Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BIDANG
TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN PENDEKATAN
BALANCED SCORECARD DAN COBIT 5:
STUDI KASUS PT MERCEDES-BENZ INDONESIA
KARYA AKHIR
ALFI WAHYUDI
1106144361
FAKULTAS ILMU KOMPUTERPROGRAM STUDI
MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI
JAKARTA
JANUARI 2014
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BIDANG
TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN PENDEKATAN
BALANCED SCORECARD DAN COBIT 5:
STUDI KASUS PT MERCEDEZ-BENZ INDONESIA
KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Teknologi Informasi
ALFI WAHYUDI
1106144361
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI
JAKARTA
JANUARI 2014
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
ii Universitas Indonesia
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
iii Universitas Indonesia
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
iv Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan Karya Akhir ini. Penulisan karya akhir ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister
Teknologi Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas
Ilmu Komputer – Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, dan dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan karya akhir ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikannya.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Riri Satria, S.Kom., MM. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu, tenaga, dan sumbangan pemikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penulisan Karya Akhir ini;
2. Dr. Achmad Nizar Hidayanto, selaku Ketua Jurusan Magister Teknologi
Informasi, Fakultas Ilmu Komputer – Universitas Indonesia;
3. Bob Hardian, Ph.D. selaku Penguji I dan Rizal Fathoni Aji, M.Kom. selaku
Penguji II yang telah membantu penulis menyempurnakan Karya Akhir ini;
4. Bapak Ary Wardhana, selaku CIO Information Technology Management PT
Mercedez-Benz Indonesia, dan Ibu Maya Budiwati selaku Manajer
Information Technology Management PT Mercedez-Benz Indonesia yang
telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang penulis perlukan;
5. Para karyawan Departemen Teknologi Informasi PT Mercedez-Benz
Indonesia, khususnya Ibu Herlita Doresdiana, Rizki Andika S.Kom., Mas Bayu
Fajar, Mas Valestino, Mas Bayu Ismoyo, dan Langga yang sangat
berkontribusi dalam penyelesaian Karya Akhir ini.
6. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungan moril dan
materil agar penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini;
7. Para Asisten Dosen, Mas Henry Christianto, Mas Haris Munandar, Nila
Prawitasari Kristyaningrum yang dengan penuh kesabaran membimbing serta
memberikan ilmu dan wawasannya agar Karya Akhir ini dapat terselesaikan;
dan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
v Universitas Indonesia
8. Teman-teman di 2011FA dan 2012SC, The WolfGank, ahli hisab pantry serta
teman-teman seperjuangan Bootcamp yang sangat membantu penulis dalam
kesuksesan memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Akhir ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, Januari 2014
Penulis
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
vi Universitas Indonesia
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
vii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Alfi Wahyudi
Program studi : Magister Teknologi Informasi
Judul : Penyusunan Indikator Kinerja Utama Bidang Teknologi
Informasi dengan Pendekatan Balanced Scorecarddan
COBIT 5: Studi Kasus PT Mercedes-Benz Indonesia.
Sebuah bagian penting dari tata kelola TI melibatkan perancangan dan penerapan
struktur dan kontrol untuk mengukur kehandalan kinerja TI dan memberikan value
kepada para pemangku kepentingan bisnis baik internal maupun eksternal. Nilai
bisnis strategis, seperti yang diharapkan oleh eksekutif, seringkali mencakup
pengukuran keuangan dan tindakan lainnya berdasarkan value yang diinginkan
stakeholder. Banyak inisiatif tata kelola memanfaatkan teknik balance scorecard,
mengukur seluruh kinerja TI pada satu set dimensi yang berbeda seperti pencapaian
tujuan bisnis, kepuasan pengguna, keunggulan operasional, dan dukungan untuk
pembelajaran dan pertumbuhan.
COBIT 5 menyediakan kerangka kerja yang komprehensif yang membantu
perusahaan dalam mencapai tujuan mereka untuk tata kelola dan manajemen
perusahaan IT. Secara sederhana, hal ini membantu perusahaan menciptakan nilai
yang optimal dari TI dengan menjaga keseimbangan antara menyadari manfaat dan
mengoptimalkan tingkat risiko dan penggunaan sumber daya. COBIT 5
memungkinkan TI untuk diatur dan dikelola secara holistik untuk seluruh
perusahaan, bertanggung jawab mengatur bisnis secara penuh (end-to-end)
termasuk bidang fungsional TI, dan menyadari kepentingan yang berhubungan
dengan TI dari pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal. COBIT 5
sangat berguna dan generic bagi perusahaan-perusahaan dari semua ukuran, baik
yang komersial maupun non-profit atau di sektor publik.
Kata kunci: Indikator Kinerja Utama, Balanced Scorecard, COBIT 5, Pengukuran
Kinerja
.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
viii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Nama : Alfi Wahyudi
Program studi : Master of Information Technology
Judul : Development of Key Performance Indicators for Information
Technology Departement Using Balanced Scorecard and
COBIT 5: A Case Study of PT Mercedez-Benz Indonesia
A critical part of IT governance involves designing and implementing structures
and controls for measuring IT performance reliably and in terms that are valueble
to the business and external stakeholders. Often, qualitative measurements are
easily available, but governance efforts are likely to gain more buy-in f governance
costs and benefits can be quantified. Strategic business value, as viewed by
executives, often includes financial measurements and other measures of
stakeholder value. Many governance initiatives make use of balance scorecard
technique, measuring over all IT performance on a set of different dimensions such
as achievement of business goals, user satisfactions, operational excellence, and
support for learning and growth
COBIT 5 provides a comprehensive framework that assists enterprises in achieving
their objectives for the governance and management of enterprise IT. Simply stated,
it helps enterprises create optimal value from IT by maintaining a balance between
realising benefits and optimising risk levels and resource use. COBIT 5 enables IT
to be governed and managed in a holistic manner for the entire enterprise, taking in
the full end-to-end business and IT functional areas of responsibility, considering
the IT-related interests of internal and external stakeholders. COBIT 5 is generic
and useful for enterprises of all sizes, whether commercial, not-for-profit or in the
public sector.
Keyword: Key Performance Indicators, Balanced Scorecard, COBIT 5,
Performance Measurement.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
ix Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iiiv
HALAMAN PERNYATAAN PESETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................... 2
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 10
1.4 Ruang Lingkup Penelitian........................................................................ 10
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 12
2.1 Balanced Scorecard ................................................................................. 12
2.2 Strategy Map ............................................................................................ 21
2.3 IT Balanced Scorecard (IT BSC) ............................................................ 24
2.4 Indikator Kinerja Utama (IKU) / Key Performance Indicator (KPI) ...... 27
2.5 Cascading Scorecard ............................................................................... 28
2.6 COBIT 5 (Control Objectives for Information and Related
Technology).............................................................................................. 29
2.6.1 Prinsip-prinsip dari COBIT 5 ........................................................... 30
2.6.2 Cascading dalam COBIT 5 ............................................................... 36
2.6.3 Perbedaan COBIT 5 dengan COBIT 4.1 .......................................... 41
2.7 Penelitian Sebelumnya ............................................................................. 43
2.7.1 Aligning Business and Information Technology through the
Balanced Scorecard at a Major Canadian Financial Group: Its
Status Measured With an IT BSC Maturity Model ........................... 43
2.7.2 Measuring and Improving IT Governance through the Balanced
Scorecard .......................................................................................... 53
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
x Universitas Indonesia
2.7.3 Implementasi Information Technology Balanaced Scorecard pada
Organisasi Non Profit: Studi Kasus Direktorat Teknologi Informasi
Yayasan XYZ ................................................................................... 70
2.7.4 Pemetaan Strategi Teknologi Informasi Menggunakan Information
Technology Balanced Scorecards dan Cobit 5: Studi Kasus Dinas
Olah Raga dan Pemuda Provinsi DKI Jakarta .................................. 71
2.7.5 Tabel perbandingan penelitian sebelumnya ...................................... 74
2.8 Kerangka Teori (Theoritical Framework) ............................................... 76
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 80
3.1 Tahapan Penelitian ................................................................................... 80
3.2 Metode pengumpulan data ....................................................................... 85
3.3 Metode analisis data ................................................................................. 86
BAB IV DESKRIPSI ORGANISASI .................................................................... 87
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................... 89
5.1 Kerangka Teori Baru................................................................................ 89
5.2 Pemetaan objective yang ada pada ITM Operating Model terhadap
objective yang ada pada COBIT 5 ........................................................... 93
5.3 Penyusunan Strategy Maps Departemen TI ........................................... 100
5.3.1 Perspektif Corporate Contribution ................................................. 100
5.3.2 Perspektif Customer ........................................................................ 102
5.3.3 Perspektif Internal Process ............................................................. 103
5.3.4 Perspektif Learn and growth .......................................................... 104
5.4 Balanced Scorecard Departemen TI ...................................................... 107
5.5 Pengurangan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama ............... 142
5.6 Balanced Scorecard Departemen TI yang Baru. ................................... 162
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 175
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 175
6.2 Saran ...................................................................................................... 179
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 180
LAMPIRAN ......................................................................................................... 182
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
xi Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Tulang Ikan ............................................................................ 5 Gambar 2. Corporate IT Service Management methods (Daimler) ........................ 8 Gambar 3. Pelaporan permasalahan serta pengukuran kinerja melalui aplikasi
CISM ....................................................................................................................... 9 Gambar 4. Kerangka Kerja Balanced Scorecard .................................................. 13 Gambar 5. Strategy maps ...................................................................................... 23 Gambar 6. COBIT 5 Principles ............................................................................. 30 Gambar 7. Perbedaan antara governance dan management.................................. 34
Gambar 8. Process Reference Model COBIT 5 .................................................... 35 Gambar 9. Proses Cascading dalam COBIT 5...................................................... 37 Gambar 10. Enterprise Goals ............................................................................... 38 Gambar 11. IT Related Goals ............................................................................... 39 Gambar 12. Mapping COBIT 5Enterprise goals to IT-Related Goals ................. 40 Gambar 13. Cascading Balanced Scorecard ........................................................ 46 Gambar 14. Kerangka Tata Kelola TI ................................................................... 54 Gambar 15. IT BSC .............................................................................................. 59 Gambar 16. Theoritical Framework Peneliti ........................................................ 70 Gambar 17. Kerangka Teori 1 ............................................................................... 71 Gambar 18. Kerangka Teori 2 ............................................................................... 72 Gambar 19. Kerangka Teori Penelitian ................................................................. 77 Gambar 20. Tahapan Penelitian ............................................................................ 81
Gambar 21. Struktur organisasi Mercedes-Benz Indonesia .................................. 87 Gambar 22. Kerangka teori baru ........................................................................... 90 Gambar 23. ITM Operating Model....................................................................... 93 Gambar 24. Peta Strategi Departemen TI ........................................................... 106 Gambar 25. Peta Strategi baru ............................................................................ 161
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
xii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Generic IT Balanced Scorecard .............................................................. 25 Tabel 2. Generic IT balanced scorecard............................................................... 44 Tabel 3. IT BSC the Group .................................................................................... 46 Tabel 4. User Orientation Scorecard .................................................................... 48 Tabel 5. Corporate Contribution Scorecard ......................................................... 49 Tabel 6. Operational Excellence Scorecard ......................................................... 50 Tabel 7. Future Orientation Scorecard ................................................................. 51 Tabel 8. IT BSC .................................................................................................... 56
Tabel 9. Corporate Contribution .......................................................................... 61 Tabel 10. Stakeholder Orientation ........................................................................ 63 Tabel 11. IT governance structures and process .................................................. 64 Tabel 12 Operational Excellence .......................................................................... 65 Tabel 13. Future orientation .................................................................................. 68 Tabel 14. Mapping terhadap objective dari ITM Operating Model dengan Control
Objective yang ada di COBIT 5 ............................................................................ 95 Tabel 15. Mapping Control Objective COBIT 5 terhadap IT goals yang ada pada
COBIT 5 ................................................................................................................ 97 Tabel 16. Hasil FGD dengan Unit Bisnis............................................................ 101 Tabel 17. Sasaran strategis corporate contribution ............................................ 101 Tabel 18. Hasil in-depth Interview...................................................................... 102 Tabel 19. Sasaran Strategis perspektif Customer ................................................ 103
Tabel 20. Sasaran strategis perspektif internal process ...................................... 104 Tabel 21. Sasaran strategis perspektif learn and growth .................................... 105 Tabel 22. Sasaran Strategis baru hasil pengurangan ........................................... 159 Tabel 23. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama .................................. 176
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, TI telah menjadi sesuatu yang sangat penting dalam mengatur
transaksi, memproses informasi, serta menumpulkan dan menyebarkan informasi.
Bagi beberapa organisasi, TI menjadi sesuatu yang sangat pokok dalam
mendukung, menopang, mengubah, dan menumbuhkan bisnis (Applegate, Austin,
& Soule, 2009).
Peranan yang dimainkan oleh TI didalam sebuah organisasi haruslah sangat
berpengaruh terhadap pendekatan yang digunakan dalam membaca peluang,
merancang, dan melaksanakan inisiatif bisnis yang berdasarkan pada TI sebagai
enabler, dan mengelola serta mengatur sumber daya TI dan sumber daya manusia
yang profesional. Terdapat dua dimensi utama yang harus ditentukan, yaitu: (1)
implikasi bisnis terhadap portofolio aplikasi TI; dan (2) implikasi bisnis terhadap
portofolio projek TI. Dimensi pertama mengidentifikasikan sistem-sistem dan
aplikasi-aplikasi TI apa saja yang sedang berjalan dan sangat penting dalam untuk
menopang operasional organisasi, dengan demikian organisasi akan memberikan
perhatian lebih terhadap sistem-sistem dan aplikasi-aplikasi tersebut. Dimensi
kedua menilai bagian TI yang mana yang sangat penting dalam pengembangan
organisasi dengan mempertajam strategi dan kemampuan bisnis untuk masa depan.
Hal ini menitik beratkan terhadap pentingnya inovasi yang dihasilkan oleh TI.
(Applegate, Austin, & Soule, 2009).
Dewasa ini, organisasi bersaing dalam lingkungan yang kompleks sehingga
pemahaman yang akurat tentang tujuan serta metode pencapaiannya adalah amat
vital. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin dinamis dan berubah
dengan cepat, organisasi dituntut untuk cepat beradaptasi dengan keadaan
lingkungan agar tetap dapat bertahan dan sukses dalam persaingan bisnis saat ini
dan dimasa akan datang. Hal tersebut harus ditanggapi oleh top level
managementdengan memberikan kinerja yang lebih baik, disamping
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
2
Universitas indonesia
mempertahankan dan meningkatkan kualitas, daya saing dan fleksibelitas untuk
menghadapi tekanan selanjutnya, dan mengadakan perubahan menuju perbaikan.
Secara umum, pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting
bagi organisasi. Pengukuran tersebut antara lain digunakan untuk menilai
keberhasilan organisasi untuk mencapai visi, misi dan sasaran strategisnya, dan
juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun sistem punishment and reward
dalam organisasi.
Untuk mengatasi model awal dari pengukuran kinerja yang hanya berfokus pada
satu aspek yaitu aspek keuangan, Robert S Kaplan dan David C Norton melakukan
pendekatan yang mengatur kinerja organisasi dengan mempertimbangkan empat
perspektif, yaitu: keuangan, pelanggan, proses internal bisnis, dan perspektif belajar
dan berkembang yang kemudian dikenal dengan balanced scorecard (BSC).
Keempat perspektif tersebut harus seimbang dan memiliki dampak sebab akibat
antara satu dan lainnya.
BSC menentukan bahwa pengukuran keuangan dan non keuangan harus menjadi
bagian dari sistem informasi bagi karyawan di semua lini, karyawan harus mengerti
konsekuensi keuangan dari segala keputusan dan tindakan yang telah dilakukan.
Balanced Scorecard (BSC) menyediakan para manajer suatu instrument yang
dibutuhkan untuk mengemudikan organisasi menuju keberhasilan persaingan masa
depan. Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi organisasi kedalam
seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi
pengukuran dan sistem manajemen strategis dengan mengukur pada empat
perspektif yang seimbang (balanced) (Kaplan & Norton, 1996).
1.2 Identifikasi Masalah
Saat ini, hampir seluruh organisasi dalam semua sektor industri, baik swasta
maupun pemerintah pada dasarnya bergantung pada sistem Teknologi Informasi
yang mereka miliki. Begitu juga yang terjadi pada PT Mercedes-Benz Indonesia,
dalam kegiatan operasionalnya sehari-hari, PT Mercedes-Benz Indonesia sangat
tergantung dengan sistem Teknologi Informasi yang dikelola oleh departemen TI.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
3
Universitas indonesia
Departemen TI ini berfungsi sebagai enablerterhadap strategi bisnis organisasi dan
bertugasuntuk melayani kebutuhan bisnis, baik berupa infrastruktur TI, maupun
aplikasi yang berjalan diatas infrastruktur sersebut. Untuk mengetahui apakah
pelayanan yang diberikan oleh departemen TI telah sesuai dengan harapan unit
bisnis terhadap departemen TI, maka departemen TI memerlukan pengukuran
kinerja berkala untuk mengetahui sejauh mana tingkat pelayanan yang telah
diberikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan top level management, (CIO dan manajer
departemen TI) dan observasi langsung di lapangan di PT Mercedes-Benz
Indonesia, didapatkan fakta bahwaTI tidak dikelola dengan baik. Hal ini
ditunjukkan denganadanya permasalahan-permasalahan pada 4 bidang utama tata
kelola (Strategic Alignment, Value Delivery, Resource Management, Performance
Measurement). Perasalahan-permasalahan tersebut adalah:
1. Bidang Strategic Alignment:
- Relational mechanism antara bisnis dan TI tidak diatur dengan baik
- Tidak tersedianya arahan-arahan strategis terhadap departemen TI dan
tidak terdefenisinya strategi TI dengan baik
- Keselarasan antara strategi TI dengan strategi bisnis tidak dapat dicapai.
2. Bidang Value Delivery:
- Manajemen terhadap proyek TI tidak berjalan dengan baik
3. Bidang Resource Management:
- Knowledge sharing antar karyawan tidak berjalan dengan baik
- Kapasitas SDM terbatas
- Jumlah SDM kurang
4. Bidang Performance Measurement:
- Tidak adanya sistem manajemen kinerja terhadap departemen TI yang
disebabkan oleh tidak Indikator Kinerja Utama
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
4
Universitas indonesia
Dari permasalahan-permasalahan yang ditemukan di tiap bidang yang telah
disebutkan sebelumnya, menunjukkan adanya masalah yaitu terdapat gap antara
ekspektasi dari top level manajement yaitu untuk dapat mengelolola seluruh bidang
utama tata kelola TI dengan baik dengan kondisi departemen TI saat ini di PT
Mercedes-Benz Indonesia. Terdapat beberapa faktor penyebab kenapa TI tidak
dikelola dengan baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar diagram
tulang ikan dibawah:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
5
Universitas indonesia
Gambar 1. Diagram Tulang Ikan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
6
Universitas indonesia
Pada gambar 1, dapat dilihat bahwa permasalahan nyata yang sedang dialami oleh
departemen TI pada PT Mercedez-Benz Indonesia yaitu TI tidak dikelola dengan
baik, yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Alignment
Relational mechanism antara unit bisnis dengan departemen TI tidak berjalan
dengan baik, hal ini disebabkan komunikasi antara unit bisnis dengan
departemen TI dalam perumusan strategi-strategi tidak dilakukan dengan baik,
sehingga TI tidak mengetahui strategi-strategi bisnis apa yang akan dijalankan
oleh unit bisnis yang dapat didukung oleh TI dan unit bisnis tidak mengetahui
potensi yang dimiliki oleh departemen TI dalam mendukung strategi-strategi
bisnis tersebut.
Disamping itu, departemen TI juga belum memiliki visi dan misi organisasi
serta strategi TI, sehingga sulit untuk menentukan arahan strategis TI
kedepannya, akibatnya pihak manajemen tidak memiliki arahan-arahan yang
berkaitan dengan strategis TI.
Permasalahan lain adalah ketidak selarasan dalam penyampaian layanan TI
terhadap bisnis, sehingga investasi TI tidak memberikan value yang signifikan
terhadap bisnis.
2. Resource Management
Sumber daya TI tidak dikelola dengan baik, seperti minimnya pelatihan yang
berhubungan dengan job description terhadap karyawan TI yang bersangkutan
dan adanya lack of knowledge diantara karyawan TI. Lack of knowledge
diantara karyawan TI tersebut disebabkan oleh adanya kebijakan didalam
organisasi yang memungkinkan karyawan untuk pindah ke departemen lain
(turnover), sementara kebijakan yang mengatur mengenai transfer knowledge
belum dijalankan dengan baik, sehingga knowledge sharing diantara karyawan
tidak berjalan dengan baik dimana jika individu yang memiliki knowledge
pindah ke departemen lain atau mengajukan pengunduran diri, maka knowledge
yang ada ikut terbawa dengan individu tersebut. Hal ini mengakibatkan
ketergantungan departemen TI terhadap individu-individu tertentu sangat
tinggi, sehingga berakibat pada tidak maksimalnya pelayanan yang diberikan
departemen TI terhadap penggunanya. Hal tersebut ditunjukkan banyaknya
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
7
Universitas indonesia
keluhan dari user mengenai keterlambatan pelayanan yang diberikan, atau tidak
maksimalnya pelayanan. Permasalahan lain adalah keterbatasan kapasitas
Sumber Daya Manusia dikarenakan kurangnya training terhadap keahlian
karyawan. Disamping kurangnya kepasitas SDM, juga terdapat permasalahan
dibidan jumlah karywan TI. Karyawan TI di departemen TI hanya berjumlah
20 orang, tidak sebanding dengan jumlah user yang harus dilayani, akibatnya
banyaknya keluhan user terhadap response time pelayanan dari departemen TI
(wawancara dengan manajer TI).
3. Value Delivery
Pada saat ini manajemen terhadap proyek belum berjalan dengan baik, sehingga
terdapat keluhan dari bisnis terhadap investasi TI yang terlalu tinggi, sementara
investasi TI tidak memberikan value seperti yang telah dijanjikan terhadap
bisnis, sehingga TI dianggap sebagai cost centre.
4. Performance Measurement
Pada saat ini, departemen TI belum memiliki sistem manajemen kinerja
dikarenakan belum adanya Indikator Kinerja Utama untuk bidang TI yang
mengukur kinerja TI secara keseluruhan. Pengukuran yang digunakan selama
ini tidak mencakup pengukuran secara keseluruhan. Karena belum memiliki
IKU, Pengukuran terhadap kinerja TI yang dilakukan adalah melalui sebuah
aplikasi CISM (Corporate IT Services Management). CISM adalah aplikasi IT
services management yang dikembangkan oleh Daimler IT Managenent Jerman
(Mercedes-Benz pusat, Jerman) untuk dipakai secara global oleh Mercedes-
Benz dengan tujuan untuk penyeragaman dalam pengembangan dan
implementasi infrastruktur dan aplikasi TI. Berikut adalah gambar metodologi
pelayanan dari aplikasi CISM tersebut:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
8
Universitas indonesia
Gambar 2. Corporate IT Service Management methods (Daimler)
Terdapat tujuh kriteria layanan TI yang dikelola oleh aplikasi CISM ini, yaitu:
1. Incident adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh layanan TI yang tidak
dapat diberikan, tidak lagi diberikan, atau tidak optimalnya layanan TI
2. Problem adalah insiden yang membutuhkan pihak manajemen untuk
mencari tau penyebab berikut solusinya.
3. Request adalah kebutuhan layanan untuk persiapan dan atau/ implementasi
dari satu atau lebih komponen TI atau layanan yang akan disetujui.
4. Change adalah layanan yang berisi perubahan yang penting terhadap satu
atau lebih dari komponen TI
5. Release adalah layanan yang digunakan untuk implementasi atas perubahan
yang ditetapkan atau batasan/jangkauan sebuah fungsi terhadap satu atau
lebih dari komponen TI
6. Task adalah keperluan layanan secara umum yang datang dari proses IT
Services Management
7. Account adalah dokumen penghitungan dari layanan yang diberikan dalam
sebuah proses layanan TI.
Ketujuh layanan tersebut merupakan layanan TI yang dikelola oleh IT Services
Management bersamaan dengan aplikasi lain pada infrastruktur yang ada.Jika
membutuhkan pelayanan terhadap salah satu dari layanan yang diberikan oleh
aplikasi CISM ini, user dapat melaporkan kepada pihak manajemen melalui
aplikasi tersebut, setiap 1 laporan yang dubuat akan diberikan 1 ticket pada aplikasi
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
9
Universitas indonesia
tersebut. Saat ini, pengukuran kinerja karyawan TI yang dilakukan oleh pihak
manajemen adalah berdasarkan status dari ticket tersebut, yaitu response time
karyawan berdasarkan status ticket (prioritas atau tidak), jumlah ticket yang solved,
bagaimana solusi yang diberikan oleh karyawan, knowledge karyawan terhadap
permasalahan yang dilaporkan, dan lain-lain.
Untuk lebih jelas mengenai pengukuran kinerja karyawan yang diukur berdasarkan
status ticket yang masuk pada aplikasi CISM, dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3. Pelaporan permasalahan serta pengukuran kinerja melalui aplikasi CISM
Gambar diatas menjelaskan jenis pelayanan yang diminta/laporan oleh user yang
ditandai dengan ticket dan status dari ticket tersebut.yaitu:
1. Assign: terdapat adanya permasalahan atau request dari user
2. Work in Proggress: pengerjaan terhadap assign sedang dilakukan.
3. Solved: permasalahan atau request dari user sudah dilakukan, akan tetapi butuh
testing atau checking dari user
4. Sleep: dalam pengerjaan permasalahan atau request dari user, departemen TI
memiliki ketergantungan dengan pihak konsultan atau membutuhkan sesuatu.
5. Closed: permasalahan atau request dari user telah dilakukan dan adanya
pembenaran dari user.
Berdasarkan beberapa faktor penyebab TI belum dikelola dengan baik, maka
pembahasan selanjutnya akan difokuskan pada domain performance measurement,
dimana permasalahan pada domain tersebut adalah belum memiliki sistem
manajemen kinerja yang disebabkan oleh belum adanya Indikator Kinerja Utama
yang dapat mengukur kinerja TI secara keseluruhan. Alasan dari pemfokusan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
10
Universitas indonesia
terhadap penyelesaian permasalahan pada domain ini adalah berdasarkan hasil
wawancara dengan CIO dan manajer departemen TI mengenai tingkat urgensi dan
dampak dari permasalahan yang ada. CIO dan manajer TI di departemen TI menilai
perlu adanya sebuah sistem manajemen kinerja yang didalamnya terdapat indikator
kinerja utama untuk digunakan sebagai acuan pengukuran kinerja departemen TI.
Menurut (Parmenter, 2007), pengukuran kinerja berisi indikator-indikator yang
dipergunakan pihak manajemen untuk mengukur, melaporkan, dan meningkatkan
kinerja, pengukuran kinerja tersebut digolongkan sebagai Key Result Indicator
(KRI), Performance Indicator (PI), dan Key Performance Indicator (KPI) /
Indikator Kinerja Utama (IKU). Sehubungan dengan belum adanya IKU yang dapat
mengukur kinerja TI secara keseluruhan, maka akan menyulitkan pihak manajemen
untuk mengukur, melaporkan, dan meningkatkan kinerja, oleh sebab itu diperlukan
penyusunan indikator kinerja utama (IKU).
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan analisis dari permasalahan yang telah dijabarkan oleh peneliti, maka
pertanyaan penelitian yang akan menjadi dasar penelitian ini adalah:
“Bagaimanakah Indikator Kinerja Utama yang dapat mengukur kinerja
departemen TI secara keseluruhan pada PT Mercedes-Benz Indonesia?”.
Pertanyaan penelitian diatas dimaksudkan untuk menyusun Indikator Kinerja
Utama yang dapat digunakan pihak manajemen untuk melakukan pengukuran,
pelaporan, dan peningkatan kinerja TI secara keseluruhan pada PT Mercedes-Benz
Indonesia.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah:
a. Framework yang digunakan untuk pendekatan penyusunan IKU pada
departemen TI di PT Mercedes-Benz Indonesia adalah balanced scorecard dan
COBIT 5.
b. Indikator Kinerja Utama yang disusun hanya untuk departemen TI.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
11
Universitas indonesia
c. Indikator Kinerja Utama yang disusun tidak dilakukan cascading terhadap
divisi-divisi yang ada di dalam departemen TI. Hal ini disebabkan oleh proses
tersebut membutuhkan banyak proses dan cukup menyita banyak waktu.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi permasalahan departemen TI yang berkaitan dengan
pengukuran kinerja, dan
2. Menyusun Indikator Kinerja Utama (IKU) yang tepat untuk digunakan
sebagai acuan pengukuran kinerja TI secara keseluruhan pada PT Mercedes-
Benz Indonesia.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Penyusunan IKU ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi yang dapat
lebih memperkaya pengetahuan tentang penyusunan IKU dengan pendekatan
balanced scorecard dan COBIT 5 untukdepartemen TI.
2. Manfaat Praktis
Penyusunan IKU yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumbangan pemikiran dan dapat diimplementasikan pada departemen
TI di PT Mercedes-Benz Indonesia.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
12 Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Balanced Scorecard
Balanced scorecard adalah pengukuran kinerja organisasi pada empat perspektif
yang seimbang. Empat perspektif yang akan diukur tersebut adalah finansial,
pelanggan, proses internal, dan proses pembelajaran serta pertumbuhan. Balanced
scorecard (BSC) merupakan instrument untuk menegemudikan organisasi menuju
pada keberhasilan persaingan masa depan. Balanced scorecard menerjemahkan
misi dan strategi unit bisnis ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang menyeluruh,
memberi kerangka kerja bagi pengukuran tersebut, dan merupakan sistem
manajemen strategis. Balanced scorecard tidak hanya memberikan penekanan pada
pencapaian tujuan finansial, tetapi juga membuat faktor pendorong kinerja agar
tercapainya tujuan finansial tersebut (Kaplan & Norton, 1996).
Kerangka Kerja Balanced scorecard
Dikutip dari buku Balanced scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi
karangan Robert S Kaplan dan David P. Norton, terdapat empat perspektif yang
diambil untuk pengukuran (Kaplan & Norton, 1996). Untuk lebuh jelasnya, dapat
dilihat pada gambar 4 berikut:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
13
Universitas indonesia
Gambar 4. Kerangka Kerja Balanced Scorecard
Perspektif Finansial (financial)
BSC tetap menggunakan perspektif finansial karena ukuran finansial sangat penting
dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil.
Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi organisasi,
implementasi, dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada
peningkatan laba organisasi. Tujuan finansial biasanya berhubungan dengan
profitabilitas melalui pengukuran laba operasi, Return on Capital Employed
(ROCE) atau Economic Value Added. Tujuan finansial lainnya mungkin berupa
pertumbuhan penjualan yang cepat atau terciptanya arus kas (Kaplan & Norton,
1996).
Perspektif Pelanggan (customer)
Dalam perspektif pelanggan balanced scorecard, manajemen organisasi harus
mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar dimana unit bisnis tersebut akan
bersaing danberbagai ukuran kinerja unit bisnis di dalam segmen sasaran.
Perspektif ini biasanya terdiriatas beberapa ukuran utama atau ukuran generik
keberhasilan organisasi dari strategi yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan
baik. Ukuran utama tersebut terdiri atas kepuasan pelanggan, retensi pelanggan,
akuisisi pelanggan baru, profitabilitas pelanggan, dan pangsa pasar di segmen
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
14
Universitas indonesia
sasaran. Selain, perspektif pelanggan seharusnya juga mencakup berbagai ukuran
tertentu yang menjelaskan tentang proposi sinilai yang akan diberikan organisasi
kepada pelanggan segmen pasar sasaran. Faktor pendorong keberhasilan pelanggan
inti di segemen pasar tertentu merupakan faktor yang penting, yang dapat
mempengaruhi keputusan pelanggan untuk berpindah atau tetap loyal kepada
pemasoknya. Sebagai contoh, pelanggan mungkin menghargai tenggang waktu
(lead time) yang singkat dan pengiriman barang yang tepat waktu. Atau arus produk
dan jasa inovatif yang konstan. Atau pemasok yang mampu mengantisipasi
kebutuhan dan kapabilitas yang berkembang terus dalam pengembangan produk
dan pendekatan baru yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
tersebut. Perspektif pelanggan memungkinkan para manajer unit bisnis untuk
mengartikulasikan strategi yang berorientasi kepada pelanggan dan pasar yang akan
memberikan keuntungan finansial masa depan yang lebih besar (Kaplan & Norton,
1996).
Perspektif Proses Internal (internal process)
Dalam perspektif proses internal, para eksekutif mengidentifikasi berbagai proses
internal penting yang harus dikuasai dengan baik oleh organisasi. Proses ini
memungkinkan unit bisnis untuk:
a. Memberikan preposisi nilai yang akan menarik perhatian dan mempertahan
pelanggan dalam segmen pasar sasaran, dan
b. Memenuhi harapan keuntungan finansial yang tinggi para pemegang
saham.
Ukuran proses internal berfokus kepada berbagai proses internal yang akan
berdampak besar kepada kepuasan pelanggan dan pencapaian tujuan finansial
organisasi.
Perspektif proses internal mengungkapkan dua perbedaan ukuran kinerja yang
mendasar antara pendekatan tradisional dengan pendekatan Balanced Scorecard.
Perbedaan yang pertama adalah, bahwa pendekatan tradisional berusaha memantau
dan meningkatkan proses bisnis yang ada saat ini. Pendekatan ini mungkin
melampaui ukuran kinerja finansial dalam hal pemanfaatan alat ukur yang berdasar
kepada mutu dan waktu. Tetapi semua ukuran itu masih berfokus pada peningkatan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
15
Universitas indonesia
proses bisnis saat ini. Sedangkan pendekatan scorecard pada umumnya akan
mengidentifikasi berbagai proses baru yang harus dikuasai dengan baik oleh
organisasi agar dapat memenuhi berbagai tujuan pelanggan dan finansial. Sebagai
contoh, sebuah organisasi mungkin menyadari perlunya mengembangkan suatu
proses untuk mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau memberikan layanan yang
dinilai tinggi oleh pelanggan sasaran. Tujuan proses internal balanced scorecard
akan menyoroti berbagai proses penting yang mendukung keberhasilan strategi
organisasi tersebut, walaupun beberapa diantaranya mungkin merupakan proses
yang saat ini sama sekali belum dilaksanakan. (Kaplan & Norton, 1996)
Perbedaan kedua, pendekatan balanced scorecard memadukan berbagai proses
inovasi dalam perspektif proses internal. Sistem pengukuran kinerja tradisional
berfokus pada proses penyampaian produk dan jasa organisasi saat ini kepada
pelangaan saat ini. Sistem tradisional digunakan dalam upaya untuk mengendalikan
dan memperbaiki proses saat ini yang dapat diumpamakan sebagai “gelombang
pendek” penciptaan nilai.Gelombang pendek penciptaan nilai dimulai dengan
diterimanya pesanan produk (atau jasa) organisasi dari pelanggan dan berakhir
dengan penyerahan kepada pelanggan. Organisasi menciptakan nilai dengan
memproduksi, menyerahkan, dan memberikan produk dan layanan kepada
pelanggan dengan biaya di bawah harga yang dibayar oleh pelanggan (Kaplan &
Norton, 1996).
Tetapi faktor pendorong keberhasilan finansial jangka panjang mengkin
mensyaratkan perlunya organisasi menciptakan produk dan jasa yang sama sekali
baru untuk memenuhi kebutuhan yang terus bertumbuh dari organisasi saat ini dan
yang akan datang. Proses inovasi “gelombang panjang” penciptaan nilai bagi
banyak organisasi merupakan faktor pendorong kinerja finansial masa depan yang
lebih ampuh dibandingkan siklus operasi jangka pendek. Bagi banyak organisasi,
untuk mencapai kinerja ekonomis masa depan, kemampuan mengelola dengan
sukses proses jangka panjang pengembangan produk atau pengembangan
kapabilitas untuk menjangkau kategori pelanggan yang baru lebih penting daripada
kemampuan mengelola operasi saat ini secara efisien, konsisten, dan responsif
(Kaplan & Norton, 1996).
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
16
Universitas indonesia
Walaupun demikian, para manajer tidak diharuskan memilih salah satu dari dua
proses internal yang sama pentingnya ini. Perspektif proses bisnis balanced
scorecard terdiri atas tujuan dan ukuran bagi siklus gelombang panjang inovasi
maupun siklus gelombang pendek operasi (Kaplan & Norton, 1996)
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (learn and growth)
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan mengidentifikasi infrastruktur yang
harus dibangun organisasi dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan
kinerja jangka panjang. Perspektif pelanggan dan proses internal
mengidentifikasikan faktor-faktor yang paling penting untuk mencapai
keberhasilan saat ini dan masa depan. Organisasi tampaknya tidak akan mampu
mencapai sasaran pelanggan dan proses internal jangka panjang hanya dengan
menggunakan teknologi dan kapabilitas yang dimiliki organisasi saat ini. Demikian
juga persaingan global yang sengit menuntut organisasi secara terus menerus
meningkatkan kapabilitas penyerahan nilai tambah kepada para pelanggan dan
pemegang saham. Tiga sumber utama pembelajaran dan pertumbuhan organisasi
datang dari: manusia, sistem, dan prosedur organisasi.
Tujuan finansial, pelanggan, dan proses internal di balanced scorecard biasanya
akan memperlihatkan kesenjangan antara kapabilitas sumber daya manusia, sistem
dan prosedur saat ini dengan apa yang dibutuhkan untuk menghasilkan kinerja yang
penuh dengan terobosan. Untuk menutup kesenjangan ini, maka organisasi harus
melakukan investasi dengan melatih ulang para pekerja, meningkatkan teknologi
dan sistem informasi, serta menyelaraskan berbagai prosedur dan kegiatan
operasional organisasi. Berbagai tujuan ini diartikulasikan sebagai perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan balanced scorecard. Seperti dalam perspektif
pelanggan, ukuran yang berorientasi kepada pekerja terdiri atas penggabungan
ukuran hasil generik -kepuasan, tingkat retensi, pelatihan dan keahlian pekerja
ditamah dengan faktor pendorong ukuran generic ini, seperti indek khusus bisnis
yang terperinci mengenai keahlian spesifik yang dibutuhkan bagi lingkungan
kompetitif baru. Kapabilitas sistem informasi dapat diukur melalui ketersediaannya
informasi tepat waktu mengenai pelanggan dan bisnis internal yang akurat dan
penting bagi pekerja yang berada pada garis depan pengambil keputusan dan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
17
Universitas indonesia
tindakan. Berbagai prosedur organisasi dapat digunakan untuk memeriksa
keselarasan insentif pekerja dengan faktor keberhasilan organisasi keseluruhan, dan
tingkat perbaikan dalam berbagai proses berorientasi pelanggan dan proses internal
yang penting. (Kaplan & Norton, 1996)
Secara keseluruhan, balanced scorecard menerjemahkan visi dan strategi kedalam
berbagai tujuan dan ukuran dalam seperangkat perspektif yang seimbang.
Scorecard terdiri atas berbagai ukuran hasil yang diinginkan organisasi dan juga
berbagai proses yang akan menolong tercapainya hasil masa depan yang
diinginkan. (Kaplan & Norton, 1996).
Balance dalam balance scorecard
Menurut (Luis & Biromo, 2007), balanced berarti seimbang. Dengan demikian,
balanced scorecard adalah alat manajemen untuk menjaga keseimbangan antara:
1. Indikator keuangan dengan non keuangan.
Umumnya organisasi, terutama perusahaan swasta, berorientasi pada profit. Hal
ini tidaklah salah, tetapi bagaimanapun perlu ada keseimbangan antara profit
dan pencapaiannya dengan faktor-faktor yang ada di luarnya.
2. Indikator kinerja masa lampau, kini, dan masa depan.
Pada kenyataannya laporan keuangan adalah indikator yang menilai kinerja
organisasi di masa lampau. Laporan keuangan itu, tidak bisa dijadikan patokan
tunggal untuk menentukan strategi di masa mendatang. Bila pemimpin
organisasi diibaratkan seperti mengendarai sebuah mobil, laporan keuangan
adalah kaca spion yang berfungsi menunjukkan hal-hal yang terjadi di belakang
kita. Laporan keuangan hanya menyajikan data-data pencapaian di masa
lampau.
3. Indikator internal dan eksternal.
Keseimbangan dari faktor-faktor internal dan eksternal berkaitan dengan
hubungan sebab-akibat. Di sini faktor internal merupakan penyebab (input) dan
output-nya berdampak pada faktor eksternal. Karena saling berkaitan, kedua
faktor ini harus dijaga keseimbangannya, dan balanced scorecard
memungkinkan hal itu.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
18
Universitas indonesia
4. Indikator yang bersifat leading (cause/driver) dan legging (effect/outcome)
Kembali ke indikatro internal dan eksternal diatas, balanced scorecard dapat
menggambarkan hubungan sebab-akibat yang jelas. Balanced scorecard
memetakan “penyebab” yang mendorong terciptanya kinerja yang baik atau
buruk, serta “akibat” yang dapat ditimbulkan atau dihasilkan dari sebab-sebab
tersebut.
Balanced Scorecard sebagai Sebuah Sistem Manajemen
Banyak organisasi yang telah memiliki sistem pengukuran kinerja yang
menyertakan berbagai ukuran finansial dan non-finansial. Namun sebagian besar
menggunakan ukuran non-finansial hanya untuk melakukan beberapa perbaikan
lokal, sementara tetap berpatokan pada hasil pengukuran finansial, sehingga
pengukuran finansial dan non-finansial tidak seimbang. Banyak organisasi yang
menggunakan pengukuran kinerja finansial dan non-finansial hanya sebagai umpan
balik taktis dan penegendalaian berbagai operasi jangka pendek. Balanced
scorecard menekankan bahwa semua ukuran finansial dan non-finansial harus
menjadi bagian sistem informasi untuk para pekerja disemua tingkat perusahaaan.
Balanced scorecard seharuanya menerjemahkan misi dan strategi unit bisnis
kedalam berbagai tujuan dan ukuran (Kaplan & Norton, 1996).
Balanced scorecard dapat dipergunakan sebagai sistem manajemen strategis untuk
mengelola strategi jangka panjang. Untuk menghasilkan proses manajemen
penting, organisasi dapat menggunakan proses pengukuran:
1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi
2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis
3. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif
strategi
4. Meningkatkan umpan balik dan memperjelas strategi
Proses scorecard dimulai dengan tim manajemen eksekutif senior yang bersama-
sama bekerja menerjemahkan strategi unit kedalam berbagai tujuan strategis yang
spesifik. Proses pembangunan balanced scorecard memperjelas tujuan strategis
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
19
Universitas indonesia
dan mengidentifikasikan beberapa faktor penggerak penting tujuan strategis
tersebut. Pembangunan sebuah balanced scorecard selain membuat kurangnya
konsesus dan kerjasama tim menjadi lebih tampak, juga memberikan kontribusi
terhadap pemecahan masalahnya. Karena dikembangkan oleh sekelompok
eksekutif senior, sebagai suatu timprojek, scorecard menciptakan sebuah model
bersama dari bisnis keseluruhan dimana setiap orang memberikan kontribusi.
(Kaplan & Norton, 2004)
Tujuan dan ukuran strategis balanced scorecard harus dikomunikasikan ke seluruh
organisasi. Komunikasi tersebut memberi informasi kepada semua karyawan
mengenai berbagai tujuan penting yang harus dicapai agar strategi organisasi
berhasil. Dengan cara ini usaha perbaikan lokal menjadi selaras dengan faktor
keberhasilan organisasi secara keseluruhan. Scorecard juga memberi dasar untuk
mengkomunikasikan strategi unit bisnis untuk mendapatkan komitmen para
eksekutif korporasi dengan dewan direksi. Scorecard mendorong adanya dialog
dengan eksekutif korporasi dan anggota dewan direksi. Dialog tersebut tidak hanya
mengenai sasaran-sasaran finansial jangka pendek, tetapi juga mengenai perumusan
dan pelaksanaan strategi yang menghasilkan terobosan kinerja masa depan. Di akhir
proses pengkomunikasian dan pengaitan, setiap orang didalam organisasi
seharusnya sudah memahami tujuan-tujuan jangka panjang unit bisnis, dan juga
strategi untuk pencapaian tujuan-tujuan terebut. Secara individu, para karyawan
telah merumuskan berbagai tindakan lokal yang akan member kontribusi bagi
tercapainya tujuan-tujuan unit bisnis, dan semua usaha serta inisiatif perusahan
akan disesuaikan dengan proses perubahan yang dibutuhkan. (Kaplan & Norton,
1996)
Balanced scorecard akan memerikan dampak terbesar pada saat dimanfaatkan
untuk mendorong terjadinya perubahan organisasi. Untuk itu para eksekutif senior
harus menentukan sasaran bagi berbagai ukuran scorecard untuk tiga atau lima
tahunan, yang jika berhasil dicapai, akan mengubah organisasi. Sasran-sasaran
tersebut harus mencerminkan adanya perubahan dalam kinerja unit bisnis. Untuk
mencapai tujuan finansial, para manajer harus menentukan rentang sasaran
pelanggan, proses internal, tujuan pembelajaran dan pertumbuhan. Benchmarking
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
20
Universitas indonesia
dapat dipakai agar best practice yang ada dapat disertakan untuk memeriksa apakah
sasaran-sasaran yang diusulkan secara internal mampu membuat unit bisnis
memenuhi berbagai ukuran strategis yang telah ditetapkan. Balanced scorecard
juga memungkinkan sebuah organisasi untuk mengingrasikan perencanaan
strategis dengan proses penganggaran tahunan. Perencanaan dan proses manajemen
penetapan sasaran memungkinkan organisasi untuk:
Mengukur hasil jangka panjang yang ingin dicapai,
Mengidentifikasikan mekanisme dan mengusahakan sumber daya untuk
mencapai hasil tersebut, dan
Menetapkan tonggak-tonggak jangka pendek bagi ukuran finansial dan non-
finansial scorecard.
Balanced scorecard juga berfungsi sebagai meningkatkan umpan balik dan
pembelajaran strategis. Proses ini merupakan proses paling inovatif dan merupakan
aspek yang paling penting dalam proses balanced scorecard. Proses ini meberikan
kapabilitas bagi pembelajaran organisasi pada tingkat eksekutif. Para manajer tidak
mempunyai prosedur untuk menerima umpan balik strategi dan menguji hipotesis
yang menjadi dasar dari strategi. Balanced scorecard memungkinkan manajer
memantau dan menyesuaikan pelaksanaan strategi, dan jika perlu membuat
perubahan-perubahan mendasar terhadap strategi itu sendiri. Para manajer
diharapkan bukan hanya membahas bagaimana hasil masa lalu dicapai, tetapi juga
membahas apakah harapan mereka dimasa mendatang masih tetap didalam jalur.
Dalam lingkungan yang terus berubah, strategi baru dapat muncul dari pemanfaatan
peluang atau dengan menaggapi ancaman yang tidak diantisipasi ketika rencana
strategis awal dinyatakan. Para manajer membutuhkn informasi agar mereka dapat
mempertanyakan apakah berbagai asumsi dasar yang mereka buat ketika
melancarkan suatu strategi masih valid atau sudah tidak valid lagi. Balanced
scorecard yang disusun secara tepat dapat mengartikulasikan teori yang mendasari
aktivitas perubahan. Scorecard seharusnya didasarkan pada serangkaian hubungan
sebab-akibat yang timbul dari strategi yang meliputi antara lain: estimasi waktu
tanggap dan besarnya keterkaitan diantara berbagai ukuran scorecard. Kuantifikasi
keterkaitan antara ukuran scorecard memungkinkan tinjauan dan pemantauan
kinerja periodic dilaksanakan dalam bentuk pengujian hipotesis. Proses umpan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
21
Universitas indonesia
balik dan pembelajaran strategis mendorong proses penetapan visi dan strategi yang
baru dimana tujuan dalam berbagai perspektif ditinjau ulang, diperbaharui dan
diganti agar sesuai dengan pandangan terkini mengenai hasil strategis dan
pendorong kinerja yang dibutuhkan untuk periode mendatang. (Kaplan & Norton,
1996)
2.2 Strategy Map
Menyelaraskan Teknologi Informasi dan Strategi Organisasi masih menjadi isu
utama yang menjadi permasalahan dalam sebuah organisasi. Memaksimalkan
investasi TI dalam sebuah organisasi mensyaratkan bahwa investasi ini harus
selaras dengan strategi organisasi. Salah satu kendala utama dalam mencapai
keselarasan strategi adalah bahwa banyak organisasi yang buruk dalam
mengkomunikasikan strategi mereka. Ketika para individu yang sebenarnya adalah
kunci dari pencapaian strategi justru tidak mengerti bagaimana aktivitas sehari-hari
mereka berkontribusi dalam pencapaian strategi, maka dapat dipastikan
keseluruhan dari tujuan organisasi tersebut akan tidak optimal (Kaplan & Norton,
2004).
Strategy map merupakan balanced scorecard generasi kedua yang memiliki
beberapa perbedaan dengan generasi pertama. Perbedaan yang paling signifikan
adalah bahwa balanced scorecard generasi kedua mempunyai “hubungan sebab-
akibat” di antara berbagai sasaran strategis yang disebut strategy map, selain itu
terdapat perbedaan dari segi tata letak (layout) di antara keempat perspektif. (Luis
& Biromo, 2007).
Selain itu, terdapat 3 pembaruan yang muncul sebagai akibat evolusi balanced
scorecard tersebut, yaitu:
Fokus: balanced scorecard generasi pertama berfokus kepada pengukuran
kinerja, sedangkan balanced scorecard generasi kedua berfokus pada
manajemen. Manajemen disini mencakup manajemen strategi, manajemen
operasional, dan manajemen di bidang lainnya, dan tidak hanya manajemen
kinerja semata.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
22
Universitas indonesia
Tujuan: balanced scorecard generasi pertama bertujuan untuk
mengendalikan pelaksanaan strategi, sedangkan balanced scorecard
generasi keduan menekankan komunikasi strategi. Komunikasi menjadi hal
penting di sini karena hasil studi menunjukkan banyaknya kegagalan
eksekusi dari strategi yang disebabkan oleh kurangnya komunikasi.
Penerapan: balanced scorecard generasi pertama hanya ditujukan untuk
swasta, sedangkan balanced scorecard generasi kedua lebih luas sampai
juga mencakup sector public, dan penerapannya terbukti berhasil (Luis &
Biromo, 2007).
Strategy map adalah salah satu cara mengkomunikasikan sebuah strategi dengan
penggambaran visual yang jelas. Strategy map adalah:
Bagian dari balanced scorecard yang dikembangkan oleh Robert Kaplan dan
David Norton. Secara sederhana, strategy map menggambarkan bagai mana
sebuah organisasi menciptakan value yang merupakan mata rantai yang hilang
dalam perencanaan stratgis dan pelaksanaan strategi organisasi tersebut.
Menggunakan empat buah perspektif sebagai titik awal, Strategy map
menunjukkan sebab akibat antara keempat perspektif tersebut diantaranya:
Financial: untuk berhasil secara finansial, bagaimana seharusnya kita
berkontribusi terhadap para sharehoders?
Customer: untuk mencapai visi organisasi, bagaimana seharusnya kita
berkontribusi kepadapara kustomer?
Internal Process: untuk memuaskan shareholders dan customer, bisnis
proses apa yang harus unggul?
Learn and growth: untuk mencapai visi organisasi, bagaimana kita
mengembangkan kemampuan kita untuk berubah dan berkembang?
Sebuah strategy map adalah arsitektur umum untuk menggambarkan strategi,
dan membantu sebuah organisasi dalam menggambarkan strategi tersebut
secara holistik, terintegrasi, dan sistematis. Strategy map juga mengharuskan
organisasi untuk merancang strategi mereka berdasarkan keempat perspektif
untuk dapat memperoleh hasil yang mengacu dari strategi tersebut, dan
kemudian menarik hubungan diantara mereka.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
23
Universitas indonesia
Dikembangkan dengan proses Top-down. Strategy map dikembangkan dengan
proses Top-down yang dimulai dengan perspektif finansial (value) dan berakhir
dengan perspektif Learn and growth (orientasi masa depan). Mengembangkan
sebuah Strategy map, berarti memaksa fungsi-fungsi yang menggerakkan
organisasi tersebut untuk memperoleh kesepakatan tentang strategi dan tujuan
dari organisasi tersebut, dan kemudian mengembangkan keluaran yang
dihasilkan. Perspektif finansial dan customer merepresentasikan keluaran yang
dihasilkan dari sebuah strategi, sementara perspektif internal process dan
perspektif learn and growth merepresentasikan hal-hal yang mempengaruhi
atau yang harus dilakukan agar keluaran tersebut tercapai (Kaplan & Norton,
2004).
Gambar 5. Strategy maps
BSC Strategy map menyediakan komponen Information Capital, dimana
Information Capital ini merupakan bahan dasar untuk menciptakan nilai (value)
dalam era ekonomi-baru sehingga diharapakan nilai tersebut mampu membawa
keuntungan bagiorganisasi. Konsep balanced scorecard yang diusung Kaplan dan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
24
Universitas indonesia
Norton mendefinisikan kerangka umum yang digunakan untuk intangible capital
kedalam organisasi yaitu:
Gambaran Information Capital
Allign Information Capital kedalam strategi
Pengukuran kesiapan Information Capital
Dalam mengembangkan/menyusun sebuah BSC strategy map, Kaplan dan Norton
membuat beberapa prinsip yaitu:
1. Strategi adalah langkah dalam sebuah rangkaian. Strategi bukan sebuah
proses manajemen yang berdiri sendiri. Strategi adalah sebuah rangkaian
logis dari pernyataan misi menjadi sebuah rangkaian kerja yang harus
dilakukan pegawai dalam memenuhi tujuan organisasi baik jangka pendek
dan jangka panjang.
2. Strategi terdiri atas tema-tema yang saling melengkapi secara bersama-
sama dalam penyusunan perspektif proses internal, manajer
mengidentifikasi proses-proses yang paling utama untuk mendukung bisnis
strateginya. Sebuah organisasi yang mengambil posisi produk leadership
strategy harus melakukan proses proses inovasi yang baik. Demikian juga
dengan organisasi yang mengambil posisi low total cost strategy harus
membuat proses operasional yang baik (Kaplan & Norton, 2004).
2.3 IT Balanced Scorecard (IT BSC)
IT balanced scorecard diperkenalkan oleh Van Grembergen. Goals dari
Information Technology Balanced Scorecard (IT BSC) adalah:
1. Menyelaraskan perencanaan TI dengan tujuan dan kebutuhan bisnis.
2. Menetapkan langkah-langkah yang tepat untuk mengevaluasi efektivitas
TI.
3. Menyelaraskan upaya karyawan untuk mencapai tujuan TI.
4. Merangsang dan meningkatkan kinerja TI.
5. Meraih hasil seimbang di seluruh pemangku kepentingan
Kata kuncinya adalah “balanced” (keseimbangan), yang merefleksikan
keseimbangan dari kelima goals yang tertera diatas dengan empat perspektif dari
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
25
Universitas indonesia
balanced scorecard (finansial, kostumer, proses bisnis, pembelajaran dan
pengembangan). Dikutip dari buku Implementing the IT Balanced Scorecard:
Aligning IT with Corporate Strategy karangan Jessica Keyes, ia menyatakan bahwa
Martinsons, Davison dan Tse (1999) menyarankan bahwa keempat perspektif yang
ada dalam balanced scorecard memerlukan beberapa modifikasi agar efektif
digunakan untuk IT scorecard. Mereka berpendapat bahwa departemen TI lebih
melayani internal dibandingkan eksternal, dan projek TI biasanya memberikan
keuntungan bagi end user dan organisasi secara keseluruhan disbanding kostumer
individu didalam pasar yang luas (Keyes, 2005).
Tabel 1. Generic IT Balanced Scorecard
USER ORIENTATION BUSINESS CONTRIBUTION
How do users view the IT
departemen?
Mission
To be the preferred suppliers of
information systems.
Objectives
Preferred suppliers of applications
Preferred suppliers of operations
vs. proper for best solution, from
whatever source
Partnership with users
User satisfactions
How does management view the IT
department?
Mission
To obtain a reasonable business
contribution for IT investments.
Objectives
Control of IT expenses
Business value of IT projects
Provision of new business
capabilities
OPERATIONAL EXCELENCE FUTURE ORIENTATION
How effective and efficient are the IT
processes?
Mission
To deliver effective and efficient IT
applications and services.
Objectives
How well is IT positioned to meet
future needs?
Mission
To develop opportunities to answer
future challenges.
Objectives
Training and educations IT staff
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
26
Universitas indonesia
Efficient and effectives
development
Efficient and effectives operations
Expertise of IT staff
Research into emerging
technologies
Age of application portofolio
User orientation:
Mengevaluasi kinerja TI berdasarkan cara pandang pengguna bisnis atau pelanggan
dari unit bisnis yang ada.
Business contribution:
Mengevaluasi kinerja TI berdasarkan pandangan dari manajemen eksekutif, para
direktur, dan shareholder. Menentukan value yang dihasilkan dari investasi TI
terhadap bisnis
Operational excellence:
Mengevaluasi kinerja TI berdasarkan cara pandang manajemen TI itu sendiri dan
lebih jauh lagi adalah pihak yang berkaitan dengan audit dan pihak yang
menetepkan aturan-aturan yang digunakan.
Future contribution: Mengevaluasi kinerja TI berdasarkan cara pandang
pelaksanaan para praktisi professional yang ada dalam menghasilkan produk untuk
kebutuhan masa depan.
Tujuan dari IT Balanced Scorecard adalah memungkinkan pengguna untuk:
1. Menyesuaikan perencanaan dan aktifitas-aktifitas sistem informasi dengan
tujuan dan kebutuhan organisasi
2. Menyesuaikan usaha pegawai dengan tujuan sistem informasi
3. Menyediakan pengukuran untuk evaluasi efektifitas organisasi sistem informasi
4. Mendorong dan mempertahanankan kinerja sistem informasi yang semakin
meningkat
5. Pencapaian hasil yang seimbang antar stakeholder
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
27
Universitas indonesia
2.4 Indikator Kinerja Utama (IKU) / Key Performance Indicator (KPI)
Pengukuran kinerja adalah cara untuk menentukan apakah kita telah melakukan
hal-hal yang telah ditentukan dari strategi organisasi dengan baik atau tidak.
Performance measure merupakan hal yang sangat penting dalam balanced
scorecard (Niven, 2006).
Indikator Kinerja Utama (IKU) menyajikan serangkaian ukuran yang fokus pada
aspek-aspek ukuran kinerja organisasi yang paling penting untuk keberhasilan
organisasi pada saat ini dan waktu yang akan datang (Parmenter, 2007).
Dalam bukunya juga parmenter menyebutkan bahwa terdapat tujuh karakteristik
dari IKU (Parmenter, 2007) yaitu:
1. IKU bukan ukuran finansial (tidak dinyatakan dalam rupiah, dollar, yen, dll.)
2. IKU diukur secara berkala (harian atau 24jam/7 hari)
3. IKU dapat ditindak lanjuti oleh CEO dan tim manajemen (memanggil staff yang
tidak mencapai IKU dan menanyakan apa yang terjadi)
4. Semua staff harus memahami pengukuran dan tindakan koreksi
5. Baik individu ataupun tim ikut bertanggung jawab
6. Berpengaruh signifikan (misalnya: berpengaruh hamper pada inti semua faktor
kunci keberhasilan – Critical Success Factors, dan lebih dari satu perspektif
BSC)
7. Berpengaruh positif (misalnya: memengaruhi ukuran kinerja yang lain secara
positif)
IKU sebaiknya tidak diukur berdasarkan ukuran finansial saja. Jika hal tersebut
dilakukan, maka barometer yang ada pada IKU tersebut telah berubah menjadi
indikator hasil (misalnya: penjualan harian merupakan hasil dari aktivitas dari
menciptakan penjualan). IKU seharusnya membahas lebih dalam lagi, misalnya
termasuk kunjungan ke lapangan utama yang mendatangkan keuntungan bisnis
terbesar. (Parmenter, 2007)
IKU harus dimonitor 24 jam/7 hari, secara harian atau mungkin mingguan. IKU
tidak dapat dukur secara bulanan, kuartal ataupun tahunan, karena IKU merupakan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
28
Universitas indonesia
barometer yang berorentasi pada “saat ini” atau masa mendatang, bukan pada masa
lalu. (Parmenter, 2007)
Unsur-unsur dari IKU akan menimbulkan perbedaan; unsur-unsur tersebut
mendapat perhatian terus menerus dari CEO dengan adanya telefon setiap hari
kepada para karyawan terkait. Dengan begitu, kesalahan yang telah terjadi
diharapkan tidak terulang lagi.
IKU harus dapat memberi tahu tentang tindakan yang harus dilakukan. IKU masuk
dan mengakar kedalam organisasi sehingga mengikat setiap individu. IKU yang
baik akan berpengaruh pada hamper semua CSF dan lebih dari satu perspektif BSC.
Dengan kata lain, jika CEO pihak manajemen, dan staf fokus terhadap IKU, maka
organisasi akan panen hasil dari berbagai arah (Parmenter, 2007).
2.5 Cascading Scorecard
Dalam bukunya (Mulyadi, 2007) menjelaskan bahwa cascading merupakan alat
untuk pengkomunikasian sasaran dan inisiatif strategis jenjang organisasi tertinggi
ke tiap jenjang organisasi yang lebih rendah sampai dengan tingkat yang paling
bawah: karyawan. Cascading adalah proses penyusunan scorecard disetiap jenjang
organisasi dsisusun oleh manajer jenjang organisasi bersangkutan, dengan
menggunakan scorecard jenjang organisasi yang lebih tinggi sebagai basis. Dengan
demikian proses cascading ditentukan oleh disain strukur organisasi yang dipakai
organisasi dalam running the business.
Cascading pada hakikatnya adalah proses pengubahan visi, misi, keyakinan dasar,
dan strategi organisasi menjadi shared mission, shred vision, shared beliefs, shared
values dan shared strategy. Cascading merupakan alignment process, setiap pusat
pertanggungjawaban dan personel dalam organisasi terhadap visi, misi, tujuan,
keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi organisasi (Mulyadi, 2007).
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
29
Universitas indonesia
Prinsip Cascading
Cascading dilakukan berdasarkan 5 prinsip berikut (Mulyadi, 2007):
1. Cascading dilakukan oleh manajer jenjang yang lebih rendah atas sasaran
strategis jenjang organisasi yang lebih tinggi.
2. Cascading bertujuan ganda: (a) untuk menbangun organisasi yang kohensif,
dan (b) untuk membangun komitmen karyawan dalam mewujudkan
sasaran-strategis organisasi
3. Kata kunci yang digunakan dalam proses cascading adalah “pengaruh” –
yaitu kemampuan seseorang untuk menghasilkan dampak. Melalui proses
cascading, manajer jenjang organisasi yang lebih rendah dan karyawan
diberi kesempatan untuk memilih sasaran dan inisiatif strategi yang
memberikan kontribusi signifikan terhdap pencapaian sasaran strategis
organisasi secara keseluruhan.
4. Pertanyaan yang harus dijawab oleh karyawan di setiap jenjang organisasi
adalah: “kontribusi signifikan apa yang dapat diberikan oleh jenjang
organisasi kami dalam mewujudkan sasaran strategis tertentu organisasi?”
5. Tidak setiap jenjang organisasi diharapkan memberikan kontribusi dalam
menghasilkan dampak terhadap setiap sasaran strategis yang ditetapkan
oleh jenjang organisasi tertinggi.
2.6 COBIT 5 (Control Objectives for Information and Related Technology)
Dewasa ini, terdapat beberapa framework dengan sasaran spesifik masing-masing
dari tiap framework tersebut yang diperkenalkan oleh beberapa institusi. Beberapa
diantaranaya adalah ITIL, ISO 27001, PMBOK, DAN TOGAF. Tiap-tiap
framework tersebut dibuat untuk memenuhi kebutuhan dari komunitas pengguna.
Tiap-tiap framework tersebut memiliki fokus area mereka masing-masing. Tidak
ada satupun framework yang dapat mengintegrasikan framework satu dengan yang
lainnya, memenuhi kebutuhan organisasi secara menyeluruh, dan memenuhi
kebutuhan dari seluruh stakeholder. Framework COBIT 5 dapat menuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut. COBIT 5 merupakan framework tunggal dan
terintegrasi serta selaras dengan framework yang lain dan juga dapat digunakan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
30
Universitas indonesia
untuk membantu TI dalam pencapaian goals dalam memenuhi kebutuhan bisnis.
COBIT 5 (Control Objectives for Information and Related Technology) merupakan
framework yang dibuat oleh Information Systems Audit and Control Association
(ISACA), dan IT Governance Institute (ITGI) yang digunakan untuk membantu
organisasi dalam pencapaian sasarannya dalam biang tata kelola dan manajemen
TI. COBIT 5 dapat digunakan untuk organisasi komersial maupun non-profit.
2.6.1 Prinsip-prinsip dari COBIT 5
Dalam tata kelola dan manajemen TI, COBIT 5 berdasarkan pada 5 prinsip utama,
yaitu: meeting stakeholders needs, covering the enterprise end-to-end, applying a
single integrated framework, enable holistic approach, dan separating governance
from management. Untuk lebih jelas mengenai ke 5 prinsip tersebut, dapat dilihat
pada gambar 6 dibawah:
Gambar 6. COBIT 5 Principles
Prinsip 1: Meeting Stakeholder Needs
Keberadaan dari enterprise adalah untuk memberikan value untuk tiap stakeholder-
nya baik itu dari internal mapun eksternal, sehingga tiap enterprise – baik komersial
ataupun non-profit - harus menciptakan value sebagai sebuah sasaran utama dari
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
31
Universitas indonesia
tata kelola. Penciptaan value berarti mengambil manfaat dari penggunaan sumber
daya yang optimal dan mengendalikan risiko. Ketika hendak menerapkan TI dan
dalam memenuhi kebutuhan yang bermacam-macam dari stakeholder baik internal
maupun eksternal, perlu untuk disadari bahwa kebutuhan stakeholder tersebut tidak
hanya dipandang dari sudut pandang manajemen saja, melainkan juga dari sudut
pandang tata kelola. Sasaran dari tata kelola adalah untuk membuat keputusan yang
seimbang, dan mempertimbangkan seluruh kebutuhan stakeholder. Tata kelola
adalah segala sesuatu mengenai negosiasi, dan pengambilan keputusan diantara
beraneka ragamnya kebutuhan dari stakeholder, karena tiap keputusan yang
diambil memiliki dampak maing-masing. Jadi, tata kelola harus mengoptimalkan
sumber daya dan mengendalikan risiko untuk memperoleh manfaat, dan pada saat
yang bersamaan harus menyeimbangkan kebutuhan dari stakeholder dalam
pencapaian sasaran dari penciptaan value.
COBIT 5 telah mengidentifikasikan sejumlah pertanyaan yang dimiliki oleh
stakeholder dalam beberapa situasi. Pertanyaan tersebut mengarahkan kita dalam
pemilihan goals dari enterprise. COBIT 5 sebagai framework bisnis menggunakan
pendekatan dari balanced scorecard dalam penentuan goals dari enterprise.
Enterprise arus menyeimbangkan goals-nya kedalam empat perspektif, yaitu:
financial, customer, internal, dan learning and growth.
Prinsip 2: Covering the Enterprise End to end
Belakangan ini dalam adaptasi terhadap computer, departemen TI memiliki
tanggung jawab sebagai “IT function”. Tiap data yang dikirim kepada departemen
TI harus diproses menjadi informasi yang akan dikirim kembali dalam bentuk
laporan. Dalam era informasi seperi sekarang ini, informasi merupakan salah satu
asset penting organisasi. Setiap aksi dan keputusan sangat tergantug terhadap
ketepatan informasi yang diberikan dan ketepatan waktu pemberian informasi
tersebut. COBIT 5 menyadari hal ini dan mengintegrasikan tata kelola TI enterprise
kedalam tata kelola enterprise. Tidak hanya berfokus pada fungsi TI, tetapi juga
memperlakukan informasi dan teknologi yang berhubungan dengannya sebagai
asset yang harus dikelola oleh enterprise sebagaimana mengelola asset-aset
lainnya. Pendekatan tata kelola enterprise yang menyeluruh ini dapat dilakukan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
32
Universitas indonesia
dengan menyediakan sebuah framework, prinsip, struktur, proses, dan praktek yang
seragam, juga memahani sumber daya enterprise seperti: kemampuan layanan,
manusia, dan informasi. Informasi itu sendiri merupakan key enabler. COBIT 5
memungkinkan stakeholder untuk mendefenisikan secara lengkap dan luas
mengenai informasi yang dibutuhkan. Hal ini membantu fungsi TI untuk
menditentifikasi dan mendukung seluruh kebutuhan stakeholder akan informasi.
COBIT 5 menyediakan perananan yang detail, aktifitas dan hubungan diantara
stakeholder, manajemen, tim operasional untuk memahami akuntabilitas dan
tanggung jawab serta menghindari kekacauan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menyediakan chart RACI (Responsible, Accountable, Consulted, and Informed)
untuk tiap-tiap praktek kunci dari tata kelola dan manajemen.
Prinsip 3: Applying a Single, Integrated Framework
ISACA merupakan asosiasi global nirlaba yang terdiri dari 100.000 profesional TI
di 180 negara, selalu berusaha untuk memciptakan best practices untuk profesi TI.
Hal tersebut merupakan usaha bersama dari sejumlah ahli dan praktisi dalam
menciptakan sejumlah framewok yang sangat berguna, seperti COBIT 4.1, Val IT
2.0, Risk IT and Business Model for Information Security (MBIS). Seluruh model
tersebut telah terintegrasi dalam COBIT 5 yang merupakan sebuah framework
bisnis yang luas dalam skala makro. COBIT 5 diselaraskan dengan standard dan
framework yang relevan seperti ISO 27000, ITIL, ISO, PMBOK, dan TOGAF
dengan tujuan menyediakan petunjuk dalam tata kelola dan manajemen enterprise
TI dalam menjaga fokus yang menyeluruh terhadap framework bisnis. Hal ini
merupakan aspek penting dimana individu yang fokus pada masalah teknis dan
mungkin mengabaikan sasaran utama bisnis. COBIT 5 memastikan bahwa dalam
pencapaian goals yang berhubungan dengan TI tidak akan mengabaikan goals
enterprise untuk memenuhi kebutuhan stakelholder.
Prinsip 4: Enabling a Holistic Approach
Tata kelola dan manajemen organisasi TI yang efisien dan efektif membutuhkan
pendekatan yang menyeluruh, dengan mempertimbangkan beberapa komponen
yang saling berinteraksi. COBIT 5 mendefinisikan bagian enabler yang mendukung
pelaksanaan tata kelola yang komprehensif dan sistem manajemen untuk organisasi
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
33
Universitas indonesia
TI. Enabler yang didefinisikan secara luas dapat membantu untuk mencapai tujuan
organisasi. Kerangka kerja COBIT 5 mendefinisikan tujuh kategori enabler,
sebagai berikut:
1. Prinsip, kebijakan dan kerangka kerja
2. Proses
3. Struktur Organisasi
4. Budaya, etika, dan perilaku
5. Informasi
6. Layanan, infrastruktur dan aplikasi
7. Manusia, keahlian dan kompetensi
Setiap enabler memiliki empat dimensi, yaitu: shareholders, goals, life cycle, dan
good practices. Kinerja enabler tersebut dapat diatur dengan mendefenisikan
matriks untuk pencapaian dari goals sebagaimana matriks untuk praktek dari
aplikasi. Hal ini membantu kita dalam memantau apakah kita berjalan di jalur yang
benar dan untuk mengukur progress yang telah dibuat dalam mencapai goals
tersebut.
Prinsip 5: Separating Governance from Management
Kerangka kerja COBIT 5 membuat perbedaan yang jelas antara tata kelola dan
manajemen. Kedua disiplin yang mencakup berbagai jenis kegiatan memerlukan
berbagai struktur organisasi dan melayani tujuan yang berbeda. Untuk lebih jelas
mengenai perbedaan antara governance dan management, dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
34
Universitas indonesia
Gambar 7. Perbedaan antara governance dan management
COBIT 5 menggambarkan kunci perbedaan antara tata kelola dan manajemen
antara lain:
1. Tata kelola (governance) meyakinkan bahwa kebutuhan, kondisi dan
pilihan stakeholder dievaluasi untuk mencapai keseimbangan, pencapaian
tujuan organisai, penempatan arahan memalui prioritisasi dan pengambilan
keputusan serta pengawasan kinerja dan kepatuhan dibandingkan dengan
tujuan dan arahan yang telah disepakati. Dalam sebagian besar organisasi,
tata kelola adalah tanggung jawab dewan direksi dibawah kepemimpinan
orang yang memiliki kedudukan. Tanggung jawab tata kelola secara khusus
mungkin didelegasikan kepada struktur organisasi yang spesifik pada level
yang tepat, khususnya organisasi yang besar dan kompleks.
2. Manajemen merencanakan, membangun dan menjalankan kegiatan yang
selaras dengan arahan yang dibuat oleh bagian tata kelola untuk mencapai
tujuan organisasi. Pada sebagian besar organisasi, manajemen adalah
pertanggungjawaban manajemen eksekutif di bawah kepemimpinan CEO.
Pada COBIT 5 terdapat sebuah process reference model yang mendefenisikan dan
menggambarkan secara detail sejumlah proses governance dan management.
Process reference model ini merepresentasikan semua proses yang secara umum
dapat ditemui dalam sebuah aktivitas TI yang berhubungan dengan enterprise
menyediakan model referensi umum yang mudah dimengerti oleh manajer
operasional TI dan manajer busnis. Untuk lebih jelas mengenai perbedaan antara
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
35
Universitas indonesia
governance dan management yang ada pada COBIT 5, dapat dilihat pada gambar 8
dibawah ini:
Gambar 8. Process Reference Model COBIT 5
Usulan dari process reference model yang ada pada COBIT 5 ini adalah
menyediakan proses model yang lengkap dan komperhensif, akan terapi process
reference model ini bukanlah satu-satunya proses model yang mungkin untuk
dibuat. Setiap enterprise harus mendefinisikan proses model mereka masing-
masing sesuai dengan kondisi yang ada.
Dalam COBIT 5 terdapat 37 (tiga puluh tujuh) proses yang tercakup dalam process
reference model dan terdiri dalam 2 domain utama yaitu governance dan
management process:
1. Governance (1 domain, 5 proses) dengan tiap proses pada domain evaluate,
direct and monitor (EDM) ditentukan.
2. Management (4 domain, 32 proses) yang sejalan dengan tanggung jawab
atas area plan, build, run and monitor (PBRM) menyediakan end-to-end
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
36
Universitas indonesia
manajemen TI. Domain-domain tersebut merupakan evolusi dari domain
dan struktur proses yang ada di COBIT 4.1. domain-domain tersebut adalah:
a. Align, Plan, dan organize (APO)
b. Build, acquire, dan implement (BAI)
c. Deliver, service, dan support (DSS)
d. Monitor, evaluate, dan assess (MEA)
Setiap domain terdiri atas proses-proses. Walaupun sebagian besar dari proses-
proses tersebut membutuhkan aktivitas “planning”, “implementation”, “execution”,
dan “monitoring” didalam prosesnya, proses-proses tersebut tetap dikelompokkan
di wilayah mana yang secara umum lebih relevan.
2.6.2 Cascading dalam COBIT 5
Setiap organisasi beroperasi dalam konteks yang berbeda-beda. Konteks ini
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal diantaranya
adalah pasar, industri, geopolitik, dan lain lain. Sementara faktor internal
diantaranya adalah budaya, struktur organisasi, pandangan terhadap risiko, dan lain
lain. Kebutuhan stakeholder harus diubah menjadi strategi, untuk kemudian
ditindaklanjuti oleh organisasi tersebut. Tujuan proses cascading dalam COBIT 5
adalah memberikan mekanisme untuk menterjemahkan kebutuhan stakeholder
menjadi strategi organisasi, strategi Teknologi Informasi, dan proses untuk
mencapai strategi Teknologi Informasi tersebut yang seluruhnya ditindaklanjuti dan
telah disesuaikan. Penerjemahan ini memungkinkan sebuah organisasi untuk
menetapkan tujuan yang spesifik dalam setiap tingkatan dan setiap area operasional
organisasi tersebut yang nantinya diharapkan akan secara efektif mendukung
keselarasan antara kebutuhan organisasi dan Teknologi Informasi.
Dalam proses cascading, COBIT 5 memberikan panduan langkah-langkah
pemetaannya seperti gambar 9 berikut:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
37
Universitas indonesia
Gambar 9. Proses Cascading dalam COBIT 5
Langkah 1 Stakeholder Drivers Influence Stakeholder Needs
Kebutuhan Stakeholder dipengaruhioleh beberapa hal diantaranya perubahan
strategi bisnis, peraturan yang berlaku, dan teknologi baru.
Langkah 2 Stakeholder Needs Cascade to Enterprose Goals
Kebutuhan stakeholder dapat dihubungkan dengan sejumlah enterprise goals
umum yang telah dikembangakan dengan menggunakan perspektif dari dimensi
balanced scorecard, dan mereka merepresentasikan sebuah daftar goals yang
secara umum digunakan dimana goals tersebut telah didefenisikan oleh
enterprise itu sendiri. Meskipun daftar ini tidak lengkap, tapi kebanyakan dari
tujuan strategis khusus tersebut yang dapat dengan mudah dipetakan menjadi
tujuan strategis organisasi secara umum.
COBIT 5 mendefinisikan secara umum 17 tujuan organisasi yang didalamnya
mencakup beberapa informasi berikut:
- Perspektif BSC yang sesuai dengan tujuan organisasi tersebut
- Tujuan organisasi
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
38
Universitas indonesia
- Hubungan tujuan organisasi dengan tujuan tata kelola yaitu manfaat,
optimasi resiko, dan sumber daya (“P” berarti mempunyai hubungan
primer/utama, sedangkan “S” berarti mempunyai hubungan sekunder).
Hubungan ini terlihat dalam gambar 10 berikut:
Gambar 10. Enterprise Goals
Langkah 3 Enterprise Goals Cascade to IT-Related Goals
Untuk mencapai tujuan organisasi, diperlukan beberapa hal yang dihasilkan
oleh Teknologi Informasi, yang direpresentasikan oleh tujuan yang
berhubungan dengan Teknologi Informasi. Tujuan yang berhubungan dengan
Teknologi Informasi ini terdiri dari informasi dan teknologi yang berada di
dalamnya. Dan tujuan yang berhubungan dengan Teknologi Informasi ini
dibentuk dari perspektif dalam Information Technology Balanced Scorecard
COBIT 5 mendefinisikan 17 (tujuh belas) tujuan yang berhubungan dengan
Teknologi Informasi seperti yang ada pada gambar 11 dibawah ini :
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
39
Universitas indonesia
Gambar 11. IT Related Goals
Secara detail, COBIT 5 telah menyediakan bentuk pemetaan ini seperti yang
terlihat pada gambar 12 dibawah ini:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
40
Universitas indonesia
Gambar 12. Mapping COBIT 5Enterprise goals to IT-Related Goals
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
41
Universitas indonesia
Langkah 4 IT-Related Goals cascade to Enabler Goals
Untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan Teknologi Informasi,
membutuhkan kesuksesan dari aplikasi dan faktor-faktor yang memungkinkan
agar tujuan tersebut tercapai. Faktor-faktor yang memungkinkan tersebut
termasuk proses, struktur organisasi, dan informasi. Dan untuk masing-masing
faktor tersebut ditetapkan sekelompok tujuan yang spesifik, yang bisa
didefinisikan untuk mendukung tercapainya tujuan yang berhubungan dengan
Teknologi Informasi.
2.6.3 Perbedaan COBIT 5 dengan COBIT 4.1
Pertama, prinsip baru dalam tata kelola TI untuk organisasi, Governance of
Enterprise IT (GEIT). COBIT 5 lebih berorientasi pada prinsip, dibanding pada
proses. Berdasarkan feedback dari pengguna yang masuk, menyatakan bahwa
ternyata penggunaan prinsip-prinsip itu lebih mudah dipahami dan diterapkan
dalam konteks enterprise secara lebih efektif. (ISACA)
Kedua, COBIT 5 memberi penekanan lebih kepada Enabler. Walaupun sebenarnya
COBIT 4.1 juga menyebutkan adanya enabler-enabler, hanya saja COBIT 4.1 tidak
menyebutnya dengan enabler. Sementara COBIT 5 menyebutkan secara spesifik
ada 7 enabler dalam implementasinya. Berikut ini adalah ketujuh enabler COBIT
5 dan perbandingan untuk hal yang sama di COBIT 4.1 (ISACA):
1. Prinsip-prinsip, kebijakan dan kerangka kerja. Pada COBIT 4.1, poin-poin ini
tersebar dalam beberapa proses-proses COBIT 4.1.
2. Proses-proses. Proses adalah sentral dari COBIT 4.1.
3. Struktur Organisasi. Dalam COBIT 4.1, struktur organisasi tercermin dalam
RACI chart yang mendefinisikan peran dan tanggung-jawab para pihak dalam
setiap proses.
4. Kultur, etika dan perilaku. Poin ini terselip di beberapa proses COBIT 4.1
5. Informasi. Dalam COBIT 4.1, informasi merupakan salah satu sumber daya TI
(IT resources).
6. Layanan, Infrastruktur, dan Aplikasi. Dalam COBIT 4.1, infrastruktur dan
aplikasi (disatukan dengan layanan) merupakan sumber daya TI juga.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
42
Universitas indonesia
7. Orang, keterampilan (skills) dan kompetensi. Dalam COBIT 4.1, hanya
disebutkan “orang” sebagai salah satu sumber daya (walau sebenarnya
mencakup juga keterampilan dan kompetensinya).
Ketiga, COBIT 5 mendefinisikan model referensi proses yang baru dengan
tambahan domain governance dan beberapa proses baik yang sama sekali baru
ataupun modifikasi proses lama serta mencakup aktifitas organisasi secara end-to-
end. Selain mengkonsolidasikan COBIT 4.1, Val IT, dan Risk IT dalam sebuah
framework, COBIT 5 juga dimutakhirkan untuk menyelaraskan dengan best
practices yang ada seperti misalnya ITIL v3 2011 dan TOGAF.
Keempat, seperti disinggung sebelumnya, bahwa dalam COBIT 5 terdapat proses-
proses baru yang sebelumnya belum ada di COBIT 4.1, serta beberapa modifikasi
pada proses-proses yang sudah ada sebelumnya di COBIT 4.1. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa model referensi proses COBIT 5 ini sebenarnya
mengintegrasikan konten COBIT 4.1, Risk IT dan Val IT. Sehingga proses-proses
pada COBIT 5 ini lebih holistik, lengkap dan mencakup aktifitas bisnis dan IT
secara end-to-end.
Kelima, Praktik dan Aktifitas. Praktik dan aktifitas tata kelola dan manajemen
pada COBIT 5 sebenarnya ekuivalen dengan control objective COBIT 4.1 serta
proses-proses pada Val IT dan Risk IT. Sementara itu aktifitas pada COBIT 5
sebenarnya identik dengan dengan control practices pada COBIT 4.1 dan
management practices pada Val IT dan Risk IT.
Keenam, Goal dan Metrik. COBIT 5 menggunakan konsep goal dan metrik yang
samadengan COBIT 4.1, Val IT, dan Risk IT. Hanya saja COBIT 5 mengubah
namanya menjadi enterprise-goal, IT-related goal dan process goal untuk
mencerminkan pendefinisiannya secara organisasi. COBIT 5 juga memberikan
contoh-contoh goal dan metriknya pada tingkatan enterprise, proses dan
manajemen pada tingkatan praktis. Inilah bedanya dengan COBIT 4.1, Val IT, dan
Risk IT yang bermain satu tingkatan di bawahnya.
Ketujuh, Input dan Output. Framework COBIT 5 menyediakan input dan output
untuk setiap management practice, sementara COBIT 4.1 hanya menyediakan ini
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
43
Universitas indonesia
pada tingkatan proses saja. Hal ini dapat dijadikan petunjuk tambahan dalam
mendesain proses-proses berikut produk kerja yang dihasilkan dan membantu
integrasi antar proses-proses yang ada.
Kedelapan, RACI Chart. Pada dasarnya COBIT 5 menyediakan diagram RACI
yang menjelaskan peran dan tanggung-jawab dengan cara yang sama seperti pada
COBIT 4.1, Val IT, maupun Risk IT. Hanya saja COBIT 5 memberikan diagram
yang lebih lengkap, detail dan rentang yang lebih jelas dari setiap pihak baik IT
maupun bisnis untuk setiap praktik manajemen. Tentunya hal ini akan lebih
memudahkan dalam proses desain dan penerapan proses-prosesnya.
Kesembilan, Model dan Asesmen terhadap Process Capability. Framework
COBIT 5 tidak lagi menggunakan pendekatan berbasis CMM seperti yang
digunakan dalam COBIT 4.1, Val IT, maupun Risk IT. Sebagai gantinya COBIT 5
akan menggunakan pendekatan baru yang berbasis pada ISO/IEC 15504.
Pendekatan yang digunakan COBIT 4.1, Val IT dan Risk IT menggunakan atribut
dan skala pengukuran yang berbeda dengan pendekatan berbasis ISO/IEC 15504
ini. Pendekatan baru ini menurut ISACA merupakan pendekatan yang lebih baik,
handal dan juga lebih repeatable sebagai sebuah metode penilaian
kematangan/kemampuan proses.
2.7 Penelitian Sebelumnya
Untuk lebih menambah pemahaman mengenai topik penelitian yang sedang
dilakukan, maka peneliti melakukan studi literatur terhadap penelitian sebelumnya.
Berikut adalah studi literatur terhadap nenelitian sebelumnya yang dimaksud:
2.7.1 Aligning Business and Information Technology through the Balanced
Scorecard at a Major Canadian Financial Group: Its Status Measured
With an IT BSC Maturity Model
Paper ini ditulis oleh (Grembergen, Wim Van; Saull, Ronald;, 2001) yang
menggambarkan dan mendiskusikan tentang pengembangan dan
pengimplementasian dari IT Balanced Scorecard (IT BSC) yang terjadi pada
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
44
Universitas indonesia
Information Service Division grup finansial di Canada yang terdiri dari: Great-West
Life, London Life, dan Grup Investor (yang selanjutnya akan disebut: the Group).
Pengembangan dan pengimplementasian BSC pada the group ini dilakukan dengan
menggunakan IT BSC, dengan perspektif: User Orientation, Business
Contribution, Operational Excellence, Future orientation. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilihat pada tabel 2 dibawah:
Tabel 2. Generic IT balanced scorecard
USER ORIENTATION BUSINESS CONTRIBUTION
How do users view the IT
departemen?
Mission
To be the preferred suppliers of
information systems.
Objectives
Preferred suppliers of applications
Preferred suppliers of operations
vs. proper for best solution, from
whatever source
Partnership with users
User satisfactions
How does management view the IT
department?
Mission
to obtain a reasonable business
contribution fro IT investments.
Objectives
Control of IT expenses
Business value of IT projects
Provision of new business
capabilities
OPERATIONAL EXCELENCE FUTURE ORIENTATION
How effective and efficient are the IT
processes?
Mission
To deliver effective and efficient IT
applications and services.
Objectives
Efficient and effectives
development
Efficient and effectives operations
How well is IT positioned to meet
future needs?
Mission
To develop opportunities to answer
future challenges.
Objectives
Training and educations IT staff
Expertise of IT staff
Research into emerging
technologies
Age of application portofolio
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
45
Universitas indonesia
Masing-masing perspektif ini harus diterjemahkan ke dalam metrik dan pengukuran
yang sama yang dapat menilai situasi saat ini. Penilaian ini perlu diulangi secara
berkala dan selaras dengan objective dan benchmark yang ditetapkan sebelumnya.
Komponen penting dari IT BSC adalah hubungan sebab-akibat dari tiap-tiap
pengukuran. Hal tersebut memungkinkan hubungan antara langkah-langkah yang
akan diklarifikasi untuk menentukan dua jenis ukuran kunci: ukuran outcome dan
faktor pendorong kinerja. Pengembangan IT scorecard yang baik berisi campuran
kedua jenis pengukuran tersebut. Ukuran outcome seperti produktivitas programer
(misalnya jumlah poin fungsi per orang per bulan) tanpa faktor pendorong kinerja
seperti pendidikan staf TI (misalnya jumlah hari pendidikan per orang per tahun)
tidak akan mencapai hasil yang diinginkan, danpendorong kinerja tanpa ukuran
outcome mungkin menyebabkan investasi yang signifikan tanpa mengindikasikan
pengukuran apakah strategi yang dipilih efektif atau tidak. Standar yang diusulkan
oleh IT BSC memiliki hubungan dengan bisnis melalui perspektif corporate
contribution.
Business Contribution Perspective menggambarkan nilai yang diberikan TI
terhadap bisnis.
User Orientration Perspective mereprentasikan evaluasi user tehadap TI,
Operational Excellence Perspective merepresentasikan proses para
karyawan dalam pengembangan dan mendukung aplikasi,
Future orientation Perspective merepresentasikan kebutuhan TI terhadap
sumber daya manusia dan teknologi dalam memberikan layanannya,
Hubungan antara TI dan bisnis dapat lebih eksplisit diekspresikan melalui proses
cascading atau waterfall terhadap balanced scorecard. Untuk lebih jelas mengenai
proses cascading IT BSC, dapat dilihat pada gambar 13 dibawah:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
46
Universitas indonesia
Gambar 13. Cascading Balanced Scorecard
Gambar 13 diatas merupakan ilustrasi hubungan antara IT Scorecard dengan
business scorecard. IT development BSC dan IT Operational BSC keduanya
merupakan enabler bagi IT Strategic BSC yang pada gilirannya menjadi enabler
dari business BSC. Cascading dari Scorecard ini menjadi satu set tindakan yang
akan berperan dalam menyelaraskan TI dengan strategi bisnis danakan membantu
untuk menentukan bagaimana nilai bisnis akan diciptakan melalui Teknologi
Informasi.
Setelah melakukan beberapa pertemuan antara stakeholder di “the group”, maka
didapat hasil scorecard pada tiap-tiap perspektif pada IT BSC. Scorecard tersebut
dapat dilihat pada tabel 3 dibawah:
Tabel 3. IT BSC the Group
Customer Orientation Corporate Contribution
Perspective question
How should IT appear to the internal
customers(users and division
manajers)?
Mission
To be the supplier of choice for all
information services, either directly or
indirectly through supplier
partnership.
Objectives
Customer satisfaction
Perspective question
How should IT appear to the
executive committees and Boards in
order to be considered a significant
contributor to company success?
Mission
To enable and contribute to the
achievement of business strategies
through the effective application of
information technologies and
methods.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
47
Universitas indonesia
IT/business partnership
Application development
performance
Service level performance
Objectives
Strategic contribution
Synergy achievement
Business value of IT projects
Management of IT investments
Operational Excellence Future orientation
Perspective question
At which services and processes must
IT excel to satisfy the stakeholders and
customers?
Mission
To deliver timely and effective IT
services at targeted service levels and
costs.
Objectives
Process excellence
Responsiveness
Backlog management and
aging
Security and safety
Perspective question
How will IT develop the ability to
change and improve in order to better
achieve the IT and company’s vision?
Mission
To develop the internal capabilities to
learn and innovate and to exploit
future opportunities.
Objectives
Service capability
improvement
Staff management
effectiveness
Enterprise architecture
evolution
Emerging technologies
research
User OrientationScorecard
User Orientation perspective mengevaluasi kinerja dari TI dari sudut pandang user
pada bisnis internal, dan dari unit bisnis. Pada poin ini, tujuannya adalah fokus pada
pengembangan relasi bisnis dan pengimplementasian proses dan organisasional
baru pada departemen TI. Untuk lebih jelas mengenai scorecard pada perspektif
user orientation, dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
48
Universitas indonesia
Tabel 4. User Orientation Scorecard
Obectives Measures Benchmarks
Customer satisfaction Score an annual
customer survey Past performance
IT/Bussiness
partnership
Frequency of LOB IT
steering committee
meetings
Chedule
Index of IT involvement
in generating new
strategic applications
Past performance
Index of business
involvementin
developing
newapplications
Past performance
Applications delivery
performance
Delivered quality Past performance
Delivered within budget Past performance
Delivered within time Past performance
Services level
performance
Weighted % of
applcations and
operations services
meeting SLA’s for
availability and
performnce
Past performance
Corporate Contribution Scorecard
Coprporate contribution perspective mengevaluasi kinerja dati TI dari sudut
pandang eksekutif manajemen, BoD, dan shareholder. Tantangan pengukuran
utama pada poin ini adalah pada area strategic contribution dan business value of
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
49
Universitas indonesia
IT projects. Untuk lebih jelas mengenai scorecard dari corporate contribution ini,
dapat dilihat pada tabel 5 dibawah:
Tabel 5. Corporate Contribution Scorecard
Objective Measures Benchmark
Strategiccontribution Completion of strategic initiatives not applicable
Synergy achievement
Completion of single systems
solution
Achievements of group synergies
”System Map”
Bain & Co.
targets
Business value of IT
object
Business evaluation based on
traditional financial measures
(ROI, etc.) or information
economics
Company
hurdle rate
Management of IT
investment
Actual versus budgeted expenses
Cost recovery versus expenses
Expenditures
relative to
“selected”
competitor
Operational excellence scorecard
Operational excellence scorecard menunjukkan kinerja TI dari sudut pandang
manajemen TI, auditor dan regulator. Dalam menghubungkan pada process
excellence, akan menggunakan eksternal benchmarking untuk membantu dalam
pengembangan dan peningkatan struktur organisasi TI dan proses TI. Tujuannya
adalah untuk membandingkan efisiensi dan efektifitas organisasi dengan organisasi
lain yang lebih baik kinerjanya.Untuk lebih jelas mengenai scorecard dari
operational excellence ini, dapat dilihat pada tabel 6 dibawah:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
50
Universitas indonesia
Tabel 6. Operational Excellence Scorecard
Objectives Measures Benchmarks
Process excelence Process maturity
rating
SEI & ITIL
assessment
Quality dimension of
process performance
Compass
benchmarking
service
Cost dimension of
process performance
Compass
benchmarking
service
Speed dimension of
process performance
Compass
benchmarking
service
Responsiveness Process cycle time To be determined
System time to marked To be determined
Backlog management
and aging
Number of days of
effort of budgeted
work in backlog status
Past performance
Number of days
outstanding of oldest
budgeted work item
Past performance
Security and safety Absence of major
issues in
internal/eksternal
audit report
Not applicable
Absence of major
unrecoverable failures
or security breaches
Not applicable
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
51
Universitas indonesia
Future orientation Scorecard
Future orientation perspective menunjukkan kinerja TI dari sudut pandang
orgaisasi TI itu sendiri: owner, para praktisi, dan konsultan.Untuk lebih jelas
mengenai scorecard dari future orientation ini, dapat dilihat pada tabel 7 dibawah:
Tabel 7. Future Orientation Scorecard
Objectives Measures Benchmarks
Service capability
improvement
Internal process
improvement
Market
comparation
Organisational
development
Market
comparation
Technology renewal Market
comparation
Professional
development
Market
comparation
Staff management
efficiency
Utilization/billable
ratios
Industry
comparation
Voluntary turnover by
performance level
Market
comparation
% of staff with
completed professional
development plans
Not applicable
% of work done by
contractor Planned level
Enterprise architecture
evolution
Development of
Enterprise
Architecture Plan
(EAP)
Not applicable
System adherence to
EAP and technology
standards
Not applicable
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
52
Universitas indonesia
Emerging technology
% of IT budget
allocated to research
new and updated
technologies
Comparation to
competitors
Pada paper ini peneliti menggunakan metode IT BSC Maturity Model untuk
mengukur tingkat maturitas pada penelitiannya. IT BSC Maturity Model dikembang
sendiri oleh (Grembergen, Wim Van; Saull, Ronald;, 2001)yang dibuat berdasarkan
Capability Maturity Model milik Institute Software Engineering. IT BSC Maturity
Model tersebut yaitu:
1. Level 1: Initial
Menunjukkan adanya bukti bahwa organisasi telah menyadari akan
kebutuhan sistem pengukuran untuk sistem informasi yang dimiliki. Untuk
melakukan pengukuran TI dilakukan secara ad hoc terhadap dua proses
utama pada TI, yaitu: opertion dan system development. Proses pengukuran
biasanya dilakukan perorangan dalam menanggapi isyu-isyu tertentu.
2. Level 2: Repeatable
Pihak Manajemen telah menyadari akan konsep IT BSC dan telah
mengkomunikasikannya secara intens untuk mendefenisikan pengukuran
yang tepat. Pengukuran-pengukuran tersebut dkumpulkan dan
dipresentasikan kepada pihak manajemen untuk dijadikan scorecard.
Hubungan antara pengukuran outcome dan performance driver
didefenisikan secara umum, tetapi belum tepat, didokumentasikan atau
diintegrasikan kedalam proses strategis atau proses operasional. Proses
untuk pelatihan dan peninjauan scorecard dilakukan secara informal.
3. Level 3:Defined
Pihak manajemen telah membakukan, mendokumentasikan, dan
mengkomunikasikan IT BSC melalui pelatihan secara formal. Proses dari
scorecard telah terstruktur, dan telah terhubung dengan planning cycle
bisnis.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
53
Universitas indonesia
4. Level 4: Managed
IT BSC telah terintegrasi dengan utuh kedalam perencanaan strategis dan
operasional, serta sudah memiliki sistem peninjauan terhadap bisnis dan TI.
Hubungan Antara pengukuran outcome dan performance driver ditinjau
secara sistematis, dan direvisi berdasarkan hasil analisis.
5. Level 5: Optimized
IT BSC telah selaras secara penuh dengan framework manajemen strategi
bisnis dan sering melakukan peninjauan terhadap visi, kemudian diperbaiki,
dan ditingkatkan.
Pada paper ini ditunjukkan bahwa dalam pembangunan dan pengimplementasian
scorecard merupakan proyek yang membutuhkan sumber daya manusia, dan
sumber finansial yang besar. Selanjutnya, penyusunan IT BSC adalah proyek yang
digolongkan dalam fase waktu yang berbeda. Setelah melakukan penilaian terhadap
the group, (Grembergen, Wim Van; Saull, Ronald;, 2001) menilai bahwa model
maturitas IT BSC pada organisasi ini berapa pada level 2, yang menyatakan secara
tidak langsung scorecard TI pada “the group” harus terhubung dengan scorecard
bisnis agar dapat mendukung proses penyelarasan TI dengan bisnis dan proses tata
kelola TI. Akan tetapi, pada saat (Grembergen, Wim Van; Saull, Ronald;, 2001)
melakukan penelitian pada saat itu “the group” telah mengembangkan rencana
untuk dua tahun kedepan dengan objektif yaitu: membangun IT BSC yang matang
yang dengan tegas terhubung dengan bisnis. Dapat diketahui bahwa akan ada
tantangan besar bagi orang-orang di bagian TI dan orang-orang di bagian bisnis
dalam organisasi obyek studi kasus ini.
2.7.2 Measuring and Improving IT Governance through the Balanced
Scorecard
Penelitian ini dilakukan oleh (Grembergen & Haes, 2005) terhadap The US
Sarbanes-Oxley. Paper ini akan menjelaskan bagaimana TI BSC dan tata kelola IT
BSC yang telah dilakukan oleh drawing dan roy. Paper ini kan mendiskusikan isyu-
isyu apa saja yang ada dalam tata kelola TI, konsep dari BSC, menjelaskan tentang
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
54
Universitas indonesia
penggunaan BSC sebagi sistem pengukuran kinerja untuk tata kelola TI dalam
enabling strategi-strategi untuk peningkatan kinerja.
IT Governance Issues
Tata kelola TI mulai mendapat perhatian dalam bisnis dan area TI.
Dalam Gartner’s Top Ten CIO Management Priorities for2003,” penigkatan tata
kelola TI” untuk pertama kalinya dimasukkan kedalam daftar dan langsung berada
pada peringkat ketiga. Tata kelola TI dapat didefenisikan sebagai kapasitas
organisasional yang dijalankan oleh dewan pengurus, manajemen eksekutif, dan
manajemen TI dalam mengontrol perumusan dan penerapan dari strategi TI dan
memastikan adanya penyatuan antara bisnis dan TI. Fokus utamanya adalah
tanggung jawab dari dewan pengurus dan manajemen eksekutif. Hal ini
mengindikasikan bahwasanya manajemen TI juga terlibat dalam proses tata kelola.
Bagaimanapun, antara tata kelola TI dengan manajemen TI harus dibedakan dengan
jelas. Manajemen TI fokus tehdapap efektifitas dan efisiensi dari penyediaan
terhadap layanan TI dan operasional TI harian, sementara fokus tata kelola TI lebih
luar dan berkonsetrasi pada penyelenggaraan dan pembentukan TI agar dapat
memenuhi kebutuhan bisnis dan konstumer saat ini dan masa yang akan datang.
Untuk mengimplementasikan tata kelola TI, dapat digunakan kerangka tata keloa
TI yang terbentuk berdasarkan penggabungan dari struktur, proses, dan mekanisme
hubungan. Unutk lebuh jelas mengenai kerangka tata kelola TI, dapat dilihat pada
gambar 14 dibawah:
Struktur Proses
Tata Kelola TI
Mekasime Hubungan
Gambar 14. Kerangka Tata Kelola TI
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
55
Universitas indonesia
Struktur melibatkan keberadaan dari fungsi-fungsi yang bertanggung jawab
terhadap sesuatu, seperti eksekutif TI, akuntan, dan keberagaman dari
komite TI.
Proses merujuk kepada proses pembuatan keputusan strategis TI dan
monitoring, seperti perencanaan strategis sistem informasi dan balanced
scorecard.
Mekanisme hubungan (relational mechanism) termasuk partisipasi dan
hubungan kerjasama bisnis/TI, dialog strategis, dan pertukaran
pengetahuan.
Ketika merancang tata kelola TI, hal yang sangat penting untuk disadari adalah
pentingnya persatuan diantara perbedaan, karena sering terjadi pertentangan yang
disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Untuk itu, penentuan mekanisme
yang benar sangatlah sulit untuk dilakukan. Mekanisme yang baik bagi suatu
organisasi, belum tentu baik bagi organisasi lain, walaupun mereka bergerak pada
sektor yang sama.
Balanced Scorecard Approach
Penggunaan balanced scorecard menjadi sangat meluas sebagai sebuah
pengukuran kinerja dan sebuah sistem manajemen. Dasar pemikiran dari
pendekatan balanced scorecard pada level enterprise diperkenalkan oleh R.S
Kaplan dan D.P. Norton, dimana evaluasi tidak hanya dilakukan pada persfpetif
finansial tradisional saja, tetapi juga pada tetapi juga dilengkapi dengan pengukuran
terhadap customer satisfaction, internal processes, dan learning & growth. Hasil
yang didapat dari tiga perspektif tambahan tersebut seharusnya menjamin terhadap
hasil finansial masa depan dan mendorong organisasi mencapai tujuan strategis
selama tetap menjaga keempat perspektif tersebut tetap seimbang. Untuk
framework pengukuran yang seimbang ini, Kaplan dan Norton mengusulkan
sebuah truktur tiga layer pada tiap perspektif, yaitu: mission, objective, dan
measures dari setiap target yang ditentukan dan inisiatif yang akan dilaksanakan
untuk mendapatkan penilaian yang lebih baik. Untuk mendongkrak scorecard
sebagai intrumen manajemen, maka scorecard terebut harus dilengkapi dengan
efek hubungan sebab-akibat dalam pengukuran. Hubungan sebab-akibat ini dibagi
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
56
Universitas indonesia
menjadi dua tipe pengukuran, yaitu: outcome measures, dan performance driver.
Scorecard yang dikembangkan dengan benar seharusnya tediri atas pencampuran
yang baik terhadap dua matrik tersebut. Outcome measures, tanpa performance
driver tidak akan menyampaikan bagaimana objective akan dicapai. Performance
driver tanpa outcome measures akan mengakibatkan investasi yang besar tanpa
indikasi pengukuran apakah strategi yang dipilih efektif atau tidak.
Pada publikasinya yang terakhir, Epsen dan Roy telah mengembangkan balanced
scorecard, mereka menyadari bahwa BSC dapat digunakan sebagai “sebuah
peluang bagi organisasi dan dewan pembina untuk meningkatkan tata kelola dan
transparansi korporat secara dramatis”.
Tabel 8. IT BSC
Perspective Objective Example metrics
Financial
Long-term financial
success Return on investment
Short-term financial
success Stock price
Long-term success of
changes Success of change
Stakeholders
Ethical behaviour and
legal compliance
Number ot
ethical/legal violation
Corporate governance and
transparency
Number of voluntary
disclosures
Management of
stakeholder’s needs
Number of meeting of
stakeholders
Internal process
Risk and crisis
management
Number of risk audits
performed
Performance evaluation
systems
Number of board
numbers owning stock
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
57
Universitas indonesia
Review of strategic plans Number of hours
spent on strategic
issue
Function of the board Overall attendance at
meetings
Learning & growth
Successions for CEO Interim CEO
identified
Composition of the board Percent of directors
financially literate
Skill and knowledge Existence of training
programs
Perspektif financial mendemonstrasikan bagaimana dewan pembina berkontribusi
terhadap kesusksesan dalam dimensi finansial, Perspektif stakeholder melaporkan
bagaimana dewan pembina mencapai kelayakan dan kepatuhan terhadap hokum
yang berlaku, Perspektif internal process mengidentifikasikan proses yang akan
diterapkan untuk memastikan dewan pembina berfungsi secara maksimal,
Perspektif learning and growth menangkap pengukuran mengenai aktivitas yang
dibutuhkan untuk berkembang dan belajar demi masa depan.
Developing IT balanced scorecard
BSC bukan hanya sebuah sistem manajemen kinerja, tepapi pada saat yang
bersamaan juga merupakan sebuah sistem manajemen ketika efek hubungan sebab-
akibat diantara matriks-matriks yang ada juga diterapkan dengan benar.
Konsep BSC telah diterapkan pada fungsi TI dan proses dari fungsi TI itu sendiri,
yang terdiri atas empat perspektif, yaitu:
Perspective Objective Example Metrics
Corporate contribution
Business/IT
alignment
Operational budget
approval
Value delivery Business unit
performance
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
58
Universitas indonesia
Cost management Attainment of expense
and recovery targets
Risk management Result of internal
audits
Intercompany
synergy Single system solutions
Customer
Customer satisfaction Business unit survey
rating
Competitive costs Attainment of unit cost
target
Development
performance Major project scores
Operational
performance
Attainment of targeted
levels
Operational excelence
Development process Function point
measures
Operational process Change management
effectiveness
Process maturity Level of TI processes
Enterprise
architecture
State of infrastructure
assessment
Future
Human resource
management Staff turnover
Employee satisfaction Satisfaction survey
score
Knowledge
management
Implementation of
learned lessons
Corporate contribution: mengevaluasi kinerja dari organisasi TI berdasarkan sudut
pandang eksekutif manajemen, customer orientation: mengevaluasi kinerja dari TI
berdasarkan sudut pandang pengguna internal, operational excellence: pengukur
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
59
Universitas indonesia
kinerja dari proses TI berdasarkan sudut pandang manajemen TI, future
perspective: menunjukkan kesiapan untuk menghadapi tantangan masa depan
berdasarkan sudut pandang organisasi TI itu sendiri.
Komposisi yang baik dari dewan pembina dengan pengetahuan yang baik mengenai
finansial dari anggotanya (perspektif larning and growth) akan memimpin kepada
sebuat tinajuan ulang yang lebih baik terhadap rencana strategis (perspektif internal
process), manajemen yang lebih baik terhadap kebutuhan stakeholder (perspektif
stakeholder), dan pada akhirnya menuju pada hasil finansial jangka panjang
(perspektif financial).
Gambar 15. IT BSC
Tujuan akhir dari pengembangan dan penerapan dari sebuah proses tata kelola TI
adalah mencapai penggabungan antara bisnis dengan TI, dan sebagai
konsekuensinya adalah pencapaian pada hasil finansial yang lebih baik. Untuk itu,
sangat masuk akal jika BSC untuk tata kelola TI diawali dengan sebuah perspektif
corporate contribution, dan ketiga perspektif lainnya memiliki hubungan sabab-
akibat dengan corporate contribution, dan antara satu dengan lainnya. Secara
keseluruhan, pendidikan tata kelola TI yang lengkap (future orientation) akan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
60
Universitas indonesia
meningkatkan level dari rencana bisnis/TI (operation excellence), sebagai efeknya
akan meningkatkan tingkat kepuasan dari stakeholder (stakeholder orientation) dan
memiliki dampak positif terhadap kesesuaian dari proyek-proyek TI (corporate
contribution).
Metrics for an IT Governance BSC
Dimensi corporate contribution mengevaluasi kinerja dari proses tata kelola TI.
Proses tata kelola TI yang seimbang akan meningkatkan keuntungan bisnis melalui
TI ketika risiko yang berhubungan dengan TI dapat dikurangi (mission).
Permasalahan utamanya adalah: strategic alignment¸ value delivery, dan risk
management. Ketiga permasalahan tersebut dilihat sebagai permasalahan utama
oleh IT Governance Institute yang menjadi perhatian utama dalam tata kelola TI.
Tantangan pengukran utama dalam wilayah ini adalah strategic alignment. Secara
keseluruhan, bobot dari matrik pengukuran kinerja tata kelola ini dibuat
berdasarkan matriks yang diusulkan dan dikembangkan oleh Weill dan Ross.
Pengukuran kinerja tata kelola ini berdasarkan penilaian dari dugaan cepat
individu-individu yang terdiri dari minimal 10 orang senior manajer. Mereka
memberi penilaian dari skala 1 (tidak sukses) sampai 5 (sangat sukses) dari
bagaimana pentingnya sebuah outcome dari tata kelola dan seberapa baikkah tata
kelola TI berkontribusi dalam pencapaian outcome tersebut. Outcome yang akan
dinilai termasuk cost-effective dari penggunaan TI, efektifitas dari penggunaan TI
untuk bertumbuh, efektifitas dari penggunaan TI untuk pemanfaatan asset, dan
efektifitas dari penggunaan TI untuk fleksibilitas bisnis. Berdasarkan penilaian-
penilaian tersebut, bobot dari pengukuran tata kelola dapat dihitung. Ketepatan
trategi dari proyek-proyek TI, persentase dari proyek-proyek TI yang berdampak
pada pengembangan, dan persentase dari goals bisnis yang selaras dengan goals TI
yang merupakan perhatian utama dalam penyelarasan strategis TI/bisnis. Untuk
lebih jelasnya mengenai objektif yang ada pada perspektif corporate contribution,
dapat dilihat pada table dibawah:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
61
Universitas indonesia
Corporate contribution:
Tabel 9. Corporate Contribution
Perspective Corporate Contribution
Mission Ensuring maximum profit while
mitigating IT-related Risk
Objectives
Strategic Alignment
Measures:
Weighted governance performance
Strategic match of major IT projects
Percentage development capacity
engaged in strategic projects
Percentage of business goals
supported by IT goals
Value Delivery
Measures:
Business unit performance
management
Business value of major IT projects
based on ROI, NPV IRR, PB
Ratio IT costs/total turnover
IT costs charged back to the
business
Risk Management
Measures:
Number of new implemented IT
security initiatives and security
breaches
Attainment of disaster recovery
plans
Number if IT audits performed and
reported shortcomings
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
62
Universitas indonesia
Dalam pengukuran ketepatan proyek TI dapat dilakukan dengan teknik penilaian
yang diperkenalkan oleh information economic. Atribut dari tipikal dari
penilaiannya yaitu: dari 0 sampai 5, dimana 0 menyatakan tidak tepat sama sekali,
dan 5 menyatakan bahwasanya proyek-proyek TI tepat sekali/cocok dengan strategi
bisnis. Dalam area value delivery, pengukuran kinerja unit bisnis mengacu kepada
hasil-hasil yang dicapai bisnis, dari beraneka ragam bisnis yang dijalankan,
tentunya dengan kesadaran atas tanggung jawab yang tinggi dalam pencapaian dan
pengukuran nilai bisnis kepada unit bisnis. Alternatif lain untuk penilaian dari
matriks value delivery adalah melalui evaluasi finansial tradisional seperti: Return
on Investment (ROI), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Periode (PB). Perhatian utama dari senior manajemen adalah level dari
biaya pengelaran untuk TI dan waktu untuk “balik modalnya”, hal ini diukur dari
rasio biaya pengeluaran untuk TI/ total penggantiannya dan persentase dari biaya
pengeluaran untuk TI yang dikembalikan oleh TI itu sendiri kepada bisnis.
Mengenai objektif risk management, sebuah high level dari security dan disaster
recovery seharusnya dapat dicapai, dan diukur melalui jumlah dari inisiatif security
yang telah diterapkan TI dan jumlah dari pelanggarannya, serta pencapaian dari
disaster recovey plans. Kinerja audit dikukur melalui jumlah audit TI dilakukan dan
pelaporan terhadap kekurangannya.
Stakeholders
Pada perpektif stakeholder orientation, objektifnya adalah stakeholder satisfaction,
management of stakeholder needs and legal/ethical compliance. Perspektif ini
mngevaluasi proses tata kelola TI dari sudut pandang para stakeholder termasuk
dewan direktur, CEO, dan manajemen ekskutif, CIO dan manajemen TI, pengguna
TI dan bisnis, pelanggan, shareholders, dan komunitas.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
63
Universitas indonesia
Tabel 10. Stakeholder Orientation
Perspective Stakeholder Orientation
Mission Measuring up to stakeholders
satisfactions
Objectives
Stakeholder Satisfaction
Measures:
Stakeholder satisfaction surveys on
fixed times
Number of complains of
stakeholders
Index of availability of systems and
applications
Management of Stakeholder Needs
Measures:
Number of meetings with
stakeholders
Clear communication in place with
CEO and board members
Index of CEO/boar involvement in
new and majors IT initiatives
Number of Major IT projects with
SLA
Legal and Ethical Compliance
Measures:
IT adherence to Sarbanes-Oxley Act
IT adherence to privacy regulation
Adherence to IT code ethics/IT code
of conduct
Dalam hal yang berhubungan dengan stakeholders’ satisfaction, penilaiannya
diukur berdasarkan satisfaction survey, jumlah complaint dari stakeholder.
Manajemen dari kebutuhan stakeholder diukur melalui sejumlah matriks kinerja,
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
64
Universitas indonesia
termasuk pengukuran untuk beberapa grup stakeholder, (number of meetings with
stakeholders), pengukuran yang lebih spesifik terhadap dewan pembina dan CEO
(clear communication in place with CEO and board members), pengukuran yang
lebih spesifik terhadap user bisnis (number of Major IT projects with SLA). Services
Level Agreements (SLA) adalah intrumen tata kelola yang penting untuk memaksa
level dari layanan TI yang dapat diterima oleh users dan dapat disediakan oleh
departemen TI dan/atau penyedia layanan dari pihak ketiga.
Objektif ketiga dari perspektif stakeholder adalah legal and ethical compliance.
Epsten dan Roy menyatakan bahwa “strategi pelaporan organisasi adalah
pendorong yang sangat kuat bagi kepuasan stakeholders, jadi organisasi yang
accountable seharusnya menyediakan pelaporan yang transparan bagi stakeholder
internal dan eksternal mereka”. Akuntabilitas dan transparansi dapat ditingkatkan
melalui ketaatan terhadap pemerintah dan undang-undang TI.
Operational excellence
Perspektif Operational excellence mengidentifikasi kunci utama dalam tata kelola
TI, seperti: struktur dan proes untuk diterapkan. Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, struktur mengacu kepada keberadaan dari fungsi yang bertanggung
jawab terhadap fungsinya, sedangkan proses mengacu kepada pembuatan
keputusan dan monitoring. Peterson dan Grembergen memperkenalkan struktur dan
proses yang ada pada tata kelola TI. Untuk lebih jelas mengenai struktur dan proses,
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. IT governance structures and process
Structures Process
Tactics
IT executive and
accounts IT decision-making
Committees and
councils IT monitoring
Mechanism
Roles and
responsibilities Balanced scorecard
IT strategy committees Strategic IT planning
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
65
Universitas indonesia
IT steering committee COBIT and ITIL
IT organization
structure
Services Lever
Agreement
CIO on board Information economic
Project steering
committee Maturity model
Tabel 12 Operational Excellence
Perspective Operational Excellence
Mission Ensuring effective and sustained IT
governance
Objectives Structures
Measures:
Number of meetings of IT strategy
committees and IT steering
committees
Composition of IT committees
Overall attendance of IT
committees
CIO on board or member of
executive management
Processes
Measures:
Level of IT strategy planning and
business planning
Number of hours spent on
IT/business strategic issues
Existence of an IT balanced
scorecard and a business balanced
scorecard
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
66
Universitas indonesia
Number of IT processes measured
through scorecard
Number of IT processes covered by
COBIT
Number of IT processes covered by
ITIL
Maturity level of IT processes
Percentage of IT goals supported
by IT processes
Maturity
Measures:
Overall level of the IT governance
process maturity
Card pada operational excellence pada gambar 15 terdapat berbagai macam
matriks untuk struktur dan proses dari tata kelola TI, termasuk pengukuran
maturitas tata kelola TI secara keseluruhan. Untuk wilayah structure terdapat tiga
buah matriks mengenai IT committee yang mengacu terdiri atas: the number of
meetings of IT strategy committee and IT steering committees, the composition of
IT committees, and the overall attendance of IT committees. Agar nilai TI dapat
dihitung, dewan pembina harus mengatur TI dengan komitmen penuh dan dengan
penuh ketelitian sebagaimana mereka lakukan pada wilayah-wilayah penting
lainnya, sala satu cara yaitu dengan melakukan audit. Adapun instrumen untuk
mencapai hal tersebut adalah sebuah komite strategi TI yang mendukung dewan
pembina dengan cara melakukan tugas-tugasnya dengan baik.
Pada bagian lain, detail implementasi dari strategi TI/Bisnis adalah tanggung jawab
dari manajemen eksekutif yang membantu melalui steering committee yang
menbantu mengawasi proyek besar dan mengatur prioritas. Dengan menyadari
pentingnya IT strategy committee dan IT steering committee, komite-komite
tersebut harus berhati-hati dan memonitor dengan baik melalui pengukuran-
pengukuran yang telah disebutkan diatas. Disamping frekuensi dari pertemuan dan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
67
Universitas indonesia
tingkat kehadiran, profil dan pengetahuan tentang TI harus dimonitor agar dapat
memastikan merektur orang-orang yang tepat.
Komposisi ideal dari IT strategy committee adalah dengan memasukkan anggota
dari dewan pembina sebagai ketua, anggota dari dewan lain, dan anggota dari non-
dewan Pembina yang independen, dengan tujuan utuk menyadari pentingnya TI
berada dalam organisasi.
Contoh matriks dalam objektif proses, fokus pada level dari rencana TI/bisnis,
penggunaan scorecard, cakupan dari COBIT dan ITIL, dan level maturitas dari
proses TI. Level dari IT strategy planning dan level dari business planning dapat
dipantau melalui efektifitas dari penggunaan strategic model, seperti competitive
forces model, dan value chain model dari M. Porter, dan strategic alignment dari
J.C. Henderson dan N. Venkatraman. Sebagaimana telah dilustrasikan dalam
artikel, balanced scorecard dapat dijadikan sebuah instrument manajemen yang
efektif. Keberadaan dari IT BSC dan bussinees BSC sangat mendukung dalam
menghubungkan objektif dari TI dan objektif bisnis. Menetapkan melaui penurunan
dari scorecard bisnis kedalam scorecard TI akan membantu dalam menyadari
hubungan utama antara bisnis dan TI. Mekanisme penurunan juga dapat digunakan
antara scorecard TI dengan scorecard pada level yang lebih rendah untuk proses
TI yang bebeda (matriks: number of IT processes measured through a scorecard).
Pengukuran outcome (key goal indicator) dan pendorong kinerja (key performance
indicator) dapat ditemukan dalam petunjuk manajemen pada COBIT untuk 34
proses yang telah teridentifikasi. COBIT juga dapat mengukur tingkat maturitas
dari proses (matriks: maturity levels of IT processes). Control objectives dari
COBIT menyatakan bahwa proses TI yang berbeda mana yang harus berjalan
dengan baik, sedangkan sebaliknya, pada standar lain seperti ITIL, mnggambarkan
dengan rinci bagaimana proses TI tertentu dapat diorganisir dan diatur (matriks: the
number of IT processes covered by COBIT and ITIL, The percentage of IT goals
supported by IT processes is related to the corporate contribution measure of
percentage of business goals supported by IT processes). Jelas bahwa terdapat
hubungan sebab-akibat antara kedua matrik diatas, yaitu: jka goals dari TI tidak
didukung oleh proses TI, akan mengakibatkan hasil dukungan dari TI terhadap
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
68
Universitas indonesia
bisnis tidak cukup. Pada scorecard dari operational excellence, diakhiri dengan
evaluasi tingkat maturitas dari tata kelola TI. Secara keseluruhan, tingkat maturitas
dari proses tata kelola TI dapat dikur melalui IT Governance Maturity Model dari
ITGI.
Future orientation
Scorecard furure orientation melaporkan dasar dari pembangunan untuk
memfokuskan delivery dari tata kelola pada relational mechanisms. Relational
mechanism seperti TI/Bisnis co-location, partnership reward dan incentive, shared
understanding of IT/business objectives
Tabel 13. Future orientation
Perspective Future orientation
Mission Ensuring effective and sustain IT
governance
Objectives Skills and Knowledge
Measures:
Number and level of cross-
functional business/IT training
sessions
Number of overall IT governance
training sessions
Percentage completed IT
governance education per skill type
Number of IT governance
presentations for CEO and board
members
Level and use of IT governance
knowledge management system
IT/Bussiness Partnership
Measures:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
69
Universitas indonesia
Percentage of senior managers IT-
literate
Percentage of IT managers
business-literate
Level of business perception of IT
value
Kesimpulan
Paper ini menggunakan balanced scorecard untuk mengukur kinerja dari fungsi TI
dan dewan pengurus. Paper ini juga mengembangkan balanced scorecard untuk
tata kelola TI secara umum. Tantangannya adalah membangun sebuah scorecard
yang dapat mengukur kinerja dari proses tata kelola TI yang memiliki perbedaan
antara IT BSC dan BSC dewan pengurus. Perspektif corporate contribution dari
BSC tata kelola TI yang diusulkan sesuai dengan fungsi TI. Tentu saja tujuan pokok
dari kedua scorecard ini adalah mencapai hasil finansial organisasi yang lebih baik.
Perbedaan utamanya adalah perspektif yang lain fokus pada proses tata kelola TI
dan beberapa dari matriks BSC tata kelola TI akan diturunkan menjadi IT BSC, hal
ini juga dapat diterapkan untuk BSC dewan pimpinan, dimana pastinya akan
memasukkan beberapa pengukuran tata kelola TI yang relevan.
Meningkatkan kinerja tata kelola TI adalah alasan utama dalam penyusunan dan
penerapan scorecard untuk tata kelola TI. Seperti yang telah diketahui, pengukuran
saja tidak cukup, scorecard haruslah diimplementasikan sebagai sistem
manajemen. Ketika pengukuran menyatakan bahwa terdapat masalah besar dalam
riks management (corporate contribution), strateginya seharusnya meningkatkan
disaster recovery planning (DRP) melalui penerapan COBIT dan ITIL pada proses
tersebut (operational excellence), dimana sebagai dampaknya dibutuhkannya
pelatihan cross-sectional TI/Bisnis terhadap COBIT dan ITIL serta DRP (future
orientation).
Dengan sebuah balanced scorecard tata kelola TI, organisasi dapat memperkuat
dewan pimpinannya, CEO,CIO, eksekutif manajemen, dan bisnis dimana TI dapat
berperan sebagai penyedia informasi yan dibutuhkan dalam bertindak dan mencapai
penyatuan antara bisnis dan TI. Sebagai konsekuensinya, hasil yang lebih baik akan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
70
Universitas indonesia
didapatkan. Scorecard tata kelola TI dapat memainkan peranan penting dalam
sebuah program secara keseluruhan yang seharusnya memiliki tempat dalam tata
kelola organisasi.
2.7.3 Implementasi Information Technology Balanaced Scorecard pada
Organisasi Non Profit: Studi Kasus Direktorat Teknologi Informasi
Yayasan XYZ
Karya akhir ini ditulis oleh (Manalu, 2013) yang isinya menjelaskan bahwa
pengelolaah kinerja secara efektif merupakan salah satu faktor kunci untuk
meningkatkan kinerja bisnis organisasi. Pengukuran kinerja yang efektif mencakup
proses pengukuran hasil kerja secara objektif melalui serangkaian indikator kinerja
yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat ususlan IT BSC dengan
mengguakan framework strategy maps untuk organisasi XYZ.
Gambar 16. Theoritical Framework Peneliti
IT BSC diturunkan dari BSC organisasi yang disusun berdasarkan strategi
organisasi untuk menunjang visi dan misi organisasi. IT BSC pada organisasi XYZ
hasil dari penelitian (Manalu, 2013) memiliki total 23 sasaran strategis, dan 24
Indikator Kinerja Utama (IKU) yang berasal dari tiga perspektif, yaitu: customer
(memiliki 3 kelompok sasaran strategis, 11 sasaran strategis, dan 4 IKU), internal
process (memiliki 2 kelompok sasaran strategis, 4 sasaran strategis, dan 4 IKU),
learning and growth (memiliki 3 sasaran strategis, 8 sasaran strategis, dan 9 IKU).
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
71
Universitas indonesia
2.7.4 Pemetaan Strategi Teknologi Informasi Menggunakan Information
Technology Balanced Scorecards dan Cobit 5: Studi Kasus Dinas Olah
Raga dan Pemuda Provinsi DKI Jakarta
Penelitian ini dilakukan oleh (Permana, 2013) dengan tujuan untuk mendapatkan
pemetaan strategi TI terhadap strategi organisasi Dinas Olahraga dan Pemuda
Provinsi DKI Jakarta. Untuk mendapatkan pemetaan strategi yang dimaksud
(Permana, 2013) menggabungkan dua framework, yaitu IT BSC dan COBIT 5.
Berikut adalah kerangka teori untuk medapatkan pemetaan strategi TI yang
diharapkan
Gambar 17. Kerangka Teori 1
Dalam Kerangka Teori 1, penulis ingin menggambarkan bagaimana sebuah
Information technology strategy map dibuat dan faktor apa saja yang
mempengaruhinya. Sebuah Information technology strategy map dipengaruhi oleh
Information technology strategy yang dalam penelitian kali ini sudah tertuang
dalam Rencana Stratejik Dinas Olahraga dan Pemuda tahun 2009-2012 dan juga
Information technology balanced scorecard sebagai input nya. Dan akan
disempurnakan pemetaannya oleh COBIT 5 sebagai kerangka dalam Information
technology governance yang merupakan suatu solusi untuk menjamin keberhasilan
investasi Teknologi Informasi. Information Technology governance menurut ITGI
adalah struktur dari hubungan-hubungan dan proses-proses untuk mengarahkan dan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
72
Universitas indonesia
mengendalikan organisasi untuk mencapai tujuannya dalam rangka menambahkan
nilai dengan cara menyeimbangkan resiko disatu sisi dengan return over Teknologi
Informasi dan proses-prosesnya di sisi lain. Pada bagian proses dalam Information
Technology Governance sendiri terdapat sebuah kegiatan untuk mengukur kinerja
SI/TI.
Gambar 18. Kerangka Teori 2
Pada Kerangka Teori 2, penulis mencoba menggambarkan lebih detail faktor-faktor
yang mempengaruhi tersedianya Information Technology Strategy Map, terutama
mengenai pengaruh Information Technology Master Plan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta atau yang lebih dikenal dengan Rencana Induk Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pemerintah Provinsi DK Jakarta yang belum dilaksanakan dan menjadi
permasalahan yang diangkat penulis.
Rencana Induk Teknologi Informasi dan Komunikasi Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta dibentuk dan dipengaruhi oleh Rencana Strategis Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Turunan dari Rencana Strategis Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini
membentuk membentuk Rencana Strategis Dinas Olahraga dan Pemuda. Sementara
Rencana Induk Teknologi Informasi dan Komunikasi Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta akan mempengaruhi Strategi Teknologi Informasi Dinas Olahraga dan
Pemuda.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
73
Universitas indonesia
Rencana Strategis Dinas Olahraga dan Pemuda turut juga mempengaruhi Strategi
Teknologi Informasi Dinas Olahraga dan Pemuda ini, dan juga menjadi dasar bagi
balanced scorecard Dinas Olahraga dan Pemuda. Hingga akhirnya, Strategi
Teknologi Informasi Dinas Olahraga dan Pemuda serta balanced scorecard Dinas
Olahraga dan Pemuda akan bersama membentuk dan saling berpengaruh terhadap
Peta Strategi Teknologi Informasi Dinas Olahraga dan Pemuda.
Dalam penelitian ini, penulis membuat dua Kerangka Teori dengan tujuan:
1. Menjelaskan definisi operasional variabel yang akan diteliti, untuk lebih
memperjelas tentang pemilihan indikator-indikator yang akan diteliti agar
penulis memperoleh kemudahan dalam pengolahan dan analisis data yang
akan dikumpulkan.
2. Membantu menjelaskan dan menggambarkan pola hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya, yang akan lebih membantu penulis untuk
mengeksplisitkan hal-hal yang akan diteliti.
3. Membantu penulis dalam menentukan metodologi penelitian secara akurat,
untuk menentukan jenis data yang kita perlukan, instrumen pengumpul data,
dan juga menentukan dari mana sumber data tersebut akan diambil.
4. Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang rencana analisis data yang
akan dilakukan agar hasil penelitian yang dibuat dapat lebih tepat.
Membantu penulis dalam melakukan penafsiran semua temuan secara proporsional,
realistis dan objektif, agar penelitian tidak keluar dari area penelitian, dan tidak
menghasilkan penafsiran yang salah.
Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dari proses cascading sasaran strategis TI, penulis berhasil memperopleh
18 sasaran strategis yang nantinya akan diimplementasikan oleh Subbagian
Perencanaan Program.
2. Seluruh sasaran strategis milik subbagian perencanaan program diatas juga
memiliki 18 Indikator kinerja, 18 target, dan 18 inisiatif strategis sesuai
dengan konsep balanced scorecard.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
74 Universitas Indonesia
2.7.5 Tabel perbandingan penelitian sebelumnya
Nama Peneliti Wim Van Grembergen & Ronald
Saull Sonya Harpinta Manalu Hendra Eka Permana
Judul Penelitian
Aligning Business and
Information Technology through
the Balanced Scorecard at a
Major Canadian Financial
Group: Its Status Measured With
an IT BSC Maturity Model
Implementasi Information
Technology Balanaced
Scorecardpada Organisasi
Non Profit: studi Kasus
Direktorat Teknologi
Informasi Yayasan XYZ
Pemetaan Strategi Teknologi Informasi
Menggunakan Information Technology
Balanced Scorecards dan Cobit 5: Studi Kasus
Dinas Olah Raga dan Pemuda Provinsi DKI
Jakarta
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
75
Universitas indonesia
Tujuan
Penelitian
Pembuatan IT BSC di Major
Canadian Financial Groupdan
mengukut tingkat maturitas dari
IT BSC
Membuat ususlan IT
Balanced Scorecardpada
organisasi non-profit
Penyusunan pemetaan strategi TI pada
organisasi non-profit
Framework yang
digunakan IT Balanced Scorecard
IT Balanced Scorecarddan
Strategy Maps
IT Balanced Scorecard, strategy maps, dan
COBIT 5
Hasil Penelitian Hasil dari maturitas IT BSC
berada di level 2
18 (delapan belas) sasaran strategis, 18 (delapan
belas) indikator kinerja, 18 (delapan belas)
target dan 18 (delapan belas) inisiatif strategis
sesuai dengan konsep balanced
scorecard
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
76 Universitas Indonesia
2.8 Kerangka Teori (Theoritical Framework)
Dalam penelitian ini, peneliti membuat dua Kerangka Teori dengan tujuan untuk:
1. Menjelaskan definisi operasional variabel yang akan diteliti, untuk lebih
memperjelas tentang pemilihan indikator-indikator yang akan diteliti agar
peneliti memperoleh kemudahan dalam pengolahan dan analisis data yang
akan dikumpulkan.
2. Membantu menjelaskan dan menggambarkan pola hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya, yang akan lebih membantu peneliti untuk
mengeksplisitkan hal-hal yang akan diteliti.
3. Membantu peneliti dalam menentukan metodologi penelitian secara akurat,
untuk menentukan jenis data yang kita perlukan, instrumen pengumpul data,
dan juga menentukan dari mana sumber data tersebut akan diambil
4. Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang rencana analisis data yang
akan dilakukan agar hasil penelitian yang dibuat dapat lebih tepat.
5. Membantu peneliti dalam melakukan penafsiran semua temuan secara
proporsional, realistis dan objektif, agar penelitian tidak keluar dari area
penelitian, dan tidak menghasilkan penafsiran yang salah.
Untuk lebih jelas mengenai kerangka teori yang telah peneliti buat, dapat dilihat
pada gambar 19 dibawah ini:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
77
Universitas indonesia
Gambar 19. Kerangka Teori Penelitian
Kerangka teori diatas disusun berdasarkan pemahaman peneliti terhadap studi
literatur yang telah dilakukan sebelumnya, baik dari teori-teori yang relevan,
maupun dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam
kerangka teori ini, peneliti ingin menggambarkan langkah-langkah dalam
penyusunan Indikator Kinerja Utama untuk departemen TI di PT Mercedes-Benz
Indonesia.
Penelitian ini dimulai dari pengidentifikasian dari strategi-strategi organisasi yang
merupakan acuan utama bagi departemen TI dalam penyusunan strategi Teknologi
Informasi. Setelah ditentukannya strategi-strategi Teknologi Informasi, maka
peneliti mulai melakukan penyusunan Peta Strategi Teknologi Informasi.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
78
Universitas indonesia
Penyusunan terhadap Peta Strategi Teknologi Informasi dimulai dari penggabungan
antara sasaran-sasaran strategis Teknologi Informasi yang telah ditentukan oleh
departemen TI sebelumnya dengan control objective dan IT goals yang ada pada
COBIT 5, serta melakukan pengelompokan terhadap sasaran-sasaran strategis
tersebut ke dalam empat perspektif yang ada pada konsep balanced scorecard yang
dikembangkan oleh Kaplan dan Norton.
Penggunaan konsep balanced scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan
Norton dalam pembuatan Peta Strategi Teknologi Informasi dilakukan karena
konsep Peta Strategi hanya ada pada konsep balanced scorecard yang
diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton. Akan tetapi, dalam pemilihan dan
pengelompokan sasaran-sasaran strategis ke dalam perspektif-perspektif balanced
scorecard ini, peneliti mengganti perspektif finansial yang ada pada konsep
balanced scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton tersebut dengan
satu perspektif yang ada pada konsep balanced scorecard yang dikembangkan oleh
Van Grembergen. Perspektif tersebut yaitu perspektif corporate contribution.
Penggantian perspektif finansial dengan perspektif corporate contribution yang
peneliti lakukan dengan alasan bahwa tujuan pembentukan departemen TI adalah
untuk memberikan kontribusi (seperti pemberian value, baik tangible maupun
intangible) terhadap organisasi, bukan untuk mendapatkan outcome yang
berhubungan dengan pengukuran finansial.
Pembuatan Peta Strategi Teknologi Informasi dilakukan dengan cara top-down,
yaitu dengan terlebih dahulu menentukan sasaran-sasaran strategis Teknologi
Informasi dari perspektif corporate contribution kemudian ditentukan sasaran-
sasaran strategis dari perspektif dibawahnya, yaitu perspektif customer, internal
process, dan terakhir adalah perspektif learn and growth.
Setelah peneliti dapat menggambarkan penggabungan antara sasaran strategis TI
dengan control objective yang ada dalam COBIT 5 ke dalam Peta Strategi, maka
akan terlihat didalamnya hubungan sebab-akibat antara tiap-tiap saaran strategis
yang ada dalam tiap perspektif balanced scorecard. Untuk dapat membaca
hubungan antara tiap perspektif yang ada, dapat dilakukan pembacaannya dari
bawah (bottom up), yaitu dimulai dari perspektif learn and growth sampai pada
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
79
Universitas indonesia
perspektif corporate contribution. Sasaran-sasaran strategis yang ada dalam
perspektif learn and growth mempengaruhi sasaran-sasaran strategis yang ada pada
perspektif internal process, dan selanjutnya, sasaran-sasaran strategis yang ada
pada internal proces berpengaruh (menghasilkan input) berupa sasaran-sasaran
strategis yang adan pada perspektif customer. Perspektif customer mengasi lkan
(outcome) sasaran-sasaran strategis yang ada pada perspektif corporate
contribution.
Setelah didapatkan sasaran-sasaran strategis yang ada pada keempat perspektif
yang ada pada balanced scorecard TI, dan digambarkan dalam Peta Strategi
departemen TI, maka selanjutnya peneliti melakukan penyusunan Indikator Kinerja
Utama berdasarkan tiap-tiap sasaran strategis yang ada pada Peta Strategi
departemen TI.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
80 Universitas Indonesia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian berisi tahapan-tahapan yang akan dilakukan seorang peneliti
dimana dalam setiap tahapan penelitian tersebut terdapat metode, teknik, alat bantu,
dan proseduryang cocok untuk membantu peneliti dalam merencanakan,
mengelola, mengontrol, dan mengevaluasi, perkembangan penelitiannya. Metode
penelitan yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode
kualitatif merupakan metode yang dikembangkan pada social sciences untuk
membantu peneliti dalam mempelajari fakta-fakta sosial dan budaya yang terjadi
pada kehidupan sehari-hari.
Metode kualitatif yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus.
Menurut Yin, metode studi kasus merupakan studi penelitian ilmiah untuk
menyelidiki fakta-fakta atau gejala-gejala dalam konteks kehidupan nyata. Metode
studi kasus biasanya digunakan untuk mencoba apakah sebuah teori ilmiah beserta
modelnya dapat diterapkan pada suatu organisasi.
3.1 Tahapan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyusun tahapan penelitian yang
digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Berikut adalah gambar
tahapan penelitian yang digunakan:
\
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
81
Universitas indonesia
Gambar 20. Tahapan Penelitian
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
82
Universitas indonesia
a. Perumusan Masalah dan Topik Penelitian
Dalam tahapan perumusan masalah dan topik penelitian ini, peneliti
melakukan identifikasi tehadap permasalahan-permasalahan yang sedang
dialami departemen TI di PT Mercedes-Benz Indonesia. Metode
penentuan masalah yang peneliti lakukan adalah melalui metode observasi
langsung dan melakukan wawancara dengan pihak top level management,
yaitu CIO dan manajer departemen TI mengengenai gap antara ekspektasi
dari top level management dengan kondisi yang sedang dialami (as is
condition). Permasalahan yang peneliti maksud adalah harapan dari top
level management belum tercapai pada saat ini. Setelah peneliti
menemukan permasalahan-permasalahan yang sedang dialami oleh
departemen TI di PT Mercedez-Benz Indonesia, maka peneliti
menentukan research question yang kemudian digunakan sebagai acuan
dalam penentuan topik, tujuan, dan ruang lingkup penelitian.
Sebagai input dari penelitian ini adalah permasalahan-permasalahan yang
sedang dialami oleh departemen TI di PT Mercedez-Benz Indonesia,
sementara output-nya adalah research question penelitian.
b. Melakukan Studi Literatur
Sebagai inputan pada tahap studi literatur ini adalah reseach question yang
telah ditentukan pada tahap sebelumnya, yaitu tahap perumusan masalah
dan topik penelitian. Pada tahapan ini, peneliti melakukan kajian pustaka
mengenai teori-teori yang relevan dengan pemecahan masalah yang ada
pada reseach question penelitian, seperti: teori balanced scorecard yang
dikembangkan oleh Kaplan dan Norton, teori IT balanced scorecard yang
dikembangkan oleh Van Grembergen, teori strategy maps yang juga
dikembangkan oleh Kaplan dan Norton, dan kerangka kerja best practices
COBIT 5, serta referensi dari penelitian sebelumya (baik berupa aritikel,
jurnal, maupun thesis) yang berhubungan dengan penelitian. Tahapan ini
akan menghasilkan model atau metode yang akan dilakukan dalam
penelitian (kerangka teori penelitian atau theoretical framework).
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
83
Universitas indonesia
c. Pengumpulan Data
Sebagai masukan pada tahapan ini adalah theoretical framework atau
kerangka teori penelitian yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya.
Pada tahapan pengumpulan data ini, peneliti mulai melakukan
pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Metode
pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah melalui wawancara
dengan CIO, manajer TI, dan melakukan Focus Group Discussion (FGD)
atau in-depth interview terhadap stakeholder terkait, serta pengumpulan
dokumen-dokumen pendukung yang diperlukan terkait dengan penelitian.
Sebagai output pada tahapan ini adalah data yang akan dianalisis pada
tahapan berikutnya.
d. Analisis Data
Pada tahapan ini, data-data yang telah diperoleh akan dipelajari dan
dianalisis. Data-data tersebut adalah data hasil wawancara, focus group
discussion (FGD), hasil in-depth interview dengan beberapa key user atau
stakeholder terkait, dan data pendukung yang diperlukan.
e. Pembahasan
Setelah mempelajari dan menganalisis data yang telah terkumpul, peneliti
mulai untuk melakukan mapping terhadap 10 objective yang ada pada
kerangka kerja ITM Operating model terhadap control objective yang ada
pada COBIT 5. Tujuan dari proses mapping ini adalah untuk memetakan
seluruh objective pada framework ITM Operating Model terhadap control
objective yang ada pada COBIT 5, sehingga didapatkan objectives COBIT
5 berdasarkan objective ITM Operating Model.
Setelah didapatkan objectives COBIT 5 berdasarkan objective ITM
Operating Model, langkah berikutnya adalah penentuan IT goals dari
objectictive COBIT 5 tersebut. Penentuan IT goal ini didapat dari mapping
dari objective ITM Operating dengan objective COBIT 5 yang telah
didapat pada tahap sebelumnya terhadap IT goals yang ada pada COBIT
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
84
Universitas indonesia
5. Sehingga didapatkan sasaran-sasaran strategis untuk departemen TI
berdasarkan IT goals yang ada pada framework best practices COBIT 5.
Dalam menentukan sasaran strategis, peneliti juga melakukan proses FGD
dengan unit bisnis untuk mengetahui harapan-harapan dari unit bisnis
terhadap kontribusi TI dalam mendukung bisnis, serta melakukan in-depth
interview dengan beberapa user mengenai harapannya terhadap TI.
Dengan begini, terdapat dua inputan untuk beberapa sasaran strategis,
yaitu business contribution dan customer yang bersal dari IT goals ITM
Operating Model beserta hasih FGD dengan unit bisnis dan in-depth
interview dengan beberapa user. Dalam penentuan sasaran strategis untuk
perspektif lainnya, seperti internal process dan learn and growth peneliti
berpatokan dari ITM Operating Model, karena perspektif tersebut
merupakan perspektif input (learn and growth), process (internal proces),
sementara perspektif customer merupakan output, dan business
contribution merupakan outcome, sehingga untuk proses input dan process
merupakaan domain internal TI, sehingga sasaran strategisnya diambil dari
IT goal ITM Operatng Model saja.
Setelah didapatkannya sasaran-sasaran strategis untuk departemen TI,
langkah berikutnya adalah penyusunan peta strategi (strategy map)
departemen TI dengan cara mengelompokkan sasaran-sasaran strategis
tersebut kedalam wilayah-wilayah empat perspektif balanced scorecard
yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton. Walaupun peneliti
menggunakan konsep balanced scorecard yang dikembangkan oleh
Kaplan dan Norton, akan tetapi peneliti mengganti satu perspektif dari
konsep balanced scorecard tersebut, perspektif tersebut yaitu perspektif
financial yang digantikan dengan perspektif yang diperkenalkan oleh Van
Grembergen, yaitu perspektif corporate contribution. Adapun alasan
penggantian terhadap perspektif tersebut dikarenakan tujuan utama dari
depaetemen TI adalah memberikan kontribusi terhadap corporate, bukan
menghasilkan sesuatu berupa keuntungan finansial. Sehingga perspektif
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
85
Universitas indonesia
balanced scorecard tersebut berubah menjadi perspektif corporate
contribution, customer, internal process, dan perspektif learn and growth.
Pada tahapan ini akan menghasilkan rekomendasi Indikator Kinerja Utama
yang didapat dari balanced scorecard organisasi (departemen TI) yang
didapat dari hasil pemetaan terhadap sasaran strategi TI (peta
stategi/strategy map) departemen TI
f. Pengurangan Sasaran Strategis
Setelah membuat peta strategi dan balanced scorecard departemen TI,
maka selanjutnya peneliti melakukan pengurangan terhadap sasaran
strategis berdasarkan tingkat dampak dan urgensi dari sasaran strategis
yang ada. Dalam penentuan penilaian ini, peneliti meminta CIO dan
manajer departemen TI untuk melakukan assessment terhadap sasaran-
sasaran strategis yang ada dan memilih 20 sasaran strategis yang memiliki
dampak dan tingkat urgensi yang tertinggi.
g. Kesimpulan dan Saran
Setelah melakukan pembahasan, akan disimpulkan hasil penelitian ini
dengan mengacu kepada permasalahan yang hendak dijawab, dan
selanjutnya dirumuskan saran-saran perbaikan.
3.2 Metode pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder
a. Data primer
Adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara, focus group discussion,
kepada pihak-pihak manajemen, dan beberapa stakeholder.
b. Data sekunder
Adalah data yang diperoleh dari hasil studi literatur, dan data dari pihak internal,
seperti laopran.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
86
Universitas indonesia
3.3 Metode analisis data
Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan untuk penelitian, seperti kodisi saat
ini (as is condition) pada organisasi, pandangan dan harapan dari stakeholder dan
key user dari departemen TI, dll. Maka selanjutnya peneliti melakukan analisis
terhadap data-data tersebut. Proses analisis data ini bertujuan untuk menentukan
sasaran-sasaran strategis dengan menggunakan konsep balanced scorecard,
strategi maps, dan COBIT 5. Pendekatan ini digunakan untuk membantu dalam
penentuan IKU untuk departemen TI pada PT Mercedes-Benz Indonesia.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
87 Universitas Indonesia
BAB IV
DESKRIPSI ORGANISASI
Gambar 21. Struktur organisasi Mercedes-Benz Indonesia
Mercedes-Benz di Indonesia terdiri dari tiga organisasi, yaitu PT Mercedes-Benz
Indonesia, PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia dan PT Star Engines
Indonesia. Kantor Jakarta berlokasi di gedung Deutsche Bank di Jakarta, tempat
seluas 42 hektar di Wanaherang, Gunung Putri, Bogor, dan Kantor Purna Jual yang
terletak di Ciputat.
PT Mercedes-Benz Indonesia adalah organisasi penanaman modal asing 100%,
dimiliki oleh Daimler AG, Stuttgart (89,21%) dan Daimler Proyek Konsultasikan,
Jerman (10,79%). Yang merupakan Agen Tunggal, Assembler dan Produsen
Mercedes-Benz di Indonesia.
PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia adalah organisasi patungan, yang
dimiliki oleh Daimler AG, Stuttgart (43%), PT Mercedes-Benz Indonesia (52%)
dan mitra dari Indonesia Mr. Iwan Valiant Joesoef, Jakarta (5%) yang merupakan
distributor utama bagi PT Mercedes-Benz Indonesia, bertanggung jawab untuk
pemasaran produk-produk Mercedes-Benz di Indonesia.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
88
Universitas indonesia
Visi: Untuk menjadi Nomor 1 dalam Kualitas, Citra dan Profitabilitas di Sektor
Otomotif di Indonesia.
Misi:
1. Menyenangkan pelanggan dalam segala yang dilakukan.
2. Terus meningkatkan efektivitas Sistem Manajemen Mutu dan proses bisnis.
3. Terus meningkatkan kualitas produk dan layanan.
4. Memiliki budaya organisasi yang berorientasi pada tim dan berfikiran
terbuka yang melibatkan karyawan melalui kepemimpinan dan individu
penerimaan tanggung jawab yang telah diberikan
5. Untuk melindungi lingkungan.
6. Memiliki hubungan profesional dengan mitra bisnis.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
89 Universitas Indonesia
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Kerangka Teori Baru
Pada BAB II sebelumnya peneliti telah membahas mengenai kerangka teori yang
akan peneliti gunakan sebagai acuan dalam penelitian untuk penyususan Indikator
Kinerja Utama departemen TI. Akan tetapi, setelah melakukan penelitian (observasi
dan wawancara) di departemen TI pada PT Mercedes-Benz Indonesia, peneliti tidak
lagi dapat menggunakan kerangka teori ideal yang telah dibuat sebelumnya
tersebut. Hal ini dikarenakan tidak terpenuhinya beberapa persayaratan yang
terdapat pada kerangka teori ideal yang tersebut, seperti: tidak adanya rencana
strategis organisasi dan rencana strategis Teknologi Informasi. Oleh sebab itu,
peneliti menggantikan kedua persyaratan yang ada pada kerangka teori ideal
sebelumnya, yaitu: strategi organisasi dan strategi departemen TI dengan ITM
(Information Technology Management) Operating model agar penelitian yang
dilakukan sesuai dengan as is condition pada departemen TI di PT Mercedez-Benz
Indonesia. ITM Operating Model ini merupakan kerangka kerja untuk tata kelola
departemen TI di PT Mercedes-Benz Indonesia. Dengan demikian, peneliti
memutuskan untuk membuat lagi sebuah kerangka teori baru yang disesuaikan
dengan as is condition pada departemen TI. Untuk lebih jelas mengenai kerangka
teori baru yang dimaksud, dapat dilihat pada gambar 22 dibawah:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
90
Universitas indonesia
ITM OPERATING MODELDEPARTEMEN TI
BALANCED SCORECARD(KAPLAN DAN NORTON)
COBIT 5(CONTROL OBJECTIVES DAN IT
GOALS)
INDIKATOR KINERJA UTAMADEPARTEMEN TI
PETA STRATEGIDEPARTEMEN TI
Gambar 22. Kerangka teori baru
Pada dasarnya, dalam penelitian dengan tujuan penyusunan Indikator Kinerja
Utama untuk departemen TI pada kerangka teori baru yang disusun oleh peneliti
hampir sama dengan kerangka teori ideal yang telah disusun sebelumnya, hanya
saja peneliti menggantikan strategi organisasi dan strategi departemen TI dengan
ITM Operating Model. Penggunaan ITM Operating model ini dikarenakan ITM
Operating Model merupakan framework tata kelola untuk departemen TI yang
menjadi acuan untuk kegiatan operasional sehari-hari oleh departemen TI dalam
melayani kebutuhan-kebutuhan bisnis.
Penyusunan Indikator Kinerja Utama ini dimulai dari penentuan objective yang ada
pada ITM Opearational Model yang kemudian peneliti melakukan kegiatan
mapping terhadap objective yang ada pada ITM Operating Model tersebut dengan
control objective yang ada pada framework best practices COBIT 5. Adapun tujuan
dari proses mapping ini adalah untuk mendapatkan control objective COBIT 5 yang
sesuai dengan objective yang ada pada framework tata kelola ITM Operating Model
departemen TI.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
91
Universitas indonesia
Setelah melakukan mapping terhadap ITM Operating Model dengan objective yang
ada pada COBIT 5, sehingga didapatkanlah control objective COBIT 5 yang sesuai
dengan objective yang ada pada framework tata kelola ITM Operating Model
departemen TI. Control objective BOBIT 5 tersebut kemudian dipetakan terhadap
IT goal yang ada pada COBIT 5. Tujuan dari proses mapping ini adalah untuk
mendapatkan sasaran-sasaran strategis untuk departemen TI yang berasal dari IT
goals yang ada pada framework COBIT 5.
Setelah mendapatkan sasaran-sasaran strategis untuk departemen TI, maka langkah
selanjutnya adalah peneliti akan pengelompokan sasaran-sasaran strategis yang
telah didapat tadi kepada wilayah-wilayah perspektif balanced scorecard, dan
kemudian mulai menyusun peta strategi (strategy map) untuk departemen TI.
Dalam pengelompokan sasaran-sasaran strategis tersebut ke dalam konsep
balanced scorecard, peneliti menggunakan konsep yang strategy map yang
dikembangkan oleh Kaplan dan Norton. Penggunaan konsep strategy map yang
dikembangkan oleh Kaplan dan Norton dalam pembuatan Peta Strategi Teknologi
Informasi departemen TI ini dilakukan karena konsep strategy map ini merupakan
konsep balanced scorecard versi ke-2 yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton.
Adapun perbedaan yang paling signifikan dari konsep strategy map ini adalah
terdapat hubungan sebab-akibat dari sasaran strategis yang ada pada tiap perspektif,
dan terdapatnya perbedaan tata letak (layout) dari perspektif-perspektif yang ada.
Walaupun dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep balanced scorecard
(strategy map) yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton, akan tetapi dalam
pemilihan dan pengelompokan sasaran-sasaran strategis ke dalam perspektif-
perspektif balanced scorecard (strategy map) ini, peneliti mengganti perspektif
financial yang ada di konsep balanced scorecard tersebut dengan satu perspektif
yang ada pada konsep balanced scorecard yang dikembangkan oleh Van
Grembergen. Perspektif tersebut yaitu perspektif corporate contribution.
Penggantian perspektif finansial dengan perspektif corporate contribution dengan
alasan bahwa tujuan pembentukan departemen TI adalah untuk memberikan
kontribusi (seperti pemberian value, baik tangible maupun intangible) terhadap
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
92
Universitas indonesia
organisasi, bukan untuk mendapatkan outcome yang berhubungan dengan
pengukuran finansial.
Pembuatan Peta Strategi (strategy map) Teknologi Informasi departemen TI
dilakukan dengan cara top-down, yaitu dengan terlebih dahulu menentukan sasaran-
sasaran strategis Teknologi Informasi dari perspektif corporate contribution
kemudian ditentukan sasaran-sasaran strategis dari perspektif dibawahnya, yaitu
perspektif customer, internal process, dan yang terakhir adalah perspektif learn and
growth.
Setelah melakukan penyusunan terhadap strategy map departemen TI, maka akan
terlihat didalamnya hubungan sebab-akibat antara tiap-tiap saaran strategis yang
ada dalam tiap perspektif balanced scorecard. Seperti telah dipaparkan
sebelumnya, konsep strategy map yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton ini
memiliki hubungan sebab-akibat dari tiap perspektif. Untuk dapat membaca
hubungan antara tiap perspektif yang ada, pembacaan hubungan sebab-akibat
tersebut dilakukan mulai dari bawah, yaitu dimulai dari perspektif learn and
growth. Sasaran-sasaran strategis yang ada dalam perspektif learn and growth
mempengaruhi sasaran-sasaran strategis yang ada pada perspektif internal process,
dan selanjtnya sasaran-sasaran strategis yang ada pada internal process
berpengaruh (menghasilkan input) berupa sasaran-sasaran strategis yang adan pada
perspektif customer. Perspektif customer mengasilkan (outcome) sasaran-sasaran
strategis yang ada pada perspektif corporate contribution.
Setelah dilakukan penyusunan terhadap strategy map departemen TI, tahap
berikutnya peneliti mulai menyusun Indikator Kinerja Utama yang merupakan
penusuran dari sasaran-sasaran strategis yang ada pada strategy map departemen
TI. Dalam penyusunan Indikator Kinerja Utama untuk departemen TI yang sesuai
dengan sasaran-sasaran strategis yang telah disusun sebelumnya, peneliti
menggunakan pengukuran-pengukuran kinerja dari IT goals yang ada pada
framework COBIT 5 yang sesuai dengan sasaran-sasaran strategis yang telah
disusun sebelumnya tersebut.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
93
Universitas indonesia
5.2 Pemetaan objective yang ada pada ITM Operating Model terhadap
objective yang ada pada COBIT 5
ITM Operating Model merupakan kerangka kerja tata kelola departemen TI di PT
Mercedez-Benz Indonesia. Kerangka kerja tersebut terbagi atas tiga domain utama,
yaitu: domain strategic, operational, dan support. Untuk lebih jelas mengenai ITM
Operating Model, dapat dilihat pada gambar 23 dibawah ini:
Gambar 23. ITM Operating Model
ITM Operating Model terdiri atas tiga domain utama, yaitu:
1. Strategic, pada domain ini, segala keputusan strategis dilakukan oleh pihak
top level manajemen, yang terdiri atas 2 sasaran utama, yaitu:
a. IT strategy management: proses penyusunan strategi TI untuk dapat
mendukung strategi bisnis
b. Enterprise Architecture Management and Application Portfolio:
penentuan arsitektur dan aplikasi yang dibutuhkan untuk
menjalankan strategi TI tersebut.
2. Operational, pada domain ini, segala kegiatan operasional diatur, seperti
adanya permintaan untuk implementasi aplikasi baru, atau perubahan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
94
Universitas indonesia
terhadap aplikasi yang sudah ada dari business partner yang terdiri atas 5
sasaran utama, yaitu:
a. Project Management and Program Management: melakukan
manajemen terhadap program/proyek.
b. Demand Management: melakukan manajemen terhadap demand
dari business parter.
c. Service Delivery: melakukan penyampaian layanan terhadap deman
dari business partner yaitu dengan membangun aplikasi baru atau
melakukan perubahan terhadap aplikasi yang telah ada.
d. Service Operation (Service Level Management): melakukan
maintenance atau pemantauan terhadap aplikasi yang telah berjalan
e. Sourcing and Supplier Management: melakukan manajemen
terhadap pihak ketiga jika dalam implementasi terhadap aplikasi
baru, atau melakukan perubahan terhadap aplikasi yang telah ada
memerlukan bantuan pihak ketiga.
3. Support, yang terdiri atas 2 sasaran utama, yaitu:
a. Service Quality Management and Continuity Improvement:
memastikan kualitas terhadap layanan TI berjalan sesuai dengan
SLA yang telah disepakati dan memasitikan keberlangsungan
layanan
b. Skill Management: melakukan manajemen terhadap kemampuan
karyawan dalam menjalankan operasional sehari-hari.
c. Manage Financial: mengatur segala sesuatu yang berhubungan
dengan finansial, seperti pengelolaan terhadap budget dalam
melaksanakan proyek TI
Mapping terhadap ITM Operating Model dengan Control Objective yang ada
pada Framework COBIT 5
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, langkah awal dalam penyusunan Indikator
Kinerja Utama departemen TI adalah dengan melakukan mapping dari 10 objective
yang ada pada ITM Operating Model kedalam control objective yang ada pada
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
95
Universitas indonesia
framework COBIT 5. Tujuan dari proses mapping ini adalah untuk menentukan
control objective dari framework COBIT 5 berdasarkan kerangka kerja tata kelola
departemen TI, yaitu: ITM operating model.
Untuk lebih jelas mengenai hasil mapping tersebut, dapat dilihat pada table 9
dibawah ini:
Tabel 14. Mapping terhadap objective dari ITM Operating Model dengan
Control Objective yang ada di COBIT 5
NO ITM Operating Model KODE Control objective
di COBIT 5
1 IT Strategy Management APO02 Manage Strategy
2
Enterprise Architecture
Management and Application
Portfolio Management (Incl.
Security Policy and
Architecture Policy)
APO03 Manage Enterprise
Architecture
APO05 Manage Portfolio
APO13 Manage Security
DSS05 Manage Security Services
3 Project Management and
Program Management BAI01
Manage Programmes and
Projects
4 Demand Management
DSS02 Manage Service Requests and
Incidents
BAI02 Manage Requirements
Definition
BAI03 Manage Solutions
Identification and Build
5 Service Delivery
DSS02 Manage Service Requests and
Incidents
DSS05 Manage security services
6 Service Operation (Service
Level Management) APO09 Manage Service Agreements
7 Sourcing and Supplier
Management APO10 Manage Suppliers
8 Service Quality Management
and Continuity Improvement APO11 Manage Quality
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
96
Universitas indonesia
DSS04 Manage Continuity
9 Skill Management
APO07 Manage Human Resources
BAI08 Manage Knowledge
10 Manage Financial APO06 Manage Budget and Cost
Proses mapping terhadap 10 objective yang ada pada ITM Operating Model
kedalam control objective yang ada pada framework COBIT 5 ini dilakukan dengan
cara pengidentifikasian dari objectives yang ada pada ITM Operating Model lalu
kemudian dilakukan pengidentifikasian terhadap control objective yang ada pada
framework COBIT 5. Setelah proses pengidentifikasian terhadap objective dari
framework ITM Operating Model dan COBIT 5 tersebut. Dari proses mapping
terhadap 10 objective yang ada pada ITM Operating Model kedalam control
objective yang ada pada framework COBIT 5 ini, terdapat 16 control objectives
COBIT 5.
Mapping terhadap Control Objective COBIT 5 dengan IT goals yang ada pada
COBIT 5
Setelah melakukan mapping terhadap objective yang ada pada ITM operating model
dengan control objective yang ada pada COBIT 5, langkah berikutnya adalah
peneliti melakukan penentuan IT goals departemen TI berdasarkan IT goals dari
kerangka kerja COBIT 5. Proses ini bertujuan untuk menentukan sasaran-sasaran
strategis departemen TI.
Untuk lebih jelas mengenai hasil mapping tersebut, dapat dilihat pada table 10
dibawah ini:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
97
Universitas indonesia
Tabel 15. Mapping Control Objective COBIT 5 terhadap IT goals yang ada pada COBIT 5
Control Objective IT Goals
Manage strategy
Tersedianya strategi TI yang selaras dengan strategi
bisnis
Terlaksananya penyampaian layanan TI yang sejalan
dengan kebutuhan bisnis
Tersedianya knowledge, keahlian, dan inisiatif untuk
inovasi bisnis
Manage Enterprise
Architecture
Tersedianya strategi TI yang selaras dengan strategi
bisnis
Tersedianya TI yang agile (lincah)
Terlaksananya optimalisasi terhadap aset, sumber
daya, dan kapabilitas TI
Manage Portfolio
Tersedianya strategi TI yang selaras dengan strategi
bisnis
Terlaksananya realisasi benefit terhadap investasi IT-
enabled dan portofolio layanan
Tersedianya aplikasi yang memberi benefit, on time,
on budget, dan memenuhi requirement serta standar
kualitas
Manage Security
Dilaksanakannya kepatuhan TI terhadap bisnis dan
mendukung kepatuhan bisnis terhadap hukum dan
regulasi eksternal
Terlaksananya manajemen terhadap risiko bisnis yg
berhubungan dengan TI
Terlaksananya Transparansi terhadap IT costs, benefits
dan risk
Terjaganya keamanan dari informasi, aplikasi, dan
infrastruktur pendukung
Terjaganya keamanan dari informasi, aplikasi, dan
infrastruktur pendukung
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
98
Universitas indonesia
Manage Security
Services
Dilaksanakannya kepatuhan TI terhadap bisnis dan
mendukung kepatuhan bisnis terhadap hukum dan
regulasi eksternal
Terlaksananya manajemen terhadap risiko bisnis yg
berhubungan dengan TI
Terjaganya keamanan dari informasi, aplikasi, dan
infrastruktur pendukung
Manage Programmes
and Projects
Tersedianya strategi TI yang selaras dengan strategi
bisnis
Terlaksananya manajemen terhadap risiko bisnis yg
berhubungan dengan TI
Terlaksananya realisasi benefit terhadap investasi IT-
enabled dan portofolio layanan
Tersedianya aplikasi yang memberi benefit, on time,
on budget, dan memenuhi requirement serta standar
kualitas
Manage Service
Requests and
Incidents
Terlaksananya manajemen terhadap risiko bisnis yg
berhubungan dengan TI
Terlaksananya penyampaian layanan TI yang sejalan
dengan kebutuhan bisnis
Manage Requirements
Definition
Tersedianya strategi TI yang selaras dengan strategi
bisnis
Terlaksananya penyampaian layanan TI yang sejalan
dengan kebutuhan bisnis
Tersedianya dukungan terhadap business
processmelaui pengintegrasian aplikasi dan teknologi
kedalam business process
Manage Solutions
Identification and
Build
Terlaksananya penyampaian layanan TI yang sejalan
dengan kebutuhan bisnis
Manage Service
Agreements
Terlaksananya penyampaian layanan TI yang sejalan
dengan kebutuhan bisnis
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
99
Universitas indonesia
Tersedianya informasi yang handal dan berguna untuk
pembuatan keputusan
Manage Suppliers
Tersedianya dukungan terhadap business
processmelaui pengintegrasian aplikasi dan teknologi
kedalam business process
Terlaksananya penyampaian layanan TI yang sejalan
dengan kebutuhan bisnis
Tersedianya TI yang agile (lincah)
Manage Quality
Terlaksananya realisasi benefit terhadap investasi IT-
enabled dan portofolio layanan
Terlaksananya penyampaian layanan TI yang sejalan
dengan kebutuhan bisnis
Tersedianya aplikasi yang memberi benefit, on time,
on budget, dan memenuhi requirement serta standar
kualitas
Manage Continuity
Terlaksananya manajemen terhadap risiko bisnis yg
berhubungan dengan TI
Terlaksananya penyampaian layanan TI yang sejalan
dengan kebutuhan bisnis
Tersedianya informasi yang handal dan berguna untuk
pembuatan keputusan
Manage Human
Resources
Tersedianya strategi TI yang selaras dengan strategi
bisnis
Terlaksananya optimalisasi terhadap aset, sumber
daya, dan kapabilitas TI
Tersedianya aplikasi yang memberi benefit, on time,
on budget, dan memenuhi requirement serta standar
kualitas
Memiliki SDM TI yang memiliki kompetensi dan
motivasi
Tersedianya knowledge, keahlian, dan inisiatif untuk
inovasi bisnis
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
100
Universitas indonesia
Manage Knowledge
Tersedianya TI yang agile (lincah)
Tersedianya knowledge, keahlian, dan inisiatif untuk
inovasi bisnis
Manage Budget and
Cost
Terlaksananya realisasi benefit terhadap investasi IT-
enabled dan portofolio layanan
Terlaksananya Transparansi terhadap IT costs, benefits
dan risk
Hasil dari proses mapping terhadap 17 control objective COBIT 5 yang telah
disusun sebelumnya dengan IT goals COBIT 5 ini adalah: terdapat 37 IT goals yang
akan menjadi sasaran strategis untuk departemen TI yang kemudian akan dipetakan
pada tiap-tiap wilayah perspektif balanced scorecard yang telah dijelaskan
sebelumnya, yaitu perspektif corporate contribution, customer, internal process,
dan perspektif learn and growth.
5.3 Penyusunan Strategy Maps Departemen TI
Setelah melakukan proses mapping terhadap ITM Operating Model dengan control
objective yang ada pada framework COBIT 5 dan mapping terhadap control
objective COBIT 5 dengan IT goals yang ada pada COBIT 5, maka akan didapat
sasaran-sasaran strategis untuk departemen TI. Setelah dijelaskan sebelumnya,
sasaran-sasaran strategis yang telah didapat ini, akan di kelompokkan pada tiap-tiap
wilayah perspektif balanced scorecard yang kemudian akan dilakukan penyusunan
terhadap peta strategi (strategy map) departemen TI.
5.3.1 Perspektif Corporate Contribution
Perspektif corporate contribution adalah bagaimana pandangan dari pihak
manajemen eksekutif, para direktur, dan shareholder untuk menentukan value yang
dihasilkan dari investasi TI terhadap bisnis. Untuk menentukan value yang
diharapkan tersebut, peneliti melakukan Focus Cgroup Discussion (FGD) terhadap
stakeholder unit bisnis. Adapun tujuan dari proses FGD ini adalah untuk
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
101
Universitas indonesia
mengetahui permasalahan dan harapan apa yang diinginkan dari unit bisnis
terhadap departemen TI. Harapan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah:
Tabel 16. Hasil FGD dengan Unit Bisnis
Unit Harapan
Bisnis
TI memiliki strategi yang selaras
dengan bisnis
Transparansi terhadap IT cost
Terjaganya keamanan informasi
TI dapat melayani kebutuhan bisnis
Melakukan upgrade terhadap resource
yang ada
Dari hasil FGD tersebut, maka langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan
pemetaan terhadap IT goals yang ada pada COBIT 5. Dari hasil pemetaan tersebut,
semua kebutuhan bisnis yang diharapkan kepada departemen TI, juga terdapat pada
IT goals COBIT 5, sehingga peneliti hanya perlu melakukan proses mapping saja,
dan tidak perlu menambahkan sasaran strategis.
Untuk lebih jelas mengenai asaran-sasaran strategis tersebut, dapat dilihat pada
tabel 11 dibawah:
Tabel 17. Sasaran strategis corporate contribution
Kode Sasaran Strategis
SS1 Tersedianya strategi TI yang selaras dengan strategi bisnis
SS2 Terlaksananya penyampaian terhadap layanan TI yang sejalan dengan
kebutuhan bisnis
SS3 Terlaksananya optimalisasi terhadap aset, sumber daya, dan kapabilitas
TI
SS4 Terlaksananya realisasi benefit terhadap investasi IT-enabled dan
portofolio layanan.
SS5 Terlaksananya transparansi terhadap IT costs, benefits dan risk
SS6 Tersedianya aplikasi yang memberikan benefit, on time, on budget, dan
memenuhi requirement serta standar kualitas
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
102
Universitas indonesia
SS7 Terjaganya keamanan dari informasi, aplikasi, dan infrastruktur
pendukung
SS8
Terjaganya keamanan dari informasi, aplikasi, dan infrastruktur
pendukung Tersedianya dukungan terhadap business process melaui
pengintegrasian aplikasi dan teknologi kedalam business process
5.3.2 Perspektif Customer
Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, departemen TI bertugas untuk melayani
kebutuhan-kebutuhan customer. Adapun customer dari departemen TI terdiri atas 2
bagian, yaitu: customer internal dan customer eksternal. Customer internal adalah
customer-customer yang berasal dari internal organisasi, seperti divisi production,
warehouse, dll. Sementara customer eksternal departemen TI adalah customer yang
berasal dari luar organisasi, yaitu: dealer.
Untuk menentukan sasaran-sasaran strategis yang ada dalam perspektif customer,
peneliti melakukan in-depth interview terhadap key user dari departemen TI. Dalam
melakukan in-depth interview ini, peneliti menyanyakan mengenai permasalaha-
permasalahan yang dialami oleh customer dan harapan apa yang diharapkan
terhadap departemen TI. Dari permasalahan-permasalahan yang dialami dan
harapan-harapan terhadap departemen TI, maka peneliti menentukan sasaran-
sasaran strategis untuk perspektif customer. Sasaran-sasaran strategis yang didapat
dari hasil in-depth interview mengenai permasalahan yang dialami serta harapan
customer terhadap departemen TI dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 18. Hasil in-depth Interview
User Harapan
Production Dilakukannya Knowledge sharing
Tersedianya aplikasi yang handal
CPO
Mampu memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi user
Adanya knowledge sharing
Memiliki aplikasi yang handal
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
103
Universitas indonesia
Setelah mendapatkan hasil in-depth interview terhadap key user departemen TI,
maka selanjutnya peneliti melakukan mapping terhadap hasil tersebut dengan IT
goals yang ada pada COBIT 5 dalam menentukan sasaran strategis untuk
departemen TI. Untuk lebih jelas mengenai hasil mapping tersebut, dapat dilihat
pada tabel dibawah:
Tabel 19. Sasaran Strategis perspektif Customer
Kode Sasaran Strategis
SS9 Tersedianya aplikasi, informasi, dan solusi teknologi yang handal
SS10 Tersedianya TI yang agile (lincah)
SS11 Tersedianya layanan yang berkesinambungan
SS12 Tersedianya pelayanan terhadap demand
SS13 Terlaksananya Knowledge-Sharing
SS14 Dilakukannya training terhadap implementasi aplikasi baru
5.3.3 Perspektif Internal Process
Dalam penentuan perspektif Internal Process, peneliti berpatokan kepada ITM
operating Model dari departemen TI. ITM operating Model merupakan kerangka
kerja dari tata kelola departemen TI. Dari objectiveyang ada pada ITM operating
Model, peneliti melakukan cascading terhadap control objective yang ada pada
COBIT 5, sehingga peneliti mendapatkan sasaran-sasaran strategis untuk perspektif
Internal Proces.
Sasaran strategis pada perspekti internal process ini terdiri atas 3 kelompok, yaitu:
kelompok perencanaan, pengembangan dan kelompok pengelolaan. Untuk lebih
jelas mengenai sasaran-sasaran strategis pada perspektif internal process, dapat
dilihat pada tabel 13 dibawah:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
104
Universitas indonesia
Tabel 20. Sasaran strategis perspektif internal process
Kode Kelompok Sasaran Strategis
SS15
Perencanaan
Terlaksananya IT Strategy Management
SS16 Terlaksananya Enterprise Architecture Management
SS17 Terlaksananya Portfolio Management
SS18 Terlaksananya Service Agreement Management
SS19
Pengembangan
Dilakukannya Project And Program Management
SS20 DilakukannyaRequirement Definition Management
SS21 Dilakukannya pengkinian terhadap teknologi
SS22 DilakukannyaService Request and Incident
Management
SS23 Dilakukannya pengembangan terhadap
implementasi TI yang dapat mendukung manajemen
SS24 Dilakukannya Solution Identification and Build
Management
SS25
Pengeloaan
Terselenggaranya manajemen terhadap keamanan
informasi dan keamanan TI
SS26 Terlaksananya Service Quality Management
SS27 Terlaksananya Knowledge-Management
SS28 Terlaksananya Budget and CostManagement
SS29 Terlaksananya Operation Management
SS30 Terlaksananya manajemen terhadap risiko bisnis
yang berhubungan dengan TI
SS31 Terlaksananya Service Continuity Management
SS32 Terselenggaranya manajemen terhadap supplier
(vendor)
5.3.4 Perspektif Learn and growth
Untuk penentuan sasaran strategi pada perspektif learn and growth, peneliti juga
berpatokan terhadap ITM Operating Model yang merupakan kerangka kerja tata
kelola departemen TI, dan IT goals yang telah ditentukan sebelumnya.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
105
Universitas indonesia
Sasaran-sasaran strategis yang ada pada perspektif learn and growth ini terdiri atas
3 kelompok, yaitu: human capital, information capital, dan organization capital.
Untuk lebih jelas mengenai sasaran-sasaran strategis pada perspektif learn and
growth, dapat dilihat pada tabel 14 dibawah:
Tabel 21. Sasaran strategis perspektif learn and growth
Kode Kelompok Sasaran strategis
SS33
Human Capital
Memiliki SDM yang
berkompetensi dan memiliki
motivasi
SS34
Terselenggaranya human
Resource Management
didepartemen TI
SS35 Information Capital
Tersedianya informasi yang
handal dan berguna untuk
membuat keputusan
SS36 Organisation Capital
Dilaksanakannya kepatuhan TI
terhadap bisnis dan mendukung
kepatuhan bisnis terhadap
hukum dan regulasi eksternal
Dari penjabaran terhadap sasaran-sasaran strategis deartemen TI yang ada pada tiap
perspektif diatas, peneliti melakukan visualisasi dalam bentuk Peta Strategi sesuai
dengan format yang diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton. Untuk lebih kelas
mengenai Peta Strategidepartemen TI tersebut, dapat dilihat pada gambar 24
dibawah:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
106
Universitas indonesia
Gambar 24. Peta Strategi Departemen TI
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
107
Universitas indonesia
5.4 Balanced Scorecard Departemen TI
Berdasarkan Peta Strategi departemen TI diatas, peneliti mencoba menguraikannya
lebih lanjut untuk menjadi balanced scorecard departemen TI. Balanced scorecard ini
akan menjelaskan lebih rinci tentang masing-masing sasaran strategis departemen TI
dalam tiap perspektif. Seperti yang telah peneliti jelaskan sebelumnya, penyusunan
Indikator Kinerja Utama departemen TI didapatkan berdasarkan sasaran-sasaran
strategis yang terdapat pada tiap perspektif balanced scorecard dan divisualisikan
melalui penyusunan Peta Strategi. Oleh sebab itu, pada balanced scorecard
departemen TI ini juga terdapat Indikator Kinerja Utama untuk departemen TI.
Untuk lebih jelas mengenai balanced scorecard departemen TI dan Indikator Kinerja
Utama departemen TI, dapat dilihat pada tabel dibawah:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
108
Universitas indonesia
PERSPEKTIF SASARAN STATEGIS INDIKATOR KINERJA
UTAMA INISIATIF STRATEGIS
CORPORATE
CONTRIBUTION
SS1 Tersedianya strategi TI yang
selaras dengan strategi bisnis
Persentase dari strategic
goals dan requirements dari
enterprise yang didukung
dalam strategic goals TI
Tingkat kepuasan
stakeholder tehadap scope
dari portofolio services dan
portofolio aplikasi
Persentase dari value driver
TI yang dipetakan terhadap
value driver bisnis
-
SS2
Terlaksananya penyampaian
terhadap layanan TI yang sejalan
dengan kebutuhan bisnis
Jumlah gangguan terhadap
bisnis yang disebabkan oleh
terjadinya gangguan
terhadap layanan TI
persentase dari kepuasan
stakeholder yang disebabkan
-
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
109
Universitas indonesia
oleh penyampaian layanan
TI sesuai SLA
persentase dari kepuasan
pengguna terhadap kualitas
dari penyampaian layanan
TI
SS3
Terlaksananya optimalisasi
terhadap aset, sumber daya, dan
kapabilitas TI
Frekuensi dari penilaian
terhadap maturitas
kemampuan dan optimalisasi
biaya
Kecenderungan dari hasil
penilaian
Tingkat kepuasan dari
eksekutif bisnis dan TI
terhadap pembiayaan dan
kemampuan TI
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
110
Universitas indonesia
SS4
Terlaksananya realisasi benefit
terhadap investasi IT-enabled dan
portofolio layanan.
Persentase dari ekspektasi
terhadap layanan TI yang
terealisasi
Persentase dari investasi IT-
enabled yang dinyatakan
dapat/telah memberikan
manfaat
-
SS5
Terlaksananya transparansi
terhadap IT costs, benefits dan
risk
Persentase dari disetujuinya
pembiayaan investasi yang
berhubungan dengan TI
terhadap business case yang
memiliki benefit dan
terdefenisi dengan jelas.
Persentase dari disetujuinya
pembiayaan operasional untuk
layanan TI yang terdefenisi
dengan jelas dan memiliki
benefit yang diharapkan.
-
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
111
Universitas indonesia
Tingkat kepuasan dari key
stakeholder mengenai
transparansi, dapat
dimengerti, dan akurasi dari
informasi finansial TI. (hasil
survey)
SS6
Tersedianya aplikasi yang
memberikan benefit, on time, on
budget, dan memenuhi
requirement serta standar kualitas
Jumlah dari aplikasi/proyek
yang on time dan sesuai
budget
Persentase dari kepuasan
stakeholder terhadap kualitas
dari aplikasi/projek
Jumlah dari aplikasi yang
membutuhkan pengerjaan
ulang dikarenakan tidak
mencapai kualitas yang
diharapkan
Biaya dari maintenance
aplikasi dibandingkan dengan
-
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
112
Universitas indonesia
biaya yang dikeluarkan TI
secara keseluruhan
SS7
Terjaganya keamanan dari
informasi, aplikasi, dan
infrastruktur pendukung
Jumlah dari insiden security
yang menyebabkan financial
loss, dan teganggunya bisnis
Jumlah dari layanan TI yang
membutuhkan securuty
requirement yang tinggi
Frekuensi dari security
assesment yang tidak sesuai
dengan petunjuk dan standar
terbaru
-
SS8
Tersedianya dukungan terhadap
business processmelaui
pengintegrasian aplikasi dan
teknologi kedalam business
process
Jumlah dari insiden dalam
business process yang
disebabkan oleh terdapatnya
error di integrasi teknologi
Jumlah dari perubahan
business process yang harus
ditunda atau dilakukannya
pengerjaan ulang karena
-
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
113
Universitas indonesia
terdapat permasalahan pada
integrasi teknologi
Jumlah dari program bisnis
yang membutuhkan TI yang
harus ditunda atau dilakukan
penambahan biaya selama
terdapatnya permasalahan
pada integrasi teknologi
Jumlah aplikasi atau
infrastruktur kritis yang
berjalan dengan silo dan tidak
terintegrasi
CUSTOMER SS9 Tersedianya aplikasi, informasi,
dan solusi teknologi yang handal
Persentase dari business
process owner yang puas
terhadap dukungan produk
dan layanan TI
Level dari user bisnis yang
menegerti bagaimana solusi
teknologi yang ditawarkan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
114
Universitas indonesia
dapat mendukung proses
mereka
Tingkat kepuasan dari user
bisnis terhadap training dan
user manual yang diberikan
Net Present Value (NPV)
yang menunjukkan tingkat
kepuasan bisnis terhadap
kualitas dan kegunaan dari
solusi teknologi
SS10 Tersedianya TI yang agile
(lincah)
Tingkat kepuasan eksekutif
bisnis dengan respon TI
terhadap requirement yang
baru
Jumlah dari business process
utama yang didukung oleh
aplikasi dan infrastruktur TI
yang up-to-date
Waktu rata-rata yang
diperlukan untuk menjadikan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
115
Universitas indonesia
sasaran strategis TI dapat
disetujui dan dilaksanakan
SS11 Tersedianya layanan yang
berkesinambungan
Jumlah dari gangguan
terhadap bisnis selama
terjadinya gangguan terhadap
layanan TI
Persentase dari kepuasan
stakeholder bisnis terhadap
layanan TI yang memenuhi
Service Level Agreement
(SLA)
Persentase dari user yang
terpuaskan dengan kualitas
dari penyampaian layanan TI
SS12 Tersedianya pelayanan terhadap
demand
Persentase dari pemenuhan
terhadap demand dari user/key
stakeholder mengenai
requirement dari mereka
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
116
Universitas indonesia
SS13 Terlaksananya Knowledge-
Sharing
Persentase dari
pengkategorian informasi
yang divalidasi
Persentase dari penggunaan
knowledge yang ada
Jumlah dari penggunaan
knowledge dan sharing
knowledge dari user yang
telah di-training
Tingkat kepuasan dari user
Persentase dari penggunaan
knowledge repository
SS14 Dilakukannya training terhadap
implementasi aplikasi baru
Jumlah karyawan yang
mengikuti training
Frekuensi dilakukannya
training
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
117
Universitas indonesia
INTERNAL
PROCESS
Plan
SS15 Terlaksananya IT Strategy
Management
Persentase dari sasaran
strategis TI yang mendukung
sasaran strategis enterprise
Persentase dari sasaran
strategis TI yang ditunjukkan
dalam sasaran strategis TI
Tingkat kepuasan stakeholder
terhadap strategi TI
berdasarkan survey feedback
Persentase dari sasaran
strategis enterprise yang
tercapai sebagai hasil dari
inisiatif strategis TI
Jumlah dari opportunity
enterprise yang baru sebagai
hasil realisasi dari
pengembangan TI
Penyelarasan terhadap
semua aspek dari sasaran
strategi TI dengan
sasaran strategi
enterprise
Strategi TI harus cost-
effective, pantas,
realistis, dapat dicapai,
fokus terhadap
enterprise dan seimbang
Dikakukannya
penyusunan terhadap
tujuan jangka pendek
yang merupakan
penurunan dari tujuan
jangka panjang yang
dapat diubah ke dalam
perencanaan operasional
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
118
Universitas indonesia
Frekuensi update dari
perencanaan komunikasi
terhadap strategi TI
Persetase dari inisiatif
strategis TI yang akuntabel
Tercapainya tujuan TI
sebagai value driver
untuk enterprise
SS16 Terlaksananya Enterprise
Architecture Management
Jumlah dari exception
terhadap standar arsitektur
dan baseline yang diterapkan
dan diakui
Persentase dari proyek yang
menggunakan layanan
arsitektur enterprise
Tanggal terakhir update dari
domain dan/atau arsitektur
yang menyatu
Jumlah dari gaps dalam
model lintas enterprise,
informasi, data, aplikasi dan
domain arsitektur teknologi
Memiliki asrisektur dan
standar yang efektif
dalam mendukung
enterprise
Memastikan bahwa
portofolio layanan
arsitektur enterprise
mendukung perubahan
enterpriseyang agile
Memiliki domain yang
tepat dan up-to-date
dan/atau arsiktektur
yang menyatu yang
mendukung informasi
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
119
Universitas indonesia
Level dari feedback yang
diberikan oleh pengguna
arsitektur mengenai kualitas
dari informasi yang diberikan
Persentase dari proyek yang
menggunakan framework dan
metodologi untuk
menggunakan ulang
komponen yang telah
terdefenisi
arsitektur yang dapat
dipercaya
Memiliki framework
arsitektur enterprise dan
metodologi yang umum
seperti repository yang
digunakan dapat
digunakan kembali
dengan efisien lintas
enterprise
SS17 Terlaksananya Portfolio
Management
Persentase dari investasi TI
yang tercantum dalam
stategi enterprise
Tingkat kepuasan dari pihak
manajemen enterprise
terhadap kontribusi TI
dalam strategi enterprise
Rasio dari pengalokasian
pendanaan dengan dana
yang digunakan
Dilakukannya
pendefenisian dan
penyelarasan terhadap
investasi dengan strategi
enterprise
Menyediakan dan
mengidentifikasi sumber
pendanaan investasi
Dilakukannya evaluasi
dan prioritisasi terhadap
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
120
Universitas indonesia
Rasio antara danan yang
diberikan dengan dana yang
dialokasikan
Persentase dari keterlibatan
unit bisnis dalam proses
evaluasi dan prioritisasi
Tingkat kepuasan
stakeholder terhadap
pelaporan hasil monitoring
portofolio
Persentase perubahan dari
program investasi yang
tercermin dalam portofolio
TI yang relevan
Persentase hasil pengukuran
investasi yang telah
memberikan benefit yang
dibandingkan dengan benefit
yang dijanjikan dalam
business case.
program yang terdapat
dalam business case
sebelum dilakukannya
pendanaan
Tersedianya monitoring
yang akurat dan
komperhensif terhadap
kinerja dari portofolio
investasi
Dilakukannya pemastian
jika terjadi perubahan
dalam program investasi
agar tetap
merefkleksikan layanan
TI, asset, dan sumber
daya portofolio
Dilakukannya
monitoring terhadap
benefit untuk
memastikan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
121
Universitas indonesia
terealisasinya benefit
yang dijanjikan
SS18 Terlaksananya Service Agreement
Management
Jumlah dari business
process yang service
agreement-nya belum
terdefenisi
Persentase dari layanan TI
yang berjalan yang
dilakukan berdasarkan
service agreement
Persentase dari kepuasan
pengguna terhadap
penyampaian layanan yang
sesuai dengan SLA (services
level agreement)
Jumlah pelanggaran dari
layanan TI terhadap SLA
Persentasi dari layanan yang
dimonitor terhadap tingkat
layanan
Tersedianya katalog
yang berisikan daftar
layanan TI yang
terdefenisi dengan baik
Tersedianya
kesepakantan yang
merefleksikan antara
kebutuhan bisnis dan
kapabilitas TI
Tersedianya kinerja
layanan TI yang sesuai
dengan kesepakatan
dalam service agreement
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
122
Universitas indonesia
Persentase dari target
layanan yang tercapai
Development
SS19 Dilakukannya Project And
Program Management
Persentase dari stakeholder
yang terlibat secara efektif
Tingkat kepuasan
stakeholder terhadap
keterlibatannya
Persentase dari
stakeholderyang menyetujui
kebutuhan enterprise, scope,
outcomes, dan level dari
project risk
Persentase dari proyek yang
dilakukan tanpa disetujuinya
business case dari proyek
tersebut
Persentase dari aktifitas
yang selaras dengan scope
Dilibatkannya
stakeholderyang relevan
dalam program dan
proyek
Dilakukannya pemastian
terhadap scope dan
outcomes dari program
dan proyek yang dibuat
dapat dicapai dan selaras
dengan sasaran strategis
Dipastikannya tujuan
dari perencanaan
program dan proyek
dapat mencapai outcome
yang diharapkan
Dilakukannya eksekusi
terhadap program dan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
123
Universitas indonesia
dan outcomes yang
diharapkan
Frekuensi dari status review
Persentasi dari
penyimpangan dari
perencanaan yang telah
ditentukan
Jumlah dari permasalahan
sumber daya (contoh:
keahlian, kapasitas, dll)
Persentase dari tercapainya
benefit yang diharapkan
Tingkat kepuasan dari
stakeholder yang
ditunjukkan dalam project
closure review
proyek sesuai
perencanaan
Dipastikannya
kecukupan sumber daya
dari program dan proyek
untuk dapat berjalan
sesuai rencana
Dipastikannya benefit
dari program dan proyek
dapat dicapai dan
diterima
SS20 DilakukannyaRequirement
Definition Management
Persentase dari requirement
yang dikerjakan ulang
dikarenakan ketidak
Dilakukannya pemastian
terhadap business
functionaldan technical
requirements dapat
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
124
Universitas indonesia
selarasan dengan ekspektasi
dan kebutuhan enterprise
Tingkat kepuasan dari
stakeholderterhadap
requirement
Persentase dari requirement
yang memuaskan karena
menawarkan solusi yang
tepat
Jumlah insiden yang tidak
diidentifikasikan sebagai
risiko
Persentase dari risiko yang
tidak dapat dimitigasi
Pesentase dari sasaran
business case yang dapat
memenuhi solusi yang
ditawarkan
Persentase dari
stakeholderyang tidak
merefleksikan ekspektasi
kebutuhan enterprise
Dipastikannya solusi
yang diajukan dapat
memuaskan business
functional, technical,
dan compliance
requirements
Dikakukannya
penanganan dan
pemberian solusi
terhadap risiko yang
berhubungan dengan
requirements
Dipastikannya
requirements dan solusi
yang ditawarkan dapat
memenuhi sasaran-
sasaran yang ada di
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
125
Universitas indonesia
menyetujui solusi yang
ditawarkan yang
berhubungan dengan
business case
business case (value dan
biaya yang diharapkan)
SS21 Dilakukannya pengkinian
terhadap teknologi
Jumlah update, patching,
danupgrade terhadap
aplikasi dan infrastruktur
yang ada
Melakukan update,
patching, danupgrade
terhadap aplikasi dan
infrastruktur yang ada
SS22 DilakukannyaService Request and
Incident Management
Jumlah dari insiden yang
mengakibatkan
terhanggunya business
processyang kritikal
Waktu rata-rata antara
insiden dan layanan TI
Persentase penyelesaian
insiden berdasarkan
kesepakatan dalam SLA/
dalam periode waktu yang
dapat dterima
Tersedianya layanan
yang behubungan
dengan TI
Dilakukannya
penyelesaian terhadap
permasalahan
berdasarkan SLA
Service request disetujui
berdasarkan kesepakatan
dalam SLA yang
bertujuan untuk
memuaskan user
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
126
Universitas indonesia
Tingkat kepuasan user
terhadap pemenuhan service
qequest
Waktu rata-rata yang
terlewatkan untuk
menangani tiap tipe dari
services request
SS23
Dilakukannya pengembangan
terhadap implementasi TI yang
dapat mendukung manajemen
Persentase dari kepuasan
pihak manajemen terhadap
implementasi yang
mempermudah dalam
pengambilan keputusan
Dilakukannya assesment
terhadap kebutuhan
manajemen
SS24
Dilakukannya Solution
Identification and Build
Management
Jumlah dari pengerjaan
ulang terhadap desain solusi
dikarenakan tidak selaras
dedan requirement
Waktu yang dibutuhkan
untuk menyetujui terhadap
deliverable desain dalam
memenuhi requirement
Tersedianya disain
solusi, termasuk
komponen yang relevan,
tercapainya kebutuhan
enterprise¸ selaras
terhadap standar, dan
menangani risiko yang
telah teridentifikasi
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
127
Universitas indonesia
Jumlah dari harapan
terhadap solusi untuk
didisain selama stage review
Jumlah error yang ditemui
selama tahap testing
Jumlah waktu dan usaha
yang dibutuhkan untuk
penyelesaian tahap testing
Jumlah dari perubahan yang
disetujui yang menyebabkan
error yang baru
Jumlah dari demand untuk
pemeliharaan yang tidak
memuaskan
Dilakukannya
penyesuaian terhadap
desain solusi, yang
bergantung terhadap
standar organisasi,
memiliki kontrol yang
tepat terhadap security,
dan auditability
Dilakukannya pemastian
terhadap solusi, sehingga
solusi tersebut memiliki
kualias yang dapat
diterima, dan telah
dicoba dengan baik
Melakukan penyatuan
terhadap perubahan
requirement yang telah
disetujui kedalam solusi
yang akan ditawarkan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
128
Universitas indonesia
Pengelolaan
SS25
Terselenggaranya manajemen
terhadap keamanan informasi dan
keamanan TI
Jumlah dari vulnerability
yang ditangani
Jumlah dari firewall yang
ditembus
Persentase dari individu
yang menerima training
awareness yang
berhubungan dengan
penggunaan endpoint
devices
Jumlah dari inisden yang
berhubungan dengan endpint
devices
Jumlah dari unauthorize
devices yang terdeteksi
dalam network atau di
lingkungan end-user
Waktu rata-rata antara
pengubahan dan update akun
Dilakukannya
pengamanan terhadap
jaringan dan informasi
untuk memenuhi
kebutuhan bisnis
Dilakukannya
perlindungan terhadap
informasi yang disimpan,
diproses, dan
ditransmisikan
Dilakukannya
pengidentifikasian
terhadap setiap user
Dilakukannya
implementasi terhadap
pengukuran physical
untuk melindungi
informasi dari
unauthorized access,
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
129
Universitas indonesia
Jumlah akun vs jumlah
unauthorized user/staff
Persentase dari tes periodic
dalam lingkungan security
devices
Penilaian rata-rata untuk
assesment terhadap
keamanan phsycal
Jumlah dari insiden yang
berhubungan dengan
keamanan phsycal
Jumlah dari insiden yang
berhubungan dengan
unauthorized access
terhadap informasi
kerusakan, dan
interferensi ketika sedang
diproses, disimpan, dan
ditransmisikan
Dilakukannya
pemngamanan terhadap
informasi elektronik,
baik ketika disimpan,
ditransmisikan, maupun
dihancurkan
SS26 Terlaksananya Service Quality
Management
Rata-rata kepuasan
stakeholder yang dinilai
berdasarkan layanan dan
solusi yang diberikan
Menyediakan solusi
dan layanan yang dapat
memuaskan
stakeholder
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
130
Universitas indonesia
Persentase dari stakeholder
yang puas dengan kualitas
dari program/proyek
Jumlah dari layanan dengan
perencanaan manajemen
kualitas yang formal
Persentase proyek yang di-
review yang sasaran dan
goals-nya mencapai target
kualitas
Jumlah dari proses yang
mencapai quality
requirement
Jumlah dari proyek yang
memiliki laporan penilaian
kualitas yang formal
Jumlah dari SLA yang
memasukkan kriteria quality
acceptance
Tersedianya prediksi
hasil penyampaian
terhadap proyek dan
layanan
Mengimplementasikan
requirement kualitas ke
dalam setiap proses
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
131
Universitas indonesia
SS27 Terlaksananya Knowledge-
Management
Persentase dari kategori
informasi yang tercakupi
Volume dari informasi yang
terklasifikasi
Persentase dari
pengkategorian yang
tervalidasi
Persentase dari ketersediaan
knowledge yang digunakan
Tingkat kepuasan pengguna
Persentasi dari repository
knowledge yang digunakan
Frekuensi dari pembaharuan
knowledge
Mengidentifikasi dan
mengklasifikasi sumber
informasi
Dilaksanakannya
penggunaan dan
sharingknowledge
Memasukkan
knowledge sharing ke
dalam budaya
enterprise
Melakukan update dan
improve terhadap
knowledge untuk
mendukung
requirement
SS28 Terlaksananya Budget and
CostManagement
Jumlah perubahan budget
yang dikarenakan kelalaian
dan errors
Jumlah penytimpangan
antara kategori budget yang
Memastikan
transparansi budget
TI sesuai dengan
pengeluaran yang
direncanakan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
132
Universitas indonesia
diharapkan dengan actual
budget
Persentasi dari keselarasan
sumber daya TI dengan
inisiatif yang high priority
Jumlah dari permasalahan
terhadap alokasi sumber
daya yang meningkat
Persentase dari biaya TI
secara keseluruhan
berdasarkan model
persetuanaj terhadap cost
Persentase dari perbedaan
antara budget, forecast, dan
actual cost
Melakukan prioritasi
terhadap alokasi
sumber daya untuk
inisiatif TI berdasarkan
kebutuhan enterprise
Melakukan
pengalokasian terhadap
cost untuk pelayanan
dengan wajar
Melakukan komparasi
terhadap budget dan
actual cost dengan
akurat
SS29 Terlaksananya Operation
Management
Jumlah dari non-standard
operational procedure yang
dieksekusi
Diselenggarakannya
aktivitas operasional
sesuai dengan jadwal
dan kebutuhan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
133
Universitas indonesia
Jumlah insiden yang
disebabkan oleh
permasalahan operasional
Rasio dari event yang
dibandingkan dengan jumlah
insiden
Persentase dari tipe event
operasional yang kritis yang
di-cover oleh sistem deteksi
otomatis
Dilakukannya
pemantauan,
pelaporan, dan
pemulihan terhadap
operasional
SS30
Terlaksananya manajemen
terhadap risiko bisnis yang
berhubungan dengan TI
Persentase dari business
processyang kritis, layanan
TI, program bisnis IT-
enabled yang di-cover oleh
risk assessment
Jumlah dari insiden kritis
yang berhubungan dengan TI
yang tidak di-cover oleh risk
assesment
Melakukan risk
assessment terhadap
risiko yang
berhubungan dengan TI
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
134
Universitas indonesia
Persentase dari enterprise
risk assesment yang
termasuk dalam risiko yang
berhubungan dengan TI
Frekuensi dari pembaharuan
terhadap risk profile
SS31 Terlaksananya Service Continuity
Management
Persentase layanan TI yang
memenuhi uptime
requirement
Persentase dari restorasi
informasi yang sukses dan
tepat waktu dari backup atau
media copies alternatif
Persentase dari pentransferan
dan penyimpanan dengan
aman terhadap media backup
Persentase dari sistem bisnis
yang kritis yang tidak di-
cover oleh plan (continuity
plan)
Tersedianya informasi
bisnis yang kritis
terhadap bisnis yang
sejalan dengan tingkat
layanan minimum yang
dibutuhkan
Tersedianya layanan
yang kritis secara
berkesinambungan
Dilakukannya verifikasi
terhadap efektifitas dari
plan melalui service
continuity tests
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
135
Universitas indonesia
Jumlah dari exercise dan test
yang telah mencapai
recovery objectives dalam
service continuity tests
Frekuensi dari pelaksanaan
service continuity tests
Persentase dari
improvements yang disetujui
terhadap plan(continuity
plan) yang telah
tercerminkan dalam plan
Persentase dari issue yang
teridentifikasi yang telah
ditangani dalam plan
Persentase dari stakeholder
internal dan eksternal yang
telah menerima training
Persentase dari issue yang
teridentifikasi yang telah
Tersedianya continuity
plan yang up-to-date
yang merefleksikan
requirement bisnis
terbaru
Dilakukannya training
kepada pihak internal
dan eksternal terhadap
continuity plan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
136
Universitas indonesia
ditangani terdapat dalam
materi training
SS32 Terselenggaranya manajemen
terhadap supplier (vendor)
Persentase dari suppliers
yang memenuhi requirement
yang disepakati
Jumlah pelanggaran terhadap
pelayanan yang berhubungan
dengan layanan TI yang
disebabkan oleh suppliers
Jumlah dari risk-related
event yang menyebabkan
service incidents
Frekuensi dari dilakukannya
sesi risk management dengan
suppliers
Persentase dari insiden yang
berhubungan dengan risiko
yang terselesaikan dan
acceptable (waktu dan
biaya)
Memastikan performa
dari suppliers sesuai
dengan kesepakakatan
Dilakukan penanganan
terhadap risiko yang
berhubungan dengan
suppliers
Menjaga hubungan
dengan suppliers agar
tetap berjalan dengan
efektif
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
137
Universitas indonesia
Jumlah dari pertemuan yang
meninjau ulang supplier
Jumlah perselisihan dengan
supplier
Jumlah perselisihan dengan
supplier yang terselesaikan
dengan damai dalam jangka
waktu yang dapat diterima
Learn and growth
Human Capital
SS33 Memiliki SDM yang mimiliki
kompetensi dan motivasi
Jumlah karyawan yang di
training
Jumlah dari jam training per
karyawan
Frekuensi dilakukannya
training terhadap karyawan
Persentase dari karyawan
yang memiliki kemampuan
di bidang TI yang diberikan
tugas dan tanggung jawab
Terselenggaranya
training terhadap
karyawan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
138
Universitas indonesia
sesuai dengan
kemampuannya
Persentase dari kepuasan
karyawan terhadap tugas dan
tanggung jawab yang
diberikan
SS34
Terselenggaranya human
Resource Management di
departemen TI
Jumlah dari defenisi dan
katalog layanan
Tingkat kepuasan eksekutif
dengan manajemen terhadap
pengambilan keputusan
Jumlah keputusan yang tidak
bisa dibuat di dalam struktur
manajemen dan harus
diserahkan ke dalam struktur
tata kelola
Persentase dari turnover
karyawan
Durasi rata-tara terhadap
liburan (cuti)
Tersedianya struktur
dan hubungan
organisasional TI yang
fleksibel dan responsive
Dilakukan pengaturan
terhadap SDM dengan
efektif dan efisien
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
139
Universitas indonesia
Durasi rata-rata dari
lowongan
Persentase dari lowongan TI
Information Capital
SS35
Tersedianya informasi yang
handal dan berguna untuk
membuat keputusan
Tingkat kepuasan user bisnis
terhadap kualitas dan
ketersediaan dari informasi
manajemen
Jumlah insiden yang terjadi
di business
processdikarenakan tidak
tersedianya informasi
Radio dari kesalahan
pengambilan keputusan
bisnis dikarenakan kesalahan
informasi atau tidak adanya
informasi.
Menyediakan model
arsitektur sistem
informasi untuk
pengambilan keputusan
SS36 Terselenggarannya Information
Risk Management
Jumlah insiden yang terjadi
yang berhubungan dengan
keamanan informasi
Melakukan pengamanan
terhadap informasi
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
140
Universitas indonesia
Organisation Capital
SS37
Dilaksanakannya kepatuhan TI
terhadap bisnis dan mendukung
kepatuhan bisnis terhadap hukum
dan regulasi eksternal
Jumlah insiden yang
berhubungan dengan ketidak
patuhan terhadap kebijakan
Persentase dari stakeholder
yang memahami kebijakan
yang ada
Persentase dari kebijakan
yang dilaksanakan
Jumlah dari issue ketidak
patuhan yang berhubungan
dengan TI yang dilaporkan
kepada dewan pengurus atau
yang menyebabkan
komentar publik atau
mencemarkan nama baik
Jumlah issue mengenai
ketidak patuhan yang
berhubungan dengan
Melakukan kepatuhan
terhadap kebijakan
internal organisasi
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
141
Universitas indonesia
kesepakatan kontrak dengan
penyedia layanan TI
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
142
Universitas indonesia
5.5 Pengurangan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama
Setelah melakukan beberapa proses mapping seperti telah dijabarkan sebelumnya,
peneliti mendapatkan 37 sasaran strategis dan 176 Indikator Kinerja Utama.
Menurut Kaplan dan Norton, jumlah sasaran strategis yang ideal tidak lebih dari 20
sasaran strategis dan tidak lebih dari 30 Indikator Kinerja Utama, sehingga pada
langkah selanjutnya peneliti akan melakukan pengurangan sasaran strategis yang
ada berdasarkan penilaian tingkat urgensi dan dampaknya terhadap penerapannya
dalam departemen TI. Penilaian sasaran strategis berdasarkan tingkat urgensi dan
dampak dari implementasi sasaran strategis tersebut terhadap departemen TI.
Penilaian sasaran strategis berdasarkan tingkat urgensi yang dimaksud adalah
penilaian berdasarkan mendesak atau tidaknya suatu sasaran strategis untuk
diterapkan, (yaitu: apakah sasaran strategis tersebut harus diterapkan secepatnya,
atau dapat ditunda). Sedangkan penilaian terhadap sasaran strategis berdasarkan
dampak adalah seberapa besar/kecilnya dampak (positif) yang akan dirasakan oleh
departemen TI jika sasaran tersebut dapat diterapkan.
Dalam penilaian terhadap tingkat urgensi dan dampak ini, peneliti dibantu oleh
pihak top level management (CIO dan Manajer) departemen TI. Dalam hal ini
peneliti menjelaskan kepada CIO dan manajer departemen TI bahwa jumlah sasaran
strategis dan Indikator Kinerja Utama yang telah didapat yang berjumlah 37 sasaran
strategis dan 176 Indikator Kinerja Utama, jumlah tersebut terlalu banyak dan akan
sangat menyulitkan CIO dan manajer jika hendak menerapkan seluruh sasaran
strategis dan indikator kinerja utama tersebut, serta jumlah tersebut tidak ideal
menurut teori balanced scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton
yang telah peneliti pelajari. Sehingga, peneliti meminta agar CIO dan manajer TI
menilai tiap-tiap sasaran strategis yang ada pada tiap perspektif dengan memberi
penilaian dengan skala 1-5, dengan deskripsi bahwa angka 1 memiliki dampak dan
tingkat urgensi yang sangat kecil, angka 2: kecil, angka 3: sedang, angka 4: besar,
dan angka 5: memiliki dampak dan tingkat urgensi yang sangat besar. Setelah CIO
dan manajer memberikan penilaian tersebut, maka selanjutnya peneliti melakukan
penjumlahan nilai per tiap sasaran strategis dan kemudian melakukan pemilihan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
143
Universitas indonesia
terhadap 20 sasaran strategis yang memiliki nilai tertinggi. Berikut adalah tabel
penilaian yang telah dilakukan oleh CIO dan manajer TI departemen TI di PT
Mercedez-Benz Indonesia. Untuk lebih jelas mengenail proses penilaian tersebut,
dapat dilihat pada tabel berikut:
Penilaian Perspektif Corporate Contribution oleh CIO
Sasaran Strategis Dampak
(besar/kecil)
Urgensi
(tinggi/rendah) Total Poin
Tersedianya strategi TI yang
selaras dengan strategi bisnis 5 4 20
Terlaksananya penyampaian
terhadap layanan TI yang
sejalan dengan kebutuhan
bisnis
5 5 25
Terlaksananya optimalisasi
terhadap aset, sumber daya,
dan kapabilitas TI
5 3 15
Terlaksananya realisasi
benefit terhadap investasi IT-
enabled dan portofolio
layanan.
4 3 12
Terlaksananya transparansi
terhadap IT costs, benefits
dan risk
5 4 20
Tersedianya aplikasi yang
memberikan benefit, on time,
on budget, dan memenuhi
requirement serta standar
kualitas
4 3 12
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
144
Universitas indonesia
Terjaganya keamanan dari
informasi, aplikasi, dan
infrastruktur pendukung
4 3 12
Tersedianya dukungan
terhadap business process
melaui pengintegrasian
aplikasi dan teknologi
kedalam business process
3 3 9
Penilaian Perspektif Customer oleh CIO
Sasaran Strategis Dampak
(besar/kecil)
Urgensi
(tinggi/rendah) Total Poin
Tersedianya aplikasi,
informasi, dan solusi
teknologi yang handal
4 3 12
Tersedianya TI yang agile
(lincah) 5 3 15
Tersedianya layanan yang
berkesinambungan 4 3 12
Tersedianya pelayanan
terhadap demand 4 4 16
Terlaksananya Knowledge-
Sharing 4 5 20
Dilakukannya training
terhadap implementasi
aplikasi baru
3 3 9
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
145
Universitas indonesia
Penilaian Perspektif Internal Process oleh CIO
Kelompok Sasaran Strategis Dampak
(besar/kecil)
Urgensi
(tinggi/rendah)
Total
Poin
Peren-
canaan
Terlaksananya IT
Strategy
Management
5 4 20
Terlaksananya
Enterprise
Architecture
Management
4 3 12
Terlaksananya
Portfolio
Management
4 3 12
Terlaksananya
Service Agreement
Management
4 3 12
Pengemba-
ngan
Dilakukannya
Project And
Program
Management
4 3 12
Dilakukannya
Requirement
Definition
Management
3 3 9
Dilakukannya
pengkinian
terhadap teknologi
4 3 12
Dilakukannya
Service Request 3 3 9
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
146
Universitas indonesia
and Incident
Management
Dilakukannya
pengembangan
terhadap
implementasi TI
yang dapat
mendukung
manajemen
4 2 8
Dilakukannya
Solution
Identification and
Build Management
3 3 9
Pengeloaan
Terselenggaranya
manajemen
terhadap keamanan
informasi dan
keamanan TI
5 3 15
Terlaksananya
Service Quality
Management
3 3 9
Terlaksananya
Knowledge-
Management
3 3 9
Terlaksananya
Budget and Cost
Management
4 4 16
Terlaksananya
Operation
Management
4 3 12
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
147
Universitas indonesia
Terlaksananya
manajemen
terhadap risiko
bisnis yang
berhubungan
dengan TI
4 3 12
Terlaksananya
Service Continuity
Management
3 3 9
Terselenggaranya
manajemen
terhadap supplier
(vendor)
3 3 9
Penilaian Perspektif Learn and growth oleh CIO
Kelompok Sasaran
Strategis
Dampak
(besar/kecil)
Urgensi
(tinggi/rendah)
Total
Point
Human
Capital
Memiliki SDM
yang
berkompetensi
dan memiliki
motivasi
5 4 20
Terselenggaranya
human Resource
Management di
departemen TI
4 4 16
Information
Capital
Tersedianya
informasi yang
handal dan
berguna untuk
5 3 15
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
148
Universitas indonesia
membuat
keputusan
Organisation
Capital
Dilaksanakannya
kepatuhan TI
terhadap bisnis
dan mendukung
kepatuhan bisnis
terhadap hukum
dan regulasi
eksternal
3 3 9
Penilaian Perspektif Corporate Contribution oleh Manajer TI
Sasaran Strategis Dampak
(besar/kecil)
Urgensi
(tinggi/rendah) Total Poin
Tersedianya strategi TI yang
selaras dengan strategi bisnis 5 5 25
Terlaksananya penyampaian
terhadap layanan TI yang
sejalan dengan kebutuhan bisnis
4 4 16
Terlaksananya optimalisasi
terhadap aset, sumber daya, dan
kapabilitas TI
5 5 25
Terlaksananya realisasi benefit
terhadap investasi IT-enabled
dan portofolio layanan.
4 4 16
Terlaksananya transparansi
terhadap IT costs, benefits dan
risk
5 5 25
Tersedianya aplikasi yang
memberikan benefit, on time, on 5 4 20
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
149
Universitas indonesia
budget, dan memenuhi
requirement serta standar
kualitas
Terjaganya keamanan dari
informasi, aplikasi, dan
infrastruktur pendukung
5 5 25
Tersedianya dukungan terhadap
business process melaui
pengintegrasian aplikasi dan
teknologi kedalam business
process
3 3 9
Penilaian Perspektif Customer oleh Manajer TI
Sasaran Strategis Dampak
(besar/kecil)
Urgensi
(tinggi/rendah) Total Poin
Tersedianya aplikasi, informasi,
dan solusi teknologi yang
handal
5 5 25
Tersedianya TI yang agile
(lincah) 5 5 25
Tersedianya layanan yang
berkesinambungan 5 5 25
Tersedianya pelayanan terhadap
demand 5 4 20
Terlaksananya Knowledge-
Sharing 4 5 20
Dilakukannya training terhadap
implementasi aplikasi baru 5 5 25
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
150
Universitas indonesia
Penilaian Perspektif Internal Process oleh Manajer TI
Kelompok Sasaran Strategis Dampak
(besar/kecil)
Urgensi
(tinggi/rendah)
Total
Poin
Perenca-
naan
Terlaksananya IT
Strategy
Management
5 5 25
Terlaksananya
Enterprise
Architecture
Management
5 5 25
Terlaksananya
Portfolio
Management
5 5 25
Terlaksananya
Service Agreement
Management
5 5 25
Pengem-
bangan
Dilakukannya
Project And
Program
Management
5 5 25
Dilakukannya
Requirement
Definition
Management
5 5 25
Dilakukannya
pengkinian
terhadap teknologi
5 5 25
Dilakukannya
Service Request 5 5 25
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
151
Universitas indonesia
and Incident
Management
Dilakukannya
pengembangan
terhadap
implementasi TI
yang dapat
mendukung
manajemen
4 4 16
Dilakukannya
Solution
Identification and
Build Management
5 5 25
Pengeloaan
Terselenggaranya
manajemen
terhadap keamanan
informasi dan
keamanan TI
5 5 25
Terlaksananya
Service Quality
Management
3 3 9
Terlaksananya
Knowledge-
Management
5 5 25
Terlaksananya
Budget and Cost
Management
3 3 9
Terlaksananya
Operation
Management
3 3 9
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
152
Universitas indonesia
Terlaksananya
manajemen
terhadap risiko
bisnis yang
berhubungan
dengan TI
3 3 9
Terlaksananya
Service Continuity
Management
4 4 16
Terselenggaranya
manajemen
terhadap supplier
(vendor)
Penilaian Perspektif Learn and growth oleh Manajer TI
Kelompok Sasaran
Strategis
Dampak
(besar/kecil)
Urgensi
(tinggi/rendah)
Total
Point
Human
Capital
Memiliki SDM
yang
berkompetensi
dan memiliki
motivasi
5 5 25
Terselenggaranya
human Resource
Management di
departemen TI
3 3 9
Information
Capital
Tersedianya
informasi yang
handal dan
berguna untuk
5 5 25
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
153
Universitas indonesia
membuat
keputusan
Organisation
Capital
Dilaksanakannya
kepatuhan TI
terhadap bisnis
dan mendukung
kepatuhan bisnis
terhadap hukum
dan regulasi
eksternal
3 3 9
Berdasarkan penilaian terhadap tingkat urgensi dan dampak yang telah dilakukan
oleh CIO dan manajer departemen TI, maka berikut adalah rangkuman hasil
penilaian terhadap sasaran-sasaran strategis departemen TI.
Penilaian Perspektif Corporate Contribution oleh CIO dan
Manajer Departemen TI
Sasaran Strategis CIO Manajer Total Poin
Tersedianya strategi TI yang
selaras dengan strategi bisnis 20 25 45
Terlaksananya penyampaian
terhadap layanan TI yang
sejalan dengan kebutuhan
bisnis
25 16 41
Terlaksananya optimalisasi
terhadap aset, sumber daya,
dan kapabilitas TI
15 25 40
Terlaksananya realisasi
benefit terhadap investasi IT-
enabled dan portofolio
layanan.
12 16 28
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
154
Universitas indonesia
Terlaksananya transparansi
terhadap IT costs, benefits
dan risk
20 25 45
Tersedianya aplikasi yang
memberikan benefit, on time,
on budget, dan memenuhi
requirement serta standar
kualitas
12 20 32
Terjaganya keamanan dari
informasi, aplikasi, dan
infrastruktur pendukung
12 25 37
Tersedianya dukungan
terhadap business process
melaui pengintegrasian
aplikasi dan teknologi
kedalam business process
9 9 18
Penilaian Perspektif Customer oleh CIO dan Manajer Departemen TI
Sasaran Strategis CIO Manajer Total Poin
Tersedianya aplikasi,
informasi, dan solusi
teknologi yang handal
12 25 37
Tersedianya TI yang agile
(lincah) 15 25 40
Tersedianya layanan yang
berkesinambungan 12 25 37
Tersedianya pelayanan
terhadap demand 16 20 36
Terlaksananya Knowledge-
Sharing 20 20 40
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
155
Universitas indonesia
Dilakukannya training
terhadap implementasi
aplikasi baru
9 25 34
Penilaian Perspektif Internal Process oleh CIO dan Manajer Departemen TI
Kelompok Sasaran Strategis CIO Manajer Total
Poin
Peren-
canaan
Terlaksananya IT
Strategy
Management
20 25 45
Terlaksananya
Enterprise
Architecture
Management
12 25 40
Terlaksananya
Portfolio
Management
12 25 37
Terlaksananya
Service Agreement
Management
12 25 37
Pengemba-
ngan
Dilakukannya
Project And
Program
Management
12 25 37
Dilakukannya
Requirement
Definition
Management
9 25 34
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
156
Universitas indonesia
Dilakukannya
pengkinian
terhadap teknologi
12 25 37
Dilakukannya
Service Request
and Incident
Management
9 25 34
Dilakukannya
pengembangan
terhadap
implementasi TI
yang dapat
mendukung
manajemen
8 16 24
Dilakukannya
Solution
Identification and
Build Management
9 25 34
Pengeloaan
Terselenggaranya
manajemen
terhadap keamanan
informasi dan
keamanan TI
15 25 37
Terlaksananya
Service Quality
Management
9 9 18
Terlaksananya
Knowledge-
Management
9 25 34
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
157
Universitas indonesia
Terlaksananya
Budget and Cost
Management
16 9 25
Terlaksananya
Operation
Management
12 9 21
Terlaksananya
manajemen
terhadap risiko
bisnis yang
berhubungan
dengan TI
12 9 21
Terlaksananya
Service Continuity
Management
9 16 25
Terselenggaranya
manajemen
terhadap supplier
(vendor)
9 9 18
Penilaian Perspektif Learn and growth oleh CIO dan Manajer Departemen
TI
Kelompok Sasaran
Strategis CIO Manajer
Total
Point
Human
Capital
Memiliki SDM
yang
berkompetensi
dan memiliki
motivasi
20 25 45
Terselenggaranya
human Resource 16 9 25
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
158
Universitas indonesia
Management di
departemen TI
Information
Capital
Tersedianya
informasi yang
handal dan
berguna untuk
membuat
keputusan
15 25 40
Organisation
Capital
Dilaksanakannya
kepatuhan TI
terhadap bisnis
dan mendukung
kepatuhan bisnis
terhadap hukum
dan regulasi
eksternal
9 9 18
Setelah melakukan penghitungan total dari hasil penilaian terhadap sasaran strategis
yang telah dinilai oleh CIO dan manajer departemen TI, maka langkah berikutnya
adalah peneliti melakukan pemilihan terhadap 20 sasaran strategis departemen TI
yang memiliki nilai tertinggi. Dengan demikian didapatkanlah 20 sasaran strategis
baru berdasarkan hasil pengurangan terhadap 37 sasaran strategis yang telah
didapatkan sebelumnya. Berikut adalah tabel yang berisikan 20 sasaran strategis
yang memiliki nilai tertinggi hasil dari pengurangan dari 37 sasaran strategis
tersebut:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
159
Universitas indonesia
Tabel 22. Sasaran Strategis baru hasil pengurangan
Perspektif Kode Sasaran Strategis
Corporate
Contribution
SS1 Tersedianya strategi TI yang selaras dengan strategi
bisnis
SS1 Terlaksananya penyampaian terhadap layanan TI yang
sejalan dengan kebutuhan bisnis
SS3 Terlaksananya optimalisasi terhadap aset, sumber daya,
dan kapabilitas TI
SS4 Terlaksananya transparansi terhadap IT costs, benefits
dan risk
SS5 Terjaganya keamanan dari informasi, aplikasi, dan
infrastruktur pendukung
Customer
SS6 Tersedianya aplikasi, informasi, dan solusi teknologi
yang handal
SS7 Tersedianya TI yang agile (lincah)
SS8 Tersedianya layanan yang berkesinambungan
SS9 Terlaksananya Knowledge-Sharing
Internal
Process
SS10 Terlaksananya IT Strategy Management
SS11 Terlaksananya Enterprise Architecture Management
SS12 Terlaksananya Portfolio Management
SS13 Terlaksananya Service Agreement Management
SS14 Dilakukannya Project And Program Management
SS15 Terlaksananya Budget and Cost Management
SS16 Dilakukannya pengkinian terhadap teknologi
SS17 Terselenggaranya manajemen terhadap keamanan
informasi dan keamanan TI
Learn and
Grow
SS18 Memiliki SDM yang berkompetensi dan memiliki
motivasi
SS19 Tersedianya informasi yang handal dan berguna untuk
membuat keputusan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
160
Universitas indonesia
SS20
Dilaksanakannya kepatuhan TI terhadap bisnis dan
mendukung kepatuhan bisnis terhadap hukum dan
regulasi eksternal
Dari penjabaran terhadap hasil pengurangan sasaran-sasaran strategis deartemen TI
yang ada pada tiap perspektif diatas, peneliti melakukan penyusunan kembali
terhadap sasaran strategis yang baru kedalam bentuk Peta Strategi sesuai dengan
format yang diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton. Oleh sebab itu, akan didapat
peta strategi yang baru untuk departemen TI dan penyusunan kembali balanced
scorecard departemen TI. Untuk lebih jelas mengenai Peta Strategi baru
departemen TI tersebut, dapat dilihat pada gambar dibawah:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
161
Universitas indonesia
Gambar 25. Peta Strategi baru
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
162
Universitas indonesia
5.6 Balanced Scorecard Departemen TI yang Baru.
Pada penyusunan balanced scorecard dan peta strategi yang telah dilakukan
sebelumnya, terdapat 37 sasaran strategis dan 176 Indikator Kinerja Utama. Hal
tersebut tentunya terlalu banyak dan akan sulit untuk diterapkan oleh departemen
TI. Disamping itu juga menurut Kaplan dan Norton jumlah tersebut tidaklah ideal,
karena sasaran strategis organisasi tidak boleh lebih dari 20 sasaran dan Indikator
Kinerja Utama tidak boleh lebih dari 30. Oleh sebab itu, langkah berikutnya adalah
peneliti melakukan pengurangann terhadap sasaran strategis yang telah didapat
sebelumnya berdasarkan tingkat urgensi dan dampak terhadap sasaran strategis
tersebut.
Setelah melakukan proses pengurangan terhadap sasaran strategis berdasarkan
tingkat urgensi dan dampak, maka peneliti mendapat 20 sasaran strategis dan 26
Indikator Kinerja Utama. Proses pengurangan Terhadap Indikator Kinerja Utama
juga dilakukan oleh CIO. Dalam proses pengurangan terhadap Indikator Kinerja
Utama ini, peneliti memberikan daftar sasaran strategis baru yang berjumlah 20
sasaran strategis berikut dengan Indikator Kinerja Utama yang belum dikurangi lalu
meminta CIO untuk memilih Indikator Kinerja Utama mana saja yang akan
diterapkan per tiap-tiap sasaran strategis yang ada.
Setelah dilakukan pengurangan seperti yang telah peneliti jelaskan sebelumnya,
maka langkah selanjutnya peneliti kembali menyusun balanced scorecard
departemen TI. Balanced scorecard ini akan menjelaskan lebih rinci tentang
masing-masing sasaran strategis departemen TI yang baru dalam tiap perspektif.
Seperti yang telah peneliti jelaskan sebelumnya, penyusunan Indikator Kinerja
Utama departemen TI didapatkan berdasarkan sasaran-sasaran strategis yang
terdapat pada tiap perspektif balanced scorecard. Oleh sebab itu, pada balanced
scorecard departemen TI yang baru ini juga terdapat Indikator Kinerja Utama baru
berdasarkan hasil pengurangan yang telah dilakukan oleh CIO departemen TI.
Untuk lebih jelas mengenai balanced scorecard dan Indikator Kinerja Utama
departemen TI tersebut, dapat dilihat pada tabel dibawah:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
163
Universitas indonesia
PERSPEKTIF SASARAN STATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA INISIATIF STRATEGIS
CORPORATE
CONTRIBUTION
SS1 Tersedianya strategi TI yang
selaras dengan strategi bisnis
Persentase dari strategic goals
dan requirementsdari enterprise
yang didukung dalam strategic
goals TI
SS2
Terlaksananya penyampaian
terhadap layanan TI yang
sejalan dengan kebutuhan
bisnis
persentase dari kepuasan
pengguna terhadap kualitas dari
penyampaian layanan TI
SS3
Terlaksananya optimalisasi
terhadap aset, sumber daya,
dan kapabilitas TI
Tingkat kepuasan dari eksekutif
bisnis dan TI terhadap
pembiayaan dan kemampuan TI
SS4
Terlaksananya transparansi
terhadap IT costs, benefits dan
risk
Tingkat kepuasan dari key
stakeholder mengenai
transparansi, dapat dimengerti,
dan akurasi dari informasi
finansial TI. (hasil survey)
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
164
Universitas indonesia
SS5
Terjaganya keamanan dari
informasi, aplikasi, dan
infrastruktur pendukung
Jumlah dari insiden security yang
menyebabkan financial loss dan
teganggunya bisnis
Jumlah dari layanan TI yang
membutuhkan securuty
requirement yang tinggi
CUSTOMER
SS6
Tersedianya aplikasi,
informasi, dan solusi
teknologi yang handal
Persentase dari business process-
owner yang puas terhadap
dukungan produk dan layanan TI
SS7 Tersedianya TI yang agile
(lincah)
Jumlah dari business process
utama yang didukung oleh
aplikasi dan infrastruktur TI yang
up-to-date
SS8 Tersedianya layanan yang
berkesinambungan
Jumlah dari gangguan terhadap
bisnis selama terjadinya
gangguan terhadap layanan TI
SS9 Terlaksananya knowledge-
sharing
Jumlah dari penggunaan
knowledge dan sharing
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
165
Universitas indonesia
knowledge dari user yang telah
di-training
INTERNAL
PROCESS
Perencanaan
SS10 Terlaksananya IT Strategy
Management
Persentase dari sasaran strategis
TI yang mendukung sasaran
strategis enterprise
Persentase dari sasaran strategis
enterprise yang ditunjukkan
dalam sasaran strategis TI
Penyelarasan terhadap
semua aspek dari sasaran
strategi TI dengan
sasaran strategi
enterprise
Dikakukannya
penyusunan terhadap
tujuan jangka pendek
yang merupakan
penurunan dari tujuan
jangka panjang yang
dapat diubah ke dalam
perencanaan operasional
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
166
Universitas indonesia
Tercapainya tujuan TI
sebagai value driver
untuk enterprise
SS11
Terlaksananya
EnterpriseArchitecture
Management
Persentase dari proyek yang
menggunakan framework dan
metodologi untuk menggunakan
ulang komponen yang telah
terdefenisi
Memiliki asrisektur dan
standar yang efektif
dalam mendukung
enterprise
Memiliki framework
arsitektur enterprise dan
metodologi yang umum
seperti repository yang
digunakan dapat
digunakan kembali
dengan efisien lintas
enterprise
SS12 Terlaksananya Portfolio
Management
Tingkat kepuasan dari pihak
manajemen enterprise terhadap
Dilakukannya
pendefenisian dan
penyelarasan terhadap
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
167
Universitas indonesia
kontribusi TI dalam strategi
enterprise
Persentase dari keterlibatan unit
bisnis dalam proses evaluasi dan
prioritisasi
investasi dengan strategi
enterprise
Menyediakan dan
mengidentifikasi sumber
pendanaan investasi
Dilakukannya evaluasi
dan prioritisasi terhadap
program yang terdapat
dalam business case
sebelum dilakukan¬nya
pendanaan
Tersedianya monitoring
yang akurat dan
komperhensif terhadap
kinerja dari portofolio
investasi
Dilakukannya pemastian
jika terjadi perubahan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
168
Universitas indonesia
dalam program investasi
agar tetap
merefkleksikan layanan
TI, asset, dan sumber
daya portofolio
Dilakukannya
monitoring terhadap
benefit untuk
memastikan
terealisasinya benefit
yang dijanjikan
SS13 Terlaksananya Service
Agreement Management
Persentase dari layanan TI yang
berjalan yang dilakukan
berdasarkan service agreement
Persentase dari kepuasan
pengguna terhadap penyampaian
layanan yang sesuai dengan SLA
(services level agreement)
Tersedianya katalog
yang berisikan daftar
layanan TI yang
terdefenisi dengan baik
Tersedianya
kesepakantan yang
merefleksikan antara
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
169
Universitas indonesia
Jumlah pelanggaran dari layanan
TI terhadap SLA
kebutuhan bisnis dan
kapabilitas TI
Tersedianya kinerja
layanan TI yang sesuai
dengan kesepakatan
dalam service agreement
Pengembangan
SS14 Dilakukannya Project And
Program Management
Persentase dari aktifitas yang
selaras dengan scope dan
outcomes yang diharapkan
Melibatkan stakeholder
yang relevan dalam
program dan proyek
Dilakukannya pemastian
terhadap scope dan
outcomes dari program
dan proyek yang dibuat
dapat dicapai dan selaras
dengan sasaran strategis
Dipastikannya tujuan
dari perencanaan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
170
Universitas indonesia
program dan proyek
dapat mencapai outcome
yang diharapkan
Dilakukannya eksekusi
terhadap program dan
proyek sesuai
perencanaan
Dipastikannya
kecukupan sumber daya
dari program dan proyek
untuk dapat berjalan
sesuai rencana
Dipastikannya benefit
dari program dan proyek
dapat dicapai dan
diterima
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
171
Universitas indonesia
SS15 Terlaksananya Budget and
Cost Management
Jumlah penytimpangan antara
kategori budget yang diharapkan
dengan actual budget
Memastikan transparansi
budget
TI sesuai dengan
pengeluaran yang
direncanakan
Melakukan prioritasi
terhadap alokasi sumber
daya untuk inisiatif TI
berdasarkan kebutuhan -
enterprise
Melakukan
pengalokasian terhadap
cost untuk pelayanan
dengan wajar
Melakukan komparasi
terhadap budget dan
actual cost dengan akurat
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
172
Universitas indonesia
SS16 Dilakukannya pengkinian
terhadap teknologi
Jumlah update, patching, dan
upgrade terhadap aplikasi dan
infrastruktur yang ada
Melakukan update,
patching, dan upgrade
terhadap aplikasi dan
infrastruktur yang ada
Pengelolaan
SS17
Terselenggaranya manajemen
terhadap keamanan informasi
dan keamanan TI
Jumlah vulnerability yang
ditangani
Jumlah insiden yang
berhubungan dengan keamanan
phsycal
Dilakukannya
pengamanan terhadap
jaringan dan informasi
untuk memenuhi
kebutuhan bisnis
Dilakukannya
perlindungan terhadap
informasi yang
disimpan, diproses, dan
ditransmisikan
Dilakukannya
pengidentifikasian
terhadap setiap user
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
173
Universitas indonesia
Dilakukannya
implementasi terhadap
pengukuran physical
untuk melindungi
informasi dari
unauthorized access,
kerusakan, dan
interferensi ketika
sedang diproses,
disimpan, dan
ditransmisikan
Dilakukannya
pemngamanan terhadap
informasi elektronik,
baik ketika disimpan,
ditransmisikan, maupun
dihancurkan
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
174
Universitas indonesia
Learn and growth
Human Capital
SS18
Memiliki SDM yang
berkompetensi dan memiliki
motivasi
Persentase dari karyawan yang
memiliki kemampuan di bidang
TI yang diberikan tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan
kemampuannya
Terselenggaranya
training terhadap
karyawan
Information Capital
SS19
Tersedianya informasi yang
handal dan berguna untuk
membuat keputusan
Jumlah insiden yang terjadi di
business processdikarenakan
tidak tersedianya informasi
Menyediakan model
arsitektur sistem
informasi untuk
pengambilan keputusan
Organisation Capital
SS20
Dilaksanakannya kepatuhan
TI terhadap bisnis dan
mendukung kepatuhan bisnis
terhadap hukum dan regulasi
eksternal
Jumlah issue mengenai ketidak
patuhan yang berhubungan
dengan kesepakatan kontrak
dengan penyedia layanan TI
Melakukan kepatuhan
terhadap kebijakan
internal organisasi
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
Universitas indonesia
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian yang telah
dibahas pada bab sebelumnya. Subbab kesimpulan merupakan bagian yang
membahas mengenai jawaban dari research question penelitian yang telah
dijabarkan pada bab pendahuluan. Selanjutnya pada subbab saran merupakan saran
bagi pihak manajemen departemen TI di PT Mercedes-Benz Indonesia dan bagi
penelitian selanjutnya.
6.1 Kesimpulan
Seperti telah dibahas pada bab pendahuluan, penelitian ini memiliki tujuan spesifik
yaitu menyusun Indikator Kinerja Utama untuk departemen TI di PT Mercedez-
Benz Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan research question (pertanyaan
penelitian) sebagai berikut: “Bagaimanakah Indikator Kinerja Utama yang dapat
mengukur kinerja departemen TI secara keseluruhan pada PT Mercedes-Benz
Indonesia”. Berdasarkan analisis dan pembahasan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Penelitian ini menghasilkan 20 sasaran strategis dan 26 Indikator Kinerja
Utama yang didapat dari proses cascading ITM Operating Model terhadap
kerangka kerja COBIT 5, dan penggunaan konsep strategy maps, serta
balanced scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton.
Sasaran strategis dan Indiktor Kinerja Utama tersebut dapat dilihat pada tabel
dibawah:
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
Universitas indonesia
Tabel 23. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama
SASARAN STATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA
SS1 Tersedianya strategi TI yang selaras dengan
strategi bisnis
Persentase dari strategic goals dan requirements dari enterprise yang
didukung dalam strategic goals TI
SS2
Terlaksananya penyampaian terhadap
layanan TI yang sejalan dengan kebutuhan
bisnis
persentase dari kepuasan pengguna terhadap kualitas dari
penyampaian layanan TI
SS3 Terlaksananya optimalisasi terhadap aset,
sumber daya, dan kapabilitas TI
Tingkat kepuasan dari eksekutif bisnis dan TI terhadap pembiayaan
dan kemampuan TI
SS4 Terlaksananya transparansi terhadap IT costs,
benefits dan risk
Tingkat kepuasan dari key stakeholder mengenai transparansi, dapat
dimengerti, dan akurasi dari informasi finansial TI. (hasil survey)
SS5 Terjaganya keamanan dari informasi,
aplikasi, dan infrastruktur pendukung
Jumlah dari insiden security yang menyebabkan financial loss, dan
teganggunya bisnis
Jumlah dari layanan TI yang membutuhkan securuty requirement
yang tinggi
SS6 Tersedianya aplikasi, informasi, dan solusi
teknologi yang handal
Persentase dari business process owner yang puas terhadap dukungan
produk dan layanan TI
SS7 Tersedianya TI yang agile (lincah) Jumlah dari business process utama yang didukung oleh aplikasi dan
infrastruktur TI yang up-to-date
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
177
Universitas indonesia
SS8 Tersedianya layanan yang berkesinambungan Jumlah dari gangguan terhadap bisnis selama terjadinya gangguan
terhadap layanan TI
SS9 Terlaksananya knowledge-sharing Jumlah dari penggunaan knowledge dan sharing knowledge dari user
yang telah di-training
SS10 Terlaksananya IT Strategy Management
Persentase dari sasaran strategis TI yang mendukung sasaran strategis
enterprise
Persentase dari sasaran strategis enterprise yang ditunjukkan dalam
sasaran strategis TI
SS11 Terlaksananya Enterprise Architecture
Management
Persentase dari proyek yang menggunakan framework dan metodologi
untuk menggunakan ulang komponen yang telah terdefenisi
SS12 Terlaksananya Portfolio Management
Tingkat kepuasan dari pihak manajemen enterprise terhadap
kontribusi TI dalam strategi enterprise
Persentase dari keterlibatan unit bisnis dalam proses evaluasi dan
prioritisasi
SS13 Terlaksananya Service Agreement
Management
Persentase dari layanan TI yang berjalan yang dilakukan berdasarkan
service agreement
Persentase dari kepuasan pengguna terhadap penyampaian layanan
yang sesuai dengan SLA (services level agreement)
Jumlah pelanggaran dari layanan TI terhadap SLA
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
178
Universitas indonesia
SS14 Dilakukannya Project And Program
Management
Persentase dari aktifitas yang selaras dengan scope dan outcomes yang
diharapkan
SS15 Terlaksananya Budget and Cost Management Jumlah penytimpangan antara kategori budget yang diharapkan
dengan actual budget
SS16 Dilakukannya pengkinian terhadap teknologi Jumlah update, patching, dan upgrade terhadap aplikasi dan
infrastruktur yang ada
SS17 Terselenggaranya manajemen terhadap
keamanan informasi dan keamanan TI
Jumlah vulnerability yang ditangani
Jumlah insiden yang berhubungan dengan keamanan phsycal
SS18 Memiliki SDM yang berkompetensi dan
memiliki motivasi
Persentase dari karyawan yang memiliki kemampuan di bidang TI
yang diberikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
kemampuannya
SS19 Tersedianya informasi yang handal dan
berguna untuk membuat keputusan
Jumlah insiden yang terjadi di business process dikarenakan tidak
tersedianya informasi
SS20
Dilaksanakannya kepatuhan TI terhadap
bisnis dan mendukung kepatuhan bisnis
terhadap hukum dan regulasi eksternal
Jumlah issue mengenai ketidak patuhan yang berhubungan dengan
kesepakatan kontrak dengan penyedia layanan TI
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
Universitas indonesia
2. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti kesulitan dalam mendapatkan
dokumen-dokumen pendukung dikarenakan tidak tersedianya dokumen
yang dimaksud, sehingga peneliti menemukan kendala dalam pemenuhan
syarat dalam kerangka teori ideal yang telah dibuat sebelumnya, oleh sebab
itu peneliti harus membuat kerangka teori baru untuk menyesuaikan dengan
as is condition pada tempat studi kasus, yaitu: departemen TI di PT
Mercedez-Benz Indonesia.
6.2 Saran
Setelah melakukan penelitian, berikut adalah saran bagi departemen TI di PT
Mercedez-Benz Indonesia: Agar implementasi terhadap pengukuran kinerja
departemen TI dapat dijalankan, maka peneliti menyarankan untuk:
1. Dalam penerapan pengukuran kinerja, diperlukan adanya komitmen penuh
dari pimpinan.
2. Perlu untuk membentuk struktur organisasi formal dalam
pengimplementasian terhadap Indikator Kinerja Utama agar dapat
mengukur kinerja departemen TI, dan melakukan improvement terhadap
tata kelola TI.
3. Dalam penerapan pengukuran kinerja ini, memerlukan efford yang tinggi
dan membutuhkan waktu, untuk itu disarankan untuk melakukan
implementasi secara bertahap.
4. Perlu melakukan sosialisasi menyeluruh terhadap karyawan.
5. Melakukan cascading IKU terhadap divisi-divisi yang ada dibawah
departemen TI
Saran untuk penelitian selanjutnya:
1. Melakukan evaluasi terhadap implementasi Indikator Kinerja Utama pada
departemen TI.
2. Melakukan pengukuran tingkat maturitas tata kelola departemen TI.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
180
Universitas indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Applegate, L. M., Austin, R. D., & Soule, D. L. (2009). Corporate Information
Strategy and Management 8th Edition. New York: Mc Graw Hill.
Grembergen, W. V., & Haes, S. D. (2005). Measuring and Improving IT
Governance through the Balanced Scorecard. Information System Control,
Volume 2, 8.
Grembergen, Wim Van; Saull, Ronald;. (2001). Aligning Business and
Information Technology Through the Balanced Scorecard at a Major
Canadian Financial Group: its Status Measured with an IT BCS Maturity
Model. Proceeding 0f the 34th Hawaii International Conference on
System Science, 10.
Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (1996). Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi
Menjadi Aksi. Harvard Business School.
Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (2004). Strategy Maps: Converting intangible
assets into tangible outcomes. Boston: Harvard Bussiness School Press.
Keyes, J. (2005). Implementing the IT Balanced Scorecard: Aligning IT with
Corporate Strategy. Florida: Auerbach Publications.
Luis, S., & Biromo, P. A. (2007). Step by Step In Cascading Balanced Scorecard
to Function Scorecard. Jakarta: PT Gramedia.
Manalu, S. R. (2013). Implementasi Information Technology Balanced Scorecard
pada Organisasi Non Profit: Studi Kasus Direktorat Teknologi Informasi
Yayasan XYZ. Jakarta: Universitas Indonesia.
Mulyadi. (2007). Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis
Balanced Scorecard. Yogyakarta: UPP - STIM YKPN.
Niven, P. R. (2006). Balanced Scorecard Step-by-Step: Maximizing Performance
and Maintaining Results. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Parmenter, D. (2007). Key Performance Indicators. New Jersey: John Wiley &
Sons, Inc.
Permana, H. E. (2013). Pemetaan strategi Teknologi Informasi Menggunakan
Information Technology Balanced Scorecard, dan Cobit 5: Studi Kasus
Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi Jakarta. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
181
Universitas indonesia
Wulandari, A. (2013). Evaluasi Indikator Kinerja Utama Biro Teknologi
Informasi: Studi Kasus Badan Pemeriksaan Keuangan. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
Universitas indonesia
LAMPIRAN
Wawancara : I
Narasumber : Maya Budiwati
Jabatan : Manajer Information Technology Management
Tanggal : 27 Agustus 2013 (via email)
1. Apakah ITM divisi yg menangani seluruh kebutuhan/permasalahan TI yg ada?
Atau hanya menangani aplikasi dan bisnis proses saja? (Kalau tidak, divisi apa
yang menangani TI secara keseluruhan)
IT menangani hampir seluruh permasalahan yang ada: Infrastruktur,
applikasi dan business process.
2. Apakah visi misi, tugas serta tanggung jawab ITM?
Secara specifik Visi dan misi IT belum saya temukan, tetapi tugas dan
tanggung jawab dari masing2 personal IT sesuai dengan jobdes masing2
3. Apakah Core Business dari ITM termasuk divisi After Sales?
Ruang lingkup support IT mencakup keseluruhan dari Production, sales
dan after sales
4. Dari Visi, Misi, dan Tanggung Jawab ITM tersebut, apakah ada ekspektasi
yang belum tercapai? Apakah ekspektasi yang belum tercapai tersebut?
Ekspektasi yang belum tercapai adalah KPI dari IT sendiri yang mana
ditargetkan 75 % dari tiket yang masuk harus closed sesuai dengan
prioritynya
5. Dalam menjalankan fungsinya, permasalahan/kendala apa sajakah yg dialami
ITM?
Komunikasi, sering terjadi miskomunikasi antar karyawan terutama
tentang ticketing
6. Dalam menjalankan fungsinya, apakah ITM sudah memiliki SOP dan KPI?
Apakah sudah tercapai?
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
183
Universitas Indonesia
SOP dan WI ada, KPI belum tercapai, kami dr IT sedang berupaya
untuk mencapai KPI
7. Dalam pengembangan aplikasi yg dibutuhkan sekarang atau yg masa
mendatang, apakah sudah memiliki blueprint/IT Masterplan?
Blue print secara keseluruhan belum ada, beberapa sudah ada
8. Aplikasi apa saja yg sedang berjalan?
Ada banyak applikasi baru yang akan/sudah di implement: RWCS,
REKA ii, Web Parts, XSF, dll
9. Mengenai KPI, apakah sudah ada KPI khusus untuk mengukur kinerja TI pada
divisi after sales?
Untuk saat ini belum ada KPI khusus seperti yang dimaksud
10. bagaimanakah waktu, cara pengukurannya
KPI after sales diukur berkala, yaitu bulanan dan hasilnya akan
dilaporkan, mengenai cara pengukurannya, manajemen menggunakan
CISM.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
184
Universitas Indonesia
Wawancara : II
Narasumber : Maya Budiwati
Jabatan : Manajer Information Technology Management
Tanggal : 13 September 2013
1. Apakah ada kondisi yang diharapkan untuk saat ini atau masa yang akan datang
yang belum tercapai pada saat ini?
Ada, yaitu salah satu dari misi Daimler (Mercedes-Benz) yang berada di
jerman (pusat) menyatakan bahwa “IT drives the business”.Dan misi
tersebut diinstruksikan agar diterapkan di seluruh regional (seluruh
Negara) yang ada Mercedes-Benz nya. Termasuk Indonesia.
2. Lalu, bagaimanakah kondisi saat ini?
Pada saat ini, kami masih dalam kondisi men-support unit bisnis, dan
disibukkan dengan problem solving yang dialami user. Sehingga tidak
memiliki waktu untuk mengananlisis apa sih sebenarnya permasalahan
yang sebenarnya terjadi dan mencari solusi-solusi dan inovasi-inovasi yang
tepat terhadap permasalahan yang ada dan sering terjadi. Akibatnya IT
pada saat ini belum bisa men-drive bisnis dan masih tetap di posisi support.
3. Apakah ada data yang dapat mendukung pernyataan tersebut, seperti dokumen
yang menyatakan misi dari Daimler pusat dan data yang menyatakan kalau
kondisi sekarang masih di support?
Mengenai data tending misi dari Daimler, ada di email saya. Nanti saya
cari dulu ya..kalau data mengenai posisi support dapat dilihat di aplikasi
CISM, disini terdapat banyak tiket (laporan permasalahan) dari user.
Kami disibukkan dengan penanganan permasalahan-permasalahan
tersebut yang terkadang terdapat pelaporan permasalahan yang mirip dan
berulang-ulang. Jadi, kami blm bisa berfikir dan bertindak out of the box
agar dapat men-drive bisnis.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
185
Universitas Indonesia
4. Apakah tidak ada semacam knowledge management sehingga tidak terjadinya
pelaporan permasalahan yang mirip dan berulang?
Saat ini belum. Sering juga terjadi keluarnya knowledge dari organisasi
karena karyawan yang diberikan pelatihan dan ahli dibidang tertentu
mengundurkan diri.
5. Pada wawancara sebelumnya ibu pernah bilang kalau CISM juga dihitung
sebagai pengukuran IKU, berarti dari aplikasi CISM dilakukan pengukuran
kinerja dan dengan data banyaknya pelaporan permasalahan (tiket) dari user
juga bisa dijadikan pendukung kalau departemen TI masih bergerak sebagai
support?
Ya, benar
6. Lalu adakah data pendukung lain?
Yaa, seperti yang dikatakan sebelumnya, mungkin karna kesibukan dalam
penanganan masalah yang dialami user, kami saat ini masih belum bisa
berinovasi dan memberikan ide-ide segar ke unit bisnis.
7. Mengenai melayani kebutuhan unit besnis mengenai TI, seperti pengembangan
aplikasi, proyek TI yang dibutuhkan unit bisnis dan lain-lain bagaimana bu?
Setiap tahunnya kami menanyakan kebutuhan merekan dan menyusun
roadmap pengerjaannya lalu dikerjakan.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014
186
Universitas Indonesia
Wawancara : III
Narasumber : Maya Budiwati
Jabatan : Manajer Information Technology Management
Tanggal : 26 September 2013
Apakah ada ekspektasi dari top level management dibidang TI yang belum
tercapai pada saat ini?
Ada, berkaitan dengan pengukuran kinerja. Kami belum memiliki sistem
pengukuran kinerja yang dapat mengukur kinerja TI secara keseluruhan.
Lalu, kinerja apa saja yang telah diukur dan bagaimana cara mengukurnya?
Selama ini yang diukur adalah kinerja karyawan saja, melalui aplikasi CISM,
absensi dan informasi yang diterima dari karyawan lain, serta complain dari user
(pelaporan informal).
Apakah aplikasi CISM itu, dan bagaimana ia mengukur kinerja karyawan?
Karna ITM belum memiliki KPI, jadi pengukuran kinerja karyawan sementara
melalui sebuat tools ticketing system yaitu aplikasi CISM. CISM adalah aplikasi
pelaporan dari user jika terjadi permasalahan dibidang TI (biasanya pada aplikasi
yang digunakan). Jika terjadi permasalahan, user melaporkan melalui aplikasi
tersebut. tiap 1 laporan, akan terdapat 1 ticket pada aplikasi CISM. Saat ini,
pengukuran kinerja karyawan TI yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah
berdasarkan status dari ticket tersebut. Yang dikukur adalah respons time karyawan
berdasarkan status ticket (prioritas atau tidak), jumlah ticket yang solved, cara
penyelesaian masalah, knowledge dan lain-lain.
Penyusunan indikator ..., Alfi Wahyudi, Fasilkom UI, 2014