76
ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI PADI SAWAH (Oryza Satifa) DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Skripsi) Oleh Dwi Ega Prasetio JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2018

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN …digilib.unila.ac.id/54736/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANIPADI SAWAH (Oryza Satifa) DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh

Dwi Ega Prasetio

JURUSAN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG2018

ABSTRACT

ANALYSIS OF INCOME AND WELFARE OF RICE FIELD FARMER INCENTRAL LAMPUNG REGENCY

By

DWI EGA PRASETIO

This reseacrh aimed at analyzing level of income and welfare of rice field farmersin Central Lampung Regency. The reseacrh was conducted in Central LampungDistrict was deliberately taken with consideration that Central Lampung Regencybecame the largest rice production center in Lampung Province in 2016. Datawas collected on January 2018 using the survey method. The sample in this studyamounted to 66 respondents of lowland rice farmers with the formula Isac &Micheal in Sugiarto, (2003) taken using a simple random sampling. Data wereanalyzed using income analysis, R / C ratio, and household welfare according tothe 2014 BPS criteria. The results showed that (1) the contribution of the incomeof lowland rice farmers in Central Lampung Regency in 2016 amounted to 70.81percent of the total household income, (2) the rice farmers in Central LampungRegency are mostly in the prosperous category based on the 2014 BPS criteria

Key words: income, rice field, welfare

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANIPADI SAWAH DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

DWI EGA PRASETIO

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan dan kesejahteraanpetani padi sawah di Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian dilakukan diKabupaten Lampung Tengah diambil secara sengaja dengan pertimbanganKabupaten Lampung Tengah menjadi sentra produksi padi sawah terbesar diProvinsi Lampung pada tahun 2016. Data dikumpulkan pada bulan Januari 2018dengan menggunakan metode survei. Sampel pada penelitian ini berjumlah 66responden petani padi sawah dengan rumus Isac & Micheal dalam Sugiarto, (2003)yang diambil menggunakan metode acak sederhana. Data dianalisis menggunakananalisis pendapatan, R/C ratio, dan kesejahteraan rumah tangga menurut kreteriaBPS 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kontribusi pendapatan petanipadi sawah di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016 sebesar 70,81 persen daritotal pendapatan rumah tangga, (2) petani padi sawah di Kabupaten LampungTengah mayoritas berada dalam kategori sejahtera berdasarkan kreteria BPS 2014.

Kata kunci : kesejahteraan, padi sawah, pendapatan.

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANIPADI SAWAH DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

DWI EGA PRASETIO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan AgribisnisFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 24 Januari1996.

Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudra pasangan Bapak Jumat

Widayat dan Ibu Tinah. Riwayat pendidikan yang telah penulis tempuh adalah

Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Belimbing Sari Kecamatan Jabung Kabupaten

Lampung Timur tahun 2001-2007, Sekolah MenengahPertama (SMP) Negeri Satu

Atap 1 Candipuro tahun 2007-2010, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Candipuro pada tahun 2010-2013, pada tahun 2013 penulis melanjutkan studi ke

jenjang perguruan tinggi di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung melalui jalur SBMPTN.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di DesaTanjung Jaya,

Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari. Penulis

melaksanakan Praktik Umum (PU) selama 30 hari di GAPOKTAN MUJAGI

(Multi Tani Jaya Giri), Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Selama menjadi

mahasiswa, penulis aktif pada berbagai organisasi internal kampus atau jurusan.

Penulis pernah menjadi anggota Bidang II (Pengkaderan dan Pengabdian

Masyarakat) Himpunan Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) pada tahun

2013-2014, menjadi Kepala Bidang II (Pengkaderan dan Pengabdian Masyarakat)

periode 2015-2016. Selain itu, penulis pernah menjadi salah satu tim proyek

STRANAS pada bulan Juni 2017.

SANWACANA

Bismillahirahmanirahim,

Alhamdulillahirabbill’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yangberjudul“Analisis Pendapatan dan Tingkat

Kesejahteraan Petani Padi Sawah (Oryza sativa) di Kabupaten Lampung

Tengah”. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak akan terealisasi

dengan baik tanpa adanya dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

3. Dr. Ir. Sudarma Widjaya, M.S., selaku Dosen Pembimbing Pertama dan dosen

Pembimbing Akademik, yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan dan

motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Ktut Murniati, M.T.A, selaku Dosen Pembimbing Kedua, yang telah

memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan nasehat kepada penulis sampai

skripsi ini selesai.

5. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si, selaku Dosen Penguji, yang telah memberikan

saran, kritik dan nasehatnya.

6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian, atas semua ilmu yang

telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung.

7. Kedua orang tua tercinta yang selalu penulis banggakan, Ayahanda Jumat

Widayat, IbundaTinah, dan Abangku Ari Kartiko, yang selalu ada

membimbing penulis, memberikan do’a yang tak pernah terputus, memberikan

semangat dan motivasi.

8. Karyawan-karyawati di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian, Mba Aie, Mba

Iin, Mba Fitri, Mas Boim, dan Mas Bukhari, atas semua bantuan yang telah

diberikan.

9. Teman terdekat tercinta, Hesti Permata Sari, S.P, atas segala doa, motivasi,

semangat, kesabaran dan bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini.

10. Kawan-kawan seperjuangan Ahmad Miftahuddin, S.P., M. Kamal Satria,

S.P., Reki Septian Patra, S.P., M. Pandu, Risky Ramadani, S.P., Hikemli

Ardika, S.P., Dhanar Yoga, S.P., Adhanta Reksa, S.P., Febriko Fajar Alafim,

S.P., Haryadi, S.P., Fitri Yuni Lestari, S.P., Fitria Kusuma Astuti, S.P., Arienda

Mustikawati, S.P., Suci Rodian , S.P., Wardiah Nurul Khasanah, S.P., Fadilah

Ismi Bazai,S.P., dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

11. Teman–teman Jurusan Agribisnis angkatan 2013 : Doni Pranata, M. Nuzul

Mubarokah, S.P., M. Safrizal Anwar, S.P., Okta Saputra, Onah Sunarya,

Mentari Diasti Putri, M. Reza, S.P., Malik Aliyasar, dan teman-teman

lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya

selama ini.

12. Saudara- saudara HIMABULL, abang-abang dan adik-adik, terimakasih atas

doa dan dukungannya.

13. Rekan-rekan mahasiswa/i Jurusan Agribisnis angkatan 2010, 2011, 2012,

2014, 2015, 2016, terimakasih atas kebersamaanya.

14. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Agribisnis Pertanian

(HIMASEPERTA) Fakultas Pertanian yang telah memberikan dukungan, dan

semangat kepada penulis.

15. HIMASEPERTA, terimakasih telah memberi ilmu organisasi selama ini,

ditempa, sehingga penulis menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka

semua dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta almamater tercinta.

Bandar Lampung, 9 Oktober 2018

Dwi Ega Prasetio

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1A. Latar Belakang ................................................................................... 1B. Rumusan Maslah................................................................................ 10C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 11D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 12A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 12

1. Komoditas Padi Sawah..................................................................... 122. Konsep Usahatani............................................................................ 133. Biaya Usahatani............................................................................... 154. Penerimaan Usahatani ..................................................................... 165. Pendapatan Usahatani ..................................................................... 166. R/C .................................................................................................. 177. Pendapatan Rumah Tangga ............................................................. 188. Definisi Kesejahteraan .................................................................... 21

B. Kajian Penelitian Terdahulu................................................................. 27C. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 33

III. METODELOGI PENELITIAN ............................................................ 37A. Metode Penelitian .............................................................................. 37B. Konsep Dasar dan Definisi Oprasional.............................................. 37C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ....................... 40D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ....................................... 43E. Metode Analisis Data......................................................................... 43

1. Tingkat Pendapatan Petani Padi Sawah......................................... 442. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga ......................................... 45

IV. GAMBARAN UMUM DAERAHPENELITIAN.................................. 504.1.Gambaran Umum Kabupaten Lampung Tengah ................................ 50

4.1.1.Letak Geografis ......................................................................... 504.1.2.Topografi................................................................................... 504.1.3.Klimatologi................................................................................ 52

ii

4.1.4.Tataguna Lahan ......................................................................... 524.1.5.Kelembagaan Pertanian ............................................................. 524.1.6.Pemerintahan............................................................................. 53

4.2.Keadaan Umum Kecamatan Seputih Raman ...................................... 534.2.1.Keadaan Geoografis .................................................................. 534.2.2.Keadaan Demografi................................................................... 544.2.3.Kondisi Perekonomian .............................................................. 54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………. 55A. Keadaan Umum Responden................................................................. 55

1. Umur Petani Padi Sawah.................................................................. 552. Pendidikan Petani Padi Sawah ......................................................... 563. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Padi Sawah........................... 574. Pengalaman Usahatani Petani Padi Sawah....................................... 585. Luas Lahan Usahatani Padi Sawah .................................................. 596. PekerjaanPetani Padi Sawah ............................................................ 60

B. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi Sawah .......................... 601. Penggunaan Benih............................................................................ 602. Penggunaan Pupuk ........................................................................... 613. Penggunaan Pestisida ....................................................................... 634. Penggunaan Tenaga Kerja................................................................ 645. Penggunaan Alat Pertanian .............................................................. 66

C. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah......................................... 671. Pendapatan usahatani padi sawah musim tanam satu .................... 672. Pendapatan usahatani padi sawah musim tanam dua..................... 693. Pendapatan usahatani padi sawah musim tanam tiga .................... 71

D. Analisis Pendapatan Rumah Tangga.................................................... 721. pendapatan usahatani padi sawah .................................................. 732. pendapatan selain usahatani padi sawah ........................................ 733. pendapatan diluar pertanian ........................................................... 744. pendapatan rumah tangga petani padi sawah................................. 75

E. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Padi Sawah ................. 761. Kependudukan ............................................................................... 762. Kesehatan....................................................................................... 773. Pendidikan...................................................................................... 784. Ketenagakerjaan............................................................................. 795. Taraf dan Pola Konsumsi............................................................... 806. Perumahan dan Lingkungan .......................................................... 817. Sosial dan lain-lain......................................................................... 82

VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 85A. Kesimpulan .......................................................................................... 85B. Saran..................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87

LAMPIRAN.................................................................................................... 91

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur kerangka pemikiran pendapatan dan kesejahteraan petani padi sawah diKabupaten Lampung Tengah. ........................................................................ 36

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah di ProvinsiLampung Tahun 2015 dan 2016 ............................................................... 2

2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah di KabupatenLampung Tengah Tahun 2015 dan 2016 .................................................. 3

3. Luas panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah di KecamatanSeputih Raman tahun 2015 dan 2016....................................................... 4

4. Luas panen per rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan SeputihRaman tahun 2016 .................................................................................... 5

5. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung di semua Kabupaten padatahun 2010-2016............................................................................................ 7

6. Presentase penduduk miskin di Provinsi lampung di semua Kabupatenpada tahun 2016............................................................................................. 8

7. Indiktor tingkat kesejahteraan masyarakat ............................................... 26

8. Penelitian terdahulu .................................................................................. 28

9. Luas panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah di KecamatanSeputih Raman tahun 2015 dan 2016....................................................... 41

10. Sebaran sampel responden penelitian di desa Rukti Endah dan RejoAsri............................................................................................................ 42

11. Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik Susenas(2014) disertai variabel, kelas, dan skor ................................................... 47

12. Distribusi umur petani padi sawah menurut golongan umur diKabupaten Lampung Tengah tahun 2016 ................................................. 55

13. Sebaran petani padi sawah berdasarkan tingkat pendidikan diKabupaten Lampung Tengah tahun 2016 ................................................. 56

v

14. Sebaran petani petani padi sawah berdasarkan jumlah tanggungankeluarga di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016 .............................. 57

15. Sebaran petani padi sawah berdasarkan pengalaman usahatani padisawah di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016 .................................. 58

16. Sebaran petani padi sawah berdasarkan luas lahan usahatani padi sawahdi Kabupaten Lampung Tengah 2016....................................................... 59

17. Sebaran penggunaan benih padi oleh petani padi sawah di KabupatenLampung Tengah tahun 2016 ................................................................... 61

18. Rata-rata penggunaan pupuk petani padi sawah di Kabupaten LampungTengah tahun 2016.................................................................................... 62

19. Rata-rata penggunaan pestisida petani padi sawah di KabupatenLampung Tengah tahun 2016 ................................................................... .... 64

20. Rata-rata penggunaan tenaga kerja petani padi sawah di KabupatenLampung Tengah tahun 2016 ................................................................... 65

21. Rata-rata biaya penyusutan peralatan yang dimiliki petani padi sawah diKabupaten Lampung Tengah tahun 2016 ................................................. 66

22. Rata-rata penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani padi sawah per0,54 hektar dan per hektar pada musim tanam satu di KabupatenLampung Tengah tahun 2016 ................................................................... 68

23. Rata-rata penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani padi sawah per0,54 hektar dan per hektar pada musim tanam dua di KabupatenLampung Tengah tahun 2016 ................................................................... 70

24. Rata-rata penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani padi sawah per0,41 hektar dan per hektar pada musim tanam tiga di KabupatenLampung Tengah tahun 2016 ................................................................... 72

25. Rata-rata pendapatan usahatani padi sawah di Kabupaten LampungTengah tahun 2016.................................................................................... 74

26. Kontribusi pendapatan rumah tangga yang diterima petani padi sawahdi Kebupaten Lampung Tengah tahun 2016 ............................................. 75

27. Sebaran skor kesejahteraan petani padi sawah dalam indikatorkependudukan di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016..................... 77

28. Sebaran skor kesejahteraan petani padi sawah dalam indikatorkesehatan di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016 ............................ 78

vi

29. Sebaran skorkesejahteraan petani padi sawah dalam indikatorpendidikan di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2016 .................. 79

30. Sebaran skor kesejahteraan petani padi sawah dalam indikatorketenagakerjaan di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2016 .......... 80

31. Sebaran skor kesejahteraan petani padi sawah dalam indikator taraf danpola konsumsi di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2016 ............ 81

32. Sebaran skor kesejahteraan petani padi sawah dalam indikatorperumahan di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016........................... 82

33. Sebaran skor kesejahteraan petani padi sawah dalam indikator sosialdan lain-lain di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016 ........................ 83

34. Sebaran kesejahteraan petani padi sawah di Kabupaten LampungTengah tahun 2016.................................................................................... 84

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan

bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian

diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan

pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan

pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan

kesempatan berusaha (Soekartawi, 2003).

Sektor pertanian juga menjadi sektor andalan terpenting dalam pembangunan

perekonomian di Provinsi Lampung. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

(2016a) menyebutkan bahwa sektor pertanian adalah sektor yang paling besar

menyumbangkan pemasukan bagi pembangunan ekonomi di Provinsi Lampung,

yaitu sebesar 32,69% dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

tahun 2015. Sektor pertanian, khususnya padi, merupakan tanaman utama para

petani Indonesia. Padi dapat ditanam di lahan kering maupun lahan basah

(sawah). Para petani di Indonesia mayoritas merupakan petani kecil atau petani

gurem dengan luas lahan usahatani yang sempit. Di antara lahan yang sempit

tersebut tidak semuanya berbentuk sawah, sebagian besar sebagai lahan kering

yang ditanami berbagai palawija, buah-buahan dan sayuran (Pitojo, 2006).

2

Berikut adalah data sebaran luas areal sawah, produksi dan produktivitas padi

sawah di Provinsi Lampung pada tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah diProvinsi Lampung tahun 2015 dan 2016

Kabupaten/ Kota

Tahun 2015 Tahun 2016

Luaspanen(ha)

Produksi(ton)

Produktivitas(ton/ha)

Luaspanen(ha)

Produksi(ton)

Produktivitas(ton/ha)

Lampung Barat 23.854 112.063 47 26.220 141.374 54

Tanggamus 50.083 284.643 57 49.822 283.379 57

Lampung Tengah 88.129 488.079 55 90.450 494.629 55

Lampung Timur 110.099 564.315 51 121.314 638.817 53

Lampung Tengah 138.807 782.604 56 157.873 805.261 51

Lampung Utara 33.011 168.942 51 37.267 196.136 53

Way Kanan 31.944 149.178 47 38.227 209.076 55

Tulang Bawang 50.060 242.728 48 63.211 291.031 46

Pesawaran 30.733 170.073 55 38.809 205.442 53

Pringsewu 23.611 137.193 58 29.072 156.541 54

Mesuji 39.246 186.216 47 41.897 186.230 44

Tulang Bawang Barat 18.159 88.443 49 18.607 95.839 52

Pesisir Barat 15.473 77.605 50 16.057 84.751 53

Bandar Lampung 1.673 9.997 60 1.740 10.201 59

Metro 5.676 34.410 61 6.289 33.216 53

Jumlah 660.558 3.496.489 792 736.855 3.831.923 792

Rata-rata 44.037 233.099 53 491.24 255.462 53

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2016b dan 2017.

Tabel 1 menunjukan bahwa kabupaten yang paling besar menyumbang produksi

padi sawah pada data 2015 dan 2016 adalah Kabupaten Lampung Tengah oleh

karena itu Kabupaten Lampung Tengah menjadi sentra produksi padi sawah

terbesar di Provinsi Lampung. Data tersebut juga menunjukan kenaikan pada luas

lahan dan produksi, namun tidak diikuti oleh produktivitas yang mengalami

penurunan sebesar 5 ton/hektar dari tahun 2015 ke 2016. Merujuk pada data

sebaran luas penen, produksi dan produktivitas padi sawah di setiap Kabupaten

3

yang ada di Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Tengah memiliki potensi

terhadap peningkatan produksi padi sawah di provinsi lampung, oleh sebab itu

berikut adalah data sebaran luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah di

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015 dan 2016 yang dapat dilihat pada Tabel

2.

Tabel 2. Sebaran luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah diKabupaten Lampung Tengah, tahun 2015 dan 2016

KecamatanTahun 2015 Tahun 2016

Luas panen(ha)

Produksi(ton)

Produktivitas(kw/ha)

Luas panen(ha)

Produksi(ton)

Produktivitas(kw/ha)

Padang Ratu 4.522 26.048 57,61 4.239 21.630 51,03Selagai Lingga 2.912 16.840 57,83 1.892 9.226 48,76Pubian 5.043 31.054 61,58 4.515 22.051 48,84Anak Tuha 4.815 29.664 61,61 5.552 26.883 48,42Anak Ratu Aji 4.268 23.765 55,68 5.031 24.105 47,92Kalirejo 2.621 16.116 61,48 2.280 11.024 48,34Sendang Agung 2.684 15.489 57,7 2.676 12.834 48Bangun Rejo 3.678 21.901 59,54 4.516 24.004 53,16Gunung Sugih 6.785 47.729 70,35 10.547 54.845 52Bekri 4.702 29.429 62,58 3.476 19.900 57,25Bumi RatuNuban

2.998 21.989 73,34 5.819 32.905 56,55

Trimurjo 8.942 59.758 66,83 9.807 49.231 50,2Punggur 5.960 40.768 68,4 5.935 26.922 45,36Kota Gajah 5.706 39.389 69,04 6.422 30.819 47,99Seputih Raman 13.283 89.167 67,13 15.881 86.871 54,7Terbanggi Besar 5.528 35.998 65,11 8.733 44.635 51,11Seputih Agung 5.731 34.080 59,46 7.172 36.078 50,3Way Pengubuan 1.983 10.975 55,34 1.381 6.351 46Terusan Nunyai 416 2.287 54,94 634 3.060 48,29SeputihMataram

7.358 45.242 61,49 5.986 30.776 51,41

Bandar Mataram 3.266 19.739 60,44 5.439 25.566 47Seputih Banyak 7.739 45.457 58,74 6.780 30.894 45,56Way Seputih 5.076 29.124 57,38 5.589 23.731 42,46Rumbia 4.073 22.782 55,94 4.478 19.738 44,08Bumi Nabung 3.430 18.151 52,91 4.365 18.222 41,75Putra Rumbia 5.472 27.573 50,39 4.972 20.559 41,35SeputihSurabaya

6.639 31.775 47,86 7.719 33.389 43,25

BandarSurabaya

5.012 23.672 47,23 6.251 27.334 43,73

Jumlah 140.642 855.961 1.678,00 158.087 773.583 1.355,00Rata-rata 5.023 30.570 59,93 5.646 27.628 48,39

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, 2016 dan 2017

4

Tabel 2 menunjukan bahwa Kecamatan Seputih Raman menyumbang produksi

padi sawah paling besar di bandingkan dengan Kecamatan-kecamatan lain di

Kabupaten Lampung Tengah pada data 2015 dan 2016 menurut BPS Kabupaten

Lampung Tengah tahun 2015 dan 2016. Data sebaran luas lahan, produksi, dan

produktivitas padi sawah diatas mengalami kenaikan pada data luas panen untuk

data produksi dan produktivitas mengalami penurunan dari tahun 2015 ke tahun

2016, masalah tersebut tentunya akan mempengaruhi pendapatan bagi petani padi

sawah di Kecamatan Seputih Raman. Berikut adalah data sebaran luas lahan,

produksi, dan produktivitas padi sawah di setiap desa pada Kecamatan Seputih

Raman tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sebaran luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah diKecamatan Seputih Raman tahun 2015 dan 2016

Kampung/Desa

Tahun 2015 Tahun 2016Luaspanen(ha)

Produksi(ton)

Produktivitas(ton/ha)

Luaspanen (ha)

Produksi(ton)

Produktivitas(ton/ha)

Rejo Basuki 1.023 7.054 6,9 1.030 7.122 6,91

Rejo Asri 1.253 8.350 6,66 1.354 8.362 6,18

Rukti Endah 1.274 8.123 6,38 1.337 8.136 6,09Rama Gunawan 1.185 7.823 6,6 1.292 7.831 6,06

Rama Dewa 987 6.489 6,57 1.090 6.491 5,96

Ratna Khaton 870 5.845 6,72 960 5.857 6,10

Ramayana 901 5.726 6,36 960 5.729 5,97

Rama Indera 813 5.322 6,55 854 5.334 6,25

Rukti Harjo 1.094 7.105 6,49 1.130 7.112 6,29

Rama Murti 605 4.106 6,79 662 4.121 6,23

Rama Utama 1.132 7.208 6,37 1.230 7.211 5,86

Rama Nirwana 904 5.720 6,33 916 5.726 6,25

Buyut Baru 296 1.934 6,53 330 1.942 5,88

Rama Kelandungan 946 5.890 6,23 948 5.897 6,22

Jumlah 13.283 86.695 91,48 14.093 86.871 86,25

Rata- rata 949 6.193 6,53 1.007 6.205 6,16

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Seputih Raman, 2016 dan 2017

5

Tabel 3 menunjukan bahwa luas lahan, produksi dan produktivitas padi sawah

yang terbesar adalah Desa Rejo Asri dan Rukti Endah , data pada tabel diatas juga

menujukan bahwa Desa Rejo Asri dan Rukti Endah mengalami kenaikan produksi

dan luas lahan panen, namun produktivitasnya yang mengalami penurunan.

Masalah pada penurunan produktivitas di Desa Rejo Asri dan Rukti Endah salah

satu faktor yang mempengaruhi adalah pengusaan luas lahan pada masing-masing

rumah tangga petani padi sawah. Berikut luas panen per rumah tangga petani padi

sawah di Kecamatan Seputih Raman tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran petani padi sawah di Kecamatan Seputih Raman berdasarkanrata-rata luas panen per rumah tangga tahun 2016

No Kampung Rumah tangga Luas panen (ha)Rata-rata luas panen

per RT

1. Rejo Basuki 1.085 1.023 0,952. Rejo Asri 1.310 1.253 1,033. Rukti Endah 1.287 1.274 1,044. Rama Gunawan 908 1.185 1,425. Rama Dewa 633 987 1,726. Ratna Khaton 919 870 1,047. Ramayana 951 901 1,018. Rama Indera 844 813 1,019. Rukti Harjo 1.705 1.094 0,6610. Rama Murti 596 605 1,1111. Rama Utama 1.164 1.132 1,0612. Rama Nirwana 796 904 1,1513. Buyut Baru 541 296 0,6114. Rama Kelandungan 831 946 1,14

Jumlah 13.570 14.093 14,96Rata-rata 970 1.007 1,07

Sumber : BPS Kecamatan Seputih Raman, 2017

Tabel 4 menunjukkan bahwa Desa Rejo Asri dan Rukti Endah memiliki data luas

panen terbesar, produksi, dan jumlah rumah tangga yang terbilang cukup besar di

bandingkan dengan desa-desa lainnya di Kecamatan Seputih Raman, namun data

tersebut tidak diikuti oleh data luas panen per rumah tangga yang memiliki data

6

cukup kecil di bandingkan dengan desa-desa lainnya di Kecamatan Seputih

Raman. Penguasaan luas panen per rumah tangga yang sedikit tentunya sangat

berpengaruh pada peningkatan produksi dan produktivitas yang dapat

mempengaruhi penerimaan dan pendapatan petani padi sawah pada musim

panen. Rumah tangga petani ataupun penduduk di Kecamatan Seputih Raman,

khususnya di Desa Rejo Asri dan Rukti Endah, sebagian besar masih

mengandalkan pertanian padi sawah sebagai mata pencaharian hidup. Selain

untuk dikonsumsi sendiri, hasil pertanian khususnya padi sawah mereka jual

sebagai sumber pendapatan, sehingga perbedaan penguasaan lahan tersebut dapat

mempengaruhi kontribusi pedapatan padi sawah terhadap pendapatan petani.

Kemampuan sektor pertanian, khususnya tanaman padi sawah memberikan

kontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

rumah tangga petani padi sawah tergantung pada tingkat pendapatan usahatani padi

sawah dan surplus yang dihasilkan oleh sektor itu sendiri. Dengan demikian,

tingkat pendapatan usahatani, di samping merupakan penentu utama kesejahteraan

rumah tangga petani, juga muncul sebagai salah satu faktor penting yang

mengkondisikan pertumbuhan ekonomi (Soekartawi, 2003).

Kesejahteraan suatu negara, khususnya Indonesia, dapat dilihat dari salah satu faktor

yaitu jumlah penduduk miskin. Kemiskinan merupakan salah satu indikator yang

dapat menggambarkan taraf kehidupan masyarakat secara umum. Kemiskinan

dan kesenjangan sosial merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian

negara-negara berkembang di seluruh dunia tanpa terkecuali Indonesia. Penduduk

di Indonesia yang tergolong masih miskin pada tahun 2017 berjumlah

7

27.771.000,22 jiwa dengan presentase sebesar 10,64%. Proporsi penduduk

miskin di perkotaan sebanyak 10.673.000,83 jiwa dengan presentase 7,72%, dan

penduduk miskin di pedesaan sebanyak 17.097.000,39 jiwa dengan presentase

13,93% (BPS,2017). Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa

penduduk miskin paling banyak berada di daerah pedesaan yaitu sebesar 13,93%

pada Maret 2017 dan angka ini mengalami penurunan sekitar 0,3% di bandingkan

September 2016. Namun, angka tersebut tergolong masih besar. Kemiskinan

merupakan salah satu masalah yang menjadi fokus utama program kerja

pemerintah untuk pengentasan kemiskinan. Khususnya di Provinsi Lampung

pengentasan kemiskinan merupakan program kerja utama untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Masalah kemiskinan di Provinsi Lampung juga memiliki

data yang cukup besar pada tahun 2010-2016, dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5. Sebaran jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung tahun 2010-2016

Kabupaten/KotaJumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016Lampung Barat 71,8 67,88 65,23 60,81 60,27 42,2 44,9

Tanggamus 98,10 92,75 89,36 85,64 85,02 81,60 81,34

Lampung Tengah 188,00 177,74 171,41 162,97 161,79 157,70 158,38

Lampung Timur 200,40 189,46 182,21 172,21 170,73 170,10 172,61

Lampung Tengah 197,80 187,00 180,23 162,81 161,55 164,40 165,67

Lampung Utara 164,80 155,81 149,95 142,01 140,73 140,40 139,50

Way Kanan 76,70 72,51 69,37 65,18 64,50 63,10 63,64

Tulang Bawang 43,10 40,75 38,95 33,72 36,83 44,20 44,26

Pesawaran 81,50 77,05 74,26 74,60 74,01 75,40 74,45

Pringsewu 45,50 43,02 41,42 37,31 37,77 45,60 45,72

Mesuji 16,20 15,32 14,74 11,23 12,79 16,00 15,74Tulang BawangBarat

19,10 18,06 17,35 16,43 18,73 21,80 22,39

Pesisir Barat - - - - - 24,00 24,20

Bandar Lampung 128,60 121,58 117,35 102,75 102,27 100,80 100,54

Metro 20,10 19,00 18,34 17,08 16,95 16,20 16,26

Jumlah 1.351,70 1.277,93 1.230,17 1.144,75 1.143,94 1.163,50 1.169,60

Rata-rata 90,11 85,20 82,01 76,32 76,26 77,57 77,97

Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2017

8

Tabel 6. Sebaran penduduk miskin di Provinsi Lampung tahun, 2010-2016 (%)

Kabupaten/KotaPenduduk Miskin (Persen)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Lampung Barat 17,12 15,99 15,13 13,96 13,70 14,18 15,06

Tanggamus 18,30 17,06 16,10 15,24 14,95 14,26 14,05

Lampung Tengah 20,61 19,23 18,19 17,09 16,77 16,27 16,16

Lampung Timur 21,06 19,66 18,59 17,38 17,05 16,91 16,98

Lampung Tengah 16,88 15,76 14,96 13,37 13,13 13,30 13,28

Lampung Utara 28,19 26,33 25,16 23,67 23,32 23,20 22,92

Way Kanan 18,81 17,63 16,54 15,36 15,03 14,61 14,58

Tulang Bawang 10,80 10,11 9,43 8,04 8,66 10,25 10,20

Pesawaran 20,48 19,06 18,01 17,86 17,51 17,61 17,31

Pringsewu 12,45 11,62 11,01 9,81 9,83 11,80 11,73

Mesuji 8,65 8,07 7,69 5,81 6,57 8,20 8,00

Tulang Bawang Barat 7,63 7,11 6,73 6,31 7,12 8,23 8,40

Pesisir Barat - - - - - 15,81 15,91

Bandar Lampung 14,58 13,61 12,65 10,85 10,60 10,33 10,15

Metro 13,77 12,90 12,09 11,08 10,82 10,29 10,15

Jumlah 229,33 214,14 202,28 185,83 185,06 205,25 204,88

Rata-rata 15,29 14,28 13,49 12,39 12,34 13,68 13,66

Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2017

Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukan bahwa Provinsi Lampung memiliki penduduk

miskin yang cukup besar pada tahun 2016 yaitu sebesar 13,66 % (BPS Provinsi

Lampung, 2017). Pada tabel diatas masalah kemiskinan terbesar terletak pada

Kabupaten Lampung Utara yaitu sebesar 22.95 % pada tahun 2016, sedangkan

Kabupaten Lampung Tengah menempati urutan ke delapan penduduk miskin di

Provinsi Lampung yang memiliki angka sebesar 165,67 jiwa dengan pesentase

sebesar 13,28 %.

Penduduk miskin di Kabupaten Lampung Tengah tersebut mayoritas adalah

penduduk yang bekerja pada sektor pertanian yang dibuktikan dengan jumlah

276.108 jiwa, dengan jumlah pekerja laki-laki sebesar 194.245 jiwa dan pekerja

9

perempuan sebesar 81.863 jiwa (BPS Lampung Tengah, 2017). Dengan

demikian, angka tersebut menunjukan bahwa tingginya pekerja pada sektor

pertanian, dengan sebagian besar selain menjadi petani adalah sebagai buruh tani,

dengan pendapatan yang tergolong rendah. Sedangkan sektor pertanian tersebut

dijadikan perkerjaan utama sebagai sumber penghasilan bagi petani di Kabupaten

Lampung Tengah, sehingga penduduk di Kabupaten Lampung Tengah termasuk

dalam kategori miskin.

Kemisikanan tersebut sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan penduduk di

Kabupaten Lampung Tengah, yang kemudian dapat dilihat dari pendapatan

penduduknya, salah satunya pendapatan dari bidang petanian. Hal tersebut

merupakan Kabupaten Lampung Tengah memiliki potensi yang cukup baik dalam

bidang pertanian, sebagai salah satu contohnya, yaitu menjadi sentra produksi padi

sawah terbesar di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah masih

mempunyai masalah kemiskinan yang cukup besar dengan presentase sebesar

13,28% pada tahun 2016 dan presentase kemiskinan rata-rata di Provinsi

Lampung sebesar 13,66% (BPS Provinsi Lampung, 2017).

Mayoritas masyarakat Kabupaten Lampung Tengah khususnya Kecamatan

Seputih Rahman mengusahakan tanaman padi sawah sebagai tanaman utama,

sehingga menjadi faktor utama dalam meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan rumah tangga petani padi sawah. Hasil pendapatan sebagian

dipergunakan kembali untuk modal usahatani dan sebagian dipergunakan untuk

biaya hidup dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.

10

Menurut Gusti (2013), penerimaan yang diperoleh petani akan berdampak

terhadap kelangsungan hidup mereka. Semakin besar penerimaan yang diperoleh

petani dapat mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga petani tersebut akan

berubah menjadi lebih baik. Pada dasarnya akses kebutuhan rumah tangga

terhadap pengeluaran bahan pangan dan bahan bukan pangan yang dibutuhkan

sangat tergantung dari daya beli, tingkat pendapatan, harga pangan, proses

distribusi, kelembagaan tingkat lokal, dan kondisi sosial lainnya.

Keberhasilan suatu usahatani dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang diterima

petani dari usahatani. Selanjutnya pendapatan usahatani akan mendorong petani

untuk dapat mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan, seperti untuk biaya

produksi selanjutnya, tabungan dan pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan

keluarga. Tingkat pendapatan dapat dianggap sebagai salah satu penentu dari

tingkat kesejahteraan, sehingga dalam hal ini tingkat pendapatan petani harus

ditingkatkan guna mendorong peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan petani

(Hernanto, 1994). Sebagian besar petani tidak hanya mengandalkan usahatani

padi sawah sebagai sumber pendapatan utama, namun juga bekerja sampingan di

luar usaha pertanian, guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut

disebabkan oleh petani berpendapat bahwa penerimaan dari hasil produksi padi

sawah kurang mampu menutupi seluruh kebutuhan keluarga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kontribusi pendapatan petani padi sawah di Kabupaten Lampung

Tengah?

11

2. Bagaimana tingkat kesejahteraan petani padi sawah di Kabupaten Lampung

Tengah?

C. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui kontribusi pendapatan petani padi sawah di Kabupaten Lampung

Tengah.

2. Menganalisis tingkat kesejahteraan petani padi sawah di Kabupaten Lampung

Tengah.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Petani, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan usahataninya,

agar mampu meningkatkan pendapatan usahatani petani padi sawah.

2. Pemerintah, sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan kebijakan pertanian yang berhubungan dengan masalah pengentasan

kemiskinan dan peningkatan taraf hidup petani.

3. Peneliti lain, sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi penelitian

selanjutnya.

12

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Komoditas Padi Sawah

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian

kuno ini berasal dari dua benua, yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis.

Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk golongan tumbuhan Gramineae yang

ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tanaman padi terdiri

dari ribuan varietas yang masing – masing memiliki karakteristik sama dan

terbagi menjadi dua golongan,yaitu golongan Indica dan golongan Yaponica.

Golongan tanaman padi yang terdapat di Indonesia merupakan padi golongan

Indica.

Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah beriklim panas dan lembab.

Pulau Jawa, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, merupakan sentra

produksi padi di Indonesia. Selain itu, daerah sentra produksi padi lainnya adalah

Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah (Purwono dan

Purnawati, 2007). Tanaman padi yang dipanen akan menghasilkan Gabah Kering

Panen (GKP) dengan kadar air antara 18 hingga 25 persen. Setelah dikeringkan

atau dijemur hingga kadar air berkurang sampai pada batas maksimal 14 persen di

kenal sebagai Gabah Kering Giling (GKG).

13

2. Konsep Usahatani

Menurut Suratiyah 2015, Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkordinir faktor – faktor produksi,

berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal, sehingga memberikan manfaat

yang sebaik – baiknya. Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara –

cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan

faktor – faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin, sehingga usaha tersebut

memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Faktor – faktor yang bekerja

didalam suatu usahatani adalah faktor alam, faktor tenaga kerja dan faktor modal.

Faktor alam dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor tanah dan lingkungan alam

sekitarnya. Berikut faktor-faktor didalam usahatani adalah :

a. Modal

Modal adalah barang ekonomi yang dapat digunakan untuk memproduksi kembali

atau barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan dan

meningkatkan pendapatan. Modal dikatakan sebagai land saving capital jika

dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan lahan, tetapi produksi dapat

dilipatgandakan tanpa harus memperluas areal. Contohnya adalah pemakaian

pupuk, bibit unggul, pesitisida dan intensifikasi. Modal dikatakan sebagai labour

saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga

kerja. Contohnya adalah pemakaian traktor untuk membajak, mesin penggiling

padi dan sebagainya.

14

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penentu untuk berusahatani yang dapat

di pekerjakan dari mulai pengolahan lahan samapai panen. Tenaga kerja di bagi

menjadi dua macam yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar

keluarga.

c. Faktor Tanah

Tanah merupakan faktor produksi yang penting karena tanah merupakan tempat

tumbuhnya tanaman, tempat usaha ternak dan usahatani keseluruhannya. Tentu

saja faktor tanah tidak terlepas dari pengaruh alam sekitarnya yaitu sinar matahari,

curah hujan, angin dan sebagainya. Tanah mempunyai sifat istimewa antara lain

bukan merupakan barang produksi, tidak dapat diperbanyak dan tidak dapat

dipindah – pindah.

d. Faktor Iklim

Iklim sangat menentukan komoditas yang diusahakan, baik tanaman maupun

ternak. Komoditas yang diusahakan harus cocok dengan iklim setempat agar

produktivitasnya tinggi dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi manusia.

Iklim juga berpengaruh dalam penentuan teknologi mana yang cocok untuk

digunakan pada saat usahatani tersebut berlangsung. Kegiatan usahatani

berdasarkan coraknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu usahatani subsisten dan

usahatani komersial. Usahatani subsisten bertujuan memenuhi konsumsi

keluarga, sedangkan usahatani komersial adalah usahatani dengan tujuan untuk

mendapatkan keuntungan. Ciri – ciri petani komersial adalah cepat dalam

15

mengadopsi inovasi pertanian, cepat tanggap dalam mencari informasi, lebih

berani dalam mengambil resiko dalam berusaha serta memiliki sumber daya yang

cukup.

3. Biaya Usahatani

Biaya usahatani terdiri dari dua macam, yaitu biaya tunai atau biaya yang

dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang

dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja

keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti pupuk, obat – obatan dan

bawon panen. Menurut Soekartawi (1995) biaya usahatani dapat diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).

a. Biaya tetap atau fixed cost, umumnya diartikan sebagai biaya yang relatif tetap

jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak

atau sedikit. Jadi, besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya

produksi yang diperoleh, contohnya adalah pajak. Biaya untuk pajak akan

tetap dibayar meskipun hasil usahatani itu berhasil atau gagal.

b. Biaya tidak tetap atau variable cost, merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya adalah biaya tenaga

kerja, pupuk, dll. Jika menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja

perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya.

Biaya total adalah penjumlahan dari biaya tetap total (total fixed cost) dengan

biaya tidak tetap total (total variable cost) dan dapat ditulis dengan rumus :

16

TC = FC + VC…………………………………………………………….……..(1)

Keterangan:

TC = Total Cost (Biaya total)

FC = Fixed Cost (Biaya tetap)

VC = Variable Cost (Biaya variabel)

4. Penerimaan Usahatani

Menurut Soekartawi (1995) penerimaan usahatani adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jualnya. Pada setiap akhir panen, petani

akan menghitung berapa hasil bruto yang diperolehnya, kemudian dinilai dengan

uang. Akan tetapi tidak semua hasil dari penerimaan usahatani dapat diterima

petani, penerimaan harus dikurangi biaya – biaya yang dikeluarkan dalam

usahatani. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual produknya, dan dapat ditulis :

TR = Y . Py……………………………………………………………………...(2)

Keterangan:

TR = Total Revenue (Total penerimaan)

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani

Py = Harga Y

5. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani padi sawah diperoleh dengan menghitung selisih antara

penerimaan yang diterima dari hasil usahatani padi sawah dengan total biaya

produksi padi sawah yang dikeluarkan. Penerimaan dipengaruhi oleh jumlah

17

produksi padi sawah yang dihasilkan dan tingkat harga yang berlaku pada saat

padi sawah tersebut dijual. Untuk menghitung pendapatan dari usahatani padi

sawah digunakan rumus (Rahim dan Hastuti, 2008), yaitu:

Pd = TR – TC…………………………………………………………………...(7)

TR = Y. Py……………………………………………………………………..(8)

TC = FC + VC…………………………………………………………………(9)

Keterangan:

Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total penerimaan (total revenue)

TC = Total biaya (total cost)

Y = Produksi yang diperoleh

Py = Harga Y

FC = Biaya tetap (fixed cost)

VC = Biaya tidak tetap (variabel cost).

6. R/C

Analisis pendapatan selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Efisiensi dari

pendapatan ini dapat diukur dengan memakai perbandingan antara besar

penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan atau disebut R/C. R/C adalah

singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah)

antara penerimaan dan biaya (Soekartawi, 1995). Apabila nilai R/C > 1 berarti

penerimaan yang diperoleh lebih besar dari tiap unit biaya yang dikeluarkan, dan

usahatani memperoleh keuntungan dan layak diusahakan, sedangkan bila nilai

R/C < 1, maka tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari penerimaan

yang diperoleh.

18

7. Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Soeratno (1996), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat

kesejahteraan petani adalah pandapatan rumahtangga, sebab beberapa aspek dari

kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan

petani akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, yaitu pangan,

sandang, papan, dan kesehatan.

Sumber pendapatan keluarga digolongkan ke dalam dua sektor, yaitu sektor

pertanian (on farm) dan non pertanian (non farm). Sumber pendapatan dari

sektor pertanian dapat dirinci lagi menjadi pendapatan dari usahatani, dari ternak,

buruh petani, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor

non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri keluarga, perdagangan,

pegawai, jasa, buruh non pertanian, serta buruh subsektor pertanian lainnya

(Sajogyo, 1997).

Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting untuk

mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah tangga di

pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber

pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh pemenuhan

kebutuhan dasar rumah tangga petani.

Pendapatan rumah tangga diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan

keluarga dari usahatani padi sawah, pendapatan usahatani non padi sawah, dan

pendapatan non pertanian dengan rumus :

19

Prt = Pusahatani padi sawah+ Pusahatani non padi sawah + Pnon farm …...…..(4)

Keterangan:

Prt = Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Sawah

Pusahatani padi sawah = Pendapatan dari usahatani padi sawah

Pusahatani non padi sawah = Pendapatan usahatani di luar padi sawah

Pnon farm = Pendapatan di luar usahatani/pertanian

Pendapatan rumah tangga petani padi sawah dapat diperoleh dari tiga sumber,

yaitu :

a. Pendapatan Usahatani

Menurut Hernanto (1994), beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan

usahatani yaitu Luas usaha (areal pertanaman, luas tanam, luas tanaman rata-rata),

tingkat produksi, pilihan dan kombinasi, intensitas pertanaman.

b. Pendapatan lainnya

Sumber pendapatan keluarga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu sektor

pertanian (on farm) dan non pertanian (non farm). Sumber pendapatan dari sektor

pertanian dapat dirinci menjadi pendapatan usahatani utama dan pendapatan

usahatani lainnya. Sumber pendapatan dari sektor non-pertanian dibedakan

menjadi pendapatan dari industri keluarga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh non

pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1997). Hernanto

(1994), menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan

usahatani, yaitu faktor internal, seperti unsur tanah, air, iklim, tingkat teknologi,

manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah tenaga kerja, serta faktor in faktor

20

eksternal, yaitu tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana

produksi, fasilitas kredit, dan penyuluhan.

Pendapatan petani dialokasikan untuk memenuhi berbagai kebutuhan keluarga.

Menurut Abraham Maslow (2002) manusia mempunyai lima kebutuhan yang

membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting

hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai

atau didapat. Lima kebutuhan dasar Maslow tahun 2002 disusun berdasarkan

kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial, yaitu:

(1). Kebutuhan Fisiologis

Contoh: Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan

biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain

sebagainya.

(2). Keamanan dan Keselamatan

Contoh: Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit,

bebas dari teror, dan lain sebagainya.

(3). Kebutuhan Sosial

Contoh : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan

jenis, dan lain-lain.

(4). Kebutuhan Penghargaan

Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.

(5). Kebutuhan Aktualisasi Diri

Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan

bakat dan minatnya.

21

Menurut Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk tingkat

kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari

bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja di rumah tangga akan terdorong

bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil studi menunjukkan

bahwa anggota keluarga, seperti istri dan anak-anak, adalah penyumbang dalam

berbagai kegiatan, baik dalam pekerjaan rumah tangga, maupun mencari nafkah.

8. Definisi Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan diartikan sebagai kemampuan keluarga untuk memenuhi

semua kebutuhan untuk bisa hidup layak, sehat, dan produktif (Hartoyo, dkk,

2010). Kesejahteraan menjadi tujuan dari seluruh keluarga. Salah satu cara

mengukur tingkat kesejahteraan suatu keluarga adalah dengan menggunakan

indikator kesejahteraan rumah tangga. Kesejahteraan suatu rumah tangga dapat

diukur menggunakan indikator kesejahteraan rumah tangga dengan menghitung

tingkat pendapatan total maupun pendapatan per kapita yang kemudian

dicocokkan dengan kriteria yang digunakan.

Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki.

Semakin tinggi pendapatan, maka persentase pendapatan untuk pangan akan

semakin berkurang. Apabila terjadi peningkatan pendapatan dan peningkatan

tersebut tidak merubah pola konsumsi pangan, maka rumah tangga tersebut

sejahtera. Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan dapat merubah pola

konsumsi pangan, maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera (BPS, 2007).

22

Tingkat kesejahteraan rumah tangga dilihat pula dari persentase pengeluaran

rumah tangga, baik pengeluaran untuk kebutuhan pangan maupun kebutuhan non

pangan, dimana persentase pengeluara untuk pangan cenderung akan semakin

kecil. Selain itu, kesejahteraan juga dapat didasarkan pada pengeluaran per kapita

per tahun, kemudian disetarakan dengan harga beras rata-rata di daerah setempat

(Sajogyo, 1997). Tingkat pengeluaran rumah tangga akan berbeda satu dengan

yang lainnya, tergantung pada golongan tingkat pendapatan, jumlah anggota

keluarga, status sosial, dan pengeluaran pangan. Pengeluaran rumah tangga

merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan

kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran

akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan.

8.1. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Petani

Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat diukur dengan jelas melalui

besarnya pendapatan yang diterima oleh rumah tangga tersebut. Pendekatan yang

sering digunakan adalah melalui pendekatan pengeluaran rumah tangga.

Pengeluaran rata- rata per kapita per tahun adalah rata- rata biaya yang

dikeluarkan rumah tangga selama setahun untuk konsumsi pangan semua anggota

rumah tangga dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. Indikator utama

dari kesejahteraan penduduk adalah daya beli produk pangan. Apabila daya beli

menurun, maka kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup menurun

sehingga tingkat kesejahteraan juga akan menurun (BPS, 2014).

Indikator kesejahteraan rakyat menyajikan gambaran mengenai taraf

kesejahteraan rakyat Indonesia antarwaktu, perkembangannya antar waktu serta

23

perbandingannya antar propinsi dan daerah tempat tinggal (perkotaan dan

pedesaan). Dimensi kesejahteraan rakyat disadari sangat luas dan kompleks,

sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat terlihat jika dilihat dari

suatu aspek tertentu. Badan Pusat Statistik dalam indikator kesejahteraan rakyat

Provinsi Lampung tahun 2014 mengevaluasi kesejahteraan masyarakat

berdasarkan 7 (tujuh) indikator yaitu :

1. Kependudukan

Masalah kependudukan meliputi jumlah dan laju pertumbuhan penduduk,

persebaran dan kepadatan penduduk, komposisi dan struktur umur penduduk,

angka beban tanggungan dan fertilitas merupakan masalah yang perlu

diperhatikan dalam proses pembangunan. Oleh sebab itu, untuk menunjang

keberhasilan pembangunan nasional dalam penanganan masalah kependudukan,

pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk,

tetapi juga pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Program perencanaan

pembangunan sosial disetiap bidang harus mendapat prioritas utama yang berguna

untuk peningkatan kesejahteraan penduduk.

2. Kesehatan dan Gizi

Kesehatan dan gizi meliputi derajat kesehatan penduduk, fasilitas dan tenaga

kesehatan, serta status kesehatan bayi. Salah satu aspek penting kesejahteraan

adalah kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk

yang menggunakan indikator utama angka kematian bayi dan angka harapan

hidup. Selain itu, aspek penting lainnya yaitu kualitas fisik penduduk adalah

status kesehatan antara lain diukur melalui angka kesakitan dan status gizi.

24

3. Pendidikan

Pendidikan meliputi kemampuan membaca dan menulis, tingkat partisipasi

sekolah, fasilitas pendidikan, dan tingkat pendidikan yang ditamatkan.

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek

sekaligus objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Faktor

kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan belum semua anak

Indonesia dapat menikmati kesempatan pendidikan dasar. Maka dapat

diasumsikan bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai suatu

masyarakat, maka dapat dikatakan masyarakat tersebut semakin sejahtera.

4. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting tidak hanya untuk mencapai

kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan

kesejahteraan seluruh masyarakat.

5. Taraf dan Pola Konsumsi

Taraf dan pola konsumsi meliputi rata-rata pengeluaran per kapita, perkembangan

distribusi pendapatan, dan rata-rata pendapatan per kapita. Jumlah penduduk

miskin merupakan indikator yang cukup baik untuk mengukur tingkat

kesejahteraan rakyat. Indikator distribusi pendapatan, walaupun didekati dengan

pengeluaran akan memberi petunjuk aspek pemerataan yang telah tercapai. Data

pengeluaran menunjukkan tentang pola konsumsi rumah tangga secara umum

dengan menggunakan indikator proporsi pengeluaran untuk makanan dan bukan

makanan.

25

6. Perumahan dan Lingkungan

Perumahan meliputi informasi kondisi fisik bangunan, luas lantai, utilitas dan

fasilitas tempat tinggal, penggunaan air bersih, dan jarak sumber air minum ke

tempat penampungan tinja. Rumah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator

kesejahteraan bagi pemiliknya. Semakin baik fasilitas yang dimiliki, dapat

diasumsikan semakin sejahtera rumah tangga yang menempati rumah tersebut.

Berbagai fasilitas yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut antara

lain dapat dilihat dari luas lantai rumah, sumber air minum, fasilitas buang air

besar rumahtangga dan tempat penampungan kotoran akhir (jamban).

7. Sosial, Budaya dan Keagamaan

Sosial budaya dan keagamaan meliputi kegiatan sosial dan budaya, serta

keagamaan. Semakin banyak seseorang memanfaatkan waktu luang untuk

melakukan kegiatan sosial dan budaya, maka dapat dikatakan bahwa orang

tersebut memiliki tingkat kesejahteraan yang semakin meningkat. Pembahasan

mengenai sosial budaya lebih difokuskan pada kegiatan sosial budaya yang

mencerminkan aspek kesejahteraan, seperti melakukan perjalanan wisata dan

akses pada informasi dan hiburan, yang mencakup menonton televisi,

mendengarkan radio dan membaca surat kabar.

BPS (2014) memberikan gambaran tentang cara yang lebih baik untuk mengukur

kesejahteraan dalam sebuah rumah tangga mengingat sulitnya memperoleh data

yang akurat. Cara yang dimaksud adalah dengan menghitung pola konsumsi

rumah tangga. Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator

kesejahteraan rumah tangga/ keluarga. Selama ini berkembang pengertian bahwa

26

besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan terhadap seluruh

pengeluaran rumah tangga dapat memberikan gambaran kesejahteraan rumah

tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar

untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan

rendah. Semakin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, semakin kecil proporsi

pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga. Rumah

tangga/ keluarga akan semakin sejahtera bila persentase pengeluaran untuk

makanan jauh lebih kecil dibandingkan persentase pengeluaran untuk non

makanan.

Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk menjaga dan

membina stabilitas sosial dan ekonomi. Banyak teori untuk menilai kesejahteraan

rakyat, salah satunya menurut R.J. Rio (2007) yang membagi tingkat

kesejaahteraan menjadi 8 kategori yang dapat disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 7. Indikator tingkat kesejahteraan masyarakat.

NO Indikator Kaya Sedang Miskin1 Rumah Batu Kayu Bambu

a. Atap Genting Seng Seng bekasb. Dinding Batu Papan/tembok Gamaccac. Lantai Tegel Papan/semen Tanahd. WC Ada Ada Tidak adaFasilitas Ada/lengkap Kurang Tidak adaa. TV TV warna Tv hitam putih Tidak adab. Radio Radio Tape Radio baterai Tidak adac. Listrik Ada Ada Tidak adaStatus kepemilikan Milik sendiri Menumpang Tidak ada

2 Pendapatan (Rp/bulan) + 800.000 400.000-750.000 150.000-300.0003 Pendidikan SMP/SMA ketas SD/SMP Tidak sekolah SD4 Kepemilikan Lahan 1 Ha keatas 1 Ha 0,5 Ha5 Kepemilikan Ternak + 5 ekor sapi 2-4 ekor sapi Ayam/ 1 ekor sapi

6KepemilikanKendaraan

Mobil Motor Tidak ada

7 Kesehatan Rumah sakit Pustu/ mantri Santro/dukun

8 Pola Makan3xsehari/beras/daging

2x sehari/beras/jagung/ikan

2xsehari/beras/jagung/ikanteri/daun singkong

27

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Peneliti harus mempelajari penelitian sejenis dimasa lalu untuk mendukung

penelitian yang akan dilakukan. Kajian penelitian terdahulu digunakan sebagai

acuan untuk mendukung bahan refrensi atau rujukan mengenai penelitian yang

terkait dan penelitian terdahulu juga dijadikan bahan pembanding untuk

mendapatkan hasil yang mengacu pada keadaan sebenarnya. Oleh karena itu,

untuk mendukung penelitian ini maka penulis mengambil beberapa penelitian

terdahulu yang memiliki persamaan dan perbedaaan dalam hal komoditas, waktu,

tempat dan metode. Kajian penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 8.

28

Tabel 8. Penelitian terdahulu

No Peneliti (Tahun) Judul Metode Analisis HasilPenelit

ian1. Wibowo (2012) analisis efisiensi alokatif faktor- faktor

produksi dan pendapatan usahatani padi(Oryza sativa L.) di Desa Sambirejo,Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.

Kuantitatif danKualititatif

Rata-rata total penerimaan petani padi di daerahpenelitian sebesar Rp 28.779.232 dan rata-rata totalbiaya sebesar Rp 9.545.414. Sehingga diperolehnilai R/C rasio atas biaya total sebesar 3,01 yangberarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkanpetani akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp3,01. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani padidi daerah penelitian telah layak untukdikembangkan.

2. Supartana (2013) Analisis pendapatan dan kelayakanusahatani padi sawah di Subak BaturitiDesa Balinggi Kecamatan BalinggiKecamatan Parigi Moutong.

Kuantitatif. Pendapatan rata-rata yang diperoleh respondenpetani padi sawah di Subak Baturiti DesaBalinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten ParigiMoutong sebesar Rp 5.324.469,83 per unitusahatani (1,3 ha)/MT atau Rp 4.209.067,06/ha/MT. (b) Usahatani padi sawah di SubakBaturiti Desa Balinggi Kecamatan BalinggiKabupaten Parigi Moutong layak diusahakandengan nilai R/C = 1,42 menujukkan bahwaR/C >1, usahatani menguntungkan.

3. Lumintang (2013) Analisis pendapatan petani padi di DesaTeep Kecamatan Langowan Timur.

Kuantitatif. Besar kecilnya pendapatan usahatani padi sawahyang diterima oleh penduduk di desa di pengaruhioleh penerimaan dan biaya produksi. Jika produksidan harga jual padi sawah semakin tinggi makaakan meningkatkan penerimaan. Apabila biayaproduksi lebih tinggi dari penerimaan maka akanmenyebabkan kerugian usaha para petani.

29

Tabel 8. Lanjutan

4 Irawan (2011) Analisis Pendapatan dan TingkatKesejahteraan Rumah Tangga PetaniPada Agroekosistem Marjinal

Kuantitatif Rata-rata pendapatan rumah tangga petani padaagroekosistem sawah tadah hujan sebesarRp20.339.340,60 per tahun sedangkan pendapatanrumah tangga petani pada agroekosistem lahankering sebesar Rp28.529.687,78/tahun.Berdasarkan kriteria BPS (2007) rumah tanggapetani pada agroekosistem sawah tadah hujan yangtermasuk dalam kategori belum sejahtera sebanyak34,48 persen, sedangkan pada lahan keringsebanyak 43,48 persen rumah tangga petani yangbelum sejahtera.

5 Munir (2008) pengaruh konversi lahan pertanianterhadap tingkat kesejahteraan rumahtangga petani di Desa CandimulyoKabupaten Wonosobo.

Kuantitatif danKualititatif

Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahanpada penelitian ini adalah usia kepala keluarga,tingkat pendidikan, luas lahan, pengalamanusahatani, pendapatan rumah tangga, jumlahanggota keluarga, dan tingkat ketergan-tunganpada lahan.

30

Tabel 8. Lanjutan

6 Sutrisno (2012) Analisis Pendapatan dan KesejahteraanPetani Padi sawah di Kecamatan TanjungRaja Lampung Utara

Kualititatif dankuantitatif

Besarnya pendapatan rumah tangga yang diperolehkeluarga dari hasil kerja anggota keluarga yangterlibat kerja, semakin besar pula pen- dapatanrumah tangga petani. Tingkat pendapatan petanipadi sawah rata-rata per tahun di KecamatanTanjung Raja adalah sebesar Rp18.128.351,42.Total pendapatan petani padi sawah berasal daritiga jenis kegiatan yang berbeda, tiap kegiatanmemberikan kontribusi yang berbeda terhadaptotal pendapatan. Pada kriteria kesejahteraanmenurut Sajogyo, level kualitas hidup per kapita diKecamatan Tanjung Raja adalah pada kualifikasicukup layak dengan persentase sebesar 56,60persen

7 Larasati (2011) Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petanidan Tingkat Kesejahteraan Petani PascaReforma Agraria di Desa SidorejoKecamatan Bangun Rejo KabupatenLampung Tengah

Kuantitatif danKualititatif

Pendapatan rumah tangga peserta ReformaAgraria di Desa Sidoharjo adalahRp17,978.225,91 per musim tanam.Pendapatan rumah tangga sebagian besardiperoleh dari hasil usahatani disektorpertanian seperti sawah, tegalan, kebun, danpeternakan yaitu dengan rata-ratapendapatan sebesar Rp13.851.008,74. Hasilanalisis tingkat kesejahteraan rumah tanggaberdasarkan indikator Badan Pusat Statistikmenunjukkan. bahwa rumah tangga petanipeserta Reforma Agraria di Desa Sidorejodikategorikan dalam rumah tangga sejahteradengan range skor antara 99-147.

31

Tabel 8. Lanjutan

8 Arianti (2010) analisis produksi dan pendapatan usahatanipadi pada daerah sentra dan non-sentra dikabupaten lebong.

Kualititatif Faktor- faktor produksi yang berpengaruh nyataterhadap produksi usahatani padi pada daerahsentra yaitu jumlah penggunaan tenaga kerja luarkeluarga, sedangkan pada daerah non-sentraadalah jumlah penggunaan tenaga kerja dalamkeluarga dan jumlah penggunaan tenaga kerja luarkeluarga, dan rata-rata pendapatan usahatani padipada daerah sentra di Kabupaten Lebong adalahsebesar Rp6.951.169,83/Ut/Mt dan rata-ratapendapatan usahatani padi pada daerah non-sentradi Kabupaten Lebong adalah sebesarRp1.657.611,41/Ut/Mt.

9 Roidah (2015) Analisis pendapatan usahatani padi musimhujan dan musim kemarau (studi kasus diDesa Sepatan Kecamatan GondangKabupaten Tulungagung)

Kualitatif danKuantitatif

Biaya dan penerimaan yang di dapat adalah padabiaya usahatani padi kemarau sebesar Rp1.522.665,01 dan penerimaan dari usahatani padipetani responden sebesar Rp 4.386.666,67.Sedangkan biaya usahatani padi penghujan sebesarRp 1.760.665,01 dan penerimaan dari usahatanipadi petani responden sebesar Rp 4.111.666,67.Demikian dapat di simpulkan bahwa usaha tanipadi musim kemarau lebih menguntungkandibanding dengan usaha tani padi musimpenghujan dengan besarnya pendapatan yaitupendapatan bersih dari usahatani padi kemaraudiperoleh petani responden adalah Rp2.864.001,66. Pendapatan bersih dari usahataniPadi penghujan diperoleh petani responden adalahRp 2.151.001,66.

32

Tabel 8. Lanjutan

10 Laila (2012) analisis pendapatan usahatani padi (Oryzasativa L.) benih varietas ciherang yangbersertifikat dan tidak bersertifikat diKecamatan Labuan Amas Selatan,Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Kualitatif dankuantitatif

Biaya total eksplisit rata-rata petani yangmenggunakan benih padi bersertifikat adalahRp 5.046.252, biaya total rata-rata implisitresponden Rp 1.750.055 sehingga didapattotal biaya rata-rata responden

33

C. Kerangka Pemikiran

Sektor pertanian juga menjadi sektor andalan terpenting dalam pembangunan

perekonomian di Provinsi Lampung. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

(2016a) menyebutkan bahwa sektor pertanian adalah sektor yang paling besar

menyumbangkan pemasukan bagi pembangunan ekonomi di Provinsi Lampung,

yaitu sebesar 32,69% dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

tahun 2015. Data Provinsi Lampung produksi padi sawah pada data 2015 dan

2016 menunjukan bahwa Kabupaten Lampung Tengah menjadi sentra produksi

padi sawah terbesar di Provinsi Lampung. Data tersebut juga menunjukan

kenaikan pada luas lahan dan produksi, namun tidak diikuti oleh produktivitas

yang mengalami penurunan sebesar 5 kwintal/ha dari tahun 2015 ke 2016. Data

sebaran luas lahan, produksi, dan produktivitas di Kabupaten Lapung Tengah

menurut BPS 2015-2016 menunjukan bahwa Kecamatan yang menyumbang

terbesar produksi padai sawah di Kabupaten Lampung Tengah dengan desanya

yaitu desa Rukti Endah dan Rejo Asri, namun terdapat masalah pada penurunan

produksi dan produktivitas pada tahun 2016.

Mayoritas masyarakat Kabupaten Lampung Tengah khususnya Kecamatan

Seputih Rahman mengusahakan tanaman padi sawah sebagai tanaman utama,

sehingga menjadi faktor utama dalam meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan rumah tangga petani padi sawah. Pendapatan maksimal usahatani

padi sawah merupakan tujuan utama petani padi sawah dalam melakukan kegiatan

produksi. Hasil pendapatan sebagian dipergunakan kembali untuk modal

34

usahatani dan sebagian dipergunakan untuk biaya hidup dalam memenuhi

kebutuhan keluarganya.

Provinsi Lampung memiliki penduduk miskin yang cukup besar pada tahun 2016

yaitu sebesar 13,66 % (BPS Provinsi Lampung, 2017). Pada tabel diatas masalah

kemiskinan terbesar terletak pada Kabupaten Lampung Utara yaitu sebesar 22.95

% pada tahun 2016, sedangkan Kabupaten Lampung Tengah menempati urutan ke

delapan penduduk miskin di Provinsi Lampung yang memiliki angka sebesar

165,67 jiwa dengan pesentase sebesar 13,28 %.

Penduduk miskin di Kabupaten Lampung Tengah tersebut mayoritas adalah

penduduk yang bekerja pada sektor pertanian yang dibuktikan dengan jumlah

276.108 jiwa, dengan jumlah pekerja laki-laki sebesar 194.245 jiwa dan pekerja

perumpuan sebesar 81.863 jiwa (BPS Lampung Tengah, 2017). Dengan

demikian, angka tersebut menunjukan bahwa tingginya pekerja pada sektor

pertanian, dengan sebagian besar selain menjadi petani adalah sebagai buruh tani,

dengan pendapatan yang tergolong rendah. Sedangkan sektor pertanian tersebut

dijadikan perkerjaan utama sebagai sumber penghasilan bagi petani di Kabupaten

Lampung Tengah, sehingga penduduk di Kabupaten Lampung Tengah termasuk

dalam kategori miskin.

Kemisikanan tersebut sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan penduduk di

Kabupaten Lampung Tengah, yang kemudian dapat dilihat dari pendapatan

penduduknya, salah satunya pendapatan dari bidang petanian. Hal tersebut

merupakan Kabupaten Lampung Tengah memiliki potensi yang cukup baik dalam

bidang pertanian, sebagai salah satu contohnya, yaitu menjadi sentra produksi padi

35

sawah terbesar di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah masih

mempunyai masalah kemiskinan yang cukup besar dengan presentase sebesar

13,28% pada tahun 2016 dan presentase kemiskinan rata-rata di Provinsi

Lampung sebesar 13,66% (BPS Provinsi Lampung, 2017). Alur kerangka

pemikiran dampak perubahan iklim terhadap produksi, pendapatan petani padi

sawah dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 1.

36Gambar 1. Alur kerangka pemikiran pendapatan dan kesejahteraan petani padi sawah di Kabupaten Lampung Tengah.

PendapatanBuruh tani

Rumah tangga petani padisawah

Produksi padisawah

Penerimaanpetani

Harga inputproduksi

Pendapatan rumah tangga

Pendapatan petaniusahatani padi sawah

Biaya usahatanipadi sawah

Indikator BPS 2014 :

1. Kependudukan2. Kesehatan & gizi3. Pendidikan4. Ketenaga kerjaan5. Taraf& pola

konsumsi6. Perumahan dan

lingkungan7. Sosial, budaya,

dan keagamaan

Produktivitasdan luas panen

RT

Input produksi

Off farm (buruh tani) Non farmOn farm (usahatani padi

sawah)

Non farm :

1. Pedagang Warung 10. Ojek2. Pedagang Pecel 11. Guru3. Bengkel Motor4. Bengkel Las5. Pangklong6. Cuci Steam7. Penghulu8. Buruh Bangunan9. Buruh Pabrik

Kemiskinan Tingkat kesejahteraan petanipadi sawah

Pendapatan Nonfarm

Harga padisawah

37

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode survei. Metode survei

menurut Singarimbun dan Effendi (1995) adalah penelitian yang mengambil

sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan

data yang pokok. Unit analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah

tangga petani padi sawah di Kabupaten Lampung Tengah.

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan

untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

Petani sampel adalah petani padi sawah di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten

Lampung Tengah.

Petani padi sawah adalah semua petani yang melakukan usahatani padi sawah

dengan tujuan memaksimumkan pendapatan dari bertani padi sawah.

Usahatani padi sawah adalah kegiatan mengoperasikan dan mengkombinasikan

faktor-faktor produksi yang terdapat di daerah penelitian, seperti modal, tenaga

kerja, tanah, dan air.

38

Bibit padi sawah adalah bahan tanam yang digunakan untuk memperbanyak dan

atau mengembangbiakkan tanam berupa biji padi atau bagiannya.

Luas lahan padi sawah adalah areal atau tempat yang digunakan untuk melakukan

usahatani padi sawah di atas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar

(ha).

Status lahan padi sawah adalah status kepemilikan lahan yang digunakan untuk

berusahatani padi sawah (ha).

Lama berusahatani padi sawah adalah lamanya petani telah mengusahakan

usahatani padi sawah sampai dilakukan penelitian, yang diukur dalam satuan

tahun (th).

Rumah tangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian

atau seluruh bangunan fisik, tinggal bersama, dan biasanya makan bersama dari

satu dapur atau sesorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau

seluruh bangunan fisik, tinggal bersama dan memiliki satu manajemen keuangan.

Produksi padi sawah adalah jumlah gabah kering panen (GKP) selama satu musim

tanam terakhir, diukur dalam ton per hektar (ton/ha).

Produktivitas usahatani padi sawah adalah perbandingan antara hasil produksi

padi sawah terhadap luas lahan usahatani padi sawah. Satuan yang digunakan

untuk mengukur produktivitas usahatani padi sawah adalah ton per hektar

(ton/ha).

39

Harga jual padi sawah adalah harga yang diterima oleh petani atas penjualan hasil

panen yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Penerimaan adalah nilai hasil yang diperoleh petani yang dihitung dengan

mengalikan jumlah produksi dengan harga jual, dan diukur dalam satuan rupiah

(Rp).

Biaya total adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk

melakukan usahatani, meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang diukur dalam

satuan rupiah (Rp).

Biaya tunai adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani untuk

melakukan kegiatan usahatani dalam satu kali periode musim tanam yang diukur

dalam satuan rupiah (Rp).

Jumlah nilai sarana produksi adalah banyaknya input produksi yang digunakan

petani dalam berusahatani yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam proses

produksi selama musim tanam.

Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenga kerja yang bersumber dari dalam petani

yakni kepala keluarga beserta isteri dan anak diukur dengan satuan hari orang

kerja dengan konversi satu HOK setara dengan 8 jam kerja (HOK).

Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga

yang dibayar dengan tingkat upah yang berlaku dalam satu hari kerja dan diukur

dengan satuan hari orang kerja dengan konversi satu HOK setara dengan 8 jam

kerja (HOK).

40

Pendapatan usahatani padi sawah adalah penerimaan yang diperoleh petani

dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dalam hal ini biaya

tetap dan biaya variabel (pembelian pupuk, bibit, tenaga kerja, pestisida, dan

pajak lahan) dalam satu kali musim tanam diukur dalam satuan rupiah per tahun

(Rp/thn).

Pendapatan dari pertanian non padi sawah adalah pendapatan yang diperoleh

petani dari kegiatan diluar lahan usahatani padi sawah dan masih dalam cakupan

kegiatan pertanian (Rp).

Pendapatan di luar pertanian (non farm) adalah pendapatan yang diperoleh dari

kegiatan diluar sektor pertanian (Rp).

Pendapatan rumah tangga petani padi sawah adalah pendapatan yang diperoleh

petani dari kegiatan usahatani padi sawah ditambah dengan pendapatan yang

berasal dari kegiatan pertanian non padi sawah dan non farm (Rp).

Dimensi kesejahteraan rakyat disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu

taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat terlihat jika dilihat dari suatu aspek

tertentu. Badan Pusat Statistik dalam indikator kesejahteraan rakyat Provinsi

Lampung tahun 2014 mengevaluasi kesejahteraan masyarakat berdasarkan 7

(tujuh) indikator.

C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung

Tengah. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

41

pertimbangan bahwa Kabupaten Lampung Tengah merupakan sentra penghasil

padi sawah terbesar di Provinsi Lampung (BPS Provinsi Lampung, 2017).

Sebaran produksi tanaman padi sawah menurut kabupaten atau kota di Provinsi

Lampung yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 9. Sebaran luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah diKecamatan Seputih Raman, tahun 2015 dan 2016

Kampung/DesaTahun 2015 Tahun 2016

Luaspanen (ha)

Produksi(ton)

Produktivitas(ton/ha)

Luas panen(ha)

Produksi(ton)

Produktivitas(ton/ha)

Rejo Basuki 1.023 7.054 6,9 1.030 7.122 6,91

Rejo Asri 1.253 8.350 6,66 1.354 8.362 6,18Rukti Endah 1.274 8.123 6,38 1.337 8.136 6,09Rama Gunawan 1.185 7.823 6,6 1.292 7.831 6,06Rama Dewa 987 6.489 6,57 1.090 6.491 5,96Ratna Khaton 870 5.845 6,72 960 5.857 6,10Ramayana 901 5.726 6,36 960 5.729 5,97Rama Indera 813 5.322 6,55 854 5.334 6,25Rukti Harjo 1.094 7.105 6,49 1.130 7.112 6,29Rama Murti 605 4.106 6,79 662 4.121 6,23Rama Utama 1.132 7.208 6,37 1.230 7.211 5,86Rama Nirwana 904 5.720 6,33 916 5.726 6,25Buyut Baru 296 1.934 6,53 330 1.942 5,88RamaKelandungan

946 5.890 6,23 948 5.897 6,22

Jumlah 13.283 86.695 91,48 14.093 86.871 86,25

Rata- rata 949 6.193 6,53 1.007 6.205 6,16

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Seputih Raman, 2016d dan 2017c

Lokasi penelitian berada di Desa Rejo Asri dan Rukti Endah. Pemilihan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa

Rejo Asri dan Rukti Endah memiliki produksi dan produktifitas terbesar di

Kecamatan Seputih Raman menurut (Badan Pusat Statistik Kecamatan Seputih

Raman, 2016).

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak

sederhana (simple random sempling). Jumlah populasi penelitian ini adalah 485

42

petani padi sawah dan dihitung menggunakan rumus perhitungan sampel menurut

Isac & Micheal dalam Sugiarto (2003) diperoleh hasil sebagai berikut:

n= ……………………………………………………………………..(6)

Keterangan:

n = Jumlah sampelN = Jumlah populasi (petani)Z = Tingkat kepercayaan (90 % = 1,96)S2 = Varian sampel (5% = 0,05)d = Derajat penyimpangan (5% = 0,05).

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus pada persamaan (6), maka

didapat jumlah sampel sebanyak:

n=( , ) . ,( , ) ( , ) . , = 66,32 ≈ 66 orang

Jumlah responden sebagai sampel sebanyak 66 orang petani padi sawah. Jumlah

sampel yang didapat tersebut ditentukan secara alokasi proporsi sampel untuk

mengetahui tiap desa yaitu, dengan cara membagi sampel setiap desa dengan

proposional. Jumlah sampel (responden) pada setiap desa dapat dilihat pada

Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran sampel (responden) penelitian di Desa Rukti Endah dan RejoAsri.

Kecamatan Desa Sampel (orang)

Seputih RamanRukti Endah 33

Rejo Asri 33

43

Tabel 9 menunjukan bahwa jumlah sampel di Desa Rukti Endah adalah 33 orang,

dan Desa Rejo Asri diperoleh sampel adalah 33 orang. Pengambilan data

dilaksanakan pada bulan januari 2018.

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang berkaitan dengan penelitian yang

diperoleh langsung dari petani. Teknik pengumpulan data primer yang digunakan

adalah wawancara dengan bantuan kuisioner untuk memperoleh informasi yang

berkaitan dengan tujuan penelitian serta pengamatan langsung di daerah penelitian

untuk mengumpulkan data petani.

Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari buku-buku terkait,

literatur, internet dan instansi atau lembaga yang mendukung penelitian ini,

seperti Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, Badan Pusat Statistik Kabupaten

Lampung Tengah, Badan Pusat Statistik Kecamatan Seputih Raman dan lembaga

serta instansi lainnya.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dan deskriptif

kualitatif. Metode pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan metode tabulasi.

44

1. Tingkat Pendapatan Petani Padi Sawah

a. Pendapatan Usahatani Padi Sawah

Pendapatan usahatani padi sawah diperoleh dengan menghitung selisih antara

penerimaan yang diterima dari hasil usahatani padi sawah dengan total biaya

produksi padi sawah yang dikeluarkan. Penerimaan dipengaruhi oleh jumlah

produksi padi sawah yang dihasilkan dan tingkat harga yang berlaku pada saat

padi sawah tersebut dijual. Untuk menghitung pendapatan dari usahatani padi

sawah digunakan rumus (Rahim dan Hastuti, 2008), yaitu:

Pd = TR – TC…………………………………………………………………...(7)

TR = Y. Py……………………………………………………………………..(8)

TC = FC + VC…………………………………………………………………(9)

Keterangan:

Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total penerimaan (total revenue)

TC = Total biaya (total cost)

Y = Produksi yang diperoleh

Py = Harga Y

FC = Biaya tetap (fixed cost)

VC = Biaya tidak tetap (variabel cost).

b. Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Sawah

Pendapatan rumah tangga petani diperoleh dengan cara menjumlahkan

pendapatan keluarga yang berasal dari usahatani dan pendapatan keluarga yang

berasal dari luar usahatani, dengan rumus (Rodjak, 2002), yaitu :

45

Prt = Pusahatani padi sawah + Pnon padi sawah + Pnonfarm ............................(10)

Keterangan :

Prt = Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Sawah

Pusahatani = Pendapatan usahatani Padi Sawah

Pnon usahatani padi sawah = Pendapatan usahatani diluar usahatani padi sawah

Pnon farm = Pendapatan di luar usahatani.

2. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga

Alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani padi

sawah menggunakan tujuh indikator Badan Pusat Statistik (2014) yang meliputi

kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola

konsumsi, perumahan dan lingkungan, sosial dan lain-lain. Klasifikasi

kesejahteraan yang digunakan terdiri dari dua klasifikasi, yaitu rumah tangga

sejahtera dan belum sejahtera. Variabel pengamatan disertai dengan klasifikasi

dan skor yang dapat mewakili besaran klasifikasi indikator tersebut. Skor tingkat

klasifikasi pada tujuh indikator kesejahteraan dihitung berdasarkan pedoman

penentuan Range Skor.

Rumus penentuan Range Skor adalah : RS= …………………….…….(11)

Dimana :

RS = Range skor

SkT =Skor tertinggi (7x3 = 21)

SkR =Skor terendah (7x1 =7)

46

7 = jumlah indikator kesejahteraan BPS (kependudukan, kesehatan dan gizi,

pendidikan, ketenagakerjaan, pola konsumsi, atau pengeluaaran rumah

tangga, perumahan dan lingkungan, dan sosial lainnya)

3 = Skor tertinggi dalam indikator BPS (baik)

2 = Skor sedang dalam indikator BPS (sedang)

1 = Skor terendah dalam indikator BPS (kurang)

Jkl = Jumlah klasifikasi yang digunakan (2)

Hasil perhitungan berdasarkan rumus tersebut diperoleh skor (RS) sama dengan

tujuh, sehingga tingkat kesejahteraan rumah tangga petani padi sawah adalah:

(1) Jika skor antara 7-14 berarti rumah tangga petani belum sejahtera.

(2) Jika skor antara 15-21 berarti rumah tangga petani sejahtera.

Jumlah skor diperoleh dari informasi hasil skor mengenai kependudukan,

kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi,

perumahan dan lingkungan, sosial dan lain-lain. Kemudian di lihat interval skor

dari dua katagori klasifikasi di atas yaitu rumah tangga sejahterah dan belum

sejahtera. Berikut adalah interval dari indikator kesejahteraan menurut BPS pada

Tabel 10.

47

Tabel 11. Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik Susenas(2014) disertai variabel, kelas, dan skor

No Indikator kesejahteraan Kelas Skor1 Kependudukan

Jumlah anggota keluarga yang ikut tinggal : Baik 3a. ≤ 4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥ 5 orang (1) (12-15) Jumlah orang luar yang ikut tinggal :a. ≤ 1 orang (3) b. 2 orang (2) c. ≥ 2 orang (1) Cukup 2 Berapa tanggungan dalam keluarga : (8-11)a. ≤ 4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥ 5orang (1) 1 Jumlah anggota keluarga laki-laki Kurang 1a. ≥5 orang (3) b. 4orang (2) c. ≤ 3orang(1) (4-7)Jumlah anggota keluarga perempuan:a. ≥5 orang (3) b. 4orang (2) c. ≤ 3orang(1)

2 Kesehatan dan gizi Anggota keluarga mengalami keluhan kesehatan : Baik 3a. tidak (3) b. kadang-kadang (2) c. ya (1) ( 23-27) Keluhan kesehatan menurunkan aktivitas sehari-hari: 2a. tidak (3) b. kadang-kadang (2) c. ya (1) Cukup 2Keluarga setiap bulannya menyediakan dana untuk kesehatan (18-22)a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak pernah (1) 1Sarana kesehatan yang biasa digunakan : Kurang 1a. rumah sakit (3) b. puskesmas (2) c. Posyandu (1) (13-17) Tenaga kesehatan yang biasa digunakan keluarga :a. dokter (3) b. bidan (2) c. dukun (1)Tempat persalinan bayi yang biasa digunakan:a. bidan (3) b. dukun (2) c. rumah (1)Tempat keluarga memperoleh obat :a. puskesmas (3) b. dukun (2) c. obat warung (1) Biaya berobat yang digunakan:a. terjangkau (3) b. cukup terjangkau (2) c. sulit terjangkau (1) Jenis berobat yang dipilih oleh keluarga :

a.modern (3) b.tradisional (2) c.lain-lain (1)

3 Pendidikan Anggota keluarga berusia 10 tahun ke atas lancar membaca dan

menulis :Baik 3

a. lancar (3) b. kurang lancar (2) c. tidak lancar (1) (18-21)Pendapat mengenai pendidikan putra-putri :a. penting (3) b. kurang penting (2)c. tidak penting (1) Cukup 2 Kesanggupan mengenai pendidikan : a. sanggup (3) b. kurang

sanggup (2) c. tidak sanggup (1)(14-17)

Lama menamatkan sekolah :a. ≥9 tahun (3) b. 9 tahun (2) c. ≤9 tahun Kurang 1 Rata-rata jenjang pendidikan anak : (10-13)a. ≥ SMP (3) b. SD (2) c. tidak tamat SD (1) Perlu pendidikan luar sekolah : 1a. perlu (3) b. kurang perlu (2) c.tidak perlu (1)

4 Ketenagakerjaan Jumlah anggota keluarga berusia 15 tahun ke atas yang bekerja

:Produktif 3

a. 3 orang (3) b. 2 orang (2) c. 1 orang (1) (21-27) Jumlah orang yang belum bekerja dalam keluarga :a. tidak ada (3) b. 1 orang (2) c. 2 orang (1) Cukup 2

48

produktif Jumlah jam dalam seminggu untuk melakukan pekerjaaan : (14-20)a. > 35 jam (3) b. 31-3 jam (2) c. < 30 jam (1)Selain berusaha anggota keluarga melakukan pekerjaan

tambahan :Tidak

produktifa. ya (3) b. sedang mencari (2) c. tidak ada (1) (7-13) 1 Jenis pekerjaan tambahan :a. wiraswasta (3) b. buruh (2) c. tidak ada (1)Waktu dalam melakukan pekerjaan tambahan:a. sepanjang tahun (3) b. setelah musim garap (2) c. tidak tentu(1) Jumlah jam dalam melakukan pekerjaan tambahan :a. tidak tentu (3) b. ≥ 7 jam (2) c. 5-6 jam (1) Pendapat mengenai pekerjaan memerlukan keahlian :a. ya (3) b. kurang perlu (2) c. tidak (1)Pendapat tentang upah yang diterima :a. sesuai (3) b. belum sesuai (2) c. tidak sesuai (1)

5 Taraf Dan Pola Kosumsi Keluarga mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok Baik 3a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1) (10-12) Kecukupan pendapatan keluarga per bulan untuk konsumsi

pangan dan nonpangan :a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak cukup (1) Cukup 2Keluarga menyisakan dana untuk kebutuhan sandang dan

perumahan :(7-9)

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1) 1Pendapatan perbulan dapat ditabung atau untuk menanam

modal :Kurang 1

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1) (4-6)

6 Perumahan dan LingkunganStatus rumah tempat tinggal : Baik 3a. milik sendiri (3) b. menyewa (2) c.menumpang (1) (37-45)Status tanah tempat tinggal :a. milik sendiri (3) b. menyewa(2) c. menumpang (1) Cukup 2Jenis perumahan : (26-36)a. permanen (3) b. semi permanen (2) c. tidak perlu (1) Jenis atap yang digunakan : Kurang 1a. genteng (3) b. seng/asbes (2) c. rumbia/alang-alang (1) (15-25)Jenis dinding rumah :a. semen (3) b. papan (2) c. geribik (1) Jenis lantai yang digunakan :a. semen (3) b. kayu/papan (2) c. tanah (1) Rata-rata luas lantai mencukupi setiap anggota keluarga:Jenis penerangan yang digunakan :a. listrik (3) b. patromak (2) c. lampu teplok (1) Bahan bakar yang digunakan :a. gas elpiji (3) b. minyak tanah (2) c. kayu(1) Jenis sumber air minum dalam keluarga :a. PAM/ledeng (3) b. sumur (2) c. sungai(1) Penggunaan air minum dalam keluarga :a. matang (3) b. mentah (2) c. ya (1) Kepemilikan WC :a. ya (3) b. belum (2) c. tidak (1) Jarak WC dengan sumber air :a. > 10 m (3) b. 5-10 m (2) c. < 5 m (1) Jenis WC yang digunakan :a. WC jongkok (3) b. WC cemplung (2) c. sungai (1)

49

Tempat pembuangan sampah :a. lubang sampah (3) b. pekerjaan (2) c. sungai (1)

7 Sosial dan lain-lain Akses tempat wisata : Baik 3a. mudah dan sering (3) b. mudah tapi tidak sering (2) c. tidakpernah (1)

(12-15)

Berpergian atau berwisata sejauh 100 kilometer dalam waktu 6bulan

a. Sering >2 kali (3) b. tidak sering <2 kali (2) c. tidak pernah (1) Cukup 2

Kemampuan dalam menggunakan komputer :a. Paham sekali (3) b. paham (2) c. Tidak Paham (1)

(8-11)

Biaya untuk hiburan dan olahraga :a. mudah (3) b. cukup (2) c. sulit (1) Kurang Penggunaan teknologi telpon seluler: (4-7) 1a. Smartphone (3) b. telpon seluler biasa (2) c. Tidakmempunyai (1)

50

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Tengah

4.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Lampung Tengah meliputi areal daratan seluas 4789,82 km², terletak

pada bagian tengah Provinsi Lampung yang beribukota di Gunung Sugih yang

berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Lampung

Utara.

b. Sebelah Tengah dengan Kabupaten Pesawaran.

c. Sebelah Timur dengan Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro.

d. Sebelah Barat dengan Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat.

4.1.2 Topografi

Daerah Lampung Tengah dapat dibagi dalam 5 unit topografi, yakni :

a. Daerah Topografi Berbukit dan Bergunung

Daerah ini terdapat di Kecamatan Padang Ratu dengan ketinggian rata-rata

1.600 m.

51

b. Daerah Topografi Berombak sampai Bergelombang

Ciri -ciri khusus daerah ini adalah terdapatnya bukit-bukit rendah yang dikelilingi

dataran-dataran sempit dengan kemiringan antara 8o

sampai 15o

dan ketinggian

antara 300 m sampai 500 m dari permukaan air laut dan jenis tanaman perkebunan

di daerah ini adalah padi sawah, cengkeh, lada dan tanaman pangan seperti padi,

jagung, kacang-kacangan dan sayur-sayuran.

c. Daerah Dataran Aluvial

Dataran ini sangat luas, meliputi Lampung Tengah sampai mendekati pantai

timur, juga merupakan bagian hilir dari sungai- sungai besar seperti Way

Seputih dan Way Pengubuan. Ketinggian daerah ini berkisar antara 25 meter

sampai 75 meter dari permukaan laut dengan kemiringan 0o

sampai dengan 3o.

d. Daerah Rawa Pasang Surut

Daerah ini terletak di sepanjang Pantai Timur Kabupaten Lampung Tengah,

menggenangnya air menurut pasang surut air laut dan daerah ini mempunyai

ketinggian antara 0,5 sampai 1 m di atas permukaan air laut.

e. Daerah Sungai

Kabupaten Lampung Tengah terdapat dua dari lima DAS (Daerah Aliran

Sungai) di Provinsi Lampung yaitu Sungai Way Seputih dan Sungai Way

Sekampung (BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2015).

52

4.1.3 Klimatologi

Secara umum, klimatologi Kabupaten Lampung Tengah adalah sama dengan

klimatologi Dearah Provinsi Lampung, yaitu Lampung Tengah terletak di bawah

garis Khatulistiwa 5o

Lintang Tengah beriklim Tropis–Humid dengan angin laut

yang bertiup dari Samudra Indonesia. Pada daerah dataran dengan ketinggian

30-60 meter, temperatur udara rata-rata berkisar antara 26oC-28

oC. Temperatur

maksimum yang sangat jarang dialami adalah 33oC dan juga temperatur

minimum 22oC. Rata-rata kelembaban udara sekitar 80%-88% dan ternyata

akan lebih tinggi pada tempat yang lebih tinggi.

4.1.4 Tataguna Lahan

Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu sentra produksi padi di

Provinsi Lampung. Bisa dikatakan menjadi sentra utama produksi padi di

Provinsi Lampung. Selain tanaman padi, Kabupaten Lampung Tengah juga

membudidayakan tanaman pangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pangan

penduduk seperti jagung, kedelai, ubi kayu dan lainnya.

4.1.5 Kelembagaan Pertanian

Sebagian besar petani di Kabupaten Lampung Tengah tergabung dalam

organisasi kelompok tani. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan kelompok

tani, maka terbentuklah Gabungan Kelompok Tani atau Gapoktan. Jumlah

Gapoktan yang berada di Kabupaten Lampung Tengah adalah sebanyak 294

Gapoktan. Jumlah kelompok tani di Kabupaten Lampung Tengah mencapai

53

4.537 kelompok yang terdiri dari 3.075 kelompok usaha tanaman pangan dan

sisanya usaha peternakan, perikanan, dan perkebunan. Jumlah Usaha Pelayanan

Jasa Alsintan sebanyak 121 UPJA. Jumlah petani yang tergabung dalam

kelompok tani tersebut adalah 273.905 orang (Badan Ketahanan Pangan dan

Penyuluhan Pertanian Kabupaten Lampung Tengah, 2015).

4.1.6 Pemerintahan

Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 28 kecamatan dan 293

kampung/kelurahan. Lokasi penelitian yang dijadikan sampel yaitu Kecamatan

Seputih Raman. Data BPS Lampung Tengah (2015) menunjukkan bahwa

Kecamatan Seputih Raman memiliki luas wilayah 146,65 km2

dengan memiliki

jumlah kampung sebanyak 14 kampung.

4.2 Keadaan Umum Kecamatan Seputih Raman

4.2.1 Keadaan Geografis

Luas wilayah daratan Kecamatan Seputih Raman adalah 146,65 km2. Adapun

batas wilayah Kecamatan Seputih Raman sebagai berikut:

a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Seputih Banyak.

b. Sebelah Tengah dengan Kecamatan Kota Gajah.

c. Sebelah Timur dengan Kecamatan Raman Utara.

d. Sebelah Barat dengan Kecamatan Seputih Mataram.

Daerah Seputih Raman sebagian besar berjenis tanah Podsolik Merah Kuning

(PKM) dengan drainase cukup baik sampai sedang. Tekstur tanahnya lempung

54

berdebu (silty loan) dan struktur remah sampai gumpal. Reaksi asam relatif

masam dengan pH antara 5-6, dengan kadar organik tanah lebih kecil dari 2%

(sangat rendah) (Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian

Kabupaten Lampung Tengah, 2015).

4.2.2 Keadaan Demografi

Secara administratif kecamatan Seputih Raman memiliki 14 kampung yaitu Rejo

Asri, Rejo Basuki, Ratna Chaton, Rama Dewa, Rukti Endah, Rama Gunawan,

Rukti Harjo, Rama Indra, Rama Kelandungan, Buyut Baru, Rama Murti, Rama

Nirwana, Rama Oetama, dan Rama Yana dengan ibukota di Kampung Rukti

Harjo. Jumlah penduduk laki-laki mencapai 24.108 jiwa dan perempuan

mencapai 23.811 jiwa.

4.2.3 Kondisi Perekonomian

Kecamatan Seputih Raman merupakan salah satu kecamatan yang menjadi

penunjang perekonomian di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Seputih

Raman sangat melekat dengan kebudayaan Hindu atau kebudayaan Bali

dikarenakan Kecamatan Seputih Raman penduduknya kebanyakan merupakan

keturunan orang Hindu Bali. Kondisi perekonomian di Kecamatan Seputih

Raman sudah cukup baik. Salah satu sektor penting dalam menunjang potensi

ekonomi masyarakat di Kecamatan Seputih Raman yaitu sektor pertanian,

terutama pertanian tanaman pangan. Luas penggunaan tanah/lahan di Kecamatan

Seputih Raman paling banyak digunakan untuk sawah dengan proporsi sebesar

56,2% dan untuk lahan tegalan sebesar 17,7%.

85

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Kontribusi pendapatan petani padi sawah di Kabupaten Lampung Tengah

tahun 2016 sebesar 70,81 persen terhadap total pendapatan rumah tangga.

2. Petani padi sawah di Kabupaten Lampung Tengah mayoritas berada dalam

kategori sejahtera menurut kreteria BPS 2014.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Lampung

Tengah, maka saran yang dapat diberikan adalah :

1. Bagi petani padi sawah, diharapkan untuk lebih mematuhi anjuran

penggunaan sarana produksi, seperti pupuk, guna menunjang produksi padi

sawah dalam kegiatan usahatani dan meningkatkan kesejahteraan rumah

tangga dalam indikator sosial dan lain-lain yang didalamnya terdapat

penggunaan komputer dan smartphone, dimana penggunaan komputer atau

internet menjadi kebutuhan saat ini untuk meningkatkan keahlian dalam

86

bidang informasi dan teknologi, serta petani dapat mencari pengetahuan yang

luas tentang cara budidaya usahatani padi sawah yang lebih baik untuk

meningkatkan kesejahteraan rumah tangga petani.

2. Bagi peneliti lain, disarankan agar membahas atau meneliti lebih lanjut

mengenai analisis efesiensi produksi dan ketahanan pangan di Kabupaten

Lampung Tengah.

87

DAFTAR PUSTAKA

Adhayanti, N. 2006. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan KeluargaPetani Ubi Kayu Kabupaten Lampung Tengah. (Skripsi). UniversitasBandar Lampung.

Arianti, N. 2010. Analisis produksi dan pendapatan usahatani padi pada daerahsentra dan non-sentra di Kabupaten Lebong. Jurnal Agribis. Volume 2.No. 2.

Badan Pusat Statistik. 2007. Indikator Ekonomi. Badan Pusat Statistik ProvinsiLampung. Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah. 2016. Lampung TengahDalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah. 2017. Lampung TengahDalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2016a. Lampung Dalam Angka 2016.Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

. 2016b. Lampung Dalam Angka 2016.Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2017. Lampung Dalam Angka 2017.Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Kecamatan Seputih Raman. 2017. Kecamatan Seputih RamanDalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik Kecamatan Seputih Raman.

Badan Pusat Statistik Kecamatan Seputih Raman. 2016. Kecamatan SeputihRaman Dalam Angka 2016. Badan Pusat Statistik Kecamatan SeputihRaman.

Badan Pusat Statistik. 2014. Lampung Tengah Dalam Angka. Badan PusatStatistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten LampungTengah. 2015. Kelembagaan Kelompok Tani Menurut KebupatenLampung Tengah. Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah.

88

Dirjen Tanaman Pangan. 2015. Pedoman Pelaksanaan ProgramPeningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Panganuntuk mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Jakarta.

Hartoyo, Lutifah, Mulyani. 2010. Kondisi Sosial Ekonomi dan TingkatKesejahteraan Keluarga.”Kasus di Wilayah Pesisir Jawa Barat “. JurnalIlmu Keluarga dan Konsumsi Volume 3 No. 1-10.

Hernanto, F. 1994. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Irawan, B. 2011. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan RumahTangga Petani Pada Agroekosistem Marjinal Tipe Sawah Tadah Hujandan Lahan Kering di Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. FakultasPertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Larasati, A. 2011. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani dan TingkatKesejahteraan Petani Pasca Reforma Agraria di Desa SidorejoKecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. FakultasPertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Laila, N. 2012. Analisis pendapatan usahatani padi (Oryza sativa L.) benihvarietas ciherang yang bersertifikat dan tidak bersertifikat diKecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.Jurnal Media Sains. Volume 4 No. 1.

Lumintang. F. 2013. Analisis pendapatan petani padi di Desa Teep KecamatanLangowan Timur. Jurnal EMBA. Volume 1 No. 3.

Mailiana, 2002. Analisis Pendapatan dan Petani Ubi Kayu di KecamatanTulang Bawang Udik. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.Bandar Lampung.

Mosher, A.T. 1987. Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif. Disunting olehRochim Wirjoniodjojo. Yasaguna. Jakarta.

Munir, M. 2008. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap TingkatKesejahteraan Rumah Tangga Petani di Kabupaten WonosoboJawa Tengah. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nicholson, Walter. 1999. Teori Mikroekonomi Prinsip Dasar danPengembangannya. Rajawali Press. Jakarta.

Pitojo. 2006. Budidaya Tanaman Padi Sawah. PT. Gramedia. Jakarta.

Purwono dan Purnawati. 2007. Bertanam Padi Unggul. Penebar Sawadaya.Jakarta.

89

Rahim, A dan Hastuti. 2008. Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Roidah I S. 2015. Analisis pendapatan usahatani padi musim hujan dan musimkemarau (studi kasus di Desa Sepatan Kecamatan Gondang KabupatenTulungagung). Jurnal Agribisnis 11 : (13). UNITA.Tulung Agung.

Rodjak, A. 2002. Manajemen Usahatani. Pustaka Giratuna. Bandung.

Sajogyo. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. LPSB IPB.Bogor.

Saputra. 2016. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta. 124 hlm.

Sarah, S. 2011. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan RumahTangga Petani Sayuran di Kota Bandar Lampung. Skripsi. FakultasPertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sentosa, 2008. Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Kesejahteraan danKesehateraan Petani Kakao di Kecamatan Labuhan Ratu KabupatenLampung. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. BandarLampung.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani.UI-Press. Jakarta.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian Teoridan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta.

Soekartawi. 2003. Prinsip Ekonomi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. PT. PustakaLP3ES. Jakarta.

Sukirno. 2005. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Sugiarto, D. Siagian, L.S. Sunarto, D.S. Oetomo. 2003. Teknik Sampling.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suparmoko. 1990. Pengantar Ekonomika Mikro, Edisi Pertama. BPFE UGM.Yogyakarta.

Supartana, M. 2013. Analisis pendapatan dan kelayakan usahatani padi sawahdi Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kecamatan ParigiMoutong. Jurnal Agrotekbis. Volume 1 No. 2.

Soeratno.1996. Ekonomi Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta.

90

Sutrisno, T. 2012. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Padisawah di Kecamatan Tanjung Raja Lampung Utara. Skripsi. FakultasPertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tiara, R. 2011. Analisis Pendapatan dan Biaya Usahatani Kakao ProgramGerakan Nasional di Desa Tanjung Ratu Kecamatan KatibungKabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Fakultas Pertanian UniversitasLampung. Bandar Lampung.

Wibowo, L. 2012. Analisis Efisiensi Alokatif Faktor-Faktor Produksidan Pendapatan Usahatani Padi (Oryza sativa, L.) (Studi Kasus diDesa Sambirejo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun). JurnalAgrivita. Volume 1 No. 2.