26
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif Oleh: Widya Abstract The objective of the study is to investigate what factors influence firms selection of conservative accounting. The proposed hypotheses are: (1) The higher is the firms ownership structure of the capital, the more likely the firms select a conservative accounting strategy is, (2) The higher is the frequency of the debt covenant abrogation, the more likely the firms select a less conservative accounting strategy, (3) The bigger is expended political cost, the more likely the firms select a more conservative accounting strategy, and (4) Growing companies are more likely to select a more conservative accounting. The samples of the study are the manufacturing firms listed in Jakarta Stock Exchange. The data are collected using targeted sampling method. The number of the firms serving as the samples is 74 in 1995-2002.The results of the study indicate that in general Indonesian firms select conservative accounting method (76.9%). The influencing factors of the selection of the method are ownership structure, political cost and growth, while the debt covenant with the proxy of leverage is not the factor influencing the firms choice of it because the contract rarely takes place in the country. There are three conservative accounting proxies as suggested by Watts (2003), i.e. earning stock return relation measures, earnings accrual measures, ad net asset measures. The study formulates assumed model based on the PSAK no. 14 (on stock), 17 (on depreciation), 19 (on amortization) and 20 (on R&D cost) to determine if the firms select conservative or optimistic accounting. Sensitivity analysis is made in the study to see the * Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Suwardjono, dosen Fakultas Ekonomi UGM, Jogjakarta, atas kritik dan sarannya dalam pembuatan makalah ini.

1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif

Oleh: Widya

Abstract The objective of the study is to investigate what factors influence firms selection of conservative accounting. The proposed hypotheses are: (1) The higher is the firms ownership structure of the capital, the more likely the firms select a conservative accounting strategy is, (2) The higher is the frequency of the debt covenant abrogation, the more likely the firms select a less conservative accounting strategy, (3) The bigger is expended political cost, the more likely the firms select a more conservative accounting strategy, and (4) Growing companies are more likely to select a more conservative accounting.

The samples of the study are the manufacturing firms listed in Jakarta Stock Exchange. The data are collected using targeted sampling method. The number of the firms serving as the samples is 74 in 1995-2002.The results of the study indicate that in general Indonesian firms select conservative accounting method (76.9%). The influencing factors of the selection of the method are ownership structure, political cost and growth, while the debt covenant with the proxy of leverage is not the factor influencing the firms choice of it because the contract rarely takes place in the country.

There are three conservative accounting proxies as suggested by Watts (2003), i.e. earning stock return relation measures, earnings accrual measures, ad net asset measures. The study formulates assumed model based on the PSAK no. 14 (on stock), 17 (on depreciation), 19 (on amortization) and 20 (on R&D cost) to determine if the firms select conservative or optimistic accounting. Sensitivity analysis is made in the study to see the conservative proxy (Watt, 2003), which fits to the assumed model using t-test comparison coefficient across regression. Based on the results of the study, the net asset measures are the proxies that are appropriate to the assumed model proxy.

Key words: Conservatism, Ownership Structure, Debt Covenant, Political Cost, Growth, PSAK, Earnings stock return relation measures, Earnings accrual measures, and Net asset measures

1. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Konservatisma merupakan konsep akuntansi yang kontroversial (Mayangsari dan Wilopo, 2002). Timbulnya berbagai kritik mengenai kegunaan suatu laporan keuangan ketika penyusunannya menggunakan metoda-metoda yang sangat konservatif, karena laporan akuntansi yang menggunakan metoda tersebut cendrung bias dan tidak mencerminkan realita. Pendapat ini dipicu juga oleh difinisi akuntansi yang mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih

* Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Suwardjono, dosen Fakultas Ekonomi UGM, Jogjakarta, atas kritik dan sarannya dalam pembuatan makalah ini.

Page 2: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban nilai yang tertinggi (Basu, 1997).

Mayangsari dan Wilopo (2002) menyatakan bahwa secara intuitif prinsip konservatisma bermanfaat karena bisa digunakan untuk memprediksi kondisi mendatang yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan (SAK) yang telah ditetapkan oleh badan yang berwenang menetapkan standar. Dalam SAK terdapat beberapa pilihan prosedur akuntansi yang dapat digunakan perusahaan untuk menyusun laporan keuangan. Perusahaan memiliki sedikit kebebasan dalam memilih salah satu dari beberapa alternatif yang ditawarkan dalam standar akuntansi keuangan yang dianggap sesuai dengan kondisi perusahaan. Beberapa alternatif pilihan prosedur penyusutan yang ada dalam SAK tersebut memiliki tingkat konservatisma satu dengan yang lainya.

Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian Qiang (2003) yang menemukan bahwa penentu self imposed conservatism adalah kontrak hutang (debt covenant), ownership equity. Ball et al (2000) dan Wibowo (2002) menyatakan bahwa pilihan terhadap suatu metoda akuntansi yang terkait dengan prinsip konservatisma dipengaruhi juga oleh struktur kepemilikan, biaya politis dengan menggunakan proksi ukuran perusahaan (Watts dan Zimmerman 1986, dan Cahan, 1992) dan growth (pertumbuhan) (Feltham dan Ohlson, 1995, Penman, 2001)). Dalam penelitian Dewi (2003) menyatakan bahwa ukuran tingkat konservatisma yang ada belum bisa menangkap atribut-atribut konservatisma.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dinyatakan dalam pertanyaan berikut, yaitu:1. Apakah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta memilih

akuntansi konservatif?2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perusahaan memilih akuntansi

konservatif? 3. Meneliti dan menelaah proksi konservatisma manakah yang sesuai dengan

model asumsian sehingga dapat menjelaskan konservatisma laporan keuangan secara akurat?

1.3. Kontribusi Penelitian

Penelitian yang berhubungan dengan konservatisma masih dibutuhkan saat ini, karena banyaknya permasalahan dan perdebatan mengenai konservatima yang masih terus berlanjut (Dewi, 2003). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada penelitian akuntansi berbasis pasar modal di Indonesia, khususnya mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif. Hal baru yang diteliti dalam penelitian ini adalah menguji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perusahaan memilih akuntansi konservatif dengan menambahkan growth yang diasumsikan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif. Penelitian ini membuat suatu cara pengukuran alternatif dengan menggunakan beberapa asumsi untuk menentukan konservatisma laporan keuangan suatu

Page 3: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

perusahaan yang didasarkan SAK dengan memberikan nilai 1 untuk (konservatif) dan 0 untuk (optimis).

2.TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Konservatisma

Konservatisma merupakan prinsip penting dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan agar pengakuan dan pengukuran aktiva serta laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian oleh karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi ketidakpastian (Wibowo, 2002). Implikasi konsep konservatisma terhadap prinsip akuntansi yaitu akuntansi mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar (Suwardjono, 1989).

Beberapa metoda berikut menunjukkan bahwa standar akuntansi yang berlaku mengijinkan untuk memilih berbagai metoda yang dapat diterapkan dalam kondisi/transaksi yang sama, sehingga memungkinkan perusahaan menggunakan metoda yang dirasa paling tepat. Kebebasan memilih standar akuntansi dapat menghasilkan angka-angka yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan laba yang cendrung konservatif. Standar akuntansi keuangan yang diterbitkan IAI per April 2002 menyebutkan ada berbagai metoda yang dapat digunakan dalam kondisi yang sama. Metoda tersebut tercakup dalam PSAK No 14 mengenai persediaan, PSAK No.17 mengenai akuntansi penyusutan, PSAK No.19 mengenai aktiva tidak berwujud menyatakan, dan PSAK No.20 mengenai biaya riset dan pengembangan

2.2. Struktur Kepemilikan dan Konservatisma

Teori informasi memprediksi bahwa perusahaan cenderung untuk tidak menginformasikan kabar buruk untuk menaikkan harga saham ( Verechia, 2001). Bagaimanapun informasi privat perusahaan harus secepatnya disampaikan manajer kepublik.

Untuk perusahaan dengan kepemilikan yang lebih terkonsentrasi, free rider akan berkurang dari investor kecil yang ada dan kos yang dikeluarkan lebih rendah untuk mendeteksi kecurangan. Dalam perspektif yang panjang, semakin rendah kos investor untuk mendeteksi kecurangan semakin tinggi probabilitas perusahaan untuk terdeteksi dan semakin tinggi kos yang diharapkan dimasa mendatang (net benefit) dari peningkatan laba (Qiang, 2003).

Wibowo (2002) menyatakan terdapat hubungan positif antara struktur kepemilikan dengan konservatisma laba. Qiang (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat konsentrasi struktur kepemilikan modal perusahaan yang besar akan mengurangi keuntungan bersih yang diharapkan manajer terhadap laba atas modal sehingga tingkat konservatisma meningkat. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesa alternatif yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:H1: Makin tinggi konsentrasi struktur kepemilikan perusahaan terhadap

modal maka perusahaan tersebut cenderung memilih strategi akuntansi konservatif dibanding perusahaan yang konsentrasi kepemilikan terhadap modalnya rendah.

Page 4: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

2.3. Debt Covenant Hyphothesis dan Konservatisma

Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa motif pemilihan suatu metoda akuntansi tidak terlepas dari teori akuntansi positif, salah satunya adalah debt covenant hypotheses. Sehubungan dengan biaya renegosiasi kontrak utang, kontrak utang (debt covenant) akan memperbaiki angka akuntansi.

Debt covenant hypotheses memprediksikan bahwa manajer ingin meningkatkan laba dan aktiva untuk mengurangi biaya renegosiasi kontrak utang ketika perusahaan memutuskan perjanjian utangnya. Bukti empiris menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki abnormal accruals yang lebih agresif (Sweeney, 1994) dan perubahan terhadap kebijakan akuntansi yang lebih agresif (Defond dan Jiambalvo, 1994). Qiang (2003) menyatakan bahwa manajer dengan resiko ex ante memutuskan perjanjian utang lebih tinggi untuk cendrung optimis/kurang konservatif. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji dalam penelitian ini adalah:H2: Makin sering perusahaan memutuskan perjanjian utang maka perusahaan

cenderung memilih strategi akuntansi yang kurang konservatif daripada perusahaan yang jarang memutuskan perjanjian utang.

2.4. Political Cost Hyphothesis dan Konservatisma

Kos politis timbul dari konflik kepentingan antara perusahaan (manajer) dengan pemerintah sebagai kepanjangan tangan masyarakat yang memiliki wewenang untuk melakukan pengalihan kekayaan dari perusahaan kepada masyarakat sesuai peraturan yang berlaku (peraturan perpajakan maupun peraturan lainnya).

Sementara proses pengalihan kekayaan biasanya didasarkan pada informasi akuntansi, seperti laba perusahaan atau informasi akuntansi lainnya. Sehubungan dengan adanya biaya monitoring terhadap pembuatan dan penyelenggaraan aturan, keputusan regulasi ingin memperbaiki angka akuntansi. Hipotesis kos politis memprediksikan bahwa manajer ingin mengecilkan laba untuk mengurangi biaya politis yang potensial (Watts dan Zimmerman, 1986).

Perusahaan dengan keuntungan yang besar tampaknya lebih menarik perhatian pengatur. Karenanya, pelaporan laba yang besar akan meningkatkan kemungkinan diatur atau dibebani secara monopoli (Cahan, 1992). Keuntungan yang besar juga dapat dipakai sebagai bukti melawan perusahaan dalam tindakan antitrust (Han dan Wang, 1998), deregulasi (Key, 1997), dan pembebasan kebijakan (Jones, 1991).

Kos politis sering diproksikan dengan ukuran perusahaan oleh beberapa penelitian sebelumnya (Belkaoui dan Karpik, 1989). Dari uraian diatas diharapkan perusahaan dengan kos politis yang lebih besar akan memilih akuntansi konservatif. H3: Makin besar ukuran perusahaan maka perusahaan cenderung memilih

strategi akuntansi yang lebih konservatif.

2.5. Growth dan Konservatisma

Pada perusahaan yang menggunakan prinsip konservatif terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan untuk investasi, sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan yang tumbuh (Mayangsari dan Wilopo, 2002). Pertumbuhan ini akan direspon positif oleh investor sehingga nilai pasar perusahaan

Page 5: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

yang konservatif lebih besar dari nilai bukunya sehingga akan tercipta goodwill. Pasar menilai positif atas investasi yang dilakukan perusahaan karena dari investasi yang dilakukan saat ini diharapkan perusahaan akan mendapatkan kenaikan arus kas dimasa depan.

Feltham dan Ohlson (1995) dan Penman (2001) menyatakan bahwa akuntansi konservatif merupakan konsep yang sesuai karena konsep tersebut menunjukkan pertumbuhan suatu perusahaan karena aktiva netto yang dilaporkan lebih rendah dari nilai pasar. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis alternatif yang diuji dalam penelitian ini adalah :H4 : Perusahaan yang bertumbuh akan cenderung memilih akuntansi yang

lebih konservatif.

3. METODA PENELITIAN

3.1.Sumber Data, Populasi dan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari database Bursa Efek Jakarta yang tersedia di PPA (Pusat Pengembangan Akuntansi) UGM, di MSi Fakultas Ekonomi UGM dan ICMD (Indonesia Capital Market Directory). Sampel dipilih dari populasi perusahaan yang sahamnya terdaftar dan di perdagangkan di Bursa Efek Jakarta. Sampel dipilih berdasarkan penyampelan bersasaran (purposive sampling), yaitu memilih sampel yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Perusahaan yang diambil sebagai sampel adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ pada tahun buku 1995-2002. Lampiran 1 menyajikan daftar nama perusahaan yang dijadikan sampel.3.2. Penelitian dan Pengukuran Variabel

3.2.1. Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dummy yaitu (1) konservatisma, dan (0) optimis. Pengukuran konservatisma dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan beberapa asumsi yang didasarkan pada SAK 2002.

Metoda yang paling konservatif dalam penilaian persediaan adalah metoda LIFO (asumsi perekonomian dalam keadaan inflasi), sedangkan yang paling optimis /liberal adalah metoda FIFO (Dewi, 2003). Dalam neraca fiskal hanya mengakui penilaian persediaan dengan menggunakan metoda FIFO dan rata-rata berbobot /average saja (Hidayat, 2003). Perusahaan yang menggunakan metoda persediaan rata-rata berbobot /average akan lebih konservatif dibanding yang menggunakan metoda persediaan FIFO. Ini akan akan dijadikan asumsi yang pertama.

Asumsi yang kedua mengenai metoda penyusutan bagi aktiva tetap/tidak berwujud neraca fiskal hanya mengakui dua metoda saja yaitu: metoda garis lurus dan metoda saldo menurun. Jika perioda penyusutan suatu perusahaan semakin pendek maka akan lebih konservatif, dan jika perioda penyusutan semakin panjang maka semakin optimis. Metoda penyusutan double declining balance relatif lebih konservatif dibanding garis lurus karena menghasilkan kos yang lebih tinggi sehingga laba menjadi relatif kecil (Dewi, 2003).

Page 6: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

Asumsi ketiga metoda amortisasi bagi aktiva tetap/tidak berwujud, jika perioda amortisasi semakin pendek, maka akan lebih konservatif dan jika perioda amortisasi semakin panjang maka semakin optimis. Metoda amortisasi saldo menurun relatif lebih konservatif dibanding garis lurus karena menghasilkan kos yang lebih tinggi sehingga laba menjadi relatif kecil (Dewi, 2003).

Asumsi yang keempat mengenai pengakuan biaya riset dan pengembangan. Biaya riset dan pengembangan memungkinkan perusahaan untuk memilih metoda yang lebih sesuai dengan keadaan perusahaan. Jika biaya riset diakui sebagai kos pada periode berjalan, maka perusahaan akan menghasilkan laporan yang cenderung konservatif. Sebaliknya jika biaya riset dicatat sebagai aktiva, maka laporan keuangan cendrung optimis (Dewi, 2003). Dari keempat asumsi di atas dapat disimpulkan: 1. Jika perusahaan memenuhi semua (empat) atau tiga dan dua dari asumsi diatas,

maka perusahaan tersebut digolongkan konservatif (1).2. Jika perusahaan hanya memenuhi satu atau tidak memenuhi satupun dari asumsi

diatas maka perusahaan tersebut digolongkan optimis (0)Tiga ukuran konservatif yang dikemukakan oleh Watts (2003 ) dibawah ini

akan digunakan juga untuk melihat dan menelaah proksi konservatisma yang sesuai dengan model berdasarkan asumsi diatas.1. Earnings/stock returns relation measureMeregresi laba dan return dengan langkah sebagai berikut sesuai dengan Wibowo (2002).EPSi,t = + DRi,t + Ri,t + DRi,t * Ri,t + eit……………………..EPSi,t = laba perlembar saham i tahun tRi,t = return saham i tahun tDRi,t = variabel dummy dengan nilai 1 jika Ri,t< 0 (proksi kabar buruk) dan 0 jika Ri,t >0 (proksi kabar baik)

= intersep = koefesien variabel dummy jenis periode

= koefisien (slop) regresi= koefisien variabel interaksi return dan jenis periode

eit = error terms

Jika koefesien memiliki tanda positif dan secara signifikan berbeda dengan nol maka terjadi konservatisma laba pada perusahaan.2. Earnings/accrual measuresPengukuran konservatisma ini digunakan oleh Givoly dan Hayn (2000) dan Dewi (2003) yaitu:Cit = NIit –CFitCit = tingkat konservatismaNIit = laba bersih sebelum extraordinary item dikurangi depresiasi dan amortisasiCFit = arus kas dari kegiatan operasional

Apabila selisih antara laba bersih dan arus kas bernilai negatif, maka laba digolongkan konservatif dan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena laba lebih rendah dari cash flow yang diperoleh oleh perusahaan pada periode tertentu (Dewi, 2003).3. Net asset measures

Page 7: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

Proksi yang ketiga yaitu menggunakan rasio market to book ratios (market value of common equity/book value of common equity). Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi konservatif.

3.2.2. Variabel Independen1. Struktur Kepemilikan Variabel struktur kepemilikan yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Wibowo (2002) yaitu proporsi lembar saham yang dimiliki oleh investor individual eksternal (publik) akhir tahun 1995 –2002. Wibowo (2002) menyatakan bahwa variabel ini mampu mengukur asimetri informasi sebagai salah satu determinan konservatisma. 2. Kontrak Utang (Debt Covenant) Proksi debt covenant dalam penelitian ini adalah sama dengan proksi yang digunakan oleh Qiang (2003) yaitu leverage ( utang jangka panjang/aktiva) untuk perusahaan j tahun ke t. 3. Kos Politis (Political cost) Proksi dari kos politis sesuai dan konsisten dengan penelitian Belkoui dan Karpik (1989) yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang dilihat dari log of net sales.4. Growth Pertumbuhan disini dilihat dari growth opportunities (kesempatan bertumbuh) sesuai dan konsisten dengan penelitian Collins dan Kothari (1989) yaitu dari market to book value of equity (jumlah saham beredar x harga penutupan) : dengan total ekuitas)).

3.3. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis3.3.1. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi logit, karena variabel dependennya berupa variabel dummy (Gujarati, 1995: 554). Adapun modelnya adalah sebagai berikut :DCONit = 0 + 1SK + 2 DC+ 3 PC+ 4GROWTH + it

0 - 5 = interceptDCONit adalah variabel dummy yang diukur dengan model asumsian, angka 1 untuk probabilitas

perusahaan memilih akuntansi konservatif, dan 0 untuk optimis.DSK struktur kepemilikan merupakan variabel dummy bernilai 1, jika struktur kepemilikan bernilai

lebih besar atau sama dengan rata-rata struktur kepemilikan dan 0 untuk nilai lainnya.DC debt covenant yang diproksikan dengan leverage (long term-debt/assets) perusahaan j pada

perioda t.PC adalah biaya politis yang diproksikan dengan log net sales perusahaan j pada perioda t.GRWOTH pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan MBV adalah market to book value of

equity perusahaan j pada perioda t.it = error term.

3.4. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas ini dilakukan untuk melihat dan menelaah proksi konservatisma yang sesuai dengan model asumsian sehingga dapat menjelaskan konservatisma laporan keuangan sesuai dengan model berdasarkan asumsi diatas.

Adapun model yang diajukan adalah sebagai berikut :

Page 8: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

CONit1 = 0 + 1SK + 2 DC+ 3 PC + 4GROWTH + it

CONit2 = 0 + 1SK + 2 DC+ 3 PC + 4GROWTH + it

CONit3 = 0 + 1SK + 2 DC+ 3 PC + 4GROWTH + it

Keterangan :CONit1 = Konservatisma yang diukur dengan meregresi laba dan return. (Basu, 1997). CONit2 = Konservatisma yang diukur dengan menggunakan akrual (Givoly dan Hayn,

2000).CONit3 = Konservatisma yang diukur dengan rasio market to book value (Beaver dan Ryan,

2001).Ketiga ukuran ini merupakan variabel dummy, angka 1 untuk perusahaan yang memilih akuntansi konservatif dan 0 untuk optimis.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan perbedaan koefisien untuk ketiga ukuran konservatif dengan koefesien model asumsian menggunakan T-test (Tuasikal, 2002).

4. ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN4.1. Hasil Pengujian 4.1.2 Hasil Pengujian Hipotesis 1 sampai Hipotesis 4

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik antara dummy variabel dengan empat variabel independen, tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Hasil pengujian regresi logistik secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Nilai Hosmer and Lemeshaw test sebesar 0.068 dan nilai probabilitas Chi- Square sebesar 68.350 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0.05, menunjukkan bahwa model ini sudah cukup baik, artinya tidak ditemukan adanya perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan yang diamati dan model regresi binary ini layak dipakai untuk analisis selanjutnya. Untuk melihat kecocokan model (model fit), kriteria yang digunakan adalah nilai –2 Log Likehood (-2 LL) adanya penurunan nilai dari 642.235 menjadi 587.338 mengindikasikan bahwa model regresi ini baik.

Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa koefisen regresi untuk struktur kepemilikan adalah positif secara statistik signifikan pada p < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95% struktur kepemilikan mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatisma.Tanda positif menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi struktur kepemilikan perusahaan terhadap modal maka perusahaan tersebut akan cenderung memilih strategi akuntansi konservatif dibanding perusahaan konsentrasi kepemilikannya rendah. Hasil penelitian ini memberi dukungan untuk hipotesa 1.

Koefisien regresi untuk debt covenant adalah positif tetapi secara statistik tidak signifikan pada p < 0.05, maka disimpulkan dengan tingkat signifikansi 95% debt covenant yang diproksikan dengan leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisma.Hasil ini tidak mendukung hipotesa 2.

Koefisien regresi untuk political cost adalah positif yang secara statistik signifikan pada p < 0.05, maka dapat disimpulkan dengan tingkat keyakinan 95% political cost yang diproksikan dengan log of net sales mempunyai pengaruh atas pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif. Tanda positif menyatakan bahwa makin besar kos politis yang dikeluarkan oleh perusahaan maka perusahaan makin

Page 9: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

cenderung memilih strategi akuntansi yang lebih konservatif. Hasil penelitian ini memberi dukungan untuk hipotesa 3.

Koefisien regresi untuk growth perusahaan adalah positif yang secara statitik signifikan pada p< 0.05, maka dengan tingkat keyakinan 95% disimpulkan bahwa perusahaan yang bertumbuh umumnya akan memilih akuntansi konservatif. Tanda positif menyatakan bahwa makin tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin cenderung perusahaan memilih strategi akuntansi konservatif. Hal ini memberi dukungan terhadap hipotesa 4.4.3. Hasil Analisis SensitivitasHasil pengujian regresi logistik dengan ketiga proksi yang dikemukan oleh Watts (2003) yaitu earnings and stock return relation measure, earnings accrual measures dan net asset measures secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.3. Ketiga proksi ini selanjutnya akan diberi nama proksi 1 (earnings and stock return relation measures), proksi 2 (earnings accrual measures) dan proksi 3 (net asset measures).

Hasil pengujian regresi logistik menyimpulkan bahwa untuk proksi 1

terdapat satu variabel yang signifikan pada p < 0.05 yaitu growth. Sedangkan untuk proksi 2 hanya satu variabel yang signifikan pada tingkat signifikansi p < 0.1 yaitu political cost. Untuk proksi 3 terdapat dua variabel yang signifikan pada tingkat signifikansi p>0.05, yaitu political cost dan growth.

Analisis ini dilanjutkan dengan melihat perbedaan antara koefesien yang signifikan antara model asumsian dengan masing –masing proksi diatas dengan menggunakan formula 3. Hasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut:

Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien masing-masing variabel antara model asumsian, proksi 1, proksi 2 dan proksi 3.

Nilai t-test proksi 1 untuk GROWTH sebesar 5.472 signifikan pada p>0.05. Proksi 2 untuk PC sebesar 1.9217 signifikan pada p>0.05 dan proksi 3 masing-masing untuk PC sebesar 1.8136 dan GROWTH sebesar 2.2294 signifikan pada p>0.05. Disimpulkan bahwa masing- masing proksi baik proksi 1,2 dan 3 mempunyai koefisien regresi yang memiliki kemampuan berbeda pada level 0.05.

Analisis sensitivitas terhadap tiga proksi yang dikemukakan oleh Watts (2003) menunjukkan bahwa dengan menggunakan proksi 3, faktor yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif adalah political cost dan growth dan hasil dari penggunaan proksi ini bisa dilihat dari t* hitung dan jumlah variabel yang signifikan dan sangat dekat dengan pengujian sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan kalau penggunaan proksi net asset measures dapat mewakili proksi yang sesuai dan cocok untuk menjelaskan konservatisma pada perusahaan -perusahaan di Indonesia.

5. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN PENELITIAN BERIKUTNYA

5.1.SimpulanPenelitian ini merupakan penelitian yang pertama dengan menggunakan model berdasarkan asumsi yang bersumber dari standar akuntansi keuangan (SAK) dengan mengggunakan kategori (1) untuk konservatif dan (0) untuk optimis. Observasi

Page 10: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

yang dilakukan untuk membuat model asumsian menunjukkan bahwa pada umumnya perusahaan di Indonesia memilih akuntansi konservatif ini dapat dilihat dengan penggunaan metoda akuntansi pada masing-masing perusahaan yang mengarah pada akuntansi konservatif terdapat di lampiran 2 yaitu sebesar 76.9 %.

Hasil penelitian menunjukkan dukungan terhadap hipotesa 1, yang menyatakan bahwa makin besar konsentrasi struktur kepemilikan perusahaan terhadap modal, maka perusahaan tersebut cendrung untuk memilih strategi akuntansi konservatif. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Qiang (2003).

Hasil penelitian untuk hipotesa 2 ditolak. Peneliti menduga penolakan terhadap hipotesa ini disebabkan oleh prilaku oportunistik perusahaan tidak bisa dilihat dalam waktu yang lama, penelitian ini menggunakan jangka waktu yang panjang yaitu selama delapan tahun. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Qiang (2003) yang dalam penelitiannya menggunakan jangka waktu yang juga lama yaitu sebelas tahun. Kemungkinan yang kedua adalah penggunaan proksi leverage yaitu utang jangka panjang/total aset (Qiang, 2003) yang mengikuti penelitian Defond dan Jiambalvo (1994) dan Sweneey (1994) pada perusahaan yang bermasalah, sedangkan penelitian ini tidak dilakukan pada perusahaan yang bermasalah, ini dibuktikan dengan pengambilan sampel dengan kriteria perusahaan harus terdaftar selama 8 tahun berturut-turut.

Besarnya kos politis yang dikeluarkan oleh perusahan juga akan mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif. Makin besar kos politis yang dikeluarkan oleh perusahan maka perusahaan makin memilih strategi akuntansi yang lebih konservatif. Hal ini menunjukkan dukungan terhadap hipotesa 3.

Pada perusahaan yang menggunakan prinsip akuntansi konservatif terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan untuk investasi, sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan yang tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang bertumbuh yang dilihat dari rasio market to book value of equitynya merupakan salah satu yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif sehingga hipotesa 4 di dukung.

Hasil pengujian terhadap tiga proksi yang dikemukakan Watts (2003) menghasilkan simpulan bahwa proksi 3 (net asset measures) merupakan proksi yang sesuai dengan model asumsian karena mendekati model asumsian dan menghasilkan dua variabel yaitu political cost dan growth yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif.

5.2. Keterbatasan

Salah satu kelemahan penelitian ini adalah penggunaan sampel yang tidak dilakukan dengan acak tetapi dengan penyampelan bersasaran (purposive sampling) yang hanya dibatasi pada perusahaan manufaktur saja, sehingga tidak dapat dilakukan generalisasi untuk semua jenis industri.

Keterbatasan lain penelitian ini adalah rentang waktu data laporan keuangan yang digunakan. Penelitian ini menggunakan data dari tahun 1995 sampai dengan 2002, yang didalamnya termasuk data laporan keuangan pada masa terjadinya krisis ekonomi yang dimulai pertengahan tahun 1998.

Page 11: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

3.Penelitian Berikutnya

Penelitian ini membuktikan bahwa struktur kepemilikan, kos politis dan growth mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif. Hanya satu variabel yaitu debt covenant yang diproksikan dengan leverage (utang jangka panjang/ total aset). Penelitian berikutnya dapat menggunakan proksi lain seperti debt to equitu ratio.

Penelitian berikutnya juga bisa menambahkan faktor-faktor lain seperti corporate governance, karena menurut Watts (2003) semakin kuat corporate governance suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut cenderung memilih metoda akuntantasi yang menurunkan laba.

Penelitian berikutnya juga perlu mempertimbangkan sampel yang lebih representatif dan diseleksi secara random, serta waktu pengamatan yang lebih lama kemungkinan memberikan hasil yang lebih baik.

Meskipun penggunaan metoda yang konservatif akan menghasilkan angka-angka yang kurang relevan dengan keadaan sebenarnya, tapi logika ini belum diuji. Penelitian berikutnya dapat menguji relevansi tingkat konservatisma dengan kemampuan memprediksi. Secara kasar hasilnya mungkin adalah angka-angka yang disusun dengan akuntansi optimis lebih baik memprediksi arus kas atau laba di masa mendatang.

Penelitian ini menganalisis fenomena yang ditinjau dari sudut pandang konservatisma laporan keuangan. Fenomena ini bisa dilihat dari sudut pandang yang lain, misalnya alasan manajemen memilih metoda akuntansi. Dewi (2003) menyatakan alasan memilih metoda akuntansi dapat dikaitkan dengan konservatisma keuangan karena terdapat berbagai metoda akuntansi yang dapat diterapkan pada satu kejadian.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, et al. 2000. “Accounting Conservatism & Cost of Debt: An Empirical Test of Efficient Contracting.” SSRN Working Paper. Maret.

Ball, R., Cothary, S.P and A. Robin, 2000. “The Effect of International Institutional Factors on Properties of Accounting Earnings.” Journal of Accounting & Economic. Vol. 29, No.1: 1-51.

Basu, Sudipta, 1997. “The Conservatism Principle and The Asymmetric Timeliness of Earnings.” Journal of Accounting and Economic. Vol. 24, No.1: 3-37.

Beaver, W.H and Ryan, S.G., 2000. “Biases and Lags in Book Value and Their Effects on The Ability of the Book-to Market Ratio to Predict Book Retur\ on Equity. “ Journal Accounting Research. Vol. 38, No.1: 127-148.

Belkaoui, A dan Karpik, P.G., 1989. “Determinant of The Corporate Decision To Disclose Social Information.” Accounting, Auditing & Accountability Journal. Vol. 2, No.1: 36-51.

Page 12: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

Cahan, S. F., 1992. “The Effect of Antitrust Investigations on Discretionary Accruals: A Refined Test of the Political-Cost Hypothesis.” Accounting Review. Vol. 67, No.1: 77-95.

Collins, D. W. and S. P. Kothari, 1989. “An Analysis of Intertemporal and Cross-sectional Determinants of Earnings Response Coefficient.“ Journal of Accounting and Economics. Vol.11: 143-181.

DeFond ML., and Jiambalvo J., 1994. “Debt Covenant Violations and Manipulation of Accruals. Journal of Accounting and Economics.” Vol.17: 145 –176.

Dewi, AAA. Ratna, 2003. “Pengaruh Konservatisma Laporan Keuangan terhadap Earnings Response Coeffisient.” Seminar Nasional Akuntansi VI. Surabaya: 517-525.

Financial Accounting Standard Board. 1996/1997. Statement of Financial Accounting Concepts: Accounting Standards, John Wiley & Sons. Inc. New York.

Feltham, G., dan J. Ohlson., 1995. “Valuation and Clean Surplus Accounting for Operating and Financial Activities.” Contemporary Accounting Research. Vol.11: 689-731.

Givoly and Carla Hyan, 2000. “The Changing Time Series Properties of Earnings, Cash Flows and Accruals: Has Financial Accounting Become More Conservative?.” Journal of Accounting and Economic Vol.29: 287-320.

, 2002. “Rising Conservatism: Implication for Financial Analysis AIMR.(January/Febryary): 56-74.

Gujarati, D. N., 1995, Basic Econometrics third edition, McGraw- Hill, Inc

Han, J.C.Y., and Wang, S. W., 1998. “Political Costs and Earnings Management of Oil Companies During the 1990 Persian Gulf Crisis.” Accounting Review Vol. 73, No. 1: 103-117.

Hidayat. Nur, 2003. Format Baru SPT Badan dan Pelaporannya. www.google.com

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standard Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.

Jensen, M., dan Meckling, 1976. “Theory of the firm: Managerial Behavior, Agency, dand Ownership Structure,” Journal of Financial Economic: 383-405.

Jones, J.J., 1991. “Earnings Management during Import Relief Investigations,” Journal of Financial Economics, Vol. 10, No.2: 113 –134.

Key, K. G., 1997. “Political Cost Incentives For Earnings Management in The Cable Television Industry.” Journal of Accounting and Economics. Vol. 23, No.3: 375-400.

Mayangsari, Sekar dan Wilopo, 2002. Konservatisma Akuntansi, Value Relevance dan Discretionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham dan Ohlson (1996). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5, No.3 (September):229-310.

Page 13: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

Midiastuty, Pratana Puspa, dan Mas’ud Mahfoedz, 2003. “Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba.”Seminar Nasional Akuntansi VI. Surabaya: 176-199.

Neter and Wasserman, 1993. Applied Statistics. Fourth Editions. Allyn and Bacon

Qiang Xingrong, 2003. “The Economic Determinants of Self-imposed Accounting Conservatism.” Dissertation. State University of New York at Bufallo.(January): 1-41.

Penmann, Sthepen H dan Xiaou-Jun Zhang, 2002. “Accounting Conservatism the Quality of Earnings and Stock Returns.” Accounting Review. Vol.77, No.2: 237-264.

Penman, S., 2001, Financial Statement Analysis and Equity Valuation, Boston, MA: Mc Graw-hill.

Suwardjono, 1989. Teori Akuntansi: Perekayasaan Akuntansi Keuangan. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.

Sweeney AP., 1994. “Debt Covenant Violations and Manager’s Accounting Responses.” Journal of Accounting and Economic: 281- 308.

Skinner, D. 1993. “The Investment Opportunity Set and Accounting Procedure Choice.” Journal of Accounting and Economics: 407-445.

Teoh. S.H Welch.I & Wong T. J 1998. “Earnings Management and The under Performance of Seasoned Equity Offerings.” Journal of Financial Economic Vol.51, No. 1: 63-99

Tuasikal, Askam. 2001.”Manfaat Informasi Akuntansi dalam Memprediksi Return Saham.” Seminar Nasional Akuntansi IV.Bandung: 762-788.

Verrechia, R.E. 2001. “Essays on Disclosure.” Journal of Accountings and Economics. Vol.32: 80-97.

Watts, Rose L., and Jerold L. Zimmerman, 1986. Positive Accounting Theory. Prentice/Hell International, Inc. USA.

, 1990. “Positive Accounting Theory: Ten Years Perspective.” Accounting Review. Vol. 65: 131-156.

Watts, Rose L., 2003.”Conservatism in Accounting Part II: Evidence and Research Opportunities.” Accounting Horizon. Vol.17, No. 4: 287-301.

Wibowo Joko. 2002. “Implikasi Konservatisme dalam Hubungan Laba-Return dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.” Tesis S2. Program Magister Sains. UGM. Yogyakarta.

LAMPIRAN 1

Page 14: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

1. Tabel 4.1Statistik Deskriptif Data Sampel Penelitian

Descriptive Statistics

592 .00 1.00 .1774 .38230592 -1.40 18.00 .6699 .83388592 9.22 17.88 13.1272 1.60036592 .00 66.03 1.8162 4.65004592

DSKLEVTLLNSLSMBVValid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

2.Tabel 4.2Hasil Uji Hipotesis 1 sampai 4 Model Analisis Regresi Logistik Dua Kategori

*signifikan pada 0.05

3.Tabel 4.3Hasil Pengujian Regresi Logit Proksi 1,Proksi 2 dan Proksi 3

Proksi 1 Proksi 2 Proksi 3Koefisien Signifikan Koefisien Signifikan Koefisien Signifikan

SK 0.308 0.197 -0.331 0.140 0.02 0.992DC -0.58 0.291 0.0.92 0.518 -0.235 0.189PC 0.142 0.111 0.100 0.071** 0.124 0.029*GROWTH 0.066 0.031* 0.004 0.850 0.369 0.000*-2 Log L (Block = 0) 816.790 763.874 811.412-2 Log L (Block = 1) 803.399 758.362 765.651Model Chi-Square 14.278 0.006 5.637 0.228 70.846 0.000Homers and Lemeshow

26.374 0.01 5.001 0.757 65.023 0.000

*signifikan pada 0.05, ** signifikan pada 0.1

4.Tabel 4.4Perbandingan T- Value Koefesien Model Asumsian dengan Proksi 1, Proksi 2 dan Proksi 3

Proksi Variabel Koefisien T hitung Sig

Persamaan Regresi Logistik Y = 5.165 + 0.858 SK + 0.074 DC+ 0.494 PC + 0.068 GROWTH Variabel B S.E Wald Df SigSK 0.858 0.335 6.544 1 0.011*DC 0.074 0.157 0.225 1 0.636PC 0.494 0.080 37.872 1 0.014*GROWTH 0.068 0.028 6.082 1 0.000*Constan 5.165 1.011 26.108 1 0.006*N 592- 2 Log Likelihood Block 0 642.235- 2 Log Likelihood Block 1 587.338Hosmer and Lemeshaw Test 0.068Chi- Square 68.350

Page 15: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

Model Asumsi Proksi1 GROWTH 0.068 0.066 5.472 sig2 PC 0.494 0.004 1.9217 sig3 PC 0.494 0.124 1.8136 sig

GROWTH 0.068 0.369 2.2294 sig* Nilai T diuji dengan formula 3

LAMPIRAN 2

DAFTAR NAMA PERUSAHAAN- PERUSAHAAN SAMPELNo Kode Nama Perusahaan        1 AKPI PT. Argha Karya Prima Industri Tbk.    2 AQUA PT. Aqua Golden Mississipi Tbk.    3 ARGO PT. Argo Pantes Tbk.      4 ASGR PT. Astra Graphia Tbk.      5 ASII PT. Astra Internasional Tbk.      

Page 16: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

6 BATI PT. BAT Indonesia Tbk.      7 BRAM PT. Branta Mulia Tbk.      8 BRNA PT. Berlina Tbk.        9 BRPT PT. Barito Pacific Tbk.      10 BYSB PT. Bayer Indonesia Tbk.      11 CNTX PT. Century Textile Industry (Centex) Tbk.    12 CTBN PT. Citra Tubindo Tbk.      13 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk.      14 DNKS PT. Dankos Laboratories Tbk.      15 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk.      16 DVLA PT. Darya Varia Laboratories      17 DYNA PT. Dynaplast Tbk.        18 EKAD PT. Ekadharma Tape Industries Tbk.    19 ERTX PT. Eratex Jaya Tbk.        20 ESTI PT. Ever Shine Textile Industry Tbk.    21 FAST PT. Fast Food Indonesia Tbk.      22 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Tbk.      23 GGRM PT. Gudang Garam Tbk.      24 GRIV PT. Great River Internasional Tbk.    25 HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.    26 INDR PT. Indorama Synthetics Tbk.      27 BATA PT. Sepatu Bata Tbk.      28 IGAR PT. Igar Jaya Tbk.        29 INCI PT. Intan Wijaya Chemical Industry Tbk.    30 INDS PT. Indospring Tbk.        31 INKP PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corporation Tbk  32 INTA PT. Intaco Penta Tbk.      33 INTD PT. Inter Delta Tbk.        34 INTP PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk.    35 JECC PT. Jembo Cable Company Tbk.      36 JPRS PT. Jaya Pari Steel Tbk.      37 KRWL PT. Karwell Indonesia Tbk.      38 KBLM PT. Kabelindo Murni Tbk.      39 KICI PT. Kedaung Indah Can Tbk.      40 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk.      41 LION PT. Lion Metal Work Tbk      42 LMSH PT. Lionmesh Prima Tbk.      43 MDRN PT. Modren Photo Film Tbk.      44 MERK PT. Merck Indonesia Tbk.      45 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.    46 MLIA PT. Mulia Industrindo Tbk.      47 MLPL PT. Multipolar Coporation Tbk.      48 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk.      49 MTDL PT. Metrodata Electronic Tbk      50 NIPS PT. Nipress Tbk        51 PBRX PT. Pan Brother Tex Tbk.      52 PGIN PT. Procter & Gamble Indonesia Tbk.    53 RDTX PT. Roda Fivatex Tbk.      54 SAIP PT. Surabaya Agung Industri Pulp Tbk.    55 SCPI PT. Schering Plough Indonesia Tbk.    56 SMCB PT. Semen Cibinong Tbk.      

Page 17: 1 · Web viewHasil pengujian t-test secara ringkas dapat dilihat di Tabel 4.4 berikut: Hasil perbandingan koefisien masing-masing variabel menunjukkan terdapat perbedaan koefisien

57 SMGR PT. Semen Gresik Tbk.      58 SSRN PT. Sarasa Nugraha Tbk.      59 SUBA PT. Suba Indah Tbk.        60 TBMS PT. Tembaga Mulia Semanan      61 TEJA PT. Textile Manufacturing Comapany (Texmaco) Jaya Tbk.62 TFCO PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation (Tifico) Tbk.  63 TIRA PT. Tire Austine        64 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk.      65 TPEN PT. Texmaco Perkasa Engineering Tbk.    66 TRST PT. Trias Sentosa Tbk.      67 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.  68 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk.      69 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.    70 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk (Tancho Indonesia)  71 GDWU PT. Kasogi Internasional Tbk. (Ganda Wungsu Utama)  72 KKGI PT. Kurnia Kapuas Utama Glue Industries Tbk  73 VOKSEL PT. Voksel Electric Tbk.      74 SUCACO PT. Supreme Cable Manufacturing Corporation Tbk.  

LAMPIRAN 3

Formula 1 berdasarkan Neter dan Wasserman (1993) yang digunakan untuk menguji perbedaan koefesien regresi masing-masing variabel antara model asumsian dengan tiga proksi yang dikemukakan oleh Watts (2003) adalah:

(n1-1)S12 + (n2-1)S2

2 Sc

2 = (1) (n1-1) + (n2 –1)

Dalam hal ini Sc2 = pooled atau kombinasi estimator. Selanjutnya standar deviasi

dihitung dengan formula sebagai berikut (Neter dan Wasserman, 1993):S2 = = Sc

2 (2)Dari persamaan (1) dan (2), dihitung respon masing masing variabel terhadap akuntansi konservatif dengan formula 3 (Tuasikal, 2002) sebagai berikut:

k (1) - k (2)

t = (3) S2 1/df (1) + 1/df(2)

k = koefesien modelS2 = sum of squared error regresidf (1)dan df(2) = degrees of freedom regresi pertama dan kedua

Uji signifikansi t-test diatas dilakukan membandingkan antara t* (t-hitung) beda dua koefisien dengan nilai tabel dengan derajat signifikansi 5%.