9
ABSTRAK DALAM BAHASA INGGRIS : Background: Research objectives Based on the formulation of the problem, then the purpose of this study was to determine the prevalence of edema after dental impaction odontectomy mandibular third molar. Methods: This type of research is a descriptive observational study, because it only wants to make observations without intervening. Based on the observation time is called cross-sectional study of prevalence studies also because they want to know the prevalence of edema after dental impaction odontectomy mandibular third molars. Research subject is all patients impaction at the Faculty of Dentistry Oral Surgery RSGMP Kandea UNHAS in March-May 2011. Results: Prevalence or incidence rate of tooth impaction odontectomy edema after mandibular third molar in RSGMP Kandea FKG UNHAS in March-May 2011 was 8 people (80%). Prevalence or incidence rate of edema after impacted third molar teeth odontektomi mandibular intraoral edema based on the location of 7 people (87.5%), and edema extraoral 1 person (12.5%). KEYWORD: Edema,Pasca Odontectomy, and Impaction mandibular third molar

Abstrak, Bab i, Bab v Skripsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

adadadadadada

Citation preview

ABSTRAK DALAM BAHASA INGGRIS :Background: Research objectives Based on the formulation of the problem, then the purpose of this study was to determine the prevalence of edema after dental impaction odontectomy mandibular third molar.Methods: This type of research is a descriptive observational study, because it only wants to make observations without intervening. Based on the observation time is called cross-sectional study of prevalence studies also because they want to know the prevalence of edema after dental impaction odontectomy mandibular third molars. Research subject is all patients impaction at the Faculty of Dentistry Oral Surgery RSGMP Kandea UNHAS in March-May 2011. Results: Prevalence or incidence rate of tooth impaction odontectomy edema after mandibular third molar in RSGMP Kandea FKG UNHAS in March-May 2011 was 8 people (80%). Prevalence or incidence rate of edema after impacted third molar teeth odontektomi mandibular intraoral edema based on the location of 7 people (87.5%), and edema extraoral 1 person (12.5%).KEYWORD: Edema,Pasca Odontectomy, and Impaction mandibular third molar

ABSTRAK DALAM BAHASA INDONESIA :Latar Belakang: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi edema pasca odontektomi gigi impaksi molar tiga rahang bawah. Metode : Jenis penelitian adalah studi observasional deksriptif, karena hanya ingin melakukan pengamatan saja tanpa melakukan intervensi. Berdasarkan pengamatan waktu yaitu studi cross sectional atau disebut juga studi prevalensi karena ingin mengetahui prevalensi edema pasca odontektomi gigi impaksi molar tiga rahang bawah. Subyek penelitian semua pasien impaksi di bagian Bedah Mulut RSGMP Kandea FKG UNHAS pada bulan Maret- Mei 2011. Hasil: Prevalensi atau tingkat kejadian edema pasca odontektomi gigi impaksi molar ketiga rahang bawah di RSGMP Kandea FKG UNHAS pada bulan Maret-Mei 2011 adalah 8 orang ( 80%). Prevalensi atau tingkat kejadian edema pasca odontektomi gigi impaksi molar ketiga rahang bawah berdasarkan lokasi yaitu edema intraoral 7 orang (87,5%), dan edema ekstraoral 1 orang (12,5%).`Kata Kunci : Edema, pasca odontektomi, gigi impaksi molar ketiga rahang bawah

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu fase kehidupan manusia antara kanak-kanak menjadi dewasa. Pada masa remajapun di dalam rongga mulut kita terjadi perkembangan, yaitu tumbuhnya gigi molar ketiga. Tumbuhnya gigi molar ketiga, menjadi tanda bahwa seseorang sudah menjadi lebih dewasa. Gigi molar ketiga merupakan gigi yang terakhir tumbuh diantara gigi permanen yang lainnya, yaitu pada usia 18-24 tahun. Menurut Chu dkk yang dikutip oleh Alamsyah dan Situmorang, terdapat persentase 28,3% dari 7468 pasien mengalami impaksi, dan gigi molar ketiga mandibula yang paling sering mengalami impaksi.1 Beberapa studi menguatkan frekuensi yang lebih tinggi dari mandibula impaksi molar ketiga bila dibandingkan dengan gigi lainnya. Namun Hattab dkk yang dikutip oleh Obimakinde OS, melaporkan prevalensi lebih tinggi impaksi molar ketiga rahang atas (29,9%), dibandingkan dengan gigi molar ketiga rahang bawah (17,5%) dalam studi yang terdiri dari 3874.2 Gangguan erupsi molar ketiga merupakan suatu keadaan dimana gigi tumbuh terhalang oleh gigi tetangganya, atau kekurangan tempat untuk mencapai erupsi yang normal, sehingga kedudukannya terganggu, yang disebut dengan impaksi. 2

Impaksi molar tiga dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Penyebab lokal disebabkan oleh ruangan yang kurang, tulang dan mukosa yang tebal. Faktor sistemik karena prenatal yaitu perkawinan antar ras, post natal.Penanganan gigi impaksi molar ketiga harus ditangani dengan seksama dan sedini mungkin. Penanganan untuk gigi impaksi disebut dengan odontektomi.Odontektomi dilakukan untuk mencegah terjadinya karies pada gigi tetangganya, kelainan periodontal, dan perikoronitis. Dalam melaksanakan perawatan atau tindakan, pasti ditemukan komplikasi-komplikasi akibat dari pencabutan gigi (odontektomi). Walaupun tindakan tersebut telah mengikuti standar operasional yang berlaku, pasti timbul komplikasi. Komplikasi dapat terjadi selama operasi, segera sesudah operasi dan jauh hari setelah operasi. Adapun salah satu komplikasi dari odontektomi segera setelah pembedahan yaitu edema.Menurut Jovanovic yang dikutip oleh Radwan dan Zaky, masalah yang terjadi pada saat pascaoperasi adalah trismus dan edema, merupakan konsekuensi dari cedera jaringan selama operasi. Hasil lampiran kram otot di refleksi dari otot-otot pengunyah dan menurut Petkovic dan Bukurov yang dikutip oleh Radwan dan Zaky, trauma langsung ke pembuluh darah dan getah bening.3White dkk melaporkan yang dikutip oleh Slade, Foy, S bugars, Philips, dan White, bahwa 37% dari pasien yang menjalani operasi mengindikasikan bahwa mereka mengalami nyeri sebelumnya dan bengkak, yang berhubungan dengan molar ketiga dan molar ketiga ingin akan dicabut untuk mencegah kambuhnya gejala-gejala ini.4Pengangkatan gigi molar ketiga adalah salah satu prosedur bedah yang paling umum dalam spesialisasi bedah mulut dan rahang atas. Komplikasi pasca operasi seperti nyeri, perdarahan, pembengkakan, infeksi, saraf paraesthesia atau dysfunction memerlukan perhatian segera dari tim klinis. Faktor-faktor yang biasanya menyebabkan masalah tersebut banyak dan termasuk pasien, gigi terkait dan pengalaman operasi dokter bedah.Edema atau pembengkakan meningkatnya cairan ekstraseluler dan ekstravaskular di dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa. Dapat bersifat setempat atau umum. Pembengkakan dikatakan normal apabila hanya 24 jam. Pembengkakan atau edema yang dialami setiap orang itu berbeda. Maka dalam proposal penelitian ini, ingin mengetahui edema yang terjadi lebih dari 24 jam.Penelitian ini akan dilakukan di bagian Bedah Mulut RSGMP Kandea karena, di tempat tersebut para coass mengerjakan kasus odontektomi.

BAB VKESIMPULAN Dari penelitian yang dilakukan di bagian Bedah mulut RSGMP Kandea FKG Unhas pada bulan Maret-Mei 2011, didapatkan prevalensi atau tingkat kejadian edema pasca odontektomi gigi impaksi molar ketiga rahang bawah di RSGMP Kandea FKG UNHAS pada bulan Maret-Mei 2011 adalah 8 orang ( 80%). 2 prevalensi atau tingkat kejadian edema pasca odontektomi gigi impaksi molar ketiga rahang bawah berdasarkan lokasi yaitu edema intraoral 7 orang (87,5%), dan edema ekstraoral 1 orang (12,5%).