6. Diagram Tegangan Regangan1

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 6. Diagram Tegangan Regangan1

    1/12

    Nama Mata Kuliah / Modul Elemen Mesin 1 / 03

    Fakultas / Jurusan FTI / Teknik Mesin

    Tahun Akademik 2009 / 2010

    Semester Ganjil

    Revisi ke 3

    Nama Penyusun Ir. Dadang S Permana, M.Si

    Tanggal Penyusunan 02 Oktober 2010

    Tanda Tangan Penyususn

    Tanggal Pemeriksaan

    Tanda Tangan Pemeriksa

    Tanggal Pengesahan

    Tanda Tangan Pengesahan

    6. Diagram Tegangan - Regangan

    PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang Suhendra P, M.Si. ELEMEN MESIN 1

  • 7/30/2019 6. Diagram Tegangan Regangan1

    2/12

    Pemahaman terhadap sifat bahan sangat diperlukan dalam perancangan

    mesin. Sifat-sifat mekanik bahan sangat diperlukan sekali dalam praktek. Sifat-sifat ini

    umumnya diperoleh dari Percobaan Tarik Standar.

    Dalam usaha standardisasi cara pengujian bahan, American Society of Testing

    Materials (ASTM) telah mengeluarkan spesifikasi yang sekarang telah umum

    digunakan. Dua diantaranya akan kita jelaskan disini; satu untuk plat logam dengan

    tebal lebih dari 4.76 mm (Gb. 6-1) dan satu untuk logam dengan diameter lebih dari 38

    mm (Gb. 6-2). Seperti terlihat dalam gambar, bagian tengah dari spesimen dibuat lebih

    kecil dari pada bagian ujungnya sehingga kerusakan berupa putus (failure) tidak terjadi

    pada bagian yang dipegang. Bagian pengecilan dibuat melingkar (rounded) untuk

    menghindari terjadinya konsentrasi atau mengumpulnya tegangan pada bagian transisi

    dimensi tersebut. Panjang standar dimana pertambahan panjang (elongation) diukur

    adalah 203 mm untuk spesimen seperti Gb. 6-1 dan 51 mm untuk spesimen seperti

    Gb. 6-2.

    Pertambahan panjang diukur secara mekanik maupun optik (ekstensometer)

    atau dengan melekatkan suatu tipe tahanan elektrik yang biasa disebut strain gage

    pada permukaan bahan. Tahanan strain gage berisi sejumlah kawat halus yang

    dipasang pada arah aksial terhadap batang. Degan pertambahan panjang pada batang

    maka tahanan listrik kawat-kawat akan berubah dan perubahan ini dideteksi pada

    suatu jembatan Wheatstone dan diinterpretasikan sebagai perpanjangan.

    Gambar :

    Gb. 6-1 Gb. 6-2

    Regangan normal

    Kita misalkan suatu spesimen telah ditempatkan pada mesin tes tekan-tarik dan

    gaya tarikan diberikan secara gradual pada ujung-ujungnya. Perpanjangan pada gage

    dapat diukur seperti dijelaskan diatas untuk setiap kenaikan tertentu dari beban aksial.

    Dari nilai-nilai ini, perpanjangan per unit panjang yang biasa disebut regangan normal

    PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang Suhendra P, M.Si. ELEMEN MESIN 2

    203 mm 51 mm

  • 7/30/2019 6. Diagram Tegangan Regangan1

    3/12

    dan diberi simbol dengan , dapat diperoleh dengan membagi total pertambahan

    panjang L dengan panjang gage L, yaitu

    L

    L=

    Regangan biasanya dinyatakan meter per meter sehingga secara efektif tidak

    berdimensi.

    Kurva tegangan-regangan

    Sebagaimana beban aksial ( F ) yang bertambah bertahap, pertambahan

    panjang ( L ) terhadap panjang gage diukur pada setiap pertambahan beban dan ini

    dilanjukan sampai terjadi kerusakan (fracture) pada spesimen. Dengan mengetahui

    luas penampang awal spesimen, maka tegangan normal, yang dinyatakan dengan ,

    dapat diperoleh untuk setiap nilai beban aksial dengan menggunakan hubungan

    A

    F=

    Gambar :

    Gb. 6-3 Gb. 6-4 Gb. 6-5

    PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang Suhendra P, M.Si. ELEMEN MESIN 3

    O O O

    F

    F

    F

    Y

    U

    B

    OO

    Y

    1 O

  • 7/30/2019 6. Diagram Tegangan Regangan1

    4/12

    Gb. 6-6 Gb. 6-7

    Dimana F menyatakan beban aksial dalam Newton dan A menyatakan luas

    penampang awal (m2

    ). Dengan memasangkan pasangan nilai tegangan normal danregangan normal , data percobaan dpat digamabarkan dengan memperlakunan

    kuantitas-kuantitas ini sebagai absis dan ordinat. Gambar yang diperoleh adalah

    diagram atau kurva tegangan-regangan. Kurva tegangan-regangan mempunyai bentuk

    yang berbeda-beda tergantung dari bahannya. Gambar 6-3 adalah kurva tegangan

    regangan untuk baja karbon-medium, Gb. 6-4 untuk baja campuran, dan Gb. 6-5 untuk

    baja karbon-tinggi dengan campuran bahan nonferrous. Untuk campuran nonferrous

    dengan besi kasar diagramnya ditunjukkan pada Gb. 6-6, sementara untuk karet

    ditunjukkan pada Gb. 6-7.

    Dari data yang berhasil dihimpun selama penarikan benda uji dalam beberapa

    kali ulangan, dapat dibuat kurva tegangan regangan, dimana :

    Tegangan () =)(

    )(

    Aangluaspenamp

    Fgaya

    Regangan ( ) =L

    LL 1 =

    L

    L

    Gambar :

    PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang Suhendra P, M.Si. ELEMEN MESIN 4

  • 7/30/2019 6. Diagram Tegangan Regangan1

    5/12

    E F

    CB D

    A

    O

    Awal garis biasanya lurus (O A), akibat besarnya tegangan sama dengan

    regangan. Ini menunjukkan daerah batas sifat elastis logam. Jadi jika pembebanan (F)

    masih diwilayah ini, maka perubahan bentuk dan ukuran benda tidak bersifat

    permanen dan dapat kembali kesediakala (elastis). Pada daerah inilah terletaknya

    Modulus Elastisitas.

    Garis A B menyatakan batasan daerah plastis, pada daerah ini pembebanan

    akan merubah bentuk benda secara permanen.

    Garis B C menyatakan batasan daerah luluh (yield), pada daerah ini

    pembebanan akan meluluhkan bahan benda.

    Garis C - D memperlihatkan turunnya kekuatan bahan akibat peluluhan yang

    merata.

    PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang Suhendra P, M.Si. ELEMEN MESIN 5

  • 7/30/2019 6. Diagram Tegangan Regangan1

    6/12

    Titik E menyatakan batas pembebanan tertinggi yang dapat ditahan struktur

    benda. Sebelum akhirnya mengalami perpatahan (failur) pada titik F.

    Bahan liat (ductile) dan bahan rapuh (brittle)

    Bahan-bahan logam biasanya diklasifikasikan sebagai bahan liat (ductile) atau

    bahan rapuh (brittle). Bahan liat mempunyai gaya regangan (tensile strain) relatif besar

    sampai dengan titik kerusakan (misal baja atau aluminium) sedangkan bahan rapuh

    mempunyai gaya regangan yang relatif kecil sampai dengan titik yang sama. Batas

    regangan 0.05 sering dipakai untuk garis pemisah diantara kedua klas bahan ini. Besi

    cor dan beton merupakan contoh bahan rapuh.

    Hukum Hooke

    Untuk bahan-bahan yang mempunyai kurva tegangan-regangan dengan bentuk

    seperti Gb. 6-3, 6-4, dan 6-5, dapat dibuktikan bahwa hubungan tegangan-regangan

    untuk nilai regangan yang cukup kecil adalah linier. Hubungan linier antara

    pertambahan panjang dan gaya aksial yang menyebabkannya pertama kali dinyatakan

    oleh Robert Hooke pada 1678 yang kemudian disebut Hukum Hooke. Hukum ini

    menyatakan

    E=

    dimana Emenyatakan kemiringan (slope) garis lurus OPpada kurva-kurva Gb. 6-3, 6-

    4, dan 6-5.

    Modulus elastisitas

    Kuantitas E, yaitu rasio unit tegangan terhadap unit regangan, adalah modulus

    elastisitas bahan, atau, sering disebut Modulus Young. Nilai Euntuk berbagai bahan

    disajikan pada Tabel 1-1. Karena unit regangan merupakan bilangan tanpa dimensi

    (rasio dua satuan panjang), maka Emempunyai satuan yang sama dengan tegangan

    yaitu N/m2. Untk banyak bahan-bahan teknik, modulus elastisitas dalam tekanan

    mendekati sama dengan modulus elastisitas dalam tarikan. Perlu dicatat bahwa

    perilaku bahan dibawah pembebanan yang akan kita diskusikan dalam buku ini

    dibatasi hanya pada daerah kurva tegangan regangan.

    7. SIFAT-SIFAT MEKANIS BAHAN

    PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang Suhendra P, M.Si. ELEMEN MESIN 6

  • 7/30/2019 6. Diagram Tegangan Regangan1

    7/12

    Kurva tegangan-regangan yang ditunjukkan pada Gb. 6-3 dapat digunakan

    untuk mencirikan beberapa karakteristik tegangan bahan. Diantaranya:

    Batas proporsi (proportional limit)

    Ordinat titik Pdisebut sebagai batas proporsi, yaitu tegangan maksimum yang

    terjadi selama tes tarikan sedemikian sehingga tegangan merupakan fungsi linier dari

    regangan. Untuk bahan yang kurva tegangan regangannya menyerupai Gb. 6-6 maka

    tidak memiliki batas proporsi

    Batas elastis (elastic limit)

    Ordinat suatu titik yang hampir berimpitan dengan titik P diketahui sebagai

    batas elastis, yaitu tegangan maksimum yang terjadi selama tes tarikan sedemikian

    sehingga tidak terjadi perubahan bentuk atau deformasi maupun residu permanen

    ketika pembebanan dipindahkan. Untuk kebanyakan bahan nilai batas elastis dan

    batas proporsi adalah hampir sama dan sering digunakan sebagai istilah yang saling

    menggantikan. Pada kasus-kasus dimana pemisahan diantara dua nilai ditemukan,

    nilai batas elastis selalu sedikit lebih besar daripada batas proporsi.

    Selang elastis dan plastis (elastic and plastic ranges)Daerah atau rentang kurva tegangan-regangan yang ditarik dari origin sampai

    batas proporsi disebut selang elastis; sedang rentang kurva tegangan regangan yang

    ditarik dari batas proporsi sampai titik runtuh (point of rupture) disebut selang pastis.

    Titik lelah (yield point)

    Ordinat titik Y pada Gb. 6-3, yang dinyatakan dengan yp, dimana terjadi

    peningkatan atau pertambahan regangan tanpa adanya penambahan tegangan

    disebut sebagai titik lelah dari bahan. Setelah pembebanan mencapai titik Y, maka

    dikatakan terjadi kelelahan. Pada beberapa bahan terdapat dua titik pada kurva

    tegangan-regangan dimana terjadi peningkatan regangan tanpa perubahan tegangan.

    Masing-masing disebut titik lelah atas dan titik lelah bawah.

    Tegangan maksimum (ultimate strength, tensile strength)

    PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang Suhendra P, M.Si. ELEMEN MESIN 7

  • 7/30/2019 6. Diagram Tegangan Regangan1

    8/12

    Ordinat titik Upada Gb. 6-3, ordinat maksimum pada kurva, diketahui sebagai

    tegangan maksimum atau tegangan puncak dari bahan.

    Tegangan putus (breaking strength)

    Ordinat pada titik B pada Gb. 6-3 disebut tegangan putus dari bahan.

    Modulus kekenyalan, keuletan (modulus of resilence)

    Kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan, seperti misalnya gaya tarikan

    yang dinaikkan secara bertahap dari nol sampai suatu nilai dimana batas proporsional

    bahan dicapai, disebut sebagai batas kekenyalan. Ini dapat dihitung sebagai luasan

    dibawah kurva tegangan regangan dari titik origin sampai batas proporsional dan

    digambarkan dengan daerah yang diarsir pada Gb. 6-3. Satuan untuk kuantitas ini

    adalah N.m/m3. Dengan demikian, modulus kekenyalan adalah kemampuan bahan

    menyerap energi pada selang elastisnya.

    Modulus kekerasan (modulus of toughness)

    Kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan, seperti misalnya gaya tarikan

    yang dinaikkan dari nol sampai suatu nilai yang menyebabkan keruntuhan didefinisikan

    sebagai modulus kekerasan. Ini dapat dihitung sebagai luasan dibawah kurvategangan-regangan dari origin sampai titik keruntuhan. Kekerasan bahan adalah

    kemampuan untuk menyerap energi pada selang plastis dari bahan.

    Persentase pengurangan luasan-penampang

    Penurunan luasan-penampang dari luasan awal pada bagian patah dibagi

    dengan luasan awalnya dikalikan dengan seratus didefinisikan sebagai persentase

    pengurangan luasan-penampang. Perlu dicatat bahwa ketika gaya tarikan bekerja

    pada suatu batang, luas penampangnya berkurang, tetapi perhitungan untuk tegangan

    normal biasanya dibuat pada basis luasan awal. Kasus ini ditunjukkan pada Gb. 6-3.

    Ketika regangan menjadi semakin besar maka sangat penting untuk memperhatikan

    nilai luasan penampang melintangnya, dan kalau ini dilakukan maka akan diperoleh

    kurva tegangan regangan yang benar. Kurva demikian ditunjukkan oleh garis putus-

    putus pada Gb. 6-3.

    Persentase pertambahan panjang (elongation)

    PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang Suhendra P, M.Si. ELEMEN MESIN 8

  • 7/30/2019 6. Diagram Tegangan Regangan1

    9/12

    Persentase pertambahan panjang didefiniskan sebagai pertambahan panjang

    setelah patah dibagi dengan panjang awal dan dikalikan dengan seratus. Baik

    persentasi pengurangan luasan-penampang dan pertambahan panjang merupakan

    ukuran keuletan atau ductility bahan.

    Tegangan kerja (working stress)

    Karakteristik-karakteristik kekuatan yang telah didiskusikan diatas dapat

    digunakan untuk memilih tegangan kerja. Sering suatu tegangan ditentukan hanya

    dengan membagi salah satu dari tegangan luluh atau tegangan puncak dengan suatu

    bilangan yang disebut faktor keselamatan. Pemilihan faktor keselamatan didasarkan

    pada keputusan perancang dan berdasarkan pengalaman. Faktor keselamatan spesifik

    kadang-kadang ditentukan dengan kode-kode rancangbangun.

    Kurva tegangan-regangan non-linier bahan rapuh, seperti ditunjukkan Gb. 6-6,

    memberikan karakteristik beberapa ukuran kekuatan yang lain yang tidak dapat

    ditunjukkan oleh kurva tegangan-regangan linier. Beberapa karakteristik ukuran

    tersebut adalah:

    Kekuatan lelah (yield strength), sisa regangan

    Ordinat pada kurva tegangan-regangan dimana bahan mengalami perubahan

    bentuk atau deformasi yang tetap ketika pembebanan dipindahkan disebut kekuatan

    atau tegangan lelah bahan. Perubahan bentuk tetap disini biasanya diambil sekitar

    0.0035 mm/mm. Pada Gb. 6-6 perubahan bentuk 1 ditunjukkan pada sumbu regangan

    dan garis OYdigambarkan sejajar dengan tangen awal kurva dari titik origin. Ordinat

    Ymenunjukkan kekuatan lelah bahan, disebut juga bukti tegangan (proof stress).

    Modulus tangen

    Laju perubahan tegangan terhadap perubahan regangan disebut modulus

    tangen bahan. Ini sebenarnya merupakan bentuk modulus sesaat (instantaneous) dan

    dinyatakan dengan Et= d/d.

    Koefisien ekspansi linier

    Koefisien ekspansi linier didefinisikan sebagai perubahan panjang per unit

    panjang suatu batang lurus karena perubahan suhu sebesar 1 derajat dan biasanya

    dinyatakan dengan . Nilai koefisien ini adalah independen terhadap unit panjang

    tetapi tergantung pada skala suhu yang digunakan. Sebagai contoh, dari Tabel 1-1koefisien untuk baja adalah 6.5 10-6/F tetapi 12 10-6/C. Perubahan suhu pada

    PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang Suhendra P, M.Si. ELEMEN MESIN 9

  • 7/30/2019 6. Diagram Tegangan Regangan1

    10/12

    bahan mengakibatkan kenaikan tegangan internal, seperti yang diberikan karena

    pembebanan.

    Rasio Poisson

    Ketika suatu batang dikenai pembebanan tarik sederhana maka terjadi

    penambahan panjang batang pada arah pembebanan, tetapi terjadi pengurangan

    dimensi lateral tegaklurus terhadap pembebanan. Rasio regangan pada arah lateral

    terhadap arah aksial didefinisikan sebagai rasio Poisson (Poissons ratio). Dalam buku

    ini dilambangkan dengan . Pada kebanyakan logam mempunyai nilai antara 0.25

    sampai 0.35.

    7. Kekuatan geser, tekan dan puntir

    Hasil pengujian tarik tersebut, selain menentukan besarnya kekuatan tarik

    struktur material (bahan), maka sekaligus akan dapat diperkirakan besaran kekuatan

    material lainnya dalam memikul/menerima berbagai jenis beban yang mengenainya.

    Kekuatan geser bahan besarnya sekitar 50% dari kekuatan tarik. Sedangkan

    besarnya kekuatan torsi sekitar 75% dari kekuatan tarik. Kekuatan tekan pada benda

    yang rapuh mudah ditentukan, karena mudah patah. Tapi pada bahan yang ulet,kekuatan tekannya baru terlihat bila beban yang diberikan besar. Bahan rapuh seperti

    besi cor kira-kira 3 4 kali kekuatan tarik. Tetapi untuk baja, karena sangat ulet sulit

    untuk ditentukan.

    Tabel 1-1. Sifat-sifat bahan teknik pada 20C

    BahanBeratspesifik

    KN/m3

    ModulusYoung

    Gpa

    Teganganmaksimum

    kPa

    Koefisienekspansi

    10e-6/C

    RasioPoisson

    I. Metal dalam bentuk papan, batang atau blok

    Aluminium

    campuran

    Kuningan

    Tembaga

    Nikel

    Baja

    Titanium

    27

    84

    87

    87

    77

    44

    70-79

    96-110

    112-120

    210

    195-210

    105-210

    310-550

    300-590

    230-380

    310-760

    550-1400

    900-970

    23

    20

    17

    13

    12

    8-10

    0.33

    0.34

    0.33

    0.31

    0.30

    0.33

    II. Non-metal dalam bentuk papan, batang atau blok

    PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang Suhendra P, M.Si. ELEMEN MESIN 10

  • 7/30/2019 6. Diagram Tegangan Regangan1

    11/12

    Beton

    Kaca

    24

    26

    25

    48-83

    24-81

    70

    11

    5-11 0.23

    III. Bahan dengan filamen (diameter < 0.025 mm)

    Aluminiumoksida

    Bariumcarbide

    Kaca

    Grafit

    38

    25

    22

    690-2410

    450

    345

    980

    13800-27600

    6900

    7000-20000

    20000

    IV. Bahan komposit (campuran)

    Boronepoksi

    Kaca-Sdiperkuatepoksi

    19

    21

    210

    66.2

    1365

    1900

    4.5

    Tabel 1. Modulus Young (Y) dan Kekuatan berbagai Bahan.

    BahanY

    ( 109 N/m2)Kekuatan ( 106 N/m2)

    Tarik Tekan

    Aluminium 70 90Tulang

    Tarik 16 200 170

    Tekan 9 - 270

    Kuningan 90 370

    Beton 23 2 17

    Tembaga 110 230 -

    Besi (tempa) 190 390 -

    Timah hitam 16 12 -

    Baja 200 520 520

    Kayu1 13a - 50a

    Kaca 65a 50a

    Sumber: Tipler (1998), kecuali yang bertanda a dari Halliday, Resnick dan Walker(1997)

    Tabel 2. Nilai-nilai hampiran modulus geser berbagai bahan.

    PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang Suhendra P, M.Si. ELEMEN MESIN 11

  • 7/30/2019 6. Diagram Tegangan Regangan1

    12/12

    Bahan G ( 109 N/m2)Aluminium 30

    Kuningan 36

    Tembaga 42

    Besi 70Timah hitam 5,6

    Baja 84

    Tungsten 150

    Sumber: Tipler (1998)

    Soal-Soal:

    1. Tembaga mempunyai tegangan patah sekitar 3 108 N/m2 . (a) Berapakah

    beban maksimum yang dapat digantungkan pada kawat tembaga berdiameter0,42 mm? (b) Jika setengah beban maksimum ini digantungkan pada kawattembaga, berapa prosen pertambahan panjang kawat tersebut?

    2. Bila kaki seorang pelari menyentuh tanah, gaya geser yang bekerja pada tanahsetebal 8 mm adalah seperti ditunjukkan oleh gambar di bawah ini. Jika gaya

    25 N didistribusikan pada luas 15 cm2 , carilah sudut geser bila diketahui

    modulus geser tanah adalah 1,9 105 N/m2!

    3. Sebuah gaya F dikerjakan pada sebuah kawat dengan panjang L dan luas

    penampang A. Tunjukkan bahwa jika kawat dianggap sebagai pegas, makatetapan pegasnya adalah k= AY/L dan bahwa tenaga yang tersimpan dalam

    kawat adalah U = FL, dengan Yadalah modulus Young dan L adalah

    pertambahan panjang kawat!

    4. Bila sebuah kepingan karet dengan 3 kali 1,5 mm digantungkan secara vertikaldan berbagai massa digantungkan padanya, maka seorang sissswamemperoleh data berikut untuk panjang versus beban:

    Beban (gr) 0 100 200 300 400 500

    Panjang (cm) 5,0 5,6 6,2 6,9 7,8 10,0

    (a) Carilah modulus Young kepingan karet itu untuk beban yang kecil.(b) Carilah tenaga yang tersimpan dalam kepingan bila bebannya adalah 150

    gr.

    5. Dawai baja sebuah biola diberi tegangan 53 N. Diameter dawai adalah 0,20mm, dan panjang dawai yang diberi tegangan adalah 35,0 cm. Carilah:(a) panjang dawai yang tak mengalami perpanjangan, dan(b) kerja yang diperlukan untuk memanjangkan dawai itu!

    PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB I D d S h d P M Si 12