Upload
riska-kurniawati
View
12
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Acute Kidney Injury
Citation preview
Definisi Gangguan Ginjal Akut dan Penerapannya Dalam
Praktik
Mark E. Thomas1, Caroline Blaine2, Anne Dawnay3, Mark A. J. Devonald4,
Saoussen Ftouh2, Chris Laing5, Susan Latchem2, Andrew Lewington6, David V.
Milford7 and Marlies Ostermann8
1Department of Renal Medicine, Birmingham Heartlands Hospital, Birmingham,
UK; 2National Clinical Guideline Centre, London, UK;3Department of Clinical Biochemistry, University College London Hospitals,
London, UK; 4Nottingham Renal and Transplant Unit, Nottingham University
Hospitals, Nottingham, UK; 5University College London Centre for Nephrology, Royal Free Hospital, London, UK;6Department of Nephrology, Leeds Teaching Hospitals, Leeds, UK; 7Department of Nephrology, Birmingham Children’s Hospital,
Birmingham, UK and 8Departments of Nephrology and Critical Care, Guy’s & St Thomas’ Hospital, London, UK
Pendahuluan
Gangguan Ginjal Akut (GGA adalah sindrom umum yang secara independen
berkaitan dengan meningkatnya kematian. Definisi standar penting untuk
memfasilitasi perawatan klinis dan penelitian. Definisi GGA telah berkembang cepat
sejak 2004, dengan pengenalan Risiko/Risk, Cedera/Injury, Kegagalan/Failure,
Rugi/Loss, dan Stadium Akhir Penyakit Ginjal/End-Stage (RIFLE), GGA
Jaringan/Network (AKIN), dan Penyakit/Disease, Ginjal/Kidney,
Meningkatkan/Improving, Global Hasil/Outcome (KDIGO). RIFLE telah
dimodifikasi untuk digunakan pada anak (pRIFLE). Dua hal tersebut dikembangkan
menggunakan bukti dan konsensus. Kenaikan kecil serum kreatinin yang independen
terkait dengan meningkatnya kematian, dan maka dimasukkan ke dalam definisi
GGA. Definisi Baru dari pedoman internasional KDIGO digabung dengan RIFLE
dan AKIN. Tinjauan sistematis telah menemukan definisi tersebut tidak berbeda 1
secara signifikan dalam kinerja mereka. Perawatan kesehatan staf yang merawat
anak-anak atau orang dewasa harus menggunakan kriteria standar untuk GGA,:
seperti pRIFLE atau KDIGO masing-masing definisi.
Upaya ini untuk membakukan kemajuan substansial definisi GGA meskipun
terdapat bagian ketidakpastian tetap. Definisi baru telah memungkinkan penggunaan
tanda elektronik untuk memperingatkan dokter kemungkinan GGA. Biomarker baru
dapat lebih menyempurnakan definisi GGA, tetapi penggunaannya harus
menghasilkan perbaikan nyata dalam hasil dan keefektivitasan biaya. Perkembangan
lebih lanjut dalam definisi GGA harus diinformasikan oleh aplikasi penelitian praktis
mereka di seluruh penyedia layanan kesehatan. Ulasan ini akan membahas definisi
GGA dan penerapannya dalam praktek untuk dokter dan ilmuwan.
Mengapa memiliki definisi Gangguan Ginjal Akut?
Gangguan Ginjal Akut (AKI) adalah sindrom yang sering dan kadang-kadang
menghancurkan, dengan biaya tinggi kepada pasien beserta sistem perawatan
kesehatannya. Hal ini memiliki beberapa faktor risiko atau penyebab. Definisi GGA
yang seragam diperlukan agar dapat diterapkan baik dalam praktek klinis dan
penelitian, untuk memungkinkan diakuinya dan pengobatan secara konsisten di
seluruh sistem perawatan kesehatan. Definisi yang ideal mungkin memiliki
karakteristik ini:
1. Kompleksitas terbatas - memungkinkan memorability tertentu. Misalnya,
klasifikasi status fungsional Heart Association New York pada gagal jantung
tetap baik digunakan, mungkin karena kepraktisannya.
2. Korelasi harus ada antara tahap dan hasil.
3. Sensitivitas dan spesifisitas tinggi untuk mendeteksi penyakit seperti GGA
dengan akurasi diagnostik yang tinggi.
4. Mencakup biaya rendah hingga sedang untuk operasi pada waktu sebenarnya.
Seperti definisi ideal GGA saat ini tidak ada, mungkin diharapkan untuk
sindrom banyak penyebab, yang hanya memiliki penanda yang terbatas. Dalam
2
rangka mengembangkan bimbingan GGA untuk Institut Nasional Inggris untuk
Kesehatan dan Perawatan Excellence (NICE), kita dianggap banyak isu yang dibahas
dalam ulasan ini.
Pengembangan Definisi AKI
Saat ini, kebanyakan studi deteksi AKI didasarkan pada kadar kreatinin
serum, dengan atau tanpa pengukuran urin. Secara historis, daerah ini diganggu oleh
beberapa dan bertentangan kriteria untuk AKI. Untuk mengatasi hal ini, pada tahun
2004, kelompok Akut Dialisis Kualitas Initiative penerbitkan definisi konsensus
landmark mereka AKI pada orang dewasa, Risiko, Cedera, Kegagalan, Rugi, dan
Stadium Akhir Penyakit Ginjal (RIFLE) klasifikasi. Hal ini memberikan lima tahap
AKI.
AKI didefinisikan sebagai kenaikan kreatinin dari X50% dari nilai dasar dan /
atau penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) oleh X25%, dan / atau penurunan
output urin dibawah 0,5 ml / kg / jam selama 6 jam atau lebih. Unsur “Akut” definisi
AKI mengharuskan kreatinin yang diamati meningkat dalam jangka waktu tertentu.
RIFLE diperlukan yaitu X50% kenaikan yang dikenal atau dianggap telah
dikembangkan selama 7 hari.
Stadium Kreatinin Urine Output
1 Kenaikan ≥ 26 µmol/la atau 0,3 mg/dl selama <0,5 ml/kg/jamam untuk
3
48 jam.
Atau kenaikan kreatinin 50-99% dari nilai
dasarnya selama 7 harib (1,50-1,99x nilai
dasar).
lebih dari 6 jam.
-
2 Kenaikan kreatinin 100-199% dari nilai
dasar selama 7 harib (2,00-2,99x nilai dasar)
<0,5 ml/kg/jam lebih dari
12 jam
3 Kenaikan kreatinin ≥200% dari nilai dasar
selama 7 harib (≥3,00x nilai dasar)
Atau kreatinin ≥354µmol/l (nilai sekarang),
dengan kenaikan bertahap ≥ 26 µmol/la atau
0,3 mg/dl selama 48 jam atau kenaikan
kreatinin ≥ 50% dari nilai dasar selama 7
harib
Atau beberapa syarat untuk terapi ginjal
penganti
<0,3 ml/kg/jam selama 24
jam atau anuria selama 12
jam.
-
-
Banyak studi telah menunjukkan bahwa kenaikan kecil kreatinin secara
independen terkait dengan peningkatan mortalitas. Chertow et al. mempelajari 9210
pasien yang dirawat di salah satu pusat medis akademik. Analisis multivariat
menunjukkan bahwa kenaikan kreatinin X0.3 mg / dl, (X26 mmol / l), secara
independen terkait dengan peningkatan sekitar empat kali lipat angka kematian di
rumah sakit. Meskipun kausalitas tidak sepenuhnya didirikan, ini dan penelitian lain
menunjukkan bahwa pasien tidak hanya mati dari penyakit penyerta mereka “dengan
AKI” namun mati “dari AKI”.
Pada tahun 2007, Jaringan AKI (AKIN) menerbitkan klasifikasi AKI mereka
4
untuk orang dewasa, merupakan evolusi dari kriteria RIFLE. Risiko, Cedera, dan
tahap Kegagalan menjadi tahap 1, 2. dan 3, dan X0.3 mg / dl kenaikan kreatinin
dalam waktu 48 jam termasuk dalam tahap 1. kriteria GFR dihapus sebagai penanda
dewasa AKI. Kategori RIFLE tahap Loss dan End - dijatuhkan karena mereka merasa
menjadi hasil, bukan tahap.
Baru-baru ini pedoman Hasil Peningkatan Penyakit Ginjal Internasional
(KDIGO) bergabung dengan RIFLE dan AKIN (Tabel 1). Meskipun AKIN
ditetapkan bahwa resusitasi cairan yang memadai seharusnya dilakukan dan obstruksi
kemih dikeluarkan sebelum menerapkan kriteria, ini tidak ditentukan oleh KDIGO.
KDIGO juga dimodifikasi kriteria untuk tahap 3 AKI, termasuk kenaikan kreatinin
untuk X4.0 mg / dl (X354 mmol / l), ketika kenaikan adalah X0.3 mg / dl (X26 mmol
/ l) atau X50% dalam frame waktu yang disebutkan di atas. Hal ini memiliki efek
yang meningkat seperti kreatinin pada pasien penyakit ginjal kronis (CKD), pasien
diklasifikasikan sebagai stadium 3, sedangkan kenaikan seperti pada pasien tanpa
CKD diklasifikasikan sebagai tahap 1. Ada beberapa kontroversi mengenai pedoman
KDIGO, yang telah diakui oleh kelompok KDIGO. 'Penyakit ginjal akut' istilah
(AKD) diusulkan saat kerusakan ginjal hadir selama 3 bulan (tidak seperti CKD).
Dalam hal ini, AKI adalah bagian di mana proses penyakit diketahui atau
disimpulkan telah terjadi dalam waktu 7 hari. Sebuah studi biopsi menemukan bahwa
35% dari kasus dengan patologi difus parenkim akut tidak memenuhi kriteria KDIGO
untuk AKI, terutama karena kenaikan lambat dalam kreatinin. Kasus Non-AKI dari
AKD memiliki hasil yang sama dengan AKI, sehingga pembagian antara AKI dan
AKD mungkin berubah-ubah. Pengenalan istilah lanjut mungkin berisiko
membingungkan dokter, terutama non-spesialis. Kriteria untuk penyakit ginjal akut-
on-kronis (ACKD) terbukti kontroversial karena variabilitas biologis (lihat di bawah).
Masih ada masalah yang belum terselesaikan dengan definisi AKI dan CKD, dalam
korelasi khususnya dengan fungsi dasar ginjal, pengukuran parenkim ginjal oleh
pencitraan, data biopsi, dan pemulihan ginjal.
Deteksi awal AKI didasarkan pada perubahan di awal penanda AKI dan perlu
dilakukan secara real time (Gambar 1). Pementasan berbeda karena menentukan
5
keparahan maksimum AKI - misalnya, seperti yang ditunjukkan oleh nilai kreatinin
puncak - dan hanya dapat dilakukan secara retrospektif di akhir episode. Pesatnya
perkembangan definisi ini merupakan kemajuan besar. Pengembangan lebih lanjut
perlu menyertakan pengujian yang digunakan oleh non-spesialis, digunakan pada
pasien CKD, dan penggabungan fungsi dasar. Dalam jangka panjang, definisi
berbasis bukti harus memungkinkan pengumpulan data yang lebih akurat untuk
penelitian, pendaftar, dan audit. Penekanan dari panduan NICE (National Institute
for Health and Care Excellence) AKI adalah bahwa dokter harus menggunakan
definisi, seperti KDIGO untuk orang dewasa dan RIFLE pediatrik (profil) untuk
anak-anak, dalam praktek klinis rutin. Kontroversi di atas tidak mengurangi dari saran
itu.
Perbandingan RIFLE , AKIN , pRIFLE , dan KDIGO
Baru-baru ini NICE melihat sistematis2,23 menyelidiki kemampuan dari
AKIN, RIFLE , pRIFLE , dan KDIGO definisi untuk, pertama diagnosa dan stadium
AKI dan, kedua untuk memprediksi kedepannya hasil yang buruk. Kesepakatan
antara klasifikasi dilaporkan hanya dalam empat studies.24-27 Satu studi pada anak-
anak dan orang-orang muda dilakukan untuk membandingkan pRIFLE dan AKIN.28
Secara persentase sama dengan pasien dewasa yang didiagnosis oleh RIFLE atau
AKIN sebagai tahap R , I , atau F atau stadium 1 , 2 , dan 3 (Masing-masing) , dengan
temuan serupa untuk pRIFLE dan AKIN dianak-anak.23 Pada orang dewasa, ada
kesepakatan baik secara umum antara RIFLE dan AKIN, yang mana setiap defisini
menampilkan sama pada sertiap perbedaan. Hanya satu penelitian termasuk KDIGO ,
menemukan kejadian AKI menjadi identik dengan menggunakan AKIN.25
Untuk hasil prognosis , kami mengikut sertakan studi kohort dengan analisis
multivariat, termasuk faktor lain , untuk menilai apakah tahap AKIN , KDIGO , atau
stadium RIFLE yang faktor prognostik tidak terikat . Empat belas studi pada orang
dewasa
6
Gambar 1 | Sebuah contoh hipotetik waktu nyata laju filtrasi glomerular ( GFR ) dan
kreatinin nilai sebelum dan selama episode kelainan ginjal akut ( AKI ). Ada suatu
perburukan pada ginjal dengan penurunan mendadak dalam GFR (a ' jalan
decrement'21,22 ) . Hal ini menunjukkan nilai kreatinin dalam bulan sebelum episode ,
dari
yang nilai dasar akan dipilih ( lihat teks ) . Sering nilai-nilai kreatinin pada awal
penyakit tidak tersedia. puncak kreatinin hari 4 dengan kenaikan sekitar 115 % (tahap
2 AKI ). Perhatikan lag antara perubahan GFR, kemudian dibandingkan dengan
kenaikan kreatinin dan pemulihan yang diikutserakan: lima studi di mana AKIN dan
RIFLE yang langsung dibandingkan dalam populasi yang sama,24,26,29-31 satu studi
menggunakan AKIN saja, 32 dan delapan studi hanya menggunakan criteria
RIFLE.13,33-39 Delapan studi tidak termasuk data urine output untuk menentukan
AKI.13,26,31,33-35,38-39 Hubungan antara stadium dan mortalitas untuk klasifikasi yang
sama bervariasi secara substansial setiap studies.23 Rendahnya kualitas fakta-fakta40
yang menunjukkan peningkatan mortalitas dengan tahap RIFLE. Untuk AKIN,
rendah sampai sedang dibuktikan kualitas menunjukkan sedikit penurunan rasio odds
median untuk mortalitas antara AKIN 1 dan 2; Namun, angka mortalitas lebih tinggi
dengan AKIN 3. Tiga studi RIFLE33-35 menilai mortalitas jangka panjang (1-14
7
tahun), menunjukkan penurunan kemampuan untuk stadium RIFLE untuk
memprediksi mortalitas jangka panjang. Untuk studi membandingkan AKIN dan
RIFLE dalam kelompok yang sama, memungkinkan untuk menganalisis ini sebagai
rasio odds ratio untuk dapat membandingkan secara langsung dari AKIN dan RIFLE.
Gambar 2 menunjukkan bahwa keseluruhan AKIN dan RIFLE dapat dibanding dalam
memprediksi mortalitas. Studi pasien membutuhkan pengganti ginjal terapi tidak
menganggap kontrol variabel, dan karena itu interpretasi dari hasilnya terbatas.
Hanya satu pusat studi tunggal kecil, dalam perawatan intensif, menguji prognostik
dengan menggunakan perubahan kreatinin dan urin output.30 Secara keseluruhan,
tidak ada bukti bahwa kombinasi kreatinin dan urin output yang prediksi tingkat
mortalitas, dibandingkan dengan pemantauan kreatinin saja. Untuk pediatri, dua pusat
studi tunggal yang termasuk dalam ulasan prognostik: yang satu langsung
membandingkan AKIN dan klasifikasi pRIFLE dalam populasi yang sama, 28
sedangkan yang lain menggunakan kriteria pRIFLE saja.41 Pada keduanya, pRIFLE
dan AKIN menunjukkan mirip dan hubungan dinilai terhadap mortalitas di seluruh
stadium. Terbatasnya data tidak menunjukkan klasifikasi yang lebih superior.
Ulasan dari studi ini mengungkapkan isu-isu penting, yang mungkin
memiliki implikasi ketika menginterpretasikan data. Mayoritas penelitian didasarkan
pada database perawatan kritis, dan kesimpulan mereka mungkin tidak berlaku untuk
populasi pasien lainnya. Studi berbeda dalam bagaimana definisi yang diterapkan
( apakah kreatinin serum, urin, atau keduanya digunakan untuk mendefinisikan AKI ,
dan bagaimana fungsi dasar ginjal dan hilang dasar hasil ditangani )2. Untuk
menunjukkan perbedaan dalam diagnostik keakuratan atau prediksi mortalitas untuk
definisi terkait adalah tantangan, dan membutuhkan penelitian besar dengan jangka
panjang follow-up.
Pengukuran fungsi ginjal pada orang dewasa dengan AKI
Pada onset AKI, asumsi kelainan tunggal simple pada ginjal, seperti
penetapan periode iskemia, GFR yang sebenarnya akan menurun dengan cepat ke
8
titik terendah. Kreatinin serum akan meningkat dalam beberapa jam hingga hari,21
sebelum kondisi stabil yang baru tercapai (Gambar 1). Beberapa pasien AKI
mempertahankan beberapa kelainan ginjal selama jangka waktu lama, 21 lebih rumit
penilaian fungsi ginjal. Perkiraan GFR (eGFR) akan memakan waktu berhari-hari
sebelum hasilnya merefleksikan nilai GFR sebenarnya.
Rumus persamaan Modifikasi Diet pada Renal Disease (MDRD)
dikembangkan pada pasien dengan CKD stabil42 dan tidak cocok untuk digunakan
pada pasien dewasa dengan AKI.43 Juga, semua definisi berdasarkan kreatinin-AKI
bisa kesalahan di pasien yang kadar kreatinin dan volume distribusi ekstrim atau
variabel (Gambar 3). Kurangnya gold standard44 dalam diagnosis AKI menunjukkan
bahwa tidak ada data sensitivitas dan spesifisitas diagnosis berdasarkan nilai
kreatinin.
Kenaikan kreatinin yang digunakan untuk mendeteksi AKI dapat diukur
sebagai persentase atau kenaikan mutlak. Terlebih dahulu mungkin berpikir untuk
lebih memperhatikan massa otot, tetapi semakin banyak bukti bahwa yang terakhir
mungkin berguna dalam deteksi AKI.7-12,45-46 Penggunaan kreatinin mutlak meningkat
untuk mengidentifikasi AKI secepatnya, 12,46 tetapi data pada communityacquired
AKI masih kurang.
Akan ada proporsi pasien yang kreatinin atau urin output yang akan dibaca
hasil positif palsu atau negatif palsu diagnosis. Kreatinin mungkin jarang naik akut
untuk alasan lain selain AKI (Gambar 3). Banyak sekali faktor yang dapat
mengganggu pengukuran laboratorium kreatinin, umumnya dengan tes Jaffe-based
assays (Gambar 3). Enzimatik assays lebih mahal, menahan mereka yang luas
penggunaan rutin. Pengukuran fungsi ginjal di CKD dibahas di tempat lain.47,48 tes
kreatinin harus spesifik dan bias- nol dibandingkan dengan massa isotop-dilusi
metode referensi spektrometri, dengan kalibrasi dapat melacak bahan referensi
standar.49
Oliguria sebagai indikator dari AKI
9
Oliguria secara tradisional didefinisikans sebagai urin output < 400 mL/hari,59
setara dengan 0,24 ml/kg/jam pada pasien dengan berat badan 70 kg. Hal ini
merupakan suatu proses yang kompleks dengan berbagai penyebab, tidak hanya
perubahan hemodinamik atau ‘nekrosis tubular’.60 Pemantauan seksama dari GFR
menunjukkan bahwa oliguria dan GFR biasanya, tetapi tidak selalu, menandakan
perubahan yang bersamaan dengan AKI.61 Oliguria sering terjadi pada pasien di ruang
perawatan intensif,62 tetapi jarang diikuti dengan AKI, yang kemudian ditandai
dengan peningkatan kreatinin, oliguria tanpa peningkatan kreatinin menunjukkan
angka mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa tanda AKI.63
Oliguria secara independen memprediksi risiko mortalitas yang lebih tinggi. 64-67
Gambar 2. Mortalitas (AKIN versus RIFLE). Gambar menunjukkan perbandingan
odds ratio (ROR) untuk setiap stadium AKI dalam AKIN dan RIFLE. Nilai ROR>1
menunjukkan bahwa AKIN merupakan prediktor yang lebih baik dibandingkan
RIFLE. Sebagai contoh, Lopes10 memiliki odds ratio untuk mortalitas sebesar 2,01
pada RIFLE I dan 2,71 pada AKIN 2. Hasil dengan ROR 1,35 mendukung AKI,
10
seperti yang telah ditunjukkan dengan interval kepercayaan 95%. Direproduksi
dengan izin dari National Institute of Health and Care Excellence.23 AKI, cedera
ginjal akut; AKIN, AKI Network; CI, interval kepercayaan; RIFLE, Risk, Injury,
Failure, Loss and End-stage renal disease; sCR, kreatinin serum.
Faktor yang dapat menyebabkan perubahan akut pada kreatinin
Peningkatan kreatinin akut:
Asupan kreatinin dalam makanan- Konsumsi daging merah
Peningkatan pembentukan kreatinin- Rhabdomyolisis
Penunurunan filtrasi glomerulus- AKI
Sekresi tubular yang berkurang- Trimethopim dan cimetidine
Peningkatan kreatinin palsu:
Interferensi selama pemeriksaan Jaffe- Hiperglikemia dan DKA- Sentrifugasi tertunda- Lainnya: hemolisis, protein total yang tinggi
Interferensi selama pemeriksaan enzimatik- Protein total yang tinggi, lidocaine
11
Penurunan/peningkatan kreatinin yang mendadak:
Penurunan pembentukan kreatinin- sepsis
Peningkatan volume distribusi- Keadaan edematosa- Overload cairan akut
12
Faktor yang dapat menyebabakan perubahan kronik pada kreatinin – sehingga mempengaruhi eGFR awal dan kemampuan untuk menyebabkan peningkatan kreatinin selama AKI
‘Peningkatan’ kreatinin kronis:
Peningkatan pembentukan kreatinin- Tubuh muskular- Ras Afro-Karibian
Penurunan filtrasi glomerulus- Penyakit ginjal kronis
Penurunan kreatinin palsu:
Interferensi selama pemeriksaan Jaffe- hiperbilirubinemia
Interferensi enzimatik- Hiperbilirubinemia, hemolisis
‘Penurunan’ kreatinin kronis:
Asupan protein makanan (daging masak) yang rendah Pembentukan kreatinin yang menurun akibat massa otot yang lebih
rendah- Usia tua dan jenis kelamin wanita- Kondisi muscle-wasting- Amputasi- Malnutrisi dan penyakit kritis
Gambar 3. Faktor yang mempengaruhi interpretasi kreatinin serum pada
kemungkinan cedera ginjal akut (AKI). Berbagai macam faktor dapat
menyebabkan peningkatan (tabel kiri) atau penurunan akut kreatinin. Faktor tersebut
sering menyebabkan kesulitan dalam menegakkan diagnosis AKI. Perkiraan GFR
untuk menentukan status awal juga dipengaruhi oleh berbagi faktor (tabel kanan).
Pembentukan kreatinin akan berkurang dengan menurunnya massa otot, sehingga
akan menyembunyikam peningkatan kreatinin akibat AKI. Interferensi selama
pemeriksaan lebih tampak ketika tingkat kreatinin berada dalam rentang normal
13
dibandingkan ketika terjadi peningkatan. Praktik labor yang baik dapat secara rutin
mendeteksi hemolisis, ikterus dan pemisahan tertunda, sehingga dapat mencegah
terjadinya kesalahan dalam hasil. Perhatikan bahwa kreatinin darah dieliminasi
melalui filtrasi glomerulus dan juga sekresi tubular. *Keadaan edematosa: sirosis,
sindrom nefrotik, dan gagal jantung. DKA, ketoasidosis diabetik; eGFR, perkiraan
laju filtrasi glomerulus.
Durasi singkat (<4 jam) dari oliguria menandakan penurunan sensitivitas dan
spesifisitas untuk memperkirakan terjadinya AKI, ditandai dengan peningkatan
kriteria kreatinin.62 Interpretasi yang ketat terhadap definisi oliguria5,15 adalah urin
output <0,5 ml/kg/jam pada masing-masing 6 jam secara berturut-turut. Namun, total
urin output <3 mL/kg/jam selama 6 jam merupakan suatu prediksi terbaik.63,68 Pada
suatu penelitian prospektif dalam skala besar, suatu nilai <0,3 mL/kg/jam selama 6
jam merupakan prediksi tersering terhadap terjadinya kematian dan/atau dialysis,
sedangkan kriteria sekarang ini masih terlalu umum.69 Nilai optimum untuk oliguria
bervariasi dengan durasinya, jadi rerata urin output <0,5 mL/kg/jam selama 12 jam
mungkin setara tingkat keseriusan sampai <0,3 mL/kg/jam dalam 6 jam. Kirteria urin
output sekarang mendiagnois pasien dengan AKI lebih banyak dibandingkan dengan
menggunakan kriteria kreatinin sendiri,65,68 namun, hal tersebut tidak dapat diartikan
sebagai peningkatan prediksi mortalitas (lihat diatas). Jadi, tingkat yang sama dari
AKI, ditentukan oleh peningkatan kreatinin atau oliguria, mungkin memiliki
implikasi prognosis yang berbeda.
Metode Lain untuk Mengukur Fungsi Ginjal pada AKI
Belum ada metode lain yang tersedia untuk memantau laju filtrasi glomerulus
secara terus menerus untuk mengukur fungsi ginjal pada AKI. Rabito dkk
menunjukkan bahwa pemantauan tersebut mungkin dilakukan. Hal tersebut mungkin
akan diperkenalkan di masa depan ketika halangan pada praktis sudah diatasi.
Pengumpulan urin selama 2 sampai 4 jam dengan sampel darah untuk menentukan
kreatinin klirens adalah metode yang berguna untuk menentukan perkiraan fungsi
14
ginjal secara cepat. Kreatinin klirens selama 4 jam telah menunjukkan deteksi dini
AKI dibandingkan kenaikan kreatinin plasma.
Variabilitas pengukuran kreatinin dan relevansi terhadap AKI
Faktor-faktor yang mempengaruhi variabilitas kreatinin lebih baik dipahami
oleh ilmuwan laboratorium. Hal ini memungkinkan untuk menghitung perubahan
kreatinin yang menunjukkan perubahan status pasien. Tabel 2 Merupakan Referensi
efek Variabilitas Biologis terhadap AKI. Referensi perubahan nilai untuk kenaikan
kreatinin telah diperkirakan 14% sampai 17%, dan penggunaannya telah disarankan
untuk dimasukkan ke dalam laporan laboratorium dan definisi AKI. Angka Tersebut
mengestimasi RCV pada orang normal hingga dengan CKD pada kondisi yang
terstandar. Peningkatan kreatinin dalam jumlah yang relatif kecil dapat dilihat pada
pasien CKD. Sehingga, batas bawah peningkatan creatinin pada spektrum
kemungkinan tidak melebihi variabilitas faktor yang dipengaruhi oleh fungsi renal
dan klinisi harus mengambil hal ini pada proses pengambilan keputusan
Batas Bawah Fungsi Ginjal
Nilai batas bawah kreatinin adalah nilai premorbid fungsi ginjal pasien dan
dibandingkan dengan nilai mutakhir pada deteksi dan tingkatan AKI. Metode melihat
kembali untuk mendapatkan nilai batas bawah untuk deteksi permulaan AKI telah
dipelajari dan dapat digabungkan dengan laporan rutin laboratorium. Secara luas,
metode tersebut adalah sebagai berikut:
1. menggunakan bagan waktu singkat -- membutukan pengukuran kreatinin
selama 7 hari dari nilai yang mutakhir.
2. Menggunakan bagan waktu yang lebih lama – menemukan pengkuran
kreatinin antara 7 sampai 365 hari sebelum nilai mutakhir dari semua hasil
dalam masa periode (gambar 1).
3. Dengan imputasi – ketika hasil kreatinin hilang
15
KDIGO menyarankan penggunaan kreatinin terendah selama perawatan sebagai
nilai batas bawah. KDIGO membolehkan penggunaan metode bagan waktu yang
lebih lama, sebaliknya pada pasien stabil, tanpa nilai kreatinin baru dan tanpa
CKD progresif. Bagan waktu yang lebih lama akan menemukan pasien lebih
banyak dengan AKI yang tidak parah, yang mungkin memiliki angka kematian
lebih rendah. Semua metode adalah proses kerja : semuanya menggunakan
kreatinin yang terukur dan menghindari nilai kreatinin yang dipengaruhi oleh
prodormal penyakit dan kembali lagi ke nilai awal kreatinin. Semakin lama hasil
kratinin, semakin tinggi kemungkinan ia tidak merefleksikan fungsi dasar ginjal
sebelum onset AKI.
Jadi apa metode yang baik unutk menemukan nilai dasar kreatinin ? Studi
beberapa cara untuk menentekuakn nilai baseline yang paling bernilai dengan
“Gold Standard” ditentukan oleh kebijakan dari nefrolog. Nilai mean dari hasil
kreatinin selama 365 hari sebelum data dikumpulkan dan dicocokan dengan nilai
kebijakan. Ini adalah metode terbaik, jika pemilihan otomatis bisa dicocokan
dengan pasien yang keluar dan pasien yang masih di dalam RS.
Pada ketidaksediaan angka tersebut penggunaan kontroversial terhadap baseline
kreatinin telah dianjurkan. Penggunaan Persamaan GFR 75 ml/min per 1,73m2
dan dikalkulasikan dengan dugaan nilai kreatinin ppasien. Perhitungan ini
membutuhkan IT system yang releba dan kalibrasi isotope – diusi mass
spektometri. Overestimasi AKI akan menurun apabila angka GFR dan Kreatinin
berdasarkan usia dan jenis kelamin dimasukkan. Perhitungan ini juga dapat
menimbulkan flsepositive. Perhitungan kreatinin saat datang dibandingkan
perhitungan kreatinin antara 7-365 hari dapat mengukur baselaine.
Penggunaan Definisi untuk mewasapadai kemungkinan AKI
Sistem informatika pada kesehatan telah dikembangkan dengan kemampuan untuk
memberi peringatan pada praktisi kesehatan pada masalah yang berpotensi pada
pasien. Peringatan yang digunakan telah berhasil untuk mengubah kebiasaan praktisi
16
dan kesembuhan pasien, dengan mengurangi pengobatan yang meracuni ginjal pada
kasus AKI, dan pencegahan penggunaan bahan kontras yang dapat memicu AKI (CI-
AKI). Penggunaan sistem kewaspadaan pada kasus kritis telah dilaporkan untuk
meningkatkan intervensi AKI. Pilihan terhadap tingkat kewaspadaan meliputi:
1. Pasive allert : Pemberian pernyataan bahaya sesua hasil krreatinin dan
disesuaikan dengan pedoman AKI lokal.
2. Interuptive alert : ketika klinisi paham terhadap bahaya tersebut
3. Bahaya Aktif : Ketika respon langsung dilakukan
Beberapa sistem kewaspadaan gagal untuk merubah tingkah laku klinisi. Selanjutnya,
klinisi dapat bertindak berlebihan atau lamban. Pada studi penggunaan medikasi
nefrotoksik pada pasien AKI, sistem kewaspadaan telah dipadamkan rata rata 4 kali
sebelum respon diberikan.
Pembentukan dasar dari perangkat peringatan elektronik untuk AKI “pemeriksaan
delta” untuk mengidentifikasi persentase atau absolut menambahkan nilai kreatinin di
cocokan dengan kreatinin segera sebelumnya, ketika semuanya telah ditegakkan.
Sebagai tanda peringatan yang mudah untuk digunakan dan bisa mendeteksi pasien
AKI dalam jumlah besar. Pemeriksaan delta dapat menunjukan untuk penigkatan nilai
> 26µmol/l (0.3 mg/dl) selama 30 hari terbukti efektif. Sebuah Konsensus di inggrus
menganjurkan penggunaan kewaspaadaan terhadap AKI. Algoritma terstandar
digunakan untuk mengeristimasi kewaspadaaan aki berdasarkan KDIGO.
Situasi Spesifik
Acute on CKD
GGA berisiko untuk menjadi CKD. Penatalaksanaan pada pasien CKD yang timbul
menjadi AKI sulit dengan definisi AKI. Persentase meningkat pada kreatinin dibatasi
pada pasien CKD dan tidak siap untuk mendeteksi penyakit AKI. Telah diketauhi
peningkatan kreatinin dalam angka besar memilihi hubungan dengan tingginya
mortalitas. Staging GGA slama ini memiliki nilai prognostik rendah terhadap CKD.
17
Maka dari itu praktisi setidaknya harus mengenali resiko yang serius pada pasien
yang berpotensi terkena GGA, terutama pada stadium 3.
AKI Sementara
AKI sementara sangat cepat berubah kembali ke AKI, memiliki hubungan yang erat
dengan pre-renal azotemia. Namun itu tidak termasuk benigna. Berdasarkan
kebijakan terbaru, AKI sementara tidak merusak struktur ginjal dan merupakan
pencitraan terbaik untuk menjadi bagian rusak spektrum. Pasien yang telah
berkembang menjadi AKI mengalami peningkatan kreatinin sebanyak > 26µmol/l
dalam 48 jam (dalam rumah sakit) dan menunjukan angka mortalitas yang signifikan
(13-14%), dibandingkan dengan pasien tanpa AKI (3%). Pada penelitian besar yang
lain hasilnya adalah pasien dengan AKI sementara adalah pasien dengan diagnosis
sembuh, mewakili stadium satu dari ketiga stadium dari AKI.
AKI yang diinduksi Kontras
Perkembangan kontras memicu AKI telah menunjukan peningkatan kreatinin, tipikal
pada waktu 24-72 jam setelah diberikan kontras iodine. Didefinisikan oleh organisasi
radiologi sebagai peningkatan absolut > 44 µmol/l (0,5 mg/dl) atau peningkatan
relatif sebanyak 25% dari nilai ambang batas (tanpa penjelasan alternatif). Deteksi
dari AKI karena kontras bergantung pada waktu ketika kreatinin telah diketahui,
sebagai contoh, dalam waktu 24 hinAKI 48 jam atau keduanya. Peningkatan absolut
mengidentifikasi sebagian kecil kasus dibandingkan peningkatan relatif. dan itu
berhubungan dengan angka kematian yang tinggi, peningkatan relatif > 25% telah
ditunjukan untuk membandingkan pada lebih dari satu setengah pasien yang tidak
terpapar oleh kontras.
AKI pada ICU
AKI sering terjadi pada pasien yang menjalani perawatan di ICU. Definisi AKI
berdasarkan kreatinin relatif terbatas ketika digunakan pada pasien kritis. Kreatinin
serum dapat meningkat secara perlahan, yang menyebabkan telatnya mendiagnosis
18
AKI pada pasien tersebut. Walaupun pada praktik klinisnya sangat bervariasi. Dan
terkadang, terapi penAKIntian ginjal dapat terpicu untuk alasan pembersihan ginjal ,
untuk singkatnya, untuk mengatur keseimbangan cairan. Karena itu, stadium AKI
berdasarkan dari langsungnya dari membuat keputusan dibandingkan dengan fungsi
ginjal.
Pediatric AKI
Pengukuran fungsi ginjal pada anak-anak dengan AKI.
Setelah 2 tahun, Setelah usia dua tahun, perkembangan dari ginjal
menghasilkan GFR yang sama dengan orang dewasa, ketika disesuaikan untuk luas
permukaan tubuh.117,118 , pengunaan formula Schwartz yang dahulu 119.120 untuk
menestimasi GFR pada anak sudah tidak digunakan.121 Schwartz et al.118,122 telah
melakukan pembaharuan versi terhadap persamaan eGFR mereka untuk anak dengan
CKD (berusia 1-16 tahun), menggunakan isotop-pengenceran spektrometri massa
untuk pelacakan pengujian kadar logam kreatinin. 'Persamaan Bedside Schwartz'
telah divalidasi di populasi non-CKD. 123 Contoh penggunaannya dapat dilihat pada
Tabel 4.
Pengukuran kreatinin dengan metodologi yang berbeda memerlukan metode-
spesifikasi yang memiliki jarak referensi umur yang terstandarisasi pada anak.
Kekurangan yang spesifik pada metode dasar Jaffe terdapat pada rendahnya nilai
kreatinin yang ditemui pada anak. Untuk alasan ini, banyak laboratorium
menggunakan tes enzimatik untuk populasi neonatal dan anak.
Pengunaan uji isotope-dilution mass spectrometry-calibrated enzymatic
creatinine untuk semua pasien pediatric sebaiknya dapat mengunakan jarak referensi
yang memiliki umur yang terstandarisasi dan terharmonisasi.124 Kami meminta
organisasi “Clinical Chemistry” dan laboratorium untuk bekerja sama dengan dokter
anak dalam hal memperkenalkan jarak referensi yang memiliki umur yang
terstandarisasi. Hal ini akan mempermudah pengenalan tanda AKI untuk anak.
19
Penggunaan eGFR yang diestimasi oleh Schwartz setelah direvisi untuk mendeteksi
AKI pada anak perlu studi lebih lanjut. Studi estimasi GFR pada anak tidak termasuk
neonatus.
AKI : Gangguan Ginjal Akut
Cr : kreatinine
eGFR : perkiraan laju filtrasi glomerulus
GFR : laju filtrasi glomerulus
Length : panjang
Height : tinggi
eGFR dihitung dengan menggunakan revisi atau persamaan “Bedside
Schwartz“, 118.122.123 yang mengatur estimasi GFR untuk standar (dewasa) ukuran
tubuh 1.73m2. Catatan, penurunan eGFR dengan AKI adalah 25% - yaitu, pRIFLE
tahap R, sedangkan peningkatan kreatinin (Cr) adalah 133% - yaitu, kurang dari
peningkatan yang diperlukan dalam Cr harus diklasifikasikan sebagai pRIFLE tahap
R. Dengan demikian, perubahan fungsi ginjal pada tiap anak dapat diklasifikasikan
secara berbeda, jika hanya menggunakan GFR atau kreatinin saja. 125 Ini melekat
dengan penggunaan kedua perubahan kreatinin dan GFR dengan definisi yang sama
(yang adalah, dalam RIFLE atau pRIFLE).20
AKI : Gangguan Ginjal Akut
Cr : kreatinine
eGFR : perkiraan laju filtrasi glomerulus
GFR : laju filtrasi glomerulus
Length : panjang
Height : tinggi
Definisi pRIFLE AKI pada anak-anak.
Pediatric AKI merupakan masalah utama bagi anak dalam perawatan kritis.
Modifikasi pediatrik untuk kriteria RIFLE (pRIFLE) 126 dikembangkan mengunakan
formula Schwartz yang orisinil untuk menghitung eGFR atau estimated creatinine
clearance. Panduan KDIGO merujuk kriteria pRIFLE untuk definisi AKI pada anak-
anak, dan kemudian menjadi yang digunakan untuk anak-anak berumur diatas 1
bulan. Penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum pRIFLE dapat direkomendasikan
untuk neonatus.
21
Kriteria pRIFLE kemudian dikonfirmasi memiliki nilai. Kriteria ini membagi
stadium AKI berdasarkan penurunan eGFR, kenaikan kreatinin, atau penurunan urine
output (table 5).
Zapitelli et al.128 menemukan bahwa penggunaan perubahan eGFR, dengan
formula Schwartz orisinil, menghasilkan prevalensi diagnosis AKI yang lebih tinggi,
dibandingkan menggunakan perubahan kreatinin pada pasien anak di rawat inap.
Perubahan eGFR dapat mengakibatkan staging yang berbeda dibandingkan dengan
peningkatan kreatinin pada pasien yang sama (Tabel 4). Definisi ini memerlukan
perbandingan dengan pengukuran eGFR pada 3 bulan sebelumnya.126 Bila tidak ada 22
hasil kreatinin yang tersedia dalam jangka waktu tersebut, diasumsikan sebelumnya
GFR normal yaitu 100 ml/menit per 1.73m2 dan menggunakan tinggi pasien.
Kemungkinan seorang anak mendapatkan AKI dan memiliki CKD yang tidak
terdiagnosa sangatlah rendah (tidak seperti orang dewasa), dengan mengasumsikan
eGFR sebelumnya normal.
Schneider et al.41 mengunakan klasifikasi RIFLE berdasarkan serum kreatinin
saja dan ditemukan bahwa klasifikasi ini valid untuk populasi ICU pediatrik.
Penggunaan serum kreatinin, dan bukan eGFR, memiliki satu keuntungan: diperlukan
pengukuran tinggi badan yang akurat untuk menghitung eGFR menggunakan rumus
Schwartz, dan ini sulit pada penyakit, pasien yang menggunakan ventilasi. Terdapat
beberapa studi yang telah dipublikasi mengunakan pRIFLE dan ditemukan variasi
pada kejadian AKI129 dan metodologi definisi AKI128 yang dilaporkan. Namun
demikian, studi menunjukkan korelasi antara hasil yang didapat dan peningkatan AKI
severe (di atas). Studi mengenai automated electronic intervention atau intervensi
elektronik terautomatisasi untuk mengurangi paparan terhadap nephrotoxin,
dikombinasikan dengan pRIFLE untuk mendeteksi AKI, menunjukan bahwa AKI
dapat dikurangi pada anak yang penyakitnya tidak kritis.130
Biomarker-ketika kita dalam praktek?
Isu perihal biomarker tidak termasuk dalam lingkup panduan NICE yang terkini.2
Biomarker AKI secara luas dibagi menjadi biomarker fungsional atau struktural
(menandakan cedera atau kerusakan).131-134 Ada banyak harapan bahwa mereka akan
dimasukkan ke dalam kriteria AKI seperti praktek klinis yang rutin. Namun, beberapa
derajat penyebab itu sudah terjamin.135 Penghalang terdapat dalam aplikasi rutin dari
biomarker secara luas,44,136-138 termaksud:
- performa yang lebih rendah ketika waktu kerusakan pada ginjal tidak
diketahui137
- berkurangnya performa bila terdapat komorbid umum yang dapat membuat
binggung, terutama CKD dan sepsis139-143
23
- tidak dapat secara terpercaya mendeteksi AKI pada level individual, terutama
dengan keberadaan kausa heterogen, CKD, dan komorbid.139,141,142,144
- inabilitas biomarker untuk menentukan etiologi spesifik dari AKI.134
Disarankan bahwa AKI seharusnya disebut sebagai ‘Serangan Ginjal’145,
seperti serangan jantung. ‘troponin ginjal’ digunakan untuk deteksi AKI secara dini,
sama seperti dalam penggunaan troponin jantung dalam mendeteksi infark miokard.
Sayangnya, analogi antara kedua kondisi dipisahkan ketika terdapat intervensi yang
dipertimbangkan. Infark miokard memiliki terapi spesifik. Bahkan jika biomarker
yang dapat diandalkan menunjukkan AKI yang awal, saat ini tidak ada terapi khusus
untuk iskemik atau luka septis tubular. Ada pertentangan mengenai kemampuan
biomarker untuk meningkatkan nilai prediktif pada faktor klinis.136,146-149 Sebuah
penelitian besar terhadap biomarker seiring berjalannya waktu pada saat bedah
jantung ditemukan sedikit peningkatan dalam kekuatan prediktif untuk hasil dalam
penggunaan.147 Sebuah studi dari dua biomarker urin dalam siklus sel menunjukan
peningkatan secara moderat dalam prediksi perkembangan stadium 2 atau 3 AKI.149
Sebuah studi lain menemukan kemampuan yang terbatas untuk membedakan antara
kasus AKI dan kontrol dalam perawatan intensif.150 Biomarker baru butuh untuk
mendemonstrasikan ‘nilai tambah’, diatas penanganan pasien yang optimal dan
pengunaan penanda AKI tradisional.
Di masa depan, deteksi dini AKI dengan biomarker(s) memungkinkan pendekatan
yang ditargetkan untuk penggunaan perihal terapi.
24
KESIMPULAN
Definisi AKI secara universal merupakan hal penting untuk identifikasi dan
menajemen. Pengertian ini penting untuk pencegahan dan penelitian terapi terapetik
dalam praktik untuk kondisi seperti ini, yang umumnya pada masyarakat tua.
Definisi terbaru dari AKI telah mengalami revolusi terhadap penelitian dan
klinikal praktis secara rutin. Kami merekomendasikan modifikasi untuk kedepannya
berdasarkan evaluasi.
Sekarang Penelitian perlu diperpanjang untuk mengevaluasi penerapan praktis
mereka dalam pengaturan klinis yang beragam dan kinerja operasional mereka di
studi prospektif pada intervensi klinis AKI. Definisi sekarang harus berkembang atas
dasar bukti, bukan pendapat atau konsensus.2 Tingginya angka AKI pada kesehatan
individu dan sistem kesehatan menyatakan bahwa bidang ini harus menjadi prioritas
untuk penelitian kesehatan.
PENYINGKAPAN
Pandangan-pandangan dalam publikasi ini berasal dari para penulis dan belum
tentu orang-orang dari Institute. Dr Ostermann telah menerima honor pembicara dari
Fresenius, Gilead, dan Alere dan telah mengambil bagian dalam pertemuan
pendidikan disponsori oleh Fresenius. Semua penulis lain menyatakan tidak memiliki
kepentingan bersaing.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pekerjaan ini dilakukan oleh anggota kelompok pengembangan Pedoman
AKI, dari Pusat panduan klinis kesehatan, yang menerima dana dari Institut Nasional
untuk Kesehatan dan Perawatan yang bermutu.
25
26