Upload
alsa-lc-unpad
View
247
Download
4
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ALSA LC Unpad Newsletter
Citation preview
ALSA NEWS 1
ALSA NEWS Volume 1, Issue 1 September 2011
D A F T A R I S I
1 Daftar Isi
1 Greetings from the team
2 Seminar dan Workshop Nasional
3 Buka puasa ALSA LC UNPAD
4 Buka Puasa Alumni ALSA LC UNPAD
5 Buka Puasa ALSA Indonesia
6 Pengalaman Acara ALSA Internasional:
Pembelajaran Diri bagi Perubahan
9 Recruitment Day ALSA 2011
10 Calender of Event ALSA : Oktober-November 2011
11 English Corner: Overcome Your Own Limitation
12 Opini: Pirate Radio: Pelopor Radio Hiburan
13 Musyawarah Lokal ALSA 2011
14 Beberapa Masalah Suksesi Negara dalam Kasus
Timor Timur
Board ALSA 2011-2012
Greetings from the Team
Salam ALSA,
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, ALSA
News bisa hadir dan dinikmati oleh anggota ALSA.
Terbitnya edisi perdana ini tidak lepas dari peran
serta rekan-rekan ALSA LC UNPAD yang membantu
kami, yaitu English Club, Discussion Grup, dan
Narasumber kami. Tema edisi perdana kami adalah
perubahan. Kami memilih tema ini karena
perubahan adalah sebuah amanah yang dipikul
board ALSA LC UNPAD yang baru untuk membawa
ALSA ke arah yang lebih baik lagi. Mungkin masih
sedikit tema ini kami singgung dalam setiap artikel,
tapi bila kita cermati semua kegiatan yang kami
cantumkan disini merupakan titik perubahan dalam
diri rekan-rekan ALSA 2011-2008.
Selamat membaca edisi perdana kami. Bila
ada kritik dan saran dapat disampaikan kepada
kami. Kami sangat terbuka untuk saran demi
kemajuan dan perubahan newsletter ke arah yang
lebih baik.
Salam Hangat,
Newsletter Team
ALSA NEWS 2
ALSA UPDATE
SEMINAR DAN WORKSHOP NASIONAL UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROSPEK DAN TANTANGAN PENERAPAN ADR PADA PERJANJIAN
PENJAMINAN EMISI EFEK
Delapan belas delegasi ALSA LC Unpad berangkat ke Surabaya untuk mengikuti Seminar Nasional ALSA
dengan tema “Prospek dan Tantangan Penerapan ADR Pada Perjanjian Penjaminan Emisi Efek”. Setibanya di
Surabaya, para delegasi langsung menuju Universitas Airlangga untuk mengikuti seminar hari pertama. Hari
pertama cukup melelahkan, karena memang belum sempat ada waktu istirahat, tetapi hal ini tidak
menyurutkan semangat para delegasi untuk berkeliling kota Surabaya pada malam harinya, setidaknya untuk
sekedar mencicipi kuliner kota Surabaya.
Seminar Nasional ini diadakan selama 3 hari. Kegiatan hari kedua adalah workshop. Kali ini, workshop
diadakan di Hotel Novotel Surabaya dengan tema “Penyelesaian Sengketa Arbitrase”, dan malam harinya
ditutup dengan closing ceremony yang mengangkat tema vintage. Seperti kebanyakan delegasi, City Trip
merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu, dan biasanya diadakan pada hari terakhir. Namun sayangnya
tidak semua delegasi LC UNPAD bisa mengikuti City Trip. Karena ada beberapa delegasi kembali ke Bandung.
Sehingga delegasi terbagi dalam dua kloter, ada yang kembali ke Bandung dan ada yang mengikuti acara
sampai selesai. Dalam City Trip kali ini, LC UNAIR sebagai penyelenggara SEMNAS 2011, mengajak seluruh
delegasi untuk melihat House of Sampoerna, Tugu Pahlawan, Pasar Genteng, dan akhirnya kembali ke
Universitas Airlangga.
Selain menambah pengalaman, banyak sekali ilmu yang didapat dari Seminar Nasional. Bukan saja ilmu
yang didapat dari seminar dan workshop, tetapi ilmu tentang wisata di kota Surabaya juga pasti bertambah.
Menambah teman juga salah satu mengapa banyak yang berminat menjadi delegasi. Karena manfaatnya yang
luar biasa. Kami menunggu delegasi-delegasi Local Chapter yang lain untuk datang ke Seminar Nasional di
Universitas Padjadjaran, Bandung.
ALSA NEWS 3
ALSA UPDATE
Buka Bareng ALSA LC UNPAD dengan Panti Asuhan Wisma Putera
Jumat, 19 Agustus 2011 Buka Bareng ALSA LC UNPAD yang telah dipersiapkan oleh Andhiz Dianti
selaku Ketua Pelaksana berlangsung di TamanHukum. Dalam konsep acara Buka Bareng ini, ALSA LC UNPAD
ingin memberikan sambutan hangat untuk mahasiswa mahasiswa baru yang ingin bergabung dengan ALSA dan
juga ingin ikut membantu Panti Asuhan Wisma Putera dengan sumbangan makanan.
Dalam Acara ini, Andhiz pertama kali memberikan sambutan selaku ketua pelaksana “BUBAR” acara ini
yang kemudian dilanjutkan oleh Aka Fajaretta (Director ALSA) . Ketua BEM, Pembina Panti Asuhan dan
Perwakilan Dekanat pun tak lupa memberi sambutan setelahnya. Selagi menunggu Adzan, Aka Fajaretta
memimpin untuk memperkenalkan board ALSA LC UNPAD periode 2011 – 2012. Setelah Adzan terdengar,
maka tajil diberikan sebagai hidangan pembuka untuk mahasiswa baru dan anak anak panti serta sholat magrib
bersama-sama di Mesjid. Setelah Sholat acara pun dilanjutkan dengan dibagikannya makanan berat disertai
penampilan akustik dari 2008 (Acil dan Rai) 2009 (Junita dan Marcia ), dan 2010 (Ale). Acara selanjutnya
berupa games – games yang dipimpin oleh panitia 2011 pun dilanjutkan. Dalam Games ini mahasiswa
mahasiswa baru 2011 membaur dengan anak anak panti asuhan, Games – Games ini berlangsung begitu
meriah, semua mahasiswa baru 2011 dan anak anak panti asuhan yang mengikuti acara ini dipaksa membaur
satu sama lain dalam games ini dan acara ini berlangsung dengan penuh tawa hangat. Acara ini diakhiri dengan
foto bersama Pengurus ALSA, anggota ALSA 2011, dan anak-anak Panti Asuhan.
ALSA NEWS 4
BUKA BARENG ALUMNI ALSA LC UNPAD
Buka puasa bareng alumni ALSA LC UNPAD ini dilaksanakan pada Rabu, 17 Agustus 2011 yang
diadakan di Urban Kitchen, Pacific Place Jakarta. Alumni – Alumni mulai berdatangan pada pukul 17.30 dan
saling bersilahturahmi dengan yang lainnya. Lalu setelah jam menunjukan waktunya untuk berbuka semua
alumni dan yang lainnya pun menyantap hidangan untuk buka puasa bersama. Acara yang dihadiri oleh alumni
2004 hingga 2007 ini pun berlangsung dengan penuh kekeluargaan. Ada yang menjadikan acara ini sebagai
tempat sharing mengenai pekerjaan dan lainnya, namun ada pula yang menjadikan acara ini sebagai ajang
reuni. Ketika jam menunjukan angka 21.30, acara pun ditutup dengan foto bersama alumni. Alumni-alumni
yang hadir, yaitu:
1. Anggia Rukmasari (2004) yang bekerja di
BAHAR
2. Arum Hardiyanti (2004) yang bekerja di Chairil
Syah
3. Sandra Juliana (2004) yang bekerja di OSP/BD
4. Miarty Ayu Septriana (2004) yang bekerja di
W&S
5. Febie Yudistiana (2004) yang bekerja di CMEA
6. Aditya Fritama (2004) yang bekerja di MDC
7. Stefy Yully Nataly (2005) yang bekerja di Bumi
Resources
8. Annes H.S (2005) yang bekerja di Makes
9. Ada Deabryna D.B (2005) yang bekerja di
Standard Chartered
10. Genta Manggano (2005) yang bekerja di
Budidjojo & Associates
11. Eldy W.S Lahengko (2005)
12. Dhita Wirapradja (2006) yang bekerja di
Pertamina Pusat
13. Aryo Bima Seno (2006) yang bekerja di Deloitte
14. Novario Asca H (2006) yang bekerja di Bahar &
Partners
15. Salomo Jhuan (2006) yang bekerja di Bahar &
Partners
16. Idaman Putri (2006) yang bekerja di LSM
Lawfirm
17. Tri Angga Kamal (2006) yang bekerja di B&P
18. Edwin Anggadinata (2006) yang bekerja di
Arutmin
19. Maher Asmoro (2006) yang bekerja di ABNR
20. Arief R. Hidayat (2006) yang bekerja di Kemlu
21. Donny Fadilah (2006) yang bekerja di BAHAR
22. Diandra Amadea R. (2007)
23. Rendi Pratikto (2007) yang bekerja di HHP
24. Nurul Salira Utami (2007) yang bekerja di HHP
ALSA NEWS 5
Buka Bersama ALSA INDONESIA
Tepat Pada hari Jumat 26 Agustus 2011, Urban Kitchen Plaza begitu digemparkan oleh seluruh anak
ALSA se-Indonesia. Acara ini dihadiri oleh Alsa LC Unair (President), ALSA LC Unsrat (External NB), LC Unpad,
LC UI, LC UGM, dan LC Undip. Beberapa Alumni dari berbagai
local chapter pun menyempatkan diri untuk mengikuti acara
ini. Pukul 17.30 suasana Urban Kitchen Plaza begitu ramai
dan dipenuhi oleh anak-anak ALSA. Semuanya
bersilahturahmi bersama dan akhirnya duduk di tempat
tempat terpisah. Awalnya suasana tak terlalu membaur, LC
demi LC masih berkelompok. Namun ketika sudah mulai buka
puasa, semuanya terlihat berbeda. Pukul 18.30 semuanya
sudah semakin membaur, satu demi satu meja tidak lagi
diduduki local chapter secara berkelompok. Satu demi satu
orang pun makin berdatangan dan Urban Kitchen benar-benar dipenuhi ALSA INDONESIA.
Pukul 21.30 Ide baru muncul untuk melanjutkan acara buka bersama ini dengan karaoke. Lalu
kemudian seluruh ALSA Indonesia yang datang ke urban kitchen
pergi ke tempat karaoke (Trex) di GI secara bergembolan.
Sesampainya di tempat karaoke, setelah memesan ruang karaoke
selama 1 jam semuanya pun masuk ke ruang karaoke dan mulai
menyanyi. Awalnya suasana terkesan orang orang yang
didalamnya sedikit jaim, setelah 30 menit berselang suasana pun
kembali meriah. Semuanya bergantian untuk maju ke depan dan
menari bersama. Dari lagu barat, Korea hingga Indonesia pun
diputar dalam ruangan itu. Tak terasa waktu sudah berlalu
hampir 1 jam, semuanya pun setuju untuk menambahkan waktunya satu jam lagi. Sejam kemudian, semuanya
pun akhirnya mengakhiri dengan bersalam-salaman untuk pamit pulang dan tak lupa untuk berfoto bersama.
Setelah itu semuanya pun memutuskan untuk pulang, ada yang pulang ke rumah masing-masing, bahkan ada
yang kembali ke Bandung saat itu juga.
ALSA NEWS 6
TOPIK UTAMA
PENGALAMAN ACARA ALSA INTERNATIONAL
PEMBELAJARAN DIRI BAGI PERUBAHAN
Bagi mereka adalah sebuah kebanggaan mewakili ALSA LC UNPAD di acara tingkat internasional.
Mereka mengenal bagaimana bangsa lain memandang Indonesia dalam sebuah lingkup kecil, yaitu ALSA
International. Kami telah mewawancarai beberapa delegasi ALSA LC UNPAD untuk acara internasional, yaitu
Asia Forum 2011 di Jepang, Study Trip Korea Selatan, dan Study Trip China untuk mengetahui perubahan apa
yang mereka rasakan setelah belajar sebentar di negeri maju di Asia. Pendapat mereka dapat menjadi inspirasi
kita untuk melakukan perubahan kecil dalam kehidupan sehari-hari.
Bagus Wicaksono
Ruswandi [Asia
Forum 2011]
Derryan Rahmat
Putra [Asia Forum
2011]
Haula Lutfia, S.H.
[Study Trip Korea]
Eky Pratama [Study
Trip China]
Apa yang
membuat kamu
tertarik mengikuti
acara
internasional
ALSA
Asia Forum adalah
acara tertinggi dalam
ALSA. Pemikiran saya
amat sederhana, dalam
acara ALSA terbesar
saya dapat mengambil
manfaat terbanyak
Ketertarikan saya pada
acara internasional
membuat saya
mengikuti acara ini.
Apalagi acara ini adalah
forum tertinggi yang
ada di ALSA. Selain itu,
venue acara yang
berada di Jepang
memberi daya tarik
Study Trip adalah
acara yang tepat
untuk menambah
teman dan mengenal
budaya negara lain
Dengan mengikuti
Study trip saya
mencari tahu dan
membandingkan
kehidupan
mahasiswa di China
dan Indonesia,
mengetahui kultur,
dan mempelajari
masyarakatnya
ALSA NEWS 7
tersendiri
Pengalaman yang
berkesan buat
kamu di acara
yang kamu ikuti
Asia Forum membuka
pandangan saya
tentang banyaknya hal
di ALSA yang belum
dan bisa saya jelajahi.
Kesan terbaik datang
dari peserta lain,
keramahan tuan
rumah, keunikan tiap
delegasi, dan semua
berbaur dalam naungan
keluarga ALSA
Berteman dengan
anggota ALSA dari
negara lain termasuk
negara yang belum
dikunjungi sebelumnya
tanpa ada perbedaan
satu sama lain. Table
Discussion yang banyak
membahas isu-isu yang
berkembang. Tema
tahun ini adalah HAM
dimana saya melihat
banyak kesamaan
masalah HAM di
Indonesia dan Jepang.
Ketika saya menjadi
peserta Simulasi
WIPO General
Assembly. Selain
mengetahui mengenai
HKI lebih dalam
terutama mengenai
kekayaan tradisional,
saya juga mengasah
kemampuan
berbicara di forum
internasional
Perjalanan panjang
yang ditempuh
dengan berjalan kaki
dari asrama hingga
ke ruang kuliah,
makanan yang murah
dengan porsi besar,
dan kampus yang
luas
Apa inspirasi dari
acara yang kamu
ikuti yang
membawa
perubahan untuk
diri sendiri
Banyak sekali yang
telah saya serap.
Bagaimana saya harus
berhadapan dengan
orang lain,
menyampaikan
pendapat dalam forum
dengan cara yang
benar, dan yang
terpenting acara ini
telah memberikan saya
pandangan yang lebih
jelas tentang tujuan
saya menjadi anggota
ALSA
Komitmen ALSA
Internasional, terutama
ALSA Jepang untuk
pelaksanaan Asia
Forum. Perjuangan
yang luar biasa dan
penghargaan pada
peserta yang hadir,
Komitmen untuk
membanguna acara di
tempat yang dilanda
bencana. dan peran
positif dari anak aALSA
terkait masalah hukum
membuat inspirasi
tersendiri bagi saya
Saya menjadi orang
yang lebih berani
mengungkapkan
pendapat dan
menghargai waktu
Rajin jalan kaki untuk
mengurangi berat
badan
Apa inspirasi dari
acara yang kamu
ikuti yang ingin
kamu terapkan
untuk perubahan
Sistem dan cara kerja
teman-teman ALSA
Jepang adalah sesuatu
yang sangat
menginspirasi. Mereka
Komitmen, tepat waktu,
dan disiplin adalah
kunci kesuksesan dari
suatu acara. Kejadian
gempa, tsunami, dan
Belum ada, karena
saya merasa adanya
perbedaan kultur,
sarana dan
prasarana, maupun
ALSA NEWS 8
ALSA LC UNPAD cekatan, fokus, dan
yang terpenting time
management yang luar
biasa. Jelas ini dapat
diterapkan pada ALSA
LC UNPAD untuk
kemajuan yang
signifikan.
nuklir tidak
menyebabkan ALSA
Jepang patah semangat
untuk
menyelenggarakan
acara ini.
dari sumber daya
manusianya
Menurut kamu
apa perubahan
yang bisa ditiru
Indonesia dari
negara dimana
acara yang kamu
ikuti berada
Seperti jawaban
sebelumnya, yaitu
kinerja orang-orang
Jepang yang cekatan,
focus, dan time
management yang luar
biasa
Yang bisa kita tiru dari
bangsa Jepang adalah
menghargai semua
yang ada disekitar kita
termasuk orang, nilai-
nilai tradisional dan
modern, dan juga
waktu. Penghargaan
waktu terutama sifat
jam karet. Bila kita
dapat merubah
kebiasaan ini, kita pasti
bisa maju
Menghargai sejarah,
mau berubah menjadi
lebih baik meskipun
dimulai dari sesuatu
hal yang kecil, dan
mencintai produk
dalam negeri
Seperti kunci
kesuksesan orang
China pada
umumnya, yaitu
kunci kesuksesan
adalah rajin belajar,
disiplin dan jangan
malas
ALSA NEWS 9
mahasiswa baru mendaftar ALSA
Kegigihan panitia menarik perhatian Mahasiswa Baru
Panitia Recruitment Day
Recruitment Day ALSA 2011
Regenerasi dari sebuah organisasi adalah
bagian penting untuk mempertahankan
eksistensi. Adanya anggota baru menunjukkan
bahwa sebuah organisasi masih diminati dan
dipertahankan keberadaannya. BEM FH UNPAD
memberikan peluang pada semua UKM di
lingkungan civitas akademik Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran untuk memanfaatkan
kegiatan ini. Hal ini berlaku pula untuk ALSA LC
UNPAD.
Recruitment Day yang merupakan
program tahunan ALSA untuk menerima anggota
keluarga baru yang akan meneruskan tampuk
kepemimpinan ALSA di masa mendatang.
Acara ini merupakan rangkaian dari
acara MAPAK FH UNPAD yang dilaksanakan pada
tanggal 16 Agustus 2011 bertempat di Taman
Hukum. Acara ini berlangsung dari pukul satu
siang hingga tiga sore ini berlangsung dengan
meriah. Panitia Recruitment Day mempersiapkan
diri secara maksimal dengan menghias booth
ALSA se-menarik mungkin. Persiapan yang
dilakukan panitia sangat maksimal terlihat dari
pembuatan pohon yang menggambarkan
struktur organisasi ALSA 2011-2012, televise
yang menampilkan kegiatan-kegiatan ALSA,
bando bertuliskan ALSA, dan papan informasi
mengenai ALSA secara singkat.
Banyak mahasiswa baru yang sangat
antusias terhadap ALSA. Hal ini terlihat dari
banyaknya pengunjung booth ALSA. Selain itu,
hal ini terlihat pula dari antusias mahasiswa baru
yang mengisi formulir serta membayar uang
pendaftaran untuk segera bergabung menjadi
anggota ALSA.
Selamat kepada panitia yang telah
bekerja keras secara maksimal untuk acara ini.
Hasil yang kalian raih sangat memuaskan. Dan,
selamat datang kepada anggota keluarga baru
ALSA LC UNPAD. Akhir kata, ALSA Always be
ONE !!!
ALSA NEWS 10
C A L E N D A R O F E V E N T S *
O K T O B E R - N O V E M B E R 2 011
POWB MALANG 2011
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MINGGU PERTAMA OKTOBER
Contact : Akmal Ramadhani
ALSA RECRUITMENT DAY II.2
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN
13 OKTOBER
Contact : Ramadhani Wulan
ALSA CAMP WITH MANAGEMENT PROGRAM
VILLA DI DAERAH BANDUNG
22-23 OKTOBER
Contact : Andrew Tumbelaka dan Hafidz Yahya
SELEKSI MCC ALSA 2012
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MINGGU KETIGA OKTOBER
Contact : Akmal Ramadhani
MDC WORKSHOP
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN
4-5 NOVEMBER
Contact : Willy Raymond Manurung
GATHERING : LOMBA ANTAR DIVISI
CONFIRM LATER
11-12 NOVEMBER
Contact : Dinne G.Chairandi dan Raditya Darmadi
LEGAL COACHING CLINIC
CONFIRM LATER
6-12 NOVEMBER
Contact : Udur Anggita Sirait
AFC (ALSA FUTSAL COMPETITION)
CONFIRM LATER
NOVEMBER 2011
Contact : Doni Ramza Nugraha
*kegiatan dapat berubah sewaktu-waktu, informasi lebih
lanjut hubungi CP diatas.
ALSA NEWS 11
ENGLISH CORNER
Overcome Your Own Limitations
by Sinta Agtrianasari
Bernard Shaw once remarked :"If you teach a man anything, he will never learn." Yes, Indeed. Learning is
an active process. We learn by doing. So, if you desire to do something about them, the simple answer is
challenge yourself and get out of your comfort zone.
For some people is it way much better to stay in their own comfort zone, rather than try a new
experience. One of the reason because people scared and don’t want to take a risk against their safety. Oxford
Dictionary defines safety as freedom from danger or risks. It also means the state of being protected from or
guarded against hurt or injury. If we take the analogy of safety into aviation. It is clearly, if aviation must be free
from any dangers or risks, it will not exist at all. Therefore, the only way to assure risk free from flight is never
to allow the airplane to leave the gate. This, analogy could also be implemented in human point of view.
Sometimes people are scared and held back by their own mind perspective. Their insecurity prevents
them to move forward and keep them questioned as such, Is that possible to me? Can I make it? What if I couldn’t
make it? What if I’m wrong to do so and loads of other negative questions. This is the expression of being afraid,
fear of not being good enough, and fear of failing. It might be trivia advice though, but indeed you will never
find the answer of those questions until you try it. We need to develop a capacity for those feelings we fear.
Thus, overwrite your fears and starts do the right things.
Robin Sharma author of the famous book a monk who sold his Ferrari once said: Think as a farmer.
“Farmers work every day, seed get planted the crop gets watered and the soil gets fertilized. Nothing seems to be
happening and the farmer doesn’t give up. The farmer doesn’t run out into the field and start digging to find
vegetables. The farmer has patience and trusts the process. He just has faith and understanding that through his
daily efforts, the harvest will come.” The conclusion of this story is that, overcome your fears and believe on what
you’re doing. You always get what you deserve, even the smallest good act has set in motion a good
consequence.
ALSA NEWS 12
OPINI
Pirate Radio: Pelopor Radio Hiburan
by Rai Trisna Permana
-Nothing important dies tonight, just a few ugly guy on a crappy
ship. The only sadness tonight is that, in future years, there’ll be so
many fantastic songs that it will not be our privilege to play. But,
believe you me, they will still be written-
Kalimat di atas merupakan sepenggal dialog yang diambil dari film The Boat That Rocked, film yang dirilis
tengah tahun 2009. Tapi hari ini kita tidak akan membahas mengenai betapa epiknya film tersebut, melainkan
hal apa yang menjadi inspirasi di balik pembuatannya, hingga dikeluarkannya Marine Offences Act 1967 oleh
pemerintah Inggris, yang melarang siaran radio amatir dari atas perahu. Pirate Radio!
Pirate radio adalah sebutan untuk transmisi radio ilegal atau yang tidak teregulasi. Kenapa namanya bisa
pirate radio, karena awalnya konten dari radio-radio amatir ini disiarkan dari atas kapal, di tengah laut.
Tujuannya untuk menghindari jeratan regulasi-regulai radio pemerintah, seperti London Radiotelegraph
Convention 1912, yang tentu saja tidak dapat diterapkan di area laut bebas. Cukup cerdas, bahkan cenderung
nekat.
Program yang disiarkan kebanyakan berupa konten hiburan dan musik, dimana era awal tahun 60an
seperti kita tahu merupakan era keemasan musik pop dan rock n roll Inggris. 1960, belum banyak stasiun radio
resmi yang menyiarkan konten hiburan. Rata-rata stasiun radio hanya menyediakan maksimal satu jam dalam
sehari untuk program musik, sisanya berita, dan berita. Sepuluh sampai limabelas juta orang mendengarkan
siaran pirate radio ini per hari. Mengantarkan Andrew Crisell, UK pirate radio (Radio Caroline), mematahkan
monopoli BBC Radio, sekaligus memaksa BBC merubah strategi pasar dan restrukturisasi besar-besaran.
Satu hal penting yang harus diperhatikan bahwa terdapat juga pirate radio yang menyiarkan konten
politik, yang (mungkin) menjadi penyebab begitu bernafsunya pemerintah inggris untuk menghentikan
pertumbuhan radio-radio ini. 1967, dikeluarkan Marine Offences Act menutup loophole jalur perairan
internasional tempat radio-radio ini beroperasi. Radio Caroline memilih tetap beroperasi, dengan konsekuensi
‘vakum mengudara’ selama beberapa kali. Pirate Radio telah berjasa mengubah wajah siaran radio, dari yang
isinya hanya berita dan berita, menjadi bentuk siaran radio yang kita dengar sekarang di rumah atau di mobil.
Ya, seperti yang kita dengar sekarang. Ada satu lagu bagus tentang radio yang juga jadi soundtrack di film Boat
That Rocked, judulnya 98.6 dari Bystander. Coba dengarkan!
ALSA NEWS 13
ALSA UPDATE
MUSLOK ALSA 2011 Bertempat di Ruang Auditorium Perpustakaan Mochtar Kusumaatmaja, pada tanggal 2 Juli 2011 diadakan
Musyawarah Lokal Asian Law Students’ association Local Chapter Universitas Padjajaran yang dihadiri oleh board
2010-2011 beserta seluruh anggota ALSA LC Unpad mulai dari
angkatan 2007, 2008, 2009 serta 2010. Dibuka dengan musyawarah
mengenai AD/ART Presidium oleh Director ALSA LC Unpad periode
2010-2011, Riandi Apriliansyah. Dilanjutkan dengan pemilihan
presidium, dan terpilihlah Muhammad Reza Haryowibowo sebagai
perwakilan angkatan 2008 sekaligus sebagai ketua presidium, Nadia
Misero sebagai perwakilan angkatan 2009 dan Bagus Wicaksono
Ruswandi sebagai perwakilan angkatan 2010. Setelah pemilihan
presidium, dilanjutkan dengan laporan pertanggung jawaban oleh
Director dan Vice Periode 2010-2011. Pembacaan LPJ ini menjadi
momen yang mengharukan setelah LPJ dari board 2010-2011
diterima oleh para peserta muslok, Albert Arya Pratama atau yang
akrab dikenal dengan Gori meneteskan air matanya, seluruh ruang rapat terhanyut dengan suasanya haru.
Selesai dengan pembacaan LPJ, acara diistirahatkan untuk
makan siang selama kurang lebih setengah jam, setelah itu acara
dilanjutkan dengan pembahasan tata cara pemilihan director baru
yang dipimpin oleh presidium. Cara pemilihan director yaitu
dengan pengajuan 5 calon oleh masing masing fraksi dari 2007,
2008, 2009 dan 2010. Selanjutnya terpilihlah 5 orang calon
director ALSA LC Unoad Periode 2011-2012 yaitu aka, wira, nufat,
Alvin dan juli dilanjutkan dengan pemaparan program beserta visi
dan misi mereka disertai dengan Tanya jawab dengan peserta
muslok. Setelah itu acara dilanjutkan dengan voting pemilihan
director ALSA LC Unpad periode 2011-2012 dan hasil voting
menetapkan aka fajaretta nurafia sebagai director ALSA LC Unpad
periode 2011-2012.
Setelah terpilihnya director baru, acara dilanjutkan dengan pelantikan director ALSA LC Unpad Periode 2011-
2012 dengan simbolisasi penyerahan cap beserta bendera ALSA LC Unpad dan pengambilan sumpah director.
Sebelum berakhirnya acara, perwakilan ALSA LC UGM yang hadir memberikan cindera mata kepada director
ALSA LC Unpad Periode 2010-2011 dan 2011-2012 yaitu Riandi dan Aka. Dengan prosesi penyerahan cindera mata
tersebut, berakhirlah rangkaian acara dari Muslok ALSA LC Unpad 2011.
ALSA NEWS 14
BEBERAPA MASALAH SUKSESI NEGARA DALAM KASUS TIMOR TIMUR by Huala Adolf
Pendahuluan
Suksesi negara adalah salah satu obyek
pengkajian klasik dalam hukum internasional
publik. Oscar Schachter mengungkapkan bahwa
"State succession is one of the oldest subjects of
international law."1 Meskipun sudah menjadi obyek
kajian yang telah lama, namun hukum internasional
masih belum jelas mengatur masalah ini. Czaplinski
menyatakan bahwa hukum suksesi negara “... is one
of the underdeveloped areas of international law.”2
Dewasa ini kajian terhadap bidang ini kembali
menarik perhatian cukup besar dari para sarjana
hukum internasional. Sebab utamanya adalah
cukup banyaknya negara baru yang lahir. Tercerai-
berainya Uni Sovyet (Rusia) dan pecahnya
Yugoslavia menjadi beberapa negara baru pada
tahun 1991 adalah keadaan di mana perhatian
terhadap suksesi negara menjadi signifikan.
Indonesia sendiri juga menghadapi masalah
ini. Pertama adalah lepasnya Timor Timur dari
Indonesia dan kemudian menyatakan
kemerdekaannya (dengan bantuan masyarakat
internasional yang tergabung dalam PBB). Kedua,
adalah masalah suksesi negara yang terkait dengan
perjanjian internasional ketika Mahkamah
Internasional memeriksa sengketa pulau Sipadan-
1 Oscar Schachter, "The Once and Future Law,", 33 Va.J.Int'l.L., 253
(1993), terkutip dalam Carter and Trimble, Carter and Trimble, International Law, Boston: Little, Brown and Co., 2nd.ed., 1995, hlm.480. 2 Wladyslaw Czaplinski, “Equity and Equitable Principles in the Law of
State Succession,” dalam: Mojmir Mrak (ed.), Succession of States, The Hague: Martinus Nijhoff, 1999, hlm. 61; Budi Lazarusli dan Syahmin A.H.,
Suksesi negara dalam Hubungannya dengan Perjanjian Internasional,
Bandung: Remadja Karya, 1986, hlm. 2; lihat pula: John O‟Brien,International Law, London: Cavendish, 2001, hlm. 587
Ligitan antara Indonesia melawan Malaysia (1997-
2002).3
Hukum Internasional mengenai Suksesi Negara
Hukum internasional positif yang mengatur
bidang ini masih belum ada. Belum ada aturan baku
yang menjadi acuan atau mengikat bagi negara-
negara.4 Praktek telah pula menunjukkan bahwa
tidak ada aturan yang dapat diterima umum
sebagai hukum internasional.5 Hal ini agak
mengherankan, mengingat hukum internasional
telah lama berupaya mengatur bidang ini.6 Hukum
yang ada dari sejak awal perkembangan di bidang
hukum ini adalah berbagai perjanjian bilateral
antara negara baru dan lama. Contoh klasik
mengenai perjanjian bilateral ini adalah Perjanjian
tahun 1919 yakni the Treaty of Paris yang mengatur
utang-utang publik (negara lama) yang beralih
kepada negara baru, yaitu Hungaria.7
Upaya pembentukan hukum atau perjanjian
internasional mengenai hal ini bukannya tidak ada.
Kekosongan hukum mengenai bidang hukum ini
3 Dalam sengketa pulau Sipadan-Ligitan, baik Indonesia maupun Malaysia
menyatakan bahwa mereka masing-masing berhak atas kepemilikan kedua pulau kecil ini berdasarkan suksesi. Argumen ini ditoleh oleh Mahkamah
Internasional (Lihat paras. 93, 94 dan 96, ICJ, Case Concerning
Sovereignty over Pulau Ligitan and Pulau Sipadan (Indonesia/Malaysia), (Report). 4 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi
dalam Era Dinamika Global, Bandung: Alumni, cet.2., 2001, hlm. 40. 5 D.J. Harris, Cases and Materials on International Law, London: Sweet
and Maxwell, 5th., ed., 2000, hlm. 128. 6 Menurut Santiago Torres Bernandez, para sarjana telah berupaya menggambarkan pengaturan bidang ini sejak tahun 1880. Pada waktu itu
sarjana berkebangsaan Perancis Selosse telah menulis karyanya berjudul
Traité de l'annexion au territoire francais et de son déinembrement, Paris (1880). (Lihat: Santiago Torres Bernandez, "Succession of States," dalam:
R. Bedjaoui (ed.), International Law: Achievements and Prospects, the
Netherlands: Martinus Nijhoff Publ. - UNESCO, 1991, hlm 392. 7 The Treaty of Paris atau the Treaty of St Germain, Trianon and Paris
adalah perjanjian yang menentukan status Rumania sebagai suatu negara
baru (Ian Brownlie, Principles of Public International Law, Oxford: Clarendon press, 5th.ed., 1998., hlm. 657 [n]).
ALSA NEWS 15
telah mendorong Komisi Hukum Internasional PBB
(International Law Commission atau ILC) untuk
mengkodifikasi hukum internasional di bidang
hukum ini. Tahun 1978, ILC mengesahkan Konvensi
Wina mengenai suksesi negara dalam kaitannya
dengan perjanjian. Lalu pada tahun 1983, ILC juga
mengesahkan Konvensi Wina mengenai Suksesi
Negara dalam kaitannya dengan Harta Benda,
Arsip-arsip dan Utang-utang Negara. Khususnya
untuk Konvensi Wina 1983, Konvensi ini
mensyaratkan 15 ratifikasi agar Konvensi dapat
berlaku efektif. Namun hingga ini baru diketahui
hanya 5 negara saja yang meratifikasi.8 Mengapa
bidang ini begitu sulit untuk mendapat pengaturan
hukum internasional? Masalahnya adalah, pertama,
di dalam suksesi negara terkait di dalamnya
berbagai faktor hukum dan factor-faktor non-
hukum lainnya yang melekat. Faktor-faktor ini
tampak cukup banyak mengingat kasus-kasus yang
menyangkut lahirnya suksesi negara ini satu sama
lainnya tidak sama. Karena itu, untuk memahami
masalah ini, pertama-tama perlu terlebih dahulu
memahami sifat hukum daripada negara: yakni
batasan dan sifat negara, fungsi-fungsi hukum dari
unsur-unsur negara, akibat-akibat hukum dari
perubahan suatu wilayah, dll. Pertimbangan faktor-
faktor lainnya yang berperan penting di samping
faktor hukum, misalnya, adalah akibat-akibat yang
lahir sehubungan dengan terjadinya suksesi negara.
Sesungguhnya, terdapat berbagai masalah yang
lahir yang perlu mendapat pengaturan yang tegas.
Misalnya, masalah nasionalitas atau status hukum
8 Ibrain F.I. Shihata, “Matters of State Succession in the World Bank
Practice,” dalam: Mojmir Mrak (ed.), Succession of States, The Hague: Martinus Nijhoff, 1999, hlm 76.
seseorang, masalah perbatasan, dll. Kedua, dalam
praktek ternyata tidak jarang suatu negara (baru)
menganggap dirinya bukanlah negara baru dalam
arti sebenarnya. Sehingga karenanya suksesi
negara sebenarnya tidak ada atau tidak terjadi.
Misalnya, pada tahun 1991, negara baru Federasi
Rusia menyatakan bahwa negaranya sebenarnya
bukanlah negara baru, tetapi merupakan kelanjutan
dari Uni Sovyet (negara lama yang bubar).9 Sama
halnya dengan kasus Timor Timur. Ketika Timor
Timur memisahkan diri dari RI, Konstitusinya
masih menganggap bahwa hari kemerdekaannya
bukanlah pada tahun 1999 ketika lepas dari RI,
tetapi tahun 1975.
Suksesi Negara dan Timor Timur
Terlepasnya Timor Timur dari wilayah
Republik Indonesia dan kemudian membentuk
negara baru (Timor Leste), melahirkan berbagai
masalah baru. Masalah utamanya adalah adanya
dua pendapat yang saling bertentangan antara
Indonesia dan negara-negara luar. Indonesia
menganggap Timur Timur adalah wilayah yang
sebelumnya telah resmi menjadi bagian wilayah
Indonesia pada tahun 1976. Karena itu, ketika
Timor Timur kemudian memisahkan diri dari
Indonesia pada tahun 1999, maka telah terjadi
suksesi negara pada waktu itu. Pandangan kedua
dari negara-negara lain, termasuk PBB, yang
menganggap peristiwa tahun 1976 tersebut adalah
tindakan pendudukan dengan kekerasan terhadap
wilayah Timor Timur. Karena itu, ketika Timor
Timur lepas dari wilayah Indonesia, yang terjadi
bukanlah suksesi negara, tetapi “pengembalian
9 John O‟Brien, Op.cit., hlm 588.
ALSA NEWS 16
kedaulatan”.10 Terlepas apakah telah terjadi suksesi
negara atau tidak, masalah mengenai status aset
harta kekayaan pemerintah Indonesia yang berada
di wilayah Timor Timur (Timor Leste) ternyata
kemudian menjadi masalah kedua negara. Dari
fakta ini, menurut penulis, suksesi negara telah
terjadi. Wilayah Timor Timur sebelumnya adalah
wilayah pendudukan (Portugis sebelum diambil
alih Indonesia), bukan wilayah merdeka. Karena itu
dengan lepasnya Timor Timur dari Indonesia pada
tahun 1999, telah terjadi pemisahan wilayah dan
kemudian telah lahirnya suatu negara baru.
Artinya, telah terjadi suatu proses suksesi negara.
Aset Pemerintah RI
Sewaktu Timor Leste menyatakan
“perpisahannya” dari RI, masalah yang segera
timbul adalah bagaimanakah status hukum asset-
aset pemerintah RI yang ada di dalam wilayah
negara tersebut. Pendirian RI dan Timor Leste
berbeda. RI berpendapat bahwa asetasetnya di
wilayah itu tidak secara otomatis beralih, tetapi
status tersebut harus atau tunduk kepada aturan-
aturan hukum internasional yang berlaku.
Sebaliknya Timor Leste berpendapat bahwa aset
tersebut adalah milik negaranya sesuai dengan
Konstitusinya.11 Sudah diakui umum, suksesi
terhadap harta benda (aset) publik dari negara
yang diambil alih adalah suatu prinsip hukum
kebiasaan internasional. Praktek negara-negara
mengakui suksesi negara baru terhadap aset atau 10 Boer Mauna, Op.cit., hlm. 48. 11 Penulis tidak menemukan satu pasal pun dalam Konstitusi Timor Leste yang baru (2001). Namun ada satu pasal dalam Konstitusi yang mungkin
menjadi penafsiran pemerintah Timor Leste yang digunakan untuk
pendirian tersebut. Section 139 dari Konstitusi Timor Leste menyebutkan: “The resources of the soil, the subsoil, the territorial waters, the continental
shelf and the exclusive economic zone, which are essential to the economy,
shall be owned by the State and shall be used in a fair and equitable manner in accordance with nationalinterests.”
harta kekayaan milik negara sebelumnya. Sarjana
terkemuka yang memiliki otoritas di bidang kajian
ini, yakni D.P. O'Connell, mengemukakan bahwa
negara pengganti (successor state) memiliki hak-
hak dan kewajiban-kewajiban dari hak milik dari
negara yang digantikannya.
Konvensi Wina 1983 tidak membedakan
harta benda publik dan privat. Konvensi lebih
menekankan kepada perlakuan yang seragam dari
harta benda negara (State property). Tampaknya
yang menjadi alasan Konvensi untuk tidak
memberikan pembedaan ini karena tidak adanya
kriteria dalam hukum kebiasaan internasional
mengenai pengertian harta negara ini. Berdasarkan
Konvensi 1983, harta benda negara (State property)
adalah "property, rights and interests (in a legal
sense) which, at the date of the succession of State,
were owned by that State." Dengan kata lain, harta
benda negara adalah harta benda, hak dan
kepentingan (dalam arti hukum) yang dimiliki oleh
negara pada waktu terjadinya suksesi negara.
Dalam hal negara pengganti (succession States)
tersebut bukan suatu negara baru merdeka, maka
para negara akan berupaya mencari kesepakatan
(agreement). Manakala para pihak tidak berhasil
mencapai kesepakatan, pada prinsipnya benda-
benda bergerak yang berada di dalam wilayah
negara pengganti beralih kepada negara tersebut.
Pasal 17 (1) (b) Konvensi 1983 menjelaskan lebih
lanjut bahwa harta benda bergerak yang beralih
tersebut adalah harta benda yang ada kaitannya
dengan kegiatan negara yang diganti (lama) di
wilayah yang sekarang menjadi milik negara
pengganti. Tidak termasuk dalam hal ini adalah
ALSA NEWS 17
harta benda yang diperoleh oleh negara yang
digantikan sebelum, misalnya, terjadinya kolonisasi
atas wilayah yang sekarang menjadi negara
pengganti (baru). Sedangkan harta benda bergerak
lainnya di mana suatu bagian wilayah terpisah
harus dibagi berdasarkan pembagian yang adil
("equitable proportion").12 Namun dalam hal negara
pengganti adalah suatu negara yang baru merdeka
(newly independent State), maka kesepakatan di
antara para pihak tidak diperlukan (Pasal 15 (1)
(b)). Demikian pula negara baru merdeka ini juga
mewarisi harta benda bergerak yang semula "milik"
wilayah yang sekarang menjadi negara baru
meredeka selama jangka waktu wilayah tersebut
masih dimiliki negara lama.13 Ketentuan yang sama
juga berlaku terhadap harta benda bergerak yang
semula dimiliki atau dibentuk oleh wilayah yang
sekarang merdeka.14
Dari uraian di atas tampak bahwa Konvensi
internasional memberi hak kepada negara yang
baru merdeka untuk mengklaim dirinya sebagai
pemilik baru atas aset negara lama. Dalam hal ini,
Timor Leste sebagai negara baru merdeka menjadi
pemilik atas aset negara RI yang berada di sana.
Pada umumnya, negara-negara mempunyai hukum
nasional-nya yang mengatur masalah suksesi
negara ini. Hukum nasional Timor Leste telah
dikemukakan di atas. Hukum Indonesia mengatur
suksesi negara dalam Undang-Undang Nomor 24
tahun 2000 mengenai Perjanjian Internasional.
Namun UU ini hanya mengatur suksesi negara
dalam kaitannya dengan status hukum perjanjian
12 Pasal 17 (1) (c) Konvensi 1983. 13 Pasal 15 (1) (b) Konvensi 1983. 14 Pasal 15 (1) d-f Konvensi 1983.
internasional di negara baru (pasal 20). RI tidak
punya aturan susesi negara mengenai status aset
negara di suatu wilayah negara baru. Contoh lain
sebagai perbandingan adalah hukum Amerika
Serikat (AS). Pengaturan Suksesi Negara dalam
hukum AS terdapat dalam the Foreign Relations
Law. Menurut Section 209 UU ini, "Subject to
agreement between the predecessor and successor
states, title to state property passes as follows: ... (c)
where part of a state becomes a separate state,
property of the predecessor state located in the
territory of the new state passes to the new state."
Hukum Amerika Serikat tersebut tampak senada
dengan hukum nasional (Konstitusi) Timor Leste.
Namun yang menarik dari hukum AS ini adalah
bahwa kepemilikan tersebut akan beralih apabila
ada kesepakatan di antara para pihak. Artinya, ia
tidak beralih secara otomatis.
Dari ulasan di atas, tampak ada persamaan
berikut. Aset negara lama (RI) yang terdapat di
dalam wilayah negara yang baru merdeka pada
prinsipnya beralih menjadi milik negara yang baru
merdeka. Ketentuan ini ditegaskan dalam Konvensi
Wina 1983, hukum AS dan hukum Timor Leste.
Permasalahannya adalah, apakah Konvensi
Wina 1983 bersifat mengikat? Dan, apakah hukum
nasional dapat dipakai sebagai pedoman dalam
sengketa sekarang ini? Pertama, Konvensi 1983
pada prinsipnya tidak berlaku terhadap Indonesia
karena Indonesia tidak meratifikasinya. Meskipun
demikian, Konvensi 1983 dapat berfungsi atau
dianggap sebagai sumber hukum berupa doktrin.
Dalam hal ini ketentuan dalam Konvensi 1983
adalah hasil dari pendapat dari para ahli hukum
ALSA NEWS 18
internasional terkemuka (para anggota ILC). Kedua,
status hukum nasional yang mengatur masalah
suksesi negara. Hukum nasional Timor Leste dan
hukum AS sudah barang tentu tidak berlaku keluar
atau mengikat pihak lainnya. Hukum nasional
tersebut tidak mengikat RI. Namun demikian,
apabila dilihat seksama, tampak bahwa bunyi
ketentuan mengenai suksesi negara antara hukum
nasional (Konstitusi Timor Leste) dengan hukum
internasional tidak jauh beda. Artinya, klaim
pemerintah Timor Leste terhadap aset negara RI
memiliki dasar hukum yang cukup kuat.
Status Perjanjian Timor Gap
Masalah hukum lain yang mendapat sorotan
di tanah air adalah status Perjanjian Timor Gap
(Timor Gap Treaty) antara RI dan Australia.
Masalah hukum yang lahir adalah:
1) Apakah Perjanjian Timor Gap masih berlaku
setelah Timor Timur lepas dari wilayah RI?
2) Kalau jawaban pertanyaan 1) di atas adalah
negatif, apakah Timor Barat mempunyai hak atas
sumber daya alam di landas kontinen di wilayah
Timor Gap berdasarkan hukum internasional,
khususnya Konvensi Hukum Laut 1982?
Perjanjian Timor Gap mengikat Indonesia setelah
diundangkan dengan Undang-Undang No. 1 tahun
1991. Perjanjian ini merupakan pengaturan
sementara antara RI – Australia yang ditempuh
mengingat upaya kedua negara dalam menetapkan
garis batas landas kontinennya di wilayah Timor
Gap gagal meskipun perundingan untuk itu telah
berlangsung cukup lama (sekitar 10 tahun).
Kendala utamanya adalah perbedaan pandangan
para pihak mengenai prinsip hukum yang
diterapkan di Timor Gap dan mengenai situasi
geomorfologis landas kontinen di wilayah Timor
Gap. Daripada masalah penetapan garis batas
berlarut-larut, kedua pihak sepakat untuk
mengadakan pengaturan sementara. Pengaturan
sementara ini sesuai dengan ketentuan Pasal 83
ayat 3 Konvensi Hukum Laut 1982 yang antara lain
menyatakan:
“Pending agreement as provided for in
paragraph 1, the Sates concerned, in a spirit of
understanding and cooperation, shall make every
effort to enter into provisional arrangements of a
practical nature and, during this transitional period,
not to jeopardize or hamper the reaching of the final
agreement. Such arrangements shall be without
prejudice to the final delimitation ... “
Wilayah yang menjadi sengketa dibagi ke
dalam tiga zona, yakni zona A, B, dan C. Zona A
adalah wilayah tumpang tumpang tindih
(overlapping) atau daerah sengketa (disputed area).
Di 10 zona ini kedua pihak sepakat untuk membagi
keuntungan “fiftyfifty”. Zona ini adalah daerah
landas kontinen yang di Selatan dibatasi oleh klaim
maksimum Indonesia (median line), dan di antara
dibatasi oleh klaim maksimum Australia (di Palung
Timor atau Timor Trough). Berdasarkan Konvensi
Hukum Laut 1982, dan sesuai dengan praktek
negara, negara-negara yang bersangkutan dapat
membuat perjanjian untuk menjadikan disputed
area tersebut sebagai joint development zone atau
zona pengembangan bersama dengan pembagian
keuntungan “fifty-fifty”. 15
15
Deplu, Tentang Traktak Celah Timor, dalam: <
http://www.dfa-
deplu.go.id/policy/releases/2001/celahtimor.htm>.
ALSA NEWS 19
Zona B adalah zona di mana Indonesia
menuntut bagian dari keuntungan yang diperoleh
Australia atas daerah landas kontinen yang
memang berada di bawah yurisdiksi Australia
karena terletak di luar batas klaim maksimal
Indonesia (terletak di sebelah selatan median line).
Hal ini dimaksudkan untuk kompensasi bagi garis
batas landas kontinen berdasarkan Perjanjian
tahun 1972 yang kurang menguntungkan Indonesia
(terlalu dekat dengan pantai Indonesia). Sebabnya
adalah ketentuan hukum laut yang berlaku waktu
itu kurang menguntungkan Indonesia. Karena itu,
Zona B merupakan keuntungan tambahan bagi
Indonesia karena di samping memperoleh separuh
dari hasil di Zona A, Indonesia memperoleh 16%
dari hasil yang diperoleh Australia di daerah yang
seharusnya merupakan daerah yurisdiksi eksklusif
Australia.16 Namun untuk dapat menerima usulan
Indonesia mengenai Zona B tersebut, dan atas dasar
permintaan Australia untuk keseimbangan,
Australia menuntut agar ada daerah kecil di sebelah
utara klaim maksimal Australia (di utara Palung
Timor) di mana Australia akan “memperoleh” 10%
dari “keuntungan” di daerah tersebut, yang
kemudian dinamakan Zona C yang sejak semula
sudah diketahui oleh kedua belah pihak sebagai
daerah yang tidak prospektif. Jadi sebenarnya Zona
C ditetapkan dan disepakati sekedar untuk
menampung keinginan Australia untuk
menciptakan suatu keseimbangan tanpa merugikan
Indonesia. Menyusul jejak pendapat di Timor Timur
tanggaal 30 Agustus 1999 di mana penduduk Timor
Timur memilih untuk berpisah dari RI, pemerintah
16
Deplu, Ibid.
mengeluarkan TAP MPR No V/MPR/1999 yang
menerima jejak pendapat tersebut. TAP MPR ini
sekaligus juga mencabut TAP MPR No
VI/MPR/1976 tentang integrasi Timor Timur ke
dalam wilayah RI. Dengan keluarnya TAP MPR
tahun 1999 tersebut, pemerintah RI berpendapat
Perjanjian Timor Gap telah kehilangan hukumnya.
Dasar hukum yang digunakan pemerintah untuk
pendapatnya tersebut adalah berdasarkan pada
sumber hukum perjanjian internasional tentang
berakhirnya perjanjian internasional. Pemerintah
berpendapat bahwa apabila obyek dari suatu
perjanjian berubah, maka perubahan tersebut
dapat dijadikan dasar oleh kedua belah pihak untuk
mengakhir perjanjian.17
Menurut hemat penulis, pendapat
pemerintah RI ini kurang tepat. Memang benar
salah satu alasan untuk mengakhiri perjanjian
internasional adalah karena berubahnya obyek
perjanjian.18 Namun masalahnya adalah, obyek
perjanjian ini yaitu wilayah Timor Gap tidak
berubah. Alasan yang tampaknya lebih tepat adalah
alasan suksesi negara, yaitu terpisahnya wilayah
Timor Timur dari wilayah RI dan hilangnya
kedaulatan RI atas wilayah Timor Timur. Dengan
beralihnya kedaulatan atas wilayah Timor Timur
ini kepada Timor Leste, maka kejadian ini dapat
dijadikan alasan untuk mengakhiri Perjanjian
Timor Gap.19
17
Deplu, Ibid. 18
Cf., pasal 61 Konvensi Wina 1969 menggunakan istilah
„destruction‟ atau „disappearance’ of the object of the
treaty. 19
D.J. Harris, Op.cit., hlm. 844 (beliau menyatakan
bahwa:”the law of state succession applies where a state
party to a treaty ceases to exist”).
ALSA NEWS 20
Kedua negara melalui penandantangan
Exchange of Letters tanggal 1 Juni 2000 sepakat
untuk mengakhiri Timor Gap Treaty yang mulai
berlaku sejak tanggal 1 Juni 2000. Dengan
demikian, perjanjian tersebut tidak berlaku lagi dan
wilayah Timor Gap karenanya bergantung kepada
perjanjian atau kesepakatan antara Timor Timor
dan Australia. Terserah kepada kedua negara ini
apakah mereka akan merundingkan penetapan
garis batas landas kontinennya atau juga membuat
pengaturan sementara seperti yang dilakukan
antara RI – Australia. Masalah hukum kedua adalah
apakah Timor Barat mempunyai hak atas sumber
daya alam di wilayah landas kontinen Timor Gap
berdasarkan hukum internasinal, khususnya
Konvensi Hukum Laut 1982. Daerah yang
dinamakan Timor Gap adalah daerah landas
kontinen di antara Timor-Timur dan Australia,
yaitu daerah yang terletak di antara dua titik dasar
pada pulau Timor, yaitu di sebelah timur pada titik
median line antara pulau Leti (Indonesia) dan pulau
Yako (Timor-Timur), dan di sebelah barat pada titik
mulut sungai Mota Masin di perbatasan Timor-
Timur dan NTT, yang ditetapkan berdasarkan
Perjanjian RI-Australia tahun 1972. Daerah
tersebut dinamakan Timor Gap karena adanya gap
atau celah di mana garis batas landas kontinen
kedua negara belum dapat ditetapkan karena
adanya perbedaan posisi antara Portugal-dan
kemudian Indonesia- dengan Australia mengenai
cara menarikgaris batas landas kontinen di daerah
itu.20 Dengan demikian daerah di sebelah Barat dan
Timur dari Timor Gap tidak termasuk Timor Gap,
20
Deplu, Ibid.
dan garis batas landas kontinen antara kedua
negara di kedua daerah tersebut sudah ditetapkan
berdasarkan Perjanjian tahun 1972. Dari uraian
tersebut di atas, tampak bahwa dengan lepasnya
Timor-Timur dari wilayah RI, Indonesia (termasuk
Timor Barat) tidak lagi mempunyai hak terhadap
landas kontinen di daerah “Timor Gap” berdasarkan
hukum internasional.21
Penutup
Dari uraian di atas, tampak bahwa
terlepasnya Timor Timur dari wilayah RI
merupakan masalah suksesi negara. Dua masalah
yang serta merta lahir daripadanya, yakni masalah
status asset pemerintah RI di wilayah Timor Leste
dan status Perjanjian Timor Gap merupakan
sebagian kecil saja masalah yang timbul dari
terlepasnya Timor Timur dari RI.
Kasus Timor Timur juga menunjukkan
bahwa masalah suksesi negara ini semakin relevan
dewasa ini. Kasus ini sekaligus juga menunjukkan
bahwa hukum mengenai suksesi negara ini
berkembang dan kasus ini memiliki kekhasannya.
Kasus ini di samping masalah klasik yang melekat
setelah terjadinya proses suksesi negara, yakni
masalah status aset negara lama, juga terdapatnya
perjanjian yang jenisnya bukan perjanjian
perbatasan, tetapi pengaturan sementara. Karena
itu, doktrin atau prinsip hukum yang berlaku umum
untuk masalah perbatasan ini, yakni doktrin uti
possidetis, tidak berlaku dalam kasus ini.
Ket: Artikel ini diambil secara online dari google.com
21
Deplu, Ibid.