11
PERUBAHAN DESAIN BANGUNAN INDIS AKIBAT PERUBAHAN GAYA HIDUP DI KAMPUNG KWARASAN MAGELANG Oleh : Yulius Harida Putra Nim: 125401867 Magister Digital Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta [email protected] Abstract Architecture is the architecture of the Dutch East Indies Indies influenced by Javanese culture that has distinctive characteristics. Aside from that, Indis architecture is the architecture that is suitable for tropical climates. This is what makes the Dutch were able to adapt to different environments, and vice local or indigenous people can receive the architectural style and form. Currently the number of buildings that still remain firmly Indis standing in Magelang wane over time. Kwarasan village itself is still a residential area of the Netherlands that is designed Thomas Kaarsten only a few buildings remaining in Indis is maintained until today. Indis buildings remaining and turn a function of the former residential home, or home office, government officials, and entrepreneurs .. From this study were found to have occurred any change in the original design of the building due to the conversion of the building or renovation of buildings that follow the development of time due to lifestyle changes new homeowners who occupy this house because of the need for space and aesthetics. Changes occurvary from one another. Scientific thinking method used was Rational Deductive Pattern, because the results derived from the study conclusion all the data obtained through the framework (theory and hypothesis). Keywords : Architecture Indis, Kampung Kwarasan, Lifestyle Changes Abstraksi Arsitektur Indis merupakan arsitektur Hindia Belanda yang dipengaruhi oleh kebudayaan jawa yang memilki karakteristik yang khas. Selain dari itu, arsitektur Indis merupakan arsitektur yang cocok untuk daerah yang beriklim tropis. Hal inilah yang menjadikan orang- orang Belanda bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda, pun sebaliknya orang lokal atau pribumi dapat menerima gaya dan bentuk arsitektur tersebut. Saat ini jumlah bangunan Indis yang masih tetap kokoh berdiri di Kota Magelang semakin berkurang dari waktu ke waktu. Di kampung Kwarasan sendiri yang masih merupakan kawasan perumahan Belanda yang dirancang Thomas Kaarsten hanya tinggal tersisa beberapa bangunan Indis yang terpelihara hingga saat ini. Bangunan Indis yang masih tersisa dan berubah fungsi merupakan bekas rumah tinggal vila,ataupun rumah dinas, pejabat pemerintahan, dan pengusaha.. Dari penelitian ini ditemukan telah terjadi adanya

Perubahan Desain Bangunan Indis Akibat Perubahan Gaya Hidup

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perubahan Desain Bangunan Indis Akibat Perubahan Gaya Hidup

PERUBAHAN DESAIN BANGUNAN INDIS AKIBAT PERUBAHAN GAYA HIDUP

DI KAMPUNG KWARASAN MAGELANG

Oleh : Yulius Harida PutraNim: 125401867

Magister Digital Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta [email protected]

Abstract

Architecture is the architecture of the Dutch East Indies Indies influenced by Javanese culture that has distinctive characteristics. Aside from that, Indis architecture is the architecture that is suitable for tropical climates. This is what makes the Dutch were able to adapt to different environments, and vice local or indigenous people can receive the architectural style and form. Currently the number of buildings that still remain firmly Indis standing in Magelang wane over time. Kwarasan village itself is still a residential area of the Netherlands that is designed Thomas Kaarsten only a few buildings remaining in Indis is maintained until today. Indis buildings remaining and turn a function of the former residential home, or home office, government officials, and entrepreneurs .. From this study were found to have occurred any change in the original design of the building due to the conversion of the building or renovation of buildings that follow the development of time due to lifestyle changes new homeowners who occupy this house because of the need for space and aesthetics. Changes occurvary from one another. Scientific thinking method used was Rational Deductive Pattern, because the results derived from the study conclusion all the data obtained through the framework (theory and hypothesis).Keywords: Architecture Indis, Kampung Kwarasan, Lifestyle Changes

Abstraksi

Arsitektur Indis merupakan arsitektur Hindia Belanda yang dipengaruhi oleh kebudayaan jawa yang memilki karakteristik yang khas. Selain dari itu, arsitektur Indis merupakan arsitektur yang cocok untuk daerah yang beriklim tropis. Hal inilah yang menjadikan orang- orang Belanda bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda, pun sebaliknya orang lokal atau pribumi dapat menerima gaya dan bentuk arsitektur tersebut. Saat ini jumlah bangunan Indis yang masih tetap kokoh berdiri di Kota Magelang semakin berkurang dari waktu ke waktu. Di kampung Kwarasan sendiri yang masih merupakan kawasan perumahan Belanda yang dirancang Thomas Kaarsten hanya tinggal tersisa beberapa bangunan Indis yang terpelihara hingga saat ini. Bangunan Indis yang masih tersisa dan berubah fungsi merupakan bekas rumah tinggal vila,ataupun rumah dinas, pejabat pemerintahan, dan pengusaha.. Dari penelitian ini ditemukan telah terjadi adanya perubahan desain bangunan asli akibat alih fungsi bangunan maupun renovasi bangunan yang mengikuti perkembangan jaman karena perubahan gaya hidup baru pemilik rumah yang menempati rumah ini karena faktor kebutuhan ruang dan estetika. Perubahan yang terjadi bervariasi satu dengan yang lain. Metode berfikir ilmiah yang digunakan adalah Pola Rasional Deduktif, karena hasil penelitian berasal dari penarikan kesimpulan seluruh data yang diperoleh melalui kerangka pemikiran (teori dan hipotesa).Kata Kunci : Arsitektur Indis, Kampung Kwarasan, Perubahan Gaya Hidup

Page 2: Perubahan Desain Bangunan Indis Akibat Perubahan Gaya Hidup

1. PENDAHULUANArsitektur atau desain dari suatu bangunan yang merupakan hasil dari suatu kebudayaan

tentunya mengalami perkembangan dari masa ke masa. Desain suatu bangunan berubah karena disesuaikan juga dengan gaya hidup dan tingkat kebutuhan manusia yang selalu mengalami perubahan.Saat ini jumlah bangunan Indis yang masih tetap kokoh berdiri di Kota Magelang semakin berkurang dari waktu ke waktu. Di kampung Kawarasan sendiri yang masih merupakan kawasan yang dirancang Thomas Kaarsten hanya tinggal tersisa beberapa bangunan Indis yang terpelihara hingga saat ini. Perubahan gaya hidup pemilik dan kebutuhan ruang semakin besar dari waktu ke waktu. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji bentuk perubahan desain bangunan rumah tinggal Indis di kampung kwarasan berkaitan dengan perubahan gaya hidup jaman sekarang.

Arsitektur IndisMenurut Charles Prosper Wollf Schoemaker, guru besar arsitektur Technische Hogeschool

Bandoeng (ITB) tahun 1924-1938, ciri bangunan berlanggam arsitektur Indo-Eropa ini relatif mudah dikenali. Pencarian bentuk arsitektur yang responsif terhadap kondisi iklim dan geografis setempat inilah yang membawa pada seni bangunan baru, yakni Arsitektur Indisch. Bangunan kompleks Sekolah Tinggi Teknik Bandung merupakan kehadiran arsitektur Indonesia yang memberikan arti penting dalam perkembangan arsitektur Belanda di Indonesia. Melalui pendapat dan deskripsi oleh para ahli, ciri dari langgam arsitektur Indisch relatif mudah dikenali. Ciri-cirinya antara lain dapat ditemui pada bangunan Technische Hogeschool Bandung yaitu:

1. Bangunan pada umumnya simetris2. Ritme vertikal dan horizontal relatif sama kuat3. Kontruksi disesuaikan dengan iklim tropis, terutama pada :

a. Pengaturan ruangb. Pengaturan sirkulasi udarac. Pemasukan pencahayaan sinar mataharid. Perlindungan terhadap curah hujan

Kampung KwarasanKawasan Kwarasan merupakan salah satu perumahan/ pemukiman bergaya arsitektur indis

yang direncanakan dan dibangun oleh Thomas Karsten yang terletak di pusat Kota Magelang, Jawa Tengah. Pada tahun 1937 Karsten merencanakan pembangunan perumahan murah yang waktu itu dikenal dengan “Perumahan Rakyat” dalam rangka penyediaan kebutuhan rumah yang layak dan sehat yang terletak di bagian Barat Kota Magelang yang kemudian dikenal sampai saat ini dengan “Kwarasan”.

Menurut warga kwarasan, nama Kwarasan ini berasal dari kata “waras” yang dalam bahasa Jawa berarti “sehat”. Kata “sehat” tersebut bisa diartikan sebagai upaya untuk menuju rumah yang sehat atau dengan kata lain kawasan yang sehat dan bisa juga kata tersebut diambil dari adanya Rumah Sakit Paru-Paru yang didirikan tak lama kemudian untuk kebutuhan kesehatan masyarakat kota dan sekitarnya.

Adanya ketinggian atau kontur tanah membuat permukiman tersebut pada saat direncanakan sampai sekarang terbagi menjadi 3 tipe, yaitu :

1. tipe paling besar, terletak di sebelah Timur lapangan, pada tanah yang lebih tinggi dan menghadap ke jalan besar

2. tipe sedang, terletak di sebelah Utara, pada ketinggian yang menghadap ke jalan besar sekeliling lapangan dan sebelah Barat di sekeliling lapangan tapi tidak memiliki ketinggian

3. tipe kecil, terletak di sekeliling tipe besar dan sedang dan tidak berhadapan langsung dengan lapangan

Page 3: Perubahan Desain Bangunan Indis Akibat Perubahan Gaya Hidup

Di dalam kawasan permukiman terdapat lapangan yang terletak di tengah agak ke Utara yang lebih dikenal dengan “Alun-Alun Kecil” (alun-alun besar adalah alun-alun kota Magelang yang terletak di pusat kota). Lapangan ini berfungsi sebagai pusat kawasan dan ruang terbuka kawasan tersebut dilengkapi dengan adanya pohon besar yang merupakan simbol alun-alun Jawa dan beberapa pohon lainnya. Terdapat rumah milik seseorang yang dianggap tinggi dan sebagai ketua di permukiman tersebut yang mempunyai hubungan langsung dengan pihak Karesidenan .

Sedang Lapangan

Besar

Kecil

Berbagai Jenis Tipe Rumah di Kampun Kwarasan

Perumahan Tipe Besar

Gambar : Pola Kampung Kwarasan Magelang

Page 4: Perubahan Desain Bangunan Indis Akibat Perubahan Gaya Hidup

Perumahan Tipe Sedang

Perumahan Tipe Kecil

Lapangan

2. RUMUSAN MASALAH

Page 5: Perubahan Desain Bangunan Indis Akibat Perubahan Gaya Hidup

Bagaimana perubahan desain bangunan rumah Indis yang terdapat di Kwarasan Magelang akibat pengaruh Gaya Hidup Modern?

3. TINJAUAN PUSTAKA TENTANG GAYA HIDUP MODERN

Salah satu tipe perumahan yang sedang berkembang dan digemari di Indonesia menurut adalah perumahan tipe cluster modern, yaitu perumahan yang mengelompokkan suatu style arsitektur bangunan rumah tinggal yang sama (Hill, 1990), diperuntukkan bagi masyarakat modern golongan ekonomi menengah ke atas yang berkecenderungan memiliki gaya hidup. Menurut Pasaribu (2006) gaya hidup modern adalah kehidupan yang bergaya, efektif, efisien, estetis, praktis, fungsional, multiguna, dan hemat energi. Menurut Halley (1997), terdapat dua versi kehidupan sehari-hari masyarakat modern saat ini, yang pertama adalah pengalaman estetik yang berkaitan dengan nilai-nilai demokratis. Ciri-cirinya, penggunaan ruang publik seperti taman dan jalan sudah dikontrol oleh pihak yang berkuasa. Masyarakat tidak lagi menggunakan ruang publik untuk berkumpul dengan orang-orang yang tidak saling kenal, karena simbolisasi dari ruang publik tersebut sudah diperkenalkan ke dalam kehidupan privat, contohnya pool hall dan taman. Pada versi yang pertama itu masyarakat lebih mandiri dan kecanggihan teknologi tidak dipergunakan untuk kemewahan. Sedangkan versi yang kedua adalah pentingnya menunjukkan identitas kelas yang berkuasa atau powerful class, yaitu generasi yang memproduksi entertainment dan barang-barang mewah. Contohnya adalah pembangunan yang lebih ditekankan pada blok-blok perkantoran dan perumahan mewah.

4. TEORI TIPOLOGITipologi adalah ilmu yang mempelajari klasifikasi dari tipe, yaitu dengan cara mempelajari karakteristik yang lebih spesifik dari suatu bangunan, seperti uangkapan dari Rafael Moneo tentang tipologi : To raise the question of ”Typology in Architecture” is to raise a question of the nature of the architecture it self. Dengan demikian, maka tipologi tidak hanya dibedakan dari bentuknya saja, tetapi lebih ke arah pada karakter bangunan. a. Peran tipologi dalam konteks analisa Analisa pada tipologi bangunan melalui 2 tahapan, yaitu dengan melakukan perbandingan, kemudian dengan membuat klasifikasi. Proses analisa dalam tipologi sesuai alur berikut, yaitu :

studi obyek analisa tipologi. Dimana dalam studi obyek dicari klasifikasi berdasarkan: 1. Pengertian obyek tersebut. 2. Functional perception. 3. Symbolic perseption.

b. Peran tipologi dalam konteks sintesaPeran tipologi dalam praktek desain meliputi 3 komponen particular, yaitu : 1. Menyiapkan metode perancangan yang telah ada. 2. Mendapatkan tipe dari proyek bangunan yang telah ada sebelumnya.3. Melihat functional typologies dari tipe yang telah ada sebelumnya, dan sisesuaikan dengan desain yang baru.

Konteks sintesa merupakan kelanjutan dari konteks analisa. Dimana setelah tipe bangunan dikarakteristikkan dalam proses analisa, maka tipe tersebut ditransformasikan ke dalam desain melalui

Page 6: Perubahan Desain Bangunan Indis Akibat Perubahan Gaya Hidup

proses sintesa. Tahapan transformasi tipe bangunan ke dalam desain dapat melaui 3 aspek dasar dalam hubungannya antara konsep ”tipe” dengan perancangan tipologi : a. Konsep & Tipe

Menitikberatkan tingkat abstraksi pada setiap langkah dalam proses desain. Yaitu proses dari konsep samapi ke bentuk akhir, yang disebut Argan sebagai ”Moment of tuypology” dan ”a moment of from invention”. Aspek ini menempatkan gagasan dari konsep, tipe & desain ke dalam satu hubungan. Ketiganya secara bersamasama membuat suatu gagasan awal (konsep) melalui rancangan skematik (tipe) yang kemudian diwujudkannya (design).

b. Level TipologikalKetika perancangan tipologi menjadi penghubung antar keputusan-keputusan desain, hal ini

membawa kita pada pertanyaan tentang level tipologi. Argan mengklasifikasikan 3 level dalam pembangunan : • Bentuk dari keseluruhan bangunan. • Elemen utama dari struktur. • Elemen dekoratif.

Level ini tidaklah cukup, terutama pada saat kita medesain suatu yang lebih besar & lebih kompleks. Sebagai contoh dalam kasus klasifikasi 5 level dalam pembangunan : • Bangunan & tata kota. • Hubungan & susunan vertikal dari unit hunian. • Level dari hunian itu sendiri.• Elemen utama dari struktur. • Elemen dekoratif seperti penutup permukaan luar.

c. Proses Dari TipeHubungan antara tipologi & desain lebih menitikberatkan pada tipe yang dapat digunakan pada

desain yang baru. Berdasarkan perubahan bentuk dari tipe menjadi desain dapat dipecahkan dalam dua tahapan :

Berdasarkan diagram tipologikal dapat diperoleh pengurangan dari berbagai macam proses. Proses dari diagram tipologikal dapat mengakibatkan varian baru dari suatu tipe, dengan menggunakan deformasi (distorsi) dari tipe; bentuk dari deformasi termasuk perputaran, pergeseran, penambahan ketinggian, pencerminan dan sejenisnya. Ketika bentuk ditemukan, diagram proses digunakan pada seluruh level tipologi untuk suatu sistem perancangan yang dipilih oleh perancang

5. METODE PENELITIANMetode berfikir ilmiah yang digunakan adalah Pola Rasional Deduktif, karena hasil penelitian

berasal dari penarikan kesimpulan seluruh data yang diperoleh melalui kerangka pemikiran (teori dan hipotesa) yang logis.

Sedangkan berdasarkan observasi data di lapangan yang kemudian dianalisa untuk menghasilkan suatu kesimpulan,maka metode penelitian yang digunakan adalah The Descriptive Survey Method

Metode penelitian deskriptif tipologi perubahan desain bangunan rumah Indis di kawasan kampung Kwarasan Magelang, melalui prosedur tahapan penelitian sebagai berikut: 1. Studi pustaka mengenai sejarah arsitektur Indis dan teori tipologi bangunan. 2. Observasi lapangan pada lokasi pengamatan yang telah ditentukan. 3. Analisa dari data yang diperoleh di lapangan. 4. Menarik kesimpulan dari analisa untuk dijadikan sebagai guidelines.ANALISIS

Page 7: Perubahan Desain Bangunan Indis Akibat Perubahan Gaya Hidup

Pada tahun 1960 pemilik rumah melakukan renovasi yang pertama yaitu pergeseran pintu doble sebelah selatan dipindah kearah pintu garasi yang mana pemilik rumah berkeinginan memperluas areal kebutuhan ruang menambah 2 kamar mandi, dapur dan gudang, sehingga kepada pemilik yang baru digunakan untuk tempat tinggal dan memelihara serta mengkonservasi / mempertahankan keasriannya bangunan bersejarah agar tetap lestari.

Gambar : Denah Lama

Gambar : Denah Baru

Ukuran rumah ini pada awalnya adalah hanya mencakup (yang saat ini berfungsi sebagai ruang) ruang tamu, ruang keluarga, dua kamar tidur dan ruang pakaian (wardrobe). Pada sisi barat terdapat ruang tambahan hasi renovasi untuk mengakomodir kebutuhan ruang barupa ruang service dan kamar pembantu, serta di atas (dak) digunakan sebagai ruang jemur pakaian.

Tabel : Tipologi Bangunan

Page 8: Perubahan Desain Bangunan Indis Akibat Perubahan Gaya Hidup

No. Tipologi Bangunan Bangunan Asli Setelah Renovasi

1. Gaya Arsitektur Jawa dan Belanda Arsitektur Modern

2. Massa Bangunan :Tunggal/ jamak

Kesimetrisannya

Tunggal

Simetris

Tunggal

Tidak Simetris3. Ritme Vertikal &

HorizontalSeimbang Cenderung Vertikal kerana

adana penambahan ruang4. PenyesuaianKonstruksi

Tropis :a) Penghawaanb) Pencahayaanc) Curah Hujan

BaikBaikBaik

BaikBaikKurang Baik

5. Bentuk Atap Limasan dan Pelana Pelana dan atap dak beton6. Tampilan Dinding Banyak Ornamen Sedikit Ornamen7. Kusen, Pintu, dan

JendelaBerbahan kayu Pengurangan jendela

menggantian bahan material8. Ornamen dan Ragam

HiasOrnamen oriental Sedikit Ornamen

sumber : Penulis

Page 9: Perubahan Desain Bangunan Indis Akibat Perubahan Gaya Hidup

DAFTAR PUSTAKA

- Koentjaraningrat [1987] Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan, Jakarta

- Hadinoto & Samuel. H, 1996, Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang, Andi Offset, Yogyakarta

- Soekiman, Djoko (2000). Kebudayaan Indis. Yayasan Bentang Budaya, Cetakan Pertama, Yogyakarta.

- Sutrisno, Mudji & Putranto, Hendar [2005], Teori – Teori Kebudayaan, Kanisius, Yogyakarta.