33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan Dr Endang Widyorini Psi.unlocked

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    1/21

    EFEK PENERAPANCOMPIC TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIK ASI ANAK

    AUTIS NON VERBAL

    Oleh :

    Veva Lenawaty

    UNIKA Soegijapranata Semarang

    Endang Widyorini

    UNIKA Soegijapranata Semarang

    M.Yang Roswita

    UNIKA Soegijapranata Semarang

    Abstract

    Autism is a pervasive developmental disorder that affects qualitative disorder in socialinteraction, communication, interest and activity. A child with autism suffers fromcommunication in the aspect of language or oral skill. The children doesnt understandgestures or signaling, as a result he finds difficulties in expressing his desire. The

    communication constraint in an effective way makes him behave deficiently such as underpressure, aggressive, self-destructive, temper tantrum and frustration. This research isintended to indentifi the application effect of COMPIC in increasing communication skill onan autistic non verbal children.COMPIC is a visual supporting device which assist anautistic non verbal to communicate. This research administers a model experiment of singlesubject design, i.e an experiment research with few or one subject. This research appliesparadigma A-B-A. Data collection uses rating scale on communication ability for an autisticnon verbal children. The measurement is assessed by the time of baseline, treatment, posttreatment and evaluation. The result of the research reveals that the effect of COMPIC couldenhance the communication ability of an autistic non verbal children. The result showsimproved rating scale score and spontaneous response on the autistic non verbal children.

    Keywords : Autism, COMPIC method, Coummunication skill

    Latar Belakang Masalah

    Setiap makhluk hidup selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.

    Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak kadangkala mengalami gangguan baik

    sebelum proses kelahiran maupun setelah proses kelahiran. Gangguan perkembangan ini

    semakin kompleks karena adanya perubahan gaya hidup masyrakat maupun kemajuan ilmu

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    2/21

    teknologi (Handojo, 2003, h. 3). Gangguan perkembangan yang terjadi pada anak sangat

    beragam. Salah satu gangguan perkembangan yang saat ini cukup menjadi perhatian utama

    adalah autisme.

    Autisme dalam istilah kedokteran dan psikologi termasuk dalam gangguan

    perkembangan pervasif yang ditandai dengan adanya distorsi perkembangan fungsi

    psikologis dasar majemuk, seperti perkembangan perilaku, berbahasa dan gerakan motorik.

    Tidak mengherankan jika penderita autisme mengalami gangguan dalam menjalankan

    fungsi kognitif, emosi dan psikomotorik.

    Salah satu masalah pada anak autis adalah masalah komunikasi. Komunikasi adalah

    proses dua arah yang melibatkan seseorang yang memberikan pesan dan orang lain yang

    menerima dan bertingkah laku sesuai pesan tersebut (Dredge dan Crosthwaite, 1986, h.

    105). Menurut Bondy dan Frost (Fadhilah dan Sjah, 2003, h.213) tujuan komunikasi adalah

    untuk mengungkapkan keinginan, mengekspresikan perasaan dan bertukar informasi.

    Ada dua komponen penting dalam terciptanya komunikasi secara efektif.

    Komponen pertama adalah kemampuan untuk memahami pesan (pemahaman) yaitu

    kemampuan mendengarkan suara atau melihat aksi, kemampuan mengolah pesan, dan

    menyimpannya dalam memori. Komponen kedua adalah kemampuan berespon terhadap

    pesan (ekspresi) yaitu kemampuan memilih kata atau aksi yang tepat, kemampuan

    menyusun kata-kata dan aksi-aksi menjadi pesan yang dapat dimengerti (Dredge danCrosthwaite, 1986, h.105).

    Pada anak autis ditemukan tidak semuanya dapat berbahasa verbal bahkan ada yang

    sampai dewasa hanya dapat berbahasa non verbal (Farida, 2007, h.29). Keterbatasan

    komunikasi pada anak autis meliputi anak autis dengan komunikasi verbal, dimana anak

    bisa bicara tetapi belum tentu bisa berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan kurang

    optimal, dimana anak hanya mengulang perkataan atau membeo jika ditanya jawaban yang

    diberikan tidak nyambung atau tidak sesuai dengan pertanyaan. Berkaitan dengan hal

    tersebut Baron dan Bolton (1994,h.14) mengatakan bahwa anak autis mempunyai masalahatau gangguan dalam komunikasi seperti perkembangan bahasa yang lambat atau sama

    sekali tidak ada, sulit berbicara, penggunaan kata-kata yang tidak sesuai artinya. Lebih

    lanjut Baron dan Bolton menjelaskan bahwa anak autis sebagian tidak berbicara (non

    verbal) atau sedikit bicara (kurang verbal) sampai usai dewasa. Oleh karena itu tidak

    mengherankan jika sebagian besar anak autis mengalami kesulitan dalam menggunakan

    bahasa dan berbicara. Sehingga mereka sulit melakukan komunikasi dengan orang-orang di

    sekitarnya. Anak autis yang bisa berbicara belum tentu memiliki pemahaman bahasa yang

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    3/21

    baik serta dapat berkomunikasi dengan benar, karena pada umumnya mereka berbicara

    dengan cara rote learning atau menghafalkan tanpa tahu maknanya. Sebaliknya anak autis

    yang non verbal adalah anak autis yang tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa atau

    berbicara, tidak mengerti bahasa gerak atau isyarat sehingga tidak bisa mengekspresikan

    keinginannya dengan gerak atau isyarat (Budhiman, 2002, h.3). Keterbatasan komunikasi

    pada anak autis non verbal dan kemampuan melakukan komunikasi yang efektif, bagi anak

    autis non verbal sangatlah penting. Tanpa kemampuan tersebut, anak akan mudah frustasi

    sehingga menunjukkan perilaku negatif karena kebutuhan - kebutuhannya tidak dapat

    dipenuhi oleh lingkungan. Anak tidak dapat mengutarakan apa yang diinginkan dan apa

    yang tidak diinginkan, anak tidak dapat mengekspresikan diri sehingga bertindak atau

    berperilaku negatif untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Anak autis mempunyai

    keterbatasan yang ditunjukkan dengan tidak mampu mengungkapkan diri secara efektif,

    merasa tertekan untuk dapat ekspresi, sehingga seringkali merasa frustasi bila tidak bisa

    dimengerti keinginannya. Perilaku negatif yang muncul antara lain marah-marah tanpa

    sebab atau alasan yang jelas, temper tantrum(mengamuk tak terkendali), menyerang atau

    merusak , agresif, bahkan menyakiti dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Siegell

    (1996,h.25) bahwa gangguan perkembangan bicara atau bahasa pada anak autis sering

    membuat mereka frustasi karena masalah komunikasi. Keterbatasan dalam menangkap

    pesan yang disampaikan orang lain, dan kesulitan dalam merespon atau menjawabpercakapan serta keterbatasan dalam mengungkapkan atau mengekspresikan diri akan

    kebutuhannya sering membuat mereka tertekan. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi

    untuk membantu anak autis dalam mengatasi keterbatasan dalam komunikasi.

    Gemah (2004, h. 7) mengatakan bahwa banyak anak autisme memperoleh hasil

    lebih baik bila belajar dengan menggunakan visual (penglihatan). Belajar secara visual

    memudahkan anak autisme untuk dapat berkonsentrasi dan memahami sesuatu, misalnya

    dengan melihat benda konkrit, foto berwarna , gambar atau simbol.

    Anak autis memiliki ciri khas dalam belajar yaitu mudah memahami dan mengingatberbagai hal yang di raba (visual learner atau visual thinking), mudah memahami berbagai

    hal yang ia alami (hands on learner) oleh karena itu penggunaan alat bantu dengan

    memakai strategi visual (alat bantu visual) dapat digunakan dalam mengajarkan

    ketrampilan komunikasi. Salah satu strategi visual yang dapat digunakan dalam membantu

    anak autis berkomunikasi adalah COMPIC. COMPIC sebagai salah satu alat bantu

    komunikasi dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak autis non

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    4/21

    verbal. COMPIC menekankan pada pemahaman dan kemampuan berkomunikasi anak autis

    melalui gambar.

    Zafar (1998, h.72) menjelaskan bahwa tujuan utama COMPIC adalah untuk

    menjembatani komunikasi pada anak autis sehingga anak dapat berkomunikasi secara

    verbal. COMPIC merupakan metode dengan menggunakan alat bantu visual sehingga

    pemahaman terhadap bahasa yang disampaikan secara verbal dapat lebih jelas diterima

    anak autis.

    Penelitian Friedlander (Singgih, 2004, h.256) menggambarkan bahwa anak autis

    dan anak Asperger cenderung sebagai visual learner atau visual thinking sehingga gambar

    dalam suatu cerita memberikan kemudahan dalam kemampuan pemahaman dan menjadi

    lebih bermakna bagi penyandang anak autis atau anak Asperger.

    Penelitian Foreman dan Crews (1998, h.21) pada anak down syndrome dengan

    menggunakan sistem gambar terkomputerisasi, COMPIC menunjukkan adanya peningkatan

    pada area bahasa dan komunikasi.

    Penggunaan COMPIC sebagai salah satu intervensi pada anak dengan

    gangguan multiple disabilities menunjukkan adanya peningkatan perkembangan

    ketrampilan komunikasi yang terintegrasi. Seperti peningkatan produksi komunikasi

    spontan dan peningkatan vokalisasi , kata - kata, penggunaan isyarat dan tanda-tanda

    komunikasi. Anak juga menunjukkan keinginan berkomunikasi yang meningkat (May danChan, 1999, h. 35).

    Autisme adalah gangguan perkembangan berat yang antara lain mempengaruhi cara

    seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Penyandang autis tidak

    dapat berhubungan dengan orang lain secara berarti karena ketidakmampuan untuk

    berkomunikasi verbal maupun non verbal. Oleh karena itu, fokus penelitian ini adalah

    penerapan COMPIC sebagai salah satu intervensi untuk meningkatkan kemampuan

    komunikasi anak autis non verbal.

    Manfaat Penelitian1. Manfaat Teoritis

    Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memperkaya penelitian-

    penelitian di bidang psikologi terutama bagi pengembangan psikologi perkembangan dan

    psikologi klinis.

    2. Manfaat PraktisHasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi bagi

    orang tua, guru, terapis dan para profesional yang terlibat dalam penangganan anak autis

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    5/21

    terutama dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak autis non verbal dengan

    menggunakan metodeCOMPIC.

    Landasan Teori

    Pengertian Autisme

    Kanner, seorang dokter kesehatan jiwa anak (Budiman, 2002, h. 11) memakai istilah

    autisme yang artinya hidup dalam dunianya sendiri. Selanjutnya Kanner juga memakai

    istilah early infantile Autism, atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai autisme

    Masa kanak-kanak atau autisme infantil untuk membedakan dari orang dewasa yang

    menunjukkan gejala autisme seperti ini. Leo Kanner menduga bahwa anak-anak ini

    menderita gangguan metabolisme yang telah dibawa sejak lahir. Gangguan metabolisme

    inilah yang menyebabkan anak-anak tersebut tidak bisa bersosialisasi.

    Hadriami (2002, h.2) menjelaskan bahwa autisme merupakan gangguan

    perkembangan otak dalam area penalaran, interaksi sosial dan ketrampilan komunikasi. Lebih

    lanjut dijelaskan bahwa anak-anak dan orang dewasa dengan autisme memiliki defiensi dalam

    komunikasi verbal dan non verbal, interaksi sosial dan aktivitas bermain. Gangguan ini

    menyebabkan anak autis sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain dan berhubungan

    dengan dunia sekitarnya, adanya gerakan-gerakan yang berulang-ulang, respon yang aneh

    atau kelekatan dengan objek dan menolak adanya perubahan dari rutinitas. Pada beberapa

    kasus ditemukan adanya perilaku agresif atauself-injured.Dalam PPDGJ III (Maslim, 2001, h. 130) autisme merupakan gangguan

    perkembangan pervasif yang ditandai dengan adanya abnormalitas perkembangan yang

    muncul sebelum usia 3 tahun dengan ciri fungsi yang abnormal dalam interaksi sosial,

    komunikasi dan perilaku yang terbatas dan berulang-ulang. Autisme menurut DSM-IV

    (Diagnostik and Statiscal Manual of Mental Disorder, 1994, h.70-71) ditandai

    dengan gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik, adanya suatu

    pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan,

    keterlambatan atau gangguan dalam interaksi sosial, bicara dan berbahasa dan cara

    bermain yang kurang variatif sebelum umur tiga tahun, serta tidak disebabkan oleh

    sindrom rettatau gangguandisintegratifmasa kanak-kanak.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa autisme merupakan gangguan

    perkembangan pervasif yang mencakup gangguan dalam bidang interaksi sosial, adanya

    gangguan pola perilaku, minat, kegiatan yang terbatas dan berulang, dan kelemahan dalam

    komunikasi verbal maupun non verbal.

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    6/21

    Kemampuan Komunikasi anak Autis Non Verbal

    Pengertian Kemampuan Komunikasi

    Kemampuan komunikasi adalah bagian terpenting dari kehidupan, karena

    dengan berkomunikasi anak dapat mengekspresikan perasaan dan mengungkapkan ide serta

    pemikirannya. Melalui komunikasi anak dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain.

    Dredge dan Croswhite (1986, h.52) menjelaskan komunikasi sebagai proses dua arah yang

    melibatkan seseorang yang memberi pesan dan orang lain yang menerima dan bertingkah

    laku sesuai pesan tersebut. Lebih lanjut Bondy dan Frost (2002, h.25) mengatakan bahwa

    tujuan komunikasi adalah untuk mengungkapkan keinginan, mengekspresikan perasaan dan

    bertukar informasi.

    Menurut Hetherington dan Parke (1986, h.103) ada dua kemampuan dasar dalam

    kemampuan komunikasi yaitu perkembangan kemampuan untuk memahami bahasa yang

    digunakan orang lain (receptive language) dan perkembangan kemampuan untuk

    memproduksi bahasa (production language).

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi

    adalah kemampuan yang dimiliki anak dalam melakukan suatu proses hubungan dua arah

    atau interaksi baik secara verbal maupun non verbal dengan menggunakan gambar, isyarat,

    simbol, ekspresi wajah atau tulisan.

    Komponen Dalam Kemampuan komunikasiMenurut Dredge dan Croswhite (1986, h. 2) ada dua komponen penting dalam

    terciptanya komunikasi secara efektif. Komponen pertama adalah kemampuan untuk

    memahami pesan (pemahaman) yaitu kemampuan mendengarkan suara atau melihat aksi,

    kemampuan mengolah pesan, dan menyimpannya dalam memori. Komponen kedua adalah

    kemampuan berespon terhadap pesan (ekspresi) yaitu kemampuan memilih kata atau aksi

    yang tepat, kemampuan menyusun kata-kata dan aksi-aksi menjadi pesan yang dapat

    dimengerti. (1982, h. 164) menjelaskan bahwa pada dasarnya komunikasi dapat dibedakan

    dalam kemampuan komunikasi reseptif dan kemampuan komunikasi ekspresif .Kemampuankomunikasi reseptif ditunjukkan dengan kemampuan anak dalam memahami dan mengerti

    instruksi atau perintah. Kemampuan komunikasi reseptif ditunjukkan dalam bentuk isyarat,

    tindakan atau bahasa tubuh. Sedangkan kemampuan komunikasi ekspresif adalah

    kemampuan seorang anak dalam menjawab atau mengekspresikan pikiran dan perasaan.

    Kemampuan komunikasi ekspresif biasanya ditunjukkan dalam bentuk verbal.

    Sependapat dengan hal tersebut di atas Sabir (2003,h. 233) menyebutkan bahwa

    bahasa dibagi menjadi dua bagian yaitu bahasa reseptif/pemahaman dan bahasa

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    7/21

    ekspresif/pengungkapan secara verbal. Bicara hanyalah salah satu dari cara berkomunikasi.

    Disamping penggunaan bahasa verbal,banyak cara lain yang dapat digunakan untuk dapat

    berkomunikasi dengan anak autis yaitu menggunakan ekspresi wajah, menggunakan

    gesture atau gerak-isyarat, melakukan modifikasi pada intonasi nada suara sesuai kebutuhan,

    menunjuk gambar, menunjuk tulisan, menggunakan papan komunikasi, dan menggunakan

    symbol (Sjah dan Fadhilah, 2003, h. 214).

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen kemampuan

    komunikasi meliputi kemampuan dalam memahami pesan, yaitu kemampuan

    mendengarkan suara/instruksi atau melihat aksi, kemampuan mengolah pesan dan

    menyimpannya dalam memori.dan kemampuan memberikan respon terhadap pesan atau

    instruksi yang ditunjukkan dalam dalam bentuk verbal, isyarat, tindakan atau bahasa tubuh.

    Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal

    Pada anak autis ditemukan tidak semuanya dapat berbahasa verbal bahkan ada yang

    sampai dewasa hanya dapat berbahasa non verbal (Farida, 2007, h.29). Stokes (2007, h.1)

    menyebutkan tidak semua suara atau bicara dapat memenuhi syarat komunikasi, bahwa

    bicara atau verbalisasi dapat menjadi komunikasi ketika di dalamnya ada keinginan untuk

    menyampaikan pesan ke orang lain. Interaksi sosial merupakan suatu hal yang penting dan

    menyulitkan pada anak autis sehingga tidak mengherankan bahwa komunikasi yang efektif

    merupakan hal yang penting.Baron dan Bolton (1994,h.14) mengatakan bahwa anak autis mempunyai masalah

    atau gangguan dalam komunikasi seperti perkembangan bahasa yang lambat atau sama

    sekali tidak ada, sulit berbicara, penggunaan kata-kata yang tidak sesuai artinya. Lebih

    lanjut Baron dan Bolton menjelaskan bahwa anak autis sebagian tidak berbicara (non

    verbal) atau sedikit bicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.

    Happe (1994, h.18-19) menjelaskan bahwa beberapa anak autis menunjukkan

    gangguan tidak berbicara, dan hanya bersuara tidak jelas seperti teriakan atau kata-kata yang

    tidak jelas, tidak mampu dalam memahami bahasa tubuh atau bahasa non verbal dalamkomunikasi. Sependapat dengan hal tersebut Budhiman (2002, h. 2) mengatakan bahwa

    penyandang autisme sindrom disorder mempunyai keterbatasan dalam bidang komunikasi,

    interaksi, emosi, perilaku, sensoris dan penyesuaian diri. Keterbatasan komunikasi

    dibedakan dalam komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Lebih lanjut Stokes (2007,

    h.4) mengatakan bahwa seorang anak autis non verbal memulai komunikasi dengan

    orangtuanya dengan menggunakan suara untuk menarik perhatian dan baru kemudian

    menunjuk sesuatu untuk menyatakan keinginan atau meminta sesuatu.

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    8/21

    Pada anak autis non verbal ditemukan adanya penyebab temporalis lateralis (pusat

    dengar dan bicara), cerebellum dan daerah nukleus kaudatus (Panggabean, 2003,h.221).

    Kerusakan pada beberapa bagian otak tersebut menyebabkan anak autis tidak bicara atau

    mute, tidak ada giliran bermain suara atau turn taking, ocehan atau

    babbling.Karakteristik lain yang muncul seperti suara tidak keluar, anak lebih banyak

    bergumam atau hanya keluar beberapa bunyi. Untuk keperluan komunikasinya mereka lebih

    banyak melakukan suatu gerakan motorik berupa menunjuk atau memegang tangan

    seseorang.

    Stokes (2007, h.2) menyebutkan bahwa anak autis non verbal menggunakan

    beberapa macam bentuk komunikasi yaitu :

    a. Motorik : Anak melakukan manipulasi fisik secara langsung pada orang lain atau objek,

    seperti menarik tangan orang lain untuk menunjuk atau meraih benda yang diinginkan

    contoh memberikan gelas atau cangkir untuk menunjukkan keinginan minum susu.

    b. Gesture : Menunjuk, memperlihatkan, memandang atau tatapan yang berubah pada

    orang lain ke objek yang diinginkan. Merupakan bentuk komunikasi sebagai tanda

    meminta sesuatu.

    c. Vocalization : Menggunakan suara termasuk menanggis untuk komunikasi. Seperti anak

    mengucapkan ah-ah-ah untuk menarik perhatian orang lain.

    d. Sign Language : Komunikasi dengan menggunakan sistem tanda bahasa konventional.e. Penggunaan Objek :Anak menggunakan objek dalam berkomunikasi dengan orang lain,

    seperti anak menunjukkan atau mengambil cangkir untuk mengindentifikasikan minta

    susu.

    f. Penggunaan Foto :Komunikasi dengan menggunakan foto sebagai gambar dua dimensi.

    Anak menunjukkan objek, kegiatan atau peristiwa untuk berkomunikasi atau

    mengungkapkan keinginannya.

    g. Gambar :Komunikasi dengan menggunakan gambar dua dimensi yang menunjukkan

    objek, kegiatan atau peristiwa, contoh misalnya anak menggambar sayap danmenunjukkan kepada orangtuanya untuk mengindentifikasikan bahwa dia ingin terbang.

    h. Tulisan :Komunikasi dengan menggunakan kata atau kalimat untuk berkomunikasi.

    Anak menulis kata atau kalimat untuk mengekspresikan keinginan atau kebutuhannya.

    Stokes (2007, h.2) mengatakan bahwa hal penting dalam berkomunikasi pada anak

    autis non verbal adalah penyampaian pesan yang dilakukan melalui bentuk-bentuk

    komunikasi di atas, anak autis non verbal berkomunikasi dengan menggunakan

    beberapa bentuk diatas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    9/21

    Siegell (1996,h.25) menyebutkan bahwa dalam berinteraksi/berkomunikasi anak

    autis dipengaruhi oleh ciri khas mereka dalam mempersepsi dunia yaitu :Visual Thinking

    (berpikir visual), Processing Problems (kesulitan memproses informasi), Communication

    Frustation (kesulitan berkomunikasi), Social dan Emotional (masalah emosi dan sosial),

    Problem of Control (kesulitan dalam mengontrol diri), Problem of Connection (kesulitan

    dalam menalar),System Integration Problemyaitu Proses informasi di otak bekerja secara

    mono (tunggal) sehingga sulit memproses beberapa hal sekaligus.

    Berdasarkan hal tersebut diatas, penelitian ini berfokus pada kemampuan

    komunikasi anak autis non verbal. Anak autis non verbal memiliki keterbatasan dalam

    berkomunikasi, keterbatasan atau kesulitan ditunjukkan dalam merespon instruksi atau

    menjawab pertanyaan serta keterbatasan dalam mengungkapkan atau mengekspresikan diri

    yang menyebabkan anak frustasi atau tertekan. Anak autis non verbal menggunakan

    beberapa bentuk komunikasi yaitu motorik, gesture, vocalization, sign language,

    penggunaan objek atau foto, gambar dan tulisan.

    COMPIC

    COMPIC digunakan bermula dari orang tua dari anak-anak berkesulitan belajar di

    kota Melbourne. Pada tahun 1980 di Melbourne Australia, orang tua dari anak-anak

    berkesulitan belajar membuat alat bantu yang murah dan mudah. Kemudian pada tahun

    1982 bekerjasama dengan The Symbol Standardization Committee dan SwinburneIns.Technologyyang melibatkan para ahli speech pathologist, graphic designer dan ahli-ahli

    computer. Tahun 1994 berdiri COMPIC Development Association. COMPIC terdiri dari

    1670 pictographs yang dibagi menjadi 13 kategori.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa COMPIC merupakan suatu

    metode yang menggunakan gambar dengan simbol linier, yaitu simbol-simbol berupa garis

    sederhana yang mewakili suatu gambar atau foto yang dibuat dengan menggunakan

    komputer yang digunakan membantu komunikasi anak-anak yang mengalami gangguan

    kesulitan belajar yang terdiri dari 6 jenis ukuran, terdiri dari 1670 pictographs yang dibagidalam 13 kategori.

    Konsep Dasar PemikiranCOMPIC

    COMPIC merupakan strategi visual dalam menjembatani keterbatasan komunikasi

    anak autis. Anak autis disebutkan sebagai visual learner, anak autis belajar lebih cepat

    melalui gambar atau simbol. COMPIC sebagai suatu metode yang menggunakan gambar-

    gambar dari computer akan membantu anak autis dalam komunikasi terhadap orang di

    sekitarnya.

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    10/21

    Zafar (1998, h.72) menjelaskan bahwa tujuan utama COMPIC adalah untuk

    menjembatani komunikasi pada anak autis sehingga anak dapat berkomunikasi secara

    verbal. COMPIC merupakan metode dengan menggunakan alat bantu visual sehingga

    pemahaman terhadap bahasa yang disampaikan secara verbal dapat lebih jelas diterima anak

    autis. Lebih lanjut Zafar (1998, h.73) menjelaskan bahwa kemudahan dari COMPIC adalah

    dibuat secara jelas dan sederhana, dirancang mengikuti standar umum, tidak membedakan

    jenis kelamin, satu gambar dapat dipakai untuk beberapa fungsi dapat dipakai oleh semua

    usia.

    Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa konsep dasarCOMPIC adalah

    sebagai alat bantu komunikasi atau strategi visual yang menggunakan simbol linier

    (komputer) di buat secara sederhana dan jelas yang bertujuan membantu kesulitan

    komunikasi pada anak autis non verbal.

    Zafar (1998,h.72) terdapat beberapa tahapan dalam memperkenalkan COMPIC

    sebagai suatu metode komunikasi yaitu :

    1. Anak dapat mengenali suatu benda

    2. Anak dapat mencocokkan benda dengan benda

    3. Anak dapat mencocokkan benda dengan foto

    4. Anak dapat mencocokkan benda dengan gambar

    5. Anak dapat mencocokkan benda denganCOMPIC6. Anak dapat melakukan asosiasi denganCOMPIC

    7. Anak dapat melakukan pertukaran denganCOMPIC

    8. Anak dapat membuat kalimat denganCOMPIC

    PengaruhCOMPIC terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal

    Bicara dan bahasa merupakan sarana yang penting pada manusia untuk

    berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Anak sebagai makhluk sosial sudah

    dapat melakukan komunikasi sejak lahir. Namun tidak demikian pada anak autis. Anak autis

    mengalami keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan melakukankomunikasi yang efektif, bukan hanya sekedar bicara bagi anak autis sangat penting. Tanpa

    kemampuan tersebut, anak mudah frustasi sehingga menunjukkan perilaku negatif karena

    kebutuhan-kebutuhannya tidak dapat dipenuhi oleh lingkungan.

    Hal ini sependapat dengan Stokes (2007, h.3) menyatakan hasil penelitian

    menunjukkan bahwa anak autis menggunakan bahasa sebagai komunikasi secara terbatas

    atau memiliki keterbatasan dalam menyampaikan maksud atau tujuan. Anak autis

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    11/21

    berkomunikasi dengan menggunakan cara melalui motorik, gestural, suara, tanda dan

    menggunakan objek, foto, pictorialdan tulisan (Stokes, 2007, h. 2).

    Pada anak autis non verbal perlu dilakukan intervensi dini sebagai usaha sedini

    mungkin untuk mengajarkan ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan seperti ketrampilan

    berkomunikasi yang berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam bersosialisasi dan

    berinteraksi dengan orang lain.

    Anak autis memiliki ciri khas dalam belajar yaitu mudah memahami dan mengingat

    berbagai hal yang di raba (visual learner atau visual thinking), mudah memahami berbagai

    hal yang ia alami (hands on learner) oleh karena itu penggunaan alat bantu dengan

    memakai strategi visual (alat bantu visual) dapat digunakan dalam mengajarkan

    ketrampilan komunikasi. Hal ini sependapatdenganGemah (2004, h. 7) mengatakan bahwa

    banyak anak autisme memperoleh hasil lebih baik bila belajar dengan menggunakan visual

    (penglihatan). Belajar secara visual memudahkan anak autisme untuk dapat berkonsentrasi

    dan memahami sesuatu, misalnya dengan melihat benda konkrit, foto berwarna ,gambar atau

    simbol.

    Anak autis disebutkan sebagai visual learner, anak autis belajar lebih cepat melalui

    gambar atau simbol. Salah satu strategi visual yang dapat digunakan dalam menjembatani

    keterbatasan komunikasi anak autis adalah COMPIC. COMPIC merupakan suatu metode

    yang digunakan dalam membantu komunikasi anak autis non verbal. COMPIC menekankanpada pemahaman dan kemampuan berkomunikasi anak autis melalui gambar. COMPIC

    terdiri dari gambar yang sederhana, dirancang mengikuti standar umum, tidak membedakan

    jenis kelamin, satu gambar dapat dipakai untuk beberapa fungsi dan mudah dimengerti.

    COMPIC merupakan suatu metode yang menggunakan gambar dengan simbol linier, yaitu

    simbol-simbol berupa garis sederhana yang mewakili suatu gambar/foto yang dibuat dengan

    menggunakan komputer yang digunakan membantu komunikasi.

    Sependapat dengan hal di atas, Suusman (1999, h.200) menyebutkan bahwa anak

    autis belajar dengan cara berbeda. Proses belajar dan Gaya belajar anak autis adalahvisuallearner bahwa anak autis lebih mudah dalam menangkap informasi melalui gambar, TV,

    video, dan simbol. Melalui visualmereka dapat memahami dengan mudah dan mengingat

    dalam memori. Gambar dapat berfungsi sebagai bahasa pada anak autis non verbal, dalam

    hal ini COMPIC dapat membantu karena disebutkan anak autis adalah visual learner,

    sehingga dengan demikian akan mudah dimengerti bila sesuatu diajarkan melalui gambar.

    Senada dengan hal tersebut Hodgdon (Mayanti dkk, 2003, h. 199) mengatakan bahwa

    sebagian besar anak autis memiliki visual memory lebih baik dibandingkan auditory

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    12/21

    memory. COMPIC sebagai alat bantu visual membantu anak autis dalam melakukan

    komunikasi dengan lebih efektif.

    Pengunaan gambar atau simbol sangat membantu sebagai jembatan komunikasi

    bagi anak autis non verbal. Anak autis non verbal mempunyai keterbatasan dalam

    berkomunikasi secara verbal. Penggunaan COMPIC sebagai metode atau strategi visual

    diharapkan dapat membantu komunikasi anak autis non verbal sehingga mereka bisa

    melakukan komunikasi bahkan bisa membantu mereka untuk berbicara atau menggunakan

    suara.

    Penelitian yang dilakukan oleh Heiman dkk (1995, h.477) bahwa anak autis

    menunjukkan peningkatan kesadaran fonologis dan kemampuan berbahasa melalui

    penggunaan gambar dengan program komputer.

    Penelitian Foreman dan Crews(1998, h.21) pada anak down syndrome dengan

    menggunakan sistem gambar terkomputerisasi, COMPIC menunjukkan adanya

    peningkatan pada area bahasa dan komunikasi. Penelitian ini menunjukkan adanya

    pengaruh terhadap ketrampilan komunikasi anak down syndrome dengan menggunakan

    metodeCOMPIC.

    Penggunaan COMPIC sebagai salah satu intervensi pada anak dengan gangguan

    multiple disabilities menunjukkan adanya peningkatan perkembangan ketrampilan

    komunikasi yang terintegrasi. Seperti peningkatan produksi komunikasi spontan danpeningkatan vokalisasi, kata-kata, penggunaan isyarat dan tanda-tanda komunikasi. Anak

    juga menunjukkan keinginan berkomunikasi yang meningkat (May dan Chan, 1999, h. 35).

    COMPIC digunakan untuk mengajarkan kemampuan atau ketrampilan

    komunikasi. COMPIC merupakan gambar dengan simbol linier, yaitu simbol-simbol

    berupa garis sederhana yang mewakili suatu gambar atau foto yang dibuat dengan

    menggunakan komputer. Zafar (1998, h.72) menjelaskan COMPIC dapat digunakan untuk

    menjembatani komunikasi pada anak autis sehingga anak dapat berkomunikasi secara

    verbal.Penggunaan COMPIC dalam intervensi pada penelitian ini diharapkan

    memberikan pengaruh terhadap kemampuan komunikasi anak autis non verbal. Dengan

    demikian COMPIC sebagai strategi visual yang dapat berfungsi sebagai alat bantu visual

    bisa dijadikan pertimbangan dalam membantu komunikasi anak autis non verbal.

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    13/21

    HIPOTESIS

    Hipotesis yang dapat diajukan peneliti di dalam penelitian ini adalah ada

    peningkatan kemampuan komunikasi pada anak autis non verbal setelah penerapan

    Computerised Pictographs for Communication (COMPIC).

    METODE PENELITI AN

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Penelitian ini

    menggunakan jenis penelitian eksperimen single subject design dengan desain A-B-A.

    Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran baseline, treatment, paska perlakuan dan

    evaluasi. Subjek di dalam penelitian hanya satu orang subjek. Empat pengukuran akan

    dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang sama yaitu rating scale kemampuan

    komunikasi yang telah disusun oleh peneliti. Ciri-ciri subjek penlitian adalah sebagai

    berikut :

    1. Anak yang telah didiagnosa autis non verbal, laki-laki mupun perempuan.

    2. Memiliki kepatuhan dan dapat menerima instruksi.

    Metode pengumpulan data meliputi observasi (deskriptif, rating scale kemampuan

    komunikasi, lembar penilaian) dan wawancara.

    RANCANGAN PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan paradigma A-B-A, dimana A merupakan pengukuran

    awal (baseline), B merupakan perlakuan (treatment), dan A merupakan pengukuran akhir

    setelah perlakuan.Pada paradigma A-B-A subjek diukur terlebih dahulu kemampuan

    komunikasinya melalui observasi dan pencatatan dengan alat ukur rating scale, sebagai fase

    baseline. Setelah pengukuran baseline, subjek mendapat perlakuan berupa COMPIC

    sebanyak dua puluh lima kali. Dalam melakukan intervensi waktu yang dibutuhkan untuk

    setiap sesi adalah 60 menit.

    Gambar 2. Paradigma A-B-A

    Selama pemberian perlakuan, perilaku subjek akan diamati dan diukur dengan

    rating scale kemampuan komunikasi. Demikian juga pada paska perlakuan dan evaluasi,

    dilakukan pengukuran kemampuan komunikasi subjek menggunakan rating scale yang

    sama. Evaluasi dilakukan dua minggu setelah pengukuran paska perlakuan.

    A

    Baseline

    B

    Perlakuan/Treatment

    A

    PaskaPerlakuan

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    14/21

    HASIL PENELITIAN

    Hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan pengujian terhadap hipotesis

    yang diajukan menunjukkan bahwa ada peningkatan skor rating scale kemampuan

    komunikasi subjek setelah dilakukan penerapan treatment dengan menggunakan

    Computerised Pictographs for Communication (COMPIC). Hasil pengukuran pada kondisi

    baseline, observasi saat treatment, paska perlakuan dan evaluasi menunjukkan bahwa

    kemampuan komunikasi subjek secara keseluruhan mengalami perubahan. Penerapan

    Computerised Pictographs for Communication (COMPIC) dapat meningkatkan

    kemampuan komunikasi subjek, hal ini dapat terlihat dari skor dan hasil observasi selama

    penelitian. Subjek menunjukkan kemampuan komunikasi yang meningkat seperti respon

    spontan subjek saat memberikan simbol tangan dan simbol kentang saat menginginkan

    kentang dan muncul verbalisasi subjek seperti berkata inta saat melihat kentang atau

    makanan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa COMPIC dapat digunakan sebagai

    alat bantu komunikasi atau sebagai jembatan komunikasi pada anak autis non verbal.

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil penelitian ini kemampuan komunikasi subjek saat baseline

    memperlihatkan kemampuan komunikasi yang kurang dan terbatas pada hal-hal yangsangat sederhana. Skor rata-rata pada pengukuranbaselinesebesar 9 menunjukkan subjek

    pada kategori kemampuan komunikasi yang kurang. Subjek belum dapat memahami pesan

    maupun instruksi yang diberikan terapis. Subjek sering diberikan bantuan penuh dan

    cenderung tidak memberikan respon, seperti saat respon dipanggil nama subjek tidak

    segera memberikan respon sehingga diberikan bantuan penuh. Demikian pula kemampuan

    subjek dalam mengekspresikan keinginan atau kebutuhannya masih sangat terbatas dan

    cenderung dibantu oleh orang-orang terdekat. Subjek juga mengalami keterbatasan dalam

    melakukan instruksi atau perintah, kesulitan dalam memilih, kesulitan dalam memberikanrespon motorik spesifik pada tugas reseptif.

    Siegel (1996, h.25) mengatakan bahwa anak autis memiliki ciri khas dalam

    mempersepsi dunia seperti kesulitan dalam memproses informasi. Sebagian besar anak

    autisma mengalami kesulitan memproses informasi. Anak autis sulit merangkai informasi

    verbal yang panjang (rangkaian instruksi), sulit mengingat sesuatu sambil mengerjakan hal

    lain dan sulit memahami bahasa verbal atau lisan. Lebih lanjut Siegel juga mengungkapkan

    adanyacommunication frustation (kesulitan berkomunikasi) keterbatasan dalam menangkap

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    15/21

    pesan yang disampaikan orang lain, dan kesulitan dalam merespon atau menjawab

    percakapan serta keterbatasan mengungkapkan atau mengekspresikan diri akan kebutuhan

    atau keinginan sering membuat anak autis frustasi.

    Pengukuran pada baseline juga menggambarkan bahwa subjek berada pada tahap

    perkembangan the own agenda stage yaitu tahap dimana anak masih suka bermain sendiri

    dan tidak tertarik pada orang-orang disekitarnya. Anak belum tahu bahwa dengan

    komunikasi dapat mempengaruhi orang lain. Anak berperilaku sesuai kehendaknya

    (Sussman dalam Fadhilah, 2003, h.214).

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek setelah mendapat treatment terlihat

    dapat menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi dan muncul spontanitas akan

    keinginan atau kebutuhan. Hal ini ditunjukkan pada skor rata-rata observasi saat treatment

    sebesar 18 (kategori kemampuan komunikasi cukup) dan skor rata-rata paska perlakuan

    sebesar 29 (kategori kemampuan komunikasi baik). Skor rata-rata evaluasi sebesar 24

    (kategori kemampuan komunikasi cukup). Terdapat peningkatan skor pada saat baseline

    dengan skor yang diperoleh setelahtreatmentatau perlakuan dengan metodeCOMPIC pada

    subjek. Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa metode COMPIC

    memberikan pengaruh dalam peningkatan kemampuan komunikasi pada subjek. Hal ini

    sesuai dengan pendapat Sussman (1999, h.200) menyebutkan bahwa anak autis belajar

    dengan cara yang berbeda. Anak autis adalahvisual leaner berarti bahwa anak autis lebihmudah dalam menangkap informasi melalui gambar, TV, video dan simbol. Melalui visual

    anak autis dapat memahami dengan mudah dan mengingat dalam memori. Sependapat

    dengan hal tersebut Hodgon (Saragi, 2007, h. 71) menyatakan bahwa informasi yang

    disampaikan hanya mengutamakan pendengaran akan bertahan sangat kecil, namun dengan

    mengunakan gambar akan membantu anak autis dalam memproses, mengorganisir,

    mengingat informasi dan membantu anak autis dalam menguasai ketrampilan tertentu

    seperti memakai baju, menggosok gigi dan lain sebagainya.

    Gambar dapat berfungsi sebagai bahasa pada anak autis non verbal, dalam hal iniCOMPIC dapat membantu mengingat anak autis adalah anak visual learner. Penggunaan

    COMPIC sebagai metode atau strategi visualdapat membantu komunikasi anak autis non

    verbal. Penggunaan gambar atau simbol merupakan jembatan komunikasi bagi anak autis

    non verbal. Anak autis non verbal adalah anak autis yang mengalami keterbatasan dalam

    berkomunikasi secara verbal. Pada treatment yang dilakukan terhadap subjek muncul

    spontanitas suara subjek. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya, seperti

    penelitian yang dilakukan Foreman dan Crews (1998, h.21) pada anak Down Syndrome

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    16/21

    memiliki kesulitan pada area bahasa dan komunikasi dengan kekuatan yang relatif pada

    area visual dan perceptual diberikan AAC atau Augmentative and Alternative

    Communication seperti penandaan (makaton), sistem gambar komputerisasi, danCOMPIC

    menunjukkan adanya peningkatan pada area bahasa dan komunikasi, hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa simbol lebih efektif dari pada penandaan signing atau makaton,

    subjek lebih memilih menggunakan simbol dari pada signing ketika disajikan pilihan.

    Dengan demikian penggunaan simbol sebagai alat bantu komunikasi menjadikan anak dapat

    berkomunikasi lebih efektif.

    Penelitian Saragi (2007,h.71) terhadap dua orang anak autis dengan menggunakan

    metode sequence card menunjukkan bahwa strategi visualdapat digunakan untuk melatih

    suatu aktivitas tertentu pada anak autis . Hal ini terbukti dari berbagai penelitian yang

    dilakukan dengan menggunakan media visual sebagai sarana membentuk suatu perilaku,

    dari yang belum bisa menjadi bisa dilakukan. Terbukti dalam penelitian ini bahwasequence

    cards memberikan pengaruh yang baik bagi anak autis sehingga anak autis dapat

    menggosok gigi secara tepat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan bantuan visual anak autis

    dapat belajar sesuatu dengan lebih cepat dan mudah.

    Hasil penelitian ini didukung Penelitian yang dilakukan Castelli dkk. (2002, h.

    1839) menemukan pada sepuluh orang dewasa autistik atau sindrom asperger dan sepuluh

    sukarelawan menunjukkan adanya perubahan proses perseptual dengan menonton gambar-gambar animasi. Sependapat dengan penelitian tersebut, Schlosser dan Sigafoos (2002, h.

    102) pada penelitian yang dilakukan pada beberapa anak dengan berbagai macam gangguan

    seperti autis, mental retarded, multiply disability, physical disabilities, rett syndrome

    menemukan bahwa simbol grafik (COMPIC, PECS, foto, Rebus, B and W line drawingsdan

    sebagainya) sebagai alat bantu komunikasi memberikan kontribusi yang positif terhadap

    kemampuan komunikasi anak dalam meminta sesuatu pada orang lain.

    Sependapat dengan hal tersebut di atas, Pieeters (2004,h. 90 92) menunjukkan

    bahwa anak autis kehilangan kemampuan dalam memberikan makna atau memahami kata-kata karena penyakit otak yang berkaitan dengan apa yang mereka dengar, memiliki

    kesulitan khusus dalam menganalisa makna informasi auditory abstrak dikarenakan tidak

    berfungsinya lobus temporal (sisi otak) kiri sehingga dukungan visual menjadi sangat

    penting, untuk itu dapat dikatakan bahwa para penyandang autisma merupakan pelajar

    visual. Apapun yang abstrak dapat dibuat menjadi konkrit dengan gambar.

    Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek mengalami peningkatan pada

    tahap perkembangan komunikasinya yaitu tahap the requester stage dantahap the early

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    17/21

    communication stage, tahap the requester stage yaitu tahap dimana anak autis mulai

    menyadari bahwa perilakunya dapat mempengaruhi orang lain, seperti menarik tangan

    orang lain bila menginginkan sesuatu, mengulangi kata-kata atau suara tetapi bukan

    berkomunikasi melainkan untuk menenangkan drinya atau untuk menarik perhatian orang

    lain. Hal ini muncul pada subjek dimana subjek mengarahkan tangan terapis untuk

    mengambil makanan.Tahap the early communication stage, tahap dimana anak autis sudah

    bisa menggunakan satu bentuk komunikasi tertentu secara konsisten pada situasi khusus.

    Inisiatif berkomunikasi masih terbatas pada pemenuhan kebutuhannya. Anak memahami

    isyarat visual atau gambar komunikasi. Anak mampu melakukan kontak mata saat

    dipanggil nama dan diberikan instruksi.

    Pemberian reinforcement pada penelitian ini mempunyai pengaruh positif terhadap

    penguatan perilaku subjek. Pengaruh ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya skor

    kemampuan komunikasi subjek padarating scale. Hal ini sependapat dengan Teori Skinner

    yaitu Operant Conditioning yang menjelaskan bahwa pembentukan perilaku dengan

    menggunakan komponen reinforcer atau hadiah akan menghasilkan respons yang intensif

    atau kuat dan respon ini cenderung diulang sehingga menghasilkan terbentuk perilaku baru

    (Suryabrata,1984, h.297). Pada treatment, reinforcer yang digunakan yaitu primary

    reinforcer yaitu memberikan sesuatu secara alamiah kepada subjek untuk memberikan

    perasaan senang. Primary reinforcer berupa makanan atau minuman atau benda yangdisukai subyek yang bersifat sebagai penguat perilaku, seperti kentang dan biscuit.

    Pemberian primary reinforcer disertai dengan kata-kata bermakna positif seperti bagus,

    hebat, pintar dan sebagainya (secondary reinforce). Pemberian primary reinforcer dan

    secondary reinforcer memberikan penguat dalam treatment sehingga terdapat peningkatan

    skor kemampuan komunikasi subjek.

    Berdasarkan hasil penelitian bahwa meskipun autisme tidak dapat disembuhkan (not

    curable) tetapi masih dapat diterapi (treatable). Hal ini berarti diperlukan program

    penangganan yang tepat dan tersruktur. COMPIC sebagai alat bantu mempunyai pengaruhdalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak autis non verbal.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat

    disimpulkan bahwa penerapan Computerised Pictographs for Communication (COMPIC)

    dapat membantu subjek dalam mengembangkan kemampuan komunikasi sehingga subjek

    dapat mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginan subjek secara tepat kepada orang lain.

    SARAN

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    18/21

    1. Bagi Orangtua Subjek

    a. Orang tua subjek diharapkan memahami kemampuan subjek dengan

    memberikan perhatian dan dukungan penuh terhadap usaha-usaha yang sudah

    dilakukan dengan melanjutkan program intervensi COMPIC dengan bantuan

    terapis dengan melakukan pemeliharaan atau maintenance serta konsisten

    sehingga kemampuan komunikasi yang telah dikuasai subjek tidak menurun

    atau menghilang.

    b. Memberikan kesempatan pada anak untuk menggunakan COMPIC pada

    situasi-situasi yang sulit sehingga anak belajar untuk dapat berkomunikasi

    pada berbagai macam situasi.

    2. Bagi Peneliti lain

    a. Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian dengan

    menggunakan metode COMPIC dapat menambah jumlah variabel sehingga

    peningkatan yang terjadi dapat dianalisis lebih dalam.

    b. Peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan terapis yang memiliki

    ketrampilan dalam memberikan intervensi COMPIC dan memiliki kepekaan

    terhadap kondisi subjek.

    DAFTAR PUSTAK A

    Baron, S. And Bolton, P. Autism The Facts. 1994. London : Oxford University Press.

    Budhiman, M. 2000. Memberi Kesempatan Pendidikan Normal Pada Anak PenyandangAutisme . Seminar Khusus Guru. Jakarta : Yayasan Autisma Indonesia.

    Budhiman, M. 2002. Kesulitan yang dihadapi Penyandang Autis di Sekolah . SeminarKhusus Guru. Jakarta : Yayasan Autisma Indonesia.

    Chan, JB and May,T.B., 1999. The Impact of Leisure Options on The Frequency andSpontaneous Communication Production of a Young Child With MultipleDisabilities. The British Journal of Developmental Disabilities. Vol. 45, No. 88: 26- 37.

    Castelli, F.; Frith, C.; Hope, F; and Frith, U., 2002. Autism, Asperger Syndrome and BrainMechanism for The Attribution of mental States to Animated Shapes.J ournal ofAutism and Developmental Disorder. Vol. 125, No. 8 : 1839 1849.

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    19/21

    Dredge, B. & Chroswhite, C. 1986. Communication without Speech-A Guide to Parents andProffesionals. Victoria, Australia : Commonwealth School Commission.

    DSM-IV. 1994. Diagnostc and Statistical Manual of Mental Disorder. Fourth Edition.Washington DC : American Psychiatric Association

    Farida. 2007. Penatalaksanaan Terapi pada Anak Autis. Pelatihan Kiat Sukses untukmengoptimalkan kemampuan Anak Hiperaktif dan Autis. Semarang : Sekolah PutraMandiri.

    Frost , L. A. MS and Bondy, A. S. 1994.The Picture Exchange Communication SystemManual. Pyramid Educational Consultans, Inc : Cherry Hill, Nj, US.

    Foreman, P dan Crews, G. 1998. Using Augmentative Communication With Infants AndYoung Children With Down Syndrome. Down Syndrome Research and Practice.Vol.5 No. 1 : 16 25.

    Gemah, N.2004. Alat Bantu Visual.Bandung: Jatis Hurip

    Handojo, Y. 2003. Autisma. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer

    Handriami, E. 2002. Prinsip-Prinsip Intervensi untuk Penyandang Autisme. Seminar danPelatihan Terapi Sensori Integrasi Okupasi dan Terapi Wicara untukMengoptimalkan Kemampuan Anak Autis. Semarang: Pusat Pelayanan GangguanPerkembangan Anak Renaning Siwi.

    Happe, F. 1994. Autism : An Introduction to Psychological Theory. London: UCL, Press.

    Heimann, M., Nelson, E.K, Tjus,T., Gillberg, C. 1995. Increasing Reading andCommunication Skills in Children with Autism Through on Interactive MultimediaComputer Program.J ournal of Autism and Developmental Disorder. Vol. 25. No. 5.

    Hetherington, E.M. and Parke, R.D. 1986. Child Psychology: A Contemporary Viewpoint.Third Edition. New York : McGraw-Hill Book Company.

    Hodgdon, Linda, A. 1995. Visual Strategies for Improving Communication-PracticalSupports for School and Home, Quick Roberts Publishing: Michigan US.

    Mayanti, 2000.Strategi Visual dalam Pendidikan Anak ASD. Jakarta : Sekolah Mandiga.

  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    20/21

    Maslim, R. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan J iwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III.Jakarta : PT Nuh Jaya.

    Peeters, T. 2004. Hubungan Pengetahuan Teoritis dan Intervensi Pendidikan BagiPenyandang Autis. Jakarta : Dian Rakyat.

    Sabir, E. 2006. Komunikasi, Terapi Wicara dan Intervensi. Komplilasi Hasil Seminar,Lokakarya dan Pelatihan. Yogyakarta : Sekolah Lanjutan Autis Fredofios

    Yogyakarta Indonesia.

    Schlosser, R, W and Sigafoos, J . 2002. Selecting Graphic Symbol for an Initial RequestLexicon : Integrative Review. J ournal of AAC augmentative and Alternative

    Communication, Vol. 18.

    Siegel, B. 1996.The World of The Autistic Child. Understanding and Treating AutisticSpectrum Disorder. New York: Oxford University Press - New York.

    Saragi, S. 2007. Pengaruh Strategi Visual Menggunakan Sequence Card DalamMeningkatkan Kemampuan Bina Diri Pada Anak Autis.Tesis Semarang : MagisterProfesi Psikologi Program Paska Sarjana Unika Soegijapranata.

    Sjah, S, dan Fadhilah, S. 2003. Membantu Anak SD Berkomunikasi Secara Efektif.

    Konferensi Nasional Autisme I. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis KedokteranJ iwa Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis SarafIndonesia .

    Suusman, F. 1999. More Than Words Helping Parents Promote Communication andSocial in Children with Autism Spektrum Disorder, The Hanen Program. Canada: AHanen Centre Publication, Ontario.

    Stokes, S. Developing Expressive Communication Skills for Non-Verbal Children WithAutism.http://specialed.us/autism/nonverbal/non11.htm.

    Suryabrata, S. 1984.Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.

    Sturt, C. 1991. Australian and New Zealand Journal of Developmental Disabilities, 15 (2).119 125.www.aare.edu.au/91 pap/arthm 91008.txt.

    Zafar, A., Sutadi, Rudi., Puspita, A., Yusman,. 1998. Pelatihan Tatalaksana Perilaku(metode Lovas) dan Compic. Jakarta : Yayasan Autisma Indonesia.

    http://www.aare.edu.au/91%20pap/arthm%2091008.txthttp://www.aare.edu.au/91%20pap/arthm%2091008.txthttp://www.aare.edu.au/91%20pap/arthm%2091008.txthttp://www.aare.edu.au/91%20pap/arthm%2091008.txt
  • 7/29/2019 33 Efek Penerapan Compic Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis Non Verbal Veva Lenawaty m Psi Dan D

    21/21