Upload
votram
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
TUGAS AKHIR – KS151601
PEMBUATAN STANDARD OPERATING PROCEDURE
MANAJEMEN PERUBAHAN PADA KEBUTUHAN APLIKASI
GOVERNMENT RESOURCE MANAGEMENT SYSTEMS (GRMS)
BERDASARKAN KERANGKA KERJA ITIL V3 (STUDI KASUS:
PEMERINTAH KOTA SURABAYA BAGIAN BINA PROGRAM)
DEVELOPING STANDARD OPERATING PROCEDURE CHANGE
MANAGEMENT FOR GOVERNMENT RESOURCE
MANAGEMENT SYSTEMS (GRMS) APPLICATION BASED ON
ITIL V3 (CASE STUDY : SURABAYA MUNICIPALITY BAGIAN
BINA PROGRAM)
Erron Trivianto Hudyono
NRP 5212 100 097
Dosen Pembimbing:
Tony Dwi Susanto, S.T, M.T, Ph.D.
Anisah Herdiyanti, S.Kom. M.Sc, ITIL
JURUSAN SISTEM INFORMASI
Fakultas Teknologi Informasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017
ii
TUGAS AKHIR – KS 141501
PEMBUATAN STANDARD OPERATING PROCEDURE
MANAJEMEN PERUBAHAN PADA KEBUTUHAN APLIKASI
GOVERNMENT RESOURCE MANAGEMENT SYSTEMS
BERDASARKAN KERANGKA KERJA ITIL V3 (STUDI KASUS :
PEMERINTAH KOTA SURABAYA BAGIAN BINA PROGRAM)
Erron Trivianto Hudyono
5212 100 097
Dosen Pembimbing
Tony Dwi Susanto, S.T, M.T, Ph.D.
Anisah Herdiyanti, S.Kom, M.Sc, ITIL
JURUSAN SISTEM INFORMASI
Fakultas Teknologi Informasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017
iii
FINAL PROJECT – KS 141501
DEVELOPING STANDARD OPERATING PROCEDURE
CHANGE MANAGEMENT FOR GOVERNMENT
MANAGEMENT SYSTEMS (GRMS) APPLICATION BASED ON
ITIL V3 (CASE STUDY : SURABAYA MUNICIPALITY BAGIAN
BINA PROGRAM)
Erron Trivianto Hudyono
5212 100 097
Academic Promotors
Tony Dwi Susanto, S.T, M.T, Ph.D.
Anisah Herdiyanti, S.Kom, M.Sc, ITIL
INFORMATION SYSTEMS DEPARTMENT
Information Technology Faculty
Sepuluh Nopember Institut of Technology
Surabaya 2017
iv
v
v
PEMBUATAN STANDARD OPERATING PROCEDURE MANAJEMEN PERUBAHAN PADA KEBUTUHAN APLIKASI GOVERNMENT MANAGEMENT SYSTEMS BERDASARKAN
KERANGKA KERJA ITIL V3 (STUDI KASUS : PEMERINTAH KOTA SURABAYA BAGIAN BINA
PROGRAM)
Nama Mahasiswa : Erron Trivianto Hudyono
NRP : 5212100021
Jurusan : Sistem Informasi FTIf – ITS
Dosen Pembimbing 1 : Tony Dwi Susanto, ST, MT, Ph.D.
Dosen Pembimbing 2 : Anisah Herdiyanti, S.Kom, M.Sc,
ITIL
ABSTRAK
Government Resources Management System (GRMS) yang
dikelola oleh bina program Pemerintah Kota Surabaya
merupakan salah satu sistem informasi manajemen sumber
daya pemerintahan dalam hal pengelolaan keuangan daerah
yang terintegrasi. Secara berkelanjutan, pengembangan
terhadap GRMS yang terus dilaksanakan guna penyempurnaan
dan penyesuaian terhadap perundang-undangan dan
kebutuhan pengguna akan menghasilkan suatu perubahan pada
sistem. Dalam hal pengembangan aplikasi GRMS masih belum
terstandarisasi sehingga terdapat poin-poin penting yang
terlewatkan dalam proses pengembangan aplikasi GRMS.
Dalam pengembangan aplikasi GRMS, manajemen perubahan
TI diperlukan untuk mengatur dan mengelola perubahan-
perubahan tersebut terhadap kondisi sebelum dan setelah
dilakukannya perubahan tersebut. Untuk melakukan
pengelolaan terhadap perubahan tersebut, diperlukan
Standard Operating Procedure (SOP) mengenai manajemen
perubahan terhadap kebutuhan aplikasi GRMS yang telah
berdasarkan standar ITIL V3.
vi
Penelitian ini menggunakan metode analisis kesenjangan untuk
mengetahui kesenjangan yang terdapat antara kondisi kekinian
dan kondisi ekspetasi dengan kondisi ideal yang diharapkan.
Kondisi ideal yang diharapkan didapatkan melalui kerangka
kerja ITIL V3 mengenai manajemen perubahan. Hasil akhir
dari penelitian tugas akhir ini adalah dokumen Standard
Operating Procedure (SOP) mengenai manajemen perubahan
terhadap kebutuhan aplikasi GRMS berdasarkan standar ITIL
V3. Pembuatan dokumen SOP diharapkan dapat memberikan
standarisasi terhadap kinerja Bina program dalam
pengelolaan pengembangan aplikasi GRMS.
Kata Kunci: Government Resource Management Systems
(GRMS), Standard Operating Procedure (SOP), ITIL V3,
Manajemen Perubahan, Analisis Kesenjangan
vii
DEVELOPING STANDARD OPERATING PROCEDURE
CHANGE MANAGEMENT FOR GOVERNMENT
RESOURCE MANAGEMENT SYSTEMS (GRMS)
APPLICATION BASED ON ITIL V3 (CASE STUDY : SURABAYA MUNICIPALITY BAGIAN BINA PROGRAM)
Student Name : Erron Trivianto Hudyono
NRP : 5212100097
Department : Sistem Informasi FTIf – ITS
Supervisor 1 : Tony Dwi Susanto, ST, MT, Ph.D.
Supervisor 2 : Anisah Herdiyanti, S.Kom, M.Sc, ITIL
ABSTRACT
Government Resources Management System (GRMS) managed
by the Surabaya Municipality Bina Program is one of
management information system of government resources in
term of an integrated financial management area. Continously,
the development of GRMS which continue to be implemented in
order to improve and adapt to the legislation and user
requirement will result a change in the system. In terms of
GRMS application development is still not standarized so that
there are important points overlooked in the process of GRMS
application development. Within the process of GRMS
application development, IT change management is required to
set up and manage the changes of the conditions before and
after the changes have been implemented. In order to do
management of the changes, standard operating procedure
(SOP) about change management for GRMS application
requirement is needed which is based on ITIL V3.
This study uses gap analysis to determine the gap that exists
between the present condition and the expected condition with
the ideal condition. The ideal condition is obtained through
ITIL V3 about change management. The last results of this
research is the standard operating procedure (SOP) document
viii
about change management for GRMS application based on
ITIL V3.. The Composing of SOP document is expected to
provide a standarization to Bina Program perfomance in
managing GRMS application development.
Keywords: Government Resource Management Systems
(GRMS), Standard Operating Procedure (SOP), ITIL V3,
Change Management, Gap Analysis
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan buku tugas akhir dengan
judul:
PEMBUATAN STANDARD OPERATING PROCEDURE
MANAJEMEN PERUBAHAN TERHADAP
KEBUTUHAN APLIKASI GOVERNMENT RESOURCE
MANAGEMENT SYSTEMS BERDASARKAN
KERANGKA KERJA ITIL V3 (STUDI KASUS : PEMERINTAH KOTA SURABAYA BAGIAN BINA
PROGRAM)
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan,
bimbingan, arahan, bantuan, dan semangat dalam
menyelesaikan tugas akhir ini, yaitu kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir tepat waktu.
2. Orangtua penulis yang telah mendoakan dan senantiasa
mendukung penulis.
3. Dosen pembimbing saya yang senantiasa membimbing dan
mengarahkan saya dalam pengerjaan buku tugas akhir.
Penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
saya menerima adanya kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan di masa mendatang. Semoga buku tugas akhir ini
dapat memberikan manfaat pembaca.
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...............................................................................v
ABSTRACT .......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................ xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................1
1.1. Latar Belakang .........................................................1
1.2. Perumusan Masalah .................................................3
1.3. Batasan Masalah .......................................................3
1.4. Tujuan Tugas Akhir .................................................3
1.5. Manfaat Tugas Akhir ...............................................4
1.6. Relevansi ..................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................5
2.1. Penelitian Sebelumnya ..................................................5
2.2. Dasar Teori ....................................................................8
2.2.1. Pemerintah Kota Surabaya Bagian Bina Program ......8
2.2.2. Government Resource Management Systems
(GRMS) ..................................................................10
2.2.3. Manajemen Perubahan Menurut ITIL V3 ................15
2.2.4. Gap Analysis (Analisis Kesenjangan) ......................17
2.2.5. Standard Operating Procedure (SOP) .....................18
xi
2.2.5.1. Kriteria dan Format SOP ................................ 19
2.2.5.2. Dokumen Standard Operating Procedure
(SOP) ............................................................. 21
BAB III METODOLOGI ....................................................... 27
3.1. Diagram Metodologi ................................................... 27
3.2. Uraian Metode Pengerjaan Tugas Akhir ..................... 29
3.2.1. Tahap Penyusunan Interview Protocol ................. 29
3.2.2. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi ............. 29
3.2.3. Tahap Analisis Kesenjangan ................................ 30
3.2.4. Tahap Perancangan dan Pembuatan Dokumen SOP
....................................................................... 31
3.2.5. Tahap Penyusunan Dokumen Akhir ..................... 31
BAB IV PERANCANGAN ................................................... 33
4.1. Perancangan Studi Kasus ............................................ 33
4.1.1. Tujuan Studi Kasus .............................................. 33
4.1.2. Subjek dan Objek Penelitian ................................ 34
4.2. Perancangan Penggalian Data ..................................... 35
4.2.1. Data yang Diperlukan ........................................... 35
4.2.2. Teknik Penggalian Data ....................................... 35
4.3. Perancangan Interview Protocol ................................. 35
4.4. Perancangan Analisis Data .......................................... 40
4.4.1. Metode Pengolahan Data ..................................... 40
4.4.2. Penentuan Pendekatan Analisis ............................ 40
4.5. Perancangan Standard Operating Procedure.............. 41
xii
4.5.1. Verifikasi ..............................................................41
4.5.2. Validasi .................................................................43
BAB V IMPLEMENTASI .....................................................45
5.1 Analisis Kondisi Kekinian dan Kondisi Ideal ..............45
5.1.1 Hasil Wawancara ...................................................45
5.1.2 Pendefinisian Aktor dan Role GRMS....................45
5.1.3 Kategorisasi Perubahan Layanan TI ......................47
5.1.4 Kondisi Kekinian Manajemen Perubahan Terhadap
Aplikasi GRMS ..............................................48
5.1.5 Kondisi Ideal Manajemen Perubahan Terhadap
Kebutuhan GRMS ..........................................64
5.2 Hambatan ......................................................................71
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ................................73
6.1 Analisis Kesenjangan ...................................................73
6.2 Identifikasi Dampak dan Solusi ....................................80
6.3 Perancangan Dokumen SOP .........................................83
6.3.1 Deskripsi Usulan SOP ...........................................83
6.3.2 Struktur dan Konten SOP ......................................85
6.4 Hasil Pembuatan Dokumen SOP ..................................87
6.4.1 Prosedur Manajemen Perubahan TI.......................87
6.4.2 Prosedur Penanganan Standard Change ................95
6.4.3 Prosedur Penanganan Normal Change ..................98
6.4.4 Prosedur Penanganan Emergency Change ..........104
6.4.5 Formulir ...............................................................111
xiii
6.5 Verifikasi SOP ........................................................... 112
6.6 Validasi SOP .............................................................. 112
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................ 115
7.1. Kesimpulan ......................................................... 115
7.2. Saran .................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 119
BIODATA PENULIS .......................................................... 123
A LAMPIRAN A – Interview Protocol ................... A-1
B LAMPIRAN B – Hasil Interview ........................ B-1
C LAMPIRAN C – Verifikasi SOP ......................... C-1
D LAMPIRAN D – Validasi SOP ........................... D-1
E LAMPIRAN E - BUKTI VERIFIKASI DAN
VALIDASI SOP ................................................................... E-1
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi ...............................................8
Gambar 2.2 Aktivitas Bina Program ......................................10
Gambar 2.3 Halaman Judul sebuah Dokumen SOP ...............22
Gambar 2.4 Contoh Bagian Identitas SOP .............................24
Gambar 2.5 Contoh Bagian Flowchart SOP ...........................25
Gambar 3. 1 Metodologi .........................................................28
Gambar 5.1 Alur pengembangan aplikasi e-budgeting ..........50
Gambar 5.2 Alur pengembangan aplikasi e-project dan e-
controlling...............................................................................52
Gambar 5.3 Alur pengembangan aplikasi e-delivery .............54
Gambar 5.4 Alur pengembangan aplikasi e-performance ......56
Gambar 5.5 Struktur Organisasi Bina Program ......................58
Gambar 5.6 Struktur Organisasi Bina Program ......................69
Gambar 6. 1 SOP-Perubahan-001 ..........................................91
Gambar 6. 2 Alur Prosedur SOP-Perubahan-001 ...................94
Gambar 6. 4 SOP-Perubahan-002 ..........................................96
Gambar 6. 5 Alur Prosedur SOP-Perubahan-002 ...................97
Gambar 6. 6 SOP-Perubahan-003 ........................................101
Gambar 6. 7 Alur Prosedur SOP-Perubahan-003 .................103
Gambar 6. 8 SOP-Perubahan-004 ........................................107
Gambar 6. 9 Alur Prosedur SOP-Perubahan-004 .................110
Gambar 6. 10 Formulir RFC.................................................112
xv
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Penelitian Sebelumnya ............................................. 5
Table 2.2 Sub Aktivitas Bina Program ................................... 10
Table 4.1 Pencatatan Informasi Saat Wawancara .................. 36
Table 4.2 Tampilan Interview Protocol .................................. 36
Table 4.3 Poin Pertanyaan Interview Protocol 1 .................... 37
Table 4.4 Poin Pertanyaan Interview Protocol 2 .................... 38
Table 4.5 Detail Verifikasi SOP ............................................. 41
Table 4.6 Detail Validasi SOP ............................................... 43
Table 5.1 Kategori Perubahan Menurut pengalaman Admin
Bina Program berdasarkan tiap aplikasi ................................. 47
Table 5.2 Tipe Pengguna ........................................................ 58
Table 5.3 Manajemen E-trac Tiap GRMS.............................. 60
Table 5.4 Kondisi Ideal Manajemen Perubahan ITIL V3 ...... 66
Table 5.5 Usulan Peran Tambahan ........................................ 69
Table 6.1 Analisis Kesenjangan ............................................. 74
Table 6.2 Identifikasi Dampak dan Solusi ............................. 81
Table 6.3 Deskripsi Usulan SOP ............................................ 84
Table 6.4 Usulan Formulir ..................................................... 85
Table 6. 5 Struktur dan Konten SOP ...................................... 86
Table 6. 6 Kategori Perubahan Menurut ITIL V3 .................. 88
Table 6. 7 Pertanyaan 7R ....................................................... 99
Table 6. 8 Hierarki Autorisasi Perubahan .............................. 99
Table 6. 7 Pertanyaan 7R ..................................................... 105
Table 6. 8 Hierarki Autorisasi Perubahan ............................ 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan tugas akhir, dan
manfaat tugas akhir, serta relevansi penelitian tugas akhir
dengan bidang keilmuan sistem informasi
1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota Surabaya telah menerapkan sistem GRMS
(Government Resources Management System) atau sistem
infomasi manajemen sumber daya pemerintahan dalam hal
pengelolaan keuangan daerah yang terintegrasi dari aktivitas
birokrasi hulu sampai hilir [1]. GRMS dikelola oleh divisi Bina
Program dan aktivitas-aktivitasnya meliputi proses penyusunan
anggaran (e-budgeting), perencanaan pekerjaan (e-project
planning), pelelangan secara elektronik (e-procurement),
administrasi kontrak dan pencairan pekerjaan (e-delivery),
pemantauan pelaksanaan kegiatan (e-controlling) dan
pengukuran kinerja PNS (e-performance). Sistem yang telah
dibangun dan diterapkan sejak tahun 2004 dapat diakses dimana
pun dan kapan pun melalui media internet [1]. Secara
berkelanjutan, Pelaksanaan pengembangan sistem yang
dilakukan secara berkelanjutan bertujuan untuk penyempurnaan
dan penyesuaian terhadap peraturan perundangan-undangan
dan kebutuhan para pengguna [1].
Aktivitas pengembangan aplikasi yang telah diterapkan oleh
Bina Program selama ini yaitu berawal dari pengguna
memberikan sebuah usulan perubahan terhadap sistem yang
nantinya diberikan kepada admin. Kemudian, admin
merapatkan pengusulan perubahan yang berpengaruh besar
dengan kepala sub bagian (kasubag) dan programmer dan
apabila disetujui, admin akan melakukan pencatatan detail
perubahan ke dalam sebuah aplikasi pencatatan dimana
programmer dapat melihat untuk mengetahui bagaimana
pengeksekusian perubahan dilakukan. Untuk perubahan yang
berpengaruh kecil, biasanya ditangani langsung oleh admin atau
2
programmer. Setelah pengeksekusian dilakukan, terdapat
aktivitas untuk pengimplementasian hasil eksekusi perubahan
ke lingkungan kerja sebenarnya.
Dari paparan kondisi kekinian terkait aktivitas pengembangan
aplikasi GRMS yang diterapkan oleh Bina Program masih
terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan berdasarkan
manajemen perubahan ITIL V3, antara lain : tidak terdapat
pencatatan permintaan perubahan yang dilakukan terhadap
seluruh usulan perubahan pada tahap awal mengenai deskripsi
perubahan, alasan perubahan, keuntungan perubahan,
konsekuensi adanya perubahan, risiko perubahan, dan detail
lainnya sehingga memudahkan admin dalam meninjau
perubahan; tidak terdapat aktivitas dalam mengkategorikan
perubahan yang perlu ditangani secepatnya atau perubahan
yang hanya perlu ditangani oleh pihak tertentu; dan tidak ada
pensosialisasian terhadap para pengguna mengenai
pengimplementasian perubahan apakah perubahan telah
mencapai tujuan dan keuntungan yang dicapai.
Untuk mengatasi masalah terkait pengelolaan perubahan
terhadap kebutuhan aplikasi, penerapan manajemen perubahan
TI atau IT Change Management bagi Bina Program dalam
pengelolaan pengembangan sistem akan menjadi penting dalam
mengatur dan mengelola perubahan-perubahan terhadap
kondisi sebelum dan setelah dilakukannya perubahan tersebut.
Proses manajemen perubahan TI antara lain mengontrol siklus
hidup dari seluruh perubahan dan memungkinkan seluruh
perubahan yang bermanfaat yang akan dibuat tanpa adanya
gangguan sekecil apapun terhadap layanan IT yang ada.
Berangkat dari permasalahan, bentuk prosedur yang akan
diusulkan adalah dokumen standard operating procedure
(SOP). Bina Program membutuhkan standard operating
procedure (SOP) manajemen perubahan TI yang digunakan
untuk menjalankan tugasnya terkait pengelolaan
pengembangan aplikasi GRMS. Prosedur standard akan dibuat
berdasarkan hasil analisis kesenjangan antara kondisi kekinian
dan kondisi ekspetasi dengan kondisi ideal sesuai dengan
kerangka kerja ITIL v3 mengenai manajemen perubahan yang
3
memastikan bahwa semua perubahan yang akan dilakukan telah
tercatat, terencana, dan tersetujui. Dokumen SOP yang akan
dibuat diharapkan dapat menjadi pedoman yang terstruktur
dalam pengelolaan pengembangan sistem secara terintegrasi.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka berikut
merupakan rumusan permasalahan yang menjadi fokus
penyelesaian dalam Tugas Akhir ini antara lain :
1. Apa hasil analisis kesenjangan yang terjadi antara kondisi
kekinian manajemen perubahan terhadap kebutuhan GRMS
dengan kondisi ideal berdasarkan manajemen perubahan
ITIL V3?
2. Seperti apa hasil pembuatan usulan dokumen Standard
Operasi Prosedur (SOP) manajemen perubahan terhadap
kebutuhan GRMS yang dihasilkan?
3. Apa hasil verifikasi dan validasi SOP manajemen
perubahan terhadap kebutuhan aplikasi GRMS?
1.3. Batasan Masalah Dalam pengerjaan tugas akhir ini, ada beberapa batasan
masalah yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
1. Dokumen SOP dihasilkan dengan mengacu pada hasil
analisis kesenjangan untuk menentukan kesenjangan yang
terjadi antara kondisi kekinian dan kondisi ideal
manajemen perubahan terhadap kebutuhan GRMS
berdasarkan kerangka kerja ITIL V3.
2. Penelitian ini hanya sampai pada proses pengujian
dokumen SOP dan tidak sampai pada tahapan
pengimplementasian SOP.
1.4. Tujuan Tugas Akhir Tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah:
1. Mengetahui hasil kesenjangan yang terjadi antara kondisi
kekinian manajemen perubahan terhadap kebutuhan GRMS
yang dikelola Bina Program dengan kondisi ideal menurut
manajemen perubahan ITIL V3.
4
2. Menghasilkan dokumen SOP manajemen perubahan
terhadap kebutuhan GRMS berdasarkan hasil analisis
kesenjangan dan kerangka kerja ITIL V3.
3. Mengetahui hasil verifikasi dan validasi dari dokumen SOP
manajemen perubahan terhadap kebutuhan aplikasi GRMS
untuk digunakan oleh pihak Bina Program.
1.5. Manfaat Tugas Akhir Manfaat dari pengerjaan tugas akhir ini adalah:
1. Bagi dunia akademis, tugas akhir ini diharapkan mampu
menambah referensi penelitian dalam pembuatan dokumen
SOP yang mengacu pada ITIL V3 mengenai manajemen
perubahan dan menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Bina Program, dokumen Standard Operating
Procedure (SOP) yang dihasilkan diharapkan mampu
menjadi acuan bagi pihak Bina Program untuk
meningkatkan kualitas proses pengembangan terhadap
kebutuhan yang lebih baik dan terstandarisasi.
1.6. Relevansi Penyusunan tugas akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu syarat kelulusan pada Jurusan Sistem Informasi ITS
Surabaya. Penelitian ini berelevansi dengan bidang minat pada
laboratorium Manajemen Sistem Informasi (MSI) Jurusan
Sistem Informasi ITS. Penelitian terkait sesuai dengan mata
kuliah Manajemen Layanan Teknologi Informasi (MLTI), Tata
Kelola Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI), dan
Rekayasa Kebutuhan Perangkat Lunak (RKPL).
5
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum melakukan penelitian tugas akhir, penulis melakukan
tinjauan terhadap tulisan dari beberapa penelitian sebelumnya
yang sesuai dengan yang diambil. Hasil tinjauan tersebut adalah
sebagai berikut.
2.1. Penelitian Sebelumnya Sebelum melakukan penelitian tugas akhir, penulis melakukan
tinjauan terhadap beberapa penelitian sebelumnya yang sesuai
dengan tema yang diambil. Berikut merupakan hasil tinjauan
penelitian-penelitian tersebut :
Table 2.1 Penelitian Sebelumnya
Penelitian 1 Penelitian 2 Penelitian 3
Na
ma
Pen
elit
i Rizky Amalia
Cahya Ekaputri;
Ahmad Fajar
Prasetya;
Rully Agus
Hendrawan,
S.Kom, M.Eng.
Endang
Sulistiyani; Ir.
Ahmad Holil
Noor Ali,
M.Kom; Hanim
Maria Astuti,
S.Kom, M.Sc.
Ari Cahaya
Puspitaningrum;
Hanim Maria
Astuti, S.Kom,
M.Sc; Anisah
Herdiyanti,
S.Kom., M.Sc.
6
Penelitian 1 Penelitian 2 Penelitian 3 Ju
du
l P
enel
itia
n
Pembuatan
Standard
Operating
Procedure (SOP)
Change
Management
Pada Proyek
Pengembangan/
Implementasi
Aplikasi
Teknologi
Informasi
Berdasarkan
PMBOK dan
ITIL v3
Di PT.
Aplikanusa
Lintasarta
Perencanaan
Strategi
Manajemen
Perubahan
Penerapan
Sistem Informasi
Absensi Berbasis
Fingerprint pada
Jurusan Sistem
Informasi ITS
Menggunakan
Model ADKAR
Pembuatan
Standard
Operating
Procedure
Pengembangan
Sistem Informasi
Manajemen (SIM)
Berdasarkan
Analisis
Kesenjangan
Dengan
Menggunakan
Kerangka Kerja
COBIT 5 dan
ITIL v3. (Studi
kasus : Lembaga
Pengembangan
Teknologi Sistem
Informasi ITS
Surabaya)
Ha
sil
Pen
elit
ian
Menghasilkan
dokumen
Standard
Operating
Procedure
berdasarkan
kerangka kerja
ITIL V3 dan
PMBOK
Menghasilkan
roadmap
manajemen
perubahan
penerapan sistem
informasi
absensi berbasis
fingerprint di
Jurusan Sistem
Informasi ITS
menggunakan
model ADKAR
Menghasilkan
dokumen SOP
pengembangan
SIM pada LPTSI
mengacu pada
hasil analisis
kesenjangan dan
berdasarkan
kerangka kerja
ITIL V3, COBIT 5
7
Penelitian 1 Penelitian 2 Penelitian 3
Rel
evan
si P
enel
itia
n
Output yang
dihasilkan sama,
yaitu berupa
dokumen SOP
terkait
pengembangan
SIM. Salah satu
kerangka kerja
yang digunakan
sebagai acuan
juga sama, yaitu
ITIL V3
mengenai
manajemen
perubahan
Kerangka kerja
yang digunakan
sama, yaitu ITIL
V3 mengenai
manajemen
perubahan
Output yang
dihasilkan sama,
yaitu berupa
dokumen SOP
terkait
pengembangan
SIM
8
2.2. Dasar Teori
2.2.1. Pemerintah Kota Surabaya Bagian Bina Program
Bina Program merupakan salah satu bagian dari Pemerintah
Kota Surabaya yang melaksanakan sebagian urusan
pemerintahan bidang otonomi daerah, pemerintahan umum,
administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian
dan persandian. Dapat dilihat dari struktur organisasi
Pemerintah Kota Surabaya bagian Bina Program merupakan
bagian dari sekretariat daerah yaitu asisten perekonomian dan
pembangunan pada Gambar 2.1.
Berdasarkan peraturan Walikota Surabaya Nomor 43 Tahun
2011 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Sekretariat Daerah
Kota Surabaya, Tugas dan Fungsi Bina Program meliputi [2]:
Gambar 2.1 Struktur Organisasi
9
Tugas:
(1) Perumusan bahan penetapan kebijakan implementasi
rencana tindak kota;
(2) Pengendalian rencana tindak kota;
(3) Perumusan bahan penetapan standar satuan harga dan
analisis standar belanja daerah kota;
(4) Penyelenggaraan monitoring dan pengendalian
implementasi rencana tindak kota;
(5) Pembinaan implementasi rencana tindak kota;
(6) Pelaksanaan fasilitasi pembinaan jasa konstruksi dan
pengadaan barang/jasa;
(7) Pelaksanaan evaluasi implementasi rencana tindak kota;
(8) Pelaporan implementasi rencana tindak kota;
(9) Penilaian unjuk kerja pengelola implementasi rencana
tindak kota.
Fungsi:
(1) Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di
bidang bina program;
(2) Pelaksanaan program dan petunjuk teknis di bidang bina
program;
(3) Pengawasan dan pengendalian di bidang bina program;
(4) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;
(5) Pelaksanaan koordinasi bagian kerjasama dengan
lembaga/instansi lain di bidang bina program;
(6) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Asisten Perekonomian dan Pembangunan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi serta penjelasan mengenai
Pemerintah Kota Surabaya, penelitian ini berfokus pada bagian
Bina Program. Bina Program mengelola sistem yang digunakan
untuk mengelola keuangan daerah yang ada di Pemerintah Kota
Surabaya.
Adapun program kegiatan Bina Program, antara lain:
Program Perencanaan Pembangunan Daerah
Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan
Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
10
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
2.2.2. Government Resource Management Systems
(GRMS)
Pemerintah Kota Surabaya bagian Bina Program berada
dibawah naungan E-Government pada sub proses Pengelolaan
Keuangan Daerah yang ada di Pemerintah Kota Surabaya.
Dalam Bina Program terdapat beberapa aktivitas umum yang
dikerjakan pada unit kerja ini. Dan aktivitas-aktivitas tersebut
dapat digambarkan pada Gambar 2.2 [3]:
Gambar 2.2 Aktivitas Bina Program
Berikut ini adalah penjelasan ke-tujuh sub aktivitas dari Bina
Program:
Table 2.2 Sub Aktivitas Bina Program
Aplikasi Definisi Tujuan
E-Budgeting
Bagian awal dari
skenario besar E-
Government di
Pemerintah Kota
Surabaya, melalui
1. Maksud
penerapan E-
Budgeting adalah
mempermudah
Tim Anggaran
11
Aplikasi Definisi Tujuan
konsep GRMS
(Government
Resource
Management System).
Sistem e-Budgeting
adalah sistem
penyusunan anggaran
yang didalamnya
termasuk aplikasi
program komputer
berbasis web untuk
memfasilitasi proses
penyusunan APBD
(Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Daerah),
Revisi, dan PAK
(Perubahan Anggaran
Kegiatan) Pemerintah
Kota Surabaya.
Eksekutif (TAPD)
dalam Menyusun /
Proses Anggaran
2. Tujuan
penerapan E-
Budgeting adalah
untuk tingkatkan
kualitas APBD
dari sisi
kesesuaian dengan
RPJMD,
keakuratan nilai
dan rekening, dan
akuntabilitas
alokasi belanja
E-Project
Bertujuan untuk
memudahkan
pegawai dari satuan-
satuan kerja di
lingkup Pemerintah
Kota Surabaya dalam
merencanakan paket-
paket pekerjaan yang
telah disetujui alokasi
anggarannya.
1. Tersedianya
sistem untuk
perencanaan
pelaksanaan
anggaran secara
terintegrasi, antara
lain :
a. Data input
otomatis dari E-
Budgeting (tidak
manual)
b. Meminimalisasi
tingkat kesalahan
c. Meningkatkan
efisiensi dan
efektivitas
12
Aplikasi Definisi Tujuan
2.Mengalokasikan
anggaran ke
dalam paket-paket
pekerjaan
3. Merencanakan
pelaksanaan
anggaran kegiatan
selama 1 (satu)
tahun anggaran
4. Tersedianya
data pelaksanaan
anggaran kegiatan
secara triwulan
5. Dokumen
pendukung dalam
Kontrak Kinerja
E-
Procurement
Digunakan untuk
menyelenggarakan
system pelayanan
pengadaan barang
atau jasa secara
elektronik serta
memfasilitasi ULP
atau pejabat
pengadaan dalam
melaksanakn
pengadaan barang
atau jasa secara
elektronik.
Pengadaan barang
atau jasa secara
elektronik akan
meningkatkan
transparansi dan
akuntabilitas,
meningkatkan
akses pasar dan
persaingan usaha
yang sehat,
memperbaiki
tingkat efisiensi
proses pengadaan,
mendukung proses
monitoring dan
audit dan
memenuhi
kebutuhan akses
pasar dan
persaingan usaha
13
Aplikasi Definisi Tujuan
yang sehat,
memperbaiki
target efisiensi
proses pengadaan,
mendukung proses
monitoring dan
audit dan
memenuhi
kebutuhan akses
informasi yang
real time.
E-Delivery
Sistem pendukung
administrasi kegiatan
yang didalamnya
termasuk program
komputer berbasis
web. Dijalankan
setelah proses pada E-
Procurement
Memfasilitasi
kebutuhan
pembuatan
kontrak
pengadaan barang
atau jasa dan
penyediaan
dokumen-
dokumen
kelengkapan.
E-Controlling
E-Controlling
digunakan untuk
melakukan proses
controlling terhadap
proyek yang akan
dibuat.
Hasil kegiatan dari
masing-masing
PA, KPA, PPTK
akan
dibandingkan
dengan rencana
yang dibuat pada
proses E-Project
Planning, dan
permasalahan
tersebut akan
dijaring dengan
menggunakan sms
getaway dan
14
Aplikasi Definisi Tujuan
penjelasan SKPD
pada website E-
Controlling.
E-
Performance
Sistem informasi
manajemen kinerja
dalam rangka
penilaian prestasi
kinerja pegawai yang
lebih objektif,
terukur, akuntabel,
partisipasif dan
transparan
Mewujudkan
pembinaan
pegawai
berdasarkan
prestasi kerja dan
sistem karier kerja
pegawai Negeri
Sipil (PNS) di
lingkungan
Pemerintah Kota
Surabaya sesuai
dengan Peraturan
Walikota No. 21
Tahun 2015
tentang Petunjuk
Teknis Pemberian
Uang Kinerja pada
Belanja Langsung
kepada PNSD di
Lingkungan
Pemerintah Kota
Surabaya.
Penelitian ini berfokus terhadap manajemen perubahan
kebutuhan pada seluruh aplikasi, kecuali aplikasi e-
procurement. Pihak Bina Program telah menerapkan berbagai
macam prosedur yang telah terstandarisasi pada aplikasi e-
procurement, termasuk prosedur manajemen perubahan
kebutuhan sistem. Sedangkan aplikasi lainnya masih belum
memiliki prosedur manajemen perubahan kebutuhan sistem
yang telah terstandarisasi.
15
2.2.3. Manajemen Perubahan Menurut ITIL V3
Manajemen perubahan yang diuraikan dalam ITIL v3 adalah
proses utama dalam service transition untuk memastikan setiap
perubahan-perubahan TI yang terjadi dalam pengendalian
pengguna. Proses manajemen perubahan antara lain mengontrol
siklus hidup dari seluruh perubahan dan memungkinkan seluruh
perubahan yang bermanfaat yang akan dibuat tanpa adanya
gangguan sekecil apapun terhadap layanan IT yang ada
[4].Change atau perubahan mencakup penambahan, modifikasi,
atau penghilangan apapun yang dapat mempengaruhi layanan
TI. Perubahan TI yang dimaksud dapat mencakup perubahan
arsitektur, proses, tool, dokumentasi, layanan TI, sistem TI,
infrastruktur TI, hingga perubahan setting-up sebuah sistem TI.
Kategori perubahan dibagi menjadi tiga, yaitu [5] :
Standard Change
Standard change merupakan perubahan-perubahan yang secara
default sudah disetujui dapat dilakukan. Ciri-cirinya adalah
biasa terjadi dalam aktivitas bisnis sehari-hari, tidak kompleks,
dan berisiko rendah, sehingga untuk penanganannya hanya
tinggal mengikuti prosedur atau petunjuk operasional yang
telah ditetapkan sebelumnya. Contohnya adalah me-reset
password, instalasi peralatan komputer untuk karyawan baru,
mengganti harddisk laptop karyawan
Emergency Change
Emergency change merupakan perubahan yang harus
diimplementasikan sesegera mungkin karena memiliki
pengaruh besar ke bisnis, yang umumnya diinisiasi oleh sebuah
accident (misal server crash) atau mengimplementasikan
sistem keamanan.
Normal Change
Normal change merupakan perubahan-perubahan yang tidak
termasuk standard change atau emergency change dimana
penyedia layanan dapat merencanakan di depan, sebagai contoh
rencana migrasi layanan email dari server lokal menjadi
layanan email cloud.
16
Menurut ITIL v3, manajemen perubahan memiliki aktivitas-
aktivitas yang perlu dilakukan terhadap suatu perubahan antara
lain [5]:
Create and record the RFC (Request for Change)
Perlu adanya pencatatan terhadap setiap perubahan yang
diperlukan oleh individu atau organisasi. Perubahan memiliki
beberapa tipe yang berbeda dan setiap perbedaan tipe
perubahan akan memerlukan tipe permintaan perubahan yang
berbeda-beda. Misalnya, sebuah perubahan besar (change
major) memerlukan proposal perubahan yang biasanya dibuat
oleh proses manajemen portofolio layanan. Apabila perubahan
bersifat normal atau kecil, maka diperlukan adanya aktivitas
Request for Change.
Review the RFC
Manajemen perubahan akan menyediakan segala informasi
yang dibutuhkan dan menyaring segala permintaan yang
kelihatan seperti :
o Tidak berguna, tidak praktis, dan tidak dapat dijalankan
o Pengulangan RFC sebelumnya, telah diterima atau ditolak,
atau masih dalam pertimbangan
o Pengajuan yang tidak lengkap
Asses and evaluate the change
Suatu perubahan layanan memiliki dampak potensial yang
bersifat macam-macam. Aktivitas ini menilai dan mengevaluasi
perubahan-perubahan yang perlu dilakukan untuk menghindari
gagalnya perubahan layanan. Terdapat tujuh pertanyaan untuk
menilai perubahan tersebut yang juga disebut sebagai the seven
‘rs’, antara lain :
o Who raised the change?
o What is the reason for the change?
o What is the return required from the change?
o What are the risks involved in the change?
o What resources are required to deliver the change?
o Who is responsible for the build, test and implementation
of the change?
o What is the relationship between this change and other
changes?
17
Authorize the change
Aktivitas autorisasi formal didapatkan dari setiap perubahan
melalui sebuah tingkat aturan autorisasi perubahan (seperti
peran, seseorang). Tingkat autoritas untuk perubahan jenis
tertentu harus diputuskan berdasarkan jenis, ukuran, risiko, dan
dampak bisnis potensial dari perubahan.
Plan updates
Aktivitas pembaharuan rencana memastikan apa saja perubahan
yang perlu dilakukan dan apa saja tugas-tugas yang perlu
dilakukan dalam proses manajemen perubahan.
Coordinate change implementation
Aktivitas perbaikan dan perawatan yang perlu dipersiapkan
untuk setiap perubahan yang berwenang apabila terjadi
kesalahan selama/setelah implementasi. Pelaksanaan
perubahan tersebut harus dijadwalkan ketika dampak pada
layanan benar-benar terjadi.
Review and close change
Aktivitas mengevaluasi kembali perubahan yang perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan yang telah
dilakukan telah memenuhi kebutuhan dan tujuan organisasi.
2.2.4. Gap Analysis (Analisis Kesenjangan)
Analisa gap atau kesenjangan adalah perbandingan kinerja
aktual dengan kinerja potensial atau yang diharapkan [7].
Metode ini merupakan alat evaluasi bisnis yang
menitikberatkan pada kesenjangan kinerja perusahaan saat ini
dengan kinerja yang sudah ditargetkan sebelumnya. Analisa
gap juga mengidentifikasi tindakan-tindakan apa saja yang
diperlukan untuk mengurangi kesenjangan atau mencapai
kinerja yang diharapkan pada masa datang [7]. Selain itu,
analisa ini memperkirakan waktu, biaya, dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk mencapai keadaan perusahaan yang
diharapkan [7]. Pentingnya mengetahui sebuah gap yang
terdapat antara kondisi kekinian dan kondisi ideal adalah untuk
mendapatkan dukungan dari sumber daya manusia yang akan
terpengaruh oleh perubahan yang akan terjadi agar
meminimalisir pertentangan dan perasaan berat dari mereka.
18
Manfaat dari analisa gap antara lain [8] :
Menilai seberapa besar kesenjangan antara kinerja aktual
dengan suatu yang diharapkan
Mengetahui peningkatan kerja yang diperlukan untuk
menutupi kesenjangan tersebut
Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait
prioritas waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk
memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan
Mengetahui kondisi terkini dan tindakan apa yang akan
dilakukan di masa mendatang
Langkah-langkah menganalisis kesenjangan untuk
mengoptimalkan proses bisnis GRMS pada Bina Program [9]:
Mengidentifikasi current status
Tahap ini merupakan aktivitas menganlisis proses bisnis GRMS
yang telah dan sedang diterapkan oleh pihak Bina Program saat
ini
Mengidentifikasi expectations
Tahap ini merupakan aktivitas menganalisis proses bisnis yang
ideal menurut sebuah standar/kerangka kerja. Kerangka kerja
yang digunakan adalah ITIL V3
Mengidentifikasi gaps
Tahap ini merupakan aktivitas membandingkan kondisi
kekinian dengan kondisi ideal dan mencari kesenjangan dan
perubahan yang diperlukan di antara kedua kondisi tersebut
Mengidentifikasi problems
Tahap ini merupakan aktivitas menganalisis dampak atas
perubahan yang diperlukan untuk menutupi kesenjangan yang
telah terjadi
Mengidentifikasi recommendations
Tahap ini merupakan aktivitas menganalisis solusi untuk
mengatasi dampak-dampak dari perubahan yang diperlukan
2.2.5. Standard Operating Procedure (SOP)
Standar Operasional Prosedur menurut [10] yaitu:
19
SOP adalah serangkaian instruksi yang menggambarkan
pendokumentasian dari yang dilakukan secara berulang
pada sebuah organisasi.
SOP adalah panduan yang menjelaskan secara terperinci
bagaimana suatu proses harus dilaksanakan.
SOP adalah serangkaian instruksi yang digunakan untuk
memecahkan suatu masalah
Sedangkan fungsi dan tujuan standard operating procedures
(SOP) adalah untuk mendefinisikan semua konsep dan teknik
yang penting serta persyaratan yang dibutuhkan, yang ada
dalam setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam suatu bentuk
yang langsung dapat digunakan oleh karyawan dalam
pelaksanaan kegiatan sehari-hari [10].
Selain itu manfaat dari membuat standard operating procedures
adalah:
Dapat menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses
yang dijalankan
Dapat menstadarkan semua aktivitas yang dilakukan pihak
yang bersangkutan
Membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang
diperlukan dalam proses pengambilan keputusan
Dapat meningkatkan komunikasi antara pihak-pihak yang
terkait, terutama pekerja dengan pihak manajemen.
Tahapan dalam penyusunan SOP antara lain: adanya analisis
sistem. Analisis tugas serta fungsi dan adanya analisis prosedur
kerja [11]. SOP dibuat sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Begitu juga dalam pembuatan SOP untuk masing-masing unit
kerja.
2.2.5.1. Kriteria dan Format SOP
Kriteria dan format SOP dapat memudahkan pembuatan SOP
agar lebih jelas, terstruktur dan mudah diterapkan oleh sebuah
organisasi. Penentuan kriteria dan format SOP dapat
disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Berikut ini
merupakan tujuh keriteria SOP yang baik sesuai dengan aturan
permenpen adalah [12]:
Specific;
20
Complete;
Understable;
Applicable;
Controllable;
Auditable;
Changeable.
Dalam penentuan format penyusunan SOP dapat didasarkan
oleh empat faktor, antara lain [13]:
Berapa banyak keputusan yang akan dibuat dalam suatu
prosedur?
Berapa banyak langkah dan sub langkah yang diperlukan
dalam suatu prosedur?
Siapa yang dijadikan target sebagai pelaksana SOP?
Apa tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan SOP?
Format SOP yang baik ditunjukkan dengan adanya kemudahan
dalam menyalurkan informasi sesuai dengan kebutuhannya
sehingga dapat dilaksanakan secara konsisten. Empat format
yang dapat digunakan, antara lain [13]:
1. Langkah Sederhana (Simple Steps)
Langkah sederhana merupakan penyusunan prosedur yang
hanya memuat sedikit kegiatan dan memerlukan sedikit
keputusan. Dalam situasi dimana hanya ada beberapa orang
yang akan melaksanakan prosedur yang disusun maka dapat
menggunakan format langkah sederhana. Kegiatan yang akan
dilaksanakan cenderung singkat dan sederhana.
2. Langkah Berurutan (Hierarchical Steps)
Tahapan berurutan merupakan pengembangan dari langkah
sederhana. Tahapan ini berisi prosedur dengan susunan panjang
dengan lebih dari 10 langkah serta membutuhkan informasi
detail. Langkah-langkah yang telah diidentifikasi dapat
dijabarkan kedalam sub-sub langkah dengan lebih rinci.
3. Grafik (Graphic)
Grafik digunakan apabila prosedur yang disusun mempunyai
kegiatan yang panjang dan spesifik. Dari langkah yang panjang
dapat dijabarkan melalui sub-proses yang lebih pendek dan
21
berisi langkah singkat. Pegawai lebih mudah melaksanakan
prosedur menggunakan format grafik. Dengan adanya sebuah
grafik dapat menggambarkan prosedur kedalam foto atau
diagram.
4. Diagram Alir (Flowcharts)
Flowcharts digunakan apabila SOP diperlukan dalam
pengambilan keputusan kompleks dan membutuhkan jawaban
iya dan tidak. Hal ini dapat mempengaruhi sub langkah
selanjutnya. Flowcharts memberikan langkah mudah untuk
diikuti dan diterapkan oleh para pegawai melalui sususan
langkah sesuai dengan keputusan yang telah diambil. Dalam
penerapan format ini perlu menggambarkan proses dengan
symbol-simbol. Setiap simbol memiliki fungsi dan makna
teknis yang khas. Pada dasarnya flowcharts dikembangkan dari
simbol dasar seperti, simbol kapsul (terminator), simbol kotak
(process), simbol belah ketupat (decision) dan anak panah
(arrow).
2.2.5.2. Dokumen Standard Operating Procedure (SOP)
Penelitian ini menghasilkan produk berupa dokumen SOP yang
berisi prosedur-prosedur yang distandarkan. Berdasarkan pada
peraturan pemerintah (Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 35
tahun 2012), format SOP merupakan bagian dari penyusunan
dokumen SOP. Tidak ada format SOP yang baku atau standar,
format SOP dipengaruhi oleh tujuan dari pembuatan SOP
sehingga apabila tujuan penyusunan berbeda maka format SOP
akan berbeda [14].
Sesuai dengan anatomi dokumen SOP pada hakekatnya
merupakan dokumen yang berisi prosedur-prosedur yang
distandarkan secara keseluruhan dapat membentuk satu
kesatuan proses sehingga informasi yang dimuat dalam
dokumen SOP meliputi: Unsur Dokumentasi dan Unsur
Prosedur. Informasi yang terdapat dalam Unsur dokumentasi
dan unsur prosedur adalah sebagai berikut [14]:
1. Unsur Dokumentasi
22
Merupakan unsur dari dokumen SOP yang berisi hal-hal terkait
dengan proses pendokumentasian SOP sebagai sebuah
dokumen. Hal ini dilakukan agar sebuah SOP lebih tercata dan
dapat dijadikan acuan melakukan aktivitas terstandar. Unsur
dokumentasi tersebut mencakup [14]:
Halaman Judul; berisi judul SOP, instansi/satuan kerja,
tahun pembuatan dan informasi lain yang diperlukan.
Halaman judul dapat disesuaikan dengan kebutuhan
instansi yang membuat. Adapun contoh halaman judul
sebuah dokumen SOP berikut ini :
Keputusan Pimpinan Kementrian / Lembaga/
Pemda; Dengan adanya dokumen SOP sebagai
pedoman setiap pegawai structural, fungsional atau
Gambar 2.3 Halaman Judul sebuah Dokumen SOP
23
operasional, maka dokumen perlu mempunyai dasar
hukum yang kuat. Setelah halaman judul, disajikan
halaman yang berisi keputusan atau kebijakan
Pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemda mengenai
penetapan dokumen SOP.
Daftar isi dokumen SOP; merupakan daftar isi yang
digunakan untuk membantu mempercepat pencarian
informasi.
Penjelasan singkat penggunaan; dokumen SOP
sebaiknya memuat penjelasan bagaimana membaca dan
menggunakan dokumen tersebut. Isi dari bagian ini
antara lain mencakup: Ruang Lingkup, menjelaskan
tujuan prosedur dibuat dan kebutuhan organisasi;
Ringkasan, memuat ringkasan singkat mengenai
prosedur yang dibuat; dan Definisi umum, memuat
beberapa definisi yang terkait dengan prosedur yang
distandarkan.
2. Unsur Prosedur
Terdapat dua unsur prosedur yaitu bagian identitas dan bagian
flowchart. SOP dapat diklasifikasikan sesuai kebutuhan
organisasi. Bagian identitas tersebut dapat dilihat pada Gambar
2.4. Keterangan-keterangan lengkap dari setiap nomor pada
Gambar 2.4 :
1. Logo dan Nama Instansi/Satuan Kerja/Unit Kerja,
nomenklatur satuan/unit organisasi pembuat;
2. Nomor SOP, berisi nomor prosedur SOP
3. Tanggal pembuatan, tanggal pembuatan SOP
4. Tanggal Revisi, tanggal SOP apabila dilakukan revisi 5. Tanggal Efektif, tanggal mulai diberlakukannya SOP
6. Pengesahan oleh pejabat yang berkompeten pada
tingkat satuan kerja, berisi pengesahan dengan
mencantumkan jabatan, tanda tangan, nama pejabat, NIP
dan stempel/cap instansi
7. Judul SOP, judul prosedur yang akan dibuat SOP
8. Dasar Hukum, peraturan yang mendasari prosedur serta
aturan pelaksanaannya.
24
9. Keterkaitan, berisi penjelasan mengenai keterkaitan
prosedur yang distandarkan
10. Peringatan, berisi penjelasan jika prosedur tidak
dijalankan
11. Kualifikasi Pelaksana, berisi penjelasan mengenai
kualifikasi pelasana yang dibutuhkan dalam melaksanakan
SOP
12. Peralatan dan Perlengkapan, berisi penjelasan mengenai
kualifikasi pelaksana yang dibutuhkan dalam
melaksanakan perannya.
13. Pencatatan dan Pendataan, berisi berbagai hal yang perlu
didata dan dicatat.
Sedangkan bagian flowchart, merupakan uraian mengenai
langkah-langkah prosedur kegiatan beserta mutu baku dan
keterangan yang diperlukan. Berikut adalah contoh bagian
flowchart seperti Gambar 2.5. Berdasarkan penjabaran di
Gambar 2.5, kaitannya kriterian dan format serta penyusunan
Gambar 2.4 Contoh Bagian Identitas SOP
25
dokumen SOP terhadap penelitian ini dapat memudahkan
penulis dalam memberikan acuan perancangan SOP
manajemen perubahan pada GRMS. Dokumen SOP sebagai
bukti tertulis telah disusunnya proses yang distandarkan. Hal
tersebut diletakkan dan diberikan kepada penanggung jawab
dan pelaksana proses agar dapat diperhatikan dan dilaksanakan.
Gambar 2.5 Contoh Bagian Flowchart SOP
26
(halaman ini sengaja dikosongkan)
27
BAB III
METODOLOGI
Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan dalam
pengerjaan tugas akhir.
3.1. Diagram Metodologi Secara garis besar, metode penelitian dijabarkan di dalam
Gambar 3.1 :
28
Gambar 3. 1 Metodologi
29
3.2. Uraian Metode Pengerjaan Tugas Akhir Poin-poin di bawah ini merupakan uraian dari rencana
metodologi yang digunakan oleh penulis.
3.2.1. Tahap Penyusunan Interview Protocol
Tahap ini merupakan tahap pendahuluan yang perlu
dipersiapkan sebelum memulai penyusunan SOP. Sebelum
memulai melakukan penggalian data, dilakukan penyusunan
daftar interview protocol melalui proses penggalian data yang
berdasarkan standar acuan untuk mengkategorikan tujuan dan
area dari setiap pertanyaan. Acuan-acuan tersebut berupa
metode analisis kesenjangan dan ITIL v3 mengenai manajemen
perubahan. Hasil akhir dari tahap ini yaitu daftar interview
protocol yang nantinya digunakan untuk melakukan tahap
pengumpulan data.
3.2.2. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi
Tahap ini merupakan tahap dimana penulis melakukan
pengumpulan data dan informasi yang akan digunakan untuk
bahan analisis dalam penyusunan dokumen SOP. Pengumpulan
data dan informasi dilakukan dengan dua metode, yaitu
wawancara dan observasi. Hasil akhir dari tahap ini yaitu
kondisi kekinian dan proses kondisi kekinian serta kondisi ideal
yang diharapkan.
A. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dari daftar interview protocol untuk mengetahui
kondisi kekinian dan kondisi yang diharapkan pada organisasi.
Wawancara akan dilakukan terhadap pihak yang berhubungan
dengan proses pengelolaan pengembangan aplikasi teknologi
informasi. B. Observasi
Observasi dilakukan dengan memperhatikan kondisi yang
sedang berlangsung pada lokasi organisasi. Kondisi tersebut
dapat berupa media-media yang mendukung proses manajemen
perubahan terhadap kebutuhan aplikasi GRMS. Metode ini
30
secara tidak langsung akan memvalidasi dan memverifikasi
terhadap setiap hasil wawancara yang telah didapatkan.
3.2.3. Tahap Analisis Kesenjangan
Tahap ini merupakan tahap dimana penulis melakukan analisis
kesenjangan antara kondisi ideal pengembangan aplikasi
teknologi informasi menurut manajemen perubahan ITIL v3
dengan kondisi kekinian pengembangan aplikasi teknologi
informasi yang berlangsung oleh pihak Bina Program. Dengan
menemukan kesenjangan antara keduanya, maka hasil analisis
kesenjangan tersebut akan digunakan dalam penyusunan isi
dokumen SOP terkait pengelolaan pengembangan aplikasi yang
dapat digunakan untuk mencapai kondisi ideal yang
diharapkan.
A. Analisis Kondisi Kekinian dan Kondisi Ideal
Analisis kondisi kekinian didapatkan dari hasil wawancara dan
observasi yang telah dilakukan sebelumnya untuk mendapatkan
gambaran manajemen perubahan terhadap kebutuhan GRMS
yang telah diterapkan oleh pihak Bina Program selama ini.
Kondisi kekinian yang didapat antara lain aktivitas
pengembangan GRMS, kebijakan yang ada, dan jumlah pihak
yang menangani. Sedangkan analisis kondisi ideal didapatkan
berdasarkan kerangka kerja ITIL V3 mengenai manajemen
perubahan. Kondisi ideal manajemen perubahan menurut ITIL
V3 menguraikan tujuh aktivitas utama yang wajib dilakukan
antara lain membuat dan merekam permintaan perubahan,
meninjau permintaan perubahan, menilai dan mengevaluasi
perubahan, mengautorisasi perubahan, memperbaharui
rencana, mengkoordinasikan implementasi, dan mengevaluasi
dan menutup proyek.
B. Analisis Kesenjangan
Kesenjangan didapatkan dari adanya kekurangan atau
ketidakcocokan antara kondisi kekinian dengan kondisi ideal.
Setelah kesenjangan telah ditemukan, maka akan dilakukan
analisis kesenjangan dengan tujuan untuk mengevaluasi
kesenjangan antara kondisi kekinian dengan kondisi ideal
tersebut. Hasil analisis kesenjangan akan diuraikan dalam
bentuk tabel kesenjangan.
31
3.2.4. Tahap Perancangan dan Pembuatan Dokumen SOP
Tahap ini merupakan tahap dimana penulis akan melakukan
perancangan isi SOP terkait pengelolaan pengembangan
aplikasi yang berdasarkan hasil analisis kesenjangan antara
kondisi kekinian dengan kondisi ideal yang diharapkan dan
pedoman penyusunan SOP yang berdasarkan standar yang
mengatur isi dan struktur SOP. Setelah itu, penulis melakukan
penyusunan dan pembuatan dokumen SOP yang berisi prosedur
pengelolaan pengembangan aplikasi teknologi informasi
berdasarkan standar. Setelah selesai dibuat, dokumen SOP akan
dilakukan tahap verifikasi dan tahap validasi terlebih dahulu. A. Menyusun Dokumen SOP manajemen perubahan
untuk kebutuhan aplikasi GRMS
Penyusunan dokumen SOP manajemen perubahan untuk
kebutuhan aplikasi GRMS dilakukan berdasarkan hasil analisis
kesenjangan yang telah didapat sebelumnya. Dokumen SOP ini
akan memuat prosedur yang mencakup aktivitas-aktivitas
utama manajemen perubahan. Dokumen SOP yang telah selesai
disusun akan diserahkan kepada pihak Bina Program untuk
dilakukan verifikasi dan validasi.
B. Verifikasi
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah prosedur yang
telah dihasilkan telah sesuai dengan kebutuhan organisasi
berdasarkan standar acuan dan pihak dari Bina Program yang
bersangkutan, yaitu pihak admin dan pihak kasubag dari
masing-masing aplikasi GRMS. Verifikasi dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara.
C. Validasi
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui ketepatan prosedur
ketika telah diimplementasikan dalam organisasi dan dilakukan
oleh penyusun SOP tersebut. Apabila masih terdapat
ketidaksesuaian, maka akan dilakukan perbaikan terhadap
prosedur SOP tersebut.
3.2.5. Tahap Penyusunan Dokumen Akhir
Tahap ini merupakan tahap akhir dimana dokumen prosedur
SOP telah selesai diverifikasi dan divalidasi oleh pihak Bina
32
Program. Penulis akan melakukan penyusunan dokumen akhir
dan menarik kesimpulan akhir dari perumusan masalah yang
telah dibentuk sebelumnya dan berdasarkan hasil akhir
penelitian. Setelah itu, penulis juga akan membuat dan
merekomendasikan saran bagi organisasi yang diperlukan
untuk perbaikan proses pengelolaan pengembangan aplikasi
teknologi informasi dan saran bagi penelitian selanjutnya
mengenai apa yang perlu dilakukan dan yang perlu diperbaiki.
Dokumen SOP kemudian akan diberikan pada organisasi.
33
BAB IV
PERANCANGAN Bagian ini menjelaskan proses perancangan penelitian tugas
akhir yang digunakan sebagai panduan dalam melakukan
penelitian tugas akhir.
4.1. Perancangan Studi Kasus Pada bagian ini merupakan perancangan yang digunakan dalam
penetapan studi kasus dalam penelitian tugas akhir
4.1.1. Tujuan Studi Kasus
Studi kasus memungkinkan peneliti untuk meneliti data dalam
konteks tertentu. Pada penelitian ini dilakukan penyusunan
dokumen SOP manajemen perubahan pada kebutuhan aplikasi
GRMS yang dapat dijadikan masukan dalam pengelolaan
pengembangan sistem. Studi kasus didefinisikan sebagai
penyelidikan sebuah proses nyata dengan menggunakan cara-
cara yang sistematis dalam pengumpulan data, seperti obervasi
dan wawancara [15].
Menurut Yin, terdapat 3 tipe dari studi kasus, antara lain [11] :
Eksplorasi (menggali) : tipe studi kasus yang
mengeksplorasi fenomena dalam data yang berfungsi
sebagai tempat tujuan untuk peneliti
Deskriptif : tipe studi kasus yang menggambarkan
fenomena yang terjadi di dalam data dalam bentuk
narasi
Explanatory (memperjelas) : tipe studi kasus yang
menjelaskan fenomena yang terjadi secara jelas mulai
dari hal yang mendasar hingga yang paling dalam
secara lebih detail
Dalam pengerjaan tugas akhir ini, penulis menggunakan tipe
studi kasus eksplorasi (menggali). Eksplorasi dilakukan pada
studi kasus untuk penggalian data dan melihat fenomena
mengenai gambaran umum layanan dan proses bisnis yang
terkait dengan manajemen perubahan pada kebutuhan aplikasi
GRMS dan fenomena tersebut dapat dijadikan dasar dalam
34
pembuatan SOP. Tujuan dari penggunaan studi kasus untuk
menyelesaikan rumusan masalah dalam penelitian tugas akhir.
Perancangan fokus studi kasus terbagi menjadi 2 jenis, yaitu
single case design yang berfokus pada satu kasus dan multiple
case design yang berfokus pada berbagai kasus. Perancangan
studi kasus yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini,
peneliti adalah single case design yang akan berfokus pada
Bagian Bina Program Pemerintah Kota Surabaya sebagai objek
penelitian. Terdapat 2 tipe dalam single case design, yaitu yaitu
single unit of analysis dan multiple units of analysis.
Single unit of analysis dapat digunakan pada penelitian dimana
terdapat kasus unik, kritis ataupun penyimpangan kasus.
Sementara, multiple units of analysis dapat digunakan pada
penelitian yang melakukan replikasi temuan di seluruh studi
kasus dengan cara membandingkan sub-units.
Pada tugas akhir ini menggunakan single unit of analysis. Unit
of analysis dalam tugas akhir ini adalah melakukan analisis
terhadap aktivitas pengembangan terhadap kebutuhan aplikasi
GRMS oleh Bina Program Pemerintah Kota Surabaya.
4.1.2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Bagian Bina Program Kota
Surabaya yang merupakan pihak pengelola dari sistem GRMS
di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya. Sedangkan objek
penelitian ini adalah proses dan layanan manajemen perubahan
terhadap kebutuhan aplikasi yang terdapat dalam alur
pengembangan GRMS. Proses tersebut akan disesuaikan
dengan kerangka kerja Change Management ITIL V3 dan
metode analisis kesenjangan sehingga proses manajemen
perubahan dapat diterapkan dengan baik. Dalam penelitian ini
penulis mendapatkan dukungan penuh dari pihak Bagian Bina
Program Kota Surabaya yang merupakan penanggung jawab
pengelolaan perubahan terhadap kebutuhan aplikasi GRMS.
35
4.2. Perancangan Penggalian Data Pada bagian ini merupakan perancangan perangkat yang
digunakan untuk menggali data kondisi kekinian.
4.2.1. Data yang Diperlukan
Pada bagian ini merupakan perancangan perangkat yang
digunakan dalam penggalian data kondisi kekinian mengenai
gambaran umum aktivitas manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS oleh Bina Program Pemerintah Kota
Surabaya.
Berikut merupakan poin-poin mengenai data yang dibutuhkan
dalam penelitian tugas akhir :
1. Proses bisnis pengembangan setiap aplikasi GRMS
2. Kebijakan Bina Program dalam pengembangan
terhadap kebutuhan aplikasi GRMS
3. Kondisi kekinian manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
4. Kondisi Ekspektasi manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
4.2.2. Teknik Penggalian Data
Pada bagian ini merupakan persiapan penggalian data dan
perancangan metode penggalian data yang akan dilakukan.
Persiapan penggalian data dilakukan dengan menyusun
interview protocol yang berisi daftar pertanyaan yang akan
diajukan. Metode penggalian data yang akan dilakukan adalah
wawancara dan observasi.
4.3. Perancangan Interview Protocol Interview protocol merupakan daftar pertanyaan yang
digunakan sebagai panduan penelitian ketika melakukan
wawancara agar jelas dan terarah. Daftar pertanyaan tersebut
harus sesuai dengan tujuan wawancara yaitu data dan informasi
yang ingin didapatkan. Interview protocol digunakan untuk
menggali kondisi kekinian terkait pengelolaan manajemen
akses saat ini. Berikut merupakan tampilan dari interview
36
protocol mengenai pencatatan informasi saat melakukan
wawancara :
Table 4.1 Pencatatan Informasi Saat Wawancara
Tujuan Interview : (Contoh: Mendapatkan informasi
terkait kondisi kekinian
manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS)
Tanggal : (Contoh: 14 April 2016)
Waktu : (Contoh: 11.30 WIB)
Lokasi : (Contoh: Ruang Bina Program
Lantai 3)
Narasumber : (Contoh: Sam Joe)
Jabatan : (Contoh: Kepala Sub Bagian
Bina Program)
Topik : (Contoh: Manajemen Perubahan
terhadap Kebutuhan Aplikasi
GRMS)
Berikut merupakan tampilan pertanyaan yang tertera dalam
interview protocol terdapat pada table dibawah ini:
Table 4.2 Tampilan Interview Protocol
Topik : (Contoh:Manajemen Perubahan terhadap
Kebutuhan Aplikasi GRMS)
No. Uraian Pertanyaan
1. Pertanyaan: (Contoh:Siapa saja pihak yang terlibat
dalam proses manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS selama ini?)
Jawaban: (Contoh:Pengguna, Admin, Kasubag, dan
Programmer)
2. Pertanyaan:
Jawaban:
3. Pertanyaan:
Jawaban:
37
4. Pertanyaan:
Jawaban:
5. Pertanyaan:
Jawaban:
Dalam menyusun interview protocol, penulis menggunakan
standar acuan kerangka kerja aktivitas dalam proses manajemen
perubahan ITIL V3. Beberapa poin penting yang akan diajukan
kepada interviewee adalah:
1. Aktor dan peran yang terlibat dalam manajemen
perubahan terhadap kebutuhan aplikasi GRMS
2. Kondisi kekinian manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS yang diterapkan oleh Bina
Program
3. Kondisi ekspektasi manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS yang diterapkan oleh Bina
Program
Penyusunan poin-poin pertanyaan pada interview protocol
menggunakan standar acuan kerangka kerja aktivitas dalam
proses manajemen perubahan ITIL V3. Berikut ini adalah
kaitan antara poin-poin pertanyaan dan penjelasannya:
Table 4.3 Poin Pertanyaan Interview Protocol 1
Pertanyaan Referensi
Pendefinisian Aktor dan Role manajemen perubahan
terhadap kebutuhan GRMS
Siapa saja pihak yang
terlibat dalam
aktivitas
pengembangan
aplikasi GRMS?
Single unit of analysis
Apakah terdapat
pembentukan tim
khusus untuk
penanganan
Single unit of analysis
38
pengembangan
aplikasi GRMS
Bagaimana
pembagian peran dari
masing-masing pihak
yang terlibat?
Single unit of analysis
Table 4.4 Poin Pertanyaan Interview Protocol 2
Pertanyaan Referensi
Identifikasi Kondisi Existing
Bagaimana proses
penanganan Bina Program
terhadap permintaan
perubahan? Apakah terdapat
aktivitas :
Membuat dan
mencatat
permintaan
perubahan
Meninjau
permintaan
perubahan
Menilai dan
mengevaluasi
perubahan
Autorisasi
perubahan
Memperbaharui
rencana
Mengkoordinasikan
implementasi
Mengevaluasi dan
menutup perubahan
Create and record RFC
Review the RFC
Assess and Evaluate the
change
Authorize the change
Plan updates
Coordinating change
implementation
Review and close
change
39
Pertanyaan Referensi
Siapa sajakah yang dapat
mengajukan permintaan
perubahan?
Create and record RFC
Apakah terdapat aplikasi
pencatatan permintaan
perubahan yang masuk?
Apabila ada, apa bentuk
pencatatannya?
Create and record RFC
Bagaimana pengkategorian
perubahan yang diterapkan
oleh Bina Program?
Review the RFC
Apakah pernah terjadi
permasalahan selama proses
pengembangan aplikasi
GRMS mulai dari
pengajuan permintaan
perubahan hingga
penutupan perubahan?
Apabila ada, apa sajakah
itu?
Single unit of analysis
Identifikasi Kondisi Ekspektasi
Bagaimana harapan
kedepan terkait proses
pengelolaan pengembangan
aplikasi GRMS?
Create and record RFC
Review the RFC
Assess and Evaluate the
change
Authorize the change
Plan updates
Coordinating change
implementation
Review and close
change
Hasil penyusunan interview protocol dapat dilihat pada
LAMPIRAN A.
40
4.4. Perancangan Analisis Data
pada bagian ini merupakan perancangan yang digunakan dalam
melakukan analisis data
4.4.1. Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisa
deskriptif yang berasal dari hasil wawancara ,observasi dan
review dokumen terkait terhadap kondisi kekinian serta kondisi
ideal berdasarkan standar acuan mengenai pengelolaan
manajemen perubahan terhadap kebutuhan aplikasi GRMS.
Selain itu digunakan pula tools dalam wawancara yaitu
recorder sebagai media pendukung dalam melakukan analisa
deskriptif terhadap kondisi kekinian. Untuk memvisualisasikan
kondisi kekinian dari hasil penggalian data dapat menggunakan
bizagi modeler. Tujuan digunakannya metode pengolahan data
untuk memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian tugas akhir. Hasil dari pengolahan data dapat
dianalisis lebih lanjut untuk digunakan dalam pembuatan
dokumen SOP manajemen perubahan terhadap kebutuhan
aplikasi GRMS.
4.4.2. Penentuan Pendekatan Analisis
Pendekatan analisis digunakan untuk mengetahui hubungan
antara data yang sudah diolah dengan tujuan dari penelitian
tugas akhir. Sehingga, analisis dapat dilakukan dengan
melakukan pendekatan terhadap standar acuan dan analisis
kesenjangan. Berikut penjelasan terhadap masing-masing
pendekatan yang digunakan :
4.4.2.1 Pendekatan Analisis Standar Acuan
Pendeketan analisis menggunakan standar ITIL V3 mengenai
Manajemen Perubahan. Analisis dengan pendekatan ITIL yang
berfokus pada proses manajemen perubahan untuk
menggambarkan kondisi kekinian sesuai dengan aktivitas
dalam manajemen perubahan, mulai dari proses membuat dan
merekam permintaan perubahan, meninjau permintaan
perubahan, menilai dan mengevaluasi perubahan,
mengautorisasi perubahan, memperbaharui rencana,
41
mengkoordinasi implementasi, dan mengevaluasi dan menutup
perubahan.
4.4.2.2 Pendekatan Analisis Kesenjangan
Analisis dengan pendekatan analisis kesenjangan yang
digunakan untuk mengetahui kesenjangan antara standar
layanan dan proses penyediaan layanan aplikasi GRMS yang
terkait dengan manajemen perubahan terhadap kebutuhan
aplikasi. Analisis kesenjangan berguna untuk mengetahui
adanya ketidaksesuaian antara kondisi kekinian dengan kondisi
ideal sehingga perlu dilakukan adanya standarisasi berdasarkan
suatu kerangka kerja. Hasil dari analisis kesenjangan akan
dijadikan input untuk perancangan dokumen standard
operating procedure.
4.5. Perancangan Standard Operating Procedure Perancangan dokumen SOP dilakukan berdasarkan hasil
analisis kesenjangan yang telah didapat sebelumnya. Dokumen
SOP yang telah selesai dirancang dan dibuat akan diserahkan
kepada pihak organisasi untuk diverifikasi dan divalidasi pada
lingkungan organisasi.
4.5.1. Verifikasi
Verifikasi diajukan kepada pihak pengelola aplikasi GRMS
yakni Bina Program Pemerintah Kota Surabaya. Didalam tahap
verifikasi ini ada beberapa aktivitas verifikasi yang dilakukan,
yaitu tujuan verifikasi, sasaran verifikasi, metode verifikasi dan
tahap pengujian verifikasi.
Table 4.5 Detail Verifikasi SOP
Tujuan Memverifikasi dokumen untuk
mengecheck kebenaran dari
informasi-informasi yang
didefinisikan dan termuat dalam
dokumen SOP.
Metode Wawancara secara langsung
Sasaran Kepala sub Bina Program
42
Alur
Verifikasi
1. Penulis mengirimkan
dokumen SOP
2. Penulis meminta penanggung
jawab untuk mereview
dokumen SOP yang telah
dikirim dan memberikan
feedback
3. Penulis mengadakan
wawancara langsung dengan
penanggung jawab
4. Penulis melakukan
wawancara secara langsung
terkait dengan istilah kata
yang digunakan dalam SOP
dan informasi-informasi yang
dimasukkan ke dalam
dokumen SOP
5. Penanggung jawab
memberikan review dan
tanggapan dari pertanyaan
penulis dan memberikan
revisi (jika ada)
6. Penulis melakukan
pembenahan konten dokumen
7. Penulis mengirim ulang hasil
revisi kepada penanggung
jawab
8. Penanggung jawab menerima
dokumen SOP yang telah
diperbaiki
9. Penanggung jawab
menyutujui dokumen SOP
yang telah diperbarui
43
4.5.2. Validasi
Validasi diajukan pada pihak yang menggunakan aplikasi
GRMS dan kepala sub bagian Bina Program. Saat validasi akan
berlangsung proses uji coba simulasi penggunaan SOP selama
3 hari. Di dalam tahap validasi terdapat aktivitas validasi yang
dilakukan, yaitu tujuan, sasaran validasi, metode validasi dan
tahap pengujian validasi.
Table 4.6 Detail Validasi SOP
Tujuan Memvalidasi dokumen dengan melihat
apakah SOP depat berjalan sesuai dengan
kondisi yang ada dan untuk menemukan
kekurangan dari SOPyang telah dibuat
sehingga dapat dibenahi dan diterapkan
Metode Wawancara
Sasaran Kepala Sub Bagian Bina Program
Alur
Validasi
1. Penulis mengirimkan satu SOP dan
form-form terkait kepada penanggung
jawab atau teknisi untuk melakukan
pengujian SOP
2. Pelaksana menerima dokumen SOP,
kemudian memahami SOP yang dibuat
penulis.
3. Pelaksana mensimulasikan SOP yang
dikirim, termasuk melakukan
pengisian form dengan menggunakan
salah satu permintaan perubahan yang
masuk
4. Setelah dilakukan simulasi SOP dan
pengisian form-form yang ada,
selanjutnya adalah meminta feedback
dari pelaksana.
5. Setelah selesai, maka dengan
persetujuan penanggung jawab, SOP
yang dibuat telah valid dan dapat
diterapkan.
44
(halaman ini sengaja dikosongkan)
45
BAB V
IMPLEMENTASI
Bab ini menjelaskan hasil dari proses perancangan studi kasus
yang didapatkan melalui wawancara dan review dokumen.
5.1 Analisis Kondisi Kekinian dan Kondisi Ideal
5.1.1 Hasil Wawancara
Berdasarkan perancangan perangkat penggalian data,
narasumber yang akan dituju merupakan admin pada setiap
aplikasi GRMS yang berjumlah 5 orang antara lain:
1. Ibu Galuh Ayu Jendrawati, selaku admin aplikasi e-
Controlling dan aplikasi e-Project. Wawancara
dilakukan pada tanggal 13 April 2016.
2. Ibu Pratiwi Sri Hadi, selaku admin aplikasi e_delivery.
Wawancara dilakukan pada tanggal 13 April 2016.
3. Ibu Dian Septiani Santoso, selaku admin aplikasi e-
Budeting. Wawancara dilakukan pada tanggal 14 April
2016.
4. Ibu Enik Supristiyowati, selaku admin aplikasi e-
Performance. Wawancara dilakukan pada tanggal 18
April 2016.
Hasil wawancara terdapat pada LAMPIRAN B. Poin-poin
penting yang ditanyakan dalam wawancara dan observasi antara
lain :
Pendefinisan aktor dan peran manajemen perubahan
terhadap aplikasi GRMS
Gambaran umum layanan pengembangan aplikasi
GRMS
Proses pengembangan aplikasi GRMS
5.1.2 Pendefinisian Aktor dan Role GRMS
Masing-masing aplikasi pada GRMS umumnya memiliki satu
penanggung jawab yang berperan sebagai admin. Akan tetapi,
terdapat pengecualian untuk dua aplikasi. Pada aplikasi e-
Budgeting memiliki lebih dari satu admin. Selain itu, aplikasi
46
e-Performance memiliki 2 admin, yaitu super admin dan admin
SKPD. Berdasarkan dari hasil wawancara pada poin pertanyaan
2 dan 3 mengenai aktivitas yang menjadi tanggung jawab dalam
pengembanan GRMS, maka dapat disimpulkan bahwa tugas
dan fungsi setiap role adalah sebagai berikut:
1. Super Admin/Admin Bina Program
Administrator yang bertanggung jawab atas
manajemen pengelolaan GRMS untuk seluruh SKPD.
Fungsinya dalam manajemen perubahan antara lain:
o Menerima adanya permintaan perubahan dari
user dan meninjau ulang detail permintaan
perubahan untuk persetujuan esksekusi
perubahan terhadap sistem
o Menjabarkan alur dan detail perubahan kepada
pihak programmer untuk tidak menimbulkan
kesalahpahaman
o Memeriksa hasil eksekusi perubahan yang
telah diselesaikan oleh pihak programmer
2. Admin SKPD
Administrator memiliki kewenangan untuk
bertanggung jawab atas kendali yang berkaitan dengan
SDM di masing-masing SKPD. Mereka bertugas untuk
menerima adanya permintaan perubahan dari user
(SKPD) dan akan disampaikan kepada pihak super
admin / admin Bina Program.
3. Kasubag
Kasubag memiliki kewenangan paling besar untuk
menyetujui setiap permintaan perubahan yang diajukan
oleh pengguna. Persetujuan permintaa perubahan
dilakukan berdasarkan kebutuhan, hukum, atau
undang-undang yang berlaku.
4. User
Merupakan pengguna layanan GRMS yaitu SKPD,
admin, penyedia layanan (karyawan Bina Program)
maupun masyarakat umum. User merupakan pihak
yang dapat melakukan permintaan perubahan kepada
pihak admin.
47
5.1.3 Kategorisasi Perubahan Layanan TI
Jenis perubahan layanan TI pada GRMS dikategorisasikan
mejadi 2 kategori menurut pihak admin Bina Program, yaitu:
1. Besar: Perubahan yang berpengaruh besar dan
membutuhkan jangka waktu panjang
2. Kecil: Perubahan yang tidak berpengaruh besar dan
tidak membutuhkan jangka waktu panjang
Isi pada Table 5.1 adalah permasalahan layanan TI yang sering
terjadi didalam kelima aplikasi berdasarkan hasil wawancara
yang ada pada LAMPIRAN B:
Table 5.1 Kategori Perubahan Menurut pengalaman Admin Bina
Program berdasarkan tiap aplikasi
Aplikasi Kategori Besar Kategori Kecil
e-Budgeting
Penambahan
fitur baru
dalam aplikasi
Penambahan
alur proses
bisnis dalam
aplikasi
Penambahan
laporan dalam
aplikasi
Penambahan
fitur verifikasi
pengguna dalam
aplikasi
e-Project dan e-
Controlling
(Pihak admin
yang menangani
adalah orang
yang sama)
Penambahan
fitur baru
dalam aplikasi
Penambahan
fitur notifikasi
dalam aplikasi
Perubahan data
dalam aplikasi
Perubahan alur
proses bisnis
dalam aplikasi,
contohnya
Penambahan
fitur validasi
dalam aplikasi
48
e-Delivery
Perubahan data
dalam aplikasi
Pemberian hak
akses dalam
aplikasi
Penambahan
fitur baru
dalam aplikasi
Penambahan
fitur verifikasi
pengguna dalam
aplikasi
e-Performance
Pengaturan
bobot kerja
dalam aplikasi
Perubahan
status data
pegawai dalam
aplikasi
Perubahan alur
proses bisnis
dalam aplikasi
Perubahan tata
letak fitur dalam
aplikasi
5.1.4 Kondisi Kekinian Manajemen Perubahan Terhadap
Aplikasi GRMS
Pada bagian ini akan membahas mengenai kondisi kekinian
terhadap pengembangan aplikasi GRMS. Kondisi kekinian
didapatkan dari hasil wawancara dengan para admin GRMS.
Untuk hasil wawancara lengkap, terlampir pada LAMPIRAN
B.
Dalam melakukan analisis kondisi kekinian, berdasarkan
tahapan service design ITIL V3 terdapat 4 aspek penting dalam
mendesain sebuah layanan TI. Keempat aspek tersebut
merupakan aspek penting yang digunakan karena sesuai dengan
standar ITIL dalam melakukan persiapan dan perencanaan yang
efektif dan efisien. Keempat aspek tersebut antara lain adalah:
People: merupakan pihak yang terlibat dalam layanan
TI dan memiliki peran maupun tanggung jawab
masing-masing
Processes: merupakan aktivitas, kebijakan, prosedur
dan tindakan dari layanan TI
49
Product: merupakaan aspek aplikasi, infrastruktur,
sistem manajemen dan teknologi yang digunakan untuk
menyediakan layanan TI
Partners: merupakan Pihak pendukung yang terlibat
dalam penyediaan layanan TI seperti manufactures,
suppliers dan vendor.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua dari empat
aspek yang ada yaitu people dan processes karena berdasarkan
standar terhadap kebutuhan suatu organisasi. Organisasi dapat
merasakan keuntungan dari penggunaan ITIL ketika terdapat
kesesuaian dan kejelasan terhadap proses dan pihak yang terkait
dengan proses. Sedangkan di dalam studi kasus yang berfokus
adanya manajemen perubahan terhadap aplikasi GRMS,
kesesuaian proses dan sumber daya menjadi hal yang penting.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan kedua aspek yaitu
people dan processes dari empat aspek yang digunakan. Selain
itu aspek ini digunakan berdasarkan hasil wawancara terhadap
kondisi kekinian.
A. Aktivitas (Processes)
Berdasarkan standar ITIL V3 mengenai manajemen perubahan
terdapat 7 aktivitas utama dalam melakukan manajemen
perubahan, antara lain membuat dan merekam permintaan
perubahan, meninjau permintaan perubahan, menilai dan
mengevaluasi perubahan, mengautorisasi perubahan,
memperbaharui rencana, mengkordinasikan implementasi, dan
mengevaluasi dan menutup proyek. Berikut adalah gambaran
aktivitas manajemen perubahan pada ITIL V3 berdasarkan
kondisi kekinian manajemen perubahan GRMS untuk setiap
aplikasi pada Bina Program
50
5.1.4.1 Proses Manajemen Perubahan pada aplikasi e-
Budgeting
Gambar 5.1 Alur pengembangan aplikasi e-budgeting
Alur manajemen perubahan dimulai dari user. User merupakan
segala pihak yang menggunakan atau terlibat pada aplikasi e-
Budgeting. User mengajukan permintaan perubahan terkait e-
51
Budgeting kepada pihak admin e-Budeting. Pengajuan
dilakukan melalui walk-in. Admin akan meninjau permintaan
perubahan tersebut dan mengkategorisasikan jenis perubahan
tersebut. Sebelumnya, admin juga berhak untuk menolak
permintaan perubahan tersebut dengan alasan perubahan tidak
berpengaruh signifikan atau perubahan tidak sesuai dengan
kebijakan yang ada.
Jenis perubahan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu perubahan
besar dan perubahan kecil. Contoh dari perubahan besar adalah
penambahan laporan, penambahan fitur verifikasi, dan
penambahan fitur. Sedangkan contoh dari perubahan kecil
adalah penambahan alur bisnis. Apabila perubahan
terkategorisasi besar, maka pihak admin harus mendiskusikan
terlebih dahulu kepada pihak kasubag penyusunan untuk
persetujuan. Diskusi biasanya dilakukan melalui sebuah rapat
yang diikuti oleh pihak kasubag dan pihak admin serta pihak
programmer apabila memang dibutuhkan. Apabila perubahan
terkategorisasi kecil, maka pihak admin tidak akan
mendiskusikan dengan pihak kasubag.
Setiap hasil persetujuan perubahan yang ada akan dicatat oleh
pihak admin ke dalam aplikasi TRAC sebagai media
pencatatan dan penyimpanan perubahan. Aplikasi TRAC dapat
diakses oleh pihak admin untuk pencatatan dan oleh pihak
programmer untuk melihat detail eksekusi perubahan yang
perlu dilakukan. Setelah itu, pihak programmer akan melakukan
eksekusi perubahan kebutuhan terhadap sistem dari penjabaran
detail permintaan perubahan dari pihak admin. Sistem yang
telah selesai dieksekusi oleh pihak programmer akan ditinjau
ulang oleh pihak admin untuk divalidasi apakah telah sesuai
dengan permintaan.
Apabila disetujui, maka pihak admin akan menyerahkan hasil
eksekusi tersebut kepada pihak kasubag terlebih dahulu untuk
persetujuan. Apabila disetujui, maka pihak admin atau pihak
programmer akan menyerahkan hasil eksekusi perubahan
kebutuhan kepada pihak user.
52
5.1.4.2 Proses Manajemen Perubahan pada aplikasi e-
Project dan aplikasi e-Controlling
Gambar 5.2 Alur pengembangan aplikasi e-project dan e-controlling
Alur manajemen perubahan dimulai dari user. User merupakan
segala pihak yang menggunakan atau terlibat pada aplikasi e-
Project dan e-Controlling. User mengajukan permintaan
perubahan terkait e-Project dan e-Controlling kepada pihak
penyelia admin e-Project dan e-Controlling terlebih dahulu.
53
Pengajuan dilakukan melalui walk-in. Kemudian pihak
penyelia admin menyampaikan permintaa perubahan terhadap
pihak admin e-Project dan e-Controlling. Pihak admin akan
meninjau permintaan perubahan tersebut dan
mengkategorisasikan jenis perubahan tersebut. Sebelumnya,
admin juga berhak untuk menolak permintaan perubahan
tersebut dengan alasan perubahan tidak berpengaruh signifikan
atau perubahan tidak sesuai dengan kebijakan yang ada.
Jenis perubahan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu perubahan
besar dan perubahan kecil. Contoh dari perubahan besar adalah
perubahan alur proses bisnis dan penambahan validasi.
Sedangkan contoh dari perubahan kecil adalah penambahan
fitur, penambahan notifikasi, dan perubahan data. Apabila
perubahan terkategorisasi besar, maka pihak admin harus
mendiskusikan terlebih dahulu kepada pihak kasubag
penyusunan untuk persetujuan. Diskusi biasanya dilakukan
melalui sebuah rapat yang diikuti oleh pihak kasubag dan pihak
admin serta pihak programmer apabila memang dibutuhkan.
Apabila perubahan terkategorisasi kecil, maka pihak admin
tidak akan mendiskusikan dengan pihak kasubag.
Setiap hasil persetujuan perubahan yang ada akan dicatat oleh
pihak admin ke dalam aplikasi TRAC sebagai media
pencatatan dan penyimpanan perubahan. Aplikasi TRAC dapat
diakses oleh pihak admin untuk pencatatan dan oleh pihak
programmer untuk melihat detail eksekusi perubahan yang
perlu dilakukan. Setelah itu, pihak programmer akan melakukan
eksekusi perubahan kebutuhan terhadap sistem dari penjabaran
detail permintaan perubahan dari pihak admin. Sistem yang
telah selesai dieksekusi oleh pihak programmer akan ditinjau
ulang oleh pihak admin untuk divalidasi apakah telah sesuai
dengan permintaan.
Apabila disetujui, maka pihak admin akan menyerahkan hasil
eksekusi tersebut kepada pihak kasubag terlebih dahulu untuk
persetujuan. Apabila disetujui, maka pihak admin atau pihak
programmer akan menyerahkan hasil eksekusi perubahan
kebutuhan kepada pihak user.
54
5.1.4.3 Proses Manajemen Perubahan pada aplikasi e-
Delivery
Gambar 5.3 Alur pengembangan aplikasi e-delivery
Alur manajemen perubahan dimulai dari user. User merupakan
segala pihak yang menggunakan atau terlibat pada aplikasi e-
Delivery. User mengajukan permintaan perubahan terkait e-
Delivery kepada pihak admin e-Delivery. Pengajuan dilakukan
melalui walk-in. Admin akan meninjau permintaan perubahan
tersebut dan mengkategorisasikan jenis perubahan tersebut.
55
Sebelumnya, admin juga berhak untuk menolak permintaan
perubahan tersebut dengan alasan perubahan tidak berpengaruh
signifikan atau perubahan tidak sesuai dengan kebijakan yang
ada.
Jenis perubahan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu perubahan
besar dan perubahan kecil. Contoh dari perubahan besar adalah
perubahan alur proses bisnis dan penambahan fitur. Sedangkan
contoh dari perubahan kecil adalah perubahan data dan
pemberian hak akses. Apabila perubahan terkategorisasi besar,
maka pihak admin harus mendiskusikan terlebih dahulu kepada
pihak kasubag penyusunan untuk persetujuan. Diskusi biasanya
dilakukan melalui sebuah rapat yang diikuti oleh pihak kasubag
dan pihak admin serta pihak programmer apabila memang
dibutuhkan. Apabila perubahan terkategorisasi kecil, maka
pihak admin tidak akan mendiskusikan dengan pihak kasubag.
Setiap hasil persetujuan perubahan yang ada akan dicatat oleh
pihak admin ke dalam aplikasi TRAC sebagai media
pencatatan dan penyimpanan perubahan. Aplikasi TRAC dapat
diakses oleh pihak admin untuk pencatatan dan oleh pihak
programmer untuk melihat detail eksekusi perubahan yang
perlu dilakukan. Setelah itu, pihak programmer akan melakukan
eksekusi perubahan kebutuhan terhadap sistem dari penjabaran
detail permintaan perubahan dari pihak admin. Sistem yang
telah selesai dieksekusi oleh pihak programmer akan ditinjau
ulang oleh pihak admin untuk divalidasi apakah telah sesuai
dengan permintaan.
Apabila disetujui, maka pihak admin akan menyerahkan hasil
eksekusi tersebut kepada pihak kasubag terlebih dahulu untuk
persetujuan. Apabila disetujui, maka pihak admin atau pihak
programmer akan menyerahkan hasil eksekusi perubahan
kebutuhan kepada pihak user.
56
5.1.4.4 Proses Manajemen Perubahan pada aplikasi e-
Performance
Gambar 5.4 Alur pengembangan aplikasi e-performance
Alur manajemen perubahan dimulai dari user. User merupakan
segala pihak yang menggunakan atau terlibat pada aplikasi e-
Performance. User mengajukan permintaan perubahan terkait e-
Performance kepada pihak admin e-Performance. Pengajuan
dilakukan melalui walk-in. Admin akan meninjau permintaan
perubahan tersebut dan mengkategorisasikan jenis perubahan
tersebut. Sebelumnya, admin juga berhak untuk menolak
57
permintaan perubahan tersebut dengan alasan perubahan tidak
berpengaruh signifikan atau perubahan tidak sesuai dengan
kebijakan yang ada.
Jenis perubahan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu perubahan
besar dan perubahan kecil. Contoh dari perubahan besar adalah
penambahan laporan, penambahan fitur verifikasi, dan
penambahan fitur. Sedangkan contoh dari perubahan kecil
adalah penambahan alur bisnis. Apabila perubahan
terkategorisasi besar, maka pihak admin harus mendiskusikan
terlebih dahulu kepada pihak kasubag penyusunan untuk
persetujuan. Diskusi biasanya dilakukan melalui sebuah rapat
yang diikuti oleh pihak kasubag dan pihak admin serta pihak
programmer apabila memang dibutuhkan. Apabila perubahan
terkategorisasi kecil, maka pihak admin tidak akan
mendiskusikan dengan pihak kasubag.
Setiap hasil persetujuan perubahan yang ada akan dicatat oleh
pihak admin ke dalam aplikasi TRAC sebagai media
pencatatan dan penyimpanan perubahan. Aplikasi TRAC dapat
diakses oleh pihak admin untuk pencatatan dan oleh pihak
programmer untuk melihat detail eksekusi perubahan yang
perlu dilakukan. Setelah itu, pihak programmer akan melakukan
eksekusi perubahan kebutuhan terhadap sistem dari penjabaran
detail permintaan perubahan dari pihak admin. Sistem yang
telah selesai dieksekusi oleh pihak programmer akan ditinjau
ulang oleh pihak admin untuk divalidasi apakah telah sesuai
dengan permintaan.
Apabila disetujui, maka pihak admin akan menyerahkan hasil
eksekusi tersebut kepada pihak kasubag terlebih dahulu untuk
persetujuan. Apabila disetujui, maka pihak admin atau pihak
programmer akan menyerahkan hasil eksekusi perubahan
kebutuhan kepada pihak user.
B. Kebijakan (Processes)
Kebijakan penggunaan aplikasi GRMS ada berdasarkan
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 73 Tahun 2012. Selain itu,
sesuai dengan hasil wawancara bahwa penggunaan ITIL V3
sebagai acuan dalam pelaksaan e-government yang
58
terstandarisasi akan meningkatkan nilai dari penerapan tata
kelola TI di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya.
C. Struktur Organisasi (People)
Bina Program merupakan sebuah bagian yang berada di bawah
Asisten Perekonomian dan Pembanguan Kota Surabaya yang
menangani perencanaan keuangan daerah Kota Surabaya.
Gambar 5.5 Struktur Organisasi Bina Program
Tupoksi dari masing-masing pegawai disesuaikan dengan
tupoksi yang telah diterbitkan oleh Perwali Kota Surabaya.
D. Sumber Daya Manusia (People)
Terdapat beberapa tipe pengguna yang berperan dalam
manajemen user GRMS. Masing-masing pengguna memiliki
peran masing-masing sesuai dengan Table 5.2 dibawah ini.
Table 5.2 Tipe Pengguna
Tipe Pengguna Peran
Super Admin/Admin Bina
Program
Pihak yang bertanggung
jawab terhadap manajemen
pengelolaan aplikasi GRMS
59
Admin SKPD
Pihak yang bertanggung
jawab terhadap kendali
pengelolaan aplikasi yang
sesuai dengan masing-
masing SKPD dan
bertanggung jawab sebagai
penengah antara user dan
super admin / admin Bina
Program
Pengguna Aplikasi
Pihak pengguna atau pihak
yang terlibat pada aplikasi
GRMS dalam lingkup
Pemerintah Kota Surabaya
Developer Aplikasi
Pihak yang bertanggung
jawab dalam pengembangan
aplikasi
Kepala Sub Bagian
(Kasubag)
Pihak yang bertanggung
jawab dalam pengambilan
keputusan pada tingkat
manajemen
Berdasarkan hasil wawancara, Bina Program memiliki 6 orang
pegawai yang menjabat sebagai admin. Rinciannya sebagai
berikut:
E-Budgeting: 3 admin
E-Project : 1 admin
E-Controlling: 1 admin
E-Delivery: 1 admin
E-Performance: 1 admin.
Aplikasi e-project dan e-controlling ditangani oleh pihak admin
yang sama.
Bina Program memiliki 10 orang tenaga kontrak sebagai
programmer untuk membantu Bina Program dalam menangani
bagian operasional dalam mengeksekusi perubahan kebutuhan
GRMS. Setiap aplikasi GRMS memiliki 2 programmer.
60
Dari penjelasan kondisi kekinian di atas, diketahui bahwa
terdapat penempatan jumlah admin yang tidak merata pada
beberapa aplikasi GRMS. Misalnya, Ibu Galuh Ayu
Jendrawatu, ST, adalah satu-satunya admin yang menangani
aplikasi e-project dan e-controlling sekaligus, sedangkan
aplikasi e-budgeting memiliki lebih dari satu admin. Padahal,
setiap aplikasi sebaiknya ditangani oleh minimal 1 admin yang
berbeda.
E. Produk
Bina Program memiliki produk dalam bentuk elektronik yaitu
e-trac. E-trac merupakan aplikasi pencatatan perubahan yang
masuk dan telah disetujui. Setiap aplikasi GRMS memiliki
manajemen e-trac yang berbeda-beda. Berikut penjelasannya
Table 5.3 Manajemen E-trac Tiap GRMS
Government Resource
Management Systems Aplikasi e-Trac
e-Budgeting
e-Project
e-Controlling
Aplikasi e-trac dipakai untuk
pencatatan daftar perubahan
yang telah disetujui oleh
admin/kasubag. Pencatatan
tersebut berisikan
pengkategorisasian
perubahan, prioritas
perubahan, deskripsi
perubahan, dan pihak yang
bertanggung jawab terhadap
perubahan. Jenis-jenis
pengkategorisasian tersebut
antara lain:
1. Defect: terkait
dengan kecacatan
software dan harus
segera dikerjakan
2. Enhancement:
penyempurnaan
61
Government Resource
Management Systems Aplikasi e-Trac
software dan tidak
terlalu mendesak
3. Task: terkait dengan
penambahan fitur
atau proses dan
sebaiknya
dikerjakan
Adapun prioritas yang telah
dilakukan dalam aplikasi ini,
yaitu:
1. Blocker: software
tidak bisa beroperasi
apabila tidak ada
penanganan atau
pembenaran
2. Critical: software
masih dapat berjalan
dan tetap penting
untuk dikerjakan
apabila ada
kerusakan
3. Major: tidak
sepenting critical
tetapi masih dalam
kategori bahaya
4. Minor: bahaya
software tidak
terlalu signifikan
dan penanganannya
tidak terlalu terburu-
buru
5. Trivial: tidak ada
efeknya secara
langsung untuk
proses bisnisnya
62
Government Resource
Management Systems Aplikasi e-Trac
e-Delivery
e-Performance
Aplikasi e-trac selalu
digunakan admin untuk
melakukan pengembangan
GRMS. Admin selalu
mencatat perubahan yang
telah disetujui oleh
admin/kasubag. Pencatatan
tersebut berisikan
kategorisasi perubahan,
prioritas perubahan status
pengerjaan perubahan,
deskripsi perubahan, pihak
siapa yang bertanggung
jawab terhadap perubahan.
Jenis-jenis
pengkategorisasian
perubahan antara lain:
1. Penambahan Fitur:
apabila request yang
masuk terkait
dengan permintaan
penambahan fitur
2. Pengecualian:
apabila request yang
masuk berkaitan
dengan
penyimpangan
terhadap alur proses
bisnis ataupun
kebijakan
3. Perbaikan: apabila
request yang masuk
berkaitan dengan
permasalahan
63
Government Resource
Management Systems Aplikasi e-Trac
Adapun prioritas yang telah
dilakukan dalam aplikasi ini,
yaitu:
1. Rendah: dampak
dengan proses bisnis
tidak terlalu terlihat
dan waktu
pengerjaan juga bisa
kapan saja
2. Normal: bahaya
software tidak
terlalu signifikan
untuk proses bisnis,
software masih
dapat berjalan dan
penanganannya
tidak terlalu terburu-
buru
3. Tinggi: masih dalam
kategori bahaya,
layanan masih dapat
digunakan tetapi
tidak semua menu
dapat diakses,
dampak tidak begitu
terasa dan
penanganannya
tidak disegerakan
4. Penting: masuk
dalam kategori
bahaya, dampak
terasa secara
signifikan dan
merugikan banyak
pihak dan
64
Government Resource
Management Systems Aplikasi e-Trac
penanganannya
termasuk sesegera
mungkin
5. Segera: dalam
kategori bahaya,
dampak sangat
terasa oleh semua
pengguna, proses
bisnis terhenti dan
penanganannya
sesegera mungkin
F. Permasalahan
Permasalahan yang muncul pada kondisi kekinian berdasarkan
hasil wawancara antara lain sebagai berikut:
Letak alur pencatatan permintaan perubahan
Kategorisasi dan prioritas jenis perubahan tidak dapat
dibedakan dengan baik oleh admin GRMS karena
setiap jenis permasalahan yang memerlukan perubahan
selalu dikategorisasikan sebagai perubahan besar dan
diprioritaskan mendesak untuk dikerjakan.
5.1.5 Kondisi Ideal Manajemen Perubahan Terhadap
Kebutuhan GRMS
Pada bagian ini akan membahas mengenai kondisi ideal
pengembangan aplikasi GRMS. Kondisi ideal didapatkan dari
hasil wawancara dengan para admin GRMS dan standar ITIL
V3.
Dalam melakukan analisis kondisi ekspektasi, berdasarkan
tahapan service design ITIL V3 terdapat 4 aspek penting dalam
mendesain sebuah layanan TI. Keempat aspek tersebut
merupakan aspek penting yang digunakan karena sesuai dengan
standar ITIL dalam melakukan persiapan dan perencanaan yang
efektif dan efisien. Keempat aspek tersebut antara lain adalah:
65
People: merupakan pihak yang terlibat dalam layanan
TI dan memiliki peran maupun tanggung jawab
masing-masing
Processes: merupakan aktivitas, kebijakan, prosedur
dan tindakan dari layanan TI
Product: merupakaan aspek aplikasi, infrastruktur,
sistem manajemen dan teknologi yang digunakan untuk
menyediakan layanan TI
Partners: merupakan Pihak pendukung yang terlibat
dalam penyediaan layanan TI seperti manufactures,
suppliers dan vendor.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua dari empat
aspek yang ada yaitu people dan processes karena berdasarkan
standar terhadap kebutuhan suatu organisasi. Organisasi dapat
merasakan keuntungan dari penggunaan ITIL ketika terdapat
kesesuaian dan kejelasan terhadp proses dan pihak yang terkait
dengan proses. Sedangkan di dalam studi kasus yang berfokus
ada manajemen perubahan terhadap kebutuhan GRMS,
kesesuaian proses dan sumber daya menjadi hal yang penting.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan kedua aspek yaitu
people dan processes dari empat aspek yang digunakan. Selain
itu aspek ini digunakan berdasarkan hasil wawancara terhadap
kondisi ekspektasi.
A. Aktivitas (Processes)
Berdasarkan standar acuan manajemen perubahan ITIL terdapat
tujuh aktivitas dalam melakukan manajemen perubahan
terhadap kebutuhan GRMS, yaitu: membuat dan merekam
permintaan perubahan, meninjau permintaan perubahan,
menilai dan mengevaluasi perubahan, autorisasi perubahan,
pembaharuan rencana, mengkoordinasikan implementasi, dan
mengevaluasi dan menutup perubahan
66
Table 5.4 Kondisi Ideal Manajemen Perubahan ITIL V3
Change Management
ITIL V3 Analisis Kondisi Ideal
Membuat dan
Merekam Permintaan
Perubahan
Menurut ITIL V3, pihak
yang bertanggung jawab
(pihak admin) harus
membuat request for change
(RFC). RFC merupakan
dokumen atau proposal resmi
untuk mengajukan sebuah
perubahan yang di dalamnya
mencakup detail perubahan
yang akan dibuat. Setiap
perubahan yang dilakukan
harus tercatat dalam sebuah
sebuah configuration
management system (CMS).
CMS menyediakan catatan
sejaah (log) perubahan-
perubahan yang pernah
dilakukan terhadap sebuah
sistem atau layanan TI.
Meninjau Permintaan
Perubahan
Menurut ITIL V3, diperlukan
adanya pemeriksaan RFC
apakah semua bagian
pengisian telah diisi dengan
benar, apakah tidak terrjadi
duplikasi permintaan
perubahan, dan apakah
permintaan tidak melampaui
cakupan proses manajemen
perubahan Menilai dan
Mengevaluasi
Perubahan
Menurut ITIL V3, diperlukan
adanya penilaian dan
pengevaluasian perubahan
apakah usulan perubahan
tersebut dan pengambilan
67
Change Management
ITIL V3 Analisis Kondisi Ideal
keputusan untuk menyetujui
atau tidak. Untuk melakukan
aktivitas ini, disarankan
menanyakan pertanyaan 7R,
yakni :
Raised : Siapa yang
mengangkat usulan
perubahan?
Reason : Apa alasan
perubahan?
Return : Apa keuntungan
bisnis yang diperoleh dari
perubahan?
Risk : Apa resiko jika
melakukan atau tidak
melakukan perubahan?
Resources : Apa saja
sumber daya yang
diperlukan untuk
perubahan?
Responsible : Siapa yang
bertanggung jawab
terhadap perubahan?
Relationship : Apa
hubungan perubahan ini
dengan perubahan lain?
Mengautorisasi
Perubahan
Menurut ITIL V3,
manajemen harus mengambil
keputusan siapa orang yang
diberikan autoritas
melakukan perubahan
Memperbaharui
Rencana
Menurut ITIL V3, diperlukan
adanya pembaharuan
rencana untuk memastikan
perubahan yang perlu
68
Change Management
ITIL V3 Analisis Kondisi Ideal
dilakukan. Dalam hal ini,
perubahan-perubahan berupa
kebutuhan aplikasi TI.
Mengkoordinasikan
Implementasi
Menurut ITIL V3, aktivitas
ini mencakup pelaporan ke
manajemen atas dan
komunikasi terhadap
stakeholder tentang
perubahan dan rencana
perubahan serta
mensosialisasikan terhadap
pengguna
Mengevaluasi dan
Menutup Proyek
Menurut ITIL V3, di akhir
proses semua perubahan
harus dievaluasi dalam hal
apakah perubahan telah
mencapai tujuan dan
keuntungan yang ingin
dicapai.
B. Kebijakan (Processes)
Kebijakan penggunaan aplikasi GRMS berdasarkan Peraturan
Walikota Surabaya Nomor 73 Tahun 2012. Selain itu sesuai
dengan hasil wawancara bahwa penggunaan ITIL V3 sebagai
acuan dalam pelaksaan e-government yang terstandarisasi.
Adanya penggunaan ITIL V3 akan meningkatkan nilai dari
penerapan tata kelola TI di lingkungan Pemerintah Kota
Surabaya.
C. Struktur Organisasi (People)
Bina Program merupakan sebuah bagian yang berada di bawah
Asisten Perekonomian dan Pembanguan Kota Surabaya yang
menangani perencanaan keuangan daerah Kota Surabaya.
69
Gambar 5.6 Struktur Organisasi Bina Program
Tupoksi dari masing-masing pegawai disesuaikan dengan
tupoksi yang telah diterbitkan oleh Perwali Kota Surabaya.
D. Sumber Daya Manusia (People)
Terdapat beberapa usulan peran pada pengguna dalam
manajemen user GRMS. Masing-masing pengguna memiliki
peran masing-masing sesuai dengan Table 5.5.
Table 5.5 Usulan Peran Tambahan
Tipe Pengguna Peran
Usulan
Tanggung
Jawab
Super
Admin/Admin Bina
Program
Sebagai orang
yang bertanggung
jawab terhadap
manajemen
pengelolaan
aplikasi
Mengontrol
siklus hidup
segala
perubahan,
memungkinkan
perubahan dapat
menjadi
keuntungan tanpa
Kepala Bagian Bina Program
Kepala Sub Bagian Penyusunan
Pelaksanaan Program
Admin
Developer
Kepala Sub Bagian Pembinaan dan Pengendalian
Admin
Developer
Kepala Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan
Admin
Developer
70
Tipe Pengguna Peran
Usulan
Tanggung
Jawab
menimbulkan
gangguan
terhadap layanan
lainnya, dan
memiliki
autorisasi
pembentukan
change advisory
board.
Admin SKPD
Sebagai orang
yang bertanggung
jawab terhadap
kendali
pengelolaan
aplikasi yang
sesuai dengan
masing-masing
SKPD
Pengguna Aplikasi
Sebagai pengguna
aplikasi GRMS
dalam lingkup
Pemerintah Kota
Surabaya
Developer Aplikasi
Sebagai orang
yang bertanggung
jawab dalam
pengembangan
aplikasi
Kepala Sub Bagian
Sebagai pihak
manajemen yang
bertanggung
jawab dalam
pengambilan
keputusan pada
Memonitoring
segala aktivitas
implementasi
perubahan
hingga tahap
71
Tipe Pengguna Peran
Usulan
Tanggung
Jawab
tingkat
manajemen
evaluasi dan
penutupan
E. Harapan
Harapan mendatang terkait manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS yang disampaikan saat wawancara
oleh narasumber antara lain sebagaia berikut:
Penambahan tenaga kerja
Adanya SOP dalam manajemen perubahan untuk
pengembangan aplikasi
Penyamaan persepsi antara pihak admin dan kasubag
dengan pihak programmer sebagai bagian operasional
untuk mengeksekusi perubahan kebutuhan tersebut
5.2 Hambatan
Dalam melakukan wawancara dan observasi, penulis
mengalami beberapa hambatan yang dialami. Adapun beberapa
hambatan yang dialami oleh penulis, antara lain:
Keterbatasan waktu narasumber dalam wawancara
maupun obervasi sehingga dalam melakukan proses
penggalian kondsi kekinian manajemen perubahan
terhadap GRMS, penulis perlu mengalokasikan waktu
dan jadwal dengan narasumber terkait secara tepat
Terdapat perbedaan penjelasan informasi yang didapat
antara admin dengan programmer dan menyebabkan
penulis perlu melakukan validasi dengan pihak yang
terkait lainnya untuk memperoleh informasi yang lebih
jelas
72
(halaman ini sengaja dikosongkan)
73
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab VI ini akan dijelaskan mengenai hasil dan penelitian
tugas akhir, yaitu keluaran dari setiap tahapan yang ada dalam
metode penelitian yang terdapat pada bab III.
6.1 Analisis Kesenjangan
Analisis kesenjangan dilakukan dengan cara mengidentifikasi
hasil analisis kondisi kekinian yang telah dilakukan terhadap
pengelolaan permintaan perubahan GRMS dan kemudian
membandingkannya dengan kondisi yang diharapkan dan
kondisi ideal pada standar acuan. Analisis ini dilakukan karena
masih terdapat aktivitas proses bisnis manajemen perubahan
yang masih belum diterapkan. Dari perbandingan tersebut dapat
dicari kesenjangan yang terjadi dalam proses permintaan
perubahan GRMS. Penemuan kesenjangan tersebut dapat
dilihat dari kelemahan atau kekurangan yang ada di kondisi saat
ini yang belum memenuhi kondisi ideal. Dari kesenjangan yang
ada akan didefinisikan usulan-usulan yang nantinya akan
digunakan sebagai input untuk membuat dokumen Standard
Operating Procedure (SOP) manajemen perubahan GRMS.
Berikut hasil analisis kesenjangan dapat dilihat pada Table 6.1
.
74
Table 6.1 Analisis Kesenjangan
Aspek Aktivitas Kondisi Kekinian Kondisi Ideal Kesenjangan
Proses Perubahan
Proses Create and
Record RFC
Pengguna
melakukan
permintaan
perubahan
terhadap pihak
admin. Apabila
perubahan
berpengaruh
signifikan / besar
terhadap aplikasi
GRMS, maka
pencatatan
permintaan
perubahan
dilakukan oleh
pihak admin ke
dalam aplikasi
pencatatan TRAC
Pencatatan
dilakukan oleh
pengguna pada
tahap awal ketika
pengguna
mengajukan
permintaan
perubahan.
Pencatatan
dilakukan di
dokumen request
for change yang
memuat detail
perubahan dan
diserahkan kepada
admin
Pencatatan
dilakukan pada
tahap awal
ketika
pengguna
mengajukan
permintaan
perubahan
1. Terdapat
perbedaan alur letak
aktivitas pencatatan
permintaan
perubahan yang
dilakukan
2. Pencatatan
dilakukan oleh
pengusul perubahan
pada formulir RFC
75
Aspek Aktivitas Kondisi Kekinian Kondisi Ideal Kesenjangan
Proses Perubahan
setelah adanya
persetujuan dari
pihak kasubag
melalui sebuah
rapat. Apabila
perubahan tidak
terlalu
berpengaruh besar
terhadap sistem,
maka pihak admin
akan langsung
melakukan
pencatatan
permintaan
perubahan ke
dalam aplikasi
pencatatan TRAC.
Review the
RFC
Pemeriksaan
mengenai apakah
Pemeriksaan
dokumen
Pemeriksaan
lebih berfokus
1. Adanya
pemeriksaan RFC
76
Aspek Aktivitas Kondisi Kekinian Kondisi Ideal Kesenjangan
Proses Perubahan
permintaan
perubahan dari
pengguna tidak
melampaui
cakupan proses
bisnis
pencatatan
permintaan
perubahan apakah
pengisian telah
valid dan tidak
melampaui
cakupan proses
bisnis
ke arah isi
RFC yang
diajukan oleh
pengusul
perubahan,
berupa
ketepatan
pengisian
dengan log
perubahan yang
pernah diusulkan
sebelumnya
2. Admin wajib
mengisikan formulir
log yang berisi RFC
yang pernah
diajukan
Assess and
Evaluate The
Change
Admin membuat
rapat yang
menghadirkan
admin, kasubag,
dan programmer
(bila diperlukan)
untuk
mengevaluasi
apakah perubahan
perlu dilakukan
Menurut ITIL V3,
terdapat 3
pembagian
kategori perubahan
: standard change,
normal change,
dan emergency
change. Apabila
perubahan
terkategori
Jenis-jenis
perubahan
memiliki
prosedur
penilaian dan
pengevaluasian
yang berbeda
1. Diperlukan
rincian alur dalam
penilaian dan
pengevaluasian
perubahan sesuai
ITIL V3
2. Pengusul
perubahan/pengguna
wajib mengikuti
forum CAB
77
Aspek Aktivitas Kondisi Kekinian Kondisi Ideal Kesenjangan
Proses Perubahan
dan bagaimana
perubahan
dilakukan
standard change,
maka tidak ada
aktivitas ini.
Apabila perubahan
terkategori normal
change, maka
admin wajib
membentuk change
advisory board
yang wajib
menghadirkan
pengguna, admin,
kasubag,
programmer, dan
kabag. Apabila
perubahan
terkategori
emergency change,
maka admin wajib
3. Admin akan
melengkapi formulir
RFC apabila
perubahan disetujui
atau ditolak disertai
alasan
78
Aspek Aktivitas Kondisi Kekinian Kondisi Ideal Kesenjangan
Proses Perubahan
membentuk
emergency change
advisory board.
Pihak yang dapat
menghadiri tetap
sama dengan CAB,
hanya tidak seluruh
pihak wajib
menghadirinya.
Aktivitas penilaian
terhadap usulan
perubahan
dilakukan dengan
menanyakan
pertanyaan 7R.
Authorize The
Change
Autorisasi
diberikan oleh
admin sendiri pada
Autorisasi
diberikan kepada
kasubag apabila
perubahan
Autorisasi
perubahan
dilakukan oleh
pihak yang
1. Adanya hierarki
khusus untuk
autorisasi perubahan
79
Aspek Aktivitas Kondisi Kekinian Kondisi Ideal Kesenjangan
Proses Perubahan
saat pencatatan
perubahan.
terkategori
standard change.
Apabila perubahan
terkategori lainnya,
maka autorisasi
diberikan melalui
forum CAB/ECAB
dengan
menggunakan
hierarki autorisasi
perubahan
berbeda dan
tempat yang
berbeda
80
6.2 Identifikasi Dampak dan Solusi
Berdasarkan hasil analisis kesenjangan, dapat dilakukan
identifikasi dampak yang diakibatkan dari hasil identifikasi
perubahan pada analisis kesenjangan. Identifikasi dampak
diperlukan untuk mengetahui akibat dari perpindahan kondisi
saat ini ke kondisi ekspektasi atau kondisi ideal berdasarkan
standar acuan. Selanjutnya akan diidentifikasi solusi dari
dampak perubahan yang terjadi pada Table 6.2, sehingga akan
didapatkan manfaat dari perubahan yang terjadi.
81
Table 6.2 Identifikasi Dampak dan Solusi
Aspek Aktivitas Dampak atas Proses Solusi
Create and
Record RFC
Adanya pendetailan mengenai usulan
perubahan yang harus diajukan oleh
pengguna
Pembuatan formulir RFC yang
berisi detail permintaan
perubahan dari pengusul
Review RFC
Adanya pemeriksaan terhadap
dokumen RFC terkait pengisian dan
cakupan permintaan perubahan
Pembuatan usulan peran
tambahan terhadap admin untuk
meninjau dokumen RFC
Asses and
Evaluate the
Change
Adanya pembentukan change
advisory board untuk penanganan
perubahan normal change yang wajib
mengundang berbagai pihak, seperti
pengguna, manajer, dewan direksi,
kontraktor, developer atau emergency
change advisory board untuk
penanganan perubahan emergency
change yang berisi anggota khusus
Adanya pembentukan jadwal
khusus setelah perubahan telah
siap untuk dirapatkan
berdasarkan kategori perubahan
82
Aspek Aktivitas Dampak atas Proses Solusi
Authorize the
Change
Adanya pembagian autorisasi
perubahan untuk implementasi
perubahan
Pembentukan hierarki autorisasi
perubahan berdasarkan risiko
implementasi perubahan
83
6.3 Perancangan Dokumen SOP
Pembuatan Standard Operating Procedure disusun
berdasarkan hasil analisis kesenjangan yang telah dilakukan.
Pembuatan SOP mengacu pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi
Pemerintahan dan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 73
tahun 2012. Adapun dalam penyusunan format SOP didasarkan
pada tujuan dari pembuatan SOP dan tidak terdapat format baku
dalam penyusunan format SOP. Apabila terdapat perbedaan
tujuan pembuatan SOP, maka format SOP juga akan berbeda.
6.3.1 Deskripsi Usulan SOP
SOP yang dihasilkan untuk melakukan manajemen perubahan
terhadap aplikasi GRMS adalah sebagai berikut :
SOP manajemen perubahan TI
Prosedur yang memaparkan aktivitas untuk melakukan
pencatatan permintaan perubahan dalam dokumen
secara benar dan tepat berdasarkan ITIL V3.
SOP penanganan standard change
Prosedur yang memaparkan aktivitas untuk
penanganan permintaan perubahan yang terkategorisasi
standard change
SOP penanganan normal change
Prosedur yang memaparkan aktivitas untuk
penanganan permintaan perubahan yang terkategorisasi
normal change
SOP penanganan emergency change
Prosedur yang memaparkan aktivitas untuk
penanganan permintaan perubahan yang terkategorisasi
emergency change
84
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing prosedur
pada Table 6.3.
Table 6.3 Deskripsi Usulan SOP
Usulan SOP Aktivitas
Manajemen
Perubahan TI
Prosedur ini dibuat dengan tujuan untuk
untuk mengelola aktivitas dalam
memastikan apakah perubahan-
perubahan TI telah tercatat, terevaluasi,
terautorisasi, dan terimplementasi ke
lingkungan kerja yang sebenarnya
dengan penuh kontrol. Prosedur
manajemen perubahan memungkinkan
penyedia layanan merealisasikan
manfaat-manfaat dari sebuah perubahan
dengan seminimal mungkin
menginterupsi layanan TI yang telah ada
dan sedang berjalan.
Penanganan
standard
change
Prosedur ini dibuat dengan tujuan untuk
menangani perubahan-perubahan yang
secara default sudah disetujui untuk
dapat dilakukan. Perubahan-perubahan
yang dimaksud merupakan perubahan
yang terkategori standard change.
Penanganan
normal change
Prosedur ini dibuat dengan tujuan untuk
menangani perubahan-perubahan yang
terkategori normal change. Prosedur ini
mencakup aktivitas penilaian dan
pengevaluasian perubahan serta
pemberian autorisasi perubahan apabila
perubahan disetujui.
Penanganan
emergency
change
Prosedur ini dibuat dengan tujuan untuk
menangani perubahan-perubahan yang
terkategori emergency change. Prosedur
ini mencakup aktivitas penilaian dan
pengevaluasian perubahan serta
85
Usulan SOP Aktivitas
pemberian autorisasi perubahan apabila
perubahan disetujui
Selain SOP, peneliti juga mengusulkan beberapa formulir yang
dapa melengkapi beberapa SOP. Formulir yang diusulkan
antara lain :
Table 6.4 Usulan Formulir
6.3.2 Struktur dan Konten SOP
Dalam menentukan struktur dan konten SOP, penulis mengacu
kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2012
Tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur
Administrasi Pemerintahan. Namun tidak semua struktur dan
konten yang ada dalam acuan digunakan dalam penelitian tugas
akhir ini karena disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
Berikut adalah struktur dan konten SOP dalam kerangka
dokumen SOP manajemen perubahan terhadap aplikasi GRMS
pada Table 6.5
Nomor
SOP Nama SOP
Nomor
Formulir
Nama
Formulir
SOP-
Perubahan-
001
SOP
Manajemen
Perubahan TI
1. FRM-
Perubahan-
001
Formulir
RFC
SOP-
Perubahan-
003
SOP
Penanganan
Normal
Change
1. FRM-
Perubahan-
001
Formulir
RFC
SOP-
Perubahan-
004
SOP
Penanganan
emergency
change
1. FRM-
Perubahan-
001
Formulir
RFC
86
Table 6. 5 Struktur dan Konten SOP
RUANG LINGKUP SUB BAB
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Konten SOP
Struktur Organisasi
SOP Manajemen Perubahan TI
Definisi
Tujuan Utama
SOP Manajemen Perubahan TI
Alur Tahapan Prosedur
Indikator Pengukuran Kinerja
SOP Penanganan Standard Change
Definisi
Tujuan Utama
SOP penanganan standard
change
Alur Tahapan Prosedur
SOP Penanganan Normal Change
Definisi
Tujuan Utama
SOP penanganan normal change
Alur Tahapan Prosedur
SOP Penanganan Emergency Change
Definisi
Tujuan Utama
SOP penanganan emergency
change
Alur Tahapan Prosedur
Formulir Formulir RFC (FRM-Perubahan-
001)
87
6.4 Hasil Pembuatan Dokumen SOP
Pada bagian ini akan dipaparkan penjelasan mengenai setiap
prosedur yang tertera dalam SOP manajemen perubahan
terhadap kebutuhan GRMS. Dalam melakukan penyusunan
SOP manajemen perubahan terhadap kebutuhan GRMS,
penulis menggunakan panduan SOP menurut Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi
Pemerintahan. Di dalam SOP, model prosedur akan dijabarkan
dalam bentuk flowchart karena terdapat banyak aktivitas dan
keputusan yang terkait. Hasil keseluruhan dokumen SOP akan
dilampirkan pada buku produk SOP manajemen perubahan
terhadap kebutuhan. Berikut adalah pemaparan masing-masing
prosedur :
6.4.1 Prosedur Manajemen Perubahan TI
Prosedur manajemen perubahan TI merupakan panduan yang
digunakan oleh Bina Program untuk mengelola proses
pengembangan terhadap kebutuhan aplikasi GRMS secara
berurutan. Harapan dari penerapan SOP ini adalah mampu
menyelesaikan permasalahan secara efektif dan efisien dalam
pengelolaan pengembangan terhadap kebutuhan aplikasi
GRMS.
6.4.1.1 Definisi
A. Manajemen Perubahan TI
Manajemen perubahan TI yang diuraikan dalam standar ITIL
V3 adalah proses mengontrol siklus hidup semua perubahan-
perubahan dalam layanan TI dan memastikan perubahan benar-
benar memberi keuntungan bagi bisnis organisasi. Perubahan
dalam manajemen layanan TI mencakup :
Penambahan (add)
Modifikasi (modify)
88
Penghilangan (remove)
Contoh-contoh perubahan TI antara lain perubahan arsitektur,
proses, tool, indikator pengukuran, dokumentasi, layanan TI,
sistem TI, infrastruktur TI, hingga perubahan setting-up sebuah
sistem TI.
B. Kategori Perubahan
Tabel berikut memaparkan kategori perubahan layanan TI
berdasarkan standar ITIL V3
Table 6. 6 Kategori Perubahan Menurut ITIL V3
KATEGORI DESKPRISI CONTOH
STANDARD
CHANGE
Merupakan
tindakan-tindakan
perubahan yang
dapat terjadi dalam
aktivitas bisnis
sehari-hari dan
berisiko rendah,
sehingga untuk
melakukannya
hanya tinggal
mengikuti prosedur
yang telah
ditetapkan
sebelumnya atau
petunjuk
operasional
Mengganti
password
Penambahan
laporan
dalam
aplikasi
Penambahan
fitur
verifikasi
pengguna
dalam
aplikasi
Penambahan
fitur validasi
dalam
aplikasi
Perubahan
tata letak fitur
dalam
aplikasi
EMERGENCY
CHANGE
Merupakan
perubahan yang
harus
Perubahan
sistem untuk
mengatasi
89
KATEGORI DESKPRISI CONTOH
diimplementasikan
segera mungkin
karena memiliki
pengaruh besar ke
bisnis, yang
umumnya diinisiasi
oleh sebuah acciden
accident
besar seperti
server crash
Implementasi
sistem
keamanan
NORMAL
CHANGE
Merupakan
perubahan-
perubahan yang
tidak termasuk
standard change
atau emergency
change
Penambahan
fitur baru
dalam
aplikasi
Penambahan
alur proses
bisnis dalam
aplikasi
Perubahan
data dalam
aplikasi
Pemberian
hak akses
dalam
aplikasi
Pengaturan
bobot kerja
dalam
aplikasi
Perubahan
status data
pegawai
90
C. Request For Change
RFC merupakan sebuah dokumen/proposal resmi untuk
mengajukan sebuah perubahan, dimana di dalamnya mencakup
detail perubahan yang akan dibuat, dampak dan keterangan
klasifikasi perubahan yang diusulkan. RFC dapat berupa
dokumen fisik/kertas atau elektronis.
6.4.1.2 Tujuan Utama
Tujuan utama dari prosedur manajemen perubahan TI adalah
untuk mengelola aktivitas dalam memastikan apakah
perubahan-perubahan TI telah tercatat, terevaluasi,
terautorisasi, dan terimplementasi ke lingkungan kerja yang
sebenarnya dengan penuh kontrol. Prosedur manajemen
perubahan memungkinkan penyedia layanan merealisasikan
manfaat-manfaat dari sebuah perubahan dengan seminimal
mungkin menginterupsi layanan TI yang telah ada dan sedang
berjalan.
91
6.4.1.3 Deskripsi dan Informasi SOP
Gambar 6. 1 SOP-Perubahan-001
92
6.4.1.4 Alur Prosedur
93
94
Gambar 6. 2 Alur Prosedur SOP-Perubahan-001
95
6.4.2 Prosedur Penanganan Standard Change
Prosedur standard change merupakan panduan yang digunakan
oleh Bina Program untuk menangani perubahan-perubahan
yang secara default sudah disetujui untuk dapat dilakukan.
Harapan dari penerapan SOP ini adalah agar dapat memberikan
arahan yang terurut mengenai penanganan perubahan yang
terkategori standard change.
6.4.2.1 Definisi
A. Standard Change
Perubahan yang terkategori standard change biasanya
merupakan perubahan yang biasa terjadi dalam aktivitas bisnis
sehari-hari dan dapat terjadi berulang dan berkali-kali.
Perubahan ini juga tidak kompleks dan berisiko rendah
sehingga untuk melakukannya hanya tinggal mengikuti
prosedur atau petunjuk operasional yang telah ditetapkan
sebelumnya, yakni disebut change model.
B. Change Model
Change model merupakan urutan langkah-langkah standar yang
sudah ditetapkan dan disetujui sebelumnya untuk menjalankan
perubahan tertentu dengan kategori standard change. Standard
change yang terjadi pada Bina Program meliputi penambahan
laporan dalam aplikasi, penambahan fitur baru dalam aplikasi,
dan perubahan tata letak fitur dalam aplikasi.
Isi change model dapat berupa langkah-langkah standar untuk
mengatasi permasalahan terkait perubahan, siapa yang
berwenang dan tanggung jawabnya, durasi waktu standar
pengerjaan, dan prosedur esklasi permasalahan yang tidak
mampu diselesaikan.
6.4.2.2 Tujuan Utama
Tujuan utama dari proses penanganan standard change adalah
untuk mengetahui prosedur yang perlu dilakukan dalam
menangani perubahan yang terkategori standard change.
96
6.4.2.3 Deskripsi dan Informasi SOP
Gambar 6. 3 SOP-Perubahan-002
97
6.4.2.4 Alur Prosedur
Gambar 6. 4 Alur Prosedur SOP-Perubahan-002
98
6.4.3 Prosedur Penanganan Normal Change
Prosedur penanganan normal change merupakan panduan yang
digunakan oleh Bina program dalam menilai dan mengevaluasi
seluruh perubahan yang terkategori normal change. Harapan
dari penerapan SOP ini adalah agar dapat membantu Bina
Program dalam memberikan persetujuan terhadap pengusulan
perubahan yang terkategori normal change.
6.4.3.1 Definisi
A. Change Advisory Board
Perubahan yang terkategori normal change merupakan
perubahan yang umumnya memerlukan jangka waktu panjang
dalam penanganannya dan tidak bersifat mendesak. Perubahan
ini berpengaruh besar dan tidak terjadi pada sehari-hari.
Perubahan ini mencakup penambahan fitur baru dalam aplikasi,
penambahan alur proses bisnis dalam aplikasi, perubahan data
dalam aplikasi, pemberian hak akses dalam aplikasi, pengaturan
bobot kerja dalam aplikasi, dan perubahan status data pegawai.
B. Change Advisory Board
Change Advisory Board (CAB) adalah sebuah forum
membantu memberikan dukungan kepada pihak-pihak
berkepentingan yang terlibat dalam membantu penilaian
perubahan dan menyetujui atau menolak permintaan perubahan
tersebut. Tujuan utama CAB adalah menyetujui/tidak sebuah
perubahan atau memutuskan sebuah perubahan
diteruskan/tidak. CAB direncanakan untuk perubahan yang
terkategori normal change. Pihak-pihak yang dapat terlibat
dalam CAB antara lain :
Pengguna
Change Manager (admin)
Teknisi/ Programmer
Kepala Sub Bagian Bina Program
Kepala Bagian Bina Program
C. Menilai dan Mengevaluasi Perubahan
99
Berdasarkan standar ITIL V3, untuk menilai dan mengevaluasi
sebuah RFC disarankan menggunakan pertanyaan 7R yakni :
Table 6. 7 Pertanyaan 7R
Pertanyaan Isi Pertanyaan
Raised Siapa yang mengangkat
permintaan perubahan ini?
Reason Apa alasan perubahan?
Return Apa keuntungan bisnis yang
diperoleh dari perubahan?
Risk Apa risiko jika melakukan atau
tidak melakukan perubahan?
Resources Sumber daya apa saja yang
dibutuhkan untuk perubahan ini?
Responsible Siapa yang akan bertanggung
jawab terhadap perubahan?
Relationship Apa hubungan perubahan ini
dengan perubahan lain?
D. Autorisasi Perubahan
Manajemen perlu mengambil keputusan siapa orang yang
diberikan autoritas melakukan perubahan (change autority).
Tingkat autoritas untuk pelaksanaan perubahan dapat berupa
peran atau kedudukan seseorang. Tingkat pembagian autoritas
untuk perubahan jenis tertentu juga harus diputuskan
berdasarkan jenis, ukuran, risiko, dan dampak bisnis potensial
dari perubahan.
E. Hierarki Autorisasi Perubahan
Tingkat dalam penentuan autorisasi perubahan akan dibagikan
berdasarkan risiko bisnis dan lingkup perubahan. Berikut
adalah pembagian tingkat untuk pihak autorisasi perubahan :
Table 6. 8 Hierarki Autorisasi Perubahan
Tingkat Pihak yang Bertanggung
Jawab
Deskripsi Perubahan
100
Level 1 Kepala Bagian Bina
Program
Perubahan yang
berisiko besar atau
membutuhkan biaya
besar, dimana
membutuhkan
keputusan dari para
eksekutif
Level 2 Kepala Sub Bagian Bina
Program
Perubahan yang
berdampak terhadap
berbagai layanan
atau divisi organisasi
Level 3 CAB / ECAB Perubahan yang
berpengaruh kecil
terhadap lokal
Level 4 Change Manager Perubahan yang
berisiko rendah
6.4.3.2 Tujuan Utama
Tujuan utama dari proses penanganan normal change adalah
menilai dan mengevaluasi apakah permintaan perubahan (yang
diusulkan dalam RFC) dan mengambil keputusan apakah
menyetujuinya atau tidak.
101
6.4.3.3 Deskripsi dan Informasi SOP
Gambar 6. 5 SOP-Perubahan-003
102
6.4.3.4 Alur Prosedur
103
Gambar 6. 6 Alur Prosedur SOP-Perubahan-003
104
6.4.4 Prosedur Penanganan Emergency Change
Prosedur penanganan emergency change merupakan panduan
yang digunakan oleh Bina program dalam menilai dan
mengevaluasi seluruh perubahan yang terkategori emergency
change. Harapan dari penerapan SOP ini adalah agar dapat
membantu Bina Program dalam memberikan persetujuan
terhadap pengusulan perubahan yang terkategori emergency
change.
6.4.3.1 Definisi
A. Emergency Change
Perubahan yang terkategori emergency change merupakan
perubahan yang ditangani sesegera mungkin. Meskipun
perubahan ini bersifat mendesak, proses penanganan
emergency change yang perlu dilakukan tetaplah ada. Proses
penanganannya mirip dengan normal change. Perubahan ini
mencakup perubahan sistem untuk mengatasi accident besar
seperti server crash, implementasi sistem keamanan, dan
perubahan-perubahan lainnya yang terdapat dalam kategori
normal change, tetapi bersifat sangat mendesak.
B. Emergency Change Advisory Board
Emergency Change Advisory Board (ECAB) adalah sebuah
forum membantu memberikan dukungan kepada pihak-pihak
berkepentingan yang terlibat dalam membantu penilaian
perubahan dan menyetujui atau menolak permintaan perubahan
tersebut. Tujuan utama ECAB adalah menyetujui/tidak sebuah
perubahan atau memutuskan sebuah perubahan
diteruskan/tidak. ECAB direncanakan untuk perubahan yang
terkategori emergency change. Pihak-pihak yang dapat terlibat
dalam ECAB antara lain :
Pengguna
Change Manager (admin)
Teknisi/Programmer
Kepala Sub Bagian Bina program
Kepala Bagian Bina Program
105
Pihak-pihak yang wajib terlibat dalam ECAB meskipun
perubahan bersifat mendesak antara lain :
Pengguna
Change Manager (admin)
Teknisi/Programmer
C. Menilai dan Mengevaluasi Perubahan
Berdasarkan standar ITIL V3, untuk menilai dan mengevaluasi
sebuah RFC disarankan menggunakan pertanyaan 7R yakni :
Table 6. 9 Pertanyaan 7R
Pertanyaan Isi Pertanyaan
Raised Siapa yang mengangkat
permintaan perubahan ini?
Reason Apa alasan perubahan?
Return Apa keuntungan bisnis yang
diperoleh dari perubahan?
Risk Apa risiko jika melakukan atau
tidak melakukan perubahan?
Resources Sumber daya apa saja yang
dibutuhkan untuk perubahan ini?
Responsible Siapa yang akan bertanggung
jawab terhadap perubahan?
Relationship Apa hubungan perubahan ini
dengan perubahan lain?
D. Autorisasi Perubahan
Manajemen perlu mengambil keputusan siapa orang yang
diberikan autoritas melakukan perubahan (change autority).
Tingkat autoritas untuk pelaksanaan perubahan dapat berupa
peran atau kedudukan seseorang. Tingkat pembagian autoritas
untuk perubahan jenis tertentu juga harus diputuskan
berdasarkan jenis, ukuran, risiko, dan dampak bisnis potensial
dari perubahan.
106
E. Hierarki Autorisasi Perubahan
Tingkat dalam penentuan autorisasi perubahan akan dibagikan
berdasarkan risiko bisnis dan lingkup perubahan. Berikut
adalah pembagian tingkat untuk pihak autorisasi perubahan :
Table 6. 10 Hierarki Autorisasi Perubahan
Tingkat Pihak yang Bertanggung
Jawab
Deskripsi Perubahan
Level 1 Kepala Bagian Bina
Program
Perubahan yang
berisiko besar atau
membutuhkan biaya
besar, dimana
membutuhkan
keputusan dari para
eksekutif
Level 2 Kepala Sub Bagian Bina
Program
Perubahan yang
berdampak terhadap
berbagai layanan
atau divisi organisasi
Level 3 CAB / ECAB Perubahan yang
berpengaruh kecil
terhadap lokal
Level 4 Change Manager Perubahan yang
berisiko rendah
6.4.3.2 Tujuan Utama
Tujuan utama dari proses penanganan emergency change
adalah menilai dan mengevaluasi apakah permintaan perubahan
(yang diusulkan dalam RFC) dan mengambil keputusan apakah
menyetujuinya atau tidak. Permintaan perubahan yang dinilai
dan dievaluasi adalah perubahan yang terkategori emergency
change.
107
6.4.3.3 Deskripsi dan Informasi SOP
Gambar 6. 7 SOP-Perubahan-004
108
6.4.3.4 Alur Prosedur
109
110
Gambar 6. 8 Alur Prosedur SOP-Perubahan-004
111
6.4.5 Formulir
Dalam dokumen SOP, terdapat satu formulir yang digunakan,
yaitu Formulir RFC (FRM-Perubahan-001)
Formulir ini digunakan oleh change manager untuk melengkapi
pada pengisian bagian kolom persetujuan/penolakan terhadap
usulan RFC setelah selesai diputuskan hasil
persetujuan/penolakan.
112
Gambar 6. 9 Formulir RFC
6.5 Verifikasi SOP Kegiatan verifikasi SOP dilakukan untuk mengetahui ketepatan
dan kesesuaian aktivitas maupun struktur dan konten formulir
yang ada di dalam dokumen SOP. Penulis melakukan verifikasi
SOP dengan melakukan wawancara kepada Admin/Super
Admin Bina Program dan Kepala Sub Bagian Pembinaan dan
Pengendalian Bagian Bina Program. Hasil wawancara tersebut
memberikan informasi terkait isi dari dokumen SOP yang perlu
diubah atau diperbaiki. Hasil verifikasi SOP secara lengkap
dilampirkan pada LAMPIRAN D.
6.6 Validasi SOP Kegiatan validasi SOP dilakukan untuk mengetahui apakah
SOP dapat berjalan sesuai kondisi yang ada dan untuk
menemukan kekurangan dari SOP yang telah dibuat untuk
dapat dibenahi. Dalam melakukan validasi SOP, peneliti
melakukan metode simulasi yang berdasarkan skenario yang
telah dibuat. Simulasi dilakukan oleh admin sebagai change
113
manager dan kasubag sebagai change ownerHasil dari validasi
memberikan informasi bahwa alur prosedur yang berkaitan
dengan pengisian formulir dapat disimulasikan tanpa ada
masalah. Hasil validasi SOP secara lengkap dilampirkan pada
LAMPIRAN E.
114
(halaman sengaja dikosongkan)
115
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dan
perancangan dokumen produk akhir dari pengerjaan tugas akhir
ini, terdapat kesimpulan dan saran terkait hasil tersebut, yakni
sebagai berikut:
7.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dibuat adalah jawaban dari perumusan
masalah yang telah disusun dan berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan. Kesimpulan yang didapat dari penelitian
ini antara lain :
1. Kesenjangan yang terjadi antara kondisi kekinian
pengembangan aplikasi GRMS dengan kondisi ideal
menurut manajemen perubahan ITIL V3
Berdasarkan analisis kesenjangan yang telah dilakukan antara
kondisi kekinian pengembangan aplikasi GRMS dengan
kondisi ideal menurut manajemen perubahan ITIL V3,
didapatkan bahwa terdapat beberapa aktivitas yang belum
dikerjakan sesuai standar yaitu peninjauan permintaan
perubahan, penilaian dan pengevaluasian perubahan, dan
terdapat peletakkan aktivitas yang berbeda seperti pencatatan
permintaan perubahan. Selain itu, pengkategorian permintaan
perubahan juga tidak dilakukan secara maksimal oleh admin
karena seluruh usulan perubahan dikategorisasikan sebagai
perubahan yang penting untuk dikerjakan dan menyebabkan
para teknisi atau programmer tidak mampu membedakan
usulan perubahan mana yang paling prioritas untuk dikerjakan.
2. Hasil pembuatan dokumen SOP manajemen perubahan
terhadap kebutuhan aplikasi GRMS
Berdasarkan hasil analisis kesenjangan, didapatkan empat
usulan prosedur berdasarkan ITIL V3 yaitu :
Prosedur manajemen perubahan TI
Prosedur penanganan standard change Prosedur penanganan normal change
Prosedur penanganan emergency change
116
Usulan prosedur manajemen perubahan TI merupakan alur
proses bisnis manajamen perubahan TI pada Bina Program
secara keseluruhan, dimana di dalam prosedur tersebut akan
mencakup tiga prosedur penanganan yang berbeda-beda
berdasarkan pada kategori perubahan yang diusulkan, yaitu
prosedur penanganan standard change, normal change, dan
emergency change.
Di dalam prosedur tertentu terdapat formulir yang mendukung
pelaksanaan prosedur. Keseluruhan isi dokumen SOP
dibukukan secara terpisah dari buku tugas akhir dan berjudul
Dokumen Standard Operating Procedure Manajemen
Perubahan Terhadap Kebutuhan Aplikasi Government
Resource Management Systems (GRMS) Bagian Bina Program
Pemerintah Kota Surabaya.
3. Hasil verifikasi dan validasi SOP manajemen perubahan
terhadap kebutuhan aplikasi GRMS
Verifikasi SOP dilakukan dengan mewawancarai Kepala Sub
Bagian (Kasubag) Pembinaan dan Pengendalian bagian Bina
Program terkait isi dokumen SOP. Sedangkan validasi SOP
dilakukan dengan menerapkan sebuah simulasi berdasarkan
sebuah skenario yang telah dibuat. Simulasi dilakukan di Bina
Program yang melibatkan admin e-project dan e-controlling,
dan kepala sub bagian pembinaan dan pengendalian bagian
Bina Program,. Hasil verifikasi dan validasi SOP adalah
perbaikan isi dokumen SOP terkait proses dan aktivitas yang
masih perlu ditambahkan atau dikurangi dan persetujuan
pemilihan tanggung jawab setiap peran yang diusulkan serta
alokasi waktu yang perlu diberikan untuk setiap aktivitas.
7.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh peneliti terkait dengan
penelitian tugas akhir ini antara lain :
Penelitian ini terbatas pada perancangan dan pembuatan
dokumen SOP serta pengujian dokumen SOP tanpa adanya
aktivitas pemantauan terhadap pengimplementasian SOP
dan pengaruh pengimplementasian SOP tersebut pada
lingkungan kerja sehingga dapat digunakan untuk
117
penelitian selanjutnya dalam melakukan evaluasi
penerapan dokumen SOP terhadap proses manajemen
perubahan terhadap kebutuhan aplikasi GRMS.
118
(halaman ini sengaja dikosongkan)
119
DAFTAR PUSTAKA
[1] “GRMS(Government Resources Management System)
Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya
Pemerintahan-Surabaya,” 29 December 2014. [Online].
Available: http://www.yipd.or.id/en/public-
administration-and-management/grms-government-
resources-management-system-sistem-informasi-
manajemen-sumber-daya-pemerintahan-sura. [Diakses
28 January 2016].
[2] B. Program, Profil Bagian Bina Program, Surabaya.
[3] T. Gunarni dan A. F. Rizky, “PENILAIAN DAN
MITIGASI RISIKO APLIKASI E-BUDGETING, E-
PROJECT, E-CONTROLLING DAN E-DELIVERY
PADA BAGIAN BINA PROGRAM PEMERINTAH
KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN
FRAMEWORK OCTAVE DAN FMEA,” Surabaya,
Jurusan Sistem Informasi, 2015, pp. 43-47.
[4] T. D. Susanto, dalam Manajemen Layanan Teknologi
Informasi, 2016, pp. 90-111.
[5] ITIL V3 2011 Service Transition ST, TSO, 2011.
120
[6] D. Galin, “Software Quality Assurance from Theory to
Implementation,” England, Pearson Education Limited,
2004.
[7] “Teknik Analisis Masalah: Gap Analysis dan SWOT
Analyis,” January 2015. [Online]. Available:
http://pena.gunadarma.ac.id/teknik-analisis-masalah-
gap-analysis-dan-swot-analysis/.
[8] “Gap Analysis,” 2015. [Online]. Available:
http://www.id.lrqa.com/what-we-do/gap-analysis/.
[9] J. Mineraud, O. Mazhelis, X. Su dan S. Tarkoma, “A
Gap Analysis of Internet-of-Things Platforms,”
Computer Communications, Vol. %1 dari %289-90, pp.
5-16, 2016.
[10] T. 9. Store, “Process vs. Procedure vs. Work
Instruction,” [Online]. Available:
http://the9000store.com/iso-9000-tips-process-
procedure-work-instruction.aspx. [Diakses 16 Januari
2016].
[11] Y. R. K, Case Study Research: Design and Methods,
Beverly Hills: Sage Publications, 1984.
[12] “Kriteria SOP yang Baik,” [Online]. Available:
https://drive.google.com/file/d/0Bzw6_qVmUk8_TERo
c FlMYWwtT3c/view. [Diakses 16 Januari 2016].
[13] B. T. Kota, “Standard Operating Procedure (SOP),”
Peraturan Menteri, vol. I, no. 44, pp. 7-12, 2008.
121
[14] P. Menteri, “Pedoman Penyusunan Standar Operasional
Prosedur Administrasi Pemerintah,” 2012. [Online].
Available:
http://www.kopertis3.or.id/html/wpcontent/uploads/201
1/04/permenpan2012_035.pdf. [Diakses 16 Januari
2016].
[15] C. Schell, The Value of The Case Study as a Research
Strategy, Manch. Bus. Sch., Jan. 1992.
[16] R. Thayer dan M. Dorfman, Software Requirements
Engineering, IEEE, 1997.
[17] P. Zave, “Classification of Research Efforts in
Requirements Engieering,” ACM Computing (CSUR),
vol. 29, no. 4, pp. 315-321, 1997.
[18] Y.R.K, Case Study Reasearch: Design and Methods,
Beverly Hills: Sage Publications, 1984.
122
(halaman ini sengaja dikosongkan)
124
(halaman ini sengaja dikosongkan)
-A-1
A LAMPIRAN A – Interview Protocol
INTERVIEW PROTOCOL 1
Tujuan Interview : Untuk mendapatkan informasi
terkait pendefinisian aktor dan
peran yang terlibat dalam
manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
Tanggal :
Waktu :
Lokasi :
Narasumber :
Jabatan :
Topik : Pendifinisian aktor dan role
manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
Notes:
Perkenalkan diri
Mengucapkan terima kasih atas kesempatannya
Menjelaskan durasi interview
Sasaran:
o Detail aktor dan role yang terlibat dalam
manajemen perubahan terhadap kebutuhan
aplikasi GRMS
Tabel A. 1 Hasil Interview Protocol (1)
Pendefinisian aktor dan peran manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
1. Pertanyaan:
Siapa saja pihak yang terlibat dalam aktivitas
pengembangan aplikasi GRMS?
2. Pertanyaan:
Apakah terdapat pembentukan tim khusus untuk
penanganan pengembangan aplikasi GRMS?
A-2
3. Pertanyaan:
Bagaimana pembagian peran dari masing-masing pihak
yang terlibat?
INTERVIEW PROTOCOL 2
Tujuan Interview : Mendapatkan informasi terkait
kondisi kekinian dan kondisi
ekspektasi dari manajemen
perubahan terhadap kebutuhan
aplikasi GRMS yang dikelola oleh
Bina Program
Tanggal :
Waktu :
Lokasi :
Narasumber :
Jabatan :
Topik : Identifikas kondisi kekinian dan
kondisi ekspektasi
Notes:
- Perkenalkan diri
- Mengucapkan terima kasih atas kesempatannya
- Menjelaskan durasi interview
- Sasaran:
o Kondisi kekinian pengembangan aplikasi
GRMS
o Kondisi ekspetasi pengembangan aplikasi
GRMS
A-3
Tabel A. 2 Hasil Interview Protocol (2)
Identifikasi Kondisi Existing
1. Pertanyaan:
Bagaimana proses penanganan Bina Program terhadap
permintaan perubahan? Apakah terdapat aktivitas :
Membuat dan mencatat permintaan perubahan
Meninjau permintaan perubahan
Menilai dan mengevaluasi perubahan
Autorisasi perubahan
Memperbaharui rencana
Mengkoordinasikan implementasi
Mengevaluasi dan menutup perubahan
2. Pertanyaan:
Siapa sajakah yang dapat mengajukan permintaan
perubahan?
3. Pertanyaan:
Apakah terdapat aplikasi pencatatan permintaan perubahan
yang masuk? Apabila ada, apa bentuk pencatatannya?
4. Pertanyaan:
Bagaimana pengkategorian perubahan yang diterapkan
oleh Bina Program?
5. Pertanyaan:
Apakah pernah terjadi permasalahan selama proses
pengembangan aplikasi GRMS mulai dari pengajuan
permintaan perubahan hingga penutupan perubahan?
Apabila ada, apa sajakah itu?
Identifikasi Kondisi Ekspektasi
6. Bagaimana harapan kedepan terkait proses pengelolaan
pengembangan aplikasi GRMS?
B-1
B LAMPIRAN B – Hasil Interview
Hasil wawancara I
INTERVIEW PROTOCOL 1
Tujuan Interview : Untuk mendapatkan informasi
terkait pendefinisian aktor dan
peran yang terlibat dalam
manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
Tanggal : 13 April 2016
Waktu : 13.30
Lokasi : Bina Program
Narasumber : Galuh Ayu Jendrastuti, ST
Jabatan : Admin e-project dan e-controlling
Topik : Pendifinisian aktor dan role
manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
Notes:
Perkenalkan diri
Mengucapkan terima kasih atas kesempatannya
Menjelaskan durasi interview
Sasaran:
o Detail aktor dan role yang terlibat dalam
manajemen perubahan terhadap kebutuhan
aplikasi GRMS
Tabel B.1 Hasil Interview Protocol (1)
Pendefinisian aktor dan peran manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
1. Pertanyaan:
B-2
Siapa saja pihak yang terlibat dalam aktivitas
pengembangan aplikasi GRMS?
Pengusul perubahan (mulai dari pengguna GRMS, admin Bina
Program, kepala sub bagian Bina Program), admin Bina Program,
penyelia admin, kepala sub bagian Bina Program, Programmer
2. Pertanyaan:
Apakah terdapat pembentukan tim khusus untuk
penanganan pengembangan aplikasi GRMS?
Selama ini tidak ada. Hanya terdapat perapatan persetujuan antara
admin, kepala sub bagian, dan programmer (apabila diperlukan)
3. Pertanyaan:
Bagaimana pembagian peran dari masing-masing pihak
yang terlibat?
Pengusul perubahan sebagai inisiator perubahan terhadap sistem,
admin Bina program sebagai pihak penjabaran detail perubahan
terhadap kepala sub bagian dan programmer, pencatatat detail
perubahan ke e-trac, penyelia admin sebagai penerima permintaan
perubahan dari pengguna, kepala sub bagian sebagai pihak untuk
menyetujui/menolak segala permintaan perubahan yang
berpengaruh besar, programmer sebagai pihak eksekutor
perubahan
INTERVIEW PROTOCOL 2
Tujuan Interview : Mendapatkan informasi terkait
kondisi kekinian dan kondisi
ekspektasi dari manajemen
perubahan terhadap kebutuhan
aplikasi GRMS yang dikelola oleh Bina Program
Tanggal : 13 April 2016
Waktu : 13.40
Lokasi : Bina Program
B-3
Narasumber : Galuh Ayu Jendrastuti, S.T
Jabatan : Admin e-project dan e-controlling
Topik : Identifikas kondisi kekinian dan
kondisi ekspektasi
Notes:
- Perkenalkan diri
- Mengucapkan terima kasih atas kesempatannya
- Menjelaskan durasi interview
- Sasaran:
o Kondisi kekinian pengembangan aplikasi
GRMS
o Kondisi ekspetasi pengembangan aplikasi
GRMS
Tabel B.2 Hasil Interview Protocol (2)
Identifikasi Kondisi Existing
1. Pertanyaan:
Bagaimana proses penanganan Bina Program terhadap
permintaan perubahan? Apakah terdapat aktivitas :
Membuat dan mencatat permintaan perubahan
Meninjau permintaan perubahan
Menilai dan mengevaluasi perubahan
Autorisasi perubahan
Memperbaharui rencana
Mengkoordinasikan implementasi
Mengevaluasi dan menutup perubahan
Selama ini, pencatatan permintaan perubahan dilakukan apabila
telah disetujui oleh admin sendiri (apabila berpengaruh kecil) atau
oleh kepala sub bagian (apabila berpengaruh besar). Setelah itu,
biasanya programmer akan melihat detail pencatatan perubahan
tersebut untuk mengetahui apa yang akan dikerjakan. Pada hal ini,
B-4
apabila dirasa ada kesalahan dalam pendetailan permintaan
perubahan, programmer akan mengganti detail perubahan yang
masih salah. Setelah itu, programmer mengeksekusi perubahan
tersebut. Pengeksekusian juga dapat dilakukan oleh admin sendiri
bila memang bisa ditangani oleh admin. Pengimplementasian
hasil eksekusi dilakukan setelah hasil eksekusi divalidasi oleh
admin dan kepala sub bagian (apabila diperlukan). Terakhir,
programmer akan memberi status selesai pada halaman
pencatatan perubahan.
2. Pertanyaan:
Siapa sajakah yang dapat mengajukan permintaan
perubahan?
Pengguna GRMS, admin Bina Program, Kepada sub bagian Bina
Program
3. Pertanyaan:
Apakah terdapat aplikasi pencatatan permintaan perubahan
yang masuk? Apabila ada, apa bentuk pencatatannya?
Ada, bentuknya dalam media elektronik yang dinamakan e-trac
4. Pertanyaan:
Bagaimana pengkategorian perubahan yang diterapkan
oleh Bina Program?
Dalam e-trac terdapat perbedaan untuk jenis perubahan dan
prioritas perubahan yang harus diimplementasikan. Akan tetapi,
saya merasa bahwa pengkategorian perubahan terbagi menjadi
dua saja, yaitu perubahan yang berpengaruh besar dan
berpengaruh kecil. Contoh besar adalah perubahan proses bisnis
dan penambahan validasi. Sedangkan kecil adalah penambahan
notifikasi, penambahan fitur, pembukaan paket data
5. Pertanyaan:
Apakah pernah terjadi permasalahan selama proses
pengembangan aplikasi GRMS mulai dari pengajuan
permintaan perubahan hingga penutupan perubahan?
Apabila ada, apa sajakah itu?
Saya rasa tidak pernah ada permasalahan yang terjadi, semua
berjalan dengan lancar
Identifikasi Kondisi Ekspektasi
B-5
6. Bagaimana harapan kedepan terkait proses pengelolaan
pengembangan aplikasi GRMS?
Mungkin lebih menginginkan untuk penambahan tenaga kerja
dalam menangani aktivitas pengembangan aplikasi GRMS
daripada untuk penambahan dari aktivitas yang ada
HASIL WAWANCARA II
INTERVIEW PROTOCOL 1
Tujuan Interview : Untuk mendapatkan informasi
terkait pendefinisian aktor dan
peran yang terlibat dalam
manajemen perubahan terhadap kebutuhan aplikasi GRMS
Tanggal : 13 April 2016
Waktu : 14.00
Lokasi : Bina Program
Narasumber : Pratiwi Sri Hadi, ST
Jabatan : Admin e-delivery
Topik : Pendifinisian aktor dan role
manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
Notes:
Perkenalkan diri
Mengucapkan terima kasih atas kesempatannya
Menjelaskan durasi interview
Sasaran:
o Detail aktor dan role yang terlibat dalam
manajemen perubahan terhadap kebutuhan
aplikasi GRMS
B-6
Tabel B.3 Hasil Interview Protocol (3)
Pendefinisian aktor dan peran manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
1. Pertanyaan:
Siapa saja pihak yang terlibat dalam aktivitas
pengembangan aplikasi GRMS?
Pengguna GRMS, admin Bina Program, kepala sub bagian Bina
Program, Programmer
2. Pertanyaan:
Apakah terdapat pembentukan tim khusus untuk
penanganan pengembangan aplikasi GRMS?
Tidak ada tim khusus karena segala keputusan paling utama hanya
akan bergantung dari kepala sub bagian masing-masing aplikasi
3. Pertanyaan:
Bagaimana pembagian peran dari masing-masing pihak
yang terlibat?
Pengguna GRMS sebagai pengusul perubahan, admin Bina
program sebagai penerima permintaan perubahan dari pengguna,
pencatatat detail perubahan ke e-trac, dan pihak penengah antara
kepala sub bagian dan programmer, kepala sub bagian sebagai
pihak untuk menyetujui/menolak segala permintaan perubahan
yang berpengaruh besar, programmer sebagai pihak eksekutor
perubahan
INTERVIEW PROTOCOL 2
Tujuan Interview : Mendapatkan informasi terkait
kondisi kekinian dan kondisi
ekspektasi dari manajemen
perubahan terhadap kebutuhan
aplikasi GRMS yang dikelola oleh
Bina Program
Tanggal : 13 April 2016
B-7
Waktu : 14.15
Lokasi : Bina Program
Narasumber : Pratiwi Sri Hadi, ST
Jabatan : Admin e-delivery
Topik : Identifikas kondisi kekinian dan
kondisi ekspektasi
Notes:
- Perkenalkan diri
- Mengucapkan terima kasih atas kesempatannya
- Menjelaskan durasi interview
- Sasaran:
o Kondisi kekinian pengembangan aplikasi
GRMS
o Kondisi ekspetasi pengembangan aplikasi
GRMS
Tabel B.4 Hasil Interview Protocol (4)
Identifikasi Kondisi Existing
1. Pertanyaan:
Bagaimana proses penanganan Bina Program terhadap
permintaan perubahan? Apakah terdapat aktivitas :
Membuat dan mencatat permintaan perubahan
Meninjau permintaan perubahan
Menilai dan mengevaluasi perubahan
Autorisasi perubahan
Memperbaharui rencana
Mengkoordinasikan implementasi
Mengevaluasi dan menutup perubahan
Pencatatan permintaan perubahan dilakukan setelah dinyatakan
setuju untuk diimplementasikan oleh kepala sub bagian atau
admin sendiri (apabila dirasa bisa ditangani sendiri), tetapi
B-8
biasanya jarang untuk dilakukan pencatatan. Untuk peninjauan
perubahan sudah otomatis dilakukan saat perapatan dengan
kepala sub bagian untuk mengetahui apakah perubahan dapat
dilakukan dan apa saja tujuan dan manfaatnya. Setelah itu,
programmer bertugas mengeksekusi perubahan tersebut.
Pengeksekusian akan terus dimonitoring oleh admin. Setelah itu,
akan diimplementasikan langsung ke lingkungan kerja apabila
eksekusi selesai dilaksanakan. Implementasi juga kadang-kadang
harus divalidasi oleh kepala sub bagian apabila dirasa
memerlukan autorisasi penerapan dari kepala sub bagian.
2. Pertanyaan:
Siapa sajakah yang dapat mengajukan permintaan
perubahan?
Pengguna GRMS, admin Bina Program, Kepada sub bagian Bina
Program
3. Pertanyaan:
Apakah terdapat aplikasi pencatatan permintaan perubahan
yang masuk? Apabila ada, apa bentuk pencatatannya?
Ada, bentuknya dalam media elektronik yang dinamakan e-trac
4. Pertanyaan:
Bagaimana pengkategorian perubahan yang diterapkan
oleh Bina Program?
Pengkategoriannya lebih ke arah prioritas perubahan harus
dilakukan. Tetapi pada akhirnya tetap melihat apakah perubahan
berpengaruh besar atau kecil. Contoh besar adalah penambahan
fitur, perubahan proses bisnis. Contoh kecil adalah perubahan
data dan pemberian hak akses
5. Pertanyaan:
Apakah pernah terjadi permasalahan selama proses
pengembangan aplikasi GRMS mulai dari pengajuan
permintaan perubahan hingga penutupan perubahan?
Apabila ada, apa sajakah itu?
Selama ini belum pernah ada
Identifikasi Kondisi Ekspektasi
6. Bagaimana harapan kedepan terkait proses pengelolaan
pengembangan aplikasi GRMS?
B-9
Membutuhkan standar sendiri untuk prosedur yang lebih jelas,
seperti halnya dengan aplikasi e-procurement yang telah berjalan
menurut standar ISO 27002
HASIL WAWANCARA III
INTERVIEW PROTOCOL 1
Tujuan Interview : Untuk mendapatkan informasi
terkait pendefinisian aktor dan
peran yang terlibat dalam
manajemen perubahan terhadap kebutuhan aplikasi GRMS
Tanggal : 18 April 2016
Waktu : 10.30
Lokasi : Bina Program
Narasumber : Enik Supristiyowati
Jabatan : Admin e-performance
Topik : Pendifinisian aktor dan role
manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
Notes:
Perkenalkan diri
Mengucapkan terima kasih atas kesempatannya
Menjelaskan durasi interview
Sasaran:
o Detail aktor dan role yang terlibat dalam
manajemen perubahan terhadap kebutuhan
aplikasi GRMS
B-10
Tabel B.5 Hasil Interview Protocol (5)
Pendefinisian aktor dan peran manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
1. Pertanyaan:
Siapa saja pihak yang terlibat dalam aktivitas
pengembangan aplikasi GRMS?
Pengguna SKPD, admin SKPD, super admin Bina Program,
kepala sub bagian Bina Program, Programmer
2. Pertanyaan:
Apakah terdapat pembentukan tim khusus untuk
penanganan pengembangan aplikasi GRMS?
Tidak ada tim khusus karena penanganan dari admin SKPD dan
super admin sudah dirasa cukup untuk mengatasi permintaan
perubahan dari para pengguna
3. Pertanyaan:
Bagaimana pembagian peran dari masing-masing pihak
yang terlibat?
Pengguna SKPD sebagai pengusul perubahan, admin SKPD
sebagai penengah antara pengguna SKPD dan super admin, super
admin Bina program sebagai penerima permintaan perubahan dari
admin SKPD, pencatatat detail perubahan ke e-trac, dan pihak
penengah antara kepala sub bagian dan programmer, kepala sub
bagian sebagai pihak untuk menyetujui/menolak segala
permintaan perubahan yang berpengaruh besar, programmer
sebagai pihak eksekutor perubahan
INTERVIEW PROTOCOL 2
Tujuan Interview : Mendapatkan informasi terkait
kondisi kekinian dan kondisi
ekspektasi dari manajemen
perubahan terhadap kebutuhan
B-11
aplikasi GRMS yang dikelola oleh Bina Program
Tanggal : 13 April 2016
Waktu : 11.00
Lokasi : Bina Program
Narasumber : Enik Supristiyowati
Jabatan : Admin e-performance
Topik : Identifikas kondisi kekinian dan
kondisi ekspektasi
Notes:
- Perkenalkan diri
- Mengucapkan terima kasih atas kesempatannya
- Menjelaskan durasi interview
- Sasaran:
o Kondisi kekinian pengembangan aplikasi
GRMS
o Kondisi ekspetasi pengembangan aplikasi
GRMS
Tabel B.6 Hasil Interview Protocol (6)
Identifikasi Kondisi Existing
1. Pertanyaan:
Bagaimana proses penanganan Bina Program terhadap
permintaan perubahan? Apakah terdapat aktivitas :
Membuat dan mencatat permintaan perubahan
Meninjau permintaan perubahan
Menilai dan mengevaluasi perubahan
Autorisasi perubahan
Memperbaharui rencana
Mengkoordinasikan implementasi
Mengevaluasi dan menutup perubahan
B-12
Pencatatan permintaan perubahan dilakukan setelah dirapatkan
dan disetujui oleh kepala sub bagian (apabila perubahan
berpengaruh besar) dan memang dicatat ke aplikasi e-trac. Untuk
penanganan permintaan perubahan yang dapat ditangani oleh
admin SKPD dan super admin, biasanya dicatatat ke dokumen
khusus lainnya karena jumlahnya bisa mencapai ratusan.
Perubahan tersebut antara lain pemberian hak akses, perubahan
status data pegawai, penilaian pegawai. Untuk perubahan yang
telah disetujui oleh kepala sub bagian, admin akan menyampaikan
detail perubahan kepada programmer dan programmer bertugas
mengeksekusi perubahan tersebut. Pengeksekusian akan terus
dimonitoring oleh admin. Setelah itu, akan diimplementasikan
langsung ke lingkungan kerja apabila eksekusi selesai
dilaksanakan. Implementasi juga kadang-kadang harus divalidasi
oleh kepala sub bagian apabila dirasa memerlukan autorisasi
penerapan dari kepala sub bagian.
2. Pertanyaan:
Siapa sajakah yang dapat mengajukan permintaan
perubahan?
Pengguna SKPD, admin SKPD, super admin Bina Program,
Kepada sub bagian Bina Program
3. Pertanyaan:
Apakah terdapat aplikasi pencatatan permintaan perubahan
yang masuk? Apabila ada, apa bentuk pencatatannya?
Ada, bentuknya dalam media elektronik yang dinamakan e-trac
untuk perubahan yang besar. Untuk perubahan sehari-hari
dimasukkan dalam dokumen khusus lainnya.
4. Pertanyaan:
Bagaimana pengkategorian perubahan yang diterapkan
oleh Bina Program?
Pengkategorian perubahan melihat apakah tergolong teknis yang
perlu dilakukan oleh programmer atau non-teknis yang dapat
dilakukan oleh admin sendiri. Untuk teknis, dibagi menjadi dua
yaitu perubahan yang berpengaruh besar dan berpengaruh kecil.
5. Pertanyaan:
B-13
Apakah pernah terjadi permasalahan selama proses
pengembangan aplikasi GRMS mulai dari pengajuan
permintaan perubahan hingga penutupan perubahan?
Apabila ada, apa sajakah itu?
Selama ini belum pernah ada
Identifikasi Kondisi Ekspektasi
6. Bagaimana harapan kedepan terkait proses pengelolaan
pengembangan aplikasi GRMS?
Pengguna SKPD diharapkan dapat mengetahui apa saja cakupan
perubahan yang dapat mereka ajukan
HASIL WAWANCARA IV
INTERVIEW PROTOCOL 1
Tujuan Interview : Untuk mendapatkan informasi
terkait pendefinisian aktor dan
peran yang terlibat dalam
manajemen perubahan terhadap kebutuhan aplikasi GRMS
Tanggal : 14 April 2016
Waktu : 11.00
Lokasi : Bina Program
Narasumber : Dian Septiani Santoso
Jabatan : Admin e-budgeting
Topik : Pendifinisian aktor dan role
manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
Notes:
Perkenalkan diri
Mengucapkan terima kasih atas kesempatannya
Menjelaskan durasi interview
B-14
Sasaran:
o Detail aktor dan role yang terlibat dalam
manajemen perubahan terhadap kebutuhan
aplikasi GRMS
Tabel B.7 Hasil Interview Protocol (7)
Pendefinisian aktor dan peran manajemen perubahan terhadap
kebutuhan aplikasi GRMS
1. Pertanyaan:
Siapa saja pihak yang terlibat dalam aktivitas
pengembangan aplikasi GRMS?
SKPD, admin Bina Program, kepala sub bagian Bina Program,
programmer
2. Pertanyaan:
Apakah terdapat pembentukan tim khusus untuk
penanganan pengembangan aplikasi GRMS?
Tidak ada tim khusus karena segala keputusan akhir akan kembali
lagi kepada kepala sub bagian Bina program masing-masing
aplikasi
3. Pertanyaan:
Bagaimana pembagian peran dari masing-masing pihak
yang terlibat?
SKPD sebagai pengusul perubahan, admin Bina program sebagai
penerima permintaan perubahan dari SKPD, pencatatat detail
perubahan ke e-trac, dan pihak penengah antara kepala sub bagian
dan programmer, kepala sub bagian sebagai pihak untuk
menyetujui/menolak segala permintaan perubahan yang
berpengaruh besar, programmer sebagai pihak eksekutor
perubahan
INTERVIEW PROTOCOL 2
Tujuan Interview : Mendapatkan informasi terkait
kondisi kekinian dan kondisi
B-15
ekspektasi dari manajemen
perubahan terhadap kebutuhan
aplikasi GRMS yang dikelola oleh Bina Program
Tanggal : 13 April 2016
Waktu : 11.00
Lokasi : Bina Program
Narasumber : Dian Septiani Santoso
Jabatan : Admin e-budgeting
Topik : Identifikas kondisi kekinian dan
kondisi ekspektasi
Notes:
- Perkenalkan diri
- Mengucapkan terima kasih atas kesempatannya
- Menjelaskan durasi interview
- Sasaran:
o Kondisi kekinian pengembangan aplikasi
GRMS
o Kondisi ekspetasi pengembangan aplikasi
GRMS
Tabel B.8 Hasil Interview Protocol (8)
Identifikasi Kondisi Existing
1. Pertanyaan:
Bagaimana proses penanganan Bina Program terhadap
permintaan perubahan? Apakah terdapat aktivitas :
Membuat dan mencatat permintaan perubahan
Meninjau permintaan perubahan
Menilai dan mengevaluasi perubahan
Autorisasi perubahan
Memperbaharui rencana
B-16
Mengkoordinasikan implementasi
Mengevaluasi dan menutup perubahan
Biasanya, pencatatan permintaan perubahan dilakukan setelah
dirapatkan dan disetujui oleh kepala sub bagian. Untuk perubahan
yang telah disetujui oleh kepala sub bagian, admin akan
menyampaikan detail perubahan kepada programmer dan
programmer bertugas mengeksekusi perubahan tersebut.
Pengeksekusian akan terus dimonitoring oleh admin. Setelah itu,
hasil eksekusi wajib diserahkan kepada kepala sub bagian untuk
diperiksa dan diberi autorisasi penerapan ke lingkungan kerja.
Setelah selesai diimplementasikan, programmer atau admin
memberi tanda status penutupan pada pencatatan perubahan.
2. Pertanyaan:
Siapa sajakah yang dapat mengajukan permintaan
perubahan?
SKPD, admin Bina Program, Kepada sub bagian Bina Program
3. Pertanyaan:
Apakah terdapat aplikasi pencatatan permintaan perubahan
yang masuk? Apabila ada, apa bentuk pencatatannya?
Ada, bentuknya dalam media elektronik yang dinamakan e-trac
4. Pertanyaan:
Bagaimana pengkategorian perubahan yang diterapkan
oleh Bina Program?
Pengkategorian perubahan melihat dari aplikasi e-trac yang ada.
Tetapi pada umumnya, perubahan dibagi menjadi dua yaitu yang
berpengaruh besar dan berpengaruh kecil terhadap sistem dan
bisnis.
5. Pertanyaan:
Apakah pernah terjadi permasalahan selama proses
pengembangan aplikasi GRMS mulai dari pengajuan
permintaan perubahan hingga penutupan perubahan?
Apabila ada, apa sajakah itu?
Kadang-kadang terjadi miskomunikasi antara perubahan yang
disetujui dengan hasil eksekusi oleh programmer
Identifikasi Kondisi Ekspektasi
B-17
6. Bagaimana harapan kedepan terkait proses pengelolaan
pengembangan aplikasi GRMS?
Diharapkan adanya aktivitas yang memudahkan untuk
penyamaan persepsi antara admin/kasubag dengan pihak
programmer agar tidak terjadi kesalahan dalam pengeksekusian
C-1
C LAMPIRAN C – Verifikasi SOP
Verifikasi SOP diajukan kepada Kepala Sub Bagian Bina
Program untuk melakukan verifikasi terhadap dokumen SOP
Manajemen Perubahan terhadap kebutuhan aplikasi GRMS
yang telah dihasilkan. Verifikasi SOP telah dilaksanakan pada :
Tanggal wawancara : 24 Juni 2016
Nama Narasumber : Ika Tisnawati
Peran narasumber : Kasubag Pembinaan dan Pengendalian
Tujuan wawancara : Melakukan verifikasi SOP
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah terdapat
penulisan kalimat pada
alur prosedur yang perlu
diperbaiki?
Ada sebagian. Kalimat
pertama : “menyerahkan
RFC yang telah terisi dan
change proposal apabila
ada kepada change
manager” sebaiknya pada
kata-kata “apabila ada”
ditambah dengan tanda
kurung. Kalimat kedua :
“meninjau dan
melengkapi informasi
RFC apabila diperlukan”
sebagiknya pada kata-
kata “apabila diperlukan”
ditambah dengan tanda
kurung. Sebagian akhir
kata-kata pada aktivitas
menggunakan tanda titik
dan sebagian tidak. Lebih
baik semuanya
menggunakan tanda titik.
C-2
2 Apakah terdapat alur
aktivitas dalam prosedur
yang perlu diperbaiki atau
ditambah?
Dirasa cukup karena
aktivitas yang ada
semuanya telah
berdasarkan standar dan
sesuai untuk menjadi
masukkan bagi Bina
Program
3 Apakah terdapat
pelaksana dalam prosedur
yang perlu ditambah?
Dirasa cukup
4 Apakah seluruh struktur
dan isi formulir telah
sesuai?
Menurut saya sudah
sesuai
D-1
D LAMPIRAN D – Validasi SOP
Tanggal : 24 Juni 2016
Validator : Ika Tisnawati
Jabatan : Kasubag Pembinaan dan Pengendalian
Lokasi : Bina Program
Tujuan : Melakukan validasi SOP
Checklist Skenario Hasil Simulasi Keterangan
√ Pengguna mencatat usulan perubahan di dalam dokumen formulir RFC
Simulasi sudah dilakukan dengan baik
Kurang jelas terkait pengisian area bisnis
√ Change manager menerima dan meninjau formulir RFC (kelengkapan pengisian dan
Simulasi sudah dilakukan dengan baik dan cukup jelas
-
D-2
Checklist Skenario Hasil Simulasi Keterangan
cakupan perubahan yang diusulkan)
√ Change manager mencatat seluruh usulan RFC ke dalam formulir log perubahan
Simulasi sudah dilakukan dengan baik dan cukup jelas
√
Change manager mengklasifikasi perubahan yang telah disetujui (standard change, normal change, emergency change)
Simulasi sudah dilakukan dengan baik dan cukup jelas
-
√
Design analyst mengisikan spesifikasi kebutuhan di formulir deskripsi kebutuhan perubahan
Simulasi sudah dilakukan dengan baik dan cukup jelas
-
√ Change Owner mencatat hasil evaluasi implementasi dalam formulir log perubahan
Simulasi sudah dilakukan dengan baik dan jelas
-
D-3
Checklist Skenario Hasil Simulasi Keterangan
√ Change Owner memverifikasi RFC yang telah selesai diimplementasikan
Simulasi sudah dilakukan dengan baik dan jelas
-
E-1
E LAMPIRAN E - BUKTI VERIFIKASI DAN
VALIDASI SOP
Bukti verifikasi dokumen SOP :
E-2
Bukti validasi dokumen SOP :
1. Hasil Simulasi
A. Pengisian RFC
E-3
E-4
Pengisian hasil simulasi :
E-5
Bukti validasi dengan admin e-project dan e-controlling :
Bukti validasi dengan kepala sub bagian pembinaan dan
pengendalian :
123
BIODATA PENULIS
Penulis yang lahir di Surabaya
pada tanggal 18 Setember 1994 ini
merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara. Penulis telah
menempuh pendidikan formal di
SD Petra 9 Surabaya, SMP Petra 5
Surabaya, SMA Petra 5 Surabaya,
dan akhirnya masuk menjadi
mahasiswa Sistem Informasi
angkatan 2012 melalui Jalur
SNMPTN tertulis. 5212 100 097
adalah NRP dari penulis sebagai
mahasiswa JSI-ITS. Selama
menempuh masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi
UKM Bridge ITS dan aktif mengikuti turnamen olahraga
Bridge tingkat kota, provinsi, nasional, maupun internasional di
Malaysia. Pada tahun terakhir penulis mengambil bidang studi
Manajemen Sistem Informasi (MSI) dengan topik tugas akhir
manajemen perubahan ITIL V3. Penulis juga pernah menjalani
Kerja Praktik selama 2 bulan di kantor OJK Surabaya. Penulis
dapat dihubungi melalui e-mail: [email protected]