75
TINGKAT KECUKUPAN GIZI KARYAWAN DAN PENYELENGGARAAN MAKANAN DI PANGANSARI UTAMA CATERING TAMBANG SENAKIN, KALIMANTAN SELATAN EMILLIA RAHMARIZA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

TINGKAT KECUKUPAN GIZI KARYAWAN DAN … · contoh dilakukan dengan menggunakan . purposive sampling ... Data primer meliputi data penyelenggaraan makanan, higiene dan sanitasi, praktik

Embed Size (px)

Citation preview

TINGKAT KECUKUPAN GIZI KARYAWAN DAN PENYELENGGARAAN MAKANAN DI PANGANSARI UTAMA CATERING TAMBANG SENAKIN, KALIMANTAN SELATAN

EMILLIA RAHMARIZA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

ABSTRACT

Emillia Rahmariza. Nutritional adequacy of workers and food service management in Pangansari Utama Catering at Senakin Mine, South Kalimantan. Under the guidance of DODIK BRIAWAN and TIURMA SINAGA.

The objective of this study was to determine the nutritional adequacy of workers and food service management of Pangansari Utama Catering at Senakin Mine, South Kalimantan. The study was conducted from April-May 2011 using cross sectional study design. The food service management consists of input, proses, and output. The Input food service management consists of food service workers, budget, physical fasilities and cooking utensils. The result of this study identified that workers in food service management were 36. The budget for food service management are $ US 11/day/person derived from PT Arutmin Indonesia which is part of the workers wage. Physical facilities in the catering that are not available are the food receiving room and changing room for labours. The food service management process consist of menu planning, implementing, recording and reporting. Pangansari Utama Catering at Senakin mine had ministry regulation number 715/Menkes/SK/V/2003. The average of energy and protein availabilty for 7 days are 2612 kcal and 85.3 g, respectively. Energy requirements of consumers were 2455±253 kcal and the average consumption was 1603±179 kcal. Samples which had deficit energy adequacy were 98.4% and 75.8% normal for protein adequacy. Key words: food service management, nutritional adequacy, food consumption

RINGKASAN

EMILLIA RAHMARIZA.Tingkat Kecukupan Gizi Karyawan dan Penyelenggaraan Makanan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin, Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh Dodik Briawan dan Tiurma Sinaga.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kecukupan gizi karyawan dan penyelenggaraan makanan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin, Kalimantan Selatan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi input penyelenggaraan makanan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin; (2) mengidentifikasi proses penyelenggaraan makanan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin; (3) menilai higiene dan sanitasi penyelenggaran makanan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin; (4) mengetahui ketersediaan energi dan protein makanan yang disediakan oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin; (5) menganalisis tingkat kecukupan energi dan protein karyawan; (6) menganalisis daya terima makanan.

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study yang dilakukan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Mei 2011.

Contoh dalam penelitian ini adalah karyawan PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin. Contoh yang diambil berjumlah 62 orang. Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan purposive sampling.

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer meliputi data penyelenggaraan makanan, higiene dan sanitasi, praktik higiene dan sanitasi pekerja penyelenggaraan makanan, karakteristik contoh, banyaknya makanan per porsi yang disajikan, dan daya terima contoh terhadap makanan yang disajikan. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16.0 for Windows.

Penyelenggaraan makanan di pangansari Utama Catering Tambang Senakin terdiri dari input, proses, dan output penyelenggaraan makanan. Input penyelenggaraan terdiri atas tenaga kerja penyelenggaraan makanan, anggaran dana, sarana fisik, dan peralatan. Pekerja penyelenggaraan makanan berjumlah 36 orang untuk menyediakan 199 porsi/hari dengan jumlah pekerja laki-laki 78% dan perempuan 22%. Persentase pekerja pada kelompok usia 19-29 tahun adalah 39%, 30-49 tahun adalah 39%, dan 50-64 tahun adalah 22%. Sebagian besar pekerja (94%) memiliki latar belakang pendidikan SMA. Biaya makan per orang per hari untuk tiga kali makan adalah US $11. Biaya ini adalah berasal dari PT Arutmin Indonesia. Sarana fisik yang belum tersedia adalah ruang penerimaan barang dan ruang ganti pakaian untuk tenaga kerja. peralatan penyelenggaraan makanan yang digunakan oleh pangansari utama catering tambang senakin telah memadai.

Proses penyelenggaraan makanan terdiri atas perencanaan menu, pelaksanaan, pencatatan, dan pelaporan. Siklus menu yang dipakai oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin adalah 14 hari. Perencanaan menu dilakukan bersama-sama oleh koki, supervisor, dan staf administrasi PT. Thiees (kontraktor Arutmin).

Pembelian bahan pangan melalui leveransir dan pembelian langsung. Sistem penerimaan bahan pangan yang dilakukan menggunakan sistem konvesional. Alat/fasilitas penyimpanan yang dimiliki adalah penyimpanan kering (250C), chill room (80C), dan cold room (-50C). Persiapan bahan pangan yang

dilakukan meliputi pencucian, pengadukan, perebusan, pemotongan, dan pengupasan bahan pangan.

Pengolahan bahan pangan dilakukan pada pukul 02.00-04.00 WITA untuk makan pagi, pukul 06.00-08.00 WITA untuk makan siang, dan pukul 15.00-17.00 WITA untuk makan malam. Waktu penyajian makanan adalah pukul 04.00 WITA untuk makan pagi, pukul 11.00 WITA untuk makan siang, dan pukul 17.00 WITA untuk makan malam. Pencatatan dan pelaporan pada Pangansari Utama. Catering Tambang Senakin terbagi atas pencatatan dan pelaporan harian, pencatatan dan pelaporan bulanan, pencatatan dan pelaporan tahunan.

Penilaian terhadap higiene dan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 715/Menkes/SK/V/2003. Skor penilaian yang didapat adalah 85. Total skor sebesar 85 berada dalam kisaran skor 83-92. Persentase rata-rata pekerja yang menerapkan prinsip higiene personal adalah 91.8%.

Output penyelenggaraan makanan adalah ketersediaan energi dan protein. Rata-rata ketersediaan energi dan protein selama tujuh hari adalah 2612 kkal dan 85.3 g. Rata-rata konsumsi energi dan protein adalah 1603±179 kkal/hari dan 58.3±8.4 g/hari.

Hampir separuh contoh (44%) berada pada usia dewasa madya. Lebih dari separuh contoh (63%) memiliki tingkat aktivitas fisik dengan kategori sedang.

Konsumsi pangan contoh merupakan konsumsi pada hari kerja dengan rata-rata konsumsi sebesar 1603±179 kkal. Padahal, rata-rata kecukupan energi contoh berdasarkan Depkes 2009 yaitu 2455±253 kkal. Sementara itu, rata-rata tingkat kecukupan energi contoh sebesar 65.9±9.5% sehingga termasuk kategori defisit tingkat berat dan rata-rata tingkat kecukupan protein contoh sebesar 97.7±13.9% sehingga termasuk kategori normal.

Sebagian besar contoh menyatakan cukup untuk porsi nasi (100%), sayur (68%), dan buah (69%). Sebagian besar contoh menyatakan terlalu kecil untuk porsi lauk hewani (98%) dan lauk nabati (60%). Sebagian besar contoh menyatakan tidak suka untuk kategori tekstur (60%), bentuk (55%), dan penyajian makanan (73%) sedangkan untuk kategori warna sebagian besar contoh menyatakan suka (53%).

Keseluruhan contoh (100%) menyatakan suka untuk kategori kerenyahan. Sebagian besar contoh menyatakan suka untuk kategori aroma (98%), bumbu (97%), keempukan (97%), dan tingkat kematangan (94%) sedangkan untuk kategori suhu sebagian besar contoh menyatakan tidak sesuai (71%).

Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa konsumsi energi dan protein contoh tidak mempunyai hubungan yang signifikan (p>0.05) terhadap kecukupan energi dan protein. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan negatif antara aktivitas fisik dengan tingkat kecukupan energi (p<0.05, r= -0.34).

TINGKAT KECUKUPAN GIZI KARYAWAN DAN PENYELENGGARAAN MAKANAN DI PANGANSARI UTAMA CATERING TAMBANG SENAKIN, KALIMANTAN SELATAN

EMILLIA RAHMARIZA

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Kecukupan Gizi Karyawan dan Penyelenggaraan makanan

di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin, Kalimantan

Selatan

Nama : Emillia Rahmariza

NIM : I14070083

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN NIP. 19660701 199002 1 001

Dosen Pembimbing II

Tiurma Sinaga, B. Sc, MFSA NIP. 19610521 198312 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Tingkat Kecukupan Gizi Karyawan dan Penyelenggaraan Makanan di

Pangansari Utama Catering Tambang Senakin, Kalimantan Selatan”. Tak lupa

shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi teladan

bagi kita semua. Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN dan Tiurma Sinaga, B. Sc, MFSA yang telah

banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing

penulis dalam penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi.

2. dr. Mira Dewi, S. Ked, MSi selaku dosen pemandu seminar atas segala

masukan yang telah diberikan.

3. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes selaku dosen penguji skripsi atas saran dan

perbaikan untuk skripsi ini.

4. Pihak PT. Arutmin Indonesia Tambang Senakin dan Pangansari Utama

Catering Tambang Senakin yang telah memberikan izin penelitian,

kerjasama, dan bantuannya.

5. Mama, Papa, dan Adikku tercinta, serta seluruh keluarga besar penulis yang

senantiasa memberikan doa, dukungan, dan nasehat.

6. Spesial untuk Ade Febrian dan sahabat yang selalu ada dalam suka dan

duka (Jenny Y, Rina A, Novi E, Purnawati HR, Inayah N, Nuraini E, Cantika

Z, Aomi H) atas doa, semangat, dan kepeduliannya selama penyusunan

skripsi ini.

7. Teman selama penelitian di Senakin (Rahmawati), teman pembahas

seminar, teman seperjuangan (Luminaire), teman satu kelompok Internship

Dietetik, teman KKP atas saran, bantuan dan dukungannya kepada penulis.

8. Seluruh pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak

langsung, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah membalas segala kebaikan dengan pahala dan kebaikan

yang lebih besar dan semoga skrispsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang memerlukan.

Bogor, Januari 2012

Emillia Rahmariza

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 April 1989 di Padang, Sumatera Barat.

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Masru

Rizal dan Ibu Marhamah Rasul. Pendidikan pertama penulis adalah TKN

Pembina (1994-1995). Selanjutnya penulis meneruskan pendidikannya di SD

Baiturrahmah I (1995-2001), SMPN 2 Padang (2001-2004), dan SMA Semen

Padang (2004-2007).

Tahun 2007, penulis diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPB (USMI IPB). Tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di

Desa Sebuli, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pada tahun 2011,

penulis melaksanakan Internship Dietetik di RS Islam Jakarta Pondok Kopi.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi

kemahasiswaan, diantaranya yaitu: Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) (2008-

2009), Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia (ILMAGI (2008-2011), dan

Omda Himpunan Mahasiswa Padang dan Pariaman (HIMAPD) (2007-sekarang).

Penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan, seperti Aksi Bersih

Kampus (2007), Corporate Social Responsibility (CSR) (2008), Indonesian

Ecology Expo (Index) (2008), Masa Perkenalan Fakultas (MPF) dan Masa

Perkenalan Departemen (MPD) (2009), Nutrition Fair (2009), Olimpiade

Mahasiswa IPB (OMI) (2010), dan Seminar Gizi Nasional (Senzational) (2010).

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .......................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... v

PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

Latar Belakang .............................................................................................. 1 Tujuan ........................................................................................................... 2 Kegunaan ..................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4

Penyelenggaraan Makanan .......................................................................... 4 Input Penyelenggaraan Makanan ................................................................. 5

Tenaga Kerja ............................................................................................ 5 Sarana Fisik dan Peralatan ...................................................................... 6

Proses Penyelenggaraan Makanan .............................................................. 8 Perencanaan Menu .................................................................................. 8 Perencanaan Bahan Pangan.................................................................... 9 Pengadaan dan Pembelanjaan Bahan Pangan ...................................... 10 Penerimaan Bahan Pangan.................................................................... 11 Penyimpanan Bahan Pangan ................................................................. 11 Persiapan Bahan Pangan ....................................................................... 11 Pengolahan Bahan Pangan .................................................................... 11 Pendistribusian Makanan ....................................................................... 12 Higiene dan Sanitasi .............................................................................. 13

Output Penyelenggaraan Makanan ............................................................. 13 Tingkat Kecukupan Energi dan Protein ....................................................... 14

Energi ..................................................................................................... 15 Protein .................................................................................................... 16

Daya Terima ............................................................................................... 17

KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................................. 19

METODE PENELITIAN...................................................................................... 21

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ....................................................... 21 Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh ....................................................... 21 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ 21 Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... 23 Definisi Operasional .................................................................................... 26

HASIL PEMBAHASAN....................................................................................... 28

Input Penyelenggaraan Makanan ............................................................... 28 Pekerja Penyelenggaraan Makanan ....................................................... 28 Anggaran Dana ...................................................................................... 28 Sarana Fisik dan Peralatan .................................................................... 29

Proses Penyelenggaraan Makanan ............................................................ 30 Perencanaan Menu ................................................................................ 30

ii

Pelaksanaan .......................................................................................... 30 Pencatatan dan Pelaporan ..................................................................... 32

Higiene dan Sanitasi Pangansari Utama Catering Tambang Senakin ......... 32 Lokasi, Bangunan, dan Fasilitas ............................................................. 32 Fasilitas Sanitasi .................................................................................... 34 Ruangan Pengolahan Makanan ............................................................. 35 Bahan Pangan ....................................................................................... 35 Penyimpanan Bahan Makanan ............................................................... 35

Personal Higiene Sanitasi ........................................................................... 36 Output Penyelenggaraan Makanan ............................................................. 36

Ketersediaan Energi dan Protein ............................................................ 36 Karakteristik Contoh .................................................................................... 38

Usia ........................................................................................................ 38 Aktivitas Fisik ......................................................................................... 39

Konsumsi Energi dan Protein ...................................................................... 40 Tingkat Kecukupan Energi dan Protein ....................................................... 40 Daya Terima Makanan ................................................................................ 42 Hubungan Antar Variabel ............................................................................ 44

Hubungan Konsumsi terhadap Kecukupan Energi dan Protein .............. 44 Hubungan Aktifitas Fisik terhadap Tingkat Kecukupan Energi ................ 44

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 46

Kesimpulan ................................................................................................. 46 Saran .......................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48

LAMPIRAN ........................................................................................................ 50

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perkiraan presentase luas area dalam food production ............................ 12

2 Jenis dan cara pengumpulan data ............................................................ 22

3 Kecukupan gizi per hari bagi pekerja menurut umur, jenis kelamin,

dan aktivitas fisik ...................................................................................... 24

4 Sebaran karakteristik pekerja Pangansari Utama Catering Tambang

Senakin .................................................................................................... 28

5 Suhu penyimpanan bahan makanan di Pangansari Utama Catering

Tambang Senakin .................................................................................... 35

6 Persentase pekerja Pangansari Utama Catering Tambang Senakin

yang menerapkan higiene personal .......................................................... 36

7 Ketersediaan makanan yang disediakan oleh Pangansari Utama

Catering Tambang Senakin ...................................................................... 37

8 Pengamatan terhadap menu selama tujuh hari ......................................... 38

9 Kecukupan, konsumsi, dan tingkat kecukupan energi dan protein

contoh....................................................................................................... 40

10 Rata-rata konsumsi energi dan protein contoh per hari ............................. 40

11 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi .................................. 41

12 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan protein ................................. 41

13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan aktivitas

fisik ........................................................................................................... 45

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian .................................................................. 20

2 Sebaran contoh menurut usia ................................................................... 39

3 Sebaran contoh menurut aktivitas fisik...................................................... 39

4 Sebaran contoh berdasarkan porsi makanan............................................ 42

5 Sebaran contoh berdasarkan tekstur, warna, bentuk, dan penyajian

makanan ................................................................................................... 43

6 Sebaran contoh berdasarkan kerenyahan, aroma, bumbu,

keempukan, dan tingkat kematangan makanan ........................................ 43

7 Sebaran contoh terhadap suhu makanan ................................................. 44

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kuesioner Penelitian ................................................................................. 50

2 Denah ruang makan ................................................................................. 55

3 Denah dapur ............................................................................................. 56

4 Peralatan dan perlengkapan penyelenggaraan makanan ......................... 57

5 Siklus menu 14 hari .................................................................................. 58

6 Hasil penerapan sanitasi jasa boga .......................................................... 59

7 Dokumentasi............................................................................................. 61

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Tujuan

utama konsumsi pangan tidak hanya untuk mengatasi rasa lapar tetapi juga

untuk pemenuhan kebutuhan zat gizi demi menjaga kesehatan tubuh. Pangan

yang baik dapat memenuhi syarat kesehatan yang merupakan salah satu unsur

untuk mencapai tingkat kesehatan masyarakat yang optimal seperti yang telah

digariskan dalam pembangunan nasional.

Angkatan kerja Indonesia jumlahnya cukup besar dan memerlukan

pembinaan baik dalam aspek kesehatan maupun aspek lain. Investasi sumber

daya manusia (SDM) pada pekerja berkaitan dengan kesehatan dan faktor-faktor

yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Blum (1974) diacu dalam

Notoatmodjo (2007) menggambarkan status kesehatan baik individu maupun

masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu faktor keturunan,

pelayanan kesehatan, perilaku, dan lingkungan (fisik, biologis, dan

kemasyarakatan). Keempat faktor tersebut dalam mempengaruhi kesehatan

tidak berdiri sendiri, tetapi saling mempengaruhi satu sama lain.

Selain status kesehatan, keadaan gizi yang baik juga memegang peranan

penting untuk mempengaruhi ketahanan fisik dalam melakukan pekerjaan

(Musbyarini 2009). Menurut Notoatmodjo (2007), untuk mencapai kesehatan

yang optimal diperlukan makanan yang bukan sekedar makanan, tetapi makanan

yang mengandung zat-zat gizi yang dapat memelihara dan meningkatkan

kesehatan.

Masalah gizi pada pekerja merupakan akibat langsung dari kurang atau

berlebihnya asupan makanan yang tidak sesuai dengan beban kerja atau jenis

pekerjaannya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang kurang gizi

meskipun masih dalam taraf ringan dapat menyebabkan terganggu konsentrasi

kerjanya sehingga mudah mendapat kecelakaan. Perbaikan dan peningkatan gizi

mempunyai makna yang sangat penting dalam upaya mencegah terjadinya

penyakit, menurunkan angka absensi, serta meningkatkan produktivitas kerja

(Depkes 2009).

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah produktivitas

tenaga kerja yang rendah adalah dengan meningkatkan gizi tenaga kerja.

Menurut Santoso (2004) gizi kerja adalah gizi yang dibutuhkan oleh tenaga kerja

untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan pekerjaannya. Tujuannya adalah

2

agar tingkat kesehatan dan kapasitas kerja serta produktivitas kerja dapat

optimal. Gizi kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas kerja.

Penerapan gizi kerja di institusi/perusahaan dapat dilakukan sekaligus

dipantau dari segi ada atau tidaknya kantin (ruang makan) di

institusi/perusahaan, kualitas penyelenggaraan makanan bagi tenaga kerja, serta

ada/tidaknya usaha peningkatan penyelenggaraan makan diinstitusi/perusahaan.

Makanan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja adalah makanan yang mengandung

semua zat gizi dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan. Kualitas dan

kuantitas makanan tenaga kerja sangat erat hubungannya dengan keadaan gizi,

ketahanan fisik, dan produktivitas.

Penyelenggaraan makanan di perusahaan selama ini masih menghadapi

masalah khususnya di perusahaan melayani karyawan dalam jumlah banyak

antara lain menu yang tersedia untuk karyawan tidak sesuai dengan kecukupan,

makanan kurang bervariasi, pekerja yang tidak memiliki pendidikan khusus

dibidang penyelenggaraan makanan, dan sanitasi yang kurang baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai kecukupan gizi karyawan dan penyelenggaraan makanan di

Pangansari Utama Catering Tambang Senakin.

Tujuan

Tujuan umum :

Tujuan umum penelitian ini adalah mengkaji tingkat kecukupan gizi

karyawan dan penyelenggaraan makan di Pangansari Utama Tambang Senakin,

Kalimantan Selatan.

Tujuan khusus :

1. Mengidentifikasi input penyelenggaraan makanan di Pangansari Utama

Catering Tambang Senakin.

2. Mengidentifikasi proses penyelenggaraan makanan di Pangansari Utama

Catering Tambang Senakin.

3. Menilai higiene dan sanitasi penyelenggaraan makanan di Pangansari

Utama Catering Tambang Senakin.

4. Mengetahui ketersediaan energi dan protein makanan yang disediakan

oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin.

5. Menganalisis tingkat kecukupan energi dan protein karyawan.

6. Menganalisis daya terima makanan karyawan.

3

Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tingkat

kecukupan gizi karyawan dan penyelenggaraan makan di Pangansari Utama

Catering Tambang Senakin. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi

pertimbangan lebih lanjut bagi PT. Arutmin Indonesia Tambang Senakin untuk

meningkatkan dan memperbaiki penyelenggaraan makanan bagi karyawan.

TINJAUAN PUSTAKA

Penyelenggaraan Makanan

Penyelenggaraan makanan adalah sebuah ilmu dan seni perencanaan,

persiapan, pemasakan, dan pelayanan yang berkualitas sesuai kebutuhan. Jika

dilihat sebuah sistem, penyelenggaraan makanan adalah penggabungan dari

beberapa komponen/bagian yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan.

Palacio dan Theis (2009) mengungkapkan bahwa tujuan utama

penyelenggaraan makanan adalah untuk menyajikan makanan agar

konsumen/klien merasa puas. Sedangkan menurut Moehyi (1992)

penyelenggaraan makanan institusi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan makanan dilakukan oleh instutusi itu sendiri dan tidak

bertujuan untuk mencari keuntungan.

2. Dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan makanan sudah ditetapkan

jumlahnya sehingga penyelenggaraan harus menyesuaikan pelaksanaannya

dengan dana yang tersedia.

3. Makanan diolah dan dimasak di dapur yang berada di lingkungan tempat

institusi itu berada. Hidangan makanan yang disajikan diatur dengan

menggunakan menu induk (master menu) dengan siklus mingguan atau

sepuluh-harian.

4. Hidangan makanan yang disajikan tidak banyak berbeda dengan hidangan

yang biasa disajikan di lingkungan keluarga.

Pada dasarnya penyelenggaraan makanan institusi terdiri atas dua

macam yaitu penyelenggaraan makanan institusi yang berorientasi pada

keuntungan (bersifat komersial) dan penyelenggaraan makanan institusi yang

berorientasi palayanan (bersifat non komersil). Pada penyelenggaraan makanan

yang berorientasi pada keuntungan, dilaksanakan untuk mendapatkan

keuntungan yang sebesar-besarnya. Bentuk usaha ini seperti restaurant, snack,

bar, cafetaria, catering. Usaha penyelenggaraan makanan ini tergantung pada

bagaimana menarik konsumen sebanyak-banyaknya dan manajemennya harus

bisa bersaing dengan institusi yang lain.

Sedangkan penyelenggaraan makanan non komersil dilakukan oleh suatu

institusi baik dikelola pemerintah, badan swasta ataupun yayasan sosial yang

tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Bentuk penyelenggaraan ini biasanya

berada di dalam suatu tempat yaitu asrama, panti asuhan, rumah sakit,

perusahaan, lembaga kemasyarakatan, sekolah dan lain-lain. Frekuensi makan

5

dalam penyelenggaraan makanan yang bersifat non komersil ini 2-3 kali dengan

atau tanpa selingan (Moehyi 1992).

Input Penyelenggaraan Makanan

Tenaga Kerja

Menurut Moehyi (1992) jenis tenaga kerja yang diperlukan dalam

penyelenggaraan makanan baik komersial maupun non komersial pada

umumnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok tenaga kerja yaitu:

1. Kelompok tenaga pengelola

Kelompok tenaga ini bertanggung jawab dalam penyusunan menu,

standardisasi kualitas, dan cita rasa makanan yang dihasilkan, serta

efisiensi penggunaan dana dan daya yang tersedia sehingga biaya

penyelenggaraan makanan dapat ditekan serendah mungkin tanpa

mengurangi mutu dan cita rasa makanan.

2. Kelompok tenaga pelaksana

Kelompok ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan produksi makanan

dan distribusi makanan kepada konsumen. Jenis tenaga dalam kelompok

ini adalah mereka yang yang mempunyai keahlian dalam kegiatan masak-

memasak (boga), selain telah mengikuti pendidikan formal dalam

kebogaan juga cukup mempunyai pengalaman dalam masak-memasak

untuk kelompok.

3. Kelompok tenaga pebantu pelaksana

Kelompok tenaga pembantu pelaksana penyelenggaraan makanan

adalah mereka yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan makanan

tetapi tidak mempunyai tanggung jawab khusus. Umumnya mereka hanya

membantu tenaga pelaksana untuk menyelesaikan tugasnya seperti

membersihkan bahan makanan, memotong, mengiris, atau membantu

pekerjaan memasak lainnya termasuk membersihkan peralatan.

Penyelenggaraan makanan (gizi kuliner) masal perlu dikelola oleh suatu

organisasi yang dipimpin atau dikepalai oleh seorang ahli atau orang yang

berpengalaman dalam bidang penyelenggaraan makanan. Penyelenggaraan gizi

kuliner dalam jumlah banyak seperti rumah sakit, hotel, asrama, dan sejenisnya

perlu ada organisasi pengelola yang terdiri atas ketua, pengurus, dan anggota.

Ketua atau pimpinan mempunyai pengetahuan manajemen penyelenggaraan

makanan yang meliputi pengetahuan gizi dasar, pengetahuan tentang

6

pengadaan bahan pangan termasuk penyimpanan, pengolahan, penghidangan,

evaluasi, dan pelaporan (Tarwotjo 1998).

Anggaran Dana

Biaya yang tersedia untuk penyelenggaraan makanan harus

diperhitungkan dengan baik. Pada penyelenggaraan makanan institusi biasanya

telah ditetapkan biayanya dalam anggaran biaya tahunan. Makanan yang

disajikan harus sesuai dengan jumlah anggaran yang tersedia (Moehyi 1992).

Pemberian makanan di kantin perusahaan sebaiknya dilakukan dengan

menggunakan kupon-kupon makan yang didapat oleh karyawan sebagai bagian

dari upah atau gaji karyawan. Pembayaran dengan uang tunai sedapat mungkin

dihindari karena ada saat-saat dimana mereka tidak mempunyai uang atau tidak

mampu membeli dalam arti yang tidak mencukupi kebutuhannya (Yuliati dan

Santoso 1995). Menurut Depkes (1991a) dana untuk mengelola makanan tenaga

kerja dapat bersumber dari:

1. Dana sepenuhnya diusahakan oleh pihak perusahaan.

2. Dana dikelola oleh kerjasama pihak perusahaan dan tenaga kerja.

3. Pekerja sepenuhnya dengan fasilitas sarana dan peralatan dari

perusahaan.

4. Dana dikelola oleh pekerja dengan subsidi perusahaan.

Sarana Fisik dan Peralatan

Tempat penyelenggaraan makanan gizi kuliner adalah suatu ruangan

yang digunakan untuk menjalankan semua kegiatan yang berkaitan dengan gizi

kuliner. Kegiatannya dimulai dari perencanaan sampai distribusi atau

menghidangkan makanan yang telah dimasak (Tarwotjo 1998).

Penyediaan makanan bagi masyarakat pekerja mempunyai beberapa

alternatif bagi perusahaan untuk menetapkan prosedur dalam pengadaan sarana

fisik dan peralatan penyelenggaraan makanan:

1. Perusahaan menyediakan sarana fisik dan peralatan dalam pengolahan

makanan seperti dapur, peralatan dan perlengkapannya, dan ruang

makan.

2. Perusahaan menyediakan ruang distribusi makanan, ruang makan, dan

fasilitasnya.

Sebelum menetapkan sarana fisik, peralatan, dan perlengkapan dalam

pengolahan makanan terlebih dahulu perusahaan menetapkan sisitem

pengolahan dan cara pelayanan makanan yang akan dilaksanakan. Faktor

7

tersebut berpengaruh dalam menentukan luas ruangan dan macam peralatan

yang dibutuhkan (Depkes 1991a).

Fungsi dapur pada penyelenggaraan makanan untuk orang banyak

sama dengan fungsi dapur di rumah tangga biasa yaitu tempat untuk

mengadakan makanan berkualitas baik yang akan disajikan tetapi dapur di

institusi harus memiliki persyaratan tertentu mengenai luas, letak, pengaturan

peralatan dan perkakas dapur. Dapur di institusi memegang peranan penting

dalam usaha penyelenggaraan makanan. Oleh sebab itu perlu perencanaan

yang matang mengenai konstruksi sarana fisik, peralatan, dan perlengkapan

dapur guna meningkatkan efisiensi kerja.

Bagian/ruang dapur harus disesuaikan dengan arus kerja dalam

pengolahan dan penyajian makanan. Bagian dapur tersebut adalah ruang

penerimaan bahan makanan, ruang penyimpanan bahan makanan, ruang

persiapan bahan makanan, ruang pengolahan dan distribusi makanan, ruang

pencucian dan penyimpanan alat, ruang fasilitas pegawai, dan ruang pengawas

(Yuliati dan Santoso 1995).

Menurut Depkes (1991a) sarana fisik tempat penyelenggaraan

makanan, khususnya ruang dapur haruslah memenuhi kriteria berikut ini:

1. Dapur mudah dicapai dari semua ruang makan sehingga pelayanan

makanan dapat berjalan lancar.

2. Dapur tidak berhubungan langsung dengan tempat bekerja karena dapat

menimbulkan efek samping yang kurang menguntungkan.

3. Dapur tidak berdekatan dengan tempat sampah.

4. Dapur harus mudah dicapai kendaraan dari luar sehingga memudahkan

pengiriman bahan makanan dari luar.

5. Luas dapur memungkinkan untuk penyaluran dan distribusi bahan

makanan, penyajian, tempat peralatan, dan transportasi ketempat

pembagian makanan.

6. Ventilasi dan cahaya harus baik.

7. Dinding dapur hendaknya dari keramik berwarna yang dapat

memantulkan cahaya.

8. Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, tidak licin, dan tahan asam.

9. Langit-langit sebaiknya dilengkapi dengan perendam suara.

Penyelenggaraan makanan di institusi memerlukan berbagai peralatan

untuk pengolahan dan penyajian makanan. Macam peralatan dapur yang biasa

8

digunakan adalah peralatan untuk persiapan bahan makanan, peralatan untuk

pengolahan bahan makanan, peralatan untuk penyajian makanan, peralatan

untuk mencuci dan menyimpan alat, peralatan untuk membuang kotoran,

peralatan untuk perlindungan pegawai, peralatan untuk keselamatan kerja,

peralatan untuk administrasi dapur. Peralatan dapur khususnya yang

berhubungan langsung dengan bahan makanan biasanya terbuat dari bahan

yang tidak dapat bereaksi dengan bahan makanan (Yuliati dan Santoso 1995).

Proses Penyelenggaraan Makanan

Perencanaan Menu

Kata menu berasal dari bahasa Perancis yang artinya suatu daftar yang

tertulis secara rinci. Tipe menu menurut Palacio dan Theis (2009) yakni Selective

menu; Semiselective menu; Static menu; Single-use menu; dan Cycle menu.

Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun berbagai

hidangan dengan variasi dan komposisi yang serasi seimbang untuk memenuhi

pelaksanaan manajemen pelayanan makanan institusi. Menu disusun untuk

menampilkan daftar makanan dan minuman yang ditawarkan kepada

klien/konsumen (Depkes 1991a). Menurut Moehyi (1992) penyusunan menu

dalam penyelenggaraan makanan institusi dan jasa boga harus memperhatikan

faktor-faktor berikut:

1. Kebutuhan gizi penerima makanan.

2. Kebiasaan makan penerima.

3. Masakan harus bervariasi.

4. Biaya yang tersedia.

5. Iklim dan musim.

6. Peralatan untuk mengolah makanan.

7. Ketentuan-ketentuan lain yang berlaku pada institusi.

Sedangkan menurut Moehyi (1992) menu berarti hidangan makanan yang

disajikan salam suatu acara makan, baik makan siang maupun makan malam.

Namun menu dapat juga disusun untuk lebih dari satu kali makan misalnya untuk

satu hari yang terdiri dari menu makan pagi, makan siang, dan makan malam,

serta makanan selingan jika ada. Dalam penyelenggaraan makanan institusi

menu dapat disusun dalam jangka waktu yang cukup lama misalnya untuk tujuh

hari atau sepuluh hari. Menu yang disusun seperti itu disebut menu induk (master

menu). Menu induk digunakan sebagai patokan dalam penyelenggaraan

makanan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan

9

makanan institusi adalah tersedianya menu yang baik secara kualitas maupun

kuantitas. Oleh sebab itu menu perlu direncanakan dengan baik (Yuliati dan

Santoso 1995).

Salah satu alat yang digunakan dan dapat membantu proses dalam

perencanaan menu adalah siklus menu (Pannell 1985). Siklus menu adalah

perencanaan teliti dari hidangan terpilih yang disusun dalam jumlah hari tertentu

dan dirotasi dalam beberapa minggu. Selama satu putaran/siklus ditetapkan atas

dasar pertimbangan kondisi klien serta kemudahan institusi. Siklus menu yang

panjang menguntungkan klien tetapi perlu persiapan tenaga, waktu, metode

yang lebih akurat bagi institusi. Apabila siklus menu sudah ditetapkan maka

tenaga dan waktu untuk penyediaan makanan sudah dapat diperhitungkan.

Dengan siklus menu maka pembelian dapat dilaksanakan dengan tepat sehingga

ketepatan dalam persiapan dan pemasukan dapat diawasi (Depkes 1991a).

Perencanaan Bahan Pangan

Perencanaan kebutuhan bahan pangan dalam suatu institusi pelayanan

makanan adalah kegiatan untuk menetapkan jumlah, macam/jenis, dan kualitas

bahan makanan yang dibutuhkan untuk kurun waktu tertentu. Salah satu tahap

dari kegiatan ini adalah taksiran kebutuhan bahan pangan yang sangat

diperlukan untuk kegiatan pembelian bahan pangan (Uripi et al 1997).

Perhitungan jumlah kebutuhan bahan pangan berdasarkan jenis bahan

pangan dapat dibuat dalam jangka waktu tertentu dengan memperhitungkan stok

bahan pangan periode waktu sebelumnya. Jangka waktu yang digunakan sesuai

dengan kebutuhan yang diinginkan dan dana yang tersedia (Yuliati dan Santoso

1995).

Menurut Moehyi (1992) untuk dapat menghitung bahan pangan

diperlukan keterangan pembantu seperti resep baku masing-masing jenis

masakan dan porsi baku makanan untuk setiap orang. Resep masakan adalah

suatu formula yang menerangkan secara rinci jenis bahan, jenis bumbu, bahan

penyedap, tata cara mengolah dan memasak suatu masakan sehingga diperoleh

cita rasa yang diinginkan. Patokan porsi makanan dalam makanan Indonesia

belum ada sehingga menyukarkan bagi penyelenggaraan usaha jasa boga

secara profesional terutama dalam penghitungan kebutuhan bahan makanan

bagi penyelenggaraan suatu menu.

Pedoman untuk menetapkan porsi baku makanan Indonesia dapat

digunakan angka kecukupan makanan yang dianjurkan yang disusun oleh

10

Departemen kesehatan untuk digunakan di rumah sakit atau institusi lain.

Kecukupan makanan yang dianjurkan (recommended food allowances = RFA)

disusun berdasarkan kecukupan zat gizi yang dianjurkan (recommended dietary

allowances = RDA) untuk rata-rata orang Indonesia.

Pengadaan dan Pembelanjaan Bahan Pangan

Palacio dan Theis (2009) mendefinisikan pembelanjaan bahan pangan

sebagai suatu proses pembelian atau pengadaan suatu produk pada waktu yang

tepat dengan jumlah, kualitas, dan harga yang sesuai. Ada dua tipe jenis

pembelanjaan bahan pangan, yaitu centralized purchasing (pembelanjaan

terpusat) dan group and corporate purchasing (pembelanjaan kelompok).

Pembelian secara terpusat yang dilakukan oleh departemen pengadaan

bahan pangan yang bertanggung jawab untuk mendapatkan kebutuhan bahan

atau peralatan untuk seluruh unit dalam suatu organisasi, biasa digunakan pada

organisasi besar termasuk universitas, sekolah, rumah makan dengan banyak

cabang, perusahaan, dan rumah sakit. Tipe pembelanjaan kelompok dapat

menguntungkan pembeli untuk meningkatkan volume pembelian sehingga dapat

mengurangi harga.

Menurut Moehyi (1992) pengadaan bahan pangan yang diperlukan dalam

penyelenggaraan makanan institusi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu:

1. Pengadaan bahan pangan yang dilakukan dengan membeli sendiri bahan

makanan yang diperlukan di pasar atau toko-toko. Cara ini mudah dan

praktis tetapi dilakukan apabila jumlah konsumen yang dilayani tidak

banyak (kurang dari 50 orang).

2. Pengadaan bahan pangan melalui pemasok bahan pangan atau

leveransir bahan pangan. Biasanya pengadaan bahan pangan untuk

penyelenggaraan makanan institusi dan rumah sakit sesuai dengan

peraturan yang berlaku yaitu melalui pemasok yang dipilih setelah

diadakan pelelangan atau tender.

Dalam membeli bahan makanan untuk keperluan institusi, banyak faktor

yang harus dipertimbangkan karena bahan pangan yang digunakan merupakan

salah satu faktor yang menentukan harga jual makanan. Petugas yang

bertanggung jawab membeli bahan makanan harus memiliki pengetahuan

tentang cara membeli, pengetahuan tentang pasar, dan pengetahuan tentang

bagaimana bahan pangan tersebut ditangani setelah dibeli (Yuliati dan Santoso

1995).

11

Penerimaan Bahan Pangan

Menurut Yuliati dan Santoso (1995) Penerimaan bahan pangan adalah

menerima bahan pangan yang dipesan serta meneliti jumlah dan kualitas bahan

pangan yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam

kontrak pembelian. Penerimaan bahan pangan mengandung 3 prinsip yaitu:

1. Jumlah bahan pangan yang diterima harus sama dengan jumlah bahan

pangan yang tertulis dalam faktur pembelian dan pada daftar permintaan

institusi.

2. Mutu bahan pangan yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi bahan

pangan yang diminta pada surat kontrak perjanjian jual beli.

3. Harga bahan pangan yang tergantung pada faktur pembelian harus sama

dengan harga bahan pangan yang tercantum pada penawaran bahan

pangan.

Penyimpanan Bahan Pangan

Menurut Depkes (2003c), penyimpanan bahan pangan adalah suatu cara

menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan pangan kering dan basah

baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan pangan kering dan basah serta

pencatatan dan pelaporannya. Tujuannya adalah tersedianya bahan pangan siap

pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan perencanaan.

Persiapan Bahan Pangan

Menurut Yuliati dan Santoso (1995) langkah pertama sebelum proses

pemasakan dimulai adalah mempersiapkan bahan pangan dan bahan-bahan lain

yang diperlukan sesuai dengan menu yang telah direncanakan. Tujuan

persiapan bahan pangan yaitu tersedianya bahan pangan serta bumbu-bumbu

yang sesuai dengan teknik persiapan bahan pangan dan standar resep.

Pengolahan Bahan Pangan

Menurut Depkes (2003c) pengolahan bahan pangan merupakan suatu

kegiatan mengubah (memasak) bahan pangan mentah menjadi makanan yang

siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Tujuan pengolahan

bahan pangan adalah mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan pangan;

meningkatkan nilai cerna; meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa,

keempukan dan penampilan makanan; bebas dari organisme dan zat berbahaya

untuk tubuh.

Pada prinsipnya pengolahan bahan pangan meliputi persiapan dan

pemasakan bahan pangan. Persiapan adalah suatu proses kegiatan dalam

12

rangka menangani bahan pangan dan bumbu sehingga siap atau layak untuk

dilanjutkan dengan kegiatan pemasakan. Proses ini dimulai dari saat dibeli atau

diambil di ruang penyimpanan, kemudian disiangi, dicuci, dipotong, diiris, digiling,

ditumbuk, dibentuk, atau dicetak, dan diberi bumbu-bumbu sampai siap untuk

dimasak. Pemasakan adalah suatu proses perubahan dari bahan pangan

mentah atau makanan setengah jadi menjadi makanan siap dimakan

(Wirakusumah 1991). Fungsi area dan luas yang disarankan dalam proses food

production disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1 Perkiraan presentase luas area dalam food production

Fungsi Area Luas yang disarankan (%)

Penerimaan bahan makanan 5 Penyimpanan bahan makanan 20 Persiapan bahan makanan 14 Pemasakan 18 Tempat pencucian 5 Lalu lintas jalan 16 Tempat sampah 5 Fasilitas pekerja 15 Lain-lain 2

Total 100%

Sumber: Kazarian (1989) diacu dalam Sinaga (1995)

Pendistribusian Makanan

Tugas akhir penyelenggaraan bahan makanan adalah penghidangan atau

pendistribusian makanan pada konsumen. Tahap ini perlu mendapat perhatian

sebaik-baiknya. Bila tahap ini mengecewakan, berarti sia-sialah usaha

penyelenggaraan makanan tersebut (Tarwotdjo 1983).

Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat (1991) ada dua cara yang dapat

digunakan dalam mendistribusikan makanan yaitu:

1. Cara sentralisasi

Makanan langsung dibagikan pada rantang makanan masing-masing

karyawan ataupun dalam kotak makanan. Cara ini membutuhkan peralatan

yang sesuai tetapi pengawas makanan tidak diperlukan lagi ditempat

penyajian makanan, karena makanan dapat langsung diberikan kepada

klien.

2. Desentralisasi

Cara ini berarti penanganan makanan dua kali. Pertama makanan dibagikan

dalam jumlah besar pada alat-alat yang khusus, kemudian dikirim ke ruang

makan yang ada. Kedua, diruang ini makanan disajikan dalam bentuk porsi.

Cara ini membutuhkan tenaga lebih banyak dari cara sentralisasi.

13

Higiene dan Sanitasi

Pengertian sanitasi makanan menurut Dit. Higiene dan Sanitasi Dit. Jen

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular adalah salah satu usaha

pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk

membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat

mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan itu

diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,

penjualan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk

dikonsumsi masyarakat/konsumen (Depkes 2003c).

Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan,

orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat

menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Persyaratan higiene dan

sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk

rumah makan, personal, dan perlengkapannya yang memenuhi persyaratan

bakteorologis, kimia,dan fisik.

Output Penyelenggaraan Makanan

Pangan merupakan istilah umum untuk semua bahan yang dapat

dijadikan makanan, sedangkan makanan adalah bahan selain obat yang

mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat diubah

menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukan ke dalam tubuh

(Almatsier 2006). Jadi makanan yang diperoleh digunakan untuk memenuhi

kebutuhan energi, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air yang berguna untuk

kelangsungan hidup. Konsumsi pangan erat kaitannya dengan masalah gizi dan

kesehatan serta perencanaan produksi pangan. Dalam menghitung jumlah zat

gizi yang dikonsumsi, jenis pangan dan jumlah pangan merupakan hal yang

penting. Banyak cara untuk mengumpulkan data konsumsi pangan. Pemilihan

cara yang akan digunakan sangat ditentukan oleh satuan pengamatan (unit

contoh), waktu, tenaga, dan dana yang tersedia. Secara umum pengumpulan

data konsumsi pangan dapat dilakukan dengan metode penimbangan langsung

dan metode penimbangan tidak langsung (Hardinsyah & Briawan, 1994).

Gizi kerja merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat kesehatan

yang optimal. Masalah perbaikan gizi mempunyai makna yang amat penting

dalam usaha menyehatkan, mencerdaskan dan meningkatkan produktivitas kerja

(Karyadi & Muhilal 1990).

14

Menurut Direktorat Gizi Masyarakat (2000) waktu makan yang memenuhi

kesehatan untuk tenaga kerja adalah :

1. Kecukupan gizi seseorang sehari diperoleh dari makan pagi, siang dan

malam serta makanan selingan yang diberikan diantara dua waktu makan

yaitu pukul 10.00 dan 16.00

3. Makanan selingan diberikan setelah 2-3 jam bekerja, karena kapasitas

kerja akan menurun.

4. Tenaga kerja berada di tempat kerja rata-rata 8 jam sehari, sehingga

kebutuhan energi per orang per hari dipenuhi di rumah dan di tempat

ketja.

5. Biasakan makan pagi karena dapat memelihara ketahanan fisik, dapat

mempertahankan daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan

produktivitas kerja.

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein

Agar hidup sehat dan dapat mempertahankan kesehatannya manusia

memerlukan sejumlah zat gizi. Untuk itu jumlah zat gizi yang diperoleh melalui

konsumsi pangan harus mencukupi kebutuhan tubuh. Sejumlah zat gizi minimal

yang harus dipenuhi dari konsumsi makanan disebut kebutuhan gizi. Kekurangan

atau kelebihan konsumsi gizi dari kebutuhan terutama apabila berlangsung

dalam jangka waktu yang berkesimanbungan dapat membahayakan kesehatan.

Disamping konsep kebutuhan gizi dikenal juga konsep kecukupan gizi.

Kecukupan gizi adalah jumlah masing-masing zat gizi yang sebaiknya dipenuhi

seseorang agar hidup sehat. Kebutuhan dan kecukupan gizi biasanya disusun

untuk kelompok umur dan berat badan tertentu menurut jenis kelamin

(Hardinsyah & Martianto 1989).

Selama ini ada dua cara yang digunakan untuk menaksir kebutuhan

energi melalui penelitian. Pertama diperoleh dengan mengetahui energi yang

digunakan oleh tubuh untuk berbagai aktivitas (internal dan ekternal) dan

kegunaan lainnya bagi tubuh seperti untuk pertumbuhan, pencernaan, dan

metabolisme. Kadang-kadang pengukuran seperti cara pertama tidak tersedia

atau sulit dilakukan maka dapat dilakukan pendekatan dengan cara kedua yaitu

dengan mengetahui jumlah energi dari seseorang yang sehat dan mampu

mempertahankan kesehatannya (Hardinsyah & Martianto 1989).

Protein berguna bagi tubuh sebagai zat pembangun atau pertumbuhan

dan pemeliharaan tubuh seperti pengatur serta mempertahankan daya tahan

15

tubuh terhadap serangan penyakit. Disamping itu juga sebagai sumber energi

dalam keadaan kurang energi dari karbohidrat dan lemak. Karena adanya fungsi

protein yang terakhir ini maka penentuan kecukupan protein dilakukan pada saat

kecukupan energi terpenuhi (Hardinsyah & Martianto 1989).

Penilaian untuk mengetahui tingkat kecukupan zat gizi dilakukan dengan

membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual (nyata) dengan kecukupan gizi

yang dianjurkan. Hasil perhitungan kemudian dinyatakan dalam persen. Secara

umum, tingkat kecukupan dirumuskan sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan

1994):

Tingkat kecukupan zat gizi = Konsumsi zat gizi aktual X 100%

AKG

Angka kecukupan gizi adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial yang

berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan

hampir semua orang sehat. Namun, angka kecukupan ini digunakan untuk

berbagai keperluan yang sifatnya menyangkut populasi seperti merencanakan

dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk

(Almatsier 2006).

Energi

Energi bukanlah zat gizi. Energi merupakan salah satu hasil metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk

metabolisme, pertumbuhan, pengeturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan

energi disimpan sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk

lemak sebagai cadangan jangka panjang (Hardinsyah & Tambunan 2004).

Pangan sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat dan

protein. Pangan sumber energi yang kaya lemak antara lain lemak/gajih dan

minyak, buah berlemak (alpokat), biji berminyak, santan, coklat, kacang-

kacangan dengan kadar air rendah dan aneka pangan produk turunannya.

Pangan sumber energi yang kaya karbohidrat antara lain beras, jagung, oat,

serealia lainnya, umbi-umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar air

rendah (pisang, kurma dan lain-lain) dan aneka produk turunannya. Pangan

sumber energi yang kaya protein antara lain daging, ikan, telur, susu dan aneka

produk turunannya (Hardinsyah & Tambunan 2004).

Tingkat kecukupan energi (TKE) adalah rata-rata tingkat kecukupan

energi dari pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok

umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat) dan tingkat kegiatan fisik agar hidup

16

sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial yang diharapkan.

Angka kecukupan energi untuk kelompok wanita dewasa usia 19-29 tahun, 30-49

tahun, dan 50-64 tahun berturut-turut dalam tabel angka kecukupan gizi 2004

adalah 1900 kkal, 1800 kkal, 1750 kkal per hari (WNPG 2004). Tingkat

kecukupan energi dikategorikan berdasarkan Depkes (1996) menjadi defisit

tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat

ringan (80-89% AKG), normal (90-119% AKG) dan lebih (≥120%).

Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian

terbesar tubuh sesudah air. Protein merupakan molekul makro yang mempunyai

berat molekul antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-

rantai panjang asam amino, yang terikat satu sama lain dalam ikatan

peptida.molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam

hal berat molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang

membentuknya. Terdapat dua puluh jenis asam amino yang diketahui, yang

terdiri dari sembilan asam amino esensial (asam animo yang tidak dapat dibuat

tubuh dan harus didatangkan dari makanan) dan sebelas asam amino

nonesensial (Almatsier 2006).

Menurut WNPG (2004), Angka kecukupan protein (AKP) bagi orang

dewasa didasarkan pada rata-rata kebutuhan protein orang dewasa (yang

berbeda menurut umur dan jenis kelamin) dikalikan dengan berat badan,

ditambah sejumlah safe level (24%) dan dikoreksi dengan mutu (faktor koreksi

mutu 1,2). Tambahan 24% berasal dari nilai coefficient of variation 12% (2 x CV

= 24%). Koreksi mutu protein didasarkan pada kenyataan bahwa pangan hewani

hanya berkontribusi sekitar 4% terhadap total energi, artinya mutu protein

makanan penduduk Indonesia masih rendah, sehingga diasumsikan mutunya

85%, sehingga melahirkan faktor koreksi 1,17 yang dibulatkan menjadi 1,2.

BPS (2006) menyatakan bahwa konsumsi makanan masyarakat

dikatakan memadai jika memenuhi dua kriteria kecukupan, yaitu kecukupan

energi dan protein. Angka kecukupan protein untuk kelompok pria dewasa dan

wanita dewasa usia 19-29 tahun, 30-49 tahun, dan 50-64 tahun dalam tabel

angka kecukupan gizi 2004 adalah 50 gram per hari dan 60 gram per hari

(WNPG 2004). Tingkat kecukupan protein dikategorikan berdasarkan Depkes

(1996) menjadi defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79%

17

AKG), defisit tingkat ringan (80-89% AKG), normal (90-119% AKG) dan lebih

(≥120%).

Kekurangan protein umumnya banyak terdapat pada masyarakat dengan

golongan sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat

menyebabkan kwasiorkor pada anak-anak di bawah lima tahun (balita). Namun,

defisiensi protein dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan

ketidakseimbangan kondisi tubuh (Almatsier 2006).

Daya Terima

Faktor utama yang mempengaruhi daya penerimaan terhadap makanan

adalah rangsangan cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan itu. Cita rasa

makanan ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan terhadap berbagai indera

dalam tubuh manusia, terutama indera penglihatan, indera pencium, dan indera

pengecap. Makanan yang memiliki cita rasa tertinggi adalah makanan yang

disajikan secara menarik, menyebarkan bau yang sedap, dan memberikan rasa

yang lezat. Cita rasa makanan mencakup dua aspek utama, yaitu penampilan

makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan waktu dimakan. Kedua aspek

ini sama pentingnya untuk diperhatikan agar betul-betul dapat menghasilkan

makanan yang memuaskan (Moehyi 1992).

Betapapun lezatnya makanan, apabila penampilannya tidak menarik

waktu disajikan akan mengakibatkan selera makan menjadi hilang. Faktor-faktor

yang menentukan penampilan makanan antara lain warna, tekstur, bentuk, porsi,

penyajian makanan, dan penghias hidangan. Warna makanan memegang

peranan utama dalam penampilan makanan. Tekstur makanan juga

mempengaruhi penampilan makanan. Cara memasak dan lama waktu

pemasakan makanan akan menentukan pula tekstur makanan. Bentuk makanan

yang serasi akan memberikan daya tarik tersendiri bagi setiap makanan yang

disajikan. Pentingnya porsi makanan bukan saja berkenaan dengan penampilan

makanan waktu disajikan, tetapi juga berkaitan dengan perencanaan dan

perhitungan pemakaian bahan. Penyajian makanan merupakan faktor penentu

dalam penampilan hidangan yang disajikan. Penampilan makanan waktu

disajikan akan merangsang indera terutama indera penglihatan yang

berhubungan dengan cita rasa. Penghias hidangan juga dapat menambah

menarik penampilan makanan yang disajikan (Moehyi 1992).

Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa

makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. Komponen-komponen yang

18

berperan dalam menentukan rasa makanan antara lain aroma, bumbu dan

penyedap, keempukan, kerenyahan, tingkat kematangan, serta temperatur

makanan. Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang

sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga

membangkitkan selera. Di samping bau yang sedap, berbagai bumbu dan

penyedap yang digunakan dapat membangkitkan selera karena memberikan

rasa makanan yang khas. Selanjutnya makanan yang empuk (misalnya daging)

dapat dikunyah dengan sempurna dan akan menghasilkan senyawa yang lebih

banyak, yang berarti intensitas rangsangan menjadi lebih tinggi. Kerenyahan

makanan memberikan pengaruh tersendiri terhadap cita rasa makanan. Tingkat

kematangan dan temperatur makanan juga memegang peranan penting dalam

penentuan cita rasa makanan. Makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin

akan sangat mengurangi sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa makanan

(Moehyi 1992).

KERANGKA PEMIKIRAN

Dewasa ini penyediaan makanan bagi karyawan yang bekerja di suatu

perusahaan sudah mulai dirasakan kebutuhan dan manfaatnya. Tujuan

penyelenggaraan makanan di perusahaan ada beberapa hal antara lain

memenuhi kebutuhan gizi karyawan selama bekerja; menyediakan makanan

yang berkualitas tinggi yang dipersiapkan dan dimasak secara baik serta

dihidangkan secara menarik; pelayanan yang tepat, cepat, dan ramah; gizi

seimbang dengan menu yang bervariasi; serta fasilitas yang cukup dan nyaman.

Penyelenggaraan makanan terdiri atas beberapa bagian yaitu input,

proses dan output. Input berupa tenaga penyelenggaraan makanan, dana, serta

sarana fisik dan peralatan. Proses penyelenggaraan makanan dimulai dari

kegiatan perencanaan menu, pelaksanaan produksi yang terdiri dari pembelian

bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan bahan makanan, persiapan

bahan makanan, pengolahan, distribusi makanan, serta pengawasan sanitasi

dan higiene makanan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kemudian

untuk mempermudah penilaian dan evaluasi diperlukan pencatatan dan

pelaporan.

Hasil (output) dari penyelenggaraan makanan yaitu berupa jumlah dan

mutu makanan yang tersedia (ketersediaan energi dan protein) dan selanjutnya

akan menghasilkan konsumsi energi dan protein karyawan serta daya terima

karyawan. Daya terima makan karyawan tergantung dari bagaimana persepsi

mereka terhadap keseluruhan hasil proses penyelenggaraan makanan. Persepsi

para karyawan mengenai rasa masakan misalnya, akan berpengaruh terhadap

kemampuannya dalam menerima/menghabiskan makanan yang disajikan.

Konsumsi energi dan protein akan menentukan tingkat kecukupan energi dan

protein karyawan yang dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan

protein karyawan.

20

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Hubungan yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Penyelenggaraan Makanan

di Catering Pangansari Utama Tambang Senakin

Input (sumber daya)

Pekerja penyelenggaraan makanan

Anggaran dana

Sarana fisik dan peralatan

Proses penyelenggaraan makanan

Perencanaan menu

Pelaksanaan (pembelian bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan, distribusi makanan, higiene dan sanitasi)

Pencatatan dan pelaporan

Output

Ketersediaan Energi dan Protein

Daya Terima Makanan Konsumsi Energi dan Protein

Karakteristik contoh :

Nama

Umur

Jenis kelamin

BB

TB

Aktivitas fisik

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein

Angka Kecukupan Energi dan Protein

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional study,

yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk

menggambarkan karakteristik dari contoh. Penelitian ini dilakukan di Pangansari

Utama Catering Tambang Senakin. Pengambilan tempat dilakukan secara

purposive dengan mempertimbangkan bahwa catering ini sudah

menyelenggarakan makanan untuk karyawan. Penelitian dilaksanakan pada

bulan April 2011-Mei 2011.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah purposive sampling

yaitu pengambilan contoh yang dilakukan secara sengaja dengan kriteria antara

lain : (1) contoh sehat jasmani, rohani, dan tidak sedang menjalankan diet, (2)

contoh makan tiga kali sehari di catering Pangansari Utama Catering Tambang

Senakin, dan (3) bersedia dijadikan sebagai contoh.

Hasil wawancara dengan pihak manajemen Pangansari Utama Catering

Tambang senakin, karyawan yang makan di catering berjumlah 163 orang.

Jumlah penelitian yang dijadikan contoh dalam penelitian sebanyak 62 orang.

Jumlah ini berdasarkan perhitungan Slovin (Notoatmodjo 2005) sebagai berikut:

n = N

1 + N (d2)

Dimana: n = Jumlah contoh

N = Jumlah populasi

d = Tingkat kesalahan yang yang dapat ditolerir (10%)

Pekerja adalah tenaga kerja yang terlibat dalam penyelenggaraan

makanan. Data yang dikumpulkan untuk pekerja adalah karakteristik pekerja dan

personal higiene sanitasi.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer

meliputi : (1) penyelenggaraan makanan, (2) higiene dan sanitasi (3) karakteristik

contoh, (4) berat makanan per porsi yang disajikan, dan (5) daya terima contoh

terhadap makanan yang disajikan. Rincian data tersebut dapat dilihat dalam

Tabel 2.

22

Data mengenai penyelenggaraan makanan (input dan proses) akan

diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung dan wawancara kepada

pengelola dan penjamah makanan.

Data ketersediaan makanan diperoleh dengan cara menimbang makanan

yang disajikan. Data konsumsi contoh diperoleh dengan cara menimbang

makanan dan recall jika contoh mengkonsumsi makanan dari luar. Satu porsi

makanan ditimbang menggunakan timbangan digital untuk mengetahui jumlah

dan kontribusi makanan yang disediakan untuk contoh, yaitu sebelum dan

sesudah contoh mengkonsumsi makanan. Penimbangan makanan dilakukan

setiap kali makan (3 kali sehari) selama tujuh hari berturut-turut. Pengulangan

hari dilakukan untuk meningkatkan validitas hasil penimbangan makanan.

Menurut Widajanti (2009), Metode penimbangan pangan biasa digunakan

sebagai baku referensi (Gold Standard) dalam survei konsumsi gizi karena

presisi yang sangat tinggi dalam menentukan berat makanan dan minuman yang

dikonsumsi sehingga ketika dikonversi ke zat gizi juga menghasilkan keakuratan

zat gizi yang tinggi.

Data daya terima terhadap makanan yang disediakan akan diperoleh

dengan memberikan kuesioner daya terima kepada contoh yang mengkonsumsi

makanan yang disediakan, sedangkan data sekunder didapat dari berbagai

literatur dan tinjauan pustaka yang mendukung.

Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Data yang dikumpulkan Cara pengumpulan

1 Input Penyelenggaraan Makanan

- Pekerja penyelenggaraan makanan

- Dana - Sarana fisik dan peralatan

Wawancara dan pengamatan langsung

2 Proses Penyelenggaraan Makanan

- Perencanaan menu - Pelaksanaan (pembelian,

penerimaan, penyimpanan, persiapan dan pemasakan bahan makanan, pendistribusian, penyajian)

- Pencatatan dan pelaporan

Wawancara dan pengamatan langsung

3 Higiene dan Sanitasi

- Variabel higiene dan sanitasi - Personal higiene dan

sanitasi

- Wawancara dan pengamatan langsung

- Pengumpulan data dengan cara kuesioner

5 Output Penyelenggaraan Makanan

- Ketersediaan energi dan protein

- Konsumsi energi dan protein - Daya terima makanan

- Penimbangan dan pengamatan

- Pengisian kuesioner

6 Karakteristik Contoh

- Nama, umur, jenis kelamin - Berat badan, tinggi badan - Aktivitas Fisik

- Pengisian kuesioner - Wawancara - Pengukuran langsung

23

Pengolahan dan Analisis Data

Data primer yang telah didapatkan kemudian dianalisis secara statistik.

Tahapan pengolahan data dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data

(entry), pengecekan ulang (cleaning), dan selanjutnya dilakukan analisis.

Tahapan pengkodean (coding) dilakukan dengan cara menyusun code-book

sebagai panduan entri dan pengolahan data. Setelah dilakukan pengkodean

(coding) kemudian data dimasukan ke dalam tabel yang telah ada (entry).

Setelah itu, dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan tidak ada

kesalahan dalam memasukkan data. Untuk tahapan analisis data diolah dengan

menggunakan program computer Microsoft Excell 2007 dan Statistical Program

for Social Sciences (SPSS) versi 16.0.

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensia.

Penyelenggaraan makanan dianalisis secara deskriptif, sedangkan penilaian

higiene dan sanitasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengamatan

dengan persyaratan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

715/Menkes/SK/V/2003.

Ketersediaan energi dan protein dari menu makanan yang disediakan

dihitung dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

Menurut Hardinsyah & Briawan (1994), seringkali dalam penilaian konsumsi

pangan dijumpai makanan dalam keadaan olahan atau masak. Jika terdapat

jenis makanan yang tidak ditemukan dalam DKBM, maka dapat digunakan DMM

(Daftar Konversi Mentah Masak) yaitu daftar yang memuat perbandingan berat

bahan pangan dalam bentuk mentah dengan bentuk yang sudah diolah atau

dimasak. Untuk menaksir berat mentah dari bahan makanan olahan (masak)

adalah dengan menggunakan rumus berikut :

Keterangan :

Fj = Faktor konversi mentah masak makanan j

BMj = Berat bahan makanan j dalam bentuk mentah

Boj = Berat bahan makanan j dalam bentuk masak (olahan)

Untuk menghitung ketersediaan energi dan zat gizi dari menu makanan

dihitung dengan menggunakan rumus (Hardinsyah & Briawan 1994) sebagai

berikut :

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

Fj = (BMj)/(BOj)

BMj = Fj x BOj

24

Keterangan :

Kgij = Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j

Bj = Berat makanan j yang dikonsumsi

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j

BDDj = Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

Data karakteristik contoh terdiri atas nama, jenis kelamin, umur, berat

badan, tinggi badan, dan tingkat aktivitas. Berat badan, jenis pekerjaan, dan

aktivitas fisik akan digunakan untuk menghitung jumlah kecukupan energi per

harinya. Data angka kecukupan energi contoh dihitung dengan cara mengalikan

berat badan aktual dengan kecukupan energi berdasarkan aktivitas dibagi

dengan berat badan ideal. Angka kecukupan energi dihitung dengan rumus :

Keterangan :

KE = Kecukupan Energi (Kalori)

BB ideal = Berat Badan Ideal (kg)

BB aktual = Berat badan aktual (kg)

Kecukupan energi berdasarkan aktivitas :

Tabel 3 Kecukupan gizi per hari bagi pekerja menurut umur, jenis kelamin, dan aktivitas fisik

Jenis kelamin/umur/BB Aktivitas (energi)

Ringan (kkal) Sedang (kkal) Berat (kkal)

Laki-laki/19-29 tahun/BB 56 kg 2400 2550 2800 Laki-laki/30-49 tahun/BB 62 kg 2200 2350 2600 Laki-laki/50-56 tahun/BB 62 kg 2150 2300 2550 Perempuan/19-29 tahun/BB 52 kg 1800 1900 2150 Perempuan/30-49 tahun/BB 55 kg 1700 1800 2050 Perempuan/50-64 tahun/BB 55 kg 1650 1750 2000

Sumber: AKG 2004

Aktivitas fisik dikelompokkan dengan kategori ringan, sedang, dan berat.

Pengelompokan aktivitas atau beban kerja mengacu pada Depkes (2009).

Contoh jenis aktivitas berdasarkan pengelompokkan beban kerja selama 8 jam

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Beban kerja ringan: aktivitas kantor tanpa olahraga, aktivitas fisik yang tidak

menguras tenaga, duduk memotong kedua ujung batang rokok (pada

perempuan), berdiri didepan mesin memasukkan seng ke dalam mesin

pembuat tutup kaleng (pada laki-laki).

KE = BB aktual x kecukupan energi berdasarkan aktivitas

BB ideal

25

2. Beban kerja sedang: bekerja dimana harus naik turun tangga, olahraga

ringan, pekerjaan rumah tangga, berdiri mengisikan bantang korek api ke

dalam kotak (pada perempuan), mengambil kotak berisi pentuk korek api

dan berjalan memindahkannya ke tempat sekitar mesin (pada laki-laki).

3. Beban kerja berat: pekerjaan lapang, pekerjaan kuli bangunan, driller,

memecahkan batu (pada perempuan), berdiri mengangkat balok kayu dan

memasukkannya ke dalam mesin (pada laki-laki) (Depkes 2009).

Kecukupan protein diperoleh berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (2004)

yaitu 60 gram untuk laki-laki dan 50 gram untuk perempuan. Tingkat konsumsi

energi dan protein dihitung dengan cara membandingkan konsumsi energi dan

protein dengan angka kebutuhan energi dan protein contoh dalam sehari. Hasil

data tingkat kecukupan dirata-ratakan selama tujuh hari dan dianalisis secara

deskriptif.

Analisis inferensia terdiri dari uji korelasi Pearson dan uji Spearman. Uji

korelasi Pearson digunakan untuk melihat hubungan antara konsumsi konsumen

dengan kecukupan konsumen. Uji Spearman digunakan untuk melihat hubungan

antara aktivitas fisik dengan tingkat kecukupan energi.

26

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah seluruh aktivitas karyawan yang dilakukan di perusahaan

di tambah dengan aktivitas karyawan di luar perusahaan pada hari kerja.

Contoh adalah karyawan PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin yang

bersedia dijadikan sebagai contoh, makan tiga kali sehari di catering

Pangansari Utama Catering Tambang Senakin, sehat jasmani, rohani,

dan tidak sedang menjalankan diet.

Daya terima contoh adalah reaksi atau tanggapan karyawan terhadap

rangsangan yang timbul dari makanan melalui indra penglihatan,

penciuman, dan perasa (warna, tekstur, bentuk, porsi, penyajian

makanan, aroma, keempukan, kerenyahan, tingkat kematangan, serta

suhu makanan).

Ketersediaan zat gizi adalah jumlah dan jenis zat gizi (energi dan protein) yang

disediakan oleh Pangansari Utama Tambang Senakin untuk setiap

karyawan.

Konsumsi zat gizi adalah jumlah dan jenis zat gizi (energi dan protein) yang

dikonsumsi oleh karyawan.

Menu adalah susunan hidangan makanan yang diberikan untuk karyawan.

Pekerja adalah tenaga kerja yang terlibat dalam penyelenggaraan makanan.

Pembelian bahan makanan adalah proses penyediaan bahan makanan melalui

prosedur dan peraturan yang berlaku.

Pendistribusian makanan adalah suatu kegiatan membagikan makanan masak

kepada karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Penerimaan bahan makanan adalah suatu proses kegiatan memeriksa,

meneliti, mencatat, memutuskan, dan melaporkan bahan makanan yang

sudah dipesan sebelumnya.

Pengolahan bahan makanan adalah proses mengerjakan mulai dari bahan

makanan mentah sampai mematangkan dan menjadikan hidangan yang

lezat.

Penyelenggaran makanan adalah serangkaian kegiatan yang saling berkaitan

dalam rangka pelaksanaan penyediaan makanan bagi karyawan

Tambang Senakin yang meliputi input, proses, dan output

penyelenggaraan makanan.

Penyimpanan bahan makanan adalah suatu proses kegiatan yang menyangkut

pemasukan, penyimpanan, dan penyaluran bahan makanan.

27

Perencanaan kebutuhan bahan makanan adalah suatu proses untuk

menetapkan jumlah, macam dan kualitas bahan makanan yang

dibutuhkan dalam kurun waktu tertentu dalam rangka melaksanakan

kegiatan penyediaan makanan.

Perencanaan menu adalah adalah serangkaian kegiatan menyusun berbagai

hidangan dengan variasi dan komposisi yang serasi dan seimbang bagi

karyawan Tambang Senakin.

Sarana dan prasarana adalah faktor pendukung penyelenggaran makanan yang

meliputi sarana fisik dan peralatan serta sanitasi dan higiene.

Tingkat kecukupan energi dan protein adalah perbandingan antara jumlah

energi dan protein yang dikonsumsi karyawan selama sehari dengan

kecukupannya selama sehari.

HASIL PEMBAHASAN

Input Penyelenggaraan Makanan

Pekerja Penyelenggaraan Makanan

Input penyelenggaraan makanan terdiri atas pekerja penyelenggaraan

makanan, anggaran dana, dan sarana fisik dan peralatan. Menurut Moehyi

(1992) jenis tenaga kerja yang diperlukan dalam penyelenggaraan makanan

adalah tenaga pengelola, pelaksana, dan pembantu pelaksana.

Pekerja yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan makanan

berjumlah 36 orang yang terdiri dari tenaga pegelola 3 orang, pelaksana 11

orang, dan pembantu pelaksana 22 orang dengan jumlah pekerja laki-laki 78%

dan perempuan 22%. Dalam merekrut pekerja, Pangansari Utama Catering

Tambang Senakin lebih mengutamakan masyarakat lokal.

Persentase pekerja pada kelompok usia 19-29 tahun adalah 39%, 30-49

tahun adalah 39%, dan 50-64 tahun adalah 22%. Sebaran karakteristik pekerja

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran karakteristik pekerja Pangansari Utama Catering Tambang Senakin

Karakteristik n %

Jenis Kelamin Laki-laki 28 78 Perempuan 8 22

Kelompok Usia 19-29 tahun 14 39 30-49 tahun 14 39 50-64 tahun 8 22

Pendidikan Terakhir SD 0 0 SMP 0 0 SMA 34 94 Diploma/S1 2 6

Anggaran Dana

Biaya yang tersedia untuk penyelenggaraan makanan harus

diperhitungan dengan baik. Penyelenggaraan makanan institusi telah ditetapkan

biayanya dalam anggaran biaya tahunan. Makanan yang disajikan harus sesuai

dengan jumlah anggaran yang tersedia (Moehyi 1992). Biaya untuk

penyelenggaraan makanan ini berasal dari PT Arutmin Indonesia yang

merupakan bagian dari upah konsumen. Biaya makan per orang per hari untuk

tiga kali makan adalah US $11.

29

Sarana Fisik dan Peralatan

Perusahaan menetapkan sistem pengelolaan dan cara pelayanan

makanan yang akan dilaksanakan sebelum menetapkan sarana fisik, peralatan,

dan perlengkapan dalam pengelolaan makanan. Faktor tersebut berpengaruh

dalam menentukan luas ruangan dan jenis peralatan yang dibutuhkan (Depkes

1991a). Sistem pengelolaan ini diselenggarakan oleh pihak jasa boga yaitu

Pangansari Utama Catering Tambang Senakin. Pelayanan menggunakan cara

prasmanan pada saat makan pagi dan malam serta menggunakan kotak

makanan yang diantar oleh mobil makanan ke lokasi pekerjaan pada saat makan

siang.

Sarana fisik dan peralatan yang digunakan Pangansari Utama Catering

Tambang Senakin berasal dari PT Arutmin Indonesia dan masih belum memadai

karena tidak adanya ruang penerimaan dan ruang ganti pakaian untuk tenaga

kerja. Bahan makanan diterima oleh petugas di area belakang dapur dan

langsung dimasukkan ke ruang penyimpanan. Sarana fisik yang disediakan oleh

perusahaan antara lain:

1. Ruang makan memiliki luas 192 m2 dan merupakan bangunan semi

permanen dengan 12 meja dan 48 kursi makan. Ruang makan yang

digunakan oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin telah

memadai dengan jumlah karyawan yang makan 163 orang menggunakan

sistem makan bergilir. Denah ruang makan dapat dilihat pada lampiran 2.

2. Dapur memilki luas 295 m2. Luas dapur mencakup ruang penyimpanan

bahan makanan, ruang pemasakan, ruang pencucian alat, ruang bakery,

ruang administrasi, ruang istirahat petugas, ruang persiapan, dan kantor

pimpinan penyelenggaraan makanan. Luas dapur sesuai dengan

rekomendasi Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 dengan tenaga

kerja sebanyak 36 orang. Denah dapur dapat dilihat pada lampiran 3.

Peralatan dapur telah memadai. Peralatan dapur yang dimiliki antara lain

kompor, penggorengan, ketel, oven, kukusan, pisau, sendok sayur, parutan,

sodet, alat-alat makan, lemari es, rak sayuran, rak bahan makanan kering, meja,

meja prasmanan, hood, sink, dan troley. Selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 4.

30

Proses Penyelenggaraan Makanan

Perencanaan Menu

Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun berbagai

hidangan dengan variasi dan komposisi yang serasi seimbang untuk memenuhi

pelaksanaan manajemen pelayanan makanan institusi (Depkes 1991a). Dalam

praktiknya, Pangansari Utama Catering Tambang Senakin memiliki menu baku

dan resep standar yang digunakan untuk membuat berbagai menu, namun resep

standar ini tidak ada dalam bentuk tertulis, hanya mengandalkan memori para

juru masak.

Siklus menu yang dipakai oleh Pangansari Utama Catering Tambang

Senakin adalah 14 hari. Selengkapnya dapat dilihat lampiran 5. Perencanaan

menu dilakukan bersama-sama oleh koki, supervisor, dan staf administrasi PT.

Thiees (kontraktor Arutmin). Tahapan perencanaan menu tersebut adalah :

1. Pihak Pangansari Utama Catering Tambang Senakin menyusun menu

kemudian diserahkan ke PT. Thiees selaku penanggung jawab

penyelenggaraan makanan untuk mendapatkan pertimbangan/masukan-

masukan terhadap susunan menu tersebut.

2. PT. Thiees memberikan masukan, persetujuan, dan penetapan terhadap

menu yang disusun oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin

untuk kemudian dilaksanakan.

Pelaksanaan

Pembelian Bahan Pangan. Menurut Moehyi (1992), pembelian bahan

pangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui leveransir dan pembelian

langsung. Pembelian bahan pangan yang dilakukan oleh Pangansari Utama

Catering Tambang Senakin adalah menggunakan kedua cara tersebut. Daging,

ayam, dan bahan pangan kering dipasok secara rutin dari Pangansari Utama

Balikpapan sedangkan pembelian langsung dilakukan di daerah Kotabaru.

Frekuensi pembelian bahan pangan kering dilakukan 15 hari sekali sedangkan

pembelian bahan pangan segar dilakukan 1 minggu sekali.

Penerimaan Bahan Pangan. Setelah pembelian bahan pangan, tahap

selanjutnya adalah penerimaan bahan pangan. Penerimaan bahan pangan

adalah menerima bahan pangan yang dipesan serta meneliti jumlah dan kualitas

bahan pangan yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan

dalam kontrak pembelian (Yuliati dan Santoso 1995). Pangansari Utama

Tambang Senakin mempunyai petugas khusus untuk melakukan penerimaan

31

bahan pangan. Sistem penerimaan bahan pangan yang dilakukan menggunakan

sistem konvesional. Petugas khusus penerimaan bahan pangan memeriksa

secara rinci bahan pangan yang diterima baik kuantitas dan kualitas. Bahan

pangan yang tidak sesuai dengan jumlah dan jenisnya akan dikembalikan

kepada suppliernya.

Penyimpanan Bahan Pangan. Pangansari Utama Catering Tambang

Senakin melakukan proses penyimpanan bahan pangan disebabkan tidak semua

bahan tersebut diolah secara langsung. Alat/fasilitas penyimpanan yang dimiliki

adalah penyimpanan kering (250C), chill room (80C), dan cold room (-50C).

Tahapan proses penyimpanan bahan pangan adalah :

1. Melakukan pemisahan bahan pangan basah dan kering. Bahan pangan

basah disimpan di dalam chill room dan cold room sedangkan bahan pangan

kering ditaruh di rak-rak penyimpanan bahan pangan dan tidak menempel ke

dinding (diberi jarak 20 cm).

2. Memberi label pada bahan pangan basah dan kering berupa tanggal

pembelian dan waktu kadaluarsa.

3. Melakukan pengambilan bahan pangan dengan cara First In First Out

(FIFO), maksudnya adalah bahan pangan yang disimpan terlebih dahulu

akan diolah lebih dulu.

Persiapan Bahan Pangan. Menurut Yuliati dan Santoso (1995) langkah

pertama sebelum proses pemasakan dimulai adalah mempersiapkan bahan

pangan dan bahan-bahan lain yang diperlukan sesuai dengan menu yang telah

direncanakan. Persiapan bahan pangan yang dilakukan meliputi pencucian

bahan pangan seperti mencuci beras, penggilingan/penghalusan bumbu,

pengadukan tepung, perebusan daging, pemotongan ikan, dan pengupasan

bahan pangan seperti mengupas bawang, kentang, dan semangka.

Pengolahan. Pengolahan bahan pangan merupakan suatu kegiatan

mengubah (memasak) bahan pangan mentah menjadi makanan yang siap

dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Tujuan pengolahan bahan

pangan adalah mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan pangan;

meningkatkan nilai cerna; meningkatkan dan mempertahan warna; rasa;

keempukan dan penampilan makanan; bebas dari organisme dan zat berbahaya

untuk tubuh (Depkes 2003c).

Pengolahan bahan pangan dilakukan di dapur pada pukul 02.00-04.00

WITA untuk makan pagi, pukul 06.00-08.00 WITA untuk makan siang, dan pukul

32

15.00-17.00 WITA untuk makan malam. Bahan pangan yang telah dimasak

dihabiskan untuk satu kali penyajian sehingga tidak ada makanan yang

disimpanan untuk penyajian berikutnya.

Distribusi makanan. Tugas akhir penyelenggaraan makanan adalah

penghidangan atau pendistribusian makanan kepada konsumen. Tahap ini

mendapat perhatian sebaik-baiknya (Tarwodjo 1998). Makanan yang telah

dimasak untuk makan siang dimasukkan ke dalam box makanan, setelah itu box

makanan diantar oleh mobil makanan ke lokasi pekerjaan. Waktu penyajian

makanan adalah pukul 04.00 WITA untuk makan pagi, pukul 11.00 WITA untuk

makan siang, dan pukul 17.00 WITA untuk makan malam.

Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan kegiatan penyelenggaraan makanan

merupakan bagian yang tidak terpisah dari sistem penyelenggaraan makanan.

Pencatatan dan pelaporan pada Pangansari Utama Catering Tambang Senakin

terbagi atas:

1. Pencatatan dan pelaporan harian meliputi pemakaian bahan makanan,

penerimaan bahan makanan, suhu penyimpanan, dan jumlah konsumen

yang makan.

2. Pencatatan dan pelaporan bulanan meliputi pencatatan biaya

penyelenggaraan makanan dalam satu bulan dan pencatatan inventaris alat.

3. Pencatatan dan pelaporan tahunan yaitu pencatatan tenaga

penyelenggaraan makanan.

Higiene dan Sanitasi Pangansari Utama Catering Tambang Senakin

Penilaian terhadap higiene dan sanitasi dalam penyelenggaraan

makanan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin merujuk pada

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

715/Menkes/SK/V/2003. Hasil penerapan sanitasi jasa boga yang dilaksanakan

oleh Pangansari Utama Catering Tambang dapat dilihat pada lampiran 6.

Setelah dilakukan penilaian, skor yang didapat adalah 85. Total skor

sebesar 85 berada dalam kisaran skor 83-92. Hal ini berarti Pangansari Utama

Catering Tambang Senakin secara umum laik higiene dan sanitasi berdasarkan

Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003.

Lokasi, Bangunan, dan Fasilitas

Lokasi. Berdasarkan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003, syarat

lokasi yang baik adalah minimal 500 meter dari sumber pencemaran seperti

33

tempat sampah umum, wc umum, bengkel cat, dan sumber pencemaran lainnya.

Bangunan Pangansari Utama Catering Tambang Senakin telah sesuai dengan

persyaratan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 karena disekitar

bangunan tidak terdapat sumber pencemaran. Bangunan terletak dekat dengan

bangunan penginapan (mess) karyawan.

Bangunan dan Fasilitas. Secara umum bangunan Pangansari Utama

Catering Tambang Senakin telah sesuai dengan Kepmenkes Nomor

715/Menkes/SK/V/2003 yaitu kuat, kokoh, memiliki papan nama perusahaan dan

nomor izin usaha. Luas Bangunan Pangansari Utama Catering Tambang

Senakin adalah 487 m2 yang terdiri dari ruang makan dan dapur. Bangunan

memiliki halaman bersih, tidak banyak lalat, tersedia tempat sampah, tidak

terdapat tumpukan barang-barang, memiliki pembuangan air kotor (limbah dapur

dan kamar mandi), pembuangan air hujan lancar, dan tidak menimbulkan

genangan air.

Lantai dan dinding. Lantai dapur dilapis portland cement dan epoxy

yang memiliki karakteristik rapat air, halus, tidak licin dan mudah dibersihkan.

Lantai ruang makan dilapisi parquete. Dinding bangunan adalah multipleks

dilapisi melaminto sehingga permukaannya halus, kering/tidak menyerap air dan

mudah dibersihkan. Pada ruang pencucian alat, ruang pencucian makanan, dan

toilet yang permukaan dindingnya terkena percikan air dilapisi keramik setinggi

1,5 meter dari permukaan lantai. Hal ini tidak sesuai dengan Kepmenkes Nomor

715/Menkes/SK/V/2003 yang mengharuskan permukaan dinding yang terkena

percikan air dilapisi bahan kedap air setinggi dua meter dari permukaan lantai.

Pintu dan Jendela. Bangunan memiliki akses berupa pintu dengan

bukaan daun pintu mengarah ke luar. Kondisi lubang ventilasi pada jendela dan

pintu tempat makanan diolah dilengkapi kassa dengan sistem knock out. Semua

pintu akses dari ruang tempat pengolahan makanan ini dilengkapi sistem

menutup sendiri dan tirai.

Pencahayaan dan penghawaan. Bangunan memiliki intensitas

pencahayaan yang cukup untuk dapat melakukan pekerjaan, pemeriksaan, dan

pembersihan secara efektif. Bangunan atau ruangan tempat pengolahan

makanan dilengkapi dengan exhaust fan dan cooker hood yang mengatur

pertukaran udara, membuang bau, dan asap. Pencahayaan pada ruang

pengolahan makanan memakai lampu T4 jenis tubular lamp (TL) daya 80 watt

sebanyak 72 batang yang menghasilkan 705,6 foot candle dengan penempatan

34

pada ceiling setinggi 2,7 meter dari permukaan lantai. Hal ini telah sesuai dengan

Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003.

Fasilitas Sanitasi

Fasilitas sanitasi adalah sarana fisik bangunan dan perlengkapannya

yang digunakan untuk memelihara kualitas lingkungan atau mengendalikan

faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat merugikan kesehatan manusia antara

lain sarana air bersih, jamban, peturasan, saluran limbah, tempat cuci tangan,

bak sampah, kamar mandi, lemari pakaian kerja (locker), peralatan pencegahan

terhadap lalat, tikus, hewan lainnya serta peralatan kebersihan (Depkes 2003c).

Air Bersih. Pangansari Utama Catering Tambang Senakin menggunakan

air tanah yang ditampung di tempat penampungan. Jumlah air pada

penampungan dikontrol agar selalu mencukupi, tidak berbau, tidak berasa, dan

tidak berwarna. Air yang digunakan Pangansari Utama Catering Tambang

Senakin adalah air bersih yang dibuktikan dengan kandungan E.Coli pada air

kran 0 per 100 ml.

Pembuangan Air Limbah. Sistem pembuangan air limbah Pangansari

Utama Catering Tambang Senakin sudah baik. Pembuangan air limbah

dilengkapi dengan grease trap (penangkap lemak) dan salurannya tertutup.

Toilet. Pangansari Utama Catering Tambang Senakin memiliki 4 buah

toilet dengan lantai keramik yang terpisah dari dapur, ruang persiapan makanan,

dan ruang penyimpanan bahan makanan. Limbah toilet dialirkan ke septic tank

yang berjarak 10 meter dari bangunan. Jumlah toilet yang ada di Pangansari

Utama Catering Tambang Senakin sesuai dengan rekomendasi Kepmenkes

Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 dengan tenaga kerja sebanyak 36 orang.

Tempat Cuci Tangan. Bangunan memiliki tempat cuci tangan yang

terpisah dengan tempat mencuci peralatan maupun bahan makanan, serta

dilengkapi dengan kran dan saluran pembuangan tertutup. Bangunan memiliki 4

buah tempat cuci tangan. Jumlah tempat cuci tangan yang ada di Pangansari

Utama Catering Tambang Senakin sesuai dengan rekomendasi Kepmenkes

Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 dengan tenaga kerja sebanyak 36 orang.

Tempat sampah. Bangunan dilengkapi tempat sampah tertutup yang

dapat menghindari kemungkinan makanan tercemar oleh sampah. Tempat

sampah terletak di dapur dan di ruang makan.

Fasilitas Pencucian Peralatan dan Bahan Makanan. Fasilitas

pencucian peralatan dan bahan makanan terbuat dari stainless. Pencucian

35

peralatan menggunakan sabun cuci dan air panas 800C selama 2 menit.

Pangansari Utama Catering Tambang Senakin hanya memiliki 2 bak pencuci.

Hal ini tidak sesuai dengan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 yang

menyatakan fasilitas pencucian dibuat dengan 3 bak pencuci.

Ruangan Pengolahan Makanan

Bangunan memiliki tempat pengolahan makanan seluas 160 m2 sehingga

memudahkan tenaga kerja melakukan pekerjaan. Ruang pengolahan makanan

terpisah dengan ruang penyimpanan bahan makanan dan tidak berhubungan

langsung dengan jamban dan kamar mandi.

Bahan Pangan

Pangansari Utama Catering Tambang Senakin memiliki sistem

pengelolaan bahan pangan yang baik. Bahan pangan segar diperiksa agar

kondisi bahan tersebut baik, tidak rusak, berubah bentuk, berubah warna dan

rasa. Bahan pangan pabrik harus terdaftar, diperiksa labelnya, tanggal

kadaluwarsa, kemasannya tidak rusak/pecah dan tidak kembung. Bahan

makanan yang siap konsumsi (ready to eat dan ready to drink) diperiksa agar

bahan tersebut baru, segar, tidak basi, tidak busuk, tidak rusak, tidak berjamur,

serta tidak terkontaminasi contohnya juice ready to drink.

Penyimpanan Bahan Makanan

Pangansari Utama Catering Tambang Senakin memiliki kebijakan

penyimpanan bahan makanan yang baik. Bahan makanan basah disimpan

dalam chill room, cold room, dan refrigerator dengan suhu yang disesuaikan

dengan jenis bahan makanannya. Suhu penyimpanan Pangansari Utama

Catering Tambang Senakin disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Suhu penyimpanan bahan makanan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin

No Bahan Makanan Suhu

Penyimpanan Suhu

Standar Lama

Penyimpanan

1. Ayam dan daging Mentah -50C -5

0C s/d 0

0C 15 hari

2. Ikan -50C -5

0C s/d 0

0C 7 hari

3. Sayuran 80C 10

0C 7 hari

4. Bahan makanan kering 250C 25

0C 15 hari

Tempat penyimpanan (kulkas dan freezer) dibersihkan seminggu sekali

untuk menjamin kebersihan dan selalu terpelihara dengan baik. Berdasarkan

tabel diatas, terlihat bahwa suhu penyimpanan yang dilakukan oleh Pangansari

Utama telah sesuai dengan suhu yang disarankan oleh Kepmenkes Nomor

715/Menkes/SK/2003.

36

Personal Higiene Sanitasi

Pada proses penyelenggaraan makanan, higiene dan sanitasi pekerja

sangat diperlukan dan diperhatikan. Hal ini dikarenakan semua proses

penyelenggaraan makanan mulai dari pembelian hingga penyajian makanan

selalu melibatkan pekerja.

Tabel 6 Persentase pekerja Pangansari Utama Catering Tambang Senakin yang menerapkan higiene personal

No Perilaku n %

1 Memakai pakaian kerja 28 100 2 Menggunakan penjepit makanan 28 100 3 Memakai sarung tangan 0 0 4 Mengganti pakaian setiap hari 28 100 5 Memakai pelindung kepala 28 100 6 Memakai pakaian yang nyaman di badan 28 100 7 Menggunakan alas kaki yang tidak licin 28 100 8 Menggunakan celemek 26 93 9 Tidak merokok selama pengolahan makanan 28 100 10 Tidak makan/mengunyah selama pengolahan makanan 28 100 11 Tidak memakai aksesoris 28 100 12 Berkuku pendek 28 100 13 Mencuci tangan dengan sabun sebelum bekerja dan setelah keluar

kamar mandi 28 100

Rata-rata 91.8

Jumlah pekerja catering yang terlibat langsung dalam pengelola makanan

adalah 28 orang. Semua pekerja bebas dari penyakit infeksi, penyakit bisul, dan

luka terbuka. Pemeriksaan kesehatan/berobat ke dokter wajib dilakukan pekerja

apabila mereka dalam keadaan sakit. Berdasarkan persyaratan Kepmenkes

Nomor 715/Menkes/SK/2003, pemeriksaan kesehatan rutin dilakukan setiap

enam bulan sekali, sedangkan Pangansari Utama Catering Tambang Senakin

pemeriksaan kesehatan rutin dilakukan setiap satu tahun sekali sehingga dapat

dikatakan belum memenuhi persyaratan.

Persentase pekerja catering yang menerapkan higiene personal dapat dilihat

pada Tabel 6. Persentase rata-rata pekerja yang menerapkan prinsip higiene

personal adalah 91.8%. Sarung tangan plastik digunakan pada saat mengambil

makanan. Pekerja yang tidak menggunakan celemek adalah pekerja yang

bertugas dibagian penyimpanan bahan makanan.

Output Penyelenggaraan Makanan

Ketersediaan Energi dan Protein

Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah tersedianya

pangan. Makanan yang dikonsumsi oleh contoh selama di perusahaan berasal

dari makanan yang disediakan oleh Pangansari Utama Catering Tambang

37

Senakin. Ketersediaan makanan dilihat berdasarkan banyaknya jumlah makanan

yang disediakan oleh pihak Pangansari Utama Catering Tambang Senakin untuk

memenuhi kebutuhan zat gizi dari contoh.

Rata-rata nasi, lauk, sayuran, dan buah yang disediakan oleh pihak

catering adalah 300 g, 50 g, 100 g, dan 100g. Rata-rata ketersediaan makanan

ini telah memenuhi standar penyediaan makanan untuk pekerja yaitu 100 g, 40

g, 100 g, dan 100 g untuk nasi, lauk, sayuran, dan buah (Depkes 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap makanan yang disediakan oleh pihak

catering selama tujuh hari, berikut disajikan rata-rata ketersediaan makanan

untuk tiap konsumen per hari.

Tabel 7 Ketersediaan makanan yang disediakan oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin

Hari ke- Ketersediaan Kecukupan

Energi (kkal) Protein (g) Energi (kkal) Protein(g)

1 2523 83.6 2455 59.7 2 2607 86.0 2455 59.7 3 2838 90.6 2455 59.7 4 2484 89.1 2455 59.7 5 2689 74.7 2455 59.7 6 2591 86.4 2455 59.7 7 2551 86.9 2455 59.7

Rata-rata 2612 85.3 2455 59.7

Ketersediaan energi dan protein paling tinggi terdapat ketiga dimana

salah satu menu yang disediakan adalah nasi goreng dan cumi-cumi. Nasi

goreng memberikan kontribusi energi yang cukup tinggi yaitu sebesar 750 kkal

dalam 300 g dan cumi-cumi memberikan kontribusi protein yang tinggi yaitu 265

dalam 100 g.

Rata-rata ketersediaan energi selama tujuh hari adalah 2612 kkal. Rata-

rata ketersediaan protein selama tujuh hari adalah 85.3 g. Rata-rata ketersediaan

energi di catering telah memenuhi 106% kecukupan energi contoh dan

ketersediaan protein melebihi kecukupan protein contoh. Hal ini disebabkan

karena menu yang disediakan memiliki kandungan protein yang tinggi seperti

daging merah dan cumi-cumi. Pengamatan terhadap menu selama tujuh hari

dapat dilihat pada Tabel 8.

38

Tabel 8 Pengamatan terhadap menu selama tujuh hari

Hari Ke

Waktu Makan

Pagi Siang Malam

1 Nasi uduk, semur telor, susu, jus buah

Nasi putih, ayam rica-rica, ikan bumbu merah, tempe goreng tepung, sayur asam, apel, roti

Nasi putih, rendang daging, telur dadar, cah sayur sayuran, cenil, semangka

2 Nasi kuning, ikan bumbu bali, susu, jus buah

Nasi putih, daging bumbu pedas, ikan goreng, mie goreng, sayur santan kacang panjang+kol, jeruk, roti

Nasi putih, ikan asam pedas, tempe goreng, tumis sayuran, black forrest cake, melon.

3 Nasi goreng, sarden cabe hijau, susu, jus buah

Nasi putih, opor ayam, cah cumi-cumi cabe hijau, sambal goreng hati, sup sayuran, apel, roti

Nasi putih, ayam goreng ketumbar, bihun goreng,sayur santan pedas, sus, semangka

4 Nasi kuning, telor bumbu bali, susu, jus buah

Nasi putih, sambal goreng hati ayam, ikan rica-rica, dadar sayuran, tumis sayuran, apel, roti

Nasi putih, cumi goreng tepung, ikan asin, sayur bening, mocca cake, pepaya

5 Lontong sayur, bakwan, susu, jus buah

Nasi putih, semur ayam pedas, ikan goreng tepung, tahu bumbu kecap, cah sayuran, jeruk, roti

Nasi putih, sop iga, bakwan sayur, sup macaroni, pais pisang, melon

6 Nasi putih, sardenes in tomato sauce, susu, jus buah

Nasi putih, ikan acar kuning, kalio ayam, sambel goreng tempe, sayur bening, apel, roti

Nasi putih, ikan bakar, sate ayam, capcay, klepon, semangka

7 Nasi kuning, telur bumbu bali, susu, jus buah

Nasi putih, ayam bumbu rendang, ikan goreng, tahu gimbal, tumis kangkung, jeruk, roti

Nasi putih, ikan goreng dabu-dabu, tumis sayuran, lumpia, pepaya

Karakteristik Contoh

Usia

Gambar 2 menunjukkan sebaran contoh menurut usia. Usia contoh

berkisar antara 22 sampai 56 tahun dengan rata-rata usia contoh adalah 34.6

tahun. Hampir separuh contoh (44%) berada pada usia dewasa madya yaitu

antara 30 sampai 49 tahun, 42% berada pada usia dewasa muda yaitu antara 21

sampai 29 tahun, dan 15% diantaranya berusia 50-64 tahun. Pengelompokan

usia tersebut disesuaikan dengan kebutuhan gizi berdasarkan angka kecukupan

gizi (AKG) 2004 mengikuti rasionalisasi dan kesepakatan FAO/WHO/UNU 2001

dan harmonisasi RDA di Asia Tenggara (WNPG 2004).

39

Gambar 2 Sebaran contoh menurut usia

Aktivitas Fisik

Berdasarkan Depkes (2009), pengkategorian tingkat aktivitas fisik dibagi

menjadi tiga yaitu ringan, sedang, dan berat. Aktivitas ringan: aktivitas kantor

tanpa olahraga, aktivitas sedang: aktivitas kantor dengan olahraga, dan aktivitas

berat: pekerjaan lapang.

Lebih dari separuh contoh (63%) memiliki tingkat aktivitas fisik dengan

kategori sedang, 23% contoh memiliki tingkat aktivitas fisik dengan kategori berat

dan sisanya (15%) termasuk kategori ringan (Gambar 3). Aktivitas fisik contoh

dengan kategori ringan seperti duduk di depan komputer. Aktivitas fisik

konsumen dengan kategori sedang seperti menyetir mobil ke lokasi

pertambangan. Aktivitas fisik kategori berat seperti memperbaiki alat – alat

pertambangan.

Gambar 3 Sebaran contoh menurut aktivitas fisik

40

Konsumsi Energi dan Protein

Konsumsi contoh merupakan konsumsi selama 7 hari dengan rata-rata

konsumsi energi dan protein adalah 1603±179 kkal/hari dan 58.3±8.4 g/hari.

Kecukupan energi dan protein contoh yaitu 2455±253 kkal/hari dan 59.7±1.8

g/hari. Kebutuhan, konsumsi, dan tingkat kecukupan energi dan protein contoh

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Kecukupan, konsumsi, dan tingkat kecukupan energi dan protein contoh

Energi Protein

Kecukupan 2455±253 kkal/hari 59.7±1.8 g/hari Konsumsi 1603±179 kkal/hari 58.3±8.4 g/hari

Tingkat Kecukupan 65.9±9.5 97.7±13.9

Berdasarkan hasil pengamatan selama tujuh hari, rata-rata konsumsi

energi dan protein paling tinggi terdapat pada hari ketujuh. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa menu pada hari ketujuh disukai oleh contoh. Rata-rata

konsumsi energi dan protein contoh per hari dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel10 Rata-rata konsumsi energi dan protein contoh per hari

Hari Energi (kkal) Protein (g)

1 1649 60.2 2 1510 57.7 3 1565 58.4 4 1572 55.1 5 1599 55.9 6 1659 61.1 7 1667 64.5

Menu yang disediakan pada hari ketujuh adalah nasi kuning, telur bumbu

bali, susu, dan jus buah untuk makan pagi; Nasi putih, ayam bumbu rendang,

ikan goreng, tahu gimbal, tumis kangkung, jeruk, dan roti untuk makan siang; dan

nasi putih, ikan goreng dabu-dabu, tumis sayuran, lumpia, dan pepaya untuk

makan malam.

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein

Tingkat kecukupan energi didapatkan dari perbandingan total konsumsi

energi sehari dengan kecukupan energi berdasarkan Pedoman Pemenuhan

Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja. Tingkat kecukupan dikategorikan

berdasarkan Depkes (1996) menjadi defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit

tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat ringan (80-89% AKG), normal (90-

119% AKG) dan lebih (≥120%). Tabel 11 menunjukan sebagian besar contoh

berada pada kategori defisit tingkat berat dengan persentase sebesar 69.4%.

Hanya 1.6% contoh yang telah memenuhi kebutuhan energinya. Tidak ada

contoh yang berada pada kategori lebih.

41

Besarnya persentase contoh yang mengalami defisit tingkat berat

merupakan masalah yang perlu ditangani dengan serius. Manusia tidak dapat

hidup dan bekerja secara optimal tanpa energi yang cukup. Hal ini akan

berpengaruh pada penurunan kualitas kesehatan tubuh dengan kata lain

meningkatkan morbiditas (Pergizi Pangan 1999). Oleh sebab itu, sebaiknya

contoh mendapat penyuluhan gizi dari ahli gizi catering.

Tabel 11 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi

Tingkat Kecukupan Energi n %

Defisit tingkat berat (< 70% AKG) 42 67.7 Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 14 22.6 Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 5 8.1 Normal (90-119% AKG) 1 1.6 Lebih (≥120% AKG) 0 0

Jumlah 62 100

AKG yang didapatkan untuk menentukan tingkat kecukupan protein

contoh berdasarkan AKG 2004. Tingkat kecukupan protein rata-rata adalah

97.7% AKG mengindikasikan bahwa tingkat kecukupan protein contoh sudah

baik. Tingkat kecukupan protein didapatkan dari perbandingan total konsumsi

protein sehari dengan Angka Kecukupan Protein tahun 2004.

Tingkat kecukupan dikategorikan berdasarkan Depkes (1996) menjadi

defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit

tingkat ringan (80-89% AKG), normal (90-119% AKG) dan lebih (≥120%). Tabel

12 menunjukan 75.8% contoh sudah tercukupi kebutuhan proteinnya, 4.8%

konsumen termasuk ke dalam defisit tingkat sedang, dan 19.35% termasuk

defisit tingkat ringan. Hal ini menunjukan lebih dari separuh konsumen telah

memenuhi kecukupan proteinnya. BPS (2006) menyatakan bahwa konsumsi

makanan masyarakat dikatakan memadai jika memenuhi dua kriteria kecukupan,

yaitu kecukupan energi dan protein.

Tabel 12 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan protein

Tingkat Kecukupan Protein n %

Defisit tingkat berat (< 70% AKG) 0 0 Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 3 4.8 Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 12 19.4 Normal (90-119% AKG) 47 75.8 Lebih (≥120% AKG) 0 0

Jumlah 62 100

42

Daya Terima Makanan

Faktor utama yang mempengaruhi daya penerimaan terhadap makanan

adalah rangsangan cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan itu. Cita rasa

makanan ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan terhadap berbagai indera

dalam tubuh manusia terutama indera penglihatan, indera pencium, dan indera

pengecap. Makanan yang memiliki cita rasa tertinggi adalah makanan yang

disajikan secara menarik, menyebarkan bau yang sedap, dan memberikan rasa

yang lezat. Cita rasa makanan mencakup dua aspek utama yaitu penampilan

makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan sewaktu dimakan (Moehyi

1992).

Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan porsi makanan

Penampilan makanan dibagi atas lima kategori yaitu besar porsi

makanan, konsistensi atau tekstur makanan, kombinasi warna makanan, bentuk

makanan, dan penyajian makanan. Sebaran contoh berdasarkan porsi makanan

dapat dilihat pada Gambar 4.

Sebagian besar contoh menyatakan cukup untuk porsi nasi (100%), sayur

(68%), dan buah (69%). Sebagian besar contoh menyatakan terlalu kecil untuk

porsi lauk hewani (98%) dan lauk nabati (60%). Hal ini disebabkan karena

sebagian besar contoh berasal dari Suku Banjar yang memiliki kebiasaan makan

dengan porsi lauk hewani (ikan) yang besar. Namun, hasil pengamatan terhadap

lauk yang disediakan oleh pihak catering sudah sesuai dengan standar Angka

Kecukupan Protein.

43

Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan tekstur, warna, bentuk, dan penyajian

makanan

Sebaran contoh berdasarkan tekstur, warna, bentuk, dan penyajian

makanan dapat dilihat pada Gambar 5. Sebagian besar contoh menyatakan tidak

suka untuk kategori tekstur (60%), bentuk (55%), dan penyajian makanan (73%)

sedangkan untuk kategori warna sebagian besar contoh menyatakan suka

(53%).

Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa

makanan setelah penampilan makanan. Komponen yang berperan dalam

penentuan rasa makanan adalah kerenyahan, aroma, suhu (temperatur), bumbu,

keempukan, dan tingkat kematangan. Sebaran contoh terhadap komponen rasa

makanan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan kerenyahan, aroma, bumbu, keempukan, dan tingkat kematangan makanan

44

Keseluruhan contoh (100%) menyatakan suka untuk kategori kerenyahan.

Sebagian besar contoh menyatakan suka untuk kategori aroma (98%), bumbu

(97%), keempukan (97%), dan tingkat kematangan (94%).

Gambar 7 Sebaran contoh terhadap suhu makanan

Suhu makanan dibagi menjadi dua kategori yaitu sesuai dan tidak sesuai.

Gambar 7 menunjukkan persentase konsumen terhadap suhu makanan.

Sebagian besar konsumen menyatakan tidak sesuai (71%) terhadap suhu

makanan.

Hubungan Antar Variabel

Hubungan Konsumsi terhadap Kecukupan Energi dan Protein

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa konsumsi contoh tidak

mempunyai hubungan yang signifikan (p>0.05) terhadap kecukupan energi dan

protein contoh. Hal tersebut karena konsumsi contoh tidak hanya dipengaruhi

oleh kecukupan energi dan protein contoh. Faktor lain yang mempengaruhi

konsumsi contoh adalah pengetahuan gizi dan kebiasaan makan. Pengetahuan

gizi adalah aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman tentang gizi, makanan,

dan kesehatan. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap

dan prilaku dalam pemilihan makanan (Irawati et al 1992).

Hubungan Aktifitas Fisik terhadap Tingkat Kecukupan Energi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan negatif antara aktifitas fisik dengan tingkat kecukupan energi (p<0.05,

r= -0.34). Hal ini dikarenakan konsumsi contoh relatif rendah. Hasil tabulasi

silang antara tingkat kecukupan energi dan aktivitas fisik disajikan pada Tabel

13.

45

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan aktivitas fisik

Aktivitas fisik

Tingkat Kecukupan Energi

Total Defisit Tingkat Berat

Defisit Tingkat Sedang

Defisit Tingkat Ringan

normal lebih

n % n % n % n % n % n %

Ringan 3 4.8 3 4.8 3 4.8 0 0 0 0 9 15

Sedang 26 41.9 10 16.1 2 3.2 1 1.6 0 0 39 63

Berat 13 21 1 1.6 0 0 0 0 0 0 14 23

Total 42 67.7 14 22.6 5 8.1 1 1.6 0 0 62 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase terbesar

(41.9%) konsumen dengan tingkat kecukupan energi defisit tingkat berat

mempunyai aktivitas sedang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Input penyelenggaraan makanan di Pangansari Utama Catering Tambang

Senakin terdiri atas pekerja penyelenggaraan makanan, anggaran dana, dan

sarana fisik dan peralatan. Pekerja yang terlibat dalam kegiataan

penyelenggaraan makanan berjumlah 36 orang yang terdiri dari tenaga

pengelola, tenaga pelaksana, dan tenaga pembantu pelaksana. Biaya untuk

penyelenggaraan makanan berasal dari PT Arutmin Indonesia yang merupakan

bagian dari upah karyawan. Sarana fisik dan peralatan yang digunakan berasal

dari PT Arutmin Indonesia. Sarana fisik Pangansari Utama Catering Tambang

Senakin masih belum memadai karena tidak mempunyai ruang penerimaan dan

ruang ganti pakaian.

Proses penyelenggaraan makanan di Pangansari Utama Catering

Tambang Senakin terdiri atas perencanaan menu, pelaksanaan, dan pencatatan

serta pelaporan. Perencanaan menu dilakukan bersama-sama antara koki,

supervisor, dan staf administrasi PT Thiees. Pelaksanaan terdiri atas pembelian

bahan makanan, penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan,

persiapan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, dan distribusi bahan

makanan. Pencatatan dan pelaporan di Pangansari Utama Tambang Senakin

meliputi pencatatan dan pelaporan harian, bulanan, dan tahunan.

Pangansari Utama Catering Tambang Senakin secara umum laik higiene

dan sanitasi. Persentase rata-rata pekerja yang menerapkan prinsip higiene

personal adalah 89.5%.

Rata-rata ketersediaan energi di catering telah memenuhi kecukupan

contoh dan ketersediaan protein melebihi kecukupan contoh. Rata-rata tingkat

kecukupan energi contoh termasuk kategori defisit berat. Rata-rata tingkat

kecukupan protein sudah termasuk kategori normal.

Hampir separuh contoh termasuk dalam golongan usia dewasa madya.

Lebih dari separuh contoh memiliki tingkat aktivitas fisik dengan kategori sedang.

Konsumsi contoh tidak mempunyai hubungan terhadap kecukupan energi

dan protein contoh. Semakin tinggi aktivitas fisik contoh maka semakin rendah

tingkat kecukupan energi contoh.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini Pangansari Utama Catering Tambang

Senakin disarankan untuk memperhatikan perekrutan tenaga kerja yang terlibat

47

dalam penyelenggaraan makanan. Catering sebaiknya mempekerjakan tenaga

ahli gizi. Catering disarankan untuk menambah fasilitas yang belum ada yaitu

ruang penerimaan makanan, ruang ganti pakaian untuk tenaga kerja, dan

menambah bak pencuci peralatan.

Catering disarankan meningkatkan penampilan makanan (tekstur, bentuk,

dan penyajian makanan) dan suhu makanan agar karyawan lebih menyukai

makanan catering sehingga konsumsi makanan dari catering meningkat.

Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan analisis mengenai hubungan

antara konsumsi energi dan protein dengan status gizi, pengetahuan gizi, dan

status kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

BPS. 2006. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Jakarta: PT. Tejo

Kirono Berkah Rahayu.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 1991a. Menyusun Menu Makanan Karyawan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

___________________________. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

___________________________. 2003c. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

___________________________. 2009. Pedoman Pemenuhan Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 1990. Pedoman Pengelolaan Makanan Bagi Pekerja. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Direktorat Gizi Masyarakat. 2000. Makanan Sehat untuk Pekerja Wanita di Perusahaan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

_________, Martianto D. 1989. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian mutu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari.

_, Tambunan V. 2004. Angka kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan. Prosiding Widya karya Pangan dan Gizi LIPI Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta : Organisasi di Bidang Pangan dan Gizi. hlm 317-330.

Irawati, Damahuri, Fachrurrozi. 1992. Penelitian Gizi dan Makanan. Bogor: Puslitbang Gizi.

Karyadi D, Muhilal. 1990. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta: Gramedia.

Kementerian Kesehatan RI nomor 715/Menkes/SK/V/2003. 2010. Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Moehyi S. 1992. Penyelenggaraan makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bhratara.

Musbyarini K. 2009. Gaya hidup dan status kesehatan sopir bus sumber alam di Kabupaten Purworejo. Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

49

Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Imu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Palacio JP, Theis M. 2009. Introduction to Foodservice (11th ed). Ohio: Pearson Education.

Pannell DV. 1985. School Foodservice. Westport: AVI Publishing Company.

[Pergizi Pangan] Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan. 1999. Pembangunan Gizi dan Pangan dari perspektif Kemandirian lokal. Thaha R, Hardinsyah, Ala A, editor. Jakarta: Pergizi Pangan.

Santoso G. 2004. Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka

Sinaga T. 1995. Feasibility Study dalam Food Service Management. Malang: Pendidikan Ahli Madya Gizi Malang.

Tarwotjo CS. 1998. Dasar-dasar Gizi Kuliner. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Uripi V, Retnaningsih, Sukandar. 1997. Manajemen Jasa Makanan dan Gizi [petunjuk praktikum]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Widajanti L. 2009. Survei Konsumsi Gizi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Wirakusumah ES. 1991. Manajemen makanan dan Gizi Institusi. Bogor: PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Yuliati L, Santoso H. 1995. Manajemen Gizi Institusi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Proyek Peningkatan Pendidikan dan Kejuruan Non Teknik II.

50

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Kode: ...........

TINGKAT KECUKUPAN GIZI KARYAWAN DAN PENYELENGGARAAN MAKANAN DI PANGANSARI UTAMA CATERING TAMBANG SENAKIN, KALIMANTAN SELATAN

1. Nama Sampel

2. Jenis Kelamin

3. Umur

4. Jenis Pekerjaan

5. Aktivitas fisik

6. Berat Badan

7. Tinggi Badan

8. Tanggal Wawancara

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dan data secara langsung

dari pekerja di Tambang Senakin, Kalimantan Selatan. Demi kelancaran penelitian ini

dukungan Anda sangat saya harapkan.

Terima Kasih

51

I. DAYA TERIMA MAKANAN KARYAWAN

A. Penampilan Makanan

1. Bagaimana menurut Saudara mengenai besar porsi nasi yang disajikan?

a. Cukup c. Terlalu besar

b. Terlalu kecil

2. Bagaimana menurut Saudara mengenai besar porsi lauk hewani (daging,

ayam, telur, ikan, dll) yang disajikan?

a. Cukup c. Terlalu besar

b. Terlalu kecil

3. Bagaimana menurut Saudara mengenai besar porsi lauk nabati (tahu,

tempe, kacang-kacangan) yang disajikan?

a. Cukup c. Terlalu besar

b. Terlalu kecil

4. Bagaimana menurut Saudara mengenai besar porsi sayur yang

disajikan?

a. Cukup c. Terlalu besar

b. Terlalu kecil

5. Bagaimana menurut Saudara mengenai besar porsi buah yang disajikan?

a. Cukup c. Terlalu besar

b. Terlalu kecil

6. Bagaimana menurut Saudara mengenai tekstur makanan yang disajikan?

a. Suka b. Tidak suka

7. Bagaimana menurut Saudara mengenai kombinasi warna makanan yang

disajikan?

a. Suka b. Tidak suka

8. Bagaimana menurut Saudara mengenai bentuk makanan yang disajikan?

a. Suka b. Tidak suka

9. Bagaimana menurut Saudara mengenai penyajian makanan?

a. Suka b. Tidak suka

B. Rasa Makanan

1. Bagaimana menurut Saudara kerenyahan makanan yang disajikan?

a. Suka c. Tidak suka

2. Bagaimana menurut Saudara aroma makanan yang disajikan?

a. Suka c. Tidak suka

52

3. Bagaimana menurut Saudara suhu makanan yang disajikan?

a. Sesuai b. Tidak sesuai

4. Bagaimana menurut Saudara bumbu makanan yang disajikan?

a. Suka b. Tidak suka

5. Bagaimana menurut Saudara mengenai keempukan makanan yang

disajikan?

a. Suka c. Tidak suka

6. Bagaimana menurut saudara mengenai tingkat kematangan yang

disajikan?

a. Suka c. Tidak suka

C. Saran

Apakah saran Saudara untuk peningkatan penyelenggaraan makan di

Pangansari Utama Catering Tambang Senakin?

______________________________________________________________

______________________________________________________________

______________________________________________________________

______________________________________________________________

______________________________________________________________

______________________________________________________________

53

II. UJI KELAIKAN UNTUK HIGIENE SANITASI MAKANAN JASABOGA

No Uraian Bobot Nilai

LOKASI, BANGUNAN, FASILITAS

1

Halaman bersih, rapi, kering dan berjarak sedikitnya 500 meter dari sarang lalat / tempat pembuangan sampah, serta tidak tercium bau busuk atau tidak sedap yang berasal dari sumber pencemaran.

1

2 Konstruksi bangunan kuat, aman, terpelihara, bersih, dan bebas dari barang-barang yang tidak berguna atau barang sisa.

1

3 Lantai rapat, air, kering, terpelihara dan mudah dibersihkan. 1

4 Dinding, langit-langit dan perlengkapannya dibuat dengan baik, terpelihara dan bebas dari debu.

1

5 Bagian dinding yang kena percikan air dilapisi bahan kedap air setinggi 2(dua) meter.

1

6

Pintu dan jendela dibuat dengan baik dan kuat. Pintu dibuat menutup sendiri, membuka kedua arah dan dipasang alat penahan lalat dan baubauan. Pintu dapur yang berhubungan keluar, membuka ke arah luar.

1

PENCAHAYAAN

7 Pencahayaan sesuai dengan kebutuhan dan tidak menimbulkan bayangan. Kuat cahaya sedikitnya 10 fc pada bidang kerja.

3

PENGHAWAAN

8 Ruangan kerja maupun peralatan dilengkapi dengan ventilasi yang baik sehingga diperoleh kenyamanan dan sirkulasi udara.

4

AIR BERSIH

9 Sumber air bersih yang aman, jumlahnya cukup dan air bertekanan.

5

AIR KOTOR

10 Pembuangan air kotor dari dapur, kamar mandi, WC dan air hujan lancar, baik dan kering sekitar.

1

FASILITAS CUCI TANGAN DAN TOILET

11 Tersedia bak / tong sampah yang cukup untuk menampung sampah, dibuat anti lalat, tikus dan, dilapisi kantong plastik yang selalu diangkat setiap kali penuh.

2

RUANG PENGOLAHAN MAKANAN

12 Tersedia luas lantai yang cukup untuk pekerja pada bangunan yang terpisah dari tempat tidur atau tempat mencuci pakaian.

1

13 Keadaan ruangan bersih dari barang yang tidak berguna. Barang tersebut disimpan rapi di gudang.

1

KARYAWAN

14 Semua karyawan yang bekerja bebas dari penyakit infeksi, penyakit kulit, bisul, luka terbuka dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).

5

15 Tangan selalu dicuci bersih, kuku dipotong pendek, bebas kosmetik dan perilaku yang higenis.

5

16 Pakaian kerja dalam keadaan bersih, rambut pendek dan tubuh bebas perhiasan.

1

M A K A N A N

17 Sumbernya, keutuhan dan tidak rusak.

18 Bahan yang terolah dalam wadah / kemasan asli, terdaftar, berlabel tidak kedaluwarsa.

1

PERLINDUNGAN MAKANAN

19 Penanganan makanan yang potensi berbahaya pada suhu, cara dan waktu yang memadai selama penyimpanan peracikan, persiapan penyajian dan pengangkutan makanan serta

5

54

melunakkan makanan beku sebelum dimasak (thawing).

20 Penanganan makanan yang potensial berbahaya karena tidak ditutup atau disajikan ulang.

4

PERALATAN MAKAN DAN MASAK

21 Perlindungan terhadap peralatan makan dan masak dalam cara pembersihan, penyimpanan, penggunaan dan pemeliharaannya.

2

22 Alat makan dan masak yang sekali pakai tidak dipakai ulang. 2

23 Proses pencucian malalui tahapan mulai dari pembersihan sisa makanan, perendaman, pencucian danpembilasan.

3

LAIN-LAIN

24 Bahan racun / pestisida disimpan tersendiri di tempat yang aman, terlindung, menggunakan label / tanda yang jelas untuk digunakan.

5

25 Perlindungan terhadap serangga, tikus, hewan peliharaan dan hewan pengganggu lainnya.

4

26 Ruang pengolahan makanan tidak dipakai sebagai ruang tidur. 1

27 Tersedia 1 (satu) buah lemari es (kulkas). 4

28 Pengeluaran asap dapur dilengkapi dengan alat pembuang asap.

1

29 Fasilitas pencucian dibuat dengan tiga bak pencuci. 2

30 Tersedia kamar ganti pakaian dan dilengkapi dengan tempat penyimpanan pakaian (loker).

1

31 Saluran pembuangan limbah dapur dilengkapi dengan grease trap.

1

32 Tempat memasak terpisah secara jelas dengan tempat penyiapan makanan matang.

1

33 Lemari penyimpanan dingin dengan suhu 5

oC dilengkapi dengan

termometer pengganti. 4

34 Tersedia kendaraan pengangkutan makanan yang khusus. 3

35 Sudut lantai dan dinding konus. 1

36 Tersedia ruang belajar. 1

37 Alat pembuangan asap dilengkapi filter. 1

38 Dilengkapi dengan saluran air panas untuk pencucian. 2

39 Lemari pendingin dapat mencapai suhu – 10oC. 4

Jumlah 92

55

Lampiran 2 Denah ruang makan

56

Lampiran 3 Denah dapur

57

Lampiran 4 Peralatan dan perlengkapan penyelenggaraan makanan

No Peralatan Dimensi

Bahan P (cm) L (cm) T (cm)

1 Kompor (Gas Stove) 60 60 90 Stainless steel

2 Penggorengan (fryer) 55 55 20 Stainless steel

3 Oven 68 66 90 Stainless steel

4 Mixer 90 45 110 Stainless steel

5 Pisau daging 25 10 0.3 Stainless steel

6 Sodet 40 7 0.3 Stainless steel

7 Sendok sayur 25 5 0.3 Plastik

8 Piring makan 30 30 4 Keramik

9 Mangkok 20 20 7 Keramik

10 Piring kecil 20 20 4 Keramik

11 Sendok dan garpu 20 5 0.3 Stainless steel

12 Gelas 7 7 20 Kaca

13 Mangkok kecil 10 10 5 Keramik

14 Cangkir 7 7 9 Keramik

15 Pisau potong sayur dan buah

20 5 0.3 Stainless steel

16 Pisau roti 20 3 0.3 Stainless steel

17 Talenan sayur 30 10 1.5 Kayu

18 Talenan daging 50 40 2 Plastik

19 Pemanggang roti 45 20 55 Alumunium

20 Electric kettle 53 37 63 Alumunium

21 Dispenser jus 28 37 46 Plastik

22 Mangkok besar 30 30 7 Kaca

23 Tempat saos/kecap 7 7 20 Plastik

24 Tempat tusuk gigi 4 4 7 Plastik

25 Tempat tissue 4 2 7 Plastik

26 Blender 19 17 40 Plastik

27 Bain marie 40 30 10 Stainless steel

28 Baskom alumunium 40 40 7 Alumunium

29 Keranjang 40 30 10 Plastik

No Perlengkapan Dimensi Bahan

P (cm) L (cm) T (cm)

1 Meja 240 80 90 Stainless steel

2 Meja prasmanan 200 80 90 Kayu lapis melaminto

3 Hood 90 60 70 Plat alumunium

4 Lemari es 80 80 170 Besi, alumunium

5 Rak sayuran 160 60 170 Stainless steel

6 Rak bahan makanan kering

540 60 200 Besi hollow

7 Sink 200 60 90 Stainless steel

8 Troley 60 80 110 Stainless steel

58

Lampiran 5 Siklus menu 14 hari

Hari Ke

Waktu Makan

Pagi Siang Malam

1 Nasi uduk, semur telor, susu, jus buah

Nasi putih, ayam rica-rica, ikan bumbu merah, tempe goreng tepung, sayur asam, apel, roti

Nasi putih, rendang daging, telur dadar, cah sayur sayuran, cenil, semangka

2 Nasi kuning, ikan bumbu bali, susu, jus buah

Nasi putih, daging bumbu pedas, ikan goreng, mie goreng, sayur santan kacang panjang+kol, jeruk, roti

Nasi putih, ikan asam pedas, tempe goreng, tumis sayuran, black forrest cake, melon.

3 Nasi goreng, sarden cabe hijau, susu, jus buah

Nasi putih, opor ayam, cah cumi-cumi cabe hijau hijau, sambal goreng hati, sup sayuran, apel, roti

Nasi putih, ayam goreng ketumbar, bihun goreng,sayur santan pedas, sus, semangka

4 Nasi kuning, telor bumbu bali, susu, jus buah

Nasi putih, sambal goreng hati ayam, ikan rica-rica, dadar sayuran, tumis sayuran, apel, roti

Nasi putih, cumi goreng tepung, ikan asin, sayur bening, mocca cake, pepaya

5 Lontong sayur, bakwan, susu, jus buah

Nasi putih, semur ayam pedas, ikan goreng tepung, telur mata sapi bumbu kecap, cah sayuran, jeruk, roti

Nasi putih, sop iga, bakwan sayur, sup macaroni, pais pisang, melon

6 Nasi putih, sardenes in tomato sauce, susu, jus buah

Nasi putih, ikan acar kuning, kalio ayam, sambel goreng tempe, sayur bening, apel, roti

Nasi putih, ikan bakar, sate ayam, capcay, klepon, semangka

7 Nasi kuning, telur bumbu bali, susu, jus buah

Nasi putih, ayam bumbu rendang, ikan goreng, tahu gimbal, tumis kangkung, jeruk, roti

Nasi putih, ikan goreng dabu-dabu, tumis sayuran, lumpia, pepaya

8 Nasi putih, cah corned beef + kentang, susu, jus buah

Nasi putih, ayam goreng bumbu rujak, ikan goreng dabu-dabu, telur dadar, gulai daun singkong, jeruk, roti

Nasi putih, soto makassar, telur rebus, tumis sayuran, pais singkong, melon

9 Nasi uduk, tumis sarden, susu, jus buah

Nasi putih, kalio daging, ayam goreng tepung, bakwan sayuran, sayur asam, apel, roti

Nasi putih, ayam bumbu kare, tahu goreng, sayur bobor, pisang goreng, nanas

10 Nasi kuning, ikan bumbu bali, susu, jus buah

Nasi putih, ikan bumbu habang, ayam goreng ketumbar, bihun goreng, sayur bening, salak, roti

Nasi putih, gulai kambing, tempe bumbu pedas, kue lapis, semangka

11 Lontong sayur, telur bulat, susu, jus buah

Nasi putih, ayam goreng kecap, sambal goreng campur, ikan asin balado, sup makaroni, pisang, roti

Nasi putih, sambal goreng udang+kentang, bakwan sayuran, gulai daun singkong, mocca cake, melon

12 Nasi putih, cah ayam sayur, susu, jus buah

Nasi putih, gulai daging, ikan balado, dadar kampung, tumis sayuran, apel merah, roti

Nasi putih, ayam bumbu ketumbar, sambal goreng campur, sup sayuran, black forrest cake, pepaya

13 Nasi putih, soto ayam, susu, jus buah

Nasi puith, ayam goreng tepung, ikan bumbu acar kuning, mie goreng, bobor sayur, sunkist, roti

Nasi putih, ikan asam pedas, tahu acar kuning, sayur kacang putih, sus, nanas

14 Nasi putih, ikan bumbu balado, susu, jus buah

Nasi putih, rendang daging, ayam goreng tepung, bakwan jagung, cah sayuran, pear, roti

Nasi putih, semur daging, sambal goreng udang, sayur bening, pudding coklat, semangka

59

Lampiran 6 Hasil penerapan sanitasi jasa boga

No Uraian Bobot

LOKASI, BANGUNAN, FASILITAS

1 Halaman bersih, rapi, kering dan berjarak sedikitnya 500 meter dari sarang lalat / tempat pembuangan sampah, serta tidak tercium bau busuk atau tidak sedap yang berasal dari sumber pencemaran.

1

2 Konstruksi bangunan kuat, aman, terpelihara, bersih, dan bebas dari barang-barang yang tidak berguna atau barang sisa.

1

3 Lantai rapat, air, kering, terpelihara dan mudah dibersihkan. 1

4 Dinding, langit-langit dan perlengkapannya dibuat dengan baik, terpelihara dan bebas dari debu.

1

5 Bagian dinding yang kena percikan air dilapisi bahan kedap air setinggi 2(dua) meter.

1 -

6 Pintu dan jendela dibuat dengan baik dan kuat. Pintu dibuat menutup sendiri, membuka kedua arah dan dipasang alat penahan lalat dan baubauan. Pintu dapur yang berhubungan keluar, membuka ke arah luar.

1

PENCAHAYAAN

7 Pencahayaan sesuai dengan kebutuhan dan tidak menimbulkan bayangan. Kuat cahaya sedikitnya 10 fc pada bidang kerja.

3

PENGHAWAAN

8 Ruangan kerja maupun peralatan dilengkapi dengan ventilasi yang baik sehingga diperoleh kenyamanan dan sirkulasi udara.

4

AIR BERSIH

9 Sumber air bersih yang aman, jumlahnya cukup dan air bertekanan.

5

AIR KOTOR

10 Pembuangan air kotor dari dapur, kamar mandi, WC dan air hujan lancar, baik dan kering sekitar.

1

FASILITAS CUCI TANGAN DAN TOILET

11 Tersedia bak / tong sampah yang cukup untuk menampung sampah, dibuat anti lalat, tikus dan, dilapisi kantong plastik yang selalu diangkat setiap kali penuh.

2

RUANG PENGOLAHAN MAKANAN

12 Tersedia luas lantai yang cukup untuk pekerja pada bangunan yang terpisah dari tempat tidur atau tempat mencuci pakaian.

1

13 Keadaan ruangan bersih dari barang yang tidak berguna. Barang tersebut disimpan rapi di gudang.

1

M A K A N A N

17 Sumbernya, keutuhan dan tidak rusak. 5

18 Bahan yang terolah dalam wadah / kemasan asli, terdaftar, berlabel tidak kedaluwarsa.

1

PERLINDUNGAN MAKANAN

19 Penanganan makanan yang potensi berbahaya pada suhu, cara dan waktu yang memadai selama penyimpanan peracikan, persiapan penyajian dan pengangkutan makanan serta melunakkan makanan beku sebelum dimasak (thawing).

5

20 Penanganan makanan yang potensial berbahaya karena tidak ditutup atau disajikan ulang.

4

PERALATAN MAKAN DAN MASAK

21 Perlindungan terhadap peralatan makan dan masak dalam cara pembersihan, penyimpanan, penggunaan dan pemeliharaannya.

2

22 Alat makan dan masak yang sekali pakai tidak dipakai ulang. 2

23 Proses pencucian malalui tahapan mulai dari pembersihan sisa makanan, perendaman, pencucian, dan pembilasan.

3

60

No Uraian Bobot

LAIN-LAIN

24 Bahan racun / pestisida disimpan tersendiri di tempat yang aman, terlindung, menggunakan label / tanda yang jelas untuk digunakan.

5

25 Perlindungan terhadap serangga, tikus, hewan peliharaan dan hewan pengganggu lainnya.

4

26 Ruang pengolahan makanan tidak dipakai sebagai ruang tidur. 1

27 Tersedia 1 (satu) buah lemari es (kulkas). 4

28 Pengeluaran asap dapur dilengkapi dengan alat pembuang asap.

1

29 Fasilitas pencucian dibuat dengan tiga bak pencuci. 2 -

30 Tersedia kamar ganti pakaian dan dilengkapi dengan tempat penyimpanan pakaian (loker).

1 -

31 Saluran pembuangan limbah dapur dilengkapi dengan grease trap.

1

32 Tempat memasak terpisah secara jelas dengan tempat penyiapan makanan matang.

1

33 Lemari penyimpanan dingin dengan suhu 5oC dilengkapi dengan

termometer pengganti. 4

34 Tersedia kendaraan pengangkutan makanan yang khusus. 3 -

35 Sudut lantai dan dinding konus. 1

36 Tersedia ruang belajar. 1

37 Alat pembuangan asap dilengkapi filter. 1

38 Dilengkapi dengan saluran air panas untuk pencucian. 2

39 Lemari pendingin dapat mencapai suhu – 10oC. 4

Jumlah 92 85

61

Lampiran 7 Dokumentasi

Gambar 7 Ruang Makan

Gambar 13 Ruang Persiapan Gambar 9 Penyajian Makanan

Gambar 8 Ruang Pencucian Alat

Gambar 15 Ruang Pemotongan Daging Gambar 14 Ruang Pemorsian

62

Gambar 19 Ruang Penyimpanan BM Kering

Gambar 18 Ruang Penyimpanan Buah dan Sayur

Gambar 17 Ruang Penyimpanan Daging Gambar 16 Ruang Bakery