Upload
early-ridho-kismawadi
View
487
Download
12
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Jurnal Ilmiah
Citation preview
1
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
AT TASYRI’Edisi 7
VOL.III, No.1
Februari 2011 - Juli 2011
MERETAS KEBEKUAN HUKUM EKONOMI ISLAM MELALUI PENDEKATAN
USUL-SOSIAL & ETNOHERMENEUTIKA
Muhammad.......................................................................................................................... 2
KRISIS EKONOMI DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Refleksi Krisis Tahun Ramadah Pada
Era Pemerintahan Umar bin Khathab dan Relevansinya Pada Zaman Modern)
Asy’ari.................................................................................................................................. 15
PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP JAKARTA ISLAMIS INDEX
Early Ridho Kismawadi..................................................................................................... 29
MANFAAT LAPORAN KEUANGAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PEMBERIAN PEMBIAYAAN INVESTASI
Ismaulina.............................................................................................................................. 46
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH
M Aditya Ananda................................................................................................................ 59
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EARNING
MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
Azhar.................................................................................................................................... 71
PENGARUH INCOME SMOOTHING (PERATAAN LABA) TERHADAP EARNING
RESPONSE (REAKSI PASAR) PERUSAHAAN MANUFAKTUR PADA PT. DANA
REKSA SEKURITAS
Dalmaisyah Gea................................................................................................................... 83
PENGARUH INVESTASI SEKTOR PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP
PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI ACEH
Syahril................................................................................................................................... 99
2
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
MERETAS KEBEKUAN HUKUM EKONOMI ISLAM MELALUI
PENDEKATAN USUL-SOSIAL & ETNOHERMENEUTIKA Muhammad
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Teungku Dirundeng Meulaboh
Email: [email protected]
Abstract
The results showed that the reform efforts in the formulation of economic laws of Islam and
Islamic law generally coherent approach is fard 'ayn. By not intend going to negate the
method which has been used by scholars, on behalf of our beloved nation benefit deem the
proposal would marry fiqh with sociological approaches and mixes it with ethno-
hermeneutics to produce legal products grounded and local flavor; Islam Indonesia.
Keyword: Islamic Economic Laws, Etnohermeneutic.
صلخستم هنج عموماالشريعة اإلسالمية اإلسالم و القوانني االقتصادية يف صياغة جهود اإلصالح وأظهرت النتائج أن
نيابة ، العلماء مت استخدامها من قبل الطريقة اليت ينفي الذىاب اذل ال تنوي من قبل .فرض عني ىو متماسكإلنتاج التأويل العرقية و معميزج ذلك و السوسيولوجي النهج مع ادلرأة يتزوج ان االقًتاح نرى احلبيبة أمتنا صاحل عن
.إندونيسيا اإلسالم؛ نكهة واحمللية القانونية ترتكز منتجات
3
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
A. PENDAHULUAN
Persoalan mendasar yang terjadi dalam perumusan hukum ekonomi Islam dan hukum
Islam secara umum adalah kurangnya perangkat analisis yang mampu mengakomodir setiap
persoalan yang notabene tidak ada ketentuan hukumnya dalam nas (al-qur‟an dan hadis).
Sejauh ini pola penyelesaian yang digunakan lebih cenderung memakai pola lama ansigh,
yaitu usul fiqh. Penggunaan pola ini alih-alih mampu melahirkan produk hukum yang
membumi malah sebaliknya tertinggal jauh dengan semangat Islam yang rahmatan lil
alamin.
Tulisan ini tidak punya tendensi sedikitpun untuk mengatakan bahwa usul fiqh yang
selama ini dianggap sudah matang bahkan mungkin sudah gosong itu ketinggalan zaman, tapi
lagi-lagi ini dilakukan sebagai upaya untuk mempertegas perlunya metodologi baru guna
pendekatan dalam perumusan hukum ekonomi yang menjadi tuntutan masyarakat yang
sangat mendesak demi menjawab kebutuhan mereka saat ini. Yaitu kebutuhan dalam
bertransaksi secara islami tanpa harus hijrah ke dunia antah berantah yang kaku dengan
simbol celana cunkring, keifiyeh dan sebagainya itu.
B. PEMBAHASAN
Dalam tradisi jurist Islam, usul fiqh sebagai sebuah metode tidak pernah mungkin
dipisahkan dalam rangka merumus-tafsirkan aturan baru terkait dengan berbagai kebutuhan
masyarakat diberbagai tempat dan waktu. Karena keberbedaan yang merupakan sunnatullah
itu tidak bisa dipungkiri, maka hukum Islam yang dikenal dengan jargonnya taghayyarul
ahkam bitaghayyurul azman wa al-amkinah1 (grillen van het orgenblik) mutlak harus
mempersiapkan regulasi untuk tetap dapat eksis dalam pencaturan dunia yang semakin
njlimet ini. Celakanya jika perangkat ini tidak mampu lagi meretas kebekuan atau bahkan
kebuntuan yang dianggap merupakan tanggung jawabnya. Dalam pandangan Coulson,2
problem inilah yang merupakan di antara sebab terjadinya “konflik dan ketegangan” antara
teori dan praktek dalam sejarah penelitian dan penerapan hukum Islam.
Usul fiqh sendiri didefinisikan sebagai أدلتها "القىاعد إلستنباط اآلحكام الشرعيت العوليت هن
-seperangkat kaidah untuk mengistimbathkan hukum syar‟i amali dari dalil“ التفصيليت"
1 Lihat dalam Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Qawaidul Fiqhiyyah : Kaedah-Kaedah
Praktis Memahami Fiqih (Yogyakarta: Pustaka Al Furqon, 2012), h. 117 2 Noel James Coulson, Conflict and Tension in Islamic Jurisprudence, (Chicago & London: The
University of Chicago Press, 1969), h. 58-76.
4
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
dalilnya yang tafsili.3 Ini semakin mempertegas penuhanan teks, karena hampir semua
definisi usul fiqh ini tidak pernah lepas dari istilah "هن أدلتها التفصيليت “, fakta ini setidaknya
berkesan bahwa semua hukum bersumber dari teks dan tidak boleh menyimpang apalagi
mengabaikannya. Pertanyaan berikutnya yang patut diacungkan adalah “apakah teks bisa
berbicara dalam keadaan yang jauh berbeda dengan ketika teks itu dihadirkan semula?”.
Dengan menggunakan pendekatan deskriptif, tulisan ini berusaha untuk mengungkap
beberapa persoalan terkait guna mendapatkan jawaban yang netral, dimulai dengan ulasan
usul fiqh sebagai mainstream dalam kajian jurist Islam sampai pada hermeneutika yang
selama ini diperuntukkan dalam mengkaji Injil.
Berkenaan dengan pentingnya pemahaman ketika memerah hukum dari teks, menarik
apa yang dikatakan al-Syatibi,4 bahwa mujtahid tidak boleh menerapkan hukum yang
digalinya dari al-Qur‟an atau sunnah begitu saja. Ia berkewajiban memberikan pertimbangan
berdasarkan situasi dan kondisi yang mengitari objek hukum. Apabila hukum yang dihasilkan
dari ijtihadnya tersebut tidak selaras diterapkan pada objek hukum karena penerapan hukum
itu membawa kemudaratan, maka mujtahid tersebut harus mencarikan hukum lain yang lebih
sesuai, sehingga kemudaratan bisa dihilangkan dan kemaslahatan dapat tercapai.
Dalam kajian usul fiqh, usaha yang dilakukan mujtahid – pelaku- guna memperoleh
ketentuan suatu hukum disebut dengan ijtihad. Pola ijtihad jika dilihat dari segi dalil yang
dijadikan pedoman, ada tiga macam:
Ijtihad bayani
Ijtihad bayani,5 yaitu ijtihad untuk menemukan hukum yang terkandung dalam nas
dengan melalui interpretasi kebahasaan. Lapangan ijtihad bayani ini hanya dalam batas
pemahaman terhadap nas dan menguatkan salah satu di antara beberapa pemahaman yang
berbeda. Dalam hal ini hukumnya tersurat dalam nas, namun tidak memberikan penjelasan
yang pasti. Konsentrasi metode ini lebih berkutat pada sekitar penggalian pengertian makna
teks. Usaha ini mengandung kelemahan jika harus dihadapkan dengan permasalahan yang
baru yang hanya bisa diderivasikan dengan makna yang jauh dari teks. Sehingga kebanyakan
3 Bandingkan dengan Khallaf juga mendefinisikannya sebagai العلن با القىاعدوالبحىث التي يتىصل بها إلى إستفادة
,Lihat Abdul Wahhab Khallaf, „Ilm Ushul al-Fiqh, (Kuwait: Dar al-Qalam .األحكام الشرعيت العوليت هن ادلتها التفصيليت .
tt.), 12. Demikian juga dengan Abu Zahrah mendefinisikannya sebagai العلن با القىاعد التي ترسن الونا هج إلستنباط األحكام
.Lihat Abu Zahrah, Usul al-Fiqh, ( ttp.: Dar al-Fikr al-„Araby, tt.), 7 .العوليت هن ادلتها التفصيليت . 4 Abu Ishaq al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Usul al-Syari „ah.(Beirut: Dar-al Ma‟arif, 1998), h. 257
5 Muhammad Ma‟ruf ad-Dawalibi, al-Madhal ila „Ilm Usul al-Fiqh, (tt: Dar al-Kitab al-Jadid, 1965), h.
419
5
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
hasil yang diperoleh adalah sebatas reproduksi makna belum sampai pada memproduksi
makna baru.
Ijtihad qiyasi
Ijtihad qiyasi, yaitu karya ijtihad untuk menggali dan menetapkan hukum terhadap
suatu kejadian yang tidak ditemukan dalilnya secara tersurat dalam nas baik secara qat„i
maupun secara zanni,6 juga tidak ada ijma„ yang telah menetapkan hukumnya. Ijtihad dalam
hal ini untuk menetapkan hukum suatu kasus dengan merujuk pada kasus yang telah ada
hukumnya, karena adanya kesamaan ‟illat (ratio legis) hukumnya. Dalam hal ini, mujtahid
menetapkan hukum suatu kejadian berdasarkan pada kejadian yang telah ada nas-nya. Ijtihad
seperti ini secara epistimologis teraplikasi melalui metode qiyas dan istihsan. Dengan melihat
dasar dan pola operasionalnya, terlihat bahwa metode ini sangat gagap jika harus dihadapkan
pada penyelesaian berbagai kasus baru yang muncul. Ke-monolitik-an metode ini
menguasakan hukum segala persoalan aktual kepada nas, dengan cara menempelkan hukum
masalah di dalam nas asal kepada cabang. Deduktifitas qiyas –dengan sendiri–
menjauhkannya dari nuansa empirical approach, alih-alih equilibrium approach,7 apalagi
pendekatan ini juga masih berkutat pada teks semata.
Ijtihad istislahi
Ijtihad istislahi, yaitu karya ijtihad untuk menggali, menemukan dan merumuskan
hukum syar‟i dengan cara menerapkan kaedah kulli untuk kejadian yang ketentuan
hukumnya tidak terdapat dalam nas-baik qat‟i maupun zanni, tidak memiliki kaitan secara
langsung dengan nas yang sudah ada, juga belum diputuskan dalam ijma„. Dasar pegangan
dalam ijtihad bentuk ketiga ini adalah maqasid al-syari‟ah yang bertujuan untuk mewujudkan
6 Qat'i itu terbagi dua: dari sudut datangnya atau keberadaannya dan dari sudut lafaznya.Semua ayat al-
Qur'an itu merupakan qat'i al-tsubut. Artinya, dari segi "datangnya" ayat Qur'an itu bersifat pasti dan tidak
mengalami perubahan. Tetapi, tidak semua ayat Qur'an itu mengandung qat'i al-dilalah. Qat'i al-dilalah adalah
ayat yang lafaznya tidak mengandung kemungkinan untuk dilakukan penafsiran lain. Jadi, pada ayat yang
berdimensi qat'i al-dilalah tidaklah mungkin diberlakukan penafsiran dan ijtihad, sehingga pada titik ini tidak
mungkin ada perbedaan pendapat ulama. Zanni juga terbagi dua: dari sudut datangnya dan dari sudut lafaznya.
Ayat Qur'an mengandung sejumlah ayat yang lafaznya membuka peluang adanya beragam penafsiran. Contoh
kata "aw lamastumun nisa" dalam al-Qur'an terbuka untuk ditafsirkan,Ini yang dinamakan zanni al-dilalah.
Selain hadis mutawatir, hadis lainnya bersifat zanni al-wurud. Ini menunjukkan boleh jadi ada satu ulama yang
memandang shahih satu hadis, tetapi ulama lain memandang hadis itu tidak shahih. Ini wajar saja terjadi, karena
sifatnya adalah zanni al-wurud. Hadis yang zanni al-wurud itu juga ternyata banyak yang mengandung lafaz
zanni al-dilalah. Jadi, sudah terbuka diperselisihkan dari sudut keberadaannya, juga terbuka peluang untuk
beragam pendapat dalam menafsirkan lafaz hadis itu; tulisan ini diadaptasi dari homepage Nadirsyah Hosen:
http://nhosen.blogspot.com/ (di akses tanggal 15 Desember 2012) 7 Yang dimaksud dengan istilah “equilibrium approach” adalah pendekatan yang mengkombinasikan
secara seimbang (adil) aspek teks dan konteks atau normatif dan historis. Lebih jauh lihat dalam Mahsun Fuad,
“Pendekatan Terpadu Hukum Islam dan Sosial”, http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php (di akses pada tanggal
12-12-12)
6
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
kemaslahatan umat, baik dalam bentuk mendatangkan manfaat maupun menghilangkan
mudarat.8 Metode yang liabel serta dianggap prospektif-futuristik sebenarnya sangat
diharapkan pada pola yang terakhir ini, hal ini didasarkan pada tersisihnya ruang analisis
sosial. Namun faktanya harapan ini menguap begitu saja sejalan dengan tiadanya kata
mufakat terhadap otentisitas dan landasan epistemik pada pola ini.
Dari tiga model metode perumusan hukum Islam yang merupakan jabaran dari ushul fiqh
klasik di atas, Studi ushul al-fiqh pada akhirnya masih berputar pada pendekatan doktriner-
normatif-deduktif dan tetap saja bersifat sui-generis.9 Faktanya sampai hari ini produk yang
dihasilkan masih terkesan kasuistik, padahal sejatinya tidak hanya berhenti di situ tapi
bergerak selangkah lebih maju dan tentu dengan citarasa dan aroma baru yang lebih
menggoda. Lemahnya analisis sosial empiris (lack of empiricism) inilah yang disinyalir oleh
banyak pihak menjadi satu kelemahan mendasar dari cara berpikir dan pendekatan dalam
metode penemuan hukum Islam selama ini.10 Disamping itu penulis beranggapan bahwa
kendala yang paling pelik adalah adanya stigma dan doktrin berlebihan yang menguatkan
keyakinan seseorang bahwa yang boleh di ambil hanyalah yang berasal dari Islam-Arab,
sedangkan metode yang ditawarkan Barat-Kristen haram di pakai untuk membedah Islam.
Tekstualitas usul al-fiqh tersebut di atas merupakan karakteristik yang lahir dari satu
sistem paradigma, epistemologi dan orientasi kajian tertentu. Adanya fakta bahwa sebagian
besar umat Islam masih menganut subjektifisme teistik11 yang berimplikasi pada satu
keyakinan bahwa hukum hanya dapat dikenali melalui wahyu yang dibakukan dalam kata-
kata yang disampaikan Nabi. Kecenderungan tekstualitas yang berlebihan dalam metode
penemuan hukum seperti ini harus disadari bahwa pada gilirannya telah memunculkan
kesulitan dan ketidak-cakapan hukum Islam itu sendiri dalam merespon perubahan sosial.
Karakteristik kajian fiqh klasik yang law in book oriented dan kurang memperhatikan law in
action sangat mungkin akan selalu tertinggal di belakang sejarah; sampai batas tertentu
bahkan mungkin ditinggalkan karena tidak releven lagi dengan situasi aktual umatnya.12
8 Amir Syarifuddin, Usul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 268 9 Bandingkan dengan Akh. Minhaji, “Reorientasi Kajian Ushul Fiqih”, al-Jami‟ah Journal of Islamic
Studies, No. 63/VI tahun 1999, h. 16-17. 10
Lihat Abdul Hamid A. Abu Sulayman, Towards an Islamic Theory of International Relation: New
Direction for Methodology and Thought, 2nd
Edition, (Herndon, Virginia: IIIT, 1994), 87-92. Idem, Crisis in
the Muslim Mind, alih bahasa Yusuf Talal Delorenzo, 1st Edition, (Herndon, Virginia: IIIT, 1993), 43-45. Lihat
juga Akh. Minhaji, “A Problem of Methodological Approach to Islamic Law Studies”, al-Jami‟ah Journal of
Islamic Studies, No. 63/VI tahun 1999, iv-v. 11
Syamsul Anwar, “Epistemologi Hukum Islam Probabilitas dan Kepastian”, dalam Yudian W. Asmin
(ed.), Ke Arah Fiqh Indonesia, (Yogyakarta: FSHI Fak. Syari‟ah, 1994), h. 74. 12
Dalam konteks yang lebih luas, Syamsul Anwar mencatat ada lima (5) karakteristik studi fiqh yang
dominan, yaitu (1) pemusatan studi hukum Islam sebagai law in book, tidak mencakup law in action, (2)
7
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Sementara Louay Safi juga melihat bahwa ada tiga faktor keterbatasan mainstream
metode tradisional yaitu bersifat legalistik, linguistik, dan terlalu atomistik. Dalam
sejarahnya, sesungguhnya telah muncul pemikiran klasik yang berusaha menyeimbangkan
mainstream tersebut, tawaran metodologis yang diajukan oleh al-Ghazali dengan metode
induksi dan tujuan hukumnya. Sebagaimana juga teori induksi tematisnya yang dikemukakan
al-Syatibi yang terangkum dalam maqasid al-syari'ah.13 Demikian juga upaya pembaruan
pemikiran kontemporer, sebagaimana dilakukan oleh Fazlur Rahman sampai Muhammad
Sahrur, masih belum memberikan ketegasan untuk menjawab pertanyaan sekaligus persoalan
di atas.14 Berangkat dari kenyataan ini menarik disampaikan di sini beberapa pemikiran yang
berkenaan dengan pembacaan teks dengan cara yang lebih utuh dan sedikit liar karena
melenceng dari koridor yang selama ini dianggap ajeg dan mapan.
Satu diantaranya adalah louay Safi, dalam bukunya yang berjudul The Foundation of
Knowledge A Comparative Study in Islamic and Western Methods of Inquiry,15 ia
menjelaskan tentang pentingnya penggunaan pendekatan sosial dalam merumuskan hukum
Islam. Safi menganggap bahwa metode-metode klasik yang ada tidak mampu lagi
menghadapi realitas modern, Ketidak-cakapan metode klasik ini setidaknya terlihat dari dua
kecenderungan yang saling berlawanan secara diametral, yaitu pembatasan lapangan ijtihad
ke dalam penalaran legalistik dan adanya kecenderungan menghilangkan seluruh kriteria dan
standar rasional dengan menggunakan metodologi yang murni intuitif dan esoteris.16
Lebih jauh Safi menegaskan bahwa setiap pengetahuan tidak begitu saja dilepaskan
dari asumsi awal tertentu atau tidak bebas nilai (value free); bagaimana sebuah wahyu juga
mengandung rasionalitas tertentu; dan bagaimana realitas wahyu dan realitas empiris tertentu
pencabangan materi yang rumit tanpa memperhatikan relevansi dengan permasalahan yang berkembang (3) sifat
polemik-apologetik, (4) inward looking dan (5) atomistik. Secara epistemik kajian fiqh juga ditandai oleh
karakteristik (1) kurang memisahkan mitos dan sejarah, (2) univokalisasi makna dan (3) nalar transhistoris.
Syamsul Anwar, “Paradigma Fikih Kontemporer: Mencari Arah Baru Telaah Hukum Islam Pada Program S3
PPS IAIN Ar-Raniry Banda Aceh”, Makalah Lokakarya Program Doktor Fikih Kontemporer pada Pascasarjana IAIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh, tanggal 28 Agustus, 2002, hlm. 8-9. Karakteristik
lebih sederhana diberikan oleh Hasyim Kamali, yaitu: (1) tidak mendukung efektifitas dan efisiensi
administrative, karena ditulis mengikuti style abad pertengahan serta tidak mempunyai klasifikasi yang rapi, (2)
consern kajiannya tidak lagi relevan dengan isu dan kondisi aktual umat Islam, dan (3) adanya tendensi
scholastic isolation yang melahirkan fanatisme madzhab dengan menutup diri untuk respek pada kontribusi
pemikiran lain. M. Hasyim Kamali, “Fiqh and Adaptation to Sosial Reality” dalam The Muslim World, Vol.
LXXXVI, No. 1, Januari, 1996, 78-79. 13
Syamsul Anwar, “Teori Hukum Hukum Islam al-Ghazali dan Pengembangan Metode Penemuan
Hukum Islam”, dalam M. Amin Abdullah et. al., Tafsir Baru Studi Islam dalam Era Multi Kultural,
(Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2002), h. 198. 14
Wael B. Hallaq, A History f Islamic Legal Theories An Introduction to Sunni Usul al-Fiqh,
(Cambridge: Cambridge University Press, 1997), 245, 253. 15
Louay Safi, The Foundation of Knowledge A Comparative Studyin Islamic and Western Methods of
Inquiry, (Selangor: IIU & IIIT, 1996) 16
Louay Safi, The Foundation of Knowledge…, 12
8
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
sama-sama menjadi sumber pengetahuan. Lebih jauh ia mengatakan bahwa ilmu dan aktifitas
ilmiah adalah akibat dari ontologi tertentu yang mengaitkan upaya ilmiah dengan individu
dan lingkungannya. Sebaliknya, aktivitas ilmiah mengandaikan sejumlah pernyataan tentang
eksistensi, suatu kebenaran yang harus diakui sebelum terlibat dalam berbagai studi empiris.
Oleh sebab itu, memisahkan kebenaran keagamaan (wahyu) dari wilayah ilmiah –khususnya
wilayah ilmu-ilmu sosial-- adalah pendapat yang musykil dan tidak dapat dibenarkan.17
Berikutnya berkenaan dengan bagaimana teks harus di mixing dengan ilmu sosial,
Safi menjelaskan beberapa tahapan dengan terlebih dahulu membuat inferensi tekstual dan
historis-empiris untuk kemudian dilakukan analisis terpadu antara keduanya. Prosedur
inferensi tekstual dimaksudkan untuk menderivasi hukum dan konsep-konsep dari teks-teks
al-Qur‟an dan hadis. Ada empat langkah yang harus dilewati dalam prosedur ini, yaitu:
1. Mengindentifikasi teks (al-Qur‟an dan Sunnah) yang relevan dengan persoalan yang
mengemuka.
2. Memahami (menafsirkan) makna pernyataan teks secara memadai dan relevan baik
secara individual (leksikal) maupun dalam kaitannya dengan yang lain (secara
kontekstual).
3. Menjelaskan (ta‟lil) terhadap teks, yaitu mengidentifikasi causa efisien („illah) yang
menjadi dasar adanya perintah atau petunjuk dalam teks.
4. Membangun suatu aturan dan konsep umum yang diderivasi dari teks. Ini dapat dicapai
dengan proses abstraksi terus-menerus, sehingga aturan/konsep hasil derivasi dari teks
itu dapat dimasukkan ke dalam aturan lain yang memiliki tingkat abstraksi lebih tinggi.18
Prosedur analisis sosial (historis-empiris) terdiri dari empat langkah, sebagai berikut:
1. Menganalisis aksi individu yang termasuk ke dalam fenomena sosial yang sedang
dibahas untuk menemukan tiga faktor diterminannya berupa tujuan, motif dan aturan
aksi tersebut
2. Mengklasifikasi berbagai bentuk atau tipe aksi berdasarkan kesamaan atau perbedaan
komponennya (tujuan, motif dan aturannya).
3. Mengidentifikasi aturan-aturan umum yang membangun interaksi antara berbagai
kelompok yang diidentifikasi pada langkah kedua. Guna menarik aturan-aturan universal
atau hukum-hukum interaksi, pola-pola kerja sama dan konflik, dominasi dan submisi,
pertumbuhan dan kemunduran sosial.
4. Sistematisasi aturan-aturan umum yang didapatkan dari langkah sebelumnyauntuk
membentuk suatu sistem aturan yang koheren dan konsisten.
Langkah berikutnya yang dilakukan setelah dilakukan inferensi tekstual dan sosial
(historis-empiris), maka kemudian dapat disusun suatu prosedur inferensi yang padu antara
keduanya:
1. Analisis teks atau fenomena ke dalam komponen-komponen dasarnya, yaitu pernyataan
dan aksi/perilaku
2. Pengelompokkan pernyataan atau aksi yang serupa di bawah satu kategori
17
Louay Safi, The Foundation of Knowledge..., h. 172-179. 18
Louay Safi, The Foundation of Knowledge..., h. 182-187.
9
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
3. Mengidentifikasi hukum-hukum yang menyatukan berbagai kategori
4. Identifikasi aturan-aturan dan tujuan-tujuan umum (general rules) yang membangun inter-
relasi berbagai kategori
5. Sistematisasi aturan-aturan yang diperoleh melalui prosedur-prosedur sebelumnya.19
Muhammad Anas az-Zarqa coba mengembangkan metode ini dalam bidang
ekonomi.20 Zarqa menjelaskan bahwa ekonomi Islam itu terdiri dari tiga kerangka
metodologi. Pertama adalah presumptions dan ideas, atau yang disebut dengan ide dan
prinsip dasar dari ekonomi Islam. Ide ini bersumber dari Al Qur‟an, Sunnah, dan Fiqih Al
Maqasid. Ide ini nantinya harus dapat diturunkan menjadi pendekatan yang ilmiah dalam
membangun kerangka berpikir dari ekonomi Islam itu sendiri. Kedua adalah nature of value
judgement, atau pendekatan nilai dalam Islam terhadap kondisi ekonomi yang terjadi.
Pendekatan ini berkaitan dengan konsep utilitas dalam Islam. Terakhir, yang disebut dengan
positive part of economics science. Bagian ini menjelaskan tentang realita ekonomi dan
bagaimana konsep Islam bisa diturunkan dalam kondisi nyata dan riil. Melalui tiga
pendekatan metodologi tersebut, maka ekonomi Islam dibangun.
Berikutnya bagaimana menurunkan ketiga elemen dasar tersebut tidak hanya
ngawang sebatas wacana tapi membumi, az-Zarqa membuat model integrasi wahyu dan
rakyu. Integrasi syariah dan ilmu ekonomi ini dilakukan dengan membedakan pernyataan-
wacana syariah dengan pernyataan-wacana ekonomi ke dalam dua kategori; normatif
(preskiptif) dan deskriptif (positif), kemudian mencari benang merah antara pernyataan
syariah dan pernyataan ekonomi, dan mengganti pernyataan ekonomi yang bertentangan
dengan pernyataan syariah sehingga didapatkan sintesis syariah dan ekonomi yang
melahirkan ekonomi Islam.21
Kedua model pendekatan studi Islam yang ditawarkan oleh intelektual muslim
tersebut, sejauh ini setidaknya ikut meramaikan dan memberikan solusi terhadap berbagai
persoalan keumatan. Namun demikian penulis melihat bahwa tawaran yang diajukan tersebut
belum maksimal dalam menggali hukum yang terkandung dalam teks, hal ini disebabkan oleh
terkungkungnya pemahaman keduanya dalam doktrin teologis yang menyebabkan produk
hukum yang dihasilkan masih kemayu untuk meloncati jauh lebih tinggi dari tekstualitas itu
sendiri.
19
Louay Safi, The Foundation of Knowledge..., h. 190. 20
Muhammad Anas az-Zarqa, “Tahqiq Islamiyah „Ilm al-Iqtisad: al-Mafh-m wa al-Manhaj,” dalam
Toward Islamization of Disciplin, (Herdon: IIIT, 1989), h. 317-57. 21
Muhammad Anas az-Zarqa, “Tahqiq Islamiyah „Ilm al-Iqtisad..., 324. Lihat juga dalam Syamsul
Anwar, Studi Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: RMBook, 2007), h. 147-8
10
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Untuk menjembatani itu semua, -walaupun terkesan sedikit anarkis ilmiah- penulis
sampaikan perlunya integrasi pendekatan usul-sosial dan filsafat (dalam hal ini hermeneutik).
Persetubuhan ini menjadi penting dan relevan mengingat objek kajiannya –usul fiqh dan
hermeneutik- adalah teks, sekalipun keduanya berangkat dari latar belakang yang boleh
dikatakan saling berpunggungan, namun pada tataran substantifnya keduanya saling mengerat
satu sama lain.
Secara etimologi, kata hermeneutika berasal dari bahasa Yunani, hermenenuein, yang
berarti menafsiri, penafsiran atau interpretasi. Maka kata benda, hermenia secara etimologis
dapat diartikan penafsiran atau interpretasi. Selanjutnya, hermeneutika diartikan sebagai
proses mengelola sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti.22 Tugas utama
hermeneutika adalah bagaimana menafsirkan sebuah teks yang semula asing, menjadi milik
dan dimengerti oleh mereka yang hidup dalam zaman dan tempat yang berbeda. Dengan
demikian, dapat dimengerti bahwa pada dasarnya hermeneutika berkaitan erat dengan bahasa
yang terakumulasi dari sebuah teks. Tuhan pun berkomunikasi kepada manusia salah satunya
melalui medium bahasa, yaitu al-Qur`an yang berbahasa Arab.
Persoalan berikutnya yang segera muncul adalah bagaimana generasi yang hidup di
zaman yang berbeda bisa menangkap gagasan-gagasan dari generasi sebelumnya yang
perjumpaan diantara mereka hanya melaui media teks?, pertanyaan yang lebih “nakal”
berikutnya adalah benarkah pemahaman seseorang terhadap al-Qur`an sama persis dengan
apa yang dikehendaki Allah selaku author?. Dalam konteks hadis, dapatkah seseorang
menangkap pesan Muhammad hanya melalui sepotong sabda yang terhimpun dalam kutub al-
hadis?. Inilah berbagai persoalan mendasar yang harus diselesaikan oleh tangan
hermeneutika.23
Membincang hermeneutika akan dihadapkan pada dua hal, yaitu seni dan teori
tentang pemahaman dan penafsiran terhadap simbol-simbol baik kebahasaan maupun yang
non-kebahasaan. Menurut Friedrich Schleiermacher, terdapat dua tugas hermeneutik yang
pada hakikatnya identik satu sama lain, yaitu interpretasi gramatikal sebagai syarat berpikir
setiap orang dan interpretasi psikologis yang memungkinkan seseorang memahami pribadi
pengarang.24
Schleiermacher menawarkan sebuah rumusan positif dalam bidang seni interpretasi,
yaitu rekonstruksi objektif-historis, bermaksud membahas sebuah pernyataan dalam
22
E, Sumaryono, Hermeneutik: Sebuah Metode Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1999), h. 24. 23
Qamaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama, Jakarta: Paramadina, 1996, h. 13. 24
E, Sumaryono, Hermeneutik: ..., h. 41.
11
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
hubungannya dengan bahasa sebagai keseluruhan. Melalui rekonstruksi subjektif-historis,
dimaksudkan membahas awal mula sebuah pernyataan masuk ke dalam pikiran seseorang.
Schleiermacher sendiri menyatakan bahwa tugas hermeneutik adalah memahami teks sebaik
atau lebih baik dari pada pengarangnya sendiri dan memahami pengarang teks lebih baik daripada
memahami diri sendiri.25 Tujuan akhir dari pendekatan hermeneutik adalah kemampuan
memahami penulis atau pengarang melebihi pemahamanm terhadap diri kita sendiri.26
Menurut Hans-Georg Gadamer dalam bukunya yang berjudul Truth and Method,
human sciences selalu berusaha mendekati teks dari suatu posisi yang dijaga berjarak dari teks
itu sendiri, yang disebut alienation. Menurutnya jarak tersebut dapat diatasi dan ikatan-ikatan
tersebut dapat dibangun kembali (re-fusion) melalui mediasi kesadaran akan efek historis
(consciousness of the effects of history) berdasarkan pemahaman awal (pre-understandings) dari
interpreter-interpreter sebelumnya sehingga berada pada suatu jaringan interpretasi
(interpretational lineage). Dan melalui kesadaran akan efek historis ini, dua titik yang semula
terpisah, yaitu subjek dan objek, menjadi tersatukan menyeluruh. Proses ini oleh Gadamer
dinamakan fusi horizon (fusion of horizons). Gadamer menggolongkan dialektik
antara alienation dan re-fusion dalam tiga bidang lingkaran yang berbeda, yaitu estetis, historis,
dan bahasa.
Lebih jauh Gadamer menyatakan bahwa interpretasi yang baik adalah penafsiran yang
menciptakan suatu “fusi dari horison-horison”; penafsiran yang berlangsung secara dialogis
menuju suatu tingkat persetujuan-kesepakatan antara horison makna yang disediakan teks
(seperti yang disediakan oleh keadaan di mana teks itu diproduksi) dan yang disediakan oleh
penafsir.27 Secara keseluruhan, peran penting horison (tradisi, prasangka, dan keterkondisian
historis) penafsir dalam setiap proses penafsiran memungkinkan gagasan tafsir lokal ini absah
secara ontologis. Ia, di level pertama, memungkinkan terlepasnya Islam dari aroma
partikular-Arabnya (juz‟iyât) hingga yang tinggal dimensi universal (kulliyât; spirit moral)-
nya untuk kemudian menggumulkannya dengan realitas kultural non-Arab demi
terbangunnya apa yang disebut Islam citarasa lokal.28
Apa yang hendak disajikan di sini sebagai pola tafsir bergaya lokal dimulai dengan
kesadaran terhadap watak eksistensi penafsir di mana horison penafsir tidak mungkin
25
Grassie, William, J., "Hermeneutics in Science and Religion", Contribution to Encyclopedia of
Religion and Science, Vol.1, Macmillan Reference, 2003 26
E, Sumaryono, Hermeneutik: ..., h. 63-64. 27
Hans Georg Gadamer, Truth and Method (London: Sheed & Ward, 1975), h. 143 28
Fawaizul umam, “mengurai ketegangan Islam dan lokalitas dengan Etnohermeneutik” lihat pada
http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=hubptai-gdl-fawaizulum-5568 (di
akses tanggal 06 Juni 2012)
12
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
dilukarkan dalam setiap tindak penafsiran. Subtansi keterlibatan horison dalam menafsir itu
semakin menemui kebermaknaannya dan bentuk aktualnya pada salah satu varian
hermeneutik mutakhir, ethnohermeneutics.29 Tanpa berpretensi mencari preseden di luar
tradisi tafsir dunia Islam, penyuguhan etnohermeneutik di sini dipentingkan sebagai
komplementer yang seirama dengan pancangan pendekatan penafsiran/perumusan hukum
yang sudah ada, titik tolak pencarian dan peneguhan awal basis epistemologis dari gagasan
tafsir gaya lokal yang coba dipancangkan.
Satu hal yang sangat menarik dari etnohermeneutik adalah ciri utamanya, yakni seluruh
penerapan metode hermeneutis wajib berorientasi pada receptor, penerima. Pengalihan
orientasi ini berangkat dari satu postulate bahwa tak ada satu pun metode tafsir yang sungguh
universal, yang berlaku sama cocok pada seluruh konteks budaya di mana pesan-pesan teks
ajaran hendak dibumikan. Maka, penafsiran teks yang dilakukan pada konteks lintas-budaya,
dalam kerangka etnohermeneutik, sejauh mungkin harus menerapkan metode-metode
hermeneutis dinamis yang telah berfungsi pada kebudayaan dimaksud. Tujuannya untuk
menafsirkan teks-teks ajaran dengan cara-cara yang paling dipahami sehingga melahirkan
produk-produk tafsiran yang paling adaptable dengan budaya receptor.30
Sejarah dengan cukup gemilang telah mencatat adanya pergumulan yang erat antara
adat budaya lokal dengan hukum Islam, bahkan dalam Usul fiqh sendiri ada „Urf yang kita
kenal sebagai budaya atau adat. Yusuf Qaradhawi menjelaskan bahwa „urf merupakan
kebiasaan dan perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian dijadikan
adat istiadat turun temurun, baik berbentuk ucapan dan perbuatan, baik yang umum maupun
khusus.31 Mengingat „urf merupakan sunnatullah yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
manusia, maka dalam merumuskan hukum, para usuliyun seringkali memposisikan „urf
29
Sebagai sebuah pola paradigmatik penafsiran Injil, kemunculan etnohermeneutik sendiri bermula dari
kegelisahan sementara sarjana (penginjil) Kristen yang gelisah setelah melihat kenyataan betapa
keanekaragaman kultural di berbagai belahan dunia mematahkan kemapanan berabad paradigma dan
metodologi hermeneutis klasik penafsiran Injil. Pada akhirnya mereka menyadari tidak hanya perlu mengkaji
ulang adekuasi metodologis dari metode-metode hermeneutik kawak selama ini, tetapi juga menggugah
perlunya dicari suatu metode hermeneutik yang adekuat dan compatible dalam situasi masyarakat multikultur.
Di tengah kebuntuan itu, ethnohermeneutics menampilkan diri sebagai sebuah pola paradigmatik penafsiran Injil
dalam konteks lintas-budaya yang salah satu agendanya merumuskan metode-metode hermeneutis dinamis yang
layak secara budaya. Secara khusus, horison penafsir yang terbangun dari kesadaran tradisi dan penghayatan
akan kesejarahan dirinya memang semacam entry-point ke etnohermeneutik. Untuk paparan pengantar ke
ethnohermeneutics dan nilai strategisnya dalam penafsiran lihat dua tulisan reflektif-kritis Larry W. Caldwell,
“Towards the New Discipline of Ethnohermeneutics: Questioning the Relevancy of Western Hermeneutical
Methods in the Asian Context,” dalam Journal of Asian Mission, Vol. 1, Nr. 1 (March 1999): 21-43; dan, “A
Response to the Responses of Tappeiner and Whelchel to Ethnohermeneutics,” dalam Journal of Asian Mission,
Vol. 2, Nr. 1 (March 2000): 135-45. 30
Fawaizul umam, “mengurai ketegangan Islam..., h. 8. 31
Yusuf Qardhawi. Keluwesan dan Keluasan Syari‟ah Islam Dalam Menghadapi Perubahan Zaman, terj.
Tim Pustaka Firdaus. (Jakarta: Pustaka Firdaus.1996), h. 30.
13
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
sebagai salah satu instrumen penting. Hal ini dapat dilihat dari konsepsi yang dijabarkan oleh
para usuliyund dalam sebuah adagium yang menyatakan: “al-„adah muhakkamah”32
Sampai disini dapat dikatakan bahwa pendekatan yang selaras dengan budaya lokal
adalah etnohermeneutik guna merumuskan produk hukum ekonomi Islam equivalen dengan
pendekatan usul yang selama ini dipakai. Bahkan pada titik tertentu keduanya saling
melengkapi satu sama lain, ditambah lagi dengan pendekatan sosial sebagai cermin persoalan
yang mengemuka tentu rumusan hukum yang dihasilkan adalah hukum yang mampu
menjawab segenap persoalan tanpa harus menanggalkan identitas keberislaman yang
keindonesiaan yang menjadi rahmat bagi semesta.@
C. PENUTUP
Berdasarkan pemaparan singkat di atas, haruslah dengan jujur penulis sampaikan
bahwa usaha pembaruan dalam perumusan hukum ekonomi Islam dan hukum Islam
umumnya dengan pendekatan yang padu merupakan fardu „ain. Dengan tidak bermaksud
hendak menegasikan metode yang selama ini digunakan oleh para ulama, atas nama
kemashlahatan bangsa tercinta patutlah kiranya mengawinkan usul fiqh dengan pendekatan
sosiologis dan meramunya dengan etnohermeneutika untuk menghasilkan produk hukum
yang membumi dan bercita rasa lokal; Islam Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid A. Abu Sulayman, Towards an Islamic Theory of International Relation: New
Direction for Methodology and Thought, 2nd
Edition, Herndon, Virginia: IIIT, 1994
Abdul Wahhab Khallaf, „Ilm Ushul al-Fiqh, Kuwait: Dar al-Qalam, tt
Abu Ishaq al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Usul al-Syari „ah. Beirut: Dar-al Ma‟arif, 1998
Abu Zahrah, Usul al-Fiqh, ttp.: Dar al-Fikr al-„Araby, tt.
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Qawaidul Fiqhiyyah : Kaedah-Kaedah Praktis
Memahami Fiqih, Yogyakarta: Pustaka Al Furqon, 2012
Akh. Minhaji, “A Problem of Methodological Approach to Islamic Law Studies”, al-Jami‟ah
Journal of Islamic Studies, No. 63/VI tahun 1999
Akh. Minhaji, “Reorientasi Kajian Ushul Fiqih”, al-Jami‟ah Journal of Islamic Studies, No.
63/VI tahun 1999.
Amir Syarifuddin, Usul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2008
Asjmuni A. Rahman. Qa‟idah-Qa‟idah Fiqih. Jakarta: Bulan Bintang. 1976
E, Sumaryono, Hermeneutik: Sebuah Metode Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1999
Qamaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama, Jakarta: Paramadina, 1996
32
Asjmuni A. Rahman. Qa‟idah-Qa‟idah Fiqih. (Jakarta: Bulan Bintang. 1976), h. 88
14
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Grassie, William, J., "Hermeneutics in Science and Religion", Contribution to Encyclopedia
of Religion and Science, Vol.1, Macmillan Reference, 2003
Hans Georg Gadamer, Truth and Method, London: Sheed & Ward, 1975
Larry W. Caldwell, “Towards the New Discipline of Ethnohermeneutics: Questioning the
Relevancy of Western Hermeneutical Methods in the Asian Context,” dalam Journal
of Asian Mission, Vol. 1, Nr. 1 (March 1999)
-----------------“A Response to the Responses of Tappeiner and Whelchel to
Ethnohermeneutics,” dalam Journal of Asian Mission, Vol. 2, Nr. 1 (March 2000):
135-45.
Louay Safi, The Foundation of Knowledge A Comparative Studyin Islamic and Western
Methods of Inquiry, (Selangor: IIU & IIIT, 1996)
M. Amin Abdullah et. al., Tafsir Baru Studi Islam dalam Era Multi Kultural, Yogyakarta:
Kurnia Kalam Semesta, 2002
M. Hasyim Kamali, “Fiqh and Adaptation to Sosial Reality” dalam The Muslim World, Vol.
LXXXVI, No. 1, Januari, 1996, 78-79.
Muhammad Anas az-Zarqa, “Tahqiq Islamiyah „Ilm al-Iqtisad: al-Mafh-m wa al-Manhaj,”
dalam Toward Islamization of Disciplin, Herdon: IIIT, 1989
Muhammad Ma‟ruf ad-Dawalibi, al-Madhal ila „Ilm Usul al-Fiqh, tt: Dar al-Kitab al-Jadid,
1965
Noel James Coulson, Conflict and Tension in Islamic Jurisprudence, Chicago & London: The
University of Chicago Press, 1969
Syamsul Anwar, “Epistemologi Hukum Islam Probabilitas dan Kepastian”, dalam Yudian
W. Asmin (ed.), Ke Arah Fiqh Indonesia, Yogyakarta: FSHI Fak. Syari‟ah, 1994
Syamsul Anwar, Studi Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: RMBook, 2007
Wael B. Hallaq, A History f Islamic Legal Theories An Introduction to Sunni Usul al-Fiqh,
Cambridge: Cambridge University Press, 1997
Yusuf Qaradhawi. Keluwesan dan Keluasan Syari‟ah Islam Dalam Menghadapi Perubahan
Zaman, terj. Tim Pustaka Firdaus. Jakarta: Pustaka Firdaus.1996
Pustaka online
http://nhosen.blogspot.com/
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php
http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=hubptai-gdl-
fawaizulum-5568
15
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
KRISIS EKONOMI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
(Refleksi Krisis Tahun Ramadah Pada Era Pemerintahan Umar
bin Khathab dan Relevansinya Pada Zaman Modern) Asy’ari
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Teungku Dirundeng Meulaboh
Email: [email protected]
Abstract
Economic crisis is an event where economic sector is being devastated due to numerous
factors. In Islamic goverment history, there was once a severe economic crisis known as
Ramadah year crisis which happened during Umar bin Khathab goverment. Beside analysing
the causes and effects of the crisis, Umar bin Khathab also offered some concrete solutions
for overcoming the crisis in the short and long-term period. Beside the solutions practiced by
Umar bin Khathab, there are many other precise and relevant solutions to be implemented in
today‟s modern life.
Keyword: Economic crisis, Ramadah
صلخستم
األزمة االقتصادية ىو احلدث حيث يتم تدمري القطاع االقتصادي بسبب عوامل عديدة. يف التاريخ اإلسالمي وادلعروفة باسم أزمة عام الرماد الذي حدث خالل اإلدارة احلكومية، كان ىناك مرة واحدة يف أزمة اقتصادية حادة
عمر بن اخلطاب اإلدارة احلكومية. جبانب حتليل أسباب وآثار األزمة، وعرضت عمر بن اخلطاب أيضا بعض حلول ملموسة للتغلب على األزمة يف فًتة قصرية وطويلة األجل. جبانب احللول اليت دتارسها عمر بن اخلطاب،
.لول الدقيقة واألخرى ذات الصلة اليت سيتم تنفيذىا يف احلياة احلديثة اليوموىناك العديد من احل
16
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
A. PENDAHULUAN
Beberapa tahun belakangan ini dunia tengah disibukkan dengan krisis ekonomi yang melanda
sebagian besar negara-negara di dunia. Banyak negara yang „kasak-kusuk‟ dengan krisis ekonomi
yang menerjang perekonomian negara mereka. Banyak perusahaan-perusahaan dan lembaga
perekonomian yang mengalami kebangkrutan. Krisis ekonomi telah merusak dan menghancurkan
sebagian besar sendi perekonomian negara-negara di dunia.
Krisis ekonomi menjadi sebuah hal yang menakutkan bagi negara-negara di dunia pada saat
ini. Tidak saja bagi negara-negara „berkembang‟ yang ketakutan dengan krisis ekonomi yang sedang
melanda perekonomian dunia, bahkan krisis ekonomi juga menjadi sosok yang menakutkan bagi
negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika.
Di antara berbagai keagungan sistem Islam adalah sistem perekonomian yang sering kita
sebut dengan ekonomi syari‟ah (ekonomi Islam). Jika instrumen ekonomi syari‟ah
diimplementasikan, maka beberapa masalah krusial perekonomian bisa diantisipasi sehingga tidak
menimbulkan krisis ekonomi maupun finansial sebagaimana yang terjadi saat ini. Kalaupun krisis
ekonomi tetap terjadi dengan faktor lainnya, Islam tetap memberikan solusi bagi permasalahan
tersebut.
Dalam artikel ini penulis akan memaparkan bagaimana konsep Islam terhadap penanganan
krisis ekonomi. Diharapkan ini bisa menjadi solusi dan renungan bagi sistem perekonomian dunia
pada saat ini.
B. KRISIS RAMADAH
Sekilas tentang Umar bin Khathab
Para sejarawan menyebut silsilah Umar dari pihak ayah dan ibunya dengan mengatakan Umar
bin Khathab bin Nufail bin Abdil „Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin
Ka‟ab bin Luayyi bin Ghalib al-Qurasyi al-„Adawi. Sedangkan ibunya adalah Hantamah bin Hasyim
bin Mughirah dari bani Makhzumi, Hanzamah adalah sepupu Abu Jahal33
Umar dilahirkan sebelum 30 tahun masa kenabian, ia hidup selama 65 tahun. Umar
menyatakan keIslamannya pada tahun ke-6 kenabian, dan dia menjabat sebagai khalifah selama
sekitar 10 tahun 6 bulan. Dalam masa pemerintahannya, Umar berhasil merealisasikan hal-hal yang
besar dalam masa tersebut.
Secara garis besar Umar selama masa pemerintahannya telah menampakkan politik yang
bagus, keteguhan prinsip, kecemerlangan perencanaan, meletakkan berbagai sistem ekonomi dan
manajemen yang penting, menggambarkan garis-garis penaklukan dan pengaturan daerah-daerah yang
telah ditaklukkan, berjaga untuk kemashlahatan rakyat, orang yang bertanggungjawab terhadap Baitul
Mal dan usaha-usaha lainnya.
33
Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab (terj. Ali Audah), Bogor: Pustaka Litera AntarNusa,
2008, h. 8
17
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Pada masa pemerintahan Umar bin Khathab terjadi krisis (musim paceklik) yang
menyebabkan lumpuhnya kegiatan perekonomian dan banyaknya yang meninggal serta terkena wabah
penyakit. Umar wafat pada usia 65 tahun, dia meninggal setelah ditusuk oleh seseorang ketika Umar
sedang mengerjakan shalat berjama‟ah.
Definisi Krisis Ekonomi (Perubahan Ekonomi)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa krisis ekonomi merupakan perubahan kondisi
perekonomian yang memberikan dampak negatif kepada sektor pekerjaan, produksi, pemasukan,
harga dan lainnya. Para ekonom membagi krisis (perubahan) ekonomi dalam empat kelompok:
Pertama, Perubahan musiman yaitu perubahan yang menimpa sebagian kegiatan perekonomian yang
memiliki tabiat musiman, dimana kegiatannya menjadi bertambah dalam suatu musim dan berkurang
dalam musim yang lain. Kedua, Perubahan baru yaitu perubahan yang tidak teratur dan muncul
karena peristiwa dan kondisi yang baru, adakalanya disebabkan faktor alam seperti kemarau, gempa
bumi, wabah, dan adakalanya karena faktor sosial seperti perang dan lainnya. Ketiga, Perubahan yang
terarah yaitu perubahan yang terjadi dengan perlahan dan tersebar dalam waktu lama seperti
perubahan penduduk. Keempat, Perubahan berkala yaitu perubahan yang terjadi secara teratur dalam
waktu-waktu yang beriringan dengan larisnya perdagangan dan kerugian dagang.34
Krisis Tahun Ramadah
Adapun alasan penamaan krisis pada masa pemerintahan Umar bin Khathab dengan nama
Ramadah, terdapat beberapa pendapat yaitu dikarenakan bumi menghitam akibat sedikitnya hujan
hingga warnanya seperti ramad (abu), dikarenakan bumi menghembuskan angin debu seperti abu,
sesungguhnya hal itu merupakan suatu kebinasaan. Ramada dan armada adalah ungkapan jika terjadi
kebinasaan. Dinamakan seperti itu karena banyak manusia yang meninggal dunia dan banyak harta
yang rusak dalam tahun tersebut.35
Adapun mengenai waktu terjadinya krisis Ramadah, ada riwayat yang menyebutkan bahwa
krisis Ramadah terjadi pada tahun 18 H. Tetapi ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa krisis
Ramadah terjadi pada akhir tahun 17 H. Namun mayoritas riwayat sepakat mengatakan bahwa krisis
Ramadah terjadi pada tahun 18 H. 36
Adapun mengenai lama masa krisis Ramadah, terdapat perbedaan pendapat. Ada yang
mengatakan krisis Ramadah terjadi selama satu tahun, ada yang mengatakan dua tahun dan ada juga
yang mengatakan lima sampai enam tahun.
Ibn Abdil Barr mengatakan bahwa tahun Ramadah adalah bencana berat yang menimpa banyak
orang selama dua atau tiga tahun yang hujan tidak pernah turun kepada penduduk Hijaz, sehingga
kondisi mereka memburuk. Sedangkan al-Qurthubi menyebutkan bahwa tahun Ramadah terjadi lima
34
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab..., h. 352 35
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 353 36
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 353
18
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
atau enam tahun, ada yang mengatakan dua tahun dan ada yang mengatakan satu tahun yang di
dalamnya terjadi wabah berat beserta kelaparan. Dan sebagian riwayat menunjukkan bahwa masa
krisis Ramadah adalah sembilan bulan.37
Sedangkan mengenai daerah-daerah yang terkena krisis, juga terdapat perbedaan riwayat
tentang penentuan luasnya daerah yang tertimpa krisis Ramadah. Mayoritas riwayat menunjukkan
bahwa krisis ini menimpa seluruh wilayah Hijaz, sedangkan riwayat lain menunjukkan bahwa krisis
ini menimpa wilayah di luar Jazirah Arab seperti Najd, Tihamah, dan Yaman.38
Sebab-sebab krisis Ramadah
Adapun sebab utama terjadinya krisis Ramadah adalah sangat sulitnya air disebabkan
terhentinya turun hujan dan itu mempunyai dampak besar bagi kegiatan pertanian. Sedangkan faktor
kedua adalah munculnya wabah pes di negeri Syam, dimana banyaknya orang yang meninggal dalam
wabah tersebut, sehingga manusia sibuk terhadap diri mereka sendiri. Sedangkan pedagang yang
mondar-mandir ke Syam menjadi terhenti aktifitas dagangnya. Hal ini berdampak negatif bagi
kegiatan perdagangan bangsa Arab.39
Dampak krisis Ramadah
Dampak krisis Ramadah tidak hanya terbatas pada kelaparan, namun juga berdampak pada
hal-hal lain yaitu:
1. Dampak krisis terhadap kegiatan ekonomi
Krisis Ramadah berdampak buruk terhadap perekonomian penduduk desa karena mereka
mengandalkan air hujan untuk mengembala hewan ternak mereka dan juga berakibat terhadap sektor
pertanian.40
Terputusnya hujan berdampak besar pada kegiatan perekonomian penduduk desa karena dalam
menjalankan aktifitas ekonominya penduduk desa sangat bergantung pada air hujan. Ketika hujan
terputus maka lahan-lahan menjadi kering, tanaman dan rumput-rumput mati, hal ini juga
mengakibatkan sulitnya mencari makanan untuk binatang ternak.
2. Dampak krisis terhadap aktifitas perdagangan
Hijaz dan Syam memiliki hubungan yang sangat kuat dalam perdagangan, dimana negeri Hijaz
mengimpor banyak kebutuhannya dari negeri Syam. Barang-barang terpenting yang diimpor oleh
Hijaz dari Syam adalah bahan makanan dan pakaian.
Munculnya wabah di negeri Syam berdampak pada melemahnya pergerakan perdagangan
antara Hijaz dan Syam, yang selanjutnya berdampak sedikitnya makanan pokok dari Syam ke Hijaz
37
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 354 38
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 355 39
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 355 40
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 360-361
19
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
sehingga harga menjadi naik dan manusia menimbun barang. Di antara bukti yang menunjukkan
kenaikan harga barang pada masa krisis Ramadah adalah harga satu bejana susu dan satu kantong keju
mencapai empat puluh dirham.41
3. Dampak krisis terhadap masalah sosial
Krisis Ramadah menimbulkan dampak terhadap masalah sosial, di antaranya. Urbanisasi besar-
besaran, Di antara dampak sosial dari krisis Ramadah adalah urbanisasi besar-besaran ke Madinah,
dimana bangsa Arab dari berbagai penjuru datang ke Madinah sebab kaum badui yang bertempat
tinggal antara Tsaniyah atas sampai Ratij, Bani Haritsah, Bani Abdul Asyhal, Baqi‟ dan Bani
Quraizhah, dan sekelompok orang yang berada di arah Bani Salamah, semuanya mengelilingi
Madinah.42
Ramainya penduduk yang melakukan urbanisasi ke Madinah pada waktu krisis dikarenakan
desa-desa tempat mereka tinggal mengalami kekeringan dan kekurangan bahan makanan. Sementara
daerah Madinah yang merupakan pusat kota, kegiatan perdagangan masih tetap berjalan dan bahan-
bahan makanan masih tersedia dalam jumlah terbatas, walaupun tidak terlepas dari dampak krisis.
Dampak lain dari krisis Ramadah terhadap permasalahan sosial adalah orang-orang badui
dilarang menikah. Habib bin Abi Tsabit meriwayatkan bahwa Umar bin Khathab berkata, “Jika masa
paceklik, maka kaum badui tidak boleh menikah.” Dan dalam riwayat az-Zuhri disebutkan bahwa
Umar berkata, “Demi zat yang diriku berada di tangan-Nya, sungguh aku akan melarang perempuan
yang memiliki kemuliaan untuk menikah melainkan dengan laki-laki yang memiliki kemuliaan karena
sesungguhnya orang-orang Arab badui jika musim paceklik, maka tidak ada nikah bagi mereka.”43
Adapun alasan pelarangannya nampak jelas dalam riwayat yang disebutkan Ibn Qutaibah dan
yang lainnya yaitu “Umar tidak membolehkan nikah pada tahun paceklik seraya mengatakan,
„Barangkali kesempitan akan mendorong mereka untuk menikahi orang-orang yang tidak setara”.44
Krisis Ramadah juga berdampak kepada dianulirnya hukuman potong tangan bagi pencuri yang
terdesak mencuri karena kondisi dalam keadaan darurat. Dan penganuliran hukuman potong tangan
ini tentu saja setelah terjadi pertimbangan dan proses ijtihad yang sangat matang.
Penganuliran Umar bin Khathab terhadap hukum potong tangan bagi pencuri yang yang
terdesak mencuri karena kondisi darurat pada waktu kelaparan memberikan inspirasi tentang
pemahaman beliau tentang dampak sistem sosial terhadap akhlak, dan tekanannya baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku individu dan kelompok.
41
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 362. 42
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 362. 43
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 363 44
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 363
20
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Dalam bermasyarakat sudah menjadi hak setiap orang untuk mendapatkan bagian dan jatah
makanan dari sesamanya atau orang lain. Paceklik yang terjadi pada masa Umar merupakan paceklik
nasional. Dan untuk menanggulanginya Umar telah berusaha mencarikan solusinya dengan
semaksimal mungkin. Jadi, jika saat itu terjadi pencurian, maka itu bukan karena i‟tida‟
(pelanggaran). Karena jika pencurian yang terjadi didasarkan pada keinginan melanggar dan
ketidaksenangan pencuri kepada pemilik barang, maka ia wajib dikenakan had.
Dan dalam kasus paceklik, karena banyak sekali orang yang membutuhkan barang dan sangat
terpaksa untuk mengambilnya, Umar tidak bisa membedakan mana pencuri yang tidak membutuhkan
barang curiannya dan mana pencuri yang benar-benar membutuhkan barang curiannya, sehingga
dalam kejadian ini, bercampurlah antara orang-orang yang mendapatkan had dengan orang yang tidak
berhak mendapatkannya, maka digugurkanlah had potong tangan.45
4. Dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan
Tersebarnya wabah penyakit pada tahun Ramadah yang berdampak pada banyaknya
kematian, khususnya dalam barisan orang –orang yang eksodus ke Madinah pada tahun Ramadah.46
C. SOLUSI UMAR BIN KHATHAB TERHADAP PENANGANAN KRISIS RAMADAH
TINDAKAN UMAR PRIBADI DALAM MASA KRISIS
Krisis Ramadah merupakan sebuah peristiwa besar yang terjadi pada era pemerintahan Umar
bin Khathab. Umar secara pribadi merasa perlu untuk menyelesaikan krisis tersebut, hal ini terlihat
dari beberapa perilaku beliau, di antaranya, merasa bertanggung jawab. Jika Umar takut dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah terhadap kambing yang mati terlantar di tepi sungai Eufrat, maka
perasaannya tentang tanggung jawab terhadap kebinasaan dan kemudharatan rakyatnya dari anak
manusia tentu jauh lebih besar.
Krisis Ramadah menjadikan Umar merasa bertanggungjawab dalam menterapi indikasi-
indikasi krisis dan membantu orang-orang yang terkena eksesnya. Sesungguhnya perasaan
bertanggungjawab adalah penggerak utama dalam melaksanakan segala sesuatu yang mungkin
dilakukan untuk menghentikan krisis dan menterapi indikasi-indikasinya. Sebab tanpa itu hati akan
menjadi bebal. 47 Demi kepentingan rakyat, Umar berusaha sekuat tenaga. Beliau mengirim surat
kepada wakil-wakilnya di Irak dan Syam untuk meminta pertolongan membantu penduduk
semenanjung. Kata-katanya kepada mereka menunjukkan ketulusan hati dan tanggungjawabnya.48
45
Muhammad Baltaji, Metodologi Ijtihad Umar bin al-Khathab (terj. Masturi Irham), (Jakarta: Khalifa,
2005), h. 263-265. 46
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 360-365 47
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 366 48
Muhammad Husain Haikal, Umar bin Khattab,..., h. 359
21
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Usaha lain Umar dalam menangani krisis ialah Andil dalam mengemban penderitaan krisis
dan memberlakukan keteladanan bagi umat. Umar berpendapat bahwa andil dengan umat dalam
kesulitan mereka merupakan kewajiban pemerintah. Karena itu Umar tidak menyukai memakan
sesuatu yang manusia (rakyat) tidak bisa mendapatkannya, hal ini dilakukan agar dia tidak
melebihkan dirinya daripada rakyatnya dan beliau lebih mengutamakan rakyat atas dirinya. Beliau
sengaja memakan roti gandum agar sama seperti rakyatnya. Hingga pada suatu hari perutnya
keroncongan, maka beliau mengatakan pada dirinya sendiri “Itulah apa yang kamu lihat dan
penduduk Madinah pun hidup begini.
Pada masa krisis Ramadah Umar tidak pernah makan di rumah salah satu putranya dan tidak
pernah merasakan di rumah salah satu isterinya, melaikan beliau makan malam bersama rakyatnya.
Beliau bersumpah untuk tidak makan keju dan daging sehingga kehidupan kembali normal.49
Umar telah memberikan teladan yang baik berupa perilakunya dalam menangani krisis. Dia
menjadikan dirinya, keluarga dan bawahannya sebagai teladan bagi semua manusia. Hal seperti ini
seharusnya yang harus dilakukan oleh para pemimpin pada masa sekarang ini. Bukan hanya pandai
berteori dan mengumbar kata-kata, namun pada kenyataannya para pemimpin hidup berkecukupan
sedangkan rakyat hidup menderita dan kesusahan.
Umar bin khathab dalam melakukan terapi terhadap sebab-sebab krisis Ramadah mengambil
berbagai sarana disertai manajemen yang rapi dan saling koordinasi antara satu upaya dengan upaya
lain untuk menanggulangi krisis tersebut. Di antara sisi manajemen yang dilakukan Umar yaitu
membagi tempat para pengungsi di beberapa lokasi dengan bentuk yang seimbang. Umar mengatur
berbagai upaya dengan mengkoordinasikannya dan menjadikan setiap wilayah seorang penanggung
jawab yang mengatur orang-orang yang berada di dalamnya serta membagikan makanan dan lauk
pauk kepada mereka. Umar juga mengatur pengembalian mereka ke kampungnya setelah krisis
berakhir, sebagaimana beliau juga mengirimkan bantuan kepada orang-orang yang masih tetap di
perkampungan mereka dan mengatur waktu untuk bantuan tersebut; ada yang harian, bulanan dan
lain-lain sesuai dengan jauh dan dekat wilayahnya dari Madinah.
Umar juga melakukan pembekalan pegawai dengan pengarahan yang lazim secara terinci untuk
berjalannya pekerjaan secara teratur, menghitung jumlah para pengungsi agar dapat dilakukan
perencanaan dengan informasi yang cermat dan terperinci, melakukan bimbingan lapangan secara
langsung terhadap sebagian pekerjaan serta melakukan kunjuangan secara teratur terhadap orang-
orang yang terkena krisis untuk mengetahui secara langsung kondisi mereka, dan membuat
49
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 366-367
22
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
perencanaan strategis untuk menghadapi perubahan di masa mendatang, di antaranya penggalian teluk
untuk menghubungkan Mesir dan Hijaz.50
Dari strategi dan manajemen yang dilakukan oleh Umar sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
terlihat betapa cakapnya Umar dalam menangani krisis yang terjadi pada era pemerintahannya.
Manajemen yang dilakukan Umar merupakan sebuah terobosan dan langkah kongkret untuk
mengembalikan rakyatnya pada kehidupan normal sebagaimana mestinya.
1. Mengarahkan berbagai sumber untuk penanggulangan krisis
Adapun metode yang ditempuh dalam hal ini adalah penentuan pengeluaran dan penertiban
prioritasnya agar sesuai dengan kondisi krisis yaitu Umar dan keluarganya menerapkan hidup
sederhana, dia berharap agar hal tersebut bisa diikuti oleh para pejabat dan rakyatnya. Umar
menyerukan kepada kaum muslimin agar hemat dalam pola konsumtif dan menyerahkan sebagian
harta kepada orang yang membutuhkan. Hal lain yang juga dilakukan Umar ialah menetapkan
prioritas infaq. Umar berpendapat mendahulukan menutupi kebutuhan orang-orang yang terimbas
krisis pada tahun Ramadah dan mengarahkan sumber-sumber ekonomi untuk hal tersebut. Tidak
diragukan lagi bahwa memprioritaskan bantuan untuk orang-orang yang tertimpa krisis berarti
mendahulukan infak untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang terkena krisis lebih utama dari
pada infak-infak lainnya.51
Ketika terjadi krisis Ramadah Umar berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan orang-
orang yang terkena krisis. Adapun usaha-usaha yang beliau lakukan mengarahkan sumber-sumber
baitul mal untuk membantu orang-orang yang terkena krisis dan memberi mereka harta dan makanan
dari baitul mal hingga habis, mengirimkan surat kepada para gubernur di berbagai daerah agar mereka
memberikan bantuan kepada penduduk Madinah dan sekitarnya, Bagi orang-orang yang terkena krisis
dan datang ke Madinah, Umar membantu kebutuhan mereka dengan membagikan makanan melalui
setiap perwakilan yang beliau tunjuk serta memberikan perawatan terhadap orang sakit dan
memberikan kain kafan bagi yang meninggal. Bagi orang-orang yang tetap di rumah mereka dan tidak
datang ke Madinah, maka Umar mengirimkan kepada mereka rombongan unta yang penuh dengan
makanan. Memberikan bantuan cuma-Cuma secara berkala melalui tulisan cek.52
2. Penyelesaian berkesinambungan
Upaya-upaya yang telah disebutkan sebelumnya adalah cara penanggulangan krisis pada tahun
Ramadah, namun Umar dalam menterapi dampak krisis ekonomi tidak mencukupkan dengan hal
tersebut. Beliau mengambil sebagian politik jangka panjang untuk menanggulangi dampak krisis
Ramadah dan mengantisipasi krisis yang mungkin saja terjadi pada masa yang akan datang. Hal ini
50
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 369-372 51
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 374 52
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 375-377
23
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
menunjukkan urgensi mengambil manfaat dari problematika yang sedang terjadi guna mengantisipasi
kemungkinan yang akan terjadi pada masa selanjutnya.
Di antara penyelesaian krisis yang dilakukan secara berkesinambungan adalah penggalian teluk
yang menghubungkan Madinah dan Mesir agar bantuan dari Mesir cepat sampai ke Madinah,
membuat gudang logistik yang menyimpan bahan-bahan makanan, pembagian makanan kepada orang
yang berhak menerimanya berjalan secara rutin dengan cara penulisan cek.53
Di antara cara-cara maknawi tercermin dalam apa yang wajib dilakukan kaum muslimin ketika
terjadi bencana dan krisis yaitu bertaubat, istighfar, beramal shaleh, berdoa dan lain sebagainya.
Inilah di antara hal-hal yang dilakukan Umar bin Khathab dalam menanggulangi krisis
Ramadah yang terjadi pada masa pemerintahannya dan beliau mampu keluar dari krisis tersebut
dengan hasil yang sangat baik dan menjadi contoh teladan bagi kita pada masa sekarang ini.
Dari solusi krisis yang pernah diterapkan oleh Umar tersebut, maka hal-hal yang relevan
diterapkan pada masa sekarang ini adalah:
a. Menerapkan pola hidup sederhana dan efesien baik dari kalangan pejabat maupun rakyat,
sehingga dapat mengurangi pemborosan dan penghematan barang kebutuhan.
b. Pemerintah dituntut memberikan makanan dan keperluan lainnya yang dibutuhkan oleh
rakyat miskin dalam masa tanggap darurat sampai keadaan perekonomian kembali stabil.
c. Membuat prasarana logistik kebutuhan pokok yang bisa mencukupi kebutuhan masyarakat
secara stabil dan bisa juga menjadi tempat penyimpanan kebutuhan pokok cadangan yang
digunakan bila suatu ketika terjadi bencana atau krisis ekonomi, sehingga kebutuhan pokok
tetap stabil di pasaran.
d. Mengawasi perkembangan pasar dan mengevaluasi perekonomian negara. Juga dilakukan
pengkajian secara sistematis terhadap perekonomian negara dan gejala-gejala perekonomian
yang mungkin akan terjadi, serta dipersiapkan langkah penanggulangannya.
e. Memberikan berbagai keringanan kepada warga negara ketika negara terkena krisis ekonomi
seperti keringanan pajak, memberikan susbsisdi dan lainnya.
D. SOLUSI MENGATASI KRISIS PADA ZAMAN MODERN
Keberlanjutan persoalan dan dalamnya krisis ini menunjukkan bahwa pada dasarnya ada
sesuatu yang salah. Sayangnya kesalahan yang umum dilakukan yaitu bahwa akar permasalahan
hanya dicari pada gejalanya seperti ketidakseimbangan anggaran, ekspansi moneter yang berlebihan,
defisit neraca pembayaran yang begitu besar, naiknya kecenderungan proteksionis, dan yang lainnya.
53
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab…, h. 377-378
24
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Akibatnya penyembuhannya hanya bersifat sementara. Sementara dalam perspektif Islam, akar krisis
dilihat secara lebih mendalam dan upaya pemecahannya tidak hanya lewat perubahan kosmetik
belaka, akan tetapi perlu adanya reformasi total.54
Islam agama yang sangat komprehensif dalam mengatur kehidupan pemeluknya termasuk
dalam bidang ekonomi. Namun sayangnya konsep-konsep Islam banyak diabaikan para pemeluknya.
Secara faktual, kondisi ekonomi umat Islam pada umumnya lemah. Sumber daya produksi,
kapital maupun teknologi sebagai penggerak ekonomi pada umumnya dikuasai non muslim. Umat
Islam menjadi objek, konsumen pasif atau tenaga kerja murah, dan menjadi ajang tempat eksploitasi
negara-negara industri maju dunia.55
Selain dari apa yang pernah dilakukan Umar pada saat terjadinya krisis Ramadah, adapun di
antara solusi lainnya yang di tawarkan Islam dalam mengatasi dan menanggulangi krisis ekonomi
pada masa sekarang ini yaitu:
Pemberdayaan zakat
Zakat sebagai salah satu pilar (rukun) Islam merupakan instrumen strategis dari sistem
perekonomian Islam yang dapat memberikan kontribusi besar terhadap penanganan problem
kemiskinan serta problem sosial lainnya, karena zakat dalam pandangan Islam merupakan “hak fakir
miskin yang tersimpan dalam kekayaan orang kaya‟.
Zakat tidak hanya difahami secara sempit yang hanya ditunaikan setahun sekali pada
momentum bulan Ramadlan melalui pembayaran zakat fitrah, akan tetapi ruang lingkup zakat
sangatlah luas. Selain zakat fitrah, seorang muslim yang telah masuk pada kategori „muzzaki‟ yang
kekayaannya telah mencapai „nishab‟ (jumlah minimal yang harus dipenuhi sebelum mengeluarkan
zakat yaitu senilai 85 gram emas) dan harus dibayarkan setiap tahun, juga wajib menunaikan zakat
maal (zakat kekayaan) yang menurut DR. Yusuf al-Qardhawi meliputi: zakat binatang ternak; zakat
emas dan perak/zakat uang; zakat kekayaan dagang; zakat pertanian; zakat madu dan produksi
hewani; zakat barang tambang dan hasil laut; zakat investasi pabrik, gedung, dll; zakat pencarian dan
profesi; serta zakat saham dan obligasi.56
Dalam implementasi sistem pemerintahan Islam, pengelolaan zakat ternyata tidak hanya mampu
meminimalisir angka kemiskinan, bahkan sampai mampu mengeliminir tingkat kemiskinan dalam
54
M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h. xx 55
Zaki Fuad Chalil, Horizon Ekonomi Syari‟ah; Pemenuhan Kebutuhan dan Distribusi Pendapatan,
(Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2008), h. 3 56 Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Zakah, (Saudi Arabia: Scientific Publishing Centre King Abdul Aziz
University, t.t), h. 23-269
25
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
kehidupan sosial dan kemasyarakatan. Karena dengan zakat, status sosial warga negara yang semula
merupakan pihak yang berhak menerima zakat (mustahik), berubah status menjadi pihak yang
berkewajiban menunaikan zakat (muzzaki), dimana warga negara bersangkutan telah bergeser dari
miskin menjadi kaya.
Sejarah monumental masa kepemimpinan Islam zaman kekhilafahan Daulat Umayyah yaitu saat
Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) memimpin-yang walaupun singkat, selama 2,5 tahun (30 bulan)
telah membuktikan bahwa kesejahteraan masyarakat secara merata benar-benar terwujud.
Kembali kepada sistem mata uang dinar dan dirham
Instrumen kedua yang sangat strategis dalam perekonomian Islam adalah sistem mata uang
dinar dan dirham. Hal ini mengingat bahwa sistem moneter dalam Islam adalah berbasis emas dan
perak. Diterapkannya sistem perdagangan dengan menggunakan emas dan perak dalam mata uang
dinar (Gold dinar) dan dirham dalam kekhilafahan Islam telah membuktikan terkendalinya angka
inflasi.
Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi konvensional.
Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah uang, uang bukan
capital. Sebaliknya konsep uang yang dikemukakan dalam ekonomi konvensional tidak jelas. Sering
kali istilah uang dalam perspektif ekonomi konvensional diartikan secara bolak-balik
(interchangeability) yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai capital.57
Dalam beberapa tahun ke depan dolar bakal kian melemah. Direktur PIRAC Zaim Saidi
mengatakan keruntuhan dolar dan semua mata uang kertas cuma masalah waktu dekat saja.
Sebaliknya dinar tetap stabil dari dulu sampai sekarang. Tidak ada devaluasi dan tidak ada inflasi.58
Inflasi sesungguhnya merupakan suatu kemudlaratan ekonomi yang sejatinya harus ditekan,
karena dengan terjadinya inflasi berarti telah terjadi sebuah fenomena yang signifikan terhadap
meningkatnya kemiskinan masyarakat. Dengan demikian, maka penerapan sistem mata uang dinar
dan dirham secara luas, akan ikut mengurangi tingkat inflasi yang selama ini terus membayangi
sistem perekonomian berbagai negara akibat penerapan sistem ekonomi konvensional (kapitalisme)
yang menggunakan uang kertas (fiat money) yang tak terkendali. Sehingga berkurangnya angka inflasi
sebagai dampak positif dari diterapkannya gold dinar, sesungguhnya merupakan upaya
menghilangkan belenggu kemiskinan masyarakat.
57
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 77 58
Suara Hidayatullah, Edisi Februari 2007, h.39
26
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Dalam ekonomi Islam, uang memiliki fungsi hanya sebagai medium of exchange. Uang bukan
sebagai suatu komoditas yang bisa dijual belikan dengan kelebihan, baik secara on the spot maupun
tangguh.59
Dalam ekonomi Islam, sektor finansial selalu mengikuti pertumbuhan sektor ril. Inilah
perbedaan konsep ekonomi dalam Islam dengan konsep ekonomi konvensional yang kapitalistik,
dimana dalam ekonomi kapital, pemisahan antara sektor finansial dengan sektor ril merupakan
keniscayaan. Implikasi dari adanya pemisahan itu, maka ekonomi dunia sangat rawan terhadap
gonjang-ganjing krisis. Hal ini disebabkan pelaku ekonomi menggunakan uang tidak untuk
kepentingan sektor ril, tetapi untuk kepentingan spekulasi mata uang semata. Akibat adanya spekulasi
tersebut, maka jumlah uang yang beredar sangat tidak seimbang dengan jumlah barang pada sektor ril.
Di antara keunggulan mata uang dinar dan dirham yaitu nilainya tetap dan stabil. Nilai dinar
dan dirham tetap dan tidak berubah sepanjang zaman, hal ini dikarenakan nilai nominalnya sama
dengan nilai instriknya, sehingga penggunaan mata uang dinar dan dirham tidak menimbulkan inflasi.
Dinar dan dirham bersifat universal karena ia terbuat dari emas dan perak, maka ia bisa
digunakan dimana saja dan dapat diterima oleh siapapun di seluruh pelosok dunia. Dengan
keuniversalannya dinar dan dirham mampu mendatangkan efesiensi dengan memotong biaya kurs
penukaran, sehingga memungkinkan meningkatkan transaksi perdagangan internasional. Dengan
demikian tidak perlu penukaran mata uang tertentu dan akan mengurangi sejumlah biaya. Selain itu
juga lebih efektif dan efesien dalam hal waktu dan pengurusan.
Keunggulan lainnya yang dimiliki mata uang dinar dan dirham ialah mata uang dinar dan
dirham tidak bisa dicetak sesuka hati (sesuai dengan cadangan emas di suatu negara), maka peluang
inflasi mampu diminimalisir. Karena hukum syar‟i tidak membenarkan sebuah pemerintahan untuk
mengurangkan nilai mata uangnya apalagi sampai membatalkannya, menjadikannya kebal terhadap
kebijakan moneter dan sekaligus terbukti kebal terhadap krisis moneter.
Di samping memiliki nilai yang stabil, penggunaan dinar dan dirham akan mengurangi
ketergantungan keuangan para penggunaanya terhadap dolar akibat mismanajemen modal. Dengan
menggunakan dinar dan dirham, negara-negara yang terpaksa berhutang kepada negara lain tidak
perlu merasa khawatir akan bertambahnya nilai hutang karena dinar dan dirham tidak berubah
nilainya.
Dinar dan dirham tidak mengenal istilah time value of money, sehingga ia mampu
menyuburkan shadaqah dalam bentuk memberikan hutang dan keringanan kepada debitor yang tidak
59
Abdul Azis Setiawan, Wacana Mata Uang Dalam Islam, Suara Hidayatullah, 2006, h.87
27
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
mampu menunaikan janji pembayarannya, sehingga tidak perlu ragu terhadap pengunduran waktu
pembyaran.60
Pemberdayaan perbankan syari’ah (Islamic Banking) dan penghapusan sistem riba
Bank syari‟ah dengan konsep bagi hasil (mudharabah) dan konsep-konsep andalan lainnya telah
terbukti mampu bertahan di tengah badai krisis yang „menerjang‟ perekonomian sebagian besar
negara-negara di dunia pada saat sekarang ini.
Perbankan syari‟ah mulai banyak dilirik tidak saja oleh negara-negara berpenduduk mayoritas
muslim bahkan juga negara-negara berpenduduk myaoritas non muslim. Hal ini karena terbukti
beberapa negara dan lembaga perekonomian yang menerapkan sistem syari‟ah tidak terkena dampak
krisis ekonomi, bahkan sebaliknya lembaga perekonomian Islam mendulang keuntungan.
Riba bagaikan kanker yang menggerogoti perekonomian manusia. Itu tidak lain karena riba
adalah tindakan memakan harta orang lain tanpa jerih payah dan resiko, kemudahan yang diperoleh
atas penderitaan orang lain serta merusak semangat manusia untuk bekerja mencari uang.61
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa: Islam memiliki konsep dan sistem
ekonomi yang tahan terhadap krisis dan Islam juga mempunyai solusi yang tepat dalam mengatasi
berbagai krisis ekonomi yang terjadi hal ini sebagaimana yang pernah dipraktekan oleh Umar bin
Khatab pada masa krisis Ramadah. Di antara solusi yang di tawarkan Islam dalam menghindari krisis
ekonomi pada masa sekarang yaitu memberdayakan zakat, kembali kepada mata uang dinar dan
dirham, Pemberdayaan perbankkan syari‟ah (Islamic Banking) dan penghapusan sistem riba.
Keutamaan mata uang dinar dan dirham yaitu nilainya tetap dan stabil, emas bersifat universal,
mampu meminimalisir inflasi, kebal terhadap segala krisis moneter, mengurangi ketergantungan
terhadap dolar, menyuburkan shadaqah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Setiawan, Wacana Mata Uang Dalam Islam, Suara Hidayatullah, 2006
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007
Israk Ahmadsyah, Mata Uang dalam Islam, Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2004
60
Israk Ahmadsyah, Mata Uang dalam Islam, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2004), h. 84-90
61 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 184
28
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab (terj. Asmuni Solihan
Zamakhsyari), Jakarta: Khalifa, 2006
Muhammad Baltaji, Metodologi Ijtihad Umar bin al-Khathab, Jakarta: Khalifa, 2005
Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab, Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa, 2008
M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2000
Suara Hidayatullah, Edisi Februari 2007
Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Zakah, Saudi Arabia: Scientific Publishing Centre King Abdul Aziz
University, t.t,
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1997
Zaki Fuad Chalil, Horizon Ekonomi Syari‟ah; Pemenuhan Kebutuhan dan Distribusi Pendapatan,
Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2008
29
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP
JAKARTA ISLAMIS INDEX Early Ridho Kismawadi
Sekolah Tinggi Agama islam Negeri (STAIN) Cot Kala Langsa
Email: [email protected]
Abstract
This research aims to determine how much influence the macroeconomic variables to jakarta
islamic index, The Population of this research is the data obtained from the Central Statistics
Agency (Inflation), Bank Indonesia (Interest Rate and Exchange Rate), Statistics of Indonesia
Stock Exchange and ICP which were obtained from the Directorate General of Oil and Gas
the data used are monthly data. The effect of Inflation to jakarta islamic index is positive and
significant , Effect of Interest Rate on jakarta islamic index is negative and significant , Effect
of Exchange Rate on jakarta islamic index is negative and significant, The Effect of ICP
against jakarta islamic index is positive and significant and influence Jakarta Composit
Index to the Jakarta islamic index is Positive and significant . jointly with the Directorate
General of Oil and Gas variables, Composit Index, inflation, exchange rate and interest rates
affect the jakarta islamic index at the level of 95%. The variable the Directorate General of
Oil and Gas, Composit Index, Inflation, Exchange and Interest Rates, explains 96.1104% of
the variation in the Jakarta Islamic Index.
Keywords: Indonesia Crude Price, Jakarta Islamic Index
مستخلصيهدف ىذا البحث إذل حتديد مقدار التأثري على متغريات االقتصاد الكلي ل مؤشر جاكرتا اإلسالمي ، ويبلغ عدد سكان ىذه البحوث ىي البيانات اليت مت احلصول عليها من اجلهاز ادلركزي اإلحصاء ) التضخم ( ، بنك
وراق ادلالية و برنامج ادلقارنات الدولية اليت اندونيسيا ) سعر الفائدة وسعر الصرف ( ، االحصائيات إندونيسيا لألمت احلصول عليها من ادلديرية العامة لل نفط والغاز البيانات ادلستخدمة ىي البيانات الشهرية . أثر التضخم ل مؤشر اإلسالمية جاكرتا ىي إجيابية وىامة ، تأثري معدل الفائدة على ادلؤشر اإلسالمي جاكرتا ىو سليب و كبري ،
سعر الصرف على مؤشر جاكرتا اإلسالمي ىو سليب و كبري ، وأثر برنامج ادلقارنات الدولية ضد مؤشر تأثريجاكرتا اإلسالمي ىو إجيايب و مؤشر فيوزات جاكرتا كبري و تأثري على ادلؤشر اإلسالمي جاكرتا ىو إجيايب وىام .
فيوزات ، التضخم ، أسعار الصرف و أسعار باالشًتاك مع ادلديرية العامة لل متغريات النفط والغاز ، مؤشر ٪ . متغري ادلديرية العامة لل نفط والغاز ، مؤشر ٥٩الفائدة تؤثر على ادلؤشر اإلسالمي جاكرتا على مستوى
. ٪ من التباين يف مؤشر جاكرتا اإلسالمي ٥٩فيوزات ، التضخم ، أسعار الصرف وأسعار الفائدة ، ويوضح
A. PENDAHULUAN
30
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Kenaikan harga saham merupakan sebuah kabar gembira bagi pemegang saham
tersebut, kenaikan harga saham menunjukkan kenaikan nilai investasi setidaknya begitulah
pandangan sebagian besar para investor dipasar modal, kenaikan ataupun penurunan nilai
saham tersebut ternyata dipengaruhi oleh faktor internal dan external, faktor internal dan
external perusahaan merupakan faktor fundamental yang sering dijadikan acuan dalam
mengambil keputusan investasinya, faktor fundamental makro (extenal) dan faktor
fundamental mikro (internal), faktor fundamental makro dalam istilah analisis pasar modal
disebut dengan faktor fundamental negara.
Faktor makroekonomi merupakan faktor yang paling banyak mendapatkan perhatian
dari para pelaku pasar modal. Inflasi, tingkat suku bunga (BI Rate), kurs memiliki
kecenderungan untuk mempengaruhi pasar modal secara langsung. Dimana perubahan-
perubahan inflasi, tingkat bunga, kurs akan direspon langsung oleh pasar modal, sehingga
faktor-faktor tersebut sangat berpotensi untuk meningkatkan atau menurunkan risiko.62
Kenaikan Inflasi akan membuat kenaikan suku bunga yang akan berdampak kepada
mahalnya biaya modal, hal ini akan membuat para investor mengalihkan dana mereka untuk
didepositokan yang berakibat harga saham cenderung turun, begitu juga sebaliknya jika
terjadi penurunan inflasi. Suku bunga menggambarkan tingkat keuntungan investasi dan
menggambarkan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan.63
BI rate (suku bunga)
merupakan instrumen yang digunakan bank sentral (Bank Indonesia) untuk mengendalikan
inflasi. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua Negara.64
Kurs rupiah
terhadap dolar, melemahnya kurs akan menyebabkan barang-barang impor akan relatif
mahal, hal ini menyebabkan biaya produksi naik terutama bagi perusahaan yang
menggunakan bahan baku impor, hal ini akan menurunkan daya saing karena produk
yang dihasikan akan dijual lebih mahal, mahalnya harga tersebut akan mempengaruhi
jumlah penjualan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keuntungan perusahaan, para
investor pada umumnya akan menjadikan kurs sebagai acuan dalam menentukan keputusan
dalam mengambil keputusan investasi. Jika kurs rill tinggi, barang-barang luar negeri relatif
lebih murah, dan barang- barang domestik relatif lebih mahal. Jika kurs rill rendah, barang-
62
Bambang Sudiyatno dan Cahyani Nuswandhari, Peran Beberapa Indikator Ekonomi dalam
Mempengaruhi Risiko Sistematis Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Jakarta,
(Semarang:Universitas Stikubank, 2009), h. 66. 63
N. Gregory Mankiw, Makroekonomi, (United State: Worth Publisher, Alih bahasa oleh: Fitria Liza
dan Imam Nurmawan, Penerbit Erlangga, 2006), h. 91 64
N. Gregory Mankiw, Makroekonomi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), h. 128.
31
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
barang luar negeri relatif lebih mahal, dan barang-barang domestik relatif lebih murah.65
Jakarta Islamic Index (JII) adalah kumpulan saham syariah yang merupakan kelompok
saham blue chips (saham unggulan), JII terdiri dari 30 saham syariah yang mewakili saham
syariah yang terdaftar dibursa efek jakarta, saham saham yang termasuk JII relatif mahal dan
mempunyai return yang tinggi pula. penelitian ini bertujuan melihat pengaruh variabel
makro ekonomi (Inflasi, Suku Bunga/BI Rate, Kurs (IDR/USD1), ICP dan IHSG terhadap
Jakarta Islamic Index (JII.)
B. VARIABEL MAKRO EKONOMI
Inflasi
Inflasi adalah Suatu keadaan yang menunjukkan jumlah peredaran uang yang lebih
banyak dari pada jumlah barang yang beredar, sehingga menimbulkan penurunan daya
beli uang dan selanjutnya terjadi kenaikan harga yang menyolok.66
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga barang umum secara terus-menerus dalam
jangka waktu panjang, kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang
lainnya. Ketidakpastian mengenai daya beli dari pendapatan yang akan diterima di masa
depan sebagai return dari suatu investasi. Dalam bahasa sehari-hari risiko ini dikenal sebagai
dampak inflasi maupun deflasi dari suatu investasi.
Inflasi adalah kondisi terjadinya kenaikan tingkat harga umum dalam suatu
perekonomian yang menyebabkan menurunnya daya beli dan permintaan menyebabkan
menurunnya daya beli dan permintaan yang tetap. Deflasi merupakan kondisi yang
sebaliknya dari inflasi, yaitu penurunan tingkat harga umum.67
Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat
inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara
keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham dipasar. Sedangkan
inflasi yang dengan lamban sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi
lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak lamban.68
Dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang dipakai adalah
65
Ibid, h. 130. 66
Aliminsyah dan Padji. Kamus Istilah., h. 370 67
Adler H. Manurung, dan Lutfi T. Rizki, Successful Financial Planner A Complete Guide, (Jakarta:
Grasindo,2009 ). h. 114. 68
Muhammad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio , (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 201.
32
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dibenarkan dalam islam.69
Namun demikian penurunan dinar atau dirham dapat dimungkinkan terjadi apabila
suatu saat ditemukan cadangan emas atau perak ditemukan dalam jumlah yang signifikan.
Kondisi defisit pernah terjadi pada zaman Rasulullah dan ini hanya terjadi satu kali yaitu
sebelum Perang Hunain. Walaupun demikian Al Maqrizi membagi inflasi ke dalam dua
macam, yaitu inflasi akibar berkurangnya persediaan barang dan inflasi akibat kesalahan
manusia. Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rasulullah dan Khulafaur
rasyidin, yaitu karena kekeringan atau karena peperangan. Inflasi akibat kesalahan manusia
ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu korupsi dan administrasi yang buruk, pajak yang
memberatkan, serta jumlah uang yang berlebihan.70
Secara umum ada tiga kelompok dalam teori inflasi yaitu teori kuantitas, teori
Keynes, dan teori strukturalis. Dalam teori kuantitas inflasi disebabkan oleh setidaknya
beberapa faktor yaitu: Jumlah uang beredar, perkiraan/anggapan bahwa harga akan naik, oleh
sebab itu untuk mengatasi masalah inflasi menurut teori kuantitas adalah dengan
mengendalikan uang beredar. Selanjutnya teori keynes, teori ini beranggapan bahwa inflasi
terjadi karena masyarakat menginginkan barang dan jasa yang lebih besar daripada yang
mampu disediakan oleh masyarakat itu sendiri, beberapa faktor yang menyebabkan inflasi
dalam pandangan teori ini adalah melakukan pencetakan uang baru untuk menutupi defisit
anggaran belanja, pengusaha yang melakukan tambahan investasi dengan melakukan
pinjaman kredit, dan kenaikan upah melebihi pertambahan produktivitas.
Selanjutnya teori strukturalis, teori ini disebut inflasi jangka panjang, inflasi ini
berasal dari struktur ekonomi, penyebab inflasi strukturalis yaitu ketidakelastisan
penerimaan expor pertumbuhan nilai expor yang lamban dibandingkan dengan pertumbuhan
sektor lainnya, yang disebabkan Jenis barang ekspor yang kurang responsif terhadap
kenaikan harga dan nilai tukar barang ekspor yang semakin memburuk. Dan penyebab
inflasi struktural yang kedua adalah ketidakelastisan produksi bahan makanan di dalam
negeri, dimana laju pertumbuhan produksi bahan makanan tidak secepat laju pertumbuhan
penduduk dan pendapatan perkapita.
Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku,
inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk yaitu71
:
Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation), Inflasi ini terjadi pada masa
69
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 189 70
Ibid, h. 190. 71
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 333-336.
33
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
perekonomian berkembang dengan pesat, kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat
pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi
kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa, pengeluaran yang berlebihan ini
akan menimbulkan inflasi. Disamping dalam masa perekonomian berkembang pesat,
inflasi tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau ketidak stabilan politik
yang terus menerus. Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa
mencetak uang, pengeluaran pemerintah yang berlebihan itu menyebabkan permintaan
agregat akan melebihi kemampuan ekonomi negara tersebut dalam memproduksi barang
dan jasa, dalam keadaan seperti ini inflasi terjadi.
Inflasi desakan biaya (cosh-push inflation), inflasi ini terjadi ketika tingkat
pengangguran sangat rendah, ketika perusahaan menghadapi permintaan bertambah maka
perusahaan cenderung untuk menaikan produksi dan mencari pekerja baru dan memberikan
upah/gaji yang tinggi yang menyebabkan biaya produksi meningkat yang mengakibatkan
kenaikan harga-harga (inflasi).
Inflasi diimpor, inflasi ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku yang diimpor
yang menyebabkan kenaikan biaya produksi perusahaan yang pada akhirnya menaikkan
harga barang/jasa yang diproduksi, contoh: kenaikan harga minyak dunia, yang akhirnya
membuat harga minyak dalam negeri meningkat dan membuat biaya produksi menjadi
meningkat pula, dan pada akhirnya akan meningkatkan harga barang/jasa hasil produksi.
Namun yang perlu diperhatikan terdapat faktor manusia, moral hazard, yang
melakukan penimbunan untuk memperoleh keuntungan, penimbunan dilakukan untuk
memperoleh lebih banyak pendapatan ketika harga barang naik, hal seperti ini akan memicu
kenaikan harga, dan akan mengacaukan harga di pasar. Untuk menjaga kestabilan
moneter, otoritas moneter dalam hal ini Bank Indonesia melakukan Inflation
targeting, Inflation targeting merupakan suatu kerangka kerja kebijakan moneter yang
mempunyai ciri-ciri utama, yaitu adanya pernyataan resmi dari bank sentral bahwa
tujuan akhir kebijakan moneter adalah mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang
rendah. Serta pengumuman target inflasi kepada publik, pengumuman itu merupakan
bentuk komitmen dan jaminan kepada publik bahwa setiap kebijakan selalu mengacu
kepada pencapaian target tersebut.
Suku Bunga Acuan (BI Rate)
Bunga adalah merupakan imbalan atas berpisahnya dengan (atau tidak dipegangnya
34
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
ditangan) likuiditas (Keynes)72
. Suku bunga menggambarkan tingkat keuntungan investasi
dan menggambarkan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan. Ketika pemberi pinjaman
menyepakati tingkat bunga nominan, mereka tidak tahu berapa tingkat inflasi atas
kesepakatan pinjaman itu, karena itu kita harus membedakan antara dua konsep tingkat
bunga rill : tingkat bunga rill yang diharapkan pemberi pinjaman dan peminjam ketika
kesepakatan dibuat, disebut tingkat bunga rill ex ante, dan tingkat bunga rill yang terealisasi
secara nyata, disebut tingkat bunga rill ex post.73
Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.
perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, carteris
paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, carteris
paribus. Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun, harga saham naik. Mengapa
demikian? Secara sederhana jika suku bunga misalnya naik maka return investasi yang
terkait dengan suku bunga (misalnya deposito) juga akan naik. Kondisi seperti ini bisa
menarik minat investor yang sebelumnya berinvestasi di saham untuk memindahkan
dananya dari saham ke dalam deposito. Jika sebagian besar investor melakukan tindakan
yang sama maka banyak investor yang menjual saham untuk berinvestasi dalam bentuk
deposito. Berdasarkan hukum permintaan-penawaran, jika banyak pihak menjual saham,
carteris paribus, maka harga saham akan turun.74
Kenaikan tingkat bunga pinjaman memiliki dampak negatif terhadap setiap emiten,
karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba
bersih akan mengakibatkan laba per saham juga menurun dan akhirnya akan berakibat
turunnya harga saham di pasar. Di sisi lain, naiknya suku bunga deposito akan mendorong
investor untuk menjual saham dan kemudian menabung hasil penjualan itu dalam
deposito. Penjualan saham secara besar-besaran akan menjatuhkan harga saham di pasar.
Oleh karena itu kenaikan suku bunga pinjaman atau suku bunga deposito akan
mengakibatkan turunnya harga saham.
Penetapan suku bunga merupakan instrumen langsung bank sentral, baik untuk
pinjaman maupun simpanan di dalam sistem perbankan. Penetapan suku bunga dapat
meliputi suku bunga tetap atau kisaran (spreads) antara suku bunga pinjaman dan simpanan.
72
Hacharan Sing Khera dan Bagindo Sofyan Muchtar, Ringkasan: Prinsip-Prinsip Ekonomi,
(Jakarta: CV Danau Singkarak Offset, 1989), h. 210. 73
N. Gregory Mankiw, Makroekonomi, h. 91. 74
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2010), h. 103
35
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Keefektifan instrumen langsung ini terletak pada kredibilitas sistem penegakan
(enforcement) dan pengawasannya. Dengan berkembang dan terintegrasinya pasar
keuangan domestik dengan pasar keuangan internasional serta berkembangnya produk
perbankan, dan pelaku ekonomi memiliki banyak alternatif untuk menghindari kebijakan
suku bunga yang semakin tidak efektif.75
Menurut Samsul, 2007 Jika uang beredar meningkat, maka tingkat bunga akan
menurun dan harga saham naik sehingga pasar menjadi bullish. Jika tingkat bunga naik,
harga saham akan turun dan pasar modal akan mengalami bearish. Namun demikian,
besarnya dampak kenaikan atau penurunan bunga terhadap harga saham tergantung pada
seberapa besar perubahan bunga tersebut. Jumlah uang beredar di pengaruhi oleh tingkat
bunga, semakin besar tingkat bunga maka semakin besar pula tingkat jumlah uang yang
beredar di masyarakat.76
Peningkatan uang beredar akan menyebabkan penurunan bunga rill dan akan
menyebabkan penurunan biaya modal, dan akan meningkatkan investasi bisnis,
peningkatan investasi akan meningkatkan output secara keseluruhan, penurunan tingkat
bunga akan meningkatkan konsumsi dan permintaan agregat.
Kenaikan stok uang nominal mempengaruhi penurunan tingkat bunga rill dan akan
mempengaruhi kenaikan investasi dan pada akhirnya akan menaikkan output rill
agregat. Ekspansi moneter pada awalnya akan menurunkan tingkat bunga rill domestik dan
kemudian mengakibatkan deposit mata uang luar negeri naik. Peningkatan nilai deposit
mata uang luar negeri terhadap deposit mata uang domenstik akan mengakibatkan
apresiasi nilai tukar mata uang luar negeri dan depresiasi nilai tukar mata uang
domenstik. Depresiasi nilai tukar mata uang domenstik mengakibatkan harga relatif
produk atau ekspor lebih murah sehingga ekspor netto naik, dan akhirnya meningkatkan
permintaan agregat.
Kurs
Kurs merupakan variabel makroekonomi yang turut mempengaruhi volatilitas harga
saham. Depresiasi mata uang domestik akan meningkatkan volume ekspor. Bila
permintaan pasar internasional cukup elastis hal ini akan meningkatkan cash flow
perusahaan domestik, yang kemudian meningkatkan harga saham, yang tercermin pada
75
Veitzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 193. 76
Ade Sumartini dkk, Pengaruh Coincident Economic Indicator Dan Leading Economic Indicator
Terhadap Return Saham, Diponegoro Journal Of Management Volume 1, Nomor 1, (Tahun 2012), h.237
36
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
IHSG. Sebaliknya, jika emiten membeli produk dalam negeri, dan memiliki hutang dalam
bentuk dollar maka harga sahamnya akan turun. Depresiasi kurs akan menaikkan harga
saham yang tercermin pada IHSG dalam perekonomian yang mengalami inflasi.77
Nilai tukar (kurs) suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif pada suatu
mata uang lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar yaitu (1) fixed exchange
rate atau sistem nilai tukar tetap, (2) managed floating exchange rate atau sistem nilai tukar
mengambang terkendali, dan (3) floating exchange rate atau sistem nilai tukar
mengambang. Apabila nilai tukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, bank sentral dapat
melakukan devalusi maupun revaluasi atau nilai tukar tidak ditetapkan. Devaluasi adalah
kebijakan yang diambil oleh pemerintah suatu negara untuk secara sepihak menurunkan
nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang lain. Sebaliknya, revaluasi
adalah kebijakan untuk menaikkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata
uang lain.78
Indonesia Crude Price
Harga Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude Price) yang selanjutnya
disingkat ICP adalah harga minyak mentah yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan suatu
formula dalam rangka pelaksanaan Kontrak Kerja Sama minyak bumi dan/atau gas bumi
serta penjualan minyak mentah bagian Pemerintah yang berasal dari pelaksanaan Kontrak-
Kontrak Kerja Sama minyak bumi dan/atau gas bumi79
. ICP merupakan harga dasar minyak
mentah yang digunakan dalam APBN dan merupakan harga rata-rata mintak mentah
indonesia dipasar Internasional yang dipakai sebagai indikator penghitungan bagi hasil
minyak. Sampai dengan saat ini terdapat 50 jenis minyak mentah indonesia yang memiliki
perbedaan harga sesuai dengan karakteristik dan kualitasnya.
Faktor yang paling mempengaruhi ICP adalah kondisi pasar minyak internasional.
Yang dimaksud dengan kondisi pasar minyak internasional yaitu kondisi yang
dipengaruhi oleh penawaran (produksi, stok, fasilitas distribusi dan kebijakan produksi),
selain itu ICP juga dipengaruhi oleh kekhawatiran gangguan politik, keamanan, dan
spekulasi di pasar minyak.
Index Harga Saham Gabungan (Jakarta Composit Index)
77
Suramaya Suci Kewal, Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, Dan Pertumbuhan PDB
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012 78
Ibid, h. 85.
37
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut
juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan salah satu indeks
pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia. IHSG menggambarkan kinerja
saham-saham yang tergabung didalamnya, kenaikan IHSG secara umum menggambarkan
kinerja saham-saham yang tergabung didalamnya menunjukkan kinerja yang baik,
sebaliknya penurunan IHSG, secara umum menunjukkan penurunan kinerja saham-saham
yang tergabung didalamnya, Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa
Inggris disebut juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan
salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia. IHSG mencakup
saham syariah dan saham saham yang tidak termasuk dalam katagori syariah.
Dapat dikatakan IHSG merupakan gambaran dari pergerakan seluruh saham biasa
dan saham preferen yang tercatat di BEI. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
menunjukan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek. Indeks
inilah yang paling banyak digunakan dan dipakai sebagai acuan tentang perkembangan
kegiatan di pasar modal. IHSG bisa dipakai untuk menilai situasi pasar secara umum
atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG
melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa.
C. JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
Tonggak perkembangan pasar modal syariah di Indonesia di awali dengan
dikeluarkannya JII pada tanggal 3 Juli 2000. Meskipun sebelumnya PT Danareksa
Investment Management telah meluncurkan Danareksa Syariah pada tanggal 3 Juli 1997,
tetapi karena pihak Self Regulatory Organisation (SRO) belum menerbitkan yang
mengeluarkan secara resmi instrumen yang berhubungan dengan efek syariah, maka
perkembangan pasar modal syariah dihitung sejak penerbitan JII.
Adapun proses penetapan JII berdasarkan kinerja perdagangan saham syariah yang
dilakukan oleh BEI adalah sebagai berikut:80
1. Saham-saham yang dipilih adalah saham-saham syariah yang termasuk ke dalam
DES yang diterbitkan oleh Bapepam & LK
2. Dari saham-saham syariah tersebut kemudian dipilih 60 saham berdasarkan urutan
kapitalisasi terbesar selama 1 tahun terakhir
3. Dari 60 saham yang mempunyai kapitalisasi terbesar tersebut, kemudian dipilih
80
http://www.idx.co.id (Diakses 03 November 2012, 18.03 WIB)
38
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu urutan nilai transaksi terbesar di pasar
reguler selama 1 tahun terakhir.
Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang
sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang masuk
dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment
Management. Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham
tersebut dilakukan oleh Bapepam - LK, bekerja sama dengan dewan Syariah Nasional. Hal
ini tertuang dalam Peraturan Bapepam - LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan
Daftar Efek Syariah81
Seperti di mayoritas bursa-bursa dunia, index yang ada di BEI
dihitung dengan menggunakan metodologi rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham
tercatat (nilai pasar) atau Market Value Weighted Average Index82
.
D. HASIL UJI STATISTIK Tabel Hasil Uji Regresi
Dari hasil regresi diatas maka akan didapatkan persamaan sebagai berikut:.
Y = 517,5815 + 0,22997 ICP + 0,081548 IHSG + 21,34222 Inflasi -
0,024806 Kurs - 15,77182 Suku Bunga
1. Koefisien Inflasi (X1) terhadap JII (Y) adalah positif dengan nilai koefisien 21,34222,
hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan Inflasi 1 persen (carteris paribus),
maka akan menyebabkan kenaikan saham (Y) JII sebesar Rp. 21,34222.
2. Koefisien Suku Bunga (X2) terhadap JII (Y) adalah negatif dengan nilai koefisien -
15,77182, hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan Suku Bunga 1 persen
(carteris paribus), maka akan menyebabkan kenaikan saham (Y) JII sebesar Rp.
81
Indonesia Stock Exchange, Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, (Jakarta:
Indonesia Stock Exchange, 2010), h. 13. 82
Ibid, h. 22
39
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
15,77182.
3. Koefisien Kurs (X3) terhadap JII (Y) adalah negatif dengan nilai koefisien - 0,024806,
hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan Kurs 1 persen (carteris paribus),
maka akan menyebabkan penurunan saham (Y) JII sebesar Rp. 0,024806.
4. Koefisien ICP(X4) terhadap JII (Y) adalah Positif dengan nilai koefisien 0,22997, hal
ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ICP 1 persen (carteris paribus), maka
akan menyebabkan penurunan saham (Y) JII sebesar Rp. 0,22997.
5. Koefisien IHSG(X5) terhadap JII (Y) adalah Positif dengan nilai koefisien 0,081548,
hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan IHSG 1 persen (carteris paribus),
maka akan menyebabkan kenaikan saham (Y) JII sebesar Rp. 0,081548.
Uji t
Dapat dilihat bahwa parameter Inflasi memiliki nilai statistik sebesar 3,501.
Statistik ini memiliki p value sebesar 0,000, oleh karena p value < 0,05, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Inflasi terhadap Jakarta
Islamic Index pada taraf kepercayaan 95 %. Oleh sebab itu (Ha.1) Diterima dan menolak
(H0.1) yaitu Terdapat Pengaruh yang Signifikan Variabel Makro Ekonomi (Inflasi) terhadap
Jakarta Islamic Index.
Dapat dilihat bahwa parameter Suku Bunga memiliki nilai statistik sebesar 8,302.
Statistik ini memiliki p value sebesar 0,000 oleh karena p value < 0,05, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Suku Bunga terhadap
Jakarta Islamic Index pada taraf kepercayaan 95 %. Oleh sebab itu (Ha.2) Diterima dan
menolak (H0.2) yaitu Terdapat Pengaruh yang Signifikan Variabel Makro Ekonomi (Suku
Bunga) terhadap Jakarta Islamic Index.
Dapat dilihat bahwa parameter Kurs memiliki nilai statistic sebesar -3,603.
Statistik ini memiliki p value sebesar 0, 000 oleh karena p value < 0,05, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs terhadap Jakarta
Islamic Index pada taraf kepercayaan 95%. Oleh sebab itu (Ha.3) Diterima dan menolak
(H0.3) yaitu Terdapat Pengaruh yang Signifikan Variabel Makro Ekonomi (Kurs) terhadap
Jakarta Islamic Index.
Dapat dilihat bahwa parameter ICP memiliki nilai statistik sebesar 0,966. Statistik
ini memiliki p value sebesar 0,338, oleh karena p value > 0,05, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Inflasi terhadap Jakarta
Islamic Index pada taraf kepercayaan 95 %. Oleh sebab itu (H0.4) Diterima dan menolak
40
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
(Ha.4) yaitu Tidak Terdapat Pengaruh yang Signifikan Variabel Makro Ekonomi (ICP)
terhadap Jakarta Islamic Index.
Dapat dilihat bahwa parameter IHSG memiliki nilai statistik sebesar 8,302.
Statistik ini memiliki p value sebesar 0, 000 oleh karena p value < 0,05, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara IHSG terhadap Jakarta
Islamic index pada taraf kepercayaan 95%. Oleh sebab itu (Ha.5) Diterima dan menolak
(H0.5) yaitu Terdapat Pengaruh yang Signifikan Variabel Makro Ekonomi (IHSG) terhadap
Jakarta Islamic Index.
Uji F
Statistik uji F untuk signifikansi secara umum (overall significance) adalah sebesar
247,09. Statistik ini dapat dibandingkan dengan nilai kritis (lihat tabel F) dengan derajat
bebas q=5 (numerator) dan n – k – 1 = 56 – 6 – 1 = 49 (denominator) sebesar 2,486. Oleh
karena F hitung lebih besar dari F tabel maka dapat disimpulkan secara bersama-sama
variabel ICP, IHSG, Inflasi, Kurs dan suku bunga berpengaruh terhadap Jakarta Islamic
Index pada taraf kepercayaan 95 %. Kesimpulan serupa juga diperoleh di mana Eviews telah
menghitung p value sebesar 0, 000, yang jauh lebih kecil dari nilai α yang biasa digunakan
(1 %, 5 %, dan 10 % ).
Uji R
Nilai adalah 0,961104, dengan demikian variabel ICP, IHSG, Inflasi, kurs, dan
Suku Bunga, menjelaskan 96,1104% variasi pada Jakarta Islamic Index dan sisanya
0,38896% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak termasuk kedalam model.
Uji Teori
Hasil penelitian untuk Inflasi mendukung teori yang dikemukakan oleh Hess dan Lee
didalam Ahmad Sodikin83
, yaitu menunjukkan bahwa tingkat inflasi dapat berpengaruh
positif maupun negatif terhadap return saham bergantung pada penyebab inflasi tersebut.
jika penyebab inflasi adalah pada sektor rill (supply stock)yang mencakup tingkat
produktivitas dan tingkat pengangguran, maka tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap
tingkat return saham. adapun tingkat inflasi akan berpengaruh positif apabila penyebab
inflasi adalah sektor moneter (monetary shock) yang mencakup pasokan uang, tingkat
83
Akhmat Sodikin, Variabel Makro Ekonomi Yang Mempengaruhi Return Saham Di BEJ, Jurnal
Manajeman, Volume 6, Nomor 2, 2007, h. 139
41
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
bunga, dan tingkat harga. lebih lanjut hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Wastriati yang menyatakan dalam jangka panjang terdapat pengaruh antara
variabel kurs, M2, Inflasi dan PDB terhadap nilai Jakarta Islamic Index. Sedangkan dalam
jangka pendek tidak terdapat pengaruh antara kurs, M2, dan Inflasi terhadap JII.
Namun hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian sebelumnya yang diteliti
oleh Luthfi Sirojul Maron84
yang menyatakan variabel inflasi dan suku bunga domestik
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap Jakarta Islamic Index. Hal yang sama juga di
utarakan oleh Sinta Rofiana85
yang menyatakan Perubahan inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham syariah yang secara konsisiten terdaftar di JII selama
periode 2004-2005.
Hasil penelitian untuk Suku Bunga mendukung teori yang dikemukakan oleh
Oksiana Jatiningsih86
. Jika suku bunga terus meningkat maka ada kecenderungan pemilik
modal akan mengalihkan modalnya ke deposito dan tentunya berakibat negatif
terhadap pasar modal. Hal senada juga dikemukakan oleh Luthfi Sirojul Maron87
yang
menyatakan variabel inflasi dan suku bunga domestik berpengaruh negatif secara signifikan
terhadap Jakarta Islamic Index.
Hal ini juga bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinta Rofiana
yang menyatakan faktor makro ekonomi berupa perubahan tingkat suku bunga SBI,
tingkat pertumbuhan laju inflasi perubahan siklus bisnis (yield), dan perubahan inflasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham syariah yang secara konsisten terdaftar
di JII selama periode 2004-2005.
Hasil penelitian untuk Kurs mendukung teori yang dikemukakan oleh Oksiana
Jatiningsih, Apabila nilai mata uang rupiah mengalami depresiasi maka investor cenderung
akan mengalihkan investasinya ke dalam valas. Apabila investor saham banyak yang
melakukan tindakan seperti itu maka dapat berpengaruh pada turunnya IHSG di pasar
modal. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Murti didalam Ade
84
Luthfi Sirojul Marom, Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index Di Bursa
Efek Indonesia (Yogyakarta, Skripsi, 2011) 85
Sinta Rofiana, Pengaruh Faktor-Faktor Makroekonomi Terhadap Return Saham-Saham Jakarta
Islamic Index (Jii) Periode 2004-2006 Menggunakan Arbitrage Pricing Theory (Apt) (Yogyakarta, Thesis Uin
Sunan Kalijaga, 2009) 86
Oksiana Jatiningsih dkk, Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Aplikasi Manajemen. Volume 5, Nomor I . April 2007, h. 19. 87
Luthfi Sirojul Marom, Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index Di Bursa
Efek Indonesia.
42
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Sumartini88
variabel makroekonomi inflasi, kurs dan bunga berpengaruh signifikan terhadap
fluktuasi harga saham. Hasil penelitian untuk IHSG didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh M. Harris Muhajir89
yang menyatakan terdapat kointegrasi antara JII
dengan IHSG maupun SBI, ini berarti memang terdapat hubungan dalam jangka panjang
antar variabel.
Variabel ICP (Indonesian Crude Price) merupakan satu-satunya variabel yang tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap JII, secara teori ICP sangat memberikan
dampak terhadap kondisi makro ekonomi, yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham,
namun dalam penelitian ini diperoleh hasil yang berbeda dimana variabel ICP tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap JII, hal ini disebabkan dalam prakteknya tidak
setiap kenaikan harga ICP menyebabkan kenaikan harga BBM karena Indonesia masih
mensubsidi BBM dan memiliki batasan harga ICP tertentu agar dapat menaikkan harga
BBM. Namun untuk IHSG memiliki kecendrungan kesamaan antara teori dan praktek
dimana IHSG menggambarkan saham-saham yang terdaftar didalamnya secara umum,
terlihat bahwa hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terdapat pengaruh positif antara
IHSG terhadap JII, yang berarti bahwa kenaikan IHSG juga akan menaikkan JII.
E. PENUTUP
Kesimpulan dari hasil Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta
Islamic Index adalah: Koefisien Inflasi (X1) terhadap JII (Y) adalah positif dengan nilai
koefisien 21,34222, hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan Inflasi 1 persen
(carteris paribus), maka akan menyebabkan kenaikan saham (Y) JII sebesar Rp. 21,34222.
Parameter Inflasi memiliki nilai statistik sebesar 3,501. Statistik ini memiliki p value sebesar
0,000, oleh karena p value < 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara Inflasi terhadap Jakarta Islamic Index pada taraf
kepercayaan 95%. Oleh sebab itu (Ha.1) Diterima dan menolak (H0.1) yaitu Terdapat
Pengaruh yang Signifikan Variabel Makro Ekonomi (Inflasi) terhadap Jakarta Islamic Index.
Koefisien Suku Bunga (X2) terhadap JII (Y) adalah negatif dengan nilai koefisien-
15,77182, hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan Suku Bunga 1 persen (carteris
paribus), maka akan menyebabkan penurunan saham (Y) JII sebesar Rp. 15,77182.
88
Ade Sumartini dkk, Pengaruh Coincident Economic Indicator Dan Leading Economic Indicator
Terhadap Return Saham, Diponegoro Journal Of Management volume 1, nomor 1, tahun 2012, h. 235 89
M. Harris muhajir, Analisis Kointegrasi: Keterkaitan Jakarta Islamic Indeks Dengan Ihsg dan SBI Di
Bursa Efek Jakarta (Semarang, Thesis Universitas Diponegoro, 2008), h. 65.
43
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Parameter Suku Bunga memiliki nilai statistik sebesar 8,302. Statistik ini memiliki p value
sebesar 0,000 oleh karena p value < 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara Suku Bunga terhadap Jakarta Islamic Index pada
taraf kepercayaan 95%. Oleh sebab itu (Ha.2) Diterima dan menolak (H0.2) yaitu Terdapat
Pengaruh yang Signifikan Variabel Makro Ekonomi (Suku Bunga) terhadap Jakarta Islamic
Index.
Koefisien Kurs (X3) terhadap JII (Y) adalah negatif dengan nilai koefisien -
0,024806, hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan Kurs Rp. 1. (carteris paribus),
maka akan menyebabkan penurunan saham (Y) JII sebesar Rp. 0,024806. Parameter Kurs
memiliki nilai statistik sebesar -3,603. Statistik ini memiliki p value sebesar 0,000 oleh
karena p value < 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara Kurs terhadap Jakarta Islamic Index pada taraf kepercayaan 95%. Oleh
sebab itu (Ha.3) Diterima dan menolak (H0.3) yaitu Terdapat Pengaruh yang Signifikan
Variabel Makro Ekonomi (Kurs) terhadap Jakarta Islamic Index.
Variabel ICP (X4) terhadap JII (Y) adalah Positif dengan nilai koefisien 0,22997,
hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ICP U$ 1. (carteris paribus), maka akan
menyebabkan kenaikan saham (Y) JII sebesar Rp. 0,22997. Parameter ICP memiliki nilai
statistik sebesar 0,966. Statistik ini memiliki p value sebesar 0,338, oleh karena p value >
0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara Inflasi terhadap Jakarta Islamic Index pada taraf kepercayaan 95%. Oleh sebab itu
(H0.4) Diterima dan menolak (Ha.4) yaitu Tidak Terdapat Pengaruh yang Signifikan
Variabel Makro Ekonomi (ICP) terhadap Jakarta Islamic Index.
Variabel IHSG (X5) terhadap JII (Y) adalah Positif dengan nilai koefisien
0,081548, hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan IHSG Rp. 1. (carteris
paribus), maka akan menyebabkan kenaikan saham (Y) JII sebesar Rp. 0,081548. Parameter
IHSG memiliki nilai statistik sebesar 8,302. Statistik ini memiliki p value sebesar 0,000 oleh
karena p value < 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara IHSG terhadap Jakarta Islamic Index pada taraf kepercayaan 95%. Oleh
sebab itu (Ha.5) Diterima dan menolak (H0.5) yaitu Terdapat Pengaruh yang Signifikan
Variabel Makro Ekonomi (IHSG) terhadap Jakarta Islamic Index. Oleh karena F hitung
lebih besar dari F tabel maka dapat disimpulkan secara bersama-sama variabel ICP, IHSG,
Inflasi, Kurs dan suku bunga berpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index pada taraf
kepercayaan 95%. Kesimpulan serupa juga diperoleh di mana Eviews telah menghitung p
value sebesar 0,000, yang jauh lebih kecil dari nilai α yang biasa digunakan ( 1%, 5%, dan
44
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
10% ). Nilai adalah 0,961104, dengan demikian variabel ICP, IHSG, Inflasi, Kurs, dan Suku
Bunga, menjelaskan 96,1104% variasi pada Jakarta Islamic Index dan sisanya 0,38896% di
jelaskan oleh variabel lainnya diluar model.
DAFTAR PUSTAKA
Adler H. Manurung, dan Lutfi T. Rizki, Successful Financial Planner A Complete Guide,
Jakarta: Grasindo, 2009.
Hacharan Sing Khera dan Bagindo Sofyan Muchtar, Ringkasan: Prinsip-Prinsip Ekonomi,
Jakarta: CV Danau Singkarak Offset, 1989.
Harris muhajir, M. Analisis Kointegrasi: Keterkaitan Jakarta Islamic Indeks Dengan Ihsg dan
SBI Di Bursa Efek Jakarta Semarang, Thesis Universitas Diponegoro, 2008
Indonesia Stock Exchange, Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia,
Jakarta: Indonesia Stock Exchange, 2010
Jatiningsih, Oksiana dkk, Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Aplikasi Manajemen. Volume 5, Nomor I .
April 2007
Mankiw, Gregory, Teori Makro Ekonomi, Alih bahasa Imam Nurmawan, Edisi Kelima,
Jakarta Erlangga, 2003.
Mankiw, N. Gregory, Makroekonomi, United State: Worth Publisher, Alih bahasa oleh:
Fitria Liza dan Imam Nurmawan, Penerbit Erlangga, 2006.
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, Jakarta: Kencana, 2008.
Rivai, Veitzal, dkk, Bank and Financial Institution Management, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007.
Rofiana, Sinta. Pengaruh Faktor-Faktor Makroekonomi Terhadap Return Saham-Saham
Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2004-2006 Menggunakan Arbitrage Pricing
Theory (Apt) Yogyakarta, Thesis Uin Sunan Kalijaga, 2009
Samsul, Muhammad, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Jakarta: Erlangga, 2006.
Sirojul Marom, Luthfi. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index
Di Bursa Efek Indonesia Yogyakarta, Skripsi, 2011
Sjahrial, Dermawan, Manajemen Keuangan, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009. Sudiyatno
Bambang, dan Cahyani Nuswandhari, Peran Beberapa Indikator Ekonomi Dalam
Mempengaruhi Risiko Sistematis Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Jakarta, Semarang:Universitas Stikubank, 2009.
Sodikin, Akhmat. Variabel Makro Ekonomi Yang Mempengaruhi Return Saham Di BEJ,
Jurnal Manajeman, Volume 6, Nomor 2, 2007
Suci Kewal, Suramaya. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, Dan Pertumbuhan PDB
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1,
April 2012
Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Sumartini, Ade dkk, Pengaruh Coincident Economic Indicator Dan Leading Economic
Indicator Terhadap Return Saham, Diponegoro Journal Of Management Volume 1,
45
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Nomor 1, 2012
Tandelilin, Eduardus, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2010.
www.idx.co.id
46
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
MANFAAT LAPORAN KEUANGAN DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBERIAN
PEMBIAYAAN INVESTASI Ismaulina
Abstract
In the provision of finance investment, Islamic Banking makes the selection process and
evaluation to candidates who will receive the finance investment through a determination
procedure of petition filed. Where the provision of the financing will be given to candidates
whose really worth and potential to generate revenue for the bank financing, especially for
candidates who apply for fund in large enough quantities. Thus the customer‟s financial
statements is very useful for consideration provision of investment funds, at the same time
can reduce the risk of financial loss in the Islamic Bank. Keyword: Finance report, Finance Ratio.
صلخستم
االستثمار يف توفري اخلدمات ادلصرفية اإلسالمية دتويل عملية اختيار وتقييم مرشح تلقي التمويل من خالل إجراء أو عملية توفري دتويل ألي طالب التمويل ادلقًتح. مع ستعطى أحكام دتويل للمرشحني الذين التمويل ىو حقا
اإليرادات لتمويل البنك، وخاصة بالنسبة للمرشحني الذين يتقدمون بطلب للحصول يستحق والقدرة على توليد على دتويل بكميات كبرية مبا يكفي. وبالتارل فإن العميل ىو البيانات ادلالية مفيدة جدا للنظر
.فيها يف نفس الوقت ميكن توفري دتويل االستثمار تقليل خماطر اخلسارة ادلالية يف البنك اإلسالمي
47
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
A. PENDAHULUAN
Perbankan Syariah sebagai agen pembangunan yaitu sebagai lembaga yang bertujuan
mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, mempunyai kegiatan utama yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana. Kegiatan penyaluran dana ini dikenal juga dengan istilah alokasi dana, salah
satunya dapat diwujudkan dalam bentuk pembiayaan atau lebih dikenal dengan pembiayaan investasi.
Resiko yang muncul atas pemberian pembiayaan investasi adalah macet. Ini terjadi jika
pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada pihak swasta tidak dapat dilunasi tepat waktu, baik
pokok pinjaman maupun bunga yang ditetapkan, sehingga dapat menekan dan mengurangi
profitabilitas bank. Selanjutnya Mulyono Teguh Pudjo, menyatakan investasi macet terjadi juga
terutama disebabkan oleh faktor manajemen bank dalam melakukan analisis pembiayaan investasi
yang tidak akurat, faktor pengawas pembiayaan yang lemah, analisis laporan keuangan yang tidak
memadai dan kompetensi dari sumber manusia yang lemah. Pembiayaan macet dalam jumlah yang
besar akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang
operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.
Selain itu, dampak psikologis yang akan terjadi adalah menurunnya tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap bank. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka memperkecil dan
menghindari terjadinya pembiayaan macet ini, pihak bank seharusnya melakukan analisis terlebih
dahulu secara tepat dan akurat terhadap pihak-pihak yang mengajukan permohonan pembiayaan dan
terus mengevaluasi dalam rangka melakukan penilaian kelayakan pemberian investasi tersebut. Salah
satu syarat untuk memperoleh pembiayaan ialah debitur menyerahkan laporan keuangan, yang
merupakan salah satu sumber informasi pembiayaan yang paling penting. Laporan keuangan dapat
memberikan dasar yang pasti untuk menilai kondisi keuangan dan tingkat laba perusahaan, juga
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan uang termasuk untuk keperluan operasi dan pembayaran
pembiayaan, serta mempertimbangkan aspek keuangan dan aspek non keuangan perusahaan.
B. LAPORAN KEUANGAN DAN PEMBIAYAAN
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan: “Laporan keuangan merupakan
proses dari pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai
laporan arus kas, atau laporan arus dana) catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Laporan keuangan bermanfaat bagi pemakainya
jika memenuhi tujuan kualitatif sebagai berikut.90 (a). Laporan keuangan harus relevan, artinya
laporan keuangan harus dapat menyajikan informasi yang sesuai dengan tujuan penggunanya; (b).
Laporan keuangan harus dapat dimengerti oleh para pemakai; (c). Laporan keuangan harus dapat diuji
kebenarannya oleh penguji yang independent dan objektif dengan cara menggunakan metode yang
90
Munawir S, Analisis laporan keuangan, Edisi Keempat, (Yogyakarta: Liberti Jakarta, 1993), h. 31
48
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
sama; (d). Laporan keuangan harus netral artinya tidak disajikan untuk memenuhi kebutuhan pihak
tertentu; (e). Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu, sehingga pengambilan keputusan dapat
ditetapkan sedini mungkin. (f). Laporan keuangan harus dapat diperbandingkan dengan laporan
keuangan perusahaan pada periode sebelumnya; (g). Laporan keuangan harus lengkap dalam artian,
menyajikan informasi keuangan yang memuat sesuai dengan yang diperlukan pemakai.
Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
Secara umum tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Menurut Haryanto dalam bukunya analisa laporan keuangan,
menjelaskan tujuan pokok dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Untuk membantu terutama kepada pihak-pihak yang mempunyai kemampuan hak-hak
wewenang untuk mendapatkan informasi keuangan perusahaan (pihak eksternal).
b. Memberikan informasi kepada pihak pemilik dan kreditor untuk membuat prediksi,
perbandingan dan evaluasi akan sumber dan pengunaan dana baik dalam judul walaupun
waktu serta hubungannya dengan resiko-resiko ketidakpastian dimasa yang akan datang.
c. Memberi informasi terhadap pihak-pihak yang berkepentingan untuk memuat prediksi dan
evaluasi tentang keuangan perusahaan yang menghasilkan laba.
d. Menyediakan informasi pada manajemen untuk merumuskan kebijakan-kebijakan didalam
mendayagunakan sumber-sumber ekonomi perusahaan, didalam usahanya mencapai tujuan
yang terlalu ditetapkan.
e. Memberikan jawaban tentang fakta dan interpretasi terhadap transaksi-transaksi dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dan bermanfaat untuk membuat prediksi dan evaluasi akan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan baru dapat memberikan informasi yang berguna mengenai posisi dan
kondisi keuangan suatu perusahaan apabila dipelajari, diperbandingkan dan dianalisis. Sejalan dengan
itu laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan
dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data
keuangan akan berarti bagi pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk
dua periode atau lebih dan analisis lebih lanjut sehingga diperoleh data yang dapat mendukung
keputusan yang diambil.91
91
Munawir S, Analisis laporan……., h. 31
49
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Analisis laporan keuangan adalah penelaah dari hubungan dan tendensi atau kecenderungan
untuk posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan usaha yang bersangkutan.92
Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan yang tercantum dalam UU pokok Perbankan No. 10 tahun 1998
sebagai berikut: “pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamankan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.”
Berdasarkan Hukum Syariah pembiayaan adalah hubungan pinjam meminjam yang dapat
saling menguntungkan. Pinjaman ini merupakan salah satu metode hubungan finansial dan metode-
metode lain seperti jual beli, bagi hasil, sewa dan sebagainya. Pinjam meminjam juga merupakan akad
sosial, bukan akad komersial, artinya jika seseorang meminjam sesuatu tidak boleh disyaratkan untuk
memberikan tambahan atas pokok pinjamannya.
Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan
Prinsip-prinsip pemberian pembiayaan sama dengan prinsip pemberian kredit, pada umumnya
prinsip pembiayaan terdiri dari prinsip kualitatif dan kuantitatif atau angka dari laporan keuangan
yang akan dianalisis dengan menggunakan rasio-rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan
aktivitas seperti dijelaskan diatas. Sedangkan prinsip pembiayaan secara kualitatif yaitu prinsip dalam
melakukan penilaian atas permohonan pembiayaan seperti Prinsip 5C, prinsip 5P, prinsip 3R.93
Selain prinsip-prinsip penilaian pembiayaan diatas, agar bank terhindar dari kegagalan atau
kemacetan pembiayaan maka ada beberapa aspek yang harus dinilai, yaitu aspek hukum, aspek
marketing dan aspek keuangan.94
Manfaat Laporan Keuangan Sebagai Pertimbangan Keputusan Pembiayaan
Pada dasarnya laporan keuangan merupakan landasan yang penting dalam pengambilan
keputusan ekonomi, terutama dalam keputusan pemberian pembiayaan. Dalam setiap pengambilan
keputusan, baik pihak pemilik dana maupun manajemen ataupun pihak pemilik perusahaan senantiasa
dituntut untuk mempertimbangkan aspek likuiditas, rentabilitas perusahaan yang bersangkutan, dan
kondisi keuangan perusahaan itu hanya dapat dilihat dari laporan keuangan, yang meliputi neraca dan
laba rugi serta arus kas.
Selain itu juga laporan keuangan sebagai alat pertanggungjawaban pihak manajemen yang
selanjutnya merupakan sumber informasi bagi pihak pemilik, karyawan, pemerintah, maupun pihak
pemilik dana (bank). Dari uraian diatas nampak jelas sekali manfaat laporan keuangan dalam
92
Munawir S, Analisis laporan……., h. 35 93
Hadiwijaja dan Rivai wirasmita, Analisis Kredit, (Bandung: Penerbit CV. Pionir Jaya Bandung.,
2000), h. 34 94
Hadiwijaja dan Rivai wirasmita, Analisis Kredit…., h. 45
50
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
mengambil keputusan pembiayaan dan dengan analisis laporan keuangan dapat mengurangi resiko
kerugian bagi bank syariah atas pembiayaan yang tidak dapat dikembalikan kepada bank. Selain itu
dengan analisis laporan keuangan maka resiko kerugian bank dari pembiayaan yang macet dapat
dikendalikan dan dapat dikurangi, sehingga bank tidak perlu menanggung resiko kerugian
pembiayaan yang terlalu besar.
Prosedur Pembiayaan Pada Perbankan Syariah
Perbankan Syariah memiliki prosedur dalam proses permohonan pembiayaan yang diajukan
oleh nasabah penerima pembiayaan. Langkah-langkah ini harus dilalui oleh nasabah peminjam dana
(pemohon pembiayaan) mulai dari permohonan pembiayaan diajukan sampai disetujui dan pada
akhirnya dapat digunakan oleh calon penerima pembiayaan dan untuk usahanya serta pengawasan
terhadap penggunaan fasilitas pembiayaan tersebut agar dapat kembali sesuai dengan jatuh tempo,
sehingga resiko pembiayaan yang macet dapat diatasi.
Prosedur pemberian pembiayaan yang dilaksanakan Perbankan Syariah dibagi beberapa tahap
yaitu; tahap pengajuan pembiayaan, tahap analisis penilaian untuk pembiayaan, tahap keputusan
pembiayaan, tahap pelaksanaan atau realisasi pembiayaan, tahap pengawasan dan pembinaan nasabah
penerima pembiayaan, serta tahap penyelesaian pembiayaan.
Dasar Penentuan Keputusan Pembiayaan Perbankan Syariah
Analisis pembiayaan yang dilakukan mencakup dua golongan data atau informasi yaitu data
kualitatif (analisa pembiayaan terhadap kondisi non angka) dan data kuantitatif (analisis terhadap
angka-angka atau laporan keuangan). Oleh karena itu laporan analisis harus memuat data lengkap baik
kualitatif maupun kuantitatif tentang usaha debitur atau penerima pembiayaan baik keadaan sekarang
maupun akan datang. Tujuan utamanya adalah untuk memperoleh keyakinan apakah calon debitur
atau penerima pembiayaan memiliki kemampuan memenuhi kewajibannya kepada bank secara tertib,
baik pembayaran pokok maupun bagi hasil sesuai ketentuan yang disepakati, sehingga resiko
pembiayaan yang macet dapat diminimalisasi.
Untuk memenuhi keadaan yang sebenarnya maka bank melakukan analisis terhadap data
permohonan pembiayaan dari calon debitur atau penerima pembiayaan dengan menggunakan prinsip
penilaian 5C dan 5P dari pembiayaan. Prinsip penilaian 5C yaitu: (1)Character (Watak); (2)Capacity
(kemampuan); (3)Capital (Modal); (4)Conditions (Kondisi); (5)Collateral (Agunan). Prinsip
penilaian 5P yaitu: (1)Party; (2)Purpose; Paymen; (3)Profitability; (4)Protection.
Pelaksanaan Penilaian Pembiayaan Berdasarkan Analisis Laporan Keuangan Oleh Perbankan
Syariah
Analisis kuantitatif yang dilakukan dalam penilaian pembiayaan berdasarkan: pertama,
Analisis laporan keuangan, Dilakukan oleh Perbankan Syariah adalah untuk mengetahui sampai
dimana kemampuan perusahaan untuk melaksanakan operasinya dimasa yang akan datang. Hal ini
51
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
tercermin didalam hasil laporan keuangan pada masa lalu dan hasil-hasil dari perhitungan proyeksi
atas laporan keuangan setelah bank memberikan pembiayaan, proyeksi ini dilakukan oleh Perbankan
Syariah karena dengan sistem bagi hasil yang mengharuskan bank untuk mengetahui kondisi
keuangan dan kinerja atau laba dari calon debitur atau calon penerima pembiayaan untuk menentukan
besarnya persentase bagi hasil yang akan didapat oleh pihak Perbankan Syariah. Analisis terhadap
laporan keuangan adalah analisis rasio yang meliputi: rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio
profitabilitas untuk menentukan kebutuhan pembiayaan terhadap analisis laporan keuangan yang
lengkap dan relevan meliputi (neraca dan laporan laba rugi). Setelah dilakukan analisis rasio maka
ditentukan jumlah pembiayaan yang direncanakan akan diberikan serta akan ditarik kesimpulan secara
umum yang menentukan apakah pembiayaan akan diberikan dan berapa pembiayaan yang layak
diberikan.
Kedua, Analisis jaminan, adalah syarat utama yang harus dipenuhi calon debitur atau
penerima pembiayaan dalam mengajukan permohonan, tidak saja memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh bank Indonesia, tetapi untuk menjaga keamanan pembiayaan itu sendiri andai kata
dikemudian hari nasabah gagal untuk memenuhi kewajiban terhadap bank. Pendekatan atas barang
jaminan yang diajukan dalam permohonan pembiayaan perlu diteliti secara mendalam.
Contoh kasus I.
Perusahaan “X” mengajukan permohonan pembiayaan dengan skema musyarakah
(kerjasama usaha dan modal) kepada Perbankan Syariah untuk pengembangan usaha, perusahaan
ingin memperoleh pembiayaan sebesar Rp. 70.000.000,00. Jaminan yang digunakan terdiri dari
sertifikat tanah dan bangunan milik salah satu anggota perusahaan “X”. Usaha perusahaan dikelola
langsung oleh pemohon sekaligus menjabat sebagai debitur utama dibantu tujuh orang tenaga kerja.
Perusahaan “X” menjual dengan sistem kredit maupun tunai
Analisis yang digunakan dari data dan informasi yang diperoleh, dengan mengevaluasi
seluruh aspek. Dari analisis diperoleh hasil analisis yang meliputi: pertama, Aspek hokum, dari
penilaian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa perusahaan “X” telah memenuhi syarat kelengkapan
perijinan dan keabsahan dokumen bukti kepemilikan barang jaminan yang akan digunakan sebagai
jaminan oleh perusahaan “X” dinyatakan sebagai pemilik perusahaan. Kedua, Aspek pemasaran,
daerah pemasaran serta persaingan usaha yang sejenis memang cukup banyak, namun pemohon telah
mempunyai pelanggan tetap yang umumnya dari lembaga-lembaga instansi dan di sertai stategi pasar
yang cukup baik maka faktor persaingan masih dapat diatasi. Ketiga, Aspek keuangan, dari penilaian
aspek kuantitatif yang dilakukan Perbankan Syariah melalui analisis rasio keuangan dengan
menggunakan data laporan keuangan tiga tahun terakhir yang diberi oleh pemohon pembiayaan yaitu
perusahaan “X” berikut adalah data keuangan yang diberi oleh perusahaan “X”.
Diketahui jumlah aktiva lancar untuk tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 adalah sebagai
berikut, Rp. 83.670.000, Rp. 124.463.000, dan Rp. 159.810.000 sedangkan untuk aktiva tetap adalah
52
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Rp. 105.500.000, Rp. 102.500.000 dan Rp. 259.810.000 sehingga total aktiva untuk masing-masing
tahun secara berurutan dari 2006 sampai dengan 2008 adalah: Rp. 189.170.000, Rp. 226.963.000 dan
Rp. 259.810.000. Jumlah hutang lancar untuk tahun 2006 adalah Rp. 33.000.000, tahun 2007 sebesar
Rp. 43.042.000 dan tahun 2008 sebesar Rp. 44.694.000 sedangkan hutang jangka panjang nihil untuk
ketiga tahunnya sehingga jumlah total seluruh hutang adalah nilai hutang lancar itu sendiri. Untuk
modal yang di setor pada ketiga-tiga tahun yang bersangkutan tidak ada, laba ditahan di ketahui untuk
tahun 2006 sebesar Rp. 130.000.000, tahun 2007 Rp. 156.170.000 dan tahun 2008 adalah Rp.
183.921.000. untuk laba tahun berjalan sebesar Rp. 26.170.000, tahun 2006, tahun 2007
Rp.27.751.000, dan tahun 2008 sebesar Rp. 215.116.000 sehingga jumlah modalnya adalah Rp.
156.170.000, Rp. 183.921.000 dan Rp. 215.116.000 sedangkan total aktiva untuk ketiga tahun
berturut-turut adalah Rp. 189.170.000, Rp. 226.963.000, dan Rp. 259.810.000. Laba bersih untuk
perusahaan X pada tahun 2006 adalah Rp. 26.170.000, tahun 2007 sebesar Rp. 27.751.000 dan tahun
2008 adalah Rp. 31.195.000.
Berikut ini adalah hasil perhitungan rasio dari laporan keuangan perusahaan “X”
1) Rasio likuiditas
Current ratio = Total currunt assets x 100%
Total current liabiliti
2006 = 83.670 x 100%
33.000
= 253,55%
2007 = 124.463 x 100%
43.042
= 289,17%
2008 = 159.810x 100%
44.694
= 357,56%
Current ratio dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 hasil perhitungan rationya semakin
tinggi dan selalu berada diatas standar rasio yang ditetapkan oleh bank yaitu sebesar 200%. Semakin
tinggi current ratio, semakin memberi pengamanan bagi bank untuk memberikan pembiayaan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa likuiditas perusahaan “X” baik.
Quick ratio = Total currunt assets – Inventory x 100%
Total current liabilitise
2006 = 83.670 – 73.000 x 100%
33.000
= 32,33%
2007 = 124.463 – 110.000 x 100%
43.042
53
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
= 33,60%
2008 = 159.810 – 144.000x 100%
44.694
= 35,37%
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi utang
lancar. Semakin besar rasio ini maka semakin baik. Dari hasil penelitian quick ratio perusahaan “X”
pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 semakin tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa likuiditas
perusahaan “X” adalah baik.
2) Ratio solvabilitas
Total debt to equity ratio = Total debt x 100%
Owner‟s equity
2006 = 33.000 x 100%
156.170
= 21,13%
2007 = 43.042 x 100%
183.921
= 23.40%
2008 = 44.694x 100%
215.116
= 20,78%
Dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 hasil perhitungan rasionya meningkat, tetapi pada
tahun 2007 sampai tahun 2008 mengalami penurunan namun rasio tersebut masih dibawah standar
yang ditetapkan oleh bank yaitu 50%. Jadi dapat disimpulkan bahwa solvabilitas perusahaan “X”
adalah baik.
Total debt to total assets = Total debt x 100%
Total assets
2006 = 33.000 x 100%
189.170
= 17,45%
2007 = 43.042 x 100%
226.963
= 18,96%
2006 = 44.694x 100%
259.810
= 17,20%
Dari tahun 2006 sampai tahun 2007 hasil perhitungan rasionya semakin meningkat, ini berarti
solvabilitas perusahaan mengalami penurunan akan tetapi 2007 sampai tahun 2008 mengalami
54
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
penurunan itu berarti rasio solvabilitas perusahaan kembali tinggi. Dan solvabilitas perusahaan “X”
masih berada dibawah standar yang ditetapkan bank yaitu sebesar 50%. kan oleh bank yaitu 50%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa solvabilitas perusahaan “X” adalah baik.
3) Ratio profitabilitas
Profit margin = Earning after tax x 100%
Net sales
2006 = 26.170 x 100%
324.000
= 8,08%
2007 = 27.751 x 100%
360.000
= 7,71%
2008 = 31.195 x 100%
384.000
= 8,12%
Dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 rasio mengalami penurunan, tetapi rasio tahun
2007 sampai tahun 2008 mengalami kenaikan, walaupun demikian perusahaan mampu menghasilkan
laba dari penjualannya. Jadi dapat disimpulkan profitabilitas perusahaan “X” dianggap baik.
Return on investmnen = Earning after tax x 100%
Net assets
2006 = 26.170 x 100%
189.170
= 13,83%
2007 = 27.751 x 100%
226.963
= 12,23%
2008 = 31.195 x 100%
259.810
= 12,01%
Dari hasil pehitungan rasio menunjukkan penurunan dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2008, jadi profitabilitas perusahaan “X” dianggap kurang baik dilihat dari return on investment
Return on equity = Earning after tax x 100%
Owner‟s equity
2006 = 26.170 x 100%
156.170
= 16,76%
2007 = 27.751 x 100%
55
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
183.921
= 15,09%
2008 = 31.195 x 100%
215.116
= 14,50%
Dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 hasil perhitungan rasio mengalami penurunan,
berarti bahwa modal belum digunakan secara efektif untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi. Jadi
profitabilitas perusahaan “X” dianggap kurang baik.
Analisis rasio yang telah dilakukan oleh Perbankan Syariah diatas menyatakan bahwa kondisi
keuangan perusahaan “X” cukup baik, terutama rasio likuiditas sehingga memberikan pengamanan
bagi Perbankan Syariah untuk memberikan pembiayaan terutama dalam menutupi seluruh
kewajibannya, meskipun ada rasio yang megalami penurunan (rasio solvabilitas dan rasio
profitabilitas). Akan tetapi pihak Perbankan Syariah mempunyai keyakinan bahwa perusahaan “X”
dapat memulihkan keadaan. Dengan berbagai pertimbangan dan analisis lainnya, maka Perbankan
Syariah menerima permohonan pembiayaan dari perusahaan “X”. Jadi dengan demikian pihak
Perbankan Syariah telah melakukan analisis laporan keuangan secara efektif terhadap perusahaan “X”
dan bermanfaat sebagai alat pertimbangan dalam pemberian pembiayaan.
C. PEMBAHASAN
Pelaksanaan Pelaksanaan Penilaian Pembiayaan Berdasarkan Laporan Keuangan Calon
Penerima Pembiayaan Pada Perbankan Syariah
Pelaksanaan penilaian pembiayaan yang dilakukan oleh Perbankan Syariah terdiri dari
penilaian secara kualitatif dan kuantitatif terhadap calon penerima pembiayaan dalam analisis tersebut
analis akan menganalisis laporan yang diserahkan berupa laporan keuangan minimal dua periode yang
terdiri dari neraca dan laporan laba rugi, hasil penelitian menunjukkan bahwa laporan tersebut telah
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Analisis kualitatif yang dilaksanakan oleh Perbankan Syariah yaitu Prinsip penilaian
pembiayaan 5C yaitu: (1)Character (Watak), Dari hasil penelitian deiketahui bahwa karakter dari
pemohon yang mengajukan pembiayaan cukup baik dan tidak mempunyai masalah hal yang
menyangkut tindak kriminal dan usahanya halal serta tidak pernah bermasalah dengan pihak yang
berwajib; (2)Capacity (kemampuan), Dari kasus diatas ternyata perusahaan “X” dinilai cukup mampu
untuk memenuhi kewajibannya dan cukup berprospek untuk memberi keuntungan bagi hasil untuk
pihak bank; (3)Capital (modal ), Penilaian mengenai jumlah dana atau modal sendiri dimiliki oleh
calon penerima pembiayaan. Hasil penilaian bank diketahui bahwa pemohon mempunyai modal
sendiri yang cukup besar dan mampu untuk menjalankan usahanya; (4)Condition of economi (kondisi
ekonomi), Kondisi perekonomian saat pemberian pembiayaan cukup stabil dan harga kurs dollar tidak
selalu berfluktuasi dan cukup baik untuk memberikan pembiayaan kepada perusahaan “X”;
56
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
(5)Collateral (agunan/jaminan), Jaminan yang dimiliki oleh perusahaan “X” adalah sebidang tanah,
beserta bangunan beserta rumah dengan sertifikat hak milik, setelah dilakukan penilaian oleh bank
tanah tersebut dinilai sebesar Rp. 81.000.000,00 lebih tinggi jumlahnya dari jumlah pembiayaan yang
diberikan.
Prinsip penilaian pembiayaan 5P yaitu; (1)Party (golongan), Dari hasil penelitian diketahui
bahwa perusahaan “X” digolongkan pada golongan yang cukup baik karena penilaian tehadap
character, capacity, dan capital perusahaan “X” memenuhi syarat-syarat pembiayaan; (2)Purpose
(tujuan). Tujuan perusahaan “X” mengajukan permohonan pembiayaan adalah guna untuk
memperluas usahanya dan akan mempunyai aspek ekonomi dan aspek sosial positif; (3)Payment
(sumber pembayaran). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pihak bank, perusahaan “X” akan
mampu memperoleh pendapatan dalam jumlah yang diperkirakan akan cukup untuk dipergunakan
dalam pengembalian pembiayaan beserta dengan bagi hasilnya; (4)Profitability (kemampuan
memperoleh laba). Dari hasil penelitian diketahui, perolehan laba perusahaan “X” masih mempunyai
jumlah lebih setelah dikurangi pokok pembiayaan, bagi hasil dan ongkos-ongkos lainnya, maka usaha
perusahaan “X” adalah baik; (5)Protection (perlindungan). Perlindungan jaminan yang diberikan oleh
perusahaan “X” itu cukup aman sehingga apabila ada peristiwa yang diluar rencana dan
mengakibatkan perusahaan “X” tidak mampu mengembalikan pembiayaan maka pihak bank tidak
akan mengalami kesulitan karena jaminan yang diberikan oleh perusahaan “X” tidak bersengketa atau
tidak bermasalah.
Aspek-aspek penilaian pembiayaan ialah (1)Aspek hokum, dari hasil penelitian yang
dilakukan Perusahaan “X” telah memenuhi syarat kelengkapan perizinan. Keabsahan dokumen, bukti
kepemilikan, barang jaminan yang akan digunakan sebagai agunan telah dilakukan pengecekan dan
dipastikan bahwa barang tersebut dapat digunakan sebagai jaminan oleh perusahaan “X” dan
dinyatakan sebagai milik perusahaan; (2)Aspek pemasaran, daerah pemasaran perusahaan “X” hampir
seluruh Aceh bagian Timur, Utara sedangkan golongan konsumennya meliputi hampir seluruh lapisan
masyarakat, instansi pemerintah dan swasta, pedagang atau toko-toko dan lembaga pendidikan. Guna
mempertahankan serta menambah jumlah konsumen dan omzet maka yang bersangkutan menerapkan
strategi penjualan dan strategi pemasaran antara lain: mangadakan pameran secara berkelanjutan,
iklan dan board. Persaingan usaha yang sejenis memang cukup banyak, namun calon penerima
pembiayaan telah mempunyai pelanggan tetap dan disertai strategi pemasaran yang cukup baik;
(3)Aspek keuangan, dari segi aspek keuangan perusahaan “X” cukup baik dilihat dari rasio-rasio
keungan baik rasio likuiditas, rasio solvabilitas maupun rasio rentabilitas atau profitabilitas.
Analisis kuantitatif yang dilakukan Perbankan Syariah terdiri dari proyeksi neraca dan
proyeksi laporan laba rugi yang datanya didapatkan oleh analis dari hasil wawancara dengan pihak
pemohon pembiayaan. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa analisis rasio laporan
keuangan yang dilakukan oleh Perbankan Syariah yaitu: (a)Rasio likuiditas, (b)Rasio solvabilitas,
(c)Rasio profitabilitas.
57
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Analisis proyeksi neraca dan laporan laba rugi, dari hasil penelitian didapat kebutuhan
pembiayaan pada perusahaan “X” yaitu sebesar Rp. 70.000.000,00. Analisis kualitatif dan kuantitatif
yang dilaksanakan Perbankan Syariah dinilai efektif dan dan dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam pemberian pembiayaan karena telah melaksanakan analisis berdasarkan prinsip-prinsip
penilaian pembiayaan dan melakukan analisis terhadap aspek-aspek pemberian pembiayaan, serta
melakukan analisis kuantitatif berupa analisis rasio terhadap laporan keuangan pada perusahaan calon
penerima pembiayaan. Dari hasil diatas apabila dianggap layak untuk diberikan pembiayaan maka
analis bank akan menyerahkan kepada dewan komite pembiayaan untuk diputuskan apakah
pembiayaan perusahaan tersebut dibeikan atau ditolak.
Proses Pengambilan Keputusan Pemberian Pembiayaan Berdasarkan Analisis Laporan
Keuangan Calon Penerima Pembiayaan Pada Perbankan Syariah
Setelah dilakukan analisis baik kualitatif maupun kuantitatif, analis akan menentukan apakah
secara rasio dan jaminan yang digunakan oleh perusahaan pemohon pembiayaan layak untuk
diberikan pembiayaan atau tidak, apabila layak maka analis akan memberikan rekomendasi kepada
komite pembiayaan untuk diberikan pembiayaan dengan jumlah pembiayaan yang telah dihitung oleh
analis. Setelah menerima rekomendasi dari analis komite pembiayaan akan mengadakan rapat yang
terdiri dari pimpinan perusahaan, manajer pemasaran, manajer operasi bagian akuntansi, analis dan
financing risk management team. Dalam rapat ini akan ditentukan apakah pembiayaan akan diterima
atau tidak apabila diterima maka pimpinan perusahaan akan mengesahkan pembiayaan dan akan
dibuat surat keputusan pembiayaan dan pembiayaan siap untuk direalisasikan.
Proses pengambilan keputusan dalam pemberian pembiayaan pada Perbankan Syariah
dilakukan secara efektif karena telah melakukan tahap-tahap atau prosedur-prosedur pemberian
pembiayaan dimulai dengan pemohon mengisi surat permohonan pembiayaan, analisis laporan
keuangan sampai dengan pembiayaan diberikan. Perbankan Syariah pun telah melakukan analisis
rasio yang merupakan titik paling penting dalam keputusan pemberian pembiayaan.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan penulis menyimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
Bahwa Perbankan Syariah telah melaksanakan analisis laporan keuangan secara efektif
dengan melakukan analisis rasio sehingga laporan keuangan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan di dalam pemberian pembiayaan.
Perbankan Syariah telah melakukan prosedur atau proses pemberian pembiayaan untuk setiap
pemohon pembiayaan yang diajukan. Dan diketahui bahwa analisis laporan keuangan perusahaan
yang dilakukan sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan pemberian pembiayaan.
58
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
DAFTAR PUSTAKA Hadiwijaja dan Rivai wirasmita, Analisis Kredit, Penerbit CV. Pionir Jaya Bandung, 2000
Munawir S , Analisis laporan keuangan, Edisi Keempat, Yogyakarta, Liberti Jakarta, 1993
59
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN
BANK UMUM SYARIAH M Aditya Ananda
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Teungku Dirundeng Meulaboh
Email: [email protected]
Abstract
The research aimed to examine the effect of Capital Adequancy Ratio, Financing to Deposit
Ratio, Non Performing Financing, and Operational Efficiency Ratio for Return On Asset of
Islamic Bank in Indonesia. 7 (seven) Islamic Banking in Indonesia such as Bank Syariah
Mandiri, BRI Syariah, Bank Panin Syariah, etc was taken as sample for This research. The
data used for this research were obtained from the data of Quaterly Published Financial
Report Period 2010 up to 2012. The analysis technique used is linear regression that aims for
estimating the relationships among variables. The classical assumption test used consisted of
Normality test, Multicollinearity, Heteroscedasticity test, and Autocorrelation test. The
results of this research indicate that variables influentials to Return On Asset. There are two
variables that significantly negative affect on Return On Asset. The other variable have not
significant negative effect.
Keywords: Operational cost, Capital.
صلخستم والبحوث اليت هتدف إذل دراسة تأثري رأس ادلال نسبة مطابقة ادلواد والتمويل إذل الودائع، التمويلية ادلتعثرة، ونسبة
)سبعة( اخلدمات ادلصرفية ٧الكفاءة التشغيلية للعائدا على ادلوجودات من البنك اإلسالمي يف إندونيسيا. بنك بانني الشرعية، واختذ اخل كما عينة ذلذا البحث. وقد مت اإلسالمية يف اندونيسيا مثل بنك مانديري الشرعية،
٠٢٠٢النشر الفًتة ادلشمولة بالتقرير ادلالية ربعسنويةاحلصول على البيانات ادلستخدمة يف ىذا البحث من بيانات. . أسلوب حتليل االحندار اخلطي ادلستخدمة ىي اليت هتدف لتقدير العالقات بني ادلتغريات٠٢٠٠حىت عام
اختبار الفرضية التقليدية ادلستخدمة تتألف من اختبار احلياة الطبيعية، اخلطية ادلتعددة، واختبار عدم جتانس، واختبار ترابط تلقائي. نتائج ىذا البحث تشري إذل أن ادلتغريات النافذون إذل عائدا على ادلوجودات. ىناك نوعان
.العائد على األصول. ادلتغري اآلخر دل تأثري سليب كبريمن ادلتغريات اليت تؤثر سلبيا بدرجة كبرية على
A. PENDAHULUAN
Salah satu pilar penting dalam pencapaian Good Corporate Governance diperbankan
Indonesia adalah aspek transparansi kondisi keuangan Bank kepada public, dengan adanya
transparansi, diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan publik terhadap lembaga
perbankan nasional. Di sisi lain peningkatan transparansi dari kondisi keuangan Bank akan
mengurangi kesenjangan informasi (asymmetric information) sehingga para pelaku pasar
dapat memberikan penilaian yang wajar dan dapat mendorong terciptanya disiplin pasar
60
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
(market discipline). Oleh karena itu, Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan
keuangan dengan bentuk dan cakupan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Bank
Indonesia yang terdiri dari LaporanTahunan, Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan
Bulanan dan laporan keuangan konsolidasi. Dalam Laporan keuangan, khususnya laporan
keuangan Publikasi Triwulan disajikan mencakup diantaranya beberapa rasio keuangan
bank.95
Rasio keuangan bank ini dapat dianalisis yang setidaknya ada tiga manfaat bagi tiga
pihak yang berbeda. Bagi manajer, analisis rasio keuangan berfungsi sebagai peralatan
analisis perencanaan dan pengendalian keuangan. Bagi analisis pembiayaan perbankan
berguna untuk menilai kemampuan pemohon pembiayaan dalam membayar utangnya. Dan
bagi analis sekuritas berguna untuk menilai kewajaran dan prospek harga sekuritas, termasuk
untuk menentukan peringkat utang jangka panjang.
Dalam penelitian ini data yang dipergunakan adalah data sekunder berupa data
timeseries dan data rasio-rasio keuangan masing-masing Bank Umum Syariah. Data
diperoleh dari laporan keuangan publikasi triwulan dari tahun 2010 sampai 2012 yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia dalam Direktori Perbankan Indonesia. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Bank umum Syariah di Indonesia yang sampai dengan
tahun 2012 sebanyak 11 Bank, Sedangkan Sampel penelitian diambil secara purposive
sampling. Metode analisis yang digunakan menggunakan regresi linier berganda.
B. RASIO KEUANGAN PERBANKAN
Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan.
Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan
sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan. Rasio
merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan
perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya
atau perusahaaan-perusahaan lain.96 Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne
merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan menbagi
satu angka dengan angka lainnya. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi
kesehatan perusahaan yang bersangkutan.97 Sedangkan menurut Freddy rangkuty, analisis
rasio keuangan merupakan teknik untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan
95
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 Tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank. 96
Henry Simamora, Akuntansi: Basis Pengambilan Keputusan, Jilid Dua, Cetakan Pertama, (Jakarta:
Salemba Empat, 2000), h. 822 97
Kasmir, Analisis Laporan keuangan, ed.1, cet.4, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 104
61
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
perusahaan yang bertujuan mengevaluasi situasi yang terjadi saat ini, dan memprediksi
kondisi keuangan masa yang akan datang. Jenis-jenis rasio keuangan diantaranya rasio
likuiditas (liquidity ratio), rasio hutang (leverage ratio), rasio aktivitas (activity ratio), rasio
keuntungan (profitability ratio), rasio penilaian saham.98 Dari definisi ini rasio dapat
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan-penyimpangan dengan cara
membandingkan rasio keuangan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka diperlukan
adanya pembanding. Ada dua metode perbandingan rasio keuangan perusahaan yaitu: Cross-
sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio
antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang
bersamaan. Dan Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio
finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.99
Analisis finansial atas laporan keuangan bank menggunakan berbagai macam rasio
yang dibuat menurut kebutuhan penganalisis. Tentu saja terdapat perbedaan rasio yang
digunakan pada perusahaan non jasa keuangan dengan perusahaan jasa keuangan
(perbankan). Rasio yang digunakan perbankan meliputi likuiditas, rentabilitas, risiko usaha
bank, permodalan, dan efisiensi usaha.
Capital Adequacy Ratio
CAR adalah perbandingan antara modal dan aset tertimbang menurut risiko. Oleh
Bank Indonesia diterjemahkan menjadi KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum).
CAR bertujuan mengukur kecukupan modal bank dalam menyerap kerugian dan pemenuhan
ketentuan KPMM yang berlaku. Bank syariah harus memenuhi kecukupan modalnya
sehingga mencapai kewajiban penyediaan modal minimum Bank sebagaimana ditentukan
oleh ketentuan Bank Indonesia. Ketentuan mengenai batas minimum CAR tersebut dari
waktu kewaktu telah diubah. Untuk pemenuhan ketentuan CAR, Bank wajib menyediakan
modal minimum sebesar 8% (delapan perseratus) dari aktiva tertimbang menurut risiko.
Risiko yang dimaksud adalah Risiko Penyaluran Dana (credit risk) dan Risiko Pasar (Market
risk). Risiko Penyaluran Dana yaitu risiko kerugian yang diderita bank akibat tidak dapat
memperoleh kembali tagihannya atas pinjaman yang diberikan atau investasi yang dilakukan
98
Freddy Rangkuti, Analisis Swot: Teknik Membedah Kasus Bisnis, cet. keempat belas, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka utama, 2006), h. 69 99
Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi Dalam: Perencanaan,
Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 39
62
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Bank, Sedangkan Risiko Pasar adalah risiko kerugian pada posisi neraca dan rekening
administratif akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar.100
Modal bank mempunyai tiga fungsi. Pertama, sebagai penyangga untuk menyerap
kerugian operasional dan kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan
perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan
para deposan. Kedua, sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum pemberian kredit
(pembiayaan). Hal ini merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral, sebagai
regulator, untuk membatasi jumlah pemberian kredit kepada setiap individu nasabah bank.
Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk melakukan diversifikasi kredit
mereka agar dapat melindungi diri terhadap kegagalan kredit dari satu individu debitur.
Ketiga, modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi
tingkat kemampuan bank secara relatif dalam menghasilkan keuntungan.101
Modal terdiri dari modal inti, modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan.
Modal inti terdiri dari modal disetor dan cadangan tambahan modal (disclosed reserve).
Modal Pelengkap terdiri dari selisih penilaian kembali aktiva tetap, cadangan umum dari
penyisihan penghapusan aktiva produktif setinggi-tingginya 1,25% (seratus dua puluh lima
per sepuluhribu) dari aktiva tertimbang menurut risiko, modal pinjaman yang memenuhi
kriteria Bank Indonesia yaitu pinjaman yang didukung oleh instrumen atau warkat, Investasi
Subordinasi setinggi-tingginya sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari modal inti,
peningkatan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual setinggi-tingginya
sebesar 45% (empat puluh lima perseratus). Sedangkan Modal Pelengkap Tambahan dalam
perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum hanya dapat digunakan untuk
memperhitungkan Risiko Pasar.102
ATMR adalah kumpulan aset dalam neraca yang telah dikalikan dengan bobot risiko.
ATMR terdiri dari aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar risiko penyaluran dana
yang pada setiap pos aktiva, beberapa pos dalam daftar kewajiban komitmen dan kontijensi
yang diberikan bobot dan sesuai dengan kadar risiko penyaluran dana yang melekat pada
setiap pos setelah terlebih dahulu diperhitungkan dengan bobot faktor konversi.103 Dalam
menghitung ATMR terhadap masing-masing pos aktiva, Bank Indonesia memberikan
100
Peraturan Bank Indonesia No. 7/13/PBI/2005 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. 101
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, cet. Ketujuh, (Tangerang: Azkia Publisher,
2009), h. 159
102
Peraturan Bank Indonesia No. 7/13/PBI/2005 103
Ibid
63
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
pedoman berupa bobot risiko yang besarnya didasarkan pada golongan nasabah, penjamin,
serta sifat agunan. Sementara itu, untuk kredit-kredit yang penarikannya dilakukan secara
bertahap, maka bobot risiko dihitung berdasarkan besarnya penarikan kredit pada tahap yang
bersangkutan. Cara menghitung lebih lanjut adalah dengan mengalikan nilai nominal aktiva
yang bersangkutan dengan bobot risiko yang diberikan oleh Bank Indonesia. Demikian juga
untuk rekening administratif, ATMR-nya dihitung dengan cara yang sama, yakni dengan
mengalikan bobot dengan nilai nominalnya.104
Berikut langkah-langkah perhitungan modal minimum Bank. ATMR aktiva neraca
diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang bersangkutan dengan bobot
risiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut. ATMR aktiva rekening administratif
diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan
dengan bobot risiko masing-masing pos rekening tersebut. Rasio modal bank (CAR) dihitung
dengan cara membandingkan modal bank (modal inti + modal pelengkap) dengan Total
ATMR. Hasil perhitungan rasio diatas kemudian dibandingkan dengan kewajiban penyediaan
modal minimum yaitu sebesar 8%. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diketahui apakah
bank yang bersangkutan memenuhi ketentuan penyediaan modal minimum bank atau tidak.105
Non Perfoming Financing
Salah satu risiko usaha bank menurut Peraturan Bank Indonesia adalah risiko kredit
yang didefinisikan risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counter party memenuhi
kewajiban. Risiko kredit merupakan risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya
dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Karena berbagai hal, debitur mungkin saja
menjadi tidak memenuhi kewajibannya kepada bank seperti pembayaran pokok pinjaman,
pembayaran bunga dan lain-lain. Tidak terpenuhinya kewajiban nasabah kepada bank
menyebabkan bank menderita kerugian dengan tidak diterimanya penerimaan yang
sebelumnya sudah diperkirakan.106
Rasio NPL (NPF digunakan Bank Syariah) atau rasio kredit bermasalah menunjukkan
bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang
diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas
kredit bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar maka
104
Gunarto Suhardi, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 144. 105
Boy Leon & Sony Ericson, Manajemen Aktiva Passiva Bank Devisa, (Jakarta: Grasindo: 2008), h. 44
106
Sri Susilo, A.Totok Budi Santoso Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Cetakan
Pertama, (Jakarta, Salemba Empat, 1999), h. 94
64
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Pembiayaan dalam hal ini
adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank
lain. NPF dinilai dengan kriteria penilaian peringkat yang terdiri dari peringkat 1 (satu)
hingga peringkat 5 (lima). NPF mendapat Peringkat 1 (satu) jika NPF lebih kecil dari 2%.
NPF mendapat peringkat 2 (dua) jika NPF berkisar antara 2% hingga 5%. Peringkat 3 (tiga)
jika NPF berada diantara 5% hingga 8%. Peringkat 4 (empat) jika NPF berada diantara 8%
hingga 12%. Dan Peringkat yang paling buruk yaitu peringkat 5 (lima) jika NPF lebih besar
dari 12%.107 Kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 5 (lima) golongan yaitu Lancar, Dalam
Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Kategori pembiayaan bermasalah
adalah kualitas pembiayaan yang mulai masuk golongan dalam perhatian khusus sampai
golongan Macet.108
Return On Asset
Return On asset memberikan gambaran tentang kemampuan bank mengoperasikan
harta bank yang dipercayakan kepada mereka untuk mencari keuntungan. Rasio profitabilitas
ini sekaligus menggambarkan efisiensi kerja bank yang bersangkutan. Return On Asset
merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset dalam masa
tertentu dengan jumlah harta yang dimiliki. ROA bertujuan mengukur keberhasilan
manajemen dalam menghasilkan laba. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya
kemampuan bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau
menekan biaya. ROA terbaik Bank Umum Syariah adalah diatas 1,55% yang dalam penilaian
mendapat kriteria penilaian perinkat 1 (satu). Peringkat 2 (dua) ROA berada diantara diatas
1,25% hingga 1,5%. ROA peringkat 3 (tiga) jika ROA berada diantara 0,5% hingga 1,25%.
Peringkat 4 (empat) bila ROA berkisar 0% hingga 0,5% dan Peringkat 5 (lima) bila ROA
berada dibawah 0%.109
Laba merupakan selisih lebih pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi sehubungan
dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut. Laba yang diperoleh perusahaan
adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Jadi pendapatan dan biaya merupakan elemen-
elemen yang dipergunakan untuk mencari besarnya laba. Elemen-elemen ini dikelompokkan
107
Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan
Prinsip Syariah, Lampiran 1b 108
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/9/PBI/2007 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 8/21/PBI/2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah 109
Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan
Prinsip Syariah, Lampiran 1c
65
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
untuk memberikan pengukuran laba yang berbeda-beda yaitu: Laba Bruto, merupakan selisih
antara pendapatan dari penjualan dengan harga pokok penjualan; Laba Usaha, merupakan
selisih antara laba bruto dengan beban usaha; Laba Sebelum Pajak adalah hasil penambahan
laba usaha dengan beban-beban dan pendapatan lain-lain, pos luar biasa dan pengaruh
kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi; Laba Bersih adalah laba setelah dikurangi pajak
penghasilan.110 Perhitungan laba sebelum pajak dengan cara disetahunkan misalkan untuk
posisi Juni yaitu akumulasi laba per posisi Juni dibagi 6 (enam) kemudian dikali 12 (dua
belas). Rata-rata total aset dihitung dengan cara misalkan untuk posisi Juni, seluruh total aset
dijumlahkan mulai dari posisi Januari sampai dengan Juni selanjutnya dibagi 6 (enam). Allah
berfirman didalam Alquran mengenai tiada larangan mengenai orientasi profit dalam Bank
Syariah menjalankan fungsinya. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam Alquran:
Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari
tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah
di Masy'arilharam. dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang
ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar
Termasuk orang-orang yang sesat. (Al-Baqarah [2]: 198)
Rasio Biaya Operasional terhadap Beban Operasional
BOPO bertujuan mengukur efisiensi kegiatan operasional bank syariah. BOPO
dinilai dengan criteria menurut peringkat, dimana peringkat 1 (satu) merupakan penilaian
dengan kriteria terbaik yaitu dengan nilai BOPO dibawah atau sama dengan 83%. BOPO
tergolong dalam kriteria Peringkat 2 (dua) ketika BOPO berada diantara diatas 83% hingga
85%. Peringkat 3 (tiga) jika BOPO berkisar antara diatas 85% hingga 87%. Kriteria
penilaian peringkat 4 (empat) jika BOPO berada diantara diatas 87% hingga 89%.
Sedangkan peringkat terakhir yang merupakan peringkat terburuk bila BOPO berada diatas
89%.111
110
Muhammad Gade, Teori Akuntansi, editor: Desi Kurniyanti; Cet.I (Jakarta: Almahira, 2005), h. 15-
16 111
Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan
Prinsip Syariah, Lampiran 1c
66
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tanggal 24 Januari 2007
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang
selanjutnya dijelaskan melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS disebutkan,
efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan
operasi atau yang sering disebut BOPO. Rasio yang semakin meningkat mencerminkan
kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan
pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien
dalam mengelola usahanya.
Biaya Operasional terdapat dalam Laporan Perhitungan Laba-rugi Bank Umum
Syariah. Pada pos ini dilaporkan seluruh biaya dalam rupiah dan valuta asing yang
dikeluarkan atas kegiatan usaha yang lazim dilakukan oleh bank syariah. Biaya operasional
terdiri dari Beban bonus titipan wadiah, Beban transaksi valuta asing, Biaya perbaikan aktiva
ijarah, Premi, Tenaga Kerja, Pendidikan dan pelatihan, Penelitian dan pengembangan, Sewa,
Promosi, Pajak-pajak (di luar pajak penghasilan), Pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap
dan inventaris, Penyusutan, penurunan nilai surat berharga, lainnya.112
Pendapatan Operasional juga terdapat dalam Laporan Perhitungan Laba-rugi Bank
Umum Syariah. Pada pos ini dilaporkan seluruh pendapatan dalam rupiah dan valuta asing,
baik dari penduduk, maupun bukan penduduk yang merupakan hasil dari kegiatan yang lazim
sebagai usaha bank syariah. Pendapatan operasional disajikan setelah dikurangi dengan bagi
hasil untuk investor dana investasi tidak terikat. Pendapatan Operasional terdiri dari
Pendapatan dari penyaluran Dana dan Pendapatan Operasional Lainnya.
Financing to Deposit Ratio
FDR adalah Rasio Pembiayaan dalam rupiah terhadap DPK dihitung dengan
membandingkan jumlah pembiayaan terhadap DPK pada akhir masa laporan pada 2 (dua)
masa laporan sebelumnya. Informasi mengenai Pembiayaan dan DPK diperoleh dari data
Pembiayaan dan DPK yang disampaikan Bank kepada Bank Indonesia sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia tentang Laporan berkala BankUmum. DPK (Dana Pihak Ketiga)
adalah kewajiban kepada pihak ketiga bukan bank, baik kepada penduduk maupun bukan
penduduk yang terdiri dari giro, simpanan berjangka, tabungan dan kewajiban-kewajiban
112
Veithzal Riva‟i dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 658-660
67
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
lainnya.113 Tabungan, seperti simpanan dari sektor manusia lain adalah berdasarkan motivasi
tertentu, sebagaimana firman Allah:114
Artinya: Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan
rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut
membelanjakannya”. Dan adalah manusia itu sangat kikir. (Al-Isra [17]: 100)
Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
(Ali Imran [3]: 14)
Tingginya angka FDR dapat berpotensi menaikkan laba bank, namun hal itu tetap
harus diiringi dengan sikap hati-hati dalam penyaluran pembiayaan agar kelak tidak
menimbulkan permasalahan pembiayaan macet yang justru akan dapat menurunkan laba
bank.
C. HASIL ANALISIS REGRESI BERGANDA
Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode regresi dan dihitung
dengan menggunakan program Eviews (Econometric Views). Berdasar output Eviews
tersebut secara parsial pengaruh dari keempat variabel independen yaitu Capital Adequacy
Ratio, Non Performing Financing, BOPO dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return
113
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/21/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah dan
Valuta Asing Bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. 114
Veithzal Riva‟i dan Andi Buchari, Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi Tetapi Solusi,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 497.
68
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
On Asset ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Hasil Perhitungan Regresi Dependent Variable: ROA?
Method: Pooled Least Squares
Date: 24/03/13 Time: 14:14
Sample: 2010Q2 2012Q3
Included observations: 10
Cross-sections included: 7
Total pool (balanced) observations: 70 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 7.806770 0.549510 14.20679 0.0000
CAR? -0.007329 0.005771 -1.269964 0.2100
NPF? -0.034907 0.118668 -0.294155 0.7699
BOPO? -0.061054 0.002200 -27.75785 0.0000
FDR? -0.007910 0.003677 -2.151018 0.0363
Cross-section fixed (dummy variables)
Period fixed (dummy variables) R-squared 0.967797 Mean dependent var 1.034714
Adjusted R-squared 0.955559 S.D. dependent var 2.180641
S.E. of regression 0.459700 Akaike info criterion 1.518470
Sum squared resid 10.56619 Schwarz criterion 2.160897
Log likelihood -33.14645 Hannan-Quinn criter. 1.773650
F-statistic 79.08597 Durbin-Watson stat 1.507632
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data sekunder yang diolah
Persamaan Regresi di atas mempunyai makna sebagai berikut: Koefisien regresi X1
atau untuk variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah sebesar -0.007. Koefisien regresi
X2 atau untuk variabel NPF adalah sebesar -0,035. Koefisien regresi X3 atau untuk variabel
BOPO adalah sebesar -0,061. Koefisien regresi X4 atau untuk variabel Financing to Deposit
Ratio (FDR) adalah sebesar -0,008. Nilai t-statistic yang negatif menunjukkan bahwa Capital
Adequacy Ratio, NPF, BOPO, dan Financing to Deposit Ratio berpengaruh negatif terhadap
Return On Asset (ROA).
D. PENUTUP
Variabel Financing to Deposit Ratio dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah.
Kenaikan rasio Financing to Deposit Ratio dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional maka akan berakibat turunnya Return On Asset. Semakin besarnya pembiayaan
yang diberikan seharusnya akan meningkatkan laba Bank umum Syariah, akan tetapi tingkat
pembiayaan bermasalah Bank Umum Syariah yang tinggi mengakibatkan buruknya kualitas
pembiayaan yang pada akhirnya laba yang akan diperoleh semakin kecil karena pembiayaan
69
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
tidak optimal, Sehingga kinerja keuangan bank akan memburuk. Begitu pula dengan Rasio
efesiensi operasional, semakin rendah rasio BOPO, maka kegiatan operasional bank tersebut
akan semakin efisien. Bila semua operasional kegiatan yang dilakukan bank berjalan secara
efisien, maka laba yang akan didapat juga semakin besar yang pada akhirnya akan
meningkatkan kinerja keuangan bank tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, cet. Ketujuh. Tangerang: Azkia
Publisher, 2009.
Gade, Muhammad. Teori Akuntansi, editor: Desi Kurniyanti; Cet.I, Jakarta: Almahira, 2005.
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan, ed.1, cet.4. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Leon , Boy & Sony Ericson, Manajemen Aktiva Passiva Bank Devisa, Jakarta: Grasindo:
2008
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 Tentang Transparansi kondisi keuangan
bank.
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/21/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum Dalam
Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor. 7/13/PBI/2005 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/9/PBI/2007 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum
yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
Rangkuti, Freddy. Analisis Swot: Teknik Membedah Kasus Bisnis, cet. 14. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka utama, 2006.
Riva‟i, Veithzal dkk, Bank and Financial Institution Management, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007
Riva‟i, Veithzal dan Andi Buchari, Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi Tetapi
Solusi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Simamora, Henry. Akuntansi:Basis Pengambilan Keputusan, Jilid Dua. Jakarta: Salemba
Empat, 2000.
Syamsuddin, Lukman. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi Dalam:
Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000.
Suhardi, Gunarto. Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 2003
Surat Edaran No. 9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah
Susilo, Sri A.Totok Budi Santoso Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lain,
Cetakan Pertama, Jakarta, Salemba Empat, 1999.
71
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP EARNING MANAGEMENT PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI Azhar
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Teungku Dirundeng Meulaboh
Email: [email protected]
Abstract
This study aimed to determine the effect of good corporate governance against earnings
management in companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2007 to 2009. This
study also aims to determine the benchmarks which have the most influence on earnings
management significant. The data used are from the annual reports of each company's
sample. Analytical methods that are used in this research is quantitative methods, the
classical assumption test, as well as statistical analysis of the linear regression analysis
regression. Sampling methods that are used are purposive sampling. Results of this study was
the third independent variable has no effect on earnings management partia , but having an
effect simultaneously. This suggests that good corporate governance is proxied into
managerial ownership, the proportion of board and audit committee is not an indicator that
the effect on the determination of the profit management .
Keywords: Management, Good Corporate Governance.
مستخلصضد إدارة األرباح يف الشركات ادلدرجة يف اندونيسيا ىدفت ىذه الدراسة إذل حتديد أثر احلوكمة اجليدة للشركات
. هتدف ىذه الدراسة أيضا إذل حتديد ادلعايري اليت ذلا التأثري األكرب على إدارة ٠٢٢٥-٠٢٢٧لالوراق ادلالية ها الطرق التحليلية اليت يتم استخدام .األرباح كبرية. البيانات ادلستخدمة ىي من التقارير السنوية لعينة لكل شركة
يف ىذا البحث ىو األساليب الكمية، واختبار االفًتاض التقليدي، فضال عن التحليل اإلحصائي لتحليل االحندار اخلطي االحندار. طرق أخذ العينات اليت يتم استخدامها ىي أخذ العينات ىادف. وكان من نتائج ىذه الدراسة
ية، ولكن ذلا تأثري يف وقت واحد. وىذا يشري إذل أن ادلتغري ادلستقل الثالث لو أي تأثري على أرباح إدارة جزئحوكمة الشركات اجليدة ىي بروكسي يف ملكية اإلدارية، نسبة اجمللس وجلنة مراجعة احلسابات ليست مؤشرا على
.أن التأثري على عزم إدارة الربح
A. PENDAHULUAN
Dalam hubungan keagenan terjadi permisahan kepemilikan antara pemilik perusahan
(principal) dan pengelola perusahaan (agent). Dengan pemisahan ini, pemilik perusahaan
memberikan kewenangan pada pengelola untuk pengurus jalannya perusahaan, seperti
mengelola dana dan mengambil keputusan perusahaan lainnya untuk dan atas nama pemilik.
dengan kewenangan yang dimiliki ini, mungkin saja pengelola tidak bertindak yang terbaik
untuk kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest) antara
72
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
pemilik dan pengelola. Diasumsikan bahwa pemilik dan pengelola cenderung berusaha untuk
memaksimumkan kesejahteraan masing–masing sehingga ada kemungkinan jika pengelola
tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik dari pemilik. Pengelola cenderung untuk
bertindak memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak
lain.
Adanya pemisahan kepemilikan antara pengelola dan pemilik mengakibatkan pemilik
membebankan tanggung jawab kepada pengelola untuk melaporkan kinerja perusahaan
dalam bentuk laporan keuangan, dimana laporan keuangan menunjukkan apa yang telah
dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atau sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan yang dapat
menyebabkan terjadinya perbedaan kepentingan adalah informasi mengenai laba, karena
informasi mengenai laba sering digunakan sebagai dasar untuk pembuatan keputusan oleh
berbagai pihak yang berkepentingan, misalnya digunakan sebagai dasar untuk memberikan
bonus kepada manajer, menghitung penghasilan kena pajak dan terutama sebagai kriteria
penilaian kinerja manajemen perusahan.115
Namun demikian, seringkali para pengguna informasi laba yang menggunakan laba
sebagai kriteria dalam penilaian kinerja manejemen tidak mempertimbangkan prosedur yang
digunakan dalam menghasilkan informasi tersebut, sehingga mendorong menajer untuk
melakukan manajemen laba.116 Manajemen laba (eanings management) merupakan
manipulasi terhadap laba yang dilakukan pihak manajemen untuk mencapai tujuan–tujuan
tertentu. Manipulasi dilakukan agar laba tampak sebagaimana yang diharapkan. Ada
kecenderungan agen melakukan pengelolaan terhadap laba (earnings management), yaitu
intervensi manajemen (agent) dalam proses penyusunan pelaporan keuangan sehingga dapat
menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sebagai usaha dari agen untuk memaksimalkan
kepentingannya.
Corporate governance merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai
keberhasilan kegiatan bisnis karena corporate governance merupakan sebuah sistem untuk
mengontrol dan mengarahkan perusahaan. Menurut sriwedari, corporate gorvernance
merupakan suatu makanisme yang digunakan oleh suplier keuangan untuk melakukan kontrol
terhadap manajer guna memastikan bahwa suplier keuangan perusahan memperoleh
pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer.
115
Siti Munfiah Hidayati dan Zulaikha. 2003, Analisis Perilaku Earning Management Smoothing: A
Positive Accounting Approach. Journal of Business Finance and Accounting.Vol.2l. h. 791-811. ' 116
Tuti Sriwedari. 2009. Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja
Keuangan Perusahaan Manufaktur di. Bursa Efek Indonesia, Tesis Universitas Sumatera Utara, Medan.
73
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Di indonesia, isu corporate governance muncul setelah terjadinya krisis ekonomi
tahun 1997 sebagai reaksi atas perilaku para pengelola perusahaan yang tidak
memperhitungkan stakeholder-nya.117 Krisis ekonomi memberi pelajaran berharga bahwa
pembangunan yang dipacu selama ini tidak didukung dengan struktur ekonomi yang kokoh.
Hampir semua pengusaha besar menjalankan roda bisnis dengan menejemen yang acak–
acakan dan sarat dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang
menghendaki agar pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek korupsi,
kolusi, dan nepotisme, yang secara politis lebih dikenal dengan istilah KKN, dan selanjutnya
diharapkan mampu mengelola usaha secara terbuka, adil dapat dipertanggunggungjawabkan
dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.118 Untuk mewujudkan harapan tersebut,
diperlukan perubahan sikap secara bersama–sama dan berperilaku sesuai dengan harapan itu,
agar dapat bangkit kembali dari kemelut krisis, sikap bersaing menghadapi era globalisasi
dan dapat meningkatkan kesejahteraan bersama. Dalam dunia bisnis, hal tersebut dapat
direalisasikan melalui implementasi good corporate yang menjadi landasan pengelolaan
usaha yang sehat, agar harapan para stakeholders dapat dipenuhi secara keseluruhan.
Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia seperti kasus salah saji laporan keuangan yang
terjadi pada PT Kimia Tbk. Pada tahun 2002 ditemukan penggelembungan laba bersih pada
laporan keuangan PT. Kimia Farma tahun buka 2001. Hal tersebut berawal dari temuan
akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mostofa (HTM) soal ketidakwajaran dalam laporan
keuangan kurun semester 1 tahun 2001. Mark up senilai Rp 32,7 Milyar, karena dalam
laporan keuangan yang seharusnya laba Rp.99,6 Milyar ditulisnya Rp 132,3 Milyar, dengan
nilai penjualan bersih Rp1,42 trilyun. Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal
mengungkapkan tentang kasus PT. Kimia Farma dan berhasil memperoleh buktinya. Sesuai
pasal 5 huruf N UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal maka direksi lama PT Kimia
Farma periode 1998 – juni 2002 diwajibkan membayar denda sejumlah Rp.1 miliyar untuk
disetor atas negara karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan
keuangan per 31 Desember 2001. Selain kasus itu, PT Lippo Tbk juga pernah mengalaminya,
kasus ini berawal dari deteksi adanya manipulasi dalam laporan keuangan yang diterbitkan
perusahaan tersebut. Akibatnya, reputasi akuntan publik jadi tercoreng di mata masyarakat
117
Harmanto Edy Jatmiko. 2001. Saatnya Menjadi Perusahaan Terpercaya. Sw asembada. No.
19/XVII. 118
Parwoto Wignjohartojo. 2001. Good Corporate Governance: Implementasi beserta Implikasi dan
Masa Depannya. Majalah Ekonomi. Tahun XI No.1.
74
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
dan para investor mulai meragui informasi berupa laporan keuangan yang disajikan
manajemen.
B. GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Good Corporate Governance adalah seperangkat aturan yang mengatur hubungan
antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak–hak dan
kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan. Good Corporate Governance didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan
prinsip-prinsip antara lain Fairness, transparency, accountability dan responsibility yang
mengatur hubungan antar pemegang saham, manajemen, direksi dan komisaris, kreditur ,
karyawan serta stakeholders lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-
masing pihak.
Wujud good governance adalah penyelenggaraan pemerintah negara yang solid dan
bertanggung jawab, serta efesien dan efektif, dengan menjaga “kesinergian“ interaksi yang
konstruktif diantara domain negara, sektor swasta dan masyarakat. Sementatra tujuan dari
Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan. Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan
beberapa manfaat berikut ini:119
1. Menciptakan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan
yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih
meningkatkan pelayanan kepada stakeholders .
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih
meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
meningkatkan stakeholders value dan deviden.
Pelaksanaan good corporate governance dilakukan dengan menggunakan prinsip-
prinsip yang berlaku secara internasional. Prinsip-prinsip dasar ini diharapkan menjadi
rujukan bagi para regulator (pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan good
corporate governance. Prinsip-prinsip dasar penerapan good corperate governance yang
dikemukakan oleh Forum For Corporate Governance in Indonesia adalah sebagai berikut :
119
Muhammad Ma'ruf. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba pada
Perusahaan Go Publik di BEI. Tesis Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
75
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
a. Fairness (Kewajaran)
Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama pada pemegang saham
minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta
melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham orang dalam (insider
trading).
b. Transparency (Transparansi)
Hak–hak pemegang saham yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat waktu
mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan
mengenai perusahaan–perusahaan yang mendasar atas perusahaan dalam memperoleh
bagian dari keuntungan perusahaan.
c. Accoutability (Akuntabilitas)
Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif berdasarkan balance of
power antara manajer, pemegang saham, dewan komisaris dan auditor.
d. Responsibility (Responsibilitas)
Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja
sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam menciptakan
kesejahteraan.
e. Indenpendency (Indenpendensi)
Indenpendensi yaitu pengelolaan perusahaan secara profesional tanpa pengaruh/
tekanan dari pihak manapun sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara
objektif. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya
sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling
mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain sehingga
terwujud sistem pengendalian internal yang efektif.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan yang
menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan
maka manajemen akan beruapaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham
yang juga adalah dirinya sendiri.
Proporsi dewan komisaris memegang peranan penting dalam Implementasi good
corperate governance karena merupakan inti dari good corperate governance yang bertugas
76
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Untuk menjamin pelaksanaan good
corporate governance diperlukan anggota dewan komisaris yang memiliki integritas,
kemampuan tidak cacat hukum dan tidak memiliki hubungan bisnis ataupun hubunngan
lainnya dengan pemegang saham pengendali (mayoritas) baik secara langsung maupun tidak
langsung. Masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahan meningkatkan
efektifitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan
keuangan. Komposisi dewan komisaris lebih penting untuk mengurangi terjadinya
kecurangan pelaporan keuangan, daripada kehadiran komite audit.
Komite Audit
Sesuai dengan Kep.29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh
dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan
komite audit sangat penting bagi pengelola perusahaan. Komite audit merupakan komponen
baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai
penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam
mengenai masalah pengendalian. Berdasarkan surat Edaran BEJ,SE-008/BEJ/12-2001,
keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite
audit. Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota
komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan
tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris
indenpenden harus berasal dari pihak eksternal yang independen seperti diatur dalam Kep-
29/PM/2004 yang merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite
audit. Tugas komite audit antara lain:
a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan ,
seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya.
b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-
undangan dibidang pasar modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang
berhungan dengan kegiatan perusahaan.
c. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor imternal.
d. Melaporkan kepada komisaris berbagai resiko yang dihadapi perusahaan dan
pelaksanaan manajemen resiko oleh direksi
e. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang
berkaitan dengan emiten.
f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.
C. MANAJEMEN LABA
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses
pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Manajemen
77
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Beberapa
pihak yang berpendapat bahwa manajemen laba merupakan perilaku yang tidak dapat
diterima, mempunyai alasan bahwa manajemen berarti suatu pengurangan dalam informasi
laporan keuangan. Investor mungkin tidak menerima informasi yang cukup akurat mengenai
laba untuk mengevaluasi return dan resiko portopolionya.
Teknik dan pola manajemen laba dapat dilakukan tiga teknik, yaitu :
1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi cara manajemen
mempengaruhi laba melalui perkiraan terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi
tingkat piutang tak tertagih, amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan
lain-lain.
2. Mengubah metode akuntansi, Perubahan meetode akuntansi yang digunakan mencatat
suatu transaksi, contoh: merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi
angka tahun ke metode deprisiasi garis lurus.
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan, Contoh rekayasa periode biaya atau
pendapatan antara lain: Mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda
pengeluaran informasi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman
produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.
Motivasi untuk melakukan manajemen laba antara lain: (1) memenuhi target internal
(target laba, target penjualan); (2) memenuhi harapan eksternal (stakeholder); (3) meratakan
atau memuluskan laba (income smoothing); mendandani angka laporan keuangan untuk
penjualan saham perdana (IPO) atau memperoleh pinjaman. Manajemen laba menjadi
menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam
melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya keyakinan
munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan yang
dilaporkan. Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data
atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi
(accouting methods) untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang
diperkenankan menurut accouting regulations.120
D. PENGUJIAN HIPOTESIS
120
T.A Gumanti, Earning Management Dalam Penawaran Pasar Perdana di Bursa Efek Jakarta,
Artikel Ilmiah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi III, Jakarta, 2000, h. 33
78
JURNAL AT-TASYRI’ VOL. III, No. 1
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen dalam
model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dalam penelitian
ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Untuk menguji apakah hipotesis yang
diajukan diterima atau ditolak, digunakan uji t (t-test) dan uji F (F-test). Dari hasil pengujian
asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah
memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan layak
dilakukan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data program SPSS 17,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Hasil Analisis Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
I (Constant)
Kepemilikan Manajerial
Proporsi Dewan Komisaris
Komite Audit
-5.172
-.147
-1.789
-.167
1.292
.0,65
.761
1.057
-.368
-.385
-.02
4.002
-2250
-2.352
-.158
.000
.033
.027
.876
Dependent Variable: manajemen laba
Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna:
1. Konstanta sebesar -5,172 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen
(X1 = 0, X2 = 0, X3 = 0) maka manajemen laba sebesar -5,172.
2. B1 sebesar -0,147 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari laba akuntansi sebesar l%
akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -0,147.
3. B2 sebesar -1,789 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari laba akuntansi sebesar 1%
akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -1,789.
4. B3 sebesar -0,167 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari laba akuntansi sebesar l%
akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar-0,167.
79
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
Koefisien Determinasi
Dalam uji ini regresi dianalisis pula besarnya koefisien determinasi (R2). Koefisien
determinasi (R2) ini digunakan untuk mengukur dan mengetahui persentase pengaruh variabel
independen terhadap perubahan variabel dependen. Jika nilai R2 mendekati I maka dapat
dikatakan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam model regresi tersebut dalam
menerangkan variasi variabel terikatnya. Sebaliknya, semakin kecil nilai R2, maka
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu nilai R square akan meningkat
setiap ada penambahan satu variabel independen meskipun variabel independen tersebut tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Model summary
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .560a .313 .234 1.07410 2.254
a. Predictors: (consant), Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, Komisaris lndependen
b. Dependent Variable: manajemen laba
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS l7, 20ll
Nilai Adjusted R Square pada tabel diatas sebesar 0,234. Hal ini menunjukkan bahwa
23% variabel manajemen laba dapat dijelaskan variabel yang ada yaitu kepemilikan
manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit sedangkan sisanya 76,6% (l00%-
23,4%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
Uji parsial (Uji T)
uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel
independennya. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
I (Constant)
KepemilikanManajerial
Proporsi Dewan Komisaris
KomiteAudit
-5.172
-.147
-1.789
-.167
1.292
.0,65
.761
1.057
-.368
-.385
-.02
4.002
-2250
-2.352
-.158
.000
.033
.027
.876
a.Dependent Variable: Manajemen laba
Dari tabel diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Nilai thitung untuk variabel kepemilikan manajerial = -2,250 sedangkan nilai ttabel pada
tingkat keyakinan 95% adalah sebesar 2,042 berarti thitung < ttabel atau -2,250 < 2,042,
80
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
sedangkan nilai signifikansi = 0,033 dengan (a) = 0,05 berarti nilai signifikansi < 0,05
atau 0,033 < 0,05. Karena thitung < ttabel dan signifikansi < 0,05 maka H0 diterima,
artinya kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba.
2. Nilai thitung untuk variabel proporsi dewan komisaris independen = -2,352, sedangkan
nilai ttabel pada tingkat keyakinan 95% adalah sebesar 2,042 berarti thitung < ttabel atau -
2,588 < 2,042; sedangkan nilai signifikansi = 0,027 dengan (a) = 0,05 berarti nilai
signifikansi < 0,05 atau 0,027 < 0,05. Karena thitung > ttabel dan signifikansi < 0,05
maka H0 ditolak, artinya komposisi dewan komisaris independen tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap manajemen laba.
3. Nilai thitung untuk variabel komite audit= -0,158 sedangkan nilai ttabel pada tingkat
keyakinan 95% adalah sebesar 2,042 berarti thitung < ttabel atau - 0,158 < 2,042;
sedangkan nilai signifikansi: 0,876 dengan (a) : 0,05 berarti nilai signifikansi > 0,05
atau 0,876 > 0,05. Karena thitung < ttabel dan signifikansi > 0,05 maka H0 diterima,
artinya komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.
Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian variabel penelitian secara parsial diatas tidak ada satupun
variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil
penelitian tidak ada satupun hipotesis yang dapat diterima. Adjusted Square menunjukkan
mekanisme Good Corporate Governance berpengaruh kecil terhadap manajemen laba yaitu
sebesar 23,4% saja, sedangkan sisanya yaitu sebesar 76,6 dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini. Variabel independen yaitu kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. Hal ini sesuai dengan
signifikansi t sebesar 0,033 yang lebih kecil dari 0,05.
Dari hasil pengujian variabel penelitian secara parsial, didapati bahwa variabel
independen yaitu proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
yaitu manajemen laba. Hal ini sesuai dengan signifikansi t sebesar 0,027 yang lebih kecil dari
0,05. Hal ini dikarenakan krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada tahun 2007-2009
sehingga menyebabkan para anggota dewan komisaris tidak memberikan informasi dan
perkembangan penting perusahaan secara cepat dan transparan. Perekonomian Indonesia
berada dalam krisis moneter seperti yang dialami oleh perusahaan manufaktur pada tahun
2007-2009 sehingga para anggota dewan komisaris memberikan isu-isu dan perkembangan
penting perusahaan secara cepat dan transparan. Dari hasil pengujian variabel penelitian
81
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
secara parsial juga, didapati bahwa variabel independen yaitu proporsi komite audit tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. Hal ini sesuai dengan
signifikansi t sebesar 0,876 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini dikarenakan krisis ekonomi
yang dialami Indonesia pada tahun 2007-2008 sehingga menyebabkan para anggota komite
audit tidak dapat memastikan identifikasi resiko bisnis, pengawasan operasional yang efektif
dan efisien, kualitas informasi manajemen keuangan, dan kepatuhan perusahaan terhadap
ketentuan.
Periode yang digunakan dalam penelitian, dimana pada tahun 2003-2006 kondisi
perekonomian Indonesia berada dalam krisis moneter seperti yang dialami oleh perusahaan
manufaktur pada tahun 2007-2009 sehingga para anggota komite audit dapat memastikan
identifikasi resiko bisnis, pengawasan operasional yang efektif dan efisien, kualitas informasi
manajemen keuangan, dan kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan. Hasil pengujian
variabel penelitian secara simultan, bahwa mekanisme GCC yang diproksikan dalam
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit secara bersama-sama
berpengaruh terhadap manajemen laba.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel good corporate governance yang
diproksikan kedalam kepemilikan manajerial (Xl) tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
2. Hasil penguiian menunjukkan bahwa variabel good corporote governance yang
diproksikan kedalam proporsi dewan komisaris (X2) tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel good corporate governance yang
diproksikan kedalam komite audit (X3) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
4. Secara simultan, hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
antara kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit
berpengaruh secara bersama-sama terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
82
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
DAFTAR PUSTAKA
Gumanti, T.A., Earning Management Dalam Penawaran Pasar Perdana Di Bursa Efek
Jakarta, Artikel Ilmiah Di presentasikan Dalam Simposium Nasional Akuntansi III,
Jakarta, 2000.
Harmanto Edy Jatmiko. 2001. saatnya Menjadi Perwahaan Terpercaya. Swasembada. No. 1
9/XVII.
Hidayati, Siti Munfiah dan Zulaikha. 2003, Analisis Perilaku Earning Management
Smoothing: A Positive Accounting Approach. Journal of Business Finance and
Accounting.Vol.2l. h. 791-811.
Ma'ruf, Muhammad. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba
pada Perusahaan Go Publik di BEI. Tesis Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Indonesia, Yogyakana.
Sriwedari, Tuti 2009. Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba dan
Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di. Bursa Efek Indonesia, Tesis
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Wignjohartojo, Parwoto. 2001. Good Corporate Governance: Implementasi beserta Implikasi
dan Masa Depannya. Majalah Ekonomi. Tahun XI No.1.
83
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
PENGARUH INCOME SMOOTHING (PERATAAN LABA)
TERHADAP EARNING RESPONSE (REAKSI PASAR)
PERUSAHAAN MANUFAKTUR PADA
PT. DANA REKSA SEKURITAS Dalmaisyah Gea
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara
Email: [email protected]
Abstract
This study analyzed the effect of income smoothing measures (income smoothing) the market
reaction on companies listed onthe Indonesia Stock Exchange in which there is no PT.
Danareksa. This research is quantitative causality categorized in there search study presents
descriptions reveal his relationship between variables are expressed in the figures. Based on
the results of the study as described above, it can be concluded that the market reaction to
earnings announcements are determined by cumulative abnormal return during the period of
observation of the companies that perform income smoothing the result that the market
reactions that occur during the observation period did not give a significant positive effect
and will instead give reaction in companies that do not perform income smoothing.
Keyword: Income smoothing, Marker reaction
مستخلص
حللت ىذه الدراسة تأثري التدابري جتانس الدخل )الدخل جتانس( رد فعل السوق على الشركات ادلدرجة يت إتش ىذا البحث ىو السببية الكمي ادلصنفة يف البحث ىناك دراسة ويعرض أوصاف إي اندونيسيا أوراق ادلالية.
تكشف يتم التعبري عن عالقتو بني ادلتغريات يف األرقام. واستنادا إذل نتائج الدراسة على النحو ادلبني أعاله، فإنو بيعية خالل فًتة ادلراقبة ميكن استنتاج أن رد فعل السوق إلعالنات األرباح ىي اليت حتدد العائد الًتاكمي غري ط
للشركات اليت تؤدي الدخل جتانس ونتيجة لذلك ردود فعل السوق اليت حتدث أثناء دل فًتة ادلالحظة ال تعطي .تأثري إجيايب كبري وسوف تعطي بدال من ذلك رد فعل يف الشركات اليت ال تؤدي جتانس الدخل
A. PENDAHULUAN
Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan
keuangan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal. Informasi laba
84
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja
manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representative dalam jangka
panjang dan menaksir resiko investasi atau meminjamkan dana.1
Pernyataan tersebut senada dengan defenisi yang tertuang dalam Statement of
Financial Accounting Concept (SFAC) No 1 yang juga menyebutkan bahwa informasi laba
pada umumnya merupakan faktor penting dalam menaksir kinerja atau pertanggung jawaban
manajemen dan informasi laba tersebut membantu pemilik atau pihak lain melakukan
penaksiran atas “earning power” perusahaan di masa yang akan datang.
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mempunyai karakteristik utama
mengolah sumber daya menjadi barang jadi melalui proses pabrikasi. Perusahaan manufaktur
termasuk emiten terbesar dari seluruh perusahaan yang listing di BEI. Dalam hal ini peneliti
melakukan penelitian di Dana Reksa yang memiliki fungsi yang sama dengan BEI. Selama
tahun 2008 sampai dengan 2010 jumlah emiten yang ada pada industri manufaktur sebanyak
79 perusahaan, angka ini menunjukkan bahwa perusahaan mendominasi sekitar 60% dari
seluruh perusahaan di PT. Danareksa.
Perusahaan manufaktur sebagai emiten terbesar mempunyai peluang yang besar
dalam memberikan kesempatan bagi para pelaku pasar atau investor untuk berinvestasi. Hal
ini menjadikan perusahaan manufaktur selalu mendapat perhatian dan sorotan para pelaku
pasar. Harga saham di sana mengalami perubahan yang cukup dinamis. Saham-sahamnya
banyak yang aktif diperjual belikan di pasar sekunder. Pengumuman laba perusahaan juga
merupakan informasi penting yang mencerminkan nilai perusahaan bagi pelaku pasar.
Dari deskriptif mengenai perusahaan manufaktur perusahaan tersebut penulis
berasumsi bahwa tidak menutup kemungkinan terdapat indikasi manajemen dari beberapa
perusahaan manufaktur melakukan tindakan perataan laba. Hal tersebut dapat dilihat dari
laporan laba rugi dari beberapa perusahaan yang menunjukkan besarnya laba yang relatif
stabil dari tahun ke tahun. Perubahan harga yang cukup dinamis juga bisa membuka peluang
bagi pihak manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba dengan melakukan Income
Smoothing.
Perusahaan manufaktur merupakan emiten terbesar di Dana Reksa maka perlu adanya
penelitian yang meneliti tindakan income smoothing khusus pada perusahaan manufaktur.
Tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur tentunya akan membawa
dampak terhadap reaksi pasar. Sesuai dengan uraian tersebut maka penelitian ini akan
menganalisis dan mengkaji seberapa besar reaksi pasar (earning respone) yang ditimbulkan
85
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
dari income smoothing dengan mengambil perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar
di PT. Danareksa sebagai lokasi penelitiannya.
B. INCOME SMOOTHING
Tindakan perataan laba dapat didefinisikan sebagai suatu sarana yang digunakan
manajemen untuk mengurangi variabilitas urutan, pelaporan laba relatif terhadap beberapa
urutan target yang terlihat karena adanya manipulasi variable-variabel akuntansi semu
(artificial smoothing) atau transaksi riil (real smoothing).
Menurut Poll, smoothing of income is a way of removing volatility in earnings by
leveling off the earnings peaks and raising the valleys. Sedangkan defenisi income smoothing
menurut bealkoui menyatakan bahwa perataan laba merupakan normalisasi laba yang
dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau tingkat yang diinginkan.121
Defenisi lain dari Perataan laba dapat kita ketahui dari Beidelman yakni perataan laba
yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan atau
memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu
perusahaan. Dalam pengertian ini perataan merepresentasikan suatu bagian upaya yang
diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat, dengan alasan untuk
meningkatkan persepsi pihak eksternal mengenai kinerja manajemen, peningkatan hubungan
kreditur, investor dan pekerja.122
Selain itu, menurut Syofyan Harahap bahwa perataan laba adalah upaya yang
dilakukan oleh manajemen untuk menstabilkan laba, dalam arti laba yang stabil itu terjadi
jika tidak banyak fluktuasi atau variance dari satu periode ke periode lain dan dinilai sebagai
prestasi yang baik. Menurutnya tidak semua praktik Income Smoothing dianggap sebagai
pekerjaan haram sepanjang dibuat secara transparan dan pada hakikatnya hasilnya sama
dalam jangka panjang.123
Dalam hal ini perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk
mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diizinkan dalam praktek akuntansi
dan prinsip manajemen yang wajar. Ada dua alasan dalam manajemen meratakan laba yakni,
pertama berdasar pada asumsi bahwa suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung deviden
dengan tingkat yang lebih tinggi dari pada suatu aliran laba yang variabel sehingga
121Belkaoui, Ahmed Riahi. Accounting Theory Teori Akuntansi Buku Dua ed. 5 (Jakarta:
Salemba Empat, 2007), h. 192
122Siti Aisjah, Hubungan Income Smoothing Dengan Reaksi Pasar Atas Event Pengumuman Laba
Perusahaan Yang Terdaftar Di BEJ, Jurnal Aplikasi Manajemen 3, 2 (Agustus 2005), h. 49 123
Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), h. 245
86
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan
turunnya tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan. Kedua berkenaan pada perataan
kemampuan untuk melawan hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan juga
akan menurunkan korelasi antara ekspektasi pengembalian perusahaan dengan pengembalian
fortofolio pasar. Hal tersebut merupakan hasil dari kebutuhan manajemen untuk menetralisir
ketidakpastian lingkungan dan menurunkan fluktuasi yang luas dalam kinerja operasi
perusahaan terhadap siklus waktu baik maupun waktu buruk yang berganti-ganti. Manajemen
laba berbeda dengan kecurangan. Perbedaan tersebut terletak pada tingkat kepatuhan
terhadap standar akuntansi. Manajemen laba merupakan rekayasa pelaporan keuangan dalam
batas-batas tertentu yang tidak melanggar standar laporan keuangan. Hal ini dilakukan oleh
manajemen dengan memanfaatkan wewenangnya dalam memilih metode akuntansi yang
diizinkan oleh standar. Sedangkan kecurangan dalam pelaporan keuangan merupakan upaya
manajemen untuk menyembunyikan atau memanipulasi sebagian atau seluruh informasi
keuangan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Keadaan ini telah terjadi dalam perusahaan di mana banyak manajemen yang melakukan
kecurangan pada saat menggunakan wewenangnya yang tidak sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku.
Konsep perataan laba mengansumsikan bahwa investor adalah orang yang menolak
resiko dan manajer yang menolak resiko terdorong untuk melakukan perataan laba, demikian
juga dalam hubungannya dengan kreditur, manajer lebih menyukai alternatif yang
menghasilkan perataan laba.124
Sedangkan menurut Bidleman menyatakan bahwa manajemen melakukan perataan
laba untuk menciptakan suatu aliran laba yang stabil dan mengurangi covariance dan return
dengan pasar. Menurut Barnea et. Al menyatakan bahwa manajer melakukan perataan laba
untuk mengurangi fluktuasi dalam laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan
investor untuk memprediksi aliran kas di masa yang akan datang. Namun di lain pihak
menurut Dye menyatakan pemilik mendukung perataan laba karena adanya motivasi internal
dan motivasi eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk
meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktek
manajemen laba. Motivasi eksternal ditujukan oleh usaha pemilik saat ini untuk mengubah
124
Muhammad Khafid, Analisis Income Smoothing : Pengaruhnya Terhadap Reaksi Pasar Dan Risiko
Investasi Pada Perusahaan Public Di Indonesia,” (Tesis MA, UNDIP, Semarang, 2002), h. 3
87
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
persepsi investor prospektif atau potensial terhadap nilai perusahaan.125Ada tiga batasan yang
mungkin mempengaruhi para manajer untuk melakukan perataan laba adalah :
(1) Mekanisme pasar yang kompetitif sehingga mengurangi jumlah pilihan yang tersedia
bagi manajemen
(2) Skema kompensasi manajemen yang terhubung langsung dengan kinerja perusahaan
(3) Ancaman penggantian manajemen.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi Income Smoothing sangat beragam di
antaranya ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor industri, harga saham, leverage operasi,
rencana bonus dan kebangsaan. Jika dipandang dari sisi manajemen, menurut Hepwort
menyatakan bahwa manajer termotivasi melakukan perataan laba atau penghasilan pada
dasarnya ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis, antara lain:
mengurangi total pajak terutang, meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan
karena penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan
kenaikan gaji dan upah, siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan
dan gelombang optimisme atau pesimisme dapat diperlunak. Sedangkan tujuan lainnya
adalah untuk memberikan kesan baik pada pemilik dan kreditor terhadap kinerja
manajemen.126
Ada 2 (dua) jenis perataan laba menurut penelitian Eckel yaitu127: pertama, Naturally
smooth, Perataan ini mempunyai implikasi bahwa sifat proses perataan laba itu sendiri
menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Hal ini dapat kita amati pada perolehan penghasilan
dari keperluan/pelayanan umum, di mana aliran laba yang ada akan rata dengan sendirinya
tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Kedua, Intentionally smooth, Perataan ini
merupakan perataan yang disengaja yang juga dikenal dengan designed smoothing, yang
mana perataan ini berbeda dengan naturally smoothing yang terjadi secara alami. Pada
designed smoothing, perataan yang terjadi diakibatkan adanya intervensi atau campur tangan
dari pihak lain, dalam hal ini manajemen.
Michelson mengemukakan bahwa perataan laba dilakukan oleh manajemen dengan
sasaran tertentu. Sasaran perataan laba biasanya dilakukan pada kegiatan yang dapat
125
Ariyanti, “Pengaruh Income Smoothing Terhadap Reaksi Pasar Pada Perusahaan Manufaktur”,
(Skripsi FE Universitas Malang, 2009), h. 24 126
Abdul Rofi, “Factors Influencing Income Smoothing On Go Public Finance Company In Indonesia
Stock Exchange”, (Tesis, FE Gunadarma University, 2010), h. 18 127
Ratih Kartika Dewi, “Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income
Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur Dan Keuangan Yang Terdaftar Di BEI”, (Skripsi, FE UNDIP
Semarang, 2010), h. 44
88
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
digunakan oleh manajemen untuk merekayasa informasi keuangan. Sehingga laporan
keuangan yang dilaporkan sesuai dengan hasil yang diinginkan oleh manajemen. Pos-pos
yang menjadi sasaran perataan laba misalnya biaya riset dan pengembangan untuk
mengurangi variasi laba yang diinginkan dan penghasilan periode yang akan datang
dimasukkan sebagai pendapatan pada periode saat ini untuk meningkatkan penghasilan bersih
(laba).
C. INFORMASI ATAS LABA DAN EARNING RESPONE
Laba secara akuntansi merupakan perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal
dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan
untuk mendapatkan penghasilan itu.128
Akan tetapi Ikatan Akutansi Indonesia (IAI) dalam teori akuntansi karangan Anis
Cariri memiliki pengertian sendiri mengenai Income. IAI justru tidak menerjemahkan income
sebagai laba tetapi dengan istilah penghasilan. Dalam konsep penyusunan dan penyajian
laporan keuangan mengartikan income sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama satu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.129 Menurut Belkaoui, Laba adalah hal yang mendasar dan penting dalam laporan
keuangan dan memiliki banyak kegunaan diberbagai konteks130 Laba pada umumnya di
pandang sebagai dasar untuk perpajakan, penentu dari kebijakan, pembayaran deviden,
panduan dalam melakukan investai dan pengambilan keputusan dan satu elemen dalam
peramalan. Laba akuntansi secara operasional dapat didefenisikan sebagai perbedaan antara
realisasi laba yang tumbuh dari transaksi–transaksi selama periode berlangsung dan biaya–
biaya historis yang berhubungan.131 Defenisi tersebut menunjukkan adanya lima karakteristik
yang terdapat dalam laba akuntansi. Pertama, Laba akuntansi didasarkan pada transaksi
actual yang dilakukan oleh perusahaan (laba muncul dari penjualan barang atau jasa
dikurangi biaya – biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penjualan tersebut); kedua, Laba
akuntansi di dasarkan pada posulat periode mengacu pada kenerja keuangan dari perusahaan
selama satu periode tertentu. Ketiga, Laba akuntansi di dasarkan pada prinsip laba dan
membutuhkan pengukuran dan pengakuan pendapatan. Keempat, Laba akuntansi meminta
128
Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2007), h. 300 129
Anis Cariri, Teori Akuntansi, (Semarang: FE UNDIP, 2000), h. 213 130
Belkaoui, Ahmed Riahi, Accounting Theory Teori Akuntansi Buku Dua ed. 5 (Jakarta: Salemba
Empat, 2007), h. 226 131
Ibid, h. 229
89
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
adanya pengukuran beban–beban dari segi biaya historisnya terhadap perusahaan yang
menunjukan ketaatan yang tinggi pada prinsip biaya. Kelima, Laba akuntansi meminta
penghasilan yang terealisasi di periode tersebut di hubungkan dengan biaya – biaya relevan
yang terkait.
Tidak adanya persamaan pendapat untuk mendefenisikan laba secara tepat disebabkan
oleh luasnya penggunaan konsep laba. Pada pemakai laporan keuangan mempunyai konsep
laba tersendiri yang dianggap paling cocok untuk pengambilan keputusan mereka. Nilai pada
laporan keuangan seperti laba bersih perusahaan dianggap sebagai sinyal yang menunjukkan
nilai dari perusahaan. Hal ini menjadikan perhatian investor dan calon investor terpusat pada
laba suatu perusahaan. Seorang investor yang tradisional akan membuat prediksi terlebih
dahulu sebelum membuat keputusan dengan mengamati sinyal yang di berikan perusahaan.
Investor sering memusatkan perhatiannya hanya pada informasi laba tanpa memperhatikan
prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut. Hal ini mendorong
manajer untuk melakukan manajemen atas laba (earning manajement) dan menyebabkan
manajemen untuk mengelola laba dalam usahanya membuat entitas tampak bagus secara
finansial. Salah satu tindakan manajemen atas laba yang dapat di lakukan adalah tindakan
Income Smoothing (peralatan laba).
Penjelasan konsep earning management dapat dimulai dari pendekatan agency dan
signalling theory. Kedua teori ini membahas masalah perilaku manusia yang memiliki
keterbatasan rasional (bounded rationality) dan menolak resiko (risk averse). Teori keagenan
(agency theory) menyatakan bahwa praktik earning management dipengaruhi oleh adanya
konflik kepentingan antara agen (manajemen) dengan principal (pemilik) yang timbul ketika
setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya. Sedangkan teori signal (signaling theory) membahas bagaimana seharusnya
signal-signal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik
atau principal. Penyampaian laporan keuangan dapat dianggap sebagai signal mengenai
kinerja manajemen. Fokus dari teori keagenan adalah hubungan antara pemilik (principal)
dan manajemen (agen) dalam pengelolaan perusahaan. Jensen dan Meckling mendefinisikan
hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang dilakukan oleh satu atau beberapa orang
(principal) yang menggunakan orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa untuk
kepentingan principal dengan cara mendelegasikan beberapa otoritas pengambilan keputusan
kepada agen. Jika kedua kelompok (agen dan principal) adalah orang-orang yang berupaya
memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen
90
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
akan bertindak yang terbaik untuk kepentingan principal. Dalam hubungan keagenan,
manajer mempunyai asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan seperti investor
dan kreditor.
Asimetri informasi terjadi ketika manajer mempunyai informasi internal dan prospek
perusahaan di masa yang akan datang yang relatif lebih banyak dan mengetahui informasi
tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Kondisi ini memberikan
kesempatan kepada manajer untuk menggunakan informasi yang diketahuinya untuk menata
pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya.
Teori keagenan (agency theory) yang mengimplikasikan adanya asimetri informasi
berhubungan dengan earnings management (manajemen laba) dimana ketika asimetri
meningkat, stakeholders tidak mempunyai kemampuan yang cukup, incentives atau akses
untuk informasi yang relevan untuk memonitor tindakan manajemen, yang dapat
meningkatkan manajemen laba.132
Pengajuan kandungan informasi atas laba dimaksudkan untuk melihat reaksi dari
suatu pengumuman. Dengan pengumuman yang mengandung informasi tersebut maka pasar
akan bereaksi pada waktu pengumuman diterima. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya
perubahan harga sekuritas yang bersangkutan. Harga saham di pasar modal setiap saat bisa
mengalami perubahan (naik atau turun). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga
saham di antaranya: pertama, Harapan investor terhadap tingkat pendapatan deviden untuk
masa yang akan datang. Apabila tingkat pendapatan dan deviden suatu saat stabil maka harga
saham cenderung stabil. Sebaliknya jika tingkat pendapatan dan deviden berfluktuasi karena
siklus perusahaan atau perubahan teknologi maka harga saham berfluktuasi juga. Kedua,
Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan tercermin dari earning per share (EPS)
terkait dengan kenaikan harga saham. Apabila fluktuasi dari EPS semakin besar maka harga
saham akan semakin naik pula. Ketiga, Kondisi Perekonomian, Kondisi yang akan datang
selalu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Apabila kondisi perekonomian saat ini
stabil dan mantap maka investor optimis terhadap kondisi yang akan datang sehingga harga
saham cenderung stabil dan demikian sebaliknya.
Harga saham di pasar sekunder berubah-ubah setiap saat berdasarkan informasi yang
diperoleh para investor di bursa efek. Dalam aktivitas di pasar modal, harga saham
132
Siti Aisjah, “Hubungan Income Smoothing Dengan Reaksi Pasar Atas Event Pengumuman Laba
Perusahaan Yang Terdaftar Di BEJ,” Jurnal Aplikasi Manajemen 3, 2 (Agustus 2005) , h. 48
91
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
merupakan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam
melaksanakan investasi. Harga saham tersebut menunjukkan nilai suatu perusahaan.
Perdagangan saham di pasar modal dipengaruhi oleh kondisi keuangan serta prospek
masa depan perusahaan. Selain faktor internal perusahaan, faktor eksternal juga
mempengaruhi perdagangan saham. Di antara yang mempengaruhi itu adalah kebijakan
pemerintah, perkembangan kurs, kondisi bursa, volume dan frekuensi di bursa, kekuatan
pasar, tingkat inflasi, kebijakan moneter, kondisi ekonomi dan keadaan politik.
Harga saham mencerminkan nilai intrinsik suatu saham (nilai intrinsik merupakan
nilai yang mengandung unsur kekayaan perusahaan dan unsur potensi perusahaan untuk
menghimpun laba di masa yang akan datang). Harga saham tersebut diartikan sebagai harga
yang dibentuk dari interaksi penjual dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan
mereka terhadap profit perusahaan. Reaksi pasar yang ditunjukkan dengan perubahan harga
sekuritas tersebut dapat diukur dengan menggunakan return atau dengan abnormal return
sebagai perbedaan antara pengembalian actual ex-post dari surat berharga dan pengembalian
normal perusahaan setelah jendela peristiwa. Jika digunakan abnormal return maka dapat
diketahui bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan
memberikan abnormal return kepada pasar, atau sebaliknya yang tidak mengandung
informasi abnormal return kepada pasar.
Foster menyebutkan pengumuman yang berhubungan dengan laba (earning related
announcements) merupakan salah satu pengumuman yang dapat mempengaruhi harga
sekuritas atau saham. Pendapat tersebut menjadi dasar dari penelitian ini untuk melihat reaksi
pasar atas pengumuman laba (melalui laporan keuangan khususnya laporan laba rugi) dari
perusahaan yang melakukan income smoothing. Bila pengumuman laba tahunan mengandung
informasi, variabilitas perubahan harga akan nampak lebih besar pada saat laba diumumkan
daripada saat lain selama tahun yang bersangkutan karena terdapat perubahan dalam
keseimbangan nilai harga saham saat itu selama periode pengumuman. Hasil penelitiannya
memberi bukti bahwa perilaku harga dan volume sekitar tanggal pengumuman
mengidentifikasikan bahwa laba tahunan mengandung informasi yang relevan untuk
penilaian perusahaan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa dengan adanya perataan laba
92
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
dapat menimbulkan reaksi pasar (earning respone) pada saat pengumuman laba
perusahaan.133
Telah banyak penelitian yang menguji reaksi pasar terhadap pengumuman laba
perusahaan yakni pengumuman laba memiliki kandungan informasi untuk pasar sekuritas dan
pelaku pasar dan pelaku pasar bereaksi signifikan terhadap pengumuman laba. Reaksi
tersebut tercermin dari naik turunnya harga saham dan volume perdagangan di sekitar tanggal
pengumuman dan penelitian di Indonesia juga telah membuktikan bahwa publikasi laba yang
terdapat dalam laporan keuangan direspon oleh pasar pada periode pengumuman.134
Dalam teori EMH (efficient capital market) menjelaskan bahwa:“Capital market
history suggest that market values of stocks and bonds can fluctuate widely from year to year,
because new information and investors reassess asset values based on that information. The
behavior of market prices has been extensively. A question that has received particular
attention is whether prices adjust quickly an correctly when new information arrives.”135
Pernyataan ini menjelaskan bahwa nilai harga saham maupun obligasi terjadi secara
fluktuatif dari tahun ke tahun sesuai dengan informasi yang diberikan oleh perusahaan yang
bersangkutan dan informasi tersebut merupakan dasar bagi setiap investor untuk melakukan
transaksi.
Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi
ketika pengumuman itu diterima. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return
sebagai nilai perubahan harga atau dengan abnormal return. Jika digunakan abnormal return,
maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi
akan memberikan abnormal return kepada pasar, sebaliknya yang tidak mengandung
informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar.
Fama sebagaimana dikutip oleh khafid membagi efisiensi pasar berdasarkan bentuk
informasi menjadi tiga macam yaitu: pertama, Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
yaitu pasar dikatakan dalam bentuk lemah jika harga sekuritas tercermin secara penuh dari
informasi masa lalu. Kedua, Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form) adalah
133
Muhammad Khafid, “Analisis Income Smoothing: Pengaruhnya Terhadap Reaksi Pasar Dan Risiko
Investasi Pada Perusahaan Public Di Indonesia,” (Tesis MA, UNDIP, Semarang, 2002), h. 5 134
Siti Aisjah, “Hubungan Income Smoothing Dengan Reaksi Pasar Atas Event Pengumuman Laba
Perusahaan Yang Terdaftar Di BEJ,” Jurnal Aplikasi Manajemen 3, 2 (Agustus 2005), h. 48 135
Ross et al., Corporate Financial Essentials, International Student Edition, (McGraw-Hill
International Edition, 2007), h. 314
93
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
pasar yang terjadi ketika harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang
dipublikasikan. Ketiga, Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form) merupakan pasar yang
terjadi ketika harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia
termasuk informasi privat.
Foster dalam khafid juga menyebutkan bahwa pengumuman yang berhubungan
dengan laba (Earning related announcements) merupakan salah satu pengumuman yang
dapat mempengaruhi harga sekuritas / saham. Pengumuman ini bisa berupa: laporan tahunan
awal, laporan tahunan detail, laporan interim, laporan perubahan metode-metode akuntansi,
dan laporan auditor. Pengumuman–pengumuman lain yang dapat mempengaruhi harga saham
yaitu pengumuman peramalan pejabat perusahaan, pengumuman deviden (distribusi kas,
distribusi saham), pengumuman pendanaan (pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas,
pengumuman yang berhubungan dengan utang, pemecahan saham, pembelian kembali
saham), pengumuman yang berhubungan dengan pemerintah, pengumuman investasi,
pengumuman ketenagakerjaan, pengumuman merjer-ambil alih-diversifikasi. Seperti juga
dijelaskan dalam teori The Efficient Market Hypothesis bahwa:
“What makes a market efficient is competition among investors. Many individuals
spends their entire lives trying to find mispriced stocks. For any given stock, they study what
has happened in the past to the stock‟s price and it‟s devidens. To the extent possible, what a
company‟s earnings have been, how much it owes to creditors, what taxes it payes, what
businesses it is in, what new investments are planned, how sensitive it is to changes in the
economy and so on.136
Pernyataan ini menjelaskan bahwa pasar yang fluktuatif dapat terjadi ketika
pengumuman tentang informasi keuangan, kinerja dan hal-hal yang sensitif suatu perusahaan
baik itu utang, pajak, rencana investasi yang direncanakan maupun laba perusahaan tahun-
tahun sebelumnya diumumkan di pasar modal.
Perilaku pemain pasar modal sangat bergantung pada informasi yang tersedia di pasar
modal dan diasumsikan bahwa semua pihak bisa akses kepada kesediaan informasi yang ada,
sehingga informasi yang baik dari perusahaan akan memberikan dampak positif pada
sentimen pasar dan informasi yang jelek akan menurunkan harga saham. Dari beberapa
penelitian tentang kandungan informasi laporan keuangan terdapat penelitian yang menguji
136
Ibid, h. 315
94
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
hubungan antara laba dengan return yang didasarkan pada anggapan bahwa laba bermanfaat
bagi investor. Ball dan brown misalnya menduga manfaat keberadaan angka laba akuntansi
dengan menguji kandungan informasi dan ketepatan waktu dari angka tersebut. Hasil
penelitian tersebut memperlihatkan bahwa informasi yang terkandung dalam angka akuntansi
sangat berguna, yaitu jika laba yang sesungguhnya berbeda dengan laba harapan investor,
maka pasar bereaksi yang tercermin dalam pergerakan saham di sekitar tanggal pengumuman
laba. Harga saham cenderung naik apabila laba yang dilaporkan lebih besar dari laba harapan,
dan sebaliknya harga saham cenderung turun apabila laba yang dilaporkan lebih kecil dari
laba harapan. Pengumuman laba tahunan mengandung informasi, variabilitas perubahan
harga akan Nampak lebih besar pada saat laba diumumkan daripada saat lain selama tahun
yang bersangkutan karena terdapat perubahan dalam keseimbangan nilai harga saham saat itu
selama periode pengumuman.137 Pernyataan ini memberi bukti bahwa perilaku harga volume
sekitar tanggal pengumuman bahwa laba tahunan mengandung informasi yang relevan untuk
penilaian perusahaan.
D. UJI STATISTIK
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi linier sederhana.
Hasil persamaan regresi ini dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS 19 for
windows yang dapat dilihat dari pada tabel berikut:
Hasil Pengolahan SPSS Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -
8142.046
4282.493
-
1.901
.06
8
Income
smoothing
1.691 20.316 .016 .083 .93
4
a. Dependent Variable: CAR
Data yang diolah berasal dari data hasil pengujian populasi sasaran yang telah dipilih
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Dari persamaan regresi tersebut dapat
dideskripsikan apabila terjadi satu poin pengurangan X (tindakan perataan laba) maka hanya
akan menambah nilai Y (reaksi pasar) sebesar 1.691 dengan asumsi faktor lain dianggap
dalam kondisi tetap. Hasil regresi ini menunjukkan bahwa Income Smoothing berpengaruh
137
Muhammad Khafid, “Analisis Income Smoothing : Pengaruhnya Terhadap Reaksi Pasar Dan Risiko
Investasi Pada Perusahaan Public Di Indonesia,” (Tesis MA, UNDIP, Semarang, 2002), h. 17
95
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
negatif terhadap Earning Respone. Sedangkan untuk mengetahui besarnya kontribusi
variabel X terhadap variabel Y dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya (r2) pada
tabel berikut:
Hasil Pengolahan SPSS
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .016a .001 -.035 23391.9465327
a. Predictors: (Constant), Income smoothing
b. Dependent Variable: Earning Respone
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai r2 sebesar 0.01 sehingga dapat
disimpulkan bahwa kontribusi variabel X (Income Smoothing) terhadap variabel Y (reaksi
pasar) sebesar 0.1 % di mana angka tersebut sangat lemah. Analisis uji varian dan regresi
sebagaimana tampak pada tabel di atas diperoleh thitung sebesar 1.934 dengan menggunakan α
sebesar 0.025 di dapatkan t tabel sebesar 2.045. Tampak bahwa nilai t hitung< t tabel nilai statistik
ini mempunyai arti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada pengaruh
yang signifikan tindakan Income Smoothing (perataan laba) terhadap Earning Respone
(reaksi pasar) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di PT. Danareksa untuk tahun
2008-2009. Uji hipotesis di atas dapat dijelaskan bahwa perusahaan perata laba dinilai negatif
sehingga pasar tidak bereaksi atas informasi laba yang diberikan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat peneliti ketahui bahwa terdapat perbedaan nilai
CAR pada perusahaan yang melakukan Income Smoothing dan perusahaan yang tidak
melakukan Income Smoothing. Perbedaan nilai CAR pada kedua kelompok perusahaan
tersebut sebesar 524.94 kenyataan ini mengandung arti bahwa pasar akan bereaksi ketika
perusahaan tidak melakukan perataan laba. Hal ini dikarenakan laba pada perusahaan yang
tidak melakukan perataan laba sulit untuk diprediksikan sedangkan pada perusahaan perata
laba dapat dengan mudah diprediksikan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada perusahaan perata laba CV ∆I nya
lebih besar atau sama dengan CV ∆S. hal ini berarti pada perusahaan perata laba nilai laba
bersih lebih besar dari nilai penjualannya. Dari perhitungan menggunakan indeks eckel dapat
96
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
diketahui nilai rata-rata indeks eckel untuk perusahaan yang melakukan perataan laba lebih
besar dari pada nilai rata-rata indeks Eckel pada perusahaan bukan perata laba.
Dari hasil penelitian dapat diketahui pengaruh Income Smoothing terhadap Earning
Respone melalui program SPSS 19 for windows atau dengan membentuk persamaan regresi
Y= -8142.046+1.691X yang berarti bahwa apabila terjadi satu poin pengurangan X (tindakan
perataan laba) maka hanya akan menambah nilai Y (reaksi pasar) sebesar 1.691 dan apabila
nilai perataan laba sebesar 0 (nol) maka reaksi pasar sebesar 8142.046 dengan asumsi faktor
lain dianggap dalam kondisi tetap. Hasil regresi ini menunjukkan bahwa Income Smoothing
berpengaruh negatif terhadap Earning Respone.
Adapun hasil perhitungan dari nilai r2
sebesar 0.01 menunjukkan bahwa kontribusi
variabel X (Income Smoothing) terhadap variabel Y (Earning Respone) sebesar 0.1% di mana
angka tersebut sangat lemah. Dari perhitungan thitungsebesar 1.934 dengan signifikansi 0.063
lebih besar dari 0.025 di dapatkan t tabel sebesar 2.045. Tampak bahwa nilai t hitung< t tabel yang
berarti bahwa Income Smoothing (perataan laba) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Earning Respone (reaksi pasar). Hal ini berarti perusahaan perata laba dinilai negatif
sehingga pasar tidak bereaksi atas informasi laba yang diberikan.
Berdasarkan uraian hasil penelitian tersebut, perataan laba berpengaruh negatif
(rendah) terhadap reaksi pasar tidak signifikan yang berarti bahwa pasar tidak bereaksi
terhadap pengumuman laba yang dilakukan oleh perusahaan perata laba yang menjadi
populasi sasaran. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Assih dan Gudono yang meneliti
tentang hubungan tindakan perataan laba dengan reaksi pasar atas pengumuman informasi
laba perusahaan yaitu bahwa rata-rata Cumulative Abnormal Return (CAR) sekitar tanggal
pengumuman laba untuk kelompok perata laba tidak signifikan dan untuk kelompok bukan
perata laba tampak signifikan sedangkan antara perusahaan perata laba dengan perusahaan
bukan perata laba berbeda secara signifikan. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi
terdapat pengaruh negatif perilaku Income Smoothing terhadap earning respone dalam
penelitian ini dapat terbukti secara teoretis dan empiris.
Tindakan perataan laba mempunyai pengaruh negatif terhadap reaksi pasar karena
informasi laba yang diberikan oleh perusahaan perata laba sudah dapat diprediksikan terlebih
dahulu oleh investor. Hal tersebut disebabkan laba pada perusahaan perata laba cenderung
stabil pada setiap tahunnya. Sehingga pasar kurang bereaksi terhadap informasi yang
diberikan, hal ini juga selaras dengan pernyataan analis PT. Danareksa sekaligus Dosen
pembimbing peneliti bahwa perataan laba tidak memiliki pengaruh dalam menentukan harga
saham. Sedangkan pada perusahaan bukan perata laba informasi laba yang diberikan tidak
97
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
dapat diprediksikan dengan mudah sebelumnya, hal ini disebabkan laba perusahaan bukan
perata laba mengalami kenaikan atau penurunan yang tidak stabil. Dalam aktivitas di pasar
modal, harga saham merupakan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh
investor dalam melakukan investasi. Harga saham tersebut menunjukkan nilai suatu
perusahaan. Pasar juga kurang bereaksi terhadap perataan laba disebabkan karena kondisi
perusahaan manufaktur di Indonesia di mana pada umumnya pemilik saham juga sekaligus
sebagai manajemen sehingga justru akan mendorong manajemen untuk lebih bebas dalam
melakukan perataan laba. Oleh karena itu, pasar kurang bereaksi dengan pengumuman laba
meskipun penyajian informasi laporan keuangan sendiri merupakan salah satu barometer
dalam menilai kinerja manajerial.
E. PENUTUP
Secara umum, penelitian ini menganalisis pengaruh tindakan income smoothing
(perataan laba) terhadap reaksi pasar pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
yang ada ada di PT. Danareksa.
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dipaparkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa reaksi pasar atas pengumuman laba yang ditentukan melalui cumulative abnormal
return selama periode pengamatan terhadap perusahaan yang melakukan income smoothing
diperoleh hasil bahwa reaksi pasar yang terjadi selama periode pengamatan tidak memberi
pengaruh positif yang signifikan dan sebaliknya akan memberi reaksi pada perusahaan yang
tidak melakukan income smoothing.
DAFTAR PUSTAKA
Aisjah, Siti. “Hubungan Income Smoothing dengan Reaksi Pasar atas Event Pengumuman
Laba Perusahaan yang Terdaftar di BEJ.” Jurnal Aplikasi Manajemen 3, 2 (Agustus
2005): 49
Ariyanti. “Pengaruh Income Smoothing Terhadap Reaksi Pasar pada Perusahaan
Manufaktur”.Skripsi FE,UniversitasMalang, 2009.
Belkaoui, Ahmed Riahi. Accounting Theory Teori Akuntansi Buku Dua ed. 5. Jakarta:
Salemba Empat, 2007.
Cariri, Anis. Teori Akuntansi. Semarang: FE UNDIP, 2000
Dewi, Ratih Kartika. “Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (
Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan Yang Terdaftar Di
BEI.” Skripsi, FE UNDIP Semarang, 2010.
Harahap, Sofyan. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.
98
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
Khafid, Muhammad. “Analisis Income Smoothing : Pengaruhnya Terhadap Reaksi Pasar
dan Resiko Investasi pada Perusahaan Public Di Indonesia.” Tesis MA, UNDIP,
Semarang, 2002.
Rofi, Abdul. “Factors Influencing Income Smoothing on Go Public Finance Company in
Indonesia Stock Exchange”. Tesis, FE Gunadarma University, 2010
Ross et al., Corporate Financial Essentials, International Student Edition. McGraw-Hill
International Edition, 2007.
99
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
PENGARUH INVESTASI SEKTOR PEMBANGUNAN
MANUSIA TERHADAP PENDUDUK MISKIN
DI PROVINSI ACEH Syahril
Universitas Teuku Umar Meulaboh
Email: [email protected]
Abstract
The method is used as a tool of analysis in this research is by using a simple regression analysis,
correlation, and t-test to be processed using the statistical computer program SPSS 13. The results
showed the level of poverty in the province of Aceh in 2000-2009 total average decrease of 39.08
percent. While the average investment growth of human development sector in 2000-2009 in the
province of Aceh was 15.11 percent. If an increase in the level of human development sector
investment by 1 % it will affect poverty levels in Aceh province at 3.18 percent. Constants for -
8920.846 stated investment when variables held constant, the number of poverty fell by 8920.846
soul. The coefficient of determination (R2) 0.222 indicates that the human development sector
investment variables on the number of poor people in Aceh by 22.2 % while the remaining 77.8 %
was contributed to other variables outside the model of this study. Based on test results obtained that t
< t table (1.509 < 1.812), mean human development investment is not a strong effect on the number of
poor people .
Keyword: Human development, investment.
صلخستم
يتم استخدام األسلوب كأداة من أدوات التحليل يف ىذا البحث ىو عن طريق استخدام حتليل االحندار البسيط ، واالرتباط ، و اختبار )ت( لتتم معاجلتها باستخدام برنامج كمبيوتر اإلحصائية . أظهرت النتائج أن مستوى الفقر
دنو يف ادلئة . يف حني كان متوسط ٩٥٫٠ن االخنفاض مإمجارل متوسط ٠٢٢٥-٠٢٢٢يف اقليم اتشيو يف يف ادلئة . إذا زيادة يف مستوى ٠٩٫٠يف اقليم اتشيو ٠٢٢٥-٠٢٢٢االستثمار من قطاع التنمية البشرية يف
يف ادلئة . ٩٫٠١٪ وسوف تؤثر على مستويات الفقر يف اقليم اتشيو يف ٠االستثمار قطاع التنمية البشرية بنسبة الروح. ١٥٠٢٫١االستثمار عند ثبات ادلتغريات ، اخنفض عدد الفقر من خالل ۰۲۹۸٫۰-وذكر الثوابت ل يشري إذل أن ادلتغريات االستثمار قطاع التنمية البشرية على عدد من الفقراء يف اتشيو ٢٫٠٠معامل التحديد
ذه الدراسة . ٪ إذل متغريات أخرى خارج النموذج من ى ٧٧٫١٪ يف حني كانت أسهم ادلتبقية ٠۹٫٠بنسبة ( ، يعين االستثمار التنمية ٠٫١> ٠٫٩بناء على نتائج االختبار اليت مت احلصول عليها أن ر > ر اجلدول )
. البشرية ليس ذلا تأثري قوي على عدد الفقراء
100
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
A. PENDAHULUAN
Kemiskinan sebagai suatu fenomena sosial tidak hanya dialami oleh negara-negara yang
sedang berkembang, akan tetapi juga terjadi di negara yang sudah mempunyai kemapanan dibidang
ekonomi. Fenomena ini pada dasarnya telah menjadi perhatian, isu, dan gerakan global yang bersifat
kemanusiaan. Salah satu fenomena sosial yang dipandang perlu penanganan segera dan menjadi
agenda tingkat tinggi dunia tersebut adalah kemiskinan, pengangguran, dan pengucilan sosial yang
ada di setiap negara. Secara konstitusional, permasalahan dimaksud telah dijadikan perhatian utama
bangsa Indonesia sejak tersusunnya Undang-Undang Dasar 1945.
Namun konflik yang berkepanjangan membuat keadaan menjadi berubah, salah satunya di
bidang pendidikan, banyak rumah dan gedung sekolah yang dibakar dan banyak guru yang meninggal
dunia/hilang. Kemudian dipenghujung tahun 2004 tepatnya 26 Desember 2004 datang lagi musibah
gempa bumi dan tsunami. Musibah ini membawa dampak yang sangat besar bagi segala aspek
terutama aspek pendidikan dan kesehatan sekaligus menjadi titik awal menuju kehidupan Aceh yang
baru dan lebih maju.
Aceh merupakan sebuah Provinsi yang selalu mendapat perhatian dunia baik karena konflik
bersenjata maupun bencana gempa dan tsunami. Akibat dari konflik bersenjata dan bencana alam
tersebut banyak sarana pendidikan, yang telah hancur. Situasi ini berimplikasi kepada rendahnya
kualitas tenaga pendidik dan kualitas anak didik. Muara dari semua permasalahan tersebut yang selalu
menjadi pihak yang paling dirugikan adalah masyarakat terutama masyarakat miskin dan marjinal.
Dipenghujung tahun 2005, merupakan awal menuju Aceh baru dengan adanya kesepakatan
damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Republik Indonesia (RI) serta lahirnya Undang-
undang No 11 tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh (UUPA), meskipun UU tersebut belum dapat
mengakomodir berbagai persoalan rakyat Aceh, tetapi dalam UUPA sudah ada persoalan partisipasi,
pembagian kewenangan, pembagian keuangan dan pelayanan pendidikan dan kesehatan menjadi
permasalahan yang serius untuk segera dibenahi karena rakyat Aceh sudah lama terjebak dalam
konflik yang berdampak pada menurunya pelayanan pada sektor tersebut.
Kemudian implementasi UUPA semakin membuka peluang untuk menata kembali
pendidikan di Aceh saat ini, yaitu dengan disahkannya UU-PA, yang pada Bab XXX tentang
Pendidikan, Pasal 215 disebutkan bahwa, pendidikan yang diselenggarakan di Aceh merupakan satu
kesatuan dengan sistem pendidikan nasional yang disesuaikan dengan karakteristik, potensi dan
kebutuhan masyarakat setempat.
Kemudian untuk membiayai pendidikan dialokasikan dana paling sedikit 30% (dari dana
bagi hasil minyak dan gas bumi UU-PA Pasal 182 ayat 3) serta anggaran untuk penyelenggaraan
pendidikan paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari APBA/APBK dan diperuntukkan pada
pendidikan tingkat sekolah. Pada butir pertama dari Pasal 217 disebutkan pula bahwa penduduk Aceh
yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar tanpa dipungut biaya.
Terkait dengan hal ini, disahkannya UU-PA, tentunya memiliki konsekuensi hukum terhadap
101
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
perubahan dan penyempurnaan qanun tentang penyelenggaraan pendidikan di Provinsi NAD yang
sebelumnya telah dituangkan dalam Qanun No 23 Tahun 2002. Selanjutnya dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas pasal 49 ayat (1) menyebutkan bahwa dana pendidikan dialokasikan minimum
20% dari APBD selain gaji dan biaya pendidikan kedinasan.
Perencanaan pembangunan sektor pendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat vital
dan fundamental untuk mendukung upaya-upaya pembangunan Aceh di bidang lainnya. Karena
pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi pembangunan sektor lainnya, mengingat secara
hakiki upaya pembangunan pendidikan adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi
pelaku pembangunan. Keunggulan suatu bangsa tidaklah bertumpu pada seberapa besar kekayaan
alam yang dimiliki, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki secara
kualitas dan kuantitas, yang mampu menjawab tantangan dan kemajuan zaman. Sehingga tidak
berlebihan jika Aceh sangat membutuhkan manusia-manusia yang terdidik yang menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, tanpa mengabaikan Iman dan Taqwa sebagai landasan intelektual
generasinya. Untuk mewujudkan hal ini, Aceh memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang
dalam pembangunan sektor pendidikan
Hal inilah yang mendasari pemerhati, pakar dan praktisi pendidikan melakukan kajian
sistematik untuk membenahi atau memperbaiki sistem pendidikan selama ini. Dalam upaya lulusan
lembaga pendidikan atau sekolah mampu menghadapi perubahan dan tantangan zaman secara
dinamis. Pada sisi lain pemerintah juga harus terus berupaya melalui berbagai kebijakan tentang
pendidikan untuk memberikan ruang yang luas bagi sekolah dan masyarakatnya untuk menentukan
program dan rencana pengembangan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing
agar dapat berjalan secara efektif untuk menghasilkan mutu yang mampu bersaing dengan Bangsa
lain.
Langkah-langkah kebijakan penanggulangan kemiskinan difokuskan pada pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat miskin, pelindung sosial, peningkatan kesempatan berusaha, upaya
lainnya yang dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan adalah memacu investasi di daerah, karena
melalui investasi akan menumbuhkan perekonomian daerah dan membuka lapangan kerja yang lebih
luas bagi masyarakat.
B. INVESTASI SEKTOR PEMBANGUNAN MANUSIA
Pengertian Investasi
Bagi masyarakat yang modern kata investasi tentu tidak asing lagi, bisa jadi setiap hari kita
mendengar kata itu sebab, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tidak bersedia
membiarkan aset tersebut maka diperlukan investasi. Disini ada berbagai pendapat yang menyatakan
definisi investasi antara lain, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investasi diartikan sebagai
penanaman uang di suatu perusahaan atau proyek dengan tujuan memperoleh keuntungan. Pada
102
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
dasarnya investasi adalah membeli suatu aset yang di harapkan di masa yang akan datang dapat dijual
kembali dengan nilai yang lebih tinggi.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa investasi adalah sebagai komitmen untuk menanamkan
sejumlah dana atau modal pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan
datang atau dengan kata lain setelah periode yang diinginkan tersebut tercapai (jatuh tempo) barulah
investor bisa mendapatkan kembali asetnya tentu saja dengan jumlah yang lebih besar, guna
mengkompensasikan pengorbanan investor. Namun tidak ada jaminan pada akhir periode yang
dilakukan atau ditentukan investor pasti mendapati asetnya lebih besar dari saat memulai investasi, ini
terjadi karena periode waktu menunggu itu terdapat kejadian yang menyimpang dari yang diharapkan,
inilah yang disebut resiko.
Dilihat dari manfaat yang ditimbulkan, investasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
pertama, Investasi yang bermanfaat untuk umum (publik), Investasi yang bermanfaat untuk
umum misalnya investasi bidang pendidikan, dan Sumber Daya Manusia, investasi bidang
pendidikan, investasi bidang kesehatan, investasi di bidang infrastruktur (jalan, jembatan, pelabuhan,
pasar dan sebagainya). Kedua, Investasi yang bermanfaat untuk kelompok tertentu, Investasi yang
bermanfaat untuk kelompok tertentu yaitu investasi yang bermanfaat untuk kelompok masyarakat
tertentu. Investasi jenis ini misalnya di bidang keagamaan, serta dibidang lainnya yang bermanfaat
bagi kelompok masyarakat tertentu. Ketiga, Investasi yang bermanfaat bagi investasi pribadi dan
rumah tangga, Investasi yang bermanfaat untuk pribadi dan rumah tangga dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan keinginan di masa datang. Misalnya untuk pemahaman pribadi maupun keluarga.138
Undang-Undang Pelayanan Publik (secara resmi bernama Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik) adalah undang-undang yang mengatur tentang
prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi
pemerintahan itu sendiri. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan atau koporasi
yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan
kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan
lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada
pemerintahan dan administrasi publik. Negara berkewajiban melayani setiap warga negara
dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan
publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan
penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan
harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan
138
Henry Faizal Noor, Ekonomi Manajerial. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 85.
103
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
publik, sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara dan
penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik, diperlukan norma hukum yang memberi pengaturan secara jelas, sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai
dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi
perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di
dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Ruang lingkup perundangan-undangan pelayanan publik ini meliputi pelayanan
barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yaitu pendidikan, pengajaran,
pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan,
jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata. Pelayanan
publik ini mengatur pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh instansi
pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah yang dilakukan oleh suatu
badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan
negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan dan pembiayaannya tidak bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau
badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan
negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi
Negara. Pelayanan atas jasa publik merupakan penyediaan jasa publik oleh instansi
pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, suatu badan usaha yang
modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau
kekayaan daerah yang dipisahkan dan pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan
usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara
dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi negara..
Skala kegiatan pelayanan publik didasarkan pada ukuran besaran biaya tertentu yang
digunakan dan jaringan yang dimiliki dalam kegiatan pelayanan publik untuk dikategorikan
sebagai penyelenggara pelayanan publik yaitu tindakan administratif pemerintah yang
diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka
mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda
termasuk tindakan administratif oleh instansi nonpemerintah yang diwajibkan oleh negara
104
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian
dengan penerima pelayanan.
Pendidikan pada intinya merupakan proses penyiapan subjek didik menuju manusia masa
depan yang bertanggung jawab. Kata bertanggung jawab mengandung makna bahwa subjek didik
persiapan untuk berani berbuat dan berani bertanggung jawab atas perbuatannya. Dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas)
disebutkan bahwa pendidikan usaha dasar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan pelatihan. Fungsi ini adalah menyiapkan peserta pendidikan pelatihan
untuk mengambil peran dimasa yang akan datang.
Selanjutnya Undang Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 disebut bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan adalah suatu proses sosial yang dibangun untuk menggali dan mengembangkan
potensi dasar manusia untuk menjadi insan yang berperadaban, serta menumbuhkan kedewasaan pada
subjek yang belum dewasa dengan menggunakan potensi yang ada dan sesuai aturan-aturannya.
Ketika orang tua memutuskan untuk memotifikasi anak-anaknya masuk sekolah atau melanjutkan
kejenjang pendidikan yang lebih tinggi katakanlah akademik atau Universitas secara lancar terlintas di
benaknya akan sosok masa depan anak-anak mereka yang pada umumnya identik dengan
kesejahteraan dan kebahagian hidup.
Dimana yang dikatakan dengan investasi pendidikan antara lain tugas guru, dosen, pelatih dan
sejenis adalah memberikan bekal kemampuan, keterampilan dan siap pada peserta didik dimana
analogi pendikan mengandung makna yang bahwa investasi dibidang pendidikan atau pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM) pada umumnya memiliki nilai yang tidak kalah dibandingkan dengan
investasi fisik. Teori ekonomi menyangkut modal dan investasi cendrung dipusatkan pada modal
fisik, seperti gedung, tanah, pabrik, dan mesin yang menghasilkan luaran dalam dan bentuk produksi
barang dan jasa.
Banyak para ahli ekonomi menekankan bahwa pendidikan dan pelatihan mmbentuk aset
dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan instrumental-ekonomikal, yang menambah kapasitas
produktifitas Sumber Daya Manusia (SDM), dalam bentuk yang sama sebagai mana investasi pada
mesin yang baru yang menambah kapasitas produk stok modal fisik. Sehingga Danim mengemukakan
bahwa menurut Adam Smith dalam The Wealth of Nation menekankan bahwa manusia yang di didik
secara mahal, dan menguras tenaga, waktu, serta mampu mencapai standar luaran yang ditetapkan,
105
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
mungkin dapat dibandingkan dengan mesin-mesin yang harganya mahal. Pada sisi lain, ekonomi
klasik lain berpendapat bahwa pembiayaan pendidikan dapat di anggap sebagai bentuk investasi yang
menjadi keuntungan di masa depan.139
Kemiskinan Salah Satu Penghambat Pembangunan Manusia
Berbagai sudut pandangan tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya dapat dikelompokkan
ke dalam tiga bentuk, yakni kemiskinan struktural, kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Dari
ketiga sudut pandang tersebut, penulis membatasi diri dan lebih menekankan pada kemiskinan
absolut, karena pemahaman dari bentuk kemiskinan ini relatif lebih mengena dalam konteks fakir
miskin.
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek
kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan utama
meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut
peranan pendidikan amatlah strategis. Indeks pembangunan manusia merupakan alat ukur yang peka
untuk dapat memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya
(Purchasing Power Pariti).
Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional muncul dua paradigma
yang menjadi pedoman bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan kebijakan pendidikan antara
lain, Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi. Paradigma fungsional melihat bahwa
keterbelakangan dan kemiskinan dikarenakan masyarakat tidak mempunyai cukup penduduk yang
memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap modern.
Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian
pemerintah dinegara manapun. Dimana pendidikan adalah sebuah investasi meskipun tidak sama
dengan investasi fisik. Orang tua atau masyarakat yang membelanjakan uangnya untuk mendidik
anak-anaknya pada hakikatnya menanamkan uang sebagai salah satu alat bentuk investasi masa
depan. Masalahnya, belum semua sekolah kita mampu secara optimal menampilkan sosok mutu
proses dan luaran yang dikehendaki. Dengan demikian juga ketidaktersediaan dana untuk biaya
pendidikan anak tampaknya menjadi masalah yang sangat kronis yang dihadapi pada keluarga miskin
yang kebanyakan bermukim dinegara-negara terbelakang dan berkembang.
Sejalan dengan paradigma Fungsional, paradigma Sosialisasi melihat peranan pendidikan
dalam pembangunan adalah: (a) Mengembangkan kompetensi individu, (b) Kompetensi yang lebih
tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas, dan (c) Meningkatkan kemampuan
139
Sudarwan Danim, Ekonomi Sumber Daya Manusia, ( Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2003), h. 35
106
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
warga masyarakat dan semakin banyaknya warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan
meningkatkan kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Pengeluaran Bidang Sosial Pemerintah Daerah
Pengeluaran dalam pengeluaran pemerintahan di Indonesia secara umum terbagi 2 jenis, yaitu
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin adalah untuk keperluan-
keperluan seperti gaji pegawai sehingga sifatnya bukanlah untuk investasi tetapi lebih untuk
operasionalisasi pemerintahan. Adapun pengeluaran yang dapat dikategorikan sebagai investasi sektor
publik adalah pengeluaran pembangunan dapat dikategorikan sebagai pengeluaran bidang sosial atau
pembangunan manusia. Oleh karena inti dari pembangunan manusia adalah pendidikan.
Kriteria Kemiskinan Menurut Standar BPS
Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk di
punyai, seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan air minum, hal ini berhubungan erat dengan
kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan
perkerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapat kehormatan yang layak sebagai
warga negara.
Kriteria masyarakat miskin menurut standar BPS ada 14 kriteria yang dipergunakan untuk
menentukan keluarga/ rumah tangga di kategorikan miskin adalah sebagai berikut: Luas lantai
bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang; Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/
bambu/ kayu murahan; Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/
tembok tanpa plaster; Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga
lain; Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik; Sumber air minum berasal dari
sumur/ mata air yang tidak terlindungi; Bahan bakar untuk sehari-hati adalah kayu bakar/ arang/
minyak tanah; Hanya mengkonsumsikan daging, susu, ayam hanya satu kali dalam seminggu; Hanya
membeli satu setelan pakaian dalam setahun; Hanya sanggup makan satu kali dalam sehari; Tidak
sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas/ poliklinik; Sumber penghasilan kepala rumah
tangga adalah petani, yang luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, perkebunan atau
pekerjaan lainnya yang pendapatannya di bawah Rp. 600.000.- per bulan; Pendidikan tertinggi kepala
rumah tangga tidak bersekolah/ tidak tamat SD/ hanya tamat SD; dan Tidak memiliki
tabungan/barang yang mudah di jual dengan minimal Rp.500.000,- seperti sepeda motor, emas,
ternak, atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga di kategorikan sebagai rumah
tangga miskin. Pada perilaku sosial dan kemanusiaan, sebagai bangsa kita benar-benar secara
107
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
nirmateri, ditandai oleh perilaku mengabnormalkan normalitas atau sebaliknya menormalkan
abnormalis, beberapa contoh antaranya:
a. Telah muncul standar ganda pada berbagai lapisan masyarakat. Misalnya kita dalam tindakan
pemberantasan korusi, disiplin, peran-peran yang bernuansa agamis, seruan prilaku secara
moral, kebersamaan, kesetaraan, gender, penegak hukum, pembaharuan, perilaku berbungkus
semangat kerakyatan dan sebagainya;
b. Pada tataran pendidikan dan pembelajaran, terjadi penjungkirbalikkan norma edukasi dan
akademik, ditandai pemalsuan nilai oleh siswa dan mahasiswa. Kebiasaan anak didik dan
mahasiswa untuk sekedar mendapatkan ijazah, dosen yang membuat tugas mahasiswa
dengan mendapatkan bonus khusus.
c. Ketertiban umum makin tidak terbentuk, baik dipasar-pasar, jalan-jalan raya, objek-objek
tempat fasilitas umum dan sebagainya;
d. Etos kerja pamong praja yang masih relatif rendah. Bersamaan dengan itu, banyak diantara
mereka yang menuntut hak-hak istimewa seakan-akan telah mengabdikan secara total untuk
pekerjaan utama dan masyarakat;
e. Perampokan dan pencurian merajalela yang menyebabkan suasana hidup menjadi benar-benar
tidak nyaman;
f. Banyak media massa yang mengemaskan pesan-pesan secara suka hati, tidak tahu waktu,
menelanjangi pribadi orang lain dan sebagainya dibalik isu kebebasan pers.140
Berdasarkan beberapa hal tersebut maka inilah sebagian sosok wajah suram kemiskinan
nirmateri masyarakat kita, yang menuntut kita untuk dalam waktu yang cukup lama, berkomtemplasi
dalam kerangka menemukan kesejatian (good spot). Kembali kefitrah dan membangun kecerdasan
emosional dan spiritual secara signifikan. Dimana pendidikan tidak hanya dimaksudkan untuk
mendongkrak kemampuan ekonomi individu dan masyarakat, melainkan juga untuk memerangi
kemiskinan jiwa dan kemiskinan nirmateri seperti yang telah dijelaskan diatas. Arah pembangunan
didirikan disuatu negara banyak dipandu oleh negara, meskipun pengelolaannya makin cendrung
bersifat desentralisasi.
Dengan adanya penerapan prinsip ekuitas (keadilan) pendidikan oleh pemerintah yang
diharapkan tidak ada seorang pun siswa yang potensial terkendala untuk bersekolah pada jenjang
pendidikan untuk kedepan. Menurut Bank Dunia 1996 “increase attention to equity will also increase
effisiency.”141 Kutipan ini bermakna bahwa meningkatkannya perhatian terhadap ekuitas akan
mendorong lahirnya efisiensi pendidikan. Lebih jauh Bank dunia juga berpendapat bahwa
peningkatan status bagi anak-anak keluarga miskin, remajaputri, dan penduduk asli yang bermukim
didaerah-daerah terpencilakan membantu mereka dalam memberikan andil dalam pertumbuhan
ekonomi dan mereduksi kemiskinan.
Berkenaan dengan penetapan diatas maka perintah peran paling dominan dalam menciptakan
ekuitas itu akan lebih cepat membuahkan hasil jika ditunjang oleh kesadaran masyarakat.
140
Sudarwan Danim, Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2003), h. 145 141
Sudarwan Danim, Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2003), h. 249
108
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
Kebijakan pemerintah untuk mewujutkan ekuitas jenjang pendikan dalam mengamit
langsung 2 (dua) dimensi di antaranya: pertama, Memberikan peluang luas bagi anak usia jenjang
pendidikan dasar untuk diterima di lembaga sekolah yang diperlakukan yang adil. Kedua, Penyedian
anggaran yang mencukupi bagi terwujudnya inisiatif keadilan disertai ukuran-ukuran khusus secara
material pendidikan, sehingga peserta didik dapat mencapai perolehan pembelajaran pada tingkat
kemampuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk secara aktif dapat berperan pada sistem
sosial dan kelembagaan ekonomi.
Disini penulis sengaja memfokuskan tulisan ini pada kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dasar 6 (enam) tahun karena bagi warga negara sekurang-kurangnya harus memiliki
kemampuan setingkat sekolah dasar, dengan harapan akan memperoleh pendidikan lanjutan. Dengan
memiliki dan dibekali kemampuan dasar itu, seorang warga negara akan memiliki harga diri, dapat
menambah wawasan melalui kemampuan baca, sehingga ia menjadi warga negara yang tidak picik,
mampu menerima pembaruan, dan meningkatkan kemampuannya. Apabila praktik-praktik pungutan
yang diadakan sekolah-sekolah dibiarkan dan tidak ditertibkan, maka akan bertambah banyaklah
deretan anak- anak yang tidak bersekolah karena tidak mampudan hanya anak-anak orang kaya saja
yang akan memperoleh pendidikan dari tingkat terbawah sampai ke tingkat yang tinggi. Akibat dari
itu semua, negeri ini akan dihuni golongan kaya dan terdidik yang akan membentuk kelas tersendiri
dalam masyarakat.
Di lain pihak akan terdapat keluarga miskin dan tidak terdidik yang merupakan golongan
terbesar di negeri ini. Jika itu terjadi, alangkah rusaknya struktur masyarakat di negeri ini, yang
berakibat terjadinya kesenjangan sosial yang tidak kita inginkan. Diharapkan pelaksanaan
pembangunan pendidikan di daerah akan lebih baik karena banyak daerah menyediakan dana
pendidikan yang tidak sedikit, yang seharusnya pungutan-pungutan itu tidak perlu terjadi.
Menganalisa faktor-faktor penyebab kemiskinan adalah sesuatu yang komplek. Mulai dari
faktor sumberdaya manusianya, kondisi alam dan geografis, kondisi sosial-budaya, sampai kepada
sistem ekonomi dan politik yang menyebabkan timpang atau tidak meratanya distribusi pendapatan.
Kerapkali faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan tumpang tindih satu sama lain. Faktor-faktor
rendahnya mutu sumberdaya manusia, kondisi alam dan geografis, serta kondisi sosial-budaya
berkaitan dengan tingkat keterbelakangan (underdevelopment) suatu masyarakat yang pada dasarnya
dapat diperbaiki. Namun ada pula faktor kondisi alam dan geografis yang tidak dapat lagi
tertanggulangi sehingga menyebabkan Kemiskinan Absolut yang menetap sifatnya. Tapi banyak ahli
yang lebih meyakini bahwa faktor dominan penyebab kemiskinan adalah ketidakadilan ekonomi,
sosial ataupun politik yang mengakibatkan apa yang disebut Kemiskinan Struktural (Struktural
Poverty), baik pada tatanan negara maupun internasional. Fenomena Kemiskinan Struktural ini dapat
dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
109
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
Bias Kota (Urban Bias) dan Dualisme Desa-Kota (Rural-Urban Dualism), juga dalam
paradigma modernisasi, sadar atau tidak sadar diciptakan pembagian peran (division of role) antara
desa dan kota. Desa diposisikan sebagai daerah pertanian, tempat memproduksi bahan baku, dan
pemasok tenaga kerja kasar (murah). Sementara kota mempunyai posisi sebagai daerah industri,
perdagangan, pusat pemerintahan, dan sumber tenaga kerja terampil. Dengan pembagian posisi yang
demikian, secara struktural tercipta kondisi di mana masyarakat pedesaan secara relatif lebih miskin
dari pada masyarakat perkotaan. Dalam kemiskinan relatifnya, warga pedesaan seringkali terjerumus
ke jurang kemiskinan absolut tingkat kematian (mortality rate). Perusakan lingkungan ini pada
akhirnya bermuara pada pemiskinan.
Mengingat adanya dua bentuk kemiskinan yaitu Kemiskinan Absolut (Absolute Poverty) dan
Kemiskinan Relatif (Relative Poverty) maka pemerintah perlu menetapkan kebijaksanaan (policy;
political will), strategi maupun program-program yang spesifik untuk mengentaskan kedua bentuk
kemiskinan tersebut. Kemiskinan Absolut harus dilihat sebagai prioritas, darurat (emergency)
sifatnya dan memerlukan penanganan jangka pendek sampai menengah, karena biasanya
permasalahan yang dihadapi tidak dapat menunggu terlalu lama dan membutuhkan program-program
yang bersifat dadakan (crash program). Sedangkan pengentasan Kemiskinan Relatif memerlukan
kebijaksanaan, strategi, dan program-program yang konsisten untuk jangka panjang, karena berkaitan
dengan mengubah dan memelihara pemerataan distribusi pendapatan.
Pengentasan Kemiskinan Absolut kerapkali bergelut dengan upaya untuk membebaskan
masyarakat dari sindrom-sindrom kemiskinan. Sindrom kemiskinan di sini meliputi kondisi gizi dan
kesehatan yang buruk, pendidikan/pengetahuan umum yang sangat minimal, sampai kepada sikap
mental berupa keputusasaan, perilaku menyimpang yang bisa berimplikasi kriminalitas. Sindrom-
sindrom tadi pada tahap awal memerlukan crash program yang sifat rehabilitative. Dengan kata lain,
kondisi gizi dan kesehatannya harus dipulihkan, pendidikan/ pengetahuan umumnya ditingkatkan,
dan sikap mentalnya diperbaiki. Selanjutnya dibutuhkan upaya-upaya pemberdayaan (empowerment)
yang bertujuan meningkatkan potensi kemandiriannya sehingga kembali menjadi manusia yang
produktif.
Sesungguhnya Kemiskinan Relatif tidaklah mungkin dapat dikentaskan. Hal yang mungkin
dilakukan adalah mempersempit kesenjangan antara Kelompok-kelompok Pendapatan (Income
Group) melalui kebijaksanaan pemerintah dan instrumen-intrumen makro ekonomi. Harus diakui
bahwa pada negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar (market economy), kebijaksanaan
dan instrumen-instrumen untuk itu agak sulit untuk diterapkan. Karena maksud-maksud untuk
pemerataan pendapatan seringkali berbenturan dengan kepentingan untuk pertumbuhan ekonomi itu
sendiri. Hal ini bisa diamati pada negara-negara sedang berkembang di mana pembangunan ekonomi
110
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
justru menyebabkan yang kaya semakin kaya dan sebaliknya yang miskin semakin miskin (ter-
marjinalisasi).
C. PERKEMBANGAN PENGELUARAN PEMERINTAH DAN KEMISKINAN DI
PROVINSI ACEH
Perkembangan Sektor Pendidikan di Provinsi Aceh
Perkebangan pendidikan di Aceh merupakan refleksi perjalanan sejarah Aceh yang
penuh dengan gejolak dan perubahan-perubahan yang dratis, struktur kehidupan social politik
masyarkat Aceh mengalami dinamika sesuai dengan sejarah Aceh. Pendidikan di provinsi
Aceh pada saat ini di nilai belum mampu menjangkauperkembangan yangluas, terutama
sekolah-sekolah yang berada didaerah terpencil. Harus kita akui dunia pendidikan kita belum
mampu menjangkau perkembangan yang luas. Apalagi saat ini teknologi semakin
berkembang dan pendidikan tidak lepas dari teknologi. Menurut penulis indikator pendidikan
di Aceh belum mengembirakan dipengaruhi beberapa hal yaitu fasilitas, tenaga pendidik,
motivasi siswa dan perkembangan di dunia pendidikan.
Dijelaskan, faktor fasilitas pendidikan saat ini sudah lebih baik karena banyak sarana
yang baru dibangun namun karena fasilitas baru tidak bisa langsung berdampak baik pada
pembinaan mutu pendidikan. Kemudian faktor lain yaitu guru sebagai faktor dominan yang
sangat mempengaruhinya. Karena tidak berlatar belakang, pendidikan, maka akan sangat
mempengaruhi saat guru mengimplikasikan ilmunya disekolah, bahkan tidak semua guru bisa
mengajar dengan baik. Untuk itu kualiatas guru perlu ditingkatkan dengan memberikan
pelatihan selain sejak awal diseleksi dengan ketat.
Kunci dari pemasalahan tersebut, pemerintah harus berani mengeluarkan dana untuk
mendukung pemeliharaan dan penyediaan sarana pendidikan jika memang benar-benar ingin
meningkatkan mutu dan melahirkan generasi-generasi yang berkualitas.
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Sektor
Pendidikan di Provinsi Aceh Tahun 2000-2009
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh (Data di olah Maret 2011)
No Tahun Pengeluaran Pemerintah Sektor
Pendidikan (Milyar Rupiah) Pertumbuhan (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
128
105
110
115
117
125
136
155
173
194
9,42
7,73
8,10
8,47
8,61
9,20
10,01
11,41
12,73
14,29
111
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan memberi layanan dan
kemudahan, serta menjamin pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa ada
diskriminasi. Karenanya pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah wajib menjamin
tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia
tujuh sampai dengan lima belas tahun.Investasi di sektor pendidikan dengan menyediakan
anggaran yang besar, merupakan strategi untuk mewujudkan kesejahteraan.
Berdasarkan tabel diatas menggambarkan bahwa pengeluaran pemerintah disektor
pendidikan di Provinsi Aceh dari tahun 2000-2009 relatif mengalami berfluktuasi. Pada tahun
2000 besarnya pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan sebesar Rp.128 miliyar, dan
pada tahun 2001 menurun menjadi Rp. 105 miliyar, pada tahun 2002 anggaran pendidikan di
Provinsi Aceh menjadi Rp 110 miliyar. Anggaran pendidikan di Provinsi Aceh terus
bertambah biarpun cuma sedikit, pada tahun 2003 menjadi Rp. 115 milyar, dan pada tahun
2004-2005 menjadi Rp.117 sampai dengan Rp. 125 milyar. Disini dapat kita lihat bahwa
pemerintah setiap tahun menaikan anggaran untuk sektor pendidikan. Mulai pada tahun 2006
pemerintah Aceh menyediakan dana untuk sektor pendidikan lebih tinggi lagi sebanyak Rp.
136 milyar, sementara pada tahun 2007 anggaran pendidikan yang disediakan pemerintah
Aceh menjadi Rp. 155 miliyar. Pada tahun 2008 Pemerintah Aceh menyediakan dana untuk
sektor pendidikan menjadi Rp. 173 miliyar, kemudian pada tahun 2009 anggaran untuk sektor
pendidikan terus naik menjadi Rp. 194 milyar, dari jumlah total anggaran tiap tahun tersebut,
dapat dilihat bahwa anggaran pendidikan dari tahun ketahun terus meningkat. Dengan
demikian pemerintah Aceh bertekat untuk dapat memajukan sektor-sektor unggulan yang
menjadi tumpuan pembangunan aceh di masa depan.
Selain memiliki anggaran pendidikan yang besar, Aceh yang luluh lantak akibat
konflik dan bencana tsunami, telah banyak mendapatkan bantuan pembangunan termasuk
pembangunan sekolah-sekolah. Bukan hanya yang dihantam tsunami, tetapi juga yang tidak,
telah dibangun oleh para donatur di tingkat nasional, maupun internasional dengan standar
internasional. Dengan dana pendidikan tersebut bertambah besar dengan adanya bantuan dari
berbagai pihak dalam membangun pendidikan di Aceh ini. Maka, seharusnya proses
pendidikan di Aceh ini yang sedang menerapkan syariat Islam secara kaffah bisa berjalan
dengan ideal, apalagi dikaitkan dengan sistem pengelolaan yang barbasis syariat Islam. Tentu
saja proses pembangunan pendidikan harus berjalan secara islami nan kaffah. Artinya, tidak
ada orang-orang yang menghabiskan dana pendidikan demi kelancaran pembangunan manusia di
Provinsi Aceh ini.
Perkembangan Penduduk Miskin di Provinsi Aceh
112
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan
kualitas hidup. Kemiskinan juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang
mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga
negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Di Provinsi Aceh merupakan persoalan yang sama
juga menjadi fokus perhatian pemerintah. Pemerintah tidaklah untuk melayani diri, akan tetapi yang
dimaksudkan untuk kepentingan masayarakat dan menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan
untuk masyarakat dapat mengembangkan kamampuan kreatifitas demi mencapai kesejahteraan.
Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di
Provinsi Aceh Tahun 2000-2009
No Tahun Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Jumlah Penduduk
Miskin (Jiwa) Pertumbuhan (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
4.010.865
4.142.080
6.066.040
4.218.483
4.075.599
4.031.589
4.083070
4.140.000
4.223.833
4.480.300
595.100
758.600
1.199.900
1.254.200
1.164.800
1.166.400
1.149.700
1.083.700
959.700
892.860
15,20
19,20
29,76
29,83
28,37
28,69
28,28
26,65
23,53
21,80
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh
Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh dari
tahun 2000-2009 mengalami berfluktuasi. Pada tahun 2000 sampai dengan 2002 jumlah penduduk
miskin diAceh dari 595.100 jiwa atau 15,20 persen menjadi 1.199.900 atau 29,76 persen. Peningkatan
penduduk miskin itu dipengaruhi krisis ekonomi pada tahun 1997. Hal ini karena pada periode itu
terjadi kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok, yang digambarkan oleh inflasi sebesar 16,67
persen pada tahun 2001 dan 10,14 persen pada tahun 2002. Oleh kejadian tersebut peningkatan
penduduk miskin terus bertanbah sampai dengan tahun 2003 jumlah penduduk miskin menjadi 29,83
persen atau berjumlah 1.254.200 jiwa. Sedangkan dalam periode berikutnya, secara perlahan jumlah
113
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
penduduk miskin mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2004 jumlah penduduk miskin di Aceh
menjadi 1.164.800 jiwa atau 28,37 persen. Kemudian tahun 2005 jumlah penduduk miskin di Provinsi
Aceh sedikit meningkat yaitu dari 28,37 persen menjadi 28,69 persen naik menjadi 1.66.400 jiwa,
kenaikan tersebut karena disebabkan oleh bencana alam gempa dan stunami pada akhir tahun 2004.
Periode 2006-2008 jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh turun lagi yaitu menjadi 28,28 persen
pada 2006, pada tahun 2007 turun menjadi 26,65 persen atau 1.083.700 jiwa, dan 23,53 persen pada
2008 jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh sampai pada tahun 2009 terus mengalami penurunan
dengan jumlah penduduk miskin pada tahun 2009 berkurang menjadi 892.860 jiwa atau menjadi
21,80.
Penurunan tersebut selain meningkatnya anggaran sektor pendidikan juga di karena
berubahnya pola konsumsi masyarakat dan bangkitnya perekonomian di sektor pertanian. Bisa juga
disebabkan oleh bantuan pemberdayaan kepada masyarakat miskin yang semakin banyak disalurkan
dari berbagai instansi. Pihak BPS menjelaskan jumlah penduduk miskin berdasarkan wilayah, jumlah
penduduk miskin terbesar ternyata ada di Kabupaten Pidie Jaya yang mencapai 27,97 persen.
Kemudian diikuti, Aceh Barat (27,09%), Bener Meriah (26,58%), Subulussalam (26,80%), dan Nagan
Raya (26,22%). Sedangkan untuk penduduk miskin terendah terdapat di Banda Aceh (8,64%), disusul
Lhokseumawe(15,08%), dan Langsa (16,20%), Data ini merupakan hasil susenas yang diambil pada
2009.
D. UJI STATISTIK
Untuk mengetahui pengaruh investasi sektor pembangunan manusia terhadap penduduk
miskin di Provinsi Aceh akan di analisis dengan menggunakan model analisis regresi berganda yang
di olah melalui program statistik komputer SPSS 13. Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhir
sebagai berikut:
Standar Deviasi Rata-rata dan Observasi
No Variabel Mean Standar Deviasi N
1
2
P. miskin
Pendidikan
39081.70
15110.00
36557.34627
5415.91277
10
10
3
4
5
Koefisien korelasi (R) = 0,471
Koefisien determinasi (R2) = 0.222
t tabel = 1,372
Sumber: Hasil Regresi di Olah (April 2011)
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah rata-rata penurunan penduduk miskin di
Provinsi Aceh 39% dengan standar deviasi 36% selama kurun waktu sepuluh tahun (2000-2009). Hal
ini disebabkan karena semakin tinggi investasi yang di keluarkan oleh pemerintah maka angka
kemiskinan semakin menurun. Sementara rata-rata pembangunan manusia pada tahun yang sama di
atas adalah 15% Dengan stándar deviasi 36%. Sedangkan N menyatakan observasi yang berjumlah 10
114
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
(sepuluh tahun). Untuk melihat pengaruh investasi sektor pembangunan manusia terhadap penduduk
miskin dengan menggunakan análisis koefisien korelasi, análisis koefisien diterminasi dan uji t
adalah sebagai berikut:
Análisis Koefisien Korelasi
Análisis yang di gunakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keeratan serta arah
hubungan antara investasi sektor pembangunan manusia terhadap kemiskinan di provinsi Aceh.
Koefisien korelasi diperoleh R = adalah bernilai 0,471 hal ini menunjukan bahwa variabel investasi
pembangunan manusia (Y) berpengaruh terhadap penduduk miskin di Provinsi Aceh sebesar 22.2%
sedangkan sisanya 77,8% dipengaruhi oleh variabel lainnya di luar model penelitian ini.
Analisa Koefisien Determinasi
Dengan analisa ini maka akan dapat di ketahui pengaruh investasi sektor pembangunan
manusia terhadap kemiskinan yang terdapat di Provinsi Aceh. Analisis ini.secara kongkrit dilakukan
terhadap koefisien diterminasi. Adapun koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat di ketahui
dengan penggunaan rumus perhitungan sebagai berikut: Koefisien determinasi = r2x 100%; Koefisien
determinasi = (0,471)2x 100%; dan Koefisien determinasi = 22,2%.
Dari perhitungan di atas diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,222% yang berarti
bahwa variabel investasi sektor pembangunan manusia di Provinsi Aceh dalah 22,2% sedangkan
sisanya 77,8% disumbangkan untuk variabel lainnya di luar model penelitian ini.
Uji Regresi Linier Sederhana dan Uji Signifikan Partial (Uji t)
Dari hasil perhitungan regresi linier sederhana maka persamaannya sebagai berikut: Y = -8920,846 +
3,177X. Berdasarkan hasil estimasi diatas maka dapat dilihat bahwa sebagai berikut :
a. Konstanta dari persamaan diatas sebesar -8920,846 artinya nilai konstanta ini menyatakan
apa bila variabel investasi sama dengan nol maka kemiskinan turun sebesar 8920,846 jiwa.
b. Koefisien regresi investasi pembagunan manusia dari persamaan diatas diperoleh sebesar 3,18
artinya setiap 1 persen kenaikan investasi pembangunan manusia maka akan menurunnya
tingkat kemiskinan sebesar 3,18 persen.
115
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
Pembuktian bahwa variabel investasi pembangunan manusia berpengaruh nyata terhadap
penduduk jumlah miskin di Provinsi Aceh di lakukan pengujian tersendiri secara partial dengan uji t
pada jumlah kepercayaan (lavel 0f confidence 95 %) ά =0,05 yaitu: Variabel investasi pembangunan
manusia yang di peroleh t-hitung sebesar 1,509 % lebih besar dari ttabel 1,812 artinya secara partial
variabel investasi sektor pembangunan manusia tidak terdapat berpengaruh yang kuat terhadap
jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh.
Pengaruh Perkembangan Investasi Sektor pembangunan Manusia terhadap Kemiskinan
Dewasa ini semakin kuat kebutuhan pemerintah, termasuk pemerintah daerah untuk menaruh
perhatian pada pengeluaran sosial yang komponen utamanya adalah pengeluaran untuk sektor
pendidikan dalam pengeluaran pembangunan. Dari hasil estimasi diperoleh bukti bahwa investasi
sektor publik khususnya bidang pendidikan sangat membawa manfaat bagi kesejahteraan penduduk.
Investasi bidang tersebut juga menghasilkan manfaat dalam peningkatan indeks pembangunan
manusia (IPM) dan menuurukan angka kemiskinan.
Pembangunan manusia yang berhasil sebetulnya juga memberikan manfaat positif bagi
pertumbuhan ekonomi melalui tersedianya tenaga kerja yang berkualitas. Dengan kata lain
sesungguhnya terdapat hubungan 2 (dua) arah antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
manusia sehingga bisa menekan angka kemiskinan.
Kemiskinan merupakan sebagai salah satu fenomena sosial tidak hanya di alami oleh negara-
negara yang sedang berkembang,akan tetapi juga terjadi di negara yang sudah maju.Fenomena ini
pada dasarnya telah menjadi perhatian dan gerakan global yang bersifat kemanusiaan. Salah satu
fenomena sosial yang di pandang perlu penanganan segera adalah salah satunya kemiskinan.
Aceh merupakan sebuah provinsi yang selalu mendapat perhatian dunia baik karena komflik
maupun bencana gempa dam tsunami. Akibat dari konflik dan bencana alam tersebut. Banyak sarana
pendidikan yang telah hancur. Di akhir tahun 2006,merupakan awal baru dengan adanya kesepakatan
damai antara GAM dan RI serta lahir nya undang-undang No 1 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA),
meskipun UU tersebut belum dapat mengakomodir berbagai persoalan rakyat Aceh, akan tetapi
UUPA sudah adanya pembagian kewenangan, Pembagian keuangan dan pelayanan pendidikan
menjadi masalah yang serius untuk segera dibenahi karena Rakyat Aceh sudah lama terjebak dalam
konflik yang berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan dan menurunnya tingkat pelayanan
pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat sebagai upaya mencerdaskan
bangsa sehingga perlu menjadi tanggung jawab bersama dan meningkatkan pelayan pendidikan.
Dimana pelayan pendidikan itusangat membantu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
116
JURNAL AT TASYRI’ VIL.III, No.1
sehingga masyarakat akan merasa memiliki untuk masa depannya yang lebih baik, sehingga bisa
menurunkan angka kemiskinan di Provinsi Aceh.
E. PENUTUP
Dari analisis data dan hasil pembahasan tentang pengaruh investasi sector pembangunan
manusia terhadap penduduk miskin di Propinsi Aceh, dapat di ambil beberapa kesimpulan
diantaranya; Tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh dari tahun 2000-2009 total rata-rata penurunan
sebesar 39,08 persen. Sedangkan rata-rata perkembangan investasi sektor pembangunan manusia dari
tahun 2000-2009 di Provinsi Aceh sebesar 15,11 persen. Apabila terjadi kenaikan tingkat investasi
sektor pembangunan manusia sebesar 1% maka akan berpengaruh terhadap menurunnya tingkat
kemiskinan di Provinsi Aceh sebesar 3,18 persen.
Persamaan akhir estimasi diperoleh: Y = -8920,846 + 3,177X. Konstanta sebesar -8920,846
menyatakan apabila variabel investasi dianggap konstan maka jumlah kemiskinan turun sebesar
8920,846 jiwa. Koefisien determinasi (R2) 0,222 menunjukkan bahwa variabel investasi sektor
pembangunan manusia terhadap jumlah penduduk miskin di Aceh sebesar 22,2% sedangkan sisanya
77,8% disumbangkan untuk variabel lainnya diluar model penelitian ini. Berdasarkan hasil pengujian
yang diperoleh bahwa thitung < ttabel (1,509 < 1,812), berarti investasi pembangunan manusia tidak
berpengaruh yang kuat terhadap jumlah penduduk miskin. Dengan demikian H0 diterima dan (H1)
ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. Ekonomi Sumber Daya Manusia: Penerbit Pustaka Setia Bandung. 2003.
Faizal Noor, Henry. Ekonomi Manajerial. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2007.