Upload
winariyanto
View
318
Download
12
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
VLF
Citation preview
Daftar Isi
Cover...........................................................................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................................................
BAB I..........................................................................................................................................
- Latar Belakang..........................................................................................................
- Rumusan Masalah.....................................................................................................
- Tujuan........................................................................................................................
BAB II.........................................................................................................................................
- Prinsip Pengukuran VLF...........................................................................................
- Parameter yang digunakan.........................................................................................
- Diagram alir penelitian...............................................................................................
- Seting akuisisi data....................................................................................................
- Pengolahan data.........................................................................................................
- Hasil pengolahan........................................................................................................
- Kontur VLF...............................................................................................................
BAB III.......................................................................................................................................
- Kesimpulan...............................................................................................................
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelangkaan pupuk seringkali menganggu kebutuhan dasar para petani di Indonesia,
sehingga dampaknya harga pupuk melonjak dipasaran. Kebutuhan pupuk petani pada
tahun 2007 meliputi Urea 4,3 juta ton, ZA 700 ribu ton, SP-36800 ribu ton dan NPK ribu
ton. Jumlah permintaan pupuk jenis ZA dan SP-36 sejak tahun 2003 tidak dapat dipenuhi
oleh produksi dalam negeri, sehingga kekurangan pasokan jenis ZA dan SP-36 dipenuhi
melalui impor. Bahan baku pupuk jenis SP-36 dan NPK adalah fosfat. Fosfat merupakan
sumber utama unsur Kalium dan Nitrogen yang tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat
diolah menjadi produk fosfat dengan menambahkan asam. Fosfat disamping bahan baku
pupuk super fosfat (SP-36) juga dapat digunakan bahan pupuk alam. Pemakaian pupuk
alam dapat mengurangi ketergantungan pupuk buatan (Urea, ZA, SP-36 dan NPK)
sehingga impor pupuk dapat dikurangi.(Departemen Pertanian, Indonesia Commercial
Newspaper,2008)
Menurut Bayrak (2002) pada eksplorasi bahan tambang dengan kedalaman dangkal,
lebih efektif dan efesiensinya digunakan metode elektromagnetik Very Low Frequency
(VLF-EM). Selain itu, metode ini efektif untuk pemetaan resistivitas, phase, tilt, Tfield
dan parameter VLF EM yang real dan imaginer. Lebih lanjut, Bayrak (2002) menjelaskan
bahwa memanfaatkan filter Fraser (1969) dan Karous-Hjets (1983) pada metode ini dapat
digunakan untuk melokalisir letak barang tambang yang lebih konduktif pada daerah
observasi tersebut. Utama dkk. (2008) dapat menentukan jalur cadangan fosfat yang
tercebak di gua di Desa Wono Suko, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati secara akurat
dengan menggunakan filter Karous dan Hjelt. Bosch dan muller (2001) mengembangkan
metode very low frequency Elektromagnetik-vertical Gradient (VLF- EM-vGrad) dengan
memvariasikan ketinggian pada satu titik pengukuran yang diaplikasikan untuk mencari
rongga bawah permukaan di daerah kars, lebih jelas tergambarkan pada hasil
interpretasinya. Semua analisis peneliti diatas hanya menggunakan analisa secara
kualitataif. Analisa ini hanya dapat menunjukkan lokasi horizontal suatu anomaly dan
tidak dapat menunjukkan kedalaman anomaly.
Moentero Santos et.al. (2006) memperkenalkan analisis kuantitatif data VLF dengan
menggunakan inversi data triper (inphase dan quadrature). Hasilnya berupa nilai
resistivitas 2 D yang dapat mencitrakan struktur bawah permukaan dengan baik. Namun
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 2
demikian, analisis kuantitaif ini memerlukan informasi analisis kualitatif untuk desain
input awal (Bahrie dkk., 2008). Dengan demikian, analisa kualitatif dan analisa kuantitaif
sebaiknya diintegrasikan untuk menganalisis kondisi geologi tertentu. Berdasarkan
penelitian tersebut maka penentuan deposit fosfat di daerah perum perhutani KPH Pati
BKPH Sukolilo Pati Jawa Tengah dilakukan dengan analisa kualitatif (VLF-EM-vGrad)
dan kuantitaif (inversi).
Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk eksplorasi benda-benda konduktif.
Perubahan komponen medan akibat variasi konduktivitas dimanfaatkan untuk
menentukan struktur bawa permukaan. Medan elektromagnetik yang digunakan dapat
diperoleh dengan sengaja membangkitkan medan elektromagnetik di sekitar daerah
observasi. Pengukuran semacam ini disebu tteknik pengukuran aktif. Metode ini kurang
praktis dan daerah observasi dibatasi oleh besarannya sumber yang dibuat. Teknik
pengukuran lain adalah teknik pengukuran pasif. Tenik ini memanfaatkan medan
elektromagnetik yang berasal dari sumber yang tidak sengaja dibangkitkan. Gelombang
elektromagnetik seperti ini berasal dari alam dan dari pemancar frekuensi rendah (15-30
kHz) adalah yang biasa disebut VLF (Very Low Frequency). Teknik ini lebih praktis dan
mempunyai jangkauan daerah pengamatan yang luas. Metode elektromagnetik VLF ini
bertujuan untuk mengukur harga daya konduktivitas batuan berdasarkan pengukuran
gelombang elektormagnetik skunder. Metode ini memanfaatkan gelombang hasil induksi
elektomagnetik yang berfrekuensi sangat rendah. Karena frekuensinya yang cukup
rendah, gelombang ini memiliki penetrasi yang cukup dalam. Gelombang ini juga
menjalar ke seluruh dunia dengan atenuasi yang kecil dalam pandu gelombang antara
permukaan bumi dan ionosfer.
1.2. Rumusan Masalah
- Prinsip Pengukuran VLF ?
- Parameter apa saja yang penting dalam metode VLF ini ?
- Bagaimana diagram alir penelitian ?
- Bagaimana seting akuisisi data yang ada ?
- Pengolahan data pada metode VLF ?
- Bagaimana hasil pengolahan metode VLF ?
- Bagaimana gambar kontur VLF ?
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 3
1.3. Tujuan
- Mengetahui prinsip pengukuran VLF
- Mengetahui diagram alir penelitian
- Mengetahui seting akuisisi data metode VLF
- Memahami pengolahan data pada metode VLF
- Mengetahui hasil pengolahan metode VLF
- Mengetahui gambar kontur VLF
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Prinsip Pengukuran VLF
Prinsip pengukuran metode VLF yaitu sumber gelombang elektromagnetik berfrekuensi rendah yang disebut sebagai medan primer dan mempunyai frekuensi 15 kHz sampai 30 kHz, dirambatkan di antara permukaan bumi dan ionosfer.
Dalam tubuh batuan konduktif, medan primer ini akan menginduksi arus sekunder didalamnya yang disebut arus Eddy. Arus ini akan membangkitkan medan sekunder yang kemudian bergabung dengan medan primer. Medan sekunder yang dibangkitkan tergantung dari besaran fisika yang terkandung dalam batuan yaitu resistivitas atau konduktivitas. Dengan melakukan pengukuran medan total (primer + sekunder) di permukaan bumi dapat diketahui resistivitas sebagai salah satu sifat fisis batuan.
Ada dua jenis pengukuran VLF, yaitu mode tilt-angle dan mode resistivity. Mode tilt-angle mengukur polarisasi komponen medan magnetik, sedangkan mode resistivity mengukur polarisasi komponen medan magnetik dan medan listrik.
Mode Tilt-angle
Mode tilt angle digunakan untuk mengetahui struktur konduktif dan kontak geologi seperti zona alterasi, patahan, dan dike konduktif. Dalam mode ini, arah strike target memiliki sudut ±45° dengan lokasi pemancar. Pada konfigurasi pengukuran semacam ini, medan primer akan memberikan fluks yang maksimum jika memotong struktur, sehingga memberikan kemungkinan anomali yang paling besar.
Medan magnet yang memiliki komponen horisontal dan vertikal membentuk sebuah elips yang dapat ditunjukkan dengan sudut tilt dari sumbu mayor dan sumbu horisontalnya, dan eliptisitasnya (perbandingan sumbu minor/sumbu mayor). Alat akan mengukur dua besaran tersebut dari pengukuran komponen in-phase dan out-of-phase medan magnetik vertikal dari medan horisontalnya. Data tilt biasanya disajikan dalam derivative Fraser.
Design Survey untuk Mode Tilt
Parameter eliptisitas kadang digunakan untuk mengetahui bahwa struktur di bawah memiliki konduktivitas tinggi (berharga kurang dari nilai tilt tetapi bertanda terbalik) atau memiliki konduktivitas rendah (bernilai dan bertanda sama dengan nilai tilt).
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 5
Dalam pengukuran, instrumen T-VLF akan menghitung parameter sudut tilt dan eliptisitas dari pengukuran komponen in-phase dan out-of phase medan magnet vertikal terhadap komponen horizontalnya. Besar sudut tilt akansama dengan perbandingan Hz/Hx dari komponen in-phase-nya, sedang besar eliptisitas ε sama dengan perbandingan komponen kuadraturnya.
Jika medan magnet horizontal adalah Hx dan medan vertikalnya sebesar HxeiØ, maka sudut tilt diberikan sebagai :
Skema Ellipt
Gambar dibawah ini adalah contoh grafik pengukuran VLF menggunakan metode Tilt. Grafik tersebut terdiri dari nilai tilt, eliptisitas, dan Fraser. Jika grafik tilt berada di atas grafik ellipt, maka dapat dikatakan zona tersebut merupakan zona konduktif. Fraser yang tinggi menunjukkan konduktivitas yang tinggi dan grafik tersebut menunjukkan tempat sebenarnya. Berikut contoh grafiknya (VLF Praktikum Fisika Gunung Api Bromo 2009)
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 6
Mode ResisitivityMode ini digunakan untuk mengetahui dike resistif dan disisi lain untuk
membatasi satuan geologi melalui pemetaan tahanan jenisnya. Mode ini sangat baik jika arah pemancar tegak lurus strike geologinya (±45°) seperti terlihat pada gambar dibawah.
Design Survey untuk Mode Resistivity
Alat akan langsung mengukur besarnya tahanan jenis medium dan besarnya sudut fase medium. Letak anomali secara kasar berada di bawah puncak anomali tahanan jenis. Sedangkan harga fase > 45° menunjukkan tahanan jenis semakin dalam semakin kecil, dan fase < 45° menunjukkan tahanan jenis semakin dalam makin besar.
2.2. Parameter yang digunakan dalam metode VLF
Adapun parameter elektromagnet VLF yang penting adalah :
1. Pemancar
Pemancar ini mulai dibangun sejak Perang Dunia I, digunakan untuk komunikasi
jarak jauh karena kemampuannya untuk komunikasi gelombang dengan pelemahan yang
sangat kecil pada gelombang bumi ionesfer.Penetrasinya cukup efektif hingga dapat
menembus laut dalam.
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 7
2. Pengaruh Atmosfer
Sumber nois yang utama adalah radiasi medan elektromagnetik akibat kilat atmosfer
baik di tempat dekat atau jauh dari lokasi pengukuran. Pada frekwensi VLF radiasi medan ini
cukup dapat melemahkan sinyal yang dipancarkan oleh pemancar. Daerah yang cukup
banyak badai tersebut adalah Afrika tengah dan Asia tenggara termasuk Indonesia. Noise
kedua adalah variasi diurnal medan elektromagnetik bumi di mana terjadi pergerakan badai
dari arah timur ke barat yang terjadi mulai siang hingga sore hampir malam.
3. Rambatan Gelombang Elektromagnetik
Pada elektromagnetik VLF dengan frekuensi <100 KHz, arus pergeseran akan lebih
kecil dari arus konduksi karena permitivitas dieletrik batuan rata-rata cukup kecil dan
konduktivitas target biasanya > 10-2 S/m. Hal ini menunjukkan efek medan akibat arus
konduksi memegang peranan penting ketika terjadi perubahan konduktivitas batuan.
4. Pelemahan (Atenuasi) Medan
Pelemahan medan ini mempengaruhi kedalaman. Kedalaman pada saat amplitudo
menjadi 1/e (kira-kira 37%) dikenal sebagai skin depth atau kedalaman kulit. Kedalaman ini
dalam metode elektromagnetik disebut sebagai kedalaman penetrasi gelombang.
2.2. Diagram Alir Penelitian
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 8
2.3. Setting Akuisisi Data
Adapun proses seting Akuisisi terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3.1. (1) Tahap persiapan alat, (2) Proses pemasangan elektroda pada lintasan, (3)
Proses injeksi arus dan akuisisi data pada lintasan, (4) Proses pemindahan elektroda pada
lintasan
2.4. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitaif. Sebelum diproses data
dikoreksi terlebih dahulu dengan koreksi noise dengan moving average. Titik dimana tilt-
angle mengalami persilangan dari polaritas positif menjadi negatif diinterpreatasi sebagai
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 9
posisi konduktor yang menyebabkan anomali. Dalam satu profil, persilangan ini terlihat
cukup jelas, namun ketika diplot kedalam bentuk peta, letak dari semua titik nol (inflection
point) tidak dapat diidentifikasi dengan mudah. Salah satu cara untuk menyelesaikannya
adalah dengan menggunakan filter yang ditemukan oleh Fraser (1969) yang dinamakan filter
Fraser. Atau secara matematis filter Fraser dapat dilakukan sebagai berikut:
Baik filter Fraser maupun filter Karous- Hjelt diaplikasikan pada seluruh lintasan dari
tiap data inphase,quadrature , totalfield dan til angle. Setelah mengurangkan nilai up dan
downnya didapat nilai VLF-EM-vGrad masing-masin data tersebut. Data yang diperoleh
adalah :
Hasil uji resistivitas
pada kesepuluh sampel batu
gamping menunjukkan
bahwa sampel yang diuji
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 10
No. No. SampelBatuan A(m2) l(m)
1 No.Sampel1 2,4x10-5 0,03
2 No.Sampel2 2,4x10-5 0,03
3 No.Sampel3 2,4x10-5 0,03
4 No.Sampel4 2,4x10-5 0,03
5 No.Sampel5 2,4x10-5 0,03
6 No.Sampel6 2,4x10-5 0,03
7 No.Sampel7 2,4x10-5 0,03
8 No.Sampel8 2,4x10-5 0,03
9 No.Sampel9 2,4x10-5 0,03
10 No. Sampel10 2,4x10-5 0,03
t(m) p(m) R(MΩ) ρ(Ωm)
0,02 0,04 3,5473 53209,5
0,02 0,04 3,8496 57744,0
0,02 0,04 3,0629 45943,5
0,02 0,04 3,3417 50125,5
0,02 0,04 2,6427 39640,5
0,02 0,04 3,2344 48516,0
0,02 0,04 4,2825 64237,5
0,02 0,04 3,2425 48637,5
0,02 0,04 2,6774 40161,0
0,02 0,04 3,6563 54844,5
tersebut benar-benar tergolong batu gamping karena mempunyai resistivitas antara 39640,5
Ωm sampai 64237,5Ωm. Interval nilai resistivitas ini sesuai dengan pernyataan Telford
(1976) yaitu resistivitas batu gamping bernilai antara 50 Ωm sampai 107Ωm. Untuk hasil uji
kimia hanya dilakukan pada satu sampe l tepatnya sampel nomor 1 dan menunjukkan bahwa
kadar Kapur (CaCO3) sebesar 98% sehingga memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
bahan pemutih kertas.
2.4. Hasil Pengolahan
Hasil pengolahan data pada lintasan 1 tanpa topografi
Lintasan 1 didominasi oleh warna coklat dengan nilai resistivitas sekitar 97Ωm -
125Ωm yang terlihat pada titik 15m sampai 122m.
Anomali tinggi pada lintasan 1 mempunyai nilai resistivitas antara 320Ωm - 6000Ωm
dengan kedalaman 5m - 13m, berada dititik 121m - 133m. Anomali tinggi pada gambar
ditandai dengan warna ungu muda sampai ungu tua dan dilingkari dengan garis hitam.
Anomali tinggi diinterpretasikan sebagai batu gamping. Hal ini dikuatkan oleh hasil uji
resistivitas sampel batu gamping sebesar 39640,5Ωm sampai 64237,5Ωm dan referensi dari
Telford (1976) bahwa resistivitas batu gamping bernilai antara 50Ωm sampai 107Ωm.
Anomali rendah pada lintasan 1 mempunyai nilai resistivitas 3,3 Ωm sampai 7,5 Ωm
dan berada di titik 32 m sampai 108 m serta kedalaman 21 m sampai 24 m. Anomali rendah
pada gambar inversi ditandai dengan warna biru muda sampai biru tua. Anomali rendah
diinterpretasikan sebagai air tanah yang diperkuat oleh referensi dari Telford (1976) bahwa
nilai resistivitas air tanah yaitu 0,5 Ωm sampai 300 Ωm. Selain itu, juga diperkuat oleh
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 11
adanya sumur yang dibuat oleh penduduk dengan kedalaman 26 meter di lokasi penelitian
dengan air yang terasa payau.
Hasil pengolahan data pada lintasan 2 tanpa topografi
lintasan 2 di dominasi oleh warna kuning dengan nilai resistivitas antara 65Ωm sampai 130
Ωm yang mulai terlihat pada titik 15 m sampai 178 m. Pada titik 141 m sampai 149 m
terdapat anomali tinggi yang berkisar 1100 Ωm sampai 6000 Ωm dan berada pada kedalaman
3 m sampai 10 m. Anomali tersebut diinterpretasikan sebagai batugamping di lokasi
penelitian. Hal ini dikuatkan oleh hasil uji resistivitas sampel batugamping di laboratorium
instrumen fisika yaitu 39640,5 Ωm sampai 64237,5 Ωm dan referensi dari Telford (1976)
bahwa resistivitas batugamping bernilai antara 50 Ωm sampai 107Ωm.
Anomali rendah pada lintasan 2 mempunyai nilai resistivitas 0.7 Ωm sampai 4 Ωm
dan berada di titik 51 m sampai 78 m, 103 m sampai 114 m dan 115 m sampai 168 m serta
kedalaman 21 m sampai 31,9 m. Anomali rendah pada gambar inversi ditandai dengan warna
biru muda sampai biru tua dan dilingkari dengan garis hitam putus-putus. Anomali rendah ini
diinterpretasikan sebagai air tanah yang diperkuat oleh referensi dari Telford (1976) bahwa
nilai resistivitas air tanah yaitu 0,5Ωm sampai 300Ωm. Selain itu, hal ini juga diperkuat oleh
adanya sumur yang dibuat oleh penduduk dengan kedalaman 26 meter di lokasi penelitian
dengan air yang terasa payau.
Hasil pengolahan data pada lintasan 3 tanpa topografi
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 12
lintasan 3 di dominasi warna merah muda dengan nilai resistivitas rendah yaitu antara 80
Ωm-120 Ωm yang mulai terlihat pada titik 15 m-135 m. Anomali tinggi mempunyai nilai
resistivitas antara 400 Ωm -6000 Ωm dengan kedalaman 2,5 m -10 m serta berada di titik 15
m -20 m, 34 m -36 m dan 82 m -93 m. Anomali tinggi pada gambar ditandai warna ungu
muda sampai ungu tua dan dilingkari dengan garis hitam. Anomali tersebut diinterpretasikan
sebagai batugamping. Hal ini dikuatkan oleh hasil uji resistivitas sampel batugamping yaitu
39640,5 Ωm -64237,5 Ωm dan referensi dari Telford (1976) bahwa resistivitas batugamping
bernilai antara 50 Ωm -107Ωm.
Anomali rendah pada lintasan 3 mempunyai nilai resistivitas 0.0199Ωm - 0,25Ωm dan
berada dititik 98m - 112m serta kedalaman 20m -24,9m. Anomali rendah pada gambar
ditandai dengan warna biru muda sampai biru tua dan dilingkari dengan garis hitam putus-
putus. Anomali rendah ini diinterpretasikan sebagai air asin atau air laut yang diperkuat oleh
referensi dari Telford (1976) bahwa nilai resistivitas air asin yaitu 0,2Ωm. Selain itu, juga
diperkuat oleh arah lintasan yang menuju daerah pantai dan di titik antara 90m sampai 120
meter terdapat cekungan dan bermuara ke pantai yang digunakan penduduk untuk bongkar
muat hasil panen dan bibit rumput laut.
3. Kontur VLF
3.1 Kontur VLF-EM yang tidak terfokus
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 13
3.3 Kontur VLF V-Grad sesudah filter fraser (terfokus)
Perbandingan antara kontur fraser VLF V-Grad Inphase dan Quadrature
1. Kontur fraser VLF V-Grad Inphase
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 14
Adanya anomali ditandai oleh angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8
Perbandingan antara kontur fraser VLF V-Grad Inphase dan Quadrature
2. Kontur fraser VLF V-Grad Quadratur
Adanya anomali ditandai oleh angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8
Adanya anomali pada kontur VLF V-Grad pada Inphase Dan Quadratur Menunjukkan
Kesamaan
Gambar kontur fraser VLF V-Grad delta Inphase dengan titik-titik ukurnya
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 15
Dari gambar diatas, batas sebaran konduktif yang menghasilkan warna merah dan
diikuti warna kuning dengan nilai konduktivitas frase rinphase sekitar - 1,4 sampai - 1.8
diinterpretasikan sebagai batu gamping. Hal ini, didukung oleh besarnya resistivitas batu
gamping yang terukur dilaboratorium yaitu 39640,5Ωm sampai 64237,5Ωm sehingga
menyebabkan lemahnya konduktivitas medan magnetic disekitar batu gamping.
Konduktivitas medan magnetic yang ada disekitar batu gamping ini ditandai dengan warna
merah yang diikuti warna kuning sehingga dari kontur tersebut terlihat bahwa penyebaran
batu gamping menuju arah Tenggara.
Batu gamping dilokasi penelitian berada dilintasan 1 sekitar titik ukur 4, 5, 6, 12, 13,
14, 15, 16, 21, 22, 23 dan 37. Untuk lintasan 2 sekitar titik ukur 5, 13, 14, 19, 20, 21, 25, 26,
27, 36 dan 37. Lintasan 3 di sekitar titik ukur 3, 4, 5, 6, 14, 15, 19, 20, 21, 24, 25, 26, 27, 29,
30, 31, 32, 33. Lintasan 4 sekitar titik ukur 3, 4, 5, 6, 13, 14, 15, 16, 20, 21, 22, 23, 30, 31, 32
dan 33. Dengan kata lain sebaran batu gamping menurut gambar diatas berada dijarak 20 -
40m, 70 - 80m, 85 - 100m, 120 - 140m, 160 - 180m pada arah tenggara dengan panjang
sebaran sekitar 30m
Hubungan antara lintasan VLF V-Grad dengan geolistrik terlihat pada lintasan 3 dan 2
karena berada pada lintasan yang sama dan arahnya ke Barat Daya.
Untuk lintasan 3 VLF V-Grad, mempunyai sebaran batugamping pada titik ukur 3, 4,
5, 6, 14, 15, 19, 20, 21, 24, 25, 26, 27, 29,30, 31, 32, 33 atau jarak sebenarnya adalah 15-30
m, 70-75 m, 95-105 m, 120-135 m, 145-165 m. Jika lintasan 3 ini dihubungkan dengan
lintasan 2 geolistrik maka pada jarak 15-30 m, 70-75 m, 95-105 m, 120-135 m, 145-165 m
masing-masing mempunyai kedalaman 3,5 m, 4,5 m, 9 m, 11 m, 12 m.
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk eksplorasi benda-benda konduktif. Perubahan komponen medan akibat variasi konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan struktur bawa permukaan. Medan elektromagnetik yang digunakan dapat diperoleh dengan sengaja membangkitkan medan elektromagnetik di sekitar daerah observasi.
Prinsip pengukuran metode VLF yaitu sumber gelombang elektromagnetik berfrekuensi rendah yang disebut sebagai medan primer dan mempunyai frekuensi 15 kHz sampai 30 kHz, dirambatkan di antara permukaan bumi dan ionosfer.
Ada dua jenis pengukuran VLF, yaitu mode tilt-angle dan mode resistivity. Mode tilt-angle mengukur polarisasi komponen medan magnetik, sedangkan mode resistivity mengukur polarisasi komponen medan magnetik dan medan listrik
Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 17