuaikan dengan kebutuhan spesifik tertentu, misalnya digabungkan dengan framework yang
lain sehingga TOGAF ADM menghasilkan arsitektur yang spesifik terhadap organisasi
(Setiawan, 2009).
Solusi yang ditawarkan pada bab sebelumnya dapat diimplementasikan dalam tahapan-
tahapan yang telah disediakan pada framework TOGAF sebagai berikut:
a. Preliminary Framework and Principles
Merupakan fase persiapan yang bertujuan untuk mengkonfirmasi komitmen dari
stakeholder, penentuan framework dan metodologi detil yang akan digunakan pada
pengembangan EA.
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
13/16
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
14/16
mempertimbangkan alternatif- alternatif yang diperlukan dalam pemilihan teknologi.
Teknik yang digunakan meliputi Environment and Location Diagram , Network
Computing Diagram , dan lainnya. Untuk menjamin interoperabilitas digunakan teknologi
web service.
f. Opportunities and Solution
Pada tahapan ini lebih menekan pada manfaat yang diperoleh dari arsitektur
enterprise yang meliputi arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur
teknologi, sehingga menjadi dasar bagi stakeholder untuk memilih dan menentukan
arsitektur yang akan diimplementasikan. Untuk memodelkan tahapan ini dalam
rancangan bisa menggunakan teknik Project Context Diagram dan Benefit Diagram .
g. Migration Planning
Pada tahapan ini akan dilakukan penilaian dalam menentukan rencana migrasi darisuatu sistem informasi. Biasanya pada tahapan ini untuk pemodelannya menggunakaan
matrik penilaian dan keputusan terhadap kebutuhan utama dan pendukung dalam
organisasi terhadap impelemtasi sistem informasi.
h. Implementation Governance
Menyusun rekomendasi untuk pelaksanaan tatakelola implementasi yang sudah
dilakukan, tatakelola yang dilakukan meliputi tatakelola organisasi, tatakelola teknologi
informasi, dan tatakelola arsitektur. Pemetaaan dari tahapan ini bisa juga dipadukan
dengan framework yang digunakan untuk tatakelola seperti COBITS dari IT Governance
Institute (ITGI) (Open Group , 2009).
i. Arcitecture Change Management
Menetapkan rencana manajemen arsitektur dari sistem yang baru dengan cara
melakukan pengawasan terhadap perkembangan teknologi dan perubahan lingkungan
organisasi, baik internal maupun eksternal serta menentukan apakah akan dilakukan
siklus pengembangan arsitektur enterprise berikutnya.
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
15/16
BAB VI. Kesimpulan
Kabupaten Bantul telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan e-gov dengan
memiliki berbagai sistem aplikasi internal dan website, namun pengembangannya masih kurangoptimal karena database dan pengelolaan masih dilakukan secara terpisah, infrastruktur belum
menjangkau seluruh lapisan masyarakat, dan kurangnya skill sumberdaya manusia untuk
mengelola e-gov. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan pengembangan kualitas
sumber daya manusia melalui pendidikan formal atau pelatihan-pelatihan, pengembangan sistem
enterprise dengan menggunakan framework arsitektur enterprise, penggunaan database yang
tersentral, pemanfaatan web service, serta pengelompokan aplikasi berdasarkan orientasi dan
sifat fungsi sistem masing-masing.
8/19/2019 Analisis E-Gov Bantul
16/16
Daftar Pustaka
Bernard S.A. (2004). An Introduction to Enterprise Architecture . Authorhouse, Bloomington,
Indiana
Osvalds, G. (2001). Definition of Enterprise ArchitectureCentric Models for The Systems
Engineers, TASC Inc.
Zachman, J.A., A Framework forInformation Systems Architecture, IBMSystems Journal vol.
26, no. 3, pp. 276 – 292, 1987
Rencana strategis KPDT Bantul Tahun 2011-2015
Yunis, R., Surendro, K., Panjaitan, E. (2009). Pemanfaatan TOGAF ADM Untuk Perancangan
Model Enterprise Architecture, Jurnal Informatika Komputer . Budi, Setiawan, E. (2009). Pemilihan EA Framework, Prosiding SNATI , ISSN : 1907-5022,
(UII, Yogyakarta), B114-B119.