1
MANAJEMEN PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM PADA MAN 2 WATAMPONE: PERSPEKTIF MANAJEMEN MUTU TERPADU
Oleh:H. M. Rapi Anci
Abstrak
This research is developed based on the problem statements 1) how is the implementation of Islamic education management development at MAN 2 Watampone based on the perspective of total quality management. 2) what are the abstacles found in the implementation of Islamic education management development at MAN 2 Watampone based on the perspective of total quality management and what efforts to do in overcoming the ocstacles. This research is a kind of qualitative descriptive research using normative-theological, pedagogical, psychological, and sociological approaches. The research subjects consist of 454 persons meanwhile the informans consist of 20 persons taken by using purposive sampling and snowball sampling. The collected data through participatory observation, questionnaire, interview, documentation, reference exploring, then, are analyzed by data reduction, data display, and conclusion. The research indicates that the implementation of Islamic education management development at MAN 2 Watampone based on the perspective of total quality management has run well indicated by the implementation of total quality management characteristics. The found abstacles are the implementation is just in form of de facto but has not supported in de jure as well as the limited facilities. To overcome the obstacles, the decision makers must support it by providing quality policy, quality manual, and quality standard of quality management development of Islamic education as well as providing related facilities.
Keyword: Quality Development Management, Islamic Education, Total Quality Management
A. PENDAHULUAN
Seiring perkembangan era globalisasi, antusiasme stakeholders pada lembaga pendidikan,
termasuk lembaga pendidikan Islam, semakin tinggi yang terbukti dengan semakin
meningkatnya jumlah pendaftar setiap tahunnya. Sebagaimana dipahami bahwa era globalisasi
2
menciptakan pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu negara, dari keunggulan
komparatif (comparative advantage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Keunggulan komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan
kompetitif bertumpu pada pemilikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Konsekuensinya adalah eksistensi suatu negara dalam persaingan global sangat tergantung pada
mutu pendidikan sebagai pencetak dan pensuplai generasi kompetitif pada negara tersebut.
Dalam perkembangannya, dikotomi pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan
nasional yang dalam hal ini lembaga pendidikan umum di bawah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan serta lembaga pendidikan agama, termasuk yang berlabel Islam, di bawah
Kementerian Agama, ternyata menghadirkan permasalahan tersendiri dalam kaitannya dengan
pengembangan mutu pendidikan di dalamnya. Bukan cerita baru lagi apabila lembaga
pendidikan agama, khususnya yang berlabel Islam, biasa dikatakan lembaga pendidikan dengan
mutu kelas dua di bandingkan dengan mutu pendidikan pada sekolah-sekolah umum adalah
mutu kelas satu. Meskipun sterotip tersebut tidak selamanya benar tapi hal tersebut
menghadirkan suatu pertanyaan sendiri ada apa dengan mutu pendidikan Islam dalam konteks
ke-Indonesiaan.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam mengembangkan mutu pendidikan Islam di
Indonesia adalah menguatkan manajemen mutu pendidikan Islam. Dalam upaya tersebut,
manajemen mutu terpadu atau yang biasa dikenal dengan Total Quality Management dapat
menjadi suatu sudut pandang alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut di mana
manajemen mutu terpadu menekankan mutu yang konstan melalui setiap aspek dalam kegiatan
lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan Islam, dan mengarahkan semua komponen
dalam lembaga pendidikan Islam untuk menyadari bahwa mutu output tidak hanya menjadi
tanggung jawab pimpinan tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam lembaga
pendidikan Islam tersebut.
Berdasarkan ilustrasi di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang
Manajemen Pengembangan Mutu Pendidikan Islam pada MAN 2 Watampone: Perspektif
Manajemen Terpadu dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.Bagaimana implementasi manajemen pengembangan mutu pendidikan
Islam pada MAN 2 Watampone dalam perspektif manajemen mutu
terpadu?
3
2.Kendala-kendala apa yang muncul pada implementasi manajemen
pengembangan mutu pendidikan Islam pada MAN 2 Watampone dalam
perspektif manajemen mutu terpadu serta upaya-upaya bagaimana
yang telah dan harus dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala
tersebut?
B.PEMBAHASAN
1.Tinjauan Pustaka
Filosofi penciptaan manusia sebagai makhluk makhluk terbaik yang
telah diciptakan oleh Allah Swt di muka bumi merupakan suatu anugerah
yang patut disyukuri. Dengan kesyukuran maka semakin terangkatlah
derajat manusia dalam kesempurnaan tersebut tapi sebaliknya dengan
mengingkari apa yang telah dianugerahkan Allah Swt berupa kesempurnaan
tersebut, maka manusia akan dihinakan pada tempat yang paling rendah.
Dalam menjaga anugerah yang telah diberikan oleh Allah swt tersebut,
manusia harus menjaga konsistensinya pada kodrat yang telah digariskan
oleh Allah Swt yang dalam hal ini adalah syariat Islam. Eksistensi syariat
dalam kehidupan manusia dapat digambarkan sebagai sebuah suar
penerang bagi seorang hamba yang telah mengarungi gelapnya lautan
kehidupan dunia dengan hempasan gelombang godaan yang datang silih
berganti. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan Islam sebagai
suatu alat dalam menangkap pancaran hidayah Allah Swt dengan benar.
Dasar pendidikan Islam digambarkan oleh Abdul Mujib dan Jusuf
Mudzakkir yang mengelaborasi pendapat dari Hasan Langgulung bahwa
dasar operasional pendidikan Islam terdapat enam macam, yaitu historis,
sosiologis, ekonomi, politik dan administrasi, psikologis, dan filosofis, yang
kemudian mereka tambahkan dengan dasar religius.1
1 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008) h. 44.
4
Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan Islam, tujuan pendidikan
yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga
UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization)
yang mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang
maupun masa depan, yakni: (1) learning to know, (2) learning to do (3)
learning to be, dan (4) learning to live together,2 bisa menjadi refleksi atas
semangat yang tersirat dari tujuan pendidikan Islam yang juga pada
dasarnya tercakup dalam tujuan versi UNESCO tersebut. Pendidikan Islam
merupakan suatu proses penajaman potensi manusia untuk menjadi lebih
cerdas, arif dan bijaksana dalam menangkap ayat-ayat Allah Swt yang ada di
sekelilingnya, baik ayat qauliyyah ataupun ayat kauniyyah.
Sementara itu, Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat
menggambarkan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat disistematisasi
sebagai berikut:
a. Terwujudnya insan akademik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
Swt.
b. Terwujudnya insan kamil, yang berakhlakul karimah.
c. Terwujudnya insan muslim yang berkepribadian.
d. Terwujudnya insan yang cerdas dalam mengaji dan mengkaji ilmu
pengetahuan.
e. Terwujudnya insan yang bermanfaat untuk kehidupan orang lain.
f. Terwujudnya insan yang sehat jasmani dan rohani.
g. Terwujudnya karakter muslim yang menyebarkan ilmunya kepada
sesama manusia.3
Dalam upaya mengembalikan manusia pada konsep fitrahnya yang suci
atau hanif, pendidikan Islam pada berbagai level pendidikan tengah
digempur oleh berbagai tantangan yang cukup masif. Dalam menyikapi
fenomena tersebut, Adian Husaini merinci bahwa ada dua tantangan
2 Haryanto, Tujuan Pendidikan Nasional, http://belajarpsikologi.com. (Diunduh pada Rabu, 23 Oktober 2013)
3 Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009) h. 112.
5
terbesar yang dihadapi oleh pendidikan Islam khususnya dalam konteks
pendidikan di sekolah yaitu godaan materialisme dan jebakan kurikulum
sekuler.4
Hal yang cukup mengembirakan di tengah terpaan berbagai tantangan
bagi pendidikan Islam tersebut adalah adanya berbagai perkembangan
positif bagi pendidikan Islam pada berbagai level pendidikan seperti semakin
gencarnya isu integrasi keilmuan khususnya dalam lingkungan perguruan
tinggi Islam yang dulunya hanya berkutat pada skop sekolah tinggi Islam
atau institut agama Islam lalu beralih menjadi universitas Islam serta
semakin menjamurnya sekolah-sekolah Islam terpadu seperti Athirah, al-
Azhar, dan semacamnya. Dua fenomena tersebut hanyalah sebagian kecil
dari sekian banyak indikator posistif bagi pendidikan Islam dalam era
kekinian.
Mengomentari tentang urgensi pengembangan mutu pendidikan,
termasuk mutu pendidikan Islam tentunya, Lesley Munro dan dan Malcom
yang mengutip pendapat Goetsch menyatakan bahwa tuntutan masyarakat
terhadap mutu pendidikan semakin meningkat seiring dengan semakin
meningkatnya kompetisi yang ada di antara manusia. Mutu terkadang sulit
untuk didefinisikan akan tetapi fenomena dan tanda-tandanya dapat
dirasakan dalam kehidupan nyata.5 Apa yang diungkapkan oleh Goetsch ini
menarik untuk dicermati karena ternyata mutu menjadi sesuatu yang sulit
untuk didefinisikan meskipun eksistensinya sangat diperlukan dalam
kehidupan manusia. Secara logis bisa dikatakan bahwa apabila kemudian
mutu sulit untuk didefinisikan lalu bagaimana merencanakan, menerapkan
serta mengevaluasi mutu tersebut di tengah kuatnya arus tuntutan mutu
lembaga pendidikan Islam.
4Adian Husaini, Prestasi dan Tantangan Pendidikan Islam, http://adianhusaini.com. (Diunduh pada Jum’at, 25 Oktober 2013)
5 Lesley Munro dan Malcolm, Menerapkan Manajemen Mutu Terpadu (Jakarta: Gramedia, 2002), h. 6.
6
Manajemen pengembangan mutu adalah aspek dari seluruh fungsi
manajemen yang menetapkan dan melaksanakan kebijakan mutu.
Pencapaian mutu yang diinginkan memerlukan kesepakatan dan partisipasi
seluruh anggota organisasi, sedangkan tanggung jawab manajemen mutu
ada pada pimpinan puncak. Untuk melaksanakan manajemen mutu dengan
baik dan menuju keberhasilan, diperlukan prinsip-prinsip dasar yang kuat.
Prinsip dasar manajemen pengembangan mutu terdiri dari beberapa aspek
yang meliputi:
a. Berfokus pada pelanggan.
b. Berfokus pada upaya untuk mencegah masalah.
c. Investasi pada manusia.
d. Memiliki strategi untuk mencapai kualitas.
e. Memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri.
f. Memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas.
g. Mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang.
h. Membentuk fasilitator yang berkualitas untuk memimpin proses
perbaikan.
i. Mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas dan mampu
menciptakan kualitas.
j. Memperjelas peranan dan tanggung jawab setiap orang.
k. Memiliki strategi evaluasi yang jelas.
l. Memandang kualitas sebagai jalan menuju perbaikan kepuasan layanan.
m. Memandang kualitas sebagai bagian dari kebudayaan.6
Prinsip dasar manajemen pengembangan mutu tersebut merupakan
suatu kerangka acuan bagi setiap pengelola pendidikan, termasuk
pendidikan Islam, dalam mengembangkan mutu yang sekarang ini menjadi
suatu tuntutan pasar kerja yang menjadi stakeholder dari output proses
pendidikan tersebut.
6Newklida Corporation, Konsep Dasar Manajemen Mutu Terpadu, http://newklida.blogspot.com. (Diunduh pada Senin, 4 Nopember 2013)
7
Lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan Islam,
memerlukan strategi yang kuat dalam menghadapi suasana kompetitif dan
orientasi masa depan. Dalam upaya tersebut, langkah-langkah yang harus
dilakukan di antaranya adalah misi yang jelas, berorientasi pada pelanggan,
strategi pencapaian misi, pelibatan pelanggan dalam pengembangan
strategi, penguatan staf melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif,
serta penilaian dan evaluasi keefektifan lembaga pendidikan dalam
mencapai tujuan. 7 Asumsi inilah yang menginspirasi munculnya manajemen
pengembangan mutu dengan mengadopsi manajemen mutu terpadu atau
yang biasa dikenal dengan Total Quality Management (TQM).
Manajemen mutu terpadu merupakan sebuah filsafat dan budaya
organisasi yang menekankan kepada upaya menciptakan mutu yang
konstan melalui setiap aspek dalam kegiatan organisasi. Manajemen mutu
terpadu membutuhkan pemahaman mengenai sifat mutu dan sifat sistem
mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalam berbagai cara.
Manajemen mutu terpadu sangat memerlukan figur pemimpin yang mampu
memotivasi agar seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan
konstribusi semaksimal mungkin kepada organisasi. Hal tersebut dapat
dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar bahwa mutu
suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan,
tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam organisasi.8
Untuk memacu tingkat keberhasilan manajemen mutu terpadu dalam
pendidikan Islam, Charles Malin Kayo menawarkan dua konsep yaitu
membangun kerjasama tim serta melibatkan stakeholder. Dia kemudian
menggambarkan bahwa kerjasama tim merupakan unsur yang sangat
penting dalam manajemen mutu terpadu. Tim adalah sekelompok orang
bekerja secara bersama-sama dan memiliki tujuan bersama yaitu untuk
memberikan kepuasan kepada seluruh stakeholders. Kerja tim dalam sebuah
7 Marshal Sashkin dan Kisser, Putting Total Quality Management to Work (San Fransisco: Berret-Kohler Publisher, 1993), h.75.
8 Newklida Corporation, loc.cit.
8
organisasi merupakan komponen penting dalam manajemen mutu terpadu,
mengingat kerja tim akan meningkatkan kepercayaan diri, komunikasi dan
mengembangkan kemandirian. Kerjasama tim dalam menangani proyek
perbaikan atau pengembangan mutu pendidikan merupakan salah satu
bagian dari pemberdayaan pegawai dan kelompok kerjanya dengan
pemberian tanggung jawab yang lebih besar. Sementara itu, keterlibatan
stakeholders diasumsikan bahwa misi utama dari manajemen mutu terpadu
adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan seluruh pelanggan.
Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menjaga hubungan dengan
pelanggannya dan memiliki obsesi terhadap mutu sehingga mereka harus
selalu dilibatkan dalam pengambilan kebijakan-kebijakan strategis yang
berkaitan dengan pengembangan mutu.9
Dalam mewujudkan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan
Islam, maka semua pihak-pihak yang terkait baik dalam persoalan kebijakan,
teknis pelaksanaan, dan semacamnya harus bekerja sama satu sama lain.
2.Metode Penelitian
Sebagai penelitian lapangan (field research), penelitian ini tergolong jenis penelitian
deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan yuridis, pedagogis, dan sosiologis.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis, cermat, dan
natural mengenai pengembangan manajemen mutu pendidikan Islam pada MAN 2 Watampone
dalam perspektif manajemen mutu terpadu.
Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu 2 bulan yaitu selama bulan Oktober-
Nopember 2013 yang berlokasi pada MAN 2 Watampone Jl. Yos Sudarso No. 20 Watampone.
Penelitian kualitatif lebih cenderung membahasakan istilah “populasi”, sebagaimana
disebut oleh Spradley, dengan situasi sosial (social situation) yang meliputi tempat (place),
pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.10 Dalam kaitannya
dengan penelitian ini, yang menjadi tempat (place) adalah MAN 2 Watampone, pelaku (actors)
9Charles Malin Kayo, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Islam, http://charlesmalinkayo.blogspot.com. (Diunduh pada Kamis, 14 Nopember 2013)
10Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Cet.V; Bandung: Alfabeta, 2008), h. 299.
9
adalah guru, staf, dan siswa yang berkaitan langsung dengan proses manajemen pengembangan
mutu pendidikan Islam dalam lingkungan MAN 2 Watampone baik secara administratif ataupun
teknis, dan aktivitas (activity) adalah proses manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam
dalam lingkungan MAN 2 Watampone meski ketiga hal tersebut masih bisa berkembang pada
tataran lain yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini.
Secara rinci bisa digambarkan bahwa yang menjadi pelaku (actor) atau biasa juga disebut
subjek penelitian yang terlibat pada proses manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam
dalam lingkungan MAN 2 Watampone, sebanyak 454 orang dengan rincian guru sebanyak 53
orang, staf sebanyak 16 orang, dan siswa sebanyak 385 orang.
Sementara itu, istilah “sampel” dalam penelitian kualitatif lebih ditujukan pada pemilihan
individu untuk dijadikan sebagai informan.11 Jadi pemilihan informan dalam penelitian kualitatif
bukan untuk tujuan validitas eksternal sehingga pengambilannya sangat fleksibel bahkan bisa
bertambah atau berubah seiring dengan perkembangan kebutuhan data penelitian. Oleh karena
itu, penentuan informan pada langkah awal dari penelitian ini ditujukan pada 15 informan yang
terdiri dari guru 5 orang, staf 5 orang, dan siswa 5 orang. Pada tahap awal penelitian tersebut,
peneliti mendapatkan data-data yang belum cukup menjawab rumusan masalah yang berkaitan
dengan proses manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam dalam lingkungan MAN 2
Watampone, kendala serta upaya-upaya yang telah dan harus dilakukan dalam mengatasinya
secara holistik. Oleh karena itu, peneliti mengambil informan tambahan yang terdiri dari guru 1
orang, staf 1 orang, dan mahasiswa 3 orang, sehingga jumlah keseluruhan informan dalam
penelitian ini sebanyak 20 informan yang terdiri dari guru sebanyak 6 orang staf sebanyak 6
orang, dan siswa sebanyak 8 orang dengan menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling)
yang jumlahnya bertambah dengan menggunakan sampel bola salju (snowball sampling) seiring
dengan perkembangan kebutuhan data penelitian sampai data yang dikumpulkan dianggap jenuh
dan bisa menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
Karena peneliti melakukan penelitian lapangan (field research), maka jenis pengumpulan
data yang digunakan adalah penelitian langsung pada objek yang diteliti dengan menggunakan
metode triangulasi metode pengumpulan data yang terdiri dari observasi partisipatif
(participatory observation), wawancara (interview) kuisioner (questionnaire)
11Ag. Bambang Setiyadi, Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif (Cet.I; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 46.
10
dokumentasi (documentation), penelusuran referensi (reference exploring).
Data yang terkumpul kemudian dianalisis melalui tiga tahapan secara
berkesinambungan yang meliputi tahap reduksi data (data reduction), tahap penyajian data (data
display), dan tahap penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verivication).12
3.Laporan Hasil Penelitian
Sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tingkat menengah atas
di Kota Watampone, MAN 2 Watampone terus berbenah di tengah kuatnya
arus persaingan sekolah menegah atas, baik yang berada di bawah
koordinasi Kementerian agama serta kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, dalam menarik minat para stakeholder dalam memberikan
kepercayaan kepada institusi dalam hal pemberian jasa pendidikan pada
level sekolah tingkat menengah atas.
Untuk bisa tetap eksis di tengah kuatnya arus persaingan tersebut,
MAN 2 Watampone di bawah nahkoda Drs. Muhammad Yusuf Muzakkir
sebagai Kepala MAN 2 Watampone, membuat visi dan misi yang menjadi
pedoman normatif madrasah dalam menjalankan kebijakan-kebijakan
strategis dan teknis pada tataran praktis. Secara sistematis, visi dan misi
MAN 2 Watampone dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Visi:
Terwujudnya MAN 2 Watampone menjadi madrasah yang Islami, unggul, dan
berdaya saing tinggi.
Misi:
a. Menciptakan suasana madrasah Islami yang kaffah
b. Mengikutsertakan ulama dan umara dalam pengelolaan madrasah ke
depan
(Dokumentasi
Madrasah, 2013)
12Ibid., h. 337-345.
11
Visi misi yang ditetapkan oleh MAN 2 Watampone memiliki nilai
filosofis yang sangat mendalam dalam kaitannya dengan upaya untuk
mengimplementasikan manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam
dalam perspektif manajemen mutu terpadu. Muhammad Yusuf Muzakkir
sebagai Kepala MAN 2 Watampone dalam wawancara dengan peneliti
mengatakan bahwa visi dan misi tersebut bukan hanya sekedar semboyang
yang hanya eksis demi terpenuhinya persyaratan administrasi tapi
merupakanj sebuah refleksi semangat pemberdayaan yang dibawa oleh MAN
2 Watampone dalam meningkatkan tata kelola madrasah yang bermutu dan
mampu untuk menjawab harapan masyarakat dan umat. 13
Hal ini juga dipertegas oleh A. Salam yang merupakan Wakamad
Bidang Kurikulum yang menyatakan bahwa visi dan misi tersebut bukanlah
hasil rumusan yang bersifat instan dan dikerjakan oleh orang-orang tertentu
saja tapi sebaliknya visi dan misi tersebut merupakan hasil pengkajian yang
panjang dengan rentetan pertimbangan yang cukup proporsional yang
intinya bagaimana visi dan misi tersebut bisa merefleksikan harapan semua
pihak-pihak yang terkait baik secara internal ataupun eksternal.14
Dalam kaitannya dengan implementasi manajemen pengembangan
mutu pendidikan Islam pada MAN 2 Watampone dalam perspektif
manajemen mutu terpadu, peneliti telah memetakan tahapan implemetasi
yang dilakukan oleh pihak madrasah berdasarkan karakteristik manajemen
mutu terpadu yang meliputi 1) fokus pada pelanggan, 2) memiliki obsesi
yang tinggi terhadap kualitas, 3) menggunakan pendekatan ilmiah dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, 4) memiliki komitmen
jangka panjang, 5) membutuhkan kerjasama tim, 6) memperbaiki proses
secara berkesinambungan, 7) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan,
13 Muhammad Yusuf Muzakkir, Kepala MAN 2 Watampone, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.14 A. Salam, Wakamad Bidang Kurikulum, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.
12
8) memberikan kebebasan yang terkendali, 9) memiliki kesatuan yang
terkendali, 10) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
1. Fokus pada pelanggan
Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu
pendidikan Islam yaitu fokus pada pelanggan telah dilakukan oleh MAN 2
Watampone dengan melihat apa kebutuhan masyarakat terhadap output
pendidikan agama Islam yang dilakukan. Menurut Muh. Nur Musbir yang
merupakan Wakamad Bidang Kesiswaan, tipologi masyarakat Kabupaten
Bone yang sangat agamis yang tentunya direfleksikan dengan berbagai
kegiatan-kegiatan keagamaan yang cukup masif menuntut pihak sekolah
untuk jeli melihat peluang dengan membekali peserta didik berbagai
keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat seperti kemampuan
berceramah agama, kemampuan tadarrus atau tilawah, kemampuan
membaca barazanji, dan semacamnya. 15
Apa yang dilakukan oleh pihak madrasah di atas yaitu dengan
membekali peserta didik dengan berbagai keterampilan keagamaan yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pelanggan yang selalu siap
menggunakan jasa output pendidikan Islam merupakan suatu langkah
manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam yang sangat bagus dan
patut diapresiasi.
2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu
pendidikan Islam yaitu memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas telah
dilakukan oleh MAN 2 Watampone dengan menjadikan kata “unggul” dan
“berdaya saing tinggi” sebagai salah satu maskot verbal dalam visi
madrasah di samping mewujudkan kampus yang Islami. Diasumsikan bahwa
hanyalah lembaga pendidikan yang berkualitas yang mampu untuk tampil
sebagai lembaga pendidikan yang unggul serta memiliki daya saing tinggi di
15 Muh. Nur Musbir, Wakamad Bidang Kesiswaan, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.
13
tengah semakin kuatnya arus persaingan global yang secara langsung atau
tidak langsung juga berimplikasi pada dunia pendidikan Islam.
Dalam rangka mewujudkan kualitas pembelajaran, pihak pimpinan
madrasah selalu aktif untuk melakukan pemantauan kegiatan pembelajaran
di kelas-kelas. Sebagai barometer untuk melihat bagaimana kualitas
pembelajaran tersebut, pihak sekolah telah menginstruksikan guru untuk
selalu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum masuk
mengajar yang nantinya akan dilakukan pemantauan apakah langkah-
langkah pembelajaran yang dilakukan sudah berjalan sesuai dengan apa
yang telah direncanakan dalam RPP yang telah dibuat sebelumnya. Dengan
RPP ini pula, pihak madrasah bisa mendapatkan sebuah ilustrasi awal
bagaimana guru pendidikan Islam mampu untuk menjabarkan kompetensi-
kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum ke dalam kegiatan
pembelajaran pendidikan Islam di kelas-kelas.
Sebagaimana diketahui bahwa kualitas pembelajaran pendidikan Islam
tidak akan bisa tercapai secara maksimal tanpa adanya media pembelajaran
yang mencukupi. Mengomentari hal tersebut, Ruhaedah yang merupakan
Wakamad Bidang Sarana dan Prasarana menyatakan bahwa pihak madrasah
telah mempersiapkan media pembelajaran seperti LCD, meskipun jumlahnya
masih terbatas, yang biasa dipakai oleh pengajar untuk mengajarkan tata
cara berwudhu dengan mengikuti instruksi lewat video, menonton film
sejarah Nabi Muhammad Saw, dan semacamnya.16
Dalam pengamatan peneliti, upaya lain yang dilakukan oleh pihak
madrasah yang menunjukkan obsesi terhadap kualitas adalah sistem
penilaian hasil belajar yang difokuskan pada aspek kognitif, psikomotorik,
dan afektif. Dalam kerangka pendidikan Islam yang sarat dengan nilai-nilai
normatif ta’abbudiyah seorang hamba terhadap Tuhannya, output
pendidikan Islam yang hanya memenuhi aspek kognitif semata tanpa
16 Ruhaedah, Wakamad Bidang Sarana dan Prasarana, Wakamad Bidang Kesiswaan, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.
14
didukung oleh dua aspek lainnya yaitu psikomotorik dan afektif hanya akan
menciptakan orang cerdas berteori tentang sembahyang tapi dia sendiri
yang tidak sembahyang. Jelas output pendidikan Islam yang seperti ini tidak
bisa dikatakan berkualitas.
3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah
Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu
pendidikan Islam yaitu menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah telah dilakukan oleh MAN 2 Watampone
dengan senantiasa melakukan pertemuan berkala baik dengan kalangan
guru dan pegawai dalam lingkungan MAN 2 Watampone demikian pula
dengan tokoh masyarakat atau orang tua siswa yang tergabung dalam
komite madrasah. Dalam konteks pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah, pendekatan ilmiah yang dilakukan adalah dengan menganut
konsep moderat (tawasuth), toleran (tasamuh), keadilan (taadul),
keseimbangan (tawasun) dan musyawarah (musyawarah).
Menurut Andi Irwan, yang merupakan salah seorang guru pada MAN 2
Watampone, pihak madrasah selalu memberikan kesempatan kepada pihak-
pihak yang ada dalam lingkungan madrasah seperti guru, pegawai, bahkan
siswa, untuk memberikan pandangan dan usulan dalam hal pengambilan
keputusan serta penyelesaian masalah.17 Wujud implementasi dari
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang menggunakan
pendekatan ilmiah adalah manakala ada perbedaan pendapat di antara
siswa yang menyangkut hal-hal yang sifatnya khilafiyah seperti qunut,
jumlah rakaat shalat tarawih, dan semacamnya.
Dalam pengamatan peneliti, konsep moderat (tawasuth), toleran
(tasamuh), keadilan (taadul), keseimbangan (tawasun) dan musyawarah
(musyawarah) yang selalu menjiwai proses pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah merupakan suatu wujud pendekatan ilmiah yang
17 Andi Irwan, Guru MAN 2 Watampone, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.
15
berakar dari nilai normatif agam serta nilai kearifan lokal masyarakat di
Kabupaten Bone.
4. Memiliki komitmen jangka panjang
Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu
pendidikan Islam yaitu memiliki komitmen jangka panjang telah dilakukan
oleh MAN 2 Watampone dengan membekali peserta didik dengan pola
berpikir metodologis khususnya pada materi-materi yang berkaitan dengan
pendidikan Islam. Patut disadari bahwa proses pendidikan Islam adalah
suatu proses investasi yang memerlukan komitmen jangka panjang.
Memberikan materi pendidikan Islam yang sifatnya statis kepada siswa
hanya akan menjebak cakrawala berpikir mereka pada pola pikir fanatik buta
dan memiliki komitmen jangka pendek serta terbatas. Tapi dengan
membekali mereka langkah-langkah metodologis tentang pendidikan Islam
mereka memiliki bekal untuk menghadapi dinamisasi pendidikan Islam yang
terus menggeliat aktif seiring dengan pergeseran waktu.
Wakamad Bidang Kurikulum, A. Salam mengatakan bahwa sekilas
bahwa proses di atas terlihat sangat idealis dan terkesan sulit untuk
dijabarkan pada tataran empiris tapi selama guru pendidikan Islam mau
malakukannya secara bertahap maka tidak ada yang mustahil.18 Tinggal
yang harus dilakukan adalah memulainya secara bertahap yang diawali
dengan pembekalan secara maksimal kepada para guru pendidikan Islam
dalam lingkungan MAN 2 Watampone tentang proses tersebut.
5. Membutuhkan kerja sama tim
Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu
pendidikan Islam yaitu membutuhkan kerja sama tim telah dilakukan oleh
MAN 2 Watampone dengan selalu melakukan koordinasi secara berkala pada
guru-guru yang memiliki rumpun ilmu sejenis termasuk pendidikan Islam.
Di samping itu, kerja sama tim juga terlihat dari pihak siswa yang
seolah-olah tidak mau ketinggalan dalam hal pengembangan mutu
18 A. Salam, Wakamad Bidang Kurikulum, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.
16
pendidikan Islam dalam lingkungan MAN 2 Watampone. Salah satu wujud
kerja sama tim yang diperlihatkan oleh siswa tergambar pada visi dan misi
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MAN 2 Watampone yaitu:
Visi:
Mewujudkan siswa MAN 2 Watampone yang bertaqwa, cerdas, kreatif,
inovatif, sehat, dan unggul dalam prestasi
Misi:
a. Membentuk siswa MAN 2 Watampone yang beriman dan bertaqwa
b. Mengoptimalkan pengurus OSIS dan pengurus ekstra kurukuler lainnya
c. Meningkatkan kebersihan madrasah melalui kegiatan yang kreatif
d. Mengembangkan wawasan keilmuan melalui kegiatan ekstra
(Dokumentasi
Madrasah, 2013)
Dalam pengamatan peneliti, komitmen siswa tersebut yang kemudia
disambut positif oleh pihak madrasah dengan berbagai kegiatan pembinaan
keterampilan dalam hal pendidikan Islam seperti ceramah, tadarrus, tilawah
dan barazanji yang dilakukan dengan menggandeng Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS) secara tidak langsung membuat kerjasama tim antara pihak
madrasah dan siswa menjadi solid.
6. Memperbaiki proses secara berkesinambungan
Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu
pendidikan Islam yaitu memperbaiki proses secara berkesinambungan telah
dilakukan oleh MAN 2 Watampone dengan membuat Standard Operational
Procedure (SOP) yang menjadi acuan terhadap teknis pelaksanaan kegiatan-
kegiatan administrasi dan akademik dalam lingkungan MAN 2 Watampone
termasuk di dalamnya adalah pendidikan Islam.
Aliyah yang merupakan guru dalam lingkungan MAN 2 Watampone
menyatakan bahwa proses pembelajaran di kelas bergerak sangat dinamis
dengan adanya perbedaan individu yang dihadapi dalam berbagai
17
perspektifnya. Oleh karena itu, apa yang tertulis dalam RPP sebelum masuk
kelas biasanya akan berubah di dalam kelas.19
Dalam pengamatan peneliti, perubahan dari apa yang telah ditetapkan
sebelumnya merupakan suatu hal yang lumrah selama tidak melenceng dari
standar kompetensi yang telah dijabarkan dalam kurikulum pendidikan
Islam. Hal tersebut merupakan suatu bukti nyata dari adanya proses
perbaikan secara berkesinambungan dalam pendidikan Islam.
7. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu
pendidikan Islam yaitu menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan telah
dilakukan oleh MAN 2 Watampone dengan melakukan kegiatan pelatihan
kepada para guru, termasuk guru pendidikan Islam, dalam lingkungan MAN 2
Watampone tentang implementasi pendidikan karakter dan kurikulum 2013
serta pelatihan komputer bagi staf.
Muh. Rafid yang merupakan salah seorang guru yang telah mengikuti
Workshop tentang Pendidikan Karakter mengatakan bahwa pelatihan
merupakan hal yang sangat berguna dalam meningkatkan kompetensi guru
demi merespon semakin berkembangnya dunia pembelajaran dalam
berbagai perspektifnya. 20 Hal yang sama diungkapkan oleh Musdalifah yang
merupakan staf dalam lingkungan MAN 2 Watampone yang menyatakan
bahwa pelatihan komputer yang telah diadakan oleh pihak madrasah sangat
menunjang kinerja pelayanan staf termasuk dalam hal pelayanan pendidikan
Islam.
Adapun dalam hal kesempatan bagi guru untuk melanjutkan studi
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi seprti S2 atau S3, pihak madrasah
masih mengandalkan beasiswa dari penyedia beasiswa baik dari
Kementerian Agama atau dari luar Kementerian Agama.
19 Aliyah, Guru MAN 2 Watampone, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.
20 Muh. Rafid, Guru MAN 2 Watampone, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.
18
8. Memberikan kebebasan yang terkendali
Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu
pendidikan Islam yaitu memberikan kebebasan yang terkendali telah
dilakukan oleh MAN 2 Watampone dengan kebijakan madrasah untuk
memberikan kebebasan kepada guru, termasuk guru pendidikan Islam,
untuk berimprovisasi dalam kegiatan pembelajaran selama tidak melenceng
dari tujuan pembelajaran dan standar kompetensi yang telah dijabarkan
dalam kurikulum.
9. Memiliki kesatuan yang terkendali
Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu
pendidikan Islam yaitu memiliki kesatuan yang terkendali telah dilakukan
oleh MAN 2 Watampone dengan adanya kesatuan instruksi dalam hal
kebijakan pendidikan Islam yang dalam hal ini adalah kurikulum. Dalam
pelaksanaannya, kurikulum pendidikan Islam selalu dievaluasi sebagai
proses pengendalian yang diharapkan mampu memposisikan kurikulum
pendidikan Islam tersebut sebagai acuan pembelajaran yang tidak bersifat
kaku dan statis tapi mampu untuk menjadi media pemberdayaan inovasi dan
kreativitas bagi guru pendidikan Islam serta para siswa dalam proses
interaksi di kelas.
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu
pendidikan Islam yaitu adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
telah dilakukan oleh MAN 2 Watampone dengan adanya keterlibatan
pegawai dalam memfasilitasi siswa pada saat mengikuti pelatihan
keterampilan pendidikan Islam seperti ceramah, tadarrus, tilawah dan
barazanji.
Tidak bisa dipungkiri bahwa upaya untuk mengimplementasikan
manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam dalam perspektif
manajemen mutu terpadu pada lembaga pendidikan manapun, termasuk
MAN 2 Watampone, pasti tidak akan bisa lepas dari berbagai kendala-
kendala yang merupakan suatu hal yang sangat lumrah dan wajar.
19
Kendala pertama yang dihadapi adalah masih belum maksimalnya
upaya guru pendidikan Islam dalam lingkungan MAN 2 Watampone untuk
mengimplementasikan manajemen mutu terpadu karena belum adanya
kebijakan resmi dari pihak madrasah tentang implementasi manajemen
mutu terpadu pada manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam
dalam lingkungan MAN 2 Watampone. Apa yang digambarkan di atas dari
beberapa contoh implementasi pendidikan Islam yang menggunakan
karakteristik manajemen mutu terpadu yang meliputi 1) fokus pada
pelanggan, 2) memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, 3)
menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah, 4) memiliki komitmen jangka panjang, 5)
membutuhkan kerjasama tim, 6) memperbaiki proses secara
berkesinambungan, 7) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, 8)
memberikan kebebasan yang terkendali, 9) memiliki kesatuan yang
terkendali, 10) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan, pada
dasarnya hanya merupakan suatu sudut pandang alternatif dalam membaca
upaya manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam yang ternyata
sudah ada dalam lingkungan MAN 2 Watampone. Dengan kata lain,
karakteristik manajemen mutu terpadu telah ada secara de facto pada
manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam dalam lingkungan MAN 2
Watampone tapi secara de jure belum ada. Oleh karena itu, implementasi
manajemen mutu terpadu pada manajemen mutu pengembangan mutu
pendidikan Islam perlu dijabarkan dalam bentuk kebijakan mutu, manual
mutu dan standar mutu pendidikan Islam yang disahkan oleh pihak yang
berwenang.
Kendala yang kedua adalah keterbatasan sarana dan prasarana yang
membuat proses implementasi manajemen mutu terpadu pada manajemen
mutu pengembangan mutu pendidikan Islam belum berjalan maksimal. Hal
ini terlihat kalau guru pendidikan Islam harus antri dalam hal penggunaan
LCD dengan guru bidang studi lainnya. Oleh karena itu, upaya yang bisa
dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut adalah menyediakan sarana
20
dan prasarana pendukung termasuk membekali guru pendidikan Islam
supaya bisa lebih inovatif dalam menyediakan media pembelajaran di
tengah keterbatasan media pembelajaran yang disiapkan oleh madrasah.
C. PENUTUP
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat ditarik beberapa sub-kesimpulan sebagai
berikut:
1. Implementasi manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam dalam perspektif
manajemen mutu terpadu sudah berjalan cukup baik dalam lingkungan MAN 2
Watampone yang bisa dilihat dari karekteristik manajemen mutu terpadu yang meliputi a)
fokus pada pelanggan, b) memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, c) menggunakan
pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, d) memiliki
komitmen jangka panjang, e) membutuhkan kerjasama tim, f) memperbaiki proses secara
berkesinambungan, g) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, h) memberikan
kebebasan yang terkendali, l) memiliki kesatuan yang terkendali, m) adanya keterlibatan
dan pemberdayaan karyawan, sudah terlihat dalam manajemen pengembangan mutu
pendidikan Islam dalam lingkungan MAN 2 Watampone.
2. Kendala-kendala yang dihadapi pada implementasi manajemen pengembangan mutu
pendidikan Islam dalam perspektif manajemen mutu terpadu dalam lingkungan MAN 2
Watampone adalah kenyataan bahwa manajemen mutu terpadu baru hadir secara de facto
tapi belum dibackup secara de jure serta minimnya sarana dan prasarana yang bisa
memfasilitasi implementasi manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam dalam
perspektif manajemen mutu terpadu. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, yang
harus dilakukan adalah menjabarkan manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam
tersebut dalam bentuk kebijakan mutu, manual mutu dan standar mutu pendidikan Islam
yang disahkan oleh pihak yang berwenang serta menyediakan sarana dan prasana
pendukung termasuk meningkatkan kemampuan inovatif guru pendidikan Islam dalam
menyiapkan media pembelajaran.
21
REFERENSI
Haryanto, Tujuan Pendidikan Nasional, http://belajarpsikologi.com. (Diunduh pada Rabu, 23 Oktober 2013)
Husaini, Adian, Prestasi dan Tantangan Pendidikan Islam, http://adianhusaini.com. (Diunduh pada Jum’at, 25 Oktober 2013)
Kayo, Charles Malin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Islam, http://charlesmalinkayo.blogspot.com. (Diunduh pada Kamis, 14 Nopember 2013)
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.
Munro, Lesley dan Malcolm, Menerapkan Manajemen Mutu Terpadu , Jakarta: Gramedia, 2002.
Newklida Corporation, Konsep Dasar Manajemen Mutu Terpadu, http://newklida.blogspot.com. (Diunduh pada Senin, 4 Nopember 2013)
Saebani, Beni Ahmad dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Sashkin, Marshal dan Kisser, Putting Total Quality Management to Work, San Fransisco: Berret-Kohler Publisher, 1993.
Setiyadi, Ag. Bambang, Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Cet.I; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Cet.V; Bandung: Alfabeta, 2008.