24
Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 81 Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban Terhadap Krisis Kepemimpinan Masa Kini Fernando Tambunan Sekolah Tinggi Teologi Baptis Medan [email protected] Abstract The Church has a responsibility in creating leaders who are characterized by answering the decline in present-day leadership, degeneration occurs in every line, both in national leadership and church leadership. Leadership degeneration occurs because there is no good leadership character. In this scientific paper the authors use literature research methods relating to the issues written. The resulting conclusion is the character of the leader not born, but created. The answer to overcoming the decline of leadership is to produce leaders with the following characteristics: 1) Credibility, 2) Integrity, 3) Commitment, 4) Humility, 5) Competence and 6) Discipline. To produce such a figure is required a good character education and true to create a quality leadership character. . Abstrak Gereja memiliki tanggungjawab dalam menciptakan pemimpin yang berkarakter untuk menjawab kemerosotan dalam kepemimpinan masa kini, kemerosotan terjadi di setiap lini, baik dalam kepemimpinan bangsa maupun kepemimpinan gereja. Kemerosotan kepemimpinan terjadi karena tidak adanya karakter kepemimpinan yang baik. Dalam karya ilmiah ini penulis menggunakan metode penelitian pustaka yang berkaitan dengan persoalan yang ditulis. Kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa kepemimpinan itu identik dengan karakter. Seorang Pemimpin bukan dilahirkan, tapi diciptakan. Sehingga jawaban untuk mengatasi kemerosotan kepemimpinan adalah menghasilkan pemimpin yang memiliki karakter yaitu : 1) Kredibilitas, 2) Integritas diri, 3)Komitmen, 4) Kerendahan hati, 5) Kompetensi dan 6) Disiplin. Untuk menghasilkan sosok seperti itu diperlukan suatu pendidikan karakter yang baik dan benar agar tercipta karakter kepemimpinan yang berkualitas. Keywords: character; leadership; leadership crisis; integrity Kata Kunci: karakter; kepemimpinan; krisis kepemimpinan; integritas Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1, Agustus 2018 (81-104) ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) http://www.sttbaptis-medan.ac.id/e-journal/index.php/illuminate

Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban Terhadap

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 81

Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban

Terhadap Krisis Kepemimpinan Masa Kini

Fernando Tambunan Sekolah Tinggi Teologi Baptis Medan

[email protected]

Abstract

The Church has a responsibility in creating leaders who are

characterized by answering the decline in present-day leadership,

degeneration occurs in every line, both in national leadership and

church leadership. Leadership degeneration occurs because there is

no good leadership character. In this scientific paper the authors use

literature research methods relating to the issues written. The

resulting conclusion is the character of the leader not born, but

created. The answer to overcoming the decline of leadership is to

produce leaders with the following characteristics: 1) Credibility, 2)

Integrity, 3) Commitment, 4) Humility, 5) Competence and 6)

Discipline. To produce such a figure is required a good character

education and true to create a quality leadership character.

.

Abstrak

Gereja memiliki tanggungjawab dalam menciptakan pemimpin yang

berkarakter untuk menjawab kemerosotan dalam kepemimpinan

masa kini, kemerosotan terjadi di setiap lini, baik dalam

kepemimpinan bangsa maupun kepemimpinan gereja. Kemerosotan

kepemimpinan terjadi karena tidak adanya karakter kepemimpinan

yang baik. Dalam karya ilmiah ini penulis menggunakan metode

penelitian pustaka yang berkaitan dengan persoalan yang ditulis.

Kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa kepemimpinan itu identik

dengan karakter. Seorang Pemimpin bukan dilahirkan, tapi

diciptakan. Sehingga jawaban untuk mengatasi kemerosotan

kepemimpinan adalah menghasilkan pemimpin yang memiliki

karakter yaitu : 1) Kredibilitas, 2) Integritas diri, 3)Komitmen, 4)

Kerendahan hati, 5) Kompetensi dan 6) Disiplin. Untuk

menghasilkan sosok seperti itu diperlukan suatu pendidikan karakter

yang baik dan benar agar tercipta karakter kepemimpinan yang

berkualitas.

Keywords:

character;

leadership;

leadership crisis;

integrity

Kata Kunci:

karakter; kepemimpinan;

krisis kepemimpinan;

integritas

Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1, Agustus 2018 (81-104)

ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) http://www.sttbaptis-medan.ac.id/e-journal/index.php/illuminate

Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 82

PENDAHULUAN

Dalam kurun waktu 2012-2018

masyarakat Indonesia digegerkan oleh

terbongkarnya kasus-kasus korupsi yang

dilakukan oleh petinggi partai, anggota

DPR, Menteri dan lainnya. Sebut saja

kasus korupsi proyek pembangunan

kompleks olahraga di Hambalang, Bogor,

Jawa Barat, yang melibatkan pengurus dan

pimpinan partai penguasa, Kasus korupsi

simulator SIM yang melibatkan petinggi

Polri, kasus korupsi impor daging sapi

yang melibatkan petinggi partai yang

selama ini dianggap „suci‟. Belum lagi

kasus bank Century yang menyandera

sejumlah petinggi negeri ini sampai kepada

terbongkarnya kasus-kasus korupsi yang

melibatkan pegawai pajak. Hal memalukan

juga ditemukan di lembaga kementerian

yang mengurusi masalah agama terjadi

korupsi „ayat-ayat suci‟ dan urusan haji

yang melibatkan menteri agama Surya

Darma Ali, juga korupsi yang disangkakan

oleh KPK baru-baru ini kepada mantan

ketua BPK Hadi Purnomo. Dan yang

paling menggegerkan adalah kasus korupsi

yang melibatkan ketua Mahkamah

Konstitusi Akil Mokhtar, mengakibatkan

ketidak percayaan masyarakat terhadap

penyelenggaraan hukum di Indonesia,

karena MK sebagai benteng terakhir

hukum sudah tidak bisa dipercaya lagi,

lihat apa yang dikatakan oleh Febri

Diansyah Jubir KPK sepanjang 2015-2018

ada 104 kasus korupsi untuk 89 kepala

daerah yang sudah diproses oleh KPK,

tersebar di 22 provinsi, terbanyak berasal

dari Jawa Barat, yakni 13 orang, kemudian

Sumatera Utara sebanyak sembilan orang

dan delapan orang dari Jawa Timur.

Sedangkan dari wilayah Maluku dan

Maluku Utara baru tiga orang yang telah

divonis bersalah.1

Belum lagi kasus E-

KTP mencuri uang negara yang cukup

fantastis senilai Rp. 2.5 Triliun, dilakukan

oleh seorang Ketua DPR, Ketua Partai

Politik yang pada waktu kasus itu

dilakukan menjabat sebagai ketua Fraksi

Golkar2. Daftar tersebut menambah daftar

1Agung Sasongko, “104 Kasus Korupsi

Kepala Daerah Sudah Diproses KPK” (Indonesia,

April 26, 2018),

https://www.republika.co.id/berita/nasional/hukm/1

8/04/26/p7ra1e313-104-kasus-korupsi-kepala-

daerah-sudah-diproses-kpk. 2 Kasus e-KTP adalah kasus korupsi

“berjamaah” di DPR yang terhitung terbesar dalam

sejarah parlemen kita. Korupsi itu tidak saja telah

mempertontonkan kebejatan para anggota Dewan

kepada publik, konstituen yang mereka wakili, juga

kemudian melenyapkan tujuan sesungguhnya

kenapa KTP elektronik itu dibuat, yakni

sebagai “identitas tunggal” yang dibutuhkan untuk

sistem kependudukan warga negara. Negara telah

dirugikan tidak hanya uang, tapi juga waktu, oleh

para penggangsir yang telah “memproyekkan”

habis-habisan program e-ktp. Lestantya R. Baskoro,

ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 83

panjang para pemimpin diberbagai sektor

yang tersangkut kasus korupsi.

Lihat juga karut-marut pemilu

2014, Pilkada Serentak, ditemukan hampir

di setiap dapil para caleg dan tim

suksesnya bergerilya mendatangi para

pemilih dengan memberikan „amplop‟, dan

sumbangan dalam berbagai bentuk yang

intinya membeli suara para pemilih. Hal

ini menunjukkan betapa kotornya moral

para caleg yang akan duduk di legislator.

Dapat dibayangkan bahwa ketika mereka

duduk sebagai wakil rakyat perbuatan

korupsi kemungkinan besar akan kembali

dilakukan demi mengembalikan „modal‟

yang sudah dikeluarkan untuk menduduki

kursi anggota dewan.

Hal yang cukup menganggu

belakangan ini adalah munculnya hal-hal

yang bersifat SARA dalam suksesi

pemimpin, baik untuk pimpinan daerah

maupun pimpinan nasional. Dimulai dari

PILKADA DKI yang menguras energi

hampir seluruh bagsa Indonesia. Dan

semakin terlihat betapa bobroknya karakter

para calon-calon pemimpin yang mampu

“Setelah Setya Novanto Dituntut 16 Tahun Penjara

Dalam Kasus E-KTP,” Tempo (Jakarta, April 2,

2018),https://hukum.tempo.co/read/10

75381/setelah-setya-novanto-dituntut-16-tahun-

penjara-dalam-kasus-e-ktp.

menghalakan segala cara demi memuaskan

syahwat kekuasaan. Pemimpin tidak lagi

diangap sebagai amanah atau titipan dari

Tuhan , tetapi digunakan sebagai alat

untuk mengeruk keuntungan.

Lebih memprihatinkan lagi

sesungguhnya terjadi juga dalam lembaga-

lembaga Kristen dan gereja-gereja,

pemilihan-pemilihan pemimpin atau

sinode gereja tidak lepas dari isu KKN,

dan sudah menggunakan model dunia

untuk mencari pemimpin, dan kasus

korupsi juga dilakukan oleh orang-orang

yang duduk sebagai pemimpin di lembaga

gereja tersebut, Jonathan Parapak dalam

kata pengantarnya pada buku Integritas :

Memimpin di bawah pengamatan Tuhan

yang ditulis oleh Jonathan Lamb

mengatakan bahwa lebih memprihatinkan

lagi berkembangnya masalah perpecahan

dan bentrokan dalam berbagai institusi

kristiani bahkan di gereja yang disebabkan

masalah korupsi dan integritas para

pejabatnya. Seharusnya kita tidak boleh

hanya melihat integritas dari sudut

pandang korupsi uang saja. Yang tidak

boleh dilupakan bahwa integritas sangat

berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan

Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 84

manusia.3 Pendapat ini jelas menunjukkan

bahwa beliau juga melihat didalam gereja

sudah terjadi degradasi moral dan iman

yang cukup parah.

Melihat kasus-kasus tersebut, suatu

pekerjaan rumah besar bagi bangsa ini

kedepan untuk mampu membersihkan dan

melakukan pembangunan karakter serta

integritas para pemimpin dan masyarakat.

Pemerintah pun sebenarnya dalam hal ini

tidak tinggal diam untuk membentuk

karakter bangsa, salah satu caranya melalui

kurikulum di sekolah-sekolah sampai

perguruan tinggi sudah disusun dan

diterapkan kurikulum berkarakter4, tetapi

belum dapat dirasakan keberhasilannya,

juga jargon revolusi Karakter presiden

Joko Widodo yang terus diagaungkan

mulai masa kampanye pilpres sampai

dengan saat sekarang ini, belum juga

secara signifikan berpengaruh dalam

kepemimpinan masa kini.

Orang Kristen juga dituntut

memiliki karakter yang baik, maka

pendidikan melalui gereja juga diharapkan

memberikan andil dalam membentuk

3Jonathan Lamb, Integritas (Jakarta:

Perkantas – Divisi Literatur, 2008).17 4 Rifai, “Mengajarkan Sikap Anti Korupsi

Sejak Dini Melalui Refleksi Keluaran 23 : 1-13,”

KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama

Kristen) 4, no. 1 (2018): 1–13.

pribadi berkarakter.5 Sehingga pada

akhirnya akan muncul pemimpin-

pemimpin yang berkarakter dan berkualitas

sama seperti Kristus. Hal ini dibutuhkan

karena gereja pun sebenarnya saat ini

mengalami kondisi yang tidak jauh

berbeda dengan kepemimpinan dunia,

seperi ang sudah dijelaskan sebelumnya

dalam gereja pun terjadi penurunan

kwalitas dan integritas yang sangat

memprihatinkan, John MacArthur dalam

buku Kitab Kepemimpinan menyinggung

hal ini dengan menyatakan bahwa kondisi

dalam lingkup kegerejaan pun boleh

dibilang “tidak lebih baik”. 6

Karena itu setelah melihat daftar

panjang diatas sesungguhnya dapat dilihat

betapa rusaknya karakter para pemimpin

saat ini, semua lini sudah disusupi

penyakit moral yang sangat parah. Hampir

tidak ditemukan lagi ada pemimpin bangsa

yang bisa dijadikan sebagai panutan dan

teladan. Ini jelas menunjukkan bahwa

Negara dan bangsa maupun gereja berada

5Eliman, “Model Bimbingan Dalam

Pendidikan Agama Kristen Terhadap Pembentukan

Moral Anak Didik Usia 6-8 Tahun,” EPIGRAPHE:

Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 1, no. 2

(2017): 139–153,

www.stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/epigraphe. 6 John MacArthur, Kitab Kepemimpinan

(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011). 4

ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 85

dalam kemerosotan dan krisis

kepemimpinan. Maka tulisan ini

diharapkan bisa memberikan pemikiran

bagaimana membangun karakter

kepemimpinan sebagai jawaban atas

kemerosotan kepemimpinan saat ini.

METODE

Metode yang digunakan dalam

kajian ini adalah deskriptif kualitatif, di

mana persoalan kemerosotan

kepemimpinan menjadi obyek penelitian.

Data primer yang digunakan adalah buku-

buku yang berkaitan langsung dengan

objek penelitian, artikel, jurnal dan

pemberitaan online, serta beberapa sumber

yang menyangkut topik yang diteliti.

PEMBAHASAN

Pengertian pemimpin bagi banyak

orang juga berbagai macam,

kepemimpinan bagi dunia identik dengan

prestasi, status, penampilan, tingkat sosial,

ketenaran dan lain sebagainya. Pengertian

kepemimpinan secara umum adalah

terjemahan dari kata leadership yang

berasal dari kata leader. Pemimpin

(leader) ialah orang yang memimpin,

sedangkan pemimpin merupakan

jabatannya. Dalam pengertian lain, secara

etimologi istilah kepemimpinan berasal

dari kata dasar pimpin yang artinya

bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin

lahirlah kata kerja memimpin yang artinya

membimbing dan menuntun.7

Kata „pemimpin‟ dalam bahasa

Yunani diterjemahkan dari kata benda:

hodegos (=pemimpin, penuntun,

pembimbing). Dalam bentuk kata kerja

dipakai kata: hodegein (memimpin,

menuntun, membimbing).

Dalam

Perjanjian Baru kata hodegos dan hodegein

dipakai secara bervariasi. Pada satu pihak

kedua kata itu dipakai dalam pengertian

yang negatif. Namun di pihak lain, kedua

kata itu juga dipakai dalam arti yang

positif. 8

Dalam Injil Yohanes 16:13

menyatakan bahwa apabila Roh Kebenaran

itu datang Ia memimpin kamu ke dalam

7Kepemimpinan mempunyai arti yang

sangat beragam, bahkan dikatakan bahwa definisi

kepemimpinan sama banyak dengan orang-orang

yang berusaha mendefinisikannya. Para peneliti

biasanya mendefinisikan kepemimpinan sesuai

dengan perspektif-perspektif individual dan aspek

dari fenomena yang paling manarik perhatian

mereka. Kepemimpinan telah didefinisikan dalam

kaitannya dengan cirri-ciri individual, perilaku,

pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi,

hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi

administrasi, serta persepsi oleh orang lain

mengenai keabsahan dari pengaruh. Pramudji,

Kepemimpinan Pemerintahan Di Indonesia

(Jakarta: Bumi Aksara, 1995).5 8A. S. Hornby, Oxford Advanced Leaner’s

Dictionary (Oxford: University Press, 1989).708.

Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 86

seluruh kebenaran, kata memimpin dalam

bahasa Yunaninya memakai kata

hodegese.9 John Gage Allee

mendefenisikan pemimpin dengan,

Leader… a guide; a conductor; a

commander” (pemimpin itu ialah

pemandu, penunjuk, penuntun;

komandan).10

Dunia banyak mencari pemimpin

yang ideal dengan berbagai kriteria,

contohnya dalam mencari pemimpin untuk

Indonesia, lebih banyak dicari adalah yang

mempunyai elektabilitas yang tinggi

dibandingkan dengan kredebilitas, maka

pencitraan merupakan modal utama bagi

para calon pemimpin. Berdeda dengan

pandangan dunia ini mengenai sosok ideal

pemimpin, pandangan Yesus ternyata

tidak cocok dengan apa yang disebutkan

oleh orang dizaman ini, Yesus berkata:

9A. M. Mangunhardjana, Kepemimpinan

(Yogyakarta: Kanasius, 1990). 11., Menurut

Mangunhardjana pemakaian kata kerja hodegese

memiliki makna: memimpin, menuntun,

membimbing, hal ini juga dapat daiartikan:

menunjukkan jalan terutama berjalan di depan,

menuntun, membimbing, mengambil langkah awal,

mempengaruhi orang dengan pandangan dan

tindakan, memprakasai, bertindak lebih dahulu,

memelopori, mengarahkan pikiran atau mendapat,

menggerakkan orang lain dengan pengaruhnya, dll. 10

Sudirman Anwar, Management Of

Student Development (Tembilah Riau: Yayasan

Indragiri, 2015). 23.

Tetapi Yesus memanggil mereka

lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa

pemerintah-pemerintah bangsa-

bangsa memerintah rakyatnya

dengan tangan besi dan pembesar-

pembesar menjalankan kuasanya

dengan keras atas mereka. Tidaklah

demikian di antara kamu.

Barangsiapa ingin menjadi besar di

antara kamu, hendaklah ia menjadi

pelayanmu, dan barangsiapa ingin

menjadi terkemuka di antara kamu,

hendaklah ia menjadi hambamm u;

sama seperti Anak Manusia datang

bukan untuk dilayani, melainkan

untuk melayani dan untuk

memberikan nyawa-Nya menjadi

tebusan bagi banyak orang" (Mat

20:25-28).

Sekalipun pandangan dunia

berbeda dengan pandangan Kristus, namun

ada banyak orang Kristen belajar

kepemimpinan dari pemimpin dunia,

seharusnya orang Kristen belajar dari

Alkitab bagaimana kepemimpinan yang

sejati itu. Karena kepemimpinan yang

diajarkan oleh Kristus adalah

kepemimpinan yang menebus (redemptive

leadership) yaitu kepemimpinan yang

menerapkan konsep penebusan yang

dilakukan Kristus sehingga orang lain

memperoleh kesembuhan, pemulihan, dan

ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 87

transformasi dan dapat memenuhi tujuan

Allah dalam hidup mereka.11

Sama seperti Kristus, Paulus

sendiri memberikan panggilan yang jelas

sekali seperti yang tertulis dalam I

Korintus 11:1 yang mengatakan, "Jadilah

pengikutku, sama seperti aku juga menjadi

pengikut Kristus." Kalimat ini ingin

mengungkapkan kepada kita bahwa Paulus

berani mempertanggung-jawabkan sesuatu

dengan tingkah lakunya dengan apa yang

firman tuntut. Ini tidak berarti Paulus

sempurna tetapi ayat ini mau menunjukkan

bahwa semangat menjadi teladan menjadi

proses yang terus menerus terjadi dalam

hidup kita. Panggilan ini seharusnya

menjadi panggilan setiap orang Kristen.

Ayat ini juga membuktikan bahwa

pertanggung-jawaban bukan cuma secara

logika atau intelektual, juga bukan hanya

kedalaman secara pengalaman diri di

dalam Kristus melainkan itu juga

termanifestasi di dalam hidup yang

integral. Satu integritas antara kebenaran

dengan kebenaran yang kita jalankan.

Disini ada satu tuntutan bertumbuh

11

Janwar J. Juriaman & Dylmoon Hidayat,

“Kepemimpinan Yang Menebus Di Sekolah

Lentera Harapan Curug,” POLYGLOT A Journal of

Language, Literature, Culture, and Education 13,

no. 2 (2017): 47.

sehingga setiap saat orang dapat melihat

bagaimana hidup secara transparan dan

terus belajar berproses dan hidup menjadi

teladan. Ini menjadi tuntutan bukan hanya

hamba Tuhan tetapi setiap orang Kristen.

Maka kepemimpinan itu berkaitan

dengan pengaruh, pemimpin yang ideal

adalah seseorang yang memiliki hidup dan

karakter yang dapat mendorong orang lain

untuk meneladaninya.12

Penegasan serupa

disampaikan oleh Jeff

Hammond,: “Seorang pemimpin harus

mempengaruhi sikap dan tindakan orang,

Seorang Pemimpin adalah seorang yang

orang lain mau ikuti”.13

Kalau pemimpin

tidak memiliki kemampuan untuk

memberikan dorongan kepada yang lain

untuk mengikut dia, maka sesungguhnya

pemimpin tersebut adalah pemimpin yang

gagal. Pemimpin harus mampu

mengarahkan orang lain mengikut dia

tanpa ada unsur paksaan, baik itu melalui

iming-iming hadiah, maupun ancaman

tetapi karena wibawa dan cara hidup yang

benar dan layak diteladani dari pemimpin

tersebut. Jadi jelas kepemimpinan adalah

12

MacArthur, Kitab Kepemimpinan. ix 13

Jeff Hammond, Leader Kepemimpinan

Yang Sukses (Jakarta: Metanoia, 2003). 12

Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 88

karakter, bukan karena penampilan atau

gaya atau teknik.

Karakter

Karakter adalah “the uniqe

gualities and traits that separate one

person from another” (kualitas dari

seseorang yang membuat dia berbeda/unik

dari orang lain). Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti:

1). Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi

pekerti yang membedakan seseorang dari

yang lain.14

Wyne mengungkapkan bahwa

kata karakter berasal dari bahasa Yunani

“karasso” yang berarti “to mark” yaitu

menandai atau mengukir, yang

memfokuskan bagaimana mengaplikasikan

nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau

tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang

yang berperilaku tidak jujur, kejam atau

rakus dikatakan sebagai orang yang

berkarakter jelek, sementara orang yang

berprilaku jujur, suka menolong dikatakan

sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi

istilah karakter erat kaitannya dengan

personality (kepribadian) seseorang.15

14

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia

(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008). 639. 15

Nuraida, Pendidikan Holistik:

Pendekatan Lintas Perspektif, ed. Jejen Musfah

(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012).

223-224.

Karakter atau pribadi adalah suatu

istilah yang menunjuk pada sesuatu yang

hidup, yang diciptakan Allah menurut

gambar dan rupa Allah. Ini adalah hal yang

sangat penting untuk diketahui dalam

kekristenan karena manusia adalah pribadi

yang diciptakan Allah, yang mempunyai

keunikan khusus yang tidak ada duanya di

muka bumi ini. “Saya adalah saya”, di

mana tidak ada orang bisa

menyamakannya. Jadi, karakter atau

kepribadian orang masing-masing unik,

tidak terulang, tidak dapat ditiru orang lain.

Inilah yang berharga yang manusia miliki.

Karakter terus berkembang dari

waktu ke waktu. Banyak orang

mengatakan karakter seseorang terbentuk

sedari kecil. Tidak diketahui dengan pasti

kapan tepatnya karakter itu mulai

berkembang. Akan tetapi, bisa dipastikan

bahwa karakter tidak dapat berubah

dengan cepat.16

Karakter seorang pemimpin bisa

dikatakan sebagai kunci keberhasilan

kepemimpinannya. Melalui karakter yang

baik dan kuat, ia akan mampu melalui

masalah yang sering kali hadir ketika ia

16

Donald Clark, “Pengertian

Karakter,”http://lead.sabda.org/12/apr/2007/kepemi

mpinan_kepemimpinan_karakter_dan_sifat.

ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 89

ada di puncak. Karakter jugalah yang

menentukan apakah ia seorang pemimpin

yang layak untuk diikuti. Albert Einstein

pernah menulis jika kebanyakan orang

mengatakan intelektualitaslah yang

membuat seorang ilmuwan hebat. Mereka

salah, yang membuatnya hebat adalah

karakter. Hal ini senada dengan

ungkapan H. Norman Schwarzkopf yang

pernah mengatakan, “Kepemimpinan

adalah kombinasi yang sangat kuat

dari strategi dan karakter. Namun

jika harus memilih salah satunya,

pilihlah karakter.17

Karakter Kepemimpinan Paulus

Setiap orang mempunyai jiwa

kepemimpinan. Tetapi masing-masing

orang mempunyai sikap yang berbeda

dalam gaya kepemimpinan. Ketika

menghadapi masalah, memimpin bawahan,

dan mengerjakan tugas biasanya gaya

kepemimpinan tersebut dapat terlihat dan

teruji. Sama halnya dalam Alkitab dapat

ditemukan gaya kepemimpinan yang

berbeda dari masing-masing tokoh yang

ada.

17

Guntur Cahyono, “Menentukan

Pemimpin Berkarakter,” Kompasiana.

Salah satu tokoh Alkitab yang akan

menjadi sorotan dan dipelajari dalam

tulisan ini adalah Rasul Paulus,18

dari

Paulus dapat dilihat wawasan

kepemimpinan yang cukup banyak.

Wawasan kepemimpinan tersebut dapat

dinikmati dan telusuri dalam tulisannya di

Perjanjian Baru yang sebagian besar

merupakan karyanya. Paulus adalah salah

satu pemimpin terbesar dalam jemaat

mula-mula yang berhasil mengembangkan

kepemimpinan jemaat purba. Model

kepemimpinan Paulus dapat dilihat bukan

hanya dalam tulisannya namun dapat

dilihat juga dalam kitab Kisah Para Rasul,

pola pengembangan kepemimpinannya

terlihat dengan nyata dalam hubungannya

dengan para muridnya seperti Silwanus,

Timotius, Titus dan jemaat lainnya.

Rasul Paulus dalam suratnya

kepada Timotius memintanya untuk

18

MacArthur, Kitab Kepemimpinan, 6. Jika

Anda merindukan sosok manusia biasa yang patut

disebut sebagai pemimpin teladan, saya piker Anda

tidak akan menemukan sosok pribadi teladan lain

yang lebih baik dibanding Paulus. Ia adalah seorang

pahlawan kepemimpinan. Ia adalah seorang

pemimpin umat yang sejati, dan jiwa

kepemimpinanya akan terlihat jelas ketika ia

diperhadapkan dengan situasi yang pelik.

Kecakapanya sebagai pemimpin tidak berkaitan

dengan sama sekali dengan gelar kerasulannya.

Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 90

memelihara sikap dan kepribadiannya agar

menjadi teladan sehingga walau ia muda ia

tidak diremehkan. Hal yang sama juga

dilakukan kepada Titus (Titus 2:6,8).

Kepemimpinan seseorang tidak hanya

terletak pada ucapan-ucapannya,

melainkan juga pada sikap dan

tindakannya. Dalam suratnya kepada

jemaat di Tesalonika, Paulus juga meminta

mereka untuk meneladani dirinya dalam

hal bekerja. Walaupun ia adalah seorang

pekabar Injil, tetapi ia juga melakukan

pekerjaannya sebagai seorang pembuat

kemah untuk menunjang kehidupannya.

Selanjutnya menurut Paulus, orang

yang menghendaki jabatan penilik jemaat

menginginkan pekerjaan yang indah (1

Tim. 3:1). Berarti cita-cita untuk menjadi

seorang pemimpin rohani adalah suatu

keinginan yang mulia. Memang ada orang

ambisius yang mencari kedudukan demi

kepentingan diri sendiri, tetapi ada ambisi-

ambisi yang mulia dan pantas dihargai dan

patut dikejar. Apalagi pada zaman Paulus,

kedudukan sebagai pemimpin rohani

adalah suatu kedudukan yang berbahaya

dan menuntut tanggung jawab yang

berat. Tidak jarang upahnya adalah

kesukaran, hinaan dan penolakan. Pada

masa penganiayaan, maka pemimpinlah

yang paling dahulu harus menderita.

Hal itu terjadi juga pada masa

kini. Lagipula yang ditekankan bukanlah

jabatannya semata-mata, melainkan fungsi

sebagai penilik. Pemimpin rohani yang

sejati senantiasa lebih memperhatikan

pelayanan yang dilakukannya untuk Tuhan

dan sesamanya, daripada memikirkan

keuntungan dan kesenangan yang dapat

diperolehnya dalam hidup. Ia bertujuan

untuk memberikan lebih banyak ke dalam

hidup daripada yang diambilnya dari hidup

ini. Sejarah tidak memperhatikan sama

sekali pangkat, gelar atau jabatan

seseorang, melainkan kualitas perbuatan

dan sifat pikiran serta hatinya.

Dasar Kepemimpinan Berkarakter

Berikut ini akan dibahas apa yang

menjadi dasar-dasar kepemimpinan

berkarakter, dasar-dasar ini paling tidak

harus dimiliki seorang pemimpin untuk

menjawab kemerosotan dan krisis

kepemimpinan yang terjadi saat ini baik

dalam hidup berbangsa dan bernegara

mapun dalam kehidupan bergereja.

Kredebilitas

Kredebilitas adalah faktor penting

dalam karakter seorang pemimpin. Kamus

ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 91

Besar Bahasa Indonesia memberikan arti

terhadap kredebilitas sebagai, perihal dapat

dipercaya.19

Wikipedia menjelaskan

bahwa, kredebilitas seorang

pemimpin adalah kualitas, kapabilitas, atau

kekuatan untuk menimbulkan

kepercayaan.20

Seorang yang memiliki

kredibilitas berarti dapat dipercayai, dalam

arti kita bisa memercayai karakter dan

kemampuannya. Sokrates mengatakan,

"Kunci utama untuk kejayaan adalah

membuat apa yang nampak dari diri kita

menjadi kenyataan." Jadi untuk dapat

memberikan dampak bagi orang lain dan

dapat dipercayai, pemimpin harus

memiliki kredebilitas. Kredibilitas adalah

pondasi dari kepemimpinan, pepatah

mengatakan if people don’t believe in

messanger, they won’t believe the

message. Ini adalah hal terpenting dalam

kepemimpinan yang harus

dipraktekan dalam waktu yang baik

maupun pada waktu yang tidak baik.

Dalam saat-saat yang sulit kredibilitas dan

integritas menjadi krusial. Kredibilitas

bukanlah kondisi di mana para pemimpin

dapat bekerja otomatis atau semau hati

19

“Kredibilitas.”

20

“Kredibilitas,”

http://id.wikipedia.org/wiki/ Kredibilitas.

seperti menyalakan atau mematikan

lampu saat dibutuhkan, ini adalah hal yang

harus dikerjakan setiap waktu.

Para pemimpin memerlukan

banyak waktu untuk membangun

kredibilitas, dan harus berhati-hati

menjaganya karena hal ini dapat hilang

secara instant. James M. Kouzer dan Barry

Z. Posner dalam bukunya Leadership

Challenge dan Credibility

melakukan penelitian tentang pemimpin

yang dianggap memiliki kemampuan yang

lebih dari pemimpin biasa. Responden

yang terdiri dari 1500 pemimpin di

berbagai bidang, bisnis, politik, kesenian,

dan agama, dengan tegas menyatakan

bahwa pemimpin-pemimpin yang

mempesona dan dikagumi di enam benua

yang diteliti (Afrika, Amerika Utara,

Amerika Selatan, Asia, Eropa, dan

Australia) menunjukkan empat kualitas

istimewa: honesty, forward-looking,

inspiring, and competence.21

Hasil

penelitian mereka konsisten dengan

temuan mereka yang dilakukan dua

dasawarsa lampau. Hasilnya kembali

menunjukkan bahwa pondasi utama

21

Barry Z. Posner. James M. Kouzes,

Credibility: How Leaders Gain and Lose It, Why

People Demand It (San Fransisco: Jossey-Bass

Publisher, 1993).

Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 92

kepemimpinan adalah kredibilitas, yang

terdiri dari kejujuran, kompetensi,

kemampuan menginspirasi, dan

berpandangan ke depan.

Integritas Diri

Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, “Integritas” diartikan sebagai

keterpaduan, kebulatan, keutuhan, jujur

dan dapat dipercaya. Ini berarti bahwa

orang yang memiliki integritas adalah

orang yang memiliki keutuhan yakni

satunya kata dan tindakan, jujur dan dapat

dipercaya.22

Sedangkan dalam Kamus

Merriam-Webster: integritas (Latin),

integrity (Inggris): the quality or state of

being complete or undivided23

dapat

diterjemahkan sebagai "kepatuhan yang

teguh terhadap kode perilaku, khususnya

yang bernilai moral atau seni". Kata itu

digunakan untuk menggambarkan orang-

orang yang tidak bersedia disuap atau

dikorupsi secara moral. Dari bahasa

Yunani integrare yang berarti menjadi

sesuatu itu lengkap; contohnya untuk

mengintegrasikan adalah untuk

mengkombinasikan beberapa menjadi satu

22

W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995).

384 23

“Integrity.”

kesatuan yang lengkap. Integritas

dimengerti sebagai "completeness,

wholeness, unified, dan entirety",

semuanya merujuk pada keutuhan.

Keutuhan yang dimaksud adalah keutuhan

dari seluruh aspek kehidupan, terutama

antara perkataan dan perbuatan.

Jika orang lain mendapati

inkonsistensi dalam perkataan dan

perbuatan seseorang, maka seseorang itu

adalah orang yang munafik. Yakobus

mendefinisikan integritas sebagai

"sempurna dan utuh dan tak kekurangan

suatu apa pun" (Yakobus 1:4). Iman dan

perbuatan adalah satu. Bahkan dari

perbuatannya, orang lain dapat melihat

imannya (Yakobus 2:8). Integritas tidaklah

sama dengan citra diri (image). "Image"

adalah persepsi orang mengenai diri kita,

sedangkan integritas adalah siapa diri kita

sesungguhnya. Bila memusatkan seluruh

daya upaya, pikiran, dan waktu untuk

memperlihatkan sebuah "image" palsu

kepada orang lain, berarti berisiko

kehilangan integritas.

Jhon Stott pernah menuliskan

demikian, “Integritas adalah ciri orang-

orang yang terintegrasi secara selaras, yang

di dalam dirinya tidak ada dikotomi antara

kehidupan pribadi dan kehidupan di muka

ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 93

umum, antara yang disaksikan dan yang

diterapkan, antara yang diucapkan dan

yang dilakukan.24

Sayangnya tidak selalu

sifat-sifat ini mencirikan kehidupan umat

Allah. Integritas merupkan ciri esensial

dari seorang pemimpin dan yang

terpenting dari para penginjil.25

Billy Graham berkata, “Integritas

adalah lem yang merekatkan cara hidup

kita menjadi satu. Kita harus terus-menerus

berjuang untuk menjaga agar integritas kita

tetap utuh”. Ketika kekayaan hilang, tidak

ada apa pun yang hilang; ketika kesehatan

hilang, sesuatu hilang; ketika watak hilang,

segala-galanya hilang.26

Dan masih

menurut Billy Graham Secara nilai moral,

seseorang yang memiliki integritas adalah

orang yang sama baiknya di dalam maupun

di luar, tidak berbeda antara apa yang

diucapkan dengan yang dikerjakan, dia

dapat dipercaya dan dia adalah orang yang

sama pada saat jauh dari rumah

sebagaimana dia di gereja atau di rumah.

Integritas adalah modal utama

seorang pemimpin, namun sekaligus modal

yang paling jarang dimiliki oleh pemimpin.

24

Lamb, Integritas. 15. 25

Ibid., 15. 26

John C. Maxwell, Mengembangkan

Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda. (Jakarta:

Binarupa Aksara, 1995). 48.

Inilah tragedi terbesar dalam

kepemimpinan. Peneliti kepemimpinan

James Kouzes dan Barry Posner dalam

buku mereka berjudul Credibility : How

Leaders Gain and Lose It, Why People

Demand It melaporkan hasil riset mereka

selama hampir 20 tahun dari survey

terhadap ribuan kaum profesional dari

empat benua bahwa karakteristik nomor

satu yang paling kritis bagi seorang

pemimpin adalah integritas.27

Juga berintegritas dapat diartikan

sebagai kualitas (value) yang dimiliki

seseorang dan mewujud dalam tindakan

(karakter). Nilai atau value yang dimiliki

"seseorang" fondasi hidup. Sehingga

seringkali kita mendengar orang berkata

"saya memiliki integritas", itu sama saja

dengan "saya punya nilai". Integritas

(value) di dalam kekristenan harus

dibangun di atas Kristus sebagai fondasi

dalam membangun nilai hidup. Maka salah

satu ciri orang disebut berkarakter yang

baik adalah memiliki integritas. Karakter

adalah sebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,

pendidikan watak, kalau itu ada maka ada

integritas.

27

Sendjaya, Kepemimpinan Kristen

(Yogyakarta: Kairos, 2004). 62.

Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 94

Berintegritas juga merupakan

standar yang Tuhan inginkan dari orang

percaya, karena ketika orang Kristen hidup

sebagai orang yang memiliki integritas dan

berkarakter, maka orang akan mengenal

bahwa orang Kristen adalah orang yang

berintegritas dan memiliki Karakter

Kristus. Apa yang dikatakan seseorang

yang berintegritas, dengan mudah akan

diterima oleh orang lain, sehingga orang

percaya lebih mudah menyampaikan

firman Tuhan kepada orang lain karena

hidup orang percaya sudah memberikan

kesaksian. Karena Integritas adalah

keadaan yang sempurna, di mana

perkataan dan perbuatan menyatu dalam

diri seseorang. Seseorang yang memiliki

integritas tidak akan meniru orang lain,

tidak berpura-pura, tidak ada yang

disembunyikan, dan tidak ada yang perlu

ditakuti. Kehidupan seorang yang

berintegritas dan berkarakter adalah seperti

surat Kristus yang terbuka (2Kor. 3:2).

Dalam Alkitab dapat dilihat bahwa

Paulus adalah seorang yang sangat

menghargai integritas pribadi dan nama

baik. Ketika menasehati Timotius, Paulus

mengatakan dalam 1Timotius 3:7 bahwa

“Hendaklah ia juga mempunyai nama baik

di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang

dan jatuh ke dalam jerat Iblis.” Hocking

memberikan komentar tentang ayat ini,

“para pemimpin Rohani harus memiliki

suatu kesaksian dan gaya hidup yang

konsisten diantara orang-orang yang tidak

percaya maupun mereka yang percaya.”28

Paulus menjaga integritas pribadinya

melalui beberapa sikat atau tindakan yang

konsisten, antara lain dengan menjadi

teladan (II Tes. 3:7-9). Paulus

mempraktikkan apa yang ia ajarkan untuk

memberi teladan bagi jemaat. Disamping

itu, Paulus juga senantiasa menjaga

kesucian (II Kor. 7:1), menghindari celaan,

tidak cari untuk diri sendiri. Bagi Paulus

integritas pribadi atau nama baik jauh lebih

penting, karena pelayannya dilakukan

bukan untuk kepentingan egonya sendiri,

namun supaya tidak menjadi batu

sandungan bagi orang lain dan tugas

pemberitaan Injil tidak terkendala.

Komitmen

Dapat diyakini bahwa seseorang

dengan prinsip, atau gagasan yang

memiliki komitmen teguh merupakan satu

kualitas tunggal yang menghasilkan

seorang pemimpin. Saat seseorang

28

David Hocking, Rahasia Keberhasilan

Seorang Pemimpin (Yogyakarta: Yayasan Andi,

1994). 15.

ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 95

mengarahkan sumber daya diri dan pribadi

untuk suatu tujuan yang tampaknya

"mustahil" ketimbang mengatasi segala

rintangan, orang-orang lain akan mulai

mengikutinya.

Komitmen memiliki arti berbeda-

beda bagi tiap-tiap orang. Bagi seorang

tentara, komitmen bisa berarti melintasi

bukit tanpa mengetahui ada apa di

baliknya. Komitmen seorang petinju

berarti bangkit kembali meski sudah

dipukul roboh berulang kali. Dan bagi

seorang pemimpin, komitmen berarti

berbuat lebih karena semua orang

tergantung kepadanya. 29

KBBI memberi

arti, komitmen adalah perjanjian

(keterikatan) untuk melakukan sesuatu;

kontrak30

. Defenisi lain diberikan oleh

Bansal, Irving dan Taylor sebagai kekuatan

yang mengikat seseorang pada suatu

tindakan yang memiliki relevansi dengan

satu atau lebih sasaran.

Ketika membaca pelayanan Paulus,

terlihat bagaimana komitmennya atau

tekad untuk menyelesaikan tugas yang

dinyatakan dalam pekerjaannya. Paulus

29

Lanny Kusumawati, “Komitmen

Sepenuh Hati"

http://lead.sabda.org/lead/?title=komitmen_yang_se

pe- nuh_hati. 30

Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia.

mempertaruhkan nyawanya dalam

memberitakan Injil. Waktu berbicara

mengenai kesukaran-kesukaran yang

dihadapinya, Paulus berkata, "Lima kali

aku disesah orang Yahudi, setiap kali

empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali

aku didera, satu kali aku dilempari dengan

batu, tiga kali mengalami karam kapal,

sehari semalam aku terkatung-katung di

tengah laut. Dalam perjalanan, aku sering

diancam bahaya banjir dan bahaya

penyamun, bahaya dari pihak orang

Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan

Yahudi, bahaya di kota, bahaya di padang

gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya

dari pihak saudara-saudara palsu. Aku

banyak berjerih lelah dan bekerja berat;

kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan

dahaga; kerap kali aku puasa, kedinginan,

dan tanpa pakaian" (2Kor. 11:24-27).

Semua hal tersebut dapat dijalani oleh

Paulus karena dia memiliki komitmen.

Yesus sendiripun dapat taat sampai mati

bahkan sampai mati dikayu salib adalah

karena suatu komitmen, supaya manusia

berdosa dapat diselamatkan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa

karakter yang harus dimiliki oleh seorang

pemimpin adalah komitmen, dimana

terhadap komitmen itu dia rela melakukan

Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 96

apa saja bahkan sampai mengorbankan

nyawanya.

Kerendahan Hati

Dalam salah satu bukunya tentang

kepemimpinan, John Stott menulis: "At no

point does the Christian mind come into

more collision with the secular mind than

in its insistence on with all the weakness it

entails." Menurut Stott, tabrakan

terdahsyat perspektif alkitabiah dan sekuler

terjadi pada masalah kerendahan hati.31

Kerendahan hati merupakan hal yang

langka dalam diri pemimpin-pemimpin

dewasa ini. Bahkan lebih parah lagi, dunia

pun tidak memberikan apresiasi sedikitpun

tentang kerendahan hati. Bagi dunia saat

ini kerendah hatian selalu diidentikkan

dengan kerugian dan kelemahan. Itu

sebabnya pemimpin sekarang yang

diimpikan oleh dunia ini adalah pemimpin

yang kalau bisa tangguh, otoritatif,

ganteng/cakap, seperti pemimpin ala

Nietzsche, yaitu "ubermensch" atau

"superman".

Sesuatu yang berbeda ditampilkan

oleh Yesus, yakni pemimpin berdasarkan

31

Bert M. Farias, “Soulish Leadership,”

Sabda Lead, last modified 2001,

http://lead.sabda.org/

kerendahan_hati_bagi_pemimpin_kristen.

prinsip biblikal yang tentunya tidak sama

dengan prinsip sekuler. Bagi Yesus

pemimpin justru yang paling rendah,

pemimpin malah diidentikkan dengan

anak kecil, artinya pemimmpin yang

sangat tergantung kepada orang lain,

pemimpin yang tidak memiliki kekuatan.

Yesus juga mengatakan: “Kamu tahu,

bahwa mereka yang disebut pemerintah

bangsa-bangsa memerintah rakyatnya

dengan tangan besi, dan pembesar-

pembesarnya menjalankan kuasanya

dengan keras atas mereka. Tidaklah

demikian di antara kamu. Barangsiapa

ingin menjadi besar di antara kamu,

hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan

barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka

di antara kamu, hendaklah ia menjadi

hamba untuk semuanya. Karena Anak

Manusia juga datang bukan untuk dilayani,

melainkan untuk melayani dan untuk

memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan

bagi banyak orang.” (Mrk. 10:42-45).

Kepemimpinan bukanlah sekedar masalah

prestise pada jabatan yang dimiliki. Bukan

hanya sekedar kedudukan,kekuasaan dan

bukan pula sekedar memiliki pengetahuan

intelektual yang tinggi mengenai

kepemimpinan. Harus ada keseimbangan

antara kemampuan intelektual dengan

ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 97

kepemilikan karakter pribadi yang baik

yang dibangun dari pengembangan kualitas

kemampuan emosional dan spiritual.

Namun yang terpenting adalah

seorang pemimpin harus mempunyai sikap

hati yang melayani yang terpancar melalui

kerendahan hati. Karena seorang

pemimpin yang sering mengunggulkan

diri, pada umumnya lebih sering jatuh. Jadi

kepemimpinan yang melayani adalah

kepemimpinan yang lebih didasarkan pada

kerendahan hati.

KBBI menjelaskan arti dari rendah

hati sebagai: hal (sifat) tidak sombong atau

tidak angkuh.32

Rendah hati pada

hakekatnya bermakna kesadaran akan

keterbatasan kemampuan diri, jauh dari

kesempurnaan dan terhindar dari setiap

bentuk keangkuhan. Rendah hati akan

mendorong terbentuknya sikap realistis,

mau membuka diri untuk terus belajar,

menghargai pendapat orang lain,

menumbuh kembangan sikap tenggang

rasa, seta mewujudkan kesederhanaan,

penuh rasa syukur dan ikhlas di dalam

mengemban hidup ini.

Apa arti sesungguhnya dari

kerendahan hati? Kerendahan hati tidak

32

Http://www.kamusbesar.com/56761/rend

ah-hati ,“Rendah Hati.”

identik dengan inferioritas atau rasa

minder. Seorang pengkhotbah besar,

Charles Spurgeon, mengatakan bahwa

kerendahan hati adalah "to make a right

estimate of oneself." Kerendahan hati

adalah mengerti posisi diri kita dengan

tepat di hadapan Tuhan.33

Kerendahan hati

merupakan salah satu indikator dari

tingginya kecerdasan spiritual seseorang.

Seorang yang tidak bisa menunjukkan

sikap atau karakter rendah hati, berarti

belum mencapai kedamaian dengan

dirinya.34

Pemimpin yang menempatkan

dirinya sebagai pelayan berarti dia

memiliki semangat yang rendah hati. Ia

33

Farias, “Soulish Leadership.” Seorang

yang rendah hati bukanlah seorang yang

mengatakan bahwa ia tidak memiliki kemampuan

apa pun dan tidak mampu melakukan segala

sesuatu (karena itu berarti menghina Tuhan,

pencipta-Nya). Seorang yang rendah hati adalah

seorang yang mengatakan bahwa semua

kemampuannya berasal dari Tuhan dan bahwa ia

mampu melakukan sesuatu karena Tuhan yang

memampukannya. Tanpa Tuhan, ia sama sekali

bukan apa-apa. Buku klasik karya Andrew Murray

yang berjudul "Humility" memberi definisi rendah

hati sebagai berikut. "Humility is the sense of entire

nothingness, which comes when we see how truly

God is all, and in which we make way for God to

be all." Dengan nada yang sama. Martin Luther

dengan lugas berkata, "God created the world out of

nothing, and as long as we are nothing, He can

make something out of

us."http://www.sabda.org/lead/16/aug/

2007/kepemimpinan_kerendahan_hati_versi_jim_c

ollins 34

“Rendah Hati,”

http://staff.undip.ac.id/psikfk/ pradiptaari/definisi-

rendah-hati.

Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 98

juga tidak hanya berkata: sungai itu kotor

melainkan ia mau membersihkan sungai

tersebut.35

Orang yang rendah hati adalah

orang yang mau “turun” langsung melihat

realitas/kenyataan hidup. Dalam Flp. 2: 5-

11, Paulus menunjukkan semangat Yesus

yang sangat rendah hati. Yesus tidak

sombong dengan kesalehan hidup-Nya

atau karena Dia Allah. Kerendahan hati

seorang pemimpin tampak juga dalam

sikapnya yang mau mendengar kritik dari

orang lain. Mau memperbaharui diri. Tidak

menempatkan dirinya sebagai superior

tetapi sebagai socius (teman/sahabat) yang

solider. Kerendahan hati ala Yesus ini

diadopsi oleh orang-orang dunia dalam

kepemimpinannya seperti Paus Yohanes

Paulus II, Mother Teresa bahkan Mahatma

Gandi, dan memberi arti bahwa seorang

pemimpin seharusnya rendah hati dalam

hal tidak sombong, menunaikan tugas

dengan diam-diam tanpa cari perhatian dan

pujian dari orang lain, berani menerima

kegagalan tanpa mempersalahkan orang

35

Bdk. dengan kata-kata Ross Perot: The

activist is not the man who says the river is duty.

The activist is the man who cleans up the river

(Aktivis bukanlah seorang yang hanya bisa

mengatakan sungai itu kotor. Aktivis adalah orang

yang membersihkan sungai tersebut). Paulus

Winarto, The Leadershp Wisdom (Jakarta: Elex

Media Komputindo, 2005). 30

lain, bekerja untuk kepentingan umum

bukan diri pribadi. Hal inipun pernah

disuarakan oleh Lao Tzu bahwa :“Syarat

menjadi seorang pemimpin adalah

kerendahan hati.”36

Kompetensi

Kompetensi merupakan sesuatu

yang sangat signifikan. Seseorang yang

kompeten akan dianggap pantas untuk

menjadi pemimpin oleh orang lain. Orang

yang kompeten akan disegani dan diikuti

oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.

Dan hal itu akan mendorong terciptanya

sebuah kepemimpinan yang sukses. KBBI

memberikan defenisi kompetensi sebagai

kewenangan (kekuasaan) untuk

menentukan (memutuskan sesuatu).37

Sedangkan dalam keputusan menteri

pendidikan Nasional RI No. 045/U/2002

tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi,

kompetensi diartikan sebagai seperangkat

tindakan cerdas, penuh tanggungjawab

yang dimiliki seseorang sebagai syarat

untuk dianggap mampu oleh masyarakat

dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang

36

“KerendahanHati,”http://tourismreligi.bl

ogspot.com/2012/ 10/ normal-0-false-false-false-in-

x-none-x.html. 37

“Kompetensi.”

ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 99

pekerjaan tertentu.38

Kompetensi menurut

Spencer & Spencer adalah an underlying

characteristic’s of an individual which is

causally related to criterion – referenced

effective and or superior performance in a

job or situation artinya sebagai

karakteristik dasar yang dimiliki oleh

seorang individu yang berhubungan secara

kausal dalam memenuhi kriteria yang

diperlukan dalam menduduki suatu

jabatan.39

Dari uraian di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa kompetensi yaitu sifat

dasar yang dimiliki atau bagian

kepribadian yang mendalam dan melekat

kepada seseorang serta perilaku yang dapat

diprediksi pada berbagai keadaan dan

tugas pekerjaan sebagai dorongan untuk

mempunyai prestasi dan keinginan

berusaha agar melaksanakan tugas dengan

efektif. Ketidaksesuaian dalam kompetensi

inilah yang membedakan seorang

pemimpin unggul dari orang lain.

Spencer and Spencer menjelaskan

bahwa terdapat 5 karakteristik kompetensi,

38

“Kompetensi Dan Learning,”http://www.

kopertis3.or.id/html/wpcontent/uploads/2011/12/ko

m-petensi-dan-learning-outcomes-dikti.pdf. 39

M. Signe Spencer, M. Lyle & Spencer,

Competence at Work Modelas for Superrior

Performance (New York, USA: John Wily & Son,

Inc, 1993). 9

yaitu: a.“Motives” (pengetahuan)

b.“traits” (keahlian/keterampilan) c.“Self-

Concept” d.“knowledge” e. “skills”40

.

Maka seorang pemimpin harus memiliki

karakter kompetensi yang baik sehingga

mampu memimpin orang lain ke arah yang

lebih baik dari sebelumnya.

Mengingat pentingnya kompetensi

seseorang dari segi karakter (paling tidak

40

Ibid. Spencer and Spencer, Competence

at Work Modelas,10. 1.Motives, adalah sesuatu

dimana sesorang secara konsisten berfikir sehingga

ia melakukan tindakan. Spencer menambahkan

bahwa motives adalah “drive, direct and select

behavior toward certain actions or goals and away

from others “. Misalnya sectoring yang memiliki

motivasi berprestasi secara konsisten

mengembangkan tujuan – tujuan yang memberi

suatu tantangan pada dirinya sendiri dan

bertanggung jawab penuh untuk mencapai tujuan

tersebut serta mengharapkan semacam “ feedback “

untuk memperbaiki dirinya. 2.Traits Adalah watak

yang membuat orang untuk berperilaku atau

bagaimana sectoring merespon sesuatu dengan cara

tertentu. Sebagai contoh seperti percaya diri,

kontrol diri, ketabahan atau daya tahan. 3.Self

Concept, adalah sikap dan nilai – nilai yang

dimiliki sectoring. Sikap dan nilai diukur melalui

tes kepada responden untuk mengetahui nilai yang

dimiliki sectoring dan apa yang menarik bagi

sectoring untuk melakukan sesuatu. 4. Knowledge,

adalah informasi yang dimiliki sectoring untuk

bidang tertentu. Pengetahuan merupakan

kompetensi yang kompleks. Tes pengetahuan

mengukur kemampuan peserta untuk memilih

jawaban yang paling benar tetapi tidak bias melihat

apakah sesorang dapat melakukan pekerjaan

berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. 5.

Skills, adalah kemampuan untuk melaksanakan

suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun

mental. Dengan mengetahui tingkat kompetensi

maka perencanaan sumber daya manusia akan lebih

baik hasilnya.

Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 100

bagi kepemimpinan Kristen), di mana

karakter yang baik akan menentukan

penerapan pengetahuan dan keahlian

dengan baik, maka kepemimpinan Kristen

harus memerhitungkan kompetensi dari

segi karakter, yang hanya dapat dibaca

melalui perilaku atau tindakan. Yakub

Tomatala menjelaskan bahwa kompetensi

karakter seseorang dari segi kekristenan

hanya dapat diidentifikasi dengan melihat

beberapa indikasi berikut:

1. Komitmen kepada Tuhan, organisasi/

pemimpin dan pekerjaan. Hal ini dapat

dilihat dari adanya kesetiaan, kejujuran,

kerajinan, sikap bertanggung jawab, dsb.

yang dibuktikan dalam sikap hidup dan

kerja sehari-hari. Perilaku nyata dari

seorang pemimpin menggambarkan isi

hatinya (sikap batin) serta kebiasaan

hidupnya.

2. Integritas diri yang berkenaan dengan

bagaimana seseorang melihat diri -- self

ideal, self image, self esteem; Tuhan

(khususnya sikapnya terhadap

dosa/kejahatan); hubungan dengan orang

lain sehingga ia diakui sebagai "bijak" dan

"baik" dalam takaran sosial; sikap

terhadap uang sehingga ia dianggap dapat

dipercaya karena tidak berkompromi

dengan "ketidakjujuran"; sikap terhadap

kerja di mana ia menghargai pekerjaan

dan tanggung jawab yang dipercayakan

kepadanya. Faktor-faktor tersebut hanya

dapat dibuktikan dalam perilaku nyata.

3. Faktor khusus, antara lain disiplin,

motivasi, semangat hidup, kerja sama,

orientasi hasil/sukses, sikap positif,

kreatif, inovatif, sinergetik, energetik,

ketahanan, konsistensi, dsb.. Semua faktor

itu dapat terlihat dari perilaku dan

perbuatan seseorang.

4. Kemauan keras untuk bekerja serta

kesetiaan dan ketekunan kerja yang

dibuktikan dengan bekerja baik dan

bekerja keras dengan sikap pasti, yaitu

mencapai tujuan kerja dan

menghasilkan/produktif. 41

Jadi apa yang sudah disampaikan

diatas merupakan penilaian apakah seorang

pemimpin memiliki karakter yang

kompeten. Tetapi hal yang sangat penting

dari segi kekristenan yang perlu

ditekankan ialah bahwa kompetensi

seorang individu pemimpin Kristen adalah

anugerah Allah (Yoh. 15:16-17), di mana

semua faktor yang disinggung di atas

hanya ada karena dia menemukan dirinya

ada karena dan di dalam Tuhan (Ef. 2:6-

10; 2Tim. 3:14-17). Di sisi lain,

kompetensi adalah tanggung jawab

anugerah untuk menghidupi anugerah di

atas dengan seluruh aspek secara nyata

(Ams. 3:1-15; Fil. 2:2-18; 4:8-9). Setelah

itu, kompetensi tidak perlu dituntut, ia

akan ada dan yang kompeten akan diakui

kompeten bila dihidupi serta dibagi secara

nyata dalam upaya memimpin oleh

pemimpin itu sendiri.

41

Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang

Dinamis (Malang: Gandum Mas, 1997). 327.

ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 101

Disiplin

Banyak orang yang mengikuti

kursus kepemimpinan dengan harapan

dapat menjadi pemimpin, justru gagal

karena mereka tidak pernah belajar untuk

taat. Karakter disiplin42

adalah hal yang

sangat penting untuk dimiliki seorang

pemimpin, diakui atau tidak masa depan

berada ditangan orang-orang yang disiplin.

Maka seluruh karakter yang sudah dibahas

sebelumnya tidak akan berarti apa-apa

tanpa adanya disiplin, disiplin menjadikan

seseorang mampu memimpin, karena

orang tersebut telah menaklukkan dirinya

42

Defenisi disiplin adalah: merupakan

perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu

yang menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan

Disiplin diri merujuk pada pelatihan yang

didapatkan seseorang untuk memenuhi tugas

tertentu atau untuk mengadopsi pola perilaku

tertentu, walaupun orang tersebut lebih senang

melakukan hal yang lain. Sebagai contoh,

seseorang mungkin saja tidak melakukan sesuatu

yang menurutnya memuaskan dan menyenangkan

dengan membelanjakan uangnya untuk sesuatu

yang ia inginkan dan menyumbangkan uang

tersebut kepada organisasi amal dengan pikiran

bahwa hal tersebut lebih penting. Secara etimologi

disiplin berasal dari bahasa Latin “disibel” yang

berarti Pengikut. Seiring dengan perkembangan

zaman, kata tersebut mengalami perubahan menjadi

“disipline” yang artinya kepatuhan atau yang

menyangkut tata tertib. Disiplin memerlukan

integritas emosi dalam mewujudakan keadaan.

disiplin diri dapat bermula pada suatu hal yang

kecil, contoh : bagi pelajar yang mampu membagi

waktu belajar, membagi waktu beribadah sehingga

tak menimbulkan suatu pertabrakan kegiatan pada

waktu yang sama. “Disiplin.”

sendiri melalui pendisiplinan. Dalam

bahasa Inggris kata-kata disciple (murid)

dan discipline (disiplin) berasal dari akar

kata yang sama. Yakub Tomatala

menyatakan bahwa dalam kepemimpinan,

disiplin harus diartikan sebagai "mendidik

untuk perbaikan dan menjadi lebih baik".

Disiplin di sini tidak diartikan sebagai

hukuman untuk orang yang bersalah, tetapi

merupakan didikan atau tuntunan untuk

bermotivasi, bersikap, dan berkinerja baik

secara konsisten.43

Seorang pemimpin adalah

seseorang yang telah bersedia menerima

dan belajar menaati disiplin yang

dipaksakan oleh orang lain, dan kemudian

membebankan disiplin yang jauh lebih

keras, yang berasal dari dirinya sendiri.

Orang-orang yang menentang peraturan

dan memandang rendah kedisiplinan diri

jarang menjadi seorang pemimpin yang

sukses. Mereka melalaikan kekerasan dan

pengorbanan yang dibutuhkan dalam

kedisiplinan dan menolak pelajaran-

pelajaran ilahi yang ada di dalam

kedisiplinan.44

43

Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis.

249 44

J. Oswald Sanders, Kepemimpinan

Rohani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999).

49.

Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 102

Lalu, apakah arti pendisiplinan itu?

Pendisiplinan adalah adalah usaha usaha

untuk menanamkan nilai ataupun

pemaksaan agar subjek memiliki

kemampuan untuk menaati sebuah

peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi

istilah pengganti untuk hukuman ataupun

instrumen hukuman dimana hal ini bisa

dilakukan pada diri sendiri ataupun pada

orang lain.45

Atau dengan kata lain

pelatihan yang membenarkan, membentuk,

atau menyempurnakan; bisa melibatkan

suatu hukuman dalam menegur. Terdapat

dua elemen dalam pendisiplinan -- yang

keduanya ada dalam firman Allah, yaitu:

Pertama, teguran yang berfungsi untuk

menyatakan kesalahan, dan kedua,

pembenaran yang berfungsi untuk

mengatakan/menunjukkan bagaimana

mengubah kesalahan itu.

Fungsi khusus dari disiplin seperti

dijelaskan Tomatala dapat dijabarkan

dalam tiga kisi penting berikut:

1. Meningkatkan kualitas karakter.

Kualitas karakter akan terlihat pada

komitmen kepada Tuhan, organisasi,

diri, orang lain, dan kerja. Puncak

komitmen akan terlihat pada integritas

diri yang tinggi dan tangguh.

2. Mendukung proses pengejawanta-han

kualitas karakter, sikap, dan kerja. Di

45

“Disiplin.”

sini, kualitas sikap (komitmen dan

integritas) ditunjang, didukung,

dikembangkan, dan diwujudkan dalam

kenyataan. Komitmen dan integritas

akan terlihat dalam kinerja yang

konsisten.

3. Memproduksi kualitas karakter dalam

hidup yang ditandai oleh adanya

karakter kuat dari setiap orang,

termasuk pemimpin dan bawahan.

Pemimpin terbukti berdisiplin tinggi

dalam sikap hidup dan kerja, dan hal

yang akan mempengaruhi para

bawahan untuk berdisiplin tinggi yang

dijadikan model oleh bawahannya.46

Jadi disiplin harus dimulai dari diri

sendiri dan mau tunduk keapada aturan

yang dibuat oleh orang lain, karena itu

adalah cara terbaik dalam melatih

kepemimpinan yaitu bersedia

menempatkan diri di bawah kehendak

orang lain.. Untuk menjadi seorang

pemimpin yang berkarakter seorang

pemimpin harus berdisiplin keras, maka

orang-orang lain akan merasakannya dan

akhirnya orang-orang tersebut mau

menunjukkan kerajasama dalam

menjalankan disiplin yang dikehendaki

dari mereka. Pada akhirnya, perlulah

disadari bahwa disiplin dalam kehidupan

berorganisasi, bekerja, berkelompok, dan

individu merupakan adanya gambaran

46

Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis.

251

ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1, Juni 2018

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 103

tekad, kemauan, serta komitmen yang

sedang diejawentahkan. Hal ini

menentukan kohesi tinggi dalam

mekanisme sosial yang memastikan

hubungan dan kerja sama yang erat, yang

secara pasti mengarah kepada

keberhasilan/kesuksesan hidup dan kerja

kelompok maupun individu.

PENUTUP

Karakter pemimpin bukan

dilahirkan, tapi diciptakan. Setiap orang

dapat menjadi pemimpin. Bahkan menjadi

pemimpin besar dan berdampak. Tidak

peduli dari mana berasal, latar belakang

pendidikan apa yang di miliki, bagaimana

status ekonominya. Maka jawaban atas

kemerosotan kepemimpinan sebenarnya

dapat diberikan. Gereja dapat menciptakan

pemimpin yang memiliki karakter yang

baik, orang Kristen harus sadar bahwa

menciptakan pemimpin yang berkarakter

adalah tugas dan tanggungjawabnya.

Gereja bertanggungjawab menciptakan

pemimpin yang memiliki karakter dengan

kredebilitas yang baik, integritas yang

tinggi, memiliki komitmen yang tinggi,

daya kompetensi yang baik, kerendahan

hati sebagai seorang pelayan, dan memiliki

disiplin diri yang baik, hal ini bukan

sesuatu yang mustahil untuk diciptakan,

namun disamping itu, orang percaya perlu

berdoa agar Allah berbelas kasih dan terus

bekerja dalam hidup setiap anak-anak-Nya

yang kerap kali mengecewakan dan

melawan Dia. Orang-orang Kristen perlu

memohon agar Allah terus menggerakkan

hati mereka dan memanggil mereka untuk

tampil menjawab kebutuhan zaman

sebagai pemimpin pelayan di rumah,

gereja, universitas, perusahaan,

masyarakat, dan di arena publik. Dan

pemimpin Kristen harus menjadi

pemimpin yang menerapkan

kepemimpinan penebusan.

REFERENSI

Anwar, Sudirman. Management Of Student

Development. Tembilah Riau:

Yayasan Indragiri, 2015.

Baskoro, Lestantya R. “Setelah Setya

Novanto Dituntut 16 Tahun Penjara

Dalam Kasus E-KTP.” Tempo.

Jakarta, April 2018.

Cahyono, Guntur. “Menentukan Pemimpin

Berkarakter.” Kompasiana.

Clark, Donald. “Pengertian Karakter.”

Eliman. “Model Bimbingan Dalam

Pendidikan Agama Kristen Terhadap

Pembentukan Moral Anak Didik Usia

6-8 Tahun.” EPIGRAPHE: Jurnal

Teologi dan Pelayanan Kristiani 1,

no. 2 (2017): 139–153.

www.stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/

epigraphe.

Fernando Tambunan: Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban…

Copyright 2018, ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen; ISSN 2622-8998 (print), 2621-7732 (online) | 104

Farias, Bert M. “Soulish Leadership.”

Sabda Lead.

Hammond, Jeff. Leader Kepemimpinan

Yang Sukses. Jakarta: Metanoia, 2003.

Hidayat, Janwar J. Juriaman & Dylmoon.

“Kepemimpinan Yang Menebus Di

Sekolah Lentera Harapan Curug.”

POLYGLOT A Journal of Language,

Literature, Culture, and Education

13, no. 2 (2017): 47.

Hocking, David. Rahasia Keberhasilan

Seorang Pemimpin. Yogyakarta:

Yayasan Andi, 1994.

Hornby, A.S. Oxford Advanced Leaner’s

Dictionary. Oxford: University Press,

1989.

Http://www.kamusbesar.com/56761/renda

h-hati. “Rendah Hati.”

James M. Kouzes, Barry Z. Posner.

Credibility: How Leaders Gain and

Lose It, Why People Demand It. San

Fransisco: Jossey-Bass Publisher,

1993.

Kusumawati, Lanny. “Komitmen Sepenuh

Hati.”

Lamb, Jonathan. Integritas. Jakarta:

Perkantas – Divisi Literatur, 2008.

MacArthur, John. Kitab Kepemimpinan.

Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Mangunhardjana, A.M. Kepemimpinan.

Yogyakarta: Kanasius, 1990.

Maxwell, John C. Mengembangkan

Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda.

Jakarta: Binarupa Aksara, 1995.

Nuraida. Pendidikan Holistik: Pendekatan

Lintas Perspektif. Edited by Jejen

Musfah. Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup, 2012.

Penyusun, Tim. Kamus Bahasa Indonesia.

Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum

Bahasa Indonesia,. Jakarta: Balai

Pustaka, 1995.

Pramudji. Kepemimpinan Pemerintahan Di

Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara,

1995.

Rifai. “Mengajarkan Sikap Anti Korupsi

Sejak Dini Melalui Refleksi Keluaran

23  : 1-13.” KURIOS (Jurnal Teologi

dan Pendidikan Agama Kristen) 4,

no. 1 (2018): 1–13.

Sanders, J. Oswald. Kepemimpinan

Rohani. Bandung: Yayasan Kalam

Hidup, 1999.

Sasongko, Agung. “104 Kasus Korupsi

Kepala Daerah Sudah Diproses

KPK.” Indonesia, April 2018.

Sendjaya. Kepemimpinan Kristen.

Yogyakarta: Kairos, 2004.

Spencer, M. Lyle & Spencer, M. Signe.

Competence at Work Modelas for

Superrior Performance. New York,

USA: John Wily & Son, Inc, 1993.

Tomatala, Yakob. Kepemimpinan Yang

Dinamis. Malang: Gandum Mas,

1997.

Winarto, Paulus. The Leadershp Wisdom.

Jakarta: Elex Media Komputindo,

2005.