Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 81
Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban
Terhadap Krisis Kepemimpinan Masa Kini
Fernando Tambunan Sekolah Tinggi Teologi Baptis Medan
Abstract
The Church has a responsibility in creating leaders who are
characterized by answering the decline in present-day leadership,
degeneration occurs in every line, both in national leadership and
church leadership. Leadership degeneration occurs because there is
no good leadership character. In this scientific paper the authors use
literature research methods relating to the issues written. The
resulting conclusion is the character of the leader not born, but
created. The answer to overcoming the decline of leadership is to
produce leaders with the following characteristics: 1) Credibility, 2)
Integrity, 3) Commitment, 4) Humility, 5) Competence and 6)
Discipline. To produce such a figure is required a good character
education and true to create a quality leadership character.
.
Abstrak
Gereja memiliki tanggungjawab dalam menciptakan pemimpin yang
berkarakter untuk menjawab kemerosotan dalam kepemimpinan
masa kini, kemerosotan terjadi di setiap lini, baik dalam
kepemimpinan bangsa maupun kepemimpinan gereja. Kemerosotan
kepemimpinan terjadi karena tidak adanya karakter kepemimpinan
yang baik. Dalam karya ilmiah ini penulis menggunakan metode
penelitian pustaka yang berkaitan dengan persoalan yang ditulis.
Kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa kepemimpinan itu identik
dengan karakter. Seorang Pemimpin bukan dilahirkan, tapi
diciptakan. Sehingga jawaban untuk mengatasi kemerosotan
kepemimpinan adalah menghasilkan pemimpin yang memiliki
karakter yaitu : 1) Kredibilitas, 2) Integritas diri, 3)Komitmen, 4)
Kerendahan hati, 5) Kompetensi dan 6) Disiplin. Untuk
menghasilkan sosok seperti itu diperlukan suatu pendidikan karakter
yang baik dan benar agar tercipta karakter kepemimpinan yang
berkualitas.
Keywords:
character;
leadership;
leadership crisis;
integrity
Kata Kunci:
karakter; kepemimpinan;
krisis kepemimpinan;
integritas
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1, Agustus 2018 (81-104)
ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) http://www.sttbaptis-medan.ac.id/e-journal/index.php/illuminate
Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 82
PENDAHULUAN
Dalam kurun waktu 2012-2018
masyarakat Indonesia digegerkan oleh
terbongkarnya kasus-kasus korupsi yang
dilakukan oleh petinggi partai, anggota
DPR, Menteri dan lainnya. Sebut saja
kasus korupsi proyek pembangunan
kompleks olahraga di Hambalang, Bogor,
Jawa Barat, yang melibatkan pengurus dan
pimpinan partai penguasa, Kasus korupsi
simulator SIM yang melibatkan petinggi
Polri, kasus korupsi impor daging sapi
yang melibatkan petinggi partai yang
selama ini dianggap „suci‟. Belum lagi
kasus bank Century yang menyandera
sejumlah petinggi negeri ini sampai kepada
terbongkarnya kasus-kasus korupsi yang
melibatkan pegawai pajak. Hal memalukan
juga ditemukan di lembaga kementerian
yang mengurusi masalah agama terjadi
korupsi „ayat-ayat suci‟ dan urusan haji
yang melibatkan menteri agama Surya
Darma Ali, juga korupsi yang disangkakan
oleh KPK baru-baru ini kepada mantan
ketua BPK Hadi Purnomo. Dan yang
paling menggegerkan adalah kasus korupsi
yang melibatkan ketua Mahkamah
Konstitusi Akil Mokhtar, mengakibatkan
ketidak percayaan masyarakat terhadap
penyelenggaraan hukum di Indonesia,
karena MK sebagai benteng terakhir
hukum sudah tidak bisa dipercaya lagi,
lihat apa yang dikatakan oleh Febri
Diansyah Jubir KPK sepanjang 2015-2018
ada 104 kasus korupsi untuk 89 kepala
daerah yang sudah diproses oleh KPK,
tersebar di 22 provinsi, terbanyak berasal
dari Jawa Barat, yakni 13 orang, kemudian
Sumatera Utara sebanyak sembilan orang
dan delapan orang dari Jawa Timur.
Sedangkan dari wilayah Maluku dan
Maluku Utara baru tiga orang yang telah
divonis bersalah.1
Belum lagi kasus E-
KTP mencuri uang negara yang cukup
fantastis senilai Rp. 2.5 Triliun, dilakukan
oleh seorang Ketua DPR, Ketua Partai
Politik yang pada waktu kasus itu
dilakukan menjabat sebagai ketua Fraksi
Golkar2. Daftar tersebut menambah daftar
1Agung Sasongko, “104 Kasus Korupsi
Kepala Daerah Sudah Diproses KPK” (Indonesia,
April 26, 2018),
https://www.republika.co.id/berita/nasional/hukm/1
8/04/26/p7ra1e313-104-kasus-korupsi-kepala-
daerah-sudah-diproses-kpk. 2 Kasus e-KTP adalah kasus korupsi
“berjamaah” di DPR yang terhitung terbesar dalam
sejarah parlemen kita. Korupsi itu tidak saja telah
mempertontonkan kebejatan para anggota Dewan
kepada publik, konstituen yang mereka wakili, juga
kemudian melenyapkan tujuan sesungguhnya
kenapa KTP elektronik itu dibuat, yakni
sebagai “identitas tunggal” yang dibutuhkan untuk
sistem kependudukan warga negara. Negara telah
dirugikan tidak hanya uang, tapi juga waktu, oleh
para penggangsir yang telah “memproyekkan”
habis-habisan program e-ktp. Lestantya R. Baskoro,
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 83
panjang para pemimpin diberbagai sektor
yang tersangkut kasus korupsi.
Lihat juga karut-marut pemilu
2014, Pilkada Serentak, ditemukan hampir
di setiap dapil para caleg dan tim
suksesnya bergerilya mendatangi para
pemilih dengan memberikan „amplop‟, dan
sumbangan dalam berbagai bentuk yang
intinya membeli suara para pemilih. Hal
ini menunjukkan betapa kotornya moral
para caleg yang akan duduk di legislator.
Dapat dibayangkan bahwa ketika mereka
duduk sebagai wakil rakyat perbuatan
korupsi kemungkinan besar akan kembali
dilakukan demi mengembalikan „modal‟
yang sudah dikeluarkan untuk menduduki
kursi anggota dewan.
Hal yang cukup menganggu
belakangan ini adalah munculnya hal-hal
yang bersifat SARA dalam suksesi
pemimpin, baik untuk pimpinan daerah
maupun pimpinan nasional. Dimulai dari
PILKADA DKI yang menguras energi
hampir seluruh bagsa Indonesia. Dan
semakin terlihat betapa bobroknya karakter
para calon-calon pemimpin yang mampu
“Setelah Setya Novanto Dituntut 16 Tahun Penjara
Dalam Kasus E-KTP,” Tempo (Jakarta, April 2,
2018),https://hukum.tempo.co/read/10
75381/setelah-setya-novanto-dituntut-16-tahun-
penjara-dalam-kasus-e-ktp.
menghalakan segala cara demi memuaskan
syahwat kekuasaan. Pemimpin tidak lagi
diangap sebagai amanah atau titipan dari
Tuhan , tetapi digunakan sebagai alat
untuk mengeruk keuntungan.
Lebih memprihatinkan lagi
sesungguhnya terjadi juga dalam lembaga-
lembaga Kristen dan gereja-gereja,
pemilihan-pemilihan pemimpin atau
sinode gereja tidak lepas dari isu KKN,
dan sudah menggunakan model dunia
untuk mencari pemimpin, dan kasus
korupsi juga dilakukan oleh orang-orang
yang duduk sebagai pemimpin di lembaga
gereja tersebut, Jonathan Parapak dalam
kata pengantarnya pada buku Integritas :
Memimpin di bawah pengamatan Tuhan
yang ditulis oleh Jonathan Lamb
mengatakan bahwa lebih memprihatinkan
lagi berkembangnya masalah perpecahan
dan bentrokan dalam berbagai institusi
kristiani bahkan di gereja yang disebabkan
masalah korupsi dan integritas para
pejabatnya. Seharusnya kita tidak boleh
hanya melihat integritas dari sudut
pandang korupsi uang saja. Yang tidak
boleh dilupakan bahwa integritas sangat
berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan
Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 84
manusia.3 Pendapat ini jelas menunjukkan
bahwa beliau juga melihat didalam gereja
sudah terjadi degradasi moral dan iman
yang cukup parah.
Melihat kasus-kasus tersebut, suatu
pekerjaan rumah besar bagi bangsa ini
kedepan untuk mampu membersihkan dan
melakukan pembangunan karakter serta
integritas para pemimpin dan masyarakat.
Pemerintah pun sebenarnya dalam hal ini
tidak tinggal diam untuk membentuk
karakter bangsa, salah satu caranya melalui
kurikulum di sekolah-sekolah sampai
perguruan tinggi sudah disusun dan
diterapkan kurikulum berkarakter4, tetapi
belum dapat dirasakan keberhasilannya,
juga jargon revolusi Karakter presiden
Joko Widodo yang terus diagaungkan
mulai masa kampanye pilpres sampai
dengan saat sekarang ini, belum juga
secara signifikan berpengaruh dalam
kepemimpinan masa kini.
Orang Kristen juga dituntut
memiliki karakter yang baik, maka
pendidikan melalui gereja juga diharapkan
memberikan andil dalam membentuk
3Jonathan Lamb, Integritas (Jakarta:
Perkantas – Divisi Literatur, 2008).17 4 Rifai, “Mengajarkan Sikap Anti Korupsi
Sejak Dini Melalui Refleksi Keluaran 23 : 1-13,”
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama
Kristen) 4, no. 1 (2018): 1–13.
pribadi berkarakter.5 Sehingga pada
akhirnya akan muncul pemimpin-
pemimpin yang berkarakter dan berkualitas
sama seperti Kristus. Hal ini dibutuhkan
karena gereja pun sebenarnya saat ini
mengalami kondisi yang tidak jauh
berbeda dengan kepemimpinan dunia,
seperi ang sudah dijelaskan sebelumnya
dalam gereja pun terjadi penurunan
kwalitas dan integritas yang sangat
memprihatinkan, John MacArthur dalam
buku Kitab Kepemimpinan menyinggung
hal ini dengan menyatakan bahwa kondisi
dalam lingkup kegerejaan pun boleh
dibilang “tidak lebih baik”. 6
Karena itu setelah melihat daftar
panjang diatas sesungguhnya dapat dilihat
betapa rusaknya karakter para pemimpin
saat ini, semua lini sudah disusupi
penyakit moral yang sangat parah. Hampir
tidak ditemukan lagi ada pemimpin bangsa
yang bisa dijadikan sebagai panutan dan
teladan. Ini jelas menunjukkan bahwa
Negara dan bangsa maupun gereja berada
5Eliman, “Model Bimbingan Dalam
Pendidikan Agama Kristen Terhadap Pembentukan
Moral Anak Didik Usia 6-8 Tahun,” EPIGRAPHE:
Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 1, no. 2
(2017): 139–153,
www.stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/epigraphe. 6 John MacArthur, Kitab Kepemimpinan
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011). 4
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 85
dalam kemerosotan dan krisis
kepemimpinan. Maka tulisan ini
diharapkan bisa memberikan pemikiran
bagaimana membangun karakter
kepemimpinan sebagai jawaban atas
kemerosotan kepemimpinan saat ini.
METODE
Metode yang digunakan dalam
kajian ini adalah deskriptif kualitatif, di
mana persoalan kemerosotan
kepemimpinan menjadi obyek penelitian.
Data primer yang digunakan adalah buku-
buku yang berkaitan langsung dengan
objek penelitian, artikel, jurnal dan
pemberitaan online, serta beberapa sumber
yang menyangkut topik yang diteliti.
PEMBAHASAN
Pengertian pemimpin bagi banyak
orang juga berbagai macam,
kepemimpinan bagi dunia identik dengan
prestasi, status, penampilan, tingkat sosial,
ketenaran dan lain sebagainya. Pengertian
kepemimpinan secara umum adalah
terjemahan dari kata leadership yang
berasal dari kata leader. Pemimpin
(leader) ialah orang yang memimpin,
sedangkan pemimpin merupakan
jabatannya. Dalam pengertian lain, secara
etimologi istilah kepemimpinan berasal
dari kata dasar pimpin yang artinya
bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin
lahirlah kata kerja memimpin yang artinya
membimbing dan menuntun.7
Kata „pemimpin‟ dalam bahasa
Yunani diterjemahkan dari kata benda:
hodegos (=pemimpin, penuntun,
pembimbing). Dalam bentuk kata kerja
dipakai kata: hodegein (memimpin,
menuntun, membimbing).
Dalam
Perjanjian Baru kata hodegos dan hodegein
dipakai secara bervariasi. Pada satu pihak
kedua kata itu dipakai dalam pengertian
yang negatif. Namun di pihak lain, kedua
kata itu juga dipakai dalam arti yang
positif. 8
Dalam Injil Yohanes 16:13
menyatakan bahwa apabila Roh Kebenaran
itu datang Ia memimpin kamu ke dalam
7Kepemimpinan mempunyai arti yang
sangat beragam, bahkan dikatakan bahwa definisi
kepemimpinan sama banyak dengan orang-orang
yang berusaha mendefinisikannya. Para peneliti
biasanya mendefinisikan kepemimpinan sesuai
dengan perspektif-perspektif individual dan aspek
dari fenomena yang paling manarik perhatian
mereka. Kepemimpinan telah didefinisikan dalam
kaitannya dengan cirri-ciri individual, perilaku,
pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi,
hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi
administrasi, serta persepsi oleh orang lain
mengenai keabsahan dari pengaruh. Pramudji,
Kepemimpinan Pemerintahan Di Indonesia
(Jakarta: Bumi Aksara, 1995).5 8A. S. Hornby, Oxford Advanced Leaner’s
Dictionary (Oxford: University Press, 1989).708.
Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 86
seluruh kebenaran, kata memimpin dalam
bahasa Yunaninya memakai kata
hodegese.9 John Gage Allee
mendefenisikan pemimpin dengan,
Leader… a guide; a conductor; a
commander” (pemimpin itu ialah
pemandu, penunjuk, penuntun;
komandan).10
Dunia banyak mencari pemimpin
yang ideal dengan berbagai kriteria,
contohnya dalam mencari pemimpin untuk
Indonesia, lebih banyak dicari adalah yang
mempunyai elektabilitas yang tinggi
dibandingkan dengan kredebilitas, maka
pencitraan merupakan modal utama bagi
para calon pemimpin. Berdeda dengan
pandangan dunia ini mengenai sosok ideal
pemimpin, pandangan Yesus ternyata
tidak cocok dengan apa yang disebutkan
oleh orang dizaman ini, Yesus berkata:
9A. M. Mangunhardjana, Kepemimpinan
(Yogyakarta: Kanasius, 1990). 11., Menurut
Mangunhardjana pemakaian kata kerja hodegese
memiliki makna: memimpin, menuntun,
membimbing, hal ini juga dapat daiartikan:
menunjukkan jalan terutama berjalan di depan,
menuntun, membimbing, mengambil langkah awal,
mempengaruhi orang dengan pandangan dan
tindakan, memprakasai, bertindak lebih dahulu,
memelopori, mengarahkan pikiran atau mendapat,
menggerakkan orang lain dengan pengaruhnya, dll. 10
Sudirman Anwar, Management Of
Student Development (Tembilah Riau: Yayasan
Indragiri, 2015). 23.
Tetapi Yesus memanggil mereka
lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa
pemerintah-pemerintah bangsa-
bangsa memerintah rakyatnya
dengan tangan besi dan pembesar-
pembesar menjalankan kuasanya
dengan keras atas mereka. Tidaklah
demikian di antara kamu.
Barangsiapa ingin menjadi besar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barangsiapa ingin
menjadi terkemuka di antara kamu,
hendaklah ia menjadi hambamm u;
sama seperti Anak Manusia datang
bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang" (Mat
20:25-28).
Sekalipun pandangan dunia
berbeda dengan pandangan Kristus, namun
ada banyak orang Kristen belajar
kepemimpinan dari pemimpin dunia,
seharusnya orang Kristen belajar dari
Alkitab bagaimana kepemimpinan yang
sejati itu. Karena kepemimpinan yang
diajarkan oleh Kristus adalah
kepemimpinan yang menebus (redemptive
leadership) yaitu kepemimpinan yang
menerapkan konsep penebusan yang
dilakukan Kristus sehingga orang lain
memperoleh kesembuhan, pemulihan, dan
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 87
transformasi dan dapat memenuhi tujuan
Allah dalam hidup mereka.11
Sama seperti Kristus, Paulus
sendiri memberikan panggilan yang jelas
sekali seperti yang tertulis dalam I
Korintus 11:1 yang mengatakan, "Jadilah
pengikutku, sama seperti aku juga menjadi
pengikut Kristus." Kalimat ini ingin
mengungkapkan kepada kita bahwa Paulus
berani mempertanggung-jawabkan sesuatu
dengan tingkah lakunya dengan apa yang
firman tuntut. Ini tidak berarti Paulus
sempurna tetapi ayat ini mau menunjukkan
bahwa semangat menjadi teladan menjadi
proses yang terus menerus terjadi dalam
hidup kita. Panggilan ini seharusnya
menjadi panggilan setiap orang Kristen.
Ayat ini juga membuktikan bahwa
pertanggung-jawaban bukan cuma secara
logika atau intelektual, juga bukan hanya
kedalaman secara pengalaman diri di
dalam Kristus melainkan itu juga
termanifestasi di dalam hidup yang
integral. Satu integritas antara kebenaran
dengan kebenaran yang kita jalankan.
Disini ada satu tuntutan bertumbuh
11
Janwar J. Juriaman & Dylmoon Hidayat,
“Kepemimpinan Yang Menebus Di Sekolah
Lentera Harapan Curug,” POLYGLOT A Journal of
Language, Literature, Culture, and Education 13,
no. 2 (2017): 47.
sehingga setiap saat orang dapat melihat
bagaimana hidup secara transparan dan
terus belajar berproses dan hidup menjadi
teladan. Ini menjadi tuntutan bukan hanya
hamba Tuhan tetapi setiap orang Kristen.
Maka kepemimpinan itu berkaitan
dengan pengaruh, pemimpin yang ideal
adalah seseorang yang memiliki hidup dan
karakter yang dapat mendorong orang lain
untuk meneladaninya.12
Penegasan serupa
disampaikan oleh Jeff
Hammond,: “Seorang pemimpin harus
mempengaruhi sikap dan tindakan orang,
Seorang Pemimpin adalah seorang yang
orang lain mau ikuti”.13
Kalau pemimpin
tidak memiliki kemampuan untuk
memberikan dorongan kepada yang lain
untuk mengikut dia, maka sesungguhnya
pemimpin tersebut adalah pemimpin yang
gagal. Pemimpin harus mampu
mengarahkan orang lain mengikut dia
tanpa ada unsur paksaan, baik itu melalui
iming-iming hadiah, maupun ancaman
tetapi karena wibawa dan cara hidup yang
benar dan layak diteladani dari pemimpin
tersebut. Jadi jelas kepemimpinan adalah
12
MacArthur, Kitab Kepemimpinan. ix 13
Jeff Hammond, Leader Kepemimpinan
Yang Sukses (Jakarta: Metanoia, 2003). 12
Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 88
karakter, bukan karena penampilan atau
gaya atau teknik.
Karakter
Karakter adalah “the uniqe
gualities and traits that separate one
person from another” (kualitas dari
seseorang yang membuat dia berbeda/unik
dari orang lain). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti:
1). Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dari
yang lain.14
Wyne mengungkapkan bahwa
kata karakter berasal dari bahasa Yunani
“karasso” yang berarti “to mark” yaitu
menandai atau mengukir, yang
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan
nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang
yang berperilaku tidak jujur, kejam atau
rakus dikatakan sebagai orang yang
berkarakter jelek, sementara orang yang
berprilaku jujur, suka menolong dikatakan
sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi
istilah karakter erat kaitannya dengan
personality (kepribadian) seseorang.15
14
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008). 639. 15
Nuraida, Pendidikan Holistik:
Pendekatan Lintas Perspektif, ed. Jejen Musfah
(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012).
223-224.
Karakter atau pribadi adalah suatu
istilah yang menunjuk pada sesuatu yang
hidup, yang diciptakan Allah menurut
gambar dan rupa Allah. Ini adalah hal yang
sangat penting untuk diketahui dalam
kekristenan karena manusia adalah pribadi
yang diciptakan Allah, yang mempunyai
keunikan khusus yang tidak ada duanya di
muka bumi ini. “Saya adalah saya”, di
mana tidak ada orang bisa
menyamakannya. Jadi, karakter atau
kepribadian orang masing-masing unik,
tidak terulang, tidak dapat ditiru orang lain.
Inilah yang berharga yang manusia miliki.
Karakter terus berkembang dari
waktu ke waktu. Banyak orang
mengatakan karakter seseorang terbentuk
sedari kecil. Tidak diketahui dengan pasti
kapan tepatnya karakter itu mulai
berkembang. Akan tetapi, bisa dipastikan
bahwa karakter tidak dapat berubah
dengan cepat.16
Karakter seorang pemimpin bisa
dikatakan sebagai kunci keberhasilan
kepemimpinannya. Melalui karakter yang
baik dan kuat, ia akan mampu melalui
masalah yang sering kali hadir ketika ia
16
Donald Clark, “Pengertian
Karakter,”http://lead.sabda.org/12/apr/2007/kepemi
mpinan_kepemimpinan_karakter_dan_sifat.
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 89
ada di puncak. Karakter jugalah yang
menentukan apakah ia seorang pemimpin
yang layak untuk diikuti. Albert Einstein
pernah menulis jika kebanyakan orang
mengatakan intelektualitaslah yang
membuat seorang ilmuwan hebat. Mereka
salah, yang membuatnya hebat adalah
karakter. Hal ini senada dengan
ungkapan H. Norman Schwarzkopf yang
pernah mengatakan, “Kepemimpinan
adalah kombinasi yang sangat kuat
dari strategi dan karakter. Namun
jika harus memilih salah satunya,
pilihlah karakter.17
Karakter Kepemimpinan Paulus
Setiap orang mempunyai jiwa
kepemimpinan. Tetapi masing-masing
orang mempunyai sikap yang berbeda
dalam gaya kepemimpinan. Ketika
menghadapi masalah, memimpin bawahan,
dan mengerjakan tugas biasanya gaya
kepemimpinan tersebut dapat terlihat dan
teruji. Sama halnya dalam Alkitab dapat
ditemukan gaya kepemimpinan yang
berbeda dari masing-masing tokoh yang
ada.
17
Guntur Cahyono, “Menentukan
Pemimpin Berkarakter,” Kompasiana.
Salah satu tokoh Alkitab yang akan
menjadi sorotan dan dipelajari dalam
tulisan ini adalah Rasul Paulus,18
dari
Paulus dapat dilihat wawasan
kepemimpinan yang cukup banyak.
Wawasan kepemimpinan tersebut dapat
dinikmati dan telusuri dalam tulisannya di
Perjanjian Baru yang sebagian besar
merupakan karyanya. Paulus adalah salah
satu pemimpin terbesar dalam jemaat
mula-mula yang berhasil mengembangkan
kepemimpinan jemaat purba. Model
kepemimpinan Paulus dapat dilihat bukan
hanya dalam tulisannya namun dapat
dilihat juga dalam kitab Kisah Para Rasul,
pola pengembangan kepemimpinannya
terlihat dengan nyata dalam hubungannya
dengan para muridnya seperti Silwanus,
Timotius, Titus dan jemaat lainnya.
Rasul Paulus dalam suratnya
kepada Timotius memintanya untuk
18
MacArthur, Kitab Kepemimpinan, 6. Jika
Anda merindukan sosok manusia biasa yang patut
disebut sebagai pemimpin teladan, saya piker Anda
tidak akan menemukan sosok pribadi teladan lain
yang lebih baik dibanding Paulus. Ia adalah seorang
pahlawan kepemimpinan. Ia adalah seorang
pemimpin umat yang sejati, dan jiwa
kepemimpinanya akan terlihat jelas ketika ia
diperhadapkan dengan situasi yang pelik.
Kecakapanya sebagai pemimpin tidak berkaitan
dengan sama sekali dengan gelar kerasulannya.
Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 90
memelihara sikap dan kepribadiannya agar
menjadi teladan sehingga walau ia muda ia
tidak diremehkan. Hal yang sama juga
dilakukan kepada Titus (Titus 2:6,8).
Kepemimpinan seseorang tidak hanya
terletak pada ucapan-ucapannya,
melainkan juga pada sikap dan
tindakannya. Dalam suratnya kepada
jemaat di Tesalonika, Paulus juga meminta
mereka untuk meneladani dirinya dalam
hal bekerja. Walaupun ia adalah seorang
pekabar Injil, tetapi ia juga melakukan
pekerjaannya sebagai seorang pembuat
kemah untuk menunjang kehidupannya.
Selanjutnya menurut Paulus, orang
yang menghendaki jabatan penilik jemaat
menginginkan pekerjaan yang indah (1
Tim. 3:1). Berarti cita-cita untuk menjadi
seorang pemimpin rohani adalah suatu
keinginan yang mulia. Memang ada orang
ambisius yang mencari kedudukan demi
kepentingan diri sendiri, tetapi ada ambisi-
ambisi yang mulia dan pantas dihargai dan
patut dikejar. Apalagi pada zaman Paulus,
kedudukan sebagai pemimpin rohani
adalah suatu kedudukan yang berbahaya
dan menuntut tanggung jawab yang
berat. Tidak jarang upahnya adalah
kesukaran, hinaan dan penolakan. Pada
masa penganiayaan, maka pemimpinlah
yang paling dahulu harus menderita.
Hal itu terjadi juga pada masa
kini. Lagipula yang ditekankan bukanlah
jabatannya semata-mata, melainkan fungsi
sebagai penilik. Pemimpin rohani yang
sejati senantiasa lebih memperhatikan
pelayanan yang dilakukannya untuk Tuhan
dan sesamanya, daripada memikirkan
keuntungan dan kesenangan yang dapat
diperolehnya dalam hidup. Ia bertujuan
untuk memberikan lebih banyak ke dalam
hidup daripada yang diambilnya dari hidup
ini. Sejarah tidak memperhatikan sama
sekali pangkat, gelar atau jabatan
seseorang, melainkan kualitas perbuatan
dan sifat pikiran serta hatinya.
Dasar Kepemimpinan Berkarakter
Berikut ini akan dibahas apa yang
menjadi dasar-dasar kepemimpinan
berkarakter, dasar-dasar ini paling tidak
harus dimiliki seorang pemimpin untuk
menjawab kemerosotan dan krisis
kepemimpinan yang terjadi saat ini baik
dalam hidup berbangsa dan bernegara
mapun dalam kehidupan bergereja.
Kredebilitas
Kredebilitas adalah faktor penting
dalam karakter seorang pemimpin. Kamus
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 91
Besar Bahasa Indonesia memberikan arti
terhadap kredebilitas sebagai, perihal dapat
dipercaya.19
Wikipedia menjelaskan
bahwa, kredebilitas seorang
pemimpin adalah kualitas, kapabilitas, atau
kekuatan untuk menimbulkan
kepercayaan.20
Seorang yang memiliki
kredibilitas berarti dapat dipercayai, dalam
arti kita bisa memercayai karakter dan
kemampuannya. Sokrates mengatakan,
"Kunci utama untuk kejayaan adalah
membuat apa yang nampak dari diri kita
menjadi kenyataan." Jadi untuk dapat
memberikan dampak bagi orang lain dan
dapat dipercayai, pemimpin harus
memiliki kredebilitas. Kredibilitas adalah
pondasi dari kepemimpinan, pepatah
mengatakan if people don’t believe in
messanger, they won’t believe the
message. Ini adalah hal terpenting dalam
kepemimpinan yang harus
dipraktekan dalam waktu yang baik
maupun pada waktu yang tidak baik.
Dalam saat-saat yang sulit kredibilitas dan
integritas menjadi krusial. Kredibilitas
bukanlah kondisi di mana para pemimpin
dapat bekerja otomatis atau semau hati
19
“Kredibilitas.”
20
“Kredibilitas,”
http://id.wikipedia.org/wiki/ Kredibilitas.
seperti menyalakan atau mematikan
lampu saat dibutuhkan, ini adalah hal yang
harus dikerjakan setiap waktu.
Para pemimpin memerlukan
banyak waktu untuk membangun
kredibilitas, dan harus berhati-hati
menjaganya karena hal ini dapat hilang
secara instant. James M. Kouzer dan Barry
Z. Posner dalam bukunya Leadership
Challenge dan Credibility
melakukan penelitian tentang pemimpin
yang dianggap memiliki kemampuan yang
lebih dari pemimpin biasa. Responden
yang terdiri dari 1500 pemimpin di
berbagai bidang, bisnis, politik, kesenian,
dan agama, dengan tegas menyatakan
bahwa pemimpin-pemimpin yang
mempesona dan dikagumi di enam benua
yang diteliti (Afrika, Amerika Utara,
Amerika Selatan, Asia, Eropa, dan
Australia) menunjukkan empat kualitas
istimewa: honesty, forward-looking,
inspiring, and competence.21
Hasil
penelitian mereka konsisten dengan
temuan mereka yang dilakukan dua
dasawarsa lampau. Hasilnya kembali
menunjukkan bahwa pondasi utama
21
Barry Z. Posner. James M. Kouzes,
Credibility: How Leaders Gain and Lose It, Why
People Demand It (San Fransisco: Jossey-Bass
Publisher, 1993).
Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 92
kepemimpinan adalah kredibilitas, yang
terdiri dari kejujuran, kompetensi,
kemampuan menginspirasi, dan
berpandangan ke depan.
Integritas Diri
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “Integritas” diartikan sebagai
keterpaduan, kebulatan, keutuhan, jujur
dan dapat dipercaya. Ini berarti bahwa
orang yang memiliki integritas adalah
orang yang memiliki keutuhan yakni
satunya kata dan tindakan, jujur dan dapat
dipercaya.22
Sedangkan dalam Kamus
Merriam-Webster: integritas (Latin),
integrity (Inggris): the quality or state of
being complete or undivided23
dapat
diterjemahkan sebagai "kepatuhan yang
teguh terhadap kode perilaku, khususnya
yang bernilai moral atau seni". Kata itu
digunakan untuk menggambarkan orang-
orang yang tidak bersedia disuap atau
dikorupsi secara moral. Dari bahasa
Yunani integrare yang berarti menjadi
sesuatu itu lengkap; contohnya untuk
mengintegrasikan adalah untuk
mengkombinasikan beberapa menjadi satu
22
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995).
384 23
“Integrity.”
kesatuan yang lengkap. Integritas
dimengerti sebagai "completeness,
wholeness, unified, dan entirety",
semuanya merujuk pada keutuhan.
Keutuhan yang dimaksud adalah keutuhan
dari seluruh aspek kehidupan, terutama
antara perkataan dan perbuatan.
Jika orang lain mendapati
inkonsistensi dalam perkataan dan
perbuatan seseorang, maka seseorang itu
adalah orang yang munafik. Yakobus
mendefinisikan integritas sebagai
"sempurna dan utuh dan tak kekurangan
suatu apa pun" (Yakobus 1:4). Iman dan
perbuatan adalah satu. Bahkan dari
perbuatannya, orang lain dapat melihat
imannya (Yakobus 2:8). Integritas tidaklah
sama dengan citra diri (image). "Image"
adalah persepsi orang mengenai diri kita,
sedangkan integritas adalah siapa diri kita
sesungguhnya. Bila memusatkan seluruh
daya upaya, pikiran, dan waktu untuk
memperlihatkan sebuah "image" palsu
kepada orang lain, berarti berisiko
kehilangan integritas.
Jhon Stott pernah menuliskan
demikian, “Integritas adalah ciri orang-
orang yang terintegrasi secara selaras, yang
di dalam dirinya tidak ada dikotomi antara
kehidupan pribadi dan kehidupan di muka
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 93
umum, antara yang disaksikan dan yang
diterapkan, antara yang diucapkan dan
yang dilakukan.24
Sayangnya tidak selalu
sifat-sifat ini mencirikan kehidupan umat
Allah. Integritas merupkan ciri esensial
dari seorang pemimpin dan yang
terpenting dari para penginjil.25
Billy Graham berkata, “Integritas
adalah lem yang merekatkan cara hidup
kita menjadi satu. Kita harus terus-menerus
berjuang untuk menjaga agar integritas kita
tetap utuh”. Ketika kekayaan hilang, tidak
ada apa pun yang hilang; ketika kesehatan
hilang, sesuatu hilang; ketika watak hilang,
segala-galanya hilang.26
Dan masih
menurut Billy Graham Secara nilai moral,
seseorang yang memiliki integritas adalah
orang yang sama baiknya di dalam maupun
di luar, tidak berbeda antara apa yang
diucapkan dengan yang dikerjakan, dia
dapat dipercaya dan dia adalah orang yang
sama pada saat jauh dari rumah
sebagaimana dia di gereja atau di rumah.
Integritas adalah modal utama
seorang pemimpin, namun sekaligus modal
yang paling jarang dimiliki oleh pemimpin.
24
Lamb, Integritas. 15. 25
Ibid., 15. 26
John C. Maxwell, Mengembangkan
Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda. (Jakarta:
Binarupa Aksara, 1995). 48.
Inilah tragedi terbesar dalam
kepemimpinan. Peneliti kepemimpinan
James Kouzes dan Barry Posner dalam
buku mereka berjudul Credibility : How
Leaders Gain and Lose It, Why People
Demand It melaporkan hasil riset mereka
selama hampir 20 tahun dari survey
terhadap ribuan kaum profesional dari
empat benua bahwa karakteristik nomor
satu yang paling kritis bagi seorang
pemimpin adalah integritas.27
Juga berintegritas dapat diartikan
sebagai kualitas (value) yang dimiliki
seseorang dan mewujud dalam tindakan
(karakter). Nilai atau value yang dimiliki
"seseorang" fondasi hidup. Sehingga
seringkali kita mendengar orang berkata
"saya memiliki integritas", itu sama saja
dengan "saya punya nilai". Integritas
(value) di dalam kekristenan harus
dibangun di atas Kristus sebagai fondasi
dalam membangun nilai hidup. Maka salah
satu ciri orang disebut berkarakter yang
baik adalah memiliki integritas. Karakter
adalah sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
pendidikan watak, kalau itu ada maka ada
integritas.
27
Sendjaya, Kepemimpinan Kristen
(Yogyakarta: Kairos, 2004). 62.
Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 94
Berintegritas juga merupakan
standar yang Tuhan inginkan dari orang
percaya, karena ketika orang Kristen hidup
sebagai orang yang memiliki integritas dan
berkarakter, maka orang akan mengenal
bahwa orang Kristen adalah orang yang
berintegritas dan memiliki Karakter
Kristus. Apa yang dikatakan seseorang
yang berintegritas, dengan mudah akan
diterima oleh orang lain, sehingga orang
percaya lebih mudah menyampaikan
firman Tuhan kepada orang lain karena
hidup orang percaya sudah memberikan
kesaksian. Karena Integritas adalah
keadaan yang sempurna, di mana
perkataan dan perbuatan menyatu dalam
diri seseorang. Seseorang yang memiliki
integritas tidak akan meniru orang lain,
tidak berpura-pura, tidak ada yang
disembunyikan, dan tidak ada yang perlu
ditakuti. Kehidupan seorang yang
berintegritas dan berkarakter adalah seperti
surat Kristus yang terbuka (2Kor. 3:2).
Dalam Alkitab dapat dilihat bahwa
Paulus adalah seorang yang sangat
menghargai integritas pribadi dan nama
baik. Ketika menasehati Timotius, Paulus
mengatakan dalam 1Timotius 3:7 bahwa
“Hendaklah ia juga mempunyai nama baik
di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang
dan jatuh ke dalam jerat Iblis.” Hocking
memberikan komentar tentang ayat ini,
“para pemimpin Rohani harus memiliki
suatu kesaksian dan gaya hidup yang
konsisten diantara orang-orang yang tidak
percaya maupun mereka yang percaya.”28
Paulus menjaga integritas pribadinya
melalui beberapa sikat atau tindakan yang
konsisten, antara lain dengan menjadi
teladan (II Tes. 3:7-9). Paulus
mempraktikkan apa yang ia ajarkan untuk
memberi teladan bagi jemaat. Disamping
itu, Paulus juga senantiasa menjaga
kesucian (II Kor. 7:1), menghindari celaan,
tidak cari untuk diri sendiri. Bagi Paulus
integritas pribadi atau nama baik jauh lebih
penting, karena pelayannya dilakukan
bukan untuk kepentingan egonya sendiri,
namun supaya tidak menjadi batu
sandungan bagi orang lain dan tugas
pemberitaan Injil tidak terkendala.
Komitmen
Dapat diyakini bahwa seseorang
dengan prinsip, atau gagasan yang
memiliki komitmen teguh merupakan satu
kualitas tunggal yang menghasilkan
seorang pemimpin. Saat seseorang
28
David Hocking, Rahasia Keberhasilan
Seorang Pemimpin (Yogyakarta: Yayasan Andi,
1994). 15.
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 95
mengarahkan sumber daya diri dan pribadi
untuk suatu tujuan yang tampaknya
"mustahil" ketimbang mengatasi segala
rintangan, orang-orang lain akan mulai
mengikutinya.
Komitmen memiliki arti berbeda-
beda bagi tiap-tiap orang. Bagi seorang
tentara, komitmen bisa berarti melintasi
bukit tanpa mengetahui ada apa di
baliknya. Komitmen seorang petinju
berarti bangkit kembali meski sudah
dipukul roboh berulang kali. Dan bagi
seorang pemimpin, komitmen berarti
berbuat lebih karena semua orang
tergantung kepadanya. 29
KBBI memberi
arti, komitmen adalah perjanjian
(keterikatan) untuk melakukan sesuatu;
kontrak30
. Defenisi lain diberikan oleh
Bansal, Irving dan Taylor sebagai kekuatan
yang mengikat seseorang pada suatu
tindakan yang memiliki relevansi dengan
satu atau lebih sasaran.
Ketika membaca pelayanan Paulus,
terlihat bagaimana komitmennya atau
tekad untuk menyelesaikan tugas yang
dinyatakan dalam pekerjaannya. Paulus
29
Lanny Kusumawati, “Komitmen
Sepenuh Hati"
http://lead.sabda.org/lead/?title=komitmen_yang_se
pe- nuh_hati. 30
Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia.
mempertaruhkan nyawanya dalam
memberitakan Injil. Waktu berbicara
mengenai kesukaran-kesukaran yang
dihadapinya, Paulus berkata, "Lima kali
aku disesah orang Yahudi, setiap kali
empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali
aku didera, satu kali aku dilempari dengan
batu, tiga kali mengalami karam kapal,
sehari semalam aku terkatung-katung di
tengah laut. Dalam perjalanan, aku sering
diancam bahaya banjir dan bahaya
penyamun, bahaya dari pihak orang
Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan
Yahudi, bahaya di kota, bahaya di padang
gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya
dari pihak saudara-saudara palsu. Aku
banyak berjerih lelah dan bekerja berat;
kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan
dahaga; kerap kali aku puasa, kedinginan,
dan tanpa pakaian" (2Kor. 11:24-27).
Semua hal tersebut dapat dijalani oleh
Paulus karena dia memiliki komitmen.
Yesus sendiripun dapat taat sampai mati
bahkan sampai mati dikayu salib adalah
karena suatu komitmen, supaya manusia
berdosa dapat diselamatkan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
karakter yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin adalah komitmen, dimana
terhadap komitmen itu dia rela melakukan
Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 96
apa saja bahkan sampai mengorbankan
nyawanya.
Kerendahan Hati
Dalam salah satu bukunya tentang
kepemimpinan, John Stott menulis: "At no
point does the Christian mind come into
more collision with the secular mind than
in its insistence on with all the weakness it
entails." Menurut Stott, tabrakan
terdahsyat perspektif alkitabiah dan sekuler
terjadi pada masalah kerendahan hati.31
Kerendahan hati merupakan hal yang
langka dalam diri pemimpin-pemimpin
dewasa ini. Bahkan lebih parah lagi, dunia
pun tidak memberikan apresiasi sedikitpun
tentang kerendahan hati. Bagi dunia saat
ini kerendah hatian selalu diidentikkan
dengan kerugian dan kelemahan. Itu
sebabnya pemimpin sekarang yang
diimpikan oleh dunia ini adalah pemimpin
yang kalau bisa tangguh, otoritatif,
ganteng/cakap, seperti pemimpin ala
Nietzsche, yaitu "ubermensch" atau
"superman".
Sesuatu yang berbeda ditampilkan
oleh Yesus, yakni pemimpin berdasarkan
31
Bert M. Farias, “Soulish Leadership,”
Sabda Lead, last modified 2001,
http://lead.sabda.org/
kerendahan_hati_bagi_pemimpin_kristen.
prinsip biblikal yang tentunya tidak sama
dengan prinsip sekuler. Bagi Yesus
pemimpin justru yang paling rendah,
pemimpin malah diidentikkan dengan
anak kecil, artinya pemimmpin yang
sangat tergantung kepada orang lain,
pemimpin yang tidak memiliki kekuatan.
Yesus juga mengatakan: “Kamu tahu,
bahwa mereka yang disebut pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyatnya
dengan tangan besi, dan pembesar-
pembesarnya menjalankan kuasanya
dengan keras atas mereka. Tidaklah
demikian di antara kamu. Barangsiapa
ingin menjadi besar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan
barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka
di antara kamu, hendaklah ia menjadi
hamba untuk semuanya. Karena Anak
Manusia juga datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan
bagi banyak orang.” (Mrk. 10:42-45).
Kepemimpinan bukanlah sekedar masalah
prestise pada jabatan yang dimiliki. Bukan
hanya sekedar kedudukan,kekuasaan dan
bukan pula sekedar memiliki pengetahuan
intelektual yang tinggi mengenai
kepemimpinan. Harus ada keseimbangan
antara kemampuan intelektual dengan
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 97
kepemilikan karakter pribadi yang baik
yang dibangun dari pengembangan kualitas
kemampuan emosional dan spiritual.
Namun yang terpenting adalah
seorang pemimpin harus mempunyai sikap
hati yang melayani yang terpancar melalui
kerendahan hati. Karena seorang
pemimpin yang sering mengunggulkan
diri, pada umumnya lebih sering jatuh. Jadi
kepemimpinan yang melayani adalah
kepemimpinan yang lebih didasarkan pada
kerendahan hati.
KBBI menjelaskan arti dari rendah
hati sebagai: hal (sifat) tidak sombong atau
tidak angkuh.32
Rendah hati pada
hakekatnya bermakna kesadaran akan
keterbatasan kemampuan diri, jauh dari
kesempurnaan dan terhindar dari setiap
bentuk keangkuhan. Rendah hati akan
mendorong terbentuknya sikap realistis,
mau membuka diri untuk terus belajar,
menghargai pendapat orang lain,
menumbuh kembangan sikap tenggang
rasa, seta mewujudkan kesederhanaan,
penuh rasa syukur dan ikhlas di dalam
mengemban hidup ini.
Apa arti sesungguhnya dari
kerendahan hati? Kerendahan hati tidak
32
Http://www.kamusbesar.com/56761/rend
ah-hati ,“Rendah Hati.”
identik dengan inferioritas atau rasa
minder. Seorang pengkhotbah besar,
Charles Spurgeon, mengatakan bahwa
kerendahan hati adalah "to make a right
estimate of oneself." Kerendahan hati
adalah mengerti posisi diri kita dengan
tepat di hadapan Tuhan.33
Kerendahan hati
merupakan salah satu indikator dari
tingginya kecerdasan spiritual seseorang.
Seorang yang tidak bisa menunjukkan
sikap atau karakter rendah hati, berarti
belum mencapai kedamaian dengan
dirinya.34
Pemimpin yang menempatkan
dirinya sebagai pelayan berarti dia
memiliki semangat yang rendah hati. Ia
33
Farias, “Soulish Leadership.” Seorang
yang rendah hati bukanlah seorang yang
mengatakan bahwa ia tidak memiliki kemampuan
apa pun dan tidak mampu melakukan segala
sesuatu (karena itu berarti menghina Tuhan,
pencipta-Nya). Seorang yang rendah hati adalah
seorang yang mengatakan bahwa semua
kemampuannya berasal dari Tuhan dan bahwa ia
mampu melakukan sesuatu karena Tuhan yang
memampukannya. Tanpa Tuhan, ia sama sekali
bukan apa-apa. Buku klasik karya Andrew Murray
yang berjudul "Humility" memberi definisi rendah
hati sebagai berikut. "Humility is the sense of entire
nothingness, which comes when we see how truly
God is all, and in which we make way for God to
be all." Dengan nada yang sama. Martin Luther
dengan lugas berkata, "God created the world out of
nothing, and as long as we are nothing, He can
make something out of
us."http://www.sabda.org/lead/16/aug/
2007/kepemimpinan_kerendahan_hati_versi_jim_c
ollins 34
“Rendah Hati,”
http://staff.undip.ac.id/psikfk/ pradiptaari/definisi-
rendah-hati.
Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 98
juga tidak hanya berkata: sungai itu kotor
melainkan ia mau membersihkan sungai
tersebut.35
Orang yang rendah hati adalah
orang yang mau “turun” langsung melihat
realitas/kenyataan hidup. Dalam Flp. 2: 5-
11, Paulus menunjukkan semangat Yesus
yang sangat rendah hati. Yesus tidak
sombong dengan kesalehan hidup-Nya
atau karena Dia Allah. Kerendahan hati
seorang pemimpin tampak juga dalam
sikapnya yang mau mendengar kritik dari
orang lain. Mau memperbaharui diri. Tidak
menempatkan dirinya sebagai superior
tetapi sebagai socius (teman/sahabat) yang
solider. Kerendahan hati ala Yesus ini
diadopsi oleh orang-orang dunia dalam
kepemimpinannya seperti Paus Yohanes
Paulus II, Mother Teresa bahkan Mahatma
Gandi, dan memberi arti bahwa seorang
pemimpin seharusnya rendah hati dalam
hal tidak sombong, menunaikan tugas
dengan diam-diam tanpa cari perhatian dan
pujian dari orang lain, berani menerima
kegagalan tanpa mempersalahkan orang
35
Bdk. dengan kata-kata Ross Perot: The
activist is not the man who says the river is duty.
The activist is the man who cleans up the river
(Aktivis bukanlah seorang yang hanya bisa
mengatakan sungai itu kotor. Aktivis adalah orang
yang membersihkan sungai tersebut). Paulus
Winarto, The Leadershp Wisdom (Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2005). 30
lain, bekerja untuk kepentingan umum
bukan diri pribadi. Hal inipun pernah
disuarakan oleh Lao Tzu bahwa :“Syarat
menjadi seorang pemimpin adalah
kerendahan hati.”36
Kompetensi
Kompetensi merupakan sesuatu
yang sangat signifikan. Seseorang yang
kompeten akan dianggap pantas untuk
menjadi pemimpin oleh orang lain. Orang
yang kompeten akan disegani dan diikuti
oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.
Dan hal itu akan mendorong terciptanya
sebuah kepemimpinan yang sukses. KBBI
memberikan defenisi kompetensi sebagai
kewenangan (kekuasaan) untuk
menentukan (memutuskan sesuatu).37
Sedangkan dalam keputusan menteri
pendidikan Nasional RI No. 045/U/2002
tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi,
kompetensi diartikan sebagai seperangkat
tindakan cerdas, penuh tanggungjawab
yang dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
36
“KerendahanHati,”http://tourismreligi.bl
ogspot.com/2012/ 10/ normal-0-false-false-false-in-
x-none-x.html. 37
“Kompetensi.”
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 99
pekerjaan tertentu.38
Kompetensi menurut
Spencer & Spencer adalah an underlying
characteristic’s of an individual which is
causally related to criterion – referenced
effective and or superior performance in a
job or situation artinya sebagai
karakteristik dasar yang dimiliki oleh
seorang individu yang berhubungan secara
kausal dalam memenuhi kriteria yang
diperlukan dalam menduduki suatu
jabatan.39
Dari uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kompetensi yaitu sifat
dasar yang dimiliki atau bagian
kepribadian yang mendalam dan melekat
kepada seseorang serta perilaku yang dapat
diprediksi pada berbagai keadaan dan
tugas pekerjaan sebagai dorongan untuk
mempunyai prestasi dan keinginan
berusaha agar melaksanakan tugas dengan
efektif. Ketidaksesuaian dalam kompetensi
inilah yang membedakan seorang
pemimpin unggul dari orang lain.
Spencer and Spencer menjelaskan
bahwa terdapat 5 karakteristik kompetensi,
38
“Kompetensi Dan Learning,”http://www.
kopertis3.or.id/html/wpcontent/uploads/2011/12/ko
m-petensi-dan-learning-outcomes-dikti.pdf. 39
M. Signe Spencer, M. Lyle & Spencer,
Competence at Work Modelas for Superrior
Performance (New York, USA: John Wily & Son,
Inc, 1993). 9
yaitu: a.“Motives” (pengetahuan)
b.“traits” (keahlian/keterampilan) c.“Self-
Concept” d.“knowledge” e. “skills”40
.
Maka seorang pemimpin harus memiliki
karakter kompetensi yang baik sehingga
mampu memimpin orang lain ke arah yang
lebih baik dari sebelumnya.
Mengingat pentingnya kompetensi
seseorang dari segi karakter (paling tidak
40
Ibid. Spencer and Spencer, Competence
at Work Modelas,10. 1.Motives, adalah sesuatu
dimana sesorang secara konsisten berfikir sehingga
ia melakukan tindakan. Spencer menambahkan
bahwa motives adalah “drive, direct and select
behavior toward certain actions or goals and away
from others “. Misalnya sectoring yang memiliki
motivasi berprestasi secara konsisten
mengembangkan tujuan – tujuan yang memberi
suatu tantangan pada dirinya sendiri dan
bertanggung jawab penuh untuk mencapai tujuan
tersebut serta mengharapkan semacam “ feedback “
untuk memperbaiki dirinya. 2.Traits Adalah watak
yang membuat orang untuk berperilaku atau
bagaimana sectoring merespon sesuatu dengan cara
tertentu. Sebagai contoh seperti percaya diri,
kontrol diri, ketabahan atau daya tahan. 3.Self
Concept, adalah sikap dan nilai – nilai yang
dimiliki sectoring. Sikap dan nilai diukur melalui
tes kepada responden untuk mengetahui nilai yang
dimiliki sectoring dan apa yang menarik bagi
sectoring untuk melakukan sesuatu. 4. Knowledge,
adalah informasi yang dimiliki sectoring untuk
bidang tertentu. Pengetahuan merupakan
kompetensi yang kompleks. Tes pengetahuan
mengukur kemampuan peserta untuk memilih
jawaban yang paling benar tetapi tidak bias melihat
apakah sesorang dapat melakukan pekerjaan
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. 5.
Skills, adalah kemampuan untuk melaksanakan
suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun
mental. Dengan mengetahui tingkat kompetensi
maka perencanaan sumber daya manusia akan lebih
baik hasilnya.
Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 100
bagi kepemimpinan Kristen), di mana
karakter yang baik akan menentukan
penerapan pengetahuan dan keahlian
dengan baik, maka kepemimpinan Kristen
harus memerhitungkan kompetensi dari
segi karakter, yang hanya dapat dibaca
melalui perilaku atau tindakan. Yakub
Tomatala menjelaskan bahwa kompetensi
karakter seseorang dari segi kekristenan
hanya dapat diidentifikasi dengan melihat
beberapa indikasi berikut:
1. Komitmen kepada Tuhan, organisasi/
pemimpin dan pekerjaan. Hal ini dapat
dilihat dari adanya kesetiaan, kejujuran,
kerajinan, sikap bertanggung jawab, dsb.
yang dibuktikan dalam sikap hidup dan
kerja sehari-hari. Perilaku nyata dari
seorang pemimpin menggambarkan isi
hatinya (sikap batin) serta kebiasaan
hidupnya.
2. Integritas diri yang berkenaan dengan
bagaimana seseorang melihat diri -- self
ideal, self image, self esteem; Tuhan
(khususnya sikapnya terhadap
dosa/kejahatan); hubungan dengan orang
lain sehingga ia diakui sebagai "bijak" dan
"baik" dalam takaran sosial; sikap
terhadap uang sehingga ia dianggap dapat
dipercaya karena tidak berkompromi
dengan "ketidakjujuran"; sikap terhadap
kerja di mana ia menghargai pekerjaan
dan tanggung jawab yang dipercayakan
kepadanya. Faktor-faktor tersebut hanya
dapat dibuktikan dalam perilaku nyata.
3. Faktor khusus, antara lain disiplin,
motivasi, semangat hidup, kerja sama,
orientasi hasil/sukses, sikap positif,
kreatif, inovatif, sinergetik, energetik,
ketahanan, konsistensi, dsb.. Semua faktor
itu dapat terlihat dari perilaku dan
perbuatan seseorang.
4. Kemauan keras untuk bekerja serta
kesetiaan dan ketekunan kerja yang
dibuktikan dengan bekerja baik dan
bekerja keras dengan sikap pasti, yaitu
mencapai tujuan kerja dan
menghasilkan/produktif. 41
Jadi apa yang sudah disampaikan
diatas merupakan penilaian apakah seorang
pemimpin memiliki karakter yang
kompeten. Tetapi hal yang sangat penting
dari segi kekristenan yang perlu
ditekankan ialah bahwa kompetensi
seorang individu pemimpin Kristen adalah
anugerah Allah (Yoh. 15:16-17), di mana
semua faktor yang disinggung di atas
hanya ada karena dia menemukan dirinya
ada karena dan di dalam Tuhan (Ef. 2:6-
10; 2Tim. 3:14-17). Di sisi lain,
kompetensi adalah tanggung jawab
anugerah untuk menghidupi anugerah di
atas dengan seluruh aspek secara nyata
(Ams. 3:1-15; Fil. 2:2-18; 4:8-9). Setelah
itu, kompetensi tidak perlu dituntut, ia
akan ada dan yang kompeten akan diakui
kompeten bila dihidupi serta dibagi secara
nyata dalam upaya memimpin oleh
pemimpin itu sendiri.
41
Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang
Dinamis (Malang: Gandum Mas, 1997). 327.
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 101
Disiplin
Banyak orang yang mengikuti
kursus kepemimpinan dengan harapan
dapat menjadi pemimpin, justru gagal
karena mereka tidak pernah belajar untuk
taat. Karakter disiplin42
adalah hal yang
sangat penting untuk dimiliki seorang
pemimpin, diakui atau tidak masa depan
berada ditangan orang-orang yang disiplin.
Maka seluruh karakter yang sudah dibahas
sebelumnya tidak akan berarti apa-apa
tanpa adanya disiplin, disiplin menjadikan
seseorang mampu memimpin, karena
orang tersebut telah menaklukkan dirinya
42
Defenisi disiplin adalah: merupakan
perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang
dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu
yang menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan
Disiplin diri merujuk pada pelatihan yang
didapatkan seseorang untuk memenuhi tugas
tertentu atau untuk mengadopsi pola perilaku
tertentu, walaupun orang tersebut lebih senang
melakukan hal yang lain. Sebagai contoh,
seseorang mungkin saja tidak melakukan sesuatu
yang menurutnya memuaskan dan menyenangkan
dengan membelanjakan uangnya untuk sesuatu
yang ia inginkan dan menyumbangkan uang
tersebut kepada organisasi amal dengan pikiran
bahwa hal tersebut lebih penting. Secara etimologi
disiplin berasal dari bahasa Latin “disibel” yang
berarti Pengikut. Seiring dengan perkembangan
zaman, kata tersebut mengalami perubahan menjadi
“disipline” yang artinya kepatuhan atau yang
menyangkut tata tertib. Disiplin memerlukan
integritas emosi dalam mewujudakan keadaan.
disiplin diri dapat bermula pada suatu hal yang
kecil, contoh : bagi pelajar yang mampu membagi
waktu belajar, membagi waktu beribadah sehingga
tak menimbulkan suatu pertabrakan kegiatan pada
waktu yang sama. “Disiplin.”
sendiri melalui pendisiplinan. Dalam
bahasa Inggris kata-kata disciple (murid)
dan discipline (disiplin) berasal dari akar
kata yang sama. Yakub Tomatala
menyatakan bahwa dalam kepemimpinan,
disiplin harus diartikan sebagai "mendidik
untuk perbaikan dan menjadi lebih baik".
Disiplin di sini tidak diartikan sebagai
hukuman untuk orang yang bersalah, tetapi
merupakan didikan atau tuntunan untuk
bermotivasi, bersikap, dan berkinerja baik
secara konsisten.43
Seorang pemimpin adalah
seseorang yang telah bersedia menerima
dan belajar menaati disiplin yang
dipaksakan oleh orang lain, dan kemudian
membebankan disiplin yang jauh lebih
keras, yang berasal dari dirinya sendiri.
Orang-orang yang menentang peraturan
dan memandang rendah kedisiplinan diri
jarang menjadi seorang pemimpin yang
sukses. Mereka melalaikan kekerasan dan
pengorbanan yang dibutuhkan dalam
kedisiplinan dan menolak pelajaran-
pelajaran ilahi yang ada di dalam
kedisiplinan.44
43
Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis.
249 44
J. Oswald Sanders, Kepemimpinan
Rohani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999).
49.
Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 102
Lalu, apakah arti pendisiplinan itu?
Pendisiplinan adalah adalah usaha usaha
untuk menanamkan nilai ataupun
pemaksaan agar subjek memiliki
kemampuan untuk menaati sebuah
peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi
istilah pengganti untuk hukuman ataupun
instrumen hukuman dimana hal ini bisa
dilakukan pada diri sendiri ataupun pada
orang lain.45
Atau dengan kata lain
pelatihan yang membenarkan, membentuk,
atau menyempurnakan; bisa melibatkan
suatu hukuman dalam menegur. Terdapat
dua elemen dalam pendisiplinan -- yang
keduanya ada dalam firman Allah, yaitu:
Pertama, teguran yang berfungsi untuk
menyatakan kesalahan, dan kedua,
pembenaran yang berfungsi untuk
mengatakan/menunjukkan bagaimana
mengubah kesalahan itu.
Fungsi khusus dari disiplin seperti
dijelaskan Tomatala dapat dijabarkan
dalam tiga kisi penting berikut:
1. Meningkatkan kualitas karakter.
Kualitas karakter akan terlihat pada
komitmen kepada Tuhan, organisasi,
diri, orang lain, dan kerja. Puncak
komitmen akan terlihat pada integritas
diri yang tinggi dan tangguh.
2. Mendukung proses pengejawanta-han
kualitas karakter, sikap, dan kerja. Di
45
“Disiplin.”
sini, kualitas sikap (komitmen dan
integritas) ditunjang, didukung,
dikembangkan, dan diwujudkan dalam
kenyataan. Komitmen dan integritas
akan terlihat dalam kinerja yang
konsisten.
3. Memproduksi kualitas karakter dalam
hidup yang ditandai oleh adanya
karakter kuat dari setiap orang,
termasuk pemimpin dan bawahan.
Pemimpin terbukti berdisiplin tinggi
dalam sikap hidup dan kerja, dan hal
yang akan mempengaruhi para
bawahan untuk berdisiplin tinggi yang
dijadikan model oleh bawahannya.46
Jadi disiplin harus dimulai dari diri
sendiri dan mau tunduk keapada aturan
yang dibuat oleh orang lain, karena itu
adalah cara terbaik dalam melatih
kepemimpinan yaitu bersedia
menempatkan diri di bawah kehendak
orang lain.. Untuk menjadi seorang
pemimpin yang berkarakter seorang
pemimpin harus berdisiplin keras, maka
orang-orang lain akan merasakannya dan
akhirnya orang-orang tersebut mau
menunjukkan kerajasama dalam
menjalankan disiplin yang dikehendaki
dari mereka. Pada akhirnya, perlulah
disadari bahwa disiplin dalam kehidupan
berorganisasi, bekerja, berkelompok, dan
individu merupakan adanya gambaran
46
Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis.
251
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 103
tekad, kemauan, serta komitmen yang
sedang diejawentahkan. Hal ini
menentukan kohesi tinggi dalam
mekanisme sosial yang memastikan
hubungan dan kerja sama yang erat, yang
secara pasti mengarah kepada
keberhasilan/kesuksesan hidup dan kerja
kelompok maupun individu.
PENUTUP
Karakter pemimpin bukan
dilahirkan, tapi diciptakan. Setiap orang
dapat menjadi pemimpin. Bahkan menjadi
pemimpin besar dan berdampak. Tidak
peduli dari mana berasal, latar belakang
pendidikan apa yang di miliki, bagaimana
status ekonominya. Maka jawaban atas
kemerosotan kepemimpinan sebenarnya
dapat diberikan. Gereja dapat menciptakan
pemimpin yang memiliki karakter yang
baik, orang Kristen harus sadar bahwa
menciptakan pemimpin yang berkarakter
adalah tugas dan tanggungjawabnya.
Gereja bertanggungjawab menciptakan
pemimpin yang memiliki karakter dengan
kredebilitas yang baik, integritas yang
tinggi, memiliki komitmen yang tinggi,
daya kompetensi yang baik, kerendahan
hati sebagai seorang pelayan, dan memiliki
disiplin diri yang baik, hal ini bukan
sesuatu yang mustahil untuk diciptakan,
namun disamping itu, orang percaya perlu
berdoa agar Allah berbelas kasih dan terus
bekerja dalam hidup setiap anak-anak-Nya
yang kerap kali mengecewakan dan
melawan Dia. Orang-orang Kristen perlu
memohon agar Allah terus menggerakkan
hati mereka dan memanggil mereka untuk
tampil menjawab kebutuhan zaman
sebagai pemimpin pelayan di rumah,
gereja, universitas, perusahaan,
masyarakat, dan di arena publik. Dan
pemimpin Kristen harus menjadi
pemimpin yang menerapkan
kepemimpinan penebusan.
REFERENSI
Anwar, Sudirman. Management Of Student
Development. Tembilah Riau:
Yayasan Indragiri, 2015.
Baskoro, Lestantya R. “Setelah Setya
Novanto Dituntut 16 Tahun Penjara
Dalam Kasus E-KTP.” Tempo.
Jakarta, April 2018.
Cahyono, Guntur. “Menentukan Pemimpin
Berkarakter.” Kompasiana.
Clark, Donald. “Pengertian Karakter.”
Eliman. “Model Bimbingan Dalam
Pendidikan Agama Kristen Terhadap
Pembentukan Moral Anak Didik Usia
6-8 Tahun.” EPIGRAPHE: Jurnal
Teologi dan Pelayanan Kristiani 1,
no. 2 (2017): 139–153.
www.stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/
epigraphe.
Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 104
Farias, Bert M. “Soulish Leadership.”
Sabda Lead.
Hammond, Jeff. Leader Kepemimpinan
Yang Sukses. Jakarta: Metanoia, 2003.
Hidayat, Janwar J. Juriaman & Dylmoon.
“Kepemimpinan Yang Menebus Di
Sekolah Lentera Harapan Curug.”
POLYGLOT A Journal of Language,
Literature, Culture, and Education
13, no. 2 (2017): 47.
Hocking, David. Rahasia Keberhasilan
Seorang Pemimpin. Yogyakarta:
Yayasan Andi, 1994.
Hornby, A.S. Oxford Advanced Leaner’s
Dictionary. Oxford: University Press,
1989.
Http://www.kamusbesar.com/56761/renda
h-hati. “Rendah Hati.”
James M. Kouzes, Barry Z. Posner.
Credibility: How Leaders Gain and
Lose It, Why People Demand It. San
Fransisco: Jossey-Bass Publisher,
1993.
Kusumawati, Lanny. “Komitmen Sepenuh
Hati.”
Lamb, Jonathan. Integritas. Jakarta:
Perkantas – Divisi Literatur, 2008.
MacArthur, John. Kitab Kepemimpinan.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Mangunhardjana, A.M. Kepemimpinan.
Yogyakarta: Kanasius, 1990.
Maxwell, John C. Mengembangkan
Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda.
Jakarta: Binarupa Aksara, 1995.
Nuraida. Pendidikan Holistik: Pendekatan
Lintas Perspektif. Edited by Jejen
Musfah. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2012.
Penyusun, Tim. Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum
Bahasa Indonesia,. Jakarta: Balai
Pustaka, 1995.
Pramudji. Kepemimpinan Pemerintahan Di
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara,
1995.
Rifai. “Mengajarkan Sikap Anti Korupsi
Sejak Dini Melalui Refleksi Keluaran
23 : 1-13.” KURIOS (Jurnal Teologi
dan Pendidikan Agama Kristen) 4,
no. 1 (2018): 1–13.
Sanders, J. Oswald. Kepemimpinan
Rohani. Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 1999.
Sasongko, Agung. “104 Kasus Korupsi
Kepala Daerah Sudah Diproses
KPK.” Indonesia, April 2018.
Sendjaya. Kepemimpinan Kristen.
Yogyakarta: Kairos, 2004.
Spencer, M. Lyle & Spencer, M. Signe.
Competence at Work Modelas for
Superrior Performance. New York,
USA: John Wily & Son, Inc, 1993.
Tomatala, Yakob. Kepemimpinan Yang
Dinamis. Malang: Gandum Mas,
1997.
Winarto, Paulus. The Leadershp Wisdom.
Jakarta: Elex Media Komputindo,
2005.