Upload
prayoto
View
1.556
Download
5
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
Unforgettable Moments
in
My Life
YogyakartaDecember, 2009
(in Celebration of January 17, 2010)
Tahu
n 19
54 (K
elas
3 S
MA
)
Unforgettable Momentsin My Life
byPrayoto
I love listening and playingclassical music
on guitar and piano
YogyakartaDecember 2009
(in Celebration of January 17, 2010)
Kenangan Tak Terlupakandalam Hidupku
byPrayoto
Saya gemar mendengarkan dan main Musik klasikPada gitar dan piano
YogyakartaDesember 2009
(untuk Mengenang 17 Januari 2010)
Introduction
This is a story that thus far remained hidden in my memory. But then, on the suggestion of the members of my family, I tried to put it down in writing for others to read. To my recollection, life turned out to be struggle, survival, persistence and determination, and sometimes despair and helplessness. It has been a very long journey, though sometimes full of hardship, but other times it was joyful and unforgettable.
I wrote this story on the occasion of the 50th anniversary of my wedding with my beloved wife Setyaningsih.
Prayotohttp://prayoto.50webs.com
http://[email protected]
Pengantar
Cerita ini sudah lama tersimpan dalam pikiranku. Kemudian, atas saran para anggota keluargaku, saya ingin mencoba menuliskannya supaya bisa dibaca oleh orang lain. Seingat saya, kehidupan itu selalu merupakan perjuangan, memerlukan kemampuan bertahan, ketangguhan, keteguhan hati, dan kadangkadang juga diwarnai oleh keputusasaan dan ketidakberdayaan. Kehidupan saya sudah merupakan perjuangan yang sangat panjang, kadangkadang penuh penderitaan dan kesusahan, tetapi sering kali juga penuh kebahagiaan dan yang jelas telah memberikan kesan yang takterlupakan bagiku.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku vii
Saya menulis cerita ini sebagai kenangan dalam kaitannya dengan hari ulang tahun perkawinan saya yang ke50 dengan istri saya yang tersayang Setyaningsih, pada tanggal 17 Januari 2010 nanti.
Prayotohttp://prayoto.50webs.com
http://[email protected]
ContentsTitle iiIntroduction ivContents viii Childhood Memories 2Schooling Years 18My Marriage 24Graduate Studies 30Life during Difficult Years 36Doctoral Study 44Life with Mrs. Billy Knight 50Returning Home with a Doctor’s Degree 54Experience with BATAN 58Development of SKS System 64Back at the Physics Department 70Training University Administration 76Managing Academic Institution 82
Daftar IsiJudul iiiPengantar vDaftar Isi ix Kenangan Masa Kecil 3Tahun-Tahun Pendidikan 19Pernikahan Saya 25Kelulusan 31Hidup dalam Masa-Masa Sulit 37Kuliah S3 45Hidup dengan Mrs. Billy Knight 51Pulang dengan Gelar Doktor 55Pengalaman dengan BATAN 59Pengembangan Sistem SKS 65Kembali ke Jurusan Fisika 71Pelatihan Administrasi Perguruan Tinggi 77Mengelola Institusi Akademis 83
Unforgettable Moments in My Lifex
Promoting Post Graduate Students 86Preoccupation after Retirement 94 Closing 102Acknowledgement 106
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku xi
Membimbing Mahasiswa Pasca Sarjana 87Jabatan Baru Setelah Pensiun 95 Penutup 103Ucapan Terima Kasih 107
Unforgettable Moments in My Lifexii
Bapak (Tahun 1959)
Ibu (Tahun 1959)
I was born in Yogyakarta about four years before World War II, on January 31, 1936 to be exact, as the youngest child out of two elder brothers and three sisters. My father was a clerk in a government pawn house during the Dutch colonial rule. Being active in some political movement, my father was moved about from one city to the other, from Yogya to Temanggung, then to Pekalongan and Purworejo, then Kartasura before my family finally settled in Solo, where my father was appointed as the headmaster of Tjokronegaran government pawn house. I was about six years old by then. It was at this point that I was experiencing the transition
Childhood Memories
Unforgettable Moments in My Life2
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 3
Saya dilahirkan di Yogyakarta kirakira empat tahun sebelum dimulainya Perang Dunia II, tepatnya pada tanggal 31 Januari 1936. Ayah saya adalah seorang pegawai pada sebuah pegadaian negeri pada zaman penjajahan Belanda. Karena beliau banyak terlibat dalam pergerakan nasional pada waktu itu, maka beliau sering kali dipindahpindah oleh pemerintah Belanda pada waktu itu. Mulanya dari Yogya ke Temanggung, ini terjadi saat saya berumur sekitar satu tahun. Kemudian semasa saya berumur antara 2 sampai 4 tahun, berturutturut dipindahpindah lagi, pertama ke Pekalongan, lalu ke Purworejo, dan kemudian ke Kartasura.
Kenangan Masa Kecil
Unforgettable Moments in My Life4
from the former Dutch colonial rule to the Japanese occupation era. It was also the beginning of my schooling years.
I spent the first three years of my elementary schooling at a catholic school for practical reason. That is, because the school at Purbayan was very close to my home at Tjokronegaran, Solo. It was only a walking distance from my home. When I was at the third grade of elementary school, my father was moved again to Karanganom, near Klaten where he was made the headmaster of the pawn house there.
I spent the last three years of my elementary schooling still in Karanganom. My recollection of Karanganom (at that time) was a small, quiet, and comfortable village with green gardens and plantations, quite a good proportion of Dutch population who ran a
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 5
Saat inilah kirakira terjadi peralihan dari zaman penjajahan Belanda ke zaman pendudukan Jepang. Pada awal zaman pendudukan Jepang ini, ayah saya dipindah lagi ke Solo, di mana beliau diangkat menjadi kepala (pada waktu itu disebut Beheerder) dari rumah pegadaian negeri di Tjokronegaran. Pada saat inilah saya memulai pendidikan saya di sekolah dasar, pada waktu itu disebut sekolah rakyat.
Saya mulai pendidikan sekolah dasar saya di sebuah sekolah katolik (Sekolah Kanisius) di Purbayan Solo. Alasannya karena sekolah ini jaraknya sangat dekat dengan rumah dinas ayah saya di Tjokronegaran, hanya cukup jalan kaki lewat belakang rumah. Saya ingat betul, saat saya bersekolah di situ, salah seorang teman sekolah saya, bahkan teman bermainmain setiap hari,
Unforgettable Moments in My Life6
big sugar factory. The sugar factory belonged to a well known and wealthy Dutch industrialist Dezentjee.
I remember, it was in Karanganom that a building, almost similar in size and architecture as the Merdeka Presidential Palace in Jakarta, was located. This particular building was, at one time, used as the venue for the first KNIP (Central National Indonesia Committee) meeting, soon after the proclamation of Indonesian Independence on August 17, 1945. It was also in Karanganom that I completed my elementary school study. It was also in Karanganom that I spent the whole three years under the Dai Nippon occupation. It was also in Karanganom that my mother died in 1947 (my father remarried later). Life was hard at that time. Village people, including school children, were fre
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 7
adalah yang nantinya menjadi seniman tersohor yaitu W.S.Rendra. Pada waktu saya sampai di kelas tiga, ayah saya dipindah lagi ke Karanganom, dekat Klaten, di mana ayah saya diangkat sebagai kepala Pegadaian Negeri di sana.
Saya menyelesaikan tiga tahun terakhir saya di sekolah dasar di Karanganom. Ingatan saya mengenai Karanganom pada waktu itu adalah sebuah kota kecil, sangat indah, tenang, banyak perkebunan yang hijau, dan bagian cukup besar dari penduduknya adalah warga Negara Belanda yang mengusahakan sebuah pabrik gula yang besar. Pabrik gula tersebut adalah milik pengusaha besar Belanda yaitu Dezentjee, yang juga pemilik hampir semua pabrik gula yang ada Jawa (Indonesia?). (Catatan: waktu saya mengunjungi lagi
Unforgettable Moments in My Life8
quently forced by the Japanese troops to work in the paddy fields, planting or weeding rice fields. People were so poor that they wore jute clothes, had to eat poor food such as dried cassava powder (gogik, thiwul) because much of the food supply was probably mobilized by the Japanese to support the war efforts. Many village people were starving or suffered malnutrition deseases such as beriberi. The suffering lasted for about three years . Yet it was surprising that the general sentiment at that time was to regard the Japanese as the “Older Brother,” as if they were helping the Indonesians to become a free nation, while in fact they were robbing everything from our motherland. It was the explosion of the atomic bombs in Hiroshima and Nagasaki that finally put an end to the World War II and subse
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 9
Karanganom tahun 50an, keadaannya sudah hancur lebur karena dibumihanguskan selama perang kemerdekaan, kemudian selama zaman pergolakan DITII, dan sebagainya).
Saya masih ingat, di Karanganom terdapat sebuah gedung yang ukuran dan arsitektur bangunannya sangat mirip dengan Istana Merdeka di Jakarta. Gedung inilah (dulu milik Dezentjee) yang sesudah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dipakai untuk rapatrapat KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat). Di Karanganom ini saya menyelesaikan pendidikan sekolah dasar saya. Juga di Karanganom ini saya mengalami zaman pendudukan Jepang. Di Karanganom ini pula ibu kandung saya meninggal dunia. Saya ingat kehidupan sangat berat pada waktu itu. Penduduk desa, termasuk anak
Unforgettable Moments in My Life10
quently the Proclamation of the Independence of the Republic of Indonesia.
Not long after the Proclamation of the Independence in 1945, the Dutch colonial rule tried to regain control of the country. Little by little the territory of the Republic was retaken by the Dutch occupation forces. My family was living in Solo at the time, around 19471948. The province of Yogyakarta was the only part of the Indonesian Republic that remained under the control of the Republic. My father had retired and the family had to live on his meager pension. Solo was under the control of the Dutch occupation forces, but guerilla fighting went on. It was during that period that I started my junior high school study. I remember that we were taught by young volunteer teachers who were themselves students. They taught us
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 11
anak dan murid sekolah, oleh Jepang dipaksa kerja di sawah, menggarap sawah dan menanam padi. Rakyat pada waktu itu sangat miskin. Mereka banyak yang harus memakai baju goni, makan makanan tidak bergizi seperti gogik dan thiwul, karena sebagian besar cadangan pangan barangkali dikerahkan Jepang untuk menunjang kegiatan perang. Banyak rakyat kelaparan dan menderita penyakit kekurangan gizi seperti beriberi. Penderitaan berlangsung sekitar tiga tahun. Walaupun demikian sangat mengherankan bahwa rakyat Indonesia pada waktu itu dapat dipaksa menganggap Jepang sebagai “Saudara Tua” yang seolaholah mereka sedang membantu bangsa Indonesia mendapatkan kemerdekaannya dari penjajah Belanda. Yang terjadi sesungguhnya adalah mereka sedang merampok bangsa dan ta
Unforgettable Moments in My Life12
during the day, and they were actively engaged in guerilla fighting against the Dutch during the night. Then, there was the final fighting between the occupation forces and the freedom fighters. The final stages of the war in Solo were allout bloodbaths. Even in the immediate surrounding of my home, I saw hundreds, even thousands, of casualties on both sides. The end of the war was finally achieved through diplomatic channel by which the Dutch fully agreed to return the full sovereignty back to the Republic of Indonesia.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 13
nah air Indonesia secara besarbesaran. Barulah sesudah bom atom dijatuhkan oleh Sekutu di Hiroshima dan Nagasaki maka Jepang menyerah kepada Sekutu dan berakhirlah Perang Dunia II dan rakyat Indonesia dapat memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Tidak lama sesudah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah kolonial Belanda berusaha merebut kembali bekas jajahannya Hindia Belanda. Sedikit demi sedikit wilayah Republik Indonesia direbut kembali oleh tentara pendudukan Belanda. Keluarga ayah saya pada waktu itu sudah menetap di Solo, sekitar tahun 1947 – 1948. Provinsi Yogyakarta adalah satusatunya provinsi yang belum direbut kembali oleh tentara pendudukan Belanda. Ayah saya pada waktu itu sudah pensiun dan keluarga
Unforgettable Moments in My Life14
Saat
Men
ikah
Pad
a Ta
ngga
l 17
Janu
ari 1
960
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 15
harus bertahan hidup dari pensiunannya yang sangat kecil. Solo sudah ada di bawah kekuasaan tentara pendudukan Belanda, tetapi perlawanan pejuang Indonesia secara bergerilya berjalan terus. Pada waktu itulah saya mulai belajar di tingkat Sekolah Menengah Pertama. Saya ingat bahwa saya harus sekolah di sebuah sekolah darurat yang diajar oleh guruguru sukarela. Guruguru sukarela tersebut juga sebenarnya muridmurid SMA yang pada siang hari mengajar anakanak SMP tetapi malam hari ikut bertempur dalam perang gerilya melawan tentara pendudukan Belanda. Saya masih ingat pertempuran besarbesaran yang terakhir, yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran Empat Hari di Solo, sangat hebat. Pertempuran Empat Hari itu merupakan pertumpahan darah habishabisan antara para pejuang Indo
Unforgettable Moments in My Life16
Sebagai Dekan FMIPA - UGM (Tahun 1985-1991)
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 17
nesia dengan tentara pendudukan Belanda. Di sekitar tempat tinggal saya sendiri yaitu di kampung Gondang Kulon, kelurahan Manahan, korban di kedua belah pihak ada ratusan bahkan ribuan dan dikumpulkan di tanah pekuburan di Manahan. Akhirnya perang yang kemudian disebut Clash II itu bisa diakhiri melalui jalur perundingan diplomatik di bawah pengawasan Komisi Tiga Negara (saya agak lupa tetapi kalau tidak salah di dalam Komisi itu termasuk Amerika Serikat dan Australia). Pada waktu itulah kedaulatan sepenuhnya atas seluruh wilayah Indonesia dikembalikan lagi kepada Republik Indonesia.
Unforgettable Moments in My Life18
After the war was over, I continued my study at a junior high school in Solo which I completed in 1951. From 1951 to 1954 I studied in senior high school also in Solo. As far as I can remember, the years of my high school study was a period of rather calm and prosperity in Indonesia. The income level of the working class in those days was decent enough so that they can live a modest life. As a high school student, I was awarded a government student fellowship that, at that time, amounted to about the equivalence of US $20, which was sufficient for me as a high school student. I completed high school in 1954 and then I got admission as a
Schooling Years
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 19
Sesudah perang berakhir, saya melanjutkan pendidikan saya pada tingkat Sekolah Menengah Pertama di Solo yang saya selesaikan pada tahun 1951. Antara tahun 1951 sampai 1954, saya melanjutkan belajar di Sekolah Menengah Atas juga di Solo. Seingat saya, masamasa saya sekolah di tingkat SMA adalah masamasa yang terasa tenang dan ada kesan kemakmuran pada waktu itu. Tingkat penghasilan golongan pekerja pada waktu itu cukup lumayan dan bisa hidup agak layak. Sebagai seorang murid SMA, saya mendapatkan beasiswa dari pemerintah yang pada waktu itu bernilai setara dengan US $ 20, suatu jumlah yang bagi seorang
Tahun-Tahun Pendidikan
Unforgettable Moments in My Life20
student of Gadjah Mada University, at the Chemical Engineering Department, the Faculty of Engineering.
My study at Gadjah Mada University went along as I would have expected. After completing the first year, I got appointment as a student assistant, assisting students doing their laboratory works in Quantitative and Qualitative Analytical Chemistry. In addition, I also got a support from the government fellowship. I was also fortunate enough to get appointment as a research assistant working under an Italian visiting professor, Prof. Olga Pierucci, undertaking cosmic ray research. It was under her sponsorship that I was sent to ITB Bandung in 1956 to get some further training in Atomic and Nuclear Physics at the Bosscha Laboratory. Those assignments and the fellowship, provided me with
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 21
siswa SMA seperti saya cukup memadai. Saya menamatkan SMA pada tahun 1954 lalu mendaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada.
Studi saya di Universitas Gadjah Mada berjalan lancar seperti yang saya harapkan. Sesudah menyelesaikan tingkat pertama, saya diangkat sebagai asisten untuk membantu praktikum mahasiswa di Laboratorium Kimia Analitik Kualitatif dan Kuantitatif. Saya juga mendapat beasiswa dari pemerintah Republik Indonesia. Di samping itu, saya juga diangkat sebagai asisten riset untuk seorang guru besar tamu yaitu Prof. Olga Pierucci, seorang ahli bantuan teknik dari Unesco. Atas rekomendasi beliaulah saya dikirim ke ITB untuk mendapatkan pelatihan tambahan dalam Fisika Atom dan Fisika Nuklir di
Unforgettable Moments in My Life22
enough financial supports, amounting to at that time, approximately the equivalence of US $100 a month. At that time, I could live comfortably with that amount of money, as a student. During the latter part of the 50’s, however, things did not go quite as anticipated. The rate of inflation was so high that the amount of money, that I managed to save by the end of my study, was not very much. Nevertheless, with the kind of money that I managed to have in my pocket, I could lead a sufficiently comfortable life during the latter part of the 50’s.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 23
Laboratorium Boscha Bandung. Tugastugas di atas dan juga bantuan beasiswa dari Pemerintah, memberikan kepada saya bantuan keuangan yang pada waktu itu setara dengan sekitar US $ 100, setiap bulan. Pada waktu itu, dengan jumlah uang itu saya dapat hidup dengan nyaman sebagai seorang mahasiswa. Akan tetapi pada akhir tahun 50’an, situasi sangat cepat berubah dan tidak seperti yang kita harapkan. Inflasi menanjak dengan cepat sehingga uang yang bisa saya tabung pada akhir tahun 50’an menjadi tidak banyak artinya.
Unforgettable Moments in My Life24
While I was working as a student in the Analytical Chemistry Laboratory, at the Faculty of Pharmacy, I got to know, and eventually got attracted, to one of the girl students doing the practical work in the laboratory. Her name was Setyaningsih, but later on she was known by close friends by the name of Ningsih or Nancy. We finally became close friends, frequently enjoyed our times together, went dating almost every weekends for quite a number of years.
The affair lasted until the time I was about to complete my study at the Chemical Engineering Department, the Faculty of Engineering, Gadjah Mada
My Marriage
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 25
Walaupun demikian, dengan uang yang ada di saku, saya dapat hidup dengan nyaman pada waktu itu. Sewaktu saya bertugas sebagai asisten mahasiswa membantu praktikum mahasiswa di Laboratorium Kimia Fakultas Farmasi, saya jadi mengenal salah seorang mahasiswa putri yang ikut praktikum, namanya Setyaningsih, yang kemudian oleh kawankawannya dikenal sebagai Ningsih, bahkan kemudian ada yang menyebutnya Nancy. Kita kemudian menjadi dekat, sangat sering bepergian bersama, bahkan selalu berkencan setiap akhir pekan. Kedekatan ini ternyata berlangsung selama bertahuntahun, dari tahun 1956 sampai 1960, sampai
Pernikahan Saya
Unforgettable Moments in My Life26
University. We decided that we had been dating long enough, about four years at the time. So we decided to make our relationship officially a formal engagement. I was on my way to Blitar, her parent’s residence, as a passenger on a train, when I overheard other passengers talking about going to a funeral. The name of the deceased sounded to me as the familiar name of Setyaningsih’s father. I was not quite sure though, until I finally arrived at her home when I saw a large crowd attending the funeral rite of her father. That was the moment when the immediate members of her family suggested that we two be wedded as husband and wife before the corpse of her father’s body.
That was how we got married in a very unusual circumstances in January 17, 1960. So, that was it, I finally found
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 27
saya hampir menyelesaikan studi saya di Fakultas Teknik UGM.
Pada waktu itu kami memutuskan untuk segera meresmikan hubungan kami dengan pertunangan secara resmi. Untuk itu, pada tanggal 17 Januari 1960 saya harus datang ke rumah orang tuanya di Blitar untuk melaksanakan upacara pertunangan yang direncanakan sekitar tanggal 20 Januari 1960. Saya ingat, pada waktu itu saya naik kereta api dari Solo ke Blitar. Di tengah perjalanan, sesudah melewati Kediri, di kereta api saya mendengar percakapan para penumpang lain bahwa mereka sedang menuju Blitar untuk melayat seorang kerabat yang namanya ternyata saya kenal sebagai nama Bapaknya Setyaningsih. Saya tidak begitu memikirkan hal itu pada waktu itu karena mengira bahwa hal itu hanya kebetulan kesa
Unforgettable Moments in My Life28
myself starting a family life , when I had not completed my study and did not yet have a job and an income to support a family.
Zugspitz, Puncak Alpen, Bagian Jerman (Tahun 1982)
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 29
maan nama saja. Tetapi sesampainya saya di rumah Setyaningsih, ternyata saya melihat kerumunan orang yang menghadiri upacara pelayatan Bapaknya Setyaningsih. Saat itulah, kemudian atas saran para anggota keluarga dekat, kami berdua dinikahkan di muka jenazah Bapaknya Setyaningsih.
Begitulah ceritanya, sampai kami berdua dinikahkan menjadi suami istri dalam keadaan yang sangat luar biasa. Jadinya, saya sudah memulai kehidupan berkeluarga pada saat saya belum juga menyelesaikan studi saya dan belum mempunyai pekerjaan serta penghasilan untuk menghidupi keluarga.
Unforgettable Moments in My Life30
Soon afterward, in January 1960, I finally did complete my Bachelor’s degree in Chemical Engineering, so I started right away hunting for a job. It so happened that I met my former teacher who taught me the subject of physics in Solo high school. He was at the time already made a professor in Physics at the Faculty of Science and Mathematics, Gadjah Mada University. His name was Prof. A. Baiquni. He was, at the time, also the Chairman of the Physics Department, Faculty of Science and Mathematics, Gadjah Mada University. He insisted to me that I should join the Physics Department as an academic member of staff. He asserted that
Graduate Studies
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 31
Tidak lama sesudah itu saya berhasil menyelesaikan studi saya di Fakultas Teknik UGM. Saya lalu segera berusaha mencari pekerjaan. Secara kebetulan, saya bertemu bekas guru saya di SMA yang mengajar mata pelajaran Fisika. Pada waktu itu beliau sudah menjadi seorang Guru besar dalam matakuliah Fisika pada Fakultas Ilmu Pasti dan Alam di Universitas Gadjah Mada. Nama beliau adalah Prof. A. Baiquni. Beliau waktu itu mendesak saya untuk bergabung sebagai dosen di Jurusan Fisika. Beliau mengatakan bahwa beliau masih ingat betul, saya adalah salah satu muridnya yang terbaik waktu di SMA dulu, dan juga waktu
Kelulusan
Unforgettable Moments in My Life32
he remembered me very well and that I was one of his best students when he taught physics in high school and also when he taught applied mathematics at the Faculty of Engineering. He indicated further that if I accepted his offer, I will soon be sent to the United States for further study, to work for an advanced degree in Nuclear Engineering. By the way, Prof. Baiquni was also serving as the Director of the Gama Research Center, which was also situated at the Physics Department. The Gama Research Center was a subsidiary of the National Atomic (now Nuclear) Energy Agency (BATAN) in Jakarta. To be honest, I really got tempted by the offer of overseas study opportunity on a fellowship provided by the USAID.
To tell the story short, I left for the United States in January 1961 and
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 33
beliau mengajar Matematika Terapan di Fakultas Teknik UGM. Beliau juga mengatakan bahwa kalau saya mau bergabung, saya akan segera dikirim ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi dalam bidang Teknik Nuklir. Pada waktu itu Prof. Baiquni sudah menjabat sebagai Direktur Pusat Penelitian Gama yang merupakan salah satu fasilitas penelitian dari Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) di Jakarta. Pada waktu itu Pusat Penelitian Gama juga berada di lingkungan Jurusan Fisika, Fakultas MIPA. Terus terang, pada waktu itu saya sangat tertarik dengan tawaran studi lanjut di luar negeri itu yang ternyata kemudian mendapat dukungan beasiswa dari USAID.
Cerita singkatnya, saya berangkat menuju Amerika Serikat pada bulan Januari 1961 dan diterima mendaftar
Unforgettable Moments in My Life34
got admitted as a graduate student at the Nuclear Engineering Department of the University of California, Los Angeles (UCLA). Meanwhile, my wife stayed home, because the fellowship did not cover for the expenses of a spouse. During my study abroad, my wife stayed with her mother in Blitar and while I was still working for my graduate degree she gave birth to my first child, a son, in September 1961. I did succeed to complete all the requirements for a Master’s Degree in Nuclear Engineering in January, 1963. Mission accomplished, I went right home looking forward to see my son, my very first child, that I had not seen before.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 35
sebagai mahasiswa pasca sarjana pada Jurusan Teknik Nuklir, Fakultas Teknik, University of California, Los Angeles (UCLA). Dalam pada itu, istri saya tinggal di rumah bersama ibu mertua di Blitar karena beasiswanya tidak termasuk bantuan biaya untuk keluarga. Selama studi saya di luar negeri, istri saya melahirkan anak saya yang pertama, seorang anak lakilaki pada bulan September 1961. Saya ternyata berhasil menyelesaikan gelar Master of Science saya pada bulan Januari 1963. Dengan itu saya segera kembali ke Indonesia karena segera ingin melihat anak pertama saya yang belum pernah saya lihat sebelumya.
Unforgettable Moments in My Life36
Returning back at the Physics Department in Yogya, I carried a teaching load in nuclear reactor physics and nuclear reactor analysis at the Physics Department. In addition I got appointed as the Secretary of Gama Research Center. At that moment, I was seriously considering to return again to UCLA to work for a doctoral degree in Nuclear Engineering. Unfortunately, the political and economic situations in the country, at that time, was going from bad to worse. The turmoil culminated in 1965 in the form of the socalled aborted coup d’etat, G30S (Gerakan 30 September or September 30 Movement) revolt , which almost devastated
Life During Difficult Years
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 37
Sesudah kembali di Jurusan Fisika di Yogya, saya mengajar Fisika Reaktor dan Analisa Reaktor. Di samping itu saya diangkat menjadi Sekretaris Pusat Penelitian Gama (Puslit Gama). Pada waktu itu, saya benarbenar ingin kembali lagi ke UCLA untuk menyelesaikan gelar doktor dalam Teknik Nuklir yang masih saya impikan. Tetapi ternyata, situasi politik dan ekonomi di Indonesia makin memburuk saja. Kemelutnya memuncak tahun 1965 dalam bentuk gerakan pemberontakan yang kemudian dikenal sebagai Gerakan Tiga Puluh September (Gestapu), yang hampir saja meruntuhkan Negara dan Bangsa Indonesia. Ekonomi nasional menjadi
Hidup dalam Masa-Masa Sulit
Unforgettable Moments in My Life38
the country and the nation. The economy became unstable, the rate of inflation was so high that the money soon became worthless. At one point, the annual rate of inflation reached 800% and the currency was then devalued 1000 to 1.
I remember, life was so difficult at that time, especially for government civil servants including academic staff of government universities. The monthly salary of a teaching staff at that time amounted only to the equivalence of a mere US $ 4. That was the time when my wife and I already had three kids to raise. I tried to make ends meet by renting off the only car that I had in order to make the ends meet . It was a 1958 Chevrolet Biscayne, the very car that I brought home with me from the United States.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 39
sangat tidak stabil, laju inflasi menjadi sedemikian tingginya sehingga nilai uang rupiah menjadi tidak berharga sama sekali. Pada suatu saat, tingkat inflasi tahunan mencapai 800% dan pemerintah akhirnya mendevaluasi nilai mata uang rupiah dengan nilai tukar pada 1000:1 .
Saya ingat sekali, penghidupan menjadi sangat berat pada waktu itu, terutama bagi pegawai negeri, termasuk dosendosen perguruan tinggi negeri. Gaji seorang dosen seperti saya pada waktu itu kalau ditukar dengan uang dollar hanya sekitar US $ 4, saja. Saat itu saya dan istri saya sudah harus menghidupi tiga orang anak yang berumur satu sampai lima tahun. Saya berusaha bertahan dengan cara menyewakan mobil satusatunya yang saya miliki, yaitu mobil yang saya bawa pulang
Unforgettable Moments in My Life40
With the New Order government coming to power in 1966, things were stabilizing step by step. Consecutive Five Year Development Plans launched by the Suharto government succeeded to improve the economy of the country. In 1972, another new member in our family, a girl, was born. So this was the fourth child in the family. Then, in 1973, I decided to revive my old ambition of working for a doctorate degree that I had not been able to realize. Again I applied for a fellowship to the USAID and I was granted the fellowship. I registered again at the Nuclear Engineering Department of UCLA. I left for Los Angeles in January 1973 when my youngest daughter was still less than one year old.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 41
dari Amerika, sebuah mobil Chevrolet Biscaynne tahun 1958.
Dengan datangnya zaman Orde Baru pada tahun 1966, keadaan berangsurangsur menjadi agak stabil. Hal ini merupakan hasil dari dilaksanakannya program pembangunan lima tahunan berturutturut (REPELITA) oleh Pemerintah Suharto. Pada tahun 1972, keluarga saya bertambah lagi dengan seorang anak perempuan. Dan pada tahun 1973, saya bertekad menghidupkan lagi citacita saya untuk menempuh pendidikan Doktor yang sudah tertunda selama hampir sepuluh tahun, karena adanya kemelut ekonomi dan politik. Lagi saya melamar untuk mendapatkan beasiswa dari USAID dan saya berhasil memperolehnya. Saya mendaftar lagi di UCLA, Nuclear Engineering Department. Saya berangkat ke Los Angeles
Unforgettable Moments in My Life42
Bapa
k &
Ibu
(Tah
un 1
990)
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 43
pada bulan Januari 1973, pada waktu itu keluarga saya sudah bertambah lagi dengan anak yang ke empat, seorang anak perempuan. Pada waktu saya berangkat lagi ke Los Angeles, dia baru berumur kurang dari satu tahun.
Unforgettable Moments in My Life44
At UCLA, I was fortunate that I had the opportunity to work under the supervision of one notable professor, namely Prof. David Okrent. He was the former Commissioner of the US Advisory Committee on Reactor Safeguards, which was the Federal Regulatory Body responsible for the supervision of the safety of all nuclear reactors in the US. I completed all course requirements in due time and then soon started to work on my dissertation research in the field of fast reactor safety. The title of my research project was “Fission Gas Swelling Behavior in Carbide Fuels.”
Prof. Okrent was also kind enough to grant me with a research associate
Doctoral Study
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 45
Di UCLA, saya beruntung dapat memperoleh bimbingan dari seorang guru besar yang sangat terkenal dan sangat terhormat yaitu Prof. David Okrent. Beliau adalah mantan seorang ketua dari US Advisory Committee on Reactor Safeguards, sebuah Badan Pengawas Federal yang mengawasi segi keselamatan dari seluruh reaktor nuklir yang ada di Amerika Serikat. Saya berhasil menyelesaikan seluruh persyaratan kuliah yang harus ditempuh dalam waktu yang telah ditentukan dan saya segera mulai penelitian disertasi saya dalam bidang Fast Reactor Safety. Judul penelitian disertasi saya adalah: “Fission Gas Swelling Behavior on Carbide Fuels”
Kuliah S3
Unforgettable Moments in My Life46
status from which I could earn some decent income. I was also fortunate that notable professors were included in my dissertation committee. There were Prof. Willard F. Libby (a Nobel Laureate in carbon dating), Prof. R A Wazzan of Syria (later on he became the Dean of the Engineering Department), and Prof. Kastenberg, all of them were wellknown and wellregarded nuclear scientists in the US. It was due to the recommendation of Prof. Okrent that, upon the completion of my doctorate degree I was offered a research position at Argonne National Laboratory. Of course I welcomed the offer and I told them that I would consider the offer very seriously.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 47
Prof. Okrent sangat berbaik hati dengan memberikan kepada saya status sebagai Research Associate, penugasan mana juga memberikan penghasilan yang lumayan kepada saya. Saya juga beruntung bahwa penelitian disertasi saya juga mendapat bimbingan dari para guru besar yang sangat terpandang, seperti Prof. Willard F. Libby (seorang pemenang hadiah Nobel dalam bidang Carbon Dating), Prof. R.A.Wazzan dari Syria (yang kemudian hari menjabat sebagai Dekan dari Engineering Department), dan Prof. Kastenberg, semuanya merupakan ahliahli nuklir yang sangat terkenal dan terpandang di Amerika Serikat. Karena rekomendasi dari Prof. Okrent, sesudah saya menyelesaikan disertasi saya, saya segera mendapat tawaran untuk bergabung sebagai peneliti di Argonne National Laboratory. Sudah
Unforgettable Moments in My Life48
Men
erim
a A
nuge
rah
Saty
alan
cana
Kar
ya S
atya
dari
Sri
Pad
uka
Paku
Ala
m (T
ahun
199
1)
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 49
tentu saya sangat gembira dengan tawaran ini dan berjanji akan mempertimbangkannya dengan sungguhsungguh.
Unforgettable Moments in My Life50
While doing my dissertation research at UCLA, I was also fortunate that my wife could accompany me during the last two years of my stay in Los Angeles. Just before she arrived in Los Angeles, one of the professors at the UCLA Engineering Department died in a car accident. His widowed wife, Mrs. Billy Knight, was also hurt but not very seriously. Knowing that my wife would soon be coming over, she kindly invited us to stay with her in her big and beautiful house located in Beverly Hills. Beverly Hills is a hill located just above the UCLA campus in Westwood area. It is a luxurious housing area where many Hollywood movie stars live. The hilly
Life with Mrs. Billy Knight
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 51
Selama menyelesaikan disertasi saya di UCLA, saya juga beruntung bahwa istri saya dapat menemani saya di Los Angeles selama dua tahun terakhir dari studi saya di UCLA. Tepat sebelum dia datang di Los Angeles, salah seorang guru besar saya di Engineering Department meninggal dalam suatu kecelakaan mobil. Isterinya, Mrs. Billy Knight, juga mengalami luka walaupun tidak sangat serius. Waktu mengetahui bahwa istri saya akan segera menyusul saya di Los Angeles, Mrs. Knight mengundang kami untuk tinggal saja di rumah beliau di Beverly Hills. Sebuah rumah besar dan indah di daerah perbukitan di atas kampus UCLA. Daerah
Hidup dengan Mrs. Billy Knight
Unforgettable Moments in My Life52
area was of course only accessible by cars and Mrs. Knight was kind enough to provide us with a car. It was the very car that used to be Mr. Knight’s car. We used the car during the entire two years of our stay in Los Angeles.
Bapak dan Ibu tamasya di Danau Bedugul, Bali (Tahun 1995)
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 53
perbukitan Beverly Hills adalah daerah yang banyak dihuni oleh para bintang film Hollywood. Karena daerah perbukitan, sudah tentu daerah itu hanya bisa dijangkau dengan mobil. Mrs. Knight sangat berbaik hati dan juga menyediakan sebuah mobil untuk kami, yaitu bekas mobilnya Prof. Knight. Mobil itu kami pakai selama dua tahun kami tinggal bersama Mrs. Billy Knight.
Unforgettable Moments in My Life54
I completed all the require-ments for a doctorate degree in January 1976. In February 1976 my wife and I returned home to Indonesia. On our way back, we stopped by in Tokyo and met with Prof. Akira Sekiguchi of the University of Tokyo. He was once, in 1969, a visiting professor at the Physics Department as a technical assistant expert provided by IAEA (International Atomic Energy Agency). In Japan, we had the opportunity to visit various places of interest including the palaces of Tokyo and Kyoto. Returning in Jakarta, we were fetched by Prof. Baiquni at Halim airport. At the time, Prof. Baiquni was already made the Director General
Returning Homewith a Doctor’s Degree
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 55
Saya dapat menyelesaikan semua persyaratan untuk gelar doktor pada bulan Januari 1977. Dalam bulan Februari 1977 saya bersama istri kembali pulang ke Indonesia. Dalam perjalanan pulang kami mampir di Tokyo dan bertemu dengan Prof. Akira Sekiguchi dari Universitas Tokyo. Beliau pernah diperbantukan di Jurusan Fisika, UGM sebagai Technical Assistance Expert dari IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional). Di Jepang kami berkesempatan mengunjungi beberapa obyek wisata antara lain istanaistana di Tokyo dan Kyoto. Sekembali kami di Jakarta, kami dijemput oleh Prof. A. Baiquni, yang waktu itu sudah menjabat sebagai Direktur
Pulang dengan Gelar Doktor
Unforgettable Moments in My Life56
of BATAN. He seriously suggested to me that later on I should join him in BATAN to assist him with his job as the Director General of BATAN.
Sebagai Dekan Fakultas Teknik UNIKOM, Bandung (Tahun 2000-2004)
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 57
Jenderal BATAN di lapangan terbang Halim Perdana Kesuma. Pada waktu itu beliau betulbetul mengharapkan saya untuk nantinya segera bergabung dengan BATAN di Jakarta untuk membantu beliau sebagai Direktur Jenderal BATAN.
Unforgettable Moments in My Life58
I did join BATAN about one year later and I was appointed as the Secretary of BATAN which, in BATAN’s organizational structure at that time, was the second position after the Director General.
My assignment as the secretary of BATAN lasted about three years. My involvement with BATAN gave me a considerable experience. Although the responsibility of a secretary in a nondepartmental institution like BATAN was more of an administrative and technical supports for the Director General, I had also been given some important roles. To mention one, I was appointed as the chairman of the Preparatory Com
Experience with BATAN
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 59
Saya memang jadi bergabung dengan BATAN setahun kemudian dan diangkat sebagai Sekretaris BATAN, yang berdasarkan struktur organisasi BATAN pada waktu itu merupakan orang kedua sesudah jabatan Direktur Jenderal.
Tugas saya sebagai Sekretaris BATAN berlangsung selama tiga tahun. Keterlibatan saya di BATAN telah memberikan kepada saya banyak sekali pengalaman. Walaupun tanggung jawab seorang Sekretaris dalam suatu lembaga nondepartemental seperti BATAN hanyalah memberikan dukungan teknis dan administratif kepada Direktur Jenderal, saya juga telah diberikan peran
Pengalaman dengan BATAN
Unforgettable Moments in My Life60
mittee for the Construction of the First Nuclear Power Plant in Indonesia. The Committee was an interdepartmental one involving BATAN, the Directorate General for Electricity, and the Department of Public Works. As the chairman of the committee, I visited many different countries as a part of the feasibility study project. The project, at the time, was implemented under the cooperation agreement with other prospective supplier countries such as Italy, Germany, France, UK, and others. This feasibility study project, somehow did not get too far a result and until the termination of my involvement with BATAN in 1980, no conclusive result was obtained.
During my term of service with BATAN, I got the opportunity to become a member of the Indonesian Delegation to the Coordination Meeting
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 61
anperanan yang penting. Antara lain, saya ditunjuk sebagai Ketua Komite Persiapan Pembangunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir yang pertama di Indonesia. Komite tersebut merupakan sebuah komite interdepartemental yang melibatkan BATAN, PLN dan Departemen Pekerjaan Umum. Sebagai ketua dari komite tersebut saya telah mengunjungi banyak Negara calon supplier dalam rangka pelaksanaan studi kelayakan. Proyek itu, pada waktu itu, dilaksanakan dalam kerangka kerjasama dengan beberapa Negara calon supplier antara lain Jerman, Inggris, Perancis, Italia dan Korea. Proyek studi kelayakan tersebut sampai akhir dari keterlibatan saya di BATAN tidak dapat memberikan hasil yang pasti.
Selama masa jabatan saya sebagai Sekretaris BATAN, saya pernah
Unforgettable Moments in My Life62
of NonAligned Countries for Peaceful Uses of Nuclear Energy held in Beograd in December 1978.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 63
mengikuti pertemuan koordinasi Negaranegara NonBlok di Beograd tentang pemanfaatan tenaga nuklir untuk maksudmaksud damai, tahun 1978. Saya waktu itu dimasukkan sebagai anggota delegasi Republik Indonesia yang dipimpin oleh Duta Besar Republik Indonesia di Wina, Austria.
Unforgettable Moments in My Life64
Concurrently during my term of service with BATAN, I was also given the role in the Faculty of Mathematics, UGM, to draft an academic administration system called semester credit system (SKS, Sistem Kredit Semester). I drafted this SKS system almost similar to the same system widely used in the United States. The system was adopted and applied on a trial basis in my own Faculty of Science and Mathematics for the academic year 1977. In 1978, the trial was extended to three other faculties, namely faculties of Engineering, Biology and Economics., Then in the following years extended still further to cover all the 21 faculties in Gadjah
Development of SKS System
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 65
Masih dalam masa jabatan saya sebagai Sekretaris BATAN, di Fakultas FMIPA UGM saya ditugaskan untuk merumuskan suatu sistem administrasi akademik yang disebut Sistem Kredit Semester (sistem SKS). Saya menyusun draft sistem SKS tersebut hampir serupa dengan sistem kredit yang dipergunakan di Amerika Serikat. Sistem yang saya susun, yang kemudian dikenal sebagai sistem SKS, diujicobakan mulamula di fakultas FMIPA tahun 1977, kemudian tahun 1978 diperluas ke fakultasfakultas yang waktu itu pengembangannya dibiayai oleh Proyek Bank Dunia IX yaitu FMIPA, Teknik, Biologi dan Ekonomi. Kemudian tahun berikutnya
Pengembangan Sistem SKS
Unforgettable Moments in My Life66
Mada University, Afterward, the former rector of Gadjah Mada University, Prof Sukadji Ranuwihardja, happened to be promoted as the Director General of Higher Education. Under his direction, the credit system had been applied to all state universities in 1980, and then extended further to cover all private universities in Indonesia beginning from 1985.
The experience I got during my term of service with BATAN was indeed unforgettable. In the beginning, my involvement with BATAN was full of exciting experience and quite enjoyable. Later on, however, the working atmosphere was not going as I would have expected. It seemed, there was an atmosphere of mutual distrust that made everyone involved a bit unhappy.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 67
diperluas lagi penerapannya sehingga meliputi seluruh fakultas yang ada di UGM. Mulai tahun 1980, pada waktu Prof. Sukaji Ranuwihardja menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, sistem SKS tersebut diberlakukan untuk seluruh perguruan tinggi negeri di Indonesia dan kemudian mulai tahun 1985 diperluas lagi sampai mencakup seluruh perguruan tinggi swasta di Indonesia. Karena peranan ini, oleh kalangan yang mengetahui perkembangan sistem SKS, saya sering dijuluki sebagai Bapak sistem SKS di Indonesia.
Pengalaman yang saya peroleh selama menjabat sebagai Sekretaris BATAN betulbetul tak dapat saya lupakan. Pada awalnya, keterlibatan saya di BATAN betulbetul mengasyikkan dan saya bisa merasakannya sebagai pengalaman yang menyenangkan. Tetapi ke
Unforgettable Moments in My Life68
Bapak (Tahun 2003)
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 69
mudian, saya mulai merasakan suasana kerja yang tidak begitu mengenakkan, terasa ada kesan ketidakserasian dan sikap saling curiga yang membuat semua orang menjadi tidak nyaman.
Unforgettable Moments in My Life70
I left BATAN in 1980 to rejoin the Physics Department of the Faculty of Science, Gadjah Mada University. In 1981, I got promoted to my professorial status. Shortly afterward, in1982, I was elected as the Head of the Physics Department, the position I held until 1986. While serving as the Head of the Physics Department, the most memorable thing that remained in my mind was the cooperation between the Department and the Department of Physics of the Free University of Amsterdam, Holland (VUA). Under this cooperation agreement, I visited Holland several times and VUA provided considerable techni
Back at thePhysics Department
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 71
Saya berhenti dari BATAN pada tahun 1980 dan kembali ke Jurusan Fisika UGM. Pada tahun 1981, saya mendapat promosi ke jabatan Guru Besar. Tidak lama kemudian yaitu mulai tahun 1982, saya terpilih sebagai Ketua Jurusan Fisika, jabatan yang saya pegang sampai tahun 1986. Selama menjabat sebagai Ketua Jurusan Fisika, yang paling terkesan dalam ingatan saya adalah kerjasama institusional antara Jurusan Fisika UGM dengan Jurusan Fisika dari VUA (Free University of Amsterdam). Dalam kerangka kerjasama dengan VUA ini saya beberapa kali mengunjungi negeri Belanda. Dan dari kerjasama ini kita mendapat bantuan
Kembali keJurusan Fisika
Unforgettable Moments in My Life72
cal assistance that contributed to the development of my Physics Department,
While still serving as Chairman of the Physics Department, I also served as a member of the Coordinating Board of ASPEN (Asian Physics Education Network). Within the framework of ASPEN I visited many Asian countries.
Also while still serving as the Chairman of The Physics Department, I was included in a team assembled by the Directorate General of Higher Education (DIKTI). The team was sent to the United Kingdom for six months training in university administration. The team consisted of 18 members coming from 10 different universities from all over Indonesia. The six months training was organized by a task force put together by the University of London. As a member of this team, I was seconded in six
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 73
teknik yang cukup banyak yang sangat membantu perkembangan Jurusan Fisika, UGM.
Selama menjabat sebagai Ketua Jurusan Fisika saya juga menjadi anggota dari Coordinating Board ASPEN (Asian Physics Education Network). Dalam kerangka kegiatan ASPEN ini saya banyak berkunjung ke beberapa Negara ASIA yang berpartisipasi.
Juga selama menjabat sebagai Ketua Jurusan Fisika, saya dimasukkan dalam suatu tim yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI). Tim ini kemudian dikirim ke Inggris selama 6 bulan untuk mendapatkan pelatihan dalam bidang administrasi akademik. Tim terdiri dari 18 orang yang berasal dari 10 perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia. Pelatihan di Inggris diselenggarakan oleh suatu
Unforgettable Moments in My Life74
British Universities, about two weeks in each of the universities. The universities where I was seconded included the universities of London, Bath, Warwick, Sheffield, Manchester and Edinburg. After the completion of the secondment, the whole team was included in a task force set up by DIKTI called the Working Group for University Administration Development.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 75
task force yang dibentuk oleh University of London. Sebagai anggota dari tim tadi saya telah ditempatkan magang di 6 perguruan tinggi di Inggris yaitu London, Bath, Warwick, Sheffield, Manchaster, dan Edinburg. Selesai pelatihan di Inggris, seluruh anggota tim dimasukkan dalam suatu satgas yang dinamakan Kelompok Kerja Pengembangan Administrasi Perguruan Tinggi (KKPAPT).
Unforgettable Moments in My Life76
That Working Group was charged by DIKTI with the training of university staff of all state universities from all over Indonesia. All university staff from Vice Rectors, Deans, Vice Deans, down to Department Heads levels participated in the training. I was appointed by DIKTI as the chairman of the Working Group and during the span of time between 1983 to 1989, 800 to 900 university staff from about 40 state universities had participated in the training. My involvement in the training as the chairman of the Working Group, had brought me to visit many state universities from all over Indonesia, from Syah Kuala University in Aceh to Cen
TrainingUniversity Admistration
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 77
Kelompok Kerja KKPAPT diberi tugas oleh DIKTI untuk menyelenggarakan pelatihan bagi seluruh staf akademik dari seluruh perguruan tinggi negeri di Indonesia. Peserta pelatihan meliputi seluruh staf akademik mulai dari Pembantu Rektor I, Dekan, Pembantu Dekan, sampai tingkatan Ketua Jurusan. Oleh DIKTI saya ditunjuk sebagai Ketua dari KKPAPT. Dalam kurun waktu antara 1983 sampai 1989, seluruhnya ada antara 800 sampai 900 staf akademik dari 40 perguruan tinggi negeri dari seluruh Indonesia yang telah mengikuti pelatihan ini. Keterlibatan saya dalam kelompok kerja ini telah membawa saya mengunjungi banyak sekali pergu
Pelatihan AdministrasiPerguruan Tinggi
Unforgettable Moments in My Life78
derawasih University in Papua. The experience did gave me some sense of achievement, accomplishment, and a certain satisfaction. I got the opportunity to see, with my own eyes, that the quality of our higher education system varies widely from university to university.
Concurrently with my responsibility as the chairman of the University Administration Development Working Group, I was also charged with one more responsibility, namely, as the chairman of the Higher Education Monitoring and Evaluation System Working Group, also within The Directorate General of Higher Education. This group was charged with the generation and publication of the Higher Education performance indicators of all state universities in Indonesia, about 46 of them
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 79
ruan tingi dari seluruh Indonesia, mulai dari Universitas Syah Kuala di Banda Aceh sampai Universitas Cenderawasih di Papua. Pengalaman yang telah saya peroleh dari kegiatan ini telah memberikan kepada saya rasa puas tersendiri, telah melaksanakan sesuatu yang penting dan bermanfaat. Hal ini karena saya merasa telah mendapatkan kesempatan untuk melihat dengan mata saya sendiri betapa tingkat pengembangan berbagai universitas di Indonesia pada waktu itu masih sangat bervariasi.
Selama masih bertugas sebagai Ketua KKPAPT, saya masih diberi tugas lagi sebagai Ketua Kelompok Kerja yang lain yaitu Kelompok Kerja SIMES DIKTI (Sistem Monitoring dan Evaluasi Pendidikan Tinggi), juga masih dalam lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kelompok kerja SIMES
Unforgettable Moments in My Life80
in total. This project was terminated in 1987 because the report published from this project was considered to be revealing too much of the shortcomings of the Higher Education system in Indonesia.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 81
DIKTI ini diberi tugas untuk membangkitkan dan menerbitkan indikatorindikator kinerja sistem pendidikan tinggi di Indonesia, untuk semua perguruan tinggi negeri di Indonesia, seluruhnya ada 46 perguruan tinggi pada waktu itu. Proyek ini kemudian dihentikan pada tahun 1987 karena laporannya dianggap terlalu membeberkan kekurangan dan kelemahan dari sistem pendidikan tinggi di Indonesia.
Unforgettable Moments in My Life82
In 1985, I was honored to be elected as the Dean of The Faculty of Science and Mathematics of Gadjah Mada University. I held this position for two terms in office, that is until 1991. While I was serving as the Dean of this Faculty, I witnessed rapid development of the Faculty, partly because the Faculty was chosen as one of a few faculties of Gadjah Mada University to be the object of accelerated development funded by the World Bank project. New buildings were constructed, new facilities were provided, faculty staff were sent abroad. for overseas graduate training. .Student enrollment rose rapidly during that period and the faculty eventually
ManagingAcademic Institution
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 83
Pada tahun 1985, saya mendapat kehormatan terpilih sebagai Dekan FMIPA UGM. Jabatan ini saya pegang selama dua periode jabatan yaitu sampai tahun 1991. Selama menjabat sebagai Dekan ini, saya dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dari FMIPA UGM, terutama karena FMIPA UGM dipilih sebagai salah satu fakultas yang dipercepat pengembangannya dengan memanfaatkan bantuan dari Proyek Bank Dunia. Bangunanbangunan baru dibiayai, peralatanperalatan baru disediakan, dan staf pengajar dikirim keluar negeri untuk studi lanjut. Jumlah mahasiswa meningkat dengan pesat, sehingga pendaftaran mahasiswa
MengelolaInstitusi Akademis
Unforgettable Moments in My Life84
enjoyed the third largest new student enrollment in Gadjah Mada University. I served the position as the Dean of the Faculty of Science for two terms in office until 1991.
Bapak dan Ibu (Tahun 2005)
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 85
baru setiap tahun menjadi yang terbesar ketiga dari seluruh fakultas yang ada di UGM. Saya menjabat sebagai Dekan untuk 2 masa jabatan yaitu sampai 1991.
Unforgettable Moments in My Life86
During the period between 1991 and 1994, I did not hold any managerial position anymore. My preoccupation was mainly overseeing and promoting post graduate students doing their dissertation research, Between 1996 and 2008, I successfully promoted 23 doctoral candidates to complete their doctoral candidacy. Ten of these doctoral candidates were Iraqi students, most of them are now already back in Iraq, the others are now in Brunei Darussalam and other countries. Their names are Thalib Hashim Hasan, Ismail Khalil Ibrahim, Haider F. Abdul Amir, Saad Sakhir Mahmood, Kais Ismail Ibrahim, Salah Kaduri Haza, Salman Abdul
PromotingPost Graduate Student
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 87
Selama periode antara 1991 sampai 1994 saya tidak lagi menduduki jabatan manajerial. Kesibukan saya yang paling utama adalah memberikan bimbingan penelitian kepada para mahasiswa pasca sarjana yang menempuh program doktoral di UGM. Antara 1996 sampai 2008, saya berhasil membimbing seluruhnya 23 kandidat doktor yang berhasil menyelesaikan gelar doktor mereka. Sepuluh di antara kandidat doktor ini berasal dari Irak, sebagian besar sudah kembali ke Irak, beberapa diantaranya sekarang mengajar di Malaysia dan ada yang menetap di negara lain. Namanama mereka adalah: Thalib Hashim Hasan, Ismail Khalil Ibrahim,
Membimbing MahasiswaPasca Sarjana
Unforgettable Moments in My Life88
Cadum, Haidar Mahdi Husain, Thamir Abdul Hakdi, and Abbas Ali Abbas. Another ten were candidates from BATAN, many of them are now holding strategic managerial positions in BATAN. Their names are Bakri Arbie, Hudi Hastowo, Salman Suprawardhana, Juju Ujuratisbella, Asmedi Suripto, Taswanda Taryo, Zaenal Abidin, Triwulan Tjiptono, Simon Manurung, and Stanislaus Prasetyo. Hudi Hastowo just recently had been promoted as the Chairman of BATAN. Many of the others had also been promoted to hold strategic managerial positions in BATAN. Unfortunately, several of them have passed away already (Juju Ujuratisbella, Asmedi Suripto, and Simon Manurung).
I also remember that the first three students that completed their undergraduate degrees under my supervi
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 89
Haider F. Abdul Amir, Saad Sakhir Mahmood, Kais Ismail Ibrahim, Salah Kaduri Haza, Salman Abdul Cadum, Haidar Mahdi Husain, Thamir Abdul Hakdi, dan Abbas Ali Abbas. Sepuluh kandidat doktor lainnya berasal dari BATAN, dan banyak diantaranya yang sekarang memegang jabatanjabatan penting di BATAN. Mereka adalah: Bakrie Arbie, Hudi Hastowo, Salman Suprawardhana, Juju Ujuratisbella, Asmedi Suripto, Taswanda Taryo, Zaenal Abidin, Triwulan Tjiptono, Simon Manurung, dan Stanislaus Prasetyo. Hudi Hastowo baru saja beberapa waktu yang lalu telah diangkat sebagai Ketua BATAN, jabatan yang tertinggi di BATAN. Beberapa diantaranya yang lain telah juga menduduki jabatan penting di BATAN. Sayangnya, beberapa diantaranya sudah
Unforgettable Moments in My Life90
sion had all died. They were Sudyartomo Soentono , Sutrisno Puspodikoro, and Bambang Herwidi. Sudyartomo Soentono was the Chairman of BATAN that was succeeded by Hudi Hastowo. While I am writing this story I am still supervising three doctoral candidates. They are Trikuntoro Priyombodo (informatics), I. Ketut Swakarma (instrumental physics), and Fuad Anwar (theoretical physics).
I also need to mention that from 1994 to 1997 I was given the responsibility as the Head of the University Research Institute of Gadjah Mada University. This institute coordinated and supervised research activities in all 18 faculties in the university. In 2001, I officially got my retirement from Gadjah Mada University.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 91
meninggal, yaitu Uju Jujuratisbella, Asmedi Suripto, dan Simon Manurung.
Saya juga ingat bahwa tiga mahasiswa Jurusan Kimia yang pertama kalinya saya bimbing menyelesaikan gelar doktorandusnya semuanya telah wafat. Mereka adalah Sudyartomo Soentono, Sutrisno Puspodikoro, dan Bambang Herwidi. Sudyartomo Soentono pada akhir hayatnya menjabat sebagai Ketua BATAN, sesudah meninggal tepat pada akhir masa jabatannya digantikan oleh Hudi Hastowo. Pada waktu saya menulis cerita ini saya masih membimbing tiga orang kandidat doktor yaitu Trikuntoro Priyambodo dari FMIPA UGM (informatika), I. Ketut Swakarma dari Semarang (fisika instrumental), dan Fuad Anwar dari UNS (fisika teori).
Saya juga ingin menyebutkan bahwa antara tahun 1994 sampai 1997
Unforgettable Moments in My Life92
Bapak sebagai Ketua AKAKOM Yogyakarta (Tahun 2006-2010)
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 93
saya diangkat menjadi Ketua Lembaga Penelitian UGM. Lembaga ini mengkoordinasi semua kegiatan penelitian di seluruh fakultas yang ada di UGM, seluruhnya ada 18 fakultas. Pada tahun 2001, secara resmi saya sudah purnabakti dari UGM.
Unforgettable Moments in My Life94
Preoccupationafter Retirement
But then, soon afterward, I began to get busy again because I was involved in establishing a newly founded university in Bandung named UNIKOM. As the name indicates, this university was intended to promote computer education. It has five faculties: the faculties of Engineering, Economy, Letters, Law, and Design Graphics. The development of this new university has been quite phenomenal. Founded in 2000, the student enrollment rose quickly from about 1000 in 2000 to about 6000 in 2004. The Faculty of Engineering, which was under my responsibility, had the largest number of students, more than half of the total
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 95
Jabatan BaruSetelah Pensiun
Tetapi kemudian saya menjadi sibuk lagi karena kemudian saya terlibat dalam pengembangan sebuah universitas baru di Bandung, yaitu UNIKOM. Namanya menunjukkan bahwa universitas baru ini bertujuan mengembangkan pendidikan dalam bidang ilmu komputer. Ada 5 fakultas yaitu fakultasfakultas Teknik, Ekonomi, Sastra, Desain Grafis, dan Hukum. Pertumbuhan universitas baru ini sangat fenomenal. Pada waktu didirikan pada tahun pertama yaitu tahun 2000 sudah terdaftar sekitar 1000 mahasiswa baru. Selama empat tahun yaitu sampai tahun 2004 mahasiswa terdaftar sudah mencapai sekitar 6000an. Sekitar separuh dari jumlah itu ada
Unforgettable Moments in My Life96
number of students in the University. With such a rapid growth and limited resources, human and otherwise, aspects of quality maintenance will certainly soon become a problem. To my disappointment, I concluded that the university was being run more as an income generating endeavor rather than an education and community service. I decided that I could no longer maintain my association with such a university. I resigned from my position as the Dean of the Faculty of Engineering in 2004.
Not long after that, again in Yogya, I got tempted to be associated with another computer education institution called AKAKOM. This institute was the first computer institute ever established in Yogyakarta and Central Java area, in 1979. At the moment, the total number of student enrollment is between 3000
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 97
di Fakultas Teknik. Saya menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik. Dengan pertumbuhan jumlah mahasiswa yang sedemikian pesat, mulai dirasakan keterbatasan dalam ketersediaan sarana dan prasarana akademik dan pemeliharaan kualitas mulai menjadi masalah. Saya kemudian merasa bahwa universitas ini lebih diarahkan sebagai bisnis untuk menghasilkan pemasukan, daripada sebagai upaya pengabdian masyarakat dan pengabdian pendidikan. Saya kemudian memutuskan bahwa saya tidak lagi bisa meneruskan keterlibatan saya dengan universitas ini dan saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Jabatan saya sebagai Dekan Fakultas Teknik mulai tahun 2004.
Tidak lama sesudah itu, setelah kembali di Yogya, saya terpikat lagi untuk bergabung dengan universitas yang
Unforgettable Moments in My Life98
and 4000 with the new student enrollment every year around 600. Two years into my association with this institute, I got elected as the Chairman of the Institute. I got involved with the daytoday running of the institute ever since. It has given me with a new preoccupation. I am getting along with a new academic community and a new environment. Yet this new involvement has given me some sense of accomplishment and personal satisfaction. Now, while I am writing this story (December 2009), it is about the end of my term of service as the Chairman of the Institute.
This month, December 2009, AKAKOM is being busy undertaking a selection process to appoint a new chairman of the institute for the term of service 2010 2014. So beginning the end of January 2010, I will be relieved
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 99
juga mengkhususkan diri dalam pendidikan bidang komputer yaitu AKAKOM. Institusi ini merupakan institusi yang pertama kali dibangun di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah, yaitu pada tahun 1979, yang mengkhususkan diri dalam pendidikan bidang komputer. Pada saat saya mulai bergabung, jumlah mahasiswa terdaftar sekitar 3000 sampai 4000, pendaftaran mahasiswa baru setiap tahun berkisar sekitar 600an. Dua tahun sesudah saya bergabung dengan institusi ini, saya terpilih sebagai Ketua dan saya mulai terlibat dengan pengelolaan seharihari dari institusi ini. Hal ini telah memberikan kepada saya kesibukan baru yang sangat mengasyikkan. Saya harus menyesuaikan diri dengan komunitas akademik yang baru dan lingkungan yang baru. Walaupun demikian, kesibukan ini telah memberi
Unforgettable Moments in My Life100
from the daytoday management of this institute and I will be able to concentrate in teaching routines as usual and to spend more time exercising my hobby in playing guitar and piano.
Bapak dan Ibu (Tahun 2009)
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 101
kan kepada saya rasa kemanfaatan dan kepuasan tersendiri. Sekarang ini, saat saya menuliskan cerita ini (Desember 2009) saya sudah sampai pada akhir masa jabatan saya sebagai Ketua AKAKOM.
Bulan ini (Desember 2009), AKAKOM sedang sibuk dengan proses pemilihan Ketua yang baru untuk masa jabatan 2010 – 2014. Oleh karena itu, mulai bulan Januari 2010, saya sudah akan terbebas dari kesibukan pengelolaan seharihari dari institusi ini. Masa berikutnya, saya akan dapat mencurahkan perhatian saya dalam kegiatan kuliah seharihari dan akan banyak waktu untuk mengembangkan hobi saya yaitu bermain musik klasik pada gitar dan piano.
Unforgettable Moments in My Life102
So, here I am, at a bigger family members of four children, three in laws, and six grandchildren. At the age of 74 by next January 31, 2010, and about to celebrate the 50th wedding anniversary with my beloved wife Setyaningsih next January 17, 2010, I find myself doing some contemplation on what I have been going through the last 74 years. So many things have happened during my life time. Upon reflection, I suddenly found myself very eager to look back and to reexamine what I have been going through those long years, so I wrote this story.
I realized that I could only remember some of the experience that I have had, especially those that have been
Closing
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 103
Demikianlah, pada usia yang akan mencapai 74 tahun nanti pada tanggal 31 Januari 2010, dan akan segera merayakan hari jadi ke 50 tahun usia perkawinan saya dengan istri tersayang Setyaningsih, pada tanggal 17 Januari 2010, saya berusaha mengingat kembali apa yang sudah saya alami selama 74 tahun kehidupan saya selama ini. Sangat banyak hal yang telah saya alami selama kehidupan saya. Setelah mengingat, tibatiba saya merasa sangat ingin menengok kembali masa lalu untuk mengkaji kembali apa yang telah saya alami dan rasakan selama itu dan oleh karena itu maka saya menulis cerita ini.
Saya menyadari, bahwa saya hanya akan bisa mengingat halhal yang
Penutup
Unforgettable Moments in My Life104
deeply embedded in my memory and truly unforgettable for me. That is why I chose the title of this memorabilia: “The Unforgettable Moments of My Life.”
I could not possibly remember everything, but what I recorded in this memorabilia probably represents the most important ones. I certainly appreciate everyone of those who have taken an interest and spent time in reading this story.
Thank you very much and God Bless.
Yogyakarta,December 2009.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 105
tertanam dalamdalam dalam ingatan saya dan halhal yang betulbetul tak terlupakan dalam hidup saya. Oleh karena itu saya telah memilih judul dari kenangan ini: “Kenangan yang Tak Terlupakan dalam Hidupku”.
Saya jelas tidak mungkin mengingat semuanya, tetapi yang kemudian tertulis dalam kenangan ini barangkali telah mencerminkan halhal yang terpenting.
Saya sangat berterimakasih kepada siapa saja yang telah berminat dan menyediakan waktu untuk membaca cerita kenangan ini. Dengan ini saya sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih saya. Semoga Tuhan memberkati kita semuanya.
Yogyakarta, Desember 2009.
Unforgettable Moments in My Life106
Acknowledgement
I would like to thank my nephew Prof. res. Dr. Anggraita Pramudita and Ibu Wiwiek Nurwiyati, Dra., MT. for editing and publishing this memorabilia.
Kenangan Tak Terlupakan dalam Hidupku 107
Ucapan
Terima Kasih Saya mengucapkan terima
kasih kepada keponakan saya Prof. res. Dr. Anggraita Pramudita dan Ibu Wiwiek Nurwiyati, Dra., MT. atas bantuannya mengedit dan menerbitkan memoir ini.
Unforgettable Moments in My Life108
Bapa
k be
rsam
a Ke
tua
& S
ekre
tari
s Ya
yasa
n W
idya
Bha
kti
AKA
KOM
(Tah
un 2
007)