Teori Emosi (Nia)

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    1/36

    Teori Emosi

    Posted on 01/09/2009by fery76

    Perasaan paling dasar yang kita alami mencakup bukan hanya motif-motif seperti rasa lapar dan seks tetapi juga

    emosi seperti kebahagiaan dan kemarahan. Emosi dan motif berhubungan erat. Walaupun mirip, emosi dan

    motif perlu dibedakan. Salah satu perbedaan yang umum adalah bahwa emosi dipicu dari luar atau dibangkitkan

    oleh peristiwa eksternal, reaksi emosional ditujukan kepada peristiwa tersebut. Motif dibangkitkan dari

    dalam/oleh peristiwa internal dan secara alami diarahkan kepada objek tertentu di lingkungan seperti (makanan,

    air, atau pasangan).

    Komponen-Komponen Emosi.

    Daftar komponen emosi mencakup:

    1. Respon tubuh Internal, terutama yang melibatkan sistem syaraf otonomik. Misal: Jika marah tubuh Anda

    kadang-kadang gemetar atau suara Anda menjadi tinggi, walaupun Anda tidak menginginkannya.

    2. Keyakinan atau penilaian kognitif, bahwa telah terjadi keadaan positif atau negatif tertentu. Misal: saat

    mengalami suatu kebahagiaan, seringkali melibatkan tentang alasan kebahagiaan itu.

    3. Ekspresi Wajah, Misal: jika Anda merasa muak atau jijik, mungkin Anda mengerutkan dahi, membuka mulut

    lebar-lebar dan kelopak mata sedikit menutup.

    4. Reaksi terhadap Emosi, mencakup reaksi spesifik. Misal: kemarahan menyebabkan agresi.

    Dasar Fisiologis

    Jika kita mengalami suatu emosi yang kuat seperti rasa marah atau takut, mungkin kita merasakan sejumlah

    perubahan pada tubuh. Sebagian besar perubahan fisiologis yang terjadi selama rangsangan emosional terjadi

    akibat aktivasi cabang simpatik dari sistem syaraf otonomik untuk mempersiapkan tubuh melakukan tindakan

    darurat. Sistem simpatik bertanggung jawab untuk terjadinya perubahan-perubahan berikut:

    1. Tekanan darah dan denyut jantung meningkat.

    2. Pernapasan menjadi lebih cepat.

    3. Pupil mata mengalami dilatasi.

    4. Keringat meningkat sementara sekresi saliva dan mukus menurun.

    5. Kadar gula darah meningkat untuk memberikan lebih banyak energi.

    6. Darah membeku lebih cepat untuk persiapan kalau-kalau terjadi luka.

    7. Mobilitas saluran gastrointestinal menurun, darah dialirkan dari lambung dan usus ke otak dan otot rangka.

    8. Rambut dikulit menjadi tegak, menyebabkan merinding.

    Sistem syaraf simpatis mempersiapkan organisme untuk mengeluarkan energi. Saat emosi menghilang, sistem

    parasimpatik (sistem penghemat energi) mengambil alih dan mengembalikan organisme ke keadaan normalnya.

    Intensitas Emosi.

    Para peneliti telah mempelajari kehidupan emosional individu-individu dengan cedera pada medula spinalis. Jika

    medula spinalis mengalami gangguan atau lesi, sensasi dibawah tempat cedera tidak dapat mencapai otak.

    Karena sebagian sensasi itu berasal dari sistem syaraf simpatik, cedera menurunkan kontribusi rangsangan

    otonomik untuk merasakan emosi. Penurunan rangsangan otonomik menyebabkan penurunan intensitas emosi

    yang dialami.

    Diferensiasi Emosi.

    Wiliam James menyatakan bahwa persepsi perubahan tubuh adalah pengalaman subjektif dari suatu emosi:

    (Kita takut karena kita lari.; Kita marah karena kita memukul). Ahli psikologi Denmark, Carl Lange, sampai

    pada posisi yang serupa, tapi baginya perubahan tubuh termasuk rangsangan otonomik. Posisi kombinasi

    mereka disebut teori James-Lange. Teori ini menyatakan: Karena persepsi rangsangan otonomik (dan mungkin

    perubahan tubuh lain) membentuk pengalaman suatu emosi, dan karena emosi yang berbeda terasa berbeda,

    pastilah terdapat pola tersendiri aktivitas otonomik untuk tiap emosi. Dengan demikian teori James-Lange

    menyatakan bahwa rangsangan otonomik mendiferensiasikan emosi.

    Teori ini mengalami serangan hebat pada tahun 1920-an (terutama bagian teori tentang rangsangan otonomik).

    Serangan ini dipimpin oleh ahli psikologi Walter Cannon (1927) yang mengajukan tiga kritik utama:

    1. Karena organ internal merupakan struktur yang relatif tidak sensitif dan tidak terpasok baik oleh syaraf,

    perubahan internal terjadi terlalu lambat agar dapat menjadi sumber emosi.

    2. Perubahan tubuh yang di induksi secara artifisial berkaitan dengan suatu emosi. Sebagai contoh: injeksi obat

    http://fery76.wordpress.com/2009/09/01/teori-emosi/http://fery76.wordpress.com/2009/09/01/teori-emosi/http://fery76.wordpress.com/2009/09/01/teori-emosi/
  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    2/36

    seperti epinephrine tidak menghasilkan pengalaman emosi yang sesungguhnya.

    3. Pola rangsangan otonomik tampaknya tidak banyak berbeda dari satu keadaan emosional dengan keadaan

    emosional lain, sebagai contohnya walaupun kemarahan menjadikan jantung kita berdebar lebih cepat, demikian

    pula jika kita melihat orang yang kita cintai.

    Argumen ketiga secara eksplisit menyangkal bahwa perangsangan emosional dapat mendiferensiasi emosi.

    Ahli psikologi telah mencoba menangkis pandangan Cannon ketiga sambil mengembangkan pengukur sub-komponen rangsangan otonomik yang semakin akurat. Akhirnya semua penelitian hanya membuktikan bahwa

    terdapat suatu perbedaan fisiologis diantara emosi, dan perbedaan tersebut dihayati dan dialami sebagai

    perbedaan kualitatif antara emosi. Walaupun rangsangan otonomik membantu membedakan beberapa emosi,

    kecil kemungkinannya ia membedakan semua emosi.

    Kognisi dan Emosi.

    Jika kita mengalami suatu peristiwa atau tindakan, kita menginterpretasikan situasi itu berkaitan dengan tujuan

    pribadi dan kesehatan kita; hasil dari penilaian adalah keyakinan yang positif dan negatif. Interpretasi ini dikenal

    sebagai penilaian kognitif, yang memiliki dua bagian tersendiri: proses penilaian dan keyakinan yang

    dihasilkannya.

    Intensitas dan Diferensiasi Emosi.

    Penilaian kita terhadap suatu situasi dapat mempengaruhi intensitas pengalaman emosional kita. Penilaiankognitif mungkin juga sangat bertanggung jawab untuk membedakan emosi. Tidak seperti rangsangan otonomik,

    keyakinan yang terjadi dari penilaian adalah cukup kaya untuk dibedakan dari banyak jenis perasaan dan proses

    penilaian sendiri mungkin cukup cepat untuk mempengaruhi kecepatan munculnya beberapa emosi.

    Komponen-komponen rangsangan otonomik dan penilaian kognitif merupakan peristiwa yang sangat kompleks

    yang melibatkan sub-komponen, dan sub-komponen itu tidak semuanya terjadi pada waktu yang bersamaan.

    Dimensi-dimensi Emosi.

    Ahli psikologi telah mengambil pendekatan yang berbeda terhadap masalah dimensi mana dari suatu situasi

    yang menentukan emosi mana yang akan terjadi. Salah satu pendekatan menganggap bahwa terhadap

    sekelompok kecil emosi primer dan tiap emosi tersebut berhubungan dengan situasi hidup fundamental. Emosi

    tersebut dapat meliputi rasa takut, marah, gembira, percaya, muak, antisipasi dan terkejut.

    Pendekatan lain untuk menentukan determinan emosi menekankan proses kognitif. Pendekatan ini memulaidengan sekumpulan primer dimensi situasional yang dialami seseorang. Smith dan Ellsworth menemukan bahwa

    sekurangnya diperlukan enam dimensi untuk mendeskripsikan 15 emosi yang berbeda (termasuk kemarahan,

    rasa bersalah dan kesedihan). Dimensi tersebut antara lain:

    a. Sifat disenangi suatu situasi (menyenangkan atau tidak menyenangkan).

    b. Upaya yang diperkirakan dilakukan pada situasi.

    c. Kepastian situasi.

    d. Perhatian yang akan dilimpahkan pada situasi.

    e. Pengendalian yang dirasakan seseorang terhadap situasi.

    f. Pengendalian yang dikaitkan dengan kekuatan bukan manusiawi terhadap situasi.

    Beberapa Implikasi Klinis.

    Fakta bahwa penilaian kognitif dapat mendiferensiasikan emosi membantu memahami teka-teki observasi klinis.

    Klinisi melaporkan bahwa kadang-kadang seorang pasien tampaknya mengalami suatu emosi tetapi tidak

    menyadarinya. Titik pertemuan lain antara analisis klinis dan riset eksperimental adalah perkembangan

    emosional.

    Penelitian klinis menyatakan bahwa sensasi kesenangan dan distres seseorang hanya berubah sedikit saat ia

    berkembang dari anak-anak menjadi dewasa; tetapi yang berkembang adalah ide tentang sensasi.

    Terakhir, penelitian mengenai penilaian, cocok dengan fenomena yang dikenal baik, bukan hanya oleh klinisi

    tetapi juga oleh semua orang. Tingkat mana situasi membangkitkan suatu emosi tergantung pada pengalaman

    kita sebelumnya.

    Emosi tanpa Kognisi.

    Walaupun penilaian kognitif jelas sangat penting untuk mengalami banyak emosi, tetapi tampaknya terdapat

    kasus emosi dimana tak ada penilaian kognitif yang tampaknya terlibat. Jika seekor tikus menerima kejutan listrik

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    3/36

    untuk pertama kalinya. Misal: mungkin ia hanya sedikit memikirkannya, dan reaksi emosionalnya sama sekali

    tidak memiliki aktivitas kognitif.

    Terdapat dua jenis pengalaman emosional: yang berdasarkan pada penilaian kognitif dan yang mendahului

    kognisi. Walaupun kita dapat memiliki pengalaman emosional tanpa penilaian kognitif. Pengalaman tersebut

    mungkin terbatas pada perasaan positif atau negatif yang tidak terdeferensiasi.

    Ekspresi dan Emosi.Ekspresi wajah yang menyertai emosi jelas berfungsi mengkomunikasikan emosi tersebut. Penelitian belum lama

    ini menyatakan bahwa selain fungsi komunikatifnya, ekspresi emosi berperan pada pengalaman subjektif emosi,

    sama seperti rangsangan dan penilaian.

    Komunikasi Ekspresi Emosi.

    Ekspresi wajah tertentu tampaknya memiliki makna universal, tanpa memandang kultur tempat individu tersebut

    dibesarkan. Misal: Ekspresi universal dari kemarahan adalah wajah memerah, kening berkerut, lubang hidung

    membesar, rahang mengatup dan gigi diperlihatkan. Jadi disamping ekspresi dasar emosi yang tampaknya

    universal, terdapat bentuk ekspresi yang konvensional, sejenis bahasa emosi yang dikenali oleh orang lain di

    dalam suatu kultur.

    Lokalisasi Otak.

    Ekspresi emosional yang universal sangat spesifik: otot tertentu digunakan untuk mengekspresikan emositertentu. Kombinasi universalitas dan spesifitas ini menyatakan bahwa sistem neurologis khusus mungkin telah

    berkembang pada manusia untuk menginterpretasikan ekspresi emosional primitif. Bukti terakhir menyatakan

    bahwa memang terdapat sistem seperti itu, dan terletak di hemisfer serebral kanan.

    Hipotesis Umpan Balik Wajah.

    Ide bahwa ekspresi wajah, selain fungsi komunikatifnya, juga berperan dalam pengalaman emosi kita kadang-

    kadang dinamakan hipotesis umpan balik wajah. Menurut hipotesis, sama seperti kita menerima umpan balik

    tentang (atau menghayati) rangsangan otonomik kita, kita juga menerima umpan balik tentang ekspresi wajah

    kita, dan umpan balik ini bergabung dengan komponen emosi lainnya untuk menghasilkan pengalaman yang

    lebih kuat.

    Aliran Darah dan Temperatur Otak.

    Kontraksi otot wajah tertentu dapat mempengaruhi aliran darah di pembuluh darah sekitarnya. Hal ini selanjutnyamempengaruhi aliran darah selebral yang dapat menentukan temperatur otak, yang selanjutnya memfasilitasi

    dan menginhibisi pelepasan berbagai neurotransmiter dan neurotransmiter ini mungkin mungkin merupakan

    bagian dari aktivitas kortikal yang mendasari emosi. Sebagai contohnya: jika tersenyum, konfigurasi otot-otot

    wajah mungkin menyebabkan penurunan temperatur di daerah otak dimana dilepaskan neurotransmiter

    serotonin. Perubahan temperatur ini mungkin menghambat pelepasan neurotransmiter yang menyebabkan suatu

    perasaan positif. Dengan demikian jalur kritis pindah dari ekspresi wajah ke aliran darah ke temperatur otak ke

    ekspresi emosi.

    Reaksi Umum dalam Keadaan Emosional.

    Terdapat beberapa reaksi saat kita berada dalam keadaan emosional:

    a. dapat memberi kita energi atau mengganggu kita.

    b. menentukan apa yang kita perhatikan dan pelajari.

    c. Menentukan pertimbangan apa yang kita gunakan dalam memandang dunia.

    Energi dan Gangguan.

    Berada dalam keadaan emosional kadang-kadang memberikan energi, tetapi di lain waktu dapat mengganggu,

    tergantung pada intensitas pengalaman individu yang mengalaminya dan lamanya pengalaman. Berkaitan

    dengan intensitas, rangsangan emosi yang ringan cenderung menghasilkan kesiagaan dan minat dalam situasi

    sekarang. Tetapi jika emosi menjadi kuat, apakah menyenangkan atau tiak menyenangkan, mereka biasanya

    menghasilkan gangguan pikiran atau perilaku.

    Perhatian dan Belajar: Kongruensi Mood.

    Jika mengalami suatu emosi, kita cenderung memperhatikan lebih banyak pada peristiwa yang cocok dengan

    mood kita dibandingkan peristiwa yang tidak. Sebagai konsekuensinya, kita mempelajari lebih banyak tentang

    peristiwa yang kongruen dengan mood kita.

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    4/36

    Mood seseorang selama belajar dapat meningkatkan ketersediaan memori yang cocok dengan mood itu, dan

    memori tersebut akan lebih mudah dikaitkan dengan materi baru yang juga cocok dengan mood.

    Penilaian dan Perkiraan: Efek Mood.

    Mood emosional kita dapat mempengaruhi penilaian kita terhadap orang lain dan mempengaruhi pertimbangan

    kita tentang frekuensi berbagai resiko di dunia.

    Mood buruk menyebabkan kita melihat resiko tersebut lebih sering terjadi; mood baik menyebabkan kita melihatresiko itu sebagai jarang. Jadi, konsekuensi umum dari suatu mood adalah memperkuat mood itu.

    Agresi sebagai suatu reaksi Emosional.

    Diantara reaksi emosional tipikal, ahli psikologi telah memilih satu untuk banyak penelitian: Agresi. Alasan

    mengapa ahli psikologi telah memfokuskan riset mereka kepada agresi adalah karena dua teori besar tentang

    perilaku sosial membuat asumsi yang sangat berbeda tentang sifat agresi.

    Teori psikoanalitik Freud memandang agresi sebagai respon yang dipelajari. Riset tentang agresi membantu kita

    menilai teori yang saling bertentangan tersebut.

    Agresi sebagai suatu dorongan.

    Menurut teori psikoanalitik Freud, banyak dari tindakan kita ditentukan oleh naluri (instink) terutama naluri

    seksual. Jika ekspresi naluri tersebut tidak terpuaskan (mengalami frustasi), dorongan agresi dibangkitkan. Para

    ahli selanjutnya dalam tradisi psikoanalitik memperluas hipotesis frustasi agresi dengan pernyataan: jika upayaseseorang untuk mencapai suatu tujuan dihalangi, dibangkitkanlah suatu dorongan agresif yang memotivasi

    perilaku untuk menghancurkan penghalang (orang atau benda) yang menyebabkan frustasi itu.

    Dasar Biologis Agresi pada Manusia.

    Suatu faktor biologis yang mungkin berhubungan dengan agresi pada pria adalah kadar testoteron. Penelitian

    terakhir menyatakan bahwa testosteron yang lebih tinggi dikaitkan dengan tingkat agresi yang lebih tinggi.

    Agresi sebagai respon Dipelajari.

    Teori belajar sosial mengurusi interaksi sosial manusia, tetapi memiliki asal mula pada penelitian behavioristik

    proses belajar pada hewan. Teori ini difokuskan pada pola perilaku yang dikembangkan oleh manusia sebagai

    respon dari kontak dengan lingkungannya. Dengan penekanan pada proses belajar, tidak heran bahwa teori

    belajar sosial menolak konsep agresi sebagai dorongan yang dihasilkan oleh frustasi; Teori ini menyatakan

    bahwa agresi adalah serupa dengan semua respon yang dipelajari lainnya. Agresi dapat dipelajari melaluipengamatan atau peniruan, dan semakin ia sering diperkuat, semakin sering akan terjadi.

    Teori belajar sosial berpendapat bahwa:

    a. Agresi hanya salah satu dari beberapa reaksi terhadap pengalaman frustasi yang tidak disukai.

    b. Agresi adalah respon yang tak memiliki sifat seperti dorongan dan dengan demikian dipengaruhi oleh

    konsekuensi yang diharapkan dengan perilaku tersebut.

    Peniruan Agresi.

    Salah satu sumber bukti pendukung teori belajar sosial adalah penelitian yang menunjukan bahwa agresi, seperti

    respons lain, dapat dipelajari melalui peniruan.

    Penguatan Agresi.

    Sumber bukti lain untuk teori belajar sosial adalah bahwa agresi sensitif terhadap penguatan dalam cara yang

    serupa dengan respons dipelajari lainnya. Konsekuensi dari agresi memiliki peranan penting dalam membentuk

    perilaku.

    Ekspresi Agresif dan Katarsis.

    Penelitian yang mencoba membedakan antara agresi sebagai dorongan dan agresi sebagai respons yang

    dipelajari seringkali berfokus pada katarsis (menyingkirkan emosi dan mengalaminya secara kuat).

    Jika agresi merupakan suatu dorongan maka agresi harus bersifat katartik, yang menghasilkan penurunan

    intensitas perasaan dan tindakan agresif.

    Dilain pihak, jika agresi merupakan suatu respons yang dipelajari, ekspresi agresi harus menghasilkan

    peningkatan tindakan tersebut.

    Bertindak secara Agresif.

    Ahli psikologi telah melakukan banyak penelitian laboraturium untuk menentukan apakah agresi menurun jika

    telah diekspresikan atau tidak.

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    5/36

    Terdapat situasi dimana ekspresi agresi dapat menurunkan insidensinya. Hal ini mungkin terjadi karena orang

    merasakan lebih kuat dan lebih menguasai, ketimbang karena telah menurunkan dorongan agresif.

    Menonton Kekerasan.

    Korelasi tidak menyatakan hubungan sebab akibat. Mungkin anak yang lebih agresif lebih senang menonton

    acara televisi yang penuh kekerasan, artinya memiliki sifat agresif menyebabkannya menonton kekerasan, bukan

    sebaliknya.Penelitian tentang agresi telah menjadikan jelas bahwa reaksi emosional adalah peristiwa yang kompleks.

    Demikian pula, tiap komponen emosi yang kita bicarakan; rangsangan otonomik, penilaian kognitif dan ekspresi

    emosi, sendirinya merupakan peristiwa kompleks yang melibatkan banyak faktor. Tidak diragukan lagi bahwa

    kita masih sedikit mengetahui tentang kehidupan kita ini.

    sumber dari: pengantar psikologi.

    3 Votes

    Emosi dan Motif

    Posted Rab, 05/11/2008 - 19:40 by rozali

    Selama ini kajian-kajian tentang belajar kurang memperhatikan peran dan pengaruh emosi pada proses dan hasil

    belajar yang dicapai seseorang. Tetapi, sejak orang mulai memperhatikan peran besar otak dalam segala bentuk

    perilaku manusia, maka emosi mulai jadi perhatian, termasuk peranannya dalam meningkstkan hasil belajar.

    Emosi tidak lagi dipandang sebagai penghambat dalam kehidupan sebagaimana pandangan konvesional,

    melainkan sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, dan berperan dalam menghidupkan perkembangan serta

    penalaran yang baik. Bahkan saat ini disadari bahwa untuk mencapai keberhasilan belajar, maka proses belajar

    yang terjadi haruslah menyenangkan.

    Pengertian Emosi

    Definisi emosi dirumuskan secara bervariasi oleh para psikolog, dengan orientasi teoritis yang berbeda-beda,antara lain sebagai berikut :

    William James (dalam DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi rohani yang

    menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh.

    Goleman, 1999 (dalam DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis

    dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak..

    Kleinginna & Kleinginna (dalam DR. Nyayu Khodijah) mencatat ada 92 definisi yang berbeda tentang emosi.,

    Namun disepakati bahwa keadaan emosional adalah suatu reaksi kompleks yang melibatkan kegiatan dan

    perubahan yang mendalam serta dibarengi dengan perasaan yang kuat.

    Teori-Teori Emosi

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    6/36

    Walgito, 1997 (dalam DR. Nyayu Khodijah), mengemukakan tiga teori emosi, yaitu :

    Teori Sentral,

    Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu; jadi individu

    mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya.

    Contohnya : orang menangis karena merasa sedih

    Teori Periferal

    Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli berasal dari Amerika Serikat bernama William James (1842-1910).

    Menurut teori ini justru sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang

    dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat dari gejala-gejala

    kejasmanian. Menurut teori ini, orang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya ia susah karena menangis.

    Teori Kepribadian

    Menurut teori ini, emosi ini merupakan suatu aktifitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan

    dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itu, maka emosi meliputi pula perubahan-

    perubahan kejasmanian. Misalnya apa yang dikemukakan oleh J. Linchoten.

    Fungsi Emosi

    Bagi manusia, emosi tidak hanya berfungsi untuk Survival atau sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti

    pada hewan. Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai Energizer atau pembangkit energi yang memberikan

    kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan Messenger atau pembawa pesan

    (Martin dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006)

    Survival, yaitu sebagai sarana untuk mempertahankan hidup. Emosi memberikan kekuatan pada manusia untuk

    membeda dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguan atau rintangan. Adanya perasaan cinta, sayang,

    cemburu, marah, atau benci, membuat manusia dapat menikmati hidup dalam kebersamaan dengan manusia

    lain.

    Energizer, yaitu sebagai pembangkit energi. Emosi dapat memberikan kita semangat dalam bekerja bahkan juga

    semangat untuk hidup. Contohnya : perasaan cinta dan sayang. Namun, emosi juga dapat memberikan dampak

    negatif yang membuat kita merasakan hari-hari yang suram dan nyaris tidak ada semangat untuk

    hidup.Contohnya : perasaan sedih dan benci.

    Messenger, yaitu sebagai pembawa pesan. Emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang-orang yang

    berada disekitar kita, terutama orang-orang yang kita cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan

    melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut. Bayangkan jika tidak ada emosi, kita tidak tahu bahwa

    disekitar kita ada orang yang sedih karena sesuatu hal yang terjadi dalam keadaan seperti itu mungkin kita akantertawa-tawa bahagia sehingga membuat seseorang yang sedang bersedih merasa bahwa kita bersikap empati

    terhadapnya.

    Jenis dan Pengelompokkan Emosi

    Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian yaitu

    Emosi positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang

    mengalaminya, diataranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya.

    Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang

    yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.

    e. Pengaruh Emosi pada belajar

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    7/36

    Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar (Meier dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006). Emosi

    yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi

    yang negatif dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Oleh karena itu,

    pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif pada diri pembelajar. Untuk

    menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan

    menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan dengan penciptaan kegembiraan belajar. Menurut

    Meier, 2002 (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006) kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama

    kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana kelas yang

    ribut dan penuh hura-hura. Akan tetapi, kegembiraan berarti bangkitnya pemahaman dan nilai yang

    membahagiakan pada diri si pembelajar. Selain itu, dapat juga dilakukan pengembangan kecerdasan emosi pada

    siswa. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara sehat terutama

    dalam berhubungan dengan orang lain.

    2. MOTIF

    a. Pengertian Motif

    Menurut Winkel, 1996 (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), menyatakan Motif adalah daya penggerak dalam diri

    seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.

    Menurut Azwar (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), disebutkan bahwa Motif adalah suatu keadaan, kebutuhan,

    atau dorongan dalam diri seseorang yang disadari atau tidak disadari yang membawa kepada terjadinya suatu

    perilaku.

    Dari beberapa pendapat di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya Motif merupakan suatu

    dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk

    mencapai tujuan tertentu.

    b. Macam-Macam Motif

    Menurut WoodWorth dan Marquis, 1957 (dalam DR. Nyayu khodijah, 2006), motif itu dapat dibedakan menjadi

    tiga, yaitu :

    Motif yang berhubungan dengan kebutuhan Kejasmanian (organic needs), yaitu merupakan motif yang

    berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme, misalnya motif minum, makan, kebutuhan

    pernapasan, seks, kebutuhan beristirahat.

    Motif darurat (emergency motives), yaitu merupakan motif untuk tindakan-tindakan dengan segera karena

    sekitar menuntutnya, misalnya motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif melawan, motif untuk mengatasi

    rintangan-rintangan, motif untuk bersaing.

    Motif Obyektif (obyective motives), yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan

    sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda. Misalnya, motif eksplorasi, motif manipulasi, minat.

    Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu yang khusus.

    b. Kekuatan Motif

    Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan kekuatan motif yang lain. Sehubungan dengan

    hal tersebut beberapa eksperimen dilaksanakan untuk mengetahui tentang kekuatan motif-motif itu.

    c. Konflik Motif

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    8/36

    Keadaan sehari-hari menunjukkan bahwa kadang-kadang orang menghadapi beberapa macam motif yang saling

    bertentangan satu dengan yang lain. Misalnya pada suatu waktu seseorang mempunyai motif untuk belajar,

    tetapi juga mempunyai motif untuk melihat film. Dengan keadaan demikian maka akan terjadi pertentangan atau

    konflik dalam diri orang tersebut antara motif yang satu dengan motif yang lain. Jadi, konflik motif akan terjadi

    bila adanya beberapa tujuan yang ingin dicapai sekaligus secara bersamaan. Ada beberapa kemungkinan respon

    yang dapat diambil bila individu menghadapi bermacam-macam motif, yaitu :

    Pemilihan atau Penolakan

    Dalam menghadapi bemacam-macam motif individu dapat mengambil pemilihan yang tegas. Dalam pemilihan

    yang tegas individu dihadapkan kepada situasi dimana individu harus memberikan salah satu respon (pemilihan

    atau penolakan) dari beberapa macam objek atau situasi yang dihadapi

    Kompromi

    Jika individu menghadapi dua macam objek atau situasi, adanya kemungkinan individu dapat mengambil respon

    yang bersifat Kompromi, yaitu menggabungkan kedua macam objek tersebut. Tetapi, tidak semua objek atau

    situasi dapat diambil respon atau keputusan kompromi. Dalam hal yang akhir ini individu harus mengambilpemilihan atau penolakan dengan tegas.

    Meragu-ragukan (bimbang)

    Jika individu diharuskan mengadakan pemilihan atau penolakan diantara dua objek atau hal yang buruk atau

    baik, maka sering timbul kebimbangan pada individu. Kebimbangan terjadi karena masing-masing objek

    mempunyai nilai-nilai positif ataupun negatif, kedua-duanya mempunyai sifat atau segi yang menguntungkan

    tetapi juga mempunyai segi yang merugikan.

    Kebimbangan umumnya tidak menyenangkan bagi individu dan kadang-kadang menimbulkan perasaan yang

    mengacaukan hingga keadaan psikis, sehingga individu mengalami hambatan-hambatan. Keadaan ini dapat

    diatasi dengan cara individu mengambil suatu keputusan dengan mempertimbangkan dan melakukan

    pemeriksaan dengan teliti terhadap segala aspek dari objek tersebut.

    e. Peran Motivasi dalam mencapai keberhasilan Belajar

    Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam

    penumbuhan gairah, perasaan dan semangat untuk belajar. Dengan demikian motivasi memiliki peran strategis

    dalam belajar, baik pada saat memulai belajar, saat sedang belajar maupun saat berakhirnya belajar. Agar

    perannya lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam aktifitas belajar haruslah dijalankan. Prinsip-Prinsip

    tersebut adalah :

    Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar

    Motivasi intrinsic lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar

    Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman

    Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar

    Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar

    Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.

    DAFTAR PUSTAKA

    Khodijah,Nyayu.2006.Psikologi Belajar.Palembang:IAIN Raden Fatah Press

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    9/36

    Partini, Sri. 1995. Psikologi Perkembangan. Ikip Yogyakarta.

    Walgito,Bimo.1997.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta:Andi Offset

    rozali's blog

    Silakanloginataudaftardulu untuk mengirim komentar

    Perkembangan Emosi

    Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

    http://www.psb-psma.org/blogs/rozalihttp://www.psb-psma.org/blogs/rozalihttp://www.psb-psma.org/user/login?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/login?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/login?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/register?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/register?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/register?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/register?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/user/login?destination=node%2F320%23comment-formhttp://www.psb-psma.org/blogs/rozali
  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    10/36

    Dosen : Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog

    Di susun oleh :

    Bella Ananda Putri Siregar

    (0602509022)

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    11/36

    Universitas Al Azhar Indonesia

    Fakultas Psikologi dan Pendidikan

    Pendidikan Anak Usia Dini

    2010

    Kata Pengantar

    Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga saya

    dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan

    untuk memenuhi kegiatan belajar mengajar.

    Banyak halangan dan rintangan yang saya hadapi dalam menyelesaikan tugas penyusunan

    makalah ini, namun atas limpahan rahmat dan karunia Allah STW serta bantuan dari semua pihak,

    maka tugas makalah ini dapat saya selesaikan, dalam kesempatan ini pula saya ingin mengucapkan

    terima kasih kepada :

    1. Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog. Selaku Dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan.

    2. Teman-teman saya yang telah memberikan dukungan dan motivasinya.

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    12/36

    3. Orang tua saya yang telah memberikan doa dan restunya.

    Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak, ibu serta teman-teman yang telah

    berpartisipasi dalam penyusunan tugas makalah. Selalin itu saya pun menyadari masih banyak

    kelemahan dan kekurangan pada makalah ini, untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang

    bersifat membangun, agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

    Jakarta, Desember 2010

    Penulis

    Daftar Isi

    Kata Pengantar 2

    Daftar Isi 3

    BAB I. Pendahuluan

    Latar Belakang .............................................................................. 4

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    13/36

    Perumusan Masalah .............................................................................. 4

    Tujuan .............................................................................. 5

    BAB II. Landasan Teori

    Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer .................................................... 6

    Teori Emosi James Lange ............................................................................ 6

    Teori Emergency Cannon ............................................................................. 7

    Pengertian Emosi ............................................................................ 8

    Aspek-aspek kecerdasan emosi .............................................................. 12

    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi ......................... 13

    Kapan seseorang akan mengalami emosi? ................................................. 13

    Timbulnya Emosi .......................................................................... 13

    Bagaimana cara seseorang dalam mengendalikan emosi? ....................... 14

    BAB III. Kesimpulan dan Saran

    Kesimpulan ......................................................................... 16

    Saran ......................................................................... 16

    Daftar Pustaka ......................................................................... 18

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    14/36

    BAB I. Pendahuluan

    Latar Belakang

    Pertumbuhan dan perkembangan emosi, yang dapat dilihat dari tingkah laku lainnya yang

    ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Contohnya seperti seorang bayi yang baru

    lahir ia dapat menangis dan akan mencapai proses kematangannya ketika ia akan tertawa nanti.

    Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu,

    yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang

    selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari yang disebut Warna Efektif. Warna

    efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar.

    Perbedaan antara emosi dan perasaan tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena

    keduanya merupakan suatu hal yang bersifat kualitatif yang tidak ada batasnya. Terkadang,

    warna efektif dapat dinyatakan sebagai perasaan atau dapat dinyatakan sebagai emosi. Oleh

    karena itu, emosi bukan hanya disebabkan karena perasaan saja, tetapi warna afektif yang

    meliputi keadaan seseorang. Ada yang kuat, lemah atau mungkin samar-samar.

    Dengan demikian, pada makalah ini akan dibahas mengenai emosi yang berkaitan

    dengan teori-teori tentang emosi tersebut.

    Perumusan Masalah

    1. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan emosi atau arti dari emosi itu sendiri?

    2. Dimana dapat berlangsungnya terjadi emosi?

    3. Kapan seorang manusia dapat merasakan emosi atau dalam sebuah teori kapan para

    peneliti melahirkan teori tentang emosi tersebut?

    4. Mengapa emosi tersebut dapat timbul dan apa akibatnya?

    5. Siapa saja yang dapat mengalami perubahan emosi?

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    15/36

    6. Bagaimana cara seseorang dalam mengendalikan emosi?

    Tujuan dan Manfaat

    Makalah ini dibuat bukan hanya untuk melengkapi nilai tugas saya, tetapi juga untuk

    menginformasikan kepada teman-teman, dosen ataupun guru dan para pembaca tentang

    Perkembangan Emosi dan mengupas serta membuka wawasan baru mengenai perkembangan

    emosi tersebut yang berkaitan dengan pendidikan.

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    16/36

    BAB II. Landasan Teori

    Terdapat beberapa teori tentang emosi yang dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu

    adalah sebagai berikut,

    1. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer

    Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan.

    Reaksi fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat,

    adrenalin dialirkan dalam darah dan sebagainya) namun jika rangsangannya menyenangkan

    seperti diterima di perguruan tinggi yang diminati, emosi yang timbul dinamakan senang.

    Sebaliknya jika rangsangannya membahayakan (misalnya melihat ular yang berbisa) emosi

    yang timbul dinamakan takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori

    kognisi.

    Menurut Berkowitz (1993), banyak pemikiran saat ini tentang peran ateribusi dalam

    emosi mulai dengan sebuah teori kognitif yang sangat dikenal yang dipublikasikan oleh

    Stanley Schachter dan Jerome Singer pada tahun 1962 . konsepsi Berkowitz tentang

    bagaimana pikiran tingkat tinggi menentukan pembentukan suasana emosional setelah

    munculnya reaksi saraf, relatif primitif dan emosional dipengaruhi oleh formula ini.

    Schachter dan Singer mengemukakan bahwa emosi tertentu merupakan fungsi dari

    reaksi-reaksi tubuh tertentu. Menurutnya pula kita tidak merasa marah karena ketegangan

    otot, rahang yang berderak, denyut nadi kita menjadi cepat, dan sebagainya tetapi karena kita

    secara umum jengkel dan kita mempunyai beberapa kognisi tertentu tentang sifat kejengkelan

    kita.

    2. Teori Emosi James Lange

    Menurut teori ini, emosi merupakan hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-

    perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang

    dayang dari luar. Jadi jika seseorang misalnya melihat harimau, reaksinya adalah peredaran

    darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara

    dan sebagainya. Respon-respon tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut.

    Mengapa rasa takut yang timbul? Ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses belajar.

    Orang bersangkutan dari hasil pengalamannya mengetahui bahwa harimau adalah makhluk

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    17/36

    yang berbahaya, karena itu debaran jantung dipersepsikan sebagai rasa takut.

    Emosi menurut kedua ahli ini, terjadi adanya perubahan pada sistem vasomotor (otot-

    otot). Suatu peristiwa dipersepsikan menimbulkan perubahan fisiologis dan perubahan

    psikologis yang disebut emosi. Dengan kata lain menurut James Lange, seseorang bukan

    tertawa karena senang, melainkan ia senang karena tertawa.

    James Lange mengemukakan proses-proses terjadinya emosi dihubungkan dengan

    faktor fisik dengan urutan sebagai berikut :

    1. Mempersepsikan situasi di lingkungan yang mungkin menimbulkan emosi

    2. Memberikan reaksi terhadap situasi dengan pola khusus melalui aktivitas fisik

    3. Mempersiapkan pola aktivitas fisik yang mengakibatkan munculnya emosi secara khusus.

    Uraian ini disingkat menjadi :

    LingkunganOtakPerubahan pada tubuh + emosi

    James Lange menghasilkan lima tingkatan emosi dalam proses emosi yang terdiri dari

    :

    1, Situasi

    2. Persepsi tentang situasi

    3. Perubahan-perubahan dalam tubuh

    4. Perbuatan yang terlihat, misalkan melarikan diri dari bahaya

    5. Keadaan sadar dari emosi

    3. Teori Emergency Cannon

    Teori ini dikemukakan oleh Walter B. Cannon (1929), ia menyatakan bahwa karena

    gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan yang genting, orang-orang

    primitif yang membuat respon semacam itu bisa survivedalam hidupnya.

    Cannon menyalahkan teori James Lange karena beberapa alasan, termasuk fokus

    eksklusif teori pada organ dalam. Cannon mengatakan, antara lain bahwa organ dalam

    umumnya terlalu intensitif dan terlalu dalam responsnya untuk bisa menjadi dasar

    berkembangnya dan berubahnya suasana emosional yang seringkali berlangsung demikian

    cepat. Meskipun begitu, ia sebenarnya tidak beranggapan bahwa organ dalam merupakan

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    18/36

    satu-satunya faktor yang menentukan suasana emosional.

    Pengertian Emosi

    Perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh perasaan tertentu seperti senang atau

    tidak senang, suka atau tidak suka, sedih dan gembira. Perasaan yang terlalu menyertai perbuatan-

    perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Apabila warna afektif tersebut kuat, perasaan itu

    dinamakan emosi (Sarlito 1982:59). Beberapa contoh emosi yang lainnya adalah cinta, marah, takut,

    cemas, malu, kecewa dan benci.

    Apakah definisi dari emosi? Apakah sebagian orang mendefinisikan emosi sama seperti

    perasaan yang mendalam apabila dirasakan? Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang berbeda,

    tetapi perbedaan keduanya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan merupakan

    gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan tetapi tidak jelas batasannya. Pada suatu saat,

    warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat disebut sebagai emosi. Misalnya,

    marah yang ditunjukkan dalam bentuk diam. Oleh karena itu, emosi dan perasaan tidak mudah

    untuk dibedakan.

    Menurut Crow & Crow (1958), pengertian emosi adalah An emotion, is an affective

    experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup

    states in the individual, and that shows it self in his evert behavior. Jadi, emosi adalah warna afektif

    yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan baik.

    Penggolongan emosi dapat dibedakan menjadi menjadi sebagai berikut :

    1. Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut) menyebabkan aktivitas

    yang sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh diaktivkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untukmenentukan apakah seseorang sedang takut atau sedang marah

    2. satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya kalau marah sati

    orang contohnya dapat gemetar di tempat dan yang lain mungkin memaki atau yang lain lagi

    mungkin lari dan diam.

    3. Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat

    rangsangnya buakn pada keadaan emosinya sendiri. Jadi takut adalah emosi yang timbul terhadap

    suatu bahaya dan marah adalah emosi yang timbul dari suatu yang menjengkelkan.

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    19/36

    4. Pengenalan emosi secara subyektif dan introspektif juga sukar dilakukan karena selalu saja akan

    ada pengaruh dari lingkungan.

    Pada saat emosi, sering terjadi perubahan-perubahan fisik pada seseorang, seperti :

    a. reaksi elektris pada kulit meningkat bila terpesona

    b. peredaran darah bertambah cepat bila marah

    c. denyut jantung bertambah cepat bila terkejut

    d. bernapas panjang kalau kecewa

    e. pupil mata membesar bila marah

    f. air liur mengering bila takut atau tegang

    g. bulu roma berdiri kalau takut

    h. pencernaan menjadi sakit atau mencret-mencret kalau tegang

    i. otot menjadi tegang atau bergetar

    j. komposisi darah berubah dan kelenjar-kelenjar lebih aktif

    Perkembangan emosi dialami oleh seorang bayi, anak-anak, remaja dan dewasa. Dimana

    seeorang akan merasakannya sebagai sebuah persepsi yang dilalui oleh sistem-sistem saraf mereka

    sesuai dengan perkembangan emosinya.

    Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:79) reaksi yang menyenangkan pada bayi dapat

    diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba, membuat suara keras atau

    membiarkan bayi menggunakan popok yang basah. Rangsangan ini menimbulkan reaksi emosional

    berupa tangisan dan ativitas yang kuat. Sebaliknya reaksi yang menyenangkan dapat tampak jelas

    tatkala bayi menyusui pada ibunya.

    Pada umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini anak

    masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya. Anak kecil memiliki perilaku yang

    sangat memaksa. Mereka hanya mempunyai sedikit kendali dari dorongan hati mereka dan mudah

    merasa putus asa. Pada saat anak mencapai usia tiga tahun mereka sudah menumbuhkan beberapa

    sikap toleransi untuk mengatasi hal tersebut. Mereka juga sudah dapat mengembangkan beberapa

    sikap pengendalian diri; mereka tidak bereaksi terhadap setiap dorongan hati. Perkembangan emosi

    berkaitan dengan pengendalian diri, apa yang disukai dan yang tidak disukai.

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    20/36

    .Pada usia dua sampai empat tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan

    amarahnya atau temper tantrums (Elizabeth B. Hurlock, 1978). Anak yang berusia tiga dan empat

    tahun menyenangi kejutan-kejutan dan juga peristiwa roman. Mereka memerlukan keamanan

    dengan mengetahui bahwa ada suatu struktur dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang berusia tiga

    dan empat tahun juga sudah mulai menunjukkan selera humor. Pada usia lima sampai enam tahun

    anak mulai matang dan mulai menyadari akibat-akibat dari emosinya. Ekspresi emosi anak dapat

    berubah secara drastis dan cepat, contohnya baru saja anak menangis tetapi setelah beberapa menit

    kemudian anak bisa gembira lagi karena mendapatkan hiburan dari orang yang mengendalikan

    emosinya.

    Anak-anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai mencoba kembali untuk

    memperoleh kendali yang lebih baik lagi dari tanggapan emosional mereka. Mereka mulai

    menyadari kondisi di dunia dan lebih menaruh perhatian terhadap cerita-cerita baru yang mereka

    lihat di televisi atau yang mereka dengar dari bahan diskusi orang-orang dewasa.

    Anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai menunjukkan ketekunan di dalam usaha

    yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan mereka. Ini sering menyebabkan orang tua mereka

    menjadi kesal dimana ketika anak meminta orang tua untuk melakukan suatu hal secara berulang

    kali. Pada usia ini anak-anak mengembangkan sikap empati yang lebih memperkenalkan diri kepada

    orang lain dan juga merasa bersalah ketika mereka melukai orang lain, baik secara fisik ataupun

    emosional. Mereka mencoba untuk menimbulkan rasa nyaman terhadap keluarga atau teman tanpa

    diminta untuk melakukannya.

    Sedangkan pola emosi remaja juga hampir sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis

    emosi yang secara normal sering dialami remaja adalah kasih sayang, gembira, amarah, takut dan

    cemas, cinta, cemburu, kecewa, sedih dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat

    rangsangan yang membangkitkan emosi dan pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap

    emosinya.

    Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja dalam dua rentang usia, yaitu usia 12-15

    tahun dan usia 15-18 tahun. Adapun ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun adalah sebagai

    berikut :

    - Cenderung bersikap pemurung. Sebagian disebabkan karena perubahan biologis dalam

    hubungannya dengan kematangan seksual dan sebagiannya lagi karena kebingungannya

    dalam menghadapi orang dewasa. Karena kemurungan, hal ini dapat memicu terjadinya

    suasana hati yang depresi yang lebih banyak dialami oleh perempuan.

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    21/36

    - Ada kalanya bersikap kasar dalam menutupi kekurangannya dalam hal percaya diri

    - Ledakan-ledakan kemarahan sering terjadi sebagai akibat dari kombinasi ketegangan

    psikologis, ketidakstabilan biologis dan kelelahan karena bekerja yang terlalu keras atau pola

    makan yang tidak tepat ataupun tidur yang kurang cukup.

    - Cenderung berperilaku tidak toleran terhadap orang lain dengan membenarkan

    pendapatnya sendiri

    - Mengamati orang tua dan guru secara lebih objektif dan mungkin marah apabila tertipu

    dengan gaya guru yang bersifat sok tahu.

    Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun adalah sebagai berikut :

    - Sering memberontak sebagai ekspresi dari perubahan dari masa kanak-kanak ke dewasa

    - Dengan bertambahnya kebebasan, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang

    tuanya. Mereka mengharapkan perhatian, simpati dan nasihat orang tua.

    - Sering melamun untuk memikirkan masa depannya.

    Para peneliti mengemukakan bahwa perubahan pubertas berkaitan dengan meningkatnya

    emosi-emosi negatif. Meskipun demikian sebagian besar peneliti berkesimpulan bahwa pengaruh

    hormonal itu kecil dan jika hal itu terjadi, biasanya berkaitan dengan faktor lain seperti stres, pola

    makan, aktivitas seksual dan relasi sosial. Sesungguhnya pengalaman lingkungan dapat memberikan

    kontribusi yang lebih besar terhadap emosi remaja dibandingkan perubahan hormonal.

    Banyak remaja yang tidak dapat mengelola emosinya secara lebih efektif. Sebagai akibatnya

    mereka rentan mengalami depresi, kemarahan, kurang mampu meregulasi emosinya yang

    selanjutnya dapat memicu munculnya berbagai masalah seperti kesulitan akademis.

    Ciri-ciri emosi yang dapat dibedakan antara emosi anak dan emosi orang dewasa adalah sebagai

    berikut :

    Emosi Pada Anak Emosi Pada Orang Dewasa

    Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba Berlangsung lebih lama dan berakhir dengan

    lambat

    Terlihat lebih hebat dan kuat Terlihat lebih hebat atau kuat

    Bersifat sementara atau dangkal Lebih lama

    Lebih sering terjadi Jarang terjadi

    Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya Sulit diketahui karena lebih pandai

    menyembunyikannya

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    22/36

    Pada masa dewasa perkembangan emosi mereka, akan mereka tujukan kepada hal-hal

    tentang percintaan, mulai meninggalkan rumah, mengembangkan karir dan bersosialisasi.

    Aspek-aspek Kecerdasan Emosi

    Goleman (1997) mengatakan bahwa kecerdasan emosioanal adalah kemampuan lebih yang

    dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan

    emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Kecerdasan emosi adalah kecerdasan

    yang dimiliki seseorang yang dapat mengendalikan emosinya, menuntut diri untuk belajar mengakui

    dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, menerapkan

    dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.

    Aspek-aspek kecerdasan emosi adalah sebagai berikut :

    1.. Pengelolaan diri

    Mengandung arti bagaimana seseorang mengelola diri dan perasaan-perasaan yang

    dialaminya dan tahan terhadap frustasi.

    2. Kemampuan untuk memotivasi diri

    Kemampuan ini berguna untuk mencapai tujuan jangka panjang untuk mengatasi setiap

    kesulitan yang dialami bahkan untul mekegakan kegagalan yang terjadi.

    3. Empati

    Empati ini dibangun dari kesadaran diri dengan memposisikan diri senada, serasa dengan

    emosi orang lain akan membantu untuk memahami perasaan orang lain tersebut.

    4. Keterampilan sosial

    Merupakan keterampilan yang dapat dipelajari seseorang semenjak kecil mengenai pola-

    pola berhubungan dengan orang lain.

    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    23/36

    Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan emosi terutama

    bagi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266).

    Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.

    Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan berpikir kritis untuk memahami makna yang

    sebelumnya tidak dimengerti dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula

    kemampuan mengingat dan menghapal mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian remaja

    menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih

    muda.

    Kapan seseorang akan mengalami emosi?

    Seseorang akan merasakan emosi ketika mengalami kejadian atau suatu hal tertentu

    kebanyakan ahli yakin bahwa emosi akan lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Kebanyakan

    orang akan meluapkan amarahnya dan emosinya akan cepat reda daripada menyimpan suasana hati

    yang sedang bersedih, karena itu akan memakan waktu yang sangat lama, mungkin sampai berjam-

    jam.

    Timbulnya emosi

    Emosi timbul karena adanya stimuli pembangkit emosi. Dengan demikian emosi bukan

    peristiwa keseluruhan sampai timbulnya perasaan dan dorongan serta terjadinya sambutan-

    sambutan fisis dan fisilogis lewat pekerjaan susunan saraf yang berlangsung secara otomatis. Untuk

    dapat terjadi peristiwa timbulnya emosi, stimuli harus dihubungkan dengan minat dan kehendak.

    Sebagai contoh, jika seseorang mengarahkan minatnya terhadap seorang individu, benda atau

    situasi maka akan terjadilah kemungkinan reaksi potensi emosi sehingga ia distimuli oleh hal-haltersebut dimana ia menaruh perhatian.

    Suatu stimuli yang membangkitkan satu emosi tidak dapat menimbulkan emosi yang lainnya

    dalam waktu yang sama. Tetapi stimuli yang satu itu dapat saja membangkitkan emosi-emosi yang

    berbeda dan bahkan berlawanan pada waktu-waktu yang berlainan.

    Bagaimana cara seseorang dalam mengendalikan emosi?

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    24/36

    Contoh aktivitas yang dapat membantu anak-anak dalam perkembangan emosinya :

    - Mintalah anak untuk menggambarkan suatu situasi di mana rasa frustasi dan kemarahan

    seharusnya ditangani dengan sewajarnya

    - Menggunakan boneka sebagai model yang tepat dalam pemberian respons terhadap emosi

    - Membantu anak-anak belajar untuk mengakui tentang suatu hal dan memberi label

    terhadap perasaan mereka sendiri

    - Memilih literatur di mana setiap karakter bereaksi dengan emosi yang sewajarnya dan

    mendiskusikan bagaimana mereka merasakan dan juga bagaimana mereka bertindak

    - Memberikan rasa empati bagi anak-anak yang merasa ketakutan dan juga yang

    membutuhkan perhatian

    - Izinkan anak-anak untuk berbagi lelucon mereka, hargai setiap tahapan perkembangan rasa

    humor mereka.

    Sedangkan ada beberapa tahap atau cara untuk mengendalikan emosi seseorang khusunya bagi

    remaja dan dewasa. Seseorang harus mampu untuk tetap terbuka untuk rasa menyenangkan

    ataupun tidak menyenangkan, mampu melibatkan diri atau menarik diri secara reflektif dari suatu

    emosi dan mendasarkan pada pertimbangan informasi dan kegunannya. Berikutnya, seseorang

    harus mampu memantau emosi secara reflektif dalam hubungan diri sendiri dan dengan orang lain.

    Selalu berpikir positif dan merefleksikan hanya untuk meluapkan amarah saja dan tidak untuk

    mendendam.

    Ada contoh sebuah kasus yang dialami seseorang yang berkebangsaan Indonesia, yang

    bernama Doni, ia seorang mahasiswa psikologi di suatu perguruan tinggi negri yang tidak dapat

    melanjutkan kuliahnya karena kekurangan biaya.

    Dalam kasus ini, Doni dapat dikatakan orang yang memiliki kecerdasan emosi apabila ia

    dapat mengendalikan diri terhadap keadaan yang menimpanya, sehingga ia mampu memotivasi

    dirinya untuk bangkit dari keadannya. Walaupun terasa berat, tetapi Doni akan mencapai

    kecerdasan emosinya apabila ia dapat bertahan dan tidak menggunakan emosi yang berlebihan.

    Mungkin dengan jalan lain Doni dapat bekerja atau mencari penghasilan untuk menutupi

    kekurangan biayanya. Apabil Doni tidak putus asa dan berhasil menghadapi kecerdasannya dengan

    baik, maka ia dapat dikatakan orang yang memiliki kecerdasan emosi, karena Doni memiliki ciri-ciri

    dari kecerdasan emosi, yaitu mampu memotivasi diri, tahan terhadap frustasi dan mampu

    mengendalikan diri. Stress dan masalah yang dihadapi dirinya tidak menyebabkan kemampuan

    berpikirnya melemah dan tidak membuatnya patah semangat ataupun malas belajar dalam

    melanjutkan pendidikannya

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    25/36

    BAB III. Kesimpulan dan Saran

    KESIMPULAN

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    26/36

    Pada umumnya setiap orang pasti dapat mengekspresikan perasaan senang, takut, sedih,

    marah dan sebagainya. Ekspresi yang dapat diperlihatkan antara lain dengan emosi atau marah atau

    menangis dan tertawa atau bergembira. Perbedaan emosi dengan perasaan merupakan suatu hal

    yang bersifat kualitatif yang tidak ada batasnya tergantung dari warna afektifnya masing-masing.

    Dengan perbedaan emosi antara anak-anak sampai dewasa, kita bisa melihat bagaimana

    seseorang memperlihatkan emosinya maupun yang hanya diam ataupun yang berlebihan sekalipun

    emosi tersebut merupakan kemarahan atau kegembiraan. Apabila masih anak-anak emosi yang

    diperlihatkan cenderung lebih sering terjadi dan berlangsung singkat atau cepat reda, karena

    biasanya anak kecil lebih gampang terhibur dan melupakan kemarahan atau rasa emosi yang mereka

    alami. Berbeda dengan remaja atau orang dewasa yang terkadang suka membendung emosinya

    sampai waktu yang lama dan sulit untuk diluapkan.dan pandai menyembunyikannya, yang terkadang

    dapat membuat mereka stres atau sakit.

    Emosi itu sendiri sebenarnya melibatkan dua hal yang penting yaitu psikologis dan fisik. Hal

    ini dapat dilihat dari reaksi fisik seseorang yang disertai dengan penyesuaian dari dalam diri individu

    tentang keadaan mental dan fisik serta tingkah laku yang tampak.

    Orang yang mampu menghadapi frustasinya, mampu memotivasi diri dan mampu

    mengendalikan diri adalah orang yang mempunyai kecerdasan emosional. Dia mampu juga

    merasakan empati dan bersikap senada pula bagi orang yang sedang mengalami emosi dan berusaha

    mengendalikan emosi orang lain tersebut. Sifat ini baik untuk dimiliki seseorang agar tidak mudah

    menghadapi stres atau kesulitan dan frustasi di dalam hidup.

    SARAN

    Emosi adalah warna afektif dari perasaan seseorang untuk menunjukkan reaksinya. Reaksi

    itu bermacam-macam, ada yang senang, gembira, suka, semangat, cinta, takut, marah, cemas

    ataupun gelisah dan sebagainya. Terlebih bagi anak usia dini, emosi yang ditunjukkan sangat

    bervariasi yang dimulai dari infant (bayi) yang ia tampakkan dari tangisan atau raungan. Biasanya

    bayi menangis karena ia merasa lapar atau kegerahan, dan kita sebagai pendidik dan orang tua harus

    mengerti dan paham arti dari emosi yang ia tampakkan dari reaksi fisik seperti itu.

    Bagi anak usia dini yang sudah berusia dua sampai lima tahun, emosi mereka mulai tidak

    terkontrol dan bersifat memaksa, untuk itu bagi kita para pendidik dan orang tua harus pintar dalam

    menghadapi emosi (mungkin sampai temper tantrum) si anak dengan cara memberikan perhatian

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    27/36

    fokus kepada anak dengan lemah lembut tetapi tidak memanjakannya. Apabila hal tersebut masih

    membuat si anak tidak bisa mengkontrol emosinya, sebaiknya kita abaikan saja dan dengan tegas

    kita mengatakan bahwa kita sebagai orang tua tidak menyukai tingkah laku anak yang seperti itu,

    maka anak akan mengerti dan merasa lelah sendiri atas apa yang ia lakukannya itu.

    Semakin lama anak akan beranjak dewasa dan semakin mengerti bagaimana ia harus

    memposisikan emosinya. Sebaiknya kita harus mengajarkan kepada anak kita sedari dini untuk bisa

    menjaga emosinya dan tidak meraung-raung atau malah melakukan aktivitas fisik seperti

    membenturkan kepala ke dinding atau malah memaki-maki. Karena hal tersebut merupakan hal

    yang buruk dan hanya memalukan diri sendiri apabila dilakukan di keramaian umum. Berilah

    pelajaran-pelajaran kecerdasan emosi kepada anak sedari dini agar ketika ia sudah dewasa nanti, ia

    bisa mengendalikan dirinya dari emosi dan dapat bersikap empati terhadap orang lain.

    Daftar Pustaka

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    28/36

    Fatimah, Enung. (2008). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).Bandung: CV.

    Pustaka Setia.

    Santrock, John W. (2007). Remaja Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

    Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.

    Sobur, Alex. (2005). Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV. Pustaka Setia.

    Syaodih, Emawulan. (2010). Perkembangan Anak Taman Kank-kanak. Bandung.

    http://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-

    development.html#ixzz17EFMuP1G

    http://www.suite101.com/content/theories-of-emotions-a304249#ixzz17EQykFM9

    http://id.wikipedia.org/wiki/Emosi

    HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN

    MENGHADAPI PENSIUN PADA PEGAWAIJul 2nd, 2008 ?> byadmin2

    Ditulis dalam kategoriSkripsi Psikologi| 5 Comments

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang MasalahMenurut Mc.Gregor (Asad, 1981) seseorang bekerja karena merupakan kondisi

    bawaan seperti bermain atau beristirahat, untuk aktif dan mengerjakan sesuatu. Smithdan Wakeley (Asad, 1981) menambahkan dengan teorinya yang menyatakan bahwaseseorang didorong untuk beraktivitas karena berharap bahwa hal ini akan membawapada keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sekarang.

    Manusia bekerja tidak hanya untuk mendapatkan upah, tetapi juga untukmendapatkan kesenangan karena dihargai oleh orang-orang dalam lingkungannya. Akantetapi kesenangan ini menjadi berkurang ketika orang tersebut memasuki masa pensiun.

    Rumke (Sadli, 1991) menyatakan bahwa usia 55 65 tahun merupakan usia

    pensiun. Pada saat itu seseorang kehilangan pekerjaannya, status sosialnya, fasilitas,

    materi, anak anak sudah besar besar dan pergi dari rumah. Teman teman danrelasi relasi tidak lagi mengunjunginya. Ia menjadi kesepian. Bersamaan dengan itukesehatannya makin menurun. Berkaitan dengan keadaan tersebut Kroeger (1982)

    http://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-development.html#ixzz17EFMuP1Ghttp://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-development.html#ixzz17EFMuP1Ghttp://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-development.html#ixzz17EFMuP1Ghttp://www.suite101.com/content/theories-of-emotions-a304249#ixzz17EQykFM9http://www.suite101.com/content/theories-of-emotions-a304249#ixzz17EQykFM9http://id.wikipedia.org/wiki/Emosihttp://id.wikipedia.org/wiki/Emosihttp://www.skripsi-tesis.com/07/02/hubungan-kecerdasan-emosi-dengan-kecemasan-menghadapi-pensiun-pada-pegawai-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/02/hubungan-kecerdasan-emosi-dengan-kecemasan-menghadapi-pensiun-pada-pegawai-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/02/hubungan-kecerdasan-emosi-dengan-kecemasan-menghadapi-pensiun-pada-pegawai-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/author/admin2/http://www.skripsi-tesis.com/author/admin2/http://www.skripsi-tesis.com/author/admin2/http://www.skripsi-tesis.com/category/skripsi-psikologihttp://www.skripsi-tesis.com/category/skripsi-psikologihttp://www.skripsi-tesis.com/category/skripsi-psikologihttp://www.skripsi-tesis.com/category/skripsi-psikologihttp://www.skripsi-tesis.com/author/admin2/http://www.skripsi-tesis.com/07/02/hubungan-kecerdasan-emosi-dengan-kecemasan-menghadapi-pensiun-pada-pegawai-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/02/hubungan-kecerdasan-emosi-dengan-kecemasan-menghadapi-pensiun-pada-pegawai-pdf-doc.htmhttp://id.wikipedia.org/wiki/Emosihttp://www.suite101.com/content/theories-of-emotions-a304249#ixzz17EQykFM9http://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-development.html#ixzz17EFMuP1Ghttp://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-development.html#ixzz17EFMuP1G
  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    29/36

    mengatakan bahwa pensiun adalah salah satu titik balik yang signifikan dalam karierseseorang selama hidupnya atau setidak tidaknya untuk mayoritas orang dewasa yangtelah menghabiskan seluruh atau sebagian besar hidup mereka dalam bekerja.

    Pensiun merupakan suatu perubahan yang penting dalam perkembangan hidupindividu yang ditandai dengan terjadinya perubahan sosial. Perubahan ini harus dihadapioleh para pensiunan dengan penyesuaian diri terhadap keadaan tidak bekerja,

    berakhirnya karier di bidang pekerjaan, berkurangnya penghasilan, dan bertambahbanyaknya waktu luang yang kadang kadang terasa sangat mengganggu (Kimmel,1974).

    Pensiun merupakan akhir dari seseorang melakukan pekerjaannya. Pensiun

    seharusnya membuat orang senang karena bisa menikmati hari tuanya. Tapi banyak

    orang bingung bahkan cemas ketika akan menghadapi pensiun. Banyak alasan

    dikemukakan, mereka mengatakan bahwa mereka butuh pekerjaan.

    Beverly (Hurlock, 1994) berpendapat bahwa pensiun seringkali dianggap sebagai

    kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang

    sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi

    kelak. Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor

    terpenting yang bisa mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan dan memperkuat

    harga diri). Oleh karenanya, sering terjadi orang yang pensiun bukannya bisa menikmati

    masa tua dengan hidup santai, sebaliknya, ada yang mengalami problem serius

    (kejiwaan maupun fisik).

    Pendapat hampir sama juga dikemukakan oleh Kartono (1981) yang menyatakan

    bahwa seseorang yang memasuki masa pensiun sering kali merasa malu karena

    menganggap dirinya sebagai pengangguran sehingga menimbulkan perasaan-

    perasaan minder, rasa tidak berguna, tidak dikehendaki, dilupakan, tersisihkan, tanpa

    tempat berpijak dan seperti tanpa rumah. Hal ini berbeda dengan ketika orang

    tersebut masih bekerja, dirinya merasa terhormat dan merasa berguna. Selain itu

    pada waktu masih bekerja seseorang mendapatkan bermacam-macam fasilitas

    materiil, sedangkan setelah pensiun semua fasilitas kerja tidak ada lagi. Oleh karena

    itulah seseorang yang memasuki masa pensiun mengalami kondisi kekosongan,

    merasa tanpa arti dan tanpa guna sehingga menjelang masa pensiun orang tersebutmengalami kecemasan akan bayangan-bayangan yang dihayalkannya sendiri. Padahal

    sebenarnya, yang menjadi kriteria pokok itu bukan kondisi dan situasi pensiun dan

    menganggur itu in-concreto, akan tetapi bagaimana caranya seseorang menghayati

    dan merasakan keadaannya yang baru itu. Kondisi mental dan tipe kepribadian

    seseorang sangat menentukan mekanisme reaktif seseorang menanggapi masa

    pensiunnya.

    Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa orang cenderung merasa cemas

    ketika akan memasuki masa pensiun. Hal ini dikarenakan orang tersebut mempunyai

    sudut pandang negatif tentang pensiun. Sebagai contoh MK yang pensiun tahun 1971

    dengan jabatan Deputi kepala wilayah sebuah BUMN di Sumatera Selatan, ketika

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    30/36

    akan memasuki masa pensiunnya mulai merasakan kecemasan yang membuatnya

    merasa terganggu (hasil wawancara dengan MK pada tanggal 4 Januari 2005). Hal ini

    dikarenakan pikiran bahwa masa pensiun adalah masa yang sangat tidak

    menyenangkan, suram, tidak akan dihormati lagi, dan kehilangan semua fasilitas

    jabatan yang selama ini dinikmati (Soegino, 2000).

    Rasa cemas ketika akan memasuki pensiun juga dialami oleh JL yang merupakan

    seorang guru di Kota Pangkalpinang. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan JL

    diketahui bahwa ia begitu cemas karena masa pensiunnya akan segera tiba. Ia akan

    kehilangan pekerjaan padahal anak anaknya masih bersekolah. Ia bingung bagaimana

    akan melanjutkan kehidupannya dengan uang pensiun yang dianggap tidak cukup (hasil

    wawancara dengan JL pada tanggal 12 Januari 2005).

    Berdasarkan contoh kasus di atas dapat diketahui bahwa sumber kecemasan

    seseorang yang memasuki masa pensiun berbeda-beda, dapat karena cemas karena

    kehilangan jabatan dan fasilitas bagi mereka yang sudah memegang jabatan, dapat

    karena cemas akan kehilangan sumber pencaharian setelah memasuki masa pensiun,

    dapat karena bayangan tidak akan dihargai setelah memasuki masa pensiun, dan lain-

    lain.

    Menurut Back (Hurlock, 1994) hal hal yang dapat mempengaruhi seseorang

    dalam menerima masa pensiun sebenarnya adalah kondisi emosionil para pekerja

    terhadap pensiun itu sendiri. Apabila pensiun semakin dianggap sebagai perubahan ke

    status baru, maka pensiun akan semakin tidak dianggap sebagai membuang status yang

    berharga dengan demikian akan terjadi transisi yang lebih baik. Memasuki masa transisi

    ini seseorang sudah menyusun rencana rencana yang harus dilakukan setelah tiba

    masa pensiun.

    Berdasarkan uraian Back (Hurlock, 1994) di atas dapat diketahui bahwa kondisi

    emosionil yang menganggap bahwa masa pensiun hanya merupakan masa transisi dari

    sebuah kehidupan kerja menjadi kehidupan tanpa bekerja, akan membuat seorang

    karyawan yang memasuki masa pensiun menjadi tidak terlalu terbebani dengan

    keadaan tersebut. Hal terpenting yang perlu dilakukan oleh orang yang memasuki masa

    transisi adalah melakukan persiapan-persiapan memasuki masa tersebut.

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    31/36

    Kecerdasan emosi mencakup pengendalian diri, semangat, ketekunan, serta

    kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi,

    kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan

    kesenangan, mengatur suasana hati, tidak melumpuhkan kemampuan berpikir,

    kemampuan membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa,

    kemampuan memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk

    menyelesaikan konflik, serta kemampuan untuk memimpin (Goleman, 2000). Orang-

    orang yang dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki kendali diri, mengalami

    kekurangmampuan dalam pengendalian moral (Hurlock, 1994).

    Berdasarkan pengalaman, apabila suatu masalah menyangkut pengambilan

    keputusan dan tindakan, aspek perasaan sama pentingnya dan sering kali lebih penting

    daripada nalar. Emosi itu memperkaya; model pemikiran yang tidak menghiraukan

    emosi merupakan model yang miskin. Nilai-nilai yang lebih tinggi dalam perasaan

    manusia, seperti kepercayaan, harapan, pengabdian, cinta, seluruhnya lenyap dalam

    pandangan kognitif yang dingin. Orang cenderung menekankan pentingnya IQ dalam

    kehidupan manusia. Padahal kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang

    berkuasa. Kecerdasan emosimenambahkan jauh lebih banyak sifat-sifat yang membuat

    manusia menjadi lebih manusiawi. Terdapat pemikiran bahwa IQ menyumbang paling

    banyak 20% bagi sukses dalam hidup, sedangkan 80% ditentukan oleh faktor lain

    (Goleman, 2000).

    Banyak bukti memperlihatkan bahwa orang yang secara emosi cakap, yang

    mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan yang mampu

    membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif memiliki keuntungan

    dalam setiap bidang kehidupan, entah itu dalam hubungan asmara dan persahabatan,

    hubungan kerja, ataupun ketika akan memasuki masa berhenti dari bekerja (Goleman,

    2000).

    Orang dengan keterampilan emosi yang berkembang baik berarti kemungkinan

    besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang

    mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu

    atas kehidupan emosinya akan mengalami pertarungan batin yang merampas

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    32/36

    kemampuan mereka untuk berkonsentrasi pada karir/pekerjaan ataupun untuk memiliki

    pikiran yang jernih.Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan kesimpulan

    bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk

    yang mungkin akan terjadi. Stimuli yang relevan dengan rasa takut menimbulkan

    reaksi bahwa hal buruk akan terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan

    individu untuk antisipasi datangnya hal tidak menyenangkan yang mungkin akan

    terjadi. Secara otomatis individu akan bersiap menghadapi hal-hal buruk yang

    mungkin terjadi bila muncul rasa takut.

    Sebelum seseorang pensiun sebaiknya menyusun suatu perencanaan untuk

    menghadapi masa pensiun. Dalam penyusunan perencanaan ini diperlukan

    kecerdasan emosi untuk mengatur perencanaan. Orang dengan kecerdasan emosi

    yang baik akan mampu mengatasi kecemasan yang ada dalam dirinya. Ia tidak akan

    membiarkan ketakutan ketakutan tumbuh dan berkembang dalam dirinya. Saat

    akan memasuki masa pensiun ia sudah menyusun kegiatan kegiatan. Ia akan tetap

    menjalani hidup seperti biasa. Perubahan perubahan yang terjadi dalam dirinya itu

    dianggap hal biasa karena itu adalah suatu proses kehidupan. Bekal bekal yang ada

    dalam dirinya yang ia dapatkan selama bekerja dijadikan modal untuk tetap

    berkarier. Banyak perusahaan yang bersedia menerima karyawan lanjut usia. Ia juga

    sudah mengantisipasi perubahan perubahan yang lain seperti penyesuaian terhadap

    lingkungan, baik itu keluarga maupun masyarakat. Orang dengan kecerdasan emosi

    yang baik akan berpikir bagaimana membuat pensiun yang bermakna.

    B. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan

    emosi dengan kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai.

    C. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat teoritis

    Manfaat teoritisnya adalah untuk menambah khazanah pengetahuan terutamapsikologi perkembangan.

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    33/36

    2. Manfaat praktis

    Dapat menambah pengetahuan dan berguna bagi orang-orang yang akan

    menghadapi pensiun. Mereka dapat mengetahui apa sebenarnya yang memicu

    seseorang cemas ketika akan menghadapi pensiun dan bagaimana cara

    menanggulanginya.

    D. Keaslian Penelitian1. Keaslian Topik

    Penelitian yang dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah

    ada sebelumnya. Namun dalam hal ini dari segi alat ukur dan subjek penelitian,

    penelitian ini benar-benar asli dan belum pernah diteliti sebelumya.

    Ada beberapa penelitian tentang kecemasan menghadapi pensiun dan

    kecerdasan emosi, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Hascar Yaningtyas

    Dyah Utami (2000) yang meneliti pengaruh ketabahan (hardiness) dan kecemasan

    menghadapi masa pensiun. Hasilnya ada hubungan antara ketabahan (hardiness)dan

    kecemasan menghadapi masa pensiun.

    Penelitian lain penelitian dari Yulianti (2003) yaitu tentang hubungan

    penerimaan diri dengan stres menghadapi pensiun pada pegawai negeri sipil

    Kabupaten Karang Anyar yang hasilnya ada hubungan yang sangat signifikan antara

    penerimaan diri dengan stres menghadapi pensiun pada pegawai negeri sipil

    Kabupaten Karang Anyar.

    Penelitian tentang pensiun dilakukan oleh Wahyuni (2003), yaitu tentang

    perbedaan kecemasan menghadapi pensiun pada pria dan wanita pegawai negeri sipil

    Pemerintah Kota Samarinda. Hasilnya ada perbedaan kecemasan menghadapi

    pensiun yang signifikan pada pegawai negeri sipil (PNS) yang berjenis kelamin pria

    dan pegawai negeri sipil (PNS) yang berjenis kelamin wanita di Pemerintah Kota

    Samarinda. Sumber kecemasan yang dirasakan oleh pegawai negeri berjenis kelamin

    pria juga berbeda dengan sumber kecemasan yang dialami pegawai negeri yang

    berjenis kelamin wanita. Pada pegawai negeri pria kecemasan disebabkan bayangan

    akan kehilangan jabatan dan kehormatan yang selama ini dipegangnya. Di lain pihak

    sumber kecemasan pada pegawai negeri wanita lebih disebabkan oleh bayangan akan

    kehilangan fasilitas yang selama ini dinikmatinya ketika bekerja.

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    34/36

    Hubungan persepsi tentang pensiun dengan penerimaan diri pada anggota

    persatuan pensiun Bank BNI Cabang Kota Yogyakarta diteliti oleh Hamdi (2004).

    Penelitian ini mendapatkan adanya persepsi tentang pensiun yang berbeda-beda dari

    orang yang menjadi anggota persatuan pensiun Bank BNI Cabang Yogyakarta. Akan

    tetapi dari hasil analisis secara statistik ternyata hasilnya tidak ada hubungan

    persepsi tentang pensiun dengan penerimaan diri pada anggota persatuan pensiun

    bank BNI Cabang Kota Yogyakarta.

    Hubungan antara penerimaan diri dengan kecemasan psikologis dalam

    menghadapi masa pensiun pada pegawai Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala

    Yogyakarta oleh Purwanto (2004). Penelitian ini meneliti tentang penerimaan diri

    yang dialami karyawan terhadap pensiun yang akan dihadapinya dengan kecemasan

    dalam menghadapi pensiun. Konsep dasar penelitian ini adalah bagi karyawan yang

    mampu menerima keadaan pensiun dengan baik akan mempunyai tingkat kecemasan

    yang rendah, sebaliknya bagi karyawan yang kurang mampu menerima keadaan

    pensiun dengan baik akan mempunyai tingkat kecemasan yang tinggi. Hasil penelitian

    ini menunjukkan bahwa memang ada hubungan antara penerimaan diri dengan

    kecemasan psikologis dalam menghadapi masa pensiun pada pegawai Balai

    Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta.

    Selain itu ada penelitian dari Wulandari dan Fajar Astuti (2002) yaitu

    hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi pensiun pada guru

    yang memiliki pekerjaan sampingan. Hasil penelitiannya adalah ada hubungan antara

    dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi pensiun pada guru yang memiliki

    pekerjaan sampingan.

    Penelitian tentang kecerdasan emosi antara lain penelitian yang dilakukan oleh

    Tjahjoanggoro, dkk, (2001) hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi kerja

    distributor multi level marketing (MLM). Hasil penelitiannya ada hubungan yang

    sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan prestasi kerja distributor.

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    35/36

    Penelitian lain mengenai kecerdasan emosi adalah penelitian dari Melianawati,

    dkk, (2001) yang meneliti hubungan antara kecerdasan emosi dengan kinerja

    karyawan. Konsep awal dari penelitian ini adalah karyawan yang mempunyai

    kecerdasan emosi yang tinggi akan mempunyai kinerja yang tinggi pula, sebaliknya

    karyawan yang mempunyai kecerdasan emosi yang rendah akan mempunyai kinerja

    yang rendah pula. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang menggaji

    karyawannya berdasarkan kinerja yang dimiliki karyawan. Hasil penelitiannya ada

    hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan kinerja karyawan.

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain adalah bahwa penelitian ini

    lebih mengungkapkan pada sisi emosi orang yang akan menghadapi pensiun.

    Bagaimana emosi seseorang itu timbul dalam dirinya sehingga mempengaruhi pola

    pikir yang akhirnya menimbulkan kecemasan saat orang akan menghadapi pensiun.

    Selain itu bagaimana peran kecerdasan emosi dalam diri seseorang dalam

    menghadapi pensiun. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda.

    Dalam penelitian ini subjek menggunakan pegawai negeri sipil (PNS) sebagai subjek

    yaitu PNS di Kota Pangkalpinang.

    Persamaan penelitian ini dengan penelitian lain adalah aspek emosi yang

    diteliti adalah aspek kecemasan dan aspek kecerdasan emosi. Secara umum teori

    yang dipergunakan untuk menjelaskan kedua aspek tersebut sama dengan penelitian

    lain akan tetapi berbeda dari penekanannya, yaitu ditekankan pada kecemasan

    menghadapi pensiun.

    2. Keaslian Teori

    Penelitian yang penulis lakukan menggunakan teori kecemasan dari Soegino

    (2000) serta teori kecerdasan emosi yang diambil dari Goleman (2000).

    3. Keaslian Alat Ukur

    Peneliti menggunakan alat ukur yang disusun oleh penulis sendiri

    berdasarkan aspek-aspek kecemasan menghadapi pensiun menurut Soegino (2000)

    serta aspek-aspek kecerdasan emosi menurut Goleman (2000).

  • 5/28/2018 Teori Emosi (Nia)

    36/36

    4. Keaslian Subyek Penelitian

    Subyek penelitian yang digunakan peneliti berbeda dengan subyek

    penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Peneliti menggunakan subyek

    penelitian yaitu para pegawai PT Timah dan pegawai PEMDA Pangkalpinang yang

    berusia 50-58 tahun.

    ===================================================

    Ingin memiliki Skripsi/Tesisversi lengkapnya? Hubungi Kami.

    ===================================================

    Tulisan terkait:

    HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ABORSI DENGAN SIKAP PROLIFE PADA

    REMAJA PUTRI

    HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN PERILAKU SELINGKUH PADA SUAMI

    HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PROFESIONALISME POLISI PARIWISATA DENGAN RASA

    AMAN PADA WISATAWAN DI YOGYAKARTA

    Keyword yang masuk untuk tulisan ini:

    skripsi psikologi perkembangan, skripsi kecemasan, aspek kecemasan, menghadapi pensiun,

    kecemasan menghadapi pensiun, teori kecemasan, kecerdasan emosi PDF, kecemasan

    menghadapi masa pensiun, menghadapi masa pensiun, skripsi kecerdasan emosional,

    hubungan kecerdasan emosi dengan kecemasan menghadapi pensiun, teori kecerdasan

    emosional, aspek-aspek kecemasan, kecemasan pada lansia, Contoh skripsi psikologi

    perkembangan, makalah kecemasan, skripsi tentang kecemasan, penelitian kecemasan, tesis

    Kecerdasan Emosional, kecerdasan emosional pdf, PERSIAPAN MENGHADAPI PENSIUN,

    kecemasan, alat ukur kecerdasan emosi, teori kecerdasan emosi, skripsi tentang kecerdasan

    emosional, kecemasan dalam menghadapi masa pensiun, aspek emosi, aspek-aspek

    kecerdasan emosi, pengaruh kecerdasan emosional, skripsi kecerdasan emosi, teori pensiun,

    teori hardines, hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan menghadapi masa

    pensiun

    "Appreciation of what was written depends solely on the mind of the reader. Therefore, we cannot guarantee you high

    grades because it will be the single discretion of your teacher. What we can pledge is to exhaust all means to give you

    a well-written quality work. With the teamwork that we have, we are bound to achieve this goal."

    Advetorial

    http://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/layananhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-pengetahuan-tentang-aborsi-dengan-sikap-prolife-pada-remaja-putri-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-pengetahuan-tentang-aborsi-dengan-sikap-prolife-pada-remaja-putri-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-pengetahuan-tentang-aborsi-dengan-sikap-prolife-pada-remaja-putri-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-pengetahuan-tentang-aborsi-dengan-sikap-prolife-pada-remaja-putri-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-stres-kerja-dengan-perilaku-selingkuh-pada-suami-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-stres-kerja-dengan-perilaku-selingkuh-pada-suami-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-persepsi-profesionalisme-polisi-pariwisata-dengan-rasa-aman-pada-wisatawan-di-yogyakarta-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-persepsi-profesionalisme-polisi-pariwisata-dengan-rasa-aman-pada-wisatawan-di-yogyakarta-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-persepsi-profesionalisme-polisi-pariwisata-dengan-rasa-aman-pada-wisatawan-di-yogyakarta-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-persepsi-profesionalisme-polisi-pariwisata-dengan-rasa-aman-pada-wisatawan-di-yogyakarta-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-persepsi-profesionalisme-polisi-pariwisata-dengan-rasa-aman-pada-wisatawan-di-yogyakarta-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-persepsi-profesionalisme-polisi-pariwisata-dengan-rasa-aman-pada-wisatawan-di-yogyakarta-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-stres-kerja-dengan-perilaku-selingkuh-pada-suami-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-pengetahuan-tentang-aborsi-dengan-sikap-prolife-pada-remaja-putri-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/07/27/hubungan-antara-pengetahuan-tentang-aborsi-dengan-sikap-prolife-pada-remaja-putri-pdf-doc.htmhttp://www.skripsi-tesis.com/layanan