AGE RELATED MACULAR DEGENERATION (ARMD)
A. Definisi: Kelainan degenerasi yang progresif dari lapisan pigmen epitel, membran
Bruch lapisan luar retina dan korio kapiler di daerah makula retina pada usia
lanjut.
B. Klasifikasi: AMD Noneksudatif (dry type)
o Atrofi dan degenerasi lapisan luar retina, epitel pigmen retina,
membran Bruch, dan koriokapiler.
o Fundus okuli drusen (endapan kuning, yang terletak dalam
membran Bruch, bervariasi dalam ukuran dan bentuk, bisa diskret atau
menggumpal) yang makin lama dapat bertambah banyak dan besar
saling bergabung.
o Perjalanan klinis bisa stabil atau berubah menjadi bentuk eksudatif.
AMD Eksudatif (wet type)
o Cairan serous atau darah di bawah epitel pigmen ok kerusakan
membran Bruch.
o Neovaskularisasi subretinal.
C. Gejala Klinis: Tergantung stadium dan bentuk AMD mulai dari kemunduran visus sampai
kebutaan.
Metamorfopsia (distorsi penglihatan berbentuk gelombang), skotoma (daerah
buta atau agak buta dalam lapang pandang) sentral, dan gangguan
penglihatan warna.
D. Pemeriksaan Klinis: Segmen posterior fundus okuli dengan dilatasi pupil dengan tropicamide
0.5% atau phenylephrine 10%. Setelah pupil midriasis diperiksa dengan:
o Oftalmoskop direk
o Biomikroskop dengan lensa kontak 3-cermin-goldmann
o FFA
Amsler Grid fungsi makula
E. DD Korioretinitis
F. Penatalaksanaan AMD Noneksudatif:
o Tidak ada pengobatan dan pencegahan yang baik.
o Kontrol teratur perubahan fungsi makula dengan Amsler Grid.
AMD Eksudatif:
o Fotokoagulasi Argon Laser jika terdapat neovaskularisasi dini dan
jauh dari fovea.
RETINOPATI DIABETIK
A. Definisi: Kelainan retina akibat Diabetes Mellitus.
Biasanya ditemukan bilateral, simetris, dan progresif.
B. Patofisiologi: Terjadinya mikroangiopati di pembuluh darah kapiler retina IRMA
(intraretinal microangiopathy):
o Hilangnya perisit dan menebalnya dinding pembuluh darah
pengecilan lumen pembuluh darah kapiler pembuntuan pembuluh
darah retina fenomena lumpur mikroneurisma iskemia retina
hipoksia retina.
C. Klasifikasi: Berdasarkan bentuk:
o Background mikroaneurisma, perdarahan bercak dan titik.
o Makulopati edema retina dan gangguan fungsi makula.
o Proliferasi vaskularisasi retina dan vitreous.
Berdasarkan FKUI dr.Cipto Mangunkusumo:
o Derajat I mikroaneurisma dengan/atau tnapa eksudat lemak pada
fundus okuli.
o Derajat II mikroaneurisma, perdarahan bintik (dot) dan bercak(blot)
dengan/atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli.
o Derajat III mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak terdapat
neovaskularisasi dan proliferasi pada fundus okuli.
D. Gejala Klinis: Retinopati Diabetik Nonproliferatif:
o Mikroaneurisma
o Perdarahan retina
o Eksudat lunak (soft exudate/ cotton wool patches) iskemia retina.
o Eksudat keras (hard exudate) infiltrasi lipid ke dalam retina.
o Daerah yang hipoksia
Retinopati Diabetik Proliferatif:
o Neovaskularisasi
o Perdarahan di vitreous
o Perdarahan di subhyaloid jaringan ikat vitreoretinal
o Ablasio retina
E. Pemeriksaan Klinis Pemerikasaan funduskopi
o Alat:
Oftalmoskop direk
Oftalmoskop indirek
Lensa kontak 3-cermin-Goldmann
o Hasil:
Vena:
Melebar arteri vena ratio 1:2
Kelokan (tortuositas) vena bertambah
Retina:
Eksudat keras atau eksudat lemak (+)
Perdarahan retina (+) titik dan lidah api
Mikroaneurisma (+)
FFA (fundal fluorescein angiography) untuk mengetahui indikasi
pengobatan.
o Mikroaneurisma berdifusi atau tidak.
o Daerah hipoksia
o Neovaskularisasi retina, papil, vitreous.
o Edema makula, retina
o IRMA
F. DD Mikronaneurisma dan perdarahan akibat retinopati hipertensi, oklusi vena
retina.
Perdarahan vitreous dan neovaskularisasi akibat kelainan vitreo-retina yang
lain.
G. Penatalaksanaan Regulasi kadar glukosa darah
Fotokoagulasi Laser:
o Target:
daerah hipoksia
mikroaneurisma yang berdifusi
neovaskularisasi
o Efektif bila media optik masih jernih
o Sedini mungkin
Vitreous jika sudah terjadi perdarahan di vitreous karena laser tidak bisa
menembus sampai retina.
H. Follow Up Screening penderita DM > 5 tahun walaupun tanpa keluhan penglihatan
cek fundus okuli dengan oftalmoskop jika didapatkan mikronaneurisma,
eksudat, perdarahan retina yang mengancam daerah makula FFA untuk
cari indikasi fotokoagulasi laser.
I. Komplikasi: Ablasio retina traksi
Perdarahan vitreous
J. Prognosis Tergantung pada :
o Regulasi gula darah penderita.
o Ketepatan pengobatan dengan fotokoagulasi laser.
Lebih awal pengobatannya prognosis baik.
KELINAN FUNDUS PADA HIPERTENSI
A. Definisi: Suatu gambaran fundus mata yang diakibatkan oleh hipertensi yang
mengenai sistem vaskuler, retina, kapiler koroid, dan saraf optik.
Hipertensi arterial minimal sistole 140 mmHg dan diastole 90 mmHg.
B. Patofisiologi: Perubahan vaskuler pada hipertensi hubungannya dengan sklerosis dapat
dilihat dengan oftalmoskop gambaran fundus mata akibat hipertensi
berupa:
o Spasme pembuluh darah:
Arteriole retina lebih pucat.
Lumen pembuluh darah lebih kecil atau ireguler karena
spasme lokal.
Percabangan arteriole tajam .
o Sklerosis:
Refleks copper wire
Refleks silver wire
Sheating
Lumen pembuluh darah ireguler
Crossing Phenomenon:
Elevasi pengangkatan vena oleh arteri yang berada di
bawahnya.
Deviasi pergeseran posisi vena oleh arteri yang
bersilangan dengan vena tersebut dengan sudut
persilangan yang lebih kecil.
Kompresi penekanan yang kuat oleh arteri yang
menyebabkan bendungan vena.
Spasme dan sklerosis pembuluh darah retina akibat hipertensi tersebut lalu
mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensif, yang ditandai dengan:
o Eksudat retina:
Cotton wool patches edema saraf retina akibat mikroinfark
penyumbatan arteriole.
Eksudat pungtata
Eksudat putih
o Perdarahan retina flame shaped, terjadi akibat:
Primer oklusi arteri
Sekunder oklusi vena
C. Klasifikasi Keith-Wagner Stadium I Penyempitan arteri dan sklerosis.
Stadium II Stadium I + copper wire arteriole, AV nicking, dan
penyempitan arteriole.
Stadium III Stadium II + eksudat lunak, spasme arteriole, macular star,
flame bleeding, blot bleeding.
Stadium IV Stadium III + edema papil saraf optik.
D. Gejala Klinis: Vaskulopati terjadi pada hipertensi yang cukup lama 10-15 tahun dan
bersifat menetap.
Koroidopati pada fase akut + tekanan arterial tinggi pada
eklampsi/preeklampsia, feokromositoma, atau accelerated hypertension.
Zona nonperfusi yang luas mengenai kapiler koroid terjadi eksudasi dan
separasi retina.
Neuropati saraf optik edema papil saraf optik, perdarahan retina superfisial
sekitar papil saraf optik, edema makula sekunder semua menunjukkan
adanya ensefalopati hipertensif.
E. Diagnosis: Dengan oftalmoskop/ pemeriksaan segmen posterior:
o Proses kronis sklerosis vaskuler.
o Proses akut angiospasme.
o Proses hipertensi malignan:
Arteri spasme, percabangan kuat.
Vena terbendung perdarahan.
Eksudat pada retina.
F. DD: Edema papil stadium IV + SOP (space occupying process) + neuritis optik
bedakan dengan skull photo, pemeriksaan visus, dan lapang pandang.
Retinopati diabetik bedakan eksudat dan perdarahannya dengan FFA.
G. Penatalaksanaan: Mengobati hipertensi.
Tidak ada pengobatan khusus untuk retinopati hipertensif.
Fotokoagulasi laser jika ada komplikasi berupa oklusi vaskuler.