SERANGGA HAMA DAN PREDATOR PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) FASE GENERATIF
DI KOTA PADANG
Oleh:My Syahrawati dan Munzir Busniah1
ABSTRAK
Research for Insect of Pest and Predator on Long bean field (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) on Generative stage in Padang City was done on April-Desember 2009 at Kuranji and Koto Tangah Distric. The research used survey methods collecting insect directly and using yellowtrap, light trap, fittfall trap, and insect net. Found 8 species of pest insect those were Myzus persicae, Aphis craccivora, Oxya sp, Empoasca sp, Thrips sp, Drosophila melanogaster, Agromyza phaseoli, and Riptortus linearis, Bactrocera dorsalis, dan Lucilia sericata. Percentage and Intensity of attacking of pest insect within low : ..... Kind of predator insect found those are 3 species of ants (Formicidae: Hymenoptera), Collembola, Arachnida, 5 species of Coleoptera), Aeshna grandis (Aeshnidae: Odonata), Gryllidae (Orthoptera), and Dermaptera, with species diversity was low : ...
Penelitian tentang serangga hama dan predator pada pertanaman kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) Fase Generatif di Kota Padang telah dilaksanakan pada Bulan April–November 2009 di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah. Penelitian berupa survei dengan mengkoleksi serangga secara langsung, dan menggunakan perangkap papan kuning, perangkap cahaya, dan fitfall trap, dan jaring ayun. Serangga hama yang ditemukan adalah Myzus persicae, Aphis craccivora, Oxya sp, Empoasca sp, Thrips sp, Drosophila melanogaster, Agromyza phaseoli, Riptortus linearis, Bactrocera dorsalis, dan Lucilia sericata. Persentase dan intensitas serangan tergolong rendah. Jenis predator yang ditemukan adalah 3 jenis semut yaitu Dolichoderus sp, Selenopsis sp, dan Oecophylla smaragdina dari Ordo Hymenoptera famili Formicidae, Collembola, Arachnida, Coccinella sp (Coccinellidae: Coleoptera), Aeshna grandis (Aeshnidae: Odonata), Gryllidae: Orthoptera, dan Dermaptera dengan keragaman jenis tergolong rendah.
I. PENDAHULUAN
Tanaman sayuran menyediakan nilai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia
karena banyak mengandung serat, vitamin dan mineral. Sayuran dapat meningkatkan daya
cerna metabolisme serta meningkatkan daya tahan terhadap gangguan penyakit. Salah satu
jenis tanaman sayuran penghasil serat, vitamin dan mineral adalah kacang panjang (Vigna
sinensis (L.) Savi Ex Has).
1 Dosen pada Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang
1
Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi dalam bentuk
segar maupun diolah menjadi sayur. Bagian yang sering dikonsumsi adalah daun dan
polongnya. Daun kacang panjang sangat baik bagi wanita yang menyusui karena dapat
memperbanyak air susu ibu (Bisnis Bali, 2007). Polong muda banyak mengandung vitamin
A,B,C sedangkan biji yang sudah tua mengandung protein tinggi (17-23%). Selain itu,
tanaman kacang panjang juga dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan cover crop untuk
mencegah erosi tanah. Akarnya mempunyai bintil akar yang dapat mengikat nitrogen bebas
dari udara sehingga dapat menyuburkan tanah (Irfan dan Sunarjono, 2003).
Di Kota Padang Propinsi Sumatera Barat, tanaman kacang panjang merupakan
salah satu jenis tanaman penghasil sayuran yang paling banyak ditanam masyarakat petani.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota
Padang (2009), selama tahun 2007 Kota Padang telah memproduksi kacang panjang
sebanyak 778 ton. Dari jumlah tersebut, 42,16% diantaranya diproduksi oleh Kecamatan
Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah, masing-masing dengan luas areal tanam 41 ha dan
35 ha serta produksi rata-rata 4,37 ton/ha dan 4,26 ton/ha. Hasil tersebut sebenarnya dapat
lebih ditingkatkan secara kualitas dan kuantitas, apabila gangguan OPT, seperti hama,
dapat ditekan.
Secara umum diketahui bahwa jenis serangga hama yang biasa menyerang tanaman
kacang panjang adalah ulat bunga/ penggerek polong (Maruca testulalis), lalat kacang
(Agromiza phaseoli), ulat tanah (Agrotis ipsilon), kutu daun (Myzus persicae), kutu hitam
(Aphis craccivora) (Ashari, 1995; Irfan dan Sunarjono, 2003), kepik polong (Riptortus
linearis) (Irfan dan Sunarjono, 2003), kumbang penggerek biji (Callosobruchus maculatus
L) (Ashari, 1995; Irfan dan Sunarjono, 2003; Prabowo, 2008), dan ulat grayak (Spodoptera
litura F.) (Prabowo, 2008).
Diantara beberapa cara pengendalian hama tumbuhan yang ada, pengendalian
biologis dengan memanfaatkan musuh alami merupakan alternatif pengendalian yang
paling aman dan sangat direkomendasikan. Hal ini erat kaitannya dengan kelangsungan
ekologi maupun habitat tanaman tersebut. Meskipun dampaknya dirasakan dalam jangka
waktu yang lama, namun akan mampu menjaga keseimbangan ekosistem (Julinatono,
2009). Salah satu jenis musuh alami hama tumbuhan menurut Untung (1993) adalah
2
predator yakni jenis binatang yang memangsa binatang lain untuk mempertahankan
eksistensinya.
Secara umum, serangga predator yang ditemukan untuk tanaman kacang-kacangan
(termasuk kacang panjang) di Propinsi Lampung adalah Micraspis sp., Mantidae, Andralus
spinidens, Odonata, Oxyopes javanus, Assilidae, Coccinella sp. , C. longipennis,
Paederus fuscipes, Sycanus sp., Syrpidae, Trigoniidae, Vespidae, Casnoidae indica,
Collembola, Casnoidae ishii ishii, Tetigonidae, Carabidae, Formicidae, Cycindelidae,
semut rangrang, dan Grylidae (Tengkano, Supriyatin, Suharsono, Bedjo, Yusmani, dan
Purwantoro, 2009).
Berdasarkan penelusuran literatur yang dilakukan, belum pernah dilaporkan tentang
serangga hama dan predator di sekitar pertanaman kacang panjang di Kota Padang.
Menurut Holling (1961), keberadaan predator pada suatu kawasan sangat terkait dengan
keberadaan mangsanya. Oleh sebab itu, dipandang perlu untuk melakukan penelitian
tentang serangga hama dan predator pada pertanaman kacang panjang. Penelitian ini
bertujuan untuk menginventarisir dan menganalisis keragaman serangga hama dan predator
pada pertanaman kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) di Kota Padang.
II. METODE PENELITIAN
Waktu yang dialokasikan untuk penelitian mulai dari perencanaan – pelaporan
adalah Bulan April – November 2009. Penelitian ini didukung oleh pengamatan lapangan
dan pengamatan laboratorium. Pengamatan lapangan akan dilaksanakan di Kecamatan
Kuranji dan Koto Tangah Kota Padang Propinsi Sumatera Barat, sedangkan pengamatan
laboratorium akan dilaksanakan di laboratorium hama dan penyakit tumbuhan Fakultas
Pertanian Unand.
Penelitian adalah penelitian survei yang dikuantitatifkan. Adapun pendekatan
kuantitatif digunakan untuk mengolah data bersifat nominal. Menurut Sugiyono (2001)
pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang mengolah data berbentuk angka, atau data
kualitatif yang diangkakan.
Untuk mengkoleksi hama/predator dibutuhkan sejumlah peralatan seperti
perangkap papan kuning, perangkap cahaya, dan fitfall trap, jaring ayun, dan pengamatan
langsung dengan dibantu kaca loup. Pengamatan langsung terhadap hama/predator
3
dilakukan terhadap hama/predator yang memang menghabiskan sebagian atau seluruh
siklus hidupnya langsung pada bagian tanaman kacang panjang.
Untuk mengetahui jenis dan populasi hama/predator serta pengelompokannya,
seluruh hama/predator yang diperoleh dilapangan disortasi untuk memisahkan serangga
berdasarkan ordo-ordo, kemudian diidentifikasi dengan cara memperhatikan ciri-ciri
morfologi dibawah mikroskop binokuler lalu dicocokkan dengan Kunci Determinasi
Serangga (Subyanto et al, 1991) dan atau Kunci Determinasi Serangga (Kanisius, 1991).
Semua hama/predator sesuai pengelompokan, dihitung dan dimasukkan ke dalam tabulasi
data yang telah disiapkan sebelumnya.
Pengukuran terhadap tingkat serangan ini hanya dilakukan untuk mempertegas
keberadaan serangga hama lapangan, bukan untuk serangga yang tergolong predator.
Pengamatan terhadap tingkat serangan hama pada tanaman kacang panjang dilakukan pada
10 tanaman sampel untuk menentukan persentase daun terserang dan intensitas serangan.
Pengamatan ini dilakukan pada saat pengamatan terakhir dilakukan di lapangan. Untuk
memperoleh persentase daun tanaman kacang panjang yang terserang hama digunakan
rumus:
P = a/b x100%
Keterangan: P = Persentase daun terseranga = Jumlah daun terserangb = Jumlah daun yang diamati
Penilaian terhadap tingkat serangan berdasarkan persentase daun terserang seperti
tabel berikut:
Tabel 1. Penilaian terhadap persentase daun terserang dan klasifikasi tingkat serangannya pada tanaman kacang panjang
Persentase Klasifikasi tingkat serangan
< 10%
10 – 50%
51 – 75%
>75%
sangat rendah
rendah
sedang
Tinggi
4
Sedangkan untuk mengukur besaran intensitas serangan hama pada bagian tanaman
kacang panjang digunakan rumus :
P = Σ (nxv) x 100 %
(ZxN)
Keterangan: P = Tingkat kerusakann = Jumlah bagian tanaman yang diamati pada kategori serangan
(daun, bunga, polong)v = Nilai skala kategori seranganZ = Nilai skala kategori serangan tertinggiN = Jumlah seluruh bagian yang diamati (daun, bunga, polong)
Ketentuan nilai skala kategori serangan hama tanaman bengkuang adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Penilaian terhadap intensitas serangan hama dan klasifikasi tingkat serangannya pada tanaman kacang panjang
Intensitas serangan (skala) Klasifikasi
1 = serangan < 25%
2 = serangan 25-50%
3 = serangan 50-75%
4 = serangan >75%
Rendah
Agak rendah
Agak tinggi
Tinggi
Indeks Keragaman
Pengukuran terhadap indeks keragaman ini hanya dilakukan untuk mempertegas
keberadaan serangga predator di lapangan, bukan untuk serangga yang tergolong hama.
Untuk mengetahui indeks keragaman jenis serangga predator digunakan rumus formula
Shanon and Wiener cit Rahmawaty (2000):
H’ = - ∑ (Pi ln Pi)
Keterangan:H’ = Indeks keragaman predatorPi = ni/Nni = Jumlah individu setiap jenis N = Total jumlah individus = Total jumlah jenis dalam penelitian
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL1. Jenis dan Populasi Serangga
Berdasarkan penelitian yang dilakukan berhasil dikoleksi 13.250 individu serangga
yang diperoleh di areal pertanaman kacang panjang di lokasi penelitian. Dari jumlah
tersebut 59,95% dikoleksi dari Kecamatan Kuranji, dan 40,05 dikoleksi dari Kecamatan
Koto Tangah. Dari hasil koleksi tersebut, berhasil diidentifikasi 10 jenis hama, dan 9 jenis
predator. Selain itu ditemukan 7 jenis serangga lain yang belum berhasil diidentifikasi
dengan pasti dimana posisinya dalam struktur keanekaragaman serangga di lokasi
penelitian. Hasil identifikasi lengkap disajikan pada Tabel 3
2. Serangga Hama pada Pertanaman Kacang Panjang2.a. Jenis dan Populasi
Setelah dilakukan separasi data, ditemukan 4.165 individu serangga hama yang
tersebar dalam 10 spesies, dimana 71,57% diantaranya dikoleksi dari Kecamatan Kuranji
dan 28,43% dikoleksi dari Kecamatan Koto Tangah. Tiga spesies hama yang paling
banyak ditemukan adalah Myzus persicae (Aphididae : Homoptera), Aphis craccivora
(Aphididae: Homoptera) dan Oxya sp (Acrididae: Orthoptera). Selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 4.
2.b. Presentase dan Intensitas Serangan
Setelah dilakukan pengamatan tentang gejala serangan hama pada tanaman, hanya
serangan hama M.persicae dan A.craccivora yang langsung teridentifikasi karena kedua
jenis hama ini selalu berada pada bagian tanaman yang terserang, sedangkan hama yang
lain tidak. Selain itu, juga teridentifikasi dua jenis gejala serangan lain berupa tusukan dan
gigitan yang tidak ketahui penyebabnya, namun diduga berasal dari kelompok hama lain
yang berhasil diidentifikasi (Tabel 3). Keempat gejala tersebut diukur persentase dan
intensitas serangannya pada daun, polong dan bunga tanaman kacang panjang.
Serangan A.craccivora paling tinggi terjadi pada polong dengan persentase
serangan 18,82% dan intensitas serangan 5,24%. Adapun serangan M.persicae paling
tinggi terjadi pada daun dengan persentase serangan 26,27% dan intensitas serangan
6
8,62%. Serangan A.craccivora lebih tinggi di Kecamatan Kuranji dibandingkan dengan
Kecamatan Koto Tangah masing-masing 22,94% dan 14,71%. Akan tetapi intensitas
serangan di Kecamatan Koto Tangah lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Kuranji yakni
7,60% dan 2,88%. Serangan M.persicae lebih tinggi di Kecamatan Kuranji dibandingkan
dengan Kecamatan Koto Tangah yakni masing-masing 30,63% dan 21,91%, dengan
intensitas serangannya yakni 10,05% dan 7,19%. Persentase dan intensitas serangan
A.craccivora dan M.persicae tergolong rendah karena berada pada persentase 10-50%
dengan intensitas serangan kecil dari 25%. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.
Tabel 3. Jenis dan populasi serangga yang dikoleksi dari Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah Kota Padang
Nojenis
PopulasiRata-rata Kuranji
Rata-rata Koto
Tangah
Rata-rata Padang
StatusKuranji
Koto Tangah Padang
1.Myzus persicae: Aphididae : Homoptera 1774 228 2002 221.8 28.5 125.1 Hama
2.Aphis craccivora: Aphididae: Homoptera 878 818 1696 109.8 102.3 106.0 Hama
3.Drosophila melanogaster: Drosophilidae: Diptera 31 1 32 3.9 0.1 2.0 Hama
4.Lalat buah - Bactrocera dorsalis: Tephritidae: Diptera 3 3 6 0.4 0.4 0.4 Hama
5.Lalat hijau - Lucilia sericata: Calliphoridae: Diptera 0 4 4 0.0 0.5 0.3 Hama
6.
Lalat kacang Agromyza phaseoli : Agromyzidae : Diptera 12 6 18 1.5 0.8 1.1 Hama
7.Empoasca sp: Cicadellidae: Homoptera 60 17 77 7.5 2.1 4.8 Hama
8.Riptortus linearis: Alydidae: Hemiptera 10 1 11 1.3 0.1 0.7 Hama
9.Oxya sp : Acrididae: Orthoptera 184 81 265 23.0 10.1 16.6 Hama
10.Thrips sp : Thripididae: Thysanoptera 0 34 34 0.0 4.3 2.1 Hama
11. Arachnida 131 77 208 16.4 9.6 13.0 Predator12. Colembola 933 493 1426 116.6 61.6 89.1 Predator
13.Coccinella sp : Coccinellidae : Coleoptera 47 61 108 5.9 7.6 6.8 Predator
14. Dermaptera : Cecopet 0 2 2 0.0 0.3 0.1 Predator
15.Fire ant- Selenopsis sp : Formicidae: Hymenoptera 230 508 738 28.8 63.5 46.1 Predator
16.Black ant- Dolichoderus sp : Formicidae: Hymenoptera 2439 1613 4052 304.9 201.6 253.3 Predator
17. Semut rangrang - Oecophylla 0 193 193 0.0 24.1 12.1 Predator
7
smaragdina: Formicidae: Hymenoptera
18. Gryllidae: Orthoptera 10 0 10 1.3 0.0 0.6 Predator
19.Aeshna grandis: Aeshnidae: Odonata 29 25 54 3.6 3.1 3.4 Predator
20. Coleoptera 89 73 162 11.1 9.1 10.1 Umum21. Diptera 514 633 1147 64.3 79.1 71.7 umum22. Homoptera 97 175 272 12.1 21.9 17.0 Umum23. Hemiptera 20 7 27 2.5 0.9 1.7 Umum24. Hymenoptera 444 234 678 55.5 29.3 42.4 Umum25. Lepidoptera 7 16 23 0.9 2.0 1.4 Umum26. Kaki seribu 1 4 5 0.1 0.5 0.3
Total (individu) 7943 5307 13250Persentase 59.95 40.05 100.00
Tabel 4. Jenis dan populasi serangga hama pada pertanaman kacang panjang di lokasi Penelitian
Nojenis
PopulasiRata-rata Kuranji
Rata-rata Koto
Tangah
Rata-rata Padang
KuranjiKoto
Tangah Padang
1.Myzus persicae: Aphididae : Homoptera 1774 228 2002 221.8 28.5 125.1
2.Aphis craccivora: Aphididae: Homoptera 878 818 1696 109.8 102.3 106.0
3.Oxya sp : Acrididae: Orthoptera 184 81 265 23.0 10.1 16.6
4.Empoasca sp: Cicadellidae: Homoptera 60 17 77 7.5 2.1 4.8
5.Thrips sp : Thripididae: Thysanoptera 0 34 34 0.0 4.3 2.1
6.Drosophila melanogaster: Drosophilidae: Diptera 31 1 32 3.9 0.1 2.0
7.
Lalat kacang Agromyza phaseoli : Agromyzidae : Diptera 12 6 18 1.5 0.8 1.1
8.Riptortus linearis: Alydidae: Hemiptera 10 1 11 1.3 0.1 0.7
9.Lalat buah - Bactrocera dorsalis: Tephritidae: Diptera 3 3 6 0.4 0.4 0.4
10.Lalat hijau - Lucilia sericata: Calliphoridae: Diptera 0 4 4 0.0 0.5 0.3Total (individu) 2981 1184 4165Persentase 71.57 28.43
Tabel 5. Persentase serangan hama pada tanaman kacang panjang di lokasi penelitian
No Hama/gejalaKuranji Koto Tangah Padang
Daun Polong Bunga Daun Polong Bunga Daun Polong Bunga
8
1 A.craccivora 7.39 22.94 4.17 12.23 14.71 14.71 9.81 18.82 9.44
2 M.persicae 30.63 8.75 8.34 21.91 8.86 8.86 26.27 8.81 8.603 tusukan 11.95 0.00 0.00 11.22 0.00 0.00 11.59 0.00 0.004 gigitan 28.18 0.00 0.00 6.35 0.00 0.00 17.26 0.00 0.00
Tabel 6. Intensitas serangan hama pada tanaman kacang panjang di lokasi penelitian
No Hama/gejalaKuranji Koto Tangah Padang
Daun Polong Bunga Daun Polong Bunga Daun Polong Bunga
1 A.craccivora 4.29 2.88 0.50 5.02 7.60 3.13 4.66 5.24 1.81
2 M.persicae 10.05 0.79 0.25 7.19 3.19 0.00 8.62 1.99 0.133 tusukan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.004 gigitan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3. Serangga Predator pada Pertanaman Kacang Panjang3. a. Jenis dan Populasi
Setelah dilakukan separasi data, ditemukan 6.771 individu serangga predator yang
tersebar dalam 9 jenis/kelompok, dimana 55,97% diantaranya dikoleksi dari Kecamatan
Kuranji dan 44,03% dikoleksi dari Kecamatan Koto Tangah. Jenis/kelompok predator
yang paling banyak ditemukan adalah Dolichoderus sp (Formicidae: Hymenoptera) yang
dikenal dengan nama semut hitam. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jenis dan populasi serangga predator pada pertanaman kacang panjang di lokasi penelitian
NoJenis/kelompok
PopulasiRata-rata Kuranji
Rata-rata Koto
Tangah
Rata-rata Padang
KuranjiKoto
Tangah Padang
1.Black ant- Dolichoderus sp : Formicidae: Hymenoptera 2439 1613 4052 304.9 201.6 253.3
2. Colembola 933 493 1426 116.6 61.6 89.1
3.Fire ant- Selenopsis sp : Formicidae: Hymenoptera 230 508 738 28.8 63.5 46.1
4.
Semut rangrang - Oecophylla smaragdina: Formicidae: Hymenoptera 0 193 193 0.0 24.1 12.1
5. Arachnida 131 77 208 16.4 9.6 13.0
6.Coccinella sp : Coccinellidae : Coleoptera 47 61 108 5.9 7.6 6.8
7.Aeshna grandis: Aeshnidae: Odonata 29 25 54 3.6 3.1 3.4
8. Gryllidae: Orthoptera 10 0 10 1.3 0.0 0.69. Dermaptera : Cecopet 0 2 2 0.0 0.3 0.110. Total (individu) 3790 2981 677111. Persentase 55.97 44.03
9
3. b. Keragaman spesies
Berdasarkan pengolahan data tentang keanekaragaman spesies predator, didapatkan
nilai keragaman Shanon-Wiener . Angka ini berarti keragamannya tergolong
rendah.
PEMBAHASAN
Sistem pertanian di Kecamatan Kuranji relatif polikultur. Tanaman kacang panjang
ditanam diareal persawahan yang dikeringkan, dilakukan untuk rotasi tanaman. Disekitar
pertanaman kacang panjang, ada pertanaman cabai, terung, pitulo, pisang, padi sawah, dan
beberapa tanaman tahunan seperti kelapa, dan jengkol. Disamping itu, tanaman kacang
panjang ditanam pada bedengan dengan mulsa plastik, dan tanpa dilakukan penyiangan
terhadap gulma yang tumbuh dilekukan antar bedengan. Beberapa kali dilakukan
penyemprotan pestisida sintetik seperti lebaycid.
Sistem pertanian di Kecamatan Koto Tangah agak berbeda dengan Kuranji. Para
petani menanam tanaman kacang panjang di gurun di pinggiran persawahan, yang memang
tidak diperuntukkan untuk bertanam padi sawah. Ada juga yang bertanam di ladang yang
berada dekat peternakan ayam. Oleh sebab itu, sistem pertanian di lokasi ini kurang
polikultur, hanya ada persawahan atau tanaman tahunan seperti kelapa dan rambutan
disekitar areal persawahan. Untuk pemeliharaan tanaman, petani melakukan penyiangan
gulma dan penyemprotan dengan pestisida seperti Dursban (Gambar 1).
Menurut Quicke (1997), nilai kompleksitas suatu daerah dikatakan tinggi jika
daerah itu disusun oleh vegetasi yang beragam. Habitat yang beragam dalam pengertian
memiliki jenis tanaman yang banyak pada suatu daerah menyediakan sumber daya yang
mendukung kehidupan serangga. Tanaman yang beranekaragam pada suatu wilayah dapat
mengurangi persaingan antar spesies sehingga keberhasilan hidup serangga disuatu wilayah
lebih terjamin. van Emden (1991) menyatakan peningkatan keanekaragaman habitat pada
suatu kawasan pertanian dapat meningkatkan keanekaragaman serangga hama dan
serangga bermanfaat (musuh alami) dan mengurangi kerusakan tanaman oleh hama.
Diyakini bahwa perbedaan sistem pertanian antar kedua lokasi penelitian
memberikan pengaruh yang besar terhadap struktur komunitas serangga di areal
pertanaman kacang panjang tersebut. Dari data hasil penelitian diketahui bahwa keragaman
10
jenis serangga lebih tinggi di Koto Tangah, akan tetapi populasi serangga di Kecamatan
Kuranji lebih tinggi dibandingkan di Kecamatan Koto Tangah (Tabel 3). Di Koto Tangah
ditemukan 10 jenis hama, sedangkan di Kuranji hanya ditemukan 9 jenis. Dari segi
populasi, Kuranji lebih tinggi dibandingkan Koto Tangah, dengan selisih perbedaan
mendekati 47% (Tabel 4). Begitu juga halnya dengan keberadaan predator. Hal ini
kemungkinan besar terjadi karena Kuranji menerapkan pola tanam polikultur, tanpa
penyiangan gulma sedangkan Koto Tangah kurang polikultur dengan penyiangan gulma.
Gulma diduga berpengaruh terhadap populasi inang alternatif bagi serangga hama dan
predator untuk hidup dan berkembangbiak.
Tumbuhan liar semisal gulma merupakan komponen agroekosistem yang penting,
karena secara positif dapat mempengaruhi biologi dan dinamika musuh alami (Altieri dan
Nicholls 2004). Tumbuhan liar yang tumbuh di sekitar pertanaman tidak hanya berfungsi
sebagai tempat berlindung (shelter) dan pengungsian musuh alami ketika kondisi
lingkungan tidak sesuai (van Emden 1991), tetapi juga menyediakan inang alternatif dan
makanan tambahan seperti tepung sari dan nektar dari tumbuhan berbunga serta embun
madu yang dihasilkan oleh ordo Homoptera (Altieri dan Nicholls 2004). Banyak penelitian
memperlihatkan bahwa manipulasi tumbuhan liar dapat meningkatkan kelimpahan dan
keanekaragaman musuh alami (Yaherwandi et al. 2005).
Serangga hama yang ditemukan adalah Myzus persicae, Aphis craccivora, Oxya sp,
Empoasca sp, Thrips sp, Drosophila melanogaster, Agromyza phaseoli, Riptortus linearis,
Bactrocera dorsalis, dan Lucilia sericata. Dari 10 spesies hama tersebut, M. persicae dan
A.craccivora merupakan 2 spesies yang paling banyak ditemukan (Tabel 4).
Serangan M. persicae dan A.craccivora lebih nyata teridentifikasi karena berada
dalam jumlah yang sangat banyak, dan selalu berada pada bagian tanaman yang terserang
(Tabel 5 dan 6). Sedangkan hama yang lain memiliki mobilitas yang tinggi dan juga
kemungkinan berasosiasi dengan gulma disekitarnya.
Kutu hitam (Aphis craccivora) menyerang pada awal pertumbuhan dan masa
pertumbuhan bunga dan polong (Warintek Bantul, 2009). Biasanya serangan terjadi pada
pucuk tanaman, menyebabkan tanaman menjadi layu dan pertumbuhan terhambat. Adapun
serangan M. persicae menyebabkan kerusakan pada bagian-bagian tanaman yang masih
muda, misalnya tunas-tunas dan daun-daun serta tangkai daun yang masih muda. Daun
11
berkerut dan keriting serta penumbuhannya terhambat. Pada bagian tanaman di sekitar
aktivitas kutu daun tersebut terlihat adanya kapang hitam, yaitu Capnodium sp. yang
tumbuh pada sekresi atau kotoran kutu daun berupa embun madu. Kadang-kadang di
sekitar koloni tersebut terdapat semut yang juga menyukai sekresi yang dihasilkan
serangga ini (Deptan a, 2009).
Persentase bagian tanaman yang terserang dan intensitas serangan M. persicae dan
A.craccivora lebih tinggi di Kecamatan Kuranji dibandingkan dengan Koto Tangah dengan
intensitas serangan beragam. Namun setelah dikuantitatifkan ternyata serangan kedua hama
ini tergolong rendah (Tabel 5 dan 6). Rendahnya serangan ini diduga kuat dipengaruhi oleh
keberadaan predator di lokasi penelitian. Keragaman musuh alami yang tinggi bermanfaat
dalam pengendalian hayati karena masing-masing jenis memiliki inang sasaran dan stadia
yang berbeda sehingga tekanan terhadap mangsa akan semakin tinggi (LaSalle, 1997).
Di Kuranji ditemukan 6 jenis predator, sedangkan di Koto Tangah ditemukan 8
jenis predator. Jenis predator yang ditemukan adalah 3 jenis semut yaitu Dolichoderus sp,
Selenopsis sp, dan Oecophylla smaragdina dari Ordo Hymenoptera famili Formicidae,
Collembola, Arachnida, Coccinella sp (Coccinellidae: Coleoptera), Aeshna grandis
(Aeshnidae: Odonata), Gryllidae: Orthoptera, dan Dermaptera (Tabel 7). Dilihat dari
indeks keragaman predator , tergolong rendah.
Semut dari Famili Formicidae ternyata mendominasi jenis dan populasi serangga
predator. Pada satu sisi kelihatan menguntungkan karena semut merupakan predator yang
cukup efektif untuk mengendalikan telur lalat buah dan ulat daun (Soeprapto,. 1999). Akan
tetapi jika mencermati tingginya populasi serangga kutu hitam dan kutu daun, maka
keberadaan semut harus diwaspadai karena bukan pada posisi mempredasi namun justru
bekerjasama saling menguntungkan. Borror et al (1992) menyatakan bahwa serangga jenis
Aphid dipelihara oleh semut. Aphid muda hidup disarang semut dan diantarkan semut ke
tanaman inangnya sehingga Aphid dengan mudah menemukan inangnya. Sedangkan semut
mendapatkan hasil sekresi Aphid berupa embun madu.
Populasi Collembola yang cukup tinggi, nomor 2 setelah Dolichoderus sp masih
menjadi pertanyaan, seberapa besar efektifitasnya sebagai predator. Karena berdasarkan
Borror et al (1992) dan Lilies (2003), serangga yang tergolong Colembola dapat menjadi
pelapuk, pemakan bangkai, predator dan juga hama.
12
Jenis predator yang patut diperhitungkan adalah Arachnida, Coccinella sp, dan
Aeshna grandis. Meskipun dari segi populasi berada dibawah Hymenoptera dan
Collembola, namun ketiga jenis predator ini sangat potensial dalam mengendalikan
serangga hama. Arachnida atau laba-laba dikenal sebagai ”predator segala”. Laba-laba
merupakan predator polifag sehingga berperan penting dalam mengontrol populasi
serangga. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dari seluruh kelompok predator yang terdapat
pada ekosistem sawah, sekitar 16-35% adalah laba-laba (Riechert & Lockley, 1984). Laba-
laba Oxyopes javanus mampu mengendalikan serangan kepik polong (Soeprapto,. 1999).
Lycosa psudoannulata merupakan pemangsa wereng yang efektif (Lilies, 2003). Dari hasil
penelitian berhasil diidentifikasi Oxyopes javanus, Lycosa pseudoannulata, Plexippus sp,
Tetragnatha sp, Liniphiidae, dan Thomisidae.
Coccinella sp yang ditemukan ada dua jenis yaitu Coccinella transversalis dan
Harmonia sp. Genus Coccinella ini merupakan pemangsa aphid (Borror et al, 1992). Larva
Harmonia sp, menurut Shepard et al. (1987), lebih rakus dari pada yang dewasa dengan
memakan 5-10 mangsa (telur, nimfa, larva, imago) kutu daun dan wereng tiap hari. Belum
ada laporan khusus tentang efektifitas capung Aeshna grandis dalam mengendalikan
mangsa dan jenis mangsanya. Akan tetapi diketahui bahwa setiap tahapan hidupnya adalah
predator dengan kisaran mangsa yang luas (Borror et al, 1992).
Secara umum, meskipun jenis dan populasi hama tergolong tinggi, akan tetapi
persentase dan intensitas serangannya tergolong rendah. Hal ini diduga dipengaruhi oleh
keberadaan predator dalam jenis dan populasi yang cukup beragam meskipun dalam
keragaman . Dokumentasi hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian Universitas Andalas
yang telah mendanai penelitian ini dengan nomor kontrak 088/H.16/PL/DIPA/I/2009.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang serangga hama dan predator
pada pertanaman kacang panjang, dapat disimpulkan bahwa :
13
1. Serangga hama yang ditemukan adalah Myzus persicae, Aphis craccivora, Oxya sp, Empoasca sp, Thrips sp, Drosophila melanogaster, Agromyza phaseoli, Riptortus linearis, Bactrocera dorsalis, dan Lucilia sericata. Dari 10 spesies hama tersebut, M. persicae dan A.craccivora merupakan 2 spesies yang paling banyak ditemukan.
2. Serangan A.craccivora paling tinggi terjadi pada polong dengan persentase serangan 18,82% dan intensitas serangan 5,24%. Adapun serangan M.persicae paling tinggi terjadi pada daun dengan persentase serangan 26,27% dan intensitas serangan 8,62%.
3. Serangga predator yang ditemukan adalah 3 jenis semut yaitu Dolichoderus sp, Selenopsis sp, dan Oecophylla smaragdina dari Ordo Hymenoptera famili Formicidae, Collembola, Arachnida, Coccinella sp (Coccinellidae: Coleoptera), Aeshna grandis (Aeshnidae: Odonata), Gryllidae: Orthoptera, dan Dermaptera.
4. Predator potensial adalah Arachnida, Coccinella sp dan Aeshna grandis
5. Keragaman jenis serangga hama dan predator lebih tinggi Di Kuranji dibandingkan Koto Tangah. Di Kuranji ditemukan 9 jenis hama dan 6 jenis predator, sedangkan di Koto Tangah ditemukan 10 jenis hama dan 8 jenis predator. Indeks keragaman ...
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang efektifitas Arachnida, Coccinella sp dan
Aeshna grandis dalam mengendalikan serangan hama pada tanaman kacang panjang.
Daftar Pustaka
Arzal. 2008. Kumbang Helem, Teman Setia Petani. www.kttp.deptan.go.id.Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta.Bisnis Bali. 2007. Bertanam Kacang Panjang. Borror, D.J., C.A. Triplehorn., and N.F. Johnson. Pengenalan Serangga Ed.VI.
(terjemahan). GMUP. Yogyakarta.BPTP Bogor-JICA. 1990. Petunjuk bergambar untuk Identifikasi Hama dan Penyakit
Kedelai di Indonesia – II. Bogor.CSIRO Australia. 1991. The Insect of Autralia: a textbook for student dan research worker.
Melbourne University Press. Australia.Deptan. 2009a. Metode Pengamatan OPT Tanaman Sayuran. http://ditlin.hortikultura.
deptan. go.id/makalah/peng_tan_sayur.htm. Deptan. 2009b. Ulat Tanah. http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id/opt/tomat/ult_tanah.htm
2009. Deptan. 2009c. Kutu Daun. http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id/opt/jeruk/kutu_dn/kutu_
daun.htm.Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang. 2009. Produksi
Sayur-sayuran menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman. http://www.padang.go.id/v2/content/ view/1076/184/
Holling, C. S., 1961. Principles of Insect Predation. Ann. Rev. Entomol. 6 : 163-182.
14
Herminanto, 1999. Respon Fungsional dan Perkembangan Predator Coelophora inaequalis Thunb. sebagai Musuh Alami Kutu Tanaman Aphis craccivora Koch. Lap. Penel. Fak. Pertanian Unsoed. Purwokerto. 45 hal.
Husni. 1998. Rahasia Penciptaan Binatang. Dimensi. 1(1): 6-7.IEP. 2009. Metode Pengamatan OPT Tanaman Sayuran. IPTEKnet. 2009a. Budidaya Kacang Panjang. http://banten.litbang.deptan.go.id/
index.php? option=com_content&task =view&id=22&Itemid=61.IPTEKnet. 2009b. Petsai. http://iptek.net.id/ind/teknologi_ pangan/index.php? mnu= 2&id
=201.IPTEKnet. 2009c. Teknologi Pangan. http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index. php?mnu=2&id=288Irfan dan Sunarjono, H. 2003. Bertanam Kacang Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.Julinatono, J. 2009. Mengenal Predator diantara Hama Serangga. http://www.tanindo.Com/
abdi10/hal3001.htmKanisus. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisus. Yogyakarta.Kusmara. 2009. Laba.I.W. 2001. Keanekaragaman Hayati Arthropoda dan Peranan Musuh Alami Hama
Utama Padi pada Ekosistem Sawah. Makalah Falsafah Sains (PPs 702)/ S3 Institut Pertanian Bogor.
Lasalle J, Gauld, ID. 1997. Hymenoptera: Their diversity and their impact on the diversity of other organism dalam LaSalle, Gauld (ed). Hymenoptera and Biodiversity. Wallingford:CAB International.
Lilies, S.C. 2003. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta.
Natural Nusantara Jogjakarta. 2008. Budidaya Cabai Merah. http://www.naturalnusantara. co.id/ indek _3_3_3. php?id=54.
Omkar & R.B. Bind. 2004. Prey quality dependent growth, development and reproduction of a biocontrol agent, Cheilomenes sexmaculata (Fabricius) (Coleoptera: Coccinellidae). Biocont. Sci.Tech. 14(7): 665-673.
Omkar, G. Mishra, S. Srivastava, A.K. Gupta. & S.K. Singh. 2005. Reproductive performance of four aphidophagous ladybirds on cowpea aphid, Aphis craccivora Koch. J. Appl. Entomol.129(4):217-220.
Prabowo, A.Y. 2008. Cara Cerdas Meningkatkan Produksi Kacang Panjang. http://indonesia-agriculture.blogspot.com.
PPPTP. 2009.
Plantamor. 2009. Klasifikasi Kacang Panjang. http://www.plantamor.com/spcdtail.php?recid =1281.
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.
Tengkano, Supriyatin, Suharsono, Bedjo, Yusmani, dan Purwantoro. 2009. Status Hama Kedelai dan Musuh Alami pada Agroekosistem Lahan Kering Masam Lampung.Thamrin, M dan Asikin, S. 2009. Pengendalian Hama Walang Sangit (Leptocorisa
oratorius F) di Tingkat Petani Lahan Lebak Kalimantan Selatan. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra).
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. GMUP. Yogyakarta.
15
Wagiman, F.X., S. Turnipseed, andW. Linser. 1987.An evaluation of soybean pests, factor affecting heir abundance and recombination for integrated pestmanagement in Java. Survey report. Department of Entomology and Phytopathology, Fac. Of Agric. Gadjah madaUniv. Yogyakarta. 21p.
Warintek Bantul. 2009. kedelai http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata& kat=1&sub=2&file=59.
Winasa. I.W dan Nurmansyah, A. 2000. Kajian Artropoda Predator Epigenik dan Penghuni Tajuk di Ekosistem Kedelai: Suatu Pendekatan Ekologi Lansekap. LPPM IPB. Bogor.
16
ARTIKELPENELITIAN DIPA 2009
SERANGGA HAMA DAN PREDATOR PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has)
FASE GENERATIF DI KOTA PADANG
Oleh:MY SYAHRAWATI, SP, M.SiIr. MUNZIR BUSNIAH, M.Si
Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 Dengan Nomor Kontrak : 088/H.16/PL/DIPA/I/2009
JURUSAN HAMA PENYAKIT TUMBUHANFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2009
PERTANIAN
17
18
Recommended