24
Daftar Isi Cover......................................................... .............................................................. .................... Daftar Isi........................................................... .............................................................. ............. BAB I............................................................. .............................................................. ............... - Latar Belakang............................................... ....................................................... .... - Rumusan Masalah................................................ ..................................................... - Tujuan................................................. ....................................................... ................ BAB II............................................................ .............................................................. ............... Prosesing dan Interpretasi Data VLFPage 1

VLF processing and intrepretasi data.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

VLF

Citation preview

Daftar Isi

Cover...........................................................................................................................................

Daftar Isi......................................................................................................................................

BAB I..........................................................................................................................................

- Latar Belakang..........................................................................................................

- Rumusan Masalah.....................................................................................................

- Tujuan........................................................................................................................

BAB II.........................................................................................................................................

- Prinsip Pengukuran VLF...........................................................................................

- Parameter yang digunakan.........................................................................................

- Diagram alir penelitian...............................................................................................

- Seting akuisisi data....................................................................................................

- Pengolahan data.........................................................................................................

- Hasil pengolahan........................................................................................................

- Kontur VLF...............................................................................................................

BAB III.......................................................................................................................................

- Kesimpulan...............................................................................................................

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelangkaan pupuk seringkali menganggu kebutuhan dasar para petani di Indonesia,

sehingga dampaknya harga pupuk melonjak dipasaran. Kebutuhan pupuk petani pada

tahun 2007 meliputi Urea 4,3 juta ton, ZA 700 ribu ton, SP-36800 ribu ton dan NPK ribu

ton. Jumlah permintaan pupuk jenis ZA dan SP-36 sejak tahun 2003 tidak dapat dipenuhi

oleh produksi dalam negeri, sehingga kekurangan pasokan jenis ZA dan SP-36 dipenuhi

melalui impor. Bahan baku pupuk jenis SP-36 dan NPK adalah fosfat. Fosfat merupakan

sumber utama unsur Kalium dan Nitrogen yang tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat

diolah menjadi produk fosfat dengan menambahkan asam. Fosfat disamping bahan baku

pupuk super fosfat (SP-36) juga dapat digunakan bahan pupuk alam. Pemakaian pupuk

alam dapat mengurangi ketergantungan pupuk buatan (Urea, ZA, SP-36 dan NPK)

sehingga impor pupuk dapat dikurangi.(Departemen Pertanian, Indonesia Commercial

Newspaper,2008)

Menurut Bayrak (2002) pada eksplorasi bahan tambang dengan kedalaman dangkal,

lebih efektif dan efesiensinya digunakan metode elektromagnetik Very Low Frequency

(VLF-EM). Selain itu, metode ini efektif untuk pemetaan resistivitas, phase, tilt, Tfield

dan parameter VLF EM yang real dan imaginer. Lebih lanjut, Bayrak (2002) menjelaskan

bahwa memanfaatkan filter Fraser (1969) dan Karous-Hjets (1983) pada metode ini dapat

digunakan untuk melokalisir letak barang tambang yang lebih konduktif pada daerah

observasi tersebut. Utama dkk. (2008) dapat menentukan jalur cadangan fosfat yang

tercebak di gua di Desa Wono Suko, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati secara akurat

dengan menggunakan filter Karous dan Hjelt. Bosch dan muller (2001) mengembangkan

metode very low frequency Elektromagnetik-vertical Gradient (VLF- EM-vGrad) dengan

memvariasikan ketinggian pada satu titik pengukuran yang diaplikasikan untuk mencari

rongga bawah permukaan di daerah kars, lebih jelas tergambarkan pada hasil

interpretasinya. Semua analisis peneliti diatas hanya menggunakan analisa secara

kualitataif. Analisa ini hanya dapat menunjukkan lokasi horizontal suatu anomaly dan

tidak dapat menunjukkan kedalaman anomaly.

Moentero Santos et.al. (2006) memperkenalkan analisis kuantitatif data VLF dengan

menggunakan inversi data triper (inphase dan quadrature). Hasilnya berupa nilai

resistivitas 2 D yang dapat mencitrakan struktur bawah permukaan dengan baik. Namun

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 2

demikian, analisis kuantitaif ini memerlukan informasi analisis kualitatif untuk desain

input awal (Bahrie dkk., 2008). Dengan demikian, analisa kualitatif dan analisa kuantitaif

sebaiknya diintegrasikan untuk menganalisis kondisi geologi tertentu. Berdasarkan

penelitian tersebut maka penentuan deposit fosfat di daerah perum perhutani KPH Pati

BKPH Sukolilo Pati Jawa Tengah dilakukan dengan analisa kualitatif (VLF-EM-vGrad)

dan kuantitaif (inversi).

Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk eksplorasi benda-benda konduktif.

Perubahan komponen medan akibat variasi konduktivitas dimanfaatkan untuk

menentukan struktur bawa permukaan. Medan elektromagnetik yang digunakan dapat

diperoleh dengan sengaja membangkitkan medan elektromagnetik di sekitar daerah

observasi. Pengukuran semacam ini disebu tteknik pengukuran aktif. Metode ini kurang

praktis dan daerah observasi dibatasi oleh besarannya sumber yang dibuat. Teknik

pengukuran lain adalah teknik pengukuran pasif. Tenik ini memanfaatkan medan

elektromagnetik yang berasal dari sumber yang tidak sengaja dibangkitkan. Gelombang

elektromagnetik seperti ini berasal dari alam dan dari pemancar frekuensi rendah (15-30

kHz) adalah yang biasa disebut VLF (Very Low Frequency). Teknik ini lebih praktis dan

mempunyai jangkauan daerah pengamatan yang luas. Metode elektromagnetik VLF ini

bertujuan untuk mengukur harga daya konduktivitas batuan berdasarkan pengukuran

gelombang elektormagnetik skunder. Metode ini memanfaatkan gelombang hasil induksi

elektomagnetik yang berfrekuensi sangat rendah. Karena frekuensinya yang cukup

rendah, gelombang ini memiliki penetrasi yang cukup dalam. Gelombang ini juga

menjalar ke seluruh dunia dengan atenuasi yang kecil dalam pandu gelombang antara

permukaan bumi dan ionosfer.

1.2. Rumusan Masalah

- Prinsip Pengukuran VLF ?

- Parameter apa saja yang penting dalam metode VLF ini ?

- Bagaimana diagram alir penelitian ?

- Bagaimana seting akuisisi data yang ada ?

- Pengolahan data pada metode VLF ?

- Bagaimana hasil pengolahan metode VLF ?

- Bagaimana gambar kontur VLF ?

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 3

1.3. Tujuan

- Mengetahui prinsip pengukuran VLF

- Mengetahui diagram alir penelitian

- Mengetahui seting akuisisi data metode VLF

- Memahami pengolahan data pada metode VLF

- Mengetahui hasil pengolahan metode VLF

- Mengetahui gambar kontur VLF

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Prinsip Pengukuran VLF

Prinsip pengukuran metode VLF yaitu sumber gelombang elektromagnetik berfrekuensi rendah yang disebut sebagai medan primer dan mempunyai frekuensi 15 kHz sampai 30 kHz, dirambatkan di antara permukaan bumi dan ionosfer.

Dalam tubuh batuan konduktif, medan primer ini akan menginduksi arus sekunder didalamnya yang disebut arus Eddy. Arus ini akan membangkitkan medan sekunder yang kemudian bergabung dengan medan primer. Medan sekunder yang dibangkitkan tergantung dari besaran fisika yang terkandung dalam batuan yaitu resistivitas atau konduktivitas. Dengan melakukan pengukuran medan total (primer + sekunder) di permukaan bumi dapat diketahui resistivitas sebagai salah satu sifat fisis batuan. 

Ada dua jenis pengukuran VLF, yaitu mode tilt-angle dan mode resistivity. Mode tilt-angle mengukur polarisasi komponen medan magnetik, sedangkan mode resistivity mengukur polarisasi komponen medan magnetik dan medan listrik. 

Mode Tilt-angle

Mode tilt angle digunakan untuk mengetahui struktur konduktif dan kontak geologi seperti zona alterasi, patahan, dan dike konduktif. Dalam mode ini, arah strike target memiliki sudut ±45° dengan lokasi pemancar. Pada konfigurasi pengukuran semacam ini, medan primer akan memberikan fluks yang maksimum jika memotong struktur, sehingga memberikan kemungkinan anomali yang paling besar.

Medan magnet yang memiliki komponen horisontal dan vertikal membentuk sebuah elips yang dapat ditunjukkan dengan sudut tilt dari sumbu mayor dan sumbu horisontalnya, dan eliptisitasnya (perbandingan sumbu minor/sumbu mayor). Alat akan mengukur dua besaran tersebut dari pengukuran komponen in-phase dan out-of-phase medan magnetik vertikal dari medan horisontalnya. Data tilt biasanya disajikan dalam derivative Fraser.

Design Survey untuk Mode Tilt

Parameter eliptisitas kadang digunakan untuk mengetahui bahwa struktur di bawah memiliki konduktivitas tinggi (berharga kurang dari nilai tilt tetapi bertanda terbalik) atau memiliki konduktivitas rendah (bernilai dan bertanda sama dengan nilai tilt).

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 5

Dalam pengukuran, instrumen T-VLF akan menghitung parameter sudut tilt dan eliptisitas dari pengukuran komponen in-phase dan out-of phase medan magnet vertikal terhadap komponen horizontalnya. Besar sudut tilt akansama dengan perbandingan Hz/Hx dari komponen in-phase-nya, sedang besar eliptisitas ε sama dengan perbandingan komponen kuadraturnya.

Jika medan magnet horizontal adalah Hx dan medan vertikalnya sebesar HxeiØ, maka sudut tilt diberikan sebagai :

    

Skema Ellipt

Gambar dibawah ini adalah contoh grafik pengukuran VLF menggunakan metode Tilt. Grafik tersebut terdiri dari nilai tilt, eliptisitas, dan Fraser. Jika grafik tilt berada di atas grafik ellipt, maka dapat dikatakan zona tersebut merupakan zona konduktif. Fraser yang tinggi menunjukkan konduktivitas yang tinggi dan grafik tersebut menunjukkan tempat sebenarnya. Berikut contoh grafiknya (VLF Praktikum Fisika Gunung Api Bromo 2009)

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 6

Mode ResisitivityMode ini digunakan untuk mengetahui dike resistif dan disisi lain untuk

membatasi satuan geologi melalui pemetaan tahanan jenisnya. Mode ini sangat baik jika arah pemancar tegak lurus strike geologinya (±45°) seperti terlihat pada gambar dibawah.

Design Survey untuk Mode Resistivity

Alat akan langsung mengukur besarnya tahanan jenis medium dan besarnya sudut fase medium. Letak anomali secara kasar berada di bawah puncak anomali tahanan jenis. Sedangkan harga fase > 45° menunjukkan tahanan jenis semakin dalam semakin kecil, dan fase < 45° menunjukkan tahanan jenis semakin dalam makin besar.

2.2. Parameter yang digunakan dalam metode VLF

Adapun parameter elektromagnet VLF yang penting adalah :

1. Pemancar

Pemancar ini mulai dibangun sejak Perang Dunia I, digunakan untuk komunikasi

jarak jauh karena kemampuannya untuk komunikasi gelombang dengan pelemahan yang

sangat kecil pada gelombang bumi ionesfer.Penetrasinya cukup efektif hingga dapat

menembus laut dalam.

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 7

2. Pengaruh Atmosfer

Sumber nois yang utama adalah radiasi medan elektromagnetik akibat kilat atmosfer

baik di tempat dekat atau jauh dari lokasi pengukuran. Pada frekwensi VLF radiasi medan ini

cukup dapat melemahkan sinyal yang dipancarkan oleh pemancar. Daerah yang cukup

banyak badai tersebut adalah Afrika tengah dan Asia tenggara termasuk Indonesia. Noise

kedua adalah variasi diurnal medan elektromagnetik bumi di mana terjadi pergerakan badai

dari arah timur ke barat yang terjadi mulai siang hingga sore hampir malam.

3. Rambatan Gelombang Elektromagnetik

Pada elektromagnetik VLF dengan frekuensi <100 KHz, arus pergeseran akan lebih

kecil dari arus konduksi karena permitivitas dieletrik batuan rata-rata cukup kecil dan

konduktivitas target biasanya > 10-2 S/m. Hal ini menunjukkan efek medan akibat arus

konduksi memegang peranan penting ketika terjadi perubahan konduktivitas batuan.

4. Pelemahan (Atenuasi) Medan

Pelemahan medan ini mempengaruhi kedalaman. Kedalaman pada saat amplitudo

menjadi 1/e (kira-kira 37%) dikenal sebagai skin depth atau kedalaman kulit. Kedalaman ini

dalam metode elektromagnetik disebut sebagai kedalaman penetrasi gelombang.

2.2. Diagram Alir Penelitian

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 8

2.3. Setting Akuisisi Data

Adapun proses seting Akuisisi terlihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1. (1) Tahap persiapan alat, (2) Proses pemasangan elektroda pada lintasan, (3)

Proses injeksi arus dan akuisisi data pada lintasan, (4) Proses pemindahan elektroda pada

lintasan

2.4. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitaif. Sebelum diproses data

dikoreksi terlebih dahulu dengan koreksi noise dengan moving average. Titik dimana tilt-

angle mengalami persilangan dari polaritas positif menjadi negatif diinterpreatasi sebagai

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 9

posisi konduktor yang menyebabkan anomali. Dalam satu profil, persilangan ini terlihat

cukup jelas, namun ketika diplot kedalam bentuk peta, letak dari semua titik nol (inflection

point) tidak dapat diidentifikasi dengan mudah. Salah satu cara untuk menyelesaikannya

adalah dengan menggunakan filter yang ditemukan oleh Fraser (1969) yang dinamakan filter

Fraser. Atau secara matematis filter Fraser dapat dilakukan sebagai berikut:

Baik filter Fraser maupun filter Karous- Hjelt diaplikasikan pada seluruh lintasan dari

tiap data inphase,quadrature , totalfield dan til angle. Setelah mengurangkan nilai up dan

downnya didapat nilai VLF-EM-vGrad masing-masin data tersebut. Data yang diperoleh

adalah :

Hasil uji resistivitas

pada kesepuluh sampel batu

gamping menunjukkan

bahwa sampel yang diuji

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 10

No. No. SampelBatuan A(m2) l(m)

1 No.Sampel1 2,4x10-5 0,03

2 No.Sampel2 2,4x10-5 0,03

3 No.Sampel3 2,4x10-5 0,03

4 No.Sampel4 2,4x10-5 0,03

5 No.Sampel5 2,4x10-5 0,03

6 No.Sampel6 2,4x10-5 0,03

7 No.Sampel7 2,4x10-5 0,03

8 No.Sampel8 2,4x10-5 0,03

9 No.Sampel9 2,4x10-5 0,03

10 No. Sampel10 2,4x10-5 0,03

t(m) p(m) R(MΩ) ρ(Ωm)

0,02 0,04 3,5473 53209,5

0,02 0,04 3,8496 57744,0

0,02 0,04 3,0629 45943,5

0,02 0,04 3,3417 50125,5

0,02 0,04 2,6427 39640,5

0,02 0,04 3,2344 48516,0

0,02 0,04 4,2825 64237,5

0,02 0,04 3,2425 48637,5

0,02 0,04 2,6774 40161,0

0,02 0,04 3,6563 54844,5

tersebut benar-benar tergolong batu gamping karena mempunyai resistivitas antara 39640,5

Ωm sampai 64237,5Ωm. Interval nilai resistivitas ini sesuai dengan pernyataan Telford

(1976) yaitu resistivitas batu gamping bernilai antara 50 Ωm sampai 107Ωm. Untuk hasil uji

kimia hanya dilakukan pada satu sampe l tepatnya sampel nomor 1 dan menunjukkan bahwa

kadar Kapur (CaCO3) sebesar 98% sehingga memenuhi syarat untuk digunakan sebagai

bahan pemutih kertas.

2.4. Hasil Pengolahan

Hasil pengolahan data pada lintasan 1 tanpa topografi

Lintasan 1 didominasi oleh warna coklat dengan nilai resistivitas sekitar 97Ωm -

125Ωm yang terlihat pada titik 15m sampai 122m.

Anomali tinggi pada lintasan 1 mempunyai nilai resistivitas antara 320Ωm - 6000Ωm

dengan kedalaman 5m - 13m, berada dititik 121m - 133m. Anomali tinggi pada gambar

ditandai dengan warna ungu muda sampai ungu tua dan dilingkari dengan garis hitam.

Anomali tinggi diinterpretasikan sebagai batu gamping. Hal ini dikuatkan oleh hasil uji

resistivitas sampel batu gamping sebesar 39640,5Ωm sampai 64237,5Ωm dan referensi dari

Telford (1976) bahwa resistivitas batu gamping bernilai antara 50Ωm sampai 107Ωm.

Anomali rendah pada lintasan 1 mempunyai nilai resistivitas 3,3 Ωm sampai 7,5 Ωm

dan berada di titik 32 m sampai 108 m serta kedalaman 21 m sampai 24 m. Anomali rendah

pada gambar inversi ditandai dengan warna biru muda sampai biru tua. Anomali rendah

diinterpretasikan sebagai air tanah yang diperkuat oleh referensi dari Telford (1976) bahwa

nilai resistivitas air tanah yaitu 0,5 Ωm sampai 300 Ωm. Selain itu, juga diperkuat oleh

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 11

adanya sumur yang dibuat oleh penduduk dengan kedalaman 26 meter di lokasi penelitian

dengan air yang terasa payau.

Hasil pengolahan data pada lintasan 2 tanpa topografi

lintasan 2 di dominasi oleh warna kuning dengan nilai resistivitas antara 65Ωm sampai 130

Ωm yang mulai terlihat pada titik 15 m sampai 178 m. Pada titik 141 m sampai 149 m

terdapat anomali tinggi yang berkisar 1100 Ωm sampai 6000 Ωm dan berada pada kedalaman

3 m sampai 10 m. Anomali tersebut diinterpretasikan sebagai batugamping di lokasi

penelitian. Hal ini dikuatkan oleh hasil uji resistivitas sampel batugamping di laboratorium

instrumen fisika yaitu 39640,5 Ωm sampai 64237,5 Ωm dan referensi dari Telford (1976)

bahwa resistivitas batugamping bernilai antara 50 Ωm sampai 107Ωm.

Anomali rendah pada lintasan 2 mempunyai nilai resistivitas 0.7 Ωm sampai 4 Ωm

dan berada di titik 51 m sampai 78 m, 103 m sampai 114 m dan 115 m sampai 168 m serta

kedalaman 21 m sampai 31,9 m. Anomali rendah pada gambar inversi ditandai dengan warna

biru muda sampai biru tua dan dilingkari dengan garis hitam putus-putus. Anomali rendah ini

diinterpretasikan sebagai air tanah yang diperkuat oleh referensi dari Telford (1976) bahwa

nilai resistivitas air tanah yaitu 0,5Ωm sampai 300Ωm. Selain itu, hal ini juga diperkuat oleh

adanya sumur yang dibuat oleh penduduk dengan kedalaman 26 meter di lokasi penelitian

dengan air yang terasa payau.

Hasil pengolahan data pada lintasan 3 tanpa topografi

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 12

lintasan 3 di dominasi warna merah muda dengan nilai resistivitas rendah yaitu antara 80

Ωm-120 Ωm yang mulai terlihat pada titik 15 m-135 m. Anomali tinggi mempunyai nilai

resistivitas antara 400 Ωm -6000 Ωm dengan kedalaman 2,5 m -10 m serta berada di titik 15

m -20 m, 34 m -36 m dan 82 m -93 m. Anomali tinggi pada gambar ditandai warna ungu

muda sampai ungu tua dan dilingkari dengan garis hitam. Anomali tersebut diinterpretasikan

sebagai batugamping. Hal ini dikuatkan oleh hasil uji resistivitas sampel batugamping yaitu

39640,5 Ωm -64237,5 Ωm dan referensi dari Telford (1976) bahwa resistivitas batugamping

bernilai antara 50 Ωm -107Ωm.

Anomali rendah pada lintasan 3 mempunyai nilai resistivitas 0.0199Ωm - 0,25Ωm dan

berada dititik 98m - 112m serta kedalaman 20m -24,9m. Anomali rendah pada gambar

ditandai dengan warna biru muda sampai biru tua dan dilingkari dengan garis hitam putus-

putus. Anomali rendah ini diinterpretasikan sebagai air asin atau air laut yang diperkuat oleh

referensi dari Telford (1976) bahwa nilai resistivitas air asin yaitu 0,2Ωm. Selain itu, juga

diperkuat oleh arah lintasan yang menuju daerah pantai dan di titik antara 90m sampai 120

meter terdapat cekungan dan bermuara ke pantai yang digunakan penduduk untuk bongkar

muat hasil panen dan bibit rumput laut.

3. Kontur VLF

3.1 Kontur VLF-EM yang tidak terfokus

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 13

3.3 Kontur VLF V-Grad sesudah filter fraser (terfokus)

Perbandingan antara kontur fraser VLF V-Grad Inphase dan Quadrature

1. Kontur fraser VLF V-Grad Inphase

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 14

Adanya anomali ditandai oleh angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8

Perbandingan antara kontur fraser VLF V-Grad Inphase dan Quadrature

2. Kontur fraser VLF V-Grad Quadratur

Adanya anomali ditandai oleh angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8

Adanya anomali pada kontur VLF V-Grad pada Inphase Dan Quadratur Menunjukkan

Kesamaan

Gambar kontur fraser VLF V-Grad delta Inphase dengan titik-titik ukurnya

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 15

Dari gambar diatas, batas sebaran konduktif yang menghasilkan warna merah dan

diikuti warna kuning dengan nilai konduktivitas frase rinphase sekitar - 1,4 sampai - 1.8

diinterpretasikan sebagai batu gamping. Hal ini, didukung oleh besarnya resistivitas batu

gamping yang terukur dilaboratorium yaitu 39640,5Ωm sampai 64237,5Ωm sehingga

menyebabkan lemahnya konduktivitas medan magnetic disekitar batu gamping.

Konduktivitas medan magnetic yang ada disekitar batu gamping ini ditandai dengan warna

merah yang diikuti warna kuning sehingga dari kontur tersebut terlihat bahwa penyebaran

batu gamping menuju arah Tenggara.

Batu gamping dilokasi penelitian berada dilintasan 1 sekitar titik ukur 4, 5, 6, 12, 13,

14, 15, 16, 21, 22, 23 dan 37. Untuk lintasan 2 sekitar titik ukur 5, 13, 14, 19, 20, 21, 25, 26,

27, 36 dan 37. Lintasan 3 di sekitar titik ukur 3, 4, 5, 6, 14, 15, 19, 20, 21, 24, 25, 26, 27, 29,

30, 31, 32, 33. Lintasan 4 sekitar titik ukur 3, 4, 5, 6, 13, 14, 15, 16, 20, 21, 22, 23, 30, 31, 32

dan 33. Dengan kata lain sebaran batu gamping menurut gambar diatas berada dijarak 20 -

40m, 70 - 80m, 85 - 100m, 120 - 140m, 160 - 180m pada arah tenggara dengan panjang

sebaran sekitar 30m

Hubungan antara lintasan VLF V-Grad dengan geolistrik terlihat pada lintasan 3 dan 2

karena berada pada lintasan yang sama dan arahnya ke Barat Daya.

Untuk lintasan 3 VLF V-Grad, mempunyai sebaran batugamping pada titik ukur 3, 4,

5, 6, 14, 15, 19, 20, 21, 24, 25, 26, 27, 29,30, 31, 32, 33 atau jarak sebenarnya adalah 15-30

m, 70-75 m, 95-105 m, 120-135 m, 145-165 m. Jika lintasan 3 ini dihubungkan dengan

lintasan 2 geolistrik maka pada jarak 15-30 m, 70-75 m, 95-105 m, 120-135 m, 145-165 m

masing-masing mempunyai kedalaman 3,5 m, 4,5 m, 9 m, 11 m, 12 m.

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 16

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk eksplorasi benda-benda konduktif. Perubahan komponen medan akibat variasi konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan struktur bawa permukaan. Medan elektromagnetik yang digunakan dapat diperoleh dengan sengaja membangkitkan medan elektromagnetik di sekitar daerah observasi.

Prinsip pengukuran metode VLF yaitu sumber gelombang elektromagnetik berfrekuensi rendah yang disebut sebagai medan primer dan mempunyai frekuensi 15 kHz sampai 30 kHz, dirambatkan di antara permukaan bumi dan ionosfer.

Ada dua jenis pengukuran VLF, yaitu mode tilt-angle dan mode resistivity. Mode tilt-angle mengukur polarisasi komponen medan magnetik, sedangkan mode resistivity mengukur polarisasi komponen medan magnetik dan medan listrik

Prosesing dan Interpretasi Data VLF Page 17