Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA PEMERINTAH CINA DALAM MENANGANIPERDAGANGAN PEREMPUAN
(2013 – 2018)
( Skripsi )
Oleh
DEVITA RIANA PURBA
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONALFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG2019
ABSTARCT
CHINA GOVERNMENT'S EFFORTS TO HANDLEWOMEN'S TRAFFICKING (2013-2018)
BY
DEVITA RIANA PURBA
Woman trafficking in China is a cross-border crime consisting of sexual exploitationsuch as porstitution or forced marriage. China is the source, destination, and transitcountry for trafficking. The aim of this research is to find out, explain the efforts thatthe Chinese government has made to handle women's trafficking during 2013 to2018. The theory of transnational organized crime and the concept of womentrafficking are used as an instrument that helps in this study. The type of this researchis descriptive qualitative with data collection technique through library research. Theresult of this research is the China government's efforts of national jurisdictionthrough the amendment of the Women's trafficking law in China and multilateralefforts undertaken in collaboration with international organisations such as COMMIT(Coordinated Mekong Ministerial Initiative Against Human Trafficking), IOM (International Organizational Migration ), UNIAP (United Nations Inter-AgencyProject) and UN WOMEN. In addition to these two efforts, China also made nationalpolicy efforts such as the elimination of one child policy, the creation of nationalplans such as the campaign and socialization of women's trafficking, strengtheningsupervision in the border area and rehabilitation of women's trafficking victims.Bilateral efforts are also undertaken by the Government to handle women'strafficking in cooperation through agreements of the protection of victims, andstrengthening border supervision with neighboring countries such as Myanmar,Vietnam and Laos
Keywords: China, Government's Efforts, Handle, Women's Trafficking
ABSTRAK
UPAYA PEMERINTAH CINA DALAM MENANGANIPERDAGANGAN PEREMPUAN (2013-2018)
Oleh
DEVITA RIANA PURBA
Perdagangan wanita di Cina adalah kejahatan lintas batas negara yang terdiri darieksploitasi seksual seperti porstitusi atau perkawinan paksa. Cina adalah sumber,tujuan, dan negara transit untuk perdagangan manusia. Tujuan dari penelitian iniadalah untuk mencari tahu dan menjelaskan upaya yang telah dilakukan olehpemerintah Cina untuk menangani perdagangan perempuan selama 2013 sampai2018. Teori kejahatan transnasional terorganisir dan konsep perdagangan perempuandigunakan sebagai instrumen yang membantu dalam studi ini. Jenis penelitian inideskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka. Hasil daripenelitian ini adalah Pemeritah Cina melalukan upaya yurisdiksi nasional melaluiamandemen Undang-undang perdagangan perempuan di Cina serta upaya multilateralyang dilakukan dengan bekerjasama dengan organisasi internasional sepertiCOMMIT ( Coordinated Mekong Ministerial Initiative Against Human Trafficking),IOM ( International Organizational Migration ), UNIAP (United Nations Inter-Agency Project) serta UN WOMEN. Selain kedua upaya tersebut, Cina jugamelakukan upaya kebijakan nasional seperti penghapusan kebijakan satu anak,pembuatan rencana nasional melalui kampanye dan sosialisasi perdaganganperempuan, memperkuat pengawasan di daerah perbatasan serta melakukanrehabilitasi pada korban perdagangan perempuan. Upaya bilateral juga dilakukan olehpemerintah untuk menangani perdagangan perempuan dengan melakukan kerjasamadalam perlindungan korban maupun dalam pengawasaan bersama negara-negaratetangga seperti Myanmar, Vietnam serta Laos.
Kata Kunci : Upaya, Pemerintah Cina, Menangani, Perdagangan Perempuan
UPAYA PEMERINTAH CINA DALAM MENANGANIPERDAGANGAN PEREMPUAN
(2013 – 2018)
Oleh
DEVITA RIANA PURBA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL
Pada
Jurusan Hubungan InternasionalFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITASLAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Devita Riana Purba, lahir di Bandar
lampung pada tanggal 06 Januari 1997. Penulis merupakan anak pertama
dari empat bersaudara, buah hati pasangan Bapak Humehe Purba dan Ibu
Lasni Veronika Tinambunan. Pendidikan formal yang pernah ditempuh
oleh penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Xaverius 3 Way Halim,
kemudian menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 01 Labuhan
Dalam pada tahun 2011. Selanjutnya, penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama
di SMPN 19 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2013, Sekolah Menengah Atas di
SMAN 09 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2015. Pada tahun 2015, penulis
diterima sebagai mahasiswi program S1 Hubungan Internasional Universitas Lampung melalui
jalur SBMPTN. Kemudian penulis juga pernah menjalankan kuliah kerja nyata ( KKN ) pada
tahun 2018 di desa Tanjung Aji, Kecamatan Melinting, Lampung Timur serta mengikuti kegiatan
praktik kerja lapangan/magang di WWF Indonesia – Southern Sumatera Program.
SANWACANA
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena kasih karuniaNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Pemerintah Cina dalam
Menangani Perdagangan Perempuan di Cina ( 2013-2018 ). Skripsi ini merupakan salah satu
syarat bagi penulis untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Hubungan
Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sebagai bentuk adanya keterbatasan kemampuan
serta sebagai motivasi untuk lebih baik dan terus belajar kedepannya. Penulis berharap agar
skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembacanya dan sebagai perkembangan penelitian dalam
kajian ilmu sosial dan ilmu politik khususnya pada ilmu hubungan internasional.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak pihak
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A. selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
3. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H., selaku pembimbing akademik serta pembimbing
utama dalam proses penyelesaian skripsi. Terima kasih atas bimbingan dan arahan selama
4 tahun masa perkuliahan serta kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan
kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini
4. Ibu Gita Karisma, S.IP., M.Si , selaku Dosen Pembimbing Kedua Skripsi yang telah
bersabar, meluangkan waktu untuk membantu, membimbing, mengarahkan, memberikan
kritik dan saran serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini.
5. Ibu Dr Feni Rosalia, M.Si selaku Dosen Pembahas. Terima kasih atas bimbingan dan
arahan serta kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
6. Orang tuaku tercinta, Bapak Humehe Purba, Mama Lasni Veronika Tinambunan yang
selalu mendoakan, memberi dukungan materiil maupun moril, serta semangat dalam
menyusun skripsi ini.
7. Adik-adikku tercinta, Beatric Purba, Rainhard Purba serta Lusiana Purba yang telah
mendokan serta memberikan semangat. Semoga dengan menyelesaikan pendidikan ini
dapat memberikan motivasi untuk adik-adikku agar lebih semangat dalam menempuh
pendidkan sehingga dapat membahagiakan orang tua
8. Seluruh jajaran dosen Jurusan Hubungan Internasional Universitas Lampung dan staf
Mba Ata atas dukungan pembelajaran selama menempuh perkuliahan, serta membantu
dalam proses administrasi selama perkuliahan
9. Saudaraku terkasih yang sudah selalu menampung semua keluh kesahku, memberikan
semangat, menambah sukacita, doa serta dukungan yang luar biasa selama 4 tahun di
kampus Riris Silalahi saudaraku sejak Maba, Kak Malini, Piri Masrany, Destri, Tiolina
serta adikku Malay ( mantri alay ).
10. Teman-teman seperjuangan yang kusayangi Study Squad ( mak Michele, kak Atika,
Donna Panda, Atila, Shintia, Ulfa, Intan Nata, serta Ugi Terima kasih atas kebahagian
serta dukungannya dalam menyusun skripsi
11. Keluarga PDO FISIP serta teman pelayanan terkasih pengurus Fraternity ( Kak Mirani,
Bang Olaf, Bang Osman, Bang Miki, Kak Decil, Kak Adel, Cynthia, Mine ( Linares,
Hizkia, Noki Niko, Mazmur, Firsta, Nella ) serta Oracle ( Daniel gendut, Calvin, Kiki,
Mario, Rompet ).
12. Kakakku Fanny Pangaribuan serta Adik-adikku di KARMUS 2017 (Sifra, Vanny, Angel,
Jerry, Jaya, Helen), Elfrida, nyonya Adelica, adik-adik Miracle yang selalu
mendukungku dalam perkuliahan dan pelayananku serta memberi banyak pengalaman
yang menyenangkan.
13. Bias kesayanganku Super Junior yang sudah menemani disaat skripsi dan memberi
semangat melalui lagu-lagunya yang luar biasa serta tingkah member yang selalu
menghibur dikala sedih.
14. Guru-guru sekolah minggu serta adik-adik sekolah minggu GKPI Bandar Lampung yang
selalu memberi semangat dan keceriaan setiap minggunya
15. WWF yang memberikan pengalaman baru serta ilmu yang sangat berharga selama
menajalani magang
16. Teman penunggu lorong HI, Eva, Anya, Clara, Arif Jawa, Ken, Merry, Hasya, Regiana,
Ega, serta seluruh teman-teman Jurusan Hubungan Internasional angkatan 2015 semoga
kita semua bisa menggapai mimpi kita masing-masing dan sukses dengan jalannya
masing-masing.
17. Teman-teman KKN desa Tanjung Aji (). Terimkasih untuk kebersamaanya selama 40
hari. Semoga kita bisa menggapai impian kita dan menjadi orang yang sukses.
18. Semua pihak yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam bentuk apapun.
Semoga amal kebaikan semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini
diberikan balas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amiin.
Bandar Lampung, 8 Oktober 2019
Devita Riana Purba
Motto
“ Not all of us can do great things, but we can do small things with great
love”
(By : Mother Teresa)
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”
(Kolose 3:23)
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
(Matius 7 : 7)
Persembahan
Give thanks with a grateful heart
Give thanks to the Holy One
Give thanks because He's given Jesus Christ, His Son
And now let the weak say, "I am strong"
Let the poor say, "I am rich
Because of what the Lord has done for us
Give Thanks
kupersembahkan karyaku ini kepada :
Bapak dan mama tercinta, adik-adik terkasih serta teman-temanku
yang selalu mendukung, memberi motivasi serta sukacita yang luar
biasa
Almamater tercinta Universitas Lampung
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................... iDAFTAR TABEL ................................................................................................. iiDAFTAR GAMBAR............................................................................................ iiiDAFTAR SINGKATAN...................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN.......................................................................................11.1 Latar Belakang .......................................................................................11.2 Rumusan Masalah ..................................................................................91.3 Tujuan Penelitian....................................................................................91.4 Manfaat Penelitian................................................................................10
II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................112. 1 Penelitian Terdahulu .........................................................................112. 2 Landasan Konseptual ........................................................................20
2.2.1 Teori TOC ........................................................................202.2.2 Konsep Human Trafficking..............................................232.2.3 Women Trafficking..........................................................25
2.3 Perempuan dan Wanita.................................................................272.4 Pemerintah .....................................................................................292.5 Kerangka Pemikiran ......................................................................31
III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................333.1 Metode Penelitian..............................................................................33
3.2. Fokus Penelitian ................................................................................343.3. Jenis dan Sumber Data ......................................................................34
ii
3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................353.5. Teknik Analisis Data.........................................................................35
IV. GAMBARAN UMUM .............................................................................374.1 Perempuan Cina Tradisional ................................................................374.2 Sejarah Perdagangan Perempuan di Cina ............................................40
4.1.1 Perdagangan Perempuan Era Cina Modern ..........................434.1.2 Perdagangan Perempuan di Cina tahun 2013-2018 ..............50
4.3 Posisi Cina dalam Perdagangan Perempuan ........................................564.4 Faktor Penyebab Perdagangan Perempuan di Cina..............................61
4.3.1 Dimensi Internal ....................................................................624.3.2 Dimensi Eksternal .................................................................69
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................745.1 Upaya Pemerintah Cina dalam Menangani Perdagangan
Perempuan sejak 2013-2018 .............................................................755.2 Upaya Yurisdiksi Nasional ..................................................................865.3 Upaya Multilateral ...............................................................................915.4 Upaya Kebijakan Nasional.................................................................1005.5 Upaya Bilateral...................................................................................106
VI. PENUTUP...............................................................................................1126.1 Kesimpulan ........................................................................................1126.2 Saran...................................................................................................114
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.2 Peringkat Cina berdasarkan laporan TIPs tahun 2012-2017........................8
1.3 Penelitian sebelumnya................................................................................18
5.1 Upaya yang dilakukan pemerintah berdasarkan masalah ..........................83
5.2 UU Perdagangan Perempuan di Cina.........................................................87
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1.1 Gambar persebaran Pekerja paksa, perbudakan modern dan
Perdagangan manusia di beberapa kawasan ......................................................2
1.2 Kasus Perdagangan Perempuan .........................................................................5
2.1 Kerangka Pikir .................................................................................................32
4.1 Rute Perdagangan Perempuan di Cina.............................................................56
v
DAFTAR SINGKATAN
ACCORD : Asean China Cooperation In Response To Dangerous Drug
ACWF : the All-China Women’s Federation
ASEAN : Association of Southeast Asian Nations
BLO : Border Liason Office
KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
CEDAW : Convention on Elimination of all Forms of Descrimination
Against Women
COMMIT : Coordinated Mekong Ministerial Initiative Against Human
Trafficking
DPRK : Demokrat Republik Rakyat Korea
GAATW : Global Alliance Against Traffic in Women
GMS : Great Mekong Sub-Region
ILO : International Labour Organization
IMJMM : The Inter-Ministerial Joint Meeting Mechanism
IOM : International Organizational Migration
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MMSP : Migration Mobility Support Project
MPS : Ministry of Public Security
NGO : Non- Government Organization
NPA : National Plan Of Action
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
SPC : The Supreme People’s Court
SPP : The Supreme People’s Procuratorate
vi
TIPs : Trafficking In Persons
TOC : Transnational Organized Crime
TVPA : The Trafficking Victims Protection Act
UNIAP : United Nations Inter-Agency Project
UNICEF : United Nationa Childrens Fund
UN ACT : United Nation Action for Cooperation Against Trafficking in
Person
UN WOMEN :United Nation Women
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Konsep keamanan dalam ilmu hubungan internasional pada Perang Dunia I dan
II hanya mengarah pada isu militer (keamanan tradisional) yang difokuskan pada
ancaman perang/ konflik dari negara lain. Namun, pasca Perang Dingin konsep
keamanan mengalami pergeseran paradigma dari keamanan tradisional menjadi non-
tradisional. Isu yang muncul bukan hanya militer saja tetapi juga politik, ekonomi,
sosial dan lingkungan dengan berbagai macam bentuk ancaman.1
Perdagangan manusia merupakan salah satu isu non-militer yang menjadi
permasalahan serius yang harus dihadapi setiap negara sekaligus menjadi bentuk
kejahatan lintas batas negara yang erat kaitannya dengan pelanggaran Hak Asasi
Manusia. Menurut trafficking in persons, perdagangan manusia adalah segala bentuk
perekrutan, perpindahan, pengiriman orang yang umumnya menggunakan kekerasan,
penipuan, serta pemaksaan, kemudian akan dieksploitasi untuk dijadikan pekerja
seks, pekerja paksa, perbudakan atau penjualan organ.2 Berdasarkan data
1 Buzan, Barry, Ole Waver & Jaap de Wilde. 1998. Security : A New Frame Work for Analysis.Boulder Colo: Lynne Rienner. Hal 7-82 United Nations Human Rigts Office of the High Commisioner. 2014. Human Rights and HumanTrafficking fact Sheet No.36
2
Departement of State United of America dalam trafficking in Person 2010, jumlah
manusia yang terlibat perdagangan manusia di seluruh dunia mencapai 12,3 juta
orang.3
International Labor Organization (ILO) menjelaskan bahwa perdagangan
manusia merupakan salah satu bisnis yang menguntungkan. Setiap tahunnya,
perdagangan manusia dapat menghasilkan US$ 150,2 milyar.4 Hal ini yang membuat
para pelaku tetap melakukan kejahatan tersebut, sehingga menyebabkan
bertambahnya korban tiap tahun. Di bawah ini tersaji gambar yang menjelaskan
tentang persebaran jumlah korban perdagangan manusia, pekerja paksa dan
perbudakan modern di beberapa kawasan di dunia.
Gambar 1.1 Statistics On Forced Labour, Modern Slavery and Human Trafficking
3Makhfudz,M. Kajian Praktek Perdagangan Orang di Indonesia. Universitas Tama Jagakarsa. JurnalHukum Vol. 4 No.14 AS Tambahkan 8 Negara dalam Daftar Hitam Perdagangan Manusia. <www.Voaindonesia.com>diakses pada 3 Januari 2018 pukul 20.00 WIB
3
Sumber : Global estimate on Forced Labour ILO 2012
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa kawasan Asia-Pasifik adalah
kawasan dengan tingkat perdagangan manusia tertinggi jika dibandingkan dengan
kawasan lainnya. Pada tahun 2012 terdapat sekitar 11,7 juta atau sekitar 56% dari
total perdagangan manusia global yang berasal dari Asia.5 Sebanyak 64% korban
perdagangan manusia di Asia sebagai pekerja paksa, dan perbudakan, sementara 26%
sebagai pekerja seksual. Jika dilihat dari gender, korban wanita dan perempuan
sebesar 62% sedangkan 36% merupakan korban yang melibatkan anak -anak.6
Perempuan menjadi objek perdagangan manusia yang paling diminati.
Menurut laporan US Departement Justice, sejak tahun 2008 sampai 2010 terdapat
sekitar 2188 kasus yang melibatkan perempuan.7 Rendahnya pendidikan pada
perempuan serta iming-iming untuk pendapat pekerjaan yang layak dan mudah serta
perpendapatan tinggi, membuat perempuan dengan mudah masuk dalam kasus
perdagangan perempuan. Perempuan yang menjadi korban umunya akan
diperdagangkan dan dieksploitasi, dimasukan dalam industri seksual komersial, atau
pekerja paksa. Para korban juga harus mengalami kekerasan fisik, ancaman dan
kekerasan seksual.
Pada umunya penyebab perdagangan perempuan adalah kondisi ekonomi
yang buruk di negara asal, sehingga menyebabakan perempuan bermigrasi ke negara
5 CTDC. Global Dataset <www.ctdatacollaborative.org> diakses pada tanggal 22 Desember 2018pukul 19.00 WIB6 IOM. 2011. Data on human trafficking global figures & trends <http://www.unric.org> diakses pada18 September 2018 pukul 19.00 Wib7 Widowati, Arie. 2016. Evaluasi Kerjasama Tiongkok-Myanmar Dalam Menangani PerdaganganPerempuan Pada 2008-2013. Hal 76
4
yang lebih maju untuk mendapatkan peluang kerja yang lebih baik. Faktor lainnya
adalah pendidikan yang kurang memadai serta sedikitnya peluang pekerjaan di negara
asal. Adanya konflik serta bencana alam juga membuat perempuan rentan untuk
diperdagangkan. Kondisi ini akan dimanfaatkan dengan baik oleh pihak yang ingin
mendapatkan keuntungan secara sepihak.
Cina merupakan salah satu negara di kawasan Asia yang juga ikut terlibat
dalam perdagangan manusia terutama perdagangan perempuan. Meskipun
pertumbuhan ekonomi Cina terbilang cepat, Cina tetap memiliki masalah serius yang
sulit terbuktikan dan dipecahkan. Bahkan lebih dari satu dekade, kasus perdagangan
dan penyelundupan manusia di Cina terus berkembang.8 Terdapat sekitar 0,25% dari
jumlah populasi Cina atau sekitar 3.388.400 orang hidup dalam perbudakan.9 Hal ini
didukung dengan peningkatan kasus perdagangan manusia di Cina tiap tahunnya.
Dalam kasus perdagangan manusia yang terjadi di Cina, perempuan menjadi
korban yang paling banyak diperdagangkan. Mayoritas perempuan yang
diperdagangkan berusia sekitar 17-25 tahun.10 Sejak tahun 2007 sampai 2010
diperkirakan sekitar 10.668 kasus perdagangan perempuan di Cina. Jika dilihat dari
jumlah korban keseluruhan, sejak tahun 2009-2013 terdapat 19.782 perempuan.11
Bahkan menurut laporan dari Departemen Kemanan Publik di Cina, kasus
8 Chu, Cindy Yik Yi. 2011. Human trafficking and smuggling in China. Journal of ContemporaryChina. Vol 20 No 689 Negara dengan Perbudakan Modern Terbanyak di Dunia. 21 Februari 2018<www.Sindonews.com> diakses pada tanggal 3 Januari 2019 pukul 15.00 Wib10 Human Trafficking in China<http://www.humantrafficking.org> diakses pada 6 November 2018pukul 20.0011 Quanbao Jiang. 2011. Trafficking in Women in China. Xi’an Jiaotong University<www.researchgate.net/publication/237808463> diakses pada tanggal 13 januari 2019 pukul 17.00Wib
5
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
tahun 2013 tahun 2014 tahun 2015 tahun 2016 tahun 2017 tahun 2018
Jumlah kasus perdagangan perempuan di Cina
jumlah perdagangan manusia di Cina
perdagangan perempuan mengalami peningkatan menjadi 50-60% dari jumlah kasus
perdagangan manusia yang ada di Cina.12 Berikut disajikan gambar mengenai jumlah
kasus perdagangan manusia di Cina sejak tahun 2013- 2018.
Gambar 1.2 Kasus Perdagangan Perempuan di Cina tahun 2013-2018
Sumber : dikelola oleh peneliti dari Trafficking in Person: U.S Department’s Office to Monitor and
Combat Trafficking in Person dari tahun 2013-2017
Berdasarkan gambar yang disajikan di atas, dapat dilihat bahwa sejak tahun
2013 sampai 2018, jumlah kasus perdagangan perempuan mengalami peningkatan
hampir di setiap tahunnya. Dalam kurun waktu tersebut terdapat sekitar 7335 kasus
perdagangan manusia terjadi di Cina.13 Namun ada yang berbeda di tahun 2014, 2016
dan 2018 yaitu di ketiga tahun tersebut angka perdagangan manusia di Cina
12 United Nation Inter-Agency Project on Human Trafficking ( UNIAP ): The Human TraffickingSituation in China < http://www.no-trafficking.org/china.html > diakses tanggal 11 Februari 2019pukul 19.45 Wib13 Trafficking in Person: U.S Department’s Office to Monitor and Combat Trafficking in Person daritahun 2013-2017
6
mengalami penurunan, meskipun di tahun 2017 jumlah kasus perdagangan
perempuan kembali meningkat bahkan menjadi yang tertinggi yaitu sebanyak 1556
kasus.
Menurut UNIAP, perdagangan perempuan di Cina lebih banyak berasal dari
dari negara lain atau Cina sebagai negara tujuan perdagangan perempuan yang fokus
perdaganganya adalah untuk pernikahan paksa. Diperkirakan setiap tahunnya terdapat
sekitar 10.000-20.000 korban perempuan asing diperdagangkan.14 Yunnan, Fujian,
Guangdong, Shandong adalah beberapa provinsi di Cina yang menjadi daerah tujuan
perdagangan. Bahkan Cina berhasil menyalip Thailand sebagai negara tujuan
perdagangan perempuan terbesar di Asia.15 Salah satu negara penyumbang terbesar
perdagangan perempuan di Cina adalah Myanmar. Hal ini dibuktikan dengan data
yang disampaikan oleh Pemerintah Myanmar, yaitu terdapat sekitar 90% kasus
perdagangan perempuan Myanmar ke Cina. Para pria Cina akan membayar sekitar
USS$ 8000 kepada para broker perdagangan manusia. Broker perdagangan manusia
ini yang akan membantu mengatur pernikahan dengan perempuan Myanmar tersebut.
Broker tersbut juga akan menawarkan harga US$ 3500 untuk perempuan Myanmar
yang bersedia menikah dengan pria Cina dan bersedia memiliki keturunan. 16
Perdagangan perempuan yang terjadi di Cina merupakan salah satu dampak
akibat kebijakan satu anak ( one policy ). Kebijakan ini dibuat oleh Pemerintah Cina
pada tahun 1979 untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Namun, hal ini justru
14 Department of state. Trafficking in person report 2008<www.state.gov/documents/organization/105501.pdf> diakses pada tanggal 15 September 2019 pukul14.50 WIB15 Ibid.,16 Widowati, Arie. 2016. Evaluasi Kerjasama Tiongkok-Myanmar Dalam Menangani PerdaganganPerempuan Pada 2008-2013. Hal 78
7
menyebabkan terjadinya ketimpangan rasio laki-laki dan perempuan sebesar 3,2%
pada tahun 1980 yang terus meningkat menjadi 3,8% pada tahun 2011.17
Ketimpangan rasio antara laki-laki dan perempuan menyebabkan laki-laki di Cina
sulit menemukan pasangan. Hal inilah yang mendorong kelompok tertentu untuk
memperdagangkan perempuan dari negara lain untuk menjadi pengantin. Sebagai
negara tujuan, banyak korban berasal dari negara-negara tetangga seperti Burma,
Vietnam, Laos, Mongolia, Russia, dan Korea Utara.18 Selain sebagai negara tujuan,
Cina juga berperan sebagai negara transit. Kelompok kejahatan akan membawa para
korban terlebih dahulu ke Cina yang selanjutnya akan dibawa ke Thailand dan
Malaysia. 19
Tingginya perdagangan manusia khususnya pada perempuan membuat Cina
pada tahun 2017 berada di tingkat ketiga menurut laporan Trafficking in Person
(TIPs).20 Laporan TIPs setiap tahunnya akan mengelompokkan negara menjadi tiga
tingkatan yaitu tingkat 1, 2, dan 3.21 Negara-negara dikelompokkan berdasarakan
17 Ibid.,Hal 8018 Ibid.,Hal 5519 Mustari,Devi. 2013. Kebijakan Luar Negeri Cina Dalam Penanganan Women Traffficking. Skripsi.Makasar : Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Hassanudin. Hal 420 Laporan Trafficking in Person merupakan alat diplomatik utama Amerika Serikat yang dibuat olehDepartemen Luar Negeri Amerika Serikat. Amerika Serikat ingin melibatkan pemerintah asing dalamisu human trafficking dan diharapkan laporan TIPs dapat menjadi sumber upaya anti-trafficking yangpaling komprehensif dan juga mencerminkan komitmen Pemerintah Amerika Serikat untukkepemimpinan global mengenai masalah hak asasi manusia dan penegakkan hukum21 Klasifikasi Tier :Tier 1 : Negara yang pemerintahannya dengan penuh mematuhi standar minimumperlindungan korban perdagangan manusiaTier 2 : Negara yang pemerintahannya tidak sepenuhnya memenuhi standar minimumTVPA, tetapi membuat upaya yang signifikan untuk menjadi sesuai dengan standar tersebut.Tier 2 WL : Tier 2 Daftar Pengawasan (Watch List) juga merupakan negara-negara yangpemerintahnya tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum TVPA, namun membuat upayasignifikan untuk menyesuaikan diri dengan standar tersebut.Tier 3 : Negara yang pemerintahannya tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum dantidak melakukan upaya yang signifikan untuk melakukannya.
8
keberhasilan atau upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memerangi
perdagangan manusia sesuai dengan The Trafficking Victims Protection Act
(TVPA).22
Laporan TIPs digunakan oleh negara sebagai alat untuk mengetahui cara apa
yang paling dibutuhkan untuk memerangi perdagangan manusia. Peringkat Cina
sendiri tiap tahunnya mengalami stagnansi, bahkan sejak tahun 2013 Cina harus turun
dan berada di tingkat ketiga bersama beberapa negara di Afrika. Di bawah ini
disajikan tabel peringkat Cina menurut laporan TIPs sejak tahun 2010 sampai tahun
2018, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.3 Peringkat Cina tahun 2010-2018
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tingkat 2 WL 2 WL 2 WL 3 3 3 2 WL 3 3
Sumber : dikelolah oleh peneliti dari Trafficking in Person: U.S Department’s Office to Monitorand Combat Trafficking in Person.
Cina sebenarnya telah melakukan ratifikasi Protokol Palermo 23 pada tahun
2010. Namun dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah melakukan ratifikasi
Protokol Palermo, Cina justru mengalami stagnansi bahkan penurunan peringkat pada
tahun 2013 dan 2018. Hal ini dikarenakan Pemerintah Cina belum sepenuhnya
22 Trafficking in Person 2009 < http://www.state.gov/documents/organization/123357.pdf > diaksespada 20 Januari 2019 pukul 19.00 Wib23 Protokol ini merupakan instrumen hukum dengan pendekatan internasional yang komprehensifdalam mengambil tindakan yang efektif guna mencegah, menekan dan menghukum perdaganganmanusia khususnya wanita dan anak-anak. Ketentuan dalam protokol ini antara lain inengenai kerjasama, pemulangan korban perdagangan, pertukaran informasi, dan tindakan-tindakan lainnya,termasukdalam bidang sosial-ekonomi yang dilakukan di tingkat nasional, regional, dan internasional.
9
memenuhi standar minimum TVPA.24 Bahkan pada tahun 2017, AS menyatakan
bahwa Cina merupakan salah satu pelanggar perdagangan manusia terburuk.25
Amerika Serikat bahkan menyerukan sanksi terhadap Cina sebagai hukuman atas
catatannya mengenai perdagangan manusia. Oleh karena itu, menarik melihat upaya
yang dilakukan Cina dalam mengatasi perdagangan perempuan (women trafficking)
pada tahun 2013-2018.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, peneliti merumuskan pertanyaan
penelitian yaitu “Bagaimana upaya Pemerintah Cina dalam menangani kasus
perdagangan perempuan pada periode 2013-2018 ?”
1.3 . Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki tujuan penelitian yaitu:
1. Mendeskripsikan masalah perdagangan perempuan di Cina
24 TVPA atau The Trafficking Victims Protection Act merupakan Undang-Undang Anti Traffickingdomestik Amerika Serikat yang ditanda tangani oleh Bill Clinton pada 28 oktober 2000 dan telahdiinternasionalisasiskan. TVPA terdiri dari :
1. The government should prohibit trafficking and punish acts trafficking2. The government should prescribe punishment commensurate with that for grave crime, such
as forcible sexual assault, for the knowing commission of trafficking in some its mostreprehensible forms (trafficking for sexual purposes, trafficking involving rape of kidnapping,or trafficking that causes a death).
3. For knowing commission of any act of trafficking, the government should prescribepunishment that is sufficiently stringent to deter, and that adequately reflects the offen’sheinous nature.
4. The government should make serious and sustained efforts to eliminate trafficking.
25Yeganeh Torbati. US brands China as among worst human traffcikng offendershttps://www.reuters.com/article/us-usa-trafficking-idUSKBN19I21S Diakses pada tanggal 12 Juni2019 pukul 10.45 WIB
10
2. Menjelaskan upaya-upaya Pemerintah Cina dalam menangani masalah
perdagangan perempuan tahun 2013- 2018
1.4 . Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada konsep TOC
(Transnational Organized Crime) dan Human Trafficking dalam displin Ilmu
Hubungan Internasional
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian
sebelumnya dan juga dapat memberikan kontribusi untuk menjadi bahan
tambahan dalam penelitian yang lebih mendalam di masa yang akan datang.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat dalam
memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Indonesia dalam
menyikapi dan menanggapi masalah perdagangan Perempuan Indonesia yang
terjadi di Cina.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan terhadap
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perdagangan perempuan di Cina dan juga
upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Cina untuk menangani masalah
tersebut. Berikut ini merupakan penelitian terdahulu yang dijadikan acuan
perbandingan penelitian oleh peneliti yaitu:
Pertama, penelitian yang ditulis oleh Susan Tiefenburn pada tahun 2008
dengan judul Human Trafficking in China.26 Dalam tulisan ini menjelaskan mengenai
perdagangan manusia yang terjadi di Cina. Susan memaparkan bahwa korban bukan
hanya dijual di dalam negeri tetapi juga ke luar negeri. Cina juga berperan sebagai
negara tujuan perdagangan manusia dari berbagai negara seperti Vietnam, Myanmar,
Thailand, Korea Utara dan sebagainya. Selain itu, penelitian ini juga memaparkan
tentang faktor penyebab terjadinya perdagangan manusia di Cina. Penyebab
perdagangan manusia yang terjadi adalah karena kebudayaan Cina yang lebih
memuliakan laki-laki serta kebijakan One Policy. Pada mulanya, kebijakan ini
26 Tefenburn, Susan. 2008. Human Trafficking in China. Law Journal Volume 6 Issue 1 Fall.University of St. Thomas.
12
diharapan dapat menekan laju pertumbuhan penduduk di Cina, namun nyataanya
kebijakan ini justru mendorong terjadinya kelangkaan perempuan yang
mengakibatkan maraknya perdagangan manusia. Selain itu, muncul masalah lainnya
seperti aborsi secara paksa, pemaksaan sterilisasi, pembuangan bayi perempuan,
infaktisisa, banyaknya anak-anak yang tidak terdaftar.
Dalam menangani hal tersebut, Pemerintah Cina melakukan upaya dalam
negeri untuk memerangi human trafficking. Pertama, memberikan pendanaan kepada
pemerintah setempat untuk menerapkan National Action Plan to Combat Trafficking
secara efektif. Kedua, melakukan reformasi kepada sistem dan penegak hukum.
Ketiga, melakukan kerjasama dengan LSM setempat untuk melakukan kampanye
kesadaran terhadap bahaya dan resiko human trafficking. Keempat, menegakan UU (
undang-undang ) untuk melindungi hak-hak perempuan dan anak.
Perbedaan dengan penelitian peneliti terletak pada fokus penelitian, penelitian
diatas berfokus pada faktor budaya sebagai penyebab perdagangan manusia,
sementara penelitian yang peneliti bahas berfokus pada penanganan atau upaya
pemerintah terhadap isu perdagangan perempuan.
Kedua, penelitian ini ditulis oleh Quanbao Jiang pada tahun 2011 dengan
judul Trafficking in Women in China.27 Dalam tulisan ini dijelaskan penyebab
terjadinya women trafficking di Cina salah satunya disebabkan adanya ketimpangan
rasio. Tulisan ini menghasilkan kesimpulan bahwa di Cina jumlah perempuan jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah laki-laki, sehingga banyak pria dewasa
27 Quanbao Jiang. 2011. Trafficking in Women in China. Xi’an Jiaotong University<www.researchgate.net/publication/237808463> diakses pada tanggal 13 januari 2019 pukul 17.00Wib
13
khususnya di pedesaan Cina sulit memiliki pendamping. Laki-laki di Cina juga sulit
mendapatkan pendamping karena mereka memiliki status sosial yang rendah. Untuk
mengatasi hal tersebut, laki-laki di Cina memilih perempuan yang berasal dari luar
negeri untuk menjadi pendamping mereka melalui kelompok-kelompok kejahatan
terorganisir.
Perbedaan dengan penelitian peneliti terletak pada fokus penelitian, penelitian
diatas berfokus kepada status social sebagai penyebab perdagangan manusia serta
adanya keterlibatan jaringan terorganisir, sementara penelitian peneliti berfokus
kepada penanganan atau upaya pemerintah terhadap isu perdagangan perempuan.
Ketiga, merupakan thesis yang dibuat oleh Madalene Tang pada tahun 2013.
Penelitian ini berjudul The Trafficking Of Women In China, Is Gender A Defining
Vulnerability ?,28 yang membahas mengenai perdagangan wanita di wilayah Great
Mekong. Menurut Madalene, gender menjadi salah satu faktor dominan yang
membuat wanita dan anak perempuan rentan menjadi korban perdagangan manusia.
Hal ini didukung dengan adanya pemahaman masyarakat Cina yang menganggap
bahwa wanita lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, kebijakan satu
anak yang dibuat pemerintah sejak tahun 1979. Hal inilah yang menyebabkan jumlah
laki-laki menjadi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan, sehingga
meningkatnya angka permintaan mempelai perempuan untuk dinikahi dengan
menawarkan mas kawin yang mahal.
28 Trang, Madelene. 2013. Thesis. The Trafficking Of Women In China, Is Gender A DefiningVulnerability ?. Department of Sociology: Lund University
14
Penelitian ini lebih membahas mengenai penyebab terjadinya perdagangan
wanita di Cina, sedangkan pada penelitian peneliti lebih membahas mengenai upaya
yang dilakukan Pemerintah Cina untuk menangani perdagangan wanita.
Keempat, tulisan ini berjudul human trafficking in China yang ditulis oleh
Tiantian Zheng pada tahun 2018. Tulisan ini membahas isu-isu yang berkaitan
dengan perdagangan manusia di Cina, termasuk perkawinan paksa, kerja paksa,
pekerja seks paksa, penjualan bayi dan penyelundupan manusia.29 Tiantian membahas
mengenai sejarah perdagangan manusia, kemudian akan menyelidiki lingkup masalah
perdagangan manusia di Cina serta mengeksplorasi kebijakan dan strategi negara
untuk memerangi masalah perdagangan manusia.
Untuk mengurangi kasus perdagangan manusia di Cina, pemerintah telah
melakukan beberapa upaya. Pada tahun 2010, pemerintah telah melakukan ratifikasi
terhadap protocol Palermo. Selanjutnya pada bulan November 2013, rezim One
policy dihapuskan sehingga mengizinkan keluarga untuk memiliki dua anak. Adanya
perubahan terhadap kebijakan tersebut ternyata berpotensi mengurangi perdagangan
manusia yang termasuk perkawinan paksa, kerja paksa, pekerja seks paksa, penjualan
bayi dan penyelundupan manusia. Selain itu, Pemerintah Cina tahun 2010 melakukan
30kerjasama dengan kawasan Asia Tenggara khususnya Thailand dan Vietnam.
Kerjasama ini diharapakan dapat memperkuat pengawasan di daerah perbatasan yang
dianggap menjadi jalur perdagangan manusia serta melakukan deportasi perempuan
dan anak korban perdagangan manusia ke negara asal mereka.
29 Zheng, Tiantian,. 2018. Human Trafficking in China. Journal of Historical Archaeology &Anthropological Sciences. Department of Anthropology, State University of New York, USA.30
15
Penelitian Tiantian Zheng membahas upaya dalam negeri serta upaya luar
negeri yang dilakukan oleh Pemerintah Cina untuk menangani perdagangan
perempuan pada tahun 2010. Namun, penelitian peneliti akan menjelaskan upaya luar
negeri Pemerintah Cina di tahun 2013 sampai 2018.
Kelima, Dalam tulisannya peneliti menjelaskan berbagai bentuk perdagangan
seks di negara Thailand, Cina dan Vietnam untuk kepentingan eksploitasi seks
komersil dengan beragam tujuan. Penelitian ini berjudul Analisa Routline Activity
Theory Dalam Perdagangan Seks Di Thailand, China Dan Vietnam yang ditulis oleh
Yusnarida Eka Nizmi dari Universitas Riau.31
Hasil dari penelitian ini meyebutkan bahwa di Cina terdapat kelompok
kejahatan atau yang dikenal dengan triad. Triad-triad di Cina muncul sejak tahun
1600-an, kelompok ini berkembang ke beberapa negara seperti AS, Kanada,
Hongkong, Singapura, Burma dan Taiwan. Selanjutnya adalah jaringan criminal
Thailand yang dipimpin oleh Jao Phao sejak tahun 1960. Jao Phao mengimpor
perempuan-perempuan Asia Tenggara khususnya Burma ke Thailand dan dilanjutkan
ke AS. Terakhir adalah geng Vietnam, geng-geng ini beroperasi di AS. Kelompok ini
mulai muncul sejak berakhirnya perang Vietnam, sehingga membuat arus pengungsi
ke AS melonjak naik. Namun mereka menghadapi budaya, bahasa, dan nilai yang
bertentangan dengan lingkungan dan keluarga. Hal inilah yang membuat banyak
remaja Vietnam yang berada di AS bergabung dalam geng-geng tersebut untuk
mendapat pengakuan.
31 Nizmi, Yusnarida Eka. 2015. Analisa Routline Activity Theory Dalam Perdagangan Seks DiThailand, China Dan Vietnam. Andalas Journal Of International Studies, Vol. 4 No.1
16
Dalam penelitian ini memfokuskan pada aktor kejahatan yang terlibat dalam
perdagangan perempuan di tiga negara seperti Vietnam, Cina dan Thailand,
sedangkan dalam penelitian yang dimiliki peneliti lebih memfokuskan pada upaya
luar negeri Pemerintah Cina dalam menangani perdagangan perempuan.
Keenam, penelitian ini ditulis oleh Fienencia Fietri pada tahun 2017 dengan
judul kerjasama keamanan asean-china security cooperation in the field of non
traditional issues dalam mengatasi drug trafficking dan human32. Penelitian ini
membahas mengenail penerapan kerjasama keamanan ASEAN-Cina dalam mengatasi
Transnational Organized Crime (TOC) terutama dalam perdagangan narkoba (drug
traficking) dan perdagangan manusia (human trafficking).
Hasil dari penelitian ini memaparkan adanya kesamaan antara negara ASEAN
dengan Cina dalam menghadapi masalah kejahatan transnasional, khususnya pada
perdagangan narkoba dan perdagangan manusia. Dalam mengatasi isu perdagangan
narkoba, ASEAN dan Cina membentuklah ASEAN China Cooperation in Response to
Dangerous Drug (ACCORD). Sedangkan dalam mengatasi isu perdagangan manusia
dibentuklah Coordinated Mekong Ministerial Initiative against Human Trafficking
(COMMIT) . Masing-masing kerjasama ini memiliki Plan of Action yang di dalamnya
memuat mekanisme-mekanisme dalam mengimplementasikan Plan of Action
tersebut.
Dalam kerjasama untuk mengatasi perdagangan manusia, COMMIT memiliki
4 level kerjasama yaitu nasional, regional, organisasi internasional dan pihak yang
32 Fietri, Fienencia. 2017. Skripsi. Kerjasama Keamanan Asean-China Security Cooperation In TheField Of Non Traditional Issues Dalam Mengatasi Drug Trafficking Dan Human. UniversitasMuhamadiyah Malang
17
berkaitan dengan isu tersebut. COMMIT juga memiliki 5 lingkup aktivitas seperti :
(1) Policy and Cooperation, (2) Legal Frameworks, Law Enforcement and Justice,
(3) Protection, Recovery, and Reintegration, (4) Preventive Measure and
Vulnerability Reduction, (5) Monitoring, Evaluation, and Anti-Human Trafficking
Data System.
Penelitian ini membahas mengenai kerjasama Cina dan Asean untuk
mengatasi perdagangan narkoba dan perdagangan perempuan, sedangkan penelitian
peneliti akan berfokus pada perdagangan perempuan dan upaya Pemerintah Cina
dalam kerjasama bilateral dan multilateral.
Ketujuh, tulisan ini di tulis oleh Devi Mustari pada tahun 2013 yang berjudul
Kebijakan Luar Negeri China Dalam Penanganan Women Trafficking 2007- 2012.33
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa kebanyakan korban perdagangan
perempuan ke China dijadikan sebagai pengantin wanita. Sehingga untuk mengatasi
masalah tersebut China melakukan berbagai upaya baik dalam negeri maupun
kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri yang dilakukan China adalah sebagai
salah satu cara untuk mencapai kepentingan negaranya. China di dorong dengan
adanya kerjasama-kerjasama yang dilakukan baik itu bilateral maupun multilateral.
Kerjasama tersebut menghasilkan berbagai upaya dalam penanganan women
trafficking salah satunya dengan China’s National Plan of Action on Combating
Trafficking in Women and Children (NPA) (2008-2012) yang disetujui pada bulan
desember 2007.
33 Mustari, Devi. 2013. Skripsi. Kebijakan Luar Negeri China Dalam Penanganan Women Trafficking2007- 2012. Makasar: Universitas Hasanudin
18
Cina juga ikut dalam Coordinated Mekong Ministerial Initiative against
Human Trafficking (COMMIT) bersama negara yang berada dalam Great Mekong
Sub-region (GMS). Diharapkan setiap negara GMS meratifikasi dan
mengimplementasikan dalam tindakan nyata untuk menangani masalah perdagangan
perempuan sesuai dengan standar internasional sesuai yang tertera di MOU dan SPA.
Salah satu kerangka kerja dari COMMIT adalah dengan melakukan kerjasama
bilateral maupun multilateral baik itu dengan negara maupun organisasi
internasional. Cina mewujudkan hal itu dengan bekerja sama dengan ILO dan
Vietnam dalam penanganan women trafficking.
Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah terdapat pada tahun
penelitiannya. Jika penelitian di atas menggunakan tahun 2007-2012, sedangkan
peneliti akan meneliti upaya sejak tahun 2013-2018. Berikut peneliti sajikan tabel
mengenai penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian peneliti.
2.1 Tabel Penelitian Sebelumnya
No. Nama Peneliti Judul Tahun Hasil Penelitian
1. Susan Tiefenburn Human Trafficking in China 2008 Dijelaskan upaya domestic Cina untukmemerangi human trafficking :
1. Memberikan pendanaan kepadapemerintah setempat untuk menerapkanNational Action Plan to CombatTrafficking secara efektif.
2. Melakukan reformasi kepaad sistem danpenegak hukum.
3. Melakukan kerjasama dengan LSMsetempat untuk melakukan kampanyekesadaran terhadap bahaya dan resikohuman trafficking.
19
1. Quanbao Jiang Trafficking in Women inChina
2011 Penelitian ini menjelaskan bahwa statussocial seperti pendidikan yang rendah danpengangguran sebagai penyebabperdagangan manusia di Cina .
2. Madalene Trang The Trafficking Of WomenIn China, Is Gender ADefining Vulnerability ?
2013 Hasil penelitian tersebut memaparkanbahwa gender menjadi salah satu faktordominan yang membuat wanita dan anakperempuan rentan menjadi korbanperdagangan manusia.
3. Tiantian Zheng Human Trafficking in China 2018 Untuk mengurangi kasus perdaganganmanusia di Cina, pemerintah telahmelakukan beberapa upaya.
1. Pada tahun 2010, pemerintah telahmelakukan ratifikasi terhadap protocolPalermo.
2. rezim One policy dihapuskan sehinggamengizinkan keluarga untuk memilikidua anak.
3. Kerjasama dengan kawasan AsiaTenggara khususnya Thailand danVietnam.
4. Yusnarida EkaNizmi
Analisa Routline ActivityTheory Dalam PerdaganganSeks Di Thailand, ChinaDan Vietnam
2015 kelompok – kelompok kejahatantransnasional.
1. Di Cina, triad muncul sejak tahun1600-an, kelompok ini berkembang kebeberapa negara seperti AS, Kanada,Hongkong, Singapura, Burma danTaiwan.
2. Thailand yang dipimpin oleh Jao Phaosejak tahun 1960. Jao Phaomengimpor perempuan-perempuanAsia Tenggara khususnya Burma keThailand dan dilanjutkan ke AS
3. Geng Vietnam, geng-geng iniberoperasi di AS.
5. Fienencia Fietri Kerjasama KeamananAsean-China SecurityCooperation In The Field OfNon Traditional IssuesDalam Mengatasi DrugTrafficking Dan HumanTrafficking
2017 Kerjasama yang dilakukan oleh ASEANdan Cina (COMMIT) juga memiliki 5lingkup aktivitas seperti : (1) Policy andCooperation, (2) Legal Frameworks, LawEnforcement and Justice, (3) Protection,Recovery, and Reintegration, (4)Preventive Measure and VulnerabilityReduction, (5) Monitoring, Evaluation,and Anti-Human Trafficking Data System.
20
6. Devi Mustari Kebijakan Luar NegeriChina Dalam PenangananWomen Trafficking 2007-2012
2013 Penelitian diatas berfokus pada kebiajakluar negeri Cina untuk mengatasi masalahperdagangan perempuan sejak tahun 2007sampai tahun 2012:
- Cina juga ikut dalam CoordinatedMekong Ministerial Initiative againstHuman Trafficking (COMMIT)
- Kerjasama ILO- Kerjasama Bilateral dengan Vietnam
Sumber : Data diolah oleh peneliti
2.2 Landasan Konseptual
2.2.1 Teori Transnational Organized Crime ( TOC )
Kejahatan lintas negara atau juga kejahatan transnasional (Transnational
Crime) menurut Mueller merupakan istilah yuridis mengenai ilmu kejahatan yang
dibuat oleh PBB untuk mengidentifikasi fenomena pidana tertentu yang melampaui
perbatasan internasional, melanggar hukum dari beberapa negara serta memiliki
dampak pada negara lain.34 Berdasarkan penjelasan Mueller ini dapat dilihat bahwa
kejahatan transnasional adalah kejahatan yang melibatkan lebih dari satu negara.
Selain itu, kejahatan lintas negara juga dilakukan oleh perorangan maupun
berkelompok di negara lain yang bukan negara darimana mereka berasal.35
Konsep TOC diperkenalkan pertama kali secara internasional pada era tahun
1990-an dalam pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membahas
mengenai pencegahan kejahatan melalui konvensi tentang Transnational Organized
34 Bouloukos, Adam. 2003. Transnational organised Crime in Europe and North America: towards aframework of prevention. Loughborough University. Hal 17835 Williams, Phil. 1994. Transnational Criminal Organisations and International Security. Survival,Vol. 36, No. 1. Hal 315
21
Crime (TOC). Dalam Konvensi PBB untuk Memerangi Kejahatan Transnational
ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan Transnational Organized Crime adalah:
“Organized criminal group shall mean a structured of three or more person, existingfor or period of time and acting in concert with the aim of committing one or moreserious crimes or offences established in accordance with the convention, in order toobtain directly or indirectly, a financial or material benefit” 36
Berdasarkan konvensi ini, dapat diketahui bahwa yang tergolong dalam
kejahatan transnasional terorganisir yaitu :
- Kelompok terstruktur yang terdiri dari tiga atau lebih orang yang tidak
terbentuk secara acak;
- Sudah ada dalam periode tertentu dan berbuat dalam satu kesatuan dengan
tujuan untuk satu orang atau lebih;
- Kejahatan berat atau kejahatan yang diatur dalam konvensi
- Memperoleh langsung atau tidak langsung suatu keuntungan finansial atau
materi yang lain
- Dilakukan di suatu negara namun bagian penting dari persiapan, perencanaan,
pengarahan atau pengendalian dilakukan di negara lain.
- Dilakukan dalam suatu negara namun memiliki efek penting terhadap negara
lainnya.
PBB mengidentifikasi 18 bentuk kejahatan yakni, pencucian uang, terorisme,
pencurian seni dan objek budaya, pencurian kekayaan intelektual, perdagangan
senjata gelap, pembajakan pesawat terbang, pembajakan di laut, penipuan asuransi,
kejahatan computer, kejahatan lingkungan, perdagangan manusia, perdagangan
36 Oscar, Schacter,. 1991. Internasional Law in Theory and Practice. Dardrecht. P: Martinus nijhaffPublishers. Hal. 18.
22
organ, perdagangan obat, kebangkrutan bank, bisnis illegal, korupsi, penyogokan
pejabat pemerintah dan kejahatan yang dilakukan oleh kelompok terorganisir
lainnya.37
Fenomena kejahatan transnasional ternyata memiliki sifat yang sangat
kompleks. Kejahatan transnasional dapat menyebabakan negara kehilangan
kedaulatannya. Sehingga dalam penyelesaianya, bukan hanya otoritas negara yang
mengatur tetapi adanya ketergantungan yang dibawa oleh arus globalisasi. Dalam
menangani kejahatan transnasional yang terjadi di suatu negara bukan hanya sebatas
upaya yuridiksi nasional dengan memperkuat kebijakan atau hukum dalam negeri,
tetapi harus diperkuat juga melalui upaya multilateral melalui kerjasama
internasional.38 Dalam hal ini, PBB juga memberikan rekomendasi beberapa upaya
yang dapat dilakukan oleh beberapa negara melalui Vienna Convention on Crime and
Justice, yaitu39 :
1. Merumuskan dan mengembangkan peraturan perundang-undangan untuk
memerangi kejahatan transnasional
2. Meningkatkan kapasitas para penegak hukum dan keahlian dalam bidang
tertentu
3. Menginkorporasikan komponen pencegahan kejahatan transnasional dalam
strategi nasional
37 Peace Library Transnational Crime Introduction <http://www.peacepalacelibrary.nl/reasearch-guides/international-criminal-law/transnational-crime/ > diakses pada tanggal 20 Desember 2018pukul 20.00 WIb38 Zabyelina, Yuliya.2011. Transnational Organized Crime in International Relation. CEJISS. Hal 2139 Atmasasmita, Romli. 2004. Dampak ratifikasi Konvensi Transnasional Organized Crime ( TOC ).Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI. Hal 43-58
23
4. Melakukan kerjasama bilateral dan multilateral serta mendorong kerjasama
dengan kelompok donor
5. Mengembangkan penelitian mengenai kejahatan transnasional
6. Mengembangkan dan mendorong terciptanya sustainable development
7. Menghapuskan kemiskinan dan pengangguran
Berdasarkan dari penjelasan di atas, mengenai teori transnational organized
crime akan digunakan untuk menganalisis terkait perdagangan perempuan serta
dampak dari kejahatan TOC yang terjadi di Cina. Perdagangan perempuan yang
terjadi di Cina merupakan salah satu bentuk dari kejahatan transnasional yang masuk
dalam kategori perdagangan manusia. Perdagangan manusia yang terjadi di Cina
melibatkan jaringan atau kelompok tertentu yang berdampak bukan hanya dalam
negeri tetapi juga berpengaruh bagi negara tetangga. Selain itu, melihat upaya
Pemerintah Cina baik dari dalam maupun luar dalam menangani kasus perdagangan
perempuan.
2.2.2 Konsep Human Trafficking
Konsep perdagangan manusia menurut Protocol Palermo adalah segala
bentuk perekrutan, perpindahan, pengiriman orang yang umumnya menggunakan
kekerasan, penipuan, serta pemaksaan, kemudian mereka akan di eksploitasi untuk
dijadikan pekerja seks, kerja paksa, perbudakan atau penjualan organ. Sementara itu,
menurut Interpol40 perdagangan manusia memiliki 4 kategori yaitu:41
40 Interpol ( The International Criminal Police Organization ) merupakan organisasi antar pemerintahyang memfasilitasi kerjasama polisi internasional yang dibentuk pada tahun 1923
24
1. Perdagangan pada perempuan untuk eksploitasi seksual yang umumnya
perempuan lebih mudah terpikat oleh janji-janji untuk memperoleh
pekerjaan yang layak dan kenyataannya mereka justru dijerumuskan
dalam aktivitas perbudakan seksual.
2. Perdagangan manusia untuk kerja paksayang mana para korban terjebak
dalam berbagai macam industri pertanian, pekerjaan konstruksi, dan
perbudakan domestik.
3. Eksploitasi seksual komersial pada anak-anak dalam industri pariwisata di
mana praktik eksploitasi ini marak terjadi karena minimnya larangan dan
tuntutan peraturan hukuman. Dalam hal ini kaum yang minoritas menjadi
korban utama
4. Penjualan organ manusia dengan tujuan menjual organ tubuhnya, seperti
ginjal, mata, jantung dan alat vital lainnya
Dalam menjaring korban yang dapat diperdagangkan, para pelaku kejahatan akan
melakukan beberapa metode, antara lain42 :
a. Act, yaitu tindakan seperti apa yang dilakukan. Misalnya, rekrutmen,
transportasi, transfer/pengiriman, harbouring dan penerimaan.
b. Means, yaitu bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Misalnya, dengan
menggunakan ancaman atau kekuatan, paksaan, penculikan, penipuan,
adanya penyalahgunaan kekuasaan serta adanya pemberian pembayaran.
41 Interpol, Factsheets: Trafficking in Human Beings, Interpol, Hal. 2442 UNESCO. 2010 Trafficking in Human Beings: human rights, and transnational criminal law,developments in law and practices. hal 24.
25
c. Purpose, yaitu mengapa tindakan tersebut dilakukan. Misalnya, eksploitasi,
prostitusi terhadap orang lain, kerja paksa, perbudakan atau tindakan sejenis
lainnya serta pengambilan organ tubuh.
Tingginya kasus perdagangan manusia di suatu negara juga disebabkan oleh
persoalan yang berbeda-beda. Adapun beberapa faktor umum penyebab terjadinya
perdagangan manusia yaitu faktor kemiskinan, rendahnya pendidikan, pengaruh
Sosial-Budaya serta korupsi dan lemahnya penegakan hukum.43 Sedangkan di
kawasan Asia, sebagai kawasan dengan jumlah perdagangan manusia terbanyak juga
disebabkan oleh beberapa faktor pendorong. Maraknya perdagangan manusia di Asia
di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu44 :1) globalisasi, 2) ekonomi, 3) melemahnya
control perbatasan, 4) tingginya angka korupsi, 5) adanya konflik regional, 6)
diskriminasi etnis dan gender.
2.2.3 Women Trafficking
Perdagangan perempuan pertama kali dikenalkan oleh kaisar romawi Justinian
yang memerintah dari tahun 527-565 M. Dalam tulisannya, Justianian menunjukan
adanya praktek perdagangan perempuan yang telah terjadi sejak abad VI di wilayah
romawi45
”Kita telah mempelajari bahwa keuntungan yang mereka peroleh dari prostitusi tidaklahcukup sehingga mereka berkelana mengelilingi daratan Eropa dan mengambil keuntungan
43 International Development Law Organization (IDLO), dalam <www.idlo.int> diakses pada 02November 2018 pukul 20.00 WIB44 Shelley, Louise. 2010. Human Trafficking: A Global Prespective. Cambridge University Press. Hal14945 Triono.2013. Pengaruh globalisasi terhadap perdagangan perempuan di Indonesia. Jurnal TAPIsVol.9 No. 1 hal 83-84
26
dari perempuan-perempuan muda miskin dan tidak berpengalaman setelah merayu merekadengan pakaian-pakaian dan barang-barang mahal lainnya. Mereka kemudian menyekapperempuan-perempuan itu dalam rumah-rumah dan menipu mereka untuk menandatanganikontrak dan memaksa mereka untuk terus bekerja dalam rumah bordil selama mucikarimengkhendakinya”
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) China, trafficking
adalah wanita dan anak-anak yang mengalami penculikan, pengangkutan, dan
perdagangan untuk tujuan penjualan. Laki-laki tidak termasuk dalam konsep
trafficking. Selain itu pelanggaran seperti bentuk tenaga kerja dan trafficking lainnya
dihukum sesuai hukum kriminal lainnya dan bukan merupakan bentuk trafficking.46
Dalam Konferensi Perempuan Sedunia IV di Beijing tahun 199547, dijelaskan juga
bahwa women trafficking merupakan:
“Salah satu bentuk eksploitasi seksual global yang melecehkan hak asasi dari jutaanperempuan dan anak perempuan di seluruh dunia. Adapun yang termasuk dalam eksploitasiseksual tidak hanya terbatas pada perdagangan perempuan untuk kepentingan prostitusi, tetapijuga pornografi, pariwisata seks, perdagangan pengantin perempuan dan perkawinansementara. Termasuk juga di dalamnya kekerasan terhadap perempuan seperti perkosaan,incest, pengebiran atau perusakan genital serta pelecehan seksual.”
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perdagangan perempuan
memiliki bentuk yang bermacam-macam. Para perempuan bukan hanya di ekspolitasi
secara seksual tetapi juga mengalami kekerasan yang merugikan kaum perempuan.
Menurut hasil konfrensi Global Alliance Against Traffic In Women (GAATW) di
Thailand, perempuan menjadi korban perdagangan untuk beberapa bentuk, seperti:48
1. Perdagangan perempuan untuk kerja seks.
2. Perdagangan perempuan untuk kerja domestik.
46 UNIAP. 2010. Strategic Information Response Network: Anti-Trafficking Action in China. Hal. 1147 Coalition Against Trafficking in Women: Trafficking and Prostitution in Asia Pasific,<http://www.uri.edu/artsci/hughes/catw/philos.html> diakses pada 5 Januari 2019. Pukul : 20.00 WIb48 Subono, Nur Iman. Jurnal Perempuan: Trafficking dan Kebijakan, Yayasan Jurnal Perempuan,Jakarta Selatan hal 23.
27
3. Perdagangan perempuan untuk perkawinan.
4. Perdagangan perempuan untuk kerja paksa.
5. Perdagangan perempuan untuk mengemis.
Perempuan memiliki resiko menjadi korban perdagangan perempuan
khususnya di negara-negara miskin. Perdagangan perempuan yang terjadi bukan
hanya dalam negeri saja tetapi melewati batas wilayah negara. Para pelaku kejahatan
juga melakukan berbagai macam cara untuk menjadikan perempuan sebagai korban
perdagangan. Konsep ini akan melihat bentuk perdagangan perempuan di Cina dan
faktor- faktor penyebab terjadinya perdagangan perempuan.
2.3 Perempuan dan Wanita
Pengertian perempuan dalam kamus besar bahasa Indonesia atau KBBI adalah
jenis kelamin, yakni orang yang dapat menstruasi, hamil, melahiran anak dan
menyusui.49 Adapun kata perempuan berasal dari kata “Empu” yang berarti tuan
orang yang mulia, mahir, berkuasa mahkluk mulia dan memiliki kemampuan.
Menurut Plato, perempuan ditinjau dari segi kekuatan fisik maupun mental lebih
lemah dari laki-laki tetapi tidak menyebabkan perbedaan dalam bakatnya.50 Secara
bilogis yang dilihat dari segi fisik, perempuan lebih kecil dari laki-laki, suaranya
lebih lembut, perkembangan tubuh perempuan terjadi lebih awal, sikap yang tenang
dan memiliki kekuatan yang lebih lemah dibandingkan laki-laki. Sedangkan menurut
49 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online <http://kbbi.web.id/perempuan.html> diaksespada tanggal 9 Oktober 2019 pukul 13.00 WIB50 Subhan, Zaitunah.2015. Al-quran dan perempuan: Menuju kesetaraan gender dalam penafsiran.Jakarta:kencana. Hal 1
28
Kartini Kartono, perbedaan fisiologis yang ada sejak lahir akan diperkuat oleh
kebudayaan yang ada seperti adat istiadat, sosial-ekonomi serta pengaruh
pendidikan.51
Sementara wanita biasa diartikan sebagai perempuan yang sudah dewasa.
Dalam presepsi Jawa, istilah wanita berasal dari kata “Wani” dan “Tata” yang artinya
bersedia diatur oleh pria.52 Wanita dalam hal ini akan menjadi objek atau abdi bagi
pria. Hal ini tentu menyatakan bahwa posisi wanita lebih rendah dibandingkan pria.
Tanpa pria, wanita tidak akan bisa berbuat apa-apa. Sifat yang melekat pada
perempuan adalah cenderung pasif seperti lemah, gemulai, halus, tunduk, patuh,
berbakti, mengabdi dan menyenangkan pria, sedangkan wanita adalah seseorang yang
dibutuhkan atau diingini.
Penggunaan kata perempuan sudah lazim dan terkenal digunakan sebelum
penggunaan kata wanita. Bahkan dikalangan aktivis, penggunaan istilah perempuan
menjadi hal yang biasa. Namun adanya penurunana makna, kata wanita ternyata
mengalami proses perubahan yang positif, sebutan wanita merupakan bentuk halus
dari kata perempuan. Sedangkan perempuan justru sebaliknya mengalami penurunan
makna di lingkungan masyarakat. Jupriono menjelaskan perbedaan antara perempuan
dan wanita. Menurutnya, wanita mengandung kontasi terhormat sebagai hasil dari
proses ameliorasi. Wanita diharapkan dapat bersikap lemah lembut, sabar, tunduk,
patuh, mendukung, menampingi dan meyenangkan pria. Pada era Orde Baru di
51 Yuliawati,Susi. 2018. Perempuan Atau Wanita ? Perbandingan Berbasis Korpus Tentang LeksikonBerbias Gender. Paradigma Jurnal Kajian Budaya Vol.8 No.1. Hal 5452 Ibid.,hal 55
29
Indoesia terdapat organisasi wanita nasional yang ternama, Dharma wanita yang
berangotakan istri dari para pegawai negeri. Disinilah konotasi wanita berubah
menjadi cenderung mengacu kepada sikap halus dan mengabdi pada pada suami.53
Berbeda dengan istilah wanita yang mengalami perubahan konotasi positif,
istilah perempuan justru mengalami perubahan konotasi negatif. Istilah perempuan
mengalami degradasi semantic atau peyorasi. Hal ini menyebabakan istilah
perempuan memiliki makna yang lebih rendah dari makna sesungguhnya. Meskipun
makna kata wanita lebih mulia dibandingkan penggunaan kata perempuan,
penggunaan saat ini justru lebih sering menggunakan kata perempuan. Bahkan kata
perempuan sering digunakan untuk melambangkan aktivis gerakan. Makna kata
perempuan melambangkan semangat perjuangan karena memiliki makna denotatif
yaitu ahli kerajinan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan istilah perempuan
untuk melambangkan korban perdagangan perempuan. Korban perdagangan yang
terjadi di Cina bukan hanya perempuan yang belum menikah tetapi yang sudah
menikah juga.
2.4 Pemerintah
Istilah pemerintah atau Government dalam KBBI memiliki makna
sekelompok orang yang secara bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas
53 Ibid.,hal 55
30
untuk menggunakan kekuasaan.54 Sementara itu, menurut David Apter yang
dimaksud dengan pemerintah adalah satuan anggota yang memiliki tanggung jawab
tertentu untuk mempertahankan sistem yang mencakup dan memonopoli kekuasaan.55
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerintah dapat diartikan
sebagai sekumpulan orang yang memiliki kekuasaan atau lembaga yang mengurus
masalah kenegaraan. Sedangkan pengertian dari pemerintahan adalah segala sesuatu
yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggrakan kesejahteraan rakyat dan
kepentingan negaranya.
Dalam penelitian ini, pemerintah yang dimaksudkan adalah sekumpulan orang
yang bertanggung jawab terhadap perdagangan manusia yang terjadi di Cina.
Perdagangan perempuan yang terjadi menjadi masalah yang harus diselesaikan oleh
Cina, untuk menangani hal tersebut terdapat empat lembaga yang bertugas ataupun
bertanggung jawab dalam perdagangan perempuan. Terdapat beberapa instansi yang
ikut bertanggungjawab yaitu Ministry of Public Security (MPS) atau kementerian
keamanan publik, The Supreme People’s Court (SPC) atau Mahkamah Agung serta
the Supreme People’s Procuratorate (SPP) atau Kejaksaan. MPS merupakan badan
kepolisian utama yang akan bertanggung jawab atas penegakan hukum yang
melakukan penyeledikan terhadap kasus perdagangan perempuan yang terjadi. SPC
atau Mahkamah Agung Rakyat sebagai pengadilan terakhir di Cina, melakukan
banding yang bertugas mengawasi persidangan serta prosedur keadilan. SPP atau
54 Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online http://kbbi.web.id/perintah.html diakses tanggal 9oktober 2019 pukul 13.15 WIB55 Kencana,Inu.2010. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Rafika Aditama. Hal 11
31
Kantor Kejaksaan Agung yang merupakan isntansi kejaksaan tertinggi yang bertugas
untuk melakukan pengawasan hukum terhadap kasus perdagangan perempuan yang
terjadi di Cina.
2.5 Kerangka Pemikiran
Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti akan mencoba menjelaskan permasalahan
utama yang akan diteliti. Penjelasan ini akan disusun dengan menggabungkan antara
teori dan konsep yang digunakan dalam meneliti permasalah yang ada. Permasalah
yang terjadi di Cina akan dijelaskan oleh peneliti menggunakan teori mengenai TOC
( transnational organized crime ), serta konsep human trafficking. TOC (
transnational organized crime ) merupakan kejahatan yang melintasi batas negara.
Kasus perdagangan manusia yang terjadi di Cina menjadikan perempuan sebagai
korban merupakan bagian dari kejahatan transnasional. Kasus perdagangan manusia
yang terjadi di Cina telah melewati batas-batas negara. Selain itu, banyak korban
yang diperjualbelikan ke negara-negara tetangga oleh kelompok yang terorganisir.
Sehingga dampak yang dirasakan bukan hanya Cina saja tetapi negara-negara yang
terkait dengan perdagangan perempuan.
TOC merupakan isu keamanan yang dapat mengancam kedaulatan dan
keamanan suatu negara bahkan mencangkup masyarakat internasional sehingga
diperlukan upaya untuk menanganinya. Permasalahan perdagangan perempuan di Cina
yang termasuk dalam TOC bersifat sangat kompleks. Dalam menangangi kejahatan
transnasional, Pemerintah Cina bukan hanya sebatas melakukan upaya yuridiksi nasional
32
tetapi diperkuat juga dengan upaya multilateral melalui kerjasama internasional56
Berdasarkan pemaparan di atas, kerangka pemikiran yang akan peneliti gambarkan adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka pikir
56 Zabyelina, Yulia.2011. Transnational Organized Crime in International Relation. CEJISS
Perdagangan Perempuan DiCina
Menurut laporan TIPs, Cina mengalami penurunanperingkat menjadi tingkat 3 pada tahun 2013 dan 2017
Yurisdiksi nasional
Upaya penyelesaian TOC( perdagangan manusia )
Oleh Yulia Zabyelina
Multilateral :
Penanganan WomenTrafficking oleh Pemerintah
Cina
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dapat dikatakan sebagai penelitian yang
bersifat eksplorasi yang digunakan agar mendapatkan pemahaman mengenai alasan,
opini serta motivasi yang dapat mendasari, sedangkan dalam hubungan internasional,
penelitian kulitatif secara umum merujuk pada pengumpulan data dan strategi serta
menganalisis data dan bergantung pada data non-numerik.57
Penelitian kualitatif juga berguna untuk memahami fenomena sosial melalui
gambaran holistik dan memperbanyak pemahaman mendalam mengenai makna
(meaning).58 Peneliti menggunakan penjelasan dengan menggunakan alur umum ke
khusus. Peneliti memulai pembahasan dengan memaparkan masalah secara umum
terlebih dahulu lalu selanjutnya memaparkan masalah secara khusus.
57Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Hal 758Zainuddin & Masyhuri. 2008. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung:Refika Aditama. Hal. 14.
34
1.2 Fokus Penelitian
Peneliti memfokuskan inti dari penelitian ini dengan cara eksplisit guna
memberikan peneliti kemudahan sebelum melakukan pengamatan. Fokus penelitian
adalah suatu garis besar dalam suatu penelitian agar observasi dan analisa penelitian
menjadi lebih terarah. Pada penelitian ini, peneliti berfokus pada upaya yang
dilakukan Pemerintah Cina dalam menangani kasus perdagangan perempuan di
periode 2013 sampai 2018.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah jenis data sekunder. Dimana data sekunder
didapatkan dalam bentuk tulis dan material tidak tertulis Peneliti menggunakan data
seperti laporan tahunan perdagangan manusia dari tahun 2013 sampai 2018 melalui
Trafficking in person: US Department’s office, perjanjian kerjasama COMMIT,
laporan tahunan penelitian organisasi internasional terkait perdagangan manusia
seperti laporan UN Women, UNIAP, IOM, berita terkait perdagangan manusia,
jurnal, buku, dan dokumen-dokumen berkaitan dengan perdagangan perempuan di
Cina
Beberapa sumber diperoleh dari website maupun laporan IOM, ILO, Global
Slavery, UNODC, UN Women, Interpol, Ministry of Public Security untuk melihat
upaya yang telah dilakukan pemerintah Cina untuk menangani perdagangan
perempuan. Dokumen atau sumber berita yang menjadi arah peneliti adalah yang
berkaitan dengan perdagangan perempuan di Cina serta upaya-upaya multilateral
35
yang dilakukan Pemerintah Cina dalam menangani kasus perdagangan perempuan
pada periode 2013 sampai 2018.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
studi pustaka. Peneliti mengumpulkan data teoritis yang bersumber dari literatur,
berupa buku, artikel, makalah, koran, jurnal, dokumen, dan situs-situs resmi yang
memuat dan menjelaskan tentang kasus women trafficking serta upaya-upaya
multilateral Pemerintah Cina yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data ini
peneliti peroleh secara langsung, maupun yang diperoleh melalui akses internet.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk
mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Teknik analisis data yang
digunakan mengikuti alur yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman yakni: reduksi
data, display data, penggambaran kesimpulan atau verifikasi.59 Langkah pertama
yang dilakukan adalah mereduksi data dengan proses menyeleksi data, memfokuskan
data dan meyederhanakan data jika terdapat data yang tidak diperlukan.
Langkah selanjutnya dalah display data, display data digunakan utntuk
membantu peneliti memahami apa yang terjadi dan apa yang harus peneliti lakukan.
Penyajian data dapat ditampilkan dalam bentuk grafik, bagan, matriks dan tabel.
59 Huberman,Michael, Mattew Milles dkk.2014.Qualitative data Analysis A Methods Sourcebook 3tdEdition. SAGE.
36
Selanjutnya peneliti menarik kesimpulan yang dapat digunakan untuk kepentingan
penelitian selanjutnya. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung
supaya dapat dipertanggungjawabkan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan gambaran umum tentang
perdagangan perempuan di Cina, yang akan dibagi menjadi tiga sub bab. Sub bab
pertama adalah gambaran umum tentang kehidupan perempuan Cina tradisonal. Sub
bab selanjutnya adalah perdagangan perempuan yang terjadi pada era kekaisaran
Cina, era Cina modern serta perdagangan perempuan di Cina pada tahun 2013 sampai
2018. Selanjutnya, pada sub bab ketiga peneliti akan membahas mengenai poisisi
Cina dalam perdagangan perempuan. Sub bab terakhir membahas tentang penyebab
terjadinya perdagangan perempuan di Cina yang dibagi menjadi dua yaitu faktor
internal dan eksternal
4.1 Perempuan Cina Tradisional
Masyarakat Cina tradisional mengangap bahwa kedudukan perempuan berada
dibawah dominasi kaum laki-laki. Cina hanya menganggap laki-laki sebagai keluarga
inti dalam sebuah keluarga. Hal ini menyebabkan perempuan harus tunduk dan patuh
terhadap suami, ayah atau saudara laki-laki dalam keluarga tersebut. pandangan
masyarakat tersebut juga dipengaruhi oleh dua prinsip yang dianut oleh masyarakat
38
Cina yaitu rinsip Yin-Yang.60 Prinsip ini telah berkembang sebelum adanya konfusius,
yang melambangkan keseimbangan yang harmonis. Yin yang berarti lembut, mudah
menyerah, reseptif, pasif dan tenang, sedangkan Yang memiliki arti keras, aktif, tegas
dan mendominasi. Yin-Yang juga digunakan untuk melambangkan kedudukan laki-
laki dan perempuan di Cina. Yin melambangkan perempuan dan Yang mewakili laki-
laki.
Masyarakat Cina percaya bahwa dari prinsip tersebut perbedaan dapat saling
melengkapi tetapi tidak bisa sejajar atau sama persis. Disinilah dapat dilihat
perbedaan kedudukan perempuan dan laki-laki di Cina. Perempuan dianggap lemah
dan tidak seharusnya sejajar dengan laki-laki. Perempuan hanya diperbolehkan untuk
mengabdikan diri mereka untuk mengurus semua keperluan rumah dan keluarga
mereka. Bahkan perempuan Cina telah merasakan penderitaan sejak masih anak-anak
khususnya dalam keluarga miskin. Para perempuan akan dijual sebagai budak kepada
keluarga kaya atau menjadi udak dalam keluarganya sendiri.61
Selain itu Cina menggunakan ajaran konfusius yang disebutkan adanya lima
hubungan yang dikenal Wu Lun, yakni hubungan antara ayah dan anak laki-laki,
antara saudara laki-laki, raja dengan menteri, suami dan istri serta hubungan antar
teman. Dari kelima hubungan tersebut hubungan laki-laki dan perempuan hanya
disebutkan dalam hubungan suami istri, dalam hal ini istri menjadi pihak yang
60 Women tradisional China diakses melalui www.asiasociety.org/education/women-traditional-chinapada tanggal 20 Sepetember 2019 pukul 20.00 WIB61 Buckley, Ebrey Patricia. 1991. Marriage and inequality in Chinese society. Berkeley: university ofCalifornia press. Hal 2
39
mengabdi kepada suami.62 Konfusius juga tidak percaya akan adanya persamaan,
kaum ini percaya bahwa kehidupan sosial yang harmoni hanya bisa dicapai melalui
sebuah perbedaan. Pemikiran tersebut sama dengan prinsip Yin-Yang yang diadopsi
oleh masyarakat Cina.
Perempuan memiliki keterbatasan untuk mengembangkan diri atau bahkan
sekedar untuk melindungi diri sendiri. perempuan tidak memiliki kekuatan untuk
melawan hal tersebut karena budaya yang sangat kental yang digunakan oleh
masyarakat Cina tradisonal. Ketidakberdayaan perempuan di Cina juga diperlihatkan
melalui tradisi pengikatan kaki bagi kaum perempuan. Tradisi ini memiliki tujuan
untuk memperindah kaki perempuan-perempuan Cina. Tradisi ini juga dimaksudkan
untuk menahan serta membatasi kebebasan kaum perempuan agar perempuan tidak
keluar rumah. Selain itu, perempuan di Cina juga tidak diperbolehkan untuk
menetukan jodohnya sendiri, jodoh akan ditentukan oleh orang tua mereka dan
setelah menikah mereka harus mematuhi suami mereka, mereka dilarang menuntut
perceraian atau melarang suaminya untuk menikah lagi. Jika hal tersebut dilanggar,
perempuan akan dianggap sebagai perempuan yang hina.
Selain kedudukan yang dianggap rendah, perempuan juga dianggap sebagai
pembawa masalah. Hal ini disebabkan pada era Dinasti Zheng, putri salah satu
menteri melakukan pembunuhan kepada suaminya.63 Sejak saat itulah para
perempuan juga dianggap penuh intrik, manipulasi dan keegoisaan yang dianggap
62 Yurie, Agita,.2014. Gambaran Kehidupan Perempuan Cina Tradisional Dalam Novel The GoodEarth Karya Pearl S Buck. Universitas Indonesia. Hal 363 Ibid.,hal 4
40
mengancam kedudukan kaum laki-laki. Hal ini membuat cemas kaum laki-laki,
sehingga kaum laki-laki terus melakukan penyiksaan bagi kaum perempuan
Kehidupan perempuan di Cina tersebut menggambarkan bahwa prempuan di anggap
lemah, sehingga menjadikan perempuan sebagai objek yang mudah untuk menjadi
korban dalam melakukan kekerasan atau hal lainnya. Dalam hal ini, perdagangan
perempuan yang terjadi di Cina sampai saat ini disebabkan oleh budaya serta
pandangan terhadap perempuan di masa lalu.
4.2 Sejarah Perdagangan Perempuan di Cina
Dalam perkembangan perdagangan perempuan, Cina merupakan salah satu
pasar terbesar dan paling komprehensif di dunia. Fenomena ini sudah terjadi sejak
dinasti Xia ( 21 SM-16 SM ) yang merupakan dinasti pertama dalam sejarah Cina.64
Dimana perdagangan manusia di Cina diawali dari sistem perbudakan yang muncul
pada era kekaisaran. Selama era kekaisara, Cina menjalankan sistem masyarakat
perbudakan dalam hubungan sosial masyarakat, yaitu antara tuan ( pemiliki alat
produksi ) dan tenaga kerja ( budak ). Sistem perbudakan terus terjadi dan semakin
berkembang pada era Dinasti Han ( 206-220 SM ). Pada era dinasti Han, para budak
akan bekerja untuk kaum bangsawan atau dalam lingkungan istana. Selain bekerja,
para budak juga mendapat perlakuan yang kejam seperti mengalami penyiksaan,
pelecehan bahkan pembunuhan.
64 Tiefenburn, Susan&Christie Edward. 2008.Gendercide and the Cultural Context of Sex Traffickingin China. Hal 5-6
41
Pada era kekaisaran, bentuk dari perdagangan perempuan yang sering terjadi
adalah perbudakan. Para budak pada era kekaisaran akan diperdagangkan seperti
barang pada umumnya. Hal ini dibuktikan dengan munculnya pasar budak yang
terbuka secara umum. Pasar budak memiliki kesamaan dengan pasar biasa yang
menjual ternak atau peralatan lainnya. Pasar budak biasanya menjual perempuan
muda yang nantinya akan dilatih menari atau menyanyi oleh pembeli sebagai
penghibur kaum bangsawan. Melihat hal tersebut, Kaisar Wang Mang ( 9M ) yaitu
kaisar pada dinasti Han membuat membuat sebuah kebijakan. Kebijakan yang dibuat
adalah melarang adanya perbudakan dan perdagangan budak serta memberikan
hukuman kepada pedagang65 Meskipun kebijakan telah dibuat, perdagangan budak
masih tetap berjalan. Bahkan korban perdagangan bukan hanya laki-laki saja tetapi
juga pada kaum perempuan.
Perempuan yang menjadi korban perdagangan berasal dari keluarga dengan
kemampuan ekonomi yang rendah. Perempuan-perempuan tersebut akan dijual pada
kaum bangsawan oleh orang tua atau keluarga lainnya. Saat itu, perdagangan
perempuan dianggap oleh masyarakat sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan
perekonomian mereka. Perempuan-perempuan tersebut akan dijual untuk kemudian
dijadikan sebagai budak. Pada era kekaisaran, setiap bangsawan seperti kaisar dan
petinggi istana lainnya memerlukan budak untuk mengurus semua keperluan istana.
Selain itu, korban perdagangan perempuan juga dijadikan sebagai selir dan dayang
istana. Dahulu kaisar memiliki lebih dari satu orang selir sebagai pendamping dan
65 Clarence Martin.1990.Slavery during China in former han dynasty 206 BC-AD 25 Volume 34. Hal66
42
bertujuan untuk menghasilkan keturunan. Sebagai contoh, Kaisar Kanxi yang berasal
dari dinasti Qing diketahui memiliki selir sebanyak 3000 orang.66
Pada era kekaisaran, bentuk perdagangan perempuan lainnya adalah sebagai
pelayan seksual yang menjadi praktik legal bahkan mendapat dukungan oleh
pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan dibangunya Jiaofang atau departemen untuk
menjadikan perempuan sebagai penghibur keluarga kerajaan atau kaum bangsawan
oleh Kaisar Gaozu. Perempuan-perempuan tersebut akan dilatih sebagai penari erotis
serta dibekali kemampuan untuk melayani serta menjadi penghibur.
Korban perdagangan biasanya merupakan para janda-janda prajurit,
narapidana politik bahkan tawanan perang. Korban perdagangan perempuan akan
melayani kaum prajurit, pejabat atau kaum bangsawan. Untuk mengatasi hal tersebut,
pemeritah juga melakukan upaya perlindungan perempuan. Pemerintah saat itu
berusaha untuk memerangi perdagangan perempuan di Cina dengan membuat
kebijakan anti prostitusi bagi pejabat pemerintah serta menghapus berbagai institusi
prostitusi milik negara.
Perdagangan perempuan dan perbudakan pada era kekaisaran terus bertahan
sampai dengan dinasti Qing. Perbudakan dan perdagangan perempuan pada saat itu
membuat birokrat Dinasti Qing yaitu Viceroy mulai melakukan upaya. Upaya yang
dilakukan adalah dengan mengajukan adanya penghapusan perbudakan pada tahun
1906. Terdapat beberapa peraturan yang dibuat untuk penghapusan perbudakan yang
66 M.Suhbah. Alamak, selir kaisar Cina 3000 orang. Internasional.Kompas.com 10 November 2011<www.internasional.kompas.com/read/2011/11/10/21354512/alamak.selir.kaisar.3000.orang> diaksespada tanggal 10 Juni 2019 pukul 14.00 WIB
43
telah disetujui oleh kaisar pada tahun 1910.67 Peraturan tersebut berisi seperti budak
akan mendapatkan hak-hak pekerja, budak yang muda yang berusia dibawah 25 tahun
akan dibebaskan. Selain itu, masyarakat dan juga pejabat negara diwajibkan ikut
bergabung untuk memburu perdagangan perempuan.
4.2.1 Perdagangan Perempuan Era Cina Modern
Pada era Cina modern dimulai sejak tahun 1912 sampai saat ini. Era Cina
modern dimulai pada masa kepemimpinan Sun Yat Sen yang saat itu juga memipin
revolusi Cina. Pada era Cina modern, perdagangan perempuan masih terus terjadi.
Perempuan menjadi budak untuk bekerja secara paksa untuk tuannya. Selain itu,
perdagangan perempuan juga mengalami perluasan dalam lingkup geografis maupun
jaringan.
Pada era kepemimpinan Sun Yat Sen bentuk perdagangan perempuan masih
sama eperti era kekaisaran yaitu sebagai budak dan pelayan seksual. Namun,
perbedaan mulai terlihat dari pelaku kejahatan perdagangan perempuan. Perdagangan
perempuan tidak hanya melibatkan individu tetapi sudah mulai dikendalikan oleh
kelompok yang terorganisir bahkan memiliki jaringan yang luas dengan negara-
negara di luar negeri. Salah satu kelompok jaringan terorganisir di Cina adalah triad (
Cina San Ho Hui ) yang memiliki cabang sampai ke Hongkong, Taiwan, AS, Canada,
Korea, Jepang, Inggris, Indonesia dan sebagainya. Kelompok ini bukan hanya terlibat
67 Rodriguez. The Historical Encyclopedia Of World Slavery Vol.1 http://www.books.google.co.iddiakses pada tanggal 12 Agustus 2019 pukul 19.00 WIB
44
dalam perdagangan perempuan tetapi juga dalam perdagangan narkoba, pamalsuan
barang-barang serta prostitusi.
Kelompok kejahatan ini akan mencari korban perempuan yang berumur 17-25
tahun yang berasal dari daerah pedesaan untuk dijual ke kota ataupun luar negeri.
Sebenarnya sudah ada kebijakan untuk menghukum pelaku kejahatan. Namun,
perdagangan perempuan di Cina masih saja terjadi. Bahkan untuk mempermudah
pergerakannya, kelompok kejahatan ini juga akan bekerja sama dengan pejabat
pemerintah untuk memudahkan akses mereka dalam melakukan perdagangan
perempuan. Melihat hal tersebut, Sun Yat Sen yang saat itu memimpin melakukan
sebuah revolusi. Kebijakan dengan mengahapuskan sistem kerajaan yang digunakan
oleh Cina serta menerapkan sistem Republik Cina. Kebijakan ini diharapkan dapat
mengatasi masalah perdagangan perempuan yang sudah lama terjadi di Cina.
Pasca revolusi yang dipimpin oleh Sun Yat Sen, Cina dipimpin oleh Mao
Zedong tahun 1949. Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat Cina dan
mendirikan negara komunis. Pada masa pemerintahan Mao, Cina menjadi negara
yang tertutup dalam politik maupun perekonomian luar negeri. Pemerintah Cina
berusaha melakukan perbaikan ekonomi dengan meningkatkan populasi penduduk.
Mao percaya bahwa semakin banyak penduduk, akan semakin banyak pula tenaga
pekerja yang bisa dimanfaatkan untuk percepatan proses industrialisasi. Hal ini akan
berdampak baik pada pertumbuhan ekonomi Cina. Oleh sebab itu, Mao mendorong
setiap keluarga untuk memiliki keturunan sebanyak mungkin dan mencegah program
keluarga berencana. Hal ini menyebabkan Cina menghadapi ledakan kelahiran bayi
45
pada tahun 1950-an dan 1960-an. Bahkan populasi penduduk Cina juga mengalami
peningkatan dari 540 juta pada tahun 1949 menjadi 940 juta pada tahun 1976.68
Kebijakan peningkatan populasi ternyata meyebabkan perdagangan perempuan
terus berlanjut. Pada tahun 1977 terdapat 90.000 perempuan diperdagangkan di Cina.
Terjadinya eksploitasi perdagangan perempuan di Cina mencakup prostitusi atau
eksploitasi seksual, perbudakan modern dan pernikahan paksa69. Perdagangan
perempuan dalam bentuk pernikahan paksa adalah hal biasa dan dianggap sebagai
kebiasaan kuno di Cina. Seiring perkembangan ekonomi di Cina, perempuan sebagai
pengantin dan penghibur semakin berkembang.
Bahkan salah satu kota di Provinsi Yunan yaitu kota Jinghong menjadi tempat
wisata seks. Perdagangan perempuan dalam bentuk pernikahan juga masih terjadi di
era Mao. Korban perdagangan bukan hanya berasal dari Cina saja tetapi juga luar
negeri seperti Myanmar, Vietnam dan Kamboja.70 Sebenarnya sudah ada hukum yang
mengatur perdagangan perempuan di Cina, tetapi pemberlakuan hukum tersebut
dianggap ringan dibandingkan dengan hukum perdagangan narkoba dan perdagangan
senjata. Hal inilah yang menyebabakan perdagangan perempuan di era Mao masih
berlanjut.
68 Husna, Wabilia.2016.Efek Kebijakan Satu Anak Terhadap Kehidupan Perempuan Di Tiongkok:Sebuah Ironi.Jurnal Kajian Wilayah.Vol. 7 No.2. Hal 14669 Quanbao Jiang. 2011. Trafficking in Women in China. Xi’an Jiaotong University<www.researchgate.net/publication/237808463> diakses pada tanggal 13 januari 2019 pukul 17.00Wib70 Yunnan Province Women's Federation, "Yunnan Province, China Situation in ofTraffickin ginChildren and Women: a Rapid Assessment," International labour Organization and InternationalProgramme on the Elimination of Child labour.2012.Hal 2.
46
Melihat hal tersebut, Pemerintah Cina melakukan kampanye terhadap
pemberantasan perdagangan perempuan, perbudakan, prostitusi dan opium.71 Selain
itu, Mao juga berusaha untuk menyuarakan kesetaraan gender terhadap perempuan
dengan slogan “ women hold up half the sky”. Diharapkan kebijakan yang dilakukan
dapat memenuhi hak-hak perempuan serta dapat mengurangi kerentanan perempuan
menjadi objek perdagangan. Pada masa ini juga mulai diberlakukan hukum
perkawinan, penutupan pelacuran, pemberantasan prostitusi serta dibuatnya sistem
pendaftaran pernikahan pada tahun.72 Selain itu, Mao juga menghapuskan organisasi
triad di Cina daratan meskipun kelompok triad tidak hilang secara menyeluruh.
Beberapa anggota triad yang masih bertahan berusaha mempertahankan eksistensi
dengan menjadikan Hongkong sebagai pusat kegiatan mereka. Selain itu, Cina juga
melakukan ratifikasi ILO Minimum Age Convention No.138 tahun 1973, Melalui
upaya yang dilakukan selama 10 tahun, fenomena perdagangan perempuan hampir
mampu ditangani.
Pada tahun 1978 rezim Mao berakhir dan digantikan oleh Den Xioping. Pada
masa pemerintahannya, Cina mulai terbuka di dunia internasional. Deng Xiaoping
memfokuskan diri pada upaya peningkatan ekonomi CIna. Xioping melihat bahwa
jumlah populasi Cina saat itu sudah berlebihan. Selain itu, Cina dihadapkan dengan
bencana alam seperti banjir dan kekeringan. Hal ini menyulitkan pemerintah untuk
mengontrol seluruh penduduk. Kemudian untuk mengatasi hal tersebut, Xioping
71 Xin Ren. Violence Against Women Under Chinas’s Economic Modernisation Resurgence of WomenTrafficking in China. Hal 7072,Zheng Tiantian. 2018. Human Trafficking in China. Journal of Historical Archaeology &Anthropological Sciences. Department of Anthropology, State University of New York, USA. Hal 172
47
membuat kebijakan family planning atau keluarga berencana yaitu kebijakan satu
anak. Kebijakan ini diharapkan mampu membatasi jumlah penduduk di Cina
Namun, kebijakan ini justru memberikan beberapa dampak seperti adanya
penelantaran anak, aborsi, serta perdagangan anak. Hal ini pada akhirnya
menyebabkan ketimpangan jumlah kelahiran laki-laki dan perempuan. Selain itu
kebijakan ini juga membuat perdagangan perempuan kembali muncul. Pada saat itu
para korban perdagangan berasal dari Barat Daya Cina ( Sichuan, Guangxi, Guizhou,
Yunan ), mereka akan dijual sebagai istri petani di Cina bagian tengah dan utara.
Karakter perempuan yang diperdagangkan biasanya adalah perempuan yang berasal
dari pedesaan atau pegunungan yang berpendidikan rendah dan tidak memiliki
keterampilan. Bentuk perdagangan perempuan yang umum terjadi pada era Xioping
adalah pernikahan paksa, perbudakan serta eksploitasi seksual.
Perdagangan perempuan muncul sebagai salah satu konsekuensi dari
perkembangan ekonomi di Cina. Liberalisasi ekonomi Cina membuat munculnya
perdagangan seksual di perkotaan Cina. Para perempuan akan melayani para
pembisnis dan investor asing, sehingga menyebabkan meningkatnya permintaan
perempuan untuk hiburan. Perempuan yang menjadi korban biasanya berasal dari
kalangan ekonomi rendah, pengangguran dan tidak berpendidikan. Pada era ini,
perdagangan perempuan terjadi bukan hanya karena faktor ekonomi tetapi juga
karena adanya ketidakseimbangan gender antara perempuan dan laki-laki di Cina.
Pada era modern perempuan diperdagangankan dengan melibatkan tiga jenis
48
pedagang,73 yang pertama adalah pedagang individu yang bekerja secara sendiri.
Selanjutnya adalah pedagang gerilya, pedagang ini bekerjasama dengan membentuk
sebuah kelompok yang terdiri dari puluhan orang. Jenis pedagang yang terakhir
adalah legion, biasanya pedagang ini akan berisi ratusan orang dengan beberapa
kelompok didalamnya bahkan masing-masing anggota bertanggung jawab dalam
menjalankan tugasnya masing-masing.
Dalam perkembanganya sampai saat ini, perdagangan perempuan melibatkan
pedagang gerilya dan legion. Bahkan tidak jarang para pelaku kejahatan memiliki
ikatan darah atau persaudaraan dalam kelompok tersebut. Kelompok-kelompok ini
juga sudah terorganisir bahkan memiliki jangkuan yang luas di luar negeri Hal inilah
yang menjadi salah satu penyebab semakin bertambahnya korban perdagangan
perempuan. Bahkan sejak tahun 2000 sampai 2013 terdapat 92.851 perempuan yang
menjadi korban perdagangan.74 Fenomena perdagangan perempuan di Cina mulai
menarik perhatian masyarakat dengan melakukan sebuah tindakan nasional kontra-
perdagangan.
Pada era Cina modern, pada pemerintah Xioping Cina melakukan beberapa
upaya seperti tahun 1979 melakukan ratifikasi CEDAW, serta ILO Worst Forma of
Child Labour Convention No.182 tahun 2002. Selanjutnya pada tahun 1992,
dibuatnya hukum dasar pertama terhadap perempuan atau LPWRI ( law on the
73 Ibid.,74 Zheng, Tiantian. 2018. Human Trafficking in China. Journal of Historical Archaeology &Anthropological Sciences. Department of Anthropology, State University of New York, USA. Hal 174
49
protection of women rights and interest ).75 Undang-undang ini berisi perlindungan
hak dan kepentingan perempuan. Namun, dalam impelemnatsinya, UU ini dianggap
gagal dan UU ini juga belum jelas mendefinisikan diskriminasi perempuan sehingga
masih belum jelas. Keseriusan Pemerintah Cina untuk mengatasi fenomena
perdagangan perempuan dibuktikan juga dengan diselenggarakannya konferensi
perempuan IV di Beijing. Konferensi ini menghasilkan deklarasi Beijing yang berisi
tentang pembangunan, kesetaraan dan perdamaian untuk perempuan.76
Dalam menangani perdagangan perempuan di era Cina modern menggunakan
artikel 240 UU Hukum Pidana RRC 1997 yang isinya tentang definisi perdagangan
manusia ( perempuan dan anak-anak ).77 Selain itu, Pemerintah Cina terus melakukan
upaya dengan membangun kantor untuk mencegah perdagangan perempuan pada
tahun 2007.78 Dalam pelaksanaanya kantor ini terkendala karena sumber daya yang
dialokasikan pemerintah masih kurang maksimal. Kantor ini juga hanya untuk
menangani perdagangan seksual saja dan tidak mencakup perdagangan perempuan
untuk tenaga kerja.
Pemerintah Cina juga membuat rancangan NPA ( National Plan Of Action On
Combating Trafficking In Women And Children 2008-2012 ) pada tanggal 13
75 Law On The Protection Of Women Rights And Interest<Www.Unescap.Org/Esid/Psis/Population/Database/Poplaws/Law_Cina/Ch_Record002.Htm>Diakses Pada Tanggal 15 Juni 2019 Pukul 15.45 WIB76 The Program For The Development Of The Chinese Women (1995-2000)<www.Unescap.Org/Esid/Psis/Population/Database/Poplaws/Law_Cina/Ch_Record016.Htm> Diaksespada Tanggal 15 Juni 2019 Pukul 16.00 WIB77 The Law library of congress.2016. Training related to combating human trafficking in selectedcountries report. Hal 2478 TIP Report 2008 < www.state.gov/documents/organization/105501.pdf > dikases pada tanggal 10Juni 2019 pukul 22.00 WIB
50
Desember 2007. Rancangan ini dibuat menggunakan prinsip Deng Xiaoping “three
representatives” atau prinsip yang memprioritaskan pencegahan, menggabungkan
antara penanganan dan pencegahan serta berpusat pada manusai serta manajemen
yang komprehensif.79 Rancangan NPA ini berisi tentang pencegahan dan mengatasi
tindak kejahatan women dan child trafficking dengan memberikan bantuan,
rehabilitasi para korba serta melindungi hak hukum korban. Perkembangan
perdagangan perempuan yang terjadi di Cina tidak membuat negara ini langsung
meratifikasi Protokol Palermo. Protokol ini merupakan instrumen hukum dengan
pendekatan internasional yang komprehensif dalam mengambil tindakan yang efektif
guna mencegah, menekan dan menghukum perdagangan manusia khususnya wanita
dan anak-anak. Pemerintah Cina sendiri baru melakukan ratifikasi Protokol Palermo
pada tahun 2010.
4.2.2 Perdagangan Perempuan di Cina ( 2013-2018 )
Perdagangan perempuan di Cina pada tahun 2013-2018 masih terus terjadi. Cina
merupakan negara sumber dan tujuan perdagangan manusia, dan penyelundupan
terjadi terutama dalam konteks migrasi berskala besar. Populasi migran dalam negeri
China, diperkirakan melebihi 180.000.000 orang80. Mereka rentan terhadap
perdagangan manusia, pria, wanita, dan anak-anak Cina yang dipaksa bekerja paksa
di kilah bata, tambang batu bara, dan pabrik. Bahkan beberapa di antaranya
79 Cina national plan of action on combating trafficking in women and children 2008-2012<www.Cina_national_plan_of_action_on_combating_trafficking_in_women_and_desember_2007.pdf > diakses pada tanggal 11 Juni 2019 pukul 11.00 WIB80Trafficking in Person China https://www.refworld.org/docid/5b3e0b764.html diakses pada tanggal10 Juli 2019 pukul 15.00 WIB
51
beroperasi secara ilegal dan mengambil keuntungan dari penegakan pemerintah yang
lemah.
Fokus perdagangan di Cina adalah pada perempuan dan anak yang
diperdagangkan untuk prostitusi, perkawinan dan adopsi ilegal. Korban berasal dari
negara tetangga Cina seperti Burma, Vietnam, Laos, Singapura, Mongolia, dan Partai
Demokrat Republik Rakyat Korea (DPRK), serta dari Rusia, Eropa, Afrika, dan
Amerika. Myanmar adalah salah satu pemasok utama dalam perdagangan pengantin
untuk laki-laki Cina. Pada tahun 2013, perempuan yang berasal dari Myanmar
diselundupkan di Provinsi Yunnan, para korba dilarang untuk berkomunikasi dengan
dunia luar dan mereka kemudia di jual sekitar 60.000 yuan (US $9690). Korban akan
dipaksa menikah dengan warga desa di kota Tiefo, Suixi County, kota Huaibei,
Provinsi Anhui.
Perempuan-perempuan Cina mengalami eksploitasi seksual di seluruh dunia,
termasuk di kota besar, lokasi konstruksi, pertambangan terpencil dan daerah pekerja
migran Cina. Perempuan Cina juga mengalami perdagangan ke negara-negara di
Eropa ataupun Amerika. Perempuan Cina yang diperdagangkan di luar negeri juga
bekerja secara paksa dan terlibat dalam perdagangan seks. Para penyelundup
merekrut perempuan, untuk bekerja di restoran, toko, pertanian, dan pabrik.
Perempuan Cina di Afrika dan Amerika Selatan juga harus mengalami pelecehan di
lokasi konstruksi, di tambang batubara dan tembaga, dan di industri ekstraktif
lainnya. Selain itu, mereka menghadapi kondisi bekerja paksa tanpa adanya
pembayaran atau upah, pembatasan gerakan, pemotongan paspor, dan kekerasan fisik.
52
Menurut UNODC, pada tahun 2013 terdapat 1949 orang ditangkap, 2395
dituntut, dan 1978 dihukum karena kejahatan perdagangan wanita dan anak. Untuk
kejahatan prostitusi paksa, terdapat 1042 orang ditangkap, 1219 dituntut, dan 1109
dihukum. Perdagangan perempuan dalam negeri terdapat sebanyak 10.000
perempuan, yang mana kebanyakan berasal dari wilayah pedesaan barat daya Cina .81
Berdasarkan kondisi perdagangan perempuan yang memprihatinkan di Cina
pada tahun 2013 membuat Departemen AS melalui laporan TIPs menjadikan Cina
berada dalam tier 3. Posisi Cina mengalami penurunan, dimana pada tahun
sebelumnya Cina berada pada posisi tier 2 WL. Posisi Cina di mengalami penurunan
karena Pemerintahannya Cina tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum
perlindungan korban perdagangan manusia .
Pada tahun 2014, perdagangan perempuan di Cina juga memiliki bentuk yang
sama, bahkan posisi Cina juga masih berada di tier 3. Perempuan dari luar negara
Cina akan mengalami kerja paksa dan perdagangan seks di Cina. Perempuan ini akan
direkrut melalui pelaku perdagangan yang kemudian akan melakukan perkawinan di
Cina. Selain itu, beberapa perempuan lainnya akan dipaksa tenaga kerja prostitusi.
Perdagangan perempuan yang terjadi di Cina berhubungan dengan kebijakan Cina
pada era Den Xioping (1978) yaitu kebijakan One Policy. Kebijakan One Policy dan
pengaruh budaya ternyata menciptakan ketimpangan seks ratio berfungsi untuk
meningkatkan permintaan akan prostitusi dan bagi perempuan asing sebagai
mempelai laki-laki Cina-keduanya dapat diperoleh dengan paksa atau pemaksaan.
81 Trafficking in person Report 2013-China. www.refworld.org/docid/51c2f3cc18.html diakses padatanggal 19 Juni 2019 pukul 13.50 WIB
53
Permintaan untuk perempuan yang diperdagangkan di Cina adalah dampak
dari kurangnya perempuan di Cina. Masalah ini terutama terjadi di pedesaan dengan
daerah yang miskin di Cina. Kondisi konomi di desa yang minim, membuat
perempuan desa di Cina bermigrasi ke perkotaan untuk mencari peluang ekonomi
yang lebih baik. Hal ini menyebabkan jumlah gadis desa yang sedikit, akhirnya laki-
laki pedesaan menggunakan broker perdagangan perempuan untuk mencari istri. Pada
kesempatan inilah membuat broker perdagangan perempuan menjual perempuan-
perempuan dari luar negeri. Para pelaku kejahatan biasanya merekrut perempuan dari
daerah pedesaan dan membawanya ke pusat kota, menggunakan kombinasi tawaran
pekerjaan dan pemaksaan dengan memaksakan biaya perjalanan yang besar, menyita
paspor, atau ancaman fisik dan finansial. Sindikat kriminal yang terorganisir dengan
baik bekerja sama dan geng lokal perdagangan perdagangan perempuan di Cina
Menurut laporan PBB 2015, warga luar negeri yang diperdagangkan di Cina
masih terus berjalan. Pada tahun 2015 terdapat sekitar 1400 kasus perdagangan
perempuan.82 Posisi Cina juga pada tahun 2015 berada pada posisi tier 3 bersamaan
dengan negara-negara Afrika. Pada tahun ini, korban perdagangan bukan hanya
berasal dari dalam tetapi berasal dari luar Cina. Sebagai contoh adalah perempuan-
perempuan yang berasal dari Korea Utara, mereka mengalami kerja paksa di Cina.
Selain itu, perempuan Afrika dan Amerika Selatan yang dijanjikan pekerjaan yang
sah di Cina akan dipaksa menjadi prostitusi pada saat kedatangannya di Cina.
82 Trafficking in person Report 2015-China. https://www.refworld.org/docid/55b73c0315.html. diaksespada tanggal 19 Juni 2019 pukul 13.50 WIB
54
Biaya pernikahan perempuan Cina yang mahal menjadi salah satu penyebab
lain dari munculnya perdagangan perempuan untuk perkawinan paksa. Untuk biaya
pernikahan di perkotaan pada tahun 2015, laki-laki Cina membayar rata-rata hampir
$30.000 ditambah sebuah apartemen. Di pedesaan, harga mempelai perempuan juga
mengalami kenaikan menjadi $13.000 dari $3.000 (2011).83 Bagi petani miskin yang
biaya tersebut cukup tinggi sehingga mereka memilih untuk menikahi perempuan
Vietnam, Laos, dan Kamboja yang dibeli dari broker perdagangan perempuan. Di
pegunungan Henan, lebih dari 20 perempuan Vietnam telah menikah pria local
dengan biaya $3.200, kurang dari seperempat dari harga pengantin wanita lokal.
Departemen Keamanan Publik Cina berhasil menyelamatkan 17.746 korban
perdagangkan perempuan. Pada 2015, pemerintah Kamboja membantu 85 orang
pengantin yang diperdagangkan kembali dari Cina84
Posisi Cina berdasarkan laporan TIPs pada tahun 2016 mengalami
peningkatan, yang mana pada tahun tersebut Cina berada di tier 2 WL. Posisi ini
adalah negara yang masuk dalam daftar Pengawasan (Watch List) juga merupakan
negara-negara yang pemerintahnya tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum
TVPA, namun sudah mulai membuat upaya untuk menyesuaikan diri dengan standar
perelindungan korban trafficking. Pada tahun ini jumlah kasus perdagangan
perempuan juga mengalami penurunan, dari 1400 pada tahun 2015 menjadi sekitar
1000 kasus. Perdagangan perempuan untuk pernikahan paksa masih muncul, bahkan
83 Eugene K.Chow.The Chinas’s Trafficked Brides https://thediplomat.com/2017/07/chinas-trafficked-brides/. Diakses pada tanggal 20 Juni 2019 pukul 11.40 WIB84 Ibid.,
55
di tahun 2016. Laki-laki Cina biasanya membayar antara $10.000 dan $20.000 untuk
perempuan asing, termasuk Kamboja.85
Namun, pada tahun 2017 terjadinya peningkatan kasus perdagangan dari
tahun sebelumnya menjadi sekitar 1500 kasus. Hal ini juga membuat Cina mengalami
penurunan posisi dan harus kembali lagi ke tier 3. Pada tahun 2017, AS menyatakan
bahwa Cina merupakan salah satu pelanggar perdagangan manusia terburuk.86
Bahkan AS menyerukan sanksi terhadap Cina sebagai hukuman atas catatannya
mengenai perdagangan manusia
Perdagangan masih melibatkan perempuan dari luar Cina dengan bentuk
pekerja seksual maupun sebagai pengantin hingga tahun 2018. Pemasaran dalam
perdagangan perempuan juga sudah lebih modern. Seperti contoh adalah perdagangan
perempuan Korea Utara. Laki-laki Cina sudah bisa memesan perempuan-perempuan
Korea utara melalui situs online dengan biaya 30 Yuan. Transanksi perdagangan
perempuan asal Korea utara ini mencapai 14 miliar pertahunnya.87 Para perempuan
ini direkrut dengan penipuan. Para pelaku perdagangan akan menjanjikan tempat
tinggal yang layak dan kehidupan yang layak. Namun, setelah tiba di Cina, para
perempuan akan dipekerjakan menjadi pekerja seksual.
85 Zofeen T Ebrahim. Poor Pakistani Women Trafficked As Brides To Chinahttps://www.reuters.com/article/us-pakistan-women-trafficking/poor-pakistani-women-trafficked-as-brides-to-china-idUSKCN1SF2BN. Diakses pada tanggal 12 Juni 2019 pukul 11.00 WIB86Yeganeh Torbati. US brands China as among worst human traffcikng offendershttps://www.reuters.com/article/us-usa-trafficking-idUSKBN19I21S Diakses pada tanggal 12 Juni2019 pukul 10.45 WIB87 Jual beli Wanita di Cina, Wanira Korea bisa dinikahi dengan harga 2 jutahttps://www.tribunnews.com/internasional/2019/05/21/jual-beli-wanita-di-china-wanita-korea-utara-bisa-dinikahi-dengan-harga-rp-2-juta. Diakses pada tanggal 1 Juli 2019 pukul 11.30 WIB
56
4.3 Posisi Cina dalam Perdagangan Perempuan
Fenomena perdagangan perempuan mengklasifikasikan negara menjadi 3
posisi berdasarkan masalah yang dialami. Negara dapat menjadi negara tujuan atau
negara penerima, negara transit serta negara asal atau negara pengirim. Setiap negara
tentu memiliki posisi yang berbeda, Cina dalam perdagangan perempuan menempati
ketiga posisi yaitu sebagai berikut :
A. Cina Sebagai Negara Tujuan atau Negara Penerima
Gambar 4.1 Rute Perdagangan PerempuanSumber : Diolah dari ILO, Preventing Human Trafficking in the GMS
Cina menjadi negara tujuan atau negara penerima perdagangan perempuan,
artinya perempuan-perempuan dari luar Cina akan dijual ke Cina. Para perempuan
yang diperdagangakan ke Cina dijadikan sebagai pengantin perempuan dan bekerja
sebagai pekerja seksual. Perempuan yang dijual biasanya berumur 17 sampai 25
57
tahun. Terdapat sebanyak 6000 kasus perdagangan perempuan Vietnam sejak tahun
2011 hingga 2017.88 Biasanya negara yang terlibat dalam perdagangan berbatasan
dengan Cina. Negara tersebut seperti Vietnam, Myanmar, Laos, Pakistan, Mongolia,
Korea Utara, Indonesia, Malaysia serta Rusia.
Vietnam merupakan salah satu negara yang menjual perempuan ke Cina.
Menurut laporan TIP pada tahun 2005-2009, perdagangan perempuan Vietnam yang
terjadi adalah 3290 orang.89 Para korban diperdagangkan melewati provinsi
perbatasan kedua negara, seperti perbatasan Vietnam melalui Lao Cai, Muong
Khuong, Tan Thanh, yang akan dikirim melalui Yunnan, Jiangsu, Hubei maupun
Guangxi.s90 Terdapat tiga bentuk perdagangan perempuan Vietnam ke Cina, yaitu
pernikahan paksa, pekerja seks dan pekerja paksa.
Kondisi perekonomian yang rendah menjadi alasan perempuan Vietnam
terjerat dalam perdagangan perempuan. Vietnam termasuk dalam negara yang masih
berpenghasilan rendah dengan ruang ekonomi yang sempit, teknologi yang
terbelaksang, biaya produksi tinggi serta daya saing yang masih rendah. Selain itu,
perempuan muda di Vietnam berhenti sekolah untuk menanggung beban ekonomi
keluarganya sehingga membuat mereka mencari pekerjaan ke Cina. Hal ini
berbanding terbalik dengan kondisi ekonomi di Cina. Perempuan Vietnam juga sering
kali mendapatkan perlakuan diskrimasi dalam bidang perekonmian seperti perbedaan
88 Yvette Tanmal. Vice.com 28 September 2018. Jomplangnya keseimbangan gender tiongkok memicupenculikan perempuan asal Indonesia < www.vice.com/amp/id_id/articlenem7az> diakses padatanggal 5 Juni 2019 pukul 17.50 WIB89Vietnam: Trafficking workers eksploited in China https://www.refworld.org/docid/4ed38fad2.htmldiakses pada tanggal 2 Juli 2019 pukul 11.30 WIB90 Ibid.,
58
usia pension serta perbedaan jumlah gaji/upah. Hal ini tentu tidak menguntungkan
bagi kaum perempuan di Vietnam. Oleh karena itu, para perempuan Vietnam pergi ke
Cina untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dibandingkan di negara asalnya.
Meskipun pada kenyataannya mereka harus diperdagangakan oleh para pelaku
kejahatan melalui penipuan.
Korban perdagangan perempuan biasanya berasal dari kelompok minoritas
Vietnam. Di Vietnam terdapat 13,8% kelompok minoritas yang menjadi ancaman
paling besar untuk diperdagangkan.91 Tidak hanya itu saja, biasanya perempuan yang
diperdagangkan berasal dari keluarga miskin, berpendidikan rendah sehingga mudah
tertipu Perempuan-perempuan Vietnam yang menjadi korban perdagangan biasanya
akan dipaksa untuk menikah dengan laki-laki pedesaan di Cina. Para korban diminati
karena adanya kesamaan budaya. Selain itu, tingginya mahar pernikahan di Cina
untuk perempuan lokal menjadi alasan terjadinya perdagangan perempuan Vietnam
ke Cina. Biasanya perempuan Vietnam akan dijual sebesar USD 3000.92
Perempuan Vietnam yang diperdagangkan di Cina secara ilegal sehingga tidak
memiliki dokumen resmi padahal pengawasan penduduk di Cina cukup ketat. Hal
inilah yang menyebabkan setalah melahirkan keturunan untuk laki-laki Cina,
perempuan akan kembali lagi ke negara asalnya. Selain itu, anak yang dilahirkan
tentu tidak akan memiliki catatan sipil dan kewarganegaraan yang jelas karena
91 Lestari, Dwi Ayu.2017.Perdagangan Perempuan Vietnam Ke Tiongkok Tahun 2005-2009:Prespektif Feminism-Sosialis. Universitas dipenegoro. Journal of internastional.vol 3 no.1. hal 492 Muhaimin. Kekurangan wanita, para pria lajang Cina “impor” gadis Vietnam. 3 Mei 2016<www. Internasional.sindonews.com/Kekurangan-wanita-para-pria-lajang-Cina-impor-gadis Vietnam-1462265668> diakses pada tanggal 15 Juni 2019 pukul 20.00 WIB
59
pernikahan yang dilaksanakan tidak sah di mata hukum. Tentu saja hal ini
menimbulkan masalah baru bagi negara Cina.
B. Cina Sebagai Negara Asal atau Pengirim
Sebagai negara asal atau pengirim, berdasarkan laporan The United Nations
Inter-Agency on Human Trafficking melaoprkan sebanyak 600.000 perempuan
meninggalkan Cina tiap tahunnya. Perempuan yang meninggalkan Cina berumur 17
sampai 25 tahun. Perempuan Cina yang menjadi korban diperdagangkan ke Thailand,
Filipina, Singapura dan AS. Para korban bekerja sebagai buruh atau pekerja seks
komersil 93
Amerika serikat merupakan salah satu negara tujuan bagi perdagangan
perempuan Cina. Perdagangan perempuan Cina di AS sudah berjalan cukup lama
sejak tahun 1860-1870an.94 Tujuan utama dari perdagangan perempuan di AS adalah
San Fransisco. Sebagian besar dari bentuk perdagangan perempuan Cina di San
Fransisco adalah untuk kegiatan prostitusi. Pada tahun 1870 terdapat sekitar 61% dari
3536 perempuan Cina di San Fransisco bekerja untuk kegiatan prostitusi. Selain di
San Fransisco, perempuan Cina juga diperdagangkan di Daerah St. Louis Alley,
biasanya para korban akan dijual seharga $2800.
93 Zheng, Tiantian.2013. China: Sex Work and Human Trafficking < www.fairobserver.com > diaksespada tanggal 5 Juni 2019 pukul 19.00 WIB94 Anna Diamond. 8 Mei 2019. The Women Who Waged War Against Sex Trafficking In San Fransisco< www.Smithsonian.com> dikases tanggal 17 Juni 2019 pukul 18.30 WIB
60
Perempuan Cina menjadi korban perdagangan karena dianggap lebih rendah
dari laki-laki serta dianggap tidak dapat meneruskan garis keturunan. Para korban
biasanya akan dijanjikan harta, pernikahan, pendidikan atau pekerjaan yang layak.
Fenomena perdagangan perempuan Cina sampai saat ini masih terjadi, di Texsas
hampir terdapat 100 korban tiap bulannya di tangkap. Mereka merupakan korban
yang akan dikirim ke LA dan New York untuk bekerja sebagai pekerja seks komersil.
Saat ini terdapat 9000 bisnis pijat gelap di AS yang mempekerjakan perempuan Cina
dengan keuntungan sebesar US$ 2 billion.95 Perempuan Cina akan bekerja sebagai
pelayan domestik, dalam bidang pertanian, layanan makanan atau buruh. Biasanya
para korban yang diperdagangkan akan melewati New York serta San Fransisco.
Mereka bekerja dengan beban kerja selama 80 jam/minggu serta mendapat tempat
tinggal yang kecil.96 Perempuan Cina yang menjadi korban perdagangan di AS
biasanya berumur 25 sampai 50 tahun. Para korban berasal dari latar pendidikan yang
rendah, kemampuan bahasa inggris yang kurang serta kekurangan financial sehingga
para pelaku akan dengan mudah menipu calon korban.
C. Cina Sebagai Negara Transit
Cina juga berperan sebagai negara transit dalam perdagangan perempuan.
Kelompok kejahatan akan membawa para korban terlebih dahulu ke Cina untuk
dieksploitasi sebagai budak serta pekerja prostitusi. Selanjutnya para korban akan
95 Aliia Dastagir. 01 Maret 2019. From harmful fetishes to sex trafficking, Robert kraft case high lightrisks facing Asian women < www.Amp.usatoday.com > diakses tanggal 17 Juni 2019 pukul 18.00 WIB96 Annie Dullum.2015.Human Trafficking in the people’s Republic of China<http://www.google.com/amp/s/vdocuments.site/amp/human-right-and-human-trafficking-josef-korbel-school-of-international-studies.html > diakses tanggal 10 Februari 2019
61
dibawa ke Thailand dan Malaysia sebagai negara tujuan.97 Cina menjadi transit bagi
perdagangan perempuan karena dianggap strategis. Cina memiliki kedekatan wilayah
dengan beberapa negara GMS ( great Mekong subregion ) yakni Vietnam, Kamboja,
Thailand, Laos, dan Myanmar.98 Selain itu, perbatasan antar negara GMS juga
terbuka dan patrol perbatasan yang renggang sehingga ribuan korban perdagangan
manusia dengan mudah melewatinya. Negara di sekitar sungai mekong ini sebagian
besar merupakan negara sumber perdagangan perempuan. Perempuan-perempuan
tersebut akan dijual ke Jepang, Eropa atau AS melalui Cina.
4.4 Faktor Penyebab Perdagangan Perempuan di Cina
Perdagangan perempuan yang terjadi di Cina terus mengalami perkembangan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan fenomena ini masih
bertahan sampai saat ini. Dari pemaparan di atas, peneliti akan menjelaskan tentang
penyebab terjadinya perdagangan perempuan melalui aspek yang lihat dari dimensi
internal dan eksternal Cina.
1. Dimensi Internal
Perdagangan perempuan di Cina terus terjadi sampai saat ini. Hal tersebut
dikarenakan beberapa aspek yang medorong terjadinya perdagangan perempuan di
Cina. Adapun aspek dalam dimensi internal meliputi :
97 Mustari, Devi Ivon. 2013. Kebijakan Luar Negeri Cina Dalam Penanganan Women Traffficking.Skripsi. Makasar : Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Hassanudin. Hal 498 Gan, Christoher.2014.An Assessment of the Role of Nongovernment Organizations in CombatingTrafficking of Women and Children in Cambodia and Vietnam. Journal of GMS Development Studies.Vol 6. Hal 72
62
a. Aspek Budaya
Cina merupakan negara yang menganut sistem Patriarki, yang lebih
mengutamakan laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Cina memiliki pandangan
tersendiri terhadap perempuan, seperti yang ditulis dalam sastra Cina yang berasal
dari pandangan konfusianisme.99 Mereka menganggap bahwa kedudukan perempuan
lebih rendah.
“The female was in ferior by nature, she was dark as the moon andchangeable as water, jealous, narrow-minded and insinuating. She wasindiscreet, unintelligent and dominatedby emotion. Her beauty was asnare for the unwary male, the ruination of states”
Masyarakat Cina menganggap bahwa memiliki anak perempuan adalah beban bagi
keluarga tersebut karena setelah besar, perempuan akan meninggalkan orang tua dan
berbakti kepada suami. Para orang tua merasa bahwa anak perempuan yang telah
menikah akan berhenti menyediakan serta memenuhi kebutuhan keluarga kelahiran
mereka. Hal ini juga yang mendorong mahalnya biaya perkawinan di Cina. Orang tua
perempuan Cina akan memperhitungkan secara rinci biaya kehidupan perempuan dari
kecil hingga dewasa untuk dijadikan sebagai tawaran bagi calon suami. Jika calon
suami tidak menyanggupi biaya yang diberikan oleh orang tua perempuan, maka
orang tua perempuan berhak menolak pernikahan tersebut.
Pernikahan juga menjadi sesuatu yang wajib bagi laki-laki Cina untuk
mempertahankan keturunananya Namun, di Cina biaya perkawinan bagi perempuan
Cina membutuhkan biaya mahal karena populasi perempuan yang lebih sedikit
99 Guisso, Richard W. 1981. Thunder Over The Lake: The Five Classics And The Perception OfWomen In Early China. Women In China: Current Direction In Historical Scholarship. Hal 59
63
daripada laki-laki. Laki-laki Cina yang hidup dalam kemiskinan khususnya yang
tinggal dipedesaan tidak akan sanggup untuk memberikan mahar pengantin serta
membiayai upacara pernikahan perempuan Cina.100
Pada tahun 2017, laki-laki Cina memerlukan biaya sebesar 300 ribu yen atau
sekitar Rp. 622 juta untuk mahar perempuan Cina.101 Hal ini menyebabkan laki-laki
Cina khususnya yang berasal dari pedesaan dengan ekonomi yang rendah tidak
mampu untuk menikahi perempuan Cina. Pedagang perempuan akan memanfaatkan
kondisi tersebut dengan memperdagangkan perempuan sebagai penganti. Oleh sebab
itu, laki-laki pedesaan Cina lebih memilih perempuan dari luar negeri karena
pertimbangan biaya yang lebih murah. Laki-laki Cina akan membeli perempuan dari
broker perdagangan yang menyediakan jasa perdagangan perempuan. Hal ini
dilakukan untuk melanjutkan keturunan keluarga mereka.
Selain itu, di daerah pedesaan khususnya kelompok-kelompok minoritas
menggunakan sistem perjodohan bagi anak perempuan mereka. Anak perempuan
yang terlibat dalam perjodohan akan dikawinkan secara paksa. Biasanya perjodohan
ini melibatkan anak dibawah umur.102 Para orang tua cenderung kurang menyadari
bahwa perkawinan paksa yang melibatkan anak perempuan mereka akan
100 Ervan Handoko. 24 Februari 2017.Mahar Pernikahan Makin Mahal, Banyak Pria China SulitDapatIstrihttp://internasional.kompas.com/read/2017/02/24/16220421/mahar.pernikahan.makin.mahal.banyak.pria.china.sulit.dapat.istri Diakses pada tanggal 10 Mei 2019 pukul 14.30 WIB101 Yvette Tanmal. Vice.com 28 September 2018. Jomplangnya keseimbangan gender tiongkokmemicu penculikan perempuan asal Indonesia < www.vice.com/amp/id_id/articlenem7az> diaksespada tanggal 5 September 2019 pukul 17.50 WIB102 International Labour Organization (ILO), International Programme On The Elimination Of ChildLabour (IPEC). 2002. Yunnan Province, China Situation Of Trafficking In Children And Women: ARapid Assessment Report
64
menimbulkan perdagangan perempuan. Para Korban yang terjebak dalam perjodohan
cenderung tidak bahagia sehingga setelah menikah perempuan yang menjadi korban
cenderung memiliki hubungan yang sulit dalam keluraga. Hal ini akan menyebabkan
perempuan tersebut akan melarikan diri. Dalam proses melarikan diri inilah para
pelaku kejahatan akan mudah untuk merekrut perempuan tersebut sebagai korban
perdagangan manusia. Para pelaku perdagangan akan menjanjikan kebebasan dan
kehidupan yang lebih layak, sehingga membuat para korban perdagangan mudah
terjebak.
b. Aspek Sosial
Aspek selanjutnya yang menyebabkan perdagangan perempuan di Cina adalah
aspek social yang disebabkan oleh ketidakseimbangan gender dan diskriminasi
terhadap wanita. Ketidakseimbangan gender dimulai sejak munculnya kebijakan satu
anak atau One Policy yang dibuat oleh Den Xiaoping. Kebijakan ini merupakan
program keluarga berencana yang dibuat untuk menekan laju pertumbuhan penduduk
di Cina.103 Selain itu, kebijakan ini dibuat sebagai respon dari kebijakan yang dibuat
oleh Mao Zedong sebelumnya Pada masa pemerintahan Mao Zedong, penduduk
menjadi hal penting dalam pembangunan dan peningkatan perekonomian Cina
sehingga perlu adanya. peningkatan populasi. Hal inilah yang membuat Mao
mengizinkan setiap keluarga memiliki anak sebanyak-banyaknya. Selain itu, Mao
juga membuat kebijakan yang menekankan perhatian pada ibu dan anak sehingga
103 Tarbert, Hanna. 2014. Family Planning and Human Trafficking in China. Wright State University.Hal 5
65
pada tahun 1950-an terjadinya ledakan angka kelahiran. Kebijakan ini tentu membuat
jumlah populasi Cina semakin banyak.
Namun, pada tahun 1978 ketika Deng Xiaoping menggantikan Mao kebijakan
tersebut mengalami perubahan. Deng justru melihat tingginya laju pertumbuhan
penduduk di Cina menimbulkan berbagai masalah kependudukan seperti tingginya
angka pengangguran, masalah kesehatan, bahkan kriminalitas. Untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk di Cina, pada tahun 1979 Deng mengeluarkan kebijakan satu
anak ( one policy ).104 Pemerintah juga berusaha untuk menerapkan kebijakan ini
hingga ke daerah pedesaan Cina. Namun, keluarga diperbolehkan memiliki 2 anak
apabila anak pertamanya adalah perempuan, anak mengalami cacat mental, serta
cacat fisik. Jika tidak mematuhi peraturan yang diberikan makan akan terkena denda
yang cukup mahal. Apablia tidak dapat membayar denda, pemerintah memberikan
pilihan berupa perempuan tersebut melakukan aborsi kandunganya, melakukan
sterilisasi agar tidak terjadi kehamilan lagi serta yang terakhir adalah membuang anak
tersebut.
Pemerintah benar-benar serius dalam menjalankan kebijakan ini, keluarga
yang mengikuti kebijakan ini akan diberikan subsidi sebesar 5000 Yuan, diberikan
jaminan kesehatan dan pendidikan. Bagi keluarga yang tidak mengikuti kebijakan ini
juga mendapat sangsi sekitar 5000 sampai 100.000 Yuan tergantung pada jumlah
104 Barbara settles. 2002. The One Policy and Its Impact on Chinese Families diakses darihttps://www.researchgate.net/publication/228697017_The_OneChild_Policy_and_Its_Impact_on_Chinese_Families pada tanggal 1 april 2019pukul 17.40 WIB
66
anaknya.105 Kebijakan ini mampu menekan laju pertumbuhan penduduk saat itu,
Pemerintah Cina meyebutkan bahwa kebijakan ini berhasil mencegah lebih dari 400
juta kelahiran serta membantu pertumbuhan ekonomi yang baik.106 Pada mulanya,
kebijakan ini diharapan dapat menekan laju pertumbuhan penduduk di Cina, namun
nyataanya kebijakan ini justru mendorong terjadinya kelangkaan perempuan yang
mengakitbatkan maraknya perdagangan manusia. Selain itu, muncul masalah lainnya
seperti aborsi secara paksa, pemaksaan sterilisasi, pembuangan bayi perempuan,
infaktisisa, banyaknya anak-anak yang tidak terdaftar.
Dalam menjalankan kebijakan tersebut, Cina juga justru mengalami masalah
baru yaitu munculnya fenomena perdagangan manusia khususnya pada anak dan
kaum perempuan. Pada kenyataanya, dalam menjalankan kebijakan tersebut tidak
jarang ditemukan anak perempuan yang dibuang maupun diadopsi baik secara legal
maupun illegal. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan yang terjadi pada tahun 1992
terdapat 2.900 adopsi menjadi 55.000 pada tahun 2001.107 Selain itu, kebijakan one
policy ternyata menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan sex ratio antara laki-laki
dan perempuan sebesar 3,2% pada tahun 1980 yang terus meningkat menjadi 3,8%
pada tahun 2011.108 Ketimpangan rasio antara laki-laki dan perempuan menyebabkan
105 Husna, Wabila.2016. Efek kebijakan satu anak terhadap kehidupan perempuan di tiongkok: sebuahironi. Pusat penelitian sumber daya regional-lembaga ilmu pengetahuan Indonesia. Jurnal kajianwilayah Vol 7 Hal 147106 Madeline Fettwrly. 6 November 2014. Sex trafficking and One policy in Chinahttp://thediplomat.com dikases pada tanggal 10 Mei 2019 pukul 20.00107 Husna, Wabila.2016. Efek Kebijakan Satu Anak Terhadap Kehidupan Perempuan Di Tiongkok:Sebuah Ironi. Pusat penelitian sumber daya regional-lembaga ilmu pengetahuan Indonesia. Jurnalkajian wilayah Vol 7 Hal 148108Widowati, Arie. 2016. Evaluasi Kerjasama Tiongkok-Myanmar Dalam Menangani PerdaganganPerempuan Pada 2008-2013. Hal 80
67
laki-laki di Cina sulit menemukan pasangan. Hal ini menyebabkan banyak laki-laki
yang membeli perempuan-perempuan dari luar negeri untuk di jadikan sebagai
istrinya.
Selain itu, adanya diskriminasi terhadap perempuan menjadi salah satu
penyebab perdagangan perempuan. Di daerah pedesaan khususnya kelompok-
kelompok minoritas terlibat dalam perdagangan perempuan untuk perkawinan paksa
yang melibatkan anak dibawah umur.109 Para orang tua cenderung kurang menyadari
bahwa perkawinan paksa yang melibatkan anak perempuan mereka akan
menimbulkan perdagangan perempuan. Setelah menikah perempuan yang menjadi
korban perkawinan paksa cenderung memiliki hubungan yang sulit dalam keluraga
sehingga menyebabkan perempuan tersebut akan melarikan diri.
Dalam proses melarikan diri inilah para pelaku kejahatan akan mudah untuk
merekrut perempuan tersebut sebagai korban perdagangan manusia. Hal lain yang
berkaitan dengan diskriminasi perempuan adalah dalam pemberian upah. Upah yang
diberikan pada perempuan jauh lebih rendah dari laki-laki, meskipun beban kerja
yang ditanggung perempuan lebih besar. Perempuan-perempuan tersebut tentu
merasa kecewa sehingga akan mencari kegiatan lain untuk menambah pemasukan
mereka. Kondisi inilah yang dimanfaatkan oleh para pelaku perdagangan perempuan.
109 International Labour Organization (ILO), International Programme On The Elimination Of ChildLabour (IPEC). 2002. Yunnan Province, China Situation Of Trafficking In Children And Women: ARapid Assessment Report
68
c. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi menjadi penyebab terjadinya perdagangan perempuan yang
dilatarbelakangi kemiskinan serta lapangan pekerjaan yang kurang memadai.
Perekonomian Cina yang rendah saat itu membuat masyarakat Cina jatuh dalam
kemiskinan. Kemiskinan tentu berkaitan dengan kesejahteraan manusia yang
dampaknya mampu menyentuh aspek kehidupan manusia. Di Cina keluarga miskin
yang tidak berpendidikan, akhirnya membuat mereka juga sulit untuk mendapat
pekerjaan yang layak. Selain itu, masyarakat yang hidup dalam kemiskinan akan
mudah dirayu dan dijebak oleh para pelaku kejahatan perdagangan perempuan.
Pemerintah Cina berusaha memperbaiki perekonomian di Cina, pada tahun
1970-an, Cina melakukan reformasi dalam berbagai macam bidang termasuk
ekonomi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi angka kemiskinan yang terjadi di Cina
pada saat itu. Reformasi ekonomi yang digagas oleh Cina membawa pertumbuhan
ekonomi yang baik. Meskipun dari reformasi ekonomi yang dilakukan, terdapat juga
dampak negative yaitu membuat adanya kesenjangan antara daerah pedesaan dan
perkotaan. Tidak meratanya dampak positif yang dirasakan dari reformasi ekonomi
Cina, membuat daerah pedesaan terpuruk.110 Untuk dapat bertahan hidup serta
memenuhi kebutuhannya, masyrakat pedesaan melakukan migrasi ke daerah
perkotaan. Migrasi dilakukan dengan harapan bahwa masyarakat desa mendapat
kehidupan yang lebih layak. Selain itu, keluarga pedesaan juga akan menjual anak
perempuannya untuk melunasi hutang atau sekedar memenuhi kebutuhan mereka.
110 Widowati, Arie. 2016. Evaluasi Kerjasama Tiongkok-Myanmar Dalam Menangani PerdaganganPerempuan pada Tahun 2008-2013. Journal of International Relations. Volume 2. Nomor 1
69
Perempuan-perempuan di desa yang hidup dalam kemiskinan juga bermigrasi
ke kota untuk mencari pekerjaan yang diharapkan dapat mendorong perekonomian
keluarganya, meskipun dengan kemampuan dan keahlian sederhana atau bahkan
pendidikan yang rendah. Para perempuan akan dipekerjakan dengan paksa serta
mendapat upah yang tidak sesuai atau lebih rendah dibandingkan pekerja laki-laki.111
Selain itu, para perempuan desa yang melakukan migrasi tidak disertai dokumen-
dokumen yang ilegal sehingga membuat mereka dengan mudah menjadi korban
perdagangan. Lapangan pekerjaan serta upah yang minim membuat perempuan-
perempuan Cina berputus asa dalam kemiskinannya. Inilah yang menjadikan
perempuan rentan menjadi korban perdagangan manusia di Cina.
2. Dimensi Eksternal
Dimensi eksternal dapat meliputi beberapa aspek seperti pengaruh globalisasi
maupun akibat konflik yang terjadi di beberapa negara. Perdagangan perempuan yang
terjadi di Cina tidak terlepas dari pengaruh globalisasi. Globalisasi menyebabkan
hilangnya batas-batas negara sehingga mempermudah perpindahan orang, barang dan
jasa dari suatu negara ke negara lain. Selain itu, terjadi peningkatan keterkaitan antar
negara yang melahirkan kesejahteraan serta kemajuan peradaban.
Globalisasi juga ditandai dengan adanya kemajuan teknologi dalam informasi
dan komunikasi. Namun, pada kenyataannya globalisasi juga memberikan dampak
negative. Globablisasi ternyata memberikan adanya ketidaksetaraan ekonomi di
111 BBC News. 13 Maret 2018. Para Perempuan Cina memikul biaya dan beban ekonomi pasardiakses https://www.bbc.com/indonesia/vert-cap-43298632 pada tanggal 15 april 2019 pukul 20.00WIB
70
belahan dunia. Pada akhirnya, ketidaksetraan ekonomi ini menyebabkan banyak
orang bermigrasi untuk mencari pekerjaan ke negara lain yang dianggap lebih maju.
Pada kondisi inilah menyebabkan perdagangan manusia khususnya perempuan di
dunia marak terjadi. Sejak tahun 2012 sampai 2017 terjadi peningkatan perdagangan
manusia dari 20.900.000 menjadi 40.300.000 orang.112
Perdagangan perempuan yang terjadi di Cina juga tidak terlepas dari pengaruh
globalisasi. Korban perdagangan yang berasal dari negara-negara yang berbatasan
dengan Cina seperti, Myanmar, Vietnam, Thailand, Laos, Kamboja, Korea Utara atau
Indonesia. Kehidupan yang kurang layak membuat perempuan perempuan dari
negara tetangga ingin pergi ke Cina dengan harapan dapat memperbaiki
perekonomiannya. Hal ini dikarenakan Cina merupakan salah satu negara di Asia
dengan perkembangan ekonomi yang cukup pesat. Cina didukung oleh industry-
industri raksasa yang menjadikan Cina sebagai negara adikuasa baru di Asia. Di
tahun 2005, Cina memiliki GDP sebesar 18.308.5000 US Dolar. 113
Selain itu globalisasinya juga memberi kemajuan dalam bidang teknologi
yang ternyata dapat juga mempermudah para pelaku kejahatan ( triad ) untuk
melakukan kejahatannya. Triad secara umum terdiri dari beberapa kelompok yang
terorganisir dengan sistem hirarki yang independen namun mereka memiliki tujuan
yang sama. Dengan adanya teknologi yang semakin maju, membuat kelompok triad
akan dengan mudah mengkordinir anggotanya di beberapa negara untuk merekrut
112 Pamela Encinas. 2018. The Correlation Between Globalization And Human Trafficking<www.humantraffickingcenter.org > diakses pada tanggal 17 JUni 2019 pukul 20.00 WIB113 China economic profile database < http://www.cia.gov > diakses pada tanggal 17 Juni 2019 pukul19.30 WIB
71
ataupun menjual korbanya. Triad sendiri telah berkembang sampai ke AS, Canada,
Hongkong, Malaysia, Singapura, Thailand, Myanmar serta Taiwan.114 Kemajuan
teknologi juga memudahkan para pelaku untuk menjual perempuan-perempuan
melalui internet, sehingga proses lebih efisien. Sebagai contoh, terdapat situs jual beli
online di Cina yang menawarkan pengantin asal Vietnam. Situs jual-beli Taobao
menawarkan perempuan Vietnam tersebut seharga 9.980 Yuan.115 Ini merupakan
salah satu dampak dari kemajuan teknologi yang muncul di era globalisasi.
Penyebab perdagangan perempuan di Cina adalah akibat terjadinya konflik
serta lemahnya pengawasan pemerintah di daerah perbatasan yang rawan dalam
perdagangan perempuan. Pengawasan yang kurang di daerah perbatasan dari
pemerintah membuat para pelaku kejatahan dengan mudah menyelundupkan
perempuan-perempuan dari berbagai negara untuk diperdagangkan. Perempuan-
perempuan dari negara-negara tetangga seperti Vietnam, Myanmar, Kamboja dengan
mudah masuk ke Cina yang biasanya melalui Provinsi Yunnan.
Konflik di suatu negara juga dapat menimbulkan terjadinya perdagangan
manusia tidak terkecuali dengan perdagangan perempuan.116 Berbagai konflik yang
terjadi di beberapa belahan dunia akan mempengaruhi berkembangnya kejahatan
perdagangan manusia. Konflik yang terjadi akan menghasilkan korban penungsi yang
114 Nizmi, Yusnarida Eka.2011 Analisis Routine Activity Theory Dalam perdagangan Seks di Thailand,China, dan Vietnam. Vol 6,No.1, April 2011. Hal 38115 Emirald Julio. 18 November 2015. Situs Cina tawarkan pengantin Perempuan Asal Vietnam <www.news.okezone.com/amp/2015/11/17/18/1251174 > diakses pada tanggal 17 Juni 2019 pukul19.30 WIB116 Shelley, Louise. 2010. Human Trafficking: A Global Prespective. Cambridge University Press. Hal149
72
akan dengan mudah terjebak dalam kejahatan ini. Hal ini juga yang menjadi salah
satu pendorong terjadinya perdagangan manusia di Cina. Myanmar merupakan salah
satu negara yang menjadi penyumbang dalam perdagangan perempuan di Cina. Hal
ini disebabakan oleh kondisi dalam negeri Myanmar yang kurang stabil akibat
munculnya beberapa konflik. Seperti konflik yang terjadi pada tahun 2011 di
Myanmar. Konflik tersebut terjadi anatara pasukan militer Myanmar dengan salah
satu pemberontak kemerdekaan Kachin ( KOI ). Kachin merupakan wilayah utara
Myanmr yang dihuni oleh kaum minoritas Myanmar atau etnis Kachin. Etnis Kachin
telah berjuang untuk mendapatkan otonomi di Myanmar sejak 1961 sampai saat ini.
Konflik ini tentu menimbulkan krisis di Myanmar, yang menelantarakan
ribuan pengungsi sehingga menurut laporan badan pengungsi Kachin terdapat
sebanyak 15.000 pengungsi tinggal di dekat Laiza.117 Selain itu, pengungsi juga pergi
ke pengungsian yang terdapat di Provinsi Yunnan Cina. Dalam proses pengungsian,
pengungsi juga mengalami kekurangan pangan, obat-obatan, dan pakaian. Kondisi
tersebut membuat para pelaku kejahatan memanfaatkan pengungsi etnis Kachin untuk
menjadi korban perdagangan manusia. Diperkirakan terdapat 7500 perempuan
Kachin meninggalkan pengungsian dan akhirnya menjadi korban perdagangan
perempuan. Perempuan-perempuan ini akan dijual sebesar $ 10.000-15.000 untuk
dikawinkan dengan laki-laki Cina yang tinggal di wilayah pinggiran.118
117 Masalah Rohingya Belum Selesai, Ribuan Orang Kachin Kabur Di Myanmar.www.Bbc.Com/Indonesia/Amp/Dunia-43939573 . Diakses Pada Tanggal 1 Juli 2019 Puku 20.00 WIB118Ribuan Perempuan Myanmar Dijual Dan Dipaksa Menikah Di Cinawww.M.Cnnindonesia.Com/Internasional/20181207182242-106-351961/ Diakses Pada Tanggal 1 Juli2019 Pukul 19.30 WIB
73
Biasanya laki-laki yang akan menjadi calon suami mereka memiliki kondisi
yang kurang sehat dan disabilitas. Korban pengungsian ini juga mempunyai peluang
terjebak dalam perdagangan manusia. Kehidupan pengungsi yang terbatas di
pengungsian membuat para korban pengungsi menginginkan kehidupan yang lebih
baik. Pelaku perdagangan akan menipu pengungsi dengan menjanjikan akan di
evakuasi ke tempat yang lebih baik. Namun pada akhirnya mereka akan
diperdagangkan untuk perkawinan paksa, budak atau pekerja seksual.
BAB VI
PENUTUP
Bab ini merupakan bab akhir pada penelitian ini. Dalam bab ini peneliti akan
membagi kedalam dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran. Pada sub bab pertama
berisi kesimpulan yang akan memaparkan hasil penelitian secara keseluruhan.
Selanjutnya pada sub bab saran akan diberikan saran serta rekomendasi baik untuk
pemerintah maupun aktor yang bersangkutan, dan juga rekomendasi untuk penelitian
yang akan dilakukan di kemudian hari yang berkaitan dengan penelitian ini.
6.1 Kesimpulan
Perdagangan perempuan yang terjadi di Cina sudah berjalan sejak lama dan
masih berlanjut hingga saat ini. Perdagangan perempuan di Cina mengalami
perkembangan dalam wilayah perdagangan, bentuk, motif serta cara perekrutan
korban perdagangan. Peneliti melihat bahwa untuk menangani perdagangan
perempuan yang termasuk dalam kejahatan transnasional, upaya yang dilakukan
bukan hanya upaya Yurisdiksi nasional dan upaya multilateral seperti yang
dikemukan oleh Yuliya Zabyelina. Peneliti menemukan adanya dua upaya tambahan
dalam menangani fenomena perdagangan perempuan yang dilakukan oleh
Pemerintah Cina yaitu melalui upaya kebijakan nasional serta upaya bilateral.
113
Pemerintah Cina sejak tahun 2013 sampai 2018 melakukan berbagai upaya, sebagai
berikut :
1. Pemerintah melakukan upaya yurisdiksi nasional melalui amandemen.
melakukan amandemen UU pada pasal 240 serta pasal 241 pada tahun 2015
untuk menyempurnakan hukum yang sudah ada sebelumnya. Setelah
amandemen pemerintah berfokus pada perdagangan perempuan Cina keluar
negeri serta memberikan sanksi kepada pembeli korban perdagangan
perempuan.
2. Upaya selanjutnya yang dilakukan pemerintah adalah upaya multilateral yang
dilakukan Cina dengan organisasi internasional maupun regional. Cina
menajalin kerjasama dengan organisasi internasional seperti IOM, UNIAP
serta UN WOMEN dengan membuat kesepakatan, pelatihan serta sosialisasi.
Sedangkan dalam orgaisasi regional, Pemerintah Cina berbagung dalam
COMMIT yaitu organisasi regional di sekitar kawasan sungai Mekong.
Kerjasama yang dilakukan menghasilkan Mou serta Sub-regional Plan of
Action (SPA) IV ( 2015-2018 ) System building and sustainability. SPA IV
didasarkan pada identifikasi tujuan yang dapat dicapai melalui proses
COMMIT dan kerangka anti perdagangan manusia di sub wilayah Mekong.
3. Selain itu, Pemerintah Cina juga telah melakukan upaya kebijakan National
Plan Action (NPA) untuk jangka waktu 2013-2020. NPA dibuat untuk
memprioritaskan pencegahan, menggabungkan antara penanganan dan
pencegahan serta perlindungan bagi para korban. Selain itu, Pemerintah juga
114
menghapus kebijakan One Policy yang dianggap sebagai salah penyebab
terjadinya perdagangan perempuan di Cina.
4. Pemerintah Cina juga melakukan upaya bilateral dengan menjalin kerjasama
dengan negara yang dianggap terlibat dalam perdagangan perempuan yang
terjadi di Cina. Kerjasama Cina dijalin bersama negara Myanmar, Vietnam
dan Laos. Kerjasama dilakukan dengan cara melakukan penguatan terhadap
perbatasan yang dianggap sebagai jalur perdagangan perempuan dengan
mengadakan patroli bersama. Selain itu, memberikan pertukaran informasi
terhadap di semua tingkatan untuk melawan pelaku perdagangan melalui
konferensi serta yang terakhir adalah perlindungan terhadap korban
perdagangan perempuan.
6.2 Saran
Berikut merupakan beberapa saran dan pertimbangan yang disajikan
berdasarkan penelitian ini, yaitu:
1. Menjadikan isu perdagangan perempuan di Cina sebagai isu nasional yang
prioritas sehingga membuat adanya kemajuan dalam penyelesaian kasus
perdagangan perempuan yang terjadi di Cina.
2. Pemerintah Cina perlu menambah upaya melalui penyadaran dan
pengetahuan yang berkaitan dengan perempuan sehingga masyarakat tidak
lagi menganggap perempuan sebagai mahluk yang lemah dan tidak
berdaya seperti budaya yang diyakini Cina.
115
3. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan topik serupa
disarankan untuk meneliti upaya bilateral Cina dalam menangani
perdagangan perempuan. Hal ini menjadi menarik karena di tengah trend
multilateral yang dilakukan beberapa negara karena cost yang lebih murah
untuk menyelesaikan masalah, Cina justru masih menggunakan upaya
bilateral.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Atmasasmita, Romli..Dampak ratifikasi Konvensi Transnasional Organized Crim( TOC ). 2004. Badan Pembinaan Hukum Nasional Jakarta: DepartemenKehakiman dan Hak Asasi Manusia RI
Babbie, Earl. 2014. The Practice of Social Reasearch, 13th edition.
Bakry, Ms Noor. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : PustakaBelajar.
Bouloukos, Adam. 2003. Transnational organised Crime in Europe and NorthAmerica: towards a framework of prevention. Loughborough University
Huberman,Michael, Mattew Milles dkk.2014.Qualitative data Analysis A MethodsSourcebook 3td Edition. SAGE
Kencana,Inu.2010. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Rafika Aditama.
Oscar, Schacter. 1991. Internasional Law in Theory and Practice, Dardrecht. P:Martinus nijhaff Publishers
Rahardjo, Mudijia.1999. Triangulasi Dalam Penelitian Kualitatif. Rajawali Press:Bandung
Sefriani.2014. Hukum Internasional : Suatu Pengantar.Cetakan IV.RajawaliPers.Jakarta
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatifdan R&D. Alfabeta: Bandung
Subhan, Zaitunah.2015. Al-Quran Dan Perempuan: Menuju Kesetaraan GenderDalam Penafsiran. Jakarta:kencana. Hal 1
Shelly, Louise. 2010. Human Trafficking: A Global Prespective. CambridgeUniversity Press
Wang F.L. 2003. organizing through exclusion and division:China’s hukousystem. Stanford university press California.
Williams, Paul D. 2008. Security Studies an Introduction. Oxford: Routledge
Yentryani, Andi. 2004. Politik pedagangan perempuan. Galang Press: Yogyakarta
Zainuddin & Masyhuri. 2008. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis danAplikatif. Bandung: Refika Aditama
Jurnal/ Working Paper:
Barkici, Kadriye. 2009. “Human Trafficking and Forced Labour: A critismn of theInternational Labour Organisation”. Journal of Finansial Crime. Vol. 16Iss, 2, London 2009: 161
Buckley, Ebrey Patricia. 1991. Marriage and inequality in Chinese society.Berkeley: university of California press.
Buzan, Barry; Ole Waver & Jaap de Wilde. 1998. Security : A New Frame Workfor Analysis. Boulder Colo: Lynne Rienne
Chu, Cindy Yik Yi. 2011. Human trafficking and smuggling in China. Journal ofContemporary China. Vol 20
Dordevic, Sasa. 2009. Understanding TOC as A Security Threat & SecurityTheories. Carl Schmitt and Compenhagen School of Security Studies
Fietri, Fienencia. 2017. Kerjasama Keamanan Asean-China Security CooperationIn The Field Of Non Traditional Issues Dalam Mengatasi Drug
Trafficking Dan Human. Skripsi Universitas Muhamadiyah Malang
Gan,Christoper.2014.An Assessment of the Role of Nongovernment Organizationsin Combating Trafficking of Women and Children in Cambodia andVietnam. Journal of GMS Development Studies. Vol 6
Guisso, Richard W. 1981. Thunder Over The Lake: The Five Classics And ThePerception Of Women In Early China. Women In China: Current
Direction In Historical Scholarship
Husna, Wabilia.2016. Efek Kebijakan Satu Anak Terhadap KehidupanPerempuan Di Tiongkok:Sebuah Ironi. Jurnal Kajian Wilayah. Vol.7 No.2
Lestari,Dwi Ayu..2017.Perdagangan perempuan Vietnam ke tiongkok tahun 2005-2009: prespektif feminism-sosialis. Universitas dipenegoro. Journal ofinternastional.vol 3 no.1. hal 4
Martin, Clarence.1990. Slavery During China In Former Han Dynasty 206 BC-AD 25.Vol.34
Makhfudz,M. Kajian Praktek Perdagangan Orang di Indonesia. UniversitasTama Jagakarsa. Jurnal Hukum Vol. 4 No.1
Mustari, Devi. 2013. Kebijakan Luar Negeri China Dalam Penanganan WomenTrafficking 2007- 2012. Makasar: Universitas Hasanudin
Nizmi, Yusnarida Eka. 2015. Analisa Routline Activity Theory DalamPerdagangan Seks Di Thailand, China Dan Vietnam. Andalas Journal OfInternational Studies, Vol. 4 No.1
Quanbao Jiang. 2011. Trafficking in Women in China. Xi’an Jiaotong University
Subono, Nur Iman. Jurnal Perempuan: Trafficking dan Kebijakan, YayasanJurnal Perempuan, Jakarta Selatan
Shuheng,Li.2007.Chinese Practices in Fighting Against Transnational OrganizedCrime, International Centre for Criminal Law Reform and Criminal JusticePolicy.Canada.
Tarbert,Hanna. 2014. Family Planning and Human Trafficking in China. WrightState University
Tefenburn, Susan. 2008. Human Trafficking in China. University of St. ThomasLaw Journal Volume 6 Issue 1
Tiefenburn, Susan&Christie Edward. 2008.Gendercide and the Cultural Contextof Sex Trafficking in China.
Trang, Madelene. 2013. The Trafficking Of Women In China, Is Gender ADefining Vulnerability ?. Department of Sociology: Lund University
Triono.2013. Pengaruh globalisasi terhadap perdagangan perempuan diIndonesia. Jurnal TAPIs Vol.9 No. 1
Widowati, Arie. 2016. Evaluasi Kerjasama Tiongkok-Myanmar DalamMenangani Perdagangan Perempuan Pada 2008-2013
Yurie, Agita,.2014. Gambaran Kehidupan Perempuan Cina Tradisional DalamNovel The Good Earth Karya Pearl S Buck. Universitas Indonesia
Yuliawati,Susi. 2018. Perempuan Atau Wanita ? Perbandingan Berbasis KorpusTentang Leksikon Berbias Gender. Paradigma Jurnal Kajian Budaya
Vol.8 No.1
Zheng, Tiantian. 2018. Human trafficking in China. Journal of historicalarchaeology & anthropological sciences Volume 3 Issue 2 – 2018.Department of Anthropology, State University of New York, USA
Zabyelina, Yuliya. 2011. Transnational Organized Crime in InternationalRelation. CEJISS
Laporan:
China National Plan of Action on Combating Trafficking in Women and Children(2008-2012)
Trafficking in Person : U.S Department’s Office to Monitor and CombatingTrafficking in Person 2010-2017
The Law library of congress. Training related to combating human trafficking inselected countries report.2016
UNIAP Final Report Phase III 2007-2014
UNIAP. Strategic Information Response Network: Anti-Trafficking Action inChina. 2010
UNESCO. Trafficking in Human Being: human rights, and transnational criminallaw, developments in law and practice. 2010
United Nations Human Rigts Office of the High Commisioner, Human Rights andHuman Trafficking fact Sheet No.36, 2014
Yunnan Province Women's Federation, "Yunnan Province, China Situation inofTraffickin gin Children and Women: a Rapid Assessment," Report.International labour Organization and International Programme on theElimination of Child labour.2012
Sumber Online:
Zenz.2018.China’s Domestic Securityspending: An Analysis Of AvailableData < Http://Jamestown.Org/Program Diakses Pada Tanggal 12 Agustus2019
Aliia Dastagir.. From harmful fetishes to sex trafficking, Robert kraft case highlight risks facing Asian women < www.Amp.usatoday.com > diakses tanggal17 Juni 2019
Annie Dullum.2015.Human Trafficking in the people’s Republic of China<http://www.google.com/amp/s/vdocuments.site/amp/human-right-and-human-trafficking-josef-korbel-school-of-international-studies.html >diakses tanggal 10 Februari 2019
Anna Diamond. The women who waged war against sex trafficking in sanfransisco < www.Smithsonian.com> dikases tanggal 17 Juni 2019
Anti Trafficking Action In Chinahttp://www.ilo.org/public/english/region/asro/bangkok/child/trafficking/wherewework-chinadetail.htm pada tanggal 20 Februari 2013
AS Tambahkan 8 Negara dalam Daftar Hitam Perdagangan Manusia, tersediamelalui <www.Voaindonesia.com> diakses pada 3 Januari 2018
Barbara settles. 2002. The One Policy and Its Impact on Chinese Families diaksesdarihttps://www.researchgate.net/publication/228697017_The_OneChild_Policy_and_Its_Impact_on_Chinese_Families pada tanggal 1 april 2019
BBC News. 13 Maret 2018. Para Perempuan Cina memikul biaya dan bebanekonomi pasar diakses https://www.bbc.com/indonesia/vert-cap-43298632pada tanggal 15 april 2019
Coalition Against Trafficking in Women: Trafficking and Prostitution in AsiaPasific, tersedia melalui<http://www.uri.edu/artsci/hughes/catw/philos.html> diakses pada 5Januari 2019
Cina national plan of action on combating trafficking in women and children2008- 2012<www.Cina_national_plan_of_action_on_combating_trafficking_in_
women_and_desember_2007.pdf > diakses pada tanggal 11 Juni 2019
Cina tampung 3.000 pengungsi dari konflik Myanmarwww.internasional.kompas.com. Dikases pada tanggal 16 Juni 2019
China economic profile database < http://www.cia.gov > diakses pada tanggal 17Juni 2019
China maintains tough crackdown on human trafficking in 2016<http://english.www.gov.cn/state_council/ministries/2017/07/14/content_281475727659662.htm> diakses pada 29 Juli 2019
China police raids rescue 1,100 trafficked women<https://www.bangkokpost.com/world/1699480/china-police-raids-rescue-1-100-trafficked-women> diakses pada tangga; 25 Juli 2019
CTDC global dataset, tersedia melalui <www.ctdatacollaborative.org> diaksespada tanggal 22 Desember 2018
Cina. Diakses melalui https://www.state.gov/reports/2017-trafficking-in-persons-report/china/ pada tanggal 10 Juli 2019
Cina. Diakses melalui https://www.refworld.org/docid/5b3e0b764. html padatanggal 11 Juli 2019
Eugene K. Chow. The Chinas’s Trafficked Brideshttps://thediplomat.com/2017/07/chinas-trafficked-brides/. Diakses padatanggal 20 Juni 2019
Emily feng. 2018. Security spending ramped up in China’s restive Xinjiang regionhttp://www.google.com/amp/s/amp.ft.com/content/ diakses pada tanggal
11 Agustus 2019
Emirald Julio. 18 November 2015. Situs Cina tawarkan pengantin PerempuanAsal Vietnam < www.news.okezone.com/amp/2015/11/17/18/1251174 >
diakses pada tanggal 17 Juni 2019
Ervan Handoko. 24 Februari 2017.Mahar Pernikahan Makin Mahal, Banyak PriaChina Sulit Dapat Istrihttp://internasional.kompas.com/read/2017/02/24/16220421/mahar.pernikahan.makin.mahal.banya k.pria.china.sulit.dapat.istri Diakses pada tanggal10 Mei 2019
Human trafficking in China Dikses melaluihttps://www.globalslaveryindex.org/2018/findings/country-studies/china/pada tanggal 11 Juli 2019
IOM 2011, Data on human trafficking global figures & trends, Februari 2012,<http://www.unric.org> diakses pada 18 September 2018
IOM. Diakses melalui https://www.iom.int/ pada tanggal 20 Juli 2019
Interpol, Factsheets: “Trafficking in Human Beings” dalam<www.interpol.go.id.>
diakses 2 November 2018
International Development Law Organization (IDLO), dalam <www.idlo.int>diakses pada 02 November 2018 pukul 20.00 WIB
Jual beli Wanita di Cina, Wanira Korea bisa dinikahi dengan harga 2 jutahttps://www.tribunnews.com/internasional/2019/05/21/jual-beli-wanita-di-china-wanita-korea-utara-bisa-dinikahi-dengan-harga-rp-2-juta. Diaksespada tanggal 1 Juli 2019
Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online http://kbbi.web.id/perintah.htmldiakses tanggal 9 oktober 2019
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online<http://kbbi.web.id/perempuan.html> diakses pada tanggal 9 Oktober
2019
Kementerian keamanan public Diakses melalui http://www.Mps.gov.cn padatanggal 11 Agustus 2019
Laos Diakses melalui http://www.la.one.un.org/media-center/news-and-features/115-lao-pdr-and-people-s-republic-of-china-sign-an-agreement-to-enhance-cooperation-against-trafficking Pada tanggal 22 Juli 2019
“Laporan Golongan Kejahatan Transnasional”, dalam <http://ncic.polri.go.id>diakses pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 2018.
Law On The Protection Of Women Rights And Interest dalam<Www.Unescap.Org/Esid/Psis/Population/Database/Poplaws/Law_Cina/Ch_Rec ord002.Htm> Diakses Pada Tanggal 15 Juni 2019
Josh Chin.China Spends More On Domestic Security As Xi’s Powers Grow<Http://Www.Wsj.Com/Amp/Articles/China-Spends-More-On-Domestic-Security-As-Xi’s-Powers-Grow-1520358522> Diakses Pada Tanggal 10Agustus 2019
Madeline Fettwrly. 6 November 2014. Sex trafficking and One policy in Chinahttp://thediplomat.com dikases pada tanggal 10 Mei 2019
Masalah Rohingya Belum Selesai, Ribuan Orang Kachin Kabur Di Myanmar.Www.Bbc.Com/Indonesia/Amp/Dunia-43939573 . Diakses Pada Tanggal
1 Juli 2019
M.Suhbah. Alamak, selir kaisar Cina 3000 orang. Internasional.Kompas.com<www.internasional.kompas.com/read/2011/11/10/21354512/alamak.selir.kaisar.3000.orang> diakses pada tanggal 10 Juni 2019
Muhaimin. Kekurangan wanita, para pria lajang Cina “impor” gadis Vietnam<www. Internasional.sindonews.com/Kekurangan-wanita-para-pria-
lajang- Cina-impor-gadis Vietnam
Mom Kunthear. China agrees on anti-human trafficking cooperation<https://www.khmertimeskh.com/488891/china-agrees-on-anti-human-trafficking-cooperation/> diakses pada tanggal 25 Juli 2019
MTV EXIT 2013.Human traffic: China (http://youtu.be/JHY4XlwUPJI ) diaksespada tanggal 1 Agustus 2019
Negara dengan Perbudakan Modern Terbanyak di Dunia. 21 Februari 2018tersedia melalui <www.Sindonews.com> diakses pada tanggal 3 Januari2019
Pamela Encinas. 2018. The Correlation Between Globalization And HumanTrafficking <www.humantraffickingcenter.org > diakses pada tanggal 17Juni 2019
Peace Palace Library. Transnational Crime Introduction<http://www.peacepalacelibrary.nl/reasearch-guides/international-criminallaw/transnational-crime/ > diakses pada tanggal 20 Desember 2018
Rodriguez. The Historical Encyclopedia Of World Slavery Vol.1http://www.books.google.co.id diakses pada tanggal 12 Agustus 2019
Ribuan Perempuan Myanmar Dijual Dan Dipaksa Menikah Di CinaWww.M.Cnnindonesia.Com/Internasional/20181207182242-106-351961/Diakses Pada Tanggal 1 Juli 2019
Zheng.2013. China: Sex Work and Human Trafficking<www.fairobserver.com > diakses pada tanggal 5 Juni 2019
The program for the development of the Chinese Women (1995-2000)<www.Unescap.Org/Esid/Psis/Population/Database/Poplaws/Law_Cina/h_Record016.Htm> Diakses pada Tanggal 15 Juni 2019
The Law Library of Congress < https://www.loc.gov/law/help/human-trafficking/china.php > pada tanggal 15 Juli 2019
Tier Placement teredia melalui < http://www.state.gov > diakses pada tanggal 1November 2018
Training Related to Combating Human Trafficking: China<https://www.loc.gov/law/help/human-trafficking/china.php> diakses
pada 29 Juli 2019
Trafficking in Person Report. Diakses dari https://www.state.gov/j/tip/rls/tiprpt/pada 4 Januari 2019
Trafficking in person Report 2013 China.www.refworld.org/docid/51c2f3cc18.html diakses pada tanggal 19 Juni2019
UN Women Diakses melalui http://asiapacific.unwomen.org/en/countries/chinapada tanggal 2 Juli 2019
UN-ACT.Memorandum of Understanding on Cooperation against Trafficking in
Persons in the Greater Mekong Sub-Region. Diakes dalam http://un-act.org/publication/view/2004-commit-mou/ pada tanggal 10 Agustus2019
UN ACT Diakses melalui www.un-act.org pada tanggal 8 Juli 2018
Washington China Pelaku Perdagangan Manusia Terburuk di Dunia tersediamelalui <www.internasional.kompas.com> Rabu 28 Juni 2017 diakses
pada tanggal 12 Januari 2019
Women tradisional China diakses melaluiwww.asiasociety.org/education/women- traditional-china pada tanggal 20Sepetember 2019
Vietnam :Trafficking workers eksploited in Chinahttps://www.refworld.org/docid/4ed38fad2.html diakses pada tanggal 2Juli 2019
Yvette Tanmal. Vice.com 28 September 2018. Jomplangnya keseimbangangender
tiongkok memicu penculikan perempuan asal Indonesia <www.vice.com/amp/id_id/articlenem7az> diakses pada tanggal 5 Juni2019
Yeganeh Torbati. US brands China as among worst human traffcikng offendershttps://www.reuters.com/article/us-usa-trafficking-idUSKBN19I21SDiakses pada tanggal 12 Juni 2019
Zofeen T. Ebrahim. Poor Pakistani women trafficked as brides to Chinahttps://www.reuters.com/article/us-pakistan-women-trafficking/poorpakistani women-trafficked-as-brides-to-china-idUSKCN1SF2BN.Diakses pada tanggal 12 Juni 2019 pukul 11.00 WIB