View
10
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN
PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KOTA SURABAYA
TAHUN 2007-2011
Setia Nilga Mareta
Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya
Surabaya city is the center of economic growth in East Java in addition to
the role of the city of Surabaya as one of the main trade gateway in eastern
Indonesia. With all the potential, facilities, and geographic advantages.
Surabaya dominant in the secondary and tertiary sectors, and weak in the
primary sector because it gives a role in the formation of Surabaya city
GDP of less than 1 percent. The purpose of this study was to determine the
structural changes and economic shifts that occurred in the city of
Surabaya as well as to determine what sectors became dominant sector in
Surabaya during the period 2007-2011. This research is descriptive
research with quantitative approach. Analysis tool used is the Location
Quotient (LQ) and Shift Share. Equipment Location Quotient (LQ) member
Surabaya idea whether there is a dominant sector that can be developed.
Shift Share Analysis tool provides an overview of the performance or
productivity of an area and to see the changes and shifts in economic
structure. Of this research note that in the period 2007-2011 is considered
the superior sector is the sector of electricity, gas and water supply,
construction and building sector, the trade, hotels and restaurants,
transport and communications, finance, and leasing sectors and corporate
services. While that includes non-base sectors are agriculture, mining and
quarrying sector, industrial sector and the processing and services sector.
The economic structure of the city of Surabaya still based on the tertiary
sector, and has not changed.
Keyword : economic structure, leading sectors
brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
provided by Jurnal Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN
PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KOTA SURABAYA
TAHUN 2007-2011
Setia Nilga Mareta
Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya
Kota Surabaya merupakan pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur selain itu
peran Kota Surabaya sebagai salah satu pintu gerbang perdagangan utama di
wilayah Indonesia Timur. Dengan segala potensi, fasilitas, dan keunggulan
geografisnya. Surabaya dominan di sektor sekunder dan tersier, dan lemah pada
sektor primer karena hanya memberikan peranan dalam pembentukan PDRB
Kota Surabaya yang kurang dari 1 persen. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perubahan dan pergeseran struktur ekonomi yang terjadi di Kota
Surabaya serta untuk mengetahui sektor apa yang menjadi sektor unggulan di
Surabaya selama periode tahun 2007-2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Alat analisis yang digunakan adalah
Location Quotient (LQ) dan Shift Share. Alat analisis Location Quotient (LQ)
member gambaran apakah Kota Surabaya terdapat sektor unggulan yang dapat
dikembangkan. Alat analisis Shift Share memberikan gambaran tentang kinerja
atau produktivitas suatu daerah serta untuk melihat perubahan dan pergeseran
struktur ekonomi. Dari penelitian ini diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun
2007-2011 yang tergolong sektor unggulan yaitu adalah sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor konstruksi dan bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, dan sektor persewaan dan
jasa perusahaan. Sedangkan yang termasuk sektor non basis adalah sektor
pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri dan pengolahan
dan sektor jasa-jasa. Struktur perekonomian Kota Surabaya masih bertumpu pada
sektor tersier dan tidak mengalami perubahan.
Kata kunci : struktur ekonomi, sektor unggulan
Pembangunan nasional merupakan
suatu rangkaian upaya pembangunan dalam
segala bidang kehidupan. Hal ini berarti
bahwa usaha pembangunan tersebut bersifat
kompleks, tidak hanya menyangkut kegiatan
antar sektoral dalam kegiatan ekonomi, tetapi
juga menyangkut kegiatan dalam konteks
regional. Pembangunan ekonomi merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional,
sebagaimana pembangunan nasional
merupakan rangkaian upaya pembangunan
yang berkesinambungan yang mencakup
seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara.
Dibutuhkan kerjasama antara
pemerintah baik pusat ataupun daerah beserta
masyarakat untuk merencanakan
pembangunan secara menyeluruh. Menurut
Arsyad (2010:374) pembangunan ekonomi
daerah adalah suatu proses yang dilakukan
oleh pemerintah daerah dan masyarakat
untuk mengelola sumber daya yang ada agar
tercipta lapangan usaha baru dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Perencanaan yang baik dan proses yang
terarah dapat menciptakan perekonomian
yang stabil dan merangsang pertumbuhan
ekonomi
Pembangunan ekonomi daerah
bertujuan meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan rakyat didaerah melalui
pembangunan yang serasi dan terpadu baik
antar pembangunan sektoral dengan
perencanaan pembangunan oleh daerah yang
efisien dan efektif menuju tercapainya
kemandirian daerah dan kemajuan yang
merata diseluruh pelosok tanah air.
Sedangkan pembangunan sektor ekonomi
merupakan proses untuk mengubah suatu
keadaan supaya lebih baik dengan tujuan
untuk meningkatkan pendapatan, kesempatan
kerja, dan kemakmuran masyarakat (Sukirno,
2005:1)
Untuk mencapai hasil pembangunan
ekonomi yang diharapkan, maka perlu pula
dilakukan perencanaan dan perkiraan
terhadap setiap sektor maupun secara
agregatif. Perlu pula dilakukan penekanan
terhadap setiap sektor tertentu sehingga dapat
dimungkinkan terjadi perubahan dalam
struktur ekonomi. Hal ini dapat dilakukan
untuk meningkatkan laju pertumbuhan dan
kontribusi satu sektor tertentu terhadap
pembentukan PDRB yang tentunya akan
menurunkan kontribusi dari sektor yang
lainnya dan dengan demikian dapat diketahui
pula mana yang menjadi sektor unggulan dari
daerah tersebut.
Teori basis ekonomi (economic base
theory) mendasarkan pandangan bahwa laju
1
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor
dari wilayah tersebut . kegiatan ekonomi
dikelompokkan atas kegiatan basis/unggulan
dan sektor non basis/lokal (Tarigan,
2005:28). Konsep basis ekonomi bermula
dari kebutuhan untuk memprediksi pengaruh
aktivitas ekonomi baru dikota dan didaerah.
Menurut Arsyad (2010:171) menyatakan
bahwa teori basis ekonomi merupakan faktor
penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu
daerah.
Perekonomian Kota Surabaya dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir (tahun 2007-
tahun 2011) menunjukkan kinerja yang
semakin baik. Pada tahun 2011
perekonomian Kota Surabaya mengalami
pertumbuhan ekonomi tertinggi bahkan
dalam dasawarsa terakhir. Pertumbuhan
ekonomi Kota Surabaya pada tahun 2011
mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
yang dicapai pada tahun 2010. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi pada tahun 2011 tidak
terlepas dari kebijakan pemerintah kota
surabaya yang ditujukan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Dari struktur perekonomiannya,
Surabaya dominan di sektor sekunder dan
tersier, dan lemah pada sektor primer karena
hanya memberikan peranan dalam
pembentukan PDRB Kota Surabaya yang
kurang dari 1 persen. Sektor primer pada
tahun 2011 memberikan kontribusi yang
besarnya sedikit mengalami penurunan dalam
pembentukan PDRB kota Surabaya
dibandingkan dengan kontribusinya dalam
pembentukan PDRB pada tahun 2010. Pada
tahun 2011 sektor pertanian memberikaan
kontribusi sebesar 0,09 persen, sedangkan
pada tahun 2010 sektor pertanian
memberikan kontribusi sebesar 0,10 persen.
Sektor yang memiliki kontribusi
besar terhadap pembentukan PDRB,
memiliki peranan penting dalam
pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah
secara keseluruhan. Kota Surabaya sektor
yang memiliki peranan besar dalam
pembentukan PDRB adalah sektor sekunder
dan tersier. Sektor primer memiliki peranan
kecil dalam pembentukan PDRB Kota
Surabaya, Sehingga kedua sektor ini yaitu
sektor sekunder dan tersier layak
dikembangkan lagi agar lebih meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya.
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut: (1) Apakah ada perubahan
dalam struktur ekonomi Kota Surabaya tahun
2007-2011?, (2) Sektor apakah yang menjadi
sektor basis/unggulan dan non basis di Kota
Surabaya tahun 2007-2011?
Pembangunan Ekonomi Wilayah
(Regional)
Ilmu ekonomi Regional (IER) atau
ilmu ekonomi wilayah adalah suatu cabang
dari ilmu ekonomi yang dalam
pembahasannya memasukkan unsur
perbedaan potensi suatu wilayah dengan
wilayah lain. Menganalisis suatu wilayah
(atau bagian wilayah) secara keseluruhan atau
melihat berbagai wilayah dengan potensinya
yang beragam dan bagaimana mengatur suatu
kebijakan yang dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah
Tarigan (2005:1).
Setiap daerah perlu meningkatkan
keadaan perekonomiannya, sehingga perlu
melakukan pembangunan ekonomi. Menurut
Adisasmita (2008:68), pembangunan
ekonomi wilayah (regional) merupakan
fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga
kerja dan sumber daya manusia, investasi
modal, prasarana dan sarana pembangunan,
trasportasi dan komunikasi, komposisi
industri, teknologi, situasi ekonomi dan
perdagangan antar wilayah, kemampuan
pendanaan dan pembiayaan pembangunan
daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah
dan lingkungan pembangunan secara luas.
Perubahan Struktural Dalam Proses
Pembangunan
Struktur ekonomi akan mengalami
perubahan dalam proses pembangunan
ekonomi. Untuk memudahkan dalam melihat
perubahan, maka dapat dibedakan oleh sektor
primer, sektor sekunder dan sektor tersier.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Clark (Sukirno, 2010:143), yang
mengumpulkan data statistik tenaga kerja
yang bekerja di sektor primer, sekunder dan
tersier menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendapatan perkapita suatu Negara maka
semakin kecil peranan sektor pertanian
namun peranan sektor industri semakin besar.
Teori Basis Ekonomi
Aktivitas perekonomian regional
digolongkan dalam dua sektor kegiatan, yaitu
aktivitas basis dan non basis. Kegiatan basis
merupakan kegiatan yang berorientasi
menjual (barang dan jasa) keluar batas
wilayah perekonomian yang bersangkutan,
sedangkan kegiatan non basis merupakan
kegiatan berorientasi lokal yang menyediakan
barang dan jasa untuk kebutuhan masyarakat
dalam batas wilayah perekonomian yang
bersangkutan.
Sektor Unggulan
Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas
dari pertumbuhan nilai tambah yang
dihasilkan oleh unit-unit ekonomi yang
dikelompokkan menurut sektor lapangan
usaha. Besarnya peranan setiap sektor
menggambarkan struktur ekonomi daerah
(BPS, 2012).
Sektor unggulan adalah sektor yang
salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan
faktor anugrah (endowment factors).
Selanjutnya faktor ini berkembang lebih
lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi
tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria sektor
unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini
didasarkan atas seberapa besar peranan sektor
tersebut dalam perekonomian daerah,
diantaranya pertama, sektor unggulan
tersebut memiliki laju pertumbuhan yang
tinggi. kedua, sektor tersebut memiliki angka
penyerapan tenaga kerja yang relatif besar.
ketiga, sektor tersebut memiliki keterkaitan
antar sektor yang tinggi baik ke depan
maupun ke belakang. keempat, dapat juga
diartikan sebagai sektor yang mampu
menciptakan nilai tambah yang tinggi.
Penelitian Terdahulu
Pada penelitian yang dilakukan Andi
Tabrani dengan judul “Analisis sektor
unggulan perekonomian Kab. Mandailing
Natal Provinsi Sumatera Utara.”
Menyimpulkan bahwa pada tahun 2001-2005
Kab. Mandailing natal Dari analisis yang
diperoleh yang menjadi sektor unggulan pada
sektor primer, yaitu sektor pertanian serta
sektor pertambangan dan penggalian. Dan
penelitian ini dianalisis menggunakan metode
Location Quation dan Shift Share.
Pada penelitian yang dilakukan
Anthoni Mayes dengan judul “Analisis sektor
unggulan dengan pendekatan Location
Quation Kabupaten Pelalawan.”
menyimpulkan bahwa sektor unggulan pada
Kab. Pelalawan yaitu sektor industri
pengolahan dan sektor pertanian. Sedangkan
sektor non basis yaitu sektor pertambangan
dan penggalian, sektor listrik dan air bersih
dan sektor bangunan dan konstruksi. Dan
penelitian ini dianalisis menggunakan metode
LQ.
Pada penelitian yang dilakukan
Rosyetti dengan judul “Analisis sektor
potensial Kabupaten Kuantan Singingi.”
menyimpulkan bahwa di Kabupaten
Kuantan Singingi pada tahun 2001-2005
yang menjadi sektor potensial dalam
meningkatkan perekonomian dan
penyerapan tenaga kerja adalah sektor
pertanian. Sehingga dapat dikatakan sebagai
sektor basis. Perubahan struktur ekonomi di
Kab. Kuantan Singingi terjadi pada sektor
pertambangan. Faktor spatial yang
menguntungkan menjadi potensi dalam
meningkatkan kesempatan kerja wilayah.
Dan penelitian ini dianalisis menggunakan
metode LQ dan S-S.
Pada penelitian yang dilakukan
Agus Tri Basuki dan Utari Gayatri dengan
judul “Penentu sektor unggulan dalam
pembangunan daerah di Kabupaten Ogan
Komering Ilir.” Menyimpulkan bahwa pada
tahun 2003-2007 Sektor unggulan pada Kab.
Ogan Komering Ilir yaitu sektor pertanian
dan menunjukkan pertumbuhan kontribusi
yang sangat besar terhadap pembentuka
PDRB dan pembangunan. Sektor bangunan,
sektor perdagangan, restoran dan hotel dan
sektor jasa-jasa menunjukkan sektor yang
pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya
besar. Dan penelitian ini dianalisis
menggunakan LQ, S-S, Metode MRP,
Overlay dan Klassen Typology.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan
jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif dan analisis data sekunder.
Cakupan wilayah penelitian adalah Kota
Surabaya.
Model analisis yang digunakan
antara lain: (1) Shift Share yang digunakan
peneliti untuk mengetahui perubahan dan
pergeseran struktur ekonomi (2) Location
Quation yang digunakan peneliti untuk
mengetahui sektor unggulan di Kota
Surabaya. Adapun teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini yaitu studi kepustakaan
yang diperoleh berdasarkan buku dan
literature yang relevan, serta studi lapangan
dengan menggunakan teknik dokumentasi
dari instansi Badan Pusat Statistik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Data
Location Quation
Tabel 1 Hasil Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) Kota Surabaya 2007-2011
No Sektor Tahun Rata-rata
2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 0,00463 0,00624 0,00609 0,00601 0,00573 0,00574
2 Pertambangan dan penggalian
0,00389 0,00361 0,00341 0,00319 0,00307 0,00343
3 Industri pengolahan
0,87988 0,87305 0,87084 0,86216 0,85232 0,86765
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
1,68684 1,70045 1,76020 1,72448 1,64562 1,70351
5 Konstruksi 2,11503 2,12497 2,09874 2,09746 2,04576 2,10239
6 PHR 1,38938 1,39714 1,39135 1,35832 1,34447 1,37613
7 Pengangkutan dan
Komunikasi
1,69580 1,62726 1,58425 1,56688 1,54608 1,06045
8 Keu, Persw dan jasa
perusahaan
1,23803 1,19877 1,20062 1,20002 1,18996 1,20548
9 Jasa-jasa 0,96454 0,95627 0,95439 0,97692 0,97683 0,96579
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa
pada tahun 2007 terdapat 5 sektor basis yang
mampu memenuhi kebutuhan daerah dalam
hal ini Kota Surabaya juga mampu memenuhi
kebutuhan daerah lainnya. Hal ini sesuai
dengan teori basis ekonomi yang
dikemukakan oleh Tiebout, yang menyatakan
bahwa teori dasar basis ekspor yaitu
determinan pertumbuhan ekonomi suatu
daerah berhubungan langsung dengan
permintaan dari daerah lain. Sektor basis
merupakan kegiatan dalam sektor ekonomi
yang mampu melayani kebutuhan akan
barang-barang dan jasa dari sektor tersebut di
daerah itu sendiri maupun mengekspornya ke
daerah lain. Kelima sektor basis tersebut pada
tahun 2007 adalah sektor listrik, gas dan air
bersih, Konstruksi, Perdagangan, hotel dan
restoran, Pengangkutan dan Komunikasi,
Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan.
Sedangkan keempat sektor lainnya tergolong
dalam sektor non basis yang belum mampu
mencukupi kebutuhan daerah sendiri.
Pada tahun 2008, sektor basis di Kota
Surabaya tidak banyak berubah meskipun ada
beberapa sektor yang mengalami sedikit
penurunan namun masih tetap menjadi sektor
basis yaitu pada sektor pengangkutan dan
komunikasi dan sektor Keuangan, Persewaan
dan jasa perusahaan. Sama halnya seperti
tahun 2007, tahun 2008 juga memiliki 5
sektor basis. Kelima sektor basis tersebut
adalah sektor listrik, gas dan air bersih,
Konstruksi, Perdagangan, hotel dan restoran,
Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan,
Persewaan dan jasa perusahaan.
Dari tabel Location Quotient (LQ)
rata-rata tahun 2007-2011 diketahui bahwa :
Sektor listrik, gas dan air bersih, Konstruksi,
Perdagangan, hotel dan restoran,
Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan,
Persewaan dan jasa perusahaan memiliki LQ
> 1. Ini berarti sektor tersebut merupakan
sektor basis yang mampu mengekspor hasil
produksinya ke daerah lain. Kontribusi
sektor-sektor tersebut di Kota Surabaya
lebih besar daripada kontribusi sektor-sektor
yang sama di Provinsi Jawa Timur. Sektor
pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian, sektor industri dan pengolahan
dan sektor jasa-jasa memiliki LQ < 1. Hal
ini berarti sektor tersebut merupakan sektor
non basis dan cenderung untuk mengimpor
dari daerah lain. Kontribusi sektor-sektor
tersebut di Provinsi Jawa Timur lebih besar
daripada kontribusi sektor-sektor serupa di
Kota Surabaya.
Shift Share
Tabel 2 Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Kota Surabaya Tahun 2007-2011
No Sektor Provincial
Share
Proportional
Shift
Differential
Shift
Total
1 Pertanian 22.469,22 -12.209,24 -15.816,19 5.556,21
2 Pertambangan dan penggalian
1.622,24 502,37 -1.621,75 502,86
3 Industri pengolahan
4.679.621,82 -1.438.741,27 -349.534,58 2.891.345,97
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
476.267,34 -129.763,34 -21.095,10 325.408,9
5 Konstruksi 1.394.501,87 -123.802,59 -118.671,15 1.152.028,13
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
8.004.891,09 3.458.813.37 -740.299,21 10.723.405,25
7 Pengangkutan dan Komunikasi
2.149.116,21 1.913.035,62 -899.167,11 3.432.984,72
8 Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan
1.296.364,58 241.801,81 -185.980,45 1.352.185,94
9 Jasa-jasa 1.728.354,20 -238.436,03 218.794,26 1.708.712,43
PDRB 19.753.208,56 3.671.200,69 -2.113.291,29 21.592.130,41
Berdasarkan tabel 2 Pertumbuhan
komponen proportional shift (P) Kota
Surabaya selama tahun 2007-2011 ada yang
bernilai positif dan negatif. Sektor-sektor
industri di wilayah acuan yang mengalami
pertumbuhan lebih pesat dari pertumbuhan
keseluruhan ekonomi wilayah acuan akan
memberikan nilai proportional positif.
Sedangkan sektor industri yang
pertumbuhannya lebih rendah dari
pertumbuhan ekonomi wilayah acuan akan
memberikan nilai proportional negatif.
Sektor yang memiliki nilai
proportional shift (P) negatif yaitu sektor
pertanian, sektor industri pengolahan, sektor
listrik, gas, dan air bersih, sektor konstruksi
dan bangunan dan sektor jasa-jasa. Kelima
sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Keempat
sektor lainnya merupakan proportional shift
(P) yang bernilai positif P > 0, sehingga
pertumbuhannya lebih pesat dari
pertumbuhan di Provinsi Jawa Timur, yaitu
sektor pertambangan dan penggalian, sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi serta sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.
Nilai proportional shift (P) < Δ
Er,i berarti pertumbuhan produksi di Kota
Surabaya cenderung mendorong
pertumbuhan Provinsi Jawa Timur. Nilai
proportional shift (P) > Δ Er,i berarti
pertumbuhan produksi di Kota Surabaya
cenderung menghambat pertumbuhan
Provinsi jawa Timur.
Sembilan sektor dalam Kota
Surabaya memiliki nilai P < Δ Er,i ini
berarti Kota Surabaya memiliki
pertumbuhan produksi yang mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Jawa Timur.
Nilai differential shift (D) Kota
Surabaya tahun 2007-2011 ada yang bernilai
positif dan ada yang bernilai negatif. Nilai
differential shift (D) positif D > 0 berarti
Kota Surabaya memiliki keuntungan
lokalisasi yang baik atau sektor-sektornya
memiliki pertumbuhan yang cepat
dibandingkan dengan sektor yang sama di
daerah lain. Nilai differential shift (D)
negatif D < 0 berarti Kota Surabaya tidak
memiliki keuntungan lokalisasi yang baik
atau sektor-sektornya memiliki pertumbuhan
yang lambat dibandingkan dengan sektor
yang sama di daerah lain.
Sektor yang memiliki differential
shift (D) positif adalah sektor jasa-jasa.
Sedangkan sektor-sektor yang memiliki
differential shift (D) negatif adalah sektor
pertanian, sektor industri pengolahan, sektor
listrik, gas, dan air bersih, sektor konstruksi
dan bangunan sektor pertambangan dan
penggalian, sektor perdagangan, hotel, dan
restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi serta sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan.
Kedua komponen shift share yaitu
provincial share dan differential shift
memisahkan unsur-unsur pertumbuhan
regional yang bersifat eksternal dan internal,
shift share merupakan akibat pengaruh
unsur-unsur eksternal yang bekerja secara
provinsial sedangkan differential shift adalah
akibat dari pengaruh faktor-faktor yang
bekerja di dalam daerah yang bersangkutan.
Apabila nilai provincial share dan
differential shift positif maka sektor yang
bersangkutan dalam perekonomian daerah
menempati posisi yang baik untuk daerah
yang bersangkutan. Sektor yang memiliki
provincial share dan differential shift
positif adalah sektor jasa-jasa.
Sembilan sektor dalam PDRB Kota
Surabaya memiliki provincial share (PS)
yang positif yaitu bernilai PS > 0,
seandainya laju pertumbuhan sektor sama
dengan laju pertumbuhan sektor yang sama
di Provinsi Jawa Timur maka, pertambahan
PDRB tertinggi di Kota Surabaya adalah
sektor perdagangan, hotel, dan restoran
(PHR) dengan pertambahan sebesar
8.004.891,09; diikuti sektor industri dan
pengolahan sebesar 4.679.621,82 dan sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar
2.149.116,21. Sedangkan sektor yang
pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya
paling lambat adalah sektor pertambangan
dan penggalian yang memiliki angka
provincial share sebesar 1.622,24. Ini berarti
sektor perdagangan, hotel, dan restoran
(PHR) dapat dikatakan bahwa untuk
memacu pertumbuhan ekonomi regional
Kota Surabaya yang lebih tinggi lagi di masa
mendatang adalah paling tepat dilaksanakan
dengan mendorong ketiga sektor tersebut
menjadi lebih besar dari sekarang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian
mengenai analisis perubahan struktur
ekonomi dan penentuan sektor unggulan
Kota Surabaya selama periode 2007-2011,
maka diperoleh kesimpulan bahwasimpulan
dalam kurun waktu analisis tahun 2007-2011
struktur ekonomi Kota Surabaya tidak
mengalami perubahan. Karena pada awal
tahun analisis hingga akhir tahun analisis,
sektor tersier merupakan sektor yang
dominan dan mampu memberikan kontribusi
yang besar terhadap PDRB Kota Surabaya.
Sektor ekonomi di Kota Surabaya
yang diidentifikasikan terdapat 5 sebagai
sektor basis adalah sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor konstruksi dan bangunan,
sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
keuangan, dan sektor persewaan dan jasa
perusahaan. Sedangkan yang termasuk
sektor non basis adalah sektor pertanian,
sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri dan pengolahan dan sektor jasa-jasa.
Saran
Sektor basis yang didominasi oleh
sektor tersier, harus tetap dikembangkan
dengan lebih baik lagi oleh pemerintah Kota
Surabaya dengan cara memberikan dana
insentif untuk investasi yang diarahkan
untuk kemajuan sektor basis. Untuk sektor
non basis yaitu sektor primer pemerintah
harus membatasi jumlah permintaan
pengembang untuk pembangunan
perumahan maupun mall dan memperketat
ijin agar lahan pertanian tidak semakin
berkurang keberadaanya. Kendala yang
dihadapi Kota Surabaya yang struktur
ekonominya ditopang sektor sekunder dan
tersier yaitu problema lingkungan, polusi,
limbah pabrik, kampung kumuh (dampak
urbanisasi) dan lainnya. Untuk itu perlu
dipertimbangkan untuk peningkatan
PDRB/pertumbuhan ekonomi berbasis
lingkungan. Sehingga tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan yang akhirnya dapat
mendukung peningkatan produktifitas.
DAFTAR RUJUKAN
Adisasmita, Rahardo. 2008.
Pengembangan Wilayah Konsep
dan Teori. Jakarta: Graha Ilmu.
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi
Pembangunan. Edisi kelima.
Yogyakarta: UPP STIE YKPN.
BPS. 2012. PDRB Kota Surabaya tahun
2007-2011. Surabaya: BPS
Surabaya.
.2012. PDRB Provinsi Jawa Timur
tahun 2007-2011. BPS Provinsi
Jatim: Aneka Surya.
.2012. PDRB Jawa Timur:
Kabupaten/Kota Se-Jawa Timur
2007-2011. BPS Provinsi Jatim:
Aneka Surya.
Sukirno, Sadono. 2010. Ekonomi
Pembangunan: Proses, Masalaah
dan Dasar Kebijaksanaan. Jakarta:
Bima Grafika.
. 2005. Makroekonomi
Modern. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi
Regional Teori dan Aplikasi.
Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Recommended