25
TUGAS PARASITOLOGI VETERINER Cacing Pita Taenia solium OLEH Kelompok 2 Nurmauliah S. (O11114001) Suci Sulfiani (O11114002) Lola Adriana (O11114003) Nurfaatimah Azzahrah (O11114506) Sri Ravida (O11114507) Ummu Hani (O11114508) Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Taenia Solium i

Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Taenia Solium

Citation preview

Page 1: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

TUGAS

PARASITOLOGI VETERINER

Cacing Pita Taenia solium

OLEH

Kelompok 2

Nurmauliah S. (O11114001)

Suci Sulfiani (O11114002)

Lola Adriana (O11114003)

Nurfaatimah Azzahrah (O11114506)

Sri Ravida (O11114507)

Ummu Hani (O11114508)

Program Studi Kedokteran HewanFakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin 2015

Taenia Solium i

Page 2: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

Cacing Pita Taenia solium

A. Pendahuluan

Taenia solium merupakan infeksi yang endemik pada Amerika Tengah

dan Selatan serta beberapa negara di Asia Tenggara seperti Korea, Thailand,

India, Filipina, Indonesia, Afrika, Eropa Timur, Nepal, Bhutan, dan China.

Prevalensi tertinggi ditemukan pada Amerika Latin dan Afrika. Bahkan,

prevalensi beberapa daerah di Mexico dapat mencapai 3,6% dari populasi

umum . Bolivia merupakan salah satu negara dengan prevalensi tertinggi

selain Brazil, Ekuador, Mexico, dan Peru di America Latin (sesuai dengan

kriteria Pan American Health Organization, negara-negara dengan tingkat

lebih dari 1% dianggap memiliki tingkat prevalensi tinggi).

Negara Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk

merupakan masyarakat beragama muslim dan tidak mengkonsumsi daging

babi. Namun, ada beberapa daerah, seperti Bali dan Papua, yang banyak

mengkonsumsi daging babi. Sampai saat ini, Papua masih menjadi daerah

endemik taeniasis dan sistiserkosis.

Provinsi Papua, tepatnya di Kabupaten Jayawijaya, memiliki prevalensi

taeniasis solium sebesar 15%. Sedangkan di Bali, dahulu merupakan daerah

endemis bagi taeniasis dan sistiserkosis, telah dilakukan penghentian transmisi

dari sistiserkosis (Siahaan, 2012).

Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui cacing pita

Taenia Solium, karena akan sangat berbahaya ketika kita terkena penyakit

yang disebabkan oleh Taenia Solium. Berikut akan dijelaskan mengenai

pengartian, morfologi, siklus hidup, juga pencegahan dan pengobatan dari

penyakit dari Taenia Solium.

B. Pengertian

Taenia solium , dikenal sebagai cacing pita babi , ditemukan di seluruh

dunia . Hal ini terutama terjadi di negara-negara berkembang di mana babi

dibesarkan dalam kondisi sanitasi yang buruk . Di belahan bumi Barat , itu adalah

Taenia Solium 1

Page 3: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

sebagian besar ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah . Kanada, Amerika

Serikat , Argentina dan Uruguay empat negara dari kawasan ini yang tampaknya

telah diberantas cacing pita , meskipun kasus infeksi Taenia solium pada orang

telah muncul baru-baru ini . Kemunculan ini telah dikaitkan dengan meningkatnya

jumlah imigran dari negara-negara dengan transmisi cacing pita , yang host ke T.

Solium (Chung, 2011).

Taenia solium adalah salah satu jenis cacing pita yang berparasit di dalam

usus halus manusia. Taenia solium (cacing pita babi) merupakan infeksi cacing

yang distribusinya kosmopolit. Cacing ini menginfeksi baik manusia dan babi.

Manusia biasanya sebagai hospes definitif atau hospes perantara, sedangkan babi

sebagai hospes perantara. Habitat cacing yang telah dewasa di dalam usus halus

(jejunum bagian atas) manusia, sedangkan larvanya terdapat di dalam jaringan

organ tubuh babi (Siahaan, 2012).

Dalam klasifikisai taksonomi cacing ini termasuk kelas Eucestoda, ordo

Taenidae, dan genus Taenia. Tergolong dalam satu jenis genus dengan Taenia

solium adalah Taenia saginata dan Taenia asiatica yang juga bersifat zoonosis.

Taenia Solium dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Wikipedia, 2015) :

Klafisikasi Ilmiah

Kerajaan

:Animalia

Filum: Platyhelminthes

Kelas: Cestoda

Ordo: Cyclophyllidea

Famili: Taeniidae

Genus: Taenia

Spesies: T. solium

Nama binomial

Taenia solium

Linnaeus, 1758

Taenia Solium 2

Page 4: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

Taenia solium adalah cacing pita endoparasit zoonotik usus ditemukan di

seluruh dunia, dan yang paling umum di negara-negara di mana babi dimakan

(Wikipedia, 2015).

Taenia solium dewasa hidup parasit pada saluran pencernaan manusia

(usus). Inang perantaranya (hospes intermediet) adalah babi dan manusia

bertindak sebagai inang tetapnya (hospes definitifnya) (Wikipedia, 2015).

Taenia solium (cacing pita babi) adalah cacing pita pipih seperti taenia

saginata yang berwarna putih. Meskipun secara morfologis sangat mirip dengan

Taenia saginata, Taenia solium sedikit lebih pendek dan memiliki skoleks (organ

lampiran) yang berbeda. Skoleks Taenia solium memiliki 4 pengisap besar dengan

dua baris pengait. Cacing pita dewasa tumbuh menjadi sekitar 6 mm lebar dan 2-7

m panjangnya, dengan sekitar 800 segmen yang disebut proglotida. Saat cacing

pita tumbuh di usus, proglotida matang yang disebut proglotida gravid akan

dilepas keluar tubuh manusia. Setiap proglotida gravid berisi organ reproduksi

jantan dan betina dan 30-40 ribu rumah telur berisi embrio. Taenia solium

memiliki pola penularan yang sangat mirip dengan Taenia saginata. Manusia

adalah inang definitif dengan babi sebagai hospes perantara. Infeksi pada manusia

dimulai dengan mengkonsumsi daging babi mentah atau kurang matang yang

terinfeksi (Kamus Kesehatan, 2015).

Infeksi cacing pita telah tercatat dalam sejarah dari 1500 SM dan telah

diakui sebagai salah satu parasit manusia awal . Infeksi Taenia solium telah diakui

sejak zaman Alkitab dan siklus hidup parasit telah diidentifikasi sejak tahun 1850-

an . Meskipun T. solium dan T. saginata yang sangat mirip , infeksi T. solium

ekstraintestinal jauh lebih berbahaya dan serius (Anonim, 2001)

C. Penyebaran

Penyebaran Taenia solium bersifat kosmopolit,terutama di negara – negara

yang mempunyai banyak peternakan babi dan di tempat daging babi banyak

dikonsumsi seperti di eropa, Amerika Latin, Republik Rakyat Cina, India, dan

Taenia Solium 3

Page 5: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

Amerika Utara. Penyakit ini tidak pernah ditemukan di negara Islam yang

melarang pemeliharaan dan mengkonsumsi babi. Kasus taeniasis atau sistiserkosis

juga ditemukan pada beberapa wilayah di Indonesia, antara lain Irian Jaya, Bali,

dan Sumatera Utara. Infeksi penyakit ini juga sering dialami oleh para

transmigran yang berasal dari daerah – daerah tersebut.

Penyakit yang disebabkan cacing pita ini, sering dijumpai di daerah

dimana orang – orang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi daging babi yang

dimasak tidak sempurna. Disamping itu kondisi kebersihan lingkungan yang jelek

dan melakukan defekasi di sembarang tempat memudahkan babi mengkonsumsi

tinja manusia. Penularan Taenia solium jarang terjadi di Amerika, Kanada, dan

jarang sekali terjadi di Inggris, dan di negara – negara skandinavia. Penularan oral

vekal oleh karena kontak dengan imigran yang terinfeksi oleh Taenia solium

dilaporkan terjadi dengan frekuensi yang meningkat di Amerika. Para imigran

dari daerah endemis nampaknya tidak mudah untuk menyebarkan penyakit ini ke

negara-negara yang kondisi sanitasinya baik.

D. Morfologi cacing dan telur Taenia Solium

Taenia solium merupakan Cacing pita babi pada manusia. Cacing dewasa

terdapat pada usus halus mannusia, dan dapat mencapai 2 sampai 7 m dan dapat

bertahan hidup selama 25 tahun atau lebih. Secara umum, cacing yang

diklasifikasikan kedalam kelas cescota ini memiiki ciri-ciri umum sebagai berikut

(Ika, 2015) :

1. Tubuh cacing ini pipih (Platy) seperti pita yang terdiri atas tiga bagian

yaitu skoleks, leher, dan strobili. struktur tubuh cacing ini terdiri atas

kepala (skoles) dan rangkaian segmen yang masing-masing disebut

proglotid. Pada bagian kepala terdapat 4 alat isap (Rostrum) dan alat kait

(Rostellum) yang dapat melukai dinding usus. Organ pelekat atau skoleks,

mempunyai empat batil isap yang besar serta rostelum yang bundar dengan

dua baris kait berjumlah 22-32 kait. Kait besar (dalam satu baris)

Taenia Solium 4

Page 6: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

mempunyai panjang 140 – 180 mikron dan bagian yang kecil (dalam baris

yang lain) panjangnya 110-140 mikron. Disebelah belakang skoleks

terdapat leher/daerah perpanjangan (strobilus). Bagian lehernya pendek

dan kira – kira setengah dari lebar skoleks.

2. Strobila Taenia solium tersusun atas 800 sampai 1000 segmen

(proglotida). proglotid imatur bentuknya lebih melebar daripada

memanjang, yang matur berbentuk mirip segi empat dengan lubang

kelamin terletak di bagian lateral secara berselang seling di bagian kiri dan

kanan proglotid berikutnya, sedang segmen gravid bentuknya lebih

memanjang daripada melebar. Proglotid gravid panjangnya 10-12 x 5-6

mm, dan uterus mempunyai cabang pada masing – masing sisi sebanyak 7

– 12 pasang. Segmen yang gravid biasanya dilepas secara berkelompok 5-

6 segmen tetapi tidak aktif keluar dari anus. Proglotid gravid dapat

mengeluarkan telur 30.000 – 50.000 butir telur.

3. Cacing ini tergolong sebagai hemaprodit yaitu individu yang berkelamin

ganda (jantan dan betina) dimana kedua organ kelaminnya berada pada

setiap segmen. artinya menghasilkan ovum dan sperma dalam satu

proglotid.

4. Taenia solium tidak memiliki organ pencernaan sehingga untuk

memperoleh nutrisi yang dibutuhkannya cacing ini mengambil dari

inangnya dengan menggunakan bagian tubuhnya yang bernama tugumen.

5. Sistem ekskresinya menggunakan terdiri dari collecting canal dan flame

cell

6. Nama larva cacing Taeinia solium disebut Cysticercus cellulosae

7. Sistiserkosis dan taeniasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh

infeksi Taenia solium

8. Telurnya berbentuk bulat atau sedikit oval (31 -43 mikro meter),

mempunyai dinding yang tebal, bergaris garis, dan berisi embrio heksakan

berkait enam atau onkosfer. Telur – telur ini dapat tetap bertahan hidup di

dalam tanah untuk berminggu –minggu.

Taenia Solium 5

Page 7: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

Gambar D.1 Morfologi cacing Taenia Solium dan Morfologi telur Taenia Solium (Ika,

2015).

Gambar D.2 Cacing Taenia Solium (Alvyanto, 2010).

Gambar D.3 Cacing Taenia Solium A. Scolex B. Kait-kait pada Scolex C. Proglotid

(Natadiasastra dan Ridad, 2009).

Taenia Solium 6

Page 8: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

E. Siklus Hidup

Adapun siklus hidup Taenia Solium mulai dari telur sampai pada hospes

definitifnya (manusia) adalah sebagai berikut (Ika, 2015) :

Taenia solium yang berparasit di bagian proksimal jejunum dapat bertahan

hidup selama 25 sampai 30 tahun dalam usus halus manusia. Cacing ini

mendapatkan nutrisinya dengan menyerap isi usus. Cacing pita dewasa akan mulai

mengeluarkan telurnya dalam tinja penderita taeniasis antara 8 -12 minggu setelah

orang yang bersangkutan terinfeksi (Chin dan Kandun 2000) Sewaktu - waktu

proglotida gravid berisi telur akan dilepaskan dari ujung  strobila cacing dewasa

dalam kelompok – kelompok yang terdiri dari 5 sampai 6 segmen.  Prolotida

gravid keluar bersama tinja penderita. Telur dapat pula keluar dari proglotida pada

waktu berada di dalam usus manusia. Di luar tubuh telur akan menyebar ke tanah

lingkungan sekitar dimana telur tersebut mampu bertahan hidup selama 5-9 bulan.

Infeksi akan terjadi apabila telur berembrio tertelan oleh babi. Di dalam

lumen usus halus telur akan menetas dan mengeluarkan embrio (onkosfer).

Selanjutnya onkosfer tersebut menembus dinding usus, masuk ke pembuluh limfe

atau aliran darah, dibawa ke seluruh bagian tubuh dan akhirnya mencapai organ –

organ yang seperti otot jantung, otot lidah, otot daerah pipi, otot antar tulang

rusuk, otot paha, paru-paru, ginjal, hati. Kista mudah terlihat pada tempat

predileksi tadi antara 6 hingga 12 hari setelah infeksi. Sistiserkus kemudian

terbentuk pada organ-organ tersebut dan dikenal dengan Cysticercus Cellulosae.

Bila daging babi yang mengandung  parasit ini dimakan oleh manusia, kista akan

tercerna oleh enzim pencernaan sehingga calon skoleks (protoskoleks) akan

menonjol keluar. Selanjutnya protoskoleks tersebut akan menempel pada mukosa

jejunum dan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam waktu bebrapa bulan.

Cysticercus cellulosae juga dapat dijumpai pada manusia, yaitu di jaringan

sub kutan, mata, jantung dan otak. Kejadian ini disebabkan tertelannya makanan

atau minuman yang terkontaminasi oleh telur parasit tersebut. Sumber

kontaminasi parasit ini berupa tinja manusia yang mengandung

parasit, dan tangan manusia yang kotor yang terkontaminasi telur Taenia solium.

Taenia Solium 7

Page 9: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

Apabila manusia memekan daging babi yang mengandung Cysticercus ini maka

Cysticercus akan tumbuh menjadi cacing pita dewasa dalam usus manusia.

Kemudian daur hidup cacing ini akan terulang kembali.

Secara singkat daur hidup dari Taenia Solium adalah: Telur → termakan

oleh hospes → embrio keluar dr telur → menembus dinding usus → saluran getah

bening/darah →tersangkut diotot hospes → larva sistiserkus → daging hospes

dimakan manusia (dinding kista dicerna) → skoleks mengalami eviginasi →

melekat pd dinding usus halus → dewasa (3 bulan) → melepas proglotid dengan

telur (Alvyanto, 2010).

Gambar E.1 Siklus hidup Taenia Solium (Yuni, 2014)

F. Patologi dan Gejala Klinis

Nama penyakit yang disebabkan oleh cacing dewasa adalah Taeniasis solium

dan yang disebabkan oleh stadium larva adalah sistiserkosis. Cacing dewasa yang

biasanya berjumlah seekor, tidak menyebabkan gejala klinis yang berarti. Bila

ada, dapat berupa nyeri ulu hati, mencret, mual, obstipasi dan sakit kepala. Darah

tepi dapat menunjukkan eosinofilia (Triyaniuc, 2013).

Taenia Solium 8

Page 10: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

Jika manusia menelan proglotid atau telur Taenia Solium larva Cysticercus

cellulosae dapat tumbuh di dalam tubuh hospes tersebut menimbulkan penyakit

yang disebut Cysticercosis cellulosae (Natadiasastra dan Ridad, 2009).

Gejala klinis yang lebih berarti dan sering diderita, disebabkan oleh larva dan

disebut sistiserkosis. Infeksi ringan biasanya tidak menunjukkan gejala, kecuali

bila alat yang dihinggapi adalah alat tubuh yang penting. Pada manusia,

sistisserkus atau larva taenia solium sering menghinggapi jaringan subkutis, mata,

jaringan otak, otot, otot jantung, hati, paru dan rongga perut. Walaupun sering

dijumpai, kalsifikasi (perkapuran) pada sistiserkus tidak menimbulkan gejala,

akan tetapi sewaktu-waktu terdapat pseudohipertrofi otot, disertai gejala miositis,

demam tinggi dan eosinofilia (Triyaniuc, 2013).

Pada jaringan otak atau medula spinalis, sistiserkus jarang mengalami

klasifikasi. Keadaan ini sering menimbulkan reaksi jaringan dan dapat

mengakibatkan serangan ayan (epilepsi), meningo-ensefalitis, gejala yang

disebabkan oleh tekanan intrakranial yang tinggi seperti nyeri kepala dan kadang-

kadang kelainan jiwa. Hidrosefalus internus dapat terjadi, bila timbul sumbatan

aliran cairan serebrospinal. Sebuah laporan menyatakan bahwa sebuah sstiserkua

tunggal yang ditemukan dalam ventrikel IV dari otak, dapat menyebabkan

kematian (Muslim, 2009 ; Triyanuic,2013).

Telur taenia solium (cacing pita babi) bisa menetas di usus halus, lalu

memasuki tubuh atau struktur organ tubuh., sehingga muncul penyakit

Cysticercosis, cacing pita cysticercus sering berdiam di jaringan bawah kulit dan

otot, gejalanya mungkin tidak begitu nyata ; tetapi kalau infeksi cacing pita

Cysticercus menjalar ke otak, mata atau ke sumsum tulang akan menimbulkan

efek lanjutan yang parah.

Cara infeksinya melalui oral karena memakan daging babi atau sapi yang

mentah atau setengah matang dan me-ngandung larva cysticercus. Di dalam usus

halus, larva itu menjadi dewasa dan dapat menyebabkan gejala gastero- intestinal

seperti rasa mual, nyeri di daerah epigastrium, napsu makan menurun atau

meningkat, diare atau kadang-kadang konstipasi. Selain itu, gizi penderita bisa

menjadi buruk se-hingga terjadi anemia malnutrisi. Pada pemeriksaan darah tepi

Taenia Solium 9

Page 11: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

didapatkan eosinofilia. Semua gejala tersebut tidak spesifik bahkan sebagian besar

kasus taeniasis tidak menunjukkan gejala (asimtomatik).

G. Diagnosis dan Pemeriksaan Laboratorium

G.1 Diagnosis

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan ditemukannya cacing di dalam

tinja. Sepotong selotip ditempelkan di sekeliling lubang dubur, lalu dilepas dan

ditempelkan pada sebuah kaca obyek dan diperiksa dibawah mikroskop untuk

melihat adanya telur parasit. Melalui mikroskop memeriksa sample tinja

apakah ada telur cacing parasit, ookista protozoa dan takizoit.

Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan

laboratorium. Anamnesis: penderita pernah mengeluarkan benda pipih

berwarna putih seperti “ampas nangka” bersama tinja atau keluar sendiri dan

bergerak-gerak. Benda itu tiada lain adalah potongan cacing pita (proglotid).

Cara keluarnya proglotid Taenia solium berbeda dengan Taenia saginata.

Proglotid Taenia solium biasanya keluar bersama tinja dalam bentuk rangkaian

5–6 segmen. Sedangkan Taenia saginata, proglotidnya keluar satu-satu

bersama tinja dan bahkan dapat bergerak sendiri secara aktif hingga keluar

secara spontan.

G.2 Pemeriksaan Laboratorium

Secara makroskopis (melihat tanpa menggunakan alat), yang

diperhatikan dalam hal ini adalah bentuk proglotidnya yang keluar bersama

tinja. Bentuknya cukup khas, yaitu segiempat panjang pipih dan berwarna putih

keabu-abuan.

Pemeriksaan secara mikroskopis untuk mendeteksi telurnya dapat

dikerjakan dengan preparat tinja langsung (directsmear) memakai larutan

eosin. Cara ini paling mudah dan murah, tetapi derajat positivitasnya rendah.

Untuk mendapatkan hasil positivitas yang lebih tinggi, pemeriksaan dikerjakan

dengan metoda konsentras (centrifugal flotation) atau dengan cara perianal

swab memakai cellophane tape.

Jika hanya menemukan telur dalam tinja, tidak bisa dibedakan taeniasis

Taenia solium dan taeniasis Taenia saginata. Agar dapat membedakannya,

Taenia Solium 10

Page 12: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

perlu mengadakan pemeriksaan scolex dan proglotid gravidnya. Scolex dan

proglotid gravid dibuat preparat permanen diwarnai dengan borax carmine atau

trichrome, kemudian dilihat di bawah mikroskop. Dengan memperhatikan

adanya kait-kait (hooklet) pada scolex dan jumlah percabangan lateral

uterusnya, maka dapat dibedakan spesies Taenia solium dan Taenia saginata.

Pada scolex Taenia solium terdapat rostellum dan hooklet, sedangkan pada

Taenia saginata tidak terdapat. Percabangan lateral uterus Taenia solium

jumlahnya 7–12 buah pada satu sisi, dan Taenia saginata 15-30 buah.

Ada cara yang lebih sederhana untuk memeriksa proglotid gravid, yaitu

dengan memasukkan proglotid itu ke dalam larutan carbolxylol 75%. Dalam

waktu satu jam, proglotid menjadi jernih dan percabangan uterusnya tampak

jelas. Cara lainnya yang paling sederhana dan gampang dikerjakan ialah

dengan menjepitkan proglotid yang masih segar di antara dua objek gelas

secara pelan dan hati-hati. Proglotid akan tampak jernih dan percabangan

uterusnya yang penuh berisi telur tampak keruh. Pemeriksaan bisa gagal

apabila percabang- an uterusnya robek dan semua telurnya keluar .

H. Pengobatan

Cara pengobatan cacing (Muslim, 2009):

1. Pengamanan: sehari sebelum terapidilakukan pengosongan lambung dan

memakan makanan cair . kemudian pada hari terapi dilakukan puasa dan

pengurasan isis lambung lagi.

2. Pemberian obat: jika perlu diberikan antiemetic (mencegah muntah) 1-2

jam penderita dicahar lagi untuk mengeluarkan cacing yang sudah lemah.

Agar efektif dilakukan pengulangan terapi setelah 2 minggu dan 3 bulan.

Terapi berhasil jika ditemukan skoleks dalam feses.

3. Jenis obat yang dapat digunakan adalah niklosamid (cacingkeluar tidak

utuh), mepakrin (pada orang dewasa) cacing keluar utuh. Pengobatan

tradisional dapat diberikan biji labu dan pinang.

Taenia Solium 11

Page 13: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

Cacing dewasa dianjurkan penggunaan praziquantel atau niklosamid. Karena

kemungkinan Cysticercus dapat terjadi melalui autoinfeksi, pasien harus segera

diobati setelah diagnosis ditegakkan.

Prognosis pada pasien sangat baik bila terdapat cacing dewasanya, baik bila

sistiserkus dapat diambil dengan tindakan bedah, dan buruk bila terdapat parasit

dalam bentuk rasemosa, terutama dalam otak. Beberapa regimen obat baru juga

terbukti sangat efektif untuk membunuh sistiserkus.

I. Epidemiologi danPencegahan 

Walaupun cacing ini kosmopolit, frekuensi infeksi Tenia Solium pada manusia

berbeda-beda di dunia. Di amerika serikat parasit dewasa jarang sekali ditemukan

pada manusia karena babi tidak diizinkan masuk ke tempat pembuangan feses

manusia. Kebiasaan hidup penduduk yang dipengaruhi oleh tradisi kebudayaan

dan agama berperan penting. Konsumsi daging yang matang, setengah matang,

atau mentah dan pengertian tentantang kesehatan dan hygiene berperan penting

dalam penularan cacing Taenia Solium maupun Cysticercus Cellulose.

Pengobatan perorangan ataupun pengobatan masal harus dilaksanakan supaya

penderita tidak menjadi sumber infeksi bagi diri sendiri maupun babi dan hewan

lain (Muslim, 2009).

Pendidikan mengenai kesehatan harus dirintis. Cara beternak babi harus

diperbaiki, agar tidak ada kontak dengan feses manusia. Sebaiknya untuk ternak

babi harus digunakan kandang yang bersih dan makanan ternak yang sesuai.

Frekuensi parasit pada babi, yang pada beberapa Negara mencapai 25 % adalah

paling tinggi karena sanitasi tidak ada dan pembuangan feses dilakukan menurut

cara-cara yang salah (Muslim, 2009).

Pencegahan dan upaya pengendalian merupakan hal yang penting untuk

diperhatikan guna menurunkan prevalensi penyakit Taeniasis maupun

sistiserkosis. Tindakan pengendalian meliputi :

Taenia Solium 12

Page 14: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

1. Mencucinya sebelum dimasak, rebus dahulu hingga 100 derajat celcius

lebih, lalu diolah dan dimasak hingga benar-benar matang. Tetapi menurut

hasil reset laboratorium Kota Batam, lebih dianjurkan jika kita mengurangi

memakan daging babi, karena terdapat Taenia solium di mana panjang

cacing ini kurang lebih hingga 200.000 cm yang akan berarang juga di

perut yang mengonsumsinya (Wikipedia, 2015).

2. Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati semua penderita

Taeniasis disuatu daerah

3. Meningkatkan pendidikan masyarakat dengan memberikan berbagai

penyuluhan kepada masyarakat

4. Meningkatkan kebersihan Higiene, sanitasi diri dan lingkungan meliputi :

Pembangunan sarana sanitasi misalnya kaskus dan septic tank serta

penyediaan sumber air bersih.

5. Melakukan pemusatan pemotongan ternak di rumah pemotongan hewan

(RPH) yang diawasi oleh dokter Hewan.

6.  Memberikan pemahaman kepada Masyarakat tentang resiko yang akan

diperoleh apabila memakan daging mentah / setengah matang. Dan

pentingnya untuk mengetahui manfaat memasak daging hingga matang.

Pemeriksaan daging babi oleh pemerintah mengurangi infeksi pada manusia di

negeri-negeri dimana babi dimakan mentah atau setengah matang, tetapi sistem

pemeriksaan yang mana pun tidak dapat memastikan kebebasan dari infeksi.

Sistiserkus akan mati dengan pemanasan pada 45-50º C, tetapi daging babi harus

dimasak paling sedikit selama setengah jam untuk tiap pound atau sampai

berwarna kelabu. Sistiserkus akan mati pada suhu dibawah -2ºC tetapi pada 0º C

sampai -2º C ia hidup selama hampir 2 bulan, dan pada suhu kamar ia hidup

selama 26 hari. Mendinginkan pada suhu -10º C selama 4 hari atau lebih adalah

cara yang efektif. Mengasinkan dengan garam tidak selalu berhasil (Triyaunic,

2013).

Taenia Solium 13

Page 15: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

DAFTAR PUSTAKA

Alvyanto. 2010. Taenia Solium.

(https://crocodilusdaratensis.wordpress.com/2010/10/16/taenia-solium/,

diakses pada tanggal 19 September 2015)

Anonim. 2001. Taenia Solium (Pork Tapwor).

(https://web.stanford.edu/class/humbio103/ParaSites2001/taeniasis/

solium2.html , diakses pada tanggal 19 September 2015)

Chung, Ashley. 2011. Taenia Solium.

(http://animaldiversity.org/accounts/Taenia_solium/ ,

diakses pada tanggal 19 September 2015)

Kamus Kesehatan. 2015. Taenia Solium.

(http://kamuskesehatan.com/arti/taenia-solium/ diakses pada tanggal 19

September 2015)

Natadiasastra, Djaenudin dan Ridad, Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran:

Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC

(https://books.google.co.id/books?id=CT-

Sg_1JsvwC&pg=PA118&dq=taenia+solium+pada+babi&hl=en&sa=X&v

ed=0CEIQ6AEwBmoVChMIxbPb8saCyAIVTwuOCh2_bA0O#v=onepag

e&q=taenia%20solium%20pada%20babi&f=false , diakses pada tanggal

19 September 2015)

Muslim, H. M. 2009. Parasitologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

(https://books.google.co.id/books?

id=eYU179dPpzsC&pg=PA108&dq=taenia+solium+babi&hl=en&sa=X&

redir_esc=y#v=onepage&q=taenia%20solium%20babi&f=false , diakses

pada tanggal 19 September 2015)

Siahaan, L. 2012. Taenia Solium.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32576/4/Chapter%20II.pdf

diakses pada tanggal 19 September 2015)

Taenia Solium 14

Page 16: Tugas Parasitologi Veteriner I (CACING-PITA-Taenia-solium)

Sukma, Ika. 2015. Taenia solium & Echinococcus granulosus.( http://goldendust-ika.blogspot. co.id/2015/01/taenia-solium-echinococcus-granulosus.html, diakses pada tanggal 18 September 2015)

Wikipedia. 2015.Cacing Pita Babi.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_pita_babi, diakses pada tanggal 18

September 2105)

Yuni, Ris. 2014. Makalah Taenia Saginata dan Taenia Solium.

(http://unhynb.blogspot.co.id/ 2014/07/makalah-taenia-saginata-dan-

taenia.html, diakses pada tanggal 18 September 2015)

Triyaunic. 2013. Identifikasi Telur, Skoleks dan Proglotid Cacing Kelas Cestoda

(Genus Taenia). (https://triyaniuc.wordpress.com/2013/06/02/identifikasi-

telur-skoleks-dan-proglotid-cacing-kelas-cestoda-genus-taenia/, diakses

pada tanggal 19 September 2015)

Taenia Solium 15