12
1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR PIPERIN EKSTRAK BUAH CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl) Lulu Nurazizah, Tri Aminingsih, Ade Heri Mulyati Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan ABSTRACT Java pepper plant (Piper retrofractum Vahl) only grows wild in the forest or alongside the garden and the only known properties as a medicinal plant for use in the manufacture of herbal mixture. The herbs are used as a mixture of Java pepper manufacture has the potential as an antibacterial because contained active compound which has antibacterial properties. One of bioactive compounds contained in Java pepper is piperine. Piperine compound is an alkaloid compounds that is frequently used in the treatment of lowering the fever because of its activity as the antipyretic power, antioxidants, and inflammation reductor. The aim of this study was to determine the antibacterial activity and piperine content of the extract in 95% ethanol, ethyl acetate and hexane of the fruit of Java pepper and to identify the piperine compound of the extract in 95% ethanol by LC-MS / MS. The result shows that piperine content of the extract obtained by solvents 95% ethanol, ethyl acetate and hexane respectively of 2.49%, 1.66% and 0.02%. Yield of extract by fractional maceration in hexane, ethyl acetate, and 95% ethanol respectively of 23.12%, 16.28% and 11.29%. Phytochemical Test showed that extract hexane contains alkaloids and triterpenoids-steroids. Extract ethyl acetate contains alkaloids, flavonoids, saponins and triterpenoids-steroids. Extract 95% Ethanol contains alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, and triterpenoids-steroids. Extracts of Java pepper fruit obtained by using hexane, ethyl acetate, and 95% ethanol solvents have antibacterial activity against S. aureus bacteria respectively of 10,46mm, 9,15mm and 14,51mm. Antibacterial activity against B.substillis bacteria respectively of 9.63 mm, 7.56 mm, and 12,94mm. Only extract of Java pepper fruit obtained by solvent 95% ethanol has antibacterial activity against E. coli bacteria of 11,74mm. Identification by LC-MS / MS shows piperine compound is present in extract of Java chili fruit obtained by solvent 95% ethanol with a molecular weight of 285.1471. Keywords: Java pepper, antibacterials, piperine, UV-VIS spectrophotometry, LC-MS / MS 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri masih merupakan masalah kesehatan utama penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di Indonesia. Saat ini pengobatan dengan menggunakan antibiotik dan obat sintetik banyak digunakan untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri tersebut. Akan tetapi kecenderungan masyarakat mencari pemecahan terhadap masalah kesehatan

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal lulu 062110055.pdf · bahan bakunya masih impor (BPOM, 2010). Selain itu penggunaan antibiotik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal lulu 062110055.pdf · bahan bakunya masih impor (BPOM, 2010). Selain itu penggunaan antibiotik

1

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR PIPERIN

EKSTRAK BUAH CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl)

Lulu Nurazizah, Tri Aminingsih, Ade Heri Mulyati

Program Studi Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pakuan

ABSTRACT

Java pepper plant (Piper retrofractum Vahl) only grows wild in the forest or

alongside the garden and the only known properties as a medicinal plant for use in the

manufacture of herbal mixture. The herbs are used as a mixture of Java pepper

manufacture has the potential as an antibacterial because contained active compound

which has antibacterial properties. One of bioactive compounds contained in Java

pepper is piperine. Piperine compound is an alkaloid compounds that is frequently used

in the treatment of lowering the fever because of its activity as the antipyretic power,

antioxidants, and inflammation reductor. The aim of this study was to determine the

antibacterial activity and piperine content of the extract in 95% ethanol, ethyl acetate

and hexane of the fruit of Java pepper and to identify the piperine compound of the

extract in 95% ethanol by LC-MS / MS.

The result shows that piperine content of the extract obtained by solvents 95%

ethanol, ethyl acetate and hexane respectively of 2.49%, 1.66% and 0.02%. Yield of

extract by fractional maceration in hexane, ethyl acetate, and 95% ethanol respectively

of 23.12%, 16.28% and 11.29%. Phytochemical Test showed that extract hexane

contains alkaloids and triterpenoids-steroids. Extract ethyl acetate contains alkaloids,

flavonoids, saponins and triterpenoids-steroids. Extract 95% Ethanol contains

alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, and triterpenoids-steroids. Extracts of Java

pepper fruit obtained by using hexane, ethyl acetate, and 95% ethanol solvents have

antibacterial activity against S. aureus bacteria respectively of 10,46mm, 9,15mm and

14,51mm. Antibacterial activity against B.substillis bacteria respectively of 9.63 mm,

7.56 mm, and 12,94mm. Only extract of Java pepper fruit obtained by solvent 95%

ethanol has antibacterial activity against E. coli bacteria of 11,74mm. Identification by

LC-MS / MS shows piperine compound is present in extract of Java chili fruit obtained

by solvent 95% ethanol with a molecular weight of 285.1471.

Keywords: Java pepper, antibacterials, piperine, UV-VIS spectrophotometry, LC-MS /

MS

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi yang disebabkan

oleh bakteri masih merupakan masalah

kesehatan utama penyebab tingginya

angka kesakitan dan kematian di

Indonesia. Saat ini pengobatan dengan

menggunakan antibiotik dan obat

sintetik banyak digunakan untuk

mengobati penyakit akibat infeksi

bakteri tersebut. Akan tetapi

kecenderungan masyarakat mencari

pemecahan terhadap masalah kesehatan

Page 2: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal lulu 062110055.pdf · bahan bakunya masih impor (BPOM, 2010). Selain itu penggunaan antibiotik

2

melalui pengobatan tradisional sangat

dirasakan akhir- akhir ini. Fenomena ini

terus meningkat sejak krisis ekonomi tahun

1997 yang menyebabkan harga obat

sintetik melonjak tinggi karena sebagian

bahan bakunya masih impor (BPOM,

2010). Selain itu penggunaan antibiotik

yang kurang tepat dapat menyebabkan

terjadinya resistensi bakteri terhadap zat

antibiotik. Penggunaan tanaman obat

juga lebih disukai karena memiliki efek

samping yang lebih kecil dibandingkan

dengan obat sintetik dengan harga yang

relatif lebih murah. Adanya sikap back

to nature karena kekhawatiran

penggunaan zat kimia sintetik dan

dukungan dari pengembangan sumber

daya alam Indonesia telah mendorong

penggunaan sumber-sumber bahan alami

dengan berbagai kandungan zat aktif di

dalamnya untuk pengobatan (Emmyzar,

1992).

Salah satu tanaman obat tersebut

adalah cabe jawa. Cabe jawa merupakan

salah satu tanaman obat yang yang sudah

dikenal sejak lama akan khasiatnya.

Menurut Taryono dan Agus (2004)

tanaman cabe jawa merupakan salah

satu tanaman obat yang berpotensial

dengan kebutuhannya sangat tinggi yaitu

sebanyak 9,5% dari total kebutuhan

tanaman obat. Cabe jawa yang

mempunyai nama latin Piper

retrofractum Vahl ini secara tradisional

digunakan sebagai obat dari berbagai

macam jenis penyakit.

Cabe jawa sebenarnya merupakan

campuran bahan jamu sehari hari dan

selalu dibawa oleh pedagang jamu

keliling. Buah, daun dan akar tanaman

cabe jawa dapat digunakan untuk

pengobatan. Menurut BPOM (2010)

buah cabe jawa mengandung beberapa

alkaloid terutama piperin yang ada

dalam minyak atsirinya.

Beberapa penelitian melaporkan

bahwa jamu tradisional yang

menggunakan buah cabe jawa sebagai

salah satu campuran pembuatan jamu

mempunyai tingkat kontaminasi bakteri

yang sangat rendah yang disebabkan

adanya sifat antibakteri dari buah cabe

jawa (Sumarni dkk, 2009). Akan tetapi

sejauh mana aktivitas antibakteri buah

cabe jawa belum diteliti lebih lanjut,

sehingga perlu dilakukan penelitian

untuk menentukan aktivitas antibakteri

ekstrak buah cabe jawa. Dalam

penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas

antibakteri ekstrak buah cabe jawa

terhadap bakteri perwakilan Gram

negatif, Gram Positif, serta bakteri yang

memiliki spora, yaitu Escherichia coli,

Staphylococus aureus, dan Bacillus

substilis.

Senyawa identitas (zat aktif) yang

terdapat dalam buah cabe jawa yaitu

piperin (Farmakope Herbal, 2009).

Senyawa piperin adalah golongan

senyawa alkaloid yang sering digunakan

dalam pengobatan. Dari beberapa

penelitian telah dilaporkan bahwa

piperin mempunyai aktivitas sebagai

penurun demam dengan daya anti

piretiknya, mengurangi rasa sakit,

antioksidan dan mengurangi peradangan.

Senyawa ini mempunyai aktivitas

farmakologi yang telah teruji secraa

invivo (pada tikus) yaitu mempunyai

aktivitas terhadap penyakit tukak

lambung, antitumor, dan berfungsi

sebagai imunodulator (Joy et al., 2010;

Manoj et al., 2004). Mengingat besarnya

potensi piperin, maka perlu dilakukan

penelitian tentang kadar piperin yang

terdapat dalam buah cabe jawa

menggunakan beberapa pelarut, yaitu

etanol 95%, etil asetat, dan hexana.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang

dikaji, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah:

1. Menentukan aktivitas antibakteri

ekstrak hexana, etil asetat, dan

Page 3: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal lulu 062110055.pdf · bahan bakunya masih impor (BPOM, 2010). Selain itu penggunaan antibiotik

3

etanol 95%, buah cabe jawa

terhadap bakteri Escherichia coli.

Staphylococus aureus, dan Bacillus

substilis.

2. Menganalisis kadar piperin ekstrak

etanol 95%, etil asetat, dan hexana

buah cabe jawa dengan

Spektrofotometer UV-VIS.

BAHAN DAN METODE

A. Alat

Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah oven, grinder, botol

sampel, neraca analitik, piala gelas, gelas

ukur, erlenmeyer vakum, pH meter,

magnetic stirer, corong, kertas saring,

rotary evaporator, botol timbang,

desikator, bunsen, kaki tiga, kassa asbes,

sudip, cotton bud, tabung reaksi, rak

tabung reaksi, gelas ukur, pipet tetes,

penangas air, pemusing, inkubator,

autoklaf, Laminair Air Flow (LAF),

pipet volumetrik, labu ukur 25 mL, labu

ukur 10 mL, vortex, cawan petri, tabung

reaksi, paper disc (kertas cakram),

pinset, vacuum flask, hot plate stirer,

alumunium foil, kapas, spidol permanen,

mikropipet, vial, syringe, membran filter

yang berdiameter pori 0,45 µm, kuvet,

seperangkat alat refluks,

Spektrofotometer UV-VIS.

B. Bahan

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tanaman cabe jawa,

buah cabe jawa, etanol 95%, etil asetat,

dan hexana, HCl 10%, amonia encer,

bismut nitrat, asam asetat glasial, HgCl2,

KI, serbuk Mg, HCl pekat, amil alkohol,

dietil eter, asam asetat anhidrida,

H2SO4(p), HCl 2N, FeCl3 1%, aquades,

NaOH encer, HCl encer, Nutrien Agar,

kloramfenikol, diklorometan, Trypticase

Soya Broth (TSB), Stok kultur murni

bakteri Staphylococus aureus,

Escherichia coli, dan Bacillus substilis,

Alkohol 70%, standar piperin, etanol

p.a.

C. Metode Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di

Laboratorium Kimia FMIPA UNPAK

yang berlokasi di Jl. Pakuan Ciheuleut

Bogor, Laboratorium Mikrobiologi PT.

Catur Dakwah Crane Farmasi yang

berlokasi di Kawasan Industri Sentul,

Bogor dan Laboratorium PT. Sayap Mas

Utama (WINGS Food) yang berlokasi di

Jakarta Timur dari bulan Mei – Juli

2015.

2. Pengambilan Sampel dan Determinsi

Tanaman

Sampel yang digunakan adalah

buah cabe jawa yang diperoleh dari

BALITRO (Balai Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat), Bogor, Jawa Barat.

Buah cabe jawa yang digunakan adalah

buah dari tanaman cabe jawa yang

berumur 10 tahun dan buah cabe jawa

matang yang berumur 5 bulan. Tanaman

cabe jawa diidentifikasi di Herbarium

Bogoriensis, LIPI Pusat Biologi, Bidang

Botani, Cibinong, Bogor.

3. Pembuatan Simplisia

Buah cabe jawa segar

dikeringkan dengan menggunakan oven

pada suhu 55 oC selama 3 hari. Simplisia

kering buah cabe jawa yang diperoleh

kemudian digrinder sampai menjadi

serbuk dan di ayak dengan ayakan mesh

40. Serbuk simplisia yang diperoleh

kemudian dihitung kadar airnya.

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 %

=𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑥 100%

4. Ekstraksi Buah Cabe Jawa

Page 4: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal lulu 062110055.pdf · bahan bakunya masih impor (BPOM, 2010). Selain itu penggunaan antibiotik

4

Sejumlah 100 gram simplisia

serbuk buah cabe jawa diekstraksi

dengan perbandingan pelarut 1:10 (b/v)

(100 gram simplisia dilarutkan dalam

1000 ml pelarut). Proses ektraksi

pertama dengan pelarut hexana

dilakukan selama 1x24 jam secara

maserasi dengan pengadukan selama 6

jam. Hasil maserasi disaring dengan

menggunakan kertas saring Whatman 42

dan bantuan vacuum flask, filtrat di

tampung dalam erlenmeyer. Filtrat yang

diperoleh selanjutnya diuapkan atau

dikentalkan dengan rotary evaporator

pada suhu 50oC, sehingga diperoleh

ekstrak kental dengan rendemen yang

dapat ditimbang dan dicatat. Ampas lalu

dikeringkan. Ekstraksi dilakukan

kembali dengan pelarut yang berbeda,

yaitu etil asetat dan etanol 95%, dengan

prosedur kerja yang sama. Selanjutnya

dilakukan perhitungan kadar rendemen

dari ekstrak yang diperoleh (Farmakope

Herbal, 2009). Kadar rendemen ekstrak

dihitung untuk mengetahui seberapa

besar ekstrak yang dihasilkan dari proses

ekstraksi dari masing-masing pelarut.

Kadar rendemen ekstrak (%) = Bobot hasil ekstrak

Bobot Simplisiax 100%

5. Uji Fitokimia

a. Alkaloid

Sebanyak 100 mg ekstrak buah

cabe jawa dari pelarut hexana, etil asetat,

dan etanol 95%, masing-masing

ditambahkan 5 mL HCl 10% dan

ammonia encer hingga pH 8, kemudian

diekstrasi dengan 20 mL kloroform,

setelah itu kloroform dalam ekstrak

diuapkan. Kemudian ekstrak dilarutkan

dengan 2 mL HCl 2%. Larutan tersebut

dibagi menjadi 3 tabung. Tabung

pertama digunakan sebagai pembanding,

tabung kedua ditambahkan pereaksi

Mayer dan tabung ketiga ditambahkan

pereaksi Dragendorff. Apabila terdapat

endapan putih dengan pereaksi Mayer,

endapan merah jingga dengan pereaksi

Dragendorf di sampel tersebut (Edeoga

et al., 2005).

b. Flavonoid

Sebanyak 100 mg ekstrak buah

cabe jawa dari pelarut hexana, etil asetat,

dan etanol 95% masing-masing

dilarutkan dalam 100 ml air panas,

kemudian dididihkan selama 5 menit lalu

disaring. Sebanyak 5 ml filtrate

ditambahkan 0,1 mg serbuk Mg, 1 ml

HCL pekat dan 1 ml amil alkohol lalu

dikocok kuat-kuat. Adanya flavonoid

ditunjukan dengan terbentuknya warna

merah, kuning atau jingga pada lapisan

amil alkohol (Edeoga et al., 2005).

c. Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 100 mg ekstrak buah

cabe jawa dari pelarut hexana, etil asetat,

dan etanol 95% masing-masing

ditambahkan 25 ml dietil eter lalu

dikocok. Lapisan dietil eter dipisahkan

dan ditambahkan pereaksi Lieberman-

Burchard sebanyak 2-3 tetes.

Triterpenoid ada bila terbentuk larutan

berwarna biru dan steroid ada apabila

terbentuk larutan berwarna hijau.

Pereaksi Lieberman-Burchard dibuat

dengan cara mencampurkan anhidrida

asam asetat dan H2SO4 pekat (1:1)

(Edeoga et al., 2005)

d. Saponin

Sebanyak 100 mg ekstrak buah cabe

jawa dari pelarut hexana, etil asetat, dan

etanol 95% masing-masing ditambahkan

10 mL akuades panas, didinginkan, dan

dikocok kuat selama 10 menit. Saponin

ada bila terbentuk busa yang mantap dan

pada penambahan 1 tetes HCl 2 N busa

tetap stabil.

e. Tanin

Sebanyak 100 mg sampel di ekstrak

menggunakan 1 ml etanol dan 1 ml

aquadest. Filtrat yang didapat kemudian

ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%.

Adanya senyawa tanin ditunjukan

dengan terbentuknya warna hjau, biru

atau ungu (Edeoga et al., 2005).

Page 5: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal lulu 062110055.pdf · bahan bakunya masih impor (BPOM, 2010). Selain itu penggunaan antibiotik

5

6. Analisis Kadar Piperin Ekstrak Buah

Cabe Jawa

Pengujian kadar piperin dari

ekstrak buah cabe jawa dilakukan

dengan Spektrofotometri UV VIS

(AOAC Official Methods Of Analysis,

1995).

a. Pembuatan Larutan Standar Piperin

(Larutan Induk 100ppm)

Larutan induk : Ditimbang 0,1 g standar

piperin, masukkan ke dalam labu ukur

100 mL, larutkan dalam etanol 95%

sampai tanda tera 100 mL. Pipet 10 mL

larutan tersebut ke dalam labu ukur 100

mL, tambahkan etanol 95% sampai

tanda tera. Dari standar induk tersebut

dibuat deret standar konsentrasi 1 ppm, 5

ppm, dan 5 ppm.

b. Larutan Uji

Timbang ± 0,5 g simplisia buah

cabe jawa, masukkan ke dalam

erlenmeyer 250 mL, tambahkan 70 mL

etanol 95% dan Refluks selama 3 jam.

Dinginkan pada temperatur kamar.

Saring filtrat secara kuantitatif ke dalam

labu ukur 250 mL coklat dengan

menggunakan kertas saring, bilas kertas

saring sampai mendekati tanda batas dan

tera dengan etanol 95%. Pipet 5 mL

masukkan ke dalam labu ukur 100 mL,

tera dengan alkohol 95% dan

homogenkan. Ulangi preparasi larutan

uji dengan menggunakan pelarut yang

berbeda yaitu, etil asetat dan hexana.

c. Pengukuran dengan

Spektrofotometer UV-VIS

Ukur larutan standar dan sampel

pada panjang gelombang maksimum 342

nm-345 nm, dengan pelarut sebagai

blanko.

d. Analisis Hasil Spektrofotometer

UV-VIS

Data absorbansi yang didapatkan

dari baku standar piperin kemudian

dibuat persamaan kurva baku.

Persamaan kurva baku yaitu y=a+bx

dengan y= absorbansi yang diperoleh

dari pengukuran, x= konsentrasi terbaca

sampel (ppm). Absorbansi yang

diperoleh dari persamaan kurva baku

kemudian dimasukkan kedalam

persamaan garis kurva baku, maka

didapatkan masing-masing kadar piperin

dalam ekstrak etanol 95%, etil asetat,

dan hexane buah cabe jawa.

e. Perhitungan

Kadar piperin dalam ekstrak buah

cabe jawa, dihitung dengan rumus :

%Kadarpiperin=𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑝𝑝𝑚 ) 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑥 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 100

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10000

7. Uji Aktivitas Antibakteri Buah Cabe

Jawa

Uji daya hambat dilakukan

dengan metode difusi cara cakram Kirby

Bauer. Hasil uji daya hambat antibakteri

didasarkan pada pengukuran diameter

daerah hambat (DDH) pertumbuhan

bakteri yang terbentuk disekeliling

cakram. Kertas cakram yang steril

dimasukkan ke dalam masing-masing

ekstrak sampel hexana, etil asetat, dan

etanol 95%. Cakram tersebut direndam

selama 24 jam. Kemudian disimpan

terlebih dahulu di permukaan cawan

petri steril dan dimasukkan ke dalam

oven suhu 50˚C selama 30 menit, setelah

mengering dipindahkan ke permukaan

media NA yang telah dicemari oleh

bakteri. Adapun cemaran pada media

NA tersebut dilakukan dengan cara

memasukkan 1 ml suspensi bakteri yang

dituangkan ke dalam permukaan agar

dan diulas secara merata dengan

menggunakan cotton swab steril.

Masing-masing sampel uji di

inkubasi dalam inkubator suhu 30 - 35˚C

selama 24 jam. Setelah masa inkubasi

selesai, kemudian di hitung diameter

daerah hambat (DDH) yang terbentuk

pada masing - masing ekstrak, kontrol

positif yaitu kloramfenikol 1 µg/mL, dan

kontrol negatif akuades. Pengujian

dilakukan dengan 2 kali pengulangan.

Page 6: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal lulu 062110055.pdf · bahan bakunya masih impor (BPOM, 2010). Selain itu penggunaan antibiotik

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Determinasi Tanaman

Hasil determinasi tanaman dapat

dilihat pada Lampiran 1. dan

menunjukkan bahwa tanaman yang

digunakan dalam penelitian adalah cabe

jawa dengan nama latin Piper

retrofractum Vahl dari suku Piperaceae.

2. Pembuatan Simplisia

Bagian tanaman yang diambil

yaitu buah cabe jawa yang telah matang

yang berumur 5 bulan. Sebanyak 4 kg

simplisia segar dikeringkan dengan

menggunakan oven pada suhu 55 oC

selama 3 hari dan menghasilkan 1 kg

simplisia kering. Simplisia kering buah

cabe jawa yang diperoleh kemudian

digrinder sampai menjadi serbuk dan di

ayak dengan ayakan mesh 40. Simplisia

buah cabe jawa dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Simplisia buah cabe jawa,

simplisia segar buah cabe jawa (a),

simplisia kering buah cabe jawa (b),

serbuk simplisia buah buah cabe jawa

(c).

Hasil analisis kadar air simplisia serbuk

buah cabe jawa ( Piper retrofractum

Vahl) dapat dilihat pada Tabel 1.

3. Ekstraksi Buah Cabe Jawa

Hasil ekstraksi buah cabe jawa

secara maserasi dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 1 Ekstrak Kental Buah Cabe

Jawa, Ekstrak kental hexana (a), Ekstrak

kental etil asetat (b), ekstrak kental

etanol 95% (c). Rendemen ekstrak buah

cabe jawa dapat dilihat pada Tabel 2.

4. Uji Fitokimia Ekstrak Buah Cabe

Jawa

Hasil uji fitokimia dapat dilihat pada

Tabel 3.

Page 7: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal lulu 062110055.pdf · bahan bakunya masih impor (BPOM, 2010). Selain itu penggunaan antibiotik

7

Uji fitokimia dilakukan terhadap

masing-masing ekstrak heksana, ekstrak

etil asetat, dan ekstrak etanol 95 % dari

buah cabe jawa. Tujuan dari pengujian

fitokimia adalah untuk mengetahui

secara kualitatif adanya metabolit

sekunder dalam tumbuhan yang

diharapkan berperan aktif sebagai

senyawa antibakteri. Uji fitokimia yang

dilakukan meliputi pengujian alkaloid,

flavonoid, triterpenoid-steroid, saponin,

dan tanin.

Tabel 3. Menunjukkan bahwa

ekstrak hexana, etil asetat, dan etanol

95% positif mengandung alkaloid karena

alkaloid dapat larut dalam pelarut polar

dan non polar. Begitu pula dengan

flavonoid yang menunjukkan hasil

positif pada ketiga ekstrak, karena

flavonoid pada umumnya ditemukan

sebagai zat warna merah, ungu, biru, dan

kuning pada tumbuhan. Ekstrak etanol

95%, etil asetat, dan hexana buah cabe

jawa mengandung triterpenoid dan

steroid karena membentuk larutan hijau

dan menurut Taryono dan Agus (2004)

buah cabe jawa mengandung minyak

atsiri. Tanin hanya positif terdapat pada

ekstrak etanol buah cabe jawa karena

tanin merupakan senyawa fenolik yang

larut dalam air, sehingga pada ekstrak

etil asetat dan hexana menunjukkan hasil

negatif. Sedangkan saponin

menunjukkan hasil negatif pada ekstrak

hexana karena tidak terbentuk busa yang

stabil, berbeda dengan ekstrak etanol

95% dan etil asetat yang menunjukkan

hasil positif karena busa yang terbentuk

stabil.

5. Kadar Piperin Ekstrak Buah Cabe

Jawa

Hasil kadar Piperin dapat dilihat pada

Tabel 4.

Gambar 2 Kadar Piperin dalam Ekstrak

Buah Cabe Jawa

Pada pengujian kadar piperin,

ekstraksi dilakukan dengan metode

refluks selama 3 jam dengan pelarut

etanol 95%, etil asetat, dan hexana.

Ekstrak kemudian dilarutkan dengan

masing-masing pelarut dan diukur pada

panjang gelombang maksimum 325 nm-

345 nm. Kadar piperin dapat ditentukan

dengan alat Spektrofotometer UV-VIS

karena dari strukturnya piperin memiliki

gugus kromofor (ikatan rangkap

terkonjugasi) yang dapat dibaca oleh alat

tersebut. Ekstrak yang sudah diencerkan

diukur absorbansinya pada 342 nm - 345

nm, sebab secara kimia spektum

2.49

1.66

0.020

0.250.5

0.751

1.251.5

1.752

2.252.5

2.753

Etanol 95%

Etil Asetat Hexana

Kad

ar P

iper

in (

%)

Ekstrak Buah Cabe Jawa

Page 8: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal lulu 062110055.pdf · bahan bakunya masih impor (BPOM, 2010). Selain itu penggunaan antibiotik

8

ultraviolet piperin menunjukkan adanya

kespesifikan dalam bentuk pita dan

panjang gelombangnya, yaitu panjang

gelombang maksimumnya pada 342 nm

- 345 nm. Pembanding yang digunakan

dalam pengujian kadar piperin dalam

ekstrak buah cabe jawa adalah piperin

murni yang sudah diisolasi. Penggunaan

piperin murni tersebut selain untuk

pembanding juga untuk optimasi

panjang gelombang. Standar piperin

yang digunakan yaitu dari Merck dengan

kemurnian sebesar 98,3 %. Setelah

didapatkan absorbansi dari piperin murni

lalu dibandingkan dengan absorbansi

larutan sampel, setelah itu akan didapat

konsentrasi sampel. Pada analisis kadar

piperin dibuat deret standar piperin

konsentrasi 1, 5, dan 10 ppm. Kadar

piperin yang diperoleh dari ekstrak buah

cabe jawa dengan pelarut etanol 95%,

etil asetat, dan hexana diatas

menunjukkan bahwa kadar piperin

tertinggi diperoleh dari pelarut etanol

95%. Hal ini dikarenakan piperin lebih

larut dalam pelarut polar daripada

pelarut non polar, walaupun beberapa

alkaloid juga larut dalam pelarut non

polar. Kadar piperin cenderung menurun

seiring dengan berkurangnya kepolaran

pelarut, hal ini dikarenakan kelarutan

dari piperin yang semakin tidak larut

dalam pelarut non polar selain petroleum

eter dan kloroform. Karena menurut

Kolhe et all (2011), piperin larut dalam

pelarut nonpolar seperti petroleum eter

dan kloroform.

Kadar yang diperoleh dari

simplisia buah cabe jawa dengan pelarut

etanol 95% sebesar 2,49 % telah

memenuhi persyaratan kadar piperin

dalam simplisia buah cabe jawa menurut

Farmakope Herbal (2009), yaitu ≥ 1,10

%. Tetapi apabila dibandingkan dengan

kadar piperin yang terdapat pada lada

putih dan lada hitam (Piper Nigrum L ),

kandungan piperin lada hitam paling

tinggi dan lada putih lebih tinggi

daripada cabe jawa (Septiatin, 2008).

6. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak

Buah Cabe Jawa

Hasil uji aktivitas antibakteri buah cabe

jawa dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan Tabel 5.

kloramfenikol menunjukkan adanya

zona hambat yang besar pada ketiga

bakteri E.coli, S.aureus, dan B.substilis.

Ekstrak etanol 95% menunjukkan zona

hambat pada bakteri E.coli, S.aureus,

dan B.substilis. Hasil pengukuran DDH

pada bakteri E.coli adalah sebesar 11,74

mm, S.aureus adalah 14,51 mm, dan

bakteri B.substilis sebesar 12,94. Dari

hasil tersebut menunjukkan bahwa

bakteri gram positif bentuk bulat

S.aureus lebih sensitif dibandingkan

dengan bakteri gram negatif bentuk

batang pendek E.coli dan B. Substilis.

Bakteri gram positif cenderung lebih

sensitif terhadap komponen antibakteri

karena struktur dinding selnya lebih

sederhan sehingga memudahkan

senyawa antibakteri untuk masuk ke

dalam sel dan menemukan sasaran

kerjanya. Sedangkan bakteri gram

negatif memiliki struktur membran yang

Page 9: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal lulu 062110055.pdf · bahan bakunya masih impor (BPOM, 2010). Selain itu penggunaan antibiotik

9

berlapis-lapis dan lebih kompleks,

diantaranya mengandung lipoprotein,

lipopolisakarida, dan peptidoglikan

(Pelezar & Chan, 1986). Karena itu pula,

pada ekstrak etil asetat dan hexana buah

cabe jawa tidak menunjukkan adanya

zona hambat pada cemaran bakteri E.coli

pada konsentrasi 9x106 sel bakteri/mL.

Kandungan zat aktif yang berfungsi

sebagai antibakteri hanya sedikit

jumlahnya pada ekstrak hexana dan etil

asetat buah cabe jawa sehingga tidak

mampu menghambat cemaran bakteri

E.coli.

Berdasarkan hasil pengukuran

DDH, bakteri gram positif bentuk bulat

S.aureus lebih sensitif dibandingkan

dengan bakteri gram positif bentuk

batang B.substillis, Hal ini disebabkan

B.substillis dapat membentuk endospora

yang membuat bakteri lebih mampu

bertahan hidup pada berbagai jenis

larutan kimia dan lingkungan yang tidak

menguntungkan.

Lebar zona hambat yang

terbentuk dipengaruhi oleh konsentrasi

bahan aktif yang terkandung dalam

masing-masing ekstrak buah cabe jawa,

sensitivitas bakteri yang digunakan

terhadap ekstrak, serta kecepatan difusi

bahan aktif yang terdapat dalam ekstrak

terhadap medium agar. Selain itu,

kondisi lingkungan media bakteri uji

yaitu suhu, waktu inkubasi, umur bakteri

juga mempengaruhi lebar zona hambat

yang terbentuk pada tiap perlakuan

konsentrasi ekstrak. Hal ini sesuai

dengan pendapat Rajendra (2011) bahwa

senyawa tanin yang terkandung dalam

suatu bahan dapat menyebabkan

denaturasi dan koagulasi protein sel

bakteri, sehingga akan menyebabkan

kematian sel bakteri. Hadioetomo

(1993), menyatakan bahwa waktu

inkubasi, umur dan jumlah sel bakteri

berpengaruh terhadap pengujian daya

hambat suatu bahan sebagai antibakteri.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

terhadap ekstrak buah cabe jawa, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak Hexana dan etil asetat buah

cabe jawa memiliki potensi aktivitas

antibakteri terhadap bakteri S.aureus

dan B.substilis. Diameter Daya

Hambat (DDH) ekstrak hexana

masing-masing sebesar 10,46 mm dan

sebesar 9,63 mm. Diameter Daya

Hambat (DDH) ekstrak etil asetat

masing-masing sebesar 9,15 mm dan

sebesar 7,56 mm. Ekstrak Etanol

95% memiliki potensi aktivitas

antibakteri terhadap bakteri E.coli,

S.aureus dan B.substilis dengan

Diameter Daya Hambat (DDH)

masing-masing sebesar 11,74 mm,

14,51 mm, dan 12,94 mm

2. Kadar piperin yang diperoleh dengan

pelarut etanol 95 % yaitu sebesar 2,49

%, pelarut etil asetat sebesar 1,66%,

dan pelarut hexana sebesar 0,02%.

Terdapat perbedaan kadar piperin

yang diperoleh dari ketiga pelarut

dengan kadar piperin terbesar

diperoleh dari pelarut etanol 95%.

2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut tentang metode paling efektif

untuk menentukan aktivitas antibakteri

ekstrak buah cabe jawa untuk

memperoleh Diameter Daya Hambat

yang paling besar dan validasi metode

analisis untuk penentuan kadar piperin

dalam ekstrak buah cabe jawa.

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal lulu 062110055.pdf · bahan bakunya masih impor (BPOM, 2010). Selain itu penggunaan antibiotik

10

Association of Official Analytical

Chemists (AOAC). 1995. Official

Methods on Analysis. AOAC,

Washington, DC, USA.

BPOM. 2010. Acuan Obat Sediaan

Herbal Volume Kelima, Edisi

Pertama. Badan POM RI.

Jakarta.

Craig, W.A. 1998. Choosing An

Antibiotic On The Basis of

Pharmacodynamics. Ear

NoseThroat J, New England.

Depkes RI. 1995. Pokok-Pokok

Pemantapan dan Pengembangan

Sistem Informasi Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI.

Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2000.

Inventaris Tanaman Obat

Indonesia Jilid 1, Departemen

Kesehatan RI. Jakarta.

Dwidjoseputro. 1990. Dasar-Dasar

Mikrobiologi. Universitas

Brawijaya, Djambatan. Malang

Edeoga, H.O., D.E.Okwu and

B.O.Mbaebre. 2005.

Phytochemical Constituent of

Some Nigerian Medicinal Plants.

Afr Journal of Biotechnology 4:

685-688.

Emmyzar. 1992. Pemanfaatan komoditas

cabe jawa dalam usaha

meningkatkan pendayagunaan

toga. Warta Tumbuhan Obat

Indonesia. Volume 1, Nomor 3

Juli 1992.

Farmakope Herbal Indonesia. 2009.

Farmakope Herbal Indonesia

Edisi Pertama. Kemenkes RI.

Jakarta : 21-25

Farmakope Indonesia. 2014. Farmakope

Indonesia Edisi V. Kemenkes RI.

Jakarta

Ganiswarna S.G. 1995. Farmakologi dan

Terapi. ed. 4, UI Fakultas

Kedokteran. Jakarta

Hadioetomo, Ratna Siri. 1993.

Mikrobiologi Dasar Dalam

Praktek. PT Gramedia

PustakaUtama. Jakarta

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia.

Edisi ke-2. Kosasih Padmawinata,

penerjemah. : ITB-Press.

Bandung.

Heinrich, Michael., Barnes, Joanne.,

Gibson, Simon., Williamso,

Elizabeth M. 2004. Fundamental

Of Pharmacognosy and

Phisycotherapi. Elsevier.

Hungary

Jawetz.,J.L. Melnick, E.A. Adelberg,

G.F. Brooks, J.S. Butel, L.N.

Ornston. 1995. Medical

Microbiology. ed 20, University

of California. San Francisco.

Joy Beena, Sandhya C P, and Ramitha K

R. 2010. Comparison and

Bioevaluation of Piper Longum

Fruit Extract. JOCPR. India.

Katzung, B.G. 1998. Basic and Clinical

Pharmacology. 7th ed. Prentice Hall

Inc, Appleton & Lange. p.743-745.

USA.

Kemenkes RI. 2012. Buletin Jendela

Data dan Informasi Kesehatan

Semester II. Kementrian

Kesehatan RI. Jakarta

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar

Kimia Analitik. Universitas

Indonesia Press. Jakarta.

Kolhe Smita R, Borole Priyanka, Patel

Urmi. 2011. Extraction and

Evaluation Of Piperine From

Piper nigrum Linn. IJABPT. India.

Kritikar, KR. And BD. Basu. 1984.

Piper longum Linn. Indian

Medicinal Plants. Periodical

Expert Book Agency, New Delhi.

India.

Kumoro, A.C., Singh, Harcharan.,

Hasan, Masitah. 2009. Solubility

Of Piperine In Super Critical and

Near Critical Carbon Dioxide.

Page 11: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal lulu 062110055.pdf · bahan bakunya masih impor (BPOM, 2010). Selain itu penggunaan antibiotik

11

Chinese Journal Chemical

Engineering, 17 (^) 1014-1020.

Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida,

Fenil Propanoida, dan Alkaloida.

USU Repository. Medan.

Manoj, P., Soniya. E. V., Banerjee, N.S.,

Ravichandran, P. 2004. Recent

Studies On Well-Know Spice,

Piper Longum Linn. Natural

Product Radiance vol 3 (4). USA.

Mulja M., Suharman. 1995. Analisis

Instrumental. Airlangga University

Press. Surabaya.

Nuraini, A. 2003. Mengenal Etnobotani

Beberapa Tanaman yang

Berkhasiat Sebagai Afrodisiaka.

InfoPOM, Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik Indonesia

IV(10):1-4. Jakarta.

Noirot, P. 2007. Replication Of The

Bacillus Substillis Chromosome,

Bacillus Cellular and Molecular

Biology. Grauman P,ed, Caister

Academic Press.

Pelezar, M. J. Jr dan E. C. S. Chan.

1986. Dasar-dasar Mikrobiologi.

Diterjemahkan oleh Hadioetomo,

R. S, dkk. UI Press. Jakarta.

Pelezar, M. J. Jr dan E. C. S. Chan.

1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2.

Diterjemahkan oleh Hadioetomo,

R. S, dkk. UI Press. Jakarta.

Rajendra, C.E.,G.S.,Magadum, M.A.

Nadaf, S.V. Yasghoda, M.

Manjula. 2011. Phytochemical

Screening of the Rhizoma of

Kaempfiria galanga l.

Internasional Journal of

Pharmacognocy and

Phytochemical

Research,2011:3(3):61-63 Robinson, Trevor. 1995. Kandungan

Organik Tumbuhan Tingkat

Tinggi. ITB. Bandung.

Sastrohamidjojo, H. 2001. Dasar-dasar

Spektroskopi. Liberty. Yogyakarta

Septiatin, Eatin. 2008. Apotek Hidup

dari Rempah-rempah, Tanaman

Hias, dan Tanaman Liar. CV.

Yrama Widya. Bandung.

Siswandono dan Soekarjo. 1995. Kimia

Medisinal. Airlangga University

Press, Surabaya.

Smith – Keary P. F. 1988. Genetic

Element in Escherichia coli.

Macmillan Moleculer Biology

Series, London: 1-9, 49 -54

Soewondo ES. 2002. Penatalaksanaan

diare akut akibat infeksi

(Infectious Diarrhoea). Airlangga

University Press. Surabaya : 34 –

40.

Srinivasa, RP., j. Kaiser, P.

Madhusudhan, G. Anjani and B.

DAS. 2001. Antibacterial Acivity

of isolates from Piper longum and

Toxus bacc baccata. Pharm. Biol.

Sumarnie,. Priyono, H,. Praptiwi. 2009.

Identifikasi Senyawa Kimia dan

Aktivitas Antibakteri Ekstrak

Piper Sp.Asal Papua. LIPI. Bogor.

Taryono,. Agus R. 2004. Cabe jawa.

Penebar Swadaya, Jakarta :1-63.

Tjay, Tann Hoan., Rahardja, Kirana.

2008. Obat-Obat Penting. Penerbit

Elexmedia Komputindo. Jakarta.

Voight, 1995. Buku Pelajaran Teknologi

Farmasi. Alih Bahasa Drs.

Soendari. Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus

dalam Buku Ajar Mikrobiologi

Kedokteran. Edisi Revisi. Binarupa

Aksara. Jakarta . hal. 103-110.

Yuwono. 2009. MRSA : Disertasi.

Fakultas Kedokteran UNPAD.

Bandung.

Page 12: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KADAR …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal lulu 062110055.pdf · bahan bakunya masih impor (BPOM, 2010). Selain itu penggunaan antibiotik

12