Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
SKRIPSI
STRATEGI HUMAS PT. CHEVRON PASIFIC INDONESIA DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Diajukan Oleh :
Nama : Shandri Pratiwi
NIM : 2013 - 41 - 398
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi
Jakarta 2017
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Shandrina Pratiwi
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/ tanggal lahir : Pekan Baru, 7 Maret 1994
Alamat : Komp. Kraktau No. 192, Duri Riau
Telepon/ HP : 085274568872
Status : Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM (B)
NIM : 2013– 41 – 398
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi :
Judul : Strategi Humas PT. Chevron Pasific Indonesia dalam
Kegiatan Corporate Social Responsibility
Pembimbing I : Dr. Mediana Handayani, M.Si
Pembimbing II : Hamsinah, S.Ag, M.Si
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya buat
merupakan hasil asli (orisinal) dan bukan Duplikasi dan Skripsi orang lain.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup untuk dikenakan
sanksi akademis sesuai peraturan yang berlaku di FIKOM UPDM (B).
Jakarta, 23 Februari 2017
Yang menyatakan
Shandri Pratiwi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, berkat rahmat dan
kasih sayangnya, penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian
ini. Dengan judul Strategi Humas PT. Chevron Pasific Indonesia dalam
Pelaksanaan Kegiatan Corporate Social Responsibility.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi
Konsentrasi Hubungan Masyarakat di Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama).
Skripsi ini membahas mengenai strategi humas PT. Chevron dalam
pelaksanaan kegiatan Corporate Social Responsibility.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Namun, besarnya keinginan untuk menghasilkan suatu
bentuk penelitian yang baik, membuat penulis harus bersabar dan berbesar
hati dalam melewati segala hambatan selama proses penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembacanya. Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi
penyempurnaan penulisan karya ilmiah yang akan datang.
Jakarta, Februari 2017
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT sehingga mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Yang diajukan dalam rangka
memenuhi tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1)
bidang Studi Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Prof.Dr.Moestopo (Beragama).
Atas segala bimbingan dan perhatian yang diberikan selama penulis
menyusun skripsi ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Kedua orang tuaku ayahanda dan ibunda yang selalu mendoakan,
kasih sayang, dukungan serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Rudy Harjanto, M.Sn. Rektor Universitas Prof.Dr.Moestopo
(Beragama), Jakarta.
3. Dr. Prasetya Yoga Santoso, MM. Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama), Jakarta.
4. Dr. Hendri Prasetyo, S.Sos, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama), Jakarta.
5. Dr. Mediana Handayani, M.Si. Dosen Pembimbing I dan Hamsinah,
S.Sos, M.Si Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas kesabarannya
dalam bimbingan, waktu, pengertian serta ilmu yang bermanfaat selama
penulis melakukan bimbingan.
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof.Dr.Moestopo
(Beragama), Jakarta.
7. Seluruh staf Sekretariat dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama), Jakarta
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu mau
berbagi cerita, membantu dan memberikan semangat , doa serta
kepercayaan yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah
dan skripsi ini.
Jakarta, Februari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................... 1
1.2 Fokus Penelitian .................................................................. 8
1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................... 8
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................. 8
1.5 Kegunaan Penelitian ............................................................ 9
1.5.1 Kegunaan Teoritis ....................................................... 9
1.5.2 Kegunaan Praktis ........................................................ 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN TEORI .............. 10
2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis ..................................... 10
2.2 Kerangka Konsep – Konsep dan Penelitian dan Teori ...........13
2.2.1 Komunikasi Organisasi ..................................................13
2.2.2 Public Relations ........................................................... 17
2.2.3 Strategi ........................................................................23
2.2.4 Strategi Public Relations .............................................26
2.2.5 Corporate Social Responsibility ................................... 27
2.3 Bagan Alur Pikir .................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 53
3.1 Paradigma Penelitian ............................................................53
3.2 Pendekatan Penelitian .......................................................... 56
3.3 Metode Penelitian ................................................................ 57
3.4 Objek dan Subjek Penelitian ............................................... 57
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................58
3.6 Teknik Keabsahan Data ........................................................ 59
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................ 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 62
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ................................................... 62
4.1.1 Profil PT. Chevron Pasifik Indonesia ..........................62
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan PT. Chevron ......................65
4.2 Deskripsi Subyektif Penelitian .............................................. 66
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ..................................................... 67
4.3.1 Analisa Strategi PT. Chevron Pasifik Indonesia
dalam Pelaksanaan Kegiatan CSR .............................. 67
4.3.2 Implementasi Strategi Humas PT. Chevron Pasifik
Indonesia dalam Pelaksanaan Kegiatan CSR ..............79
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ...............................................76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................105
5.1 Kesimpulan ............................................................................105
5.2 Saran .....................................................................................106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR LAMPIRAN
1. Transkrip Wawancara
2. Foto dengan narasumber
3. Surat Keterangan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Public Relations adalah fenomena abad ke 20 yang akar-akarnya
berpangkal jauh dibalik sejarah, bahkan usianya pun setua komunikasi
manusia itu sendiri. Dalam peradaban turun temurun, seperti Babilonia,
Yunani dan Roma, manusia dihimbau untuk menerima kekuasaan
pemerintah dan agama melalui teknik-teknik yang masih digunakan
hingga kini, seperti komunikasi antarpribadi, pidato, seni, sastra,
pagelaran acara, publisitas, dan acara-acara lain. Akan tetapi, tujuan
mereka dan dampaknya sama dengan kegiatan serupa pada dewasa
saat ini yaitu Public Relations”. (Cutlip, 2005;10)
Scoot M. Cultip, Allen H. Center, dan Glenn M. Broom dalam buku
Effective Public Relations mengatakan bahwa Public Relations adalah
fungsi manajemen yang mengidentifikasikan, menetapkan, dan
memelihara hubungan saling menguntungkan atara organisasi dan
segala lapisan masyarakat yang menentukan keberhasilan atau
kegagalan Public Relations. Fungsi manajemen juga ditekankan dalam
Managing Public Relations oleh James E. Gruning dan Todd Hunt.
Mereka menyatakan, Public Relations adalah manajemen komunikasi
antara sebuah organisasi dan masyarakat.
Public Relations bertugas membantu sebuah organisasi dan
masyarakat untuk saling menyesuaikan diri. Selain itu Public Relations
adalah usaha sebuah organisasi untuk mendapatkan kerja sama
kelompok orang.
Seringkali Public Relations dianggap lebih berorientasi pada pihak
perusahaan untuk membangun citra positif perusahaan, dan hasil yang
lebih baik dari sebelumnya karena mendapatkan opini dan kritik dari
konsumen. Akan tetapi, jika fungsi Public Relations dilaksanakan dengan
baik, maka Public Relations menjadi alat yang ampuh untuk
memperbaiki, mengembangkan peraturan, budaya organisasi dan
perusahaan dan suasana kerja yang kondusif, serta peka terhadap
karyawan, diperlukan pendekatan khusus dan motivasi dalam
meningkatkan kinerjanya.
Implementasi Public Relations pada suatu organisasi pada masa
yang akan datang menurut Hubies (2001) harus diikuti dengan kegiatan,
seperti personal develotment, dan leadership building (konsep
pengembangan diri, teknik presentasi yang menarik dan efektif,
meningkatkan percaya diri, dan mentalitas sukses); pendirian maupun
pemberdayaan pusat data dan informasi untuk mendukung
pengembangan program unggulan, yang mulai dari tahapan
mengumpulkan, menyaring, mengelolah, dan menyebarluaskan
informasi; temu aksi (demo, diskusi, dan gelar produksi), dalam rangka
mengembangkan tingkat komunikasi yang sesuai, pengenalan sikap
mitra kerja, dan permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat.
Dalam lingkungan bisnis yang berubah, Public Relations
ditempatkan pada platform yang lebih tinggi. Kebutuhan perusahaan
yang berkembang tidak hanya mengembangkan produk atau jasa, tetapi
membina hubungan posotif dan konsisten dengan pihak-pihak yang
terlibat dengan organisasi. Oleh karena itu, agar berkembang dan
berfungsi dengan optimal, Public Relations harus didukung dengan
berbagai pihak. (Hutapea,2000; )
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Public Relations
adalah Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial
perusahaan. Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab
sosial perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan
harapan stakeholders sehubungan dangan isu-isu etika, sosial, dan
lingkungan, disamping ekonomi.
Sasaran program Corporate Social Responsibility adalah (1)
pemberdayaan SDM lokal, termasuk didalamnya pelajar, dan
mahasiswa; (2) pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar daerah
operasi; (3) pembangunan fasilitas sosial/umum; (4) pengembangan
kesehatan masyarakat; (5) sosial budaya, dan lain-lain. (Dokumen
Internal PT.CPI)
Dalam implementasi program-rogram Corporate Social
Responsibility , diharapkan adanya partisipasi dari tiga stakeholders,
yaitu perusahaan, pemerintahan, dan masyarakat untuk saling
bersinergi. Karena dengan partisipasi aktif para stakeholders,
pengambilan keputusan, menjalankan keputusan, dan tanggungjawab
implementasi Corporate Social Responsibility diemban secara bersama.
Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan Corporate
Social Responsibility menjadi tren global sering dengan semakin
maraknya kepedulian masyarakat global tehadap produk-produk yang
ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah
sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM). Menghadapi tren
global dan resistensi masyarakat sekitar perusahaan, sudah saatnya
bagi setiap perusahaan untuk memandang serius pengaruh dimensi
sosial.
Keberhasilan kegiatan ini dapat berdampak positif bagi
perusahaan seperti meningkatnya pendapatan perusahaan dan
meningkatnya citra perusahaan. Gagasan Corporate Social
Responsibility menekankan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan
bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi yang menciptakan profit demi
kelangsungan usaha, melainkan menjadi tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Kenyataan memperlihatkan bahwa perusahaan yang hanya
mau mengambil keuntungan finansial dan mengabaikan tanggung jawab
sosial dan lingkungan mendapatkan tekanan dari masyarakat sekitar
LSM. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (“UUPT”) serta Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012
tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan
Terbatas (“PP 47/2012”)
Mengenai TJSL (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan), diatur
dalam Pasal 74 UUPT dan penjelasannya. Pengaturan ini berlaku untuk
perseroan. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPT, Perseroan (Perseroan
Terbatas) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
Menurut Pasal 1 angka 3 UUPT, Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
PT. Chevron Pasifik Indonesia adalah salah satu organisasi yang
aktif dalam melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility. PT.
Chevron Pasifik Indonesi merupakan perusahaan tambang minyak yang
memiliki salah satu daerah operasi di Riau. Sebagai sebuah perusahaan
tambang, PT. Chevron Pasific Indonesia langsung berinteraksi dengan
lingkungan serta masyarakat disekitar area tambang dan komplek
perkantoran. Oleh karenanya, perusahaan harus melakukan masyarakat
sebagai mitranya dimana hal ini juga akan bermanfaat untuk
kelangsungan operasional perusahaan itu sendiri.
PT. Chevron Pasifik Indonesia adalah perusahaan pertambangan
minyak bumi yang beroperasi diwilayah Riau, akibat dari kegiatan
pertambangan oleh PT. CPI akan menimbulkan dampak lingkungan
yang besar, namun akibat buruk dari Pertambangan Minyak bumi
tersebut tidak diiringi oleh dampak baik yang dirasakan oleh masyarakat
Riau pada umumnya, terutama dunia pendidikan.
Pendidikan adalah merupakan harapan bagi bangsa Indonesia
untuk dapat membangun Sumber Daya Manusia yang yang handal dan
dapat menjadi pengganti Sumber Daya Alam kelak yang tidak berapa
lama lagi akan habis, untuk itu membangun pendidikan yang layak
adalah mutlak demi keberlangsungan bangsa Indonesia yang lebih baik
dimasa yang akan datang, untuk mewujudkan semua itu tentunya tidak
bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah tetapi oleh seluruh elemen negara
termasuk pihak swasta, agar dapat bersinergi membangun masa depan
Indonesia lebih baik.
Kekayaan Alam adalah milik kita Rakyat Indonesia, dikelola oleh
Negara dan digunakan sebaik baiknya untuk kesejahteraan Rakyat
Indonesia. Provinsi Riau dianugerahi kekayaan alam Minyak Bumi dan
Negara mempercayakan PT Chevron Pasific Indonesia untuk melakukan
pengerukan Minyak Bumi tersebut sehingga jutaan barel minyak bumi
telah di keruk dari perut bumi Riau, Milyaran Dolar telah dihasilkan dari
penjualan minyak Riau, sehingga Riau dikenal Provinsi yang kaya,
namun yang kaya siapa???? Yang kaya adalah perusahaan yang
mengeruk minyak bumi Riau, sementara rakyat Riau masih miskin,
pendidikan di Riau belum maksimal dan belum seimbang dengan
kekayaan yang dimilikinya, Ironis.
Sekian lama PT Chevron beroperasi di Riau yang sebelumnya
bernama PT. Caltex Pasific Indonesia, sudah berapa banyak kekayaan
alam Riau di cicipi oleh mereka. Sudah berapa lama mereka berfoya-
foya dengan kekayaan mereka. Sementara apa kontribusi PT Chevron
untuk masyarakat Riau?. Universitas Lancang Kuning adalah perguruan
tinggi yang akan mencetak para sarjana dan telah menyumbangkan
ribuan sumber daya manusia tapi Chevron tidak memperhatikan, Unilak
adalah tetangga bahkan tepat berada didepan “hidung” PT. Chevron
namun terabaikan, apalagi lembaga pendidikan yang lebih jauh, Chevron
tidak akan peduli.
Tidak hanya itu, ribuan tenaga kerja outsource nasib mereka
terabaikan, padahal mereka bekerja untuk keuntungan Chevron, tapi
chevron tidak peduli, chevron hanya berurusan dengan kontaktor
pelaksana, tapi sama sekali tidak peduli dengan nasib buruh yang
terkatung-katung dari bulan kebulan. Didalam produksi minyak bumi
masyarakat Riau tidak tahu, Chevron tidak transparan, sehingga
masyarakat Riau sebagai pemilik kekayaan alam Bumi Melayu ini tidak
tahu berapa milyar rupiah yang dihasilkan setiap harinya dari perut bumi,
sehingga masyarakat Riau tidak tahu berapa besaran Dana Bagi Hasil
(DBH) seharusnya diterima. Dengan demikian masyarakat telah lama
menuntut PT. Chevron Pasific Indonesia (PT. CPI) untuk :
1. Melaksanakan Tanggung Jawab Sosial secara optimal terhadap Masyarakat Riau, Khususnya Dunia Pendidikan melalui Program Corporat Social Responsibility (CSR), dengan memberikan dukungan moril maupun materil terhadap Dunia Pendidikan.
2. Memperhatikan nasib buruh outsource yang sumber pekerjaannya dari PT CPI.
3. Memberikan akses informasi produksi minyak bumi harian, Mingguan, Bulanan, Triwulan dan Tahunan, sekaligus akses informasi biaya produksi dan operasional perusahaan, sehingga masyarakat Riau tahu berapa besaran bagi hasil yang menjadi Hak Mereka.
Agar perusahaan tambang seperti PT. Chevron Pasific Indonesia
selalu didukung oleh masyarakat, melalui program Corporate Social
Responsibility adalah hal yang wajib. Penting program Corporate Social
Responsibility ini selain bermanfaat bagi masyarakat, juga memberikan
dampak positif tersendiri untuk perusahaan. Dengan program Corporate
Social Responsibility yang berkelanjutan terus menerus maka akan
memberikan citra positif perusahaan dimata masyarakat serta support
yang baik dalam aspek operasional perusahaan. Melalui penjelasan
yang telah peneliti utarakan diatas, maka peneliti ingin meneliti tentang
bagaimana strategi Humas PT. Chevron Pasifik Indonesia dalam
pelaksanaan program kegiatan Corporate Social Responsibility
khususnya dalam Program Pengembangan Ekonomi agar dapat tepat
sasaran dan berjalan baik. Penelitian ini akan peneliti tuangkan dalam
judul penelitian : “Strategi Humas PT.Chevron Pasific Indonesia
dalam Pelaksanaan Kegiatan Corporate Social Responsibility”
1.2. Fokus Penelitian
Dari uraian diatas, maka fokus penelitian adalah Strategi Humas
PT. Chevron Pasifik Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan Corporate
Social Responsibility.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi humas
PT. Chevron Pasifik Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan Corporate
Social Responsibility ?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi humas
PT. Chevron Pasifik Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan Corporate
Social Responsibility.
1.5. Signifikansi Penelitian
Kegunaan penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1.5.1 Signifikansi Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
Ilmu Komunikasi khususnya dalam bidang Public Relations serta
Corporate Social Responsibility dan diharapkan dapat menjadi bahan
informasi dan bahan referensi di bidang Public Relations serta
Corporate Social Responsibility khususnya dalam kemampuan untuk
membuat suatu strategi yang efektif dan efisien akan suatu program
sehingga program tersebut dapat tepat pencapaian sasaran.
1.5.2 Signifikansi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis
dan pembaca serta dapat memberikan sumbangan pikiran yang
berkaitan dengan hal-hal mengenai Corporate Social Responsibility
(CSR). Selain itu diharapkan dapat menjadikan bahan evaluasi yang
dapat menunjang kegiatan Corporate Social Responsibility oleh PT.
Chevron Pasifik Indonesia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP & TEORI
2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis
Peneliti mendapatkan beberapa referensi penelitian terdahulu
yang digunakan untuk mendukung penelitian. Penelitian mengenai
Corporate Social Responsibility (CSR) sudah pernah dilakukan oleh
beberapa mahasiswa. Untuk mengetahui serta membandingkan
ringkasan penelitian sejenis terdahulu dalam sebuah tabel, sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Perbandingan Penelitian
Nama Peneliti Shelvy Stephanie Zamira Ghardini Shandri Pratiwi
Universitas Universitas Indonesia (UI)
Prof.Dr.Moestopo (Beragama)
Prof.Dr.Moestopo (Beragama)
Judul Penelitian Analisa Manfaat Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Menjadikan Pulau Pramuka sebagai Cyber Island (Studi pada Program CSR “Broadband Learning Center” PT Telkom, Tbk)
Strategi Humas Dalam Melaksanakan Program Corporate Social Responsibility Perum Peruri Dalam Bentuk Mobil Klinik Sehat Keliling
Strategi Humas PT. Chevron Pasifik Indonesia Dalam Pelaksanaan Kegiatan Corporate Social Responsibility (Program Pengembangan Ekonomi)
Tujuan Mengetahui manfaat lapangan tentang program “Broadband Learning Center” PT Telkom Tbk di Pulau Pramuka, kepualauan Seribu.
Mengetahui Strategi yang dilakukan oleh Humas Perum Peruri dalam melaksanakan program CSR
Mengetahui Strategi Humas PT. Chevron Pasifik Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan CSR
Metodelogi Deskriptif Kualitatif Deskriptif Kualitatif Deskriptif Kualitatif
Paradigma Konstruktivis Konstruktivis Konstruktivis
Hasil Dalam pelaksanaan, CSR dilakukan oeh Divisi Community Development Center, namun PR tetap mengawasi dan mengkomunikasi iklan program kepada masyarakat. Program BLC ini berkonsep CSR selama 6 bulan yang kemudian menjadi program Community Development.
Masyarakat Pulau Pramuka mengalami perkembangan dan peningkatan pendapatan yang mereka rasakan sebagai manfaat dari program CSR Telkom ini.
Strategi humas yang digunakan oleh perum peruri dalam mendukung program mobil klinik kesehatan keliling adalah dengan mendefinisikan masalah yang terjadi di sekitar perusahaan. Kemudian merencanakan program dan strategi bagaimana pelaksanaan program CSR tersebut. pelaksanaan dari program CSR sesuai dengan strategi yang direncanakan untuk menjangkau stakeholder yang telah ditentukan, dan mengevaluasi pelaksanaan program Mobil Klinik Sehat Keliling.
Dari kedua penelitian tersebut, sejenis dengan yang akan diteliti
oleh peneliti yaitu mengenai program Corporate Social Responsibility
(CSR), dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Kedua penelitian sebelumnya juga menggunakan paradigma
konstruktivis. Menjelaskan mengenai pentingnya dan manfaat program
CSR bagi perusahaan karena dapat menciptakan citra yang positif serta
dapat digunakan sebagai strategi perusahaan.
Hasil penelitian yang didapatkan peneliti Shelvy Stephanie yang
berjudul Analisa Manfaat Program Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam Menjadikan Pulau Pramuka sebagai Cyber Island (Studi pada
program CSR “Broadband Learning Center” PT Telkom, Tbk), yaitu
dalam pelaksanaan, CSR dilakukan oleh Divisi Community Development
Center, namun PR tetap mengawasi dan mengkomunikasikan program
kepada masyarakat. Program BLC ini berkonsep CSR selama 6 bulan
yang kemudian menjadi program Community Development. Masyarakat
Pulau Pramuka mengalami perkembangan dan peningkatan pendapatan
yang mereka rasakan sebagai manfaat dari program CSR Telkom ini.
Hasil penelitian yang didapatkan peneliti Zamira Ghardini yang
berjudul “Strategi Humas Dalam Melaksanakan Program Corporate
Social Responsibility Perum Peruri Dalam Bentuk Mobil Klinik Sehat
Keliling.” Yaitu Perum Peruri merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dimana memiliki peran dan fungsi yang strategis, sebagai
pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta
besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil atau koperasi.
Tujuan penelitian pada dasarnya memberikan informasi mengenai apa
yang akan diperoleh setelah selesai penelitian. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh Humas Perum Peruri
dalam melaksanakan program CSR.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana
peneliti menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulis. Penelitian ini
juga bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan membuat
gambaran atau deskriptif tentang suatu fenomena sosial.
Sedangkan penelitian yang sedang peneliti laksanakan belum
mendapatkan temuan apapun karena peneliti sedang melakukan proses
penelitian yaitu mengenai Strategi Humas PT. Chevron Pasifik Indonesia
khususnya dalam program pengembangan ekonomi masyarakat sekitar
kawasan industri.
2.2. Kerangka Konsep-konsep Penelitian dan Teori
2.2.1. Komunikasi Organisasi
Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud
dengan organisasi. Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah
suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui
hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa
organisasi mempunyai karakteristi tertentu yaitu mempunyai struktur ,
tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lainnya dan
tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan
aktivitas dalam organisasi tersebut. Sifat tergantung antara satu sama
bagian dengan bagian ain menandakan bahwa organisasi yang
dimaksud Schein ini adalah merupakan suatu sistem.
Suatu organisasi terbentuk apabila suatu perusahaan memerluka
usaha lebih dari satu orang untuk menyelesaikannya. Kondisi ini timbul
mungkin disebabkan oleh karena tugas itu terlalu besar atau terlalu
kompleks untuk ditangani satu orang. Oleh karena itu suatu organisasi
dapat kecil seperti usaha dua orang individu atau dapat sangat besar
yang melibatkan banyak orang dalam interaksi kerjasama. Karena fokus
yang diambil disini tentang pemberdayaan masyarakat yang mekibatkan
stakeholder, RT, RW. dan lain sebagainya. biasanya ada pelatihan2
yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
2.2.1.1. Elemen Organisasi
Organisasi sangat bervariasi, ada yang sangat sederhana dan
ada pula yang sangat kompleks. Berikut model yang menggambarkan
elemen dasar dari organisasi dan saling berkaitan satu sama lainnya.
1. Struktur sosial Struktur sosial adalah pola atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan di dalam suatu organisasi. Struktur sosial menurut Davis (Scrott, 1981) dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu stuktur normatif dan struktur tingkah laku. Stuktur noratif mencakup nilai, norma dan peranan yang diharapkan. Nilai adalah kriteria yang digunakan dalam memilih tujuan tungkah laku. Sedangkan norma adalah aturan umum mengenai tingkah laku yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengejar tujuan. Peranan yang diharapkan, digunakan sebagai standar penilaian tingkah
Organisasi
Struktur Sosial
Teknonogi Tujuan
Partisipan
laku karyawan yang sesuai dengan posisinya dalam kelompok sosial nilai-nilai, norma dan peranan, tindaklah secara kebetulan tersusun tetapi disusun sedemikian rupa sengingga merupakan satu set kepercayaan yang relatif logis dan konsisten dan merupakan resep yang mengatur tingkah laku partisipan. Komponen yang kedua adalah struktur tingkah laku. Komponen ini berfokus kepada tingkah laku yang dilakukan dan bukan pada resep bertingkah laku. Tingkah laku yang diperlihatkan manusia dalam organisasi ini mempunyai karakteristik umum yang merupakan pola atau jaringan tingkah laku. Misalnya dalam suatu organisasi akan dapat terlihat bahwa adanya partisipan yang suka mempengaruhi orang lain atau dibenci oleh temannya dan sebagainya. Struktur normatif dan struktur tingkah laku dari kelompok tidak dapat dipisahkan secara jelas dan saling berhubungan. Tingkah laku membentuk norma-norma sebagaimana halnya norma membentuk tingkah laku.
2. Partisipan Partisipan organisasi adalah individu-individu yang membentuk kontribusi kepada organisasi. Semua individu berpartisipasi lebih dari pada suatu organisasi dan keterlibatannya pada masing-masing organisasi tersebut sangatlah bervariasi.
3. Tujuan Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan sangat kontroversial dalam mempelajari organisasi. Ahli analisis mengatakan bahwa tujuan sangat diperlukan dalam memahami organisasi; yang lainnya mempertanyakan apakah tujuan membentuk suatu fungsi lain daripada membenarkan tindakan yang lalu. Kemudian ahli tinkah laku menjelaskan bahwa hanya individu-individu yang mempunyai tujuan, organisasi tidak.
4. Teknologi Yang dimaksud dengan teknologi adalah peng-gunaan mesin-mesin atau perlengkapan mesin dan juga pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan. Tiap-tiap oraganisasi mempunyai teknologi dalam melakukan pekerjaannya. Beberapa organisasi memproses materi input atau masukan dan membangun perlengkapan perangkat keras. Oragnisasi lainnya memperoses orang, hasil produksinya berisikan induvidu-individu yang berpengetahuan, yang terampil atau individu yang lebih sehat. Semua organisasi mempunyai teknologi tetapi bervariasi dalam teknik dan kemanjuran dalam memproduksi hasil
yang diinginkan. Beberapa teori yang sangat menarik dan kerja empiris akhir-akhir ini memusatkan pada saling hubungan antara karakteristik teknologi dan bentuk struktur organisasi.
5. Lingkungan Setiap organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi, kebudayaan dan lingkungan sosial, terhadap mana oraganisasi tersebut harus menyesuaikan diri. Tidak ada organisasi yang sanggup mencakup kepentingan dirinya sendiri. Semuanya tergantung kepada lingkungan sistim yang lebih besar untuk dapat terus hidup. Parson (Scoot, 1981) telah memberikan perhatian terhadap pentingnya hubungan masyarakat yang luas. Suatu organisasi mungkin mengharapkan dukungan sosial bagi aktivitasnya untuk merefleksikan nilai-nilai masyarakat pada fungsinya. Jika kesehatan menggambarkan suatu nilai positif yang kuat bagi suatu masyarakat kemudian organisasi yang mensuplai pemeliharaan kesehatan mungkin berusahan untuk mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan aktivitas mereka. (Muhammad, 2014;23)
Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat
formal dan juga informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih
besar daripada komunikasi kelompok. Oleh karena itu, organisasi
dapat diartikan sebagai kelompok dari kelompok-kelompok.
Komunikasi organisasi sering kali melibatkan juga komunikasi diadik,
komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik.
Komunikasi formal adalah komunikasi menurut stuktur organisasi,
yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi
horisontal, sedangkan komunikasi informal tidak tergantung pada
struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk
selentingan dan gosip. (Mulyana, 2008;83)
Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam
organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah
komunikasi internal, hubungan manusia hubungan persatu pengelola,
komunikasi downward atau komunikasi dari atasan ke bawahan,
komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan ke atasan,
komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama
level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan
berbicara, mendengarkan, menulis dan berkomunikasi evaluasi
program.
Sedangkan Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi
organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan
pemindahan arti di dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn
organisasi adalah sebagai suatu sistem terbuka yang menerima
energi dari lingkungan dan mengubah energi ini menjadi produk atau
servis ini kepada lingkungan (Muhammad, 2014;65)
Goldhaber (1986) memberikan devinisi komunikasi organisasi sebagai berikut, “organizational communications is the process of creating and exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope with environmental uncertainty.” Atau dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. (Muhammad, 2014;67)
2.2.2. Public Relations
Hubungan masyarakat atau Public Relations dapat didefinisikan”
Sebagai hubungan dengan masyarakat luas, seperti publisitas;
khususnya fungsi-fungsi korporasi, organisasi dan sebagainya yang
berhubungan dengan usaha untuk menciptakan opini publik yang
menyenangkan untuk dirinya sendiri”. (Moore, 2005:13)
Menurut Byron Christian, “ Hubungan masyarakat adalah suatu usaha yang sadar untuk mempengaruhi orang terutama melalui komunikasi, guna berpikir baik tehadap suatu organisasi, menghargainya, mendukungnya untuk ikut simpati bersamanya jika mendapatkan tantangan dan kesukaran”. (Cultlip, 2005:9) Organisasi Public Relations nasional dan internasional juga telah
menyusun definisi cukup luas untuk diterapkan dimanapun didunia ini.
Djanalis Djanalid (1990:14) dalam bukunya Public Relations dalam Teori
dan Praktek mengutip beberapa devinisi. Definisi ini meliputi :
1. Public Relations adalah usaha sengaja, terencana untuk menetapkan dan memelihara saling pengertian antara sebuah organisasi dan masyarakat. (British Institute of Public Opinion, yang didefinisikan juga telah diikuti di sejumlah Negara Commonwealth/persemakmuran.)
2. Public Relations adalah usaha sengaja dan sesuai hukum untuk mencapai pemahaman, dan membina serta memelihara kepercayaan diantara masyarakat umum atas dasar riset sistematik. (Deutsche Public Relations Gesellschaft, Republik federal Jerman dapat dicatat, bahwa tidak ada istilah yang setara dengan public relations dalam bahasa Jerman.)
3. Public Relations adalah usaha manajerial secara sistematik dan tidak pernah berhenti yang digunakan sebagai alat bagi organisasi swasta dan pemerintah untuk membina pengertian, simpati dan dukungan di lingkaran masyarakat yang diperkirakan akan berhubungan dengan mereka. (Dansk Public Relations Club of Denmark, yang juga menggunakan istilah Bahasa Inggris)
4. Praktik Public Relations adalah seni dan ilmu sosial untuk menganalisis tren, meramalkan konsekuensi tindakan, memberikan konsultasi kepada pemimpin organisasi, dan melaksanakan program tindakan terencana demi kepentingan masyarakat umum dan organisasi. (devinisi yang ditijui di Word Assembly of Public Relations di Kota Mexico pada tahun 1978 dan yang diikuti 34 organisasi public relations internasional.)
Selain itu, dari sebagian definisi yang dihimpun oleh Djanalis
Djanaid (1990:14) dalam bukunya Public Relations dalam Teori dan
Praktek, ia kemudian memberikan sebuah batasan pengertian, “Public
Relations adalah setiap usaha dalam menciptakan kehidupan yang
harmonis suatu organisasi, baik dalam lingkungannya maupun keluar
pada masyarakat dalam arti luas untuk tercapainya tujuan organisasi
dengan menciptakan pengertian umum, antara lembaga dan karyawan
maupun masyarakat.”
Wakil-wakil masyarakat Public Relations dari negara-negara barat
pada bulan Agustus 1978 sepakat mengetengahkan devinisi yang lebih
singkat yang mereka namakan “The Statment of Mexico”, yaitu “Praktik
public relations adalah seni dan ilmu pengetahuan sosial untuk
menganalisis kecemburuan, memprediksi konsekuensi-konsekuensinya,
menasehati para pemimpin organisasi, dan melaksanakan program-
program yang berencana mengenai kegiatan-kegiatan yang melayani,
baik kepentingan organisasi maupun kepentingan umum.”
Hubungan masyarakat (Public Relations) atau Public Relations
(PR) seringkali dihubungkan dengan citra baik dari sebuah instansi atau
organisasi tertentu. Profesi Public Relations adalah melakukan
komunikasi secara berkesinambungan di setiap aktivitasnya.
2.2.2.1. Fungsi dan Peran Public Relations
Fungsi Public Relations menurut Scott M. Cultip, dkk dalam
bukunya Effective Public Relations adalah sebagai berikut:
1. Publisitas Publisitas adalah informasi dari sumber luar yang digunakan oleh media karena informasi itu mempunyai tata nilai berita. Ini merupakan metode penempatan pesan di media yang tidak dikendalikan karena sumber tidak membayar media itu untuk penempatannya.
2. Iklan Iklan adalah informasi yang ditempatkan dimedia oleh sponsor yang diketahui yang membayar untuk waktu dan ruang. Ini merupakan metode penempatan pesan yang terkendali di media.
3. Press Agentry Press agentry menciptakan cerita dan peristiwa yang layak berita untuk menarik perhatian media dan untuk men-dapatkan perhatian publik.
4. Public Affair Public affair merupakan bagian khusus dari hubungan masyarakat yang membangun dan mempertahankan hubungan pemerintah dan komunitas lokal untuk mem-pengaruhi kebijakan publik.
5. ManajemenIsu Manajemen isu adalah proses proaktif untuk meng-antisipasi, mengidentifikasi, mengevaluasi dan merespon isu-isu kebijakan publik yang mempengaruhi hubungan organisasi dengan publiknya.
6. Lobbiying Lobi merupakan bagian khusus dari hubungan masyarakat yang membangun dan memelihara hubungan dengan pemerintah, terutama dengan tujuan mempengaruhi legislasi dan regulasi.
7. Hubungan Investor Hubungna Investor adalah bagian khusus dari hubungan masyarakat korporat yang membangun dan mengelola hubungan yang saling menguntungkan dengan pemegang saham dan pihak-pihak lainnya dalam lingkungan keuangan demi memaksimalkan nilai pasar.
8. Pengembangan Pengembangan adalah bagian khusus dari hubungan masyarakat organisasi-organisasi nirlaba swasta yang membangun dan mengelola hubungan dengan donor dan anggota, yang bertujuan mepertahankan dukungan keuangan dan tenaga sukarela.
9. Hubungan Internal Menangani publik yang berkaitan atau terlibat dengan kerja internal organisasi, seperti karyawan, keluarga karyawan, dan suka-relawan,”(Cutlip, 2005:9)
Hutapea (2000) menjelaskan bahwa public relations adalah
fungsi manajemant untuk membantu mengakkan dan memelihara
aturan bersama dalam komunikasi, demi terciptanya saling pengertian
dan kerja sama antara lebaga (perusahaan) dan publiknya, mengatur
dan menekankan tanggung jawab manajemen dalam melayani
kepentingan masyarakat, membantu menejemen dalam mengikuti,
memonitor, bertidak sebagai suatu sistem tanda bahaya untuk
membantu manajemen berjaga-jaga dalam menghadapi berbagai
kemungkinan buruk, serta menggunakan penelitian dan teknik-teknik
komunikasi yang efektif dan persuasif untuk mencapai semua itu.
2.2.2.2. Tujuan Public Relations
Tujuan utama Public Relations adalah mempengaruhi perilaku
orang secara individu ataupun kelmpok saat saling berhubungan,
melalui dialog dengan semua golongan, serta persepsi sikap dan
opininya terhadap suatu kesuksesan sebuah perusahaan.
Menurut Rosady Ruslan (2001:246), tujuan Public Relations
adalah sebagai berikut :
1. “Menumbuhkembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal atau masyarakat dan konsumen;
2. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan;
3. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relations;
4. Efektif dalam membangun pengenalan merk dan pengetahuan merk;
5. Mendukung bauran pemasaran;.
Jefkins (2003:54) mendefinisikan tujuan Public Relations
adalah sebagai berikut :
1. “Mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan;
2. Meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai; 3. Menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai
perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pangkuan;
4. Memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa pasar baru;
5. Mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakat bursa saham atas rencana perusahaan untuk menerbitkan saham baru atau saham tambahan;
6. Memperbaiki hubungan antara perusahaan dan masyarakat, berkaitan dengan terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian, atau salah paham dikalangan masyarakat terhadap niat baik perusahaan;
7. Mendidik konsumer agar lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan;
8. Meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan dan bangkit kembali setelah terjadinya suatu krisis;
9. Meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi resiko pengambilalihan oleh pihak lain;
10. Menciptakan identitas perusahaan yang baru; 11. Menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan
partisipasi para pimpinan perusahaan organisasi dalam kehidupan sosial;
12. Mendukung keterlibatan perusahaan sebagai sponsor dari suatu acara;
13. Memastikan bahwa para politisi benar-benar memahami kegiatan-kegiatan atau produk perusahaan yang positif, agar perusahaan yang bersangkutan terhindar dari peraturan, undang-undang, dan kebijakan pemerintah yang merugikan;
14. Menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan itu mengutamakan kualitas dalam berbagai hal.
Secara keseluruhan, tujuan public relations adalah menciptakan
citra baik perusahaan sehingga dapat menghasilkan kesetiaan pada
publik terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan
(Mulyana,2007). Selain itu public relations bertujuan menciptakan,
membina, dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi
lembaga atau organisasi pada suatu pihak dan dengan publik pada pihak
lain dengan komunikasi yang harmonis dan timbal balik (Maria, 2002)
2.2.3. Strategi
Definisi strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka
panjang. Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai berikut :
1. Pengertian Umum Stategi adalah proses penentuan rencana para
pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang
organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana
agar tujuan tersebut dapat dicapai.
2. Pengertian khusus Startegi merupakan tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan
oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi
hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai
dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru
dan perubahan pola konsumen melakukan kompetensi inti (core
competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti didalam
bisnis yang dilakukan.
Strategi adalah komponen penting dalam melakukan suatu
program. Strategi merupakan pedoman penting agar dalam melak-
sanakan sebuah program, sasaran yang dicapai tepat pada sasaran.
Dimana dalam strategi terdapat langkah-langkah dan rangkaian cara
yang harus dilakukan dalam pemcapaian tujuan guna mengantisipasi
hambatan-hambatan yang akan dihadapi dalam melaksanakan sebuah
program. Oleh karena itu, strategi haruslah dibuat secara matang dan
terencana sebagai bagian dari pemcapaian tujuan.
Stephen Robbin (1990) mendefinisikan strategi sebagai penetuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan arah tindakan serta mendapatkan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan (the determination of rhe basic longterm goals and objetives of an enterprise, and the adaption of course of action and the allocation of resources necessary for carrying out this goals). (Morrison, 2006;135)
J.L Thampson mendefinisikan strategi sebagai cara untuk
mencapai sebuah hasil akhir. “Hasil akhir menyangkut tujuan dan
sasaran organisasi. Ada strategi yang luas untuk keseluruhan organisasi
dan strategi kompetitif untuk masing-masing aktivitas. Sementara itu,
strategi fungsional mendorong secara langsung strategi kompetitif.”
(Oliver, 2006;2)
Bennet (1996) menggambarkan strategi sebagai arah yang dipilih
organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya. (Oliver, 2006;2)
Mintzberg menawarkan lima keunggulan dari kata strategi yakni :
1. “Sebuah rencana – suatu arah tindakan yang diinginkan secara sadar;
2. Sebuah cara – suatu manuver spesifik yang dimaksudkan untuk mengecoh lawan atau kompotitor;
3. Sebuah pola – dalam suatu rangkaian tindakan;
4. Sebuah posisi – suatu cara menempatkan organisasi dalam sebuah lingkungan;
5. Sebuah perspektif – suatu cara yang terintegrasi dalam memandang dunia”.
Melihat beberapa definisi strategi diatas, dapat disimpulkan bahwa
strategi merupakan fungsi manajemen perusahaan untuk menentukan
rangkaian cara, tindakan serta arah guna menjalankan suatu program
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Sehingga
strategi merupakan penentuan dari keberhasilan dari kegiatan atau
program yang hendak dilakukan.
Strategi itu sendiri tidak terlepas dari proses komunikasi. Karena
tanpa mengkomunikasikan sebuah strategi, tentu saja strategi tersebut
tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, strategi dan
komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Bila strategi
dilihat dari segi tujuan komunikasi, maka tujuan dari starategi komunikasi
adalah untuk mempromosikan dan mempublikasikan acara atau
program. Sedangkan hakikat dari strategi adalah suatu perencanaan
(planning) dan menajemen ( management) untuk mencapai tujan tertentu
dalam praktik operasionalnya”. (Ruslan, 2007;37)
Pelaksanaan strategi komunikasi sendiri memerlukan komunikasi
yang efektif agar pelaksanaan program yang hendak dilakukan dapat
berjalan dengan lancar. Melakukan strategi komunikasi secara efektif itu
sendiri akan dapat membuat tujuan utama dan strategi komunikasi dapat
tercapai. Adapun tujuan dari strategi komunikasi menurut R. Wayne
Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnet dalam bukunya Tecniques
for Effective Communication ialah :
1. “To secure understanding Untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam komunikasi.
2. To establish acceptance Bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik.
3. To motivate action Penggiatan untuk motivasinya
4. The goals which the communicator sough to achieve Bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh phak komunikator dari proses komunikasi tersebut. (Ruslan, 2007;13)
2.2.4 Strategi Public Relations
Strategi merupakan rencana dan tindakan yang dibuat sebuah
perusahaan untuk mencapai suatu tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan. Strategi sangat dibutuhkan dalam komunikasi, karena
adanya strategi, maka tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebuah
perusahaan akan berjalan dengan baik, bila didukung dengan strategi
yang tepat.
Strategi dalam Public Relations perpadu antara communication
planning (perencanaan komunikasi) dan management communication
(komunikasi manajemen). Tujuanya adalah mengacu pada
kepentingan pencapaian sasaran (target) atau tujuan untuk
menciptakan suatu citra dan reputasi posifitif suatu lembaga.
Pembentukan, pemeliharaan dan peningkatan citra dan reputasi positif
harus didukung kebijakan dan komitmen pimpinan. Kemampuan
berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan adalah salah satu
penyampaian pesan, ide, dan gagasan, program kerja, dan sekaligus
membentuk opini atau menguasai pendapat umum sesuai dengan
yang diinginkan komunikator.
Untuk merumuskan strategi Public Relations, selain diperlukan
perumusan tujuan yang jelas, terutama juga memperhitungkan kondisi
dan situasi khalayak. Dalam komunikasi, selain terjadi hubungan antar
manusia juga terjadi interaksi atau saling mempengaruhi.
Komponen yang paling esensial dalam strategi komunikasi
adalah menentukan komunikasi yang tepat dan yang paling sesuai
dengan tujuan komunikasi. Hal tersebut sangat penting karena
mengingat bahwa komunikasi berasal dari berbagai individu berbeda
yang memiliki latar belakang, karakteristik, sifat, keiinginan, kebutuhan
serta pengalaman yang berbeda. Dan terkadang di berbagai
kesempatan jumlahnya pun berbeda.
2.2.5 Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility adalah komponen perusahaan
atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi
yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian
terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan.
Corporate Social Responsibility atau yang dalam bahasa
indonesia adalah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan merupakan
sebuah bentuk sumbangsih dari perusahaan kepada masyrakat dalam
tujuan menciptakan manfaat yang timbal balik antara sebuah
perusahaan dengan masyarakat. Kegiatan Corporate Social
Responsibility ini dilaksanakan oleh perusahaan dengan tujuan agar
masyarakat mendapat manfaat sosial dari perusahaan. Corporate Social
Responsibility juga sudah menjadi tuntutan dan kewajiban bagi
perusahaan karena telah disahkannya Undang-Undang No.40 tahun
2007 tentang perseroan. Dengan ditetapkannya Corporate Social
Responsibility dalam sebuah Undang-Undang, maka Corporate Social
Responsibility telah menjadi sebuah kewajiban bagi sebuah perusahaan.
Definisi Corporate Social Responsibility itu sendiri telah banyak
dikemukakan oleh pakar. Yosal Iriantara dalam bukunya mengemukakan
beberapa devinisi dari Corporate Social Responsibility dari para pakar
yakni:
1. “Chambers mendefinisikan tanggung jawab sosial korporat sebagai “melakukan tindakan sosial (termasuk lingkungan hidup) lebih dari batas-batas yang dituntut perundang-undangan.”
2. Nature dengan mengutip devinisi dari WBCSD (World Business Council for Sustainable Development) menyebutkan tanggung jawab korporat sebagai komitmen berkelanjutan kalangan bisnis untuk berprilaku etis dan memberikan sumbangan pada pembangunan ekonomi sekaligus memperbaiki mutu hidup angka kerja dan keluarganya serta komuitas lokal dan masyarakat secara keseluruhan”.(Iriantara, 2007;49)
Bowman dan Haire (1976) mengatakan bahwa tanggung jawab
sosial perusahaan adalah kepedulian terhadap dampak negatif yang
ditimbulkan dari segala aktivitas perusahaan terhadap kesejahteraan
masyarakat sekitarnya atau masyarakat luas lainnya.(Ruslan, 1999;63)
Dalam bukunya CSR & Comdev, Edi Suharto mengutip “Corporate
Social Responsibility adalah tanggung jawab sosial sebuah organisasi
terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-
kegiatan pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan
berkelanjutan termasuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat;
mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan
hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasiona; serta
terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.
SM Serad dalam buku CSR Indonesia mengatakan Corporate
Social Responsibility, Corporate Social Responsibility, sering dipahami
sebagai tanggung jawab korporat dalam menjalankan usaha ekonomi
yang menguntungkan, tetapi dengan tetap melakukan usaha
menegakkan kelestarian lingkungan dan sosial. Pemahaman yang
demikian tersusun atas perhatian berbagai perbedaan pemangku
kepentingan, baik internal maupun eksternal korporate. Sudut pandang
dari pemahaman ini nampaknya cenderung terletak pada „bagaimana
memperoleh uang, dan bukan bagaimana menggunakannya‟. Hal ini
dikatakan tidak tepat karena seharusnya „Corporate Social Responsibility
adalah tentang dari mana uang kita peroleh, bukan tentang bagaimana
uang kita digunakan.
Dikutip dari buku Corporate Social Responsibility, Indonesia,
menurut Visser (2007), secara keseluruhan terdapat kurang lebih 250
istilah devinisi, 85 istilah kunci (key terms), dan sepuluh istilah inti (core
terms). Istilah-istilah yang tidak bisa terlepas dari hubungannya dengan
Corporate Social Responsibility, misalkan etika bisnis, akuntabilitas,
waga korporate, manajemen lingkungan korporate, tatakelola korporate
(Corporate Governance), tanggung jawab korporate, kesinampungan
korporate, kemiskinan, kesehatan, dan keselamatan kerja dan teori
pemangku kepentingan (stakeholder theory) terlihat paling banyak
didiskusikan. Banyak institusi, komunitas, swasta, dan pemerintah, yang
melakukan hal-hal yang diungkapkan Viesser diatas dalam 10 core
terms.
Hendrik Budi Untung mendefinisikan Corporate Social Responsibility sebagai komitmen perusahaan dan dunia bisnis utuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berke-lanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan. (Untung, 2008;1) Menurut World Business Council on Sustainable Development
adalah komitmen bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,
seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya,
komunitas lokal dan masyarakat luas.”
Di dalam Green Paper Komisi Masyarakat Eropa 2001 dinyatakan
bahwa kebanyakan definisi Corporate Social Responsibility (tanggung
jawab sosial korporat) menunjukkan konsep tentang pengintegrasikan
kepeulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam
operasi bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan
para stakeholders-nya. Ada dua hal yang terkait dengan Corporate
Social Responsibility, yaitu pertimbangan sosial dan lingkungan hidup
serta interaksi sukarela. (Irianta, 2004)
Dalam “Model Empat sisi Corporate Social Responsibility,”.
Perusahaan memiliki tanggung jawab ekonomis, yaitu berbisnis dan
mendapatkan profit. Selain itu, ada tanggung jawab legal, seperti
keharusan membayar pajak, memenuhi persyaratan amal, dan lain-lain.
Di luar itu, ada tanggung jawab ethical atau etis. Misalnya, perusahaan
berlaku fair tidak membeda-bedakan ras, gender, tidak korupsi, dan hal-
hal semacam itu. Sementara yang keempat, tanggung jawab
discretionary. Tanggung jawab yang seharusnya tidak harus dilakukan,
tetapi perusahaan melakukan juga atas kemauan sendiri (Warta
Pertamina, 2004)
Dalam tulisan Spektrum Pelaku Corporate Social Responsibility,
Rudi Fajar mengatakan “perilaku para pengusaha pun beragam, dari
kelompok yang sama sekali tidak melaksanakan sampai kelompok yang
menjadikan Corporate Social Responsibility, sebagai inti (core value)
dalam menjalankan usaha”.
1. Bisnis
Aspek ini mewakili substansi utama yang menjadi alasan keberadaan
perusahaan sebagai organisasi yang berbasis keuntungan. Sebagai
salah satu unit penggerak perekonomian, perusahaan memiliki
tanggung jawab sebagai entitas bisnis untuk menghasilkan
keuntungan yang dapat dipertanggung-jawabkan kepada para pemilik
modal, karyawan, dan masyarakat luas.
2. Legal/Hukum
Fungsi sebagai entitas bisnis penghasil laba serta penggerak
perekonomian tidak lantas membuat perusahaan dapat menjalankan
kegiatan sebesar-besarnya. Dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, perusahaan merupakan subjek hukum yang terkait oleh
hak dan kewajiban yang telah digariskan dan bersifat mutlak. Secara
umum, keberadaan hukum dapat dipandang sebagai „aturan
permainan‟ yang harus dipatuhi sepanjang keberadaan perusahaan
tersbut.
3. Etika
Tanggung jawab etik meliputi perilaku yang diharapkan oleh
masyarakat, yang bercermin dalam tindakan, pengambilan keputusan,
serta aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Pada saat aspek legal
lebih mengacu kepada aturan yang mengikat secara hukum, maka
etika bersifat normatif dengan cakupan yang lebih kecil dan bersifat
relatif terhadap lingkungan eksternal perusahaan itu berada.
4. Filantropi
Aspek filantropi bersifat sangat tidak mengikat dan sepenuhnya
tergantung kepada inisiatif dan kesukarelaan dari perusahaan. Tidak
ada parameter yang secara jelas dapat menjadi standar bagi
perusahaan. Hal ini kemudian menjadi tugas bagi para manajer dan
CEO perusahaan, untuk secara cerdas dan tepat menimbang dan
menentukan sejauh mana perusahaan mereka dapat memberi
kontribusinya.
Dalam pengamatannya, terkait dengan praktik CSR, pengusaha
dikelompokkan menjadi empat, yaitu kelompok hitam, merah, biru, dan
hijau.
1. Kelompok hitam adalah mereka yang tidak melakukan praktik CSR
sama sekali. Mereka adalah pengusaha yang menjalankan bisnis
semata-mata untuk kepentingan sendiri. Kelompok ini sama sekali
tidak peduli pada aspek lingkungan dan sosial sekelilingnya dalam
menjalankan usaha, bahkan tidak memperhatikan kesejahteraan
karyawanya.
2. Kelompok merah adalah mereka yang mulai melaksanakan praktik
CSR, tetapi memandangnya sebagai komponen biaya yang akan
mengurangi keuntungannya. Aspek lingkungan dan sosial mulai
dipertimbangkan, tetapi dengan keterpaksaan setelah mendapat
tekanan dari pihak lain, seperti masyarakat atau lembaga swadaya
masyarakat. Kesejahteraan karyawan baru diperhatikan setelah
karyawan ribut atau mengancam akan mogok kerja. Kelompok ini
umumnya berasal dari kelompok satu (kelompok hitam) yang
mendapat tekanan dari stakehoders-nya, yang kemudian dengan
terpaksa memperhatikan isu lingkungan dan sosial, termasuk
kesejahteraan karyawan. CSR jenis ini kurang berimbas pada
pembentukan citra positif perusahaan karena publik melihat kelompok
ini memerlukan tekanan (dan gertakan) sebelum melakukan prakti
CSR. Praktik jenis ini tak akan mampu berkontribusi bagi
pembangunan berkelanjutan.
3. Kelompok biru adalah mereka yang menganggap praktik CSR akan
memberi dampak positif (return) terhadap usahanya dan menilai CSR
sebagai investasi, bukan biaya. Oleh karena itu, kelompok ini secara
sukarela dan sunguh-sungguh melakukan praktik CSR dan yakin
bahwa investasi sosial ini akan melancarkan operasional usaha.
Mereka mendapat citra positif karena masyarakat menilainya
sungguh-sungguh membantu. Selayaknya investasi, kelompok ini
menganggap praktik CSR adalah investasi sosial jangka panjang.
Mereka juga berpandangan, dengan melaksanakan praktik CSR yang
berkelanjutan, mereka akan mendapat izin operasional dari
masyarakat. Kita dapat berharap kelompok ini akan mampu memberi
kontribusi bagi pengembangan berkelanjutan.
4. Kelompok hijau merupaka kelompok yang sepenuh hati melaksanakan
praktik CSR. Mereka telah menempatkannya sebagai nilai inti dan
menganggap sebagai suatu keharusan, bahkan kebutuhan, dan
menjadikan sebagai modal sosial (ekuitas). Oleh karena itu, mereka
yakini, tanpa melaksanakan CSR, mereka tidak memiliki modal yang
harus dimiliki dalam menjalankan usahan mereka. Mereka sangat
memperhatikan aspek lingkungan, aspek sosial dan kesejahyeraan
masyarakat serta melaksanakan prinsip transparasi dan akuntabilitas.
Komplek ini juga memasukkan CSR sebagai bagian yang terintegrasi
ke dalam model bisnis atas dasar kepercayaan bahwa suatu usaha
harus mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial. Mereka
percaya, ada nilai tukar (trade-off) atas triple bottom line (aspek
ekonomi, lingkungan dan sosial). Kelompok ini tidak saja
mendapatkan citra positif, tetapi juga kepercayaan, dari masyarakat
yang selalu siap membela berkelanjutan usaha kelompok ini. Tak
mengherankan, kelompok ini diyakini akan mampu berkontribusi
dalam pembangunan berkelanjutan.
2.2.5.1Perkembangan Konsep Corporate Social Responsibility
(Kartini, 2009: 5-6)
1. Periode 1950-1960
Prinsip derma dan prinsip perwalian dianggap
merupakan faktor pendorong lahirnya konsep CSR tahap awal
ini. Konsep CSR sebagai salah satu tonggak penting dalam
perjalanan manajemen korporat akan diuraikan mulai sejak
lahir sampai dengan konteks kekinian. Meskipun konsep CSR
seperti yang dikenal saat ini baru dikenal pada tahun 1970-an,
namun konsep tanggung jawab sosial (social responsibility)
sudah dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953
(Caroll, 1999:27) dalam karyanya Social Responsibility of the
Businessman. Oleh karenanya Caroll menyebutkan Bowen
sebagai “The Father‟s of Corporate Social Responsibility” yang
merumuskan konsep tanggung jawab sosial sebagai: “The
Obligations of Businessman to pursue those policies, to make
those decisions, or to follow those lines of action which are
desirable in term of the objectives and values of our society.)
Steiner and Steiner (1994: 105-110) memandang rumusan
Bowen mengenai tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
pelaku bisnis sebagai kelanjutan dari pelaksanaan berbagai
kegiatan derma (charity) sebagai wujud kecintaan manusia
terhadap sesama manusia (philanthropy) yang banyak
dilakukan oleh para pengusaha ternama pada akhir abad ke
sembilan belas sampai periode tahun 1930-an
2. Periode 1960-an 1970-an
Perkembangan konsep CSR berjalan seiring dengan
perkembangan konsep stakeholders. Adapun konsep
stakeholders sendiri tidak dapat dilepaskan perkembangannya
dari adopsi pendekatan sistem ke dalam teori manajemen.
Pengenalan terhadap konsep lingkungan organisasi
perusahaan yang berkembang sejalan dengan perkembangan
pendekatan sistem dalam manajemen, telah mengubah cara
pandang manajer dan para ahli teori manajeman terhadap
organisasi, terutama mengenai bagaimana suatu organisasi
perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efektif. Melalui
pengakuan terhadap berbagai elemendi lingkungan luar
perusahaan yang akan berpengaruh terhadap efekticitas
pencapaian tujuan, para peneliti di Stanford Research Institute
(SRI) memperkenalkan konsep stakeholder pada tahun 1963
(Freeman dan Reid, 1983-89) yang mula-mula merujuk kepada
pengertian “the gpoups without whose support the organization
would cease to exist,”
Freeman (1984: 46), mendefinisikan stakeholder sebagai
“setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan.” Pada
awalnya yang dimaksud dengan stakeholder mencakup para
pemenang saham (stockholders), para karyawan (employees),
para pelanggan (coustomers), para pemasok (suppliers), para
pembeli pinjaman (leaders), dan masyarakat luas (society).
Berdasarkan kaitannya dengan perusahaan, Jones
(1995) selanjutnya mengklasifikasikan stakeholders ke dalam
dua kategori, yaitu : inside stakeholders dan outside stake-
holders.
a. Inside stakeholders terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Yang termasuk ke dalam kategori inside stakeholders adalah pemegang saham (stakeholders), para manajer (managers), dan karyawan (employees).
b. Outside stakeholders terdiri dari orang-orang maupun pihak-pihak (constituencies) yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan dan bukan pula karyawan perusahaan tetapi memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu kelompok pemangku kepentingan ini dapat mempengaruhi perusahaan. Yang termasuk dalam kategori outside stakeholders adalah pelanggan (coustomers), pemasok (supplier), pemerintah (government), masyarakat lokal (local communities) dan masyarakat secara umum (general public).
Pengakuan terhadap adanya berbagai stakeholders di
luar pemegang saham (shareholders) yang dapat dipengaruhi
efektivitas pencapaian tujuan perusahaan telah mengubah
dimensi tanggung jawab sosial perusahaan dari tanggung
jawab ekonomi semata-mata dalam bentuk maksimasi laba
untuk kemakmuran pemegang saham menjadi tanggung jawab
kepada sejumlah stakeholders yang lebih luas. Robbins dan
Coulter (2003:121) menggambarkan tanggung jawab
perkembangan sosial korporate dalam sebuah kontinum yang
menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan kepada
berbagai konstituen. Kontinum ini juga menunjukan bahwa
semakin luas tanggung jawab sosial perusahaan (dilihat dari
cakupan konstituen yang dilayani oleh perusahaan) makan
semakin besar pula tanggung jawab sosial perusahaan.
3. Periode 1980an – saat ini
Menurut Carroll (1979), konsep Corporate Social
Responsibility memuat komponen-komponen sebagai berikut:
a. Economic responsibilities Tanggung jawab sosial utama perusahaan adalah tanggung jawab ekonomi, karena lembaga bisnis terdiri dari aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara menguntungkan.
b. Legal responsibilities Masyarakat berharap bisnis dapat dijalankan dengan menaati hukum dan peraturan yang berlaku yang pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif.
c. Ethical responsibilities Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara ettis. Menurut Epistein (1989: 584-585), etika bisnis menunjukkan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan maupun secara kelembagaan (organisasi) untuk menilai suatu isu dimana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat. Melalui pilihan nilai tersebut, individu atau organisasi akan memberikan penilaian apakah sesuatu yang dilakukan
itu benar atau salah, adil atau serta memiliki kegunaan (utilitas) atau tidak.
d. Discretionary responsibilities Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka. Ekspetasi masyarakat tersebut dipenuhi oleh perusahaan melalui berbagai program yang bersifat filantropis. Dalam kaitan ini perusahaan juga ingin dipandang sebagai warga negara yang baik (good citizen) dimana kontribusi yang mereka berikan kepada masyarakat akan mempengaruhi reputasi perusahaan. Oleh sebab itu aktivitas yang dilakukan perusahaan sebagai manifestasi discretionary responsibility sering juga disebut sebagai Corporate Citizenship.
Sedangkan aktivitas corporate citizenship yang bertujuan
untuk mengembangkan kesejahteraan masyarakat (misalnya
melalui pemberian pelatihan usaha, pemberian pinjaman lunak,
dll) disebut sebagai community development. Penelitian yang
dilakukan oleh Peterson (2004) menunjukkan terdapat hubungan
yang erat antara pelaksanaan corporate citizenship (sebagai salah
satu kategori tanggung jawab sosial perusahaan) dengan
komutmen karyawan terhadap organisasi.
2.2.5.2. Tahapan-tahapan CSR
Dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam proses CSR
yang bersifat siklis, program dan kegiatan CSR dilakukan melalui
tahapan-tahapan berikut:
1. Pengumpulan fakta
Banyak permasalahan yang dihadapi masyarakat sekitar
daerah operasional perusahaan, mulai permasalahan lingkungan
seperti polusi, sanitan lingkungan, pencemaran sumber daya air,
penggundulan hutan sampai dengan permasalahan ekonomi,
seperti tingkat pengangguran yang tinggi, sumber daya manusia
yang tidak memadai, rendah kemauan wirausaha, dan tingkat
produktivitas individu yang rendah.
Public Relations bisa mengumpulkan data tentang
permasalahan tersebut dari berbagai sumber, misalnya dari media
massa, data statistik, obrolan warga, atau keluhan langsung dari
masyarakat. Selain itu, Public Relations juga bisa menelusuri
laporan-laporan hasil penelitian yang dilakukan perguruan tinggi
atau LSM mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat.
2. Perumusah masalah
Masalah secara sederhan bisa dirumuskan sebagai
kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang dialami, dan
untuk menelesaikannya diperlukan kemampuan menggunakan
pikiran dan keterampilan secara tepat. Misalnya, dari
pemngumpulan fakta diketahui salah satu masalah yang
mendesak dan bisa diselesaikan dengan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki organisasi adalah rendahnya keterampilan para
pemuda sehingga tidak bisa bersaing di pasar kerja atau tidak
bisa diandalkan untuk membuka lapangan kerja bagi dirinya.
Berdasarkan hal tersebut, dirumuskan permasalahan, “Rendahnya
keterampilan kerja pemuda lulusan sekolah menengah”
Tidak semua pemuda lulusan sekolah menengah yang
rendah tingkat keterampilan kerjanya didafinisikan sebagai
masalah, tetapi terbatas pada komunitas sekitar lokasi
perusahaan atau di beberapa kota. Jadi, dalam merumusan
masalah tersebut, Public Relations mulai memfokuskan pada
komunitas organisasi. Apabila komunitasnya dirumuskan secara
sederhana, berarti komunitas berdasarkan lokasi , yaitu komunitas
sekitar wilayah operasi korporat. Akan tetapi, jika komunitasnya
dipandang sebagai struktur interaksi, komunitas tersebut lepas
dari pertimbangan kewilayahan, tetapi pada pertimbangan
kesamaan kepentingan.
3. Perencanaan dan Pemrograman
Perencanaan merupakan perkiraan yang didasarkan pada
fakta dan informasi tentang sesuatu yang akan terwujud atau
terjadi. Untuk mewujudkan perkiraan itu, dibuatlah sebuah
program. Kegiatan ini mencakup langkah-langkah yang ditempuh
untuk mewujudkan program untuk mencapai tujuan yang sudah
diterapkan.
Kembali pada perumusan masalah tentang rendahnya
keterampilan kerja pemuda lulusan sekolah menengah, Public
Relations menyusun rencana untuk menyelenggarakan program
pendidikan dan pelatihan bagi mereka.
4. Aksi dan komunikasi
Aspek dari aksi dan kiomunikasi inilah yang membedakan
kagiata Community Relations dalam konteks Public Relations dan
bukan Public Relations. Watak Public Relations ditampilkan melalui
kegiatan komunikasi. Public Relations pada dasarnya merupakan
proses komunikasi dua arah yang berjutuan membangun dan
menjaga reputasi dan citra organisasi dimata republiknya. Karena
itu, dalam program CSR selalu ada aspek tentang bagaimana
menyusun pesan yang ingin disampaikan kepada komunitas, dan
melalui media apa? Adapun aksi dalam implementasi program yang
sudah direncanakan, pada dasarnya sama saja dengan
implementasi program apapun. Pada contoh kasus awal, ketika
program pendidikan dan pelatihan keterampilan itu dijalankan,
harus ada ruangan untuk penyampaian teori dan bengkel kerja
sebagai tempat praktik. Disitulah, aksi pendidikan dan pelatihan
dijalankan. Didalamnya tentu saja komunikasi yang menjelaskan
alasan-alasan program itu dijalankan, juga masalah tanggung
jawab sosial organisasi pada komunitasnya sehingga memilih untuk
menjalankan program kegiatan tersebut. Dengan demikian,
diharapkan akan berkembang pandangan yang positif dan
komunitas terhadap organisasi sehingga reputasi dan citra
organisasi menjadi baik.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian setiap akhir program atau
kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi program.
Berdasarkan hasil evaluasi ini, bisa diketahui apakah program bisa
dilanjutkan, dihentikan, atau dilanjutkan dengan melakukan
beberapa perbaikan dan penyempurnaan. Dalam konteks
community relations, perlu diingat bahwa evaluasi bukan hanya
dilakukan terhadap penyelenggaraan program atau kegiatan,
malainkan pada sikap komunitas terhadap organisasi. Evaluasi
seperti ini diperlukan karena Community Relations ini meskipun
merupakan wujud tanggung jawab sosial organisasi, tetapi
merupakan kegiatan Public Relations.
Di pertengahan abad ke 20, Corporate Social Responsibility
sudah dibahas di Amerika oleh para pakar bisnis semisal Peter
Drucker dan mulai dimasukkan dalam literatur. Pada tahun 1970,
ekonom Milton Friedman menjelaskan pandangannya bahwa
tanggung jawab sosial perusahaan adalah menghasilkan
keuntungan (profit) dalam batasan moral masyarakat dan hukum. Ia
mengingatkan bahwa inisiatif perusahaan untuk menjalankan
Corporate Social Responsibility dapat membuat arah manajeman
menjadi tidak fokus, pemborosan sumber daya, memperlemah
daya saing, serta mempersempit pilihan-pilihan dan kesempatan.
Namun kenyataannya Corporate Social Responsibility
semakin berkembang dan terus menjadi isu kunci dalam konteks
manajemen, pemasaran dan akutansi di Inggris, Amerika, Eropa,
Canada, dan negara-negara lain.
Permasalahan sosial yang semakin rumit dalam kedekatan
terakhir telah menempatkan Corporate Social Responsibility
sebagai suatu konsep yang diharapkan mampu memberikan
alternatif terobosan baru dalam pemberdayaan masyarakat miskin.
2.3 Bagan Alur Pikir
Kerangka teori merupakan uraian dasar teori dan model yang
digunakan sebagai acuan penelitian. Menurut Kerlinger (2004:7), tujuan
utama ilmu sebenarnya teori, sedangkan teori itu sendiri adalah
himpunan konstruktur (konsep), definisi dan proposisi yang
mengungkapkan pandangan yang sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi diantaranya variabel, menjelaskan dan meramalkan
gejala tersebut. Mengacu pada perumusan masalah penelitian, yakni
bagaimana strategi PT. Chevron Pasifik Indonesia dalam pelasanaan
kegiatan Corporate Social Responsibility ( Pengembangan Ekonomi),
maka kerangak pemikiran yang peneliti gunakan ialah:
2.3.1. Teori Effective Communication Strategies PR
Strategi public relations menurut Scott M. Cutlip dan Allen H.
Center, diantaranya;
1. Fact Finding Mencari atau mengumpulkan data atau fakta–fakta sebelum seseorang melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Langkah pertama ini mencakup penyelidikan dan memantau pengetahuan, opini, sikap dan perilaku pihak-pihak yang terkait dengan, dan dipengaruhi oleh, tindakan dan kebijakan organisasi. Pada dasarnya ini adalah fungsi inteligen organisasi. Fungsi ini menyediakan dasar untuk semua langkah dalam proses pemecahan problem dengan mentukan “Apa yang sedang terjadi saat ini?”
2. Planning Informasi yang dikumpulkan pada langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan tentang program publik, strategi tujuan, tindakan dan komunikasi, taktik, dan sasaran. Langkah ini akan mempertimbangkan temuan dari langkah dalam membuat kebijakan dan program organisasi. Langkah kedua ini akan menjawab pertanyaan “Berdasarkan apa kita tahu tentang situasi, dan apa yang harus kita lakukan atau apa yang harus kita ubah, dan apa yang harus kita katakan?” Untuk menghindari kegagalan–kegagalan dalam melaksanakan tugasnya dan memperoleh hasil yang diharapkan, maka komunikasi itu harus well planned, disamping memikirkan anggaran yang diperlukan. Pemikiran tentang komunikasi ini meliputi :
(1) Sender atau komunikator (encoder) Siapa orangnya yang tepat? Apakah ia memenuhi
syarat? Misalnya Jujur, berakhlak baik, cakap, pengertian, bijaksana, sudah kenal masyarakat, dan sebagainya?
Komunikator dapat berupa seorang individu yang mewakili suatu badan atau instansi (unsur yang organized atau institutionalized) atau dapat berupa perseorangan (unsur yang unorganized) dan biasanya orang yang sudah dikenal masyarakat yang disebut Opinion Leader.
(2) Message (Pesan) Pernyataan apa yang akan disampaikan komunikator
kepada komunikan? Apa maksud dan tujuannya? Reaksi apa yang akan timbul?
Message dapat disampaikan secara lisan, tulisan, menggunakan gambar– gambar atau lambang–lambang lainnya yang meaningful bagi kedua belah pihak (komunikator dan komunikan).
Message yang disampaikan dengan lisan dapat dilakukan secara langsung (direct) dan secara tidak langsung (indirect). Secara langsung adalah melalui radio atau televisi.
(3) Media Media apa yang tepat untuk menyampaikan message
ini? Kapan waktu yang tepat? (4) Komunikan Kepada siapa message ini ditujukan (seseorang,
individu, kelompok/massa)? Bagaimana pengetahuan tentang masalah yang ada dan hubungannya dengan message itu? Apa latar belakang komunikan?
3. Communications Setelah rencana itu disusun dengan sebaik–baiknya sebagai hasil pemikiran yang mantap / matang berdasarkan fakta–fakta atau data yang telah dikumpulkannya, kemudian petugas Humas melakukan “operasinya”. Langkah ketiga ini adalah mengimplementasikan program aksi dan kamunikasi yang didesain untuk mencapai tujuan program. Pertanyaan dalam langkah ini adalah “Siapa yang harus melakukan dan menyampaikannyam, dan kapan, dimana, dan bagaimana caranya?
4. Evaluation Mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan adalah perlu untuk menilai apakah tujuan itu sudah tercapai, apakah perlu diadakan lagi “operasi”, atau perlu menggunakan cara–cara lain untuk mendapatkan hasil yang baik? Tiap
“operasi” yang dilakukan oleh sesuatu badan / instansi perlu dinilai untuk aktivitas evaluasi merupakan sebuah struktur konseptual dan metodologis yang digunakan untuk pemeriksaan pelaksanaan proses-proses komunikasi di dalam organisasi. (Susanto, 2001: 83) ”Keempat tahapan itu sendiri dapat digambarkan sebagai berikut:
Langkah Proses Public Relations
Gambar 1.
Empat Langkah Proses Public Relations
Teori ini menjabarkan kajian mendalam dan menyeluruh
tentang pelaksanaan sistem komunikasi keorganisasian yang
mempunyai tujuan untuk meningkatkan efektifitas interaksi organisasi
dengan publik. Situasi ini selalu dikemukakan dalam setiap organisasi
besar maupun kecil, dalam instansi pemerintah maupun swasta.
Pada tahap fact finding seorang petugas Humas harus
mengadakan penelitian pendapat, sikap atau reaksi orang-orang
(public). Disini dapat diketahui masalah apa yang sedang dihadapi.
Setelah pendapat, sikap dan reaksi publik dianalisa, lalu dapat
ditentukan rencana-rencana apa yang dapat diambil dalam mengatasi
permasalahan tersebut.
Rencana-rencana (planning) tersebut harus dikomunikasikan
dengan semua pihak yang bersangkutan dengan metode yang sesuai.
Dalam tahap ini humas juga harus dapat menjelaskan tindakan yang
diambil dan apa alasan dipilihnya rencana tersebut. Setelah rencana
tersebut dikomunikasikan (communications) keseluruh pihak yang
terkait maka rencana tersebut pastinya akan dioperasikan. Penilaian
(evaluation) berdasarkan berhasil atau tidaknya suatu rencana yang
dijalankan tersebut, apa sebabnya, apa yang sudah dicapai, apa
faktor hambatannya harus dilakukan pada akhirnya. Sehingga dapat
terlihat apakah rencana yang diambil sesuai dengan harapan atau
tidak. Mendefinisikan problem (atau peluang)
2.3.2 Triple Bottom Line
Istilah Triple Bottom Line dipopulerkan oleh John Elkington
pada tahun 2007 melalui bukunya “Cannibal with Forks, The Triple
Bottom Line of Twentieth Century Bussiness.” Elkington
mengembangkan konsep Triple Botton Line dalam istilah economic
prosperity, environmental quality dan social justice. Melalui buku
tersebut Elkington memberi pandangan bahwa perusahaan yang ingin
berkelanjutan, harus memperhatian dan terlibat pada kontribusi aktif
dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Hubungan ini
kemudian diilustrasikan dalam bentuk segitiga sebagai berikut:
Gambar 2 Triple Bottom Line
Sosial (people)
Lingkungan (Planet) Ekonomi (Profit)
Sumber: Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR,
Fascho Publishing, Gresik, 2007, hal 32
Dalam gagasan tersebut perusahaan tidak lagi dihadapkan
dengan tangung jawab yang berpihak pada single bottom line, yaitu
aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi finansialnya saja,
namun juga harus memperhatikan kondisi lingkungan dan
masyarakat.
1. Profit (Keuntungan)
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan
utama dari setiap kegiatan usaha. Tidak mengherankan bila fokus
utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar
profit atau mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung
jawab ekonomi yang paling essensial terhadap pemegang saham.
Profit sendiri itu hakekatnya merupakan tambahan
pendapatan yang digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup
perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat ditempuh untuk
mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas
dan melakukan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah
semaksimal mungkin.
Mengingat produktivitas bisa diperoleh dengan memper-
baiki manajemen kerja melalui penyederhanaan proses,
mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses
dan pelayanan. Termasuk juga menggunakan material sehemat
mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin.
2. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)
Masyarakat merupakan stakeholder yang sangat penting
bagi perusahaan. Hal ini karena dukungan mereka, terutama
masyarakat sekitar, sangat diperlukan bagi keberadaan,
kelangsungan hidup dan pengembangan perusahaan. Oleh sebab
itu, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat,
perusahaan perlu komitmen untuk berupaya memberikan manfaat
sebesar-besarnya kepada mereka. Selain itu juga perlu disadari
bahwa dalam setiap kinerjanya, perusahaan berpotensi
memberikan dampak kepada masyarakat. Intinya, jika perusahaan
ingin terus mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka harus
menyertakan tanggung jawab yang sifatnya sosial.
Sudah semestinya perusahaan mengelola lebih santun dan
arif Community Relationshipnya. Fakta telah membuktikan bahwa
masyarakat paling tidak suka jika perusahaan tidak berkomunikasi
dengan mereka, bersifat arogan, dan tidak memberikan kontribusi
atau manfaat bagi lingkungan sekitar. Masyarakat tak ingin melihat
perusahaan merugikan karyawan, tidak memperhatikan masalah
kesejahteraan dan kenyamanan kerja, serta merusak lingkungan,
tidak menghormati dan melayani konsumen, tutup mata terhadap
masalah sosial, dan lain sebagainya.
Untuk memperkokoh komitmen ini, perusahaan memang
perlu memiliki pandangan bahwa Corporate Social Responsibility
adalah investasi masa depan. Artinya Corporate Social Respon-
sibility bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost center),
melainkan sebagai laba (profit center) di masa mendatang. Hal ini
diperlukan mengingat masih banyak perusahaan-perusahaana
yang menganggap bahwa kegiatan Corporate Social Responsibility
hanya bersifat mengeluarkan biaya. Jika perusahaan
melaksanakan Corporate Social Responsibility dengan baik dan
tanggung jawab, maka dengan sendirinya akan tercipta hubungan
yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat, sehingga
timbal baliknya adalah masyarakat akan ikut menjaga eksistensi
perusahaan.
3. Planet (Lingkungan)
Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh
bidang kehidupan kita. Semua kegiatan yang kita lakukan mulai
dari bangun tidur di pagi hari hingga terlelap di malam hari, semua
berhubungan dengan lingkungan. Air yang kita minum, udara yang
kita hirup, seluruh peralatan yang kita gunakan, semua berasal dari
lingkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau lawan kita,
tergantung bagaimana kita memperlakukannya.
Hubungan kita dengan lingkungan adalah hubungan sebab
akibat, dimana jika kita merawat lingkungan, maka lingkungan pun
akan memberikan manfaat kepada kita. Sebaliknya, jika kita
merusaknya, maka kita akan menerima akibatnya. Dengan kata lain
apa yang kita lakukan terhadap lingkungan tempat tinggal kita pada
akhirnya akan kembali kepada kita sesuai dengan apa yang telah
kita lakukan.
Hal ini juga berlaku pada perusahaan. Dengan setiap
kinerjanya, hendaknya perusahaan senantiasa memperhatikan
lingkungan. Meraih keuntungan maksimal merupakan inti dari dunia
bisnis dan ini merupakan hal yang wajar. Namun sayangnya, masih
banyak perusahaan yang hanya mementingkan bagaimana
menghasilkan laba sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya
apapun untuk melestarikan lingkungan. Bahkan masih banyak
perusahaan yang menghalalkan segala cara hanya untuk meraih
laba. Termasuk merusak lingkungan.
Kekurangan kepedulian terhadap lingkungan kerap kali
harus dibayar mahal dengan timbulnya berbagai macam penyakit
dan kerusakan alam. Keuntungan memperhatikan dan melestarikan
memang tidak dapat dirasakan langsung oleh perusahaan. Namun
jika melaksanakannya, maka mereka justru akan memperoleh
keuntungan yang lebih, terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan,
disamping ketersediaan sumber daya yang lebih terjamin.
Gambar 2.3.1 Bagan Alur Pikir
Sosial (people) Lingkungan (Planet) Ekonomi (Profit)
Kegiatan CSR
PT. Chevron Pasifik Indonesia
PT. Chevron Pasifik Indonesia
Public Relations
Communication Strategies PR
Fact Finding
Evaluations
Communications Planning
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Paradigma pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk
menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran.
Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti,
maupun oleh para praktisi melalui model-model tertentu. Model tersebut
biasanya dikenal dengan paradigma. “Paradigma merupakan pola atau
model bagaimana sesuatu distuktur (bagian dan hubungan) atau
bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku yang didalamnya ada
konteks khusus atau dimensi waktu).” (Moleong, 2006:49)
“Keyakinan dasar aliran positivisme ini berakar pada paham ontologi realisme yang menyatakan bahwa realitas berada (exist) dalam kenyataan dan berjalan sesuai dengan hukum alam (natural laws). Penelitian berupaya mengungkap kebenaran realitas yang ada, dan bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan. Akan tetapi oleh periset dalam penelitian positivisme, informasi kebenaran itu dinyatakan kepada individu yang dijadikan responden penelitina. Untuk mencapai kebenaran ini, periset sebagai seorang pencari kebenaran harus menanyakan secara langsung kepada objek yang diteliti, dan sang objek dapat memberikan jawaban langsung keapda periset yang bersangkutan.” (Kountur, 2002:78) Sedangkan paradigma post-positivisme ini adalah keinginan untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan positivisme yang memang hanya
mengandalkan kemampuan pengamatan langsung atas objek yang
diteliti. Secara ontologis, cara pandang aliran ini bersifat critival realisme.
Sebagaimana cara pandang kaum realis. Aliran ini juga melihat
realitas sebagai hal yang memang ada dalam kenyataan sesuai dengan
hukum alam. Namun menurut aliran ini, adalah mustahil bagi manusia
(peneliti) untuk melihat realitas secara benar. Oleh karena itu, “Secara
metodologis pendekatan eksperimental melalui observasi dipandang
tidak mencukupi, tetapi harus dilengkapi dengan metode triangulasi,
yaitu penggunaan beragam metode, sumber data, periset dan teori.”
(Kountur, 2002:80)
“Adapula aliran teori kritis sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai suatu paradigm, akan tetapi lebih tepat disebut ideologically oriented inquiry, yaitu suatu wacana atas realitas dengan muatan orientsi ideologi tertentu, yakni meliputi neo-Marxisme, materialisme, feminisme, Freireisme, participatory inquiry, dan paham-paham yang setara. Secara ontologis, cara pandang aliran ini sama dengan pandangan post-positivisme, khususnya dalam menilai objek atau realitas kritis (critical realism), yang tidak dapat dilihat secara benar oleh pengamatan manusia” (Kountur, 2002:81) Adapula aliran teori kritis sebenarnya tidak dapat dikatakan
sebagai suatu paradigma, akan tetapi lebih tepat disebut ideologically
oriented inquiry, yaitu suatu wacana atas realitas dengan muatan orientsi
ideologi tertentu, yakni meliputi neo-Marxisme, materialisme, feminisme,
Freireisme, participatory inquiry, dan paham-paham yang setara. ”Secara
ontologis, cara pandang aliran ini sama dengan pandangan post-
positivisme, khususnya dalam menilai objek atau realitas kritis (critical
realism), yang tidak dapat dilihat secara benar oleh pengamatan
manusia.” (Kountur, 2002:83)
Tabel 3.1.1 Tiga Paradigma Ilmu Sosial (Salim, 2009 : 14)
Positivisme & Post-positivisme
Konstrukvisme (Interpretif)
Teori Kritis
Menempatkan ilmu sosial seperti ilmu alam, yaitu metode terorganisir untuk mengkomunisir untuk mengkombinasikan ‟deductive logic‟ melalui pengamatan empiris, agar mendapatkan konfirmasi tentang hukum kausalitas yang dapat digunakan memprediksi pola umum gejala sosial tertentu.
Memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis atas ‟socially meaningful action‟ melalui pengamatan langsung terhadap aktor sosial dalam setting yang alamiah, agar dapat memahami dan menafsirkan bagaimana aktor sosial mencipta dan memelihara dunia sosial.
Mentakrifkan ilmu sosial sebagai proses kritis mengungkap „the real structure‟ di balik ilusi dan kebutuhan palsu yang ditampakkan dunia materi, guna mengembangkan kesadaran sosial untuk memperbaiki kondisi kehidupan subjek penelitian.
Contoh Teori Contoh Teori Contoh Teori
Ekonomi Politik Liberal Teori Modernisasi, teori pembangunan negara berkembang Interaksionalisme Simbolik (Iowa School). Agenda Setting, Teori Fungsi Media
Konstruktivisme Ekonomi Politik (Golding & Murdock) Fenomenologi, Etnometodologi Interaksi Simbolik (Chicago School) Konstruksionisme (Social Construction of reality Peter L. Berger).
Strukturalisme Ekonomi Politik (Schudson) Instrumentalisme Ekonomi Politik (Chomsky, Gramsci, dan Adorno). Teori Tindakan Komunikasi (Jurgen Habermas). (Agus Salim, 2006;72)
Paradigma yang penulis gunakan adalah paradigma
Konstrukvisme. Paradigma ini merupakan antitesis terhadap paham yang
menempatkan pentingnya pengamatan dan objektifitas dalam
menemukan suatu realitas atas ilmu pengetahuan. Memandang ilmu
sosial sebagai analisis sistematis atass ‟socially meaningful action‟
melalui pengamatan langsung terhadap aktor sosial dalam setting yang
alamiah, agar dapat memahami dan menafsirkan bagaimana aktor
sosial mencipta dan memelihara dunia sosial.
3.2 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian pada penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode
penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting): disebut juga sebagai metode etnographi,
karena awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian
bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena
data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif” (Sugiyono,
2008:8)
Pendekatan kualitatif membolehkan suatu penelitian perilaku
sosial yang terjadi dilingkungan alamiahnya dan membiarkan mereka-
mereka yang diteliti mengespresikan dirinya secara lebih utuh, tidak
dibatasi oleh kaitan pertanyaan yang respons/jawabannya sudah pasti
dan pendekatan itu memberikan gambaran yang lebih kaya tentang
berbagai variabel yang mempengaruhi interaksi sosial. (Dennis,
2005;271) “Di dalam penelitian kualitatif pengumpulan data tidak terpadu
oleh teori tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemkan pada saat
penelitian dilapangan”. (Koentjaraningrat, 2007:29)
3.3 Metode Penelitian
“Metode adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atau jalan keluar,
dengan kata lain metodelogi adalah suatu pendekatan umum untuk
mengkaji topik penelitian.” (Sugiono, 2003:12)
“Metodelogi dipengaruhi atau didasarkan perspektif teoritis yang
kita gunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis
itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang
memungkinkan penelitian memahami data dan menghubungkan data
yang rumit dengan peristiwa dan situasi yang lain. Merode penelitian
adalah teknik-teknik spesifik dalam penelitian”. (Sugiyono, 2004:12)
Maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara.
3.4 Objek dan Subjek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility PT.
Chevron Pasifik Indonesia yaitu Program Pengembangan Ekonomi:
1. Humas PT. Chevron Pasifik Indonesia
Diharapkan dapat memberikan informasi terkait CSR oleh PT.
Chevron Pasifik Indonesia.
2. Tim Penanggung Jawab CSR PT. Chevon Pasifik Indonesia
Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai CSR PT. Chevron
Pasifik Indonesia Program Pengembangan Ekonomi.
3. Penerima Pengembangan Ekonomi
Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai implementasi
pelaksanaan CSR oleh PT. Chevron Pasifik Indonesia.
Penelitan ini dilakukan di kawasan PT. Chevron Pasifik Indonesia,
Duri, Riau. Penelitian ini dilakukan mulai November 2016 - february
2017.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data untuk memenuhi standar data
yang ditetapkan.
Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data
primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data memerlukan
langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya
data yang dikumpulkan digunakan, kecuali untuk penelitian eksloratif,
untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Data primer diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan
teknik pengambilan data melalui interview, observasi, maupun
penggunaan instumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai
dengan tujuannya. Data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung
yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.”
(Moleong, 2001:21)
Sesuai dengan teori yang penilis gunakan yaitu 4 langkah public
relations dan Triple Bottom Line maka data yang akan dikumpulkan
meliputi strategi PT. Chevron Pasifik Indonesia dalam pelaksanaan
kegiatan Corporate Social Responsibility PT. Chevron (Program
Pengembangan Ekonomi), impelemntasi PT. Chevron Pasifik Indonesia
dalam pelaksanaan kegiatan Corporate Social Responsibility PT.
Chevron (Program Pengembangan Ekonomi), kendala-kendala yang
dihadapi pada pelaksanan kegiatan Corporate Social Responsibiity cara
PT. Chevron Pasifik Indonesia menyelesaikan permasalahan yang
muncul dalam pelaksanaan kegiatan Corporate Social Responsibility PT.
Chevron (Program Pembangunan Ekonomi)
3.6 Teknik Keabsahan Data (Trisngulasi)
Triangulasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada dengan cara peneliti pengumpulan data
yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilitas data
yang berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
(Sugiono, 2008: 421)
Menurut Miles dan Huberman dalam tulisan Mukhtar (2013: 139),
menegaskan bahwa triangulasi selain dimaksudkan untuk memastikan
data-data yang telah diperoleh juga dimaksudkan untuk menarik
kesimpulan penelitian.
Dalam tulisan Mukhtar (2013:138), Denzin mengemukakan ada
empat model triangulasi, yaitu dengan penggunaan sumber, metode,
peneliti, dan teori yang ganda dan atau berbeda. Patton (1987) memberi
penjelasan mengenai empat model triangulasi sebagai berikut:
1. Sumber
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Triangulasi sumber ini
bertujuan untuk dapat mengetahui alasan yang menyebabkan
terjadinya perbedaan informasi, bukan semata-mata untuk mem-
peroleh hasil pembandingan yang berupa kesamaan pandangan,
pendapat atau pemikiran.
2. Metode
Triangulasi metode mengimplikasikan adanya metode-metode
pengumpulan data secara berbeda (observasi, wawancara, dan
testing) dengan pola yang berbeda. Pada triangulasi dengan metode
ini, ada dua strategi yang digunakan, yaitu : (1) pengecekan derajat
keterpercayaan data temuan hasil penelitian melalui beberapa teknik
pengumpulan data, dan (2) pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3. Peneliti
Triangulasi dengan jalan menggunakan peneliti yang berbeda
merupakan salah satu upaya untuk mengecek kembali derajat
keterpercayaan data. Penggunaan penelitian ini akan mengurangi
penyelewengan dalam pengumpulan data, yang dapat dilakukan
dengan cara membandingkan hasil pekerjaan seseorang peneliti
dengan peneliti lainnya.
4. Teori
Triangulasi dengan teori didasarkan pada asumsi bahwa fakta tertentu
tidak dapat diperiksa keterpercayaannya hanya dengan satu teori.
Dalam penelitian ini digunakan teknik pemeriksaan triangulasi dengan
penggunaan sumber, guna untuk dapat mengetahui alasan yang
menyebabkan terjadinya perbedaan informasi, bukan semata-mata
untuk memperoleh hasil pembandingan yang berupa kesamaan
pandangan, pendapat atau pemikiran.
3.7 Teknik Analisis Data
Data diperoleh dari wawancara pada informan atau narasumber.
Data hasil wawancara tersebut dengan data struktural. Kemudian dari
data struktural akan ditarik kesimpulan. Deskripsi terhadap data
struktural menurut persepsi peneliti dikaitkan dengan rincian kasus yang
terjadi. Deskripsi terhadap data struktural ini kemudian disebut penyajian
tekstural.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Profil PT.Chevron Pasifik Indonesia
Selama lebih dari 90 tahun, Chevron telah menjadi produsen
energi terkemuka di Indonesia. Kami terus berupaya menggali potensi
energi Indonesia melalui inovasi, menghasilkan produksi minyak bumi
dari ladang-ladang minyak, dan memanfaatkan sumber energi yang
andal dari panasbumi.
Kemitraan Chevron dengan masyarakat dan Pemerintah
Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1924, ketika Standard Oil
Company of California (Socal), kini Chevron, mengirimkan ekspedisi
geologi ke Pulau Sumatera.
Melalui anak perusahaan kami, PT Chevron Pacific Indonesia
dan Chevron Indonesia Company, kami menjalankan operasi minyak
dan gas. Chevron juga mengelola operasi panasbumi melalui Chevron
Geothermal Indonesia, Ltd., dan Chevron Geothermal Salak, Ltd., di
Indonesia.
Chevron telah menjadi produsen minyak mentah terbesar di
Indonesia yang menghasilkan sekitar 40 persen produksi minyak
nasional melalui kegiatan operasi di Riau dan Kalimantan Timur.
Chevron juga telah menjadi produsen energi panasbumi terbesar di
Indonesia dari kegiatan operasinya di Jawa Barat, yang menyediakan
listrik bagi jutaan penduduk Indonesia.
Kami bekerja sama dengan pemerintah dan mitra-mitra kami
untuk menciptakan efek ekonomi berganda dari kegiatan operasi kami
ke seluruh Indonesia. Kegiatan operasi Chevron telah memberikan
kontribusi kepada negara dan masyarakat Indonesia dalam beberapa
aspek penting:
1. Dari tahun 2009 hingga 2013, Chevron dan mitra-mitranya
memberikan kontribusi sebesar Rp455 triliun bagi pendapatan
pemerintah Indonesia.
2. Pada tahun 2013, Chevron dan mitra-mitranya berkontribusi
sebesar Rp120 triliun terhadap PDB Indonesia.
3. Pada tahun 2013, Chevron dan mitra-mitranya menghasilkan
Rp7,7 triliun pendapatan pribadi bagi pekerja Indonesia.
4 Pada tahun 2013, kegiatan operasi Chevron telah menciptakan
260.000 lapangan kerja (baik langsung, tidak langsung, maupun
imbasan).
4. Dari tahun 2009 hingga 2013, tiap satu pekerjaan di Chevron
mendukung rata-rata 36 lapangan kerja lain di Indonesia.
PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) mengoperasikan dua
lapangan migas utama di Sumatera, Duri dan Minas. Selain itu, CPI
juga mengoperasikan Pelabuhan Dumai, terminal pengangkutan
minyak terakhir. Sebagian besar produksi CPI di Sumatera pada tahun
2015 berasal dari lapangan-lapangan di Blok Rokan. Duri, sebagai
lapangan terbesar, telah beroperasi menggunakan teknologi injeksi
uap (steamflood) untuk meningkatkan produksi sejak 1985 dan
menjadi salah satu pengembangan injeksi uap terbesar di dunia. Pada
tahun 2015, teknologi injeksi uap diterapkan untuk pengelolaan 77
persen lapangan-lapangan di Duri.
Kami bangga dengan apa yang telah kami telah lakukan dan
menghargai kemitraan kami yang kuat dan berkelanjutan dengan
Pemerintah Indonesia, organisasi-organisasi non-pemerintah dan
masyarakat sekitar, yang merupakan landasan kokoh atas upaya kami
dalam memenuhi kebutuhan energi Indonesia dan menghasilkan
pertumbuhan jangka panjang serta kesejahteraan untuk negeri ini.
4.1.2 Visi Misi Perusahaan PT. Chevron Pasific Indonesia
Visi : Menjadi perusahaan energi dunia yang dikagumi karena
karyawan, kemitraan dan kinerjanya.
Misi :
1. Dengan selamat menyediakaan produk – produk energi yang
viral untuk kemajuan ekonomi yang berkelanjutan dan
pengembangan manusia di seluruh dunia.
2. Adalah orang – orang dan suatu organisasi dengan kemampuan
dan komitmen yang tinggi.
3. Adalah mitra pilihan yang terpercaya.
4. Dikagumi oleh semua pemangku kepentingan – investor,
pelanggan, pemerintah di tempat kami beroperasi, masyarakat
setempat dan karyawan kami, tidak saja dari hasil yang kami
capai tetapi juga dari bagaimana kami mencapai hasil tersebut.
5. Memberikan kinerja kelas dunia.
4.2 Deskripsi Subjek Penelitian
1. Kuswoyo Hadi. S.Sos. M.Si selaku Humas PT. Chevron Pasifik
Indonesia, Duri-Riau. Bergabung dengan PT. Chevron Pasifik
Indonesia sejak Oktober 2008 dan sekarang sudah menjabat VP
Corporate Communication yang bertugas melaksanana berbagai
publikasi dan pembinaan hubungan eksternal maupun internal PT.
Chevron Pasifik Indonesia
2. Meringgo, S.ikom. MM selaku Social Performance (Penanggung
jawab CSR) PT. Chevron Pasifik Indonesia. Menjabat sebagai Staf
Humas selama 11 bulan lebih, bagian yang dibawahi langsung oleh
Asisten Administrasi Umum ini telah berjalan dengan baik. Dibantu
tiga sub bagian, masing-masing Sub Bagian Informasi, Sub Bagian
Protokol dan Sub Bagian Data dan Dokumentasi, telah mampu
menjalankan fungsi kehumasan yang diemban, diantaranya
melaksanakan sebagian tugas pembinaan hubungan masyarakat,
dokumentasi dan pengolahan informasi, implementasi dan tanggapan
kebijakan publik di lingkungan internal dan masyarakat serta
melaksanakan tugas-tugas kehumasan yang lainnya.
3. Rianto, SE. MM selaku Manager PUC (Pusat Pembinaan Usahawan
Mitra Chevron). Menangani proyek sosial dengan melakukan
pembinaan dan pengajaran wirausaha kepada para masyarakat Riau
yang memang ditujukan untuk memberdayakan masyarakat. Serta
menerapkan program sosiopreneur sesuai dengan tujuan dan visi
perusahaan.
4.3. Deskrtipsi Hasil Penelitian (Analisa)
4.3.1. Analisa Strategi Humas PT. Chevron Pasifik Indonesia dalam
Pelaksanaan Kegiatan Corporate Social Responsibility
Sesuai dengan obyek penulisan ini yang memfokuskan pada
strategi humas PT. Chevron Pasifik Indonesia dalam pelaksanaan
kegiatan Corporate Social Responsibility.
4.3.1.1. Public Relations
Penulis ingin mengetahui fungis public relations berdasarkan
fungsi manajemen dari sikap yang direncanakan dan dijalankan secara
berkesinambungan oleh perusahaan untuk memperoleh dan membina
saling pengertian, simpati, dan dukungan dari publik. Penulis
mewawancarai key informan Kuswoyo Hadi, Humas PT Chevron
Pasific Indonesia, menjelaskan :
Sebenarnya Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia tidak jauh beda dengan teori buku-buku PR yang mungkin anda pelajari, yaitu berfungsi untuk melakukan komunikasi untuk membangun citra perusahaan yang baik, yang diinginkan oleh manajemen dan sebagai jembatan antara atasan dan bawahan aja. Supaya tidak ada pemisah diantara kedua belah pihak
tersebut dan sampai saat ini Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia telah menjalankan gaya berkomunikasi seperti ini telah cukup efisien sekali. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017)
Informan Meringo, Staff Social Peformance (Penanggung
Jawab CSR) PT Chevron Pasific Indonesia, menjelaskan:
Di PT Chevron Pasific Indonesia ini Public Relations di bagi menjadi dua, ada Public Relations internal yang tugasnya membina hubungan baik antara karyawan dengan pemimpin, eksternal tugasnya sebagai jembatan manajemen atau perusahaan dengan pihak yang berada diluar seperti publik (internal dan eksternal), masyarakat dan pemerintah. Kegiatan yang ada lebih memiliki kencenderungan untuk melakukan sosialiasi dan membuat event dengan bekerjasama dengan pihak wartawan seperti wartawan elektronik mapun media cetak. Public Relations kita ini selalu bekerja sama dengan pihak luar agar keberadaan perusahaan juga terdengar di tengah-tengah masyarakat terutama hal yang positifnya. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017)
Selain itu, informan Rianto, Staff Public Relations PT Chevron
Pasific Indonesia menjelaskan:
Kegiatan kami selaku Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia merupakan upaya yang terencana untuk mengeratkan hubungan dengan publik atau publik umum sehingga terbentuklah opini publik yang positif terhadap CPI. Caranya adalah dengan mengadakan menjalin komunikasi secara kontinyu yang sifatnya informatif dan persuasif sehingga mendapatkan pengertian dan penerimaan dari publik serta mencoba mengevaluasi sikap dan penerimaan publik terhadap perusahaan. Dan menjaga pola interaksi dengan publik dan berupaya untuk memenuhi setiap kebutuhan publik terkait masalah infomasi kebijakan pemanfaatan sumber daya alam oleh Cevron yang menguntungkan publik serta berupaya untuk selalu menanggapi keluhan publik. (Hasil wawancara pada tanggal 22 Januari 2017)
Dari hasil wawancara diketahui bahwa Public Relations PT
Chevron Pasific Indonesia di bagi menjadi dua, ada Public Relations
internal yang tugasnya membina hubungan baik antara karyawan
dengan pemimpin, eksternal tugasnya sebagai jembatan manajemen
atau perusahaan dengan pihak yang berada diluar seperti public
eksternal (masyarakat dan pemerintah). Fungsi Public Relations PT
Chevron Pasific Indonesia memiliki tujuan untuk melakukan
komunikasi dalam membangun citra perusahaan yang baik. Kegiatan
yang ada cenderung untuk melakukan sosialisasi dan membuat event.
Adapun tugas-tugas yang dijelaskan meliputi kegiatan Media
Relations, yaitu suatu kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan
terhadap media massa. Sehingga dapat mengatur dan membina
hubungan baik dengan pers. Prinsipnya Media Relations adalah
membina hubungan baik dengan media massa. Di samping membina
juga seorang PRO (Public Relations Officer) PT Chevron Pasific
Indonesia harus mengatur dan mengembangkan hubungan baik
dengan media.
Kegiatan ini merupakan upaya terencana untuk mengeratkan
hubungan dengan khalayak hingga terbentuklah opini publik yang
favorable terhadap PT Chevron Pasific Indonesia. Caranya adalah
menjalin komunikasi secara kontinyu yang sifatnya informatif dan
persuasif sehingga mendapatkan pengertian dan penerimaan dari
publik serta mencoba mengevaluasi sikap dan penerimaan publik
terhadap perusahaan.
Selain itu, juga menjaga pola interaksi dengan publik dan
berupaya untuk memenuhi setiap kebutuhan publik terkait masalah
infomasi produk pelayanan transportasi berbasis online dan aktivitas
promo-promo yang menguntunglkan publik serta berupaya untuk
selalu menanggapi keluhan publik. Hal ini sesuai dengan teori yang
telah dikemukakan pada bab 2, menurut Byron Christian, “Hubungan
masyarakat adalah suatu usaha yang sadar untuk mempengaruhi
orang terutama melalui komunikasi, guna berpikir baik tehadap suatu
organisasi, menghargainya, mendukungnya untuk ikut simpati
bersamanya jika mendapatkan tantangan dan kesukaran”.
4.3.1.2. Fungsi Public Relations
Kegiatan eksternal public relations PT Chevron Pasific
Indonesia sesuai dengan konsep fungsional dari public relations yang
berupaya untuk menserasikan kebijakan perusahaan dengan
kebutuhan publiknya, mampu membantu manajemen dalam
merumuskan kebijakan yang dapat diterima publik, serta mampu
mampu membantu perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan perusahaan. Beberapa fungsi Public Relations PT Chevron
Pasific Indonesia terkait dengan upaya meningkatkan brand image
Chevron, dikemukakan oleh key informan Kuswoyo Hadi, Public
Relations PT Chevron Pasific Indonesia, menjelaskan:
Kami menjalankan fungsi PR, terkait dengan pelaksanaan program meng-kampanye-kan program-program CSR Chevron. Fungsi kami sebagai PR adalah sebagai koordinator dan sebagai pelaksana teknis dalam bidang hubungan masyarakat terkait dengan publikasi dan sosialisasi. Seluruh divisi kerja lain juga turut membantu namun mereka sifatnya hanya sebagai
penunjang proses penyampaian informasi saja, karena dalam sosialisasi kami meng-handle semuanya, karena ini merupakan tugas kami. Semua masukan, keluhan dan tanggapan publik dapat disampaikan lewat surat, atau email yang sudah ditujukan langsung ke divisi kami, divisi pelayanan publik. Kami juga menggunakan beberapa media pendukung yang dapat membantu hal tersebut, seperti media internet, telepon, dan juga via surat. Dan yang terpenting semua divisi membantu kami, tinggal tergantung jenis permasalahannya saja. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017)
Informan Meringo, Staff Social Peformance (Penanggung
Jawab CSR) PT Chevron Pasific Indonesia, menjelaskan:
Pelaksanaan program-program CSR Chevron disesuaikan dengan kebijakan dan aturan dari manajemen. Karena program ini bersifat compulsory atau wajib dilaksanakan, sehingga manajemen pusat PT Chevron Pasific Indonesia sangat mendukungnya. Selain itu, keinginan-keinginan masyarakat, akademisi dan pemerintah yang telah masuk kedalam media penyampaian pesan kami, akan dirapatkan dulu dengan manajemen, setelah mendapatkan keputusannya baru kami sosialisasikan lebih lanjut kepada publik. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017)
Selain itu, informan Rianto, Staff Public Relations PT Chevron
Pasific Indonesia menjelaskan:
Pada dasarnya kami berfungsi untuk membina hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan publik publiknya. Oleh karenanya upaya yang terus kami lakukan adalah, sosialisasi, mengadakan seminar, presentasi dan simulasi di lapangan, pokoknya kegiatan yang kami lakukan untuk menjalin hubungan dengan publik yang sifatnya petemuan-pertemuan, sehingga kami bisa bertatap muka langsung dengan masyarakat, akademisi dan pemerintah atau menggunakan seluruh media yang ada untuk membantu proses sosialisasi. Selain itu, proses komunikasi kepada para publik sangat ditentukan oleh keberadaan website Chevron, dimana segala informasi dapat diakses langsung oleh publik. Oleh karenanya divisi yang sangat membantu dalam menjalankan fungsi komunikasi dua arah yaitu divisi Pelayanan Publik (call center 24 jam), terkait dengan penyediaan informasi operasional
Chevron di lapangan. (Hasil wawancara pada tanggal 22 Januari 2017)
Fungsi Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia terkait
dengan upaya menjalankan program-program Corporate Social
Responsibility adalah dengan menjalankan fungsi PR secara
terencana dan efektif. Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia
berfungsi sebagai koordinator komunikasi pada seluruh aktivitas
publikasi dan sebagai pelaksana teknis di lingkungan internal untuk
mengajak seluruh anggota perusahaan berperan lansung dalam
proses komunikasi terkait dengan kebijakan dan aktivitas eksplorasi
alam oleh Chevron.
Seluruh divisi kerja lain juga turut membantu namun mereka
sifatnya hanya sebagai penunjang kegiatan informasi saja, karena
dalam sosialisasi Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia
meng-handle semuanya, karena ini merupakan tugas public relations.
Sedangkan pelaksanaan program-program Corporate Social
Responsibility disesuaikan dengan kebijakan dan aturan manajemen.
Prosedur pelaksanaannya dalam tingkatan struktural internal harus
dilaksanakan oleh setiap pegawai tanpa kecuali dari tingkat pelaksana
sampai dengan tingkat manajemen. Upaya ini dilakukan untuk
membina hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan
masyarakat, akademisi, pemerintah. Oleh karenanya upaya yang
terus dilakukan oleh Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia
adalah, sosialisasi, presentasi dan simulasi di lapangan bahkan
dengan mengadakan seminar.
Seminar merupakan salah satu sarana Public Relations PT
Chevron Pasific Indonesia untuk menjalankan fungsi komunikasinya.
Seminar merupakan suatu acara untuk memberikan pendidikan dan
penjelasan untuk mengklarifikasi suatu issue negatif dan memberikan
tambahan wawasan kepada masyarakat, akademisi, pemerintah.
Selain menggunakan proses komunikasi secara lansung, Public
Relations PT Chevron Pasific Indonesia juga penggunaan media
internet, telepon dan juga surat. Seluruh aktivitas ini merupakan faktor
awal terbentuknya goodwill, kepercayaan, penghargaan terhadap
perusahaan sehingga efektifitas dari aktivitas program-program
Corporate Social Responsibility yang laksanakan oleh praktisi public
relations PT Chevron Pasific Indonesia penting untuk diperhatikan
agar dapat menghasilkan efek yang diinginkan oleh perusahaan dan
masyarakat pada khususnya.
Implikasi yang dilakukan oleh praktisi public relations PT
Chevron Pasific Indonesia merujuk pada fungsi public relations pada
Bab II, yaitu sebagai berikut:
1) Publisitas Publisitas adalah informasi dari sumber luar yang digunakan oleh media karena informasi itu mempunyai tata nilai berita. Ini merupakan metode penempatan pesan di media yang tidak dikendalikan karena sumber tidak membayar media itu untuk penempatannya.
2) Press Agentry Press agentry menciptakan cerita dan peristiwa yang layak berita untuk menarik perhatian media dan untuk mendapatkan perhatian publik.
3) Public Affair Public affair merupakan bagian khusus dari hubungan masyarakat yang membangun dan mempertahankan
hubungan pemerintah dan komunitas lokal untuk mempengaruhi kebijakan publik.
4) ManajemenIsu Manajemen isu adalah proses proaktif untuk meng-antisipasi, mengidentifikasi, mengevaluasi dan merespon isu-isu kebijakan publik yang mempengaruhi hubungan organisasi dengan publiknya.
5) Lobbiying Lobi merupakan bagian khusus dari hubungan masyarakat yang membangun dan memelihara hubungan dengan pemerintah, terutama dengan tujuan mempengaruhi legislasi dan regulasi.
6) Hubungan Investor Hubungna Investor adalah bagian khusus dari hubungan masyarakat korporat yang membangun dan mengelola hubungan yang saling menguntungkan dengan pemegang saham dan pihak-pihak lainnya dalam lingkungan keuangan demi memaksimalkan nilai pasar.
7) Pengembangan Pengembangan adalah bagian khusus dari hubungan masyarakat organisasi-organisasi nirlaba swasta yang membangun dan mengelola hubungan dengan donor dan anggota, yang bertujuan mepertahankan dukungan keuangan dan tenaga sukarela.
8) Hubungan Internal Menangani publik yang berkaitan atau terlibat dengan kerja internal organisasi, seperti karyawan, keluarga karyawan, dan suka-relawan,”(Cutlip, 2005:9)
Selain itu, Hutapea juga menjelaskan bahwa public relations
adalah fungsi manajemant untuk membantu mengakkan dan
memelihara aturan bersama dalam komunikasi, demi terciptanya
saling pengertian dan kerja sama antara lebaga (perusahaan) dan
publiknya, mengatur dan menekankan tanggung jawab manajemen
dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu menejemen
dalam mengikuti, memonitor, bertidak sebagai suatu sistem tanda
bahaya untuk membantu manajemen berjaga-jaga dalam menghadapi
berbagai kemungkinan buruk, serta menggunakan penelitian dan
teknik-teknik komunikasi yang efektif dan persuasif untuk mencapai
semua itu.
4.3.1.3. Tujuan Public Relations
Fungsi kegiatan program-program Corporate Social Respon-
sibility PT Chevron Pasific Indonesia yang telah dilakukan, selanjutnya
disesuaikan dengan tujuan public relations dalam suatu organisasi
perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh key informan Kuswoyo
Hadi, Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia, menjelaskan:
Dalam kegiatan sosialiasi kampanye program-program CSR Chevron, kami berperan sebagai fasilitator komunikasi, yaitu dengan menjelaskan kepada publik (masyarakat, akademisi dan pemerintah) mengenai penerapan program CSR secara kontinyu dan efektit, mulai dari jenis-jenis program CSR manfaat dan keuntungan (bagi masyarakat dan alam). Dan kami juga berperan sebagai pelaksana proses komunikasi seperti menyediakan media yang tepat serta mengadakan proses komnuikasi melalui seminar dan diskusi bersama praktisi ahli geologi dan usahawan kerakyatan dalam beberapa acara. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017)
Informan Meringo, Staff Social Peformance (Penanggung
Jawab CSR) PT Chevron Pasific Indonesia, menjelaskan:
”hmm...kami juga berupaya untuk menjadi mediator untuk membantu perusahaan untuk mendengarkan apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publik. Kami lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Karena ketidakmampuan kami dalam mendengarkan keinginan masyarakat dan para akademisi yang concersn terhadap lingkungan, akan berisiko, berbahaya dan terkadang menimbulkan akibat yang fatal, terutama berkaitan dengan kebijakan perusahaan. Karena itu, bukan tidak mungkin kebijakan perusahaan yang kami wakili, diprotes oleh mereka, disebabkan ketidakmampuan kami untuk mendengarkan keinginan publik (internal dan eksternal). (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017)
Selain itu, informan Rianto, Staff Public Relations PT Chevron
Pasific Indonesia menjelaskan:
Upaya yang dilakukan dalam menjalankan fungsi PR sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya, adalah dengan menjadi mediator antara manajemen dan stakeholder yaitu dengan cara memberi sarana atau metode yang mampu menampung aspirasi, opini, keluhan dan tanggapan publik sehubungan dengan pelaksanaan program-program CSR Chevron. Selain itu kami harus produktif mengevaluasi pelaksanaan program-program CSR melalui survei-survei yang dilaksanakan ataupun oleh mediator eksternal yang menjadi konsultan perusahaan. Kami juga melakukan info-info program-program CSR Chevron dengan beragam media, secara berkala kepada para pihak terkait, seperti: pengusaha, profesional dan pedagang, sampai segmen non-bisnis seperti eksekutif perusahaan, lembaga pemerintah, mahasiswa, dan pelajar serta masih banyak lagi. (Hasil wawancara pada tanggal 22 Januari 2017)
Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas, menjelaskan
bahwa beberapa kategori tujuan aktivitas public relations dalam suatu
organisasi perusahaan yang telah dijelaskan di atas, public relations
PT Chevron Pasific Indonesia berperan sebagai fasilitator komunikasi
(communication fasilitator). Dan praktisi public relations PT Chevron
Pasific Indonesia juga dituntut untuk mampu menjelaskan kembali
keinginan, kebijakan dan harapan perusahaan kepada publiknya dan
berupaya untuk berinteraksi dengan publiknya dengan lebih banyak
mendengarkan daripada berbicara mengenai kepentingan peru-
sahaan. Hal ini sesuai dengan peranan public relations dalam suatu
organisasi yang pada tujuan Public Relations pada Bab II, meliputi:
1. Mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan;
2. Meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai; 3. Menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai
perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapat-kan pangkuan;
4. Memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa pasar baru;
5. Mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakat bursa saham atas rencana perusahaan untuk menerbitkan saham baru atau saham tambahan;
6. Memperbaiki hubungan antara perusahaan dan masya-rakat, berkaitan dengan terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian, atau salah paham dikalangan masyarakat terhadap niat baik perusahaan;
7. Mendidik konsumer agar lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan;
8. Meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan dan bangkit kembali setelah terjadinya suatu krisis;
9. Meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi resiko pengambilalihan oleh pihak lain;
10. Menciptakan identitas perusahaan yang baru; 11. Menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan
partisipasi para pimpinan perusahaan organisasi dalam kehidupan sosial;
12. Mendukung keterlibatan perusahaan sebagai sponsor dari suatu acara;
13. Memastikan bahwa para politisi benar-benar memahami kegiatan-kegiatan atau produk perusahaan yang positif, agar perusahaan yang bersangkutan terhindar dari peraturan, undang-undang, dan kebijakan pemerintah yang merugikan;
14. Menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan itu mengutamakan kualitas dalam berbagai hal.
Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa jika Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia lebih
berperan pada expert prescriber communication dan communication
facilitator. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, peran public
relations PT Chevron Pasific Indonesia sebagai communication
facilitator karena dalam penelitian ini public relations PT Chevron
Pasific Indonesia adalah bagian yang berperan untuk menyampaikan
message dari institusi yang diwakilinya tentang sosialisasi aktivitas
publikasi kebijakan perusahaan kepada publik selain tugasmya
sebagai mediator. Selain itu public relations PT Chevron Pasific
Indonesia berperan juga sebagai expert prescriber communication
yang dianggap sebagai ahli untuk menjalankan sebuah aktvitas
sosialisasi dan berhak melaksanakan segala strategi komunikasi
kepada publik eksternalnya.
Oleh karenanya, secara keseluruhan, tujuan public relations PT
Chevron Pasific Indonesia dalam kegiatan program-program
Corporate Social Responsibility adalah menciptakan citra baik
perusahaan sehingga dapat menciptakan, membina, dan memelihara
sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi pada
suatu pihak dan dengan publik pada pihak lain dengan komunikasi
yang harmonis dan timbal balik.
4.2.2. Implementasi Strategi Humas PT. Chevron Pasifik Indonesia
dalam Pelaksanaan Kegiatan Corporate Social Responsibility
Beberapa aktivitas yang dilakukan oleh public relations PT
Chevron Pasific Indonesia dalam mengkampanyekan strategi Humas PT.
Chevron Pasifik Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan Corporate Social
Responsibility dijalankan dengan 4 (empat) langkah efektif yang
dikemukakan oleh Cultip, Center dan Boom dalam Bab II, yaitu
Mendefinisikan problem (atau peluang), Perencanaa dan pemrograman,
Mengambil tindakan dan berkomunikasi, Mengevaluasi program.
Langkah pertama sangat penting artinya bagi suksesnya program
kegiatan Corporate Social Responsibility dalam membangun image
Cevron adalah Mendefinisikan problem (atau peluang)
4.2.2.1. Fact Finding
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah suatu konsep yang mengajarkan bahwa
PT. Chevron Pasifik Indonesia memiliki tanggung jawab, tidak hanya
pada kondisi finansial saja, tetapi juga terhadap pihak-pihak yang
memiliki kepentingan atas perusahaan tersebut, seperti konsumen,
karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan, dari sisi
ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan menganut konsep ini, PT.
Chevron Pasifik Indonesia tidak hanya terpaut terhadap tujuan
finansial saja, tetapi juga memiliki peran yang sangat penting dalam
ikut menyejahterakan kehidupan orang banyak. Selain itu, dengan
menerapkan CSR, maka perusahaan akan mendapatkan image
sebagai perusahaan yang tidak hanya mengejar keuntungan semata,
tetapi juga sebagai perusahaan yang peduli terhadap kondisi sosial
dan lingkungan, baik domestik maupun global. Dengan image seperti
itu, perusahaan mendapatkan lebih banyak kemudahan dalam
mendapat izin dari pemerintah untuk beroperasi, baik di dalam negeri
maupun luar negeri.
PT. Chevron Pasifik Indonesia telah menerapkan konsep CSR
dalam operasionalnya dengan sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan
Kegiatan CSR Bidang Pendidikan dan Pelatihan,Kegiatan CSR
Bidang Kesehatan,Kegiatan CSR di bidang Infrastruktur, Kegiatan
CSR di bidang Ekonomi Kerakyatan, Pengembangan Usaha
Tempatan (LBD), Program Community Relations (CR).
Aktivitas yang dilakukan PT. Chevron Pasifik Indonesia
bersinggungan (baik secara langsung maupun tidak langsung),
dengan masyarakat lingkungan daerah operasional perusahaan dan
Pemerintah Daerah. Perusahaan perlu mengingat dan memperhatikan
aspek sosial budaya, salah satunya adalah dengan membina
hubungan baik yang bersifat timbal balik dengan stakeholder -
stakeholder lain, baik Pemerintah, swasta maupun dari berbagai
tingkat elemen masyarakat. Oleh karenanya, manajemen Chevron
harus mencari dan mengumpulkan informasi data mengenai fakta
yang terjadi di lingkungan sekitar perusahaan yang sedang dan
sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar.
Banyak permasalahan yang dihadapi masyarakat sekitar
daerah operasional perusahaan. Mulai dari permasalahan lingkungan
seperti polusi, sanitasi lingkungan, pencemaran sumber daya air,
penggundulan hutan sampai dengan permasalahan ekonomi seperti
tingkat pengangguran yang tinggi, sumber daya manusia yang tidak
berketerampilan, rendahnya kemauan berwirausaha dan tingkat
produktivitas individu yang rendah.
Setelah informasi tentang “apa yang sedang terjadi sekarang?
dikumpulkan, maka public relations PT Chevron Pasific Indonesia
akan dapat gambaran yang jelas apakah permasalahan yang sedang
terjadi. Public relations PT Chevron Pasific Indonesia perlu berusaha
mengatasi permasalahan tersebut dengan merencanakan beberapa
strategi public relations untuk memastikan hubungan yang baik
diantara publik dan perusahaan. Dalam usaha perencanaan ini
mestilah ditentukan apakah objektif atau tujuan yang ingin
disampaikan, karena tanpa objektif yang nyata maka tujuan yang
perencanaan tidak akan tercapai. Public relations PT Chevron Pasific
Indonesia juga perlu memikirkan alternatif-alternatif yang bisa
memberikan dampak yang maksimal. Oleh sebab itu, di perlukan
beberapa peran taktis dan strategis public relations dalam bentuk
jangka panjang dan jangka pendek seperti yang dikemukakan oleh
Kasali, dalam bab II. Hal ini sejalan dengan proses public relations PT
Chevron Pasific Indonesia untuk memberikan informasi kepada
publiknya.
Key informan Kuswoyo Hadi, Public Relations PT Chevron
Pasific Indonesia, menjelaskan:
Kami bisa mengumpulkan data tentang permasalahan tersebut dari berbagai sumber, misalnya dari berita media massa, data statistik, obrolan warga, atau keluhan langsung dari masya-rakat. Selain itu masih banyak sumber yang bisa digunakan untuk mengumpulkan fakta mengenai persoalan sosial yang dihadapi komunitas. PR juga bisa menelusuri laporan-laporan hasil penelitian yang dilakukan perguruan tinggi atau LSM
mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017 )
Informan Meringo, Staff Social Peformance (Penanggung
Jawab CSR ) PT Chevron Pasific Indonesia, juga menjelaskan bahwa
tahapan selanjutnya yang perlu diperhatikan setelah menemukan
fakta yang terjadi di lingkungan berkaitan dengan menerapkan strategi
kegiatan Corporate Social Responsibility Chevron, hasil wawancara-
nya yakni:
Ketepatan pelaksanaan sebuah program CSR juga tak lepas dari adanya observasi dan penelitian yang dilakukan perusa-haan kami terhadap peristiwa, situasi dan kondisi yang menyebabkan manajemen perusahaan kami harus menge-luarkan kebijakan programnya agar produktivitas tetap berjalan. Sebagai bagian dari lingkungan masyarakat, sudah barang tentu perusahaan wajib memiliki kepedulian dan tanggung jawab sosialnya untuk membantu masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017)
Selain itu, informan Rianto, Staff Public Relations PT Chevron
Pasific Indonesia menjelaskan:
“Berbagai kegiatan CSR berkaitan dengan UU No. 40 tahun 2007, karena kami merupakan perusahaan yang bergerak di bidang ekstraksi sumber daya alam, sehingga wajib melak-sanakan kegiatan CSR. Tiga bidang yang menjadi pilihan utama kami adalah pendidikan, kesehatan dan perekonomian. Karena tidak terbantahkan, jika perusahaan kami juga terpapar dengan isu seputar perubahan pola mukim, masalah ling-kungan bahkan kesenjangan sosial antara masyarakat setempat dengan perusahaan. Ini yang kalau tidak dikelola menjadi potensi konflik. Sehingga dalam situasi seperti ini, kegiatan CSR bisa menjadi “Obat” manjur peredam konflik.” (Hasil wawancara pada tanggal 22 Januari 2017)
Selanjutnya menurut Annisa selaku masyarakat Riau yang
menerima program CSR PT Chevron Pasific Indonesia menjelaskan:
Kegitan CSR yangn dilakukan perusahaan harus ada dampak positif secar ekonomi, kegiatan yang dilakukan dapat diterima oleh masyarakat dan kegiatan yang dilakukan harus memper-hatikan pada lingkungan dan keberlangusngan manusia dalam lingkungan. (Hasil wawancara pada tanggal 28 Januari 2017)
Tahapan mendefinisikan problem (atau peluang), merupakan
sebuah proses untuk mengenali dan mendefinisikan masalah yang
dihadapi oleh organisasi sebagai dasar acuan untuk penyusunan
langkah selanjutnya bagi PR sebagai masukan kebijakan bagi pihak
manajemen. Hal lazim yang dilakukan dalam tahap ini adalah kegiatan
research.
Setelah dibuat research maka perlu adanya keputusan atau
perlu perencanaan itu dilaksanakan secara menyeluruh tanpa ada
perubahan atau perlu diubah beberapa bagian ataupun menolak
sepenuhnya dan merencanakan satu strategi baru. Agar berhasil,
komitmen semua pihak terkait sangat penting. Public Relations PT
Chevron Pasific Indonesia mulai melakukan proses pengambilan
keputusan (decision making process) dan berkomunikasi. Dalam
usaha mengambil tindakan, Public Relations PT Chevron Pasific
Indonesia harus mengetahui setiap kategori publiknya. Strategi
tindakan terhadap sesuatu publik perlu mempunyai strategi informasi
dan medianya yang tersendiri. Tentang saluran, jenis informasi dan
kemungkinan terjadinya halangan atau kendala komunikasi ketika
proses penyebaran informasi perlulah ditinjau dari teori-teori
komunikasi, agar dapat ditentukan apakah metode yang sesuai untuk
digunakan.
Di dunia industri migas dan pertambangan, CSR sebenarnya
bukan hal yang baru. Namun harus diakui dari waktu ke waktu
pemahaman dan pelaksanaan program CSR terus mengalami
perkembangan. Jika diawal CSR hanya dilihat sebagai charity, tanda
„belas-kasihan‟ perusahaan, seiring waktu pemahaman ini mulai
bergeser. CSR PT Chevron Pasific Indonesia telah menjadi sebuah
keniscayaan yang harus dilakukan perusahaan. CSR PT Chevron
Pasific Indonesia tidak lagi hanya sebagai kegiatan tambahan tetapi
telah menjadi salah satu yang utama.
Kegiatan program-program CSR PT Chevron Pasific Indonesia
harus mampu memberi dampak positif baik secara ekonomi, sosial
maupun ekologi. Kegitan CSR yang dilakukan perusahaan harus ada
dampak positif secara ekonomi, diterima masyarakat dan berwawasan
lingkungan. Selain itu, kegitan CSR yangn dilakukan perusahaan
harus ada dampak positif secar ekonomi, kegiatan yang dilakukan
dapat diterima oleh masyarakat dan kegiatan yang dilakukan harus
memperhatikan pada lingkungan dan keberlangusngan manusia
dalam lingkungan.
Hal ini, menunjukkan bahwa kemapanan suatu perencanaan
strategi kegiatan Corporate Social Responsibility PT Chevron Pasific
Indonesia akan mendukung dalam pencapaian tujuan perusahaan,
yang dapat mencapai opini baik dan tepat serta dapat membangun
image Chevron Sejalan dengan peran public relations PT Chevron
Pasific Indonesia dalam membantu proses komunikasi informasi
layanannya.
4.2.2.2. Planning
Perencanaan merupakan sebuah prakiraan yang didasarkan
pada fakta dan informasi tentang sesuatu yang akan terwujud atau
terjadi nanti. Untuk mewujudkan apa yang diperkirakan itu public
relations PT Chevron Pasific Indonesia membuat suatu program.
Setiap program CSR diisi dengan berbagai kegiatan. Kegiatan
sebagai bagian dari program merupakan langkah-langkah yang
ditempuh untuk mewujudkan program CSR, guna mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan.
Key informan Kuswoyo Hadi, Public Relations PT Chevron
Pasific Indonesia, menjelaskan:
Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) yang kami jalankan menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh program CD dan CR untuk meningkatkan citra pemsahaan dimata publiknya. Untuk menjalankan program CSR, PT CPI melakukan perencanaan dan pengelolaan suatu aktivitas program Corporate Social Responsibility sesuai dengan kebutuhan public, diantaranya adalah: 1. Kegiatan CSR Bidang Pendidikan dan Pelatihan Salah satu program yang menurut perusahaan PT CPI
paling penting adalah memberikan perhatian terhadap pembangunan sumberdaya manusia (SDM) masyarakat Riau. Perhatian terhadap isu SDM tersebut muncul karena kesadaran akan kenyataan sumberdaya alam Riau yang melimpah tidak berimbang dengan kualitas sumber daya manusia masyarakatnya. Oleh karena itu PT CPI aktif melakukan berbagai kegiatan program pendidikan yang mengacu kepada kurikulum, untuk ikut meningkatkan mutu
kehidupan generasi muda melalui proses pendidikan secara formal.
2. Kegiatan CSR Bidang Kesehatan. PT CPI menaruh perhatian besar terhadap bidang
kesehatan. Perusahaan menjalankan kegiatan CSR di bidang kesehatan bekerjasama dengan puskesmas-puskesmas antara lain di daerah terutama sekali di lingkungan daerah operasi. untuk menangani gizi buruk yang diderita bayi dan anak-anak berumur di bawah lima tahun sesuai permintaan masyarakat. Selain pelayanan kesehatan, PT CPI juga melakukan kegiatan pengobatan massal, penanganan pasien yang menderita cacat lahir, sanitasi air bersih, serta pelayanan kesehatan keliling. Salah satu bentuk penanganan bagi pasien yang cacat lahir ialah menjalankan operasi bibir sumbing gratis terhadap 250 orang di Riau. Mengadakan dan melaksanakan kegiatan khitanan massal bagi kanak-kanak di desa-desa yang memerlukannya.
3. Kegiatan CSR di bidang Infrastruktur Pembangunan prasarana fisik jalan dan jembatan telah
dilakukan oleh PT CPI yang bertujuan untuk memudahkan perusahaan beroperasi. Selain mendirikan dan memper-baiki bangunan serta menyediakan sarana pendukung, CD dalam bidang spritual keagamaan dilakukan dalam bentuk lain seperti memberikan bantuan sosial kepada anak yatim, panti jompo dan warga kurang mampu. PT CPI aktif memberikan bantuan kepada kegiatan-kegiatan ke-agamaan dan kemasyarakatan, termasuk yang dilakukan oleh organisasi sosial kemasyarakatan, pengurus mesjid dan gereja, sekolah, dan perguruan tinggi seperti musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) dan bazar amal.
4. Kegiatan CSR di bidang Ekonomi Kerakyatan Pelatihan yang diberikan dibidang pertanian bertujuan
untuk membantu memberdayakan masyarakat dalam bidang ekonomi, khususnya petani. Program pelatihan ini berhasil membina kelompok-kelompok tani dalam berbagai jenis usaha pertanian. Selain mendapat pembinaan dari pembimbing dan penyuluh pertanian bekerjasama dengan Dinas Pertanian tempatan, PT CPI membekali dengan bantuan dan fasilitas berupa bibit tanaman, penyiapan lahan, bangunan bedeng-bedeng tanaman, dan peralatan pertanian seperti pompa air, traktor tangan, mesin pembuat pakan ikan, cangkul, parang, dan alat penyemprot hama.
5. Pengembangan Usaha Tempatan (LBD) PT CPI melakukan program pengembangan usaha
tempatan atau yang dikenal dengan Local Business
Development (LBD). Kegiatan ini tujuannya untuk membangun masyarakat lokal. LBD merupakan bentuk pengembangan masyarakat dengan tujuan bisnis yang dikenal dengan kemitraan masyarakat atau community partnership (CP). (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017)
Informan Meringo, Staff Social Peformance (Penanggung
Jawab CSR) PT Chevron Pasific Indonesia, juga menjelaskan bahwa
penerapan program-program kegiatan Corporate Social Responsibility
Chevron sebagai bagian dari stategi manajemen, hasil wawancaranya
yakni:
Penerapan strategi yang dilakukan oleh Chevron, dimana perusahaan tidak memiliki strategi khusus dan hanya dengan berpijak pada kemampuan mengimplementasikan seluruh sumber daya manusia nya untuk membantu masyarakat dan lingkungan. Oleh karenanya tahapan perencanaan (plan), dilakukan dengan membangun kesadaran pentingnya program CSR dan membentuk komitmen seluruh bagian dalam perusahaan. Menetapkan nilai yang terdiri dari visi dan misi. Selain itu, berusaha untuk memfokuskan pada tahapan implementasi (do), pelaksanaan program CSR yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan cara melaksanakan program kerja. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017) Selain itu, informan Rianto, Staff Public Relations PT Chevron
Pasific Indonesia menjelaskan:
Pelaksanakan CSR adalah untuk menarik SDM yang memiliki antusias yang sama dalam bidang sosial untuk membantu masyarakat. Dengan tujuan yang sama, maka dalam men-jalankan usahanya, dapat berjalan lancar, karena perusahaan dan karyawannya memiliki tujuan yang sama, yaitu bukan hanya profit, tetapi juga kontribusi terhadap kesejahteraan banyak orang. (Hasil wawancara pada tanggal 22 Januari 2017).
Selanjutnya menurut Annisa selaku masyarakat Riau yang
menerima program CSR PT Chevron Pasific Indonesia menjelaskan:
Chevron telah menerapkan community relation, yakni membangun relasi yang baik dengan masyarakat juga pemerintah setempat. Perusahaan memberikan sumbangan karena APBD kurang. Hal ini tidak salah, karena mau tidak mau, perusahaan (apalagi perusahaan migas) imejnya harus bagus. Dengan imej yang bagus, hubungan dengan pemangku kepentingan pun menjadi lebih baik. Selanjutnya untuk bentuk community empowerment, perusahaan, selain mem-berikan modal kepada masyarakat, perusahaan juga melakukan pendampingan, terus melakukan pemberdayaan agar masyarakat memiliki kapasitas. Memang prosesnya akan berjalkan lama, tetapi akhirnya masyarakat akan terbiasa. Ada upaya untuk meningkatkan produktivitas, memgembalikan pinjaman modal yang diberikan. Muaranya, masyarakat tidak lagi tergantung kepada perusahaan dan menjadi mandiri serta memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan mereka sendiri. (Hasil wawancara pada tanggal 28 Januari 2017)
Dalam tahap perencanaan ada beberapa hal yang harus
dilakukan yaitu melakukan strategi planner secara bertahap,
diantaranya dengan membuat membuat usulan program-program
CSR. Kegiatan ini dilakukan melalui strategi komunikasi dengan
mengalokasikan budget yang efisien dan penetapan target audiens
yang tepat. Program CSR, PT CPI melakukan perencanaan dan
pengelolaan suatu aktivitas program Corporate Social Responsibility
sesuai dengan kebutuhan public, diantaranya adalah: Kegiatan CSR
Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Kegiatan CSR Bidang Kesehatan,
Kegiatan CSR di bidang Infrastruktur, Kegiatan CSR di bidang
Ekonomi Kerakyatan, Pengembangan Usaha Tempatan (LBD).
PT Chevron Pasific Indonesia, juga focus pada tahapan
perencanaan (plan), dilakukan dengan membangun kesadaran
pentingnya program CSR dan membentuk komitmen seluruh bagian
dalam perusahaan. Menetapkan nilai yang terdiri dari visi dan misi.
Selain itu, berusaha untuk memfokuskan pada tahapan implementasi
(do), pelaksanaan program CSR yang telah disusun pada tahap
perencanaan dengan cara melaksanakan program kerja. Hal ini
dilakukan dengan menarik SDM yang memiliki antusias yang sama
dalam bidang sosial untuk membantu masyarakat. Dengan tujuan
yang sama, maka dalam menjalankan usahanya, dapat berjalan
lancar, karena perusahaan dan karyawannya memiliki tujuan yang
sama, yaitu bukan hanya profit, tetapi juga kontribusi terhadap
kesejahteraan banyak orang.
Sesuai dengan beberapa bentuk perencanaan yang telah
diuraikan di atas maka terlihat bahwa peran public relations PT
Chevron Pasific Indonesia dalam menjalankan strategi pelaksanaan
kegiatan Corporate Social Responsibility untuk dapat membangun
image Chevron menggunakan beberapa media yang dianggap tepat
untuk menjangkau target audince-nya.
4.2.2.3. Communication
Aspek dari aksi dan komunikasi inilah yang membedakan
kegiatan community relations dalam konteks PR dan bukan PR. Di
mana watak PR ditampilkan lewat kegiatan komunikasi. PR pada
dasarnya merupakan proses komunikasi dua arah yang bertujuan
untuk membangun dan menjaga reputasi dan citra organisasi di mata
publiknya. Karena itu, dalam program CSR selalu ada aspek
bagaimana menyusun pesan yang ingin disampaikan kepada
komunitas, serta melalui media apa dan cara bagaimana.
Sedangkan aksi dalam implementasi program yang sudah
direncanakan, pada dasarnya sama saja dengan implementasi
program apa pun. Kembali pada contoh kasus awal, ketika program
pendidikan dan pelatihan keterampilan itu dijalankan, harus ada
ruangan, baik untuk penyampaian teori maupun bengkel kerja sebagai
tempat praktik. Di situlah aksi pendidikan dan pelatihan dijalankan. Di
dalamnya tentu saja ada komunikasi yang menjelaskan kenapa
program itu dijalankan, juga masalah tanggungjawab sosial organisasi
pada komunitasnya sehingga memilih untuk menjalankan program
kegiatan tersebut. Dengan begitu diharapkan akan berkembang
pandangan yang positif dari komunitas terhadap organisasi sehingga
reputasi dan citra organisasi menjadi baik.
Sesuai dengan beberapa bentuk perencanaan yang telah
diuraikan di atas maka terlihat bahwa peran Public Relations PT
Chevron Pasific Indonesia dalam menjalankan strategi pelaksanaan
kegiatan Corporate Social Responsibility untuk dapat membangun
image Chevron menggunakan beberapa media yang dianggap tepat
untuk menjangkau target audince-nya. Hal ini sesuai dengan
penjelasan dari key informan Kuswoyo Hadi, Public Relations PT
Chevron Pasific Indonesia, menjelaskan:
Salah satu tujuan communications adalah menginformasikan segala jenis-jenis program Corporate Social Responsibility.
Adapun bentuk communications yang telah dilakukan oleh kami dalam usaha memperkenalkan program,-program CSR kami kepada publik adalah: Periklanan yang telah dilakukan dengan menayangkan iklanya melalui media televisi, radio, media cetak surat, pemasangan papan-papan reklame dan spanduk. Lalu kegiatan sosialiasi yang dilaksanakan oleh divisi kami. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017) Informan Meringo, Staff Social Peformance (Penanggung
Jawab CSR) PT Chevron Pasific Indonesia, juga menjelaskan bahwa:
Pelaksanaan proses komunikasi, menyangkut banyak orang baik publik internal atau eksternal, yang harus dihubungi dengan berbagai tujuan. Untuk itu, kami harus melakukan berbagai bentuk, jenis dan teknik komunikasi dalam melaksanakan kegiatannya sehingga koordinasi dan sinkronisasi benar-benar dapat direalisasikan secara integratif. Namun integrasi koordinasi dan sinkronisasi ini tidak hanya berlangsung diantara unsur-unsur pada bagian kami saja, tetapi juga antara bagian Public Relations dengan bagian-bagian lain dalam organisasi sehingga kegiatan Public Relations secara nyata menjadi faktor pendukung yang menentukan dalam upaya mencapai tujuan program CSR. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017 ) Selain itu, informan Rianto, Staff Public Relations PT Chevron
Pasific Indonesia menjelaskan:
Peran kami sebagai fasilitator komunikasi adalah sebagai pialang informasi yang berfungsi sebagai penghubung, penerjemah, dan mediator antara perusahaan dengan publik. Kami berupaya mengelola komunikasi dua arah dan membuat saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah menyediakan informasi yang diperlukan manajemen organisasi maupun publik, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang saling menguntungkan. Kami berinteraksi, menetapkan agenda diskusi, meringkas dan memancing reaksi, dan membantu partisipan mengoreksi kondisi yang menggangu hubungan komunikasi perusahaan dengan dengan publik. Menurut kami konsep publisitas sebagai alat komunikasi memiliki kredibilitas yang tinggi. Publisitas juga dapat memperoleh efek yang „dhasyat‟ jika didukung oleh kegiatan komunikasi yang dapat menjangkau public secara luas. (Hasil wawancara pada tanggal 22 Januari 2017)
Untuk mengkomunikasikan program-program CSR, Public
relations PT Chevron Pasific Indonesia menggunakan beberapa
media yang dianggap tepat untuk menjangkau target audince-nya.
Kegiatan communications berupaya untuk menginformasikan segala
program-program CSR yang ditawarkan dan berusaha menarik calon
pelanggan baru. Tahap Communications adalah pelaksanaan secara
aktif rencana yang telah disusun berdasarkan data faktual yang
dikerjakan pada tahap sebelumnya dan ini membutuhkan kegiatan
komunikasi, baik secara lisan, tertulis, maupun visual. Pelaksanaan
tahap communicating (komunikasi), menyangkut publik internal atau
eksternal, yang harus dihubungi dengan berbagai tujuan.
Hal ini sesuai dengan peran public relations PT Chevron Pasific
Indonesia sebagai fasilitator komunikasi yang menjadi sumber pialang
informasi untuk berperan sebagai mediator antara PT Chevron Pasific
Indonesia dengan publik. Public Relations PT Chevron Pasific
Indonesia berupaya mengelola komunikasi dua arah dan membuat
saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah menyediakan
informasi yang diperlukan manajemen organisasi maupun publik,
sehingga manajemen perusahaan dapat membuat keputusan yang
saling menguntungkan. Public relations PT Chevron Pasific Indonesia
bertindak sebagai sumber informasi dan kontak resmi organisasi
dengan publiknya yang berinteraksi, menetapkan agenda diskusi,
meringkas, memancing reaksi dan mengoreksi kondisi yang
menggangu hubungan komunikasi perusahaan dengan publik.
4.2.2.4. Evaluation
Untuk menentukan sejauh mana dampak sesuatu objektif
strategi CSR PT Chevron Pasific Indonesia itu perlu dibentuk satu
ukuran yang sesuai. Evaluasi itu bisa dibuat berdasarkan tujuan akhir
yaitu adakah pendapat publik telah berubah seperti yang diharapkan
oleh perusahaan. Public Relations haruslah membuat penilaian atau
evaluasi pada beberapa tahap, yaitu tahap pelaksanaan agar dapat
diganti strategi yang kurang rapi atau tidak tercapai dan tahap akhir
untuk meninjau dampak secara keseluruhannya.
Pelaksanaan kegiatan CSR PT Chevron Pasific Indonesia
harus dievaluasi agar permasalahan atau hambatan yang ada dapat
diatasi dan dipecahkan. Dalam tahap keempat ini praktisi public
relations PT Chevron Pasific Indonesia harus mempunyai
keterampilan dalam menelaah hasil-hasil yang diperoleh. Berikut ini
hasil analisa wawancara yang dilakukan terhadap key informan
Kuswoyo Hadi, Publuc Relations PT Chevron Pasific Indonesia,
menjelaskan:
Program telah direncanakan dengan baik. Karena program Marketing Public Relations di seluruh lingkungan kerja PT Cevron Pasific Indonesia, mendasar pada prinsip dalam perencanaan media dan pemilihan medianya. Media planner dari public relations PT Cevron Pasific Indonesia dalam melakukan perencanaan secara tepat yang disesuaikan denga strategi media dan penetapan target publiknya. Selain itu, target audiens 100% sudah dapat dicapai, karena menurut strategi target audiens, sudah jelas tergambar dahulu target market produk layanan yang didukung oleh kinerja semua pihak internal untuk menjangkau semua publik aktif, mulai dari segmen bisnis seperti pengusaha, profesional dan pedagang, sampai segmen non-bisnis seperti eksekutif perusahaan,
mahasiswa, dan pelajar. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017)
Informan Meringo, Staff Social Peformance (Penanggung
Jawab CSR) PT Cevron Pasific Indonesia, menjelaskan:
Program CSR di seluruh lingkungan kerja PT Cevron Pasific Indonesia telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan. Secara konseptual, seluruh program CSR bertujuan untuk membangun daerah yang memberdayakan komunitas lokal dan merupakan langkah konpensasi dan rehabilitasi dampak negatif keberadaan perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. CSR sebagai instrumen PT. CPI yang dapat men-ciptakan citra positif terhadap keunggulan kompetitif dan pemasaran perusahaan dalam membangun investasi sosial dan bisnis masyarakat lokal, nasional maupun internasional. Tanggung jawab sosial yang dilakukan PT. CPI berupa kegiatan berupa program pendidikan, kesehatan, pemban-gunan infrastuktur, maupun program LBD yang ditujukan kepada masyarakat tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan, melainkan mencari citra positif di mata masyarakat sekitar dan dunia. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017)
Selain itu, informan Rianto, Staff Public Relations PT Chevron
Pasific Indonesia menjelaskan:
Secara keseluruhan program stategi Marketing Public Relations Cevron sudah cukup memuaskan para driver karena seluruh infomasinya dapat didistribusikan dengan baik melalui kerjasama semua pihak internal (karyawan) dan penggunaan beberapa media yang cukup tepat. Selain itu juga diadakan kegiatan seminar yang mampu menjelaskan fungsi dan manfaat program-program CSR dari PT Cevron Pasific Indonesia dengan baik. Aktivitas ini merupakan aplikasi peran kami sebagai fasilitator komunikasi berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dan publik. Kami beroperasi untuk menciptakan pola komunikasi dua arah. Beberapa kegiatan dan sasaran kami, adalah membangun identitas dan citra perusahaan yang positif, dan mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak. Kemudian berupaya untuk menghadapi krisis seperti menangani keluhan publik. (Hasil wawancara pada tanggal 22 Januari 2017 )
Selanjutnya menurut Annisa selaku masyarakat Riau yang
menerima program CSR PT Chevron Pasific Indonesia menjelaskan:
Chevron telah melakukan program community realations dengan menitik beratkan kegiatan pada manajemen keuangan, ketrampilan dan pemberian bibit kepada peserta. Bantuan pengembangan ternak menjadi program community relations dalam kegiatan Corporate Social Responsibility. Perusahaan melakukan langkah-langkah community relations dengan baik sehingga menjadikan tujuan dari program Corporate Social Responsibility untuk mengembangkan masyarakat tercapai. Masyarakat memiliki pandangan positif dan hubungan yang baik dengan perusahaan. Dapat dilihat dari perusahaan yang mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia. (Hasil wawancara pada tanggal 28 Januari 2017)
Kesimpulan dari hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa
setelah rencana tersebut dikomunikasikan keseluruh pihak terkait
maka rencana tersebut pastinya akan dioperasikan secara optimal.
Penilaian evaluasi program merupakan tahap akhir dalam proses
Public Relations yang sering diabaikan oleh Public Relations. Padahal
ini bagian penting dalam rangka membina kegiatan Public Relations
secara dinamis menuju suatu pencapaian tujuan yang efektif dan
efesien.
Penilaian evaluasi program yang dilakukan Public Relations PT
Chevron Pasific Indonesia berfungsi untuk mengkaji pelaksanaan
suatu rencana. Program CSR di seluruh lingkungan kerja PT Chevron
Pasific Indonesia telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan.
Secara konseptual, seluruh program CSR bertujuan untuk
membangun daerah yang memberdayakan komunitas lokal dan
merupakan langkah konpensasi dan rehabilitasi dampak negatif
keberadaan perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.
CSR sebagai instrumen PT. CPI yang dapat menciptakan citra positif
terhadap keunggulan kompetitif dan pemasaran perusahaan dalam
membangun investasi sosial dan bisnis masyarakat lokal, nasional
maupun internasional. Tanggung jawab sosial yang dilakukan PT. CPI
berupa kegiatan berupa program pendidikan, kesehatan, pem-
bangunan infrastuktur, maupun program LBD yang ditujukan kepada
masyarakat tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan, melainkan
mencari citra positif di mata masyarakat sekitar dan dunia.
PT Chevron Pasific Indonesia telah melakukan program
community realations dengan menitik beratkan kegiatan pada
manajemen keuangan, ketrampilan dan pemberian bibit kepada
peserta. Bantuan pengembangan ternak menjadi program community
relations dalam kegiatan Corporate Social Responsibility. Perusahaan
melakukan langkah-langkah community relations dengan baik
sehingga menjadikan tujuan dari program Corporate Social
Responsibility untuk mengembangkan masyarakat tercapai.
Masyarakat memiliki pandangan positif dan hubungan yang baik
dengan perusahaan. Dapat dilihat dari perusahaan yang mampu
memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Aktivitas ini merupakan aplikasi peran Public Relations PT
Chevron Pasific Indonesia sebagai fasilitator komunikasi berfungsi
sebagai penghubung antara organisasi dan publik. Public Relations
PT Chevron Pasific Indonesia beroperasi untuk menciptakan pola
komunikasi dua arah untuk membangun identitas dan citra
perusahaan yang positif. Kemudian berupaya untuk menghadapi krisis
seperti menangani keluhan publik. Hal ini menjelaskan bahwa semua
kegiatan dan sasaran Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia
mempunyai tujuan yang baik dan bermanfaat. Manfaat ini tidak hanya
bagi perusahaan itu sendiri, tetapi juga semua pihak yang terkait, baik
internal maupun eksternal. Selain itu juga dilakukan telaah terhadap
faktor-faktor penghambat apabila pelaksanaannya menjumpai
kesulitan dan menyebabkan tujuan yang di tetapkan pada
perencanaan tidak tercapai.
4.4 Pembahasan Penelitian
Implementasi dari kegiatan stategi CSR yang dilakukan oleh
Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia disesuaikan dengan
fungsi Public Relations yang dikemukankan oleh Cutlip, Center & Broom,
dalam bab II, yaitu :
Public Relations merupakan fungsi manajemen yang meng-evaluasi sikap masyarakat, mengenali kebijakan dan prosedur individu atau organisasi dalam kepentingan masyarakat, dan merencanakan serta melaksanakan program tindakan untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan masyarakat Public Relations adalah sebagai satu fungsi manajemen yang
memahami atau mengetahui, keberadaan dan menegaskan hubungan
bersama di antara perusahaan dengan berbagai publiknya yang
menentukan keberhasilan dan kegagalan perusahaan itu. Public
Relations menjalankan fungsi manajemen yang menilai pendapat publik,
untuk mengetahui kebijakan dan peraturan perusahaan yang berkaitan
dengan publik dan melancarkan program tindakan untuk mendapatkan
pemahaman dan penerimaan publik.
Key informan Kuswoyo Hadi yang menjelaskan gambaran
bagaimana Badan/Perusahaan bertindak dengan lingkungan, Hasil
wawancaranya:
Kami selaku wakil dari manajenen perusahaan, selalu bertindak dengan lingkungan dan mengadaptasikan diri dalam lingkungan yang senantiasa berubah. Informasi rahasia perusahaan harus disimpan, meskipun informasi penting dari lingkungan harus digali ke dalam untuk memantapkan dan menstabilkan Humas. Tugas ini harus dilaksanakan oleh Humas dengan lebih serius. Selain itu penting untuk saling hormat-menghormati antara Humas dengan publik patut dieratkan dan terjalin dengan baik. Tugas Humas ialah menjalin hubungan dengan mereka dari organisasi luar yang saling ketergantungan antara satu sama lain untuk kehidupan masing-masing. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017)
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pada umumnya, Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia
mengetahui dan memahami pendapat publik terhadap organisasinya
(Perusahaan), menilai dampak pendapat publik itu terhadap organisasi,
menyesuaikan pendapat publik dengan kebijakan-kebijakan organisasi,
memberikan input atau masukan kepada manajemen organisasi tentang
tindakan yang perlu diambil untuk memanfaatkan organisasi, dan
mewujudkan hubungan dua arah agar hubungan yang sehat di antara
publik dan organisasi dapat diwujudkan secara terus menerus.
Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia berfungsi lebih
daripada publikasi dalam sebuah perusahaan. Public Relations PT
Chevron Pasific Indonesia merupakan satu usaha komunikasi yang
terancang untuk menjalinkan keharmonisan hubungan antara publik
dan perusahaan. Publikasi adalah penyebaran sesuatu berita yang
dianggap pihak media mempunyai nilai berita. Bisa dikatakan publikasi
ialah satu cara menempatkan berita dalam sesuatu media tanpa
kontrol organisasi yang berkenaan karena ia tidak membayar ruang
berita itu. Tetapi tidak dipungkiri bahwa publikasi ialah salah satu
strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai objektif
hubungan dengan publik eksternalnya. Walaupun publikasi digunakan
sebagai satu strategi public relations, janganlah pula menganggap
hubungan masyarakat hanya semata-mata untuk mendapat publikasi
atau mendapatkan ekspos media saja.
Sebuah organisasi PT Chevron Pasific Indonesia memerlukan
hubungan dengan publik (publik) karena dalam analisis terakhir, publik
yang akan menentukan keberadaan organisasi perusahaan.
Dukungan publik akan menentukan sejauh mana perusahaan dapat
bergerak mencapai objektif atau tujuannya. Tanpa dukungan publik
(publik) dan para mitra driver, PT Chevron Pasific Indonesia tidak
akan mendapat publik atau tidak akan mendapat respon positif
masyarakat atau publik.
PT Chevron Pasific Indonesia sebagai sebuah organisasi
perniagaan (perusahaan), sangatlah bergantung kepada dukungan
publik dan lingkungan, maka perusahaan ini perlu menyesuaikan
dirinya dengan lingkungannya. Dengan itu, public relations dalam
organisasi perusahaan PT Chevron Pasific Indonesia perlulah
senantiasa meninjau keinginan, keperluan dan perilaku publik
terhadap produk-produk jasa yang ditawarkan perusahaan dan
memberikan input atau saran kepada perusahaan untuk membuat
penyesuaian dengan lingkungan persaingan „pasar‟ produk dan jasa
pelayanan transportasi berbasis online dan seluruh keinginan
publiknya.
Praktisi Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia memiliki
tanggung jawab yang penuh terhadap perusahaan dan juga terhadap
publiknya. Hal ini sesuai dengan penjelasan informan Rianto sebagai
Staff Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia menjelaskan
bahwa:
Kami bekerja mewakili kebijakan perusahaan dengan memberikan informasi yang telah diizinkan oleh perusahaan untuk dipublikasikan kepada publiknya, sehingga publik mengerti mengenai informasi kebijakan dan penawaran produk dan jasa Chevron (Hasil wawancara pada tanggal 22 Januari 2017)
Hasil analisa dari hasil wawancara tersebut adalah public
relations PT Chevron Pasific Indonesia membantu membuat kebijakan
yang akan memperlihatkan perhatian yang bertanggung jawab kepada
setiap perilaku, respon publik dan juga mengevaluasi efektifitas
seluruh program public relations secara berkesinambungan. Hal ini
jika dapat dilihat dari grafik maka akan seperti di bawah ini :
Organization
Management
Publics
PR Professional
Communication Communication
Consequences (Public Relations a Graphic Definition)
Diagram di atas menunjukkan bahwa ada keterkaitan satu
dengan yang lainnya. Sebagai contoh, jika kebijakan public relations
suatu organisasi berdampak pada suatu kelompok, maka kelompok itu
juga akan memberikan umpan balik kepada organisasi tersebut.
Terkait dengan subjek penulisan, yaitu PT Chevron Pasific
Indonesia yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
eksplorasi sumber daya alam. Oleh sebab itu implementasi dari
kegiatan stategi CSR untuk membangun image Chevron, berkaitan
tugas-tugas utamanya seperti yang dikemukakan oleh informan
Rianto, Staff Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia, yaitu:
Implementasi dari kegitan tersebut dapat dilihat dari lancarnya jalan interaksi dan penyebaran informasi mengenai kegiatan CSR PT Chevron Pasific Indonesia melalui kerjasama dengan pihak publik. Hal ini didasari oleh tugas pokok lami yang bertindak sebagai komunikator, membantu (back up) mencapai tujuan dan sasaran bagi instansi perusahaan hingga mencipta-kan citra serta opini masyarakat yang menguntungkan. (Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2017 )
Hal ini menjelaskan bahwa secara garis besarnya public
relations PT Chevron Pasific Indonesia memiliki peran publik: yaitu
fungsi keluar berupa memberikan informasi atau pesan-pesan sesuai
dengan tujuan dan kebijakan instansi PT Chevron Pasific Indonesia
kepada masyarakat sebagai khalayak sasaran, sedangkan ke dalam
wajib menyerap reaksi, aspirasi atau opini khalayak tersebut
diserasikan demi kepentingan instansinya atau tujuan bersama.
Oleh sebab itu model komunikasi yang tepat untuk
mengambarkan implementasi kegiatan CSR PT Chevron Pasific
Indonesia dalam membangun image Chevron di benak publiknya
adalah model simetris dua arah (two way symmetrical model). Model
komunikasi simetris dua arah ini menggambarkan bahwa suatu
komunikasi propaganda (kampanye) melalui dua arah timbal balik
yang berimbang. Model ini mampu memecahkan atau menghindari
terjadinya suatu konflik dengan memperbaiki pemahaman publik
secara strategis agar dapat diterima, dan dianggap lebih etis dalam
penyampaian pesan-pesan (informasi) melalui teknis komunikasi
membujuk (persuasive communication) untuk membangun saling
pengertian, dukungan dan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Balanced
Two Way Communication
Flow
Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa public relations adalah
penting untuk sebuah organisasi PT Chevron Pasific Indonesia
menentukan keberadaannya. Fungsi public relations PT Chevron
Pasific Indonesia mestilah memastikan bahwa organisasi itu bersifat
Receiver
(Public)
Sources
(organization)
dinamis, dan bersedia untuk berubah sesuai dengan situasi
lingkungannya. Untuk memastikan bahwa perusahaan mendapat
dukungan dari publiknya, aktivitas public relations perlu diadakan
secara continue.
Hasil analisa menunjukkan bahwa aktivitas public relations PT
Chevron Pasific Indonesiamembawa perubahan kepada lingkungan
juga kepada organisasi perusahaan hasil dari input lingkungan.
Pendekatan ini disebut pendekatan sistem terbuka (Open System
Model of Public Relations) Hubungan antara PT Chevron Pasific
Indonesia dan publik harus dijaga dengan baik. Jika sekiranya
hubungan perlu diubah, perubahan adalah atas dasar kepnetingan
bersama dan saling mempengaruhi antara satu sama lain. Dasar
penyesuaian yang berlpublikskan timbal balik output-umpan balik
adalah sesuai demi memperkokohkan kepercayaan publik kepada
Public Relations PT Chevron Pasific Indonesia.
Public Relations mempunyai peluang bertindak sebagai
pemberi masukan dalam membuat keputusan dan tetap menunjukkan
perannya sebagai fasilitator komunikasi dengan menerapkan konsep
Credibility, Context, Content, Clarity, Continuity dan Consistency serta
Capability.
Hal ini sesuai dengan peran Public Relations PT Chevron
Pasific Indonesia sumber pialang informasi untuk berperan sebagai
mediator antara PT Chevron Pasific Indonesia dengan publik. Public
relations PT Chevron Pasific Indonesia berupaya mengelola
komunikasi dua arah, menghadapi perubahan dengan menyingkirkan
rintangan dalam hubungan, dan membuat saluran komunikasi tetap
terbuka. Tujuannya adalah menyediakan informasi yang diperlukan
manajemen organisasi maupun publik. Peran Public Relations PT
Chevron Pasific Indonesia sebagai fasilitator komunikasi berfungsi
sebagai penghubung antara organisasi dengan publik. Public relations
PT Chevron Pasific Indonesia beroperasi untuk menciptakan pola
komunikasi dua arah untuk membangun identitas dan citra
perusahaan yang positif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa semua hasil wawancara, maka kesimpulan
yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini adalah:
Strategi yang dilakukan oleh Humas PT. Chevron Pasific
Indonesia dalam kegiatan Corporate Social Responsibility yaitu melalui
tahap-tahap sebagai berikut Fact Finding lalu Planning. Pada
perencanaan (planning) ini, Public Relations PT Chevron Pasific
Indonesia tetap menunjukkan perannya sebagai fasilitator komunikasi.
Tahap berikutnya adalah tahap mengambil tindakan dan berkomunikasi,
dengan mengkomunikasikan strategi kampanye pelaksanaan program-
program CSR. Tahap Communications adalah pelaksanaan secara aktif
rencana yang telah disusun berdasarkan data faktual untuk pencapaian
tujuan. Setelah rencana tersebut dikomunikasikan keseluruh pihak terkait
dilakukan kegiatan mengevaluasi program atau pelaksanaan kegiatan
sebagai tahap akhir dalam proses Humas.
Sedangkan sasaran dari kegiatan CSR PT Chevron Pacific
Indonesia melalui program community relations dengan menitik beratkan
pada manajemen keuangan, dengan pemberian pelatihan berupa
ketrampilan : menjahit, bordir, membatik dan sebagainya, selain itu
adanya penyerahan bibit padi, jagung merupakan salah satu usaha di
bidang pertanian serta pengembangan ternak pada masyarakat
setempat.
Dari pelaksanaan kegiatan tersebut Public Relations PT Chevron
Pasific Indonesia melalui evaluasi untuk mengkaji pelaksanaan suatu
rencana. Aktivitas ini merupakan aplikasi peran Public Relations PT
Chevron Pasific Indonesia sebagai fasilitator komunikasi berfungsi
sebagai penghubung antara perusahaan dan publik. Selain itu, aktivitas
Corporate Social Responsibility (CSR) PT Chevron Pasific Indonesia
menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh program CSR untuk
meningkatkan citra perusahaan dimata publiknya.
5.2 Saran
1. Kepada PT Chevron Pacific Indonesia agar terus mempertahankan
program-program Community Relations dalam kegiatan corporate
social responsibility. yang dilakukan secara berkelanjutan dan
menambah lagi variasi bantuan yang akan diberikan kepada
masyarakat
2. Indonesia dalam melakukan komunikasi dengan pihak eksternal agar
mengunakan forum media teknologi seperti blog atau forum-forum di
internet. Sehingga lebih cepat memperoleh informasi tentang keadaan
sekitar. 3. Kepada peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai
Corporate Social Responsibility agar dapat menggali lagi sisi lain dari
kegiatan Public Relations mengenai Corporate Social Responsibility.
Sehingga memberikan pengembangan konsep maupun untuk
kepentingan implementasi di lapangan.
3. Humas PT Chevron Pasific Indonesia harus lebih memperhatikan
proses perencanaan media dalam penerapan strategi CSR sebagai
upaya menciptakan image, karena cukup membantu dalam
mempelajari bagaimana menentukan suatu media dan bagaimana
membelanjakan dana dengan sebaik mungkin, sehingga pesan
mengenai suatu manfaat program-program pelayanan informasi
perkembangan program-program CSR, sampai kepada target sasaran
yang dituju melalui media yang digunakan, akan lebih baik bila sering
mengadakan suatu event, sehingga nama PT Chevron Pasific
Indonesia akan lebih dekat dalam benak publik.
4. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian
sejenis, terutama penelitian yang sifat datanya adalah kualitatif.
Biasanya jenis penelitian ini lebih spesifik dalam mengulas berbagai
faktor yang berhubungan dengan strategi kegiatan komunikasi yang
diterapkan oleh praktisi Public Relations
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Arifin. 2009. Public Relations, Teori, Strategi dan Riset, PT. Pustaka Indonesia, Jakarta
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung. Cutlip , Scott M. dan Center, Allen H. 2000. Effective Public Relations, PT.
Prentice Hall, New Jersey. Moleong , J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung. Ruslan, Rusady. 2000. Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi
Krisis dan Pemulihan Citra, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta. Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Sosial, PT. Bina Aksara, Jakarta. Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, CV. Alfabeta, Bandung Wasesa, Agung, Silih. 2009. Strategi Public Relations, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Shandri Pratiwi
Tempat / Tanggal Lahir : Pekan Baru, 7 Maret 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Komp. Kraktau No. 192, Duri - Riau
Telepon / HP : 085274568872
Pendidikan Formal
2013 – sekarang : Mahasiswi Universitas Prof. Dr.Moestopo (B)
Fakultas Ilmu Komunikasi, Konsentrasi HUMAS
2009 – 2012 : SMA Cendana Duri, Riau
2006 – 2009 : SLTP Cendana Duri, Riau
2000 – 2006 : SD Cendana Duri, Riau