ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA SAAT INITIAL
PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005 - 2009
Tifani Puspita
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M.Com., Akt.
ABSTRACT
This study aims to determine the factors that influence the level of underpricing. Variables examined include underwriter reputation, auditor reputation, firm age, financial leverage, and ROA
This research was carried out through the analysis of multiple linear regression with a 5% significance level, Data collection tool that used is observation and literature study with purposive sampling method. This research used 50 selected samples from 74 firms available in population.
The research concluded that first underwriter reputation, succeed to show a significant effect on the level of underpricing, second auditor reputation, failed to show a significant influence on the level of underpricing, third age of firms, failed to show a significant influence on the level of underpricing, fourth financial leverage, failed to show a significant influence on the level of underpricing, and fifth return on assets (ROA), failed to show a significant influence on the level of underpricing. The result is expected as additional information not only for investors but also potential investors and potential investors in making strategy of capital market investment, to make decisions of profitable investment and be used as consideration, especially parties related to information disclosure problems if will make an initial public offering (IPO) to obtain the optimal price.
Keywords : Underpricing, initial public offering (IPO), underwriter reputation, auditor reputation, age of firm, financial leverage, and return on assets (ROA).
PENDAHULUAN
Kebutuhan tambahan modal semakin bertambah sejalan dengan
perkembangan perusahaan. Hal ini menuntut manajemen untuk memilih apakah
tambahan modal akan dilakukan dengan cara utang atau dengan menambah
jumlah kepemilikan saham dengan penerbitan saham baru. Jika alternatif kedua
yang dipilih, maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk
memperolehnya, antara lain dengan menjual kepada pemegang saham yang sudah
ada, menjual kepada karyawan lewat ESOP (employee stock ownership plan),
menambah saham lewat deviden yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan),
menjual langsung kepada pemilik tunggal (biasanya investor institusi) secara
privat (private placement), atau menawarkan kepada publik (Hartono, 2000).
Proses penawaran sebagian saham perusahaan kepada masyarakat melalui bursa
efek disebut go public.
Setelah perusahaan memutuskan untuk menjadi go public maka harus
diawali melalui penawaran saham perdana yang disebut IPO (Initial Public
Offering). Tahapan IPO antara lain menyusun perencanaan, persiapan,
mendapatkan pernyataan pendaftaran dari Bapepam, penawaran umum, serta
melaksanan semua kewajiban sebagai emiten setelah sah dinyatakan go public
(Mohamad Samsul (2006,70)).
Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan
mengakibatkan banyaknya persaingan antar perusahaan untuk mendapatkan
investor didalam menanamkan modalnya melalui tahapan awal perusahaan go
public yang dinamakan IPO. Kegiatan IPO untuk suatu perusahaan banyak
diwarnai dengan adanya fenomena yang umum dan sering terjadi di pasar modal
maupun saat emiten dengan adanya selisih positif antara harga saham di pasar
sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO yang biasa disebut
underpricing (Yolana dan Dwi Martani, 2005).
Banyaknya underpricing pada perusahaan yang pertama kalinya
melakukan IPO dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah reputasi
underwriter. Dalam proses go public, sebelum saham diperdagangkan di pasar
sekunder (bursa efek), terlebih dahulu saham perusahaan yang akan go public
dijual di pasar perdana (Daljono,2000). Harga saham pada penawaran perdana
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara peusahaan emiten dengan underwriter
(penjamin emisi efek), sedangkan harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh
mekanisme pasar (berdasarkan permintaan dan penawaran). Underwriter adalah
pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum
bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek
yang tidak terjual. Underwriter dalam hal ini memperoleh informasi lebih baik
mengenai permintaan saham-saham emiten, dibandingkan emiten itu sendiri. Oleh
karena itu, underwriter akan memanfaatkan informasi yang dimiliki untuk
memperoleh kesepakatan optimal dengan emiten.
Menurut Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur (2002) bahwa reputasi
underwriter berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing dengan tingkat
signikansi 10%. Daljono (2000) menemukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara reputasi penjamin emisi dengan initial return. Rosyati dan Arifin
Sebeni (2002) menemukan bahwa reputasi penjamin emisi dan umur perusahaan
mempengaruhi underpricing pada level signifikansi 5% dengan arah korelasi
negatif. Dan Sulistio (2005) menemukan bahwa reputasi underwriter tidak
menunjukkan pengaruh terhadap initial return. Sedangkan menurut Yolana dan
Dwi Martani (2005) bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel reputasi penjamin emisi dengan underpricing.
Auditor memegang peranan yang penting dalam proses go public, yaitu
sebagai pihak yang ditunjuk oleh perusahaan, yang melakukan pemeriksaan
laporan keuangan perusahaan sebagai calon emiten. Auditor yang berkualitas akan
dihargai dipasaran dalam bentuk peningkatan permintaan jasa audit dan auditor
yang memiliki reputasi yang tinggi maka akan mempertahankan reputasinya
dengan memberikan kualitas audit yang tinggi pula. Atas kualitas pengauditannya
yang tinggi, auditor akan dihargai dalam bentuk premium harga oleh klien.
Penggunaan adviser yang profesional (auditor dan underwriter yang mempunyai
reputasi tinggi) dapat digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas
perusahaan emiten, Holland dan Harton (1993) dalam Daljono (2000). Dengan
memakai adviser yang profesional dan berkualitas, akan mengurangi kesempatan
emiten untuk berlaku curang dalam menyajikan informasi yang tidak akurat.
Beatty (1989) menunjukkan bahwa auditor yang memiliki reputasi tinggi
berhubungan negatif dengan initial return. Sedangkan menurut Sulistio (2005)
bahwa reputasi auditor tidak menunjukkan pengaruh terhadap initial return.
Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam bertahan
hidup dan banyak informasi yang dapat diserap oleh publik. Menurut Daljono
(2000), umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu
bertahan. Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi yang
telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Dengan demikian akan
mengurangi adanya asimetri informasi dan memperkecil ketidakpastian di masa
yang akan datang (Rosyati dan Sebeni, 2002). Penelitian Trisnawati (1998) bahwa
variabel umur perusahaan berpengaruh terhadap initial return. Beatty (1989)
mengemukakan faktor lain yang mempunyai hubungan negatif dengan initial
return adalah reputasi underwriter, prosentase saham yang ditawarkan, umur
perusahaan, jenis kontrak underwriter, dan indikator perusahaan minyak dan gas.
Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
membayar hutangnya dengan equity yang dimilikinya. Apabila financial leverage
tinggi, menunjukkan risiko suatu perusahaan yang tinggi pula. Para investor
dalam melakukan keputusan investasi, tentu akan mempertimbangkan informasi
financial leverage sehingga menghindarkan penilaian harga saham perdana terlalu
tinggi yang menyebabkan terjadinya underpricing. Menurut Imam Ghozali dan
Mudrik Al Mansur (2002) bahwa variabel financial leverage berpengaruh secara
signifikan terhadap underpricing dengan tingkat signifikansi 10%. Menurut
Daljono (2000) bahwa financial leverage mempunyai hubungan positif secara
signifikan dengan initial return. Dan menurut Sulistio (2005) bahwa tingkat
leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap initial return.
ROA (return on assets) merupakan ukuran profitabilitas suatu perusahaan.
ROA menjadi salah satu pertimbangan investor di dalam melakukan investasi
terhadap saham-saham di lantai bursa menurut Imam Ghozali dan Mudrik Al
Mansur (2002). Probabilitas perusahaan yang tinggi akan mengurangi
ketidakpastian IPO sehingga mengurangi tingkat underpricing. Menurut Imam
Ghozali dan Mudrik Al Mansur (2002) bahwa variabel ROA berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat underpricing. Menurut Kim et al. (1993) bahwa
Variabel ROA berkorelasi negatif dengan initial return. Sedangkan menurut
Trisnawati (1998) dan Daljono (2000) bahwa tidak ada hubungan antara besarnya
ROA dengan initial return.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan
permasalahan yang diajukan adalah : Apakah besarnya tingkat Underpricing yang
terjadi di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 dipengaruhi oleh reputasi
underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, financial leverage, dan return on
assets (ROA) secara individu ?
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel-variabel :
reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, financial leverage, dan
return on assets (ROA) secara individu.
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
pertama, bagi investor Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan
informasi kepada investor dan calon investor dalam melakukan strategi investasi
di pasar modal, sehingga dapat mengambil keputusan investasi yang dapat
mendatangkan keuntungan. Kedua, bagi emiten Penelitian ini dapat digunakan
sebagai pertimbangan, khususnya yang berkaitan dengan masalah keterbukaan
informasi bila akan melakukan initial public offering (IPO) untuk memperoleh
harga yang optimal. Ketiga, bagi kalangan akademis Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan tambahan wacana dan referensi serta literatur di bidang
keuangan, sehingga dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yang terkait dan
sejenis.
TELAAH PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU
Underpricing
Yolana dan Dwi Martani (2005) mendefinisikan underpricing adalah
adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham
di pasar perdana atau saat IPO. Selisih harga inilah yang dikenal sebagai initial
return (IR) atau positif return bagi investor. Underpricing adalah fenomena yang
umum dan sering terjadi di pasar modal manapun saat emiten melakukan IPO.
Fenomena underpricing dikarenakan adanya mispriced di pasar perdana sebagai
akibat adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak underwriter dengan
pihak perusahaan. Dalam literatur keuangan masalah tersebut disebut adanya
asymetri informasy.
Di Indonesia, fungsi penjaminan hanya ada satu yaitu tipe full
commitment, sehingga pihak underwriter berusaha untuk mengurangi resiko
dengan jalan menekan harga di pasar perdana, agar terhindar dari kerugian
(Ghozali dan Mudrik Al Mansur, 2002). Tipe penjaminan full commitment adalah
tipe penjaminan yang beresiko tinggi bagi underwriter (Nurhidayati dan Nur
Indriantoro, 1998). Fenomena underpricing tidak menguntungkan bagi
perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh perusahaan
atau emiten tidak maksimal tetapi dilain pihak menguntungkan para investor
(Prastiwi dan Kusuma, 2001). Dan menurut Beatty (1989) bahwa para pemilik
perusahaan menginginkan agar meminimalkan underpricing, karena terjadinya
underpricing menyebabkan adanya transfer kemakmuran (Wealth) dari pemilik
kepada investor.
Initial Public Offering
Transaksi penawaran umum penjualan saham pertama kalinya terjadi di
pasar perdana (primary market). Kegiatan yang dilakukan dalam rangka
penawaran umum penjualan saham perdana disebut IPO (Initial Public Offerings).
Selanjutnya saham dapat diperjualbelikan di Bursa Efek, yang disebut pasar
sekunder (secondary market) (Rosyati dan Arifin Sebeni, 2002). Undang-undang
Republik Indonesia No.8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan
penawaran umum sebagai kegiatan penawaran yang dilakukan emiten untuk
menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang telah diatur dalam
undang-undang tersebut dan peraturan pelaksanaannya. Initial Public Offering
(IPO) atau sering disebut go public merupakan kegiatan penawaran saham atau
efek lainnya (Obligasi, Right, Warrant) yang dilakukan oleh emiten (perusahaan
yang akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat
berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya. Selain kegiatan penawaran efek kepada pemodal oleh penjamin
emisi (underwriter) pada periode pasar perdana, juga mencakup kegiatan
penjatahan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan
jumlah efek yang tersedia dan pencatatan efek saat efek mulai diperdagangkan di
bursa.
Reputasi Underwriter
Dalam proses go public, sebelum saham diperdagangkan di pasar sekunder
(bursa efek), terlebih dahulu saham perusahaan yang akan go public dijual di
pasar perdana (Daljono,2000). Harga saham pada penawaran perdana ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara peusahaan emiten dengan underwriter (penjamin
emisi efek), sedangkan harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme
pasar (berdasarkan permintaan dan penawaran). Underwriter adalah pihak yang
membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi
kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang
tidak terjual. Underwriter dalam hal ini memperoleh informasi lebih baik
mengenai permintaan saham-saham emiten, dibandingkan emiten itu sendiri. Oleh
karena itu, underwriter akan memanfaatkan informasi yang dimiliki untuk
memperoleh kesepakatan optimal dengan emiten.
Berhubung penentuan harga perdana saham ditentukan oleh emiten dan
underwriter sebagai penjamin emisi, sudah selayaknya kalau underwriter tersebut
mempunyai peran yang besar dalam menentukan harga perdana saham. Oleh
karena itu, underwriter sebagai pihak luar yang menjembatani kepentingan emiten
dan investor diduga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat underpriced
(Nurhidayati dan Nur Indriantoro, 1998). Menurut Ghozali dan Mudrik Al Mansur
(2002) bahwa reputasi underwriter signifikan mempengaruhi fenomena
underpricing dengan arah koefisien korelasi negatif. Namun menurut Yolana dan
Dwi Martani (2005) bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel reputasi penjamin emisi dengan underpricing. Dan tidak terdapat
pengaruh antara reputasi underwriter terhadap initial return (Sulistio, 2005).
Reputasi Auditor
Perusahaan yang akan melakukan IPO akan memilih Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang memiliki reputasi baik (Rosyati dan Arifin Sebeni, 2002).
Karena reputasi auditor berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika
suatu perusahaan go public. Menurut Balvers at al. (1998) penelitian tersebut
tentang pengaruh reputasi auditor dan reputasi underwriter terhadap initial return.
Hasil analisisnya menunjukkan bahwa reputasi auditor dan reputasi underwriter
berpengaruh negatif terhadap initial return. Menurut Beatty (1989) bahwa initial
return dipengaruhi oleh reputasi auditor, reputasi underwriter, prosentase
penawaran saham, umur perusahaan, tipe penjamin emisi, dan indikator
perusahaan minyak dan gas. Sedangkan pada penelitian Daljono (2000) bahwa
reputasi auditor, umur perusahaan, persentase saham yang ditawarkan pada
publik, profitabilitas perusahaan yang diwakili ROA, dan solvability ratio,
terbukti tidak signifikan mempengaruhi initial return. Sedangkan menurut Sulistio
(2005) bahwa tidak terdapat pengaruh antara reputasi auditor terhadap initial
return.
Umur perusahaan
Umur perusahaan mencerminkan perusahaan tetap survive dan menjadi
bukti bahwa perusahaan mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis
yang ada dalam perekonomian (Ardiansyah, 2004). Menurut Daljono (2000),
umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan.
Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi yang telah
diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Perusahaan yang sudah lama
berdiri, kemungkinan sudah mempunyai banyak pengalaman yang diperoleh.
Semakin lama umur perusahaan, semakin banyak informasi yang telah diperoleh
masyarakat tentang perusahaan tersebut. Dengan demikian akan mengurangi
adanya asimetri informasi dan memperkecil ketidakpastian di masa yang akan
datang (Rosyati dan Sebeni, 2002). Menurut Rosyati dan Arifin Sebeni (2002)
bahwa reputasi penjamin emisi dan umur perusahaan mempengaruhi
underpricing.
Financial Leverage
Kemampuan perusahaan didalam membayar hutang dengan equity yang
dimiliki merupakan financial leverage. Apabila financial leverage tinggi,
menunjukkan risiko suatu perusahaan yang tinggi pula. Para investor dalam
melakukan keputusan investasi, tentu akan mempertimbangkan informasi
financial leverage sehingga menghindarkan penilaian harga saham perdana terlalu
tinggi yang menyebabkan terjadinya underpricing. Menurut Ghozali dan Mudrik
Al Mansur (2002) bahwa variabel financial leverage berpengaruh secara
signifikan terhadap underpricing dengan tingkat signifikansi 10%. Dan menurut
Sulistio (2005) bahwa terdapat pengaruh yang negatif signifikan antara tingkat
leverage terhadap initial return.
Return On assets
ROA merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan.
Informasi ini akan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai efektivitas
operasional perusahaan. Probabilitas perusahaan yang tinggi akan mengurangi
ketidakpastian IPO sehingga mengurangi tingkat underpricing. Menurut Imam
Ghozali dan Mudrik Al Mansur (2002) bahwa ROA mempengaruhi underpricing
dengan level signifikansi 5% dengan arah negatif. Sedangkan menurut Trisnawati
(1998) dan Daljono (2000) bahwa tidak ada hubungan antara besarnya ROA
dengan initial return.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang go public yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan penawaran saham perdana
(IPO) dengan periode tahun amatan yaitu tahun 2005 – 2009 sebanyak 50
perusahaan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan
menggunakan purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
sesuai dengan tujuan penelitian. Metode purposive sampling adalah metode
pengambilan sampel yang didasarkan pada beberapa pertimbangan atau kriteria
tertentu.
Teknis Analisis data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan metode analisis
Regresi Linear Berganda (Multiple Linear Regression). Analisis ini secara
matematis ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
UP = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε
Dimana :
UP = Underpricing hari pertama sebagai dependen variabel
α = Konstanta
X1 = Reputasi underwriter
X2 = Reputasi Auditor
X3 = Umur perusahaan
X4 = Financial leverage
X5 = Return on assets (ROA)
β1 = Koefisien regresi reputasi underwriter
β2 = Koefisien regresi reputasi auditor
β3 = Koefisien regresi umur perusahaan
β4 = Koefisien regresi financial leverage
β5 = Koefisien regresi return on assets (ROA)
ε = error term
Definisi dan pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 1
dibawah ini :
Tabel 1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No. Variabel Deskripsi Skala/Indikator
1. Reputasi Underwriter Diukur dengan memberi nilai
1 untuk penjamin emisi yang
Variabel dummy
masuk top 10 dalam 20 most
active brokerage house
monthly IDX berdasarkan
total frekuensi perdagangan
dan nilai 0 untuk penjamin
emisi yang tidak masuk top
10 (Chastina Yolana dan Dwi
Martani, 2005).
2. Reputasi Auditor Penentuan KAP berdasarkan
jumlah klien maupun
berdasar jumlah asset klien
yang dikuasai 3 (tiga) KAP
besar pada tahun 2005, 2006,
2007, 2008, dan 2009, dengan
menggunakan skala 1 dan
skala 0 untuk KAP yang non
prestigious (Trisnawati,
1998).
Variabel dummy
3. Umur Perusahaan Selisih antara tahun pendirian
perusahaan dengan tahun
IPO.
Interval
4. Financial Leverage DER = Total Hutang x 100%
Total Ekuitas
Persentase/Rasio
5. Return On Assets
(ROA)
ROA = Net Income x 100%
Total Asset
Persentase/Rasio
6. Underpricing IR = CP – OP x 100%
OP
Persentase/Rasio
Hipotesa Penelitian
Dalam penelitian ini, formula hipotesis yang diajukan sebagai berikut :
a. H1 : Reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap underpricing.
b. H2 : Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap underpricing.
c. H3 : Umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing.
d. H3 : Financial leverage berpengaruh negatif terhadap underpricing.
e. H3 : Return on assets berpengaruh negatif terhadap underpricing.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik merupakan syarat utama untuk menilai apakah
persamaan regresi yang digunakan sudah memenuhi syarat BLUE (best linear
unbias estimator) dikemukakan oleh Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur
(2002). Model regresi yang akan diuji adalah UP = f (Reputasi Underwriter,
Reputasi Auditor, Umur Perusahaan, Financial Leverage, dan Return On Assets).
Pengujian yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji multikolonieritas, uji
autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Mendeteksi
normalitas dilakukan dengan analisis grafik dan uji statistik Kolmogorov-Smirnov
tanpa memasukkan variabel dummy reputasi underwriter dan reputasi auditor.
Variabel dummy diasumsikan telah terdistribusi normal (Cornelius, 2005).
Tabel 2
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov 1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
UNDERPRIC
ING AGE
FIN_LE
V ROA
N 50 50 50 50
Normal Parametersa Mean .3702 16.26 .5456 5.9426
Std. Deviation .32334 10.437 .36252 4.16367
Most Extreme
Differences
Absolute .134 .130 .259 .157
Positive .134 .130 .259 .157
Negative -.133 -.086 -.156 -.091
Kolmogorov-Smirnov Z .947 .919 1.829 1.110
Asymp. Sig. (2-tailed) .332 .367 .002 .170
a. Test distribution is Normal.
Tabel 3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 50
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .97271911
Most Extreme Differences
Absolute .133
Positive .072
Negative -.133
Kolmogorov-Smirnov Z .939
Asymp. Sig. (2-tailed) .341
a. Test distribution is Normal.
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolonieritas adalah variabel dependen yang ada dalam model
memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien
korelasinya tinggi bahkan sama dengan satu) untuk mendeteksi adanya
multikolonieritas dapat dilihat matrik korelasi antara variabel independen.
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1(Constant) -1.995 .604 -3.301 .002
REP_UNDER -.779 .283 -.324 -2.751 .009 .988 1.012
REP_AUD -.170 .303 -.068 -.561 .577 .924 1.083
LX3 .267 .212 .165 1.257 .215 .792 1.262
LX4 -1.014 .267 -.466 -3.801 .000 .913 1.096
LX5 -.412 .169 -.309 -2.433 .019 .848 1.180
a. Dependent Variable: LnY
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Tabel 5 Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .631a .398 .329 .94254 2.243
a. Predictors: (Constant), LX5, LX4, REP_UNDER, REP_AUD, LX3
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .631a .398 .329 .94254 2.243
a. Predictors: (Constant), LX5, LX4, REP_UNDER, REP_AUD, LX3
b. Dependent Variable: LnY
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain.
Tabel 6 Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.220 .361 -.610 .545
REP_UNDER -.748 .289 -.311 -2.591 .013
REP_AUD -.153 .314 -.062 -.489 .627
AGE .013 .015 .122 .920 .363
FIN_LEV -1.500 .392 -.473 -3.830 .000
ROA -.060 .036 -.217 -1.675 .101
a. Dependent Variable: ABSUT
Hasil perhitungan regresi diikhtisarkan pada tabel 8 yang disajikan berikut
ini :
Tabel 7 Hasil Regresi Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1(Constant) -1.995 .604 -3.301 .002
REP_UNDER -.779 .283 -.324 -2.751 .009 .988 1.012
REP_AUD -.170 .303 -.068 -.561 .577 .924 1.083
LX3 .267 .212 .165 1.257 .215 .792 1.262
LX4 -1.014 .267 -.466 -3.801 .000 .913 1.096
LX5 -.412 .169 -.309 -2.433 .019 .848 1.180
a. Dependent Variable: LnY Sumber : Data Hasil SPSS 16
Deskripsi Hasil Pembahasan
Persamaan regresi dari hasil pengolahan SPSS adalah sebagai berikut :
LNUP = – 0,324X1 - 0,068X2 + 0,165X3 - 0,466X4 – 0,309X5 + ε (1)
Reputasi Underwriter
Variabel reputasi underwriter berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat underpricing. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai probabilitas sebesar
0.009 < 0,05. Dengan demikian H0 dapat ditolak yang berarti reputasi underwriter
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing perusahaan. Dengan
koefisien regresi negatif (-0,324) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif
signifikan antara reputasi underwriter terhadap underpricing.
Secara parsial variabel reputasi underwriter terbukti berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini dibuktikan dengan nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05. Temuan ini konsisten dengan temuan Ghozali
dan Al Mansur (2002), Daljono (2000), dan Rosyati dan Sebeni (2002).
Hal ini menurut Ghozali dan Al Mansur (2002) dikarenakan dalam
penjaminan emisi efek, peranan dari underwriter sangat besar, karena underwriter
yang lebih sering berhubungan dengan pasar modal mempunyai pengalaman yang
lebih banyak mengenai pasar modal kalau dibandingkan dengan pihak emiten.
Apabila suatu emisi saham dilakukan oleh underwriter yang mempunyai reputasi
bagus, maka kemungkinan saham yang dijamin oleh underwriter tersebut bisa
mendatangkan kesuksesan bagi emiten. Berhubung penentuan harga perdana
saham ditentukan oleh emiten dan underwriter sebagai penjamin emisi, sudah
selayaknya kalau underwriter tersebut mempunyai peran yang besar dalam
menentukan harga perdana saham. Oleh karena itu, underwriter sebagai pihak luar
yang menjembatani kepentingan emiten dan investor diduga berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya tingkat underpriced (Nurhidayati dan Nur Indriantoro, 1998).
Reputasi Auditor
Reputasi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
underpricing dengan probabilitas signifikan sebesar 0,577 lebih besar dari derajat
kepercayaannya sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan untuk menolak
hipotesis (H2) yang menyatakan bahwa reputasi auditor perusahaan berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat underpricing.
Tanda Koefisien regresi (-0,068) yang menunjukkan hubungan negatif. Hal
ini berarti dimana semakin tinggi presentase reputasi auditor dari perusahaan yang
melakukan IPO maka semakin tinggi tingkat underpricing yang dialami
perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Rosyati dan Sebeni (2002) yang menemukan reputasi auditor tidak memiliki
pengaruh terhadap underpricing.
Hal ini kemungkinan karena lemahnya angka sigifikansi terhadap hipotesis
ini adalah lemahnya kepercayaan masyarakat terhadap hasil laporan auditor,
walaupun emiten telah menggunakan auditor yang telah berafiliasi dengan KAP
asing. Hal ini juga disebabkan bahwa peran auditor dalam pemeriksaan dan
pengujian terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang publik belum
memberikan keyakinan yang memadai di mata investor (Nurhidayati dan
Indriantoro, 1998). Dengan demikian besar kecilnya reputasi auditor yang
melakukan audit laporan keuangan sebelum perusahaan melakukan IPO tidak
mempengaruhi besar kecilnya underpricing perusahaan. Hasil ini konsisten
dengan penelitian Trisnawati (1998), Nurhidayati dan Indriantoro (1998), Daljono
(2000), Nasirwan (2000), maupun Ardiansyah (2004). Tidak signifikannya
variabel ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya kepercayaan investor
terhadap hasil laporan auditor.
Umur Perusahaan
Umur Perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
underpricing dengan probabilitas signifikan sebesar 0,215 lebih besar dari derajat
kepercayaannya sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan untuk menolak
hipotesis (H3) yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap tingkat underpricing.
Tanda Koefisien regresi (0,165) yang menunjukan hubungan positif. Hal ini
berarti dimana semakin tinggi presentase umur perusahaan dari perusahaan yang
melakukan IPO maka semakin tinggi tingkat underpricing yang dialami
perusahaan tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan, dimana
seharusnya umur perusahaan mempunyai hubungan negatif dengan tingkat
underpricing. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Nurhidayati dan Indriantoro (1998), Daljono (2000), Ghozali dan Al Mansur
(2002) dan Ardiansyah (2004) yang menyatakan bahwa variabel umur perusahaan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.
Hal ini dimungkinkan adanya perbedaan pengambilan sampel karena
penelitian ini menggunakan data terbaru yaitu tahun 2005-2009. Dimana pada
periode tersebut, tingkat inflasi yang terus meningkat searah dengan naiknya
harga-harga pokok, tingkat keamanan dalam negeri yang sering terlanda isu
SARA, kondisi perekonomian dan negara yang tidak stabil, kebijakan politik
pemerintah berubah-ubah akibat pergantian presiden, serta sentimen pasar dan
banyaknya penyelewengan serta pemalsuan laporan keuangan baik pada
perusahaan yang sudah lama berdiri maupun pada perusahaan yang baru berdiri
sehingga dimungkinkan persepsi pemodal pada perusahaan, tidak dapat
ditentukan dari besarnya umur perusahaan. Bahkan jika dilihat dari koefisien
regresi positif, menunjukkan bahwa kecenderungan perusahaan yang sudah lama
berdiri tingkat underpricingnya justru tinggi, karena perusahaan yang maju
dengan pesat, tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan go
public.
Financial Leverage
Variabel fiancial leverage (FIN_LEV) memiliki angka probabilitas sebesar
0,000 yang lebih kecil dari derajat kepercayaan sebesar 0,05 sehingga hipotesis
(H4) yang menyatakan tedapat pengaruh yang signifikan antara financial leverage
terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Daljono (2000), Ghozali dan Al Mansur (2002), dan Ardiansyah (2004).
Tanda koefisien regresi (-0,466) yang menunjukkan hubungan negatif yang
menjelaskan bahwa semakin tinggi financial leverage maka semakin rendah
tingkat underpricing pada perusahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa investor pasar modal Indonesia, khususnya
yang membeli saham di pasar perdana adalah investor jangka pendek bukan
investor panjang. Financial leverage dianggap mampu mencerminkan kinerja dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang. Setelah perusahaan melakukan
penjualan saham di pasar penawaran perdana, perusahaan akan mendapatkan hasil
penjualan emisi yang pada dasarnya adalah dana yang ditanam oleh investor.
Investor merasa mereka harus mengetahui apakah dana tersebut digunakan
perusahaan untuk membayar hutangnya atau untuk pembiayaan kegiatan investasi
guna melakukan ekpansi baru yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.
Hedge dan Miller (1996) menjelaskan bahwa emiten yang berkualitas akan
menggunakan besarnya nilai hutang yang dimiliki sebagai sinyal positif kepada
investor untuk menunjukan bahwa perusahaan sedang berkembang dan
membutuhkan biaya yang tinggi dalam melakukan investasi sehingga harus
memenuhi kebutuhan dananya melalui hutang. Investor yang menangkap
informasi tersebut akan beranggapan bahwa perusahaan dengan nilai hutang yang
besar memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang, hal ini akan
mengurangi resiko ketidakpastian yang dihadapi oleh investor sehingga tingkat
underpricing akan semakin rendah.
Hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan, dimana seharusnya financial
leverage mempunyai hubungan positif secara signifikan dengan initial return.
Semakin besar tingkat leverage-nya, maka initial return-nya semakin besar.
Return On Assets (ROA)
Variabel return on assets (ROA) memiliki angka probabilitas sebesar 0,019
yang lebih kecil dari derajat kepercayaan sebesar 0,05 sehingga hipotesis (H5)
yang menyatakan tedapat pengaruh yang signifikan antara ROA terhadap tingkat
underpricing pada penawaran perdana ditolak. Hal ini konsisten dengan temuan
Ghozali dan Al Mansur (2002), dan Ardiansyah (2004) yang menyatakan bahwa
variabel Return On Assets (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
underpricing. Namun, hasil temuan ini tidak konsisten dengan Daljono (2000)
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara besarnya ROA dengan initial
return.
Tanda koefisien regresi (-0,309) yang menunjukkan hubungan negatif yang
menjelaskan bahwa semakin tinggi return on assets (ROA) maka semakin rendah
tingkat underpricing pada perusahaan.
Hasil temuan ini menunjukkan bahwa investor dalam membeli saham di
pasar perdana sangat memperhatikan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersihnya. Imam Ghozali (2002) menjelaskan bahwa ROA
perusahaan yang tinggi dapat mengurangi tingkat ketidakpastian dan resiko yang
dihadapi oleh investor. Investor menganggap bahwa perusahaan dengan ROA
yang besar telah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola modal
yang akan ditanamkan investor, sehingga emiten dan underwriter tidak perlu
menetapkan harga yang terlalu underpriced agar investor mau terlibat dalam
kegiatan penawaran perdana.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel
yang mempengaruhi tingkat underpricing yang terjadi di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode tahun 2005 – 2009 dengan sampel penelitian sebanyak 50 emiten.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini ada 5 yaitu reputasi
underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, financial leverage, return on
assets (ROA). Sedangkan variabel dependennya adalah Underpricing. Dan model
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Berdasarkan pada hasil analisis yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diambil kesimpulan :
1. Reputasi underwriter, berhasil menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ghozali dan Al Mansur (2002),
Daljono (2000), dan Rosyati dan Sebeni (2002). Hal ini menurut Ghozali
dan Al Mansur (2002) dikarenakan dalam penjaminan emisi efek, peranan
dari underwriter sangat besar, karena underwriter yang lebih sering
berhubungan dengan pasar modal mempunyai pengalaman yang lebih
banyak mengenai pasar modal kalau dibandingkan dengan pihak emiten.
Apabila suatu emisi saham dilakukan oleh underwriter yang mempunyai
reputasi bagus, maka kemungkinan saham yang dijamin oleh underwriter
tersebut bisa mendatangkan kesuksesan bagi emiten. Hasil ini tidak
konsisten dengan temuan Nurhidayati dan Indriantoro (1998) dan
Ardiansyah (2004) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel reputasi underwriter dengan initial return.
2. Reputasi auditor, tidak berhasil menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosyati dan Sebeni (2002) yang
menemukan reputasi auditor tidak memiliki pengaruh terhadap
underpricing. Hal ini kemungkinan karena lemahnya angka sigifikansi
terhadap hipotesis ini adalah lemahnya kepercayaan masyarakat terhadap
hasil laporan auditor, walaupun emiten telah menggunakan auditor yang
telah berafiliasi dengan KAP asing. Hasil ini konsisten dengan penelitian
Trisnawati (1998), Nurhidayati dan Indriantoro (1998), Daljono (2000),
Nasirwan (2000), maupun Ardiansyah (2004). Tidak signifikannya
variabel ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya kepercayaan investor
terhadap hasil laporan auditor.
3. Umur perusahaan, tidak berhasil menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati dan Indriantoro (1998),
Daljono (2000), Ghozali dan Al Mansur (2002) dan Ardiansyah (2004)
yang menyatakan bahwa variabel umur perusahaan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap underpricing. Hal ini dimungkinkan adanya
perbedaan pengambilan sampel karena penelitian ini menggunakan data
terbaru yaitu tahun 2005-2009.
4. Financial leverage, berhasil menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Daljono (2000), Ghozali dan Al
Mansur (2002), dan Ardiansyah (2004).
5. Return on assets (ROA), berhasil menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ghozali dan Al Mansur (2002), dan
Ardiansyah (2004) yang menyatakan bahwa variabel return an assets
(ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing. Hasil
temuan ini menunjukkan bahwa investor dalam membeli saham di pasar
perdana sangat memperhatikan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersihnya. Namun, hasil temuan ini tidak konsisten
dengan Daljono (2000) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara besarnya ROA dengan initial return.
Saran
Setelah melakukan analisis pada penelitian ini ada beberapa saran yang
bisa dijadikan masukan bagi para peneliti yang akan mengkaji ulang tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing pada masa mendatang.
1. Para pemodal dalam menanamkan modalnya di BEI, khususnya dalam
membeli daham di pasar perdana dapat mempertimbangkan faktor-faktor
Reputasi underwriter, financial leverage, dan Return on assets (ROA).
Karena ketiga faktor fundamental keuangan dan signalling tersebut
ternyata berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.
2. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh antara reputasi
auditor dengan underpricing. Oleh karena itu, hendaknya menjadi
perhatian bagi KAP untuk meningkatkan kualitas pengauditan.
3. Sampel yang dipakai perlu ditambah lebih banyak lagi agar data
berdistribusi normal.
4. Para peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian dibidang yang sama
dapat menggunakan atau menambah variabel-variabel keuangan lainnya
yang ada dalam prospektus yang kemungkinan mempengaruhi
underpricing, misalnya EPS, PER, ROI, serta variabel-variabel yang
mencerminkan kondisi ekonomi makro, misalnya tingkat suku bunga bank,
tingkat inflasi, untuk itu perlu adanya penkajian ulang sebagai bukti bahwa
variabel-variabel tersebut benar-benar berpengaruh terhadap tingkat
underpricing atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert. 1997. Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta : Mediasoft Indonesia.
Ambarnilasari, Dinda Aprilia. 2010. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing Pada Saat Initial Public Offering (IPO) Di BEJ Periode 2005-2007”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Jurusan Manajemen, Universitas Diponegoro.
Ardiansyah, Misnen. 2004. “Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi Besaran Perusahaan terhadap Hubungan antara Variabel Keuangan dengan Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No. 2, h. 125-153.
Balvers, R.J.McDonald and R.E. Miller. 1988. “Underpricing of New Issues and the Choice of Auditor as a Signal of Investment Banker Reputation. Accounting Review”. Vol.LXIII, No.4, pp. 605-622.
Baron, D.P. 1982. “A Model of the Demand for Investment Banking Advising and Distribution Services for New Issues”. Journal of Finance, September, pp. 955-976.
Beatty. R.P. 1989. “Auditor Reputaion and The Pricing of Initial Public Offering. Accounting Review”, Vol. LXIV, No. 4, h. 693-709.
Daljono. 2000. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Initial Return Saham yang Listing di BEJ Tahun 1990-1997”. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi III, h. 556-572.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M.Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat.
Ernyan dan Suad Husnan. 2002. “Perbandingan Underpricing Penerbitan Saham Perdana Perusahaan Keuangan dan Nonkeuangan di Pasar Modal Indonesia : Pengujian Hipotesis Asimetri Informasi”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.17, No.4, h. 372-383.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam dan Mudrik Al Mansur. 2002. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 4. No. 1, h. 74-87.
Hedge, S.P dan R. E. Miller. 1996. “The Informational Role Of Debt and The Pricing of Initial Public Offerings”. Emporical issuer In Raising Equilty Capital : 151-174.
Holland, K.M. dan J.G. Horton. 1993. “Initial Public Offerings on the Unlisted Securities Market : the impact of Professional Advisor”. Accounting & Business Research, Vol. 24, No. 93, pp. 19-34.
Husnan, Suad. 2005. Dasar–dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi 4. Yogyakarta : AMP YKPN.
Leland, H. And D. Pyle. 1997. “Informational Asymmetries”. The Journal of Finance, Vol.XXXII, No.2, May, pp. 371-387.
Nurhidayati, Siti dan Nur Indriantoro. 1998. “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Underpriced pada Penanam Perdana”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 13.
Prastiwi, Arum dan Indra Wijaya Kusuma. 2001. “Analisis Kinerja Surat Berharga Setelah Penawaran Perdana (IPO) di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisinis Indonesia, Vol. 16, No. 2, h. 177-187.
Rosyati dan Arifin Sabeni. 2002. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta (Tahun 1997-2000)”. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi V, h. 286-297.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta : Erlangga.
Sitompul, Asril. 2000. Pasar Modal (Penawaran Umum dan Permasalahannya) Dilengkapi dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Beserta Penjelasannya. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Sulistio, Helen. 2005. “Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return : Studi Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Jakarta”. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi VIII, h. 87-99.
Trisnawati, Rina. 1998. “Pengaruh Informasi Prospektus Terhadap Return Saham Di Pasar Perdana”. Disertasi tidak dipublikasikan, Thesis S2 UGM.
. 1999. Pengaruh Informasi Prospektus pada Return Saham di Pasar Perdana. Kompartemen Akuntan Pendidik, h. 24 – 25 sep : 1-13.
Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 13 Analisis Data Statistik. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Yolana, Chastina dan Dwi Martani. 2005. “Variabel-variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun 1994-2001”. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi VIII, h. 538-551.
Wahyudi, Sugeng. 2003. Analisis Pasar Modal : Penjamin Emisi dan Keuntungan Perdana. Suara Merdeka.
Wirawan Yasa, Gerianta. 2005. “Penyebab Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Jakarta”. h. 1-29, http://www.google.com. Diakses 8 Maret 2010.