View
0
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
11
ILMU GIZI INDONESIA ilgi.respati.ac.id
ISSN 2580-491X (Print)
ISSN 2598-7844 (Online)
Vol. 05, No. 01, 11-26
Agustus 2021
Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food neophobia dan perilaku anak autistik di SD Inklusi Salsabila Purwakarta
Case study on reactive food consumption, food neophobia and autistic children behavior in Salsabila Inclusive Elementary School Purwakarta
Mira Tsamrotul Ula*, Muhammad Ikhsan Ammar, Iin Fatmawati ImrarProgram Studi S-1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta, IndonesiaDiterima: 28/02/2020 Ditelaah: 10/11/2020 Dimuat: 30/08/2021
AbstrakLatar Belakang: Di samping hambatan perkembangan, beban hidup anak autistik bertambah berat dengan gangguan metabolisme pencernaan. Upaya penekanan beban sistem biologis akan membantu meringankan beban anak dalam waktu yang relatif lebih cepat. Oleh sebab itu, diet yang sehat (khususnya menghindari pangan reaktif) merupakan prinsip utama pada anak autistik untuk memperbaiki kondisi food neophobia dan perilaku anak autistik. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan reaktif, food neophobia dan perilaku anak autistik. Metode: Penelitian dilakukan di SD Inklusi Salsabila Purwakarta. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi concurrent embedded dengan metode primer berupa metode kualitatif dan metode sekunder berupa metode kuantitatif. Untuk memeroleh data kualitatif, dilakukan wawancara mendalam kepada lima orang tua dan enam guru dari anak autistik dan dokumentasi serta observasi aktivitas keseharian lima anak autistik selama kurun waktu 18 hari. Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) digunakan untuk memeroleh data kuantitatif kebiasaan makan. Hasil: Setiap pangan reaktif yang dikonsumsi berpengaruh terhadap gejala perilaku autistik. Semakin banyak dan sering jenis pangan reaktif yang dikonsumsi diduga berpengaruh terhadap durasi dan kemunculan tantrum juga gejala food neophobia. Kesimpulan: Pangan yang reaktif terhadap satu anak belum tentu reaktif terhadap anak autistik lainnya. Pengecekan data pangan reaktif dalam tubuh anak autistik berguna untuk mengukur ketepatan dalam penentuan diet yang sehat melalui upaya eliminasi maupun substitusi secara bertahap.
Kata kunci: anak autistik; pangan reaktif; food neophobia
AbstractBackground: In addition to developmental barriers, the life burden of autistic children increases with the disruption of their metabolism pathways. Lessening biological system load can help to relieve their burden. Therefore, a healthy diet (especially avoiding reactive food) is a cornerstone not an option to improve food neophobia condition and autictic behavior. Objective: The purpose of this study was to know reactive food consumption patterns, food neophobia and behavior of autistic children. Methods: This study conducted in Salsabila Inclusive Elementary School, Purwakarta used concurrent embedded mix method consisted of primary methods (qualitative methods) and secondary methods (quantitative methods). Data collection were done with interviews for five parents and six teachers of autistic children, as well as monitoring the daily activities of five autistic children for a period of 18 days. Quantitative data were obtained using SQFFQ. Results: Reactive food affected behavioral symptoms of autistic children. More and more reactive food consumed is thought to influence the duration and appearance of tantrums and experienced symptoms of food neophobia. Conclusion: Not all children have the same reaction to the same type of food. Detection of reactive food consumption is highly recomended for accuracy in determining the next healthy diet trying with elimination or subtitution step by step.
Keywords: autistic children; reactive food; food neophobia
*Korespondensi: Mira Tsamrotul Ula, Program Studi S-1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Jalan Raya Limo, Depok, Jawa Barat, Indonesia, Telepon/ fax (021) 7532884/7546772, email: mira_samroh@yahoo.com
12
Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26
PENDAHULUANKasus autisme pada anak semakin
meningkat sehingga menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama orang tua khususnya dalam hal penanganannya (1). Prevalensi autisme di dunia pada tahun 2012 berdasarkan data CDC (Centers for Disease Control and Prevention, USA) menyatakan bahwa sejumlah 1:88 anak menyandang autisme dan pada tahun 2014 meningkat 30% yaitu sebanyak 1,5% atau 1:68. Belum ada data yang pasti mengenai prevalensi autisme di Indonesia. Dokter Rudy, merujuk pada insiden dan prevalensi ASD (Autism Spectrum Disorder), memperkirakan bahwa penyandang kasus autisme di Indonesia sekitar 2,4 juta orang dengan pertambahan penyandang baru sebanyak 500 orang setiap tahunnya (2,3).
Anak autistik terkadang mengalami gangguan perilaku diantaranya menjadi agresif dan hiperaktif, mengalami gangguan konsentrasi, mengalami gangguan sensoris dan memiliki perilaku defisit. Aspek pengaturan pola makan sedemikian penting bagi anak autistik karena suplai makanan merupakan bahan dasar pembentuk neurotransmitter yang memengaruhi mood dan tingkah laku. Pengaturan pola makan yang baik telah terbukti dapat mengurangi gangguan perilaku pada anak autistik (4).
Pengaturan pola makan yang baik diantaranya adalah menghindari pangan reaktif (5). Konsumsi pangan reaktif salah satunya dipengaruhi oleh pola konsumsi sebelumnya yang mengakibatkan food neophobia atau rasa takut dalam mencoba makanan baru. Dengan kata lain, anak menolak untuk mencoba makanan yang tidak dikenali oleh dirinya sendiri (6). Food neophobia merupakan salah satu komponen food selectivity yang diakibatkan oleh withdrawal syndrome atau ketagihan terhadap makanan tertentu karena tidak optimalnya peranan enzim dalam mencerna polipeptida tertentu seperti gluten
dan kasein. Hasil pencernaan polipeptida yang tidak sempurna ini mirip dengan senyawa opiate yang menyebabkan sensasi candu bagi anak autistik terhadap jenis makanan tertentu (5).
Anak autistik dapat bersekolah di Sekolah Luar Biasa maupun Sekolah Inklusi. Penjaja makanan dan minuman di sekitar sekolah inklusi pada umumnya tidak memperhatikan bahwa produk yang mereka tawarkan dapat dibeli ataupun dikonsumsi oleh anak autistik (7–9). Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsumsi pangan reaktif, food neophobia, dan perilaku anak autistik. Penanganan yang tepat, cermat dan telaten sedari dini dapat mendukung anak autistik menjadi orang hebat dan potensial. Penanganan ini dapat dimulai dari kontrol makanan yang dikonsumsi oleh anak autistik.
METODEPenelitian ini dilaksanakan selama tiga
bulan, sejak bulan Oktober 2019 sampai Desember 2019 bertempat di satu-satunya sekolah inklusi di Kabupaten Purwakarta yaitu SD Inklusi Salsabila Purwakarta. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi concurrent embedded (10,11) dengan metode kualitatif (12) sebagai metode primer dan metode kuantitatif sebagai metode sekunder.
Wawancara mendalam kepada lima orang tua dan enam guru dari anak autistik selama kurang lebih 30 menit dilakukan untuk memeroleh data kualitatif mengenai kebiasaan makan dan perilaku anak autistik baik ketika di rumah maupun di sekolah. Wawancara dilakukan di SD Inklusi Salsabila Purwakarta. Pengambilan data kualitatif juga disertai dengan dokumentasi serta observasi aktivitas keseharian lima anak autistik selama 18 hari. Untuk memperkuat hasil pengukuran data kualitatif, dilakukan pengumpulan data kuantitatif terhadap kebiasaan makan (khususnya konsumsi pangan reaktif) menggunakan Semi Quantitative Food
13
Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan
Frequency Questionnaire (SQFFQ) dan pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital (13).
Penetapan subjek dipilih secara purposive dan snowball. Kriteria inklusi penelitian ini yaitu orang tua dan guru dari anak autistik yang memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Anak autistik yang diobservasi adalah anak autistik yang berusia di bawah 10 tahun dan merupakan siswa SD Inklusi Salsabila Purwakarta.
Pada penelitian ini dilakukan analisis data untuk menentukan: 1) pola konsumsi pangan reaktif dari hasil SQFFQ menggunakan aplikasi Nutrisurvey (14,15) dan 2) food neophobia serta perilaku anak autistik berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dideskripsikan melalui penilaian peneliti. Selanjutnya, korelasi antar variabel dianalisis menggunakan uji bivariat Pearson Correlation dengan aplikasi SPSS. Komisi Etik Penelitian Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (KEPK UPNVJ) telah melayangkan surat kelayakan pada penelitian ini dengan menjamin kerahasiaan identitas dari subjek penelitian dengan angket yang tidak mencantumkan nama jelas atau dengan kode tertentu serta memperlakukan seluruh subjek secara adil sebelum, selama dan sesudah keikutsertaan dalam penelitian. Nomor persetujuan kelayakan etik dari penelitian ini adalah B/2226/XII/2019/KEPK.
HASILTabel 1 merupakan data yang mewakili
analisis isi indepth interview yang dilakukan peneliti terhadap informan dan didapatkan hasil untuk variabel perilaku anak autistik yaitu terjadi perubahan perilaku spontan menjadi hiperaktif setelah mengonsumsi makanan manis berlebihan, terjadi perbaikan dalam hal konsentrasi setelah pangan glikemik dieliminasi, dan terjadi penurunan gangguan perilaku autistik setelah pangan reaktif
dieliminasi. Untuk variabel food neophobia didapatkan hasil bahwa anak autistik memiliki rasa kecanduan pangan reaktif yang terngiang-ngiang dalam pikirannya sebagai keinginan yang teramat dalam sehingga anak menyebut-nyebut nama makanan ataupun terfokuskan agar dapat mengonsumsi makanan tersebut. Berdasarkan hasil pengkajian konsumsi pangan reaktif, didapatkan hasil bahwa semua tubuh anak autistik masih dibubuhi asupan pangan reaktif.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan beberapa gangguan yang terjadi pada anak autistik, diantaranya adalah tertawa, melamun, menangis sendiri tanpa sebab (16), menyukai gerakan yang terus dilakukan berulang, menarik baju orang sekitar, mengalami gangguan konsentrasi, menyakiti diri sendiri dan menyerang orang lain, fokus dan menarik diri sendiri, tahan terhadap sakit dan terus berteriak (Gambar 1).
Gambar 1. Gangguan perilaku autistik
Frekuensi kemunculan gangguan perilaku anak ditampilkan pada Gambar 2, dari seluruh anak A hingga anak E, anak C merupakan subjek dengan frekuensi kemunculan gangguan perilaku tergolong tinggi. Sejalan dengan Gambar 2, pada Gambar 3 anak C menempati posisi pertama dalam hal kuantitas dan variasi tertinggi akan pangan reaktif yang
14
Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26
dikonsumsi. Variasi jumlah dan jenis pangan reaktif yang dikonsumsi setiap anak autistik didapatkan dari hasil SQFFQ yang diisikan dalam kegiatan wawancara terhadap setiap orang tua dari anak autistik. Pangan reaktif terbesar yang memengaruhi anak autistik menurut para ahli (5,17) adalah produk gluten (18) dan kasein, pangan dengan beban glikemik tinggi, kedelai, jagung dan makanan yang tinggi akan fenol (19).
Dari lima anak yang terdeteksi autistik, hanya satu anak yang menerapkan diet dengan tepat. Penerapan diet yang dilakukan
menyebabkan anak tersebut merupakan satu-satunya dari lima anak autistik yang tidak mengalami food neophobia (Gambar 4). Sementara anak autistik lainnya, mengalami kondisi food neophobia yang ditandai dengan terus menyebut-nyebut makanan sumber gluten dan kasein atau pangan reaktif serta memiliki hasrat yang tinggi untuk membeli dan mengonsumsi produk susu dan terigu tersebut. Anak-anak tersebut biasanya oleh orang tua mereka disamakan sebagai milk-aholics karena tingginya intensitas konsumsi produk susu.
Gambar 2. Frekuensi gangguan perilaku
Gambar 3. Jumlah variasi pangan reaktif yang dikonsumsi
Dari lima anak autistik, tiga diantaranya telah disadari oleh orang tua mereka bahwa anak sensitif terhadap makanan manis. Apabila anak diberikan makanan manis,
perilaku anak menjadi tidak terkontrol seperti tertawa sendiri dan hiperaktif. Selebihnya, orang tua mengatakan bahwa belum terlalu mengerti tentang anaknya yang berubah
15
Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan
spontan hiperaktif, apakah disebabkan karena makanan atau mood.
Lima anak yang autistik, tiga diantaranya diberi kewenangan untuk jajan sendiri, sedangkan sisanya dengan pengawasan. Terjadi perubahan perilaku membaik setelah perubahan menu makan siang sekolah setahun yang lalu mengingat menu makan siang sekolah menjadi lebih diperhatikan kandungan gizinya. Untuk tingkat konsumsi energi dan protein sehari, sebagai efek dari makanan yang dibatasi, tidak terlalu menjadi perhatian khusus karena hampir semua anak yang diobservasi tidak mematuhi diet yang diinformasikan oleh sekolah. Akan tetapi, mereka mendapatkan pengawasan apabila telah berlebihan dalam mengonsumsi
makanan tertentu. Hal ini terlihat dari adanya perubahan perilaku hiperaktif spontan. Secara keseluruhan, hasil penelitian kualitatif dapat disederhanakan seperti Gambar 5.
Gambar 4. Gambaran food neophobia pada subjek
Gambar 5. Hasil penelitian kualitatif
16
Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26
Tabe
l 1. H
asil
inde
pth
inte
rvie
w
No
Info
rmas
iIn
form
anJa
wab
an in
form
asi
Kon
sep
Vari
abel
: per
ilaku
ana
k au
tistik
1Pe
ruba
han
peril
aku
yang
si
gnifi
kan
kare
na
mak
anan
OT.
A“K
eban
yaka
n m
anis
jadi
lebi
h hi
pera
ktif,
mon
dar m
andi
r, ga
mau
die
m, k
adan
g ke
taw
a-ta
wa
send
iri k
alau
keb
anya
kan
mak
an y
ang
man
is k
aya
perm
en d
ikas
ih
sam
a ne
nekn
ya k
an m
inta
lagi
, min
ta la
gi. K
etik
a te
rjadi
per
ubah
an p
erila
ku
baru
sam
a sa
ya se
baga
i ibu
nya
dihe
ntik
an.”
Pang
an re
aktif
yan
g m
emen
garu
hi p
erila
ku a
nak
autis
tik d
iant
aran
ya a
dala
h pr
oduk
glu
ten,
kas
ein,
zat
feno
l da
n pr
oduk
den
gan
inde
ks
glik
emik
yan
g tin
ggi.
Pang
an
glik
emik
mem
iliki
efe
k (m
ood)
te
rhad
ap d
aya
mem
foku
skan
diri
da
n da
lam
men
aruh
per
hatia
n te
rhad
ap se
suat
u. S
elai
n itu
, as
upan
yan
g m
enga
ndun
g fe
nol
bisa
men
yeba
bkan
ana
k de
ngan
au
tism
e te
rtaw
a-ta
wa
pada
m
alam
har
i ata
u pa
da se
suat
u ya
ng ti
dak
lucu
.
GP.
A“S
aat t
erja
di p
erub
ahan
men
u m
akan
sian
g se
kola
h ya
ng d
ari n
asi p
utih
ke
nasi
mer
ah, g
oren
g-go
reng
an ja
di d
iseu
pan
(dik
ukus
), pa
s uda
h di
atur
, A ja
di
lebi
h fo
kus.
Kan
asa
lnya
ana
knya
mud
ah te
ralih
kan
saat
keg
iata
nnya
apa
per
gi
kem
ana,
nah
jadi
lebi
h m
ende
ngar
kan
ketik
a m
akan
anny
a le
bih
berm
utu.
Kal
au
dulu
mas
ih in
form
asi s
ampa
i beb
erap
a ka
li...”
GP.
C“A
lham
dulil
lah
sete
lah
ada
prog
ram
giz
i di s
ekol
ah. M
eman
g ad
a pr
ogra
m
mak
an d
i sek
olah
seta
hun
yang
lalu
tapi
mas
ih m
engg
unak
an n
asi p
utih
, m
inya
k go
reng
, say
uran
nya
digo
reng
, lau
knya
sepe
rti p
inda
ng, s
nack
nya
bahk
an sa
mpa
i bal
a-ba
la. S
etel
ah d
irekt
ur y
ayas
an b
eker
ja sa
ma
deng
an d
okte
r Ti
fauz
iah
dan
men
giku
ti se
min
ar-s
emin
arny
a da
n be
rdis
kusi
. Mak
a, d
iput
uska
n ba
hwa
nutri
si it
u ad
alah
hal
yan
g ut
ama.
..set
elah
pro
gram
giz
i ber
jala
n al
ham
dulil
lah
ada
peru
baha
n pa
da a
nakn
ya m
eski
tant
rum
tapi
tida
k te
rlalu
la
ma
jeda
nya.
..alh
amdu
lilla
h su
dah
bisa
dia
jak
bica
ra d
an m
ulai
men
gerti
ko
saka
ta. K
emud
ian
untu
k po
la k
onsu
msi
ket
ika
di ru
mah
ber
peng
aruh
ke
C se
perti
dat
ang
ke se
kola
h la
ngsu
ng ta
ntru
m. M
eman
g m
amah
nya
mas
ih
suka
mem
berik
an n
asi u
duk.
..per
kem
bang
an C
per
laha
n ta
pi p
asti,
per
laha
n be
rpen
garu
h da
ri tid
ak k
elua
r kos
akat
a ja
di k
elua
r sed
ikit-
sedi
kit m
engi
kuti
apa
yang
diu
capk
an, a
da p
enin
gkat
an se
lam
a se
tahu
n in
i, da
lam
foku
s jug
a.”
17
Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan
No
Info
rmas
iIn
form
anJa
wab
an in
form
asi
Kon
sep
OT.
E“K
alau
keb
anya
kan
man
is g
erak
anny
a ja
di le
bih
cepa
t mal
ah e
kstri
m sa
mbi
l ke
taw
a he
boh,
saya
jadi
kag
et w
aduh
gim
ana,
sebe
lum
saya
tau
kala
u itu
di
pant
ang-
kan
saya
kas
ih ja
jana
n aj
a, te
rnya
ta la
ngsu
ng b
ange
t ber
akib
at g
itu
spon
tan,
jaja
nan
sepe
rti b
isku
it at
au y
ang
men
gand
ung
man
is a
tau
ga k
ue
blac
kfor
est k
elih
atan
ban
get p
erub
ahan
nya
jadi
lebi
h ak
tif, h
iper
aktif
...”
GP.
E“S
ejak
hijr
ah d
iet t
ahun
lalu
, ada
per
ubah
an si
gnifi
kan
sepe
rti b
isa
dudu
k te
nang
sam
pai 3
0 m
enit,
jara
ng m
enya
kiti
diri
send
iri...
dika
sih
info
rmas
i sek
ali
lang
sung
nur
ut...
nam
un se
tela
h sa
kit,
saki
tnya
itu
dia
pern
ah o
pera
si p
erut
ka
rena
mas
alah
di p
erut
nya
sepe
rti k
ulit
lam
bung
nya
mem
bent
uk m
angk
ok d
an
men
ampu
ng a
ir ...
sete
lah
perk
emba
ngan
pes
at a
tas p
erub
ahan
men
u di
et y
ang
mer
ubah
per
ilaku
sign
ifika
n, m
ulai
saki
t ini
tuh
sepe
rti k
emba
li ke
aw
al, s
eper
ti pe
rkem
bang
an a
utis
me
di a
wal
.”
2M
enat
ap
mat
a la
wan
bi
cara
OT.
A“.
..sek
aran
g ad
a ra
sa c
are
dulu
mah
ga,
cue
k aj
a ga
men
atap
.”Sa
lah
satu
gan
ggua
n ko
nsen
trasi
/ fok
us d
apat
terli
hat
dari
baga
iman
a an
ak a
utis
tik
men
atap
mat
a la
wan
bic
aran
ya.
Sela
in it
u, se
nyaw
a op
iate
ya
ng te
rkan
dung
dal
am p
anga
n re
aktif
juga
dap
at m
embu
at
anak
aut
istik
men
gala
mi s
ocia
l w
ithdr
awal
. Per
ubah
an m
enu
diet
mak
an si
ang
seko
lah
yang
di
perh
atik
an k
andu
ngan
nya
didu
ga b
erpe
ngar
uh te
rhad
ap
min
imal
isas
i gan
ggua
n ko
nsen
trasi
pad
a an
ak a
utis
tik.
OT.
B“S
ekar
ang-
seka
rang
iya
mau
men
atap
mat
a la
wan
bic
ara,
dul
u en
gga.
..”
OT.
C“E
ngga
suka
men
atap
mat
a la
wan
bic
ara.
”
GP.
C“K
adan
g-ka
dang
, kal
au d
ulu
engg
a.”
OT.
D“.
..men
atap
mat
a la
wan
bic
aran
ya...
”
OT.
E“S
uka
men
atap
mat
a la
wan
bic
ara
tapi
suka
sebe
ntar
.”
18
Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26
No
Info
rmas
iIn
form
anJa
wab
an in
form
asi
Kon
sep
3Pe
rilak
u an
ak a
utis
tikG
P.C
“Ser
ing
tant
rum
men
arik
ker
udun
g da
n ba
ju o
rang
lain
seku
at te
naga
bah
kan
sam
pai k
anci
ngny
a co
pot..
.sam
bil d
ia n
angi
s jer
it-je
rit. K
adan
g ju
ga m
enan
gis
send
iri, t
erta
wa
dan
mel
amun
tiba
-tiba
tanp
a se
bab.
Kes
ulita
n da
lam
men
erim
a pe
ruba
han
runi
titas
yan
g m
enda
dak”
Pang
an re
aktif
yan
g tid
ak
dihi
ndar
i ole
h se
mua
ana
k au
tistik
yan
g di
obse
rvas
i m
enim
bulk
an g
ejal
a au
tistik
ya
ng k
erap
kal
i tim
bul p
ada
anak
. Sem
akin
serin
g da
n ba
nyak
var
iasi
pan
gan
reak
tif
yang
dik
onsu
msi
sem
akin
se
ring
dan
berta
han
lam
a pe
rilak
u au
tistik
mun
cul.
Ana
k au
tistik
yan
g sa
kit k
aren
a pe
reng
gang
an m
ukos
a us
us
yang
dip
enuh
i bak
teri
juga
da
pat m
enam
bah
beba
n be
rat
met
abol
ism
e tu
buh
yang
tida
k efi
sien
dan
ket
idak
seim
bang
an
neur
otra
nsm
itter
di o
tak.
Pa
saln
ya, p
enur
unan
sist
em
imun
yan
g m
enin
gkat
kan
jum
lah
sito
kin
dala
m tu
buh
sang
at b
erpe
ngar
uh te
rhad
ap
kem
uncu
lan
dan
dura
si p
erila
ku
autis
tik.
GP.
E“C
ende
rung
akt
if m
enca
ri se
suat
u, ti
dak
bisa
dia
m, m
enyu
kai s
esua
tu y
ang
berp
utar
, ser
ing
mem
ukul
kak
inya
dan
men
gelu
arka
n ko
saka
ta b
ublin
g...
men
caka
r dan
men
yaki
ti di
ri se
ndiri
itu
lebi
h se
ring,
soal
nya
dia
suka
m
emuk
ul-m
ukul
kak
i tea
sam
a m
embe
ntur
kan
kepa
la d
an m
enar
ik, m
enja
mba
k ra
mbu
t ora
ng ju
ga d
an d
iri se
ndiri
. Sem
enja
k sa
kit p
ence
rnaa
n ya
ng
men
ghar
uska
n en
dosk
opi,
perk
emba
ngan
E se
perti
kem
bali
ke a
wal
, kad
ang
juga
dia
gig
it bi
birn
ya sa
mpa
i ber
dara
h...s
uka
keta
wa
tiba-
tiba
tanp
a se
bab,
m
enan
gis d
an m
elam
un se
ring
enta
h in
gat a
pa, m
enar
ik d
iri se
ndiri
. Jik
a ad
a pe
ruba
han
baru
tida
k ny
aman
den
gan
tant
rum
yan
g le
bih
para
h m
isal
nya,
se
perti
gan
ti pe
ndam
ping
.”
GP.
D“A
wal
-aw
al p
erna
h di
pega
ng, n
yaka
r sed
ikit,
..gan
ggua
n ko
nsen
trasi
serin
g,
haru
s dia
rahi
n at
au d
idam
ping
i bar
u bi
sa tu
ntas
, ga
bisa
lam
a. S
uka
keta
wa
tiba-
tiba,
mel
amun
tiba
-tiba
, kal
au a
da a
nak
lain
yan
g ta
ntru
m, d
ia su
ka
nged
eket
in ik
utan
ket
awa
buka
nnya
ber
sedi
h. B
elum
bis
a m
engu
ngka
pkan
apa
ya
ng d
ia in
gink
an.”
GP.
B“H
arus
dia
rahi
n at
au d
idam
ping
i bar
u bi
sa tu
ntas
, tid
ak se
perti
ana
k la
inny
a.
Men
yend
iri iy
a, m
asih
bel
um b
isa
berg
abun
g de
ngan
tem
anny
a, d
ekat
tapi
tid
ak b
erm
ain
berd
ampi
ngan
. Bis
a m
emili
h te
man
tapi
tida
k bi
sa b
erin
tera
ksi.”
19
Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan
No
Info
rmas
iIn
form
anJa
wab
an in
form
asi
Kon
sep
GP.
A“S
ensi
tif d
enga
n su
ara,
men
gaki
batk
an ta
ntru
m. T
antru
mny
a te
riak-
teria
k.
Serin
g te
rtaw
a tib
a-tib
a da
n bi
cara
send
iri, k
adan
g m
enan
gis s
endi
ri tib
a-tib
a ta
npa
alas
an, m
elam
un ju
ga. K
etaw
a di
situ
asi y
ang
buka
n un
tuk
terta
wa.
”
OT.
C“K
adan
g-ka
dang
em
ang
suka
ket
awa
send
iri ta
pi g
a ta
u ka
rena
mak
anan
ata
u bu
kan
atau
kar
ena
apa,
mon
dar-m
andi
r, na
ngis
...K
adan
g ke
liata
n le
bih
aktif
ka
dang
eng
ga, s
aya
ga ta
u ap
a itu
dar
i mak
anan
ata
u m
oodn
ya.”
OT.
B“A
utis
men
ya it
u ku
rang
foku
s, ka
lau
dita
nya
suka
kem
ana-
man
a...t
erus
kal
au
lihat
TV
pad
ahal
uda
h no
nton
ber
ulan
g-ul
ang.
..dia
ket
awa
send
iri...
seka
rang
-se
kara
ng m
au m
enat
ap m
ata
law
an b
icar
a, d
ulu
engg
a”
OT.
E“S
etel
ah sa
kit s
ampa
i die
ndos
kopi
itu
ada
penu
runa
n pe
rkem
bang
an ja
di se
ring
emos
ian
dan
kese
lan,
cen
deru
ng k
e ka
sar,
ke si
apa
saja
yan
g de
ket k
e di
a.
Emos
inya
itu
mai
n fis
ik d
an le
mpa
r-lem
par b
aran
g ju
ga.”
4Te
s pen
egak
di
agno
sis
OT.
A“P
alin
g te
snya
stim
ulus
”Te
s pen
egak
dia
gnos
is d
apat
m
embe
rikan
pet
unju
k te
rhad
ap
perja
lana
n an
ak p
enya
ndan
g au
tism
e da
n fa
ktor
-fak
tor y
ang
didu
ga b
erpe
ngar
uh te
rhad
ap
peril
aku
anak
.
OT.
B“T
es st
imul
us p
alin
g’
OT.
C“T
es st
imul
us”
OT.
D“P
alin
g te
s dia
gnos
anya
itu
dita
nya-
tany
a ib
unya
, dili
hatin
ana
knya
, di
obse
rvas
i sam
a ps
ikia
ter”
OT.
E“P
alin
g di
tes r
ambu
tnya
, cen
deru
ng le
bih
ke a
lerg
i. D
alam
tubu
h E
kelih
atan
ba
nyak
kan
dung
an m
erku
ri da
n ha
sil t
imba
lnya
bes
ar. K
atan
ya w
aktu
m
amah
nya
ham
il m
akan
nya
seaf
ood
mel
ulu,
kar
ena
dipi
kirn
ya se
hat t
api
sesu
atu
yang
ber
lebi
han
kan
ga b
agus
juga
. Sea
food
nya
juga
mun
gkin
lagi
ya
ng b
anya
k tim
baln
ya a
tau
lagi
yan
g na
asny
a.”
20
Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26
No
Info
rmas
iIn
form
anJa
wab
an in
form
asi
Kon
sep
5Pe
nget
ahua
n ib
u ak
an
peny
ebab
an
ak
men
gala
mi
autis
me
OT.
A“.
..ada
gen
aut
isny
a m
ungk
in y
a di
tam
bah
wak
tu k
ecil
A d
ititip
in n
enek
nya
sehi
ngga
ga
kepa
ntau
dan
ga
ada
stim
ulus
mun
gkin
dar
i situ
...ay
ahny
a ju
ga g
a te
rlalu
ban
yak
bica
ra m
ungk
in d
ari s
itu, b
icar
anya
mal
as.”
Peng
etah
uan
ibu
mem
berik
an
gam
bara
n fa
ktor
yan
g di
duga
be
rpen
garu
h te
rhad
ap p
erila
ku
autis
tik.
OT.
B“M
ungk
in k
aren
a ke
bany
akan
vita
min
wak
tu d
i dal
am k
andu
ngan
kar
ena
kan
anak
per
tam
a ja
di d
ikas
ih v
itam
in d
imin
um, d
ikas
ih la
gi d
imin
um m
enur
ut
saya
ya
teh!
Kat
a do
kter
nya
keba
nyak
an o
bat,
obat
apa
? G
a ta
u ob
at a
pa.”
OT.
C“D
ulu
saya
ting
gal d
i Sum
ater
a ja
rang
gau
l sam
a te
tang
ga m
aklu
m k
aren
a di
pe
rant
auan
kan
. Mun
gkin
spee
ch d
elay
snya
dar
i situ
, kar
ena
dia
ga su
ka k
elua
r ru
mah
dan
ber
sosi
alis
asi s
ama
teta
ngga
.”
OT.
D“M
enur
ut p
anda
ngan
saya
tida
k ta
hu k
enap
a bi
sa se
perti
itu
pada
hal k
akak
-ka
kakn
ya n
orm
al. D
ari g
en d
ari n
utris
i ban
yak
fakt
or si
h ta
pi le
bih
bany
ak d
ari
nutri
si k
ata
dokt
erny
a.”
OT.
E“S
etau
saya
, yan
g sa
ya b
aca,
bel
um a
da il
mu
yang
fix
kena
pa a
nak
itu b
isa
autis
at
au e
ngga
. Ket
ika
ibu
kand
ungn
ya h
amil
kare
na ib
unya
ken
a vi
rus t
okso
. Saa
t itu
ben
ar-b
enar
diu
saha
kan
E itu
supa
ya ti
dak
kegu
gura
n, d
iupa
yaka
n la
hir
dala
m k
eada
an n
orm
al. T
erny
ata
pas l
ahir
fisik
nya
bagu
s tap
i ter
nyat
a ba
ru
keta
huan
aut
is. T
api s
aya
juga
bel
um ta
hu fa
ktor
man
a ya
ng m
endu
kung
, ata
u m
ungk
in k
aren
a tim
bal s
aya
ga ta
u...”
6K
onsu
msi
ob
atO
T.A
“A m
engo
nsum
si o
bat a
bilif
y ca
ir w
aktu
usi
a em
pat t
ahun
, efe
k sa
mpi
ngny
a an
ak y
ang
tadi
nya
hipe
rakt
if se
perti
dire
dam
jadi
tiba
-tiba
pen
diam
, tid
ak
bany
ak g
erak
dan
jadi
nga
ntuk
an b
anya
k m
akan
. Sek
aran
g su
dah
tidak
lagi
.”
Kon
sum
si o
bat d
idug
a be
rpen
garu
h da
lam
mer
edam
pe
rilak
u au
tism
e pa
da a
nak.
Pe
rlu d
iper
hatik
an ju
ga
peng
guna
an o
bat,
teru
tam
a da
lam
dos
is m
aupu
n da
lam
ja
ngka
wak
tu p
anja
ng.
OT.
BU
ntuk
bul
an N
ovem
ber k
emar
in sa
ma
awal
Des
embe
r ini
B ti
dak
men
gons
umsi
oba
t, ka
rena
oba
tnya
men
yeba
bkan
ben
gkak
-ben
gkak
pad
a da
erah
muk
a. Ja
di se
men
tara
tida
k m
engo
nsum
si o
bat d
ulu.
21
Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan
No
Info
rmas
iIn
form
anJa
wab
an in
form
asi
Kon
sep
OT.
CM
ethy
lpen
idat
e H
CL,
Ris
perid
one,
Trih
exyp
heni
dyl H
Cl
OT.
DM
ethy
lpen
idat
e H
CL,
Ris
perid
one,
Sod
ium
Val
proa
te
OT.
EVa
lpro
ic a
cid,
Met
hylp
enid
ate
HC
L, F
riman
ia
Vari
abel
: foo
d ne
opho
bia
7M
enye
but-
nyeb
ut te
rus
mak
anan
te
rtent
u
OT.
A“.
..es k
rim c
okla
t, ka
lau
peng
en su
ka n
gom
ong
teru
s tia
p ha
ri, k
alau
uda
h ke
sam
paia
n ba
ru b
erhe
nti..
.suka
mau
jasu
ke a
ja b
ekal
mak
anan
nya.
..”Fo
od n
eoph
obia
ada
lah
tidak
m
au m
enco
ba m
akan
an la
in
yang
tida
k fa
mili
ar d
enga
n di
rinya
kar
ena
subj
ek k
ecan
duan
ha
nya
deng
an m
akan
an te
rtent
u sa
ja.
GP.
A“W
aktu
ber
imaj
inas
i mau
es k
rim c
okla
t kal
au g
a di
kasi
h m
arah
...se
ring
terta
wa
tiba-
tiba
dan
bica
ra se
ndiri
, kad
ang
men
angi
s sen
diri
tiba-
tiba
tanp
a al
asan
, mel
amun
juga
...du
lu se
ring
nang
is k
elua
r air
mat
a te
rus b
ilang
es k
rim
cokl
at A
”
OT.
D “
Kal
au su
su d
ulu
keta
giha
n w
aktu
TK
...se
hari
bisa
sam
pai 1
0 ge
las,
seka
rang
ud
ah ja
rang
min
um su
su..d
ulu
juga
suka
mar
ah-m
arah
...te
riak-
teria
k...
ngel
empa
r mai
nan
seka
rang
mah
uda
h ga
per
nah,
tapi
saya
ga
tau
peng
aruh
da
ri ap
a...p
ulan
g se
kola
h di
a su
ka m
inta
bel
i sio
may
jaja
nan
di p
ingg
ir se
kola
h.
Es k
rim ja
rang
sih
palin
g cu
man
di r
umah
aja
, ga
past
i tia
p ha
ri. K
alau
siom
ay
mah
ada
teru
s tia
p ha
ri, p
erna
h ga
ada
seha
ri, n
anya
teru
s dia
nya.
”
8C
ende
rung
m
embe
li pr
oduk
pa
ngan
te
rtent
u sa
ja
OT.
B“.
..suk
a m
akan
an sp
aghe
tty k
alau
mam
anya
bik
in...
palin
g so
re m
inta
uan
g ja
jan,
bua
t bel
i sus
u ca
ir ke
mas
an k
adan
g es
kad
ang
ciki
-cik
ian,
serin
gnya
su
suan
(pro
duk
susu
).”
Tubu
h ya
ng d
ipen
uhi o
leh
pang
an re
aktif
cen
deru
ng
ingi
n te
rus m
emak
an p
rodu
k pa
ngan
reak
tif te
rseb
ut k
aren
a ha
nya
mak
anan
ters
ebut
yan
g di
ingi
nkan
ole
h ot
ak.
OT.
C“.
..ker
ipik
-ker
ipik
dia
suka
, kay
a ke
ripik
sing
kong
nge
miln
ya g
itu sa
mpa
i abi
s se
topl
es k
alau
ga
dist
op...
suka
jaja
n se
ndiri
di l
uar,
bias
anya
jaja
n ci
ki ik
utan
te
man
-tem
anny
a...k
adan
g ke
lihat
an le
bih
aktif
kad
ang
engg
a ta
pi sa
ya g
a ta
u ap
a itu
dar
i mak
anan
ata
u m
oodn
ya...
suka
jaja
n ci
ki-c
iki,
mak
aron
i kem
asan
, ci
ki c
inci
n, w
afer
kej
u ke
mas
an, t
api k
alau
waf
er k
adan
g si
h, c
iki y
ang
serin
g.
Pern
ah sa
ya c
oba
kunc
i pin
tu b
iar g
a ja
jan
tapi
mal
ah b
ertin
gkah
lebi
h ek
strim
le
wat
jend
ela
dem
i bis
a ja
jan
yang
diin
gink
anny
a. B
ukan
saya
yan
g ka
sih
uang
ja
jan
tapi
dia
yan
g am
bil s
endi
ri ke
war
ung,
nan
ti w
arun
gnya
min
ta k
e sa
ya.”
22
Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26
No
Info
rmas
iIn
form
anJa
wab
an in
form
asi
Kon
sep
Vari
abel
: kon
sum
si p
anga
n re
aktif
9Pa
ntan
gan
mak
anan
OT.
A“K
ata
dokt
erny
a su
su g
a us
ah d
ibat
asi k
aren
a au
tism
e rin
gan
dan
belu
m p
erlu
un
tuk
diba
tasi
...ha
nya
diba
tasi
yan
g m
anis
, kal
au m
akan
an la
in ti
dak.
”Pa
ngan
reak
tif ti
dak
bisa
te
rcer
na se
mpu
rna
oleh
tubu
h an
ak a
utis
tik. M
embe
rikan
pa
ngan
reak
tif h
anya
aka
n m
embe
rikan
efe
k be
rbah
aya
bagi
tubu
h, sa
lah
satu
nya
men
ggan
gu k
esei
mba
ngan
ne
urot
rans
mitt
er d
alam
ota
k ya
ng m
emen
garu
hi m
ood
dan
tingk
ah la
ku.
Bel
um si
ap d
alam
men
erim
a an
jura
n di
et ju
ga m
erup
akan
sa
lah
satu
fakt
or o
rang
tua
anak
au
tistik
mas
ih m
embe
rikan
pa
ngan
reak
tif te
rhad
ap
anak
nya.
OT.
B“A
tura
n di
et d
ari s
ekol
ah d
ulu
dite
rapi
n, se
bula
n ke
sini
-sin
i nga
co (e
rror
) lag
i. M
isal
kay
a lu
pa u
dah
terla
njur
bel
i ber
as p
utih
ban
yak,
bul
an d
epan
lupa
lagi
.”
OT.
C“D
ibat
asi s
ama
dokt
erny
a ga
bol
eh m
akan
pro
duk
susu
sam
a ka
ya a
tura
n se
kola
h...k
alau
yan
g la
in d
ia b
iasa
aja
ga
ada
pant
anga
n...d
ari s
usu
diba
tasi
, gl
uten
sepe
rti d
alam
roti,
ked
elai
dan
jagu
ng g
a di
bata
si.”
OT.
D”K
alau
di a
tura
n se
kola
h si
h ga
bol
eh te
rigu
sam
a go
reng
-gor
enga
n, su
su, g
ula.
K
alau
mak
anan
juga
bai
knya
yan
g di
rebu
s tap
i jar
ang
dite
rapi
n. K
alau
ber
as
mer
ah su
dah
dite
rapk
an.”
OT.
E“D
ipan
tang
glu
ten
kaya
bol
u di
kasi
h se
diki
t unt
uk n
yici
p su
paya
dia
nge
rasa
in.
Ked
elai
dan
jagu
ng ju
ga d
ipan
tang
, dite
rapi
n at
uran
die
t dar
i sek
olah
kec
uali
kala
u sa
ya la
gi k
alah
sam
a ra
sa te
ga sa
ya m
aka
saya
kas
ih ta
pi it
u ju
ga d
ikit.
G
ula
juga
dip
ilih
gula
are
n…ka
lau
rest
rict
ban
get d
ietn
ya a
gak
susa
h ju
ga.”
GP.
C“P
alin
g ke
ndal
a m
aman
ya a
dala
h sa
at b
erso
sial
isas
i den
gan
saud
aran
ya y
ang
lain
, tid
ak ta
hu m
ana
mak
anan
yan
g di
anju
rkan
dan
tida
k di
anju
rkan
dan
m
eman
g m
aman
ya m
asih
suka
mem
berik
an n
asi u
duk
untu
k sa
rapa
n ka
dang
-ka
dang
”
Ket
eran
gan:
OT=
Ora
ng T
ua; G
P= G
uru
Pem
bim
bing
23
Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan
Berdasarkan hasil data kualitatif, dilakukan uji kebenaran melalui data kuantitatif dengan korelasi dan pengaruh variabel-variabel yang memiliki nilai kuantitatif, meliputi: berat badan anak autistik (X1), rata-rata asupan energi sehari (X2), rata-rata asupan protein sehari (X3), pola konsumsi pangan reaktif (X4), dan gangguan perilaku autistik (Y). Berdasarkan uji kuantitatif, pola konsumsi pangan reaktif (X4) adalah variabel yang sangat memengaruhi gangguan perilaku autistik (Y) sebesar 36% (Gambar 6). Diduga angka yang tidak terlalu besar tersebut diperoleh karena ada satu subjek yang walaupun jumlah variasi konsumsi pangan reaktifnya tidak banyak tetapi subjek memiliki riwayat infeksi toksoplasma, tingginya kadar timbal dan merkuri dalam tubuh, riwayat penyakit pencernaan, dan kejadian infeksi yang menyebabkan gangguan intensitas dan gangguan perilaku autistik yang tinggi.
Gambar 6. Hubungan antar variabel
PEMBAHASANSubjek yang peneliti dapatkan dalam
penelitian ini memiliki perbandingan anak perempuan dan laki-laki yaitu 1:4. Ada hubungan yang kuat antara jenis kelamin dengan kejadian autisme yang mendukung teori sebelumnya (5).
Semua anak autistik yang diobservasi masih sering menampilkan gejala perilaku autistik hanya saja intensitas, durasi dan
tingkat keparahannya yang berbeda-beda. Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya ketidakseimbangan senyawa neurotransmitter dalam otak yang mengatur tingkah laku disebabkan perubahan suplai makanan sebagai bahan pembentuk neurotransmitter tersebut (4,5).
Suplai makanan pada semua anak autistik yang diobservasi masih mengandung pangan reaktif. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan yang kuat antara pangan reaktif dengan gejala perilaku anak autistik. Semakin sering atau banyak jenis pangan reaktif yang dikonsumsi anak autistik, semakin sering gejala perilaku autistiknya muncul dan semakin lama durasi gejalanya (5).
Anak autistik cenderung ingin terus mengonsumsi makanan yang termasuk ke dalam pangan reaktif. Pada umumnya, jika orang tua menerapkan diet yang sangat ketat maka makanan sumber protein dan energi akan terbatas variasinya yang memungkinkan menyebabkan anak kekurangan gizi. Sebaliknya, jika anak autistik tidak dipantang konsumsi makanannya, anak cenderung memiliki respon nafsu makan yang didukung untuk mengonsumsi protein dan energi lebih banyak bahkan sampai berlebihan jika tidak dihentikan, seperti salah satu anak autistik yang disebutkan sebelumnya dalam kajian ini. Anak tersebut dapat mengonsumsi susu hingga 10 gelas ketika tidak dihentikan dan menolak untuk mengonsumsi makanan lainnya. Hal ini tentu mendukung penelitian sebelumnya (6) yang menyebutkan bahwa kombinasi antara autistik dengan food neophobia menyebabkan IMT yang tinggi. Semua anak autistik yang diobservasi dalam penelitian ini pada akhirnya mendapatkan perhatian dan pendampingan yang baik dari orang tua maupun dari guru mereka, khususnya dalam hal pembatasan asupan jika sudah pada ambang batas berlebihan yang ditandai dengan perubahan perilaku yang spontan. Pengawasan terhadap asupan anak autistik tersebut diduga sebagai
24
Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26
alasan semua anak autistik dalam penelitian ini memiliki status gizi yang baik (14,20).
Salah satu anak autistik yang diobservasi mengalami riwayat infeksi toksoplasma ketika dalam kandungan dan memiliki kadar merkuri dan timbal yang tinggi dalam tubuhnya yang juga diduga merupakan faktor penyebab autisme tipe berat. Riwayat infeksi toksoplasma kemungkinan menyebabkan keabnormalan pada perkembangan mukosa yang mengganggu fungsi pencernaan makanan. Kadar merkuri dan timbal yang tinggi dalam tubuh anak autistik dan penyakit pencernaan yaitu dipenuhinya bakteri dalam renggangan usus yang diderita diduga dapat menambah beban biologis anak autistik atau bisa menyebabkan mispelled word pada penyerapan nutrisi yang berakibat pada gangguan perilaku autistik.
Withdrawal symptom atau ketagihan (gejala food neophobia) dapat dipandang sebagai tanda yang baik, karena hal itu memberi tanda yang jelas kepada si penderita bahwa jenis pangan tertentu berpengaruh terhadapnya. Jika terjadi gejala negatif terhadap tindakan eliminasi jenis pangan dari diet, jenis pangan tersebut dapat dipastikan menjadi sumber masalah atau penyebab utama gejala negatif. Sebaliknya, tanpa adanya withdrawal symptom tidak berarti jenis pangan tersebut tidak menjadi masalah. Data jenis pangan tersebut dapat berguna dalam ketepatan penentuan diet sehat yang selanjutnya melalui upaya eliminasi maupun substitusi secara bertahap (5,6).
Setiap anak yang mendapatkan intervensi diet mengalami waktu perubahan perilaku yang berbeda-beda. Jika ingin membuktikan hasil penilaian dari diet pangan reaktif ini minimal dilakukan setelah enam bulan asupan diet. Diperlukan tes delayed food reaction
atau Ig6 testing untuk mengetahui data pangan reaktif yang akurat dalam tubuh anak autistik.
Semua anak autistik tipe ringan yang diobservasi cenderung patuh terhadap instruksi. Semua anak autistik tipe berat yang diobservasi cenderung menyukai air dan pandai menyelam ke dalam air dan juga mengalami gangguan sensoris yaitu sangat tahan terhadap rasa sakit (pain killer) (21). Satu dari dua anak autistik tipe berat yang diobservasi sering menyakiti dirinya sendiri seperti membentur-benturkan kepala dan kaki, mencakar kulit dan menggigit bibir. Diduga pangan reaktif bertindak seperti senyawa opiate yang menimbulkan hilangnya perasaan sakit pada tubuh. Tiga dari lima anak autistik yang diobservasi sangat menyukai gerakan yang berulang. Mengurangi dan memerhatikan pangan reaktif pada menu makanan diduga berpengaruh signifikan terhadap gejala perilaku autistik.
KESIMPULAN DAN SARANPangan yang reaktif terhadap satu anak
belum tentu reaktif terhadap anak autistik lainnya. Pengecekan Ig6 atau delayed food reaction sangat dianjurkan untuk mendapatkan data pangan reaktif dalam tubuh anak autistik. Hal itu berguna untuk ketepatan dalam penentuan diet yang sehat melalui upaya eliminasi maupun substitusi secara bertahap.
Saran bagi orang tua, orang terdekat, ataupun pemerhati anak autistik adalah terus menambah pengetahuan seputar faktor gizi karena zat gizi yang tidak bisa dicerna dengan baik oleh anak autistik terlebih dapat menimbulkan racun sebaiknya dihindari. Perlunya orang tua berhati-hati dalam memilih produk yang dikonsumsi melalui pembacaan label seperti gluten free (GF), milk free yang
25
Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan
bukan berarti casein free, wheat free yang bukan berarti gluten free.
Upaya orang tua diperlukan dalam menciptakan makanan alternatif yang menarik dan tanpa kandungan pangan reaktif seperti pangan berindeks glikemik rendah, dengan cara melakukan substitusi gula pasir putih dengan gula aren, nasi dan tepung terigu diganti dengan sorgum dan tepung sorgum.
UCAPAN TERIMA KASIHUcapan terima kasih ditujukan kepada
berbagai pihak yang sangat krusial dalam jalannya penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik, khususnya kepada orang tua dan guru.
DAFTAR PUSTAKA1. KEMENDIKBUD (Badan Pengembangan
Bahasa dan Perbukuan). Autisme, autis dan autistik [internet]. 2015 [cited 2019 Oct 8]. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI; Available from: https://badanbahasa.kemdikbud.go.id.
2. KEMENPPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak). Hari peduli autis sedunia: kenali gejalanya, pahami keadaannya [internet]. 2018 [cited 2019 Oct 8]. KEMENPPPA RI; Available from: https://www.kemenpppa.go.id.
3. Judarwanto W. Intervensi diet pada penderita autisme [internet]. 2015 [cited 2019 Jan 11]. Pediatrician Clinical; Available from: https://jurnalpediatri.com/2015/03/24/intervensi-diet-pada-penderita-autisme/.
4. Nurhidayati Z. Pengaruh pola konsumsi makanan bebas gluten kasein dengan gangguan perilaku pada anak autistik. Majority, 2015; 4(7).
5. Winarno FG. Autisme dan peran pangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2013.
6. Wallace GL. Autism spectrum disorder and food neophobia: clinical and subclinical links. American Society for Nutrition; Am J Clin Nutr, 2018; 108, 701-707. doi: 10.1093/ajcn/nqy163.
7. BPOM RI. Pedoman pangan jajanan anak sekolah untuk pencapaian gizi seimbang. BPOM RI; 2013.
8. Metrotvnews.com. Sekolah inklusi: direktur rumah autis [internet]. 2014 [cited 2014 Dec 10]. Available from: http://www.metrotvnews.com.
9. Andayani N. Pola Konsumsi makanan, status gizi dan perilaku anak autis (studi kasus di SDN Ketintang 2 Surabaya). e-journal Boga, 2016; 5(3):48–53.
10. Sugiyono. Cara mudah menyusun: skripsi, tesis dan disertasi. Bandung: Penerbit Alfabeta; 2016.
11. Creswell JW. Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2016.
12. Martha E & Sudarti K. Metode penelitian kualitiatif untuk bidang kesehatan. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers; 2016.
13. World Health Organization (WHO) Copyright. Weight-for-age (5-10 years) [internet]. 2019 [cited 2019 Oct 8]. Available from: https://www.who.int/growthref/who2007_weight_for_age_field/en/tahun2019.
14. Supariasa IDN. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014.
15. Purnawijaya MPD. Pola konsumsi makanan jajanan dan status gizi anak sekolah dasar di SDN 17 Dangin Puri dan SDN 3 Penatih Kota Denpasar. Skripsi.
26
Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26
Denpasar: Gizi POLTEKKES Denpasar; 2018.
16. Irawan R. Gangguan metabolik otak & terapi nutrisi pada anak autisme. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press; 2019.
17. Dahlia L. Hidup sehat tanpa gluten. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia; 2014.
18. Soedarto. Kamus alergi dan imunologi. Jakarta: CV Sagung Seto; 2014.
19. Darmawi Y. Seminar autisme dalam memperingati hari autisme sedunia di RS
Budi Kemuliaan [internet]. 2017 [cited 2020 Jan 14]. Available from: http://m.detik.com.
20. Par’i HM. Penilaian status gizi: dilengkapi proses asuhan gizi terstandar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014.
21. Triana E. Pengaruh terapi musik islami terhadap kemampuan berbahasa anak autis di Wishing Kids Blitar. Skripsi. Tulungagung: Tasawuf Psikoterapi IAIN Tulungagung; 2019.
Recommended